kecanduan internet
DESCRIPTION
hhhhTRANSCRIPT
![Page 1: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/1.jpg)
HUBUNGAN ANTARA IMPULSIF DAN KECANDUAN INTERNET PADA REMAJA
CHINA
Abstrak
Sasaran :
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya mengenai kecanduan internet telah di teliti bahwa
berhubungan dengan nilai psikologis, seperti : perasaan malu, kesendirian, kesadaran,
keterkanan, dan hubungan perseorangan. Beberapa penelitian tentang hubungan antara
kecanduan internet dan impulsif telah dilakukan, peneltian ini bertujuan untuk menilai
kecanduan internet berhubungan dengan impulsif pada remaja China.
Metoda :
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tingkat, kami mengskrinning kecanduaan internet saat ini pada
siswa sekitar 2620 siswa ( jarak umur 12-18 tahun) dari 4 sekolah kota Changsha dengan
menggunakan kuisoner tentang kecanduan internet. Berdasarkan kriteria kuisoner dimodifikasi
dari Beard, 64 siswa didiagnosa kecanduan internet. Kecuali adanya gangguan psikiatri. 50 siswa
yang telah didiagnosa kecanduan internet ( rata-rata umur 14,8 ± 1,4 tahun). Dan 50 siswa
normal dalam penggunaan internet (rata-rata umur 14,5 ± 1,8 tahun) termasuk dalam “case
control study”. Dua kelompok ini dinilai menggunakan “barrat impulsiveness scale 11”. Dan
penilaian kebiasaan buruk dari impulsif.
Hasil :
64 siswa telah diberikan kuisioner yang telah dimodifikasi dari Beard. Dimana 14 siswa
menderita gangguan psikiatri. Terutama gangguan ADHD, kelompok kecanduan internet
mendapatkan nilai tertinggi secaara signifikan pada BIS-11 subskala dari atensi, motorik, dan
total nilai dari kelompok control (P<0,05). Kelompok kecanduan internet dinilai lebih tinggi dari
pada kelompok kontrol yang gagal dibatasi dan angka gagal untuk membatasi tanggapan dari
paradigma Go stop Impulsivity.
Kesimpulan :
Penilitian ini menyaranakan untuk membatasi tanggapan dari paradigma Go stop Impulsivity
control. Dan telah mendapat berbagai gagguan psikiatri, dimana sebaiknya kecanduan internet
dihubungkan sebagai gangguan psikologi.
Kata Kunci : Internet, gangguan yang berasal dari lingkungan, tingkah laku, kecanduan,
impulsif, remaja
![Page 2: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Kata Pengantar
Penggunaan internet telah meningkat pesat selama beberapa tahun terakhir. Data dari
Informasi Jaringan Internet China Pusat, pada tanggal 30 Juni 2006, menunjukkan bahwa 123
juta orang telah melakukan online, dimana 15,8% remaja berusia di bawah 18 tahun. Dengan
meningkatnya jumlah pengguna internet, masalah kecanduan internet telah menarik perhatian
yang tinggi dari psikiater, pendidik dan masyarakat. Kecanduan internet saat ini menjadi masalah
kesehatan mental yang serius di kalangan remaja China. Chou dan Hsiao melaporkan bahwa
tingkat kecanduan internet di kalangan mahasiswa Taiwan adalah 5,9%. Wudan Zhu
mengidentifikasi 10,6% dari siswa di perguruan tinggi China sebagai pecandu internet.
Kecanduan internet, juga digambarkan sebagai penggunaan internet yang patologis, ini
menandakan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengendalikan penggunaan internet, yang
akhirnya menyebabkan gangguan psikologis, sosial, sekolah dan/atau kesulitan bekerja
dalamkehidupan seseorang
Deskripsi kecanduan internet telah didasarkan pada definisi untuk ketergantungan zat
atau judi yang patologis. Hal tersebut memiliki karakteristikseperti keasyikan,modifikasi suasana
hati, toleransi, penarikan dan pelemahan fungsional.
