kecanduan internet

15
HUBUNGAN ANTARA IMPULSIF DAN KECANDUAN INTERNET PADA REMAJA CHINA Abstrak Sasaran : Berdasarkan dari penelitian sebelumnya mengenai kecanduan internet telah di teliti bahwa berhubungan dengan nilai psikologis, seperti : perasaan malu, kesendirian, kesadaran, keterkanan, dan hubungan perseorangan. Beberapa penelitian tentang hubungan antara kecanduan internet dan impulsif telah dilakukan, peneltian ini bertujuan untuk menilai kecanduan internet berhubungan dengan impulsif pada remaja China. Metoda : Penelitian ini dilakukan dalam 2 tingkat, kami mengskrinning kecanduaan internet saat ini pada siswa sekitar 2620 siswa ( jarak umur 12-18 tahun) dari 4 sekolah kota Changsha dengan menggunakan kuisoner tentang kecanduan internet. Berdasarkan kriteria kuisoner dimodifikasi dari Beard, 64 siswa didiagnosa kecanduan internet. Kecuali adanya gangguan psikiatri. 50 siswa yang telah didiagnosa kecanduan internet ( rata-rata umur 14,8 ± 1,4 tahun). Dan 50 siswa normal dalam penggunaan internet (rata- rata umur 14,5 ± 1,8 tahun) termasuk dalam “case control study”. Dua kelompok ini dinilai menggunakan “barrat impulsiveness scale 11”. Dan penilaian kebiasaan buruk dari impulsif. Hasil : 64 siswa telah diberikan kuisioner yang telah dimodifikasi dari Beard. Dimana 14 siswa menderita gangguan psikiatri. Terutama

Upload: annette-craig

Post on 23-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hhhh

TRANSCRIPT

Page 1: Kecanduan Internet

HUBUNGAN ANTARA IMPULSIF DAN KECANDUAN INTERNET PADA REMAJA

CHINA

Abstrak

Sasaran :

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya mengenai kecanduan internet telah di teliti bahwa

berhubungan dengan nilai psikologis, seperti : perasaan malu, kesendirian, kesadaran,

keterkanan, dan hubungan perseorangan. Beberapa penelitian tentang hubungan antara

kecanduan internet dan impulsif telah dilakukan, peneltian ini bertujuan untuk menilai

kecanduan internet berhubungan dengan impulsif pada remaja China.

Metoda :

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tingkat, kami mengskrinning kecanduaan internet saat ini pada

siswa sekitar 2620 siswa ( jarak umur 12-18 tahun) dari 4 sekolah kota Changsha dengan

menggunakan kuisoner tentang kecanduan internet. Berdasarkan kriteria kuisoner dimodifikasi

dari Beard, 64 siswa didiagnosa kecanduan internet. Kecuali adanya gangguan psikiatri. 50 siswa

yang telah didiagnosa kecanduan internet ( rata-rata umur 14,8 ± 1,4 tahun). Dan 50 siswa

normal dalam penggunaan internet (rata-rata umur 14,5 ± 1,8 tahun) termasuk dalam “case

control study”. Dua kelompok ini dinilai menggunakan “barrat impulsiveness scale 11”. Dan

penilaian kebiasaan buruk dari impulsif.

Hasil :

64 siswa telah diberikan kuisioner yang telah dimodifikasi dari Beard. Dimana 14 siswa

menderita gangguan psikiatri. Terutama gangguan ADHD, kelompok kecanduan internet

mendapatkan nilai tertinggi secaara signifikan pada BIS-11 subskala dari atensi, motorik, dan

total nilai dari kelompok control (P<0,05). Kelompok kecanduan internet dinilai lebih tinggi dari

pada kelompok kontrol yang gagal dibatasi dan angka gagal untuk membatasi tanggapan dari

paradigma Go stop Impulsivity.

Kesimpulan :

Penilitian ini menyaranakan untuk membatasi tanggapan dari paradigma Go stop Impulsivity

control. Dan telah mendapat berbagai gagguan psikiatri, dimana sebaiknya kecanduan internet

dihubungkan sebagai gangguan psikologi.

Kata Kunci : Internet, gangguan yang berasal dari lingkungan, tingkah laku, kecanduan,

impulsif, remaja

Page 2: Kecanduan Internet

1. Kata Pengantar

Penggunaan internet telah meningkat pesat selama beberapa tahun terakhir. Data dari

Informasi Jaringan Internet China Pusat, pada tanggal 30 Juni 2006, menunjukkan bahwa 123

juta orang telah melakukan online, dimana 15,8% remaja berusia di bawah 18 tahun. Dengan

meningkatnya jumlah pengguna internet, masalah kecanduan internet telah menarik perhatian

yang tinggi dari psikiater, pendidik dan masyarakat. Kecanduan internet saat ini menjadi masalah

kesehatan mental yang serius di kalangan remaja China. Chou dan Hsiao melaporkan bahwa

tingkat kecanduan internet di kalangan mahasiswa Taiwan adalah 5,9%. Wudan Zhu

mengidentifikasi 10,6% dari siswa di perguruan tinggi China sebagai pecandu internet.

Kecanduan internet, juga digambarkan sebagai penggunaan internet yang patologis, ini

menandakan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengendalikan penggunaan internet, yang

akhirnya menyebabkan gangguan psikologis, sosial, sekolah dan/atau kesulitan bekerja

dalamkehidupan seseorang

Deskripsi kecanduan internet telah didasarkan pada definisi untuk ketergantungan zat

atau judi yang patologis. Hal tersebut memiliki karakteristikseperti keasyikan,modifikasi suasana

hati, toleransi, penarikan dan pelemahan fungsional.

Kenyataannya, kecanduan internet juga merupakan masalah yang telah diamati dalam

kebudayaan yang berbeda. Yoo dkk, yang melakukan sebuah penelitian pada 535 anak-anak

Korea. Penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan antara defisit attention deficit

hyperactivity disorder (ADHD) dan tingkat keparahan kecanduan internet. Sebuah survei yang

dilakukan oleh Morahan-Martin dan Schumacher antara 277 mahasiswa AS melaporkan bahwa

pengguna internet patologis lebih banyak pada laki-laki yang menggunakan game online serta

situs teknologi canggih. Dengan ‘Chines Internet-related addictive behavior Inventory” versi II

dan angket diagnostic untuk kecanduan internet (YDQ), Chou dan Hsiao memperlihatkan

kecanduan internet pada 910 mahasiswa Taiwan dan mengidentifikasi

nilai kesenangan komunikasi yang tinggi sebagai prediktor tinggi untuk ketergantungan Internet.

Page 3: Kecanduan Internet

Sejak pengakuan awal kecanduan internet, beberapa instrumen penilaian telah

dikembangkan. Brenner sebagai IRABI, yang memiliki 32 pertanyaan benar-salah yang menilai

pengalaman pengguna internet. Morahan-Martin dan Schumacher memperkenalkan skala

mereka, “Generalized Problematic Internet Use Scale” (GPIUS.Selain itu, banyak digunakan

delapan poin YDQ dikembangkan oleh Young, sebagian adaptasi dari Diagnostik dan Statistik

Manual (DSM)-IV kriteria judi patologis. Young juga menggunakan 20 kuisioner yang disebut

dengan “Internet Addiction Test” (IAT).

Dengan menggunakan kriteria DSM IV, beberapa penulis mengungkapkan kecanduan

internet merupakan gangguan impuls atau setidaknya terkait dengan kontrol impuls. Beberapa

penelitian telah mengungkapkan suatu korelasi antara impulsif dan judi patologis,

penyalahgunaan zat, dan penyalahgunaan alkohol. Barner dkk, menemukan bahwa impulsif

adalah prediktor signifikan dari penyalahgunaan alkohol untuk perempuan dan laki-laki untuk

kenakalan. Vitaro dkk, menggunakan desain prospektif longitudinal untuk menyelidiki apakah

impulsif diukur dalam usia yang tua bisa memprediksi masalah judi pada masa remaja akhir 12-

14 tahun. Mereka memvalidasi "ukuran laporan diri dari impulsif dan tugas kartu-pemilahan

yang signifikan diperkirakan masalah judi, perilaku perjudian awal dan variabel kepribadian

lainnya seperti agresivitas dan kecemasan. Moelle dkk, menemukan impulsif yang merupakan

prediktor signifikan dari penggunaan kokain dan pengobatan retensi. Cavedini dkk, juga

mengeksplorasi hubungan antara sirkuit orbitofrontal ventromedial dan judi patologis. Hasilnya

menunjukkan adanya hubungan antara judi patologis dan kecanduan narkoba, semua

menunjukan berkurangnya kemampuan untuk mempertimbangkan konsekuensi di masa depan,

yang dapat dijelaskan, dengan fungsi normal dari korteks orbitofrontal.

Penelitia pada impulsif menemukan bahwa judi patologis. kecanduan narkoba, dan

penyalahgunaan alkohol memiliki kesamaan dalam karakteristik neuropsikologi dan kepribadian.

Jika kecanduan internet terkait dengan impulsif, penelitian cenderung menunjukkan bahwa

karakteristik neuropsikologi mungkin mirip dengan gangguan lain.

Penelitian sebelumnya mengenai kecanduan internet remaja telah menyelidiki variabel

psikologis terkait seperti rasa malu, kesepian, kesadaran diri, kecemasan, depresi dan hubungan

interpersonal. Namun, beberapa studi tentang hubungan antara kecanduan internet dan impulsif

telah dilakukan.

Page 4: Kecanduan Internet

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah kecanduan interne tterkait dengan

impulsif.

2. Metode

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Pertama, kami menyeleksi adanya ketagihan

internet pada kelompok nonklinis menggunakan Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction

(YDQ) yang telah biasa digunakan. Menurut kriteria YDQ yang telah dimodifikasi oleh Beard

dan wawancara klinis terstruktur (tidak termasuk penyulit psikiatri terbaru), 50 siswa terdiagnosa

sebagai ketagihan internet (umur rata-rata 14,8 ± 1,4 tahun) dan 50 siswa dengan penggunaan

internet normal (umur rata-rata 14,5 ± 1,8 tahun) diikutsertakan dalam penelitian kasus kontrol

ini. Dua kelompok tersebut dinilai menggunakan Barratt Impulsiveness Scale-11 (BIS-11) dan

pengukur impuls kebiasaan (Go Stop Impulsivity Paradigm).

2.1 Partisipan

Empat sekolah menengah atas dipilih secara acak di Kota Changsha (Ibu Kota Hunan, di

China Selatan Pusat, kota dengan populasi melebihi 6 milyar jiwa). Dari 4 sekolah, kami

kemudian memakai metode 2-stage sampling untuk memilih 3 lokasi berturut-turut dari 4

tingkatan, yaitu kelas 1 (umur rata-rata 13,1 tahun) dan kelas 2 (umur rata-rata 14,3 tahun) di

sekolah menengah pertama dan kelas 1 (umur rata-rata 16,5 tahun) dan kelas 2 (umur rata-rata

17,1 tahun) di sekolah menengah atas. Dari kelas-kelas yang telah terpilih, semua siswa (total

2787 siswa) berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah menyelesaikan kuesioner self-report di

kelas setelah peneliti menjelaskan prosedur dan persyaratan. Kuesioner dikumpulkan setelah

mereka selesai mengerjakannya. Pada akhirnya, tersisa 2620 kuesioner yang memenuhi

persyaratan. Angka respon adalah 94%.

Dari 2620 siswa, 100% berumur antara 12 dan 18 tahun, dengan umur rata-rata 15,2 ± 3,5

tahun. Ringkasan tentang karakteristik partisipan terdapat pada Tabel 1.

Persetujuan sekolah dan orangtua telah didapatkan sebelum siswa berpartisipasi dalam

penelitian ini. Peneliti mengunjungi sekolah, kemudian menjelaskan tujuan dari penelitian ini

kepada siswa dan guru, dan juga memberitahukan orangtua tentang tujuan dari penelitian ini,

jaminan kerahasiaan, dan nomor telepon dari peneliti jika ada pertanyaan dan masukan-masukan

Page 5: Kecanduan Internet

penting bisa dikirim melalui surat. Semua orangtua dijamin bahwa mereka bebas untuk menolak

jika mereka tidak setuju dengan tujuan penelitian ini. Proyek penelitian ini telah disetujui oleh

Ethics Committee of the Second Xiangya Hospital.

2.2 Pemilihan Kelompok

Individu dengan ketagihan internet yang memenuhi kriteria YDQ mendapatkan

wawancara klinis terstruktur (K-SADS) untuk Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, Edisi Keempat. Partisipan yang terbukti mempunyai apapun kelainan Axis-I DSM-IV

tidak diikutsertakan. Diagnosis dibuat berdasarkan pengamatan klinis dan riwayat yang

didapatkan dari orangtua dan pasien sendiri. Pada akhirnya, 50 siswa yang didiagnosa dengan

ketagihan internet diikutsertakan dalam case-group. 50 siswa normal dicocokkan sesuai jenis

kelamin, umur dan level edukasi dari daftar siswa dengan umur, jenis kelamin dan level edukasi

yang sama. Independent T-test menunjukkan bahwa umur dan level edukasi tidak berbeda antara

kelompok dengan ketagihan internet dan kelompok kontrol (P>0,05). Tes chi-square

menunjukkan tidak ada perbedaan diantara kelompok dengan perbedaan jenis kelamin (P>0,05).

2.3 Pengukuran

2.3.1 Kuesioner informasi dasar

Penulis menggunakan kuesioner informasi dasar untuk mengumpulkan data-data

demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman menggunakan

internet.

2.3.2 Kuesioner diagnosis untuk ketergantungan internet/ Diagnostic Quesionaire for internet

addiction (YDQ)

YDQ diadaptasi dari kriteria DSM –IV secara acak oleh Young [ 23 ]. YDQ terdiri dari

delapan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak yang dialih bahasakan ke dalam bahasa China.

YDQ meliputi pertanyaan berikut: (1) Apakah anda merasa sangat gemar dalam menggunakan

internet (dilihat dari aktivitas menggunakan internet sebelumnya dan rencana selanjutnnya) (2)

Apakah anda merasa kebutuhan penggunaan internet anda terus meningkat dari waktu ke waktu

untuk memenuhi kepuasan anda? (3) Apakah anda merasa sering tidak berhasil dalam

mengontrol atau menghentikan penggunaan internet anda? (4) Apakah anda merasa lelah,

murung, tertekan atau sangat sensitive ketika mencoba mengurangi bahkan menghentikan

penggunaan internet anda? (5) Apakah anda tetap menggunakan internet lebih lama dari yang

Page 6: Kecanduan Internet

anda harapkan? (6) Pernahkah anda terancam kehilangan hubungan penting, pekerjaan atau

kesempatan karir karena internet? (7) Pernahkah anda berbohong pada keluarga, terapis, atau

lainnya untuk menutupi penggunaan internet anda yang lama? (8) Apakah anda menggunakan

internet untuk menghindar dari masalah atau suasana hati yang buruk? (seperti rasa tidak

berdaya, rasa bersalah, keresahan, dan rasa tertekan). Young menyimpulkan bahwa lima sampai

delapan pertanyaan dengan jawabanya berarti responden ketergantungan terhadap internet. Beard

memodifikasi kriteria YDQ. Responden yang menjawab ya untuk pertanyaan 1 sampai 5 dan

setidaknya satu dari pertanyaan sisanya merupakan ketergantungan internet [ 2 ]. Beard

menyatakan bahwa modifikasi tersebut dapat memperkuat kriteria yang diajukan Young. Pada

publikasi sebelumnya YDQ memiliki reliabilitas 0,729 dan nilai α 0,713 [ 3 ]. Pada penelitian ini

penghitungan koefisien Spearman- brown menghasilkan reabilitas 0, 752 dan α dari YDQ 0,722.

Ini berarti YDQ memiliki realibilitas dankonsistensi yang baik.

2.3.3 Barrat impulsiveness Scale 11 (BIS 110

BIS 11 merupakan suatu kuesioner dimana partisipan menilai frekuensi dari prilaku

impulsive atau nonimpulsif dalampenggunaan internet dari skala 1 (jarang/ tidakpernah) sampai

4 (hampirselalu/sering). BIS 11 terdiri dari 30 bagian dan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian

pokok yakni perhatian, pergerakan dan yang tidak terencana, untuk menentukan keseluruhan

nilai impulsif, semua bagian jumlahkan dengan nilai tertinggi menandakan tingkat impulsivitas

lebih tinggi[ 7 ]. Penulis menerjemahkan versi dari Li et al. Dengan realibilitas 0,752 dan

koefisien α 0,792

2.3.4 ParadigmaGoStop

GoStop merupakan respon inhibisi untuk menilai kemampuan untuk menghambat respon

inisiasi yang telah ada. Pada GoStop responden diperlihatkan lima angka berwarna hitam pada

layar komputer. Secara acak 5-digitnomor muncul untuk 500 milidetik, sekali setiap 2 detik (500

milidetik mulai, 1500 ms mati). Peserta diminta untuk merespon ketika jumlah mereka lihat

identik dengan jumlah sebelumnya. warna angka target pencocokan berubah

dari hitam menjadi merah yakni pada 50, 150, 250, atau 350 milidetik setelah presentasi. Peserta

diperintahkan untuk menanggapi kemiripan nomor yang dicocokkan sebelum angka menghilang

dari layar, tapi tidak untuk merespon angka yang berubah menjadi merah. Target

dan sasaran penghentian percobaan masing-masing terjadi 25% dari waktu. Sisanya 50% dari uji

Page 7: Kecanduan Internet

coba terdiri dari nomor yang berbeda secara acak dari jumlah sebelumnya. Dalam target-

penghentian uji coba, interval target tetap hitam (go) sebelum berubah merah (stop) memiliki

probabilitas yang sama dari 50, 150, 250, atau350 milidetik dalam hal durasi. [9].

Kegagalan untuk menghambat respon digunakan sebagai indikator

kemampuan untuk menahan respon ketika disajikan dengan stop-sinyal. Angka sasaran-stop

yang peserta tidak dapat tanggapi digunakan untuk menghitung jumlah kegagalan. Sebuah

komputer dengan monitor 14 inci yang digunakan untuk mengelola

GoStop. Peserta diminta untuk menggunakan tangan dominan yang mereka gunakan untuk

bekerja. Mereka menerima standarinstruksi tugas sebelum komputer bekerja.

2.4 Analisis Statistik

Perbedaan kelompok dalam variabel demografi dihitung menggunakan independent t-test

dan chi-square test. Perbedaan dalam BIS-11 dan skor GoStop antara kelompok ketagihan

internet dan kelompok kontrol dianalisa menggunakan independent-test. Korelasi antara

ketagihan internet dan BIS-11 dan skor GoStop dikaitkan menggunakan Pearson’s Correlations

Analysis. Angka statistic yang signifikan ditemukan pada level 0.05, dua angka.

3. Hasil

3.1 Aktivitas Internet yang Sedang Berlangsung

Menurut laporan dari siswa, Internet digunakan terutama untuk game virtual (78,1%),

aktivitas chat room (14,2%), kegiatan yang berkaitan dengan sekolah (4,1%), dan lainnya

(3,6%). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok Kecanduan Internet dan

kelompok kontrol (P> 0,05).

3.2 Komorbiditas psikiatrik

Dari 2.620 peserta yang telah selesai survei, 64 peserta memenuhi kriteria untuk kecanduan

internet. Dari 64 peserta dengan kecanduan internet, 1 peserta memenuhi kriteria DSM-IV untuk

gangguan obsesif-kompulsif (OCD), 2 untuk gangguan perilaku (CD), 2 untuk gangguan

pemberontak oposisi (ODD), 1 untuk gangguan depresi, dan 8 untuk atention deficit

hyperactivity disorder (ADHD).

3.3 Perbandingan antara kelompok impulsif Kecanduan Internet dan kelompok control

Page 8: Kecanduan Internet

Perbandingan rata-rata BIS-11 skor pada kelompok kontrol dan kelompok kecanduan

internet dapat dilihat pada Tabel 2. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, dari pengamtan

kami, skor kunci secara signifikan lebih tinggi pada perhatian, motor dan skor total untuk

kelompok Kecanduan Internet (P <0,05 ). Seperti dapat dilihat pada Tabel 3, ada perbedaan yang

signifikan antara kemampuan kelompok 'untuk menahan tanggapan. Kelompok kecanduan

internet menunjukkan lebih kesulitan menahan tanggapan dari kelompok kontrol pada 50, 150,

250, dan 350.

3.4 Hubungan antara kecanduan internet dan impulsifitas

Korelasi pearson digunakan untuk menguji hubungan antara skor YDQ dan tingkat

impulsifitas. Tabel 4 menunjukkan bahwa, nilai YDQ berkorelasi positif dengan BIS-11 untuk

skor perhatian, motor dan non -planning. Ada korelasi positif yang signifikan antara skor YDQ

dan jumlah kegagalan untuk menghambat respon dari GoStop. Ada juga korelasi positif yang

signifikan antara BIS-11 dan GoStop skor. Semua korelasi menunjukkan statistik yang signifikan

(P <0,05).

