kelembapan jangkrik

7
82 PENINGKA PENINGKA PENINGKA PENINGKA PENINGKATAN KUALIT AN KUALIT AN KUALIT AN KUALIT AN KUALITAS P AS P AS P AS P AS PAKAN JANGKERIK AKAN JANGKERIK AKAN JANGKERIK AKAN JANGKERIK AKAN JANGKERIK DENGAN SISTEM EKSTRUKSI DENGAN SISTEM EKSTRUKSI DENGAN SISTEM EKSTRUKSI DENGAN SISTEM EKSTRUKSI DENGAN SISTEM EKSTRUKSI Wahyu Widodo, Adi Sutanto Fakultas Peternakan – Universitas Muhammadiyah Malang Ringkasan Ringkasan Ringkasan Ringkasan Ringkasan Peternakan jangkrik di Desa Mulyo Agung Kabupaten Malang berkembang pesat menjadi 20 peternak ini dikarenakan modal awal yang murah yaitu Rp. 55.000,- dengan perincian pembelian bibit (telur) satu sendok (2.000 butir) dan pakan sampai panen sebesar Rp. 15.000,- dan investasi kandang Rp. 40.000,-. Sementara hasil panen pemeliharaan jangkrik clondo selama 45 – 50 hari memperoleh hasil Rp. 45,- - Rp. 50,- per clondo. Tujuan dari kegiatan ini memberikan rekayasa teknologi berupa penerapan sistem ekstruksi dalam penanganan pemanasan biji-bijian, bungkil-bungkilan, limbah pertanian, peternakan dan industri sebagai bahan baku konsentrat berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan umur panen clondo. Kegiatan yang dilakukan adalah membuat konsentrat dari bahan baku konsentrat dengan sistem ekstruksi. Alat yang digunakan adalah oven yang mempunyai alat pengatur suhu. Bahan baku dimasukkan oven dengan suhu 120 0 C selama 20 detik lalu dikeluarkan, kemudian digiling dan dicampur menjadi konsentrat. Sebagai tempat percontohan dan uji coba adalah jangkrik milik Bapak Dahlan Musa. Evaluasi dilakukan dengan melihat umur panen setelah diberi pakan yang sudah diolah dengan sistem ekstruksi, dan pada umur 45 – 50 hari dipanen pada waktu menjadi clondo yaitu jangkrik yang belum punya sayap yang keras sehingga dapat mengerik. Diharapkan panen dapt dipercepat sampai dengan umur 30 – 38 hari. Peningkatan kualitas pakan metode ekstruksi dapat meningkatkan bobot badan jangkrik. Kualitas pakan dengan sistem ini belum tepat diberikan pada jangkrik umur lebih 20 hari. Sistem ini berdampak positif pada jangkrik sampai pada umur 20 hari yang meliputi efisiensi penggunaan pakan tinggi (konsumsi rendah) dan konversi pakan yang rendah. PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN Kondisi daerah Mulyo Agung umumnya terdiri dari daerah pertanian pangan dan sayur-sayuran yang subur karena terletak didaerah dataran tinggi (sekitar 500m dari permukaan laut) dilereng gunung panderman. Sebagai daerah penghasil sayur-sayuran, maka peternakan jangkrik tidak kekurangan pakan yang berasal dari sayur- sayuran. Umumnya penduduk desa adalah petani dan buruh petani yang berpenghasilan rendah. Kondisi dan buruh petani tersebut dapat diperbaiki apabila mereka dapat diarahkan untuk beternak jangkrik. Kelebihan peternak jangkrik ini adalah memerlukan modal awal yang sangat kecil yaitu hanya sebesar Rp 55.000 dengan perincian pembelian bibit (telur) sebanyak 1 sendok (sekitar 2000 butir) dan bahkan sampai panen sebesar Rp 15.000 dan infestasi kandang sebesar Rp 40.000. Sementara itu hasil panen berupa jangkrik Clondo (jangkrik yang belum

