kebocoran plasma pada dbd
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Kebocoran plasma Pada Dbd
1/4
TINJAUAN PUSTAKA
92 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
Pendahuluan
Diperkirakan lebih dari 50 juta kasus infeksi
virus Dengue terjadi tiap tahunnya dengan
jumlah rawat inap sebesar 500.000 dan angka
kematian lebih dari 20.000 jiwa di dunia.1
Tahun 2006 di Indonesia didapatkan laporan
kasus Denguesebesar 106.425 orang dengan
tingkat kematian 1,06%.2
Virus Dengue
Demam Dengue disebabkan oleh infeksi virusDengue yang termasuk genus virus Flavi. Virus
Denguedisebarkan melalui vektor utamanya
nyamukAedes aegypti. Genom virus Dengue
menyandi 10 produk gen: C (capsid), prM (matrix),
E (envelope), dan protein-protein nonstruk-
tural termasuk NS-1, NS-2A, NS-2B, NS-3,
NS-4A, NS-4B, dan NS-5. Protein E berinter-
aksi dengan reseptor seluler sehingga mem-
prakarsai proses masuknya virus, rangkaian
asam aminonya menentukan aktivitas penetra-
lisiran antibodi yang menggolongkan virus
Dengue(DEN) menjadi 4 serotipe: DEN-1, 2, 3
dan 4.3Protein-protein nonstruktural berfungsi
dalam replikasi RNA dan pemrosesan protein
virus. NS-1 satu-satunya dengan bentuk ter-
larut yang dapat dideteksi dalam sirkulasi.4
Beberapa protein nonstruktural juga memain-
kan peran dalam memodifikasi sistem imun,
seperti NS-2A, NS-2B dan NS-4B yang ber-
pengaruh pada jalur sinyal interferon 1 dengan
menginduksi produksi sitokin, NS-5 meng-
induksi produksi interleuikin 8. NS-3 berfungsi
ganda dalam aktivitas helicase(melepas rantai
DNA) danprotease, di mana aktivitasprotea-
senya memerlukan NS-2B sebagai kofaktor.Dalam replikasi virus, NS-5 berfungsi sebagai
S-adenosine methyltransferase dan RNA-depen-
dent RNA polymerase.
Kebocoran Plasma pada Demam Berdarah DengueRizal
RS Dr. Oen Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia
Klinis Dengue
Di daerah endemik, infeksi kebanyakan terjadi
di antara anak-anak yang telah terinfeksi se-
tidaknya sekali di awal dekade hidup. Sebagian
besar gejala infeksi primer tidak jelas walau-
pun beberapa berkembang menjadi demam
tidak khas disertai gejala lain seperti nyeri kepala,
nyeri retroorbital, nyeri otot, dan kadang per-
darahan.6 Pada sebagian kecil pasien ber-
kembang menjadi Demam Berdarah Dengue
(DBD). Meski klasifikasi klinisnya berbeda,demam Dengue dan DBD kemungkinan besar
merupakan satu rangkaian proses penyakit yang
sama dengan hasil perubahan integritas vaskuler
yang berbeda.4
Tabel 1mencantumkan definisi demam Dengue
dan DBD oleh Badan Kesehatan Dunia. Tanda
DBD adalah adanya kebocoran plasma yang
dapat memicu hilangnya volume intravaskuler
dan sirkulasi tak memadai. Kebocoran plasma
yang lanjut berkorelasi dengan penurunan
jumlah trombosit.7 Beberapa peneliti meng-
gunakan foto toraks atau USG berseri untuk
mendeteksi kebocoran plasma melalui adanya
akumulasi cairan yang progresif dan signifikan.8
Perdarahan yang signifikan merupakan wujudklinis lain yang terkait dengan beratnya pe-
nyakit dan dijumpai lebih sering pada DBD di-
banding demam Dengue. Juga, kenaikan enzim
hati dan trombositopenia.9
Gambar 1.Struktur virus Denguemelalui Mikroskop Krioelektron.5 Gambar 1. Perjalanan klinis demam Dengue dan DBD.
