kehamilan ektopik siip

Upload: ocha-chaen

Post on 30-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep kehamilan ektopik

TRANSCRIPT

TINJAUAN TEORI

1. DefenisiPada kehamilan intrauteri normal, blastokist akan tertanam dalam endometrium yang melapisi kavum uteri. Tetapi dalam keadaan yang tidak normal dimana implantasi yang terjadi di tempat lain disebut sebagai kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana janin terimplantasi di luar rongga rahim (Bobak dkk, 2004). Menurut Wiknjosastro 2006, kehamilan ektopik terjadi jika telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (90%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut), dan leher rahim (serviks). Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik, karena kehamilan di pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk kehamilan intrauterine, tetapi jelas bersifat ektopik. Karena sebagian besar kehamilan ektopik merupakan kehamilan tuba, maka pembahasan dalam makalah ini terutama dipusatkan pada kehamilan tuba.

2. Etiologi Penyebab kehamilan ektopik bervariasi, dan sebagian besar tidak diketahui secara pasti, Kebanyakan kehamilan ekstrauteri terjadi karena abnormalitas yang menghambat atau mencegah perjalanan ovum yang dibuahi melalui tuba falopi. Hal ini bisa disebabkan oleh cacat lahir di saluran tuba misalnya tuba terlalu panjang, komplikasi usus buntu yang pecah, endometriosis, memiliki kehamilan ektopik sebelumnya, dan jaringan parut akibat infeksi sebelumnya atau operasi (Mitayani, 2009). Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari ovarium ke uterus. Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:A. Faktor dalam lumen tuba1. Endosalpingitis yang dapat menyebabkan penyempitan lumen tuba atau pembentukan kantong-kantong buntu akibat perlekatan endosalping;2. Hipoplasia lumen tuba, lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini disertai gangguan fungsi silia endosalping;3. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi penyebab lumen tuba menyempit.B. Faktor dinding lumen tuba1. Kelainan kongenital tuba atau kelainan pertumbuhan tuba, khususnya divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius dan hipoplasia, namun kelainan semacam ini sangat jarang terjadi;2. Endometriosis tuba, yang dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.C. Faktor di luar dinding tuba1. Perlekatan peritubal, setelah infeksi pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis ataupun endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba dan penyempitan lumen tuba;2. Tumor yang mengubah bentuk tuba seperti mioma uteri.D. Faktor lain1. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya. Hal ini dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur; 2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone, kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan kontrasepei spiral (3 4 %). Pil yang mengandung hormon juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.3. Kehamilan ektopik sebelumnya, setelah mengalami sekali kehamilan ektopik resiko kehamilan ektopik berikutnya akan meningkat 7 hingga 15 persen. Meningkatnya resiko ini kemungkinan besar disebabkan oleh salphingitis yang terjadi sebelumnya (Wiknjosastro, 2006).

3. Gambaran KlinikGejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba, terjadi nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma sehingga menyebabkan nyeri bahu, dan bila membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenore karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala yang samar-samar.a. Gambaran gangguan mendadakPenderita, setelah mengalami amenore dengan tiba-tiba, menderita rasa nyeri yang hebat di daerah perut bagian bawah dan sering muntah-muntah. Tidak jarang nyeri menyebabkan pingsan. Setelah mengalami nyeri, penderita masuk ke dalam keadaan syok perdarahan dengan tekanan darah menurun, nadi kecil dan cepat, ujung ekstremitas basah, pucat, dan dingin. Seluruh perut agak membesar, nyeri tekan, dan tanda-tanda cairan intraperitoneal mudah ditemukan. Pada pemeriksaan vaginal forniks posterior menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri.b. Gambaran gangguan tidak mendadakGambaran klinik ini sering ditemukan dan biasanya berhubungan dengan abortus tuba atau yang terjadi perlahan-lahan. Setelah haid terlambat beberapa minggu, penderita mengeluh rasa nyeri di perut bagian bawah. Dengan adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap. Tanda-tanda anemia menjadi nyata karena perdarahan yang berulang. Mula-mula perut masih lembek, tetapi kemudian dapat mengembung karena terjadi ileus parsialis.

WOC

Kebutuhan akan informasiGangguan keseimbangan cairan dan elektrolitGangguan rasa nyaman-nyeriCemasHipovelemiaKurang informasiSyaraf disekitar tuba tertekanHematokele retrouterinePerdarahan rongga peritoneumCavum douglasPerdarahanPembesaran tubaDireabsorbsi dan desidua degenerasiPerdarahan lumen tubaImplantasi di endosalpingOvum yang telah dibuahi matiTrofoblas dan vili korialis menembus lapisan pseudokapsularisMenembus lapisan muskularis peritoneum pada dinding tubaMenghalangi jalannya hasil fertilisasi untuk implantasi di endometriumFaktor lumen tuba: endosalpingitis, hipoplasia lumen tubaFaktor lain:Migrasi luar ovum, penggunaan kontrasepsi, kehamilan ektopik sebelumnyaFaktor di luar dinding tuba:Perlekatan peritubal, mioma uteriFaktor dinding lumen tuba: Kelainan kongenital tuba, endometriosis tuba

4. Penatalaksanaan Dan Kemungkinan DiagnosaDiagnosa kehamilan ektopik terganggu ditegakkan dari keluhan dan hasil pemeriksaan baik fisik maupun penunjang diagnostik dengan langkah-langkah sebagai berikut:a. Dari keluhan didapatkan keluham nyeri, perdarahan pervaginam dan amenore;b. Pemeriksaan umum didapatkan pasien tampak kesakitan, penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi denyut nadi, akral dingin, konjungtiva pucat, perut tegang, dan nyeri tekan;c. Pemeriksaan ginekologi didapatkan nyeri saat portio digoyang, cavum douglas menonjol;d. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hCG (+), Hb menurun.Sedangkan pada pemeriksaan penunjang diagnostic didapatkan sebagai berikut:a. Dengan kuldosintesis didapatkan adanya cairan bebas (darah) dalam cavum douglas;b. Dengan laparoskopi didapatkan adanya perubahan atau kelainan pada tuba;c. Dengan USG dapat ditemukan adanya perubahan endometrium yang menunjukkan tanda kehamilan tetapi tidak ditemukan mudigah, adanya masa dan cairan bebas di cavum douglas (Sukowati dkk, 2010).Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu penatalaksanaan ekspektasi, penatalaksanaan medis, dan penatalaksanaan bedah. Berikut penjelasan beberapa penatalaksanaan termasuk penatalaksanaan keperawatan:A. Penatalaksanaan MedisPada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan ektopik secara medis.1. MethotrexateMethotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya, kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara hemodinamis dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal. Harus diketahui pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum mempunyai angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari 4 cm. Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis, pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk kemungkinan menjalani pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien harus sesegera mungkin menjalani pembedahan. Senggama dan konsumsi asam folat juga dilarang. Tentunya methotrexate menyebabkan beberapa efek samping yang harus diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar, stomatitis, gastroenteritis dan depresi sumsum tulang. Beberapa prediktor keberhasilan terapi dengan methotrexate yang -hCG, progesteron, disebutkan dalam literatur antara lain kadar aktivitas jantung janin, ukuran massa hasil konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas dalam rongga peritoneum. Namun disebutkan dalam sumber -hCG-lah yang bermakna secara statistik. Untuk lain bahwa hanya kadar -hCG serial dibutuhkan. Pada memantau keberhasilan terapi, pemeriksaan hari-hari pertama setelah dimulainya pemberian methotrexate, 65-75% pasien akan mengalami nyeri abdomen yang diakibatkan pemisahan hasil konsepsi dari tempat implantasinya (separation pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi dengan analgetik -hCG umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 hari nonsteroidal. setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari pertama pula massa hasil konsepsi akan tampak membesar pada pencitraan ultrasonografi akibat edema dan hematoma, sehingga jangan dianggap sebagai kegagalan terapi. -hCG masih perlu diawasi setiap Setelah terapi berhasil, kadar minggunya hingga kadarnya di bawah 5 mIU/mL. Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.2. ActinomycinNeary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien-pasien dengan kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.3. Larutan Glukosa HiperosmolarInjeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu. Yeko dan kawan-kawan melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu, angka kegagalan dengan terapi injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi, sehingga alternatif ini jarang digunakan.B. Penatalaksanaan Bedah Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan radikal, di mana salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per laparoskopi.1. SalpingostomiSalpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu. Sebuah penelitian di Israel membandingkan salpingostomi per laparoskopi dengan injeksi methotrexate per laparoskopi. Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih lama daripada durasi pembedahan pada grup methotrexate, namun grup salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan angka kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda secara bermakna.2. SalpingotomiPada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi.3. SalpingektomiReseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:a. Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu);b. Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif;c. Terjadi kegagalan sterilisasi;d. Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya;e. Pasien meminta dilakukan sterilisasi;f. Perdarahan berlanjut pasca salpingotomi;g. Kehamilan tuba berulang;h. Kehamilan heterotopik, dan massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping.4. Evakuasi Fimbrae dan FimbraektomiBila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan.5. LaparatomiDengan tindakan laparotomi, meliputi :a. Memperhatikan kondisi penderita saat itu, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Untuk menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba;b. Apabila kondisi penderita buruk dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampullaris tuba yang belum pecah ditangani dengan tindakan kemoterapi untuk menghindari pembedahan, dengan kriteria:a. Kehamilan di pars ampullaris tuba yang belum pecah;b. Diameter kantong gestasi 4 cm;c. Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml;d. Tanda vital baik dan stabil;e. Obat yang digunakan ialah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum factor 0,1 mg/kg 1 M berselang seling setiap hari selama 8 hari.

C. Penatalaksanaan EkspektasiPenatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% -hCG pasien dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar. Pada penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar -hCG yang stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu, tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada -hCG yang keadaan-keadaan berikut:1) Kehamilan ektopik dengan kadar menurun;2) Kehamilan tuba;3) Tidak ada perdarahan intraabdominal atau ruptur;4) Diameter massa ektopik tidak melebihi 3.5 cm. Sumber -hCG awal harus kurang dari 1000 mIU/mL,lain menyebutkan bahwa kadar dan diameter massa ektopik tidak melebihi 3.0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif pada 47-82% kehamilan tuba.

D. Penatalaksanaan Keperawatan1. Pengkajian Adapun hal-hal yang harus dikaji dari pasien dengan kehamilan ektopik terganggu yaitu: menstruasi terakhir, adanya bercak darah yang berasal dari vagina, nyeri abdomen (kejang dan tumpul), jenis kontrasepsi, riwayat gangguan tuba sebelumnya, tanda-tanda vital, tes laboratorium: Ht dan Hb menurun2. Diagnosis keperawatanKemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai tindakan pembedahan;b. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan intraperitoneal;c. Kebutuhan akan informasi yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.3. Intervensi keperawatana. Diagnosis 1: Defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur lokasi sebagai efek dari tindakan pembedahan.Kriteria hasil: ibu menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, semsorium tepat serta frekuensi serta berat jenis urine adekuat.Intervensi keperawatan: merujuk pada intervensi diagnosis yang sama dengan abortus.b. Diagnosis 2: nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan intraperitorial.Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis.

Rencana intervensiRasional

Mandiri

1.Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen.1.Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan.Ketidaknyamanan dihubungkan dengan absorbsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infus oksitosin. Ruptus kehamilan ektopik mengakibatkan nyeri hebat karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi ruptur kedalam abdomen.

2.Kaji stres psikologis ibu/pasangan dan respons emosiaonal terhadap kejadian.2. Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, ketakutan, dan nyeri.

3Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya napas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.3.Dapat membantu dalam menurunkan ansietas dan karenannya mereduksi ketidaknyamanan.

Kolaborasi

4.Berikan nakrotik atau sedatif berikut obat-obatan praoaperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan.4.Meningkatkan kenyamanan, menurunkan risiko komplikasi pembedahan.

5.Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi.5.Tindakan terhadap penyimpanandasar akan menghilangkan nyeri

c. Diagnosis 3: Kebutuhan akan informasi yang berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.Tujuan: Ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan istilah sederhana, mengenai patofisiologis dan implikai klinis.Rencana IntervensiRasional

1.Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemarogia. 1.Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan pmikiran ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan menurunkan stres yang berhubungan dengan prosedur yang diberikan.

2.Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalahan konsep.2.Memberikan klarifikasi dari konsep yang salah, idenfikasi masalah-masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan keterampilan penyesuaian (koping)

3.Diskusikan kemungkianan implikasi jangka pendek pada ibu/janin dari keadaan perdarahan3.Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realitas dan kerja samadengan aturan tindakan.

4.Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan.4.Ibu dengan kehamilan ektopik dapat memahami kesulitan mempetahankan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-235.Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105. www.medica store.com/kehamilan ektopik/kehamilan luar kandungan, diakses 12 juni 2013.