kehidupan awal masyarakat di kepualauan indonesia

32
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT DI KEPUALAUAN INDONESIA KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT DI KEPULAUAN INDONESIA 1. PROSES MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KEHIDUPAN AWAL MANUSIA DAN MASYARAKAT INDONESIA. Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi ) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang , terbagi menjadi beberapa jaman yaitu : Jaman azoikum (tidak ada kehidupan ) Jaman ini berlangsung sekitar 2500 juta tahun , keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan . oleh karena itu pada jaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan. Jaman paleozoikum (kehidupan tertua) Jaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun , keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah . akan tetapi menjelang akhir dari jaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu , hewan kecil yang tidak bertulang belakang , jenis ikan ,

Upload: baboon84

Post on 02-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT DI KEPUALAUAN INDONESIA

KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT

DI KEPULAUAN INDONESIA

1. PROSES MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA KEHIDUPAN AWAL MANUSIA DAN MASYARAKAT INDONESIA.

Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi ) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang , terbagi menjadi beberapa jaman yaitu :

Jaman azoikum (tidak ada kehidupan )

Jaman ini berlangsung sekitar 2500 juta tahun , keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan . oleh karena itu pada jaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Jaman paleozoikum (kehidupan tertua)

Jaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun , keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah . akan tetapi menjelang akhir dari jaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu , hewan kecil yang tidak bertulang belakang , jenis ikan , amfhibi , reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang .karena itulah maka jaman ini dinamakan pula dengan jaman primer (jaman kehidupan pertama ).

Jaman mesozoikum (kehidupan pertengahan )

Jaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada jaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul ,amfhibi mengalami perkembangan , bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti dinasaurus , tyrannosaurus , brontosaurus , atlantosaurus

Ada pula jenis reftil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam , jenis ini dinamakan dengan pteranodon . jaman ini dinamakan jaman sekunder (kehidupan ke-2) , adapula yang menyebut jaman ini dengan istilah jaman reftil , karena jenis hewan di dominasi oleh reftil , karena jenis hewan didominasi oleh reftil dengan bentuk yang sangat besar . pada akhir jaman ini mulai muncul jenis mamalia .

Jaman neozoikum (kehidupan muda)

Jaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun , jaman ini terbagi lagi menjadi jaman tersier (kehidupan ke-3) dan quarter (kehidupan ke-4) . pada jaman ini keadaan bumi telah membaik , perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat .

Jaman tersier

Pada jaman tersier , reftil raksasa mulai lenyap , mamalia berkembang pesat , mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus . hewan ini menyebar dari afrika ke asia selatan , tetapi kemudian punah . pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia , sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari jaman ini ditemukan pula di asia daratan.

Jaman quarter

Berlangsung sekitar 600 ribu tahun , di tandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan manusia . jamna ini terbagi atas jaman diluvium (pleistocen) dan jaman alluvium (holocen).

Jaman diluvium berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu , mulai muncul kehidupan manusia purba . jaman ini dinamakan pula jaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara .

Pada masa ini sumatera , jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan asia , sedangkan Indonesia timur dengan Australia . mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga asia maupun Australia .bekas daratan asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda , sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul , kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace.

Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis . perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur . pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan jawa , kedua melalui Taiwan , philipina ke Kalimantan dan jawa .

Pada jaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan asia keindonesia , yaitu pitechanthropus erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan sinanthropus pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di cina , Malaysia , birma . homo wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa austroloid ikut pula menyebar dari asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa aborigin

Jaman alluvium , pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan asia maupun Australia . jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).

2KRONOLOGIS PERKEMBANGAN BIOLOGIS MANUSIA PURBA INDONESIA

Kehidupan manusia pra sejarah dapat di ketahui melalui berbagai fosil . berdasarkan penelitian manusia tersebut telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan kehidupan walaupun masih sangat sederhana dan kemampuan berfikir terbatas . berikut ini beberapa penemuan fosil manusia purba di Indonesia

MEGANTHROPUS PALEO JAVANICUS

Artinya manusia jawa tertua yang berbadan besar , yang hidup di jawa sekitar 2-1 juta tahun silam . manusia ini mempunyai cirri biologis berbadan besar , kening menonjol , tulang pipi tebal, rahang besar dan kuat , makanan utamanya adalah tumbuhan dan buah-buahan , hidup dengan cara food gathering (mengumpulkan makanan ) . Ralph von koenigswald menemukan fosil dari rahang bawah manusia jenis ini di sangiran (lembah bengawan solo )pada 1941.

PITECHANTHROPUS

Diartikan dengan manusia kera , fosilnya paling banyak di temukan di Indonesia . mereka hidup dengan cara food gathering dan berburu . pitechanthropus terbagi kedalam beberapa jenis yaitu : pitechanthropus mojokertensis, robustus, dan erectus.

Pitechanthropus mojokertensis fosilnya ditemukan oleh von koenigswald pada tahun 1936, dalam bentuk tengkorak anak-anak berusia 5 tahunan . di mojokerto (lembah bengawan solo ) .hidup sekitar 2,5-2,25 juta tahun lalu .ciri – cirri biologisnya antara lain : muka menonjol kedepan , kening tebal dan tulang pipi yang kuat

Pitechanthropus robustus , fosilnya di temukan oleh wiedenreich dan koenigswald di trinil (ngawi jatim) 1939. cirri biologisnya hamper sama dengan pitechathropus mojokertensis , bahkan koenigswald menganggapnya masih dari jenis yang sama .

Pitechanthropus erectus, (manusia kera berjalan tegak ) , fosilnya ditemukan oleh Eugene dubois di trinil (ngawi jatim) pada 1890 . mereka hidup sekitar 1 juta sampai 600 ribu tahun yang lalu . cirri biologisnya

bertubuh agak kecil , badan tegap , pengunyah yang kuat , volume otak 900 cc, kemampuan berfikir masih rendah, menurut pendapat teuku jakob , manusia ini telah bisa bertutur.

HOMO

Jenis homo soloensis , fosilnya ditemukan antara 1931 -1934 oleh von koenigswald , ter haar dan oppemoorth di sepanjang lembah bengawan solo . homo soloensis diperkirakan hidup antara 900-200 ribu tahun lalu. Cirri biologis diantaranya bentuk tubuh tegak , kening tidak menonjol . menurut koenigswald, jenis ini lebih tinggi tingkatannya dari pitechanthropus erectus

Homo wajakensis, fosilnya ditemukan oleh rietschoten dan dubois antara tahun 1888-1889 di desa wajak (tulung agung ) . cirri biologisnya : tinggi mencapai 130-210 cm , berat badan sekitar 30 – 150 kg , volume otak sampai dengan 1300cc . mereka hidup dengan makanan yang telah di masak walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana .

3.PERIODISASI PERKEMBANGAN BUDAYA PADA MASYARAKAT AWAL INDONESIA BERDASARKAN BUKTI ARKEOLOGI

Berdasarkan arkeologi (ilmu yang mempelejari peninggalan purbakala dari manusia pra sejarah ) . perkembangan budaya manusia Indonesia dapat di golongkan menjadi beberapa periode yaitu periode jaman batu (batu tua, batu tengah, batu muda, dan jaman logam (perunggu) ) .

JAMAN BATU

Paleolithikum (batu tua).

Ciri dari jaman ini adalah peralatan buat dari batu masih kasar dan belum di asah . alat dari batu ini di buat dengan cara membenturkan batu yang satu dengan yang lainnya , pecahan batu yang menyerupai kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat.

Cara hidup manusia pada jaman plleolithikum adalah: nomad dalam kelompok kecil , tinggal dalam gua atau ceruk karang , berburu . mengumpulkan makanan (food gathering) . menurut teuku Jacob , bahasa sebagai alat komunikasi telah ada dalam tingkat sederhana . berdasarkan tempat penemuannya , jaman palleolithikum terbagi atas kebudayaan pacitan dan ngandong.

Kebudayaan pacitan, peralatan yang di hasilkan adalah kapak genggam , alat penetak (chopper) , ditemukan oleh Koenigswald 1935 . selain di pacitan , alat – alat tersebut di temukan pula di beberapa daerah seperti : sukabumi (jabar) , parigi, gombong, (jateng) , lahat (sumsel),lampung , bali, sumbawa, flores, sulsel, kalsedan timor. Alat-alat tersebut di temukan pada lapisan yang sama dengan di temukannya fosil pitechanthropus erectus.

Kebudayaan ngandong , peralatan yang ditemukan adalah flakes (alat serpih) berupa pisau atau alat penusuk . disamping itu ditemukan pula peralatan dari tuilang dan tanduk . berupa belati , mata tombak yang bergerigi , alat pengorek ubi , tanduk menjangan yang diruncingkan dan duri ikan pari yang diruncingkan . alat-alat tersebut ditemukan pual di daerah lain seperti di sangiran dan sargen (jateng) . manusia pendukung kebudayaan ngandong adalah homo soloensis dan homo wajakensis , Karena di temukan pada lapisan tanah yang sama dengan peralatan kebudayaan ngandong.

Mesolitihkum (batu tengah )

Cirri dari jaman ini adalah peralatan dari batu yang telah di asah bagian yang tajam nya . jaman ini merupakan peralihan dari palleolithikum ke neolithikum . yang menarik dari jaman messolithikum adalah di temukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian di beri istilah kjokkenmoddinger dan abris sous roche oleh penelitinya yaitu callenfels (dijuluki bapak pra sejarah ).

Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang telah membatu , banyak di jumpai di pinggir pantai . sedangkan abris sous roche adalah tumpukan dari sisa makanan yang telah membatu di dalam gua .

Cara hidup messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang ) menanam umbi-umbian . telah pula menjinakan hewan dan menyimpan hewan buruan sebagai langkah awal untuk berternak .

Mereka telah membuat gerabah , mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan gua) ketika mereka telah menetap . lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan berlatar belakang warna merah , gambar babi rusa yang tertancap Panah (di gua leang-leang – sulsel) , penelitinya dilakukan oleh heekren palm , 1950 di gua pulau muna , di temukan berbagai lukisan manusia , kuda, rusa, buaya, anjing, . dimaluku dan papua , lukisan gua dalam bentuk gambar cap tangan , kadal , manusia , burung , perahu, mata, matahari.

Jaman messolhituikum terbagi atas 3 kelompok budaya : kebudayaan fleks, (fleks culture) , kebudayaan pebble (pebble culture ) , kebudayaan tulang (bone culture) . kebudayaan ini di dukung oleh manusia dari jenis papua melanesoid yang berasal dari indo cina .

Fleks culture , peralatan berupa alat serpih yang telah ada jamna palleolithikum , menjadi sangat penting pada jaman messolithikum , sehingga memunculkan corak tersendiri . terutama setelah mendapatkan pengaruh dari budya daratan . dua orang peneliti berkebangsaan swiss (fritz sarasin dan paul sarasin ) antara 1893-1896, melakukan penelitian di sulsel , dan berhasil menemukan fleks . peralatan sejenis juga di temukan di daerah lain yaitu bandung (fleks dari obsidian yaitu batu hitam yang indah) , flores, NTT dan timor. Flakes culture merupakan pengaruh dari asia daratan yang masuk ke Indonesia melalui jalur timur yaitu jepang, Taiwan, Philipina, sulawesi.

Pebble culture, peralatan berupa kapak genggam sumatera (pebble), kapak pendek (hacte curte) , batu penggiling , pisau , callenfels pada 1925, melakukan penelitian di pesisir sumatera dan menemukan peralatan di atas bersama kjokkenmoddinger . pebble culture merupakan pengaruh dari kebudayaan bacson hoabinh (indo china) yang masuk ke Indonesia melalui jalur barat yaitu malaka dan sumatera

Bone culture , penelitian di lakukan oleh callenfels 1928-1931 di sampung ponorogo . peralatan tersebut ditemukan bersama dengan abris sous roche dalam gua di gua-gua . ditemukan pula fosil dari jenis manusia papua melanesoide , yang merupakan nenek moyang orang papua (irian ) . peralatan dan fosil sejenis di temukan pula di besuki dan bojonegoro .

Neolhitikum (batu muda )

Cirri jaman batu muda adalah pemakaian peralatan dari batu yang telah diasah halus karena telah mengenal tehnik mengasah . pada jaman ini terjadi revolusi kehidupan (perubahan dari kehidupan nomad dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing) .

Cara hidup pada jaman neolithikum adalah hidup menetap , bertempat tinggal dekat sumber air , food producing (menghasilkjan makanan dari bercocok tanam dan berternak walaupun berburu masih dilakukan terutama pada waktu senggang), membuat rumah bertonggak dengan atap dari daun-daunan membuat kain dari kulit kayu (ditemukan pemukul kulit kayu ), membuat perahu atau rakit , membuat perhiasan dari batu-batu kecil indah . menurut penelitian kem mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa melayu polinesia .

Pada akhir jaman ini telah dikenal kepercayaan dalam bentuk animisme (kepercayaan tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib ) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memilki kekuatan gaib ) . mereka percaya bahwa setelah mati ada kehidupan lain sehingga di adakanlah berbagai upacara terutama bagi kepala sukunya . mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam benda sebagai bekal di alam lain . dan sebagai peringatan maka di bangunlah berbagai monument (bangunan) yang rutin diberi sajian agar arwah yang meninggal (leluhur) melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi sukunya .

Pada jaman ini pembuatan gerabah memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat dalam kehidupan sehari-hari . adapula gerabah yang digunakan untuk keperluan upacara dan gerabah yang dibuat dengan indah baik bentuk maupun hiasannya.

Berdasarkan peralatannya kebudayaan jaman neolitihkum di bedakan menjadi kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong berasal dari heine geldern berdasarkan kepada penampang yang berbentuk persegi panjang dan lonjong.

Kebudayaan kapak persegi , kebudayaan kapak persegi berasal dari asia daratan yang menyebar ke Indonesia melalui jalur barat melalui malaka , sumatera, jawa, klimantan, sulawesi, dan nusatenggara. Terdapat kapak persegi ukuran kecil (di gunakan sebagai fungsi kapak ) dan yang ukuran besar (digunakan sebagai fungsi beliung atau cangkul ) . dibeberapa daerah ditemukan bekas-bekas pusat kerajinan kapak persegi seperti di lahat (palembang), bogor, sukabumi, purwakarta, tasik (jabar) , pacitan (jatim). Kebudayaan kapak persegi di dukung oleh manusia proto melayu (melayu tua ) yang migrasi ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2000 sm . yang merupakan keturunan ras melayu tua adalah susku sasak , toraja, batak dan dayak . di minahasa (sulut ) di temukan kapak bahu, sejenis kapak persegi di beri leher untuk pegangannya .

Kebudayaan kapak lonjong , ukuran kapak lonjong ada yang besar (walzenbeli) dan kecil (kinbeli) , sering di sebut dengan istilah neolith papua karena penyebarannya terbatas di irian saja oleh bangsa papua melaneside.

Dari peralatan yang ditemukan, baik kapak persegi maupun kapak lonjong di buat dari batu api (chalcedon) , terdapat pula kapak yang tidak terdapat tanda-tanda bekas dipakai dalam bentuk yang indah (sebagai alat berharga , lambing kebesaran atau jimat)

JAMAN LOGAM

Jaman perunggu

Kebudayaan perunggu di asia tenggara merupakan pengaruh dari kebudayaan dongson , yang berkembang di Vietnam , geldern berpendapat bahwa kbudayaan dongson berkembang paling muda sekitar 300 sm pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa deuteuro melayu (melayu muda) yang migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan dongson. Keturunannya adalah jawa, bali, bugis,

madur, dll. Bahkan ditemukan beberapa bukti bahwa telah terjadi pembaruan antara melayu monggoloide (proto melayu dengan deuteuro melayu) dan papua melaneside

Cirri jaman perunggu adalah pemakian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui tehnik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin) . namun bukanlah berarti setelah itu peralatan dari batu dan gerabah di tinggalkan karena masih terus dipergunakan bahkan sampai sekarang .

Cirri kehidupan pada jaman perunggu adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau ketua adapt , tinggal dalm rumah bertiang yang besar yang bagian bawah nya dijadikan tempat ternak , bertani (berladang dan bersawah) dengan system irigasi sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan .

Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok undagi (tukang yang ahli membuat peralatan logam ) . mereka telah menguasai ilmu astronomi (untuk kepentingan pelayaran dan pertanian ) dan membuat perahu bercadik.

Beberapa hasil budaya pada jaman perunggu adalah kapak corong (kapak sepatu ) , candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya memanjang) , terdapat candrasa dan kapak corong yang indah dan tidak ada tanda-tanda bekas di gunakan . nekara (seperti dandang tertulungkup) , moko (nekara yang lebih kecil) , terdapat berbagai perhiasan seperti garis lurus , piln-pilin , binatang, rumah, perahu, lukisan orang berburu , tari dan lukisan orang cina (monggol).

Selain itu mereka membuat bejana perunggu (berbentuk seperti periuk yang gepeng) dengan hiasan indah (dalam bentuk garis dan burung merak). Arca perunggu berupa arca (ditemukan di bangkinag – sulsel , bogor-jabar, dan riau ) perhiasan perunggu seperti gelang , kalung , anting, dan cincin.

Kebudayaan megalithikum (batu besar )

Di sebut kebudayaan batu besar karena pada umumnya menghasilkan kebudayaan dalam bentuk monument yang terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan ini muncul pada akhir jaman neolhitikum , tetapi perkembangannya justru terjadi pada jaman perunggu (kebudayaan dongson ).

Hasil-hasil dari kebudayaan megalithikum memberikan petunjuk kepada kita mengenal perkembangan kepercayaan , terutama pemujaan terhadap arwah nenek moyang ,yang memang telah muali nampak pada akhir jaman nelithikum berikut ini adalah hasil-hasil budaya megalhitikum :

Menhir, tugu batu yang terbuat dari batu tunggal , yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pemujaan , menhir banyak di temukan di pasemah , lahat , sungai talang koto (sumatera) , nagada (flores)

Dolmen , meja batu tempat sesaji, ada dolmen yang di sngga oleh menhir dan ada pula yang digunakan sebagai penutup keranda atau sarchopagus, yang demikian dinamakan dengan pandhusa . sarcophagus (keranda) , peti mati tempat penyimpanan mayat yang berbentuk lesung terbuat dari batu utuh yang diberi tutp . di bali di temukannya keranda yang berisi tulang belulang manusia, barang perunggu serta manik-manik.

Kubur batu , peti mayat yang di pendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dengan ke empat sisinya di buat dari lempengan – lempengan batu. Ada pula yang di sebut waruga , yaitu kubur batu yang berbentuk bulat . kubur batu banyak di temukan di kuningan (jabar) , pasemah(sumatera), wonosari (yogja) dan cepu (jateng).

punden berundak, bangunan pemujaan terhadap roh nenek moyang yang berupa susunan batu bertingkat . banyak ditemukan di banten , garut, kuningan, sukabumi (jabar). Dalam perkembangan selanjutnya , punden berundak merupakan dasar dalam pembuatan candi , bangunan keagamaan maupun istana .

selain itu di temukan pula hasil budaya megalithikum dalam bentuk patung atau arca manusia yang menggambarkan wujud nenek moyang atau arca binatang . banyak di temukan di daerah pasemah (sumatera), sementara di di lembah bada (sulteng ) ditemukan patung manusia (laki-laki dan perempuan).

-----

Prasejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia

Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.Daftar isi [sembunyikan]

1 Periodisasi

1.1 Arkeologi

1.1.1 Zaman Batu

1.1.1.1 Zaman Batu Tua

1.1.1.2 Zaman Batu Tengah

1.1.1.3 Zaman Batu Muda

1.1.1.4 Zaman Batu Besar

1.1.2 Zaman Logam

2 Era Prasejarah Di Indonesia

3 Bacaan rujukan

4 Lihat pula

[sunting]

Periodisasi

[sunting]

Arkeologi

[sunting]

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:

[sunting]

Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)

Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)

Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

[sunting]

Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum:

a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)

b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar.

c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)

c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.

d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.

e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:

a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)

b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)

c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid

[sunting]

Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,

Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,

Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,

Pakaian dari kulit kayu

Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

[sunting]

Zaman Batu Besar

Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

[sunting]

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :

a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian

b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti

c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.

d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)

Zaman Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

a. Mata Kapak bertungkai kayu

b. Mata Pisau

c. Mata Sabit

d. Mata Pedang

e. Cangkul

Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.

---

Nusantara pada periode prasejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Sejarah Nusantara pada era prasejarah)Belum DiperiksaArtikel ini bagian dari seri

Sejarah Indonesia

Lihat pula:

Garis waktu sejarah Indonesia

Sejarah Nusantara

Prasejarah

Kerajaan Hindu-Buddha

Kutai (abad ke-4)

Tarumanagara (358–669)

Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11)

Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)

Kerajaan Medang (752–1045)

Kerajaan Sunda (932–1579)

Kediri (1045–1221)

Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)

Singhasari (1222–1292)

Majapahit (1293–1500)

Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam

Kesultanan Ternate (1257–sekarang)

Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)

Kesultanan Malaka (1400–1511)

Kerajaan Inderapura (1500-1792)

Kesultanan Demak (1475–1548)

Kesultanan Aceh (1496–1903)

Kesultanan Banten (1527–1813)

Kesultanan Mataram (1588—1681)

Kesultanan Siak (1723-1945)

Kerajaan Kristen

Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropa

Portugis (1512–1850)

VOC (1602-1800)

Belanda (1800–1942)

Kemunculan Indonesia

Kebangkitan Nasional (1899-1942)

Pendudukan Jepang (1942–1945)

Revolusi nasional (1945–1950)

Indonesia Merdeka

Orde Lama (1950–1959)

Demokrasi Terpimpin (1959–1966)

Orde Baru (1966–1998)

Era Reformasi (1998–sekarang)

l • b • s

Nusantara pada periode prasejarah mencakup suatu periode yang sangat panjang, kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil hewan dan manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bagian tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), serta gerabah.Daftar isi [sembunyikan]

1 Geologi

2 Tumbuhan, hewan dan hominid

3 Migrasi manusia

4 Kronologi

4.1 Paleolitik

4.2 Neolitik

4.3 Megalitik

4.4 Zaman Perunggu

5 Sistem kepercayaan

6 Penghidupan

7 Peninggalan masa prasejarah

8 Catatan kaki

9 Pranala luar

[sunting]

Geologi

Wilayah Nusantara merupakan kajian yang menarik dari sisi geologi karena sangat aktif. Di bagian timur hingga selatan kepulauan ini terdapat busur pertemuan dua lempeng benua yang besar: Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Di bagian ini, lempeng Eurasia bergerak menuju selatan dan menghunjam ke bawah Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara. Akibat hal ini terbentuk barisan gunung api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, hingga pulau-pulau Nusa Tenggara. Daerah ini juga rawan gempa bumi sebagai akibatnya.

Di bagian timur terdapat pertemuan dua lempeng benua besar lainnya, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Pertemuan ini membentuk barisan gunung api di Kepulauan Maluku bagian utara ke arah bagian utara Pulau Sulawesi menuju Filipina.

Nusantara di Zaman Es akhir pernah menjadi bagian dua daratan besar

Wilayah barat Nusantara moderen muncul kira-kira sekitar kala Pleistosen terhubung dengan Asia Daratan. Sebelumnya diperkirakan sebagian wilayahnya merupakan bagian dari dasar lautan. Daratan ini dinamakan Paparan Sunda ("Sundaland") oleh kalangan geologi. Batas timur daratan lama ini paralel dengan apa yang sekarang dikenal sebagai Garis Wallace.

Wilayah timur Nusantara, di sisi lain, secara geografis terhubung dengan Benua Australia dan berumur lebih tua sebagai daratan. Daratan ini dikenal sebagai Paparan Sahul dan merupakan bagian dari Lempeng Indo-Australia, yang pada gilirannya adalah bagian dari Benua Gondwana.

Di akhir Zaman Es terakhir (20.000-10.000 tahun yang lalu) suhu rata-rata bumi meningkat dan permukaan laut meningkat pesat. Sebagian besar Paparan Sunda tertutup lautan dan membentuk rangkaian perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Pada periode inilah terbentuk Semenanjung Malaya, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, Pulau Irian dan Kepulauan Aru terpisah dari daratan utama Benua Australia. Kenaikan muka laut ini memaksa masyarakat penghuni wilayah ini saling terpisah dan mendorong terbentuknya masyarakat penghuni Nusantara moderen.

[sunting]

Tumbuhan, hewan dan hominid

Sejarah geologi Nusantara memengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah menghuni wilayah ini. Sebagian daratan Nusantara dulu merupakan dasar laut, seperti wilayah pantai selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Aneka fosil hewan laut ditemukan di wilayah ini. Daerah ini dikenal sebagai daerah karst yang terbentuk dari endapan kapur terumbu karang purba.

Endapan batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan memberi indikasi pernah adanya hutan dari masa Paleozoikum.

Laut dangkal di antara Sumatera, Jawa (termasuk Bali), dan Kalimantan, serta Laut Arafura dan Selat Torres adalah perairan muda yang baru mulai terbentuk kala berakhirnya Zaman Es terakhir (hingga 10.000 tahun sebelum era moderen). Inilah yang menyebabkan mengapa ada banyak kemiripan jenis tumbuhan dan hewan di antara ketiga pulau besar tersebut.

Flora dan fauna di ketiga pulau tersebut memiliki kesamaan dengan daratan Asia (Indocina, Semenanjung Malaya, dan Filipina). Harimau, gajah, tapir, kerbau, babi, badak, dan berbagai unggas yang hidup di Asia daratan banyak yang memiliki kerabat di ketiga pulau ini.

Makhluk mirip manusia (hominin) yang menghuni Nusantara yang diketahui adalah manusia Jawa. Fosil dari satu bagian tengkorak Pithecanthropus erectus ditemukan pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois di Trinil, Kabupaten Ngawi. Sejak 1934, G.H.R. von Koenigswald beserta timnya menemukan serangkaian fosil hominin di lembah sepanjang Bengawan Solo, yaitu di Sangiran dan Ngandong serta di tepi Sungai Brantas di dekat Mojokerto. Para ahli paleontologi sekarang kebanyakan berpendapat bahwa semua fosil temuan dari Jawa adalah Homo erectus dan merupakan bentuk yang primitif. Semula diduga berumur 1.000.000 sampai 500.000 tahun (pengukuran karbon tidak memungkinkan), kini berdasarkan pengukuran radiometri terhadap mineral vulkanik pada lapisan penemuan diduga usianya lebih tua, yaitu 1,7-1,5 juta tahun.[1][2]

Homo sapiens moderen pertama masuk ke Nusantara diduga sekitar 100.000 tahun lalu, melalui India dan Indocina. Fosil Homo sapiens pertama di Jawa ditemukan oleh van Rietschoten (1889), anggota tim Dubois, di Wajak, dekat Campurdarat, Tulungagung, di tepian Sungai Brantas.[3] Ia ditemukan bersamaan dengan tulang tapir, hewan yang pada masa kini tidak hidup di Jawa. Fosil Wajak dianggap bersamaan ras dengan fosil Gua Niah di Sarawak dan Gua Tabon di Pulau Palawan. Fosil Niah diperkirakan berusia 40.000-25.000 tahun (periode Pleistosen) dan menunjukkan fenotipe "Australomelanesoid".[4] Mereka adalah pendukung budaya kapak perimbas (chopper) dan termasuk dalam kultur paleolitikum (Zaman Batu Tua).

Pengumuman pada tahun 2003 tentang penemuan Homo floresiensis yang dianggap sebagai spesies Homo primitif oleh para penemunya memantik perdebatan baru mengenai kemungkinan adanya spesies mirip manusia yang hidup dalam periode yang bersamaan dengan H. sapiens, karena hanya berusia 20.000-10.000 tahun sejak era moderen dan tidak terfosilisasi. Hal ini bertentangan dengan anggapan sebelumnya yang menyatakan bahwa hanya H. sapiens yang bertahan di Nusantara pada masa itu. Perdebatan ini belum tuntas, karena penentangnya menganggap H. floresiensis adalah H. sapiens yang menderita penyakit sehingga berukuran katai.

[sunting]

Migrasi manusia

Diorama di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, menampilkan model ukuran sebenarnya pemburu bersenjata alat batu, keluarga Homo erectus hidup di Sangiran sekitar 900.000 tahun yang lalu.

Bukti-bukti Homo sapiens pertama diketahui dari tengkorak dan sisa-sisa tulang hominin di Wajak, Gua Niah (Serawak), serta temuan-temuan baru di Pegunungan Sewu sejak awal paruh kedua abad ke-20 hingga sekarang, membentang dari Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, hingga kawasan Teluk Pacitan, Kabupaten Pacitan. Temuan di Wajak, yang pertama kali ditemukan sulit ditentukan penanggalannya, namun fosil di Gua Niah menunjukkan usia sekitar 40.000 tahun yang lalu. Usia fosil utuh di Gua Braholo (Gunungkidul, ditemukan tahun 2002) dan Song (Gua) Keplek dan Terus (Pacitan) berusia lebih muda (sekitar 10.000 tahun sebelum era moderen atau tahun 0 Masehi). Pendugaan ini berasal dari bentuk perkakas yang ditemukan menyertainya.

REDIRECT Nama halaman tujuan

Walaupun berasal dari masa budaya yang berbeda, fosil-fosil itu menunjukkan ciri-ciri Austromelanesoid, suatu subras dari ras Negroid yang sekarang dikenal sebagai penduduk asli Pulau Papua, Melanesia, dan Benua Australia. Teori mengenai asal-usul ras ini pertama kali dideskripsikan oleh Fritz dan Paul Sarasin, dua sarjana bersaudara (sepupu satu sama lain) asal Swiss di akhir abad ke-19. Dalam kajiannya, mereka melihat kesamaan ciri antara orang Vedda yang menghuni Sri Lanka dengan beberapa penduduk asli berciri sama di Asia Tenggara kepulauan dan Australia.

[sunting]

Kronologi

[sunting]

Paleolitik

Homo erectus diketahui menggunakan alat batu kasar khas paleolitik dan juga alat yang terbuat dari cangkang kerang, hal ini berdasarkan temuan di Sangiran dan Ngandong. Analisis bekas irisan pada fosil tulang mamalia yang berasal dari era Pleistosen mencatat 18 luka bekas irisan akibat alat serpihan cangkang kerang saat menyembelih lembu purba, ditemukan pada formasi Pucangan di Sangiran yang berasal dari kurun 1,6 sampai 1,5 juta tahun lalu. Tanda bekas irisan pada tulang ini menunjukkan penggunaan alat batu pertama yang menunjukkan bukti tertua penggunaan alat serpihan cangkang kerang yang ditajamkan di dunia.[5]

[sunting]

Neolitik

Batu yang diasah adalah bukti peradaban neolitik, misalnya mata kapak batu dan mata cangkul batu yang diasah. Batu yang diasah dan dihaluskan ini dikembangkan oleh orang-orang Austronesia yang menghuni kepulauan Indonesia. Pada periode ini pula berkembang struktur batu besar atau megalitik di Nusantara.

[sunting]

Megalitik

Masyarakat di pulau Nias di Indonesia tengah memindahkan sebuah megalit ke kawasan pembangunan, sekitar tahun 1915.

Monolitik Toraja sekitar tahun 1935.

Nusantara adalah rumah bagi banyak situs megalitik bangsa Austronesia pada masa lalu hingga masa kini. Beberapa struktur megalitik telah ditemukan, misalnya menhir, dolmen, meja batu, patung nenek moyang, dan piramida berundak yang lazim disebut Punden Berundak. Struktur megalitik ini ditemukan di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.

Punden berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Pagguyangan, Cisolok dan Gunung Padang, Jawa Barat. Situs megalitik Cipari yang juga ditemukan di Jawa Barat menunjukkan struktur monolit, teras batu, dan sarkofagus.[6] Punden berundak ini dianggap sebagai strukstur asli Nusantara dan merupakan rancangan dasar bangunan candi pada zaman kerajaan Hindu-Buddha Nusantara setelah penduduk lokal menerima pengaruh peradaban Hindu-Buddha dari India. Candi Borobudur dari abad ke-8 dan candi Sukuh dari abad ke-15 tak ubahnya adalah struktur punden berundak.

Di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, ditemukan beberapa relik megalitik yang menampilkan patung nenek moyang. Kebanyakan terletak di lembah Bada, Besoa, dan Napu.[7]

Tradisi megalitik yang hidup tetap bertahan di Nias, pulau yang terisolasi di lepas pantai barat Sumatera, Kebudayaan Batak di pedalaman Sumatera Utara, pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, serta

kebudayaan Toraja di pedalaman Sulawesi Selatan. Tradisi megalitik ini tetap bertahan, terisolasi, dan tak terusik hingga akhir abad ke-19.

[sunting]

Zaman Perunggu

Kebudayaan Dong Son menyebar ke Indonesia membawa teknik peleburan dan pembuatan alat logam perunggu, pertanian padi lahan basah, ritual pengorbanan kerbau, praktik megalitik, dan tenun ikat. Praktik tradisi ini ditemukan di masyarakat Batak dan Toraja serta beberapa pulau di Nusa Tenggara. Artifak peradaban ini adalah gendang perunggu Nekara yang ditemukan di seantore Nusantara serta kapak perunggu upacara.

[sunting]

Sistem kepercayaan

Warga Indonesia purba adalah penganut animisme dan dinamisme yang memuliakan roh alam dan roh nenek moyang. Arwah Leluhur yang telah meninggal dunia dipercaya masih memiliki kekuatan spiritual dan mempengaruhi kehidupan keturunannya. Pemuliaan terhadap arwah nenek moyang menyebar luas di masyarakat kepulauan Nusantara, mulai dari masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Pemuliaan ini misalnya diwujudkan dalam upacara sukuran panen yang memanggil roh dewata pertanian, hingga upacara kematian dan pemakaman yang rumit untuk mempersiapkan dan mengantar arwah orang yang baru meninggal menuju alam nenek moyang. Kuasa spiritual tak kasat mata ini dikenali sebagai hyang di Jawa dan Bali dan hingga kini masih dimuliakan dalam agama Hindu Dharma Bali.

[sunting]

Penghidupan

Mata pencaharian dan penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia berkisar antara kehidupan berburu dan meramu masyarakat hutan, hingga kehidupan pertanian yang rumit, dengan kemampuan bercocok tanam padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga mampu membuat kerajinan tenun dan tembikar.

Kondisi pertanian yang ideal memungkinkan upaya bercocok tanam padi lahan basah (sawah) mulai berkembang sekitar abad ke-8 SM.[8] memungkinkan desa dan kota kecil mulai berkembang pada abad pertama Masehi. Kerajaan ini yang lebih mirip kumpulan kampung yang tunduk kepada seorang kepala

suku, berkembang dengan kesatuan suku bangsa dan sistem kepercayaan mereka. Iklim tropis Jawa dengan curah hujan yang cukup banyak dan tanah vulkanik memungkinkan pertanian padi sawah berkembang subur. Sistem sawah membutuhkan masyarakat yang terorganisasi dengan baik dibandingkan dengan sistem padi lahan kering (ladang) yang lebih sederhana sehingga tidak memerlukan sistem sosial yang rumit untuk mendukungnya.

Kebudayaan Buni berupa budaya tembikar berkembang di pantai utara Jawa Barat dan Banten sekitar 400 SM hingga 100 M.[9] Kebudayaan Buni mungkin merupakan pendahulu kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang menghasilkan banyak prasasti yang menandai awal berlangsungnya periode sejarah di pulau Jawa.

[sunting]

Peninggalan masa prasejarah

Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.

Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:

Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan

Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran

Situs Purbakala Wajak, Tulungagung

Liang Bua, Pulau Flores

Gua Leang-leang, Sulawesi

Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur

Situs Pasemah di Lampung

Situs Pangguyangan, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat

Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat

Situs Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat

Situs Gunungpadang, Cianjur, Jawa Barat

Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali

Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM)[10]

Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat

Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum)[11]

Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalong