kebiasaan menonton sinetron remaja dengan...

42
17 BAB II KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. Pengertian Kebiasaan Makna kebiasaan berasal dari kata biasa, yang mengandung arti pengulangan atau sering melakukan. Parea (1987), kebiasaan terjadi melalui pengulangan. Sesuai dengan pernyataan, maka jika suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu kebiasaan. Sedangkan menurut Witherington (1982), kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji, seragam dan banyak sedikitnya otomatis. Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan individu dalam menghadapi situasi atau kondisi tertenu disebut kebiasaan. Dalam proses pembentukan kebiasaan siswa dilakukan melalui kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah kegiatan yang dikondisikan untuk selalu ditampilkan, seperti yang terdapat dalam buku pedoman pelaksanaan Pembiasaan Pusat Kurikulum (2005 : 3) menyebutkan pembiasaan adalah “proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang- ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian)”. Perilaku yang relatif menetap artinya sudah menjadi kebiasaan.

Upload: danglien

Post on 02-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

17

BAB II

KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN KEBIASAAN

BELAJAR SISWA

A. Konsep Kebiasaan Belajar

1. Pengertian Kebiasaan

Makna kebiasaan berasal dari kata biasa, yang mengandung arti

pengulangan atau sering melakukan. Parea (1987), kebiasaan terjadi melalui

pengulangan. Sesuai dengan pernyataan, maka jika suatu perbuatan atau

tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang

sama, akan menjadi suatu kebiasaan. Sedangkan menurut Witherington

(1982), kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang

bersifat tahan uji, seragam dan banyak sedikitnya otomatis.

Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan individu dalam

menghadapi situasi atau kondisi tertenu disebut kebiasaan. Dalam proses

pembentukan kebiasaan siswa dilakukan melalui kegiatan pembiasaan.

Pembiasaan adalah kegiatan yang dikondisikan untuk selalu ditampilkan,

seperti yang terdapat dalam buku pedoman pelaksanaan Pembiasaan Pusat

Kurikulum (2005 : 3) menyebutkan pembiasaan adalah “proses pembentukan

sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang-

ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian)”. Perilaku yang relatif

menetap artinya sudah menjadi kebiasaan.

Page 2: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

18

Pengalaman yang berulang-ulang adalah pengalaman yang dibentuk

melalui proses pembelajaran, bukan merupakan hasil kematangan atau proses

pemaksaan, melainkan proses pembelajaran akhirnya sampai pada tahap

otonomi (kemandirian).

Tahap otonomi berarti sikap dan perilaku sudah menjadi bagian dari diri

individu sendiri (internalisasi) yang ditandai dengan munculnya rasa bersalah

(guilty feeling) apabila melakukan pelanggaran, berani menyatakan pendapat

secara tegas (asertif) apabila situasi atau kondisi tidak sesuai dengan

keyakinan dan perasaannya maka individu dengan tegas bisa menolak atau

mengatakan “tidak” dan akan mengatakan setuju apabila sesuai dengan

perasaan dan keyakinannya, mampu mengambil keputusan atas dasar

pertimbangan yang matang dari diri sendiri, tanpa adanya intervensi dari

pihak lain.

Kebiasaan merupakan perilaku individu yang selalu ditampilkan apabila

individu menghadapi situasi atau kondisi tertentu, maka kebiasaan perlu

dibentuk melalui kegiatan pembiasaan. Pusat Kurikulum dalam buku

Pedoman Pembiasaan SMP/MTs (Sularti, 2008 : 22) menyatakan ada 4

bentuk kegiatan pembiasaan adalah sebagai berikut :

a. Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan secara reguler baik di kelas maupun

di luar kelas, di rumah ataupun di masyarakat. Seperti kebiasaan shalat,

kebiasaan senam, pemeriksaan kesehatan, pergi ke perpustakaan,

kebiasaan sebelum belajar, dan lain sebagainya dengan tujuan agar siswa

memiliki kebiasaan yang baik.

Page 3: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

19

b. Spontan, yaitu kegiatan melatih siswa terbiasa secara spontan bersikap

baik kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja seperti tidak

tergantung waktu dan tempat seperti memberi salam, membuang sampah

pada tempatnya, menolong teman yang sakit, bertanya secara baik dan

lain sebagainya.

c. Teladan, kegiatan yang mengutamakan pemberian contoh dan teladan

kepada siswa, seperti datang tidak terlambat, berpakaian rapih,

menggunakan bahasa yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik

sesuai dengan norma yang ada.

d. Terprogram, kegiatan yang direncanakan dan diprogramkan secara

berkala seperti seminar, kunjungan ke panti, aneka lomba, bazar dan

sebagainya.

Tujuan dari kegiatan Pembiasaan menurut Pusat Kurikulum (Sularti,

2008 : 22) secara umum bertujuan untuk “mengembangkan potensi peserta

didik secara optimal, yaitu menjadi manusia yang mampu menata diri dan

menjawab berbagai tantangan dari dalam diri dan lingkungan secara adaptif

dan konstruktif”.

Kebiasaan adalah suatu cara individu bertindak yang sifatnya otomatis

untuk suatu masa tertentu. Tingkah laku yang menjadi kebiasaan yang

memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi karena sifatnya sudah relatif

tetap (Mohamad Surya, 1992:28). The Liang Gie (1995) “suatu kebiasaan

adalah perilaku seseorang yang dilakukannya secara tetap atau sama dari

Page 4: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

20

waktu ke waktu tanpa pemakaian banyak pikiran sadar”. Oleh karena sifat

dasarnya yang spontan dan otomatis.

Kebiasaan menurut Hasan Alwi (2001:146) adalah sesuatu yang biasa

dikerjakan. Kebiasaan menurut Nurhasanah (2000:48) adalah tingkah laku

yang sering diulang sehingga lama kelamaan menjadi otomatis dan bersifat

menetap.

Selanjutnya menurut Prayitno (2004 : 19) kebiasaan adalah

Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu, kebiasaan terwujud dalam tingkah laku nyata seperti memberi salam, tersenyum, ataupun yang tidak nyata seperti berpikir, merasakan, dan bersikap. Sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan sosial, mengikuti aturan, belajar serta sikap dan kebiasaan dalam menghadapi kondisi tertentu seperti : jatuh sakit, menghadapi ujian, bertemu guru atau orang tua dan ketika mempunyai sesuatu yang menakutkan dan lain sebagainya.

Paparan mengenai kebiasaan yang dijelaskan membentuk kebiasaan

siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya dan

menjadikan “aktivitas kehidupan” sehari-hari, kehidupan pribadi seperti :

makan, minum, tidur, shalat, berdoa, belajar, mengikuti aturan, tata tertib dan

norma-norma dan aktivitas lainnya.

Dari beberapa paparan kebiasaan suatu perilaku manusia yang menetap,

berlangsung secara otomatis. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman

yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang

diulangi seseorang berkali-kali.

Page 5: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

21

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas siswa dalam rangka mengembangkan

potensi dirinya, baik menyangkut aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap,

keyakinan, kebiasaan), konatif (motif, minat, dan cita-cita), maupun

psikomotorik (keterampilan), melalui interaksi dengan lingkungan (seperti di

rumah, dengan orang tua, di sekolah dengan guru, dsb) (Syamsu Yusuf, 2009:

162).

Skinner, yang dikutip Barlow (1985) berpendapat belajar adalah suatu

proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara

progresif. Diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, belajar adalah: “… a

process of progressive behavior adaption”.

Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu prosedur yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Cronbach berpendapat learning is shown by change in behavior as a

result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar

dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “… acquisition of any

relatively permanent change in behavior as a result of practice and

experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif

menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah

Page 6: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

22

process of acquiring responses as a result of special practice (Belajar ialah

proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus).

Hintzman (1978) ”Learning is a change in organism due to experience

which can affect the organism’s behavior” (Belajar adalah suatu perubahan

yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh

pengalaman yang mempengaruhi tingkah laku organisme).

Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionari of Psychology membatasi

belajar dengan dua definisi. Pertama, belajar adalah pross memperoleh

pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi

yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi

terdapat empat macam istilah yang perlu disoroti untuk memahami proses

belajar, istilah-istilah sebagai berikut.

a. Relatively permanent (yang secara umum menetap), konotasinya ialah

perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk,

lelah, jenuh, dan perubahan karena kematangan fisik tidak termasuk

belajar.

b. Response potentially (kemampuan bereaksi), berarti menunjukan

pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan

atau kinerja hasil-hasil belajar.

c. Reinforced (yang diperkuat), konotasinya ialah kemajuan yang didapat

dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak

diberi penguatan.

Page 7: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

23

d. Practice (praktek atau latihan), menunjukan proses belajar membutuhkan

latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja

akademik yang telah dicapai siswa.

Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan hasil belajar akan

tampak dalam hal-hal sebagai berikut ini.

a. Kebiasaan, seperti peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari

kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru; sehingga

akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.

b. Keterampilan, seperti menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya

motorik; keterampilan-keterampilan memerlukan koordinasi gerak yang

teliti dan kesadaran yang tinggi.

c. Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti

rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga

peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.

d. Berpikir asosiatif, yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu

dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.

e. Berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan prinsip-prinsip dan

dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti

“bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).

f. Sikap, yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan

cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan

pengetahuan dan keyakinan.

g. Inhibisi, yakni (menghindari hal yang mubazir).

Page 8: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

24

h. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu).

i. Perilaku afektif, yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan

takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan

sebagainya.

Dari beberapa pengetian, belajar diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

3. Pengertian Kebiasaan Belajar

Adapun kebiasaan belajar diartikan sebagai perilaku (kegiatan) belajar

yang relatif menetap, karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan (Syamsu

Yusuf, 2009: 138).

Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditunjukan secara

ajeg dari waktu-kewaktu dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di

sekolah, di rumah maupun bersama teman. Perlu diperhatikan kebiasaan

belajar tidaklah sama dengan keterampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah

perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama,

sedangkan keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang

telah dikuasai untuk melakukan studi.

Dalam pembentukan kebiasaan mula-mula individu mencari cara-cara

yang paling mudah dilaksanakannya yang memberikan kepuasan. Cara-cara

yang paling mudah akan diulang jika individu mendapatkan situasi yang

Page 9: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

25

seragam dengan situasi terdahulu, sehingga lama kelamaan cara-cara paling

mudah menjadi menetap pada diri individu yang bersangkutan selama cara-

cara atau pola-pola perilaku dipertahankan.

Mengenai pembentukan kebiasaan belajar ada dua cara yang diamati.

Pertama, dilakukan melalui pengulangan suatu kegiatan dengan cara yang

sama, karena cara tertentu lebih mudah dilakukan dari pada cara-cara lain

sehingga dilakukan secara berulang-ulang. Cara kedua, untuk membentuk

kebiasaan lebih disengaja dan berencana. Individu dengan sengaja melakukan

perbuatan dalam cara tertentu sehingga terbentuklah semacam pola yang

otomatis. Pola tersebut digunakan individu untuk mengubah kebiasaan lama

dan menggantikannya dengan kebiasaan baru yang dianggap memiliki efek

yang lebih baik bagi dirinya.

Kebiasaan yang baik merupakan pola-pola perilaku yang relatif

menetap dalam menunjang kegiatan belajar yang berdampak pada hasil yang

baik pula karena terdapat kesesuaian antara yang dilakukan siswa dengan

pola-pola perilaku yang dituntut dalam proses belajar. Dudung Sulaeman

(1984 : 19) mengungkapkan kebiasaan belajar adalah tindakan atau usaha

yang nyata para siswa dalam belajar yang akan menentukan besar kecilnya

hasil yang dicapai. Teknik-teknik yang perlu dikuasai para siswa untuk

mencapai hasil yang baik tidak lain daripada berbagai tindakan yang

diharapkan menjadi kebiasaan sehari-hari dalam belajar.

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari

faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara

Page 10: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

26

sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Berbagai perilaku menjadi terbiasa

karena diulang sepanjang waktu, oleh karena itu, akhirnya terlaksana secara

spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap

sesuatu proses belajar. Dengan demikian, kebiasaan belajar adalah tindakan

atau usaha yang nyata para siswa dalam belajar yang akan menentukan besar

kecilnya hasil yang dicapai.

4. Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar

Menurut Sulaeman (1984 : 70) kebiasaan belajar diartikan sebagai cara-

cara atau teknik-teknik yang mantap yang dilakukan siswa pada waktu ia

menerima pelajaran dari guru, membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas

sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan.

Menurut Chaniago (2007 : 72) kebiasaan adalah sesuatu yang

dikerjakan berulang-ulang. Sementara itu, menurut Surya (1992 : 28)

kebiasaan adalah suatu cara individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk

suatu masa tertentu. Tingkah laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan

fungsi berpikir yang cukup tinggi karena sifatnya sudah relatif menetap.

Aspek-aspek kebiasaan belajar menurut Dadang Sulaeman (1984)

adalah sebagai berikut ini.

1) Kebiasaan siswa sebelum belajar.

a. Menyiapakan PR/Tugas;

b. Menyiapkan perlengkapan sekolah;

c. Menyiapkan mental;

Page 11: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

27

d. Menyiapkan fisik.

2) Kebiasaan belajar siswa diwaktu senggang.

a. Pemanfaatan waktu istirahat;

b. Pemanfaatan waktu jam pelajaran kosong;

c. Menggunakan waktu luang saat di rumah atau saat libur.

3) Kebiasaan belajar bersama teman.

a. Kemampuan mengendalikan diri;

b. Aktivitas dalam belajar bersama;

c. Menerima/menolak pendapat teman.

4) Kebiasaan belajar di kelas.

a. Sebelum pelajaran dimulai;

b. Saat pelajaran berlangsung.

