kawasan lebah madu milik ma

Upload: ulil-amri

Post on 18-Jul-2015

137 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

KONSEP MODELKAWASAN INDUSTRI LEBAH- MADU MILIK MASYARAKAT (KILEBMAS)

I. PENDAHULUAN Budidaya lebah madu secara ekonomis sangat menguntungkan karena (1) dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan, (2) dapat menghasilkan pendapatan , (3) dapat ikut mendorong keberhasilan kegiatan epenghijauan dan reboisasi, (4) dapat menunjang usaha industri seperti batik, obat-obatan, dan kosmetik, (5) lebah madu sangat berperan dalam pemersari berbagai jenis tanaman budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan. Salah satu faktor penunjang kelestarian budidaya lebah madu adalah tersedianya berbagai jenis tanaman pakan lebah (pakan alami) yang tumbuh di lahan pekarangan, tegalan, dan hutan. Namun demikian karena aneka jenis tanaman ini tidak dirancang secara khusus, maka biasanya kualitas pakan alami dan kontinyuitasnya sepanjang tahun belum memadai; sehingga masih terdapat musim paceklik bagi lebah madu yang cukup lama. Kondisi seperti ini mengisyaratkan pentingnya upaya pengkayaan pakan alami dengan jalan menanami lahan-lahan tersebut dengan jenis-jenis tanaman pakan lebah yang dirancang secara khusus. Wilayah Malang Selatan merupakan wilayah agraris yang memiliki lahan kering sangat luas berupa lahan hutan, perkebunan rakyat, tegalan, pekarangan, semak belukar dan rumput-rumputan. Selain itu dengan adanya iklim tropis memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan pakan lebah yang dapat menghasilkan nektar, tepung sari dan cairan manis lainnya. Sehingga sangat memungkinkan untuk persediaan pakan lebah. Sejalan dengan itu, usaha perlebahan dapat dikerjakan oleh pria, wanita, dewasa dan anak-anak tanpa memerlukan ketrampilan khusus yang rumit. Hingga saat ini telah terdapat sekitar sejumlah peternak lebah madu dengan produksi madu cukup besar. Namun demikian Asosiasi Perlebahan masih belum memasyarakat di Palu dalam upaya untuk memperjuangkan kepentingan agribisnis lebah madu. Memperhatikan potensi yang ada dan permasalahan yang dihadapi di wilayah Malang Selatan seperti yang disajikan di atas, maka perlu dijalin kerjasama kemitraan antara Petani/buruh tani - Suasta - Dinas Pertanian PerkebunanPeternakan dan Kehutanan, dalam memanfaatkan potensi lahan untuk memproduksi komoditas unggulan lebah madu dengna komoditas

2

penunjangnya tanaman pangan yang sangat diperlukan oleh penduduk. Model kemitraan seperti ini dapat dituangkan dalam kegiatan "PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PENGEMBANGAN KILEMAS II. TUJUAN Tujuan utama dari kegiatan ini ialah mengembangkan dan memberdayakan ekonomi rakyat pedesaan melalui pembangunan Sentra Pengembangan Komoditas Lebah Madu di wilayah pedesaan Malang Selatan. Secara lebih spesifik tujuan ini dapat dirinci sbb: 1. Membangun dan mengembangkan wilayah sentra tanaman pakan lebah (campuran antara pohon kayu-kayuan, buah-buahan, perdu, dan tanaman pangan semusim) yang mampu menyediakan pakan alami bagi lebah secara kontinyu; dengan target area seluas 2000 ha. 2. Merintis pembentukan dan pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBA) Komoditas Lebah Madu yang mampu mandiri dan berkelanjutan 3. Meningkatkan kemampuan manajerial dan ketrampilan teknis para anggota KUBA dalam mengelola agribisnis lebah madu, meliputi aspekaspek (a) Budidaya lebah madu secara modern dan intensif, (b) Budidaya tanaman pakan lebah dan tanaman palawija sebagai komoditas penunjang dalam sistem wanatani, (c) Manajemen modal usaha/kredit usahatani, dan (d) teknologi pasca-panen hasil lebah madu dan hasil komoditas penunjang. 4. Meningkatkan produksi lebah madu, produksi tanaman pakan lebah, dan hasil tanaman pangan palawija, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan. 5. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses oleh angkatan kerja pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak krisis ekonomi.

3

III. RUANG LINGKUP 3.1. Keterkaitan antar komponenRANCANGAN KILEMAS (KAWASAN INDUSTRI LEBAH MADU MILIK MASYARAKAT)

MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI

PROFIL INVESTASI

LITBANG

Teknol dana

Koperasi KILEMAS

Kebun Teknologi & SIM-Pasar

KSP LEBAH MADU 100-500 ha

Industri Pengolahan MADU

Industri Pupuk Organik LIMBAH MADU

Industri Perdagangan Packaging/Kemas Promosi Pemasaran

4

KETERKAITAN ANTAR CLUSTER DALAM KILEMAS

Cluster ALSINTAN KSP LEBAH+ PAKAN INDUSTRI PENGOLAHAN MADU PRODUK OLAHAN MADU Cluster pangan OLAHAN PASAR Regional

- Pupuk - Pestisida - Herbisida

Bahan-BAHAN penolong LIMBAH USAHATANI

LIMBAH INDUSTRI Cluster Pemasaran & Transportasi

Cluster Agrokimia Industri Silages Pakan ternak

Industri Pupuk Organik

Promosi Kemas & Packaging

Pasar Nasional

SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI

3.2. Strategi Mengatasi Masalah Pengembangan program peternakan Lebah Madu diarahkan untuk tujuan ganda, yaitu (1) meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung, (2) meningkatkan produksi tanaman penunjang, dan (3) diharapkan

5

mampu ikut menjaga kelestarian sumberdaya hutan. Salah satu langkah strategis adalah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan beternak lebah madu. Untuk itu diperlukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: 1. Aspek kognitif, yaitu mengupayakan tambahan pengetahuan perlebahan: tanaman pakan lebah, budidaya lebah madu, dan penanganan pascapanen. 2. Aspek psikomotorik, yaitu mengupayakan masyarakat agar berminat dan mampu melahirkan inovasi baru dengan cara beternak lebah madu; Penyuluhan, percontohan/demonstrasi dan peninjauan komparasi. 3. Mencari pangsa pasar baru yang mampu menampung hasil usaha peternakan lebah madu melalui berbagai terobosan dalam pemasaran. 3.3. Kelompok Sasaran Sasaran petani ternak lebah madu yang dikehendaki adalah: 1. Petani ternak yang bertempat tinggal di daerah lahan kritis atau di sekitar kawasan penyangga di semua kawasan hutan di Sulawesi Tengah. 2. Aparat instansi yang terkait di dalam pembangunan hutan. 3. Swasta nasional/lokal yang terkait di dalam memberikan atau mempermudah dalam penyediaan input produksi dan output fisik untuk meningkatkan pembangunan perlebahan. 4. Konsumen pengguna produk peternakan lebah yang telah diusahakan. 3.4. KOEFISIAN TEKNIS BUDIDAYA LEBAH MADU 1. Syarat bibit Umur ratu komersial 1 tahun dan memiliki brood yang baik 2. Kandang/stup berbentuk kotak; dapat berisi frame hingga sebanyak 12 buah. Setiap koloni membutuhkan dua stup pada saat musim bunga 3. Makanan Makanan lebah bertumpu pada pakan alami yang dihasilkan oleh aneka jenis tanaman yang menghasilkan pakan lebah. Makanan buatan atau tepung sari dapat diberikan pada saat musim paceklik. Setiap stup memerlukan pakan buatan 100 gram per dua hari 4. Tenaga kerja bertugas untuk memeriksa predator lebah; mengambil calon ratu yang tidak dikehendaki; dan memanen produk lebah. Setiap orang yang sudah trampil mampu memelihara sebanyak 50 stup 5. Obat-obatan Setiap stup membutuhkan satu unit per tahun

6

6. Breeding Pengadaan ratu baru dilakukan dengan jalan membeli dari breeder atau dapat juga membuat sendiri 3.5. INSTANSI TERKAIT 1. Pemda Propinsi Sulawesi Tengah a. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait di daerah. b. Pengadaan lahan (dapat lahan tidur atau lahan milik petani gurem calon anggota KUBA, atau lahan milik Negara) c. Pengadaan sarana dan prasarana antara lain : Jalan menuju lokasi Transportasi Saluran air Dan lain lain 2. Kantor Dinas Pertanian-Perkebunan-Kehutanan Pengadaan informasi mengenai Pertanaman pakan lebah Pengadaan tenaga fasilitator/petugas lapangan kehutanan/perlebahan Membantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman Budidaya /pengelolaan sistem wanatani yang komoditas unggulannya lebah madu dengan tanaman pakan lebahnya, sedangkan komoditas penunjangnya jenis-jenis palawija. 3. DINAS Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil & Menengah Mengkoordinasikan perijinan pembentukan KOPERASI KAMP LEBAH MADU Membina Manajerial Koperasi Pembinaan Manajerial perkreditan 4. Perguruan Tinggi a. Bantuan tenaga sarjana baru sebagai pendamping/mitra usaha bagi KUBA b. Bantuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan usaha c. Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak (FORKA : Forum Komunikasi Agribisnis) dalam pelaksanaan program d. Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. 5. Pengusaha Suasta /Asosiasi Perlebahan a. Menampung hasil produksi petani/pengusaha kecil/menengah b. Pengolahan hasil panen c. Membantu alih teknologi/manajemen d. Ikut Membina para petani anggota KUBA e. Bantuan pengadaan bibit/benih/inovasi teknologi/informasi pasar f. Melakukan ekspor atau pemasaran domestik.

7

3.6. STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN Pokok-pokok kegiatan meliputi : 1. Tahap persiapan. a. Inventarisasi, identifikasi dan registrasi sumberdaya lahan dan vegetasi di lokasi yang terpilih b. Pembentukan forum komunikasi yang melibatkan khalayak dan kelompok sasaran c. Persiapan administrasi 2. Tahap Perencanaan: a. Pemilihan Lokasi: Desa-desa lokasi; Rumah Tangga Petani (RTP), risalah lapangan dengan pemetaan sederhana b. Penyusunan rencana Kegiatan (Konsep Agribisnis dengan Komoditas Unggulan Lebah Madu) c. Penyusunan Pedoman/JUKNIS/JUKLAK bagi pelaksanaan operasional di lapangan (Konsep Budidaya Lebah madu) d. Penyiapan prakondisi: Penyuluhan dan penerangan masyarakat. 3. Tahap pelaksanaan a. Sosialisasi (Konsep agribisnis Lebah Madu) b. Sosialisasi (Konsep Kelompok Usaha Bersama Agribisnis) c. DIKLAT (Konsep Pelatihan manajemen Agribisnis Komoditas Lebah Madu) d. Penyiapan lapangan: Lahan, SDM, dan kelembagaan penunjang e. Penyiapan/pengadaan material dan peralatan; bibit tanaman/lebah madu f. Penanaman tanaman (sesuai dengan rancangan) (Konsep disain wanatani dan informasi Tanaman Pakan Lebah) g. Pemeliharaan komoditi (tanaman dan lebah madu) (Konsep Biologi Lebah Madu) h Pengelolaan hasil panen: Sistem bagi hasil dan alih kelola. 4. Tahap pengawasan dan pengendalian a. Forum komunikasi b. Pendampingan dalam kerangka upaya pemberdayaan c. Pelaporan. d. Perguliran. 3.7. LOKASI Lokasi kegiatan pengembangan perkebunan rakyat ini adalah di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah .

8

3.8. KOMODITAS Komoditas unggulan dalam sistem wanatani Lebah Madu yang akan dikembangkan adalah: (1). Komoditas penunjang tanaman pangan yaitu Jagung , sorghum, gogo, dan aneka sayuran berbunga. (2). Komoditas tanaman perkebunan: kopi, kapuk randu, bunga matahari, mangga, durian, dan pohon buah buahan lainnya. (3). Komoditas hutan rakyat: kaliandra, Lamtoro, Mahoni, dan lainnya. (4). Komoditas ternak: Lebah madu. 3.9. RANCANG-BANGUN UNIT WANATANI LEBAH MADU Target areal seluas 2000 ha terbagi menjadi unit-unit pengelolaan oleh KUBA. Setiap Unit 10 ha yang pengelolaannya dikoordinasikan oleh KUBA dirancang dengan beberapa jenis tanaman pakan lebah (misalnya kopi, mangga, kaliandra, atau lainnya); didukung oleh tanaman sela jagung atau sorghum (saat tanaman pokok masih kecil) dan garut (saat naungan telah cukup berat), tanaman pagar kayu-kayuan atau perdu hijauan seperti paitan dan bunga matahari. Pemilihan komoditi ini semuanya dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspirasi masyarakat dan prospek pasarnya. IV. METODE IMPLEMENTASI, POLA USAHA DAN PEMBINAAN 4.1. STRATEGI IMPLEMENTASI Kegiatan padat karya agribisnis ini dilakukan dengan menggunakan dua macam pola, yaitu Pola Kemitraan pada Lahan Negara dan Pola Kemitraan pada lahan lahan petani gurem. Abstraksi kedua pola ini adalah sbb: WANATANI DENGAN KOMODITAS UNGGULAN LEBAH MADUPOLA KEMITRAAN LAHAN NEGARA POLA KEMITRAAN PETANI GUREM

Wilayah Kecamatan ( Satu Pewakil)

Wilayah Kecamatan (Satu Pewakil) DINAS /INSTANSI TEKNIS

Pola Kemitraan KUBA: 0. Luas Lahan: 10 ha 1. Ketua KUBA

Pola Kemitraan KUBA : 0. Luas lahan: 10 Ha 1. Ketua KUBA

9

2. Pendamping teknis: Mahasiswa 3. Koordinator Lapangan: KETUA KUBA 4. Buruh tani/buruh buruh lain dengan upah harian UMR dibantu masyarakat 5. Asosiasi Perlebahan Palu sebagai mitra kerja 6. Konsultan: Pamong desa, tokoh masyarakat, Instansi teknis

2. Pendamping teknis: Mahasiswa 3. Koordinator lapangan: Petani maju/kontak tani 4. Anggota KUBA: petani gurem (lahan 0.25 -0.5 ha) sebanyak 10-20 orang 5. Tenagakerja tambahan: buruh tani buruh lain dengan UMR dibantu anggota masyarakat lainnya 6. Asosiasi perlebahan Palu sbg mitra pemasaran 7. Pamong desa,tokoh masyarakat dan instansi teknis sbg konsultan Pusat Informasi dan Penyuluhan Pertanian, Sulawesi Tengah

SATGAS Pengendali dan Pemantauan Pola Kemitraan

Tahapan kegiatan: Program kegiatan ini dilakukan dengan serangkaiatan kegiatan yang dilakukan selama tiga tahun dan dikelompokkan menjadi 3 langkah, yakni: Langkah I: (a).Survei identifikasi tentang kendala dan pemetaan sumberdaya lahan di lokasi . (b).Melakukan analisis kebutuhan informasi, material dan instrumental penunjang kegiatan agribisnis KOMODITAS Lebah Madu. Langkah II: (1) Perekayasaan kelembagaan dan manajerial KUBA ; (2) Orientasi KUBA Langkah III: (1). Implementasi penanaman dan perawatan tanaman . (2). Pengendalian, pemantauan dan evaluasi

10

TAHAPAN IMPLEMENTASI KILEMAS PERSIAPAN DATABASE: 1. Pemetaan Calon lokasi 2. Identifikasi WILSAR dan POKSAR 3.. Audiensi dengan pamong dan masyarakat 4. Pendaftaran /sensus 5. Pembentukan calon organisasi/kelembaga an KUBA 6. DIKLAT singkat POKSAR /KUBA

1 minggu

LANGKAH I PERSIAPAN OPERASIONAL: 1. ORIENTASI manajerial: KUBA 2. Persiapan Manajemen: Administrasi dan Keuangan 3. Persiapan lapangan/LAHAN USAHA: Rencana alokasi pertanaman 4. Pemantauan/peninjauan lapangan

1 minggu

1 minggu

PENYUSUNAN RENCANA KERJA USAHA AGRIBISNIS KOMODITAS LEBAH MADU INTI dan PLASMA KUBA

LANGKAH II Operasional I : 1. ORIENTASI teknis budidaya 2. Pengadaan material/instrumental 3. Persiapan lahan 4. Penanaman bibit tanaman /BIBIT LEBAH 5. Pengawasan melekat oleh KUBA Operasional II: 1. Perawatan dan pemeliharaan tanaman/lebah 2. Pengendalian dan pemantauan 3. Pelaporan

