kata pengantar -...
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Mei 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2019, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Mei
2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik
kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si.
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustika, S.Si, M.Si.
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom.
Editor : Hana Solihah, S.Si.
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E.
Aprilia Susilowati, S.Tr.
Tim Analisis dan Prakiraan : Pande Made Rony Kurniawan, SST.
Debora Truly Marpaung, SST.
Ibnu Susilo, S.Tr.
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, S.P., M.Ling.
Sri Rameiyana, S.E.
Desain : M. Taufiq, S.SI.
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM APRIL 2019 ............................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA MEI 2019 ................................................................................................................ 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT MEI 2019................................................................................................. 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI MEI 2019 ...................................... 19
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan April 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim,
maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2019 adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata yaitu berada pada kondisi baik di bawah
normal, normal maupun di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin
dilaporkan dominan bertiup dari arah Timur Laut hingga Timur dari dasarian I hingga dasarian
III pada kecepatan rata – rata 10 km/jam.
b. Pada bulan April wilayah Indonesia nilai IOD, SOI, perambatan MJO, dan ENSO berada pada
kondisi netral sehingga tidak cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun
pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Mei 2019 hingga April
2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Mei 1998
s.d April 2019. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.87106 dan RMSE (error) 11.4725 yang menunjukkan
bahwa curah hujan di bulan Mei 2019 pada dasarian I diprakirakan berada pada kisaran normalnya
sedangkan pada dasarian II dan III berada pada kisaran bawah normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
April 1901 s/d 31 April 1930, 1 April 1931 s/d 31 April 1960, 1 April 1961 s/d 31 April 1990, dan
seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 2
ANALISA CUACA DAN IKLIM APRIL 2019
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional
(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai
Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan
matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.
Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar
pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern
Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan
monsun timur laut di Kepulauan Riau (April-Mei) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah
hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN APRIL 2019
1. Monsun
Pada bulan April matahari berada di BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu menuju
utara sejauh kurang lebih 11° yaitu dari 5,0°LU menuju 16,0°LU. Hal ini berdampak pada peningakatan
suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan
April 2019 tercatat ada 2 (tiga) kejadian siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia yaitu Siklon Tropis
WALLACE dan LORNA. Di mana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya
jumlah curah hujan di wilayah Indonesia pada umumnya termasuk Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 3
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut April 2019
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan April 2019
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan April 2019 berkisar
antara 28.00 - 30.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.50 - +1.50C (Gambar.2). Di wilayah Kepulauan
Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50 - +1.50C yang menunjukkan suhu muka laut masih
dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu muka laut
yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses pertumbuhan awan-
awan yang berpotensi menjadi hujan.
Pada bulan April 2019, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS
dan sekitar equator karena matahari masih berada di sekitar wilayah ekuator. Hal ini
menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan
rendah) dan ekuator sehingga membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah
Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang
menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara yang
berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 4
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan April 2019
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan April 2019
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan April 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan April
umumnya bertiup dari arah Barat Laut hingga Timur yang di dominasi dari arah Barat Laut dengan
kecepatan rata-rata 0 hingga 10 knot (Gambar. 5).
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan April
2019, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.76 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation
Index) selama bulan April sebesar +3.0. Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya pengaruh terhadap
penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian
timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 6
3. MJO (Madden-Aprilan Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR April 2019
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan April 2019, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah
bagian barat Sumatera, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian tengah serta sebagian besar
wilayah Pulau Papua yaitu berkisar antara 160 – 180 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau
secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 220 -
280 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada
bulan April 2019 sedikit.
b. Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 7
MJO selama bulan April 2019 berada pada fase 6 sampai 4 dengan sifat yang lemah pada
perambatannya dan kuat pada akhir bulan April. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.
Pada gambar (9) terlihat bahwa pada akhir bulan April wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan
MJO. Secara teori, kondisi MJO ini memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia sehingga cukup mendukung proses pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat
menghasilkan hujan termasuk juga untuk wilayah Kepulauan Riau.
