tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

110
PERDAGANGAN JENIS KURA-KURA DARAT DAN KURA-KURA AIR TAWAR DI JAKARTA HANS NICO AGUSTINUS SINAGA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Upload: doankhanh

Post on 12-Jan-2017

305 views

Category:

Documents


71 download

TRANSCRIPT

Page 1: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PERDAGANGAN JENIS KURA-KURA DARAT DAN KURA-KURA AIR TAWAR DI JAKARTA

HANS NICO AGUSTINUS SINAGA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 2: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perdagangan Jenis Kura-kura

Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, Februari 2008

Hans Nico Agustinus Sinaga

E 051054075

Page 3: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

ABSTRACT

HANS NICO AGUSTINUS SINAGA. The Trade of Tortoises and Freshwater Turtles in Jakarta. Supervised by ANI MARDIASTUTI and MIRZA DIKARI KUSRINI.

Tortoises and freshwater turtles, as wildlife resources, have long been used since the beginning of mankind to the modern era as food, medicinal ingredients, pets, handicrafts and for religious release. This research aims: (1) to analyze the trade of tortoise and freshwater turtles as pets in Jakarta; (2) to analyze the perception of stakeholders on the conservation of Indonesia’s biodiversity.

Observations were conducted during October to November 2007 in Jalan Kartini (near Pasar Baru), Pasar Kemuning (Jatinegara), Jalan Barito (near Blok M Plaza) and Kemang. There were 48 species of tortoise and freswater turtles observed for sale in all locations, comprised of 33,33% indigenous species and 66,67% exotic species. The total number of individuals observed was 264 heads.

Very common species observed (>15 individuals) were 3 indigenous species Cuora amboinensis, Siebenrockiella crassicollis and Heosemys spinosa; and 2 exotic species Trachemys scripta elegans and Pelodiscus sinensis. There were 5 species commonly observed (6-15 individuals), 2 of them were indigineous species Macrochelodina rugosa and Notochelys platynota; and 3 exotic species Chelydra serpentina, Morenia ocellata and Ocadia sinensis.

The size of individuals mostly traded was small (3-6 cm). The lowest price was Rp 10.000 for Cuora amboinensis and Trachemys scripta elegans. The highest prices were Rp 32 million in Kemang and Rp 35 million in Jalan Kartini (equals US$ 3.368,4 and US$ 3.684,2 with the exchange rate US$ 1= Rp 9.500) for Astrochelys radiata. Three protected species of Indonesia, Carettochelys insculpta, Batagur baska and Orlitia borneensis, observed in survey locations. The other kind of utilization of freshwater turtles and tortoises are for food and religious released, being observed in Pasar Petak Sembilan. The species traded were Amyda cartilaginea, Dogania subplana, Cuora amboinensis and Notochelys platynota. The prices were Rp 60.000/kg (meat), Rp 50.000/bottle (turtle oil/pasta) and Rp 40.000 (gallbladder). The bones priced at Rp 15.000/kg. The cooked meal of softshell turtle (pie oh in Chinese) sold for Rp 35.000/dish.

The occurrence of cyber market complicated the effort to control the trade of wildlife because of its secretive or privateness and the non-existence of fixed market place. The implementation of Management Authority’s responsibilities can be strengthened by: (1) a special regulation to manage national trade of wildlife, including foreign species brought in to Indonesia; (2) the revision of Governmental Regulation No. 7 of 1999, including its protected list; (3) handing over some of the management of unprotected species to regencies or provices.

Keywords: tortoises, freshwater turtles, trade, perception, exotic species, utilization, cyber market, Cuora amboinensis, Trachemys scripta elegans, Macrochelodina rugosa, Astrochelys radiata

Page 4: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

RINGKASAN

HANS NICO AGUSTINUS SINAGA. Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan MIRZA DIKARI KUSRINI.

Kura-kura darat dan kura-kura air tawar telah lama dimanfaatkan sebagai makanan, obat-obatan, satwa peliharaan, barang kerajinan dan pelepasan religius. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta, baik untuk jenis asli maupun jenis asing; (2) menganalisis persepsi para pihak tentang konservasi jenis hayati Indonesia.

Lokasi pengamatan adalah Jalan Kartini, Pasar Kemuning, Jalan Barito dan Kemang. Jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang diperdagangkan di seluruh lokasi pengamatan sebanyak 48 jenis, dimana 33,33% merupakan jenis asli sedangkan 66,67% jenis merupakan jenis asing. Jumlah total individu yang diperdagangkan sebanyak 264 ekor.

Jenis-jenis yang sangat umum ditawarkan (>15 ekor) adalah 3 jenis asli Cuora amboinensis, Siebenrockiella crassicollis dan Heosemys spinosa serta 2 jenis asing Trachemys scripta elegans dan Pelodiscus sinensis. Ada 5 jenis yang umum ditawarkan (6-15 ekor) yaitu 2 jenis asli Macrochelodina rugosa dan Notochelys platynota serta 3 jenis asing Chelydra serpentina, Morenia ocellata dan Ocadia sinensis. Ukuran yang diminati adalah ukuran kecil (3-6 cm). Harga penawaran terendah untuk Kura-kura Ambon Cuora amboinensis dan Kura-kura Brasil Trachemys scripta elegans yaitu Rp 10 ribu. Harga penawaran tertinggi untuk Kura-kura radiata atau Radiated Tortoise Astrochelys radiata sebesar Rp 32 juta (Kemang) dan Rp 35 juta (Jalan Kartini)(setara dengan US$ 3.368,4 dan US$ 3.684,2 pada kurs US$ 1 = Rp 9.500). Ada 3 jenis asli Indonesia yang telah dilindungi peraturan perundang-undangan diperdagangkan di lokasi pengamatan, yaitu Carettochelys insculpta, Batagur baska dan Orlitia borneensis.

Bentuk pemanfaatan lain adalah sebagai makanan dan pelepasan untuk tujuan religi di pasar Petak Sembilan. Jenis yang dijual yaitu Amyda cartilaginea, Dogania subplana, Cuora amboinensis dan Notochelys platynota. Harga penawaran Rp 60.000/kg (daging), Rp 50.000/botol (minyak bulus) serta Rp 40.000 (empedu). Tulang-tulangnya bernilai Rp 15.000/kg. Nasi tim labi-labi atau pie oh tim dijual Rp 35.000/porsi.

Keberadaan pasar maya meningkatkan tingkat kesulitan pengaturan peredaran tumbuhan dan satwaliar mengingat sifatnya yang tertutup dan tidak adanya tempat transaksi. Penguatan pengendalian peredaran satwaliar dapat dilakukan melalui: (1) penerbitan aturan khusus perdagangan jenis satwaliar di dalam negeri, termasuk bagi jenis asing yang diimpor ke Indonesia; (2) revisi PP No. 7 tahun 1999, termasuk lampiran daftar jenis dilindunginya; (3) pengalihan sebagian kewenangan pemanfaatan jenis tidak dilindungi ke daerah (kabupaten/kota dan provinsi).

Keywords: kura-kura, perdagangan, persepsi, jenis asing, pemanfaatan, pasar maya, Cuora amboinensis, Trachemys scripta elegans, Macrochelodina rugosa, Astrochelys radiata

Page 5: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

Page 6: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PERDAGANGAN JENIS KURA-KURA DARAT DAN KURA-KURA AIR TAWAR DI JAKARTA

HANS NICO AGUSTINUS SINAGA

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesi pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 7: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta

N a m a : Hans Nico Agustinus Sinaga

Nomor Pokok : E 051054075

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi Ketua Anggota

Diketahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MScF Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 1 Februari 2008 Tanggal Lulus:

Page 8: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Tonny Soehartono, MSc

Page 9: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PRAKATA

Haleluya... Puji Tuhan, hormat, puji-pujian dan sembah kepada Allah Bapa

yang Maha Tinggi melalui Juruselamat Yesus Kristus atas berkat dan

anugerahnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan satwaliar, dengan

judul ”Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan Kura-kura Air Tawar di Jakarta”.

Penelitian ini dilaksanakan di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti,

MSc serta Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi.

Ucapan terima kasih yang tulus disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi

atas pikiran dan waktunya selaku Komisi Pembimbing.

2. Dr. Ir. Tonny Soehartono, MSc atas kehadirannya selaku Penguji Luar

Komisi pada Ujian Tesis.

3. Direktur Jenderal PHKA, Kepala Pusdik Kehutanan dan Kepala Balai

KSDA Sulawesi Utara serta jajarannya atas dukungannya.

4. Rekan-rekan seperjuangan dalam kelas KKH (Abah Muin, Agustinus,

Mamat, Sandy, Tri, Supartono, Zeth, Elisa, Vitriana, Amien, Erna, Utin

Riesna, Diyah, Fifin) atas kebersamaannya.

5. Adhe Febry atas pengertian, bantuan dan dukungannya, Ria Oktarina dan

Wawan Gunawan untuk dukungan doanya.

6. Papa, Mama, serta adik-adik (Siska & Alan, Abram, Samuel dan Joel) serta

3 orang keponakan yang lucu atas kasih sayangnya.

7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2008

Hans Nico Agustinus Sinaga

Page 10: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bagan Siapi-api (Riau) pada tanggal 29 Agustus 1970

sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan D.P. Sinaga dan R.N.

Simanungkalit.

Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Swasta Cahaya Medan dan pada tahun

yang sama diterima di IPB Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (Sipenmaru). Penulis memilih Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan

Fakultas Kehutanan dan lulus pada tahun 1996. Beasiswa pendidikan

Pascasarjana diperoleh dari Departemen Kehutanan Republik Indonesia pada

tahun 2006.

Penulis bekerja sebagai pegawai Non Struktural pada Kanwil Dephut

Sulawesi Utara pada tahun 1998-2000. Penulis pindah tugas ke Balai KSDA

Sulawesi Utara sejak akhir tahun 2000 sebagai Staf dan menjabat sebagai Kepala

Seksi Konservasi Wilayah III Sangihe dan Talaud pada tahun 2005-2006.

Page 11: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Kerangka Pemikiran 5

METODE PENELITIAN 7 Waktu dan Tempat 7 Tahapan Penelitian 7

A. Studi Pustaka 7 B. Survei Lapangan 8 C. Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Hasil 10

A. Perdagangan Lokal 10 B. Pasar Maya (Cyber market) 21 C. Perdagangan Luar Negeri 23 D. Wawancara dan Kuesioner 37

Pembahasan 44 A. Segmentasi Pasar 44 B. Dinamika Pasar 46 C. Selera Pasar 48 D. Pemanfaatan Lainnya 50 E. Penegakan Hukum 51 F. Pengelolaan Pemanfaatan Satwaliar 53 G. Implementasi Terhadap Pengelolaan Satwaliar 56

SIMPULAN DAN SARAN 61 Simpulan 61 Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63 LAMPIRAN 67

Page 12: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan.

14

2 Jumlah jenis dan jumlah individu kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di setiap lokasi pengamatan.

15

3 Beberapa situs internet yang menawarkan jenis-jenis satwaliar termasuk kura-kura

22

4 Karakteristik pasar konvensional dan pasar maya (cyber market).

23

5 Kuota (tangkap dan ekspor) serta Realisasi ekspor Kura-kura Indonesia tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008)

24

6 Beberapa hal penting yang dirangkum dari wawancara dengan perwakilan IRATA, BKSDA DKI Jakarta dan Penjual

38

Page 13: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Beberapa jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia 2

2 Kerangka pemikiran penelitian 6

3 Hasil pengamatan di Pasar Kemuning Jatinegara 10

4 Berbagai spesies Kura-kura yang diperdagangkan di Jalan Barito Jakarta

11

5 Hasil pengamatan di Jalan Kartini 12

6 Berbagai jenis Kura-kura yang diperdagangkan di Kemang 13

7 Persentase kura-kura yang diperdagangkan di setiap lokasi pengamatan berdasarkan ukuran

16

8 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Barito

17

9 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Kartini

18

10 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Kemang

19

11 Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Pasar Kemuning Jatinegara

20

12 Hasil pengamatan di Petak Sembilan 21

13 Ekspor Amyda cartilaginea, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005

26

14 Ekspor Cuora amboinensis, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005

27

15 Ekspor Heosemys spinosa dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2005

28

16 Ekspor Malayemys subtrijuga dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005

29

17 Ekspor Callagur borneoensis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2001

30

18 Ekspor Leucocephalon yuwonoi dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005

31

19 Ekspor Manouria emys dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1989-2005

32

20 Ekspor Indotestudo forstenii dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1983-2005

33

Page 14: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

vi

Halaman

21 Ekspor Notochelys platynota dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005

34

22 Ekspor Siebenrockiella crassicollis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005

35

23 Ekspor Pelochelys bibroni dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005

36

24 Ekspor Pelochelys cantori dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005

37

25 Hasil Kuesioner Tipe A bagi Penjual 40

26 Hasil Kuesioner Tipe A bagi Pembeli 41

27 Hasil Kuesioner Tipe B bagi Penjual 42

28 Hasil Kuesioner tipe B bagi Pembeli 43

Page 15: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Jenis-jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia 68

2 Data perdagangan (ekspor) kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 1983 hingga 2005

69

3 Data perdagangan (impor) kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 1979 hingga 2006

76

4 Data kasus peredaran kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 2002 hingga 2005

78

5 Daftar Pertanyaan Wawancara 85

6 Daftar Pertanyaan Kuesioner bagi Penjual 88

7 Daftar Pertanyaan Kuesioner bagi Pembeli 89

8 Negara-negara pengekspor Kura-kura darat darat dan Kura-kura air tawar Indonesia

90

9 Daftar nama jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan serta status konservasinya menurut peraturan perundang-undangan Indonesia, Red List IUCN dan Apendiks CITES

91

10 Beberapa Foto Hasil Survei Lapangan 94

Page 16: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kura-kura (Ordo Testudines) adalah satwa purba yang telah berevolusi

menjadi bentuk bercangkang sejak 200 juta tahun yang lalu. Kura-kura, bersama-

sama dengan kadal, amfisbaenia, ular (Ordo Squamata), buaya (Ordo Crocodylia)

dan tuatara (Ordo Rynchocephalia), merupakan anggota Klas Reptilia. Ordo

Testudines adalah satu-satunya anggota Subklas Anapsida yang masih ada (Ernst

& Barbour 1989).

Kura-kura dapat dibagi dalam 2 subordo, yaitu subordo Cryptodira (dapat

memasukkan kepala ke arah cangkangnya) serta subordo Pleurodira (kepala dan

leher hanya dapat dibelokkan ke samping). Secara umum, kura-kura dapat

dibedakan atas 4 kelompok, yaitu penyu (sea turtle) yang hidup di laut, kura-kura

darat bercangkang keras dan tinggi atau baning (tortoise), kura-kura air tawar

bercangkang keras (terrapin) serta kura-kura air tawar bercangkang lunak

(softshell turtle) (Iskandar 2000).

Pemanfaatan jenis satwaliar secara langsung maupun tidak langsung telah

membentuk keseharian setiap komunitas manusia di muka bumi (Freese 1998).

Bentuk pemanfaatan tersebut telah berkembang dari pemanfaatan tradisional non

komersial melalui perburuan dan pengumpulan (hunting and gathering) untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari (Bolton 1997) menjadi pemanfaatan komersial

(trade) untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas dalam bentuk mati

(daging, telur, tanduk, bagian-bagian lain) dan bentuk hidup (satwa peliharaan

atau pet).

Sebagai salah satu negara mega biodiversitas di dunia, Indonesia juga

memiliki beragam jenis kura-kura, sebagian di antaranya merupakan jenis asli

Indonesia (Gambar 1). Wibowo (1999, diacu dalam Samedi & Iskandar 2000)

menduga paling tidak terdapat 29 jenis kura-kura dan labi-labi air tawar yang

mendiami habitat alami di seluruh Indonesia dan merupakan salah satu komponen

penting dalam keanekaragaman hayati Indonesia (Lampiran 1).

Page 17: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

2

Gambar 1. Beberapa jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia (dari kiri atas searah jarum jam): (a) Malayemys subtrijuga; (b) Chelodina reimanni; (c) Amyda cartilaginea; (d) Macrochelodina rugosa.

Kura-kura, sebagai salah satu jenis satwaliar, telah lama dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan subsisten manusia dan bentuk pemanfaatan lainnya (Van

Dijk 2000), utamanya sebagai makanan (Lau & Shi 2000; van Dijk 2000; Cheung

& Dudgeon 2006) atau obat-obatan (Lau & Shi 2000). Compton (2000)

mendeskripsikan bentuk pemanfaatan kura-kura dalam 5 kategori: sebagai

makanan (daging dan telur), obat-obatan tradisional China (Traditional Chinese

Medicine atau TCM), satwa peliharaan atau penangkaran herpetofauna, barang

kerajinan dan pelepasan untuk tujuan religius. Chen et al. (2000) menambahkan

informasi mengenai pelepasan kura-kura untuk tujuan religius yang lazim dalam

komunitas Tionghoa.

Ancaman paling nyata bagi populasi alami kura-kura darat dan kura-kura air

tawar di Indonesia adalah perburuan untuk diperdagangkan (Samedi & Iskandar

2000) serta kerusakan habitat (Klemens & Thorbjarnarson 1994; Samedi &

Iskandar 2000; Iskandar & Erdelen 2006). Perdagangan jenis-jenis ini telah

meningkat selama dekade terakhir, utamanya dengan peningkatan permintaan

negara-negara Asia Timur, khususnya ke China (Compton 2000; Lau & Shi 2000;

(a) (b)

(d) (c)

Page 18: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

3

Platt et al. 2007) yang dapat menyebabkan penurunan populasi alami bahkan

kepunahan jenis kura-kura Asia (Diesmos et al. 2004; Gavino & Schoppe 2004;

Kalyar et al. 2007; Nijman & Shepherd 2007). Kura-kura yang diperdagangkan

di China berasal dari negara-negara Asia, utamanya Vietnam dan Bangladesh

serta Malaysia (Chiew 2003) dan Indonesia (Cheung & Dudgeon 2006).

Kerusakan habitat dataran rendah, yang menjadi habitat utama jenis kura-kura

darat dan kura-kura air tawar, disebabkan adanya deforestasi dan konversi habitat

menjadi lahan pertanian, pemukiman, daerah transmigrasi dan areal konsesi

penebangan (Samedi & Iskandar 2000).

Keberadaan berbagai jenis kura-kura asing di Indonesia, yang utamanya

diperdagangkan sebagai satwa peliharaan, juga perlu dipantau mengingat cukup

banyak penjual yang menyediakan jenis-jenis tersebut, beragamnya jenis yang

dipajang dan tingginya harga jenis kura-kura yang ditawarkan. Bila sebelumnya

orang hanya mengenal jenis Kura-kura brasil atau Common slider Trachemys

scripta elegans, maka kini jenis Kura-kura radiata (Radiated tortoise) Astrochelys

radiata, Kura-kura bintang (Indian star tortoise) Geochelone elegans dan

Alligator snapping turtle Macrochelys temminckii merupakan beberapa jenis asing

yang banyak ditawarkan dengan harga penawaran yang cukup tinggi.

Perumusan Masalah

Dalam upaya konservasi jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar di

Indonesia, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dan perlu dijawab mengenai

pemanfaatan jenisnya adalah (1) jenis apa saja yang dimanfaatkan secara

komersial, (2) berapa banyak jumlah individu setiap jenis yang diperjualbelikan,

(3) berapa harga yang ditawarkan, (4) apa saja bentuk pemanfaatannya, (5) jenis-

jenis apa saja yang diekspor ke luar negeri, (6) jenis apa saja yang diimpor ke

Indonesia, (7) apa saja upaya yang telah dilakukan para pihak dalam upaya

konservasi jenis kura-kura, (8) bagaimana persepsi penjual dan pembeli terhadap

upaya konservasi jenis kura-kura, serta (9) upaya apa yang dapat dirumuskan

untuk mendukung konservasi kura-kura. Penelitian ini diarahkan untuk

merumuskan jawaban atas sebagian pertanyaan-pertanyaan di atas sehingga dapat

Page 19: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

4

menyediakan informasi yang tepat bagi pengambilan keputusan mengenai

konservasi jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Indonesia.

Penelitian ini diarahkan untuk menjawab sebagian dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut di atas melalui pengamatan terhadap perdagangan jenis kura-

kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta sebagai contoh yang diambil untuk

mewakili Indonesia mengingat posisinya sebagai pusat pemerintahan, pusat

perdagangan utama di Indonesia dan karena tingkat kemakmurannya yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

1. memperoleh informasi mengenai perdagangan kura-kura darat dan kura-kura

air tawar di Jakarta, yang mencakup jenis asli maupun jenis asing, untuk

dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan mengenai konservasi kura-kura

di Indonesia.

2. memperoleh informasi mengenai persepsi para pihak tentang konservasi

kura-kura di Jakarta sebagai bagian dari upaya konservasi jenis kura-kura di

Indonesia.

Tujuan umum tersebut di atas dapat dijabarkan dalam beberapa tujuan

khusus sebagai berikut :

1. mengetahui jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang

diperdagangkan di Jakarta.

2. mengetahui jumlah kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang

diperdagangkan di Jakarta.

3. mengetahui perdagangan kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia

ke luar negeri.

4. mengetahui implementasi kebijakan konservasi, khususnya mengenai upaya

penegakan hukum atas kasus-kasus peredaran jenis kura-kura darat dan

kura-kura air tawar Indonesia.

Page 20: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

5

5. mengetahui persepsi para pihak mengenai konservasi jenis Kura-kura darat

dan kura-kura air tawar Indonesia dan tindak lanjut yang perlu dilakukan

untuk mendukungnya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi kura-kura darat dan

kura-kura air tawar di Indonesia, karena :

1. menyediakan informasi mengenai kegiatan perdagangan jenis kura-kura

darat dan kura-kura air tawar di Jakarta;

2. menyediakan informasi mengenai persepsi para pihak mengenai upaya

konservasi jenis satwaliar di Indonesia;

3. menyediakan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembinaan

masyarakat, meningkatkan upaya penegakan hukum atas pelanggaran dalam

peredarannya serta meningkatkan kerja sama antara para pihak yang terkait.

