kawasan gempa kecamatan cigalontang kabupaten tasikmalaya (referensi)

Upload: bobotoh-persib

Post on 18-Jul-2015

141 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Kawasan Gempa Kecamatan Cigalontang Kabupaten TasikmalayaKATA PENGANTAR

KATA PENGENTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia serta nikmat yang tiada ternilai harganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Geografi Lingkungan. Selain itu, untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian pendidikan geografi pada khususnya. Dalam penyusunan jurnal ini penulis banyak mendapat bimbingan, sumbangan pikiran dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu mudahmudahan Allah SWT membalas semua jasa tersebut dan penulis haturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat: Iman Hilman, M.Pd. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan pengajaran geografi khususnya, dan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya.

Tasikmalaya, Juni 2011

Penulis

PENENTUAN TIPOLOGI KAWASAN RAWAN GEMPABUMI UNTUK MITIGASI BENCANA DI KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA

ABSTRAK Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu lokasi bencana gempa bumi yang terjadi 2 September 2009 dengan episentrum di selatan Tasikmalaya. Dampaknya terlihat di beberapa tempat mengalami kerusakan bangunan mulai dari tingkatan

hancur sampai rusak ringan. Berdasarkan kejadian tersebut terdapat permasalahan yang dapat diakaji mengapa Kecamatan Cigalontang mengalami kerusakan cukup parah dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di daerah Tasikamalaya. Setelah dikaji ternyata di Tasikmalaya akibat pergerakan lempeng Australia mengarah ke utara, sehingga bertumbukan dengan Lempeng Eurasia. Selain itu kondisi fisik kecamatan Cigalontang secara geologis rawan terhadap ancaman bencana gempa bumi. Kondisi sosial masyarakat juga menjadi salah satu factor terhadap kerusakan bangunan akibat bencana gempa bumi diantaranya pola pemukiman yang tidak teratur, ketidaktahuan masyarakat terhadap kebencanaan, dan ketidakpahaman masyarakat

mengenaikondisi fisik lokasi tempat tinggal. Untuk mengurangi resiko bencana di masa yang akan datang perlu meningkatkan kesiapan masyarakatdan penataan kawasan Kecamatan Cigalontang pasca terjdinya bencana berbasis mitigasi bencana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak geologis Indonesia dapat terlihat dari beberapa sudut, yakni dari sudut formasi geologinya, keadaan batuannya, dan jalur-jalur pegunungannya. Dilihat dari formasi geologinya, kepualauan Indonesia dibagi kedalam tiga zona geologi (pertemuan tiga lempeng lithosfer), yaitu: a. Bagian utara berbatasan dengan tameng Asia dan perluasannya ke arah selatan tenggelam di bawah permuakaan air laut, yang dikenal dengan Paparan Sunda (disebut Lempeng Asia). b. Bagian barat dan selatan dibatasi oleh Benua Gondwana yang terdiri dari India, dasar Samudera Hindia, Australia, dan perluasaannya ke arah utara tenggelam di bawah permuakaan air, yakni pada Paparan Sahul (disebut Lempeng Indo-Australia). c. Bagian timur dibatasi oleh dasar Samudera Pasifik (disebut Lempeng Dasar Samudera Pasifik yang meluas ke arah barat daya). Dataran Indonesia Timur (Paparan Sahul) memiliki jenis batuan sama dengan batuan di Benua Australia. Daerah peralihan antara kedua dataran tersebut disebut Daerah Wallacea. Dilihat dari jalur-jalur pegunungannya, Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni rangkaian Sirkum Pasifik dan rangkaian Sirkum Mediterania. Oleh karena itu, di Indonesia:

a.

terdapat banayk gunung berapi yang dapat menyuburkan tanah,

b. sering terjadi gempa bumi, dan c. terdapat bukti-bukti tersier yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara, dan bauksit. Disana telah disebutkan bahwa di Indonesia sering terjadi gempa bum. Sejumlah gempabumi dengan magnitude besar akhir-akhir ini sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, seperti gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tanggal 26 desember 2004, di pulau Nias pada tanggal 28 Maret 2005, di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006, di Pangandaran 17 Juli 2006, di Tasikmalaya 2 September 2009, di Padang 30 September 2009, dan di Mentawai 26 Oktober 2010 . Jawa Barat termasuk salah satu wilayah yang memiliki kerawanan bencana tinggi, kondisi ini dipengaruhi oleh tatanan geologi yang kompleks sehingga rawan dengan bencana geologi gempa bumi. Berdasarkan catatan sejarah gempabumi merusak di Indonesia yang disusun oleh Pusat Vulkanologi dan mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di wilayah Jawa Barat pernah terjadi sedikitnya 29 kali bencana gempa bumi dengan kategori merusak terutama yang bersumber di darat sejak tercatat 1883 sampai sekarang. Sebagian dari daerahdaerah yang rawan mengalami bencana geologi gempa bumi berada pada wilayah padat penduduk seperti Bogor, Cianjur, Pelabuhanratu Sukabumi, Rajamandala Padalarang, Ciamis, Kuningan, Sumedang, Majalengka, Tasikmalaya, Bandung, dan hampir seluruh wilayah pegunungan Jawa Barat. Uapaya untuk mengurangi dampak bencana yaitu dengan melakukan kegiatan mitigasi bencana sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana untuk menghadapi kemungkinan bencana yang akan dating. Salah satu bentuk mitigasi untuk meminimalisir dampak korban gempabumi yaitu dengan mengetahui karakteristik setiap wilayah untuk mengetahui tingkat kerawanannya terhadap bencana, sebagaimana pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana gempa bumi sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 26 Tentang Penataan Ruang. B. Rumusan Masalah Bencana geologi gempa bumi yang terjadi pada 2 September 2009 7,2 Skala Rihter dengan episentrum di sebelah selatan Tasikmalaya getarannya dirasa kuat di beberapa wilayah Jawa Barat bagian selatan seperti, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Bandung, dan sekitarnya.

Salah satu wilayah di Kabupaten Tasikmalaya yang mengalami kerusakan yang cukup parah yaitu Kecamatan Cigalontang, dampaknya terlihat di beberapa tempat mengalami kerusakan bangunan muali dari tingkatan rusak ringan sampai hancur. Berdasarkan kejadian tersebut, terdapat permasalahan yang dapat dikaji mengapa Kecamatan Cigalontang mengalami kerusakan cukup parah dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mengetahuinya terlebih dahulu perlu mengetahui: a. b. Bagaimana kondisi fisik lahan Kecamatan Cigalontang dan sekitarnya? Bagaimana tingkat dan sebaran kerusakan bangunan akibat gempa bumi di Kecamatan Cigalontang? c. Bagaimana tipologi kawasan rawan gempa bumi Kecamatan Cigalontang dan sekitarnya?

C. Tujuan Penulisan a. b. Mengetahui bagaimana kondisi fisik lahan Kecamatan Cigalontang dan sekitarnya. Mengetahui bagaimana tingkat dan sebaran kerusakan bangunan akibat gempa bumi di Kecamatan Cigalontang. c. Mengetahui bagaimana tipologi kawasan rawan gempa bumi Kecamatan Cigalontang dan sekitarnya. D. Metode Penulisan Laporan ini disusun berdasarkan kajian pustaka (library research), yaitu dengan mengumpulkan berbagai referensi yang sesuai dengan rumusan masalah yang diketengahkan.

BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka Untuk menentukan tipologi suatu kawasan yang rawan terhadap bencana gempa bumi berdasarkan acuan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Taentang Penanggulangan Bencana, Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.21/PRT/M/2007 Tentang PedomanPenataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Gempa Bumi. Penetapan kawasan rawan gempa bumi didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yang diindikasikan berpotensi bencana atau dampak bencana. Pengkajian untuk menetapkan apakah suatu kawasan dinyatakan rawan terhadap gempa bumi membutuhkan data pendukung kondisi fisik lahan seperti jenis batuan, struktur geologi, kemiringan lereng dan kemantapan tanah. Kondisi sosial masyarakat seperti jumlah penduduk, struktur penduduk,pola pemukiman dan kualitas rumah/bangunan. Data-data

tersebut saling melengkapi dalam menetapkan suatu kawasan rawan gempa bumi dan tsunami. Karakteristik fisik tipe kawasan rawan gempa bumi ditentukan berdasarkan tingkat resiko gempa bumi yang didasarkan pada informasi geologi dan penilaian kestabilan (cara perhitungan lihat tabel, sudah disederhanakan). Berdasarkan hal kawasan rawan gempabumi dapat dibedakan menjadi (6) enam tipe kawasan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Tipe A Kawasan ini berlokasi jauh dari daerah sesar yang rentan terhadap getaran gempa. Kawasan ini juga dicirikan dengan adanya kombinasi saling melemahkan dari factor dominan yang berpotensi untuk merusak. Bila intensitas gempa tinggi (Modifield Mercalli Intensity/MMI VIII) maka efek merusaknya diredam oleh sifat fisik batuan yang kompak dan kuat. 2. Tipe B Factor yang menyebabkan tingkat kerawanan bencana gempa pada tipe ini tidak disebabkan oleh lebih dari satu factor yang saling mempengaruhi,yaitu intensitas gempa tinggi (MMI) dan sifat fisik batuan menengah. Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan cukup parah terutama untuk bangunan dengan kontruksi sederhana. 3. Tipe C Terdapat paling tidak dua factor dominan yang menyebabkan kerawanan tinggi pada kawasan ini. Kombinasi yang ada antara lain adalah intensitas gempa tinggi dan sifat fisik batuan lemah dan berada dekat zona sesar cukup merusak. Kawasan ini mengalami kerusakan bangunan dengan kontruksi beton terutama yang berada padajalur sepanjang zon sesar. 4. Tipe D Kerawanan gempa diakibatkan oleh akumulasi da atau tiga factor yang saling melemahkan, kawasan dengan kemiringan lereng curam, intensitas gempa tingi dn berada sepanjang zonasesar merusak; atau berada pada kawasan dimana sifat fisik batuan lemah, intensitas gempa tinggi, di beberapa tempat berada pada potensi landasan tsunami cukup merusak. Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan parah untuk segala bangunan dan terutama yang berada pada jalur sepanjang zona sesar. 5. Tipe E Kawasan ini merupakan jalur sesar yang dekat dengan episentrum yang dicerminkan dengan intensitas gempa yang tinggi, sertadi beberapa tempat berada pada potensi landasan tsunami merusak. Sifat fisik batuan dan kelerengan lahan juga pada kondisi yang rentan terhadap goncangan gempa. Kawasan ini mempunyai kerusakan fatal pada saat gempa. 6. Tiipe F

Kawasan ini berada pada kawasan landasan tsunami sangat merusak dan disepanjang zona sesar sangat merusak, serta pada daerah dekat dengan episentrum dimanaintensitas gempa tinggi. Kondisi ini diperparah dengan sifat fisik batuan lunak yan terletak pada kawasan morfologi curam sampa dengan sangatcuram yang tidak kuat terhadap goncangan gempa.kawasan ini mempunyai kerusakan fatal pada saat gempa. Untuk menentukan tipologi suatu kawasan rawan bencana gempa bumi dengan cara melakukan scoring, yaiu perkalian antara pembobotan dengan nilai kemampuan, dari hasil perkalian tersebut dibuat suatu rentang nilai kelas yang menunjukkan nilai kemampuan lahan didalam menghadapi bencana alam kawasan rawan gempa bumi. Dari hasil perkalian tersebut maka dapat dibuatland capability rating atau tingkat kemampuan lahan sebagai berikut: Tabel 1. Skoring Untuk Menentukan Tipologi Kawasan Rawan Bencana KLASIFIKASI KESTABILAN Stabil Kurang Stabil Tidak Stabil RENTANG SKOR 30 - 40 41- 50 50 - 60 TIPOLOGI KAWASAN A B C D E F Sumber: Peraturan Mentri PU No. 21 Th. 2007 Tabel 2. Matriks pembobotan untuk kestabilan wilayah terhadap kawasan rawan gempa bumi komponen (informasi geologi)No. INFORMASI GEOLOGI KELAS INFORMASI Andesit, granit, diorite, metamorf, breksi volkanik, agomerat, breksi sedimen, konglomerat. Geologi (sifat 1. fisik dan batuan) Batu pasir, tufa kasar, baulanau, arkose,greywade, batugamping. Pasir, batulumpur,napal, halus, serpih. danau, tufa 3 9 2 3 6 3 NILAI KEMAMPUAN 1 BOBOT SKOR

Lempeng,

lanau,

4

lempung organic, gabut. Datar- landai (0-7%) Miring- agakcuram (72. Kemiringan Lereng 30%) Curamsangat curam 3 1 2 3

12 3 6

(30-140%) Terjal (> 140%) MMI I, ii, < 0,05 g 0,050,15 g viii 0,150,30 Ix, x, xi, xii < 0,30 g Jauh dari zona sesar Dekat dengan zona sesar 4. Stuktur geologi (100-1000 m dari zona sesar) Pada zona sesar ( 6,5 4 6-6,5 3 5-6 2 5 Richter