keefektifan layanan bimbingan kelompok …/keefekti... · pada siswa kelas x sma negeri 1 wonosari...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN METODE DISKUSI UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI
PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WONOSARI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
DIAH ARINA PUTRI SUGIYONO
K3108016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN METODE DISKUSI UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI
PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WONOSARI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
DIAH ARINA PUTRI SUGIYONO
K3108016
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 8 Januari 2013
Pembimbing I, Pembimbing II
Dra. Chadidjah, Ha, M.Pd Dra. Tuti Hardjajani, M.Si
NIP. 19530209 198010 2 001 NIP. 19501216 197903 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Think positive, act positive and you will feel positive”
“Cara kita berpikir akan menentukan cara kita bertindak. Selanjutnya, cara
kita bertindak akan menentukan reaksi orang lain terhadap kita”
“Apa yang kita lakukan mencerminkan diri kita”
(David Cowman)
“Succes is a state of mind”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibu tercinta atas segala
do’a yang selalu mengiringi
langkahku,
Adik-adikku Deni Agi Farisi dan
Muhammad Rifa’i atas segala
bantuan yang diberikan
Abangku tersayang atas motivasi,
wejangan dan perhatian yang tak
selalu diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Diah Arina Putri Sugiyono. KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK DENGAN METODE DISKUSI UNTUK
MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS X SMA
NEGERI 1 WONOSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari
2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri pada siswa
kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari tahun pelajaran 2011/2012.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Eksperimen. Rancangan penelitian menggunakan Pra Eksperimen dengan desian
penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari sebanyak 267. Sampel penelitian
yang dipilih adalah siswa anggota populasi yang memiliki konsep diri rendah,
berjumlah 35 siswa yang bertindak sebagai subjek eksperimen. Teknik sampling
penelitian ini menggunakan pemilihan sampel bertujuan (Purposive Sampling).
Sumber data berasal dari siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket
konsep diri berbentuk skala. Validitas data menggunakan teknik profesional
judgement dan analisis statistik Korelasi Product Moment memanfaatkan aplikasi
Microsoft Excel 2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
statistik Paired Sample t-test dengan memanfaatkan aplikasi SPSS 16.0
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai thitung = 40,072 >
ttabel = 1,691 dan signifikansi data = 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima,
yang berarti layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif untuk
mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari tahun
pelajaran 2011/2012. Rata-rata skor angket konsep diri antara sebelum (pretest)
dan sesudah (posttest) mengalami peningkatan sebesar 38,571 point, ditunjukkan
dengan mean pretest sebesar = 67,485 dan mean posttest sebesar = 106,06
sehingga ada perbedaan rata-rata skor angket konsep diri antara sebelum (pretest)
dan sesudah (posttest) diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok
dengan metode diskusi
Simpulan penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan
metode diskusi efektif untuk mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X di
SMA Negeri 1 Wonosari tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: bimbingan kelompok, metode diskusi, konsep diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Diah Arina Putri Sugiyono. THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE
SERVICE WITH DISCUSSION METHOD TO DEVELOPT SELF
CONCEPT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA NEGERI 1
WONOSARI IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Undergraduated
Thesis. Education and Teacher Training Faculty.Sebelas Maret University
Surakarta. Januari 2013.
The objectives of this research was to know the effectiveness of group
guidance service with discussion method to developt self concept of the tenth
grade students of SMA Negeri 1 Wonosari.
This research method use Experiment research and research design which
Pre Eksperimental. This research which used tenth grade (X) of SMA Negeri 1
Wonosari students as population with 267 students. The sample of research used
one group as subject eksperiment with 35 students. The technique of sampling
used was purposive sampling technique. The data source was from the students.
The technique of collecting data used was self consept questionnaire. The
questionnaire validity used professional judgement technique and Corellation
Product Moment analyze statistic with Microsoft Excel 2007 appliction. Data
analyze used Paired Sample T Test analyze technique with SPSS 16.0 application.
Hypothesis test result shown thitung = 40,072 > ttabel = 1,691 and signifikansi
data = 0,000 < 0,05 it means group guidance service with discussion method
effective to developt self concept of the tenth grade students of SMA Negeri 1
Wonosari in academic year of 2011/2012. Mean score pretest questionnaire self
concept and posttest to increase = 38,571 point, with mean pretest =67,485 and
mean posttest = 106,06 it means there was difference mean score between pretest
and posttest.
The conclution of this research was group guidance service with through
discussion method was effective to developt self concept of the tenth grade
students of SMA Negeri 1 Wonosari in academic year of 2011/2012
Keyword : group guidance, discussion method, self concept
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirohim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terdapat banyak kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, perlunya
pemahaman dan ketelitian yang baik menjadi salah satu kesulitan. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang
membantu dan memberi dukungan serta arahan, sehingga pada akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M . Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS
yang telah memberikan ijin penulisan skripsi
2. Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP UNS yang telah memberikan ijin penulisan skripsi
3. Ibu Dra. Siti Mardiyati, M.Si., selaku Ketua Program Bimbingan dan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung
terselesaikannya skripsi ini
4. Dra. Chadidjah, M.Pd., selaku Pembimbing I yang senantiasa membimbing
dengan penuh kesabaran dan ketelitian, sehingga seluruh bagian skripsi ini
nyaris tanpa cela
5. Dra. Tuti Hardjajani, M.Si., selaku Pembimbing II yang juga selalu
memberikan dengan mengarahkan penulis dengan sabar sehingga penulisan
skripsi ini menjadi sempurna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
6. Kedua orang tua penulis yang senantiasa mendo’akan, memberikan semangat
dan segala kerja keras yang dilakukan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik
7. Bapak Drs. H. Supardi, S.H, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Wonosari, yang telah memberikan izin tempat dan kesempatan untuk
mengadakan penelitian
8. Bapak Drs. Sutrisno selaku Wakasek Kurikulum yang telah membantu dalam
pengaturan waktu dan tempat pelaksanaan treatment
9. Segenap guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Wonosari, khususnya
Bapak Joko Suratno, S.Pd selaku koordinator guru Bimbingan dan Konseling
yang telah membantu dalam pengumpulan data dan pelaksanaan treatment
10. Teman-teman dan Sahabat-sahabat BK ’08 yang selalu saling mendukung dan
membantu, khususnya kepada Arlinda Dwi Cahyani, yang telah membantu
kegiatan penyebaran angket dalam rangka pengadaan pretest
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyususnan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan setu persatu
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya serta bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dibidang Bimbingan dan Konseling khususnya dan ilmu penegtahuan lain pada
umumnya.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Permasalahan........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ......................................................................................... 7
1. Mengembangkan Konsep Diri ................................................. 7
a. Pengertian Mengembangkan Konsep Diri ........................ 7
b. Jenis dan Tingkatan Konsep Diri ...................................... 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Pembentukan dan Pengembangan Konsep Diri ................ 13
d. Aspek Konsep Diri ............................................................ 15
e. Peranan Konsep Diri ......................................................... 19
2. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode
Diskusi ..................................................................................... 21
a. Pengertian Keefektifan Layanan Bimbingan
Kelompok dengan Metode Diskusi ................................... 21
b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Metode Diskusi .................................................................. 23
c. Tahapan Layanan Bimbingan kelompok dengan
Metode Diskusi .................................................................. 25
d. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Kelompok
dengan Metode Diskusi ..................................................... 26
e. Kelebihan dan Kelemahan Layanan Bimbingan
Kelompok dengan Metode Diskusi ................................... 28
3. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode
Diskusi untuk Mengembangkan Konsep Diri .......................... 31
B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 33
C. Hipotesis ............................................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 35
B. Metode dan Rancangan Penelitian ....................................................... 37
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 43
D. Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 44
E. Pengumpulan Data ............................................................................... 45
F. Validasi Instrumen Penelitian .............................................................. 53
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 56
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ..................................................................................... 57
B. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................................ 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
C. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 70
D. Pembahasan Hasil dan Analisis Data ................................................... 73
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 77
B. Implikasi ............................................................................................... 77
C. Saran ..................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel Jadwal Penelitian.............................................................................. 36
2. Materi Layanan .......................................................................................... 40
3. Indikator Konsep Diri ................................................................................ 49
4. Kisi-kisi Angket Konsep Diri..................................................................... 51
5. Rancangan Analisis Uji Sample Berpasangan Paired Sample t-test ......... 56
6. Reliabilitas Angket ..................................................................................... 58
7. Interpretasi Nilai r ...................................................................................... 58
8. Deskripsi Statistik Skor Pretest Konsep Diri Siswa Kelas X .................... 64
9. Indikator Tingkat Konsep Diri ................................................................... 65
10. Deskripsi Statistik Skor Pretest Subjek Eksperimen ................................. 66
11. Deskripsi Statistik Skor Posttest Subjek Eksperimen ................................ 67
12. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pretest dan Posttest
Subjek Eksperimen..................................................................................... 69
13. Deskripsi Mean Skor Pretest dan Posttest dengan
Paired Sample t-test ................................................................................... 71
14. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai ttabel dengan
Paired Sample t-test ................................................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................................... 33
2. Bagan Rancangan Penelitian ...................................................................... 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Materi Penelitian ........................................................................... 82
2. Satuan Layanan Penelitian ......................................................................... 86
3. Materi Penelitian ........................................................................................ 98
4. Satuan Kegiatan Pendukung Pelaksanaan Uji Lapangan ........................... 122
5. Berita Acara Pemeriksaan Pelaksanaan Uji Lapangan .............................. 124
6. Angket Konsep Diri Sebelum Uji Lapangan ............................................. 125
7. Tabel Uji Validitas Angket Konsep Diri .................................................... 129
8. Angket Konsep Diri Setelah Uji Lapangan ................................................ 131
9. Satuan Kegiatan Pendukung Pelaksanaan Pretest ..................................... 134
10. Berita Acara Pemeriksaan Pretest .............................................................. 136
11. Tabel Skor Pretest dan Indikator Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas X ..... 137
12. Presensi Pelaksaan Penelitian .................................................................... 140
13. Satuan Kegiatan Pendukung Pelaksanaan Posttest .................................... 144
14. Berita Acara Pemeriksaan Pelaksanaan Posttest ....................................... 146
15. Presensi Pelaksanaan Posttest .................................................................... 147
16. Tabel Hasil Uji Posttest ............................................................................. 148
17. Tabel Gain Skor Pretest dan Posttest Subjek Eksperimen ........................ 150
18. Dokumentasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok
dengan Metode Diskusi .............................................................................. 151
19. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Izin Penyusunan Skripsi ...... 153
20. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi .............................................. 154
21. Surat Permohonan Izin Research ............................................................... 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
22. Surat Rekomendasi Penelitian ................................................................... 156
23. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ..................................... 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak menuju masa dewasa.
Masa remaja ditandai dengan kematangan seksual yang pada umumnya terjadi antara
usia 13 tahun sampai 20 tahun. Peserta didik yang memasuki usia remaja mengalami
perkembangan secara optimal dalam berbagai aspek, antara lain perkembangan fisik,
psikologis dan sosial. Proses perkembangan yang dialami peserta didik dipengaruhi
oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar peserta didik. Sedangkan faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri peserta didik. Kedua faktor tersebut mempunyai peran yang
penting dalam mempengaruhi perkembangan pribadi peserta didik.
Faktor internal antara lain meliputi pembawaan, fisik, potensi psikologis,
dan salah satu diantaranya adalah konsep diri. Konsep diri adalah pandangan peserta
didik terhadap dirinya sendiri. Dipertegas oleh William D. Brook (dalam Alex Sobur,
2009:507) bahwa “konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita baik fisik, psikologis, dan sosial, yang diperoleh melalui interaksi dengan orang
lain”. Dapat diartikan, konsep diri tidak hanya berupa gambaran fisik peserta didik,
namun juga kondisi psikis, dan sosial mereka, yang diperoleh melalui interaksinya
dengan orang lain.
Berdasarkan pengertian konsep diri yang telah diungkapkan di atas, konsep
diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan terbentuk melalui interaksi peserta didik dengan orang lain. “Konsep
diri mulai berkembang ketika seseorang masih usia balita, kira-kira mulai usia lima
belas bulan dan mulai mengenal ciri-ciri fisiknya” (Tjipto Susana dkk, 2006:18).
Dengan kata lain, lingkungan pertama yang menentukan konsep diri peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
adalah keluarga yang kemudian berkembang seiring interaksinya dengan lingkungan
sekitar yaitu masyarakat dan teman sebayanya.
Pada dasarnya, pandangan peserta didik terhadap dirinya sendiri sangat
menentukan keberhasilan yang akan dicapai. “Konsep diri mempunyai hubungan
positif dengan penghargaan diri dan kepercayaan diri” (Andayani dan Afiatin,
1996:23). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa antara konsep diri,
penghargaan diri dan kepercayaan diri mempunyai hubungan yang sangat erat.
Konsep diri yang baik akan menghasilkan penghargaan dan kepercayaan diri peserta
didik yang tinggi. Hal inilah yang mendukung munculnya faktor kesuksesan yang ada
dalam diri peserta didik. “Faktor kesuksesan dimiliki oleh semua orang yaitu
kemauan keras, kepercayaan diri, motivasi positif, perhargaan diri dan disiplin”
(Jacinta F. Rini, 2002)
Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orang tua mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap terbentuknya konsep diri. Pengalaman interaksi peserta
didik dengan orang-orang sekitar, terutama keluarga, perlahan-lahan membentuk
konsep diri mereka. Oleh karena itu, peserta didik yang tumbuh dalam pola asuh
yang keliru dan lingkungan yang tidak mendukung, konsep dirinya cenderung tidak
dapat berkembang dengan baik. Perkembangan peserta didik yang diiringi dengan
pujian dan penghargaan akan membuat konsep diri mereka berkembang dengan baik.
Sebaliknya, perkembangan peserta didik yang diiringi dengan celaan dan cemoohan
akan membuat mereka mengembangkan konsep diri yang kurang baik.
Permasalahan muncul ketika perkembangan peserta didik disertai dengan
rendahnya konsep diri yang berkembang dalam diri mereka. Rendahnya konsep diri
yang berkembang dalam diri mereka, akan membuat peserta didik kurang memahami
keadaan diri dan tidak dapat menerima keadaan diri, sehingga penghargaan dirinya
kurang baik. Hal tersebut menimbulkan permasalahan berupa perilaku rendah diri,
tidak percaya diri, putus asa, dan penyesalan terhadap diri. Hal tersebut merupakan
gejala maladjustement yaitu ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian sosial,
sehingga mengganggu perkembangan kepribadian yang sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Burns ( alih bahasa Eddy, 1993:92) mengemukakan bahwa “konsep diri
merupakan inti pola kepribadian yang akan menentukan perilaku peserta didik dalam
menghadapi permasalahan hidup”. Oleh karena itu, rendahnya konsep diri yang
berkembang akan menghasilkan perilaku yang kurang baik. Menurut Carpenito 1995
(dalam Tartowo & Wartonah, 2003:32) menyebutkan bahwa ada beberapa
karakteristik konsep diri rendah, antara lain: (1) sulit memahami dirinya, (2) selalu
bersikap pesimis, (3) mengingkari perubahan dalam diri, (3) tidak dapat melakukan
introspeksi diri, (4) sulit menjalin hubungan baik dengan orang lain, (6) selalu merasa
dirinya lebih buruk dari orang lain, (5) kesulitan dalam mengaktualisasikan diri dan
(6) cenderung emosional atau memiliki kepekaan berlebih, seperti mudah menangis,
marah dan resah.
Selain itu, peserta didik yang memiliki konsep diri rendah banyak
mengalami kegagalan dan masalah, terutama dalam meraih prestasi yang baik.
Menurut Rensi dan Lucia Rini Sugiarti (2010:148) “konsep diri memiliki pengaruh
yang positif terhadap prestasi belajar”. Penelitian tersebut dilakukan pada 179 siswa
kelas VII sekolah swasta di Semarang, menunjukkan hasil bahwa konsep diri yang
dimiliki peserta didik akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai. Tingginya
konsep diri yang berkembang dalam diri peserta didik akan mendukung tercapainya
prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, konsep diri yang rendah akan membuat peserta
didik memiliki prestasi yang rendah. Hal tersebut dikarenakan ketika peserta didik
bersikap pesimis terhadap kemampuan yang dimilikinya dan berpikir bahwa diri akan
gagal, sebenarnya mereka telah mempersiapkan kegagalan untuk dirinya.
Dijumpai pada SMA Negeri 1 Wonosari, berdasarkan hasil wawancara
beberapa peserta didik dan guru, masih banyak peserta didik yang menunjukkan
indikasi konsep diri yang rendah. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya peserta
didik berprestasi belajar rendah, berperilaku negatif, memiliki perasaan rendah diri
dan terisolir dari pergaulan. Rendahnya konsep diri yang berkembang dalam diri
peserta didik, menunjukkan kurangnya peran orang tua dan lingkungan dalam
membentuk dan mengembangkan konsep diri. Selain itu, banyak guru yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mengetahui peran dan pengaruh konsep diri bagi peserta didik, sehingga belum ada
usaha untuk mengatasinya. Hal ini tentunya akan menjadi permasalahan yang
semakin kompleks bagi peserta didik.
Kenyataan diatas berakibat pada makin banyaknya kegagalan yang dialami
peserta didik di usia remaja, baik dibidang akademik, pergaulan maupun untuk
mencapai perkembangan kepribadian yang sehat. Hal tersebut harus diatasi karena
“keberhasilan dan kegagalan yang diperoleh seseorang pada masa remaja menjadi
prediktor hasil yang akan diperoleh pada saat dewasa” (Santrock, 1998 dalam Fasti
Rola, 2006:1). Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus
mampu membantu mengatasi permasalahan dan hambatan yang mereka dihadapi.
Bimbingan dan konseling merupakan program yang disediakan sekolah
untuk membantu permasalahan yang dihadapi peserta didik. Bimbingan dan
konseling memiliki tujuh layanan yang seluruhnya ditujukan untuk membantu peserta
didik, salah satunya adalah layanan bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaannya,
layanan bimbingan kelompok memiliki beberapa metode, antara lain: (1) home room,
(2) karya wisata, (3) diskusi, (4) sosiodrama, (5) psikodrama, (6) pengajaran remidial.
Diskusi merupakan salah satu metode dalam layanan bimbingan kelompok
yang memanfaatkan interaksi positif antar anggota. Menurut Winkel dan Hastuti
(2004:551) diskusi kelompok merupakan “kelompok yang dirancang untuk
membahas suatu permasalahan tertentu yang dihadapi”. Dengan kata lain diskusi
kelompok dilakukan untuk membahas mengenai permasalahan yang dialami bersama,
sehingga permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan pendapat dari setiap
anggota kelompok. Ciri khas dari diskusi adalah keaktifan anggota kelompok dalam
mengutarakan pendapat dan interaksi positif yang terjadi pada saat pelaksanaannya.
Dalam kegiatan tersebut seluruh anggota kelompok diharuskan untuk bersikap aktif,
sehingga dinamika kelompok dapat tercipta. Melalui kegiatan diskusi, peserta didik
belajar untuk mengembangkan sikap saling menghargai, terbuka terhadap kritik, dan
mengemukakan pendapat dengan penuh percaya diri. Dengan memanfaatkan
interaksi, komunikasi, serta dukungan positif yang terjadi antar anggota kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
inilah, konsep diri diharapkan dapat berkembang. Konsep diri dirasa akan lebih
optimal jika dikembangkan melalui metode diskusi. Hal itu karena peserta didik tidak
merasa terhakimi oleh keadaannya dan dapat belajar menciptakan keakraban dengan
sesama anggota kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode
Diskusi Untuk Mengembangkan Konsep diri Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Wonosari”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas,
masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:
a. Masih banyak siswa di SMA Negeri 1 Wonosari yang menunjukkan
indikasi memiliki karakteristik konsep diri rendah
b. Kurangnya peran orang tua dan lingkungan dalam usaha membentuk dan
mengembangkan konsep diri
c. Kurangnya pemahaman guru akan pentingnya peran dan pengaruh
konsep diri bagi peserta didik.
d. Belum adanya suatu usaha pemberian layananan dalam rangka
mengembangkan konsep diri siswa di SMA Negeri 1 Wonosari
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Diskusi Efektif untuk
Mengembangkan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonosari Tahun
Ajaran 2011 / 2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka penelitian
ini dilakukan dengan tujuan: “Untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri
siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2011/2012”
D. Manfaat penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat dikemukakan manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritik.
Memperluas kajian ilmu pengetahuan bidang bimbingan dan konseling
khususnya pada bidang bimbingan kelompok, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk membantu mengembangankan konsep diri peserta didik
2. Manfaat Praktis.
a. Memberikan bukti empiris kepada guru bimbingan dan konseling bahwa
layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi dapat membantu
peserta didik untuk mengembangkan konsep diri.
b. Memberikan masukan kepada guru bimbingan dan konseling dan pihak
sekolah bahwa peserta didik perlu memahami mengenai aspek-aspek
yang harus diperhatikan untuk mengembangkan konsep diri.
c. Membantu peserta didik agar dapat mengembangkan konsep diri dengan
diskusi kelompok
d. Membantu peserta didik membentuk kepribadian yang sehat melalui
pengembangan konsep diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Mengembangkan Konsep Diri
a. Pengertian Mengembangkan Konsep Diri
Menurut Deni Arisandi (2011), mengembangkan merupakan sebuah kata yang
berasal dari kata dasar “kembang” yang berarti bertambah sempurna, kemudian
mendapat tambahan me- dan –an, sehingga menjadi mengembangkan yang artinya
suatu tindakan. Berdasarkan pendapat tersebut, mengembangkan adalah suatu
tindakan untuk menyempurnakan, memajukan, ataupun memperluas suatu keadaan
atau pengetahuan demi tercapainya suatu tujuan tertentu.
Konsep diri (self concept) merupakan bagian penting dalam kepribadian
peserta didik. Secara umum konsep diri dapat didefinisikan sebagai pandangan atau
penilaian peserta didik terhadap dirinya. Clara R. Pudjijogyanti (1985:2)
mengemukakan bahwa “konsep diri merupakan sikap dan pandangan individu
terhadap seluruh keadaan dirinya”. Konsep diri terbentuk dari dua komponen, yaitu
kognitif dan afektif. Komponen kognitif yang dimaksud adalah pengetahuan individu
tentang keadaan dirinya, sedangkan komponen afektif merupakan penilaian individu
terhadap diri, meliputi penerimaan terhadap diri (self-acceptance) dan harga diri (self-
esteem). Selanjutnya dikemukakan pula oleh Rudolph F. Vender (dalam Alex Sobur,
2003:506) bahwa “konsep diri adalah kumpulan persepsi dari segala aspek yang
dimiliki peserta didik yang antara lain terdiri dari: penampilan, fisik dan kemampuan
mental, potensi kejuruan, ukuran, kekuatan dan sebagainya”.
Dikemukakan oleh Tartowo dan Wartonah (2003:19) “konsep diri adalah
semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diperoleh seseorang melalui proses
interaksi dengan orang lain”. Pendapat diatas turut didukung oleh pernyataan Burns
(alih bahasa Eddy 1993:74) bahwa “konsep diri merupakan campuran pandangan
seseorang dan orang lain terhadap dirinya secara keseluruhan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Akhmad Sudrajad (2010) juga mengemukakan bahwa “konsep diri juga merupakan
salah satu faktor yang menjadi penentu tingkah laku peserta didik”. Konsep diri yang
berkembang dengan baik akan menghasilkan perilaku yang baik pula. Tingginya
tingkat konsep diri yang dimiliki peserta didik dapat menjadi prediktor keberhasilan
yang akan dicapai. Apabila peserta didik berpikir akan berhasil, maka hal ini akan
menjadi suatu kekuatan atau dorongan yang akan membuat mereka mencapai
kesuksesan. Sebaliknya, apabila peserta didik berpikir akan gagal, maka mereka telah
mempersiapkan kegagalan untuk dirinya. Segala tindakan yang dilakukan peserta
didik erat kaitannya dengan bagaimana mereka mempersepsikan dirinya. Dengan kata
lain konsep diri dinyatakan dalam bentuk suatu tindakan atau perilaku yang
merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
mengembangkan konsep diri adalah suatu tindakan untuk menyempurnakan
pandangan seseorang mengenai seluruh aspek yang ada di dalam diri orang yang
bersangkutan.
b. Jenis dan Tingkatan Konsep Diri
Konsep diri memiliki arti penting bagi setiap individu, karena
mempengaruhi perilaku dan keberhasilan mereka. Oleh karena itu perlu diketahui
mengenai jenis dan tingkatan konsep diri, karena jenis dan tingkatan konsep diri yang
dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena konsep
diri setiap peserta didik berasal dari sumber dan mekanisme perkembangan yang
berbeda.
1) Jenis Konsep diri
Konsep diri dibedakan menjadi dua jenis yaitu, konsep diri negatif dan
konsep diri positif.
a) Konsep diri negatif
Konsep diri negatif adalah pandangan negatif seseorang terhadap
seluruh aspek yang ada di dalam dirinya. Seseorang yang di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dirinya berkembang konsep diri negatif, akan menunjukkan perilaku
yang negatif pula. Menurut William D. Brooks dan Ermmet (dalam
Jalaludin Rakhmat 2009:105) tanda-tanda peserta didik yang memiliki
konsep diri negatif antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Tidak menyukai kritikan. Peserta didik yang memiliki konsep diri
negatif tidak menyukai kritikan. Bagi mereka, kritikan yang
ditujukan padanya cenderung dianggap sebagai usaha orang lain
untuk menjatuhkan harga dirinya.
(2) Responsif sekali terhadap pujian. Pujian merupakan hal yang
sangat disenangi oleh peserta didik yang memiliki konsep diri
negatif. Pujian akan membuat mereka merasa dijunjung harga diri
(3) Bersikap hiperkritis. Peserta didik yang memiliki konsep diri
negatif cenderung suka mencela dan meremehkan orang lain.
Mereka tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan terhadap kelebihan orang lain.
(4) Merasa tidak disenangi oleh orang lain. Peserta didik yang
memiliki konsep diri negatif cenderung merasa tidak disenangi
orang lain. Mereka merasa tidak diperhatikan, karena itulah
menganggap orang lain sebagai musuh. Oleh karena itu, mereka
tidak dapat menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang
lain.
(5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Peserta didik yang memiliki
konsep diri negatif enggan untuk bersaing dengan orang lain. Rasa
rendah diri yang mereka miliki, membuat mereka merasa tidak
akan sanggup menghadapi persaingan.
Pernyataan lain dikemukakan oleh Jacinta F. Rini (2002) mengenai
peserta didik yang memiliki konsep diri negatif menunjukkan sikap
antara lain sebagai berikut: (a) pesimis, (b) memandang bahwa dirinya
lemah dan tidak dapat berbuat apa-apa, (c) tidak berkompeten, (d)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
merasa tidak disukai, (e) kehilangan daya tarik terhadap hidup, (f)
mudah menyerah.
Dasar dari konsep diri negatif adalah adanya penolakan diri,
sehingga peserta didik yang memiliki konsep diri negatif cenderung
menganggap dirinya tidak berharga. Oleh karena itu, mereka akan
cenderung menjadi bersifat pesimis terhadap kehidupan yang dijalani,
sehingga banyak kegagalan dan kesulitan yang mereka hadapi dalam
hidup.
b) Konsep diri positif
Konsep diri positif adalah pandangan positif seseorang terhadap segala
aspek yang ada di dalam dirinya. Menurut William D. Brooks dan
Ermmet (dalam Jalaludin Rakhmat, 2009:105) tanda-tanda peserta
didik yang memiliki konsep diri positif antara lain sebagai berikut:
(1) Yakin terhadap kemampuannya dalam mengatasi masalah. Peserta
didik yang memiliki konsep diri positif yakin bahwa setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya. Keyakinan dan kepercayaan
diri yang mereka miliki membuat mereka selalu berusaha untuk
mencari jalan keluar atas permasalahan
(2) Merasa setara dengan orang lain. Peserta didik yang memiliki
konsep diri positif tidak pernah meremehkan orang lain dan
merasa minder dengan keadaan dirinya. Mereka dapat menerima
orang lain dengan baik dan selalu bergaul dengan lingkungan.
(3) Dapat menerima pujian orang lain dengan wajar. Pujian yang
diberikan orang lain terhadap peserta didik, tidak lantas membuat
mereka menjadi sombong dan membanggakan diri dihadapan
orang lain. Hal tersebut justru digunakan peserta didik untuk
meningkatkan kemampuannya.
(4) Mampu memperbaiki diri. Kemampuan peserta didik untuk
mengintrospeksi diri, membuat mereka mampu merubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kepribadian yang kurang disenangi masyarakat menjadi yang lebih
baik. Hal tersebut dilakukan peserta didik agar mereka dapat lebih
diterima oleh masyarakat.
(5) Mempunyai kepedulian terhadap orang lain. Kepekaan perasaan
yang dimiliki peserta didik membuat mereka bisa menghargai
perasaan orang lain. Mereka selalu mempunyai kepedulian lebih
terhadap kepentingan orang lain.
Pernyataan lain dikemukakan oleh Jacinta F. Rini (2002) mengenai ciri
peserta didik yang memiliki konsep diri positif pada umumnya
menunjukkan sikap antara lain: (a) percaya diri, (b) optimis, (c)
bersikap positif terhadap segala sesuatu, (d) menghargai diri sendiri,
(e) tidak mudah menyerah karena kegagalan.
Dasar dari konsep diri positif adalah adanya penerimaan diri.
Peserta didik yang memiliki konsep diri yang positif dapat menerima
dan memahami berbagai macam kenyataan tentang dirinya. Mereka
dapat memahami kekurangan dan kelebihan diri sebagai bagian dari
dirinya.
2) Tingkatan Konsep Diri
Menurut Stanley Coopersmith (dalam Tartowo & Wartonah,
2003:46) tingkatan konsep diri dibagi menjadi 3 kategori, yaitu konsep diri
tinggi, sedang, dan rendah. karakteristik umum mengenai individu dengan
tingkatan konsep diri yang tinggi, sedang dan rendah dijelaskan sebagai
berikut:
a) Individu dengan Konsep Diri Tinggi
Pada dasarnya individu yang memiliki konsep diri tinggi adalah
individu yang mempunyai pemahaman yang baik tentang dirinya dan
mampu menyikapi keadaan dirinya secara positif. Pengetahuan yang
luas tentang diri sendiri, membuat seseorang yang mempunyai konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diri tinggi memiliki pengharapan atau cita-cita yang realistic. Sikap-
sikap positif dan harapan mengenai diri sendiri membuat individu
dengan konsep diri tinggi memiliki kompetensi sosial dan kemandirian
sosial yang baik, sehingga dapat dengan mudah menjalin hubungan
baik dengan orang lain. Mereka juga bersikap lebih mandiri,
mempunyai kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuannya dan
konsisiten dalam merespon sesuatu. Individu yang memiliki konsep
diri tinggi mampu mengontrol emosinya, mempertahankan
pendapatnya, mengelola tindakannya sesuai dengan lingkungan, serta
memiliki harga diri (self esteem) dan penerimaan diri (self acceptance)
yang tinggi.
b) Individu dengan Konsep diri Sedang
Individu yang memiliki konsep diri sedang memiliki karakteristik yang
relatif sama dengan individu yang memiliki konsep diri tinggi.
Individu yang memiliki harga diri sedang memiliki penerimaan diri
yang relatif baik, pertahanan yang baik, serta pemahaman dan
penghargaan yang baik pula terhadap diri sendiri. Namun, ada
beberapa hal yang membedakan, yaitu mereka terkadang merasa ragu-
ragu dengan kemampuan yang dimilikinya dan cenderung mudah
terpengaruh oleh orang lain.
c) Individu dengan Konsep Diri Rendah
Karakteristik individu yang memiliki konsep diri rendah sangat
bertolak belakang dengan gambaran diri individu yang memiliki harga
diri yang tinggi. Pada dasarnya individu yang memiliki konsep diri
yang rendah tidak dapat memahami dirinya sendiri dengan baik dan
selalu menyalahkan keadaan dirinya. Individu dengan konsep diri yang
rendah memiliki perasaan ditolak, pesimis, merasa tidak berharga,
merasa terisolasi, merasa tidak memiliki kemampuan dalam bidang
apapun, tidak pantas dicintai dan tidak dapat mengaktualisasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dirinya dengan baik. Selain itu, mereka termasuk orang yang tidak
tahan terhadap kritikan, tidak dapat mengendalikan emosi, tidak
percaya diri, memiliki kekhawatiran dalam mengemukakan ide yang
dimiliki, dan cenderung bersikap tertutup dalam pergaulan,
sehinggasulit bergaul dengan orang lain
c. Pembentukan dan Pengembangan Konsep Diri
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir atau faktor
bawaan. Konsep diri terbentuk secara bertahap melalui proses belajar sejak kecil
hingga tumbuh dewasa, terutama hasil interaksi peserta didik dengan orang lain.