Upload: thelord-horochimaru

Post on 13-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TENTANG JANGKRIK

TRANSCRIPT

Page 1: KELEMBAPAN JANGKRIK

82

Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003

PENINGKAPENINGKAPENINGKAPENINGKAPENINGKATTTTTAN KUALITAN KUALITAN KUALITAN KUALITAN KUALITAS PAS PAS PAS PAS PAKAN JANGKERIKAKAN JANGKERIKAKAN JANGKERIKAKAN JANGKERIKAKAN JANGKERIKDENGAN SISTEM EKSTRUKSIDENGAN SISTEM EKSTRUKSIDENGAN SISTEM EKSTRUKSIDENGAN SISTEM EKSTRUKSIDENGAN SISTEM EKSTRUKSI

Wahyu Widodo, Adi SutantoFakultas Peternakan – Universitas Muhammadiyah Malang

RingkasanRingkasanRingkasanRingkasanRingkasanPeternakan jangkrik di Desa Mulyo Agung Kabupaten Malang berkembang pesat

menjadi 20 peternak ini dikarenakan modal awal yang murah yaitu Rp. 55.000,-dengan perincian pembelian bibit (telur) satu sendok (2.000 butir) dan pakan sampaipanen sebesar Rp. 15.000,- dan investasi kandang Rp. 40.000,-. Sementara hasilpanen pemeliharaan jangkrik clondo selama 45 – 50 hari memperoleh hasil Rp. 45,-- Rp. 50,- per clondo.

Tujuan dari kegiatan ini memberikan rekayasa teknologi berupa penerapansistem ekstruksi dalam penanganan pemanasan biji-bijian, bungkil-bungkilan, limbahpertanian, peternakan dan industri sebagai bahan baku konsentrat berkualitas tinggiyang berguna untuk pertumbuhan dan umur panen clondo.

Kegiatan yang dilakukan adalah membuat konsentrat dari bahan baku konsentratdengan sistem ekstruksi. Alat yang digunakan adalah oven yang mempunyai alatpengatur suhu. Bahan baku dimasukkan oven dengan suhu 120 0 C selama 20 detiklalu dikeluarkan, kemudian digiling dan dicampur menjadi konsentrat. Sebagaitempat percontohan dan uji coba adalah jangkrik milik Bapak Dahlan Musa.

Evaluasi dilakukan dengan melihat umur panen setelah diberi pakan yang sudahdiolah dengan sistem ekstruksi, dan pada umur 45 – 50 hari dipanen pada waktumenjadi clondo yaitu jangkrik yang belum punya sayap yang keras sehingga dapatmengerik. Diharapkan panen dapt dipercepat sampai dengan umur 30 – 38 hari.

Peningkatan kualitas pakan metode ekstruksi dapat meningkatkan bobot badanjangkrik. Kualitas pakan dengan sistem ini belum tepat diberikan pada jangkrik umurlebih 20 hari. Sistem ini berdampak positif pada jangkrik sampai pada umur 20 hariyang meliputi efisiensi penggunaan pakan tinggi (konsumsi rendah) dan konversipakan yang rendah.

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANKondisi daerah Mulyo Agung

umumnya terdiri dari daerah pertanianpangan dan sayur-sayuran yang suburkarena terletak didaerah dataran tinggi(sekitar 500m dari permukaan laut)dilereng gunung panderman. Sebagaidaerah penghasil sayur-sayuran, makapeternakan jangkrik tidak kekuranganpakan yang berasal dari sayur- sayuran.Umumnya penduduk desa adalah petanidan buruh petani yang berpenghasilan

rendah. Kondisi dan buruh petanitersebut dapat diperbaiki apabila merekadapat diarahkan untuk beternak jangkrik.Kelebihan peternak jangkrik ini adalahmemerlukan modal awal yang sangatkecil yaitu hanya sebesar Rp 55.000dengan perincian pembelian bibit (telur)sebanyak 1 sendok (sekitar 2000 butir)dan bahkan sampai panen sebesar Rp15.000 dan infestasi kandang sebesar Rp40.000. Sementara itu hasil panen berupajangkrik Clondo (jangkrik yang belum

