kebijakan rencana pembangunan desa sebagai...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA
SEBAGAI USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL
MASYARAKAT DI DESA CIDOKOM
skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana
Strata 1 (S1)
Oleh:
Enung Khoeriyah
1113054100003
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/1440 H
ABSTRAK
Enung Khoeriyah, (1113054100003) Kebijakan Rencana Pembangunan Desa Sebagai Usaha Kesejahteraan Sosial Masyarakat di Desa Cidokom
Salah satu jalan untuk menuju negara yang sejahtera, diwujudkan melalui masyarakat desa sejahtera. Masyarakat desa sejahtera adalah mereka yang terpenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papannya, dan memiliki akses yang mudah pada berbagai layanan dan kegiatan sosialnya. Namun mewujudkan masyarakat desa yang sejahtera tidaklah mudah, perlu adanya kebijakan pemerintah yang mengatur langsung usaha kesejateraan, salah satunya melalui pembangunan. Pembangunan dilakukan dengan perencanaan yang matang. Sebab melalui perencanaan ini maka pembangunan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah: “bagaimana kebijakan perencanaan pembangunan dilakukan sebagai usaha kesejahteraan masyarakat desa?”
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Tujuannya untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan bagaimana hasil temuan yang diperoleh di lapangan. Adapun metodenya melalui observasi, wawancara dan juga studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan perencanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah desa melalui tahapannya menyesuaikan dengan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat melalui Undang-Undang Desa, ataupun yang dijabarkan oleh Kementerian Desa melalui Buku Saku Desa yang berisi penjabaran tahapan Perencanaan Pembangunan, sesuai dengan kebijakan prioritas pembangunan desa. Dari prioritas kebijakan pembangunan ini, maka Desa Cidokom bisa melakukan kegiatan dan program pembangunan yang menjadi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kata kunci: Desa, Kebijakan, Rencana Pembangunan, Kesejahteraan Masyarakat.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim...
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, yang telah
melimpahkan segala bentuk nikmat kepada peneliti, sehingga
peneliti bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan
Rencana Pembangunan Desa Dalam Usaha Kesejahteraan
Sosial Masyarakat Di Desa Cidokom”. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. yang
telah menjadi suri tauladan bagi kita semua. Penulisan skripsi ini
merupakan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana sosial
pada fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan para dosen maupun
pengajar lain yang memiliki intensitas ilmu khususnya bidang
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini tidak
terlepas dari do’a dan kerja keras dalam pembuatannya, penulis
berterima kasih atas motivasi dan dukungan semangat serta doa
dari Ayahanda Jaja Suparja dan Ibunda Enur Sukaenah yang
tiada henti-hentinya menjadi alasan penulis untuk tetap kuat
menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa
juga penulis ucapkan terima kasih ini kepada :
1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M,Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj.
Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
ii
Umum, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA
selaku Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Dr.Tantan Hermansyah, S.Ag, M.Si selaku dosen
pembimbing penulis yang senantiasa memberikan arahan dan
masukan kepada penulis terkait penelitian dengan sabar.
4. Bapak Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA selaku dosen
Pembimbing Akademik, dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberi penulis
banyak ilmu di kampus ini.
5. Seluruh Staf Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan kemudahan dalam
melayani penulis mendapatkan referensi buku-buku selama
penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Keluarga Besar Kesejahteraan Sosial, khususnya untuk
teman-temen kesejahteraan sosial angkatan 2013 yang selalu
saling memberikan semangat.
7. Untuk Adik-adikku tercinta Dek Imas dan Dek Fahmi, terima
kasih untuk selalu memberikan semangat dan kehangatan di
keluarga.
8. Untuk kanda Ragil Satriyo Nugroho, S.H yang senantiasa
memberikan dukungan dan semangat saat peneliti mulai
menyerah, terimakasih untuk kesabarannya.
iii
9. Kepada Kakak Amellya Hidayat, S.Pd juga Masse Waskito
Wibowo , Kak Dion dan Kak Nisa yang senantiasa
memberikan nasihat, semangat dan juga dukungan dalam
segala hal baik yang peneliti lakukan, juga mengingatkan
ketika peneliti lalai.
10. Sahabat-sahabat terbaik yang Allah kirimkan untuk peneliti
sampai saat ini masih Bersama, Kartika al-Adzhim, Fitta
Fauziah, Indah Choirunnissa, Rizkianingsih, Meidi
Kartikasari, ka Fatma, Sarah juga Ulfah. Semoga menjadi
sabahat sampai selamanya.
11. Sahabat Teman Djalan Numan, Ben (Istikhori), Titi, Azka,
Lia, Wiwi, Bang Syam, Farhan yang senantiasa ngajak
liburan.
12. Keluargaku manajemen Yayasan Istana Belajar Anak
Banten, K Panji, K Firmah, Koh Viri, Jamil, Irfan, Hani, Teh
Yoss, Teh Nisnur, Santi, Teh Mala Om Ichan, yang telah
memberikan peneliti pengalaman dan kesempatan berkarya.
13. Keluarga Besar Mahasiswa penerima BidikMisi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terutama Latif, Siti Masriah, Dian
Pratiwi, dan Eks BPH Formabi (WTF) Ahmad Hamdani,
Lukman Hakim, Jamil, Eli dan Riski Amalia.
14. Keluarga Kosan tercinta, Mujahidah Ardillah, Nabila
Ilmidini S.Pd, Iin Aidillah, dan Putri Andira yang senantiasa
menemani peneliti saat makan maupun tidur selama peneliti
menetap di Ciputat.
iv
15. Kakak-kakak yang selalu menyayangi peneliti dan menjaga
peneliti di Tangsel Mbak Icha, Kak Ditha kak Audy, Ka
catur, juga Kirus.
16. Segenap Jajaran Pemerintah Desa dan Masyarakat Dsa
Cidokom yang sudah mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian skripsi. Khususnya Bapak Sain, SE, Ustdz Yakub
dan Pak Zul, yang bersedia membimbing peneliti selama
melakukan penelitian langsung di Desa.
17. Dan untuk semua pihak yang telah memberi segala
dukungannya dalam penyusunan skripsi ini yang tak
mungkin saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas
dukungannya.
Akhirnya, atas dukungan semua pihak, peneliti
mengucapkan terimakasih dan juga mendoakan semoga Allah
SWT membalas jasa-jasa beliau sesuai dengan amal dan
perbuatan yang telah diberikan. Amin yaa robbal alamin.
Jakarta,26 Juli 2018
Penulis
Enung Khoeriyah
1113054100003
v
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................ i Kata Pengantar .................................................................. iii Daftar Isi .............................................................................. vi Daftar Tabel ........................................................................ ix Daftar Gambar ................................................................... xi Daftar Singkatan ................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Pembatasan Masalah ................................................ 9
C. Perumusan Masalah ................................................. 9
D. Tujuan Penelitian ..................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ................................................... 10
F. Metodologi Penelitian .............................................. 10
G. Tinjauan Pustaka ....................................................... 20
H. Sistematika Penulisan .............................................. 22
BAB II LANDASAN TEORI
A. DESA ....................................................................... 24
1. Pengertian Desa ............................................ 24
2. Pemerintah Desa............................................ 27
3. Kewenangan Desa ......................................... 30
B. USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ........................... 35
1. Usaha Kesejahteraan Sosial ......................... 35
2. Kebijakan Publik Sebagai Kebijakan Sosial . 40
3. Rencana Pembangunan ................................. 42
vi
BAB III PROFIL DESA CIDOKOM
A. GAMBARAN UMUM DESA CIDOKOM ........ 51
1. Sejarah Desa Cidokom .................................. 51
2. Letak Geografis Desa .................................... 53
3. Topografi ....................................................... 53
4. Hidrologi dan Klimatologi ............................ 54
B. KONDISI SOSIAL DESA CIDOKOM .............. 54
1. Kependudukan.............................................. 54
2. Kesehatan ...................................................... 55
3. Pendidikan ..................................................... 57
4. Kesejahteraan Sosial Masyarakat .................. 58
5. Organisasi Kepemudaan................................ 59
6. Kebudayaan dan Hubungan Antar
Masyarakar .................................................... 60
7. Tempat Peribadatan ....................................... 62
C. KONDISI EKONOMI ........................................ 63
1. Pajak dan Retribusi Desa .............................. 63
2. Alokasi Dana Desa ........................................ 63
3. Sumber Penerimaan Desa ............................. 65
4. Prasarana dan sarana Sosial Ekonomi ........... 66
5. Transportasi dan Perhubungan ...................... 68
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........... 68
A. KEBIJAKAN TAHAPAN RENCANA
PEMBANGUNAN DESA CIDOKOM .............. 72
vii
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJMDes) ........................................... 74
2. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKPDes) ............................................. 90
B. Implementasi Perencanaan Pembangunan Desa
di Cidokom .......................................................... 98
1. Tahapan Perencanaan .................................... 98
2. Tahapan pelaksanaan .................................... 102
3. Tahapan Pengawasan dan Evaluasi ............... 109
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Dan Implementasi Kebijakan Tahapan
Perencanaan Pembangunan Desa Sebagai Usaha
Kesejahteraan Masyarakat ................................... 113
B. Analisis Program Pembangunan Desa Sebagai
Usaha Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Desa ...................................................................... 116
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................... 119
B. IMPLIKASI .......................................................... 120
C. SARAN ................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 122
LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................. 123
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk mencapai sebuah negara yang sejahtera, proses
pembangunan harus dimualai dari struktur paling bawah yang
menopang dan menunjang berjalannya sebuah negara yaitu desa
sebagai kaki dan tangan untuk bersentuhan dengan masyarakat.
Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya
masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum
negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa,
masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial
yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan
institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya
sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan
tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin
merupakan wujud bangsa yang paling konkret.(Widjaya 2004, 4)
Masalah utama kesejahteraan yang saat ini tengah di hadapi
Indonesia sebagai negara berkembang adalah masalah
kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan seolah menjadi
masalah kesejahteraan yang sudah menjadi langganan pemerintah
yang harus segera di selesaikan, kemiskinan tertinggi terjadi di
masyarakat pedesaan, diukur dari kualitas hidup dan kemampuan
mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok dan upaya dalam
menyelesaikan masalah, insfrastruktur serta kegiatan pelayanan
yang belum maksimal tak luput menjadi salah satu penyebab desa
2
sering dikategorikan sebagai masyarakat tertinggal atau
prasejahtera.
Tingginya angka kemiskinana di Indonesia menunjukan
praktik pembangunan nasional selain belum bisa meningkatkan
kondisi kehidupan masyarakat, juga menunjukan masih adanya
problematika ketidakadilan sosial yang cukup parah.
Data Susenas September 2017 menunjukan perbandingan
angka kemiskinan di pedesaan mencapai angka 16,31 juta orang
berbanding dengan kemiskinan di kota dengan angka 10,27 juta
orang. (Data Susenas,September 2017) yang disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Daerah Maret-
September 2017
No Daerah/Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (Juta Orang)
1. Perkotaaan Maret 2017 10,67
Perkotaan September
2017
10,27
2. Pedesaan Maret 2017 17,10
Pedesaan September
2017
16,31
3. Jumlah keseluruhan
Maret 2017
September 2017
27,76
26,58
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
Berdasarkan data diatas peneliti mencoba melihat dari sisi
bagaimana pemerintah melakukan intervensi untuk berusaha
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui pendekatan
kebijakan sosial. Kebijakan sosial merupakan sebuah ketetapan
pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat
3
publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak.
Masalah utama desa Cidokom yakni berkaitan dengan belum
meratanya pembangunan desa terutama akses jalan desa yang
merupakan akses utama bagi masyarakat untuk melakukan
mobilitas sosial dan ekonomi. Jalan desa Cidokom masih terbuat
dari bebatuan kapur yang memang banyak terdapat di Desa
Cidokom, hal ini membuat akses jalan sulit untuk di lalui untuk
berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan terutama jika
sedang musim hujan.
Tiga pendekatan terinstitusional dalam mengangkat
kesejahteraan sosial (Midgley:2005) yakni adalah kegiatan
Pilantropi, Pekerjaan Sosial (bergantung pada tenaga
professional), dan Pendekatan Administrasi Sosial atau
pendekatan ini juga dikenal dengan layanan kesejahteraan sosial
atau Pendekatan Kebijakan Sosial. (midgley 2005, 24)
Salah satu perwujudan kebijakan sosial yang digulirkan
pemerintah adalah perundang-undangan, pemerintah memiliki
kewenangan membuat kebijakan publik yang mengatur
pengusaha, lembaga pendidikan, perusahaan swasta agar
mengadopsi ketetapan-ketetapan yang berdampak langsung pada
kesejahteraan. (Suharto 2013, 11)
Hadirnya Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 menjadi
salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah melalui
kebijakan yang diambil dalam usaha pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Undang-Undang
4
nomor 6 tahun 2014 berisi tentang tatacara pemerintahan dan
pembangunan desa dijalankan.
Dalam pembentukan Undang-Undang Desa nomor 6 tahun
2014 disebutkan bahwa desa memiliki hak asal-usul dan hak
tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita
kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. (UU Desa RI 2014, 1)
Kesejahteraann sendiri diatur dalam Undang-Undang khusus
sebagai kebijakan yang mengaturnya yakni, Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
Pasal 1 ayat 1 menyebutkan Kesejahteraan Sosial adalah:
“Terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.(UU
Desa RI 2014, 2)
Sedangkan Midgley menjelaskan definisi kesejahteraan
sebagai suatu keadaan yang:
“Suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur
sebagai berikut. itu adalah pertama, setinggi apa masalah-
masalah sosial dikendalikan, kedua seluas apa kebutuhan-
kebutuhan dipenuhi, dan yang terakhir, setinggi apa
kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. ketiga unsur ini
berlaku bagi individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas-
komunitas dan seluruh masyarakat.”(Rukminto Adi 2013)
Menurut gambaran diatas, konsep kesejahteraan berdasarkan
Undang-Undang dan juga konsep kesejahteraan yang diutarakan
oleh Midgley adalah kesejahteraan merujuk pada kualitas
5
kehidupan masyarakat yang lebih baik dan terpenuhinya
kebutuhan secara sandang, pangan, papan maupun jaringan dalam
hubungan masyarakat.
Undang-Undang desa memuat segala kebijakan berkenaan
dengan tatacara penyelenggaraan pemerintahan dan juga
pembangunan pedesaan. Pada dasarnya desa memiliki otonomi
asli yang dimiliki sejak desa terdahulu terbentuk, Undang-
Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah desa menunjuk
tiga otonomi asli yaitu, otonomi provinsi sebagai otonomi
terbatas, otonomi kabupaten/kota sebagai otonomi luas dan
otonomi desa sebagai otonomi asli.
Sebagai wujud demokrasi untuk menjalankan otonominya di
desa dibentuk Badan Permusyawarahan Desa (BPD) yang
berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas terhadap
pelaksanaan Peraturan Desa (Perdes), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBD) serta keputusan kepala desa. Dalam arti
sempit kepala desa dan pemerintahan desa berhak membuat
kebijakan skala desa yang disesuaikan dengan kebutuhan desa
tersebut.
Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa
menuntut tanggung jawab untuk memelihara integritas, persatuan,
dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan RI dan
tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang
dilaksanakan dalam koridor peraturan per-Undang-Undangan
yang berlaku.(Widjaya 2004, 166)
Dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa
6
mencakup (1) urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal usul desa, (2) urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa, (3) tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah
provinsi, dan atau pemerintah kabupaten/kota dan yang terakhir
(4) urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan Perundang-
Perundangan diserahkan kepada desa.(Undang-undang No 32
Tahun 2004)
Sedangakan kewenangan yang dimiliki desa dalam Undang-
Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pasal 18 yakni:
“Kewenangan desa meliputi kewenangan dibidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berdasarkan Prakarsa
Masyarakat, Hak Asal Usul, Dan Adat Istiadat Desa.”(UU
Desa RI 2014, 12)
Allah memerintahkan hambanya untuk memiliki inisiatif
merubah diri kearah yang lebih baik, sebagaimana yang telah
Allah terangkan dalam potongan ayat al-Quran berikut:
Artinya : ….sesungguhnya allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri…(ar-Ra’du ayat 11)
Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat desa salah satunya dilakukan melalui Perencanaan
7
Pembangunan Desa. Pembangunan desa bertujuan meningkatkan
desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan.
Cidokom sebagai sebuah desa yang terbentuk atas aspirasi
dari masyarakat, berupaya untuk terus meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan desa yang
sebelumnya direncanakan melalui perencanaan seperti yang
tercantum dalam pasal 79 Undang-Undang tentang Desa nomor 6
tahun 2014.
Desa yang terbentuk pada tahun 1950 dengan luas wilayah
295Ha ini telah menoreh berbagai prestasi seperti pada tabel 1.1
dibawah ini:
Tabel 1.2
Tahun Keberhasilan Yang Dicapai /Peristiwa Baik
Yang Terjadi
2009 Pembangunan kantor Desa Cidokom
2009 Juara 2 Lomba Hari PKK tingkat Kabupaten
2009 Juara 2 Bulan Bakti se-Kabupaten Bogor
2010 Juara 1 Lomba Desa tingkat Kecamatan
2010 Juara 1 Lomba Desa tingkat Kabupaten
2010 Juara 1 Lomba Desa tingkat Provinsi
2012 Juara 2 Lomba Desa Peradaban Tingkat
Provinsi Sumber: Profil Desa Cidokom
Selain pencapaian tersebut Cidokom juga telah memiliki
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sendiri yang berlokasi di
8
samping kantor desa, di Badan Usaha Milik Desa tersebut dijual
beberapa produk olahan warga Desa Cidokom, selain di jual di
kelompok tani BUMDES seperti telur asin, bibit tanaman hias,
hasil ternak ikan, dan hasil pertanian seperti pucuk daun singkong
dijual keluar desa.
Meskipun belum ada prestasi yang tertulis setelah tahun 2010
namun sumberdaya manusia yang berada di Desa Cidokom
terbilang sangat aktif, hal ini ditunjukan dengan adanya
kelembagaan atau organisasi desa diluar pemerintahan desa
seperti BPD, LPM Desa, Tim Penggerak PKK, Karang Taruna,
Bumdes, Bahkan Juga Organisasi Olahraga Desa.
Pembangunan infrastruktur menjadi rencana pembangunan
skala prioritas yang dijalankan oleh pemerintah desa dan
masyarakata Desa Cidokom, perencanaan pembangunan desa
yang dilakukan di danai oleh dana desa yang diberikan oleh
pemerintah, seperti yang disampaikn kepala desa Cidokom bpk.
Sain S.E kepada wartawan Ekspos.com dalam kunjungan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi untuk
meninjau pembangunan yang sedang dilaksanakan di Desa
Cidokom Kecamatan Gunung Sindur.
Berdasarkan penjabaran diatas desa memiliki kebijakan yang
mendukung terhadap kemajuan dan pembangunan, kebijakan
yang mendukung kesejahteraan masyarakat desa melalui
Perencanaan pembangunan.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
kebijakan dalam sebuah bingkai otonomi yang dimiliki desa
berjalan untuk mewujudkan masyarakat desa yang sejahtera
9
melalui perencanaan pembangunan desa, karena pembangunan
yang baik harus diawali dari perencanaan yang baik.
Untuk mencapai hal tersebut peneliti mengajukan skripsi
yang berjudul “Kebijakan Rencana Pembangunan Desa
Dalam Usaha Kesejahteraan Sosial Masyarakat di Desa
Cidokom”.
B. Pembatasan Masalah
Luasnya pembahasan mengenai perencanaan pembangunan
desa, membuat peneliti harus memberikan batasan mengenai
masalah yang dikaji sehingga tidak terjadinya perluasan fokus
penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
penelliti membatasi permasalahan hanya pada: Kebijakan
Rencana Pembangunan Desa yang terangkum dalam Rencana
Pembangunan Desa (RPJMDes) tahun 2016.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas maka
peneliti merumuskan masalah pokok penelitian sebagai berikut:
a) Bagaiamana kebijakan perencanaan pembangunan desa
sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat desadilakukan?
b) Bagaimana implementasi kebijakan perencanaan
pembangunan desa yang dilakukan di Desa Cidokom?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dimaksudkan untuk menunjukan hal yang
ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan yakni:
1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perencanaan
pembangunan desa dijalankan masyarakat desa untuk
10
mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat di desa
Cidokom.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana kebijakan perenacanan
pembangunan desa dijalankan di Desa Cidokom.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat
secara langsung kepada Peneliti dalam menambah
wawasan keilmuan mengenai Kebijakan Rencana
Pembangunan Desa dalam Otonomi dan upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang disini adalah
Masyarakat Desa Cidokom.
b. Semoga dapat dijadikan refrensi tambahan bagi Penelitian
sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk dapat menambah bahan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah Desa Cidokom dalam menjalankan
Kebijakan melalui Rencana Pembangunan Desa.
b. Harapan dapat memberikan kontribusi bagi masayarakat
secara umum terutama pemerintah desa dalam usaha
meningkatkan Kesejahteraan Masyarakatnya melalui
Otonomi.
F. Metodologi Penelitian
1. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di desa Cidokom kecamatan
Gunung Sindur kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Waktu
11
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil pada bulan
September hingga selesai.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif untuk memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan dan menggunakan data. Menurut Flick (2002)
penelitian kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi
hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi
dunia kehidupan.(Gunawan 2013, 81)
jelasnya penelitian kualitatif bertujuan memperoleh
pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang,
sebagaimana yang dirasakan orang-oraang
bersangkutan.(Mulyana 2010, 156)
Tujuan penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian yang
bersifat naturalis karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah. peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak
dapat dipisahkan, merupakan satu kesatuan yang terbentuk secara
timbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat,
dan melibatkan nilai-nilai.(J. Moleong 2007, 23)
Dalam tradisi penelitian kualitatif proses penelitian dan ilmu
pengetahuan tidak sesederhana dengan apa yang terjadi pada
penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif melampaui
berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang
peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap
berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui
pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan
12
kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang
diamati.(Bungin 2003, 6)
Peneliti memilih menggunakan metode kualitatif dikarenakan,
pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden ; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyal penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.(J. Moleong 2007, 5)
Dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen kunci,
peneliti berperam besar dalam seluruh proses penelitian, mulai
dari memili topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data,
hingga menganalisis dan menginterpretasikannya.
Dengan menggunakan pendelatan penelitian kualitatif,
peneliti berharap dapat mengumpulkan fakta-fakat di lapangan
penelitian secara lebih mendalam dan detail, sehinggap peneliti
mampu memberikan gambaran lengkap mengenai objek yang
sedang di teliti.
3. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti berupaya memberikan
gambaran bagaimana sebuah rencana pembangunan desa dapat
menjadi usaha kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu adannya
metodologi yang mampu menceritakan dan menafsirkan secara
gamblang fenomena yang terjadi di masyarakat desa.
Dalam penelitian kualitatif data yang akan dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa angka. data tersebut
13
beraasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau
memo dan dokumntasi resmi lainnya.(Bungin 2003, 39)
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan penelitian kali ini, teknik pengumpulan data
yang akan digunakan oleh peneliti adalah:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya
selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut
dan kulit.
Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindera mata serta dibantu pancaindra lainnya.(Bungin
2003, 115)
b. Wawancara
Wawancara/Inteview adalah metode pengumpulan data
secara langsung tentang beberapa informasi secara langsung
tentang beberapa jenis data.(Umar 2011, 24) wawancara
lapangan berbeda dengan wawancara survey,wawancara
lapangan berlangsung dalam berbagai cara: tidak terstruktur,
mendalam, etnografis, pertanyaan terbuka, informal, dan
lama. umumnya wawancara ini melibatkan satu atau lebih
orang yang hadir, terjadi di lapangan, dan bersifat informal
dan tidak mengarah (yaitu anggota dapat melakukan
wawancara dalam berbagai arah).
Ditinjau dari pelaksanaannya interview, dibedakan atas:
14
1) Interview bebas, inguided Interview, dimana
pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga
mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa
pedoman (ancer-ancer) apa yang akan ditanyakan.
Kebaikan metode ini adalah responden tidak menyadari
sepenuhnya bahwa ia sedang di interview. Dengan begitu
suasananya akan lebih santai karena hanya omong-omong
biasa. Kelemahan teknik ini adalah arah pertanyaan
kadang-kadang kurang terkendali.(Arikunto 2014, 199)
2) Interview terpimpin, guided interview, yaitu interview
yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa
sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang
dimaksud dalam interview terstruktur.(Arikunto 2014,
199)
3) Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara
interview bebas dan interview terpimpin.(Arikunto 2014,
199 )
Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa
pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal
yang akan ditanyakan.
c. Studi Dokumen
Dalam memperoleh informasi penulis memperhatikan tiga
macam sumber yakni, tulisan (paper), tempat (place) dan
kertas atau orang.
Hasil penelitian akan lebih cepat dipercaya jika didukung
oleh dokumen. sumber ini terdiri dari data-data yang tertulis,
15
baik berupa buku, jurnal ataupun yang lainnya dan juga
rekaman.(Gunawan 2013, 176)
5. Teknik Pemilihan Informan
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling, yakni Peneliti akan memilih infiormannya
disesuaikan dengan tujuan penelitian atau orang-orang yang
memang memiliki kualifikasi atau dianggap mengerti mengenai
hal yang sedang diteliti. Pemanfaatan informan bagi peneliti
adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi
yang terjangkau, jadi sebagai internal sampling, karena informan
dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau
membandingikan sesuatu kejadian yang ditemukan dari subjek
lainnya (Bogdan&Biken 1981:65).
Menurut Spradley dalam buku Moleong, informan harus
memiliki beberapa kriteria sebagai pertimbangan pemilihan
informan yaitu:
1. Subjek telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan
atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian
penelitian yang biasanya ditandai oleh kemampuan
memberikan informasi secara lugas tentang sesuatu yang
ditanyakan.
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan
dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
3. Subjek memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk
dimintai informasi.
16
4. Subjek yang dalam memeberikan informasi tidak cenderung
atau dikemas terlebih dahulu dan relatif masih lugu dalam
memberikan informasi.(J. Moleong 2007).
Tabel 1.3
Rancangan Informan
No
.
Informasi Yang
Dicari
Informan Jumlah
1. - Pemahaman dan
Praktik
Kebijakan di
Desa Cidokom
- Usaha
kesejahteraan
yang dilakukan
oleh pemerintah
desa yang
sejalan dengan
Kebijakan dan
Otonomi Desa
- Tujuan Rencana
Pembangunan
Desa
- Tipologi
masyarakat Desa
Cidokom
Kepala Desa
Cidokom
1 orang
2 - Rencana
Pembangunan
Desa
- Tujuan
Pembangunan
Desa
- Bentuk-bentuk
Rencana
Pembangunan
Desa
Ketua Urusan
Pembangunan
Desa
1 orang
17
3. - Tahapan
Perencanaan
Pembangunan
Melalui
Musyawarah
Desa
- Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
Ketua Urusan
Pembangunan
Desa
4. Hasil Kebijakan
Perencanaan
Pembanguanan
sebagai Usaha
Kesejahetraan
Masyarakat
Masyarakat
desa Cidokom
4 Orang
6. Jenis Data
1. Data Primer, adalah data yang belum tersedia sehingga untuk
menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari
sumber aslinya. data ini merupakan data yang diperoleh dari
informan dan situasi-situasi sosial melalui metode dan cara
yang telah dijelaskan diatas. data primer ini diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara informan.
2. Data Sekunder, adalah data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini
merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan,
perpustakaan, pustaka pengelolaan data, pusat penelitian atau
18
dokumen yang berkaitan dentan penelitian maupun instansi
yang terkait lainnya.
7. Teknik Analisis Data
Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode/tanda,
dan mengategorikan sehingga diperoleh suatu temuan
berdasarkan focus atau masalah yang ingin dijawab.(Gunawan
2013, 209)
Dalam analisis data kualitatif berarti kita akan menyusun data
secara sistematis, kita akan mencari pola dan hubungan diantara
rincian yang spesifik, dengan adanya analisis kita memungkinkan
untuk meningkatkan pemahaman dan juga mengembangkan teori
dan temuan yang ada dilapangan.
Meskipun analisis dalam data Kualitatif sering memiliki lebih
dari satu makna, namun ini bukan berarti sebuah kekurangan,
“ kata-kata hanya lebih mendasar secara intelektual;
seseorang mungkin juga mengatakan bahwa kata-kata bersifat
superior terhadap matematika dalam struktur disiplin sosial.
Karena kata-kata adalah cara pengungkapkan yang lebih
terbuka, lebih banyak kapasitas untuk menghubungkan
berbagai argument dan pengalaman, dan lebih banyak um
ntuk mencapai khalayak intelektual. (Collins,1984:353)
Berdasarkan pendapat Collin diatas dapat disimpulakn bahwa
data yang bersumber dari kata-kata bukan dari angka lebih mudah
untuk di tafsirkan dan diungkuapkan pemaknaannya, serta lebuh
mudah difahami dan diterima.
19
Dalam penelitian ini peneliti melakukan aktifitas dalam
analisis data yang diungkapkan Milles dan Huberman (Sugiyono
2006) yaitu:
1) Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
Peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2) Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitiatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori.
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman
menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam Penelitian kulaitatif adalah bagan teks yang bersifat
naratif.
3) Verifikasi Data
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesuimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat Peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
20
8. Keabsahan Data
Dalam Penelitian Kualitatif, bukan sedikit-banyaknya
informan yang akan menentukan validitas data yang terkumpul,
melainkan salah satunya adalah ketepatan atau kesesuaian sumber
data dengan data yang diperlukan. Banyak hal mempengaruhi
perolehan data yang valid seperti ketepatan teknik pengumpulan
data, kesesuaian informan, cara melakukan wawancara, dan
observasi dan cara membuat catatan lapangan.
Adapaun dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk
mengukur kredibilitasnya, teknik triangulasi adalah pemerilksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. denzin
(1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.(Moleong 2009, 330)
Dalam hal ini peneliti mengukur keabsahan data melalui
sumber, teori yang yang mendasari penelitian, dan juga dokumen
yang didapatkan.
G. Tinjauan Pustaka
Pada Penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka
sebagai salah satu langkah dalam penyusunan skripsi yang diteliti
guna menghindari adanya kesamaan judul dan bahasan dengan
skripsi sejenis yang sudah ada sebelumnya, tinjauan pustak ini
juga bertyjuan mendukung penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan melihat penelitian yang sejenis dengan peneliti
namun dengan kajian dan sudut pandang yang berbeda. peneliti
21
melakukan konfigurasi terhadap teknik dan landasan teoritis yang
mendukung penelitian.
Adapaun penelitian-penelitian yang menjadi salah satu bahan
kajian dalam penelitian saya yakni:
I. Judul :Penerapan Otonomi Desa dalam menguatkan
akuntabilitas Pemerintahan desa dan pemberdayaan
masyarakat di desa Aglik, kec. Grabag Kab. Purworejo.
Penulis :Aprisiami Putrianti
Lembaga :Fakultas Ilmu Sosial Universitan Negeri
Yogyakarta Pendidikan Kewarganegaraan Dan Hukum
(2012)
Penelitian ini berisi tentang bagaiamana otonomi desa
dipandang sebagai upaya untuk menguatkan akuntabilitas dan
upaya pemberdayaan di desa aglik. hal ini dilndaskan pada
permasalahan praktek desentralisasi desa yang masih
mengandung beberapa kelemahan yang berimbas pada
pelkasanaan otonomi desa, dan lemahnya kemampuan desa
dalam penyelenggaraan otonomi desa di Desa Aglik.
II. Judul : Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
Dalam Pembanguanna Yang Partisipatif Di Tiyuh Asri
Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
Penulis : Apriyanto Nugroho (1212011044)
Lembaga : Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung
Dalam penelitian ini peneliti lebih spesifik membahas
mengenai musyawarah rencana pembangunan desa, yang
membedakan antara skripsi ini dengan skripsi penulis adalah
subjek dan objeknya, subjek penelitian ini adalah
22
musyawarah rencana pembangunan desa dalam pembangunan
yang pastisipatif di Tiyuh Asri kecamatan Tumijajar
kabupaten Tulang Bawang.
Dan adapun pembahasan yang di bahas dalam skripsi ini
adalah, pertama fungsi musyawarah Rencana Pembangunan
desa (Musrenbang Desa) di Tiyuh Asri kecamatan Tumijajar
kabupaten Tulang Bawang. Kedua, hambatan-hambatan
dalam Musrenmbang desa Di Tiyuh Asri di Kabupaten
Tulang Bawang.
III.Judul :Analisis Pelaksanaan Pembangunan Desa Dalam
Kerangka Otonomi Desa Di Desa Teluk Lecah Kecamatan
Rupat Kabupaten Bengkalis
Penulis :Wirda Afni
Lembaga : Universitas Islam Negeri Syarif Kasim
Pada penelitian ini peneliti melihat bagaimana
pelaksanaan pembangunan yang terjadi diteluk lecah dan apa
saja yang menjadi faktor pendukung dan juga
penghambatnya. Penelitian ini lebih cenderung melihat
dampak akhir pembangunan dan tingkat kepuasan penduduk
terhadap pembangunan.
H. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran mengenai penelitian ini, peneliti telah
menyusun penulisan ini dalam lima bab. masing-masing bab
terdiri dari beberapa sub bab. Diawali dengan pendahuluan dan
diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran. Adapun
sistematika penulisan ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
23
Pendahuluan mencakup pada latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
Penelitian, metodologi Penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Meliputi pada pengertian desa dan kewenangan desa,
pemerintah desa, otonomi desa, pengertian usaha
kesejahteraan sosial, rencana pembangunan desa, dan
kebijakan publik.
BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Berisis mengenai profil Desa Cidokom, sejarah desa, struktur
kepemimpinan, visi dan misi desa, hubungan dan relasi antar
masyarakat desa,
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Memaparkan bagaimana otonomi desa yang di gadang
pemerintah mejadi peluang bagi masyarakat desa cidokom
untuk meningkatakan kesejahteraannya, bagaiaman otonomi
desa terjadi berkaitan dengan alur dan proses sehingga
menciptakan pemikiran-pemikiran dari masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka.
BAB V :PEMBAHASAN ANALISIS PENELITIAN
BAB VI: PENUTUP
Memuat Kesimpulan, Implikasi dan Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Desa
1. Pengertian Desa
“Desa” di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr.Herman
Warner Muntinghe, seorang belanda anggota Raad Van Indie
pada masa penjajahan colonial Inggris, yang merupakan
pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa pada tahun
1811 di Indonesia. Dalam sebuah laporannya tertanggal 14 Juli
1817 kepada pemerintahnya disebutkan tentang adanya desa-desa
di daerah-daerah pesisir utara pulau Jawa. Dan dikemudian hari
ditemukan juga desa-desa di kepulauan luar Jawa yang kurang
lebih sama dengan desa yang ada di Jawa (Soetarjo, 1984:36)
dalam (Wasitiono dan Tahir 2006)
Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 bab 1 pasal 1 tentang
desa menerangkan bahwa:
“Desa adalah desa dan desa adat yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan atau
hak tradisional yang dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”(UU Desa RI
2014)
25
Menurut F.J Bouman (1971:79) dalam buku soisologi
pedesaan menyatakan bahwa desa merupakan salah satu bentuk
kehidupan bersama, hampir semua anggotanya saling mngenal,
kebanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari pertanian dan
perikanan, usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan
kehendak alam keluarga yang rapat ketaatan pada tradisi dan
kaidah-kaidah sosial.(syamsir dan Amir 2008, 39)
Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan
pertanian Egon E,Bergel (19955:121), misalnya, mendefinisikan
desa sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”.
Sebenarnya, faktor pertanian bukanlah ciri yang selalu harus
terlekat pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat pada desa
adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu
kelompok masyarakat yang relativ kecil. Dengan kata lain, suatu
desa ditandai oleh ketertarikan terhadap wilayah ini disamping
terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan
mereka.(Rahardjo 2010, 29)
Jika melihat sejarah, bahkan terbentuknya sebuah negarapun
tak luput dari pondasi desa sebagai kesatuan masyarakat terkecil
yang memiliki sistem hukum dasar sebelum adanya sistem
hukum Negara, dalam PP Republik Indonesia nomor 72 tahun
2005 tentang desa bab 2 mengenai pembentukan dan perubahan
status desa pasal 2 ayat 1 menyatakan: “desa dibentuk atas
prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat”
26
Lalu dalam ayat 2 diterangkan pembentukan desa
sebagaimana dijelaskan dalam ayat 1 pembentukan desa harus
memenuhi syarat:
1) Jumlah penduduk yakni, untuk wilayah Jawa Dan Bali paling
sedikit 1.500 jiwa atau 300 kk, wilayah Sumatera dan
Sulawesi paling sedikit 1000 jiwa atau 200 kk wilayah
Kalimantan, NTB, Maluku, Papua paling sedikit 750 jiwa
atau 75 KK.
2) Luas wilayah
3) Bagian wilayah kerja
4) Perangkat; dan
5) Sarana dan prasaranan pemerintahan. (“PP Republik
Indonesia dan Permendagri tahun 2008 tentang desa,
kelurahan, kecamatan.” 2010, 7)
Dalam kelompoknya kewenangan yang dimiliki desa
meliputi: Kewenagan dibidang penyelenggaraan pemerintahan
desa, kewenangan dibidang pelaksanaan pembangunan desa,
kewenangan dibidang pembinaan kemasyarakatan desa, dan
kewenangan dibidang pemberdayaan masyarakat desa yang
berdasarkan prakarsa masyarakat, atau yang berdasarkan hak
asal-usul dan yang berdasarkan adat istiadat desa.(Silahudin
2015, 12)
Menurut data sensus pendudukan tahun 2000 sekitar 60%
atau sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat
tinggal di kawasan perdesaan. Selama ini kawasan perdesaan
dicirikan antara lain oleh kemiskinan, dan rendahnya kualitas
27
lingkungan permukiman perdesaan. Rendahnya produktivitas
tenaga kerja di perdesaan bisa dilihat dari besarnya tenaga kerja
yang ditampung sektor pertanian (46,26% dari 90,8 juta
penduduk yang bekerja), padahal sumbangan sektor pertanian
dalam perekonomian nasional menurun menjadi 15,9 % (Susenas,
2003)
Kembali kepada pengertian yang dikemukakan oleh F.J
Bourman dan pengertian yang tertuang pada UU nomor 6 tahun
2014 tentang desa diatas, sangat jelas menunjukan bahwasanya
desa merupakan sebuah kesatuan masyarakat yang mampu
mengatur dirinya sendiri berdasarakan hukum dan adat yang
dimilikinya, desa memiliki kewenangan untuk mengatur
kepentingan yang dimiliki masyarakatnya dengan menyesuaikan
kondisi sosial yang ada di masyarakat, hal itu dapat disimpulkan
bahwasanya desa telah memiliki otonomi dasar yang berasal dari
identitas aslinya, berasal dari tradisi dan hukum yang dimilikinya
bukan pemberian dari masyarakat luar ataupun pemerintah.
2. Pemerintah Desa
Latar belakang terbentuknya desa di Indonesia memiliki
keberagaman yang membentuk perbedaan antara satu desa
dengan yang lainnya dalam segi tradisi lokal dan pemerintahan.
Desa-desa yang terbentuk atas dasar ikatan genealogis (hubungan
darah) akan berbeda dengan desa yang terbentuk karena ikatan
daerah.(Widjaya 2004)
Seperti dijelaskan dalam buku pengantar Sosiologi pedesaan
dan pertanian, desa tipe geneologis atau ikatan yang terjalin
karena hubungan darah dan turun temurun, sistem kekerabatan
28
dan aturan-aturan adat yang berlaku didesa sangat besar
peranannya sehingga peranan pemimpin desa hanya bagian dari
isntrumen dari sistem kekerabatan dan adat istiadat tersebut.
Maka untuk desa-desa geneologis semacam ini, pimpinan
desa harus tunduk kepada peraturan adat yang ada . apabila
menyimpang dari peraturan adat maka kepemimpinannya tidak
akan diakui masyarakat. Dengan demikian dia tidak bisa
ditafsirkan sebagai puncak kekuasaan (single interpreter atau
polymorphic leader(Rahardjo 2010, 164).
Hal ini berbeda dengan tipe desa kedua, yang umum terdapat
di Jawa. Adat istiadat di desa-desa di jawa umumnya
berlandasakan kepada kepentingan yang sama atas daerah
tertentu, bukan terutama didasarkan hubungan darah. Dengan
demikian ikatannya tidak terlalu kuat seperti desa-desa luar Jawa
umumnya. Kepala desa tidak ditetapkan berlandaskan atas hukum
adat, melainkan didasarkan atas sistem pemilihan yang telah
sejak lama dikenal. Sekalipun telah sejak lama pula kepala-kepala
desa di jawa bagian dari kekuasaan negara/kerajaan (terutama di
daerah-daerah yang dikuasai kerajaan-kerajaan). Namun mereka
masih dapat memainkan perannya secara lebih otonom dan
individual dibanding dengan kepala-kepala desa diluar
Jawa.(Rahardjo 2010, 164)
Dalam pasal 25 Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa, disebutkan :
“Pemerintah desa sebagaimana yang dimaksud pasal 23
adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan
yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan
nama lain”(UU Desa RI 2014, 14)
29
Dalam undang-undang tersbut dapat disimpulkan bahwasanya
pemerintah desa terbentuk antara kepala desa dan jajarannya,
yang terbentuk secara struktural untuk menjalankan pemerintahan
di desa sebagai unit pemerintahan terkecil, adapun struktur
pemerintahan yang terdapat di desa menurut undang-undang
adalah adanya kepala desa yang pemilihan, dan pelaksanaan
jabatannya diatur dalam pasal 26-47 Undang-Undang nomor 6
tahun 2014 tentang desa, selain itu juga terdapat perangkat desa
yang terdiri dari sekertaris desa, pelaksana kewilayahan dan
pelaksana teknis yang pelaksanaan dan kewenangannya juga
diatur dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.
Selain kepala desa, pemerintah desa yang tidak kalah penting
adalah perangkat desa, perangkat desa adalah orang-orang yangn
ditujuk atau dipilih untuk membantu kepala desa dalam
melakukan tupoksi kepala desa, menurut Undang-Undang nomor
6 tahun 2014 bagian kelima pasal 48 perangkat desa terdiri atas:
a. Sekertaris Desa
b. Pelaksana Kewilayahan
c. Pelaksana teknis. (UU Desa RI 2014, 26)
Pasal 49 point satu sampai tiga megatur tugas, pembentukan
dan pertanggungjawaban perangkat Desa terhadap kepala Desa
yang berbunyi:
(1) perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 48
bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya.
30
(2) Perangkat desa sebagaiamana dimaksud pada ayat (1)
diangkat oleh Kepal Desa setelah dikonsultasikan dengan
camat, atas nama Bupati/Walikota.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Perangkat
Desa sebagaimana dimaksud pada (1) bertanggung jawab
kepada Kepala Desa.(UU Desa RI 2014, 26)
Kepala desa dan perangkat desa memiliki peran penting dalam
menjalankan regulasi dalam menjalankan pemerintahan di desa
sebagai bentuk pemerintahan yang berhadapan langsung dengan
masyarakat sehingga tau betul apa yang dibutuhkan masyarakat
dan potensi apa yang dimiliki masyarakat. Pemerintahan desa
yang bersih akan bahu membahu memikirkan kepentingan
masyarakat dan mengajak masyarakat untuk ikut berpasrtisipasi
dalam membangun desa.
3. Kewenangan Desa
Secara konstitusional, bentuk negara Indonesia adalah negara
kesatuan. “ Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik”, demikian bunyi pasal 1 ayat (1) UUD 1945.
Menunjukan bahwa para pendiri negara atau Founding Father
telah dengan sengaja memilih bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia bukan berbentuk negara federasi atau serikat.
Konsekuensi dari konsep atau gagasan hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) bukan saja Desentralisasi
kewenangan kepada daerah otonom yang kemudian melahirkan
otonomi daerah, melainkan lebih dari itu yaitu pengakuan
ataupun perlindungan terhadap adanya otonomi desa sebagai
31
otonomi asli bangsa Indonesia sebelum datangnya kolonial
belanda.(syafrudin dan Na’a 2010, 11)
Pengakuan dimaksud bukan hanya diatas kertas saja seperti
kebebasan memberikan nama desa dan sebagainya, tetapi juga
harus memberikan implementasi pengakuan terhadap
kewenangan-kewenangan desa, terutama kewenangan asli
(oroginair) yang telah turun temurun diketahui sebagai
kewenangan desa.
Dalam hal ini yang harus dijadikan patokan adalah pengakuan
atas keanekaragaman sebagai dasar pemikiran otonomi desa.
Selain Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa
menegaskan desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (UU Desa RI
2014)
Asas pengaturan desa tertuang dalam Undang-Undang desa
nomor 6 tahun 2014 yakni:
a. rekognisi
b. subsidiaritas
c. keberagaman
d. kebersamaan
e. kegotongroyongan
f. kekeluargaan
32
g. musyawarah
h. demokrasi
i. kemandirian
j. partisipasi
k. kesetaraan
l. pemberdayaan, dan
m. keberlanjutan
Dari keseluruhan isi dan pengertiannya menunjukan
bahwasanya masyarakat desa memiliki kewenangan penuh untuk
berdaya mengatur desanya sendiri, terutama asas subsidiaritas
yang dapat diartikan sebagai penetapan kewenangan dalam skala
lokal dan menentukan keputusan skala lokal untuk kepentingan
masyaraka desa.
Adapun kriteria kewenangan lokal yang dimiliki desa,
tertuang dalam Permendes PDTT no 1 tahun 2015 yakni meliputi:
1. Kewenangan yang mengutamakan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat.
2. Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan dan
kegiatan hanya dalam wilayah dan masyarakat desa yang
mempunyai dampak internal desa.
3. Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan
kepentingan sehari-hari masyarakat desa;
4. Kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa
desa;
33
5. Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah
diserahkan dan dikelola oleh desa; dan
6. Kewenangan lokal berskala desa yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan tentang pembagian
kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota. (Kessa 2015, 10–11)
Dalam Pasal 19 dan 103 Undang-Undang Desa disebutkan,
Desa dan Desa adat mempunyai empat kewenagan, meliputi:
a) Kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini berbeda
dengan perundang-undangan sebelumnya yang menyebutkan
bahwa urusan pemerintahan yang sudah aada berdasarkan hak
asal-usul desa.(uu desa ri 2014, 12)
b) Kewenangan lokal berskala Desa dimana Desa mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus desanya.
