keahlian pada sekolah menengah kejuruan …digilib.its.ac.id/public/its-master-10532-paper.pdf ·...

17
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8 “OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA” 701 APLIKASI APLIKASI APLIKASI APLIKASI SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM INFORMASI INFORMASI INFORMASI INFORMASI GEOGRAFIS GEOGRAFIS GEOGRAFIS GEOGRAFIS (GIS) (GIS) (GIS) (GIS) UNTUK UNTUK UNTUK UNTUK PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KOMPETENSI KOMPETENSI KOMPETENSI KEAHLIAN KEAHLIAN KEAHLIAN KEAHLIAN PADA PADA PADA PADA SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH MENENGAH MENENGAH MENENGAH KEJURUAN KEJURUAN KEJURUAN KEJURUAN (SMK) (SMK) (SMK) (SMK) DI DI DI DI KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN GRESIK GRESIK GRESIK GRESIK Sokib Sokib Sokib Sokib 1 *, *, *, *, Dr. Dr. Dr. Dr. Ir. Ir. Ir. Ir. Wirawan, Wirawan, Wirawan, Wirawan, DEA DEA DEA DEA 2 . Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia 1* [email protected] Dosen Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia 2 Abstrak Abstrak Abstrak Abstrak Pertumbuhan sektor industri di Wilayah Gresik cukup pesat, pada tahun 2008 jumlah industri naik sebesar 31,7 %, sehingga banyak dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya SDM dengan tingkat pendidikan menengah yaitu SMK. Rasio SMA : SMK di Gresik sebesar 83 % : 17 %, angka tersebut masih sangat jauh dari target yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (rasio SMA : SMK = 40 : 60). Hal itu menunjukkan bahwa di Wilayah Gresik kekurangan SMK sehingga perlu adanya penambahan SMK. Agar program pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja maka perlu penentuan Kopetensi Keahlian yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Wilayah Gresik dan juga perlu ditentukan keberadaannya untuk dapat melayani warga di wilayah tersebut. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis maka akan lebih mudah bagi pihak pengambil keputusan untuk menganalisa daerah mana saja yang sudah tepat bagi pengembangan Kompetensi Keahlian SMK dan mana yang belum. Karena dengan Sistem Informasi Geografis akan digambarkan juga penyebaran data pengembangan Kopetensi Keahlian SMK pada posisi yang sesungguhnya tervisualisasi pada peta. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kebutuhan SMK untuk mengetahui kebutuhan SMK kelompok teknologi dan industri. Untuk menentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu AHP untuk menentukan nilai pembobotan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Kompetensi keahlian SMK, analisis Super Impose (GIS) untuk mengetahui lokasi- lokasi yang sesuai untuk pendirian SMK dan Analisis Scoring untuk mentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK paling ideal. Hasil analisis menunjukkan bahwa di Gresik Selatan kekurangan 4 Lokasi kompetensi keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri. Adapun lokasi empat kompetensi keahlian SMK tersebut adalah 2 Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Driyorejo yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petikan. Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Wringinanom yaitu di Desa Sumberrame Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Menganti yaitu di Desa Domas. Kata kunci : Sistem Informasi Geografis (GIS) , pengembangan Kopetensi Keahlian SMK, sektor industri.

Upload: trinhtuyen

Post on 01-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

701

APLIKASIAPLIKASIAPLIKASIAPLIKASI SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM INFORMASIINFORMASIINFORMASIINFORMASI GEOGRAFISGEOGRAFISGEOGRAFISGEOGRAFIS (GIS)(GIS)(GIS)(GIS) UNTUKUNTUKUNTUKUNTUK PENGEMBANGANPENGEMBANGANPENGEMBANGANPENGEMBANGAN KOMPETENSIKOMPETENSIKOMPETENSIKOMPETENSI

KEAHLIANKEAHLIANKEAHLIANKEAHLIAN PADAPADAPADAPADA SEKOLAHSEKOLAHSEKOLAHSEKOLAHMENENGAHMENENGAHMENENGAHMENENGAH KEJURUANKEJURUANKEJURUANKEJURUAN (SMK)(SMK)(SMK)(SMK) DIDIDIDI KABUPATENKABUPATENKABUPATENKABUPATEN GRESIKGRESIKGRESIKGRESIK

SokibSokibSokibSokib1111*,*,*,*, Dr.Dr.Dr.Dr. Ir.Ir.Ir.Ir. Wirawan,Wirawan,Wirawan,Wirawan, DEADEADEADEA 2222....

Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia1*

[email protected]

Dosen Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia 2

AbstrakAbstrakAbstrakAbstrak

Pertumbuhan sektor industri di Wilayah Gresik cukup pesat, pada tahun

2008 jumlah industri naik sebesar 31,7 %, sehingga banyak dibutuhkan Sumber Daya

Manusia (SDM), khususnya SDM dengan tingkat pendidikan menengah yaitu SMK. Rasio

SMA : SMK di Gresik sebesar 83 % : 17 %, angka tersebut masih sangat jauh dari target

yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (rasio SMA : SMK = 40 : 60). Hal itu menunjukkan

bahwa di Wilayah Gresik kekurangan SMK sehingga perlu adanya penambahan SMK.

Agar program pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja maka perlu

penentuan Kopetensi Keahlian yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Wilayah

Gresik dan juga perlu ditentukan keberadaannya untuk dapat melayani warga di

wilayah tersebut. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis maka akan lebih

mudah bagi pihak pengambil keputusan untuk menganalisa daerah mana saja yang

sudah tepat bagi pengembangan Kompetensi Keahlian SMK dan mana yang belum.

Karena dengan Sistem Informasi Geografis akan digambarkan juga penyebaran data

pengembangan Kopetensi Keahlian SMK pada posisi yang sesungguhnya tervisualisasi

pada peta.

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kebutuhan

SMK untuk mengetahui kebutuhan SMK kelompok teknologi dan industri. Untuk

menentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu

AHP untuk menentukan nilai pembobotan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan

lokasi Kompetensi keahlian SMK, analisis Super Impose (GIS) untuk mengetahui lokasi-

lokasi yang sesuai untuk pendirian SMK dan Analisis Scoring untuk mentukan lokasi

Kompetensi keahlian SMK paling ideal. Hasil analisis menunjukkan bahwa di Gresik

Selatan kekurangan 4 Lokasi kompetensi keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri.

Adapun lokasi empat kompetensi keahlian SMK tersebut adalah 2 Lokasi kompetensi

keahlian SMK di Kecamatan Driyorejo yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petikan. Satu

Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Wringinanom yaitu di Desa Sumberrame

Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Menganti yaitu di Desa Domas.

Kata kunci : Sistem Informasi Geografis (GIS) , pengembangan Kopetensi Keahlian SMK,sektor industri.

Page 2: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

702

1.1.1.1. PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan

Dunia pendidikan merupakan salah satu ujung tombak dalam menciptakan manusia

Indonesia yang terampil. Salah satu dari program pendidikan tersebut adalah pendidikan

kejuruan. Pemerintah melalui pendidikan SMK berusaha untuk mencetak lulusan yang

terampil dan siap untuk memasuki lapangan kerja. Kondisi pendidikan menengah di

Wilayah Gresik Selatan terdiri dari 23 lembaga/sekolah yang terdiri dari 4 SMK, 19

SMA/MA atau jika diprosentasekan rasio SMA : SMK adalah sebesar 83 % : 17 % dan

rasio siswa SMA : SMK adalah 88% : 12% (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Gresik, 2006). Rasio SMA : SMK tersebut masih sangat jauh dari target yang telah

ditetapkan oleh Depdiknas (rasio SMA : SMK = 40 : 60). Hal itu menunjukkan bahwa di

Wilayah Gresik terjadi kekurangan jumlah SMK sehingga perlu adanya pengembangan

pendidikan SMK di Wilayah Gresik yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di

wilayah tersebut. Dimana pengembangan pendidikan SMK pada penelitian ini berupa

penambahan Kopetensi Keahlian SMK baru (sesuai dengan potensi industri di Gresik

Selatan) dan penentuan lokasi penempatannya di wilayah Gresik Selatan. Penambahan

Kompetensi Keahlian SMK kelompok teknologi dan industri di wilayah Gresik ini harus

berdasarkan pada kondisi internal (ketersediaan sarana prasarana dan kompetensi

tenaga pendidik) dan kondisi eksternal (kebutuhan dunia kerja yaitu kebutuhan sektor

industri).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka timbul pertanyaan penelitian (researchquestion) sebagai berikut: (1) SMK dengan Kopetensi Keahlian apa yang relevan dengan

kebutuhan sektor industri Wilayah Gresik? (2) Bagaimana arahan lokasi penempatan

Kopetensi Keahlian SMK yang sesuai di Wilayah Gresik?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan arahan pengembangan

Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan potensi sektor

industri di Wilayah Gresik Selatan, dimana arahan ini berupa Kompetensi Keahlian dan

lokasi sekolah. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka ditetapkan sasaran dari

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi kebutuhan Kompetensi

Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelompok Teknologi Industri Wilayah

Gresik Selatan; (2) Menentukan lokasi Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Kelompok Teknologi Industri Wilayah Gresik selatan.

2.2.2.2. TinjauanTinjauanTinjauanTinjauan PustakaPustakaPustakaPustaka

2.12.12.12.1 PengembanganPengembanganPengembanganPengembanganWilayahWilayahWilayahWilayah

Pengembangan wilayah tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi

merupakan proses perbaikan tatanan sosial, ekonomi, hukum, politik, lingkungan dan

kesejahteraan masyarakat. Peranan suatu wilayah sebagai komponen (bagian) ekonomi

nasional direpresentasikan oleh sektor industri dan struktur industri yang terdapat pada

masing-masing wilayah. Industri bermacam-macam ada industri yang mempunyai

tingkat pertumbuhan tinggi, lamban, dan ada yang mempunyai pertumbuhan stagnan

Page 3: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

703

(mandeg). Ada suatu wilayah yang memiliki keunggulan lokasional (locational advantage)yang memungkinkan pengembangan industri. Perusahaan-perusahaan yang menguasai

dominansi ekonomi adalah industri besar yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat

terhadap kegiatan industri-industri lain yang terkait dengan industri besar tersebut,

dimana industri yang besar tersebut biasa dikenal sebagai industri pendorong.

Keberadaan industri pendorong di suatu wilayah memberikan pengaruh yang

sangat besar pada pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana dengan semakin

pesatnya pertumbuhan industri maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin pesat.

