katak[1]

Upload: chairia-faulita-ananti

Post on 12-Mar-2016

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

katak, laporan

TRANSCRIPT

5

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI HEWAN IIREFLEKS SPINAL PADA KATAK

OLEH NAMA

: DINA WAHYUNINIM

: 08121004035KELOMPOK : VI (ENAM)ASISTEN

: YONANDA F. UTAMILABORATORIUM FISIOLOGI HEWANJURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2015BAB 1PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amfibi pada umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri yaitu tubuuh diselubungi kulit yang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin dan mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik serta mempunyai dua pasang kaki dan setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut dengan membran niktitans yang berfungsi waktu menyelam. Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berpa paru-paru dan kulit serta hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam (Burhanuddin, 2008).Katak adalah satu anggota dari amfibi. Amfibi berasal dari kata amphi yang artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena amfibi ialah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula didalam air tawarkemudian di darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memungkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tetap dibawah epidermis dan salurannya melalui epidermis bermuara di permukaan kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi fase inspirasi dan ekspirasi (Omar, 2011).Katak normal memiliki keseimbangan tubuh yang baik, gerak spontan, respon berenang dan mengambangnya sangat baik. Sikap badan katak normal sekitar 60osudut tubuhnya. Frekuensi nafas katak normal dari hasil berkisar 88 sampai 150 kali/menit. Secara keseluruhan katak normal ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar sangat bagus. Pusat pengaturan frekuensi nafas terletak di medula oblongata, dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih stabil. Sedangkan gerak spontan diatur oleh medulla spinalis (Campbell, 2004).Katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar (Omar, 2011). Warna katak bermacam-macam dengan pola yang berlainan. Hal ini, disebabkan karena adanya pigmen dalam dermis yaitu melanopora, berupa warna pigmen yang dapat menyebabkan warna hitam dan cokelat. Lipopora, berupa warna pigmen yang menyebabkan warna merah kuning. Gaunopora, berupa pigmen yang menyebabkan warna biru hijau. Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis terkecil, yakni sekitar 4.000 jenis. Walaupun sedikit amfibi merupakan vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang dari reptil (Andi, 2011).Cara hidup katak berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di perairan dalam. Tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Sama halnya dengan jenis ikan, katak tidak mempunyai leher. Kulitnya lunak dan agak berlendir, tidak mepunyai ekor karena dapat menghalang-halangi gerak meloncat. Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan sebagai alat pernapasan. Proses terjadinya pernapasan melalui kulit yang dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan lendir pada permukaan kulitnya (Yono, 2006).1.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh katak pada berbagai perlakuan baik yang ditimbulkan oleh respon otak maupun sum-sum tulang belakang dan untuk mengetahui gerak refleks yang tejadi pada spinal katak.BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAPada dasarnya, sistem-sistem organisme bekerja secara selaras dan teratur dalam menyelenggarakan aktivitas metabolisme tubuh secara keseluruhan. Untuk yang dikenal sebagai system koordinasi atau system syaraf.Pada umumnya sistem syaraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan cepat seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos, dan sekresi kelenjar. Organisasi system syaraf akan menimbulkan tanggapan terhadap rangsangan yang diterima. Salah satu tanggapan yang akan dipelajari dalam percobaan ini yaitu gerak refleks.mengontrol dan mengatur kerja system organ tubuh kita memiliki suatu system (Kimball, 1998).Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Jadi, jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan khusus yang berhubungan dengan seluruh bagian tubuh. Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensial aksi). Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi (dengan bantuan neurotransmitter) (Isnaeni, 2006).Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat satu pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi sum-sum tulang belakang saraf terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral dan neuronnya terpisah. Dalam akar dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan sel-selnya sendiri. Badan sel neuron aferen hampir selamanya terletak dalam ganglion pada saraf kranial dan saraf spinal spinal. Neuron aferen masuk ke dalam sum-sum tulang belakang dan berakhir pada sinapsis dengan dendrit atau badan sel dari interneuron. Saraf spinal semua vertebrata pada dasarnya sama, meskipun pada vertebrata yang paling primitif akar di perifer tidak bargabung dan beberapa neuron aferen keluar dari sum-sum maelalui akar dorsal(Campbell, 2004).Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon tubuhyang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam sistem sraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang. Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi ke sel-sel efektor. Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf (nerve), berkas mirip tali yang berasal dari penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat.Saraf yang menghubungkan sinyal motoris dan sensoris disebut sistem saraf tepi(Kimball, 1998).Gerak refleks adalah gerak spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba. Mekanisme kerjanya yaitu rangsang diterima reseptor lalu diteruskan ke sum-sum tulang belakang melalui saraf sensorik.Dari sum-sum tulang belakang, rangsang diteruskan ke efektor tanpa melalui saraf motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui jalan pintas atau terpendek yang disebut lengkung refleks (Guyton, 2009).Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang bersangkutan. Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks tunggal. Refleks kompleks adalah refleks yang diikuti oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal. (Campbell, 2004). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain, ada tidaknya rangsangan atau stimulus. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivat dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal (Omar, 2011).Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang. Pada amfibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan yang baik. Walaupun otak dan sum-sum tulang belakang mempunyai materi yang sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih (Andi, 2011).Katak desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan ini menyebabkan kemampuan dari katak berkurang. Katak deserebrasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis. Gerakan spontan kurang baik pada katak deserebrasi dan menghilang pada pengrusakan serebellum dan katak spinalis (Omar, 2011).Pada katak yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf otaknya, maka respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut (Kartolo, 1993).Sistem saraf pada katak dibedakan menjadi saraf pusat dan saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak dan sum-sum tulang belakang. Pada amfibi, otak dan sum-sum tulang belakang dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang yang dibungkus oleh 2 lapisan sellaput yaitu durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiameteryang berbatasan dengan jaringan saraf. Diantara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdarale dan terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut dengan meningitis (Andi, 2011).BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.00 sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.3.2. Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum ini adalahalat setrum, alat tulis, botol film, jarum karung, kamera, nampan dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah larutan asam cuka dan katak (Rana sp).3.3. Cara KerjaDirusak otak katak, pada batas kepala dengan punggung jarum, ditusukkan kurang lebih 1 cm, kemudian dikorek-korek dan katak ditelentangkan di atas nampan, diperhatikan sikap katak apakah ada gerak refleks. Dijepit tulang rahang bawah katak, jika kaki belakangnya dipijat dengan pinset, dicatat gerakan yang terjadi. Dimasukan kaki katak kedalam asam cuka, diamati gerakan kaki katak dan kemudian dicuci dengan air didalam gelas dan dicatat gerakan yang terjadi. Ditusuk sum-sum tulang belakang daerah dada katak dengan memasukkan jarum ( cm, cm dan 1 cm) kedalam saluran tulang punggung dan diamati gerakan pada katak.BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut:Tabel 1.1 Perlakuan dengan Asam CukaKatakKelompokPerlakuan Asam Cuka

Kaki dan tanganPerutKepala

VKatak yang dirusak otaknya dan di tetesi asam cuka kulitnya berubah menjadi merah dan terjadi pergerakan

Katak yang dirusak otaknya dan di tetesi asam cuka kulitnya berubah menjadi merah keunguandan bergerak

Katak yang dirusak otaknya dan di tetesi asam cuka kulitnya berubah menjadi merah dan bergerak

Kulitnya merah setelah di tetesi asam cuka dan terjadi pergerakan

Kulitnya berubah merah setelah di tetesi asam cuka dan terjadi pergerakan

Kuitbya berubah kuning kekuningan setelah di tetesi asam cuka dan terjadi pergerakan

Tabel 1.1 Perlakuan dengan Pemberian Arus ListrikKatakKelompok Perlakuan Pemberian Arus Listrik

Kaki dan tanganPerutKepala

terjadi pergerakan

Terjadi pergerakan

terjadi pergerakan

Terjadi pergerakan yang sangat aktifTerjadi pergerakan yang sangat aktifTerjadi pergerakan yang sangat aktif

4.2. Pembahasan

Praktikum ini membahas mengenai refleks spinal pada katak. Pada praktikum ini kami menggunakan dua katak percobaan, katak pertama dihancurkan serebrumnya dan katak kedua tidak dirusak serebrumnya, praktikum dilakukan dengan memberikan dua perlakuan yang berbeda terhadap kedua katak yang kami gunakan. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa pada katak pertama yang dirusak serebrumnya, setelah ditetesi larutan asam cuka perut dan kepala tidak langsung memberikan respon tetapi warna kulit berubah menjadi berwarna merah sedangkan kaki setelah beberapa menit kemudian memberikan respon berupa gerakan. Menurut Wulangi (1994) menyatakan bahwa sistem saraf pada amphibi dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Katak yang dirusak serebrumnya setelah diberikan aliran listrik tidak menunjukkan respon apapun pada perutnya. Akan tetapi pada bagian kepala dan kaki masih memberikan sedikit respon berupa gerakan yang lambat. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum. Menurut Idel (2000) menyatakan bahwa sistem saraf yang terdiri dari jaringan-jaringan saraf mempunyai fungsi utama sebagai pembuat peran kimiawi dan perkembangan saluran komunikasi untuk koordinasi fungsi-fungsi tubuh.

Berdasarkan praktikum ini, kami juga memberikan perlakuan yang sama terhadap katak yang tidak dirusak serebrumnya. Setelah ditetesi larutan cuka, bagian perut, kaki, serta kepalanya bergerak dan pada kulit kaki dan perutnya tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pada pemberian aliran listrik, kaki, kepala, dan perutnya bergerak lebih cepat jika dibandingkan dengan katak yang dirusak serebrumnya. Hal ini menunjukkan bahwa katak tersebut melakukan refleks. Menurut Wulangi (1994) menyatakan bahwa refleks masih terjadi karena pusat dari refleks spinal tidak berada dalam otak melainkan pada sumsum tulang belakang yang terpisah dari otak. Berdasarkan pernyataan tersebut terjadi refleks ketika perlakuan penarikan kaki depan dan penarikan kaki belakang.Refleks merupakan respon halus otomatis yang baku terhadap suatu rangsangan dan hanya tergantung pada hubungan anatomi dari hewan yang terlibat. Refleks yang divariasi telah ada sejak lahir, sedangkan refleks bersyarat diperoleh kemudian sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Kimbal (1988) menyatakan bahwa refleks merupakan sebagian kecil dari perilaku hewan tingkat tinggi, tetapi memegang peranan penting dalam perilaku hewan tingkat tinggi. Refleks biasanya menghasilkan respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang lengkap dan mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka waktu menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu. Gerak refleks merupakan gerak spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba. Mekanisme kerjanya menurut Wulangi, (1994), rangsang diterima reseptor lalu diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui saraf sensorik.Dari sumsum tulang belakang, rangsang diteruskan ke efektor tanpa melalui saraf motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui jalan terpendek yang disebut lengkung refleks.Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. Menurut Kimbal (1988) menyatakan bahwa gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks tunggal. Refleks kompleks merupakan refleks yang diikuti oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal merupakan refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal. Berdasarkan tempat konektornya refleks dibedakan menjadi dua, refleks tulang belakang (refleks spinalis) dan refleks otak.Refleks somatik merupakan salah satu jenis dari refleks spinal. Refleks fleksor merupakan yang responnya fleksi anggota badan. Menurut Wulangi (1994) menyatakan bahwa Semua refleks biasanya melibatkan beberapa otot, dan respon refleksnya mungkin berbagai macam tergantung pada keadaan, jenis dan tempat pengenaan stimulus, intensitas stimulus, pengenaan stimulus lain secara bersamaan, dan lain-lain. Arkus refleks semacam ini sangat kompleks. Refleks lain adalah stretch reflex, yaitu kontraksi satu otot karena diregangkan. BAB 5KESIMPULANBerdasarkan praktikum yang telah dilaksnakan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.1. Katak yang dirusak serebrumnya, setelah ditetesi larutan asam cuka perut dan kepala tidak bergerak dan perut menunjukkan perubahan warna kulit yang berwarna merah.2. Katak yang dirusak serebrumnya setelah diberikan aliran listrik tidak menunjukkan respon apapun pada kaki dan perutnya.3. Katak yang dirusak serebrumnya pada bagian kepala masih memberikan sedikit respon berupa gerakan yang lambat ketika diberi aliran listrik.4. Refleks masih terjadi karena pusat dari refleks spinal tidak berada dalam otak melainkan pada sumsum tulang belakang yang terpisah dari otak.5. Katak yang tidak dirusak serebrumnya bergerak lebih aktif dibandingkan dengan katak yang telah dirusak serebrumnya ketika diberi perlakuan.DAFTAR PUSTAKAAndi. 2011. Perbedaan Kontraksi Otot Jantung Ikan Nila dan Ikan Mas. Unversitas Sriwijaya: Inderalaya. Burhanuddin, A. I, 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman Sistem Organ Ikan yang Berbasis Scl Pada Matakuliah Ichtiologi. Makassar: Universitas HasanuddinCampbell. 2004. Biologi. Jakarta: ErlanggaFrandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Guyton. 2009. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGCIdel, Antoni. 2000. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari. Jakarta: Gitamedia Press. Kartolo. 1993. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi LPTK. Bandung: Prime pressKimball, John W., 1988. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Oemarjati, B.S & Wisnu Wardana. 2011. Taksonomi Vertebrata. Jakarta: UI PressWulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta:Depdikbud.ABSTRAKPraktikum yang berjudul Refleks Spinal Pada Katak bertujuan untuk mengetahui gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh katak pada berbagai perlakuan baik yang ditimbulkan oleh respon otak maupun sum-sum tulang belakang dan untuk mengetahui gerak refleks yang tejadi pada spinal katak. Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2015 pukul 13.00 sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium FisiologiHewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya. Adapun alat yang digunakan adalah alat setrum, alat tulis, botol film, jarum karung, kamera, nampan dan pinset. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah larutan asam cuka dan katak (Rana sp).Hasil yang didapat yaitu Katak yang dirusak serebrumnya, setelah ditetesi larutan asam cuka perut dan kepala tidak bergerak dan perut menunjukkan perubahan warna kulit yang berwarna merah.Kesimpulan yang didapat yaituKatak yang tidak dirusak serebrumnya bergerak lebih aktif dibandingkan dengan katak yang telah dirusak serebrumnya ketika diberi perlakuan.DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2002. Biologi Jilid 3 Edis 5. Jakarta: Erlangga.Goenarso, Darmadi. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka.Cartono, 2005. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi LPTK, Bandung, Prime pressHarahap, I.A. 2004. Terapi Oksigen dalam Asuhan Keperawatan (Artikel). Medan: Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Isnaeni, W.2006.Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.Primadani, R. 2006.Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Respirasi.Banjarmasin: Prodi Pendidikan Biologi Jurusan MIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat.Idel,Antoni.2000.Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press:JakartaIsnaeni,wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Kanisius:YogyakartaJunqueira,carlos.L.Histologi Dasar. ECG:JakartaSoewolo,dkk.1994.Fisiologi Hewan. UT : JakartaWulangi. S kartolo. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud : BandungI

2

V

1

VII

2

VII

Universitas Sriwijaya