5) Kebiasaan siswa dalam belajar kelompok.

a. Tanggapan terhadap pendapat teman;

b. Kehadiran dalam kelompok belajar;

c. Aktivitas dalam kelompok belajar.

6) Kebiasaan belajar di rumah.

a. Belajar di rumah;

b. Belajar dengan bantuan kakak/orang tua.

5. Karakteristik Kebiasaan Belajar

Sularti (2008 : 90-92) mengemukakan aspek-aspek perilaku yang

termasuk dalam kebiasaan belajar yang baik diantaranya menyiapkan alat,

Page 12: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

28

mental, dan fisik saat akan belajar, baik belajar di rumah atau di sekolah,

memanfaatkan waktu luang untuk menambah ilmu pengetahuan, belajar

kelompok, memperhatikan saat guru menerangkan mata pelajaran di kelas,

berkontribusi dalam diskusi kelompok, serta memiliki jadwal belajar di

rumah.

Kebiasaan belajar meliputi kegiatan belajar di rumah, di sekolah, (di

kelas, di perpustakaan, dan di tempat praktek). Sikap dan kebiasaan belajar

yang positif (Syamsu Yususf, 2009: 139) adalah sebagai berikut.

a. Menyenangi pelajaran (teori dan praktek).

b. Merasa senang untuk mengikuti kegiatan belajar yang diprogramkan

sekolah.

c. Mempunyai jadwal belajar yang teratur.

d. Mempunyai disiplin diri dalam belajar (bukan karena orang lain).

e. Masuk kelas tepat pada waktunya.

f. Memperhatikan penjelasan dari guru.

g. Mencatat pelajaran dalam buku khusus secara rapih dan lengkap.

h. Senang mengajukan pertanyaan apabila tidak memahaminya.

i. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelas.

j. Membaca buku-buku pelajaran secara teratur.

k. Mengerjakan tugas-tugas atau PR dengan sebaik-baiknya.

l. Meminjam buku-buku ke perpustakaan untuk menambah wawasan

keilmuan.

m. Ulet atau tekun dalam melaksanakan pelajaran praktek.

Page 13: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

29

n. Senang membaca buku-buku lain, majalah atau koran yang isinya relevan

dengan pelajaran atau program studi yang ditempuhnya.

o. Tidak mudah putus asa apabila mengalami kegagalan dalam belajar

(seperti tidak lulus tes atau nilainya rendah).

I Nengah Konten (2009 : http://www.balispot.com/mediadetail.php)

mengemukakan kebiasaan belajar yang baik dilakukan oleh siswa, dengan

mendominasi asas-asas sebagai berikut ini.

a. Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar

sendiri kalau mungkin.

b. Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan untuk

rekreasi.

c. Tidak bersaing dengan pengganggu-pengganggu perhatian.

d. Melakukan aktivitas belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan

ajaran pada waktu yang sama setiap hari.

e. Tidak belajar dalam posisi terlalu santai.

f. Tidak melakukan hal lain ketika belajar.

g. Menggunakan waktu yang cukup untuk belajar.

h. Segera memulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar.

i. Tidak terlalu banyak beraktivitas di luar pelajaran.

j. Membuat contoh-contoh guna memeriksa pemahaman bahan ajaran.

k. Mencari kegunaan praktis dari pengetahuan yang diperoleh, terlebih

pengetahuan yang baru.

Page 14: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

30

l. Pada awal setiap mata pelajaran, mengusahakan memperoleh gambaran

menyeluruh mengenai isinya.

m. Mencurahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai

sesuatu, dan selalu ingin belajar.

n. Melatih kebiasaan untuk belajar tuntas.

o. Memperhatikan secara teliti kata-kata baru atau kata-kata asing.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Siswa yang meyakini belajar penting bagi pengembangan kualitas diri,

bernilai ibadah, merasa senang terhadap kegiatan belajar, maka dia

cenderung untuk melakukan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya. Akan

tetapi, apabila kenyataan dan perasaan siswa sebaliknya, maka

kecenderungan yang timbul adalah siswa akan malas atau enggan belajar.

Kebiasaan belajar terwujud dan dilaksanakan siswa dalam kaitannya

dengan aktivitas kehidupan yang nampak yaitu dalam bentuk tingkah laku

khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Kebiasaan belajar tidak

muncul dengan sendirinya tetapi dikondisikan dan dibentuk melaui berbagai

kegiatan baik melalui pengalaman, latihan dan belajar, yang dilakukan secara

terus menerus, maupun yang berkesinambungan dalam suasana pembelajaran.

Pengalaman dan latihan yang disengaja dan disadari merupakan proses

belajar sampai dengan tercapainya kematangan dan kemantapan dalam

mengambil keputusan dan rencana masa depan. Perubahan dapat terjadi

karena adanya proses pembelajaran, dalam pembentukan kebiasaan dengan

Page 15: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

31

melalui pembelajaran. Individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor luar individu (eksternal) dan faktor dalam individu sendiri

(internal).

Sejalan dengan yang diungkapkan Syamsu Yusuf (2004) kebiasaan

belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dan dikembangkan melalui

latihan, pemahaman, perasaan dan keyakinan tentang manfaat belajar.

Sularti (2008 : 33-35) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam

individu yang mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu

yang sering berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut.

a. Sikap Guru, yaitu guru yang kurang memahami dan mengerti tentang

kondisi siswa, guru tidak adil, kurang perhatian, khususnya pada anak-

anak yang kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi

atau lainnya, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan

tugas.

b. Keadaan ekonomi orang tua, yaitu siswa tidak sekolah atau alpa (tanpa

keterangan) disebabkan siswa tidak memiliki uang transport untuk ke

sekolah karena lokasi sekolah sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak

dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki buku lembar kegiatan

siswa (LKS), dan kesulitan belajar di rumah karena tidak memiliki buku

paket dan kelengkapan belajarnya.

c. Kasih sayang dan perhatian orang tua, yaitu siswa malas pada umumnya

berasal dari keluarga yang kurang utuh, orang tua bercerai, memiliki ibu

atau bapak tiri, sibuk dengan pekerjaan, berangkat pagi dan pulang larut

Page 16: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

32

malam sehingga tidak bertemu dengan anak-anaknya karena sudah tidur,

sehingga orang tua kurang mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada

anaknya, anak merasa ditelantarkan, disia-siakan, merasa dirinya tidak

berarti.

d. Layanan bimbingan dan konseling, yaitu guru pembimbing dianggap

kurang memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Akibat

dari keterbatasan tenaga yaitu satu guru pembimbing harus menangani

875 siswa, seharusnya satu guru pembimbing mengenai 150-225 siswa

sebagaimana telah dijelaskan dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan

Konseling (2002 : 17), keterbatasan sarana, dan dorongan dari para

pemegang kebijakan sekolah.

Faktor dari dalam individu yang sering berpengaruh adalah sebagai

berikut.

a. Minat, motivasi dan cita-cita, yaitu pada umumnya siswa yang memiliki

kebiasaan malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak

memiliki cita-cita atau harapan.

b. Pengendalian diri dan emosi, yaitu siswa malas atau membolos dapt

disebabkan siswa tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut,

kecewa atau tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti

mudah tersinggung, mudah marah dan mudah putus asas.

c. Kelemahan fisik, panca indra, kecacatan lainnya, yaitu siswa yang

memiliki kekurangan fisik kurang berkembang dengan normal

dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik,

Page 17: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

33

siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya sombong

sekedar menutupi kekurangannya.

d. Kelemahan mental seperti kecerdasan, intelegensi, bakat khusus.

Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang

lain berbeda. Oleh karena itu, guru atau guru BK di sekolah hendaknya

memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa-siswanya.

Penggunaan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam

rangka menuju keberhasilan dalam belajar. Jika rencana pembagian dan

penggunaan waktu belajar dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan

menjadi suatu kebiasan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang

memuaskan pada setiap usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut bisa

dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian-ujian dilalui dengan

berhasil.

Menurut Sunarja (1989 : 13) kebiasaan belajar siswa merupakan

perilaku yang berulang kali dilakukan siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar

tidak muncul seketika, tetapi berawal dari kebiasaan sebelumnya dan

berkembang terus dalam proses belajar yang dialami siswa.

Timbulnya kebiasaan belajar tertentu pada diri siswa menurut Crow and

Crow (Sunarja, 1989 : 14), dengan menyimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebiasaan belajar, sebagai beriukut ini.

1) Sikap belajar, yaitu sikap terhadap guru dan pendidikan yang diberikan

kepada siswa, dan muncul dari pengalaman belajar. Jika siswa mengalami

pengalaman belajar dengan gurunya di sekolah secara baik, maka

Page 18: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

34

memunculkan sikap positif terhadap guru dan pendidikan di sekolah. Sikap

belajar mendorong siswa untuk melakukan kebiasaan belajar yang efektif

dan positif, sehingga memungkinkan terciptanya hasil belajar yang

optimal. Sebaliknya, bila terjadi pengalaman belajar yang kurang

menyenangkan siswa, maka sikap belajar yang negatif akan muncul.

Keadaan demikian menyebabkan siswa melakukan kebiasaan belajar yang

kurang efektif sehingga prestasi belajarpun akan menurun.

2) Kelelahan dalam belajar, yaitu kelelahan terjadi karena kondisi belajar

yang tidak menyenangkan antara lain lampu belajar yang suram, udara di

ruang belajar lembab, siswa mengalami gangguan emosi, dan adanya

kebosanan karena bahan dan situasi belajar-mengajar tidak menarik. Jika

keadaan lelah terus-menerus berlangsung, maka kemungkinan kebiasaan

belajar negatif akan muncul.

3) Kurang kemampuan memusatkan perhatian, yaitu kurang kemampuan

memusatkan perhatian mungkin menimbulkan kebiasaan belajar yang

kurang baik. Sebab, ketidakmampuan memusatkan perhatian menyulitkan

siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Akibatnya

mungkin timbul kebiasaan menunda tugas, metode belajar atau bekerja

yang tidak efisien, malas belajar, suka bolos dan sebagainya.

7. Cara-Cara Mengembangkan Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah atau bawaan dari

lahir. Setiap orang membentuk sendiri kebiasaan. Kebiasaan belajar yang baik

Page 19: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

35

timbul di dalam diri kita jika kita berniat melakukannya. Gie (1986)

menyarankan agar seseorang belajar dengan baik, maka dia harus mengetahui

metode, teknik, kemahiran atau cara-cara belajar yang efisien. Kemudian

pengetahuan dipraktekkan setiap hari sampai menjadi kebiasaan dalam

belajar.

Tidak ada individu yang tepat sama dengan individu yang lainnya,

sehingga kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu yang satu dengan

yang lainnya tidak sama. Pemakaian metode belajarpun berbeda ada yang

menyukai belajar sendiri, ada pula yang menyukai belajar kelompok. Cara

seseorang melakukan kegiatan belajar akhirnya akan membentuk kebiasaan

belajar inilah yang merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan

efektif tidaknya usaha belajar yang dilakukan.

Kebiasaan belajar tidak dibentuk dalam waktu satu hari atau satu

malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Cara

mengembangkan kebiasaan belajar yang dikembangkan oleh Novita (2005 :

29) adalah sebagai berikut.

a. Menyusun Rencana Belajar

Menyusun rencana belajar penting karena tiap siswa tentu

berkeinginan agar belajarnya berhasil dengan baik, untuk siswa berusaha

sedapat mungkin menggerakan segala daya yang ada agar berhasil

mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi

keharusan bagi setiap siswa.

Page 20: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

36

Manfaat rencana belajar yang baik menurut Namalik (Subroto, 2004

: 24) adalah (1) menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga

perbuatan belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis; (2) menjadi

pendorong dalam belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang

siswa untuk belajar. Kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan

rencana tepat pada waktunya; (3) menjadi alat bantu dalam belajar; (4)

rencana belajar yang baik akan membantu siswa untuk mengontrol,

menilai, memeriksa sampai di mana tujuan belajar siswa tercapai, sehingga

menimbulkan usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya.

b. Menyusun Jadwal Belajar

Menyusun jadwal belajar pada umumnya adalah belajar sedikit demi

sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik daripada belajar borongan. Pada

umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan,

yaitu mengikuti pelajaran dan praktik (jika ada) di sekolah serta belajar di

luar pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat

akan ada ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-kadang hasilnya jauh

dari yang diharapkan, bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu

semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika

dipelajari sedikit demi sedikit.

c. Penggunaan Waktu Belajar

Penggunaan waktu siswa ada dua hal, yaitu; (1) penjatahan waktu

untuk masing-masing pelajaran, waktu yang diperlukan untuk mempelajari

suatu mata pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang

Page 21: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

37

lain. Pada umumnya tiap-tiap siswa mengenal diri dan kemampuannya

dengan baik sehingga akan membuat perkiraan mengenai alokasi waktu

yang disediakan untuk masing-masing pelajaran. Selain itu, waktu belajar

perlu diperhatikan karena setiap siswa ada yang suka belajar pada siang,

sore, atau malam hari. Hendaknya penggunaan waktu diatur seefisien

mungkin sesuai dengan keadaan masing-masing (2) menyiapkan dan

mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran akan dikuasai dengan baik bila

mempelajarinya dengan baik dan akan lebih baik lagi jika siswa

menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang akan diajarkan oleh guru

yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah dianjurkan.

Setelah pulang sekolah siswa perlu membaca kembali catatan pelajaran

sambil menyempurnakan dan melengkapi.

d. Cara Belajar

Cara belajar yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa

karena sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan

individual terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa.

Menurut Suryabrata (1989 : 56) hal-hal yang bersifat umum adalah

cara mengikuti pelajaran. Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran

memegang peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Siswa harus

mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah

pelajaran.

Menurut Hamalik (1990 : 37-39) petunjuk-petunjuk yang harus

diikuti oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai

Page 22: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

38

berikut: (1) sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar; (2)

mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan

diajarkan esok harinya; (3) memberikan perhatian yang memusat terhadap

pelajaran yang sedang berlangsung; (4) ikut aktif selama pelajaran

berlangsung, misalnya berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan

mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang dianggap masih kurang jelas;

(5) mencatat materi pelajaran secara garis besar dan tidak perlu mencatat

seluruh materi pelajaran kata demi kata karena akan mengganggu

konsentrasi untuk memperoleh pemahaman; (6) mencatat persoalan-

persoalan yang mungkin timbul dan hal-hal yang belum dipahami untuk

dipelajari di rumah dari buku bacaan; (7) bila pelajaran telah berakhir dan

guru memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti

apakah sudah memahami maksud dan isi tugas atau belum. Bila tugas

belum dipahami apa maksud dan isi tugas, maka tanyakan kepada guru

yang bersangkutan. Setelah sampai di rumah, kerjakanlah tugas-tugas

dengan sebaik-baiknya, kemudian serahkan hasil pekerjaannya tepat pada

waktunya; (8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan tergantung

kepada masing-masing siswa. Jika siswa mau melaksanakan maka

kegiatan akan berlangsung. Sehingga disiplin diri sangat menentukan

untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar jam sekolah.

Kegiatan belajar di luar pelajaran terdiri atas dua macam kegiatan

yaitu: (a) mencari bahan atau sumber bacaan, sumber atau bahan terdapat

dimana-mana, akan tetapi tempat yang paling lengkap sumbernya adalah

Page 23: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

39

perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum.

Untuk menemukan bahan bacaan di perpustakaan diperlukan informasi

tertentu agar sumber bacaan yang diperlukan cepat ditemukan. Misalnya

untuk buku perlu diketahui nama pengarang dan judul buku. Belajar di

perpustakaan dilakukan pada waktu luang, misalnya pada waktu istirahat;

(b) membuat catatan atau ringkasan, seorang siswa yang belajar dari

sumber bacaan tertentu sebaiknya membuat catatan atau ringkasan

mengenai hal-hal yang telah dibacanya. Keuntungan dengan dibuatnya

ringkasan adalah siswa lebih meresap akan apa yang dipelajarinya dan

siswa langsung membaca ringkasannya apabila ia ingin mempelajari isi

bahan bacaan kembali (Suryabrata, 1989 : 74); (9) bertanya dan diskusi,

untuk lebih meresapkan apa yang dipelajari serta mengetahui apakah

penangkapan isi yang dipelajari betul, maka siswa perlu

mengkomunikasikan dengan orang lain, teman dan guru.

Orang sering beranggapan yang terpenting sebagai bukti telah

belajar adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya

tanpa memikirkan mengajukan pertanyaan merupakan bukti orang tahu

apa yang dipersoalkan (Suryabrata, 1989 : 76). Dengan bertanya atau

menjawab pertanyaan berarti siswa telah membuka komunikasi yang

sangat penting agar berpartisipasi dalam diskusi. Dengan diskusi siswa

mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.

Page 24: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

40

e. Konsentrasi

Setiap siswa yang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam

belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai

pelajaran. Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu

mata pelajaran dan bukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan

pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang

diinginkan.

Kenyataannya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi

yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar

memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas

pada umumnya mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar

dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan

kosentrasi bukanlah bakat yang diperoleh sejak lahir. Kemampuan

konsentrasi merupakan kebiasaan yang dilatih, jadi bukan suatu bakat yang

diwarisi dari leluhur.

Konsentrasi seseorangpun dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa

yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsentrasi dalam

mempelajari materi pelajaran. Siswa yang sakit harus segera berobat,

demikian siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat.

f. Disiplin Belajar

Menurut Gie (1980 : 15) disiplin belajar akan membuat siswa

memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan merupakan proses kearah

pembentukan yang baik. Cara belajar dimiliki oleh siswa dengan latihan

Page 25: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

41

yang teratur dan sungguh-sungguh. Disiplin belajar yang baik, nanti akan

memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Ilmu

yang sedang dituntut dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian

dilalui dengan berhasil.

Disiplin belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan.

Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar masing-masing, ada

yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi

hari atau siang hari.

B. Kebiasaan Menonton Sinetron

1. Pengertian Kebiasaan Menonton Sinetron

Nana Syaodih dan Moh. Surya dalam Tono Sumartono (1992: 26)

mengemukakan pengertian kebiasaan sebagai cara individu bertindak yang

sifatnya relatif menetap, seragam dan otomatis untuk masa tertentu.

Kebiasaan merupakan hasil belajar, bukan bersifat pembawaan. Menurut

Arswendo (Ardlz: 2008) mengemukakan sinetron adalah sandiwara

bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi.

Dari beberapa paparan kebiasaan dalam penelitian kebiasaan suatu

perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis. Kebiasaan

merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau

sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Sinetron adalah

drama serial yang disiarkan ditelevisi dalam beberapa episode dan jenis alur

tertentu yang penayangannya rutin.

Page 26: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

42

Berdasarkan uraian, yang dimaksud dengan kebiasaan menonton

tayangan sinetron dalam penelitian ialah suatu bentuk perilaku siswa yang

dikerjakan secara terus menerus dan relatif menetap dalam menonton sinetron

yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia.

2. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie

artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran

gambar-gambar melalui gelombang radio. (KamusInternasional Populer: 196)

Sedangkan menurut KBBI (2001:919)2 televisi adalah pesawat

sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi

(suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang

mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan

mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi

yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan

sebagainya. Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah

kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media

massasurat kabar, radio, atau komputer.

Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman

dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di

rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan,

dan lain-lain. Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang

mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel.

Page 27: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

43

Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke

dalam gelombang elektrik dan mengkonversi kannya kembali kedalam

cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar .

Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan

mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat

dihubungkan melalui satelit. Apa yang kita saksikan pada layar televisi,

semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua unsur yang

melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan

gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi getaran-getaran

listrik, getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar

mengubah getaran getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang

elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit.

Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga

masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.

3. Pengaruh Televisi

Pengaruh positif dari menonton televisi yang paling menonjol adalah

sebagai salah satu media belajar anak dan sebagai sumber informasi yang

membantu anak untuk mengenal dunia luar lebih luas, diantaranya yaitu:

1. Sebagai salah satu media belajar anak.

Televisi bisa menjadi salah satu media belajar anak apabila tayangan

yang ditonton merupakan tayangan yang bersifat edukatif. Anak-anak

Page 28: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

44

yang gemar menonton televisi tersebut memperoleh cukup banyak

pengetahuan dari acara yang mereka saksikan di televisi.

Acara kuis, program bimbingan rohani, talk show pendidikan

atau bidang pengetahuan lain sangat berguna bagi anak-anak. Bagi

sebagian anak yang memiliki pola belajar audio visual, menonton televisi

bias dijadikan sebagai alternatif pembelajaran. Tentunya program televisi

itu haruslah benar-benar mendidik dan tidak ada unsur-unsur di dalamnya

yang dapat merugikan pemirsa. Pengaruh positif televisi sebagai media

pembelajaran ini juga tidak lepas dari peran orang tua.

Orang tua memilihkan acara yang bersifat mendidik dan cocok untuk

usia anak mereka. Beberapa dari orang tua juga menggunakan fasilitas

televisi kabel yang memiliki paket khusus acara untuk anak-anak. Contoh

acara yang bersifat mendidik tersebut antara lain Bolang, Laptop si Unyil,

Surat Sahabat, Are You Smarter than a 5th, dan sebagainya.

2. Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar

Selain sebagai media pembelajaran, televisi juga berpengaruh positif

sebagai sumber informasi bagi anak untuk mengenal dunia luar lebih luas.

Sebenarnya fungsi sebagai sumber informasi tidak terlalu jauh berbeda

dengan fungsi televisi sebagai media pembelajaran. Sumber informasi

disini juga dapat diartikan dengan informasi-informasi yang didapat dari

menyaksikan tayangan televisi yang bersifat mendidik dan informatif.

Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat

cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan

Page 29: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

45

untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi

didaerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan.

Anak menjadi lebih tahu mengenai dunia luar dan saat ditanya,

anak tersebut menjawab “Aku tahu dari TV”. Hal tersebut membuktikan

bahwa fungsi televisi sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar

cukup berhasil.

Namun hal ini perlu didukung dengan adanya pengawasan dari orang

tua agar informasi yang diterima oleh anak sesuai dengan usia mereka.

Selanjutnya adalah pengaruh negatif televisi diantaranya yaitu:

1. Mendorong anak menjadi konsumtif

Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama, anak-anak

menjadi lebih konsumtif setelah melihat iklan di televisi. Mereka sering

mengatakan “Ma, aku mau mainan itu yang ada di TV”. Hal tersebut

menunjukan anak melakukan hal imitatif atau peniruan terhadap televisi,

apa yang ditampilkan televisi anak-anak selalu ingin mengikuti, sehingga

televisi berperan besar dalam mendorong anak menjadi konsumtif.

2. Mengurangi semangat belajar

Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga

sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang terbiasa

menghabiskan waktunya dengan menonton televisi akan sangat sulit saat

diajak beralih untuk belajar. Televisi memberikan suatu hiburan sehingga

anak-anak mendapatkan suatu kepuasan yang tidak didapatkan dalam

belajar. Anak-anak akan lebih senang menyaksikan acara favoritnya

Page 30: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

46

dibandingkan harus membuka buku dan mengerjakan tugas. Anak menjadi

tidak semangat belajar setelah menjadikan kegiatan menonton televisi

sebagai kebiasaan.

3. Merenggangkan hubungan antara keluarga

Kebanyakan anak menonton televisi lebih dari 4 jam sehari sehingga

waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya terpotong atau

terkalahkan dengan televisi. 40% keluarga menonton televisi sambil

menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang “berbagi cerita”

antar anggota keluarga, sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun,

menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang ditonton di televisi.

Rata-rata, televisi dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang

lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga

menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.

4. Menonjolkan perilaku imitatif

Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, televisi mampu

merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi kedalam jiwa

manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat

orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang dilihat dan dengar

dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum

orang akan ingat 85% dari apa yang dilihat di televisi setelah 3 jam

kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.

Page 31: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

47

Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya

selalu meniru apa yang dilihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan

sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ditonton.

5. Meningkatkan kemungkinan obesitas

Tidak berolah raga dengan cukup karena biasa menggunakan waktu

senggang untuk menonton televisi, padahal televisi membentuk pola hidup

yang tidak sehat. Lebih banyak anak menonton televisi, lebih banyak pula

mengemil antara waktu makan, megkonsumsi makanan yang diiklankan di

televisi dan cendrung mempengaruhi orang tua untuk membeli makanan-

makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan televisi sehingga jadi

kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi

mereka secara penuh.

Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak

banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak

bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

6. Memperbesar kemungkinan terjangkit penyakit rabun.

Sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan televisi apabila

sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Jarak pandang anak dengan

televisi juga biasanya tidak sesuai dengan jarak pandang yang baik. Tentu

saja terjadi berulang- ulang dan terus-menerus apabila si anak telah

menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan.

Anak yang pada awalnya memiliki kondisi mata yang sehat menjadi

harus menggunakan kacamata setelah terbiasa menonton televisi setiap

Page 32: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

48

hari. Tentu saja dikarenakan oleh faktor jarak pandang yang tidak sesuai

dan radiasi dari televisi sendiri yang bisa menyebabkan penyakit mata

seperti rabun jauh ataupun rabun dekat.

4. Pengertian Sinetron

Menurut Arswendo (Ardlz: 2008) mengemukakan sinetron adalah

sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi.

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti

sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang

dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui

proses elektronik lalu ditayangkan melalui stasiun televisi

(http://chendah.blogspot.com).

Rahman (2007) mengemukakan mengenai pengertian sinetron,

diantaranya:

a. Sinetron adalah akronim dari “Siaran Elektronik”.

b. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut “soap opera”.

c. Dalam bahasa spanyol disebut “telenovela”.

Dalam perspektif kesenian, tayangan sinetron merupakan hasil rekaan

sang sutradara yang isinya tidak mesti meliput realitas empiris dari pergaulan

remaja kita sehari-hari. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita

dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur

cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu

kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering kali

Page 33: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

49

tanpa penyelesaian (open-ended). Cerita cenderung dibuat berpanjang-

panjang selama masih ada audien yang menyukainya (Morissan, 2008: 213).

Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron

yang memiliki episode terbatas disebut dengan mini seri. Episode dalam suatu

miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan. Dengan demikian,

episode sama seperti bab dari buku.

5. Aspek-aspek Sinetron

Ada beberapa aspek dalam sinetron yang mempunyai potensi untuk

mengkikis keislaman umat muslim yang dikemukakan oleh Dudung (2005),

yaitu:

a. Aspek moralitas misalnya, yang menyangkut nilai-nilai baik, buruk, benar,

salah. Aspek moralitas memang tidak terlihat seperti aspek kekerasan, tapi

menjadi aspek yang penting. Ada beberapa perilaku tertentu di masyarakat

dianggap salah, di sinetron ditampilkan begitu saja tanpa ada penekanan

perilaku salah (Gantuarto, 2002).

b. Aspek seksualitas misalnya, terlihat dari cara berbusana pemain yang

menonjolkan daya tarik seksualnya hingga ekspresi cinta di antara mereka

yang cenderung vulgar. Dari sekedar bergandengan tangan, berciuman,

hingga berpelukan mesra layaknya suami-istri.

c. Aspek kekerasan, dijadikan sebagai bumbu penyedap yang menajamkan

konflik. Pemainnya diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan

melibatkan pukulan dan jebakan-jebakan yang bisa merenggut nyawa.

Page 34: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

50

Pada tahun 1994 koran-koran di Singapura menyajikan hasil polling

pendapat yang dilakukan pihak kepolisian kepada 50 pemuda yang terlihat

tindak kekerasan. Hasil polling menyimpulkan sebagian besar pemuda

yang melakukan tindak kekerasan suka menonton film-film kekerasan di

televisi (Arif Sadiman: 1994).

d. Aspek perilaku, terlihat dari perilaku siswa yang menunjukan sikap

permissif dan bebas dari aturan sekolah. Siswanya berani memamerkan

tatto, rambutnya dicat dengan warna mencolok seperti truffle light,

memakai anting, slayer, topi koboi, pakaian terlalu ketat (minim adan

press body), rambut panjang, memakai gelang, atau berperilaku layaknya

preman. Kancing baju bagian atas dibuka, dan kemeja lengan pendeknya

digulung. Pergaulan bebas, merampok, memperkosa, bertengkar dan lain

sebagainya.

e. Aspek bahasa, bayak ragam bahasa yang ada dalam setiap tayangan

sinetron Indonesia. Hampir disetiap tayangan sinetron masih saja

mendengar kalimat-kalimat kasar dengan nada celaan, cacian, makian,

kemudian mereka lontarkan sebagai bentuk kebencian, iri hati, dan

kedengkian kepada lawan mainnya. Misalkan, Guwe, elo, goblok, sialan,

berengsek, dan lain-lain.

6. Jenis Cerita dan Pengaruh Sinetron Terhadap Penonton

Televisi termasuk dalam kategori barang kebutuhan pokok dalam

masyarakat, semua masyarakat memiliki televisi dengan mudah dan dengan

Page 35: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

51

harga yang bisa dikatakan “murah” dibanding di beberapa waktu sebelumnya.

Dari televisi nantinya masyarakat akan memperoleh tayangan-tayangan yang

menghibur atau memberikan informasi seperti yang diharapkan dan

dibutuhkan oleh masyarakat sendiri.

Berbagai tayangan hadir di layar televisi, baik tayangan yang nantinya

memberikan nilai positif atau bahkan sebaliknya (negatif). Begitu dengan

tayangan informasi yang disajikan oleh televisi tidak semua kategori

informasi baik untuk kita lihat terutama oleh anak dibawah umur yang tidak

didampingi orang tua, contohnya tayangan seperti; Buser, Sergap, Patroli,

dimana tayangan berisi informasi mengenai kejadian tindak kriminal, dalam

tayangan tidak ada sensor untuk suatu kejadian semua ditayangkan secara

utuh, sehingga bagi mereka yang tidak paham betul akan tayangan, akan

membawa dampak buruk (secara tidak langsung akan menginspirasi mereka

untuk melakukan tindakan seperti apa yang mereka lihat).

Begitu dengan fenomena tayangan hiburan yang begitu marak

menghiasi layar televisi kita dengan istilah yang kita kenal yaitu sinetron

(sinema elektronik) atau di luar negeri lebih dikenal dengan istilah opera

sabun (heavy soap opera). Dimana dalam tayangan terjadi penokohan

karakter yang dikemas dalam sebuah cerita drama yang menampilkan konflik

dan gambaran kehidupan masyarakat kita. Tapi sayangnya yang banyak

terjadi, gambaran kehidupan masyarakat yang ditampilkan dalam sinetron

berlebihan dan lebih banyak bisa dibilang tidak sesuai.

Page 36: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

52

Dalam sinetron selalu digambarkan kehidupan yang glamour (mewah),

memiliki banyak harta kekayaan. Orang kaya sangat dominan dan terjadi

diskriminasi terhadap mereka yang mempunyai kehidupan kurang dari cukup

(miskin). Mereka yang kaya akan merasa malu untuk kenal, berkumpul, dan

bergaul dengan mereka yang miskin. Digambarkan kehidupan remaja khas

metropolitan (kota-kota besar yang maju/berkembang) yang mempunyai

pergaulan yang “bebas” dan datang dari keluarga kaya sehingga mereka

merasa berhak dan bisa melakukan apapun, ditampilkan dalam sinetron

bagaimana cara para remaja bergaul (memilih pergaulan), berpakaian,

berbicara dengan bahasa mereka, dan bersikap. Hal inilah yang sedikit

banyak mempengaruhi mereka atau yang paling sering kita disuguhkan

konflik antara orang tua dengan anak, konflik antar remaja, konflik perebutan

harta, konflik antar suami istri yang berujung pada perselingkuhan dan

perceraian.

Padahal apa yang menjadi gambaran di sinetron bisa dikatakan tidak

sesuai dengan kehidupan masyarakat kita sekarang. Kemiskinan, kelaparan,

dan gizi buruk atau kurang pangan menjadi masalah klasik yang semakin

bertambah parah. Tapi anehnya sinetron-sinetron begitu laris dan digemari

oleh masyarakat kita terutama ibu-ibu rumah tangga dan para remaja

(terutama remaja putri). Menurut wacana yang pernah dibaca, orang-orang

yang suka menikmati opera sabun (sinetron) akan cendrung melakukan hal-

hal yang hampir mirip dengan adegan apa yang ada dalam sinetron.

Page 37: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

53

Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap apa yang

terjadi di televisi adalah dunia senyatanya. Program acara sinetron yang

diputar televisi swasta Indonesia nyaris seragam, masing-masing sinetron

membahas konflik antara orang tua dengan anak, konflik suami istri, dan lain-

lain. Para pecandu berat televisi akan mengatakan di masyarakat sekarang

banyak terjadi gejala yang sama dengan apa yang digambarkan dalam

sinetron di televisi. Pendapat yang ada mungkin tidak salah, tapi terlalu

menggeneralisasi ke semua lapisan masyarakat.

Farinda (2008) mengungkapkan beberapa jenis atau tema cerita serta

pengaruhnya terhadap penonton.

a. Tema Ghaib

Mendorong orang untuk pecaya ada mahluk selain jin dan manusia,

seperti pocong dan kuntilanak. Padahal Allah menegaskan di dalam kitab

suci Al-Qur’an Allah tidak menciptakan selain jin dan manusia. Allah

berfirman “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzaariyaat : 56). Akan

menimbulkan kesyirikan dengan percaya kepada mahluk lain selain Allah

SWT. Terkadang manusia menakut-nakuti dirinya-sendiri dengan

bayangan setan (padahal manusia adalah mahluk yang mulia dan disegani

oleh bangsa lain).

Begitu pula tayangan mistik dan tahayul memiliki efek buruk bagi

masyarakat yang menontonnys. Efek buruknya adalah selain berdampak

pada kerusakan kognitif masyarakat, terutama anak-anak, bahaya terbesar

Page 38: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

54

dari tayangan mistik dan tahayul adalah pada kerusakan sikap dan

perilaku. Kerusakan sikap menyangkut pembenaran terhadap terhadap

kondisi hidup yang irasional, toleransi terhadap keburukan, dengki, iri hati

dan permisif terhadap sikap mental terabas serta “penyakit hati” manusia

lainnya, yang mana sikap-sikap hidup dipandang sebagai sikap-sikap yang

buruk di masyarakat.

Walaupun secara ilmiah tidak ada hubungan konstan antara sikap

dan perilaku, namun tayangan mistisme dan tahayul di media massa dalam

televisi dikhawatirkan mempengaruhi perilaku masyarakat dengan

perilaku-perilaku buruk yang ada pada tayangan-tayangan.

b. Tema Cinta

Tayangan dalam sinetron yang menampilkan anak-anak muda yang

memiliki segalanya (fisik proporsional dan kekayaan yang melimpah),

seolah-olah ukuran kesuksesan seseorang diukur dari banyaknya harta

yang terlihat dari rumah megah, mobil mewah, dan istri yang cantik. Hal

yang sering ditampilkan oleh sinetron adalah anak-anak muda dengan

penampilan modis yang memiliki harta melimpah, rumah megah dan

memiliki posisi di puncak kariernya tanpa asal usul yang jelas. Apa yang

ditayangkan dalam sinetron berbeda dengan kondisi realita yang ada.

Padahal di Indonesia tema yang seharusnya diangkat adalah kondisi realita

bangsa, yaitu masalah kemiskinan. Agar masyarakat memiliki daya juang

untuk memperbaiki kondisi perekonomiannya.

Page 39: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

55

c. Tema Religi

Sinetron religi lebih banyak mencampurkan antara hikmah dengan

komersialisasi. Contohnya adalah pemeran di dalam sinetron religi

berperan sebagai aktor yang baik, berperan sebagai goodman, semua

hanya ada di dalam film saja lalu kembali kepada karakter semula bahkan

mencontohkan hal yang tidak pantas dipertontonkan di depan umum.

Film-film dengan sifatnya hanya mengejar profit semata hanya

dengan minimya perhatian terhadap pesan yang disampaikan. Banyak sisi

religi justru berbeda dengan ajaran agama sendiri. Sebagai contoh adalah

adegan-adegan di dalam film religi berlabel hikmah. Film religi label

hikmah bemenampilkan balasan terhadap orang-orang yang telah berbuat

kemungkaran di dunia. Padahal siksaan bagi orang-orang yang berbuat

kemungkaran berada di akhirat. Artinya, apa yang terjadi di dunia

merupakan ujian dan azab tidak selalu hubungan sebab akibat. Ada pula

adegan yang menampilkan pegangan tangan antara laki-laki dan

perempuan bukan mukhrim.

Seharusnya sinetron yang ada memberikan motivasi yang positif

bagi para pemirsanya, sinetron dijadikan sarana edukatif (pemberi

informasi/pendidik) yang bermanfaat bagi masyarakat karena menggiring

persepsi (pendapat/pandangan) ke arah yang lebih baik bukan justru

sebaliknya mendidik masyarakat kita untuk senang bermimpi seolah bisa

hidup sukses seperti orang-orang dalam sinetron, yang sukses secara tiba-

Page 40: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

56

tiba tanpa usaha, yang menyebabkan masyarakat kita menjadi malas.

Diperjelas oleh beberapa kerangka teori efek komunikasi massa, yaitu:

a. Teori Jarum Hipodermik

Teori jarum hipodermik merupakan teori turunan dari teori

stimulus-respons. Teori jatum hipodermik yaitu teori klasik mengenai

proses terjadinya efek media massa. Isi media dipandang sebagai obat

yang disuntikkan ke dalam pembuluh audien, yang kemudian

diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan (Mufid, 2005: 22)

Teori jarum hipodermik mengasumsikan para pengelola media

dianggap sebagai orang yang lebih pintar dibanding pemirsa

(audience). Akibatnya, pemirsa (audience) bisa dikelabui sedemikian

rupa dari apa yang disiarkannya. Teori ini mengasumsikan media

massa mempunyai pemikiran audience bisa ditundukkan sedemikian

rupa atau bahkan bisa dibentuk dengan cara apa pun yang dikehendaki

media. Intinya, sebagaimana dikatakan oleh Jason dan Anne Hill

(1997), media massa dalam Teori Jarum Hipodermik mempunyai efek

langsung “disuntikkan” ke dalam ketidaksadaran audience.

Berbagai perilaku yang diperlihatkan televisi dalam adegan

filmnya atau sinetron memberi rangsangan masyarakat untuk

menirunya. Padahal semua orang tahu apa yang disajikan itu semua

bukan yang terjadi sebenarnya. Akan tetapi, karena begitu kuatnya

pengaruh televisi, penonton tidak kuasa untuk melepaskan diri dari

keterpengaruhan.

Page 41: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

57

b. Teori Kultivasi

Menurut Teori Kultivasi, televisi menjadi alat atau alat utama

dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur

di lingkungannya. Persepsi apa yang terbangun di benak penonton

tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi.

Artinya, melalui kontak penonton dengan televisi, ia belajar tentang

dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya, serta adat kebiasaannya.

Gerbner berpendapat , media massa menanamkan sikap dan nilai

tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap

dan nilai antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-

sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan

masing-masing penonton meyakininya. Jadi, para pecandu televisi

yaitu sinetron akan memiliki kecendrungan sikap yang sama satu

sama lain.

c. Teori Agenda Setting

Dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw.

Asumsi dasar teori agenda-setting adalah jika media memberikan

tekanan pada suatu peristiwa, maka ia akan mempengaruhi khalayak

untuk menganggapnya penting (Bungin, 2006: 285-286). Jadi, apa

yang dianggap penting bagi media, maka penting bagi masyarakat.

Apabila media massa memberi perhatian pada isu tertentu dan

mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap

pendapat umum. Berasal dari asumsi lain, media massa memiliki efek

Page 42: KEBIASAAN MENONTON SINETRON REMAJA DENGAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0703751_chapter2(1).pdf · BELAJAR SISWA A. Konsep Kebiasaan Belajar 1. ... menggunakan bahasa

58

yang sangat kuat, terutama karena asumsi berkaitan dengan proses

belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Effendy

(dalam Burhan Bungin, 2006: 286) Teori agenda setting mengangap

masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu

disusun berdasarkan tingkat kepentingannya.

Pada teori agenda-setting, media tidak menentukan “what to

think”, tetapi “what to think about” (Rakhmat, 2007: 228). Teori

agenda setting terdiri atas asumsi media atau pers tidak

mencerminkan kenyataan tetapi lebih menyaring atau membentuknya.

Dari sekian peristiwa dan kenyataan sosial yang terjadi, media massa

memilih dan memilahnya berdasarkan kategori tertentu, dan

menyampaikan kepada khalayak dan khalayak menerima peristiwa

yang ada adalah penting.