Namun, keberhasilan sektor industri di suatu wilayah tidak akan terlepas dari

keberadaan sumberdaya manusia yang berkualitas, sumberdaya alam, dan teknologi

yang tinggi. Namun, dari ketiga pilar di atas pilar yang paling utama dan paling

menentukan adalah sumberdaya manusia (SDM). Jadi untuk mengembangkan suatu

wilayah yang perlu diperhatikan adalah mempersiapkan Sumberdaya Manusia (SDM).

2.22.22.22.2 PengembanganPengembanganPengembanganPengembangan SumberdayaSumberdayaSumberdayaSumberdayaManusiaManusiaManusiaManusiamelaluimelaluimelaluimelalui SekolahSekolahSekolahSekolahMenengahMenengahMenengahMenengah KejuruanKejuruanKejuruanKejuruan

Secara konseptual SDM adalah seluruh kemampuan atau potensi manusia

(penduduk) yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri

demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembangunan. Kualitas penduduk atau mutu sumberdaya manusia yaitu tingkat

kemampuan penduduk dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang

tersedia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Mutu sumberdaya manusia pada suatu

negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat

kesehatannya.

Salah satu pendidikan yang dapat berfungsi sebagai katalisator utama

pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) adalah melalui Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) (Djojonegoro W, 1999). Pendidikan SMK mempunyai tujuan utama yaitu

mempersiapkan peserta didiknya untuk siap terjun ke dunia kerja dengan membekali

ketrampilan tertentu, sehingga program-program pendidikan di SMK diharapkan

senantiasa disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan kerja (Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 29 Tahun 1990 pasal 7) (Wena, 1996). Salah satu kebijakan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan SDM SMK yang diperkenalkan pada

tahun 1993/1994 adalah pendidikan Link and Match, yaitu pendidikan SMK harus

bersifat link and match dengan kebutuhan baik itu kebutuhan peserta didik maupun

kebutuhan masyarakat dengan harapan akan tercipta kesesuaian antara program

pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

tersebut. (Djojonegoro, 1999).

Berdasarkan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan 1991/1994 dalam Wena

(1996) bahwa program pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan menjadi 6

kelompok yaitu: (1) pertanian dan kehutanan; (2) teknologi dan industri (STM); (3)

Kelompok bisnis dan manajemen (SMEA); (4) Kelompok kesejahteraan masyarakat

(SMKK); (5) Kelompok pariwisata; dan (6) Kelompok seni dan kerajinan.

Page 4: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

704

Kopetensi Keahlian yang terdapat di SMK kelompok Teknologi dan Industri adalah:

1. Teknik Listrik (Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, Transmisi Tenaga Listrik, Listrik

Industri)

2. Teknik Informasi dan Komunikasi (Rekaya Perangkat Lunak dan T. Komputer dan

Jaringan)

3. Teknik Elektronika Industri4. Teknik Pendingin dan Tata Udara

5. Teknik Mesin (Teknik Pengelasan, Mesin Produksi, Pemeliharaan Mekanik Industri,

Gambar Mesin, Mekanik Otomotif, dan) Teknik Alat Berat

6. Kimia (Kimia Industri dan Kimia Analis)

7. Grafika (Produksi Grafika dan Persiapan Grafika)

8. Kriya (Kriya Kayu dan Kriya Tekstil)

2.2.2.2.3333 TeoriTeoriTeoriTeori LokasiLokasiLokasiLokasi

2.2.2.2.3.3.3.3.1111 LokasiLokasiLokasiLokasi SekolahSekolahSekolahSekolah ((((KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian)))) MenurutMenurutMenurutMenurut PPPPPPPP 19191919 2005200520052005 tentangtentangtentangtentang StandarStandarStandarStandar

NasionalNasionalNasionalNasional PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan menyebutkan ketentuan lokasi sekolah terkait dengan standarisasi sarana

prasarana pendidikan berupa lahan sebagaimana berbunyi pada pasal 44, yaitu :

(1111) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) untuk bangunan satuanpendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamananuntuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyamandan sehat. (2222) Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio luas lahanper peserta didik. (3333) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkanletak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan sejenis dansejenjang, serta letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikanyang menjadi pengumpan masukan peserta didik. (4444) Standar letak lahan satuanpendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui olehpeserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut. (5555) Standar letak lahansatuan pendidikan mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan kesehatanlingkungan.

2.3.22.3.22.3.22.3.2 LokasiLokasiLokasiLokasi SekolahSekolahSekolahSekolah ((((KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian)))) MenurutMenurutMenurutMenurut EngelhardtEngelhardtEngelhardtEngelhardt

Engelhardt menjelaskan bahwa dalam memilih lokasi sekolah dari beberapa bidang

tanah membutuhkan pertimbangan. Yang terpenting adalah bahwa pengurus sekolah

dapat mengukur masing-masing lokasi dengan bantuan dari catatan (scorecard) yangberisikan kriteria. (Engelhardt dalam De Chiara dkk., 1978). Scorecard yang dimaksud

berisikan beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi sekolah,

yang secara garis besar pertimbangan tersebut terdiri atas beberapa aspek yaitu :

1. Kondisi lingkungan sekarang dan masa depan.

Page 5: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

705

a. Kondisi lingkungan sekitar.

1) Karakteristik lingkungan sekitar.

2) Bebas dari gangguan kegiatan ekonomi.

3) Bebas dari kebisingan, bau, debu dan lalu lintas industri.

4) Jauh dari jalur rel kereta, lapangan terbang dan dermaga.

