kedisiplinan siswa sma ditinjau dari religiusitas · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat...

17
KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi Strata 1 pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh : IFFA NABILA FAUZIA F100142010 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi Strata 1 pada

Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

IFFA NABILA FAUZIA

F100142010

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

i

Page 3: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

ii

Page 4: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

iii

Page 5: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

1

KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kedisiplinan siswa SMA ditinjau

dari religiusitas. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi penelitian yaitu

siswa SMA kelas XII di MA X tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 195 siswa

yang terdiri dari 8 kelas, sedangkan sampel penelitian berjumlah 83 siswa yang

diambil dengan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data

menggunakan Skala Kedisiplinan dan Skala Religiusitas. Data dianalisis dengan

teknik korelasi Product Moment, berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai

koefisien korelasi (rx2y)=0,702 dengan sig (1-tailed)= 0,000 (p<0,01) yang berarti

ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kedisiplinan

siswa SMA. Sumbangan efektif antara religiusitas dengan kedisiplinan siswa SMA

sebesar 49,3% sedangkan 50,7% dipengaruhi oleh faktor yang lain. Dari hasil

penelitian ini juga diketahui bahwa kedisiplinan siswa memiliki rerata yang tergolong

tinggi dan religiusitas memiliki rerata yang tergolong sangat tinggi.

Kata Kunci : Kedisiplinan, siswa SMA, Religiusitas

Abstract

The purpose of this research was to know the discipline of senior high school students

in terms of religiosity. The research method that has been used was quantitative. The

submitted hypothesis was, there was a positive relation between thereligiosity with

discipline of senior high school student. The population of the research was students

from 12th grade of senior high school in MA X, 2018-2019, which total 195 students,

consist of 8 classes, meanwhile the sample research of 83 students was used cluster

random sampling method. The data accumulation method used discipline’s scale and

religiosity’s scale. Based on analysis result using correlation technique of Person’s

Product Moment, obtained the value of coefficient of correlation (rxy)=0.702 with sig

(1-tailed)= 0.000 (p<0.01). It showed there was a positive relation which very

significant betweenreligiosity with senior high school student’s discipline, it means

the higher the religiosity level, the higher thestudents’ discipline they have,

otherwise, the lower thereligiositylevel, the lower the students’ discipline they have,

thus the hypothesis in this research was acceptable. Efficiency of contribution of

religiosity with student’s discipline through was about 49.3%, while, 50.7% was

effected by other factors. From the result of this research was known if the subjects’

discipline level on the average was classified as high, and the religiosity was

classified very high.

Keywords: discipline, Senior High School Students, religiosity

Page 6: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

2

1. PENDAHULUAN

Menurut teori perkembangan moral Hurlock (1995), masa remaja berada pada fase

kedua yaitu perkembangan konsep moral. Pada fase ini, kode moral anak sudah mulai

terbentuk, namun dapat berubah apabila mereka harus tunduk pada tekanan social

yang kuat, sehingga akan mengakibatkan perubahan yang melibatkan pergeseran

dalam penekanan. Umumnya, pergeseran ini akan mengarah kepada moralitas

kelompok social orang dewasa atau moralitas konvensional. Kode moral yang masih

mengalami perkembangan menuju kedewasaan sehingga belum terbentuk dengan

matang membutuhkan pengarahan nilai moral pada pelaku pelanggaran. Terkadang

remaja melakukan pelanggaran-pelanggaran contohnya dalam hal kedisiplinan.

Ketidak disiplinan telah menjadi budaya di negara seribu pulau ini. Keluarga

yang kurang menerapkan nilai-nilai disiplin akan mencetak kultur tidak disiplin

kepada anak-anaknya. Begitu seterusnya, anak-anak yang tidak disiplin akan

melahirkan generasi-generasi yang tidak disiplin sehingga memperkuat perilaku

masyarakat yang tidak disiplin (Sudewo, 2011).Rusyan (2014)menjelaskan disiplin

merupakan suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan

karakter anak bangsa. Melalui sikap disiplin anak bangsa, berbagai kegiatan akan

menjadi lebih tertib serta terarah sehingga dapat mencapai tujuan negara yang

diharapkan.

Lebih lanjut,Hurlock (1995) menyatakan bahwa disiplin terdiri dari empat

unsur, yaitu peraturan, hukuman, penghargaan. Sikap disiplin menurut Tu’u (2004),

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah teladan perbuatan, lingkungan

berdisiplin belajar dan latihan berdisiplin belajar. (Maingi, Mulwa, Maithya dan

Migosi, 2017) menambahkan bahwa fasilitas fisik sekolah juga mempengaruhi sikap

disiplin.

Liputan 6 Pagi SCTV, pada hari Sabtu, 13 Agustus 2016 melansir,siswa

berinisial AN terpaksa dikeluarkan dari sekolahnya karena siswa tersebut selalu

membawa mobil ke sekolah yang bertentangan dengan peraturan Bupati Purwakarta.

Sebelumnya pihak sekolah sudah memberi teguran, namun siswa yang tidak memiliki

Page 7: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

3

SIM tersebut masih membawa kendaraannya. Pertimbangan mengeluarkan AN dari

sekolah juga berdasarkan beberapa pelanggaran tata tertib lain yaitu membawa uang

saku 200 ribu per harinya dan pacarnya yang alumnus sering datang ke sekolah untuk

menjemputnya (Liputan6.com, 2016).

Wawancara singkat telah dilakukan peneliti sebagai penelitian awal dengan

salah satu siswi berinisial UA di salah satu pesantren di Sukoharjo. UA mengaku

telah melanggar peraturan lebih dari 3 kali dalam sepekan, yaitu melanggar peraturan

di sekolah seperti terlambat ke sekolah dan tidak memakai seragam sesuai dengan

aturan yang berlaku. UA menjelaskan alasannya yang berawal dari mendesak dan

alasan lainnya yaitu melihat teman dan kakak kelasnya melanggar peraturan.

Wawancara juga dilakukan dengan AF, salah satu siswi di pesantren tersebut. AF

merasa peraturan yang berlaku di pesantren banyak sekali baik dari peraturan sekolah

maupun peraturan di asrama. AF mengaku klasifikasi yang dimilikinya saat ini telah

mencapai B2. AF menjelaskan alasannya yaitu merasa bosan dengan kegiatan serta

banyaknya peraturan yang berlaku di pesantren tersebut.

Berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh siswa mulai dari

membolos, tawuran, menyontek saat Ujian Nasional dan sebagainya menunjukkan

bahwa belum maksimalnya kinerja dari para lembaga penegak disiplin dan fungsi

peraturan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Apabila fenomena-fenomena diatas

dikaitkan dengan agama, hal ini menunjukkan bahwa agama dengan ajaran-ajaran

normatifnya belum teraktualisasi dengan baik.Rahmah (2014) berpendapat bahwa

individu dengan tingkat religiusitas tinggi berarti memiliki hubungan dengan Tuhan

yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari. Individu akan selalu merasa diawasi dan memikirkan konsekuensi dari setiap

perilaku yang tidak sesuai norma agama maupun yang berlaku di masyarakat.

Aviyah dan Farid (2014) menjelaskan religiusitas adalahinternalisasi nilai-

nilai agama akan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama dan kemudian

diaktualisasikan dalam perbuatan serta tingkah laku sehari-hari baik di dalam hati

maupun dalam ucapan. Ancok dan Suroso (2005) menyebutkan religiusitas dengan

Page 8: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

4

istilah keberagamaan diwujudkan dalam berbagai kehidupan manusia, baik yang

menyangkut perilaku ritual (ibadah) atau aktivitas lain dalam kehidupannya yang

diwarnai dengan nuansa agama, baik yang nampak dan dapat dilihat oleh mata atau

yang tidak nampak (terjadi dalam hati manusia).

Glock dan Stark (dalam Ancok, 2005) membagi dimensi religiusitas menjadi

lima macam, yaitudimensi keyakinan (akidah), dimensi praktik agama (syariah),

dimensi penghayatan (akhlak), dimensi pengetahuan agama dan dimensi pengamalan

atau konsekuensi.Religiusitas menurut Thouless (2000), dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah faktor sosial, intelektual, pengalaman dan faktor yang

timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kurniawan dan Retno

Dwiyanti pada tahun 2013 mengenai Hubungan Religiusitas dengan Kontrol Diri

pada Anggota Intelkom Polres Cilacap menunjukkan ada hubungan antara religiusitas

dengan kontrol diri pada anggota Intelkom Polres Cilacap dengan r =0,529, dengan

taraf signifikansi 1% (0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa religiusitas seseorang

yang tinggi akan diikuti dengan kontrol diri yang baik. Rasa keagaaman yang dimiliki

tersebut dapat terefleksikan dalam perilakunya sehari-hari sehingga ia memiliki

kontrol diri yang baik.Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nur Lailatul Muniroh

pada tahun 2013 mengenai Hubungan antara Kontrol Diri dan Perilaku Disiplin pada

Santri di Pondok Pesantren dengan hasil rxysebesar 0,789 dan R2 sebesar 0,623

dengan p = 0.000, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kontrol diri

dan perilaku disiplin.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka peniliti menarik pertanyaan penelitian

“Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kedisiplinan siswa SMA?”

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubunganantara religiusitas

dengan kedisiplinan siswa SMA, tingkat kedisiplian siswa SMA, tingkat religiusitas

siswa SMA dan mengetahui sumbangan efektif kedisiplinan siswa melalui

religiusitas.Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara

religiusitas dengan kedisiplinan siswa SMA.

Page 9: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

5

2. METODE

Penelitian ini memiliki variabel tergantung Kedisiplinan dan variabel bebas

Religiusitas. Populasi penelitian yaitu siswa SMA kelas XII di MAX tahun ajaran

2018/2019 yang berjumlah 195 siswa yang terdiri dari 8 kelas yaitu kelas A-H.

Peneliti mengambil sampel 4 kelas (83 siswa) dengan menggunakan teknik cluster

randomsampling.

Pengumpulan data menggunakan skala yaitu Skala Kedisiplinan Siswa dalam

penelitian ini merupakan skala yang disusun oleh peneliti. Skala ini disusun

berdasarkan aspek-aspek kedisiplinan siswa yang dikemukakan oleh Hurlock (1995)

yang meliputi peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. Skala Religiusitas

disusun oleh Palupi (2013) melalui indikator religiusitas yang diungkap oleh Glock

dan Stark (Ancok dan Suroso, 2005) meliputi keyakinan (aqidah), peribadatan atau

praktek beragama (syariah), penghayatan atau pengalaman, pengetahuan agama

(intelektual) dan pengamalan (akhlak).

Validitas dihitung menggunakan bantuan jasa program komputer paket SPSS

seri 16. Hasil perhitungan validitas skala kedisiplinan dari 34 item memiliki koefisien

validitas yang berkisar antara 0,040 sampai 0,762. Sedangkan hasil perhitungan

validitas skala religiusitas dari 35 aitem memiliki koefisien validitas yang berkisar

antara 0,212 sampai 0,605. Reliabilitas skala dihitung dengan teknik Alpha Cronbach

untuk mengetahui koefisien reliabilitas (ɑ). Kedua skala tergolong reliable dengan

nilai ɑkedisiplinan siswa = 0,889 (34 aitem) dan ɑ skala religiusitas = 0,891 (35

aitem)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji normalitas datavariable kedisiplinan memperoleh signifikansi

sebesar (p)=0,200 (p>0,05) dan variable religiusitas memperoleh signifikansi sebesar

(p)=0,200 (p>0,05) maka kedua data tersebut berdistribusi normal. Hasil uji linieritas

menunjukkan nilai p = 0,554 ( p > 0,05), dengan demikian hubungan antara variabel

religiusitas dengan kedisiplinan siswa SMA bersifat linier. Penelitian ini

menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment.

