kelas ibu hamil_bulukumba

Upload: jamal-bee

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    1/10

    DDAATTAABBAASSEEGGOOOODDPPRRAACCTTIICCEE

    Memantau Kehamilan melalui Kelas Ibu Hamildi Kabupaten Bulukumba

    Sektor Kesehatan

    Sub-sektor Persalinan Aman

    Provinsi Sulawesi Selatan

    Kota/Kabupaten Bulukumba

    Institusi Pelaksana Dinas Kesehatan dan Bidan Desa

    Kategori Institusi Pemerintah Kabupaten

    Penghargaan Juara Umum Posyandu Mandiri Provinsi SulawesiSelatan Tahun 2011.

    Kabupaten Sehat Nasional 2011.

    Kontak Person: dr WahyuniInstitusi: Kabid Kesmas Dinas Kesehatan BulukumbaAlamat: Jl. Jend. Sudirman No.5

    Bulukumba 92152, Sulawesi SelatanTelepon:085343757232email:-website:-

    Mitra -

    Peneliti dan Penulis Atiyatul Izzah dan Lutfi Atmansyah

    Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?

    Tingginya persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan karena

    kurangnya pengetahuan pada ibu hamil di Kabupaten bulukumba

    Apa tujuan program/kebijakan tersebut?

    Menekan jumlah kematian Ibu melahirkan dan kematian bayi

    Bagaimana gagasan tersebut bekerja?

    1. Transfer pengetahuan dan konseling dari tenaga kesehatankepada ibu hamil melalui kelas rutin bagi ibu hamil.

    2. Pendampingan kehamilan oleh bidan desa dan melalui mekanismedesa siaga.

    3. Pertolongan persalinan aman oleh tenaga kesehatan

    Initiatives for GovernanceInnovation merupakan wujudkepedulian civitas akademikaterhadap upaya mewujudkan

    tata pemerintahan danpelayanan publik yang lebihbaik. Saat ini terdapat lima

    institusi yang tergabung yakni

    FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH,FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN

    FISIP UNHAS.

    Sekretariat

    Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik

    Universitas Gadjah MadaJl. Sosio-Justisia

    BulaksumurYogyakarta 55281

    email:[email protected]

    www.igi.fisipol.ugm.ac.id

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    2/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 2 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    terampil(bidan desa) yang telah memantau perkembangan ibu danjanin dari kehamilan hingga melahirkan.

    Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?

    Kabid Kesmas dr Wahyuni dengan bantuan Penasehat KPKIA menginisiasiberjalannya program. Pihak yang berperan aktif dalam operasional KIHadalah bidan desa, bidan koordinator, Pemerintahan desa dan KP PKKatau KPKIA

    Apa perubahan utama yang dihasilkan?

    Di desa-desa yang telah melaksanakan program KIH, menunjukkancapaian kunjungan K1 dan K4 100%. Bahkan angka kematian ibu menjadinol atau tidak terjadi.

    Siapa yang paling memperoleh manfaat?

    Ibu hamil

    Ringkasan

    Praktik Kelas Ibu Hamil (KIH) di KabupatenBulukumba dimulai sejak akhir 2009 setelah KabidKesmas Dinas Kesehatan Bulukumba diundangoleh Unicef untuk mengikuti pelatihanpengembangan Baruga Salewangan. BarugaSalewangan adalah bahasa Bugis yang secaraharafiah berarti rumah keselamatan. Dalam

    perkembangannya Baruga Salewangan jugadiartikan sebagai pusat pendidikan ibu (motherseducation center). Terinspirasi selama prosestraining, pihak Dinas Kesehatan Bulukumbamelalui Kabid Kesmas menggandeng penasehatPKK kabupaten serta Kelompok PeminatKesehatan Ibu dan Anak (KPKIA), mengumpulkantim penggerak PKK untuk membahaspenyelenggaraan KIH yang dipadukan denganprogram kemitraan bidan dukun.

    Penyelenggaraan KIH di Bulukumba diawali di 5desa dengan kegiatan berpusat di Poskesdes

    masing-masing desa. Pada setiap pertemuankelas, para ibu hamil yang menjadi pesertamemperoleh masukan terkait dengan kesehatankehamilan dan persalinan. Kader kesehatan sertabidan desa bertindak sebagai pemateri danfasilitator diskusi. Selain mengadakan penyuluhan,KIH juga menyelenggarakan pemeriksaan rutindan konseling bagi para ibu hamil. Beberapapolindes bahkan mampu menangani prosespersalinan dengan bantuan bidan. Dalamperkembangan selanjutnya KIH juga menyentuhranah partisipasi warga dengan mengadopsikonsep desa siaga.

    Secara ringkas penyelenggaraan KIH mencakupaktivitas sebagai berikut:1. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan ibu

    hamil melalui kelas dan konseling intensif olehbidan desa.

    2. Pemantauan kesehatan kehamilan ibu secaraberkala.

    3. Memberdayakan Poskesdes sebagai layananpersalinan dengan bantuan tenaga kesehatandengan mengembangkan kemitraan bidan-dukun.

    4. Meningkatkan kepedulian warga masyarakatuntuk terlibat dalam pengembangan persalinanaman melalui melalui mekanisme desa siaga.

    5. Penyediaan insentif bagi pihak-pihak yangberperan aktif dalam pengembangan KIH.

    Penyelenggaraan KIH dirasakan sangat besarmanfaatnya terutama terkait dengan kesehatan ibudan anak. Di beberapa desa yang menerapkan

    KIH, kunjungan ante natal (K1 dan K4) mengalamipeningkatan cukup signifikan, demikian puladengan jumlah persalinan yang dibantu olehtenaga kesehatan. Di samping itu dampak yanglebih luas terlihat dari meningkatnya kesadarandan partisipasi masyarakat dalam mendorongpengembangan kesehatan ibu dan anak.

    Secara kelembagaan, inisiatif KIH maupunkemitraan bidan-dukun di Bulukumba belumditopang oleh instrumen kelembagaan yang kuat.Faktor-faktor personal masih sangat berpengaruhdalam menunjang keberhasilan inisiatif ini. Namun

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    3/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 3 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    demikian, dalam dua tahun terakhir praktik KIHdan kemitraan bidan-dukun telah berhasildireplikasi di 18 desa se Kabupaten Bulukumba.

    Profil Good Practice

    I. Latar Belakang: Minimnya Rasio Fasilitaskesehatan

    Dari 24 Kota dan Kabupaten di Sulawesi Selatan,indeks pembangunan manusia KabupatenBulukumba pada tahun 2010

    1menempati urutan

    ke 12. Secara absolut IPM Kabupaten Bulukumbayakni 71.19, masih berada di bawah rata-rataprovinsi yakni 71.62 maupun rata-rata nasional72.27. Sedangkan Indeks kesehatan di Kabupatenini masih menempati urutan ke 14 Provinsi

    Sulawesi selatan. Angka tersebut mencerminkanbahwa kondisi kesehatan di KabupatenBulukumba masih belum cukup baik.

    Terkait dengan persalinan aman, data P2 Kesmasdinas kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun2010 menyatakan bahwa jumlah kematian ibusebanyak 9 orang (5 ibu bersalin dan 4 ibu nifas).Itu artinya kematian ibu dalam proses persalinanmasih saja terjadi yakni 0,11% dari total jumlah ibumelahirkan 7724 orang. Biasanya kematian ibudisebabkan berbagai faktor yang mengakibatkanpersalinan tidak normal, misalnya, pendarahan,

    hipertensi, atau akibat buruknya kondisi kesehatanbayi. Walaupun AKI Kabupaten Bulukumba telahmelampaui target MDGs yakni 0,12%, namuntetap saja adanya kematian ibu melahirkanmengindikasikan perlunya peningkatan kualitaspelayanan kesehatan.

    Salah satu persoalan yang dihadapi olehKabupaten Bulukumba dalam upayanyameningkatkan layanan kesehatan adalahketerbatasan sumberdaya manusia. Hingga tahun2011 di seluruh Bulukumba hanya terdapat 118bidan desa, 57 bidan puskesmas, dan 2 bidanKabupaten. Jumlah tersebut tentu saja tidakmemadai untuk melayani 126 desa dan 24kelurahan. Target 100 % dalam pelayanankesehatan terutama menyangkut kesehatan ibudan anak (KIA) sulit diwujudkan jika tenagakesehatan tidak tersedia dengan memadai.

    Di sisi lain, sarana prasarana kesehatan jugabelum tersedia secara merata diseluruh pelosokBulukumba. Terbukti dari perbandingan rasio

    1Indeks pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi

    Selatan Tahun 2010, BPS 2011

    fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk,Bulukumba menempati posisi terendah di SulawesiSelatan dengan rasio 0,46. Angka itu jauh dibawahdari rasio provinsi sebesar 2,54. Sebagaigambaran. pada tahun 2010 hanya tersedia 16Puskesmas, 53 Puskesmas Pembantu, dan 59buah poskesdes untuk melayani pendudukKabupaten Bulukumba sebanyak hampir 400 ribuorang yang tersebar dalam wilayah seluas 1.152km2. Pusat-pusat pelayanan kesehatan tersebutsangat penting perannya dalam memberikanlayanan kesehatan bagi masyarakat

    Selain mengenai penyediaan pelayanan tenagamedis dan sarana prasarana, kesadaranmasyarakat terhadap kesehatan medis juga masihkurang. Terbukti masih ada ibu hamil yangmelakukan persalinan di rumah dan tidak dibantuoleh tenaga kesehatan. Sehingga tidakmengherankan jika masih terdapat kasus kematianibu pada saat persalinan maupun kematian bayi.Di beberapa kecamatan, kasus kelahiran yangtidak dibantu oleh tenaga kesehatan ternyatacukup tinggi. Misalnya saja di Kecamatan BorongRappoa, pada tahun 2010 setidaknya terdapat 44persalinan (19%) dari total 234 persalinan tidakditolong oleh tenaga kesehatan. Minimnyapengetahuan masyarakat menjadi salah satupenyebabnya. Hingga beberapa tahun terakhirtidak sedikit ibu hamil di pedesaan yang masihketakutan jika harus bersentuhan dengan tenagamedis. Selain karena takut disuntik, ibu-ibu hamiltakut terhadap pembiayaan layanan medis yangrelatif lebih mahal dibandingkan tenaga dukun.

    II. Inisiasi: Adaptasi Praktik Baik

    Dalam rangka menekan angka kematian ibu danbayi, pada tahun 2009 dimulailah suatu gerakanpenyadaran dan peningkatan pengetahuanmasyarakat melalui penyelenggaraan KIH. Padasaat yang sama pemerintah melalui DinasKesehatan juga memfasilitasi terselenggaranyakemitraan antara dukun dan bidan gunamendorong terselenggaranya proses kelahiransecara aman.