4. Diskusi

Penelitian ini terutama meneliti hubungan antara impulsif dan kecanduan internet di

kalangan remaja China. Seperti yang telah diperkirakan, subyek kecanduan internet lebih

impulsif dibandingkan kontrol yang diukur dengan BIS-11 dan GoStop. Analisis korelasi

Pearson menunjukkan ada hubungan positif moderat antara skor YDQ dan skor BIS-11, dan

jumlah kegagalan untuk menghambat respon. Penelitian ini mendukung konsep bahwa

kecanduan internet harus dianggap sebagai gangguan kontrol impuls [23]. Penelitian yang sama

di negara-negara lain juga telah menunjukkan hubungan ini. Sebagai contoh, sebuah penelitian

oleh Treuer dkk. melaporkan bahwa kecanduan internet adalah subtipe baru gangguan kontrol

impuls [18]. Karena BIS-11 dianggap lebih dari ukuran sifat impulsif, ini mendukung hipotesis

bahwa impulsif merupakan faktor risiko untuk menjadi kecanduan internet. Bagaimanapun,

karena subyek tidak behenti dari penggunaan Internet yang berlebihan, tidak dapat

dikesampingkan bahwa setidaknya sebagian dari peningkatan impulsif pada subyek Kecanduan

Internet adalah karena efek dari kecanduan internet. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

menentukan apakah impulsif per se merupakan faktor risiko yang signifikan untuk menjadi

kecanduan internet, atau akibat dari kecanduan internet, atau keduanya.

Page 9: Kecanduan Internet

Kami juga menemukan bahwa angka kegagalan untuk respon penghambat pada GoStop

berkorelasi dengan factor kepribadian BIS-11, menunjukkan bahwa tugas ini dapat mengukur

konstruk yang sama dari impulsif dengan inventaris BIS-11.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan peningkatan

impulsif dalam hal itu termasuk berbagai ukuran yang berbeda dari impulsif, termasuk langkah-

langkah perilaku dan kepribadian. Pada penelitian sebelumnya ukuran tunggal impulsive

diberikan kepada subyek kecanduan internet. Sebagai contoh, Lin dan Tsai meneliti penggunaan

internet yang berlebihan pada remaja Taiwan dan mencari sensasi dengan mencari sensasi

menggunakan ‘the Sensation Seeking Scale Taiwan version”. Mereka menemukan remaja yang

ketergantung Internet secara signifikan lebih tinggi dalam hal mencari sensasi dan disinhibisi

dibandingkan dengan yang tidak ketergantungan internet. Disinhibisi menjadi prediktor yang

paling penting dari ketergantungan internet [14].

Selain itu, hasil kami menunjukkan bahwa beberapa remaja menggunakan Internet

berlebihan, dan total 2,4% dapat dijelaskan menderita '' kecanduan internet ''. Karena perbedaan

sampel, dan konteks sosial dan budaya yang berbeda, dan juga kriteria YDQ dimodifikasi oleh

Beard yang kaku yang kita gunakan, sulit untuk membandingkan temuan yang efektif. Tetap

saja, persentase kecanduan internet bervariasi.

Para siswa dengan kecanduan internet mengalami komorbiditas gangguan kejiwaan, terutama

ADHD. Hasilnya adalah mirip dengan penelitian lain yang menemukan hubungan yang

signifikan antara tingkat gejala ADHD dan beratnya kecanduan internet pada anak-anak [21].

Meskipun kita tidak bisa menyimpulkan bahwa kecanduan internet adalah penyebab atau akibat

dari gangguan ini, dokter harus mempertimbangkan komorbiditas gangguan jiwa pada kasus

kecanduan internet.

Penelitian ini menggunakan skor YDQ lebih dari 6 sebagai indikator kecanduan internet.

Meskipun kuesioner ini sering digunakan sebagai instrumen untuk menilai kecanduan internet,

validitas sebagai alat diagnostik masih dipertanyakan [3]. Penelitian selanjutnya dapat

memanfaatkan langkah-langkah lain untuk menilai kriteria diagnostik untuk kecanduan internet

atau keparahan masalah kecanduan Internet untuk menilai hubungan antara impulsif dan masalah

kecanduan internet.

Kesimpulannya, hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang spesifik antara impulsif

dan kecanduan internet dan perlunya dukungan pada penelitian lebih lanjut tentang impulsif

Page 10: Kecanduan Internet

sebagai faktor risiko untuk terjadinya kecanduan internet. Penelitian selanjutnya dapat meneliti

lebih lanjut asal impulsif dan hubungannya dengan kecanduan internet.