kebidanan komunitas
DESCRIPTION
komunitasTRANSCRIPT
i
METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)
DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(PERAN SERTA MASYARAKAT)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitas
Oleh:
LIDA LIANA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS KADIRI KEDIRI
2012
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Metode Participatory Rural Appraisal (Pra) dalam Pengembangan
Masyarakat (Peran Serta Masyarakat) ”.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kebidanan Komunitas. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Penulis juga berterimakasih pada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan saran demi kelancaran penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis, institusi pendidikan, tenaga
kesehatan, dan semua pihak yang membaca.
Situbondo, April 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………….. 1
B. Tujuan Umum …………………………………………… 1
C. Tujuan Khusus …………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….. 3
A. Definisi Participatory Rural Appraisal (PRA) …………… 3
B. Sejarah Perkembangan Participatory Rural Appraisal
(PRA) di Indonesia ………………………………………
3
C. Prinsip-Prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA) …… 4
D. Pengelompokan Teknik-Teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA) ………………………………………………
7
E. Tujuan Penerapan Teknik Participatory Rural Appraisal
(PRA) …………………………………………………………...
7
F. Gambaran Umum Langkah-Langkah Pengembangan
Program Participatory Rural Appraisal (PRA) …………...
8
G. Permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal
(PRA) …………………………………………………………...
9
BAB III PENUTUP …………………………………………………… 10
A. Simpulan ………………………………………………… 10
B. Saran …………………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pengetahuan masyarakat semakin meningkat. Seiring dengan
itu, tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan pun semakin tinggi.
Masyrakat tidak hanya menunggu bola, tetapi menjemput bola dalam hal
menjaga kesehatan mereka. Peningkatan animo masyarakat akan kesehatan ini
menuntut bidan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan komunitas
mempunyai metode baru yang lebih mengena.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode pendekatan
dalam proses pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, yang tekanannya pada
keterlibatan masyrakat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Metode ini
berbanding terbalik dengan metode klasik dimana masyarakat hanya menjadi
obyek. Pada metode PRA ini, masyarakat memiliki partipasi aktif dalam
perencanaan sampai dengan evaluasi.
Penerapan metode ini perlu dikuasai oleh bidan sebagai garda terdepan
dalam pemberi layanan kesehatan komunitas.
B. Tujuan Umum
Mengetahui metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
C. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi Participatory Rural Appraisal (PRA)
2. Mengidentifikasi sejarah perkembangan Participatory Rural Appraisal
(PRA) di Indonesia
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA)
2
4. Mengidentifikasi pengelompokan teknik-teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA)
5. Mengidentifikasi tujuan penerapan teknik Participatory Rural Appraisal
(PRA)
6. Mengidentifikasi gambaran umum langkah-langkah pengembangan program
Participatory Rural Appraisal (PRA)
7. Mengidentifikasi permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah
penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Maka dari itu,
metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan
pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi
desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode pemahaman
lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama masyarakat, untuk
mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui
multidisiplin.
B. Sejarah Perkembangan Participatory Rural Appraisal (PRA) di Indonesia
1. Tahun 1970 ; Konsep-konsep kemandirian dan prinsip-prinsip pembangunan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah dicantumkan dalam GBHN,
dimana kebijakan pembangunan masih sangat bersifatsentralistik
2. Tahun 1980 ; Telah menemukan cara pendekatan dengan partisipasi. Dan
berhubung penerapan partisipasi sangat rumit maka penerapannya cenderung
kembali ke praktek-praktek sentralistik
3. Tahun 1999 ; Dengan keluarnya UU No. 22 Tahun1999, tentang Otonomi
Daerah maka pendekatan sentralistik mulai diubah ke arah pendekatan
desentralistik
4
C. Prinsip-Prinsip dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar
memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam
kegiatan program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang
terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar
kehidupannya meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat,
kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan
keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan
koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan
pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai
fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta kesediannya
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai narasumber utama
dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang
luar lebih besar, namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran
itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para
masyarakat itu sendiri.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat
5
selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah, sehingga harusnya
dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat serta pengetahuan
orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa proses PRA
merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar
melahirkan sesuatu yang lebih baik.
5. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota
masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut
secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan
menganalisis data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat.
Untuk mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa diandalkan kita dapat
menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan
pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan
melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau
pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar
belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan
keragaman teknik.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat
guna menurut metode PRA adalah:
6
a. Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui
secukupnya saja)
b. Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar
seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung
mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena
itu dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan
masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau metode
yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan
dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem yang
mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-
prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar,
yang terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan
penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita
belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada
kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.
7
11. Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat
teknik yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan bahwa
teknik tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan
menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun
merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam mengembangkan
metode PRA.
D. Pengelompokan dalam Teknik-Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
1. Teknik-teknik yang bersifatmengumpulkan informasi umum yang biasanya
digunakan pada tahap awalpengembangan program dan bersifatpenjajagan
(eksploratif)
2. Teknik-teknik yang berkenan dengan“tata ruang” spatial.
3. Teknik-teknik yang berkenan dengan“waktu” temporal.
4. Teknik-teknik yang berkenan dengan“kelembagaan “ institusional.
5. teknik-teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek ekonomi” dan
“matapencaharian”.
6. teknik-teknik yang berkenaan dengan“aspek-aspek kemasyarakatan “ sosial.
7. Teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek teknik tertentu” topik teknis,
seperti tentang hama dan penyakittanaman, kesehatan.
E. Tujuan Penerapan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
Tujuan penerapan teknik-teknik PRA adalah pengembangan program
bersama masyarakat.Dimana penerapan PRA perlu senantiasa mengacu pada
daur pengembangan program dan tujuan –tujuan program.
8
F. Gambaran Umum Langkah-Langkah Pengembangan Participatory Rural
Appraisal (PRA)
1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali
informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas
dasar masalah dan potensi setempat.
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna
membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug
masyarakat.
4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan
swadaya.
5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara
konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat.
8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan
rencana yang telah disusun.
9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang
diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan,
dll.
9
G. Permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
1. Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam
forum yang formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan
mendalami prinsip yang mendasarinya.
2. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang
serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
3. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi
masyarakat.
4. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi
petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
5. Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar
konteks program pengembangan masyarakat.
6. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis,
administratif).
7. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak
dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu metode yang
diterapkan dalam penilaian suatu wilayah dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat di wilayah tersebut. Peran serta masyarakat tersebut dilakukan mulai
langkah awal, yaitu pengenalan masalah sampai dengan akhir tahap, yaitu
evaluasi. Namun, penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) ini
harus diiringi kesiapan petugas, pengawasan oleh petugas kesehatan serta
supervisi oleh pejabat yang lebih tinggi dan tokoh masyarakat sehingga tidak
sampai terjadi permasalahan.
B. Saran
1. Mulai dengan kegiatan kecil
2. Belajar dengan bekerja
3. Bertahap mengembangkan lembaga
4. Dilakukan pembekalan tentang metode Participatory Rural Appraisal
(PRA) bagi petugas.
DAFTAR PUSTAKA
Febri, 2009. Kebidanan komunitas. http://bidanshop.blogspot.com diakses pada tanggal 23 April 2012
Pratiwi,2007, Kuliah Kebidanan Komunitas. http://www.ar.itb.ac.id. DIAKSES TANGGAL 23 April 2012