    Inisiasi KIH dimulai pada tahun akhir tahun 2008setelah Kabid Kesmas Dinas Kesehatan

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    4/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 4 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Bulukumba diundang oleh Unicef untuk mengikutipelatihan pengembangan Baruga Salewanganatau pusat pendidikan ibu(rumah keselamatan) diKabupaten Takalar. Training tersebut berisimengenai pentingnya peningkatan pengetahuan

    ibu-ibu hamil dalam menunjang persalinan aman.Selain itu, pada training tersebut jugadiperkenalkan gagasan mengenai pos konselingibu hamil sebagai media transfer pengetahuantentang kehamilan sekaligus memantau kesehatanibu hamil.

    Dalam pelatihan tersebut Dinas KesehatanKabupaten Bulukumba yang diundang bersamaDinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, Soppeng,Wajo dan Gowa

    2terlihat paling aktif. Terinspirasi

    selama proses training, pihak Dinas KesehatanBulukumba melalui Kabid Kesmas menggandeng

    penasehat PKK kabupaten serta KelompokPeminat Kesehatan Ibu dan Anak (KPKIA),mengumpulkan tim penggerak PKK untukmembahas penyelenggaraan KIH.

    KIH di Bulukumba pertama kali dilaksanakan diDesa Benteng Malewang dan Desa Bonto Masila,Kecamatan Gantarang, Kegiatan ini dijalankanguna menumbuhkan kesadaran perawatan medisbagi ibu hamil sehingga diharapkan dapatmenekan kematian ibu melahirkan dan kematiananak. Bermula dari 5 desa pada tahun 2010, saatini (2011) KIH sudah dilaksanakan di 18 desa dari

    126 desa seKabupaten Bulukumba.

    KIH diselenggarakan dalam bentuk pertemuan-pertemuan ibu hamil dengan pendampingan kaderkesehatan dan bidan setempat. Pada setiappertemuan dibahas masalah-masalah seputarkesehatan ibu hamil, cara menjaga kesehatankehamilan, hingga penanganan risiko kehamilan.Di samping itu para Ibu hamil yang datang jugasekaligus bisa memeriksakan kesehatankehamilan tanpa dipungut biaya. BahkanPoskesdes di beberapa desa juga dapatmembantu proses persalinan dengan bantuan

    tenaga bidan, misalnya di Desa Manjelling.

    Di pilihnya program KIH bukan semata-matainspirasi training, namun juga ada pertimbanganpraktis terkait dengan fisibilitas program, salahsatunya dari sisi anggaran. Biaya operasional yangcukup murah menjadi daya tarik program ini dandipandang tepat untuk konteks Kabupaten

    2Hasil wawancara dengan Kabid Kesmas KabupatenBulukumba pada tanggal 2 Februari 2012. Terkonfirmasi saatwawancara setelahnya dengan pihak UNICEF pada tanggal 6Februari 2012.

    Bulukumba di mana sebagian besar penduduknyatergolong masyarakat berpenghasilan rendah.Pembiayaan yang murah serta mekanisme yangmudah, membuat program KIH dapat dengancepat diterima oleh masyarakat. Dalam waktu

    relatif singkat program yang awalnyadiselenggarakan di lima desa di KecamatanGattareng ini dapat direplikasi di 13 desa diKecamatan Ujung Loe dan Rilau Ale.

    Meskipun program Sekolah Ibu Hamil ini relatifsederhana, namun dalam tahapan inisiasi adabeberapa tantangan yang perlu diperhatikanBeberapa diantaranya, pertama, terkait denganmobilisasi dukungan dari kelompok-kelompokstakeholder strategis, seperti para penggerak PKK,bidan desa, KPKIA, dan perangkat desa. Padaawalnya perhatian kelompok-kelompok tersebut

    terhadap gagasan ini masih sangat terbatas.Khusus terkait dengan perangkat desa, tantanganutama terletak pada menumbuhkan political willsehingga mereka bersedia mendukung pendanaankegiatan ini melalui dana desa. Persoalananggaran menjadi isu krusial mengingat tidak adaalokasi dana khusus untuk program ini, sehinggaharus memperoleh dukungan dari pemerintahdesa setempat.

    Tantangan kedua terletak pada ketersediaansarana bagi berlangsungnya KIH. Di beberapadesa inisiasi program sempat terganjal oleh

    kesulitan menemukan lokasi yang tepat untukpenyelenggaraan KIH. Seperti yang dijelaskan diawal bahwa tidak semua desa terdapatposkesdes. Padahal di Poskesdes inilahmerupakan sentral kegiatan KIH. Para ibu hamildikumpulkan untuk mengikuti kelas dan melakukanpemeriksaan rutin oleh bidan desa setempat.Konsep baruga salewanganpada dasarnya berartipos pelayanan konseling dan pertolongan medisutuk ibu hamil. Jika ternyata poskesdes tidaktersedia maka, kegiatan ini kurang bisa berjalanoptimal.

