kel.16 wakaf

21
WAKAF Disusun Oleh: Kelompok XIV/Ekis-A/VI Suryadi (081400148) Siti Khuzaimah (081400149) A. PENDAHULUAN Ketika berbicara mengenai akuntansi sebenarnya bukan hal yang amat baru. Bahkan dalam sebuah literatur dikatakan bahwa sistem pencatatan telah lebih dahulu dikenal pada masa kerajaan Babilonia (4500 SM). 1 Pada awal perkembangannya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memliki kebenaran absolut. 2 Pendapat ini dikuatkan dengan melihat figure pengembang-pengembang awalnya yaitu Musa Al-Khawarizmy dan Luca Paciolli yang merupakan ahli di bidang matematika. Membahas lebih dalam mengenai perkembangan akuntansi terutama akuntansi syariah di Indonesia memang masih merupakan hal yang masih cukup baru. Di mana dalam perkembangannya masih banyak dibutuhkan perbaikan dimana- mana. Masih cukup sulit untuk menerima pemahaman bahwa akuntansi syariah dan akuntansi konvensional adalah dua hal yang sangat jauh berbeda. Selain sistem pencatatan (kas basis) dan pencatatan yang disesuaikan dengan akad ada hal yang sebenarnya sangat lebih mendasar antara 1 Siti Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, hal 51. 2 Siti Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, hal 50.

Upload: mulyanah

Post on 28-May-2015

2.660 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kel.16 wakaf

WAKAF

Disusun Oleh: Kelompok XIV/Ekis-A/VI

Suryadi (081400148)

Siti Khuzaimah (081400149)

A. PENDAHULUAN

Ketika berbicara mengenai akuntansi sebenarnya bukan hal yang amat baru. Bahkan dalam

sebuah literatur dikatakan bahwa sistem pencatatan telah lebih dahulu dikenal pada masa

kerajaan Babilonia (4500 SM).1 Pada awal perkembangannya akuntansi merupakan bagian

dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum

alam dan perhitungan yang bersifat memliki kebenaran absolut.2 Pendapat ini dikuatkan

dengan melihat figure pengembang-pengembang awalnya yaitu Musa Al-Khawarizmy dan

Luca Paciolli yang merupakan ahli di bidang matematika.

Membahas lebih dalam mengenai perkembangan akuntansi terutama akuntansi syariah di

Indonesia memang masih merupakan hal yang masih cukup baru. Di mana dalam

perkembangannya masih banyak dibutuhkan perbaikan dimana-mana. Masih cukup sulit untuk

menerima pemahaman bahwa akuntansi syariah dan akuntansi konvensional adalah dua hal

yang sangat jauh berbeda. Selain sistem pencatatan (kas basis) dan pencatatan yang

disesuaikan dengan akad ada hal yang sebenarnya sangat lebih mendasar antara akuntansi

syariah dan akuntansi konvensional yaitu berpadunya unsur akidah, syariah dan akhlak.

Dalam pembahasan makalah kali ini yang akan menjadi bahsan utama akuntansi syariah

adalah transaksi yang menggunakan akad wakaf dan pola mencatatanya yang akan terbagi

dalam beberapa sub pembahasan.

B. PEMBAHASAN

B.I. Definisi Wakaf

1 Siti Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, hal 51. 2 Siti Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, hal 50.

Page 2: Kel.16 wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa Arab اوقاف, وقف adalah perbuatan yang dilakukan wakif

(pihak yang melakukan wakaf) untuk menyerahkan sebagian atau untuk keseluruhan harta

benda yang dimilikinya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat untuk

selama-lamanya.3

Asal kata waqafa berarti menahan atau berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri. Kata

al-waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian, yaitu: menahan, menahan

harta untuk diwakafkan. Secara syariah, wakaf berarti menahan harta dan memberikan

manfaatnya di jalan Allah.4

Di kalangan ulama fikih terdapat perbedaan pendapat mengenai terminologi wakaf. Hanafi

berpendapat bahwa wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik

wakif dan diperbolehkan mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Maliki lebih cenderung

menahan benda milik pewakaf dari penggunaan secara kepemilikan akan tetapi

memperbolahkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan. Sementara Syafi’i dan Hambal

berpendapat bahwa wakaf adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan di segala

bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai bentuk taqarrub

kepada Allah SWT.

