katalog dalam terbitan. kementerian kesehatan ri filekatalog dalam terbitan. kementerian kesehatan...

83

Upload: ngohuong

Post on 17-Jun-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Page 2: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.Pedoman Penyelenggaraan Manajemen TerpaduBalita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M).Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2014

ISBN 978-602-235-475-8 1. Judul I. INFANT CARE II. CHILD CARE III. CHILD HEALTH SERVICES

613.042.2

Ind

p

Page 3: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 70 TAHUN 2013

TENTANG

PENYELENGGARAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

BERBASIS MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa kesulitan akses pelayanan kesehatan pada beberapa daerah di Indonesia menyebabkan masih tingginya kematian neonatal, bayi, dan anak balita;

b. bahwa dalam rangka pemberian akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada beberapa daerah kesulitan akses di Indonesia, perlu melibatkan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan kesehatan neonatal, bayi dan anak balita berdasarkan standar dan ketentuan yang berlaku;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Mayarakat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

i

Page 4: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/ PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 288);

MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

PENYELENGGARAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASIS MASYARAKAT.

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :1. Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat yang

selanjutnya disingkat MTBS-M adalah pendekatan pelayanan kesehatan bayi dan anak balita terintegrasi dengan melibatkan masyarakat sesuai standar Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

ii

Page 5: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

2. Bayi Muda adalah bayi dengan rentang usia mulai dari baru lahir hingga sebelum genap berusia 2 (dua) bulan.

3. Balita adalah bayi berusia 2 (dua) bulan hingga sebelum genap berusia 5 (lima) tahun.

Pasal 2Penyelenggaraan MTBS-M tidak mengesampingkan kewajiban pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan sumber daya kesehatan.

Pasal 3(1) Penyelenggaraan MTBS-M bertujuan untuk meningkatkan akses

pelayanan Balita sakit di tingkat masyarakat pada daerah yang sulit akses terhadap pelayanan kesehatan.

(2) Daerah sulit akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada :

a. kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan sumber daya kesehatan yang berkesinambungan;

b. kelompok masyarakat dengan kendala sosial budaya; dan/atau

c. kelompokmasyarakatdengankendalageografis,transportasi,dan musim.

Pasal 4(1) Penentuan daerah sulit akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas usulan dari Kepala Dinas Kesehatan setempat.

(2) Kepala Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam mengusulkan daerah sulit akses harus terlebih dahulu melakukan pemetaan.

(3) Penetapan daerah sulit akses oleh Bupati/Walikota sekurang-kurangnya memuat Kecamatan sulit akses penyelenggara MTBS-M.

Pasal 5(1) Pelayanan MTBS-M dilakukan oleh kader setempat yang telah

mendapatkan pelatihan sebagai pelaksana. (2) Dalam melakukan pelayanannya, kader pelaksana MTBS-M

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus di bawah pengawasan tenaga kesehatan yang berasal dari Puskesmas pelaksana MTBS setempat.

(3) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai supervisor.

iii

Page 6: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Pasal 6Puskesmas pelaksana MTBS setempat dan dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan MTBS-M.

Pasal 7(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan MTBS-M dilakukan melalui

kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, dan/atau kuratif terbatas.

(2) Pelayanan kuratif terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir setelah pelayanan kesehatan di daerah penyelenggara MTBS-M tersebut telah dilakukan oleh tenaga kesehatan.

(3) Dalam hal daerah penyelenggara MTBS-M sudah dinyatakan bukan sebagai daerah sulit akses pelayanan kesehatan, penyelenggaraan MTBS-M harus berakhir dan pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh kader pelaksana difokuskan hanya pada kegiatan promotif dan preventif termasuk mempromosikan perilaku pencarian pertolongan kesehatan dan perawatan balita di rumah.

Pasal 8(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan MTBS-M

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Pedoman Penyelenggaraan MTBS-M yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Pedoman penyelenggaraan MTBS-M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaan serta lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Pasal 9Pembinaan dan Pengawasan terhadap Penyelenggaraan MTBS-M dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota, dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mengikutsertakan organisasi profesi dan masyarakat sesuai kewenangan masing-masing.

Pasal 10Pendanaan terhadap Penyelenggaraan MTBS-M ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

iv

Page 7: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Pasal 11Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 November 2013 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 10 Desember 2013MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1437

v

Page 8: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

vi

Page 9: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

1. ADD : Alokasi Dana Desa2. AKABA : AngkaKematianBalita3. AKB : AngkaKematianBayi4. APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah5. APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nasional6. AKN : AngkaKematianNeonatus7. BBLR : BayiBeratLahirRendah8. BPS : BadanPusatStatistik9. CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun10. DOEN : DaftarObatEsensialNasional11. DPT-HB3 : DifteriPertusisTetanus-HepatitisB312. DTPS : District Team Problem Solving13. IMD : InisiasiMenyusuDini14. KIA : Kesehatan Ibu dan Anak15. KPKIA : Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak16. LB1 : Laporan bulanan data kesakitan17. LPLPO : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat18. LiST : Lives Saved Tool19. MDGs : Millenium Development Goals20.MMD : MusyawarahMasyarakatDesa21. MP-ASI : Makanan Pendamping ASI22. MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit23.MTBS-M : ManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat24.Musrenbang : MusyawarahPerencanaanPembangunan25. PKK : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga26. PLA : Participatory Learning and Action27. POA : Plan Of Action28. PMBA : PemberianMakanpadaBayidanAnak29. PNPM : ProgramNasionalPemberdayaanMasyarakat30. Podes : Potensi Desa31. PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 32. PUS : Pasangan Usia Subur33. RDT : Rapid Diagnostic Test34. REACH : Reaching for Equity and Access in Child Health35. Rifaskes : Riset Fasilitas Kesehatan36. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar37. RPK : Rencana Peningkatan Kompetensi38. SAM : ServiceAvailabilityMapping39. SDM : SumberDayaManusia40. SIK : Sistem Informasi Kesehatan41. SMD : SurveyMasyarakatDesa

vii

Page 10: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

viii

Page 11: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

UCAPAN TERIMA KASIH

PedomanPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat(MTBS-M) disusun sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaanserta lembagaswadayamasyarakatyangbergerakdibidangpelayanankesehatanibudananakkhususnyadidaerahyangsulitakses.

Penyusunan pedoman ini melibatkan Kementerian Kesehatan bekerja samadengan lembaga mitra, lintas sektor dan lintas program terkait, organisasi profesi, FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasIndonesia,DinasKesehatanProvinsidanDinas Kesehatan Kabupaten terkait dan telah dilakukan uji coba di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalampembahasan selama penyusunan pedoman ini, yaitu kepada Dinas KesehatanProvinsiAceh,JawaTengah,KalimantanTimur,Maluku,NTT,Papua,DinasKesehatanKabupaten Bireun, Brebes, Buru, Timor Tengah Selatan, Kutai Timur, Berau, dan Jayawijaya,UNICEF,WHO,ChildFund,WahanaVisiIndonesia,MCHIP,Mercycorps,PBIDI, PP IDAI, PRES FKM UI, Bappenas, dan lintas program terkait.

Direktur Bina Kesehatan Anak

dr. Jane Soepardi

ix

Page 12: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

x

Page 13: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

KATA PENGANTAR

Puji SyukurkamipanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsadengankuasa-NyajugakitadapatmenyelesaikanPedomanPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat(MTBS-M). UpayapencapaiantargetMDG4dalammenurunkanAngkaKematianBayi(AKB)danAngkaKematianBalita(AKABA)mengalamiperlambatandalam10tahunterakhir.Berdasarkan SDKI, pada tahun 1991, AKB 68/1000 Kelahiran Hidup (KH) dan AKABA 97/1000 KH; tahun 2007 AKB 34/1000 KH dan AKABA 44/1000 KH serta tahun 2012 AKB 32/1000 KH dan AKABA 40/1000 KH. Untuk mencapai target AKB 23/1000 KH danAKABA32/1000KHpadaakhirtahun2015diperlukanberbagaiupayapercepatanyangterbuktiefektifdanterujiimplementasinyadilapangan. Dari hasil analisis laporan pencapaian MDG Indonesia tahun 2011, upayapercepatan penurunan angka kematian bayi dan balita perlu difokuskan terutamapadapeningkatanaksesdankualitaspelayananneonatal,menurunkanprevalensidankematianyangdisebabkanolehdiaredanpneumonia,mengurangidanmenanggulangigizi kurang dan gizi buruk serta meningkatkan cakupan imunisasi campak. Intervensiyangdilakukanuntukmenurunkankematianneonatal,bayi,danbalitameliputi intervensi baik di tingkat keluarga dan masyarakat, di tingkat pelayanankesehatandasarsertaditingkatpelayanankesehatanrujukan. Intervensiditingkatkeluargadanmasyarakatbagidaerahyangmemilikimasalahdenganaksespelayanankesehatanmemerlukanpemberdayaan/peransertaaktifmasyarakatsesuaidenganstandaryangterdapatdalamPermenkesNo.70tahun2013tentangPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat(MTBS-M). Fokus kegiatan MTBS-M diantaranya mempromosikan perilaku pencarianpertolongan kesehatan, perawatan balita di rumah dan pelatihan kepada anggotamasyarakat yaitu kader untukmelakukan pengobatan sederhana kasus bayimudadan balita sakit (diare, pneumonia, demamuntukmalaria, danmasalah bayi barulahir). Agar dapatmenyelenggarakanMTBS-M sesuai dengan kondisi dan kebutuhandaerah masing-masing, maka dibutuhkan Pedoman Penyelenggaraan ManajemenTerpadu Balita Sakit berbasis Masyarakat (MTBS-M) yang disusun sebagai acuanbagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasiprofesi,organisasisosialdankeagamaansertalembagaswadayamasyarakatyangbergerakdibidangpelayanankesehatanibudananak. Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusiterhadap tersusunnya pedoman ini. Kami menyadari bahwa pedoman ini masihkurangsempurna,sehinggasarandanmasukanuntukupayaperbaikansangatkamiharapkan.

Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

dr. Anung Sugihantono, M.Kes

xi

Page 14: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

xii

Page 15: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

S A M B U T A N

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh, Pertama-tamamarilahkitamemanjatkanpujisyukurkehadiratAllahSWT,bahwaatasrahmatdanhidayah-Nya,kitadapatmenyelesaikanpenyusunanbukuPedomanPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat. SurveyDemografiKesehatanIndonesia(SDKI)2012menunjukkanbahwaangkakematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita(AKABA) mengalami stagnan atau sedikit menurun dibandingkan hasil SDKI 2007 Target MDGs adalah menurunkan angka kematian balita (AKABA) dua pertiganyamenjadi 32 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB)menjadi 23per1000kelahiranhiduppada tahun2015.Hal ini berartibahwa IndonesiaharusberupayakerasuntukmencapaitargetMDG4padatahun2015. Sesuai amanat Undang Undang nomor 23 tahun 2002, dalam pemenuhan hak anak untukmendapatkanpelayanankesehatan,KementerianKesehatanRItelahmelakukanberbagai upaya. Salah satupermasalahandalampelayananadalahdisparitas yangdisebabkan masalah geografis, ketersediaan ketenagaaan dan sarana. Untuk iniperlukebijakanyangberkeadilandanpemerataan (equity) dalam memprioritaskan langkah untuk menjangkau daerah sulit dan anak dari keluarga miskin terlebih dahulu. Salah satuupayaadalahpeningkatanpemberdayaanmasyarakat terhadapkesehatanterutamadidaerahyangsulitaksesterhadappelayanankesehatandenganmeningkatkanperansertakader,tokohmasyarakatdantokohagama). MTBS-Mmerupakan pendekatan pelayanan kesehatan balita terintegrasi yangbertujuanuntukmeningkatkan akses terhadapperawatanesensial bayimudadantatalaksana balita sakit di tingkatmasyarakat, fokus pada preventif, promotif dandeteksidinipenyakit.SebagaimanamandatdalamUUD1945,anakmempunyaihakuntuk hidup, tumbuh & berkembang serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan & diskriminasi. Akhirkata,sayamengharapkandengandisusunnyapedomaninidapatmemberimanfaat sebagai acuan Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam perencanaan, penerapan, monitoring dan evaluasi MTBS-M.Wabbillahitaufiqwalhidayah.Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH

xiii

Page 16: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

xiv

Page 17: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA iDAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN viiUCAPAN TERIMA KASIH ixKATA PENGANTAR xiS A M B U T A N xiiiDAFTAR ISI xv

BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. INDIKATOR KELANGSUNGAN HIDUP ANAK 3 C. TUJUAN 3 D. SASARAN DAN TARGET 4

BABII MANAJEMENTERPADUBALITASAKITBERBASISMASYARAKAT 5 A. PRINSIP DASAR 5 B. PAKET INTERVENSI DALAM MTBS-M 5 C. KERANGKA BERPIKIR PELAKSANAAN MTBS-M 7 D. RUANG LINGKUP PENERAPAN MTBS-M 8 E. ANALISIS SITUASI PENGEMBANGAN MTBS-M 10

BAB III PERSIAPAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASISMASYARAKAT 15 A. MEMPERSIAPKAN KELENGKAPAN DOKUMEN PENDUKUNG 15 1. DASAR HUKUM 15 2. PETUNJUK TEKNIS 15 3. INSTRUKSI KERJA 15 4. STANDAR KOMPETENSI 16 5. HAL-HALYANGHARUSDIPERHATIKANKADERPELAKSANA MTBS-M 18 B. MEMPERSIAPKAN STRUKTUR KELEMBAGAAN 19 C. LANGKAH - LANGKAH PERSIAPAN PENERAPAN MTBS-M 22 D. MEMPERSIAPKAN LOGISTIK 24

BAB IV PELAKSANAAN MTBS-M 27 A. SOSIALISASI MTBS-M 27 B. PELATIHAN BAGI PELAKSANA MTBS-M 27 C. PENERAPAN MTBS-M 28 D. SUPERVISI SUPORTIF 29

xv

Page 18: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

E. PENYEGARANKOMPETENSIBERKALABAGIKADERPELAKSANA MTBS-M 31 F. MONITORINGPENYELENGGARAANMTBS-M 31 G. EVALUASI MTBS-M 33

BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN 35

BAB VI PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M 37 A. PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN 37 B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M 38

BAB VII PENUTUP 41

REFERENSI 43

LAMPIRAN 1 : CONTOH PEMETAAN 45LAMPIRAN 2 : CONTOH KODE ETIK KADER MTBS-M di PAPUA 50LAMPIRAN 3 : SUPERVISI 51LAMPIRAN 4 : FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI KADER 55LAMPIRAN 5 : FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN 56LAMPIRAN 6 : CONTOH FORMULIR RUJUKAN DAN UMPAN BALIK RUJUKAN 62

KONTRIBUTOR 63

xvi

Page 19: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia telahmenunjukkan kemajuan yang signifikan dalam penurunanangka kematian balita (AKABA) sejak tahun 1990,meskipun trend penurunanmenunjukkanperlambatandalambeberapatahunterakhiryaitu40kematianper1000kelahiranhidup(KH)danangkakematianbayi(AKB)32per1000KHpadatahun 2012 (SDKI 2012).

Sebanyak 15 (lima belas) dari 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesiamempunyai AKABA lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, berkisar dari 42per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Kepulauan Riau kemudian 115 per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Papua (SDKI 2012). Hal ini menunjukkan perbedaan yang besar secara nasional dan adanya tantangan besar untukmenjawab isukeadilan (equity issue).Angkakematianbalitadikuintiltermiskindalampopulasi3,6kalilebihtinggidibandingkandalamkuintilterkaya(Utomoetal.,2011).Padaeradesentralisasi,pengukuranangkakematianberbasiskabupatentelahmenjadiisu,terutamadimanasistempencatatanvitaltidakberfungsidankelahirantidaktercatat (Heywood andChoi, 2010). Bahkandalam satu provinsi pun terdapatdisparitasyangcukupsignifikanantarkabupaten(Riskesdas2007).

Sekitar36%darikematianbalitadiIndonesiadisebabkanolehmasalahbayibarulahir(neonatal)diantaranyaasfiksia,BeratBadanLahirRendah,kelahiranprematur, infeksi bayi baru lahir, diikuti oleh diare 17,2%, pneumonia 13,2%.Padabayibarulahir(0-28hari),78,5%kematianterjadipadaminggupertamakehidupan (Riskesdas, 2007). Gizi kurang pada masa kehamilan dan kanak-kanak merupakanpenyumbangjumlahkesakitanlebihdarisepertigakematiansecaraglobal (UNICEF, 2010).