Konsep diri tidak muncul begitu saja dalam diri peserta didik. Konsep diri perlahan-
lahan timbul seiring dengan perkembangan dan interaksi mereka dengan orang lain,
sehingga terbentuknya konsep diri peserta didik turut dipengaruhi oleh pandangan
orang lain mengenai dirinya. Proses perkembangan konsep diri menunjukkan bahwa
konsep diri peserta didik tidak terbentuk secara langsung dan menetap, tetapi
mengalami proses pembentukan dan masih dapat berubah.
Konsep diri terbentuk dari hasil interaksi peserta didik dengan lingkungan.
“Keluarga merupakan lingkungan yang mendasari pembentukan konsep diri” (Tjipto
Susana, dkk., 2006:26). Interaksi peserta didik dengan orang tua dan saudara
memberikan dasar untuk pembentukan konsep diri mereka. Konsep diri tersebut
kemudian berkembang lagi seiring interaksi dengan lingkungan sekitar yaitu, teman
sebaya dan masyarakat. Dalam berinteraksi, setiap peserta didik menerima tanggapan
dari orang lain. Tanggapan tersebut kemudian dijadikan cermin bagi peserta didik
untuk menilai tentang dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
konsep diri, antara lain: (a) orang tua, (c) teman sebaya, (d) masyarakat, dan (e)
pengalaman (Calhoun & Acocella, 1995:97). Selanjutnya, dikemukakan pula oleh
Clara R. Pudjijogyanti (1985:13) beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
konsep diri, antara lain: (a) keadaan fisik, (b) jenis kelamin, (c) perilaku orang tua,
dan (d) lingkungan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, faktor yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Orang tua
Orang tua merupakan kontak sosial pertama yang dialami peserta didik
sekaligus menjadi fondasi pembentuk konsep diri. Kasih sayang, pujian
dan motivasi dari orang tua akan menumbuhkan konsep diri yang tinggi.
Hal tersebut juga akan menumbuhkan penghargaan dan rasa percaya diri
tinggi dalam diri peserta didik. Sebaliknya pola asuh yang keliru, membuat
konsep diri anak tidak dapat berkembang dengan baik.
2) Teman Sebaya
Peran teman sebaya ikut menenetukan pembentukan konsep diri peserta
didik. Peserta didik yang diterima dalam pergaulan dengan teman sebaya
akan mempunyai konsep diri yang lebih sehat daripada peserta didik yang
ditolak dalam pergaulan.
3) Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat, sejak kecil peserta didik sudah dituntut untuk
bertindak menurut norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika peserta
didik bertindak di luar norma dan terlanjur mendapat penilaian buruk
dalam masyarakat, mereka akan kesulitan memperoleh gambaran diri yang
baik.
4) Pengalaman
Konsep diri adalah hasil belajar yang diperoleh melalui berbagai
pengalaman yang pernah dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari. Segala hal yang dialami peserta didik akan mempengaruhi pandangan
mereka terhadap kemampuannya dalam menghadapi permasalahan.
Pengalaman situasional merupakan salah satu hal yang mendasari
perkembangan konsep diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
5) Keadaan fisik
Setiap individu mempunyai keinginan untuk berusaha mencapai keadaan
fisik yang proporsional, agar mendapatkan tanggapan positif dari orang
lain. Penilaian positif terhadap keadaan fisik seseorang, baik dari diri
sendiri dan orang lain, sangat membantu perkembangan konsep diri ke arah
yang positif. Hal tersebut disebabkan penilaian positif akan menumbuhkan
rasa puas terhadap keadaan diri dan itu merupakan awal dari sikap positif
terhadap diri sendiri.
6) Jenis Kelamin
Adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan menentukan
peran masing-masing jenis kelamin. Hal tersebut juga mengakibatkan
adanya perbedaan perlakuan terhadap keduanya. Perbedaan tersebut yang
kemudian menimbulkan suatu patokan, bahwa laki-laki harus mempunyai
karakteristik yang kuat, sedangkan perempuan penuh dengan kelembutan.
Penilaian positif dari orang lain, akan muncul jika seseorang, baik laki-laki
maupun perempuan mampu memenuhi patokan tersebut.
7) Lingkungan Sosial
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang
sekitar. Persepsi orang lain terhadap individu tersebut tidak telepas dari
struktur, peran, dan status sosial yang disandangnya. Adanya struktur,
peran dan status sosial yang menyertai persepsi individu dan orang sekitar,
merupakan petunjuk bahwa seluruh perilaku individu dipengaruhi oleh
faktor sosial
d. Aspek Konsep Diri
Elizabeth B. Hurlock (alih bahasa Meitasari Tjandrasa, 1999:58)
mengemukakan bahwa “konsep diri adalah gambaran yang dimiliki individu tentang
dirinya yang merupakan gabungan dari karakteristik fisik, psikis, sosial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
emosional”. Berdasarkan pengertian konsep diri tersebut, konsep diri mencakup
empat aspek, antara lain meliputi:
1) Aspek fisik.
Merupakan cara peserta didik memandang dirinya dari sudut pandang fisik.
Pandangan tersebut meliputi penampilan, karakteristik tubuh dan kesehatan
2) Aspek Psikis.
Merupakan penilaian peserta didik terhadap kemampuan dan sifat-sifat
yang dimilikinya. Penilaian peserta didik mengenai keadaan psikologisnya
meliputi tingkat intelegensi, kepribadian, bakat minat, dan sikap.
3) Aspek sosial.
Merupakan persepsi peserta didik mengenai kecenderungan sosial yang
ada pada dirinya. Hal tersebut antara lain berkaitan dengan kemampuannya
dalam menjalin hubungan dengan orang lain, keterlibatannya dalam
aktivitas sosial, dan kepeduliannya dengan lingkungan sekitar.
4) Aspek Emosional
Merupakan penilaian peserta didik terhadap kecenderungan emosi yang
muncul ketika dirinya dihadapakan pada suatu keadaan. Emosi tersebut
meliputi emosi positif, negatif dan empati.
Aspek tersebut lebih diperjelas lagi oleh Jersild (dalam Akhmad Sudrajad,
2010) berdasarkan penelitiannya terhadap peserta didik sekolah dasar dan menengah,
mendiskripsikan isi dari konsep diri antara lain:
1) Karakteristik fisik
Fisik merupakan suatu ciri yang membedakan antar peserta didik satu
dengan peserta didik lainnya yang mencakup penampakan fisik dari kepala
sampai ujung kaki, antara lain seperti berat badan, tinggi, kecantikan rupa.
Penilaian terhadap karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya
pandangan yang berbeda pada tiap peserta didik yang kemudian umumnya
membandingkannya dengan orang lain. Besarnya penerimaan peserta didik
terhadap keadaan fisiknya, akan menentukan tingkat konsep dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Penampilan
Penampilan tiap individu tentunya berbeda dengan peserta didik lainya.
Penampilan dapat menggambarkan kepribadian peserta didik. Kepercayaan
diri yang ditunjukkan peserta didik terhadap penampilannya akan
mempengaruhi tingkat konsep dirinya.
3) Kesehatan
Kesehatan diperlukan oleh setiap peserta didik dalam menjalani hidupnya.
Peserta didik yang memiliki kesehatan yang tidak baik, akan
mengakibatkan gangguan kenormalan yang mengakibatkan peserta didik
merasa tidak percaya diri dan menilai dirinya menjadi negatif.
4) Bakat dan minat
Bakat dan minat yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda. Peserta
didik yang merasa bakat dan minatnya tersalurkan dan dilatih dengan baik,
akan membuat peserta didik tersebut mempunyai keinginan untuk maju dan
berkembang. Hal tersebut menimbulkan perasaan yakin bahwa dirinya
memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan orang lain
5) Sifat atau karakter
Karakter dapat digambarkan sebagai sifat. Setiap peserta didik mempunyai
banyak karakter dan berbeda-beda tergantung dari faktor kehidupannya
seperti, pemarah, sabar, pemaaf, ceria. Karakter merupakan aktualiasai dari
konsep diri yang dimiliki peserta didik.
6) Tingkat intelegensi
Setiap peserta didik mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda, ada yang
tinggi, ada yang rendah. Tingkat intelegensi ini kan mempengaruhi cara
berfikir dan daya tangkap peserta didik, sehingga pandangan mereka
terhadap dirinya juga berbeda-beda. Penerimaan dan kepuasan terhadap
status intelektual yang dimiliki menunjukkan tingkat konsep diri mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
7) Emosi
Emosi adalah reaksi seseorang terhadap orang lain atau suatu kejadian
antara lain kemarahan, kebahagiaan, ketakutan dan keprihatinan ketika
melihat keadaan orang lain (empati). Kemampuan peserta didik untuk
mengelola emosi, menentukan besarnya pemahaman dan harga dirinya
8) Kemampuan bersosialisasi atau hubungan sosial.
Hubungan peserta didik dengan orang lain menunjukkan kemampuan
peserta didik dalam bersosialisasi. Kedekatan peserta didik dengan orang
lain, dan cara mereka memperlakukan orang lain merupakan aktualisasi
dari kemampuan bersosialisasinya.
Menurut Fits (dalam Marcelline 1997:10) konsep diri dibagi menjadi 2 dimensi,
yaitu internal dan eksternal. Masing-masing dimensi ini memiliki komponen yang
spesifik, yang merupakan detail dari bagian-bagian diri. Adapun kedua dimensi
tersebut, yaitu:
1) Dimensi Internal
Terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu komponen identits diri, komponen
perilaku dan komponen penilaian.
a) Komponen identitas diri (identity self)
Dalam komponen ini terkumpul segala macam label, simbol dan
julukan yang berkenaan dengan karakteristik seseorang. Indentitas
bersumber pada perilaku karena merupakan hasil penilaian terhadap
diri, yang selanjutnya hasil penilaian akan mewarnai perilaku yang
ditampilkan.
b) Komponen perilaku (behavioral self)
Komponen ini timbul berdasarkan umpan balik yang bersifat
internal maupun eksternal, terhadap tingkah laku yang ditampilkan
seseorang. Umpan balik tersebut akan mempengaruhi tingkah laku
tersebut, apakah akan bertahan atau hilang. Tingkah laku yang
dipertahankan akan mempengaruhi perkembangan konsep diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c) Komponen penilaian (judging self)
Komponen ini akan mengevaluasi persepsi individu terhadap
perilaku dan identitas yang dimiliki. Komponen ini pula yang akan
memberi pengaruh paling besar terhadap harga diri sesorang.
2) Dimensi Eksternal
Dimensi ini terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen fisik, pribadi dan
sosial.
a) Komponen fisik (Physical Self)
Komponen ini menacakup bagaimana individu mempersepsikan
keberadaan dirinya baik secara fisik, penampilan dan kesehatan.
b) Komponen Diri Pribadi (Personal Self)
Perasaan individu terhadap nilai pribadi, perasaan, emosi, dan
penilaian terhadap kepribadiannya sendiri terlepas dari penilaian
fisik dan hubungan sosial dengan orang lain.
c) Komponen Diri Sosial (Social Self
Komponen ini berisi perasaan dan penilaian diri sendiri dalam
interaksinya dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan konsep diri terdiri dari berbagai aspek yang ada didalam diri seseorang
baik berupa penerimaan dan penilaian terhadap aspek fisik, psikis, sosial dan
emosional yang akan menentukan harga diri seseorang.
e. Peranan Konsep Diri
Konsep diri berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik.
Keberhasilan peserta didik dalam meraih prestasi yang baik dan kesuksesan mereka
dimasa yang akan datang, dipengaruhi oleh konsep diri yang terbentuk dalam diri
mereka. Clara R. Pudjijogyanti, (1985:4) mengemukakan bahwa “konsep diri
mempunyai peranan penting dalam menentukan individu”. Konsep diri juga
mempengaruhi berbagai sifat yang diaktualisasikan peserta didik. Hal tersebut sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (alih bahasa Meitasari Tjandrasa 1999:238)
bahwa “konsep diri merupakan inti pola kepribadian yang mempengaruhi berbagai
bentuk sifat”. Selain itu, “konsep diri merupakan faktor yang menentukan
kemampuan komunikasi interpersonal seseorang” (Jalaludin Rakhmat, 2009:104).
Tingkah laku yang ditunjukkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari,
pada dasarnya menunjukkan konsep diri yang berkembang dalam diri mereka. Peserta
didik yang konsep dirinya berkembang dengan baik, dapat berperilaku lebih efektif.
Hal tersebut dapat terlihat dari kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
dengan orang lain dan sifat mereka. Peserta didik yang memiliki tingkat konsep diri
tinggi mempunyai kepercayaan diri dan penghargaan diri yang tinggi pula. Selain itu,
mereka dapat mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain, baik yang
lebih tua maupun teman sebayanya. Hal tersebut menumbuhkan pandangan positif
orang lain terhadap dirinya, sehingga harga diri peserta didik akan meningkat.
Sebaliknya apabila peserta didik konsep diri peserta didik tidak berkembang
dengan baik, mereka akan mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri,
kurang percaya diri dan menganggap dirinya tidak disukai banyak orang karena
banyak keburukan didalam dirinya. Hal tersebut menumbuhkan pandangan pribadi
dan sosial yang buruk mengenai diri peserta didik.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri mempunyai
peran penting dalam mempengaruhi keberhasilan meraih prestasi yang baik dan
kesuksesan peserta didik dimasa yang akan datang. Selain itu, konsep diri berperan
dalam menentukan perilaku, sifat, dan hubungan peserta didik dengan orang lain.
Oleh karena itu, konsep diri harus dikembangkan dalam diri peserta didik, sehingga
terbentuk perilaku efektif peserta didik yang merupakan dasar dari kesuksesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Diskusi
a. Pengertian Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode
Diskusi
Keefektifan atau efektivitas berasal dari kata dasar “efektif” yang berarti
tepat guna, mempunyai efek, pengaruh atau akibat. Suatu usaha dikatakan efektif
apabila usaha itu telah mencapai tujuannya. Sedangkan kata keefektifan sendiri
berarti ketepat gunaan atau keberhasil gunaan. Menurut Dewi (2009) keefektifan
adalah “pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan–tujuan yang telah
ditentukan”. Adapun Emerson (dalam Soewarno Handayaningrat 1996:16)
mengemukakan bahwa “efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan”
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian keefektifan yang
dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keefektifan merupakan
keberhasilan tercapainya suatu tujuan sesuai target yang diinginkan. Oleh karena itu,
dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan bimbingan kelompok dengan metode
diskusi, maka hasil dari penelitian ini akan diketahui seberapa besar tingkat
berkembangnya konsep diri positif didalam diri peserta didik.
Bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada peserta
didik melalui kegiatan kelompok. Layanan ini merupakan sarana untuk menunjang
peserta didik mencapai perkembangan yang optimal. Siti Hartinah (2009:12)
mengemukakan bahwa “bimbingan kelompok adalah salah satu bentuk usaha
pemberian bantuan kepada sekelompok peserta didik yang mengalami masalah
melalui pemanfaatan suasana kelompok”. Terciptanya dinamika kelompok akan
membentuk suasana memberi dan menerima antar peserta didik. Hal tersebut
menumbuhkan keyakinan dan harga diri mereka. Suasana saling menolong,
menerima, dan berempati secara tulus dapat menumbuhkan perasaan positif didalam
diri mereka. Pendapat lain dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (2008:64) bahwa
“layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
seluruh anggota kelompok memperoleh sejumlah informasi dari pembimbing atau
konselor, untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan membantu dalam
mempertimbangkan pengambilan keputusan”. Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh guru pembimbing atau konselor pada
sekelompok peserta didik guna mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama.
