kehendak bebas manusia terhadap perbuatan baik...

80
KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK DAN BURUK MENURUT MUH}AMMAD ‘ABDUH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Ali Dafir NIM 1112033100041 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

Upload: hoangminh

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK DAN

BURUK MENURUT MUH}AMMAD ‘ABDUH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Ali Dafir

NIM 1112033100041

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis
Page 3: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis
Page 4: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis
Page 5: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

i

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk memperdalam pemikiran salah satu tokoh teolog yang berpengaruh di dunia Islam dan mempunyai peran penting dalam pembaharuan Islam yakni Muh}ammad ‘Abduh, terutama dalam persoalan perbuatan-perbuatan manusia yang pada hakikatnya perbuatan manusia adalah perbuatan manusia itu sendiri, kehendak Tuhan, dan kebebasan manusia dalam perbuatannya. Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menjelasakan serta mengelaborasi pemikiran-pemikiran Muh}ammad ‘Abduh yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan manusia. Mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk menurut Muh}ammad ‘Abduh adalah library research dengan menggunakan data primer yang berasal dari salah satu karya Muh}ammad ‘Abduh sendiri dan ditunjang dengan data sekunder. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pemikiran Muhammad ‘Abduh mengenai persoalan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia tidak terlalu identik dengan pemikiran-pemikiran kaum Asy‘ari>ah dan juga tidak begitu identik dengan pemikiran kaum Mu‘tazilah. Akan tetapi pemikiran Muh}ammad ‘Abduh mengenai perbuatan manusia lebih maju dari pemikiran kaum Mu‘tazilah dan lebih rasional dengan Asy‘ari>yah. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari pendapat Muh}ammad ‘Abduh dengan Mu‘tazilah mengenai perbuatan manusia, keduanya sependapat mengenai perbuatan manusia merupakan perbuatan manusia itu sendiri, akan tetapi Muhammad ‘Abduh tidak sependapat dengan Mu‘tazilah jika manusia mempunyai kebebasan yang mutlak, bagi Muh}ammad ‘Abduh kebebasan dan kehendak manusia dibatasi dengan kekuatan alam. Muh}ammad ‘Abduh juga mengatakan bahwa akal selain mengenal adanya Tuhan juga mengenal sifat sifat Tuhan, pendapat yang ini berbeda dengan pendapat Mu‘tazilah. Muh}ammad ‘Abduh juga berbeda pendapat dengan aliran Asy‘ari>ah yang mengatakan bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya perbuatan Tuhan, manusia melakukan hanya dengan keterpaksaan saja. Bagi Muh}ammad ‘Abduh manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan perbuatan-perbuatannya, akan tetapi Muh}ammad ‘Abduh mempunyai pendapat yang sama dengan kaum Asy‘ari>ah mengenai kausalitas, bagi Muh}ammad ‘Abduh kekuatan alam dapat membatasi kebebasan manusia.

Page 6: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Alla>h yang telah melimpahkan rahmat dan

hidaya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, berjudul:

KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK DAN

BURUK MENURUT MUH}AMMAD ‘ABDUH. Salawat dan salam penulis

curah- limpahkan kepada Nabi Muh}ammad SAW., pembawa semangat

pencerahan melalui agama Islam.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan untaian terima kasih

dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini.

1. Dr. Arrazy Hasyim, M.A. selaku dosen pembimbing penulis skripsi ini

yang telah dengan telaten, sabar, dan ikhlas membimbing penulis serta

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan Pikiran demi memberikan

masukan serta nasehat, dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Tien Rahmatin, M.Ag selaku ketua jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Negeri Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA. Selaku sekretaris Jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

iii

5. Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa membimbing, membantu, dan meluangkan waktunya untuk

memberikan arahan, saran-saran, serta pengalaman yang luas dalam

keilmuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. yang telah banyak membantu penulis

selama kuliah.

7. Seluruh jajaran dosen yang ada di Fakultas Ushuluddin khususnya Jurusan

Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada

penulis semasa kuliah.

8. Bapak dan Ibu, Ramli (Alm) yang tak pernah lelah untuk mendoakan di

setiap waktu pada masa hidupnya, ibu (Rahwiyah) yang tidak pernah lelah

untuk selalu memberi nasehat serta motivasi dan dukungan tiada henti

yang diberikan kepada penulis.

9. Kepada istri tercinta Ainiatul Kori’ah yang selalu menemani dan

memberikan semangat yang tinggi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada seluruh saudara tercinta, Nur Hasiyah, Junaidi Ramli, Yani

Suryani, dan Ettun Efendi, yang selalu memberikan semangat serta nasehat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2012 yang tak jarang

penulis jadikan acuan, pandangan, dan segala hal yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari.

Page 8: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

iv

12. Teman-teman (FORMAD Jadebotabek) Forum Mahasiswa Madura yang

tidak dapat disebutkan satu persatu tidak mengurangi rasa terimakasih

yang selalu memotivasi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman Lingkaran “Strong Ciputat” (AFIC dan lainnya): Amien

Tohari, S.Sos (2009), Sulaiman S.Sos, Bahrur Rosi, S.Ag., dan Moh. Halil

S.Sos, dan Abd Syakur S.Th.I (2010), Saniman (2013), Gazali (2015),

Rohim, Fauzan NI, Sufriyadi, Ainul Y, Sugianto, Sukri dan Alim (2016),

Fauzan Ir, Qusairi, Gufron, Farid, Fadlun, Zainul Ar, Mujiburrahman,

Raden Andi, dan Samsul (2017), Deni, Ruslan dan Wawan (2018).

Segala bantuan dan motivasi yang telah mereka berikan kepada penulis

dengan tulus, semoga Alla>h SWT. memberikan pahala yang berlipat kepada

mereka semua.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

menyusun skripsi ini, maka dari itu penulis sangat berharap saran dan kritik yang

lebih baik dari penulisan skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini dapat

memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada pembaca khususnya kepada

penulis sendiri.

Jakarta, 09, Oktober 2018

Page 9: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................ 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

F. Metode Penelitan ......................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 13

BAB II KEHENDAK BEBAS MANUSIA DALAM

DISKURSUS TEOLOGI ISLAM

A. Pengertian Baik dan Buruk ......................................................... 15

B. Pandangan Mu‘tazilah Terhadap Kehendak Bebas

Manusia ...................................................................................... 21

C. Pandangan Asy‘ari>yah ............................................................... 29

BAB III BIOGRAFI MUH}AMMAD ‘ABDUH DAN

KARYANYA

Page 10: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

vi

A. Riwayat Hidup Muh}ammad ‘Abduh ........................................... 36

B. Muh}ammad ‘Abduh Sebagai Teolog Pembaharu Islam ............. 40

C. Kritik Terhadap Taklid ................................................................ 42

D. Karya-Karya Muh}ammad ‘Abduh .............................................. 45

BAB IV KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP

PERBUATAN BAIK DAN BURUK MENURUT

MUH}AMMAD ‘ABDUH

A. Pengertian Baik dan Buruk ......................................................... 48

B. Kehendak Bebas Manusia Dalam Menentukan Perbuatan

Baik dan Buruk ........................................................................... 50

C. Antara Fatalis dan Freewill ......................................................... 57

D. Kritik Terhadap Qadariah dan Jabari>yyah .................................. 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 65

B. Saran-Saran ................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 73

Page 11: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan - ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

h} ha dengan titik di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

Sh es dan ha ص

d} de dengan titik di bawa ض

t} te dengan titik di bawah ط

z} zet dengan titik di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap ‘ ع

kanan

Page 12: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

viii

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

apostrog ’ ء

Y Ye ي

Tanda Vokal Tanda Vokal Latin Keterangan

◌ A< fath}ah

◌ I< kasrah

◌ U< d}hammah

Tanda Vokal Tanda Vokal Latin Keterangan

a> a dengan topi di atas سا

i> i dengan topi di atas سى

u> u dengan topi di atas سو

Page 13: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dengan sempurna.

Tidak ada makhluk yang mempunyai akal kecuali manusia itu sendiri. Dengan

demikian manusia dengan akalnya dapat mengetahui adanya Tuhan, untuk

membedakan derajat manusia bukan lagi dilihat dari seberapa besar

ketaqwaannya, akan tetapi dilihat seberapa besar kekuatan akalnya.1 Ini

dikarenakan manusia sudah diberikan akal yang kuat maka setiap apa yang

diperbuat oleh manusia merupakan perbuatan manusia itu sendiri.

Segala perbuatan manusia tidak lepas dari dua konsep baik dan buruk.

Manusia yang berbuat kebaikan akan mendapatkan balasan yang baik (surga).

Sebaliknya, setiap manusia yang melakukan keburukan akan mendapatkan

balasan yang buruk (neraka). Namun setelah semakin jauh mempelajarinya dan

semakin dalam pengetahuan mengenai perbuatan manusia perihal yang baik dan

yang buruk bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain, tidak jarang yang baik pada

1 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah, (Jakarta:

Universitas Indonesia UI-press, 1987), h. 48

Page 14: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

2

saat dikerjakan belum tentu baik pada akhirnya. Begitu pula yang dipandang

buruk waktu dilakukan belum tentu buruk juga (dampak) setelahnya.2

Perbuatan baik dan buruk manusia merupakan salah satu kajian pokok.

Tema ini menjadi perbincangan dan perdebatan yang serius di antara para teolog

Islam. Yang menjadi persoalan sampai saat ini mengenai perbuatan baik dan

buruk manusia – hal yang merupakan topik pembahasan dalam ilmu kalam oleh

para teolog – melibatkan tiga pendapat utama yang berbeda antara satu golongan

dengan golongan yang lainnya.

Pertama, pendapat yang memandang bahwa semua yang dilakukan oleh

manusia adalah ciptaan Tuhan. Dengan kata lain, segala perbuatan manusia terjadi

di bawah kuasa Tuhan. Manusia sama sekali tidak memiliki kekuasaan (kendali)

atas seluruh perbuatannya. Oleh karena itu, pandangan ini membawa pada sebuah

konsekuensi: manusia tidak bertanggung jawab atas perbuatannya dan tentu tidak

mendapatkan balasan dari apa yang telah diperbuatnya.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa Tuhan dan manusia keduanya

sama-sama melakukan perbuatan di dalamnya. Pandangan ini memberi penegasan

bahwa ada kehendak diri manusia dalam tindakannya di satu sisi. Tetapi di sisi

lain, pada tindakan manusia itu, juga ada kehendak dan kuasa Tuhan di sisi lain.

Sebagai konsekuensinya, manusia mengambil tanggung jawab – walaupun tidak

2 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid, Terjemahan, Firdaus A.N, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1965), h. 85

Page 15: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

3

sepenuhnya – dalam tindakannya. Berdasarkan hal tersebut, Tuhan dan manusia

sama-sama akan mendapatkan suatu balasan.

Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa segala perbuatan yang

dilakukan oleh manusia murni merupakan ciptaan manusia itu sendiri dan Tuhan

tidak melakukan apa-apa di dalamnya. Ini merupakan kebalikan dari pendapat

yang pertama yang menyebutkan bahwa segala tindakan manusia tak lain adalah

kehendak dan kuasa Tuhan. Sebagai konsekuensinya menurut pandangan ketiga

ini, manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang telah

dilakukannnya.3 Pendapat-pendapat di atas dapat ditemukan dalam beberapa

golongan di dalam Islam yang sama-sama membahas tentang kebebasan manusia

dan kehendak Tuhan.

Salah satu golongan dalam perdebatan kebebasan manusia dan kehendak

Tuhan yang – pandangan-pandangannya (dengan tekanannya pada pandangan

rasional) di satu sisi banyak melahirkan pendukung dan di sisi lain juga banyak

ditentang – adalah Mu‘tazilah. Menurut golongan ini, manusialah yang

menciptakan perbuatan-perbuatannya sendiri. Seluruh perbuatan manusia – yang

baik maupun yang buruk – berada (murni) di dalam kehendak bebas manusia

tanpa campur tangan kekuasaan Tuhan. Konsekuennya tegas. Manusia berhak

3 Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi Tentang Persamaan dan

Perbedaanya dengan al-Asy`ari>, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), h. 102

Page 16: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

4

mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya dan mendapatkan siksa dari

perbuatan jahatnya.4

Golongan ini juga memiliki keyakinan yang kuat bahwa di dalam diri

manusia terkandung dua unsur yakni unsur kebaikan dan unsur keburukan. Dua

unsur ini mewarnai perbuatan manusia. Dengan dua unsur ini, maka segala

kebaikan dan keburukan (dari perbuatan manusia) murni datang dari manusia

sendiri. Dengan demikian menjadi jelas bahwa kelompok Mu’tazilah meletakkan

tanggung jawab perbuatan manusia pada manusia sendiri.

Tetapi, pendapat golongan Mu‘tazilah mengenai perbuatan manusia ini

ditolak oleh Asy‘ari>yah. Kelompok ini mengambil jalan lain untuk menyelesaikan

persoalan perbuatan manusia ini yang menjadi tema dalam pembicaraan para

teolog Islam dengan teorinya yang dikenal dengan teori kasb (sesuatu perbuatan).

Golongan ini mengatakan Alla>h SWT yang menciptakan perbuatan, sedangkan

manusia tidak menciptakan perbuatan, tetapi hanya melakukannya dan berkuasa

untuk memperoleh kasb (suatu perbuatan).5 Selain aliran Mu‘tazilah dan

Asya‘ri>yah, Muh{ammad ‘Abduh juga membahas persoalan perbuatan manusia.

Pandangan Muh}ammad ‘Abduh mengenai persoalan perbuatan manusia

berbeda dengan Asy‘ari>yah. Muh{ammad ‘Abduh cenderung kepada konsep

penciptaan sifat Tuhan. Ia yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia,

Tuhan dengan kemauan-Nya sendiri telah membatasi kehendak-Nya dengan

4 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2010), h.170

5 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam, h. 250

Page 17: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

5

sunan atau hukum alam yang diciptakannya sendiri untuk mengatur alam ini.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rasyi>d Rid}a> yang dikutip oleh Harun

Nasution, Tuhan tidak bertindak sebagai raja absolut yang memberi upah kepada

siapa yang ia sukai dan memberi hukum kepada siapa yang ia kehendaki.6

Memberi manusia kemauan dan daya untuk berbuat adalah salah satu sunnah

Alla>h. Bagi Muh}ammad ‘Abduh sunnah Alla>h adalah hukum alam yang mengatur

perjalanan alam, hukum alam dengan sebab dan akibatnya.7

Pandangan Muh}ammad ‘Abduh mengenai keadilan Tuhan mengaitkan

dengan hukuman dan balasan baik dengan sifat pemurah Tuhan. Balasan baik

diberikan sesuai dengan kebaikan yang dibuat. Sifat pemurah Tuhan dapat

melipatgandakan balasan kebaikan yang dibuat oleh manusia. Tetapi dalam soal

kejahatan Tuhan tidak menambahkan siksaan sebagai balasannya. Dalam arti ini,

dalam kejahatan yang dilakukan oleh manusia balasan dari Tuhan satu lawan

satu.8

Muh}ammad ‘Abduh lebih jauh berpendapat bahwa Tuhan memberikan

tiga kekuatan kepada manusia yang tidak dimiliki oleh hewan. Di antaranya:

ingatan, khayal, dan fikiran. Dengan kekuatan ingatan yang ada di dalam diri

manusia dapat mengingat atau melihat rupa kejadian yang sudah berlalu kemudian

dilampaui oleh kejadian-kejadian yang lain yang menutupi kejadian tersebut.

Begitulah ingatan itu dapat mendatangkan kembali apa-apa yang selama ini

6 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, h. 77

7 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, h. 77

8 Harun Nasution, Muh}ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, h. 79

Page 18: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

6

disenangi ataupun yang dibenci, yakni apa-apa yang serupa atau pun berlawanan

dengan yang dihadapi manusia itu dengan jalan mengingat sesuatu dengan apa

yang menyerupainya sebagaimana dengan pandangan yang sama.

Kekuatan khayal yang ada di dalam diri manusia dapat menggambarkan

peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi yakni segala keadaan-keadaan yang

mempengaruhi manusia itu. Sehingga peristiwa itu seakan-akan tampak

sebagaimana yang pernah dilihat. Kemudian khayal tersebut dapat

menggambarkan kelezatan atau kesakitan di zaman yang akan datang dengan

membandingkannya dengan apa-apa yang telah berlalu. Sehingga kemudian hati

tertarik untuk mengejarnya atau menjauhkan diri dari padanya. Karena itu,

manusia berlindung kepada fikiran untuk mengatur cara-cara yang baik untuk

mencapainya supaya tidak salah dalam melangkah untuk menentukan apa yang

akan diperbuat karena bagi Muh{ammad ‘Abduh kekuatan daya fikir manusialah

yang dapat mengontrol dan menetukan kehidupan kebahagiaan atau celakanya

manusia.9

Dari uraian di atas, dapat ditemukan dua hal dalam pandangan Muh}}ammad

‘Abduh mengenai perbuatan manusia. Pertama, Tuhan membatasi kehendak-Nya

sendiri terhadap perbuatan manusia melalui sunnah atau hukum alam yang dibuat-

Nya. Kedua, manusia sebagai pelaku dari semua perbuatannya sehingga manusia

akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

9 Muh}ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid, h. 91-93

Page 19: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

7

Pandangan Muh}ammad ‘Abduh – dengan menekankan pada daya pikir

yang mengontrol perbuatan manusia sehingga manusia bertanggung jawab atas

tindakannya – merupakan pandangan penting yang menimbulkan dampak moral

pertanggungjawaban pada diri manusia. Pandangan ini penting diketahui oleh kita

semua sebagai umat Islam sehingga menyadari betapa pentingnya menggunakan

daya pikir.

Alasan penulis memilih Muh}ammad ‘Abduh karena dia adalah seorang

tokoh terkemuka pembaharu Islam yang memberi kebebasan kepada manusia

untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kemajuan zaman dan

juga sesuai dengan yang dibenarkan oleh akal yang bersesuaian dengan kebenaran

wahyu. Hal ini dikarenakan menurutnya akal dan wahyu tidak pernah

bertentangan.

Berangkat dari alasan tersebut, penulis ingin sekali mengangkat tema

tersebut, yakni mengenai perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia

menurut pandangan Muh}ammad ‘Abduh. Dalam hal ini, penulis mengangkat

judul: KEHENDAK BEBAS MANUSIA DALAM PERBUATAN BAIK DAN

BURUK MENURUT MUH}AMMAD ‘ABDUH.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Sangat banyak penulis yang meneliti pemikiran Muh}ammad ‘Abduh. Demi

konsistensi pembahasan yang akan dibahas oleh penulis dengan tujuan

mempermudah gambaran kerangka yang lebih jelas mengenai penelitian ini, maka

Page 20: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

8

diberikan batasan hanya pada perbuatan baik dan buruk menurut teolog Mesir

yaitu Muh}ammad ‘Abduh.

Adapun yang menjadi penelitian pokok pada penulisan ini dapat

disebutkan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Muh}ammad ‘Abduh tentang kebebasan

manusia terhadap perbuatan baik dan buruk?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat

diketahui bahwa tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mempelajari lebih dalam pengetahuan yang telah didapati serta

mengungkapkan secara detail mengenai pandangan baik dan buruk

manusia menurut Muh}ammad ‘Abduh

2. Memberikan gambaran lebih luas mengenai baik dan buruk menurut

Muh{ammad ‘Abduh

3. Untuk memenuhi tugas akhir proses belajar di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin, yaitu berupa penulisan karya

ilmiah/skripsi yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai dokumentasi

dan referensi kepada semua pihak, khususnya para peneliti yang sesuai

dengan pembahasan ini.

Page 21: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

9

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penulisan ini sebagai berikut:

1. Penulis dapat memahami lebih dalam dan memperkaya dalam

memperluas khazanah keilmuan teoritis khususnya mengenai baik

dan buruk menurut Muh}ammad ‘Abduh

2. Menambahkan bahan bacaan perpustakaan di lingkungan sekitar

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian atas pemikiran Muh}ammad ‘Abduh ini bukan suatu hal yang

baru, tapi telah berlangsung sejak lama. Pemikiran Muh}ammad ‘Abduh

mengundang perhatian banyak orang, sehingga tidak sedikit tokoh yang

sesudahnya menulis kembali dan mengkaji pemikirannya, lebih-lebih mahasiswa

yang menyelesaikan tugas akhirnya dengan penelitian terhadap Muh}ammad

‘Abduh. Demi kepentingan tinjauan pustaka, penulis akan sampaikan beberapa

penelitian pemikiran Muh}ammad ‘Abduh yang ditulis sebelum skripsi ini.

“Penafsiran Ayat Poligami Menurut Muh}ammad ‘Abduh”, ditulis oleh

Muh}ammad Syukri Assidikki, jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Jakarta

(2007) adalah salah satu penelitian atas pemikiran Muh}ammad ‘Abduh. Skripsi

tersebut membatasi penelitiannya pada pemikiran Muh}ammad ‘Abduh mengenai

Page 22: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

10

poligami, ayat-ayat tentang poligami dan penafsiran Muh}ammad ‘Abduh tentang

ayat poligami dalam tafsir Al-Manar. Ia tidak menyinggung sama sekali mengenai

perbuatan baik dan buruk manusia.

“Pendekatan Reformasi dalam Tafsir Al-Qur’an: Study Tafsir Muh}ammad

‘Abduh”, yang ditulis oleh Mustofa Hulayin, jurusan Tafsir Hadits Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

(2012). Skripsi ini juga memberi fokus pada pemikiran Muh}ammad ‘Abduh.

Hanya saja ia memberi perhatian pada pokok-pokok reformasi yang dilakukan

oleh Muh}ammad ‘Abduh dalam Tafsir Al-Manar.

“Pandangan Al-Qur’an Tentang Iman Kepada Allah Menurut Tafsir

Almanar”. Skripsi ini ditulis oleh Yuli Nurlaily jurusan Tafsir Hadits Fakultas

Ushuluddin, Jakarta (2002). Di dalamnya tidak menyinggung mengenai perbuatan

baik dan buruk hanya saja membahas tentang penafsiran Muh}ammad ‘Abduh atas

ayat-ayat keimanan kepada Alla>h.

“Konsep Tuhan Dalam Al-Quran: Telaah Atas Penafsiran Muh}ammad

‘Abduh Terhadap Surat Al-ikhlas ayat 1-4”, yang ditulis oleh H. Ansoriyah di

dalam skripsi ini membahas mengenai tauhid secara umum saja dan implikasinya

dalam kehidupan mengenai menafsirkan dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4.

“Tobat dalam Tinjauan Sayyid Quthub dan Muh}ammad ‘Abduh”, yang

ditulis oleh Shadiqul Amin, jurusan Tafsir Hadits fakultas Ushuluddin Jakarta,

(2002), membahas perbandingan penafsiran tobat antara Muh{ammad ‘Abduh dan

Page 23: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

11

Sayyid Quthub. Skripsi ini hanya membandingkan dalam lingkup tobat manusia

antara Muh}ammad ‘Abduh dengan Sayyid Quthub tidak membahas secara khusus

tentang perbuatan manusia dalam kebaikan dan keburukan.

“Pandangan Muh}ammad ‘Abduh tentang kiamat (Study Analisis Ayat-ayat

Kiamat Dalam Tafsir al-Manar)”, yang ditulis oleh Imam Syah Putra jurusan

Tafsir Hadits fakultas Ushuluddin Jakarta, (2003). Di dalam skripsi ini

menganalisa tentang penafsiran ayat-ayat mengenai kiamat menurut Muh{ammad

‘Abduh dalam Tafsir Al-Manar.

“Landasan Penegakan Syariat Islam Menurut Perspektif Muh}ammad

‘Abduh dalam Tafsir Al-Manar”, yang ditulis oleh Subandi jurusan Tafsir Hadits

fakultas Ushuluddin Jakarta, (2005), yang di dalamnya hanya mengulas pemikiran

Muh}ammad ‘Abduh tentang perlunya penegakan syariat Islam dalam Tafsir Al-

Manar.

“Al-Hirabah Dalam Kajian Tafsir Al-Manar”, ditulis oleh Saiful Lutfi

jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin (2005), yang membahas penafsiran

Muh}ammad ‘Abduh tentang Al-Riddah dalam tafsir Al-Manar. Dalam skripsi ini

tidak menyinggung sama sekali mengenai perbuatan baik dan buruknya.

Buku karya dari Harun Nasution yang diberi judul Muh}ammad ‘Abduh dan

teologi Rasional Mu’tazilah. Dalam buku ini menjelaskan pemikiran kalam secara

umum Muh}ammad ‘Abduh. Buku ini memang sudah sedikit menyinggung

Page 24: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

12

mengenai perbuatan baik dan buruk, akan tetapi buku ini hanya menekankan

kepada pembaca mengenai pola pikir Muh}ammad ‘Abduh secara umum.

Dari buku dan judul skripsi yang telah disebutkan di atas, sejauh yang

penulis ketahui sampai saat ini belum ada yang membahas tentang perbuatan baik

dan buruk menurut Muh}ammad ‘Abduh secara khusus, sehingga penulis tidak

ragu lagi untuk menulis dan menyelesaikan penelitian ini.

F. Metode Penilitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library

research) yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai macam literatur yang

relavan kemudian menelaahnya dengan masalah yang ada. Mengenai buku yang

menjadi rujukan utama dalam penulisan skripsi ini salah satunya adalah karya

Muh}ammad ‘Abduh sendiri yang berjudul Risalah Tauhid yang diterjemahkan

oleh H. Firdaus cetakan kedua yang menjadi sumber primer penulisan skripsi ini.

Selain itu, yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian tentang

Muh}ammad ‘Abduh berupa buku, artikel, jurnal, dan juga majalah yang ada

hubungannya dengan skripsi ini.

Metode pembahasan yang digunakan merupakan metode deskriptif analisis.

Deskriptif adalah menggambarkan secara jelas terkait dengan masalah yang akan

diteliti yaitu perbuatan baik dan buruk menurut Muh}ammad ‘Abduh. Sedangkan

analisis adalah menyelidiki setiap masalah untuk memperoleh pemahaman yang

lebih luas. Metode ini digunakan untuk menjelaskan serta mengelaborasi pikiran-

Page 25: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

13

pikiran Muh}ammad ‘Abduh yang berkenaan dengan judul skripsi ini. Lalu

menyajikan hasil penelitian melalui sumber-sumber pustaka primer maupun

sekunder dengan menggunakan karangan-karangan Muh}ammad ‘Abduh dan yang

berkaitan dengan pembahasan perbuatan manusia.

Teknik penulisan penelitian skripsi ini berpedoman pada ketentuan yang

ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu buku

Pedoman Akademik Program Strata Satu 2012/2013, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta”, yang diterbitkan oleh UIN Press tahun ajaran 2012/2013. Pedoman

transliterasi.

G. Sistematika Penulisan

Supaya dapat gambaran yang lebih luas tentang apa yang akan diuraikan

oleh penulis dalam penelitian ini, maka perlu kiranya penulis uraikan susuanan

kepenulisan skripsi ini yang terdiri dari lima bab, sebagaimana berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari lima pasal pembahasan: latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, studi kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Dengan menjelaskan beberapa poin yang menyangkut pembahasan yang akan

diulas pada bab-bab berikutnya, seperti penggambaran mengenai perbuatan baik

dan buruk, dan tata cara kepenulisan yang sudah ditentukan oleh pedoman

kepenulisan.

Page 26: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

14

Bab II merupakan penjelasan para ahli teolog Islam yang bersinggungan

dengan apa yang akan menjadi penjelasan inti dari penelitian ini, yaitu perbuatan

baik dan buruk di mana sampai saat ini pembahasan mengenai baik dan buruk

yang dilakukan oleh manusia masih belum selesai, baik dari golongan Mu‘tazilah,

Asyari>yah, maupun Jabari>yah.

Bab III membahas tentang biografi Muh}ammad ‘Abduh yang terdiri dari

riwayat hidup, mulai dari masa kecilnya, perjuangan-perjuangan yang sampai

dengan menciptakan karya-karya dan pengikutnya. Seperti yang telah diketahui

bersama bahwa Muh}ammad ‘Abduh telah berhasil merubah pola pikir ummat

Islam yang sudah lama terjerumus ke dalam paham jumud. Dengan

perjuangannya Muh}ammad ‘Abduh berhasil merubah pola pikir seluruh ummat

Islam khususnya di Mesir.

Bab IV merupakan pembahasan inti yang akan diteliti oleh penulis yaitu

perbuatan baik dan buruk menurut Muh}ammad ‘Abduh. Perbuatan baik dan buruk

Muh}ammad ‘Abduh sudah menjadi panutan dalam hubungan antara manusia

dengan manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Bab V merupakan bab terakhir dari penyusunan skripsi ini yang memuat

mengenai kesimpulan dari seluruh bab-bab pembahasan sebelumnya dan ditutup

dengan saran-saran untuk kebaikan kesemua pihak.

Page 27: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

15

BAB II

KEHENDAK BEBAS MANUSIA DALAM DISKURSUS TEOLOGI ISLAM

A. Pengertian Baik dan Buruk

Sebelum memasuki pada pembahasan kehendak bebas manusia terhadap

perbuatan baik dan buruk menurut Muh}ammad ‘Abduh, perlu kiranya terlebih

dahulu bahas mengenai pengertian baik dan buruk itu sendiri. Terdapat beberapa

macam mengenai kata baik. Di dalam bahasa arab, pengertian baik di antaranya

adalah khair, s}hala>h dan h}asan

1. Khair

Kata khair adalah istilah yang menunjukkan tentang kebaikan. Lawan kata

dari baik dalam hal ini adalah jelek atau syarr dalam bahasa arabnya.1 Kata ‘baik’

(dengan pengertian khair) yang mempunyai lawan kata syarr ini merupakan

‘baik’ dalam pengertian kesempurnaan secara fisik. Adapun bentuk plural (kata

jamak) dari kata khair ini adalah khuyu>r yang artinya banyak kebaikan,

sebagaimana syair yang digubah oleh Nami>r Ibn Taulab:

والقيت الخيور واخطأتني خطوب جمة وعلوت قرني

1 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, (Beyrouth: Dar Ihya' Al-

Turats Al-'Arabi, 1408 H) h. 1298

Page 28: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

16

(Wala>qaitu al-khuyu>ra wa akht}oatni> khutu>bu jammatun wa ‘alaitu kirni>)

yang artinya:

Aku mendapatkan banyak kebaikan namun, beberapa keadaan

menyalahkanku dan kemudian aku mengungguli musuhku.2

Selain mengandung arti kebaikan (dalam pengertian kesempurnaan

secara fisik), kata Khair juga mengandung arti ‘memilihkan kebaikan atas orang

lain’. Tetapi berbeda dengan kata khair yang berarti baik (kesempurnaan secara

fisik), bentuk plural dari kata khair (yang mengandung arti ‘memilihkan kebaikan

atas orang lain ini’) ini adalah akhyar (kebaikan-kebaikan) dan Khiyar (kebaikan-

kebaikan). Sebagaimana ayat al-Qur’an yang dikutip oleh Muh}ammad Ibn

Mukarram Al-Ifri>qi> al-Mis}ri> di dalam kitabnya yang berjudul Lisan al-‘Ara>b

“lahum al-khairat” yang artinya: (bagi merekalah kebaikan-kebaikan). Kata al-

khairat (kebaikan) dalam ayat tersebut adalah bentuk plural dari kata Khairat

yang berarti (kelebihan dari segala sesuatu).

Abu Ishaq juga menyumbangkan pendapat bahwa apa yang dimaksud

dengan potongan ayat yang menyebutkan: فيهنخيراتحسان (fi>hinna khairo>tun h{asa>n)

adalah: kebaikan akhlaq dan kesempurnaan fisik, namun Abu Mansu>r mengatakan

bahwa antara lafadh الخیراة (al-khaira>h) dan الخیارة (al-khaya>rah) adalah sama di

kalangan ahli bahasa.3

2 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, h. 1298

3 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, h. 1298

Page 29: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

17

Ibn Buzurjah berpendapat pula:

واألخيرون منالشرارة والخيارةقلواهماألشرون

(Qulu>humu al-asyarru>na wa al-ahyaru>na min al-assarra>rati wa al-

khaya>rati) yang artinya:

“orang arab mengatakan merekalah orang-orang yang jelek dari

kejelekannya dan merekalah orang-orang yang baik dari kebaikannya.4

Pendapat ini memperkuat syair yang digubah Namir Ibn Taulab yang

meletakkan kata khair pada kebaikan-kebaikan berupa fisik atau kebaikan yang

memang diberikan dari semula.

2. H{asan

H{asan adalah lawan kata dari qabi>h. Al-Azhari> menyampaikan bahwa al-

h}usn merupakan (kata) sifat dari lafadh h}asana dan h}asuna. Begitu juga dengan

kata h}a>sin adalah kata sifat dari kata yang dua tersebut. Al-Lihyali> turut

mengatakan: احسنأنكنتحاسنا (uh}sun in kunta h}a>sinan): berbuat baiklah engkau bila

pada dasarnya engkau adalah orang baik. Kemudian kalimat yang berbunyi:

lelaki yang baik dan bagus wataknya (wa rajulun h}asanun basanun) ورجلحسنبحسن

ikut pada aturan kata h}asana yang telah disebutkan sebelumnya.5

4 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, h. 1298

5 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, h. 877

Page 30: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

18

Berdasarkan hadits yang dikutip oleh Muh}ammad Ibn Mukarram Al-

Ifri>qi> Al-Misri> di dalam kitabnya yang berjudul Lisan al-‘Arab mengatakan:

(aha>sanakum akhla>qa>n al-muwa>tt}iun akna>fa>n) أحاسنكم أخالقا الموطئون اكنافا

“paling baiknya akhlak kamu sekalian adalah orang yang lembut

perangainya serta dermawan”.6

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa h}asan mempunyai

makna baik dalam lingkup tingkah laku antar manusia dengan manusia.

3. S}halah

Dalam hal ini, kata ‘baik’ dapat diartikan sebagai perdamaian. Adapun

lawan katanya adalah kerusakan. Sebagaimana yang dipakai oleh Abu> Zaid di

dalam gubahan syairnya yang indah:

(<fakaifa biitroki> ‘ idza> ma> syatamtani) فكيفبإطراقىإذاماشتمتني

“Lantas bagaimana dengan keluargaku bila engkau mencelaku sedang di sisi lain

tidak ada perdamaian setelah pencelaan kepada orang tuaku”.7

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘baik’ mengandung

beberapa arti di antaranya; elok, patut, teratur, tidak ada celanya. Sedangkan

6 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, h, 877

7 Muh}ammad Ibn Mukarram Al-Ifriqi> Al-Misri>, Lisan Al-‘Arab, h. 2479

Page 31: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

19

pengertian buruk adalah rusak atau busuk karena sudah lama.8 Secara etimologi,

kata ‘baik’ merujuk pada hal-hal (sesuatu) yang mengandung keindahan,

kebijaksanaan dalam diri kita antara hubungan manusia dengan manusia dan

hubungan manusia dengan Tuhan dalam melakukan suatu hal. Sedangkan buruk

merupakan sebaliknya dari kebaikan (kata baik) itu sendiri.

Secara umum kata ‘baik’ mempunyai arti yang beragam. Pertama, kata

‘baik’ merujuk pada segala ihwal perbuatan yang memiliki hubungan dengan

kesempurnaan. Apa-apa yang sempurna itu berarti ‘baik’. Dalam pengertian di

sini, dikatakan baik jika segala perbuatan seseorang dilakukan dengan sempurna.

Kedua, yang disebut baik merujuk pada ihwal perbuatan yang menjadikan

pelakunya senang dan puas setelah melakukan perbuatan tersebut. Dalam

pengertian ini, dapat pula disimpulkan bahwa kata baik erat kaitannya dengan

aspek nuansa psikologis sang pelaku berupa perasaan senang, bahagia atau puas

atas tindakan atau perbuatan mereka.

Ketiga, perbuatan baik ialah perbuatan yang mengandung nilai kebenaran

dalam dirinya dan diyakini oleh sang pelaku. Kebenaran itu dapat membawa

dampak baik yakni memberikan rahmat terhadap apa yang telah diperbuat. Kata

rahmat dapat mengandung arti taufik yakni pertolongan untuk amal kebaikan.

Sebagaimana bisa kita temukan di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah [2] ayat 64:

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat, (Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta 10270).

Page 32: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

20

“Kalau tidak ada karunia Alla>h dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu

tergolong orang yang rugi” (Q.S. Al-Baqarah ayat 64)

Selaras dengan ini, kata rahmat yang mengandung pengertian taufik

(pertolongan untuk amal kebaikan) juga ditemukan di dalam QS an-Nur (24:10).

“Dan andaikata tidak ada kurnia Alla>h dan rahmat-Nya atas dirimu dan

(andaikata) Alla>h bukan Penerima taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu

akan mengalami kesulitan-kesulitan)”.

QS an-Nur (24:14),

“Sekiranya tidak ada kurnia Alla>h dan rahmat-Nya kepada kamu semua di

dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena

pembicaraan kamu tentang berita bohong itu”.

Page 33: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

21

QS an-Nur (24:20),

“Dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Alla>h dan rahmat-Nya kepada

kamu semua, dan Alla>h Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu

akan ditimpa azab yang besar”.

Sedangkan yang disebut buruk merupakan kebalikan dari arti kebaikan.

Pertama, perbuatan buruk merujuk pada segala ihwal perbuatan yang jauh dari

kesempurnaan di waktu mengerjakan. Kedua, perbuatan buruk adalah perbuatan

yang menimbulkan ketidaksenangan dalam melakukannya. Ketiga perbuatan

buruk adalah perbuatan yang tidak memiliki kebenaran dan tidak memberikan

rahmat (taufik) dan menimbulkan ketidaksenangan baik terhadap yang

melakukannya dan juga kepada orang lain.9

Dari pengertian baik dan buruk yang telah disebutkan di atas dapat kita

simpulkan bahwa perbuatan baik merupakan suatu pekerjaan yang dapat

memberikan kesempurnaan, kesenangan, kepantasan, kepatutan dan sesuai dengan

apa yang diharapkan. Sebaliknya, buruk adalah merupakan kebalikan darinya.

B. Pandangan Mu‘tazilah Terhadap Kehendak Bebas Manusia

9 Asmaran, Pengantar Study Akhlaq, (Jakarta: Raja Granfindo Persada, 1994), h. 25

Page 34: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

22

Aliran Mu‘tazilah merupakan aliran yang didirikan oleh Wa>ṣil Ibn ‘Aṭa>’.

Ia lahir pada tahun 81 H di Madinah dan meninggal pada tahun 131 H. Wa>ṣil Ibn

‘Aṭa>’ disebut sebagai Syaikh al-Mu‘tazilah wa Qadi>muha yaitu kepala Mu‘tazilah

yang tertua.10 Aliran ini merupakan aliran yang bersifat filosofis karena aliran ini

dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berada di dalam Islam lebih

mengedepankan akal, sehingga aliran ini disebut dengan aliran rasionalis Islam.11

Dalam pemberian nama bagi aliran Mu‘tazilah terdapat beberapa

perbedaan. Al-Syahrastāni> mengatakan bahwa pemberian nama Mu‘tazilah

dimulai dari kejadian yang dilakukan oleh Wa>ṣil Ibn ‘Aṭa>’ yang berbeda pendapat

dengan H{asan al-Basri> di mana Wa>ṣil Ibn ‘Aṭa>’ yang selalu mengikuti pelajaran-

pelajaran H{asan al-Basri> di Masjid Basrah kemudian diwaktu pelajaran

berlangsung yang dipinpin oleh H{asan al-Basri> datanglah seseorang yang

menanyakan mengenai pelaku dosa besar yang dilontarkan kepada H{asan al-Basri>

diwaktu pelajaran berlangsung.

Sebagian aliran berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir

termasuk juga dengan H{asan al-Basri>, sebagian lagi berpendapat bahwa pelaku

dosa besar itu masih mukmin.12 Namun berbeda dengan pendapat Wa>ṣil Ibn ‘Aṭa>’,

waktu H{asan masih berfikir mengenai pertanyaan yang dilontarkan oleh muridnya

yang lain Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ menjawab terlebih dahulu dengan mengatakan bahwa

10 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Cet. 5,

(Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1996), h. 44

11 Harun Nasution, Teologi Islam:, h. 40

12 Nurcholis Majid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Cet, 1, (Jakarta: Yayasan Wakaf Pramadina, 1992), h. 169

Page 35: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

23

pelaku dosa besar bukanlah kafir atau mukmin, tetapi pelaku dosa besar berada di

posisi antara keduanya yaitu tidak mukmin dan juga tidak kafir. Dengan

pendapatnya yang demikian, Wa>ṣil Ibn ‘Aṭ >a’ menjauhkan diri dari H{asan al-Basri>

dan pergi ke Masjid lain. Di sana Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ mengulangi pendapat yang

sama. Dengan terjadinya peristiwa ini, H{asan al-Basri> mengatakan Wa>ṣil Ibn

‘At}a>’ menjauhkan diri dari kita. Berdasarkan itu, Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ dan teman-

temannya disebut Mu‘tazilah.13

Di samping itu Ahmad Amin berpendapat bahwa nama Mu‘tazilah sudah

dipakai jauh sebelum adanya peristiwa antara Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ dan gurunya, yaitu

H{asan al-Basri>. Sebelumnya pendapat tentang posisi di antara dua posisi dipakai

oleh golongan orang yang tidak mau ikut campur dalam pertikaian-pertikaian

politik yang terjadi di zaman ‘Utsma>n Ibn ‘Affa>n dan ‘Ali Ibn Abi> T{ali>b.14

Menurut al-Bagda>di> pemberian nama Mu‘tazilah berawal dari diusirnya

Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ dan temannya ‘Amr Ibn ‘Ubaid Ibn Ba>b oleh H{asan al-Basri> dari

majelisnya karena terjadi pertikaian antara mereka mengenai pelaku dosa besar.

Keduanya menjauhkan diri dari H{asan al-Basri>. Menurut mereka orang yang

melakukan dosa besar tidak mukmin dan juga tidak kafir. Dengan demikian

mereka dan teman-temannya disebut kaum Mu‘tazilah.15

13 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 40

14 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 41

15 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 41

Page 36: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

24

Dalam sejarah perdebatan ilmu kalam, golongan Mu‘tazilah tidak hanya

menyandang satu nama saja. Selain disebut (dengan nama) Mu‘tazilah, kelompok

ini juga menyebut dirinya dengan beberapa nama lain. Misalnya, mereka

menyebut golongannya sendiri sebagai Ahl al-Adil yang dapat diartikan sebagai

golongan yang mempertahankan keadilan Tuhan. Selain itu, mereka juga

menyebut dirinya dengan Ahl al-Tauh}i>d wa al-’Adl, yang artinya golongan yang

mempertahankan keesaan murni dan keadilan Tuhan.16

Disebabkan pandangannya yang menganut (atau sejalan dengan) paham

free will (kehendak bebas) maka lawan-lawan kalangan Mu’tazilah ini memberi

atau menjulukinya dengan beberapa sebutan seperti (disebut) al-Qadari>ah, al-

Mu‘attilah (karena mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat), dan

juga disebut Wa‘idiah (karena pendapat mereka tentang ancaman-ancaman Tuhan

terhadap orang yang tidak patuh).17

Salah satu keistimewaan bagi Mu‘tazilah ialah cara mereka membentuk

madhzhabnya yang mengutamakan akal dari pada al-Qur’an dan Hadits. Hal-hal

yang sudah diterangkan oleh al-Qur’an dan Hadits ditimbang kembali dengan aqal

manakala keterangan al-Qur’an dan keterangan Hadits tidak berkesesuaian dengan

aqal maka kaum Mu‘tazilah membuang keterangan tersebut.

Akal bagi kaum Mu‘tazilah di atas dari Qur’an dan hadits, sebagai contoh:

kaum Mu‘tazilah menolak adanya bangkit dari kubur dan siksa kubur karena kata

16 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 44

17 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 44

Page 37: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

25

mereka mustahil orang yang sudah mati dan terbaring dalam tanah yang begitu

sempit dibangunkan kemudian disuruh duduk, bagi Mu‘tazilah itu bertentangan

dengan akal dan setiap yang bertentangan dengan akal Mu‘tazilah membuanganya

sekalipun itu sudah diterangkan oleh hadits sahih.18

Adapun ajaran-ajaran yang dibawa Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ dapat dijelaskan

sebagai berikut. Pertama, tentang paham posisi di antara dua posisi atau yang

disebut al-manzilah bain al-manzilatain. Menurut ajaran ini, orang yang berdosa

besar bukanlah (atau tidak dikategorikan sebagai) kafir, dan juga bukan (tidak

dikategorikan) mukmin. Melainkan orang yang telah melakukan dosa besar adalah

(disebut) fasiq. Bagi Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’, orang yang melakukan dosa besar memiliki

(dalam dirinya) sifat baik hanya saja nama pujian tidak dapat diberikan kepada

yang fasiq dengan keadaan dosa besarnya tersebut. Tetapi sekali pun ia tidak

dapat menyandang predikit pujian atau baik tersebut, ia juga tidak dapat

menyandang predikat kafir. Sebab sekalipun ia melakukan dosa besar, dirinya

masih mengucapkan lafadz syahadat dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang

baik pula. Orang yang fasiq ini akan kekal di dalam neraka jika ia mati sebelum

bertobat sekalipun siksaannya lebih ringan dari orang kafir.19

Ajaran yang kedua adalah paham Qadariah. Tuhan, kata Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’,

bersifat bijaksana dan adil. Ia tidak dapat berbuat jahat dan zalim. Tuhan tidak

mungkin menginginkan manusia berbuat suatu hal yang bertentangan dengan

yang sudah diperintahkan-Nya. Dengan demikian manusia sendirilah yang

18

Siradjuddin Abbas, I‘itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, Cst. 21, Jakarta 1996, h. 178 19 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 45

Page 38: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

26

mewujudkan segala perbuatannya, perbuatan yang baik maupun perbuatan yang

buruk. Untuk mewujudkan perbuatan itu, Tuhan memberikan daya dan kekuatan

kepadanya. Atas segala perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh manusia

tersebut maka manusia dapat memperoleh balasan.20

Ajaran yang ketiga, Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ meniadakan sifat-sifat Tuhan. Dalam

arti ini, apa-apa yang disebut dengan sifat Tuhan sebenarnya bukanlah sifat yang

mempunyai wujud tersendiri, melainkan sifat yang merupakan esensi Tuhan. lebih

lanjut dari keterangannya, mereka mengatakan Tuhan mendengar dengan zat-Nya,

Tuhan melihat dengan zat-Nya, dan Tuhan berkata dengan zat-Nya, mereka

meyakini kalau Tuhan memakai sifat maka itu berarti Tuhan dua, yaitu zat dan

sifat.21 Al-Syahrastani mengatakan paham peniadaan sifat-sifat Tuhan berasal dari

Jahm, karena Jahm berpendapat bahwa sifat-sifat yang berada di dalam diri

manusia tidak dapat diberikan kepada Tuhan karena itu akan membawa kepada

istilah arabnya al-tajassum. Berbeda dengan Mu‘tazilah, Jahm memberi sifat

berkuasa.22

Secara keseluruhan dari ajaran Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ disebut dengan pancasila

Mu‘tazilah, ketiga diantaranya adalah al-wa’d wa al-Wa’id (janji baik dan

ancaman), al-Amr bi al-Ma‘ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar (memerintah orang

untuk berbuat baik dan melarang orang berbuat jahat), dan al-‘adl (keadilan

20 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 45

21 Siradjuddin Abbas, I‘itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, Cst. 21, Jakarta 1996, h. 188

22 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 46

Page 39: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

27

Tuhan). Dua di antaranya adalah posisi di antara dua posisi yang sudah disebutkan

di atas, dan peniadaan sifat Tuhan.23

Adapun mengenai perbuatan baik dan buruk dalam persoalan ini, golongan

Mu‘tazilah berpandangan bahwa perbuatan baik dan buruk perlu dilihat dari

esensi dari segala perbuatannya. Ini dicontohkan seperti mencuri pada esensinya

adalah buruk. Sedangkan menolong esensinya baik. Oleh sebab itu adil, jujur,

bijaksana atau perbuatan lainnya merupakan baik pada zatnya sendiri. Sebaliknya

segala perbuatan yang esensinya buruk akan menimbulkan keburukan setiap kali

kita menyaksikan perbuatan itu. Oleh sebab itu, manusia tidak diperbolehkan

menyifati Tuhan dengan kebohongan-kebohongan karena sepanjang esensinya

kebohongan itu buruk dan Tuhan tidak mungkin melakukan keburukan.24

Di atas sudah dijelaskan bahwa Wa>s}il Ibn ‘At}a>’ adalah pemimpin

Mu‘tazilah yang tertua, pemimpin kedua setelah Wa>ṣil Ibn ‘At}a>’ adalah Abu al-

Hudtail al-‘Alla>f. Menurutnya untuk mengetahui adanya Tuhan dan untuk

mengetahui perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk manusia cukup

dengan menggunakan akalnya karena Tuhan mewujudkan yang baik bukan yang

terbaik.25 Sekali pun menurut Al-Ghazali di dalam kitabnya, Mu‘tazilah

23 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 46

24 Joesoef Sou’yb, Peranan Aliran ‘Itizal Dalam Perkembangan Pikiran Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,1982) h. 68

25 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Cet. 5, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Pres), 1985), Jilid II, h. 33

Page 40: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

28

berpandangan bahwa tindakan yang berasal dari Tuhan adalah suatu yang

maujud.26

Menurut Al-Mufi>d, Mu‘tazilah mempunyai lima dasar-dasar agama, di

antaranya adalah: (1) keesaan Tuhan, (2) pahala dan hukuman, (3) keadilan, (4)

posisi di antara dua posisi, dan (5) menyuruh kebaikan dan mencegah kejahatan.27

Dengan lima ajaran tersebut Mu‘tazilah dapat memperkuat pendapat-

pendapatnya yang salah satun pendapat Mu‘tazilah mengenai pebuatan baik dan

buruk yang dilakukan oleh manusia. Ajaran dasar yang pertama tujuannya untuk

membela kemurnian paham kemahaesaan Tuhan. Mereka mengatakan Tuhan

tidak mempunyai sifat, namun Tuhan mempunyai esensi. Jika aliran Jabari>yah

mengatakan bahwa perbuatan manusia sudah ditentukan Tuhan semenjak azali

maka Tuhan bersifat tidak adil karena dengan demikian Tuhan sudah memberi

ketentuan sejak azali kepada orang yang berbuat jahat.28

Apa bila memang demikian maka Tuhan tidak adil karena keadilan

menurut kaum Mu‘tazilah meletakkan tanggung jawab manusia atas perbuatan-

perbuatannya. Bagi Mu’tazilah, Tuhan tidak menghendaki keburukan dan tidak

menciptakan perbuatan manusia. Dengan dasar keadilan tersebut Mu‘tazilah

menolak pandangan golongan Jabari>yyah yang belakangan ini banyak dianut oleh

26 Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasifah: Kerancuan Para Filosof, Kitab Filsafat Klasik

Paling Kontrovesrsial, terjemah Ahmad Maimun, cet, 5, (Bandung: Penerbit Marja, 2016), h. 105

27 Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, buku pertama, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU) 1996), h. 151.

28 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jilid II, h. 35.

Page 41: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

29

kaum Asy‘ari> yang mengatakan bahwa manusia dalam segala perbuatannya tidak

mempunyai kebebasan.29

C. Pandangan Asy‘ari>yah

Pada abat ke III Hijriyah muncul suatu aliran sebagai reaksi dari firqoh-

firqoh yang dianggap sesat, aliran tersebut bernamakan Ahl al-Sunnah wa al-

Jama>ah, aliran ini dikepalai oleh dua tokoh besar, yakni Abu> al-H{asan ‘Ali bin

Ismail al-Asy‘ari> dan Abu> Mansur al-Maturidi.30 Abu> al-H{asan ‘Ali bin Ismail al-

Asy‘ari> adalah keturunan dari Abu> Mu>sa> al-Asy‘ari>. Lahir di kota Basrah pada

tahun 260 H / 873 M, kemudian meninggal pada tahun 330 H /943 M.31 Menurut

cacatan sejarah, al-Asy‘ari> mendalami pokok-pokok ajaran Mu‘tazilah selama 40

tahun dan memahami berbagai aspek positif dan negatif dari aliran rasional itu.

Lalu pada akhirnya al-Asy‘ari> bertaubat dan mendirikan aliran baru yang

mengambil jalan dari golongan Hanbaliah dengan orientasi rasional yang diwarisi

29 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2010), h.169

30 Siradjudiin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, (Cet. Ke 21, Radar Jaya, Jakarta, 1996), h. 30

31 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam, h.201

Page 42: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

30

Mu‘tazilah. Aliran yang dibangun mempunyai nama Ahli al-Sunnah wa al-

Jama>ah.32

Dengan keluarnya al-Asy‘ari> dari aliran Mu‘tazilah menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor apa yang mendorong al-Asy‘ari> untuk

meninggalkan paham Mu‘tazilah tersebut. Timbullah kemudian berbagai tafsir

untuk memberikan penjelasan pada hal ini. Menurut Hammudah Ghurabah,

ajaran-ajaran seperti yang diperoleh al-Asy‘ari> dari Al-Juba>’i> menimbulkan

persoalan-persoalan yang tak mendapat penyelesaian yang memuaskan bagi al-

Asy‘ari>, persoalan yang tidak memuaskan seperti persoalan mengenai orang orang

mukmin, kafir, dan anak kecil yang mati muda misalkan.33

Menurut Ah}mad Mah{mud Subh}i> hal itu timbul karena al-Asy‘ari>

menganut mahzab Sya>fi‘i, sementara Sya>fi‘i> mempunyai perbedaan pendapat

mengenai teologi dengan ajaran-ajaran Mu‘tazilah, semisal Sya>fi‘i> berpendapat

bahwa Al-Qur’an tidak diciptakan, tetapi bersifat qadim dan juga Tuhan dapat

dilihat di akhirat nanti. Mc Donald dari kalangan kaum orientalis berpendapat

bahwa darah Arab padang pasir yang mengalir dalam tubuh al-Asy‘ari> yang

mungkin membawanya kepada perubahan mazhab itu. Arab Padang Pasir bersifat

tradisional dan fatalistis sedang kaum Mu‘tazilah bersifat rasional dan percaya

pada kebebasan dalam kemauan dan perbuatan.34

32 H.A. Muin Umar, Agama-agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press

1988), h.446

33 Harun Nasution, Teologi Islam. h. 68

34 Harun Nasution, Teologi Islam. h. 68

Page 43: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

31

Di dalam sejarah ada yang mencatat bahwa al-Asy‘ari> keluar dari

golongan Mu‘tazilah ketika Mu‘tazilah sedang mengalami kemunduran dan

kelemahan, ketika Al-Mutawakkil memberikan sikap penghargaan dan

penghormatan kepada Ibn H>}anbal lawan dari Mu‘tazilah yang terbesar di waktu

itu kemudian al-Mutawakkil membatalkan putusan Al-Ma’mu>n mengenai

penerimaan aliran Mu‘tazilah sebagai mazhab negara dan Ibn Hanbal menjadi

golongan yang dekat dengan pemerintah, sedangkan golongan Mu‘tazilah menjadi

jauh dari Dinasti Bani’Abbas. Dalam kejadian itu menimbulkan konflik internal di

dalam golongan Mu‘tazilah itu sendiri, sehingga para pemuka-pemuka Mu‘tazilah

keluar dari barisannya, seperti Abu> ‘Isya Al-Warra>q dan Abu> Al-H}usain Ah}mad

Ibn Al-Rawandi>.

Dalam keadaan begitulah al-Asy‘ari> keluar dari golongan Mu‘tazilah

kemudian membangun teologi baru yang sesuai dengan aliran orang yang

berpegang kuat kepada hadits, yaitu aliran Ahli al-Sunnah wa al-Jama>ah.35

Al-Asy‘ari> kemudian menentang pendapat-pendapat Mu‘tazilah, salah

satunya pendapat al-Asy‘ari> yang berbeda dengan Mu‘tazilah mengenai keadilan

Tuhan. Menurut al-Asy‘ari> kekuasaan Tuhan bersifat mutlak. Tuhan dapat berbuat

sekehendak-Nya. Seandainya Tuhan memasukkan seluruh manusia ke dalam

surga bukanlah Ia bersifat zalim, atau kalau Tuhan memasukkan seluruh manusia

ke dalam neraka bukan berarti Tuhan tidak adil.

35 Harun Nasution, Teologi Islam, (aliran-aliran sejarah analisa perbandingan), cet. 5,

Jakarta: Universitas Indonesia (UI Pres), 1986, h. 69

Page 44: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

32

Termasuk juga beda pendapat mengenai posisi di antara dua posisi. Bagi

al-Asy‘ari> orang berdosa besar tetap mukmin karena imannya masih ada, tetapi

karena telah melakukan dosa ia menjadi fasiq, karena al-Asy‘ari> masih

membedakan antara orang yang beriman dengan yang atheis.

Mengenai persoalan kebebasan kehendak manusia, al-Asy‘ari>

menggunakan teori kasb. Kasb menurut aliran Qadariah yang dianut oleh kaum

Mu‘tazilah merupakan perbuatan yang dilakukan atau yang ditentukan oleh

manusia itu sendiri, bukan ciptaan dan kehendak Tuhan. Sedangkan menurut

kaum Jabari>yyah, setiap yang dilakukan oleh manusia merupakan kehendak

Tuhan secara mutlak, artinya manusia dalam melakukan sesuatu atas paksaan dari

Tuhan.36

Dengan berbedanya pendapat antara kaum Jabari>yyah dengan kaum

Qodariah, al-Asy‘ari> mengambil jalan tengah untuk menyeimbangkan dari

keduanya dengan menggunakan teori kasb, menurutnya manusia tidak dapat

menciptakan perbuatannya sendiri, melainkan manusia hanya dapat melakukan

kasb.37

al-Asy‘ari> berpendapat bahwa sang pencipta (Kholiq) berbeda dengan

yang diciptakan (Makhluq). Jika kholiq merupakan pencipta yang dapat

menciptakan segala sesuatu termasuk kehendak manusia itu sendiri, sementara

36 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir, terjemah:

Abul Ghaffar, (Jakarta, Pustaka Azzam 2014), h. 338

37 A. Kadir Sobur. “Teologi ‘Poros Tengah’ Satu Kajian Terhadap al-Ibad dalam Pemikiran Kalam Asy‘ari”,( media akademika, Forum Ilmu dan Budaya Islam, Vol. 17, No. 3, Juli 2002), h. 203

Page 45: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

33

yang diciptakan (makhluq) yang di sini al-Asy‘ari> mengatakan muktasib, yaitu

yang mengusahakan usahanya sendiri.38

al-Asy‘ari> juga tidak sependapat dengan Mu‘tazilah mengenai kehendak

Tuhan yang hanya menghendaki perbuatan-perbuatan yang baik, karena jika

demikian ini bertolak belakang dengan kesepakatan kaum muslimin yang sudah

meyakini apa yang sudah menjadi kehendak Tuhan maka akan terjadi dan apa

yang tidak dikehendaki oleh Tuhan tidak akan terjadi.

Menurut al-Asy‘ari> perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan

perbuatan Tuhan. Semua perbuatan manusia apabila Tuhan sudah berkehendak

untuk sesuatu maka sesuatu tersebut niscaya akan terjadi, termasuk juga perbuatan

baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia terwujud karena ada kehendak

Tuhan. kemudian Asy‘ari> juga mempersoalkan mengenai sifat-sifat Tuhan,

Asy‘ari> menepis pernyataan Mu‘tazilah yang mengatakan Tuhan mengetahui

dengan zat-Nya, sementara kata Asy‘ari> mustahil Tuhan mengetahui dengan zat-

Nya, karena jika demikian zat-Nya adalah pengetahuan dan juga Tuhan sendiri

adalah pengetahuan, padahal kata Asy‘ari> Tuhan bukan pengetahuan, melainkan

yang mengetahui.39

Keterangan lebih lanjut dari Asy‘ari>, ia mengatakan untuk menetapkan

hukum haram dan pahala, menetepkan hal-hal yang terjadi di dalam gaib, dan

38 Abu H{asan bin Ismail al-Asy‘ari>, AL-Ibanah An Ushul Ad Diyanah, Maktabah Darul

Bayan, 1903, h. 9

39 Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, Cet. Ke 1, Fajar Inter Pratama Mandiri, Jakarta, 2016, h.119

Page 46: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

34

segeala yang berkaitan dengan agama hanya dapat ditetapkan oleh syariat dari

Tuhan atau dengan cara petunjuk Tuhan dan Rasul, karena agama punya Tuhan

bukan punya akal.40

Bagi Asy‘ari>yah fungsi akal dipakai untuk meneliti seabagai alat pelaksana

buan untuk menentukan suatu hukum, karena baginya yang sebanarnya yang

dapat menetukan hukum adalah al-Qur’an dan sunnah. Akan tetapi kaun Asy‘ari>

bukan berarti tidak mengakui bahwa akal dapat mengenali wujud dan sifat-sifat

Tuhan. Mereka juga mengakui bahwa di dalam al-Qur’an banyak ayat yang

menyuruh kepada manusia untuk mempergunakan akalnya dan merendahkan

orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya. Sekalipun mereka mengakui

hal yang demikian bukan berarti akal dapat menentukan yang halal dan yang

haram.41

Kemudian, al-Asy‘ari menyusun tentang I’itiqad Ahlussunnah wal

Jama’ah yang disusun menjadi enam bagian, diantaranya:

1. Tentang ke-Tuhanan.

2. Tentang Malaikat-malaikat.

3. Tentang Kitab-kitab Suci.

4. Tentang Rasul-rasul

5. Tentang Hari Akhir

6. Tentang Qadha dan Qadar.

40

Siradjuddin Abbas, I‘itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, Cst. 21, Jakarta 1996, h. 185 41

Siradjuddin Abbas, I‘itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, Cst. 21, Jakarta 1996, h. 184

Page 47: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

35

I’itiqad mengenai ke-Tuhanan ini Asy‘ari> mengatakan bahwa ia percaya

bahwa Tuhan itu benar keadaannya dan Ia mempunyai banyak sifat. Dan yang

wajib diketahui oleh orang yang berakal dan baligh ada dua puluh. Diantara, (1)

Wujud. (2) Qidam (3) Baqa>’. (4) Muh}a>lafatuhu Lilhawa>ditsi. (5) Qiya>muhu

Binafsihi. (6) Wahda>niyah. (7) Qudrat. (8) ‘Ira>dah. (9) ‘Ilmu (10) Haya>t. (11)

Sama’. (12) Bashar. (13) Kala>m. (14) Kamuhu Qo>diran. (15) Kaumuhu Muri>dan.

(16) Kaumuhu ‘A<liman. (17) Kaumuh Hayyan. (18) Kaumuhu Sami>‘an. (19)

Kaumuhu Bashi>ran. (20) Kaumuh Mutakalliman.42 Siradjuddin Abbas

menyebutkan satu lagi di luar yang dua puluh itu, yaitu “harus” bagi Tuhan.

artinya, Tuhan boleh mengerjakan atau tidak. Kemudian ia menyampaikan bahwa

orang yang tidak mengetahui sifat yang 20 ini niscaya ia tidak akan mengerti dan

tidak akan yakin hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan atau ketuhanan Yang Maha

Esa.43

Lalu kemudian aliran ini dikembangkan oleh salah satu pengikutnya, yakni

Muh}ammad Ibn Al-Tayyib Ibn Muh{ammad Abu> Bakr Al-Baqilla>ni, sekalipun ia

memperoleh ilmu tidak secara langusng dari al-Asy‘ari> melainkan dari muridnya

Ibn Muja>hid dan Abu> Al-H{asan Al-Bahi>li>, dan meninggal di Bagdad pada tahun

1013 M.44

42

Siradjuddin Abbas, I‘itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah , Jakarta 1996, h. 37 43

Siradjuddin Abbas, I‘itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah , Jakarta 1996, h. 45 44 Harun Nasution, Teologi Islam, (Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan), cet. 5,

Jakarta: universitas Indonesia (UI Pres), 1986, h. 72

Page 48: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

36

BAB III

BIOGRAFI MUH}AMMAD ‘ABDUH DAN KARYANYA

A. Riwayat Hidup Muh}ammad ‘Abduh

Muh}ammad bin ‘Abduh bin H}asan Khair Alla>h yang kerap dipanggil Syeh

Muh{ammad ‘Abduh, lahir di Mesir pada tahun 1849 tepatnya di desa Mahallat

Nashr, kabupaten al-Buhairah.1 Ayahnya adalah ‘Abduh bin H}asan khair Alla>h,

yang mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki. Ibunya mempunyai

silsilah keturunan dengan Khalifah kedua, yaitu Umar bin Khattab. Dalam sejarah

ada yang mencatat ‘Abduh H}asan mempunyai dua istri sehingga Muh{ammad

‘Abduh sejak kecil merasakan sulitnya hidup dalam keluarga poligami.2

Muh{ammad ‘Abduh yang dilahirkan oleh keluarga yang taat pada agama

ia diserahkan oleh orang tuanya untuk belajar mengaji Al-Qur’an, sehingga hafal

kitab suci itu seluruhnya yang pada waktu itu Muh}ammad ‘Abduh masih berumur

12 tahun.3

Menginjak usia 14 Tahun, Muah}ammad ‘Àbduh hijrah ke Thantha pada

sebuah lembaga pendidikan Masjid al-Ahmad milik lembaga al-Azhar. Setelah

dua tuhan tinggal di Thanta Muh}ammad ‘Abduh merasa bosen dengan sistem

1 Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan (Ilmu Kalam Tematik,

Klasik, dan Kontemporer), Cet. Ke 1, Fajar Inter Pratama Mandiri, 2016, h. 135 2 Dikompilasi oleh Din Wahid, Bahan Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam.

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, semester ganjil 2016-2017, h. 36

3 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1965), h. 7

Page 49: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

37

pendidikan yang lebih menekankan hafalan karena sistem ini tidak memberikan

kebebasan kepada murid-muridnya untuk mengembangkan pikirannya. Dengan

sebab kebosanan itu Muh}ammad ‘Abduh pulang dan memilih untuk bertani di

kampungnya. Karena didesak orang tuanya Muh}ammad ‘Abduh kembali lagi ke

Thatha, akan tetapi sebelum ia ke Thantha Muh}ammad ‘Abduh belajar ke

pamannya, yaitu Syeikh Darwisy Khadr seorang pengikut tarekat as-Syadziliah.4

Kemudian Muhammad Abduh memutuskan untuk pergi lagi ke Thanta.

Nanun, tidak lebih dari tiga bulan Muhammad hijrah ke Kairo. Waktu

Muh{ammad ‘Abduh belajar di Al Azhar, pada tahun 1869 datang seorang

mujaddi>d, yaitu Sayyid Jamal al-Di>n Al ‘Afgha>ni> yang sangat terkenal di dunia

Islam sebagai pembaharu dan kealimannya. Muh{ammad ‘Abduh bertemu dengan

Sayyid Jamal al-Di>n Al ‘Afgha>ni> ketika Muh{ammad ‘Abduh datang ke rumahnya

bersama H}asan Al-tawi>l, dalam pertemuan itu diwarnai dengan diskusi mengenai

tasawuf dan tafsir.5 Sejak itulah Muh{ammad ‘Abduh tertarik pada Sayyid Jamal

al-Di>n Al ‘Afgha>ni> karena ilmunya yang dalam dan cara berfikirnya yang modern.

Pengetahuan yang diperoleh di Al Azhar dan juga semangat yang

dijunjung oleh Sayyid Jamal al-Di>n Al ‘Afgha>ni> selain itu juga Muh{ammad

‘Abduh memiliki cara berfikir yang lebih maju banyak mempelajari

perkembangan jalan kaum pikiran rasionalis Islam sehingga Muh{ammad ‘Abduh

dituduh meninggalkan mazhab al-Asy‘ari> oleh guru-gurunya di Al Azhar.

4 Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan, h. 135

5 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 7

Page 50: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

38

Pada tahun 1877 Muh{ammad ‘Abduh menyelesaikan kuliahnya, atas usaha

perdana menteri Mesir Riadi Pasja Muh{amad ‘Abduh diangkat menjadi dosen di

Universitas Darul Ulum, di samping itu juga menjadi dosen di Al Azhar. Tidak

puas dengan jabatan yang ia peroleh, Muh{amad ‘Abduh terus memperjuangkan

cita-citanya yaitu menghidupkan metode-metode baru sesuai dengan kemajuan

zaman serta ingin melenyapkan cara-cara lama yang fanatik.6

Namun, setelah kurang lebih dari dua tahun menjalankan tugasnya

sebagai dosen dengan cita-cita yang digenggamnya, maka pada tahun 1879

pemerintah mesir berganti dengan yang lebih kolot dan fanatik, yaitu lengsernya

Chedive Ismail dari singgasana digantikan oleh Taufiq Pasya anaknya sendiri,

pemerintahan yang baru inilah membuat Muh{amad ‘Abduh dipecat dari

jabatannya dan Sayyid Jamal al-Di>n Al ‘Afgha>ni> diusir dari Mesir.7

Namun, berkat ketajaman ilmu yang dimiliki oleh Muh{ammad ‘Abduh ia

masih diberi tugas kembali oleh pemerintah menjadi pemimpin majalah al-Waqa’i

Al-Mishri>jah, ada banyak peluang lagi bagi Muh{ammad ‘Abduh untuk

menyampaikan isi hatinya, dengan menulis artikel-artikel yang aktual dan

mempunyai nilai yang tinggi tentang ilmu-ilmu agama, filsafat, kesusastraan dan

lain sebagainya. Selain itu, Muh{ammad ‘Abduh sebagai direktur majalah

mempunyai kesempatan yang tinggi untuk mengkritik pemerintah yang

menyangkut dengan nasib rakyat, pendidikan dan berlangsungnya proses belajar

mengajar.

6 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 9

7 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 9

Page 51: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

39

Pada tahun 1882 di mana perwira-perwira tinggi yang tadinya dipenjara

berbelot setia pada pemerintah dan kemudian melakukan pemberontakan,

pemberontakan tersebut dipimpin oleh Arabi Pasya dimana Muh{ammad ‘Abduh

dianggap menjadi penasehatnya. Namun setelah pemberontakan dapat diredam,

Muh{ammad ‘Abduh dibuang ke Syiria. Di sana Muh{ammad ‘Abduh masih

mempunyai kesempatan untuk mengajar pada perguruan tinggi Sulthanijah kurang

lebih selama satu tahun. Kemudian pada awal tahun 1884 Muh{ammad ‘Abduh

diminta datang ke Paris oleh Sayyid Jamal al-Di>n Al ‘Afgha>ni>.8

Bersama Sayyid Jamal al-Di>n Al ‘Afgha>ni> keduanya menyusun

pergerakan di Paris, suatu gerakan yang bernama al-Urwatul al-Wustqa, gerakan

kesadaran umat Islam sedunia. Dengan majalah itu, Muh{ammad ‘Abduh

menuangkan pemikirannya kembali ke seluruh dunia Islam supaya umat Islam

bangkit kembali dan merubah pola pikir yang fanatik dan membangun

kebudayaan dunia, menunjukkan pengaruhnya pada kalangan Islam dengan waktu

yang singkat membuat kaum imperialis menjadi gempar dan cemas. Akhirnya

Inggris melarang majalah tersebut masuk ke Mesir dan India.

Pada tahun 1884 setelah majalah itu terbit yang baru dengan 18 nomor,

pemerintah Prancis melarangnya terbit, tapi waktu itu kebetulan Muh{ammad

‘Abduh sudah diperbolehkan pulang ke Mesir dan Sayyid Jamal al-Di>n Al

‘Afgha>ni> sedang mengembara di Eropa dan terus ke Moskow. Setelah kembali ke

Mesir Muh{ammad ‘Abduh diberi jabatan penting oleh pemerintah, pada saat itu

8 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 10

Page 52: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

40

masyarakat sangat menghormati dan menunggu kedatangannya untuk melanjutkan

kembali yang ditinggalkannya sebelum ia diusir oleh pemerintah.

Pada taggal 3 Juni 1899, Muh{ammad ‘Abduh diberikan jabatan mufti

Mesir yang paling tinggi. Selain itu Muh{ammad ‘Abduh pernah diangkat menjadi

anggota majlis perwakilan. Ia juga pernah diangkat menjadi Hakim Mahkamah.

Waktu menjabat, Muh{ammad ‘Abduh terkenal sebagai seorang hakim yang adil.

Pada tahun 1905 waktu Muh{ammad ‘Abduh berada di kedudukan paling tinggi ia

meninggal dunia.9

B. Muh}ammad ‘Abduh Sebagai Teolog Pembaharu Islam

Kepercayaan terhadap kekuatan akal membuat Muh{ammad ‘Abduh

berkeyakinan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam kemauan dan

perbuatan. Dalam hal ini, Muh{ammad ‘Abduh lebih dekat dengan Mu‘tazilah

daripada Asy‘ari>yah. Kalau Asy‘ari>yah mengatakan bahwa setiap perbuatan

manusia adalah perbuatan Tuhan, maka Mu‘tazilah mengatakan bahwa setiap

perbuatan manusia merupakan perbuatan manusia itu sendiri. Begitu juga dengan

Muh{ammad ‘Abduh ia mengatakan manusia dengan kekuatan akalnya dapat

menentukan apa yang akan ia perbuat.

Harun Nasution mengatakan di dalam bukunya yang berjudul Muh{ammad

‘Abduh dan Teologi rasional Mu‘tazilah bahwa para penulis yang menulis

9 Dikompilasi oleh Din Wahid, Bahan Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam. Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah, semester ganjil 2016-2017, h. 62

Page 53: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

41

tentang Muh{ammad ‘Abduh dari kata pengantar sampai kepada kesimpulan tidak

ada yang membahas teologi Muh{ammad Àbduh secara spesifik dan terperinci. Di

dalam pendahuluannya Harun Nasution menulis pendapat Adams yang

mengatakan bahwa ajaran-ajaran teologi Muh{ammad ‘Abduh pada dasarnya tidak

banyak berbeda dengan teologi pada umumnya, teologi Muh{ammad ‘Abduh

termasuk dalam teologi Ahl al-Sunnah. Begitu pula pendapat Horten, ia

mengatakan Muh{ammad ‘Abduh dalam banyak hal mengikuti Ahl al-sunnah

secara ekstrim. Adapun pendapat Mc donald yang juga ditulis oleh Harun

Nasution bahwa Muh{ammad ‘Abduh menampakkan dirinya sebagai Maturidi,

tanpa menyebut-nyebut nama Maturidi. Hourani juga melihat teologi Muh{ammad

‘Abduh mempunyai corak ekletik yang di dalamnya terdapat pengaruh Ahl al-

Sunnah, terutama Al-Ghza>li dan Al-Ma>turi>di>, serta pengaruh Mu‘tazilah. Michel

dan Abd Al-Ra>ziq dalam hal sifat-sifat Tuhan menilai Muh{ammad ‘Abduh

sebagai pengikut Asy‘ari> dan dalam hal pembelaannya yang kuat terhadap

kebebasan memberi kritik sebagi Mu‘tazilah Modern. Jomier melihat adanya

pendapat-pendapat Mu‘tazilah dalam pemikiran Muh{ammad ‘Abduh. Usman

Amin, Gardet dan Anawati, Caspar dan Kerr sependapat bahwa sebagian

pemikiran Muh{ammad ‘Abduh bercorak Mu‘tazilah.10

Sulaiman menilai Muh{ammad ‘Abduh lebih tinggi dalam memberi

kedudukan kepada akal daripada kaum Mu‘tazilah. Kedourie mengatakan bahwa

10 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan teologi Rasional Mu‘tazilah, (Jakarta:

Universitas Indonesia UI-press, 1987), h. 3

Page 54: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

42

Muh{ammad ‘Abduh adalah seorang yang tidak percaya pada agama, bahkan

menuduh sebagai heterodoks.11

Perbedaan-perbedaan pendapat antara para penulis Muh{ammad ‘Abduh

tentang corak teologinya yang sebenarnya menimbulkan banyak pertanyaan.

Mengetahui corak teologi yang sebenarnya sangatlah penting untuk mengetahui

relevansi pemikiran-pemikiran pembaharuannya dengan zaman kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi yang pesat di abad kedua puluh itu.

C. Kritik terhadap Taklid

Faham jumud yang berada di kalangan Islam merupakan faktor terhadap

kemunduran di dunia Islam itu sendiri. Karena dipengaruhi faham jumud ummat

Islam tidak mau menghendaki perubahan bahkan tidak mau menerima perubahan.

Faham ini sengaja dibawa ke dalam tubuh Islam oleh orang-orang luar Arab

dengan tujuan untuk merampas kekuasaan politik di dunia Islam.12

Mereka memusuhi ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan dianggap

akan membuat kesadaran terhadap rakyat. Rakyat diwarisi kebodohan supaya

mudah diperintah. Sengaja mereka bawa ke dalam Islam ajaran-ajaran yang akan

membuat rakyat berada dalam keadaan statis, ummat Islam dipengaruhi supaya

terus terusan taklid kepada ulama-ulama terdahulu dan menyerahkan segala-

11 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah. h. 4

12 Dikompilasi oleh Din Wahid, Bahan Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam, h. 62

Page 55: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

43

galanya kepada qoda dan qodar. Lama kelamaan faham jumud menyebar luas ke

dunia Islam.

Muh{ammad ‘Abduh sebagai ‘Abduh Al-Wahha>b, ia berpendapat

masuknya berbagai macam pendapat dan doktrin dari orang-orang yang jahil ke

dalam Islam yang membuat Islam lupa akan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya,

ajaran-ajaran asing dan salah itu harus dikeluarkan dari tubuh Islam dan kembali

kepada ajaran Islam yang semula dan bahkan bagi Muh{ammad ‘Abduh tidak

cukup hanya kembali kepada yang semula karena zaman dan suasana ummat

Islam berbeda dengan yang sebelumnya.

Dengan demikian ajaran Islam perlu penyesuaian dengan situasi modern.

Untuk itu, kata Muh{ammad ‘Abduh, perlunya pintu ijtihad dibuka. Bahkan ia

mengatakan ijtihad bukan hanya boleh melainkan penting dan harus diadakan bagi

orang yang mempunyai cukup syarat. Sementara bagi yang belum cukup

syaratnya, mereka harus mengikuti jejak para mujtahid yang disetujuai

pahamnya.13

Beda halnya denga ibadat, karena ibadat merupakan hubungan antara

manusia dengan Tuhannya bukan hubungan antara manusia dengan manusia dan

ini tidak menghendaki perubahan menurut zaman. Dengan demikian taklid kepada

ulama lama tidak perlu lagi dipertahankan bahkan taklid harus dilawan karena

menurut Muh{ammad ‘Abduh taklid inilah yang membuat ummat Islam berhenti

berfikir dan akal mereka semakin tumpul. Selain dari itu taklid menghambat

13 Dikompilasi oleh Din Wahid, Bahan Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam, h. 36

Page 56: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

44

perkembangan bahasa Arab, syariat, perkembangan sistem pendidikan dan

sebagainya.

Muh{ammad ‘Abduh mengatakan pembukaan ijtihad dan pemberantasan

taklid menjunjung kepercayaan pada kekuatan akal. Islam memandang akal

mempunyai kedudukan tinggi. Oleh karena itu Islam bagi Muh{ammad ‘Abduh

adalah agama yang rasional karena akal mempunyai kedudukan yang tinggi.

Bagi Muh{ammad ‘Abduh kepercayaan kepada kekuatan akal merupakan

dasar peradaban suatu bangsa karena jika akal lepas dari ikatan tradisi akan dapat

memikirkan dan memperoleh jalan yang membawa pada kemajuan. Muh{ammad

‘Abduh jug berpendapat bahwa manusia dapat mewujudkan perbuatannya dengan

kemauan dan usahanya sendiri akan tetapi ia juga tidak melupakan bahwa di

atasnya ada kekuasaan yang lebih tinggi.

Konsekuensi dari pendapat Muh{ammad ‘Abduh adalah ummat Islam harus

mempelajari dan mengedepankan ilmu pengetahuan, selain itu ummat Islam harus

lebih mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, di samping ilmu

agama ilmu-ilmu modern harus dipelajari agar ulama-ulama Islam mengerti

kebudayaan modern.

Melalui ajaran dan karangan-karangannya Muh{ammad ‘Abduh dapat

mempengaruhi dunia Islam terutama di dunia Arab dan karangan-karangan

Muh{ammad ‘Abduh sendiri telah banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa

Turki, Urdu dan Indonesia.14

14 Bahan Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam. Dikomplikasi oleh Din Wahid, h. 68

Page 57: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

45

D. Karya-karya Muh}ammad ‘Abduh

Dalam masa hidupnya, M}uhammad ‘Abduh kerap menulis buku yang

bercorak agamis, dari sekian banyak buku yang ia tulis di antaranya yang populer

adalah Risalah al-Tauhid yang isinya merupakan kumpulan dari ceramah-

ceramahnya di Beirut pada tahun 1885.15 Di dalamnya membahas tentang

menjauhnya dengan perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi di antara aliran-

aliran teologi terdahulu.

Karya lainnya yang berisikan tentang teologi adalah Ha>syiah ‘ala Syarh

Al-Dawwa>ni> Li al-‘Aqa>id Al-Adudiah yang ditulis pada tahun 1876. M}uhammad

‘Abduh menyatakan pendapat-pendapat dan sikapnya dalam menghadapi

perbedaan-perbedaan ajaran teologi yang ia alami. Kalau dalam Risalah Tauhid ia

mengatakan akan kenetralannya dalam menghadapi perbedaan, maka di dalam

Hãsyaiah ia bersikap mengemukakan pendangannya sendiri.16

Ia juga menulis al-Islam wa al-Nashra>niyah Ma’a al-‘ilm wa-al-

Madaniyah. Ditulis pada tahun 1902, buku ini memperbandingkan pandangan

antara Islam dan Kristen mengenai peradaban, ilmu, dan keadaan dalam watak

terhadap kedua agama itu, penyakit yang berada dalam tubuh Islam dan

bagaimana cara mengobatinya. Pada bagian terakhir berisikan tentang kesan dan

15 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah. h. 5

16 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah. h. 6

Page 58: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

46

tanggapan terhadap buku yang tersebut baik dari kalangan Kristen maupun

Islam.17

Karya yang paling besar adalah Tafsi>r Al-Mana>r. Ditulis pada tahun 1899,

buku ini pada mulanya menjadi bahan mata kuliah di Al-Azhar. Kemudian

diteruskan dan dirapihkan oleh murid setianya, yakni Rasyi>d Ridha> setelah

dikoreksi dan disepakati oleh Muh{ammad ‘Abduh lalu diluncurkan melalui

majalah Al-Manar.

Ar-Raddu ‘Ala Al-Dahriyyah. Ditulis pada tahun 1886, buku ini berisikan

tentang penolakan terhadap pemikiran-pemikiran yang materialis yang memang

sudah ada sejak jaman Jahiliyah. Syarah Balaghah, ditulis pada tahun 1885 Syar

Maqamat Badi’izzaman Al-Hamadani, ditulis pada tahun 1889.

Tafsir al-Manar, buku ini pada awalnya merupakan bahan mata kuliah di

Al-Azhar mulai tahun 1899. Ditulis dan dirapikan kembali oleh Rasyi>d Ridha>,

setelah diteliti dan disetujui oleh Muh{ammad ‘Abduh lalu kemudian disiarkan

melalui majalah Al-Manar. Mata kuliah Tafsir baru sampai surat Annisa ayat 125

Muh{ammad ‘Abduh meninggal dunia, selanjutnya Tafsir Al-Manar diteruskan

oleh Rasyi>d Ridha> sampai selesai.

Ia juga kerap menulis bulletin bersama gurunya Sayyid Jamal al-Di>n Al

‘Afgha>ni>. Al-Urwah al-Wustqa, untuk menyadarkan dan mempersatukan

17 Lul Luk Nur Mufidah, Islam Akal dan Peradaban Perspektif Muh{ammad ‘Abduh,

(Jurnal Kontemplasi, 1 Juni 2009), h. 83-84

Page 59: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

47

pemikiran umum di seluruh negeri muslim untuk mengusir penjajah Barat.

Majalah tersebut diterbitkan di Paris ketika keduanya masa pengasingan.

Page 60: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

48

BAB IV

KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK DAN

BURUK MENURUT MUH}AMMAD ‘ABDUH

A. Pengertian Baik dan Buruk

Muh}ammad ‘Abduh tidak terlalu dalam mengulas mengenai batasan baik

dan buruk, hanya saja ia mengatakan bahwa baik dan buruk dapat dibagi menjadi

dua bagian. Pertama baik dan buruk yang diberikan khusus kepada manusia,

kedua baik dan buruk yang diberikan kepada manusia dan binatang.1 Artinya

manusia sebagai makhluk yang berakal harus dapat membedakan dengan akalnya

di antara yang baik dengan yang buruk.

Pengertian baik dan buruk yang tidak mengandung ciri-ciri perbedaan

antara manusia dan binatang adalah perbuatan yang menyenangkan, enak

dipandang, indah didengar atau bekas yang dirasakan. Sementara pengertian baik

dan buruk yang diberikan khusus untuk manusia adalah melihat pada makna yang

dilakukan. Perbuatan yang berakibat menyakitkan adalah buruk, seperti memukul,

melukai, dan semua perbuatan yang menyakitkan adalah buruk.

Perbuatan baik adalah yang berakibat menyenangkan, seperti makan

karena lapar, minum karena haus dan semua perbuatan manusia yang

menimbulkan kelezatan adalah baik. Pengertian baik dan buruk semacam ini yang

1 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1965), h. 86l

Page 61: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

49

tidak dapat dibedakan antara manusia dengan binatang karena binatang juga dapat

merasakan dan membedakan hal yang demikan.2

Berbeda dengan perbuatan manusia yang mempunyai upaya baik karena

mengedepankan manfaatnya, sementara yang buruk karena melihat kerusakan

yang ditimbulkannya. Pengertian baik dan buruk seperti ini yang diberikan khusus

kepada manusia, yaitu karena mengedepankan manfaat yang ditariknya bukan

melihat apa yang sedang dilakukan bersamaan dengan waktu3. Di sinilah bagi

Muh{ammad ‘Abduh keutamaan akal dan rahasia nikmat dalam pemberian rahmat

berfikir terhadap manusia, karena di antara yang baik yang berbentuk kelezatan

itu bisa saja buruk jika dilihat pada akibatnya yang membuat kerusakan, seperti

makan dan minum yang berlebih-lebihan dan memperturutkan hawa nafsu yang

melewati batas kebutuhan.

kemudian di antara manusia yang mempunyai tujuan yang benar dan

mempertimbangkan dengan adil dan juga sudah menempuh jalan kebenaran

mereka telah sepakat bahwa perbuatan-perbuatan manusia ada yang baik dan juga

ada yang buruk. Dengan demikian mereka juga akan sepakat bahwa yang baik

ialah apa yang lebih kekal faidahnya dan yang buruk adalah barang yang dapat

merusak bagi kepentingan perseorangan maupun kepentingan umum dan bagi

siapa saja yang berhubungan dengannya.4 Artinya Muh}ammad ‘Abduh

mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal dituntut

2 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid,. h. 84

3 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid,. h. 87

4 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 93

Page 62: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

50

untuk berbuat hal-hal yang lebih berfaidah sekalipun dilakukan dengan penuh

kesakitan karena dengan bekal akal manusia mempunyai kebebasan dalam berbuat

segala hal. Di sini Muh}ammad ‘Abduh mengatakan pengertian perbuatan dari

baik adalah bila mengedepankan makna yang ada, sementara pengertian buruk

adalah hal-hal yang dapat merusak setelah melakukannya.

B. Kehendak Bebas Manusia Dalam Menentukan Perbuatan Baik dan

Buruk

Manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan perbuatan baik atau

perbuatan buruk, segala perbuatan yang hendak dikerjakan oleh setiap manusia

jika manusia ingin berbuat suatu apapun hal yang terlebih dahulu yang harus

diperhatikan adalah manfaat setelah melakukan bukan melihat bersamaan dengan

waktu yang dilakukan. Seringkali Muh{ammad ‘Abduh mengatakan bahwa yang

baik waktu dilakukan terkadang tidak melahirkan manfaat setelahnya bahkan yang

ada hanyalah (melahirkan) kemudharatan dan kerusakan-kerusakan. Begitu pula

halnya dalam menentukan keburukan. Buruk pada waktu melakukan terkadang

melahirkan kebaikan dikemudian hari.5

Lalu bagaimana manusia dapat menentukan pilihannya, apakah manusia

akan melakukan kebaikan pada saat melakukan perbuatannya dengan tanpa

memikirkan pada akibatnya dikemudian? Ataukah manusia memilih untuk

5 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 85

Page 63: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

51

melakukan keburukan pada saat ia melakukan saja kemudian menimbulkan

kesakitan setelahnya,? Apakah manusia sudah dapat menentukan di antara yang

baik dengan yang buruk? Dan bagaimana manusia dapat mengetahui bahwa hal

yang dilakukan itu mengandung hal yang buruk yang diyakini pada waktu lain

atau kemudian akan berubah menjadi kebaikan? Bagaimana manusia dapat

mengetahui bahwa yang baik pada waktu dilakukan akan menjadi hal buruk pada

akibat yang dilakukan itu.

Dengan demikian Muh{ammad ‘Abduh menekankan kepada manusia untuk

menggunakan akal sehatnya supaya dapat menentukan mana yang sebenarnya

baik dan mana yang sebenarnya buruk, karena bagi Muh}ammad ‘Abduh hanya

makhluk yang berakal yang dapat menentukan di antara keduanya dan amat

sedikit hewan-hewan lain yang menyertai manusia dapat melakukannya.6

Akal bagi Muh{ammad ‘Abduh dapat memilah dan memilih antara yang

baik dan yang buruk. Sekalipun suatu perbuatan baik pada waktu dilakukan, akal

manusia bagi Muh{ammad ‘Abduh sudah dapat mengetahui (menerka) bahwa

(perbuatan) itu akan menimbulkan keburukan jika itu secara terus-menerus

dilakukan. Begitu pula dengan keburukan yang dilakukan bahkan sebelum

melakukannya, akal yang sehat sudah dapat mengetahui bahwa itu akan menjadi

baik di kemudian hari.7

6 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 87

7 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Cet. 5, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 2011), h. 51

Page 64: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

52

Harun Nasution di dalam bukunya mengatakan ada empat persoalan pokok

keagamaan yang selalu menjadi persoalan di dalam teologi Islam, diantaranya

adalah: (1) akal dapat mengetahui Tuhan, (2) akal dapat mengetahui kewajiban

berterima kasih kepada Tuhan, (3) akal dapat mengetahui kebaikan dan kejahatan,

dan (4) akal juga dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban

menjauhi perbuatan jahat.

Ada beberapa aliran yang mempersoalkan masalah pokok tersebut, salah

satunya al-Asy‘ari>. Versi Harun Nasution mengenai empat persoalan ini, al-

Asy‘ari> hanya mengatakan poin pertama saja yang dapat diketahui oleh akal, yaitu

“mengetahui Tuhan” ketiga diantaranya harus diketahui oleh wahyu. Berbeda

dengan kaum Maturidiyah Samarkand, mereka mengatakan hanya satu poin saja

yang tidak dapat diketahui dengan akal, yaitu mengetahui kewajiban berbuat baik

dan kewajiban menjauhi perbuatan jahat. Adapun menurut Maturidiyah bukhara

hanya dua poin saja yang dapat diketahui oleh akal, yaitu “mengetahui Tuhan”

dan “mengetahui kebaikan dan kejahatan”.8

Dalam persoalan pokok ini pendapat Muh{ammad ‘Abduh dengan

Mu‘tazilah mempunyai kesamaan, bahkan Muh}ammad ‘Abduh lebih maju dalam

memberikan kedudukan terhadap akal. Kalau Mu‘tazilah mengatakan akal dapat

mengetahui Tuhan, Muh{ammad ‘Abduh mengatakan akal dapat mengetahui

8 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 55

Page 65: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

53

Tuhan dan juga sifat-sifat-Nya, Muh{ammad ‘Abduh juga mengatakan akal dapat

mengetahui adanya hidup di akhirat, dan akal dapat membuat hukum-hukum.9

Harun Nasution membandingkan kesamaan dan perbedaan pendapat antara

Muh}ammad ‘Abduh, Mu‘tazilah, Asy‘ari>ah, Ma>turi>di>ah Samarkand, dan

Ma>turi>di>ah Bukhara. Hasil dari perbandingan tersebut, ia menyimpulkan bahwa

yang paling banyak memposisikan akal lebih jauh digunakan dalam persolan

agama adalah Muh}ammad ‘Abduh. Di bawahnya ada Mu‘tazilah, Ma>turi>di>ah

Samarkand, Ma>turi>di>ah Bukhara, dan yang berada di posisi paling bawah adalah

al-Asy‘ari>.10 Artinya, Harun Nasution berpendapat bahwa kaum al-Asy‘ari>

meyakini bahwa fungsi akal hanya mengetahui Tuhan, sementara untuk

mengetahui yang lain harus dengan wahyu termasuk juga mengetahui sifatnya

tidak cukup dengan akal.

Dalam hal ini, penulis tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh

Harun Nasution. Penulis lebih condong dengan pendapat Siradjuddin Abbas yang

mengatakan di dalam bukunya yang berjudul I’tiqad Ahlussunnah Wal-Jama>ah. Ia

menyampaikan bahwa paham kaum Ahlussunnah Waljama>ah yang telah disusun

rapi oleh al-Asy‘ari> terbagi enam bagian. Di antaranya adalah tentang ke-

Tuhanan. Di dalam paham ke-Tuhanan ini membahas tentang sifat-sifat Tuhan. Ia

mengatakan bahwa Tuhan mempunyai banyak sifat, tetapi yang wajib diketahui

oleh orang Islam yang sudah baligh dan berakal ada dua puluh sifat.11 Artinya,

9 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 56

10 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah. h. 57

11 Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal-jamaah, Cet. Ke 5, Jakarta, 1996, h. 37

Page 66: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

54

kaum al-Asy‘ari> juga membahas mengenai sifat-sifat Tuhan sama dengan

pendapat Muh}ammad ‘Abduh yang mengatakan sifat-sifat Tuhan dapat diketahui

oleh akal. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh Harun

Nasution bahwa al- Asy‘ari> hanya mempercayai bahwa akal dapat mengetahui

adanya Tuhan saja tidak dengan sifat-sifatnya. Bahkan Harun Nasution di dalam

perbandingannya itu tidak memasukkan I’tiqad (paham) al-Asy‘ari> yang satu ini.

Dengan demikian, Harun Nasution sudah menghilangkan sebagian paham ke-

Tuhanan al-Asy‘ari> sebagaimana yang disampaikan oleh Siradjuddin Abbas.

Karena Muh{ammad ‘Abduh percaya terhadap adanya Tuhan dan

diimbangi dengan ketebalan iman, maka Muh{ammad ‘Abduh tidak sepenuhnya

mengagung-agungkan akal. Ada pendapatnya yang mengatakan bahwa kebaikan

tidak selamanya berjalan seiring dengan akal.12 Dalam hal ini, patut dimengerti

bahwa Muh}ammad ‘Abduh membedakan antara akal orang Khawwa>s} dengan akal

orang awam. Dalam kaitan ini yang dimaksud oleh Muh}ammad ‘Abduh dengan

kebaikan tidak selamanya beriringan dengan kebenaran akal, ialah akal orang

awam, akal yang masih tumpul.

Dengan demikian, Muh{ammad ‘Abduh selalu menekankan kepada

manusia supaya selalu mengasah akalnya sekalipun ia mengatakan perbedaan akal

orang Kahwwa>s} dengan yang awam tidak hanya disebabkan oleh perbedaan

pendidikan melainkan disebabkan oleh pembawaan alami. Bahkan di dalam buku

Risalah yang dikutip Harun Nasution ada pernyataan Muh{ammad ‘Abduh yang

12 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 88

Page 67: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

55

menegaskan bahwa manusia semuanya sama, tidak ada perbedaan antara mereka

kecuali dalam amal, dan tidak ada yang lebih mulia kecuali karena ketinggian akal

dan pengetahuan, dan yang mendekatkan manusia kepada Tuhan hanyalah

kesucian akal dari keraguan, bahkan ia mengatakan perbedaan manusia baginya

bukan dilihat dari ketaqwaannya, melainkan dilihat pada kekuatan akalnya.13

Muh{ammad ‘Abduh memberikan contoh terhadap keduanya, antara yang

baik dan yang buruk waktu dilakukan dan manfaat setelahnya. Baik waktu

dilakukan seperti halnya makan, minum, atau kesenangan-kesenangan yang

dilakukan, setiap orang mesti mengatakan makan adalah perbutatan baik bagi

orang yang sedang merasakan lapar, minum merupakan perbuatan kebaikan bagi

orang yang haus, akan tetapi makan dan minum akan menjadi buruk jika kebaikan

yang serupa dilakukan terus menerus tanpa memikirkan batas kebutuhan.

Dalam hal ini yang baik dikatakan buruk karena masanya terlalu singkat

dibanding dengan lamanya penderitaan yang akan ditanggung setelahnya akibat

dari membiarkan kenikmatan yang ia lakukan dengan terus-menerus bahkan ada

yang sampai diakhiri dengan kematian yang paling buruk keadaannya. Hal yang

demikian Muh{ammad ‘Abduh menyebutnya perbuatan buruk.14

Demikian juga dengan orang yang sedang melakukan keburukan, yakni

bekerja dengan terus menerus, berjuang melawan hawa nafsu, bekerja yang tidak

mengenal lelah untuk mengais rezeki di hari mudanya guna untuk ketenangan di

13 Harun Nasution, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah. h. 48

14 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 87-88

Page 68: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

56

waktu badan mulai lemah yang akan menyebabkan kebaikan di hari tuanya nanti,

dan membatasi kesenangan-kesenangan supaya tidak menimbulkan penyakit yang

dapat mengganggu kehidupan. Hal ini yang dimaksud pengertian baik dan buruk

yang tidak dapat dibedakan antara manusia dengan makhluk lainnya, karena

binatang juga dapat merasakan kebaikan dan keburukan tersebut.15

Pernyataan yang dipandang baik diberikan juga kepada hal-hal yang

membahayakan. Manusia mengerahkan segenap energinya untuk mencari yang

selama ini menjadi rahasia Tuhan, seolah olah orang yang sedang melakukan

pencarian itu tidak mempedulikan kesulitan-kesulitan yang menghalanginya

sedikit pun karena dibandingkan kelak atas usahanya itu dengan kelezatan atau

kepuasan yang akan dicapainya nanti. Hal yang juga membahayakan yang

dipandang baik oleh akal manusia menurut Muh{ammad ‘Abduh adalah

menghadapi musuhnya, apakah musuh itu dalam dirinya sendiri atau dari jenis

lainnya ketika mau menolong orang di sekitarnya yang sedang dalam keadaan

bahaya misalnya, sekalipun dengan jalan mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk

itu, ketika ia menolongnya seolah-olah ia melihat kehidupannya, sekalipun

akalnya tidak menentukan jalan yang demikian. Ini Muh{ammad ‘Abduh

menyebutnya amal yang baik.16

Contoh lain yang diberikan oleh Muh{ammad ‘Abduh adalah di mana ketika

manusia melihat seorang raja dilihat dari postur tubuhnya yang buruk karena ada

sebagian anggota tubunya yang cacat sehingga setiap manusia lain yang

15 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 87

16 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 88

Page 69: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

57

melihantanya akan mengatakan suatu keburukan. Tetapi kelakuan raja dapat

memberikan manfaat yang baik kepada rakyatnya, maka keburukan yang dilihat

oleh mata akan tertutupi oleh kebaikan yang dapat dirasakan manfaatnya.17 Ada

yang baik karena memandang manfaat yang ditariknya dan ada yang buruk karena

melihat kerusakan yang ditimbulkannya. Akal dan pikiran yang sehat sudah

mengenal dan dapat membedakan barang yang merusak dan yang berguna.

Perbedaan yang demikianlah yang dapat menetukan ciri mana yang utama dan

mana yang rendah.18 Dengan demikian Muh}ammad ‘Abduh mengatakan

perbuatan baik yang sebenarnya baik adalah perbuatan yang mengandung makna

kebaikan di dalamnya, begitu juga dengan menentukan keburukan. Dan untuk

mengetahui makna tersebut dapat ditentukan oleh kekuatan akal.

C. Antara Fatalis dan Free Will

Sepanjang sejarah dalam pemikiran Islam, diskursus tentang teologi

menempati posisi paling utama dalam kajian para ilmuan dan intelektual Islam.

Sesuai dengan apa yang telah dipahami bersama bahwa perdebatan mengenai

kalam (teolgi) telah muncul sejak terbunuhnya ‘Usma>n bin Affa>n.19 Kholifah

ketiga. Sampai saat ini perdebatan ini masih belum selesai dan masih terbilang

hangat, karena setelah perdebatan itu semua kembali kepada dirinya sendiri.

seperti perdebatan Mu‘tazilah, Asy‘ari, dan aliran lainnya, mereka tetap

bersekukuh dengan pendagannya sendiri.

17 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 85

18 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 85

19 Nurcholis Majid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Pramadina, 1997), h. 2

Page 70: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

58

Dalam sistem teologi, kaum Mu‘tazilah menggunakan sistem kebebasan

dalam kehendak manusia. Dalam pengertian ini, manusia dapat melakukan apa

saja sesuai dengan kemauannya sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

kaum Mu‘tazilah menganut paham Qadariyyah atau yang disebut dengan free will,

juga dilihat dari keterangan-keterangan para pemuka Mu‘tazilah melalui

karangannya banyak mengandung tentang kebebasan dan kekuasaan manusia atas

perbuatan-perbuatannya.20

Keterangan yang dipaparkan di atas dengan lugas mengatakan bahwa

kehendak dalam perbuatan manusia merupakan kehendak manusia itu sendiri

tanpa campur tangan Tuhan di dalamnya. Ini berbeda dengan pendapat kaum

Jabariyyah yang banyak dianut oleh al-Asy‘ari>. Argumen-argumen yang

digunakan Mu‘tazilah untuk memperkuat pahamnya menggunakan argumen

rasional dan mengutip keterangan Al-Qur’an. Yang digunakan oleh kaum

Mu‘tazilah mengenai kebebasan manusia dalam berkehendak ketika melihat

manusia dalam berterima kasih atas kebaikan-kebaikan yang diterimanya

menyatakan terima kasihnya kepada yang berbuat kebaikan itu. Begitupun

sebaliknya, manusia melahirkan perasaan ketidaksenangannya terhadap

perbuatan-perbuatan yang dianggap tidak baik terhadap manusia yang

melakukannya, bukan melahirkan ketidaksenangannya kepada Tuhan.21 Itu salah

satu teori yang digunakan oleh kaum Mu‘tazilah untuk mengatakan bahwa

20 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 103

21 Harun Nasution, Teologi Islam: h. 105

Page 71: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

59

manusia dapat melakukan apa saja dalam berkehendak dan itu murni dari manusia

itu sendiri bukan kemauan Tuhan.

Selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia terjadi sesuai dengan kehendak

manusia dalam artian jika seseorang menginginkan untuk berbuat sesuatu maka

perbuatan itu pasti terjadi. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang tidak ingin

berbuat sesuatu maka itu tidak akan terjadi. Karena bagi kaum Mu‘tazilah jika

kehendak manusia pada hakikatnya adalah kehendak Tuhan, sesuatu yang ingin

dilakukan oleh manusia tidak akan terjadi sekalipun manusia menginginkan itu

terjadi. Begitu juga dengan perbuatan akan terus terjadi sekalipun manusia tidak

menginginkan dan tidak menghendaki perbuatan tersebut22

Keterangan selanjutnya dari kaum Mu‘tazilah bahwa perbuatan jahat

manusia terhadap manusia lain. Apabila dibenarkan perbuatan manusia

merupakan perbuatan Tuhan dan manusia tidak ikut andil di dalam perbuatannya,

maka perbuatan jahat tersebut adalah perbuatan Tuhan. Jika memang demikian

yang terjadi, itu berarti Tuhan bersifat zalim. Hal ini jauh dari kebenaran logika,

kata kaum Mu‘tazilah. Dari itu jelas Mu‘tazilah mengatakan bahwa perbuatan

manusia adalah murni perbuatan manusia itu sendiri tanpa ada campur tangan

Tuhan di dalamnya apalagi atas kehendak Tuhan secara mutlak.

Pemuka Mu‘tazilah turut mengatakan, jika memang perbuatan manusia

merupakan perbuatan Tuhan (bukan murni perbuatan manusia itu sendiri), maka

hilanglah makna dari ayat yang berbunyi jazâʹan bima kanu ya‘malun. ‘Àbd al-

22 Harun Nasution, Teologi Islam: h. 107

Page 72: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

60

Jabbar menginginkan supaya ayat tersebut tidak mengandung dusta, maka

perbuatan-perbuatan manusia haruslah betul-betul perbuatan manusia bukan lagi

kehendak Tuhan.23

Beralih kepada aliran Jabariyyah yang banyak dianut oleh kaum

Asy‘ari>yah. Mereka memandang manusia sangatlah lemah dan dengan

kelemahannya manusia hanya dapat bergantung kepada kekuasaan dan kehendak

Tuhan. Perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan, manusia

tidak ikut andil di dalamnya. al-Asy‘ari> menggunakan teori ini dengan teori yang

disebut kasb. Kata al-Asy‘ari> manusia hanya memperoleh kasb. al-Asy‘ari>

mengertikan iktisab adalah sesuatu terjadi dengan perantaraan daya yang

diciptakan sehingga menjadi perolehan atau disebut kasb bagi orang yang dengan

dayanya perbuatan dapat ditimbulkan.24

Harun Nasution di dalam buku Teologi Islam menyampaikan, term

“diciptakan” dan “memperoleh” mengandung kompromi antara kelemahan

manusia diperbanding dengan kekuasaan mutlak Tuhan dan pertanggung jawaban

manusia atas perbuatannya. Kata-kata “timbul yang memperoleh” membayangkan

kepasifan dan kelemahan manusia, kasb atau perolehan mengandung arti

kepasifan tanggung jawab manusia atas perbuatannya, tetapi keterangan bahwa

23 Harun Nasution, Teologi Islam. h. 106

24 Harun Nasution, Teologi Islam. h. 108

Page 73: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

61

kasb itu adalah ciptaan Tuhan menghilangkan arti keaktifan itu, sehingga akhirnya

manusia bersifat pasif dalam perbuatan-perbuatannya.25

Pendapat al-Asy‘ari> yang dikutip oleh Harun Nusution, pendapat yang

demikin dapat dilihat dari uraiannya mengenai perbuatan-perbuatan involunter

dari manusia. Dalam perbuatan-perbuatan involunter terdapat dua unsur,

penggerak yang mewujudkan gerak dan badan yang bergerak, yang dimaksud

penggerak adalah yang sebenarnya yaitu Tuhan dan yang digerakkan adalah

manusia. Gerak mestilah manusia karena gerak menghendaki jasmani dan Tuhan

tidak mungkin mempunyai wujud jasmani.

Begitu pun dengan Al-kasb serupa dengan gerak involunter juga

mempunyai dua unsur, pembuat dan yang memperoleh perbuatan. Maksud Al-

kasb di sini pembuat yang sebenarnya adalah Tuhan, sedangkan yang memperoleh

perbuatan adalah manusia. Tuhan bukan sebagian dari yang memperoleh

perbuatan, karena Al-kasb terjadi hanya dengan daya yang diciptakan, sementara

Tuhan tidak mungkin mempunyai daya yang diciptakan.26

Dari penjelasan al-Asy‘ari> di atas dapat dikatakan bahwa Tuhanlah yang

menciptakan perbuatan-perbuatan manusia dan semua perbuatan manusia atas

kehendak Tuhan, dan yang dimaksud timbulnya perbuatan-perbuatan dari manusia

dengan perantaraan daya yang diciptakan merupakan daya yang sebenarnya

merupakan tempat bagi perbuatan-perbuatan Tuhan. Dengan demikian al-Asy‘ari>

25 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 108

26 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 109

Page 74: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

62

mengatakan bahwa segala perbuatan manusia tidak diciptakan oleh manusia

sendiri melainkan diciptakan oleh Tuhan.27

D. Kritik terhadap Qadariah dan Jabariyyah

Muh{ammad ‘Abduh di dalam bukunya yang berjudul Risalah Tauhid

menyinggung pendapat dari dua golongan yang berselisih paham perihal

perbuatan-perbuatan manusia, yakni golongan Qadariah dan Jabariyyah. Di antara

keduanya ada yang mengatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan yang

mutlak terhadap segala perbuatannya. Dengan pengertian ini, segala perbuatan

manusia murni merupakan atau berasal dari kehendak manusia itu sendiri.

Golongan ini secara tegas mengatakan bahwa Tuhan tidak ikut andil di dalamnya.

Pendapat ini adalah pendapat golongan Qadariah.28 Dengan kata lain, golongan

Qadariah membenarkan adanya free will (kehendak bebas) di dalam perbuatan

manusia.

Berkebalikan dari golongan pertama, golongan kedua bernama Jabarii>yah.

Golongan ini mempunyai pendapat yang sama sekali berbeda dari pandangan

(kelompok) Qadariah. Jika tadi kaum Qadariah mengatakan segala bentuk

perbutan manusia adalah ciptaan mutlak (atau berasal sepenuhnya dari kehendak)

manusia itu sendiri, maka kaum Jabari>yyah mengatakan sebaliknya bahwa segala

27 Ibnu Qoyyum al-Jauziyah, Qadha dan Qadhar, Ulasan Tuntas Malasah Takdir,

(Jakarta: Pustaka Azam, 2004) h. 338

28 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 33

Page 75: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

63

perbuatan manusia pada hakikatnya merupakan perbuatan Tuhan. Jika golongan

Qadariah membenarkan adanya free will (kehendak bebas) dalam perbuatan

manusia, Jabari>yyah berpendapat bahwa setiap hal ihwal apapun menyangkut

perbuatan manusia, sesungguhnya semua itu semata-mata hanyalah kehendak

Tuhan (bukan kehendak manusia). Dengan hal ini, manusia hanyalah bertindak

secara terpaksa.29 Jika Qadariah membenarkan free will dan menolak fatalis,

Jabariyyah membenarkan fatalis dan menolak free will.

Muh{ammad ‘Abduh tidak sependapat dan mengemukakan kritiknya

terhadap pandangan dari kedua aliran tersebut. Pertama, kritik diajukan

Muh{ammad ‘Abduh kepada pandangan dan keyakinan aliran Jabari>yyah. Dia

mengatakan bahwa pandangan-pandangan dari Jabari>yyah itu dapat meruntuhkan

syariat, menghapus hukum taklif, dan membatalkan hukum akal yang logis yang

sesungguhnya dia anggap sebagai tiang Iman.30

Sedangkan kritik berikutnya pada pendapat aliran Qadariah dari

Muh{ammad ‘Abduh. Menurutnya, pandangan aliran Qadariah adalah suatu

penipuan. Sekalipun kritik itu begitu keras, tetapi Muh{ammad ‘Abduh tidak

sependapat dengan tuduhan syirik yang diberikan kepada aliran Qadariah.

Beranjak dari kritik pada kedua pandangan di atas, Muh{ammad ‘Abduh

melangkah pada pendapatnya tentang adanya dua perkara besar yang dapat

membimbing segala perbuatan manusia. Pertama, manusia mempunyai usaha

29 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 33

30 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 79

Page 76: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

64

yang bebas dengan kemauan dan kehendaknya kepada kebahagiaan (free will).

Kedua, kudrot (kuasa) Allah tempat kembalinya segala mahluk. Di antara tanda

kudrot (kuasa) kekuasaan Allah ialah Ia sanggup memisahkan manusia dari apa

yang dikehendakinya dan tidak ada seorangpun yang sanggup menolong manusia

dalam apa yang tidak mungkin dicapainya.31

Pandangan ini bisa dianggap sebagai jalan tengah. Sebab di satu sisi, dia

membenarkan adanya kehendak bebas (free will) dari manusia atas tindakannya

(pandangan yang khas dari Qadariah). Sementara pandangan yang lain, dia

membenarkan pula bahwa Tuhan adalah tempat kembalinya seluruh mahluk.

Tuhan adalah kholiq, yang berarti pencipta. Sedangkan mahluk adalah kata Arab

yang berarti yang diciptakan. Membenarkan pandangan Jabari>yyah, dia

mengatakan bahwa Tuhan sanggup memisahkan manusia (mahluk) dari apapun

yang dikehendakinya.

31 Muh{ammad ‘Abduh, Risalah Tauhid. h. 80

Page 77: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:

Satu, Muh}ammad ‘Abduh memberikan ciri khusus kepada manusia mengenai

perbuatan baik dan perbuatan buruk. Perbuatan baik yang diberikan khusus

kepada manusia adalah perbuatan yang lebih kekal faidahnya. Sedangkan

perbuatan buruk adalah perbuatan yang menimbulkan kerusakan setelahnya.

Adapun perbuatan baik dan perbuatan buruk yang tidak hanya diberikan kepada

manusia saja adalah persoalan perbuatan yang sudah nyata keberadaannya.

Kedua, Muh}ammad ‘Abduh meyakini bahwa manusia dengan kekuatan

akalanya dapat berkehendak bebas dalam menentukan perbuatan-perbuatannya.

Tiga, Muh}ammad ‘Abduh mempunyai pandangan yang sama dengan Mu‘tazilah

yang mengatakan bahwa manusialah yang menciptakan perbuatannya sendiri,

akan tetapi Muh}ammad ‘Abduh tidak sependapat dengan Mu‘tazilah mengenai

kebebasan manusia yang mutlak, bagi Muh}ammad ‘Abduh kebebasan dan

kehendak manusia dibatasi oleh kekuatan alam yang disebut dengan sunnah

Alla>h, hal ini Muh}ammad ‘Abduh mempunyai pandangan yang sama dengan al-

Asy‘ari>. Akan tetapi, ia tidak sependapat mengenai perbuatan manusia adalah

perbuatan Tuhan. Dengan kata lain, Muh}ammad ‘Abduh mengambil sebagian

Page 78: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

66

pendapat mereka yang dianggapnya benar, dan menjauhkan pendapat mereka

yang dianggap salah.

B. Saran-Saran

Pada bagian akhir pembahasan skripsi ini penulis ingin menyampaikan

beberapa saran, di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia hanya dapat dianjurkan untuk melakukan segala hal

perbuatan yang mengandung kebaikan, dan tidak sepenuhnya

menyalahkan Tuhan dalam penciptaan perbuatan manusia baik

perbuatan yang buruk maupun perbuatan yang baik.

2. Penelitian mengenai pemikiran kalam cenderung tidak sama

dengan pemikiran al-Asy‘ari>> dan Mu‘tazilah. Oleh sebab itu,

diperlukan adanya penelitian lebih dalam mengenai persoalan

kalam tersebut lebih-lebih pemikiran Muh{ammad ‘Abduh.

3. Dapat memperluas pengetahuan tentang persoalan kalam yakni

perbuatan-perbuatan manusia.

Page 79: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

71

DAFTAR PUSTUKA

‘Abduh, Muh{ammad, Risalah Tauhid, Terjemahan Firdaus A.N, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1965)

Abbas, Siradjudiin, I’tiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, (Cet. Ke 21, Radar Jaya,

Jakarta, 1996)

al-Asy‘ari>, Abu H{asan bin Ismail, AL-Ibanah An Ushul Ad Diyanah, Maktabah

Darul Bayan, 1903

Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasifah: Kerancuan Para Filosof, Kitab Filsafat Klasik

Paling Kontrovesrsial, terjemah Ahmad Maimun, cet, 5, (Bandung:

Penerbit Marja, 2016)

al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Qadha dan Qadar: Ulasan Tuntas Masalah Takdir,

terjemah: Abul Ghaffar, (Jakarta, Pustaka Azzam 2014)

al-Jauziyah, Ibnu Qoyyum, Qadha dan Qadhar, Ulasan Tuntas Malasah Takdir,

(Jakarta: Pustaka Azam, 2004)

Al-Misri>, Al-Ifriqi>>, Mukarram, Ibn Muh}ammad, Lisan Al-‘Arab, (Beyrouth: Dar

Ihya' Al-Turats Al-'Arabi, 1408 H)

Asmaran, Pengantar Study Akhlaq, (Jakarta: Raja Granfindo Persada, 1994)

Burhanuddin, Nunu, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, Cet. Ke 1, Fajar

Inter Pratama Mandiri, Jakarta, 2016

Hossein Nasr, Seyyed, dan Leaman, Oliver, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam,

buku pertama, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU) 1996)

Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi Tentang Persamaan dan

Perbedaanya dengan al-Asy`ari>, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,

1997)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat, (Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta 10270)

Majid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Cet, 1, (Jakarta: Yayasan

Wakaf Pramadina, 1992)

Page 80: KEHENDAK BEBAS MANUSIA TERHADAP PERBUATAN BAIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42135/2/ALI... · Metode penilitian yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

72

Majid, Nurcholis, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Pramadina, 1997)

Nasution, Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Cet. 5, Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Pres), 1985), Jilid II

Nasution, Harun, Muh{ammad ‘Abduh dan Teologi Rasional Mu‘tazilah, (Jakarta:

Universitas Indonesia UI-press, 1987)

Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,

Cet. 5, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1996)

Nur Mufidah, Lul Luk, Islam Akal dan Peradaban Perspektif Muh{ammad

‘Abduh, (Jurnal Kontemplasi, 1 Juni 2009)

Sobur, Kadir “Teologi ‘Poros Tengah’ Satu Kajian Terhadap al-Ibad dalam

Pemikiran Kalam Asy‘ari”,( media akademika, Forum Ilmu dan Budaya

Islam, Vol. 17, No. 3, Juli 2002),

Sou’yb, Joesoef, Peranan Aliran ‘Itizal Dalam Perkembangan Pikiran Islam,

(Jakarta: Pustaka Al-Husna,1982)

Wahid, Din, Bahan Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam. Ushuluddin, UIN

Syarif Hidayatullah, semester ganjil 2016-2017