kata pengantar - web viewdigunakan dalam stainless steel, elektroplating krom, pewarna, penyamakan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Zaman informasi dan teknologi yang semakin berkembang pesat, serta
semakin ketatnya persaingan di dunia industri menyebabkan banyaknya
pengangguran, dikarenakan banyaknya industri yang menuntut tenaga kerja
untuk memiliki kemampuan yang berkualitas. Maka dari itu, sebagian besar
masyarakat lebih ,memilih sekolah yang dapat melatih dan menanamkan
kemampuan yang dibutuhkan industri. Karena itu, kini masyarakat lebih banyak
memilih SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) daripada SMA (Sekolah Menengah
Atas), karena SMK lebih mengutamakan siswa dan siswinya untuk siap di dunia
kerja.
Prakerin (Praktek Kerja Industri) adalah suatu program dari SMK yang bertujuan
agar siswa-siswinya dapat menambah wawasan mengenai dunia industri sehingga
siswa-siswi akan terbiasa dengan dunia kerja. Karena itu, pihak sekolah
bekerjasama dengan pihak dunia industri atau perusahaan perihal pelaksanaan
kegiatan Prakerin guna mempersiapkan siswa-siswi yang siap kerja dan mapu
menghadapi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan persaingan
dunia industri.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja Industri
(Prakerin), yakni :
1. Memantapkan keterampilan sesuai dengan keahlian atau jurusannya.
2. Mengembangkan ilmu yang diperoleh dari sekolah.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai dunia kerja.
4. Mempelajari Organisasi Perusahaan.
5. Menyiapkan tenaga yang siap pakai.
6. Memantapkan sikap profesionalitas siswa-siswi yang dibutuhkan sebagai
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 1
bekal memasuki dunia kerja.
7. Menjalin kerjasama antar sekolah dengan industri atau perusahaan
1.3 LOKASI DAN WAKTU
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Industri dilaksanakan di Laboratorium
Kebumian Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, Jl.
Soekarno-Hatta No. 576 Bandung. Yang pelaksanaannya dimulai pada tanggal 4
Januari 2010 sampai dengan tanggal 31 Maret 2010.
1.4 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup analisis air yang dilaksanakan di Laboratorium Kebumian Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral, meliputi analisis air secara parameter fisika
dan parameter kimia.
Untuk analisis air secara parameter fisika yang diuji, meliputi :
1. pH (Derajat Keasaman)
2. TDS (Total Zat Padat Terlarut)
3. TSS (Total Zat Padat Tersuspensi)
4. DO (Oksigen Terlarut)
5. Daya Hantar Listrik
6. Salinitas
7. Warna
Untuk analisis air secara parameter kimia yang diuji, meliputi :
1. SO42-
2. NO3- - N
3. NO2- - N
4. PO43- - P
5. F-
6. Cr6+
7. Cl-
8. COD (Kebutuhan Oksigen Kimia)
9. Keadahan Total – CaCO3
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 2
10. Zat Organik
Beberapa pengujian tersebut dapat dianalisis secara :
1. Gravimetri, yakni pada pengujian TSS (Total Zat Padat Tersuspensi).
2. Volumetri, yakni pada pengujian :
a. DO (Oksigen Terlarut)
b. Cl-
c. COD (Kebutuhan Oksigen Kimia)
d. Kesadahan Total – CaCO3
3. Spektrofotometri, yakni pada pengujian :
a. SO42-
b. NO3- - N
c. NO2- - N
d. PO43- - P
e. F-
f. Cr6+
g. Warna
4. Elektrometri, yakni pada pengujian :
a. pH (Derajat Keasaman)
b. TDS (Total Zat Padat Terlarut)
c. Daya Hantar Listrik
d. Salinitas
BAB II
INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 3
2.1 Sejarah Institusi
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat berkedudukan di Kota
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Dinas ini pertama kali dibentuk pada tahun 1978
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
4/DP/040/DP/1978 dan kelembagaannya diatur dengan Peraturan Daerah Nomor
5/DP/040/DP/1978. Awalnya dinas ini berdiri dengan nama ”Dinas
Pertambangan Daerah Provinsi Jawa Barat”. Peraturan Daerah ini baru dapat
dilaksanakan pada tahun 1986 setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.
37 Tahun 1986 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang
Pertambangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Salah satu faktor yang mendorong terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1986 tersebut adalah kenyataan semakin meluasnya usaha penambangan
dan meningkatnya kerusakan serta gangguan terhadap kemampuan fungsi
lingkungan, sehingga peran Pemerintah Daerah perlu lebih dipertegas dalam
pengaturan dan pengendaliannya, melalui pengesahan urusan.
Peraturan Daerah yang ditetapkan pada tahun 1978 ternyata sudah tidak sesuai
lagi pada saat pengesahan, sehingga pada tahun 1988 dilakukan pencabutan
Peraturan Daerah Nomor 5/DP/040/DP/1978 yang diganti dengan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 1988 tentang perubahan Struktur Organisasi dan Tata
Kerja, dengan susunan organisasi terdiri dari : 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 4
(empat) Sub Dinas yaitu Sub Dinas Konservasi, Sub Dinas Pengusahaan
Pertambangan, Sub Dinas Bina Program, Sub Dinas Teknik Pertambangan, dan
ditambah dengan pembentukan 7 (tujuh) Cabang Dinas yang meliputi : Cabang
Dinas I / Serang, Cabang Dinas II / Bogor, Cabang Dinas III / Sukabumi, Cabang
DinasIV / Cirebon, Cabang Dinas V / Purwakarta, Cabang Dinas VI / Bandung,
Cabang Dinas VII / Tasikmalaya.
Pada tahun 1996 didirikan Laboratorium Dinas Pertambangan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat No.541.3/SK.1552-HUK/1994 dengan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 4
tugas dan fungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas teknis Dinas
Pertambangan. Pengelolaannya dibawah kendali Sub Dinas Pertambangan.
Pada tahun 2002 dibentuk Balai Penelitian Pertambangan dan Energi dengan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.5 Tahun 2002 tentang Perubahan
Peraturan Daerah No.15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat .
Dengan dibentuknya Balai Penelitian Pertambangan dan Energi Provinsi
No.541.3/SK.02-HUK, maka Laboratorium Dinas Pertambangan diubah menjadi
Laboratorium Kebumian secara resmi di dalamnya.
Dengan disahkannnya Peraturan Daerah No.21 Tahun 2008 tentang perubahan
Struktur Organisasi Perangkat Daerah (SOPD), maka Dinas Pertambangan dan
Energi diubah nomenklaturnya menjadi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM). Sehingga secara otomatis Laboratorium Kebumian tetap berada dalam
Balai Penelitian Pertambangan dan Energi di lingkungan Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral, hal ini diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah No.17
Tahun 2008 mengenai Fungsi Balai Penelitian Pertambangan dan Energi. Balai
Penelitian Pertambangan dan Energi diubah namanya menjadi Balai Pengujian
Energi dan Sumber Daya Mineral sesuai dengan Peraturan Gubernur No.113
Tahun 2009.
2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsinya
Kedudukan Dinas Pertambangan dan Energi yang sekarang berubah menjadi
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral adalah unsur pelaksanaan pemerintah
daerah di bidang pertambangan dan energi. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Kepala
Daerah. Tugas pokok Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral adalah
merumuskan kebijaksanaan operasional di bidang pertambangan umum, energi
dan migas yang merupakan sebagian kewenangan yang dilimpahkan kepada
Gubernur berdasarkan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Fungsi Dinas
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 5
Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan Keputusan Gubernur No. 50
Tahun 2001 adalah :
1. Perumusan kebijaksanaan opersional di bidang pertambangan dan energi.
2. Penyelanggara pelayanan umum di bidang pertambangan dan energi.
3. Fasilitas di bidang pertambangan umum, energi, dan migas.
4. Penyelenggara ketatausahaan dinas.
Tugas pokok Balai Penelitian Pertambangan dan Energi yang kini berubah
menjadi Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah melaksanakan
penelitian kualitas dan pemanfaatan pertambangan umum, air bawah tanah,
energi primer dan sekunder, panas bumi dan migas sesuai dengan kewenangan
provinsi. Seperti yang tercantum dalam Keputusan Gubernur No. 62 Tahun 2002
tentang tugas pokok, fungsi, dan rincian tugas unit pelaksanaan teknis daerah di
lingkungan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.
Dalam pelaksanaannya khususnya menyangkut pertambangan umum dan air,
Balai Penelitian dilengkapi dengan instalasi berupa laboratorium yakni
Laboratorium Kebumian. Labortorium disamping sebagai pemegang pelaksanaan
tugas pokok, juga didesain untuk menjadi salah satu ‘motor’ pendapatan daerah
(provinsi) melalui pelayanan pengujian air baku, air limbah, kimia mineral, dan
geomekanik.
Kegiatan pengujian dilakukan dengan berdasarkan sistem mutu yang disesuaikan
dengan SNI 19-17025-2005, guna memberikan jaminan konsistensi serta
kompetensi teknis pengujian dalam ruang lingkup kegiatannya.
Sistem mutu Laboratorium Kebumian dituangkan dalam pedoman mutu prosedur
mutu, prosedur laboratorium, prosedur administrasi, metode uji, dan instruksi
kerja yang didokumentasikan, dimengerti, dan dilaksanakan oleh semua personil
Laboratorium Kebumian Balai Penelitian Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Jawa Barat.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 6
Lokasi Laboratorium Kebumian terletak di lingkungan Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral Provinsi Jawa Barat di Jalan Soekarno-Hatta No. 596 Bandung.
2.3 Organisasi
2.3.1 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat didrikan pada tahun 1995,
berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 tahun 1995 dan kemudian disempurnakan
sejak otonomi daerah tahun 2001 (SK. Gubernur No. 50 Tahun 2001) dan dengan
adanya perubahan SOPD sesuai Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2008 maka
Dinas Pertambangan dan Energi berubah nama menjadi Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral dan memiliki kelembagaan yang terdiri dari :
1. Unsur pimpinan adalah Kepala Dinas
2. Unsur pembantu pimpinan di bidang adminsitrasi adalah sekretaris, yang
terdiri dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Keuangan, dan Sub Bagian
Perencanaan.
3. Unsur pembantu pimpinan di bidang teknis adalah Bidang LPE (Listrik dan
Pemanfaatan Energi), Bidang MGAT (Mineral, Geologi, dan Air Tanah),
Bidang Panas Bumi dan Migas, dan Bidang Bina Usaha dan Kerjasama.
4. Unsur pelaksana adalah Balai, yang pembentukan dan kelembagaannya diatur
dengan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2002, yang terdiri dari empat Balai
Wilayah dan satu Balai Penelitian.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 7
Struktur Organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral ialah seperti pada
gambar 1.1
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Jawa Barat (1)
2.3.2 Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat
Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas pokok
melaksanakan pelayanan pengujian kualitas, sertifikasi produk dan
pengembangan teknologi bidang energi dan sumber daya mineral. Fungsi dari
Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, antara
lain:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengujian kualitas dan sertifikasi produk energi
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 8
dan sumber daya mineral;
b. Penyelenggaraan pengembangan teknologi energi dan sumber daya mineral.
Susunan Organisasi Balai terdiri atas :
a. Kepala;
b. Subbagian Tata Usaha;
c. Seksi Teknis Pengujian;
d. Seksi Pengembangan;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.3.3 Laboratorium Kebumian Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya
Mineral
Laboratorium Kebumian Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Jawa Barat dibentuk pada tahun 1996 berdasarkan SK Gubernur
Provinsi Jawa Barat dengan tugas dan fungsi untuk membantu kelancaran
pelaksanaan tugas teknis Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Barat.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2003 telah disusun Perda Provinsi Jawa
Barat No.16 Tahun 2003 tentang Retribusi Jasa Pengujian Laboratorium
Kebumian, dan direvisi oleh Perda No.17 Tahun 2008. Berdasarkan peraturan
tersebut maka pengujian kualitas air, air limbah, kimia mineral serta geomekanik
dikenakan pembayaran dan hasil uji kualitas air menjadi parameter utama dalam
penetapan Nilai Perolehan Air sebagai faktor pajak pengambilan air bawah tanah
di wilayah Jawa Barat.
Struktur organisasi Laboratorium Kebumian Balai Pengujian Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral terdiri atas Kepala Laboratorium yang dibantu oleh tiga
manajemen, yakni Manajer Mutu, Manajer Teknis, dan Manajer Administrasi.
Manajer Teknis dibantu oleh seorang Deputi, membawahi Kepala Sub
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 9
Kepala Balai
Kepala Laboratorium Kebumian
Deputi Manajer Mutu
Manajer TeknisDeputi Manajer
Teknis
Manajer AdministrasiStaf Administrasi
Kasub Laboratorium Air
Kasub Laboratorium Mineral
Sub Lab. KimiaMineral
Sub Lab. KimiaGeomekanik
Analis AnalisAnalis
Laboratorium Air dan Kepala Sub Laboratorium Mineral, sebagaimana yang
tertera dalam bagan organisasi seperti pada gambar 1.2
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Laboratorium Kebumian
Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral
2.4 Kebijakan Mutu
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 10
Manajemen Laboratorium Kebumian Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya
Mineral Provinsi Jawa Barat memberikan pelayanan pengujian yang
mengutamakan mutu bagi pelanggan baik dari kalangan pengusaha maupun
perorangan. Para pelanggan laboratorium dapat mengetahui kualitas air dari
bahan atau contoh uji dengan jelas serta arah pemanfaatannya. Laboratorium
Kebumian menjamin bahwa pekerjaan pengujian dilaksanakan dengan kejujuran
teknis, teliti, cepat, akurat, serta efisiensi dalam menggunakan sumber daya.
Laboratorium Kebumian Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Jawa Barat menjamin perlindungan atas kerahasiaan informasi dan
kepemilikan pelanggan serta tidak terlibat dalam segala operasional yang dapat
mengurangi kepercayaan atau kompetensinya.
Kegiatan pengujian dilaksanakan berdasarkan sistem mutu sesuai dengan SNI-
19-17025-2005, guna memberikan jaminan konsistensi dan kompetensi teknis
pengujian dalam ruang lingkup kegiatannya. Sistem mutu laboratorium
dituangkan dalam pedoman mutu, prosedur, metoda uji, dan instruksi kerja yang
didokumentasikan, dimengerti, dan dilaksanakan oleh semua personil
laboratorium Kebumian Balai Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral secara
profesional.
Dalam rangka menjamin kepastian jumlah dan lokasi sampel, berkaitan dengan
manfaat hasil uji bagi perhitungan pajak, laboratorium memberikan pelayan
lebih, yaitu berupa pengambilan sampel oleh petugas. Untuk keperluan-keperluan
di luar pajak pun, pelayanan pengambilan sampel dapat ditawarkan kepada
pelanggan.
BAB III
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 11
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum
dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara
hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang
mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sul-
fida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang
mengelilingi oksigen adalah nitrogen, fluor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua
elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas
pada temperatur dan tekanan normal.
Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa berkeadaan
cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif daripada elemen-elemen
lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan
jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jum-
lah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada
atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air
memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-
molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling
berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya
menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 12
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskrip-
sikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan se-
buah ion hidroksida (OH-).
3.1.1 Sifat - Sifat Kimia dan Fisika
Informasi mengenai sifat fisika dan kimia air seperti tercantum pada gambar 3.1
Air
Informasi dan sifat-sifat
Nama
sistematisair
Nama alternatifaqua, dihidrogen monoksida,
Hidrogen Hidroksida
Rumus molekul H2O
Massa molar 18.0153 g/mol
Densitas dan
fase
0.998 g/cm³ (cariran pada 20 °C)
0.92 g/cm³ (padatan)
Titik lebur 0 °C (273.15 K) (32 °F)
Titik didih 100 °C (373.15 K) (212 °F)
Kalor jenis 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20 °C)
Gambar 3.1 Molekul air (2)
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 13
3.1.1.1 Elektrolisis air
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya
arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air
bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion
hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi
gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion
H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul
air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai
berikut.
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung
pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan se-
bagai bahan bakar kendaraan hidrogen.
3.1.1.2 Kelarutan (solvasi)
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut se-
bagai zat-zat hidrofilik (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur
dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat hidrofobik
(takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat terse-
but menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-
dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya
tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan
akan mengendap dalam air.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 14
3.1.1.3 Kohesi dan adhesi
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron
yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+)
dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih
elektronegatif dibandingkan atom hydrogen - yang berarti atom oksigen memiliki
lebih kekuatan tarik pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam
molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik
muatan negatif electron - elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom
oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah - daerah di sekitar kedua atom
hidrogen. Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami
kepolarannya.