Bimbingan kelompok memiliki beberapa metode dalam pelaksanaannya
antara lain: pemberian informasi atau ekspositori, diskusi kelompok, pemecahan
masalah (problem solving), permainan peranan (role playing), permainan simulasi
(simulation games), karya wisata (field trip) dan penciptaan suasana keluarga (Tatiek
Romlah, 2001:87-124). Kemudian Tohirin (2007:290) juga berpendapat, “Beberapa
metode dalam bimbingan kelompok adalah: program home room, karya wisata,
organisasi siswa, diskusi kelompok, sosiodrama, psikodrama dan pengajaran remidial
(remidial teaching)”
Metode diskusi kelompok merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Penelitian ini akan
menggunakan diskusi kelompok sebagai treatment dalam usaha mengembangkan
konsep diri positif siswa. Diskusi kelompok adalah salah satu bentuk metode dalam
bimbingan kelompok. Kegiatan diskusi kelompok melibatkan lebih dari dua peserta
didik. Kegiatan diskusi kelompok ini, dapat menjadi alternatif dalam membantu
memecahkan permasalahan peserta didik.
Diskusi kelompok menurut Mulyasa (dalam Suwarna, 2006:79) adalah
“suatu percakapan yang melibatkan beberapa orang yang tergabung dalam suatu
kelompok dengan maksud untuk saling bertukar pengalaman dan informasi”.
Selanjutnya Moh Uzer Usman (2005:94) mengemukakan bahwa “diskusi kelompok
merupakan suatu proses percakapan teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka informal untuk berbagi pengalaman, informasi, pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah”. Kegiatan diskusi pada umumnya dipimpin oleh
seorang pemimpin kelompok yang bertugas untuk mengarahkan jalannya kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
diskusi dan memegang aturan permainan dalam kegiatan tersebut. Pernyataan ini
turut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Tohirin (2007:58) bahwa
“diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang memberi peserta didik
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dengan dipimpin oleh
seorang pemimpin kelompok”. Dengan demikian, dapat disimpulkan metode diskusi
kelompok adalah suatu percakapan ilmiah dan pertukaran pendapat dengan dipimpin
seorang pemimpin kelompok untuk mendapatkan suatu pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengertian keefektifan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi
adalah keberhasilan usaha pemberian bantuan kepada sekelompok peserta didik,
melalui percakapan ilmiah yang dipimpin seorang pemimpin kelompok dalam
mencapai tujuan bersama.
b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Diskusi
Diskusi merupakan proses interaksi antara tiga orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Dirkmeyer dan Muro (dalam Tatiek Romlah,
2001:99) mengemukakan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi
memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1) Untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri.
Melalui proses pertukaran pendapat yang terjadi dalam diskusi kelompok,
peserta didik dapat memperoleh pandangan mengenai dirinya. Penilaian
tersebut, berasal dari penilaian anggota kelompok lain terhadap dirinya.
Hal ini akan membantu peserta didik mengembangkan pengertian dan
pemahaman terhadap dirinya.
2) Untuk mengembangkan kesadaran diri dan orang lain.
Kesadaran diri diperlukan peserta didik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai kemampuan, kelemahan dan kelebihan, serta potensi diri.
Kesadaran yang dimiliki masing-masing anggota kelompok akan dapat
membuat mereka saling menghargai dan membantu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) Untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar
manusia.
Diskusi kelompok mengajarkan kepada peserta didik mengenai cara
membangun hubungan baik dengan orang lain. Hal ini dapat dipelajari
peserta didik pada saat kegiatan diskusi kelompok sedang berlangsung.
Sedangkan menurut Roestiyah (2008:6) tujuan penggunaan teknik
diskusi, antara lain adalah:
1) Mendorong siswa memecahkan masalah secara bersama-sama dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
2) Melatih menyatakan pendapat secara lisan tanpa dipengaruhi orang lain.
3) Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi.
Pendapat yang dikemukakan oleh Moh Awal Lakadjo (2012) tujuan dikusi
kelompok adalah (a) untuk memberi stimulasi kepada peserta didik agar berfikir
kritis, serta turut menyumbangkan pikiran-pikirannya, (b) mengambil jawaban atas
suatu permasalahan yang didasarkan atas pertimbangan yang seksama, (c) bertukar
pendapat untuk memperoleh informasi yang berharga antar anggota kelompok, (d)
mengembangkan ketrampilan dan keberanian peserta didik untuk mengemukakan
pendapat secara jelas dan terarah dan (e) membiasakan kerjasama antar peserta didik.
Diskusi kelompok mengajarkan kepada para anggotanya mengenai cara
membangun hubungan baik dengan orang lain. Hal ini dapat dipelajari peserta didik
pada waktu proses kegiatan diskusi kelompok sedang berlangsung. Selain materi atau
bahan pembahasan diskusi kelompok, peserta didik dapat mengambil pelajaran dari
proses diskusi mengenai hubungan antar manusia kemudian merefleksikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan tujuan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi antara lain meliputi, memechakan suatu
permasalahan, melatih kemampuan bekerjasama, mengembangkan pribadi peserta
didik yang meliputi pemahaman diri, keberanian menyampaikan pendapat, berfikir
kritis, serta mengembangkan kemampuan sosial peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Diskusi
Pelaksanaan metode diskusi dalam bimbingan kelompok meliputi tiga
tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian (Tatiek
Romlah, 2001:90), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tahap perencanaan.
Pemimpin kelompok pada tahap ini mengungkapkan masalah yang akan
didiskusikan dan memberi pengarahan seperlunya mengenai cara
pemecahannya. Pada tahap ini pemimpin kelompok melaksanakan lima hal,
yaitu : (1) merumuskan tujuan diskusi, (2) menentukan jenis diskusi, (3)
melihat pengalaman dan perkembangan siswa, (4) memperhitungkan waktu
yang telah tersedia, (5) mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi
2) Tahap pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan, setiap kelompok melaksanakan kegiatan diskusi
dan semua anggota berpartisipasi secara aktif. Pemimpin kelompok
memberikan tugas yang harus didiskusikan, waktu yang tersedia untuk
mendiskusikan tugas, dan memberi tahu cara melaporkan tugas. Keaktifan
anggota kelompok sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Hal ini berguna agar
diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat
bagi masing-masing anggota.
3) Tahap penilaian
Pada tahap penilaian, setiap kelompok melaporkan hasil diskusi yang
kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Hasil dari kegiatan diskusi
tersebut kemudian disimpulkan secara bersama-sama. Pemimpin kelompok
memberikan komentar mengenai proses diskusi.
Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Alim Sumarno (2011)
langkah-langkah melaksanakan diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
1) Langkah persiapan
Sebelum kegiatan diskusi dimulai, terdapat beberapa kegiatan persiapan
yang harus diperhatikan antara lain merumumuskan tujuan umum dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kusus, menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan, pembagian
waktu, dan menetapkan masalah yang akan dibahas.
2) Langkah pelaksanakan
Melaksanakan kegiatan diskusi sesuai aturan main yang telah ditetapkan
dan disepakati bersama. Seluruh kelompok mendiskusikan permasalahan
yang telah ditetapkan dipimpin pemimpin kelompok.
3) Langkah Penyajian
Setelah kegiatan diskusi selesai dilaksanakan, masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya dihadapan kelompok lain untuk
ditanggapi. Tanggapan dari kelompok lain akan menyempurnakan hasil
diskusi kelompok tersebut.
4) Menutup diskusi
Akhir dari kegiatan diskusi, setiap kelompok beserta pemimpin kelompok
membuat kesimpulan hasil kegiatan diskusi dan juga melakukan evaluasi
terhadap jalannya diskusi.
Setiap tahap dalam diskusi kelompok mempunyai tujuan masing-masing.
Pemimpin kelompok mempunyai peran penting dalam membantu anggota mencapai
tujuan tiap tahap serta tujuan akhir dari diskusi kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan ada tiga tahap pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi yaitu, tahap perencanaan yang
meliputi perumusan tujuan, menentukan jenis diskusi, memperhitungkan waktu, dan
hasil yang diharapkan dari diskusi. Kemudian tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan
kegiatan diskusi dan menyajikan hasil diskusi didepan kelompok lain, dan tahap akhir
yaitu menyimpulkan hasil diskusi secara bersama-sama.
d. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Diskusi
Beberapa bentuk metode diskusi dalam bimbingan kelompok, dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang antara lain: dilihat dari jumlah anggota, pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kelompok, tujuan, waktu diskusi, masalah yang dibahas, dan aktifitas kelompok
(Dewa ketut Sukardi, 2008:88). Pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Ditinjau dari jumlah anggota.
Ada dua jenis diskusi kelompok jika dilihat dari jumlah anggota yaitu,
kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar berjumlah 20 peserta
didik atau lebih. Sedangkan, kelompok kecil berjumlah 5-10 orang.
2) Ditinjau dari pembentukan kelompok.
Ada diskusi kelompok formal dan diskusi kelompok informal atau non
formal. Diskusi kelompok formal, pada umumnya direncanakan
pembentukannya dan dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.
Sedangkan kelompok informal, tidak direncanakan pembentukannya.
3) Ditinjau dari tujuannya.
Jika dilihat dari tujuannya ada diskusi kelompok untuk pemecahan masalah
dan terapi anggota. Diskusi kelompok untuk terapi anggota ini pada
umumnya untuk melatih pribadi peserta didik. Seperti untuk peserta didik
yang mengalami masalah sosial, lewat diskusi kelompok peserta didik
dilatih untuk bersosialisasi dengan orang lain.
4) Ditinjau dari waktu diskusi.
Ada dua jenis diskusi kelompok, yaitu diskusi maraton dan diskusi singkat
atau reguler. Dikusi maraton yaitu diskusi yang tidak hanya dilakukan pada
satu waktu, namun berlanjut pada waktu berikutnya. Sementara diskusi
singkat yaitu, diskusi yang hanya dilakukan pada satu waktu saja.
5) Ditinjau dari masalah yang dibahas.
Jika dilihat dari masalah yang dibahas, diskusi kelompok ada dua yaitu,
sederhana dan kompleks atau rumit. Masalah rumit yang pada umumnya
dibahas dalam diskusi kelompok, berupa masalah yang menganggu
keadaan, fisik, psikis dan sosial peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Mengenai beberapa bentuk atau model diskusi kelompok, Udin S. Winataputra
(2005: 77-81) juga berpendapat bahwa,
Terdapat 13 model diskusi kelompok yang sedang dikembangkan oleh
Center for Advancement of Teaching Macquarie University yaitu, model
curah pendapat, kelompok bebas, studi kasus, kelompok silang pendapat,
diskusi kelompok bebas, kelompok tapal kuda, kelompok terpusat, bermain
peran, kelompok seminar, simulasi, kelompok sindikat, kelompok terapetik,
dan bimbingan belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
kelompok dalam layanan bimbingan kelompok memiliki beberapa bentuk, jika
ditinjau dari beberapa sudut pandang yang keseluruhannya dapat dispesifikkan lagi
menjadi 13 model. Penelitian ini menggunakan kelompok formal kecil yang
dilaksanakan secara maraton untuk memecahkan masalah mengenai konsep diri
negatif yang dialami anggotanya.
e. Kelebihan dan Kelemahan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode
Diskusi.
Diskusi kelompok merupakan salah satu metode bimbingan kelompok yang
dipandang penting karena hampir semua metode dalam bimbingan kelompok
menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya. Penggunaan metode diskusi dalam
pemberian layanan bimbingan kelompok memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan teknik lain. Selain itu, metode diskusi memiliki beberapa kelemahan dalam
pelaksanaannya. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi akan dijelaskan sebagai
berikut
1) Kelebihan diskusi kelompok
Dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001:90) kelebihan diskusi kelompok
antara lain:
a) Membuat anggota kelompok menjadi lebih aktif
b) Belajar untuk menerima dan mendengarkan pendapat orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
c) Meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain
d) Sesama anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman,
perasaan dan pikiran.
Selanjutnya dikemukakan oleh Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(2000:99) kelebihan diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
a) Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan
b) Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi mereka dapat
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif, sehingga
diperoleh keputusan yang lebih baik
c) Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
dan mengembangkan sikap toleransi
Dijelaskan oleh Delsa Djosafira (2010) Kelebihan metode diskusi
kelompok antara lain:
a) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif,
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide
b) Membiasakan peserta didik bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan
c) Melatih peserta didik untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal dan melatih peserta didik menghargai pendapat
orang lain
Beberapa kelebihan yang telah dikemukakan di atas, menjadi alasan
dipilihnya metode diskusi dalam pelaksanaan bimbingan kelompok pada
penelitian ini. Perasaan dan hubungan antar anggota ditekankan dalam metode
ini, sehingga antar anggota dapat belajar tentang dirinya dalam hubungannya
dengan orang lain. Selain itu, anggota dapat belajar memecahkan masalah
berdasarkan masukan dari orang lain, hal ini melatih sifat terbuka dan
menghargai pendapat orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Kelemahan diskusi kelompok
Roestiyah (2008:6) mengemukakan kelemahan metode diskusi kelompok
adalah sebagai berikut:
a) Dapat terjadi penyimpangan topik.
b) Menuntut kemampuan berfikir ilmiah, karena diskusi membutuhkan
pembuktian topik.
c) Tidak dapat dilakukan dalam kelompok besar.
Selanjutnya menurut Delsa djosafira (2010) diskusi kelompok memiliki
kelemahan antara lain sebagai berikut:
a) Memerlukan waktu yang cukup panjang
b) Adakalanya pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
c) Peserta didik yang kurang aktif sering tidak mendapatkan kesempatan
untuk mengemukakan pendapat.
d) Adakalanya hanya didominasi peserta didik tertentu yang memiliki
ketrampilan berbicara
e) Sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional dan tidak
terkontrol, sehingga mengganggu iklim pembelajaran
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hasibuan dan Moedjiono
(2000:89) kelemahan dari diskusi kelompok adalah (a) memerlukan waktu
relatif banyak dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara individual,
(b) dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat
negatif, (c) anggota kelompok yang pemalu, rendah diri, pendiam sering tidak
mendapatkan kesempatan dalam mengemukakan idenya, sehingga mungkin
dapat menyebabkan frustasi.
Kelemahan metode diskusi yang telah dipaparkan di atas, dapat diatasi
dengan sifat kepemimpinan yang baik dari seorang pemimpin kelompok.
pemimpin kelompok harus dapat mengarahkan kegiatan diskusi sesuai tujuan
yang ingin dicapai, dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
anggota kelompok agar dapat berpartisipasi aktif menghidupkan kegiatan
diskusi. Hal tersebut berguna untuk meminimalkan hal-hal negatif yang muncul
ketika pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dengan metode diskusi.
3. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Metode Diskusi Untuk
Mengembangkan Konsep Diri.
Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan kepada
sekelompok peserta didik dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai
suatu tujuan tertentu. Melalui bimbingan kelompok, peserta didik belajar
meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap anggota lain. Selain itu, mereka
mempunyai kesempatan untuk bersosialisasi dengan anggota lain, sehingga mereka
dapat belajar menjalin keakraban dengan orang lain.
Diskusi merupakan salah satu metode dalam layanan bimbingan kelompok
yang memanfaatkan interaksi positif antar anggota. Ciri khas dari metode diskusi
adalah keaktifan anggota dalam mengutarakan pendapat. Dalam kegiatan tersebut,
seluruh anggota kelompok diharuskan dapat bersikap aktif demi terwujudnya
dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dalam diskusi dapat terwujud
dengan baik, maka antar anggota kelompok dapat timbul rasa saling menolong,
menerima dan berempati dengan tulus. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hasanatul Khairian (2007:99) bahwa “diskusi kelompok efektif
digunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa yaitu, hasrat penerimaan
sosial, kerjasama dan empati”. Dengan kata lain, diskusi kelompok dapat digunakan
sebagai metode bimbingan yang dapat menambah kepedulian terhadap orang lain.
