kecerdasan sesungguhnya

3
Kecerdasan Sesungguhnya Moh Hani Saputro, S. Pd. I 1 Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya. Wajahnya menunduk dan rasa penuh penyesalan tergambar jelas di wajahnya. Lirih dia berkata pada ayahnya, “Ayah, maafkan adik ya! Nilai ujian adik jelek – jelek. Kemarin adik terlalu banyak nonton tivi dan mainan hape. Besok adik akan belajar lebih baik lagi!” Ini adalah sebuah kisah nyata yang saya dapatkan dari sebuah pelatihan guru. Pada saat sesi tanya jawab, seorang guru menceritakan salah seorang muridnya. Banyak orang tua yang marah – marah bahkan sampai menyalahkan anaknya ketika nilai ujian atau nilai ulangannya jelek. Padahal ada banyak faktor yang menyebabkan nilai anak menjadi jelek. Seperti ketika ada seorang anak yang terlambat datang ke sekolah, belum tentu karena bangun kesiangan. Bisa jadi, tadi pagi membantu orang tuanya menjaga adiknya. Atau bisa jadi ban sepedanya bocor, sehingga menambal dulu. Jadi ada banyak penyebab nilainya jelek dan belum itu kesalahan anak. Bisa jadi, karena terlalu banyak pelajaran, terus anak menjadi bosan belajarnya. Atau bisa jadi di sekolah sedang ada renovasi atau pembuatan kelas baru. Dan suara gaduh dari pekerja membuatnya sulit konsentrasi. Tapi, dari balik untaian kalimatnya, sebenarnya ada banyak pelajaran dan kepandaian yang dimiliki oleh anak itu, mari kita pelajari bersama. Pertama, panggilan “ayah” dan “adik”. Jangan dikira cara memanggil ini tidak ada artinya. Anak ini menghormati ayahnya, dia tidak menyebut nama ayahnya langsung, karena hal itu tidak 1 Pendidik di SD Unggulan Muhammadiyah Kretek

Upload: moh-hani-saputro

Post on 15-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kecerdasan Sesungguhnya

TRANSCRIPT

Page 1: Kecerdasan Sesungguhnya

Kecerdasan Sesungguhnya

Moh Hani Saputro, S. Pd. I1

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya. Wajahnya menunduk dan

rasa penuh penyesalan tergambar jelas di wajahnya. Lirih dia berkata pada ayahnya, “Ayah,

maafkan adik ya! Nilai ujian adik jelek – jelek. Kemarin adik terlalu banyak nonton tivi dan

mainan hape. Besok adik akan belajar lebih baik lagi!”

Ini adalah sebuah kisah nyata yang saya dapatkan dari sebuah pelatihan guru.

Pada saat sesi tanya jawab, seorang guru menceritakan salah seorang muridnya. Banyak

orang tua yang marah – marah bahkan sampai menyalahkan anaknya ketika nilai ujian atau

nilai ulangannya jelek. Padahal ada banyak faktor yang menyebabkan nilai anak menjadi

jelek. Seperti ketika ada seorang anak yang terlambat datang ke sekolah, belum tentu karena

bangun kesiangan. Bisa jadi, tadi pagi membantu orang tuanya menjaga adiknya. Atau bisa

jadi ban sepedanya bocor, sehingga menambal dulu. Jadi ada banyak penyebab nilainya jelek

dan belum itu kesalahan anak.

Bisa jadi, karena terlalu banyak pelajaran, terus anak menjadi bosan belajarnya.

Atau bisa jadi di sekolah sedang ada renovasi atau pembuatan kelas baru. Dan suara gaduh

dari pekerja membuatnya sulit konsentrasi.

Tapi, dari balik untaian kalimatnya, sebenarnya ada banyak pelajaran dan

kepandaian yang dimiliki oleh anak itu, mari kita pelajari bersama.

Pertama, panggilan “ayah” dan “adik”. Jangan dikira cara memanggil ini tidak

ada artinya. Anak ini menghormati ayahnya, dia tidak menyebut nama ayahnya langsung,

karena hal itu tidak sopan dalam budaya kita. Artinya dia sudah mempunyai tata krama dan

sopan santun. Juga menyebut dirinya adik, berarti dia bisa memposisikan dirinya lebih muda

daripada kakaknya. Karena memang ada anak yang ketika memanggil kakaknya tidak dengan

kak atau mas atau mbak. Biasanya karena di rumah tidak diajari seperti itu.

Maka, dalam Ron Clark Story, film yang menceritakan perjalanan Ron Clark

menjadi guru, peraturan pertama di sekolah adalah mengakhiri setiap kalimat dengan kata Sir

atau dalam bahasa kita Pak. Ketika dipanggil menjawab, Yes Sir atau Ya Pak. Bukan dengan

kata Yoi pak!

Kedua, permintaan maaf. Meminta maaf berarti dia merasa bersalah. Dan juga

diiringi rasa menyesal. Berarti dalam hati kecilnya ada perasaan bahwa selama ini dia telah

berbuat salah dan dia menyadari. Kalau merasa bersalah pada diri sendiri, tentunya dia

menyesali sendiri bukan minta maaf pada orang lain. Dan dia menyadari kesalahannya yaitu

1 Pendidik di SD Unggulan Muhammadiyah Kretek

Page 2: Kecerdasan Sesungguhnya

nilainya jelek. Oleh karenanya dia meminta maaf kepada ayahnya, karena mengecewakan

ayahnya. Karena selama ini ayahnya yang selalu mengingatkannya untuk belajar.

Karena memang ada saja orang yang berbuat kesalahan, dan tidak merasa

bersalah dengan yang diperbuatnya itu. Saya pernah menangani anak yang mencuri. Dan

sepertinya anak ini memang memiliki kebiasaan atau bahkan “hobi” yaitu mencuri. Ketika

ditanya, apa alasannya mencuri, jawabannya tidak apa – apa. Dia tahu bahwa mencuri itu

salah tetapi dirinya tidak merasa bersalah.

Ketiga, si anak menyadari sebuah peristiwa yaitu sebab akibat. Dia terlalu banyak

main, terlalu banyak nonton tivi. Akhirnya dia tidak punya waktu untuk belajar. Karena tidak

punya waktu untuk belajar, akhirnya nilainya jelek. Dan karena nilainya jelek, bisa jadi dia

tidak naik kelas. Ada peristiwa sebab akibat yang dia pelajari. Dan bahkan mungkin diluar

peristiwa yang dialaminya, dia mempelajari kejadian yang dialami teman – temannya. Ada

temannya yang bermain di halaman, tidak hati – hati. Akhirnya temannya jatuh dan celaka.

Dia tidak meniru perilaku temannya yang tidak berhati – hati. Dengan kata lain, bisa

mengambil hikmah dari sebuah kejadian.

Dan yang terakhir adalah sikap tidak putus asa dari si anak, pada hari yang lain

dia akan berusaha. Masih ada waktu untuk berusaha. Masih ada waktu untuk memperbaiki.

Tidak ada kata untuk terlambat. Sebuah janji dan tekad yang harus diamini oleh orang tua dan

harus diberi semangat. “Besok adik akan belajar lebih baik lagi!” Luar biasa. Di saat banyak

anak seusianya yang menyerah dan malas – malasan, dia masih sanggup untuk berjanji

belajar lagi.

Dan ayahnya yang seorang pengusaha, berkata, “Tidak apa – apa Nak! Yang

penting jangan berhenti untuk belajar! Masih ada waktu untuk memperbaiki! Jangan

menyerah ya!”

Bagaimana dengan kita?

Wallahu ‘alam bishshawab