kegiatan belajar 1 sistem komputer...3 tabel 1.3. bilangan oktal (sumber: haryanto & sucipto, 2013)...

32
1 KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang sistem komputer Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: 1. Memahami sistem bilangan (Desimal, Biner, Heksadesimal) 2. Menganalisis relasi logika dasar, kombinasi dan sekuensial (NOT, AND, OR); (NOR,NAND,EXOR,EXNOR); (Flip Flop, Pencacah) 3. Menerapkan operasi logika Aritmatik (Half-Full Adder, Ripple Carry Adder) 4. Mengklasifikasikan rangkaian Multiplekser, Dekoder, Register 5. Menerapkan elektronika dasar (kelistrikan, komponen elektronika dan skema rangkaian elektronika) 6. Menerapkan dasar dasar mikrokontroler Pokok-pokok Materi : 1. Sistem Bilangan(Desimal, Biner, Heksadesimal) 2. Relasi logika dasar, kombinasi dan sekuensial (NOT, AND, OR); (NOR,NAND,EXOR,EXNOR); (Flip Flop, Pencacah) 3. Operasi logika aritmetika (Half-Full Adder, Ripple Carry Adder) 4. Rangkaian multiplekser, dekoder, dan register 5. Elektronika Dasar (kelistrikan, komponen elektronika, dan skema rangkaian elektronika) 6. Dasar-dasar mikrokontroler Uraian Materi A. Sistem Bilangan 1. Pengertian Sistem Bilangan Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia adalah system biilangan desimal, yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER

    Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang sistem

    komputer

    Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: 1. Memahami sistem bilangan (Desimal, Biner, Heksadesimal)

    2. Menganalisis relasi logika dasar, kombinasi dan sekuensial (NOT, AND,

    OR); (NOR,NAND,EXOR,EXNOR); (Flip Flop, Pencacah)

    3. Menerapkan operasi logika Aritmatik (Half-Full Adder, Ripple Carry Adder)

    4. Mengklasifikasikan rangkaian Multiplekser, Dekoder, Register

    5. Menerapkan elektronika dasar (kelistrikan, komponen elektronika dan skema

    rangkaian elektronika)

    6. Menerapkan dasar dasar mikrokontroler

    Pokok-pokok Materi : 1. Sistem Bilangan(Desimal, Biner, Heksadesimal)

    2. Relasi logika dasar, kombinasi dan sekuensial (NOT, AND, OR);

    (NOR,NAND,EXOR,EXNOR); (Flip Flop, Pencacah)

    3. Operasi logika aritmetika (Half-Full Adder, Ripple Carry Adder)

    4. Rangkaian multiplekser, dekoder, dan register

    5. Elektronika Dasar (kelistrikan, komponen elektronika, dan skema rangkaian

    elektronika)

    6. Dasar-dasar mikrokontroler

    Uraian Materi

    A. Sistem Bilangan 1. Pengertian Sistem Bilangan

    Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran

    dari suatu item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia

    adalah system biilangan desimal, yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10

  • 2

    macam simbol untuk mewakili suatu besaran. Sistem ini banyak digunakan karena

    manusia mempunyai sepuluh jari untuk dapat membantu perhitungan. Lain halnya

    dengan komputer, logika di komputer diwakili oleh bentuk elemen dua keadaan

    yaitu off (tidak ada arus) dan on (ada arus). Konsep inilah yang dipakai dalam

    sistem bilangan biner yang mempunyai dua macam nilai untuk mewakili suatu

    besaran nilai. Selain sistem bilangan biner, komputer juga menggunakan sistem

    bilangan oktal dan heksadesimal.

    2. Konsep sistem bilangan Desimal, Biner, Heksadesimal

    Sistem bilangan desimal menggunakan 10 macam simbol bilangan

    berbentuk 10 digit angka, yaitu 0, 1 , 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Sistem bilangan

    desimal menggunakan basis atau radiks 10. Bentuk nilai bilangan desimal berupa

    integer desimal atau pecahan desimal.

    Tabel 1.1. Bilangan Desimal

    (Sumber : Haryanto & Sucipto, 2013)

    Bilangan biner adalah bilangan yang berbasis 2 yang hanya mempunyai 2

    digit yaitu 0 dan 1. 0 dan 1 disebut sebagai bilangan binary digit atau bit. Bilangan

    biner ini digunakan sebagai dasar kompetensi digital. Bobot faktor untuk bilangan

    biner adalah pangkat / kelipatan 2. Sistem bilangan biner menggunakan 2 macam

    simbol bilangan berbentuk 2 digit angka, yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan biner

    menggunakan basis 2.

    Tabel 1.2. Bilangan Biner

    (Sumber: Haryanto & Sucipto, 2013)

    Sistem bilangan oktal menggunakan 8 macam simbol bilangan, yaitu 0, 1, 2,

    3, 4, 5, 6, 7. Sistem bilangan oktal menggunakan basis 8. Nilai tempat sistem

    bilangan oktal merupakan perpangkatan dari nilai 8 sebagai berikut.

  • 3

    Tabel 1.3. Bilangan Oktal

    (Sumber: Haryanto & Sucipto, 2013)

    Sistem bilangan heksadesimal menggunakan 16 macam simbol, yaltu 0, 1,

    2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C. D, E, dan F. Sistem bilangan heksadesimal

    menggunakan basis 16. Sistem bilangan heksadesimal digunakan untuk alasan-

    alasan tertentu di beberapa komputer. Nilai tempat sistem bilangan

    heksadesimal merupakan perpangkatan dari nilai 16, seperti ditunjukkan pada

    tabel berikut.

    Tabel 1.4. Bilangan Heksadesimal

    (Sumber: Haryanto & Sucipto, 2013)

    3. Pengubahan Biner ke Desimal

    Berikut ini prosedur pengubahan bilangan biner menjadi bilangan desimal.

    Misalnya, diberikan bilangan 110011B. Pertama kali dituliskan bilangan biner

    sebagai berikut. (Akhiran B untuk menyatakan bahwa angka didepannya adalah

    bilangan biner (demikian juga D untuk desimal, H untuk heksadesimal, O untuk

    oktal).

    Biner 1 1 0 0 1 1 . Titik biner Desimal 25 24 21 20 = 32 16 0 0 2 1 = 51

    Gambar 1. 1. Pengubahan bilangan Biner ke desimal

  • 4

    Tambahkan empat bilangan desimal untuk mendapatkan ekuivalen desimal.

    Maka akan didapatkan bahwa biner 110011B sama dengan angka desimal 51D.

    4. Pengubahan Desimal ke Biner

    Pada saat bekerja dengan peralatan elektronik digital, seringkali harus dapat

    mengubah bilangan desimal ke bilangan biner. Pembahasan selanjutnya dengan

    suatu metode yang membantu menyelesaikan pengubahan ini. Salah satu cara

    mengubah bilangan desimal 13 ke bilangan biner, adalah sebagai berikut:

    Pengubahan bilangan pada Gambar 1.2. dimana bilangan 13D sama dengan

    bilangan biner 1101B.

    5. Bilangan Heksadesimal

    Sistem bilangan heksadesimal menggunakan 16 simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

    8, 9, A, B, C, D, E, dan F disebut sebagai sistem berdasar 16. Heksadesimal dan

    biner adalah ekuivalen untuk bilangan desimal 0 sarnpai 17. Perlu dicatat bahwa

    huruf “A” merupakan singkatan untuk 10D, “B” untuk 11D, dan sebagainya.

    Kelebihan dari sistem heksadesimal ialah mampu rnengubah secara langsung dan

    bilangan biner empat bit. Sebagai contoh, bilangan heksadesimal A6H akan

    Gambar 1. 2. Pengubahan bilangan Desimal 13D ke biner 1101B

    Bilangan desimal : 2 = 6 dengan sisa = 1 6 : 2 = 3 tanpa sisa = 0 3 : 2 = 1 dengan sisa = 1

    1 : 2 = 0,5 dengan sisa = 1 Jadi bilangan binernya 1 0 1 1

    1-an 2-an 4-an 8-an

  • 5

    menyatakan bilangan biner delapan-bit 10100110B. Berdasarkan tabel dapat

    langsung dapat mengubah bilangan dari biner ke desimal atau sebaliknya.

    Tabel 1.5. Bilangan Desimal, Biner, Oktal, dan Heksadesimal

    (Sumber: Haryanto & Sucipto, 2013)

    Konversi dari bilangan heksadesimal ke bilangan biner dapat dilakukan

    dengan mengkonversikan masing-masing digit heksadesimal ke 4 digit biner

    sebagai berikut. Berarti bilangan heksadesimal D4H adalah 11010100B dalam

    bilangan biner.

    D 4

    1101 0100

    Konversi dari bilangan biner ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan

    dengan mengkonversikan tiap-tiap empat buah digit biner. Misalnya bilangan biner

    11010100 dapat dikonversikan ke bilangan heksadesimal dengan cara:

    1101 0100

    D 4

    Bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan

    cara mengalikan masing-masing digit bilangan dengan nilai tempatnya.

  • 6

    6. Bilangan Oktal

    Sistem bilangan oktal menggunakan delapan simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,

    dan 7. Bilangan oktal juga berhubungan dengan bilangan dasar 8. Keekuivalenan

    antara bilangan biner dan bilangan oktal untuk bilangan desimal 0 sampai 17.

    Kelebihan dan bilangan oktal pada saat pengubahan langsung dan sebuah

    bilangan ke bilangan biner 3-bit. Notasi oktal digunakan untuk menyatakan

    bilangan biner.

    Pengubahan bilangan oktal ke bilangan biner adalah operasi yang biasa

    apabila menggunakan sistem komputer. Misalkan pengubahan bilangan oktal 67O

    (dibaca “enam tujuh basis delapan”) ke bilangan biner ekuivalennya. Setiap

    bilangan oktal diubah ke dalam 3-bit bilangan biner yang ekuivalen. Bilangan oktal

    6 sama dengan 110, 7 sama dengan 111. Penggabungan grup bilangan biner

    tersebut menghasilkan 67O = 110111B

    Tabel 1.6. Keekuivalenan antara bilangan biner dan oktal untuk bilangan desimal 0 sampai 17

    Desimal Biner Oktal

    0 0 0 1 001 1 2 010 2 3 011 3 4 100 4 5 101 5 6 110 6 7 111 7 8 001 000 10 9 001 001 11

    10 001 010 12 11 001 011 13 12 001 100 14 13 001 101 15 14 001 110 16 15 001 111 17 16 010 000 20 17 010 001 21

    B6A16 = 11 x 162 + 6x161 + 10x160

    = 11 x 256 + 96 + 10

    = 2922D

  • 7

    Konversi dan bilangan oktal ke bilangan biner dapat dilakukan dengan cara

    mengkonversikan masing-masing digit oktal ke 3 digit biner, sebagai berikut.

    Berarti bilangan biner 110101000010B adalah 6502O di dalam oktal.

    Konversi dari bilangan biner ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan

    mengkonversikan tiap-tiap tiga buah digit biner. Misalnya, bilangan biner

    11010100B dapat dikonversikan ke oktal dengan cara :

    11 010 100 3 2 4

    Bilangan oktal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara

    mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan nilai tempatnya.