Memiliki kepedulian terhadap orang lain merupakan salah satu ciri peserta
didik dengan tingkat konsep diri yang tinggi. Kepedulian tersebut muncul ketika
terjadi interaksi antar anggota pada saat pelaksanaan diskusi kelompok. Peserta didik
yang sebelumnya mempunyai konsep diri rendah yang ditandai dengan tidak mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berinteraksi dengan teman-teman, kurang mampu memahami atau peduli dengan
perasaan orang lain dan kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, akan
dapat mengembangkan konsep dirinya lewat kegiatan diskusi kelompok. “konsep diri
tidak bersifat menetap, sehingga masih bisa berubah seiring interaksi peserta didik
dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya” (Tjipto Susana, dkk., 2006:18).
Interaksi dengan teman sebaya yang terjadi dalam suatu kelompok diskusi akan
membantu peserta didik mengembangkan konsep dirinya. Melaui proses interaksi ini
akan memunculkan dukungan dari anggota lain terhadap peserta didik yang akan
membantu peserta didik mengembangkan konsep dirinya.
“Melalui pemanfaatan interaksi, komunikasi, serta dukungan positif antar
anggota kelompok yang terjadi dalam kegiatan diskusi, konsep diri peserta didik
dapat berkembang” (Rensi & Lucia Rini Sugiarti, 2010:150). Selain itu, melalui
kegiatan diskusi, peserta didik belajar untuk mengembangkan sikap saling
menghargai, terbuka terhadap kritik, percaya diri dan bertanggung jawab atas
pendapat yang diutarakan. Ketika sikap tersebut telah berkembang, konsep diri pun
akan berkembang dengan baik dalam diri peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan
kelompok metode diskusi dapat digunakan untuk mengembangkan konsep diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka Berpikir
Perkembangan konsep diri dalam diri peserta diri memiliki tiga tingkatan
yaitu, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Peserta didik yang memiliki konsep diri
rendah, pada umumnya tidak dapat memahami dirinya dengan baik, dan kurang
dapat menerima keadaan dirinya, sehingga cenderung merasa tidak berpenampilan
menarik, merasa tidak berkompeten dan merasa dirinya paling tidak beruntung. Hal
tersebut menimbulkan permasalahan bagi peserta didik, karena menimbulkan suatu
kondisi maladjustment, yang diwujudkan dalam perilaku berupa rendah diri, tidak
percaya diri, dan penyesalan terhadap diri.
Peserta didik dengan konsep diri rendah, perlu mendapatkan suatu bantuan
agar dapat mengembangkan konsep dirinya, sehingga dapat menerima keadaan
dirinya dengan baik dan lebih memiliki kebermaknaan hidup. Pengembangan konsep
diri dapat dilakukan disekolah melalui salah satu layanan yang disediakan oleh
bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu layanan bimbingan kelompok dengan
metode diskusi. Melalui bimbingan kelompok metode diskusi peserta didik dapat
mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri dan orang lain, yang merupakan
dasar dari konsep diri. Selanjutnya, kerangka pemikiran ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1.2. Bagan Kerangka Berpikir
Layanan Bimbingan Kelompok
dengan Metode Diskusi
Konsep Diri Tinggi
Konsep Diri Rendah
Siswa Sekolah
Menengah Atas
Konsep Diri Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
ditentukan hipotesis penelitian ini adalah:
“Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Diskusi Efektif Untuk
Mengembangkan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonosari Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.
1. Tempat Penelitian
Menurut Hadari Nawawi (1995:31) “ditinjau dari sudut tempatnya,
penelitian dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: Penelitian Laboratorium, Penelitian
Kepustakaan, dan Penelitian Lapangan”
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan Penelitian Lapangan, yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten. Pertimbangan dipilihnya SMA
Negeri 1 Wonosari sebagai tempat penelitian antara lain sebagai berikut :
a. Adanya siswa yang membutuhkan bantuan layanan bimbingan dan
konseling kususnya bimbingan kelompok dengan metode diskusi untuk
mengembangkan konsep diri
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Wonosari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian di SMA Negeri 1 Wonosari ini dilaksanakan pada semester genap
yaitu pada bulan Januari sampai bulan Agustus 2011/ 2012. Waktu yang dibutuhkan
peneliti dalam melaksanakan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel. 3.1. Jadwal Penelitian
Jenis Kegiatan
Bulan
Jan
2012 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Jan
2013
1. Persiapan Penelitian
a. Mengurus perizinan
b. Koordinasi dengan
kepala sekolah dan
guru
c. Menyusun instrumen
d. Uji coba instrumen
e. Analisis uji coba dan
revisi instrumen
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan pretest
b. Pelaksanaan treatment
c. Pelaksanaan post test
d. Analisis data
eksperimen
3. Penyusunan skripsi
a. Penyusan draft
b. Pengetikan skripsi
4. Pelaksanaan ujian skripsi
dan revisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Metode dan Rancangan Penelitian
1. Metode penelitian
“Metode penelitian dibagi menjadi 2 jenis yaitu, metode penelitian non-
eksperimen, dan metode penelitian eksperimen” (Suharsimi Arikunto, 2006:82).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Eksperimen. “Penelitian eksperimen merupakan prosedur penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih
dengan mengubah suatu kondisi variabel dan mengamati pengaruhnya terhadap
variabel yang lain” (Zainal Arifin, 2011:68). Dikemukakan pula oleh Sutarno
(2010:7) bahwa metode penelitian eksperimen adalah “penelitian untuk menerangkan
hubungan sebab akibat antar variabel sebab dan variabel akibat dengan
mengendalikan varibel sebab (bebas), selanjutnya mengamati akibat yang terjadi atas
variabel yang dikendalikan tersebut.”
Merujuk dari pemaparan tentang metode penelitian eksperimen diatas, dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
dilakukan untuk mengungkap sebab akibat (hubungan kausal) dua variable atau lebih,
dengan mengendalikan variabel bebas sehingga dapat diamati perubahan yang terjadi
pada variabel akibat karena pengendalian variabel bebas tersebut.
Penelitian eksperimen dipilih karena penelitian eksperimen merupakan
metode penelitian yang sistematis, spesifik, efektif dan logis sebagai suatu jalan
untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pertanyaan mengenai
suatu keadaan apabila keadaan tersebut dipengaruhi oleh keadaan lainnya.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian eksperimen mempunyai ciri adanya pengendalian
untuk mengatur situasi, sehingga pengaruh variabel dapat diketahui. Dikemukakan
oleh Sutarno (2010:21), bahwa terdapat tiga jenis rancangan penelitian eksperimen
yang dibedakan atas tingkat pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu, rancangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penelitian eksperimental semu (Quasi Eksperimenal), pra-eksperimental (pre-
experimental), dan eksperimental sungguhan (True Eksperimental).
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian Pra
eksperimen (Pre-eksperimental). Hal tersebut didasarkan, atas tidak adanya
kelompok kontrol atau kelompok pembanding dalam penelitian ini. Sugiyono
(2010:109) mengemukakan bahwa “dalam penelitian pra eksperimen hasil variabel
independen tidak semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen”. Hal ini dapat
terjadi karena tidak adanya kelompok kontrol dan subjek eksperimen tidak dipilih
secara random.
Terdapat 3 jenis desain penelitian dalam penelitian pra eksperimen yaitu, (1)
One-Shot Case Study, (2) One Group Pretest-Posstest Design, dan (3) The Static
Group Comparison: Randomized Control Group Only Design (Sumadi Suryabrata,
2011:100-104). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
Pretest – Posttest Design. Rancangan tersebut adalah sebuah rancangan yang
menggunakan satu kelompok yang bertindak sebagai subjek eksperimen dengan
pemberian test sebelum (pre test) dan test sesudah (post test) diberikan suatu
perlakuan. Test tersebut diberikan untuk membandingkan keadaan konsep diri peserta
didik sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Desain ini digunakan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
perkembangan konsep diri positif siswa setelah diberikan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
Pengukuran (T1) Perlakuan (X) Pengukuran (T2)
(pretest) (treatment) (posttest)
Gambar 3.1. Bagan Rancangan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Keterangan :
T.1 : Test awal (pretest) test yang diberikan kepada seluruh anggota
populasi berupa pemberian angket konsep diri. Pretest ini bertujuan
untuk menyaring peserta didik yang mempunyai konsep diri negatif
yang akan menjadi subjek eksperimen.
X : Treatment, yaitu perlakuan yang diberikan kepada subjek eksperimen
yang berupa pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik
diskusi
T.2 : Test akhir (postest) test yang diberikan kepada subjek eksperimen
berupa angket konsep diri, setelah pemberian treatment selesai.
Selanjutnya berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan prosedur penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan test awal (pretest) kepada seluruh kelas X dengan
memberikan angket konsep diri.
b. Pembentukan subjek eksperimen. Subjek eksperimen dibentuk atau
ditentukan dengan berdasarkan hasil analisis penyebaran angket konsep
diri. Pemilihan subjek eksperimen diambil mulai dari skor paling rendah.
c. Memberikan treatment berupa pemberian layanan bimbingan kelompok
dengan teknik diskusi kepada siswa yang memiliki konsep diri rendah
sebagai subjek eksperimen. Pemberian layanan bimbingan kelompok
teknik diskusi akan diberikan selama 4 kali pertemuan dengan durasi 2x45
menit. Adapun rancangan pemberian treatment layanan bimbingan
kelompok diskusi adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 3.2. Materi Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Diskusi
No Pertemuan Materi Layanan Waktu
1 Pertemuan 1 Siapakah Aku? bagian.1 (Memahami
dan menerima keadaan fisik)
2x45
menit
2 Pertemuan 2
Siapakah Aku? bagian.2 (memahami
kapasitas psikis permainan Johari
Window)
2x45
menit
3 Pertemuan 3
Aku dan Mereka bagian.1
(Mengendalikan emosi dan
menunjukkan empati)
2x45
menit
4 Pertemuan 4
Aku dan Mereka bagian.2
(mengembangkan hubungan baik dan
menjalin persahabatan)
2x45
menit
d. Memberikan test akhir kepada subjek eksperimen setelah pemberian
treatment selesai. Gunanya untuk membandingkan atau mengetahui
perbedaan keadaan yang terjadi pada subjek eksperimen sebelum dan
sesudah dilaksanakan treatment
3. Variabel Penelitian.
“Variabel penelitian adalah kondisi yang dimanipulasikan oleh peneliti
dalam suatu penelitian” (Cholid Narbuko & Abu Achmadi, 2007 : 118). Hal tersebut
selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata (2011:25) bahwa
variable penelitian adalah “faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
yang akan diteliti”. Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu: variabel
penyebab yang disebut variable bebas atau independent variabel (X), dan variabel
akibat yang disebut variabel tergantung, terikat, atau dependent variabel (Y).
„Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi untuk menerangkan
hubungannya dengan fenomena yang diteliti, sedangkan yang dimaksud variabel
terikat adalah kondisi yang berubah ketika variabel bebasnya diganti (Zainal Arifin,
2011:188).
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu: konsep diri berperan
sebagai variabel terikat, dan bimbingan kelompok dengan metode diskusi, berperan
sebagai variabel bebas. Definisi dari kedua variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Variabel Terikat
1) Definisi Konseptual
Clara R. Pudjijogyanti (1985:2) mengemukakan bahwa konsep diri
adalah “pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri”.
Selanjutnya dikemukakan oleh Rudolph F. Vender (dalam Alex Sobur,
2003:506) bahwa konsep diri adalah “kumpulan persepsi dari segala
aspek yang dimiliki seseorang yang terdiri dari: penampilan, keadaan
fisik, kemampuan mental, potensi kejuruan, kekuatan diri dan
sebagainya”. Burns (alih bahasa Eddy, 1993: 74) “bahwa konsep diri
merupakan campuran pandangan peserta didik dan orang lain terhadap
dirinya secara keseluruhan”.
Merujuk dari beberapa pendapat di atas secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa mengembangkan konsep diri adalah suatu tindakan
untuk menyempurnakan pandangan seseorang dan orang lain terhadap
seluruh aspek yang ada didalam diri orang yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2) Definisi Operasional
Konsep diri adalah kemampuan individu dalam memahami,
menilai, dan menerima keadaan dirinya secara menyeluruh yang meliputi
aspek fisik, psikis, emosi dan sosial.
b. Variabel Bebas
1) Definisi Konseptual
Siti Hartinah (2009:12) mengemukakan bahwa “bimbingan
kelompok adalah salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada
sekelompok peserta didik yang mengalami masalah melalui pemanfaatan
suasana kelompok”. Dewa Ketut Sukardi (2008:64) bahwa “Bimbingan
kelompok merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan seluruh
anggota kelompok memperoleh sejumlah informasi dari pembimbing atau
konselor, untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan membantu dalam
mempertimbangkan pengambilan keputusan”. Moh Uzer Usman
(2005:94) mengemukakan bahwa “diskusi kelompok merupakan suatu
proses percakapan teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka informal untuk berbagi pengalaman, informasi,
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah”. Tohirin (2007:58)
“diskusi kelompok adalah suatu kegiatan yang memberi peserta didik
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dipimpin
seorang pemimpin kelompok”.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan metode diskusi adalah
usaha pemberian bantuan kepada sekelompok peserta didik, melalui
percakapan ilmiah yang dipimpin seorang pemimpin kelompok dalam
mencapai tujuan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2) Definisi Operasional
Layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi adalah
usaha pemberian bantuan kepada sekelompok peserta didik melalui suatu
percakapan ilmiah yang telah direncanakan sebelumnya, guna mencapai
tujuan yang telah disepakati bersama.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi.
“Populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi subjek penelitian”
(Suharsimi Arikunto, 2006:130). Dikemukakan pula oleh Sugiyono (2010:117)
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian disimpulkan”. Merujuk kepada kedua pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan sasaran penelitian yang
mempunyai karakteristik tertentu.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari
Tahun Pelajaran 2011/2012, kecuali kelas bertindak sebagai responden uji lapangan
angket konsep diri. Jumlah siswa yang bertindak sebagai populasi sebanyak 267
siswa. Dipilihnya siswa kelas X sebagai populasi dalam penelitian ini adalah dengan
pertimbangan siswa kelas X berada pada tahap yang tepat untuk mulai membentuk
serta memperbaiki konsep diri yang mereka miliki.
2. Sample.
Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi
Arikunto, 2006:131). Sugiyono (2010:118) mengemukakan bahwa “sampel
merupakan bagian dari populasi”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai perwakilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik yang memiliki konsep diri
rendah. Dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996:128) bahwa apabila jumlah
populasi lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15% dari jumlah populasi.
Mengacu pada pendapat tersebut, maka penelitian ini mengambil 10-15% peserta
didik dari jumlah populasi sebagai subjek eksperimen yaitu minimal 27 peserta didik.
D. Teknik Pengambilan Sampel
1. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan suatu teknik yang disebut teknik
sampling. “Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-
benar mewakili populasi” (Hadari Nawawi, 2006:152).
Adapun teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
Purposive Sample atau sampel bertujuan. “Purposive sample adalah salah satu teknik
pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu” (Suharsimi
Arikunto, 2006:139). Pengambilan sampel bertujuan ini dilakukan dengan cara
mengambil subjek atas adanya tujuan tertentu. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling atau purposive sampling dengan pertimbangan agar penelitian ini tepat pada
sasaran, yaitu pada siswa yang memiliki konsep diri rendah.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Memberikan angket konsep diri yang berfungsi sebagai pretest kepada
keseluruhan populasi, yaitu seluruh siswa kelas X.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Menganalisis angket, kemudian mengambil peserta didik yang termasuk
dalam kategori konsep diri rendah. Berdasarkan analisis angket yang telah
dilakukan terdapat 35 peserta didik yang termasuk dalam kategori konsep
diri rendah yang kemudian berlaku sebagai subjek eksperimen. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan subjek eksperimen mempunyai ciri-ciri yang
sama atau homogen dan kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok.
c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada siswa tersebut.