Penanganan kondisi tersebut di atas seharusnya dilakukan oleh tenagamedis yaitu dokter, namun di Indonesiamasih banyak desa yang tidak punyaakses ke pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pemerintah danpemerintah daerah mendukung bidan/perawat bekerja sama dengan dukununtukmelaksanakanpertolonganpersalinanyangamandanperawatanbayibarulahiryangbaik.Bidan/perawatjugadiberiwewenangtertentuuntukmemberikanpenanganan penyakit pada balita melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS).

Data Potensi Desa (PODES) tahun 2011menunjukkan bahwa 15% desa diIndonesia tidakmempunyai akses kepada tenaga kesehatan. Beberapa negaradengansituasiyangsamatelahmembuktikanbahwapemberdayaanmasyarakatseperti kader dan dukun dapat dilatih untukmengenali tanda bahaya umum,

1

Page 20: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

perawatan esensial bayi baru lahir dan penyakit-penyakit utama penyebabkematianbalitasepertipneumonia,diareataumalaria.Pelatihantersebut jugamencakup penanganan penyakit sederhana lainnya serta keterampilan untukmerujuk ke tenaga kesehatan.

Perawatanesensialbayibaru lahirtermasukpromosi InisiasiMenyusuDini(IMD)danpemberianASIeksklusif terbuktidapatmencegahpenyakit-penyakittersebutdiatasdandapatmemastikanstatusgizisertadayatahantubuhbayiyangoptimal.

Berdasarkan laporan ilmiah Lancet 2005 Millenium Project 2005, penanganan pneumonia dengan antibiotik serta penanganan diare dengan oralit dan zinkmempunyai dampak besar menurunkan AKABA. Meskipun demikian proporsibalita yang menerima penanganan antibiotika untuk kasus pneumonia diIndonesiatidakdiketahui.Pemberianzinkdanoralitsudahdilakukandihampirseluruh daerah di Indonesia seiring dimasukkannya zink dalam Daftar ObatEsensial Nasional 2010 untuk pengobatan diare namun penanganan diare dengan oralitsajatahun2007hanyasekitar35%daribalitadiare(BPS,2008).

Hasil survei Baseline Program Reaching for Equity and Access in Child Health (REACH)di4(empat)kabupatendiIndonesiatahun2011(KabupatenJayawijaya,Kabupaten Buru, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Brebes) menunjukkan cakupan pemberian hanya ASI saja dalam 24 jam terakhir padabayi usia 0-6 bulan adalah sebesar 52.2%. Tetapi cakupan inimenurun tajammenjadi13.2%jikapemberianhanyaASIsajaditambahdenganmelakukanIMDdanmemberikankolostrum.Balitayangmenderitadiaredalam2mingguterakhiradalah 13.75%dan yangmendapatkan pengobatan hanya oralit 57.7%, hanyazink 10.45% dan mendapatkan oralit ditambah zink sebesar 2.75%. Sementara itu cakupanbalitapneumoniayangmendapatkanantibiotiksebesar22.15%.

Kematianibu,bayibarulahir,bayidananakbalitasertabalitagizikurangsalingterkait dengan penyebab-penyebab dasar seperti masalah ketahanan-pangan(Food-Insecurity),butahurufpadawanita,kehamilanpadausiamuda,melahirkanbayiyangtidaksehattermasukbayiberatlahirrendah.Penyebabdasarlainnyaadalahpolapemberianmakanyangkurangbaik,higieneyangburuk,aksesairbersihdansanitasiyangtidakmemadai,diskriminasidankurangdiutamakannyaibudananakterhadapaksespelayanankesehatandangizi.Diskriminasidapatdisebabkanoleh kemiskinan,marginalisasi secara geografidanpolitik, sumberdayakesehatanyangkurang,tidak responsif sertatidaksesuaidenganbudayalokal (UNICEF, 2010).

Upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balitamerupakan prioritas utama Kementerian Kesehatan dalam mendukung pencapaiantujuanpembangunanmilenium(MDGs)yangtertuangdalamRencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Salah satu strateginya

2

Page 21: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

adalahpemberdayaanmasyarakatdalamperawatanbayibarulahir,deteksidinipenyakitbalitasertameningkatkandukunganagarrujukandapatberjalansedinimungkin.

B. INDIKATOR KELANGSUNGAN HIDUP ANAK

Intervensiintiyangmenjadiindikatorkeberhasilankelangsunganhidupanakmeliputi:

1. Perlindungan tetanus neonatorum

2. Persalinan tenaga kesehatan

3. InisiasiMenyusuDini(IMD)

4. Kunjungan neonatal pertama

5. ASI Eksklusif

6. Makananan Pendamping ASI (MP-ASI)

7. Imunisasi DPT-HB3

8. Cakupan imunisasi campak

9. Balitayangtidurdibawahkelambuberinsektisida

10. Pemberian oralit dan zinc pada balita diare

11. Balitayangmendapatpengobatanmalaria

12. Rumahtanggayangmemilikiaksesfasilitassanitasi

13. Rumahtanggayangmemilikiaksesairbersih

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum:

Meningkatkanaksespelayananbalitasakitditingkatmasyarakatyangsesuaistandar.

2. Tujuan Khusus:

a. Tersedianya pedoman operasional untuk perencanaan danpenyelenggaraanpelayanankesehatandenganMTBS-M

b. Tersedianya kebijakan dan terjadinya koordinasi yang mendukungpenyelenggaraansertapengembanganpendekatanMTBS-M

c. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan pelaksana pelayanan ditingkatmasyarakatbesertasupervisordanpenanggungjawabprogramKesehatan IbudanAnakdalamtatalaksanadanmanajemenpelayanankesehatan dengan pendekatan MTBS-M

3

Page 22: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

d. Menjaminkualitaspelayanankesehatananakyangsemakinmeningkat,terbuktidanberkesinambungan

e. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pelaksanaMTBS-M dalammendukungpenyelenggaraanMTBS-M.

f. Meningkatkan kemitraan dan kerjasama jejaring kesehatan ibu dan anak dalam pemenuhan sisi kebutuhan (demand) pelayanansertapencarianpertolongan kesehatan.

D. SASARAN DAN TARGET

1. Sasaran :

a. Sasaran langsung; dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaan serta Lembaga SwadayaMasyarakatyangbergerakdibidangpelayanankesehatan ibudan anak.

b. Sasarantidaklangsung;balita,orangtuabalita,pengasuhbalita,keluargadanmasyarakat

2. Target:

Setiappemerintahdaerahkabupaten/kotayangmemilikidimensikesulitanaksesdanpenyediaanpelayanankesehatanditingkatdesa/kelurahan.

4

Page 23: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB II MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASIS MASYARAKAT

A. PRINSIP DASAR

PendekatanpelayanankesehatandenganManajemenTerpaduBalita SakitberbasisMasyarakatdilaksanakandenganprinsipdasar:

1. Menjalin kemitraan antara fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertamadenganmasyarakatyangdilayaninya.

2. Meningkatkanaksesketersediaanpelayanandan informasikesehatanyangmemadaiditingkatmasyarakat.

3. Memadukan promosi perilaku sehat dalam keluarga yang sangat pentinguntuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.

B. PAKET INTERVENSI DALAM MTBS-M

Dengan melaksanakan MTBS-M, pendekatan pelayanan kesehatan untukkelangsungan hidup anak diharapkan akan mendukung peningkatan cakupan intervensi-intervensipromotifdankuratifsebagaiberikut:1. Promosi perilaku sehat dan pencarian pertolongan kesehatan 2. InisiasiMenyusuDinidanASIEksklusif3. Menjagakehangatanuntuksemuabayibarulahir4. Perawatanmetodakanguruuntukbayiberatlahirrendah(BBLR)5. Perawatantalipusatpadabayibarulahir6. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)7. Pemakaian kelambu8. Pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih disertai Makanan Pendamping (MP)

ASI9. Pemberiansalepantibiotikauntukinfeksipadabayibarulahir10. Pemberianoralitdanzincuntukbalitayangmenderitadiare11. Pemberianantibiotikayangtepatuntukpneumonia(kotrimoksazolsebagai

pilihan pertama)12. Pemberian terapi kombinasi berbasis artemisinin untuk malaria

Intervensi-intervensitersebutdiatasdikemasdalampaket-paketpelayanansesuai prinsip continuum of care mulai dari bayi lahir hingga sebelum genapberusia lima tahun.

5

Page 24: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Catatan : paket dapat dilaksanakan pada daerah sulit akses yangmembutuhkanpelayanankesehatandenganpendekatanMTBS-Mdisesuaikandengankeadaandankondisi daerah sulit akses sepertiyang tercantumdalamBab II subbabDRuangLingkup Penerapan MTBS-M.

Paket MTBS-M bayi muda umur 0 – 2 bulan

1. Perawatanesensialbayibarulahir(essential newborn care)

2. Pengenalantandabahayabayibarulahirsertapersiapanrujukan

3. PenatalaksanaanBayiBeratLahirRendah(BBLR)

4. Penatalaksanaaninfeksipadabayibarulahir

Paket MTBS-M balita umur 2 bulan – 5 tahun

1. Pengenalantandabahayabalitasertapersiapanrujukan

2. Penatalaksanaan diare

3. Penatalaksanaan pneumonia

4. Penatalaksanaan demam

6

Page 25: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

C. KERANGKA BERPIKIR PELAKSANAAN MTBS-M

Dalam pelaksanaaan MTBS-M diperlukan strategi-strategi dan program untuk mencapai hasil-hasil antara:

GRAFIK 1.KERANGKA KONSEP PELAKSANAAN MTBS-M

MenurunkanAngkaKematianBalita

Peningkatancakupanintervensiintikelangsunganhidupbalita di kabupaten dan kota

Hasil antara 1:Adanyakebijakan dan koordinasi institusionalyangmendukung MTBS & MTBS-M

Hasil antara 2: Peningkatan akses dan ketersediaan intervensiintidanpelayananMTBS-M

Hasil antara 3:Peningkatan kualitas pelayananMTBS-Myangterbuktidanterjamin

Hasil antara 4: Peningkatan perilaku sehat untuk mencari pertolongan pelayanankesehatan

Strategidanprogramuntuksetiaphasilantara

Sumber: Kerangka Pelaksanaan MTBS-M Global, Montreaux 2010

Fakt

or-fa

ktor

eks

tern

al/m

ulti

sekt

or

7

Page 26: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

D. RUANG LINGKUP PENERAPAN MTBS-M

Perencanaan dan penyelenggaraan MTBS-M di daerah kabupaten/kotamerupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional kelangsungan hidup anak.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-Mditerapkan pada daerah sulit akses di kabupaten/kota. Dengan fokus kegiatan untuk mempromosikan perilaku pencarian pertolongan kesehatan, perawatanbalita di rumah dan pelatihan kepada anggota masyarakat yaitu kader untukmelakukan pengobatan sederhana kasus bayi muda dan balita sakit (diare,pneumonia,demamuntukmalaria,danmasalahbayibarulahir).Kadertersebutharus dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalahkesehatanperoranganataumasyarakatsertabekerjadalamhubunganyangamatdekatdengantempat-tempatpemberianpelayanankesehatan

Penentuan wilayah dengan keterbatasan pelayanan kesehatan ditetapkanmelalui surat keputusan Bupati dan Walikota yang mengacu pada kriteriakelompokmasyarakatumumsebagaiberikut:

1. Kelompokmasyarakatyangtidakmendapatkansumberdayakesehatanyangberkesinambungan.

Dibeberapawilayah Indonesia jumlahsumberdayatenagakesehatanmasihterbatasdansebarannyatidakmerata.Perbandinganantarafasilitaspelayanankesehatandasardengan jumlah tenagakesehatanmasihbelumsesuai, hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan tidak dapat berjalansecaraberkesinambungan.Banyakdaerahyangbelummenganggarkanbiayaoperasionalmaupunpenyediaanlogistikyangcukupuntukdapatmendukungpelayanankesehatandasarbagianakdanibusecararutin.

Dengan keterbatasan sumber daya, maka pendekatan yang dilakukanadalah melalui keterpaduan pelayanan dan melibatkan peran sertamasyarakat.

2. Kelompokmasyarakatdengankendalasosialbudaya Kelompok masyarakat yang memiliki akses ke fasilitas pelayanan

kesehatannamuntidakmemanfaatkan,karena:a. Masalahsosioekonomidansosiokultural,misalnyaadanyabudayabahwa

bayi yang belumberumur 40 hari tidak boleh keluar rumah, sehinggaorangtuatidakmaumembawabayinyakefasilitaspelayanankesehatanuntukmendapatkanpelayanan.

b. Ketidaktahuanmasyarakattentangpelayanankesehatan,manfaatsertaakibat yang akan timbul bila anak tidak mendapatkan pertolongankesehatan.

c. Kelompokmasyarakatyanghidupsecaraberpindah-pindah.d. Kelahirananakyangtidakterdaftardan/atautidakdiinginkan.

8

Page 27: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Pada kelompok ini sangat dibutuhkan keterlibatan lintas sektor, antropolog,organisasimasyarakat,tokohmasyarakattermasuktokohagama,dantokohadatdalamrangkapendekatan,pendidikan,danpenyebarluasaninformasitentangpelayanankesehatan.

3. Kelompokmasyarakatdengankendalageografis,transportasidanmusim.

DiIndonesiabanyakdaerahyangsulitdijangkauolehpelayanankesehatandasarrutinsepertiwilayahpegunungan,pedalaman,danrawa-rawa;pulaukecil/gugus pulau dan daerah pesisir; atau daerah perbatasan dengan negara lain, baik darat maupun pulau-pulau kecil terluar. Hambatan lain dikarenakan kondisiketersediaantransportasiumumdanrutinyangdigunakanbaikdarat,laut maupun udara (hanya 1 kali seminggu); waktu tempuh memerlukanwaktupulang-pergilebihdari6jamperjalanan;hanyatersediatransportasidenganpesawatudarauntukmencapailokasi;transportasiyangadasewaktu-waktuterhalangkondisi iklim/cuaca(sepertimusimangin,gelombang,danlain-lain)atautidaktersediatransportasiumum.

Di beberapa daerah sulit ini, mungkin terdapat fasilitas pelayanankesehatantapitanpatenagaprofesional,saranadanprasaranayangsangatminim ataumemang lokasinya sangat jauh dari tempat tinggal penduduk.Untukmasyarakat yangtinggaldidaerahkepulauanmaupunpegunungan,tenaga kesehatan dapat saja kesulitan menjangkau daerah tersebut untuk memberikanpelayanankesehatanpadamusim-musimtertentuakibatcuacayangburuk.

Pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-M merupakanpendekatanpelayanankesehatanbalitayangharusdidukungolehpemerintahdaerah, dalam hal ini terutama oleh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.

DalammelaksanakanpelayanankesehatandenganpendekatanMTBS-M,Kaderpelaksanatidakbolehmemperlakukanpelayananyangdiberikannyasebagai praktek perseorangan/mandiri.

TatalaksanakasusdiluarpaketintervensiMTBS-Myangtelahditetapkan,harus dirujuk kader pelaksana MTBS-M ke fasilitas pelayanan kesehatandasar.

MTBS-M TIDAK DAPAT DIJALANKAN SEBAGAI PRAKTIK PERSEORANGAN

9

Page 28: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

E. ANALISIS SITUASI PENGEMBANGAN MTBS-M

Dalam Pengembangan pelayanan MTBS-M, sangat diperlukan pemetaanketersediaanpelayanankesehatandanpembentukankelompokkerjaMTBS-Mditingkatnasional,pemerintahdaerahprovinsi,danpemerintahdaerahkabupaten/kota.Hasilpemetaandiperlukandalamrangkamemastikanbahwadaerahyangbersangkutanmerupakandaerahsulitaksesterhadappelayanankesehatan.

Analisissituasiyangdilakukanmeliputi:

1. Pemetaanketersediaanpelayanankesehatan.

Pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan dilakukan untuk analisissituasi yaitu menggambarkan ketersediaan pelayanan Kesehatan Ibu danAnak (KIA), tenaga kesehatan, jenisUpayaKesehatanBerbasisMasyarakat(UKBM), distribusi penyakit atau kesakitan pada balita, dan aksesibilitasmasyarakatterhadappelayanankesehatanuntukmelihatjangkauanwilayahkerjafasilitaspelayanankesehatandanjangkauanpelayanankaderkesehatan.