    324O = 3x82 +2x81+4x82

    = 3x64+2x8+4x1

    = 192+16+4

    = 212D

    B. Relasi logika dasar, kombinasi dan sekuensial

    Relasi logika dasar dalam sistem komputer, terdiri dari gerbang logika dasar

    yang dilengkapi dengan simbol dan karakteristik. Gerbang logika merupakan blok

    bangunan untuk komputer yang paling rumit sekalipun. Gerbang logika disusun

    komponen integrated circuit (IC). Jenis atau variasi dan gerbang-gerbang logika

    yang tersedia dalam semua kelompok logika termasuk TTL dan CMOS.

    1. Gerbang AND

    Gerbang AND kadang-kadang disebut “gerbang semua atau tidak”. Dasar

    tentang gerbang AND yang menggunakan saklar sederhana. Gerbang AND

    dioperasikan tersusun dari dioda, transistor, dan tersusun dalam suatu IC. Untuk

    memperlihatkan gerbang AND digunakan simbol logika. Simbol gerbang AND

    standar digunakan pada relay saklar, rangkaian pneumatik, dioda diskrit dan

    transistor atau IC.

    6 5 0 2 110 101 000 010

  • 8

    Gerbang AND dihubungkan ke saklar masukan A dan B. Indikator keluaran

    adalah suatu LED. Bila suatu tegangan RENDAH (GND) muncul pada masukan A

    dan B, maka LED keluaran tidak menyala. Perhatikan juga pada baris 1 bahwa

    masukan dan keluaran diberikan digit biner. Baris 1 menyatakan bahwa bila

    masukan adalah biner 0 dan 0, maka keluaran akan menjadi suatu biner 0. Lihat

    dengan teliti empat kombinasi dan saklar A dan B. Perhatikanlah bahwa hanya

    biner 1 pada kedua masukan A dan B yang akan menghasilkan suatu biner 1 pada

    keluaran.

    Gambar 1. 3. Rangkaian Gerbang AND

    Tabel 1.7.Tabel Kebenaran Gerbang AND

    Masukan Keluaran

    A B Y Tegangan

    Saklar Biner Tegangan

    Saklar Biner Menyala Biner

    Baris 1 Rendah 0 Rendah 0 Tidak 0

    Baris 2 Rendah 0 Tinggi 1 Tidak 0

    Baris 3 Tinggi 1 Rendah 0 Tidak 0 Baris 4 Tinggi 1 Tinggi 1 ya 1

    2. Gerbang OR

    Gerbang OR kadang-kadang disebut “gerbang setiap atau semua”. Gagasan

    dasar gerbang OR yang menggunakan saklar sederhana. Dengan melihat

    rangkaian dibawah bahwa lampu keluaran akan menyala bila masing-masing atau

    kedua saklar masukan tersebut tertutup, tetapi lampu keluaran tidak akan menyala

    bila kedua-duanya terbuka. Suatu tabel kebenaran untuk rangkaian OR

    diperlihatkan Tabel 1.7. Tabel kebenaran yang memperlihatkan kondisi rangkaian

    gerbang OR dengan dua input A dan B lihat pada Gambar 1.3.

  • 9

    Tabel 1.8. memperlihatkan bahwa hanya baris 1 pada tabel kebenaran OR

    yang menimbulkan keluaran 0, sedangkan semua beris lain menimbulkan

    keluaran 1. Perhatikan diagram logika, di mana masukan A dan B di-OR-kan untuk

    menghasilkan suatu keluaran Y. Ekspresi Boolean hasil rekayasa untuk fungsi OR

    juga digambarkan. Perlu dicatat bahwa tanda tambah (+) merupakan simbol

    Boolean untuk OR.

    Tabel 1.8. Tabel kebenaran Gerbang OR

    MASUKAN KELUARAN B A OR 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1

    3. Pembalik dan penyangga

    Rangkaian NOT seringkali disebut pembalik, dimana tugas rangkaian NOT

    (pembalik) memberikan suatu keluaran yang tidak sama dengan masukan. Simbol

    logika untuk pembalik (inverter, rangkaian NOT) diperlihatkan pada Gambar 1.5.

    Masukan Keluaran A B

    Tegangan Biner Tegangan Biner Rendah 0 Tinggi 1 Tinggi 1 Rendah 0

    Gambar 1. 5. Simbol dan Ekspresi Boolean Gerbang Pembalik

    Tabel 1.9. Tabel Kebenaran Untuk Suatu Pembali

    Gambar 1. 4. Simbol Logika Gerbang OR dan Suatu Ekspresi Boolean

  • 10

    Bila gerbang not (pembalik) diberikan suatu logika 1 ke masukan A pada

    Gambar 1.5, diperoleh hal yang berlawanan, atau suatu logis 0 pada keluaran Y.

    Gambar 1.7 juga memperlihatkan suatu ekspresi Boolean dituliskan untuk fungsi

    NOT atau PEMBALIK. Perhatikanlah penggunaan tanda strip (—) di atas keluaran

    untuk memperlihatkan bahwa A telah dibalik atau dikomplemenkan. Istilah

    Boolean “A” akan menjadi “not A (bukan A)”.

    4. Gerbang NAND

    Gerbang AND, OR, dan NOT merupakan tiga rangkaian dasar yang dapat

    menghasilkan semua rangkaian digital. Gerbang NAND ialah suatu NOT AND,

    atau suatu fungsi AND yang dibalik. Simbol logika standar untuk gerbang NAND

    digambarkan pada Gambar 1.7. (a). Gelembung pembalik kecil (lingkaran kecil)

    pada ujung kanan dan simbol berarti sebagai pembalik AND.

    Gambar 1.7. (b) memperlihatkan suatu gerbang AND dan pembalik yang

    terpisah dan digunakan untuk menghasilkan fungsi logika NAND. Jika diperhatikan

    ekspresi Boolean untuk gerbang AND (A.B) dan NAND (A.B) yang diperlihatkan

    pada diagram logika pada Gambar 1.9 (b) dengan Tabel 1.10.

