kebijakan pemerintah dan negara...

33
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) Makalah yang dibawakan pada seminar bagian hokum Acara : kebijakan pemerintah dan negara hukum dengan judul “Tinjauan Teoritis Terhadap Negara dan Pemerintah”, dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Sudah tentu isi makalah yang saya buat ini masih jauh dari sempurna hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan saya bidang kebijakan pemerintah dan negara hukum. Terima kasih.

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang

Widhi Wasa) Makalah  yang  dibawakan  pada  seminar  bagian  hokum  Acara : kebijakan

pemerintah dan negara hukum dengan judul “Tinjauan Teoritis Terhadap Negara dan

Pemerintah”, dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Sudah tentu isi makalah yang saya

buat ini masih jauh dari sempurna hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan saya

bidang kebijakan pemerintah dan negara hukum.

Terima kasih.

Page 2: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. TINJAUAN UMUM TENTANG ILMU NEGARA, NEGARA DAN

PEMERINTAH ................................................................................................ 1

a. Pengertian Ilmu Negara ............................................................................. 1

b. Pengertian Negara ...................................................................................... 8

c. Pengertian Pemerintah ............................................................................. 13

II. NEGARA ....................................................................................................... 15

a. Unsur-unsur Negara ................................................................................. 15

b. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara dan Hukum

Administrasi Negara ................................................................................ 23

III. PENUTUP ...................................................................................................... 26

DAFTAR BACAAN

Page 3: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

3

I. Tinjauan Umum tentang Ilmu Negara, Negara dan Pemerintah  

a. Pengertian ilmu negara

Istilah ilmu negara ialah diambil dari istilah : Bahasa Belanda yaitu : staatsleer, dalam

bahasa Jerman : staatslehre. Istilah dalam bahasa Inggris ialah theory of state, the general

theory of state atau political theory, dalam bahasa Perancis theorie de’etat. Timbulnya

istilah-istilah diatas ialah muncul dari tokoh ilmu negara George Jillinek dalam

penyelidikannya dan bahkan dikenal dengan bapaknya ilmu negara. Menurut George

Jellinek, ilmu negara ialah : ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan

pengertian-pengertian pokok tentang negara dan HTN.1

Timbulnya ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan menurut George Jellinek sebagai ilmu

yang berdiri sendiri. George Jellinek membagi ilmu kenegaraan atas 2 bagian.2

1. Ilmu negara dalam arti yang sempit (staats wissenschaften), dan

2. Ilmu pengetahuan hukum (rechts wissenschaften)3

Apa yang dimaksud oleh G. Jellinek diatas ialah : hukum publik yang menyangkut soal-soal

kenegaraan yaitu : hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana dan

lain-lainnya.

Menurut George Jellinek membuat sistimatika ilmu negara sebagai berikut:

1 Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cet. ke-4, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, hal. 2. 2 Moh Kusnardi dan B intan R. Saragih (dalam Ni’matul Huda), Ilmu Negara, Edisi Revisi, Jakarta. 3 Ibid, hal. 2-3.     

Page 4: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

Staats Wissenscahften

2

 

 

Penjelasan sistematika George Jellinek

(staatswissenschaflen) ialah: ilmu kenegaraan dalam arti yang luas.

A. Staatswissenschaflen : ilmu kenegaraan dalam arti yang sempit,'

meliputi:

Beshrebende staats wissen schaft: ilmu negara secara deskriptif 

Theorietische staats wissenschaft: ialah ilmu negara  

Praktische staats wissenschaft: ilmu politik

B. Rechtswissenschaft: ilmu pengetahuan hukum:

Hukum tata negara  

Hukum administrasi negara

Hukum antar negara

Page 5: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

3

C. Theoritische staatswissenschaft terbagi kedalam :

Algemeene staatslehre (ilmu negara umum)

Besondhere staatslehre (ilmu negara khusus)

D. Algemeene staatslehre (ilmu negara umum)

Algemeent soziale staats lehre (ilmu negara sudut pandang sosiologi)

Algemeene staatsrechts lehre (ilmu negara sudut pandang hukum)

E. Besondhere (ilmu negara khusus)

Individuele staatslehre (ilmu negara individual)

Spezicle staatslehre (ilmu negara spesial)

Menurut Herman Heller, dalam bukunya staatslehre, yang menitik beratkan

pengertian dari ilmu negara ialah sesuatu negara yang menyesuaikan

dirinya dengan perkembangan dan mempunyai ciri-ciri khusus yang

mungkin tidak dimiliki oleh negara lain.

Difinisi lain yang dikemukakan oleh Soehino, ilmu negara ialah ilmu yang

membicarakan negara, ini telah ditunjukkan oleh acaranya. Menurut

Soehino ilmu yang membicarakan negara bukan ilmu negara saja, ada

ilmu-ilmu lain yang membicarakan negara.4

Mengenai obyek negara tidak hanya dibicarakan oleh ilmu negara saja,

tapi ada ilmu-ilmu lain yang membicarakan tentang negara. Apabila saya

bandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti hukum tata negara yaitu:  

Ilmu negara mempelajari negara dalam arti abstrak, umum dan universal,

sedangkan hukum tata negara dalam arti kongkrit yaitu mempelajari hukum

positif dalam arti hukum tata negara suatu negara tertentu (contoh HTN,

Indonesia).

Sedangkan obyeknya sama: yaitu sama-sama mempelajari negara.

4 Soehino, Ilmu Negara, Cet. ke-8, Oktober 2008, Liberty, Yogyakarta, hal. 1.

Page 6: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

Dari pengertian ilmu negara yang abstrak, umum dan universal tersebut

sehingga dapat diselidiki sebagai berikut:

1. Asal mula negara

2. Hakekat negara

3. Bentuk-bentuk negara dan pemerintah.5

1. Mengenai asal mula negara, bukan asal mula atau terbentuk negara yang

kongkrit seperti: Indonesia. Tetapi asal mula terbentuknya atau

teijadinya atau sesuatu yang dinamakan negara dalam pengertiannya

yang umum, abstrak, universil.

2. Hakekat ialah bukan hakekat dari negara tertentu, tapi apakah hakekat

negara itu. Apakah itu merupakan keluarga yang besar, organisasi,

perkumpulan, dan tumbuh banyak pendapat. Jadi hakekatnya ialah : apa

atau sesuatu yang dinamakan negara itu hakekatnya apa.

3. Mengenai bentuk negara tidak kongkrit dalam arti bentuk negara

tertentu.

Dari uraian di atas menurut Soehino obyek ilmu negara bersamaan dengan

obyek hukum tata negara dan bersamaan dengan obyek hukum tata

pemerintahan (hukum administrasi negara), hanya sudut pandangnya yang

berlainan.

