keahlian pada sekolah menengah kejuruan …digilib.its.ac.id/public/its-master-10532-paper.pdf ·...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
701
APLIKASIAPLIKASIAPLIKASIAPLIKASI SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM INFORMASIINFORMASIINFORMASIINFORMASI GEOGRAFISGEOGRAFISGEOGRAFISGEOGRAFIS (GIS)(GIS)(GIS)(GIS) UNTUKUNTUKUNTUKUNTUK PENGEMBANGANPENGEMBANGANPENGEMBANGANPENGEMBANGAN KOMPETENSIKOMPETENSIKOMPETENSIKOMPETENSI
KEAHLIANKEAHLIANKEAHLIANKEAHLIAN PADAPADAPADAPADA SEKOLAHSEKOLAHSEKOLAHSEKOLAHMENENGAHMENENGAHMENENGAHMENENGAH KEJURUANKEJURUANKEJURUANKEJURUAN (SMK)(SMK)(SMK)(SMK) DIDIDIDI KABUPATENKABUPATENKABUPATENKABUPATEN GRESIKGRESIKGRESIKGRESIK
SokibSokibSokibSokib1111*,*,*,*, Dr.Dr.Dr.Dr. Ir.Ir.Ir.Ir. Wirawan,Wirawan,Wirawan,Wirawan, DEADEADEADEA 2222....
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia1*
Dosen Pascasarjana Jurusan Teknik Elektro,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia 2
AbstrakAbstrakAbstrakAbstrak
Pertumbuhan sektor industri di Wilayah Gresik cukup pesat, pada tahun
2008 jumlah industri naik sebesar 31,7 %, sehingga banyak dibutuhkan Sumber Daya
Manusia (SDM), khususnya SDM dengan tingkat pendidikan menengah yaitu SMK. Rasio
SMA : SMK di Gresik sebesar 83 % : 17 %, angka tersebut masih sangat jauh dari target
yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (rasio SMA : SMK = 40 : 60). Hal itu menunjukkan
bahwa di Wilayah Gresik kekurangan SMK sehingga perlu adanya penambahan SMK.
Agar program pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja maka perlu
penentuan Kopetensi Keahlian yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Wilayah
Gresik dan juga perlu ditentukan keberadaannya untuk dapat melayani warga di
wilayah tersebut. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis maka akan lebih
mudah bagi pihak pengambil keputusan untuk menganalisa daerah mana saja yang
sudah tepat bagi pengembangan Kompetensi Keahlian SMK dan mana yang belum.
Karena dengan Sistem Informasi Geografis akan digambarkan juga penyebaran data
pengembangan Kopetensi Keahlian SMK pada posisi yang sesungguhnya tervisualisasi
pada peta.
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kebutuhan
SMK untuk mengetahui kebutuhan SMK kelompok teknologi dan industri. Untuk
menentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu
AHP untuk menentukan nilai pembobotan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan
lokasi Kompetensi keahlian SMK, analisis Super Impose (GIS) untuk mengetahui lokasi-
lokasi yang sesuai untuk pendirian SMK dan Analisis Scoring untuk mentukan lokasi
Kompetensi keahlian SMK paling ideal. Hasil analisis menunjukkan bahwa di Gresik
Selatan kekurangan 4 Lokasi kompetensi keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri.
Adapun lokasi empat kompetensi keahlian SMK tersebut adalah 2 Lokasi kompetensi
keahlian SMK di Kecamatan Driyorejo yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petikan. Satu
Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Wringinanom yaitu di Desa Sumberrame
Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Menganti yaitu di Desa Domas.
Kata kunci : Sistem Informasi Geografis (GIS) , pengembangan Kopetensi Keahlian SMK,sektor industri.
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
702
1.1.1.1. PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan
Dunia pendidikan merupakan salah satu ujung tombak dalam menciptakan manusia
Indonesia yang terampil. Salah satu dari program pendidikan tersebut adalah pendidikan
kejuruan. Pemerintah melalui pendidikan SMK berusaha untuk mencetak lulusan yang
terampil dan siap untuk memasuki lapangan kerja. Kondisi pendidikan menengah di
Wilayah Gresik Selatan terdiri dari 23 lembaga/sekolah yang terdiri dari 4 SMK, 19
SMA/MA atau jika diprosentasekan rasio SMA : SMK adalah sebesar 83 % : 17 % dan
rasio siswa SMA : SMK adalah 88% : 12% (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Gresik, 2006). Rasio SMA : SMK tersebut masih sangat jauh dari target yang telah
ditetapkan oleh Depdiknas (rasio SMA : SMK = 40 : 60). Hal itu menunjukkan bahwa di
Wilayah Gresik terjadi kekurangan jumlah SMK sehingga perlu adanya pengembangan
pendidikan SMK di Wilayah Gresik yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di
wilayah tersebut. Dimana pengembangan pendidikan SMK pada penelitian ini berupa
penambahan Kopetensi Keahlian SMK baru (sesuai dengan potensi industri di Gresik
Selatan) dan penentuan lokasi penempatannya di wilayah Gresik Selatan. Penambahan
Kompetensi Keahlian SMK kelompok teknologi dan industri di wilayah Gresik ini harus
berdasarkan pada kondisi internal (ketersediaan sarana prasarana dan kompetensi
tenaga pendidik) dan kondisi eksternal (kebutuhan dunia kerja yaitu kebutuhan sektor
industri).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka timbul pertanyaan penelitian (researchquestion) sebagai berikut: (1) SMK dengan Kopetensi Keahlian apa yang relevan dengan
kebutuhan sektor industri Wilayah Gresik? (2) Bagaimana arahan lokasi penempatan
Kopetensi Keahlian SMK yang sesuai di Wilayah Gresik?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan arahan pengembangan
Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan potensi sektor
industri di Wilayah Gresik Selatan, dimana arahan ini berupa Kompetensi Keahlian dan
lokasi sekolah. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka ditetapkan sasaran dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi kebutuhan Kompetensi
Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelompok Teknologi Industri Wilayah
Gresik Selatan; (2) Menentukan lokasi Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Kelompok Teknologi Industri Wilayah Gresik selatan.
2.2.2.2. TinjauanTinjauanTinjauanTinjauan PustakaPustakaPustakaPustaka
2.12.12.12.1 PengembanganPengembanganPengembanganPengembanganWilayahWilayahWilayahWilayah
Pengembangan wilayah tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
merupakan proses perbaikan tatanan sosial, ekonomi, hukum, politik, lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat. Peranan suatu wilayah sebagai komponen (bagian) ekonomi
nasional direpresentasikan oleh sektor industri dan struktur industri yang terdapat pada
masing-masing wilayah. Industri bermacam-macam ada industri yang mempunyai
tingkat pertumbuhan tinggi, lamban, dan ada yang mempunyai pertumbuhan stagnan
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
703
(mandeg). Ada suatu wilayah yang memiliki keunggulan lokasional (locational advantage)yang memungkinkan pengembangan industri. Perusahaan-perusahaan yang menguasai
dominansi ekonomi adalah industri besar yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat
terhadap kegiatan industri-industri lain yang terkait dengan industri besar tersebut,
dimana industri yang besar tersebut biasa dikenal sebagai industri pendorong.
Keberadaan industri pendorong di suatu wilayah memberikan pengaruh yang
sangat besar pada pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana dengan semakin
pesatnya pertumbuhan industri maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin pesat.
Namun, keberhasilan sektor industri di suatu wilayah tidak akan terlepas dari
keberadaan sumberdaya manusia yang berkualitas, sumberdaya alam, dan teknologi
yang tinggi. Namun, dari ketiga pilar di atas pilar yang paling utama dan paling
menentukan adalah sumberdaya manusia (SDM). Jadi untuk mengembangkan suatu
wilayah yang perlu diperhatikan adalah mempersiapkan Sumberdaya Manusia (SDM).
2.22.22.22.2 PengembanganPengembanganPengembanganPengembangan SumberdayaSumberdayaSumberdayaSumberdayaManusiaManusiaManusiaManusiamelaluimelaluimelaluimelalui SekolahSekolahSekolahSekolahMenengahMenengahMenengahMenengah KejuruanKejuruanKejuruanKejuruan
Secara konseptual SDM adalah seluruh kemampuan atau potensi manusia
(penduduk) yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri
demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembangunan. Kualitas penduduk atau mutu sumberdaya manusia yaitu tingkat
kemampuan penduduk dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang
tersedia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Mutu sumberdaya manusia pada suatu
negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat
kesehatannya.
Salah satu pendidikan yang dapat berfungsi sebagai katalisator utama
pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) adalah melalui Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) (Djojonegoro W, 1999). Pendidikan SMK mempunyai tujuan utama yaitu
mempersiapkan peserta didiknya untuk siap terjun ke dunia kerja dengan membekali
ketrampilan tertentu, sehingga program-program pendidikan di SMK diharapkan
senantiasa disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan kerja (Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 29 Tahun 1990 pasal 7) (Wena, 1996). Salah satu kebijakan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan SDM SMK yang diperkenalkan pada
tahun 1993/1994 adalah pendidikan Link and Match, yaitu pendidikan SMK harus
bersifat link and match dengan kebutuhan baik itu kebutuhan peserta didik maupun
kebutuhan masyarakat dengan harapan akan tercipta kesesuaian antara program
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
tersebut. (Djojonegoro, 1999).
Berdasarkan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan 1991/1994 dalam Wena
(1996) bahwa program pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan menjadi 6
kelompok yaitu: (1) pertanian dan kehutanan; (2) teknologi dan industri (STM); (3)
Kelompok bisnis dan manajemen (SMEA); (4) Kelompok kesejahteraan masyarakat
(SMKK); (5) Kelompok pariwisata; dan (6) Kelompok seni dan kerajinan.