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan April 2019 nilai IOD berada
pada kondisi negatif yang bernilai +0.09. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan April 2019
secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2019
Berdasarkan data curah hujan bulan April 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan April 2019 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 8
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN APRIL 2019
a. Hujan
Hujan bulan April 2019 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama satu
bulan berkisar 54,8 mm – 274,4 mm atau antara 21,7 % - 108,8 %. Curah hujan terendah terjadi di Hang
Nadim dan tertinggi di Sei Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan April 2019 terdapat 14 hari
hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 54,8 mm atau
berkisar 21,7% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 3 hari
hujan dengan jumlah curah hujan 11,5 mm, pada dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah
hujan 17,9 mm pada dasarian III terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 25,4 mm. Curah hujan
tertinggi 12,7 mm terjadi pada tanggal 25 April 2019.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan April 2019 di Hang Nadim
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
CU
RA
H H
UJA
N (
mm
)
TANGGAL
HUJAN
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 9
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,7 °C - 29,8 °C. Suhu udara terendah dalam bulan
April 2019 adalah 23,1°C terjadi pada tanggal 2 April 2019 pagi hari dan suhu udara tertinggi 34,4 °C
terjadi pada tanggal 21 April 2019 siang hari.
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan April 2019 di Hang Nadim
c. Kelembapan Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71% - 92%. Kelembaban udara terendah
mutlak 43% terjadi pada tanggal 7 April 2019 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99%
terjadi pada tanggal 14, 24 dan 29 April 2019 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan
April 2019 lebih basah dibandingkan bulan Maret 2019.
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan April 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 10
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III April 2019, angin permukaan secara umum didominasi dari Timur
Laut dengan kecepatan rata-rata 4,7 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari Barat Daya dengan
kecepatan 31,5 km/jam terjadi pada tanggal 27 April 2019.
Windrose Bulan April Tahun 2019
WRPLOT View - Lakes Environmental Software
PROJECT NO.:
DATE:
07/05/2019
MODELER:
COMPANY NAME:
COMMENTS:WIND ROSE PLOT:
NORTH
SOUTH
WEST EAST
4,73%
9,46%
14,2%
18,9%
23,7%
DATA PERIOD:
Start Date: 01/04/2019 - 00:00End Date: 01/05/2019 - 01:00
WIND SPEED
(m/s)
>= 11,10
8,80 - 11,10
5,70 - 8,80
3,60 - 5,70
2,10 - 3,60
0,50 - 2,10
Calms: 52,29%
AVG. WIND SPEED:
1,31 m/s
CALM WINDS:
52,29%
TOTAL COUNT:
720 hrs.
DISPLAY:
Wind SpeedDirection (blowing from)
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 11
PRAKIRAAN CUACA MEI 2019
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Mei, posisi matahari dalam gerak semunya bergerak di BBU (Belahan Bumi Utara)
yaitu sekitar 16,0°LU s.d 22,0°LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini masih berdampak pada
hangatnya suhu muka laut di daerah ekuator sehingga memicu terbentuknya banyak pola tekanan
udara rendah.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Mei 2019 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2019
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2019
Pola angin rata-rata bulan Mei secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS)
menuju Bumi Bagian Utara (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) serta pusaran angin
tertutup (Eddy) serta konvergensi di bagian ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah
belokan angin (shearline) serta pertemuan massa udara (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan
Riau yang menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung
dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Mei 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth
Science and Technology), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan BOM/ POAMA
(Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Mei 2019 dalam
kondisi Normal. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak memberi pengaruh terhadap
penambahan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir April 2019 menunjukkan berada pada kondisi normal dengan
nilai SOI sebesar -3.0, sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan curah hujan di
wilayah Indonesia khususnya bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2019 s.d. Awal Mei 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 13
3. MJO (Madden-Aprilan Oscillation)
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan April 2019 dan prakiraan Bulan Mei 2019
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 29 April 2019 dan prakiraan 15 hari kedepan
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Mei 2019 dengan sifat kuat dan berada
pada fase 4 hingga 7 sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia
(Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat
wilayah Indonesia (Gambar 20) pada awal bulan Mei. Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 14
konvektif di wilayah tersebut pada awal bulan Mei cukup banyak termasuk di wilayah Kepulauan
Riau. Memasuki pertengahan Bulan Mei, nilai anomali OLR bernilai positif berada di wilayah
Indonesia, khususnya bagian barat wilayah Indonesia (Gambar 20). Hal tersebut mengindikasikan
tutupan awan konvektif di wilayah tersebut pada pertengahan bulan Mei cukup sedikit termasuk di
wilayah Kepulauan Riau.
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 21) bulan Mei
2019 DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun
pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Mei di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun (1993-2017)
diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan terbagi dua di wilayah
Pulau Batam selama Bulan Mei. Batam bagian Timur jumlahnya sekitar 150 – 200 mm, sedangkan
Batam bagian Barat sekitar 200 – 250 mm.
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA 22,6 27,7 33,8
KELEMBAPAN UDARA 42% 85% 100%
ANGIN 6 Km/jam 8 Km/jam 46 Km/jam
HARI HUJAN 12 19* 24
*15 hari disertai petir
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 15
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam
pada bulan Mei 2019 tidak jauh berbeda dari bulan April 2019, sehingga peluang curah
hujannya hampir sama bila dibandingkan dengan bulan April 2019.
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2019
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Mei
2019 hingga April 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang
Nadim periode Mei 1998 s.d April 2019.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.87106 dan RMSE (error) 11.4725. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2019 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan
III berada pada kisaran normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Mei 2019 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2019
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei di Barelang dapat
diprakirakan sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) MEI 2019
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI MEI 2019
1. BATAM
Location : E104 07, N01 07, May 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0556 1805 0311 1531
2 0556 1805 0353 1614
3 0556 1805 0436 1658
4 0556 1805 0520 1743
5 0556 1805 0606 1831
6 0555 1805 0655 1922
7 0555 1805 0747 2016
8 0555 1805 0842 2113
9 0555 1805 0939 2211
10 0555 1805 1037 2309
11 0555 1805 1135 0000
12 0555 1805 1232 0005
13 0555 1805 1326 0100
14 0555 1805 1418 0153
15 0555 1805 1510 0244
16 0555 1805 1601 0334
17 0555 1805 1652 0424
18 0555 1805 1743 0514
19 0555 1805 1836 0606
20 0555 1805 1929 0658
21 0555 1805 2023 0751
22 0555 1805 2115 0844
23 0555 1805 2206 0936
24 0555 1806 2254 1026
25 0555 1806 2340 1114
26 0555 1806 0000 1159
27 0555 1806 0024 1243
28 0555 1806 0107 1326
29 0556 1806 0148 1408
30 0556 1806 0230 1451
31 0556 1807 0313 1536
2. TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, May 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0555 1803 0309 1529
2 0554 1803 0352 1612
3 0554 1803 0434 1656
4 0554 1803 0518 1741
5 0554 1803 0604 1829
6 0554 1803 0653 1920
7 0554 1803 0745 2014
8 0554 1803 0840 2111
9 0554 1803 0938 2209
10 0554 1803 1036 2307
11 0554 1803 1134 0000
12 0554 1803 1230 0003
13 0554 1803 1325 0058
14 0553 1803 1417 0151
15 0553 1803 1508 0242
16 0553 1803 1559 0332
17 0553 1803 1650 0422
18 0553 1803 1741 0513
19 0553 1803 1834 0604
20 0554 1803 1927 0657
21 0554 1803 2021 0750
22 0554 1803 2113 0843
23 0554 1804 2204 0935
24 0554 1804 2252 1025
25 0554 1804 2338 1112
26 0554 1804 0000 1158
27 0554 1804 0022 1241
28 0554 1804 0105 1324
29 0554 1804 0147 1406
30 0554 1804 0229 1450
31 0554 1805 0312 1534
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 20
3. RANAI
Location : E108 24, N03 55, May 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0536 1751 0255 1512
2 0536 1751 0336 1556
3 0536 1751 0418 1641
4 0535 1751 0501 1727
5 0535 1751 0546 1816
6 0535 1751 0634 1908
7 0535 1751 0725 2003
8 0535 1751 0819 2100
9 0535 1751 0916 2158
10 0534 1751 1015 2255
11 0534 1751 1113 2351
12 0534 1751 1210 0000
13 0534 1752 1306 0045
14 0534 1752 1359 0137
15 0534 1752 1452 0227
16 0534 1752 1544 0316
17 0534 1752 1636 0405
18 0534 1752 1729 0454
19 0534 1752 1822 0545
20 0534 1752 1916 0636
21 0534 1752 2010 0729
22 0534 1752 2102 0822
23 0534 1753 2153 0914
24 0534 1753 2241 1004
25 0534 1753 2326 1052
26 0534 1753 0000 1138
27 0534 1753 0009 1223
28 0534 1753 0051 1307
29 0534 1754 0132 1350
30 0534 1754 0213 1434
31 0534 1754 0255 1520
4. TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, May 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0559 1808 0314 1534
2 0559 1808 0356 1617
3 0559 1808 0439 1701
4 0559 1808 0523 1746
5 0559 1808 0609 1834
6 0558 1808 0658 1925
7 0558 1808 0750 2019
8 0558 1808 0845 2116
9 0558 1808 0942 2214
10 0558 1808 1041 2312
11 0558 1808 1138 0000
12 0558 1808 1235 0008
13 0558 1808 1329 0103
14 0558 1808 1421 0156
15 0558 1808 1513 0247
16 0558 1808 1604 0337
17 0558 1808 1655 0427
18 0558 1808 1746 0517
19 0558 1808 1839 0609
20 0558 1808 1932 0701
21 0558 1808 2026 0755
22 0558 1808 2118 0848
23 0558 1808 2209 0939
24 0558 1808 2257 1029
25 0558 1809 2343 1117
26 0558 1809 0000 1202
27 0558 1809 0027 1246
28 0558 1809 0110 1329
29 0559 1809 0151 1411
30 0559 1809 0233 1454
31 0559 1809 0316 1539
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 21
5. DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, May 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0555 1803 0309 1529
2 0555 1803 0351 1612
3 0555 1803 0434 1656
4 0555 1803 0518 1741
5 0554 1803 0605 1829
6 0554 1802 0654 1919
7 0554 1802 0746 2013
8 0554 1802 0841 2110
9 0554 1802 0938 2208
10 0554 1802 1037 2306
11 0554 1802 1134 0000
12 0554 1802 1231 0003
13 0554 1802 1325 0058
14 0554 1802 1417 0150
15 0554 1802 1508 0241
16 0554 1802 1559 0332
17 0554 1802 1649 0422
18 0554 1802 1741 0513
19 0554 1802 1833 0604
20 0554 1802 1927 0657
21 0554 1803 2020 0751
22 0554 1803 2112 0844
23 0554 1803 2203 0935
24 0554 1803 2251 1025
25 0554 1803 2337 1113
26 0554 1803 0000 1158
27 0555 1803 0022 1242
28 0555 1803 0104 1324
29 0555 1803 0146 1406
30 0555 1804 0229 1449
31 0555 1804 0312 1534
6. TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, May 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0545 1759 0304 1521
2 0545 1759 0345 1605
3 0545 1759 0427 1650
4 0545 1759 0510 1736
5 0545 1759 0555 1825
6 0544 1759 0644 1916
7 0544 1759 0735 2010
8 0544 1759 0830 2107
9 0544 1759 0927 2205
10 0544 1759 1025 2303
11 0544 1759 1123 2359
12 0544 1759 1220 0000
13 0544 1759 1315 0053
14 0544 1759 1408 0145
15 0544 1759 1501 0235
16 0543 1759 1552 0325
17 0543 1759 1644 0414
18 0543 1800 1737 0504
19 0543 1800 1830 0554
20 0543 1800 1924 0646
21 0543 1800 2017 0739
22 0543 1800 2110 0832
23 0543 1800 2201 0924
24 0543 1800 2249 1014
25 0543 1800 2334 1102
26 0544 1801 0000 1148
27 0544 1801 0017 1233
28 0544 1801 0059 1316
29 0544 1801 0140 1359
30 0544 1801 0222 1443
31 0544 1801 0304 1528
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.065] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Aprilan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia
dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca