kejahatan pemalsuan merek dalam perdagangan...

82
i KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN KOSMETIK (Ditinjau dari Hukum Positif dan Hukum Islam) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Syahra Husniyyah NIM : 11140450000089 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439H

Upload: lamxuyen

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

i

KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN

KOSMETIK

(Ditinjau dari Hukum Positif dan Hukum Islam)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Syahra Husniyyah

NIM : 11140450000089

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439H

Page 2: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada
Page 3: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada
Page 4: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Februari 2018

Materai 6000

Syahra Husniyyah

Page 5: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

v

ABSTRAK

SYAHRA HUSNIYYAH 1114045000089, KEJAHATAN PEMALSUAN

MEREK DALAM PERDAGANGAN KOSMETIK (Ditinjau dari Hukum Positif

dan Hukum Islam) Jurusan Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2018 M/ 1439

H, 65 Halaman. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana

tindak pidana kejahatan pemalsuan merek dalam perdagangan kosmetik serta

bagaimana hukum positif dan hukum Islam memandang tentang hal tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berupa kajian

kepustakaan (Library Research). Spesifikasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah Deskriptif Analitis, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer

dan sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah undang undang no. 20 tahun

2016 tentang merek dan indikasi geografis, undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan, undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,

wawancara, al-Qur’an, hadist dan sebagai data sekunder pada penilitian ini diperoleh

dari buku-buku, jurnal, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi

ini kemudian dari data-data yang diperoleh dirangkai dengan metode deduktif. Hasil

dari penelitian memberikan kesimpulan bahwa kejahatan pemalsuan merek dalam

perdagangan kosmetik merupakan perbuatan yang melawan hukum pidana seperti

yang tertuang dalam undang-undang nomor 20 tahun 2016, undang-undang nomor 36

tahun 2009, undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Hukum Islam memandang kejahatan pemalsuan merek dalam perdagangan kosmetik

merupakan perbuatan yang dilarang karena perbuatan tersebut dapat menimbulkan

kerugian terhadap hak-hak manusia sebagaimana tercantum di dalam al-Qur’an dan

Hadist. Senada dengan kesimpulan diatas, maka diharapkan kepada pemerintah,

konsumen, dan pelaku usaha agar dapat bekerja sama memberantas kejahatan

perdagangan kosmetik palsu supaya tercipta dunia bisnis yang lebih sehat.

Kata Kunci : Kejahatan, Kosmetik palsu

Pembimbing : Dr. Burhanudin, S.H, M.Hum.

Page 6: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi pada tingkat Universitas. Shalawat beriring Salam penulis

curahkan kepada Nabi kita Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari zaman jahiliyyah hingga zaman keilmuan seperti sekarang ini. Tak lupa pula

kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya

hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM

PERDAGANGAN KOSMETIK (Ditinjau dari Hukum Positif dan Hukum

Islam)” merupakan karya tulis penutup di tingkatan Strata 1 dari semua pembelajaran

yang sudah penulis dapatkan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

selama 3,5 tahun ini. Semoga dengan lahirnya karya tulis ini dapat menambah

khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya bagi siapa saja yang membaca

skripsi ini.

Penghargaan dan Terima kasih yang setulusnya penulis ucapkan untuk

Ayahanda Edi Sumarsono dan Ibunda Pajriah yang telah mencurahkan segalanya

baik itu yang bersifat dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu

memberikan Keberkahan, Kesehatan dan Kemulian di dunia maupun di akhirat atas

segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan Skripsi ini, saya sebagai penulis sangat menyadari akan

pentingnya keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi

dukungan secara keilmuan, pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara

moril maupun spiritual sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dukungan mereka sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan

Page 7: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

vii

hambatan yang ada dapat teratasi dengan mudah dan terarah. Untuk itu penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang amat dalam kepada yang terhormat :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. M. Nurul Irfan M.Ag., selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana

Islam dan Nur Rohim Yunus, LL.M, Selaku Sekertasris Prodi yang telah

membantu segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga

motivasinya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

3. Dr. Burhanudin, S.H, M.H. Selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktunya bagi penulis

sehingga skripsi ini lebih terarah dan menjadi lebih baik.

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan

ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik

dalam dunia pekerjaan maupun akademik ditingkat lebih tinggi.

5. Pimpinan Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas yang telah

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan ini berupa buku

dan literature lainnya seingga penulis memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

6. Untuk orang tua tercinta Ibunda Pajriah dan Ayahanda Edi Sumarsono,

serta ketiga adik tercinta penulis Saroja Husnaini, Waldi Hasan, dan Syakila

Arruby Hana yang senantiasa memberikan motivasi, do’a, serta bantuan

moril maupun materiil pada penulis.

7. Untuk para sahabat penulis Ananda Annisa Putri, Sita Sarah Aisyiyah,

Nurfeby Yanti, Gavrila Piranti, Rizki Wirid Diniah, Annisa Lutfi, Mita

Oktaviani, Iis Safitri, Ivone Adriana Souhoka, Hana Hanifah, Woro Nurul

Fitri Qomariyah, Rizky Amrulloh Syahputra, Bahrul Ulum, Indah Fajriyah,

Agnes Fitriantica yang selalu mensupport penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini kapanpun dan dimanapun.

8. Untuk teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) 025 TIME terima kasih

atas pengalamannya, canda, tawa, suka dan dukanya semoga kita bisa

Page 8: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

viii

bertemu dilain waktu dan tetap support satu sama lain menjadi orang sukses

dan berguna.

9. Ucapan terkahir penulis tujukan kepada semua pihak terutama teman

seperjuangan konsentrasi Hukum Pidana Islam angkatan 2014 yang tidak

dapat saya sebut satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Karena proses tidak akan mendustakan hasil, semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang maha segalanya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti. Amin.

Jakarta, 8 Februari 2018

Penulis

Syahra Husniyyah

Page 9: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Batasan Masalah ............................................................................ 6

C. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

E. Studi Review Terdahulu ................................................................ 8

F. Metode Penelitian .......................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

BAB II PANDANGAN UMUM KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM

PERDAGANGAN KOSMETIK

A. Tindak Pidana ............................................................................... 12

1. Tindak pidana menurut hukum positif ...................................... 12

2. Tindak Pidana menurut hukum Islam ....................................... 17

B. Kesalahan ....................................................................................... 22

1. Pengertian Kesalahan ................................................................ 22

2. Unsur-unsur Kesalahan .............................................................. 22

Page 10: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

x

3. Macam- macam Kesalahan ........................................................ 23

C. Kejahatan ....................................................................................... 24

1. Pengertian kejahatan .................................................................. 24

2. Unsur-unsur kejahatan ............................................................... 25

3. Macam-macam kejahatan .......................................................... 25

D. Pemalsuan ...................................................................................... 26

1. Pengertian pemalsuan ................................................................ 26

2. Bentuk-bentuk pemalsuan ......................................................... 27

E. Kosmetika ...................................................................................... 31

1. Pengertian kosmetik .................................................................. 31

2. Manfaat kosmetik ...................................................................... 32

3. Jenis-jenis kosmetik ................................................................... 34

BAB III PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN KOSMETIK

MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Sejarah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek & Indikasi Geografis ..................................................... 40

B. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen ................................................................................. 44

C. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan ................................................................................. 50

D. Kejahatan Pemalsuan Merek Menurut Hukum

Islam………….....………………………………………........ 56

BAB IV ANALISIS KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM

PERDAGANGAN KOSMETIK

Page 11: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

xi

A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kejahatan Pemalsuan dalam

Perdagangan Kosmetik............................................................. 60

B. Analisis Upaya Penanggulangan Kejahatan Pemalsuan Merek Dalam

Perdagangan Kosmetik………………………………………. 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 71

B. Saran ......................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Hak Kekayaan Intelektual yang merupakan hasil pemikiran dan

kecerdasan manusia yang dapat berbentuk penemuan, desain, seni, karya tulis

atau penerapan praktis suatu ide. Penciptaan Hak Kekayaan Intelektual

membutuhkan waktu, bakat, dan uang maka apabila tidak ada perlindungan

atas kreativitas intelektual yang dibuat, tiap orang dapat meniru dan mengopi

secara bebas hak milik orang lain tanpa batas yang mengakibatkan tidak

adanya insentif bagi penemu untuk mengembangkan kreasi-kreasi baru.1

Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

dasarnya ialah tanda untuk mengidentifikasikan asal barang dan jasa (an

indication of origin) dari suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa

perusahaan lain.2 Merek merupakan ujung tombak perdagangan barang dan

jasa. Melalui merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan

kualitas (a guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan

mencegah tindakan persaingan (konkurensi) yang tidak jujur dari pengusaha

lain yang beritikad buruk yang bermaksud membonceng reputasinya.3

OK Saidin, dalam bukunya yang berjudul Aspek Hukum Hak

Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights) menjelaskan, peraturan

akan perlindungan hukum terhadap merek di Indonesia telah ada sejak masa

kolonial Belanda yaitu Reglement Industriele Eigendom (RIE) kemudian

diganti pada tahun 1961 yaitu dengan Undang-Undang No.21 Tahun 1961

tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan dan bertahan selama 31

tahun.

1Dwi Rezki Sri Astarini, Penghapusan Merek Terdaftar, (Bandung: Alumni, 2009),

h. 2 2Rahmi Jened, Implikasi Persetujuan TRIPs Bagi Perlindungan Merek di Indonesia,

(Surabaya: Yuridika, 2000), h 1 3Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global & Integrasi

Ekonomi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 3.

Page 13: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

2

Peraturan tentang merek kembali diganti dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 1992 dan diganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1997 hingga akhirnya berlaku Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001. Saat ini telah berlaku undang-undang baru yaitu UU Nomor 20 Tahun

2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Meskipun peraturan tentang

merek telah mengalami beberapa kali perubahan untuk mengikuti

perkembangan zaman dalam melindungi hak merek tetapi pada kenyataannya

penegakan hukum mengenai masalah merek dirasa masih kurang tegas

ditandai dengan masih maraknya permasalahan dibidang merek yang terjadi

di Indonesia khususnya tentang pemalsuan merek.

Pelanggaran terhadap merek motivasinya adalah untuk mendapatkan

keuntungan pribadi secara mudah dengan mencoba atau melakukan tindakan,

meniru atau memalsukan merek-merek yang sudah terkenal di masyarakat

tanpa memikirkan hak-hak orang lain yang hak-haknya telah dilindungi

sebelumnya. Tentu saja hal-hal demikian itu akan sangat mengacaukan roda

perekonomian dalam skala nasional dan skala lokal.4

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Masyarakat Indonesia Anti

Pemalsuan (MIAP) produk palsu yang beredar telah merugikan negara hingga

43 Triliun rupiah di tahun 2010 dan terus mengalami peningkatan hingga 65,1

Triliun rupiah di tahun 2014. Studi yang bekerjasama dengan Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia itu menyebutkan tujuh komoditas yang

produknya banyak dipalsukan, yakni tinta printer, software, pakaian, barang

berbahan kulit, makanan dan minuman serta obat-obatan dan kosmetika.

Penelitian tersebut mengungkapkan presentase produk kosmetika palsu yang

beredar mencapai 12,60%.5

Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan, Setiap Orang yang dengan tanpa

hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek

4OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

(Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 356-357. 5http://industri.bisnis.com/, diakses 28 Oktober 2017 Pukul 16:32

Page 14: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

3

terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua

miliar rupiah).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/MenKes/Per/X/1976 tanggal

6 september 1976 yang menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau

campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau

disemprotkan pada, dimasukkan kedalam, dipergunakan pada badan atau

bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.

Ada banyak cerita seputar sejarah kosmetik dan wanita. Konon,

manusia mulai mengenal manfaat warna-warni pada hewan dan tumbuhan

bisa memberikan efek positif bagi kecantikan berawal dari coba-coba dan

karena ketidaksengajaan. Misalnya, perona pipi (pemerah pipi) pertama kali

ditemukan karena kebetulan. Konon ceritanya, seorang wanita tanpa sengaja

menumpahkan minuman anggurnya hingga mengenai daerah pipi. Tumpahan

anggur yang mengenai pipi tersebut menyebabkan pipinya berwarna

kemerah-merahan. Ternyata efek semu merah tersebut justru membuat si

wanita terlihat lebih cantik. Sejak saat itu, orang-orang mulai berusaha untuk

membuat kedua pipi kanan dan kiri tersapu warna lembut dari bahan-bahan

alam yang mereka ketahui.6

Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya

keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah

campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti

epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan

menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya

lebih cantik dari semula.7

6 Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 2 7 Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 1

Page 15: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

4

Kosmetik mulai dikenal manusia sejak berabad-abad silam. Manusia

mengenal kosmetik berdasarkan naluri alamiahnya yang senantiasa ingin

tampil cantik, sehingga mereka senantiasa bereksperimen menemukan cara

yang tepat untuk menonjolkan kecantikan tubuhnya. Warna-warna alami yang

terdapat pada hewan dan tumbuhan pada awalnya menjadi pilihan kaum

wanita untuk mempercantik penampilannya.8

Wanita secara alami memiliki keinginan untuk selalu terlihat cantik.

Sejarah mengungkapkan berbagai ritual kecantikan yang dilakukan para

wanita sejak berabad-abad yang lalu dari berbagai belahan dunia baik hanya

berupa perawatan untuk mempertahankan kecantikan alaminya hingga yang

bisa merubah penampilan mereka seperti kosmetika.

Pada era modern saat ini kosmetik merupakan serangkaian produk

kecantikan yang wajib dimiliki oleh setiap wanita demi memiliki penampilan

yang menarik baik untuk tuntutan karir maupun dalam kehidupan sehari-hari,

ditambah lagi dengan adanya media sosial saat ini membuat para wanita

seakan berlomba menunjukan eksistensinya. Selain itu, fakta membuktikan

bahwa prduk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik perempuan

maupun laki-laki sejak lahir hingga meninggal dunia.

Produk-produk ini dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh

tubuh, mulai dari rambut hingga kaki sehingga produk-produk tersebut harus

memenuhi strandar keamanan yang berlaku. Berbagai perusahaan bersaing

menciptakan produk kosmetika dengan formula dan tampilan yang menarik

untuk memenuhi kebutuhan para wanita. Sayangnya, tingginya permintaan

akan produk kecantikan saat ini dimanfaatkan oleh orang-orang tidak

bertanggung jawab dengan memproduksi berbagai jenis kosmetika palsu

menggunakan merek terkenal untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya. Kurangnya pengawasan dari pihak yang berwenang ditambah

rendahnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan produk asli dan

palsu membuat beredarnya kosmetik palsu ini semakin merajalela dipasaran.

8 Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 1

Page 16: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

5

Mawardah Nur Hanifiyani menulis sebuah berita online dalam

www.Tempo.co yang mengungkapkan bahwa Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) menemukan 977 jenis kosmetik ilegal yang merupakan

produk kecantikan merek terkemuka yang dipalsukan dalam operasi di tujuh

wilayah di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Semarang,

Serang, dan Makassar. Beberapa diantara produk-produk yang dipalsukan

adalah pemutih wajah merek Pond’s, pensil alis merek Revlon, sabun merek

Citra, dan lipgloss merek Maybelline.

Kepala BPOM Roy Sparringa menyatakan, produk-produk tersebut

berbahaya karena mengandung merkuri dan bahan kimia berbahaya lainnya

seperti Hidroquinon, Asam Retinoat, Resorsinol, bahan pewarna k3,

diethylene glycol, dan timbal yang sangat berbahaya bagi kulit dan dapat

menyebabkan diare, hiperpigmentasi, kulit kering, rasa terbakar, dapat

menyebabkan kecacatan janin bagi ibu hamil, kerusakan hati hingga kanker.9

Praktik pemalsuan merek kosmetik tersebut tentu saja merupakan

kejahatan yang akan merugikan berbagai pihak, diantaranya yaitu pemilik

merek karena dengan begitu mereka tidak perlu lagi bersusah payah

menciptakan sebuah merek bagi produk kosmetik mereka, dan juga tidak

perlu melalui proses pendaftaran merek dan mengeluarkan biaya yang banyak

untuk membangun image atas produk mereka melalui iklan dan berbagai

kegiatan pemasaran lainnya karena merek tersebut telah dikenal oleh

masyarakat atas image yang telah dibangun oleh pemilik merek tersebut. Hal

ini dapat mengakibatkan turunnya keuntungan penjualan bagi pemilik merek,

bahkan kepercayaan masyarakat atas merek tersebut juga dapat menurun

akibat anggapan konsumen atas kurang baiknya kualitas dari merek tersebut.

Produk yang palsu biasanya memiliki kualitas yang lebih rendah dari

produk aslinya, bahan yang digunakan dan juga cara pembuatan produk

kosmetik palsu tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan

dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan, bahkan jiwa

9https://bisnis.tempo.co/ diakses 5 Oktober 2017 Pukul 19:30

Page 17: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

6

konsumen dan menjadi korban dari kejahatan perdagangan kosmetik palsu

tersebut.

Dalam Pasal 8 ayat (1) butir a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2009

tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang

memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: tidak

memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari uraian latar belakang masalah

diatas maka peneliti mengangkat suatu penelitian dengan judul: “Kejahatan

Pemalsuan Merek Dalam Perdagangan Kosmetik (Ditinjau dari Hukum

Positif dan Hukum Islam)”

B. Batasan Masalah

Merujuk kepada pembahasan diatas, penulis membatasi permasalahan

yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas

didalam pembahasannya. Penulis akan membahas mengenai kejahatan

perdagangan kosmetik palsu dalam pandangan hukum positif dan hukum

Islam.

C. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang berhubungan

dengan judul skripsi ini guna dijadikan pedoman dalam membahas obyek

penelitian sehingga mencapai sasaran yang dimaksudkan. Adapun perumusan

masalah yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Apa faktor penyebab terjadinya kejahatan pemalsuan merek dalam

perdagangan kosmetik?

2. Bagaimana upaya penanggulangan terhadap kejahatan pemalsuan merek

dalam perdagangan kosmetik?

Page 18: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kejahatan pemalsuan

merek dalam perdagangan kosmetik.

b. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kerjahatan pemalsuan merek

dalam perdagangan kosmetik.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini terdiri dari

manfaat teoritis dan manfaat praktis, dan kedua manfaat tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai hukum pidana

khususnya dalam hal pemalsuan merek dan memperkaya dunia

pendidikan dengan menjadi rujukan akademis bagi penulisan karya

ilmiah lainnya di masa depan.

b. Manfaat Praktis

Memberikan masukan kepada pemerintah, penegak hukum dan

masyarakat mengenai kosmetik palsu yang menggunakan merek

terkenal dan dapat merugikan baik konsumen, pemilik merek, dan juga

negara agar nanti peredarannya bisa semakin sedikit bahkan dapat

hilang sepenuhnya dalam mewujudkan dunia usaha yang sehat di

Indonesia.

E. Studi Review Terdahulu

Sejumlah studi mengenai topik pemalsuan merek telah dilakukan

sebelumnya, baik yang membahas secara spesifik mengenai pemalsuan

kosmetik maupun yang hanya membahas pemalsuan merek secara umum.

Berikut pemaparannya:

Page 19: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

8

No. Nama Judul Hasil Temuan

1 Dara Tursina

Siregar (2009)

Tindak Pidana

Pemalsuan Merek Kaca

Film Llumar dan Upaya

Penanggulangannya

(Studi Kasus di

Pengadilan Negeri

Medan Perkara

No.1454/Pid.B/2006/PN.

Medan)

Tindakan-tindakan yang

termasuk pemalsuan,

upaya penanggulangan

tindak pidana pemalsuan

merek dan analisis

putusan hakim PN

Medan dengan nomor

perkara

No.1454/Pid.B/2006/PN.

Medan berdasarkan

analisis penulis, hakim

telah menjatuhkan

putusan dengan tepat.

2 Sekar Hayu

Ediningtyas

(2015)

Perlindungan Hukum

Terhadap Pemalsuan

Merek Dagang Terkenal

Asing di indonesia

Ditinjau dari UU Nomor

15 Tahun 2001 tentang

Merek (Studi Di Pasar

Johar Semarang)

Perlindungan hukum

terhadap pemalsuan

derek dagang terkenal

asing di Pasar Johar

Semarang dan hambatan

pelaksanaan

perlindungan hukum

merek dagang terkenal

asing di Pasar Johar

Semarang.

3 Cahaya Setia

Nuarida Triana

(2015)

Perlindungan Hukum

Bagi Konsumen

Terhadap Peredaran

Kosmetik Yang

Mengandung Bahan

Berbahaya di Kabupaten

Cara Pembuatan

Kosmetik Yang Baik,

Persyaratan untuk

menjamin mutu,

keamanan, dan

kemanfaatan kosmetik,

Page 20: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

9

Banyumas Izin produksi kosmetik,

serta perlindungan

kosmen dan hak-hak

yang harus didapatkan

konsumen.

Ketiga skripsi di atas, meskipun memiliki tema yang serupa dengan

skripsi ini namun berbeda secara prinsip dan pembahasannya. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana sanksi pidana bagi pelaku peredaran kosmetik

palsu yang dikaji dari hukum positif dan hukum islam beserta faktor dan

upaya penanggulangan kejahatan tersebut.

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode

penelitian berfungsi untuk mengemukakan secara teknis tentang metode-

metode yang digunakan dalam sebuah penelitian. Berikut adalah metode

penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis

penelitian yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.10

Normatif/ yuridis yaitu hukum diidentifikasikan

sebagai norma peraturan atau undang-undang (UU). Metode pendekatan

yuridis normatif dalam penelitian ini adalah meneliti bahan-bahan

kepustakaan seperti buku, jurnal, surat kabar, internet dan bahan

kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini dan juga

10

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 1990, hlm. 13.

Page 21: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

10

melihat kasus-kasus yang berkembang di masyarakat sebagai bahan

pelengkap.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan

teknik studi pustaka (Library Research). Berupa jurnal, buku, peraturan

perundang-perundangan, internet dan sumber lainnya yang berhubungan

dengan skripsi ini.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan dua jenis sumber data yaitu primer dan skunder:

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peraturan

perundang-undangan, Al-qur’an, hadits dan wawancara yang

berhubungan dengan skripsi ini.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya berupa buku, kitab, jurnal, surat kabar, dan internet dan

sumber lain yang berhubungan dengan skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan penulis

adalah analisis kualitatif untuk menemukan jawaban secara ilmiah.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik dalam penulisan ini, sesuai pedoman penulisan

skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017.

G. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun dan membagi isi skripsi ini ke dalam lima bab yang

kelimanya memiliki beberapa sub bab agar mempermudah pembaca dalam

memahami isi skripsi ini . Adapun sistematika penulisan dari skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Page 22: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

11

Bab pertama, yang berjudul pendahuluan, bab ini meliputi latar

belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, review kajian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan

Bab kedua yang berjudul Pandangan Umum Kejahatan Pemalsuan

Merek Dalam Perdagangan Kosmetik, bab ini membahas teori Tindak Pidana

menurut hukum positif dan hukum islam, teori Kejahatan, dan juga teori

Kosmetika.

Bab ketiga yang berjudul Pemalsuan Merek Dalam Perdagangan

Kosmetik Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam, bab ini akan membahas

tentang sejarah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis, pasal-pasal didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang berhubungan dengan kejahatan perdagangan

kosmetik palsu atau materi didalam skripsi ini, serta pandangan hukum Islam

mengenai kejahatan ini.

Bab keempat yang berjudul Analisis Kejahatan Pemalsuan Merek

dalam Perdagangan Kosmetik yang berisi analisis faktor penyebab terjadinya

kejahatan pemalsuan merek dalam perdagangan kosmetik dan upaya

penanggulangan kejahatan pemalsuan merek dalam perdagangan kosmetik.

Bab kelima adalah Penutup yang merupakan kesimpulan dari

penelitian ini sekaligus saran-saran yang mendukung terkait kasus tindak

pidana kejahatan pemalsuan merek dalam perdagangan kosmetik.

Page 23: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

12

BAB II

PANDANGAN UMUM KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM

PERDAGANGAN KOSMETIK

A. Tindak Pidana

1. Tindak Pidana Menurut Hukum Positif

a. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana di dalam Hukum Pidana Belanda memakai

istilah strafbaar feit, kadang-kadang juga delik yang berasal dari

bahasa latin delictum yang berarti peristiwa pidana, namun Moeljatno

menolak istilah peristiwa pidana karena menurutnya peristiwa adalah

pengertian yang konkrit yang hanya menunjuk kepada suatu kejadian

yang tertentu saja, misalnya matinya orang.11

Walaupun terdapat perbedaan dalam menggunakan istilah atau

menerjemahkan “strafbaar feit”, akan tetapi pada intinya adalah sama

yaitu merujuk kepada perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman,

yaitu yang biasa disebut dengan istilah tindak pidana, yang dalam

bahasa inggris disebut dengan “delic”.12

Menurut Kansil perbuatan yang dapat dihukum (tindak pidana

atau delik) ialah perbuatan yang melanggar undang-undang dan oleh

karena itu bertentangan dengan undang-undang yang dilakukan dengan

sengaja oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.13

Menurut D. Simons, tindak pidana (strafbaar feit) adalah

kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana yang bersifat

11

Andi Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana, (Jakarta: Renika Cipta, 2008), edisi

revisi, cet. Ke-2. h. 27 12

E. Y. Kanter dan S. R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, cet. Ke-3, (Jakarta: Storia Grafika, 2002), h. 206 13

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 2003), cet. Ke-11, h. 116

12

Page 24: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

13

melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang

dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.14

R. Soesilo juga berpendapat bahwa delik adalah suatu

perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan undang-undang

yang dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan.15

Menurut Hakristuti Hakrisnowo, tindak pidana merupakan

suatu bentuk perilaku tindakan yang membawa konsekuensi sanksi

hukuman pidana pada siapapun yang melakukannya. Oleh karena itu,

tidak sulit dipahami bahwa tindakan semacam ini layaknya dikaitkan

dengan nilai-nilai mendasar yang dipercaya dan dianut oleh suatu

kelompok masyarakat pada suatu perbedaan tempat dan waktu

tertentu. Tidak mengherankan bahwa perbedaan ruang tempat dan

waktu juga akan memberikan perbedaan pada perumusan sejumlah

tindak pidana.16

Sedangkan Van Hamel sebagaimana dikutip oleh Moeljatno

berpendapat “straatbaar feit adalah kelakuan orang (menselijke

gedraging) yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum,

yang patut dipidana (strafwaarding) dan dilakukan dengan

kesalahan”.17

Dari pengertian-pengertian Strafbaar Feit yang dilakukan oleh

para pakar hukum pidana, diperoleh makna bahwa strafbaar feit sama

dengan delik, sama dengan perbuatan pidana, tindak pidana dan istilah

lain salinannya. Namun dari segi materi Strafbaar feit terdapat dua (2)

pendapat yakni: ada pendapat yang menyatukan unsur perbuatan dan

unsur tanggung jawab strafbaar feit dalam satu golongan dan pendapat

14

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada), h. 58 15

R. Soesilo, Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik

Khusus, (Bogor: Politeia), h. 26 16

Hakristuti Hakrisnowo, Tindak Pidana Kesusilaan dalam Perspektif Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dalam Pandangan Muhammad Amin Suma, dkk, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2001), h. 179 17

Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 56

Page 25: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

14

lain yang memisahkan unsur tanggung jawab straatbaar feit dalam dua

golongan, atau dengan kata lain ada beda pandangan mengenai materi

strafbaar feit sehingga ada garis pemisah antara dua aliran, yaitu:18

1) Aliran Monisme, antara lain Simon yang merumuskan Strafbaar

Feit sebagai eene strafbaar getseld, onrechtmatige, met schuld in

verband staande handeling van een toerekeningsvatbaar person

(suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan pidana,

bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh orang yang bersalah

dan orang itu dianggap bertanggung jawab atas perbuatannya).

Menurut aliran ini unsur strafbaar feit meliputi unsur-unsur

perbuatan (lazim disebut unsur objektif) yaitu unsur mampu

bertanggung jawab, unsur kesalahan sengaja dan atau alpa, unsur

tidak ada alasan pemaaf. Oleh karena menunggalnya unsur

perbuatan dan unsur si pembuat, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa, strafbaar feit adalah sama dengan syarat-syarat pemberian

pidana, sehingga seolah-olah dianggap bahwa jika terjadi strafbaar

feit, maka pasti si pembuatnya dapat dipidana.

2) Aliran Dualisme, antara lain Moelyanto, yang merumuskan

perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana

dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa melanggar

larangan tersebut. Menurut aliran ini perbuatan pidana menurut

wujudnya atau sifatnya adalah melawan hukum dan perbuatan

yang merugikan dalam arti bertentangan dengan menghambat

terlaksananya tatanan dalam pergaulan masyarakat yang dianggap

baik dan adil. Karena diadakan pemisahan antara perbuatan (lazim

disebut golongan subjektif), yang meliputi unsur melawan hukum,

unsur tidak ada alasan pembenar, dan dari si pembuat, (lazim

disebut golongan subjektif) meliputi unsur mampu bertanggung

18

Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia,

(Jakarta: Pradnya Paramita, 1997), Cet. Ke-1, h. 18

Page 26: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

15

jawab, unsur kesalahan: sengaja dan atau alpa dan unsur tidak ada

alasan pemaaf.

b. Macam-macam Tindak Pidana

Penggolongan tindak pidana di dalam KUHP terdiri atas

kejahatan dan pelanggaran.

Di dalam teorinya, macam-macam tindak pidana adalah sebagai

berikut:

1) Delik Formil dan Materil

a) Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan

kepada perbuatan yang dilarang.

b) Delik materil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan

kepada akibat yang tidak dikehendaki.19

2) Delik Dolus dan Culpa

Delik dolus adalah delik yang memuat dengan cara

kesengajaan, sedangkan delik culpa adalah delik yang mengatur

unsur kealpaan.20

3) Delik Tunggal dan Berganda

Delik tunggal adalah delik yang dilakukan dengan

perbuatan satu kali. Sedangkan delik berganda adalah delik dengan

melakukan perbuatan dua atau lebih.

4) Delik aduan dan delik murni

Delik aduan adalah delik yang penuntutannya hanya bisa

dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak korban. Delik murni

adalah delik yang penentuannya tidak perlu dilakukan pengaduan

dari pihak korban.21

19

R. Soedarto, Ilmu Hukum, (Semarang: UNDIP, 1989), h. 35 20

Wirdjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana, (Bulan Bintang, Jakarta.

1993), cet 5, h. 20 21

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet.

Ke-5, h. 50

Page 27: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

16

c. Unsur-unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana berdasarkan pengertian strafbaar feit

menurut Moeljatno adalah:22

1) Unsur-unsur formil:

a) Perbuatan (manusia);

b) Perbuatan itu dilarang oleh suatu aturan hukum;

c) Larangan itu disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu;

d) Larangan itu dilanggar manusia.

2) Unsur-unsur materiil:

Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum, yaitu harus

betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu perbuatan

yang tidak boleh atau tak patut dilakukan.

Menurut Simons, unsur- unsur tindak pidana adalah:

1) Unsur subjektif yaitu :

a) Orang yang mampu bertanggung jawab

b) Kesalahan (dolus atau culpa) artinya perbuatan harus

dilakukan dengan kesalahan.

2) Unsur objektif yaitu :

a) Perbuatan orang

b) Akibat yang kelihatan

c) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan

itu.23

2. Tindak Pidana Menurut Hukum Islam

a. Pengetian Jarimah

Istilah tindak pidana, didalam hukum pidana islam sendiri ada

dua kata yang cukup mewakili kata tersebut yaitu jinayah dan jarimah.

Jinayah istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas pada

22

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 165 23

Sudarto, Hukum Pidana, (Purwokerto: Universitas Soedirman, 1990), h. 50

Page 28: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

17

perbuatan yang dilarang pada umumnya, para fuqaha menggunakan

istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang diancam

keselamatan jiwa seperti pemukulan dan pembunuhan. Selain itu para

fuqaha memakai istilah tersebut pada pebuatan-perbuatan yang diancam

dengan hukuman hudud dan qishash.24

Di kalangan fuqaha, yang dimaksud dengan kata-kata jinayah

ialah perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik perbuatan itu mengenai

(merugikan) jiwa atau harta benda, ataupun lain-lainnya.25

Menururt Al-mawardi sebagaimana yang dikutip oleh Abdul

Qadir Audah, tindak pidana dairtikan sebagai jarimah yaitu perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syara yang diancam oleh Allah Swt.

Dengan hukuman hudud atau ta’zir.26

Jarimah adalah perbuatan yang dilarang syara’ dan pelakunya

diancam oleh Allah Swt. Dengan hukuman had (bentuk tertentu) atau

ta’zir (pelanggaran yang jenis dan bentuk hukumannnya di delegasikan

syara’ kepada hakim atau penguasa). Yang dimaksud dengan larangan

syara’ adalah melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman

oleh syara’ atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan dan

diancam hukuman oleh syara’ bagi yang meninggalkannya.27

b. Unsur-unsur Jarimah

Ditinjau dari unsur-unsur jarimah, objek utama kajian fiqh

jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Al-rukn al-syar’I atau unsur formil ialah unsur yang menyatakan

bahwa bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika

ada undang-undang yang secara tegas melarang dan menjatuhkan

sanksi kepada pelaku tindak pidana.

24

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 1 25

A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), cet.

Ke-2, h. 9-10 26

Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam I, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu), h.

87 27

Abdul Aziz Dahlan, et.al., (ed), Jarimah Ensiklopedi Hukum Pidana Islam,

(jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 806

Page 29: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

18

2) Al-rukn al-madi atau unsur materiil ialah unsur yang menyatakan

bahwa sesorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti

melakukan sebuah jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam

melakukan sesuatu) maupun yang bersifat negatif (pasif dalam

melakukan sesuatu).

3) Al-rukn al-adabi atau unsur moril ialah unsur yang menyatakan bahwa

seseorang dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila, anak dibawah

umur, atau sedang brada dibawah ancaman.28

Ahmad Dzajuli dalam bukunya juga menyebutkan bahwa terdapat

beberapa unsur yang harus terdapat dalam suatu tindak pidana sehingga

perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu jarimah menurut

para ulama fiqih. Diantaranya adalah:

1) Adanya nash yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang

disertai ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatannya. Unsur ini

dikenal dengan istilah “unsur formal” (al-rukn al-syar’i).

2) Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa

melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan

yang diharuskan. Unsur ini dikenal dengan istilah “unsur material”

(al-rukn al-maddi).

3) Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khitab atau

dapat memahami taklif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah

mukalaf, sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang

mereka lakukan. Unsur ini dikenal dengan isltilah “unsur moral”.29

Suatu perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah jarimah

apabila tidak mengandung tiga unsur tersebut. Disamping ketiga unsur di

atas, setiap jarimah (tindak pidana) mempunyai unsur khusus atau

tersendiri pula yang antara satu bentuk tindak pidana dan tindak pidana

lainnya berbeda-beda. Misalnya, dalam tindak pidana perzinahan, unsur

senggama dalam pengertian sebenarnya harus terpenuhi. Dalam tindak

28

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm. 2-3 29

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam, h.3

Page 30: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

19

pidana pencurian, barang yang dicuri itu mencapai satu nisab dan barang

yang dicuri diambil dari tempatnya secara diam-diam.30

c. Macam-macam Jarimah

Terdapat beberapa macam jarimah di dalam hukum islam, diantaranya:

1) Jarimah Qishash:

Qishash secara bahasa berarti sama rata, sepadan. Kata ini

diambil dari qashsh yang artinya pemotongan, atau dari kata

iqtishash al-atsar (mengikuti jejak). Definisi kisas secara istilah yaitu

menindak pelaku kejahatan; pembunuhan, pemotongan anggota

tubuh, atau melukai anggota tubuh, dengan hal yang sepadan.31

Jarimah kisas terbagi menjadi dua, yakni karena melakukan

pembunuhan dan penganiayaan.

2) Jarimah hudud:

Menurut syara’, hudud adalah hukuman yang terukur atas

perbuatan tertentu, atau hukuman yang telah dipastikan bentuk dan

ukurannya didalam syariat, baik hukuman itu karena melanggar hak

Allah maupun merugikan hak manusia.32

Jarimah hudud terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: jarimah zina,

jarimah Qadzf (menuduh muslimah baik-baik berbuat zina), Syurb al-

khamr (meminum minuman keras), Al-baghyu (pemberontakan), Al-

riddah (murtad), Al-sariqah (pencurian), Al-hirabah (perampokan).33

3) Jarimah ta’zir yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas

diatur oleh Alqur’an dan hadis. Aturan teknis, jenis, dan

pelaksanaannya ditentukan oleh penguasa setempat. Bentuk jarimah ini

sangat banyak dan tidak terbatas, sesuai dengan kejahatan yang

dilakukan akibat godaan setan dalam diri manusia.34

30

A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam, h.3 31

Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi’I Al-Muyassar, (Beirut: Darul fikr, 2008), h.

155 32

Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi’I Al-Muyassar, hlm. 259 33

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 3 34

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 4.

Page 31: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

20

B. Kesalahan

1. Pengertian Kesalahan

Kesalahan dalam bahasa Belanda disebut dengan “schuld” juga

merupakan unsur utama, yang berkaitan dengan pertanggungjawaban

pelaku terhadap perbuatannya, termasuk perbuatan pidana atau tindak

pidana/delik.35

Berikut beberapa pendapat dari pakar hukum pidana tentang

kesalahan (schuld) yang pada hakikatnya adalah pertanggung jawaban

pidana.

Menurut Simons, kesalahan adalah terdapatnya keadaan psikis

tertentu pada seseorang yang melakukan tindak pidana dan adanya

hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan, yng

sedemikian rupa hingga orang itu dapat dicela karena melakukan

perbuatan tadi. Berdasarkan pedapat ini dapat disimpulkan adanya dua hal

di samping melakukan tindak pidana, yaitu:36

1) Keadaan psikis tertentu;

2) Hubungan tertentu antara keadaan psikis dengan perbuatan yang

dilakukan hingga menimbulkan celaan.

Menurut Moeljanto, orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan,

jika dia pada waktu melakukan perbuatan pidana, dilihat dari segi

masyarakat dapat dicela karenanya, yaitu mengapa melakukan perbuatan

yang merugikan masyarakat, padahal mampu untuk mengetahui makna

(jelek) perbuatan tersebut. Dan karenanya dapat dan bahkan harus

menghindari untuk berbuat demikian. Tentunya perbuatan tersebut

memang sengaja dilakukan, dan celaannya berupa: mengapa melakukan

perbuatan, sedangkan dia mengerti bahwa perbuatan itu merugikan

masyarakat. Kecuali itu, orang dapat dicela karena melakukan perbuatan

pidana, meskipuntak sengaja, tetapi dengan alpa atau lalai terhadap

35

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 77 36

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, h. 79

Page 32: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

21

kewajiban yang oleh masyarakat dipandang seharusnya (sepatutnya)

dijalankan olehnya.37

2. Unsur-Unsur Kesalahan

Roeslan Saleh di dalam bukunya Perbuatan Pidana dan

Pertanggungjawaban Pidana mengatakan bahwa terdapat 3 (tiga) unsur

kesalahan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,

karena yang satu tergantung pada yang lain berturut-turut. Unsur-unsur

tersebut diantaranya:

1) Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pelaku, dalam arti

jiwa si pelaku dalam keadaan sehat dan normal;

2) Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan perubuatannya, baik

yang disengaja (dolus) maupun karena kealpaan (culpa);

3) Tidak adanya pemaaf yang dapat menghapus kesalahan.

3. Macam-Macam Kesalahan

Dalam ilmu hukum pidana, terdapat 2 (dua) bentuk kesalahan,

yakni kesengajaan dan kealpaan:

a. Kesengajaan (dolus)

Kesengajaan adalah “willens en watens” yang artinya adalah

”menghendaki dan menginsyafi atau mengetahui” atau seseorang yang

melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus menghendaki

perbuatannya itu dan harus menginsyafi atau mengetahui akibat yang

mungkin akan terjadi karena perbuatannya.38

Kesengajaan memiliki beberapa corak, diantaranya:

1) Kesengajaan Sebagai Maksud (Dolus Directus)

Corak kesengajaan ini adalah yang paling sederhana, yaitu

perbuatan pelaku memang dikehendaki dan ia juga menghendaki

atau membayangkan akibatnya yang dilarang.

37

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, hlm. 80 38

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, hlm. 95

Page 33: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

22

2) Kesengajaan dengan Sadar Kepastian

Corak kesengajaan dengan sadar kepastian bersandar kepada

akibatnya. Akibat itu dapat merupakan delik tersendiri ataupun

tidak. Tetapi akibat tersebut ada akibat lain yang tidak dikehendaki

yang pasti akan terjadi.

3) Kesengajaan dengan Sadar Kemungkinan (Dolus Eventualis)

Corak kesengajaan dengan sadar kemungkinan ini kadang-kadang

disebut sebagai “kesengajaan dengan syarat” atau dolus eventualis.

Pelaku berbuat dengan menghendaki/membayangkan akibat

tertentu-sampai di sini hal itu merupakan kesengajaan sebagai

maksud-tetapi di samping itu mungkin sekali terjadi akibat lain

yang dilarang yang tidak dikehendaki atau dibayangkan.

b. Kealpaan (culpa)

Mengenai kealpaan, hanya sekedar dijelaskan bahwa kealpaan

atau culpa adalah “kebalikan dari dolus di satu pihak dan kebalikan

dari kebetulan di pihak lain”. Keterangan resmi pembentuk KUHP

mengenai persoalan mengapa culpa juga diancam dengan pidana,

walaupun lebih ringan, adalah bahwa berbeda dengan kesengajaan atau

dolus yang sifatnya “menentang larangan justru dengan melakukan

perbuatan yang dilarang”. Dalam hal kealpaan atau culpa si pelaku

“tidak begitu mengindahkan adanya larangan”.39

C. Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Kejahatan adalah suatu perbuatan sengaja atau pengabaian dalam

melanggar hukum pidana (hukum yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan dan yurisprudensi), dilakukan bukan untuk

39

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, h. 107

Page 34: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

23

pembelaan diri dan tanpa pembenaran, dan ditetapkan oleh Negara sebagai

kejahatan serius (felony) atau kejahatan ringan (misdemeanor).40

Menurut Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana berarti suatu perbuatan

yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.41

Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk

menilai perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan

demikian maka si pelaku disebut sebagai penjahat.pengertian tersebut

bersumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat

relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu.

Jadi, apa yag disebut kejahatan oleh seseorang belum tentu diakui oleh

pihak lain sebagai suatu kejahatan pula. Kalaupun misalnya semua

anggota dapat menerima sesuatu itu merupakan kejahatan tapi berat

ringannya perbuatan itu masih menimbulkan perbedaan pendapat.42

2. Unsur-Unsur Kejahatan

Unsur-unsur kejahatan, diantaranya:

1) Harus ada sesuatu perbuatan manusia

2) Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam

ketentuan pidana.

3) Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum.

4) Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman hukuman di dalam

undang-undang.

3. Macam-macam Kejahatan

1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)

Kejahatan ini mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh

orang yang terpandang atau berstatus tinggi dalam hal pekerjaannya.

40

Frank E.Hagan, Pengantar Kriminologi, (Jakarta: Kencana, 2013), Edisi Ketujuh,

h.15 41

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Jakarta-Bandung:

Eresco, 1981), cetakan ke-3, h.50 42

Mulyana W. Kusumah, Kriminologi dan Masalah Kejahatan (Suatu Pengantar

Ringkas), (Bandung: Armco, 1984), h. 58

Page 35: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

24

Contohnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan,

manipulasi data keuangan sebuah perusahaan (korupsi), dan lain

sebagainya.

2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)

Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara

langsung akibat tindak pidana yang dilakukan. Contohnya berjudi,

mabuk, dan hubungan seks yang tidak sah tetapi dilakukan secara

sukarela.

3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)

Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir dan

berkesinambungan dengan menggunakan berbagai cara untuk

mendapatkan sesuatu yang diinginkan (biasaya lebih ke materiil)

dengan jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa pelacuran,

penadah barang curian, perdagangan perempuan ke luar negeri untuk

komoditas seksual, dan lain sebagainya.

4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)

Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan

tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian. Lebih lanjut

Light, Keller, dan Callhoun membagi tipe kejahatan korporasi ini

menjadi empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen, kejahatan terhadap

publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan terhadap

karyawan.

D. Pemalsuan

1. Pengertian Pemalsuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemalsuan menurut bahasa

berarti proses, perbuatan atau cara memalsukan.43

Kejahatan mengenai pemalsuan adalah kejahatan yang di dalamnya

mengandung unsur keadaan ketidakbenaran atau palsu atas sesuatu

43

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 639.

Page 36: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

25

(obyek), yang sesuatu itu tampak dari luar seolah-olah benar adanya

padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.44

2. Macam-Macam Pemalsuan

a) Sumpah palsu

Sumpah palsu diatur dalam pasal 242 KUHP. Keterangan di

bawah sumpah dapat diberikan dengan lisan atau tulisan. Keterangan

dengan lisan berarti bahwa seseorang mengucapkan keterangan

dimuka seorang pejabat dengan disertai sumpah, memohon kesaksian

Tuhan bahwa ia memberikan keterangan yang benar, misalnya seorang

saksi di dalam siding pengadilan.45

Adapun unsur-unsur sumpah palsu, diantaranya:46

1) Suatu ketentuan undang-undang yang menghendaki suatu

keterangan di bawah sumpah atau yang mempunyai akibat-akibat

hukum;

2) Pemberian keterangan palsu dan kesengajaannya ditujukan kepada

kepalsuannya itu.

b) Pemalsuan mata uang dan uang kertas

Pemalsuan mata uang dan uang kertas diatur dalam Pasal 244

KUHP yang diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun bagi siapapun yang meniru atau memalsu mata uang dan uang

kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank, dengan maksud untuk

mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang dan uang kertas

itu sebagai asli dan tidak palsu.47

Selain memalsukan uang, mengedarkannya juga diancam

dengan ancaman pidana yang sama sebagaimana tertera dalam Pasal

44

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Pemalsuan (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2001) 45

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung:

PT.Refika Aditama, 2008), h. 174 46

R. Soenarto Soedibroto, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), h.

144 47

R. Soenarto Soedibroto, KUHP dan KUHAP, h. 145

Page 37: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

26

245 KUHP bahwa, barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata

uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank

sebagai mata uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu, padalah

ditiru atau dipalsu olehnya sendiri atau waktu diterima diketahuinya

bahwa tidak asli atau palsu, ataupun barangsiapa menyimpan atau

memasukkan ke Indonesia mata uang dan uang kertas yang demikian,

dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh mengedarkan

sebagai uang asli atau tidak palsu, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima belas tahun.48

c) Pemalsuan materai

Materai memiliki arti penting dalam masyarakat, yaitu dengan

adanya materai maka surat yang diberi materai yang ditentukan oleh

UU menjadi suatu surat yang sah, artinya tanpa materai berbagai surat

keterangan, misalnya surat kuasa, tidak dapat diterima sebagai

pemberian kuasa yang sah. Demikian juga dalam pemeriksaan perkara

dimuka pengadilan, surat-surat baru dapat dipergunakan berbagai alat

pembuktian apabila dibubuhi materai yang ditentukan oleh UU.49

Kejahatan pemalsuan materai diatur dalam Pasal 253 KUHP

bahwa, barangsiapa meniru atau memalsu materai yang dikeluarkan

oleh Pemerintah Indonesia, atau jika diperlukan tanda tangan untuk

sahnya materai itu, barang siapa meniru atau memalsu tanda tangan,

dengan maksud untuk memakai dan menyuruh orng lain memakai

materai itu sebagai materai yang asli dan tidak palsu atau yang sah

diancam dngan pidana penjara paling lama tujuh tahun.50

48

R. Soenarto Soedibroto, KUHP dan KUHAP, h. 146 49

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, h. 182 50

R. Soenarto Soedibroto, KUHP dan KUHAP, h. 148

Page 38: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

27

d) Pemalsuan cap (merek)

Tindak pemalsuan cap atau merek dibagi berbagai macam:51

1) Pemalsuan cap Negara

Pasal 254 ke-1 memuat tindak pidana berupa mengecap

barang-barang itu dengan stempel palsu atau memalsukan cap asli

yang sudah ada pada barang-barang itu dengan tujuan untuk

memakai atau menyuruh memakai oleh orang lain barang-barang

itu seolah-olah cap yang ada pada barang-barang itu adalah asli dan

tidak palsu. Pasal 254 ke-2 memuat tindak pidana seperti pasal 253

ke-2, yaitu secara melanggar hukum mengecap barang-barang

emas atau perak tadi dengan stempel yang asli.

Jadi, yang berwenang menggunakan stempel yang asli tadi

adalah orang lain bukan pelaku tindak pidana ini, atau pelaku yang

pada umumnya berwenang, tetapi in casu mengecap barang-barang

itu secara menyeleweng, tidak menurut semestinya, misalnya

barang-barang itu seharusnya tidak boleh diberi cap-cap itu karena

kurang kemurniannya. Pasal 254 ke-3 mengenai barang-barang

emas dan perak yang sudah diberi cap Negara atau cap orang-orang

ahli dengan semestinya, tetapi ada seseorang dengan

mempergunakan stempel asli mengecap, menambahkan, atau

memindahkan cap itu kebarang-barang lain (dari emas dan perak)

dengan tujuan memakai atau menyuruh memakai oleh orang lain,

barang-barang itu, seolah-olah barang itu sudah sejak semula dan

dengan semestinya diberi cap-cap tadi. Ketiga tindak pidana diatas

diancam hukuman maksimum penjara enam tahun.

2) Pemalsuan cap tera

Pasal 255 memuat tindak-tindak pidana seperti pasal 254,

tetapi mengenai cap tera yang diwajibkan atau diadakan atas

permohonan orang-orang yang berkepentingan pada barang-barang

tertentu, misalnya alat-alat untuk menimbang atau

51

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, h. 183-184

Page 39: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

28

mengukur.Hukumannya lebih ringan lagi, yaitu maksimum empat

tahun penjara.

3) Pemalsuan cap-cap pada barang-barang atau alat-alat pembungkus

barang-barang itu

Pasal 256 memuat tindak-tindak pidana seperti pasal 254,

tetapi mengenai cap-cap lin daripada cap negara atau cap orang

ahli atau cap tera yang menurut peraturan undang-undang harus

atau dapat diadakan pada barang-barang tertentu. Hukumannya

diringankan lagi sampai maksimum hukuman penjara tiga tahun.

e) Pemalsuan surat

Pemalsuan surat diatur didalam Pasal 263 KHUP yang berbunyi:

1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang

dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang,

atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan

maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat

tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika

pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan

surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja

memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika

pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.

E. Kosmetika

1. Pengertian Kosmetik

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir

dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut

terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan

Page 40: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

29

atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik.52

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti

“berhias”.53

Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu

pengobatan atau ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetika dahulu

adalah juga pakar kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasihat

keluarga istana. Oleh karean itu tidak mengherankan bila antara kosmetika

dan obat sejak dahulu sampai sekarang pun sangat sukar untuk ditarik

garis batasnya.54

Kadang-kadang kosmetika dicampur dengan bahan-bahan yang

berasal dari obat topikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal sel

kulit. Bahan-bahan tersebut, missal: anti jerawat (sulfur,resorsin) antijasad

renik (heksaklorofen), anti pengeluaran keringat (alumunium klorida),

plasenta, atau hormone (estrogen). Bahan-bahan inilah yang kemudian

dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-medik.55

2. Manfaat Kosmetik

Pemakaian kosmetik yang tepat dapat mendatangkan berbagai

manfaat bagi kesehatan dan kecantikan kulit, diantaranya:

a. Pemeliharaan dan Perawatan Kulit

Pemeliharaan berarti usaha pencegahan terhadap timbulnya kelainan-

kelainan atau penyebab dari kelainan tersebut. Usaha perawatan berarti

mempertahankan keadaan yang sekarang baik agar tidak berubah

menjadi buruk. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan terdiri atas:56

52

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. 53

Syarif M. Wasitaatmaja, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, (Jakarta: UI Press, 1997)

h. 26 54

Syarif M. Wasitaatmaja, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, h. 26 55

Syarif M. Wasitaatmaja, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, h. 27 56

Syarif M. Wasitaatmaja, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, h. 63

Page 41: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

30

1) Pembersih

Kulit harus dibersihkan karena sebagai organ tubuh yang

berada paling luar (pembungkus), kulit terpapar pada setiap unsur

yang ada dilingkungan luar yag dapat merusak kulit, misalnya

debu, sinar matahari, suhu panas atau dingin, rudapaksa mekanis,

atau zat kimia yang menempel pada kulit. Selain itu kulit juga

mengeluarkan bahan sisa metabolism tubuh seperti keringat dan

minyak kulit. Kotoran yang menempel pada kulit ini perlu

dibersihkan agar kulit tetap sehat dan mampu melakukan fungsinya

dengan baik. Kosmetik dapat melakukan fungsi pembersih kulit ini

dengan baik.

2) Pelembab

Pada kuit kering yang terjadi pada keadaan kelembaban

udara sangat rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi, kulit

orang tua, atau kelainan kulit tertentu yang menyebabkan kulit

menjadi kering dan kasar, kosmetik pelembab dapat mengurangi

kekeringan kulit dan mengurangi penguapan kulit dengan cara

menutupinya.

3) Pelindung

Pada keadaan tertentu, kulit memerlukan perlindungan

tambahan. Pertama, pada polusi yang bersifat iritan sangat kuat.

Kedua, pada paparan sinar matahari yang mengandung sinar ultra

violet secara langsung dan lama, perlindungan kulit dapar

dilakukan dengan menggunakan kosmetik tabir surya.

4) Penipisan Kulit

Penipisan kulit kadang-kadang perlu dilakukan pada

keadaan kulit menebal dan agak kasar, misalnya, pada gangguan

keratinisasi kulit, pada keadaan kulit kotor dan berbinyak sehingga

lapisan tanduk tidak mudah terlepas, atau pada tempat terjadi

gesekan kulit sehingga keratinisasi kulit bertambah cepat.

Page 42: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

31

Penipisan kulit dapat dilakukan oleh penipis yang biasanya

mengandung zat dengan partikel kasar.

b. Rias dan Dekoratif

Kosmetika rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan

sesorang. Kulit yang hitam dapat dirias menjadi lebih putih, kulit yang

terlalu terang dapat dirias menjadi agak gelap. Kulit yang belang atau

cacat dapat ditutup, kulit yang bolong-bolong dapat didempul, hidung

yang pesek dapat dipoles agar kelihatan mancung, mata yang sipit dapat

diukir agar terlihat lebih lebar. Semua itu untuk penampilan yang sangat

berarti bagi seorang wanita apalagi bagi artis, peragawati, public

relation, atau penyiar radio atau TV.

c. Wangi-wangian (Parfum)

Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi

bau badan yang mungkin kurang sedap untuk orang lain.

d. Kosmetik Medik

Untuk menambah kegunaan kosmetika dibuatlah berbagai

kosmetik yang mengandung zat yang dapat bekerja lebih dalam dan

biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur, heksaklorofen, hormon,

merkuri.

3. Jenis-jenis Kosmetik

a. Jenis Kosmetik Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibedakan atas

13 (tiga belas) jenis, yaitu:

1) Kosmetik bayi

Kosmetik yang termasuk kategori ini contohnya adalah minyak

bayi, bedak bayi, sampo bayi, dan lain-lain. Kosmetik ini dirancang

dengan forula khusus yang aman bagi kulit bayi yang sensitif.

Page 43: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

32

2) Kosmetik untuk mandi

Kosmetik ini berfungsi untuk membersihkan dan mengangkat sel-

sel kulit mati saat mandi. Contohnya, sabun, lulur mandi, shower

gel, dan lain-lain.

3) Kosmetik untuk mata

Kosmetik ini meliputi berbagai macam kosmetik yang digunakan

untuk memperindah mata, contohnya maskara, eye shadow, eye

liner, dan lain-lain.

4) Kosmetik wangi-wangian

Kosmetik yang termasuk dalam kelompok ini adalah berbagai jenis

parfum, cologne, dan body mist.

5) Kosmetik untuk rambut

Kosmetik rambut adalah berbagai jenis kosmetik yang berfungsi

untuk membersihkan, melindungi, dan menjaga kehatan rambut,

contohnya sampo, conditioner, hair spray, dan sebagainya.

6) Kosmetik untuk pewarna rambut

Salah satu kosmetik yang termasuk dalam kelompok ini adalah cat

rambut.

7) Kosmetik untuk make up (kecuali mata)

Kelompok ini meliputi berbagai macam produk kosmetik yang

berfungsi mempertegas kecantikan dan menutupi

ketidaksempurnaan pada wajah, contohnya bedak, foundation, lip

stick, perona pipi, lip gloss, dan sebagainya.