Pemetaan dilakukan sebagai referensi dalam perencanaan dan pengembanganMTBS-Mtermasukdidalamnyarencanaadopsi,penetapandesa, penetapan paket intervensi dan mekanisme rujukan balita sakit. Pemetaan juga bisa digunakan untuk pemantauan, evaluasi pelayananMTBS-M,pemutakhirandataketersediaanpelayanankesehatan,pengambilankeputusanstrategisterkaitpenempatantenagakesehatan,distribusilogistikdanpembiayaan.

Metode yang dapat digunakan untuk pemetaan di antaranya adalahmetode Service Availability Mapping (SAM) dan Participatory Learning and Action (PLA).

a. Pemetaan Tingkat Nasional.

Pemetaan ketersediaan pelayanan di pemerintah daerah provinsibeserta pemetaan mitra kerja dapat dilakukan melalui analisis data sekunderyangdiperolehdarisurveyPodes,Riskesdas,Rifaskes,danhasilstudilainnyasertakompilasiprofilkesehatandarisetiapprovinsi.Analisisyangdilakukanmeliputiketersediaantenaga,ketersediaaninfrastruktur,jarakatauwaktutempuhmasyarakatkefasilitaskesehatanterdekat,danjenispelayanankesehatanyangtersedia.

Pemetaanmitrakerjaditingkatnasionaldapatberkoordinasidenganpusat Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kesehatan dan kementerian/lembaga terkait (Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat,KementerianSosial,KementerianNegaraPemberdayaanPerempuandanPerlindungan Anak dan Kementerian Dalam Negeri). Pemetaan dapat dilakukan melalui survey sederhana dengan mengajukan surat atau

10

Page 29: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

emailkepadapimpinantiap-tiapkemeterian/lembagauntukmengetahuijenis kegiatan terkait kesehatan anak yang dilaksanakan di daerahpendampingan.

(Contoh matriks pemetaan dapat dilihat di lampiran1)

Hasil pemetaan tersebut diharapkan mampu membantu dalam penentuan pemerintah daerah provinsi prioritas penerima dana pemerintahpusatdan koordinasimitra kerjaditingkatnasional untukmendukung pelaksanaan MTBS-M.

b. Pemetaan Tingkat Provinsi.

Pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan pemerintah daerahkabupaten/kota beserta pemetaan mitra kerja non pemerintah, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lembaga keagamaanyangbergerakdi bidangpelayanan kesehatan. Pemetaan ketersediaanpelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui analisis data sekunderyangbersumberdarihasilsurveysepertiditingkatPusat.Pemetaanmitrakerjaditingkatpemerintahdaerahprovinsidapatberkoordinasidenganbappeda,dinas sosial,birokesejahtaraan rakyat (kesra)pemda,badanpemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta lintas sektorterkait. Pemetaan dapat dilakukan melalui survey sederhana denganmengajukansuratatauemailkepadapimpinantiap-tiaplembagauntukmengetahui jeniskegiatanterkaitkesehatananakyangdilaksanakandidaerah pendampingan.

(Contoh matriks pemetaan dapat dilihat di lampiran 1).

Hasil pemetaan tersebut diharapkan mampu membantu menentukan pemerintah daerah kabupaten/kota prioritas dalam penerima dana APBD ProvinsidankoordinasimitrakerjaditingkatpemerintahdaerahprovinsiuntukmendukungpenyelenggaraanMTBS-M.

c. Pemetaan Tingkat Kabupaten dan Kota.

Pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan di kecamatan/puskesmasbesertamitrakerjapotensialdapatdilakukanmelaluisurveyketersediaan pelayanan (Service Availability Mapping), analisis data sekunderyangdiperolehdarisurveypotensidesa(Podes)dankompilasiprofil kesehatan dari setiap puskesmas, hasil-hasil studi dan lain-lain.Analisisyangdilakukanmeliputiketersediaantenaga,infrastruktur,jaraktempuh masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, jenisfasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Pemetaan mitra kerja ditingkatkabupatendankotadapatberkoordinasidenganBAPPEDA,dinassosial, bagian kesra pemda sesuai dengan sistem perencanaan yangsudahadasepertiDTPSdikabupaten/kotamasing-masing.Hasilanalisis

11

Page 30: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

bisadiperolehmelaluirapatkoordinasipimpinantiap-tiaplembagauntukmengetahui jeniskegiatanterkaitkesehatananakyangdilaksanakandidaerah pendampingan.

(Contoh matriks pemetaan dapat dilihat di lampiran 1).

d. Pemetaan Tingkat Kecamatan/Puskesmas.

Pemetaanmeliputicakupanpelayananditingkatdesadankelurahansesuai paket intervensi kelangsungan hidup anak, ketersediaan fasilitas dantenagakesehatan.Kegiataninidapatdilaksanakanmelaluilokakaryamini.

e. Pemetaan Tingkat Desa dan Kelurahan.

Pemetaanmeliputikelompoksasaran(ibuhamil,ibumenyusui,ibubersalin, dan balita), sebaran UKBM, tenaga sukarela (kader, dukun), tokohagama,tokohmasyarakat,tokohadat,dansumberdayasetempatlainnya.Dalampemetaaninidilakukanpulaidentifikasiberbagaihambatandalam akses pelayanan kesehatan, kendala perilaku dan non perilaku,sosialbudayadankendalageografisdanfaktor lainyangberpengaruh.Pemetaan ini dapat dilakukan dengan metode Participatory Learning and Action (PLA) yangmelibatkanmasyarakat bersama kader. Kegiatan iniumumnyadikenaldenganSurveyMawasDiri(SMD).

Hasil pemetaan atau SMD digunakan untuk menetapkan masalah prioritas, merumuskan upaya-upaya mengatasi masalah tersebut,menetapkan kriteria dan jumlah kader MTBS-M dibandingkan terhadap sebarankelompoksasaran.HasilSMDdisampaikanmelaluiMusyawarahMasyarakatDesa(MMD).

2. Membentuk kelompok kerja MTBS-M.

Berdasarkan hasil pemetaan mitra kerja di atas, perlu dibentuk kelompok kerja di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota denganpenanggungjawabnyaadalahsektorkesehatan.

a. Tingkat Nasional.

KelompokkerjatingkatnasionalbertugasmenetapkankebijakandanstrategipelaksanaandanpengembanganMTBS-M,menyusunpedoman

Untuk perencanaan MTBS-M, pemetaan dilakukan secara mandirioleh kabupaten dan kota, termasuk pemetaan di tingkatkecamatan dan desa/kelurahan tanpa harus menunggu

hasil pemetaan di tingkat provinsi dan nasional.

12

Page 31: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

operasional untuk perencanaan dan pelaksanaan MTBS-M, melakukan pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan tingkat nasional,melaksanakananalisissituasi,menyusunrencanakerjapencapaiantujuanstrategis sesuai kerangka konsep MTBS-M, dan melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan pelaksanaan MTBS-M.

b. Tingkat Provinsi.

Kelompokkerjatingkatprovinsibertugasmenetapkankebijakandanstrategi lokal dalam pelaksanaan dan pengembangan MTBS-M, termasuk mengembangkan pelaksanaan MTBS-M ke kabupaten/kota lainnya,melakukan pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan dan analisissituasi tingkat provinsi,mendampingi proses perencanaan kabupaten/kota dalam pencapaian tujuan strategis sesuai kerangka konsep MTBS-M, dan melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan pelaksanaan MTBS-M.

c. Tingkat Kabupaten/Kota.

Kelompok kerja tingkat kabupaten dan kota bertugasmenetapkankebijakan dan strategi daerah dalam pelaksanaan dan pengembangan MTBS-M, termasuk mengembangkan pelaksanaan MTBS-M di kecamatan maupun desa/kelurahan lainnya, melakukan pemetaan ketersediaanpelayanankesehatandananalisis situasi sertamelaksanakansupervisi,monitoring dan evaluasi kemajuan pelaksanaan MTBS-M di tingkatkabupatendankota,tingkatkecamatan,tingkatdesadankelurahan.

Kelompok kerja kabupaten/kota juga mendampingi puskesmas dalam pelaksanaanlokakaryamini,perencanaandesa/kelurahan(rencanaaksimasyarakat) serta menjalin kemitraan dengan Musyawarah PimpinanKecamatan (Muspika), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), tokoh agama,tokohmasyarakat,tokohadat,danlain-lain.

13

Page 32: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

14

Page 33: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB III PERSIAPAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASIS

MASYARAKAT

Sebelum melaksanakan MTBS-M, perlu dipersiapkan dasar hukum, petunjuk teknis dan kelengkapan dokumen pendukung lain seperti instruksi kerja, standarkompetensi termasuk hal-hal yang harus diperhatikan kader pelaksana MTBS-M.Tersedianya kelengkapan dokumen pendukung diharapkan dapat mewujudkanpelayananMTBS-Myangberkualitas.Disamping ituperludisusun langkah-langkahpersiapantermasukperandarimasing-masingtingkatanmulaidaritingkatprovinsisampaiketingkatdesa/kelurahan,sertamempersiapkanlogistikyangdibutuhkan.

A. MEMPERSIAPKAN KELENGKAPAN DOKUMEN PENDUKUNG

1. DASAR HUKUM

SuratKeputusanBupati/Walikotatentangkecamatansulitaksesterhadappelayanankesehatan.SementaraituPenunjukanPuskesmasPelaksanaMTBSdan desa/kelurahan MTBS-M dilakukan oleh Kepala dinas kesehatan.

2. PETUNJUK TEKNIS

Beberapapetunjuk teknis yangperludisiapkanadalahpetunjuk teknispenatalaksanaan:

a. Batuk pada balita

b. Diare pada balita

c. Demam untuk malaria pada balita

d. Infeksipadabayibarulahir

e. PerawatanmetodakanguruuntukBBLR

f. Perawatantalipusatuntukbayibarulahir

g. MonitoringpaskalatihbagipelaksanaMTBS-M

h. Supervisisuportif

i. PelatihandanpeningkatankinerjapelaksanaMTBS-M

3. INSTRUKSI KERJA

Instruksi kerja berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan olehpelaksana MTBS-M terkait dengan paket MTBS-M termasuk langkah-langkah tatalaksanasetiapklasifikasi.Namunapabilapelaksanamengalamikendalabaca tulis, instruksi kerja ini dipegang oleh supervisor dan diberikan dalam bentuk bimbingan berkala kepada pelaksana.

15

Page 34: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Adapundokumeninstruksikerjayangdiperlukanterdiridari:

a. Bagan alur tatalaksana kasus untuk pelaksana.

b. Pengenalantandabahayaumum.

c. Pemberian kotrimoksazol.

d. Pemberian cairan tambahan dengan oralit.

e. Pemberian tablet zinc.

f. Pemeriksaandemamdenganmenggunakantesdiagnostikcepat(Rapid Diagnostic Test/RDT).

g. Pemberianantibiotikpadabayibarulahir.

h. Pemberiansalepmatapadabayibarulahir.

i. Perawatantalipusatpadabayibarulahir.

j. PerawatanmetodakanguruuntukBBLR.

k. Pelaksanaan rujukan.

4. STANDAR KOMPETENSI

Dalam pelayanan MTBS-M diperlukan standar kompetensi pelaksanaMTBS-M,yaitu:

a. Mampu memahami konsep waktu, sehingga di beberapa daerahdiperlukanpelatihankhususmengenaipenentuanumuranak,bayimuda(0-2 bulan) dalam “minggu” dan balita (2 bulan-5 tahun) dalam “bulan”.

b. Mampumengidentifikasi:

1) Empat tanda bahaya umum pada balita sakit, yaitu tidak bisaminum/menyusu,memuntahkansemua,kejang,bergerakhanyajikadisentuh;danmelakukanrujukanbiladidapatisalahsatudaritandabahayatersebut.

2) Tandaataugejalapenyakitpneumonia,diaredandemampadabalitadenganmelakukanpenilaian,yaitu:

a) Menghitung napas dan melihat tarikan dinding dada ke dalam.

b) Mengidentifikasidiare14hari(2minggu)ataulebih.

c) Mengidentifikasi minum dengan lahap atau tidak bisa minumdan cubitan kulit perut kembali lambat.

d) Mengidentifikasi demam dengan meraba atau menggunakantermometer serta menggunakan RDT pada daerah endemis malaria.

16

Page 35: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

3) Mampumenentukanklasifikasipenyakitpadabalitasakit,yaitu:

a) KlasifikasiBatukBukanPneumoniadanPneumonia.

b) KlasifikasiDiareTanpaDehidrasidanDiareDenganDehidrasi.

4) Mampumenentukantindakanyang tepatsesuaidenganklasifikasi,yaitu:

a) Menasihatiibucaramenyiapkanpelegatenggorokandanperedabatuk yang aman untuk balita dengan klasifikasi Batuk BukanPneumonia.

b) Memberikotrimoksazolsebelummerujukbalitadenganklasifikasipneumonia di daerah sulit akses.

c) Memberi oralit dan tablet zinc pada balita dengan klasifikasidiaretanpadehidrasisedangkanpadabayimudahanyadiberikanoralit.

d) Memberi kotrimoksazol sebelum merujuk balita dengan diare berdarah di daerah sulit akses.

e) Memberi nasihat perawatan bayimuda di rumah, antara lain:caramenghangatkantubuhbayi,merawattalipusat,menyusuibayidenganbaikdanmeningkatkanproduksiASI.

f) Melaksanakan Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada bayidengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa tanda bahaya.

g) Memotivasi ibu untuk kunjungan ulang sesuai klasifikasi danmerujuk segera apabila kondisi anak memburuk saat kunjungan ulang.

5) Mampu merujuk segera:

a) Bayimudayangmemilikisalahsatudaritandaataugejala:tidakmaumenyusuataumemuntahkansemuanya,adariwayatkejang,bergerakhanyajikadisentuh,bernapascepat60kaliataulebihper menit, suhu > 37,5 0C atau < 35,5 0C,merintih,adatarikandinding dada kedalam yang sangat kuat, mata bernanah, adapustuldikulit,pusarkemerahanataubernanah,diklasifikasikandiare dengan dehidrasi, bayi kuning atau berubah menjadikebiruan, terdapat luka di mulut atau celah bibir/langit-langit ataukondisibayimudabertambahparahketikakunjunganulang.

b) Balita yang memiliki salah satu dari tanda bahaya umum,diklasifikasikan pneumonia atau diare dengan dehidrasi, diare14hariataulebih,diareberdarah,RDTmemberikanhasilpositif,

17

Page 36: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

demam ≥ 38,5 0C atau kondisi balita bertambah parah ketikakunjungan ulang.

c) Semuabalitayangmenunjukkangejala-gejalasakitdiluarmateripelatihanMTBS-M.

6) Mampumelakukantindakanyangdiperlukansebelummerujukbayimuda,yaitu:

a) Menasihatiibucaramenjagabayitetaphangatselamaperjalanan.

b) Jikabayimasihbisamenelan,memintaibuuntuktetapmenyusuibayinyaataumemberiASIperahuntukmencegahagarguladarahtidakturun.

c) Menulis surat rujukan.

7) Mampumengisiformulirtatalaksanabalitasakitdanbayimuda.

8) Mampumelakukanpencatatanpenggunaandanpermintaanlogistik.

5. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN KADER PELAKSANA MTBS-M

BeberapahalyangharusditaatiolehkaderpelaksanaMTBS-Mdiantaranyaadalah:

a. Berkomitmenuntukmelayanimasyarakat.

b. Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatanmasyarakatyangdilayani.

c. Menjaga hubungan baik dengan pelaksana MTBS-M lain.

d. Menilai,menyuluhdanmengobatisesuaipedomanyangdiberikan.

e. Tidakmelakukantindakan yangtidak tercantumdalampedomanatauyangtidakdidapatdalampelatihan(modul).

f. Tidak menuntut imbalan dari klien

g. Selalumenghargaikliendankeluarganya.

h. Tidakmelakukanperbuatanyangdapatmelanggarhukum.

i. Tidakmemberikanobatkepadabalitasakityangtidakdiperiksa.

Hal tersebut di atas adalah beberapa ketentuan yang harus dipatuhikader pelaksana MTBS-M dan dapat dikembangkan serta disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pemerintah daerah.

(Contoh kode etik pelaksana MTBS-M di salah satu daerah dapat dilihat di lampiran 2)

18

Page 37: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

B. MEMPERSIAPKAN STRUKTUR KELEMBAGAAN StrukturkelembagaanditingkatKabupatendanKotaadalahsebagaiberikut:

Keterangan:

1. PenanggungjawabditingkatkabupatendankotaadalahyangbertanggungjawabterhadapprogramKIAatauprogramP2.

2. Supervisortergabungdalamtimyangmeliputi:

a. Kepala puskesmas.

b. Bidan koordinator.

c. Perawatkesehatanmasyarakat.

d. Pengelola program: ISPA, diare, malaria, imunisasi, MTBS.

e. Dokter puskesmas.