Berbeda dengan perundang-undangan sebelumnya yang
menyebutkan, urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa.(UU Desa RI 2014, 12)
c) Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerontah
daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota.(UU
Desa RI 2014, 12)
d) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah,
pemerintah Daerah provinsi, atau pemerintah daerah
kabupaten/Kota Sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.(UU Desa RI 2014, 12)
34
Dari empat kewenangan tersebut, pada kewenangan pertama
yaitu kewenangan asal usul dan kewenangan lokal berskala desa,
terdapat prinsip penting yang dimiliki desa. Dimana kewenangan
yang dimiliki oleh desa tersebut bukanlah kewenangan sisa yang
dilimpahkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana
pernah diatur dalam Undang-Undang no 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan PP no 72 tahun 2005 tentang
pemerintahan desa. Melainkan, sesuai dengan asas rekognisi dan
subsidiaritas, dan kedua jenis kewenangan tersebut diakui dan
ditetapkan langsung oleh undang-undang dan dijabarkan oleh
peraturan pemerintah(Silahudin 2015, 13)
Namun harus selalu diingat tiada hak tanpa kewajiban, tiada
kewenangan tanpa tanggung jawab dan tiada kebebasan tanpa
batas. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan
kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa, jangan
dilakukan secara kebablasan sehingga desa merasa seakan
terlepas dari ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak
mempunyai hubungan dengan kecamatan, kabupaten, provinsi,
ataupun dengan pemerintah pusat, bertindak semau sendiri dan
membuat peraturan desa tanpa memperhatikan perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya.(Widjaya 2004, 166)
35
B. Usaha Kesejahteraan Sosial dan Kebijakan Pembangunan
Sosial
1. Usaha Kesejahteraan Sosial
Kondisi sejahtera secara sosial menurut Undang-Undang
nomor 11 tahun 2009 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.(“Undang-Undang Republik
Indonesa nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial”
2009)
Kondisi kesejahteraan sendiri terwujud tanpa adanya usaha
kesejahteraan sosial yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah,
organisasi non pemerintah, maupun dunia usaha.
Usaha Kesejahteraan Sosial dapat disimpulkan sebagai bentuk
kegiatan terencana agar masyarakat dapat memenuhi
kebutuhnannya baik secara material, spiritual maupun kebutuhan
lainnya yang menunjang terlaksananya hajat hidup masyarakat
dengan baik.
Usaha kesejahteraan sosial (social (welfare) services) itu
sendiri, pada dasarnya merupakan suatu program ataupun
kegiatan yang didesain secara konkrit untuk menjawab masalah,
kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat
ditujukan pada individu, keluarga kelompok-kelompok, dalam
komunitas, ataupun komunitas secara keseluruhan (baik
komunitas lokal, regional, maupun nasional). (Rukminto Adi
2005, 86)
36
Organisasi yang menyediakan layanan sosial (usaha
kesejahteraan sosial) ini, dalam persfektif yang lebih luas
seringkali dikenal dengan organisasi pelayanan masyarakat
(Human Services Organization atau seringkali disingkat dengan
sebutan HSO). HSO mempunyai lingkup yang lebih luas dari
organisasi sosial yang dikenal di Indonesia. Karena HSO bisa
merupakan organisasi pemerintahan (government organization),
organisasi non pemerintah (non government organizations)
maupun pihak swasta (private organization) yang memperhatikan
(concern dengan) masalah-masalah sosial dan masalah
kesejahteraan sosial dalam arti sempit (seperti masalah yang
terkait dengan prostitusi, anak jalanan, tuna netra, tuna rungu, dan
tuna grahita).(Rukminto Adi 2005, 86–87)
Dalam kaitannya dengan apa yang menjadi motivasi dari
suatu organisasi pelayanan masyarakat mengadakan suatu usaha
kesejahteraan sosial (UKS), Schneiderman (1967) dikutip oleh
Mendoza (1981,1-3) menyatakan tiga tujuan dari suatu HSO
menyediakan UKS:
1) Tujuan Kemanusiaan dan keadilan sosial (Humanitarian
and Social Justice Goal).
Tujuan ini bersumber dari gagasan ideal demokratis
tentang keadilan sosial , dan hal ini berasal dari keyakinan
bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk
mengembangkan potensi diri yang mereka miliki. Meskipun
kadangkala potensi tersebut “tertutup” olah adanya hambatan
fisik, sosial, ekonomi, kejiwaan atau pun berbagai faktor
lainnya.
37
Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial banyak
diarahkan pada upaya pengidentifikasian kelompok yang paling
tidak mendapat perhatian; kelompok yang paling ditelantarkan;
kelompok yang paling tergantung terhadap pihak lain ataupun
kelompok yang kurang diuntungkan. Usaha kesejahteraan sosial
menjadikan mereka sebagai kelompok sasaran dalam upaya
menjembatani kelangkaan sumber daya yang mereka (kelompok
sasaran) miliki.(Rukminto Adi 2005, 87)
2) Tujuan yang terkait dengan pengendalian sosial (Social
Control Goal).
Tujuan ini berkembang berdasarkan pemahaman bahwa
kelompok yang tidak diuntungkan; kekurangan; ataupun tidak
terpenuhi kebutuhan kehidupannya, akan dapat melakukan
‘seranga’ ataupun mejadi ‘ancaman’ bagi kelompok
masyarakat yang sudah mapan. Karena itu, kelompok
masyarakat yang sudah mapan berupaya ‘mengamankan’ diri
mereka dari sesuatu yang dapat mengancam kehidupannya,
pemilikan maupun satabilitas yang sudah berjalan. Misalnya
saja, perusahaan multi nasional (multi national company)
yang mengalokasikan sebagian kecil dari anggarannya untuk
memberikan bantuan keuangan pada masyarakat sekitar
lokasi, agar mereka tidak melakukan perusakan pada property
yang dimiliki perusahaan atau pun melakukan pemblokiran
jalan kearah lahan pertambangan.(Rukminto Adi 2005, 87)
38
3) Tujuan yang terkait dengan Pembangunan Ekonomi
(Economic Depelovment Goal)
Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan pada
program-program yang dirancang untuk meningkatkan
produksi barang dan jasa, serta berbagai sumber daya yang
dapat menunjang serta memberikan sumbangan pada
pembangunan ekonomi. Beberapa contoh usaha kesejahteraan
sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi
adalah (Rukminto Adi 2005, 88);
a) Beberapa tipe usaha kesejahteraan sosial yang secara
langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan
produktivitas individu, kelompok ataupun masyarakat.
b) Usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk
mencegah atau meminimalisir hambatan (beban) akibat
adanya ‘tanggungan’ dari para pekerja dewasa.
c) Usaha kesejahteraan sosial yang mencegah atau
‘melawan’ (coun teract) pengaruh buruk dari urbanisasi
dan industrialisasi terhadap kehidupan keluarga dan
masyarakat, serta membantu mengidentifikasikan dan
mengembangkan kepemimpinan lokal dalam komunitas.
Selain dari motif organisasi dalam mengembangkan usaha
kesejahateraan sosial. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang
ditawarkan ke masyarakat (Rukminto Adi 2005, 89) berupa :
a. Layanan yang langsung ditujukan ke kelompok (komunitas)
sasaran yang dikenal dengan Direct Services.
39
b. Layanan yang tidak langsung diarahkan pada komunitas
sasaran, tetapi bantuan diberikan kepada lembaga yang
mempunyai program langsung ke komunitas sasaran. Bentuk
layanan seperti ini dikenal dengan nama Indirect Services.
Kedua pendekatan ini dilakukan dengan menyesuaikan pada
tujuan usaha kesejahteraan yang akan dilakukan, sehingga tepat
guna dan sasaran dan menghindari terjadinya penyalahgunaan
kebijakan dan program.
Selain itu dalam bukunya yang berjudul, Pemikiran-
Pemikiran dalam kesejahteraan sosial (Rukminto Adi 2002, 49)
diterangkan mengenai bagaimana diskursus komunita digunakan
dalam usaha kesejahteraan sosial. Dimana dalam diskursus ini,
dalam melakukan kajian kebutuhan dan potensi yangada pada
masyarakat, perencanaan program, pelaksnaan program, dan
kegiatan serta pada evaluasi lebih mengutamakan masukan dari
masyarakat.
Hakikat kesejhateraan pada diskursus ini, dilihat dari adanya
atau tumbuhnya partisipasi dalam konteks komunitas. Partisipasi
masyarakat dalam proses pemberdayaan, masyarakat menjadi
salahsatu kunci terciptanya kesejahteraan sosial. (Rukminto Adi
2002, 60)
Adapun penerima usaha kesejahteraan sosial (recipient of
welfare) pada diskursus ini dilihat sebagai warga masyarakat
yang mempunyai hak sekaligus kewajiban. Sebagai warga
40
masyarakat, penerima usaha kesejahteraan sosial dianggap
sederajat dengan pemberi layanan.(Rukminto Adi 2002)
2. Kebijakan Publik sebagai Kebijakan Sosial
Kebijakan atau yang terkadang juga disebut dengan kebija
kansanaan seringkali dikaitkan dengan kegiatan politik atau
tindakan politik, Menururut Frederic dalam Wibawa (2011:2)
kebijakan adalah arah tindakan yang di usulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerontah dalam suatu lingkungan tertentu,
yang memberikan hambatan-hambatan atau lesempatan-
kesempatan dalam rangka mencapai suatu tujuan atau
merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan
publik, kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang
dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni
mengatasi masalaha sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat
banyak. (Suharto 2013, 10)
Dalam (Suharto 2013, 11) garis besar, Kebijakan Sosial
mewujudkan tiga kategori yakni Undang-Undangan, Program
Pelayanan Sosial, Dan Sistem Perpajakan (lihat Midgley dalam
(Suharto 2013, 11)).
1) Peraturan dan perundang-undangan. Pemerintah memiliki
kewenangan membuat kebijakan publik yang mengatur
pengusaha, lembaga pendidikan, perusahaan swasta agar
mengadopsi ketetapan-ketetapan yang berdampak langsung
pada kesejahteraan.
41
2) Program pelayanan sosial. Sebagian besar kebijakan
berwujud dan diaplikasikan dalam bentuk pelayanan sosial
yang berupa Bantuan Barang, Tunjangan Uang, Perluasan
Kesempatan, Perlindungan Sosial, Dan Bimbingan Sosial
(Konseling,Advokasi,Dan Pendampingan)
3) Sistem Perpajakan dikenal sebagai kesekahteraan fiscal.
Selain sebagai sumber utama pendanaan kebijakan sosial,
pajak juga sekaligus merupakan instrument kebijakan yang
bertujuan langsung mencapai distribusi pendapatan yang adil.
Sedangkan Anderson merumuskan kebijakan sebagai langkah
tindakan yang yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor
atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau
persoalan teretentu yang dihadapi. Dari kedua pengertian tersebut
dapat difahami bahwa kebijakan sejatinya merujuk kepada
tindakan terencana yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam
melihat kondisi dan situasi yang terjadi pada masyarakat.
Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kebijakan publik
dikemukakan oleh Dunn dalam Pasolong (2012:41) yakni:
1) Penetapan agenda kebijakan
2) Adopsi kebijakan
3) Implementasi kebijakan, dan
4) Evaluasi kebijakan
Selain itu Pasolong (2012:41) juga menjelaskan mengenai
proses rumusan kebijakan melalui tahap-tahap berikut:
1) Analisis kebijakan
2) Pengesahan kebijakan
42
3) Implementasi kebijakan, dan
4) Evaluasi kebijakan
3. Rencana Pembangunan
Pembangunan adalah proses perubahan kearah kondisi yang
lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana
(kartasasmita 1997). Sedangkan, definisi pembangunan sosial
sendiri yakni proses perubahan sosial yang terencana yang
didesain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk menyeluruh
dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan
ekonomi yang dinamis.(midgley 2005, 37)
Pembangunan sosial adalah salah satu pendekatan
kesejateraan sosial, karakter utama dalam pembangunan sosial
adalah usahanya untuk menghubungkan usaha-usaha
pembangunana ekonomi dan sosial. Pembangunan sosial secara
ekspilisit berusaha mengintegrasikan proses-proses ekonomi dan
sosial. Didalam proses pembangunan, pembangunan sosial dan
ekonomi membentuk dua sisi dari satu mata uang yang sama,
pembangunan sosial tidak akan terjadi tanpa pembangunan
ekonomi dan pembangunan ekonomi tidak akan terjadi tanpa
diiringi dengan peningkatan pada kesejahteraan sosial pada
masyarakat secara menyeluruh.(midgley 2005, 34)
Pada hakikatnya pembangunan sosial dan ekonomi adalah
berdampingan, dan tidak hanya fokus pada peningkatan
penghasilan namun juga pada struktur masyarakat serta
infrastruktur penunjang masyarakat.
43
a) Rencana Pembangunan Desa
Sebagaimana diatur dalam peraturan menteri dalam negeri
No. 114 tahun 2014, tentang pedoman pembangunan Desa,
disebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses
tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa
dengan melibatkan Badan Permusyaratan Desa dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumberdaya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa.(Kessa 2015, 18)
Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan Desa
sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota. perencanaan dan pembangunan
desa dilaksanakan oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh
masyarakat desa dengan semangat gotong royong. masyarakat
desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembangunan desa.(Kessa 2015, 19)
Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tahapan
pembangunan desa meliputi, tahapan perencanaan, tahapan
pelaksanaan dan tahapan pengawasan (UU Desa RI 2014)
Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka
meliputi:
a) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan
44
b) Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP DESA), merupakan
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun.
Terdapat delapan Bidang pelaksanaan Pembangunan Desa
yang tertuang yang dicanangkan Kementrian PDTT (Kessa 2015,
23) yaitu:
a. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur
dan lingkungan desa antara lain: tambahan perahu; jalan
pemukiman;jalan desa antar pemukiman ke wilayah
pertanian; pembangkit listrik tenaga mikrohidro ;lingkungan
pemukiman masayrakat desa; dan infrastuktur desa lainnya
sesuai kondisi desa.
b. Pembangunan, pemanfaaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kesehatan antara lain; air bersih berskala desa;
sanitasi lingkungan.
c. Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu; dan sarana dan
prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa.
d. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain; taman
bacaan masyarakat; pendidikan anak usia dini; balai
pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; pengembangan dan
pembinaan sanggar seni; dan sarana dan prasarana pendidikan
pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi.
e. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prsasarana
ekonomi antara lain,pasar Desa,pembentukan dan
pengembangan BUM desa, penguatan permodalan BUM
45
desa; pembibitan tanaman pangan ; penggilingan padi;
lumbung desa; pembukaan lahan pertanian; pengelolaan
Usaha Hutan Desa; kolam ikan dan pembenihan ikan; kapal
penangkap ikan; coldstorage (gudang pendingin) ; tempat
pelelangan ikan;tambak garam;kandang ternak;instalasi
biogas; mesin pakan ternak; sarana dan prasarana ekonomi
lainnya sesuai kondisi Desa.
f. Pelestarian lingkungan hidup antara lain;
penghijauan;pembuatan terasering; pemeliharaan hutan
bakau; perlindungan mata air; pembersihan daerah aliran
sungai; perlindungan terumbu karang;dan kegiatan lainnya
sesuai kondisi desa.
g. Bidang pembinaan masyarakat antara lain: pembinaan
lembaga kemasyarakatan; penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban; pembinaan kerukuanan umat beragama;
pengadaan sarana dan prasarana olahraga; pembinaan
lemabag adat; pembinaan kesenian dan sosial budaya
masyarakat; dan kegiatan lain sesuai kondisi desa.
h. Bidang pemberdayaan masyarakat antara lain: pelatihan usaha
ekonomi, pertanian perikanan dan perdagangan; pelatihan
teknologi tepat guna; pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
bagi kepala desa, perangkat desa dan badan permusyawaratan
desa; peningkatan kapasitas masyarakat, anatara lain: kader
pemberdayaan masyarakat desa; kelompok usaha ekonomu
produktif; kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok
masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok pengrajin,
46
kelompok pemerhati dan perlindungan anak. kelompok
pemuda; dan kelompok lain sesuai kondisi desa.
b) Pendekatan Pembangunan Desa
Perencanaan pembangunan di Indonesia selama ini sering
dikatakan menerapkan pendekatan top down sehingga hasil
pembangunan kurang memberikan manfaat kepada masyarakat
setempat. Banyak proyek pembangunan yang berhasil secara fisik
tetapi dalam kenyataannya tidak berhasil secara masyarakat
karena kurang mampu memberdayakan masyarakat setempat,
sehingga pembangunan tersebut dikatakan tidak berhasil. Secara
tertulis, perencanaan pembangunan daerah telah mengadopsi
pendekatan top down sedangkan dalam praktek perencanaan
pembanguanan nasional itu merupakan kombinasi antara
pendekatan top down dan buttom up. Permasalahannya adalah
penerapan metode dan teknik pendekatan tersebut belum
dilaksanakan sebagaimana yang seharusanya.(Adisasmita 2013,
14)
c) Program Pembangunan Perdesaan
Pada skala nasional, berdasarkan Kepmen Mendagri Nomor
99 tahun 1999 maka program pengembangan dan pembangunan
perdesaan langsung ditandatangani oleh Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Adisasmita 2013, 14–15),
Tugas dan Fungsi Institusi Ini adalah:
47
1) Merumusakan dan menyiapkan kebijakan yang
memfasilitasi pelaksanaan pemerintah Desa dan
kelurahan.
2) Merumusakn dan menyiapkan kebijakan yang
memfasilitasi pelaksanaan ketahanan masyarakat.
3) Merumuskan dan menyiapkan kebijakan yang
memfasilitasi pelaksanaan sosial budaya masyarakat.
4) Merumuskan dan menyiapkan kebijakan yang
memfasilitasi pelaksanaan usaha ekonomi masyarakat.
5) Merumuskan dan menyiapkan kebijakan yang
memfasilitasi pelaksanaa pemanfaatan sumberdaya alam.
6) Merumuskan dan menyiapkan kebijakan yang
memfasilitasi pelaksanaa pemanfaatan teknologi tepat
guna.
7) Mengoordinasikan penyusuanan program dibidang
pemberdayaan masyarakat desa.
8) Memfasilitasi dan mengevaluasi pelaksanaan program
dibidang pemberdayaan masyaralat desa, serta
9) Melaksanakan administrasi dan tata usaha Direktorat
Jenderal.
d) Arahan Perencanaan Pembangunan Perdesaan
Daerah perdesaan memiliki ciri-ciri sebagai daerah
pemukiman dan kegiatan pertanian dalam arti luas. Sekitar 65%
Indonesia bermukim di daerah perdesaan. Sisanya 35 persen
berada didaerah perkotaan. Tingkat kepadatan penduduk di
daerah perdesaan relatif sangat rendah dibandingkan daerah
48
perkotaan, sehingga luas daerah perdesaan mencapai lebih dari
70 persen.(Adisasmita 2013, 13)
Meskipun beban pembanguanan menjadi semakin berat dan
luas, arah dan fokus pembangunan perdesaan harus tetap
dipertahankan, Karena fungsi daerah perdesaan dalam
pembangunan secara menyeluruh adalah sangat penting. Karena
penting fungsinya, maka pembangunan perdesaan seharusnya
diorientasikan kepada arah dan sasaran yang tepat, serasi,
berimbang (the right, coincide and balance direction)
(Adisasmita 2013, 13), yaitu sebagai berikut:
1) Pembangunan perdesaan diorientasikan pada ketahanan
pangan.
2) Disamping bahan pangan, daerah perdesaan juga
merupakan penghasil komoditas yang potensial, yang
merupakan bahan baku untuk industri dan merupakan
komoditas ekspor (tanaman perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan).
3) Meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dalam bentuk
peningkatan nilai tambah terhadap komoditas yang
dihasilkan sehingga lebih marketable dan perluasan
kegiatan-kegiatan yang terkait lainnya.
4) Memperbaiki lingkungan hidup. Lahan di daerah
perdesaan sangat luas, sangat potensial untuk ditanami
berbagai jeis tanaman. Untuk itu perlu dilancarkan slogan
“gemar bertanam”, maka daerah perdesaan menjadi hijau,
49
berarti kerusakan lingkungan dapat dihindari (terjadinya
tanah longsor, erosi dan banjir).
5) Penguatan kelembagaan perdesaan. (Adisasmita 2013,
18–19)
e) Pilar Perencanaan Pembangunan Wilayah/Perdesaan
Dalam (Adisasmita 2013, 19) perencanaan adalah suatu
proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada
waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran
tetentu. Perencanaan mengandung tiga pilar yaitu:
1) Berhubungan dengan pencapaian tingkat kesejahteraan
masyarakat pada masa depan.
2) Menyusun seperangkat kegiatan pembangunan secara
sistematis.
3) Dirancang untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu.
Para perencana perlu menghitung dan menganalisis, membuat
asumsi agar proyeksi tersebut dapat tercapai, yaitu pencapaian
perbaikan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.
f) Tujuan Pembangunan Desa
Tujuan pembangunan desa tercantum dalam Undang-Undang
nomor 6 tahun 2014 pasal 78 ayat 1 yakni:
“Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.” (UU
Desa RI 2014, 43)
50
Selain itu juga bertujuan untuk sebagai bentuk realisasi Visi
dan Misi Pemerintah desa untuk menciptakan masyarakat desa
yang sejahtera.
Perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan dianggap
penting, karena kegagalan pembangunan wilayah dan perdesaan
akan mengakibatkan dampak negatif terhaap pembangunan
secara keseluruhan, seperti derasnya migrasi penduduk yang
berlebihan dari wilayah perdesaan ke daerah perkotaan.
Kecenderungan ini makin meningkat, sehingga ketimpangan
antara daerah perdesaan dengan daerah perkotaan semakin
tajam/besar.(Adisasmita 2013, 19)
51
BAB III
PROFIL DESA
A. Gambaran Umum Desa Cidokom
1. Sejarah Desa
Desa Cidokom adalah salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
yang sudah terbentuk sejak tahun 1950, berada pada ketinggian
170m DPL, dengan luas wilayah 300 Ha.
Pada tahun 1950 Cidokom di pimpin oleh seorang mandor
yang bernama (Bp.Pini) sampai sekarang telah mengalami
beberapa pergantian pemimpin. Pada tahun 1958 di pimpin oleh
bapak Saiman sebagi Kepala Desa sampai dengan tahun
1964,pada periode 1964 sampai dengan tahun 1965 di jabat oleh
bapak Miin Buang, kemudian sejak tahun 1965 sampai dengan
tahun 1984 selama dua periode di pimpin oleh bapak Sairan
Mijar.
Pada Tahun 1984 Desa Cidokom di mekarkan menjadi dua
desa yaitu menjadi Desa Cidokom dan Desa Padurenan, karena
luas wilayah dan populasi penduduknya pada saat itu sudah
memungkinkan untuk di mekarkan menjadi dua Desa. Pada tahun
1985 sampai dengan tahun 1993 Desa Cidokom di pimpin oleh
bapak Wirta Sairan, dan pada tahun 1993 sampai dengan tahun
1995 pucuk pimpinan Desa cidokom di Jabat oleh bapak Sukarsa.
Cidokom kembali melakukan pemilihan Kepala Desa pada
tahun 199 yang kemudian dimenangkan kembali oleh bapak
52
Wirta Sairan selama satu periode sampai tahun 2003, sejak tahun
2003 samapai dengan tahun 2008 Desa Cidokom di pimpin oleh
bapak Achmad Dahlan.H yang telah berhasil memenangkan
pemilihan kepala desa pada tahun 2003. Cidokom pernah
mengalami masa transisi yang kemudian Desa Cidokom di
pimpin oleh bapak Sabarudin, yang pada waktu itu menjabat
sebagai Sekretaris Desa Cidokom.dan pada tahun 2008 sampai
2014.
Desa Cidokom kembali di pimpin oleh bapak Achmad
Dahlan.H, dan pada masa transisi kembali di pimpin oleh bapak
Sabarudin selama kurang lebih tiga minggu kepemimpinannya,
dan pada akhir Bulan Desember Desa Cidokom kembali
melaksanakan pemilihan untuk Kepala Desa, dengan sukses
tanpa akses yang di menangkan oleh bapak Sain Saputra sebagai
Calon terpilih pada pada tanggal 21 Desember 2014. Beliau di
lantik pada tanggal 20 januari 2015 dengan masa jabatan periode
tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.
Dari awal terbentuknya desa cidokom telah berstatus sebagai
desa buka kelurahan, seperti yang diungkapkan bapak Syahroni
selaku Ketua Urusan bagian umum Desa Cidoko
”Dari awal dibentuk statusnya memang sudah desa ya,
nah Cidokom ini adalah Desa Induk dari Desa Pedurenan”
(Wawancara pribadi dengan Bapak.Syahroni, Sejarah Desa
Cidokom. Bogor 22 Desember 2017)
53
2. Letak Geografis
Desa Cidokom luas wilayahnya 300 Ha, terdiri dari 6 RW, 22
RT dan 3 Dusun. Yaitu Dusun I, II dan Dusun III, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Batas Desa Cidokom
Jarak dari Desa Cidokom ke ibu kota Kecamatan
Gunungsindur 5 Km, jarak ke ibu kota Kabupaten Bogor 36 Km,
jarak ke ibu kota Provinsi di Bandung 160 Km dan jarak ke ibu
kota Negara di Jakarta 45 Km.
3. Topografi
Desa Cidokom merupakan desa yang berada didaerah dataran
tinggi, dengan ketinggian ± 100 – 150 meter diatas permukaan
laut (mdpl).Sebagian besar wilayah desa adalah lahan
pertanian/sawah/tegalan dengan permukaan tanah datar 30%,
berbukit-bukit 40% dan lereng 30%.Suhu rata-rata harian
mencapai 30-40oC dan curah hujan rata-rata 1500-2000
Mm/tahun.
Batas Desa Kecamatan
Sebelah Utara Pedurenan Gunungsindur
Sebelah Selatan Waru Parung
Sebelah Timur Curug Gunungsindur
Sebelah Barat Cibinong Gunungsindur
54
4. Hidrologi dan Klimatologi
Sumber air yang ada di Desa Cidokom meliputi air
permukaan dan air tanah.Air permukaan berupa sungai. Sesuai
dengan kebijakan penyediaan air baku untuk irigasi, maka di
Desa Cidokom mendapat pasokan pelayanan irigasi berasal dari
sungai Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat
sebagian menggunaan air bersih dari Perusahaan Air Minum
(PAM) dan sebagian yang lain dari sumur gali dan sumur
pompa/bor.
B. KONDISI SOSIAL DESA CIDOKOM
1. Kependudukan
Penduduk desa Cidokom berdasarkan data terakhir hasil
sensus penduduk tahun 2015 tercatat sebanyak 8.193 jiwa, tahun
2014 sebanyak 7.013 jiwa, dan tahun 2013 sebanyak 7.041 jiwa,
sehingga mengenai penduduk Desa Cidokom mengalami
kenaikan untuk setiap tahunnya dengan rata-rata 10 %, untuk
lebih jelasnya sebagaimana kita lihat dalam tabel berikut ini :
Tabel : 3.2
Jumlah Penduduk
No
.
Tah
un
Jumlah Penduduk Jumlah
KK
Laju
Pertu
mbuh
an Lk Pr
Jumla
h
1 2013 3.605 3.436 7.041 1.985 3,2 %
2 2014 3.592 3.421 7.013 1.997 3,86 %
55
3 2015 4.073 4.120 8.193 2.349 -
4 2016 - - 8.288 - -
5 2017 - - 8.500 - -
Sumber:Data Desa Cidokom(data belum terperbaharui)
Tabel : 3.3
Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk tiap Dusun
Desa Cidokom Tahun 2015
Sumber:Data Penduduk Desa Cidokom
Proyeksi Jumlah penduduk di Desa Cidokom Tahun 2016
berjumlah 8.288 Jiwa, Tahun 2017 berjumlah 8.500 jiwa.
2. Kesehatan
Tenaga kesehatan di Desa Cidokom pada tahun 2015 terdiri
dari medis/dokter orang, perawat 0 orang, bidan desa 1 orang,
dukum bayi 3 orang, dan kader sekitar 31 orang, serta fasilitas
kesehatan yakni posyandu dan puskesdes. Lihat tabel 3.4
No. Dusun Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 1.373 1.410 2.930
2 II 1.523 1.496 2.734
3 III 1.177 1.204 2.529
Jumlah 4.183 4.210 8.193
56
Tabel : 3.4
Jumlah Tenaga Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat
di Desa Cidokom Tahun 2015
sumber : Data Desa, Posyandu dan Desa Siaga Desa Cidokom
Adapun angka kelahiran anak di Desa Cidokom yakni, jumlah
kelahiran bayi (persalinan) pada tahun 2013-2015 adalah
sebanyak 186 jiwa, yang terdiri dari bayi lahir hidup 184 orang
dan bayi lahir mati 2 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel : 3.5
Jumlah Kelahiran Hidup dan Kematian Bayi
Desa CidokomTahun 2013 – 2015
No. Tenaga Kesehatan Jumlah Ket
1 Medis Doktor Umum -
Dokter Spesialis -
2 Perawat Bidan 1
Perawat -
3 Partisipasi
Masyarakat
Dukun Bayi 3
Posyandu 7
Poskesdes 1
Desa Siaga -
Kader 31
Jumlah 43
No Uraian 2013-2015 Rata-rata
1 Bayi lahir Hidup 184
2 Jumlah Kematian
Bayi 2
Jumlah 184
57
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan,
sehingga Pendidikan adalah sebuah investasi (modal) dimasa
yang akan datang. Di Desa Cidokom Jumlah Guru untuk Tahun
2015 berjumlah 138 Orang. Adapun Rincian mengenai Jumlah
Murid dan Guru tersebar sebagaimana bisa kita lihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel : 3.6
Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal
di Desa Cidokom Tahun 2015
N
o
Nama
Sekolah
Jumlah Lokasi
Guru Murid
1 Paud Nurul
Ikhwan
8 38 Kp.Batu Tapak
Rt.003/006
2
Paud Nurul
Qulbi
4 13 Kp.Batu Tapak
Rt.003/005
3 Paud Al
Musfiroh
4 42 Kp.Cidokom
RT.002/003
4 Paud Al
Khoeriyah
2 86 Kp.Cidokom
RT.004/001
5 Paud Ulil
Al Bab
7 70 Kp.Cidokom
RT.004/001
6 Paud As-
Syukriyyah
4 32 Kp.Cidokom
RT.003/001
7 SDN
Melati
12 304 Kp.Cidokom
RT.003/003
8 SDN
Cidokom
III
16 456 Kp.Batu Tapak
Rt.002.005
9 MI Nurul
Yaqin
12 160 Kp.Batu Tapak
Rt.001/006
1
0
MI Al
Khoeriyah
9 86 Kp.Cidokom
RT.004/001
1 SMP 30 480 Kp.Cidokom
58
1 Darunnajah
8
RT.003/004
1
2
SMA
Darunnajah
8
30 320 Kp.Cidokom
RT.003/004
1
3
Pesantren
Darunnajah
8
60 800 Kp.Cidokom
RT.003/004
1
4 PKBM
- - Kp.Cidokom
RT.001/003
1
5
Paket A,B,
C
- - Kp.Batu Tapak
Rt.001/006
Sumber : Data Desa Cidokomdan Dinas Pendidikan Kecamatan
Gunungsindur
4. Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan
sosial meliputi proses globalisasi dan indrustrialisasi serta kritis
ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Dampak yang
dirasakan diantaranya semakin berkembang dan meluasnya
bobot, jumlah dan kompleksitas berbagai permasalahan sosial.
Keadaan ini bisa dilihat dan diamati dari data tabel 9 Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di bawah ini :
Tabel : 3.7
Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Di Desa Cidokom Kecamatan Gunungsindur Tahun 2015
No Masalah Kesejahteraan Sosial Jumlah Keterang
an
1 Anak Terlantar -
2 Anak Nakal -
59
3 Anak Balita Terlantar -
4 Anak Jalanan -
5 Lansia Terlantar -
6 Pengemis -
7 Gelandangan -
8 Korban NAPZA -
9 PSK -
10 Eks Narapidana 6
11 Penyandang Cacat 1
12 Penyandang Cacat Eks Kronis -
13 Keluarga Miskin Sosial 492
14 Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologis
4
15 Keluarga Rumah Tak Layak
Huni
50
16 Wanita Rawan Sosial Ekonomi -
17 Pemulung 2
18 Janda Pensiunan 7
19 Korban Bencana 1
20 Masyarakat Tinggal Di Rawan
bencana
-
21 Komunitas adat terpencil -
22 Lain-lain -
(RKP Cidokom 2016)
5. Organisasi Kepemudaan
Sedangkan organisasi keolahragaan yang ada di Desa
Cidokom cukup variatif, maupun semua organisasi tersebut masih
dikelola secara amatir, dan hanya penyaluran kegemaran saja.
Untuk lebih jelasnya data organisasi ke olahragaan dapat dilihat
dalam tabel 11 di berikut ini :
60
Tabel : 3.8
Data Klub/Perkumpulan Olahraga
Di Desa Cidokom Tahun 2015
No. Klub Olahraga Jumlah Keterangan
1 Klub Sepakbola 3 Club Desa Cidokom
2 Klub Bola Volly 2 Club Desa Cidokom
3 Klub Bulu Tangkis 2 Club Desa Cidokom
4 Klub Tenis Meja 1 Club Desa Cidokom
5 Klub Senam Sehat 1 Club Desa Cidokom
6 Klub Jantung Sehat 1 Club Desa Cidokom
7 Klub Pencak Silat - Desa Cidokom
8 Klub Futsal 3 Club Desa Cidokom
Sumber:Data Desa Cidokom
Dari Klub olahraga diatas, telah banyak melahirkan atlet-altet
berbakat dan ikut serta dalam kegiatan mewakili Desa untuk
kontingen tingkat Kecamatan, bahkan untuk tingkat Kabupaten
Bogor, sedangkan dalam ajang kegiatan kompetisi atlet-atlet
tersebut kebanyakan hanya mengikuti kegiatan ditingkat lokal
saja.
Selain perkumpulan atau klub diatas Cidokom baru saja
membentuk kelompok pemuda karang taruna, pada bulan
November hal ini disampaikan langsung oleh bpk. Zulfahmi
selaku Ketua Urusan Pembanguan desa Cidokom.
6. Kebudayaan dan Hubungan Antar Masyarakat
Kebudayaan yang ada di Desa Cidokom merupakan modal
dasar pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan
dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan
dasar dalam rangka pengembangan pariwisata budaya yang
dijiwai oleh mayoritas keluhuran nilai Agama Islam.
61
Pemerintah terus membina kelompok dan organisasi kesenian
yang ada, walaupun dengan keterbatasan dana yang dialokasikan,
namun semangat para pewaris kebudayaan di Desa Cidokom
Kecamatan Gunungsindur KabupatenBogor, terus merawat dan
melestarikannya dengan akhir-akhir ini membentuk Ikatan Olah
raga dan Seni mulai dari tingkat Desa sampai Ketingkat
Kabupaten Bogor. Dengan memeliharanya agar kelompok-
kelompok kesenian tersebut terus terpelihara.
Beberapa kelompok Kesenian yang ada di Desa Cidokom
yang masih eksis dan terawat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel : 3.9
Data Kelompok Budaya dan Kesenian
di Desa Cidokom Tahun 2015
No. Jenis Kelompok
Kesenian
Jumlah
Group Status
1 Qosidah 6 Desa
2 Marawis 5 Desa
3 Band 1 Rt. 004/001
4 Pencak Silat 1 Darunnajah
Sumber:Data Desa Cidokom
Sedangkan Budaya hidupnya senidiri masyarakat cidokom
masih termasuk pada mashyarakat tradisioanal yang erat, dimana
mereka akan sling membantu atau melakukan gotong royong
dalam
62
7. Tempat Peribadatan
Tabel : 3.10
Tempat Peribadatan
di Desa Cidokom Tahun 2015
No. Tempat Ibadah
Jumlah Keterangan
I Masjid 6 Aktif
2 Mushola 16 Aktif
3 Gereja - -
Total 22
Sumber:Data Desa Cidokom
Tabel : 3.11
Data Nama Masjid dan DKM
Di Desa Cidokom Tahun 2015
N
o.
Nama
Masjid Alamat
Nama
DKM
1 Al-Fatiniah Kp. Cidokom Rt.
003/001 Rt. Rahmat
2 Baithulrohim Kp. Cidokom Rt.
001/002 Narsin
Mulyana
3 Al - Barkah Kp. Cidokom Rt.
003/003 Ust.
Marwan
4 Darrul Zalal Kp. Cidokom Rt.
002/004 Ust. Agus
Aulia
63
5 Al-Ikhlas Kp. Cidokom Rt.
004/004 Ust. Endang
6 Nurul Yaqin Kp. Batutapak Rt.
002/005 H. M.
Sholeh
Sumber : Data Desa Cidokom
C. Kondisi Ekonomi
1. Pajak dan Retribusi Desa
Pajak dan retribusi di Desa Cidokom pada tahun 2015
mengalami kenaikan daru tahun 2014 naun, mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelum tahun 2013.
Adapun pendapatan pajak BUMI dan Bnagunan (PBB) Desa
Cidokom mengalami fluktuasi atau kenaikan yang sangat
signifikan, hal ini dikarenakan NJOP tanah yang tidak sesuai
dengan lokasi tanah sehingga timbul keengganan masyarakat
untuk membayar PBB karena kenaikan tersebut imbasnya adalah
penurunan realisasi untuk PBB tersebut, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam Tabel pendapatan PBB dari tahun ke tahun
dibawah ini :
Tabel : 3.12
Realisasi Pendapatan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
Desa Cidokom Tahun 2015
No Perio
de WP
Target
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Sisa
(Rp)
1 2 3 4 5 6
1 2015 192.049.8
78
69.601.541 122.448.37
7
Sumber :Data Desa Cidokom
64
2. Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa (ADD) pada dasarnya adalah merupakan
dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat yang penyalurannya
melalui Pemerintah Kabupaten Bogor, dan merupakan Dana Hak
bagi setiap Desa yang berada dibumi nusantara ini, adapun
besarannya bervariasi disesuaikan denagn situasi dan kondisi
desa tersebut, karena merupakan konsekuensi pembagian tugas
antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa yang
dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan Desa
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, sebagaimana di atur dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Alokasi Dana Desa tersebut merupakan sumber pendapatan
desa dan ada juga sumber pendapatan desa lainnya, diantaranya :
a) Pendapatan Asli Desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil
kekayaan desa,hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong
royong dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
b) Bagi hasil pajak daerah Kabupaten minimal 10% (sepuluh
persen) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten sebagian
diperuntukan bagi desa;
c) Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan pusat dan Daerah
yang diterima oleh Kabupaten untuk desa minimal 10%
(sepuluh persen), yang pembagiannya untuk setiap desa
secara proporsional;
65
d) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan;
e) Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
ADD minimal adalah dana minimal yang diterima oleh
masing-masing desa dan dibagikan dengan jumlah yang sama
menurut asas mereka, dimana besaran ADD Minimal (ADDM)
sebagaimana dimaksud sebesar 60% (enam puluh persen) dari
besaran Total Alokasi Dana Desa dan besaran ADD Proporsional
adalah 40% (empat puluh persen) dari besaran Alokasi Dana
Desa, dimana ADD Proporsional diterima suatu desa ditentukan
berdasarkan perkalian total dana Variable yang ditetapkan dalam
APBD dengan porsi desa yang bersangkutan menurut asas
keadilan, porsi desa sebagaimana dimaksud merupakan bobot
desa yang bersangkutan terhadap jumlah bobot semua desa di
Kabupaten Bogor.
Tabel : 3.13
Data Penerimaan ADD
Desa Cidokom Tahun 2013-2017
No Tahun Jumlah Keterangan
1 2 3 4
1 2013 239.081.000 -
2 2014 256.808.320 -
3 2015 525.313.418 -
4 2016 - -
66
5 2017 516.503.296,- -
Sumber : Data Desa Cidokom
3. Sumber Penerimaan Desa
Sumber penerimaan Desa Cidokom Kecamatan
Gunungsindur Kabupaten Bogor, dapat dilihat sebagaimana
dalam Tabel Berikut ini :
Tabel : 3.14
Data Sumber Pendapatan Desa
Desa Cidokom Tahun 2015
No Uraian Pendapatan Jumlah ( Rp)
1 2 3
1 Pendapatan Asli Desa 41.400.000
2 Dana Desa 307.451.833
3 ADD 525.313.418
4 Perkiraan Alokasi Dana
Bagi Hasil Pajak Daerah 140.119.245
5 Bagi Hasil Retribusi
Daerah
-
6 Bantuan Provinsi 115.000.000
7 Bantuan Kabupaten 450.000.000
8 Lain-lain 53.000.000
JUMLAH 1.632.284.496
Sumber:Data Desa Cidokom
4. Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi
Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa
Cidokom berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan
rumah tangga sehari-hari yang berskala kecil.
Adapun yang menjadi primadona atau usaha prioritas di Desa
Cidokom adalah dari sektor pertanian dan Peternakan yang
67
menjadi sektor ekonomi andalan bagi masyarakat Desa Cidokom,
dimana jumlah Petani dan Peternak hampir 35 % dari Jumlah
Penduduk yang ada di Desa Cidokom yang berpenghasilan dari
sektor pertanian dan peternakan.
Mengenai sektor yang lainnya seperti pedagang, warung,
toko, waserda yang merupakan sektor lain bagi masyarakat Desa
Cidokom yang jumlahnya hanya sebagian kecil dari jumlah
penduduk yang ada di Desa Cidokom
5. Transportasi dan perhubungan
Panjang Jalan Desa Cidokom. pada Tahun 2015 ini untuk
Jalan Desanya +5 Km (Lebar 3 M) yang terdiri dari Jalan
Kabupaten 5,8 Km, Jalan Desa 5,1 Km serta Jalan Lingkungan
4,5 Km dan saat ini masih terus dalam tahap pembangunan.
68
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Desa Cidokom adalah sebuah desa berkembang yang terletak
di kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, berdasarkan
temuan peneliti masalah umum yang dihadapi oleh desa Cidokom
adalah belum memadainya sarana dan sarana transportasi sebagai
akses bagi masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial.
Menurut informasi yang diperoleh peneliti dari Ketua bidang
seksi pembangunan Desa Cidokom Zulfahmi dari tahun ke tahun
yang menjadi masalah utama di desa Cidokom adalah akses jalan
desa yang kurang baik sehingga sulit di lalui oleh warga baik
untuk berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan, ketika
musim hujan jalan desa berubah menjadi genangan-genangan air
terutama di jalan-jalan yang berlubang, dan ketika musim
kemarau sangat gersang dengan batu-batu jalanan yang
menyembul sehingga membuat para pengguna jalan desa malas
untuk melaluinya. Hal ini memberikan dampak terhadap
kesejahteraan masyarakat desa karena mobilitas yang sulit hal ini
dapat dilihat dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Desa Cidokom merupakan salahsatu desa penghasil
tanaman hias dan juga sayuran pucuk daun singkong yang
didistribusikan ke luar desa, namun akses jalan desa yang
sulit membuat distribusi juga sulit dilakukan terutama jika
musim hujan.
69
2) Bagi pedagang keliling kecil yang berjualan disekitar desa
mengalami kesulitan, seperti pedagang cilok atau sosis
gorieng dan sejenisnya sehingga tidak bisa melalui semua
jalan desa dan berpengaruh pada jumlah pembeli dan serta
merta berpengaruh pada pendapatannya.
3) Tolak ukur kesejahteraan tidak hanya dinilai dari segi
ekonomi namun juga pelayanan dan kemudahan akses
masyarakat untuk mempeproleh kebutuhannya, namun
dengan kondisi jalan yang kurang baik masyarakat
mengalami kesulitan untuk mencapai kebutuhannya dan
juga pemerintah desa dianggap belum mampu memberikan
pelayanan yang baik.
4) Terjaidnya kesenjangan pembangunan yang terjadi antara
desa dengan kota terutama desa Cidokom.
Berdasarkan temuan ini pemerintah desa Cidokom kemudian
berusaha merealisasikan amanah Undang-Undang nomor 6 tahun
2014 dengan melaksanakan pembangunan desa hal itu terutama
berkaitan dengan alokasi dana desa yang merupakan hak setiap
desa untuk mendapatkan alokasi dana untuk melaksanakan
pembangunannya.
Sebelum undang-undang nomor 6 tahun tahun 2014 tentang
desa terbit pembangunan desa tidak semudah dan secepat seperti
sekarang, kepala desa Cidokom menuturkan itu terjadi karena
desa harus menunggu instruksi dari pemerintah daerah melalui
Perda, selain itu desa juga tidak bisa membuat peratran daerah
yang pro terhadap rakyat atau menunjang kebutuhan rakyat
70
perbedaan sebelum dan sesudah adanya Undang-Undang desa ini
dapat dilihat sebagai berikut:
Table: 4.1
Perbandingan sebelum dan setelah adanya Undang-Undang
Desa.
No Sebelum Sesudah
1. Proses pembangunan
harus nunggu perda
1. Pembangunan sudah dapat
direncanakan setelah kepala
desa dilantik dan pembangunan
dapat dilaksanakan tanpa
menunggu Perda
2. Kepala desa tidak
memiliki kewenangan
penuh dalam membuat
peraturan desa
2. Kepala desa memilliki
kewenangan membuat
peraturan desa menyesuaikan
denankebutuuhan masyarakat
hal ini dilakukan cidokom
dengan membuat peraturan
desa terkait warganya yang
mengalami musibah.
3. Sekertaris Desa harus
PNS
3. sejak adanya UU sekertaris
desa Cidokom dipilih dari
masyarakat sendiri dan
penggantiannya pun fleksible
seperti halnya ketika sekertaris
desa meninggal, Cidokom
71
mengangkat bendaharanya
untuk menjadi sekertaris
Desa.dengan hal ini
menunjukan desa memiliki
kedaulatan untuk
mengupayakan
kesejahteraannya melalui
sumberdaya manusia asli desa.
4. Pembangunan
bergantung kepada
keputusan daerah
4. menurut masyarakat
Cidokom dua tahun terakhir
pembangunan di desa cukup
cepat dan teratur , meskipun
belum merata karena setiap
dusun ada bagian dan
jadwalnya masing-masing
namun warga berpendapat
dengan hal itu stigma desa
sebagai daerah tertinggal dan
terkuciilkan semakin cepat
dapat dihilangkan.
5. Dana pembangunan desa
hanya berasal dari APBD
5. Dana desa berasal dari
APBD dan juga APBN
sehingga nominalnya lebih
besar namun juga desa
diberikan tanggung jawab
72
untuk mengelola sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya.
Di Cidokom sendir perbedaan yang palingterasa adalah sari
segia kuantitas pembangunan yang sebelumny hanya bisa
mengerjakan pembangunan di satu atau dua titik, saat ini bisa
mengerjakan di lebih dari lima titik dalam satu tahun baik
infrastruktru jala, Posyandu maupun sekolah PAUD. Agenda
pembangunan desa menjadi agenda utama yang dijalankan oleh
pemerintah Desa Cidokom sebagai salah satu bentuk pelayanan
bagi masyarakat dengan memberikan kemudahan akses sarana
dan prasarana transportasi, yang dimana kemudian disusun dalam
RPJMDesa da RKP Desa yang sebelumnya telah diatur dalam
Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014, adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan desa untuk merealisasikannya adalah:
A. Kebijakan Tahapan Rencana Pembangunan Desa
Cidokom.
Kebijakan pembangunan desa merupakan perwujudan dari
Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla, yang termaktub dalam Nawacita ketiga
yakni, “Membangun desa dari pinggiran dengan memperkuat
daerah dan desa”.
Salah satu agenda besarnya adalah mengawal implementasi
Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa secara
Sistematis, Konsisten, dan Berkelanjutan dengan memfasilitasi,
supervise dan pendampingan.(Kessa 2015, 4)
73
Hadirnya Undang-Undang tentang desa merupakan bukti
lahirnya kembali otonomi desa yang digadang mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui
pembangunan desa, yang pada pasal 1 poin 8 Undang-Undang
nomor 6 tahun 2014 dikatakan bahwa pembangunan desa adalah
upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa.(UU Desa RI 2014, 3)
Bapak Yusuf Yakub menyampaikan dengan adanya Undang-
Undang desa, desa lebih teratur dalam membuat Rencana
Pembangunan Desa.
“ Kalo ada Undang-undang desa ibaratnya ada kebijakan yang
ngatur, jadikan lebih terarah, lebih teratur dalam
mempertanggung jawabkannya juga lebih mudah”(Yakub
2018)
Untuk hasil yang ingin dicapai pada pembangunan desa maka
perlu disusun melalui rencana pembangunan desa. karena itu
peneliti melakukan kajian rencana pembangunan desa di Desa
Cidokom. Peneliti akan terlebih dahulu memaparkan kebijakan
mengenai tahapan rencana pembangunan desa. Kebijakan ini
telah ditetapkan pemerintah sebelumnya dalam Buku Saku Desa
yang diterbitkan oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia serta Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Pada bab ini peneliti akan memaparkan tahapan yang
ditentukan oleh pemerintah pusat berkaitan dengan rencana
pembangunan desa dan perencanaan pembangunan desa yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Cidokom.
74
Tahapan pembangunan desa sendiri menurut pasal Undang-
Undang nomor 6 Tahun 2014 meliputi:
1) Tahapan Perencanaan,
2) Tahapan Pelaksanaan, dan
3) Tahapan Pengawasan.
Rencana pembangunan desa disusun dalam perencanaan
pembangunan desa, dan Kementrian Desa mengaturnya dalam
Buku Saku Desa yang meliputi: penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa; dan penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
1. RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Desa
RPJMDes atau Reancana Pembangunan Jangka Menengah
Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (Tiga) bulan
terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun
oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.
Di Desa Cidokom sendiri Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dilakukan tiga bulan pertama setelah pelantikan,
rencana pembangunan yang disusun adalah rencana
pembangunan dan rencana kerja untuk 6 tahun kedepan atau
selama kepala Desa menjabat selama satu periode.
“Setelah bulan ketiga pelantikan saya harus sudah menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa selama 6
tahun, dimana selama 6 tahun saya menjabat apa sih yang
harus saya lakukan dan potensi apa yang harus saya gali. Jadi
6 tahun yang saya lakukan saya udah tahu apa yang akan saya
lakukan, dan yang sekarang sedang di prioritaskan adalah
perencanaan pembangunan dibidang infrastruktur”(Sain
2018)
75
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, disusun
setelah dilakukan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawarahan Desa dan Pemerintah Desa, dengan
mengundang perwakilan masyarakat.
“BPD akan mengundang masyarakat melalui anggota BPD di
setiap dusun yang berjumlah 9 orang, dari setiap dusun
diambil 20 orang yang kita undang, karena sebelumnya
mereka sudah melakukan musyawarah dusun. Jadi satu desa
60 orang lah neng”(Yakub 2018)
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala desa dan
yang kemudian menjadi visi dan misi desa itu sendiri meliputi
arah Kebijakan Pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang
meliputi bidang penyelenggraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.(Kessa 2015, 20)
Bidang pemerintahan desa antara lain: penetapan dan
penegasan batas desa; pendataan desa; penyusunan tata ruang
desa, penyelenggaraan musyawarah desa; pengelolaan informasi
desa; penyelenggaraan perencanaan desa; penyelenggaraan
evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa;
penyelenggaraan kerjasama antar desa; pembangunan sarana dan
prasarana kantor desa; dan kegiatan lainnya sesuai kondisi
desa.(Kessa 2015, 20–21)
a. Langkah-Langkah Penyusunan RPJM Desa
Kepala desa dalam menyelenggarakan penyusunan RPJM
Desa dengan mengikutsertakan seluruh unsur masyarakat desa
dalam musyawarah desa. penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Desa dilaksanakan dengan
76
mempertimbangkan kondisi objektif desa dan prioritas program
dan kegiatan kabupaten/kota.
“Sekarang Ini yang menjadi prioritas pembangunan di
Kabupaten Bogor itu dibidang infrastruktur ya terutama jalan
neng, jadi Desa juga mengikuti gitu dan kebetulan juga kan
memang ada beberapa pengerasan jalan yang belum selesai
gitu lah”(Sain 2018)
Namun selain jalan desa, yang termasuk pada perencanaan
pembangunan mereka juga dibidang pendidikan dengan
mendirikan PAUD, dan juga dibidang kesehatan yakni Posyandu
di beberapa titik.
“Ya kita juga adalah bangun Posyandu, harapan bapak di
setiap RW ada posyandunya juga PAUD”(Sain 2018)
Setelah dalam musyawarah desa diketahui apa saja yang
menjadi prioritas pembangunan maka disusun dalam penyusunan
RPJM Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
1) Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang
terdiri dari:
Kepala Desa selaku Pembina
Sekertaris Desa selaku ketua
Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku
sekertaris; dan
Anggota yang berasal dari perangkat Desa, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, kader pemberdayaan
masyarakat Desa, dam unsur masyarakat lainnya.(Kessa
2015, 24)
77
Jumlah anggota tim penyusun RPJM Desa, paling sedikit
7(tujuh) orang dan paling banyak adalah 11 (sebelas) orang. Tim
penyusun RPJM Desa ditetapkan dengan keputusan kepala
Desa.(Kessa 2015, 24)
Tim penyusun RPJM Desa Cidokom adalah tim yang
dibentuk sama dengan dalam menyusun RKP Desa atau Rencana
Kerja Pemerintahan Desa yang teridri atas 11 orang yakni:
Tabel 4.2
DAFTAR NAMA TIM PENYUSUN RPJMDesa TAHUN
2017 DESA CIDOKOM KECAMATAN GUNUNG
SINDUR
No Nama L/P Jabatan/Pekerjaan Alamat
1 Sain Saputra,
S.E
L Kepala
Desa/Pembina
Rt 005/003
2 Sabarudin L Sekertaris
Desa/Ketua
Rt 004/004
3 Ujang Juheli L LPM/Sekertaris Rt 004/004
4 Zulfahmi L Kaur/kasi
Pembangunan
Rt 003/001
5 Andan Ipan L Ketua RW Rt 003/005
6 Sarin L Tokoh Masyarakat Rt 002/001
7 Supriyadi L Tokoh Pemuda Rt 002/004
8 Marta Wijaya L Ketua RT Rt 002/006
9 Suwadih L Tokoh Masyarakat Rt 002/003
10 Misar
Kurniawan
L LPMD Rt 001/002
11 Cunah
Maryanag
P Wakil Perempuan Rt 002/002
Sumber: RKP Desa Cidokom Tahun 2017
Tim penyusun RPJM Desa melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
78
a) Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan
Kabupaten/Kota
Penyelarasan tentang arah kebijakan terhadap
Pembangunan kabupaten/kota dilakukan dengan mengikuti
sosialisasi dan /atau mendapatkan informasi tentang arah
kebijakan Pembangunan kabupaten/kota.
Informasi itu meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten/Kota
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
Rencana Rinci Tataruang Wilayah Kabupaten/Kota;Dan
Rencana Pembangunan Kawasan Per-Desaan
Kegiatan penyelarasan data desa dilakukan dengan
memilih rencana kegiatan kabupaten/kota yang mungkin akan
masuk dan sesuai dengan kondisi dan rencana pembangumam
desa yang dikelompokan menjadi bidang penyelenggaraan
pemerintah desa, pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa.(Kessa 2015, 4)
Tim perencanaan RPJMDesa akan melihat apa program
prioritas yang mungkin akan dilakukan, Cidokom melihat
evaluasi tahun sebelumnya sebagai salah satu refrensi dalam
menentukan program Prioritas
b) Pengkajian Keadaan Desa
79
Penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan
desa dalam rangka mempertimbangkan kondisi objektif desa.
pengkajian keadaan desa, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Penyelarasan Data Desa;
Dilakukan melalui pengambilan data dari dokumen desa
dan membandingkannya dengan kondisi saat itu.
penyelarasan data Desa Cidokom dilakukan dengan melihat
arsip desa dan menerima langsung laporan kondisi
masyarakat melalui Musdus atau Musyawarah dusun.
b. Penggalian Gagasan Masyarakat;
Penggalian gagasan atau partisipasi masyarakat dilakukan
secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat desa sebagai sumber data dan informasi. pelibatan
masyarakat desa, dapat dilakukan melalui musyawarah dusun
dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat seperti
musyawarah RT/RW. (Kessa 2015, 27)
Masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan
aspirasinya terlebih dahulu untuk kemudian di diskusikan
dalam musyawarah desa.
Penggalian gagasan, dilakukan dengan cara diskusi
kelompok secara terarah, dengan menggunakan sketsa Desa,
kalender musim dan bagian kelembagaan Desa sebagai alat
untuk menggali gagasan masyarakat.
Dalam hal ini di Cidokom penggalian dan partisipasi
masyarakat disampaikan langung kepada anggota Badan
Permusyarah Desa yang ada di setiap dusun melalui
musyawarah dusun sebelum musyawarah desa.
80
Ustadz Yakub selaku Kepala Badan Permusyawarahan
Desa (BPD), Desa Cidokom menyampaikan:
“Disetiap Dusun itu ada BPD nya, jadi kalo masyarakat
ingin menyampaikan aspirasi atau gagasannya itu bisa
langung ke BPD, biasanya mereka rapat seminggu
sebelum musyawarah Desa..”(Yakub 2018)
Dalam rapat tersebut kemudian disampaikan aspirasi
masyarakat terutama terkait dengan Pembangunan di Desa
sehingga ketika Musyawarah Desa berlangsung sudah
menentukan bahan yang akan dimusyawarahkan, yakni
menyepakati kesepakatan dan mencari jalan keluar jika ada
perbedaan pendapat
c. Analisis Data dan Pelaporan
Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil
pengkajian keadaan Desa yang dituangkan dalam berita acara,
yang dilampiri dokumen:
Data Desa yang sudah diselaraskan
Data Rencana program Pembangunan kabupaten/kota
yang akan masuk ke Desa
Data Rencana Program Pembangunan Kawasan Per-
Desaan;Dan
Rekapitulasi Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan
Desa Dari Dusun Dan/Atau Kelompok Masyarakat.(Kessa
2015, 4)
2) Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui
Musyawarah Desa
81
Dalam musyawarah Desa hal-hal yang menjadi pembahasan
dan kemudian di sepakati meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Laporan Hasil Pengkajian Desa
b) Rumusan Arah Kebijakan Pembangunan Desa Yang
Dijabarkan Dari Visi Dan Misi Kepala Desa;Dan
c) Rencana Prioritas Kegiatan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, Pembinaan
Kemasyarakatan Desa, Dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa.
Pembahasan Rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan
diskusi kelompok secara terarah yang dibagi berdasarkan bidang:
a) Penyelenggaraan Pemerintah Desa,
b) Pembangunan Desa,
c) Pembinaan Kemasyarakatan Desa, Dan
d) Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Diskusi kelompok terarah Desa Cidokom dilakukan melalui
Musyawarah Desa atau (MusDes), setelah MusDes tercapai maka
akan dibuat RPJM Desa Cidokom tahun 2017, Musdes
dilaksanakan di yayasan Al-Musfhiroh Desa Cidokom, dengan
mengundang tokoh masyarakat dan masyarakat secara
umum.(Sain 2018)
Diskusi kelompok terarah tersebut membahas, bahasan
sebagai berikut:
a) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa
b) Prioritas Rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6
(enam) tahun
82
c) Sumber Rencana pembiayaan Rencana kegiatan
Pembangunan Desa:dan
d) Rencana pelaksanaan kegiatan Desa yang akan
dilaksanakan oleh perangkat Desa, unsur masyarakat
Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa
dengan pihak ketiga.(Kessa 2015, 30)
Ustadz Yakub menyampaikan jika untuk prioritas
Pembangunan di Desa Cidokom adalah, melanjutkan
Pembangunan dari tahun sebelumnya yang belum selesai karena
terkendala oleh Dana Desa yakni pengerasan jalan dan juga
beberapa rumah layak huni:.
“Prioritas Pembangunan itu biasanya misal pada tahun
sebelumnya ada Pembangunan yang belum selesei, maka
di tahun berikutnya akan dilanjutkan jika anggaran sudah
turun begitu, dan mengikuti jjuga pada pembangunan
kabupaten”(Yakub 2018)
Sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Yakub, maka
Prioritas Rencana Pembangunan yang saat ini tengah di fokuskan
di Desa Cidokom diarahakan kepada fasilitas infrastruktur yang
sempat terhambat pelaksanaanya pada tahun sebelumnya karena
dana yang tidak mencukupi. Infrastruktur tersebut meliputi jalan
di beberapa titik yang belum selesai seperti jalur jalan Ciberes,
Posyandu, dan Sekolah PAUD.
Hal itu juga disampaikan oleh bapak Sain, SE sebagai Kepala
Desa Cidokom:
“Melalui Dana Desa yang akan dititpkan Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Desa Cidokom melanjutkan terutama
dua titik jalan yang selama ini tertunda salah satunya jalan
83
Ciberes, Jalan Melati dan Pembangunan dua posyandu itu
yang mungkin Insyaallah dari dana desa…”(Sain 2018)
Hal ini sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Desa yang
tersusun dalam Draft RKP Desa tahun 2017 yang menyebutkan
bahwa dalam Program Pembangunan, prioritas Kebijakan
Program Pembangunan Desa adalah :
a) Pembangunan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur
dan lingkungan desa
b) Pembangunan, pemanfaatan dan pemelihraan sarana dan
prasarana kesehatan
c) Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kebudayaan
d) Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi
e) Pelestarian lingkungan hidup
3) Penyusunan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah) Desa
Berdasarkan pertimbangan dan analisis yang dilakukan
sebelumnya maka dilakukan Penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang telah dilakukan oleh
tim penyusun RPJM Desa sebagaimana dengan yang telah
dipaparkan sebelumnya dibuatkan berita acara dan disampaikan
kepada kepala Desa.
Kepala Desa memariksa Dokumen RPJM Desa yang telah
dibuat sebelumnya dan jika perlu dilakukan perbaikan sesuai
84
dengan arahan kepala Desa, jika telah disetujui maka langsung
dilaksanakan.
Selain itu juga sebelum disahkan, Draft RPJMDesa terlebih
dahulu diperiksa oleh Badan Permusyawarahan Desa yang
memiliki tugas untuk:
Pembuatan Peraturan Desa
Budgeting atau pengaturan pendanaan,dan
Melakukan Fungsi Pengawasan
Fungsi tersebut dijalankan agar pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan Tujuan Pembangunan Desa menurut Undang-
Undang yakni:
“Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal serta pemanfaatan
Sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.”(UU
Desa RI 2014)
4) Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes) dilakukan melalui MusrembangDes (Musyawarah
Rencana Pembangunan Desa), Kepala Desa menyelenggarakan
Musyawarah Perencanana Pembangunan Desa untuk membahas
dan menyepakati Rancangan RPJM Desa.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa diikuti oleh
pemerintah desa, badan permusyawarahan desa, dan unsur
85
masyarakat dimulai dari tokoh masyarakat dan masyarakat desa
pada umumnya.
Unsur masyarakat terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh
pendidikan, perwakilatn kelompok tani, perwakilan kelompok
nelayan, perwakilan kelompok pengrajin, perwakilan kelompok
perempuan, perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan
anak, dan perwakilan kelompok masyarakat pra-sejahtera (Kessa
2015, 23)
Selain unsur masyarakat tersebut, musyawarah perencanaan
pembangunan desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain
sesuai kondisi sosial budaya setempat.
Musrembangdes cidokom dihadiri oleh 60 orang perwakilan
masyarakat yang telah dipilih dan diundang, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
“Dari Setiap RT kita ambil 3 orang, Desa Cidokom memiliki
22 RT sehingga semuanya menjadi sekitar 60an orang, nanti
disana kita diskusikan lagi apa yang sebelumnya telah mereka
diskusikan di Musdus” (Yakub 2018)
Hasil musyawarah akan menjadi keputusan penting dalam
pembangunan Karena hal itu merupakan sebuah kesepakatan
bersama dan berisi tentang kepentingan bersama menuju
kesejahteraan.
5) Penetapan Dan Perubahan RPJM Desa
Kepala Desa menyusun rancangan Peraturan Desa (Perdes)
tentang RPJM Desa. Rancangan peraturan desa tentang RPJM
Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan badan
86
permusyawarahan desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa
Tentang RPJM Desa.
Kepala Desa dapat melakukan perubahan RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Desa dalam hal:
a) Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam. Krisis
politik,krisis ekonomi,dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan;atau
b) Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Perubahan RPJM Desa, dibahas dan disepakati dalam
musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa dan selanjutnya
ditetapkan dengan Peraturan Desa.(Kessa 2015, 31–32)
Di Desa Cidokom Sendiri belum pernah ada perubahan terkait
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, yang mungkin
ada adalah penambahan yang kemudian diatur dalam Perdes.
“Kalo perubahan yang sampai dibatalkan kayanya tidak ada,
pokonya kalo udah ditetapkan harus dijalankan tidak boleh
sampe batal. Tapi kalo misalnya ada hal baru terkait
pembangunan atau apapun misalnya ada yang kena musibah
biasanya dibuatkan Perdes saja”(Yakub 2018)
Berikut dibawah ini adalah matrik Tahapan Pembuatan
Rencana pembangunan Desa yang diatur oleh kementrian
pembangunan Desa dan Transmigrasi dalam Buku Saku Desa,
yang kemudian diikuti oleh Cidokom.
87
Tabel 4.3
Matriks Tahapan Penyusunan RPJM Desa
No Tahapan/Kegiatan Hasil/Keterangan Keterangan
1 Pembentukan tim
penyusun RPJM
Desa
Terbentuknya Tim
penyusun RPJM
Desa
beranggotakan 7-
11 orang
Dibentuk oleh
kepala Desa
dengan SK
(surat
keputusan)
kepala Desa
2 Penyelarasan arah
kebijakan
Pembangunan
kabupaten/kota
Data dan Analisis:
6) Rencana
Pembangunan
jangka
menengah
daerah
kabupaten/kota.
7) Rencana
strategis satuan
kerja perangkat
daerah;
8) Rencana umum
tata ruang
wilayah
kabupaten/kota
9) Rencana rinci
tata
ruang/wilayah
kabupaten/kota
dan
10) Rencana
Pembangunan
kawasan
perDesaan
Dilakukan oleh
tim Penyusun
RPJM Desa
3 Pengkajian
keadaan Desa Penyelarasan
data Desa (data
Sekunder)
Penggalian
gagasan
88
masyarakat
untuk melihat
potensi dan
masalah
Penyusu nan
laporan hasil
pengkajian
keadaan Desa
4 Analisa data dan
pelaporan Data Desa yang
sudah
diselaraskan
Data Rencana
program
Pembangunan
kabupaten/kota
yang akan
masuk ke Desa
Data Rencana
program
pembnagunan
kawasan
perDesaan;dan
Rekapitulasi
usulan Rencana
kegiatan
Pembangunan
Desa dari dusun
dan/atau
kelompok
masyarakat
Tim
penyusun
RPJM Desa
5 Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Desa melalui
musyawarah Desa
Adapun berita
acara penyusunan
rancangan RPJM
Desa, yang
dilampiri;
Laporan hasil
pengkajian
keadaan Desa
Rumusan arah
BPD
Tim
penyusun
RPJM Desa
Masyarakat
Desa
89
kebijakan
Pembangunan
Desa yang
dijabarkan dari
visi dan misi
kepala
Desa;dan
Rencana
prioritas
kegiatan
penyelenggaraa
n pemerintahan
Desa,
Pembangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan
Desa, dan
pemberdayaan
masyarakat
Desa
6 Penyusunan
Rancangan RPJM
Desa
Rancangan RPJM
Desa yang
mendapatkan
persetujuan kepala
Desa
Tim penyusun
RPJM Desa
7 Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Desa melalui
musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
Desa
Rancangan RPJM
Desa dibahas
melalui
musyawarah Desa
dan disepakati oleh
peserta
musyawarah Desa.
Untuk ditetapkan
sebagai RPJM
Desa
BPD
Tim
penyusun
RPJM Desa
Masyarakat
8 Penetapan dan
perubahan RPJM
Desa
Rancangan
peraturan Desa
tentang RPJM
Kades
BPD
90
Desa dibahas dan
disepakati bersama
oleh kepala Desa
dan badan
permusyawaratan
Desa untuk
ditetapkan menjadi
peraturan Desa
tentang RPJM
Desa Sumber, Buku Saku Desa Kementrian Desa, Pembangunan daerah tertinggal
dan transmigrasi
2. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa
Kepala Desa menyusun RKP Desa melalui musyawarah Desa,
dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
a) Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui
musyawarah
Badan permusyawarahan Desa (BPD) menyelenggarakan
musyawarah antar staf Desa dengan masyarakat Desa dalam
rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Desa. Hasil
musyawarah desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa
menyusun rancangan RKP (Rencana kerja pemerintah) Desa dan
daftar usulan RKP Desa, musyawarah desa selambat-lambatnya
dilaksanakan pada bulan juni tahun berjalan.(Kessa 2015, 35)
b) Pembentukan Tim penyusun RKP Desa
Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa terdiri dari
7 orang masing masing dari:
1) Kepala Desa selaku Pembina
2) Sekertaris Desa selaku ketua
91
3) Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat,
4) kader pemberdayaan masyarakat Desa
5) dan unsur masyarakat.
Tim penyusun Rencana kerja Pemerintah Desa Cidokom
sama dengan tim penyusun RPJM Desa yakni berjumlah 11 orang
yang terdiri dari, Kepala Desa, Sekertaris Desa, LPM, Kasi
Pembangunan, Satu Orang Ketua RW, Dua Orang Tokoh
Masyarakat, Tokoh Pemuda, Ketua RT, LPMD dan satu orang
perwakilan perempuan.(RKP Cidokom, t.t., 5)
Tabel 4.4
Daftar Nama
Tim Penyusun RKP Desa Tahun 2017 Desa Cidokom
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
No Nama L/P Jabatan/Pekerjaan Alamat
1 Sain Saputra,
S.E
L Kepala
Desa/Pembina
Rt 005/003
2 Sabarudin L Sekertaris
Desa/Ketua
Rt 004/004
3 Ujang Juheli L LPM/Sekertaris Rt 004/004
4 Zulfahmi L Kaur/kasi
Pembangunan
Rt 003/001
5 Andan Ipan L Ketua RW Rt 003/005
6 Sarin L Tokoh Masyarakat Rt 002/001
7 Supriyadi L Tokoh Pemuda Rt 002/004
8 Marta Wijaya L Ketua RT Rt 002/006
9 Suwadih L Tokoh Masyarakat Rt 002/003
10 Misar
Kurniawan
L LPMD Rt 001/002
11 Cunah
Maryanag
P Wakil Perempuan Rt 002/002
Sumber: Draft RKP Desa Cidokom
92
c) Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan penyelarasan
program/kegiatan masuk ke Desa.
Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan Pagu
Indikatif Desa yang meliputi:
1) Rencana dana Desa yang bersumber dari APBN
2) Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan
bagian dari dana Desa perimbangan yang diterima
kabupaten/kota
3) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi
daerah kabupaten/kota;dan
4) Rencana bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Program kegiatan yang kemudian di susun oleh oleh tim
RKP diselaraskan dengan:
1) Rencana kerja pemerintah kabupaten/kota
2) Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah Daerah kabupaten/kota
3) Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh Dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota
Hal ini disampaikan pula oleh bapak Sain, SE sekaligus
kepala Desa Cidokom dalam wawancara pribadi dengan
peniliti di kantor Desa Cidokom:
“Setiap Pembangunan, kegiatan pemerintahan dan lain
lain di Desa memang harus diselaraskan dengan
Pembangunan di daerah atau kota. Jadi nggak Cuma
93
mempertimbangkan kebutuhan Desa, nggak karena ada di
Undang-Undangnya.”(Sain 2018)
d) Perencanaan Ulang RPJM Desa
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan
Rencana kegiatan Pembangunan Desa untuk 1 (Satu) tahun
anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen
RPJM Desa. Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun
RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa.
Pemilihan prioritas Rencana Pembangunan melalui RKPDesa
dilakukan berdasarkan rumusan 4 aspek sebagai berikut:
1) Berdasarkan evaluasi Pembangunan tahun sebelumnya
Evaluasi hasil Pembangunan tahun sebelumnya dilakukan
melalui analisa terhadap kesesuaian antara program dan
kegiatan yang terdapat dalam RKPDesa dan APBDes tahun
2016.(RKP Cidokom 2017, 8)
2) Berdasrkan RPJMDesa
Berdasarkan peraturan Desa Cidokom nomor 1 tahun 2016
tentang RPJMDesa Cidokom Tahun 2016-2021.(RKP
Cidokom 2017, 9)
3) Berdasarkan Prioritas kebijakan SupraDesa
RKPDesa sebagai satu kesatuan mekanisme peRencanaan
daerah dalam proses penyusunannya harus memperhatikan
prioritas kebijakan Pembangunan daerah, mulai dari evaluasi
kerja kecamatan dan ataupun evaluasi kerja pelaksanaan
RKPDesa tahun sebelumnya serta prioritas kebijakan daerah
tahun berikutnya.(RKP Cidokom 2017, 12)
4) Berdasarkan Analisa Keadaan Darurat
94
Berdasarkan analisa pemerintah Desa dan laporan yang
disampaikan oleh masyarakat ada beberapa masalah
mendesak yang harus secepatnya diatasi oleh pemerintah
Desa.
Prioritas program Pembangunan skala Desa merupakam
program Pembangunan yang sepenuhnya mampu dilaksanakan
oleh Desa dan diukur dengan ketersediaan angaaran Desa dan
secara teknis lapangan memiliki sumberdaya dalam hal ini adalah
sumberdaya manusi Desa Cidokom.
e) Penyusunan Rencana RKP Desa
Penyusunan RKP Desa berpedoman kepada:
1) Hasil Kesepakatan Musyawarah Desa
2) Pagu Indikatif Desa
3) Pendapatan Asli Desa
4) Rencana Kegiatan Pemerintah,Pemerintah Daerah
Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
5) Jaringan Aspirasi Masyarakat Yang Dilakukan Oleh
DPRD Kabupaten/Kota
6) Hasil Pencermatan Ulang Dokumen RPJM Desa
7) Hasil Kesepakatan Kerjasama Antar Desa,dan
8) Hasil Kesepakatan Kerjasama Desa Dengan Pihak Ketiga
Adapun dalam (Kessa 2015) rangkaian RKP Desa paling
sedikit memuat uraian sebagai berikut:
1) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya
2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa
95
3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola melalui kerjasama antar Desa dan pihak Ketiga
4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota;dan
5) Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat
Desa dan/atau unsur masyarakat Desa.
Dalam RKP Desa Cidokom tahun 2016 hal-hal yang dimuat
didalamnya meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
1) Rumusan Prioritas Masalah
2) Evaluasi Tahun Sebelumnya
3) Pagu Anggaran Sementara
4) Penutup
Menurut Penuturan Bendahara Desa Cidokom Bapak Aji
Ibrahim, Rumusan RKP Desa biasanya sama dari tahun ke tahun
hanya berbeda isinya saja disesuaikan dengan Kondisi saat itu
(Saat Perencanaan).
f) Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Desa (MusrembangDes) Penyusunan RKP Desa
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan
pembanbunan Desa yang diadakan untuk membahas dan
menyepakati Rancanagn RKP Desa
Rancangan RKP Desa memuat Rencana penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan, Pembinaan
Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
96
Rancangan RKP Desa, berisi prioritas program dan kegiatan yang
didanai:
a) Pagu Indikatif Desa
b) Pendapatan Asli Desa
c) Swadaya Masyarakat Desa
d) Bantuan Keuangan Dari Pihak Ketiga;Dan
e) Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Daerah Provinsi
Dan/Atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Kessa
2015)
Adapaun perkiraan Pendapatan Desa tahun 2017 sebesar
Rp. 2.630.191.757,- (Dua Miliar Enam Ratus Tiga Puluh Juta
Seratus Sembilan Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh
Tujuh Rupiah), yang bersumber dari:
Tabel 4.5
Sumber Pendapatan Desa tahun 2017 Desa Cidokom
No Sumber Perkiraan Ket
1. Pendapatan Asli
Desa:
BUMDes
Rp.-
Lelang Tanah Kas
Desa
Rp.-
Asset Pasar Desa Rp.-
Asset Jaringan
Irigasi
Rp.-
Swadaya Rp.-
Partisipasi Rp.-
97
Gotong Royong Rp.-
Lain-Lain
Pendapatan Asli
Desa Yang Sah
Rp.-
2. Pendapatan (Bukan
Asli )Desa:
ADD
Rp. 516.503.296,-
DD Rp. 866.829.707,-
Bantuan Keuangan
Dari Kabupaten Rp. 900.000.000,-
Bantuan Gubernur Rp. 165.000.000,-
Bagi hasil
Retribusi Daerah Rp. 10.330.220,-
Bagi Hasil Pajak
PBB Rp. 171.528.534,-
Hibah Rp. -
Sumbangan Pihak
Ketiga Rp. -
Total Pendapatan Rp. 2.630.191.757,-
Sumber: Draft RKP Desa Cidokom Tahun 2017
g) Perubahan RKP Desa
RKP (Rencana kerja pemerintahan) Desa dapat diubah karena
sebab-sebab tertentu, hal yang dapat mempengaruhi RKPDes
adalah:
1) Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis
politik. Kriris ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang
berkepanjangan;atau
98
2) Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
h) Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada
bupati/walikota melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP
Desa paling lambat 31 desember tahun berjalan.
Daftar usulan RKP Desa menjadi materi pembahasan di
dalam musyawarah Perencanaan Pembangunan kecamatan dan
kabupaten/kota.(Kessa 2015, 46)
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah Desa
tentang hasil pembahasan daftar usula RKP Desa. Informasi
tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh
pemerintah Desa setelah diselenggarakannya musyawarah
Rencana Pembangunan dikecamatan pada tahun anggaran
berikutnya. Informasi diterima pemerintah Desa paling lambat
pada bulan Juli tahun anggaran berikutnya. (Kessa 2015, 47)
B. Implementasi Perencanaan Pembangunan Desa di Desa
Cidokom
Berdasarkan Undang-Undang nomor tahun 2014 tentang
desa, Pasal 78 ayat 2, Pembangunan desa meliputi Tahapan
Perencanaan, tahapan Pelaksanaan dan Tahapan Pengawasan.
Adapun tahapa implementasi rencana Pembangunan Desa
Cidokom Adalah:
a) Tahapan Perencanaan
99
Dalam tahapan Perencanaan Desa Cidokom telah
melakasnakan:
1) Musyawarah Desa
Musyawarah Desa adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan untuk mengambil kesepakatan antar masyarakat
desa mengenai tujuan dan Prioritas pembangunann yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dan Badan
Permusyawarahan Desa.
Musyawarah Desa yang diselenggarakan Cidokom untuk
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
tahun 2017 Dilaksanakan di Yayasan al-Musfhiroh Desa
Cidokom.
Jika tidak seluruh masyarakat Desa tidak dapat mengikuti
musyawarah maka diwakilkan RW dan RT yang merupakan
pemerintahan yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
sehingga keterwakilan masyarakat oleh RT atau RW
dianggap sudah cukup.
Hal itu disampaikan oleh bapak Sain, S.E Selaku kepala
Desa Cidokom dalam wawancara langsung di Kantor Desa.
“Untuk yang tahun 2017 terakhir saya laksanakan
pada tahun 2016 saya lupa terakhir saya laksanakan di
Yayasan al-Musfiroh untuk bulannya saya lupa namun
sekitar pertengahan tahun, karena perencanaan harus
dimulai sejak pertangahan tahun sebelumnya termasuk
untuk tahun 2019, padahal 2018 saja belum terlaksana”
(Sain 2018)
100
Lalu sambungnya, dalam pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan ini juga dihadiri oleh berbagai
lapisan masyarakat yang memang sengaja diundang untuk
hadir.
“Masyarakat banyak yang hadir juga Karena memang kita
undang, minimal ada tokohnyalah yang hadir yang
mewakili masyarakat dari semua unsur masyarakat
terwakili, dari Tokoh Pendidik, Tokoh Agamanya juga
dan lainnya”(Sain 2018)
Adapun untuk mengundang masyarakat, Pemerintah
Desa mengundang melalui Badan Permusyawarahan Desa,
yang memilliki 9 orang anggota di setiap Dusun hal itu
dilakukan karena BPD sudah tau siapa saja orang yang biasa
mewakili masyarakat untuk rapat.
“Anggota BPD itu ada 9 orang kan ya, satu Dusun 3 orang
kan saya Dusun 2, pak alex itu (Menunjuk seorang
anggota BPD yang saat itu berada di Rumah pak Yakub)
dia dusun 2 dia itu adiknya pak angga calon anggota
Dewan disini, nahnanti mereka yang akan memberitahu
untuk Musyawarah Desa, Ya tentu mereka Musyawarah
Dusun dulu”(Yakub 2018, 2018)
Pak Yakub Melanjutkan,
“Biasanya kalo sudah Musyawarah Dusun atau Musdus
baru Musyawarah Desa, orangnya memang sudah
biasanya Musyawarah desa itu dia pasti, udah tau lah gitu
siapa orangnya yang biasa.”(Yakub 2018)
Dalam musyawarah desa kemudian akan dibahas apa yang
menjadi prioritas program pembangunan desa, seperti yang
telah dijelaskan jika yang menjadi prioritas pembangunan desa
cidokom adalah pembangunan infrastruktur, diantaranya
adalah jalan, posyandu, dan PAUD, serta pada tahun 2017
101
mendapat tambahan yakni Rumah Tidak Layak Huni
(RUTILAHU).
Gambar 4.1
Gambar 1 : Suasana Musyawarah Desa Cidokom
Gambar 4.2
Suasana Musyawarah Desa Cidokom
2) Pembuatan Peraturan Desa (Perdes)
Peraturan Desa dibuat berdasarkan keputusan dan
kewenangan yang dimiliki kepala Desa. Pembuatan
peraturan Desa Cidokom disusun oleh kepala Desa
dengan merujuk pada hasil musyawarah Desa untuk
digunakan sebagai salah satu landasan hukum
pelaksanaan pembuatan RKP yang berisi Perencanaan
102
kegiatan pemerintahan termasuk didalamnuya adalah
Rencana Pembangunan Desa.
“Nanti setelah Musyawarah Desa saya akan buatkan
Peraturan Desa atau Perdes yang memuat tentang hasil
dari musyawarah, kemudian menjadi dasar untuk
membuat RKP dari RPJMDesa”(Sain 2018)
Peraturan Desa yang dibuat memuat pertimbangan
dibuatnya Rencana Kerja Pemerintah Desa yang
merupakan hasil penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa selama satu tahun.
3) Pembuatan RPJMDesa dan RKPDesa, setelah
Musyawarah Desa dilakukan maka hasil musyawarah
terkait Prioritas Progra Pembangunan dibuat dengan
menyusun RPJMDes, lalu RPJMDes tersebut dijabarkan
dalam pelaksanaan pemerintahan pertahun dalam rumusan
RKP atau Rencana Kerja Pemerintah yang disusun oleh
BPD dan kepala Desa, serta di sahkan oleh kepala Desa.
“Kalo RPJMDesa udahkan kita buatkan RKPDesanya,
kalo udah fix kan dana turun kita tinggal
menjalankanya bersama masyarakat ada tim pelaksana
juga lah nanti”(Sain 2018)
Setelah penyusunan RPJMDesa dan RKPDesa selesai
maka akan dilaksanakan tahap selanjutnya yakni tahap
pelaksanaan pembangunan Desa yang berada dibawah
koordinasi Tim Pelaksana Kegiatan.
b) Tahapan Pelaksanaaan
103
Setelah disepakati bahwasanya pembangunan difokuskan
pada Infrastruktur maka Kepala Desa menugaskan Kepada
Tim Pelaksana Kegiatan yang diketuai oleh bapak Suharto
dan beranggotakan 7 Orang 2 orang perwakilan dari setiap
dusun, adapun pembangunan yang terlaksana terdapat pada
table halaman berikut:
104
Realisasi Belanja Langsung dari APDesa dibidang pembangunan Tahun Anggaran 2007 Desa Cidokom
Tabel. 4.6
No Uraian Rencana
Biaya
Lokasi Volume Realisasi
Biaya
Sumber
Biaya
Realisa-
Si (%)
Ket
1. Kegiatan
pembangunan
dan
pemeliharaan
lingkungan
hidup (RTLH)
Rp.
1000.000.000,-
Desa
Cidokom 100 unit
Rp.
1000.000.000,- APBD II 100%
PBK
(TA
2017)
2. Kegiatan
Pembangunan
Jalan Desa
(RT 004/003-
RT 001/04)
Rp.
100.000.000,-
Desa
Cidokom
250X2,5
X0,10m
Rp.
100.000.000,- APBD II 100%
PBK
(TA
2017)
3. Kegiatan
Pembangunan
Jalan Desa
(RT 002/001)
Rp.
100.000.000,-
Desa
Cidokom
250X2,5
X0,10m
Rp.
100.000.000,- APBD II 100%
PBK
(TA
2017)
4. Kegiatan
Pembangunan
Rp.
100.000.000,-
Desa
Cidokom
200X2,5
X0,10m
Rp.
100.000.000,- APBD II 100%
PBK
(TA
105
Jalan Desa
(RT 001/006-
RT 003-RW
005)
2017)
5. Kegiatan
Pembangunan
Jalan Desa
(RT 003/005-
RT 003-RW
003)
Rp.
304.180.000,-
Desa
Cidokom
560X3X
0,15m
Rp.
304.180.000,- APBN 100% DDS
6. Kegiatan
pembangunan
jalan Ciberes
RW 001
Dusun 1
Rp.
357.700.000,-
Desa
Cidokom
660X3X
0,15
Rp.
357.700.000,- APBN 100% DDS
7. Kegiatan
betonisasi
gang masjid
al-Fatiniyah
Rt 003 RW
001
Rp.
19.300.000,-
Desa
Cidokom
70X3X0
,10m
Rp.
19.300.000,- APBN 100% DDS
8. Kegiatan Rp. Desa 240m2 Rp. APBN 100% DDS
106
Pembangunan
Drainase Desa
Cibere RW 01
Dusun 1
70.206.000,- Cidokom 70.206.000,-
9. Kegiatan
pembangunan
Drainase jalan
Melati RT
003/RW 03-
RT 003/05)
Rp.
86.984.000,-
Desa
Cidokom 300m
2
Rp.
86.984.000,- APBN 100% DDS
10. Kegiatan
Renovasi
kantor Desa
Rp.
100.000.000,-
Desa
Cidokom 1 keg
Rp.
100.000.000,- APBD 1 100%
PBK
(TA
2017)
11. Kegiatan
Betonisasi
Jalan Desa
(RT
03/RW06)
Rp.
47.758.000,-
Desa
Cidokom
80X2,5
X0,10m
Rp.
47.758.000,-5 APBN 100% DDS
12. Kegiatan
Betonisasi
jalan Desa RT
002 RW 01
Rp.
50.000.000,-
Desa
Cidokom
160X2,5
X0,10m
Rp.
50.000.000,- APBD 1 100%
PBK
(TA
2017)
107
Berikut sebagian Dokumentasi Kegiatan Pembangunan
Desa Cidokom :
Gambar 4.3 Gambar 4.4
Gambar 4.3 & 4.4 : Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Desa,
Betonisasi dan Pengecoran 24 September 2017
Gambar 4.5 &4.6: Jalan yang sudah selesai di betonisasi
108
Dalam pelaksanaan pembangunan, masyarakat desa
Cidokom ikut berperan aktif dalam melakukan gotong
royong. Salah seorang warga yang juga merupakan Kader
Posyandu ibu Nurhayati menyampaikan, terdapat pembagian
sistem kerja dalam gotong royong yakni laki-laki membantu
pengerjaan pembuatan dan betonisasi jalan sedangkan para
ibu memasak untuk makan bersama.
“kalo pas pembangunan jalan itu biasanya yang kerja itu
bapak-bapak kalo ibu-ibu mah paling bantu buat masaka
aja buat makan siang makan bareng gitu”
(Nurhayati,2018)
Namun demikian dalam pelaksanaanya, tidak semua
rencana pembangunan dapat terlaksana, hal itu dikarenakan
dalam pelaksnaan pembangunan pemerintah desa memiliki
hambatan terbatasnya lahan atau tanah yang dimiliki desa,
sehingga pemerintah desa harus membeli terlebih dahulu atau
menunggu donatur yang ingin mewakafkan tanahnya.
“Alhamdulillah, untuk tahun 2017 sudah ada 150 meter
tanah untuk posyandu yang diwakafkan dari pribumi dan
juga orang Jakarta yang punya tanah lega disini, namun
ada juga yang belum memberikan karena kan namanya
untuk pembangunann akan jadi asset masyarakat bukan
asset pribadi, nah yang seperti itu yang sedikit
menghambat pembangunannya kan” (Sain 2018)
Bapak Sain,SE selaku Kepala Desa Cidokom mengatakan
bahwa gotong royong adalah identitas masyarakat desa yang
harus dimiliki oleh masyarakat Desa sehingga apa yang kiat
berikan atau kiat lakukan untuk pembangunan kita juga lah
yang akan menikmati hasilnya.
109
c) Tahapan Pengawasan
Tahapan pengawasan dilakukan sejak mulai perencanaan
dibuat, bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses
pembangunan. Dan juga dalam pelaksanaan pembangunan
apakah terlaksana seluruhnya atau tidak tepat sasaran dan
sesuai dengan tujuan pembangunan atau tidak.
Hal ini disampaikan oleh kepala Badan Permusyawarahan
Desa Cidokom Ustadz Yakub:
“Dalam fungsi pengawasan BPD dengan jumlah anggota
9 orang, seperti halnya DPRDnya Desa kita mengawasi
dari mulai musyawarah desa, Pelaksanaan juga nanti
pelaporannya harus jelas”(Yakub 2018)
Setelah pelaksanaan pembangunan pemerintah Desa akan
melakukan evaluasi kegiatan pembangunan untuk mengukur
sejauh mana tujuan pembangunan tercapai, tujuan itu terangkum
pada Visi Desa Cidokom Yakni:
“Menuju Desa Cidokom Yang Mandiri, Transparan, Dan
Berwibawa Menuju Sejahtera Berlandaskan Iman Dan
Taqwa”
Dengan salahsatu misinya adalah:
“Meningkatkan Kepedulian Masyarakat Terhadap
Pembangunan Sebagai Penopang Kemajuan Pemerintahan
Desa Di Segala Bidang”
110
Tujuan Kesejahteraan yang diharapkan terwujud di Desa
cidokom diharapkan dapat tercapai dengan mewujudkan
kebutuhan rill masyarakat Desa melalui pemeuhan hak-hak Dasar
mereka.
Senada dengan yang disampaikan kepala Desa Cidokom
bapak Sain,SE yakni:
“Cidokom itu statussnya adalah desa berkembang, maju
belum tapi tertinggal juga tidak. Saya mengusahakan agar
desa ini berkembang melalui pembangunan dan gotong
royong agar tercipta masyarakat desa yang sejahtera serta
tumbuh sikap memiliki terhadap desa terutama pada hasil
yang sudah dibangun.”(Sain 2018)
Keberhasilan Pelaksanaan Pembangunan ditingkat Desa pada
dasarnya ditentukan oleh sejauhmana komitmen dan konsistensi
pemerintah Desa dan masyarakat Desa saling bekerjasama
membangun desa.
Adapun hasil pembangunan kemudian dirasakan oleh
masyarakat terutama pembangunan Infrastruktur, seperti yang
diutarakan oleh beberapa masyarakat Desa dalam wawancara
pribadi dengan peneliti:
“Alhamdulillah pembangunannya sangat baik,
terutama jalan ya sekarang pan jadi enak gitu neng, rame
jadinya kalo ada orang sakit juga jadinya cepet gitu
soalnya jalannya enak” (Rt Omad 2018)
Tanggapan positif juga keluar dari ibu omih, ibu rumah
tangga di Desa Cidokom:
“Sangat membantu, apalagi kalo jalannya udah enak
biasanya kan suka sakit gitu kalo jalan sebelum dibangun,
111
sekkarang mempermudah aktifitas terutama kalo jalan
kaki”(Omih 2018)
Tak jauh berbeda dengan Ibu Omih dan pak Omad ketua Rt
001/Rw 002, salah satu penerima manfaat Renovasi Rumah
Tidak layak Huni (Rutilahu) bapak Madroji menyatakan manfaat
yang dia terima dari terealisasinya program pembangunan Desa.
“Alhamdulillah merasa terbantu sekali, tadinya
rumahnya nggak begini, sekarang lagi tahap dibetulin
biar lebih rapi lagi. Sekarang jalanannya juga enak,
kalo mau anterin dagangan ke pasar jauh lebih enak
Alhamdulillah sih” (Madroji 2018)
Sedangkan ibu Nur, mengatakan manfaat lain dari
pembangunan dari sudut pandangnya sebagai seorang kader
posyandu dan juga orang tua yang memiliki anak usia sekolah:
“Maaf ya maaf neng, bukannya gimana-gimana dulu
mah Cidokom nggak kayak gini neng. Beda sekarang
si udah enakan jalan udah pada bagus meskipun belum
semua, posyandu juga kan abis dibangun lagi waktu
itu dua. Jadi yang nimbang nggak padet soalnyapan
udah kebagi-bagi enak”(Nurhayati 2018)
Selain itu juga Ibu Nurhayati menyatakan bahwa saat ini juga
bangunan sekolah PAUD tidak seperti pada saat anaknya dulu,
“Dulu sekolah PAUDnya nggak ada anak saya dulu
Cuma ngaji, sekaranga ada 4. Itu yang dibangunin
Desa katanya satu sih itu juga yang PAUDnya deket
MIS al-khoeriyah, PAUD al-Khoeriyah gitu ya sama
juga namanya kayak MI nya tadi eneng lewatin
kayanya” (Nurhayati 2018)
Dalam keberhasilan pembangunan yang dilakukan secara
partisipatif dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada
112
monitoring evaluasi akan lebih menjamin keberlangsungan
pembangunan di desa. Sebaliknya permasalahan dan
ketidakpedulian satu sama lain akan mudah muncul manakala
seluruh komunikasi, ruang informasi dan fasilitas pelayanan bagi
masyarakat tidak memadai (RKP Cidokom 2017, 16).
Maka dari itu kemudian Rencana Pembangunan dan
kegiatan pembangunan Desa diatas dibuat sebagai salahsatu
upaya untuk menciptakan masyarakat sejahtera dengan
terpenuhi kebutuhan sarana dan prasarananya.
113
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Tahapan dan Implementasi Kebijakan Rencana
Pembangunan Desa sebagai Usaha Kesejahteraan
Masyarakat Desa Cidokom
Analisis penelitian ini menggunakan analisis penelitian
kualitatif, sehingga pembahasan yang disajikan berbentuk uraian
dan pemaparan bagaimana kebijakan perencanaan pembangunan
desa terlaksana sebagai salah satu bahan usaha meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.
Menginduk pada konsep kesejahteraan sosial yang tercantum
dalam Undang-Undang RI no 11 tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial dalam (Bab II p.13) yang menyatakan
kesejhateraan sosial sebagai suatu kondisi, dimana menurut
peneliti pada kondisi tersebut kebutuhan masyarakat pada hak-
hak dasarnya terpenuhi dengan baik.
Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya sebuah upaya atau
usaha terencana yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat itu sendiri untuk menjadi sejahtera, hal itu bisa
dilaksanakan melalui kegiatan usaha kesejahteraan sosial.
Peneliti melihat sebagai sebuah Desa yang sedang berada
dalam tahap berkembang Cidokom terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya melalui berbagai
pemenuhan kebutuhan dasar terutama dibidang infrastruktur.
114
Pembangunan terencana ini dijadikan alat oleh Pemerintah Desa
Cidokom untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Hal ini sesuai dengan pengertian usaha kesejahteraan yang
dikemukakan dalam buku Ilmu Kesejahteraan sosial dan
Pekerjaan Sosial yang telah dijabarkan dalam (BAB II 2018, 14).
Peneliti memahami usaha kesejahteraan sebagai segala bentuk
usaha terencana yang dilakukan oleh individu atau kelompok,
baik melalui aksi nyata atau pembuatan kebijakan dalam mencari
jalan keluar atas permasalahan kesejahteraan yang mereka alami.
Kebijakan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa, termasuk didalamnya mengatur tentang Rencana
Pembangunan Desa serta tahapannya, yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan Priorotas program Desa yang dijelaskan dalam
Bab IV dalam tahapan Perencanaan Pembangunan Desa.
Merujuk pada tahapan rencana pembangunan dan tahapan
pembangunan desa yang telah dijelaskan, peneliti melihat
Cidokom mengikuti alur yang dijelaskan dalam Undang-Undang
sebagai berikut :
1. Tahapan perencanaan yang meliputi Mustyawarah desa,
pembuatan Peraturan Desa, pembuatan Rencana
Pembangunan Desa, dan penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Desa yang berisi penjabaran RPJMDesa.
2. Tahapan pembangunan, kegiatan ini merupakan implementasi
dari perencanaan pembangunan yang telah disusun oleh
masyarkat Desa, pada pelaksanaannya berdasarkan
keterangan wawancara dengan kepala desa dan ketua BPD
Desa dalam (BAB IV), porses pembangunan melibatkan
115
seluruh lapisan masyarakat melalui kegiatan gotong royong.
Hal itu bertujuan untuk menanamkan rasa memiliki, sehingga
masyarakat dapat menjaga hasil pembangunan dengan baik.
Pada pelaksanaan pembangunan ini Pemerintah Desa
menunjuk tim pelaksana kegiatan khusus yang bertugas untuk
menjadi penanggung jawab lapangan pelaksanaan
pembangunan Desa.
3. Tahapan Pengawasan
Tahapan pengawasan kegiatan dilakukan oleh badan
permusyawaratan desa atau BPD dari mulai perencanaan
pembangunan, hingga pembangunan telah selesai.
Pengawasan juga dilakukan oleh pihak ketiga, bahkan
menurut berita online yang peneliti baca, Menteri sosial
pernah meninjau secara langsung pembangunan yang
dilakukan oleh Desa Cidokom
Dalam tahapan tersebut peneliti melihat bagaiman
kerjasama yang baik dijalankan oleh pemerintah Desa
Cidokom dalam usahanya untuk melakukan pembangunan
desa, demi tercapainya sebuah tujuan pemerintah Desa
bekerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk
menjalankan amanat pembangunan guna mewujudkan
masyarakat sejahtera.
116
B. Analisis Implementasi Program Pembangunan Desa
Sebagai Usaha Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Desa
Tujuan Pembangunan Desa menurut UU nomor 6 Tahun
2014:
1) Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
2) Penanggulangan kemiskinan
3) Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa
4) Pembangunan Potensi Ekonomi Lokal
5) Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan
Berikutnya peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana
masyarakat Desa Cidokom merasakan hasil dari pembangunan,
peneliti meminta pendapat sekitar beberapa orang masyarakat
desa yang peneliti temui saat melakukan observasi ke desa terkait
tanggapan mereka terhadap perencanaan pembangunan dan
pelaksanaan pembangunan Desa Cidokom.
Peneliti melihat setelah perencanaan pembangunan hamper
sebagian besar kegiatan pembangunan desa dapat terealisasikan,
hal itu dapat dilihat pada tabel 4.5 dalam bab 4 diatas terutama
pembangunan akses jalan Desa.
Meskipun demikian peneliti melihat terdapat pembangunan
yang sebelumnya tidak terencana pada Perencanaan
Pembangunan Desa yakni Pembangunann Rumah Layak Huni
(Rutilahu), jika merujuk pada keterangan kepala BPD diatas
pembangunan Rutilahu tersebut diatur dalam Undang-Undang.
117
Pemerintah Desa Sendiri belum memiliki indikator jelas
terkait bagaimana evaluasi perencanaan pembangunan dilakukan,
hanya berdasarkan pada sejauh mana rencana pembangunan
dapat terealisasi.
Berdasarkan penuturan dari kepala desa saat wawancara
langsung dengan peneliti, masih ada beberapa realisasi
pembangunan yang belum berjalan, hal ini dikarenakan
keterbatasan lahan yang dimiliki oleh desa sehingga desa perlu
menunggu untuk membeli atau menunggu donatur yang mau
melepaskan tanahnya untuk digunakan untuk membangun Desa.
Namun demikian, pada hasilnya pembangunan yang
dilakukan melalui perncanaan yang secara keseluruhannya
melibatkan masyarakat desa dinilai baik oleh masyarakat desa
dan diamini sebagai salah satu usaha untuk mensejahterakan
masyarakatnya.
Hal ini terlihat dari saat dimana peneliti bertanya kepada
warga yang ditemui tentang bagaimana makna sejahtera menurut
mereka, secara garis besar mereka menyatakan bahwa sejahtera
untuk mereka adalah memiliki banyak uang dan materi lainnya,
namun mereka merasa cukup bahagia dan sejahtera dengan
kondisi mereka saat ini terutama karena Pemerintah Desa selalu
berusaha untuk meningkatkan taraf hidup layak mereka melalui
pembangunan.
Kebijakan Rencana Pembangunan Desa merupakan salah
satu bentuk terencana usaha Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan Desa yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat
118
Desa yang dituangkan dalam Undang-Undang nomor 6 tahun
2014.
Berdasarkan data penelitian diatas Kebijakan Perencanaan
pembangunan Desa yang diamanatkan pemerintah dalam
Undang-Undang Desa, menjadi pedoman penting bagi
pemerintah desa untuk berupaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya melalui pembangunan yang kemudian akan
mengarah pada pembangunan sosial dan kesejateraan.
Dengan adanya undang-undang nomor 6 tahun 2014
pemerintah desa dan masyarakat lebih leluasa dalam
merealisasikan pembangunan desa guna mencegah kesenjangan
yang lebih tinggi antara pelayanan dan akses di desa dengan di
kota, mengingat adanya perbedaan ketika desa diatur dalam
undang-undang nomor 6 tahun 2014 dengan undang-undang
sebelumnya yakni undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dari segi pelaksanaan wewenang maupun
kegiatan pembangunannya.
Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh kepala desa
Cidokom dengan adanya undang-undang desa dan dana desa saat
ini desa lebih mudah dalam melaksanakan perencanaan
pembangunan, karena tidak perlu menunggu instruksi dari daerah
hanya cukup menyelesaikan laporan keuangan desa dan
melaksanakan kewajiban desa, desa sudah bisa merencanakan
program pembangunan.
119
BAB VI
KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui
observasi, studi dokumen, dan wawancara yang dilakukan
peneliti mengenai Kebijakan Rencana Pembangunan Desa dalam
usaha kesejahteraan sosial masyarakat Desa Cidokom peneliti
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan Rencana Pembangunan Desa memuat tahapan-
tahapan pembangunan yang secara keseluruhannya dibuat
dengan melibatkan partisipasi masyarakat, dimulai dari
Musyawarah Desa, Penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa, Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Desa, Pembuatan Peraturan Desa dan Pengesahan
RKPDesa. Dengan adanya Kebijakan Rencana Pembangunan
Desa, melalui Undang-undang Desa nomor 6 tahun 2014
Perencanaan Pembangunan yang dibuat dinilai lebih teratur
dan mudah untuk diterapkan.
2. Dalam implementasinya, Pembangunan Desa mengikuti
tahapan pembangunan berdasarkan Kebijakan Undang-
Undang yang meliputi, Tahapan Perencanaan, Tahapan
Pelaksanaan, dan Tahapan Pengawasan. Ketiga tahapan ini
melibatkan kerjasama antara Pemerintah Desa, Pemerintahan
Desa dan juga Masyarakat pada umumnya. Sebagian besar
Rencana pembangunan yang disusun dalam RKPDesa dapat
120
direalisasikan dan disambut baik pula hasilnya oleh
masyarakat, yang mana hal ini dilihat dari kuantitas program
yang dilaksanakan, dan dibandingkan dengann perencanaan
antar tahun kegiatan.
B. Implikasi
Sebagai sebuah penelitian yang telah dilakukan dari
kesimpulan yang ditarik pastinya memiliki implikasi. Dari
implikasi tersebut dalam penelitian ini diharapkan bisa
bermanfaat bagi banyak pihak dan penelitian-penelitian
selanjutnya. Maka sehubungan dengan hal itu, implikasi dalam
penelitian ini adalah:
1. Jika beberapa orang menganggap Kebijakan adalah sebuah
usaha untuk menyulitkan, maka Kebijakan Rencana
Pembangunan Desa merupakan langkah intervensi yang
diambil pemerintah untuk membantu pemerintah desa dalam
melakukan perencanaan pembangunan desa, menyiapkan
tahapan pembangunan desa sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya dengan memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat tersebut. Terealisasinya perencanaan
pembangunan menjadi pelaksanaan pembangunan secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Karena kemudahan sarana
dan prasarana yang diberikan. Sebagai sebuah usaha
kesejahteraan dampak langsung pembangunan pada
kesejahteraan belum dapat diukur secara pasti, namun dapat
dinilai dengan menyesuaikan pada tujuan pembangunan itu
sendiri.
121
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai kebijakan perencanaan pembangunan sebagai
Usaha Kesejahteraan dalam Bingkai Otonomi Desa. Maka
perlu adanya penelitian lebih lanjut baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
C. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas maka saran
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah Desa
Diharapakan adanya indikator pasti untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat setelah dan sebelum rencana
pembangunan dibuat dan terealisasikan, sehingga lebih
memudahkan untuk mengevaluasi sejauh mana kesejahteraan
masyarakat itu telah tercapai dan sejauh mana tujuan
pembangunan tercapai.
2. Bagi masyarakat Desa
Dalam tahapan perencanaan dan realisasi pembangunan
desa diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat desa
dengan pemerintah desa, terutama dalam perencanaan
pembangunan supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan prioritas program pembangunan desa sehingga
diperlukan partisipasi penuh masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi pembangunan itu
sendiri.
122
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Artikel, Jurnal
Adisasmita, Rahardjo. 2013. Pembangunann Perdesaan
(Pendekatan partisipatif, Tipologi, Strategi, Konsep Desa Pusat
Pertumbuhan). 1 ed. 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian, suatu
pendekatan praktik. 15. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis data Penelitian Kualitatif
(Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2003), h.39. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Imam. 2013. Imam Gunawan, Metode Penelitian
Kualitatif Teori dan Praktek. 1 ed. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
J. Moleong, Lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. 23 ed.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kessa, Wahyudin. 2015. Perencanan Pembangunan Desa. Buku
6. Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, Persfektif
Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama RI.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
“PP Republik Indonesia dan Permendagri tahun 2008 tentang
desa, kelurahan, kecamatan.” 2010. CV. Novindo Pustaka
Mandiri. Jakarta.
Rahardjo. 2010. Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian,
(Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2010) cet ke-3 hall
29. Cet-3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
RKP Cidokom. 2016. “Rencana Kerja Pemerintahan Desa.”
Pemerintah Desa Cidokom. Desa Cidokom.
123
Rukminto Adi, Isbandi. 2002. Pemikiran-pemikiran dalam
kesejahteraan sosial. 2. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
———. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Ke 2. Depok: UI Press.
———. 2013. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial,
pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan.). 1 ed. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Silahudin, Muhammad. 2015. M.Silahudin, Buku Saku Desa 1:
Kewenangan Desa dan Regulasi Desa (Jakarta; Kementrian
Desa, pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia, 2015) cet.1 h.12. Jakarta: Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2013. Kebijakan Sosial Sebabagai Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta.
syafrudin, Ateng, dan Suprin Na’a. 2010. Republik Desa
(Pergulatan hukum Tradisional dan Hukum Modern dalam
desain Otonomi Desa). 1 ed. 1. Bandung: PT.Alumni.
syamsir, Salam, dan Fadilah Amir. 2008. sosiologi Pedesaan.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Umar, Husein. 2011. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis
bisnis edisi kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf.
Wasitiono, Sadu, dan Irwan Tahir. 2006. Prospek Pengembangan
Desa, (Bandung:CV.Fokusmedia, 2006). Bandung: CV.Fokus
Media.
Widjaya, HAW. 2004. otonomi desa merupakan otonomi yang
asli bulat dan utuh. Ke 2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
124
Sumber Undang-Undang
Undang-undang No 32 Tahun 2004, RI. 2004. “Undang-Undang
Republik Indonesia no 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
Daerah.”
“Undang-Undang Republik Indonesa nomor 11 Tahun 2009
Tentang Kesejahteraan Sosial.” 2009.
UU Desa RI, RI. 2014. “Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.”
Sumber Wawancara
Yakub. 2018. Interview pribadi dengan Kepala Badan
Permusyawarahan Desa Cidokom.
Sain, Sain. 2018. Interview kepala Desa.
Rt Omad. 2018. Interview Pribadi dengan Ketua RT 01/Rw 02
Dusun 1.
Dzulfahmi Kasi pembangunan desa Cidokom
Syahroni Kaur Umum Desa Cidokom
Nurhayati. 2018. Interview Dengan Warga Desa Kader Posyandu.
Omih. 2018. Wawancara Pribadi dengan ibu Omih (Ibu Rumah
Tangga).
Madroji. 2018. Interview langsung Dengan Penerima Rutilahu.
Lampiran 1
TRANSKIP WAWANCARA
Kepala Desa Cidokom Kecamatan Gunung Sindur Periode
2015-2020
Nama : Sain Saputra, SE
Jabatan/Pekerjaan :Kepala Desa Cidokom, kecamatan Gunung Sindur
Hari,Tanggal : Kamis, 18 januari 2018
Waktu : 13.30 WIB
Tempat : Kantor Kepala Desa, Cidokom.
1. Peneliti : Assalamualaikum bapak, perkenalkan nama saya Enung
Khoeriyah mahasiswi Kesejahteraan Sosial Uin Syarif Hidayatullah
yang waktu itu kesini antar surat untuk penelitian pak dan buat janji
wawancara.
Kepala Desa: oh iya iya mahasiswi skripsi ya, bagaimana ?apa
yang bisa saya bantu? Silahkan duduk.
2. Peneliti: Begini pak saya memerlukan data terkait dengan
kebijakan rencana pembangunan yang dilakukan di desa Cidokom
pak, dan kaitannya dengan usaha kesejahteraan masyarakatnya pak.
Kepala Desa: oh begitu, baik baik. Kita mulai sekarang?
3. Peneliti:Boleh bapak, sebelumnya saya izin mencatat ya pak.
Kepala Desa: Iya silahkan supaya tidak mudah lupa.
4. Peneliti; Baik pak yang pertama saya ingin mengetahui tentang
desa Cidokom ini sendiri pak, terutama mengenai tingkat
kesejahteraan masyarakatnya pak.
125
Kepala Desa: Baik, jadi begini ya de, Desa Cidokom Ini adalah
sebuah desa yang terletak di gunung sindur, kecamatannya gunung
sindur dan kabupatennya adalah kabupaten Bogor. Untuk desanya
sendiri Cidokom itu statusnya adalah desa berkembang, maju
belum tapi tertinggal juga tidak. Saya mengusahakan agar
desa ini berkembang melalui pembangunan dan gotong
royong agar tercipta masyarakat desa yang sejahtera serta
tumbuh sikap memiliki terhadap desa terutama pada hasil
yang sudah dibangun. 5. Peneliti: biasanya gotong royong dalam hal apa yang dilakukan
pak?
Kepala Desa: ya misal lagi bangun jalan, atau ada yang sakit ada
yang meninggal atau hajatan lah seperti itu.
6. Peneliti: Wah begitu ya pak, oh iya pak terkait dengan kebijakan
rencana pembangunan desa itu bagaimana pak di desa cidokom?
Kepala Desa: oh kalo itu tentunya ada, yang namanya kebijakan
perencanaan itu pasti ada terutama perencanaan pembangunan
pembangunan manusia ataupun pembangunan fisik desa. Biasanya
itu terangkum didalam Rencana Kerja Pemerintah Desa jadi begini
biar saya ceritakan.
7. Peneliti: Siap pak saya simak.
Kepala Desaan: Jadi Setelah bulan ketiga pelantikan saya harus
sudah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa selama 6 tahun, dimana selama 6 tahun saya menjabat
apa sih yang harus saya lakukan dan potensi apa yang harus
saya gali. Jadi 6 tahun yang saya lakukan saya udah tahu apa
yang akan saya lakukan, dan yang sekarang sedang di
prioritaskan adalah perencanaan pembangunan dibidang
126
infrastruktur. Nanti RPJMDesa itu dibuat kita buat penjabaran
untuk yang pertahunnya yakni Rencana Kerja Pemerinta atau RKP
begitu.
8. Peneliti: bagaimana tahapan pembuatan RPJMDesa dan RKPDes.
Kepala Desaan:RPJMDesa dan RKPDesa itu?
Kepala Desa: Untuk tahapan pembuatan RPJMDesa sama
RKPDesa itu pemerintah desa mengikuti apa yang namanya
diamanatkan oleh Undang-Undang Desa nanti lah coba dilihat ya
pasal berapa saya lupa,karena kita kan mengikuti kebijakan
Undang-undang Desa itu, disana tertulis bagaiman sih tahapan
perencanaan yang harus dilakukan untuk pembangunan desa juga
tujuan dari pembangunan desanya.
Nah pembuatannya sendiri itu kita adakan Musrembangdes atau
juga yang disebut dengan Musdes, nanti kita adakan itu
musyawarah dengan masyarakat tokoh masyarakat kita undang dari
semua kalangan pendidik, tokoh agama dan lain-lain itu kita
undang.
9. Peneliti: biasanya berapa banyak pak yang hadir di musyawarah
Desa?
Kepala Desa: banyak, Masyarakat banyak yang hadir juga
Karena memang kita undang, minimal ada tokohnyalah yang
hadir yang mewakili masyarakat dari semua unsur masyarakat
terwakili, dari Tokoh Pendidik, Tokoh Agamanya juga dan
lainnya
10. Lalu setelah itu bagaimana pak?
Kepala Desa: setelah masyarakat kita undang, kita minta pendapat
mereka menganai apa prioritas program pembangunan kita iyakan,
prioritas program itu supaya kita tahu mana aja nih program yang
127
harus di dahulukan atau urgen gitu istilahnya nanti warga yang
memberikan usulan, selain kita juga lihat dari evaluasi
pembangunan tahun sebelumnya.
11. Lalu apa yang menjadi Prioritas Pembangunan saat ini pak?
0Kepala Desa: Sekarang Ini yang menjadi prioritas
pembangunan di Kabupaten Bogor itu dibidang infrastruktur
ya terutama jalan neng, jadi Desa juga mengikuti gitu dan
kebetulan juga kan memang ada beberapa pengerasan jalan
yang belum selesai gitu lah. Selain itu ya Ya kita juga adalah
bangun posyandu, harapan bapak di setiap RW ada
posyandunya juga PAUD. 12. Pertimbangan prioritas programnya itu darimana pak?
Kepala Desa: selain dari masyarakat juga dari program pemerintah
kecamatan atau kota, tuh biasanya kan bapak ikut rapat juga. Jadi
gini, Setiap Pembangunan, kegiatan pemerintahan dan lain
lain di Desa memang harus diselaraskan dengan
Pembangunan di daerah atau kota. Jadi nggak Cuma
mempertimbangkan kebutuhan Desa, nggak karena ada di
Undang-Undangnya. 13. Setelah diketahui program Prioritas yang akan dilakukan lalu
bagaimana pak?
Kepala Desa: Nanti setelah Musyawarah Desa saya akan
buatkan Peraturan Desa atau Perdes yang memuat tentang
hasil dari musyawarah, kemudian menjadi dasar untuk
mengesahkan RKP darn RPJMDesa.
14. Pembuatan RKP nya itu kapan pak?
Kepala Desa: Untuk RKP Untuk yang tahun 2017 terakhir
saya laksanakan pada tahun 2016 saya lupa terakhir saya
128
laksanakan di Yayasan al-Musfiroh untuk bulannya saya lupa
namun sekitar pertengahan tahun, karena perencanaan harus
dimulai sejak pertangahan tahun sebelumnya termasuk untuk
tahun 2019, padahal 2018 saja belum terlaksana dibuat sama
seperti RPJMDesa tahapnya. 15. Kalo Musyawarah Sudah dilakukan lalu selanjutnya bagaimana
pak?
Kepala Desa: Kalo RPJMDesa udahkan kita buatkan
RKPDesanya, kalo udah fix kan dana turun kita tinggal
menjalankanya bersama masyarakat ada tim pelaksana juga
lah nanti, Juga Nanti setelah Musyawarah Desa saya akan
buatkan Peraturan Desa atau Perdes yang memuat tentang
hasil dari musyawarah, kemudian menjadi dasar untuk
mengesahkan RKP darn RPJMDesa neng. 16. Lalu untuk pendanaanya sendiri bagaimana pak?
Kepala Desa: setelah RKP disusun berdasarkan Perdes
APBdes yang memuat semua kegiatan A-Z kegiatan
pelayanan dan pembangunan yakin terutama didesa cidokom
maka akan dibuat RAB nya atau Pagu Indikatif Desa, Melalui
Dana Desa yang akan dititpkan Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Desa Cidokom melanjutkan terutama dua titik
jalan yang selama ini tertunda salah satunya jalan Ciberes,
Jalan Melati dan Pembangunan dua posyandu itu yang
mungkin Insyaallah dari dana desa. 17. Selanjutanya tahapannya seperti apa pak?
Kepala Desa: kalo dana Sudah Turun maka kita pelaksanaan, yang
melaksanakannya itu ada namanya Tim Pelaksana Kegiatan atau
129
TPK, yang alhamdulillah saat ini pembangunan tidak hanya di
awasi oleh BPD namun juga oleh masyarakat, dan juga
kejaksaan polri dan TNI yang dalam hal terjun kelapangan di
lakukan oleh kamtibmas. 18. Peneliti: Untuk peran masyarakat sendiri seperti apa pak dalam
proses pembangunan:
Kepala Desa: Masyarakat tetap ikut membantu, karena kalo
saya dalam pelaksanaan kegiatan di titik A maka saya akan
lakukan sosialisasi kita akan undang masyrakat misalnya
dijalan kita undang dijalan tutup jalan sementara ada
sambutan, bahwa program kegiatan pemerintah desa di tahun
2018 akan membangun jalan ini, anggarannya darimana dan
berapa akan saya sampaikan dan tolong partisipasinya untuk
ikut misalnya minggu besok kita adakan persiapan minggu
depan kita pelaksanaan. 19. Peneliti: Adakah hambatan dari pelaksanaan pembangunan tersebut
pak?
Kepala Desa: Yang utama infrastruktur jalan jalan kita bangun
setiap tahun, karena anggarannya juga setiap tahun nanti
dokumennya ada. Lalu di bidang kesehatan saya sudah
membangun 3 posyandu karen alhamdulillah pemerintah
sudah menyiapkan anggaran, setiap posyandu di setiap RW,
namun karena harus tanah wakaf maka harus cari tanahnya
dulu namun alhamdulillah untuk tahun 2018 kita sudah dapat
tanah kurang lebih 150 meter untuk dua titik posyandu, wakaf
dari masyarakat bil khusus orang jakarta ada juga orang
pribumi yang tanahnya agak lega saya datangi minta lah
130
boleh nggak dan alhamdulillah diberikan karena akan jadi
aset masyarakat bukan aset pribadi. Perencanaan harus benar
benar matang karena akan jadi aset masyarakat aset
pemerintah juga akan jadi aset masyarakat karena masyarakat
yang memanfaatkan sehingga bagaimana saya berupaya
setiap pembangunan ini merasa dimiliki oleh masyarakat.
Namanya milik, kita yang manfaatkan kita yang menjaga juga
20. Peneliti: Oh terakhir pak, menurut bapak bagaimana
hubungan antar kebijakan rencana pembangunan desa
dicidokom dengan kesejahteraan masyarakatnya?
Kepala desa: hemm, begini de. Yang namanya sejahtera itu
setiap orang beda-beda pasti, kapan dia merasa sejahteranya
itu beda-beda, yang namanya kita diamanahkan memimpin
pasti maunya masyarakat sejahtera semuanya, makanya
kebijakan itu dibuat supaya ada pegangan gitu gimana
caranya biar masyarakat merasakan kesejahteraannya jalan
bagus, saranah kesehatan ada posyandu ada, sekolah tersedia
kan enak.
21. Peneliti: Baik pak, sementara mungkin di cukupkan dulu ya
pak terimakasih untuk wawancaranya, maaf jiga waktu bapak
jadi terganggu.
Kepala Desa: Ah tidak, nanti kalo ada yang kurang telepon
saja ya atau wa staf saya ya semoga sukse.
Peneliti: Baik pak terimakasi.
131
Lampiran 2
TRANSKIP WAWANCARA
Ketua Badan Permusyawarahan Desa Cidokom
Nama : Ust.Yakub
Alamat : Desa Cidokom
Jabatan/Pekerjaan : Ketua BPD Desa Cidokom
Hari : Jumat
Tanggal : 12 Juli 2018
Tempat : Kantor Yayasan al-Musfiroh
1. Peneliti: assalamualaikum pak, saya enung mahasiswi uin
yang kemarin telpon.
Ketua BPD: oh iya silahkan masuk.
2. Peneliti: Maksud dan kedatangan saya kesini saya ingin
mencari informasi terkait kebijakan perencanaan
pembangunan di Desa Cidokom pak.
Ketua BPD: oh begitu, sebelumnya sudah ketemu pak kades?
Peneliti: Alhamdulillah Sudah pak.
Ketua BPD: Apa yang mau ditanyakan kira-kira?
3. Peneliti: baik pak yang pertama, terkait dengan BPD pak,
BPD itu apa ya?
Ketua BPD: BPD itu adalah singkatan dari badan
permusyawarahan desa, yaitu lembaga desa yang tugas dan
fungsingnya menampung aspirasi masyarakat Desa. Tugas
BPD itu ada 3 yaitu, Peraturan Desa, tugas Budgeting dan
133
Juga Pengawasan. Dalam fungsi pengawasan BPD dengan
jumlah anggota 9 orang, seperti halnya DPRDnya Desa kita
mengawasi dari mulai Musyawarah Desa, Pelaksanaan juga
nanti pelaporannya harus jelas.
4. Peneliti: Bagaimana kaitannya antara BPD dengan Kebijakan
Perencanaan Pembangunan Desa?
Ketua BPD: nah BPD sendiri kan merupakan lembaga
musyawarah desa jadi tentunya berkaitan , karena kan untuk
melakukan perencanaan perlu ada musyawarah terlebih
dahulu anatara pemerintah desa dengan masyarakat.
5. Peneliti: Apa yang menjadi landasan kebijakan Perencanaan
Pembangunan desa pak?
Ketua BPD: Tentu kita tetap menginduk pada yang namanya
Undang-Undang yak an ada Undang-undang Desa , sebagai
salah satu dari bagian pemerintahan BPD mengupayakan
menjalankan program berdasarkan apa yang di Undangkan
misalnya soal musyawarah desa, dan pembangunan juga
begitu.
6. Peneliti: Dalam kebijakan perencanaan Pembangunan Desa
ini sendiri bagaiaman peran dari BPD?
Ketua BPD: BPD berperan untuk menampung aspirasi
masyarakat terkait dengan pembangunan, yaitu melalui
musyawarah Desa Disetiap Dusun itu ada BPD nya, jadi kalo
masyarakat ingin menyampaikan aspirasi atau gagasannya itu
bisa langung ke BPD, biasanya mereka rapat seminggu
sebelum musyawarah Desa.
134
7. Peneliti; Bagaimana cara BPD mengundang Masyarakat
untuk ikut dalam Musyawarah Desa?
Ketua BPD: BPD akan mengundang masyarakat melalui
anggota BPD di setiap dusun yang berjumlah 9 orang, dari
setiap dusun diambil 20 orang yang kita undang, karena
sebelumnya mereka sudah melakukan musyawarah dusun.
Jadi satu desa 60 orang, Dari Setiap RT kita ambil 3 orang,
Desa Cidokom memiliki 22 RT sehingga semuanya menjadi
sekitar 60an orang, nanti disana kita diskusikan lagi apa yang
sebelumnya telah mereka diskusikan di Musdus.
8. Peneliti: Kapan masyarakat melaksanakan musyawarah Desa?
Ketua BPD: Anggota BPD itu ada 9 orang kan ya, satu Dusun
3 orang kan saya Dusun 2, pak alex itu (Menunjuk seorang
anggota BPD yang saat itu berada di Rumah pak Yakub) dia
dusun 2 dia itu adiknya pak angga calon anggota Dewan
disini, nahnanti mereka yang akan memberitahu untuk
Musyawarah Desa, Ya tentu mereka Musyawarah Dusun dulu
biasanya seminggu sebelumnya.
9. Peneliti: Lalu apa yang biasanya di bicarakan dalam
Musyawarah pak?
Ketua BPD: Kalo terkait dengan Perencanaan pembangunan
pastinya kita musyawarahkan rumusan RPJMDes ya, karena
mereka sudah musyawarah dusun mereka akan
menyampaikan aspirasinya tentang program terutamanya
yaitu prioritas program pembangunan kita apa itu
pembangunan fisik atau pembangunan yang lain?
135
10. Peneliti: Apa yang menjadi patokan untuk menentukan
Prioritas Program pak dan seperti apa?
Ketua BPD: Prioritas Pembangunan itu biasanya misal pada
tahun sebelumnya ada Pembangunan yang belum selesei,
maka di tahun berikutnya akan dilanjutkan jika anggaran
sudah turun begitu, dan mengikuti juga Pembangunan
Kabupaten.
11. Peneliti: Lalu bagaimana selanjutnya pak?
Ketua BPD: Nah kalau sudah di putuskan prioritas
pembangunannya apa, seperti diawal tadi adalah tugas BPD
membuat Perdes dengan kepala Desa untuk mengesahkan
RPJMDesa.
12. Peneliti: Dalam pelaksanaannya apakah ada kemungkinan
pembatalan kebijakan pak?
Ketua BPD: Kalo perubahan yang sampai dibatalkan kayanya
tidak ada, pokonya kalo udah ditetapkan harus dijalankan
tidak boleh sampe batal. Tapi kalo misalnya ada hal baru
terkait pembangunan atau apapun misalnya ada yang kena
musibah biasanya dibuatkan Perdes saja.
13. Peneliti: Contohnya gimana pak?
Ketua BPD: Ya contohnya dibuatkan perdes untuk yang
terkena bencana, misalnya meninggal dunia dia tidak boleh
mengeluarkan uang sedikitpun. Jadi dari proses pengurusan
jenazah hingga dikuburkan desa yang atur.
14. Peneliti: Apa tahapan selanjutanya setelah musyawarah pak?
Ketua BPD: Kalo sudah di musyawarahkan, sudah di
tentukan pembangunanya apa dan dana sudah turun maka kita
136
akan pada tahap pelaksanaan oleh Tim Pelaksana Kegiatan
atau sekarang namanya LPM (Lembaga Pembangunan
Masyarakat) itu anggotanya ada 7 orang dan setiap dusun ada
perwakilannya, itu ketuanya sekarang pak Suharto namanya.
15. Peneliti: Pembangunan apa yang sekarang sedang di
prioritaskan pak?
Ketua BPD: Sekarang masih fokus pada pembenahan jalan
Desa yah, kan liat sendiri neng belum semua belum rata
sedangkan kalo mau sejahtera kan harus rata, yang sisni
jalannya bagus yang sana juga. Sama ada sedang
pembangunan Rutilahu , rumah tidak layak huni kita dapat
bantuan dari dana khusus kemensos kebetulan 100 unit.
16. Peneliti: Untuk pengawasan nya sendiri bagaimana?
Ketua BPD: Ya kita awasi dari mulai perencanaan, setiap
tahapannya dari kita ada yang mengikuti jangan samapai tidak
sesuai. Terutama Budgeting, kan Dana Desa tidak bisa cair
kalo tidak ada acc dari saya.
17. Peneliti: Dengan adanya kebijakan Perencanaan
Pembangunan desa sebagai usaha mensejahterakan
masyarakat bagaimana tanggapan bapak?
Ketua BPD: Kalo ada Undang-Undang Desa ibaratnya ada
kebijakan yang ngatur, jadikan lebih terarah, lebih teratur
dalam mempertanggung jawabkannya juga lebih mudah,
kesejahteraan juga kan semoga bisa tercapai.
18. Peneliti: Baik pak saya rasa cukup dulu ya pa terimakasih
untuk waktunya ya pak.
137
Ketua BPD: Oh iya sama sama neng , nanti kesini lagi saja
kalo ada yang kurang atau telpon aja kayak waktu itu.
Baik pak.
138
Lampiran 3
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Desa Cidokom
Nama : Omad
Jabatan/Pekerjaan : Ketua RT 02/01 Desa Cidokom / Petani
Tanaman Hias
Hari/Tanggal : 11 Juli 2018
Waktu : 14.45 WIB
Tempat : Kediaman Rumah Ketua RT
1. Peneliti: Assalamualaikum, pak perkenalkan saya enung
mahasiswi UIN yang sedang melaksanakan tugas Skripsi, ada
hal yang ingin saya tanyakan apakah bapak berkenan?
Narasumber: iya neng silahkan.
2. Peneliti: begini pak saya ingin tau terkait dengan kebijakan
rencana pembangunan desa yang ada di desa Cidokom.
Narasumbe: oh gitu, kalo saya paling ikut-ikut rapat atau
musyawarah di desa aja atau dusun aja neng kalo yang buat
kebijakan kan desa.
3. Peneliti: kebijakan seperti apa yang dibuat oleh Desa pak?
Narasumber: Pembangunan jalan, Rumah Layak Huni,
posyandu juga, bantuan untuk warga yang kena musibah itu
aja paling.
4. Peneliti: apakah bapak pernah ikut dalam proses
perencanaanya?
139
Narasumber: iya neng kalo RT harus ikut semua biasanya di
Musyawarah Desa neng.
5. Peneliti: Apa saja yang menjadi pembahasan di musyawarah
pak?
Narasumber: Ya Rencana pembangunan desa neng,
prioritasnya apa gitu.
6. Peneliti: Bagaimana pertimbangan yang digunakan untuk
merencanakan pembangunan didesa pak?
Narasumber: kalo saya taunya yang penting itu bermanfaat
buat masyarakat itu yang di prioritaskan.
7. Apakah bapak pernah dipaksa untuk menyetujui Rencana
pembangunan yang susun pemerintah Desa?
Narasumber: oh enggak neng, kan kita yang buat dan kasih
usulan.
8. Peneliti: sebagai ketua RT yang dekat dengan masyarakat,
apakah bapak pernah mendengar keluhan mengenai
perencanaan ataupun pelaksanaan pembangunan pak?
Narasumber: Kalo ke saya pribadi tidak ada neng, insyaAllah
semuanya senang dan terbantu.
9. Peneliti: Menurut ibu nih, bagaimana pembangunan di desa
Cidokom?
Narasumber :Bagus neng, jalan kan di bagusin lagi
10. Peneliti: bagaimana pendapat bapak apakah Program
perencanaan dan pembangunan ini berdampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat?
Narasumber: berpengaruh neng, masyarakat tidak merasa
terbebani, akses udah enak, kalo ada orang sakit jadi lebih
140
mudah kalo mau ke RS, jalanan juga rame orang nggak males
jalan neng..
11. Peneliti: apakah pembangunan yang sudah di rencanakan dan
di realisasikan sekarang tepat sasaran pak?
Narasumber: iya, pembangunan jalan desa itu sangat penting,
supaya kita mudah dan nyaman kemana-mana, pembangunan
posyandu, sekolah juga rumah layak huni sangat membantu
bagi masyarakat disini.
12. Peneliti: pembangunan seperti apa yang bapak harapkan nanti
dari pemerintah Desa?
Narasumber: kalo bisa sih ada ditambah buat lapangan, kan
Cuma ada satu, terus bantuan modal juga,sama sarana yang
lain.
13. Peneliti: Masyarakat Desa yang sejahtera seperti apa yang
bapak harapkan tercipta di Desa Cidokom
Narasumber: Masyarakat yang rukun, memiliki akses yang
mudah, tidak sakit, tidak kesulitan ekonomi.
14. Peneliti Baik terimakasih banyak pak atas informasinya ya
pak,
Narasumber: Iya sama-sama ya neng,semoga cepat lulus.
Amin pak.
141
Lampiran 4
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Desa Cidokom
Nama : Nurhayati
Jabatan/Pekerjaan : Ketua Kader Posyandu/ Penjual Pakaian
Hari/Tanggal : 11 Juli 2018
Waktu : 15.30 WIB
Tempat : Kediaman Ibu Nurhayati Desa Cidokom
1. Peneliti: Assalamualaikum, bu saya mahasiswi UIN yang
sedang skripsi ada hal yang ingin saya tanyakan pada ibu
tentang pembangunan di Cidokom, ibu berkenan?
Narasumber: iya neng.
2. Peneliti: Saya ingin bertanya berkaitan dengan pembangunan
desa bu, apa yang ibu ketahui tentang pembagunan di Desa
Cidokom bu?
Narasumber: setau saya si itu Cuma kebijakan desa ya neng,
kayak bikin posyandu benerin jalan, gitu gitu aja lah.
3. Peneliti: Ibu pernah Ikut Musyawarah Desa?
Narasumber: Pernah neng tapi nggak sering.
4. Peneliti: apasaja yang biasanya dibahas dalam musyawarah
desa bu,?
Narasumber: Kalo saya paling soal pembagian bulanan,
gotong royong kalo ada apa, sama kegiatan ibu-ibu kader.
141
5. Peneliti: pernahkah ibu diajak ikut dalam musyawarah
Pembangunan?
Narasumber: Kalo itu biasanya laki-laki neng, paling ibu-ibu
mah masak aja bantu kalo jadi bangun. kalo pas
pembangunan jalan itu biasanya yang kerja itu bapak-bapak
kalo ibu-ibu mah paling bantu buat masaka aja buat makan
siang makan bareng gitu.
6. Peneliti: Menurut ibu nih, bagaimana pembangunan di desa
Cidokom?
Narasumber : Maaf ya maaf neng, bukannya gimana-gimana
dulu mah Cidokom nggak kayak gini neng. Beda sekarang si
udah enakan jalan udah pada bagus meskipun belum semua,
posyandu juga kan abis dibangun lagi waktu itu dua. Jadi
yang nimbang nggak padet soalnyapan udah kebagi-bagi
enak. Dulu sekolah PAUDnya juga nggak ada anak saya dulu
Cuma ngaji, sekaranga ada 4. Itu yang dibangunin Desa
katanya satu sih itu juga yang PAUDnya deket MIS al-
khoeriyah, PAUD al-Khoeriyah gitu ya sama juga namanya
kayak MI nya tadi eneng lewatin kayanya. Udah enka lah
neng.
7. Peneliti: Berati menurut ibu pembangunannya bisa dikatakan
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat bu?
Narasumber: iya neng, anak kan jadi ada sarana pendidikan,
posyandu juga diperhatikan sangat membantu lah pokonya.
8. Peneliti: pembangunan seperti apa yang ibu harapkan nanti
dari pemerintah Desa?
142
Narasumber: kalo bisa sih ada ditambah buat posyandu
permanennya ya.
9. Peneliti Baik bu mungkin cukup, makasi ya bu sudah
meluangkan waktunya.
Narasumber: Iya sama-sama neng santai saja.
143
Lampiran 5
TRANSKIP WAWANCARA
Warga Desa Cidokom
Nama : Omih Jabatan/Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Hari/Tanggal : 12 Juli 2018 Waktu : 14.45 WIB Tempat : Kediaman Anak Ibu Omih
1. Peneliti: Assalamualaikum, Ibu perkenalkan saya enung
mahasiswi UIN yang sedang melaksanakan tugas Skripsi, apa
ibu punya waktu luang sebentar untuk wawancara?
Narasumber:Oh iya neng mahasisi, wawancara apa ya neng?
Duh ibu mah nggak san sekola tinggi.
2. Peneliti: Ah ibu bisa aja, ini wawancaranya tentang desa aja
kok bu.
Narasumbe: Oh yaudah dah, apa yang mau ditanya neng.
Maaf kalo salah jawab ini.
Hehe tenang aja bu pertanyaannya ndak sulit kook bu, hehe.
3. Peneliti: Pernahkah ibu denger istilah kebijakan bu?
Narasumber: Paling Cuma denger aja di tv sih neng.
Peneliti: Yang ibu tau itu gimana?
Narasumber: Ya peraturan si kayanya ya, buat apa atau mau
bikin apa.
4. Peneliti: Bagaimana dengan musyawarah desa, ibu pernah
dengar?
Narasumber: Oh kalo itu tau neng kan disini juga ada
143
5. Peneliti: Ibu pernah ikut musyawarah desa atau musyawarah
dusun?
Narasumber: Nggak pernah neng RT itu mah,
6. Peneliti: Tapi kalo di desa mau ada pembangunan ibu tau?
Narasumber: Tau neng
7. Peneliti: Ibu tau darimana biasanya?
Narasumber: Rt nya ngomong paling, biar bantu bantu masak
apa gitu
8. Peneliti: Menurut ibu nih, bagaimana pembangunan di desa
Cidokom?
Narasumber :Bagus neng, jalan kan di bagusin lagi
9. Peneliti: Program pembangunan di desa berate menurut ibu
cukup membantu?
Narasumber: Sangat membantu, apalagi kalo jalannya udah
enak biasanya kan suka sakit gitu kalo jalan sebelum
dibangun, sekarang mempermudah aktifitas terutama kalo
jalan kaki
10. Peneliti: Pembangunan apa aja yang ibu tau dari desa?
Narasumber: Ya jalan, rumah layak huni neng, apa pengairan,
posyandu paling. Kurang tau juga si ya.
11. Peneliti: Kalo menurut ibu sejahtera itu gimana?
Narasumber: Ya banyak uang neng, rumah bagus apa gitu
12. Peneliti: Kalo sekarang ibu merasa sejahtera ngga?
Narasumber: Ya Alhamdulillah sejahtera meskipun gada
uang, nyaman gitu.
Peneliti: Pembangunan desa bikin ibu tambah sejahtera?
144
Narasumber: Iya lumayan kan jalan udah apa-apa enak lah
namanya dikampung mah.
13. Peneliti: Apa harapan ibu ke pemerinta desa terkait kebijakan
dan pembangunan?
Narasumber: ya minta bantuan sembako, puskesmas gitu
jalannya lagi.
14. Peneliti: Oh begitu, baik bu terimakasih kalo gitu ya bu atas
waktu dan informasinya ya bu.
Narasumber: Ia neng maaf ya.
145