Kenyataannya, kecanduan internet juga merupakan masalah yang telah diamati dalam
kebudayaan yang berbeda. Yoo dkk, yang melakukan sebuah penelitian pada 535 anak-anak
Korea. Penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan antara defisit attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) dan tingkat keparahan kecanduan internet. Sebuah survei yang
dilakukan oleh Morahan-Martin dan Schumacher antara 277 mahasiswa AS melaporkan bahwa
pengguna internet patologis lebih banyak pada laki-laki yang menggunakan game online serta
situs teknologi canggih. Dengan ‘Chines Internet-related addictive behavior Inventory” versi II
dan angket diagnostic untuk kecanduan internet (YDQ), Chou dan Hsiao memperlihatkan
kecanduan internet pada 910 mahasiswa Taiwan dan mengidentifikasi
nilai kesenangan komunikasi yang tinggi sebagai prediktor tinggi untuk ketergantungan Internet.
![Page 3: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/3.jpg)
Sejak pengakuan awal kecanduan internet, beberapa instrumen penilaian telah
dikembangkan. Brenner sebagai IRABI, yang memiliki 32 pertanyaan benar-salah yang menilai
pengalaman pengguna internet. Morahan-Martin dan Schumacher memperkenalkan skala
mereka, “Generalized Problematic Internet Use Scale” (GPIUS.Selain itu, banyak digunakan
delapan poin YDQ dikembangkan oleh Young, sebagian adaptasi dari Diagnostik dan Statistik
Manual (DSM)-IV kriteria judi patologis. Young juga menggunakan 20 kuisioner yang disebut
dengan “Internet Addiction Test” (IAT).
Dengan menggunakan kriteria DSM IV, beberapa penulis mengungkapkan kecanduan
internet merupakan gangguan impuls atau setidaknya terkait dengan kontrol impuls. Beberapa
penelitian telah mengungkapkan suatu korelasi antara impulsif dan judi patologis,
penyalahgunaan zat, dan penyalahgunaan alkohol. Barner dkk, menemukan bahwa impulsif
adalah prediktor signifikan dari penyalahgunaan alkohol untuk perempuan dan laki-laki untuk
kenakalan. Vitaro dkk, menggunakan desain prospektif longitudinal untuk menyelidiki apakah
impulsif diukur dalam usia yang tua bisa memprediksi masalah judi pada masa remaja akhir 12-
14 tahun. Mereka memvalidasi "ukuran laporan diri dari impulsif dan tugas kartu-pemilahan
yang signifikan diperkirakan masalah judi, perilaku perjudian awal dan variabel kepribadian
lainnya seperti agresivitas dan kecemasan. Moelle dkk, menemukan impulsif yang merupakan
prediktor signifikan dari penggunaan kokain dan pengobatan retensi. Cavedini dkk, juga
mengeksplorasi hubungan antara sirkuit orbitofrontal ventromedial dan judi patologis. Hasilnya
menunjukkan adanya hubungan antara judi patologis dan kecanduan narkoba, semua
menunjukan berkurangnya kemampuan untuk mempertimbangkan konsekuensi di masa depan,
yang dapat dijelaskan, dengan fungsi normal dari korteks orbitofrontal.
Penelitia pada impulsif menemukan bahwa judi patologis. kecanduan narkoba, dan
penyalahgunaan alkohol memiliki kesamaan dalam karakteristik neuropsikologi dan kepribadian.
Jika kecanduan internet terkait dengan impulsif, penelitian cenderung menunjukkan bahwa
karakteristik neuropsikologi mungkin mirip dengan gangguan lain.
Penelitian sebelumnya mengenai kecanduan internet remaja telah menyelidiki variabel
psikologis terkait seperti rasa malu, kesepian, kesadaran diri, kecemasan, depresi dan hubungan
interpersonal. Namun, beberapa studi tentang hubungan antara kecanduan internet dan impulsif
telah dilakukan.
![Page 4: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/4.jpg)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah kecanduan interne tterkait dengan
impulsif.