Sementara dalam pelaksanaan wakaf di Indonesia telah di atur dalam UU No. 41/2004 yang

menyatakan wakaf merupakan perbuatan hukum pewakaf untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan

umum menurut syariah. Sehingga dengan demikian wakaf merupakan suatu bentuk

philantrophy yang mirip dengan jenis philntrophy lainnya dalam Islam baik itu infak/shadaqah

maupun hibah.5

B.II. Sumber Hukum

Al-Quran

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di

jalan Allah6 adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap

bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah

Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-Baqarah:261)

3 http//www.id.wikipedia.org.4 Siti Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, hal.3205 Siti Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, hal.3216 Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. (http//www.alquran-digital.com)

Page 3: Kel.16 wakaf

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu

menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka

sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Qs. Ali-Imran:92)

... Dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (Qs. Al-Hajj:77)

Assunnah

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, ia berkata Ummar bin Khattab r.a berkata kepada Nabi SAW,

saya mempunyai seratus saham (tanah,kebun) di Khaibar belum pernah saya mendapatkan

harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu, saya bermaksud menyedekahkannya Nabi

SAW, berkata: “Tahanlah pokoknya dan sedekahkan buahnya pada sabilillah.” (HR. Annasa’i)

Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “apabila anak Adam

meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang

bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)

B.III. Obyek Wakaf

Obyek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak bergerak

yang dimiliki secara utuh dan dimiliki secara sah oleh pihak yang akan melakukan wakaf

(wakif). Obyek wakaf benda tidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas rumah,

atau hak milik atas rumah susun. Sementara untuk obyek wakaf benda bergerak dapat dengan

bentuk uang.7 Maka dengan demikian seiring perkembangannya muncul istilah wakaf produktif

dan wakaf non produktif.

B.IV. Jenis-Jenis Wakaf

Berdasarkan Peruntukan

1. Wakaf Ahli

Wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan

keluarga dan lingkungan kerabat sendiri.

2. Wakaf Khairi

Wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama atau kemasyarakatan.

Berdasarkan Jenis Harta

1. Benda Tidak Bergerak, yang kemudian dapat dibagi ladi menjadi:

a. Hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundangan terdiri atas:

1. Hak milik atas tanah;

2. Hak atas tanah bersama;8

7 http//www.id.wikipedia.org.8 Hak dari suatu rumah susun sesuai dengan ketentuan perundand-undangan.

Page 4: Kel.16 wakaf

3. Hak guna bangunan.9

b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah

c. Tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah

d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan

e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan peraturan

perundang-undangan

2. Benda Bergerak Selain Uang

3. Benda Bergerak Berupa Uang10

Berdasarkan Waktu

1. Muabbad

Wakaf yang diberikan untuk selama-lamanya.

2. Mu’aqqot

Wakaf yang diberikan dalam jangka waktu tertentu

Berdasarkan Penggunaan Harta yang Diwakafkan

1. Mubasyir

Harta wakaf yang menghasilkan pelayanan masyarakat dan bisa digunakan secara

langsung.

2. Istitsmary

Harta wakaf yang ditunjukan untuk penanaman modal dalam produksi barang-barang dan

pelayanan yang dibolehkan syara’ dalam bentuk apapun kemudian hasilnya diwakafkan

sesuai keinginan pewakaf.

B.V. Syarat Wakaf

Syarat wakaf yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah:

1. Seorang wakif telah dewasa;

2. Berakal sehat;

3. Tidak berhalangan membuat perbuatan hukum;

4. Pemilik utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan.

Akad wakaf yang diikrarkan seorang wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan pejabat

pembuat akta wakaf. Ikrar akad wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif untuk

menyerahkan harta benda yang dimiliki secara sah untuk diurus oleh nadzir (orang yang

mengurus harta wakaf) demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.

9 Hak pakai yang berada di atas tanah Negara hak guna bangunan atau hak pakai yang berada di atas tanah hak pengelolaan atau hak milik pribadi yang harus mendapat izin tertulis dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik.10 Merupakan inovasi dalam keuangan publik Islam karena jarang ditemukan dalam fikih klasik.

Page 5: Kel.16 wakaf

B.VI. Perkemngan Wakaf di Indonesia.

Menurut perkembangannya wakaf terbagi dalam tiga11 yaitu:

Wakaf Uang

Para ulama berijtihad mengklasifikasi dan merinci jenis-jenis benda mana yang dapat

diwakafkan dan yang tidak dapat diwakafkan. Imam Muhyiddin al-Nawawi

mensyaratkan agar benda wakaf itu mempunyai daya tahan agar manfaat dan

keuntungan dari benda wakaf itu tetap terjaga. Menurutnya, benda wakaf itu tidak

dapat berupa sesuatu yang dapat dimakan dan tidak pula dalam bentuk minyak

wangi. Ia membolehkan mewakafkan binatang ternak dan benda-benda bergerak

lainnya. Abu Ishaq al-Syirazi, dalam rangka menafsirkan potongan Hadits

mengatakan bolehnya mewakafkan setiap sesuatu yang dapat diambil manfaatnya

secara terus menerus. Senada dengan Muhyiddin al-Nawawi dan Abu Ishaq al-

Syirazi, Sayyid Sabiq, seorang ulama kontemporer, mengatakan bahwa tidak sah

mewakafkan benda yang berpotensi rusak dan musnah atau menjadi hilang jika

dimanfaatkan semisal uang, parfum, makanan, minuman dan juga tidak sah

mewakafkan benda-benda yang cepat rusak seperti yang terbuat dari parfum dan

wewangian.

Maka, nyatalah klasifikasi dan rincian jenis benda-benda mana yang dapat

diwakafkan dan yang tidak dapat diwakafkan di atas terkait erat dengan prinsip

langgengnya manfaat (dawam al-intifa’). Dengan kemajuan teknologi barangkali

benda yang dulu dianggap tidak ada manfaatnya akan menjadi sebaliknya dan itu

berarti dapat diwakafkan. Dan bisa jadi, dengan kemajuan teknologi, benda yang dulu

tidak tahan lama akan menjadi tahan lama dan itu berarti dapat diwakafkan.

Barangkali dulu orang menganggap bahwa uang menjadi tidak ada lagi jika

ditukarkan (dibelikan) karena uang dipandang sebagai alat tukar belaka. Berbeda

halnya dengan kondisi kini dimana uang dapat dijadikan komoditi dagang yang

menguntungkan, uang dapat didepositokan yang setiap jangka waktu tertentu dapat

diambil keuntungannya, dan uang dapat diinvestasikan dalam bentuk saham-saham

perusahaan yang dalam periode tertentu dapat menerima keuntungan.

Wakaf Surat Berharga (Saham)

Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan.

Saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian

perusahaaan. Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang 11 http//www.wakafcenter.com

Page 6: Kel.16 wakaf

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun

porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)

tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga.

Investasi finansial dalam ketentuan syariah Islam harus berkaitan langsung dengan

sektor riel atau dalam istilah investasi disebut mempunyai underlying transaction.

Investasi ini dapat dilakukan dalam bentuk penerbitan surat berharga yaitu saham

dan obligasi.

Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang

mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return

yang akan diterima oleh investor di masa datang. Hal ini sejalan dengan definisi

investasi menurut Sharpe bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah

yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan.

Di atas telah dijelaskan hal ihwal pelarangan dan kebolehan mewakafkan uang,

dalam hal ini terkait masalah mewakafkan saham bisa dianalogikan dengan wakaf

uang karena pada dasarnya dalam sistem perekonomian masa lalu tidak keterangan

yang menunjukkan wakaf saham. Perlu dicatat pula bahwa Prinsip dasar transaksi

menurut syariah dalam investasi keuangan yaitu:

(1) Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari

setiap transaksi yang dzalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan

dilakukan bagi hasil;

(2) Setiap transaksi harus transparan tidak menimbulkan kerugian atau unsur

penipuan disalah satu pihak, baik secara sengaja maupun tidak sengaja (gharar).

Diharamkan praktek insider trading, cornering, netting dan short selling;

(3) Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan risiko

yang besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko (maysir)

(4) Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia

menanggung risiko

(5) Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak mengandung

unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga lestarinya

lingkungan hidup.

Saham sebagai barang yang bergerak juga dipandang mampu menstimulus

hasil−hasil yang dapat didedikasikan untuk kepentingan umat kebanyakan. Bahkan,

Page 7: Kel.16 wakaf

dengan modal yang besar, saham malah justru akan memberi konstribusi yang cukup

besar di banding jenis komoditas perdagangan yang lain. Hukum mewakafkan uang

tunai merupakan permasalah yang diperdebatkan di kalangan ulama fikih. Hal ini

disebabkan karena cara yang lazim dipakai oleh masyarakat dalam mengembangkan

harta wakaf, seperti tanah, gedung, rumah dan semacamnya.

Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah sebagai

berikut:

(1) Preffered Stock (saham instimewa). Saham jenis ini diharamkan oleh ketentuan

syariah karena terdapat dua karakteristik utama, yaitu adanya keuntungan tetap (pre-

determinant revenue). Hal ini menurut kalangan ulama dikategorikan sebagai riba.

Karakteristik lainya adalah pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa

terutama pada saat likuidasi. Hal ini mengandung unsur ketidakadilan.

(2) Forward Contract. Forward contract diharamkan karena segala bentuk jual beli

utang (dayn bi dayn) tidak sesuai dengan syariah. Bentuk kontrak forward ini dilarang

dalam Islam karena dianggap jual beli utang/piutang terdapat unsur-unsur ribawi,

sedangkan terjadinya transaksi jual beli dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.

(3) Option. Option merupakan hak, yaitu untuk membeli dan menjual barang yang

tidak disertai dengan underlying asset atau real asset. Transaksi option ini bersifat

exist dan dinilai oleh kalangan ulama bahwa kontrak option ini termasuk future

mengandung unsur gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi). Kecuali jika

transaksi option atau hak tersebut merupakan representasi dari nilai intangible asset

tersebut, maka dianggap sebagai nilai real asset dan dapat dibenarkan menurut

syariah. Misalnya, pentium intel yang merupakan intangible asset karena merupakan

Hak Atas Karya Intelektual (HAKI) yang melekat pada produk komputer yang

memanfaatkan teknologi tersebut, maka transaksi ini halal jika jual beli dilakukan juga

pada aktiva berwujudnya. Jadi instrumen investasi syariah tersebut bebas dari jenis

riba apapun, baik riba nashiah yaitu pinjam meminjam uang maupun riba fadl, yaitu

riba dalam perdagangan, gharar (penipuan) dan maysir (judi).

Wakaf Manfaat

Pada dekade akhir-akhir ini hak harta dan manfaat semakin meluas dan itu

merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam harta yang bisa diwakafkan.

Mungkin hal inilah yang disinyalir oleh Rasulullah SAW dalam hadits به ينتفع علم أو

yang memberikan isyarat –walaupun jauh- tentang adanya hak adabi.

Page 8: Kel.16 wakaf

Untuk memahami manfaat kontekstual wakaf dapat dilihat dari sistem

pengelolaannya, apakah secara tradisional atau modern. Kalau pengelolaan

tradisional hanya menempatkan kekekalan benda berada pada posisi teratas dengan

mengesampingkan sistem pengelolaan. Sedangkan pengelolaan modern lebih

mengedepankan pada aspek kemanfaatan benda melalui pengelolaan produktif

dengan tetap menjaga eksistensi bendanya tetap ada dan tidak berkurang.

Substansi perintah Nabi adalah menekankan pentingnya menahan eksistensi benda

wakaf dengan cara mengelola secara profesional, sementara hasilnya untuk

kepentingan kebajikan umum. Pemahaman yang paling mudah untuk dicerna dari

maksud Nabi adalah bahwa substansi ajaran wakaf itu tidak semata-mata terletak

pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tapi yang jauh lebih penting adalah nilai

manfaat dari benda tersebut.

Kalau konsisten memegangi maksud hadits Nabi di atas, maka harusnya tidak ada

benda-benda wakaf yang terbengkelai. Problemnya adalah karena ada sebagian

ulama yang bersiteguh memahami wakaf lebih kepada keutuhan benda-benda wakaf,

meskipun telah rusak atau tidak memberi manfaat sedikitpun untuk masyarakat

banyak.

