kekurangan energi protein (kep)

20
PATOLOGI DASAR MALNUTRISI “KEP – KWASHIORKOR” Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Patologi Dasar yang dibimbing oleh Ir. Rr. Endang Stjiati M.Kes OLEH : ALDINA AYU ANGGRAINI (1003000001) CICIK ANISA P. (1003000004) EKA NURVITA SANI (1003000009) HAMDIA RIMAYANTI (1003000013) KHRISTYAN ADI WICAKSONO (1003000017) MARIETA MUTIARA SEMERU (1003000021) NISA HILMI ULINNUHA (1003000025) SITI MUJAHADAH (1003000030) TITIS DWI LARASATI (1003000034) YUNI LISA RUKMANA (1003000039) AMANDA NURQISTHY (1003000043) ANISA’ SETIA PUTRI (1003000048) AYU CHANDRA HERMAWATI (1003000052) KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III MALANG DESEMBER 2011

Upload: dhienha-dhienhud

Post on 21-Jul-2015

1.173 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PATOLOGI DASAR

TRANSCRIPT

PATOLOGI DASARMALNUTRISI KEP KWASHIORKOR Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Patologi Dasar yang dibimbing oleh Ir. Rr. Endang Stjiati M.Kes

OLEH : ALDINA AYU ANGGRAINI CICIK ANISA P. EKA NURVITA SANI HAMDIA RIMAYANTI KHRISTYAN ADI WICAKSONO MARIETA MUTIARA SEMERU NISA HILMI ULINNUHA SITI MUJAHADAH TITIS DWI LARASATI YUNI LISA RUKMANA AMANDA NURQISTHY ANISA SETIA PUTRI AYU CHANDRA HERMAWATI (1003000001) (1003000004) (1003000009) (1003000013) (1003000017) (1003000021) (1003000025) (1003000030) (1003000034) (1003000039) (1003000043) (1003000048) (1003000052)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III MALANG DESEMBER 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Patologi Dasar. Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih kepada Ir. Rr. Endang Stjiati M.Kes. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Malang, Desember 2011

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keadaan gizi merupakan salah satu ukuran penting dari kualitas sumber daya manusia. Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi dan ini dapat menyebabkan ganggguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa. Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang seperti di Indonesia, kejadian ini terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita). KEP itu sendiri terdiri dari KEP ringan, sedang dan berat. KEP berat adalah yang paling sering ditemukan terutama marasmus, kemudian kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.

1.2

Rumusan Masalah

1. Apa itu Kwashiorkor? 2. Siapa dan dimana saja daerah yang bisa terkena Kwashiorkor? 3. Mengapa seseorang bisa terkena Kwashiorkor? 4. Kapan seseorang dikatakan terkena Kwashiorkor?

5. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan Kwashiorkor ?

1.3

Tujuan Tujuan Umum Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa tentang Kwashiorkor. Tujuan Khusus Mahasiswa mengetahui apa itu Kwashiorkor. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis Kwashiorkor dan karakteristiknya. Mahasiswa mengetahui sebab-sebab dan gejala Kwashiorkor. Mahasiswa Kwashiorkor. mengetahui cara-cara mencegah dan penanganan

BAB II PEMBAHASAN

Gizi berperan dalam berbagai kurun usia dalam daur kehidupan. Peranan ini meliputi dalam pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja serta daya tahan terhadap infeksi. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Penilaian status gizi, menggunakan ABCD/ Anthropometric Biokimia Clinical sign Dietary history. (Moehji 2003, Anonim 2005, Trisa 2004). Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang seperti di Indonesia, kejadian ini terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita). KEP itu sendiri terdiri dari KEP ringan, sedang dan berat. KEP berat adalah yang paling sering ditemukan terutama marasmus, kemudian kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor. Diagnosis KEP berat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Oleh karena itu, penulis akan membahas cara penegakkan diagnosis jenis-jenis KEP berat yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmik kwashiorkor

2.1 Definisi Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan suatu bentuk malnutrisi energi protein yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang berat, masukan kalori mungkin adekuat tetapi biasanya juga defisiensi. (Dorland 2002, Van Voorhees 2006,