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
704
Kopetensi Keahlian yang terdapat di SMK kelompok Teknologi dan Industri adalah:
1. Teknik Listrik (Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, Transmisi Tenaga Listrik, Listrik
Industri)
2. Teknik Informasi dan Komunikasi (Rekaya Perangkat Lunak dan T. Komputer dan
Jaringan)
3. Teknik Elektronika Industri4. Teknik Pendingin dan Tata Udara
5. Teknik Mesin (Teknik Pengelasan, Mesin Produksi, Pemeliharaan Mekanik Industri,
Gambar Mesin, Mekanik Otomotif, dan) Teknik Alat Berat
6. Kimia (Kimia Industri dan Kimia Analis)
7. Grafika (Produksi Grafika dan Persiapan Grafika)
8. Kriya (Kriya Kayu dan Kriya Tekstil)
2.2.2.2.3333 TeoriTeoriTeoriTeori LokasiLokasiLokasiLokasi
2.2.2.2.3.3.3.3.1111 LokasiLokasiLokasiLokasi SekolahSekolahSekolahSekolah ((((KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian)))) MenurutMenurutMenurutMenurut PPPPPPPP 19191919 2005200520052005 tentangtentangtentangtentang StandarStandarStandarStandar
NasionalNasionalNasionalNasional PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menyebutkan ketentuan lokasi sekolah terkait dengan standarisasi sarana
prasarana pendidikan berupa lahan sebagaimana berbunyi pada pasal 44, yaitu :
(1111) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) untuk bangunan satuanpendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamananuntuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyamandan sehat. (2222) Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio luas lahanper peserta didik. (3333) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkanletak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan sejenis dansejenjang, serta letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikanyang menjadi pengumpan masukan peserta didik. (4444) Standar letak lahan satuanpendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui olehpeserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut. (5555) Standar letak lahansatuan pendidikan mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan kesehatanlingkungan.
2.3.22.3.22.3.22.3.2 LokasiLokasiLokasiLokasi SekolahSekolahSekolahSekolah ((((KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian)))) MenurutMenurutMenurutMenurut EngelhardtEngelhardtEngelhardtEngelhardt
Engelhardt menjelaskan bahwa dalam memilih lokasi sekolah dari beberapa bidang
tanah membutuhkan pertimbangan. Yang terpenting adalah bahwa pengurus sekolah
dapat mengukur masing-masing lokasi dengan bantuan dari catatan (scorecard) yangberisikan kriteria. (Engelhardt dalam De Chiara dkk., 1978). Scorecard yang dimaksud
berisikan beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi sekolah,
yang secara garis besar pertimbangan tersebut terdiri atas beberapa aspek yaitu :
1. Kondisi lingkungan sekarang dan masa depan.
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
705
a. Kondisi lingkungan sekitar.
1) Karakteristik lingkungan sekitar.
2) Bebas dari gangguan kegiatan ekonomi.
3) Bebas dari kebisingan, bau, debu dan lalu lintas industri.
4) Jauh dari jalur rel kereta, lapangan terbang dan dermaga.
5) Jauh dari jalur lalu lintas jalan yang padat (jalan tol).
b. Terlindungi dari jalur penerbangan existing dan rencana.
c. Adanya prospek masa depan dari lingkungan sekitar.
2. Keterkaitan dengan rencana pengembangan komunitas.
a. Dapat diterima dalam rencana pengembangan komunitas.
b. Tidak mencampuri rencana pengembangan komunitas lainnya.
c. Nilai guna komunitas secara luas.
3. Peranan dalam rencana pengembangan sekolah secara komprehensif.
a. Penentuan lokasi secara ilmiah dengan mempertimbangkan populasi sekarang
dan masa depan.
b. Intregrasi dengan sekolah yang ada.
c. Letak dengan program pokok sekolah
d. Persetujuan resmi atas lokasi umum
4. Luas dari lokasi (site).a. Kenyamanan dalam program pendidikan untuk sekarang dan masa depan
b. Pemenuhan atas saran diatas, minimal pada tiap tingkat :
1) 10 acres (+ 40.468 m²) untuk sekolah dasar, dan 1 acre (+ 4.046 m²) untuk
100 siswa.
2) 20 acres (+ 80.937 m²) untuk SLTP, dan 1 acre (+ 4.046 m²) untuk 100 siswa.
3) 30 acres (+ 121.405 m²) untuk SLTA, dan 1 acre (+ 4.046 m²) untuk 100 siswa.
c. Perlindungan atas perluasan pendidikan di masa depan
d. Penyediaan area bermain pada tiap tingkatan untuk sekarang maupun masa
depan.
5. Aksesbilitas.
a. Aksesbilitas untuk masyarakat umum.
b. Jarak tempuh optimal untuk anak-anak/ siswa.
1) 1,5 mil (+ 2,4 km) sampai 2 mil (+3,2 km) untuk tingkat SLTA
2) 1 mil (+ 1,6 km) untuk tingkat SLTP
3) 0,5 mil (+ 0,8 km) untuk tingkat SD
4) 0,25 mil (+ 0,4 km) sampai 0,5 mil (+ 0,8 km) untuk home-school (PAUD dan
TK)
c. Kelayakan/ kemungkinan dalam menjangkau lokasi.
1) Trotoar
2) Sepeda
3) Mobil
4) Bis sekolah
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
706
d. Keamanan dalam menjangkau lokasi.
1) Bebas dari perempatan jalan yang berbahaya (ramai).
2) Penyediaan trotoar dan jalan yang memadai.
3) Penghapusan arus lalu lintas dua arah.
4) Penyediaan underpass dan jembatan penyeberangan.
6. Karateristik lokasi (site).a. Bentuk lahan.
b. Ulitilas yang tersedia.
c. Nilai estetika lokasi.
d. Pengaruh lokasi terhadap design bangunan.
e. Kemungkinan dari orientasi yang diminati untuk semua ruangan dan area
permainan.
f. Kemerataan dari karateristik-karateristik sebagai keuntungan dalam pendidikan.
g. Tingkat penyesuaian permukaan lahan yang rendah untuk bangunan, area
bermain dan parkir.
h. Kondisi subsoil/ lapisan tanah bagian bawah.
7. Layanan utilitas.
a. Kedekatan dengan jaringan utilitas.
1) Jaringan air bersih
2) Jaringan pembuangan/ selokan (sewage).3) Gas.
b. Kelayakan/ kemungkinan dalam menyediakan jaringan utilitas.
8. Biaya/ Harga.
a. Harga tanah.
b. Biaya pengolahan lahan.
1) Penyesuaian umum dari kontur tanah terhadap bangunan dan area bermain.
2) Kemiringan yang memadai untuk drainase dengan biaya yang sesuai.
3) Drainase yang lancar dari lahan bersebelahan.
4) Kemudahan dalam penyiapan dari area parkir, pintu masuk dan jalan.
5) Biaya tambahan untuk tiang pancang, pemindahan batu besar, pohon dan
sebagainya.
6) Penghancuran dan perataan bangunan.
c. Biaya jaringan utilitas.
1) Panjang pengerjaan parit/ galian jika diperlukan.
2) Kebutuhan pompa air.
d. Biaya pembangunan koneksi dan penjangkauan lokasi.
1) Penyediaan paving jalan.
2) Penyediaan trotoar.
2.3.32.3.32.3.32.3.3 DistribusiDistribusiDistribusiDistribusi InfrastrukturInfrastrukturInfrastrukturInfrastruktur SosialSosialSosialSosial ((((DeDeDeDe ChiaraChiaraChiaraChiara))))
De Chiara dkk. (1975) menjelaskan pendistribusian infrastruktur sosial melalui
gambar sebagaimana berikut:
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
707
Gambar 1. Typical Distric Organization (Sumber : Diolah dari De Chiara dkk., 1975)
Melalui gambar 1 dijelaskan kurang lebih bahwa didalam suatu lingkungan
(neighborhood) yang dibatasi oleh neighborhood boundary (lingkaran besar) setidaknya
terdiri atas 3 (tiga) residential area yang dilambangkan dengan lingkaran lebih kecil.
Residential area tersebut dilayani minimal masing-masing oleh satu nursery school (TK).Ketiga residential area tersebut dilayani oleh 1 (satu) elementary school (SD) yang
terletak didalam neighborhood boundary, sehingga satu neighborhood minimal terlayani
oleh satu elementary school. Sedangkan junior high school (SMP) terletak diluar
neighborhood boundary, yang melayani beberapa neighborhood yang terletak secara
berdekatan, dengan jarak maksimum dari junior high school adalah l/2 mil. Demikian
juga dengan high school (SLTA), satu high school setidaknya tersedia untuk melayani
beberapa neighborhood atau bahkan satu district (kecamatan) dengan jarak tempuh
maksimal dengan berjalan kaki antara 3/4 mil s/d 1 mil, atau jika lebih maka harus
disediakan bus.
Dari beberapa teori lokasi tersebut diperoleh beberapa factor penentu lokai sekolah
yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Tabel 1 Faktor penentu lokasi sekolah (Kopetensi Keahlian)
KajianKajianKajianKajian Faktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-Faktor PenentuPenentuPenentuPenentu LokasiLokasiLokasiLokasiFaktorFaktorFaktorFaktor yangyangyangyang digunakandigunakandigunakandigunakan padapadapadapada
penelitianpenelitianpenelitianpenelitian
Distribusi Infrastruktur Sosial
(De Chiara)
• Jarak (sekolah - permukiman) dan
transportasi.• Demografi• Neighborhood boundary.• Daerah layanan.• Tingkat/ jenjang layanan.
1. Jarak2. Kondisi lingkungan sekarang
dan masa depan
3. Keterkaitan dengan rencana
pengembangan komunitas.4. Peranan dalam rencana
pengembangan sekolah
secara komprehensif5. Aksesbilitas.6. Biaya/ Harga.7. Layanan utilitas.