Didapatkan demam akut dengan duaatau lebih gejala/tanda berikut: nyeri kepala nyeri retro orbital nyeri sendi nyeri otot ruam manifestasi perdarahan leukopenia, dan ada kejadian di lokasi dan waktu yang sama,
dan telah dikonfirmasi oleh kriteria laboratorium (serologi, isolasi, deteksi genom virus) mendukung sebagai kasus Dengue. Seluruh 4 komponen berikut harus terpenuhi:
Seluruh 4 komponen berikut harus terpenuhi: Demam atau riwayat panas selama 2-7 hari, adakala bifasik. Kecenderungan perdarahan. Trombositopenia ( 100.000 sel per mm3) Adanya kebocoran plasma dengan manifestasi:1. kenaikan hematokrit 20% di atas rerata usia, seks dan populasi2. penurunan hematokrit setelah intervensi penggantian volume yang setara atau lebih besar dari 20% nilai dasarnya3. tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, dan hipoproteinemia. Sindrom Syok Dengue : kasus DBD dengan
sempitnya tekanan nadi (< 20 mmHg), hipotensi atau tanda syok lain.
Demam Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tabel 1.Definisi kasus demam Dengue dan DBD.6
-
8/12/2019 Kebocoran plasma Pada Dbd
2/4
TINJAUAN PUSTAKA
93CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
Perjalanan Klinis DemamDenguedan DBD
Pada fase febris penderita biasanya meng-
alami demam tinggi yang mendadak dan
menetap (gambar 1), dengan manifestasi
klinis lain seperti nyeri otot, nyeri perut, mual,
dan muntah.10
Selama periode ini dapat terjadiberbagai derajat perdarahan, dengan dehidrasi
berat. Periode febris bisa bertahan antara 2
hingga 7 hari. Di sekitar periode afebris trombosit
menurun dan mencapai titik terendah; pada
DBD dapat terjadi kenaikan permeabilitas
vaskuler dan kebocoran plasma yang berlang-
sung hingga 48 jam diikuti resolusi cepat dan
spontan, kemudian masuk periode konvalesen.
Gagal fungsi hati dan ensefalopati dapat me-
nyebabkan syok sekunder yang berkepanjangan.
Mortalitas biasanya berkenanan dengan lambatnya
pengenalan dan terapi kebocoran plasma.3
TerapiDengue
Observasi ketat tanda perdarahan, kerentan-
an sirkulasi, dan terapi pendukung yang tepat
adalah upaya utama mencegah syok hipovo-
lemik pada kasus Dengue.6Penurunan jumlah
volume kerap terjadi karena demam, kurangnya
asupan oral, kebocoran plasma, dan perdarahan.
Kasus dehidrasi atau penurunan volume intra-
vaskuler karena kebocoran plasma memerlu-
kan cairan kristaloid intravena untuk memper-
tahankan sirkulasi yang efektif selama periode
kebocoran plasma, disertai pengamatan teliti
dan cermat secara periodik.12 Koloid dipakai
bila kurang responsif terhadap kristaloid, namun
koloid tidak selalu unggul dibanding kristaloid
untuk tujuan tersebut.13 Transfusi darah di-
butuhkan bila terdapat perdarahan yang signi-
fikan. Intervensi cairan yang berlebih dapat
memicu komplikasi serius seperti edema paru
dan gagal napas.3
Faktor Risiko DBD
Penelitian kohort prospektif di antara anak
sekolah menunjukkan tingginya risiko DBD
pada anak dengan infeksi sekunder yang
mencapai 10 kali atau lebih dibanding yang
mengalami infeksi primer.14 Virus Dengue
yang diinkubasi dalam cairan plasma monyet
rhesus yang imun meningkatkan replikasi virus
dalam monosit dan sel lain yang rentan, sehingga
didalilkan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh
paparan pertama salah satu serotipe virus
Denguebukannya memberi perlindungan ter-
hadap infeksi kedua dan yang berbeda sero-
tipenya, sebaliknya bahkan lebih meningkat-
kan respons virus dan replikasinya.15
Pada wabah yang meluas biasanya terdapat