2. Metode
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Pertama, kami menyeleksi adanya ketagihan
internet pada kelompok nonklinis menggunakan Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction
(YDQ) yang telah biasa digunakan. Menurut kriteria YDQ yang telah dimodifikasi oleh Beard
dan wawancara klinis terstruktur (tidak termasuk penyulit psikiatri terbaru), 50 siswa terdiagnosa
sebagai ketagihan internet (umur rata-rata 14,8 ± 1,4 tahun) dan 50 siswa dengan penggunaan
internet normal (umur rata-rata 14,5 ± 1,8 tahun) diikutsertakan dalam penelitian kasus kontrol
ini. Dua kelompok tersebut dinilai menggunakan Barratt Impulsiveness Scale-11 (BIS-11) dan
pengukur impuls kebiasaan (Go Stop Impulsivity Paradigm).
2.1 Partisipan
Empat sekolah menengah atas dipilih secara acak di Kota Changsha (Ibu Kota Hunan, di
China Selatan Pusat, kota dengan populasi melebihi 6 milyar jiwa). Dari 4 sekolah, kami
kemudian memakai metode 2-stage sampling untuk memilih 3 lokasi berturut-turut dari 4
tingkatan, yaitu kelas 1 (umur rata-rata 13,1 tahun) dan kelas 2 (umur rata-rata 14,3 tahun) di
sekolah menengah pertama dan kelas 1 (umur rata-rata 16,5 tahun) dan kelas 2 (umur rata-rata
17,1 tahun) di sekolah menengah atas. Dari kelas-kelas yang telah terpilih, semua siswa (total
2787 siswa) berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah menyelesaikan kuesioner self-report di
kelas setelah peneliti menjelaskan prosedur dan persyaratan. Kuesioner dikumpulkan setelah
mereka selesai mengerjakannya. Pada akhirnya, tersisa 2620 kuesioner yang memenuhi
persyaratan. Angka respon adalah 94%.
Dari 2620 siswa, 100% berumur antara 12 dan 18 tahun, dengan umur rata-rata 15,2 ± 3,5
tahun. Ringkasan tentang karakteristik partisipan terdapat pada Tabel 1.
Persetujuan sekolah dan orangtua telah didapatkan sebelum siswa berpartisipasi dalam
penelitian ini. Peneliti mengunjungi sekolah, kemudian menjelaskan tujuan dari penelitian ini
kepada siswa dan guru, dan juga memberitahukan orangtua tentang tujuan dari penelitian ini,
jaminan kerahasiaan, dan nomor telepon dari peneliti jika ada pertanyaan dan masukan-masukan
![Page 5: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/5.jpg)
penting bisa dikirim melalui surat. Semua orangtua dijamin bahwa mereka bebas untuk menolak
jika mereka tidak setuju dengan tujuan penelitian ini. Proyek penelitian ini telah disetujui oleh
Ethics Committee of the Second Xiangya Hospital.
2.2 Pemilihan Kelompok
Individu dengan ketagihan internet yang memenuhi kriteria YDQ mendapatkan
wawancara klinis terstruktur (K-SADS) untuk Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Edisi Keempat. Partisipan yang terbukti mempunyai apapun kelainan Axis-I DSM-IV
tidak diikutsertakan. Diagnosis dibuat berdasarkan pengamatan klinis dan riwayat yang
didapatkan dari orangtua dan pasien sendiri. Pada akhirnya, 50 siswa yang didiagnosa dengan
ketagihan internet diikutsertakan dalam case-group. 50 siswa normal dicocokkan sesuai jenis
kelamin, umur dan level edukasi dari daftar siswa dengan umur, jenis kelamin dan level edukasi
yang sama. Independent T-test menunjukkan bahwa umur dan level edukasi tidak berbeda antara
kelompok dengan ketagihan internet dan kelompok kontrol (P>0,05). Tes chi-square
menunjukkan tidak ada perbedaan diantara kelompok dengan perbedaan jenis kelamin (P>0,05).
2.3 Pengukuran
2.3.1 Kuesioner informasi dasar
Penulis menggunakan kuesioner informasi dasar untuk mengumpulkan data-data
demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman menggunakan
internet.
2.3.2 Kuesioner diagnosis untuk ketergantungan internet/ Diagnostic Quesionaire for internet
addiction (YDQ)
YDQ diadaptasi dari kriteria DSM –IV secara acak oleh Young [ 23 ]. YDQ terdiri dari
delapan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak yang dialih bahasakan ke dalam bahasa China.
YDQ meliputi pertanyaan berikut: (1) Apakah anda merasa sangat gemar dalam menggunakan
internet (dilihat dari aktivitas menggunakan internet sebelumnya dan rencana selanjutnnya) (2)
Apakah anda merasa kebutuhan penggunaan internet anda terus meningkat dari waktu ke waktu
untuk memenuhi kepuasan anda? (3) Apakah anda merasa sering tidak berhasil dalam
mengontrol atau menghentikan penggunaan internet anda? (4) Apakah anda merasa lelah,
murung, tertekan atau sangat sensitive ketika mencoba mengurangi bahkan menghentikan
penggunaan internet anda? (5) Apakah anda tetap menggunakan internet lebih lama dari yang
![Page 6: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/6.jpg)
anda harapkan? (6) Pernahkah anda terancam kehilangan hubungan penting, pekerjaan atau
kesempatan karir karena internet? (7) Pernahkah anda berbohong pada keluarga, terapis, atau
lainnya untuk menutupi penggunaan internet anda yang lama? (8) Apakah anda menggunakan
internet untuk menghindar dari masalah atau suasana hati yang buruk? (seperti rasa tidak
berdaya, rasa bersalah, keresahan, dan rasa tertekan). Young menyimpulkan bahwa lima sampai
delapan pertanyaan dengan jawabanya berarti responden ketergantungan terhadap internet. Beard
memodifikasi kriteria YDQ. Responden yang menjawab ya untuk pertanyaan 1 sampai 5 dan
setidaknya satu dari pertanyaan sisanya merupakan ketergantungan internet [ 2 ]. Beard
menyatakan bahwa modifikasi tersebut dapat memperkuat kriteria yang diajukan Young. Pada
publikasi sebelumnya YDQ memiliki reliabilitas 0,729 dan nilai α 0,713 [ 3 ]. Pada penelitian ini
penghitungan koefisien Spearman- brown menghasilkan reabilitas 0, 752 dan α dari YDQ 0,722.
Ini berarti YDQ memiliki realibilitas dankonsistensi yang baik.
2.3.3 Barrat impulsiveness Scale 11 (BIS 110
BIS 11 merupakan suatu kuesioner dimana partisipan menilai frekuensi dari prilaku
impulsive atau nonimpulsif dalampenggunaan internet dari skala 1 (jarang/ tidakpernah) sampai
4 (hampirselalu/sering). BIS 11 terdiri dari 30 bagian dan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian
pokok yakni perhatian, pergerakan dan yang tidak terencana, untuk menentukan keseluruhan
nilai impulsif, semua bagian jumlahkan dengan nilai tertinggi menandakan tingkat impulsivitas
lebih tinggi[ 7 ]. Penulis menerjemahkan versi dari Li et al. Dengan realibilitas 0,752 dan
koefisien α 0,792
2.3.4 ParadigmaGoStop
GoStop merupakan respon inhibisi untuk menilai kemampuan untuk menghambat respon
inisiasi yang telah ada. Pada GoStop responden diperlihatkan lima angka berwarna hitam pada
layar komputer. Secara acak 5-digitnomor muncul untuk 500 milidetik, sekali setiap 2 detik (500
milidetik mulai, 1500 ms mati). Peserta diminta untuk merespon ketika jumlah mereka lihat
identik dengan jumlah sebelumnya. warna angka target pencocokan berubah
dari hitam menjadi merah yakni pada 50, 150, 250, atau 350 milidetik setelah presentasi. Peserta
diperintahkan untuk menanggapi kemiripan nomor yang dicocokkan sebelum angka menghilang
dari layar, tapi tidak untuk merespon angka yang berubah menjadi merah. Target
dan sasaran penghentian percobaan masing-masing terjadi 25% dari waktu. Sisanya 50% dari uji
![Page 7: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/7.jpg)
coba terdiri dari nomor yang berbeda secara acak dari jumlah sebelumnya. Dalam target-
penghentian uji coba, interval target tetap hitam (go) sebelum berubah merah (stop) memiliki
probabilitas yang sama dari 50, 150, 250, atau350 milidetik dalam hal durasi. [9].
Kegagalan untuk menghambat respon digunakan sebagai indikator
kemampuan untuk menahan respon ketika disajikan dengan stop-sinyal. Angka sasaran-stop
yang peserta tidak dapat tanggapi digunakan untuk menghitung jumlah kegagalan. Sebuah
komputer dengan monitor 14 inci yang digunakan untuk mengelola
GoStop. Peserta diminta untuk menggunakan tangan dominan yang mereka gunakan untuk
bekerja. Mereka menerima standarinstruksi tugas sebelum komputer bekerja.
2.4 Analisis Statistik
Perbedaan kelompok dalam variabel demografi dihitung menggunakan independent t-test
dan chi-square test. Perbedaan dalam BIS-11 dan skor GoStop antara kelompok ketagihan
internet dan kelompok kontrol dianalisa menggunakan independent-test. Korelasi antara
ketagihan internet dan BIS-11 dan skor GoStop dikaitkan menggunakan Pearson’s Correlations
Analysis. Angka statistic yang signifikan ditemukan pada level 0.05, dua angka.
3. Hasil
3.1 Aktivitas Internet yang Sedang Berlangsung
Menurut laporan dari siswa, Internet digunakan terutama untuk game virtual (78,1%),
aktivitas chat room (14,2%), kegiatan yang berkaitan dengan sekolah (4,1%), dan lainnya
(3,6%). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok Kecanduan Internet dan
kelompok kontrol (P> 0,05).
3.2 Komorbiditas psikiatrik
Dari 2.620 peserta yang telah selesai survei, 64 peserta memenuhi kriteria untuk kecanduan
internet. Dari 64 peserta dengan kecanduan internet, 1 peserta memenuhi kriteria DSM-IV untuk
gangguan obsesif-kompulsif (OCD), 2 untuk gangguan perilaku (CD), 2 untuk gangguan
pemberontak oposisi (ODD), 1 untuk gangguan depresi, dan 8 untuk atention deficit
hyperactivity disorder (ADHD).
3.3 Perbandingan antara kelompok impulsif Kecanduan Internet dan kelompok control
![Page 8: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/8.jpg)
Perbandingan rata-rata BIS-11 skor pada kelompok kontrol dan kelompok kecanduan
internet dapat dilihat pada Tabel 2. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, dari pengamtan
kami, skor kunci secara signifikan lebih tinggi pada perhatian, motor dan skor total untuk
kelompok Kecanduan Internet (P <0,05 ). Seperti dapat dilihat pada Tabel 3, ada perbedaan yang
signifikan antara kemampuan kelompok 'untuk menahan tanggapan. Kelompok kecanduan
internet menunjukkan lebih kesulitan menahan tanggapan dari kelompok kontrol pada 50, 150,
250, dan 350.
3.4 Hubungan antara kecanduan internet dan impulsifitas
Korelasi pearson digunakan untuk menguji hubungan antara skor YDQ dan tingkat
impulsifitas. Tabel 4 menunjukkan bahwa, nilai YDQ berkorelasi positif dengan BIS-11 untuk
skor perhatian, motor dan non -planning. Ada korelasi positif yang signifikan antara skor YDQ
dan jumlah kegagalan untuk menghambat respon dari GoStop. Ada juga korelasi positif yang
signifikan antara BIS-11 dan GoStop skor. Semua korelasi menunjukkan statistik yang signifikan
(P <0,05).
4. Diskusi
Penelitian ini terutama meneliti hubungan antara impulsif dan kecanduan internet di
kalangan remaja China. Seperti yang telah diperkirakan, subyek kecanduan internet lebih
impulsif dibandingkan kontrol yang diukur dengan BIS-11 dan GoStop. Analisis korelasi
Pearson menunjukkan ada hubungan positif moderat antara skor YDQ dan skor BIS-11, dan
jumlah kegagalan untuk menghambat respon. Penelitian ini mendukung konsep bahwa
kecanduan internet harus dianggap sebagai gangguan kontrol impuls [23]. Penelitian yang sama
di negara-negara lain juga telah menunjukkan hubungan ini. Sebagai contoh, sebuah penelitian
oleh Treuer dkk. melaporkan bahwa kecanduan internet adalah subtipe baru gangguan kontrol
impuls [18]. Karena BIS-11 dianggap lebih dari ukuran sifat impulsif, ini mendukung hipotesis
bahwa impulsif merupakan faktor risiko untuk menjadi kecanduan internet. Bagaimanapun,
karena subyek tidak behenti dari penggunaan Internet yang berlebihan, tidak dapat
dikesampingkan bahwa setidaknya sebagian dari peningkatan impulsif pada subyek Kecanduan
Internet adalah karena efek dari kecanduan internet. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan apakah impulsif per se merupakan faktor risiko yang signifikan untuk menjadi
kecanduan internet, atau akibat dari kecanduan internet, atau keduanya.
![Page 9: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/9.jpg)
Kami juga menemukan bahwa angka kegagalan untuk respon penghambat pada GoStop
berkorelasi dengan factor kepribadian BIS-11, menunjukkan bahwa tugas ini dapat mengukur
konstruk yang sama dari impulsif dengan inventaris BIS-11.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan peningkatan
impulsif dalam hal itu termasuk berbagai ukuran yang berbeda dari impulsif, termasuk langkah-
langkah perilaku dan kepribadian. Pada penelitian sebelumnya ukuran tunggal impulsive
diberikan kepada subyek kecanduan internet. Sebagai contoh, Lin dan Tsai meneliti penggunaan
internet yang berlebihan pada remaja Taiwan dan mencari sensasi dengan mencari sensasi
menggunakan ‘the Sensation Seeking Scale Taiwan version”. Mereka menemukan remaja yang
ketergantung Internet secara signifikan lebih tinggi dalam hal mencari sensasi dan disinhibisi
dibandingkan dengan yang tidak ketergantungan internet. Disinhibisi menjadi prediktor yang
paling penting dari ketergantungan internet [14].
Selain itu, hasil kami menunjukkan bahwa beberapa remaja menggunakan Internet
berlebihan, dan total 2,4% dapat dijelaskan menderita '' kecanduan internet ''. Karena perbedaan
sampel, dan konteks sosial dan budaya yang berbeda, dan juga kriteria YDQ dimodifikasi oleh
Beard yang kaku yang kita gunakan, sulit untuk membandingkan temuan yang efektif. Tetap
saja, persentase kecanduan internet bervariasi.
Para siswa dengan kecanduan internet mengalami komorbiditas gangguan kejiwaan, terutama
ADHD. Hasilnya adalah mirip dengan penelitian lain yang menemukan hubungan yang
signifikan antara tingkat gejala ADHD dan beratnya kecanduan internet pada anak-anak [21].
Meskipun kita tidak bisa menyimpulkan bahwa kecanduan internet adalah penyebab atau akibat
dari gangguan ini, dokter harus mempertimbangkan komorbiditas gangguan jiwa pada kasus
kecanduan internet.
Penelitian ini menggunakan skor YDQ lebih dari 6 sebagai indikator kecanduan internet.
Meskipun kuesioner ini sering digunakan sebagai instrumen untuk menilai kecanduan internet,
validitas sebagai alat diagnostik masih dipertanyakan [3]. Penelitian selanjutnya dapat
memanfaatkan langkah-langkah lain untuk menilai kriteria diagnostik untuk kecanduan internet
atau keparahan masalah kecanduan Internet untuk menilai hubungan antara impulsif dan masalah
kecanduan internet.
Kesimpulannya, hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang spesifik antara impulsif
dan kecanduan internet dan perlunya dukungan pada penelitian lebih lanjut tentang impulsif
![Page 10: Kecanduan Internet](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9155550346f57b8cb660/html5/thumbnails/10.jpg)
sebagai faktor risiko untuk terjadinya kecanduan internet. Penelitian selanjutnya dapat meneliti
lebih lanjut asal impulsif dan hubungannya dengan kecanduan internet.