    Gambar 1. 7. (a) Simbol Iogika Gerbang NAND, (b) Ekspresi Boolean Keluaran Gerbang NAND

    (b)

    Gambar 1. 6. Pembalik Ganda

  • 11

    Tabel 1.10 Tabel kebenaran Gerbang AND dan NAND

    MASUKAN KELUARAN B A AND NAND 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0

    5. Gerbang NOR

    Gerbang NOR gabungan antar gerbang NOT OR yang memiliki keluaran

    gerbang OR yang dibalik. Simbol logika untuk gerbang NOR berupa suatu simbol

    OR dengan gelembung pembalik (lingkaran kecil) pada sisi sebelah kanan. Fungsi

    NOR diperlihatkan dengan suatu gerbang OR dan suatu pembalik pada Gambar

    1.11 (b). Ekspresi Boolean untuk fungsi OR adalah Y = (A + B), diperlihatkan pada

    gambar tersebut.

    Tabel kebenaran untuk gerbang NOR pada Tabel 1.11. Tabel kebenaran

    gerbang NOR merupakan komplemen dan keluaran gerbang OR. Keluaran

    gerbang OR juga dimasukkan dalam tabel kebenaran pada gambar dibawah ini

    untuk acuan.

    Tabel 1.11. Tabel kebenaran Gerbang OR dan NOR

    MASUKAN KELUARAN B A OR NOR 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0

    6. Gerbang OR EKSKLUSIF (XOR)

    Gerbang OR eksklusif disebut “gerbang OR eksklusif’ sering disingkat

    dengan “gerbang XOR”. Simbol logika untuk gerbang XOR digambarkan pada

    Gambar 1.9. (a); ekspresi Boolean untuk fungsi XOR digambarkan pada Gambar

    1.9. (b). Simbol berarti unsur tersebut di-XORkan satu sama lain. Suatu tabel

    Gambar 1. 8. (a) Simbol logika gerbang NOR, (b) Ekpresi Boolean untuk keluaran

    gerbang NOR

  • 12

    kebenaran gerbang XOR pada Gambar 1.9. Bila tidak-semua masukan adalah 1,

    maka keluaran akan menjadi suatu biner, atau logis 1. Tabel 1.12. Tabel

    kebenaran gerbang OR, sehingga dapat membandingkan tabel kebenaran

    gerbang OR dengan tabel kebenaran gerbang XOR.

    Tabel 1.12. Tabel Kebenaran gerbang OR dan XOR

    MASUKAN KELUARAN

    B A OR XOR 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

    7. Gerbang NOR EKSKLUSIF

    Gambar 1.10. (a). merupakan simbol XOR dengan tambahan gelembung

    pembalik pada sisi keluaran. Gambar 1.10. (b) menggambarkan ekspresi Boolean

    yang digunakan untuk fungsi XNOR. Lihat bahwa ekspresi Boolean untuk gerbang

    XNOR adalah A⊕ B. Tanda strip di atas ekspresi A ⊕ B menyatakan bahwa

    gerbang XOR tersebut dibalik. Periksalah tabel kebenaran pada Tabel 1.13.

    Keluaran gerbang XNOR merupakan komplemen dari tabel kebenaran XOR, tabel

    gerbangnya di Tabel 1.13. untuk kemudahan pengertian.

    Gambar 1. 9. (a) Simbol logika gerbang XOR. (b) Ekspresi Boolean keluran suatu gerbang XOR

    Gambar 1. 10. (a) Simbol logika gerbang XNOR, (b) Suatu ekspresi Boolean untuk keluaran gerbang XNOR

  • 13

    Tabel 1.13. Tabel Kebenaran gerbang OR dan XNOR

    MASUKAN KELUARAN B A OR XNOR 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1

    8. Flip-Flop

    Blok bangunan dasar untuk rangkaian logika gabungan berupa gerbang

    logika. Blok bangunan dasar untuk rangkaian logika sekuensial berupa flip-flop

    (FF). Pertemuan ini membahas beberapa jenis rangkaian flip-flop. Flip-flop

    dihubungkan untuk membentuk pencacah, register geser, dan berbagai peralatan

    memori.

    a) Flip-flop R-S

    Gambar 1.11. merupakan rangkaian flip-flop R-S yang mempunyai dua

    masukan, yang diberi label S dan R. Dua keluaran diberi label Q dan Q. Pada flip-

    flop, keluaran selalu berlawanan, atau komplementer. Dengan kata lain, bila

    keluaran Q = 1, maka keluaran Q = 0, dan sebagainya. Huruf “S” dan “R” pada

    masukan flip-flop R-S seringkali disebut sebagai masukan set dan reset.

    Gambar 1. 11. Simbol logika untuk suatu flip-flop R-S

    R

    S Q

    Q

    MASUKAN KELUARAN

    Normal

    Komplementer

    Set

    Reset

  • 14

    Gambar 1. 12. Rangkaian flip-flop R-S gerbang NAND

    Tabel 1.14. Tabel kebenaran untuk suatu flip-flop R-S Mode

    Operasi Masukan Keluaran Keterangan S R Q Q Pengaruh pada keluaran Q

    Larangan 0 0 1 1 Laranga/jangan digunakan

    Set 0 1 1 0 Untuk pengesetan Q menjadi 1

    Reset 1 0 0 1 Untuk mereset Q menjadi 0 Tetap 1 1 Q Q Tergantung pada keadaan

    sebelumnya

    Pengaktifkan pengesetan (pengesetan Q ke 1) pada Gambar 1.12,

    diperlukan suatu logis 0. Untuk mengaktifkan reset, atau menghapus (Q ke 0), juga

    diperlukan suatu logis Q. Oleh karena itu, untuk membuka atau untuk

    mengaktifkan diperlukan logis 0, maka flip-flop, simbol logika pada Gambar 1.13

    biasanya lebih teliti. Perhatikan gelembung pembalik pada masukan R dan S.

    Gelembung pembalik ini menyatakan bahwa masukan set dan reset diaktifkan oleh

    suatu logis 0.

    b) Flip-Flop R-S yang Berdetak

    Simbol logika flip-flop R-S yang berdetak pada Gambar 1.13. flip-flop

    tersebut kelihatannya seperti flip-flop RS, kecuali bahwa flip-flop R-S yang

    berdetak mempunyai satu masukan ekstra yang diberi label CLK (untuk detak).

    Operasi flip-flop R-S yang berdetak, masukan CLK ada pada sebelah atas

    diagram. Perhatikanlah bahwa pulsa detak (1) tidak mempunyai pengaruh

    terhadap keluaran Q bila masukan S dan R berada dalam posisi 0.

    Flip-flop tersebut berada pada mode menganggur atau tetap selama pulsa

    detak 1. Pada posisi S preset, masukan S (set) dipindahkan ke 1, tetapi keluaran

    Q belum diset ke 1. Sisi yang naik dan pulsa detak 2 memungkinkan Q menjadi I.

  • 15

    Pulsa 3 dan pulsa 4 tidak berpengaruh terhadap keluaran Q. Selama pulsa 3, flip-

    flop berada dalam mode set, sedangkan selama pulsa 4, berada dalam mode

    tetap. Selanjutnya, masukan R dipreset ke 1. Pada sisi yang naik dan pulsa detak

    5, keluaran Q direset (atau diklearkan) menjadi 0. Flip-flop berada dalam mode

    reset balk selama pulsa detak 5 maupun 6. Flip-flop berada di mode tetap selama

    pulsa detak 7; dengan demikian, keluaran normal (Q) masih tetap 0. Perhatikanlah

    bahwa keluaran flip-flop R-S

    Gambar 1. 13. Simbol logika untuk suatu flip-flop R-S yang berdetak

    Karakteristik lain dari flip-flop R-S yang berdetak ialah bahwa sekali diset

    atau direset akan tetap pada keadaan tersebut kecuali bila mengubah beberapa

    masukan. Ini merupakan karakteristik memori, yang sangat berharga dalam

    banyak rangkaian digital. Karakteristik ini akan jelas selama mode-tetap dan

    operasi. Diagram bentuk gelombang flip-flop ini ada dalam mode-tetap selama

    pulsa detak 1, 4, dan 7. Gambar 1.14. memperlihatkan tabel kebenaran untuk flip-

    flop R-S yang berdetak.

    Gambar 1. 14. Diagram bentuk gelombang untuk suatu flip-flop R-S

    yang berdetak

  • 16

    Tabel 1.15. Kebenaran untuk flip-flop R-S yang berdetak

    Modus Operasi

    Masukan Keluaran

    CLK S R Q Q Efek pada output

    Tetap

    0 0 Tanpa Perubahan

    Reset

    0 1 0 1

    Diulang atau dihapus ke nol

    Set

    1 0 1 0

    Diatur ke 1

    Larangan

    1 1 1 1

    Dilarang menggunakan

    Gambar 1. 15. Diagram Rangkaian flip-flop R-S

    Gambar 1.15. memperlihatkan diagram rangkaian dan flip-flop R-S yang

    berdetak. Perhatikanlah bahwa dua gerbang NAND telah ditambahkan pada

    masukan flip-flop R-S untuk menambah sifat detakan.

    c) Pencacah

    Pencacah ini dibuat untuk mengilangkan penundaan pada pencacah riak.

    Bilamana bit pindahan merambat melalui deretan n-buah flip-flop, maka waktu

    tunda propagasi total yang dialaminya adalah ntp. Oleh sebab itu, pencacah-

    pencacah riak merupakan piranti yang terlalu lambat untuk beberapa pemakaian

  • 17

    tertentu. Guna mengatasi masalah penundaan-riak (ripple-delay), dapat

    digunakan sebuah pencacah sinkron.

    Gambar 1. 16. Pencacah sinkron 3 BIT

    (Sumber: Mappease, 2017)

    Tabel 1.16. Tabel Kebenaran Pencacan sinkron 3 BIT

    d) Pencacah-naik Biner Sinkron

    Jika pada pencacah sinkron pulsa yang akan dihitung datangnya tidak

    serentak, maka pada pencacah sikron ini pulsa yang ingin dihitung ini masuk ke

    dalam setiap flip-flop serentak (bersama-sama) sehinga perubah output setiap flip-

    flop akan terjadi secara serentak. Oleh karena itu, proses penghitungan pada

    pencacah sikron ini akan lebih cepat jika dibandingkan dengan pencacah siknron.

  • 18

    Gambar 1. 17. Pencacah-naik Biner Sinkron

    (Sumber: Mappease, 2017)

    e) Pencacah-turun biner sinkron

    Sama dengan Pencacah naik Biner Sinkron tetapi bedanya rangkaian ini

    melakukan penghitungan dari atas ke bawah. Rangkaiannya dapat dilihat seperti

    pada gambar berikut:

    Gambar 1. 18. Synchronous Binary Up Counter

    (Sumber: Mappease, 2017)

    f) Pencacah Naik-Turun Biner Sinkron

    Perhitungan pada rangkaian ini, bisa dilakukan ke atas atau ke bawah

    dengan memanfaatkan tombol pengatur proses penghitungan. Rangkaian seperti

    gambar berikut:

  • 19

    Gambar 1. 19. Synchronous Binary Up Down Counter

    g) Perancangan pencacah

    Perancangan pencacah dapat dibagi menjadi 2, yaitu dengan menggunakan

    peta Karnaugh, dan dengan diagram waktu. Berikut ini akan dijelaskan langkah-

    langkahnya:

    Perancangan counter menggunakan Peta Karnaugh

    a) Dengan mengetahui urutan keluaran pencacah yang akan dirancang, di

    tentukan masukan flip-flop untuk setiap kondisi keluaran menggunakan tabel

    kebalikan.

    b) Cari fungsi boolean masing-masing masukan flip-flop dengan menggunakan

    peta Karnaugh. Usahakan untuk mendapatkan fungsi yang sesederhana

    mungkin, agar rangkaian pencacah menjadi sederhana.

    c) Buat rangkaian pencacah dengan fungsi masukan flip-flop yang telah

    ditentukan. Pada umumnya digunakan gerbang logika untuk membentuk

    fungsi tersebut.

    Perancangan pencacah menggunakan diagram waktu

    1) Menggambarkan diagram waktu CLK, tentukan jenis pemicuan yang

    digunakan, dan keluaran flip-flop yang diinginkan. Untuk n kondisi keluaran,

    terdapat n jumlah pulsa CLK.

    2) Dengan melihat keluaran flip-flop sebelum dan sesudah clock aktif (Qn dan

    Qn+1), tentukan fungsi masukan flip-flop dengan menggunakan tabel

    kebalikan.

    3) Menggambarkan fungsi masukan tersebut pada diagram waktu yang sama.

    4) Sederhanakan fungsi masukan yang telah diperoleh sebelumnya, dengan

    melihat kondisi logika dan kondisi keluaran flip-flop. Untuk flip-flop R-S dan

    J-K kondisi don’t care (x) dapat dianggap sama dengan 0 atau 1.

  • 20

    5) Tentukan (minimal satu) flip-flop yang dipicu oleh keluaran flip-flop lain. Hal

    ini dapat dilakukan dengan mengamati perubahan keluaran suatu flip-flop

    setiap perubahan keluaran flip-flop lain, sesuai dengan jenis pemicuannya.

    6) Buat rangkaian pencacah dengan fungsi masukan flip-flop yang telah

    ditentukan. Umumnya digunakan gerbang logika untuk membentuk fungsi

    tersebut.

    C. Operasi logika Aritmetika (Half-Full Adder)

    Dalam sistem bilangan, telah dibahas mengenai cara menjumlahkan suatu

    bilangan. Penjumlahan bilangan pada umumya dimulai dengan menjumlahkan

    digit yang disebelah kanan yaitu digit yang mempunyai bobot paling kecil (LSD)

    dilanjutkan dengan menjumlahkan kolom berikutnya dengan memperhatikan

    apakah ada nilai pindahan (carry) yang harus dijumlahkan. Penjumlahan

    rangkaian logika seperti ini disebut "adder" (penjumlahan). Fungsi "adder" ini dapat

    dipergunakan untuk menjumlahkan, mengurangi, mengali dan membagi angka-

    angka biner dalam pelaksanaannya dapat dianggap sebagai cara penjumlahan.

    Berdasarkan penggunaanya "adder" dapat dibagi menjadi dua yaitu Half Adder

    dan Full Adder.

    1. Half Adder

    Penjumlah separuh, Half Adder (HA), menjumlahkan dua buah nilai binary A

    dan B, dengan dua buah output, yakni sum dan carry. Untuk nilai carry

    merepresentasikan overflow dalam digit selanjutnya dari penjumlahan dengan

    banyak digit. Nilai dari sum adalah 2C + S (2 carry + 1 sum), nilai carry tidak

    disertakan dalam penjumlahan. Untuk rangkaian half adder secara sederhana

    tersusun atas kombinasi gerbang logika XOR dan AND. Dengan input A dan B

    melalui gerbang XOR menghasilkan output S. Sementara input A dan B yang

    melewati gerbang logika AND menghasilkan output C. Berikut ini adalah tabel

    kebenaran dan gambar rangkaian half adder.

    Gambar 1. 20. Half Adder

  • 21

    Tabel 1.17. Tabel Kebenaran Half Adder

    MASUKAN KELUARAN A B C S 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0

    a. Pin A berfungsi untuk masukkan Input pertama.

    b. Pin B berfungsi untuk masukkan Input kedua.

    c. Pin S berfungsi untuk menampilkan output penjumlahan A + B

    d. Pin C berfungsi untuk output carry yaitu sisa penjumlahan.

    2. Full Adder

    Rangkaian Full Adder, penjumlah penuh, menjumlahkan bilangan binary

    dengan menyertakan nilai carry dalam penjumlahannya. Sebuah Full Adder

    sederhana terdiri dari tiga buah input, yang biasa untuk memudahkan disebut input

    A, B, dan Cin. Dengan A dan B merupakan input operand yang ada, sedangkan

    Cin merupakan nilai bit carry dari langkah sebelumnya. Rangkaian ini

    menghasilkan dua buah output yakni sum dan carry, yang masing-masing

    direpresentasikan dengan S dan Cout. Dimana sum = 2 X Cout + S. Berikut ini

    adalah rangkaian dan tabel kebenaran dari Full Adder satu bit.

    Gambar 1. 21. Full Adder

    Tabel 1.18 Tabel Kebenaran Full Adder MASUKAN KELUARAN

    A B Cin Cout S 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1

  • 22

    Rangkaian Full Adder adalah rangkaian Adder yang dapat menerima nilai

    carry in dari rangkaian sebelumnya dan meneruskan nilai carry out ke rangkaian

    selanjutnya. Rangkaian Full Adder dapat dibuat dengan menggabung 2 buah Half

    Adder. Perhatikan gambar berikut:

    Gambar 1. 22. Simbol Full Adder

    D. Rangkaian Multiplekser, Dekoder, Register 1. Rangkaian Multiplekser

    Multiplexer adalah suatu rangkaian yang mempunyai banyak input dan

    hanya mempunyai satu output. Dengan menggunakan selektor, dapat dipilih salah

    satu input-nya untuk dijadikan output. Sehingga dapat dikatakan bahwa

    multiplekser ini mempunyai n-input, m-selektor, dan 1-output. Biasanya jumlah

    inputnya adalah 2 selektornya. Adapun macam dari multiplekser ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Multiplekser 4x1 atau 4 to 1 multiplekser

    b. Multiplekser 8x1 atau 8 to 1 multiplekser

    c. Multiplekser 16x1 atau 16 to 1 multiplekser

    Gambar 1.23. berikut adalah simbol dari multiplekser 4x1 yang juga disebut

    sebagai “data selektor” karena bit output tergantung pada input data yang dipilih

    oleh selektor Input data biasanya diberi label D0 s/d Dn. Multiplekser ini hanya ada

    satu input yang ditransmisikan sebagai output tergantung dari kombinasi nilai

    selektornya.

    a. Misalkan selektornya adalah S1 dan S0, maka jika nilai : S1 S0 = 00

    b. Maka output-nya (diberi label Y) adalah : Y = D0

    c. Jika D0 bernilai 0 maka Y akan bernilai 0, jika D0 bernilai 1 maka Y

    bernilai 1.

  • 23

    Gambar 1. 23. Simbol Multiplekser

    Adapun rangkaian multiplekser 4x1 dengan menggunakan strobe atau

    enable yaitu suatu jalur bit yang bertugas mengaktifkan atau mengnonaktifkan

    multiplekser, dapat dilihat pada gambar berikut:

    Gambar 1. 24. Rangkaian multiplexer 4x1

    Tabel 1.19. Kebenaran Multiplexer 4x1

    2. Dekoder

    Pengertian dekoder adalah alat yang digunakan untuk dapat

    mengembalikan proses encoding sehingga dapat melihat atau menerima informasi

    aslinya. Pengertian dekoder juga dapat di artikan sebagai rangkaian logika yang

    di tugaskan untuk menerima input biner dan mengaktifkan salah satu output-nya

    sesuai dengan urutan biner tersebut. Kebalikan dari dekoder adalah enkoder.

    Fungsi dekoder adalah untuk memudahkan dalam menyalakan seven segmen.

  • 24

    Output dari dekoder maksimum adalah 2n. Jadi dapat dibentuk n-to-2n dekoder.

    Jika ingin merangkaian dekoder dapat di buat dengan 3-to-8 dekoder

    menggunakan 2-to-4 dekoder. Sehingga dapat membuat 4-to-16 dekoder dengan

    menggunakan dua buah 3-to-8 decoder.

    Gambar 1. 25. Rangkaian Dekoder

    (Sumber: Mappease, 2017) 3. Register

    Dalam elektronika digital seringkali diperlukan penyimpan data sementara

    sebelum data diolah lebih lanjut. Elemen penyimpan dasar adalah flip-flop, setiap

    flip-flop menyimpan sebuah bit data. Sehingga untuk menyimpan data n-bit,

    diperlukan n buah flip-flop yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk register.

    Suatu memori register menyimpan data 1001B dapat ditunjukkan secara blok

    diagram seperti gambar di bawah in:

    Gambar 1. 26. Blok diagram register memori 4-bit

    Gambar 1. 27. Transfer data (a) mode seri, dan (b) mode paralel

  • 25

    Dalam metode seri, bit-bit dipindahkan secara berurutan satu per satu : b0,

    b1, b2, dan seterusnya. Dalam mode paralel, bit-bit dipindahkan secara serempak

    sesuai dengan cacah jalur paralel (empat jalur untuk empat bit) secara sinkron

    dengan sebuah pulsa CLK. Empat cara dimana register dapat digunakan untuk

    menyimpan dan memindahkan data dari satu bagian ke bagian sistem yang lain:

    1. 2. 3. 4. Serial input paralel output (SIPO), Serial input serial output (SISO)

    Paralel input parallel output (PIPO), Paralel input serial output (PISO). Beberapa

    tipe flip-flop dapat digunakan untuk membuat suatu register. Jika D FF digunakan

    untuk membentuk register memori 4-bit.

    Gambar 1. 28. Rangkaian register memori 4-bit

    Gambar 1.38 ditunjukkan sebuah register memori 4 bit yang terdiri dari 4

    buah D FF. Data input dimasukkan secara paralel pada terminal A, B, C, dan D.

    Rangkaian di atas disebut sebagai Paralel Input dan Paralel Output (PIPO).

    Misalkan QA dan QB diset awal ke 0. Bit pertama dimasukkan ke input flip-flop A,

    jika ada clock pertama, bit tersebut akan di transfer ke output QA. Bit pertama

    sekarang telah tersambung ke input B, dan bit ke dua dari data input terhubung ke

    input flip-flop A. Jika ada pulsa clock kedua, bit pertama berpindah ke output QB

    dan bit kedua berpindah ke output QA. Proses perpindahan data akan berlanjut

    sampai 4-bit. Data dapat dibaca secara paralel dari QA, QB, QC, dan QD secara

    simultan, dikenal sebagai Serial Input Serial Output (SISO).

    Gambar 1. 29. Shift Register 4-bit

  • 26

    E. Elektronika Dasar (Kelistrikan, komponen elektronika dan skema rangakaian elektronika)

    Rangkaian elektronika dapat diartikan sebagai gabungan 2 atau lebih

    komponen elektronika baik kompoonen pasif maupun aktif yang membentuk suatu

    sistem atau fungsi pemroses sinyal sederhana maupun komplek. Rangkaian

    elektronika dapat dibangun dengan atau tanpa sumber tegangangan atau sumber

    arus untuk pengoperasiannya.

    1. Resistor

    Resistor atau hambatan adalah komponen Elektronika pasif yang berfungsi

    untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika.

    Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya

    diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan

    Resistor.

    Gambar 1. 30. Gambar dan Simbol Resistor

    (http://sman78-jkt.sch.id/sumberbelajar/bahanajar/)

    2. Kapasitor (Capacitor)

    Kapasitor atau Kondensator adalah komponen elektronika pasif yang dapat

    menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi

    Kapasitor diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian

    Tuner.

  • 27

    Gambar 1. 31. Gambar dan Simbol Kapasitor

    3. Induktor (Inductor)

    Induktor atau coil (Kumparan) adalah komponen elektronika pasif yang

    berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel

    (Penyambung). Induktor banyak ditemukan pada peralatan atau rangkaian

    elektronika yang berkaitan dengan frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio.

    Gambar 1. 32. Gambar dan Simbol Induktor

    4. Dioda (Diode)

    Diode adalah komponen elektronika aktif yang berfungsi untuk

    menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah

    sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.

  • 28

    Gambar 1. 33. Gambar dan Simbol Dioda

    5. Transistor

    Transistor merupakan komponen aktif yang memiliki banyak fungsi dan

    merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam

    dunia elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah

    sebagai Penguat arus, sebagai Switch, Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal,

    Penyearah dan sebagainya.

    Gambar 1. 34. Gambar dan Simbol Transistor

    6. IC (Integrated Circuit)

    IC adalah komponen aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan

    Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah

    rangkaian elektronika dalam sebuah kemasan kecil.

  • 29

    Gambar 1. 35. Gambar dan Simbol IC

    F. Dasar dasar mikrokontroler 1. Pengertian Mikrokontroler

    Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan

    mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

    baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan

    transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta

    dapat diproduksi secara masal (dalam jumlah banyak) membuat harganya menjadi

    lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar,

    mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan

    kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu bahkan mainan yang lebih baik dan

    canggih.

    Gambar 1. 36. MIkrokontroler AVR seri ATMega 16

    Perbedaan mikrokontroler dan mikroprosesor menyangkut pada materi ini,

    ada dua istilah yang mungkin sedikit membingungkan yaitu antara mikrokontroler

    dan mikrokontroler. Perbedaan yang utama antara keduanya dapat dilihat dari dua

    faktor utama, yaitu arsitektur perangkat keras (hardware architeture) dan aplikasi

    masing-masing. Berikut ini penjelasannya: ditinjau dari segi arsitekturnya

    mikroprosessor hanya merupakan single chip CPU, untuk mikrokontroler dalam

  • 30

    IC-nya selaian CPU juga terdapat device lain yang memungkinkan mikrokontroler

    berfungsi sebagai suatu single chip komputer.

    2. Pemrograman Mikrokontroler

    Agar bisa bekerja, sebuah mikrokontroler harus diprogram dahulu. Software

    downloader bisa merupakan aplikasi yang ada pada komputer atau sebuah

    program yang ditanamkan pada mikrokontroler lain. Hardware downloader bisa

    memanfaatkan port komputer dengan atau tanpa bantuan hardware lain atau bisa

    juga berupa mikrokontroler lain yang sudah diisi dengan software downloader.

    3. Jenis-jenis Mikrokontroler

    Jenis-jenis mikrokontroler dikelompokkan berdasarkan pabrik, generasi,

    instruksi set, memori dan arsitekturnya. Contoh mikrokontroler yang umum dipakai

    saat ini adalah AVR dan MCS51 dari perusahaan ATMEL. Arsitektur

    mikrokontroler yang sedang mengalami perkembangan pesat adalah ARM,

    mikrokontroler dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

    a. CISC, adalah singkatan dari Complex Instruction Set Computer yaitu

    mikrokontroler dengan instruksi set lengkap. Keluarga mikrokontroler

    MCS51 dari ATMEL termasuk jenis ini.

    b. RISC, adalah singkatan dari Reduced Instruction Set Computer yaitu

    mikrokontroler yang memiliki instruksi set terbatas. Keluarga mikrokontroler

    AVR dari ATMEL termasuk jenis ini.

    4. Fungsi Mikrokontroler

    Mikrokontroler sangat bermanfaat bagi kehidupan. Contoh nyata dari

    aplikasi mikrokontroler adalah sistem remote control pada pesawat televisi, audio

    dan AC (Air Conditioner). Selain itu mikrokontroler juga banyak digunakan pada

    dunia industri seperti pada mesin-mesin produksi dan instrumentasi.

    Mikrokontroler sudah bisa dipakai untuk membantu promosi dengan adanya

    running text display. Gambar 1.38 merupakan konfigurasi Pin ATMega 16.

  • 31

    Gambar 1. 37. Bentuk fisik dan Konfigurasi Kaki ATMega 16

    (Datasheet ATMega16)

    Tabel 1.20. Fungsi Khusus Port B, C dan D

    Fungsi Khusus Port B Fungsi Khusus Port C

    Fungsi Khusus Port D

    (Datasheet ATMega 16)

  • 32

    Gambar 1. 38. Diagram Blok ATMega 16

    (Datasheet ATmega16)

    RANGKUMAN Sistem bilangan merupakan pengetahuan dasar yang sangat urgen untuk

    dipelajari dalam memahami sistem komputer. Dalam sistem bilangan terdapat

    pembagian bilangan yang akan dikonversikan menjadi bilangan yang lain, yaitu

    desimal, oktal, dan heksadesimal. Relasi logika dasar mendeskripsikan berbagai

    gerbang logika dalam sisitem komputer yang berkaitan dengan gerbang AND,

    NOT, OR, NAND, NOR, EX-OR dan EX-NOR. Pengembangan selanjutnya

    rangkaian Half Adder dan Full adder menrupakan penjumlahan setengah dan

    penuh. Rangkaian multiplexer, decoder dan register dalam penerapan logikanya

    membutuhkan rangkaian ini. Beberapa rangkaian elektronika sebagai komponen

    penting dalam sistem ini, yang fungsinya digunakan sebagai komponen

    pendukung dalam sisitem mikrokontroler dan mikroprosesor.