    III. Implementasi: Kekuatan KelompokPendukung

    KIH dilaksanakan di tingkat desa denganmengoptimalkan fungsi PKK, para perangkatdesadan bidan desa. Pengelolaan KIH juga sangatterbantu dengan peranan Kelompok PeminatKesehatan Ibu dan Anak (KPKIA) yang merupakanPokja dalam Forum Kabupaten Sehat KabupatenBulukumba. Forum tersebut berhasilmengantarkan Kabupaten Bulukumba sebagaisalah satu penerima penghargaan Kabupaten

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    5/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 5 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Gbr. 3. Tiga tanda Kehamilandi desa Manjelling

    Gbr. 2. Stiker Perencanaan Persalinanditempel di Rumah Ibu Hamil

    Sehat Nasional pada tahun 2011. Kelompok inipula yang membentuk kelas, menetapkan ketuakelas, dan anggota kelas. Masing-masing kelastersebut membuat kesepakatan tempat dan waktuuntuk penyelenggaraan kelas. Awalnya setiap ibu

    hamil didata untuk dimasukkan sebagai pesertakelas. Kemudian dibuatlah kelas rutin bagi merekadi Poskesdes. Proses selanjutnya adalahpendampingan dan pemantauan kehamilan hinggapersalinan oleh bidan desa dibantu Tim PenggerakPKK.

    Secara ringkas penyelenggaraan KIH mencakupaktivitas sebagai berikut:1. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan ibu

    hamil melalui kelas dan konseling intensif olehbidan desa.

    2. Pemantauan kesehatan kehamilan ibu secara

    berkala.3. Memberdayakan Poskesdes sebagai layanan

    persalinan dengan bantuan tenaga kesehatandengan mengembangkan kemitraan bidan-dukun.

    4. Meningkatkan kepedulian warga masyarakatuntuk terlibat dalam pengembangan persalinanaman melalui melalui mekanisme desa siaga.

    5. Penyediaan insentif bagi pihak-pihak yangberperan aktif dalam pengembangan KIH.

    Terkait dengan pengembangan kepedulianmasyarakat, KIH Bulukumba mengadaptasi praktik

    desa siaga yakni dengan memberi tanda dimasing-masing rumah ibu hamil. Setiap rumah ibuhamil di beri stiker indikator kesehatan dasar danstiker kehamilan. Stiker kehamilan berisi tentangtanggal prediksi persalinan, siapa bidanpenanggungjawab, dukun pendamping persalinan,siapa yang akan mengantarkan jika terjadipersalinan dan siapa pendonor darah jika terjadipendarahan sewaktu persalinan.

    Sedangkan tanda tiga warna digantung di depanrumah yang bisa dilihat dari jalan. Tanda tersebutterbuat dari kelapa yang jatuh dari pohon tidakterpakai untuk bumbu masak. Kemudian kelapa

    dicat tiga warna dengan tulisan GSI. Selanjutnyadigantung pada masing-masing rumah ibu hamildengan warna yang ditentukan oleh bidan. Warnahijau untuk kehamilan normal, biru sebagai tandakehamilan resiko sedang, dan Sedangkan tanda

    merah untuk menandai ibu hamil dengan resikotinggi. Termasuk dalam katergori resiko sedangyaitu ibu dengan kehamilan rapat dan kehamilanpada usia lanjut. Sementara resiko tinggi misalnyaadalah ibu hamil yang pernah punya sejarahpendarahan, hipertensi atau penyakit pengganggukehamilan atau persalinan lain.

    Di desa Majelling, kegiatan KIH dilaksanakansekali tiap bulan pada hari kamis minggu keduabertempat di poskesdes. Pematerinya adalahBidan Desa dan Bidan koordinator. DesaManjalling adalah desa ke-6 yang mereplikasi

    kegiatan KIH. Kegiatan tersebut berlangsung sejakapril 2011. Sekaligus mengoperasikan poskesdesselayaknya pusat konseling kesehatanmasyarakat.

    Seperti yang disebutkan pada tahap inisiasi bahwasalah satu inspirasi KIA di Bulukumba adalahKemitraan Dukun dan Bidan di Kabupaten takalar.Akan tetapi bentuk kemitraan tersebut belum bisadiwujudkan karena terbentur oleh persoalananggaran. Menurut Kabid Kesmas, pemerintah,

    dalam hal ini Dinas Kesehatan, belummenganggap bahwa kemitraan bidan dan dukunsebagai prioritas. Sehingga, walaupun kemitraandukun dan bidan juga dilaksanakan seiring denganmunculnya KIH, namun tidak bisa berjalan denganbaik karena tidak ada dukungan anggaran.

    Salah satu kendala pengembangan kemitraanbidan-dukun adalah tidak adanya kesepakatantenang insentif bagi dukun. Baru pada akhir tahun2011, kemitraan bidan dan dukun bisa berjalandengan adanya dana transportasi dan insentif bagidukun mitra. Dana transportasi diambilkan dari

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    6/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 6 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),sedangkan dana insentif diambilkan dari anggaranjaminan persalinan

    3(jampersal). Sebagai contoh di

    Desa Manjalling ada tiga dukun yang bersediabermitra dengan bidan. Para dukun tersebut terikat

    melalui kontrak dengan Kepala Puskesmas untukmengantarkan ibu hamil kepada tenaga kesehatandan membantu persalinan. Setiap dukunmendapatkan biaya transport sebesar Rp 15.000,-dan insentif saat membantu bidan dalampertolongan persalinan sebesar Rp 50.000,-.

    Menurut Kabid Kesmas Bulukumba, tidak semuaprogram KIH yang diselenggarakan di berbagaidesa berjalan dengan lancar. Di samping kendalateknis, di beberapa kasus bahkan juga terjadipenolakan yang dilakukan oleh para oknum bidandan klinik-klinik persalinan swasta. Hal ini

    disebabkan karena KIH memberikan layananpersalinan gratis. Para bidan juga seringkalimenolak untuk berpartisipasi dalam KIH karenainsentif yang mereka dapat menjadi berkurang.

    Secara umum keberhasilan pelaksanaan KIHsangat dipengaruhi oleh partisipasi aktif darimasyarakat. Namun demikian ada beberapa aktorpenting yang perannya sangat signifikan, yakni:

    i. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (KabidKesmas) Dinas Kesehatan KabupatenBulukumba. Kabid Kesmas memainkan peranpenting dalam proses adaptasi gagasan KIHterutama dengan mempertemukan berbagaipihak yang memiliki kepedulian terhadap isukesehatan ibu dan anak. Kabid Kesmas antaralain menggandeng Tim Penasehat PKKKabupaten yang sekaligus merupakan KetuaKPKIA. Selain itu Kabid Kesmas juga berperandalam memobilisasi dukungan anggaran daripemerintah melalui pos anggaran di DinasKesehatan.

    ii. Ketua Penasehat Tim Penggerak PKKKabupaten yang sekaligus menjabat sebagaiKetua Forum Kabupaten Sehat. Forum inimewadahi komunikasi antara CSO danpemerintah menyangkut isu kesehatan di

    3Keputusan Menteri Kesehatan No.515/Menkes/III/2011.

    Sumber dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) sebesar Rp 922,79 Milyar untuk menjamin 4,5 juta ibuhamil pada tahun 2011. Jatah penggantian persalinan normalRp. 350.000,00 untuk Puskesmas dan Rumah Bersalin danKlinik Dokter, mendapatkan jatah 4 kali ANC yang tiap kaliperiksa Rp. 10.000,00. Sedangkan Di Rumah Sakit mengikutitarip sistem paket, dan jatah ini juga mencakup Operasi SectioCaesar. Selain Persalinan juga melayani pasca kegugurandengan jatah dana Rp. 500.000,00, serta pelayanan KB setelahpersalinan.

    Kabupaten Bulukumba. Salah satu kelompokkerja dalam Forum tersebut adalah KPKIA yangberperan penting dalam proses pendampingandan fasilitasi KIH. Ketua Forum Kabupaten Sehatjuga berperan penting dalam meyakinkan para

    stakeholder, termasuk Kepala Desa, untukmengalokasikan dana desa untuk mendukungprogram KIH.

    iii. Kepala desa. Dukungan kepala desa antara laintermanifestasi melalui alokasi anggaran daridana desa (ADD). Dalam konteks KIH, ADDdianggarkan untuk kegiatan pemberdayaan PKKdengan memberi insentif kelompok pendukung.Kasus di Desa Majelling setiap TP PKKmemperoleh uang transportasi sebesar Rp.30rb/bulan. Dengan jumlah TP PKK sebanyak 15orang maka tiap tahun anggaran yang disediakan

    oleh desa adalah sebesar Rp 5.400.000,-.Kepala desa juga berperan penting dalampenyediaan sarana prasarana kesehatan(poskesdes)

    4. Selain itu, kepala desa juga

    membantu mengkoordinasikan keterlibatanwarga, misalnya menetapkan ketersediaanpendonor dan penyedia sarana transportasi bagiambulan desa. Dalam hal ini kepekaan kepaladesa terhadap isu kesehatan masyarakat sangatmenentukan.

    iv. Kader desa siaga. Kelompok warga yangsebagian merupakan anggota TP PKK ini

    merupakan merupakan motor penggerak KIH.Bersama Bidan Desa dan Bidan KoordinatorKecamatan, TP PKK berperan dalammenyelenggarakan dan memastikanberlangsungnya aktivitas KIH. Aktivitas yangdilakukan mencakup:

    Mengorganisir ibu-ibu hamil agar datangmengikuti kelas di poskesdes.

    Jika ada ibu hamil absen, mereka yangmendatangi ke rumah dan dijemput denganmotor.

    Menjadi asisten bidan (sebagai penyampaimateri) dalam KIH.

    Bersama bidan mendata ibu hamil untukdiberi stiker pemantauan kehamilan

    Menyiapkan dan memasang kelapa tigawarna sebagai tanda bahwa penghunirumah tersebut ada ibu hamil.

    Menyelenggrakan kegiatan posyandu

    v. Bidan Desa. Bidan desa berperan dalam

    4Menurut humas Bulukumba sebagian pembangunanposkesdes yang diusulkan oleh desa diambilkan dari danaPNPM. Itupun tidak semua desa sudah tersedia poskesdes.Lihat halaman awal laporan mengenai sarana prasarana

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    7/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 7 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    mengkoordinasikan aktivitas TP PKK. Fungsiyang dijalani antara lain meliputi:

    Memimpin pendataan ibu hamil.

    Memantauan kondisi ibu hamil yang terdatadi Poskesdes.

    Menjadi pemateri dan konselor dalam KIH Menolong persalinan normal ditingkat desa.

    vi. DPRD Komisi D. Secara substantif DPRD tidakterlalu memahami dan memberi perhatian khususterhadap program KIH. Proses pendampinganibu hamil dimaknai sebagai sekedar kegiatanrutin kader posyandu yang telah lama dilakukan.Meskipun demikian, DPRD berperan pentingdalam penentuan alokasi APBD yang diajukanpemda, termasuk di dalamnya anggaran untukbidang kesehatan.

    vii. Wakil Bupati. Seperti DPRD, Wakil Bupati tidakmenguasai secara detail mengenai KIH. TetapiWakil Bupati berperan penting dalam mendorongkerjasama antara pemerintah dan JICA (JapanInternational Cooperation Agency) melaluiProgram Prima Kesehatan, yaitu kerjasamaantara Pemerintah Bulukumba dan JICA terkaitisu partisipasi masyarakat dalam membangunkesehatan. Selain melakukan fasilitasipemberdayaan dan perencanaan pembangunankesehatan komunitas, program ini memberi danahibah bagi desa yang melakukan perencanaanprogram kesehatan berbasis masyarakat (setiap

    desa yang siap diberi dana hibah 5 Juta). Selainitu JICA juga memfasilitasi berbagaipembangunan fasilitas kesehatan sepertiJamban keluarga, MCK umum, Tempat sampah,dan Posyandu.

    viii. JICA melalui program Prima Kesehatan.Lembaga donor JICA tertarik mendukungprogram pemerintah terkait dengan isukesehatan komunitas melalui peningkatankapasitas manajemen kesehatan kabupaten

    5.