Page 2: KELEMBAPAN JANGKRIK

8 3

Wahyu Widodo & Adi Sutanto, Peningkatan Kualitas Pakan Jangkerik dengan Sistem Ekstruksi

Penempatan Jangkrik umur 1 minggu pada kotakpemeliharaan.

keluar sayap yang keras belum dapatmengerik) setelah dipelihara selama 45sampai dengan 50 hari adalah Rp 45sampai dengan Rp. 50 per clondo sehinggapanen pertama dapat menghasilkan Rp90.000 sampai dengan Rp 100.000 .Pendapatan bersih pada panen pertamaadalah sebesar Rp 35. 000 sampai denganRp 45.000 . Pada panen berikutnyapendapatan yang diperoleh menjadi lebihbesar karena infestasi kandang sudahtidak dihitung dan hanya membeli bibitdan pakan saja. Sehingga pendapatanyang dapat diperoleh menjadi sebesar Rp75. 000 sampai dengan Rp. 85.000 sekalipanen.

Sistem ekstrusi atau short time hightemperature (STHT) adalah suatupengolahan bahan pangan termasukpemasakan yang menggunakan aplikasisuhu tinggi dengan saat olah yang singkat(Muchtadi dkk,1987). Selanjutnyadinyatakan bahwa dengan STHT makakerusakan termal senyawa – senyawagizi dapat diusahakan seminimalmungkin, terutama untuk protein danvitamin, sekaligus berkemampuanmerusak senyawa-senyawa toksik secaramaksimal.

Suhu tinggi yang disediakanumumnya adalah 1200C untuk prosesingdalam waktu singkat (10 sampai 20 detik)(Wanasuria, 1992). Pemasakan ekstrusidipakai untuk menggantikan metodepemasaknan konvensional karenaberbagai sebab, yaitu: (1) dapat diubahsehingga alat yang sama dapat memasakdan mengolah produk yang mempunyaiformula berbeda-beda, (2) memberibentuk dan tekstur pada hasil produksi,(3) kemampuan produksi yang kontinyu,(4) pengoperasian yang efisien daritenaga, energi, (5) pasteurisasi produkakhir, dan (6)proses dalam keadaankering dengan sedikit atau tanpatumpahan (Muchtadi dkk,1987).

Jenis alat ekstrusi masih dapatdigolongkan menurut kelembapan selama“processing” yang dapat bekisar sebagaiberikut : (1) kelembapan tinggi (30sampai40%) untuk pengekstruksi pembentuk(forming estruder), (2) kelembapan sedang(20 sampai 30%) untuk pengekstrusipemasak dan pembentuk tekstur, dan (3)kelembapan rendah (10 sampai 20%)untuk pengektrusi makanan kecil atauautogenus (Muchtadi dkk,1987).

STHT adalah modefikasi dari sistemconditioning yang ada. Dari segi kualitasproduk maka sistem STHT terbukti lebihsuperior dibandingkan Conditioningkonvensional. Ekonomis tidaknyapenggunaan STHT untuk digunakanmeluas terhadap segala jenis ransumditentukan oleh faktor biaya permesinan,instalansi dan operasinya(Wanasuria,1992).

Proses conditioning biasanyadikhawatirkan merusak kandunganvitamin dalam ransum akibat perlakuansuhu tinggi, begitu juga terhadap strukturasam amino . Setiap proses yangmenyangkut panas, kelembapan dantekanan mempunyai pengaruh negatifterhadap vitamin tidak terkecuali STHT.Tetapi dengan perlakuan yang sangatsingkat (3detik ) jauh lebih ringandampaknya dibandingkan suhu lebihrendah dan pada perlakuan yang lebih

Page 3: KELEMBAPAN JANGKRIK

84

Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003

lama. Khususnya vitamin yang lebih pekaterhadap panas seperti vitamin C(Wanasuria,1992).