Oleh karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa benda-benda wakaf tidak boleh

“diutak-atik” tanpa sentuhan pengelolaan dan pengembangan yang lebih bermanfaat

harus kita mulai tinggalkan. Hal ini kita lakukan agar dapat menciptakan sebuah

kondisi dimana segala sesuatu akan bisa memberikan nilai manfaat (ekonomi)

apabila dikelola secara baik. Sejarah berdirinya masjid Nabawi di masa Rasulullah

yang dulunya hanya terbuat dari pelepah kurma dan sekarang sudah dirombak

sedemikian rupa hingga menjadi salah satu masjid termegah dan termewah di dunia

dengan segala fasilitas modern lainnya merupakan gambaran betapa pentingnya

pengembangan potensi (kekayaan) umat Islam untuk kemanfaatan yang lebih besar.

Terdapat tiga makna kontekstual bahwa benda wakaf akan mendapatkan nilai pahala

yang terus mengalir karena kemanfaatannya, yaitu:

1. Benda tersebut dapat dimanfaatkan (digunakan) oleh orang banyak. Ketika

seseorang mewakafkan tanah atau bangunan untuk mendirikan sekolah misalnya,

maka masyarakat umum akan bisa memetik kemanfaatan yang begitu besar

terhadap kehadiran sekolah itu. Terlebih jika biaya sekolah itu sangat murah atau

gratis setelah disubsidi dari dana pengelolaan wakaf, maka masyarakat sekitar

sangat terbantu dalam menyekolahkan anak-anaknya. Itu baru satu contoh kecil,

masih banyak contoh-contoh lain dari benda wakaf yang memberikan manfaat lebih

Page 9: Kel.16 wakaf

banyak lagi terhadap kepentingan kebajikan. Dengan kehadiran benda wakaf yang

memiliki nilai guna sangat tinggi itu, maka paradigma baru wakaf harusnya didasari

oleh aspek tersebut, sehingga jika ada benda wakaf yang hanya memberikan

kemanfaatan kecil atau tidak sama sekali, sudah selayaknya benda tersebut

diberdayakan secara produktif dalam rangka meningkatkan fungsi yang berdimensi

ibadah dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana maksud wakifnya.

2. Manfaat immaterial benda wakaf melebihi manfaat materialnya. Atau bisa

disederhanakan dengan bahwa nilai ekstrinsik benda wakaf melebihi nilai intrinsiknya.

Karena titik tekan wakaf itu sendiri sejatinya lebih mementingkan fungsi untuk orang

lain dari pada benda itu sendiri. Sehingga dengan demikian, orang yang mewakafkan

tanah untuk mendirikan bangunan fasilitas ibadah, misalnya, harusnya bisa pula

dimaknai secara lebih luas tentang ibadah sendiri itu apa, sehingga tidak hanya

terfokus pada pendirian bangunan masjid semata. Sebagai contoh, tanah wakaf yang

berada dalam lokasi yang sangat strategis tidak cukup hanya di bangun sebuah

masjid atau musholla yang fungsinya hanya untuk sholat, tapi harusnya bisa

dibangun dengan mempertimbangkan letak tanah tersebut. Paradigmanya, masjid

tetap didirikan di atas tanah tersebut bersamaan dengan tempat-tempat usaha yang

bisa menguntungkan dengan desain yang memungkinkan sesuai Syari’ah. Sehingga

dengan demikian, nilai tanah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai

immaterialnya, yaitu bisa untuk ibadah (ritual formal seperti shalat), pusat koordinasi

dakwah, pusat perniagaan Islami, pusat santuan kaum lemah, pusat koordinasi

pemberdayaan ekonomi lemah dan sebagainya.

3. Harta benda wakaf itu bukan berupa benda yang dapat menimbulkan bahaya

(madharat) bagi orang lain (mauquf ‘alaih) dan juga wakif sendiri. Jadi tidak

dinamakan wakaf jika ada seseorang yang menyerahkan sebagian hartanya untuk

dibuat tempat perjudian, misalnya. Atau bisa jadi bukan tempat yang haram, namun

bisa juga yang mengarah kepada kemaksiatan, seperti menyumbangkan tanah untuk

dibangun tempat bilyard. Secara substansi hukumnya tempat bilyard tidak haram

selama untuk sarana olah raga atau hiburan yang benar. Namun, kecenderungan

saat ini tempat-tempat bilyard cenderung digunakan untuk arena perjudian (taruhan)

atau tempat bercampurnya kaum laki-laki kepada kaum perempuan non muhrim.