5) Jauh dari jalur lalu lintas jalan yang padat (jalan tol).

b. Terlindungi dari jalur penerbangan existing dan rencana.

c. Adanya prospek masa depan dari lingkungan sekitar.

2. Keterkaitan dengan rencana pengembangan komunitas.

a. Dapat diterima dalam rencana pengembangan komunitas.

b. Tidak mencampuri rencana pengembangan komunitas lainnya.

c. Nilai guna komunitas secara luas.

3. Peranan dalam rencana pengembangan sekolah secara komprehensif.

a. Penentuan lokasi secara ilmiah dengan mempertimbangkan populasi sekarang

dan masa depan.

b. Intregrasi dengan sekolah yang ada.

c. Letak dengan program pokok sekolah

d. Persetujuan resmi atas lokasi umum

4. Luas dari lokasi (site).a. Kenyamanan dalam program pendidikan untuk sekarang dan masa depan

b. Pemenuhan atas saran diatas, minimal pada tiap tingkat :

1) 10 acres (+ 40.468 m²) untuk sekolah dasar, dan 1 acre (+ 4.046 m²) untuk

100 siswa.

2) 20 acres (+ 80.937 m²) untuk SLTP, dan 1 acre (+ 4.046 m²) untuk 100 siswa.

3) 30 acres (+ 121.405 m²) untuk SLTA, dan 1 acre (+ 4.046 m²) untuk 100 siswa.

c. Perlindungan atas perluasan pendidikan di masa depan

d. Penyediaan area bermain pada tiap tingkatan untuk sekarang maupun masa

depan.

5. Aksesbilitas.

a. Aksesbilitas untuk masyarakat umum.

b. Jarak tempuh optimal untuk anak-anak/ siswa.

1) 1,5 mil (+ 2,4 km) sampai 2 mil (+3,2 km) untuk tingkat SLTA

2) 1 mil (+ 1,6 km) untuk tingkat SLTP

3) 0,5 mil (+ 0,8 km) untuk tingkat SD

4) 0,25 mil (+ 0,4 km) sampai 0,5 mil (+ 0,8 km) untuk home-school (PAUD dan

TK)

c. Kelayakan/ kemungkinan dalam menjangkau lokasi.

1) Trotoar

2) Sepeda

3) Mobil

4) Bis sekolah

Page 6: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

706

d. Keamanan dalam menjangkau lokasi.

1) Bebas dari perempatan jalan yang berbahaya (ramai).

2) Penyediaan trotoar dan jalan yang memadai.

3) Penghapusan arus lalu lintas dua arah.

4) Penyediaan underpass dan jembatan penyeberangan.

6. Karateristik lokasi (site).a. Bentuk lahan.

b. Ulitilas yang tersedia.

c. Nilai estetika lokasi.

d. Pengaruh lokasi terhadap design bangunan.

e. Kemungkinan dari orientasi yang diminati untuk semua ruangan dan area

permainan.

f. Kemerataan dari karateristik-karateristik sebagai keuntungan dalam pendidikan.

g. Tingkat penyesuaian permukaan lahan yang rendah untuk bangunan, area

bermain dan parkir.

h. Kondisi subsoil/ lapisan tanah bagian bawah.

7. Layanan utilitas.

a. Kedekatan dengan jaringan utilitas.

1) Jaringan air bersih

2) Jaringan pembuangan/ selokan (sewage).3) Gas.

b. Kelayakan/ kemungkinan dalam menyediakan jaringan utilitas.

8. Biaya/ Harga.

a. Harga tanah.

b. Biaya pengolahan lahan.

1) Penyesuaian umum dari kontur tanah terhadap bangunan dan area bermain.

2) Kemiringan yang memadai untuk drainase dengan biaya yang sesuai.

3) Drainase yang lancar dari lahan bersebelahan.

4) Kemudahan dalam penyiapan dari area parkir, pintu masuk dan jalan.

5) Biaya tambahan untuk tiang pancang, pemindahan batu besar, pohon dan

sebagainya.

6) Penghancuran dan perataan bangunan.

c. Biaya jaringan utilitas.

1) Panjang pengerjaan parit/ galian jika diperlukan.

2) Kebutuhan pompa air.

d. Biaya pembangunan koneksi dan penjangkauan lokasi.

1) Penyediaan paving jalan.

2) Penyediaan trotoar.

2.3.32.3.32.3.32.3.3 DistribusiDistribusiDistribusiDistribusi InfrastrukturInfrastrukturInfrastrukturInfrastruktur SosialSosialSosialSosial ((((DeDeDeDe ChiaraChiaraChiaraChiara))))

De Chiara dkk. (1975) menjelaskan pendistribusian infrastruktur sosial melalui

gambar sebagaimana berikut:

Page 7: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

707

Gambar 1. Typical Distric Organization (Sumber : Diolah dari De Chiara dkk., 1975)

Melalui gambar 1 dijelaskan kurang lebih bahwa didalam suatu lingkungan

(neighborhood) yang dibatasi oleh neighborhood boundary (lingkaran besar) setidaknya

terdiri atas 3 (tiga) residential area yang dilambangkan dengan lingkaran lebih kecil.

Residential area tersebut dilayani minimal masing-masing oleh satu nursery school (TK).Ketiga residential area tersebut dilayani oleh 1 (satu) elementary school (SD) yang

terletak didalam neighborhood boundary, sehingga satu neighborhood minimal terlayani

oleh satu elementary school. Sedangkan junior high school (SMP) terletak diluar

neighborhood boundary, yang melayani beberapa neighborhood yang terletak secara

berdekatan, dengan jarak maksimum dari junior high school adalah l/2 mil. Demikian

juga dengan high school (SLTA), satu high school setidaknya tersedia untuk melayani

beberapa neighborhood atau bahkan satu district (kecamatan) dengan jarak tempuh

maksimal dengan berjalan kaki antara 3/4 mil s/d 1 mil, atau jika lebih maka harus

disediakan bus.

Dari beberapa teori lokasi tersebut diperoleh beberapa factor penentu lokai sekolah

yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Tabel 1 Faktor penentu lokasi sekolah (Kopetensi Keahlian)

KajianKajianKajianKajian Faktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-Faktor PenentuPenentuPenentuPenentu LokasiLokasiLokasiLokasiFaktorFaktorFaktorFaktor yangyangyangyang digunakandigunakandigunakandigunakan padapadapadapada

penelitianpenelitianpenelitianpenelitian

Distribusi Infrastruktur Sosial

(De Chiara)

• Jarak (sekolah - permukiman) dan

transportasi.• Demografi• Neighborhood boundary.• Daerah layanan.• Tingkat/ jenjang layanan.

1. Jarak2. Kondisi lingkungan sekarang

dan masa depan

3. Keterkaitan dengan rencana

pengembangan komunitas.4. Peranan dalam rencana

pengembangan sekolah

secara komprehensif5. Aksesbilitas.6. Biaya/ Harga.7. Layanan utilitas.

8. Karateristik lokasi

Lokasi Kopetensi Keahlian

SMK Menurut PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun

2005(SNP)

• Luas lahan• Letak lahan (mempertimbangkan

klaster pendidikan sejenis, sejenjang

serta pendidikan dibawahnya).• Jarak (jarak tempuh maksimal

mencapai satuan pendidikan).• Kenyamanan dan kesehatan

lingkungan.

Junior High School

High School

Elementary School

Nurcery

1/2 mile

Page 8: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

708

3.3.3.3. MetodeMetodeMetodeMetode PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

3.13.13.13.1 PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data

primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden (Arikunto, 2006).

tentang Kompetensi Keahlian di SMK sesuai dengan kebutuhan sektor industri dan

pendapat para pakar tentang pembobotan dan penilaian subvariabel yang

mempengaruhi penentuan lokasi Kompetensi Keahlian SMK di Wilayah Gresik.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah oleh pihak lain dan

disajikan dalam bentuk data (Arikunto, 2006). Sumber data sekunder yang akan

diobservasi berasal dari beberapa instansi terkait seperti Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan dan Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Gresik. Data sekunder yang

digunakan pada penelitian ini adalah data jumlah penduduk, jumlah peserta didik SMK,

data SMP,SMA, SMK, industri, Kompetensi Keahlian SMK yang ada, pekerjaan

penduduk di wilayah Gresik Selatan.

3.23.23.23.2 MetodeMetodeMetodeMetode AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData

3.2.1.3.2.1.3.2.1.3.2.1. AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan KebutuhanKebutuhanKebutuhanKebutuhan KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK TeknologiTeknologiTeknologiTeknologi IndustriIndustriIndustriIndustri didididi

WilayahWilayahWilayahWilayah KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanMengantiMengantiMengantiMenganti GresikGresikGresikGresik

Pada penelitian ini, perhitungan kebutuhan Kopetensi Keahlian SMK di Kabupaten

Gresik dilakukan dengan menggunakan variabel jumlah penduduk menurut usia sekolah

dan daya tampung efektif setiap kelas (rombongan belajar). Adapun perhitungan

kebutuhan lembaga SMK Kelompok Teknologi dan Industri di Wilayah Kecamatan

Menganti Gresik adalah sebagai berikut:

• Kebutuhan lembaga SMU/SLTA =

• Kebutuhan lembaga SMK = 60% x Jumlah Kebutuhan SMU/SLTA

• SMK Kelompok Teknologi Industri = % tenaga kerja sektor industri x Jumlah

Kebutuhan SMK tiap kecamatan

3.2.23.2.23.2.23.2.2 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LokasiLokasiLokasiLokasi KoKoKoKommmmpetensipetensipetensipetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK didididiWilayahWilayahWilayahWilayah GresikGresikGresikGresik

3.2.3.13.2.3.13.2.3.13.2.3.1 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis SuperSuperSuperSuper ImposeImposeImposeImpose //// OverlayOverlayOverlayOverlay

KajianKajianKajianKajian Faktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-Faktor PenentuPenentuPenentuPenentu LokasiLokasiLokasiLokasiFaktorFaktorFaktorFaktor yangyangyangyang digunakandigunakandigunakandigunakan padapadapadapada

penelitianpenelitianpenelitianpenelitian

Lokasi Sekolah Menurut

Engelhardt.

• Kondisi lingkungan sekarang dan

masa depan• Keterkaitan dengan rencana

pengembangan komunitas.• Peranan dalam rencana

pengembangan sekolah secarakomprehensif.

• Luas dari lokasi• Aksesbilitas.• Karateristik lokasi (site).• Layanan utilitas.

• Biaya/ Harga.

Page 9: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

709

Analisis Super Impose atau overlay digunakan utuk mengetahui lokasi

Kopetensi Keahlian SMK teknologi dan industri yang sesuai dengan kondisi eksisting dan

rencana pembangunan di lokasi masing-masing. Analisis Super Impose dilakukan

dengan cara meng-overlay-kan peta-peta kondisi eksisting dan rencana pembangunan

yang terkait. Adapun peta-peta kondisi yang akan dilakukan proses overlay pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peta jaringan jalan

2. Peta jaringan listrik tegangan tinggi (SUTET)

3. Peta rencana kawasan industri

4. Peta kawasan terbangun

3.2.3.23.2.3.23.2.3.23.2.3.2 AnalitycalAnalitycalAnalitycalAnalitycal HierarchyHierarchyHierarchyHierarchy ProccessProccessProccessProccess (AHP)(AHP)(AHP)(AHP)Pada penelitian ini AHP digunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari

setiap variabel dan subvariabel yang berpengaruh dalam penentuan lokasi Kopetensi

Keahlian SMK teknologi dan industri di Wilayah kecamatan Menganti Gresik.

Perhitungan bobot dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwisecomparisons). Skala yang digunakan dalam perhitungan bobot adalah dengan skala 1-9

(Saaty,1993). Skala pembobotan dapat dilihat padaTable 2:

TabelTabelTabelTabel 2222 SkalaSkalaSkalaSkala NilaiNilaiNilaiNilai dandandandan DefinisiDefinisiDefinisiDefinisi PendapatPendapatPendapatPendapat KualitatifKualitatifKualitatifKualitatif

Sumber; Saaty (1993)

Untuk menghitung bobot tiap kriteria dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

1. Matriks Perbandingan Berpasangan

2. Menjumlahkan nilai perbandingan berpasangan untuk setiap pihak pengambil

keputusan.

3. Normalisasi yaitu dengan membagi setiap nilai perbandingan berpasangan dengan

total nilai perbandingan berpasangan untuk setiap pihak pengambil keputusan yang

dilakukan pada langkah ke 1.

4. Menjumlahkan hasil normalisasi setiap elemen pembanding.

IntensitasIntensitasIntensitasIntensitas kepentingankepentingankepentingankepentingan KeteranganKeteranganKeteranganKeterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya

2,4,6,8, Nilai-nilai diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Kebalikan Kebalikan nilai tingkat kepentngan dari skala 1- 9

Page 10: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

710

5. Membagi jumlah bobot tiap elemen pembanding dengan banyaknya elemen

pembanding.

6. Mengecek nilai bobot yang diperoleh dengan menjumlahkan nilai bobot yang

diperoleh, dimana hasil yang didapat harus sama atau mendekati angka 1....

7. Uji Konsistensi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini :

a) Mengalikan bobot yang diperoleh dengan nilai nilai perbandingan berpasangan

yang diperoleh.

b) Menjumlahkan hasil kali dari langkah ke-1 tersebut pada setiap elemen

pembanding

c) Membagi jumlah bobot dengan bobot (Wi) sehingga diperoleh eigenvector

d) Menghitung eigenvalue ( l maks), hal ini dilakukan dengan membagi eigenvector

dengan banyaknya elemen pembanding

e) Menghitung nilai indeks konsistensi (CI)

Dengan: :eigenvalue maksimum dan n : ukuran matriks

f) Menghitung rasio konsistensi (CR).

g) Nilai rasio konsistensi (CR) adalah perbandingan antara indeks konsistensi (CI)

dan nilai random indeks (RI). Untuk model AHP matriks perbandingan dapat

diterima jika nilai rasio konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau sama dengan 0,1.

TabelTabelTabelTabel 3333 NilaiNilaiNilaiNilai IndeksIndeksIndeksIndeks RandomRandomRandomRandom

Sumber : Saaty, 1993

3.2.3.33.2.3.33.2.3.33.2.3.3 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis ScoringScoringScoringScoringAnalisis scoring digunakan untuk mengetahui prioritas lokasi Kopetensi Keahlian

SMK di Wilayah Gresik selatan, sehingga lokasi hasil analisa skoring ini dapat digunakan

sebagai arahan lokasi Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri di Wilayah

Gresik selatan.

Secara garis besar tahapan analisa untuk menentukan lokasi SMK dapat dibuat

bagan:

UkuranUkuranUkuranUkuran MatriksMatriksMatriksMatriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10

IndeksIndeksIndeksIndeks RandomRandomRandomRandom 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Page 11: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

711

3.2.3.13.2.3.13.2.3.13.2.3.1 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis ScoringScoringScoringScoringAnalisis scoring digunakan untuk mengetahui prioritas lokasi Kopetensi Keahlian

SMK di Wilayah Gresik selatan, sehingga lokasi hasil analisa skoring ini dapat digunakan

sebagai arahan lokasi Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri di Wilayah

Gresik selatan.

Secara garis besar tahapan analisa untuk menentukan lokasi SMK dapat dibuat

bagan:

Gambar 2 Analisa Penentuan Lokasi Kopetensi Keahlian SMK

4.4.4.4. HasilHasilHasilHasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian DanDanDanDan PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

4.14.14.14.1 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LokasiLokasiLokasiLokasi KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK

4.1.14.1.14.1.14.1.1 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LahanLahanLahanLahan

Untuk menentukan lahan yang sesuai sebagai lokasi Kopetensi Keahlian SMK yaitu

dengan menggunakan analisa super impose. Dari hasil analisa super impose diperoleh

hasil yang berupa peta seperti pada Gambar 3 :

Variabel-variabel yang berpengaruh

dalam penentuan lokasi Kopetensi

KeahlianSMK

Peta jalan, kawasan terbangun, jalan

tol, jaringan SUTET,rencana industri

AHP Analisis Overlay /Super impose

Analisis Skoring

Lokasi Kopetensi Keahlian SMK

yang ideal

Nilai bobot variable penentuan lokasi

Kopetensi Keahlian SMK

Alternatif lokasi Kopetensi

Keahlian SMK

Page 12: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

712

Gambar 3. Hasil akhir analisa super impose

Dari Gambar 3 diketahui bahwa, terdapat beberapa alternatif lokasi Kompetensi

Keahliaan SMK ditiap kecamatan yaitu: Kecamatan Wringinanom terdapat 1 alternatif

lokasi, Kecamatan Driyorejo terdapat 4 alternatif lokasi dan Kecamatan Menganti

terdapat 3 alternatif lokasi. Untuk mendapatkan lokasi yang sesuai maka kecamatan

yang mempunyai kelebihan dari jumlah lokasi yang dibutuhkan maka perlu di skoring

untuk mendapatkan lokasi yang benar-benar sesuai.

4.1.24.1.24.1.24.1.2 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa PembobotanPembobotanPembobotanPembobotan VariabelVariabelVariabelVariabel PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LokasiLokasiLokasiLokasi KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK

Untuk memperoleh bobot variabel- variabel penentu dari beberapa variabel

yang ada dalam menentukan penempatan lokasi Kompetensi Keahlian SMK, dilakukan

pembobotan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP).

Adapun hirarki yang digunakan dalam proses AHP adalah tampak dalam Gambar 4.

Dari hasil AHP diperoleh nilai pembobotan kriteria penentuan lokasi Kompetensi

Keahliaan SMK seperti yang terlihat pada Tabel 4 :

Lokasi WringinanomLokasi 1 Driyorejo

Lokasi 4DriyoArejo

Lokasi 2Driyorejo

Lokasi 3Driyorejo

Lokasi 1 Menganti

Lokasi 2 MengantiLokasi 3 Menganti

KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan CermeCermeCermeCerme

KotaKotaKotaKota SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya

KabupatenKabupatenKabupatenKabupaten SidoarjoSidoarjoSidoarjoSidoarjo

Page 13: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

713

-

Gambar 4 Hirarki Penentuan Lokasi Kompetensi Keahlian SMK

Kondisi Eksisiting danMasa Depan

Integrasi dgn RencanaPengembangan Lahan

Integrasi PengembanganPendidikan

Aksesibilitas

Kondisi Lahan

Jumlah Penduduk

Jumlah SLTP

Jumlah SLTA

Jenis Jalan Lokasi

Jarak Tempuh Siswa

Ketersediaan Angk. Umum

Kelerengan Lahan

Ketersediaan Jaringan Telpon

Ketersediaan Jaringan Air

Ketersediaan Jaringan Listrik

Luas Lahan

Harga Tanah /M2

Pembobotan

Pembobotan

Pembobotan

PembobotanKriteria

Kriteria

Kriteria

KriteriaLokasi

Lokasi

Lokasi

LokasiKom

petensi

Kom

petensi

Kom

petensi

Kom

petensiK

eahlian

Keahlian

Keahlian

KeahlianSM

KSM

KSM

KSM

K

Harga TanahBiaya Pengolahan Tanah

Biaya Jaringan Utilitas

Biaya Koneksi Lokasi

Page 14: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

714

Tabel 4 Nilai Pembobotan kriteria lokasi Kompetensi Keahlian SMK

1.2.11.2.11.2.11.2.1 PenilaianPenilaianPenilaianPenilaian dandandandan PembobotanPembobotanPembobotanPembobotan AlternatifAlternatifAlternatifAlternatif tiaptiaptiaptiap LokasiLokasiLokasiLokasi

Penilaian dilakukan dengan melihat terpenuhiatau tidaknya kriteria pada

masing-masing alternatif lokasi Kopetensi Keahlian SMK. Justifikasi atau penilaian

dilakukan dengan analisa skoring. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang mempunyai

bobot besar ditiap lokasi kecamatan sesuai dengan kebutuhannya. Hasil Pembobotan

dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Bobot Total Tiap Lokasi Kompetensi Keahlian SMK

Level Pertama Level KeduaBobot Final

Faktor Bobot Kriteria Bobot

Kond. Eksist & M

Depan0.1279 0.12790 12.79%

Intgr.Pengembanga

n Lahan0.1301 0.13010 13.01%

Intgr.Pengembanga

n Pendidikan0.2159

Jumlah Penduduk 0.3638 0.07854 7.85%

Jumlah SLTP 0.2888 0.06235 6.24%

Jumlah SLTA 0.3474 0.07500 7.50%

Aksesilbilitas 0.2082

Jarak dgn jenis Jalan 0.5274 0.10980 10.98%

Jarak Tempuh siswa 0.2006 0.04176 4.18%

Cara Menjangkau

Lokasi0.2719 0.05661 5.66%

Kondisi Lahan 0.1694

Kond.Kelerengan

Lahan0.1717 0.02909 2.91%

Ketersediaan jaringan

Telpon0.1969 0.03335 3.34%

Ketersediaan jaringan

Air0.2031 0.03441 3.44%

Ketersediaan jaringan

Listrik0.2251 0.03813 3.81%

Luas Lahan 0.2032 0.03442 3.44%

Harga Tanah 0.1485

Harga Tanah/M2 0.3314 0.04921 4.92%

Biaya Pengolahan

Tanah0.2253 0.03346 3.35%

Biaya Jaringan Utilitas 0.2221 0.03298 3.30%

Biaya Koneksi 0.2212 0.03285 3.28%

NoNoNoNo KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan AlternatifAlternatifAlternatifAlternatif LokasiLokasiLokasiLokasi BobotBobotBobotBobot

1 Wringin Anom Lokasi 1 426.6

2 Driyorejo Lokasi 1 454.8

Lokasi 2 355.8

Lokasi 3 290.2

Lokasi 4 313.7

3 Menganti Lokasi 1 432.6

Page 15: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

715

Dari analisa skoring diperoleh hasil bahwa di Kecamatan Menganti Lokasi 3 yang

memperoleh bobot terbesar yaitu 436,8 yang sekaligus merupakan Lokasi terpilih di

Kecamatan Menganti (Ds. Domas). Sedangkan di Kecamatan Driyorejo yang

mendapatkan bobot terbesar adalah Lokasi 1 (Ds. Banjaran) dengan bobot 454.8,

kemudian Lokasi 2 (Ds. Petiken) dengan bobot 355.8 yang menjadi lokasi terpilih di

Kecamatan Driyorejo, sedangkan di Kecamatan Wringinanom lokasi terpilih adalah di

Desa Sumberrame yang merupakan satu-satunya alternatif lokasi ideal di Kecamatan

Wringinanom.

1.2.21.2.21.2.21.2.2 ArahanArahanArahanArahan PengembanganPengembanganPengembanganPengembangan KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SekolahSekolahSekolahSekolah MenengahMenengahMenengahMenengah KejuruanKejuruanKejuruanKejuruan

Dari hasil analisis tersebut dapat dibuat rumusan arahan pengembangan

Kompetensi Keahlian SMK di Wilayah Gresik Selatan, yaitu sebagai berikut:

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanMengantiMengantiMengantiMenganti

Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri

yaitu di Desa Domas.

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanWringinanomWringinanomWringinanomWringinanom

Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri

yaitu di Desa Sumberrame.

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan DriyorejoDriyorejoDriyorejoDriyorejo

Dilakukan pendirian 2 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri

yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petiken

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan KedameanKedameanKedameanKedamean

Belum diperlukan penambahan Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan

Industri, sehingga pengembangan Kompetensi Keahlian SMK yang perlu dilakukan

dapat berupa peningkatan kualitas SMK yang sudah ada seperti evaluasi

Kompetensi Keahlian dan sarana prasarana untuk kegiatan praktek di SMK sehingga

ketrampilan yang diberikan di SMK akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

2.2.2.2. KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN

5.15.15.15.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

Berdasarkan hasil dari tahapan-tahapan analisa yang telah dilaksanakan pada

penelitian ini, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanMengantiMengantiMengantiMenganti

Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri

yaitu di Desa Domas

Lokasi 2 342.4

Lokasi 3 436.8

Page 16: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

716

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanWringinanomWringinanomWringinanomWringinanom

Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri

yaitu di Desa Sumberrame

• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan DriyorejoDriyorejoDriyorejoDriyorejo

Dilakukan pendirian 2 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri

yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petiken

5.25.25.25.2 SaranSaranSaranSaran

Berdasarkan hasil analisa pada penelitian ini dapat diberikan saran berkaitan

dengan pengembangan SMK berdasarkan kebutuhan sektor industri di Wilayah Gresik

Selatan adalah sebagai berikut:

1. Penambahan Kompetensi Keahlian SMK lebih diprioritaskan pada kecamatan yang

mempunyai kekurangan Kompetensi Keahlian SMK paling banyak.

2. Perlu adanya pertimbangan dan perhatian dalam menentukan Kompetensi Keahlian

di setiap kecamatan, agar tidak terjadi kesamaan Kompetensi Keahlian dengan

kecamatan di sekitarnya.

3. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik membuat kebijakan yang mewajibkan

pihak Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk lebih memperhatikan dan peduli

pada perkembangan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan

benar-benar menerapkan peran DUDI pada Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

6.6.6.6. PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

Alkadri , (2001), “Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah” Pusat

Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT, Jakarta

Arikunto, Suhasimi,(2006) Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Chiara, Joseph De dan Keppelman, Lee (1975), Urban Planning and Design Criteria, VanNostrand Reinhold Company, New York.

Departemen Pendidikan Nasional (2005), Rencana Strategis Departemen PendidikanNasional Tahun 2005-2009, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional (2004), Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi2004, Jakarta.

Djojonegoro, W. (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Sekolah

Menengah Kejuruan. Penerbit PT. Balai Pustaka, Jakarta

Gresik Dalam Angka, 2008

Page 17: KEAHLIAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10532-Paper.pdf · APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”

717

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Saaty, T. L. (1993), Decision Making for Leader : The Analytical Hierarchy Process forDecisions in Complex World. Pittburgh : University of Pittsburgh.

Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 Tahun 2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan.

Tarigan, Robinson (2005), Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara,

Jakarta.

Wena, Made.1996, Pendidikan Sistem Ganda. Penerbit PT. Tarsito, Bandung