Kerangka Pemikiran

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis hayati, termasuk kura-kura, yang

sangat tinggi (secara total merupakan urutan kedua terbanyak di dunia sesudah

Brazil) namun sebagian besar jenis memiliki ukuran populasi yang kecil. Selain

itu, beberapa populasi satwaliar memiliki sebaran yang terbatas dan rentan

terhadap kepunahan akibat perubahan habitat dan tekanan langsung terhadap

populasi. Oleh karena itu, beberapa jenis hayati Indonesia telah dilindungi untuk

mencegah kepunahan. Namun pada kenyataannya, jenis-jenis yang telah

dilindungi dan seharusnya tidak dieksploitasi ternyata mengalami tekanan hebat

karena kerusakan habitat alami dan perburuan atas populasi alami. Perdagangan

jenis kura-kura asli Indonesia dan keberadaan jenis-jenis asing perlu dipantau dan

dianalisis untuk mengetahui kondisi sebenarnya sehingga dapat disintesis suatu

bentuk pengelolaan pemanfaatan yang tepat agar dapat mendukung kelestarian

jenis asli di populasi alaminya (Gambar 2).

Page 21: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

6

Keterangan: Alur jenis asli Alur jenis asing

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian.

Kura-kura darat & kura air tawar

Diperdagangkan secara komersial!

Dilindungi

Endemisitas tinggi

Populasi kecil

Unik

Dimanfaatkan secara

tradisional!

Survei pasar, persepsi, kasus

Jumlah diperdagangkan,

persepsi para pihak, impelementasi hukum

Tidak boleh dimanfaatkan

Tidak Dilindungi

Tidak unik

Endemisitas rendah

Populasi besar

Jenis asli Indonesia

Boleh dimanfaatkan

Tidak boleh dimanfaatkan

Tidak Dilindungi

Dilindungi

Boleh dimanfaatkan

Jenis asing

Konservasi Kura-kura darat & Kura-kura air tawar Indonesia

Konservasi Kura-kura darat & Kura-kura air tawar asing

Page 22: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2007 hingga Desember 2007. Total

jumlah hari survei lapangan adalah 24 hari. Tempat pelaksanaan survei lapangan

adalah wilayah kota Jakarta dengan 4 lokasi terpilih, yaitu Jalan Kartini, Pasar

Kemuning Jatinegara, Jalan Barito dan Kemang. Beberapa lokasi lain juga

dipantau, yaitu Pasar Petak Sembilan, Pasar Jatinegara (depan Stasiun Jatinegara)

dan Jalan Sumenep.

Tahapan Penelitian

A. Studi Pustaka

Data perdagangan (ekspor dan impor) dari dan ke Indonesia diperoleh dari

database CITES-WCMC dan database Departemen Kehutanan (CITES

Management Authority untuk Indonesia). Data perdagangan pada trade database

CITES tersebut berisikan semua jenis yang telah diperdagangkan sejak tahun

1975. Data CITES-WCMC menunjukkan bahwa jenis kura-kura darat dan kura-

kura air tawar Indonesia telah diperdagangkan ke luar negeri sejak tahun 1983,

yaitu untuk jenis Indotestudo forstenii (Lampiran 2). Data untuk beberapa jenis

asli Indonesia yang telah lama diperdagangkan hanya ditemukan pada database

untuk beberapa tahun terakhir, misalnya data ekspor Amyda cartilaginea hanya

untuk tahun 2005. Diduga sebagian data yang tidak ditemukan tersimpan dengan

menggunakan nama lama masing-masing jenis, seperti nama Trionyx

cartilagineus untuk Amyda cartilaginea namun ternyata penelusuran pada

database tidak menemukan data lainnya. Data kemudian dilengkapi dengan

merangkum laporan tertulis Management Authority Indonesia sejak tahun 1983.

Data kasus-kasus peredaran satwaliar, diperoleh dari database Direktorat

Konservasi Keanekaragaman Hayati (Dit KKH) Ditjen Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam (Ditjen PHKA) (Lampiran 4).

Page 23: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

8

B. Survei Lapangan

1. Lokasi

Penelitian dilakukan dengan survei pendahuluan pada beberapa bagian kota

Jakarta untuk melihat lokasi pasar dan toko yang menjual kura-kura darat dan

kura-kura air tawar, baik jenis asli Indonesia atau jenis asing (dari luar negeri).

Informasi mengenai lokasi-lokasi tersebut diperoleh dari pustaka, dari informasi

lisan beberapa pihak serta dari instansi terkait.

Lokasi yang kemudian dipilih sebagai lokasi pengamatan utama di Jakarta

adalah Jalan Kartini (dekat Pasar Baru), Pasar Kemuning (Jatinegara), Jalan

Barito (dekat Blok M Plaza), dan Kemang. Beberapa lokasi lain yang juga

didatangi adalah Pasar Petak Sembilan (Glodok), Jalan Sumenep dan Pasar

Jatinegara (depan Stasiun Jatinegara).

2. Pengumpulan Data

Pada setiap toko atau penjual yang menjual kura-kura darat dan kura-kura

air tawar dilakukan:

1. Identifikasi jenis-jenis yang dijual dan pengambilan foto jenis-jenis tersebut

bila memungkinkan. Identifikasi mengacu pada Ernst & Barbour (1989)

dikombinasikan dengan Turtles field guide ATCN (diperbaharui pada tahun

2006) dan CITES Identification Guide - Turtles & Tortoises (1999). Nama

jenis disesuaikan dengan Fritz & Havas (2006).

2. Penghitungan jumlah individu setiap jenis.

3. Pendugaan panjang individu (panjang karapas/plastron) secara lurus

(straightline), bila memungkinkan. Pengelompokan ukuran individu adalah

(a) “kecil” (± 3-6 cm) dan (b) “sedang” (± 6-10 cm), dan “besar” (>10 cm).

4. Pendataan harga penawaran.

5. Wawancara dengan (1) penjual atau pemilik toko; (2) pembeli; (3) petugas

BKSDA; (4) pengurus IRATA (asosiasi eksportir reptilia) (daftar pertanyaan

wawancara pada Lampiran 5).

6. Pengisian kuesioner dengan (1) penjual atau pemilik toko dan (2) pembeli

(daftar pertanyaan kuesioner pada Lampiran 6 dan 7).

Page 24: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

9

C. Analisis Data

Analisis data hasil survei lapangan dan penelusuran pustaka dilakukan

dengan cara analisis deskriptif. Data jenis diorganisasikan menurut asal-usul

jenisnya (asli atau asing), menurut familianya, dan menurut keberadaannya

(umum tidaknya jenis tersebut berdasarkan jumlah individu yang ditawarkan),

kemudian dihitung persentase jenisnya. Dari tabel ini akan diketahui pula jenis-

jenis asli yang dilindungi dengan menggunakan Lampiran PP 7/1999 (Dephut,

1999b) sebagai acuan.

Data jumlah individu dan jumlah jenis untuk setiap lokasi pengamatan yang

diperoleh dijumlahkan menurut pengelompokan jenis asli dan jenis asing.

Analisis diarahkan untuk melihat kecenderungan ukuran apa yang ditawarkan oleh

para penjual atau yang diminati oleh para pembeli dan mengapa.

Harga penawaran ditanyakan secara langsung kepada penjual dan

ditabulasikan untuk setiap lokasi. Harga penawaran tidak selalu berarti harga mati

(harga jual) karena adanya kecenderungan penjual untuk menawarkan harga dua

kali lipat atau lebih sehingga tawar menawar selalu terjadi dalam proses jual beli.

Analisis diarahkan untuk melihat hubungan antara jenis asing dan jenis asli

terhadap harga penawaran setiap jenis serta untuk melihat faktor-faktor apa yang

mempengaruhi harga penawaran.

Data hasil wawancara dirangkumkan dalam tabel untuk menonjolkan hal-hal

paling penting dalam pandangan para pihak terkait dengan upaya konservasi jenis

kura-kura dan jenis hayati lainnya di Indonesia. Data hasil kuesioner

ditabulasikan, dihitung persentasenya dan ditampilkan dalam bentuk grafis untuk

memperlihatkan kecenderungan jawaban para responden. Kuesioner tipe A untuk

penjual dan pembeli memiliki pertanyaan yang berbeda sehingga dianalisis

sendiri-sendiri sedangkan kuesioner tipe B untuk penjual dan pembeli memiliki

pertanyaan yang sama sehingga dapat dibandingkan untuk melihat kecenderungan

untuk setiap kelompok responden.

Page 25: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

A. Perdagangan Lokal

1. Lokasi

Keempat lokasi pengamatan memiliki aktivitas perdagangan kura-kura

(darat dan air tawar) yang cukup besar, utamanya dari jumlah jenis dan jumlah

individu yang dijual. Jumlah penjual kura-kura darat dan kura-kura air tawar

untuk setiap lokasi pengamatan tidak terlalu besar, tidak lebih dari 20% dengan

keseluruhan penjual lainnya, kecuali untuk lokasi Kemang yang hanya terdiri atas

1 toko.

Gambar 3. Hasil pengamatan di Pasar Kemuning Jatinegara (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Suasana pasar; (b) Heosemys spinosa; (c) Suasana jual beli kura-kura & kelengkapannya; (d) Notochelys platynota.

Lokasi Pasar Kemuning (Gambar 3) merupakan pasar yang didominasi

penjual ikan hias dan kelengkapannya (air tawar dan air laut), beragam unggas

(burung Merpati, burung-burung berkicau, burung Elang, burung Hantu, dll) serta

mamalia (anjing, kucing, monyet ekor panjang, beruk, Macan dahan), bahkan

(a)

(c)

(b)

(d)

Page 26: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

11

jenis langka dan dilindungi seperti Kukang jawa Nycticebus coucang ditawarkan

pula. Lokasi ini berada dalam satu gang di sebelah timur Pusat Grosir Jatinegara

(PGJ) dan terletak dalam wilayah pusat perdagangan Jatinegara sehingga aktivitas

di dalam pasar ini cukup ramai. Jumlah pedagang satwaliar yang ada lebih dari 50

orang dimana pedagang ikan hias dan mamalia sebagian besar menempati bagian

luar gang sedangkan sebagian besar pedagang unggas menempati bagian dalam

gang.

Gambar 4. Berbagai spesies Kura-kura yang diperdagangkan di Jalan Barito Jakarta (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Malayemys subtrijuga; (b) Macrochelodina rugosa; (c) Cuora amboinensis; (d) Carettochelys insculpta; (e) Geochelone elegans; (f) Indotestudo forstenii.

Lokasi Jalan Barito (Gambar 4), yang berdampingan dengan toko-toko

bunga, merupakan lokasi penjualan ikan hias (air tawar dan air laut), kelengkapan

akuarium (akuarium, alat-alat pemeliharaan, makanan, penyaring air, alat pemberi

makan, lampu akuarium, karang hias, dll). Jenis-jenis ikan Hiu, ikan Pari, Belut

laut serta ikan air tawar yang unik seperti ikan Paru, ikan Gar, dan ikan raksasa

Arapaima gigas juga dijual di tempat ini. Satwaliar langka dan dilindungi seperti

Buaya muara Crocodylus porosus ditawarkan dengan harga Rp 1,5 juta/ekor.

Sejak Januari 2008, lokasi Jalan Barito telah digusur oleh Pemda DKI Jakarta

untuk difungsikan kembali sebagai taman kota.

(a) (b)

(c)

(f) (e) (d)

Page 27: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

12

Gambar 5. Hasil pengamatan di Jalan Kartini (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Orlitia borneensis; (b) Batagur baska; (c) Manouria emys; (d) Astrochelys radiata; (e) Chelus fimbriatus; (f) Toko-toko di Jalan Kartini.

Lokasi Jalan Kartini (Gambar 5) merupakan pusat penjualan beragam ikan

air tawar seperti ikan Koi, ikan Arawana, ikan Gar (jenis asing); beragam ikan air

laut seperti ikan Anemon, ikan Scorpion; karang hias; udang hias;

kelengkapannya (akuarium, alat pemeliharaan, hiasan akuarium, dll); serta toko

yang menjual ular, biawak, kadal, kodok dan beruk serta monyet ekor panjang.

Keragaman jenis ikan hias air tawar dan air laut yang ditawarkan di lokasi ini

tidak sebanyak yang terdapat di Jalan Sumenep namun jumlah pedagangnya jauh

lebih banyak dan menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan harga di

Jalan Sumenep.

Para pedagang di Jalan Kartini memiliki karakteristik komoditi yang hampir

sama dengan pedagang di Jalan Barito, dimana jenis kura-kura darat dan kura-

kura air tawar bukan merupakan dagangan utama dan hanya merupakan tambahan

terhadap komoditi lainnya. Jenis-jenis yang ditawarkan bervariasi antara jenis asli

dan jenis asing dengan harga penawaran yang cukup murah (kurang dari Rp 500

ribu), walaupun terdapat juga toko yang menawarkan kura-kura darat dan kura-

kura air tawar yang berharga jutaan rupiah. Hanya ada 1 toko eksklusif kura-kura

darat dan kura-kura air tawar, dimana jenis-jenis yang dipajang umumnya

merupakan jenis-jenis asing dan berharga mahal (di atas Rp 1 juta).

(a) (b) (c)

(f) (e) (d)

Page 28: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

13

Gambar 6. Berbagai jenis Kura-kura yang diperdagangkan di Kemang (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Chelonoides carbonaria; (b) Geochelone sulcata; (c) Lissemys punctata; (d) Geochelone elegans pyramiding; (e) Testudo graeca; (f) Stigmochelys pardalis high-domed.

Di wilayah Kemang terdapat 1 toko eksklusif yang menjual kura-kura darat

dan kura-kura air tawar (Gambar 6), dengan komoditi yang dijual umumnya

merupakan jenis-jenis asing berharga tinggi. Beberapa jenis asing yang sangat

menarik, seperti Geochelone elegans, Chelonoides carbonaria, Testudo graeca,

Stigmochelys pardalis dan G. sulcata merupakan komoditi yang banyak diminati

(menurut keterangan pemilik toko) walaupun harga penawarannya cukup mahal

(di atas Rp 1 juta). Toko ini juga menawarkan penataan tempat pemeliharaan

kura-kura di rumah pembeli, menjual buku-buku mengenai kura-kura, bersedia

melakukan perawatan kura-kura yang sakit serta bersedia pula menjualkan

kembali kura-kura yang sudah tidak lagi ingin dipelihara oleh pemiliknya.

2. Jenis

Jenis kura-kura yang diperdagangkan sebanyak 48 jenis, 33.33% (16 jenis)

adalah jenis asli sedangkan 66.67% (32 jenis) merupakan jenis asing (Tabel 1).

Tiga jenis asli yang ditawarkan merupakan jenis yang dilindungi di Indonesia,

yaitu Batagur baska, Orlitia borneensis dan Carettochelys insculpta.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Page 29: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

14

Tabel 1. Hasil pengamatan atas jenis kura-kura darat & kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan.

Familia Sangat umum (>15 ekor)

Umum (6-15 ekor) Jarang (1-5 ekor)

JENIS ASLI Carettochelyidae Carettochelys insculpta Geoemydidae Cuora amboinensis Notochelys platynota Batagur baska Heosemys spinosa Callagur borneoensis Siebenrockiella

crassicollis Malayemys subtrijuga

Orlitia borneensis Testudinidae Indotestudo forsteni Manouria emys Trionychidae Amyda cartilaginea Dogania subplana Chelidae Macrochelodina rugosa Chelodina parkeri

Chelodina sp. 3 jenis (6.25 %) 2 jenis (4.17 %) 11 jenis (22.92 %) JENIS ASING

Chelydridae Chelydra serpentina Macrochelys temminckii Emydidae Trachemys scipta elegans Clemys guttata Graptemys barbouri Graptemys nigrinoda Graptemys

pseudogeographica Malaclemys terrapin centrata Malaclemys terrapin terrapin Geoemydidae Morenia ocellata Chinemys sp. Mauremys sinensis Cuora mouhouti Geoclemys hamiltoni Kachuga sp. Kinosternidae Sternotherus carinatus Paltysternidae Platysternon megacephalum Testudinidae Astrochelys radiate Chelonoides carbonaria Geochelone elegans Geochelone sulcata Indotestudo elongate Pyxis arachnoids Stigmochelys pardalis Testudo graeca Testudo horsfieldii Trionychidae Lissemys punctata Pelodiscus sinensis Chelidae Chelus fimbriatus Phrynops geoffroanus Platemys platycephala Pelomedusidae Pelomedusa subrufa Podocnemididae Podocnemis unifilis

2 jenis (4.17 %) 3 jenis (6.25 %) 27 jenis (56.25 %)

Page 30: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

15

3. Jumlah

Berdasarkan hasil survei lapangan, terdapat 264 individu dari 48 jenis kura-

kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di seluruh lokasi pengamatan

(Tabel 2). Jumlah total jenis terbanyak berada di lokasi Jalan Kartini sedangkan

yang paling sedikit di Pasar Kemuning Jatinegara. Jumlah total individu

terbanyak ditemui di Pasar Kemuning Jatinegara sedangkan yang paling sedikit di

Kemang.

Tabel 2. Hasil pengamatan atas jumlah jenis dan jumlah individu kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di setiap lokasi pengamatan.

Asli Asing Total Kunj2) Lokasi Jenis Ind1) Jenis Ind1) Jenis Ind1)

Barito 5 56 5 11 10 67 4 Kartini 5 11 20 51 25 62 5 Kemang 1 1 22 36 23 37 1 Pasar Kemuning 5 52 1 46 6 98 4 Survei pendahuluan dan lokasi lainnya3)

- - - - - - 10

120 144 484) 264 24

Keterangan: 1) Jumlah individu; 2) Jumlah kunjungan; 3) Survei pendahuluan untuk mencari, melihat dan memilih lokasi penelitian

serta pengamatan pada lokasi lainnya dimana tidak dilakukan pencatatan data (jumlah, jenis, ukuran, harga);

4) Jumlah jenis berdasarkan Tabel 1.

4. Ukuran

Berdasarkan pendugaan ukuran setiap individu kura-kura pada setiap lokasi

pengamatan, maka persentase individu yang memiliki ukuran kecil (3-6 cm),

sedang (6-10 cm) atau besar (>10 cm) dapat dilihat pada Gambar 7. Ukuran

individu yang diperdagangkan pada semua lokasi, kecuali Jalan Barito,

menunjukkan bahwa ukuran yang diminati atau yang tersedia adalah “kecil” (3-6

cm) yang diduga berkorelasi positif dengan harga penawaran (harga penawaran

lebih murah). Namun, berdasarkan catatan penelitian, individu-individu

berukuran “sedang” (6-10 cm) yang ditawarkan di Jalan Barito sebenarnya lebih

mendekati ukuran kecil, yaitu antara 6-8 cm.

Page 31: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

16

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

BARITO

KARTINI

KEMANG

JATINEGARA

UKURAN Kecil (3-6 cm) UKURAN Sedang (6-10 cm) UKURAN Besar (>10 cm)

Gambar 7. Persentase kura-kura yang diperdagangkan di setiap lokasi pengamatan berdasarkan ukuran.

5. Harga

Harga penawaran setiap individu kura-kura darat atau kura-kura air tawar

tergantung pada jenis, ukuran, kondisi dan karakteristik uniknya. Jenis-jenis asing

umumnya berharga mahal walaupun berukuran kecil, apalagi bila memiliki

karakteristik khusus, misalnya Testudo graeca yag berwarna lebih keemasan atau

disebut tipe golden graeca, Astrochelys radiata yang berwarna lebih kuning atau

tipe high yellow. Selisih harga individu tipe khusus (atau berkarakter unik)

dengan tipe biasa (tidak memiliki karakter unik) dapat mencapai Rp 2-3 juta.

Sebagai contoh, individu yang memiliki kelainan albinisme (albino) dihargai

cukup mahal dibandingkan harga pasarannya, misalnya Kura-kura brasil

Trachemys scripta elegans yang biasanya berharga Rp 10-25 ribu ditawarkan

dengan harga Rp 1,5 juta karena memperlihatkan karakteristik albino yang sangat

kuat. Gambar 8 hingga Gambar 11 memperlihatkan selang harga penawaran

terendah dan tertinggi untuk setiap lokasi pengamatan.

Page 32: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

17

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500

Harga (x Rp 1,000)

Astrochleys radiata

Carettochelys insculpta

Chelydra serpentina

Cuora amboinensis

Heosemys spinosa

Indotestudo forsteni

Macrochelys temminckii

Siebenrockiella crassicollis

Sternotherus carinatus

Trachemys scipta elegans

Gambar 8. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Barito (dalam Rp 1,000).

Harga penawaran tertinggi adalah untuk jenis Macrochelys temmincki, yang

berasal dari Amerika Serikat sedangkan harga untuk jenis lain berkisar antara Rp

25 ribu hingga Rp 450 ribu. Harga penawaran yang cukup mahal tersebut

disebabkan karena sebagian besar merupakan jenis asing yang diimpor ke

Indonesia, sedangkan jenis berharga murah berasal dari dalam negeri.

Page 33: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

18

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

Harga (x Rp 1,000)

Amyda cartilaginea

Astrochelys radiata

Batagur baska

Callagur borneoensis

Carettochelys insculpta

Chelodina parkeri

Chelonoides carbonaria

Chelus fimbriatus

Chelydra serpentina

Chinemys sp

Geochelone elegans

Geoclemys hamiltoni

Indotestudo elongata

Kachuga sp

Macrochelodina rugosa

Macrochelys temminckii

Malayemys subtrijuga

Manouria emys

Morenia ocellata

Mauremys sinensis

Pelomedusa sp

Phrynops geoffroanus

Pyxis arachnoides

Stigmochelys pardalis

Testudo graeca

Gambar 9. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Jalan Kartini (dalam Rp 1,000).

Harga penawaran termahal untuk kura-kura di Jalan Kartini adalah untuk

jenis Astrochelys radiata, yang berasal dari Madagaskar dan dinilai sangat eksotis

sehingga berharga mahal. Harga tertinggi tersebut terkait dengan ukuran individu

yang ditawarkan cukup besar (>25 cm) sedangkan individu yang berukuran kecil

umumnya berharga kurang dari Rp 6 juta.

Page 34: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

19

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

Harga (x Rp 1,000)

Astrochelys radiata

Chelodina sp

Chelydra serpentina

Clemys guttata

Cuora mouhouti

Geochelone elegans

Geochelone sulcata

Geoclemys hamiltoni

Graptemys barbouri

Graptemys nigrinoda

Graptemys pseudogeographica

Lissemys punctata

Macrochelys temmincki

Malaclemys terrapin centrata

Malaclemys terrapin terrapin

Morenia ocellata

Platemys platycephala

Platysternon megacephalum

Podocnemis unifilis

Pyxis arachnoides

Stigmochelys pardalis

Testudo graeca

Testudo horsfieldii

Gambar 10. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di

Kemang (dalam Rp 1,000).

Jenis berharga termahal adalah Astrochelys radiata (Rp 32 juta), seperti juga

yang ditawarkan di Jalan Kartini, berukuran cukup besar (>25 cm) dan diduga

merupakan hasil peliharaan yang dijual kembali. Harga penawaran jenis lainnya

tidak melampaui Rp 5 juta rupiah dan umumnya berukuran kecil (<6 cm).

Page 35: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

20

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Harga (x Rp 1,000)

Cuora amboinensis

Heosemys spinosa

Notochelys platynota

Orlitia borneensis

Siebenrockiella crassicollis

Trachemys scripta elegans

Gambar 11. Selang harga penawaran terendah dan tertinggi untuk kura-kura di Pasar Kemuning Jatinegara (dalam Rp 1,000).

Harga penawaran untuk jenis-jenis kura-kura yang ditawarkan di Pasar

kemuning di bawah Rp 80 ribu dan semuanya, kecuali Trachemys scripta elegans,

merupakan jenis asli. Ukuran yang ditawarkan umumnya kecil (< 6 cm)

walaupun untuk Notochelys platynota, Cuora amboinensis, dan Orlitia borneensis

ukuran individu yang ditawarkan bisa mencapai 10 cm (ukuran sedang).

6. Pemanfaatan Lain

Penjualan kura-kura untuk pemanfaatan yang lain diobservasi di Pasar Petak

Sembilan (Glodok), yaitu untuk konsumsi (mentah atau masak) serta pelepasan

untuk tujuan religius. Jenis yang ditawarkan untuk konsumsi adalah Amyda

cartilaginea dan Dogania subplana dengan harga penawaran Rp 60 ribu/kg

(dijual dalam keadaan hidup dan dapat dipotong di tempat ini). Jenis yang

ditawarkan untuk pelepasan religius adalah Cuora amboinensis dan Notochelys

platynota dengan harga Rp 35 ribu/ekor. Selain daging mentah, minyak dan

empedu dari A. cartilaginea dan D. subplana juga dijual sebagai bahan obat

Page 36: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

21

dengan harga Rp 50 ribu/botol (minyak) dan Rp 40-60 ribu/kg (empedu). Tulang

bulus masih berharga untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat dengan harga Rp 15

ribu/kg.

Gambar 12. Hasil pengamatan di Petak Sembilan (searah jarum jam dari kiri atas): (a) Para pedagang di Pasar Petak Sembilan; (b) Penjual kura-kura; (c) Cuora amboinensis; (d) Minyak bulus; (e) Bulus & labi-labi hutan (A. cartilaginea & D. subplana); (f) C. amboinensis & Notochelys platynota.

B. Pasar Maya (Cyber market)

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan tersedianya jaringan internet

secara luas, maka pasar satwaliar berkembang pula ke dunia maya menjadi pasar

maya (cyber market). Model penawaran yang tersedia melalui situs khusus (baik

situs langsung atau portal/situs penghubung) maupun forum komunitas, walaupun

ada juga blog pribadi yang dijadikan sarana penawaran kura-kura. Umumnya

penawaran komoditi disertai dengan informasi mengenai komoditi (kondisi,

harga, ukuran) dan dilengkapi dengan gambar serta cara menghubungi penjual

(melalui e-mail (surat elektronik), nomor cellphone/mobile phone atau telepon

rumah (fixed line phone) (Tabel 3).

(a)

(b)

(c)

(d)

(e) (f)

Page 37: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

22

Tabel 3. Hasil penelusuran atas situs internet yang menawarkan berbagai jenis satwaliar, termasuk kura-kura.

Tipe Situs Alamat situs Komoditi Kelengkapan informasi Jenis akses Cara transaksi Keterangan

Portal turtleworld.multiply.com/market Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Terbuka

Portal www.hewanpeliharaan .com Berbagai jenis Cara perawatan, halaman iklan melalui akses tertutup

Tertutup, akses masuk dng ID & password

Portal www.jakartapets.com Ular, burung, anjing, kucing; berbagai kelengkapan

Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail

Portal www.jungleshop.be Berbagai jenis Foto Tertutup E-mail Luar negeri

Portal www.kuya2.com Berita tentang kura-kura

Portal www.ronsreptiles.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail Luar negeri

Portal www.tokobagus.com Ular, burung, anjing, kucing; berbagai kelengkapan

Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail

Portal www.turtlesale.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga, ukuran, karakteristik khusus

Terbuka Telepon, e-mail Luar negeri

Forum komunitas www.duniasatwa.com Berbagai jenis Tertutup, akses masuk dng ID & password

Forum komunitas forum.kafegaul.com Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Laman penawaran ada, akses masuk dng ID & password

Telepon, e-mail

Forum komunitas www.kaskus.us Berbagai jenis Foto, kondisi, harga Laman penawaran ada, akses masuk dng ID & password

Telepon, e-mail

Forum komunitas www.o-fish.com/forum/ Ikan hias, kura-kura Terbuka

Page 38: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

23

Karakteristik pasar konvensional berbeda dalam banyak hal dengan pasar

maya (cyber market)(Tabel 4), utamanya karena tidak adanya fisik pasar tempat

penjual dan pembeli bertatap muka (face to face). Bentuk transaksi juga

meniadakan tatap muka dengan memanfaatkan fasilitas transfer antar rekening

bank. Tatap muka hanya berlangsung atas kesepakatan antara pembeli dan

penjual yang saling mengenal dengan baik dan saling mempercayai.

Tabel 4. Perbandingan antara karakteristik pasar konvensional dan pasar maya

(cyber market).

Jenis pasar Karakteristik

Konvensional Maya (Cyber)

Identitas pembeli Diketahui Tidak diketahui Identitas penjual Diketahui Tidak diketahui Lokasi pasti pasar/penjual Diketahui Diketahui/Tidak diketahui Tempat perdagangan Bangunan fisik, eceran Situs, blog, forum (chatting,

mailinglist) Tatap muka Ya Tidak Presentasi barang Langsung (di toko atau

tempat pajangan) Tidak langsung (lewat laman situs)

Serah terima barang Langsung Tidak langsung Pemeriksaan mutu barang Langsung Tidak langsung Pembayaran Tunai, elektronik Elektronik, tunai

C. Perdagangan Luar Negeri

Kuota yang ditetapkan setiap tahun oleh Dirjen PHKA adalah kuota tangkap

untuk setiap wilayah provinsi berdasarkan usulan BKSDA setempat dan

direkomendasikan LIPI setelah berdiskusi dengan para pihak (Dephut, pengusaha

dan asosiasi eksportir, BKSDA). Kuota ekspor maksimal 90% dari kuota tangkap

sedangkan sisa 10% ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bibit penangkaran,

penelitian dan keperluan lain.

Data kuota tahunan yang diterbitkan Ditjern PHKA dan realisasinya

berdasarkan penerbitan SATS-LN (Surat Angkut Tumbuhan liar dan Satwa liar -

Luar Negeri) antara tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008) ditampilkan

dalam Tabel 5. Dari penelusuran data perdagangan kura-kura darat dan kura-kura

air tawar Indonesia dalam trade database CITES (Lampiran 2), tercatat 12 jenis

yang telah diperdagangkan, dimana jenis Indotestudo forstenii adalah jenis yang

paling awal tercatat diperdagangkan sejak 1983.

Page 39: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

24

Tabel 5. Kuota (tangkap dan ekspor) serta Realisasi ekspor Kura-kura Indonesia tahun 2004-2007 (dengan tambahan kuota 2008).

Keterangan: 1) Kuota tangkap nasional 2) Kuota ekspor, maksimal 90% dari kuota tangkap, ± 10% untuk pemanfaatan lokal (bibit penangkaran, penelitian, dll) 3) Realisasi ekspor (berdasarkan penerbitan SATS-LN) 4) Persentase realisasi ekspor terhadap kuota ekspor 5) Sejak kuota 2005, ketiga jenis dimasukkan dalam Kuota Apendiks II 6) Dilindungi, tidak ada kuota namun ada realisasi ekspor dengan keterangan sebagai hasil breeding

TAHUN

2004 2005 2006 2007 2008

Nama Jenis KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2) RE3) %E4) KT1) KE2)

Apendiks II

Cuora amboinensis 20,000 18,000 15,655 86,97 20,000 18,000 18,672 103.73 20,000 18,000 17,694 98.30 20,000 18,000 17,766 98.70 20,000 18,000

Heosemys spinosa 2,000 1,800 1,798 99,89 2,000 1,800 1,867 103.72 2,000 1,800 718 39.89 2,000 1,800 1,041 57.83 500 450

Indotestudo forstenii 500 475 614 129,26 500 475 820 172.63 500 475 613 129.05 500 475 470 98.95 300 270

Leucocephalon yuwonoi 200 100 100 100,00 200 100 96 96.00 200 100 87 87.00 200 100 98 98.00 0 0

Manouria emys 500 475 639 134,53 500 475 687 144.63 500 475 467 98.32 500 475 475 100.00 0 0

Pelochelys bibroni 100 90 85 94,44 100 90 89 98.89 100 90 59 65.56 100 90 78 86.67 100 90

Pelochelys cantorii 100 90 39 43,33 200 180 75 41.67 200 180 64 35.56 200 180 121 67.22 100 90

Siebenrockiella crassicollis 5,000 4,500 3,637 80,82 5,000 4,500 4,040 89.78 5,000 450 1,545 343.33 5,000 4,500 3,407 75.71 5,000 4,500

Amyda cartilaginea5) 10,000 9,000 28,000 27,000 27,766 102.84 28,000 27,000 26,965 99.87 28,000 27,000 26,710 98.93 28,000 25,200

Malayemys subtrijuga5) 2,500 2,250 500 475 89 18.74 500 475 341 71.79 200 180

Notochelys platynota5) 3,000 2,700 1,500 1,350 117 8.67 1,500 1,350 307 22.74 500 450

Chelodina parkeri 500 450 300 270 300 270 0.00 300 270 270 100.00 300 270

Non Apendiks

Chelodina reimanni 500 450 200 180 200 180 0.00 200 180 178 98.89 200 180

Chelodina siebenrocki 5,000 4,500 2,000 1,800 2,000 1,800 0.00 2,000 1,800 385 21.39 2,000 1,800

Cyclemys dentata 20,000 18,000 15,000 15,000 15,000 13,500 0.00 15,000 13,500 11,408 84.50 15,000 13,500

Dogania subplana 3,000 2,700 5,000 5,000 5,000 4,500 0.00 5,000 4,500 2,598 57.73 5,000 4,500

Elseya schultzei 2,000 1,800 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 799 88.78 1,000 900

Emydura subglobosa 3,000 2,700 1,000 900 1,000 900 0.00 1,000 900 754 83.78 1,000 900

Carettochelys insculpta 0 0 0 0 0 0 576) 0 0 0 0

Callagur borneoensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Chelodina mccordi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 40: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

25

Kuota tangkap dan kuota ekspor Kura-kura Indonesia pada tahun 2004-2007

(Tabel 5) menunjukkan bahwa ada jenis yang mengalami penambahan kuota,

pengurangan kuota atau tidak mengalami perubahan kuota. Penambahan atau

pengurangan kuota terjadi dari kuota tahun 2004 ke 2005, sedangkan kuota tahun

2006 dan 2007 tidak mengalami perubahan dan sama dengan kuota tahun 2005.

Jenis-jenis yang mengalami penambahan kuota adalah Pelochelys cantorii, Amyda

cartilaginea, dan Dogania subplana. Jenis-jenis yang mengalami penurunan

kuota adalah Malayemys subtrijuga, Notochelys platynota, Chelodina parkeri,

Chelodina reimanni, Chelodina siebenrocki, Cyclemys dentata, Elseya schultzei,

dan Emydura subglobosa.

Khusus untuk kuota tahun 2008 (yang baru diterbitkan pada bulan Januari

2008) dibandingkan dengan kuota tahun 2007, 7 jenis mengalami penurunan

kuota, tidak ada jenis yang mengalami penambahan kuota, sedangkan jenis-jenis

lainnya tidak mengalami perubahan kuota. Jenis-jenis yang mengalami

penurunan kuota adalah Heosemys spinosa, Indotestudo forstenii, Leucocephalon

yuwonoi, Manouria emys, Pelochelys cantorii, Malaymenys subtrijuga, dan

Notochelys platynota. Dua jenis di antaranya, yaitu Leucocephalon yuwonoi dan

Manouria emys tidak lagi mendapatkan jatah kuota (kuota=0).

Pada tahun 2006, Carettochelys insculpta yang dilindungi dan tidak

memiliki jatah kuota (kuota=0) ternyata memiliki realisasi ekspor sebanyak 57

ekor. Ekspor tersebut dinyatakan sebagai hasil penangkaran namun sejauh ini

belum tercatat secara resmi ada perusahaan yang telah melakukan penangkaran

jenis ini dan berhasil melakukannya, sehingga ekspor tersebut diduga berasal dari

tangkapan di alam (yang merupakan perbuatan melanggar hukum). Data

perdagangan ditampilkan dalam Gambar 13 s/d Gambar 24 setelah dicek silang

dan dilengkapi dengan data perdagangan (CITES Report) yang diterbitkan oleh

Departemen Kehutanan.

Page 41: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

26

1. Amyda cartilaginea

Amerika Serikat1.21%RRC

2.80%

Lainnya (13 negara)2.77%

Prancis3.77%

Singapura7.23%

Hong Kong32.00%

Malaysia50.22%

Gambar 13. Ekspor Amyda cartilaginea, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES.

Malaysia adalah pengimpor terbesar Amyda cartilaginea dari Indonesia

(Gambar 13) namun diduga impor tersebut akan dikirim kembali (re-ekspor) ke

China sebagai pasar terbesar kura-kura, utamanya untuk konsumsi. Ekspor ke

Hong Kong dan Singapura yang lebih kecil diduga untuk memenuhi kebutuhan

lokal walaupun sebagian mungkin dikirim pula ke pasar China. Ekspor langsung

ke China juga ada walaupun kecil, sedangkan ekspor ke Prancis dan Amerika

Serikat dan beberapa negara lainnya diduga untuk memenuhi kebutuhan etnik

Tionghoa yang berdomisili di negara-negara tersebut.

Page 42: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

27

2. Cuora amboinensis

Amerika Serikat54.50%

Jepang13.61%

Hong Kong11.65%

Prancis3.79%

Spanyol3.00%

Jerman2.66%

Malaysia1.70%

Italia1.67%

Vietnam1.31%

Lainnya (19 negara)6.11%

Gambar 14. Ekspor Cuora amboinensis, termasuk dengan penamaan lain, dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1984-2005. Sumber: CITES.

Amerika Serikat adalah pengekspor terbesar Cuora amboinensis dari

Indonesia (Gambar 14) untuk memenuhi kebutuhan sebagai peliharaan (pet),

bahan makanan, pelepasan religius dan bahan obat-obatan tradisional China

(TCM). Ekspor Jepang dan Hong Kong tidak sebesar ekspor Amerika Serikat

namun cukup signifikan, diduga untuk memenuhi kebutuhan yang sama seperti

pasar Amerika Serikat. Ekspor ke beberapa negara lainnya juga diduga untuk

memenuhi kebutuhan serupa dengan pasar Amerika Serikat dan diduga terkait

dengan etnik Tionghoa yang ada di negera-negara tersebut. Jenis ini cukup

diminati diduga karena harganya yang lebih murah sehingga tidak terlalu mahal

untuk dilepaskan kembali atau dikonsumsi sebagai bahan makanan serta jumlah

yang tersedia cukup banyak di pasaran.

Page 43: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

28

3. Heosemys spinosa

Amerika Serikat63.00%

Jepang14.11%

Jerman5.64%

Hong Kong5.35%

Prancis3.29%

Taiwan2.61%

Lainnya (14 negara)6.00%

Gambar 15. Ekspor Heosemys spinosa dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2005. Sumber: CITES.

Jenis Heosemys spinosa adalah jenis kura-kura yang sangat menarik dengan

karakteristik karapas yang berduri-duri lebar pada bagian tepinya (marginal)

sehingga menyerupai matahari, yang diduga menyebabkan jenis ini disebut Kura-

kura matahari di pasaran. Ekspor ke semua negara (Gambar 15) diduga untuk

tujuan pemeliharaan (pet). Pasar Amerika Serikat menguasai lebih dari 60%

jumlah ekspor H. Spinosa dari Indonesia sedangkan jumlah ekspor ke negara-

negara negara-negara lainnya tidak terlalu besar.

Page 44: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

29

4. Malayemys subtrijuga

Amerika Serikat43.82%

Taiwan21.35%

Jepang17.98%

Jerman11.24%

Prancis5.62%

Gambar 16. Ekspor Malayemys subtrijuga dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES.

Ekspor Malayemys subtrijuga (Gambar 16) diduga untuk memenuhi

kebutuhan sebagai pet walapun jenis ini juga dimanfaatkan sebagai bahan

makanan. Pasar Amerika Serikat menyerap porsi terbesar dari ekspor Indonesia

walaupun Taiwan, Jepang dan Jerman juga cukup signifikan. Pasar Prancis

adalah yang terkecil. Ekspor ke negara-negara lain mungkin juga terjadi namun

data ekspornya tidak diketahui.

Page 45: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

30

5. Callagur borneoensis

Amerika Serikat76.87%

Jepang19.13%

Kanada0.73%Swiss

1.28%

Hungaria0.73%

Malaysia0.73%

Belanda0.36%

Russia0.18%

Gambar 17. Ekspor Callagur borneoensis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1990-2001. Sumber: CITES.

Ekspor Callagur borneoensis (Gambar 17) diduga untuk memenuhi

kebutuhan sebagai pet. Jenis ini tidak memiliki karakteristik pewarnaan dan

pemolaan karapas yang cukup menarik, namun nilai kelangkaan dan ukuran

tubuhnya yang dapat terus bertumbuh besar diduga merupakan daya tarik bagi

pembeli untuk memeliharanya.

Page 46: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

31

6. Leucocephalon yuwonoi

Amerika Serikat81.60%

Jepang11.11%

Jerman3.82%

Belanda2.08%

Swiss1.39%

Gambar 18. Ekspor Leucocephalon yuwonoi dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.

Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya (tidak

menggigit) bagi pemelihara (merupakan karakter umum tortoise) serta

endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama Leucocephalon

yuwonoi sebagai satwa peliharaan (pet). Ekspor terbesar adalah ke Amerika

Serikat dan mencapai lebih dari 80% dari keseluruhan ekspor Indonesia ke luar

negeri (Gambar 18). Data ekspor sebelum tahun 2003 tidak diketahui, diduga

karena tercantum dengan menggunakan nama lama L. yuwonoi, seperti

Geoemyda yuwonoi, namun tidak muncul dalam penelusuran data di situs CITES.

Dugaan lainnya adalah ekspornya tidak ada atau diekspor melalui jalur lain

(penyelundupan atau fasilitas non CITES).

Page 47: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

32

7. Manouria emys

Amerika Serikat58.25%

Jepang21.16%

Prancis5.85%

Malaysia2.31%

Swiss2.09%

Taiwan1.89%

Lain-lain (21 negara)8.46%

Gambar 19. Ekspor Manouria emys dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1989-2005. Sumber: CITES.

Jenis Manouria emys adalah jenis kura-kura darat (tortoise) yang dapat

bertumbuh besar dan memiliki karapas yang menarik dengan sisik-sisik

heksagonalnya, karakteristik sifatnya yang tidak berbahaya serta usianya yang

cukup panjang seperti kura-kura lainnya. Hal-hal tersebut diduga merupakan daya

tarik utama M. emys sebagai satwa peliharaan dan mendorong permintaannya di

luar negeri. Jumlah ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat diikuti Jepang dan

Prancis (Gambar 19). Ekspor ke negara-negara lainnya tidak terlalu besar namun

jumlah pengekspor negara yang cukup banyak menunjukkan minat yang cukup

tinggi untuk jenis ini.

Page 48: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

33

8. Indotestudo forstenii

Amerika Serikat50.26%

Jepang24.08%

Prancis4.89%

Belanda3.49%

Jerman2.57%

Singapura2.23%

Swiss1.98%

Italia1.78%

Taiwan1.19%

Tidak Diketahui1.11%

Thailand1.09%

Spanyol1.03%

Lainnya (17 negara)4.30%

Gambar 20. Ekspor Indotestudo forstenii dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 1983-2005. Sumber: CITES.

Karakteristik pewarnaan karapas dan sifatnya yang tidak berbahaya bagi

pemelihara serta endemisitasnya yang tinggi diduga merupakan daya tarik utama

Indotestudo forstenii sebagai satwa peliharaan (pet), serupa dengan

Leucocephalon yuwonoi. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat dan

mencapai lebih dari 50% dari keseluruhan ekspor I. forstenii ke luar negeri

(Gambar 20). Jumlah negara pengekspor yang cukup banyak menunjukkan

tingginya minat atas jenis ini sebagai peliharaan (pet).

Page 49: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

34

9. Notochelys platynota

Hong Kong37.32%

Amerika Serikat33.70%

Jepang16.47%

Taiwan5.93%

Kanada3.84%

Spanyol1.10%

Prancis1.10% Meksiko

0.55%

Gambar 21. Ekspor Notochelys platynota dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2005. Sumber: CITES.

Ekspor Notochelys platynota (Gambar 21) yang terbesar adalah ke Hong

Kong dan diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan makanan serta

pelepasan religius, dan kemungkinan juga sebagai bahan obat-obatan. Ekspor ke

Amerika Serikat dan Jepang juga cukup besar dan diduga untuk kebutuhan

konsumsi dan bahan obat-obatan mengingat jenis ini tidak terlalu menarik secara

fisik untuk dipelihara sebagai pet.

Page 50: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

35

10. Siebenrockiella crasicollis

Amerika Serikat34.19%

Jepang23.68%

Hong Kong12.90%

Prancis12.23%

Jerman6.09%

Malaysia3.04%

Italia1.63%

Britania Raya1.69%

Taiwan1.25%

Kanada1.10%

Lainnya (6 negara)2.20%

Gambar 22. Ekspor Siebenrockiella crassicollis dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.

Ekspor Siebenrockiella crassicollis yang signifikan adalah ke Amerika

Serikat, Jepang, Hong Kong dan Prancis, sedangkan ekspor ke negara-negara

lainnya relatif lebih kecil. Ekspor ini diduga untuk memenuhi kebutuhan sebagai

bahan makanan, bahan obat-obatan dan sebagai pet. Data ekspor sebelum tahun

2003 tidak diketahui dan diduga dikirim dengan nama lama S. crassicollis namun

tidak ditemukan dalam penelusuran di situs CITES.

Page 51: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

36

11. Pelochelys bibroni

Amerika Serikat67.11%

Jepang23.03%

Swedia3.95%

Spanyol3.29%

Kanada2.63%

Gambar 23. Ekspor Pelochelys bibroni dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.

Jenis Pelochelys bibroni adalah jenis freshwater turtle asal Papua selatan

yang dapat tumbuh cukup besar (mencapai panjang karapas 1 m dan berat 200 kg)

dan memiliki pola cukup menarik pada bagian ventral karapasnya. Namun,

diduga pemanfaatan terbesar untuk jenis ini adalah sebagai bahan makanan

mengingat penampilannya di mata orang awam tidak terlalu berbeda dengan jenis

labi-labi Indonesia lainnya (A. cartilaginea, D. subplana, Chitra chitra,

P. cantorii), walaupun sebenarnya memiliki karakteristik fisik yang cukup jelas

dan berbeda dengan jenis-jenis lainnya. Ekspor terbesar adalah ke Amerika

Serikat walaupun jumlahnya relatif kecil (< 200 ekor) selama 3 tahun yang

tercatat.

Page 52: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

37

12. Pelochelys cantorii

Amerika72.84%

Jepang11.21%

Jerman6.03%

Kanada4.31%

Britania Raya2.16%

Prancis1.72% Taiwan

1.72%

Gambar 24. Ekspor Pelochelys cantori dari Indonesia ke beberapa Negara pada tahun 2003-2005. Sumber: CITES.

Jenis Pelochelys cantori adalah jenis freshwater turtle asal Sumatra,

Kalimantan dan Papua utara yang dapat tumbuh cukup besar (lebih besar dari

P. bibroni) dan memiliki pola cukup menarik pada bagian ventral karapasnya

(mirip P. bibroni namun dengan warna yang berbeda). Pemanfaatan terbesar

untuk jenis ini diduga adalah sebagai bahan makanan walaupun pemanfaatan

sebagai pet juga mungkin terjadi. Ekspor terbesar adalah ke Amerika Serikat

walaupun jumlahnya relatif kecil selama 3 tahun yang tercatat.

D. Wawancara dan Kuesioner

1. Wawancara

Ada 8 orang penjual dan 8 orang pembeli yang diwawancarai dan hasilnya

dirangkum pada Tabel 5 dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

disiapkan sesuai Lampiran 5. Rentang usia Penjual antara 34 hingga 53 tahun dan

semuanya berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia responden pembeli antara 21

hingga 47 tahun. Tujuh orang Pembeli berjenis kelamin laki-laki sedangkan 1

Page 53: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

38

orang lagi berjenis kelamin perempuan. Pekerjaan Pembeli bervariasi, mulai dari

mahasiswa, pegawai swasta, pegawai negeri hingga pengusaha. Tingkat

penghasilan diduga bervariasi karena tidak ada keterangan yang didapatkan untuk

tingkat penghasilan.

Tabel 6. Beberapa hal penting yang dirangkum dari wawancara dengan perwakilan IRATA, BKSDA DKI Jakarta dan Penjual.

No Perihal

1 Peraturan perundang-undangan sudah cukup memadai 2 Penegakan hukum perlu ditingkatkan 3 Masih ada oknum yang memanfaatkan celah hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi 4 Penyelundupan ke luar negeri masih berlangsung dan belum dapat dicegah 5 Upaya pengawasan peredaran telah dilakukan oleh BKSDA DKI Jakarta 6 Kerja sama antar instansi perlu ditingkatkan 7 Pembinaan instansi terkait terhadap penjual & pembeli masih kurang 8 Pengaturan kuota belum tepat 9 Perlu pelatihan konservasi bagi penjual untuk berperan serta dalam konservasi jenis 10 Belum ada pendataan yang lengkap mengenai jenis asli Indonesia 11 Adanya jaringan perdagangan antar penjual dan antara penjual dengan pemasok 12 Sebagian pembeli belum mengetahui teknis pemeliharaan kura-kura yang baik 13 Banyak pembeli membeli kura-kura sebagai tanda gengsi 14 Pelanggaran peredaran satwaliar telah diperkarakan dan ada yang sudah divonis 15 Satwaliar yang disita direhabilitasi dan ada yang sudah dilepasliarkan

Para penjual menyatakan bahwa jenis asli yang dijual umumnya berasal dari

luar Pulau Jawa (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua), sedangkan sumber

tangkapan di Pulau Jawa sudah berkurang, baik dalam jumlah lokasi tangkapan

maupun jumlah individu hasil tangkapan. Penjual atau pemilik toko tidak

berhubungan langsung dengan pengumpul di daerah-daerah dan memperoleh

komoditi dagangannya dari penyalur yang bertindak sebagai pengumpul komoditi

dari para penangkap di daerah-daerah.

Para penjual atau pemilik toko sudah mengetahui aturan-aturan yang berlaku

mengenai peredaran satwaliar, bahkan mengetahui beberapa jenis yang sudah

dilindungi dan tidak boleh diperdagangkan, seperti Kura-kura moncong babi

Carettochelys insculpta maupun Biuku Batagur baska. Namun keberadaan 3

jenis dilindungi di pasar-pasar yang disurvei (Tabel 1), yaitu Batagur baska,

Carettochelys insculpta dan Orlitia borneensis menunjukkan bahwa kesadaran

Page 54: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

39

untuk tidak menjual jenis-jenis dilindungi belum cukup memadai dan bahwa

pembinaan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah (Departemen

Kehutanan/BKSDA DKI Jakarta) atas peredaran satwaliar secara ilegal belum

memadai dan diduga hanya berlangsung sporadis dan tidak menyentuh seluruh

penjual/pemilik toko satwa. Jenis-jenis dilindungi cukup diminati pembeli,

khususnya beberapa pelanggan khusus yang dirahasiakan identitasnya.

Penjual/pemilik toko umumnya memiliki beberapa pelanggan khusus yang

memiliki hobi memelihara jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang khas

atau langka dan melakukan transaksinya melalui telepon. Informasi mengenai

keberadaan jenis baru yang unik atau jenis-jenis yang telah dipesan umumnya

langsung diberikan oleh penjual kepada para pembeli khusus ini melalui telepon

atau e-mail.

Pemilik toko yang mengkhususkan diri menjual jenis-jenis kura-kura darat

atau kura-kura air tawar, baik yang berasal dari Indonesia maupun yang

merupakan jenis asing, umumnya juga merupakan pencinta kura-kura sehingga

menaruh perhatian khusus atas kesejahteraan komoditi dagangannya.

Penjual/pemilik toko ini seringkali juga bertindak sebagai perawat kura-kura darat

atau kura-kura air tawar milik pelanggan yang sakit atau harus ditinggalkan saat

pemilik melakukan perjalanan ke luar kota. Hal ini diduga merupakan upaya

penjual untuk menjaga kesetiaan pelanggan dan menambah pelanggan baru

berdasarkan rekomendasi pelanggan lama yang puas dengan pelayanan penjual.

Penjual/pemilik toko juga bertindak sebagai pedagang perantara atau pembeli

kura-kura darat atau kura-kura air tawar yang ingin dijual oleh pemiliknya, untuk

kemudian dijual kembali kepada peminat melalui tokonya atau melalui telepon

kepada pelanggan khusus.

2. Kuesioner

Kuesioner diajukan kepada 8 orang penjual (Lampiran 6) dan 8 orang

pembeli (Lampiran 7), dimana kuesioner tipe A memiliki pertanyaan-pertanyaan

yang berbeda untuk penjual dan pembeli dan kuesioner tipe B memiliki

pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk penjual dan pembeli) (Gambar 25 hingga

Gambar 28).

Page 55: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

40

0.00% 12.50% 25.00% 37.50% 50.00% 62.50% 75.00% 87.50% 100.00%

Pekerjaan utama?

Komoditi dominan?

Kura-kura sebagai pet?

Bagian-bagian Kura-kura?

Menangkarkan Kura-kura?

Jenis yang dilindungi?

Jenis asing?

Pembinaan Pemerintah?

Sudah lama berdagang?

Perdagangan penurunan?

Pasokan berkurang?

Hambatan Pemda?

Hambatan BKSDA?

Persentase (%)

Ya Tidak

Gambar 25. Hasil Kuesioner Tipe A bagi Penjual.

Seluruh penjual yang menjawab kuesioner menyatakan bahwa pekerjaan ini

merupakan pekerjaan utama (full time job) dan bahwa kura-kura merupakan

komoditi utama yang dijual sebagai pet. Ada 25% penjual yang menyatakan telah

melakukan penangkaran namun tidak diberikan keterangan apapun mengenai jenis

kura-kura yang telah dicoba untuk ditangkarkan. Seluruh penjual sepakat bahwa

pasokan dari daerah telah menurun namun hanya 25% yang menyatakan bahwa

perdagangan kura-kura mengalami penurunan, karena penurunan pasokan ditutupi

oleh komoditi substitusi, yaitu jenis-jenis asing yang meningkat dalam jumlah

jenis dan jumlah individu yang ditawarkan.

Page 56: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

41

0.00% 12.50% 25.00% 37.50% 50.00% 62.50% 75.00% 87.50% 100.00%

Pernah memiliki?

Jenis lokal?

Jenis asing?

Mengonsumsi daging?

Obat?

Sudah lama memelihara?

Memiliki yang dilindungi?

Pembinaan Pemerintah?

Penghasilan sendiri?

Tanda gengsi?

Pengetahuan yang cukup?

Pedagang tertentu?

Pernah menjual kembali?

Pemberian/tukaran?

Jenis lain?

Lebih menyukai jenis asing?

Ya Tidak

Gambar 26. Hasil Kuesioner Tipe A bagi Pembeli.

Dari beberapa pertanyaan kuesioner yang diajukan, pertanyaan “apakah

pembeli pernah mendapatkan pembinaan pemerintah” mendapatkan respon

jawaban “Tidak” sebesar 100%. Hal ini diduga menunjukkan bahwa sejauh ini

pembinaan pemerintah belum menyentuh pembeli/konsumen sehingga pembeli

tidak terlalu peduli dengan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mengatur perlindungan dan perdagangan jenis satwa liar. Sebagian besar pembeli

merupakan calon pemelihara yang masih baru mencoba memelihara kura-kura

(persentase jawaban “Ya” sebesar 37,50%) walaupun 50% dari pembeli ternyata

pernah memelihara jenis satwaliar lain. Jenis asing lebih disukai dan diduga

terkait dengan gengsi bagi pemelihara kura-kura yang unik dan langka.

Page 57: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

42

0.00% 12.50% 25.00% 37.50% 50.00% 62.50% 75.00% 87.50% 100.00%

Kinerja Pem (kura-kura)

Konsistensi Pem (kura-kura)

Kinerja Pem (seluruh)

Penegakan hukum

Pengetahuan (media massa])

Pengetahuan (buku,dll)

Peran LSM

Dukungan masyarakat

1 (kurang) 2 (cukup) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (baik sekali)

Gambar 27. Hasil Kuesioner Tipe B bagi Penjual.

Jawaban para penjual untuk tipe pertanyaan B umumnya antara jawaban 2

(cukup) dan 4 (baik). Hal ini terkait dengan pengetahuan penjual yang lebih baik

mengenai kura-kura dan tereksposnya mereka dengan lembaga Pemerintah yang

mengatur peredaran tumbuhan dan satwaliar. Selain itu, dalam rangka

meningkatkan pengetahuannya, para penjual umumnya memiliki buku-buku

pengenal jenis yang cukup baik dan lengkap dan cukup terbuka terhadap

informasi pasar terkait dengan jenis-jenis yang dijualnya sehingga memiliki

pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kura-kura.

Page 58: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

43

0.00% 12.50% 25.00% 37.50% 50.00% 62.50% 75.00% 87.50% 100.00%

Kinerja Pem (kura-kura)

Konsistensi Pem (kura-kura)

Kinerja Pem (seluruh)

Penegakan hukum

Pengetahuan (media massa])

Pengetahuan (buku,dll)

Peran LSM

Dukungan masyarakat

1 (kurang) 2 (cukup) 3 (cukup baik) 4 (baik) 5 (baik sekali)

Gambar 28. Hasil Kuesioner tipe B bagi Pembeli.

Jawaban pertanyaan kuesioner tipe B bagi pembeli umumnya berada antara

selang 1 (kurang) hingga 3 (cukup baik). Hal ini diduga karena pembeli kurang

mendapatkan informasi mengenai kura-kura dan tidak tereksposnya pembeli

dengan Pemerintah yang mengatur perdagangan satwaliar, khususnya kura-kura.

Sebagian besar penjual menyatakan bahwa kinerja dan konsistensi Pemerintah

dalam mengelola konservasi jenis kura-kura dan jenis satwaliar lainnya berada

dalam penilaian ”cukup baik” hingga ”baik”, sedangkan penilaian pembeli lebih

rendah karena masih ada yang menjawab ”kurang”. Demikian pula mengenai

masalah ketersediaan informasi dan pengetahuan mengenai konservasi, diduga

bahwa penilaian yang lebih positif terhadap hal ini ditunjang oleh pembinaan

pemerintah kepada penjual sedangkan kurangnya pembinaan berdampak

kurangnya pengetahuan pembeli terhadap hal tersebut.

Page 59: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

44

PEMBAHASAN

A. Segmentasi Pasar

Lokasi yang dipilih untuk pengamatan pada survei lapangan adalah Jalan

Kartini (dekat Pasar Baru), Pasar Kemuning (Jatinegara), Jalan Barito (dekat Blok

M Plaza) dan Kemang. Lokasi-lokasi tersebut di atas mewakili 3 segmentasi

pasar bagi jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta, yaitu (1) satwa

peliharaan untuk kelas menengah ke bawah di lokasi Pasar Kemuning

(Jatinegara), Jalan Kartini dan Jalan Barito; (2) satwa peliharaan untuk kelas

menengah di lokasi Jalan Barito dan Jalan Kartini; (3) satwa peliharaan untuk

kelas atas di lokasi Jalan Kartini dan Kemang.

Segmentasi tersebut dibentuk berdasarkan harga komoditi yang ditawarkan.

Harga kura-kura untuk pasar menengah ke bawah berkisar antara Rp 10 ribu-75

ribu, harga untuk kelas menengah berada pada kisaran Rp 75 ribu-500 ribu

sedangkan kisaran harga untuk kelas atas berada di atas Rp 500 ribu.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis-jenis asing menjadi komoditi

dominan yang dijual pada lokasi pengamatan, kecuali untuk Pasar Kemuning

Jatinegara. Jenis-jenis yang sangat umum dan umum dijumpai dijual di lokasi-

lokasi pengamatan adalah jenis-jenis lokal C. amboinensis, S. crassicollis dan H.

spinosa serta T. scripta elegans dan jenis asing P. sinensis (Tabel 1). Ada 5 jenis

yang umum diperjualbelikan (2 jenis lokal: M. rugosa, N. platynota; 3 jenis asing:

C. serpentina, M. ocellata, O. sinensis), sedangkan sisanya merupakan jenis yang

jarang diperjualbelikan.

Fenomena serupa juga dicatat oleh Nijman & Shepherd (2007) di Thailand

dan Goh & O’Riordan (2007) di Singapura, dimana jenis-jenis asing mendominasi

jenis yang dijual di pasar-pasar setempat. Sebaliknya, Shepherd et al. (2004b)

mencatat bahwa jenis-jenis asli C. amboinensis, H. spinosa dan A. cartilaginea

adalah jenis kura-kura yang umum diperdagangkan di Medan.

T. scripta elegans dan P. sinensis adalah 2 jenis yang sudah ditangkarkan

secara besar-besaran (Ades et al. 2000; Lau et al. 2000; Lau & Shi 2000; Nijman

& Shepherd 2007) di beberapa negara Asia seperti China (Lau & Shi 2000; Lau et

al. 2000), Vietnam (Hendrie 2004), Thailand (Lau et al. 2000), Taiwan (Chen et

Page 60: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

45

al. 2000) dan diduga telah membentuk populasi introduksi di beberapa negara

seperti Filipina (Regodos & Schoppe 2005), Taiwan (Chen et al. 2000) dan Hong

Kong (Lau et al. 2000). Keduanya merupakan jenis yang mudah beradaptasi

dengan perubahan lingkungan, berbiak dengan cepat dibandingkan jenis lainnya

serta bertumbuh dengan cepat. Kedua jenis ini adalah jenis kura-kura yang

banyak diekspor ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Bila dilihat dari data impor kura-kura asing yang masuk ke Indonesia

(Lampiran 3), dapat dilihat bahwa jumlah yang masuk setiap tahun sejak 1979-

2006 tidak melampaui 200 ekor/jenis atau 3.459 ekor secara keseluruhan (469

ekor selama tahun 2006). Hasil pengamatan di 4 lokasi (Tabel 2) menunjukkan

jumlah individu jenis asing yang ditawarkan cukup banyka (144 ekor), padahal

pengamatan belum mencakup seluruh wilayah Jakarta yang sangat luas yang

membuka peluang keberadaan cukup banyak toko-toko atau penjual kura-kura

eceran yang menjual dalam jumlah sedikit namun secara kumulatif cukup banyak

jumlahnya. Shepherd & Nijman (2007) menemukan 1439 ekor dari 26 jenis asing

pada survei serupa di wilayah Jakarta pada tahun 2004, 18 jenis di antaranya

termasuk dalam Apendiks CITES.

Selain itu, pasar kura-kura pet tidak hanya di Jakarta saja namun juga telah

berkembang ke kota-kota lainnya seperti Surabaya dan Malang (Haryanto

pers.comm.; Gunawan pers.comm.) serta beberapa kota besar lainnya di

Indonesia. Dengan demikian, patut diduga bahwa jumlah jenis asing yang masuk

ke Indonesia melampaui angka impor resmi tersebut dan patut diduga sebagian

atau seluruhnya masuk secara ilegal ke Indonesia.

Pengamatan di lokasi lain yaitu Jalan Sumenep dan Pasar Jatinegara (depan

Stasiun Jatinegara) memperlihatkan bahwa kedua lokasi tersebut merupakan pusat

penjualan beragam jenis ikan hias, jenis air tawar dan air laut, dengan

kelengkapannya (akuarium, tumbuhan hias akuarium, alat-alat akuarium, batu hias

dan karang hidup dan karang mati) sebagai komoditi utama dan menjual jenis

kura-kura darat dan kura-kura air tawar sebagai tambahan/sampingan saja.

Lokasi Jalan Sumenep merupakan salah satu penyedia ikan hias air laut

terbesar di Jakarta, dan diperkirakan untuk kelas menengah ke atas dengan

melihat harga komoditi yang tinggi dan jenis-jenis yang dijual sangat beragam

Page 61: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

46

serta unik/khas, sedangkan lokasi Pasar Jatinegara untuk kelas menengah ke

bawah mengingat harga penawaran yang tidak terlalu tinggi dan jenis-jenis yang

dijual adalah jenis yang umum (seperti ikan Mas koki, ikan Cupang, ikan Botia,

Lobster hias). Di kedua lokasi tersebut, beberapa jenis kura-kura juga dijual

namun dalam jumlah yang kecil serta jenis-jenis yang umum dijual seperti T.

scripta elegans atau H. spinosa. Dengan demikian, kedua lokasi ini tidak terlalu

signifikan sebagai pusat penjualan kura-kura air tawar dan kura-kura darat

sebagaimana Jalan Barito, Kemang, Jalan Kartini atau Pasar Kemuning.

Adanya pasar maya (cyber market) meningkatkan ketersediaan kura-kura di

pasaran karena menyediakan akses bagi calon pembeli untuk dapat memperoleh

kura-kura pet tanpa harus membeli langsung di pasar konvensional, seperti Jalan

Barito atau Pasar Kemuning (Tabel 3). Anonimitas pembeli dan penjual juga

menjamin keamanan kedua belah pihak, utamanya bila jenis yang akan

ditransaksikan adalah jenis-jenis dilindungi atau bila pembeli tidak ingin

identitasnya diketahui umum.

Informasi yang tersedia dan ditampilkan pada situs, misalnya kondisi kura-

kura, ukuran, harga penawaran serta cara transaksi yang disediakan, termasuk

nomor telepon atau alamat e-mail. Pembayaran dilakukan melalui transfer antar

rekening bank atau dibayar langsung bila kura-kura yang telah dibeli dikirimkan

ke pembeli. Pengiriman kura-kura yang telah dibeli biasanya dilakukan oleh

pihak ketiga, kecuali bagi pembeli yang telah dikenal oleh penjual. Metode

pengiriman dan pembayaran yang lain juga dapat dilakukan sesuai kesepakatan

pembeli dan penjual. Karakteristik-karakteristik ini yang membedakan pasar

maya dengan pasar tradisional (Tabel 4).

B. Dinamika Pasar

Menurut para penjual, daerah-daerah yang menjadi pemasok utama adalah

Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, Sulawesi

Tengah, Papua dan Papua Barat serta Jawa Barat. Harga penawaran jenis asli

yang lebih murah dibandingkan jenis asing diduga dapat menjangkau segmentasi

konsumen yang lebih luas dengan kemampuan membeli yang beragam sehingga

permintaannya cukup tinggi. Apalagi, sebagian jenis asli juga dimanfaatkan

Page 62: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

47

sebagai bahan makanan dan bahan obat-obatan dimana permintaannya relatif

konstan dibandingkan dengan permintaan pasar pet yang lebih fluktuatif dan

sesuai trend yang ada.

Masih tersedianya jenis lokal disebabkan masih adanya pasokan dari daerah-

daerah penangkapan ke Jakarta walaupun jumlahnya menurun, baik untuk

dimanfaatkan sebagai bahan makanan (konsumsi) maupun sebagai satwa

peliharaan. Adanya penurunan pasokan dari daerah penangkapan ke pusat

penjualan di Jakarta maupun berkurangnya jumlah wilayah penangkapan diduga

menunjukkan adanya kemungkinan penurunan populasi alami kura-kura, baik

jumlah individunya maupun jumlah populasinya serta sebaran populasi alami

yang ada. Penelitian Widagti (2007) di wilayah Kalimantan Timur untuk jenis C.

amboinensis memperlihatkan bahwa telah terjadi penurunan hasil panen sejak

tahun 2000. Estimasi jumlah panenan saat ini sebanyak 7500 individu/tahun dan

diduga masih sustainable, walaupun untuk wilayah yang sama pada tahun 1996-

1999, panenan mencapai 1000 individu/minggu atau lebih dari 50.000

individu/tahun.

Fenomena yang sama juga dicatat oleh Shepherd (2000) yang menunjukkan

bahwa jumlah labi-labi yang diekspor dari Sumatra Utara ke luar negeri selama

tahun 1996-1998 berjumlah 715.192 ekor (1996), 423.100 ekor (1997) dan

358.927 ekor (1998), yang menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun.

Di Vietnam bagian Selatan, penurunan populasi C. amboinensis juga terjadi

seperti yang dicatat oleh Stuart (2004) dan kemungkinan juga akan terjadi pada M.

subtrijuga di wilayah yang sama. Platt et al. (2007) menyatakan bahwa

peningkatan perdagangan kura-kura di Myanmar, dapat mendorong penurunan

populasi alami.

Untuk penawaran jenis-jenis asing atau jenis-jenis yang berharga mahal,

jumlah individu yang dipajang umumnya berjumlah 1 ekor dan tidak lebih dari 3

ekor. Dari keterangan penjual, diketahui bahwa stok untuk jenis-jenis tersebut

masih ada dan disimpan di tempat lain serta akan diambil bila perlu. Hal serupa

juga dicatat oleh Goh & O’Riordan (2007) di Singapura. Pengaturan ini diduga

untuk menjamin keamanan penjual, utamanya bila jenis yang ditransaksikan

Page 63: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

48

adalah jenis yang dilindungi serta melindungi kura-kura yang berharga mahal dari

kemungkinan stres akibat perpindahan yang tidak perlu.

Selain itu, penjual juga menyatakan bahwa bila jenis atau jumlah individu

yang diminta calon pembeli tidak ada maka mereka dapat mengupayakannya dari

penjual lain (di tempat yang sama atau di tempat lain) atau dari pemasok.

Keterangan ini menambahkan informasi baru bahwa ada jaringan antar penjual,

serta adanya pemasok yang menyediakan barang jualan. Luas jaringan tidak

diketahui dan tidak diketahui berapa penjual yang saling terkait. Pemasok tidak

diketahui dengan pasti walaupun ada informasi dari penjual bahwa pemasok

utama berada di wilayah Bekasi, Karawang dan Bintaro.

Para penjual menyatakan tingkat perdagangan kura-kura darat dan kura-kura

air tawar tidak menurun walaupun terjadi pengurangan pasokan dari daerah. Hal

ini terjadi karena kekosongan suplai ditutupi oleh ketersediaan jenis-jenis asing

yang cukup banyak, baik dalam keragaman jenis yang cukup tinggi maupun

jumlah individu yang cukup memadai. Mereka menyatakan bahwa minat untuk

memelihara kura-kura bertumbuh dengan semakin banyaknya tempat penjualan

dan jenis yang tersedia. Pada awalnya, pemeliharaan jenis asing masih bersifat

eksklusif oleh konsumen yang memiliki cukup uang dan koneksi untuk

mendatangkan jenis-jenis tersebut namun dengan bertambahnya outlet satwaliar di

Jakarta, maka eksklusivitas pemeliharaan jenis asing yang langka atau unik sudah

berkurang. Tingkat pendapatan masyarakat yang lebih tinggi di Jakarta (untuk

kelas menengah ke atas) dan adanya gengsi mendorong tumbuhnya minat untuk

memelihara satwaliar.

C. Selera Pasar

Secara umum, ukuran yang diminati atau yang tersedia di lokasi pengamatan

adalah ukuran kecil (3-6 cm), kecuali untuk Jalan Barito yang didominasi ukuran

sedang (Gambar 7). Namun dari catatan pengamatan diketahui bahwa individu

ukuran sedang yang banyak dijual di Jalan Barito memiliki ukuran yang lebih

mendekati ukuran kecil (sedikit lebih besar dari 6 cm). Hal ini diduga terkait

dengan beberapa hal yaitu: (1) individu berukuran kecil berharga lebih murah

sehingga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terjual; (2) individu

Page 64: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

49

berukuran kecil lebih mudah diangkut oleh penjual atau pembeli; (3) nilai

kerugian pembeli tidak terlalu besar apabila individu yang dibelinya dalam ukuran

kecil, yang berharga lebih murah dibandingkan individu berukuran besar, mati

dalam waktu singkat.

Harga penawaran terendah berlaku untuk jenis yang paling banyak dijual

yaitu Kura-kura Ambon Cuora amboinensis dan Kura-kura Brasil Trachemys

scripta elegans (Gambar 8 s/d Gambar 11). Harga penawaran tertinggi untuk

setiap lokasi adalah jenis Kura-kura radiata atau Radiated Tortoise Astrochelys

(Geochelone) radiata dengan harga tertinggi berada pada angka Rp 32 juta

(Kemang) hingga Rp 35 juta (Jalan Kartini)(pada kurs US$ 1 = Rp 9.500 setara

dengan US$ 3.368,4 dan US$ 3.684,2)(Gambar 9 dan Gambar 10). Harga tinggi

tersebut terkait dengan biaya pengangkutan dari tempat asal yang jauh, status

kelangkaan dan perlindungan jenis di tempat asalnya serta karakteristik unik yang

dimiliki (warna dan corak karapas yang indah, perilaku yang non-agresif namun

menarik). Kisaran harga individu berdasarkan Shepherd & Nijman (2007) berada

pada selang US$ 2,2 – US$ 278, dan hal ini diduga terkait dengan ukuran individu

yang ditawarkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran individu berharga

termahal berdasarkan survei di Kemang dan jalan Kartini.

Diduga individu-individu yang dijual dengan harga tinggi tersebut

merupakan hasil pemeliharaan dengan melihat ukurannya yang besar (>25 cm)

dan kondisi kesehatan tubuh dan karapasnya yang baik, ditambah dengan

karakteristik karapas yang agak membukit (pyramiding atau high-domed), yang

menunjukkan adanya asupan makanan yang cukup atau berlebih. Individu-

individu tersebut dititipkan kepada penjual untuk dijual kembali, diduga karena

pemilik lama ingin memelihara jenis lain karena bosan atau kura-kura tersebut

sudah terlalu besar.

Nijman & Shepherd (2007) mencatat harga yang cukup tinggi di Thailand

untuk jenis Astrochelys radiata (US$ 72-230), Geochelone gigantea (US$ 2009)

dan Geochelone sulcata (US$ 143-244). Shepherd et al. (2004a) mendata harga

Geochelone elegans di Malaysia sebesar US$ 17.10-52.10 untuk ukuran kecil

serta US$ 49.50-216.15 untuk ukuran besar. Harga penawaran yang tinggi

Page 65: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

50

tersebut menyebabkan jenis-jenis ini termasuk yang paling sering diselundupkan

dari tempat asalnya (range state) untuk diperdagangkan di negera-negara lain.

Sebagian besar pembeli membeli kura-kura darat dan kura-kura air tawar

untuk dijadikan satwa peliharaan karena kemudahan perawatan, biaya perawatan

tidak terlalu mahal, daya tahan dan usia yang panjang serta kurangnya agresivitas

kura-kura darat (kecuali pada beberapa jenis kura-kura air tawar), walaupun

sebagian besar jenis yang dibeli memiliki harga yang tinggi.

Umumnya, pembeli tidak mengetahui status perlindungan jenis yang

dibelinya, walaupun di beberapa penjual terdapat poster keluaran Pemerintah yang

mendeskripsikan mengenai jenis-jenis yang dilindungi. Beberapa orang calon

pembeli tidak terlalu peduli dengan status perlindungan tersebut dan tetap

berminat memiliki kura-kura darat atau kura-kura air tawar, baik yang merupakan

jenis Indonesia maupun jenis asing.

Umumnya pembeli yang ditemui di lokasi pengamatan adalah pembeli yang

memiliki anggaran mulai dari puluhan ribu hingga beberapa juta rupiah (antara 2-

3 juta rupiah). Pembeli dengan anggaran yang lebih besar biasanya merupakan

pelanggan khusus yang bertransaksi melalui telepon, sehingga identitasnya tidak

diketahui.

D. Pemanfaatan Lainnya

Selain dimanfaatkan sebagai satwa peliharaan, kura-kura sudah lama

dikonsumsi sebagai makanan dan sebagai bahan obat-obatan di Asia (Ades et al.

2000; Chen et al. 2000; Compton 2000; Hendrie 2000; Lau & Shi 2000; Lau et al.

2000; Touch et al. 2000; van Dijk 2000; van Dijk et al. 2000b; Shepherd et al.

2004b). Di Jakarta, salah satu lokasi yang menjual kura-kura untuk keperluan

konsumsi dan religius adalah Pasar Petak Sembilan yang berada di lingkungan

Pecinan Glodok.

Pasar ini merupakan pasar yang menjual beragam komoditi yang memenuhi

kebutuhan etnis Tionghoa. Beberapa contoh komoditi perdagangan yang dapat

ditemui di sini antara lain kaki kodok, sirip ikan hiu, alat dan kebutuhan

sembahyang, undur-undur (obat penyakit Kencing manis, dll) serta obat

tradisional China dalam bentuk racikan dan obat pabrikan (dibuat di China).

Page 66: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

51

Ada 4 orang penjual kura-kura yang ditemui di pasar ini. Jenis kura-kura

yang dijual ada 4 jenis yaitu Amyda cartilaginea, Dogania subplana, Cuora

amboinensis dan Notochelys platynota. Dua jenis pertama dimanfaatkan sebagai

bahan makanan dan bahan obat-obatan, dengan harga penawaran Rp 60.000/kg

(daging), Rp 50.000/botol (minyak bulus) serta Rp 40.000 (empedu). Tulang-

tulangnya juga masih dapat dijual untuk bahan obat-obatan senilai Rp 15.000/kg.

Di pasar ini juga dapat ditemui penjual makanan berbahan dasar labi-labi,

yang disebut pie oh dalam bahasa Tionghoa, biasanya dimasak dalam bentuk Nasi

tim dengan harga penawaran Rp 35.000/porsi. Ada 2 tempat yang diketahui di

wilayah ini yang menjual masakan berbahan dasar labi-labi, 1 tempat berada di

dalam lingkungan Pasar Petak Sembilan sedangkan 1 tempat lagi berada di Jalan

Pancoran (sebelah utara Petak Sembilan).

Dua jenis lainnya digunakan sebagai bahan sembahyang pada kegiatan

religius tertentu, untuk dilepaskan di sungai/kolam/danau/hutan sebagai amal

untuk memperoleh karma baik (good karma) sehingga dapat bereinkarnasi ke

dalam wujud yang lebih baik pada kehidupan selanjutnya dan memperoleh rejeki

yang melimpah (Chen et al. 2000; Saputra, pers.comm.). Kura-kura yang akan

dilepaskan biasanya ditulisi kalimat-kalimat menggunakan huruf China pada

punggungnya. Kura-kura dipilih karena memiliki umur yang panjang dan

dipercaya merupakan mahluk yang memiliki kekuatan supranatural. Harga

penawaran Rp 30.000/ekor tanpa membedakan ukuran dan jenis.

E. Penegakan Hukum

Ada 3 jenis asli Indonesia yang telah dilindungi sesuai ketetntuan PP No 7

tahun 1999 (Dephut 1999) ternyata tetap diperjualbelikan di lokasi pengamatan

(Tabel 2), yaitu Kura-kura moncong babi Carettochelys insculpta, Biuku Batagur

baska dan Bajuku Orlitia borneensis. Ketiga jenis tersebut diidentifikasi sebagai

jenis yang terancam karena tingginya perdagangan sebagai bahan makanan (Van

Dijk et al. 2000). Jenis Biuku Batagur baska bahkan memiliki status

perlindungan paling tinggi untuk ketiga status, yaitu Dilindungi (Indonesia), CR

(IUCN) serta Apendiks I (CITES). Ke-13 jenis Indonesia lainnya mempunyai

status tidak dilindungi. Shepherd & Nijman (2007) menemukan bahwa 6 jenis

Page 67: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

52

kura-kura Indonesia yang telah dilindungi diperdagangkan selama tahun 2004 di

wilayah Jakarta.

Berdasarkan Red List IUCN, sebagian besar jenis-jenis yang

diperdagangkan di Indonesia berstatus VU atau vulnerable atau rawan (IUCN

2007), dimana jenis dimaksud belum mencapai kategori Genting atau Terancam

namun mengalami resiko besar untuk punah di alam dalam jangka menengah

karena penurunan ukuran populasi, penyebaran terbatas serta kecilnya ukuran

populasi (IUCN 1994). Status ini masih menggunakan kategori dan kriteria versi

2.3 tahun 1994 (IUCN 1994) dan belum direvisi dengan kategori dan kriteria versi

3.1 tahun 2000 (IUCN 2001).

Sebagian besar jenis yang terdaftar di atas merupakan jenis Apendiks II

CITES, dimana jenis belum terancam kepunahan namun akan mengalaminya bila

perdagangan untuk jenis dimaksud diatur. Regulasi CITES telah diterapkan ke

dalam sistem peraturan perundang-undangan Indonesia yaitu PP No. 8 tahun 1999

dan KepMenhut No. 447 tahun 2003, sehingga pengaturan pemanenan dalam

negeri juga dapat diselaraskan dengan upaya pengendalian perdagangan ke dalam

negeri dan ke luar negeri.

Penegakan hukum atas peredaran jenis kura-kura di Indonesia, khususnya

bagi jenis-jenis dilindungi maupun yang tidak disertai dokumen yang sah (SATS-

DN atau SATS-LN) telah dijalankan oleh instansi Kehutanan di Pusat

(Departemen Kehutanan) maupun Daerah (Balai KSDA dan Balai TN). Sebagian

besar kasus yang ditemui merupakan pelanggaran peredaran tanpa dilengkapi

dokumen yang sah dan peredaran jenis dilindungi, termasuk upaya penyelundupan

ke luar negeri (Lampiran 4). Sebagian kasus sudah diperkarakan di pengadilan

atau sudah memiliki vonis hukum namun sebagian lainnya diperlakukan dengan

pembinaan kepada pelaku dan penyitaan satwaliar ilegal dimaksud. Satwaliar

yang disita direhabilitasi di fasilitas BKSDA/Dephut atau Pusat Penyelamatan

Satwa (PPS) dan sebagian di antaranya sudah dilepasliarkan di habitat asalnya

(Makur 2006).

Keberadaan pasar maya meningkatkan tingkat kesulitan pengawasan

peredaran tumbuhan dan satwaliar mengingat sifatnya yang tertutup dan tidak

memiliki tempat/lokalita tertentu. Dengan memanfaatkan teknologi, transaksi

Page 68: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

53

dapat dilakukan tanpa tatap muka dan dengan pembayaran melalui ATM atau

bank. Pola pengiriman tergantung negosiasi antara pembeli dan penjual, biasanya

dengan memanfaatkan pihak ketiga kecuali bila penjual dan pembeli sudah saling

kenal.

Jenis-jenis yang dilindungi, yang memiliki daya tarik kuat bagi sebagian

peminat, dijajakan dengan bebas pada situs-situs yang ada dan pengendaliannya

sulit dilakukan secara maya dan harus dilakukan melalui pengawasan peredaran di

pelabuhan-pelabuhan, jalan raya dan pemasok di daerah. Dengan demikian,

suplai bagi setiap pemilik situs dapat dikurangi dan menekan perdagangan kura-

kura darat dan kura-kura air tawar yang dilindungi. Sisi negatif yang muncul

adalah bila tingkat perlindungan suatu spesies semakin tinggi maka semakin

menarik pula citranya sehingga harga penawarannya semakin tinggi dan

mendorong penangkapan lebih intensif di alam. Fenomena serupa juga dicatat

oleh Shepherd & Nijman (2007). Hal ini perlu diwaspadai sehingga upaya

perlindungan tidak menjadi bumerang bagi kelestarian jenis dimaksud.

Penyelundupan merupakan ancaman utama perdagangan antar negara dan

sejauh ini upaya pengendalian telah dilakukan oleh pengelola walaupun belum

optimal. Beberapa upaya penyelundupan ke luar negeri dapat digagalkan namun

diduga masih ada penyelundupan yang berhasil dilakukan, baik melalui jalur

utama ekspor (pelabuhan atau bandara besar) maupun melalui jalur tersendiri,

seperti Tembilahan (Shepherd, pers.comm.). Pada tahun 2003, terjadi penyitaan

sebanyak ± 1.000 ekor Carettochelyus insculpta di Jakarta (2003) dan ± 7.000

ekor di Surabaya (2003). Dari jumlah tersebut, 2.862 ekor telah dikembalikan ke

Papua dan 516 ekor di antaranya telah dilepasliarkan di habitat alaminya (Makur

2006). Jenis ini adalah jenis endemik Papua bagian Selatan hingga ke Papua

Nugini dan Australia bagian utara (Bargeron 1997; Rhodin & Genorupa 2000;

Georges et al. 2006).

F. Pengelolaan Pemanfaatan Satwaliar

Sesudah Indonesia meratifikasi Konvensi CITES pada tahun 1978 (Presiden

RI 1978), maka pelaksanaan perdagangan satwaliar Indonesia ke luar negeri

dilakukan sesuai ketentuan CITES yang berlaku. Mekanisme pengaturan dalam

Page 69: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

54

negeri juga sudah diatur melalui penyerapan ketentuan CITES dalam peraturan

perundang-undangan yang ada, seperti dalam PP No. 7 tahun 1999 (Dephut 1999)

dan KepMenhut No. 447 tahun 2003 (Dephut 2003).

Beberapa jenis kura-kura darat dan kura -kura air tawar Indonesia yang

banyak diekspor ke luar negeri dan diketahui telah mengalami penurunan populasi

alami perlu dikurangi kuotanya atau dihentikan sama sekali. Faktanya, penurunan

pasokan dan pengurangan wilayah tangkapan telah terjadi sehingga

mengindikasikan adanya penurunan populasi alami yang perlu diantisipasi dengan

pengurangan kuota tangkap. Kuota yang ditetapkan setiap tahun oleh Dirjen

PHKA adalah kuota tangkap di seluruh Indonesia untuk setiap jenis satwaliar

Indonesia yang diperdagangkan dan maksimal 90% dari jumlah tersebut yang

diijinkan untuk diekspor.

Jenis-jenis Amyda cartilaginea dan Cuora amboinensis adalah jenis-jenis

yang banyak diekspor dan harus dijamin bahwa populasi alaminya tidak

terganggu oleh perdagangan. Jenis-jenis dilindungi seperti Batagur baska dan

Carettochelys insculpta merupakan jenis-jenis yang terancam kepunahan dan

seharusnya tidak lagi diperdagangkan di dalam negeri dan ke luar negeri.

Hal-hal yang dapat memperkuat implementasi aturan-aturan tersebut dalam

upaya konservasi satwaliar di dalam negeri antara lain: (1) pengisian data dasar

setiap jenis satwaliar Indonesia yang terkini dan akurat, (2) penentuan kuota

berdasarkan data dasar populasi alami yang terkini dan akurat, (3) penetapan dan

pengawasan wilayah tangkapan serta (4) pengendalian peredaran antar daerah, (5)

penegakan hukum atas pelanggaran pengendalian peredaran dan perdagangan

satwaliar, (6) penguatan kelembagaan pengelola (Dephut) dan asosiasi eksportir

serta (7) penyederhanaan lebih lanjut birokrasi ekspor/impor satwaliar. Dengan

demikian, perdagangan jenis-jenis satwaliar Indonesia termasuk kura-kura darat

dan kura-kura air tawar di Indonesia berlangsung dengan dasar ilmiah yang kuat,

prosedur administratif yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta

penegakan hukum yang konsisten atas pelanggaran.

Keberadaan asosiasi IRATA sangat mendukung upaya Pemerintah mengatur

perdagangan satwaliar Indonesia, utamanya ekspor ke luar negeri. Asosiasi

IRATA sudah mengikuti ketentuan jumlah pemanenan (kuota), mekanismen

Page 70: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

55

pengiriman yang berlaku (SATS-DN), mengatur pembagian kuota yang telah

ditetapkan Pemerintah di antara anggotanya serta menerbitkan surat pengantar

bagi pengurusan CITES Permit untuk setiap Eksportir yang akan melakukan

ekspor.

Dorongan dan pembinaan Pemerintah untuk asosiasi sangat penting,

utamanya untuk menekan intensitas pelanggaran, kerjasama dalam pengurusan

CITES Permit, pemeriksaan stok Eksportir, saling mendukung dalam konteks

Perdagangan Internasional (utamanya bila terjadi permasalahan yang mengancam

terhambatnya kuota ekspor Indonesia ke luar negeri, misalnya dengan ban

(penghentian) ekspor impor) serta saran-saran asosiasi untuk perbaikan birokrasi

perijinan dan pengurusan usaha Eksportir.

Salah satu hal penting yang perlu dicari solusinya adalah belum adanya

dasar yang tepat dan akurat untuk penentuan kuota (Saputra pers.comm.).

Pengaturan kuota belum menyerap pengetahuan Eksportir mengenai kondisi di

lapangan, yang seringkali lebih mengetahui keberadaan populasi suatu jenis yang

akan diekspor melalui informasi para penangkap atau pengumpulnya di lapangan.

Selain itu, penetapan kuota tangkap juga tidak didasarkan pada data ilmiah yang

memadai mengenai jenis-jenis yang akan dimanfaatkan sehingga kuota tangkap

yang ditetapkan setiap tahun perlu dipertanyakan keabsahannya secara ilmiah.

Permasalahan yang belum dapat diatasi secara menyeluruh adalah

penyelundupan ke luar negeri melalui beberapa titik rawan seperti Tembilahan

(Shepherd pers.comm.; Saputra pers.comm.), perbatasan Kalimantan bahkan juga

melalui pelabuhan dan bandara besar seperti Pelabuhan Tanjung Priok dan

Bandara Soekarno-Hatta. Upaya penghentian penyelundupan belum memadai dan

perlu melibatkan kerja sama para pihak seperti Bea Cukai DepKeu, Administratur

Pelabuhan, Kepala Bandara, Balai Karantina Hewan Deptan serta dukungan LSM

terkait. Penyelundupan dapat mengancam kelestarian populasi alami jenis-jenis

asli Indonesia dan menekan para pengusaha legal yang mencoba mengikuti aturan

main.

Kegiatan pembinaan dan operasi peredaran tumbuhan dan satwaliar (TSL) di

seluruh wilayah Jakarta sudah dilaksanakan oleh BKSDA DKI Jakarta untuk

menekan perdagangan ilegal satwaliar, utamanya lokasi rawan seperti Jalan Barito

Page 71: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

56

dan Pasar Pramuka. Pasar Pramuka masih merupakan lokasi penjualan satwaliar

terbesar di Jakarta namun saat ini bentuk kegiatannya lebih tertutup karena

kegiatan penertiban/pengawasan peredaran TSL cukup sering dilakukan di

wilayah ini.

Beberapa kali kegiatan operasi berhasil menyita berbagai jenis satwaliar,

termasuk jenis-jenis yang sudah dilindungi seperti Kura-kura moncong babi

Carettochelys insculpta. Satwa-satwa hasil sitaan sudah dibawa ke Pusat

Penyelamatan Satwa (PPS) Tegal Alur untuk dirawat dan sebagian sudah

dilepaskan kembali ke habitat aslinya. BKSDA DKI Jakarta juga menerbitkan

beberapa macam brosur dan poster mengenai satwaliar dan upaya konservasinya

untuk disebarluaskan kepada masyarakat, termasuk ditempel di kios-kios penjual

satwaliar.

G. Implementasi Terhadap Pengelolaan Satwaliar

Secara keseluruhan, beberapa hal yang telah dibahas di atas menunjukkan

bahwa perdagangan lokal belum berlangsung secara lestari dan masih berpeluang

menyebabkan kepunahan populasi alami. Hal ini disebabkan karena masih

adanya pemanenan di daerah-daerah yang ditandai dengan masih adanya pasokan

ke Jakarta dalam jumlah cukup banyak termasuk untuk jenis-jenis dilindungi.

Selain itu, pengawasan peredaran yang belum optimal oleh Pemerintah,

penegakan hukum yang belum konsisten serta adanya bentuk pemanfaatan lain

yang bersifat budaya (makanan dan religi) merupakan faktor lain yang dapat

menekan kelestarian populasi alami.

Upaya pengendalian harus dioptimalkan dengan: (1) mengoptimalkan

pengawasan pelabuhan-pelabuhan laut dan penyeberangan serta jalan darat antar

provinsi, (2) meningkatkan pengawasan peredaran di pasar-pasar satwaliar serta

(3) meningkatkan pengelolaan ekspor kura-kura ke luar negeri melalui pelabuhan

ekspor. Tempat-tempat ini merupakan titik-titik rawan dalam jaringan peredaran

satwaliar namun seharusnya masih dapat dikendalikan karena skalanya lebih

kecil. Kesulitan lebih besar adalah bila pengawasan dan pengendalian dilakukan

di wilayah-wilayah penangkapan, dimana jumlah penduduk lebih banyak dan

Page 72: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

57

wilayahnya lebih luas namun lembaga pengelola (Balai KSDA, Balai TN) hanya

memiliki sejumlah kecil sumber daya (anggaran, peralatan, tenaga).

Penegakan hukum secara konsisten juga harus dilakukan pada pemasok dan

penjual yang menjual jenis-jenis dilindungi sehingga akan mempersempit pasar

bagi jenis-jenis dilindungi yang terancam kepunahan. Penegakan hukum juga

perlu diperluas terhadap pemilik satwaliar yang dilindungi tanpa pandang bulu

sehingga meningkatkan kepercayaan publik dan dapat mendorong peningkatan

kesadaran untuk tidak memelihara jenis-jenis yang dilindungi. Apabila

pengendalian telah dapat dilakukan dengan efektif pada ujung rantai perdagangan,

maka pengetatan peredaran dapat ditarik mundur ke arah wilayah penangkapan

hingga akhirnya seluruh rantai perdagangan dapat dikendalikan untuk tujuan

kelestarian jenis hayati.

Kerja sama dengan berbagai instansi terkait perlu digalang untuk

memperkuat sumber daya yang terbatas pada institusi pengelola (Departemen

Kehutanan) dan dilanjutkan dengan program-program peningkatan wawasan

konservasi masyarakat dan penyediaan data ilmiah populasi alami bekerja sama

dengan LSM dan perguruan tinggi. Semua kebutuhan ini sebenarnya telah

dirumuskan oleh masing-masing instansi namun pelaksanaannya masih bersifat

sektoral dan belum optimal. Kekurangan sumber daya (kuantitas dan kualitas

SDM, kuantitas dan kualitas peralatan, dana) merupakan hambatan dalam

pelaksanaan program konservasi satwaliar.

Upaya konservasi kura-kura darat dan kura-kura air tawar melalui

penangkaran dapat ditingkatkan dengan mempermudah perijinan, penyediaan

induk melalui pemanfaatan hasil sitaan dan penangkapan terbatas di alam, insentif

pengurangan pajak, penerbitan aturan khusus yang mengijinkan penjualan kura-

kura darat dan kura-kura air tawar hanya untuk hasil penangkaran dan tidak untuk

hasil tangkapan alam. Kendala yang dihadapi bersifat internal dimana kura-kura

memiliki usia kematangan kelamin dan usia hidup yang lama, jumlah telur sedikit

serta pertumbuhannya lambat sehingga akan mengurangi minat penangkar karena

dapat menghabiskan biaya yang besar dan bersifat tidak ekonomis.

Jenis-jenis kura-kura air tawar punggung lunak (Amyda cartilaginea,

Dogania subplana, Pelochelys cantori) yang umumnya bertumbuh lebih cepat

Page 73: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

58

dibandingkan kura-kura darat dan kura-kura air tawar lainnya, merupakan jenis-

jenis yang prospektif untuk dikembangkan dalam penangkaran untuk tujuan

konsumsi. Penangkaran untuk tujuan pemeliharaan (pet) dapat difokuskan pada

beberapa jenis yang paling menarik seperti Indotestudo forstenii, Cyclemys

dentata, Malayemys subtrijuga, dan Heosemys spinosa. Induk yang telah matang

kelamin perlu disediakan dalam jumlah cukup banyak untuk mempercepat

penyediaan stok dan indukan serta mengurangi penyulaman.

Upaya konservasi kura-kura darat dan kura-kura air tawar dapat diperkuat

bila peraturan perdagangan jenis satwaliar dalam negeri secara khusus dapat

diterbitkan dan mencakup ketentuan-ketentuan yang mengatur perdagangan jenis-

jenis asli yang ditangkap di berbagai wilayah Indonesia, jenis-jenis asli yang

ditangkarkan di Indonesia, jenis-jenis asing yang telah dilindungi di negara

asalnya yang masuk ke Indonesia dan jenis-jenis yang telah dimasukkan dalam

Apendiks CITES dan Red List IUCN. Dengan demikian, upaya pengendalian

peredaran satwaliar dalam negeri Indonesia akan sejalan dengan upaya

Internasional dalam melestarikan keanekaragaman hayati dunia melalui

pengendalian perdagangan satwaliar, termasuk beragam jenis kura-kura darat dan

kura-kura air tawar.

Dengan menimbang hal-hal yang telah dibahas di atas, maka beberapa hal

yang penting dilakukan adalah:

1. Revisi PP No. 7 tahun 1999 .

Jenis dilindungi dalam PP 7/1999 yang tidak terdapat di Indonesia, Chitra

indica, perlu direvisi dengan jenis asli Indonesia Chitra chitra. Penambahan

jenis yang sangat langka seperti Chelodina mccordi perlu dilakukan.

Beberapa jenis kura-kura Papua yang baru ditemukan dan sangat terbatas

sebarannya juga perlu diakomodasi dalam daftar dilindungi karena

sebarannya yang sangat terbatas. Selain itu, perlu ditambahkan pasal yang

menyatakan bahwa jenis yang baru ditemukan atau sudah ditemukan dan

berstatus dilindungi/tidak dilindungi namun telah diketahui berada dalam

ancaman kepunahan karena eksploitasi berlebihan atau sebarannya sangat

terbatas dapat ditetapkan sebagai jenis dilindungi secara temporer dengan

kewenangan Kepala BKSDA atau Kepala Balai TN sebelum diterbitkan

Page 74: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

59

keputusan yang berkekuatan hukum lebih tinggi (Keputusan/Peraturan

Menhut, Keputusan/Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah). Dalam

revisi juga perlu dicantumkan penetapan bahwa pengaturan perdagangan

jenis di dalam negeri akan diatur dalam keputusan menteri tersendiri

sehingga dapat menjadi dasar keputusan Menteri Kehutanan yang khusus

mengatur perdagangan jenis hayati di dalam negeri, termasuk untuk jenis-

jenis asing.

2. Penerbitan aturan khusus perdagangan jenis satwaliar di dalam negeri.

Aturan ini tidak hanya mengatur perdagangan jenis-jenis asli saja namun

juga mencakup jenis asing. KepMenhut No 447 tahun 2003 belum cukup

mendetail mengatur perdagangan jenis satwaliar dalam negeri seperti

perdagangan satwaliar di pasar satwa atau toko satwa, pengendalian

kepemilikan satwaliar, perdagangan jenis hasil penangkaran sehingga

menciptakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh penjual/pemasok. Selain

itu, keberadaan jenis asing perlu diakomodasi dalam aturan ini yang

diselaraskan dengan status perlindungannya di negara asal, penetapannya

dalam Red List IUCN serta pengaturan perdagangannya melalui konvensi

CITES. Acuannya didasarkan pada pasal tambahan dalam revisi PP 7/1999

sehingga keberadaan kedua aturan ini perlu disinkronkan kehadirannya.

3. Pengalihan sebagian kewenangan ke daerah.

Penetapan kuota seharusnya diikuti dengan penetapan wilayah tangkapan

oleh Kepala BKSDA atau Kepala Balai TN namun sejauh ini belum berjalan

dengan baik karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh masing-

masing Balai. Hal ini dapat dibantu bila usulan penetapan wilayah

tangkapan untuk jenis tidak dilindungi dapat dilakukan oleh Pemda setempat

kepada BKSDA atau dilimpahkan sepenuhnya ke Pemda Provinsi dan

dilanjutkan dengan penetapan prosedur perijinan Penangkapan yang

melibatkan instansi daerah, termasuk adanya biaya perijinan melalui Perda.

Dengan demikian, Pemda akan turut bertanggung jawab mengatur

pemanfaatan jenis yang tidak dilindungi yang telah diberikan kuota dan

berpeluang meningkatkan PAD. Pengaturan jenis dilindungi masih perlu

berada di bawah kewenangan BKSDA atau Balai TN. Penerbitan Surat

Page 75: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

60

Angkut Tumbuhan dan Satwaliar dalam negeri (SATS-DN) masih perlu

berada di bawah kewenangan BKSDA untuk mencegah eksploitasi

berlebihan atas jenis asli tidak dilindungi melalui penyalahgunaan surat

angkut oleh instansi daerah demi tujuan peningkatan PAD.

4. Lisensi dan pelaporan penjual satwaliar kepada Pemerintah.

Perlu dilakukan upaya pemberian lisensi bagi penjual satwaliar (melalui

BKSDA) dengan ketentuan setiap penjual satwaliar tidak boleh menjual

jenis-jenis dilindungi dan Pemerintah melakukan pengawasan (termasuk

pemeriksaan stok) dan pembinaan kepada penjual secara berkala. Selain itu,

penjual perlu menyampaikan laporan transaksi perdagangan satwaliarnya

kepada Pemerintah melalui pembuatan situs yang mudah diakses atau

pembukaan tempat pelaporan pada kantor-kantor BKSDA setempat. Pada

tahap awal, pelaporan bersifat sukarela namun pada jangka panjang dapat

diwajibkan. Hal ini akan menyediakan data perdagangan yang cukup akurat

dan memudahkan pengawasan peredaran. Permasalahan utama untuk

implementasinya adalah menyediakan tenaga yang cukup untuk

menanganinya serta kejujuran penjual untuk melaporkan transaksinya, yang

membuka peluang pula terjadinya kolusi antara penjual dan petugas

BKSDA.

5. Penambahan personil BKSDA yang menangani peredaran satwaliar dan

peningkatan kemampuannya.

Selain ketersediaan peraturan hukum yang menjadi dasar pelaksanaan

pengawasan peredaran satwaliar, komponen penting yang menentukan

keberhasilan program adalah sumber daya manusia yang melaksanakannya.

Jumlah personil di BKSDA atau BTN yang menangani peredaran satwaliar

perlu ditangani dan harus memiliki kualifikasi khusus, seperti kemampuan

pengenalan jenis, kemampuan penangangan satwaliar (animal handling)

serta penguasaan peraturan perundang-undangan yang memadai. Bila

personil yang diberi tanggung jawab tersebut tidak memiliki kemampuan

yang dipersyaratkan maka dapat dilakukan pelatihan khusus yang

dibutuhkan.

Page 76: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

61

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Lokasi penjualan kura-kura darat dan kura-kura air tawar di Jakarta

umumnya menyatu dengan pasar satwa yang ada dan hanya ada beberapa

toko yang menjual kura-kura secara eksklusif.

2. Terjadi peningkatan jumlah jenis dan jumlah individu spesies kura-kura

darat dan kura-kura air tawar yang berasal dari luar negeri (jenis asing) yang

ditawarkan di pasar satwa atau toko satwa (pet shop).

3. Adanya perluasan penawaran kura-kura darat dan kura-kura air tawar

melalui pasar maya (cyber market) .

4. Perdagangan jenis kura-kura Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1983

dengan jenis Amyda cartilaginea dan Cuora amboinensis adalah yang

terbanyak diekspor ke luar negeri.

5. Negara tujuan utama ekspor kura-kura darat dan kura-kura air tawar

Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Hong Kong, Prancis

dan Jerman.

6. Upaya pengaturan perdagangan jenis Indonesia ke luar negeri telah

dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan

CITES yang telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1978.

7. Usaha legal mendapat tantangan yang berat karena adanya penyelundupan

ke luar negeri yang berpotensi mendorong kepunahan jenis asli Indonesia

karena tidak terkendali dan menyebabkan kerugian bagi Negara.

8. Para pihak menganggap bahwa kinerja Pemerintah dalam melakukan upaya

konservasi jenis hayati di Indonesia cukup baik namun masih perlu

ditingkatkan karena belum memadai untuk mengendalikan peredaran

satwaliar Indonesia agar tidak mengalami kepunahan..

9. Pengaturan dan pengawasan perdagangan satwaliar dalam negeri perlu

didukung melalui aturan khusus, termasuk pengaturan atas jenis-jenis asing.

Page 77: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

62

10. Sebagian kewenangan untuk jenis tidak dilindungi dapat dialihkan kepada

daerah dengan pengaturan yang jelas.

Saran

Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai tindak lanjut dari

penelitian ini adalah:

1. Revisi PP 7/1999 untuk mengakomodasikan perubahan atas daftar jenis

dilindungi dan penambahan pasal-pasal acuan bagi penetapan aturan khusus

perdagangan jenis satwaliar dalam negeri.

2. Aturan khusus perlu ditetapkan untuk mengatur perdagangan jenis di dalam

negeri, baik yang menyangkut jenis-jenis lokal maupun jenis-jenis asing

yang masuk ke Indonesia, utamanya bila jenis-jenis dimaksud merupakan

jenis-jenis dilindungi serta telah dimasukkan dalam Red List IUCN dan

Apendiks CITES.

3. Kerja sama antar instansi terkait perlu ditingkatkan dan dituangkan dalam

MoU dan prosedur tertulis yang disepakati bersama sehingga tidak terjadi

tumpang tindih kewenangan antar instansi dalam pengawasan dan

penyelesaian kasus-kasus yang terjadi.

4. Penelitian atas subjek yang sama perlu dilanjutkan untuk kota-kota lain di

Indonesia yang dianggap penting dalam peredaran kura-kura darat dan kura-

kura air tawar di Indonesia, seperti Surabaya, Medan, Denpasar dan

Makassar.

5. Penelitian dasar atas populasi alami kura-kura darat dan kura-kura air tawar

Indonesia, utamanya yang sudah langka, penyebarannya terbatas atau baru

ditemukan perlu dilakukan. Jenis-jenis prioritas antara lain Leucocephalon

yuwonoi, semua jenis endemik Papua, Orlitia borneensis, Callagur

borneoensis dan Batagur baska.

Page 78: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

63

DAFTAR PUSTAKA

Ades G, Banks CB, Buhlmann KA, Chan B, Chang HC, Chen TH, Crow P, Haupt H, Kan R, Lai JY, Lau M, Lin HC, Shi H. 2000. Turtle Trade in Northeast Asia: Regional Summary (China, Hong Kong, and Taiwan). Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 52-54. Chelonian Research Foundation.

[ATCN] Asian Turtle Conservation Network. 2006. Turtle Field Guide. Vietnam: ATCN.

Bargeron M. The Pig-nosed Turtle, Carettochelys insculpta. Di dalam: Tortuga Gazette 33 (3): 1-2 (1997).

Chen TH, Lin HC, Chang HC. 2000. Current Status and Utilization of Chelonians in Taiwan. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 45-51. Chelonian Research Foundation.

Cheung SM, Dudgeon D. Quantifying the Asian Turtle Crisis: Market Surveys in Southern China, 2000-2003. Di dalam: Aquatic Conserv: Mar. Freshw. Ecosyst. 16: 751–770 (2006). Situs: www.interscience.wiley.com.

Chiew H. 2003. Wildlife Trade Haven: The Emergence Of Peninsular Malaysia As A Regional Wildlife Transit Centre. Di dalam: Reuters Foundation Paper No: 221 (2003). Oxford: Green College.

[CITES] Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora. 1999. CITES Identification Guide - Turtles and Tortoises: Guide to the Identification of Turtles and Tortoises Species Controlled under the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. Canada: Minister of Environment.

Compton J. 2000. An Overview of Asian Turtle Trade. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 24-29. Chelonian Research Foundation.

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1990. Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1990. Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Di dalam: Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2004). Jakarta: SetDitJen PHKA.

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Di Dalam: Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2004). Jakarta: SetDitJen PHKA.

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Di Dalam: Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2004). Jakarta: SetDitJen PHKA. Jakarta.

Page 79: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

64

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kehutanan No. 447 tahun 2003. Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar. Di Dalam: Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2004). Jakarta: SetDitJen PHKA. Jakarta.

Diesmos AC, Sison RV, Pedregosa M, Ceniza MJC. 2004. The Conservation Status of Heosemys leytensis Taylor, 1920. Manila, Philippines.

Ernst CH, Barbour RW. 1989. Turtles of the World. Washington DC: Smithsonian Institution Press.

Freese CH. 1998. Wild Species as Commodities : Managing Markets and Ecosystems for Sustainability. Washington DC: Island Press.

Fritz U, Havas P. (Compilers). 2006. Checklist of Chelonians of the World. Geneva: CITES.

Gavino CM, Schoppe S. First Information on the Trade of Freshwater Turtles in Palawan. Di dalam: Agham Mindanaw Vol. 2: 55-62 (2004). Davao: Ateneo de Davao University.

Georges A, Guarino F, Bito B. 2006. Freshwater Turtles of the TransFly Region of Papua New Guinea - Notes on Diversity, Distribution, Reproduction, Harvest and Trade. Di dalam: Wildlife Research 33: 373–384 (2006).

Goh TY, O’Riordan RM. 2007. Are Tortoises and Freshwater Turtles still Traded Illegally as Pets in Singapore?. Di dalam: Oryx Vol. 41 No. 1 (January 2007).

Hendrie DB. 2000. Status and Conservation of Tortoise and Freshwater Turtles in Vietnam. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 63-73 (2000).

Hendrie D. 2004. Commercial Farming of Palea steindachneri in Hanoi. Report to ATCN. Vietnam: ATCN.

Iskandar DT. 2000. Kura-kura & Buaya : Indonesia & Papua Nugini (dengan Catatan mengenai Jenis-jenis di Asia Tenggara). Bandung: PALMedia Citra.

Iskandar DT, Erdelen WR. 2006. Conservation of Amphibians and Reptiles in Indonesia : Issues and Problems. Di dalam : Amphibian and Reptile Conservation 4 (1) : 60-87 (2006).

[IUCN] World Conservation Union. 1994. IUCN Red List: Categories & Criteria version 2.3. Situs: www.redlist.org.

[IUCN] World Conservation Union. 2001. IUCN Red List: Categories & Criteria version 3.1. Situs: www.redlist.org.

[IUCN] World Conservation Union. 2007. IUCN Red List. Situs: www.redlist.org.

Kalyar, Thorbjarnarson J, Thirakhupt K. 2007. An Overview of the Current Population and Conservation Status of the Critically Endangered River Terrapin, Batagur baska (Gray, 1831) in Myanmar, Thailand and Malaysia. Di dalam: The Natural History Journal Of Chulalongkorn University 7 (1): 51-65 (May 2007).

Klemens MW, Thorbjarnarson JB. 1994. Reptiles as a Food Resource. Di dalam: Biodiversity and Conservation 4 : 281-298 (1995).

Page 80: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

65

Lau M, Chan B, Crow P, Ades G. 2000. Trade and Conservation of Turtles and Tortoises in the Hong Kong Special Administrative Region, People’s Republic of China. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 39-44 (2000).

Lau M, Shi H. 2000. Conservation and Trade of Terrestrial and Freshwater Turtles and Tortoises in the People’s Republic of China. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 30-38 (2000).

Makur M. 2006. 516 Pig-Nosed Turtles Released Back to Their Natural Habitat. The Jakarta Post, 14 Oktober 2006.

Nijman V, Shepherd CR. 2007. Trade in non-native, CITES-listed, wildlife in Asia, as exemplified by the trade in freshwater turtles and tortoises (Chelonidae) in Thailand. Di dalam: Contributions to Zoology 76 (3): 207-212 (2007).

Platt SG, Kalyar, Win KK, Khin MM, Lay LK, Rainwater TR. 2007. Notes on the Occurrence, Natural History, and Conservation Status of Turtles in Central Rakhine (Arakan) State, Myanmar. Di dalam: Hamadryad Vol. 31 No. 2: 202 – 211 (2007).

[Presiden RI] Presiden Republik Indonesia. 1978. Keputusan Presiden RI Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Spesies (CITES) of Wild Fauna and Flora. Jakarta: Sekretariat Negara.

Regodos IC, Schoppe S. 2005. Local Knowledge, Use, and Conservation Status of the Malayan Softshell Turtle Dogania subplana (Geoffroy 1809)(Testudines: Trionychidae) in Southern Palawan, Philippines. Di dalam: Sylvatrop, The Technical Journal of Philippine Ecosystems and Natural Resources 15 (1&2): 65-79 (2005).

Rhodin AGJ, Genorupa VR. 2000. Conservation Status of Freshwater Turtles in Papua New Guinea. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 129-136 (2000).

Samedi, Iskandar DT. 2000. Freshwater Turtle and Tortoise Conservation and Utilization in Indonesia. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 106-111 (2000).

Shepherd CR. 2000. Export of Live Freshwater Turtles and Tortoise from North Sumatra and Riau, Indonesia: A Case Study. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 112-119 (2000).

Shepherd CR, Burgess EA, Loo M. 2004. Demand Driven: The Trade of Indian Star Tortoises Geochelone elegans in Peninsular Malaysia. Malaysia: TRAFFIC Southeast Asia.

Page 81: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

66

Shepherd CR, Sukumaran J, Wich SA. 2004. Open Season: An Analysis of the Pet Trade in Medan, Sumatra 1997 – 2001. Malaysia: TRAFFIC Southeast Asia.

Shepherd CR, Nijman V. 2007. An Overview of the Regulation of the Freshwater Turtle & Tortoise Pet Trade in Jakarta, Indonesia. Malaysia: TRAFFIC Southeast Asia.

Stuart BL. 2004. The Harvest and Trade of Reptiles at U Minh Thuong National Park, Southern Vietnam. Di dalam: TRAFFIC Bulletin Vol. 20 No. 1: 25-34 (2004).

Touch ST, Prak LH, Chul T, Lieng S. 2000. Overview of Turtle Trade in Cambodia. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 55-57 (2000).

Van Dijk PP. 2000. Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 15-23 (2000).

Van Dijk PP, Iskandar DT, Palasuwan T, Rhodin AGJ, Samedi, Sharma DSK, Shepherd CR, Tisen OB, Genorupa VR. 2000. Turtle Trade in Southeast Asia: Regional Summary (Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, and Thailand). Di dalam: van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 145-147 (2000).

Van Dijk PP, Stuart BL, Rhodin AGJ, editor. 2000. Executive Summary. Asian Turtle Trade: Proceeding of a Workshop on Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Chelonian Research Monographs 2: 145-147 (2000).

Widagti N. 2007. Cuora amboinensis Daudin 1802 (Testudines: Geoemydidae) di Kawasan Dilindungi (Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara) dan di Kawasan Eksploitasi (Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur): Karakteristik Morfologi, Kelimpahan, dan Pemanenan. Depok: Universitas Indonesia. Tesis.

Page 82: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

LAMPIRAN

Page 83: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 1. Jenis-jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia (Disadur dari: Wibowo 1999, diacu dalam Samedi & Iskandar 2000)

No Nama Famili Nama jenis Distribusi Status Populasi Status Perlindungan

1 Carettochelyidae Carettochelys insculpta Papua Melimpah, Rawan Dilindungi

2 Chelidae Chelodina mccordi Rote Hampir punah, Terancam Tidak dilindungi

3 Chelidae Chelodina novaeguineae Papua selatan Langka, Rawan Dilindungi

4 Chelidae Chelodina parkeri (a) Papua selatan Langka, Rawan Tidak dilindungi

5 Chelidae Chelodina siebenrocki (b) Papua selatan Jarang Tidak dilindungi

6 Chelidae Chelodina reimanni Papua selatan Langka Tidak dilindungi

7 Chelidae Elseya branderhorstii Papua selatan Jarang Tidak dilindungi

8 Chelidae Elseya novaeguineae Papua utara Jarang Dilindungi

9 Chelidae Elseya sp. (jenis baru) Papua selatan Jarang Tidak dilindungi

10 Chelidae Elseya sp. (jenis baru) Papua tengah Langka Tidak dilindungi

11 Chelidae Elseya sp. (jenis baru) (c) Kepala Burung Papua Langka Tidak dilindungi

12 Chelidae Emydura subglobosa Papua selatan Melimpah Tidak dilindungi

13 Trionychidae Amyda cartilaginea Sum, Jawa, Kal Umum Tidak dilindungi

14 Trionychidae Chitra chitra (d) Sumatra, Jawa Langka Dilindungi

15 Trionychidae Dogania subplana Sum, Jawa, Kal Umum Tidak dilindungi

16 Trionychidae Pelochelys bibroni Papua selatan Jarang Tidak dilindungi

17 Trionychidae Pelochelys cantori Sum, Jawa, Kal Langka Tidak dilindungi

18 Bataguridae Batagur baska Sumatra Langka, Terancam Dilindungi, CITES Ap. I

19 Bataguridae (e) Callagur borneoensis Sumatra, Kalimantan Langka, Terancam CITES Ap. II

20 Bataguridae Cuora amboinensis (3 subspesies) Indonesia, kec. Papua Umum Tidak dilindungi

21 Bataguridae Cyclemys dentata Sum, Jawa, Kal Umum Tidak dilindungi

22 Bataguridae Cyclemys oldhami Sum, Jawa, Kal Umum Tidak dilindungi

23 Bataguridae Heosemys spinosa Sumatra, Kalimantan Langka Tidak dilindungi

24 Bataguridae Leucocephalon yuwonoi Sulawesi Langka, Terancam Tidak dilindungi

25 Bataguridae Malayemys subtrijuga Sum, Jawa, Kal Langka Tidak dilindungi

26 Bataguridae Notochelys platynota Sum, Jawa, Kal Jarang Tidak dilindungi

27 Bataguridae Orlitia borneensis Sumatra, Kalimantan Jarang Dilindungi

28 Bataguridae Siebenrockiella crassicollis Sum, Jawa, Kal Jarang Tidak dilindungi

29 Testudinidae Indotestudo forsteni Sulawesi Langka CITES Ap. II

30 Testudinidae Manouria emys Sumatra, Kalimantan Langka CITES Ap. II

Keterangan (a) Dalam Fritz & Havas (2006), berada di bawah nama Macrochelodina parkeri. (b) Dalam Fritz & Havas (2006), berada di bawah nama Macrochelodina rugosa,

digabungkan dengan Chelodina rugosa. (c) Jenis ini diduga adalah E. schultzei. (d) Dilindungi di bawah nama Chitra indica (Dephut 1999) yang bukan jenis asli

Indonesia. (e) Dalam Ernst & Barbour (1989), mempunyai nama familia yang berbeda, yaitu

Emydidae; berubah menjadi Geoemydidae sesuai Fritz & Havas (2006).

Page 84: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 2. Data perdagangan (ekspor) kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 1983 hingga 2005

Jenis Ngr 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Pelochelys bibroni CA 6 2 2

DE 12 2

FR 4

GB 5

JP 6 16 4

TW 4

US 41 51 77

Pelochelys cantori CA 2 2 0

ES 5

JP 4 24 7

SE 0 0 6

US 17 23 62

Amyda cartilaginea CN 2850

FR 3725 110

GB 50 75

HK 7000 6607 18940

JP 20 100

KR 500

MY 43174 7900

RU 2

SE 107

SG 4925 2427

TW 233

US 405 822

DE 925

NL 625

BE 50

Page 85: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

CH 50

SU 50

AT 25

IT 10

Cuora amboinensis AT 70

BE 50 150 446

CA 12 135 37

CH 134 40

CN 500

CZ 10 80 25

DE 80 25 220 140 330 60 784 394

ES 235 733 522 102 600 100

FR 475 500 350 1010 362 200

GB 100 60 680 30

HK 1126 50 107 300 7328

HR 8

IT 131 400 180 234 336

JP 592 2602 2449 1576 2133 1059

KP 150

KR 70 20

LV 30

MX 10

MY 1160 20 122

NL 113 118 56 110 225

PH 200

RU 3 20

SE 274

SG 190

TW 25 466

Page 86: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

UA 15 10 4

US 600 225 3956 3956 8869 8825 10791 8426

VN 1000

Heosemys spinosa AT 20

CA 38 10 8

CH 15

DE 266

ES 10 20

FR 10 72 20 53

GB 15 35

HK 30 53 169

IT 20

JP 228 249 188

KR 10

MX 10

MY 20

NL 10

RU 5

SE 12

TH 20

TW 123

UA 5

US 650 1290 1030

Malayemys subtrijuga DE 20

FR 10

JP 32

TW 38

US 78

Callagur borneoensis CA 4

Page 87: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

CH 5

CH 2

HU 4

JP 48

JP 21

JP 36

MY 4

NL 2

RU 1

US 4 182 129 107

Leucocephalon yuwonoi CH 4

DE 8 3

JP 4 3 25

NL 6

TH

US 80 87 68

Manouria emys AT 4 6 4 5 3

BE 10 2

BH 2

CA 2 4 10 8 13 8

CH 6 12 6 10 22 42 38 4 4

CZ 6 8 62 4

DE 5 9

ES 6 22 4 6 28

FR 5 97 119 92 90

GB 10 30

IT 1 15 28 36 10

JP 17 39 205 3 220 115 51 109 122 135 104 144 109 85

KP 5

Page 88: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

KR 5 25 3 3 5 2 7 14

LV 2

MG 3

MT 20

MX 22 5 10 10

MY 100 2 4 10 16 27

NL 12 15

PH 18 2

RU 4

SA 1

SE 11

SG 2 4 2

TW 10 20 10 90

US 30 16 35 55 430 86 253 445 298 272 353 332 335 320 408 346

Indotestudo forstenii AT 20 6 8 10 5

BE 10

BH 4

CA 2 19 6

CH 3 10 36 49 65 10 3 10 10

CZ 36 37 8

DE 25 40 70 40 35 5 5 10 19 6

DK 20

ES 25 20 24 13 10 6 4

FI 3

FR 20 133 92 69 170

GB 10 30

HK 6 12 40

HR

IT 25 54 76 21

Page 89: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

JP 50 10 150 450 476 129 137 151 178 198 73 133 161 89

KP 5

LU 2

MX 70 11

MX

MY 4 5 10 6

NL 100 200 25 10 11

PH 8

RU 2

SA 1

SG 200 15 4 2

SK 10

TH 85 3 20

TW 10 47 61

US 60 30 110 300 255 124 5 380 70 565 440 345 286 325 330 186 384 351 432

XX 110

Notochelys platynota CA 35

ES 10

FR 10

HK 340

JP 150

MX 5

TW 54

US 307

Siebenrockiella crassicollis AT 25

CA 8 8 85

CZ 10 7

DE 560

ES 50

Page 90: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

FR 120 450 554

GB 5 150

HK 1185

IT 50 100

JP 865 827 484

KR 20

MY 279

NL 50

SE 40

TW 25 90

US 344 1503 1295

Page 91: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 3. Data perdagangan (impor) kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 1979 hingga 2006.

Th Ap Takson Eksportir Asal Jumlah Impor

Langsung

Jumlah Impor Tidak langsung

(Re-ekspor) 1979 2 Geochelone elegans HK XX 1 1985 2 Kinixys spp. TG 60 1987 2 Geochelone elegans DK XX 1 1989 2 Indotestudo elongata MY 10 1989 2 Manouria emys MY 7 1994 2 Testudo horsfieldii US RU 20 1995 2 Testudinidae spp. US 133 1995 2 Geochelone carbonaria MY ID 2 1995 2 Geochelone carbonaria US SR 5 1995 2 Geochelone denticulata MY ID 2 1995 2 Geochelone denticulata US SR 6 1995 2 Geochelone sulcata US SD 4 1995 2 Geochelone sulcata US 17 1995 2 Indotestudo forstenii MY ID 4 1995 2 Kinixys belliana XX 10 1995 2 Manouria emys MY ID 2 1995 2 Stigmochelys pardalis US 2 1995 2 Testudo graeca US EG 110 1995 2 Testudo horsfieldii MY ID 4 1996 2 Geochelone carbonaria SG DE 2 1996 2 Geochelone carbonaria SR 16 1996 2 Geochelone denticulata SR 16 1996 2 Geochelone gigantea US SC 7 1996 2 Geochelone sulcata SG CH 2 1996 2 Geochelone sulcata SG SD 4 1996 2 Geochelone sulcata US 146 1996 2 Indotestudo forstenii SG ID 4 1996 2 Manouria emys SG ID 2 1996 2 Stigmochelys pardalis SG ID 4 1996 2 Stigmochelys pardalis US 11 1996 2 Stigmochelys pardalis US CD 66 1997 2 Geochelone carbonaria US GY 2 1997 2 Geochelone denticulata US GY 3 1997 2 Geochelone elegans US AE 2 1997 2 Geochelone sulcata US ML 6 1998 2 Geochelone carbonaria US VE 10 1998 2 Pyxis arachnoides MG 4 1998 2 Pyxis arachnoides MG 4 1998 2 Pyxis planicauda MG 4 1998 2 Pyxis planicauda MG 4 1998 2 Stigmochelys pardalis US ZM 24 1999 2 Geochelone carbonaria GY 2 2 1999 2 Geochelone carbonaria US GY 9 1999 2 Geochelone carbonaria VE 100 1999 2 Geochelone sulcata US 74 1999 2 Pyxis arachnoides MG 1 1999 2 Stigmochelys pardalis MY TZ 15

Lanjut…

Page 92: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Th Ap Takson Eksportir Asal Jumlah Impor

Langsung

Jumlah Impor Tidak langsung

(Re-ekspor) 2000 2 Testudinidae spp. NL XX 1 2000 2 Manouria emys KR ID 3 2001 2 Geochelone gigantea ES SC 12 2001 2 Geochelone gigantea ES SC 2 2002 2 Geochelone gigantea MU 10 2002 2 Geochelone gigantea XX 10 2002 2 Geochelone sulcata US 30 2002 2 Kinixys belliana CZ TG 2 2002 2 Kinixys erosa CZ TG 2 2002 2 Kinixys homeana CZ TG 2 2002 2 Testudo graeca UA 6 2003 2 Geochelone denticulata PE 50 140 2003 2 Geochelone elegans JP LB 50 50 2003 2 Geochelone sulcata US 20 2003 2 Kinixys belliana MZ 150 150 2003 2 Kinixys homeana GH BJ 70 2003 2 Pyxis arachnoides JP XX 80 2003 2 Pyxis arachnoides JP MG 80 2003 2 Stigmochelys pardalis UG 130 2003 2 Stigmochelys pardalis US 10 2003 2 Testudo graeca JO 500 2003 2 Podocnemis unifilis PE 100 2004 2 Geochelone carbonaria GY 10 2004 2 Geochelone carbonaria US SR 8 2004 2 Geochelone carbonaria US GY 20 2004 2 Geochelone denticulata US GY 6 2004 2 Testudo graeca US LB 20 2005 2 Geochelone carbonaria US BR 5 2005 2 Geochelone carbonaria US GY 10 2005 2 Geochelone gigantea TH MU 3 2005 2 Geochelone platynota TH KZ 9 2005 2 Geochelone sulcata GH 42 2005 2 Geochelone sulcata US 50 2005 2 Kinixys belliana GH 25 2005 2 Kinixys belliana GH TG 50 2005 2 Kinixys erosa GH 25 2005 2 Kinixys homeana GH TG 10 2005 2 Kinixys homeana GH 45 2005 2 Kinixys homeana US TG 16 2005 2 Testudo horsfieldii US RU 30 2006 2 Cuora amboinensis SG XX 1 2006 2 Cuora amboinensis SG ID 70 2006 2 Orlitia borneensis SG XX 1 2006 2 Geochelone denticulata US GY 6 2006 2 Stigmochelys pardalis TH ZM 65 2006 2 Testudo graeca US SY 6 2006 2 Testudo horsfieldii US UZ 10 2006 2 Amyda cartilaginea SG ID 310

JUMLAH 1,015 2,444

Page 93: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 4. Data kasus peredaran kura-kura darat dan kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 2002 hingga 2005

Nama Jenis TSL yang disita Jumlah (ekor/buah/kg/m2)

No Jenis Pelanggaran

Tanggal Kejadian

Lokasi

Nama Latin Nama Indonesia Mati Hidup

Proses Hukum

Perkiraan Kerugian Negara

Keterangan

PEREDARAN BKSDA SUMUT I 1 Pengiriman

satwa dilindungi tanpa dokumen yang syah

Maret 2002 Wilayah kerja BKSDA Sumatera Utara I

Orlitia borneensis Kura-kura Gading 12 ton Penyidikan BKSDA Sumut I Medan

Tersangka PT. Marine Indo Pratama Malaysia, ekspor hanya mggnakan dokumen dari laboratorium Pengawasan Mutu dan Produksi Perikanan, Info dr Management Authority Malaysia

2 Perdagangan illegal

6/6/2006 Medan Geochelone elegans Kura-kura Bintang India

9 ekor Dalam proses, sementara dilakukan sosialisasi serta pembinaan

Ditemukan di toko ikan Orentin Aquarium

3 Perdagangan illegal

6/7/2006 Medan Geochelone elegans Kura-kura Bintang India

10 ekor Dalam proses, sementara dilakukan sosialisasi serta pembinaan

Ditemukan di toko ikan CV. Bonavide Aquarium Tetap Jaya

Page 94: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

4 Perdagangan illegal

6/7/2006 Medan Geochelone elegans Kura-kura Bintang India

10 ekor Dalam proses, sementara dilakukan sosialisasi serta pembinaan

ditemukan di toko ikan Halim Aquarium

BKSDA JATIM I Orlitia borneensis Kura-kura Gading 622 ekor Cyclemis dentata Kura-kura Bunga 68 ekor

5 Pengangkutan dan pengiriman satwa dilindungi

17 /8/2003 Surabaya

Siebenrockiella crassicollis Kura-kura grandis 227 ekor

Penyidikan PPNS BKSDA Jatim I Seksi Konservasi Wilayah II

Diangkut dari Banjarmasin ke Surabaya, BB dititipkan di TSI II Pasuruan

BKSDA DKI JAKARTA 6 Penerimaan TSL 3/2/2005 Scleropages jardini Ikan arwana irian Penerimaan P2

Bandara

Geochelone radiata Kura radiata 4 ekor

Kinixys erosa Kura kinixys 17 ekor

Pyxis planicauda? Kura planicauda 1 ekor

7 Penyitaan 6/4/2005

Geochelone carbonaria? Kura red foot 5 ekor

Penyitaan

Geochelone radiata Kura radiata 6 ekor

Chelus fimbriata? Kura fimbriatus 1 ekor

Trachemys scripta elegans Kura elegan 7 ekor

Geochelone sulcata Kura sulcata 2 ekor

8 Penyitaan 6/4/2005

Geochelone platynota? Kura burmese star 1 ekor

Penyitaan

9 Penyitaan TSL 6/4/2005 Trachemys scripta elegans Kura elegan 4 ekor Penyitaan

10 Penyerahan TSL 11/5/2005 Geochelone radiata Kura radiata 1 ekor Penyerahan

Page 95: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PENYELUNDUPAN BKSDA DKI JAKARTA

Cuora amboinensis Kura-kura 208 ekor 1 Percobaan Penyelundupan

23/11/2001 Bandara Soekarno-Hatta

Tryonix cartelageneus? (nama lama dari Amyda cartilaginea)

Labi-labi 106 ekor

Untuk Labi-labi proses diserahkan Departemen Kelautan dan Perikanan

Tersangka CV. Agro Asia Tunggal, penitipan di PPS Tegal Alur

Cuora amboinensis Kura-kura 169 ekor 2 Percobaan Penyelundupan

23/11/2001 Bandara Soekarno-Hatta

Tryonix cartelageneus? (nama lama dari Amyda cartilaginea)

Labi-labi 159 ekor

Penyidikan oleh Bea dan Cukai Soekarno-Hatta

Tersangka CV. Agro Asia Tunggal, penitipan di PPS Tegal Alur, sudah terlibat penyelundupan unuk kedua kali

Cuora amboinensis Kura-Kura 169 ekor 3 Percobaan Penyelundupan

29/1/2002 Bandara Soekarno-Hatta

Amyda cartilaginea Labi-labi 159 ekor

Penyelidi-kan oleh Kantor Pelayanan Bea Cukai Tipe A Soekarno-Hatta

Tersangka CV. Agro Asia Tunggal (diduga perush. Fiktif), pnitipan di PPS Tegal Alur, telah dilakukan expose ke mass media pada tgl 16 Juli 2002 langsung oleh Dirjen Bea Cukai Permana Agung

Cuora amboinensis Kura-Kura 1423 ekor 4 Percobaan Penyelundupan

12/7/2002 Bandara Soekarno-Hatta

Batagur baska 113 ekor Penyelidi-kan oleh Kantor Pelayanan Bea Cukai Tipe A Soekarno-Hatta

Tersangka UD. Menara Mas Banjarmasin (diduga perusahaan fiktif), tidak ada yang ditahan, lokasi penitipan PPS Tegal Alur, telah dilakukan press release tgl 16 Juli 2002

Page 96: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Amyda cartilaginea Labi-labi 107 ekor 5 Upaya penyelundupan dari Jakarta tujuan Jepang

Mei 2003 Jakarta Anakan ikan

piranha 50 ekor

Penyidikan oleh PPNS BKSDA DKI Jakarta, tersangka PT. Viva Jaya

Tersangka tidak punya ijin pengedar dari PHKA dan bukan anggota IRATA

6 Penyelundupan satwa liar

Januari 2004

Bandara Soekarno-Hatta

Carettochelys insculpta Kura-kura moncong babi

100 ekor Tersangka Mamat, PT. Viva Jaya

Satwa sitaan diditipkan di PPS Tegal Alur

7 Penyelundupan satwa liar

Pebruari 2004

Bandara Soekarno-Hatta

Carettochelys insculpta Kura-kura moncong babi

590 ekor Tersangka Syarifuddin

Satwa sitaan diditipkan di PPS Tegal Alur

BKSDA JATIM I Batagur baska Tuntong 988 ekor 8 Penyelundupan 24/8/2002 Wilayah

Kerja BKSDA Jatim I

Cuora amboinensis Kura-kura Ambon 1350 ekor Penyidikan BKSDA Jatim I

Tersangka Siska Dusin, lokasi penitipan BKSDA Jatim I

Geomyda grandis? Labi-labi? 3525 ekor 9 Pemalsuan dokumen Eksport Permit

10/5/2002 Bandara Juanda Surabaya

Cuora amboinensis Kura-kura Ambon 1675 ekor Penyelidikan POLDA JATIM BKSDA Jatim I

Tersangka CV. Anugerah Banjarmasin Kalsel, pemalsuan blanko, stempel dan tanda tangan Dirjen PHKA

BKSDA RIAU 10 Penyelundupan 8/2/2003 BKSDA

Riau Trionyx cartilaginea? Labi-labi 3500 ekor Penyidikan

oleh Kantor Bea Cukai tipe A Batam, Tersangka Muhammad Nur

Turut disita KMN Budi Daya utama II sebagai alat angkut satwa

Page 97: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

11 Penyelundupan satwa liar

15/6/2006 Batam, Riau (diselundup-kan ke Singapura)

Cuora amboinensis Kura-kura ambon 2520 ekor Tersangka divonis 5 bulan penjara dan denda SUS$ 20,000

Satwa dikembalikan 57 ekor

12 Penyelundupan satwa liar

30/6/2006 Tembilahan, Riau (diselundup-kan ke Hongkong)

Amyda cartilaginea Labi-labi 7000 ekor Tersangka Mega Jaya

Telah dikembalikan ke Indonesia 310 ekor

BKSDA PAPUA II Orlitia borneensis Kura-kura

moncong babi 172 ekor

Apodora papuana Ular sanca 2 ekor Chondropyton viridis Ular sanca hijau 1 ekor

13 Penyelundupan satwa liar

5/2/2004 Bandara Moses Kilangain Timika

Lorius lorry Nuri kepala hitam 1 ekor

Proses penyidikan di Polres Timika

Satwa sitaan dilepas ke alam, yang berbisa dimusnahkan

14 Penyelundupan satwa liar tujuan Jepang

Maret 2004 Bandara Soekarno-Hatta

Carettochelys insculpta Kura-kura moncong babi

309 ekor Satwa dititipkan di PPS Tegal Alur, Tsk Karyawan PT. Young Fish, Muhammad alias Mamat (35 th), setelah bebas mengulangi perbuatannya

BKSDA PAPUA I Tersangka Ricky

Limongan masuk dlm DPO

15 Penyelundupan 23/11/2004 Carettochelys insculpta Kura-kura moncong babi

450 ekor

Page 98: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

P21 Tersangka Oktovianus Ruspanah, dihukum bulan penjara dan denda Rp.500.000 subsider 2 bulan kurungan

P21 Tersangka Damar Setyo Lelona dihukum 6 bulan penjara dan denda Rp. 500.000 subsider 2 bulan kurungan

16 Penyelundupan 8/3/2005 Carettochelys insculpta Kura-kura moncong babi (anakan)

465 ekor Tersangka Dina Mahuze, kasus masih di tingkat Kejaksaan Negeri Merauke

BKSDA SULUT Batagur baska Biuku 14 ekor Manouria emys Baning cokelat 19 ekor Chelodina novaeguinea Kura-kura papua 21 ekor

Cyclemys oldhamii Kura-kura grsndis hitam

15 ekor

Geomyda spengleri Kura-kura dada hitam 15 ekor Orlitia borneensis Bajuku 1 ekor Indotestudo forsteni Baning Sulawesi 20 ekor Cacatua goffini Kakatua Tanimbar 37 ekor Cacatua sulphurea Kakatua jambul

jingga 8 ekor

Mino dumontii Beo Irian 25 ekor Gallus varius Ayam hutan 12 ekor

17 Penyelundupan satwa liar

16/8/2005 Manado

Anserana semiplamata Belibis 11 ekor

Tersangka Fa. Hasco, proses penyidikan di Polda Sulut

Terhadap Fa. Hasco telah dihentikan pelayanan penerbitan SATS-LN

Page 99: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

PEMILIKAN BKSDA DKI JAKARTA

Paradisea sp. Cendrawasih 4 ekor 14 ekor Cacatua sulphurea Kakatua koko 2 ekor Batagur baska Biyuku 15 ekor Pongo pygmaeus Orang utan 5 ekor Leucosar rothschildi Jalak bali 10 ekor Gracula religiosa robusta Beo Nias 1 ekor ekor

1 Pemilikan TSL dilindungi secara illegal

26/11/2002 Permata Hijau

Sterna bergil Dara mahkota 2 ekor

Ditangani Polda Metro Jaya

Hasil sitaan dititipkan di PPS Tegal Alur

BKSDA JOGJAKARTA Pavo muticus Merak Hijau Cacatua sp. Kakatua jambul Tomistoma schlegeli Buaya Senyulong Chelodina novaeguineae Kura-kura Irian

Spizaetus cirrhatus Elang Brontok Hylobates agilisi Owa Hylobates syndactylus Siamang

Helarctos malayanus Beruang madu Cacatua moluccensis Kakatua Seram

2 Memelihara satwa yang dilindungi

26/3/2003 Wilayah BKSDA Yogyakarta (tersebar)

Bucerotidae Rangkong

Tersangka dalam pembinaan BKSDA DIY

Tersangka 7 orang tp tdk ditahan, satwa dititipkan di PPS DIY

Page 100: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagi pejabat Pusat (Dephut) :

a) Sejauh mana upaya yang telah dilakukan Dephut dalam mengawasi

peredaran satwaliar?

b) Apakah peraturan perundang-undangan yang ada telah memadai

untuk mengatur pemanfaatan satwaliar secara lestari?

c) Kerja sama dengan instansi mana yang telah dilakukan dan

bagaimana bentuk kerja samanya?

d) Sejauh mana upaya pembinaan wawasan dan kesadaran konservasi

masyarakat telah berjalan, apa hasilnya dan aspek apa yang perlu

ditingkatkan atau diperbaiki?

e) Sejauh mana implementasi konvensi internasional yang diikuti

Indonesia telah berjalan?

2. Bagi asosiasi penjual reptilia (IRATA dll) :

a) Sejauh mana asosiasi telah mengikuti peraturan perundang-

undangan konservasi yang mengatur peredaran satwaliar?

b) Bagaimana upaya asosiasi membina anggotanya dalam peredaran

satwaliar dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi adanya

pelanggaran peraturan?

c) Peraturan perundang-undangan apa yang dianggap menghambat

perdagangan satwaliar dan upaya apa yang telah dilakukan untuk

mengetasinya?

d) Apakah peraturan hukum yang ada telah memadai untuk mengatur

peredaran satwaliar?

e) Peraturan apa yang perlu diterbitkan atau dilengkapi?

f) Sejauh mana asosiasi mendukung upaya konservasi satwaliar

melalui pembinaan masyarakat dan dukungan terhadap penelitian?

g) Sejauh mana implementasi konvensi internasional mendukung

perdagangan satwaliar oleh asosiasi dan upaya apa yang perlu/telah

dilakukan untuk meningkatkannya?

Page 101: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

3. Bagi pejabat/petugas BKSDA :

a) Apa saja upaya yang telah dilakukan oleh BKSDA dalam

pengawasan peredaran satwaliar?

b) Kasus apa saja yang telah ditangani mengenai pelanggaran

peredaran satwaliar secara umum atau kura-kura darat dan kura-

kura air tawar secara khusus?

c) Sejauh mana kasus-kasus pelanggaran tersebut telah ditangani oleh

BKSDA sendiri atau bekerja sama dengan instansi penegak hukum

lain?

d) Apa yang dilakukan terhadap satwaliar yang telah disita?

e) Berapa orang petugas yang ditempatkan dalam pengawasan

peredaran satwaliar dan bagaimana kualifikasinya?

f) Wilayah mana saja yang dianggap sebagai titik rawan peredaran

satwaliar?

g) Upaya apa yang telah dilakukan untuk meningkatkan wawasan dan

kesadaran masyarakat dalam upaya konservasi satwaliar dan apa

hasilnya?

h) Apakah peraturan perundang-undangan yang ada telah memadai

dalam pengaturan peredaran satwaliar?

4. Bagi staf/pimpinan LSM :

a) Kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan dalam rangka

pengawasan peredaran satwaliar dan upaya penegakan hukumnya?

b) Sejauh mana peran LSM dalam mendukung konservasi satwaliar

diterima oleh instansi yang berwenang dan upaya apa yang

dilakukan untuk meningkatkannya?

c) Kasus-kasus pelanggaran peredaran satwaliar apa yang pernah

ditangani oleh LSM sendiri atau bekerja sama dengan instansi

terkait?

d) Sejauh mana kegiatan peningkatan wawasan dan kesadaran

konservasi masyarakat telah berhasil dan bagaimana upaya

peningkatannya?

Page 102: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

e) Peraturan hukum mana dalam pandangan LSM yang belum

memadai untuk melaksanakan upaya konservasi satwaliar?

5. Bagi pengumpul, penjual :

a) Berapa jumlah kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang

diterima setiap waktu pengiriman (per minggu/bulan/tahun) dan

jumlah total yang telah diterima atau dijual?

b) Berapa harga terima dan harga penawaran per ekor dan total

pendapatan yang diterima?

c) Ukuran atau kelas umur berapa yang paling banyak dijual atau

diinginkan pembeli?

6. Bagi pembeli :

a) Untuk tujuan apa satwaliar (umum) atau kura-kura darat dan kura-

kura air tawar (khusus) dibeli dan tahukah pembeli mengenai status

satwaliar yang dibeli?

b) Berapa harga yang harus dikeluarkan untuk membeli satwaliar

tersebut dan sampai batas harga berapa pembeli bersedia

mengeluarkannya untuk membeli satwaliar yang diinginkan?

c) Ukuran atau umur berapa yang disukai untuk dipelihara?

d) Karakteristik apa yang disukai pada satwaliar yang mendorong

pembeliannya?

Page 103: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Kuesioner bagi Penjual

Tipe A (jawaban Ya atau Tidak)

1. Apakah pekerjaan utama Anda sebagai penjual Satwaliar?

2. Apakah Kura-kura darat dan air tawar merupakan komoditi dominan?

3. Apakah Anda menjual Kura-kura sebagai pet?

4. Apakah Anda juga menjual bagian-bagian Kura-kura (mati)?

5. Apakah Anda juga menangkarkan Kura-kura?

6. Apakah Anda menjual jenis Kura-kura Indonesia yang dilindungi?

7. Apakah Anda menjual jenis Kura-kura dari luar negeri?

8. Apakah Anda pernah mendapatkan pembinaan Pemerintah?

9. Apakah sudah lama berdagang Kura-kura?

10. Apakah kondisi perdagangan Kura-kura mengalami penurunan?

11. Apakah pasokan dari daerah sudah berkurang?

12. Apakah ada hambatan perdagangan dari Pemda?

13. Apakah ada hambatan dari BKSDA?

Tipe B (nilai 1 untuk yang terburuk, nilai 5 untuk yang terbaik)

1. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai kinerja Pemerintah dalam melindungi jenis Kura-kura?

2. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai konsistensi Pemerintah dalam melindungi jenis Kura-kura?

3. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai kinerja Pemerintah dalam melindungi seluruh jenis hayati (tumbuhan dan satwa liar) Indonesia?

4. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai penegakan hukum dalam kasus-kasus pelanggaran terhadap jenis-jenis Kura-kura atau satwaliar lainnya?

5. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai tersedianya pengetahuan mengenai Kura-kura dan konservasi satwaliar di media massa?

6. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai tersedianya pengetahuan mengenai Kura-kura dan konservasi satwaliar dalam bentuk media lain (buku, brosur, poster, dll)?

7. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai peran LSM dalam mendukung upaya konservasi satwaliar Indonesia?

8. Sesuai pengetahuan Anda, sejauh mana dukungan masyarakat dalam perlindungan jenis hayati (tumbuhan dan satwa liar) Indonesia?

Page 104: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Kuesioner bagi Pembeli

Tipe A (jawaban Ya atau Tidak)

Tipe B (nilai 1 untuk yang terburuk, nilai 5 untuk yang terbaik)

1. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai kinerja Pemerintah dalam melindungi jenis Kura-kura?

2. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai konsistensi Pemerintah dalam melindungi jenis Kura-kura?

3. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai kinerja Pemerintah dalam melindungi seluruh jenis hayati (tumbuhan dan satwa liar) Indonesia?

4. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai penegakan hukum dalam kasus-kasus pelanggaran terhadap jenis-jenis Kura-kura atau satwaliar lainnya?

5. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai tersedianya pengetahuan mengenai Kura-kura dan konservasi satwaliar di media massa?

6. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai tersedianya pengetahuan mengenai Kura-kura dan konservasi satwaliar dalam bentuk media lain (buku, brosur, poster, dll)?

7. Sesuai pengetahuan Anda, berikan penilaian mengenai peran LSM dalam mendukung upaya konservasi satwaliar Indonesia?

8. Sesuai pengetahuan Anda, sejauh mana dukungan masyarakat dalam perlindungan jenis hayati (tumbuhan dan satwa liar) Indonesia?

1. Apakah Anda sebelumnya pernah memiliki Kura-kura sebagai pet?

2. Apakah Anda memiliki jenis-jenis Kura-kura lokal?

3. Apakah Anda memiliki jenis Kura-kura asing?

4. Apakah Anda juga mengonsumsi daging Kura-kura?

5. Apakah Anda juga memanfaatkan Kura-kura sebagai bahan obat?

6. Apakah Anda sudah lama memelihara jenis Kura-kura?

7. Apakah Anda memiliki jenis Kura-kura yang dilindungi?

8. Apakah Anda pernah mendapatkan pembinaan Pemerintah?

9. Apakah Anda membeli Kura-kura dari penghasilan sendiri?

10. Apakah Anda membeli Kura-kura sebagai tanda gengsi?

11. Apakah Anda memiliki pengetahuan yang cukup untuk memelihara K2?

12. Apakah Anda memperoleh Kura-kura dari pedagang tertentu?

13. Apakah Anda pernah menjual kembali Kura-kura Anda?

14. Apakah Anda pernah menerima Kura-kura sebagai pemberian/tukaran?

15. Apakah Anda pernah memelihara jenis satwaliar lain selain Kura-kura?

16. Apakah Anda lebih menyukai jenis asing sebagai pet?

Page 105: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 8. Negara-negara pengekspor Kura-kura darat darat dan Kura-kura air tawar Indonesia sejak tahun 1983.

Nama jenis Nama negara

Me Hs Ac Cb Ca If Ly Ob Np Pb Pc Sc

Amerika Serikat X X X X X X X X X X X

Austria X X X

Belanda X X X X

Belgia X

Britania Raya X X X X X

Cheko, Rep. X X X X

China, Rep. Rakyat X X

Denmark X

Hong Kong X X X X X X

Hungaria X

Italia X X X

Jepang X X X X X X X X X X X

Jerman X X X X X X X

Kanada X X X X X X X X

Korea, Rep. X X X X X

Korea, Rep. Dem. X

Kroasia X X X

Latvia X X

Malaysia X X X X X X

Malta X

Meksiko X X X X

Prancis X X X X X X

Russia, Fed. X X X X X

Singapura X X X X

Spanyol X X X X X X

Swedia X X X X X X

Swiss X X X X X X

Taiwan X X X X X X X X

Thailand X

Ukraina X X

Vietnam X

Me Hs Ac Cb Ca If Ly Ob Np Pb Pc Sc

Keterangan : Me: Manouria emys; Hs: Heosemys spinosa; Ac: Amyda cartilaginea; Cb: Callagur borneoensis; Ca: Cuora amboinensis; If: Indotestudo forsteni; Ly: Leucocephalon yuwonoi; Ob: Orlitia borneensis; Np: Notochelys platynota; Pb: Pelochelys bibroni; Pc: Pelochelys cantori; Sc: Siebenrockiella crassicollis

Page 106: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 9. Daftar nama jenis kura-kura darat dan kura-kura air tawar yang dijual di lokasi pengamatan serta status konservasinya menurut peraturan perundang-undangan Indonesia, Red List IUCN dan Apendiks CITES

Nama Jenis Status Konservasi Keterangan

Ilmiah Indonesia Inggris Indonesia Red List IUCN Ap. CITES

BARITO

Carettochelys insculpta Ramsay 1886 Labi-labi moncong babi Pig-nosed turtle L VU II

Cuora amboinensis (Daudin 1802) Kura-kura ambon Asian box turtle TL VU II

Astrochelys (Geochelone) radiata (Shaw 1802) Kura-kura radiata Radiated tortoise VU I Jenis asing

Heosemys spinosa (Gray 1831) Kura-kura matahari Spiny terrapin TL EN II

Indotestudo forsteni (Schlegel & Muller, dalam Temminck 1844) Kura-kura forsteni Forsten’s tortoise TL EN II

Sternotherus (Kinosternon) carinatus (Gray 1856) Razor-backed musk turtle Jenis asing

Macrochelys temminckii (Harlan 1835) Alligator snapping turtle VU Jenis asing

Trachemys scipta elegans (Wied 1839) Kura-kura brasil Common slider LR Jenis asing

KARTINI

Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) Bulus Asiatic softshell turtle TL VU II

Batagur baska (Gray 1831) Biuku River terrapin L CR I

Callagur borneoensis (Schelegel & Muller 1844) Beluku Painted terrapin TL CR II

Carettochelys insculpta Ramsay 1886 Kura-kura moncong babi Pig-nosed turtle L VU II

Chelodina sp Snake-necked turtle TL NA

Chelus fimbriatus (Schneider 1783) Matamata Matamata Jenis asing

Chelydra serpentina (Linnaeus 1758) American snapping turtle Jenis asing

Chinemys sp Pond turtle III Jenis asing

Chelonoides (Geochelone) carbonaria (Spix 1824) Red-footed tortoise II Jenis asing

Geochelone elegans (Schoepff 1794) Kura-kura bintang Indian star tortoise LR II Jenis asing

Stigmochelys (Geochelone) pardalis (Bell 1828) Leopard tortoise II Jenis asing

Page 107: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Astrochelys (Geochelone) radiata (Shaw 1802) Kura-kura Radiata Radiated tortoise VU I Jenis asing

Geoclemys hamiltonii (Gray 1831) Spotted pond turtle VU Jenis asing

Indotestudo elongata (Blyth 1853) Elongated tortoise EN II Jenis asing

Kachuga sp Roofed/tent turtle Jenis asing

Macrochelodina rugosa (Ogilby 1890) Kura-kura leher panjang Siebenrock’s snake-necked

turtle

TL LR NA

Macrochelys temminckii (Harlan 1835) Alligator snapping turtle VU Jenis asing

Manouria emys (Schlegel & Muller 1840) Baning coklat Asian giant tortoise TL EN II

Morenia ocellata (Dumeril & Bibron 1835) Burmese eyed turtle VU I Jenis asing

Mauremys (Ocadia) sinensis (Gray 1834) Kura-kura taiwan Chinese stripe-necked turtle EN III Jenis asing

Pelomedusa sp Helmeted turtle Jenis asing

Phrynops geoffroanus (Schweigger 1812) Geoffroy’s toad-headed

turtle

Jenis asing

Pyxis arachnoides Bell 1827 Spider tortoise VU I Jenis asing

Testudo graeca Linnaeus 1758 Kura-kura greka Spur-thighed tortoise VU II Jenis asing

KEMANG

Chelodina sp Snake-necked turtle TL NA

Chelydra serpentina (Linnaeus 1758) Common snapping turtle Jenis asing

Clemmys guttata (Schneider 1792) Spotted turtle VU Jenis asing

Geochelone elegans (Schoepff 1794) Indian star tortoise LR Jenis asing

Stigmochelys (Geochelone) pardalis (Bell 1828) Leopard tortoise Jenis asing

Astrochelys (Geochelone) radiata (Shaw 1802) Kura-kura Radiata Radiated tortoise VU Jenis asing

Geochelone sulcata (Miller 1779) African spurred tortoise VU II Jenis asing

Geoclemys hamiltoni (Gray 1831) Spotted pond turtle VU Jenis asing

Graptemys barbouri Carr & Marchand 1942 Barbour’s map turtle LR III Jenis asing

Graptemys nigrinoda Cagle 1954 Black-knobbed map turtle LR III Jenis asing

Graptemys pseudogeographica (Gray 1831) False map turtle III Jenis asing

Page 108: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lissemys punctata (Lacepede 1788) Indian flapshell turtle LR II Jenis asing

Macrochelys temmincki (Harlan 1835) Alligator snapping turtle VU Jenis asing

Malaclemys terrapin centrata (Schoepff 1793) Carolina diamondback

terrapin

LR Jenis asing

Malaclemys terrapin terrapin (Schoepff 1793) Northern diamondback

terrapin

LR Jenis asing

Morenia ocellata (Dumeril & Bibron 1835) Burmese eyed turtle VU I Jenis asing

Platemys platycephala (Schneider 1792) Twist-necked turtle Jenis asing

Platysternon megacephalum Gray 1831 Big-headed turtle EN II Jenis asing

Podocnemis unifilis Troschell 1848 Yellow-spotted river turtle VU II Jenis asing

Cuora (Pyxidea) mouhotii (Gray 1862) Keeled box turtle EN II Jenis asing

Testudo graeca Linnaeus 1758 Kura-kura greka Spur-thighed tortoise VU II Jenis asing

Testudo horsfieldii Gray 1844 Central Asia tortoise VU II Jenis asing

JATINEGARA

Cuora amboinensis (Daudin 1802) Kura-kura ambon Asian box turtle TL VU II

Heosemys spinosa (Gray 1831) Kura-kura matahari Spiny terrapin TL EN II

Notochelys platynota (Gray 1834) Kura-kura punggung datar Malaysian flat-shelled turtle TL VU II

Orlitia borneensis Gray 1873 Bajuku Malaysian giant turtle L EN II

Siebenrockiella crassicollis (Gray 1831) Kura-kura pipi putih Black marsh turtle TL VU II

Trachemys scripta elegans (Wied 1839) Kura-kura brasil Common slider LR Jenis asing

Keterangan LR : Kurang Terancam

L : Dilindungi I : Apendiks I

TL : Tidak dilindungi II : Apendiks II

CR : Genting III : Apendiks III

EN : Terancam NA : Non Apendiks

VU : Rawan

Page 109: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Lampiran 10. Beberapa Foto Hasil Survei Lapangan

Cuora amboinensis dan Notochelys platynota; lokasi: Jalan Barito

Common snapping turtle Chelydra serpentina; lokasi: Jalan Kartini

Bulus Amyda cartilaginea; lokasi: Petak Sembilan

Platemys platycephala; Lokasi:

Stigmochelys pardalis; lokasi: Kemang

Podocnemis unifilis; lokasi: Kemang

Page 110: tesis ipb 2008 hans nico agustinus sinaga e051054075

Astrochelys radiata; lokasi: Jalan Barito

Mauremys rivulata; lokasi: Jalan Kartini

Cuora flavomarginata; lokasi: Jalan Kartini

Morenia ocellata; Lokasi: Kemang