Pakan jangkrik pada umunya terdiridari konsentrat, buah-buahan dan sayur-sayuran. Biji-bijian, Bungkil-bungkilandan limbah pertanian,peternakan dan industri yang merupakanbahan baku pembuatan konsentratumumnya disangrai dahulu sebelumdigiling dan dicampurkan. Akibatnyaakan terjadi penurunan kualitas zat-zatmakanan konsentrat sebagai pakanjangkrik. Oleh sebab itu di perulakanrekayasa teknologi dalam penangananbiji-bijian, bungkil-bungkilan dan limbahpertanian, peternakan dan industrisupaya kondisi zat-zat makanan tidakberubah sehingga akan dihasilkankonsentrat yang bermutu dan lebih tinggidan menyebabkan pertumbuhan jangkriklebih cepat sehingga umur panendipercepat.

TTTTTujuanujuanujuanujuanujuanTujuan yang dapat dikemukakan

dalam kegiatan pengabdian masyarakatini adalah untuk memberikan rekayasateknologi berupa penerapan sistemekstrusi dalam penanganan pemanasanbiji-bijian, bungkil-bungkilan dan limbahpertanian, peternakan danindustri,sebagai bahan baku konsentratsehingga akan dihasilkan konsentratyang kualitas tinggi. Apabila zat-zatmakanan dalam konsentrat yangdiberikan semakin baik makapertumbuhan jangkrik akan semakintinggi dan umur panen clondo akansemakin dapat dipercepat.

ManfaatManfaatManfaatManfaatManfaatManfaat secara ekonomi adalah

apabila semula pendapat peternakperkandang sampai umur panen selama45 sampai dengan 50 hari sebesar Rp

75.000 sampai Rp 85.000 sekali panen,maka peternak setelah menggunakansistem ekstrusi akan mengalami masapanen yang lebih singkat, yaitu umur 30sampai 38 hari jumlah pendapatan yangsama sehingga dalam kurun waktu dalam1 tahun dapat diperhitungkanpendapatan peternak pada sistempemanasan biasa mendapatkanpendapatan sebesar Rp 675.000, sampaidengan Rp 765.000, sedangkan dengansistem ekstrusi akan diperolehpendapatan sebesar Rp 900.000 sampaidengan Rp 1.020.000.

PELAKSANAAN KEGIAPELAKSANAAN KEGIAPELAKSANAAN KEGIAPELAKSANAAN KEGIAPELAKSANAAN KEGIATTTTTANANANANANRealisasi Pemecahan MasalahRealisasi Pemecahan MasalahRealisasi Pemecahan MasalahRealisasi Pemecahan MasalahRealisasi Pemecahan Masalah

Pemeliharaan jangkrik relatif mudahdan biaya perawatan maupun pakannyakecil sehingga tidak memerlukanpenanganan khusus yang memerlukanwaktu, tenaga dan biaya yang besar.Disamping itu jangkrik dapat dibudi-dayakan disemua tempat dan tidakmemerlukan tempat khusus. Selain itutidak diperlukan tempat yang luas karenajangkrik hanya memerlukan kandangyang relatif kecil untuk hidupnya.

Umumnya mereka hanya asalbeternak , tanpa mencoba menerapkanmanajemen secara benar. Pembibitantidak diusahakan untuk dilakukan sendiri, sehingga mereka tergantung pada suplaibibit (telur) jangkrik dari pembibit dilaindesa. Manajemen pemeliharaanumumnya hanya dilekukan secarasekedarnya saja , asal tidak ada kecoadan semut dianggap sudah terpelihara.Padahal kebersihan dalam kandangseharusnya juga diperhatikan. Demikianjuga persoalan pakan jangkrik. Secaraumum mereka hanya memberikan pakansekedar coba-coba. Belum ada patokanyang jelas tentang setandarisasi pakanjangkrik ini. Umumnya pakan yangdiberikan dalam bentuk kosentrat dan

