kehidupan pengangguran di jepang

58
KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG NIHON NI SHITSUGYOU NO SEIKATSU SKRIPSI Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh: ANNISA AMALIA 120708022 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

NIHON NI SHITSUGYOU NO SEIKATSU

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

ANNISA AMALIA

120708022

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

NIHON NI SHITSUGYOU NO SEIKATSU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana

dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I

Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum

NIP. 196207271987032005

Pembimbing II

Drs. Amin Sihombing

NIP. 196004031991031001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

Disetujui Oleh

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan, Oktober 2016

Departemen Sastra Jepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP: 19600919 198803 1 001

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat beserta karunianya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Kehidupan Pengangguran di Jepang”, disusun untuk

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan Program Studi Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan, dan kesalahan di berbagai sisi baik itu dalam hal tulisan, tata bahasa

maupun proses analisisnya yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, Penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi skripsi

ini sehingga skripsi ini lebih bermanfaat dan lebih sempurna kedepannya.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih, penghargaan, dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang selalu

memberikan waktu, tenaga serta pemikiran dalam membimbing,

mengarahkan serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini hingga selesai.

3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan saran-saran serta

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

ii

memberi perhatian penuh untuk membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan membuat skripsi saya menjadi lebih sempurna.

5. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama duduk di

bangku perkuliahan.

6. Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta Erni Djuldjun

dan Ayahanda tersayang Djumadi yang selalu mendukung, mendorong,

memberikan nasihat, dan memotivasi penulis untuk menyelasaikan skripsi

ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi

pembaca dan pengguna skripsi ini khususnya mahasiswa Sastra Jepang lainnya.

Penulis berharap dengan membaca skripsi ini akan menumbuhkan minat

membaca khususnya membaca karya sastra lainnya.

Medan, Oktober 2016

Penulis

ANNISA AMALIA

(120708022)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2.Perumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................................... 5

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...................................................... 5

1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 9

1.6.Metode Penelitian.................................................................................... 10

BAB II KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

2.1.Pengertian Pengangguran ........................................................................ 11

2.2.Jenis-Jenis Pengangguran........................................................................ 13

2.3.Populasi Pengangguran di Jepang ........................................................... 23

BAB III USAHA PEMERINTAH MENGHADAPI PENGANGGURAN

3.1.Tindakan Pemerintah .............................................................................. 33

3.1.1. Reformasi Sistem Kerja dan Sumber Daya Manusia .............. 33

3.1.2. Perubahan Kebijakan Kerja..................................................... 34

3.1.3. Meningkatkan Fungsi Pencocokan ......................................... 34

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

iv

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan ............................................................................................. 40

4.2.Saran ........................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak

bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama

seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang

layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau

para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang

mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah

dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan

pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan

timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Dalam konteks kenegaraan, negara kelas tiga atau biasanya dikenal dengan

negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak memiliki

permasalahan pengangguran dan dianggap suatu hal yang lumrah. Namun berbeda

halnya jika yang mengalami masalah pengangguran adalah negara maju seperti

negara Jepang yang memiliki peringkat perekonomian terbesar kedua didunia

setelah negara Amerika Serikat. Muncul banyak pertanyaan negara maju seperti

negara Jepang dengan kapitalisasi bursa saham dan industri manufaktur juga

mengalami permasalahan pengangguran.

Yang melatarbelakangi terjadinya pengangguran dinegara matahari terbit

ini adalah birokrasi atau persyaratan perusahaan yang tak terpenuhi calon pekerja,

ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat, atau hobi pada calon pekerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

2

Dapat dipastikan bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa

dampak pada aspek (sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena langsung

adalah seperti kesehatan dan pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya

pendidikan dan kesehatan harus ditanggung (bahkan merupakan kewajiban)

pemerintah. Bila pengangguran tersebut berlangsung cukup lama, maka

kemiskinan absolut bahkan kelaparan bisa terjadi. Dampak lain dari pengangguran

diantaranya adalah ketimpangan sosial, kecemburuan sosial, meningkatnya budget

pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan, meningkatnya kriminalitas,

dan lain-lain.

Pengangguran di Jepang juga memiliki dampak sosioekonomi.

Sebelumnya perlu dijelaskan arti dari kata sosioekonomi. Kata sosioekonomi

berasal dari kata sosiologi dan ekonomi. Sosioekonomi merupakan kedudukan

atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis

aktifitas ekonomi, pendidikan, serta pendapatan. Keterkaitan dampak

sosioekonomi terhadap pengangguran tentu sangatlah erat. Dari semua dampak

sosioekonomi tersebut, akan tampak bagaimana seseorang akan menjadi dan

mengalami pengangguran. Misalnya, seseorang dengan pendidikan yang tinggi,

mungkin akan kecil kemungkinannya menjadi seorang pengangguran

dibandingkan dengan seorang yang tak memiliki kependidikan. Dengan

kurangnya pendidikan seorang tersebut akibat dari kondisi sosioekonomi yang tak

memungkinkan, menyebabkan sulit dalam mencari pekerjaan dan pada akhirnya

menyandang status sebagai pengangguran. Pengangguran inilah akan

menimbulkan kemiskinan yang merupakan suatu masalah sosial dimana

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

3

kemiskinan sangat mempengaruhi kondisi ekonomi para pengangguran. Karena

itu juga angka pengangguran dan kemiskinan berjalan beriringan.

Pada umumnya pengangguran sebagai pangkal penyebab masalah sosial

ekonomi. Hilangnya pekerjaan seseorang akan menghambat untuk

melangsungkan kehidupan orang itu sendiri, sehingga akan memicu terjadinya

kemiskinan yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang pada

akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri seperti yang dilakukan para

homeless demi memiliki tempat tinggal sebagai perlindungan.

Pengangguran juga dikaitkan dengan tingkat peningkatan masalah

kesehatan mental dan fisik. Karena pengangguran dapat berkontribusi terhadap

harapan hidup seseorang menjadi berkurang. Dampak sosioekonomi masyarakat

Jepang membuat pemerintah Jepang ikut terlibat dalam menangani kasus seperti

kemiskinan, kelaparan, homeless, hingga bunuh diri.

Dari sekian banyaknya dampak-dampak pengangguran membuat

pemerintah harus memainkan perannya dalam mengatasi masalah pengangguran.

Seperti menyediakan lowongan pekerjaan, meningkatkan taraf kemakuran

masyarakat, mewujudkan kestabilan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi,

membuat kebijakan fiskal, dan kebijakan moneter.

Oleh karena itu, pemerintah Jepang melihat seperti sektor pertanian

sebagai salah satu dari beberapa industri yang bisa menghasilkan pekerjaan.

Pemerintah juga mengalokasikan dana untuk mengirim para pengangguran baik

usia produktif maupun sudah tidak produktif lagi dalam program pelatihan kerja

baik disektor pertanian, kehutanan, maupun perikanan, mengingat tiga sektor

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

4

tersebut adalah sektor yang sangat menjanjikan dalam sebuah karir. (Fackler,

2010, http://www.nytimes.com/2010/04/22/world/asia/22poverty.html).

Selain itu faktor-faktor pengangguran di Jepang juga disebutkan dalam

beberapa istilah antara lain NEET (Not Employment, Education, and Training),

SNEPs (Solitary Non-Employment Persons), Furiitaa, homeless, pengemis, dan

lain-lain.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti

pengangguran yang terjadi di Jepang, melalui skripsi yang berjudul "Kehidupan

Pengangguran yang Terjadi di Jepang Dewasa Ini".

1.2. Perumusan Masalah

Meskipun negara Jepang merupakan negara yang memiliki perekonomian

terbesar kedua didunia, namun tidak menutup kemungkinan negara Jepang tidak

memiliki pengangguran. Pengangguran membawa dampak yang cukup besar bagi

masyarakat Jepang itu sendiri. Sampai saat ini pemerintahan Jepang masih

mencari solusi untuk mengurangi angka pengangguran di Jepang. Oleh karena itu

penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar belakang, antara lain:

1. Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan pengangguran di Jepang?

2. Upaya apa yang dilakukan pemerintah dalam menangani pengangguran di

Jepang?

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

5

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang

lingkup pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik

permasalahan.

Didalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada kehidupan

pengangguran yang terjadi di Jepang saat ini. Serta dikemukakan juga tentang

pengertian pengangguran, kegiatan sehari-hari para penganggur, dan faktor-faktor

terjadinya pengangguran dalam masyarakat Jepang.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Salah satu hal yang melatarbelakangi terjadinya pengangguran yaitu

karyawan yang tidak memenuhi ekspektasi perusahaan alias kinerja yang kurang

maksimal membuat karyawan tersebut akan diberhentikan dari pekerjaannya,

sehingga menyandang status menjadi seorang pengangguran.

Dilihat dari angka pengangguran suatu negara, Jepang tergolong negara

yang memiliki tingkat pengangguran yang rendah. Pengangguran secara ekonomi

menurut para ahli dalam (http://www.materiakuntansi.com/pengertian-

pengangguran-menurut-para-ahli-ekonomi/) ialah orang yang berada pada usia

kerja, tidak bekerja, dan sedang mencari kerja. Pengangguran adalah orang yang

tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari

selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapat pekerjaan yang

layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau

pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

6

mampu menyerapnya. Pengangguran sering sekali menjadi masalah dalam

perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan

pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya

kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Isu pengangguran selalu menarik untuk dicermati baik oleh pemerintah

maupun peneliti, karena pengangguran berkaitan dengan masalah kesejahteraan

penduduk. Asumsinya adalah penduduk yang tidak memiliki pendapatan untuk

menopang kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu isu mengenai

pengangguran menjadi jargon politik oleh pemerintah dan parlemen. Dalam

program pembangunan, masalah pengangguran mendapat prioritas untuk

dijalankan. Pemerintah berusaha membuat kebijakan untuk menyediakan

lapangan kerja terutama untuk kelompok penduduk muda, menurut (Hatmadji dkk,

2004:417).

(Nanga, 2001:249) menyatakan pengangguran dapat dibedakan menjadi

pengangguran terbuka dan terselubung. Pengangguran terbuka adalah suatu

keadaan dimana seorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor

force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.

Pengangguran terselubung (setengah pengangguran) adalah suatu keadaan dimana

seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force), bekerja

dengan jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal (batas kerja normal adalah 35

jam perminggu) atau seseorang yang bekerja memenuhi jam kerja normal, namun

memiliki penghasilan yang dibawah standar atau ada ketidaksesuaian antara latar

belakang pendidikan dengan jenis pekerjaan yang ditekuni.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

7

Jenis pengangguran terbuka (open unemployment) menurut Dinas

Nakertrans dengan BPS Provinsi DKI Jakarta (2007) adalah angkatan kerja yang:

Mencari pekerjaan, ialah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan,

atau orang yang belum pernah atau sudah pernah bekerja karena sesuatu hal

berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Mempersiapkan usaha, ialah orang yang tidak bekerja, sedang melakukan

persiapan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan

atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan pekerja seperti

mengumpulkan modal atau perlengkapan, mencari lokasi, mengurus surat ijin

usaha, dan sebagainya.

Tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan. Sudah memiliki pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Dari jenis-jenis pengangguran diatas, negara Jepang dikategorikan dalam

jenis pengangguran alamiah (Natural Unemployment). Dikarenakan dari tingkat

kestabilan inflasi. Tentu pengaruh inflasi sangat berdampak terhadap

pengangguran. Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi. menunjukkan

pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang

tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi

menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga

barang impor.

Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif murah.

Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di

pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun,

sebaliknya nilai impor cenderung naik.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

8

Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya

permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah

pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan

sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi.

Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dai bahasa Yunani:

Phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan logos berarti kata,

ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat

diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Dalam arti

luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak.

Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada

kesadaran kita. Jadi, fenomenologi mempelajari tentang apa yang tampak atau

menampakkan diri.

Penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pengertian pendekatan

adalah landasan kajian studi atau penelitian. Sedangkan istilah sosiologi berasal

dari kata latin socius yang berarti "kawan" dan kata yunani logos berarti "kata"

atau "berbicara". Jadi sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Sosiologi

adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk

perubahan sosial. Perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan

struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan

ditunjang bersama (Veeger, 1985:3). Selain itu sosiologi adalah ilmu sosial yang

kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional,

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

9

dan empiris, serta bersifat umum (Soekanto, 1982:20). Sedangkan sosiologi

menurut Pitirim Sorokin dalam Wikipedia sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala

sosial lainnya (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral),

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala

sosial lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologis adalah landasan kajian

sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

Dengan pendekatan ini, maka dapat ditinaju interaksi kehidupan masyarakat

Jepang khususnya di usia produktif.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab pengangguran di Jepang.

2. Untuk mendekripsikan upaya pemerintah dalam menangani masalah

pengangguran di Jepang.

1.5.2. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan mengenai pengangguran di negara maju, khususnya di

negara Jepang

2. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya pengangguran di negara Jepang.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

10

3. Menambah pengetahuan mengenai solusi pemerintah dalam menangani

pengangguran di negara Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan, dan

menguji masalah yang dihadapi.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode ini merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini

atau saat yang lampau. (Asep Saeful Hamdi, 2005:5).

Penulis juga menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan

adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan

membaca literatur atau buku yang ada di perpustakaan (Asep Saeful Hamdi,

2005:50).

Disamping itu, penulis juga memperoleh data-data dari media online yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

11

BAB II

KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

2.1. Pengertian Pengangguran

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam http://www.bps.go.id/

pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang

mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang

sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Sukirno (2007:472) mendiskripsikan bahwa pengangguran adalah

seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif

sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu tetapi tidak dapat

memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Kemudian Djohanputro (2006:70)

mengatakan pengangguran adalah mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha

mendapatkan (atau mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil

mendapatkannya (menemukannya). Berdasarkan dua pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa pengangguran adalah orang yang berada digolongan usia

angkatan kerja (usia produktif) tidak memiliki pekerjaan dan sedang berusaha

mencari pekerjaan.

Selain itu, untuk memperkuat pernyataan dari defenisi pengangguran, dan

untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah

ketenagakerjaan (employment), harus memperhitungkan pula masalah

pertambahan pengangguran yang jumlahnya lebih besar dimana kegiatannya aktif

bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara penuh

(underutilized). Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

12

Edgar O. Edward dalam Lincolin Arsyad (1999:35) perlu diperhatikan dimensi-

dimensi antara lain:

1. Waktu (banyak nya mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam kerja

perhari, perminggu atau pertahun.

2. Produktivitas (kurangnya produktiviyas sering sekali disebabkan oleh

kurangnya sumber daya-sumber daya komplementer untuk melakukan

pekerjaan.

3. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan)

Pengangguran merupakan masalah yang erat kaitannya dengan

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui

apakah perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh atau tidak.

Secara teoritis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesempatan kerja penuh

apabila tenaga kerja yang tersedia seluruhnya digunakan. Namun bila tidak, dapat

menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi. Berdasarkan penjelasan tersebut, hal

inilah pengangguran dikategorikan sebagai masalah makroekonomi dimana

permasalahan kebijakan ekonomi makro mencakup masalah-masalah yang

berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian perekonomian secara umum.

Pengangguran juga mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang

paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar

kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran

menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis

sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu

menciptakan lapangan kerja. (Mankiw, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

13

2.2. Jenis-Jenis Pengangguran

Menurut Case (2004:63) dalam bukunya prinsip-prinsip ekonomi makro,

pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

2.2.1. Pengangguran Friksional (frictional unemployment)

Pengangguran Friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan

oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah itu merujuk pada pencocokan

pekerjaan atau keterampilan jangka pendek. Selain itu pengangguran Friksional

juga merupakan jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya

perubahan didalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan

atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi

karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari satu

pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibanya harus mempunyai tenggang waktu dan

berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain.

Contohnya yaitu adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor

industri.

2.2.2. Pengangguran musiman (seasonal unemployment)

Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka

pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan

pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu

tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada

waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Dengan

demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

14

2.2.3. Pengangguran siklis (cyclical unemployment)

Pengangguran siklis atau pengangguran konjungtur adalah pengangguran

yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian.

Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan

harus mengurangi kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam

kerja dikurangi, Sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga

kerja diberhentikan. Apabila permintaan barang dan jasa menurun, maka pihak

pengusaha akan memperkecil jumlah produknya. Sehingga banyak tenaga kerja

yang dikeluarkan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan

jumlah dan tingkat pengangguran. Contohnya turunnya permintaan barang

elektronik berupa radio menyebabkan pengangguran.