Jumlahanggotatimdisesuaikandenganjumlahdesadankelurahanbinaan,minimal 2 orang.

3. PelaksanaMTBS-Mtingkatdesadankelurahanadalahkaderkesehatan.

Secarasingkat,uraiantugasdaripenanggungjawabMTBS-Mdikabupaten/kota, supervisor di masing-masing kecamatan/puskesmas serta pelaksana MTBS-M di desa dan kelurahan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

PenanggungjawabMTBSdan MTBS-M Kabupaten/Kota

Supervisor (Puskesmas/Kecamatan)

Supervisor (Puskesmas/Kecamatan)

Pelaksana(Desa/Kelurahan)

Pelaksana(Desa/Kelurahan)

Pelaksana(Desa/Kelurahan)

Pelaksana(Desa/Kelurahan)

19

Page 38: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

1. Melakukan kajian kebutu-han dan analisis situasi.

2. Mengidentifika-si pihak-pihak yangbertanggu-ngjawabdalampengembangan MTBS-M.

3. Pembentukan Tim MTBS-M di kabupaten, terintegrasi/sebagai bagian timMTBS.

4. Memastikankecukupan alat, obat dan instru-men MTBS-M melalui mekanisme perencanaan kabupaten.

5. Penyusunankerangka acuan dan rancangan anggaran.

1. PertemuantimMTBS-M dengan pihak-pihakyangbertanggungjawabdalam pengembangan MTBS-M, LP/LS.

2. Penentuan desa pelaksanaan.

3. Pemilihan supervi-sor dan pelaksana MTBS-M.

4. Melakukan adapta-sipaketpelayananMTBS-M.

5. Melaksanakanpelati-han supervisor.

6. PelatihanpelaksanaMTBS-M

7. Melakukantindaklanjut apabila ada kejadian ikutan

1. Melaksanakan supervisi terhadap supervisor• Pelaksanaan

pelatihan• Supervisiterh-

adap pelaksana MTBS-M

• Pelaksanaanmentoring di fasilitas

• Ketersediaanalat, obat dan instrumen

• KompetensiMTBS

2. Pertemuantinjauankemajuan pelaksa-naan MTBS-M• Kebijakan• Aksespelayanan• Kualitaspe-

layanan• Kebutuhan

dan pencarian pelayanan.

1. Evaluasi cakupan intervensi-intervensi utama MTBS-M di kabupaten.

2. Evaluasi dampak MTBS-M terhadap jumlahkematiansecara absolut.

3. Analisis kesenjangan cakupan sebagai input untuk peren-canaan kesehatan di kabupaten tahun selanjutnya.

Penanggung jawabkabu-paten

Perencanaan Pelaksanaan Pemantauan Penilaian

20

Page 39: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Supervisor

Pelaksana MTBS-M

1. Perencanaan jadwalpelati-han.

2. Perencanaan kunjungan supervisi.

3. Perencanaan. mentoring pelaksana MTBS-M.

4. Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan distribusi alat, obat dan instru-men.

1. Mendata sasa-ran balita.

2. Menetapkan waktupermint-aan obat ke puskesmas.

1. Memfasilitasi pelatihanpelaksanaMTBS-M.

2. Melakukan kunjungan supervisi minimal sekali dalam 3 bulan.

3. Melaksanakan mentoring di fasilitas pelayananminimalsekali dalam 3 bulan.

4. Mendistribusikan alat, obat dan instrumen kepada pelaksana MTBS-M.

1. Menemukan kasus balita sakit.

2. Klasifikasitandadangejala.

3. Melakukantindakan:• Nasehat• Pengobatan• Rujukan• Tindaklanjut

4. Melakukan Kunjungan kerumahuntukbayibaru lahir.

5. Mencatat semua temuan dan tatalaksa-na dalam lembar pen-catatan balita sakit.

1. Penggunaan alat, obat dan instrumen sesuai standar

2. Kompilasi laporan bulanan pelaksa-naan MTBS-M

3. Pemantauan kepua-san klien.

4. Pertemuantinjauankemajuan pelak-sanaan MTBS-M tingkatpuskesmas:• Dukungandesa• Balitasakit

ditemukan• Ketepatan

penanganan dan rujukan.

1. Mencatat kunjun-gan balita sakit ke dalam register.

2. Mencatat kunjun-ganbayibarulahir.

3. Mencatat penggu-naan obat.

4. Mencatat kasus dirujuk.

5. Mencatat kasus meninggal

1. Penilaian cakupan balita sakit ditangani berdasarkan standar MTBS-M.

2. Penilaian keterse-diaan obat.

3. Penilaian kelengka-pan dan ketepatan pencatatan dan pelaporan.

4. Penilaian ketepatan penanganan dan rujukan.

1. Jumlah balita ditemui.

2. Jumlah balita sakit

ditangani.

3. Jumlah balita sakit yangmelaksanakankunjungan ulang

21

Page 40: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

C. LANGKAH - LANGKAH PERSIAPAN PENERAPAN MTBS-M

1. Tingkat pemerintah daerah Provinsia. MembentukkelompokkerjaMTBS-Mtingkatprovinsi.b. Membuatpemetaanketersediaanpelayanankesehatankabupatendan

kotasertapemetaanmitrakerjapotensialditingkatprovinsi.c. Menetapkan kebijakan dan strategi lokal/daerah dalam pelaksanaan dan

pengembangan MTBS-M.d. Merencanakan alokasi biaya APBD dan dana dekonsentrasi untuk

mendukung pelaksanaan MTBS-M.

2. Tingkat pemerintah daerah Kabupaten/Kotaa. Melakukan kajian kebutuhan dan analisis situasi bagi pelaksanaan dan

pengembangan MTBS-M di kabupaten kota.b. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah dalam pelaksanaan dan

pengembangan MTBS-M.c. Membentuk kelompok kerja atau tim MTBS-M kabupaten kota yang

terintegrasiatausebagaibagiandaritimMTBS.d. Membuat pemetaan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di

wilayahkecamatanataupuskesmassertapemetaanmitrakerjapotensialditingkatkabupatendankota.

e. Menyusunrencanakerjaanggarandankerangkaacuankegiatan.f. Mempersiapkankebutuhanalat/bahandanlogistik.g. Menentukan paket pelayanan kesehatan bayi dan balita dalam

pendekatan MTBS-M sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi wilayahsetempat,berdasarkananalisissebabkematianyangdilaporkandan prevalensi kasus serta kajian formatif dan prioritas kebutuhanpelayanankesehatandidaerah.

h. Melaksanakan lokakarya adaptasi modul sesuai konteks wilayah bilamasih dibutuhkan adaptasi, dengan cara:

1) Mengundang tim MTBS-M kabupaten untuk lokakarya adaptasimodul

2) Melaksanakanujilapanganyangmelibatkantokohmasyarakat,kader,supervisor dan puskesmas.

3) Mengundangprovinsiuntukdukunganteknisfinalisasidalamrangkaadaptasi modul.

4) MempersiapkanpetunjukteknispelayananMTBS-Mdankelegkapandokumenpendukunglainnya.

5) MerencanakanalokasibiayauntukmendukungpelaksanaanMTBS-M:

22

Page 41: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

6) Fungsi pengawalan rencana anggaran yang sudah diusulkan dalamDTPSkedalammusrenbangtingkatkabupatensampaiprovinsi.

7) Memberikan dukungan teknis penyusunan Perda pelaksanaanMTBS-M kepada dinas kesehatan kabupaten.

8) Memberikan dukungan teknik penyusunan RKPD kepada timperencanaan dan anggaran dinas kesehatan.

3. Tingkat Kecamatan atau Puskesmas.

BeberapakegiatanpuskesmasyangharusdilakukandalamrangkapersiapanpelaksanaandanpengembanganMTBS-Mdiwilayahkerjanya,antaralain:

a. Bersamatimkabupaten/kotamenetapkandaerahawalpelaksanaandanpengembanganMTBS-Mdenganmempertimbangkan:

1) Komitmenkepalawilayah.

2) Ketersediaan kader atau tenaga kesehatan yang menetap di desaatau kelurahan.

3) Kemampuan daerah dan ketersediaan tenaga untuk melaksanakan supervisi.

b. MenetapkansupervisordanpelaksanaMTBS-Myangmemenuhikriteriadan standar kompetensi di daerah terpilih.

c. Menyusunrencanakerja,anggarandankebutuhanlogistikMTBS-M.

d. Memanfaatkan lokakarya mini puskesmas untuk menggalang tim danmemperoleh dukungan perencanaan pelaksanaan MTBS-M.

e. Mempersiapkan puskesmas sebagai tempat rujukan MTBS-M dari masyarakatdiwilayahkerjanya.

4. PersiapanditingkatDesadanKelurahan.

a. BersamadengantimpuskesmasmenetapkanpelaksanaMTBS-Myangsesuai dengan kriteria dan standar kompetensi.

b. Mengalokasikan dana untuk transport pelaksana MTBS-M dan rujukan.

c. Mempersiapkan pemetaan atau SMD termasuk penyiapan tenagapelaksanadanpenetapanwaktupelaksanaan.

d. Melakukan sosialisasi MTBS-M dan promosi perilaku sehat kepada masyarakat,antaralaindenganmembuatpapaninformasiataumelaluikunjungan rumah, pertemuan-pertemuan di desa dan kelurahan, di tempatibadahataudiforummasyarakatlainnya.

e. Melaksanakan MMD sebagai sarana umpan balik.

23

Page 42: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Catatan:1) DanalintassektortingkatdesadapatdiperolehmelaluiforumMMD.2) Fungsi pengawalan dimulai dari musrenbang desa sampai musrenbang

kabupaten.3) Fungsi advokasi pada saat musrenbang kecamatan.4) PenyusunanPOAAlokasiDanaDesa(ADD)danPNPM,bilatersedia.

D. MEMPERSIAPKAN LOGISTIK

DalamrangkamendukungpelaksanaanpelayananMTBS-Mperludisiapkanobat,peralatandanberbagaiformulir.Penyiapanlogistikiniharusdirencanakan,karena apabila tidak disiapkan dengan baik akan mengganggu kelancaranpenerapan MTBS-M.

Perhitungan logistikuntukkebutuhantahunandanbulanandilakukanolehsupervisorbersamatimpenanggung jawabMTBS-Mditingkatkabupaten/kotaberdasarkan prevalensi penyakit atau perhitungan yang ditetapkan oleh lintasprogram terkait.

1. PenyiapanObatdanAlat.

Obat-obatan yang dibutuhkan dalam pelayanan MTBS-M meliputioralit,zinc,paracetamol,gentamycininjeksi,salepmata,gentianvioletdankotrimoksazoluntukdaerahsulitakses.SedangkanperalatanyangdiperlukanadalahARItimer,timbanganbayi,termometersertaalatdanbahanuntuktesdiagnostikcepatatauRDT.

Kebutuhan oralit dan tablet zinc dapat ditentukan berdasarkan jumlah penderita diare yang datang, sedangkan perkiraan jumlah penderita diaredihitung berdasarkan perkiraan penemuan penderita, angka kesakitan diare danjumlahpendudukdisuatuwilayah.

Contoh menghitung kebutuhan oralit dan zinc:

Keterangan :

Kebutuhan Oralit =Target penemuan penderita Diare x 6 bungkus + cadangan – stok

Target penemuan penderita Diare balita =20% x angka kesakitan diare balita x jumlah balita

Angka kesakitan diare balita ( 2010) = 1,3 kali pertahun.Proporsi jumlah balita = 10 % jumlah penduduk.Cadangan = ± 10 % dari kebutuhan.

24

Page 43: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Maka perkiraan kebutuhan oralit pada balita =

Keterangan :

Angka kesakitan diare balita ( 2010) = 1,3 kali pertahun.

Proporsi jumlah balita = 10 % jumlah penduduk.

Cadangan = ± 10 % dari kebutuhan.

Maka perkiraan kebutuhan Zinc tablet pada balita =

2. PenyiapanFormulir.

Formulir pencatatan MTBS-M merupakan instrumen pencatatan bagi penatalaksanaan kasus batuk atau sukar bernapas, diare dan demam pada balita sakit, serta instrumen pencatatan untuk bayi muda terkait tandabahaya,tatalaksanabayiberatlahirrendah,tatalaksanainfeksidanperawatanesensialpadabayibarulahir.

Penyiapan formulir pencatatan MTBS-M perlu dilakukan untukmemperlancar pelayanan. Jumlah keseluruhan kunjungan balita sakit perbulan merupakan perkiraan kebutuhan formulir MTBS-M untuk balita selamasatubulan,sedangkankebutuhanformulirMTBS-Muntukbayimudadapatdihitungberdasarkanperkiraanjumlahbayibarulahirdiwilayahkerjapuskesmas karena sasaran tersebut akan dikunjungi oleh bidan melalui kunjungan neonatal.

20% x 1,3 x jumlah balita x 6 bungkus + cadangan - stok

Kebutuhan Zinc tablet =Target penemuan penderita Diare x 10 tab + cadangan – stok

Target penemuan penderita Diare balita =20% x angka kesakitan diare balita x jumlah balita

(Sumber:BukuPedomanPengendalianPenyakitDiare tahun2011danBuku Saku Lintas Diare untuk petugas kesehatan tahun 2011).

20 % x 1,3 x jumlah balita x 10 tablet + cadangan - Stok

25

Page 44: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

26

Page 45: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB IVPELAKSANAAN MTBS-M

MTBS-M dilaksanakan terlebih dahulu di desa/kelurahan terpilih sesuai kriteria dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki. Selanjutnya pemerintahdaerah kabupaten/kota dan puskesmas pelaksana MTBS setempat dapat mengembangkanMTBS-Mdidesa/kelurahanlainyangadadiwilayahkerjanyasesuaikebutuhandenganmengikutilangkah-langkahpenerapanawal.

A. SOSIALISASI MTBS-M

PendekatanMTBS-Mdisosialisasikanditingkatkabupaten/kota,kecamatanataupuskesmassampaiketingkatdesa/kelurahandenganmenghadirkanunsur-unsurlintasprogram,lintassektorsertapengampuwilayah(tokohagama,tokohmasyarakat,tokohadat,dll).

Tujuan sosialisasi adalah memberikan informasi atau pemahaman tentang konsep, manfaat dan implikasi penyelenggaraan MTBS-M terhadap sistemkesehatan sehingga diperoleh dukungan penerapan MTBS-M di lapangan.

B. PELATIHAN BAGI PELAKSANA MTBS-M

Pelatihan tatalaksana balita sakit di masyarakat diawali dengan pelatihanfasilitator provinsi dan kabupaten/kota yang diharapkan akanmampumelatihsupervisorditingkatkecamatan/puskesmasyangselanjutnyadiharapkanmampumelakukan pelatihan terhadap kader pelaksana MTBS-M di tingkat desa dankelurahan.

Tujuan pelatihan bagi kader pelaksana MTBS-M adalah agar pesertamempunyaiketerampilanmemberikanpelayananatauperawatandasarkepadabalitasakitdanbayimudadidesa/kelurahanwilayahkerjanyasesuaidenganSOP/algoritme/baganklasifikasiMTBS-MbagipelaksanaMTBS-Myangakandiadopsioleh pemerintah daerah kabupaten kota.

Prosespelatihandisusunberdasarkankompetensi yangharusdicapaiolehpeserta latih. Calon kader pelaksana MTBS-M dilatih oleh fasilitator MTBS-MdengankompetensibukanhanyamengetahuimateriMTBS-Mtapijugamampumengkomunikasikan materi MTBS-M sehingga peserta pelatihan memilikipengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik untuk dapat memberikanpelayananpadabalitasesuaistandar.

Pedoman pelatihan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan prosesbelajarmengajaryangdisusunberdasarkanbuktiefektivitassuatupelatihansejenisdanupayamembangunmotivasidalamkegiatanbelajar.Dengandemikian,setiaptarget kompetensi dari kader pelaksana MTBS-M diharapkan akan diterjemahkan

27

Page 46: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

menjadi pokok-pokok bahasan. Target kompetensi dari pelaksana MTBS-M dapat dilihat pada halaman 16.