suatu jenis atau serotipe virus Dengue baru,
hal ini terkait kerentanan imunologis suatu
populasi terhadap virus tersebut dan virulensi-
nya yang berperan pada beratnya penyakit.3
Selain status imun pejamu, beberapa lokusgen juga berkaitan dengan beratnya penya-
kit, seperti imunitas sel T lokus kelas I dan II
HLA berhubungan dengan DBD sementara
yang lain dengan demam Dengue.16 Juga
dengan polimorfisme genetik seperti TNF-,
reseptor Fc, TAPs, dan DC-SIGN (Dendritic Cell-
Specific ICAM-3 Grabbing Non-integrin) yang
mengikat glikan protein E virus Dengue. 17,18
Patologi dan Patogenesis
Pemeriksaan mikroskopik patologi 100 kasus
Dengueyang fatal menemukan 2 hal utama,
yakni perdarahan mukosa yang tersebar dan
edema membran serosa, selain perdarahan di
berbagai organ, edema perivaskuler dan
jaringan interstisiel, infiltrasi sel mononuklir
pada perivaskuler, dan piknosis sel endotel.3
Antigen Dengue ditemukan di berbagai sel,
termasuk monosit, Kupffer, makrofag alveoli,
limfosit darah tepi dan limpa, juga sel endotel
di hepar dan paru-paru.19 Monosit/makrofag
dan limfosit merupakan sel-sel utama yang di-
infeksi oleh virus Dengue.20 Infeksi Dengue
terhadap sel-sel monosit, makrofag, dan dendrit
menyebabkan produksi mediator-mediator yang
mempengaruhi fungsi sel endotel. Monosit
yang terinfeksi menginduksi perubahan permea-
bilitas sel-sel endotel umbilikus manusia karena
terkait dengan pengaruh TNF-.21
Infeksi Dengue dapat menginduksi maturasi
sel dendrit.22 Melalui sel dendrit virus Dengue
dapat memicu ekspresi enzim-enzim matrix
metalloprotease, MMP-2 dan MMP-9, mening-
katkan permeabilitas yang berakibat kebocoran
plasma dan perdarahan. Perlakuan sel-sel endotelumbilikus manusia dengan pembiakan sel-sel
dendrit yang terinfeksi juga menunjukkan ke-
naikan permeabilitas, berkaitan dengan turunnya
respon Platelet Endothelial Cell Adhesion
Molecule-1,ekspresi VE-cadherin, dan reorgani-
sasi dari F-actin.23 Isolasi jaringan kulit me-
nunjukkan bahwa sel dendrit dapat pula ter-
infeksi lokal oleh inokulasi virus Dengue.24
Aktivitas sel T lebih tinggi pada DBD dibanding
pada demam Dengue.25; menunjukkan bahwa
pada infeksi sekunder sel T CD8+ spesifik ber-
jumlah lebih banyak dari infeksi sebelumnya.
Sitokin dan kemokin yang diinduksi oleh sel-
sel T berdampak pada permeabilitas vaskuler
sebagai penyebab kebocoran plasma DBD.3
Tingginya risiko DBD pada infeksi sekunder
memberi gambaran bahwa antibodi dari reaksi
silang yang tidak menetralisir antigen virus
sebelumnya, dapat meningkatkan penyerapan
virus oleh sel pejamu dan akan memicu replikasi-
nya. Kemudian sistem imun bawaan dan adap-
tif akan teraktivasi secara intensif. Transfer pasif
antibodi bergantung pada nitrit oksida dan
caspase (cysteine-aspartic protease) yang ber-
peran dalam berbagai peubahan seperti per-
darahan, koagulopati, kenaikan enzim hepar,
dan kematian sel endotel.26
Gambar 2. Imunopatogenesis DBD.
-
8/12/2019 Kebocoran plasma Pada Dbd
3/4
95CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
lemah pada beberapa kondisi seperti inflamasi,
sepsis, iskemia, dan diabetes. Naiknya permea-
bilitas dapat disertai gangguan nyata pem-
buluh darah seperti perdarahan, adhesi lekosit,
formasi trombus mikrovaskuler, syok, dan ke-
gagalan fungsi organ. Berbeda dengan agen
lain, histamin, trombin, dan Vascular Endothelial
Growth Factors(VEGFs) masih dapat mengem-
balikan kondisi awal permeabilitas sehingga tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup sel endotel
dan respons fungsional.