8) Kosmetik untuk kebersihan mulut

Kosmetik kelompok ini adalah pasta gigi, obat kumur, dan

sejenisnya.

9) Kosmetik untuk kebersihan badan

Yaitu kosmetik yang berfungsi untuk menjaga kebersihan badan

seperti deodorant, lulur, body cream, dan sebagainya.

10) Kosmetik untuk kuku

Contoh kosmetik ini adalah kutek, lotion kuku, dan sebagainya.

Page 44: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

33

11) Kosmetik untuk perawatan kulit

Yaitu jenis kosmetik yang berfungsi untuk merawat dan

melindungi kesehatan kulit, yang termasuk dalam kelompok ini,

yaitu pembersih, pelembab, penyegar, dan lain-lain.

12) Kosmetik untuk cukur

Kosmetik ini biasanya digunakan oleh kaum laki-laki untuk

membersihkan rambut yang tumbuh di wajah, contohnya sabun

cukur dan after shave cologne.

13) Kosmetik untuk perlindungan dari sinar UV

Yaitu kosmetik yang berfungsi melindungi kulit dari radiasi sinar

ultra violet, contohnya sun screen (tabir surya).57

b. Jenis Kosmetik Menurut Sifat dan Cara Pembuatannya

Berdasarkan sifat dan cara pembuatannya, kosmetik dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu:

1) Kosmetik modern

Kosmetik modern yaitu jenis kosmetik yang diramu dari bahan-

bahan kimia, lalu diolah dengan cara modern. Kosmetik yang

banyak ditemui dipasaran, toko farmasi, supermarket, dan salon-

salon kecantikan saat ini adalah jenis kosmetik modern. Diantara

kosmetik yang termasuk pada jenis ini adalah kosmetik medic

(cosmedics).

2) Kosmetik tradisional

Kosmetik tradisional dibedakan lagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a) Murni tradisional

Kosmetik yang benar-benar dibuat dari bahan alami dan diolah

menururt resep dan cara yang dikenal secara turun-temurun.

Kosmetik yang termasuk dalam jenis ini adalah mangir dan

lulur.

57

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 134-136

Page 45: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

34

b) Semi tradisional

Kosmetik yang resepnya diambil dari resep nenek moyang,

bahan yang digunakan adalah bahan-bahan alami, namun diolah

dengan cara-cara yang lebih modern. Kosmetik tersebut

dikemas secara modern dan diberi bahan pengawet.

c) Hanya menempel nama yang tradisional. Sementara komponen

yang digunakan sudah tidak benar-benar tradisional lagi.58

c. Jenis Kosmetik Menurut Kegunaannya Bagi Kulit

Berdasarkan kegunaannya bagi kulit, kosmetik dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

1) Kosmetik Perawatan (skin care cosmetics)

Kosmetik jenis ini berfungsi untuk membersihkan dan merawat

kulit dari faktor lingkungan yang dapat merusak kebersihan dan

kemulusannya, yang termasuk dalam kenis kosmetik ini adalah:

a) Cleanser

Kosmetik yang berfungsi untuk membersihkan kulit. Misalnya

sabun, cleansing cream, cleansing milk, toner, dan sebagainya.

b) Moisturaizer

Kosmetik yang berfungsi untuk melembabkan kulit. Misalnya

moisturizing cream, night cream, dan sebagainya.

c) Kosmetik untuk melindungi kulit. Misalnya sun screen cream,

sun screen foundation, dan sun block cream.

d) Peeling

Kosmetik yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel

kulit baru dan mengangkat sel-sel kulit mati, sehingga kulit

tampak lebih cerah. Misalnya scrub cream berupa butiran

halus.

58

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, hlm. 136

Page 46: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

35

2) Kosmetik Riasan (make up)

Kosmetik jenis ini adalah kosmeti yang paling popular di

masyarakat. Kosmetik ini diperlukan untuk merias dan menutupi

ketidaksempurnaan pada kulit, sehingga penampilan jadi lebih

menarik. Kosmetik riasan menjadi sesuatu yang banyak dibutuhkan

manusia dewasa ini. Mengingat ia memberikan efek psikologis

yang positif bagi penggunaannya seperti meningkatkan rasa

percaya diri.59

59

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, h. 137

Page 47: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

36

BAB III

PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN KOSMETIK

MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Sejarah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

indikasi Geografis

Peraturan akan perlindungan hukum terhadap merek di Indonesia telah

ada sejak masa kolonial Belanda yaitu Reglement Industriele Eigendom (RIE)

yang dimuat dalam Stb. 1912 No. 545 Jo. Stb. 1913 No.214. Setelah Indonesia

merdeka peraturan ini juga dinyatakan terus berlaku, berdasarkan Pasal II

Aturan Peralihan UUD 1945. Ketentuan tersebut masih terus berlaku, hingga

akhirnya diganti pada tahun 1961 yaitu dengan Undang-Undang No.21 Tahun

1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan pada tanggal 11

Oktober 1961 yang dimuat dalam Lembaran Negara RI No. 290 dan

penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI No.2341 yang

mulai berlaku pada bulan November 1961.60

Undang-undang Merek tahun 1961 ini ternyata mampu bertahan

selama kurang lebih 31 tahun, untuk kemudian undang-undang ini dengan

berbagai pertimbangan harus dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang

No. 19 Tahun 1992 tentang “Merek” yang diundangkan dalam Lembaran

Negara RI. Tahun 1992 No. 81 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan

Lembaran Negara No. 3490, pada tanggal 28 Agustus 1992. Undang-Undang

tersebut berlaku sejak 1 April 1993.61

Adapun alasan dicabutnya UU Merek Tahun 1961 itu adalah karena

UU Merek No. 21 Tahun 1961 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan

keadaan dan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Memang jika dilihat UU

Merek Tahun 1992 ini ternyata memang banyak mengalami perubahan-

perubahan yang sangat berarti jika disbanding dengan UU Merek No. 21

60

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights), h. 331 61

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights), h. 332

36

Page 48: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

37

Tahun 1961. Antara lain adalah mengenai sistem pendaftaran, lisensi, merek

kolektif, dan sebagainya.62

Alasan lain dapat juga kita lihat dalam penjelasan Undang-Undang

Merek Tahun 1992 yang antara lain mengatakan:

Pertama, materi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 bertolak dari

konsepsi merek yang tumbuh pada masa sekitar Perang Dunia II. Sebagai

akibat perkembangan keadaan dan kebutuhan serta semakin majunya norma

dan tatanan niaga, menjadikan konsepsi merek yang tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 1961 tertinggal jauh. Hal ini semakin terasa pada

saat komunikasi semakin maju dan pola perdagangan antar bangsa sudah tidak

lagi terikat pada batas-batas Negara. Keadaan ini menimbulkan saling

ketergantungan anatar bangsa baik dalam kebutuhan, kemampuan maupun

kemajuan teknologi dan lain-lainnya yang mendorong pertumbuhan dunia

sebagai pasar bagi produk-produk.63

Kedua, perkembangan norma dan tatanan niaga itu sendiri telah

menimbulkan persoalan baru yang memerlukan antisipasi yang harus diatur

dalam undang-undang ini.64

Selanjutnya tahun 1997 UU Merek Tahun 1992 tersebut juga

diperbaharui lagi dengan UU No. 14 Tahun 1997. Kemudian pada tahun 2001

UU Tahun 1997 tentang “Merek” diganti dengan UU Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek. Saat ini telah berlaku Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis sebagai Undang-Undang terbaru yang

mengatur persoalan merek di Indonesia.

Definisi merek berdasarkan perspektif hukum yang disepakati secara

internasional adalah: “tanda atau serangkaian tanda yang menyatakan asal

produk atau jasa dan membedakannya dari para pesaing” (Kapferer, 2008).65

62

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights), h. 332 63

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights), h. 332-333 64

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights), h. 333

Page 49: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

38

Menurut Iur Soeryatin suatu merek dipergunakan untuk membedakan

barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang

yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama,

jaminan terhadap mutunya.66

Menurut M. Hadjon, perlindungan hukum merupakan perlindungan

harkat dan martabat dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki

oleh subyek hukum dalam Negara hukum dengan berdasarkan pada ketentuan

hukum yang berlaku di Negara tersebut guna mencegah terjadinya

kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum itu pada umumnya berbentuk

suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan

mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang

melanggarnya.67

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan bahwa, Merek adalah tanda yang

dapat ditampilkan secara gratis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,

susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,

hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk

membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan

hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Bentuk-bentuk merek yang dapat dipergunakan oleh seseorang atau

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum adalah:68

a. Berupa gambar/lukisan. Bentuk ini harus bisa membedakan dalam wujud

gambar atau lukisan antara barang yang satu dengan barang yang

diproduksi oleh perusahaan lain. Contoh, Cat Kuda Terbang. Gambar kuda

terbang tersebut misalnya harus punya sayap yang menunjukkan kuda

65

Casavera, 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2009), h. 8. 66

Suryatin, Hukum Dagang I dan II, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), h. 84. 67

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:

Bina Ilmu, 1987), h. 205. 68

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di

Indonesia,(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 219

Page 50: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

39

tersebut terbang sehingga dapat membedakannya dengan cat/barang lain

yang bermerek Kuda.

b. Merek perkataan. Misalnya, Rexona, Tancho, Bodrek, dan sebagainya.

c. Huruf atau angka. Misalnya, Sirup ABC, Minyak Rambut 4711.

d. Merek kombinasi. Misalnya, kombinasi nama dengan gambar, Jamu

Nyonya Meneer.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis ini, ada

beberapa jenis merek yang dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 2, 3, dan 4,

sebagai berikut:

a. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis

lainnya.

b. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

c. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa

dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dn mutu

barang atau jasa serta pengawasannya yakan diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk

membedakan dengan barangdan/atau jasa sejenis lainnya.

Undang-Undang ini juga mengatur mengenai syarat dan tata cara

pendaftaran merek bagi para pelaku usaha yang ingin mendaftarkan merek

dari produknya, yakni terdapat dalam Pasal 4, 5, 6, 7, dan 8 Undang-Undang

Merek dan Indikasi Geografis.

Pendaftaran Merek merupakan hal yang penting untuk dilakukan bagi

pelaku usaha demi mempertahankan hak-haknya terhadap Merek dari

Produknya. Fungsi pendaftaran merek, diantaranya :

a. Sebagai alat bukti kepemilikan hak atas merek yang didaftarkan.

Page 51: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

40

b. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama pada keseluruhannya

atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain

untuk barang dan jasa sejenisnya.

c. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama pada

keseluruhannya atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang

dan jasa sejenisnya.

Fungsi pendaftaran merek di atas menunjukkan hak eksklusif yang

timbul karena adanya pendaftaran merek. Hak eksklusif penggunaan merek

tersebut berfungsi seperti suatu monopoli, hanya berlaku untuk barang atau

jasa tertentu. Oleh karena suatu merek memberi hak eksklusif pada yang

bersangkutan, maka hak itu dapat dipertahankan terhadap siapa pun.69

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis ini mengatur ketentuan pidana bagi pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap merek. Dalam Pasal 100 ayat (1) disebutkan bahwa,

setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada

keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda palig

banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).70

B. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen disahkan pada tanggal 20 April 1999. Konsumen yang

dimaksudkan dalam bagian ini adalah setiap pengguna barang atau jasa untuk

kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga, dan tidak untuk

memproduksi barang atau jasa lain atau memperdagangkannya kembali.71

69

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedilah, Hak Milik Intelektual,(Jakarta: Citra

Aditya Abadi, 1997), h. 232 70

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis 71

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya,

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 269

Page 52: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

41

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat

merugikan konsumen itu sendiri.72

Hal ini dikarenakan hak-hak konsumen

seringkali diabaikan bahkan dilanggar oleh pelaku usaha yang masih

menganggap konsumen sebagai pihak yang lemah.

Undang-undang tentang Perlindungan Komsumen ini memiliki asas

dan tujuan tertentu dalam pembuatannya. Dalam pasal 2 UU No.8 Tahun 1999

yang berbunyi “Perlindungan Konsumen berasaskan manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum”

penjelasan dari kelima asas tersebut adalah sebagai berikut:73

a. Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha

secara keseluruhan.

b. Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan

kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

anatara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

72

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2006), h. 9 73

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), h. 25-26

Page 53: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

42

menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin

kepastian hukum.

Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan

substansinya, dapat dibagi manjadi 3 (tiga) asas, yaitu

a. Asas kemanfaatan, yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan kosnumen,

b. Asas keadilan, yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan, dan

c. Asas kepastian hukum.

Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas-asas

tersebut menjadi rujukan pertama baik dalam pengaturan perundang-

undangan maupun dalam berbagai aktivitas yang berhubungan dengan

gerakan perlindungan konsumen oleh semua pihak yang terlibat didalamnya.

Tujuan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen ini disebutkan dalam Pasal 3 yang berbunyi,

“Perlindungan konsumen bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan

kemampuan konsumen untuk melindungi diri, mengangkat harkat konsumen

dengan menghindarkan dari ekses negatif pemakaian barang atau jasa,

meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen, menciptakan sistem perlindungan

konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan

informasi serta akses untuk mendapatkan informasi, menumbuhkan kesadaran

pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh

sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha dan meningkatkan

kualitas barang atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang

dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan konsumen.” Tujuan

dari dibentuknya Undang-Undang ini merupakan sasaran yang harus dicapai

dalam pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan konsumen.

Perkembangan dunia industri dan perdagangan menghasilkan berbagai

macam barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Di tambah lagi dengan

globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi

semakin memperluas ruang gerak jual-beli barang dan jasa. Di satu sisi, hal

Page 54: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

43

ini bermanfaat bagi konsumen karena konsumen dapat semakin bebas dan

mudah dalam memilih dan membeli barang/jasa yang sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan mereka. Namun, di sisi lain hal tersebut dapat

menempatkan konsumen di posisi yang lemah dan menjadi objek dari

aktivitas bisnis demi mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya oleh

pelaku usaha melalui berbagai promosi, cara penjualan, serta penerapan

perjanjian baku yang merugikan konsumen. Untuk itu perlu adanya peraturan

yang menjamin hak-hak kosumen agar konsumen tidak menjadi objek yang

lemah dalam dunia perdagangan barang dan jasa. Seperti yang telah

tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Hak konsumen, adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan

nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.74

74

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Page 55: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

44

Apabila konsumen benar-benar akan dilindungi, maka hak-hak

konsumen yang disebutkan di atas harus dipenuhi, baik oleh pemerintah

maupun oleh produsen, karena pemenuhan hak-hak konsumen tersebut akan

melindungi kerugian konsumen dari berbagai aspek.

Selain mengatur masalah konsumen, Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 juga mengatur mengenai pelaku usaha, yaitu di dalam Bab IV mengenai

peruatan yang dilarang bagi pelaku usaha, Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen menyebutkan:

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang di persyaratkan

dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam

hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang

tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, tindakan, timbangan, dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang

dan/atau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,

gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam

label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket keterangan,

iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagimana

pernyataan "halal” yang dicantumkan dalam label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,

Page 56: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

45

tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha

serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus

dipasang/ dibuat;

j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang

dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.75

Bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan Pasal 8 diatas, dapat

dijerat dengan Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen

yang berbunyi, pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal

17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling

banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

C. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Mengenai

Kejahatan Pemalsuan Merek Dalam Perdagangan Kosmetik

Kosmetik merupakan bagian dari sediaan farmasi, untuk itu pembuatan

hingga pengedarannya harus sesuai standar dan mematuhi berbagai peraturan

yang berlaku. Salah satu peraturan yang mengatur mengenai permasalahan

kosmetik adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yang menggolongkan kosmetik ke dalam golongan sediaan farmasi yang

peredarannya harus memenuhi standar keamanan tertentu.

Pasal 98 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa ayat (1) “sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman,

berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau.” Kemudian ayat (2)

menyebutkan, “setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan

dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan

mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.” Selanjutnya ayat (3)

menyebutkan, “ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan,

promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi

75

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 57: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

46

standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.” Dan ayat (4) menyebutkan, “pemerintah berkewajiban membina,

mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi,

dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).”

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga

mengatur mengenai sanksi pidana bagi siapa pun yang melanggar pasal 98.

Aturan tersebut disebutkan di dalam Pasal 196 yang berbunyi “setiap orang

yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi

dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan

keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

Selain Pasal yang telah disebutkan diatas, Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan juga mengatur mengenai sediaan farmasi dan

juga sanksi pidana bagi yang melanggar, yakni di dalam Pasal 106 dan Pasal

197.

Pasal 106:

1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah

mendapat izin edar.

2. Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus

memenuhi persyaratan objektivitas dan kelengkapan serta tidak

menyesatkan.

3. Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan

dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh

izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan dan/atau

keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan dimusnahkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 197:

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan

farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Page 58: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

47

Kosmetik merupakan serangkaian produk yang digunakan oleh

manusia secara terus-menerus untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena

itu, keamanan dari setiap produk kosmetik yang digunakan merupakan hal

yang paling utama harus diperhatikan oleh masyarakat sebagai konsumen

sebelum membeli sebuah produk kosmetik. Aman disini berarti sesuai dengan

kebutuhan dan jenis kulit konsumen dan juga tidak mengandung bahan-bahan

yang berbahaya.

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan aktif yang menimbulkan reaksi

negatif dan berbahaya bagi kesehatan kulit khususnya dan tubuh umumnya

ketika diaplikasikan, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.76

Berikut adalah daftar bahan-bahan yang berbahaya dalam kosmetik

dan berbagai akibat negatif dari penggunaannya:

1. Merkuri (Hg)/air raksa

Merkuri pernah direkomendasikan sebagai salah satu bahan

pemutih kulit, karena merkuri diketahui berpotensi sebagai bahan

pereduksi (pemucat) warna kulit. Kemudian, ditemukan fakta bahwa

merkuri bersifat toksik (racun). Pengaruh kosmetik berbahan merkuri

yang dioleskan pada kulit, bahkan bisa meracuni ginjal dan merusak

jaringan saraf. Adapun reaksi negatif yang terlihat pada penggunaan

merkuri adalah:

a. Irtasi (kemerahan dan pembengkakan kulit).

b. Alergi, gejala tampak berupa perubahan warna kulit menjadi keabu-

abuan hingga kehitam-hitaman setempat dan tidak merata.

c. Kulit menjadi sangat sensitive terhadap sinar matahari, kosmetik

berwarna, dan bau parfum.

d. Terkadang bisa juga memicu tumbuhnya jerawat.

e. Menyebabkan kerusakan permanen pada otak, kulit, susunan saraf,

ginjal, serat gangguan perkembangan janin dalam Rahim pada

pemakaian jangka panjang.

76

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 38

Page 59: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

48

f. Penggunaan merkuri dalam dosis tinggi pada jangka pendek dapat

menyebabkan penggunanya mengalami kerusakan ginjal, diare, dan

muntah-muntah.

2. Hidrokinon

Hidrokinon dalam kulit menghambat kerja enzim tirosinose dalam

memproduksi melanin. Melanin adalah pigmen penentu warna kulit (putih

atau tidaknya). Semakin gelap pigmen kulit seseorang, maka kadar

melanin dalam kulitnya semakin tinggi. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada awalnya hidrokinon memang efektif

menghilangkan flek hitam atau warna tidak merata pada kulit melalui

mekanisme kerja tersebut. Namun, pada jangka panjang penggunaan

hidrokinon ini dampaknya menghancurkan produksi melanin. Rusaknya

melanin menyebabkan kulit kehilangan fungsinya sebagai pelindung kulit

dari radiasi sinar matahari dan pengaruh eksternal lainnya. Reaksi negatif

yang ditimbulkan oleh penggunaan hidrokinon di atas ambang toleransi,

antara lain:

Iritasi kulit

Kulit menjadi merah dan terasa panas seperti terbakar

Black spot (bercak-bercak hitam)

Pada penggunaan jangka panjang, hidrokinon dapat menyebabkan

kelainan pada ginjal, kanker darah, dan kanker sel hati.

3. Asam retinoat/tretinoin/retinoic acid

Asam retinoat adalah bentuk aktif dari vitamin A. Asam retinoat

banyak ditemukan pada produk kosmetik, terutama produk anti-acne dan

produk pemutih wajah. Seperti bahan pemutih lain, asam retinoat bekerja

menghambat pembentukan melanin pada kulit. Berkurangnya produksi

melanian pada kulit menyebabkan pigmen kulit menjadi lebih terang.

Reaksi negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan asam retinoat:

a. Kulit menjadi kering

b. Rasa terbakar

c. Teratogenik (cacat pada janin).

Page 60: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

49

4. Bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10 (Rhodamin B), dan

jingga K.1 (CI 12075)

Bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10 (Rhodamin B),

dan jingga K.1 (CI 12075) bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan

kanker. Ketiga bahan pewarna ini pada dasarnya adalah zat pewarna

sintetis yang lazim digunakan pada perusahaan kertas, tekstil, dan tinta.

Reaksi negatif yang dapat ditimbulkan pada penggunaan bahan pewarna

sintetis ini adalah:

a. Kanker, zat warna sintetis ini bersifat karsinogenik yang sangat

berbahaya bagi kesehatan manusia.

b. Rhodamin B pada konsentrasi tinggi berpotensi menimbulkan

kerusakan hati.

Reaksi negatif yang ditimbulkan oleh bahan berbahaya yang

terkandung dalam kosmetik beragam, mulai dari iritasi ringan hingga

berat, alergi, penyumbatan fisik di pori-pori, keracunan lokal atau

sistemik. Reaksi negatif ini ternyata tidak hanya berdampak pada jaringan

kulit, akan tetapi dampaknya bisa lebih luas lagi. Bahkan berpengaruh

pada sistem jaringan dan organ-organ penting lainnya. Bahan berbahaya

merupakan racun atau toxin. Racun yang dioleskan pada kulit melalui

produk kosmetik akan diserap oleh kulit dan masuk kedalam tubuh melalui

aliran darah dan akhirnya tersimpan dalam sel-sel di seluruh tubuh, bisa

dibayangkan apa yang akan terjadi. Racun tersebut bisa saja menyebabkan

berbagai macam efek negatif, seperti mutasi DNA, kanker, menyebabkan

kemandulan, kerusakan pada sistem saraf, dan berbagai masalah kesehatan

lainnya.77

77

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 39

Page 61: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

50

Gejala-gejala yang biasanya tampak dan terasa akibat penggunaan

kosmetik yang mengandung bahan berbahaya:

1. Kulit terasa panas dan pedih

Kosmetik yang tidak aman bagi kulit dan kesehatan, akan memberikan

reaksi negatif pada kulit. Selanjutnya reaksi negatif tersebut akan

menimbulkan gejala-gejala tertentu pada kulit. Gejala-gejala yang

umum terasa pada kulit adalah panas dan pedih. Gejala ini

menunjukkan bahwa kulit mengalami iritasi atau peradangan.

2. Perubahan warna kulit secara ekstrem (cepat)

Perubahan waran kulit yang ekstrem dan terlalu cepat merupakan salah

satu ciri bahwa formula bahan aktif yang terkandung dalam kosmetik

tersebut sangat keras atau bahkan menggunakan zat-zat berbahaya

yang sebenarnya dilarang penggunaannya dalam kosmetika.

3. Terjadi pembengkakan atau peradangan

Kosmetik yang mengandung bahan-bahan berbahaya dapat merusak

kulit. Salah satu gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah

pembengakakan dan peradangan pada daerah yang diaplikasikan

dengan kosmetik tersebut.

4. Membuat kulit belang

Beberapa kosmetik ada yang mengandung zat warna berbahaya.

Biasanya aplikasi kosmetik ini meninggalkan bekas tapak yang tidak

rata, sehingga kulit terlihat seperti bayangan gelap yang tidak rata.

Gejala ini merupakan salah satu indikasi bahwa kosmetik yang

digunakan mengandung bahan aktif keras yang tidak aman bagi kulit.

5. Pori-pori menjadi lebar dan berkomedo

Gejala ini memang tidak terlalu bebahaya. Namun demikian,

penggunaan produk kosmetik sebaiknya tetap dihentikan. Karen jika

diteruskan justru menyebabkan kulit semakin bermasalah, berjerawat,

dan muncul komedo. Gejala ini timbul sebagai salah satu efek dari

penggunaan kosmetik yang mengandung cream pelembab yang

berminyak. Penumpukan minyak dan debu yang ditangkapnya,

Page 62: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

51

menyumbat pori-pori, dan menimbulkan komedo. Akibatnya, wajah

menjadi rentan jerawat dan komedo.

D. Kejahatan Pemalsuan Merek Kosmetik Menurut Hukum Islam

Islam adalah agama yang sempurna. Agama Islam telah mengatur

segala macam tata cara dan solusi dari setiap permasalahan dalam menjalani

kehidupan manusia di dunia sejak lahir hingga meninggal dunia. Begitu juga

mengenai masalah dunia perdagangan atau jual-beli yang tidak luput dari

pandangan Islam.

Merek merupakan harta berupa hak dan tidak berwujud atau dapat di

sebut harta immateril. Pemalsuan merek jelas merupakan perbuatan yang

merugikan si pemilik merek karena untuk menciptakan sebuah merek, pemilik

telah mencurahkan pikiran, tenaga, waktu, bahkan uang yang tidak sedikit

sehingga hak-haknya atas manfaat dari merek tersebut harus dilindungi.

Meskipun Islam tidak mengatur secara eksplisit mengenai pemalsuan

merek. Namun, perbuatan curang seperti ini didalam hukum Islam termasuk

perbuatan yang sangat dilarang, karena dapat merugikan orang lain, dalam hal

ini pemilik merek dan juga konsumen yang menggunakan barang yang

dipalsukan tersebut bahkan negara. Allah SWT berfirman dalam surat As-

syu’ara ayat 183:

Artinya: Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya

dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;

Dalam al-Qur’an disebutkan juga mengenai perdagangan yang adil

dan jujur yaitu perdagangan yang antara pedagang dan pembeli tidak saling

menzalimi dan tidak pula dizalimi. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-

Baqarah ayat (279).

Page 63: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

52

Artinya: ”Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka

ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu

bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak

menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS Al-Baqarah ayat 279).

Sepintas ayat ini memang berbicara tentang riba, tetapi secara implisit

mengandung pesan-pesan perlindungan konsumen. Di akhir ayat disebutkan

tidak menganiaya dan tidak dianiaya (tidak menzalimi dan tidak pula

dizalimi). Dalam konteks bisnis, potongan pada akhir ayat tersebut

mengandung perintah bahwa antara pelaku usaha dan konsumen dilarang

untuk saling menzalimi atau merugikan satu dengan yang lainnya. Hal ini

berkaitan dengan hak-hak konsumen dan juga hak-hak pelaku usaha

(produsen).78

Selain ayat al-Qur’an diatas, Islam juga mengatur mengenai

perdagangan yang jujur dalam sebuah hadis Nabi Saw, yaitu:

“Hakim bin Hizam Ra. Dari Nabi Saw, ia bekata: Dua orang yang

berjual-beli apabila keduanya jujur dan memberi nasehat maka keduanya

diberkahi dalam jual belinya. Dan apabila keduanya menyembunyikan dan

berdusta maka di cabut jual belinya.”79

Meskipun tidak disebutkan secara terperinci, dari hadis diatas dapat

dipahami bahwa antara pelaku usaha dan pembeli memiliki kewajiban untuk

saling berlaku jujur dalam melakukan transaksi jual-beli agar dapat

mendatangkan kebaikan kepada keduanya. Selain itu hadis tersebut juga

menyebutkan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dan juga konsumen,

yakni menyembunyikan dan berdusta dalam melakukan jual beli karena akan

78

Nurhalis, “Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999” Institut Agama Islam Hamzanwadi, III, 9, (Desember, 2015)

h. 526 79

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Al-Bukhari, (Beirut: Dar al-fikri, 1994), jilid

1, h. 85

Page 64: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

53

mendatangkan keburukan seperti kerugian baik dari pihak pelaku usaha

maupun konsumen itu sendiri.

Dalam sejarah Islam, Rasulullah Saw sangat dikenal akan

kejujurannya dalam berdagang, begitu pun saat menjadi pemimpin, beliau

sangat memperhatikan masalah perlindungan konsumen, yakni dengan cara

melarang perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan konsumen di dalam

dunia perdagangan.

Praktek-praktek dalam berbisnis yang dilarang oleh Rasulullah ketika

beliau memerintah di Madinah antara lain:80

a. Talaqqi Rukban, adalah mencegat pedagang yang membawa barang dari

tempat produksi sebelum sampai ke pasar. Rasulullah SAW bersabda

“Jangan kamu mencegat para pedagang ditengah jalan. Pemilik barang

berhak memilih setelah sampai pasar, apakah ia menjual kepada mereka

yang mencegat atau kepada orang yang ada di pasar”. (Muttafakun alaih)

b. Melipat gandakan harga, menurut Imam Ghazali, dilarang melipat

gandakan harga dari kebiasaan yang berlaku.

c. Bai’al-gharar, bisnis yang mengandung unsur penipuan karena tidak

adanya kepastian.

d. Gisyah, adalah menyembunyikan cacat barang yang dijual, bisa juga

dengan mencampur produk cacat ke dalam produk yang berkualitas baik.

e. Bisnis Najasy, adalah peraktik berbisnis di mana seseorang berpura-pura

sebagai pembeli yang menawar dengan tawaran tinggi yang disertai

dengan pujian kualitas secara tidak wajar, dengan tujuan untuk

menaikkan harga barang.

f. Produk haram, adalah memperdagangkan barang-barang yang telah

dilarang dan diharamkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.

g. Riba, adalah pengambilan tambahan dalam transaksi bisnis.

80

Nurhalis, “Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999” Institut Agama Islam Hamzanwadi, III, 9, (Desember, 2015)

h. 527

Page 65: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

54

Tathfif, adalah mengurangi timbangan atau takaran barang yang akan dijual.

Dari praktik-praktik bisnis yang dilarang tersebut, kejahatan

perdagangan kosmetik palsu termasuk kedalam praktek perdagangan gisyah

yakni menyembunyikan cacat barang yang dijual. Dalam hal ini, hukuman

yang dapat dikenakan kepada pelaku gisyah adalah ta’zir karena bentuk dan

ukurannya tidak diatur secara tegas oleh syariat.

Islam sangat melarang umatnya untuk menggunakan atau melakukan

hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri seperti halnya menggunakan

kosmetik palsu karena kandungan zat-zatnya yang berbahaya bagi kesehatan

bahkan jiwa penggunanya. Allah swt berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan” (Qs. Al-Baqarah [2]: 195).

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Qs. An-Nisa’ [4]: 29).

Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri

atau membinasakan diri sendiri. Penggunaan kosmetik palsu dapat

mengakibatkan berbagai efek buruk pada penggunanya baik dalam jangka

pendek maupun panjang karena bahan-bahan dan cara yang digunakan dalam

pembuatannya tidak sesuai dengan standar keamanan sebagai mana mestinya.

Oleh karena itu, umat Islam harus senantiasa berhati-hati dan waspada

Page 66: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

55

terhadap apa yang akan ia konsumsi atau gunakan jangan sampai hal tersebut

merugikan dirinya sendiri.

Pasal 2 dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan

asas dalam perlindungan konsumen, salah satunya adalah asas keamanan dan

keselamatan konsumen. Asas Keamanan dan Keselamatan, dalam hukum

Islam ada lima hal yang wajib dijaga dan dipelihara (al-dharuriyyat

alkhamsah), yaitu:

a. memeliharaan agama (hifdh al-din),

b. memelihara jiwa (hifdh al-nafs),

c. memelihara akal (hifdh al-aql),

d. memelihara keturunan (hifdh nasl),

e. memelihara harta (hifdh al-maal).

Di dalam Islam, kelima hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib di

pelihara dalam setiap permasalahan kehidupan, begitu juga dalam dunia

perdagangan mengenai perlindungan konsumen. Misalnya, untuk menjaga

agama atau keimanan, konsumen muslim harus terlindung dari produk

makanan yang mengandung babi. Kemudian untuk menjaga jiwa, konsumen

harus terlindung dari produk makanan atau kosmetika yang mengandung

bahan-bahan berbahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwanya dan

begitu seterusnya.

Page 67: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

56

BAB IV

ANALISIS PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN

KOSMETIK

A. Faktor-Faktor Penyebab Kejahatan Pemalsuan Merek dalam

Perdagangan Kosmetik

Kejahatan perdagangan kosmetik palsu yang marak terjadi di dalam

dunia perdagangan Indonesia sangat meresahkan banyak kalangan terutama

wanita sebagai konsumen utama dari produk-produk kosmetika. Beredarnya

kosmetik palsu di pasaran di sebabkan oleh banyak faktor. Dalam skripsi ini,

penulis membagi faktor-faktor penyebab tersebut kedalam dua bagian, yakni

faktor penyebab dari korban dan faktor penyebab dari pelaku usaha.

1. Faktor Korban

Kejahatan dan korban merupakan 2 (dua) hal yang memiliki

keterkaitan antara satu dengan yang lain. Terjadinya sebuah kejahatan

pasti akan menimbulkan korban. Sebaliknya, korban juga berperan dalam

menimbulkan kejahatan. Peran yang dimaksud adalah keadaan diri korban

yang memicu timbulnya sebuah kejahatan.

Korban mempunyai peranan yang fungsional dalam terjadinya

suatu kejahatan. Pada kenyataannya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin

timbul suatu kejahatan kalau tidak ada korban kejahatan, yang merupakan

peserta utama dari penjahat dalam hal terjadinya suatu kejahatan dan hal

pemenuhan kepentingan si penjahat dalam hal terjadinya suatu kejahatan

dan hal pemenuhan kepentingan si penjahat yang berakibat penderitaan

korban.81

Jadi, walaupun korban merupakan pihak yang dirugikan dalam

81

Rena Yulia, Viktimologi: Perindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 75

56

Page 68: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

57

terjadinya kejahatan perdagangan kosmetik palsu, tidak dapat dipungkiri

bahwa korban juga memiliki peran terhadap terjadinya kejahatan ini.

Di dalam skripsi ini, penulis memperoleh data primer berupa

wawancara. Penulis melakukan wawancara terhadap 3 orang responden

yang pernah menjadi korban penggunaan kosmetik palsu. Berikut adalah

hasil wawancara yang telah di lakukan penulis:

1) Wawancara terhadap Hana Hanifah

Responden pertama bernama Hana Hanifah sesorang

mahasiswa, berusia 21 tahun. Hana mengaku pernah menjadi korban

perdagangan kosmetik palsu saat 2 tahun yang lalu sekitar tahun 2015.

Saat itu Hana melihat sebuah produk kosmetik eye shadow merek

terkenal dalam sebuah video di YouTube, dalam video tersebut

sesorang youtuber mengulas tentang produk eye shadow tersebut yang

merupakan merek terkenal asal Amerika Serikat dan membuat Hana

tertarik untuk membelinya.

Tanpa pikir panjang, hana langsung mencari produk tersebut di

online shop melalui media sosial Instagram, setelah produk tersebut

sampai di tangannya, Hana langsung mencoba dan ternyata hasilnya

jauh berbeda dari apa yang Hana saksikan di YouTube, mulai dari

teksturnya, pigmentasi warna ketika di aplikasikan, hingga ketahanan

produk saat menempel dikulit yang di rasa Hana sangat

mengecewakan, kemudian hana mengetahui bahwa produk yang ia beli

adalah produk palsu dengan tampilan yang sama persis dengan produk

aslinya, hana mengetahui bahwa ternyata produk aslinya di jual dengan

harga Rp879.000,00-, sedangkan produk yang hana beli di online shop

tersebut harganya hanya Rp130.000,00-, tentu perbandingan harga

antara keduanya sangat jauh berbeda.82

2) Wawancara terhadap Meilina Sari

Responden kedua bernama Meilina Sari, seorang ibu rumah

tangga, berusia 40 tahun. Meilina menceritakan pengalamannya

82

Wawancara pribadi pada tanggal 20 Desember 2017.

Page 69: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

58

menggunakan produk kosmetik palsu ketika direkomendasikan oleh

teman arisannya yang menjual dan menggunakan serangakian produk

pemutih wajah dengan merek yang sudah terkenal, produk tersebut

terdiri dari krim pagi, krim malam, toner dan sabun.

Awalnya Meilina ragu untuk membeli karena khawatir produk

tersebut merupakan produk pemutih yang mengandung bahan

berbahaya yang memang sedang marak terjadi pada saat itu.

Namun temannya meyakinkan bahwa merek tersebut aman

karena telah mencobanya sendiri. Tergiur dengan efek yang cepat dan

bagus yang di rasakan oleh temannya, akhirnya Meilina memutuskan

untuk membeli produk tersebut sesuai dengan yang dikatakan

temannya, hanya dalam dua minggu pemakaian, Meilina sudah

mendapatkan kulit wajah yang jauh lebih putih dari sebelumnya persis

seperti yang ia idamkan.

Anehnya, lama kelamaan Meilina mulai merasakan efek negatif

dari pemakaian produk tersebut diantaranya adalah kulitnya menjadi

sangat merah setiap terpapar sinar matahari, kemudian terjadi

pengelupasan dibeberapa area di wajahnya. Akhirnya Meilina mencari

informasi mengenai ciri-ciri produk pemutih yang mengandung bahan

berbahaya seperti merkuri dan hidrokinon di internet, dan ternyata ciri-

ciri yang ia baca di internet sama dengan produk yang ia gunakan,

setelah itu Meilina menghentikan pemakaian produk tersebut. Lama

kelamaan kulitnya berangsur membaik, namun tidak lagi putih seperti

sebelumnya dan timbul beberapa bercak hitam kecil yang sulit untuk

hilang.83

3) Wawancara terhadap Mita Oktaviani

Responden ketiga bernama Mita Oktaviani, seorang karyawati

swasta, berusia 22 tahun. Pengalaman Mita menjadi Korban

perdagangan kosmetik palsu adalah ketika ia telah beberapa kali

menggunakan produk pelembab dengan merek Citra yang memang

83

Wawancara pribadi pada tanggal 22 Desember 2017

Page 70: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

59

merupakan produk terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Selama

beberapa bulan Mita menggunakan produk pelembab tersebut Mita

merasa cocok dan sudah 3 kali membeli produk yang sama secara terus

menerus di supermarket dekat rumahnya.

Hingga suatu saat ia pergi kepasar dan menemukan produk yang

sama namun dengan harga yang jauh lebih murah, tanpa pikir panjang

Mita membeli produk tersebut karena kebetulan pelembab yang biasa ia

gunakan sudah habis, setelah beberapa hari pemakaian, Mita mulai

merasakan efek yang tidak biasa dari pemakaian produk tersebut, yakni

dengan timbulnya jerawat dan sedikit rasa gatal diwajahnya setelah

memakai produk tersebut. Akhirnya mita memutuskan untuk membeli

produk pelembab tersebut di supermarket dimana ia biasa membeli.

Mita membedakan antara produk yang ia beli di supermarket

dengan produk yang ia beli di pasar. Menurutnya, jika diperhatikan

secara sekilas memang tidak ada perbedaan antara keduanya. Namun,

jika diperhatikan dengan lebih teliti, maka akan terlihat beberapa

perbedaan antara kedua produk tersebut.

Produk yang Mita beli di pasar memiliki aroma yang jauh lebih

harum dan agak menyengat, sedangkan produk yang dibeli di

supermarket memiliki aroma harum yang lembut. Selain itu, produk

yang ia beli di pasar akan terasa agak lengket dan tidak mudah

menyerap ketika di aplikasikan ke kulit. Sedangkan produk yang ia beli

di supermarket ketika di aplikasikan ke kulit sama sekali tidak lengket

dan juga mudah menyerap ke dalam kulit. Setelah itu Mita memutuskan

untuk membuang produk yang ia beli di pasar dan menggunakan

produk yang ia beli di supermarket seperti biasanya.84

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

peran korban yang menjadi faktor terjadinya kejahatan perdagangan

kosmetik palsu adalah sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan untuk membedakan antara produk kosmetik asli dan

84

Wawancara pribadi pada tanggal 28 Desember 2017.

Page 71: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

60

palsu.

Ketidaktahuan konsumen dalam membedakan antara produk

kosmetik asli dan produk kosmetik palsu adalah salah satu hal yang

menjadi tujuan produsen kosmetik palsu untuk meraup keuntungan.

Karena dalam hal ini, konsumen akan mengira bahwa suatu produk

memiliki kualitas baik karena merupakan produk dengan merek

yang telah terkenal, padahal produk tersebut hanyalah produk palsu

yang sengaja dibuat sangat mirip dengan produk dari merek

tersebut. Konsumen mungkin baru akan menyadari ketika

merasakan langsung kualitas dari produk palsu tersebut yang

berbeda dari produk aslinya, atau bahkan tidak menyadarinya sama

sekali sehingga akan membeli lagi dikemudian hari.

b. Keinginan untuk tampil cantik dengan harga yang murah.

Produk palsu biasanya memiliki harga yang jauh lebih murah

dibandingkan dengan produk aslinya. Inilah salah satu hal yang

dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk kosmetik

palsu tersebut. Tidak jarang wanita yang ingin tampil cantik, namun

enggan mengeluarkan biaya yang banyak hanya untuk membeli

produk kosmetik.

c. Mudah percaya.

Produk kosmetik palsu yang telah dilabeli dengan merek terkenal

biasanya akan terlihat sangat mirip dengan produk aslinya, namun

dijual dengan harga yang jauh lebih murah. Banyak konsumen yang

dengan mudahnya percaya dan tidak merasa curiga sedikit pun

bahwa produk kosmetik tersebut adalah produk palsu yang

menyerupai produk dengan merek terkenal.

2. Faktor Pelaku Usaha

Page 72: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

61

Faktor usaha yang dimaksud adalah berbagai keadaan baik dari

dalam maupun luar diri pelaku usaha yang dapat menjadi penyebab ia

melakukan kejahatan perdagangan kosmetik palsu.

BPOM selama tahun 2016 telah melakukan sampling dan

pengujian laboratorium terhadap 21.765 sampel kosmetika. Hasil

pengujian laboratorium menunjukkan bahwa 235 (1,08%) sampel tidak

memenuhi syarat mutu, meliputi: mengandung bahan aktif melebihi batas

41 (0,19%) sampel, cemaran mikroba 90 (0,41%) sampel dan mengandung

bahan dilarang 98 (0,45%).85

Dari hasil pengujian diatas menunjukan bahwa banyak pelaku

usaha yang memproduksi produk kosmetik tanpa mengikuti standar

keamanan yang berlaku terbukti dengan adanya bahan-bahan berbahaya

yang di temukan terkandung di dalam produk-produk kosmetik tersebut.

Begitu pula dengan para pelaku usaha kosmetik palsu yang memproduksi

produk kosmetik tanpa mengikuti standar yang berlaku. Berikut adalah

beberapa penyebab yang menjadi pendorong pelaku usaha untuk

melakukan kejahatan perdaganagn kosmetik palsu:

a. Kesulitan ekonomi.

Sulitnya mencari pekerjaan merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan banyak orang mengalami kesulitan ekonomi, di tambah

lagi dengan semakin meningkatnya tuntuan ekonomi membuat

sebagian orang terpaksa menghalalkan segala cara demi dapat bertahan

hidup, salah satunya dengan melakukan kejahatan berupa memalsukan

produk kosmetik dengan merek yang sudah terkenal.

b. Mudahnya memproduksi kosmetik palsu.

Bahan-bahan dasar pembuatan kosmetik yang mudah di

dapatkan di pasaran, membuat banyak orang memilih untuk menjalani

usaha memproduksi kosmetik, walaupun tanpa memiliki pengetahuan

yang mumpuni di bidang ini. Selain itu, dengan menjiplak atau

memalsukan kosmetik mereka dengan merek kosmetik terkenal,

85

Badan POM, laporan Tahunan 2016, (www.pom.go.id), h. 106

Page 73: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

62

mereka tidak akan kehabisan ide mengenai bagaimana cara agar

produk yang mereka jual tampak menarik karena mereka hanya perlu

mengemas produk mereka semirip mungkin dengan produk dari merek

terkenal.

c. Ingin meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.

Tingginya permintaan produk kosmetik dalam dunia

perdagangan Indonesia dimanfaatkan oleh para pelaku

usaha nakal ini untuk meraup keuntungan yang sebesar-

besarnya.

B. Analisis Upaya Penanggulangan Kejahatan Pemalsuan Merek dalam

Perdagangan Kosmetik

Terdapat dua upaya penanggulangan terhadap kejahatan perdagangan

kosmetik palsu, yakni upaya penanggulangan preventif dan upaya

penanggulangan represif, berikut penjelasannya:

1. Upaya Penanggulangan Preventif

Upaya penanggulangan preventif adalah upaya pencegahan

sebelum terjadinya suatu tindak pidana. Untuk mencegah terjadinya

kejahatan perdagangan kosmetik palsu, penulis menjabarkannya sebagai

berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai

kosmetik palsu beserta dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari

penggunaannya. Upaya ini dapat dilakukan:

1) Oleh Pemerintah

Ada banyak cara yang bisa di lakukan oleh pemerintah

dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai kosmetik palsu, yaitu dengan menyampaikan melalui

berbagai sosialisasi baik secara langsung maupun melalui iklan

layanan masyarakat.

2) Oleh Masyarakat

Page 74: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

63

Berdirinya komunitas seperti Masyarakat Indonesia Anti

Pemalsuan (MIAP) merupakan salah satu upaya dalam mencegah

kejahatan perdagangan kosmetik palsu. Dimana komunitas ini

mempunyai misi dan rencana strategis dalam mengurangi dampak

negatif praktek pemalsuan melalui kerjasama dengan pihak

berwenang yang terkait, serta meningkatkan kesadaran masyarakat,

perlindungan konsumen, dan penegakan hukum.

Langkah-langkah ini di harapkan dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat sehingga masyarakat akan berhenti menjadi

konsumen dari produk kosmetik palsu, karena apabila masyarakat

sadar terhadap dampak kosmetik palsu tersebut maka peredaran

kosmetik palsu akan menurun bahkan lama kelamaan akan

menghilang.

Selain itu, di dalam Islam kita dianjurkan untuk bersikap

hati-hati sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis ''Sikap

berhati-hati itu dari Allah dan sikap tergesa-gesa itu dari syaitan''

(HR. Baihaqi dari Anas Bin Malik ra) dari hadis tersebut kita

dianjurkan untuk senantiasa bersikap hati-hati dan waspada dalam

segala urusan, melakukan pengamatan yang seksama dan

pertimbangan yang tepat sebelum memutuskan berbagai perkara,

dan melakukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan

apa yang menjadi keinginan kita. Seperti halnya keinginan untuk

mempercantik diri dengan membeli berbagai produk kosmetik

yang juga harus disertai dengan kehati-hatian. Hati-hati dalam

memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan memastikan

bahwa produk tersebut memenuhi standar keamanan sebagai mana

mestinya. Jangan sampai kita mengambil keputusan dengan

tergesa-gesa berdasarkan nafsu belaka sehingga hasilnya kurang

maksimal dan bahkan menimbulkan dampak buruk yang sangat

fatal. Sikap hati-hati dan waspada datangnya dari Allah, sebagai

Page 75: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

64

isyarat bahwa sikap berhati-hati merupakan kebaikan, dan akan

mendatangkan hasil yang baik pula.

b. Pengawasan oleh pihak yang berwenang.

BPOM adalah badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah

Republik Indonesia untuk mengawasi peredaran produk obat dan

makanan, termasuk kosmetik di wilayah kesatuan Republik Indonesia.86

Pengawasan disini dapat berupa pemeriksaan langsung yang di lakukan

oleh BPOM maupun Kepolisian ke toko-toko yang menjual produk-

produk kosmetik untuk memastikan ada atau tidaknya produk kosmetik

yang tidak memenuhi standar kelayakan seperti kosmetik palsu yang

beredar di pasaran.

2. Upaya Penanggulangan Represif

Upaya penanggulangan represif adalah upaya berupa tindakan

setelah terjadinya suatu tindak pidana. Mengenai upaya penanggulangan

represif terhadap kejahatan perdagangan kosmetik palsu ini, penulis

menjabarkannya sebagai berikut:

a. Penarikan dan pemusnahan produk kosmetik palsu.

BPOM dan pihak berwenang yang terkait lainnya, dapat

melakukan penarikan dan pemusnahan terhadap peredaran produk

kosmetik yang tidak memenuhi standar kelayakan seperti halnya

kosmetik palsu sebagai salah satu upaya penanggulangan represif

terhadap kejahatan ini.

b. Penegakan hukum.

Upaya terakhir dalam penanggulangan kejahatan perdagangan

kosmetik palsu ini adalah penegakan hukum (law enforcement), yaitu

berupa tindakan menjatuhkan sanksi terhadap pelaku kejahatan.

86

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana, A-Z Tentang Kosmetik, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013) h. 57

Page 76: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

65

Menurut analisa penulis, pelaku usaha kosmetik palsu

melanggar:

1) Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis bahwa, setiap orang yang dengan

tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya

dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda

palig banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

2) Pasal 8 ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen bahwa, pelaku usaha dilarang

memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa

yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang di

persyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; yang

sanksinya tertera dalam Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang berbunyi, pelaku usaha yang

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal

9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a,

huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling

banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

3) Pasal 106 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan bahwa, Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat

diedarkan setelah mendapat izin edar; Penandaan dan informasi

sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan

objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan; Pemerintah

berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari

peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah

memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi

persyaratan dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita

Page 77: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

66

dan dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Bagi yang melanggar ketentuan tersebut dapat dijerat dengan

Pasal 197 Undang-Undang Kesehatan yang berbunyi, Setiap orang yang

dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi

dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Selanjutnya, apabila ditinjau dari hukum Islam, kejahatan

pemalsuan merek dalam perdagangan kosmetik dikategorikan sebagai

Gisyah atau menyembunyikan cacat pada barang yang dijual dan

termasuk kedalam jarimah ta’zir karena baik bentuk maupun ukurannya

tidak diatur secara tegas oleh syariat. Penegakan hukum pada jarimah

ini dapat berupa hukuman ganti rugi, denda, atau hukuman lain

tergantung kebijakan dari hakim yang menangani perkara tersebut.

Page 78: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Faktor Penyebab terjadinya kejahatan pemalsuan merek dalam

perdagangan kosmetik diantaranya adalah faktor korban dan faktor pelaku

usaha. Faktor korban yang dimaksud adalah keadaan diri korban yang

dapat menjadi penyebab terjadinya kejahatan ini seperti, ketidaktahuan

korban dalam membedakan antara produk kosmetik asli dan palsu,

keinginan korban untuk tampil cantik namun tidak dibarengi dengan

kemampuan ekonomi yang mencukupi sehingga korban cenderung

memilih untuk membeli produk kosmetik dengan harga yang murah, dan

mudah percaya. Sedangkan faktor pelaku usaha adalah faktor yang ada

didalam ataupun diluar diri pelaku usaha yang menyebabkan ia

melakukan kejahatan pemalsuan merek kosmetik seperti, kesulitan

ekonomi, mudahnya memproduksi kosmetik palsu, dan juga keinginan

untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.

2. Upaya penanggulangan terhadap kejahatan pemalsuan merek dalam

perdagangan kosmetik diantaranya berupa upaya preventif dan upaya

represif. Upaya preventif atau upaya pencegahan ini dapat dilakukan

dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai

kosmetik palsu beserta dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari

penggunaannya serta dengan melakukan pengawasan oleh pihak yang

berwenang seperti Badan POM dan kepolisian. Selanjutnya, upaya

represif atau upaya yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan dapat

Page 79: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

68

dengan melakukan penarikan dan pemusnahan terhadap produk kosmetik

palsu yang beredar dipasaran dan juga melakukan penegakan hukum

terhadap pelaku usaha yang melakukan kejahatan ini.

B. Saran

1. Badan Pengawas Obat dan Makanan diharapkan lebih meningkatkan

pengawasan dan sosialisasi secara lebih intensif mengenai kejahatan

perdagangan kosmetik palsu karena kejahatan ini dapat mengakibatkan

kerugian terhadap banyak pihak, selain konsumen, pemilik merek bahkan

negara dapat menjadi pihak yang dirugikan oleh kejahatan ini.

2. Pemilik merek sebaiknya mengajukan gugatan secara hukum terhadap

pelaku usaha kosmetik palsu apabila menemukan merek kosmetik

miliknya menjadi produk yang dipalsukan agar dapat memberikan efek

jera dan terciptanya penegakan hukum.

3. Konsumen dalam hal ini merupakan pihak yang paling dirugikan, karena

terdapatnya kemungkinan bahwa produk kosmetik palsu yang digunakan

mengandung bahan-bahan berbahaya yang dapat memberikan efek negatif

kepada diri konsumen. Untuk itu, konsumen harus lebih cerdas dalam

memilih kosmetik dan tidak mudah tergiur dengan harga yang murah dan

efek yang cepat, tetapi juga memastikan keamanan dari produk kosmetik

tersebut.

67

Page 80: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

Daftar Pustaka

Buku

Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.

Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Astarini, Dwi Rezki Sri. Penghapusan Merek Terdaftar. Bandung: Alumni. 2009.

Casavera. 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Djumhana, Muhammad dan Djubaedilah, R. Hak Milik Intelektual. Jakarta: Citra

Aditya Abadi. 1997.

Djazuli, A. Fiqh Jinayah Upaya menanggulangi Kejahatan dalam Islam. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada. 1997.

Dahlan, Abdul Aziz et.al. Jarimah Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. Jakarta:

Ichtiar Baru Van Hoeve. 1996.

Hamzah, Andi. Azas-Azas Hukum Pidana. Edisi Revisi. Jakarta: Renika Cipta.

2008.

Hakrisnowo, Hakristuti. Tindak Pidana Kesusilaan dalam Perspektif Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana dalam Pandangan Muhammad Amin Suma, dkk.

Jakarta: Pustaka Firdaus. 2001.

Hanafi, A. Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 1976.

Hanafi, Ahmad. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Bulan Bintang. 1993.

Hagan, Frank E. Edisi Ketujuh. Pengantar Kriminologi. Jakarta: Kencana. 2013.

Irfan, Nurul dan Masyrofah. Fiqh Jinayah, Jakarta: AMZAH. 2015.

Jened, Rahmi. Implikasi Persetujuan TRIPs Bagi Perlindungan Merek di

Indonesia. Surabaya: Yuridika. 2000.

Jened, Rahmi. Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global & Integrasi

Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015.

Kusumah, Mulyana W. Kriminologi dan Masalah Kejahatan (Suatu Pengantar

Ringkas). Bandung: Armco. 1984.

Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 2003.

Page 81: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

Kanter, E. Y. dan Sianturi, S. R. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya. Jakarta: Storia Grafika. 2002.

Muliyawan, Dewi dan Suriana, Neti. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo. 2013.

Maramis, Frans. Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. 2013.

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.

Muhammad, Abu Abdillah bin Ismail. Al-Bukhari, Jilid 1. Beirut: Dar al-fikri.

1994.

Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta:

Rajawali Pers.

Moeljanto. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 1993.

Prodjohamidjojo, Martiman. Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia.

Jakarta: Pradnya Paramita. 1997.

Prodjodikoro, Wirdjono. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Bulan Bintang. 1993.

Prodjodikoro, Wirjono. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung:

PT.Refika Aditama. 2008.

Prodjodikoro, Wirdjono. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta-

Bandung: Eresco. 1981.

Prasetyo, Teguh. Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

R. Soenarto Soedibroto, KUHP dan KUHAP. Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Saidin, OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Rights). Jakarta: Rajawali Press. 2015.

Soesilo, R. Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik

Khusus, Bogor: Politeia. 1979.

Suryatin. Hukum Dagang I dan II. Jakarta: Pradnya Paramita. 1980.

Shofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2003.

Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti. 2006.

Soedarto, R. Ilmu Hukum Semarang: UNDIP. 1989.

Sudarto. Hukum Pidana, Purwokerto: Universitas Soedirman. 1990.

Page 82: KEJAHATAN PEMALSUAN MEREK DALAM PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42144/1/SYAHRA... · Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada

Wasitaatmaja, Syarif M. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. 1997.

Yafie, Alie. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam I. Jakarta: PT Kharisma Ilmu. 2010.

Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqhu As-Syafi’I Al-Muyassar. Beirut: Darul fikr. 2008.

Perundang-undangan

KUHP

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1175/MenKes/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika.

Jurnal

Nurhalis. Desember 2015. III. 9. “Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif

Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999”. Institut Agama Islam

Hamzanwadi

Internet

http://industri.bisnis.com/, diakses 28 Oktober 2017 Pukul 16:32

https://bisnis.tempo.co/ diakses 5 Oktober 2017 Pukul 19:30