2.2.4. Pengangguran struktural (structural unemployment)

Dikatakan pengangguran stuktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari

kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan

pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang

pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi produksi yang

digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi. Dilihat dari

sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding pengangguran

friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama.

Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural yaitu sebagai

akibat dari kemerosotan permintaan atau sebagai akibat dari semakin canggihnya

teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan suatu perusahaan

menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. Contohnya

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

15

negara Indonesia yang basisnya merupakan negara agraris berganti menjadi

negara industri maka akan mengakibatkan masyarakat yang tidak punya keahlian

akan tersisihkan dari pekerjaan.

Untuk mengetahui defenisi pengelompokan pengangguran berdasarkan

dimensi dimensi yang telah dibahas sebelumnya, sangat berkaitan erat dengan

bentuk-bentuk pengangguran.

Bentuk-bentuk pengangguran menurut Edgar O. Edward (1974:80) adalah:

1. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan

seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk

mereka.

2. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang secara

nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga pengurangan

dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan.

3. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja

penuh tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

4. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang bekerja secara

produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik

2.3. Populasi Pengangguran di Jepang

Pada bab ini penulis akan menjelaskan populasi pengangguran di Jepang

mengikuti krisis global keuangan hingga akhir tahun 2000-an menggunakan data

dari Survei Angkatan Kerja (LFS) dan Status Survei Pekerjaan (ESS), baik

dilakukan oleh Biro Statisktik maupun Departemen Dalam Negeri dan

Komunikasi. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja (LFS) Jepang, populasi

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

16

pengangguran pada tahun 2002 hingga 2014 menurun sekitar 32%. Dari 355.000

(orang) jumlah pengangguran pada tahun 2002 menurun menjadi 240.000 (orang)

jumlah pengangguran pada tahun 2014.

Sumber: WWW.TRADINGECONOMICS.COM | STATISTIC BUREAU OF JAPAN

Grafik 2.3. Grafik Jumlah Pengangguran di Jepang

Edisi 2002 "White Paper on the Labour Economy" (Menteri Kesehatan,

Buruh, dan Kesejahteraan 2002) menarik minat signifikan karena menunjukkan

bahwa jumlah pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan selama setahun atau

lebih.

JILPT (2006) mengungkapkan karakteristik pengangguran di Jepang atas

dasar data yang dikumpulkan dengan menyebarkan survei kuesioner untuk dengan

mengunjungi kantor "Hello Work” (Pusat Pelayanan Tenaga Kerja Publik)

didaerah Pusat Metropolitan Tokyo. Dari data yang dikumpulkan JILPT

mengamati sejumlah karakteristik umum, termasuk banyak pekerja beralih ke

pekerjaan dengan perusahaan skala kecil.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

17

Didalam analisis Shinozaki (2004) didefenisikan sebagai orang-orang

yang telah menganggur selama periode enam bulan atau lebih. Hal tersebut juga

diadopsi di Eropa tahun 1990-an yang memberikan dukungan untuk mencari

pekerjaan untuk orang-orang yang keluar dari pekerjaan selama enam bulan atau

lebih.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan pada tahun 2002 dan 2003,

tingkat pengangguran meroket naik sebesar 1.8% akibat dari dampak krisis

keuangan global yang terjadi di Jepang. Berbagai perusahaan-perusahaan di

Jepang terpaksa memberhentikan sejumlah pegawai-pegawainya untuk

meminimalisir dari dampak krisis keuangan global. Di tahun tersebut

pengangguran friksional sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat

dan negara Jepang. Kemudian antara tahun 2004 hingga tahun 2009 persentasi

perlahan mulai menurun dan kembali naik hingga ke titik tertinggi yaitu 1.9%

yang terjadi pada tahun 2010. Tinggi nya angka pengangguran ini disebabkan

akibat beberapa perusahan di Jepang tidak merekrut pegawai baru. Dan pada

akhirnya kementrian Dalam negeri dan Komunikasi (Ministry of Internal Affair

and Communication) menyatakan akan memprioritaskan perbaikan lapangan

pekerjaan. Untuk ditahun selanjutnya persentasi pengangguran di Jepang perlahan

mulai menurun hingga di titik 1.7%.

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, di Jepang (Japan long term

unemployment) akan terlihat sebagai berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

18

Sumber: WWW.TRADINGECONOMICS.COM | STATISTIC BUREAU OF JAPAN

Gambar 2.4. Grafik Tingkat Populasi Pengangguran

Catatan: 1. Pengangguran Jangka Panjang (Long Term Unemployment)

didefenisikan sebagai bagian dari angkatan kerja yang telah menganggur selama 6

bulan atau lebih.

Agar lebih terperinci lagi, penulis juga akan membuat tabel pengangguran

di Jepang berdasarkan jumlah penduduknya.

Tahun

Jumlah

Pengangguran

(satuan ribu)

2002 355.000

2003 355.000

2004 330.000

2005 300.000

2006 290.000

2007 270.000

2008 270.000

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

19

2009 370.000

2010 340.000

2011 320.000

2012 290.000

2013 270.000

2014 240.000

Tabel 2.4. Jumlah Pengangguran berdasarkan Angkatan Kerja Penduduk Jepang

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pengangguran berdasarkan angkatan

kerja, tidak jauh berbeda dengan tabel 2.3 dan grafik 2.3 yang sudah dipaparkan

sebelumnya. Tabel 2.4 merupakan jumlah pengangguran kerja di Jepang

berdasarkan individual dimana pengangguran ini adalah kategori .

Berdasarkan jumlah pengangguran kerja di Jepang tahun 2002 sekitar

3600 jiwa mengalami pengangguran, seiring berjalannya waktu hingga tahun

2009 jumlah pengangguran di Jepang kian menurun. Tetapi pada tahun 2010,

jumlah pengangguran di Jepang naik drastis hingga mencapai 370.00 jiwa. Seperti

yang dijelaskan sebelumnya. Melambungnya angka pengangguran di Jepang ini

akibat dari beberapa perusahaan di Jepang tidak merekrut pegawai baru. Namun

dengan kebijakan dari kementrian komunikasi, dengan memperbaiki lapangan

pekerjaan, akhirnya jumlah pengangguran mulai menurun dari 360.000 hingga

ditahun 2014 menjadi 230.00.

Hingga awal tahun 1990-an, tingkat tetap di sekita 1%, tetapi dari

runtuhnya gelembung ekonomi dan seterusnya, terus meningkat menjadi 3,0%

untuk laki-laki dan 2,3% untuk perempuan diawal 2000-an. Dalam pemulihan

ekonomi, secara bertahap, tingkat turun menjadi 2,4% untuk laki-laki dan 1,4%

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

20

untuk perempuan., tetapi setelah kemunduran besar di tahun 2000-an meningkat

sekali lagi naik menjadi 2,0% untuk perempuan disekitar 2010. Pada periode

pertengahan 2010-an, tingkat bagi laki-laki dan perempuan mengalami penurunan,

jatuh ke 2,4% untuk laki-laki dan 1,4% untuk perempuan pada tahun 2014. Garis

terpisah untuk laki-laki dan perempuan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa

tingkat laki-laki terus melebihi daripada tingkat pengangguran perempuan.

Sebagai skala dan mungkin juga faktor yang menyebabkan berbeda antara laki-

laki dan perempuan, hasilnya disajikan secara terpisah untuk laki-laki dan

perempuan di sejumlah poin-poin berikut.

Dalam rangka untuk mengidentifikasi kecenderungan tingkat

pengangguran ketika terjadinya era resesi besar, Gambar 2.2.5. dapat

menunjukkan bahwa menggunakan data kuartalan dari LFSDT untuk

menampilkan tingkat dari tahun 2002 hingga tahun 2014.

Sumber: Perhitungan Penulis (Shinozaki) dari Survei Angkatan Kerja Biro

Statistik Jepang

Gambar 2.5 Tingkat (Data Kuartal dari tahun 2002)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

21

Catatan: Nilai yang mewakili lima kuartal yang berpusat bergerak rata-rata

tingkat.

Tingkat pengangguran terus menurun antara kuartal pertama 2003 dan

kuartal ketiga tahun 2007 untuk laki-laki dan antara kuartal kedua 2003 dan

kuartal keempat tahun 2006 untuk perempuan. Berikut periode ini tingkat naik,

memuncak pada 3,4 % untuk laki-laki dikedua kuartal tahun 2010, dan pada 2,0%

untuk perempuan pada kuartal yang sama. Setelah mencapai puncaknya, tingkat

menurun sampai kuartal kedua tahun 2014, pada kecepatan yang sama seperti

periode pergantian abad pertengahan 2000-an.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

22

A. LAKI-LAKI

B. PEREMPUAN

Gambar 2.6. Pembagian Pengangguran Berdasarkan Durasi

Gambar 2.6 menunjukkan persentase pengangguran berdasarkan masa

pengangguran. Melihat Panel A, proporsi laki-laki yang menganggur selama enam

bulan atau lebih meningkat dalam jangka panjang menengah, dan pada kuartal

pertama 2014, sekitar 60% dari total jumlah pengangguran laki-laki adalah .

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

23

Hingga awal 2000-an, proporsi laki-laki yang telah menagnggur selama

enam bulan sampai kurang dari satu tahun tetap lebih tinggi daripada proporsi

laki-laki yang telah menganggur selama satu tahun sampai kurang dari dua tahun,

dan proporsi laki-laki yang telah menganggur selama dua tahun atau lebih. Namun,

sejak pertengahan 2000-an, telah terjadi peningkatan proporsi pengangguran laki-

laki selama dua tahun atau lebih. Dimaksudkan dalam OECD (2012) sebagai

"pengangguran yang sangat berjangka panjang". Pada tahun 2014, sekitar 25%

laki-laki pengangguran telah keluar dari pekerjaan selama dua tahun atau lebih.

Grafik untuk perempuan di panel B menunjukkan bahwa, seperti dalam

kasus laki-laki, proporsi pengangguran yang keluar dari pekerjaan selama enam

bulan atau lebih cenderung meningkat dalam menengah sampai jangka panjang.

Pada saat yang sama, proporsi jangka panjang pengangguran perempuan lebih

rendah dibandingkan laki-laki, sekitar 40% pada tahun 2014.

Populasi pengangguran di Jepang (kategori: menganggur selama enam

bulan atau lebih/tenaga kerja) dinyatakan sebagai produk proporsi yang dicatat

oleh pengangguran jangka panjang antara jumlah total orang yang menganggur

dan tingkat pengangguran yang telah di survei.

2.4 Faktor Terjadinya Pengangguran di Jepang

2.4.1 Krisis Keuangan Global

Salah satu faktor penyebab pengangguran di Jepang ialah pada saat Jepang

mengalami krisis keuangan global pada akhir tahun 2000-an serta menyebabkan

resesi besar bagi perekonomian Jepang dan bangkrutnya perusahaan-perusahaan

di Jepang. Akibat dari resesi tersebut, tingkat pengangguran meningkat dalam 30

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

24

tahun terakhir. Dari tahun 2000-an terdapat tingkat pengangguran besar, yaitu

lebih dari seperempat pengangguran berjenis kelamin laki-laki dihitung dari total

keseluruhan pengangguran, pekerja muda (usia 15-24 tahun), dan yang paling

terbesar adalah lulusan SMA atau lebih rendah pendidikannya.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat dari krisis keuangan global,

pekerja menjadi menganggur berkepanjangan hingga menyandang status sebagai

pengangguran. Akibatnya depresi timbul karena tekanan ekonomi yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan hidup dan langkah terakhir yang dilakukan

pengangguran adalah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Sumber: Tim Proyek Analisis Bunuh Diri (2008)

Salah satu karakteristik yang diamati dalam tingkat bunuh diri di Jepang,

sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 1, total jumlah korban bunuh diri di Jepang

selama krisis keuangan global tahun 1997-1998 meningkat tajam dengan jumlah

naik sekitar 35% dari 24.391 menuju 32.863 kasus bunuh diri. Karena resesi

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

25

berkepanjangan setelah ledakan gelembung ekonomi, Yamaichi Securities Co.,

runtuh dalam kebangkrutan pada tahun 1997. Dan kredit Bank Jepang gagal pada

tahun 1998. Meningkatnya jumlah pengangguran yang bunuh diri khususnya

dibulan Maret tahun 1998, dimana pada saat itu jumlah keseluruhan

pengangguran dan perusahaan-perusahaan bangkrut dengan total liabilitas 10 juta

yen atau lebih memiliki korelasi yang sangat kuat dengan perunahan bulanan

dalam jumlah korban bunuh diri. Ini menunjukkan bahwa korban bunuh diri

akibat pengangguran meningkat tajam, khususnya, seiring dengan peningkatan

pengangguran dan kebangkrutan perusahaan selama penutupan tahun fiskal.

Jumlah peningkatan tajam korban bunuh diri di Jepang pada saat krisis finansial

menyarankan pentingnya memastikan dengan benar konteks sosial ekonomi.

Sumber: Tim Proyek Analisis Bunuh Diri (2008)

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

26

Sebelumnya, Tabel 1 menunjukkan kontribusi yang signifikan dari korban

setengah baya dengan peningkatan keseluruhan tingkat bunuh diri. Tabel 1

menunjukkan rincian kontribusi berdasarkan kategori pekerjaan antara kenaikan

tingkat (34,73%). Yang tertinggi adalah rasio kontribusi orang-orang

pengangguran, 15.07%, diikuti orang-orang yang bekerja 9.28%, dan bekerja

sendiri 5.44%. Hasil ini menyiratkan bahwa peningkatan tajam dalam jumlah

kasus bunuh diri pada saat krisis keuangan di Jepang terkait erat dengan

pengangguran.

Tabel 2 juga menunjukkan kontribusi yang signifikan dari berdasarkan

motif. 12.75% kasus bunuh diri terjadi karena masalah kesehatan. dan 10.26 %

dikarenakan masalah keuangan dan masalah terkait dengan kehidupan. Faktanya,

hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya bunuh diri di Jepang karena

depresi. Tetapi, pada saat yang sama, masalah finansial dan masalah terkait

dengan kehidupan merupakan kontribusi yang signifikan yang erat

kemungkinannya dengan masalah struktural dan konteks sosioekonomi, seperti

pengangguran, hutang, kemiskinan, dan lingkungan pekerjaan adalah faktor

tersembunyi dibalik sebuah depresi.

2.4.2 Discouraged Workers

Discouraged worker didefenisikan sebagai orang-orang yang menganggur

dan ingin bekerja, tetapi tidak mencari pekerjaan karena mereka percaya bahwa

mereka tidak dapat menemukan pekerjaan. Discouraged worker kebanyakan

kaum perempuan yang dulu pernah menarik diri dari angkatan kerja ketika resesi

terjadi, pernah menjadi salah satu faktor utama yang berpotensi menjelaskan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

27

tingkat pengangguran yang rendah yang resmi di Jepang. Mereka juga dianggap

sebagai "luxury unemployment" atau "pengangguran mewah" dan karena itu para

ahli makroekonomi tidak begitu memperhatikan mereka. Bagaimanapun, jumlah

pengangguran dan discouraged worker dapat dianggap sebagai salah satu

indikator dari pasokan tenaga kerja potensial.

Didalam gambar 10, discouraged worker laki-laki tampaknya cenderung

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah resmi pengangguran, dan

pengangguran tersebut telah melonjak ke tingkat tertinggi dalam 25 tahun terakhir.

Disisi lain untuk perempuan, walaupun jumlah discouraged worker masih sangat

tinggi, tingkat pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan yang

diamati selama periode resesi terakhir.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

28

Sumber: Manajemen dan Badan Koordinasi, Biro Statistik dan Statistik Pusat,

Laporan Survei Khusus dari Survei Angkatan Kerja

Gambar 10 Jumlah Discouraged Workers

2.4.3. Diskriminasi Gaji Antara Laki-lai dan Perempuan

Diskriminasi gaji di perusahaan Jepang terjadi antara pekerja laki-laki

dan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Ministry of Health, Labour, and

Welfare pada tahun 2011 diskriminasi gaji terjadi antara pekerja laki-laki dan

pekerja perempuan meskipun berasal dari pendididkan yang sama. Pada tahun

2011, pada pekerja laki-laki lulusan universitas menerima gaji sebesar 205.000

yen, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar 198.000 yen, terjadi

selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar 7.000 yen. Perbedaan gaji ini tidak

hanya berbeda antara pekerja laki-laki dan perempuan saja, hal ini juga terjadi

ketika pendidikan pekerjaan berbeda.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

29

Salah satu teori mengenai diskriminasi gaji yaitu diskriminasi

berdasaerkan statistik (Statictical Discrimination). Diskriminasi tipe ini ada ketika

perusahaan mengaplikasikan karakteristik-karakteristik grup/kelompok. Sebagai

contoh, perusahaan dalam proses menggaji karyawan baru. Ada karakteristik

tertentu yang sangat individual dalam sifatnya dan bervariasi dengan pelamar

lainnya seperti tingkat pendidikan, pengalaman, atau nilai ujian penempatan.

Karakteristik-karakteristik lainnya sangat umum dan ketika dijadikan sebagai

ukuran kemampuan pekerja, mengahasilkan diskriminasi statistik.

Tabel 1. Tipe dan Jumlah Institusi Pendidikan Tertinggi (2009)

Type Provider Number of

Institutions

Number of

Students

University National

Public

Private

All

86

92

595

773

621,800

136,913

2,087,193

2,845,908

Junior College National

Public

Private

All

2

26

378

406

3

9,973

151,000

160,976

College of

Technology

National

Public

Private

All

55

6

3

64

22,579

1,720

836

25,135

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

30

Specialized

Training

College

National

Public

Private

All

11

204

3,133

3,348

79

6,845

597,351

624,875

Total 4591 3,656,894

Sumber: MEXT, Abstrak Statistik, Edisi 2010

Pada tabel diatas, terlihat bahwa masyarakat Jepang menyadari bahwa

pendidikan merupakan hal penting. Pada tahun 2009, sebanyak 3.656.894 siswa

mendaftarakan dirinya pada 4.591 institusi (universitas sebanyak 773 institusi,

Junior College atau program diploma satu sampai dua tahun) sebanyak 406

institusi, perguruan tinggi teknologi sebanyak 64 intitusi dan perguruan tinggi

pelatihan khusus sebanyak 3.348 institusi). Sebanyak 2.845.908 mahasiswa

diantaranya memilih Universitas untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Hal ini

dikarenakan lulusan dari universitas mendapatkan prioritas utama dibandingkan

dengan institusi lainnya dan hal ini terus berkembang hingga saat ini. Begitu juga

dalam penerimaan gaji, pendidikan sangat berperan tinggi dalam hal tersebut.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula gaji yang

diterimanya. Penerimaan gaji juga berbeda antara pekerja perempuan dan pekerja

laki-laki meski mereka berasal dari lulusan yang sama. Berikut ini adalah data

yang menunjukkan hal tersebut:

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

31

Tabel 2. Gaji Awal Pegawai Baru berdasarkan Pendidikan

Year

Upper Secondary

Schools

Technical Colleges

and Junior Colleges

University

Male Female Male Female Male Female

1990 133 126 145 138 170 163

1995 154 145 165 159 194 184

2000 157 148 172 164 197 187

2005 156 148 170 164 197 189

2009 161 153 176 172 201 195

2010 161 153 174 168 200 194

2011 159 152 176 171 205 198

Sumber: MEXT, Abstrak Statistik, Edisi 2010

Pada tabel diatas dapat terlihat perbedaan penerimaan gaji pada pekerja

laki-laki dan perempuan, semakin tinggi pendidikan, maka semaki besar pula gaji

yang diterimanya. Pada lulusan SMA tahun 2011, terjadi perbedaan penerima gaji

pada pekerja laki-laki dan perempuan. Dimana pekerja laki-laki menerima gaji

sebesar 159.000 yen, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar

152.000 yen. Pada lulusan Junior College tahun 2011 terjadi perbedaan

penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan. Dimana pekerja laki-laki

menerima gaji sebesar 176.000 yen sedangkan pekerja perempuan menerima gaji

sebesar 171.000 yen, terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar 5.000 yen.

Pada lulusan universitas tahun 2011 terjadi perbedaan penerimaan gaji antara

pekerja laki-laki dan pekerja perempuan dimana pekerja laki-laki menerima gaji

sebesar 205.000 yen sedangkan pekerja perempuan menrima gaji 198.000 yen.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

32

terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar 7.000 yen. Pada kasus diatas

pekerja perempuan menerima gaji lebih rendah daripada pekerja laki-laki. Selisih

perbedaan-perbedaan dalam penerimaan gaji membuktikan adanya diskriminasi

dalam perusahaan Jepang. Namun dalam perusahaan Jepang, hal ini merupakan

suatu cara yang efektif dalam memaksimalkan keuntungan perusahaan. Dengan

demikian pekerja perempuan bisa jadi tersingkirkan karena perusahaan yang

bertindak rasional dan sebagai pemaksimalan keuntungan perusahaan. Oleh

karena itulah terjadi diskriminasi gaji antara pekerja laki-laki an perempuan.

Selain itu, usia juga memiliki pengaruh yang besar pula dalam perbedaan

penerimaan gaji di perusahaan. Di Jepang, pada usia 15-19 tahun, masyarakatnya

sudah mulai bekerja dan akan berakhir hingga usia 70 tahun. Ketika perempuan

belum menikah, dia dapat fokus pada pekerjanya. Tidak jarang perempuan yang

sudah menikmati pekerjaan sehingga tidak ingin untuk menikah dan lebih fokus

bekerja. Perusahaan Jepang juga menganggap bahwa pekerja perempuan lebih

beresiko karena pekerja perempuan bisa saja meninggalkan pekerjaannya karena

menikah, hamil, dan mengurus keluarga sebelum mereka memulihkan biaya

perusahaan yang telah dikeluarkannya. Perusahaan Jepang juga tidak lagi

membutuhkan pekerja tersebut dan akan menggantikan dengan pekerja baru. hal

ini dikarenakan karena pekerja perempuan yang sudah menikah, hamil, dan

memiliki anak, akan mengambil cuti melahirkan, dan ketika itu posisi pekerja

perempuan mulai tersingkirkan oleh pegawai baru. Perusahaan takut pekerjaan

pekerja di perusahaan tersebut akan terbengkalai dan mempengaruhi keuntungan

perusahaan tersebut. Ketika pekerja ingin kembali bekerja di perusahaan tersebut,

langkah yang diambil perusahaan ialah gaji yang diberikan kembali ke titik awal

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

33

sebagaimana dulu pertama kali dia bekerja. Inilah yang menyebabkan pekerja

perempuan berpikir dua kali untuk kembali bekerja setelah memiliki anak.

Dengan demikian, pekerja wanita bisa jadi tersingkirkan karena perusahaan yang

bertindak rasional dan sebagai pemaksimalan keuntungan perusahaan. Oleh

karena itulah terjadi diskriminasi gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

34

BAB III

USAHA PEMERINTAH DALAM MENANGANI MASALAH

PENGANGGURAN DI JEPANG

3.1. Tindakan Pemerintah

3.1.1. Mereformasi sistem kerja dan memperkuat kemampuan sumber daya

manusia

Di tengah globalisasi ekonomi dan populasi yang menua dikombinasikan

dengan kurangnya jumlah anak, untuk memimpin ekonomi untuk pertumbuhan

baru, mengakui bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya terbesar

untuk Jepang, pemerintah harus merumuskan kebijakan drastis dan memperjelas

tujuan dan tenggat waktu dari kebijakan untuk mengamankan jumlah pekerja

(jumlah tenaga kerja) dan meningkatkan tenaga kerja produktivitas (kualitas

tenaga kerja). Untuk tujuan ini, pemerintah akan segera mengambil tindakan

untuk jatuh kelahiran dan pada saat yang sama, bertujuan untuk meningkatkan

tingkat kerja orang berusia antara 20 dan 64 dari tingkat saat ini 75% (2013)

menjadi 80% pada akhir 2020, Pemerintah akan melakukan upaya untuk

mewujudkan gerakan pendidikan dan tenaga kerja kelas dunia yang lebih tinggi

tanpa pengangguran. Di sisi lain, pemerintah akan memperluas peluang bagi kaum

muda, perempuan dan orang tua untuk mengambil peran aktif dalam masyarakat.

