kedudukan lemabaga legislatif dalam · pdf filedengan demikian otonomi daerah dan...

26
Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005 KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNACNCE SETELAH BERLAKUNYA OTONOMI DAERAH Oleh : H. Surya Perdana 1 Abstrak Salah satu aspek terpenting dalam sistem pemerintahan setelah diundangkannya Undang-undang Pemerintahan Daerah (UUPD) adalah aspek politik menyangkut gubungan antara lembaga legislative dan eksekutfi di daerah yang berpeluang lebih dinamis dan adanya keseimbangan kekuatan (balancing of power). Hal ini sejalan dengan ketentuan yuridis dalam konstitusi Negara Republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 18 UUD 1945 dan UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004. Mengharuskan agar kedua lembaga tersebut ada di setiap daerah otonom, yang keberadaannya sangat diperlukan guna mengemban pelaksanaan prinsip pembagian kekuasaan di daerah yang masning-masing mempunya tugas dan kewenangan sendiri. Keberadaan DPRD sebgai salah satu lembaga penyelenggara pemerintahan turut bertanggungjawab secara politis atas penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya, harus mampu mendorong dan mendukung serta mewujudkan penerapan prinsip-prinsip Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik). Untuk meningkatkan kewajiban lembaga legislative harus mulai dengan pelaksanaan fungsi lembaga secara optimal. Dalam hal ini berdasarkan Pasal 41 UUPD DPRD memiliki 3 (tiga) fungsi pokok yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Pelaksanaan ke 3 fungsi pokok yang ada pada DPRD ini akan menentukan pelaksanaan tugas dan kinerja pemerintahan itu sendiri. Sebaiknya pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan pemerintah daerah tidak terlepas dari fungsi DPRD itu sendiri, hal ini dikarenakan DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah. Kata kunci: Legislatif, Good Governance, Otonomi Daerah A. Pendahuluan Sejalan dengan diberlakukanny Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagai pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok 1 Penulis adalah Dosen Kopertis Wilayah I Medan, Dpk Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, dan saat ini dalam proses penyelesaian S3 Ilmu Hukum di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Upload: doliem

Post on 05-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNACNCE SETELAH BERLAKUNYA OTONOMI DAERAH

Oleh : H. Surya Perdana1

Abstrak

Salah satu aspek terpenting dalam sistem pemerintahan setelah diundangkannya

Undang-undang Pemerintahan Daerah (UUPD) adalah aspek politik menyangkut

gubungan antara lembaga legislative dan eksekutfi di daerah yang berpeluang

lebih dinamis dan adanya keseimbangan kekuatan (balancing of power). Hal ini

sejalan dengan ketentuan yuridis dalam konstitusi Negara Republik Indonesia

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 18 UUD 1945 dan UU No. 22 Tahun 1999

yang telah diubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004. Mengharuskan agar kedua

lembaga tersebut ada di setiap daerah otonom, yang keberadaannya sangat

diperlukan guna mengemban pelaksanaan prinsip pembagian kekuasaan di

daerah yang masning-masing mempunya tugas dan kewenangan sendiri.

Keberadaan DPRD sebgai salah satu lembaga penyelenggara pemerintahan turut

bertanggungjawab secara politis atas penyelenggaraan pemerintahan di

daerahnya, harus mampu mendorong dan mendukung serta mewujudkan

penerapan prinsip-prinsip Good Governance (tata kelola pemerintahan yang

baik). Untuk meningkatkan kewajiban lembaga legislative harus mulai dengan

pelaksanaan fungsi lembaga secara optimal. Dalam hal ini berdasarkan Pasal 41

UUPD DPRD memiliki 3 (tiga) fungsi pokok yaitu fungsi legislasi, fungsi

anggaran dan fungsi pengawasan. Pelaksanaan ke 3 fungsi pokok yang ada pada

DPRD ini akan menentukan pelaksanaan tugas dan kinerja pemerintahan itu

sendiri. Sebaiknya pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan pemerintah

daerah tidak terlepas dari fungsi DPRD itu sendiri, hal ini dikarenakan DPRD

merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai

lembaga pemerintahan daerah.

Kata kunci: Legislatif, Good Governance, Otonomi Daerah

A. Pendahuluan

Sejalan dengan diberlakukanny Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

sebagai pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

1 Penulis adalah Dosen Kopertis Wilayah I Medan, Dpk Pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, dan saat ini dalam proses penyelesaian S3 Ilmu Hukum di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Page 2: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

Pemerintahan di Daerah, yang saat ini telah diganti lagi2 dengan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya dalam tulisan

ini disingkat dengan UUPD), mengakibatkan perubahan yang sangat mendasar

tersebut dikarenakan terjadinya pengalihan kekuasaan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah yang disebut dengan dsentralisasi. Pelaksanaa

dsesntralisasi3 pada dasarnya adalah pengalihan sebagai fungsi-fungsi

pemerintahan pusat yang ditangani oleh Pemerintah Daerah. Namun tidak semua

fungsi-fungsi tersebut dapat dialihkan, tetapi ada yang cukup didelegasikan, atau

yang harus tetap ditangani secara langsung oleh pemerintah pusat.

Di dalam pelaksanaannya sistem dsentralisasi dibentuk dan disusun daerah

provinsi dan daerah kota atau kabupaten, yang berwenang mengurus kepentingan

2 Sesuai isi konsideran menimbang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan

bahwa Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketata negaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti.

3 Pada Pasal 1 UUPD ada istilah desentralisasi, otonomi daerah, dan daerah otonom.

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas-batasi wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa otonomi daerah dapat dilaksanakan jika ada pelimpahan atau pemberian wewenang pemerintahan dari pusat kepada daerah otonom, dalam hal ini pemerintah subnasional. Kemudia permasalahanny adalah apakah dalam otonomi daerah harus ada desentralisasi, jawabannya ya, karena berdasarkan ketentuan dalam UUPD dapat dikatakan otonomi daerah berarti adanya kewenangan untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya sendiri berdasarkan pengertian dan substansi dari desentralisasi. Dengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi merupakan dua sisi dalam satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan dan saling memberi arti. Namun dalam uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian desentralisasi berbeda dengan otonomi. Dalam desentralisasi harus ada pendistribusian wewenang atau kekuasaan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintah lebih rendah. Sedangkan otonomi berarti adanya kebebasan menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh suatu unit politik atau bagian wilayah/teritori dalam kaitannya dengan masyarakat politik atau Negara. Dengan kata lain desentralisasi adalah berkurangnya atau diserahkannya sebagian atau seluruh wewenang pemerintahan dari pusat ke daerah-daerah. Sehingga daerah yang menerima kewenangan bersifat otonom, yakni dapat menentukan caranya sendiri berdasarkan prakarsa sendiri secara bebas. Juli Panglima Saragih, Desentralisasi Fiskal dan keuangan daerah dalam Otonomi, Ghalia Indonesia, Jakarta 2003, hlm. 39.

Page 3: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

masyarakat setempat, menurut prakarsa senfiri, berdasarkan aspirasi masyarakat,

di mana daerah-daerah tersebut masing-masing berdiri sendiri.

Pembentukan daerah didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:

1. Kemampuan ekonomi.

2. Potensi daerah.

3. Sosial budaya.

4. Sosial politik.

5. Jumlah penduduk.

6. Luas daerah.

7. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.4

Desentralisasi selalu dipandang sebagai suatu solusi parsial terhadap

sejumlah permasalahan berkaitan dengan stabilitas dan pertumbuhna ekonomi

dalam suatu negara demokrasi. Bagi suatu negara yang besar disentralisasi adalah

suatu cara untuk mersionalisasikan barang publik (public goods) dan eksternalitas

(manfaat bagi masyarakat) yang berbeda-beda untuk setiap daerah. Desentralisasi

juga dipandang sebagai upaya untuk membedakan dengan rezim penguasa

sebelumnya yang dianggap terlalu sentralisasi sehingga tidak memberika

kesempatan kepada daerah untuk berkembang. Bagi negara dengan beragam

etnisitas, desentralisasi merupakan sarana untuk menyatukan keanekaragaman

ini.5

Sistem pemerintahan di daerah setelah berlakunya UUPD, dititik beratkan

kepada pemerintah daerah kabupaten dan kota, bukan pada daerah provinsi.

Kebijakan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penyelenggaraan pemerintah

akan efektif dan efisien jika antara yang memberi pelayanan dan perlindungan

dengan yang diberi pelayanan dan perlindungan berada dalam jaraka hubungan

yang relatif dekat.

4 Soenobo Wirjosoegito, Proses dan Perencanaan Peraturan Perundang, Ghalia

Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 10 5 Umar Juoro, “Desentralisasi, Demokrasi dan Pemulihan Ekonomi”, dalam Jurnal

Demokrasi dan Ham, Vol.2, Juni-september 2002, hlm. 7.

Page 4: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

Untuk itu, berdasarkan UUPD Pemerintah Daerah diberikan kewenangan

yang luas, nyata dan bertanggungjawab sehingga memberika peluang kepada

daerah agar dengan leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas

prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi

setiap daerah. Namun kewenangan tersebut pada dasarnya tetap terdapat

keterbatasan, anatara lain kewenangan dalam bidan politik luar negeri,m

pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional, serta agama, tetap

menjadi kewenangan pemerintah.6

J. Kaloh mengatakan pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya

keleluasaan pemerintah daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan

pemerintah sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas dan peran serta aktif

masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya.7

Berdasarkan ide dalam konsep otonomi daerah, maka tujuan pemberian

otonomi kepada daerah setidak-tidaknya akan meliputi 4 (empat) aspek, yaitu:

6 Berdasarkan penjelasan Pasal 10 ayat (3) UUPD, yang dimaksud dengan urusan politik

luar negeri dalam arti mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetepakan kebijakan luar negeri, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan urusan pertahanan misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang, menyatakan Negara atau sebagian wilayah Negara dalam keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan Negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela Negara bagi setiap warga Negara dan sebagainya. Yang dimaksud dengan urursan keamanan misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian Negara, menetapkan kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang. Kelompok atau organisasi yang kegiatannya menggangu keamanan Negara dan sebagainya. Yang dimaksud dengan urusan yustisi misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapakan kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang, Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang, peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional. Dan yang dimaksud dengan urusan moneter dan fiscal nasional adalah kebijakan makro ekonomi, misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang dan sebagainya. Sementara yang dimaksud dengan urusan agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberdaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah. Khusus di bidan keagamaan sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh pemerintah kepada daerah sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan daerah dalam menumbuhkembangkan kehdiupan beragama.

7 J. Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah; Suatu Solusi Dalam menjawab Kebutuhan

Lokan dan Tantangan Global,Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 57.

Page 5: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

1. Aspek politik, yakni untuk mengikutsertakan, menyalurkan inspirasi dan

aspirasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri maupun untuk

mendukung politik dan kebijaksanaan nasional dalam rangka membangun

proses demokrasi di lapisan bawah.

2. Aspek manajemen pemerintah, yakni memberikan pelayanan terhadap

masyarakat dengan meperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidan

kebutuhan masyarakat.

3. Aspek kemasyarakatan, yakni memberika partisipasi dan menumbuhkan

kemandirian masyarakat, sehingga masyarakat semakin mandiri dengan tidak

terlalu banyak bergantung kepada pemerintah pusat.

4. Aspek ekonomi pembangunan, yakni melancarkan pelaksanaan program

pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin

mengingkat.8

Salah satu aspek terpenting dalam sistem pemerintahan setalah

diundangkannya UUPD adalah aspek politik menyangkut hubungan anatar

lembaga legislative dan eksekutif di daerah yang berpeluang lebih dinamis dan

adanya keseimbangan kekuatan (balancing of powe). Karena itu di dalam Pasal 18

UUD 1945 dan UUPD mengharuskan adanya kedua lembaga tersebut disetiap

daerah otonom dan keberadaannya sangat diperlukan guna mengemban

pelaksanaan prinsip pembagian kekuasaan di daerah yang masing-masing

mempunyai tugas dan kewenangan sendiri.

Bila dilihat ketentuan Pasal 19 ayat (2) UUPD9 maka secara tegas terjadi

hubungan antara badan legislative dengan badan eksekutif dalam menjalankan

roda pemerintahan di daerah. Artinya, badan legislative daerah mempunyai

kedudukan yang sederajat dan menjadi mitra kerja pemerintah daerah dalam

mengelola dan menjalankan orda pemerintahan di daerah. Dengan demikian

secara de jure Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menempati posisi yang sangat

8 Sarundang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

2002, hlm. 35. 9 Pasal 19 ayat (2) UUPD menyatakan penyelenggara pemerintahan daerah adalah

pemerintah daerah dan DPRD.

