kayumanis

7
Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 1 TEKNIK PERBANYAKAN KAYU MANIS (Cinnamomum sp.) SECARA GENERATIF Oleh : Tri Widiyanti, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan tanaman tahunan, termasuk famili Lauraceae, salah satu komoditas ekspor penting Indonesia. Kulit batang, dahan dan rantingnya dapat digunakan untuk bahan minyak dan obat, juga dapat dihasilkan minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri kosmetika, farmasi dan industri makanan. Akhir akhir ini kayu manis digunakan sebagai bahan pelengkap yang dapat menimbulkan aroma harum alami pada produk handicraft dan furniture. Sejauh ini tanaman kayu manis diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat yang ditanam petani sebagai usaha sampingan dan belum ada pengusaha swasta yang bergerak dalam pengembangan pertanaman kayu manis di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komoditi ekspor kayu manis. Menurut data FAO 2005, Indonesia menempati prosentase tertinggi pasar kayu manis di dunia sebesar 26,10 %, Cina 24,63 %, Sri Langka 8,05 %, Vietnam 5,30 % dan negara lainnya 35,92 %. Pada tahun 2007, 2008, 2009 berturut turut 60.000, 63.879, dan 67.209 ton/tahun. Negara Indonesia sangat berpotensi sebagai penghasil kayu manis yang baik dalam pangsa pasar dunia (Anonim 1 ). Kayu manis dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu generatif (biji) dan vegetatif (stek dan tunas). Perbanyakan dengan biji lebih banyak digunakan karena lebih mudah dilakukan dalam jumlah banyak, mempunyai perakaran kuat/tunggang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan dengan biji antara lain benih harus berasal dari pohon induk yang baik, dipilih biji yang bermutu, perlakuan biji sebelum disemai, penyiapan tempat penyemaian, dan penyemaian biji (Rismunandar dan Paimin, 2001).. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai tanaman kayu manis dan teknik perbanyakannya secara generatif. II. Deskripsi Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum sp.) a. Nama Daerah Menurut Dirjen Perkebunan (2007), nama umum yang digunakan di Indonesia : Holim (Batak), Kayu Manis (Melayu), Madang Kulit Manih (Minangkabau), Mentek (Sunda), Manis Jangan (Jawa Tengah), Cingar Kanyengar (Madura), Onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga (Flores).

Upload: akhmad-kamal

Post on 03-Jan-2016

258 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 1

TEKNIK PERBANYAKAN KAYU MANIS (Cinnamomum sp.)

SECARA GENERATIF

Oleh : Tri Widiyanti, A.Md (PBT Terampil Pelaksana)

Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya

I. Pendahuluan

Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan tanaman tahunan,

termasuk famili Lauraceae, salah satu komoditas ekspor penting Indonesia. Kulit

batang, dahan dan rantingnya dapat digunakan untuk bahan minyak dan obat, juga

dapat dihasilkan minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri kosmetika,

farmasi dan industri makanan. Akhir – akhir ini kayu manis digunakan sebagai bahan

pelengkap yang dapat menimbulkan aroma harum alami pada produk handicraft dan

furniture. Sejauh ini tanaman kayu manis diusahakan dalam bentuk perkebunan

rakyat yang ditanam petani sebagai usaha sampingan dan belum ada pengusaha

swasta yang bergerak dalam pengembangan pertanaman kayu manis di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komoditi ekspor

kayu manis. Menurut data FAO 2005, Indonesia menempati prosentase tertinggi

pasar kayu manis di dunia sebesar 26,10 %, Cina 24,63 %, Sri Langka 8,05 %,

Vietnam 5,30 % dan negara lainnya 35,92 %. Pada tahun 2007, 2008, 2009 berturut

– turut 60.000, 63.879, dan 67.209 ton/tahun. Negara Indonesia sangat berpotensi

sebagai penghasil kayu manis yang baik dalam pangsa pasar dunia (Anonim1).

Kayu manis dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu generatif (biji) dan

vegetatif (stek dan tunas). Perbanyakan dengan biji lebih banyak digunakan karena

lebih mudah dilakukan dalam jumlah banyak, mempunyai perakaran kuat/tunggang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan dengan biji antara lain benih

harus berasal dari pohon induk yang baik, dipilih biji yang bermutu, perlakuan biji

sebelum disemai, penyiapan tempat penyemaian, dan penyemaian biji

(Rismunandar dan Paimin, 2001)..

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai

tanaman kayu manis dan teknik perbanyakannya secara generatif.

II. Deskripsi Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum sp.)

a. Nama Daerah

Menurut Dirjen Perkebunan (2007), nama umum yang digunakan di

Indonesia : Holim (Batak), Kayu Manis (Melayu), Madang Kulit Manih

(Minangkabau), Mentek (Sunda), Manis Jangan (Jawa Tengah), Cingar

Kanyengar (Madura), Onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga (Flores).

Page 2: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 2

b. Taksonomi Tanaman Kayu Manis

Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp) memiliki klasifikasi ilmiah

sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Laurales

Suku : Lauraceae

Marga : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanii, C. cassia, C. zeylanicum.

Tabel 1. Deskripsi Tanaman Kayu Manis

Bagian

Tanaman

Keterangan

Habitus Pohon tahunan, tinggi 10 – 15 meter

Batang Berkayu, tegak, bercabang, dan warna batang hijau kecoklatan

Daun Tunggal, lanset, ujung dan tangkai runcing, tepi rata, panjang

4 – 14 cm, lebar 1,5 – 6 cm, pertulangan melengkung, warna

daun muda merah pucat setelah daun tua berwarna hijau.

Bunga Majemuk, bentuk malai diketiak daun berambut halus, tangkai

panjang 4 – 12 mm, benang sari dengan kelenjar ditengah

tangkai sari, mahkota panjang 4 – 5 mm, warna kuning

Buah Buni, panjang ± 1 cm, masih muda berwarna hijau, setelah

tua berwarna hitam

Biji Bulat telur

Akar Tunggang

Sumber : Dirjen Perkebunan, 2007.

c. Syarat Tumbuh

Kayu manis menghendaki tanah yang subur, gembur dengan draenase

yang baik serta kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman tumbuh di daerah

yang memiliki suhu berkisar 10 - 23ºC, pada ketinggian 100 – 1.200 m dpl.

Ketinggian terbaik untuk menghasilkan produksi kulit kayu manis adalah 500 –

900 m dpl. Pada dataran rendah (300 – 400 m dpl) tanaman dapat tumbuh baik,

tetapi produksi kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2 mm serta warna kulit

kuning kecoklatan. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka terjadi perubahan

warna kulit mendekati coklat sampai kecoklatan.

d. Jenis – Jenis Tanaman Kayu Manis di Indonesia

Jenis kayu manis yang dikenal di dunia sebanyak 300 klon dan 12 klon

diantaranya berada di Indonesia. Dari berbagai jenis kayu manis, hanya empat

jenis yang terkenal dalam perdagangan ekspor maupun lokal (Rismunandar dan

Paimin, 2001).

Page 3: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 3

1) Cinnamomum burmanni,

Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 600-1.500 m dpl dan banyak dijumpai

di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur dan Maluku. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 m,

berdaun kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah. Kulit berwarna abu-abu

dengan aroma khas, rasanya manis, dan dipanen (berupa kulit batang dan

ranting) setelah tanaman berumur 10 tahun dengan lingkar batangnya

mencapai 1 meter

2) Cinnamomum zeylanicum,

Jenis ini merupakan tanaman asli Srilanka (pulau Ceylon) yang tidak dapat

tumbuh baik di Indonesia karena kualitas kulit kayu yang dihasilkan kurang baik

(lebih tipis). Tanaman ini sangat cocok bila ditanam di dataran rendah sampai

500 m dpl. Tinggi tanaman mencapai 5 - 6 m dan bercabang. Panen dapat

dilakukan pada umur 3 tahun, kulit kayu berwarna abu – abu.

3) Cinnamomum cassia,

Kayu manis dengan nama lain C. aromaticum ini merupakan tanaman asli dari

Birma dan banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah (Kebumen, Baturaden dan

Purwokerto). Cinnamomum cassia punya karakter yang berbeda dengan

Cinnamomum zeylanicum maupun Cinnamomum burmanni dengan pucuk

berwarna hijau muda sampai hijau kemerahan dan tajuk berbentuk piramida.

Kandungan asiri jenis ini lebih banyak pada kulit cabang dibanding kulit batang,

ranting dan daun. Kulit batang agak tebal tetapi mudah dikelupas. Panen

pertama saat tanaman berumur 10 – 15 tahun.

4) Cinnamomum cullilawan,

Kayu manis ini hanya dikenal di daerah Maluku (Ambon dan Pulau Seram).

Kayunya termasuk jenis kayu lunak dan berwarna putih, dengan kulit batang

dan akar mengandung minyak asiri. Kulit batangnya berbau minyak kayu putih

yang dalam perdagangan disebut dengan kulitlawan. Minyak kulitlawan

umumnya dimanfaatkan untuk pengobatan sakit maag (gangguan pencernaan)

dan penyakit kolera. Sampai saat ini minyak kulitlawan dijual dengan nama

minyak lawang yang sering digunakan untuk obat gosok.

III. Teknik Perbanyakan Secara Generatif

Menurut Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya

tanaman, benih adalah tanaman/bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak

dan/atau mengembangbiakkan tanaman. Benih dapat berupa biji alami (zigotik)

hasil pembuahan sel telur dan sperma atau biji sebagai hasil rekayasa

manufaktural (sintesis). Benih sintesis hasil rekayasa manufaktural dapat

dihasilkan oleh tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Termasuk kedalam

Page 4: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 4

benih ini adalah tembakau, rosella, kenaf, kapas, wijen, jarak, jambu mete, kayu

manis dan makadamia.

Kayu manis selain diperbanyak dengan cara vegetatif (stek dan tunas),

dapat juga diperbanyak secara generatif dengan menggunakan biji hasil

perkawinan bunga jantan dan bunga betina, dan dari biji inilah nantinya akan

berkembang menjadi tanaman baru sebagai regenerasi pohon induknya.

Para petani jarang melakukan perbanyakan secara generatif, hal ini

antara lain mempertimbangkan : 1) umumnya petani memanen kayu manis

sebelum menghasilkan buah, sehingga bila ingin menanam bibit yang berasal dari

biji, maka harus mendapatkan biji dari tempat lain; 2) karena batang pokok

tanaman yang tersisa dikebun dapat menumbuhkan tunas yang dapat ditanam

sebagai bibit; 3) tunas lebih mudah didapat dan langsung bisa ditanam sebagai

bibit.

Perbanyakan secara generatif mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah

dilakukan dalam jumlah banyak, mempunyai perakaran kuat/tunggang, dapat

dikerjakan dengan mudah, biaya yang relatif murah, penyimpanan mudah

dilakukan dan memungkinkan untuk memulai tanaman yang bebas penyakit. Hal –

hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan secara generatif antara lain benih

harus berasal dari pohon induk yang baik, dipilih biji yang bermutu (masak

fisiologis), perlakuan biji sebelum disemai, penyiapan tempat penyemaian dan

penyemaian biji. Menurut Rismunandar dan Paimin, (2001), rincian kegiatan

sebagai berikut :

a. Pemilihan Pohon Induk

Pemilihan pohon induk sebagai sumber benih, harus dipilih dari pohon

induk yang baik antara lain dengan kriteria sebagai berikut : 1) pohon mempunyai

pertumbuhan yang baik dan berbatang besar; 2) pohon induk harus sudah berumur

lebih dari 10 tahun; 3) sehat, tidak terserang hama dan penyakit; serta 4) kulit

beraroma baik dan kulit kayu mengandung kadar atsiri yang tinggi.

Gambar 1. Pohon Induk Kayu

Manis

Gambar 2. Buah Kayu Manis

Page 5: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 5

b. Pemilihan Biji Bermutu

Biji yang akan disemai harus berasal dari

buah yang benar – benar masak pohon atau

masak fisiologis (kulit buah berwarna biru

kehitaman). Buah berasal dari pohon yang

berasal dari pohon yang berumur diatas 10

tahun. Biji yang berasal dari buah yang

masak pohon mempunyai daya kecambah

terbaik. Biji harus bernas, tidak kosong,

bentuk biji normal, mengkilat, sehat dan tidak terserang hama dan penyakit. Untuk

penyemaian dibutuhkan buah dalam jumlah banyak yaitu sekitar 2.500 – 4.000

buah dalam satu hektar tergantung jarak tanam yang digunakan.

c. Perlakuan Biji Sebelum di Semai

Kayu manis tergolong dalam benih rekalsitran yaitu biji yang tidak

membutuhkan penyimpanan dan disarankan setelah biji masak langsung ditabur

pada bak persemaian. Tipe biji ini biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air

tinggi serta tidak dapat disimpan dalam waktu lama.

Setelah daging buah dikelupas, biji kayu manis harus segera ditanam

karena biji yang sangat cepat kehilangan daya kecambahnya. Untuk

mempertahankan daya kecambah yang tinggi, biji sebaiknya ditimbun atau ditutup

dengan plastik selama beberapa hari. Dengan perlakuan tersebut, biji mengalami

fermentasi sehingga lendirnya mudah dibuang melalui pencucian. Dengan cara ini

diharapkan hasil yang berkecambah mencapai 90 %, karena biji kayu manis

termasuk yang sangat cepat kehilangan daya kecambahnya. Buah yang sudah

dibuang daging buahnya dapat bertahan ± 15 hari kalau disimpan denga cara

dianginkan di dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Selanjutnya biji dicampur dengan abu sebelum disebarkan di persemaian. Yang

perlu diperhatikan adalah, biji kayu manis tidak tahan lama disimpan (lebih dari

seminggu) pada suhu kamar (27 - 28ºC) atau lebih dari empat minggu pada suhu

rendah (15 - 20ºC).

d. Penyiapan Tempat Persemaian

Penyemaian biji dapat dilakukan langsung di lahan bedengan atau di

polibag. Penggunaan polibag lebih praktis karena memudahkan pemindahan bibit

ke kebun. Persemaian di bedengan, harus memenuhi syarat yaitu lokasi

persemaian dekat dengan jalan, dekat sumber air, mudah pembuangan airnya,

dekat dengan daerah penanaman, tanahnya subur (remah, berhumus dan tidak

banyak bebatuan), dan lokasinya datar. Sebelum dibentuk bedengan, lahan harus

bersih dari gulma kemudian dicangkul agar tekstur tanah menjadi remah.

Pembenihan perlu dibuat dua macam bedengan masing-masing untuk

persemaian dan pembiakan. Biji yang disemai di bedeng penyemaian dibiarkan

Page 6: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 6

tumbuh hingga berumur 1 - 2 bulan atau tumbuh sekitar dua helai daun. Dari

bedengan penyemaian kemudian bibit dipindahkan ke bedengan pembiakan

hingga bibit sudah siap ditanam di kebun.

Bedengan dibuat dengan arah utara-selatan. Pembuatan arah utara-selatan

ini dimaksudkan agar bedengan dapat menyerap cukup sinar matahari. Lebar

bedengan 100 - 120 cm dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan. Setiap

bedengan dibatasi dengan saluran pembuangan air yang sekaligus berfungsi

sebagai jalan untuk memudahkan penanaman, perawatan dan pemindahan bibit.

Lebar saluran sekitar 30 cm dengan kedalaman 20 cm. Agar tanah bedengan tidak

runtuh, sebaiknya dinding dikuatkan dengan batu bata atau potongan bambu yang

tersusun rapi.

Agar bibit tumbuh dengan baik, tanah bedengan dicampur dengan pupuk

kandang yang matang sebanyak 10 kg/meter persegi dan bagian atas bedengan

dilapisi pasir setebal 5 cm dengan tujuan mempercepat perkecambahan biji.

Penyemaian dengan polibag, dapat dilakukan dengan mengisi polibag (kantong

plastik hitam dengan diameter 10 cm dan tinggi 15 cm) yang sudah dilubangi

sebanyak 10 lubang dengan media semai berupa campuran tanah dan pupuk

kandang matang dengan perbandingan 1:2. Hal ini dimaksudkan untuk

mempercepat pertumbuhan bibit.

e. Penyemaian Biji

Biji disemai pada bedengan dengan jarak 5 cm, dengan kedalaman

penanaman sekitar 0,5 - 1 cm dari permukaan tanah, kemudian ditutup dengan

tanah. Biji akan mulai berkecambah setelah 5 - 15 hari dengan daya kecambah di

persemaian sekitar 80 – 85 %. Untuk melindungi bibit yang masih muda dari panas

matahari langsung, bedengan persemaian diberi naungan. Bila penyemaian

dilakukan dengan polibag, maka masing-masing polibag diisi dengan satu biji,

kemudian ditutup dengan tanah setebal 0,5 - 1 cm. Selanjutnya polibag disusun

rapi ditempat yang teduh/ternaungi. Naungan dibuat dengan sederhana yaitu

menggunakan kerangka bambu dan atapnya dapat menggunakan jerami atau

daun kelapa. Untuk mendapatkan matahari yang cukup, naungan dibuat

menghadap ke timur dengan tinggi 150 cm dibagian timur dan 100 cm dibagian

barat. Penyiraman dilakukan dua hari sekali atau tergantung kebutuhan.

f. Pemindahan Semaian

Setelah dipelihara selama 1-2 bulan atau memiliki dua helai daun dengan

keadaan daun yang sudah tua (tidak ada daun muda), semaian dipindahkan ke

bedengan atau polibag pembiakan. Pada waktu pemindahan bibit dari persemaian

ke polibag harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai merusak perakaran. Di

bedengan atau polibag pembiakan, bibit dipelihara selama delapan bulan sebelum

kemudian dipindahkan ke kebun. Pada bedengan pembiakan, semaian ditanam

dengan jarak 20-25 cm, sedang pada polibag, semaian dapat langsung ditanam

Page 7: kayumanis

Teknik Perbanyakan Kayu Manis (Cinnamomum sp.) secara Generatif 7

dengan dengan jumlah satu semaian setiap polibag. Dipersemaian kedua, semaian

masih memerlukan naungan dan penyiraman sehari sekali namun dengan

pertumbuhan selanjutnya naungan dapat diperjarang secara berangsur-angsur

setelah bibit berumur 5 bulan. Naungan dapat dibuang seluruhnya sebulan

sebelum dipindahkan (umur 8 bulan). Selain penyiraman, semaian juga

mamerlukan pupuk berupa urea dengan dosis satu sendok teh setiap bibit yang

diberikan disekeliling batang tanaman. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit

yang sehat, saat semaian berumur 3 bulan, semaian pada polibag diperjarang dan

sebelum pemupukan sebaiknya di bersihkan dari gulma. Setelah bibit di

pesemaian sudah berumur 8 bulan, bibit dapat dipindah ke kebun.

IV. Penutup

Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan salah satu komoditas

ekspor penting Indonesia. Perbanyakan secara generatif memiliki kelebihan mudah

dilakukan dalam jumlah banyak, mempunyai perakaran kuat, dapat dikerjakan

dengan mudah, biaya yang relatif murah, penyimpanan mudah dilakukan dan

memungkinkan untuk memulai tanaman yang bebas penyakit.

Daftar Pustaka

Anonim1. 2012. Komoditas Kayu Manis. http://lansekapagi.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Maret 2012.

Dirjen Perkebunan, 2007. Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan : Kayu Manis. Hal. 14.

Gran, B. 2009. Ehow contribusor, Cinnamomum Tree Seed. Available at http://www.ehow.com/list 7576138 Cinnamon - tree – seeds. Html . Diakses tanggal 10 Juli 2012.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Rismunandar dan F.B Paimin. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Penerbit : Penebar Swadaya.

Rusli dan Daras, U. 2010. Menganal cara panen dan Pengolahan Kayumanis di Kabupaten Kerinci. Majalah Semi Populer TREE. Volume 1, Nomor 16, April 2010.

Towaha Juniaty dan Indriati gusti. 2008. Multi fungsi tanaman kayu manis. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Volume 14, Nomor 2. Agustus 2008.

Jombang, Oktober 2012 Pengawas Benih Tanaman,

Tri Widiyanti, A.Md. NIP. 19780124 201101 2 005

Mengetahui, Kepala Bidang Perbenihan

Ir. Hari Prasetijono, MS. NIP. 19570123 198303 1 001