Oleh karena itu, benda wakaf harus yang memberikan manfaat bukan mendatangkan

bahaya.

Paradigma yang melekat pada masyarakat mengenai wakaf perlu direinterpretasi

karena pada dasarnya hukum Islam mengalami perkembangan sejalan dengan

kondisi sosial-ekonomi ataupun politik pada waktu tertentu, Para ulama’ terdahulu

telah memberikan klasifikasi terhadap persyaratan pada mauquf bih bahwa harus

Page 10: Kel.16 wakaf

dawam al intifa’. Di samping itu terdapat persyaratan pula bahwa mengenai benda

mauquf bih haruslah benda tak bergerak, namun dari penjelasan di atas berdasarkan

kerangka teoritik bahwa kita akan mendapatkan adanya kongklusi mengenai wakaf

yang lebih menitikberatkan pada nilai guna benda yang diwakafkan, karena tidak

terdapat dalil yang secara eksplisit menjelaskan mengenai wakaf uang ataupun

saham. Dengan pengelolaan dan menejemen perwakafan yang lebih modern akan

didapatkan suatu perbedaan mendasar wakaf sebagai hal yang tidak dapat di’utak-

atik’ atau wakaf sesuai dengan tujuan Rosulullah yakni memberikan manfaat pada

masyarakat yang membutuhkan, hari ini telah berkembang berbagai macam sistem

perwakafan uang, disamping itu telah dijelaskan pula dengan kebangkitan sistem

ekonomi yang berasaskan Syariah maka dari sini ditepis keraguan mengenai

perwakafan yang berupa surat berharga atau dikenal dengan saham.

Sejalan dengan keterangan di atas berkembang pula perwakafan mengenai manfaat

suatu benda yang mungkin saja tidak tergolong pada benda tidak bergerak ataupun

benda bergerak, dan yang akhir-akhir ini telah ada, wakaf hak milik ma’nawi seperti

hak cipta mengarang, hak nama atau merk dalam perdagangan, Wakaf pelayanan,

seperti pelayanan pengangkutan mushhaf ke masjid, Dan jasa Pendidikan ataupun

Pelatihan-pelatihan tertentu, yang mana semua itu telah menekankan pada

kemanfaatan sesuai tujuan syariah. Maka, sudah saatnya pemahaman manfaat

kontekstual wakaf yang lebih menekankan pentingnya aspek pengembangan manfaat

menjadi semacam “gizi” baru untuk memberdayakan benda-benda wakaf secara

produktif .

B.VII. Akuntansi Lembaga Wakaf

Karena lembaga wakaf merupakan lembaga yang dibentuk atau didirikan untuk mengelola

sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf dan hingga saat ini belum ada PSAK yang mengatur

tentang akuntansi lembaga wakaf. Maka dengan demikian untuk saat ini sistem akuntansi di

Lembaga Wakaf masih dilakukan pencatatan secara umum. Hal ini diperbolehkan selama

tidak melanggar ketentuan syariah.

Page 11: Kel.16 wakaf

C. PENUTUP

Analisis dan Kesimpulan

Meski memang belakangan ini di Indonesia mulai dikembangkn wakaf tunai dalam bentuk

wakaf uang dan surat berharga dan secara pengelolaan lebih bersifat produktif dengan adanya

jenis produk wakaf properti yang mulai dikembangkan oleh Tabungan Wakaf Indonesia.

Namun, perkembangan pencatatan akuntansi syariah untuk Lembaga Wakaf di Indonesia

memang masih belum tercantum dalam PSAK.

Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh perkembangan Lembaga Wakaf itu sendiri terutama di

Indonesia yang memang pencitraan wakaf lebih pada harta-harta yang non produktif sehingga

perkembangannya cukup lamban terutama mengenai sistem pencatatan transaksinya.

Page 12: Kel.16 wakaf

Daftar Pustaka

http//www.id.wikipedia.org

Wasilah dan Nurhayati, Siti. Akuntansi Sariah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

http//www.tabungwakaf.com

http//www.wakafcenter.com

Page 13: Kel.16 wakaf