Page 4: KELEMBAPAN JANGKRIK

8 5

Wahyu Widodo & Adi Sutanto, Peningkatan Kualitas Pakan Jangkerik dengan Sistem Ekstruksi

sayur-sayuran yang sudah dilayukan.Pakan kosentrat yang terdiri dari biji-bijian, bungkil-bungkilan, dan limbahpertanian ,peternakan maupun industriini sebelum dicampur dan digilingbiasanya disangrai dulu. Alasan utamapeternak untuk mengsangrai dulu adalahuntuk mengurangi kadar air, mengurangiracun yang terkandung dalam pakan danternak jangkrik lebih suka dengan pakankosentrat yang sudah disangrai dibandingapabila diberi pakan konsentrat yangbelum disangrai. Padahal apabila pakanini disangrai akan menyebabkanterjadinya penurunan kualitas pakanakibat kerusakan struktur jaringan zat-zat makanan terutama protein dan energiyang sangat dibutuhkan untukpertumbuhan jangkrik. Untuk mengatasiitu, salah satu cara yang dapat dipakaiadalah dengan menggunakan sistemekstrusi yaitu sistem pemanasab dengansuhu tinggi(umumnya bekisar 110-1200C)dan waktu yang cepat (bekisar 10 – 20detik). Sistem ini menjamin terpeliha-ranya kualitas zat-zat makanan, tetapimampu mengurangi kadar air danterutama dapat mengurangi racun dalampakan secara significant.

Metode kegiatanMetode kegiatanMetode kegiatanMetode kegiatanMetode kegiatanKegiatan yang dilakukan adalah

dengan membuat kosentrat denganterlebih dahulu memproses bahan bakukosentrat dengan sistem ekstrusi. Alatyang digunakan adalah ofen yangmempunyai alat pengatur suhu. Bahanbaku dimasukan dalam ofen dengan suhu1200C selama 20 detik dan kemudiandikeluarkan. Hasil olahan ini kemudiandigiling dan dicampur sehingga menjadikonsentrat.Kosentrat tersebut kemudiandiberikan pada jangkrik milik BapakDahlan Musa sebagai demo sampai panen. Apabila hasilnya sudah diketahui danberjalan baik maka peterak lainnya dapat

menggunakan konsentrat tersebut untukpakan jangkriknya.

Evaluasi dilaksanakan denganmelihat umur panen dari ternak jangkriksetelah diberi pakan yang sudah diolahdengan sistem ekstrusi jangkrik dipanenpada waktu menjadi clondo yaitu jangkrikyang belum mempunyai sayap yang kerassehingga tidak dapat mengerik . Umum-nya panen dilakukan pada umur 45 - 50hari. Diharapkan panen dapat dipercepatsampai dengan umur 30 – 38 hari.Sehingga akan meningkatkan pendapatanpeternak dalam jangka panjang.

HASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASANAnalisa kondisi lingkunganAnalisa kondisi lingkunganAnalisa kondisi lingkunganAnalisa kondisi lingkunganAnalisa kondisi lingkungan

Lokasi pengembangan jangkrikdengan metode ekstruksi ini beradadikawasan yang terletak cukup jauh darikawasan keramaian. Kondisi lingkunganmempunyai temperatur rata-rata 26,90Cdengan kisaran 190C sampai 330C dankelembapan rata-rata 78,3% dengankisaran 55% sampai dengan 90%. Kondisiini diperkirakan cocok atau sesuai denganhabitat asli ternak jangkrik yangada.Adapun kegunaan menjaga kelembabanudara yang cocok bagi ternak jangkrik,maka kotak pemeliharaan dilakukanpenyemprotan dengan air sehingga sesuaidengan kondisi optimal ternak jangkriktersebut. Dengan demikian budidayaternak jangkrik keberadaannya didukungoleh iklim, cuaca, ketersediaan lahanataupun jenis-jenis jangkrik yang adadisekitar lokasi pengembangan IPTEK.

Evaluasi KegiatanEvaluasi KegiatanEvaluasi KegiatanEvaluasi KegiatanEvaluasi KegiatanDari hasil percobaan lapangan

tentang penggunaan pakan jangkrikdengan sistem ekstruksi menunjukkanhasil sebagaimana tabel pertama berikut.