Adapun pokok-pokok bahasan dalam pelatihan dijabarkanmenjadi tujuaninstruksional dengan mempertimbangkan metode cara belajar orang dewasayangmeliputi3halyaitu:

1. Pembekalan materi per pokok bahasan, dilakukan dengan metode ceramah dantanyajawabdenganmenggunakanbahanpresentasi,video,kartujodohdan metaplan maupun flip chart. Bagian ini dilakukan untuk memastikanpesertapelatihanmendapatkanpengetahuantentangmateriMTBS-M.

2. Internalisasimateriperpokokbahasan,yangdilakukandenganstudikasus,diskusi kelompok, permainan, bermain peran, praktek simulasi dan kunjungan lapangan.BagianinidilakukanuntukmembangunmotivasidanmeningkatkansikappesertapelatihanterkaitmateriMTBS-M.

3. Umpan balik materi per pokok bahasan yang dilakukan dalam bentukkuis/pertanyaan ataupun resume butir-butir penting yang harus diingat,disampaikanolehfasilitator.Bagianinidilakukanuntukmemastikanbahwapeserta pelatihan mendapatkan keterampilan sesuai target yang harusdicapaidalampelatihanini.

C. PENERAPAN MTBS-M

PenerapanMTBS-Mperludidukungdenganpenyiapan logistikyang terdiridari obat, peralatan kerja (formulir tatalaksana kasus, dll.). Pemenuhan kebutuhan logistiktersebutdilakukanmelalui:

- Pencatatan pemakaian dan permintaan obat serta peralatan kerja oleh pelaksana MTBS-M.

- Penyusunanlaporanpemakaiandanpermintaanobatsertaperalatankerjadari puskesmas ke dinas kesehatan (digabungkan dengan LPLPO puskesmas secara keseluruhan).

- Supervisi ke lapangan untuk melihat ketersediaan obat dan peralatan kerja pelaksana MTBS-M oleh supervisor.

PelaksanaMTBS-Mmelakukanpenilaian,klasifikasidantindakanpadabalitasakit dan bayimuda sesuaimateri yang diterima saat pelatihan. Pada kondisibalitatidakdapatditanganisendiri,kaderpelaksanaMTBS-Mdapatmemberikanpertolonganpertamasebelummerujuk.Rujukandaritingkatrumahtanggasecaraberjenjang sampai ke Rumah Sakit Umum Daerah dapat dilakukan sebagaimana baganalurrujukandibawahini.

28

Page 47: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAGAN ALUR RUJUKAN

Apabilarujukankefasilitaspelayanankesehatandasartidakdimungkinkan,misalnyakarenadiluarjamkerjapuskesmasataujarakkepuskesmaslebihjauhdibanding ke rumah sakit, maka pasien dapat langsung dirujuk ke rumah sakit. Surat rujukan dari puskesmas dapat segera disusulkan setelah pasien ditangani.

D. SUPERVISI SUPORTIF

Supervisi suportifdiartikansebagaikegiatanuntukmelihatkinerja individuatauinstitusidalammelaksanakansuatuprogramdengantujuan:

1. Peningkatankinerjadankualitasmelalui kegiatanyang sistematis, terarah,berbasisdata,memberdayakantenagapelaksanasecaraberkesinambungan.

2. Penguatan sistem supervisi dari pelayanan dasar di tingkat desa danpuskesmashinggatingkatkabupatenkota.

Langkah-langkah supervisi suportif dari puskesmas/kecamatan ke pelaksanaMTBS-M adalah:

1. Menjelaskanmaksuddantujuansupervisisuportif.

2. MengamatilingkungandansuasanakerjapelaksanaMTBS-M.

3. Melakukan pengamatan ketersediaan obat, alat penunjang pemeriksaan dan formulir pencatatan MTBS-M.

Keterlibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan lainnya,sangat diharapkan dalam memberikan dukungan pelaksanaan

pelayanan MTBS-M.

RSUD

PuskesmasPuskesmas PembantuPolindes/Bidan Desa

Posyandu/Kader

Keluarga/Masyarakat

Tingkat Rujukan Region

Tingkat Rujukan Dasar

Tingkat Masyarakat

Tingkat Rumah Tangga

29

Page 48: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

4. Melakukan pengamatan terhadap petugas MTBS-M pada saat sedang melaksanakan pelayanan MTBS-M atau dengan menggunakan skenariokasus.

5. Mencermati kelengkapan dan ketepatan pengisian formulir pencatatanMTBS-Myangsudahdiisi.

6. Mengisi dengan lengkap ceklis supervisi dengan memberi tanda pada bagian-bagian identifikasimasalahpelaksanaan,tindakandanmemberikanrekomendasi hasil supervisi.

7. MemberipujianterhadappelayananMTBS-Myangsudahdilakukandenganbaik dan benar. Apabila ada kekurangan, supervisor memberi saran untuk perbaikan dengan cara bersahabat.

8. Melakukan wawancara kepada orang tua atau pengasuh balita, tokohmasyarakat,tokohagama,danpemimpinlokaluntukmendapatkanumpanbalikpelayananMTBS-Myangdilakukanolehpelaksana.

9. Melengkapi laporan supervisi setiap bulan dan menyerahkan ke dinaskesehatan setempat.

10. Menandatangani register pelaksana MTBS-M saat melakukan kunjungan.

Adapunlangkah-langkahsupervisisuportifTimMTBSkabupaten/kotameliputi:

1. Menjelaskanmaksuddantujuansupervisisuportif.

2. Mendengarkan laporan tentang pelaksanaan MTBS-M di wilayah kerjapuskesmas.

3. Melakukan kajian terhadap ketepatan dan kelengkapan dokumen supervisi.

4. MengidentifikasihambatandantantanganyangdihadapidalampelaksanaanMTBS-M.

5. Menggalidanmenyepakatipemecahanmasalahdarihambatandantantanganyangditemukan.

6. Menyepakatitopikutamayangakandibahaspadapertemuanselanjutnya.

7. Melengkapikembaliobat-obatandanstoklogistikjikadiperlukan.

8. Melakukan pemeriksaan silang ke salah satu desa atau kelurahan MTBS-M dengan menggunakan ceklist supervisi.

( Contoh format supervisi dapat dilihat pada lampiran 3).

30

Page 49: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

E. PENYEGARAN KOMPETENSI BERKALA BAGI KADER PELAKSANA MTBS-M

Berdasarkan hasil supervisi terhadap kader pelaksana MTBS-M, supervisor memberikan rekomendasi untuk perbaikan kompetensi yang tertuang dalamRencana Peningkatan Kompetensi (RPK). Apabila diketahui bahwa sebagianbesar kader pelaksana MTBS-M membutuhkan peningkatan kompetensi yangsama,makadiperlukanpelatihanpenyegaran.

Apabila hasil supervisi terhadap kader pelaksana MTBS-M dalam kurun waktusatutahunmenunjukkanhasilyangkurang,makasupervisorberkewajibanmelakukan evaluasi terhadap kader pelaksana MTBS-M yang bersangkutan(lihat Lampiran 3). Apabila kompetensi kader pelaksana MTBS-M tersebut sudah tidakmungkinditingkatkanlagi,makadirekomendasikanuntukmenggantiyangbersangkutandengantenagaterlatihyangbaru.

F. MONITORING PENYELENGGARAAN MTBS-M

Monitoring penyelenggaraan MTBS-M mengacu pada kerangka konsep“Bottleneck analysis” WHO terhadap berbagai determinan sistem pelayanankesehatanyangmeliputi:1. Kebijakan dan koordinasi2. Alokasi dana dan penganggaran3. Ketersediaan alat dan bahan4. Ketersediaansumberdayamanusiakesehatan5. Aksesgeografis6. Cakupanpelayanan

Langkah-langkah monitoring MTBS-M adalah sebagai berikut:

1. Menentukandeterminanyangakandimonitordalamperiodepelaksanaanyangtelahditentukan.

DeterminanyangakandimonitordalampenyelenggaraanMTBS-Mmengacupadapaket intervensiMTBS-Mterpilihyangmeliputi:perawatanbayibarulahir esensial, inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif, penatalaksanaankasus diare, pneumonia dan demam untuk malaria. Selanjutnya untuksetiapintervensi,diperlukananalisisterhadapdeterminansistempelayanankesehatan berdasarkan data terkini.

Determinan

1. Kebijakan dan koordinasi

Pertanyaananalisisuntuksetiapintervensi

Apakahadakebijakanyangmendukungpelaksanaan intervensiterpilih?Apakah ada badan/instansi/lembaga yang mengkoordinasikankegiatan MTBS-M?

31

Page 50: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

2. Alokasi dana dan penganggaran

3. Ketersediaan alat dan bahan

4. sumberdayamanusia kesehatan

5. Akses geografis

6. Cakupan pelayanan

Apakah tersedia alokasi anggaran untuk MTBS-M?BerapaanggaranyangdialokasikanuntukkegiatanMTBS-M?Apakah ada alokasi anggaran untuk supervisi pelaksanaan MTBS-M?

Apakah seluruh puskesmas di wilayah pelaksanaan MTBS-Mmempunyai ketersediaan alat dan bahan untuk intervensiterpilih?Apakah seluruh pelaksana MTBS-M mempunyai ketersediaanalat dan bahan untuk intervensi terpilih?

Apakah tersedia kader pelaksana MTBS-M di desa?Apakah tersedia fasilitator pelaksanaan MTBS-M di kabupaten?Apakahtersediasupervisorditingkatpuskesmas?Apakahtersediasupervisorditingkatkabupaten?

Berapakah proporsi ideal ketersediaan tenaga pelaksana MTBS-M dibandingkan:a. Jumlah balitab. Jumlah kepala keluargac. Jumlah penduduk

Berapakah cakupan terkini kunjungan atau penggunaan awaldaripelayananintervensiterpilih:a. Kunjungan neonatus pertama b. InisiasiMenyusuDinic. Promosi ASI Eksklusifd. KasusbalitasakityangditanganipelaksanaMTBS-M

Berapakah cakupan terkini kunjungan ulang atau penggunaan lanjutandariintervensiyankesterpilih:a. Kunjungan neonatus keduab. Bayi0-6bulanyangmendapatASIEksklusifc. Jumlahibuyangmendapatkankonselingmenyusuid. Balitasakityangdiklasifikasi

Berapakahcakupanberkualitasterkinidaripelayananintervensiterpilih:a. Kunjungan neonatus lengkapb. JumlahbayiyangmendapatASIEksklusifselama6bulanc. Kualitaskonselingmenyusuid. Balitasakityangmendapatpengobatansesuaidengan tingkatpelayanan.

32

Page 51: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Sumber data diperoleh dari formulir tatalaksana kasus, register MTBS-M, kohort bayidananakbalita,LB1,kartuibu,kartubayi,bukuKIA,danlain-lain.

Pengumpulandatatersebutdapatdilakukanmelaluipelaporanrutindanlokakaryamini puskesmas.Dalamkeadaandimanadata rutintidak tersedia,makaperludilaksanakanpengambilandataprimermelaluisurvey.

2. Merencanakan kajian tengah tahunan untuk mengidentifikasi hambatanpelaksanaan dan mengawasi perubahannya sesuai konsep analisispenyelesaianmasalah.

a. Mengukurbesarnyahambatandarisisipemberilayanan,antaralain:1) Dukungan kebijakan 2) Kecukupan alokasi dana 3) Keterampilan SDM 4) PenyebaranSDM

b. Mengukur besarnya hambatan dari sisi kebutuhan/penerimamanfaat,seperti:1) PemanfaatanpelaksanaMTBS-Molehmasyarakat2) Kepatuhan pasien terhadap kunjungan ulang

c. Menganalisiskinerjamanajemenprogramdalammelaksanakanlokakaryamini, manajemen keuangan, jaminan kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

3. Menyusun rencanaperbaikanataupenyesuaianpenyelenggaraanMTBS-Mmelalui forum DTPS. Forum ini diharapkan menghasilkan prioritas dan strategi penyelesaianmasalah, seperti advokasi kepada pengambil keputusan dantokohmasyarakat.

4. Menyesuaikanindikator, intervensidanstrategipelaksanaanMTBS-Mpadaperiodeselanjutnyaapabilasulitterukuratautidakterjadiperbaikan.

G. EVALUASI MTBS-M

Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak positif ataupunnegatif dari penyelenggaraan MTBS-M berdasarkan indikator-indikator yangtelah disepakati. Hasil evaluasi dapat dijadikan bahan pembelajaran untukmelakukan perbaikan dan pengembangan MTBS-M berikutnya. Evaluasi olehDinas Kesehatan Provinsi, dan kabupaten/kota dapat dilakukan bersama-sama, paling cepat setahun setelah pelaksanaan.

Prinsip evaluasi MTBS-M adalah mengetahui relevansi terhadap program nasional, dampak terhadap penurunan jumlah kematian bayi baru lahir danbalita, efektivitas kemitraan dan pengelolaan sumber daya, kesinambunganketersediaansumberdana,sertaperubahancakupanintervensiefektif.

33

Page 52: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

34

Page 53: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN

Kader pelaksana MTBS-M mencatat tatalaksana kasus pada formulir tata laksana balitasakitataubayimuda,kemudianmemasukkankelembarregisterMTBS-MdanBukuKIA.SelanjutnyapetugaspuskesmasmemindahkancatatantersebutkedalambukukohortbayiataukohortanakbalitasebagaipelayananMTBS.

Supervisor melaporkan seluruh rangkaian proses dan hasil penyelenggaraankegiatan MTBS-M sebagai informasi untuk pembelajaran bagi pihak-pihak yangberkepentingan, yangdiambil dari kaderpelaksanaMTBS-Msesuaidengan jadwalsupervisi. Laporan yang telah disusun diketahui oleh kepala puskesmas, dandikirimkankedinaskesehatankabupaten/kotasetempatminimal3(tiga)bulansekali,kemudiansecaraberjenjangkedinaskesehatanprovinsidanakhirnyakeKementerianKesehatan.

35

Page 54: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

36

Page 55: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB VI PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M

A. PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN

Pengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M dimaknai sebagai penguatan kegiatan pada daerah binaan awal (target pertama) dan perluasanpenyelenggaraan MTBS-M untuk daerah binaan baru. Pada saat memulaiperencanaan, pemerintah daerah kabupaten/kota membuat rencana perluasan danpengembanganMTBS-Myangdimulai dariwilayahpelaksanaan awal dandikembangkankewilayahlainnya.

Untukmenambahdaerahbinaandimulaidenganmempertimbangkandesa/kelurahan sulit akses terhadap pelayanan kesehatan, tetapi memiliki potensimasyarakat dan mampu dijangkau oleh tenaga kesehatan saat melakukansupervisI. Hal ini dimaksudkan supaya fondasi kegiatan MTBS-M dapat kuattertanam untuk setiap tahap pengembangan dan perluasan. Daerah-daerahperluasantersebutdapatmenjadi“jembatan”untukperluasanpenyelenggaraanMTBS-M ke desa/kelurahan sulit akses lain hingga akhirnya seluruh wilayahpemerintah daerah kabupaten/kota tersebut akan terjangkau pelayanankesehatan melalui pendekatan MTBS-M.

Perencanaan penguatan dan perluasan ini sangat terkait dengan hasil prosesmonitoringdanevaluasi.Beberapahalyangpentingdiperhatikandalampengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M :

1. Komitmen untuk bermitra.

TimMTBS-Mditingkatpemerintahdaerahkabupaten/kotadankecamatanmenggalang kemitraan untuk penguatan kegiatan dan penambahan daerah penyelenggaraan MTBS-M dan menjembatani kemitraan untuk daerahbinaan baru.

2. Penguatan struktur pelaksana MTBS-M

Kelembagaan kegiatanMTBS-M di tingkat desa/kelurahan dan kecamatanharus cukup kuat sebagai bahan masukan untuk perencanaan penguatan kegiatandanperluasanpenyelenggaraandidaerahsulitaksesselanjutnya.

3. Analisis hasil monitoring dan evalusi.

TimpengelolaMTBS-Mdi tingkat pemerintahdaerah kabupaten/kota dankecamatan perlu menganalisis hasil monitoring dan evaluasi. Apabila indikator kegiatanyangditetapkanpadasistemevaluasimenunjukkanperkembanganyangbaikdanpenyelenggaraanMTBS-Mdapatberjalandalamsistemyangtelah ditetapkan, maka proses penguatan kegiatan dan perluasan daerah penyelenggaraandapatdimulai.

37

Page 56: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M

Dasar untuk menentukan langkah pengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M, adalah sebagai berikut:

1. PeningkatankualitaspenyelenggaraanMTBS-M

Peningkatan kualitas penyelenggaraan MTBS-M dilakukan denganpendekatanjaminanmutupelayananyaitumelakukandenganbenar,mulaidari mendefinisikan, merencanakan, menilai, memantau dan menjaminmutupelayananMTBS-Myangdilakukan.Dalammenentukanjaminanmutupelayanan perlu ditetapkan indikator kualitas pelaksanaan yang dimonitorsecara berkala (lihat tabel pada bab monitoring dan evaluasi).

Prosessupervisiadalahkuncidaripendekatanjaminanmutupelayanandandapat menjamin hal-hal berikut ini :a. Pelaksanaanmanajemenkasusdanmobilisasimasyarakatberjalanlebih

efektifb. Pelaksanaan manajemen kasus berjalan lebih aman dan terpantauc. Petugastermotivasidanterjagakemampuannyad. Logistiktersalurkansecaramemadaidantepatwaktue. Meningkatnyakepercayaanmasyarakatdalammemanfaatkanpelayananf. Menjadidasarpenguatandanperluasankegiatanselanjutnya.

Bila pada evaluasi ditemukan indikator yang belum berjalan dengan baik,maka penguatan terhadap komponen pelaksanaan harus dijalankan kembali melalui pembinaan dan mentoring kegiatan di lapangan atau di fasilitas pelayanankesehatanolehpengelolaprogramMTBS-M.

2. MeningkatkankebutuhanterhadaplayananMTBS-M.

KegiatanMTBS-Mmeliputiduajenispelayananyaitupromosipraktikkuncikesehatandi rumahtanggadanmanajemenkasusbalitasakit.Masyarakatharusdiberi informasi yang jelas tentangkedua jenispelayanan tersebut,sehinggamemunculkankebutuhanmasyarakatterhadaplayananini.

Usaha-usahayangperludilakukanpengelolaMTBS-MdanpetugaskesehatanuntukmeningkatkankebutuhanterhadaplayananMTBS-Madalah:a. Tim supervisor MTBS-M mengkaji ulang hasil asesmen awal apakah

pelayananyangdiberikansesuaidenganprioritas.b. TimsupervisorMTBS-Mperlumemperkenalkankepadamasyarakatsiapa

kader pelaksana yang ditunjuk danmenjelaskan tugas serta memintadukungan kemitraan dengan sistem pemerintahan desa/kelurahan.

c. Tim supervisor MTBS-M membantu mencarikan jalan keluar terhadap tantanganyangdihadapikaderpelaksanadalammemberikanpelayanankesehatandenganpendekatanMTBS-Mdimasyarakat.

38

Page 57: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

d. PetugaskesehatanmensosialisikanlayananMTBS-MdansiapapelaksanaMTBS-Myangdapatmembantumasyarakat.

Peningkatan kebutuhan terhadap layanan MTBS-M juga dinilai dalamindikatorprogramtermasukmenilaitingkatkepuasanmasyarakat.

3. MenentukanefektivitasdankegunaankegiatanMTBS-M

Keluaran dan dampak kegiatan MTBS-M terhadap penurunan angka kematian dan kesakitan, serta peningkatan kualitas kesehatanmasyarakatsecara keseluruhan dapat digunakan sebagai bahan advokasi. Keluaran dan dampakdapatdiukurmelaluisurveyditingkatrumahtangga.Halinimungkinmembutuhkan waktu lama dan biaya tinggi. Alternatif lain pengukurankeluaran dan dampak ini dapat menggunakan data peningkatan cakupan pelayananyangdimasukkankedalamprogramkomputersepertiLives Saved Tool (LiST).

Langkah-langkah pengembangan dan perluasan MTBS-M adalah:

a. Mempertimbangkan dan menentukan secara tepat apakah akanmemperluaswilayahcakupanataumenambahpaketlayananpadasuatuwilayah.

b. Menganalisis kesiapan untuk melakukan pengembangan dan perluasan berdasarkan:1) Kesiapansistempendukungkegiatan,tenaga,petugas,pelatihan,dan

ketersediaanlogistik2) Dukungan pemangku kebijakan.3) Perencanaan penganggaran program.

c. Menjalankan rencana penguatan dan perluasan kegiatan dengan menggunakan pengalaman proses kegiatan yang telah sukses berjalandenganmemperhatikanprinsip-prinsipberikut:1) Memperluassecarabertahapuntukmemastikanbahwapaketyang

sedangdiperluastidakkehilangankomponenyangpenting.2) Melanjutkan pembinaan di daerah percontohan untuk advokasi dan

dasar dukungan.3) DimulaidaripaketpelayananMTBS-Myangtelahberjalansuksesdan

dapat memberikan contoh pelaksanaan.4) Menjalinkemitraansesuaikebutuhandanpastikansetiapmitrabaru

memilikivisiyangsama.5) Menggunakansumberdayasertasistemyangsudahadadansedang

berjalan.6) Melakukan monitoring terhadap proses dan keluaran pengembangan

dan perluasan.7) Mengantisipasihal-haldiluarperencanaan.

39

Page 58: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

40

Page 59: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

BAB VII PENUTUP

Pemerintahmenjaminpelayanankesehatanbayidananakbalitasesuaistandartermasukdidaerahsulitaksesdalamrangkapemenuhanhakanak.Berbagaiupayauntukpemenuhanpelayanankesehatansepertiketersediaansumberdayamanusiakesehatan,fasilitaspelayanankesehatan,sertaobatdanalatkesehatan.

Untuk daerah yang sulit akses terhadap pelayanan kesehatan bayi dan anakbalita,perludilakukanpeningkatanperansertamasyarakatmelaluipemberdayaanmasyarakat dengan upaya kesehatan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatanpromotif, preventif, dan/atau kuratif terbatas (perawatan esensial bayi baru lahir,mengenali tandabahayaumumpadapenyakit-penyakitutamapenyebabkematianbalita seperti pneumonia, diare atau malaria, penanganan sederhana sertakemampuan merujuk ke tenaga kesehatan).

Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu strategiuntukmemberikanpelayanankesehatanbayidananakbalitadidaerahyangsulit akses melalui kegiatan MTBS-M sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing.

41

Page 60: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

42

Page 61: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

REFERENSI

1. BPS 2008. Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Calverton,Maryland,USA:BPSandMacroInternational.

2. Brian Sriprahastuti, Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat untukPenangananBalitaSakitolehKader,ProgramStudiS3KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia, 2011

3. BrianSriprahastuti,AnalisisSituasiMasalahBalitaSakitdiKabupatenTTSdanAlternatifPemecahanmasalahnya,ProgramStudiS3KesehatanMasyarakat,Universitas Indonesia,2011

4. Brian Sriprahastuti, Studi Kualitatif Motivasi Ibu untuk membawa BalitaSakit Berobat ke Puskesmas di Kabupaten TTS, Program Studi S3 Kesehatan Masyarakat,UniversitasIndonesia,2010

5. ChildFund, Buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi terhadap Kader dan PenyeliaMTBS-M,2012

6. ChildFund, Buku Pegangan Pelatih Pelatihan Penanganan Balita Sakit olehMasyarakat,2012

7. ChildFund, BukuPeganganPeserta PelatihanPenangananBalita Sakit olehMasyarakat,2012

8. ChildFund,LaporanPelaksanaanServiceAvailabilityMapping,2011

9. HEYWOOD, P.& CHOI, Y. 2010. Health systemperformance at the districtlevelinIndonesiaafterdecentralization.BMCIntHealthHumRights,10,3.

10. KEMENKES 2009. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.

11. SOEMANTRI,S.,LUBIS,A.,AFIFAH,T.&HAPSARI,D.2009.ANALYSISOFDATASETS RELATED TO NEONATAL AND CHILD HEALTH ((Evidence from Household Surveys).Jakarta:WorldHealthOrganization.

12. UNICEF 2010. Narrowing the Gaps to Meet the Goals. New York: UnitedNationsChildren’sFund(UNICEF).

13. UTOMO, B., SUCAHYA, P. K. & UTAMI, F. R. 2011. Priorities and realities:addressing the rich-poor gaps in health status and service access in Indonesia. IntJEquityHealth,10,47.

43

Page 62: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

44

Page 63: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

LAMPIRANLAMPIRAN 1 : CONTOH PEMETAAN

1. Kerangka Konsep Pemetaan Ketersediaan Layanan Kesehatan

Sumber : ChildFund Indonesia, 2011

ModifikasikerangkakonsepSAMdilakukanolehBrianSriprahastuti

45

Village Mapping on Health Facilities and Services

INPUT OUTPUT

SumberDayaKesehatan(SDK)1. Dokter,Bidan,Perawat2. Bidan Desa3. Kader Kesehatan

Logistik1. Obat2. AlatDiagnostik

Sarana1. Puskesmas2. Pustu, Polindes, Poskesdes3. Posyandu

Laporan1. Kunjungan Balita Sakit2. Cakupan Program KIA

1. Aksebilitasterhadappelayanandanfasilitas kesehatan

2. Utilasifasilitaspelayanankesehatan

3. Morbiditas diare, pneumonia, malaria

Page 64: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

2. Peta Kunjungan Kasus Diare 20 Puskesmas di Kabupaten TTS

3. Peta Ketersediaan dokter di 20 Puskesmas di Kabupaten TTS

Sumber: Laporan Midterm-REACH ChildFund, 2012

Sumber: Laporan SAM ChildFund, 2011

46

Page 65: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

4. Peta Kunjungan Kasus Diare 20 Puskesmas di Kabupaten TTS

Sumber: Laporan SAM ChildFund, 2011

Sumber: Laporan SAM ChildFund, 2011

5. Peta Jangkauan Pelayanan Puskesmas terhadap 240 desa di Kabupaten TTS

47

Page 66: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

Keterangan :Pemetaan dengan metode SAM di kabupaten TTS, 240 desa dikategorikan berdasarkan aksespelayanandipuskesmasdalamperiodewaktu6bulandengan6kriteriasebagaiberikut :

1. Tidakadaaksessamasekali(tidakadakunjungankepuskesmas,tidakadabidandesa)

2. Aksessangatterbatas(tidakadakunjunganpuskesmas,adabidandesatapitidaktinggalditempat)

3. Akses terbatas (tidak ada kunjungan ke puskesmas, ada bidan desa tinggal ditempat)

4. Aksescukup(adakunjungankepuskesmas,tidakadabidandesa)

5. Akses baik (ada kunjungan ke puskesmas, ada bidan desa tapi tidaktinggal ditempat)

6. Aksessangatbaik(adakunjungankepuskesmas,adabidandesatinggalditempat/siaga)

48

Page 67: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

ModifikasivariableSAMdilakukanolehBrianSriprahastuti

6. Variabel pemetaan ketersediaan layanan kesehatan

49

VariabelSumberDayaKesehatan

Logistik

PelayananPengobatan

Promosi Kesehatan

PelayananP2M

PelayananKesling

PelayananPerbaikan Gizi MasyarakatPelayananKesehatan Anak

KriteriaAdanya ketersediaan dokter, bidan koordinator danperawatdipuskesmas;tenagakesehatanPenanggungJawab Desa di semua desa dan minimal 5 kader disemuaposyandudiwilayah kerja Puskesmasdalam6bulan terakhirAdanya ketersediaan obat dan bahan/alat diagnostikdalam 6 bulan terakhir untuk pemeriksaan dan pemgobatan balita sakit Pneumonia, Diare dan Malaria yang dibuktikan dengan Lapororan Permintaan danPenggunaan Obar (LPLPO) Ada aktivitas pemeriksaan dan pengobatan setiaphari kerja di Puskesmas dalam 6 bulan terakhir yangdibuktikandenganlaporankunjunganpasienpuskesmas

Ada kegiatan promosi ASI dilakukan dalam 6 bulan terakhiryangdibuktikandenganlaporankegiatandankehadiran peserta

Ada Pelayanan Penemuan Kasus dan PengobatanPneumonia, Diare dan Malaria pada balita yangdibuktikan dengan adanya laporan bulanan dalam 6bulan terakhirAdanya Pelayanan Kesehatan Lingkungan untukpencegahan penayakit ISPA, diare dan malaria yangdibuktikan dengan adanya laporan Program Keslingdalam 6 bulan terakhir ( 9 indikator Rumah Sehat: pencahayaan, atap, dinding, Jamban Keluarga,saranaairbersih,ventilasiudara,lantai,tempatsapah,saranapembuangan air limbah)AdanyaPelayananPerbaikanGiziMasyarakatdalam6bulan terakhir yang dapat dibuktian dengan LaporanBulanan Program Gizi (vitamin A, TTD, PMT bumil, PMT balita gizi buruk)1. AdapelayananLimaImunisasiLengkap(BCG,DPT,

Polio, Campak).2. Adapelayanankesehatanneonatal(imunisasiHb0,

pemberian vit K inj, kunjungan neonatal)3. Adapelayananpersalinandifasilitaskesehatan

yangdibuktikandenganadanyapartographterisidan laporan kunjungan ibu bersalin dalam 6 bulan terakhir

4. Adapelayananobstetrikneonatalemergensidasaryangdibuktikandenganadanyalaporankunjungandan penatalaksanaan PONED dalm 6 bulan terakhir

5. AdapelayananMTBSyangdibuktikandenganadanyaregisterbalitasakitdanlaporanbulananMTBS dalam 6 bulan terakhir

Kelas1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik

1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik

1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik

1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik

Page 68: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

LAMPIRAN 2 : CONTOH KODE ETIK KADER MTBS-M DI PAPUA

50

KODE ETIK KADER

1. Berkomitmenuntukmelayanimasyarakat dikampungnya dantidakmembeda-bedakan

2. Tidakmengkonsumsiobat-obatanterlarang(narkoba)dantidakminumalkoholatauminumankeraslainnya(minumanlokal)

3. Tidakmainjudi,merokok,makanpinang,aibonpadasaatpelayanankesehatan

4. TidakmemintabayaranataslayanankesehatandanstatusPNS

5. Tidakmelakukantindakanyangtidaktercantum/didapatdalampelatihan

6. Melihat,menyuluhdanmengobatisesuaipanduanyangdiberikan

7. Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakatyangdilayani

8. Memberitahukan kepada tokoh masyarakat dan puskesmas bila melakukanperjalanan keluar kampung

9. Tidakmemberikanobatkepadaibuyangtidakmembawaanaknyayangsakit

10. Selalu menjaga kerahasiaan pasien

11. Selalu menghargai pasien dan keluarga pasien

12. Menjaga kekerabatan dengan kader lain

13. Menjaga kebersihan diri (mandi), berpakaian bersih, rapi dan sopan

14. Tidakmengajarkanmateripengobatanyangdiajarkanselamapelatihankepadaoranglainkecualikepadasesamakaderyangmengikutipelatihan.

Page 69: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

LAMPIRAN 3 : SUPERVISI

51

1. Kontrimoksazolanak/dewasa2. Oralit3. Zinc4. ARItimerberfungsi5. *RDT6. Parasetamolanak/dewasa7. Termometer berfungsi Indikator rangkuman ketersediaan Obat dan AlkesA. KetersediaanObatdanAlkes?(kriteriauntukYA:no.1-4 YA TIDAK YA TIDAK kolomAharussemuadicentang.*1-5YAuntukdaerahmalaria)B. KualitasObatdanAlkes?(kriteriauntukYA:No.1-4kolom YA TIDAK YA TIDAK Bharussemuadicentang.*1-5YAuntukdaerahmalaria)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR8. Tempatpenyimpananbebasdarirayapdanserangga9. Tempatpenyimpananamandanterkunci10. Obat-obatan terlindungi dari sinar matahari langsung11. Obat-obatandisimpandalamsuhuyangsesuaiC. PenyimpananObatdanAlkes?(KriteriauntukYA:no.8-11 YA TIDAK kolomYAharussemuadicentang)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR12. Buku bergambar kader tersedia13. Blanko kosong lembar pengobatan tersedia14. Blangko kosong surat rujukan tersediaD. Ketersediaanperlengkapan?(KriteriauntukYA:No.12-14 YA TIDAK KolomYAharussemuadicentang)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR15. Kasus 1 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten16. Kasus 2 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten17. Kasus 3 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten18. Kasus 4 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten19. Kasus 5 : Lembar pengobatan lengkap dan konsistenE. Lembar pengobatan lengkap & konsisten (kriteria untuk YA TIDAK YA:Minimal3dari5kasusdicentangYA)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR20. Tanyaumuranak?21. Tanya,lihat,danperiksaSEMUAtandabahaya?22. Tanyapenyakitanak?23. Menghitung jumlah napas benar jika batuk? (+/- nafas permenitdibandingkanstandar(pengawas,video))24. Klasifikasipenyakitbenar?25. Tepatmemutuskandiobatiataudirujuk?26. Memberikantindakanpengobatandandosisyangtepat (termasuk pemberian dosis pertama)27. Memberikankonselingyangbaik?(pesantepattemasuk lama pemberian obat DAN kapan harus kembali)F. Pengetahuantatalaksanabalitasakit?(KriteriauntukYA: YA TIDAK No.20-27kolomYAharussemuadicentang)28. Obat,alkesdanperlengkapantersediadankualitasbaik:YA/TIDAK(lingkari).(KriteriauntukYA: A,B,C,DharusYA) Jika“TIDAK”,berikankomentarapayangtelahandalakukandanapalagiyangperludilakukan.29. Kadermemenuhistandarkompetensi:YA/TIDAK(lingkari).(kriteriauntukYA:EdanFharusYA) Jika“TIDAK”,berikankomentarapayangtelahandalakukandanapalagiyangperludilakukan.

Kete

rsed

iaan

dan

kua

litas

ob

at d

an a

lkes

Penyim

pana

nob

at d

an a

lkes

Kete

rsed

iaan

perle

ngka

pan

Lem

bar p

engo

bata

nle

ngka

p &

kon

siste

nPe

nget

ahua

n ta

tala

ksan

a ba

lita

saki

t(K

asus

No.

:....

......

......

......

)Ra

ngku

man

Indikator

Tanggal : __________________________ Kampung : ______________________________NamaPengawas : __________________________ NamaKader : ______________________________

No

YA TIDAK YA TIDAK

Centang masing-masingA.

TersediaB.

Tidakkadaluwarsadantidakrusak?

T o p i k

Daftar Tilik Supervisi Kader

Page 70: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

52

DaftartilikinidirancanguntukmembantusupervisordalammenilaikompetensidasarkaderdansistempendukungMTBS-M(misalnyaketersediaanobatdanalkes,dll).HanyakomponenutamadarikompetensidasardansistempendukungMTBS-Myangdinilaidalamdaftartilikinisehinggasupervisor bisamemfokuskanpada komponenutama ini dalammendampingi kader.Daftartilikini memberikan informasi yang bisa digunakan untuk pemantauan program dan pengambilankeputusan. Didalamalatbantuini,kolomyangpalingkiriberisitentangindikator-indikatorkunci.Kolomberikutnya menjelaskan tentang kriteria yang harus dipenuhi supaya bisa “lulus” dari masing-masing indikator. Baris yangberwarna abu-abupadabagianbawahdarimasing-masing indiktormerangkum indikatorberdasarkankriteriakelulusanyangditentukan (lulusataugagal). Infomasiiniakandimasukkandidalamlaporanbulanan.Daftartiliksupervisiinidiajarkandidalampelatihansupervisordanidealnyajugakepadakadersehinggamerekamenyadarikomponenyangditekankandalam supervisi. Penilaiantentangpengetahuantatalaksanabalitasakityangbenarsebaiknyadilakukanolehorang yangmemiliki latar belakang klinis. Penilaian tatalaksanabalita sakit dapatmenggunakanskenariokasusjikakasusnyatatidakada. SupervisorkaderharusmerangkumhasilsupervisiuntuksetiapkaderdalamlaporanbulanansupervisordanmengirimkansalinannyakeDinasKesehatan.

Cara Pengisian

Kunjungansupervisisebaiknyadirencanakandankaderyangakandisupervisisebaiknyatahu bahwa supervisor dari puskesmas akan datang mengunjunginya. Sebaiknya jadwalkunjungandisesuaikandenganjadwalposyandusehinggasupervisorbisasekalianmelakukanpelayanan kesehatan pada saat posyandu (misal imunisasi) dan kemungkinan untuk bisabertemu dengan kader lebih besar.

Supervisorsebaiknyamemperkenalkandiridanmenyapadenganramah

Bagian A dan B: Ketersediaan dan Kualitas Obat

Mintaijinkepadakadersupayaandabisamelihatkotakobatdanalatperlengkapankesehatan.

Lakukanpengamatanterhadapketersediaanobat-obatandanalkessesuaiyangadadidaftartilik:- Berikan tanda centang dikolom “Tersedia” jika masing-masing obat dan alkes tersebut

ada.

Men

jaw

ab In

dika

tor

Tujuan : Untuk memandu supervisor pada saat melakukan supervisi kepada kader. Daftartitikinimencakuppemantauanketersediaanobatdanalkes, ketersediaanperlengkapan,kualitaspelayanan,dankompetensikader.Diisi oleh : Supervisor kader Frekuensi Tiap 1 bulanDilaporkan ke : Dinas Kesehatan Frekuensi Tiap 1 bulanRegister terkait dengan : Langsung: Laporan Bulanan Kader, Laporan Pengobatan Kader (LPLPO) Pendukung: Skenario kasus Penggunaan : Ada atau Tidak ada Akses : KaderterpilihmenyediakanpelayananMTBS-M,obatdanpemeriksaan malaria. Kuallitas : Ketersediaanobatdanalkes,penyimpananobatdanalkes,kualitasobat danalkes,lembarpengobatanyanglengkapdankonsisten,pengetahuan tentang tatalaksana kasus, menghitung jumlah nafas Permintaan : Tidak ada Lingkungan : Tidak ada

Page 71: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

53

- Berikantandacentangdikolom“Tidakkadaluarsadantidakrusak”jikamasing-masingobatdanalkes(RDT)belummasukdidalamtanggalkadaluarsayangterteradibungkusobatdanobatdanalkesdalamkeadaanbaik(tidakrusak).

Contoh: Pemeriksaan dilakukan pada 11 September 2011, maka obat dianggap tidak kadaluarsa jika tanggal kadaluarsanya adalah 12 september 2011. Jika tanggalkadaluarsanyaobatadalah11september2011makaobatinisudahkadaluarsa.

SYARAT:Obatdikatakantersediajikastokyangadamencukupiuntukmengobati5orangpasien lagi

Isi dibagian komentar jika ada keterangan penting yang perlu dituliskan, terutama terkaitdengan :- Alasankenapaobatataualkestidaktersedia- Alasankenapaobat,RDTatauAlkeskadaluarsaataurusakatautidakbefungsi

IsiIndikatorrangkumanuntukbagianpertamainisesuaidengankriteriayangtertulis

Bagian C : Penyimpangan Obat dan Alkes

Pada saatmemeriksa ketersediaan dan kualitas obat, supervisor jugamengamati tempatpenyimpananobatdanalkestersebut:- BerikantandacentangpadakolomYAjikakeadaanyangdiamatisesuaidenganmasing-

masingkomponenyangada(No.8-No.11)- BerikantandacentangdikolomTIDAK jikakeadaanyangdiamatitidaksesuaidengan

masing-masingkomponenyangada(No.8-No.11)- Yangdimaksuddenganobatdisimpanpadasuhuyangsesuai,contohnyaobatdisimpan

jauh dari api

Isiindikatorrangkumanuntukbagianinisesuaidengankriteriayangtertulis

Bagian D: Ketersediaan perlengkapan

Mintaijinkepadakadersupayaandabisamelihatbukubergambar,lembarpengobatan,danlembarrujukan.Syarat:Ketersediaanlembarpengobatanminimaluntuk5pasien.Lakukanpengamatanterhadapketersediaandokumeninisesuaiyangtertulisdidaftartilik:- BerikantandacentangdikolomYAjikadokumenyangdimaksudadaminimaluntuk5

pasien- BerikantandacentangdikolomTIDAKjikadokumenyangdimaksudtidakadaatauhanya

tersedia untuk kurang dari 5 pasien

Bagian E: Kelengkapan dan Konsistensi Lembar Pengobatan

Minta ijinkepadakadersupayaandabisamelihatkumpulan lembarpengobatanyangada sejak satu bulan terakhir. Ambil secara acak lima (5) lembar pengobatan dari kumpulan lembar pengobatan yang ada. Dari 5 lembar pengobatan yang terpilih, usahakan untukmendapatkan variasi klasifikasi sehinggamencakup semua klasifikasi penyakit yang sudahdiajarkankekader(batuk,batukdengannafascepat,tandabahaya,demam,diare)

Dari masing-masing lembar pengobatan, lihat:- Apakahkadermengisi lembarpengobatandengan lengkap : identitaspasien,menulis

tanggal lahir dan umur anak dengan benar,memeriksa tanda bahaya dan komponenlainnyasesuaidengankasusnya.

- Apakah konsisten antara masing - masing komponen di dalam lembar pengobatan ini ?

Page 72: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

54

Kasus Konsistensi

Anak umur 2-12 bulan dengan batuk dan jumlah nafas 40 x permenit. TIDAKPada bagian nafas cepat kelompok umur 2-12 bulan diconteng

Anak umur 1-5 tahun dengan batuk dan jumlah nafas 45x permenit. YAPada bagian nafas cepat kelompok umur 1-5 tahun dicentang.Pada bagian pengobatan dicentang batuk dengan nafas cepat dankotrimoksazol untuk umur 1-5 tahun

Contoh:

Isiindikatorrangkumanuntukbagianinisesuaidengankriteriayangtertulis(YA,jika3dari5kasus lengkap dan konsisten)

Bagian F: Pengetahuan tatalaksana balita sakit

Untuk menilai pengetahuan kader tentang tatalaksana balita sakit bisa menggunakan kasus nyataatauskenariokasus.

Isirangkumanbagianinisesuaikriteriayangditulis.

Rangkuman

Didalamrangkumanterdapatduakomponenyangdilaporkan:

1. Sistem pendukung MTBS-M (ketersediaan dan kualitas obat, alkes, dan perlengkapan) UntukmenentukansistempendukungMTBS-M,kriteriadibawahinibisadipakai: IndikatorrangkumanbagianA(ketersediaanobatdanalkes)harusYA

DAN IndikatorrangkumanbagianB(kualitasobatdanalkes)harusYA

DAN IndikatorrangkumanbagianC(penyimpananobatdanalkes)harusYA

DAN IndikatorrangkumanbagianD(ketersedianperlengkapan)harusYA

Jika salah satu dari indikator rangkuman A,B,C,D adalah TIDAK, maka sistem pendukung MTBS-Mbelumberjalanbaikdansupervisorperlumelihatpenyebabdarimasalahinidanmencarijalankeluarbersamadengankaderatautingkatyanglebihtinggi(Puskesmas,Dinkes).

2. Kapasitas Kader Untukmenentukankompetensikader,kriteriadibawahinibisadipakai: Kader dikategorikan kompeten jika: IndikatorrangkumanbagianE(lembarpengobatanlengkapdankonsisten)harusYA

DAN IndikatorrangkumanbagianF(pengetahuantatalaksanabalitasakit)harusYA

Jika salah satu atau dua dari indikator rangkuman E dan F adalah TIDAK maka kader belum kompeten dan perlu mendapat pendampingan intensif.

Page 73: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

LAMPIRAN 4 : FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI KADER

55

Peni

laia

n K

ompe

tens

i Das

ar

Nam

a Ka

der

: ___

____

____

____

____

____

____

____

____

_

Tang

gal m

ulai

pel

atiha

n :

___

____

____

____

____

____

Nam

a Pe

nguj

i : _

____

____

____

____

____

____

____

____

___

Ta

ngga

l sel

esai

pel

atiha

n : _

____

____

____

____

____

__

PEN

ILAI

AN T

ATAL

AKSA

NA

KASU

S

INSTRU

KSI:Tulisk

anYA,TIDAK

,atauTA

(TidakAda

)untuk

Klas

ifika

si P

enya

kit :

mas

ing-

mas

ing

kom

pete

nsi

__

____

____

____

____

_

I.

Obs

erva

si kl

inis

Kom

enta

r/O

bser

vasi

Li

ngka

ri je

nis k

asus

II. S

kena

rio k

asus

III

. Kas

us v

ideo

No.

Ko

mpe

tens

i1.

Tanyaiden

titasana

k(nam

aDA

NumurDAN

jenisk

elam

in)

2.

Tanya,Lihat,PeriksaSEM

UAta

ndaba

haya

3.

Tanyamasalah

ana

kda

nbe

rapa

lama

4.

Jika

batu

k, h

itung

jum

lah

nafa

s (+/

- na

pas p

er m

enit

stan

dar)

5.

Klasifikasipe

nyakitde

ngan

ben

ar6.

Tepa

tmem

utuskanap

akah

dioba

tiatau

diru

juk?

7.

Mem

berik

antind

akan

pen

goba

tanda

ndo

sisyan

gtepa

t?

(term

asuk

pem

beria

n do

sis p

erta

ma)

8.

Mem

berik

ankon

selin

gyang

baik?(pe

santepa

ttermasuk

lam

a pe

mbe

rian

obat

DAN

kap

an h

arus

kem

bali)

Ju

mla

h YA

dan

TA

RAN

GKU

MAN

PEN

ILAI

AN D

AN R

EKO

MEN

DASI

1.

Nila

i kes

elur

uhan

(nila

i mak

simal

8):

____

____

__

2. K

lasi

fikas

i nila

i kom

pete

nsi (

cent

ang

sala

h sa

tu)

8

: Ka

der k

ompe

ten

6-

7 :

Perlu

tam

baha

n pe

ndam

ping

dila

pang

an

0-5

: Pe

rlu p

enda

mpi

ngan

dan

supe

rvisi

inte

nsif

Page 74: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

LAM

PIRA

N 5

: FO

RMAT

PEN

CATA

TAN

DAN

PEL

APO

RAN

56

D e

s a

: _

____

____

____

____

____

____

____

__

B

ulan

Pel

apor

an

: __

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

_

Kec

amat

an/K

abup

aten

: __

____

____

____

____

____

____

____

_

N

ama

Bid

an D

esa/

Kad

er :

___

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

Tang

gal

Nam

a Ib

uN

ama

Bay

i

Tang

gal

Lahi

rTe

mpa

t La

hir

Berat Badan lahir

Kun

jung

an R

umah

P

ostn

atal

(Um

ur D

alam

Ja

m)

Tang

gal

Sak

it

Um

ur

(dal

am

hari)

Ber

at B

adan

La

hir R

enda

hG

ejal

a K

emun

gkin

an In

feks

i Bak

teri

Ber

atIn

feks

i Bak

teri

Loka

lP

enan

gana

n

Ting

kat

Kep

atuh

an

Suv

ival

Observasi

Rujuk

Pengobatan

Rumah

Fasilitas KesehatanK

N1

(6-

48 jam

)

KN

2 (3

-7ha

ri)

KN

3 (8

-28

har

i)Y

T

Tidak mau meneteki (menghisap lemah)

Bergerak hanya jika dirangsang

Tarikan dinding dada kedalam

RR > 60

Suh

u

Infeksi kulit menyebar

Merintih

Conjungtivitis/infeksi mata

Infeksi kulit lokal

Infeksi tali pusa5t

Infeksi lokal lainnya

PMK

Rencana A*

Rencana B*

Salep Tetrasiklin

Gentian violet

YT

YT

Hari ke 1

Hari ke 2

Hari ke 3

Minggu ke 1

Minggu ke 4

YT

YT

YT

2000-2500 gram

<2000 gram

T > 37,50C

T < 35,50C

Tota

l Kun

jung

an

*P

M K

: P

eraw

atan

Met

ode

Kan

ggur

u*R

enca

na A

: Ta

blet

Kot

rimok

saso

l (1

dosi

s) d

an ru

juk

untu

k in

jeks

i Gen

tam

isin

*Ren

cana

B :

Inje

ksi G

enta

mis

in d

an K

otrim

oksa

sol s

elam

a 7

hari

REG

ISTE

R PE

NG

OBA

TAN

UN

TUK

KUN

JUN

GAN

PER

TAM

A (0

SAM

PAI 2

BU

LAN

)

Page 75: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

57

Des

a : _

____

____

____

____

____

____

____

__

Bul

an P

elap

oran

: _

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

__

Kec

amat

an/K

abup

aten

: __

____

____

____

____

____

____

_

Nam

a B

idan

Des

a/K

ader

: _

____

____

____

____

____

____

____

____

___

Tang

gal

Nam

a P

asie

nU

mur

(d

alam

bu

lan)

Jeni

s K

elam

inK

unju

ngan

Berat Badan

Pen

ilaia

nK

lasi

fikas

iP

engo

bata

n(F

reku

ensi

, do

sis,

dan

lam

a pe

mbe

rian

obat

)

Ruj

uk?

Jadw

al

Kun

jung

an

Ula

ng

sela

njut

nya

(Tan

ggal

)

Pel

aksn

aan

Ruj

ukan

Di

Har

i P

erta

ma?

Terp

enuh

iny

a pe

ngob

atan

pada

dua

hari

perta

ma?

Laki-Laki

Perempuan

Pertama

Kedua atau berikutnya

Bat

uk?

Dia

re?

Tera

ba P

anas

?Ta

nda

Bah

aya

Pnemunoia

Diare

Disentri

Demam Bukan Malaria

Malaria

Kotrimoksasol

Oralit

Zink

ACT

YT

YT

YT

YT

Frekuensi Pernapasan

Cub

itan

Kul

it P

erut

BerakBerdahak

Suhu

RD

T

Tidak Bisa Minum atau menetek

Memuntahkan semuanya

Riwayat Kejang

Bergerak hanya jika disentuh

Tarikan Dinding Dada Ke Dalam

Sangat Lambat

Lambat

Segera

Positif

Negatif

Tidak DiperiksaTo

tal K

unju

ngan

REG

ISTE

R PE

NG

OBA

TAN

AN

AK S

AKIT

(2 S

AMPA

I 59

BULA

N)

Page 76: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

REG

ISTE

R BA

YI B

ARU

LAH

IR D

ENG

AN B

ERAT

BAD

AN L

AHIR

REN

DAH

(BBL

R)

58

Des

a :

Nam

a Ka

der

:N

o. H

P :

No

Nam

a Ib

uAl

amat

Ib

uU

mur

Ib

uKe

ham

ilan

ke-

Bayi

an

ak

ke-

Tang

gal

Lahi

rJe

nis

pers

alin

anBB

LJe

nis

kela

min

Tang

gal

mul

ai P

MK

BB pada

sa

at

PMK

Kunj

unga

nke

-1Ku

njun

gan

ke-2

Kunj

unga

nke

-3Ku

njun

gan

ke-4

Berh

enti

PMK

Har

i/bul

an/

tahu

nN

orm

al/

oper

asi/

lain

nya

gram

Laki

lak

i/-

pere

mpu

anH

ari/b

ulan

/ta

hun

gram

Tgl

BBTg

l B

BTg

lBB

Tgl

BBTg

lBB

Han

ya d

iisi b

ila b

ayi B

BLR

tela

h m

enda

patk

an P

MK

sebe

lum

nya

di R

umah

Sak

it da

n M

elan

jutk

an d

i rum

ah

Tang

gal d

ipul

angk

anBB

Pad

a sa

at

dipu

lang

kan

Lam

anya

di R

SSt

atus

saa

t dip

ulan

gkan

Peny

ebab

m

enin

ggal

Antib

iotik

dib

erik

anKo

mpl

ikas

i

Har

i/bul

an/ta

hun

gram

Diru

juk,

pul

ang

send

iri, h

idup

at

au m

enin

ggal

Pneu

mon

ia, s

epsi

s,

lain

nya

Ya/ti

dak

Mis

alny

a se

psis

, ses

ak,

lain

nya

Page 77: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

59

Nam

a S

uper

viso

r

:

____

____

____

____

____

____

____

____

___

Bul

an

: __

____

____

____

____

____

____

__

Nam

a Fa

silit

as P

elay

anan

Kes

ehat

an :

____

____

____

____

____

____

____

____

____

K

ecam

atan

/Kab

upat

en :

____

____

____

____

____

____

____

_

Nam

a Te

naga

K

eseh

ata

n /

Kad

er

Nam

a D

esa

Jum

lah

Pers

alin

an

Tem

pat l

ahir

Kun

jung

an R

umah

Pos

tnat

al

(um

ur D

alam

Jam

dan

Har

i) B

idan

mel

aksa

naka

nnya

se

baga

i KN

Ber

at B

adan

La

hir R

enda

hG

ejal

a K

emun

gkin

an in

feks

i B

akte

ri B

erat

Infe

ksi B

akte

ri Lo

kal

Pen

anga

nnan

Kes

ehat

anH

asil

Pen

goba

tan

Ket

eran

gan

Lahi

r-m

ati

Lah

ir-

Hid

up

Ru

mah

Fasi

litas

P

elay

anan

K

eseh

atan

KN

1

(6-4

8ja

m)

KN

2 (3

-7

hari)

KN

3

(8-2

8 ha

ri)

YT

tidak mau meneteki (menghisap lemah)

bergerak jika hanya dirangsang

tarikan dinding dada ke dalam

RR>60

suhu

Kejang

conjungtivitis/infeksi mata

infeksi kulit lokal

Infeksi Tali Pusat

Infeksi Lokal Lainnya

PMK

Rujuk

Penanganan Sepsis

salap Tetrasiklin

Gentianviolet

Ruj

uka

n

Pel

aks

anaa

n

PM

K-A

SI

Eks

klu

sif

Pen

gem

balia n

sembuh

Status survival

Dukun

Bidan desa

2000-2500 gram

< 2000 gram

T > 37,5 0C

T<35,50C

YT

YT

YT

YT

YT

YT

YT

Tot

al

*PM

K :

Per

awat

an M

etod

e K

angg

uru

*Um

ur T

ulis

"1" (

jika

umur

< 1

bul

an);

Tulis

"2" (

Jika

um

ur >

1 b

ulan

)*S

embu

h : J

ika

kasu

s ya

ng d

itang

ani o

leh

petu

gas

berh

asil

*Sta

tus

Sur

viva

l : T

ulis

"1" (

Jika

Hid

up);

Tulis

"2" (

Jika

Men

ingg

al)

LAPO

RAN

BU

LAN

AN U

NTU

K BA

YI U

MU

R 0-

2 BU

LAN

Page 78: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

60

Nam

a S

uper

viso

r

:

___

____

____

____

____

____

____

____

B

u l

a n

:

___

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

_

Nam

a Fa

silit

as K

eseh

atan

: __

____

____

____

____

____

____

____

_

Kec

amat

an/K

abup

aten

: __

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

__

Tang

gal

Nam

a B

idan

/Kad

erD

esa

Kel

ompo

kU

mur

(bul

an)

Jeni

s K

elam

inK

unju

ngan

R D

TTa

nda

Bah

aya

Kla

sifik

asi

Ruj

ukJa

dwal

K

unju

ngan

Ula

ng

sela

njut

nya

(Tan

ggal

)

Jadw

al

Kun

jung

an

Ula

ng

sela

njut

nya

(Tan

ggal

)

Pel

aksn

aan

Ruj

ukan

D

i Har

i P

erta

ma?

Bid

an/K

ader

m

enda

patk

an

peng

awas

an

bula

n in

i (Y/

T)

Kua

litas

Ket

eran

gan

1-11

11-40

Laki-laki

Perempuan

Pertama

Kedua Berikutnya

Positif

Negatif

Tidak Diperiksa

Tidak Bisa Minum atau MeneTEK

Memuntahkan semuanya

Riwayat Kejang

Bergerak hanya jika disentuh

Tarikan Dinding Dada Ke Dalam

Pnemunonia

Diare

Disentri

Demam Bukan Malaria

Malaria

YT

YT

YT

YT

Manajemen Kasus

Konsistensi Pengobatan

Kwalitas Register

Logistik

Ketersediaan Obat

Manajemen Masyarakat

Tota

l

LAPO

RAN

BU

LAN

AN U

NTU

K AN

AK U

SIA

2- 5

9 BU

LAN

Page 79: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

61

Jum

lah

tota

l kad

er y

ang

dila

tih M

TBS

-M :

____

____

____

____

____

____

____

____

_

Nam

a pe

ngaw

as :

____

____

____

____

____

____

____

_

K

ecam

atan

/Kab

upat

en :

____

____

____

____

____

____

____

____

Pus

kesm

as

: __

____

____

____

____

____

____

___

B u

l a

n

: _

____

____

____

____

____

____

____

____

Tulis

jum

lah

pasi

en a

tau

tand

a co

ntre

ng s

esua

i den

gan

kolo

m y

ang

ters

edia

Kad

er

lapo

r bu

lan

ini

Jeni

s ke

lam

in

(Jum

lah)

Kun

jung

an

lanj

utan

(J

umla

h)

Men

ingg

al

(Jum

lah)

Kad

er

diku

njun

gi

bula

n in

i

Oba

t &

perle

ngka

pan

ada

Kom

pete

nsi

kade

r bai

k U

mur

Kla

sifik

asi

Ruj

uk

(Jum

lah)

(Jum

lah)

(Jum

lah)

Nam

a K

ader

Kam

pung

Ya

Tidak

0-2 bln

2-11 bln

1-5 thn

Laki-laki

Perempuan

Tanda bahaya

Batuk tanpa napas cepat

Batuk dengan Napas cepat

Mencret kurang dari 14 hari

Mencret lebih dari 14 hari

Mencret berfdarah

Demam

Malaria

Ya

Tidak

Ya

Tidak

0-2 bln

2-11 bln

1-5 thn

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Baik

Tidak Baik

Tota

l

Yan

g m

elap

orka

n,

Sup

ervi

sor

NIK

:

Men

geta

hui,

Kep

ala

Pus

kesm

as

NIK

:

LAPO

RAN

BU

LAN

AN S

UPE

RVIS

OR

Page 80: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

LAMPIRAN 6 : CONTOH FORMULIR RUJUKAN DAN UMPAN BALIK RUJUKAN

TenagaKesehatan/Kaderharusmengisisemuabagianyangkosong,1. Formulir Rujukan Tenaga Kesehatan/Kader (disimpan oleh tenaga kesehatan/kader)Nama Pasien :______________________ Usia : ___________ laki-laki/perempuanNamaPengasuh&Hubungannyadengananak:_____________________________Desa/Kec : _______________ Tanggal Rujukan : _______________ Pukul : _______Dirujuk ke (Nama Fasilitas Kesehatan) : ____________________________________Keluhan Utama : ______________________________________________________Klasifikasi:__________________________________________________________Pengobatanyangdiberikan:________________________________________________________________________________________________________________PengenalDaruratdiberikan:Ya/Tidak

2. Formulir Rujukan Tenaga Kesehatan/Kader (disimpan di fasilitas kesehatan)NamaPetugasKesehatan/Kaderyangmerujuk:_____________________________Nama Pasien : _________________Usia : _______________laki-laki/perempuanNamaPengasuh&Hubungannyadengananak:_____________________________Desa/Kec : _______________ Tanggal Rujukan : ____________ Pukul : __________Dirujuk ke (Nama Fasilitas Kesehatan) : ____________________________________DiagnosisdanKlasifikasi:_______________________________________________Pengobatanyangdiberikan:________________________________________________________________________________________________________________

3. Formulir Umpan Balik Tenaga Kesehatan/Kader (dikembalikan Kepada Tenaga kesehatan/Kader Oleh Keluarga)Nama Pasien : __________________Usia : _______________laki-laki/perempuanNamaPengasuh&Hubungannyadengananak:_____________________________Desa/Kec:______________________NamaTenagaKesehatan/Kaderyangmerujuk:___________________________________________________________________Fasilitas Kesehatan (Nama) : ___________________________________________Dirujuk Pada (Tanggal) : _______________ Tiba Pada Tanggal : _______ Pukul : ___Kondisi Pasien Pada Saat Dirujuk (Tiba) : _____________________________________________________________________________________________________DiagnosisdanKlasifikasi:_______________________________________________Pengobatanyangdiberikan:____________________________________________InstruksiTerhadapTenagaKesehatan/Bidanyangmerujuk:______________________________________________________________________________________Tanggal Kunjungan Ulang : _____________________________________________Umpan Balik Oleh (Nama dan Jabatan) : __________________________________

Formulir Rujukan dan Umpan Balik Rujukan

62

Page 81: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

dr. Kirana Pritasari,MQIH (Kemenkes RI)dr.RinniYudhiPratiwi,MPET(KemenkesRI)dr.ErnaMulati,MScCMFM(KemenkesRI)dr.H.EniGustina,MPH(KemenkesRI)Sundoyo,SH,MKM,MH(KemenkesRI)Nuryani,SKM(KemenkesRI)Widiawati,SKM,MKM(KemenkesRI)dr.Worowidjat(KemenkesRI)dr.SitiNadiaTarmizi,M.Epid(KemenkesRI)PurwantaSH,MH(KemenkesRI)drg. Rini Noviani, M.Kes (Kemenkes RI)DantiKamalia,SH(KemenkesRI)LuckyIstiGupitasari,SH(KemenkesRI)ArifAwaludinAshar,SGz(KemenkesRI)drg.KartiniRustandi,M.Kes(KemenkesRI)dr.LeniYusriaty(KemenkesRI)dr. Minerva TS (Kemenkes RI)dr.YullitaEvarini,MARS(KemenkesRI)dr. Maria Sondang Margaret (Kemenkes RI)dr.KarnelyHerlena(KemenkesRI)dr.YettyMPSilitonga(KemenkesRI)dr. Mujaddid, MMR (Kemenkes RI)AsteriaUnikPrawati,SKM,M.Kes(KemenkesRI)Eli Zabet, SKM, M.Kes (Kemenkes RI)dr.NindyaSavitri,MKM(KemenkesRI)drg.R.EdiSetiawan,MKM(KemenkesRI)dr. Melda Gloria Manurung (Kemenkes RI)dr.LovelyDaisy,MKM(KemenkesRI)dr.FarselyMranani(KemenkesRI)dr. Berta Pasaribu, MARS (Kemenkes RI)R.DanuRamaditya(KemenkesRI)dr. Hasnani, M.Kes (Dinkes Prov Aceh)dr.SulasmiYeddi,MHSM(DinkesProvAceh)dr.Yuswanti,M.Kes(DinkesProvJawaTengah)Rita Novianingrum, SKM, M.Kes (Dinkes Prov Jateng)NurAsiyah(DinkesProvKaltim)Meliana(DinkesProvKaltim)Jekie L Pasande (Dinkes Prov NTT)JoyceTibuluji,SKM,M.Kes(DinkesProvNTT)Johana Rahail, M.Kes (Dinkes Prov Maluku)HalimahMarasabessy,SKM,M.Kes(DinkesProvMaluku)

drg.JosepR.Radyatmaka,M.Kes,MH(DinkesProvPapua)dr. Mariana (Dinkes Prov Papua)drg. Agnes Ang (Dinkes Prov Papua)dr. Amir Addani, M.Kes (Dinkes Kab Bireun)HadiAlawi,SKM(DinkesKabBrebes)dr. Rudi Pangarsaning Utami (Dinkes Kab Brebes)Drs.Moch.AgusWakhid,M.Kes(DinkesKabBrebes)BerinceS.SYalla,SKM,M.Kes(DinkesKabTTS)dr. Hosianni In Rantau (Dinkes Kab TTS)RobinsonLimohay(DinkesKabTTS)SitinaMashitaMarasabessy(DinkesKabBuru)drg. Theresia Hendrajani (Dinkes Kutai Timur)dr.HalijahYasin(DinkesKabBerau)dr.FranDaudRanto(DinkesKabJayawijaya)AgustinusAronggear,AmdKep(DinkesKabJayawijaya)OliphinaRumbekwan,AmdKeb(DinkesKabJayawijaya)AgustinaParrangan(DinkesKabJayawijaya)Agus Ginanjar (Bappenas)Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (PRES FKM UI)dra. Oktarinda, MSi (FKM UI)Dr.dr.RahmatSentika,SpA,MARS(PBIDI)dr.MartinWeber,PhD(WHO)dr.HannyRoespandi(WHO)dr.IrfanRiswan(WHO)dr.BudhiSetiawan,MPH(UNICEF)dr.RatihWoelandaroe,MSc(UNICEF)dr.BobbyMarwalSyahrizal,MPH(UNICEF)Armunanto, SKM, MPH (UNICEF)dr. Vama Chrisnadarmani, MPH (UNICEF NTT)dr. Fachmi Sinurat (MCHIP)Mia Pesik (MCHIP)dr. H. Sakkar (MCHIP)dr. Fitria Razali (MCHIP)dr.RizaSeptiani(MCHIP)dr.SriKusumaHartani(MercyCorps)dr.FransiskaE.Mardiananingsih,MPH(MercyCorps)dr.SigitSulistyo,MPH(WVI)dr.NurlelyBethesdaSinaga,MKM(WVI)dr.AnastasiaAsyilia(WVI)DR.dr.BrianSriprahastuti,MPH(ChildFun)

KONTRIBUTOR

63

Page 82: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan

64

Page 83: Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI fileKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan