kearifan lokal
TRANSCRIPT
Duh Indung
Duh indung ngaraksa ngajaring anak
Najan bangor toloheor
Henteu weleh deudeuh mikanyaah asih
Dimomong jeung dititimang.
Duh indung ngaping ngadama-dama anak
Ngamumule buah hate
Ngajungjung tur nguyung-nguyung
Anak dijieun puputen
Duh indung, duh indung
Timang titi ngadama-dama
Duh indung aduuh indung
Henteu weleh ngadudua
Kata karakter dalam Kamus Poerwadarminta diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Jadi, membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk' unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter anak di dalam keluarga hanya dapat diakukan oleh orang tua yang berkarakter. Orang tua harus dapat memberikan contoh terbaik bagaimana sosok manusia yang berkarakter. Tidak hanya cukup dengan memberi petuah saja kepada anaknya, tetapi praktek berkelakuan baik dalam kehidupan sehari-hari, yang dilihat dan didengar anak-anak lebih dari segalanya.
Di sekolah pun hanya dapat dilakukan oleh guru yang berkarakter. Ada peribahasa yang diambil dari akronim kata “guru”, yaitu orang yang digugu dan ditiru. Jadi, jika guru mecontohkan bagaimana berkelakuan yang baik, maka murid pun pasti akan mecontoh karakter yang baik dari sosok sang guru.
Pembentukan Karakter dalam Keluarga
Di dalam ungkapan bahasa sunda, terdapat rujukan yang masih relevan untuk dijadikan acuan dalam pembinaan karakter masa kini. Ungkapan yang berbunyi “Cageur, Bageur, Bener,Pinter”, yang memiliki makna yang sangat dalam sebagai pedoman dalam pembinaan karakter anak.
Ungkapan cageur, bageur, bener, pinter tuturan yang seolah menjadi sesuatu kekuatan yang memiliki daya magis, yang keluar dari ucapan seorang Ibu kepada anaknya.
Ungkapan cageur, bageur, bener, pinter menjadi konsep awal pembentukan karakter manusia Sunda di dalam keluarga.
Pembentukan Karakter di Lingkungan Sekolah
Aspek pinter saat ini lebih tepat dilaksanakan di lingkungan sekolah. Jika dulu aspek ini ada sebagian yang dilaksanakan di lingkungan keluarga; bisa jadi dengan alasan sebagai berikut; lingkup pembentukan karakter di dalam keluarga saat itu merupakan pembinaan yang lengkap, karena situasi pendidikan tidak seperti saat ini, dimana sebagian besar dari masyarakat (terutama masyarakat kelas bawah) lebih banyak melakukan aktivitas pendidikan di lingkungan keluarga.
Perolehan pembinaan karakter pinter, singer dan wanter ini, menurut pendapat penulis lebih lekat dengan situasi sekolah. Dimana melalui proses belajar yang penuh disiplin dan kemauan yang keras, maka suatu saat peserta ajar akan tampil menjadi sosok yang memiliki ilmu yang tinggi, keterampilan yang baik serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Aspek pinter yang sebelumnya sering dikemas dengan pembinaan cageur, bageur, bener, dan pinter di dalam lingkungan keluarga. Jika dikaitkan dengan tiga aspek pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom (taxonomy Bloom), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, maka pinter ada di dalam ranah kognitif, kemudian singer ada di ranah psikomotor, dan wanter berada di ranah afektif.
Pembentukan Karakter dalam Lingkup Keluarga, Sekolah, Masyarakat
Orang Sunda berkehendak bahwa hubungan dalam pergaulan antara sesama manusia dalam bermasyarakat harus dilandasi sikap silih asih, silih asah, dan silih asuh. Unkapan ini bermakna; hidup bermasyarakat itu harus saling mengasihi, saling mengasah/mengkritik untuk meningkatkan kepandaian, saling mengisi dan atau saling membenahi jika terdapat kekurangan masing-masing dalam lingkup pendidikan.
Melalui silih asih, akan melahirkan prinsip bermusyawarah, bekerjasama, dan bersikap adil. Dengan silih asih, dapat dibangun kehidupan masyarakat Sunda yang teratur, harmonis, dan dinamis. Konsep silih asih, dapat membangun kondisi hidup bermasyarakat.
Dengan silih asah, seorang ilmuwan Sunda akan memiliki pedoman etis, sehingga ia tidak menjadi orang yang angkuh, tetapi ia akan menjadi sosok yang anggung. Penggabungan ilmu pengetahuan dan etika ini menjadi konsep unggulan dalam membangun karakter masyarakat Sunda.
Dengan Silih asuh akan membangun ikatan emosional yang telah diawali dan dikembangkan dalam tradisi silih asih dan silih asah. Konsep silih asuh pada masyarakat Sunda, merupakan bentuk dari saling membimbing dan salin menjaga. Melalui konsep silih asuh akan terbebas dari kebodohan, keterbelakangan, dan segala bentuk kejahatan.
Manusia Sunda yang Unggul
TOP : teacheable, observan, persisten.
FUNI : fokus, unik, networking, inisiatif.
MANDIRI : majajemen-diri
(otot, otak, hatinurani, Tuhan)
TOP:TEACHABLE-OBSERVAN-PERSISTEN
Silih asih,Silih asah,Silih asuh
TOP-FUNI-MANDIRI
FOKUS:FOKUS-UNIK-NETWORKING-INISIATIF
Pucung:
Utamana jalma kudu rea batur
Keur silih tulungan
silih titipkeunnya diri
Budi akal lantaran ti pada jalma.
TOP-FUNI-MANDIRI
MANDIRI:MANAJEMEN-DIRI
Tuhan komisarisHatinurani direktur (bageur, bener, wanter)Otak manajer (pinter, singer, wanter)Otot karyawan (cageur, singer, wanter)
TOP-FUNI-MANDIRI