Wikipedia 2008). Asal kata Kwashiorkor berasal dari bahasa afrika yang berarti kurangnya kasih saying. Gejala klinisnya terdiri dari adanya edema, wajah mebulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), pembesaran hati, hipotrofi otot, crazy pavement dermatosis dan sering disertai dengan infeksi, anemia dan diare. (Mansjoer 2002, Wikipedia, 2008, Van Vorhees 2008). Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita kwashiorkor terjadi katabolisme yang tinggi yang sangat berlebihan karena untuk proses glukoneogenesis tinggi untuk dapat dipenuhi jumlah kalori dalam tubuh.2.2 Siapa Yang Beresiko Kwashiorkor

Kasus malnutrisi pada klasifikasi undernutrition umumnya menimpa balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar. Menurut UNICEF saat ini ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Gizi buruk akut atau busung lapar menurut Sensus WHO menunjukkan 49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak dibawah lima tahun di negara berkembang. Dari kondisi tubuh balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan di bawah rata-rata, atau BB/U < 60% berada di bawah median, kondisi ini menjelaskan bahwa balita tersebut termasuk dalam KEP berat yang di dalamnya termasuk kwashiorkor dan marasmus. Di bawah ini gambar wilayah resikp KEP pada tahun 2003.

Keterangan: < 20 % (Rendah dan Sedang) 88 Kab 20 29 % (Tinggi) 122 Kab

30 - 40 % (Sangat Tinggi) 75 Kab > 40 % (Sangat Tinggi) 35 Kab

2.3 Penyebab Kwashiorkor

Secara umum mekanisme terjadinya kwashiorkor adalah sama dengan patofisiologis terjadinya KEP, patofisiologisnya adalah sebagai berikut:

1.

Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak Penyebab pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir.

2.

Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat one dimensional, yakni masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan secukupnya saja, artinya hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demi meraup keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya alternatif yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhan sehari-hari.

3.

Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih berhubungan dengan persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintah masih vertikal bukan saja menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga membuka akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya, menciptakan godaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan pendampingan agar mereka memahami hak-hak individu dan hak-hak sosial mereka sebagai warga negara.

2.4 Penentuan atau Penegakan Diagnosis pada Kwashiorkor

Status gizi seseorang khususnya pada masa anak-anak sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang akan berdampak pada masa depannya. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah diperlukan guna untuk mengetahui apabila adanya kasus kwashiorkor atau KEP berat sehingga dapat ditangani sedini mungkin dan tidak berlanjut dan berdampak buruk di kemudian harinya. Kekurangan gizi khususnya KEP sangat berhubungan erat dengan intake makanan terutama karbohidrat dan protein dalam pola diet anak. Pertumbuhan anak pada usia balita sebenarnya dapat dipantau melalui grafik berat badan yang ada di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Jika gerak grafik berat badan ada pada pita warna kuning, anak tersebut masuk kategori KEP ringan, dan jika ada di bawah garis merah disebut KEP sedang. Di dalam KMS tidak terdapat garis pemisah KEP berat dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat digunakan tabel BB/U (Berat Badan/ Umur) baku median WHO-NCHS. Dalam menetapkan derajat KEP yang termudah adalah dengan melihat pada gejala klinisnya sebab pada kasus marasmus, kwashiorkor dan marasmik kwashiorkor akan menunjukkan gejala-gejala khas terlihat jelas.

Gambaran klinis dari kurang energi protein (KEP) berat tipe kwashiorkor adalah sebagai berikut :1. Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum

pedis). 2. Wajah membulat dan sembab. 3. Pandangan mata sayu. 4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok.5. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis. 6. Sering disertai: infeksi, anemia, diare dan pembesaran hati.

7. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkupas (crazy pavement dermatosis). Adapun salah satu cara menentukannya adalah dengan cara The Wellcome Trust Party (1970), yaitu bila persentase berat badan terhadap standar berat badan/umur adalah 80-60% tanpa disertai edema, berarti anak menderita undernutrition sedangkan jika disertai dengan edema, maka anak dikatakan menderita kwashiorkor. Kemudian, jika tidak ditemukan edema pada keadaan persentase berat badan anak terhadap standar berat badan/umur adalah