E. Pengumpulan Data.
1. Jenis Data
Zainal Arifin (2011:191) menjelaskan “ Jenis data dalam penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu data kualitatif, jenis data kuantitatif ”. Data kualitatif adalah data
yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Sedangkan, data kuantitatif adalah data
yang berbetuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Jenis data dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu data dikrit dan data kontinum. Data dikrit adalah data yang diperoleh dari
hasil menghitung atau membilang (bukan mengukur). Data ini disebut juga dengan
data nominal. Sedangkan data kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
Data kontinum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu data ordinal,
interval dan rasio. Pada penelitian ini jenis data yang sesuai adalah data interval. Data
interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria
tertentu. Hal tersebut sesuai dikarenakan penelitian ini menggunakan instrumen
berupa angket konsep diri. Skor angket konsep diri tersebut merupakan hasil dari
pengukuran yang diurutkan berdasarkan kriteria tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:129) menjelaskan “ Sumber data adalah
subjek dari mana data diperoleh dan sumber tersebut dapat berasal dari Person atau
orang, Paper atau dokumen dan Place atau tempat “.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Person atau orang yang berperan
sebagai responden, yaitu seluruh siswa kelas X yang kemudian diminta untuk mengisi
angket konsep diri. Hasil angket tersebut digunakan sebagai data tentang konsep diri
siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh jawaban atas permasalahan dalam penelitian, diperlukan
data yang valid. Hal tersebut akan memberikan nilai yang benar sebagai kesimpulan
akhir dari suatu penelitian. Diperlukan metode yang tepat dalam pengumpulan data
agar data yang diperoleh sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Pengumpulan data dalam penelitian dapat menggunakan berbagai instrumen,
antara lain dengan menggunakan observasi, daftar cek masalah (problem checklist),
wawancara (Interview), angket atau kuesioner, inventori, skala psikologis, dan
sosiometri. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket atau kuesioner.
“Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk menggali informasi mengenai pribadi ataupun hal-hal yang
diketahuinya” (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Selanjutnya dijelaskan juga oleh
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007:76) bahwa “angket adalah suatu daftar yang
berisikan sehumlah pertanyaan mengenai suatu masalah yang akan diteliti”. Tujuan
penggunaan angket adalah untuk mendapat informasi mengenai karakteristik masing-
masing peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Menurut sifat jawaban yang diinginkan, angket dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu: 1) Angket tertutup dan 2) Angket Terbuka. Angket tertutup terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan.
Responden mencek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. Sedangkan
angket terbuka memberi kesempatan penuh kepada responden untuk memberi
jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh responden.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah jenis angket
tipe pilihan yang berbentuk angket tertutup, responden hanya tinggal memilih
jawaban yang telah disediakan yang sesuai dengan keadaan dirinya.
Dipilihnya angket tertutup sebagai metode pengumpulan data karena
beberapa alasan, antara lain: (a) metode ini mudah dilaksanakan dan mudah pula cara
pemberian markahnya dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditetapkan, (b)
memudahkan responden untuk menjawab pernyataan, karena hanya tinggal memilih
salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya, (c) merupakan metode
pengumpulan data yang cukup efektif, sebab dapat menjaring data yang cukup
banyak dalam waktu yang relatif singkat
Pengumpulan data dalam peneltian ini menggunakan angket tertutup dengan
struktur jawaban skala penilaian yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai
(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun penilaian dari masing-masing jawaban
adalah sebagai berikut:
a. Pernyataan Favorabel
1) Sangat Sesuai : 3
2) Sesuai : 2
3) Tidak Sesuai : 1
4) Sangat Tidak Sesuai : 0
b. Pernyataan Unfavorabel
1) Sangat Sesuai : 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2) Sesuai : 1
3) Tidak Sesuai : 2
4) Sangat Tidak Sesuai :3
Pengumpulan data dilakukan dengan penyusunan angket terlebih dahulu.
Dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996:155) bahwa langkah-langkah
penyusunan angket adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan konsep dasar
b. Menentukan komponen atau aspek-aspek
c. Menentukan indikator
d. Penyusunan kisi-kisi
e. Penulisan item pernyataan
f. Uji coba lapangan
g. Skoring.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket diatas, selanjutnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Merumuskan konsep dasar
Konsep dasar dirumuskan dari definisi operasional variable terikat.
Definisi operasional variabel terikat diartikan dengan menyebutkan pengertian
dari variabel tersebut dengan uraian atau penjelasan yang dapat dilihat dan
diukur dengan alat ukur tertentu.
Variabel terikat dari penelitan ini adalah konsep diri konsep diri adalah
kemampuan individu dalam memahami, menilai, dan menerima keadaan
dirinya secara menyeluruh yang meliputi aspek fisik, psikis, emosi dan sosial.
b. Menentukan komponen atau aspek-aspek.
Penentuan aspek-aspek didasarkan dari definisi operasional variabel
terikat. Aspek-aspeknya ini digunakan untuk menguraikan secara lebih
mendalam tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan variabel terikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Kemampuan untuk menyadari kondisi fisik
Kemampuan menilai keadaan fisik adalah kesanggupan peserta didik
untuk menilai suatu gambaran mengenai keadaan fisiknya yang
meliputi ukuran dan bentuk tubuh, penampilan dan ketahanan fisik.
2) Kemampuan untuk menilai kapasitas psikis
Kemampuan menilai kapasitas psikis adalah kesanggupan peserta
didik untuk menilai kondisi psikisnya mengenai karakter diri, bakat
minat, dan sikap dalam menghadapi suatu permasalahan.
3) Kemampuan untuk menyadari keadaan emosi dalam diri
Kemampuan memahami keadaan emosi adalah kesanggupan peserta
didik untuk menyadari keadaan emosinya ketika dihadapkan pada
suatu permasalahan.
4) Kemampuan untuk menilai sikap sosial
Kemampuan menilai sikap sosial adalah kesanggupan peserta didik
untuk menunjukkan sikap sosialnya ketika berada dilingkungan
sekolah maupun masyarakat
c. Merumuskan Indikator
Penentuan indikator dari setiap aspek dalam proses pembuatan angket.
Indikator diartikan sebagai suatu tanda yang digunakan untuk mengukur
tercapainya aspek-aspek dari definisi operasional variabel terikat. Setiap aspek
diharapkan memiliki ≥ 2 indikator.
Indikator–indikator dari setiap aspek yang telah dirumuskan sebelumnya
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 3.3. Indikator Konsep Diri
No Aspek Indikator
1. Kemampuan menyadari
kondisi fisik
1. Menggambarkan kepuasan terhadap
bentuk dan ukuran tubuh
2. Menilai penampilan diri
3. Memperkirakan dan memelihara kesehatan
2. Kemampuan menilai
kapasitas psikis
1. Menggambarkan karakter yang dimiliki
2. Menggambarkan kepuasan terhadap status
intelektual yang dimiliki
3. Menggambarkan keinginan
mengembangkan bakat dan minat
4. Menunjukkan sikap positif ketika
menghadapi permasalahan
3. Kemampuan menyadari
keadaan emosi
1. Mengarahkan emosi diri kepada hal positif
2. Menunjukkan empati terhadap orang lain
4. Kemampuan menilai sikap
sosial
1. Keinginan membangun hubungan baik
dengan orang lain
2. Keinginan menjalin persahabatan
d. Penyusunan kisi-kisi
Penulisan kisi-kisi pernyataan adalah proses penyusunan pernyataan
yang sesuai dan mengarah pada indikator yang telah ditetapkan. Pernyataan
yang ditulis harus bisa mewakili tiap indikator yang telah disususn sebelumnya.
Setiap indikator berjumlah ≥ 2 pernyataan. Pernyataan dalam angket ini terdiri
dari pernyataan positif (favorabel) dan pernyataan negatif (unfavorabel). Kisi-
kisi pernyataan dari setiap indikator dapat disusun sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Angket Konsep Diri
Definisi
Operasional Aspek Indikator
No.Item
Fav Unfav
Konsep Diri adalah
kemampuan
individu dalam
memahami, menilai
dan menerima
keadaan dirinya
secara menyeluruh
yang meliputi aspek
fisik, psikis, emosi
dan sosial.
1. Kemampuan
menyadari
keadaan fisik
1. Mengambarkan
kepuasan terhadap
bentuk dan ukuran
tubuh
2. Menilai penampilan
diri
3. Memperkirakan dan
memelihara
kesehatan
3, 15,
39
6, 37
1, 22
9, 26, 47
20,48
20, 48
2. Kemampuan
menilai
kapasitas psikis
1. Menggambarkan
karakter yang
dimiliki
2. Menggambarkan
kepuasan terhadap
status intelektual
yang dimiliki
3. Menunjukkan
keinginan
mengembangkan
bakat dan minat
yang dimiliki
4. Menunjukkan sikap
positif ketika
2, 17,
30, 42
4, 11,
19,
51, 65
7, 27,
44,
62, 64
5, 23,
10, 25, 38,
50
8, 29, 56,
63
21, 46, 54
12, 32, 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
menghadapi
permasalahan
61
3. Kemampuan
menyadari
keadaan emosi
1. Mengarahkan emosi
kepada hal yang
positif
2. Menunjukkan
empati terhadap
orang lain
14,
45, 55
36, 43
35, 40,
57
31, 46
4. Kemampuan
menilai sikap
sosial
1. Keinginan
membangun
hubungan baik
dengan orang lain
2. Keinginan menjalin
persahabatan
16,
33, 52
18, 34
28, 49, 59
24, 53
e. Penulisan item pertanyaaan
Penulisan item pertanyaan disusun dan ditulis berdasarkan indikator-
indikator yang terdapat dalam kisi-kisi. Nomor item pernyataan diatur
sedemikian rupa dalam suatu format angket. Pengaturan tersebut bertujuan
untuk memudahkan penyusun angket dalam mengolah hasil. Pernyataan item
angket selengkapnya terdapat pada lampiran.
f. Uji coba lapangan
Uji coba lapangan adalah proses uji coba angket yang mencakup uji
coba terhadap isi dan bahasa angket. Uji coba isi bertujuan untuk mengecek
kemungkinan adanya item-item pernyataan yang cenderung ditolak oleh
responden dan mengundang jawaban yang kurang objektif. Sedangkan uji coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bahasa bertujuan untuk mengecek kembali kemungkinan adanya istilah atau
bahasa yang tidak jelas, rumusan pernyataan yang membingungkan dan
rumusan pernyataan yang diartikan berbeda dengan maksud penyusun angket.
Pengujian angket dilakukan dengan memberikan angket kepada
sejumlah peserta didik yang termasuk dalam satu populasi penelitian. Langkah-
langkah uji coba angket dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan uji coba adalah
menentukan siswa yang akan bertindak sebagai responden pengisi
angket konsep diri. Siswa yang dipilih untuk menjadi responden uji
coba ini adalah seluruh siswa kelas X.E yang berjumlah 40 siswa
2) Pelaksanaan uji coba
Pelaksanaan uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 25 April
2012, yaitu dengan membagikan angket kepada seluruh responden
yang berjumlah 40 siswa dan kemudian angket tersebut ditarik
kembali untuk dianalisis dan dievaluasi.
g. Skoring
Skoring adalah proses pemberian skor terhadap angket yang telah diisi
oleh responden uji coba lapangan angket. Pemberian skor diberikan sesuai
dengan skala penilaian yang telah ditentukan. Skoring juga dapat disebut juga
dengan proses analisi uji coba angket yang digunakan untuk menghitung
validitas dan reliabilitas angket penelitian yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data.
F. Validasi Instrumen Penelitian
Validasi instrumen penelitian merupakan salah satu syarat yang harus
dilaksanakan agar suatu instrumen penelitian dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data yang tepat dalam penelitian. Validitas adalah suatu ukuran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. “Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan”
(Suharsimi Arikunto, 2006:168). Terdapat dua jenis validasi yang digunakan yaitu
validasi dengan uji ahli dan uji lapangan. Penelitian ini menggunakan kedua jenis
validasi tersebut. Proses validasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Ahli
Uji Ahli merupakan uji validasi yang dilakukan dengan cara mengkonsultasikan
instrumen kepada beberapa ahli. Instrumen yang diajukan tersebut kemudian direvisi
ketepatan aspek, indikator dan setiap item pernyataannya.
Setelah diuji oleh ahli dan diperbaiki oleh peneliti selaku penyusun instrumen,
maka draft instrumen tersebut disetujui dan selanjutnya dapat digunakan untuk
melakukan uji coba instrumen dilapangan kepada salah satu anggota anggota populasi
yang tidak akan diambil menjadi subjek eksperimen. Ahli yang dipilih untuk
melakukan uji ahli adalah Ibu Dra. Chadidjah, H.A, M.Pd dan Ibu Dra. Tuti
Hardjajani, M.Si selaku dosen pembimbing.
2. Uji Lapangan
Perhitungan dan analisis data uji coba angket dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Mentabulasi skor yang telah diberikan pada setiap item pernyataan yang
diisi responden uji coba
b) Menjumlahkan skor setiap item pernyataan yang diperoleh dari responden
uji coba
c) Mengolah data tersebut dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan
modul: Petunjuk Praktikum Laboratorium Mata Kuliah Pemahaman
Individu, Analisis Validitas Edisi Sutarno (1991:5) menggunakan teknik
Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
∑ ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑
∑ ∑
Keterangan:
N : Jumlah responden
∑xy: Jumlah skor item genap kali skor item ganjil
∑x : Jumlah skor item genap
∑y : Jumlah skor item ganjil
∑x2 : Jumlah skor item genap dikuadratkan
∑y2 : Jumlah skor item ganjil dikuadratkan
3. Reliabilitas Instrument
Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Selaras dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Zainal Arifin (2006:248) bahwa “suatu instrumen
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada
kelompok yang sama pada waktu yang berbeda”.
Adapun perhitungan dan analisa data uji reliabilitas dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mentabulasikan seluruh item pernyataan baik yang valid maupun yang
tidak valid, yaitu sebanyak 65 butir
b) Mengolah data reliabilitas angket dengan bantuan SPSS.16 menggunakan
teknik Cronbach Alpha. Suharsimi Arikunto (2006:275) mengemukakan
bahwa penggunaan teknik Cronbach Alpha akan menunjukkan bahwa suatu
instrument dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien
reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengolah dan
menganalisis data setelah terkumpul, setelah data terkumpul langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Untuk menguji keefektifan layanan bimbingan kelompok
dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri digunakan prosedur
analisis dengan menggunakan rumus uji beda Paired Sample t-test. “Paired Sample t-
test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau
perlakuan tertentu, dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah mengalami
perlakuan” (Tri Hendradi, 2009:115). Teknik tersebut merupakan teknik analisis data
dengan membandingkan mean pre test dan post test
Perhitungan analisis uji beda Paired Sample t-test dalam penelitian ini
dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi SPSS 16.0. Berikut gambar rancangan
analisis uji beda t-test untuk menguji keefektifan layanan bimbingan kelompok
dengan teknik diskusi untuk mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X :
Tabel 3.5. Rancangan Analisi Uji Sampel Berpasangan Paired Sample t-test
Test
Kelompok Pretest Posttest
Subjek Eksperimen
Desain rancangan analisis uji beda Paired Sample t-test dapat dijelaskan
prosedur analisisnya yaitu dengan membandingkan perolehan mean hasil pre test dan
post test di dalam kelompok eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini adalah data konsep diri siswa. Skor data konsep
diri diperoleh melalui pengisian angket tentang konsep diri oleh siswa, baik dari
seluruh siswa yang menjadi populasi maupun yang telah terpilih menjadi subjek
eksperimen. Pada deskripsi data ini akan diuraikan tentang prosedur pelaksanaan
penelitian dan penyajian data.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan yang
tersusun dalam prosedur pelaksanaan penelitian. Berikut prosedur penelitian yang
telah dilaksanakan:
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan langkah awal yang dilaksanakan sebelum
penelitian dilaksanakan. Persiapan penelitian ini dilakukan agar kegiatan awal yang
harus dilakukan pada penelitian dapat seluruhnya terlaksana. Adapun persiapan
penellitian yang telah dilakukan meliputi:
a. Menyusun angket konsep diri
Penyusunan angket ini bertujuan untuk memperoleh data tentang
konsep diri yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Angket ini diberikan
kepada seluruh anggota populasi dan digunakan untuk pengambilan sampel.
Adapun penyusunan angket konsep diri adalah sebagai berikut:
1) Menyusun kisi-kisi angket dan menjabarkan indikator-indikator
kedalam butir-butir pernyataan
2) Uji coba angket dan analisis angket, sehingga dapat diketahui
validitas dan reliabilitasnya.
3) Memilih butir pernyataan yang valid, kemudian disusun kembali
menjadi sebuah angket dan digunakan untuk pelaksanaan test awal
(pre test). Berdasarkan perhitungan analisis angket yang telah
dilakukan, jumlah item yang semula sebanyak 65 butir,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
ada 19 butir yang tidak valid dan yang valid sebanyak 46 butir.
4) Ke 46 butir item yang valid tersebut yaitu nomor: 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9,
10, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 45, 48, 49, 52, 53, 54, 57, 60, 61,
62, 63, 65.
5) Menghitung reliabilitas angket
Berdasarkan perhitungan SPSS.16 dengan teknik Cronbach Alpha
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Reliabilitas angket
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.923 65
Tabel diatas menunjukkan bahwa reliabilitas angket yang berjumlah
65 item memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,923
6) Menginterpretasikan tingkat reliabilitas angket pada tabel interpretasi
nilai r. Menurut Sutrisno Hadi dalam (Suharsimi Arikunto, 2006:276)
kriteria reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Interpretasi nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0.200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tak
berkorelasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
7) Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian uji reliabilitas teknik Crobach Alpha di
atas dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r, hasil nilai r berada
antara 0.800 sampai dengan 1,00. Dapat disimpulkan instrumen ini
memiliki tingkat keandalan yang tinggi, sehingga dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data dalam penelitian dan pengukurannya
akan tetap konsisten jika di ulang kembali.
8) Butir pernyataan yang valid dan reliabel kemudian disusun kembali
menjadi sebuah angket yang kemudian digunakan untuk pelaksanaan
test awal (pretest) dan test akhir (posttest)
b. Pemberian test awal
Pemberian test awal (pre test) dilaksanakan pada hari Senin, 30 April
2012 sampai Rabu, 2 Mei 2012 dengan memberikan angket konsep diri kepada
populasi, yaitu seluruh siswa kelas X SMA N 1 Wonosari. Adapun tujuan
pemberian tes awal (pre test) ini adalah untuk memperoleh data tentang konsep
diri siswa. Selain itu, pemberian tes awal (pre test) ini juga digunakan untuk
mengelompokkan siswa yang memiliki konsep diri rendah. Selanjutnya, siswa
yang memiliki konsep diri rendah dipilih sebagai subjek eksperimen.
c. Pengambilan sampel
Sampel penelitian adalah salah satu komponen yang penting untuk
melaksanakan penelitian ini. Berdasarkan teknik sampling bertujuan (purposive
sample), sampel penelitian diambil dari populasi kelas X yang mempunyai
konsep diri rendah, dilihat dari skor pretestnya. Sampel penelitian ini kemudian
dipilih sebagai subjek eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan tanpa
menggunakan kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Hal tersebut
didasarkan atas pertimbangan pengambilan sampel tidak dipilih secara random.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan hasil analisis angket terpilihlah 35 siswa sebagai subjek
eksperimen.
d. Menyusun silabus, satuan layanan, dan materi diskusi kelompok
Penyusunan silabus bertujuan untuk merencanakan pelaksanaan
treatment pada suatu standar kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai peneliti. Silabus yang disusun berisi kompetensi dasar,
indikator, materi yang akan digunakan pada pelaksanan layanan, alokasi waktu
tiap pertemuan, dan bahan atau alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
layanan. Silabus tersebut kemudian di breakdown menjadi satuan layanan yang
disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi. Selanjutnya menyusun rincian materi
layanan digunakan sebagai bahan bimbingan kelompok dengan metode diskusi,
yang kemudian dibuat dalam bentuk modul.
2. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan cara
memberikan treatment yaitu bimbingan kelompok dengan metode diskusi kepada
subjek eksperimen. Berkaitan dengan pemberian layanan bimbingan kelompok
metode diskusi tersebut, peneliti bekerjasama dengan Bapak Joko Sutrisno selaku
Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Wonosari untuk pengaturan jadwal pelaksanaan
penelitian.
Pemberian layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi ini dibagi
dalam 4 satuan layanan yang direncanakan dalam 4 kali pertemuan dengan alokasi
waktu setiap perlakuan 90 menit dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan test akhir
(posttest). Materi yang diberikan berbeda pada tiap pertemuannya, disesuaikan
dengan aspek-aspek yang terkandung dalam definisi operasional konsep diri positif.
Tujuan pemberian layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi ini adalah
untuk mengembangkan konsep diri siswa. Dengan berkembangnya konsep diri siswa,
diharapkan mereka dapat mengubah perilaku mereka sesuai dengan konsep dirinya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
menerima kekurangan dan kelebihan diri secara positif dan mengembangkan potensi
dirinya secara realistis sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Adapun pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi
pada masing-masing pertemuan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan di laboratorium kimia pada hari
Senin, 14 Mei 2012 jam ke 6 selama 90 menit. Pada pertemuan pertama ini,
kegiatan bimbingan kelompok dengan metode diskusi didahului dengan
pembentukan kelompok terlebih dahulu. Subjek eksperimen dibagi menjadi 5
kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 7 orang. Setelah
kelompok selesai dibagi, peneliti mengemukakan materi singkat dengan topik
“Siapakah Aku? (bagian 1)”.
Materi tersebut berisi pemahaman terhadap potensi fisik, penerimaan
potensi fisik dengan sikap positif, dan menghargai perbedaan antar individu.
Setelah materi dikemukakan, seluruh kelompok mendiskusikan tugas mengenai
ciri khas potensi fisik yang dimiliki masing-masing anggota yang tidak dimiliki
anggota lain dalam satu kelompok dan manfaat yang didapat ketika mereka
sanggup menerima diri sendiri (self acceptance), kemudian masing-masing
kelompok mempresentasikannya secara bergantian di depan kelas. Tujuan yang
ingin dicapai oleh peneliti pada pertemuan pertama ini, diharapkan selanjutnya
peserta didik mampu memahami dan menerima keadaan fisiknya secara positif.
b. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan di laboratorium kimia pada hari Jumat,
18 Mei 2012 pada jam ke 4 selama 90 menit. Pada pertemuan kedua ini,
kegiatan bimbingan kelompok metode diskusi didahului dengan pertukaran
anggota kelompok terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pemahaman peserta
didik tidak terpancang pada kelompok yang sama, namun menyeluruh pada
seluruh peserta diskusi. Setelah bertukar anggota kelompok, peneliti
mengemukakan materi singkat dengan topik “Siapakah Aku?(bagian 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Materi tersebut berisi tentang konsep diri, permainan Johari Window,
dan cara mengembangkan sikap positif. Setelah materi selesai dikemukakan,
seluruh kelompok memainkan permainan Johari Window dan mendiskusikan
makna permainan tersebut (penjelasan mengenai aturan permainan dapat dilihat
dalam lampiran materi layanan). Tujuan yang ingin dicapai peneliti pada
pertemuan kedua ini, diharapkan selanjutnya peserta didik mempunyai
pemahaman sikap dan sifat diri yang lebih baik dan menunjukkan perilaku
positif.
c. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan di laboratorium kimia pada hari Senin,
21 Mei 2012 pada jam ke 6 selama 90 menit. Pada pertemuan ketiga ini,
kegiatan bimbingan kelompok dengan metode diskusi didahului dengan
pertukaran anggota kelompok terlebih dahulu. Setelah bertukar anggota
kelompok, peneliti mengemukakan materi singkat dengan topik “Aku dan
Mereka (bagian 1)”.
Materi tersebut berisi bahasan singkat mengenai emosi dan empati.
Seluruh anggota kelompok bertugas mendiskusikan dan mengembangkan
materi singkat tersebut dengan bahasan yang berbeda-beda, yaitu sebagai
berikut: kelompok 1 mendiskusikan mengenai macam-macam emosi positif dan
dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain; kelompok 2 mendiskusikan
mengenai macam-macam emosi negatif dan dampaknya bagi diri sendiri dan
orang lain; kelompok 3 mendiskusikan tentang cara mengelola dan
mengarahkan emosi secara positif; kelompok 4 mendiskusikan mengenai cara
mensikapi permasalahan diri dan orang lain; kelompok 5 mendiskusikan
mengenai cara mengembangkan kemampuan berempati. Kemudian setiap
kelompok bertugas mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara
bergantian. Tujuan yang ingin dicapai peneliti pada pertemuan ketiga ini,
diharapkan selanjutnya peserta didik mampu menyadari keadaan emosinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
disertai kemampuan mengarahkan emosi dengan tepat dan mampu
menunjukkan empati terhadap orang lain.
d. Pertemuan keempat
Pertemuan keempat dilaksanakan di laboratorium kimia pada hari
Jumat, 25 Mei 2012 pada jam ke 4 selama 90 menit. Pada pertemuan ketiga ini,
kegiatan bimbingan kelompok dengan metode diskusi didahului dengan
pertukaran anggota kelompok terlebih dahulu. Setelah bertukar anggota
kelompok, peneliti mengemukakan materi singkat.
Materi tersebut berisi bahasan singkat mengenai menjalin persahabatan
dan membangun hubungan baik dengan orang lain. Setelah materi
dikemukakan, peneliti memberikan beberapa permasalahan yang harus
didiskusikan pemecahannya oleh seluruh kelompok dan kemudian setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian
(materi dan permasalahan yang di diskusikan selengkapnya dapat dilihat dalam
lampiran materi layanan). Tujuan yang ingin dicapai peneliti pada pertemuan
keempat ini, diharapkan selanjutnya peserta didik mampu memahami sikap
sosialnya disertai kemampuan membangun hubungan baik dengan orang lain.
e. Pertemuan kelima
Evaluasi dilakukan pada pertemuan terakhir, yaitu dengan pemberian
test akhir (post test) kepada subjek eksperimen dengan menggunakan angket
yang sama dengan angket yang digunakan pada test awal (pre test). Post test
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 Mei 2012 di ruang kelas XII Bahasa.
Evaluasi sebagai rangkaian terakhir dalam pelaksanaan penelitian
bertujuan untuk membantu siswa menilai kembali konsep dirinya yang
disesuaikan dengan materi dan hasil diskusi yang telah didapatkan melalui
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan evaluasi tersebut
siswa diharapkan mengisi angket posttest sesuai dengan keadaannya setelah
diberikan treatment, sehingga diperoleh data test akhir (posttest) tentang konsep
diri peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini adalah data tentang konsep diri yang dimiliki
siswa. Data diperoleh dari pelaksanaan pretest yang kemudian digunakan sebagai
data awal dan pelaksanaan posttest yang kemudian digunakan sebagai data akhir.
Pelaksanaan pretest dilakukan kepada populasi, yaitu seluruh peserta didik kelas X
kecuali, kelas X.E karena sudah menjadi kelas uji coba angket. Sedangkan
pelaksanaan posttest dilakukan kepada subjek eksperimen yang merupakan peserta
didik yang mempunyai konsep diri rendah.
a. Data Awal
Data awal merupakan data pretest populasi yang juga digunakan untuk
mengkategorikan tingkatan konsep diri berdasarkan skor angket. Jumlah peserta
didik yang mengikuti pre test adalah sebanyak 267 orang dan seluruhnya telah
mengisi angket konsep diri sebanyak 46 item pernyataan. Data skor 267 siswa
yang mengikuti pre test, disajikan pada lampiran 15 dan berikut adalah data
berupa statistik deskriptif yang diperoleh dari pelaksanaan pre test:
Tabel 4.3. Deskripsi Statistik Skor Pre Test Konsep Diri Siswa Kelas X
Statistics
Pretest
N Valid 267
Missing 0
Mean 85.7378
Median 84.0000
Mode 83.00
Std. Deviation 1.24740E1
Minimum 58.00
Maximum 120.00
Sum 2.29E4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Data dalam bentuk tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang
valid ada 267 dan tidak ada data yang hilang. Mean atau rata-rata skor kelas
adalah 85,7378. Median atau titik tengah semua data setelah diurutkan dan
dibagi dua sama besar adalah 84. Mode atau nilai yang sering muncul yaitu 83.
Standar deviasi atau ukuran penyebaran data dari rata-rata yaitu 12,4740. Skor
minimum atau skor terendah pretest adalah 58. Skor maksimum atau skor
tertinggi pretest adalah 120.
Tingkatan konsep diri dibagi dalam 5 kategori, yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Siswa yang mempunyai konsep diri
rendah kemudian dipilih menjadi subjek eksperimen. Kategori tingkat konsep
diri, ditentukan berdasarkan perhitungan mean dan standar deviasi.
Sangat tinggi = Mean + 2SD
= 85,74 + 24,948
= 110.688
Tinggi = Mean + 1SD
= 85,74 + 12,474
= 98,214
Rendah = Mean – 1SD
= 85,74 – 12,474
=73,226
Sangat Rendah = Mean – 2SD
= 85,74- 24,948
= 60,792
Tabel 4.4. Indikator Tingkat Konsep diri
Skor Indikator tingkat konsep diri
> 111 Sangat tinggi (ST)
98 – 111 Tinggi (T)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
74 – 97 Sedang (S)
61 – 73 Rendah (R)
< 61 Sangat Rendah (SR)
Tabel diatas merupakan pedoman dalam menentukan tingkat konsep
diri yang dimiliki siswa berdasarkan skor pretest. Hasil pretest 267 siswa yang
telah didapatkan kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria tingkat konsep
diri diatas. Dari 267 siswa yang mengikuti pretest, terpilih 35 siswa yang
dinyatakan memiliki konsep diri rendah.
Berikut disajikan perhitungan statistik deskriptif skor pretest peserta
didik yang telah dipilih menjadi subjek eksperimen:
Tabel 4.5. Deskripsi Statistik Skor Pre Test Subjek Eksperimen
Statistics
pretest subjek eksperimen
N Valid 35
Missing 0
Mean 67.4857
Median 68.0000
Mode 72.00
Std. Deviation 4.06109
Minimum 58.00
Maximum 72.00
Sum 2362.00
Dari 35 peserta didik yang telah terpilih menjadi subjek eksperimen
tersebut, 33 peserta didik termasuk kategori rendah dan 2 peserta didik yang
termasuk kategori sangat rendah. Mean atau nilai rata-rata 67,4857. Perolehan
skor maksimum atau tertinggi dari subjek eksperimen diatas adalah 72,
sedangkan skor minimum atau terendah adalah 58.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Data Akhir
Data akhir merupakan data post test subjek eksperimen yang menjadi
evaluasi pelaksanaan treatment. Data akhir tersebut diperoleh dari pengisian
angket yang sama dengan angket yang digunakan pada waktu pengumpulan
data awal. Pelaksanaan posttest diikuti oleh 35 peserta didik yang menjadi
subjek eksperimen. Berikut disajikan perhitungan statistik deskriptif skor
posttest peserta didik yang telah dipilih menjadi subjek eksperimen
Tabel 4.6. Deskripsi Statitistik Skor Post Test Subjek Eksperimen
Berdasarkan data perhitungan statistik diatas menunujukkan bahwa
jumlah data yang valid sebanyak 35 dan tidak ada data yang hilang. Mean atau
rata-rata skor post test subjek eksperimen adalah 106,06. Median atau titik
tengah semua data setelah diurutkan dan dibagi dua sama besar adalah 105.
Mode atau nilai yang sering muncul yaitu 98. Standar deviasi atau ukuran
penyebaran data adalah 6,15937. Skor maksimum atau tertinggi post test adalah
120, sedangkan skor minimum atau terendah adalah 98.
Statistics
Posttest
N Valid 35
Missing 0
Mean 1.0606E2
Median 1.0500E2
Mode 98.00a
Std. Deviation 6.15937
Minimum 98.00
Maximum 120.00
Sum 3712.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum data dalam penelitian kuantitatif seperti penelitian eksperimen ini
di uji hipotesis, diperlukan pengujian data terlebih dahulu atau disebut dengan uji
persyaratan analisis. Salah satu uji persyaratan analisis, yaitu dengan menggunakan
hitungan statistik. Pengujian persyaratan analisis dengan menggunakan hitungan
statistik dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) untuk penelitian komparatif, pengujian
persyaratan meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, 2) untuk penelitian
korelasional mencakup uji normalitas dan linearitas (UNS, 2012:20)
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, namun tidak menggunakan
uji homogenitas untuk pengujian persyaratan analisisnya. Hal tersebut dikarenakan
tidak adanya kelompok kontrol atau kelompok pembanding pada penelitian ini. Uji
homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan dua atau lebih kelompok sampel
berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dapat diartikan uji
homogenitas hanya digunakan jika dalam suatu penelitian terdapat dua kelompok
atau lebih yang diteliti dan berasal dari populasi yang sama. Atas pertimbangan
tersebut, uji persyaratan analisis pada penelitian ini hanya menggunakan uji
normalitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, baik data pretest maupun data post
test subjek eksperimen. Adapun uji normalitas data penelitian ini menggunakan
teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 16. Dikemukakan oleh Yohanes
Anton Nugroho (2011:33) bahwa “uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melihat
seberapa besar kecenderungan populasi dari suatu sampel mendekati distribusi
normal dan untuk menguji sampel berasal dari populasi yang identik”. Uji pendekatan
terhadap distribusi normal menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov berlaku
hipotesis:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Ho : data berasal dari populasi distribusi normal
Ha : data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Hipotesis tersebut selanjutnya diuji dengan statistik dengan kriteria uji sebagai
berikut:
Jika Dhitung > Dtabel Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Dhitung < Dtabel Ho ditolak dan Ha diterima
Uji normalitas dilakukan pada data awal atau pretest dan data akhir atau
posttest subjek eksperimen. Adapun hasil uji normalitas data pretest subjek
eksperimen dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.7. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pre Test Subjek Eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Skorpretest Skorposttest
N 35 35
Normal
Parametersa
Mean 67.4857 1.0606E2
Std. Deviation 4.06109 6.15937
Most Extreme
Differences
Absolute .133 .111
Positive .133 .111
Negative -.132 -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .788 .657
Asymp. Sig. (2-tailed) .564 .782
Berdasarkan tabel distribusi normal diatas diketahui signifikansi uji
Kolmogorov-Smirnov data pre test atau nilai Dhitung data pretest adalah sebesar 0,564
dan Dtabel, dengan n = 35 dan α=0,05, diketahui sebesar 0,224. Selanjutnya nilai
tersebut diujikan dengan menggunakan statistik penguji, menunjukkan nilai Dhitung >
Dtabel (0,564 > 0,224) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan diketahui nilai
Dhitung posttest adalah sebesar 0,782 dan nilai Dtabel adalah sebesar 0,224, nilai tersebut
diujikan dengan menggunakan statistik penguji, menunjukkan nilai Dhitung > Dtabel
(0,782 > 0,224) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pretest dan post test subjek eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Merujuk dari perolehan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov data pre test
dan post test subjek eksperimen diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh data
berdistribusi normal. Berdistribusi normal mempunyai arti bahwa seluruh subjek
eksperimen berasal dari populasi yang identik yaitu memiliki kriteria dan keadaan
yang sama ketika belum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara yang masih
perlu di uji kebenarannya. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji diterima atau
tidaknya pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis
alternatif atau disingkat Ha dalah hipotesis yang menyatakan adanya suatu hubungan
atau adanya suatu perbedaan antara dua kelompok kelompok. Sedangkan hipotesis
nol atau disingkat H0 adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau
tidak ada suatu perbedaan antara dua kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006:71)
Pengujian hipotesis dilakukan setelah dilaksanakan uji normalitas data.
Sesuai dengan uji normalitas diketahui bahwa nilai pretest dan posttest pada subjek
eksperimen berdistribusi normal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan layanan
bimbingan kelompok dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis Paired Sample t-test. Dikemukakan oleh Duwi Priyatno (2009:78) bahwa
“Paired Sampel t-test merupakan metode statistik digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif dengan menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel berpasangan”.
Dengan kata lain, metode ini digunakan untuk membandingkan mean pre test dan
post test dengan tujuan mengetahui perbedaan keadaan sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan atau treatment. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dilakukan perhitungan mean pretest dan posttest. Berikut hasil perhitungan mean
pretest dan posttest:
Tabel 4.8. Deskripsi Mean Skor Pretest – Posttest dengan Paired Sample t-test
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui mean atau rata-rata skor angket
konsep diri pada pelaksanaan pre test adalah sebesar 67,49. Sedangkan rata-rata skor
angket pada pelaksanaan post test adalah sebesar 106,06. Tabel tersebut menunjukkan
adanya peningkatan mean atau rata-rata skor antara sebelum (pre test) dan sesudah
perlakuan (post test).
Setelah mengetahui mean pretest dan posttest, dilakukan pengujian hipotesis
menggunakan Paired Sample t-test dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan pernyataan hipotesis
Pengujian hipotesis dalampenelitian ini dilakukan dengan mengajukan 1
hipotesis, yaitu pengujian terhadap nilai pretest dan posttest
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan penerapan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri
pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari antara sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan
Ha : Ada perbedaan signifikan penerapan layanan bimbingan kelompok
dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Wonosari antara sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan
2. Menentukan thitung dan signifikansi
Untuk menetukan thitung dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas SPSS 16.0
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Posttest 1.0606E2 35 6.15937 1.04112
Pretest 67.4857 35 4.06109 .68645
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai ttabel dengan Paired Sample t-
test
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai thitung adalah 40,072 dan signifikansi
0,000 yang berarti data ini sangat signifikan
3. Menentukan t tabel
Nilai ttabel berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan dengan
signifikansi (α) = 0,05, dan df = 34 adalah sebesar 1,691
4. Menentukan Kriteria Penerimaan Hipotesis:
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima Ha ditolak
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak Ha diterima
Sedangkan untuk tingkat signifikan,:
Jika nilai signifikan > 0,05, maka H0 diterima Ha ditolak
Jika nilai signifikan < 0,05, maka H0 ditolak Ha diterima
5. Pengujian hipotesis
Berdasarkan tabel perhitungan uji hipotesis di atas, diketahui thitung sebesar
= 40,072 sedangkan ttabel sebesar = 1,691. Hal tersebut menunjukkan bahwa thitung
> ttabel (40,072 > 1,691) dan sig < 0,05 (0,000 < 0,05), berarti sangat signifikan,
sehingga H0 ditolak Ha diterima. Maka dapat disimpulkan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi efektif untuk mengembangkan konsep diri
pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari.
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
1
posttest –
pretest 3.85714E1 5.69461 .96256 36.61526 40.52760 40.072 34 .000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Merujuk dari perhitungan uji hipotesis dengan memanfaatkan fasilitas
SPSS 16 diatas, diketahui bahwa rata-rata skor angket konsep diri setelah
pemberian perlakuan lebih tinggi daripada sebelum pemberian perlakuan,
sehingga dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok dengan metode
diskusi efektif untuk mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Wonosari.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan Paired Sample t-test diketahui
nilai thitung = 40,072 dan ttabel = 1,691 maka thitung > ttabel (40,072 > 1,691) dan
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menunjukkan ada peningkatan yang signifikan konsep diri setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi efektif
untuk mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari
tahun pelajaran 2011/2012, diterima.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok
efektif untuk mengembangkan konsep diri. Sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Hasanatul Khairian (2009:99) yang menerangkan bahwa diskusi
kelompok efektif digunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial, hasrat
penerimaan diri, dan empati. Di dalam kelompok, siswa memiliki kesempatan untuk
meningkatkan sistem dukungan terhadap diri dengan cara menjalin hubungan yang
akrab dengan anggota lain, sehingga muncul suatu hasrat untuk menerima diri secara
positif. Penerimaan diri yang baik akan membuat siswa nyaman dengan keadaan
dirinya, bukan menyesali keadaan diri.
Turut diperkuat pula oleh penelitian Tejo Asmara (2007:107) yang
menunjukkan hasil bahwa bimbingan kelompok dengan teknik Peer Group dapat
membantu siswa mengembangkan konsep dirinya. Bimbingan kelompok dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
metode diskusi merupakan ajang bersosialisasi bagi para anggotanya. Melalui proses
sosialisasi tersebut siswa dapat menambah pemahaman tentang dirinya, berdasarkan
penilaian orang lain. Dengan pemahaman diri itulah siswa dapat menerima diri serta
menjadi lebih menghargai dirinya, dan lebih lanjut mampu mengarahkan diri.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi anggota
kelompok diajak untuk berinteraksi dengan anggota lain dalam mengemukakan
gagasan atau pendapat mengenai topik yang dibahas, pengembangan nilai dan
pengembangan langkah-langkah bersama untuk menyelesaikan peermasalahan yang
dibahas dalam kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok akan terjadi suatu
proses pembelajaran. Pembelajaran itu bisa berbentuk sikap maupun perilaku siswa,
sepaham dengan pendapat Bandura (dalam Sarwono, 1998:21) bahwa “dalam
kelompok terjadi suatu interksi dan peran masing-masing individu yang saling
berinterksi. Serangkaian ini akan menjadikan individu belajar suatu perilaku yang
baru berupa peniruan, ingatan, pemahaman, yang dialami kelompok”
Mengenai hasil pelaksanaan pretest untuk mengetahui kondisi awal siswa
sebelum diberikan perlakuan siswa, dilakukan pada seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 1 Wonosari pada hari Senin, 30 April 2012 sampai 2 Mei 2012. Secara
deskriptif menunjukkan hasil rata-rata skor pretest sebesar 67,49 dengan nilai
tertinggi 72 dan terendah 58. Kemudian diberi perlakuan berupa layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi selama 4 kali. Pada test akhir (posttest) didapatkan
peningkatan sebesar 38,57 point, sehingga nilai rata-rata menjadi sebesar 106,06
dengan nilai tertinggi 120 dan terendah 98. Hal ini mengindikasikan peningkatan
pada konsep diri dengan hasil yang dapat dikatakan memuaskan.
Berdasarkan hasil pretest yang telah dikemukakan diatas, diketahui terjadi
peningkatan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, yang berarti konsep
diri siswa mengalami perkembangan yang signifikan dari tingkat rendah ke tinggi.
Sebanyak 35 siswa yang sebelumnya memiliki konsep diri rendah dan terpilih
menjadi subjek eksperimen, memiliki permasalahan dalam kondisi riilnya, seperti
menujukkan perilaku rendah diri, pesimis, tidak mudah bergaul, dan kurang peduli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dengan teman-temannya. “Mereka yang memiliki konsep diri rendah mempunyai
dasar melakukan penolakan terhadap diri sendiri” (Clara R. Pudjijogyanti 1985: 8).
Artinya mereka tidak dapat memahami dan menerima keadaan diri secara positif,
sehingga yang ada hanya penyesalan terhadap diri. Kondisi tersebut kemudian
berubah setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi,
konsep diri mereka berkembang menjadi tinggi yang ditunjukkan dengan peningkatan
dalam skor posttest. Mereka mulai menunjukkan sikap mempunyai kepedulian
terhadap orang lain, memahami dan menerima diri dengan baik, dan mampu
menciptakan keakraban dengan orang lain. “Individu yang memiliki konsep diri yang
tinggi adalah individu yang mampu memahami dan menerima keadaan dirinya secara
baik dan menyikapinya secara positif, sehingga harga diri mereka tinggi” (Jacinta F.
Rini, 2002).
Pengembangan konsep diri melalui lingkungan menyangkut pada proses
pembentukan identitas. Remaja akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan
teman sebaya, sehingga teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat dalam usaha
mengembangkan konsep diri. Peningkatan isi konsep diri akan berubah seiring usia
seseorang, kususnya remaja usia menengah, terjadi frekuensi peningkatan antara lain
pada sifat kepribadian yang umum, konsistensi tingkah laku, keyakinan, sikap, nilai-
nilai, dan perbandingan dengan orang lain (Burns, alih bahasa Eddy, 1993:211).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa konsep diri dapat berubah seiring
perkembangan seseorang dan interaksinya. Sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan Tjipto Susana, dkk (2006:18) bahwa “konsep diri tidak bersifat
menetap, sehingga masih dapat berubah seiring interaksi seseorang dengan orang lain
terutama dengan teman sebaya”. Artinya kondisi konsep diri cenderung fluktuatif,
sehingga dapat terjadi penurunan ataupun peningkatan baik akibat faktor internal
maupun eksternal. Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya perkembangan konsep diri
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain orang tua, teman sebaya, masyarakat,dan
pengalaman (calhaoun & Acocella, dalam Fasti Rola 2006:11). Dengan kata lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
banyak hal yang dapat menyebabkan konsep diri siswa mengalami peningkatan salah
satunya dengan interaksi dengan teman sebaya.
Melalui pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi
guru pembimbing sebagai praktisi di sekolah dapat memfasilitasi dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengembangkan konsep dirinya, sehingga dapat mencapai
keberhasilan dan kebermaknaan hidup. Intervensi inti dari pemberian layanan
bimbingan kelompok dengan metode diskusi ini adalah memacu siswa untuk bersikap
aktif agar tercipta dinamika kelompok, sehingga timbul suatu komunikasi dan
dukungan positif antar anggota kelompok.
Perkembangan konsep diri siswa yang telah berhasil dicapai pada penelitian
ini, sesuai dengan standar kompetensi layanan bimbingan kelompok dengan metode
diskusi yang ingin dicapai peneliti yaitu, mengembangkan konsep diri siswa. Selain
itu perkembangan konsep diri siswa tersebut juga sesuai dengan tujuan layanan
bimbingan bimbingan kelompok dengan metode diskusi, yaitu: 1) mengembangkan
pengertian terhadap diri sendiri, 2) mengembangkan kesadaran diri dan orang lain, 3)
mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia (Dirkmeyer &
Munro, dalam Tatiek Romlah 2001:99)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
membuktikan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi efektif untuk
mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari dengan
hasil yang sangat signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang layanan bimbingan kelompok dengan
metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri positif yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Konsep diri subjek eksperimen mengalami perkembangan sebesar 38,57 point
setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi,
ditunjukkan dari mean skor pretest sebesar 67,49 sedangkan mean skorpost test
sebesar 106,06.
2. Hasil uji hipotesis menujukkan bahwa nilai thitung = 40,072 dan ttabel = 1,691
maka t hitung > t tabel (40,072 > 1,691) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima,
yang berarti ada perbedaan yang signifikan penerapan layanan bimbingan
kelompok dengan metode diskusi untuk mengembangkan konsep diri pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Wonosari antara sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan
3. Layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi efektif untuk
mengembangkan konsep diri pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonosari tahun
pelajaran 2011/2012
B. Implikasi
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi bagi berbagai pihak, antara lain
Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini mempunyai implikasi sebagai bukti nyata
pentingnya bimbingan dan konseling bagi peserta didik khususnya bimbingan
kelompok dengan metode diskusi, karena mampu membantu siswa untuk
mengembangkan konsep diri di dalam diri mereka.
Bagi guru bimbingan dan konseling, penelitian ini menujukkan bukti nyata
bahwa konsep diri perlu dikembangkan, salah satu dengan layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
bimbingan kelompok dengan metode diskusi, sehingga terbentuk perilaku efektif
pada siswa. Selain itu, guru bimbingan dan konseling memperoleh sumbangan ide
yang lebih bervariasi dari materi-materi layanan dalam penelitian ini, sehingga dapat
digunakan untuk membantu meberikan layanan bimbingan kelompok dengan metode
diskusi pada siswa.
Bagi siswa, penelitian ini membantu siswa mengembangkan konsep diri
dengan baik dalam diri mereka dan menambah wawasan mengenai pentingnya
mengembangkan konsep diri bagi keberhasilan diri.
C. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya memfasilitasi guru bimbingan dan konseling
dalam penyediaan waktu dan bahan yang dibutuhkan untuk menunjang
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode diskusi.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
a. Guru bimbingan dan konseling hendaknya menjadikan layanan
bimbingan kelompok dengan metode diskusi untuk mengembangkan
konsep diri, menjadi salah satu layanan yang dapat dikembangkan dan
diberikan kepada peserta didik
b. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya menjadikan hasil penelitian ini
sebagai salah satu materi yang dapat dijadikan bahan pengayaan untuk
diberikan kepada siswa
3. Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik sebaiknya dapat mengembangkan konsep diri dalam dirinya
b. Peserta didik sebaiknya mampu merealisasikan konsep diri mereka dalam
bentuk perilaku yang efektif bagi diri mereka.