Page 5: KELEMBAPAN JANGKRIK

86

Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003

Tabel 1.Rataan tingkat konsumsi, pertambahanbobot badan dan konversi pakan ternakjangkrik umur 20 hari dengan metodeekstruksi.

Tabel 1. Tersebut diatas namapakbahwa pakan hasil ekstruksi memberikandampak pada sedikitnya konsumsi olehternak jangkrik tersebut pada umursampai dengan 20 hari, dibandingkandengan metode penjemuran ataupunpenggorengan. Seperti diketahui bahwakonsumsi adalah banyaknya pakan yangdiberikan kepada ternak dikurangi pakanyang tidak dihabiskan / dimakan olehternak. Menurut scott (1997) konsumsipakan pada ternak bertujuan untukmemperoleh zat-zat makanan yangdibutuhkan, sehingga dihasilkan energi.Bila zat-zat makanan ini diberikan dalamjumlah yang cukup maka jumlahmakanan yang dikonsumsi sedikit danhal ini terutama ditentukan olehkandungan energi bahan makanan.Dengan demikian metode ekstruksi dapatmemberikan suatu gambaran yang lebihbaik dalm penyediaan energi dalamransum pakan ternak jangkrik.

Pertumbuhan atau pertambahanbobot badan adalah selisih berat badanternak jangkrik pada saat akhir (umur20 hari) dengan kondisi awal jangkrikpada saat menetas atau Day Old Crick(Jangkrik umur 1 hari). Hasil percobaanmenunjukkan bahwa pertambahan bobotbadan relatif sama pada berbagai metodepakan yang diberikan pada ternakjangkrik. Hal ini mungkin kondisilingkungan kurang mendukung

pertumbuhan tersebut, seperti yangdiungkapkan Winantea (1985) yangmenyatakan bahwa pertumbuhan antaralain dipengaruhi oleh faktor genetik,lingkungan dan banyaknya konsumsi

pakan, dimana bila terjadi penurunankonsumsi akan mengurangi pertum-buhan. Bila dibandingkan dengankonsumsi yang ada maka konsumsi yangterjadi berbeda namun demikianpertumbuhannya relatif sama, dengandemikian respon makanan dalam hal inikonsumsi tidak berpengaruh tetapidimungkinkan respon lingkungan selainpakan yang berbeda.

Pada konversi pakan yang dihitungdengan membandingkan antara jumlahkonsumsi dengan pertambahan bobotbadannya, nampak bahwa metodeekstruksi jauh lebih efisien oleh karenauntuk meningkatkan pertambahan bobotbadan ternak jangkrik tersebut relatifmembutuhkan pakan yang lebih sedikitdibandingkan dengan metode yanglainnya (metode penjemuran danpenggorengan). Hasil konversi tersebutmenunjukkan bahwa untukmeningkatkan 1 gram bobot badan ternakjangkrik membutuhkan kurang lebih1,142 gram pakan sedangkan denganmetode yang lainnya membutuhkan 1,428untuk metode penggorengan dan 2 gramuntuk metode penjemuran.

Hasil percobaan yang dilakukansampai pada saat umur 35 hari (saatpemanenan jangkrik muda yang seringdisebut clondo) sebagaimana tabel 2.Berikut. Pada percobaan ini umurpemanenan tercepat sampai dengan umur

MetodeUraianPenjemuran Ekstruksi Penggorengan

Konsumsi (gr/ekor/hari) 0,010 0,080 0,012Pertambahan bobot badan (gr/ekor/hari) 0,007 0,007 0,006Konversi pakan 1,428 1,142 2,000

Page 6: KELEMBAPAN JANGKRIK

8 7

Wahyu Widodo & Adi Sutanto, Peningkatan Kualitas Pakan Jangkerik dengan Sistem Ekstruksi

muda atau clondo oleh karena, kematianyang diakibatkan oleh kanibalisnyaternak jangkrik mataupun jenis predatorlainnya memberikan dampak semakinberkurangnya jumlah jangkrik yang adaakibat kematian yang ada. Sridadi danRahmanto (1990) jangkrik akan menga-lami masa yang disebut metamorfosistidak sempurna. Perjalanan hidupnyasejak menetas berupa anak jangkrik(nimfa) sampai tumbuh dewasa menga-lami pergantian kulit sebanyak 7-8 kali.Hal ini dimungkinkan jankrik akanmemangsa temannya sendiri. Keadaanini ditunjang oleh pendapat sukarno(1999) jangkrik mempunyai mulut yangmenurut penggunaanya ada 4 macamyaitu untuk menggigit ,menusuk,menghisap dan menjilat. Adapunkegunaan dari peralatan tubuh lainnyaadalah antena bentuknya panjang danlancip berguna untuk menemukanmakanan, dan terdapat 2 mata majemukdan 3 mata sederhana (yang berfungsiuntuk menangkap cahaya).

Tabel 2Rataan tingkat konsumsi, pertambahanbobot badan dan konversi pakan ternakjangkrik umur 35 hari dengan metodeekstruksi.

Tabel 2. Tersebut diatas memberikanperbedaan yang sangat signifikan metodepakan ekstruksi dengan metode yanglainnya baik penjemuran maupunpenggorengan. Berdasarkan hasil tersebutmetode penggorengan memberikantingkat efisiensi yang jauh lebih baikdengan metode lainnya, hal ini mungkin

diakibatka oleh terhadapnya perlin-dungan pakan sebagai akibat peng-gorengan, ataupun hal ini tidak dapatdijelaskan secara signifikan akibatmeningkat ataupun menurunnyakonsumsi, pertambahan bobot badanataupun konversi pakan sebagai akibatbanyaknya gangguan yang terjadi padasaat ternak jangkrik yang mengalamimetamorfosis yang tidak sempurna yangmengakibatkan berkurangnya darijumlah ternak jangkrik ataupunmenurunnya konsumsi ataupun bobotbadan rata-rata setiap harinya. Paimin,Pudjiastutik dan erniwati (1999)menyatakan bahwa jangkrik yang telahmemasuki usia produktif baik betinamaupun jantan berkecenderungan untuksaling memakan walaupun makananberlimpah. Mereka akan memakan yanglemah. Oleh karena itu tidak disarankanmemelihara jangkrik dewasa dan nimfadalam satu kotak. Bila predasi ini terjadipopulasi dapat menurun drastis hinggasekitar 50-60% dari total yang dipelihara.Hanya jangkrik yang kuat bersaing sajayang dapat bertahan hidup. Dan padaperiode pembesaran ini jangkrik diberimakanan berupa sayuran, dedaunan danubi serta singkong. Makanan ini dapatdipilih satu jenis saja dan diberikan

secara bergantian setiap hari. Jenismakanan tersebut antara lain sawi, kol,wortel, labu siam, krokot, kangkung,buncis dan bayam. Sebelum diberikan,sayuran tersebut perlu dicuci bersihuntuk menghilangkan residu pestisidayang mungkin masih menempel padasayur.

MetodeUraianPenjemuran Ekstruksi Penggorengan

Konsumsi (gr/ekor/hari) 0,022 0,028 0,021Pertambahan bobot badan (gr/ekor/hari) 0,024 0,028 0,027Konversi pakan 0,916 1,000 0,778

Page 7: KELEMBAPAN JANGKRIK

88

Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003

KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan1. Peningkatan Kualitas Metode

Ekstruksi lebih efisien dalam mening-katkan pertambahan bobot badanternak jangkrik dibandingkan denganmetode yang lainnya (metodepenggorengan dan penjemuran) padaternak jangkrik sampai dengan umur20 hari.

2. Kualitas pakan metode ekstruksi belumtepat diberikan pada ternak jangkrikpada umur lebih dari 20 hari. Metodepenggorengan memberikan tingkatefisiensi yang jauh lebih dengan metodelainnya, (metode ekstruksi dan metodepenjemuran)

3. Pengabdian masyarakat denganprogram peningkatan IPTEKberdampak positif pada peningkatanproduktifitas ternak jangkrik sampaidengan umur 20 hari, yang meliputiefisiensi penggunaan pakan tinggi(konsumsi rendah), dan konversi pakanyang rendah.