8. Karateristik lokasi
Lokasi Kopetensi Keahlian
SMK Menurut PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun
2005(SNP)
• Luas lahan• Letak lahan (mempertimbangkan
klaster pendidikan sejenis, sejenjang
serta pendidikan dibawahnya).• Jarak (jarak tempuh maksimal
mencapai satuan pendidikan).• Kenyamanan dan kesehatan
lingkungan.
Junior High School
High School
Elementary School
Nurcery
1/2 mile
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
708
3.3.3.3. MetodeMetodeMetodeMetode PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
3.13.13.13.1 PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden (Arikunto, 2006).
tentang Kompetensi Keahlian di SMK sesuai dengan kebutuhan sektor industri dan
pendapat para pakar tentang pembobotan dan penilaian subvariabel yang
mempengaruhi penentuan lokasi Kompetensi Keahlian SMK di Wilayah Gresik.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah oleh pihak lain dan
disajikan dalam bentuk data (Arikunto, 2006). Sumber data sekunder yang akan
diobservasi berasal dari beberapa instansi terkait seperti Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dan Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Gresik. Data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini adalah data jumlah penduduk, jumlah peserta didik SMK,
data SMP,SMA, SMK, industri, Kompetensi Keahlian SMK yang ada, pekerjaan
penduduk di wilayah Gresik Selatan.
3.23.23.23.2 MetodeMetodeMetodeMetode AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData
3.2.1.3.2.1.3.2.1.3.2.1. AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan KebutuhanKebutuhanKebutuhanKebutuhan KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK TeknologiTeknologiTeknologiTeknologi IndustriIndustriIndustriIndustri didididi
WilayahWilayahWilayahWilayah KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanMengantiMengantiMengantiMenganti GresikGresikGresikGresik
Pada penelitian ini, perhitungan kebutuhan Kopetensi Keahlian SMK di Kabupaten
Gresik dilakukan dengan menggunakan variabel jumlah penduduk menurut usia sekolah
dan daya tampung efektif setiap kelas (rombongan belajar). Adapun perhitungan
kebutuhan lembaga SMK Kelompok Teknologi dan Industri di Wilayah Kecamatan
Menganti Gresik adalah sebagai berikut:
• Kebutuhan lembaga SMU/SLTA =
• Kebutuhan lembaga SMK = 60% x Jumlah Kebutuhan SMU/SLTA
• SMK Kelompok Teknologi Industri = % tenaga kerja sektor industri x Jumlah
Kebutuhan SMK tiap kecamatan
3.2.23.2.23.2.23.2.2 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LokasiLokasiLokasiLokasi KoKoKoKommmmpetensipetensipetensipetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK didididiWilayahWilayahWilayahWilayah GresikGresikGresikGresik
3.2.3.13.2.3.13.2.3.13.2.3.1 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis SuperSuperSuperSuper ImposeImposeImposeImpose //// OverlayOverlayOverlayOverlay
KajianKajianKajianKajian Faktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-Faktor PenentuPenentuPenentuPenentu LokasiLokasiLokasiLokasiFaktorFaktorFaktorFaktor yangyangyangyang digunakandigunakandigunakandigunakan padapadapadapada
penelitianpenelitianpenelitianpenelitian
Lokasi Sekolah Menurut
Engelhardt.
• Kondisi lingkungan sekarang dan
masa depan• Keterkaitan dengan rencana
pengembangan komunitas.• Peranan dalam rencana
pengembangan sekolah secarakomprehensif.
• Luas dari lokasi• Aksesbilitas.• Karateristik lokasi (site).• Layanan utilitas.
• Biaya/ Harga.
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
709
Analisis Super Impose atau overlay digunakan utuk mengetahui lokasi
Kopetensi Keahlian SMK teknologi dan industri yang sesuai dengan kondisi eksisting dan
rencana pembangunan di lokasi masing-masing. Analisis Super Impose dilakukan
dengan cara meng-overlay-kan peta-peta kondisi eksisting dan rencana pembangunan
yang terkait. Adapun peta-peta kondisi yang akan dilakukan proses overlay pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peta jaringan jalan
2. Peta jaringan listrik tegangan tinggi (SUTET)
3. Peta rencana kawasan industri
4. Peta kawasan terbangun
3.2.3.23.2.3.23.2.3.23.2.3.2 AnalitycalAnalitycalAnalitycalAnalitycal HierarchyHierarchyHierarchyHierarchy ProccessProccessProccessProccess (AHP)(AHP)(AHP)(AHP)Pada penelitian ini AHP digunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari
setiap variabel dan subvariabel yang berpengaruh dalam penentuan lokasi Kopetensi
Keahlian SMK teknologi dan industri di Wilayah kecamatan Menganti Gresik.