3.1.1.4 Tegangan permukaan
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air
ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan
(non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah
permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat mem-
bentuk suatu lapisan tipis ( thin film ) karena gaya tarik molekular antara gelas
dan molekul air merupakan gaya adhesi yang lebih kuat daripada gaya kohesi an-
tar molekul air.
Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan
permukaan protein yang bersifat hidrofilik, yaitu permukaan - permukaan yang
memiliki ketertarikan kuat terhadap air. Irvin Langmuir mengamati suatu gaya
tolak yang kuat antar permukaan-permukaan hidrofilik. Untuk melakukan de-
hidrasi suatu permukaan hidrofilik, dalam arti melepaskan lapisan yang terikat
dengan kuat dari hidrasi air perlu dilakukan kerja sungguh - sungguh melawan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 15
gaya - gaya ini, yang disebut gaya-gaya hidrasi. Gaya-gaya tersebut amat besar
nilainya akan tetapi meluruh dengan cepat dalam rentang nanometer atau lebih
kecil. Pentingnya gaya-gaya ini dalam biologi telah dipelajari secara ekstensif
oleh V. Adrian Parsegian dari National Institute of Health. Gaya-gaya ini penting
terutama saat sel-sel terdehidrasi saat bersentuhan langsung dengan ruang luar
yang kering atau pendinginan di luar sel (extracellular freezing).
3.2 Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju
(sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke
atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara
berlanjut dalam tiga cara yang berbeda:
Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman,
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi
awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air
yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah-air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 16
Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka
aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat
biasanya pada daerah urban. Sungai - sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu
terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten
Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap,
yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
Siklus hidrologi ditunjukkan seperti pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Siklus Hidrologi (3
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 17
3.2.1 Macam - macam air di dunia
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun
juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di dunia
dapat digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu :
3.2.1.1 Air di Udara
Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer
bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam
jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun
sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air
berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi
akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.
Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk: dalam bentuk uap yang tak kasat
mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir
merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Atmosfer membungkus bumi dengan lapisan-lapisan yang jelas batas-batasnya.
Lapisan yang pertama dan yang paling bawah adalah troposfer. Tebal troposfer
berkisar dari delapan kilometer di kutub sampai 16 km di khatulistiwa. Udara
troposfer merupakan ketel pemasak cuaca bumi. Di dalam troposfer udara
lembab yang dipanasi oleh tanah di bawahnya menggelembung ke atas di
khatulistiwa, dan menciptakan aliran besar udara ke atas di daerah tropik. Jauh di
sebelah utara, massa udara dingin dan kering turun ke bumi. Angin horisontal
menderu melintasi padang salju dengan kecepatan tinggi. Suhu permukaan yang
berkisar dari 38 derajat celcius di atas samudera dan gurun pasir sampai minus 73
derajat celcius di kutub menciptakan adukan dalam atmosfer dan menentukan
cuaca beserta polanya di seluruh dunia. Di dalam troposfer suhu turun dengan
bertambahnya ketinggian dari muka bumi atau dengan bertambahnya jarak dari
sumber panas atmosfer, yakni bumi yang dipanasi matahari.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 18
Rata - rata suhu turun sebanyak dua derajat setiap kenaikan 305 meter. Selain
matahari, geometri bumi dan atmosfer, masih ada faktor terakhir yang
mempengaruhi cuaca. Faktor ini adalah bentuk-bentuk geofisik permukaan bumi,
seperti misalnya pegunungan, samudera, benua, lembah atau danau. Bagaimana
cuaca di suatu daerah pada hari ini atau pada bulan yang akan datang itu sangat
bergantung kepada bentuk permukaan daerah tersebut.
Daratan, misalnya lebih cepat mengumpulkan panas dan juga lebih cepat
kehilangan panas dibandingkan dengan perairan. Karena air menahan panas lebih
lama daripada tanah, orang yang berdiam dekat pantai atau dekat danau besar di
pedalaman mengalami musim panas yang lebih sejuk dan musim dingin yang
relatif lebih ringan bila dibandingkan dengan mereka yang bertempat tinggal jauh
dari danau atau lautan. Akibat lainnya ialah angin laut sejuk yang bertiup dari
perairan pada siang hari, dan angin darat yang bertiup dari daratan pada malam
hari. Hal itu merupakan ciri utama pola cuaca pesisir, khususnya di daerah tropis.
3.2.1.2 Air Permukaan
Setiap tetes air hujan yang jatuh ke tanah merupakan pukulan-pukulan kecil ke
tanah. Pukulan air ini memecahkan tanah yang lunak sampai batu yang keras.
Partikel pecahan ini kemudian mengalir menjadi lumpur, dan lumpur ini
menutupi pori-pori tanah sehingga menghalangi air hujan yang akan meresap ke
dalam tanah. Dengan demikian maka semakin banyak air yang mengalir di
permukaan tanah.
Aliran permukaan ini kemudian membawa serta batu-batu dan bongkahan
lainnya, yang akan semakin memperkuat gerusan pada tanah. Goresan akibat
gerusan air dan partikel lainnya ke tanah akan semakin membesar. Goresan ini
kemudian menjadi alur-alur kecil, kemudian membentuk parit kecil, dan akhirnya
berkumpul menjadi anak sungai. Anak-anak sungai ini kemudian berkumpul
menjadi satu membentuk sungai. Pada tempat-tempat yang letaknya lebih rendah,
air berkumpul dan tergenang membentuk danau.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 19
3.2.1.3 Air Sungai
Air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali menjadi air di udara,
sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan. Aliran air
di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih
rendah dan membentuk sungai yang kemudian menalir ke laut.
Pada tahun 1880-an seorang ahli geologi berkebangsaan Amerika, William Davis
Morris, berpendapat bahwa sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup.
Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa
tua. Menurut Davis, siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di
atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian
parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. Danau menampung air
pada daerah yang cekung, tapi kemudian hilang sebagai sebagai sungai dangkal.
Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi
yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai
utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin banyak sungai, lembahnya
semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang.
3.2.1.4 Air Bawah Tanah (ground water)
Lebih dari sembilan puluh delapan persen dari semua air di daratan tersembunyi
di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua
persen sisanya terlihat sebagai air di sungai, danau dan reservoir. Setengah dari
dua persen ini disimpan di reservoir buatan. Sembilan puluh delapan persen dari
air di bawah permukaan disebut air tanah dan digambarkan sebagai air yang ter-
dapat pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya
adalah kelembaban tanah.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 20
Sirkulasi air tanah ditunjukkan seperti pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Air Tanah (4)
3.3 Penggolongan Air
Menurut PPRI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia) No.82 Tahun 2001
Pasal 8, Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air menurut kegunannya dibagi 4 kelas,
yaitu :
1. Kelas satu, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk air bakti, air
minum, dan atau untuk peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut
3. Kelas tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau perun-
tukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 21
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, per-
tanaman dan atau peruntukkan yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
3.4 Pengambilan sampel
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya
dalam arti masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sam-
pelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan
nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.
Dalam memilih titik pengambilan sampel, maka setiap tempat harus diberlakukan
secara individu. Kriteria umum dalam menentukan titik sampling adalah :
1. Titik-titik pengambilan sampel secara umum harus dipilih sedemikian rupa
sehingga mewakili secara keseluruhan dan bagian pokok dari sistem. Titik –
titik sampel harus secara seragam menyebar keseluruh sistem.
2. Titik-titik tersebut harus meliputi bagian yang mewakili suatu kondisi dari
sistem mulai dari yang paling baik hingga tempat yang kemungkinan mem-
peroleh kontaminasi (misalnya : belokan, daerah bertekanan rendah, ujung
dari sistem dan lain-lain).
3. Titik pengambilan harus terletak didalam kedua tipe sistem distribusi
(tertutup dan terbuka) sebanding dengan jumlah-jumlah sambungan atau
cabang.
Ada beberapa pemilihan titik pengambilan sampel sesuai dengan keadaan dan
situasi tempat pengambilan sampel diantaranya :
1. Titik pengambilan contoh air sungai
Titik pengambilan contoh air sungai ditentukan berdasarkan debit air
sungai yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a. sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik
ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau di-
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 22
ambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari per-
mukaan sampai ke dasar secara merata.
b. sungai dengan debit antara 5 m3/detik - 150 m3/detik, contoh diambil pada
dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada ke dalaman
0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sam-
pler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara
merata kemudian dicampurkan.
c. sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada
kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan
alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai
ke dasar secara merata lalu dicampurkan.
2. Titik pengambilan contoh air danau atau waduk.
Titik pengambilan contoh disesuaikan dengan kedalaman danau/ waduk
sebagai berikut :
a. Danau atau waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil
di 2 (dua) titik yaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian
dicampurkan (komposit ke dalam).
b. Danau atau waduk yang kedalamannya 10 m – 30 m, contoh diambil di 3
(tiga) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin dan bagian dasar
kemudian dicampurkan (komposit ke dalam).
c. Danau atau waduk yang kedalamannya 31 m – 100 m, contoh diambil di
4 (empat) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin, di atas lapisan
hipolimnion, dan bagian dasar kemudian dicampurkan (komposit
kedalam).
d. Danau atau waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh ditambah sesuai keperluan kemudian dicampurkan
(komposit ke dalam).
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 23
3.5 Pengawetan sampel
Tabel 3.1 Cara pengawetan sampel untuk beberapa analisa air. (5)
Penetapan Pengawet Batas Penyimpanan
Kesadahan Tambahkan HNO3sampai pH < 2 6 bulan
KOK/COD Tambahkan H2SO4 sampai pH < 2 28 hari
Klorida Tanpa pengawetan 28 hari
Warna Pendinginan 48 jam
Sulfida Tambahkan tetes ZnSO4 2 N / 100 mL
atau dinginkan
28 hari
Logam Penyaringan segera, lalu tambahkan
HNO3 sampai pH < 2
6 bulan
Flourida Tanpa diawetkan 28 hari
Amonia-N Tambahkan H2SO4 sampai pH < 2 28 hari
Nitrat-N Tambahkan H2SO4 sampai pH < 2 48 jam
Nitrit-N Dinginkan 48 jam
Organik-N Tambahkan H2SO4 sampai pH < 2,
dinginkan
28 hari
Fosfat Untuk fosfat terlarut, disaring dan
segera dinginkan
48 jam
Kekeruhan Simpan di tempat gelap 48 jam
Asiditas/
alkalinitas
Didinginkan 1 / 14 hari
Suhu Dianalisis segera
Zat
tersuspensi
Didinginkan 7 atu 14 hari
pH Dianalisis segera 2 jam
DHL Didinginkan 0
DO Cara elektroda khusus(analisis segera) 0,5 / 1 jam
BOD Didinginkan 6 jam / 14 hari
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 24
3.6 Analisa Air
Air yang akan digunakan maupun yang telah digunakan harus mempunyai per-
syaratan – persyaratan tertentu. Untuk mengetahui kriteria air, maka air tersebut
perlu dianalisis terlebih dahulu. Untuk menganalisis air, maka dilakukan dua je-
nis pengujian diantaranya :
Analisis secara fisika Analisis secara kimia
3.6.1 Analisis Secara Fisika
Beberapa macam parameter untuk analisa air secara fisika diantaranya, yaitu :
3.6.1.1 Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organ-
isme. Proses metabolisme hanya berfungsi di dalam kisaran suhu yang relatif
sempit, biasanya antara 0 - 40oC. tetapi ada juga organisme yang mampu mento-
lerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas tersebut, misalnya
ganggang hijau-biru yang hidup pada suhu 85oC di sumber air panas. Proses
metabolisme meningkat dua kali untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Ke-
banyakan organisme laut telah mengalami adaptasi untuk hidup dan berkembang
biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0-40oC .
3.6.1.2 Salinitas
Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garam - garam
anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan
gas-gas terlarut. Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang
ialah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena didalam air laut terlarut garam -
garam yang paling utama adalah natrum klorida ( NaCl ) yang sering disebut
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 25
garam dapur. Selain NaCl, di dalam air laut terdapat pula MgCl2, kalium, kalsium
dan sebagainya. Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang
terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (permil,
gram per liter) Di perairan pantai karena terjadi pengenceran misalnya karena
pengaruh aliran sungai salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan
penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah is-
tilah umum yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air
tawar dan air laut. Perairan estuari atau daerah sekitar kuala dapat mempengaruhi
struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air
tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat juga pengadukan air sangat
menentukan.
3.6.1.3 Derajat keasaman (pH)
Nilai pH air yang normal adalah netral, yaitu antara pH 6 sampai pH 8. Air yang
pH-nya kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari 7 bersifat
basa. Tanah yang bersifat asam akan mengakibatkan pelarutan dan ketersediaan
logam berat yang berlebihan dalam tanah. Perubahan pH yang sangat asam
maupun basa akan mengganggu kelangsungan hidup organisme akuatik karena
menyebabkan terganggunya metabolisme dan respirasi.
3.6.1.4 Konduktivitas
Konduktivitas adalah ukuran seberapa baik air dapat melewati arus listrik. Ini
adalah ukuran langsung kehadiran padatan terlarut anorganik seperti klorida,
nitrat, sulfat, fosfat, natrium, magnesium, kalsium, besi dan aluminium.
Kehadiran zat ini meningkatkan konduktivitas suatu badan air. Bahan organik
seperti minyak, alkohol, dan gula tidak menghantarkan listrik dengan baik, dan
dengan demikian memiliki konduktivitas yang rendah dalam air.
Padatan terlarut anorganik bahan penting untuk kehidupan akuatik. Mereka men-
gatur aliran air masuk dan keluar dari organisme 'sel dan membangun blok dari
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 26
molekul yang dibutuhkan untuk hidup. Konsentrasi tinggi padatan terlarut Na-
mun, keseimbangan air dapat menyebabkan masalah bagi organisme perairan dan
menurunkan kadar oksigen terlarut.
3.6.1.5 Total Padatan Tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS)
TSS ( Total Suspended Solid ) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang
tersuspensi di dalam air berupa bahan - bahan organik dan anorganic yang da-
pat disaring dengan kertas Millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang tersus-
pensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi pene-
trasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.
3.6.1.6 Total Padatan Terlarut atau Total Dissolved Solids (TDS)
Total padatan terlarut (TDS) dalam air terdiri dari garam anorganik dan mem-
bubarkan bahan. Pada perairan alami, garam adalah senyawa kimia yang terdiri
dari anion seperti karbonat, klorida, sulfat, dan nitrat (terutama di tanah air), dan
kation seperti kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan natrium (Na).
Dalam kondisi ambient, senyawa ini hadir dalam proporsi yang menciptakan so-
lusi yang seimbang. Jika ada masukan tambahan padatan terlarut ke dalam sis-
tem, keseimbangan berubah dan efek merugikan dapat dilihat. Input mencakup
alam dan sumber antropogenik.
3.6.1.7 Warna
Warna didalam air terbagi menjadi dua ( yaitu : Warna semu (Apparent color),
adalah warna yang disebabkan oleh partikel partikel penyebab kekeruhan (tanah,
pasir dll.), partikel atau dispersi halus besi dan mangan, partikel-partikel
mikroorganisme (ganggang /lumut), warna yang berasal dari pemakaian zat
warna oleh industri (tekstil, pabrik kertas, dll.), seperti bahan pencelup, cat, pe-
warna makanan dll. Warna sejati (true color) adalah warna yang yang berasal dari
penguraian zat organik alami yaitu zat humus (asam humat dan asam fulfat),
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 27
lignin, tanin, dan asam organik lainnya. Penghilangan warna secara teknik dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah : Koagulasi – Floku-
lasi – Sedimentasi, Filtrasi, Oksidasi – Reduksi, Bioremoval, Terapan elektro,
Teknologi Adsorpsi – Absorpsi dsb. Dengan metode elektrokoagulan asam humat
dapat dihilangkan 78 – 98%. Dengan metode pertukaran ion menggunakan resin
MIEXR dapat menghilangkan warna sejati air (asam humat dan fulfat) dari 109
PtCo menjadi 1 PtCo. Cara pengolahan air secara konvensional / pengolahan
lengkap (koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi dan desinfeksi) da-
pat digunakan untuk menghilangkan warna terutama pembentuk warna semu sek-
itar 80% walaupun kadang dengan dosis yang berlebih, effisiensi penghilangan
warna akan lebih optimal jika dilakukan modifikasi dan tambahan proses seperti
aplikasi karbon aktif, senyawa redoks, koagulan-flokulan aid, dsb.
Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visuil warna dari
sampel dengan larutan standard warna yang diketahui konsentrasinya. Ke-
banyakan metode yang dipakai pada pemeriksaan warna air di instalasi pengola-
han air menggunakan metade standar warna Platina – Kobalt dengan satuan mg/L
PtCo baik dilakukan dengan instrumen Colorimetri maupun yang lebih sensitif
yaitu spektrofotometri.
3.6.2 Analisis Secara Kimia
3.6.2.1 Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar
makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup-
nya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut.
Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian in-
vertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Keseimban-
gan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara bekesinambun-
gan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air, untuk
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 28
pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang da-
pat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang mati,
maupun oksigen dari udara.
Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi karbon diok-
sida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air
untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya. Oksigen yang di-
manfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan diganti oleh ok-
sigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat habisnya oksi-
gen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau dengan kata lain oksigen yang di-
ambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara
maupun dari hasil fotosintesa tanaman air.
Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat
masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri), yang
berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan
oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi
seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang diman-
faatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut
dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota air
yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan tumbuh-
nya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama hal-
nya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon
dari bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana (CH4) dis-
amping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk. Masuknya zat ter-
larut lain dalam air mengganggu kelarutan oksigen dalam air.
3.6.2.2 Zat Organik
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 29
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau
tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan
lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri
dengan menggunakan oksigen terlarut.
Limbah organik adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti
rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan yang
berupa bahan organik yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya. Limbah organik yang masuk ke
dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi dan
terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap
menuju dasar perairan sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik di
bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik berada, jika
tidak dimanfaatkan oleh fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting, bentos dan
lainnya maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba baik mikroba aerobik
(mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen) mikroba anaerobik (mikroba yang
hidupnya tidak memerlukan oksigen) dan mikroba fakultatif (mikroba yang dapat
hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).
3.6.2.3 Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah
atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan mag-
nesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-
garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesada-
han air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa
yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 30
menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui
titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (b/v)
dari CaCO3.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan be-
berapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan
sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk
gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang di-
gunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan
kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan
resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis
anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air
sadah tetap.
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-),
atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengan-
dung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena ke-
sadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbe-
bas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa
tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq) → CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO4
2-. Berarti senyawa yang terlarut
boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium
sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan
magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut
disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya den-
gan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 31
dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-
zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu
Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk
mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) → CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) →MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah ter-
bebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas
dari kesadahan.
Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus terbebas
dari kesadahan. Proses penghilangan kesadahan air yang sering dilakukan pada
industri-industri adalah melalui penyaringan dengan menggunakan resin pengikat
kation dan anion. Resin adalah zat polimer alami ataupun sintetik yang salah satu
fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion tertentu. Secara teknis, air
sadah dilewatkan melalui suatu wadah yang berisi resin pengikat kation dan an-
ion, sehingga diharapkan kation Ca2+ dan Mg2+ dapat diikat resin. Dengan
demikian, air tersebut akan terbebas dari kesadahan.
3.6.2.4 Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk men-
goksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter contoh air. Uji KOK merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat diok-
sidasikan melalui proses mikrobiologi. Ion-ion klorida dioksidasi oleh kalium
dikhromat dalam suasana asam.
Pada pengambilan contoh, contoh diawetkan dengan cara pendinginan pada suhu
40C jika analisis dilakukan kurang dari 24 jam setelah pengambilan contoh dan
pH kurang dari 2 dengan penambahan Asam Sulfat pekat.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 32
Zat organik yang terdapat dalam air dioksidasi oleh K2Cr2O7 berlebih dalam
suasana asam dan pada suhu 1480C selama 2 jam. Sisa K2Cr2O7 yang tidak
bereaksi dititrasi oleh larutan standar Fero Amonium Sulfat dengan indikator Fer-
oin hingga terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi merah
kecoklatan.
3.6.2.5 Nitrat
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2
-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan
bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sam-
pah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi amonia, kemu-
dian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mu-
dah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering
ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan.
Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sam-
pah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam
air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan
mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. Pada daerah dimana pupuk nitrogen
secara luas digunakan, sumur-sumur perumahan yang ada disana hampir pasti
tercemar oleh nitrat. Diperkirakan 14 juta rumah tangga di Amerika Serikat
menggunakan sumur pribadi untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. (Sum-
ber: Badan Sensus Amerika Serikat 1993).
Pada daerah pertanian, pupuk nitrogen merupakan sumber utama pencemaran ter-
hadap air bawah tanah yang digunakan sebagai air minum. Sebuah penelitian
oleh United States Geological Survey menunjukkan bahwa > 8200 sumur di selu-
ruh AS terkontaminasi oleh nitrat melebihi standar air minum yang telah dite-
tapkan oleh Envrironmental Protection Agency (EPA), yaitu 10 ppm. Sumber ni-
trat lainnya pada air sumur adalah pencemaran dari sampah organik hewan dan
rembesan dari septic tank. Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun ba-
han makanan yang diawetkan menggunakan nitrat dan nitrit dapat
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 33
menyebabkan methemoglobinemia simptomatik pada anak-anak. Walaupun
sayuran jarang menjadi sumber keracunan akut, mereka memberi kontribusi
>70% nitrat dalam diet manusia tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan
umbi-umbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran lainnya.
Sisanya berasal dari air minum (+ 21%) dan dari daging atau produk olahan dag-
ing (6%) yang sering memakai natrium nitrat (NaNO3) sebagai pengawet
maupun pewarna makanan. Methemoglobinemia simptomatik telah terjadi pada
anak-anak yang memakan sosis yang menggunakan nitrit dan nitrat secara
berlebihan. Penyalahgunaan nitrit yang mudah menguap dapat menyebabkan
methemoglobinemia berat dan kematian. Terpapar nitrit tak sengaja dalam labo-
ratorium kimia dan penghirupan pada usaha bunuh diri pernah terjadi. Penyalah-
gunaan nitrit volatile atau mudah menguap (amil, butil, dan isobutil nitrit) seba-
gai perangsang sering terjadi. Terpapar nitrat atau nitrit juga dapat berasal dari
obat-obatan tertentu. Bayi dan anak-anak rentan terpapar oleh nitrat melalui
perak nitrat topikal yang digunakan pada terapi luka bakar. Obat-obatan lainnya
yang diduga menyebabkan keracunan nitrat atau nitrit adalah derivate quinone
(antimalaria), nitrogliserin, bismuth subnitrit (antidiare), ammonium nitrat (di-
uretik), amil dan natrium nitrit (antidotum keracunan sianida dan hidrogen sul-
fida), dan isosorbid dinitrat/tetranitrat (vasodilator untuk terapi penyakit arteri
koroner).
Tingginya kadar nitrat pada air minum terutama yang berasal dari sungai atau
sumur di dekat pertanian juga sering menjadi sumber keracunan nitrat terbesar.
Hal ini sangat berbahaya bila kandungan nitrat ini dikonsumsi oleh anak bayi dan
dapat menimbulkan keracunan akut. Bayi yang baru berumur beberapa bulan
belum mempunyai keseimbangan yang baik antara usus dan bakteri usus. Sebagai
akibatnya, nitrat yang masuk dalam saluran pencernaan akan langsung diubah
menjadi nitrit yang kemudian berikatan dengan hemoglobin membentuk methe-
moglobin. Ketidakmampuan tubuh bayi untuk mentoleransi adanya methe-
moglobin yang terbentuk dalam tubuh mereka akan mengakibatkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 34
timbulnya sianosis pada bayi. Pada bayi yang telah berumur enam bulan atau
lebih, bakteri pengubah nitrat di dalam tetap ada walau dalam jumlah sedikit.
Pada anak-anak dan orang dewasa, nitrat diabsorbsi dan di sekresikan sehingga
resiko untuk keracunan nitrat jauh lebih kecil. Menurut siklusnya, bakteri akan
mengubah nitrogen menjadi nitrat yang kemudian digunakan oleh tumbuh-tum-
buhan. Hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan kemudian menggunakan nitrat
untuk menghasilkan protein di dalam tubuh. Setelah itu, nitrat akan dikeluarkan
kembali ke lingkungan dari kotoran hewan tersebut. Mikroba pengurai kemudian
mengubah nitrat yang terdapat dalam bentuk amoniak menjadi nitrit. Selain itu,
nitrat juga diubah menjadi nitrit pada traktus digestivus manusia dan hewan.
Setelah itu bakteri dilingkungan akan mengubah nitrit menjadi nitrogen kembali.
Tetapi apabila jumlah nitrit ataupun nitrat yang berada di suatu lingkungan
melebihi kadar normal maka siklus ini tidak akan dapat berjalan sebagaimana
metinya. Aktifitas pertanian yang dilakukan manusia telah banyak meningkatkan
kadar nitrat dilingkungan karena penggunaan pupuk yang berlebihan.
Nitrat dan nitrit sangat mudah bercampur dengan air dan terdapat bebas didalam
lingkungan. Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui
proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus ni-
trogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan nitrit
adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen, ni-
trat mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. Di
alam, nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya.Struktur
kimia dari nitrat Berat molekul: 62.05 Struktur kimia dari nitrit O = N - O - Berat
molekul: 46.006.Pada kondisi yang normal, baik nitrit maupun nitrat adalah kom-
ponen yang stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat
meledak pada suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya,
adanya ion klorida, bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan
nitrat dan nitrit menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat
penyimpanan nitrit maupun nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat
terbentuk gas beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 35
garam dari nitrat dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa,
serta bersifat higroskopis.
3.6.2.6 Nitrit
Nitrit (NO2) merupakan gas beracun bagi ikan. Nitrit merupakan hasil
perombakan protein yang merupakan ikutan dari amonia. Pada air kotor karena
terlalu banyak ikan biasanya mempunyai kadar nitrit yang tinggi.Kandungan
amonia dan nitrit dapat dikurangi ataupun dihilangkan denga cara penggantian
air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan oksigen. Reaksi
amonia dan nitrit dengan oksigen umumnya terjadi karena dibantu oleh bakteri
Nitrosomonas sp. Sehingga menjadi bentuk nitrat (NO3) yang tidak beracun.
Bakteri Nitrosomonas sp. Akan berkembang sendiri dan berkumpul dan
berkoloni pada dinding bak atau akuarium apabila telah lama digunakan.Natrium
nitrit merupakan zat tambahan pangan yang digunakan sebagai pengawet pada
pengolahan daging. Natrium nitrit sangat penting dalam mencegah pembusukan
terutama untuk keperluan penyimpanan, transportasi dan ditribusi produk-produk
daging. Natrium nitrit juga berfungsi sebagai bahan pembentuk faktor-faktor
sensori yaitu warna, aroma, dan cita rasa. Oleh karena itu dalam industri
makanan kaleng penggunaan zat pengawet ini sangat penting karena dapat
menyebabkan warna daging olahannya menjadi merah atau pink dan nampak
segar sehingga produk olahan daging tersebut disukai oleh konsumen.
Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang
bahan tambahan makanan menyatakan bahwa kadar nitrit yang diijinkan pada
produk akhir daging proses adalah 200 ppm. Sedangkan USDA (United States
Departement Of Agriculture) membatasi penggunaan maksimum nitrit sebagai
garam sodium atau potasium yaitu 239,7 g/100 L larutan garam, 62,8 g/100 kg
daging untuk daging curing kering atau 15,7 g/100 kg daging cacahan untuk so-
sis. Bagi anak-anak dan orang dewasa pemakaian makanan yang mengandung
nitrit ternyata membawa pengaruh yang kurang baik. Nitrit bersifat racun bila
dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Nitrit dalam tubuh dapat mengurangi
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 36
masuknya oksigen ke dalam sel-sel atau otak.Menurut beberapa ahli kimia nitrit
yang masuk ke dalam tubuh melalui bahan pengawet makanan akan bereaksi
dengan amino dalam reaksi yang sangat lambat membentuk berbagai jenis ni-
trosamin yang kebanyakan bersifat karsinogenik kuat.
3.6.2.7 Fosfat Sebagai Fosfor
Fosfor merupakan salah satu elemen kunci yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman dan hewan. Fosfat ada dalam tiga bentuk: orthophosphate, metaphos-
phate (polyphosphate) dan terikat secara organik fosfat. Setiap senyawa mengan-
dung fosfor dalam rumus kimia yang berbeda. Bentuk yang dihasilkan oleh
proses-proses alam dan ditemukan dalam kotoran. Poli bentuk digunakan untuk
merawat ketel uap air dan detergen. Dalam air, mereka mengubah ke dalam ben-
tuk orto. Fosfat organik penting di alam. Mungkin terjadinya hasil dari pemeca-
han pestisida organik yang mengandung fosfat. Mereka mungkin ada dalam laru-
tan, sebagai partikel, potongan-potongan longgar atau dalam tubuh organisme
perairan.
Curah hujan dapat menyebabkan jumlah bervariasi fosfat untuk mencuci dari
tanah pertanian ke saluran air terdekat. Fosfat akan merangsang pertumbuhan
plankton dan tanaman air yang menyediakan makanan bagi ikan. Ini dapat
menyebabkan peningkatan populasi ikan dan meningkatkan kualitas air secara
keseluruhan. Namun, jika kelebihan fosfat memasuki perairan, alga dan tanaman
air akan tumbuh liar, tercekik atas Selat Malaka dan memakai oksigen dalam
jumlah besar. Kondisi ini dikenal sebagai eutrofikasi atau over-fertilisasi mener-
ima perairan. Pertumbuhan cepat ini vegetasi akuatik dan akhirnya mati karena
meluruh itu akan menggunakan oksigen. Proses ini pada gilirannya menyebabkan
kematian kehidupan akuatik karena rendahnya kadar oksigen terlarut. Fosfat
tidak beracun orang atau binatang kecuali mereka yang hadir di
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 37
tingkat yang sangat tinggi. Digestif persoalan bisa terjadi dari tingkat yang sangat
tinggi fosfat. Kriteria berikut untuk total fosfor yang direkomendasikan oleh US
EPA (1986):
1. Tidak lebih dari 0,1 mg / L untuk aliran yang tidak kosong ke waduk.
2. Tidak lebih dari 0,05 mg / L untuk pemakaian aliran ke waduk.
3. Tidak lebih dari 0,025 mg / L untuk waduk.
3.6.2.8 Sulfat
Sulfat adalah untuk kedua bikarbonat sebagai anion utama dalam penampungan
air keras. Sulfat (SO42-) dapat terjadi secara alami atau hasil dari industri kota
atau kotoran-kotoran. Ketika alami, mereka sering hasil dari pemecahan daun
yang jatuh ke sungai, air melewati batuan atau tanah yang mengandung gipsum
dan mineral umum lainnya, atau dari endapan atmosfer. Point sumber termasuk
pengolahan limbah dan kotoran industri seperti penyamakan kulit, pabrik pulp,
dan pabrik-pabrik tekstil. Limpasan dari lahan pertanian dibuahi juga berkon-
tribusi sulfat ke badan air.
Belerang adalah tanaman penting gizi. Organisme perairan menggunakan bel-
erang dan mengurangi konsentrasi memiliki efek merugikan pada pertumbuhan
ganggang. Bentuk yang paling umum sulfur dalam air beroksigen baik adalah
sulfat. Ketika sulfat kurang dari 0,5 mg / L, pertumbuhan ganggang tidak akan
terjadi. Di sisi lain, garam sulfat dapat kontaminan utama dalam perairan alami.
Sebuah siklus belerang atmosfer ada yang meliputi sulfur dioksida (SO2), ion sul-
fat (SO22-) dan sulfida (S2-). Sulfida, terutama hidrogen sulfida (H2S), sangat larut
dalam air dan bersifat racun terhadap manusia dan ikan. Mereka diproduksi
dalam kondisi di mana terdapat kekurangan oksigen (anaerob). Karena busuk
"busuk telur" bau mereka dihindari oleh ikan dan manusia. Sulfida terbentuk
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 38
sebagai hasil dari asam tambang batubara atau limpasan dari ekstraksi mineral
lainnya dan dari sumber-sumber industri dapat dioksidasi untuk membentuk sul-
fat, yang kurang beracun.
Sulfat tidak dianggap beracun untuk tanaman atau hewan dalam konsentrasi yang
normal. Pada manusia, konsentrasi 500-750 mg / L menyebabkan efek pencahar
sementara. Namun, dosis dari beberapa ribu mg / L tidak menyebabkan sakit
jangka panjang efek. Pada konsentrasi yang sangat tinggi sulfat beracun untuk
ternak. Masalah yang disebabkan oleh sulfat yang paling sering dikaitkan dengan
kemampuan mereka untuk membentuk asam kuat yang mengubah pH. Ion sulfat
juga terlibat dalam reaksi kompleks dan curah hujan yang mempengaruhi kelaru-
tan logam dan bahan lain. Sulfat dalam air yang akan digunakan untuk proses in-
dustri tertentu seperti produksi gula dan konkret manufaktur harus dikurangi di
bawah 20 mg / L.
3.6.2.9 Klorida
Garam klorida yang dihasilkan dari kombinasi gas klorin dengan logam. Beber-
apa umum mencakup natrium klorida klorida (NaCl) dan magnesium klorida
(MgCl2). Klorin sendiri sebagai Cl2 sangat beracun dan sering digunakan sebagai
disinfektan. Dikombinasikan dengan logam seperti natrium itu menjadi penting
bagi kehidupan. Sejumlah kecil klorida yang diperlukan untuk fungsi sel normal
dalam kehidupan tumbuhan dan hewan. Klorida biasanya tidak berbahaya bagi
orang-orang, namun, natrium garam meja bagian telah dikaitkan dengan penyakit
jantung dan ginjal. Natrium klorida dapat menanamkan rasa asin pada 250 mg /
L; namun, kalsium atau magnesium klorida biasanya tidak terdeteksi oleh rasa
sampai kadar 1000 mg / L yang dicapai. Klorida dapat masuk ke permukaan air
dari beberapa sumber termasuk :
1. Batu yang mengandung klorida.
2. Pertanian limpasan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 39
3. Air limbah dari industri.
4. Sumur minyak limbah.
5. Efluen air limbah dari pabrik pengolahan air limbah.
6. Jalan pengasinan.
Klorida dapat menimbulkan korosi pada logam dan mempengaruhi rasa produk
makanan. Oleh karena itu, air yang digunakan dalam industri atau diproses untuk
setiap penggunaan memiliki tingkat klorida maksimum yang disarankan. Klorida
dapat mencemari air tawar sungai dan danau. Ikan dan perairan masyarakat tidak
dapat bertahan di tingkat tinggi klorida.
Standar Air Minum Publik memerlukan tingkat klorida tidak melebihi 250 mg/L.
Kriteria untuk perlindungan hidup memerlukan kadar air kurang dari 600 mg/L
untuk kronis (jangka panjang) eksposur dan 1200 mg / L untuk eksposur jangka
pendek.
3.6.2.10 Klorin
Klorin adalah gas berwarna kuning kehijauan yang mudah larut dalam air. Memi-
liki tajam, berbahaya bau bahwa beberapa orang dapat mencium pada konsentrasi
di atas 0,3 bagian per juta. Karena klorin adalah disinfektan yang sempurna,
adalah yang paling sering ditambahkan ke pasokan air minum di Amerika
Serikat. Di bagian dunia di mana klorin tidak ditambahkan ke air minum, ribuan
orang meninggal setiap hari dari penyakit ditularkan melalui air seperti tipus dan
kolera.
Klorin juga digunakan sebagai disinfektan dalam pengolahan air limbah dan ko-
lam renang. Secara luas digunakan sebagai agen bleaching di pabrik-pabrik tek-
stil dan pabrik kertas, dan ini merupakan unsur penting dalam banyak pemutih
cucian. Klor bebas (gas klorin dilarutkan dalam air) adalah racun bagi ikan dan
organisme perairan, bahkan dalam jumlah yang sedikit. Namun, bahaya relatif
singkat dibandingkan dengan bahaya yang sangat paling lain zat-zat beracun. Itu
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 40
karena klorin bereaksi dengan cepat dengan zat lain dalam air (dan bentuk gabun-
gan klorin) atau berkurang sebagai gas ke atmosfir. Klorin bebas tes hanya men-
gukur jumlah klorin bebas atau dilarutkan dalam air. Tes klorin total mengukur
bebas dan gabungan bentuk klorin.
Jika air mengandung banyak bahan-bahan yang membusuk, bebas klorin dapat
menggabungkan dengan mereka untuk membentuk senyawa yang disebut tri-
halomethanes atau THMs. Beberapa THMs dalam konsentrasi tinggi yang
karsinogenik kepada orang-orang. Tidak seperti klorin bebas, THMs yang gigih
dan dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan makhluk hidup untuk waktu
yang lama.
Orang yang menambahkan klorin untuk desinfeksi air harus hati-hati karena dua
alasan:
1. Gas Klor bahkan pada konsentrasi rendah dapat mengiritasi mata, hidung dan
paru- paru, itu bahkan dapat membunuh dalam beberapa napas.
2. Pembentukan senyawa THMs harus diperkecil karena jangka panjang efek
kesehatan.
Kurang dari satu setengah (0,5) mg / L klorin bebas diperlukan untuk membunuh
bakteri tanpa menyebabkan air untuk bau atau rasa tidak menyenangkan. Ke-
banyakan orang tidak dapat mendeteksi keberadaan klorin dalam air di ganda
(1,0 mg / L) jumlah tersebut. Walaupun 1,0 mg / L klorin tidak merugikan orang,
hal ini menimbulkan masalah bagi ikan jika mereka terkena itu selama jangka
waktu yang panjang.
3.6.2.11 Fluorida
Fluorida adalah senyawa yang mengandung unsur fluor. Beberapa yang paling
umum senyawa ini meliputi: natrium fluorida (NaF), natrium silicofluoride
(Na2SiF6), dan kalsium fluorida (CaF2). Fluor adalah unsur bukan logam paling
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 41
reaktif. Ini akan membentuk senyawa dengan semua unsur kecuali helium, neon
dan argon. Juga akan membentuk garam dengan menggabungkan dengan logam.
Fluorida mungkin sekarang baik secara alami atau buatan dalam air minum dan
diserap ke tingkat tertentu dalam struktur tulang tubuh dan enamel gigi. Fluorida
pada tingkat yang sangat tinggi dapat menyebabkan macam bintik-bintik (peruba-
han warna) gigi. Beberapa senyawa fluorida juga dapat menyebabkan korosi pada
pipa dan peralatan pengolahan air lainnya. Fluorida alam terjadi di batu di beber-
apa daerah Sumber lain fluorida di sungai dan waduk adalah rilis dari pengolahan
limbah pabrik, karena sebagian besar publik fluorida menambah pasokan air un-
tuk air minum untuk mengurangi kerusakan pada gigi. Standar Kualitas Air mak-
simum untuk fluorida di sungai adalah konsentrasi 1 mg / L atau 1 bagian per
juta. Tingkat yang lebih tinggi dapat membahayakan kehidupan air. Fluorida
konsentrasi dalam air yang akan digunakan untuk pasokan air rumah tangga tidak
boleh melebihi 1,0 mg / L.
3.6.2.12 Hidrogen Sulfida
Hidrogen Sulfida merupakan gas beracun yang dapat larut dalam air,
akumulasinya di tambak biasanya ditandai dengan endapan lumpur hitam berbau
khas seperti telur busuk. Sumber utamanya adalah hasil dekomposisi sisa-sisa
plankton, kotoran udang dan bahan organik lainnya. Dalam kondisi anaerobik,
beberapa bakteri heterotrof mampu memanfaatkan senyawa-senyawa organik
belerang maupun sulfat anorganik sebagai energinya, sehingga menghasilkan ion
belerang (S2-). Ion-ion belerang selanjutnya membentuk reaksi disosiasi
menghasilkan H2S yang bersifat racun.
S2- + 2H+ —————>H2S
Daya racun H2S tergantung suhu, pH dan oksigen terlarut. Pada nilai pH lebih
dari 9, hampir seluruh asam belerang berdisosiasi menjadi ion-ion S2- dan H+
yang tidak beracun. Sebaliknya turun menjadi kurang dari 5, reaksi bergeser ke
kanan dan sebagian besar asam belerang (H2S) tetap dalam bentuk yang beracun.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 42
Konsentrasi aman asam belerang bagi udang adalah kurang dari 0,1 ppm.
Meningkatnya kandungan asam belerang di tambak dapat dicegah dengan
pembuangan sisa kotoran secara rutin, penggunaan aerasi yang cukup dan
peningkatan pH air.
3.6.2.13 Amonia
Amonia (NH3) adalah gas tidak berwarna dengan bau yang kuat. Hal ini mudah
cair dan dipadatkan dan sangat larut dalam air. Satu volume air akan melarutkan
volume 1.300 NH3. Amonia akan bereaksi dengan air untuk membentuk basa
lemah. Amonia merupakan bagian dari siklus nitrogen seperti pada gambar 3.4
Gambar 3.4 Siklus Nitrogen (6)
NH3 adalah bentuk utama amonia beracun. Diriwayatkan beracun untuk
organisme air tawar berkisar pada konsentrasi 0,53-22,8 mg / L. Beracun
keduanya pH dan suhu tergantung. Toksisitas meningkat sebagai pH berkurang
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 43
dan temperatur berkurang. Tanaman yang lebih toleran terhadap amonia dari
binatang, dan avertebrata lebih toleran daripada ikan. Penetasan dan tingkat
pertumbuhan ikan mungkin akan terpengaruh. Dalam pembangunan struktural,
perubahan dalam jaringan insang, hati, dan ginjal juga dapat terjadi. Konsentrasi
amonia beracun pada manusia dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan,
kejang-kejang, koma, dan kematian.
Rumus untuk amonia, NH3, berarti itu terdiri dari satu atom nitrogen dan tiga
atom hidrogen. Amonia kaya akan nitrogen sehingga membuat pupuk yang san-
gat baik. Bahkan, amonium garam adalah sumber utama nitrogen untuk pupuk.
Seperti nitrat, amonia dapat mempercepat proses eutrofikasi di perairan.
Amonia yang beracun untuk ikan dan organisme perairan, bahkan dalam konsen-
trasi yang sangat rendah. Ketika mencapai tingkat 0,06 mg / L, insang ikan dapat
mengalami kerusakan. Ketika mencapai tingkat 0,2 mg / L, sensitif ikan seperti
trout dan salmon mulai mati. Seperti tingkat dekat 2,0 mg / L, bahkan toleran
amonia-ikan seperti ikan gurami mulai mati. Tingkat amonia lebih besar dari sek-
itar 0,1 mg / L biasanya menunjukkan air tercemar.
Amonia bahaya poses untuk ikan tergantung pada suhu air dan pH, bersama den-
gan oksigen terlarut dan karbon dioksida. Ingat, semakin tinggi pH dan suhu
yang lebih hangat, semakin beracun amonia. Juga, amonia jauh lebih beracun
bagi ikan dan kehidupan air ketika air mengandung oksigen terlarut sangat sedikit
dan karbon dioksida.
3.6.2.14 Kromium
Kromium adalah di mana-mana di lingkungan, yang terjadi secara alami di udara,
air, batu dan tanah. Digunakan dalam stainless steel, elektroplating krom, pe-
warna, penyamakan kulit dan pengawet kayu. Hal ini terjadi dalam beberapa ben-
tuk, atau oksidasi. Kedua paling umum adalah kromium kromium VI dan III.
Bentuk tergantung pada pH. Sumber air alami mengandung konsentrasi sangat
rendah kromium. Ini adalah mikronutrien (atau elemen jejak penting). Dosis
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 44
tinggi kromium VI telah dihubungkan dengan cacat lahir dan kanker, namun
kromium III tidak terkait dengan efek ini. Tumbuhan dan hewan tidak bioaccu-
mulate kromium, sehingga dampak potensi tingkat kromium tinggi dalam
lingkungan toksisitas akut untuk tumbuhan dan hewan. Pada hewan dan manusia
toksisitas ini dapat dinyatakan sebagai luka atau ruam kulit dan ginjal dan
kerusakan hati. Kriteria untuk total kromium dalam pasokan air domestik adalah
0,05 mg/L. Kehidupan akuatik kriteria yang kurang dari 0,011 mg/L untuk krom
VI dan kurang dari 0,207 m/L untuk krom III. ( Nilai kedua didasarkan pada for-
mula yang melibatkan kekerasan ).
3.6.2.15 Kadmium
Kadmium adalah non - elemen penting dan mengurangi pertumbuhan tanaman.
Hal ini dianggap sebagai karsinogen potensial. Ini juga telah terbukti dapat
menyebabkan efek toksik ke ginjal, cacat tulang, tekanan darah tinggi, dan efek
reproduktif. Kadmium didistribusikan secara luas di lingkungan pada konsentrasi
rendah. Hal ini dapat ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dalam
limbah lumpur. Digunakan untuk industri primer adalah kadmium plating, baterai
manufaktur, pigmen, dan plastik. Standar untuk suplai air rumah tangga <0,01
mg/L. Tingkat yang diizinkan untuk kehidupan akuatik diturunkan menggunakan
rumus yang melibatkan kekerasan. Pada kekerasan 100, 0.001 mg/L dianggap
protektif.
3.6.2.16 Aluminium
Aluminum adalah salah satu unsur yang paling melimpah di kerak bumi dan
terjadi di banyak batu dan bijih, tetapi tidak pernah sebagai logam murni.
Kehadiran ion aluminium di sungai dapat mengakibatkan dari limbah industri
tetapi lebih cenderung berasal dari air cucian pengolahan air minum. Banyak
aluminium garam yang mudah larut, namun ada beberapa yang sangat tidak
larut. Mereka yang tidak larut tidak akan ada lama di air permukaan, tetapi
akan mempercepat dan menetap. Perairan yang mengandung konsentrasi
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 45
tinggi aluminium dapat menjadi racun bagi kehidupan air jika pH diturunkan
(seperti dalam hujan asam).
3.6.2.17 Besi
Besi adalah keempat unsur paling berlimpah, menurut beratnya, dalam kerak
bumi. Perairan alami mengandung besi jumlah bervariasi tergantung pada daerah
geologi dan komponen kimia lainnya dari sungai. Besi dalam air tanah biasanya
hadir dalam bentuk fero atau bivalen [Fe2+] yang dapat larut. Hal ini mudah
dioksidasi menjadi besi besi [Fe3+] atau besi yang tak terpecahkan atas paparan
udara Ini presipitat berwarna oranye dan sering berubah aliran oranye.
Besi adalah elemen jejak yang diperlukan oleh tanaman dan hewan. Ini adalah
bagian penting dari mekanisme transportasi oksigen dalam darah (hemoglobin)
dari semua vertebrata dan beberapa binatang avertebrata. Besi Fe2+ dan besi Fe3+
ion adalah bentuk perhatian utama dalam lingkungan perairan. Bentuk lain juga
mungkin dalam air limbah organik atau anorganik sungai. Bentuk yang mengan-
dung besi Fe2+ bisa bertahan dalam air dengan oksigen terlarut tinggi dan bi-
asanya berasal dari air tanah atau tambang yang dipompa atau dikeringkan. Besi
dalam sistem pasokan air domestik noda cucian dan porselen. Tampaknya lebih
dari gangguan daripada potensi bahaya kesehatan. Ambang batas rasa besi dalam
air adalah 0,1 mg/L untuk fero besi dan 0,2 mg/L besi besi, memberikan zat pahit
atau rasa. Air yang akan digunakan dalam proses industri harus mengandung ku-
rang dari 0,2 mg/L zat besi. Hitam atau cokelat rawa air mungkin mengandung
besi konsentrasi dari beberapa mg/L dalam kehadiran atau tidak adanya oksigen
terlarut, tetapi bentuk besi ini hanya berpengaruh sedikit terhadap kehidupan aku-
atik. Air saat ini standar hidup kurang dari 1,0 mg/L didasarkan pada efek racun.
3.6.2.18 Magnesium
Magnesium didistribusikan secara luas dalam bijih dan mineral. Hal ini juga
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 46
sangat kimiawi aktif sehingga tidak ditemukan di negara unsur di alam. Dengan
pengecualian magnesium hidroksida, yang memiliki nilai pH tinggi, garamnya
sangat larut. Ion magnesium sangat penting dalam polusi air. Mereka dapat
berkontribusi pada kesadahan air. Konsentrasi magnesium dan kalsium dalam air
dapat juga menjadi faktor dalam distribusi Crustacea tertentu, ikan dan
organisme lain di sungai.
3.6.2.19 Kalsium
Garam kalsium dan ion kalsium yang paling sering terjadi di alam. Mereka
mungkin hasil dari pencemaran tanah dan sumber-sumber alam lainnya atau
mungkin berasal dari sumber buatan manusia seperti limbah dan beberapa limbah
industri. Kalsium biasanya salah satu kontributor yang paling penting untuk kek-
erasan. Meskipun tubuh manusia membutuhkan sekitar 0,7 - 2,0 gram kalsium
per hari sebagai unsur makanan, jumlah yang berlebihan dapat mengarah pada
pembentukan batu ginjal atau kandung empedu. Konsentrasi tinggi kalsium juga
dapat merusak beberapa proses industri. Dengan demikian, baik domestik dan in-
dustri pengguna air harus mempertimbangkan konsentrasi kalsium. Kalsium juga
melayani peranan penting dalam kesehatan tubuh air. Dalam air alami ini dikenal
untuk mengurangi toksisitas senyawa kimia pada banyak ikan dan kehidupan air
lainnya.
BAB IV
METODOLOGI
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 47
4.1 Parameter Fisika
4.1.1 DHL, Salinitas, dan TDS
A. Ruang lingkup
Pengujian DHL (Daya Hantar Listrik), Salinitas dan TDS (Total
Dissolve Solid) pada sampel air dan air limbah menggunakan alat
konduktivitimeter.
B. Standar Acuan
SNI 06-6989.1-2004
C. Prinsip
DHL, Salinitas dan TDS diukur dengan elektroda konduktivitimeter
dengan larutan KCl sebagai larutan baku pada suhu 25oC.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Batang pengaduk
b. Botol semprot
c. Gelas kimia 100 mL
d. Konduktivitimeter
e. Labu ukur 1000 mL
2. Bahan
a. Larutan KCl 0,01 M dengan DHL 1413 µS/cm pada suhu 25oC
Volume pembuatan : 1000 mL
Waktu kadaluarsa : -
Prosedur :
1) 0,7456 g KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu
110oC selama 2 jam ditimbang dan dilarutkan dalam aquades,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 48
2) Ditandabataskan dengan aquades.
b. Larutan KCl 0,1 M dengan DHL 12900 µS/cm pada suhu 25oC
Volume pembuatan : 1000 mL
Waktu kadaluarsa : -
Prosedur :
1) 7,4560 g KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu
110oC selama 2 jam ditimbang dan dilarutkan dalam aquades,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.
2) Ditandabataskan dengan aquades.
c. Larutan KCl 0,5 M dengan DHL 58460 µS/cm pada suhu 25oC
Volume pembuatan : 1000 mL
Waktu kadaluarsa : -
Prosedur :
1) 37,2800 g KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu
110oC selama 2 jam ditimbang dan dilarutkan dalam aquades,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.
2) Ditandabataskan dengan aquades.
E. Prosedur
1. Dinyalakan tombol on/off
2. Elektroda dibilas dengan aquades kemudian dikeringkan dengan
tissue.
3. Elektroda dicelupkan ke dalam larutan standar konduktivitimeter
(Larutan KCl 0,01 M).
4. Ditekan tombol C, kemudian ditekkan tombol RUN/ENTER hingga
tanda berhenti berkedip.
5. Ditekan tombol STO, kemudian ditekkan tombol χ untuk mengubah
pengujian (DHL, Salinitas dan TDS).
6. Konduktivitimeter siap digunakan untuk menguji sampel air atau air
limbah.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 49
AR
4.1.2 TSS (Total Suspended Solids)
A. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang
terdapat dalam sampel air dan air limbah.
B. Standar Acuan
SNI 06-6989.3-2004
C. Prinsip
Contoh uji yang telah homogen di saring dengan kertas saring yang
telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
berat konstan pada suhu 103oC-105oC. Kenaikan berat saringan mewakili
total padatan tersuspensi.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Cawan petri
b. Eksikator
c. Labu isap
d. Neraca analitis
e. Oven
f. Pinset
g. Pompa isap
2. Bahan
a. Aquades
b. Kertas saring
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 50
E. Prosedur
1. Diletakkan kertas saring di dalam cawan petri, kemudian dipanaskan
di dalam oven pada suhu 103° - 105° C selama 1 jam.
2. Setelah pemanasan selama 1 jam, dikeluarkan lalu dimasukkan
kedalam eksikator selama 10 menit.
3. Kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.
4. Kertas saring yang telah dipanaskan digunakan untuk menyaring
sampel uji.
5. Setelah itu, diletakkan kembali di dalam cawan petri. Kemudian
dipanaskan kembali di dalam oven pada suhu 103° - 105° C selama 1
jam.
6. Setelah pemanasan selama 1 jam, dikeluarkan lalu dimasukkan
kedalam eksikator selama 10 menit.
7. Kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.
8. Hasil timbangan setelah disaring haruslah lebih besar daripada hasil
timbangan sebelum disaring.
F. Perhitungan
TSS (mg/L) = (A-B) x 1000 mL contohKet :
A = Berat cawan berisi residu terlarut
B = Berat cawan kosong
4.1.3 Warna
A. Ruang Lingkup
Lingkup ini meliputi cara pengujian warna air dengan menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 355 nm.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 51
B. Standar Acuan
SNI 06-6989.24-2005
C. Prinsip
Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara
visual warna dari sampel dengan larutan standar yang diketahui
konsentrasinya. Di dalam metoda ini sebagai standar warna digunakan
larutan platina-kobalt dengan satuan mg/L PtCo.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Gelas kimia 50 mL
b. Labu isap
c. Pompa isap
d. Spektrofotometer UV-Vis
2. Bahan
a. Aquades
b. Kertas saring membran berpori 0,45 µm
E. Prosedur
1. 30 mL contoh uji dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL.
2. Disaring dengan kertas saring 0,45 µm dan filtrat pertama ditampung
±10 mL untuk membilas Erlenmeyer dan sisanya ditampung ke dalam
gelas kimia.
3. Di ukur dengan spektrofotometer. Dibaca dan dicatat absorbansinya
pada panjang gelombang 355 nm.
4. Lakukan pengerjaan untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
Kadar warna (PtCo) dalam contoh ditentukan dengan menggunakan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 52
kurva kalibrasi dari persamaan :
y = a.xDimana :
y = Absorbansi
a = mg/L warna (PtCo)
x = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
4.2 Parameter Kimia
4.2.1 Fosfat Sebagai P
A. Ruang Lingkup
Pengujian ini digunakan untuk menentukkan kadar posfat dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis secara asam askorbat dalam
contoh air pada kisaran 0,01 mg/L sampai dengan 0,1 mg/L pada panjang
gelombang 880 nm.
B. Standar Acuan
APHA 4500-P D-1998
C. Prinsip
Kalium antimonil tartat dengan ammonium molibdat bereaksi
dengan ortofosfat dalam suasana asam sehingga memebentuk asam
fosfomolibdat. Kemudian asam fosfomolibdat tersebut direduksi oleh
asam askorbat hingga terbentuk warna biru. Warna biru ini sebanding
dengan konsentrasi fosfor. Skala kadar P yang dapat diliputi adalah 0,01
mg P/L sampai 2 mg P/L.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Batang pengaduk
b. Botol semprot
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 53
c. Gelas kimia 100 mL
d. Gelas kimia 500 mL
e. Labu ukur 100 mL
f. Labu ukur 250 mL
g. Pipet ukur 5 mL
2. Bahan
a. H2SO4 5 N
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : -
Prosedur :
1) 70 mL H2SO4 pekat diukur dan dimasukkan ke dalam aquades
di dalam gelas kimia 600 mL.
2) Didinginkan dan simpan di dalam botol.
b. Larutan Kalium Antimonil Tartat
Volume Pembuatan : 250 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) 0,6858 g K-antimonil tartat (K(SbO)C4H4O6.1/2H2O) dengan
aquades didalam labu ukur 250 mL.
2) Ditanda bataskan dengan aquades.
c. Larutan Ammonium Molibdat
Volume Pembuatan : 250 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) 10 g ammonium molibdat ((NH4)5Mo7O24.4H2O) dengan
aquades dalam labu ukur 250 mL.
2) Ditanda bataskan dengan aquades.
d. Larutan Asam Askorbat
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 54
Volume Pembuatan : 100 mL
Waktu Pembuatan : 1 minggu (Larutan ini stabil pada suhu 4oC)
Prosedur :
1) 1,76 g asam askorbat dengan aqudes dalam labu ukur 100 mL.
2) Ditanda bataskan dengan aquades.
e. Larutan Campuran
Volume Pembuatan : 20 mL
Waktu Kadaluarsa : 4 jam
Prosedur :
Dicampurkan beberapa larutan dibawah ini dengan perbandingan :
H2SO4 : K-Antimonil tartat : Amonium molibdat : Asam askorbat
10 : 1 : 3 : 6
Keterangan :
Bila terbentuk warna biru, larutan tidak dapat dipakai.
Bila keruh, kocok dan biarkan sampai keruh hilang.
Setelah lebih dari 4 jam larutan harus diganti.
E. Prosedur
1. 25 mL contoh uji dimasukkan kedalam gelas kimia 100 m.
2. Ditambahkan 4 mL larutan campuran dan dihomogenkan. Didiamkan
10 menit.
3. Diukur dengan spektrofotometer. Absorbansinya dibaca dan dicatat
pada panjang gelombang 880 nm.
4. Dilakukan pngerjaan untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
Kadar PO4-P dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva
kalibrasi dari persamaan :
y = a.x
Dimana :
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 55
y = Absorbansi
a = mg/L PO4-P
x = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
4.2.2 Sulfat
A. Ruang Lingkup
Lingkup pengujian ini meliputi :
1. Cara pengujian kadar Sulfat yang terdapat dalam air.
2. Penggunaan metode kekeruhan dengan alat spektrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm.
B. Standar Acuan
SNI 06-2426-1991, Metode Pengujian Kadar Sulfat dalam Air
dengan Alat Spektrofotometer.
C. Prinsip Kerja
Penentuan kadar sulfat dalam air di dasarkan oleh terbentuknya
endapan BaSO4 pada larutan hasil reaksi SO42- dengan BaCl2
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Gelas kimia 1000 mL.
b. Gelas ukur 50 dan 100 mL.
c. Labu erlenmeyer 125 mL.
d. Neraca analitik.
e. Pengaduk magnet.
f. Pipet seukuran 25 mL.
g. Pipet ukur 5 mL.
h. Sendok spatula.
i. Spektrofotometer UV-Vis
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 56
2. Bahan
a. Kristal BaCl2
b. Larutan Kondisi
Volume Pembuatan : 300 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) 20 mL HCl pekat, 200mL aquades dan 66,7 mL etanol/isopro-
fil alcohol 95% dimasukkan kedalam gelas kimia 500 mL.
2) Ditambahkan 50 g NaCl dan diaduk hingga semua larut.
3) Dimasukkan ke dalam campuran tersebut 33,3 mL gliserol.
4) Diencerkan dengan aquadest hingga 300 mL.
E. Prosedur
1. 25 mL contoh uji dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL.
2. Ditambahkan 1,5 mL larutan kondisi ke dalam contoh air, kemudian
diaduk.
3. Ditambahkan ¼ sendok spatula kristal BaCl2.2H2O, kemudian diaduk
selama 1 menit.
4. Diukur dengan spektrofotometer. Dibaca dan dicatat absorbansinya
pada panjang gelombang 420 nm.
5. Dilakukan pengerjaan untuk IQC dan blanko.
F. Perhitungan
Kadar SO42- dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva
kalibrasi dari persamaan :
y = a.xDimana :
y = Absorbansi
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 57
a = mg/L SO42-
x = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
4.2.3 Kesadahan Total Sebagai CaCO3
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengujian ini meliputi :
Penentuan kesadahan sebagai CaCO3 yang terdapat dalam contoh air
dengan metode titrimetri EDTA dengan batas terendah 5 mg/L.
Pengujian sampel yang tidak berwarna.
B. Standar Acuan
SNI 06-6989-2004 butir 12, air dan air limbah bagian 12 : cara uji
kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode
titrimetri.
C. Prinsip
Garam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) akan bereaksi dengan
kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut
pada pH 10 ± 0,1. Ion Ca dan Mg dalam contoh uji akan bereaksi dengan
indicator Eriochrome Black T (EBT) dan membentuk larutan warna
merah keunguan, jika EDTA ditambahkan sebagi titran maka ion Ca dan
Mg akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator akan terlepas
kembali dan pada akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah
keunguan menjadi biru jelas. Dengan cara ini akan didapatkan kesadahan
total (Ca+Mg).
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Buret 50 mL.
b. Labu erlenmeyer 125 mL.
c. Labu ukur 1000 mL.
d. Labu ukur 250 mL.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 58
e. Neraca analitik.
f. Pipet seukuran 25 mL.
g. Pipet ukur 5 mL.
h. Sendok spatula
2. Bahan
a. Larutan Baku EDTA 0,01 M
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) 3,723 g Na-EDTA/Titriplex III/Idranal dengan aquades dalam
labu ukur 1000 mL.
2) Ditambahkan aquades hingga tanda batas.
3) Larutan EDTA 0,01 M tersebut distandarisasi dengan larutan
MgSO4 0,01 M, dengan cara:
Membuat larutan MgSO4 0,01 M : 0,246 g MgSO4.7H2O
dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 100 mL
(penimbangnan dicatat), lalu ditambahkan aquades hingga
tanda batas.
5 mL larutan MgSO4 dipipet dan dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer 100 mL kemudian ditambahkan 1 mL
larutan buffer pH 10 dan ¼ ujung spatula (±30-50 mg)
indicator EBT. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M
hingga terjadi perubahan warna dari merah keunguan
menjadi biru. Volume larutan baku EDTA dicatat dan
Molaritas larutan EDTA dihitung
M EDTA = 5 x g MgSO4 x 1000 100 246 x V EDTA
b. Larutan Buffer pH 10
Volume Pembuatan : 250 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 59
Prosedur :
1) 1,179 g Na-EDTA dan 0,644 g MgCl2.2H2O dilarutkan ke
dalam 50 mL aquades.
2) Ditambahkan 16,9 g NH4Cl dan 143 mL NH4OH pekat sambil
diaduk.
3) Ditandabataskan dengan aquades hingga volume 250 mL.
c. Indikator EBT
Volume Pembuatan : 10 g
Waktu Kadaluarsa : -
Prosedur :
100 mg EBT padat dicampurkan dengan 9,9 g NaCl padat, dan
digerus sampai halus.
E. Prosedur
1. 25 mL contoh uji dimasukkan kedalm labu Erlenmeyer 100 mL.
2. Ditambahkan 1 mL larutan buffer pH 10.
3. Ditambahkan ¼ ujung spatula (±30-50 mg) indicator EBT
4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga terjadi perubahan warna
dari merah keunguan menjadi biru jelas.
5. Volume larutan baku EDTA yang digunakan dicatat. Jika volume
EDTA lebih dari 10 mL, lakukan pngenceran contoh uji.
6. Dilakukan pngerjaan untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
Kesadahan total sebagai mg/L CaCO3 = A x B x 100,08 x 1000 mL contoh
Dimana :
A = mL larutan baku EDTA yang digunakan.
B = konsentrasi larutan baku EDTA dalam Molaritas
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 60
4.2.4 Nitrat Sebagai N
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengujian ini meliputi :
Cara pengujian kadar nitrat yang terdapat didalam air.
Penggunaan mewtodew rewduksi cadmium dan alat spektrofotometer
UV-Vis.
B. Standar Acuan
APHA 4500 NO3-E-1998
C. Prinsip
Cd mereduksi NO3- sacara kuantitatif menjadi NO2
-. Butir Cd yang
berlapis Cu yang dipasang dalam tabung kaca adalah tempat sample yang
mengandung NO3- dialirkan. Sampel yang keluar dari tabung hanya
mengandung NO2- saja.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Gelas kimia 100 mL
b. Gelas kimia 500 mL
c. Gelas kimia 250 mL
d. Kolom reduksi Cd-Cu
e. Labu ukur 100 mL
f. Pipet seukuran 25 mL
g. Pipet ukur 5 mL
h. Spektrofotometer UV-Vis
2. Bahan
a. Larutan A ( larutan Induk )
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 minggu
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 61
Prosedur :
1) Dilarutkan 13 g NH4Cl dan 1,7 g EDTA denagn 900 mL
aquades.
2) Diatur pH larutan dikisaran pH 8,5 dengan menambahkan
NH4OH pekat.
3) Ditambah aquades sehingga volume larutan menjadi 1000 mL.
b. Larutan B (larutan terencer)
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu kadaluarsa : -
Prosedur :
Diencerkan 600 mL larutan A (larutan induk) menjadi 1000 mL
dengan menambahkan aquades.
c. Larutan asam sulfanilat
Volume Pembuatan : 300 mL
Waktu Kadaluarsa : 6 bulan
Prosedur :
1) Dilarutkan 3 g sulfanilamide dengan campuran 30 mL HCl
pekat dan 180 mL aquades dalam gelas kimia 500 mL. Diaduk
hingga benar-benar larut.
2) Diencerkan dengan aquades hingga 300 mL.
d. Larutan Naftiletilendiamin (Naftilamin)
Volume Pembuatan : 100 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Dilarutkan 100 mg N (1 naftil etilen dihidroklorida) dengan 50
mL aquades didalam gelas kimia 250 mL.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 62
2) Diencerkan dengan aquades hingga 100 mL.
3) Disimpan dalam botol berwarna gelap bila warna larutan
menjadi coklat tua.
e. Larutan CuSO4 2%
Volume Pembuatan : 100 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Dilarutkan 10 g CuSO4 dengan 100 mL aquades.
2) Ditambah aquades hingga 500 mL.
f. Butiran Cu-Cd
Volume Pembuatan : -
Waktu Kadaluarsa : -
Prosedur :
1) Dibersihkan 25 g butir Cd dengan HCl 6 N kemudian
dibersihkan dengan aquades.
2) Dimasukkan 100 mL CuSO4 2% kemudian dikocok selama 5
menit/sampai warna biru setengah habis. Diulangi beberapa
kali hingga terbentuk endapan koloidal yang berwarna
kecoklatan.
3) Dibilas dengan aquades paling sedikit 10 kali.
g. Larutan HCl 6 N
Volume Pembuatan : 360 mL
Waktu Kadaluarasa : 1 bulan
Diencerkan 216 mL HCl pekat menjadi 360 mL dengan aquades.
E. Prosedur
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 63
1. Dimasukkan 25 mL contoh uji ke dalam gelas kimia 100 mL.
2. Ditambahkan 75 mL larutan A (larutan induk).
3. Dilewatkan ke kolom Cd reduksi. Diatur debit tetesan agar menjadi
7-10 mL/menit.
4. Tetesan pertama (±10 mL) untuk membilas gelas ukur 25 mL.
5. Ditampung 25 mL hasil reduksi dengan gelas ukur 25 mL jangan
dibiarkan filtrat hasil reduksi didiamkan lebih dari 15 menit).
6. Ditambahkan 0,5 mL asam sulfanilat dan 0,5 mL naftilamin, dikocok
dan dibiarkan paling sedikit 10 menit tetapi tidak lebih dari 2 jam.
7. Diukur dengan spektrofotometer. Dibaca dan dicatat absorbansinya
pada panjang gelombang 540 nm.
8. Dilakukan pengerjaan untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
Kadar NO3-N dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva
kalibrasi dari persamaan :
y = a.xDimana :
y = Absorbansi
a = mg/L NO3--N
x = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
4.2.5 Oksigen Terlarut
A. Ruang Lingkup
Penentuan kadar oksigen terlarut dalam sampel air menggunakan
metode modifikasi azida (iodometri).
B. Standar Acuan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 64
SNI 06-6989.14-2004
C. Prinsip
Oksigen terlarut bereaksi dengan ion Mn2+ dalam suasana basa
menjadi Mn(OH)2 dengan valensi yang lebih tinggi (Mn4+). Dengan
adanya ion iodida (I-) dalam suasana asam, ion Mn4+ akan kembali
menjadi ion Mn2+ dengan membebaskan iodin (I2) yang setara dengan
kandungan oksigen terlarut. I2 yang terbentuk kemudian dititrasi dengan
Na2S2O3 dengan indikator amilum.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Batang pengaduk
b. Botol semprot
c. Botol winkler
d. Buret 50 mL
e. Labu erlenmeyer 250 mL
f. Labu ukur 250 mL
g. Labu ukur 1000 mL
h. Pipet seukuran 25 mL
i. Pipet ukur 5 mL
j. Pipet tetes
2. Bahan
a. Larutan MnSO4
Volume pembuatan : 1000 mL
Waktu kadaluarsa : -
Prosedur :
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 65
1) Ditimbang 480 g MnSO4.4H2O/400 g MnSO4.2H2O/364 g
MnSO4.H2O lalu dilarutkan dengan aquades dan dimasukkan
dalam labu ukur 1000 mL.
2) Ditanda bataskan dengan aquades.
b. Larutan alkali iodida azida
Volume pembuatan : 1000 mL
Waktu kadaluarsa : -
Prosedur :
1) Ditimbang 500 g NaOH/700 g KOH, 135 g NaI/150 g KI dan
10 g NaN3 lalu dilarutkan dengan aquades bebas CO2 dan
dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL.
2) Ditanda bataskan dengan aquades bebas CO2.
c. H2SO4 pekat
d. Larutan Na2S2O3 0,025 N
Volume Pembuatan : 250 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) 1,5512 g Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan 50 mL aquades
bebas CO2 di dalam labu ukur 250 mL
2) Ditambahkan 0.5 mL kloroform lalu ditanda bataskan dengan
aquades.
3) Normalitas larutan baku Na2S2O3 0,025 N ditetapkan dengan
larutan K2Cr2O7 0,025 N.
Membuat larutan K2Cr2O7 0,025 N. 0,3065 g K2Cr2O7 p.a
(yang telah dikeringkan di oven ± 105oC selama 2 jam dan
didinginkan di dalam desikator selama 5 menit) dilarutkan
dengan aquades dalam labu ukur 250 mL (penimbangan
dicatat). Ditanda bataskan dengan aquades.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 66
80 mL aquades di ukur dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat
dan K2Cr2O7 0,025 N dan 1 g KI kemudian di aduk selama
6 menit. Lalu dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N
(volume dicatat). Kemudian hitung Normalitas Na2S2O3
dengan rumus :
N Na2S2O3 = 10 x g K2Cr2O7 x 1000 250 49,036 x V Na2S2O3
e. Larutan kanji (amilum)
Volume Pembuatan : 100 mL
Waktu Kadaluarsa : -
Prosedur:
1) 0,5 g kanji ditimbang kemudian dilarutkan dalam 100 ml
aquades.
2) Dipanaskan sampai mendidih dan larut di pemanas.
E. Prosedur
1. Sampel air dimasukkan ke dalam botol winkler hingga setinggi leher
botol.
2. Ditambahkan 1 mL larutan MnSO4, ujung pipet harus masuk ke dalam
permukaan air.
3. Ditambahkan 1 mL larutan alkali iodida azida.
4. Ditutup segera kemudian botol digoyangkan. Diamkan 10 menit
hingga pengendapan sempurna.
5. Tutup botol dibuka kemudian ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat secara
hati-hati.
6. Botol ditutup kembali kemudian digoyangkan hingga semua endapan
larut.
7. Larutan yang ada di botol tersebut diambil 25 mL dan dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
0,025 N hingga warna kuning pucat kemudian ditambahkan 1 mL
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 67
amilum . Titrasi dilanjutkan hingga warna biru hilang. Volume
pemakaian Na2S2O3 dicatat.
F.Perhitungan
Oksigen Terlarut (mg/L) = V x N x 8000 x F
50
Ket :
V = Volume pemakaian Na2S2O3
N = Normalitas Na2S2O3
F = V botol winkler
V botol winkler – ( V MnSO4 + V alkali iodida azida)
= 250
250 -2
= 250
248
4.2.6 Klorida (Cl-)
A. Ruang lingkup
Metode ini digunakan untuk penentuan kadar Klorida (Cl-) dalam air
dan air limbah dengan metode ini argentometri cara Mohr pada kisaran
kadar 1,5 mg/L sampai 100 mg/L
B. Standar acuan
SNI 06-2412-1998
C. Prinsip
Senyawa Klorida dalam uji air dapat dititrasi dengan larutan perak
nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 7 sampai dengan pH 10),
menggunakan larutan indikator kalium kromat. Perak klorida diendapkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 68
secara kuantitatif sebelum terjadinya titik akhir titrasi, yang ditandai
dengan mulai terbentuknya endapan perak kromat yang berwarna merah
kecoklatan
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Batang Pengaduk
b. Botol Semprot
c. Filler
d. Pipet Ukur
e. Pipet Seukuran
f. Gelas Kimia
g. Klem
h. Statif
i. Buret 50 mL
j. Neraca Analitik
k. Kertas Isap
l. Corong
m.Labu Erlenmeyer 250 mL
n. Pipet Tetes
o. Kaca Arloji
p. Labu Ukur 100 mL
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 69
2. Bahan
a. Larutan Baku AgNO3 0,0141 N
Volume pembuatan :1000 mL
Waktu kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur
1) Dilarutkan 2,395 AgNO3 dengan 100 mL aquades didalam
labu ukur 1000 mL
2) Ditambahkan aquades hingga tanda batas
3) Standarisasi dengan larutan NaCl 0.0141 N, dengan cara :
dibuat lautan NaCl 0,0141 N : dilarutkan 0,0824 g NaCl den-
gan aquades hingga tanda batas. Dipipet 5 mL larutan NaCl
0,0141 N secara duplo dan dimasukan ke dalam labu Erlen-
meyer 100 mL. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi
warna kuning kemerahan catat volume pemakaiannya kemu-
dian dihitung kenormalan larutan baku AgNO3 dengan rumus
berikut :
N AgNO3 = 5 x g NaCl x 1000
5, 85 x V AgNO3
4) Disimpan dalam botol berwarna gelap
b. Larutan K2CrO4 5%
Volume pembuatan : 250 mL
Waktukadaluarsa : 2 bulan
Prosedur
1) Dilarutkan 12,5 g K2CrO4 dengan 50 mL aquades didalam
labu ukur 250 mL
2) Ditambahkan sedikit larutan AgNO3 0,0141 N sampai terben-
tuk endapan merah
3) Dibiarkan 12 jam, kemudian saring
4) Ditambahkan aquades hingga tanda batas
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 70
E. Prosedur
1. Dimasukan 50 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL
2. Ditambahkan 0,5 mL larutan indikator K2CrO4 5% dan dikocok
3. Dititrasi sampel dengan larutan AgNO3 0,0141 N sampai terjadi pe-
rubahan warna dari kuning menjadi kuning kemerah-merahan.
4. Dicatat volume larutan AgNO3 yang digunakan kemudian dihitung
kadar kloridanya
5. Dilakukan pengerjaan yang sama untuk blanko dan IQC
F. Perhitungan
Kadar Klorida dalam contoh air
mg/L Cl- = (A - B) x N x 35,45 x 1000
mL contoh
Keterangan : A = mL larutan AgNO3 yang digunakan contoh
B = mL larutan AgNO3 yang digunakan Blanko
N = Normalitas larutan AgNO3
4.2.7 Florida
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengujian ini meliputi cara pengujiuan Florida yang
terdapat dalam air dengan penggunakan cara spektrofotonetri pada
panjang gelombang 525 nm
B. Standar Acuan
SNI 06-24282-1991
C. Prinsip
Penentuan Florida dengan metode spektrofotometri didasarkan atas
reaksi pembentukan warna
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 71
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Spektrofotometri UV/Vis
b. Labu Ukur 100 mL
c. Pipet Seukuran 50 mL
d. Gelas Kimia 100 mL
e. Kabu Erlenmeyer 125 mL
f. Pipet Ukur 20 mL
g. Neraca Analitik
h. Kuvet
2. Bahan
a. Larutan Alizarin Merah
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Ditimbang 0,3750 g Alizarin merah.
2) Dilarutkan dalam labu ukur 500 mL.
3) Ditanda bataskan dengan aquades.
b. Larutan asam zirkonil
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Dilarutkan 0,3554 g ZrOCl2.8H2O dengan 600 mL aquades di
dalam labu ukur 1000 mL.
2) Ditambahkan 33,33 mL H2SO4 pekat.
3) Ditambahkan aquades hingga tanda batas.
4) Didiamkan selama 1 jam. Larutan siap untuk digunakan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 72
E. Prosedur
1. 50 mL sampel diukur secara duplo dan dimasukkan ke dalam lbu
erlenmeyer 125 mL
2. Ditambahkan 2,5 mL larutan alizarin merah dan 2,5 mL Asam
Zirkonil.
3. Didiamkan selama 1 jam. Kemudian diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 525 nm.
F. Perhitungan
Kadar F- dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva
kalibrasi dari persamaan :
y = a.x + bDimana :
y = Absorbansi
x = mg/L F-
a,b = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 73
4.2.8 Zat Organik Secara Nilai Permaganat
A. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk penentuan nilai permanganat dengan
metode oksidasi suasana dalam contoh air dan air limbah yang mempun-
yai kadar Klorida kurang dari 300 mg/L.
B. Standar Acuan
SNI 06-6989-22-2004
C. Prinsip Kerja
Sejumlah sampel air yang mengandung zat organik dioksidasi oleh
KMnO4 yang berlebih dan kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat
berlebih. Dan kelebihan asam oksalat tersebut dititrasi oleh KMnO4 0.01
N sampai sampel mendapatkan titik akhir warna merah muda. Penetapan
kadar dari zat organik berdasarkan reaksi oksidasi dalam suasana asam
dan panas agar reaksi cepat berlangsung.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Batang Pengaduk
b. Botol Semprot
c. Filler
d. Pipet Ukur
e. Pipet Seukuran
f. Gelas Kimia 500 mL
g. Statif
h. Buret 50 mL
i. Neraca Analitik
j. Kertas Isap
k. Corong
l. Labu Erlenmeyer 250 mL
m. Kaca Arloji
n. Pipet Tetes
o. Labu Ukur
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 74
2. Bahan
a. Larutan induk Kalium Permanganat KMnO4 0.01 N
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) 0,0316 gram dilarutkan dengan 100 mL aquades bebas CO2 di
dalam labu ukur 1000 mL
2) Tanda bataskan dengan aquadest bebas CO2.
3) Disimpan di dalam botol berwarna cokelat.
4) Penetapan Kenormalan Larutan Baku KMnO4 :
Diukur 50 mL aquadest secara duplo dan dimasukkan
kedalam labu Erlenmeyer 250 mL, kemudian diapanaskan
hingga 70oC.
Ditambahakan 2,5 ml H2SO4 8 N bebas zat organik.
Ditambahkan 5 ml larutan H2C2O4 0,01 N.
Dititrasi dengan menggunakan larutan baku KMnO4 sampai
warna merah muda (catat volume pemakaian).
Hitung Normalitas larutan KMnO4.
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan :
V1 = mL larutan baku H2C2O4
N1 = mL larutan baku KMnO4
V2 = Normalitas larutan baku H2C2O4
N2 = Normalitas KMnO4
b. Larutan H2C2O4 0,01 N
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 75
Prosedur :
1) Ditimbang 0,3151 g H2C2O4.2H2O dilarutkan dengan aquades
dalam labu ukur 500 mL.
2) Ditanda bataskan dengan aquades.
c). Larutan H2SO4 8N
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Dimasukkan 300 mL aquades ke dalam gelas kimia 500
mL.
2) Dimasukkan 72 mL H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia
secara perlahan-lahan melalui dinding gelas. Ditambahkan
aquades hingga 500 mL.
3) Dipanaskan hingga 70oC ditambahkan beberapa tetes
KMnO4 hingga warna merah muda.
4) Didiamkan hingga dingin, dimasukan ke dalam botol gelap.
5) Apabila warna merah muda hilang, dilakukan seperti
langkah nomor 3.
E. Prosedur
1) 50 ml contoh uji dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2) 2,5 mLH2SO4 8N bebas zat organik ditambahkan kedalamnya.
3) 3 butir batu didih dimasukkan dan panasakn hingga mendidih selama
1 menit.
4) 5 mL larutan baku KMnO4 0,01 N ditambahkan dan dipanaskan lagi
hingga mendidih selama 10 menit.
5) 5 mL larutan baku H2C2O4 ditambahakan.
6) Dititrasi dengan larutan baku KMnO4 0,01 N. Apabila pemakaian
larutan baku KMnO4 lebih dari 7 mL, ulangi pengujian dengan cara
mengencerkan contoh air.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 76
7) Pengerjaan dilakukan untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
mg/L KMnO4 = [{(S+A)B-(0,1)} x 31,6] x P 50 mL
Keterangan :
A = ml KMnO4 yang digunakan contoh uji dikurangi mL KMnO4 untuk
blanko.
B = Normalitas KMnO4
P = Faktor pengenceran
4.2.9 Krom (VI)
A. Ruang Lingkup
Lingkup pengujian ini meliputi :
1. Cara pengujian kadar Krom (VI) yang terdapat dalam air.
2. Penggunaan metode spektrofotometri pada panjang gelombang
540 nm.
B. Standar Acuan
APHA 3500-Cr B-1998.
C. Prinsip Kerja
Penentuan Krom (VI) dengan metode spektrofotometri didasarkan
atas pembentukan warna oleh difenil karbazida dalam suasan asam
dimana sebelumnya Kromium dioksidasi menjadi Krom (VI) oleh
KMnO4.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 77
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Gelas Kimia 100 mL
b. Gelas Ukur 10, 20 dan 25 mL
c. Labu Ukur 100 mL
d. Neraca Analitik
e. Pemanas Listrik
f. Pipet seukuran 10, 20 dan 25 mL
g. Pipet ukur 1 dan 5 mL
h. Spektrofotometer UV – VIS
2. Bahan
a. Difenil Karbazida
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Ditimbang 2,5 g 1,5-diphenil karbazida dengan 500 mL aseton
dalam labu ukur 500 mL, kemudian diaduk.
2) Disimpan dalam lemari es, bila larutan menjadi kecoklat-coklatan
maka dibuat larutan yang baru.
b. H2SO4 0,2 N
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 2 bulan
Prosedur :
1) Diukur 2,8 mL H2SO4 pekat / 5,6 mL H2SO4 1:1 kemudian
dimasukkan
ke dalam gelas kimia 600 mL yang telah diisi 200 mL aquades lalu
diaduk.
2) Ditambahkan aquades hingga volume 500 mL.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 78
E. Prosedur
1. Dimasukkan 25 mL contoh uji secara duplo ke dalam gelas kimia 100
mL
2. Ditambahkan 1 mL H2SO4 0,2 N.
3. Ditambahkan 2 mL larutan Difenil Karbazida.
4. Dibiarkan 5 – 10 menit untuk pembentukan warna.
5. Diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 539 nm.
F. Perhitungan
Kadar Cr6+ dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi
dari persamaan :
y = a.xDimana :
y = Absorbansi
a = mg/L Cr6+
x = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
4.2.10 Nitrit (NO2- -N)
A. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pengujian ini meliputi :
1) Cara pengujian kadar Nitrit yang terdapat dalam air.
2) Pengguanaan metode Asam Sulfanilat dengan alat spektrofotometer
pada panjang gelombang 540 nm.
B. Standar Acuan
SNI 06-6989-2004
C. Prinsip
Sejumlah sampel air yang mengandung Nitrit-N dapat bereaksi
dengan Naftilamin dan asam sulfanilat membentuk warna merah muda.
Dan warna yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada
panjang gelombang 540 nm.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 79
D. Perlatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Buret 50 mL
b. Gelas kimia 100 mL
c. Pipet seukuran 50 mL
d. Pipet ukur 1 mL
e. Pemanas listrik yang dilengkapi pengatur suhu
f. Neraca Analitik
g. Spektrofotometer UV-VIS
2. Bahan
a. Larutan Naftil Etildiamin Hidroklorida
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 2 bulan
Prosedur :
1) Dilarutkan 300 mL N-( 1 – Naftiletilendihidroklorida ) dengan
100 ml aquadest di dalam gelas kimia 500 mL
2) Diencerkan dengan aquadest hingga 300 mL, disimpan dalam
botol berwarna gelap dan ganti bila warna larutan menjadi
cokelat tua.
b. Larutan Asam Sulfanilat
Volume Pembuatan :
Waktu Kadaluarsa :
Prosedur :
1) Dilarutkan 3 g sulfanilamide dengan campuran 30 mL HCl
pekat dan 180 mL aquades dalam gelas kimia 500 mL. Diaduk
hingga benar-benar larut.
2) Diencerkan dengan aquades hingga 300 mL.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 80
E. Prosedur
1) 25 ml contoh uji dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL.
2) contoh uji disaring apabila contoh uji zat tersuspensi yang tinggi.
3) Ditambahkan 0,5 ml larutan asam sulfanilat.
4) Larutan tersebut dibiarkan bereaksi selama 2-8 menit.
5) Ditambahkan 0,5 ml larutan naftil etlendiamin dihidroklorida (lar.
Naftilamin), aduk dan biarkan paling sedikit 10 menit tetapi tidak
lebih dari 2 jam.
6) Diukur dengan spektrofotometer. dibaca dan dicatat absorbansinya
pada panjang gelombang 539 nm.
7) Pengerjaan dilakukan untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
Kadar NO2--N dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva
kalibrasi dari persamaan :
y = a.xDimana :
y = Absorbansi
a = mg/L NO2--N
x = nilai persamaan dari kurva kalibrasi
4.2.11 Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand
(COD)
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengujian ini meliputi :
1) Cara pengujian KOK dalam air
2) Penggunaan metode refluks tertutup dan secara titrimetri.
B. Standar Acuan
APHA 520-C-1998
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 81
C. Prinsip Kerja
Zat Organik yang terdapat dalam air dioksidasi oleh K2Cr2O7
berlebih dalam suasana panas dan asam pada suhu 105oC selama 2 jam.
Sisa K2Cr2O7 yang tidak bereaksi dititrasi oleh larutan standar
Fe(NH4)2(SO4)2 dengan indikator feroin sehingga terjadi perubahan warna
dari biru kehijauan menjadi merah kecoklatan.
D. Peralatan dan Bahan Penunjang Uji
1. Peralatan
a. Buret 50 mL
b. Gelas ukur 100 mL
c. Gelas kimia 100 mL
d. KOK reaktor 220oC yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan
telah dipanaskan pada suhu 105oC pada saat digunakan.
e. Labu Erlenmeyer 125 mL
f. Tabung KOK dengan ketinggian 100 mm dan diameter 16 mm,
terbuat dari gelas borosilikat yang mempunyai tutup asah dan unti
pengaman tutup.
2. Bahan
a. Larutan 1
Volume Pembuatan : 500 mL
Waktu Kadaluarsa : 1 bulan
Prosedur :
1) Ditimbang 2,4515 gram K2Cr2O7 yang sebelumnya telah
dipanaskan dalam suhu 1500C selama 2 jam.
2) Dilarutkan dengan aquades lalu ditambahkan 83.5 mL H2SO4.
3) Dicampurkan dengan 16,65 gram HgSO4, kemudian ditanda
bataskan sampai 500 mL.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 82
b. Larutan 2
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu Kadaluarsa : -
Prosedur :
1000 mL H2SO4 pekat yang telah ditambah 10,2 gram Ag2SO4 per
1 asam. Pelarutan gram Ag2SO4 ini membutuhkan waktu 1 sampai
2 hari
c. Larutan Baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0.025 N.
Volume Pembuatan : 1000 mL
Waktu Kadaluarsa : 2 minggu
Prosedur :
1) Larutkan 9,8 g Fe(NH4)2(SO4)2 dengan 200ml aquades dalam
labu ukur 1000ml.
2) Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat secara perlahan-lahan.
3) Tambahkan aquades hingga tanda batas.
4) Ditetapkan kenormalan larutan baku FAS dengan larutan
Kalium dikhromat 0,025 N. Penetapan Kenormalan Larutan
Baku FAS :
Dibuat larutan K2Cr2O7 0,025 N , larutkan 0,1226 g
K2Cr2O7 p.a ( yang telah dikeringkan di oven ± 105oC
selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator selama 5
menit) dengan aquades dalam labu ukur 100 ml (catat
penimbangan). Tambahkan aquades hingga tanda batas.
Dipipet 10,00 ml larutan K2Cr2O7 dan tambahkan 3 ml
asam sulfat pekat, kemudian didinginkan . tambahkan 3
tetes indikator feroin, kemudian dititrasi dengan
menggunakan Larutan FAS hingga terjadi perubahan
warna dari hijau kebiru-biruan menjadi jingga kemerahan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 83
(catat volume pemakaian). Hitung kenormalan larutan
baku FAS dengan rumus :
N FAS = V K2Cr2O7 x N K2Cr2O7
V FAS
Keterangan :
V FAS = mL larutan FAS yang digunakan
N FAS = Kenormalan larutan FAS
V K2Cr2O7 = mL K2Cr2O7 0.025 N
N K2Cr2O7 = Kenormalan larutan K2Cr2O7
E. Prosedur
1. 3 ml contoh uji diukur dan dimasukkkan ke dalam tabung KOK
kering yang sebelumnya telah direndam dengan H2SO4 20% dan
dibilas dengan aquadest.
2. 1,8 ml larutan K2Cr2O7 – HgSO4 (larutan I) ditambahkan dengan
menggunakan buret.
3. 4,2 ml larutan H2SO4 – AgSO4 (larutan II) ditambahkan secara
perlahan-lahan , ditutup dan dikocok dengan hati-hati.
4. Dimasukkan ke dalam KOK reaktor yang telah dipanaskan pada
150oC, direfluks selama 2 jam.
5. Didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu elenmeyer (dibilas
tabung dan tutup hingga semua contoh uji masuk ke dalam labu
erlenmeyer).
6. Ditambahkan 3 tetes indikator feroin.
7. Contoh dititrasi dengan larutan FAS 0,025 M hingga terjadi perubahan
warna dari biru kehijauan menjadi merah kecoklatan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 84
8. Volume larutan FAS yang digunakan dicatat, kemudian dihitung kadar
KOK.
9. Pengerjaan dilakukan dengan cara yang sama untuk blanko dan IQC.
F. Perhitungan
ppm KOK = (A-B) x N x 8 x 1000
V contoh uji (mL)
Keterangan :
A = mL larutan FAS yang digunakan blanko
B = mL larutan FAS yang digunakan contoh
N = Kenormalan larutan FAS
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 85
BAB V
HASIL PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pengambilan Sampel
Air yang diambil sebagai sampel dalam analisa ini adalah air yang
diambil dari air keran dan air kolam di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 7 Bandung. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 28
Januari 2010.
5.2 Hasil Analisa
5.2.1 Analisa FisikaNo Temperatur Total padatan terlarut Residu Tersuspensi pH
Keran 25 0C 225 409 8.23
Kola
m
25 0C 79 143 6.87
5.2.2 Analisa Kimia
5.2.2.1 Penetapan kadar Klorida (Cl-)
Penetapan kadar Klorida dilakukan dengan metode tirasi Argentometri .
Reaksi :
Tahap I :
AgNO3 (Aq) + Cl- (Aq) AgCl (s) + NO3-
(Aq)
Tahap II :
2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 (s) + 2KNO3 (Aq)
Diketahui :
o Volume Sampel : 50 mL
o Konsentrasi AgNO3 : 0.0146 N
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 86
o Data Tirasi :
No Blanko Keran Kolam
I II I II I II
Volume awal 0.00 0.15 12.00 14.19 16.38 16.68
Volume akhir 0.15 0.31 14.19 16.38 16.68 16.96
Volume titrant 0.15 0.16 2.19 2.19 0.30 0.28
Rata – rata 0.155 2.19 0.29
Perhitungan :
Cl- Keran (mg/L) = ( V. sampel – V. blanko ) x N x 35.45 x 1000 mL Sampel
= ( 2.19 – 0.155 ) x 0.149 x 35.45 x 1000 50
= 214.98 mg/L
Cl- Kolam (mg/L) = ( V. sampel – V. blanko ) x N x 35.45 x 1000 mL Sampel
= ( 0.29 – 0.155 ) x 0.149 x 35.45 x 1000 50
= 14.26 mg/L
5.2.2.2 Penetapan Kesadahan Total
Penentuan kesadahan total dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
Kompleksometri.
Reaksi :
Tahap I :
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
Mg2+ + H2Y2- MgY2- + 2H+
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 87
Tahap II :
MgIn- ( merah anggur ) + H2Y2- HIn2- ( biru) + H+
Diketahui :
Volume sampel : 25 mL
Konsentrasi EDTA : 0.0100 M
BE CaCO3 : 100.08
Data Titrasi :
No Blanko Keran
I II I II
Volume awal 0.00 0.15 5.54 6.85
Volume akhir 0.15 0.31 6.85 8.15
Volume titrant 0.15 0.16 1.31 1.30
Rata – rata 0.155 2.19
Perhitungan :
CaCO3 Keran (mg/L) = ( V. sampel – V. blanko ) x N x 100.08 x 1000
mL Sampel
= ( 2.19 – 0.155 ) x 0.0100 x 100.08 x 1000
25
= 81.46 mg/L
5.2.2.3 Penetapan Zat Organik
Penentuan zat organik dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
Permanganometri.
Reaksi :
Tahap I :
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 88
C,H,O,N,S + MnO4- ( berlebih ) CO2 + Mn2+ + H2O
Tahap II :
MnO2 ( sisa ) + C2O42- ( berlebih ) Mn2+
+ CO2 + H2O
Tahap III :
C2O42- ( sisa ) + MnO4
- Mn2+ + CO2 + H2O
Diketahui :
o Volume sampel : 50 mL
o Konsentrasi KMnO4 : 0.0096 N
o BE KMnO4 : 31.6
o Konsentrasi H2C2O4 : 0.01 N
o Data Titrasi :
No Blanko Keran
I II I II
Volume awal 30.00 30.25 31.25 31.90
Volume akhir 30.25 30.50 31.90 32.55
Volume titrant 0.25 0.25 0.65 0.65
Rata – rata 0.25 0.65
Perhitungan :
ZO Keran (mg/L) = [ 5 + ( V. sampel – V. blanko ) x N – 0.05 ] x 31.6 x 1000
mL sampel
= [ 5 + ( 0.65 – 0.25 ) x 0.0098 – 0.05 ] x 31.6 x 1000
50
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 89
= 1.84 mg/L
6.2.2.4 Penentuan COD
Penentuan Kebutuhan Oksigen Kimia dilakukan dengan menggunakan
metode Dikromatometri.
Reaksi :
Tahap I :
C,H,O,N,S + Cr2O72- CO2 + H2O + NH3 + 2Cr3+
Tahap II :
Cr2O72- ( sisa ) + Fe2+ 2Cr3+ + Fe3+
Tahap III :
Fe2+ + Ferroin Fe- ferroin
Diketahui :
o Volume sampel : 3 mL
o Konsentrasi FAS : 0.0249 N
o Data Titrasi :
No Blanko Keran Kolam
I II I II I II
Volume awal 0.00 7.00 26.20 33.17 40.12 0.00
Volume akhir 7.00 14.00 33.17 40.12 46.19 6.09
Volume titrant 7.00 7.00 6.97 6.95 6.07 6.09
Rata – rata 7.00 6.96 6.08
COD Keran (mg/L) = ( V. blanko – V. sampel ) x N x 8 x 1000
mL Sampel
= ( 7.00 – 6.96 ) x 0.0249 x 8 x 1000
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 90
3
= 20.584 mg/L
COD Kolam (mg/L) = ( V. blanko – V. sampel ) x N x 8 x 1000
mL Sampel
= ( 7.00 – 6.08 ) x 0.0249 x 8 x 1000
3
= 61.088 mg/L
6.2.2.5 Penentuan konsentrasi NO3- sebagai N
Penentuan konsentrasi nitrat dilakukan dnegan menggunakan alat
spektrofotometri pada panjang gelombang 535.0 nm yang sebelumnya
telah direduksi oleh Cd.
Reaksi :
Tahap I :
Asam Sulfanilat + NO2- + HCl garam diazo + 2H2O
NH2 Cl
N≡N
+ HCl
SO3H SO3H
Tahap II :
Garam diazo + Naftilamin Garam azo ( merah ) + HCl
Cl
N≡N H N = N
+
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 91
SO3H NH3Cl SO3H NH3Cl
Data pengukuran absorban larutan standar :
ppm abs0,0 0,0000,2 0,0380,4 0,1891,0 0,3831,6 0,5891,8 0,7292,0 0,764
Dari hasil pengukuran larutan standar didapatkan persamaan linear Y = 0.3863x
dan R2 = 0.9921. Dari hasil pengujian didapatkan absorban sampel keran sebesar
0.1645 dan sampel kolam sebesar 0.4255, konsentrasi nitrat total pada sampel
keran sebesar 0.426 dan konsentrasi nitrat total pada sampel kolam sebesar 1.01
Sedangkan konsentrasi nitrat :
Nitrat pada keran = nitrit total – nitrit
= 0.428 - 0.011
= 0.417 mg/L.
Nitrat pada kolam = nitrit total – nitrit
= 0.428 - 0.010
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 92
= 0.418 mg/L.
6.2.2.6 Penentuan konsentrasi NO2
Penentuan konsentrasi nitrit dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometri pada panjang gelombang 539 nm
Reaksi :
NH2 N=N+
+ HNO2 + 2H2O + H3SO4 N=N SO3H SO3H NH2
NH2
Data pengukuran absorbansi larutan standar :
ppm abs0,00 0,0000,02 0,0640,04 0,1330,06 0,2040,08 0,2830,10 0,356
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 93
0,12 0,4430,14 0,536
Dari hasil pengukuran larutan standar didapatkan persamaan linear Y = 3.6657x
dan R2 = 0.9948. Dari hasil pengujian didapatkan absorban sampel keran sebesar
0.0395 dan sampel kolam sebesar 0.0335. Dengan demikian konsentrasi nitrit
pada sampel keran sebesar 0.0110 mg/L dan pada sampel kolam sebesar 0.009
mg/L.
6.2.2.7 Penentuan Konsentrasi F-
Penentuan konsentrasi Fluorida dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometri pada panjang gelombang 525 nm.
Reaksi :
(Zr-Alizarin Red) + 6F- Alizarin + ZrF6- (kuning)
Data pengukuran absorban larutan standar :
ppm abs0,00 0,2370,20 0,2180,40 0,2120,60 0,201
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 94
0,80 0,1921,00 0,1741,20 0,1591,40 0,1461,60 0,1351,80 0,1252,00 0,114
Dari hasil pengukuran larutan standar didapatkan persamaan linear Y = - 0.0619x
+ 0.2358 dan R2 = 0.9945. Dari hasil pengujian didapatkan absorbansi sampel
keran sebesar 0.210 dan sampel kolam sebesar 0.229 konsentrasi Fluorida sebesar
0.174 mg/L dan konsentrasi Fluorida pada sample air kolam sebesar 0.110 mg/L.
6.2.2.8 Penentuan konsentasi Cr (VI)
Penentuan konsentrasi krom dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometri pada panjang gelombang 540.0nm.
Reaksi :
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 95
Data pengukuran absorbansi larutan standar :
Standar (mg/L)
Absorbansi
0,00 0,0000,10 0,0720,20 0,1470,30 0,2260,40 0,2940,50 0,3660,60 0,4390,70 0,5120,80 0,5820,90 0,6571,00 0,722
Dari hasil pengukuran larutan standar didapatkan persamaan linear Y = 0.7288x
dan R2 = 0.9998 Dari hasil pengujian didapatkan absorbansi sampel keran sebesar
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 96
0.000 dan sampel kolam sebesar 0.000. Konsentrasi krom pada sampel keran
sebesar 0.0 mg/L dan pada sampel kolam sebesar 0.0 mg/L.
6.2.2.9 Penentuan konsentrasi PO43-
Penentuan konsentrasi fosfat dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm.
Data pengukuran absorbansi larutan standar
ppm abs0.00 0.0000.20 0.1280.40 0.2550.60 0.3820.80 0.5101.00 0.6351.20 0.715
Dari hasil pengukuran larutan standar didapatkan persamaan linear Y = 0.6203x
dan R2 = 0.9966. Dari hasil pengujian didapatkan absorbansi sampel keran
sebesar 0.5945 dan sampel kolam sebesar 0.2495. Konsentrasi Fosfat pada
sampel keran sebesar 0.958mg/L dan pada sampel kolam sebesar 0.402 mg/L.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 97
6.2.2.10 Penentuan Konsentrasi Warna
Penentuan konsentrasi warna dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometri pada panjang gelombang 420nm.
Data pengukuran absorbansi larutan standar :
Kurva Kalibrasi Warna
ppm abs0.0 0.0000.5 0.0011.0 0.0035.0 0.00910.0 0.02015.0 0.03120.0 0.04525.0 0.05230.0 0.062
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 98
40.0 0.08950.0 0.115
Dari hasil pengukuran larutan standar didapatkan persamaan linear Y = 0.0022x
dan R2 = 0.9956 Dari hasil pengujian didapatkan absorbansi sampel keran sebesar
0.008 dan sampel kolam sebesar 0.065. Konsentrasi warna pada sampel keran
sebesar 3.64 mg/L dan pada sampel keran sebesar 29.55 mg/L.
BAB VI
PEMBAHASAN DAN SARAN
6.1 Pembahasan
6.1.1 TSS (Total Suspended Solids)
Saat jumlah zat tersuspensi yang disaring terlalu banyak, akan mengakibatkan
proses penyaringan memakan waktu lama. Untuk mengatasinya, sampel dapat
disaring menggunakan bejana terpisah dan pompa vakum.
6.1.2 pH (Derajat Keasaman)
Suhu sampel yang tidak stabil dapat menyebabkan pembacaan pH yang memakan
waktu lama, karena pH yang terbaca oleh alat tidak stabil. Selain hal itu, apabila
larutan buffer yang digunakan untuk mengkalibrasi alat sudah kadaluarsa akan
mnyebabkan pengkalibrasian alat yang tidak sesuai pH buffer seharusnya. Hal
tersebut dikarenakan pH larutan buffer tersebut sudah berubah.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 99
6.1.3 Warna
Kekeruhan dan zat tersuspensi dapat menggangu pemeriksaan warna. Gangguna
tersebut dapat dihilangkan dengan penyaringan atau sentrifuge. Bila warna
ditentukan tanpa penyaringan terlebih dahulu, maka hasilnya ditulis dengan
“warna nampak”, jika sampelnya disaring maka hasilnya adalah “warna
sebenarnya”.
6.1.4 Kesadahan
Gangguan pada penentuan kesadahn ini yaitu selain dari Ca2+ dan Mg2+, beberapa
kation seperti Al3+, Fe3+ atau Fe2+, Mn2+ dan sebagainya juga bergabung dengan
EDTA. Tetapi untuk air ledeng, air sungai atau air danau, konsentrasi ion – ion ini
cukup rendah dan tidak mengganggu pada proses penentuan kesadahan. Namun
kadang – kadang air tanah dari buangan industri mengandung konsentrasi ion –
ion tersebut lebih dari beberapa mg/L. Dalam kasus ini, suatu inhibitor harus
digunakan untuk menghilangkan gangguan tersebut. Pengendapan CaCO3 harus
dicegah karena akan mengurangi kadar kesadahan terlarut. Jika kadar Ca2+ terlalu
tinggi, endapan dapat muncul dalam waktu titrasi 5 menit, sehingga contoh harus
diencerkan. Cara lainnya adalah dengan pembubuhan asam terlebih dulu serta
pengadukan supaya semua CO2 lenyap ke udara untuk sementara dan
pembentukan CO32- pada pH 10 dihindarkan. Penambahan asam sampai pH
menjadi + 3 (cek dengan kertas pH). Diaduk 5 sampai 10 menit, kemudian
ditambahkan buffer untuk mengubah pH menjadi 10,0 + 0,1. cara seperti ini juga
dapat dilakukan pada sampel dengan kadar Ca2+ rendah, untuk mengurangi resiko
gangguan
6.1.5 COD (Chemical Oxygen Demand)
Kadar Klorida (Cl- sampai 2000 mg/L didalam sampel dapat menggangu
bekerjanya katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu akan turut teroksidasi
oleh kalium dikromat, sesuai reaksi dibawah :
6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ 3 Cl2 + 2Cr3+ + 7 H2O
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 100
Gangguan ini dihilangkan dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada
sampel, sebelum penambahan reagen lainnya. Ion merkuri bergabung dengan ion
klorida membentuk merkuri klorida sesuai reaksi dibawah :
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak
menggangu oksidasi zat organik dalam tes COD.
Nitrit (NO2-) juga teroksidasi menjadi nitrat (NO3
-). 1mg/L NO2- -N ~ 1,1 mg
COD. Jika konsentrasi NO2- -N lebih besar dari 2 mg/L, maka harus ada
penambahan 10 mg asam sulfamat/mg NO2- -N baik dalam sampel maupun
dalam blanko.
6.1.6 Nitrat (NO3- - N)
Gangguan yang terjadi yaitu pada saat reduksi kadmium dari NO3- menjadi NO2
-
terutama oleh zat tersuspensi dalam kolom reduksi. Maka, sampel yang sangat
keruh harus disaring dahulu pada kertas saring dengan pori 0,45µm. Cu2+, Fe2+/3+
atau logam lain dengan kadar lebih besar dari 5 mg/L dapat menurunkan efisiensi
tabung, namun gangguan tersebut akan hilang dengan menambahkan zat EDTA
yang mengikat logam – logam tersebut. Banyaknya butir Cd yang digunakan
pada kolom reduksi sampel adalah sebanyak 25 g. Apabila kurang dari 20 g,
maka proses reduksi sampel akan menjadi tidak sempurna. Penambahan beberapa
tetes HCl 6N pada sampel yang sudah di reduksi dan ditambahkan pereaksi
adalah untuk mengubah kondisi menjadi asam, agar garam Azo dapat membentuk
garam Diazo secara sempurna.
6.1.7 Nitrit (NO2- - N)
Kation – kation Fe3+, Pb2+, Hg2+, Ag2+, Sb3+, Au3+ dan Anion PtCl62- dan VO3
2- juga
mengganggu analisa karena dapat mengendap selama proses analisa ; kation –
kation tersebut harus dihilangkan. Warna dan kekeruhan tersebut mengganggu
prosedur fotometris, sehingga sampel tersebut harus disaring dahulu dengan
kertas saring 0,45 µm. Pengujian sampel yang sudah ditambahkan pereaksi harus
didiamkan selama 10 menit dan paling lama 2 jam. Apabila kurang dari 10 menit,
reaksi yang terjadi belum berlangsung secara sempurna dan apabila lebih dari 2
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 101
jam, NO2 yang sudah bereaksi akan terurai kembali.
6.1.8 Posfat (PO43- - P)
Pada analisa kadar posfat, zat-zat yang dapat mempengaruhi analisa adalah :
a. Arsen bila konsentrasinya lebih besar dari 0,1 mg arsen/L
b. Krom (VI) dan Nitrit dapat menyebabkan hasil analisa P turun + 3% bila
konsentrasi Cr (VI) atau NO2- ~ 1 mg/L dan turun 10% sampai 15% bila
konsentrasi Cr (VI) atau NO2- ~ 10 mg/L
c. Sulfida bila konsentrasi lebih besar dari 1 mg S2-/L
d. Silikat bila konsentrasi lebih besar dari 10 mg SiO44-/L
Kekeruhan dan warna pada sampel juga mengganggu analisa (spektrofotometri)
namun gangguan tersebut dapat dihindari dengan cara menyaring sampel dengan
kertas saring berpori 0,45 µm. Pada pembuatan pereaksi campuran, zat yang
harus dicampurkan haruslah berurutan yakni H2SO4 5 N, kalium antimonil tartat,
ammonium molibdat lalu asam askorbat dengan perbandingan 10 : 1 : 3: 6.
Apabila tidak berurutan atau perbandingannya salah, maka akan menyebabkan
warna larutan menjadi biru. Apabila terjadi hal demikian maka pereaksi
campuran harus dibuat kembali. Harus diperhatikan juga bahwa pereaksi
campuran hanya bertahan selama 4 jam dan apabila lebih harus dibuat kembali
karena sudah kadaluarsa.
6.1.9 Klorida ( Cl- )
Karena AgNO3 yang digunakan encer, maka TA yang teramati adalah terben-
tuknya warna kuning telur Ag2CrO4, karena seharusnya adalah endapan berwarna
merah bata. pH larutan selama titrasi harus dipertahankan netral sampai basa (7 –
10). Jika suasana asam, maka sensitifitas metode berkurang yang disebabkan oleh
konstanta ionisasi dari asam Kromat yang kecil sehingga Kromat bereaksi dengan
Hidrogen
CrO42- + H+ → HCrO4
2-
Gangguan bisa berasal dari ion Sulfida, Tiosulfat dan ion Sulfat, gangguan ini
dapat dihilangkan dengan penambahan H2O2. Pada saat penentuan kadar Cl pada
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 102
sampel terlalu tinggi, akan menyebabkan sulitnya penentuan TA pada sampel
yang diakibatkan warna keruh endapan AgCl yang terbentuk.
6.1.10 Zat Organik ( ZO )
Penentuan kadar zat organik secara nilai permanganat ini termasuk titrasi kembali
karena yang dititrasi bukanlah zat organiknya langsung, namun sisa H2C2O4 yang
sebelumnya telah bereaksi dengan sisa KMnO4 yang sudah mengoksidasi zat
organik. Apabila kadar zat organik dalam sampel terlalu tinggi, maka pada saat
pemanasan setelah ditambahkan 5 mL KMnO4 dan 5 mL H2C2O4akan berwarna
kuning. Hal ini disebabkan karena kekurangan H2C2O4. Untuk mengatasi hal ini
tambahkan kembali H2C2O4 sampai warna kuning hilang.
6.1.11 Florida ( F- )
Gangguan yang umum terjadi pada analisa Flourida adalah pada waktu pengujian
yang tidak bol,eh lebih dari 1 jam, jika lebih dari 1 jam maka reaksi yang sudah
terbentuk akan terurai kembali dan mengakibatkan warna kuning menjadi pudar
ataupun bila kurang dari 1 jam, maka reaksi yang terjadi belum tentu sempurna.
Pengukuran absorbansi Flourida dilakukan pada panjang gelombang merah, hal
ini dikarenakan pada saat validasi metoda pada panjang gelombang merah dan
kuning, di dapatkan akurasi yang lebih baik pada pengukuran dalam panjang
gelombang merah.
6.1.12 Krom ( IV )
Bila tedapat campuran Cr6+ dan Cr3+ yang terlarut maka perlu mengoksidasi Cr3+
menjadi Cr6+ dengan penambahan KMnO4 sebelum penambahan difenilkarbazid.
6.1.13 Sulfat ( SO42- )
Fungsi dari larutan kondisi adalah untuk mengkondisikan agar endapan BaSO4
yang terbentuk tidak segera megendap, namun membentuk endapan koloid.
Fungsi dari BaCl2 adalah sebagai zat pengendap sulfat. Setelah penambahan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 103
BaCl2 harus segera di uji dan tidak boleh lebih dari 4 menit, hal ini dikarenakan
endapan koloid BaCl2 yang terbentuk akan mengendap jika didiamkan lebih dari
4 menit.
6.1.14 Dissolved Oxygen ( DO )
Pada saat penambahan larutan pereaksi ke dalam botol winkler, pipet yang
digunakan harus melewati permukaan sampel air yang sudah di masukan ke
dalam botol winkler, agar konsentrasi oksigen yang ada dalam sampel tidak
berubah. Setelah penambahan H2SO4, sampel harus sesegera mungkin dititrasi
dengan larutan tiosulfat agar I2 yang terbentuk tidak cepat menguap.
6.1.15 Total Dissolved Solids (TDS), Daya Hantar Listrik (DHL) dan
Salinitas
Sebelum pengujian dimulai, maka alat koduktivitimeter harus dikalibrasi terlebih
dahulu dengan larutan KCl 0,01N. Ketika akan mengukur sampel yang lain maka
elektroda harus dibilas dulu dengan aquades kemudian dikeringkan sampai benar
– benar kering, karena akan berpengaruh pada hasil pembacaan alat tersebut.
Apabila pada suatu sampel terbaca kadar DHL dan Salinitas yang tinggi, maka
akan berpengaruh pada penentuan Cl-, SO42- yaitu kadarnya yang tinggi dan
menyebabkan sampel harus di encerkan pada pengujian tersebut.
6.2 Saran
6.2.1 Untuk pihak sekolah :
1. Pembimbing dari pihak sekolah diharapkan lebih sering mengunjungi
tempat dimana siswa prakerin, agar dapat memantau keadaan siswa
disana.
2. Sebelum melaksanakan prakerin sebaiknya siswa dengan materi dan
pelatihan yang cukup agar dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja
dengan baik dan dapat meminimalisir kesalahan.
3. Diharapkan koordinasi antara pihak sekolah dan Dinas Energi dan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 104
Sumber Daya Mineral dapat berjalan dengan baik sehingga segala
sesuatunya dapat berjalan dengan lancar.
4. Diharapkan pihak sekolah dapat menjaga hubungan baik dengan pihak
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, sehingga untuk kedepannya
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral ini masih berkenan menerima
siswa-siswi SMKN 7 Bandung untuk melaksanakan prakerin disana.
6.2.2 Untuk pihak Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral :
1. Sebaiknya fasilitas dan keselamatan kerja di laboratorium lebih
ditingkatkan
2. Bila memungkinkan semoga di tahun yang akan datang dan seterusnya
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral masih berkenan menerima
siswa SMKN 7 Bandung untuk melaksanakan prakerin.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 105
BAB VIIKESIMPULAN
Pada Praktek Kerja Industri di Laboratorium Kebumian Balai
Pengujian Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, secara
keseluruhan kami melakukan analisa air. Beberapa pengujian yang kami
lakukan diantaranya analisa air secara parameter fisika : pH, TDS, TSS,
Salinitas, DHL dan warna. Serta parameter kimia : DO, Kesadahan total -
CaCO3, Zat Organik, Klorida, COD, Krom (IV), Posfat - P, Nitrat - N,
Nitrit - N, Sulfat, Florida, Klorin bebas - Cl2, Ammonia - N dan Sulfida.
Melakukan analisa air sangat penting sekali, karena diperlukan
untuk mengetahui layak atau tidaknya air tersebut untuk digunakan dalam
berbagai aktifitas. Hal tersebut sangat penting sekali dilakukan, karena zat
– zat kimia berbahaya dapat masuk ke tubuh kita. Hal tersebut sangat
membahayakan karena hal itulah pengujian kelayakan air sangat penting
dilakukan. Dalam pengujiannya, ada beberapa metoda yang dilakukan
yakni secara konvensional dan instrumen.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 106
Dari hasil analisa yang kami lakukan terhadap sampel air keran
dan sampel air kolam yang kami uji menunjukan kualitas sampel tersebut
adalah termasuk kedalam kualitas air kelas 1 untuk air keran dan kualitas
air kelas 2 untuk air kolam. Sehingga, air keran yang kami uji dapat
digunakan untuk air minum dan atau peruntukan lainnya yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
sedangkan untuk air kolam dapat digunkan untuk sarana dan prasarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tamanan dan peruntukkan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
.
1. http://www.esdmjabar.gov.id
2. http://www.wikipedia.org/air
3. http://www.wikipedia.org/siklus-hidrologi
4. http://www.wikipedia.org/air-tanah
5. Syafei, M.lis.1999. Kimia Air Bandung : Depdikbud RI.
6. http://www.wikipedia.org/nitrogen
7. Svehla, G. 1990. Vogel Buku Text Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semimikro. Edisi V. Jakarta : PT. Kalman Pustaka.
8. Kertawijaya, Iyon. 1995. Analisis Singkat Pemeriksaan Air. Bandung.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 107
LAMPIRAN
Gambar di Dinas ESDM
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 108
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 109
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRIDI LABORATORIUM DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SMKN 7 BANDUNG 110