kata sambutan p - dpr

38
i KATA SAMBUTAN uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga atas perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan Kutipan dan Telahan Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2016 atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai . Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan sekaligus sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Dengan demikian diharapkan akuntabilitas dapat mendorong terciptanya kinerja yang baik dan terpercaya. Di Indonesia, sebagai negara berkembang, tema akuntabilitas sudah menjadi jargon yang terus dibicarakan oleh banyak kalangan. Jangankan media massa dan elit, istilah ini bahkan sudah mulai digunakan oleh komunitas terpinggirkan yang umumnya dalam bentuk kritik atas praktek penganggaran baik APBN maupun APBD. Persoalan akuntabilitas bukan lagi wacana, tapi anggaran tidak akuntabel mulai disadari bahkan oleh kelompok masyarakat sebagai salah satu problem mendasar di ranah pengambilan keputusan publik kita. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu fungsi Legislasi, fungsi Anggaran dan fungsi Pengawasan yang juga menerima hasil pemeriksaan BPK secara berkala tentunya akan ditindaklanjuti oleh DPR dalam Raker, RDP dengan mitra kerja. Dengan demikian kehadiran Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system Dewan di bidang keahlian pada umumnya dan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara pada khususnya dapat mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI di bidang pengawasan berupa hasil kajian dan analisis terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga pemerintah pusat. Untuk itu, dokumen yang hadir dihadapan ini merupakan satu diantara hasil kajian yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara yang dinamakan dengan judul ‘Hasil Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan BPK’. Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu saran dan masukan serta kritik konstruktif guna perbaikan isi dan struktur penyajian P

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

atas segala rahmatNYA sehingga atas perkenan-Nya kami
dapat menyelesaikan Kutipan dan Telahan Hasil
Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2016 atas Laporan
Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang
disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan
Keahlian DPR RI hingga selesai .
Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Akuntabilitas adalah evaluasi
terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat
dipertanggungjawabkan sekaligus sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk
dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Dengan
demikian diharapkan akuntabilitas dapat mendorong terciptanya kinerja yang baik dan
terpercaya.
Di Indonesia, sebagai negara berkembang, tema akuntabilitas sudah menjadi
jargon yang terus dibicarakan oleh banyak kalangan. Jangankan media massa dan elit,
istilah ini bahkan sudah mulai digunakan oleh komunitas terpinggirkan yang umumnya
dalam bentuk kritik atas praktek penganggaran baik APBN maupun APBD. Persoalan
akuntabilitas bukan lagi wacana, tapi anggaran tidak akuntabel mulai disadari bahkan
oleh kelompok masyarakat sebagai salah satu problem mendasar di ranah pengambilan
keputusan publik kita.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mempunyai 3 (tiga) fungsi
yaitu fungsi Legislasi, fungsi Anggaran dan fungsi Pengawasan yang juga menerima hasil
pemeriksaan BPK secara berkala tentunya akan ditindaklanjuti oleh DPR dalam Raker,
RDP dengan mitra kerja.
Dengan demikian kehadiran Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system
Dewan di bidang keahlian pada umumnya dan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan
Negara pada khususnya dapat mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas
DPR RI di bidang pengawasan berupa hasil kajian dan analisis terhadap laporan hasil
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga pemerintah pusat. Untuk itu,
dokumen yang hadir dihadapan ini merupakan satu diantara hasil kajian yang disusun
oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara yang dinamakan dengan judul ‘Hasil
Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan BPK’.
Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk
itu saran dan masukan serta kritik konstruktif guna perbaikan isi dan struktur penyajian
P
ii
sangat kami harapkan, agar dapat dihasilkan kajian atas telaahan yang lebih baik di masa
depan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerjasama semua
pihak.
iii
uji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara (PKAKN) dalam
rangka memberikan dukungan (supporting system) keahlian dapat
menyusun dan menyajikan Kutipan dan Telaahan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Semester I Tahun 2016 Atas Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Kutipan dan Telaahan ini dapat dijadikan awal bagi komisi-komisi untuk melakukan pendalaman atas
kemampuan dan kinerja mitra kerja dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara,
serta dapat melengkapi sudut pandang atas kualitas Opini BPK dan rekomendasi BPK terhadap kinerja
sektor publik.
Dengan terbitnya buku kutipan dan telaahan ini semoga dimanfaatkan sebagai bahan dalam rapat-
rapat Alat Kelengkapan Dewan dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK.
P
iv
2. Kata Pengantar Kepala Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara ......................................... iii
3. Daftar Isi ......................................... iv
5. LHP Kementerian Pertanian ......................................... 2
6. Gambaran Umum SMARTD Project ......................................... 8
7. LHP SMARTD Project ......................................... 9
8. Gambaran Umum Kementerian
9. LHP Kementerian
10. Gambaran Umum Kementerian
Kelautan dan Perikanan ......................................... 17
13. LHP
14. Gambaran Umum
15. LHP
1
GAMBARAN UMUM
KEMENTERIAN PERTANIAN
hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh
Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun 2015 yang dikeluarkan pada
semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK
Kementerian Pertanian Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan
informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan
wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi
keuangan negara.
Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai
berikut:
K
KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016
ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN
TAHUN ANGGARAN 2015
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 22-KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015
DI JAKARTA
1 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Pemberian
Bantuan Kepada Masyarakat Belum Memadai
Tidak optimalnya monitoring penyaluran bansos dan
bantuan barang untuk masyarakat mengakibatkan
masih terdapat saldo persediaan untuk diserahkan
kepada masyarakat sebesar Rp2.331.742.269.954 yang
tidak dapat dijelaskan di mana posisinya dan berapa
yang sesungguhnya telah diserahkan kepada
masyarakat/poktan
tercapai.
- Munculnya resiko penyalahgunaan dana
a. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah
171/PMK.05/2007yang terakhir diubah oleh
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Kebijakan Akuntansi Persediaan, huruf C
Pengakuan Persediaan
terkait untuk segera
memproses BAST Eselon
terkait untuk melakukan
koreksi atas kesalahan
berdasarkan Standar
Satuan Kerja (Satker) Senilai Rp 200.347.832.600
(Lihat tabel 1.2.8.1. Pengadaan Pupuk NPK yang Diuji
Petik) tidak sesuai ketentuan, karena :
a. Ada indikasi pengarahan pengadaan pupuk
NPK pada merk dan produsen tertentu
Ada indikasi upaya pengarahan pengadaan pupuk
NPK pada merk Pullet produksi PT PG dan merk
OKA produksi PT BT, hal tersebut dikarenakan
produk kedua perusahaan tersebut tidak memenuhi
komposisi pupuk NPK sesuai kontrak dan standar
mutu minimal berdasarkan SNI 2803 :2012 (Lihat
Tabel Persyaratan Mutu NPK)
Nasional Indonesia (SNI)
hasilnya menunjukkan komposisi formula pupuk
OKA produksi PT BT berada dibawah standar mutu
minimal yang ditetapkan dalam SNI 2803:2012
- Tabel 1.2.8.b Ha si l Uji Pupuk PT BT oleh PT
Sucofindo : Disbunhorti Prov Sultra, dan
- Tabel 1.2.8.c Hasil Uji Laboratorium Pupuk PT
BT oleh PT Sucofindo : Disbun Prov Sulsel)
c. Terdapat dokumen pelaksanaan pengadaan
Pupuk NPK yang tidak sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya
Disbunhorti Prov.Sultra menerangkan terdapat 17
lembar salinan dokumen report of sampling yang
menerangkan bahwa telah dilakukan pengambilan
BPK RI merekomendasikan
Menteri Pertanian agar :
sampel pupuk oleh Sdr.Gnd dari Sucofindo
Surabaya.
tidak pernah menerbitkan 17 lembar dokumen
report of sampling atas nama Sdr.Gnd. Diketahui
pula bahwa Sucofindo Surabaya tidak memiliki
PPC( Petugas Pengambil Contoh) bernama Sdr.Gnd
yang pernah ditugasi untuk megambil sampel pupuk
OKA produksi PT BT di wilayah Sultra.
Lebih jauh, Sucofindo Surabaya dan Lab BPTP
Sulsel juga menyatakan bahwa pihaknya tidak
pernah mengetahui ataupun dilibatkan dalam
perumusan dan pelaksanaan klausul dalam dua
kontrak pada Disbunhori Prov. Sultra. Selain itu Lab
BPTP juga menyatakan tidak pernah melakukan
pengambilan sampel pupuk OKA 19-8-10-3-2 PT
BT di wilayah Sultra.
sampel pupuk OKA produksi PT BT telah sesuai
dengan spesifikasi teknis merupakan hasil uji
terhadap sampel pupuk hantaran dari PT BT
sehingga hasilnya tidak dapat mewakili kuantitas
tertentu di luar sampel yang diuji.
Untuk pupuk Pullet produkso PT PG, Lab BPTP
Sulawesi Selatan mengkonfirmasi bahwa hasil
pengujian tersebut diberikan terhadap sampel pupuk
hantaran dari masing-masing rekanan pemenang
lelang. Sedangkan hasil uji oleh Lab BPTP Jatim
dilakukan terhadap sampel yang memiliki dokumen
report of sampling dari PT Sucofindo UP gresik.
Namun, terungkap bahwa petugas Sucofindo UP
Gresik yang mengambil sampel tersebut tidak
memiliki regiter sebagai PPC. Lebih lanjut,
pengiriman sampel ke laboratorium tidak dilakukan
oleh pihak Sucofindo UP Gresik melainkan oleh
pegawai PT PG, hal ini dibuktikan oleh dokumen
tanda terima sampel di BPTP Jatim.
Hal tersebut mengakibatkan,
yang ditetapkan sehingga tujuan kegiatan
peningkatan produktivitas tanaman berpotensi
200.347.832.600 tidak dapat diyakini
Hal tersebut tidak sesuai dengan,
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat Pasal 17 ayat (1)
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman PAsal 37 ayat (1)
c. Standar Nasional Indonesia 2813:2012 tentang
Pupuk NPK Padat, angka 4 syarat mutu
d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
43/Permentan/SR.140/8/2011
pengadaan
Kementerian Pertanian Belum Memadai; Aset
Tetap Senilai Rp 88.832.298.828 (Rp 88,8 Milyar)
Tidak Diketahui Keberadaannya
yang meliputi 5 Kantor pusat, dan 22 Satker DK/TP di
Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Timur, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta dan
Lampung senilai Rp 88.832.298.828 ( Rp 88,8
Milyar).
Berdasarkan table diatas, aset tetap terbesar yang tidak
diketahui keberadaannya adalah peralatan dan mesin
sebesar Rp 74.606.808.615.
berasal dari berbagai aset milik satker inaktif,
pelimpahan aset dari satker inaktif maupun aset yang
dikelola oleh satker aktif baik di kantor pusat maupun
kantor daerah sebagai berikut:
pada satker inaktif Dinas Kelautan, Pertanian,
dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta
BPK merekomendasikan
tidak diketahui keberadaannya (Lihat tabel
1.4.2.f)
Milyar) pada 10 satker DK/TP Kementan dari
pelimpahan satker inaktif, dan pada satker
Kantor Pusat tidak diketahui keberadaannya.
No Aset Nilai
1 Peralatan dan
5 Aset lain-lain Rp 702.970.000
Rp 27.274.742.146
dan Identitas penggunanya.
No Aset Nilai
3 Jalan Jembatan Irigasi
Rp 61.422.633.484
- Nilai aset yang belum dilakukan inventarisasi dan
penilaian belum mencerminkan harga wajar
- Adanya keyakinan akan ketidakwajaran terhadap
aset tetap yang tidak diketahui keberadaannya
senilai Rp88.832.298.828 dengan rincian
sebagaimana disebutkan di atas.
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 Tahun
2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara
barang, kondisi barang,
informasi barang yang
- Lampiran II PSAP Nomor 7 Akuntansi Aset Tetap
paragraph 15
- PMK No.213/PMK.05/2013 Tentang Sistem
Pusat
GAMBARAN UMUM
TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD ) PROJECT
hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh
Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun 2015 yang dikeluarkan pada
semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK Loan
IBRD 8188 SUSTAINABLE MANAGEMENT OF AGRICULTURAL RESEARCH
AND TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD) PROJECT. Sedangkan
tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindak
lanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi
pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.
Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai
berikut;
K
KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016
ATAS LAPORAN KEUANGAN SUSTAINABLE MANAGEMENT OF AGRICULTURAL
RESEARCH AND TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD ) PROJECT KEMENTERIAN
PERTANIAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS 87-LAPORAN KEUANGAN PADA SUSTAINABLE MANAGEMENT OF
AGRICULTURAL RESEARCH AND TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD) PROJECT, KEMENTERIAN
PERTANIAN
Ketentuan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
program SMARTD Project untuk mempercepat
pencapaian kualitas dan kuantitas SDBM, masih
terdapat beberapa kelemahan.
penelusuran atas dokumen laporan akhir komponen
A dan dokumen pendukung lainnya :
- Terdapat 22 orang pejabat fungsional peneliti
peserta program jangka pendek/training yang sudah
beberapa kali mengikuti progam jangka
pendek/program pelatihan yang sama.
sepenuhnya didukung dengan kelengkapan
Pengembangan Pertanian (Banglitbangtan)
jangka panjang (S2 dan S3) tahun 2015 yang belum
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian
tentang Pemberian Tugas Belajar.
jangka panjang belum sepenuhnya memadai
BPK RI
merekomendasikan kepada
Kondisi tersebut mengakibatkan :
lainnya untuk mengikuti pelatihan jangka pendek
yang sama
dipertanggung jawabkan sesuai dengan Petunjuk
Pelaksanaan Program Pelatihan Jangka Pendek
- Kemajuan belajar para peserta pelatihan jangka
panjang kurang terpantau sehingga Banglitbangtan
tidak dapat segera mengambil tindakan
penyelesaian jika terjadi masalah
jangka panjang
- SK Kepala Badan Litbang Pertanian nomor
101/Kpts/KP.340/1/3/2014 tentang Petunjuk
Pengembangan Pertanian
24/Kpts/KP.310/01/2015 tentang Pedoman
- POM (Project Operation Manual ) , BAB III
Komponen A Pengembangan dan Pengelolaan
SDM
LAMPIRAN
Tabel persyaratan Mutu NPK
11
GAMBARAN UMUM
ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/lembaga pemerintah Pusat tahun 2015
yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk
menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan
wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan
negara.
Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;
K
KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016
ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TAHUN 2015 DI JAKARTA
OPINI BPK : WAJAR DENGAN PENGECUALIAN
1 Terdapat PNBP PSDH, DR dan IIUPH sebesar
Rp60.730.505.136,98 yang tidak dapat
tahun berjalan atau sebagai pembayaran piutang
Sebagian dari nilai Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP) (sebagaimana terlihat di tabel berikut),
Sebanyak Rp 60,73 Milyar merupakan pendapatan
(PNBP) yang telah dilaporkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) namun belum dapat
dipastikan apakah :
Daya Hutan (PSDH), DR (Dana Reboisasi), Izin
Usaha Pemanfaatan Hutan ( IUPH) Tahun 2015
atau,
BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang
cukup dan tepat tentang nilai tersebut karena data
maupun informasi yang diperlukan pada satuan kerja
terkait tidak tersedia.
Kondisi tersebut mengakibatkan :
PNBP DR, PSDH, dan Iuran izin usaha Usaha
Pemanfaatan Hutan (IIUPH) di Laporan
BPK RI dengan ini
tersebut karena tidak
lengkapnya dokumen sumber
Operasional Tahun 2015 tidak dapat diyakini
kewajarannya sebesar Rp 60,73 Milyar.
Ada potensi tidak seluruhnya PNBP tersajikan
Akibat lainnya, Bendahara penerimaan mengalami
kesulitan untuk memastikan jumlah keseluruhan SPP
yang diterbitkan dan dibayarkan selama tahun 2015
dan membedakan apakah merupakan pendapatan
tahun berjalan atau pelunasan piutang tahun
sebelumnya. Hal ini dikarenakan Permenhut
No.52/Menhut-II/2014 tidak mewajibkan Dinas
Jenderal Kemeterian LHK.
Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual
Rp426.690.870.563,00 ke dalam Laporan
hasil inventarisasi :
milik negara eks satker likuidasi senilai Rp426,69
Milyar yang berasal dari aktivitas peleburan KLH
dan Kemenhut. Nilai tersebut berasal dari
aktivitas likuidasi satker-satker milik KLH dan
Kemenhut yang diintegrasikan tanpa terlebih
dahulu dilakukan upaya inventarisasi serta uji
tuntas yang memadai untuk meyakinkan
kepemilikan dan keberadaan persediaan dan
barang milik negara.
Laporan Realisasi Anggaran Kementerian
Rp 75.707.494.699.
170.285.370, Beban Operasional RP
Operasional sebesar dan Rp 2.227.063.414 pada
Laporan Operasional yang tidak digabungkan
dalam LRA dan LO Kementerian LHK. Hal ini
dikarenakan adanya Sistem Akuntansi Instansi
Berbasis Akrual (SAIBA), aplikasi persediaan dan
BMN yang tidak mengakomodir adanya
penggabungan dua Kementerian yang masih
menggunakan Basis Akuntansi yang berbeda.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
LRA Kementerian LHK yang tidak akurat (kurang
menyajikan Rp 3.924.322.455 dan Rp
75.707.494.699.
Non Operasional pada Laporan Operasional (LO)
Kementerian LHK kurang disajikan Rp
170.285.370, Rp 83.746.029.397 dan Rp
2.227.063.414
426,690,870,563 belum diyakini kewajarannya
tetap dalam Neraca tahun 2015
Sehingga tidak dapat memberikan gambaran yang
akurat akan kondisi sebenarnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
dapat terintegrasi secara
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
NO.272/PMK.05/2014 Tentang Pelaksanaan
ayat 4 dan ayat 5.
3 Penatausahaan Aset Tetap Pada 25 Satker
Kementerian LHK Belum Tertib (berulang), hal
ini terlihat sebagai berikut:
tanah pada 9 Satuan kerja Kementerian
Perhutanan senilai Rp 4.356.394.852 yang belum
didukung bukti kepemilikan berupa sertifikat.
(Sebagaimana Terlampir di Tabel 1.8;Daftar
Tanah Belum Dilengkapi Bukti Kepemilikan)
b. Selain itu, terdapat 60 unit peralatan dan mesin
berupa kendaraan bermotor dan satu bidang tanah
pada Sembilan satuan kerja yang belum dapat
menunjukkan bukti kepemilikannya kepada
Dilengkapi Bukti Kepemilikan)
status tidak jelas pada satker BTN Gunung Leuser,
BTN Gunung Rinjani, dan BKSDA Sumatera
Utara.
2.895.625.000 yang dalam sengketa dengan
masyarakat dan Pemerintah Daerah pada satker
BPKRI merekomendasikan
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
Sulawesi Selatan.
berupa peralatan dan mesin senilai Rp
254.180.050 pada satker Taman Nasional (TN)
Batang Gadis serta gedung dan bangunan senilai
Rp 1.955.316.203 pada TN Gunung Leuser yang
belum diterbitkan SK Penghentiannya.
pengawasan, pengamanan, dan pengendalian
belum optimalnya upaya penyusunan Laporan
Keuangan 31 Desember 2015 oleh petugas SAI dan
SIMAK BMN.
2015 tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan :
UU Nomor 01 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
Negara Pasal 49 ayat (1)
Buletin Teknis Nomor 09 tentang Akuntansi Aset
Tetap, Bab X Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Pasal 41 ayat (2)
GAMBARAN UMUM
ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun
2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap
LK Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk
menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan
wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan
negara.
Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;
K
KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016
ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2015
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 22-KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN TAHUN 2015 DI JAKARTA
OPINI BPK : WAJAR TANPA PENGECUALIAN
1 Penatausahaan Persediaan Tidak Sesuai
Ketentuan
Sebanyak 14 satuan kerja Dirjen Perikanan
Tangkap mengalami penambahan saldo persediaan
dari posisi per 31 Desember 2014 , sedangkan
sisanya tidak mengalami perubahan (lihat lampiran
3 dan Lampiran 4)
pihak yang tidak berwenang
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor
272/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Likuidasi
Kementerian Negara/Lembaga
BPK merekomendasikan
Tidak Sesuai Ketentuan
dapat ditemukan keberadaannya. Aset tersebut
ditemukan pada Satker Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Kelautan, diketahui aset tetap senilai Rp 18,1
Milyar tidak diketahui keberadaannya,
Laboratorium Pembinaan dan Pengujian
BPK merekomendasikan
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Maluku TP-06.
2.362.545.535 di Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Barat belum
diketahui keberadaannya. Begitu pula di
Satker DKP Jawa Barat DK-03, aset senilai
Rp 85.400.000 belum diketahui
tetap berupa peralatan dan mesin dengan
total nilai Rp 228.600.500 , tidak diketahui
keberadaannya.
di DKP Sulut Satker-03; Rp 66.862.500 di
DKP Sulut TP-03; dan Rp 327.143.500 di
DKP Sulut DK-05 tidak dapat diketahui
keberadannya.
total nilai Rp 74.380.000 di Satker DK-07 , 3
unit diantaranya tidak dapat ditemukan.
5. Kabupaten Minahasa Selatan-Aset
tidak dapat diketahui keberadaannya di DKP
TP-06.
aset-aset milik satker inaktif.
terhadap aset senilai Rp 22,8 Milyar yang
tidak diketahui keberadaannya.
- UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara Pasal 44
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
barang Milik Negara/Daerah Pasal 42
melakukan inventarisasi
- Buletin Teknis SAP No.15 tentang
Akuntansi Aset Tetap Poin 11.1 tentang Aset
Tetap Berbasis Akrual
- Peraturan Menteri Keuangan
No.233/PMK.05/2011 tentnag perubahan
Pemerintah Pusat
Milik Negara
Entitas Pemerintah Pusat
Negara Berupa Tanah
GAMBARAN UMUM
PEMERIKSAAN TERHADAP LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB 0379-INO TAHUN 2015
ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun
2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016.
Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK 89-LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT
ADB 0379-INO TAHUN 2015 pada CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT
PROGRAM- CORAL TRIANGLE INITIATIVE, DITJEN KP3K DAN DITJEN PERIKANAN
TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SERTA INSTANSI
TERKAIT LAINNYA. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi
sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan
fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.
Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:
K
KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016
ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB 0379-INO TAHUN 2015
CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM-CORAL TRIANGLE INITIATIVE
(COREMAP-CTI) PROJECT, DITJEN KP3K DAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SERTA INSTANSI TERKAIT LAINNYA
TAHUN ANGGARAN 2015
NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 89- LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB
0379-INO PADA CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM-CORAL TRIANGLE INITIATIVE
(COREMAP-CTI) PROJECT
1 Pengelompokan Belanja Dalam Kategori Proyek
Tidak Konsisten (Grant ADB 0379-INO)
a. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
dan Laut (BPSPL ) Padang
masuk dalam kategori 4 surveys and studies,
dimana seharusnya masuk dalam kategori 2
vehicles and equipment
-Dalam SPM 00226/BPSPL/XII/2015
masuk dalam kategori 4 surveys and studies,
dimana seharusnya masuk dalam kategori 2
vehicles and equipment
Kabupaten Kepulauan Mentawai
kategori antara dokumen bukti realisasi pada
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dengan Laporan
68.263.000 (Lampiran Tabel 1.1.).
antara bukti pertanggungjawaban dengan
SPM nomor 00024. SPM Nihil dibuat pada
bulan Maret 2016.
setiap termin, dimana pengelompokan
pembayaran uang muka berbeda dengan
pengelompokan pembayaran akhir
1.2).
dan materials melebihi anggaran masing
masing sebesar Rp79.400.000,00 dan
Rp602.835.000,00. Terdapat perbedaan nilai
RKAKL.
RKAKL hanya sampai tingkat KPA.
Hal tersebut tidak sesuai dengan,
-Pedoman Umum Coremap-CTI bagian
menyatakan bahwa Anggaran digunakan
sesuai kategori.
belanja sesuai kategori yang sebenarnya dan
menimbulkan kerancuan dalam pencatatan
konsolidasi keuangan.
GAMBARAN UMUM
PEMERIKSAAN TERHADAP LOAN WB IBRD NO. 8336-ID DAN GRANT WB NO.
TF015470 TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND
MANAGEMENT PROGRAM- CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP – CTI)
ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun
2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016.
Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK 90- LOAN WB IBRD NO. 8336-ID DAN
GRANT WB NO. TF015470 TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND
MANAGEMENT PROGRAM- CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) PROJECT
DITJEN KP3K DAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN SERTA INSTANSI TERKAIT LAINNYA. Sedangkan tujuan dari kajian
adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai
pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi
keuangan negara.
Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;
K
negeri pada tahun tersebut
KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016
ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN WORLD BANK IBRD NO. 8336-ID DAN GRANTNO. TF015470
TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM- CORAL
TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) PROJECT DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT
DAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SERTA
INSTANSI TERKAIT LAINNYA
TAHUN ANGGARAN 2015
NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 90- LOAN WORLD BANK IBRD NO. 8336-ID
DAN GRANTNO. TF015470 TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM-
CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) PROJECT
OPINI BPK : WAJAR TANPA PENGECUALIAN
1
Unit (PIU) Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Wakatobi Senilai Rp98.500.000,00
dan dokumen pertanggungjawaban tersebut diketahui
bahwa salah satu keluaran yang diharapkan yaitu Peta
pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir dan
laut Wakatobi tidak dihasilkan oleh pihak konsultan
Hal tersebut tidak sesuai dengan,
-Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah
LAMPIRAN