SaranSaranSaranSaranSaran1. Perlu pengkajian lebih lanjut dalam

waktu yang lebih lama dan diikutidengan modifikasi pakan sayuran danubi-ubian ataupun pemilihan bibit yangmempunyai daya toleransi lingkungancukup baik guna mengurangi ekseskanibalisme jangkrik.

2. Perlu pengkajian lebih lanjut mutubahan konsentrat ditinjau dariketersediaan bahan dilingkungansekitar penerapan IPTEK.

DAFTDAFTDAFTDAFTDAFTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAKAAKAAKAAKAAKAAnggorodi, 1985. Kemajuan MutakhirKemajuan MutakhirKemajuan MutakhirKemajuan MutakhirKemajuan Mutakhir

dalam ilmu Makanan Tdalam ilmu Makanan Tdalam ilmu Makanan Tdalam ilmu Makanan Tdalam ilmu Makanan Ternak Unggasernak Unggasernak Unggasernak Unggasernak Unggas.UI press. Jakarta

Muchtadi, T.R., Purwiyanto dan A. Basuki,1988. TTTTTeknologi Pemasakan Ekstrusieknologi Pemasakan Ekstrusieknologi Pemasakan Ekstrusieknologi Pemasakan Ekstrusieknologi Pemasakan Ekstrusi.Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.

Murtidjo, B.A., 1980. Pedoman MengelolaPedoman MengelolaPedoman MengelolaPedoman MengelolaPedoman MengelolaItikItikItikItikItik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M.,1981. Beternak ItikBeternak ItikBeternak ItikBeternak ItikBeternak Itik. PenerbitKanisius. Yogyakarta.

Paimin,F.B., L.E.Pudjiastutik, dan Erniwati,1999. Sukses Beternak JangkrikSukses Beternak JangkrikSukses Beternak JangkrikSukses Beternak JangkrikSukses Beternak Jangkrik.Penebar Swadaya.

Purwanto, A., 1998. Budidaya jangkrik.Budidaya jangkrik.Budidaya jangkrik.Budidaya jangkrik.Budidaya jangkrik.Makalah Pelatihan Budidaya TernakJangkrik. Kerjasama Koperasi Mulyadengan Fakultas Peternakan Perika-nan UMM.

Scott, 1997. AAAAA Course manual in nutrition Course manual in nutrition Course manual in nutrition Course manual in nutrition Course manual in nutritionand growthand growthand growthand growthand growth. The Australian UniversityInternational Deveplopment Program.Australia.

Sridadi., Rahmanto. 1999. TTTTTeknik Beternakeknik Beternakeknik Beternakeknik Beternakeknik BeternakJangkrikJangkrikJangkrikJangkrikJangkrik. Wahana Ilmu. Surabaya.

Sukarno, 1999. Budidaya jangkrikBudidaya jangkrikBudidaya jangkrikBudidaya jangkrikBudidaya jangkrik. KanisiusYogyakarta.

Sutanto, A. 1999. Perspektif Pengembangan. Perspektif Pengembangan. Perspektif Pengembangan. Perspektif Pengembangan. Perspektif PengembanganTTTTTernak Jangkrik di Jawa Ternak Jangkrik di Jawa Ternak Jangkrik di Jawa Ternak Jangkrik di Jawa Ternak Jangkrik di Jawa Timurimurimurimurimur. StudyKasus di Kota Malang. FakultasPeternakan Perikanan UniversitasMuhammadiyah Malang.

Winantea, 1985. Biologi PertumbuhanBiologi PertumbuhanBiologi PertumbuhanBiologi PertumbuhanBiologi Pertumbuhan.Fakultas Peternakan UniversitasBrawijaya Malang.

Program : Penerapan IPTEKSLokasi : Desa Mulyoagung Kab.

MalangTahun : 2001