Berdasarkan ini, pemerintah akan membentuk sebuah masyarakat di mana setiap

orang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, meningkatkan kemampuan mereka dan

sepenuhnya melaksanakan kemampuan mereka.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

35

3.1.2 Perubahan Kebijakan dari stabilitas kerja yang berlebihan untuk

fluiditas tenaga kerja (mewujudkan gerakan buruh tanpa

pengangguran)

Pemerintah akan merevisi kebijakan stabilitas kerja yang telah

berkembang sejak jatuhnya Lehman dan menanggapi dengan cepat tanpa

memperburuk situasi dalam pekerjaan, bagi individu untuk mengubah pekerjaan

mereka lancar, untuk latihan kemampuan mereka, dan berperan aktif untuk

pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan drastis bergeser kebijakan untuk

mendukung gerakan buruh termasuk dukungan untuk pengembangan kemampuan.

Berdasarkan ini, selama lima tahun dari sekarang pemerintah akan

berusaha untuk mengurangi jumlah orang yang keluar dari pekerjaan selama lebih

dari enam bulan sebesar 20% dengan 9% dari omset kerja (untuk pekerja umum

tidak termasuk pekerja paruh waktu).

Secara drastis meningkatkan sumber daya anggaran untuk mendukung

gerakan kerja Pemerintah dan akan maju untuk mempertimbangan dalam rangka

membalikkan anggaran dengan menggeser sejumlah sumber daya anggaran dari

dana penyesuaian kerja untuk tenaga kerja dukungan gerakan dana. Setelah itu

pemerintah akan mencerminkan hasil ke permintaan anggaran.

a. Perusahaan tidak hanya kecil dan menengah, tetapi juga perusahaan besar

akan ditargetkan.

b. Pemerintah akan mengembangkan langkah-langkah pendanaan ketika

sebuah perusahaan yang bergerak karyawannya menggunakan pelatihan

yang ditawarkan oleh perusahaan sumber daya pribadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

36

• Pendanaan akan digunakan dua kali ketika mempercayakan dukungan

dan ketika mewujudkan kembali kerja.

• Pemerintah akan mengembangkan langkah-langkah pendanaan untuk

pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan yang menerima para karyawan.

• Pemerintah akan mempromosikan pengembangan konsultasi karir

teknik untuk membuat gerakan buruh yang melibatkan perubahan karir

yang sukses.

c. Meninjau sistem asuransi tenaga kerja untuk mendukung pendidikan untuk

kaum muda.

Pemerintah akan meninjau sistem asuransi tenaga kerja untuk

mempromosikan pelatihan ulang pekerja sehingga karyawan tidak tetap

mampu mengubah karir dan meningkatkan karier. Pemerintah akan

mengajukan RUU amandemen berikutnya. Pada saat yang sama,

pemerintah akan mengambil dukungan langkah-langkah untuk

memberikan bantuan biaya bagi pengusaha yang memiliki karyawan

mereka mengambil program pelatihan ulang pekerjaan.

d. Meningkatkan fungsi intermediasi pengalihan sementara /dengan

mentransfer Industri Kerja Stabilisasi Center of Japan.

Pemerintah akan sangat meningkatkan fungsi intermediasi dari

Industri Kerja Stabilisasi Center of Japan untuk mendukung Gerakan

Kerja tanpa pengangguran dengan pengalihan sementara / mentransfer

dalam menyediakan karir jasa konsultasi, mengembangkan rencana

dukungan menanggapi masalah individu, dan melaksanakan kuliah /

pelatihan kerja dalam memanfaatkan lembaga sektor swasta.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

37

3.1.3 Meningkatkan fungsi pencocokan dengan memanfaatkan bisnis sektor

swasta sumber daya manusia

Ketika mempromosikan dalam mengungkapkan informasi yang dimiliki

oleh pekerjaan publik kantor keamanan "Hello Work" kepada publik, Pemerintah

akan memaksimalkan penggunaan dari bisnis sektor swasta sumber daya manusia

untuk segera menanggapi secara luas berbagai kebutuhan muda yang keluar dari

pekerjaan setelah lulus, dan lain-lain serta wanita yang ingin kembali bekerja, dan

lain-lain.

a. Mengungkapkan informasi tentang tawaran pekerjaan / job seeking

dipegang oleh Hello Work

Pemerintah akan mulai mengungkapkan informasi tentang tawaran

pekerjaan yang dipegang oleh Hello Work untuk bisnis sumber daya

manusia dibidang sektor swasta dan kotamadya dan memberikan berbagai

layanan lainnya.

Pemerintah akan melakukan survei kebutuhan pelamar kerja dan

bisnis sumber daya manusia sektor swasta pada pengungkapan informasi

dalam mencari pekerjaan yang dipegang oleh "Hello Work" dan

menyimpulkan hasil dalam tahun ini. Selain itu, pemerintah akan mulai

memberikan dukungan untuk bimbingan kepada pelamar kerja dari "Hello

Work" dan berharap untuk menggunakan bisnis sumber daya manusia

sektor swasta secara cepat.

Berdasarkan pengalaman dari Hello Work zona khusus, dan lain-

lain, mempertimbangkan niat dari pemerintah kota, pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

38

mengembangkan dalam memperkuat hubungan antara Hello Work dan

agen tenaga kerja yang dijalankan oleh pemerintah kota di seluruh Jepang.

b. Reformasi dan memperbaiki sistem insentif keuangan

Pemerintah akan menawarkan insentif keuangan untuk pekerjaan

trial (sekitar 56 ribu karyawan ditutupi oleh dana pada tahun 2012) dan

dana lainnya untuk pekerjaan ke perusahaan. Tidak hanya mempekerjakan

orang melalui pengenalan oleh Hello Work tetapi juga pengantar dari

bisnis sumber daya manusia sektor swasta dan perguruan tinggi dari yang

mereka lulus.

Pemerintah akan memperluas cakupan berlakunya insentif

keuangan untuk pekerjaan percobaan bagi mereka yang berada di luar

pekerjaan setelah lulus, harus kosong dalam karir mereka karena

membesarkan anak, dan dianggap memiliki kesulitan dalam mendapatkan

pekerjaan penuh.

c. Memanfaatkan bisnis sumber daya manusia di sektor swasta yang lebih

baik.

Pemerintah akan memajukan pertimbangan efektif dukungan kerja

dengan memanfaatkan maksimal sektor swasta bisnis sumber daya

manusia untuk operasi yang dijelaskan di bawah ini tentang konseling,

pelatihan kerja, penempatan.

Memberikan layanan konseling karir dan kartu masalah pekerjaan ke

pekerja paruh waktu yang membutuhkan bantuan rinci (Tentang 21 ribu

kartu pekerjaan diterbitkan di Hello Work di seluruh Jepang pada 2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

39

• Mendukung orang-orang yang keluar dari pekerjaan setelah lulus

untuk mendapatkan pekerjaan penuh waktu memanfaatkan

Penempatan Kerja jasa pengiriman.

• Menawarkan pelatihan pekerjaan dan penempatan untuk orang-

orang yang dari pekerjaan karena membesarkan dan merawat anak

/ perawatan secara berseragam.

Ketika krisis keuangan global menenggelamkan Jepang kedalam resesi

terburuk sejak Perang Dunia II dan ratusan ribu pekerja di berhentikan, sektor

pertanian telah muncul sebagai jalur karir baru yang menjanjikan. Melihat

pertanian sebagai salah satu industri yang bisa menghasilkan pekerjaan hingga

saat ini, Pemerintah jepang telah mengalokasikan dana sebesar $10 juta untuk

mengirim 900 orang untuk program pelatihan kerja di bagian pertanian, kehutanan,

dan perikanan. Tingkat pengangguran Jepang adalah 4,4% pada bulan Februari,

naik dari 3,9% ditahun sebelumnya, walaupun masih lebih rendah dibandingkan

Amerika Serikat ataupun Eropa.

Para pembuat kebijakan berharap orang-orang pengangguran yang

usianya masih muda ataupun produktif akan membantu menghidupkan kembali

populasi pertanian Jepang yang masih berkurang. Dimana usia para petani yang

bekerja penuh sekitar 65 tahun bahkan lebih. Dari total penduduk Jepang, 6%

bekerja dibidang pertanian, sebagian besar adalah bekerja paruh waktu, turun

sekitar 20% dari tiga dekade lalu.