Kenaikan permeabilitas sebenarnya memiliki
efek positif seperti meningkatnya akses nutrien,
oksigenasi jaringan, naiknya pasokan lekosit
ke area inflamasi, dan induksi dari akumulasi
fibrinogen dan fibrin di dinding pembuluh darah.Tetapi, bila tidak diimbangi dengan reabsorbsi
cairan limfe, akan timbul edema yang menye-
babkan iskemi jaringan, akumulasi cairan stroma,
dan naiknya tekanan interstisiel yang berujung
pada nekrosis dan gangguan transportasi obat.32
Permeabilitas endotel diatur oleh pembukaan
dan penutupan dinamis dari ikatan simpang
(adherens junctions) sel-sel. Ikatan simpang
sel-sel ini dibentuk oleh keluarga cadherin
sebagai protein-protein yang beradhesi, contoh
Vascular Endothelial(VE)-cadherin. Ekor sito-
plasma VE-cadherinterdiri darip120-catenin,
-catenin,dan plakoglobin, terhubung pada
ikatan simpang sel. -catenindan plakoglobin
terikat pada -catenin yang berinteraksi dengan
protein pengikat actin, contohnya F-actin.27
VE-cadherinsecara ketat mengatur kompleks
protein yang bergabung dengan sel-sel en-
dotel dan mencegah emigrasi leukosit dan
tirisan vaskuler. Pindahnya VE-cadherin dari
membran sel ke bagian interior sel mampumemicu terjadinya celah antar sel endotel dan
kenaikan permeabilitas. Pemindahan VE-cadherin
ini lazimnya dicegah oleh protein lain,p120-
catenin. Mediator inflamasi seperti VEGF di-
kenal sebagai penyebab pisahnya p120-
catenin dan VE-cadherin.30 Infeksi Dengue
pada sel-sel endotel mengakibatkan penu-
runan sVEGFR-2 (soluble VEGF Receptor-2)
dan peningkatan ekspresi membran VEGFR-2;
tingkat sVEGFR-2 secara progresif menurun
selama perjalanan penyakit karena korelas-
inya dengan beban virus dalam plasma.33
Rekombinasi Slit dapat melemahkan permea-
bilitas endotel karena sitokin dan endotoksin,
untuk itu diperlukan efek proteksi reseptor
Robo4 yang meningkatkan ikatan molekul
membran sel, VE-cadherin.34
(Gambar 3).Halini menunjukkan keniscayaan aplikasinya bagi
pencegahan dan perbaikan kebocoran vaskuler.29
VaksinDengue
Protein E Dengue sangat penting bagi pe-
ngembangan vaksin karena memediasi masuk-
nya virus dengan berinteraksi pada reseptor
permukaan sel pejamu dan juga merupakan
target primer penetralan antibodi. Para peneliti
berhasil membuat komplemen DNA-RNA virus
yang infeksius dengan kloningE. coli, sebagaibentuk dasar pengembangan vaksin. Penelitian
vaksin kini berfokus pada penggunaan vaksin
tetravalen hidup yang dilemahkan (tetravalent
live attenuated vaccines), vaksin chimaerainter-
tipe, dan vaksin rekombinan DNA dengan dasar
vektor virus flavi dan non virus flavi. Vaksin
tetravalen hidup telah berhasil memenuhi uji
klinis tahap 2 karena menunjukkan imunogenik
dan keamanannya.5,35
PenutupPredisposisi DBD pada infeksi sekunder yang
melibatkan sistem imun adaptif dalam pato-
genesis DBD belumlah dapat ditegaskan
sepenuhnya. Oleh karena itu, penting untuk
mengidentifikasi bagian sistem imun yang
efektif memproteksi atau patologis; hal ini
membutuhkan model hewan yang dimodifikasi
secara genetik atau diablasi fungsi mediator-
mediatornya sehingga dapat mereproduksi
segi klinis DBD, termasuk kebocoran plasma.
Wawasan biologi vaskuler dan interaksinya
antara virus, sistem imun, dan sel endotel
dalam DBD akan menjadi penentu perkem-
bangan petanda untuk prediksi dan intervensi
preventif maupun terapetik atas kondisi ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivasi reaksi silang sel-sel T spesifik Dengue
dapat menurunkan respons pembersihan virus
dan memicu produksi mediator-mediator pro-
inflamasi dan vasoaktif.
Mediator-mediator yang dilepaskan oleh sel-
sel T dan sel-sel yang terinfeksi berkombinasi
dengan komplemen yang terakvifasi protein virus
dan kompleks imun memudahkan peningkatan
permeabilitas vaskuler (gambar 2). Sel-sel
yang terinfeksi virus Denguedapat mempro-
duksi sejumlah sitokin proinflamasi termasuk
TNF-, IL-6, IL-8, Monocyte Chemoattractant
Protein-1, dan RANTES. 23,27
Sejumlah penyelidikan menunjukkan beban
virus yang lebih tinggi di antara pasien DBD di-banding demam Dengue.27Beban virus men-
capai puncaknya saat periode febris dan menu-
run drastis saat afebris. Tingkat NS-1 dijumpai
lebih tinggi pada kondisi yang lebih berat,
sesuai dengan perannya dalam mengaktivasi
komplemen penyebab kebocoran plasma.29
Antibodi terhadap NS-1 yang terikat sel endo-
tel dapat memicu apoptosisnya, sementara
pada trombosit akan memicu aktivasiplatelet.
Virus Denguejuga berperan mengubah pro-
duksi faktor koagulasi sel endotel seperti
naiknya respons plasminogen jaringan, trombo-
modulin, Protease Activated Receptor-1, tissue
factor receptor, turunnya respons tissue factor
inhibitor, dan aktivasi protein C.30
Paparan primer virus menginduksi respons
imun humoral (antibodi) dan seluler (sel T).
Saat infeksi sekunder dengan serotipe lain,
antibodi (dari reaksi silang sebelumnya) me-
ngikat virus dan meningkatkan serapan virus
via reseptor Fc, sehingga replikasi virus dan
antigen yang mengaktifasi reaksi silang sel-selT spesifik Dengue akan meningkat pula. Virus
Dengue berpengaruh langsung pada sel endo-
tel dengan memodulasi molekul permukaan
sel dan ekspresi reseptor sitokin. Mediator yang
dilepaskan oleh sel T dan sel-sel yang ter-
infeksi virus dapat menaikkan permeabilitas
vaskuler dan koagulopati.3
Peranan Endotel
Sel endotel mengontrol lintasan komponen
plasma dan sel-sel yang bersirkulasi dari darah
ke jaringan.31 Fungsi ini akan hilang atau me-
-
8/12/2019 Kebocoran plasma Pada Dbd
4/4
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Dengue and Dengue haemorrhagic fever. http://www.whoint /mediacentre/
factsheets/fs117/en/2. WHO. Variable endemicity for DF/DHF in countries of SEA Region. http://www.searo.who.int/en/Section10/Section332_1100.htm3. Srikiatkhachorn A. Plasma leakage in dengue haemorrhagic fever. Thromb Haemost 2009; 102: 1042-10494. Avirutnan P, Punyadee N, Noisakran S, et al. Vascular leakage in severe Dengue virus infections: a potential role for the nonstructural viral protein NS-1 and complement. J. Infect.Dis. 2006; 193: 1078-1088.5. Monath TP. Dengue and Yellow Fever Challenges for the Development and Use of Vaccines. N Engl J Med 2007.357:2222-22256. WHO. Dengue Hemorrhagic Fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd ed. WHO; 1997.7. Krishnamurti C, Kalayanarooj S, Cutting MA, et al. Mechanisms of hemorrhage in Dengue without circulatory collapse. Am J Trop Med Hyg 2001; 65: 840-847.8. Srikiatkhachorn A, Krautrachue A, Ratanaprakarn W, et al. Natural history of plasma leakage in Dengue hemorrhagic fever: a serial ultrasonographic study. Pediatr Infect. Dis. J 2007; 26: 283-292.9. Pancharoen C, Rungsarannont A, Thisyakorn U. Hepatic dysfunction in Dengue patients with various severity. J Med Assoc Thai 2002 ; 85 (Suppl 1): S298-301.10. Nimmannitya S. Clinical manifestations of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever.
Monograph on Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. WHO, New Delhi; 1993; 48-57.11. Nguyen TH, Nguyen TL, Lei HY, et al. Volume replacement in infants with Dengue hemorrhagic fever/Dengue shock syndrome. Am J Trop Med Hyg 2006; 74: 684-691.12. Darmowandowo W. Infeksi Virus Dengue.
http://www.pediatrik.com/pkb/061022015303-6l9i130.pdf
13. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, et al. Comparison of three fluid solutions for resuscitation in Dengue shock syndrome. New Engl J Med 2005; 353: 877-889.
14. Endy TP, Chunsuttiwat S, Nisalak A, et al. Epidemiology of inapparent and
symptomatic acute Dengue virus infection: a prospective study of primary school children in Kamphaeng Phet, Thailand. Am J Epidemiol 2002; 156: 40-51.15. Halstead SB. In vivo enhancement of Dengue virus infection in rhesus monkeys- by passively transferred antibody. J Infect Dis 1979; 140: 527-533.16. Stephens HA, Klaythong R, Sirikong M, et al. HLA-A and -B allele associations with secondary Dengue virus infections correlate with disease severity and the infecting viral serotype in ethnic Thais. Tissue Antigens 2002; 60: 309-318.17. Tassaneetrithep B, Burgess TH, Granelli-Piperno A, et al. DC-SIGN (CD209) mediates Dengue virus infection of human dendritic cells. J Exp Med 2003; 197: 823-82918. Soundravally R, Hoti SL. Polymorphisms of the TAP 1 and 2 gene may influence clinical outcome of primary Dengue viral infection. Scand J Immunol 2008; 67: 618-625.19. Limonta D, Capo V, Torres G, et al. Apoptosis in tissues from fatal Dengue shock syndrome. J Clin Virol 2007; 40: 50-54.20. Jessie K, Fong MY, Devi S, et al. Localization of Dengue virus in naturally infected human tissues, by immunohistochemistry and in situ hybridization. J Infect Dis 2004; 189: 1411-1418.21. Carr JM, Hocking H, Bunting K, et al. Supernatants from Dengue virus type-2 infected macrophages induce permeability changes in endothelial cell monolayers. J Med Virol 2003; 69: 521-528.22. Ho LJ, Wang JJ, Shaio MF, et al. Infection of human dendritic cells by Dengue
virus causes cell maturation and cytokine production. J Immunol 2001; 166: 1499-1506.23. Luplertlop N, Misse D. MMP cellular responses to dengue virus infection-induced vascular leakage. Jpn J Infect Dis 2008; 61: 298-301.
24. Wu SJ, Grouard-Vogel G, Sun W, et al. Human skin Langerhans cells are targetsof Dengue virus infection. Nat Med 2000; 6: 816-820.
25. Mongkolsapaya J, Dejnirattisai W, Xu XN, et al. Original antigenic sin and apoptosis
in the pathogenesis of Dengue hemorrhagic fever. Nat Med 2003; 9: 921-927.26. Lin CF, Wan SW, Chen MC, et al. Liver injury caused by antibodies against dengue virus nonstructural protein 1 in a murine model. Lab Invest 2008; 88: 1079-1089.27. Lee YR, Liu MT, Lei HY, et al. MCP-1, a highly expressed chemokine in Dengue haemorrhagic fever/ Dengue shock syndrome patients, may cause permeability change, possibly through reduced tight junctions of vascular endothelium cells. J Gen Virol 2006; 87: 3623-3630.28. Libraty DH, Endy TP, Houng HS, et al. Differing influences of virus burden and immune activation on disease severity in secondary Dengue-3 virus infections. J Infect Dis 2002; 185: 1213-1221.29. Avirutnan P, Punyadee N, Noisakran S, et al. Vascular leakage in severe Dengue virus infections: a potential role for the nonstructural viral protein NS1 and complement. J.Infect.Dis. 2006; 193: 1078-1088.30. Cabello-Gutier rez C, Manjarrez-Zavala ME, Huerta- Zepeda A, et al. Modification of the cytoprotective protein C pathway during Dengue virus infection of human endothelial vascular cells. Thromb Haemost 2009; 101: 916-928.31. Lee WL, Slutsky AS. Sepsis and Endothelial Permeability. N Engl J Med 2010. 363: 689-69132. Dejana, E. Orsenigo F, Lampugnan MG. The Role Aherens Junctions and VE- cadherin in Control of Vascular permeability. JCS 2008; 121(13): 2115-212233. Srikiatkhachorn A, Ajariyakhajorn C, Endy TP, et al. Virus-induced decline in soluble vascular endothelial growth receptor 2 is associated with plasma leakage in dengue hemorrhagic Fever. J Virol. 2007; 81: 1592-1600.34. London NR, Zhu W, Bozza FA, et al. Targeting Robo4-dependent slit signaling to survive the cytokine storm in sepsis and influenza. Sci Transl Med 2010; 2: 23ra19.
35. Mustafa MMS, Agrawal VK. Dengue Vaccine: The Current Status. MJAFI 2008; 64: 161-164
96 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 3.Perubahan Permeabilitas Sel Endotel 30