    Secara intensif sejak tahun 2007, JICA menjadifasilitator pemerintah dan masyarakat terkait

    dengan isu kesehatan. Salah satu yang menjadiperhatian utama adalah revitalisasi posyandu.

    ix. UNICEF. Di Kabupaten Bulukumba, Unicef

    5Selain kabupaten Bulukumba, proyek ini juga dilangsungkandi kabupaten Barru dan Wajo. Dari wawancara dengan JICAtanggal 6 februari 2012, Kabupaten Bulukumba dipandangpaling agresif dalam mengadaptasi program. Pernyataan inimenguatkan wawancara sebelumnya dengan wakil bupatiBulukumba pada 3 Februari 2012, bahwa kabupaten Wajodan Barru datang ke Bulukumba untuk belajarmenginternalisasi proyek tersebut dalam kebijakan yangpopulis bagi masyarakat.

    memang tidak secara langsung membidaniprogram seperti yang dilakukan di Takalar. Tetapiinspirasi dari Takalar, melalui training-trainingkepada kabupaten tetangga memberi dampakterhadap adaptasi program oleh Kabupaten

    Bulukumba.

    IV. Sistem Evaluasi

    Evaluasi dan monitoring berkaitan denganprogram dilakukan secara formal dan rutin tiaptahun di tingkatan dinas. Dengan indikator dasarsesuai dengan SPM bidang kesehatan, misalnya,cakupan K1 dan K4, menurunnya KIA, danmeningkatnya pertolongan persalinan oleh Nakes.Berbagai capaian terhadap indikator tersebutdilaporkan secara rutin setiap tahun untuk melihat

    dampak program. Desa-desa yangmenyelenggarakan Kelas Ibu Hamil menunjukkankemajuan positif. Sebagai contoh, laporankesehatan di Desa Manjalling menunjukkan angkanol untuk AKI juga terpenuhinya target K1 dan K4.

    Mekanisme evaluasi tidak hanya dilakukanditataran pemerintah dinas kesehatan tapi juga didilakukan oleh CSO. Sebagai salah satu contohevaluasi yang dilakukan oleh Program PrimaKesehatan JICA yang difokuskan padamanajemen kesehatan berbasis masyarakat.Evaluasi yang dilakukan antara lain melihat

    peningkatan pelayanan yang dilakukan olehmasyarakat, dukungan kebijakan dari pemerintahkabupaten, hingga dukungan konkrit daripemerintah desa dalam bentuk pengalokasianADD untuk pengembangan aktivitas kesehatanmasyarakat.

    V. Capaian Substantif: Menurunnya AngkaKematian Ibu dan Bayi

    Dampak positif yang sangat nyata daripenyelenggaraan KIH adalah menurunnya kasuskematian ibu dan bayi. Hal ini terutama dirasakan

    di desa-desa yang telah menerapkan KIH. Adabeberapa faktor yang menjelaskan capaiantersebut. Pertama, melalui KIH para ibu hamiltidak sekedar memperoleh informasi kesehatankehamilan, melainkan juga kesehatan kehamilanmereka terpantau secara intensif. Kedua, semakinmeningkatnya kesadaran ibu hamil untukmengunjungi puskesmas/poskesdes untukmemeriksakan kehamilan. Ibu-ibu yang tadinyasangat minim pengetahuan tentang kehamilan, kinisudah mengetahui cara menangani danmengambil tindakan darurat khususnya pada saatdetik-detik persalinan. Kemampuan mendeteksi

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    8/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 8 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Gbr. 4. Salah satu Rumah ibu hamil dengan tanda biru(resiko sedang) dan stiker perencanaan persalinan.

    saat melahirkan sangat penting dalammenghindari risiko-resiko kelahiran. Ketiga,meningkatnya proses persalinan yang ditolongoleh tenaga kesehatan dengan adanya kemitraandukun dan bidan. Hal tersebut secara simultan

    mengurangi resiko kematian ibu saat persalinan.Capaian-capaian tersebut bisa dilihat darikenaikan kunjungan ante natal ibu hamil (K1 danK4) di Desa Manjelling antara tahun 2009(sebelum adanya KIH) dan tahun 2011 (setelahdiberlakukan KIH). Kenaikan terlihat dari cakupanK4 dari 77,98% menjadi 92,85%. Denganmeningkatnya kunjungan ke empat ibu hamilkepada bidan berarti pemantauan kehamilanberlangsung lebih intensif.