1 MINGGU

LANGKAH III

4.2. Pola Usaha Agar pelaksanaan program kemitraan sesuai dengan kebutuhan maka

11

dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : Tahap I : (satu periode musim tanam) Tiap 10 hektar lahan dikelola oleh satu KUBA (Kelompok Usaha bersama Agribisnis) dipimpin oleh seorang Petani senior sebagai penanggung jawab, didampingi oleh pendamping teknis, kegiatan lapangan dikoordinir oleh seorang petani maju/kontak tani dan didukung oleh tenagakerja sekitar 1750 2000 HOK (hari orang kerja). Dilakukan bimbingan dan penyuluhan serta praktek oleh PPL dari Dinas Teknis. Setiap minggu dilakukan diskusi kelompok membahas pelaksanaan kerja mingguan Dilakukan evaluasi 2 kali (pertengahan dan terakhir musim) Selanjutnya masuk tahap II. Tahap II (musim tanam ke dua). Identik dengan Tahap I. Diskusi kelompok untuk membahas hasil hasil pelaksanaan kerja mingguan Evaluasi 2 kali (pertengahan dan akhir musim tanam) Diskusi antar kelompok Selanjutnya masuk tahap ke III. Tahap III (satu periode musim tanam) Identik dengna Tahap I Bimbingan dan penyuluhan serta praktek tenaga ahli dan PPL . Tiap minggu diskusi kelompok, Diskusi antar kelompok Selanjutnya peserta dilepas dan dianggap sudah dapat melaksnakan dengan baik, sebagai pengusaha, penyuluh, petani dan tenaga pengolah. Monitoring dan konsultasi secara berkala akan dilakukan oleh tenaga dari perguruan tinggi, tenaga penyuluh yang amanah dan profesional.

12

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN PETANI GUREM TAHUN III 10 ha TAHUN II 10 ha TAHUN I 10 ha KUBA:*) 1 SANTRI 1 MAHASISWA 1 PETANI 1500-2000 HOK (Buruh tani) 10 ha KUBA 10 ha KUBA Keterangan: *) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama Agribisnis): 1. Satu orang Petani SENIOR sebagai penanggungjawab keseluruhan kegiatan usaha agribisnis pada lahan 10 ha 2. Seorang pendamping teknis budidaya tanaman (mereka adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau sedang penelitian skripsi) 3. Seorang petani (kontak tani) sebagai koordinator operasional kerja lapangan sehari hari yang mengkoordinir petani petani gurem pemilik lahan (10-20 orang petani) 4. Tenaga kerja (1500 2000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan. 5. Pada tahun ke dua KUBA berkewajiban membina dua unit KUBA baru, dan seterusnya. KUBA 10ha KUBA terampil 10 ha KUBA TENAGA KERJA PETANI PENGUSAHA MAHASISWA PETANI KUBA HASILNYA

4.3 Monitoring dan Evaluasi Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang telah dilakukan

13

selama pembinaan, maka dilakukan 1) monitoring dan 2) evaluasi. Monitoring adalah mengamati perkembangan dan kemajuan dari jauh melalui laporan aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang terjadi. Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian (recording) harian dengan mengisi tabel berikut : Tabel monitoring kegiatan Tahun .... No. Tanggal 1. ....... 2. ....... 3. ....... 4. ....... dst. Jenis Kegiatan ................ ................ ................ ................ Keterangan: Hasil & Masalah .............................. .............................. ............................. .............................

Recording ini diisi oleh koordinator KUBA setiap hari/mingguan yang kemudian secara frekuentif dilaporkan ke koordinator yang kemudian diteruskan ke Penanggung jawab KUBA. Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemudian dianalisis selanjutnya dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Tinjauan lapangan dilaksanakan secara periodik sesuai dengan kebutuhan, diupayakan lebih sering ke lapangan. Koordinator Anggota inform K inform P

kunjungan lapangan PETANI Penanggungjawab

VII. PENUTUP Kegiatan PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT PEDESAAN MELALUI PENGEMBANGAN KILEMAS ini mempunyai prospek yang sangat bagus dalam menyediakan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar, menumbuhkan pengusaha

14

pengusaha kecil di pedesaan, dan meningkatkan produksi pangan. Biaya investasi yang cukup tinggi diperlukan pada tahap pertama, sedangkan pada tahap tahap selanjutnya diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil panen tahap pertama, dan seterusnya.