Selain itu, pemerintah Jepang juga memiliki cara-cara yang kreatif dan

unik untuk menurunkan jumlah pengangguran di Jepang. Yaitu mendapatkan

pengangguran yang berasal dari luar negeri dengan menawarkan kewarganegaraan.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

40

Program ini hanya berlaku untuk orang yang menganggur dengan darah keturunan

Jepang yang lahir diluar negeri atau biasanya dikenal dengan "nikkei". Pemerintah

Jepang berencana membawa mereka ke negara asal mereka dan untuk tidak

kembali sampai kondisi ekonomi di Jepang membaik.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

41

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Negara Jepang memiliki ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Kerja sama industri-pemerintah, etika kerja yang kuat, dan menjadi pemimpin

teknologi telah membantu jepang mengembangkan posisi ekonomis hingga saat

ini. Namun, tidak menutup kemungkinan, negara Jepang tidak luput dari suatu

Pengangguran.

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang

mencari kerja, dan bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu. Selain itu

berbagai macam jenis-jenis pengangguran antara lain pengangguran jangka

panjang, pengangguran siklis, pengangguran konjungtur, dan lain-lain.

Pengangguran yang terjadi di Jepang pada umumnya terjadi akibat dari

krisis keuangan global yang pernah melanda di Jepang serta budaya dari suatu

perusahaan khususnya di bidang industri.

Dikombinasikan dengan kurangnya jaringan pengamanan sosial dan

paternalisme dalam budaya perusahaan, hal ini membuat tenaga kerja Jepang lebih

rentan sebagai akibat dari penurunan. Oleh karena itu, dalam rangka

mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan menghadapi populasi penduduk

Jepang yang menua, pemerintah Jepang melakukan tindakan untuk mengurangi

tingkat pengangguran di Jepang antara lain seperti mengirim pekerja yang

menganggur ke sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk mengikuti

program pelatihan kerja mengingat ketiga bidang tersebut merupakan langkah

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

42

untuk mengurangi tingkat pengangguran di Jepang. Pemerintah Jepang juga

menyediakan lowongan pekerjaan dengan memperkuat hubungan antara hello

work dan agen tenaga kerja yang dijalankan oleh pemerintah kota di seluruh

Jepang. Pemerintah Jepang memaksimalkan kebutuhan kaum muda atau calon

pekerja dalam mencari pekerjaan setelah lulus. Ataupun kaum wanita yang ingin

kembali bekerja. Layanan ini bertujuan untuk memgungkapkan informasi tentang

tawaran pekerjaan.

Selain itu juga pemerintah Jepang berencana memulangkan kembali

masyarakat Jepang yang menetap diluar negeri (nikkei) untuk kembali ke Jepang

demi memulihkan kondisi ekonomi di Jepang dengan mengurangi tingkat

pengangguran yang ada di Jepang.

4.2. Saran

Negara Jepang dengan tingkat perekonomian yang tinggi, tentu juga

memiliki masalah dalam ketenaga kerjaan, yaitu pengangguran. Namun

pemerintah Jepang sangat responsif dalam mencari jalan keluar untuk mengatasi

hal tersebut. Berbagai macam tindakan dilakukan demi mengurangi angka

pengangguran. Sebaiknya negara Indonesia patut mencontoh hal ini dalam

mengatasi pengangguran di Indonesia untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Selain mengharapkan bantuan dari pemerintah, kita secara pribadi juga harus

berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak menjadi seorang

pengangguran dan menjadi beban pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. "Japan Unemployment Rate". Diakses melalui serial online

(http://www.tradingeconomics.com/japan/unemployment-rate). Pada

tanggal 24 Maret 2016

Case, Karl. E dan Ray. C. Fair, 2004. "Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro". Edisi

Kelima. Cetakan Kesatu. Jakarta: PT. Indeks

Damsar. 2009. "Pengantar Sosiologi Ekonomi". Jakarta: Prenada Media

Djohanputro, Bramantyo. 2006. "Prinsip-prinsip Ekonomi Makro". Cetakan I.

Penerbit PPM: Jakarta

Fackler, Martin. “Japan Tries to Face Up to Growing Poverty Problem”. Diakses

melalui serial online

(http://www.nytimes.com/2010/04/22/world/asia/22poverty.html). Pada

tanggal 18 Maret 2016

Fukada, Shiho. "Japan: Living in an Internet Cafe". Di akses melalui serial online

(http://pulitzercenter.org/reporting/japan-disposable-workers-unemployme

nt-jobs-crisis-economy-internet-cafe). Pada tanggal 20 November 2015

Fukada, Shiho. "Japan Disposable Workers: Lost in the Global Unemployment

Crisis". Di akses melalui serial online

(http://pulitzercenter.org/projects/japan-disposable-workers-labor-unemplo

yment-crisis-economy). Pada tanggal 20 November 2015

Genda, Yuji. 2007. "Jobless Youth and the NEET Problem in Japan". Di akses

melalui serial online (http://www.jil.go.jp/english/JLR/documents

/2013/JLR40_genda.pdf). Pada tanggal 20 November 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

Genda, Yuji. "The Solitary Non-Employed Persons (SNEPs): A New Concept of

Non-Employment. Di akses melalui serial online (http://www.ier.hit-

u.ac.jp/pie/stage2/English/report/PR0906/3.6%20Genda.pdf). Pada tanggal

20 November 2015

Mankiw, Gregory. 2006. "Pengantar Ekonomi Makro", Edisi Ketiga. Salemba

Empat. Jakarta

Muazim Abidin, Ahmad. "Konteks Pengangguran Pada Negara Maju" Diakses

melalui serial online (http://www.kaazima.blogspot.co.id/2013/02/konteks-

pengangguran-pada-negara-maju.html?m=1). Pada tanggal 26 Maret 2016

Muthmainnah, Aida. 2014. "Penyebab Diskriminasi Gaji antara Pekerja Laki-laki

dan Perempuan di Perusahaan Jepang". FIB. Prodi Jepang. Universitas

Indonesia

Narwoko, J.Dwi dan Suyanto Bagong. 2004. “Sosiologi: Teks Pengantar &

Terapan”. Jakarta: Prenada Media

Nurul. "Pengangguran". Di akses melalui serial online

(http://nuruln0879.student.ipb.ac.id/2010/06/20/pengangguran/). Pada

tanggal 24 Maret 2016

Rose, Amrina. "Fenomenologi". Diakses melalui serial online

(http://amrinarose13.blogspot.co.id/2013/03/fenomenologi.html?m=1).

Pada tanggal 24 Maret 2016

Shinozaki, Takehisa. 2004. Nippon no choki shitsugyosha ni tsuite: Jikeiretsu

henka, tokusei, chiiki [Long-term unemployment in Japan in the 1980s and

the 2000s]. The Japanese Journal of Labour Studies 46, no. 7:4‒18.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

Sitorus, Santi. 2008. “Homeless Sebagai Salah Satu Bentuk Kemiskinan

Struktural”. Program Studi Jepang. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sternheimer, Karen. 2009. "Unemployment and Socioeconomic Status". Diakses

melalui serial online

(http://nortonbooks.typepad.com/everydaysosiology/2009/07/unemployme

nt-and-socioeconomic-status.html). Pada tanggal 25 Maret 2016

Sukirno, Sadono. 2006. "Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan" Edisi Kedua. Jakrta: Kencana

Wikipedia. "Defenisi Pengangguran". Di akses melalui serial online

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengangguran). Pada tanggal 24 Maret

2016

Wikipedia. “Defenisi Sosiologi”. Diakses melalui serial online

(http://id.wikipedia.org/wiki/Defenisi_Sosiologi). Pada tanggal 15

November 2015

Wikipedia. "Defenisi Sosioekonomi". Diakses melalui serial online

(http://id.wikipedia.org/wiki/Defenisi_Sosioekonomi). Pada tanggal 5 Mei

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

ABSTRAK

KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

Negara Jepang merupakan Negara yang memiliki perekonomian nomer

dua terbesar setelah Amerika Serikat. Kerja sama industri-pemerintah, etika kerja

yang kuat, dan menjadi pemimpin teknologi telah membantu Jepang

mengembangkan posisi ekonomis hingga saat ini.

Namun, pertumbuhan ekonomi Jepang jatuh antara tahun 1986 hingga

tahun 1990. Hal ini meninggalkan bekas yang mendalam dalam pemerintahan

Jepang. Yang pertumbuhan ekonominya yang kecil selama tahun 1990-an.

Akibatnya Pemerintah Jepang menghadapi dua masalah yaitu masalah penyusutan

populasi penduduk serta juga menghadapi masalah pengangguran.

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas perekonomian Jepang.

Khususnya masalah-masalah perekonomian yang dihadapi oleh Negara Jepang.

Yaitu pengangguran. Skripsi penulis berjudul Kehidupan Pengangguran di

Jepang. Dimana pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja

sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Didalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan secara teori

sosiologi. Sosiologi adalah landasan kajian studi atau penelitian yang mempelajari

struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. Penulis juga

menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi berasal dari bahasa

Yunani yang artinya tampak dan kata, jadi teori fenomenologi merupakan teori

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

yang mempelajari tentang apa yang tampak. Dengan kedua pendekatan ini maka

dapat ditinjau dalam menganalisa pengangguran di Jepang.

Pada umumnya pengangguran sebagai pangkal penyebab masalah sosial

ekonomi. Hilangnya pekerjaan seseorang akan menghambat untuk kelangsungan

hidup orang itu sendiri. Sehingga dapat memicu terjadinya kemiskinan.

Pengangguran juga dikaitkan dengan tingkat peningkatan masalah kesehatan

mental dan fisik. Karena dapat berkontribusi terhadap harapan hidup seseorang

menjadi berkurang. Selain itu, krisis keuangan global yang pernah melanda di

Jepang mengakibatkan perekonomian di Jepang mengalami kemunduran. Serta

bangkrutnya sejumlah perusahaan-perusaaan di Jepang. Hal ini menyebabkan

sebagian masyarakat Jepang percaya bahwa krisis ekonomi yang terjadi akan

bertahan dalam jangka waktu yang lama. Dikombinasikan dengan kurangnya

jaringan pengamanan sosial dan paternalism dalam budaya perusahaan, hal ini

membuat tenaga kerja Jepang lebih rentan akibat dari penurunan.

Dalam upaya mengatasi pengangguran di Jepang, pemerintah Jepang harus

turun tangan dalam mengatasi pengangguran di Jepang. Juga mempertahankan

pertumbuhan ekonomi dan menghadapi populasi penduduk Jepang yang menua.

Seperti menyediakan lowongan pekerjaan dengan memperkuat hubungan antara

hello work dan agen tenaga kerja yang dijalankan oleh pemerintah kota di seluruh

Jepang. Pemerintah Jepang memaksimalkan kebutuhan kaum muda atau calon

pekerja dalam mencari pekerjaan setelah lulus. Ataupun kaum wanita yang ingin

kembali bekerja. Layanan ini bertujuan untuk memgungkapkan informasi tentang

tawaran pekerjaan. Pemerintah Jepang juga berfokus untuk mengirim calon

pekerja yang menganggur ke sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan. Calon

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

pekerja tersebut akan mengikuti program pelatihan kerja. Karena ketiga bidang

tersebut merupakan langkah untuk mengurangi jumlah pengangguran di Jepang.

Selain itu pemerintah Jepang juga membuat perubahan kebijakan demi

mewujudkan gerakan buruh tanpa pengangguran.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

用紙よ う し

日本に ほ ん

に失業しつぎょう

の生活せいかつ

日本に ほ ん

の国は米国べいこく

の後に二番に ば ん

の経済大国けいざいたいこく

を持も

っている国くに

である。

業界官ぎょうかいかん

の連携れんけい

と確固か っ こ

とした労働倫理ろうどうりんり

と今いま

までに先達せんだつ

の技術ぎじゅつ

は日本に ほ ん

が経済けいざい

の開発かいはつ

を支援し え ん

する。

しかし、1986年ねん

から1990年ねん

までに日本に ほ ん

の経済成長けいざいせいちょう

は落お

た。これは日本政府にっぽんせいふ

に深ふか

い印象いんしょう

を残のこ

した。1990年代ねんだい

にその小ちい

さな

生長せいちょう

の経済けいざい

である。このため、日本政府にっぽんせいふ

は、さまざまな問題もんだい

に直面ちょくめん

する。

一ひと

つは失業しつぎょう

である。

そこで、筆者ひっしゃ

は日本経済にほんけいざい

を議論ぎ ろ ん

に興味きょうみ

を持も

っている。特とく

に日本に ほ ん

国家こ っ か

が直面ちょくめん

している経済問題けいざいもんだい

である。それは失業しつぎょう

です。この論文ろんぶん

「日本に ほ ん

に失業しつぎょう

の生活せいかつ

」という題名である。失業しつぎょう

は全まった

く動作ど う さ

していない

人ひと

のための用語よ う ご

、仕事し ご と

を探さが

して、週しゅう

に2日未満にちみまん

の作業さぎょう

と人々ひとびと

は仕事し ご と

取得しゅとく

しようとしている。

この論文ろんぶん

には筆者ひっしゃ

は社会学的しゃかいがくてき

の理論り ろ ん

を使つか

いる。社会学しゃかいがく

は研究けんきゅう

調査結果ちょうさけっか

には社会構造しゃかいこうぞう

を習ってと社会しゃかい

の方法ほうほう

と社会しゃかい

の変更へんこう

を含有がんゆう

である。

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

筆者ひっしゃ

も減少額的げんしょうがく

をつかう。減少額げんしょうがく

がギリシャ語ご

からでった。意味い み

は姿と

単語た ん ご

である。減少額理論げんしょうがくりろん

は姿についてを見習いの理論である。この理論り ろ ん

両方りょうほう

によって、日本に ほ ん

の失業しつぎょう

の解析かいせき

で確認かくにん

することがある。

一般的いっぱんてき

には、社会経済しゃかいけいざい

の問題原もんだいはら

が原因げんいん

である。仕事し ご と

の損失そんしつ

は、その

生存せいぞん

を妨さまた

げる。それは、貧困ひんこん

を発生はっせい

することがある。失業しつぎょう

も心身しんしん

健康問題けんこうもんだい

の増加ぞ う か

と関連かんれん

している。それは人ひと

の平均寿命へいきんじゅみょう

に貢献こうけん

することが

できるのでさくげんされる。これに、日本に ほ ん

でヒットした世界的せかいてき

な金融危機き ん ゆ う き き

が日本経済にほんけいざい

にもたらしたことを負お

いました。同様どうよう

に日本に ほ ん

の企業きぎょう

の数かず

の倒産とうさん

である。これは日本に ほ ん

の人々ひとびと

のほとんどは経済危機け い ざ い き き

は長期的ちょうきてき

に停泊ていはく

なると思おも

い起お

こする。企業文化きぎょうぶんか

における社会保障しゃかいほしょう

のネットワね っ と わ

ークく

と温情主義おんじょうしゅぎ

の欠如けつじょ

と組く

み合あ

わせて、それは日本に ほ ん

の労働減少ろうどうげんしょう

の影響えいきょう

を受う

けやすく結果け っ か

になる。

日本に ほ ん

では失業しつぎょう

を克服こくふく

するために、日本政府に ほ ん せ い ふ

は参加さ ん か

すべきである。

また、経済成長けいざいせいちょう

を維持い じ

し、日本に ほ ん

の人口じんこう

が減っているのを直面ちょくめん

する。この

ような hello work と全国ぜんこく

の自治体じ ち た い

が運寧うんねい

する雇用代理店こようだいりてん

との関係かんけい

を強化きょうか

雇用提供こようていきょう

する。日本政府に ほ ん せ い ふ

は卒業後そつぎょうご

の就 職しゅうしょく

に若者わかもの

のや将来しょうらい

の必要ひつよう

最大化さいだいか

する。また、女性じょせい

は働はたら

くに戻もど

りたいである。このサビースす

は求人きゅうじん

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG

に関かん

する情報じょうほう

を提供ていきょう

することを目的もくてき

とする。日本政府に ほ ん せ い ふ

も漁業ぎょぎょう

、農業のうぎょう

林業りんぎょう

への候補者失業こうほしゃしつぎょう

を受う

け入い

れるために注 力ちゅうりょく

している。候補者授業員こうほしゃじゅぎょういん

が職業訓練しょくぎょうくんれん

プログラムに参加さ ん か

する。それは日本に ほ ん

では失業者しつぎょうしゃ

の数かず

を減へ

すことの方法ほうほう

のである。

日本政府に ほ ん せ い ふ

のほかにも労働運動ろうどううんどう

の完全雇用かんぜんこよう

をするための政策変更せいさくへんこう

行おこな

った。

Universitas Sumatera Utara