Page 6: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

kuat dan setara dengan kekuasaan eksekutif, sedangkan secara de facto masih harus

dibuktikan apakah pelaksanaan pemerintahan di daerah DPRD benar-benar mampu

menciptkan check and balance dengan pihak eksekutif sebagai kekuatan penyeimbang

eksekutif daerah.

B. Kedudukan dan Fungsi Legislatif dalam Mewujudkan Lembaga yang Beribawa

Berdasarkan Pasal 40 UUPD legislatif10

(dalam hal ini DPRD) merupakan

lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sebelum diuraikan lebih lanjut, ada baiknya dijelaskan lebih dahulu makna

pemerintah dan pemerintahan menurut teori ketatanegaraan. Ada 3 (tiga) macam

makna pemerintah yaitu:

1. Pemerintah dalam arti keseluruhan lembaga kekuasaan yang ada dalam Negara,

ini berarti meliputi badan legislative, eksekutif, yudikatif, konsultatif dan

akuntatif.

2. Pemerintah dalam arti eksekutfi saja misalnya Presiden di Negara Republik,

raja di Negara Monarchie, berikut semua aparat eksekutifnya baik di pusat

maupun di daerah.

3. Pemerintah dalam arti top-administrator saja, yaitu Presiden dan Raja.

Sedangkan Pemerintahan bermakna mekanisme pelaksaan kekuasaan yang

terselenggara atas kerjasama semua lembaga dan aparat kekuasaan dalam Negara

itu (machinery of state), di mana pihak perwakilan rakyat pun turut termasuk,

yakni DPR dan DPRD.11

10

Legislatif bersal dari kata to legislate, berarti mengatur atau membuat undang-undang. Tugas pokok legislatif adalah mengatur, dalam arti membuat kebijakan yang bersifat strategis atau membuat undang-undang. Lihat sedarmayanti, Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerahh, Upaya Membangun Organisasi Efektif dan efisien Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 163

11 M. Solly Lubis, “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”, Makalah, Disajikan pada

Acara Pelatihan Bagi Anggota DPRD Kabupaten Mandailing Natal Penyabungan, MADINA, 5 Oktober 2002, hlm. 2.

Page 7: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

Atas dasar pengertian tersebut, maka DPRD sebagai salah satu lembaga

penyelenggara pemerintahan di daerah tetap turut bertanggungjawab secara politis

atas penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya.

Untuk meningkatkan kewibawaan lembaga legislative harus dimulai

dengan pelaksanaan fungsi lembaga secara optimal. Dalam hal ini berdasarkan

Pasal 41 UUPD DPRD memiliki 3 (tiga) fungsi pokok yaitu fungsi legislasi, fungsi

anggaran dan fungsi pengawasan. Hal yang sama juga dipertegas dalam Pasal 76

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,

DPR, DPD, DPRD (selanjutnya disingkat UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD) yang

menyatakan DPRD Kabupaten/Kota meruupakan lembaga perwakilan rakyat

daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah Kabupaten/Kota.

Baik DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi

yang sama. Penjelasan12

Pasal 61 UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD merumuskan

bahwa yang dimaksud dengan fungsi legislasi adalah legislasi daerah yang

merupakan fungsi DPRD Provinsi untuk membentuk peraturan daerah provinsi

bersama gubernur. Adapun yang dimaksud dengan fungsi anggaran adalah fungsi

DPRD provinsi bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk menyusun dan

menetapkan APBD yang di dalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan

fungsi, tugas dan wewenang DPRD Provinsi. Sedangkan yang dimaksud fungsi

pengawasan adalah fungsi DPRD Provinsi untuk melaksanakan pengawasan

terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, dan keputusan Gubernur

serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Pada umumnya semua badan perwakilan rakyat (Parlemen, DPR, DPRD)

memiliki dua pokok fungsi utama, yaitu:

12

Hal yang sama juga dijelaskan dalam penjelasan Pasal 77 UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD, yang merumuskan fungsi legislasi daerah yang merupakan fungsi DPRD Kabupaten/Kota untuk membentuk peraturan daerah kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota. Adapun yang dimaksud dengan fungsi anggaran adalah fungsi DPRD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk menyusun dan penetapkan APBD yang di dalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD Kabupaten/Kota. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi pengawasan adalah fungsi DPRD Kabupaten/Kota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, dan keputusan Bupati/Walikota serta kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Page 8: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

1. Fungsi legislatif, yaitu pembuatan peraturan. Menurut teori yang umum, yang

termasuk fungsi, tugas dan kewenangan di bidang legislatif adalah:

a. Hak inisiatif atau prakarsa,

b. Hak amandemen atau usul perubahan peraturan, dan

c. Hak budget atau anggaran.

2. Fungsi control, yaitu fungsi pengawasan terhadap kinerja eksekutif. Yang

termasuk dalam fungsi, tugas dan kewenangan kontrol ialah:

a. Hak petisi, yaitu hak perorangan untuk mengajukan pertanyaan kepada

pihak esksekutif.

b. Hak interpellasi, yaitu hak untuk meminta pertanggungjawaban pihak

eksekutif.

c. Hak enquette, yaitu hak menyebar pertanyaan angket kepada publik untuk

mengetahui pendapat mereka mengenai sesuatu kebijakan dan tidakan

eksekutif.13

Dari uraian di atas, fungsi terpenting yang dieprankan oleh DPRD adalah

fungsi legislasi yaitu fungsi dalam melakukan penyusunan pertaruan daerah.

Seluruh anggota DPRD harus mampu dengan segala upaya untuk melaksanakan

fungsi legislasi ini. Produk peraturan daerah yang dihasilkan oleh DPRD

merupakan cerminan dari lembaga legislatif ini. Produk peraturan daerah yang

banyak memilki kelemahan akan menyebabkan penilaian negatif terhadap kinerja

DPRD sebagai lembaga legislatif.

Untuk meningkatkan peran legislasi, seharusnya perlu diadakan suatu

program orientasi untuk meningkatkan pemahaman dan tanggungjawab anggota

DPRD dalam bidang legislasi. Untuk menghasilkan rancangan produk peraturan

daerah yang baik, maka perlu memperhatikan landasan filosofis, sosiologis, dan

yuridis secara cermat. Banyak produk peraturan daerah yang dihasilkan kurang

memperhatikan ketiga landasan ini. Akibatnya peraturan daerah hanya menjadi

hokum mati belaka yang justru menjadi beban dan mendatangkan keresahan bagi

masyarakat.

13

M. Solly Lubis, Op.Cit., hlm. 1..

Page 9: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

Fungsi legislasi DPRD memegang peranan penting dalam kerangka

pembaruan hokum. Oleh karena sistem hukum yang baik, setidaknya memilki

substansi hukum yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Apabila telah

terpenuhi, diperlukan aparatur hukum untuk mengoperasionalisasikan produk

peraturan daerah tersebut. Disinlilah dibutuhkan good governance, sehingga

diharapakan mampu meningkatkan wibawa pemerintahan yang harus didukung

oleh budaya hukum (legal culture) dari seluruh elemen masyarakat.14

Hendaknya DPRD dalam merumuskan suatu rancangan produk peraturan

daerah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Predictability, dimana rancangan produk peraturan daerah yang akan dibuat harus

memilki prediksi, yatu peraturan daerah tersebut harus dapat memberikan jaminan

dan kepastian hukum dalam meberikan proyeksi pembangunan kedepan.

2. Procedural capability, dimana rancangan produk peraturan daerah yang dibuat

harus memiliki kemampuan procedural dalam penyelesaian sengketa.

3. Codification of goals, dimana dalam pembuatan peraturan daerah dilakukan

pengkodifikasian hukum oleh pembuat hukum yang bertujuan untuk

pembangunan daerah.

4. Education, dimana rancangan produk peraturan daerah harus memiliki

kemampuan untuk pendidikan yang selanjutnya disosialisasikan.

5. Balance, dimana rancangan produk peraturan daerah harus berperan untuk

menciptakan keseimbangan.

6. Definition and clarity of status, dimana rancangan produk peraturan daerah harus

memiliki status yang jelas dan berperan dalam menentukan definisi.

7. Accommodation, dimana rancangan produk peraturan daerah harrus dapat

mengakomodasi keseimbnagan, definisi dan status yang jelas bagi kepentingan

individu dan keolompok-kelompok dalam masyarakat.

14

Lihat Khaerul H. Tanjung, “Membangung Lembaga Legislatif yang Aspiratif dsan Beribawa dengan Prinsip Good Governance”. Makalah, Disampaikan pada seminar tentang Desiminasi Policy Paper, oleh Komisi Hukum Nasional, Medan, 1-2 Oktober 2003, hlm. 4-5.

Page 10: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

8. Stability, dimana rancangan produk peraturan daerah harus dapat memnuhi unsur

stabilitas sehingga dapat menciptakan keamanan di daerah. 15

Hal yang sama juga dikemukan J.D. Ny Hart, bahwa konsep hukum dalam

pembuatan rancangan produk peraturan daerah sebagai dasar dalam pembangunan

harus memnuhi unsur-unsur predictability, procedural capability, codification of

goals, education, definition and clarity of status, serta accommodation.16

Selaian itu, diharapkan konseo hukum dalam pembuatan rancangan

peraturan daerah harus berlandaskan kepada hukum yang rasional (modern).

Karena dengan hukum modern itu akan dapat dilakukan pengorganisasian

pembangunan dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Adapun ciri-ciri

dari hukum modern adalah pembangunan hukum secara aktif dan sadar untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan cara-cara pendekatan itu diharapkan

akan menciptakan penerapan keadilan, kewajaran serta secara proporsional dapat

pula memberi manfaat pada masyarakat. Artinya aturan hukum tidak hanya untuk

kepentingan jangka pendek saja, akan tetapi harus berdasarkan kepeintingan

jangka panjang.17

Dari uraian di atas diharapak kemampuan DPRD dalam membuat

rancangan produk peraturan daerah dapat lebih maksimal sehingga kewibawaan

lembaga DPRD dapat lebih ditingkatkan, apalagi dalam pelaksanaannya fungsi

lembaga ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan dilakukan dengan

melihat kebutuhan masyarakat. Sehingga, apalagi fungsi legislasi ini berjalan

dengan baik, maka lembaga legislatif dalam nenetapkan anggaran dan melakukan

pengawasan terhadap kinerja pemerintahan akan terselenggara dengan baik,

bahkan dapat membangun haknya.

15

Lihat Loenard J. Theberge, “Law and Economic Development”, dalam Bismar Nasution, “Pengaruh Globalisasi Ekonomi Pada Hukum Indonesia”, Majalah Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Volume 8, Nomor 1, Pebruari 2003, hlm. 12-13.

16 J.D. Ny. Hart, “The Role of Law in Economic Development”, dalam Erman Rajagukguk,

Peranan Hukum Dalam pembangunan Ekonomik, Jilid 2, Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, hlm. 365-367.

17 Lihat Bismar Nasution, “Memoles Hukum Mengundang Investasi”, Harian Medan

Binis, 5 Juni 2004, hlm. 8.

Page 11: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

C. Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban DPRD

Masyarakat politik (political society) yang melibatkan diri dalam

kehidupan politik (political life), terdiri dari supra struktur dan inftra struktur. Di

supra struktur (tataran atas masyarakat politik), ialah mereka yang berada di

semua lembaga kekuasaan pemerintahan, sedangkan di infra strukturnya ialalah

mereka yang berada di partai-partai politik dan organisasi massa (LSM, NGO),

dan bias saja seseorang menduduki dua strategi sekaligus, baik di supra maupun

di infra strukturnya.

Adapun yang menjadi focus dalam pembicaraan ini, ialah tugas,

wewenang, dan hak serta kewajiban mereka yang duduk di DPRD sebagai figur

yang berada di supra struktur masyarakat politik, berikut dengan peranannya

sebagai legislator yang turut berperan dalam penerbitan Peraturan Daerah (Perda).

1. Tugas dan Wewenang DPRD

Untuk meningkatkan kemandirian DPRD dan meningkatkan peranannya

sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah, maka DPRD diberi tugas dan

wewenang yang lebih luas. Dalam Pasal 42 UUPD, DPRD mempunyai tugas dan

wewenang sebagai berikut:

a. Membentuk18

Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat

persetujuan bersama;

18

Berdasarkan penjelasan pasal ini, yang dimaksud dengan “membentuk” dalam ketentuan ini adalah termasuk pengajuan rencana Perda. Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD atau gubernur, atau bupati/walikota, masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, atau kota. Kemudian rancangan Perda dapat disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan khusus yang menangani bidang legislasi DPRD. Rancangan Perda yang telah disiapkan oleh gubernur atau bupati/walikota disampaikan dengan surat pengatarr gubernur atau bupati/walikota kepada DPRD oleh gubernur atau bupati/walikota. Sedangkan rancangan Perda yang elah disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada gubernur atau bupati/walikota. Apabila dalama satu masa siding, gubernur atau bupati/walikota dan DPRD menyampaikan rancangan Perda, mengenai materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan Perda yang disampaikan oleh gubernur atau bupati/walikota digunakan sebgai bahan untuk dipersidangkan. Dan harus dipahami sebuah rancangan Perda harus memuat materi dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabatan lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Page 12: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan

kepala daerah;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan

perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan

pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan

kerja sama internasional di daerah;

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala

daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi

dan kepada Menteri Dalama Negeri melalui Gubernur bagi DPRD

Kabupten/Kota;

e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil

kepala daerah;19

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadapa

rencana perjanjian internasional20

di daerah;

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional21

yang

dilakukan oleh pemerintah daerah;

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawabarn22

kepala daerah dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah;

Lebih lanjut lihat Pasal 12 dan Pasal 26-31 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

19 Berdasarkan penjelasan pasal ini, yang dimaksud dengan “Kekosongan jabatan wakil

kepala daerah” adalah apabila kepala daerah diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), Pasal 31 ayat (2), dana pasal 32 ayat (7) UUPD yang sisa masa jabatannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan, kepala daerah mengusulkan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Lebih lanjut lihat Pasal 35 UUPD.

20Berdasarkan penjelasan pasal ¡ni, yang dimaksud dengan perjanjian internasional”adalah perjanjian antar pemerintah dengarr pihak luar negeri yang terkait dengan kepentingan daerah.

21 Berdasarkan penjelasan pasal ini, yang dimaksud dengan”kerjasama internasional”

adalah kerjasama daerah dengan pihak luar negeri yang meliputi kerjasama kabupaten/kota “kembar” kerjasama teknik termasuk bantuan kemanusiaan, kerjasama penerusan pinjaman/hibah, kerjasama penyertaan modal dan kerjasama lainnya sesuai dengan peraturan perundangan.

22 Berdasarkan penjelasan pasal ini, yang dimaksud dengan laporan keterangan pertanggungjawaban adalah laporan yang disampaikan oleh kepala daerah setiap tahuni dalam sidang Paripurna DPRD yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas otonomi dan tugas

Page 13: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

i. Membentuk panitian pengawas pemilihan kepala daerah;

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraafl

pemilihan kepala daerah;

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan

dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Disebutkan juga bahwa selain tugas dan wewenang seperti disebut di

atas, DPRD memiliki tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam

undang-

undang lainnya, antara lain Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

meriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Sedangkan

dalam UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD, tugas dan wewenang DPRD

provinsi sekedar mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian

gubernur/wakil gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.

Untuk DPRD Kabupaten/Kota juga sekedar mengusulkan pengangkatan dan

pemberhentian bupati/wakil bupati atau walikotalwakil walikota kepada

Menteri Dalam Negeri melalui Geubernur.

Sejajar dengan tugas dan wewenang DPRD provinsi, juga tugas dan

wewenang DPRD kabupaten/kota nyaris sama dengan mengganti kata provinsi

dengan kabupaten/kota, kata gubernur/wakil gubernur dengan bupati,

walikota/wakil walikota.

2. Hak dan kewajiban DPRD.

Berdasarkan Pasal 43 UUPD, DPRD memptlnyai hak:23

a. Interpelasi, yaitu hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah

mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan dan strategis yang

berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan Negara.

pembantuan.

23

Tentang hak dan kewajiban DPRD ¡ni, lihat juga datam Pasal 63 — 67 menyangkut

DPRD provinsi dan Pasal 79—82 untuk DPRD kabupaten/kota UU SK MPR, DPR. DPD, DPRD.

Page 14: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

b. Angket, yaltu pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk meIakukan

penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting

dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan

negara yang di duga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan hak angket dilakukan setelah diajukan hak interpelas dan

mendapat persetujuan dan Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-

kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan

diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah

anggota DPRD yang hadir.

Dalam menggunakan hak angket DPRD membentuk panitia angket yang

terdiri atas semua unsur fraksi DPRD yang bekerja dalam waktu paling lama

60 (enam puluh) hari setelah m enyampaikan hasil kerjanya kepada DPRD.

Sedangkan dalam melaksanakan tugasnya panitia angket dapat memanggil,

mendengar, dan memeriksa seseorang yang dianggap mengetahui atau patut

mengetahui masalah yang sedang diselidiki serta untuk meminta

menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang

diselidiki.

Setiap orang yang dipanggìl, didengar, dan diperiksa wajib memenuhi

panggilan panitia angket kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan

perundang-undangan. Dan apabila telah dipanggil dengan patut secara

berturut-turut tidak memenuhi panggilan, panitia angket dapat memanggil

seecara paksa dengan bantuan kepolisian.

c. menyatakan pendapat, yaitu hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap

kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di

daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sbagai tindak lanjut

pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Dan uraian dan penjelasan tentang 3 (tiga) hak DPRD di atas menenpatkan

gubernur, bupati, dan walikota hdnya sekedar untuk mendengarkan keluh kesah

DPRD dan menjawab dengan kalimat-kalimat bersayap, misalnya “akan

Page 15: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

memperhatikan”. Hak DPRD ini tidak tegas dan tidak jelas apa akibat atau sanksi

apabila gubernur, bupati, walikota tidakmenjalankan saran atau rekomendasi

DPRD. Situasi seperti ini seakan-akan kembali kepada suasana ketika orde baru,

dimana kedudukan kepala daerah (yakni gubernur, bupati, dan walikota) terasa

lebih kokoh dan pada DPRD.

Masih dalam kerangka hak DPRD baik provinsi, kabupaten/kota dalam

Pasal 66 dan Pasal 82 UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD disebutkan:

a. DPRD (provinsi, kabupaten/kota) dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya berhak meminta pejabat negara tingkat provinsi

(kabupaten/kota), badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan

keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah,

bangsa dan negara.

b. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi (kabupaten/kota), badan

hukum, atau warga masyarakat, wajib memenuhi permintaan DPRD Provinsi

(kabupaten/kota) tersebut. Bila tidak dipenuhi maka akan dikenakan

panggilan paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan apabila

panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yanng bersangkutan

dapat disandera paling lama 15 (lima belas) hari. Namun bagi pejabat yang

disandera, habis masa jabatannya atau berhenti dari jabatannya, yang

bersangkutan harus dilepas dan penyanderaan demi hukum.

Berdasarkan P asal 44 U UPD, anggota D PRD juga mempunyai hak.24

yaitu:

a. Mengajukan rancangan peraturan daerah;

b. Mengajukan pertanyaan;

c. Menyampaikan usul dan pendapat;

24

Tentang hak anggota DPRD ini, lihat juga dalam Pasal 64 menyangkut DPRD provinsi dan Pasal 80 untuk DPRD kabupaten/kota UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD.

Page 16: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

d. Memilih dan dipilih;

e. Membela din; Imunitas;

f. Protokoler; dan

g. Keuangan dan administratif.

Sepintas kehhatan bahwa hak anggota DPRD di atas cukup luas menarik.

Akan tetapi dalam praktek sulit merealisasikannya, contoh mengajukan

rancangan Perda, apakah mungkin seorang anggota DPRD menyusun rancangan

Perda. Artinya sangat sulit untuk mempertahankan hak bagi anggota-anggota

DPRD apabila berdiri sendiri tanpa dilakukan secara kolektif.

Selain tugas dan wewenang, seria hak .DPRD benikut UUPD dalam Pasal

45 menyebutkan bahwa anggota DPRD mempunyai kewajiban:

a. Mengamalkan Pancasila, rnelaksanakan Undang-undang Dasar Negeri

Republik Indonesia Tahun 1945, dan menaati segala peraturan perundang-

undangan;

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraari pemerintah

daerah;

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

d. Memperjuangkan peninigkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

e. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

f. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan

golongan;

g. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota

DPRD sebagal wujud tanggungjawab moral dan politis terhadap daerah

pemilihannya;

h. Menaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpah/janji anggota DPRD;

i. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang

terkait.

Page 17: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

Untuk melaksanakan tugas dan haknya yang begitu berat, maka anggota

DPRD baik provinsi, kabupaten/kota memiliki kekebalan, hal ini diatur dalam

Pasal 103 UU SK MPR, DPR, DPD, DPRD yang menyebutkan:

a. Anggota DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota tidak dapat dituntut di

hadapan pengadilan karena pemyataan, pertanyaan dan/atau pendapat yang

dikemukakan secara usan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPRD

provinsi, dan DPRD kabupaten/kota, sepanjang tidak bertentangan dengan

peraturan tata tertib dan kode etik masing-masing lembaga. Ketentuan

tersebut tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan

mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk

dirahasiakan. atau hal-hal yang dirnaksud oleh ketentuan mengenai

pengumuman rahasia negara dalam buku kedua Bab I Kitab Undang-

undang Hukum Pidana.

b. Anggota DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenlkOta tidak dapat diganti

antar waktu karena pernyataan, pertanyaan danlatau pendapat yang

dikemukakan dalam rapat DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

Dari uraian di atas, upaya meningkatkan kinerja DPRD dalam

mewujudkan good governance, serta mengingat luasnya tugas, fungsi, hak dan

kewajiban DPRD dan anggota DPRD, maka demi mencapai pemenuhannya

aggota DPRD dilarang;

a. Anggota DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/Kota tidak boleh menjabat

sebagai:

1) Pejabat negara lainnya;

2) Hakim pada badan peradilan;

3) Pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pegawai pada badan usaha

milik Negara, badan usaha milik daerah dan/atau badan lain yang

anggarannya bersumber dari APBD/APBD.

b. Anggota DPRD provins dan kabupaten/kota tidak boleh melakukan

pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swata,

akuntan publik, konsultan, advokatlpengacara, notaris, dokter praktek dan

pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak

Page 18: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

sebagai anggota DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Anggota

DPRD provinsi, dan kabupaten/kota yang melakukan pekerjaan tersebut

wajib melepaskan pekerjaannya selama m enjadi anggota DPRD provinsi,

dan DPRD kabupaten/kota. Apabila anggota DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota tersebut tidak mematuhinya, maka diberhentikan oleh

pimpinan berdasarkan hasil pemeriksaan badan kehormatan DPRD.

c. Anggota DPRD provinsi, dan kabupaten/kota tidak boleh melakukan

korupsi, kolusi dan nepotisme.25

Dan rumusan di atas tentang larangan bagi anggota DPRD dapat

disimpulkan bahwa anggota DPRD tidak boleh. “nyambi”, dalam hal ini

masyarakat dapat mengawasi anggota DPRD di daerahnya, apakah para anggota

DPRD benar-benar dan konsekuen melaksanakan tugasnya. Apabila tidak

melakukan tugasnya dengan baik, maka masyarakat dapat mengadukan kasus

anggota DPRD tersebut kepada pimpinan DPRD atau pimpinan Fraksinya untuk

ditindak sebagaimana mestinya.

Selanjutnya DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun kode

etik, yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota selarna

menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan

kredibilitas DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Kode etik DPRD juga

seharusnya memuat jenis sanksi dan mekanisme penegakan kode etik yang

ditetapkan oleh masing-masing lembaga.

D. Good Governance dalam Lembaga Legislatif

Menterjemahkan istilah good governance ke dalam bahasa Indonesia

seringkali kurang memuaskan hal ini dikarenakan sulitnya mencari padanan kata

yang tepat untuk istilah ini. Bondan Winamo pemah menawarkan kata

25

B.N. Marbun, DPRD Dan Otonomi Daerah Setelah Amandemen UUD 1945 Dan Undang-undang Otonomi Daerah 2004, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2005, hlm. 78.

Page 19: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

“penyelenggaraan” sebagal terjemahan kata governance, namun dipandang belum

memadai untuk mewakili substansi makna sebenamya dan istilah governance.26

Bahkan, penggunan kata ini sering di rancukan dengan penggunaan kata

“gouvernment, yang memiliki terjemhan “pemerintah.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik secara teoritis dikenal dengan

apa yang disebut good governance. Menurut Adnan Buyung Nasution,27

konsep

good governance mengacu pada pengelolaan sistem pemerintahan yang

menempatkan transparansi, kontrol, dan accountability yang dijadikan sebagai

nilai-nilai yang sentral. Dalam implementasi good governance ini hukum harus

menjadi dasar, acuan, dan rambu-rambu bagi penerapan konsep tersebut. Artinya,

perlu suatu upaya bagaimana rule of law itu sendiri di dalam rnenentukan suatu

good governance. Hal senada diakui B. Arief Sidharta28

yang menyatakan bahwa

good governance hariya mungkin terwujud dalam negara hukum yang di dalam

penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bemegara berlaku supremasi

hukum.

Good governance29

yang dimaksud adalah merupakan proses

penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goods

dan service disebut governance (pemerintah atau kepemerintahan), sedangkan

praktek terbaiknya disebut good governance (kepemerintahan yang baik). Agar

good governance dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka

26

Edi Wibowo, dkk, Memahami Good Governance & Good Coapoiate Governance, Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta, tt., hIm. 7.

27 Adnan Buyung Nasution, “Good Governance”, dalam Media Indonesia, 11 September

1998. Bandingkan dengan Happy Bone Zulkamain, “Kendala Terwujudnya Good Governance”, daIam Pikiran Rakyat, 22 Januan 2002.

28 B. Arief Sidharta, “Sebuah Catatan Tentang Good Governance”, dalam Pikiran Rakyat,

20 September 1999. 29

Governance menurut definisi dan World Bank adaiah “the way state power ¡s used in managing economic and social resources for development and society” Sementara UNDP mendefinisikan sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Berdasarkan definisi terakhir ini, goovernance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu; Pertama, economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasititasi terhadap equity, poverty dan quality of live. Kedua, political governance adaiah proses keputusan untuk formulasi kebijakan. Ketiga, administrative governance adaiah sistem impiementasi proses kebijakan. Lihat Sedarmayanti, Op.Cit., hlm. 4-5.

Page 20: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah dan

masyarakat. Good Governance yang efektif menuntut adanya alignment

(koordinasi) yang baik dan integritas, professional serta etos kerja dan moral yang

tinggi. Dengan demikian penerapan konsep good governance dalam

peneyelenggaraan kekuasaan pemerintah merupakan tantangan tersesndiri

terutama bagi pihak lembaga legislatif (dalam hal ini DPRD).30

Governance, selain sebagai praktik dan kekuasaan politik, administrasi

dan ekonomi yang digunakan untuk mengelola masalah-masalah nasional, juga

merupakan sebuah bentuk mekanisme proses hubungan, dan jaringan institusi.

yang kompleks, dalam mana warga negara dan kelompok-kelompok yang ada

mengartikulasikan kepentingan mereka. Hal ini memiliki implikasi bahwasanya

hampir semua organisasi, asosiasi atau semua lembaga dalam masyarakat

mempunyai pengaruh yang juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi governance.

Begitu banyaknya institusi-institusi dengan berbagai basis berbeda yang

terlibat dalam mekanisme governance, maka dapat dikelompokkan ke dalam tiga

ranah atau domain yang mana fungsi-fungsi governance eksis dan bekerja di

dalamnya, yaitu ranah negara, ranah privat atau bisnis dan ranah civil society.31

Menurut Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), kata kunci untuk

memahami good governance adalah pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar

good governance itu sendiri. Oleh karena, prinsip-pnnsip tersebut menjadi tolok

ukur kinerja suatu pemerintahan. Pada dasamya prinsip good governance

bukanlah istilah baru, karena prinsip ini telah dikenal dalam tata pemerintahan

kita, melalui asas-asas umum pemerintahan yang baik.32

Arti good dalam good governance mengandung dua pengertian sebagai

berikut:

30

Ibid. hlm. 2 31

Edi Wibowo dkk, Op.Cit,. hlm. 19. 32

Koesnadi Hardjosoemantri, ‘Good Governance Dalam Pembangunan BedeIanjutan Di Indonesia”, Makalah, disampaikan pada Lokakarya Pembangunan Hukum Nasional Ke VIII diBali, 15 Juli 2003, hIm. 1.

Page 21: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

1. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang

dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan,

kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.

2. Aspek fungsional dan pemenintahan yang efektif dan efisien dalam

pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian ini, good governance beronientasi pada:

1. Onientasi ideal, negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.

Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara

dengan elemen konstituennya seperti legitimacy (apakah pemerintah) dipilih

dan mendapat kepercayaan dan rakyat, accountability (akuntabilitas),

securing of human rights, autonomy and devolution of power, dan assurance

of civilian control.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien

dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi kedua ini

tergantung pada sejauhmana pemerintah mempunyai kompetensi, dan

sejauhmana strukiur serta mekanisme politik serta administratif beníungsi

secara efektif dan efisien.

Menyikapi hal tersebut UNDP mengajukan karakteristik good governance

yang saling memperkuat dan tidak dapat berdini sendiri, yaitu:

1. Participation, setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi

legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun

atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara

konstruktif.

2. Rule of law, kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan.

3. Transparency, dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses lembaga

dan informasi secara langsung dapat diterima oleh meraka yang

membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dipantau.

4. Responsiveness, dimana lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani

setiap stakeholders.

Page 22: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

5. Consensus orientation, dimana good governance menjadi perantara

kepentingan yang berada untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan

yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.

6. Effectiveness and efficiency, dimana proses dañ lembaga menghasilkan sesuai

dengan apa yang tetah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia

sebaik mungkin.

7. Accountability, dimana para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

swasta dan masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan

lembaga stakeholder. Akuntabilitas ¡ni tergantung pada organisasi dan sifat

keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal

atau ekstemal organisasi.

8. Strategic vision, dimana para pemimpin dan publik harus mempunyai

perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas seria

jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.33

Atas dasar uraian tersebut, maka diharapkan lembaga legislatif (DPRD)

seharusnya menerapkan prinsip tata kelola pemenntahan. Oleh karena salah satu

fungsi legislatif adalah lembaga perwakilan, dan penyalur aspirasi masyarakat,

maka setiap anggota legislatif dalam menjalankan fungsinya harus memiliki

kesadaran bahwa sebagal perwakilan rakyat maka harus berlindak sebagai pelayan

publik, sesuai dengan tujuan negara. Sehingga secara umum prinsip good

governance yang perlu diimplementasikan lembaga legislatif dalam peningkatan

peranannya adalah:

1. Peningkatan partisipasi masyarakat. Partisipasi ini tidak saja pada saat

pemilihan umum melainkan sampai pada saat DPRD membahas kebijakan

yang akan diambil. Hak warga masyarakat dapat disampaikan secara

langsung maupun melalul lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili

kepentingan mereka. Partisipasi ini adalah wujud dihormatinya hak warga

negara dalam berkumpul dan menyampaikan pendapat, serta kapasitas untuk

berpartisipasi secara konstruktif.

33

Lihat Sedarmayanti, Op.Cit., him. 7-8.

Page 23: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

2. Pentingnya prinsip keterbukaan (transparansi) terhadap setiap kebijakan yang

sedang maupun yang akan dilakukan. Kemudahan masyarakat untuk

memperoleh informasi, akan memberi kemudahan bagi masyarakat yang

membutuhkan informasi. Lembaga DPRD seharusnya menyediakan informasi

yang memadai sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat.

Apabila ada kemudahan akses informasi maka sudah tentu sosialisasi maupun

penerapan kebijakan dapat didukung oleh segenap masyarakat.

3. Lembaga DPRD di dalam memberikan kesempatan berpartisipasi, harus

ditakukan tanpa memperhatikan status sosial wrga masyarakat. Prinsip

kesetaraan (equality) maupun menumbuhkan kepercayaan masyarakat, bahwa

setidak-tidaknya mareka memiliki harapan untuk memperoleh kesempatan

memperbaiki kehidupan ke arah yang Iebih baik. Proses ini akan

memudahkan pelaksanaan tujuan pembangunan.

4. Kepedulian pada warga rmasyarakat (stakeholder) akan meningkatkan peran

DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat dalam melayani semua pihak yang

berkepentingan.

5. Lembaga legislatif hams mampu bertindak sebagal penghubung dan berbagai

kepentingan yang berkembang dalam masyarakat. Peran lembaga legislatif

dalam mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat akan membangun

konsensus yang dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan.34

Lembaga legislatif dalarn tata pengelolaan pemenntahan harus mampu

memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin, dengan hãrapan

dapat memberi kontribusi yang positif dalam pelaksanaan fungsi dan hak sebagai

penampung aspirasi rakyat. Dengan kata lain, harus mengutamakan keefektifan

dan efisiensi dalam setiap pengambilan maupun pelaksanaan kebijakan.

Pelaksanaan tugas dan fungsi para anggota leg islatif hams memiliki

perspektif luas dan jauh ke depan sesuai dengan program yang telah disusun, yang

menyatu pada kondisi realita sosial. Pemahaman terhadap kompleksitas sejarah,

sosial budaya, sosial ekonomi dapat dijadikan dasar dalam perspektif tersebut.

34

Khaerul H. Tanjung, Op. Cit,. hlm. 7.

Page 24: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

Selain prinsip-prinsip di atas, tidak kalah pentingnya adalah penerapan

prinsip akuntabilitas. Kesadaran masing-masing anggota legislatif, bahwa

kedudukannya adalah amanah masyarakat yang memerlukan pertanggungjawaban

tidak saja pertanggungjawaban terhadap kelompok golongan tertentu, melainkan

tanggungjawab terhadap seluruh rakyat. Oleh karena itu, lembaga legislatif harus

terus berusaha untuk membentuk suatu kerangka hukum yang adil, dan

memberikan perlindungan terhadap hak asas masyarakat. Prinsip supremasi

hukum merupakan kata kunci untuk menjalankan fungsi dan peran DPRD sebagai

lembaga legislatif.

E. Penutup

Keberadaan DPRD memiliki fungsi yang sangat signifikan di

pemerintahan daerah sehingga DPRD juga memiliki fungsi penentu dalam

perwujudan Good Governance, hal ini terlihat dan fungsi DPRD itu sendiri,

misalnya dalam pembuatan kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah

(fungsi legislasi), selain itu dalam hal pelaksanaan pembangunan yang di motori

oleh pemerintah, DPRD juga memiliki fungsi yang menentukan atas keberhasilan

suatu pembangunan, hal ini berkaitan dengan pembiayaan pembangunan di suatu

daerah otonomi. Artinya DPRD berperan untuk menentukan berapa besar alokasi

biaya yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah.

Mewujudkan lembaga legislatif yang profesionalisme dalam

melaksanakan good governance, maka diperlukan anggota DPRD yang tidak

sekedar berkualitas dan memiliki keahlian tertentu, akan tetapi diperlukan juga

kemampuan untuk merespon aspirasi masyarakat yang berkembang pesat

sehubungan dengan terjadinya peningkatan kesejahteraan para anggota DPRD

yang disikapi dengan lahirnya inovasi-inovasi baru sehingga menjadikan proses

kerja dan pelayanan lembaga legislatif menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan itu

semua, maka lembaga legislatif harus menciptakan hubungan yang harmonis, baik

antara sesama anggota DPRD itu sendiri maupun antara anggota DPRD dengan

masyarakat agar tercipta good govemence yang dicita-citakan dengan memegang

teguh kepada beberapa acuan, antara lain:

Page 25: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

1. Memegang teguh rasa dan etika demokrasi dengan perilaku dan budi pekerti

yang baik.

2. Memiliki sikap keterbukaan terhadap semua pihak.

3. Bersikap saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

4. Menciptakan rasa kebersamaan dengan semua pihak.

5. Memiliki pandngan dan wawasan yang luas.

6. Berpendidikan cukup memadai.

7. Menjalin komunikasi dan informasi timbal balik atau saling mengisi.

8. Meninggalkan pola pikir segmental/kelompok/partainya dan berwawasan

kebangsaan yang lebih luas.

9. Mengutamakan kepentingan masyarakat umum dañ pada kepentingan pribadi

dan golongannya.

Oleh karenanya dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsinya sebagai anggota legislatif maka diperlukan pembekalan atau orientasi

khusus agar dapat mewujudkan good governance tersebut.

Daftar Pustaka

A. Buku

B.N. Marbun. 2005. DPRD Dan Otonomi Daerah Setelah

Amandemen UUD 1945 Dan Undang-Undang Otonomi Daerah 2004,

Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Edi Wibowo, dkk. t.t. Memahami Good Governance & Good

Corporate Governance, Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia,

Yogyakarta.

Erman Rajagukguk. 1995. Peranan Hukum Dalam Pembangunan

Ekonomi Jilid 2, Universitas Indonesia, Jakarta.

Juli Panglima Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan

Daerah dalam Otonomi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Page 26: KEDUDUKAN LEMABAGA LEGISLATIF DALAM · PDF fileDengan demikian otonomi daerah dan desentralisasi ... dalam kaitannya dengan masyarakat ... “Fungsi Anggota DPRD Sebagai Legislator”,

Kedudukan Lembaga Legislatif………… H. Surya Perdana

Media Hukum, Volume XIV, Nomor 1, Januari – Juni 2005

J. Kaloh. 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah; Suatu Solusi

Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global, Rineka Cipta,

Jakarta.

Soenobo Wirjosoegito. 2004. Proses dan Perencanaan Peraturan

Perundangan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang

Balk) Dalam Rangka Otonomi Daerah, Upaya Memban gun Organisasi Efekiif

dan Efisien Melalul Restrukturisasi dan Pemberdayaan, Mandar Maju,

Bandung.

Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah,

Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.