Page 10: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

6

Tabel 1. Hasil uji Hipotesis

Variabel r Signifikansi

Religiusitas dengan kedisiplinan siswa 0,702 0,000

Berdasarkan hasil analisis,maka diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar

rxy= 0,702 dengan sig (1-tailed) = 0,000 (p < 0,01) yang menyatakan bahwa

religiusitas dengan kedisiplinan siswa SMA memiliki hubungan positif yang sangat

signifikan. Hipotesis yang diajukan peneliti yang berbunyi terdapat hubungan positif

antara religiusitas dengan kedisiplinan siswa SMA, dengan demikian diterima. Hasil

penelitian ini menunjukkan hubungan antar variable berbanding lurus dan searah.

Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin tinggi kedisiplinan siswa begitu

pula sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas maka semakin rendah tingkat

kedisiplinan yang dimiliki siswa.

Hurlock (1995) bahwasannya disiplin merupakan sikap perilaku yang

terbentuk dari kebiasaan – kebiasaan seseorang terhadap lingkungan. Disiplin

memenuhi beberapa kebutuhan yaitu rasa percaya diri, motivasi, kebahagiaan dan

pengendalian perilaku. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja

adalah mempelajari apa yang dihadapkan kelompok dari padanya dan kemudian

membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan social tanpa terus dibimbing,

diawasi, didorong dan dihukum seperti yang dialami pada masa kanak-kanak. Remaja

diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-

kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode

moral yang selanjutkan dijadikan sebagai pedoman bagi perilakunya. Beberapa

remaja bahkan melengkapi kode moral mereka dengan pengetahuan yang diperoleh

dari pelajaran agama.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sarwono

(1999) yang mengatakan bahwa factor agama mempengaruhi perilaku seseorang,

termasuk kedisiplinan. Seseorang yang memiliki religiusitas yang tinggi akan

berperilaku sesuai dengan pertimbangan nilai-nilai agama yang diyakininya, yang

Page 11: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

7

kemudian terwujud dalam perilaku atau sikap disiplin. Drajad (1997) mengatakan

bahwa agama mempunyai peranan penting dalam pembinaan kedisiplinan. Apabila

dihadapkan pada suatu dilemma, seseorang akan menentukkan sikap berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan nilai-nilai moral dan kedisiplinan yang diterapkan dalam

dirinya yang berasal dari agama.

Sebagaimana dimensi religiusitas, dimensi pengalaman menekankan sejauh

mana implikasi ajaran agama mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan

sehari-hari. Rahmah (2014) bahwa individu dengan tingkat religiusitas tinggi berarti

memiliki hubungan dengan Tuhan yang baik dan akan berpengaruh kepada tingkah

lakunya dalam kehidupan sehari-hari karena selalu merasa diawasi dan memikirkan

konsekuensi dari setiap perilaku yang tidak sesuai norma agama maupun yang

berlaku di masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas dengan kedisiplinan

siswa SMA memiliki hubungan positif yang sangat signifikan. Hal ini sesuai dengan

hasil temuan Fajar Kurniawan dan Retno Dwiyanti pada tahun 2013 mengenai

Hubungan Religiusitas dengan Kontrol Diri pada Anggota Intelkom Polres Cilacap

menunjukkan ada hubungan antara religiusitas dengan kontrol diri pada anggota

Intelkom Polres Cilacap dengan r = 0,529, dengan taraf signifikansi 1% (0,01). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa religiusitas seseorang yang tinggi akan diikuti dengan

kontrol diri yang baik. Rasa keagaaman yang dimiliki tersebut dapat terefleksikan

dalam perilakunya sehari-hari sehingga ia memiliki kontrol diri yang baik.

Sumbangan efektif variabel religiusitas diberikan pada variabel kedisiplinan

sebesar 49,3% sehingga masih terdapat 50,7% faktor lain yang mempengaruhi tingkat

kedisiplinanyang dimiliki subjek. Faktor-faktor tersebut antara lain teladan perbuatan

yaitu pengaruh perbuatan dan tindakan dari apa yang dilihat dan didengar, lingkungan

berdisiplin belajar yaitu lingkungan sekitar siswa berdisiplin belajar baik, maka siswa

tersebut dapat berdisiplin baik pula dan begitu pun sebaliknya, latihan berdisiplin

belajar yaitu proses latihan dengan cara mengubah kebiasaan dapat mencapai serta

membentuk sikap disiplin dalam diri siswa (Tu’u, 2004) dan fasilitas fisik sebagai

Page 12: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

8

salah satu strategi untuk menciptakan iklim sekolah yang sehat (Maingi, Mulwa,

Maithya dan Migosi, 2017).

Hasil analisis menyebutkan bahwa variabel kedisiplinan memiliki rerata

empirik (RE) sebesar 107,90 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 85 yang berarti tingkat

kedisiplinan siswa tergolong tinggi. Hasil perhitungan frekuensi dan prosentase,

diketahui dari 83 subjek terdapat 32,5% (27 orang) memiliki tingkat kedisiplinan

sedang, 54,2% (45 orang) memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi dan 13,3% (11

orang) memiliki tingkat kedisiplinan yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

prosentase terbanyak terdapat pada posisi tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa

tingkat kedisiplinan siswa SMA di MA X termasuk tinggi karena mampu memenuhi

aspek-aspek dari kedisiplinan yang dikemukakan oleh Hurlock (1995) meliputi

peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. Hasil analisis yang menunjukkan

tingkat kedisiplinan siswa tergolong tinggi tidak sesuai dengan hasil wawancara

peneliti dengan guru dan siswa yang menunjukkan banyak siswa yang melanggar

peraturan meskipun telah diberi sanksi oleh bagian bimbingan dan penyuluhan (BP).

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya subjek penelitian

melakukan Faking Good atau kurang jujur dalam manjawab skala. Azwar (2012)

menyampaikan beberapa kelemahan penggunakan skala psikologi diantaranya yaitu

sedikit banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relavan seperti suasana

hati subjek, gangguan kondisi dan situasi sekitar. Lebih lanjut, Azwar (2012)

menjelaskan faktor lainnya yaitu pengukuran psikologi terdapat lebih banyak sumber

eror. Saat pengambilan data pada siswa putra diwakilkan oleh salah satu guru

sehingga peneliti tidak dapat memastikan subjek membaca dan memahami setiap

pernyataan dengan teliti dan cermat.

Hasil analisis menyebutkan bahwa variabel religiusitas memiliki rerata

empirik (RE) sebesar 121,57 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 87,5 yang berarti

tingkat religiusitas siswa tergolong sangat tinggi. Hasil perhitungan frekuensi dan

prosentase, diketahui dari 83 subjek terdapat 6,0% (5 orang) memiliki tingkat

religiusitas sedang, 44,6% (37 orang) memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dan

Page 13: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

9

49,4% (41 orang) memiliki tingkat religiusitas yang sangat tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa prosentase terbanyak terdapat pada posisi sangat tinggi. Hal ini

dapat diartikan bahwa tingkat religiusitas siswa SMA di MA X termasuk tinggi

karena mampu memenuhi aspek-aspek dari religiusitas yang dikemukakan oleh Glock

dan Stark (Ancok dan Suroso (2005) meliputi aspek keyakinan (akidah), aspek

peribadatan atau praktek beragama (syariah), aspek pengetahuan agama (intelektual),

aspek pengamalan (akhlak).

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah penelitian

hanya dilakukan pada satu sekolah di Sukoharjo, peneliti juga kurang tepat dalam

memilih tempat penelitian yang mana penelitian ini dilakukan di pondok pesantren

yang merupakan lembaga pendidikan formal bernuansa religi, yang mana siswa

siswinya diharapkan menerapkan nilai-nilai religi dalam kehidupan sehari-hari agar

memiliki religiusitas yang tinggi dibandingkan dengan siswa siswi di sekolah umum.

Selain itu, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random

sampling sehingga subjek penelitian yang dipakai hanya terbatas pada sebagian kelas

XII.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara religiusitas

dengan kedisiplinan siswa SMA. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai

r=0,702, (p)=0,000;(p)<0,01 yang menunjukkan semakin tinggi tingkat

religiusitas maka semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa, begitu pula

sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas semakin rendah tingkat

kedisiplinan yang dimiliki siswa.

2. Subjek penelitian memiliki tingkat kedisiplinan yang tergolong tinggi

3. Subjek penelitian memiliki tingkat religiusitas yang tergolong sangat tinggi

4. Sumbangan efektif variable religiusitas terhadap kedisiplinan sebesar 49,3%.

Hal ini berarti ada 50,7% factor lain yang mempengaruhi kedisiplinan siswa

Page 14: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

10

yang tidak diteliti oleh peneliti seperti teladan perbuatan, lingkungan

berdisiplin belajar, latihan berdisiplin belajar dan fasilitas fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Amoah, Samuel Asare, dkk. (2015). Managing school discipline: the students' and

teachers' perception on disciplinary strategies. British Journal of Psychology

Research Vol.3, No.2, pp. 1-11

Ancok, D. S. (2005). Psikologi Islami. Jakarta: Pustaka Belajar.

Aviyah, E. F. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja. Persona,

Jurnal Psikologi Indonesia, !26-129.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin, J. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Drajad, Z. 1997. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Rajawali Pres.

Ehiane, O. Stanley. (2014). Discipline and academic performance (a study of selected

secondary schools in Lagos, Nigeria).International Journal of Academic

Research in Progressive Education and Development January 2014, Vol. 3,

No. 1.

Ferri, R. (2016, Februari 24). 17 Pelajar Tertangkap Membolos di Jam Sekolah.

Dipetik Oktober 11, 2017, dari http://tribunjogja.com.

Fitria, E. (2016). Hubungan konsep diri dan religiusitas dengan disiplin siswa

madrasah aliyah swasta Lab IKIP Al Washiliyah Medan tahun ajaran 2013-

2014. Vol. 2 No. 1.

Hadi, S. (2015). Metodologi Riset . Yogyakarta : Pustaka Pelajar .

Hurlock, E. (2005). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Jalaludin, R. (2002). Psikologi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kambuaya, C. (2013). Pengaruh motivasi, minat, kedisiplinan dan adaptasi diri

terhadap prestasi belajar siswa peserta program afirmasi pendidikan menengah

asal papua dan papua barat di kota bandung. Social Work Jurnal . Volume 5

nomor 2 Halaman 106-208.

Page 15: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

11

Kurniawan. (2017). Hari pertama sekolah, ratusan siswa baru smkn 2 dipangkas

rambutnya. Dipetik Juli 18, 2017, dari http//Solopos..com

Kurniawan, F., Dwiyanti, R. (2013). Hubungan religiusitas dengan kontrol diri pada

Anggota Intelkom Polres Cilacap. Jurnal Psycho Idea No.1.

Landmann, Alexandra.(2013).The study of religion – thoughts on approaches.Journal

of Religious Culture No.177.

Liputan6. (2016, Agutus 13). Siswa sma di purwak.arta dikeluarkan karena bawa

mobil\. Dipetik Oktober 11, 2017, dari http://Liputan6.com.

Maingi, Dominic. (2017) Influence of school physical facilities on students' discipline

in public secondary schools in makueni county, kenya. American Journal of

Education and Learning Vol. 2, No.1, 34-42, 2017.

Manz, C. C. (2007). Management Emosi. Yogyakarta: Think Press.

Muniroh, Nur Lailatul. (2013). Hubungan antara kontrol diri dan perilaku disiplin

pada santri di Pondok Pesantren. Skripsi.

Nuandri, V. T. (Agustus 2014). Hubungan antara sikap terhadap religiusitas dengan

sikap terhadap kecenderungan perilaku seks pranikah pada remaja akhir yang

sedang berpacaran di Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Psikologi

Kepribadian dan Sosial, 61 - 67.

Palupi, A.O. (2013). Pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. Skripsi.

Prijodarminto, Soegeng. (2004). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya

Paramita

Pujawati, Z. (2016). Hubungan kontrol diri dan dukungan orang tua dan perilaku

disiplin santri pada santri di Pondok Pesantren Darussa'adah Samarinda.

eJournal Psikologi, 228-229.

Rahmah, H. N. (2014). Hubungan religiusitas dengan kepuasan pernikahan. Jurnal

Psikologi Ubhara.

Rakhmat. (2003). Psikologi Agama : Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan.

Page 16: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

12

Ridarineni, N. (2017, Juli 07). BNNP : Kasus narkotika pelajar-mahasiswa diy

tertinggi. Dipetik Oktober 11, 2017, dari http://Republika.co.id.

Rustam. (2016). Perilaku pacaran mahasiswa muslim. Jurnal Penelitian: Medan

Agama.

Rusyan, H. T. (2014). Membangun Disiplin Karakter Anak Bangsa. Jakarta: PT.

Pustaka Dinamika.

Santrock, J. W. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

Sari, N. (2016, Juli 18). Hari pertama masuk sekolah, belasan siswa sman 3 datang

terlambat. Dipetik Oktober 11, 2017, dari http://kompas.com.

Sarwono, S.W. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta. Rajawali

Setijaningsih, T. W. (Mei 2015). Gaya berpacaran remaja di sekolah menengah atas

katolik. Jurnal informasi kesehatan indonesia (jiki), volume 1, no. 1, 83 - 88.

Shinta, P. D. (Januari 2015). Perilaku seksual pacaran remaja di wilayah puskesmas.

Jurnal kesehatan masyarakat vol.3 no.1.

Somayeh, Ghorbani. (2013). Investigating the effect of positive discipline on the

learning process and its achieving strategies with focusing on the students'

abilities. International Journal of Academic Research in Business and Social

Sciences May 2013, Vol. 3, No. 5.

Sudewo, E. (2011). Character Building Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta

Selatan: Republika.

Suharsa, H. (Apr – Jun 2016). Perilaku seksual remaja pada siswa sekolah menengah

atas. Jurnal Lingkar Widyaiswara Edisi 3 No. 2, 32 - 43.

Supriyanto, Sani, A., & Machfudz, M. (2010). Metodologi Riset: Manajemen

Sumberdaya Manusia. Malang: UIN-Maliki Press.

Taufiqqurahman. (2016, April 05). Serikat Guru : Jual beli dan mencontek jawaban

un masih marak. Dipetik Oktober 11, 2017, dari http://detiknews.com.

Temitayo, Oilan., Nayaya, Mohammed A., Lukman, Ajibola A. (2013). Management

of disciplinary problems in secondary schools: jalingo metropolis in focus.

Global Journals Inc. (USA)Volume 13 Issue 14 Version 1.0 Year 2013.

Page 17: KEDISIPLINAN SISWA SMA DITINJAU DARI RELIGIUSITAS · 2020. 4. 22. · yang baik sehingga dapat berpengaruh kepada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan selalu merasa

13

Thouless, R. (2000). Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Tu'u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT.

Grasindo.

Widhiarso, W. (2010). Prosedur Pengujian validitas isi melalui indeks rasio validitas

isi CVR. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Widjaja, N.F. (2013). Uji validitas dan reliabilitas index of teaching stress (ITS).

Jurnal NOETIC Psychology Volume 3 Nomor 2.

Wikanjati, A. &. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Wisnuwardhani, D. &. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.

Zainal, H. (2015). UN SMP, Siswa menyontek hingga tukar lembar jawaban. Dipetik

Mei 05, 2015, dari https://daerah. sindonews.com.

Zubaedah, S. (2015). Penerapan strategi self management dalam meningkatkan

disiplin anak usia dini. Jurnal Pendidikan Anak, Vol.1 No.2.