    Tabel 2. Cakupan K1 dan K4 Tahun 2009 dan 2011Desa Manjelling Kec. Ujung Loe

    Indi-kator

    2009(sebelum KIH)

    2011(sesudah KIH)

    % Abs % Abs

    K1 100 58 101 57*

    K4 77,98 45 92,85 52

    PersalinanNakes

    80% 44 100,02 59/58

    *sasaran 56 orang bumilSumber: Poskesdes Desa manjelling 2009 dan 2011 diolah

    Sebelum terselenggara KIH, sebagian besarpersalinan terjadi di rumah, dengan alasan

    kepercayaan, budaya, dan ekonomi. Karena itu,persalinan kebanyakan ditolong oleh dukundengan pengetahuan dan fasilitas yang terbatasdalam mengatasi komplikasi persalinan.Keterbatasan tersebut menyebabkanketerlambatan dalam penanganan persalinan yangbisa memicu kematian saat melahirkan. Bahkan,walaupun ditolong oleh tenaga kesehatan,persalinan di rumah pasien tetap mengandungrisiko karena fasilitasnya jelas tidak memadai.Oleh karena itu, para peserta KIH selaludisarankan untuk melakukan proses persalinan diPoskesdes yang menjadi pusat pelayanan

    persalinan. Lagipula, dengan mengakses pusatpelayanan persalinan, para ibu hamil yang akanmelahirkan tersebut dapat menggunakan haknyauntuk memperoleh jampersal.

    Peningkatan proses persalinan dengan bantuantenaga kesehatan sangat tampak di desa-desayang telah menyelenggarakan KIH, salah satunyaDesa Manjalling. Pada tahun 2009 hanya 44persalinan (80%) yang ditolong oleh tenagakesehatan dari total 55 persalinan. Sedangkanpada tahun 2011, tercatat 59 persalinan (111%)dari total target 58 persalinan yang ditolong oleh

    tenaga kesehatan. Sekaligus pada tahun tersebutDesa Manjelling melakukan sapu bersih persalinan

    aman atau nol untuk jumlah kematian ibu.

    Dampak yang lebih luas secara sistemik terlihatdari meningkatnya kesadaran dan partisipasimasyarakat maupun aparat desa dalammenciptakan gerakan pelayanan kesehatanmasyarakat. Sinergi yang baik antara petugaskesehatan dan pemerintah desa mendorongkeberhasilan gerakan sayang ibu (GSI). Salah satuhasilnya adalah terselenggaranya sistemkepekaan dan kepedulian terhadap persalinanaman melalui pemberian tanda di rumah ibu hamil.Dengan cara tersebut setiap warga sekitar siagadalam memberikan pertolongan kepada ibu hamil.

    Dengan demikian gerakan sayang ibu menjadigerakan seluruh warga masyarakat setempat.

    VI. Institusionalisasi dan Tantangan

    Walaupun kegiatan KIH telah secara nyatamenunjukkan dampak positif, namun dukunganpemerintah dirasakan masih kurang. Berbagaiaktivitas dalam lingkup persalinan aman tidakdipandang sebagai prioritas kegiatan yangmemerlukan dukungan serius dari pemerintah.Lemahnya dukungan dari pemerintah kabupaten

    antara lain tercermin dari tidak adanya kerangkakebijakan yang secara spesifik bertujuanmengembangkan praktik KIH maupunpengalokasian dukungan anggaran.

    Minimnya kepedulian pemerintah secarakelembagaan tampak dari tidak tersedianyainstrumen formal untuk mendorong danmengembangkan kegiatan KIH di desa-desa lain.Dari 126 desa yang ada, hingga 2012 baru 18desa yang menyelenggarakan. Selama inipelaksanaan KIH cenderung mengandalkankomitmen individu tanpa ada upaya pelembagaan

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    9/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 9 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    yang serius. Semestinya KIH dapat menjadiprogram Kabupaten yang dilaksanakan olehseluruh desa dan memperoleh dukungan luas dariberbagai instansi pemerintah.

    Lemahnya dukungan pemerintah juga tampak darisisi dukungan anggaran. Selama ini anggaran bagipenyelenggaraan KIH masih sangat minim karenahanya muncul sebagai salah satu kegiatan dalammata anggaran, bukan program. Untukpembiayaan operasionalnya KIH mengandalkanpada alokasi dana desa (ADD). Bahkan di desaManjelling kepala desa dan para stakeholderdesamenginisiasi tabungan masyarakat untukmendukung keberlanjutan KIH dan sistempendukungnya. Di samping ADD, biayaoperasional KIH juga banyak mengandalkananggaran dari pemerintah pusat, antara lain melalu

    dana dekonsentrasi dan anggaran program-program Kementrian Kesehatan, dana bantuanoperasional kesehatan (BOK) dan jaminanpersalinan (jampersal).

    KIH justru mendapat dukungan kuat dari lembagadonor seperti JICA dan UNICEF. Pihak JICAmelalui Program Prima Kesehatan memberikanbantuan bagi perbaikan sarana fisik maupuntraining terkait dengan pengembangan partisipasi,akuntabilitas dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan. Meskipun tidak memberidampak secara langsung, program-program

    tersebut berpengaruh pada keberhasilan programKIH memperoleh dukungan masyarakat. Halserupa dilakukan oleh UNICEF denganmendiseminasikan gagasan-gagasan terkaitpersalinan aman yang menjadi inspirasi bagipelaksanaan KIH di Bulukumba.

    VII. Poin PembelajaranDari pengembangan Kelas Ibu Hamil diBulukumba terdapat beberapa poin pelajaran yangdapat kita petik, antara lain:

    1. Pentingnya adaptasi dan kontekstualisasi.Inisiatif KIH di Bulukumba merupakan salahsatu contoh replikasi dan adaptasi yang cukupberhasil. Berawal dari diseminasi gagasangood practice melalui forum pelatihan, aktorstrategis di Bulukumba berhasilmengembangkan praktik serupa yakni KIH danKemitraan bidan-dukun yang suksesdiselenggarakan di kabupaten tetangganya,Takalar. Penyelenggaraan KIA di Bukukumbabahkan lebih komprehensif dan inovatif, tidakhanya mencakup pemberian pelatihan,melainkan juga pemeriksaan kehamilan dan

    pendampingan proses persalinan. Seluruhgagasan tersebut sebenarnya merupakanadaptasi dari program lain seperti gerakansayang ibu, desa siaga, dan kemitraan bidan-dukun yang telah ada dan sukses

    dilaksanakan di beberapa daerah lain. Pentingpula untuk dicatat mengenai penggunaanistilah lokal sehingga dapat lebih mudahdipahami masyarakat. Sebagai contoh salahsatu istilah lokal yang dikembangkan dalamkonteks persalinan aman adalah BarugaSalewangan yang secara harfiah berartirumah keselamatan.

    2. Pentingnya partisipasi stakeholder.Penyelenggaraan KIA di Bulukumba berhasilmenyentuh kesadaran dan kepedulianmasyarakat setempat sehingga

    pelaksanaannya dapat terus berlanjut ditengah keterbatasan dukungan pemerintah.Bahkan bisa dikatakan, penyelenggaraan KIHadalah praktik pengembangan kesehatan yangberbasis masyarakat. Masyarakat tidak hanyamenjadi obyek program melainkan menjadipelak, penggerak, bahkan penyandang dana.Di beberapa desa, selain mengandalkan padaADD dan skema anggaran lain,penyelenggaraan KIH juga terbantu oleh iuransukarela warga. Voluntarisme warga dalam halini menjadi elemen penting yang mendukungkeberlanjutan program.

    3. Pentingnya peran kelompok pendukung(Champion). Penyelenggaraan KIH berhasilberkat peran aktif kelompok-kelompokpendukung. Jika dibandingkan dengan Takalar,perbedaan yang mencolok dari KIH adalahketerlibatan intensif dari Tim Penggerak PKK,KPKIA, pemerintah desa dan bidan.

    4. Pentingnya peningkatan kesadaran(awareness raising). Salah satu kuncikeberhasilan KIH adalah adanya elemenpenyadaran dan pemberdayaan. KIH tidak

    sekedar memberikan fasilitasi dan konselingnamun juga menumbuhkan kesadaran tentangkebutuhan untuk sehat serta hak-hak wargadalam memperoleh layanan kesehatan.Meningkatnya kesadaran dan kepeduliankelompok sasaran maupun warga padaumumnya akan mendorong tercapainya tujuanprogram secara berkelanjutan.

    VIII. Peluang Replikasi

    Peluang replikasi KIH sangat mungkin, secarateknis kebutuhan dasarnya adalah Poskesdes dan

  • 7/31/2019 Kelas Ibu Hamil_Bulukumba

    10/10

    Memantau Kehamilan melalui KIHdi Kabupaten Bulukumba 10 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    bidan desa. Kelompok pendukung PKK danstakeholder desa memiliki peran yang tidak kalahpenting sebagai penjaga kesinambungan program.

    Pilihan terhadap penguatan kelompok pendukung

    menjadi niscaya. Replikasi akan lebih mudah jikamelibatkan Dinas Kesehatan khususnya bidangkesmas, TP PKK, Pemerintahan desa dan parabidan. Empat aktor tersebut menjadi motor yangmenggerakkan KIH.

    Kasus di Bulukumba, beberapa petugas dinaskesehatan bidang kesehatan masyarakat danstakeholder desa terkait mendapatkan pelatihanintensif mengenai pemberdayaan kesehatankomunitas. Kemitraan dengan CSO menemukanrelevansinya, terutama mengenai penyadaranpelayanan. Hal tersebut bisa mendorong supply

    dari pihak manajemen pemberi layanan atau dinaskesehatan. Lembaga donor dalam proses inisangat penting peranannya dalam mendorongterciptanya kondusivitas pengembangan program(enabling environtment).

    Tantangan yang paling berat dari KIH adalahmemastikan bahwa kegiatan tersebut berlangsungsimultan. Untuk itu, agar program iniberkesinambungan dibutuhkan partisipasi dariberbagai pihak terutama pemerintah danmasyarakat. Walaupun dari sisi biaya, KIH sangatmungkin untuk direplikasi namun bukan berarti

    tanpa tantangan. Dalam kasus KIH di Bulukumba,tantangan penyelenggaraan KIH adalah

    bagaimana menjadikan isu persalinan amansebagai prioritas daerah sehingga akanmemperoleh perhatian dan dukungan yang lebihnyata dari pemerintah.

    Daftar PustakaIndeks pembangunan Manusia Sulawesi Selatan,2010. BPS

    Laporan Pertanggungjawaban Bidang KesehatanMasyarakat, 2010-2011, Dinas KesehatanBulukumba.

    Laporan Poskesdes Desa Manjelling, 2010-2011.Poskesdes Desa Manjelling.

    Daftar Narasumber

    1. Wakil Bupati Kabupaten Bulukumba2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

    Bulukumba3. Kabid Kesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten

    Bulukumba4. Penasehat TP PKK/ Ketua Forum Kabupaten

    Sehat, Kab. Bulukumba5. Kepala Desa Manjelling6. Bidan Desa7. Bidan Koordinator8. TP PKK Desa Menjelling9. JICA melalui fasilitator Mitra Kesehatan10. Staf Unicef di Kabupaten Bulukumba