Kalau ilmu negara, memandang, menyelidiki, mempelajari obyeknya negara

dalam pengertiannya yang abstrak, umum dan universal, negara dalam

pengertiannya yang kongkrit. Disinilah letak hubungan yang erat antara ilmu

negara dengan hukum tata negara dan hukum tata pemerintahan.6 Pengertian

ilmu negara di Negeri Belanda di kalangan perguruan tinggi ialah staats

wettenschap, dalam bahasa Indonesia ilmu kenegaraan, yang dalam bahasa

Inggris : General state science. Pengertian staats wettenscap ini bukanlah

ilmu kenegaraan dari sudut ilmu hukum saja tapi juga dari sudut ilmu

ekonomi yang dulunya disebut

5 Soehino, Ibid, hal. 7. 6 Soehino, Ibid, hal. 8.

Page 7: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

5

dengan economic van de staat pada saat Leondewijk XIV. Jadi pengertian

ilmu negara yang telah saya uraikan di atas menurut: Abu Daud Busroh,

ialah : ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi- sendi

pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya.7

Pembicaraan yang mempelajari negara dalam arti yang abstrak,

umum dan universal akan menimbulkan pendapat-pendapat, pandangan-

pandangan yang abstrak antara lain : ilmu negara akan memunculkan

1. Teori-teori tentang asal mula negara

2. Teori-teori tentang hakekat negara

3. Teori-teori tentang tujuan negara

4. Klasifikasi negara

5. Susunan negara, dllnya.

Teori-teori tentang asal-usul negara

Apabila pemikiran-pemikiran tentang negara dan hukum ada pemikiran

tentang hukum. Keadaan ini pada zaman purba (Yunani Kuno) raja-raja yang

memerintah dengan sewenang-wenang (absolut), pada zaman ini sama sekali

tidak ada kebebasan untuk berfikir dan berpendapat. Pada zaman purba ini

belum ada pembicaraan tentang ilmu kenegaraan. Keadaan demikian terus

berkembang pada zaman yunani kuno abad V sebelum masehi di Atena.

Bangsa Yunani Kuno yang mengadakan pemikiran tentang negara-negara

hukum. Timbulnya ini banyak faktor- faktor yang mempengaruhi antara

lain:

a. Apakah sifat agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan

sebagai kaedah (norma)

b. Keadaan geografi negara tersebut.

Yang menjuruskan kepada perdagangan dan perantaraan sehingga

Bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar pikiran dengan bangsa-

bangsa lain.

c. Bentuk negaranya, yaitu republik demokrasi, sehingga rakyat memerintah sedikit

7 Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Cet. Ke-8, Jakarta, hal. 8.

Page 8: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

6

dengan tanggung jawab sendiri

d. Kesadaran bangsa Yunani sebagai suatu kesatuan

e. Semuanya itu (No. 1-4) menjadikan orang-orang ahli pikir bernegara.8

Pada zaman Yunani kuno ialah mulai bermunculan filosul-filosul Yunani dengan

bagaimana hubungan yang cocok antara raja dengan rakyatnya. Pada zaman Yunani

kuno

1. Socrates, 399 M

Menurut Socrates, tugas negara ialah menciptakan hukum, yang harus

dilakukan oleh raja, dan timbullah pemikiran-pemikiran demokratis.

Pemikiran-pemikiran ini dilanjutkan oleh plato. Pada zaman yunani masih

bentuk negara yaitu : Polis. Awalnya banteng di sebuah bukit dan mulai

meluas dengan negara kota. Dalam negara kota ini mulai berlangsung

demokrasi kuno.

2. Pelanjut dari Socrates yaitu:

Plato, dalam bukunya ’’Politeia” yang memuat ajaran-ajaran negara dan

hukum, dan bukunya yang lain : Politikos (ahli negara) dan Nomoi atau

undang-undang. Plato mengembangkan filsafat idealisme, hakekat

kebenaran tersebut terdapat dalam alam ide. Hakekat dari ajaran Plato

tentang asal usul negara ialah: karena adanya kebutuhan dan keinginan

manusia yang beraneka ragam sehingga dibutuhkanlah kerjasama. Menurut

Plato, hakekat dari negara ialah : luas negara itu harus diukur atau

disesuaikan dapat / tidaknya, mampu atau tidaknya negara memelihara

kesatuan dalam negara itu, sehingga pada hakekatnya negara tersebut ialah

keluarga yang besar.

3. Aristoteles

Menurut Aristoteles yang beranggapan bahwa negara itu dimaksudkan

untuk kepentingan warga negaranya. Aristoteles

8 Soehino, Op. Cit., hal. 12-13.

Page 9: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

7

ialah seorang realistis dalam bukunya Politiea, negara itu suatu persekutuan

yang mempunyai tujuan tertentu. Menurut Aristoteles tidak ada pemerintah

yang abadi. Menurut Aristoteles timbullah republik konstitusional.

-> Zaman Romawi Kuno

Pada zaman ini ilmu pengetahuan tidak berkembang oleh karena

pemikir-pemikir lebih ke soal-soal praktis. Banyak mempergunakan

ajaran-ajaran Kaum Stoa, oleh Zeno Romawi menjadi kerajaan dunia, bukan

dalam city state saja. Menurut Cicero, bukunya yang terkenal De Republica

(negara) dan Legibus (hukum dan UU). Menurut Cicero, negara suatu keharusan

yang harus berdasar ratio manusia (ratio menurut hukum alam kodrat).

-> Zaman Abad Pertengahan

Pada zaman ini terus berkembang kekuasaan dari agama Kristen. Ada organisasi

yang dikepalai oleh raja, dan organisasi yang dikepalai oleh Paus. Oleh

Agustinus, ajaran yang bersifat Theokratis mengatakan kedudukan gereja yang

dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan negara yang dipimpin

oleh raja. Menurut Agustinus dalam bukunya : De Civitate Dei, menyebut ada 2

macam negara:

1. Civitas Dei, atau negara Tuhan, negara ini sangat dipuji oleh Agustinus,

negara yang diangan-angankan yaitu: oleh Agama.

2. Civitas Terrena : atau Djaboli atau negara iblis atau negara duniawi

-> Zaman Renaissance

Ajaran-ajaran negara dan hukum sangat dipengaruhi oleh paham- paham antara

lain : timbul kembali kebudayaan yunani Kuno, timbulnya paham feodalisme

akibat kalah perang dari Jerman. Tokoh yang terkenal ialah : Niccolo

Machiavelli dengan bukunya yang terkenal yaitu II principe, sang raja atau buku

pelajaran untuk raja.

Demikian gambaran singkat perkembangan asal usul negara dari zaman

Yunani Kuno sampai zaman Renaissance.   

 

Page 10: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

8

2. Pengertian Negara

Dalam uraian sebelumnya sudah sebagian besar diuraikan asal-usul

negara, pada uraian ini akan diuraikan perkembangan negara dan hukum.

b. Pengertian negara

Dari uraian sebelumnya dikenal beberapa istilah ilmu negara,

demikian juga istilah negara.

Istilah negara diteijemahkan dari kata-kata asing (staat: bahasa Belanda,

Jerman) state (bahasa Inggris), etat: Perancis. Istilah awalnya pada abad ke

15 di Eropa Barat. Kata staat, state, etat yaitu dari bahasa Latin satatus atau

statum. Menurut Ni Matul Huda, secara etiomologis kata status itu dalam

bahasa latin kelasik ialah istilah abstrak yang menunjukkan keadaan yang

tegak dan tetap, atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap

itu.9 Menurut Nicolo Machiavelli yang disebut sebagai Bapka Ilmu Politik

modem dalam bukunya “The Prince” Machiavelli yang mula-mula

memperkenalkan istilah Lo Stato dalam kepustakaan ilmu politik. Semua

negara (stati) dan bentuk-bentuk pemerintahan yang pernah ada dan yang

sekarang menguasai manusia adalah Republik atau kerajaan.

Menurut Frans Magnis Suseno dikutip dari buku Ni’matul Huda dalam

bukunya ilmu negara, kata negara mempunyai 2 arti yaitu:

1. Negara ialah masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan

politis, contoh: India, Korea Selatan, Brasilia merupakan negara

9 Ni Matul Huda, op. cit, hal. 1.

Page 11: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

9

2. Negara adalah merupakan lembaga pusat yang menjamin kesatuan

politis itu yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah

itu.10

Menurut Mariam Budiardjo, dalam ilmu politik istilah negara itu : adalah alat

(agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur

hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala

kekuasaan dalam masyarakat.11  

Untuk pemahaman lebih jelas ada beberapa pendapat tokoh tentang pengertian

negara.

1. Menurut Aristoteles, negara dalam konsep Barat dalam bukunya ’’Politiea”,

negara ialah persekutuan dari keluarga dan desa, guna memperoleh hidup yang

sebaik-baiknya. Negara yang dimaksud ialah: negara hukum yang didalamnya

terdapat sejumlah warga-warga yang ikut serta dalam permusyawaratan negara

(acclesia), yang dimaksud negara hukum ialah : negara yang berdiri di atas

hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12

2. Menurut Agustinus, membagi negara atas 2 bagian yaitu:

a. Negara disebut Civitas Dei (artinya Negara Tuhan)

b. Civitas Terrena (Civitas Diaboli) artinya negara-negara duniawi/negara

iblis.13

Jadi negara Tuhan, bukanlah negara dari dunia ini akan tetapi jiwanya sebagian,

dimiliki oleh beberapa orang di dunia. Yang melaksanakan itu gereja yang

mewakili negara Tuhan. Keadilan baru dicapai apabila pemimpin itu orang

Kristen dalam Civitas Dei, jadi kearah Tuhan, Civitas Diaboli,

pemerintahannya bertindak sewenang-wenang, karena negara dipegang oleh

teijerumus dosa, kehancuran romawi karena nafsu kemegahan dan

keduniawian.

Page 12: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 0

3. Menurut Nicolo Machiavelli, dalam bukunya “il principle”, yang mengajarkan bagaimana raja

bertindak sebaik-baiknya. Negara dalam paham machiavelli ini ialah : negara kekuasaan.

Menurut Machiavelli untuk memenuhi tujuannya raja harus memiliki kekuasaan fisik.

4. Menurut Thomas Hobbes, Jonk Locke dan J.J. Rousseau: dari ketiga ajaran saijana ini ialah :

terletak pada konstruksi alam yang membentuk negara melalui peijanjian masyarakat,

perbedaan terletak pada tujuan serta akibatnya. Menurut Hobbes, Homo Homonilupus

(manusia seperti serigala terhadap manusia lainnya, negara adalah digambarkan sebagai

makhluk raksasa). Hak-hak rakyat diserahkan pada raja yaitu monarchi absolut. Kalau Hobbes,

hak asasi manusia diserahkan sepenuhnya pada raja, tapi Jonh Locke hanya sebagian sehingga

terkenal monarchi konstitusional. Beda menurut J.J. Rousseau, hak-hak rakyat tidak

diserahkan pada raja, penguasa hanyalah mandataris dari rakyat.

5. Menurut Harold J. Laski, negara ialah suatu masyarakat karena mempunyai wewenang yang

bersifat memaksa dan secara syah lebih agung dari individu atau kelompok yang merupakan

bagian dari masyarakat itu.

6. Menurut Max Weber, tidak membedakan negara modem dan tradisional, jadi menurut Weber

negara ialah lembaga yang memiliki kekuasaan untuk bertindak kekerasan pada .warganya.

7. Menurut Robert M. Mac Iver, negara ialah asosiasi yang menjalankan penertiban dalam suatu

masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu

pemerintah dan diberi kekuasaan memaksa.

8. Menurut Logemann, dalam bukunya : ’’Over de Theorie Van Een Stelling Staatsrecht”

menurut Logemann negara memiliki kewibawaan, raja memerintah karena memiliki

kewibawaan.

Page 13: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 1

9. Kranenburg, dalam bukunya ’’Algemeene Startslehre”, artinya negara sebagai organisasi

yang timbul karena kehendak dari satu golongan / bangsanya sendiri.

Dari pemaparan tokoh-tokoh di atas masing-masing memiliki ajaran atau teori-teori yang

berbeda. Kalau dapat dibedakan jaman tradisional yaitu tradisional yang monarchi (absolut,

konstitusional) dan jaman modem (monarchi konstitusional, dan republik konstitusional,

pemikir-pemikir, ini melihat hukum sebagai alat kekuasaan yang dipergunakan secara absolut dan

dalam negara modem hukum dan kekuasaan bersinergi dalam mengatur warganya. Disamping

pengertian- pengertian negara yang disetarakan tokoh-tokoh tadi, tapi menurut ”Hans Kelsen”:

Negara Entitas nyata (sosiologi) atau hukum.

Menurut Hans Kelsen, negara sebagai personefikasi dari tatanan hukum nasional. Istilah

Entitas negara sangat sulit karena beraneka ragamnya obyek tersebut. Istilah negara

kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang sangat luas untuk menyebut masyarakat atau

bentuk khusus dari masyarakat. Istilah itu sangat sering dipergunakan dalam pengertian yang

sempit untuk menyebut organ khusus masyarakat misalnya: pemerintah, atau para subyek

pemerintah, bangsa, atau wilayah yang mereka diami.14 Apabila negara dibahas dari teori hukum

mumi negara hanya dipandang sebagai badan hukum, yakni sebagai korporasi. Jadi persoalan

negara tampak dari persoalan tatanan hukum nasional. Negara sebagai tatanan hukum dan

komunitas yang dibentuk oleh tatanan hukum tersebut. Menurut pandangan ini sistem norma

memiliki kesatuan dan kekhasan. Negara sebagai fakta sosial, oleh karena sistem norma tersebut

diciptakan. Jadi hubungan negara dan hukum dipandang sama seperti hubungan hukum dengan

warga negara. Negara sebagai realitas sosial termasuk dalam katagori masyarakat negara ialah

merupakan 

 

14 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Bangsa, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien dari : General Theorie of

Law and state, Cet. Ke 6, Nusa Media, Bandung, 2011, ha!. 261.

Page 14: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

12

sebuah komunitas.15 Negara bukan semata-mata realitas hukum tapi realitas sosiologis, artinya

individu-individu membentuk suatu kesatuan. Komunitas yang dibentuk dari hiterogen tersebut

tidak diciptakan oleh tatanan hukum, tapi yang diciptakan oleh tatanan sosiologis dalam

masyarakat. Negara sebagai kesatuan sosiologis. Menurut Hans Kelsen mengelompokkan yaitu:

1. Kesatuan sosial yang dibentuk oleh interaksi

2. Kesatuan sosial yang dibentuk oleh kehendak atau kepentingan bersama

3. Negara sebagai organisme

4. Negara sebagai dominasi.16

Konsep hukum tentang negara yang sering negara dijumbukan dengan politik dan hukum

sehingga disebut negara hukum. Konsep negara yang diartikan dengan konsep hukum yang tidak

menyangkal fakta-fakta yang secara pra ilmiah disebut dengan negara. Fakta-fakta tersebut tidak

kehilangan realitanya, bila dinyatakan kwalitas negara tiada lain hasil dari suatu penafsiran.

Fakta-fakta ini ialah tindakan manusia, dan hanya merupakan tindakan negara bila ditafsirkan

menurut tatanan norma yang faliditasnya mesti dipostulasikan.17 Negara sebagai organisasi

masyarakat politik (negara sebagai kekuasaan).

Negara dikatakan sebagai organisasi politik dengan alasan bahwa negara ialah kekuasaan. Dalam

hal ini digambarkan bahwa negara adalah sebagai kekuasaan yang ada dibalik hukum.18 Dulu

kekuasaan ini sering disebut dengan Monarchi yang absolut, hukum tersebut alat untuk mencapai

tujuan, dalam perkembangan ilmu pengetahuan apabila dikaitkan eksistensi negara, menurut

Mahfud MD, pengembangan ilmu pengetahuan haruslah diorientasikan pada upaya untuk

membina

15 Hans Kelsen, Ibid, hal. 262-263. 16 Hans Kelsen, Ibid, hal. 264-270. 17 Hans Kelsen, Ibid, hal. 271-272. 18 Hans Kelsen, Ibid, hal. 273.

Page 15: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 3

keselamatan umat manusia dan tidak boleh merusak.19 Sehingga apa yang saya

uraikan tadi negara dan hukum harus bersinergi sehingga timbullah

pemikiran-pemikiran tentang negara hukum.

Karakteristik normatif dari negara. Hal ini dijelaskan oleh para sosiolog

hubungan-hubungan dominasi di dalam negara ialah : konsep hukum dari istilah

negara. Ciri-ciri yang mereka lekatkan kepada negara hanya dapat dipahami sebagai

ciri-ciri dari suatu tatanan norma atau komunitas yang dibentuk oleh tatanan norma

tersebut. Para sosiolog menganggap bahwa kualitas terpenting dari negara ialah

kekuasaan yang lebih tinggi daripada individu yang membebankan kewajiban pada

individu.20 Tatanan-tatanan norma tersebut sebagai pengikat dalam pergaulan

sampai hukum dan negara saling terkait sehingga di dunia ini tidak ada yang tidak

menyebut suatu negara yang ideal ialah negara hukum.

c. Pemerintah.

Berbicara dari hakekat pemerintahan memiliki dua arti yakni dalam arti luas

dan dalam arti sempit .Pemerintah dalam arti luas disebut dengan regering atau

government yakni pelaksanaan seluruh tugas badan- badan, lembaga-lembaga dan

petugas-petugas yang diserahi wewenang mencapai tujuan negara. Arti

pemerintahan ini meliputi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudisiil atau alat-alat

perlengkapan lain yang juga .bertindak untuk dan atas nama negara.Sedangkan

pemerintahan dalam arti yang sempit ( bestuur veering ) mencakup organisasi

fungsi-fungsi yang menjalankan tugas pemerintahan titik beratnya ialah hanya

menjalankan funsi eksekutif saja21. Beberapa pendapat para saijana yang

memberikan arti dari pemerintahan ialah sbb :

1. Menurut Montequieu : pemerintah dalam arti yang luas meliputi :

pembentukan undang-undang ( la-puissance legislative), pelaksanaan

19 Moh Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 24.

20 Hans Kelsen, Op. Cit, hal. 272. 21H Sadjijono, Bab-bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbang, Jogyakarta, 2008, hal 49  

   

Page 16: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

14

(la puissance eksekutive) dan peradilan (la puissance de juger). Ajaran ini

dikenal dengan ajaran pembagian kekuasaan yang populer disebut dengan trias

politika.

2. Menurut Van Vollenhoven pemerintahan dalam arti luas meliputi : membuat

undang-undang (legel geven), pelaksana (bestuur), peradilan (rechtspraak) dan

polisi (politie ). Menurut van vollenhoven pemerintahan dalam arti sempit ini

hanya badan pelaksana sajayaitu hanya pemerintah.Badan peradilan terpisah

dengan badan eksekutif apabila dilihat dari tugas dan wewenangnya kepolisian

juga menjalankan fungsipemerintahan yaitu menjaga ketertiban.

3. Menurut pendapat Van Voelje : pemerintahan sebagai fungsi yang

meliputi keseluruhan tindakan, perbuatan dan keputusan oleh alat-alat

pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintahan.22 Pemerintahan diartikan

sebagai pangreh artinya fungsi pemerintah yakni menjalankan tugas-tugas

pemerintah. Apabila dilihat dari sisi tugasnya diartikan secara negative yakni

tugas penguasa bukan peradilan dan peraturan perundang-undangan. Penguasa

yang dimaksud ialah kekuasaan seluruh organisasi yang dibentuk dengan

tujuan untuk menyusun dan menegakkan masyarakat dalam satu wadah yang

mendukung kekuasaan itu yang disebut dengan negara (state). Jadi

pemerintahan eksekutif saja. Menurut P.de Haan ialah bestuur als functie dat wil

zeggen het besturen is de uittoefening van bestuurtaak ialah : kumpulan

organ-organ dari organisasi

pemerintahan yang dibebani dengan pelaksanaan tugas pemerintahan.

Menurut pendapat Philipus M Hadjon dkk : pemerintahan haruslah

dipahamindalam arti dua pengertian yaitu : fungsi pemerintahan dan organisasi

pemerintahan. Fungsi pemerintahan ini ialah berbagai tindakan pemerintahan,

keputusan, ketetapan-ketetapan yang bersifat umum, tindakan hukum perdata dan

tindakan yang nyata. Ada unsur

22 Kuncoro Purbopranoto, Perkembangan Hukum Administrasi Indonesia, Bina Cipta

Bandung,1981, hal 1.

Page 17: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 5

pemerintah yang berdaulat yaitu berdaulat keluar dan kedalam. Berdaulat

keluar artinya mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara- negara

yang lainnya, kedalam artinya mempunyai penguasa yang

berwibawa.Pemerintah memerintah berarti ialah pemerintah menjalankan

tugas eksekutif dan pemerintahan.

Menurut M Solly Lubis dalam bukunya Utrecht yang beijudul

Pengantar Dalam Hukum Indonesia ialah : Pemerintah memiliki tiga

pengertian yaitu:

1. Pemerintah dalam arti luas yang meliputi legislatif, eksekutif dan

yudikatif

2. Pemerintah dalam arti gabungan badan-badab kenegaraan dan 3

Pemerintah dalam arti Kepala negara.23 Dari uraian pendapat- pendapat

saijana diatas dapat dipahami ialah : Pemerintah dalam arti yang sempit

pemerintahan dimaknai sebagai organ, badan atau lembaga yang juga

sebagai alat atau aparat yang menjalankan fungsi eksekutif,

sedakangkan dalam arti yang luas ialah : meliputi eksekutif, legislatif

dan yudikatif.

II. Negara

a. Unsur-unsur Negara

Setelah kita memahami pengertian-pengertian ilmu negara, negara dan

pemerintah dari sudut pandang abstrak, umum dan universal. Bagaimana

implementasinya dalam unsur-unsur dari sesuaut negara. Menurut Pasal 1

Mountevideo (Pan American) convention on rights and duties of states of 1933

unsur-unsur sebagai berikut:

1. A permanent population 2. A defined territory

23 Max Boll Sabon, Ilmu Negara,Pustaka Utama,Jakarta hal 19 -20

Page 18: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 6

3. A government

4. A capacity to enter into relations with other states.24

Menurut pandangan tradisional dari Oppenheimer Lauterpacht ialah:

1. Harus ada rakyat

2. Harus ada daerah

3. Harus ada pemerintah berdaulat.25

Dalam perkembangannya ditambah lagi satu yaitu :26 harus ada pengakuan

negara lain tentang kedaulatan dari negara tersebut.

Dari segi teori unsur-unsur negara dapat ditinjau dari:

1. Meninjau unsur-unsur negara secara klasik / tradisional

2. Unsur-unsur secara yuridis

3. Unsur-unsur negara secara sosiologis.27

ad. 1) Unsur-unsur klasik / tradisional

a. Wilayah tertentu

b. Rakyat

c. Pemerintahan yang berdaulat

ad.2) Unsur-unsur secara yuridis -> dikemukakan oleh Logemann28

a. Gebeidsleer (wilayah hukum yang meliputi: darat, laut, udara serta

orang dan batas wewenangnya

b. Persoonleer (subyek hukum) unsur disini ialah pemerintah yang

berdaulat

c. De leer von de rechts be trehking (hubungan hukum)

Maksudnya ialah : hubungan hukum antara penguasa dengan yang

dikuasai termasuk hubungan hukum keluar dengan negara lain secara

international.

24 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional (Dalam Ni’Matul Huda), Ilmu

Negara, Rajawali Press, Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 17. 25 Oppeheimer dikutip dari Max Bon Sabon, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

1992, hal. 15. 26 H. Abu Daud Busroh, Op. Cit, hal. 75. 27 Logemann (dalam h. Abu Daud Busroh), Ilmu negara, Bumi Aksara, 2011, Jakarta,

hal. 81. 28 Rudolf Kjellin (dalam H. Abu Daud Busroh), Ilmu Negara, Bumi Aksara, 2011,

Jakarta, hal. 82.

Page 19: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 7

ad.3) Unsur-unsur negara secara sosiologis

Paham ini dikemukakan oleh: Rudolf Kjellin, yang melanjutkan ajaran

Ratzel dalam bukunya: Der Staat als Lebens form yaitu:

a. Faktor sosial yang meliputi:

1. Unsur masyarakat

2. Unsur ekonomi

3. Unsur kultural

b. Faktor alam yang meliputi:

1. Unsur wilayah

2. Unsur bangsa

Teori-teori unsur negara yang berdimensi yuridis, perkembangannya

dideskripsi dibawah ini dalam buku ilmu negara, karangan Atmadja,29

1. Teori sastra weda, ada 7 unsur negara disebut saptaangga

a. Swamin = raja

b. Amaya = para mentri

c. Janapada  =  wilayah dan penduduk

d. Kosa = kekayaan alam

e. Durgha  =  benteng yang harus ada di empat penjuru

f. Bela = tentara, polisi

g. Mitra = negara sahabat dalam pengakuan negara lain

2. Moh Yamin (dalam Atmadja) ada 4 unsur negara:

a. Prabu = raja

b. Praja = penduduk

c. Mandala = wilayah 

d. Kemakmuran raja dan rakyat

29 Dewa Atmadja, Ilmu Negara, Setara Malang, 2012, hal. 79-80.

Page 20: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 8

Dari teori politik:

1. Ada rakyat / penduduk

2. Ada wilayah

3. Ada pemerintahan yang berdaulat

Teori hukum international seperti telah saya sebutkan di atas : Pasal 1 Konvensi

Montevideo 1933.

’’The state as a person of international law should prosseses the following

qualifications.

a. a permanen population

b. a difined territory

c. a government

d. a capacity to enter relation with other states.30

Unsur-unsur Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dalam tata hukum Indonesia sebagai ius constitution (hukum positif), kita

hidup dalam suatu masyarakat yang berbentuk negara (pembukaan UUD 1945), dan

kita memandang negara dari ciri-ciri lahirnya saja. Menurut Kusumadi Pudjosewojo,

negara menampakkan diri sebagai suatu masyarakat (rakyat) yang berdaerah dan

memiliki penguasa tertinggi. Dari pandangan Kusumadi Pudjosewojo tersebut, egara

akan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat (rakyat) yang berdaerah dengan

memiliki penguasa yang tertinggi. Jadi ciri-ciri / unsur-unsur Negara Kesatuan

Republik Indonesia ialah:

a. Rakyat Negara Republik Indonesia

b. Daerah Negara Republik Indonesia

c. Penguasa Tertinggi Negara Republik Indonesia

30 Ibid. 31 Kusumadi Padjosewojo, Pedoman pelajaran Tata Hukum Indonesia, Aksara Baru, 1986,

Jakarta, hal 115.

Page 21: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

1 9

Ad.a) Rakyat Negara Republik Indonesia

Menurut Van Vollenhoven dikutip dari bukunya Kusumadi

Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia32, rakyat suatu

negara ialah : masyarakat manusia keanggotaan dari masyarakat itu biasanya

disebut dengan kebangsaan (nationality) atau kewarganegaraan atau

kekaulanegaraan. Orang yang menjadi anggota masyarakat yang demikian

disebut dengan warga-negara, jika bentuk pemerintahan negara itu republik

dan kaula negara jika bentuk negara itu kerajaan (monarchi). Tiap-tiap negara

menurut hukum international mempunyai kewenangan untuk menentukan

sendiri siapa yang menjadi warga negaranya, sehingga timbul warga dari dua

/ lebih warga negara. Atau apa yang kita kenal apatride dan bipatride. Siapa

yang bukan warga negara dalam suatu negara ialah orang asing. Orang asing

tersebut bukan merupakan warga negara dari suatu negara tetapi menurut

hukum mempunyai kedudukan dan status hukum tertentu. Dikenal juga

pembagian penduduk dan bukan penduduk. Negara menetapkan siapa

warga negaranya, sehingga penduduk negara itu terdiri dari : warga negara

dan orang asing. Siapa-siapa saja termasuk warga negara Republik

Indonesia. Menurut UU No. 62 tahun 1958 (LN 1958 No. 113), pertama-tama

WNI ialah : orang-orang yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan /

peij anj ian-peij anj ian ialah sudah warga negara Republik Indonesia.

Menurut Pasal 144 UUD’s tahun 1950:

(1) Mereka yang menurut atau berdasar atas persetujuan perihal pembagian

warga negara yang dilampirkan kepada persetujuan perpindahan

memperoleh kebangsaan Indonesia dan,

(2) Mereka yang kebangsaannya tidak ditetapkan oleh persetujuan tersebut

yaitu tanggal 27 Desember 1945 sudah menjadi warga

32 Ibid, hal. 116.

Page 22: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

20

33 Kusumadi Pudjosewojo, Ibid,hal.118.

negara Indonesia menurut Perundang-undangan Republik Indonesia

yang berlaku pada tanggal tersebut.

Sehingga yang dijadikan pangkalan menurut Kusumadi Pudjosewojo33,

pembedaan kaula negara Belanda, juga tempat tinggal dari

golongan-golongan tersebut.

1. Orang Belanda; 2. kaula negara Belanda bukan orang Belanda termasuk

golongan penduduk orang Indonesia asli; 3. orang asing yang kaula negara

Belanda bukan orang Belanda. Dasar dari tempat kelahiran dan tempat

tinggal dari golongan-golongan tersebut.

Menurut Pasal 144 tersebut, WNI ialah tidak homogen tapi heterogen,

hal ini berarti penting berhubung dengan kenyataan bahwa aneka ragamnya

golongan rakyat, yang dibedakan dalam Tata Hukum Hindia-Belanda,

bersangkut paut pula dengan aneka ragamnya hukum yang berlaku bagi

mereka terutama hukum perdata. Kewarganegaraan Republik Indonesia

dapat diperoleh:

1. Karena kelahiran (ius soli) dan keturunan (ius sanguinis)

2. Karena pengangkatan (adopsi)

3. Karena permohonan (untuk anak di luar perkawinan, mereka yang lahir

dari seorang penduduk, dan kemudian menjadi penduduk, lahir di

Indonesia.

4. Karena Naturalisasi.

5. Akibat perkawinan

6. Turut ayah / ibu

7. Karena pernyataan

Page 23: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

2 1

Ad.b) Daerah Negara Republik Indonesia

Menurut hukum International, hak suatu negara untuk menjalankan

kekuasaan atas daerahnya. Sifatnya ialah mutlak, dan tidak dapat diganggu

oleh negara lain. Hak negara untuk menjalankan kekuasaan atas daerahnya:

1. Hak negara atas penghormatan daerahnya oleh negara lain.

2. Hak negara untuk menjalankan penguasa dalam daerahnya

3. Hak negara untuk menentukan kedudukan daerahnya, termasuk

melepaskan sebagian dari daerahnya

Di samping itu menurut Bellefroid inleiding tat rechtswetten schaft

dikutip dari Kusumadi Podjosewojo, maka daerah negara merupakan syarat

mutlak bagi penyelenggaraan kesejahteraan yang kekal dari

masyarakatnya.34 Menurut penjelasan UUD 1945, daerah Indonesia ialah

daerah Hindia Belanda, Irian Barat de jure Daerah Indonesia, demikian juga

daerah dari suatu negara bukan daratan saja, tapi laut dan udara berdasarkan

atas peijanjian Paris.

Ad.c) Penguasa Tertinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kekuasaan yang dipegang oleh Pemerintah pusat asli dan tertinggi.

Kekuasaan ini sering disebut pemerintahan dalam arti yang luas. Menurut

Kusumadi Pudjosewojo, umumnya dibagi atas 4.35

I. Kekuasaan penguasa ialah : mengatur kehidupan masyarakat

(kekuasaan Perundang-undangan)

II. Aturan-aturan hukum yang dibentuk itu harus dilaksanakan oleh warga

negara atau kekuasaan peradilan.

III. Kekuasaan memaksa dan mengawasi warga masyarakat yang

menjalankan aturan-aturan hukum ialah: kepolisian

34 Bellefroid, (inleiding tot de rechtswettenschaft), dikutip dari Kusumadi Pojosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, haL 132.

35 Kusumadi Pudjosewojo, Ibid, haL 134-135.

Page 24: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

22

IV. Kekuasaan menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat, dan

kompleknya tugas pemerintah dan diatur secara rinci disebut dengan

kekuasaan pemerintahan (dalam arti sempit).

Menurut Wirjono Prodjodikoro dikutip dari Kusumadi

Pudjosewojo36, menurut UUD’S 50 : 1) pemerintahan; 2)

Perundang-undangan; 3) pengadilan; 4) keuangan; 5) hubungan luar negeri;

6) pertahanan negara dan keamanan umum. Menurut Prof. L.G. Lemaire

dalam bukunya : het recht in Indonesie, dikutip dari bukunya Kusumadi

Pudjosewojo37, Perundang-undangan, pemerintahan, pelaksana, kepolisian

dan pengadilan. Dalam penjelasan UUD 1945 sebelum Amandemen:

1. Kekuasaan menetapkan UUD, GBHN

2. Kekuasaan Perundang-undangan

3. Kekuasaan eksekutif (pelaksana)

4. Kekuasaan kehakiman

Menurut Montesquieu, dibagi atas : kekuasaan eksekutif, legislatif

dan kekuasaan yudisiil. Asas-asas pokok hukum tata negara Indonesia:

1. Indonesia Negara Kesatuan

2. Indonesia berbentuk republik yang berkedaulatan rakyat

3. Indonesia negara kesatuan, republik yang berkedaulatan rakyat dan

konstitusional

4. Indonesia Negara hukum

5. Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh presiden

36 Wirjono Prodjodikoro (dalam Kusumadi Pudjosewojo), Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, hal. 136.

37 L.G. Lemaire, Het Recht in Indonesie, dikutip dari Kusumadi Pudjosewojo dalam bukunya: Pedoman

Pelajaran Tata Hukum Indonesia, hal. 13.7

Page 25: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

23

b. Hubungan Ilmu Negara, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi

Negara Uraian:

Hubungan ilmu negara dengan hukum tata negara dan hukum administrasi

negara ialah erat sekali. Ilmu negara yang mempelajari negara dalam arti yang

abstrak, umum dan universal, hukum tata negara mempelajari negara yang

kongkrit (organisasi negara) termasuk juga hukum administrasi yaitu

pemerintahan. Jadi ilmu negara abstrak, hukum tata negara mempelajari negara

dalam arti diam (de staats in rust), hukum administrasi negara dalam arti bergerak

(de staats in beweging), dan ilmu negara, hukum tata negara, hukum administrasi

negara sama-sama objeknya mempelajari negara hukum tata negara, hukum

administrasi negara basix leervaaknya ialah atas dasarnya ilmu negara dalam arti

abstrak, umum dan universal.

Di kalangan para saijana antara hukum tata negara dengan hukum

administrasinya mempunyai keterkaitan erat, menurut Van Vollen Hoven,

dikutip dari Nomenson Sinamo, hukum administrasi negara, badan pemerintah

tanpa aturan hukum negara akan lumpuh, karena badan ini tidak mempunyai

wewenang apapun atau wewenangnya tidak berketentuan dan badan pemerintah

tanpa hukum administrasi negara akan bebas sepenuhnya oleh karena badan ini

dapat menjalankan wewenangnya menurut kehendaknya sendiri.38 Sedangkan

menurut J.B.J.M. ten Berge dikutip dari Nomensen Sinamo, hukum administrasi

merupakan perpanjangan dari hukum tata negara atau hukum sekunder dari

hukum tata negara.39 Menurut pendapat Krananburg dikutip dari Nomensen

Sinamo, kita tidak mungkin mempelajari hukum administrasi tanpa didahului

dengan hukum tata negara,40 hubungan semacam ini kelihatannya sama seperti

hubungan hukum perdata dengan hukum dagang. Untuk memahami korelasi

HTN dengan H AN menurut F.A.M Stroink

38 Van Vollenhoven (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata

Aksara, Jakarta, 2010, hal. 26. 39 Ten Berge, (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara,

Jakarta, 2010, hal. 26. 40 Ten Berge dalam Numensen Sinamo, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010, hal. 26.

Page 26: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

24

dan J.G. Steenbeek, susunan dan kegiatan pemerintahan diatur dalam konstitusi yang

merupakan hukum tertulis.41 Pendapat semula yang dikutip oleh para saijana oleh :

Oppenheim42, hukum tata negara ialah : mempelajari negara dalam keadaan diam (de

staats in rust) hukum administrasi negara mempelajari negara dalam arti yang bergerak (de

staats in beweging) pendapat ini semula diikuti oleh para sarjana. Pendapat Openheim ini

banyak ditentang, karena sukarnya menentukan kwalifikasi kapan negara dalam keadaan

bergerak.43 Menurut Logemann dikutip dari Nomensen Sinamo, hukum tata negara

mempelajari44, hukum tata negara mempelajari:

(1) Jabatan-jabatan apa saja yang ada dalam susunan suatu negara

(2) Siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu,

(3) Cara bagaimanakah jabatan-jabatan itu ditempati oleh pejabat

(4) Fungsi jabatan-jabatan itu

(5) Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu

(6) Hubungan antara masing-masing jabatan itu

(7) Batas-batas manakah organisasi kenegaraan dapat melakukan tugasnya

Menurut Numensen Sinamo, pendapat Logemann tersebut, mempersempit hukum

administrasi negara. Menurut Kranen Burg dan Vegting dikutip dari Numenson Sinamo,

hukum tata negara berkenaan dengan struktur umum dari negara, UUD dan UU organik,

Hukum administrasi negara mempelajari Undang-undang khusus yang mengatur susunan

dan wewenang yang khusus dari organ-organ jabatan umum.

Menurut Philipus M. Hadjon, kajian hukum administrasi tanpa memasuki hukum

tata negara dan sebaliknya kajian terhadap hukum tata negara tanpa memasuki lapangan

hukum administrasi ialah kajian tidak

41 J.G. Streenbeek & Stroink, dalam Numensen Sinamo, Jakarta, 2010, hal. 27. 42 Openheim (dalam Numensen Sinamo), hal. 29. 4? Numensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010,

hal. 29. 44 Logemann (dalam Numensen Suseno), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2Q10,

hal. 29-30.

Page 27: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

25

lengkap.45 Jadi dari pengertian tersebut hukum tata negara lebih melekat

organisasi suatu negara, sedangkan hukum administrasi negara melekat

bagaimana organisasi tersebut dalam tugasnya.

Menurut Sadjijono, Hukum Tata Negara fokus kajiannya ialah:

- Jabatan-jabatan apa yang ada dalam susunan suatu negara

- Siapakah yang mengadakan j abatan itu

- Cara bagaimana jabatan itu ditempati oleh pejabat

- Fungsi jabatan-jabatan

- Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu

- Hubungan jabatan-jabatan itu

- Batas-batas organisasi negara dapat melakukan tugasnya

Hukum administrasi negara objek kajiannya:

- Jabatan pemerintahan

- Sifat jabatan pemerintahan

- Akibat tindakan jabatan

- Kedudukan hukum jabatan

- Pengisian j abatan

- Pembatasan jabatan

- Instrumen pengatur jabatan

- Landasan yuridis kewenangan jabatan.46

Keterkaitan antara hukum tata negara dengan hukum administrasi negara

ialah tampak dari penamaan mata kuliah di Negeri Belanda, sebagaimana

tercantum dalam pasal 9 Reglement Rechtshogeschool 1924 yaitu terhimpun

dalam satu nama : staats en administratief recht. Sebelum akhirnya dipisahkan

karena perkembangan sejarah dan persoalan spesifik yang dihadapi oleh hukum

administrasi negara.47 Menurut Bahsan Mustafa dikutip dari : Ridwan HR,

mengatakan bahwa Hukum Tata Negara ialah merupakan

45 Philipus, M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih (Pidato Penerimaan Guru Besar), UNAIR, 10-10-1994, hal. 4.

46 Sadjijono, Op.Cit, hal. 46. 47 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 47.

Page 28: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

26

dua jenis hukum yang dapat dibedakan akan tetapi tidak dapat dipisahkan satu

dari yang lainnya.

Lebih jauh menurut Ridwan HR, kalaupun dilakukan pembedaan antara

hukum tata negara dengan hukum administrasi negara, sebagaimana yang telah

disebutkan oleh Van Vollenhoven dan Kranenburg, perbedaan antara hukum tata

negara dengan hukum administrasi negara sesungguhnya tidaklah perbedaan

yang prinsipil melainkan berdasarkan atas doelmatige arbeidsvendeling akibat

perkembangan sejarah.49 Apabila dilihat dari penyelenggara kekuasaan negara,

hubungan antara hukum tata negara dan hukum administrasi negara diatur dalam

konstitusi yaitu konstitusi tertulis dalam UUD Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Menurut hemat saya oleh karena hukum tata negara dan hukum

administrasi negara mempelajari / objek negara sehingga tidak dibedakan secara

tajam dalam penyelenggaraan kekuasaan negara menurut UUD NKRI tahun 1945

setelah perubahan. Perbedaan tersebut adalah kajian para saijana, dalam tatanan

implementasi pada prinsipnya hukum tata negara dan hukum administrasi negara

saling membutuhkan.

48 Bahsan Mustafa (dalam Ridwan HR), Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2011, hal. 49. 49 Ridwan HR, Op. Cit, hal. 49.

Page 29: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

I. Struktur Ketatanegaraan sebelum Perubahan UUD 1945

II. Setelah Amandemen

Page 30: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

28

III. Penutup

Demikianlah secara singkat dapat saya gambarkan secara teoritis tentang

pengertian negara dan pemerintah. Ilmu negara, negara dan pemerintah dalam

kaitannya dengan hukum tata negara dan hukum administrasi ialah ilmu negara

mempelajari negara dalam arti yang abstrak, umum dan universal. Sedangkan

hukum tata negara dan hukum administrasi negara mempelajari hukum dengan

obyek negara dalam arti yang kongkrit yaitu dalam sistem hukum tertentu suatu

negara. Hukum tata negara mempelajari organisasi negara atau mempelajari

negara dalam arti diam (de staats in rust), sedangkan hukum administrasi negara

mempelajari negara dalam arti bergerak (de staats in beweging) yaitu:

pemerintahan.

Dan akhirnya sekali lagi mohon bimbingan dan sarannya, sehingga paper

singkat ini lebih sempurna.

Sekian dan terima kasih.

Page 31: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Cet. Ke-8, Jakarta.

Bahsan Mustafa (dalam Ridwan HR), Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

Bellefroid, (inleiding tot de rechtswettenschaft), dikutip dari Kusumadi Pojosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia.

Dewa Atmadja, Ilmu Negara, Setara Malang, 2012.

Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Bangsa, diteijemahkan oleh Raisul Muttaqien dari: General Theorie of Law and state, Cet. Ke 6, Nusa Media, Bandung, 2011.

H Sadjijono, Bab-bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbang, Jogyakarta, 2008.

Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Intemqsional (Dalam Ni’Matul Huda), Ilmu Negara, Rajawali Press, Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

J.G. Streenbeek & Stroink, dalam Numensen Sinamo, Jakarta, 2010.

Kuncoro Purbopranoto, Perkembangan Hukum Administrasi Indonesia, Bina Cipta Bandung, 1981.

Kusumadi Padjosewojo, Pedoman pelajaran Tata Hukum Indonesia, Aksara Baru, 1986, Jakarta.

L.G. Lemaire, Het Recht in Indonesie, dikutip dari Kusumadi Pudjosewojo dalam bukunya: Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia.

Logemann (dalam H. Abu Daud Busroh), Ilmu negara, Bumi Aksara, 2011, Jakarta.

(dalam Numensen Suseno), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010.

Max Boll Sabon, Ilmu Negara,Pustaka Utama, Jakarta.

Moh Kusnardi dan B intan R. Saragih (dalam Ni’matul Huda), Ilmu Negara, Edisi Revisi, Jakarta.

Page 32: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

Moh Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.

Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cet. ke-4, Raja Grafmdo Persada, Jakarta. Numensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta,

2010.

Oppeheimer dikutip dari Max Bon Sabon, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.

Philipus, M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih (Pidato Penerimaan Guru Besar), UNAIR, 10- 10-1994.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 2011.

Rudolf Kjellin (dalam H. Abu Daud Busroh), Ilmu Negara, Bumi Aksara, 2011, Jakarta.

Soehino, Ilmu Negara, Cet. ke-8, Oktober 2008, Liberty, Yogyakarta.

Ten Berge, (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010.

dalam Numensen Sinamo, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010.

Van Vollenhoven (dalam Nomensen Sinamo), Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2010.

Wiijono Prodjodikoro (dalam Kusumadi Pudjosewojo), Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia.

Page 33: Kebijakan pemerintah dan Negara Hukumerepo.unud.ac.id/id/eprint/6624/1/ddf83bd84f01545e09e3cd...hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.12 2. Menurut Agustinus, membagi

KTINJAUA

KEBIJAKAAN TEOR

           

FAK

AN PEMERITIS TER

I KE

BAGULTAS HU

ERINTAHRHADAP 

OLEETUT TJUK

GIAN HUKUKUM UN

201

H DAN NNEGARA

EH KUP, SH. M

KUM ACARNIVERSITA13 

EGARA HA DAN PE

MH 

RA  S UDAYAN

HUKUM EMERINT

NA 

TAHAN