Perhitungan bobot dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwisecomparisons). Skala yang digunakan dalam perhitungan bobot adalah dengan skala 1-9
(Saaty,1993). Skala pembobotan dapat dilihat padaTable 2:
TabelTabelTabelTabel 2222 SkalaSkalaSkalaSkala NilaiNilaiNilaiNilai dandandandan DefinisiDefinisiDefinisiDefinisi PendapatPendapatPendapatPendapat KualitatifKualitatifKualitatifKualitatif
Sumber; Saaty (1993)
Untuk menghitung bobot tiap kriteria dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Matriks Perbandingan Berpasangan
2. Menjumlahkan nilai perbandingan berpasangan untuk setiap pihak pengambil
keputusan.
3. Normalisasi yaitu dengan membagi setiap nilai perbandingan berpasangan dengan
total nilai perbandingan berpasangan untuk setiap pihak pengambil keputusan yang
dilakukan pada langkah ke 1.
4. Menjumlahkan hasil normalisasi setiap elemen pembanding.
IntensitasIntensitasIntensitasIntensitas kepentingankepentingankepentingankepentingan KeteranganKeteranganKeteranganKeterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya
2,4,6,8, Nilai-nilai diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan Kebalikan nilai tingkat kepentngan dari skala 1- 9
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
710
5. Membagi jumlah bobot tiap elemen pembanding dengan banyaknya elemen
pembanding.
6. Mengecek nilai bobot yang diperoleh dengan menjumlahkan nilai bobot yang
diperoleh, dimana hasil yang didapat harus sama atau mendekati angka 1....
7. Uji Konsistensi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini :
a) Mengalikan bobot yang diperoleh dengan nilai nilai perbandingan berpasangan
yang diperoleh.
b) Menjumlahkan hasil kali dari langkah ke-1 tersebut pada setiap elemen
pembanding
c) Membagi jumlah bobot dengan bobot (Wi) sehingga diperoleh eigenvector
d) Menghitung eigenvalue ( l maks), hal ini dilakukan dengan membagi eigenvector
dengan banyaknya elemen pembanding
e) Menghitung nilai indeks konsistensi (CI)
Dengan: :eigenvalue maksimum dan n : ukuran matriks
f) Menghitung rasio konsistensi (CR).
g) Nilai rasio konsistensi (CR) adalah perbandingan antara indeks konsistensi (CI)
dan nilai random indeks (RI). Untuk model AHP matriks perbandingan dapat
diterima jika nilai rasio konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau sama dengan 0,1.
TabelTabelTabelTabel 3333 NilaiNilaiNilaiNilai IndeksIndeksIndeksIndeks RandomRandomRandomRandom
Sumber : Saaty, 1993
3.2.3.33.2.3.33.2.3.33.2.3.3 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis ScoringScoringScoringScoringAnalisis scoring digunakan untuk mengetahui prioritas lokasi Kopetensi Keahlian
SMK di Wilayah Gresik selatan, sehingga lokasi hasil analisa skoring ini dapat digunakan
sebagai arahan lokasi Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri di Wilayah
Gresik selatan.
Secara garis besar tahapan analisa untuk menentukan lokasi SMK dapat dibuat
bagan:
UkuranUkuranUkuranUkuran MatriksMatriksMatriksMatriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10
IndeksIndeksIndeksIndeks RandomRandomRandomRandom 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
711
3.2.3.13.2.3.13.2.3.13.2.3.1 AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis ScoringScoringScoringScoringAnalisis scoring digunakan untuk mengetahui prioritas lokasi Kopetensi Keahlian
SMK di Wilayah Gresik selatan, sehingga lokasi hasil analisa skoring ini dapat digunakan
sebagai arahan lokasi Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri di Wilayah
Gresik selatan.
Secara garis besar tahapan analisa untuk menentukan lokasi SMK dapat dibuat
bagan:
Gambar 2 Analisa Penentuan Lokasi Kopetensi Keahlian SMK
4.4.4.4. HasilHasilHasilHasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian DanDanDanDan PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan
4.14.14.14.1 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LokasiLokasiLokasiLokasi KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK
4.1.14.1.14.1.14.1.1 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LahanLahanLahanLahan
Untuk menentukan lahan yang sesuai sebagai lokasi Kopetensi Keahlian SMK yaitu
dengan menggunakan analisa super impose. Dari hasil analisa super impose diperoleh
hasil yang berupa peta seperti pada Gambar 3 :
Variabel-variabel yang berpengaruh
dalam penentuan lokasi Kopetensi
KeahlianSMK
Peta jalan, kawasan terbangun, jalan
tol, jaringan SUTET,rencana industri
AHP Analisis Overlay /Super impose
Analisis Skoring
Lokasi Kopetensi Keahlian SMK
yang ideal
Nilai bobot variable penentuan lokasi
Kopetensi Keahlian SMK
Alternatif lokasi Kopetensi
Keahlian SMK
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
712
Gambar 3. Hasil akhir analisa super impose
Dari Gambar 3 diketahui bahwa, terdapat beberapa alternatif lokasi Kompetensi
Keahliaan SMK ditiap kecamatan yaitu: Kecamatan Wringinanom terdapat 1 alternatif
lokasi, Kecamatan Driyorejo terdapat 4 alternatif lokasi dan Kecamatan Menganti
terdapat 3 alternatif lokasi. Untuk mendapatkan lokasi yang sesuai maka kecamatan
yang mempunyai kelebihan dari jumlah lokasi yang dibutuhkan maka perlu di skoring
untuk mendapatkan lokasi yang benar-benar sesuai.
4.1.24.1.24.1.24.1.2 AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa PembobotanPembobotanPembobotanPembobotan VariabelVariabelVariabelVariabel PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan LokasiLokasiLokasiLokasi KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SMKSMKSMKSMK
Untuk memperoleh bobot variabel- variabel penentu dari beberapa variabel
yang ada dalam menentukan penempatan lokasi Kompetensi Keahlian SMK, dilakukan
pembobotan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP).
Adapun hirarki yang digunakan dalam proses AHP adalah tampak dalam Gambar 4.
Dari hasil AHP diperoleh nilai pembobotan kriteria penentuan lokasi Kompetensi
Keahliaan SMK seperti yang terlihat pada Tabel 4 :
Lokasi WringinanomLokasi 1 Driyorejo
Lokasi 4DriyoArejo
Lokasi 2Driyorejo
Lokasi 3Driyorejo
Lokasi 1 Menganti
Lokasi 2 MengantiLokasi 3 Menganti
KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan CermeCermeCermeCerme
KotaKotaKotaKota SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya
KabupatenKabupatenKabupatenKabupaten SidoarjoSidoarjoSidoarjoSidoarjo
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
713
-
Gambar 4 Hirarki Penentuan Lokasi Kompetensi Keahlian SMK
Kondisi Eksisiting danMasa Depan
Integrasi dgn RencanaPengembangan Lahan
Integrasi PengembanganPendidikan
Aksesibilitas
Kondisi Lahan
Jumlah Penduduk
Jumlah SLTP
Jumlah SLTA
Jenis Jalan Lokasi
Jarak Tempuh Siswa
Ketersediaan Angk. Umum
Kelerengan Lahan
Ketersediaan Jaringan Telpon
Ketersediaan Jaringan Air
Ketersediaan Jaringan Listrik
Luas Lahan
Harga Tanah /M2
Pembobotan
Pembobotan
Pembobotan
PembobotanKriteria
Kriteria
Kriteria
KriteriaLokasi
Lokasi
Lokasi
LokasiKom
petensi
Kom
petensi
Kom
petensi
Kom
petensiK
eahlian
Keahlian
Keahlian
KeahlianSM
KSM
KSM
KSM
K
Harga TanahBiaya Pengolahan Tanah
Biaya Jaringan Utilitas
Biaya Koneksi Lokasi
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
714
Tabel 4 Nilai Pembobotan kriteria lokasi Kompetensi Keahlian SMK
1.2.11.2.11.2.11.2.1 PenilaianPenilaianPenilaianPenilaian dandandandan PembobotanPembobotanPembobotanPembobotan AlternatifAlternatifAlternatifAlternatif tiaptiaptiaptiap LokasiLokasiLokasiLokasi
Penilaian dilakukan dengan melihat terpenuhiatau tidaknya kriteria pada
masing-masing alternatif lokasi Kopetensi Keahlian SMK. Justifikasi atau penilaian
dilakukan dengan analisa skoring. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang mempunyai
bobot besar ditiap lokasi kecamatan sesuai dengan kebutuhannya. Hasil Pembobotan
dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Bobot Total Tiap Lokasi Kompetensi Keahlian SMK
Level Pertama Level KeduaBobot Final
Faktor Bobot Kriteria Bobot
Kond. Eksist & M
Depan0.1279 0.12790 12.79%
Intgr.Pengembanga
n Lahan0.1301 0.13010 13.01%
Intgr.Pengembanga
n Pendidikan0.2159
Jumlah Penduduk 0.3638 0.07854 7.85%
Jumlah SLTP 0.2888 0.06235 6.24%
Jumlah SLTA 0.3474 0.07500 7.50%
Aksesilbilitas 0.2082
Jarak dgn jenis Jalan 0.5274 0.10980 10.98%
Jarak Tempuh siswa 0.2006 0.04176 4.18%
Cara Menjangkau
Lokasi0.2719 0.05661 5.66%
Kondisi Lahan 0.1694
Kond.Kelerengan
Lahan0.1717 0.02909 2.91%
Ketersediaan jaringan
Telpon0.1969 0.03335 3.34%
Ketersediaan jaringan
Air0.2031 0.03441 3.44%
Ketersediaan jaringan
Listrik0.2251 0.03813 3.81%
Luas Lahan 0.2032 0.03442 3.44%
Harga Tanah 0.1485
Harga Tanah/M2 0.3314 0.04921 4.92%
Biaya Pengolahan
Tanah0.2253 0.03346 3.35%
Biaya Jaringan Utilitas 0.2221 0.03298 3.30%
Biaya Koneksi 0.2212 0.03285 3.28%
NoNoNoNo KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan AlternatifAlternatifAlternatifAlternatif LokasiLokasiLokasiLokasi BobotBobotBobotBobot
1 Wringin Anom Lokasi 1 426.6
2 Driyorejo Lokasi 1 454.8
Lokasi 2 355.8
Lokasi 3 290.2
Lokasi 4 313.7
3 Menganti Lokasi 1 432.6
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
715
Dari analisa skoring diperoleh hasil bahwa di Kecamatan Menganti Lokasi 3 yang
memperoleh bobot terbesar yaitu 436,8 yang sekaligus merupakan Lokasi terpilih di
Kecamatan Menganti (Ds. Domas). Sedangkan di Kecamatan Driyorejo yang
mendapatkan bobot terbesar adalah Lokasi 1 (Ds. Banjaran) dengan bobot 454.8,
kemudian Lokasi 2 (Ds. Petiken) dengan bobot 355.8 yang menjadi lokasi terpilih di
Kecamatan Driyorejo, sedangkan di Kecamatan Wringinanom lokasi terpilih adalah di
Desa Sumberrame yang merupakan satu-satunya alternatif lokasi ideal di Kecamatan
Wringinanom.
1.2.21.2.21.2.21.2.2 ArahanArahanArahanArahan PengembanganPengembanganPengembanganPengembangan KopetensiKopetensiKopetensiKopetensi KeahlianKeahlianKeahlianKeahlian SekolahSekolahSekolahSekolah MenengahMenengahMenengahMenengah KejuruanKejuruanKejuruanKejuruan
Dari hasil analisis tersebut dapat dibuat rumusan arahan pengembangan
Kompetensi Keahlian SMK di Wilayah Gresik Selatan, yaitu sebagai berikut:
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanMengantiMengantiMengantiMenganti
Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri
yaitu di Desa Domas.
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanWringinanomWringinanomWringinanomWringinanom
Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri
yaitu di Desa Sumberrame.
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan DriyorejoDriyorejoDriyorejoDriyorejo
Dilakukan pendirian 2 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri
yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petiken
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan KedameanKedameanKedameanKedamean
Belum diperlukan penambahan Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan
Industri, sehingga pengembangan Kompetensi Keahlian SMK yang perlu dilakukan
dapat berupa peningkatan kualitas SMK yang sudah ada seperti evaluasi
Kompetensi Keahlian dan sarana prasarana untuk kegiatan praktek di SMK sehingga
ketrampilan yang diberikan di SMK akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
2.2.2.2. KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN
5.15.15.15.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan
Berdasarkan hasil dari tahapan-tahapan analisa yang telah dilaksanakan pada
penelitian ini, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanMengantiMengantiMengantiMenganti
Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri
yaitu di Desa Domas
Lokasi 2 342.4
Lokasi 3 436.8
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
716
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatanWringinanomWringinanomWringinanomWringinanom
Dilakukan pendirian 1 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri
yaitu di Desa Sumberrame
• KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan DriyorejoDriyorejoDriyorejoDriyorejo
Dilakukan pendirian 2 Kompetensi Keahlian SMK Kelompok Teknologi dan Industri
yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petiken
5.25.25.25.2 SaranSaranSaranSaran
Berdasarkan hasil analisa pada penelitian ini dapat diberikan saran berkaitan
dengan pengembangan SMK berdasarkan kebutuhan sektor industri di Wilayah Gresik
Selatan adalah sebagai berikut:
1. Penambahan Kompetensi Keahlian SMK lebih diprioritaskan pada kecamatan yang
mempunyai kekurangan Kompetensi Keahlian SMK paling banyak.
2. Perlu adanya pertimbangan dan perhatian dalam menentukan Kompetensi Keahlian
di setiap kecamatan, agar tidak terjadi kesamaan Kompetensi Keahlian dengan
kecamatan di sekitarnya.
3. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik membuat kebijakan yang mewajibkan
pihak Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk lebih memperhatikan dan peduli
pada perkembangan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan
benar-benar menerapkan peran DUDI pada Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
6.6.6.6. PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
Alkadri , (2001), “Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah” Pusat
Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT, Jakarta
Arikunto, Suhasimi,(2006) Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Chiara, Joseph De dan Keppelman, Lee (1975), Urban Planning and Design Criteria, VanNostrand Reinhold Company, New York.
Departemen Pendidikan Nasional (2005), Rencana Strategis Departemen PendidikanNasional Tahun 2005-2009, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional (2004), Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi2004, Jakarta.
Djojonegoro, W. (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Sekolah
Menengah Kejuruan. Penerbit PT. Balai Pustaka, Jakarta
Gresik Dalam Angka, 2008
Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8“OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA”
717
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Saaty, T. L. (1993), Decision Making for Leader : The Analytical Hierarchy Process forDecisions in Complex World. Pittburgh : University of Pittsburgh.
Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 Tahun 2004 Tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan.
Tarigan, Robinson (2005), Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara,
Jakarta.
Wena, Made.1996, Pendidikan Sistem Ganda. Penerbit PT. Tarsito, Bandung