kata pengantar - ppid.lapan.go.idppid.lapan.go.id/unduh/1499630026-78722763.pdf · maupun kendala...

114

Upload: vuongcong

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,

Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Tahun 2016. Laporan ini dibuat sebagai wujud transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan anggaran berbasis kinerja yang dikelola selama tahun anggaran 2016.

LAPAN memiliki kontribusi besar dalam mendukung pembangunan nasional dengan penguasaan iptek penerbangan dan antariksa untuk mewujudkan Indonesia maju dan mandiri. Wujud dari program tersebut adalah penguasaan sains antariksa dan sains atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh, serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang sudah dimanfaatkan oleh berbagai pihak.

Laporan Kinerja ini berisi pencapaian sasaran strategis tahun 2016 dan hasil analisis atas keberhasilan maupun kendala dalam menjalankan program Pengembangan Iptek Penerbangan dan Antariksa. Secara umum, pelaksanaan sasaran strategis yang telah ditetapkan berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat walaupun masih ditemukan beberapa kendala dalam pencapaian target kinerja. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran utuh pelaksanaan pengusaan Iptek penerbangan dan antariksa sebagai upaya mencapai target sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis LAPAN 2015-2019.

Kami berharap Laporan Kinerja ini dapat dipahami dengan baik dan memenuhi harapan segenap pemangku kepentingan serta dapat dimanfaatkan sebagai media evaluasi dalam pengelolaan kinerja untuk mendorong peningkatan akuntabilitas kinerja LAPAN di masa yang akan datang.

Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Februari 2017

Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

i

BAB 1

01 PENDAHULUAN

01 Umum

01 Organisasi

03 Sumber Daya dan Lokasi Fasilitas

04 Peran Strategis

05 Sistematika Penyajian Pelaporan

BAB 2

07 PERENCANAAN KINERJA

07 Rencana Strategis 2015-2019

07 Sasaran Strategis

08 Indikator Kinerja Utama

09 Sistem Nilai

09 Rencana Kerja Tahunan

10 Perjanjian Kinerja

11 Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja

BAB 3

13 AKUNTABILITAS KINERJA

13 Analisis Capaian Kinerja

64 Capaian Lainnya

64 Capaian Lainnya di Luar IKU

74 Penghargaan

78 Realisasi Anggaran

BAB 4

81 PENINGKATAN AKUNTABILITAS

KINERJA

BAB 5

85 PENUTUP

LAMPIRAN

86 Rencana Kinerja Tahunan LAPAN

Tahun 2016

88 Perjanjian Kinerja LAPAN Tahun 2016

91 Pengukuran Kinerja Tahun 2016

92 Strategy Map Lapan 2015-2019

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pernyataan Telah Direviu --------------------------------------------------------------------------------------

Ikhtisar Eksekutif -------------------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Gambar ----------------------------------------------------------------------------------------------------

i

ii

iii

iv

v

vi

ii

PERNYATAAN TELAH DIREVIU

iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Penyusunan Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2016 merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini sebagai bahan evaluasi dan parameter dalam rangka meningkatkan kinerja LAPAN di masa yang akan datang untuk mendukung terwujudnya visi LAPAN yaitu “Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri”. Seluruh kebijakan yang ditempuh dalam melaksanakan kegiatan pada tahun 2016 merupakan penjabaran dari empat kompetensi LAPAN yang meliputi Sains Antariksa dan Atmosfer, Penginderaan Jauh, Teknologi Penerbangan dan Antariksa, serta Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa yang dalam sistem pengelolaannya ditetapkan sasaran-sasaran strategis.

Laporan Kinerja LAPAN berisi capaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis LAPAN 2015-2019. Secara umum pelaksanaan pencapaian sasaran strategis tesebut berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dengan melaksanakan Indikator Kinerja Utama (IKU) LAPAN yang tertuang dalam Keputusan Kepala LAPAN Nomor 150 Tahun 2014 tentang Indikator Kinerja Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Hasil pelaksanaan program penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) penerbangan dan antariksa tahun 2016 telah dihasilkan dan dimanfaatkan oleh beberapa instansi pemerintah dan swasta, antara lain :

a. Dimanfaatkannya 2 (dua) tipe roket buatan LAPAN yang dimanfaatkan untuk penggunaan khusus yaitu: RX-1220 dan RX-450 (tercapai 100%);

b. Dimanfaatkannya 2 (dua) tipe satelit buatan LAPAN untuk survey dan monitoring wilayah maritim Indonesia serta observasi muka bumi yaitu: LAPAN-A2 dan LAPAN-A3 (tercapai 100%);

c. Dimanfaatkanya 2 (dua) tipe pesawat UAV buatan LAPAN untuk pemotretan, pemetaan garis pantai, daerah hotspot, pemetaan desa, pemantauan illegal logging yaitu: LSU-02 dan LSU-03 (tercapai 100%);

d. Dihasilkannya 1 (satu) produk desain pesawat transport nasional N219 yang siap untuk diproduksi oleh industri penerbangan PT Dirgantara Indonesia (tercapai 100%);

e. Dihasilkannya 15 (lima belas) model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim (tercapai 100%);

f. Dihasilkannya 60 (enam puluh) makalah publikasi nasional yang terakreditasi dibidang iptek penerbangan dan antariksa (tercapai 100%);

g. Dihasilkannya 37 (tiga puluh tujuh) makalah publikasi Internasional yang terindeks tentang iptek penerbangan dan antariksa (tercapai 185%);

h. Dihasilkannya 2 (dua) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted oleh Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hasil penerlitian dan perekayasaan teknologi roket, satelit dan penerbangan (tercapai 66,6%);

i. Tercapainya pelayanan terhadap 178 (seratus tujuh puluh delapan) instansi pengguna yang memanfaatkan layanan iptek penerbangan dan antariksa (tercapai 136%);

j. Layanan hasil litbangyasa iptek penerbangan dan antariksa yang memuaskan dengan nilai Indek Kepuasan Masyarakat 83,25 (tercapai 106%).

Permasalahan yang mempengaruhi pencapaian target IKU LAPAN selanjutnya akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun berikutnya, yang disusun dalam rencana aksi kinerja LAPAN.

iv

Tabel 2.1 Rencana Kerja Tahunan LAPAN 9

Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja LAPAN Tahun 2016 10

Tabel 2.3 Internal Process dan Learn Growth Perspective LAPAN 11

Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 13

Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IKU 1 16

Tabel 3.3 Spesifikasi Teknis Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB 19

Tabel 3.4 Perbandingan Capaian IKU 2 20

Tabel 3.5 Perbandingan Capaian IKU 3 23

Tabel 3.6 Perbandingan Capaian IKU 4 25

Tabel 3.7 Perbandingan Capaian IKU 5 39

Tabel 3.8 Publikasi Nasional Terakreditasi 40

Tabel 3.9 Perbandingan Capaian IKU 6 44

Tabel 3.10 Publikasi Internasional Yang Terindeks 45

Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IKU 7 47

Tabel 3.12 Perbandingan Capaian IKU 8 50

Tabel 3.13 Status HKI LAPAN Tahun 2010 – 2016 50

Tabel 3.14 Daftar Pengguna Layanan Iptek Penerbangan Dan Antariksa 51

Tabel 3.15 Perbandingan Capaian IKU 9 61

Tabel 3.16 Nilai Survei Kepuasan Masyarakat di lingkungan LAPAN 62

Tabel 3.17 Perbandingan Capaian IKU 10 63

Tabel 3.18 Perbandingan Capaian IKU 11 63

Tabel 3.19 Perbandingan Capaian IK 12 64

Tabel 3.20 Rekapitulasi Kerjasama untuk peningkatan SDM dan fasilitas 65

Tabel 3.21 Perbandingan Capaian IK 13 66

Tabel 3.22 Perbandingan Capaian IK 14 67

Tabel 3.23 Perbandingan Capaian IK 15 69

Tabel 3.24 DSS lintas sektoral yang operasional 70

Tabel 3.25 Perbandingan Capaian IK 16 70

Tabel 3.26 Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2016

71

Tabel 3.27 Perbandingan Capaian IK 17 71

Tabel 3.28 Realisasi Anggaran LAPAN Tahun 2016 79

DAFTAR TABEL

v

Gambar 1.1 Struktur Organisasi LAPAN 2

Gambar 1.2 Data SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan 3

Gambar 1.3 Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus 3

Gambar 1.4 Lokasi Fasilitas LAPAN 4

Gambar 2.1 Peta Strategis LAPAN 8

Gambar 2.2 Tampilan Aplikasi Siforen Monev 12

Gambar 2.3 PIC Manajemen Kinerja LAPAN 12

Gambar 3.1 Pengujian terbang RX 1220 di Ambal, Agustus 2016 15

Gambar 3.2 Pengujian terbang RX 450 di Garut, Jawa Barat 15

Gambar 3.3 Data AIS diambil dari satelit LAPAN-A2 17

Gambar 3.4 Gambar yang dihasilkan Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari 18

Gambar 3.5 Proses AIT satelit LAPAN A3/LAPAN IPB di Clean Room, Pusat Teknologi Satelit – Bogor

19

Gambar 3.6 Hasil Citra Kamera Digital Spacecam pada Fase LEOP Satelit LA-PAN-A3/LAPAN-IPB

20

Gambar 3.7 Hasil pemotretan tahap I dan tahap II 21

Gambar 3.8 Runway takeoff landing dan hasil pemotretan kayu tumbang bekas kebakaran gambut

21

Gambar 3.9 Kecamatan Kretek dengan Luas 2 X 3 Km Hasil Mosaic dengan Skala Lebih Besar

22

Gambar 3.10 Kayu yang dihanyutkan pada Saluran Air Pondok/Bedeng di Tengah Hutan

22

Gambar 3.11 Wing Static Test 24

Gambar 3.12 Instalasi Wiring di Fuselage dan Instalasi Black Box (Flight Data Recorded)

25

Gambar 3.13 Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA) 26

Gambar 3.14 Tampilan Awal SEMAR 27

Gambar 3.15 Model Kemaritiman (SEMAR) 28

Gambar 3.16 Launching DSS SEMAR 28

Gambar 3.17 Tampilan online SRIKANDI 29

Gambar 3.18 Surat permintaan dari Kementerian LHK terkait Hotspot LAPAN 31

Gambar 3.19 Integrasi sistem pengolahan dan pengiriman informasi hotspot 32

Gambar 3.20 Komunikasi LAPAN dengan pengguna terkait informasi hotspot 32

Gambar 3.21 Hotspot Information berbasis Android 33

Gambar 3.22 Tampilan data Himawari-8 yang terintegrasi dengan sistem katalog data pada Website Pustekdata

34

Gambar 3.23 Sistem Informasi Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA) 34

Gambar 3.24 Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) 35

Gambar 3.25 Tampilan SPBN Provinsi 35

DAFTAR GAMBAR

vi

Gambar 3.26 Citra MODIS Tanggal 8 September 2015, Komposit RGB 1-2-18 36

Gambar 3.27 Klasifikasi menggunakan threshold reflektansi band 5 dan band 3 36

Gambar 3.28 Klasifikasi Area Terakar dengan Data MODIS 36

Gambar 3.29 Kualitas citra mozaik data foto pesawat terbang manual 37

Gambar 3.30 Digital Terrain Model (DTM) Merauke 38

Gambar 3.31 Identifikasi kerusakan lingkungan LAT dan reflektansi objek 39

Gambar 3.32 Sertifikat paten “Kombinasi Radar Transponder dan Depler Radio Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket Secara Simultan”

48

Gambar 3.33 Sertifikat paten “Sistem Pemantauan Pergerakan Wahana Terbang 3 Dimensi Menggunakan Repeater Radio”

49

Gambar 3.34 Dokumen Kebijakan Penerbangan dan Antariksa 68

Gambar 3.35 Penyerahan Penganugerahan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2016

74

Gambar 3.36 Pengukuhan Profesor Riset LAPAN Tahun 2016 75

Gambar 3.37 Penyerahan rekor MURI kategori ”Pesawat tanpa awak yang terbang pertama di Indonesia menembus lapisan stratosfer

75

Gambar 3.38 Penyerahan Bumandala Award Tahun 2016 76

Gambar 3.39 Penyerahan Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam Pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2016

77

Gambar 3.40 Penyerahan Opini WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2015 77

vii

PENDAHULUAN1

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

1.1. UMUM

Reformasi penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR Nomor XI/1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut dinyatakan bahwa salah satu asas penyelenggaraan pemerintahan adalah asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 pada intinya berisikan sistem manajemen kinerja instansi Pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi Pemerintah untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu lima tahun. Hasil pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, dilaporkan setiap tahun melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN).

Sebagaimana Instruksi Presiden tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang mempunyai peran strategis di bidang keantariksaan telah menyusun LAKIN dalam rangka perwujudan tanggungjawab pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya. Laporan kinerja LAPAN disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban LAPAN dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016 dalam rangka melaksanakan misi, dan mencapai visi serta sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja LAPAN.

Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, laporan kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

1.2. ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015, LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi :a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang

penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;

b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;

c. Penyelenggaraan keantariksaan; d. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam

pelaksanaan tugas LAPAN;e. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN;

f. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;

Laporan Kinerja 2016 1

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

g. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;

h. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan antariksa;

i. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya.

Peraturan Presiden tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala (Perka) LAPAN Nomor 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Dalam Perka tersebut, struktur organisasi LAPAN digambarkan sebagai berikut:

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala LAPAN dibantu oleh pejabat eselon I yang langsung bertanggung jawab kepada Kepala LAPAN yaitu Sekretaris Utama, Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer, Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, Deputi Bidang

Penginderaan Jauh. Untuk pejabat eselon II yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala LAPAN adalah pimpinan Inspektorat, pimpinan Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, pimpinan Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara, pimpinan Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa.

Sekretaris Utama memimpin Sekretariat Utama yang membawahi Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Hukum; Biro Perencanaan dan Keuangan; dan Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Untuk Deputi Bidang Penginderaan Jauh membawahi Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer membawahi Pusat

Sains Antariksa, dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer. Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa membawahi Pusat Teknologi Penerbangan, Pusat Teknologi Roket, dan Pusat Teknologi Satelit. Untuk Pimpinan Biro dan Pusat Litbang yang merupakan eselon II bertanggung

Gambar 1.1. Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Perka LAPAN No. 8 Tahun 2015

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional2

KEPALA

SEKRETARIAT UTAMA

INSPEKTORAT

BIRO SUMBER DAYA MANUSIA, ORGANISASI, DAN

HUKUM

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN

BIRO KERJA SAMA, HUBUNGAN MASYARAKAT,

DAN UMUM

PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN

ANTARIKSAPUSAT PEMANFAATAN

TEKNOLOGI DIRGANTARA

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN STANDAR

PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

DEPUTI BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN

ANTARIKSADEPUTI BIDANG

PENGINDERAAN JAUH

PUSAT SAINS ANTARIKSA

PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI ATMOSFER

PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN

PUSAT TEKNOLOGI ROKET

PUSAT TEKNOLOGI SATELIT

PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

jawab kepada pimpinan eselon I sesuai dengan struktur organisasi LAPAN.

1.3. SUMBER DAYA DAN LOKASI FASILITAS

LAPAN sampai dengan 31 Desember 2016 memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berjumlah 1.176 orang, berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang memiliki jumlah SDM sebesar 1.230. Data pegawai berdasarkan tingkat pendidikan yaitu S3 sebanyak 37 orang (3,15%), S2 sebanyak 274 orang (23,30%), S1 sebanyak 448 orang (38,10%), Diploma 4 sebanyak 6 orang (0,51%), Diploma 3 sebanyak 37 orang (3,15%), Diploma 2 sebanyak 1 orang (0,09%), Diploma 1 sebanyak 2 orang (0,17%), SLTA sebanyak 337 orang (28,66%), SLTP sebanyak 17 orang (1,45%), dan SD sebanyak 17 orang (1,45%).

Adapun komposisi SDM berdasarkan jabatannya, pegawai yang menduduki jabatan struktural sebanyak 119 orang (119 jabatan) atau sebesar 9,67% dari total SDM LAPAN. Sedangkan yang menduduki Jabatan Fungsional Khusus (JFK) sebanyak 754 orang (57,24% dari total SDM) dengan komposisi peneliti sebanyak 283 orang (37,53%), litkayasa sebanyak 165 orang (21,88%), perekayasa sebanyak 111 orang (14,72%), arsiparis sebanyak 47 orang (6,23%), pranata komputer sebanyak 39

orang (5,17%), pranata humas sebanyak 27 orang (3,58%), perencana sebanyak 26 orang (3,45%), analis kepegawaian sebanyak 25 orang (3,32%), auditor sebanyak 12 orang (1,59%), pengelola barang dan jasa sebanyak 7 orang (0,93%), pustakawan sebanyak 7 orang (0,93%), pengendali dampak lingkungan sebanyak 3 orang (0,40%), penerjemah sebanyak 1 orang (0,13%), dan perancang peraturan perundang-undangan sebanyak 1 orang (0,13%). Sesuai dengan kegiatan utama LAPAN sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), komposisi tiga JFK terbesar adalah peneliti, litkayasa, dan perekayasa. Komposisi pegawai

berdasarkan JFK disajikan sebagai berikut:Dalam proses pelaksanaan tugas LAPAN di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, LAPAN telah membangun sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas LAPAN. Sarana prasarana yang dimiliki LAPAN ada di beberapa daerah di seluruh Indonesia, yaitu Rawamangun, Cikini, dan Pekayon (DKI Jakarta); Rancabungur, Rumpin, Bandung, Sumedang, serta Garut (Jawa Barat); Agam (Sumatera Barat); Pontianak (Kalimantan Barat); Pasuruan (Jawa Timur); Parepare (Sulawesi Selatan); dan Biak (Papua).

Gambar 1.2. Data SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Gambar 1.3. Komposisi SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus

Laporan Kinerja 2016 3

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Gambar 1.4. Lokasi Fasilitas LAPAN

1.4. PERAN STRATEGIS LAPAN

LAPAN mempunyai peran yang strategis yang pelaksanaan kegiatannya dijamin oleh peraturan, diantaranya adalah :1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan

Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan ini memperkuat peran LAPAN dalam penyelenggaraan kegiatan keantariksaan. Kewajiban LAPAN yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:a. Memberikan informasi khusus tentang cuaca antariksa, mitigasi dan peringatan dini;b. Memberikan bantuan teknis terkait bencana akibat cuaca antariksa;c. Membangun dan mengoperasikan stasiun bumi untuk perolehan data;d. Melaksanakan pengadaan data penginderaan jauh resolusi tinggi untuk Instansi Pemerintah

dan Pemerintah Daerah;e. Menetapkan metode dan kualitas pengolahan data penginderaan jauh; f. Menyelenggarakan penyimpanan dan pendistribusian data melalui bank data;g. Menetapkan pedoman pemanfaatan data penginderaan jauhh. Menguasai teknologi keantariksaan;i. Mengupayakan alih teknologi melalui kerjasama internasional;j. Menyusun program, perancangan dan prototipe serta pengujian teknologi roket;k. Menjaga keselamatan dan keamanan terhadap resiko kecelakaan dalam penguasaan dan

pengembangan teknologi roket;l. Mengembangkan sarana dan prasarana teknologi roket; m. Melakukan pengembangan, perancangan dan prototipe, serta pengujian satelit, pembangunan

dan pengoperasian stasiun bumi, peluncuran satelitn. Menyusun dan melaksanakan program penguasaan teknologi aeronatikao. Menyusun rencana induk keantariksaan sebagai pedoman nasional;p. Melaksanakan kajian kebijakan keantariksaan;q. Mengawasi kepatuhan terhadap pemenuhan standar dan prosedur keamanan kegiatan

keantariksaan;r. Mengidentifikasi benda jatuh antariksa di wilayah Republik Indonesia.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional4

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

2. Instruksi Presiden No. 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi.

Dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi merupakan awal penguatan peran LAPAN melalui Deputi Bidang Penginderaan Jauh sebagai penyedia data penginderaan jauh secara nasional. Tujuan dari Inpres No. 6 tahun 2012 adalah terwujudnya efisiensi anggaran negara serta efektivitas pelaksanaan penyediaan data satelit penginderaan jauh, khususnya resolusi spasial tinggi (4 meter) untuk Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan Pemerintah Daerah. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh LAPAN melalui Deputi Bidang Penginderaan Jauh adalah:a. Menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan lisensi Pemerintah

Indonesia;b. Meningkatkan kapasitas dan operasi sistem akuisisi data satelit penginderaan jauh resolusi

tinggi;c. Melaksanakan penyediaan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan;d. Melakukan pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi

radiometrik dan spektral; e. Membuat metadata atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia;f. Melakukan penyimpanan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, dang. Bersama Badan Informasi Geospasial melakukan pengendalian kualitas terhadap data satelit

penginderaan jauh resolusi tinggi.

1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Laporan kinerja LAPAN tahun 2016 berisi tentang pencapaian kinerja (performance results) periode tahun 2016. Pencapaian Kinerja tahun 2016 diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) tahun 2016 sebagai tolak ukur dan indikator keberhasilan organisasi dalam malaksanakan target yang telah ditentukan dan realisasi kinerja. Analisis atas realisasi kinerja terhadap rencana kinerja ini berfungsi untuk mengidentifikasikan adanya celah perjanjian kinerja (performance gap) sehingga dapat dipergunakan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan sebagai landasan dalam memperbaiki kinerja dan mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di masa mendatang. Berdasarkan kerangka fikir tersebut maka sistematika penyajian LAKIN LAPAN tahun 2016 adalah sebagai berikut:1. Ringkasan Eksekutif

Menjelaskan pencapaian kinerja LAPAN secara singkat tahun 2016.2. Bab I Pendahuluan

Menjelaskan tentang organisasi, sumber daya, lokasi fasilitas, dan isu strategis yang dihadapi organisasi.

3. Bab II Perencanaan KinerjaMenjelaskan tentang proses perjanjian kinerja tahun 2016.

4. Bab III Akuntabilitas Kinerja Menjelaskan tentang proses perjanjian kinerja sasaran strategis organisasi.

5. Bab IV Peningkatan AkuntabilitasMenjelaskan langkah perbaikan terhadap hasil rekomendasi Menteri PANRB.

6. Bab V PenutupMenjelaskan hasil kesimpulan pencapaian organisasi dan langkah meningkatkan kinerja.

Laporan Kinerja 2016 5

PERENCANAAN KINERJA

2

Laporan Kinerja 2016 7

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

2.1. RENCANA STRATEGIS

Dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 8 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, serta Peraturan Kepala LAPAN No 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun 2015-2019, telah ditetapkan Visi dan Misi LAPAN.

Visi Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri.

Misi1. Meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf internasional.2. Meningkatkan kualitas produk teknologi dan informasi di bidang penerbangan dan antariksa

dalam memecahkan permasalahan nasional.3. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional.

TujuanTerwujudnya layanan prima di bidang penerbangan dan antariksa bagi masyarakat.

PERENCANAAN KINERJA

Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, LAPAN telah merumuskan peta strategis yang berisi sasaran-sasaran strategis dan menterjemahkannya ke dalam 4 perspektif yaitu: Stakeholder Perspective, Customer Perspective, internal process perspective, dan learn and growth perspective. Berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun 2015-2019, telah ditetapkan sasaran strategis LAPAN :

1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa (Stakeholder perspective).

2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima (Customer perspective).

3. Terselenggaranya keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standard (Customer perspective).

4. Terlaksananya pemanfaatan dan layanan publik iptek penerbangan dan antariksa (Internal Process perspective).

5. Meningkatnya kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa (Internal Process perspective).

6. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif (Internal Process perspective).

7. Tersedianya DSS lintas sektoral untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim (Internal Process perspective).

8. Terselenggaranya reformasi birokrasi di lingkungan LAPAN (Learn and Growth perspective).

2.1.1. Sasaran Strategis

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Gambar 2.1. Peta Strategi LAPAN tahun 2015-2019

Dalam Peraturan Kepala LAPAN Nomor 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun 2015-2019 telah ditetapkan bahwa Indikator Kinerja Utama LAPAN adalah indikator yang terdapat di sasaran strategis pada stakeholder perspective dan costumer perspective. Berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan Keputusan Kepala LAPAN Nomor 150 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional :1. Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus.2. Jumlah tipe satelit untuk pemantauan.3. Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak

untuk pemantauan.4. Jumlah produk desain pesawat transport

nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan.

5. Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan sumber daya alam (SDA), lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim.

6. Jumlah publikasi nasional terakreditasi.7. Jumlah publikasi internasional yang

terindeks.8. Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang

berstatus granted.9. Jumlah instansi pengguna layanan iptek

penerbangan dan antariksa.10. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas

pelayanan Iptek penerbangan dan Antariksa.11. Persentase penyelenggara keantariksaan di

Indonesia yang memenuhi standar.

2.1.2. Indikator Kinerja Utama

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional8

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Sistem nilai merupakan orientasi dan rujukan dalam bertindak bagi setiap pegawai. Berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No 03 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis LAPAN Tahun 2015-2019, sistem nilai yang berlaku di LAPAN adalah sebagai berikut :1. Pembelajar

Mempunyai kemauan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan hal-hal yang baru.

2. RasionalApapun yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan ilmiah.

3. AkuntabelAnggaran dan kegiatan dapat dipertanggung jawabkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi.

4. KonsistenPelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana jangka pendek, menengah dan panjang yang sudah ditetapkan.

5. Berorientasi kepada layanan publikBerupaya memberikan layanan prima sesuai dengan kebutuhan publik.

2.1.3. Sistem Nilai

2.2. RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

Rencana Kerja Tahunan adalah penjelasan dari rencana strategis yang telah dibuat oleh LAPAN dalam bentuk yang mendetail dan terukur dengan target yang telah ditentukan. Rencana Kerja Tahunan bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan berfokus kepada hasil pencapaian rencana strategis yang telah ditentukan. Rencana Kerja Tahunan LAPAN untuk tahun 2016 bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Sasaran Strategis Utama Indikator Kinerja Utama Target

Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa

IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus 2 Tipe

IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan 2 Tipe

IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan 2 Tipe

IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan

1 Produk desain

IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim

15 Model

IKU 6 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi 60 Makalah

IKU 7 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks 20 Makalah

IKU 8 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted 3 Judul

Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima

IKU 9 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa 130 Instansi

IKU 10 : Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa 78,5

Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar

IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar -

Tabel 2.1. Rencana Kerja Tahunan LAPAN 2016

Sumber: Dok. Rencana Kerja Tahunan LAPAN 2016

Laporan Kinerja 2016 9

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Dalam rencana strategis LAPAN tahun 2016 terdapat 3 sasaran strategis dan 11 indikator kinerja utama. Untuk sasaran strategis ke 1 “meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek penerbangan dan antariksa” terdapat 8 indikator kinerja utama. Sedangkan pada sasaran strategis ke 2 “meningkatnya layanan iptek penerbangan dan antariksa prima” terdapat 2 Indikator Kinerja Utama dan sasaran strategis ke 3 “terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar memiliki 1 Indikator Kinerja Utama.

2.3. PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2016

Dalam perancanaan kinerja, perumusan target kinerja merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam menentukan target kinerja harus disepakati antara pihak yang menentukan kinerja dan pihak yang melaksanakan target kinerja tersebut agar dalam proses pelaksanaan untuk mencapai target kinerja tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Setelah terjadi kesepakatan target yang ditetapkan maka dilanjutkan dengan tahap perjanjian kinerja.

Perjanjian kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran strategis organisasi. Selain itu perjanjian kinerja merupakan upaya untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi pada hasil. Perjanjian Kinerja LAPAN tahun 2016 disajikan pada tabel sebagai berikut :

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa

1. Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus. 2 Tipe

2. Jumlah tipe satelit untuk pemantauan. 2 Tipe

3. Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan. 2 Tipe

4. Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan 1 Produk desain

5. Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim.

15 Model

6. Jumlah publikasi nasional terakreditasi. 60 Makalah

7. Jumlah publikasi internasional yang terindeks. 20 Makalah

8. Jumlah HKI yang berstatus granted. 3 Judul

9. Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa. 130 Instansi

Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima

10. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa.

78,5

Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar

11. Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar.

-

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja LAPAN Tahun 2016

Sumber : Dok. Perjanjian Kerja LAPAN 2016

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional10

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Pada tahun 2016, untuk mendukung pencapaian layanan yang diberikan kepada stakeholder dan costumer yaitu: masyarakat ilmiah dan masyarakat umum, LAPAN mulai mengukur capaian indikator-indikator yang terdapat pada internal process dan learn and growth perspective. Kedua perspektif tersebut adalah bagian pengungkit yang mempengaruhi kinerja layanan LAPAN. Dengan tercapainya sasaran strategis pada internal process dan learn and growth perspective, maka LAPAN dapat secara maksimal memberikan hasil layanannya. Tabel berikut adalah target sasaran dan indikator yang terdapat pada internal process dan learn and growth perspective.

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

Internal Process Perspective

Terlaksananya pemanfaatan dan layanan publik Iptek penerbangan dan antariksa

12. Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan

25%

Meningkatnya kapasitas iptek penerbangan dan antariksa

13. Jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang

30

14. Jumlah pusat unggulan 0

Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif

15. Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan

70%

Tersedianya Decision Support System (DSS) untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim

16. Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional

3

Learn and Growth Perspective

Terselenggaranya Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN

17. Kategori Nilai Reformasi Birokrasi BB

Tabel 2.3. Internal Process dan Learn Growth Perspective LAPAN

Sumber : Dok. Peta Strategis BSC LAPAN 2015-2019

2.4. MEKANISME PENGUMPULAN DATA KINERJA

Mekanisme pengumpulan data kinerja di lingkungan LAPAN dilakukan secara bottom-up dan telah didukung oleh sistem pelaporan berbasis teknologi informasi bernama Sistem Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (Siforen Monev) yang beralamat di www.siforenmonev.lapan.go.id. Sistem ini dimulai dari penyampaian data kinerja di tingkat unit kerja, eselon I sampai dengan tingkat lembaga. Guna memastikan pencapaian kinerja, pada setiap triwulan LAPAN melakukan proses monitoring dan evaluasi. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengevaluasi capaian yang diperoleh melalui serangkaian penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU diperoleh nilai setiap indikator. Kategori penilaian adalah berwarna merah untuk nilai <69, berwarna kuning untuk nilai >70 s.d <79 dan berwarna Hijau untuk nilai > 80.

Laporan Kinerja 2016 11

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Gambar 2.2. Tampilan Aplikasi Siforen Monev

Dalam proses pelaksanaannya, LAPAN menunjuk Sekretariat Utama c.q Biro Perencanaan dan Keuangan (Biro Renkeu) bekerjasama dengan Person In Charge (PIC) manajemen kinerja di seluruh unit kerja LAPAN untuk memastikan setiap kegiatan dalam proses pengelolaan manajemen kinerja di masing-masing unit berjalan sesuai yang direncanakan. PIC manajemen kinerja di LAPAN berjenjang dari level unit kerja, eselon I hingga level lembaga. Adapun secara visual PIC Manajemen Kinerja LAPAN adalah seperti pada gambar di bawah ini.

Pada akhir tahun, Laporan Kinerja Unit Kerja dan Eselon I dijadikan sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) LAPAN. Konsep akhir LAKIN LAPAN disampaikan kepada Inspektorat untuk mendapat reviu internal. Selanjutnya LAKIN LAPAN ditandatangani Kepala LAPAN dan disampaikan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan tembusan kepada Presiden Republik Indonesia.

Gambar 2.3. PIC Manajemen Kinerja LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional12

AKUNTABILITAS KINERJA

3

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

3.1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Pengukuran capaian kinerja LAPAN dilakukan dengan cara membandingkan antara target rencana dan realisasi IKU. Tahun 2016, LAPAN bertanggung jawab terhadap 11 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) awal tahun. Dari hasil pengukuran kinerja, secara keseluruhan tingkat capaian kinerja LAPAN terhadap capaian IKU adalah sebesar 109%. Nilai tersebut dihitung berdasarkan rata-rata persentase dari seluruh capaian IKU. Dari 11 (sebelas) IKU yang diperjanjikan, sebanyak 9 (sembilan) IKU dinyatakan berhasil, 1 (satu) IKU tidak tercapai dan 1 (satu) IKU belum dapat dilaksanakan. IKU dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 100% dari target yang telah ditetapkan. Adapun rincian dari realisasi kinerja LAPAN berdasarkan sasaran strategis dan IKU adalah sebagai berikut:

AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran Strategis dan IKU Target Realisasi Capaian

1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa• IKU 1 : Jumlah tipe roket untuk

penggunaan khusus2 Tipe 2 Tipe 100%

• IKU 2 : Jumlah tipe satelit untuk pemantauan

2 Tipe 2 Tipe 100%

• IKU 3 : Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan

2 Tipe 2 Tipe 100%

• IKU 4 : Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan

1 Produk desain 1 Produk desain 100%

• IKU 5 : Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim

15 Model 15 Model 100%

• IKU 6 : Jumlah publikasi nasional terakreditasi

60 Makalah 60 Makalah 100%

• IKU 7 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang teknologi penerbangan dan antariksa

20 Makalah 37 Makalah 185%

• IKU 8 : Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted

3 HKI 2 HKI 66,66%

2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima

• IKU 9 : Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa

130Instansi

178Instansi

136%

• IKU 10 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa

78,5 83,25 106,05%

3. Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar

• IKU 11 : Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar

- - -

RATA-RATA CAPAIAN 109%

Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama 2016

Sumber : Capaian PK LAPAN 2016

Laporan Kinerja 2016 13

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Berdasarkan tabel 3.1., berikut disampaikan analisis capaian kinerja LAPAN yang diuraikan berdasarkan sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utamanya masing-masing.

Sasaran Strategis ke-1Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa

Sasaran strategis ke-1 bertujuan untuk mewujudkan salah satu tujuan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 yaitu mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan negara dalam penyelenggaraan keantariksaan. Sasaran strategis ke-1 terdiri dari 8 (delapan) IKU yang dapat menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, yaitu : Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus, Jumlah tipe satelit untuk pemantauan, Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan, Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan, Jumlah model pemanfaatan Iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim, Jumlah publikasi nasional terakreditasi, Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang teknologi penerbangan dan antariksa, dan Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted.

Indikator Kinerja Utama 1:Jumlah tipe roket untuk penggunaan khususIKU ini bertujuan untuk mengukur hasil pelaksanaan penelitian, pengembangan dan perkayasaan roket LAPAN dan selanjutnya dapat digunakan secara khusus oleh pengguna. Pada IKU ini, LAPAN menargetkan 2 tipe roket untuk penggunaan khusus yaitu: RX-1220 dan RX-450. Kegiatan pengembangan roket ini dilakukan melalui kerjasama pengembangan di dalam konsorsium roket nasional di bawah koordinasi kementerian terkait. Capaian yang diperoleh tahun 2016 adalah:1. Roket RX-1220

Kegiatan pengembangan roket tipe RX-1220 tahun 2016 adalah penyempurnaan dari kegiatan tahun sebelumnya untuk menghasilkan roket berjarak jangkau roket sejauh ± 32 km. Kegiatan pengembangan roket RX-1220 pada tahun 2016 berada di bawah bimbingan Tim Teknis dari luar negeri. Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan fabrikasi propelan dan dimasukkan ke dalam tabung motor roket secara case-bonded. Agar proses pengisian propelan secara case-bonded ini dapat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penelitian formulasi propelan, dimana salah satunya menggunakan bahan plasticiser agar viskositas slurry propelan tidak tinggi, sehingga bisa langsung dicetak di tabung motor roketnya. Pada bulan Februari 2016 telah dilakukan pengujian statis motor roket, dimana dihasilkan profil gaya dorong dan tekanan, sesuai dengan hasil perancangannya. Namun kondisi fisik dari propelan sendiri memang terdapat

kekurangsempurnaan, sehingga pada motor roket yang lain, terdapat crack (retakan) pada propelan tersebut, sehingga motor roket tersebut harus dilakukan demolisi, tanpa dilakukan pengujian statik.

LAPAN melakukan proses evaluasi uji statik, hasilnya dilakukan formulasi ulang propelan roket, dengan mengubah ratio Hydroxyl Terminated Poly Butadiene (HTPB) dan Isophorone Diisocyonate (IPDI). Dengan formulasi propelan tersebut, dilakukanlah fabrikasi propelan dan dicetak ke dalam tabung motor roket sebanyak 4 unit, yang diperuntukkan untuk pengujian dinamis roket. Setelah dilakukan assembling motor roket, dilanjutkan dengan integrasi sirip dan nosecone yang berisi material radar reflector, maka roket siap dilakukan pengujian dinamis.

Pada bulan Agustus 2016, bertempat di Ambal, Kebumen Jawa Tengah, telah dilakukan pengujian dinamis terhadap 2 unit roket RX-1220. Sebagai pendeteksi jarak jangkau dan lintasan roket, digunakan peralatan radar. Dari hasil tracking menggunakan radar tersebut, diketahui kedua roket menghasilkan kinerja yang serupa dan terdeteksi berhasil mencapai jarak jangkau ± 32 km. Selain itu dari hasil pengamatan visual juga terlihat bahwa roket terbang dengan sangat stabil, sesuai dengan desainnya.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional14

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

2. Roket RX-450Kegiatan pengembangan roket RX-450 pada tahun 2016 berbasis pada hasil kegiatan evaluasi pada tahun sebelumnya yaitu beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan proses uji dinamis/uji terbang roket diantaranya static margin dan kemungkinan terjadinya flutter pada siripnya. Kegiatan tahun 2016 difokuskan untuk menambah static margin, yaitu dengan menambah ballast di bagian depan, serta memperluas permukaan siripnya. Disamping itu juga dengan menambah ketebalan siripnya, agar tidak terjadi flutter yang bisa mengakibatkan ketidakstabilan. Kegiatan pengembangan dimulai dengan pengujian statik. Hal ini dilakukan untuk memverifikasi kinerja propelan, sekaligus motor roketnya akibat sebagian menggunakan bahan baku propelan yang baru. Dari hasil uji statik diketahui bahwa kinerja propelan dan juga motor roketnya, tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan hasil pengujian statik tahun sebelumnya. Proses selanjutnya adalah fabrikasi roket yang digunakan untuk uji terbang dengan pemasangan nosecone, ballast dan sirip sesuai dengan desain yang terbaru, yang telah mempertimbangkan semua aspek

terkait dengan kestabilan terbang roket. Disamping itu pada pengujian dinamis kali ini, digunakan muatan (payload) roket yang berisi modul GPS telemetri dan radar. Setelah proses fabrikasi roket selesai, tahapan selanjutnya adalah uji dinamis roket. Pengujian dinamis roket RX-450 dilakukan pada bulan Desember 2016 di Balai Uji Teknologi Penerbangan dan Antariksa dan Pengamatan Atmosfer Garut Jawa Barat. Dari hasil pengamatan visual diketahui bahwa roket terbang lurus secara stabil hingga tidak mampu dilihat, dikarenakan tertutup oleh awan yang tebal. Namun, berdasarkan data accelerometer yang diterima, dapat dikonfirmasi bahwa roket ini terbang dengan stabil baik sumbu x, y maupun z. Sementara itu terkait jarak jangkau yang dicapai oleh roket ini, data yang diperoleh dari GPS maupun radar menunjukkan data dapat diterima pada detik ke-120, dengan jarak jangkau pada saat itu berkisar ± 52 km. Namun dari data yang diterima pada saat itu, belum dapat diverifikasi apakah roket sudah menyentuh permukaan laut, atau masih berada pada ketinggian tertentu. Dapat disimpulkan pengembangan tipe roket RX-450 telah berhasil dicapai.

Gambar 3.1. Pengujian terbang RX-1220 di Ambal, Agustus 2016

Gambar 3.2. Pengujian terbang RX-450 di Garut, Jawa Barat

Laporan Kinerja 2016 15

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Adapun perkembangan capaian IKU Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 12015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah tipe roket untuk penggunaan khusus

2 Tipe

• RX-1220• RX-450

2 Tipe

• RX-1220• RX-450• Roket

Petir

150% 2 Tipe

• RX-1220• RX-450

2 Tipe

• RX-1220• RX-450

100%

Tabel 3.2. Perbandingan Capaian IKU 1

Dengan melihat tabel di atas, capaian Tahun 2016 dapat terlaksana 100%. Terdapat penurunan capaian yang disebabkan bahwa berdasarkan proses evaluasi internal LAPAN, roket petir tidak lagi dihitung sebagai realisasi karena dikategorikan bukan merupakan roket untuk penggunaan khusus. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kegiatan litbangyasa roket RX-1220 dan RX-450 mengalami peningkatan kinerja. Pada tahun 2015, Roket RX-1220 metode pembuatan propelan masih menggunakan metoda konvensional, yang masih mencakup proses pemotongan dan penyambungan propelan secara manual. Dari hasil uji dinamis diketahui roket mampu terbang stabil dengan mencapai jarak jangkau maksimum 31 Km, namun beberapa roket masih menunjukkan ketidakstabilan terbang, artinya LAPAN masih memiliki masalah

ketidakkonsistenan dalam performa roket. Pada tahun 2016, pengembangan Roket RX-1220 telah mengaplikasikan proses pengisian propelan dengan metode yang lebih modern yaitu case bonded. Dari hasil pengujian dinamis/terbang 2 unit roket RX-1220 jenis ini, menunjukkan roket mampu terbang stabil dan menghasilkan jarak jangkau 32 Km secara konsisten.

Selain itu, kegiatan litbangyasa juga mengalami peningkatan kinerja dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2015, roket RX-450 masih terjadi fenomena wobbling (ketidakstabilan terbang) sebelum uji dinamis/uji terbang sehingga uji terbang tidak jadi dilaksanakan. Tahun 2016, roket RX-450 berhasil dilakukan uji dinamis/uji terbang dan roket ini mampu terbang lurus secara stabil dan menghasilkan jarak jangkau 52 Km.

Indikator Kinerja Utama 2:Jumlah tipe satelit untuk pemantauan

IKU ini bertujuan untuk mengukur hasil pelaksanaan penelitian, pengembangan dan perekayasaan satelit LAPAN dan selanjutnya dapat berfungsi untuk pemantauan. Pada IKU ini, LAPAN menargetkan 2 tipe satelit untuk pemantauan yaitu: LAPAN A2/LAPAN-Orari dan LAPAN A3/LAPAN-IPB. Capaian yang diperoleh tahun 2016 adalah:1. Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari

Satelit ini telah diluncurkan pada tanggal 28 September 2015, dirancang bangun secara mandiri oleh tenaga ahli LAPAN yang seluruh proses Assembly Integration and Test (AIT) dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki LAPAN di Rancabungur, Bogor

Jawa Barat. Mode satelit yang digunakan adalah mode otomatis dimana satelit dapat diarahkan pada target yang telah ditentukan sebelumnya. Satelit LAPAN-A2 juga dapat mendeteksi seluruh data AIS yang berada di area dekat ekuator antara 6 derajat LS - 6 derajat LU. Satelit ini berada pada ketinggian 650 km dengan kecepatan edar 7.5km/det yang dikendalikan oleh Pusat Kendali Satelit LAPAN.

Pengawasan posisi kapal dapat diamati sebanyak 14 kali dalam sehari dan dalam setiap harinya sekitar 2.4 juta pesan yang dapat diterima untuk diolah menjadi data posisi kapal.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional16

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Salah satu muatan satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari adalah perangkat radio amatir, yakni Automatic Position Reporting System (APRS) dan voice repeater yang telah dimanfaatkan oleh Orari. Muatan tersebutlah yang membuat LAPAN-A2/LAPAN-Orari disebut sebagai INDONESIA OSCAR (Orbiting Satellite Carrying Amateur Radio)-86, dan merupakan satelit radio amatir pertama dari Indonesia.Satelit LAPAN-A2 ini melakukan tiga misi penting yaitu:• Misi survey dari ketinggian 650 km dari permukaan bumi di orbit dekat ekuator (Near Equator)

dengan inklinasi antara 6-8° yang dapat mengamati wilayah bencana, wilayah maritime dan perbatasan dengan menggunakan dua buah sistem kamera resolusi tinggi hingga enam meter.

• Dengan menggunakan perangkat Automatic Identification System (AIS), dilakukan pengamatan lalu lintas kapal laut di wilayah perairan Indonesia. Sehingga berguna sebagai alat bantu navigasi kapal dan menghindari terjadinya illegal logging, pencurian SDA, perampokan, penyelundupan, trafficking melalui wilayah maritime Indonesia. Dengan regulasi International Maritime Organization (IMO), maka seluruh kapal dengan bobot diatas 300 ton wajib menggunakan AIS Transceiver sebagai pelengkap peralatan navigasi kapal.

• Membangun sistem komunikasi amatir APRS dalam rangka membantu para pengguna komunikasi amatir nasional (ORARI) untuk membangun komunikasi yang lebih luas dalam melakukan aktifitas saat terjadi bencana atau eksplorasi wilayah pegunungan dan hutan dimana sarana komunikasi tidak tersedia.

Gambar 3.3. Data AIS diambil dari satelit LAPAN-A2

Setelah 1 (satu) tahun berada di orbit sejak diluncurkannya pada tanggal 28 September 2015 satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari telah menghasilkan cukup banyak data baik data TTC, citra satelit maupun data AIS serta APRS / voice repeater yang telah dimanfaatkan oleh Orari. Selain itu, data AIS Satelit LAPAN-A2 sudah dimanfaatkan oleh PT. Gemilang Ananta. Berikut adalah perolehan gambar yang dihasilkan Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari:

Laporan Kinerja 2016 17

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

KERAWANG - JAWA BARAT

Gambar 3.4. Gambar yang dihasilkan Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional18

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

2. Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPBSatelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB diluncurkan pada tanggal 22 Juni 2016. Satelit ini seluruh proses perancangan, pembangunan dan pengujiannya dilaksanakan di dalam negeri, menggunakan fasilitas laboratorium integrasi dan uji yang dimiliki Pusteksat dan test EMC di Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) LIPI. Seluruh aktifitas Assembly, Integration and Test (AIT) dilaksanakan oleh SDM LAPAN, yang secara berkala dilakukan

peningkatan keahlian, keterampilan, kemampuan dan kompetensinya untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan aplikasinya di bidang satelit. Mengingat kebutuhan masyarakat dalam memanfaatkan data satelit terus meningkat untuk berbagai aplikasi (deteksi dini kondisi cuaca dan tingkat bencana), maka LAPAN mencoba mengembangkan satelit yang bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut. Spesifikasi teknis satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB adalah sebagai berikut:

MISSION Imagery Satellite, Ship traffic monitoring (AIS)

PAYLOAD SYSTEM 4–band line Imager, 4M pixel Digital Camera, AIS, APRS

DIMENSION / WEIGHT 50 x 50 x 70 cm / 80 kg

SPECTRAL RESOLUTION

Band 1: 450 - 520 nmBand 2: 520 - 600 nmBand 3: 630 - 690 nmBand 4: 760 - 900 nm

SPATIAL RESOLUTION 18 m (120 km swath width), 6 m (12 km x 12 km )

ORBIT / INCLINATION 650 km Polar/ 97,6 deg

TX DATA / TTC X band / UHF (8200 MHz BW 168 MHz dan UHF 437,325 MHz)

Tabel 3.3. Spesifikasi Teknis Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB

Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB ini merupakan satelit dengan misi remote sensing eksperimen pertama yang dibuat oleh LAPAN. Satelit ini dibangun dengan bekerjasama dengan IPB yang berkontribusi dalam penyiapan komponen akuisisi High Data Rate Modem (HDRM), pemrosesan lanjut dan analisis data imager pada aplikasi data satelit. Satelit ini memiliki kekhususan dalam operasi remote sensing menggunakan kamera multispektral 4 band, yang dapat digunakan untuk pemantauan lahan produksi (darat dan laut) dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional. Berikut adalah 4 misi Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB secara lengkap, yaitu :• Desain, integrasi, pengujian dan operasi dilakukan di Indonesia;• Observasi bumi dengan 4 band imager multi spektral untuk klasifikasi penggunaan lahan dan

observasi lingkungan;• Mendukung pemantauan maritim global melalui penerimaan sinyal AIS kapal;• Pengukuran medan magnet bumi untuk tujuan ilmiah.

Gambar 3.5. Proses AIT satelit LAPAN A3/LAPAN IPB di Clean Room, Pusat Teknologi Satelit – Bogor

Laporan Kinerja 2016 19

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Sampai akhir Juli 2016, telah dilakukan pengujian dan pengambilan gambar menggunakan spacecam dan penerimaan data kapal menggunakan AIS. Proses pengaturan parameter kamera seperti setting exposure, gain dan fokus masih akan terus dilakukan hingga diperoleh hasil yang optimal. Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB ini telah dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk program ketahanan pangan, PT Gemilang Ananta untuk pemanfaatan data AIS dan Pusat Sains Antariksa (Pussainsa–LAPAN) untuk pemanfaatan data geomagnet. Berikut adalah gambar spacecam saat melakukan pengambilan gambar di daratan Eropa.

Gambar 3.6. Hasil Citra Kamera Digital Spacecam pada Fase LEOP Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB

Adapun perkembangan capaian IKU Jumlah tipe satelit untuk pemantauan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 22015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah tipe satelit untuk pemantauan

2 Tipe 2 Tipe• Satelit

LAPAN A1

• Satelit LAPAN A2

100% 2 Tipe 2 Tipe• Satelit

LAPAN A2

• Satelit LAPAN A3

100%

Tabel 3.4. Perbandingan Capaian IKU 2

Berdasarkan tabel diatas, capaian dapat terlaksana 100%. Pada tahun 2015, satelit yang dimanfaatkan untuk pemantauan adalah satelit tipe LAPAN-A1/LAPAN-TUBSAT dan LAPAN-A2/LAPAN-Orari. Satelit LAPAN-TUBSAT digunakan untuk mengumpulkan data misi berupa video, sedangkan LAPAN-A2/LAPAN-Orari beroperasi penuh menghasilkan data citra satelit, AIS dan APRS / voice repeater. Pada tahun 2016, satelit yang digunakan untuk pemantauan adalah Satelit LAPAN-A2/LAPAN-Orari dan LAPAN-A3/LAPAN-IPB, LAPAN-TUBSAT tidak lagi gunakan dikarenakan satelit tersebut sudah melebihi waktu operasinya yaitu 10 tahun (diluncurkan tahun 2007), data yang diterima kualitasnya sudah tidak sebagus pada waktu masa beroperasinya.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional20

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Indikator Kinerja Utama 3:Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan

IKU ini bertujuan untuk menghitung jumlah tipe pesawat udara tanpa awak yang dibuat dan dimanfaatkan untuk pemantauan (mitigasi bencana, sumberdaya alam, maritim dan pertahanan). Pada tahun 2016, LAPAN menargetkan 2 tipe pesawat tanpa awak hasil litbang berupa LAPAN Surveillance UAV (LSU) yang telah dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan pemetaan, pemantauan dan mitigasi bencana yaitu LSU-02 dan LSU-03.1. LSU-02

Salah satu indikasi keberhasilan dari peningkatan kemampuan litbangyasa LAPAN dibidang teknologi penerbangan adalah dimanfaatkannya pesawat tanpa awak oleh pengguna untuk pemantauan. Pemanfaatan LSU-02 telah digunakan untuk diseminasi :a. Pemanfaatan LSU-02 untuk pemotretan guna pemetaan garis pantai Indonesia di Pesisir Pantai

Selatan Pulau Jawa menggunakan kamera Sony Alfa 6000 oleh Badan Informasi Geospasial pada tanggal 9-12 April 2016 di Pacitan dan Trenggalek pada tanggal 24-27 April 2016.

Gambar 3.7. Hasil pemotretan tahap I dan tahap IIb. Pemanfaatan LSU-02 untuk pemotretan daerah hotspot oleh Pemerintah Daerah Sumatera

Selatan pada bulan Agustus 2016. LSU-02 digunakan untuk memantau potensi kebakaran hutan di daerah Banyuasin Palembang, yang secara spesifik digunakan untuk: memantau validasi lokasi hotspot berdasar petunjuk dari website titik hotspot LAPAN, memantau potensi kebakaran hutan dan lahan bekas kebakaran tahun 2015, memantau perkembangan hutan bekas kebakaran tahun 2015.

Gambar 3.8. Runway takeoff landing dan hasil pemotretan Kayu Tumbang Bekas Kebakaran Gambutc. Pemanfaatan LSU-02 untuk pemetaan desa bersama dengan Kementerian PUPR dan BIG yang

telah dilakukan di Kecamatan Kretek Bantul Yogyakarta. Kegiatan yang telah dilakukan, yaitu:• Pengujian kemampuan terbang UAV untuk menghasilkan foto skala besar yang memenuhi

standar pemetaan,• Pengujian kamera untuk menghasilkan foto yang dapat diolah sebagai citra standar

pemetaan,• Uji sistem pengolahan data foto untuk menghasilkan peta standar pemetaan.

Laporan Kinerja 2016 21

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

d. Pemanfaatan Pesawat Udara Nirawak (LSU-02) untuk pemantauan illegal logging di Provinsi Sumatera Selatan dengan Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 3.9. Kecamatan Kretek dengan Luas 2 X 3 Km Hasil Mosaic dengan Skala Lebih Besar

Gambar 3.10. Kayu yang dihanyutkan pada Saluran Air Pondok/Bedeng di Tengah Hutan2. LSU-03

Pemanfaatan LSU-03 digunakan untuk proses hilirisasi hasil litbang. LSU-03 disiapkan kembali untuk kegiatan LSU Misi dan sudah ada beberapa hasil pengujian di dalam laboratorium untuk beberapa komponen. Untuk LSU-03 NG telah dilaksanakan beberapa Ground Test, berupa: uji jangkauan radio, uji kekuatan struktur sayap, uji GPS, uji repeater. Uji jangkauan radio menggunakan antena omnidirectional 900 MHz sebagai transmitter menghasilkan jarak 21 km setelah sinyal dikuatkan menggunakan repeater dengan jenis radio yang sama, dan menggunakan antena Yagi sebagai receiver yang ditempatkan di Bakauheni. Pengujian dilakukan di Selat Sunda antara Merak-Bakauheni pada tanggal 30 April sampai dengan 3 Mei 2016.

Uji kekuatan struktur sayap dilakukan dengan memberikan pembebanan pada sayap sesuai dengan beban yang akan diterima pada kondisi aerodinamis ketika terbang. Melalui uji ini dihasilkan informasi optimasi yang harus dilakukan pada struktur sayap yang akan dilanjutkan untuk memenuhi persyaratan uji terbang. Pengujian dilakukan di laboratorium aerostruktur pada bulan April-Mei 2016. Uji GPS dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh bahan airframe terhadap sinyal GPS yang diterima. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat bahan airframe juga berpengaruh pada kuat sinyal yang diterima sensor.Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional22

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Uji dilakukan di lab avionik pada awal Juni 2016. Uji repeater dilakukan untuk mengetahui jarak jangkauan repeater yang sudah ada menggunakan skala dan radio omnidirectional 900 MHz. Dengan skala ini dapat diketahui jarak jangkauan repeater radio masih mencukupi untuk pesawat melakukan transmisi Line of Sight. Uji dilakukan di laboratorium avionik pada pertengahan Juni 2016. Telah dilaksanakan pula Flight Test pertama untuk menguji design objective and requirements di Pameungpeuk pada 25-30 Juni 2016. Uji menghasilkan beberapa bagian pesawat yang direkomendasikan harus mendapatkan optimasi dan perubahan secara struktur dan sistem kendalinya.

Kerjasama hilirisasi teknologi dengan UKM (PT. Mandiri Mitra Muhibah) sudah terlaksana dengan uji terbang untuk pesawat LSU-03 hasil optimasi di Pameungpeuk pada tanggal 3-6 September 2016. Adapun dokumen yang sudah dilengkapi terdiri dari 23 dokumen sebagai berikut : data perhitungan weight and balance, data perhitungan main landing gear, data perhitungan nose gear, data perhitungan

nose gear, data pengujian thrust engine pada beberapa RPM, data perhitungan cruising speed, data perhitungan stall speed, data pengujian Wind Tunnel, data perhitungan beban sayap, load analisis struktur, data pengujian terhadap BBM, data perhitungan durasi terhadap batttery, data komperasi teori engine thrust terhadap crusing speed terhadap wind tunnel, data komperasi teori komsumsi arus video sender avionik vs video sender vs payload, data pengujian servo/flight control/calibrasi, data pengujian thrust engine pada beberapa RPM, data pengujian stall speed, data pengujian wind tunnel, data pengujian cruising speed, data pengujian durasi terhadap BBM, data pengujian terhadap battery, data komparasi teori engine thrust vs cruising speed vs wind tunnel, data komparasi teori engine thrust vs cruising speed vs wind tunnel dan data pengujian beban sayap (load analysis/structure).

Adapun perkembangan capaian IKU jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 32015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah tipe pesawat udara tanpa awak untuk pemantauan

2 Tipe

• LSU-01• LSU-02

2 Tipe

• LSU-01• LSU-02

100% 2 Tipe

• LSU-02• LSU-03

2 Tipe

• LSU-02• LSU-03

100%

Tabel 3.5. Perbandingan Capaian IKU 3

Berdasarkan tabel di atas, capaian dapat terlaksana 100%. kegiatan layanan pemantauan pada tahun 2015 menggunakan pesawat UAV tipe LSU 01 dan 02, sedangkan untuk kegiatan pemantauan pada tahun 2016, LAPAN tidak lagi menggunakan pesawat UAV tipe LSU 01 sebagai pesawat utama, layanan pemantauan telah mengunakan pesawat UAV tipe LSU 02 dan LSU 03. Hal ini dikarenakan adanya permintaan pemotretan garis pantai dari pengguna yang mengharuskan pesawat UAV terbang sejauh 300 Km. Jika menggunakan pesawat UAV tipe LSU 01 hal ini sulit untuk dilakukan karena pesawat tersebut masih menggunakan motor elektrik dan memiliki keterbatasan pada baterainya. Meskipun demikian, pesawat UAV tipe LSU 01 masih selalu dibawa sebagai back up untuk menutup spot pemotretan yang bolong jika kamera pada pesawat UAV tipe LSU 02 dan 03 error.

Laporan Kinerja 2016 23

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Indikator Kinerja Utama 4:Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan

Gambar 3.11. Wing Static Test

IKU 4 untuk menghitung jumlah rancangan pesawat transport nasional yang sudah siap diproduksi yaitu pesawat N219. Kegiatan litbangyasa ini bekerjasama dengan PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI). Target tahun 2016 adalah 1 produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi dan disertifikasi oleh otoritas penerbangan, yang direncanakan uji terbang perdana (First Flight) pada Desember 2016. Kewajiban yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Type Certificate (TC) pesawat N219 adalah pemenuhan compliance document sertifikasi sebanyak 453 dokumen, yang terdiri dari: dokumen sebelum terbang perdana sebanyak 228 dokumen dan dokumen setelah terbang perdana sebanyak 225 dokumen.

Terhadap persiapan uji terbang perdana, LAPAN diberi tugas untuk menyusun compliance document yang digunakan sebelum uji terbang perdana sebanyak 170 dokumen, yang selanjutnya harus mendapat approval oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Kementerian Perhubungan. Sejalan dengan itu, PT.DI menyusun dokumen sisanya, yaitu sebanyak 58 dokumen. Pada akhir tahun 2016, LAPAN telah menyelesaikan 170 dokumen dan telah diserahkan untuk di review oleh DKPPU, Kementerian Perhubungan, dan ternyata hanya 128 dokumen yang telah di approved, masih ada 100 dokumen lagi yang saat ini masih di review oleh DKPPU, sehingga hal ini menghambat pelaksanaan uji terbang perdana pesawat N219 yang dijadwalkan pada akhir tahun 2016. Selain compliance document yang belum seluruhnya

di approved, ada beberapa keterlambatan dalam pengembangan beberapa komponen yang mengakibatkan mundurnya jadwal terbang perdana, hal tersebut disebabkan:

• Proses iterasi desain memerlukan waktu hingga beberapa kali untuk mendapatkan konfigurasi yang optimal sehingga hasil produk akhir nantinya kompetitif di pasaran.

• Proses pemenuhan sertifikasi agar produk ini aman dan laik terbang, memerlukan waktu yang lama mengingat tingkat ketelitian dan kehati-hatian pengawasan sesuai regulasi yang berlaku baik nasional maupun internasional.

• Keterbatasan jumlah inspektor N219 sehingga setiap kegiatan integrasi maupun instalasi equipment yang mengharuskan adanya saksi dan pengawas menjadi terhambat karena menunggu jadwal pengawas yang siap.

• Ketergantungan komponen terhadap vendor luar negeri.

Selain itu, kegiatan fisik yang telah dilakukan untuk perakitan N219 di PT. DI, Bandung yaitu: Instalasi untuk sistem-sistem, kualifikasi untuk sistem equipment, dan Ground Test, meliputi: wing static test, main landing geas drop test, sistem installation test, engine power generator distribution system test, avionic system test, fuel system test, flight control system test, dan radome lightning strike test. Berikut adalah gambar wing static test dan instalasi wiring/blackbox.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional24

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Gambar 3.12. Instalasi Wiring di Fuselage (kiri) dan Instalasi Black Box (Flight Data Recorded) (kanan)

Adapun perbandingan capaian IKU jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 42015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah produk desain pesawat transport nasional yang siap diproduksi oleh industri penerbangan

1produk desain

1produk desain

(21 Modul/ dokumen)

100% 1produk desain

1produk desain(228

Modul/ dokumen)

100%

Tabel 3.6. Perbandingan Capaian IKU 4

Berdasarkan tabel diatas, capaian dapat terlaksana 100%. Secara detil terjadi peningkatan dari realisasi produk yang dihasilkan, disampaikan sebagai berikut: Tahun 2015 pengembangan 1 produk disain pesawat transport nasional N219 pada tahap menghasilkan sebanyak 21 modul dan komponen program N219 yaitu radome, engine, fuel system, powerplant, wind screen, wiper, ECS, instrument, electrical, avionics, flight control, brealing system, airframe component, landing gear, payloads, propeller, cabin window dan software design, engineering flight simulator, drop test, wind tunnel model and testing. Selain itu terselenggara kegiatan Roll Out pada tanggal

10 Desember 2015 di PT. DI yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Polhukam mewakili Presiden, Menteri PAN dan RB, Gubernur Jawa Barat, Kepala LAPAN, Direktur Utama PT. DI, dan segenap struktural dari berbagai lembaga yang diundang pada acara tersebut. Tahun 2016 pengembangan pesawat transport nasional dilanjutkan dengan melakukan pemenuhan sertifikasi berupa sertifikasi fase I sebanyak 170 dokumen (LAPAN) dan 58 dokumen (PT.DI), yang sampai akhir tahun 2016 diotorisasi oleh DKPPU Kementerian Perhubungan sebanyak 128 dokumen, sedangkan 100 dokumen sisanya masih di review oleh DKPPU.

Laporan Kinerja 2016 25

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Indikator Kinerja Utama 5:Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim

IKU 5 bertujuan untuk menghitung jumlah model operasional yang dihasilkan oleh LAPAN. Selain menghasilkan model, LAPAN juga menghasilkan prototype, modul dan pedoman untuk pemantauan Sumber Daya Alam (SDA), lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Sehingga capaian yang diukur untuk IKU ini adalah model, modul, prototype dan pedoman. Target pada IKU ini adalah 15 model Iptek penerbangan dan antariksa yang dimanfaatkan untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Realisasi dari IKU 5 adalah sebagai berikut :1. Model Peringatan Dini Bencana

Dalam rangka mendukung aplikasi dibidang kebencanaan, LAPAN mengembangkan sebuah model peringatan dini bencana yang disebut Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA). SADEWA adalah sebuah sistem peringatan dini bencana berbasis satelit yang merupakan salah satu produk litbang LAPAN dalam bentuk Sistem Pendukung Keputusan (DSS) untuk mendukung pengelolaan resiko bencana hidrometeorologis. SADEWA merupakan aplikasi berbasis web yang terdiri dari sistem pemantauan atmosfer berbasis satelit Himawari-8, sistem prediksi atmosfer berbasis model WRF, dan sistem peringatan dini hujan ekstrim. SADEWA berfungsi untuk memantau kondisi atmosfer secara real time, memprediksi kemungkinan terjadinya hujan ekstrim, dan memberikan informasi peringatan dini kepada pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana. SADEWA meliputi seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi spasial 5 km, resolusi waktu 1 jam, dengan jangkauan prediksi 24 jam ke depan. Informasi SADEWA diupdate secara otomatis setiap jam dan dapat dilihat secara online pada website http://sadewa.sains.lapan.go.id.

Gambar 3.13. Satellite Disaster Early Warning System (SADEWA)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional26

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Pada tahun 2016, sistem pemantauan near time kondisi atmosfer dilakukan migrasi dari sistem satelit MTSAT ke sistem satelit HIMAWARI 8. Hal ini dilakukan karena masa operasional satelit MTSAT telah habis. Informasi yang diberikan melalui aplikasi SADEWA yaitu :a. Informasi pengamatan near real time

(Himawari-8, wilayah Indonesia resolusi 5 km), meliputi: awan, ketinggian awan, ketebalan awan, mikrofisika awan, awan cumulonimbus, pertumbuhan awan, puncak awan konvektif, awan hujan dan potensi hujan ekstrem, dan Zona Konvergensi Inter-tropis (ITCZ).

b. Informasi prediksi (model WRF, wilayah Indonesia resolusi 5 km), meliputi: awan, hujan, suhu permukaan, tekanan, uap air, angin 10m, angin 850mb, dan angin 200mb.

c. Peringatan dini hujan ekstrem (via website dan SMS).Dalam rangka pemantauan dan mitigasi

bencana hidrometeorologi dan prediksi cuaca ekstrim berbasis SADEWA, untuk wilayah cakupan yang sifatnya lokal, dan pada lokasi tertentu telah dikembangkan sistem radar pemantau hujan (SANTANU), yang dapat merupakan komplemen dari sistem SADEWA. Radar hujan SANTANU merupakan sistem pemantau hujan berbasis radar, dengan radius cakupan sekitar 40 km, atau diameter cakupan sekitar 80 km dengan pantauan per 2 menit, yang sifatnya lebih lokal.

SADEWA telah berhasil digunakan untuk menganalisis berbagai kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2016 seperti banjir di Kabupaten Garut, Kota Bandung dan Kota Bima. SADEWA juga berhasil digunakan untuk mendukung peluncuran roket dan UAV Aero TeraScan di Pameungpeuk, Garut.

2. Model KemaritimanDinamika atmosfer dan lautan

memberikan pengaruh yang luas terhadap aktivitas di sektor kemaritiman. Oleh karena itu, informasi mengenai kondisi atmosfer dan lautan serta prediksinya sangat penting dalam mendukung kinerja pembangunan di sektor kelautan dan perikanan. Salah satu model yang dikembangkan untuk aplikasi di bidang kemaritiman adalah Sistem Embaran Maritim (SEMAR). SEMAR merupakan sebuah DSS di bidang kemaritiman yang dibangun untuk mendukung pengambilan keputusan oleh kementrian/dinas terkait dalam rangka peningkatan produksi perikanan tangkap serta keselamatan dan keamanan pelayaran. SEMAR terdiri dari dua komponen input, yaitu:a. Sistem pemantauan dan pengukuran

dari satelit, sensor-sensor di daratan dan sensor-sensor di lautan, dan

b. Model atmosfer dan lautan yang merupakan kepanjangan dari sistem pengamatan untuk memprediksi kondisi ke depan.

Gambar 3.14. Tampilan Awal SEMAR

Laporan Kinerja 2016 27

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Output yang dihasilkan berupa data observasi secara near real time dan prediksi ke depan merupakan komponen utama dari SEMAR. Informasi dari Sistem Pendukung Keputusan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja di sektor keselamatan pelayaran dan peningkatan produksi perikanan tangkap sebagai outcome, dan pada akhirnya dapat memberikan dampak untuk keselamatan dan kesejahteraan para nelayan. SEMAR memberikan informasi pengamatan berbasis satelit, radar, sensor daratan dan sensor lautan secara near real

time serta prediksi kondisi atmosfer dan lautan di wilayah perairan selatan Yogyakarta berbasis model atmosfer/laut sebagai dasar pengambilan keputusan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mendukung keselamatan pelayaran dan peningkatan produksi perikanan tangkap. Pengembangan aplikasi SEMAR Versi 1.0 tahun 2016 dengan fitur sebagai berikut : informasi atmosfer (Angin, Awan, Hujan), informasi Lautan (Suhu Muka Laut, Arus Laut), informasi Posisi Ikan (ZPPI), informasi Posisi Kapal (AIS), informasi Komunikasi Radio (Prediksi Frekuensi).

Gambar 3.15. Model Kemaritiman (SEMAR)Kegiatan pengembangan model kemaritiman SEMAR dilaksanakan dengan dukungan kegiatan

penelitian yang dilaksanakan kelompok penelitian litbang Atmosfer Maritim, pengamatan untuk memprediksi kondisi ke depan. Pengembangan DSS SEMAR dilakukan bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai pilot project kegiatan Model Kemaritiman. Pada tahun 2016 telah dilakukan pemasangan awal DSS SEMAR di DKP Yogyakarta, serta kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mengenai SEMAR pada Bulan April dan Oktober 2016. Kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis SEMAR telah dilaksanakan pada Bulan November dan Desember 2016.

Kegiatan pengembangan SEMAR didanai oleh LAPAN dan DKP Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan Soft Launching SEMAR telah dilaksanakan tanggal 22 Juni 2016 pada saat peluncuran satelit LAPAN-A3 di Rancabungur (Bogor) yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI. Gambar 3.16. Launching DSS SEMAR

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional28

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

3. Model Lingkungan AtmosferPada tahun 2016, telah dikembangkan model untuk aplikasi di bidang lingkungan atmosfer

yang disebut Sistem Informasi Komposisi Atmosfer Indonesia (SRIKANDI). SRIKANDI merupakan salah satu model sistem pendukung keputusan berbasis web. Tujuan dari pengembangan SRIKANDI adalah untuk menyediakan informasi komposisi atmosfer Indonesia berupa pengamatan berbasis satelit, pengukuran in situ dan prediksi berbasis model transpor kimia untuk mendukung pengambilan keputusan terutama terkait dampak aktivitas manusia dan kebakaran hutan terhadap kualitas udara. Fitur SRIKANDI berupa:a. Pemantauan harian komposisi atmosfer (CO, O3, CH4, SO2,NO2, Aerosol) dari sensor satelit

yaitu AIRS-Aqua, OMI-Aura, MODIS-Aqua, VIIRSSNPP, dan Himawari.b. Prediksi setiap jam selama 24 jam komposisi atmosfer (CO, O3, SO2, NO2, PM10, PM2,5)

menggunakan model WRF-Chem versi 3.6.1 yang di-overlay terhadap arah angin.Potensi pemanfaatan SRIKANDI telah dituangkan dalam kerjasama antara LAPAN dengan

Universitas Bina Dharma Palembang, Sumatera Selatan dan telah dikaji juga dalam Focus Group Discussion dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. SRIKANDI ini masih terus dikembangkan dan disempurnakan agar nilai akurasi dan kemanfaatannya menjadi lebih baik.

Gambar 3.17. Tampilan online SRIKANDI

4. Model Gangguan Geomagnet Regional IndonesiaGangguan geomagnet merupakan penyimpangan geomagnet reaksi global untuk kondisi

antarplanet ekstrim terutama setelah peristiwa erupsi matahari seperti Coronal Mass Ejection (CME) atau semburan massa korona dan Coronal Holes (CH) atau lubang korona. Dari pengolahan data geomagnet dan data matahari dibangun model empirik gangguan geomagnet region Indonesia dengan masukkan fenomena di matahari. Hasil yang diperoleh adalah Model Karakteristik hubungan gangguan geomagnet dengan parameter aktivitas di Matahari berbasis statistik dengan error rata-rata 35%. Model ini bermanfaat untuk pemantauan lingkungan antariksa yang berdampak pada satelit dan komunikasi.

Laporan Kinerja 2016 29

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

5. Model Badai IonosferDampak cuaca antariksa terhadap

kehidupan manusia di bumi maupun perubahan konduktivitas ionosfer dipengaruhi oleh kopling magnetosfer-ionosfer melalui garis medan magnet tersebut. Gangguan medan magnet menjalar dari ruang antar-planet, melewati magnetosfer dan ionosfer. Sebuah “model empiris respon foF2 ionosfer terhadap badai geomagnet” telah dikembangkan oleh Araujo-Pradere dengan masukan indeks ap (indeks aktivitas geomagnet lintang tinggi). Dengan menggunakan : data indeks ap, indeks Dst (geomagnetic strom level index) dan foF2 ionosfer LAPAN tahun 2005-2015 telah dilakukan modifikasi model tersebut. Indeks ap dan indeks Dst digunakan untuk memodifikasi model Araujo-Pradere agar dapat diperoleh “model badai ionosfer regional Indonesia terhadap badai geomagnet”. Dari analisis disimpulkan bahwa model badai ionosfer foF2 LAPAN, baik model empiris global (Pradere et al., 2002) maupun model numerik lokal sama-sama layak (Deviasinya < 40% terhadap data) dan dapat dipergunakan untuk kegiatan estimasi badai ionosfer foF2 yang dipantau oleh LAPAN. Model lokal memiliki sedikit kelebihan yakni dilengkapi dengan persamaan estimasi durasi dan delay. Hasil yang diperoleh adalah model badai ionosfer dengan input data Dst beberapa jam sebelumnya dengan output indeks Kp lokal di Indonesia. Model ini bermanfaat untuk pemantauan gangguan komunikasi radio dan sinyal GPS.

6. Model dan Metoda Prediksi Gangguan Ionosfer

Tingkat gangguan ionosfer dapat diklasifikasikan menggunakan indeks W yang diturunkan dari data TEC global ionospheric map (GIM), data GPS stasiun IGS (BAKO, JOG2, BTNG dll) dan GISTM. Dalam skala indeks W, kondisi ionosfer dikelompokkan menjadi 4 kategori: tenang, aktif, menengah dan besar. Indeks gangguan ionosfer tersebut dirancang untuk pengguna GPS berdasarkan penyimpangan nilai TEC dari nilai TEC kondisi

tenang. Tetapi belum diuji menggunakan data akurasi posisi GPS pada berbagai nilai indeks W sehingga belum dapat dijadikan pedoman operasional dalam penentuan posisi GPS. Makalah ini membahas hasil penelitian pengukuran posisi dengan metode precise point positioning GPS frekuensi tunggal di daerah lintang rendah pada beberapa kondisi ionosfer dalam skala W dari data TEC GIM. Data GPS yang digunakan adalah dari pengamatan GPS di daerah lintang rendah yaitu stasiun NTUS Singapura. Sebagai pembanding telah digunakan juga data GPS dari daerah lintang tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pada kondisi aktivitas matahari masih tinggi untuk daerah lintang tengah indeks ionosfer W cukup membantu pengguna GPS frekuensi tunggal, tetapi untuk pengguna GNSS di lintang rendah dan pada kondisi aktivitas matahari rendah, indeks tersebut belum dapat digunakan dengan baik. Oleh karena itu indeks gangguan ionosfer tersebut perlu dimodifikasi agar dapat digunakan secara konsisten baik pada saat aktivitas matahari tinggi maupun rendah. Selain itu pengelompokan nilai gangguan ionosfer ke dalam indeks W perlu disesuaikan berdasarkan tingkat simpangan posisi GPS dalam berbagai kondisi gangguan ionosfer. Verifikasi lanjut penggunaan indeks W untuk pengguna GNSS adalah dengan menurnkan indeks W lokal (Wp) dari data GPS BAKO, JOG2, BTNG dan GISTM LAPAN. Hasil yang diperoleh berupa Software indeks W harian update setiap hari termasuk prediksinya 3 hari ke depan dari TEC GIM di atas daerah Cibinong tepatnya di Badan Informasi Geospasial (BIG). Model ini bermanfaat untuk pemantauan gangguan komunikasi radio dan sinyal GPS.

7. Model Basis Data Sains AntariksaPengembangan sistem basis data sains

antariksa merupakan program pendukung terhadap layanan data hasil pengamatan yang akan memberikan informasi penting secara real time tentang dinamika aktivitas matahari dan lingkungan antariksa. Sistem basis data sains antariksa terus dikembangkan untuk mendapatkan sistem

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional30

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

aplikasi yang layak digunakan oleh user. Pengembangan aplikasi sistem basis data antariksa 2016 secara garis besar adalah perubahan proses bisnis pada saat pencarian data. Aplikasi sebelumnya (Simbada 2015) menggunakan sistem manajemen file tanpa menggunakan Data Base Management System, pada saat dilakukan pengecekan aplikasi terkadang ada beberapa jenis data yang tidak ditemukan berbanding terbalik dengan ketersedian data pada server. Setelah dilakukan kajian ulang ternyata penamaan file dan struktur folder pada struktur pada server tidak seragam, hal ini menyebabkan file dianggap tidak tersedia oleh sistem aplikasi. Selain itu apabila ada perubahan struktur folder harus merubah pengkodean program, tentu hal tersebut akan merepotkan pengembang (developer), untuk memperbaiki hal tersebut maka proses bisnis pencarian data menggunakan Database Management System. Model ini bermanfaat untuk pengelolaan data sains antariksa.

8. Modul otomatisasi pengolahan dan pengiriman informasi hotspot secara near-real time kepada server pengguna (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BMKG, BNPB).

Merupakan modul yang mengintegrasikan sistem pengolahan data Terra-Aqua-MODIS dan S-NPP hingga menghasilkan informasi titik api dan dikirimkan melalui sistem jaringan komunikasi data secara otomatis. Modul yang dikembangkan sudah diujicoba dan dioperasionalkan untuk melayani kebutuhan KLHK, BMKG, BNPB, KSP. Hal ini merupakan bagian dari implementasi permintaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menjadikan informasi hotspot LAPAN sebagai satu-satunya informasi titik api (hotspot) yang digunakan untuk penanggulangan kebakaran hutan. Surat Menteri LHK dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.18. Surat permintaan dari Kementerian LHK terkait Hotspot LAPAN

Modul ini sudah dioperasionalkan dengan performansi data dan informasi hotspot dapat dikirmkan kurang dari 2 jam setiap satelit melewati Indonesia dalam 7 hari dan 24 jam secara otomatis pada KLHK, BMKG, BNPB dan KSP. Gambaran integrasi sistem dapat dilihat pada di gambar berikut ini:

Laporan Kinerja 2016 31

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Hal ini menunjukkan LAPAN telah dapat memenuhi harapan stakeholder strategis secara near real time. Modul juga dapat memberikan notifikasi email kapada para pengguna yang didaftarkan. Katalog sistem data diakses pada: modis-catalog.lapan.go.id

Gambar 3.19. Integrasi sistem pengolahan dan pengiriman informasi hotspot

Gambar 3.20. Komunikasi LAPAN dengan pengguna terkait informasi hotspot

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional32

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

9. Modul Hotspot Information berbasis Android.

Modul ini merupakan pengembangan dari sistem yang telah dioperasionalkan. Untuk memudahkan pengguna dikembangkan modul yang dapat diakses secara mudah dengan perangkat yang populer. Dengan aplikasi mobile dimungkinkan sistem dapat mudah diakses dan membantu operasional penanggulangan kebakaran hutan di lapangan.

Dengan informasi hotspot yang secara near real time selamam 24 jam dalam 7 hari ter-update memungkinkan pengguna dapat mendapatkan informasi secara cepat dalam genggaman secara otomatis sehingga untuk pengguna yang di lapangan dapat langsung memvalidasi informasi yang ditunjukkan. Dengan terkoneksi melalui aplikasi mobile, modul yang dikembangkan memnungkinkan terintegrasi dengan modul map/peta yang dapat dimungkinkan untuk memandu lokasi titik api yang ditunjukkan.

Capaian ini merupakan bagian dari bentuk hilirisasi hasil litbangyasa yang dibuktikan mendukung operasional layanan. Hingga tahun 2016 pengguna yang telah diakses dan diinstal lebih dari 3000 pengguna men-downlod via Playstore Google. Gambar 3.21. Hotspot Information berbasis Android

10. Katalog data Himawari-8 yang terintegrasi dalam sistem katalog data pada website Pustekdata.Merupakan integrasi sistem perolehan, pengolahan hingga sistem katalog data Himawari-8.

Modul yang dikembangkan merupakan integrasi dari sistem antena, sistem perekaman, pengolahan dan perekayasaan sistem katalog agar data dan informasi yang dihasilkan dapat mudah diakses oleh pengguna. Usuha operasionalisasi ini dicatat sebagai hilirisasi atau komersialisasi hasil litbangyasa untuk operasional pelayanan BDPJN. Hasil litbangyasa tidak hanya untuk litbangyasa semata namun riil diimplementasikan untuk meningkatkan performansi pelayanan. Peningkatan jumlah pengguna dan jumlah data juga didukung adanya sistem otomatisasi akuisisi, pengolahan hingga pengelolaan data. Modul secara otomatis dapat menghasilkan data dan informasi satelit Himawari-8 setiap 10 menit. Modul dapat diakses melalui http://modis-catalog.lapan.go.id/himawari-8/. Informasi yang dapat diakses adalah: Rainfall rate, Cloud Top Temparature dan Surface Sea Temperature.

Laporan Kinerja 2016 33

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

11. Prototipe Sistem Pemantauan Bumi Nasional berbasis Web GIS (skala 1:100.000)Pengembangan prototipe Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) disusun menjadi 2

(dua) objek kegiatan, yaitu: 1) Rekayasa Infrastruktur SPBN; 2) Rekayasa WebGis dan Konten Informasi SPBN. Untuk Program Rekayasa Infrastruktur SPBN terdapat beberapa tujuan yaitu: melakukan rekayasa infrastruktur Cloud SPBN, melakukan rekayasa infrastruktur informasi SPBN, mengembangkan operasi dan dukungan WebService dan Geoportal pemantauan bumi nasional. Adapun sasarannya adalah tersedianya infrastruktur SPBN yang memberikan informasi terkait dengan Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) dan Sistem Informasi Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA).

Gambar 3.22. Tampilan data Himawari-8 yang terintegrasi dengan sistem katalog data pada Website Pustekdata.

Gambar 3.23. Sistem Informasi Pemantauan Sumber Daya Alam (SIPANDA)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional34

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Data yang digunakan terdiri dari data/konten informasi, data dasar, dan data background. Konten informasi terdiri dari informasi: (1) fase tanam padi, (2) tutupan hutan dan perubahannya tahun 2000-2012 hasil kegiatan INCAS, (3) zona potensi penangkapan ikan, (4) mangrove, (5) Terumbu karang, (6) pulau-pulau kecil terluar, (7) burned area. Data dasar terdiri dari data Administrasi, data lahan gambut, dan grid lintang bujur. Data background merupakan informasi dari webservices, yaitu: Google Streets, Google Physical, Google Hybrid, Google Satellite, MapQuest OSM, MapQuest Satellite Tiles, ESRI Ocean Base Map, ESRI World Imagery. Sistem ini dibangun dan dapat diakses oleh semua stakeholder.

Gambar 3.24. Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA)

12. Prototipe Sistem Pemantauan Bumi Provinsi berbasis Web GIS (skala 1:25.000)Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Provinsi (SPBP) untuk mendukung perencanaan

pembangunan daerah menggunakan data penginderaan jauh. Sistem ini sudah dibangun dan diserahkan pada 19 (sembilan belas) provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Gambar 3.25. Tampilan SPBN Provinsi

Laporan Kinerja 2016 35

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

13. Pedoman Deteksi Lahan Bekas TerbakarKebakaran hutan/lahan merupakan

bencana yang selalu mengancam wilayah Indonesia karena terjadi secara berulang dan terus-menerus terutama saat musim kemarau. Dampak langsung dari terjadinya kebakaran hutan adalah masuknya partikel yang berasal dari asap kedalam atmosfer yang dapat mempengaruhi kualitas udara serta mengganggu kesehatan dan aktifitas masyarakat baik di wilayah kebakaran maupun wilayah sekitarnya. Asap merupakan salah

satu parameter penting dalam penelitian mengenai kebakaran hutan dari deteksi asap tersebut memberikan indikasi kuat adanya titik-titik api. Dari informasi asap tersebut dapat arah dan sebaran spasial asap untuk memantau daerah terdampak kebakaran hutan/lahan, informasi titik terbakar, dan luas area bekas terbakar untuk mengetahui besarnya dampak kebakaran. Informasi ini dapat membantu upaya rekonstruksi dan rehabilitasi lahan pasca kebakaran.

Gambar 3.26. Citra MODIS Tanggal 8 September 2015, Komposit RGB 1-2-18

Gambar 3.27. Klasifikasi menggunakan threshold reflektansi band 5 dan band 3

Gambar 3.28. Klasifikasi Area Terakar dengan Data MODIS

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional36

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Pada penelitian ini, dikembangkan metode deteksi asap dari data satelit VIIRS- Suomi NPP dan MODIS Terra/Aqua multi temporal untuk mendapatkan algoritma memilih kanal-kanal dari MODIS Terra/Aqua dan VIIRS NPP Suomi. Hasil kajian ini diharapkan dapat mendukung deteksi cepat perkiraan daerah terdampak asap (trayektori). Hasil penelitian ditunjukkan pada gambar di atas, yang merupakan hasil klasifikasi asap dan non asap dari data MODIS di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Klasifikasi asap dan non asap ini berdasarkan nilai reflektansi MODIS band 3 dan band 5. Sedangkan pada citra VIIRS, klasifikasi menggunakan reflektansi band 5 dan brightness temperature (BT) band 16. Model ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemda karena kebakaran hutan/lahan terjadi setiap tahunnya.

14. Pedoman Pengolahan data foto dari pesawat LAPAN

Pedoman ini bertujuan memberikan panduan dalam pengolahan data dari kamera pada pesawat LAPAN untuk mendapatkan informasi penginderaan jauh bagi pengguna baik instansi pemerintah maupun swasta di tingkat Propinsi/ Kabupaten/Kota. Adapun ruang lingkupnya meliputi pengolahan awal data yakni melakukan ekstraksi dat raw, pengolahan lanjut yaitu melakukan mozaik dan koreksi ortho, dan analisis data yakni klasifikasi penutup penggunaan lahan dan perhitungan volume objek 3 dimensi.

Kualitas data penginderaan jauh udara kemungkinan dipengaruhi oleh kualitas sistem akuisisinya. Pesawat Lapan Surveillance Aircraft (LSA) merupakan pesawat yang dimiliki oleh LAPAN yang mempunyai fungsi untuk pengamatan. Pengamatan yang pernah dilakukan pesawat LSA adalah mengenai pengamatan wilayah pesisir, perkotaan, dan lahan pertanian. Pesawat LSA membawa muatan berupa kamera Tetracam yang mempunyai tiga kanal (merah, hijau, dan inframerah dekat) dan telah dilakukan dua kali terbang. Pengamatan pertama dilakukan pada tahun 2014 dengan sistem kontrol autopilot dan pengamatan kedua dilakukan pada tahun 2015 dengan sistem kontrol manual.

Dalam kedua pengamatan tersebut terjadi perbedaan di mana pada mode autopilot pesawat dalam kondisi stabil dan pada mode manual pesawat dalam kondisi kurang stabil dikarenakan pengendalian oleh pilot. Tujuan dari penelitian ini adalahmembandingkan kualitas informasi hasil akuisisi terbang pada sistem kontrol manual dengan autopilot dalam segi geometrik dan radiometrik. Pada penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas informasi dalam segi geometrikantara kedua sistem kontrol karena adanya foto-foto oblique yang cukup banyak pada kontrol manual akan tetapi tidak pada sistem autopilot namun pada segi radiometrik tidak terlalu terjadi banyak perbedaan kualitas informasi.

Data hasil akuisisi data pesawat LSA berpotensi untuk analisis wilayah perkotaan. Penelitian mengembangkan metode pemanfaatan data pesawat LSA multispektral dengan analisis objek tunggal pohon-pohon di perkotaan dengan OBIA (Object Based Image Analysis) dan indeks vegetasi untuk studi kualitas vegetasi perkotaan. Metode yang diusulkan dalam penelitian ini yaitu klasifikasi bertingkat untuk mendapatkan objek pohon secara spesifik yang digunakan analisis kualitas vegetasi lebih lanjut. Analisis kualitas vegetasi pada objek pohon tersebut dilakukan dengan menghitung nilai indeks vegetasi NDVI. Hasil penelitian, akurasi keseluruhan terhadap hasil klasifikasi bertingkat objek-objek di wilayah perkotaan dalam penelitian mencapai 88% dan berdasarkan hasil analisis kualitas vegetasi dengan NDVI telah dapat diketahui kondisi pohon-pohon di area perkotaan.

Gambar 3.29. Kualitas citra mozaik data foto pesawat terbang manual

Laporan Kinerja 2016 37

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

15. Model identifikasi lahan tambangPenelitian inventarisasi dan evaluasi

lahan tambang dilakukan dengan memanfaatkan data Landsat tahun 1990, 2000, 2005, dan 2015/2016 untuk melihat perubahan tutupan lahan, perubahan lingkungan atau fenomena perubahan dari periode waktu antara 1990-2016. Metode yang digunakan untuk identifikasi lahan tambang adalah Vegetation Index Differencing (VIDN)/Disparitas indeks vegetasi. Metode ini umum digunakan untuk tujuan analisis perubahan atau change detection. Deteksi perubahan merupakan suatu proses mengindetifikasi perubahan-perubahan suatu objek atau fenomena melalui pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda. Untuk itu, data tersebut dikelompokan ke dalam 2 periode waktu 1990-2000 dan 2000-2005. Periode 1990-2000 dilakukan untuk melihat perubahan antara periode untuk ekplorasi dan proses eksploitasi. Lokasi wilayah untuk identifikasi

lahan tambang difokuskan di Sumatera Barat dan Kalimantan. Wilayah Sumatera Barat lebih fokus pada lahan tambang di Kota Sawahlunto, Kota Padang, Salido, Gunung Ophir. Selain itu juga dilakukan penelitian parameter geologi di Pusat Sesar Semangko. Lokasi ini meliputi Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Bukittinggi, dan Kota Payakumbuh. Selanjutnya, selain identifikasi lahan tambang dari perbedaan indeks vegetasi, dilakukan identifikasi parameter geologi. Parameter geologi meliputi struktur dan formasi geologi, model tinggi, lineament, geomorfologi, geodinamika, densitas, gaya berat, medan magnet, seismik, geolistrik, alterasi hidrotermal, dan lain-lain. Model tinggi (Height Model) meliputi Digital Surface Model (DSM), Digital Elevation Model (DEM), Digital Terrain Model (DTM), Earth Gravitational Model (EGM), Digital Terrain Elevation Data (DTED), surface volume (nDSM), dan lain-lain.

Gambar 3.30. Digital Terrain Model (DTM) Merauke

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional38

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Gambar 3.31. Identifikasi kerusakan lingkungan LAT dan reflektansi objek

Pada citra di sebelah kiri atas, tanda menunjukan lokasi Lahan Akses Terbuka (LAT) bekas tambang dan gambar pada kanan atas adalah grafik perbandingan reflektansi dari daerah lahan akses terbuka tersebut hasil pengukuran secara digital yang diturunkan dari citra satelit. Pada foto kiri bawah adalah kondisi sesungguhnya LAT dan gambar kanan bawah adalah grafik reflektansi hasil pengukuran di lapangan.

Adapun capaian IKU Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim 5 tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

IKU 52015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa untuk pemantauan SDA, lingkungan serta mitigasi bencana dan perubahan iklim

14Model

15Model

107,14% 15Model

15Model

100%

Tabel 3.7. Perbandingan Capaian IKU 5

Capaian IKU 5 merupakan pengembangan lanjutan dari model-model yang sudah ada dan pengembangan model-model baru dari hasil litbang LAPAN. Terjadinya peningkatan terhadap model pemanfaatan iptek penerbangan dan antariksa disebabkan karena implementasi untuk meningkatkan performansi operasional dan layanan kepada pengguna.

Laporan Kinerja 2016 39

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Indikator Kinerja Utama 6:Jumlah publikasi nasional terakreditasi

IKU 6 bertujuan untuk menghitung jumlah makalah yang diterbitkan dalam publikasi ilmiah nasional terakreditasi berdasarkan kriteria LIPI dan DIKTI. Pada tahun 2016 LAPAN menargetkan 60 makalah, dan realisasi menghasilkan 60 makalah di bidang penerbangan dan antariksa, dengan rincian sebagai berikut:

NO JUDUL PENULIS MEDIA

BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER

1. Analisis Respon Medan Geomagnet antara Stasiun di Equator Magnet dan Stasiun Biak Saat Badai Geomagnet pada Meredian Megnet 2100 Mm

Anwar Santoso Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN 1412-808X, 63-72, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI-PI/07/2015

2. Pengaruh Orientasi Medan Magnet Antarplanet pada Gangguan Geomagnet di Lintang Rendah

Anton Winarko, et. al Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN 1412-808X, 73-86, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI-PI/07/2015

3. Studi Gelombang ULF : Korelasi Pulsa Megnet PC3 dengan Kecepatan Angin Surya dan Medan Magnet Antarplanet

Setyanto Cahyo Pranoto, et. Al

Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN 1412-808X, 87-96, Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI-PI/07/2015

4. Analisis Precursor Peristiwa Flare/Pelontaran Massa Korona Dalam Rangka Peringatan Dini Cuaca Antariksa

A.Gunawan Admiranto, et. al

Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN 1412-808X, 97-110 Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI-PI/07/2015

5. Variasi Diurnal dan Musiman Kemunculan Lapisan E-Sporadis di atas Sumedang Tahun 2015

Rhorom Priyatikanto, et. Al

Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 13, No.2 Juni 2016, ISSN 1412-808X, 111-120 Akreditasi nomor :671/AU3/P2MI-LI-PI/07/2015

6. Effect of Global Warning on Chlorophyl-a Concentration in The Indonesia

Martono Makara Journal of Science, 20/1 (2016), 33-39, e-ISSN 2356-0851, print ISSN 2339-1995, Akreditasi B, No. 58/DIKTI/Kep/2013, valid until August 2018.

7. Dampak El Nino 1997 dan El Nino 2005 terhadap Konsentrasi Klorofil –A di Perairan Selatan Jawa dan Vali-Sumbawa

Martono Majalah Ilmiah Globe/Jurnal BIG Vol 18 No.1 April 2016, 01-08, Nomor Akredi-tasi: 739/AU/P2MI-LIPI/04/2016

8. Precipitation Event Analysis Using Image Processing Based on Rainfall Detection Radar (RDR) Obesrvation on March 9, 2014 During Landslide Event in West Java.

Ginaldi Ari N, et. al Jurnal Teknologi Indonesia (JTI) 39 (2) 2016 : 81-92 , ISSN 2303-1913 LIPI Press, Accredited Journal Number: 388/AU2/P2MI-LIPI/04/2012

9. Seasonal Interannual Variation of Sea Surface Temperature in Indonesia Waters

Martono Indonesian Journal On Spatial and Regional Analysis, ISSN : 0852-0682, e_ISSN:2460-3945, Forum Geografi, Vol.30 (2) Des 2016 : 120-129, Accred-ited by DGHE, No.12/M/Kp/II/2015. publishe by MUP Press.

10. Impact of Climate Cahange (El-Nino, La Nina and Sea Level )On the Coastal Cilacap Distric

Lilik Supritin, et. al Indonesian Journal On Spatial and Regional Analysys, ISSN : 0852-0682, e_ISSN:2460-3945, Forum Geografi, Vol.30 (2) Des 2016 : 106-111, Accred-ited by DGHE, No.12/M/Kp/II/2015. publishe by MUP Press.

Tabel 3.8. Publikasi Nasional Terakreditasi

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional40

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO JUDUL PENULIS MEDIA11. Estmasi Badai Geomagnet Berdasarkan

Perilaku Parameter Angin Surya dan Medan Magnet Antarplanet sebelum Badai Geomagnet

Anwar Santoso, Mamat Ruhimat, Radewita K, Siska Filawati

e-JSD Edisi Desember 2016

12. Perbandingan Karakteristik Aktivitas Sintilasi Ionosfer di Atas Manado, Pontianak dan Bandung Berdasarkan Data GISTM.

Sri Ekawati, S. Anggarani dan D. Marlia

e-JSD Edisi Desember 2016

13. Prediktabilitas Curah Hujan Diurnal di Pulau Jawa Menggunakan Model WRF

Suaydhi e-JSD Edisi Desember 2016

14. Pengaruh Aerosol terhadap Fluks Radiasi Netto di Lapisan Atas Atmosfer dan Permukaan Bedasarkan Data Satelit

Rosida dan Indah Susanti e-JSD Edisi Desember 2016

15. Analisis Propogasi Gelombang Radio Mode Angkasa Saat peristiwa Gerhana Matahari 9 Maret 2016

Varuliantor Dar dan Rohmat Yulianto

e-JSD Edisi Desember 2016

BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

16. Pengaruh Peredam Nisser Silicon Ruber Terhadap Data Sensor Pengindera Gerak Saat Uji Vibrasi Roket Eksperimen LAPAN Tipe RX-320

Kurdianto et. al Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa

17. Penggunaan Penahan Beban dan Pengaturan Azimuth Sudut Serang Roket RUM untuk Operasi Peluncuran pada Kecepatan Angin di Atas 10 Knot

Heri Budi wibowo et. Al

Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa

18. Dekomposisi Termal Propelan Padat Komposit Berbasis Amonium Perklorat/Hydroxy Terminated Polibutadiene (AP/HTPB)

Wiwiek Utama Dewi, et. Al

Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa

19. Pengembangan encoder Flight Terminated System multi frekuensi

Efendi Dody Arisandi Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa

20. Analisis Kandungan Aluminium Powder Propelan Berdasar Energi Pembakaran dari Bomb Kalorimeter

Kendra Hartaya Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa

21. Retikulasi Hidroxyl Terminated Polubutadiene (HTPB) Mandiri Dengan Toluene Diisocianate (TDI) Membentuk Poliuretan Sebagai Fuel Binder Propelan

Geni Rosita Jurnal Teknologi Penerbangan dan antariksa

22. Desain dan Uji Muatan Sistem Elektronika Roket Eksperimen LAPAN Tipe RX-200

Kurdianto, Shandi et. Al Jurnal teknologi proses dan inovasi industri

23. Peningkatan Kualitas Fokus Citra Imager Multispektral Satelit Lapan-A3

Patria Rahman H, et. Al Jurnal Teknologi Dirgantara (Tekgan)

24. Pengembangan Antena Heliks X-Band 8.2 Ghz Untuk Satelit Mikro

Iwan Faisal Jurnal Tekgan

25. Pengolah Data Telemetri Satelit LAPAN-A3/IPB untuk Menghasilkan Data Multi-Spektral dan Data Kamera Matrik Level-0

Suhermanto Jurnal Tekgan

Laporan Kinerja 2016 41

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO JUDUL PENULIS MEDIA26. Algoritma Peringatan Dini Pencurian

Ikan pada Data Automatic Identification System (AIS) Berbasis Terestrial dan Satelit

E. Husni R, et. al Jurnal Tekgan

27. Kajian Eksperimental Tensile Properties Komposit Poliester Berpenguat Serat Karbon Searah Hasil Manufaktur Vacuum Infusion Sebagai Material Struktur LSU

Kosim Abdurohman, et. al Jurnal Tekgan

28. Lendutan Struktur Twin Boom pesawat Terbang Nir Awak Lsu-05 Pada Saat Menerima Beban Terbang

Atik Bintoro Jurnal Tekgan

29. Implementaion ARINCE 429 Data Communication Standard In LSA-02

Fuad Surasetyo et. al Jurnal Tekgan

30. WING SUPPORT STRUCTURE LSU-03 UAV STRENGHTHEN FOR DYNAMIC LOAD

Atik Bintoro Proceeding “ International Seminar of Aerospace Science and Technology“

31. Perhitungan Letak dan Pergeseran Pusat gravitasi Pesawat LSU-03NG Untuk Menentukan Posisi Beban Dan Pemberat

Riki Ardiansyah, Nanda Wirawan

ProsidingSIPTEKGAN XX-2016

32. Pemodelan Solar UAV Menggunakan X-Plane 9.70

Fuad Surastyo Pranoto, Dewi Anggraeni

ProsidingSIPTEKGAN XX-2016

33. Pemilihan Material Untuk Pembuatan Komposit Sebagai Struktur Pesawat Terbang Tanpa Awak UAV

Sri Rahayu Advance in Aerospace Science and Technology in Indonesia : 978-602-74771-6-2

34. Erosi Proteksi Pada Leading Edge Pesawat Terbang Jet dan Non Jet

Sri Rahayu Advance in Aerospace Science and Technology in Indonesia : 978-602-74771-5-5

BIDANG PENGINDERAAN JAUH

35. Analisis Kesesuaian Scene untuk Mosaik Multitemporal Citra Landsat-8 Berdasarkan Parameter Radiometrik

Haris Suka D, dan et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No.371/AU1/P2MBI/07/2011 :

36. Development of Pushbroom Airborne Camera System Using Multispectral Line Scan Industrial Camera

Ahmad Maryanto, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

37. Development of Annual Landsat-8 Composite over Central Kalimantan, Indonesia using Automatic Algorithm to Minimizes Cloud

Kustiyo *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

38. Reconstruction Technique to Retrieve Missing Reflectance of Band 6 Aqua MODIS Data

Andy Indradjad, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

39. Haze Removal in the Visible Bands of Landsat-8 OLI over Shallow Water Area

Kustiyo, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional42

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO JUDUL PENULIS MEDIA40. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan

Jauh untuk Monitoring Iklim Ekstrem di Indonesia

Erna Sri Adiningsih, et.al Jurnal Sumberdaya Lahan Volime 9 No. 9 Desember 2016 p-ISSN: 1907-0799

41. Analysis on the Quality of Aerosol Optical Thickness Data Derived from NPP VIIRS and Aqua MODIS over Western Area of Indonesia

Erna Sri Adiningsih, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences ISSN 0216-6739 edisi 2015 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

42. Detection of Forest Fire, Smoke Source Locations in Kalimantan during the Dry Season for the year 2015 using Landsat-8 from the Threshold of Brightness Temperature Algorithm

Kustiyo, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences ISSN 0216-6739 Edisi 2015 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

43. Analisis Parameter-Parameter Utama untuk Desain Sensor SAR pada LSA (Lapan Surveillance Aircraft)

Muchammad Soleh, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences ISSN 0216-6739 Edisi 2014 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

44. Evaluation of SPOT-5 Image Fusion Using Modified Pan-sharpening Methods

Sukentyas Estuti Siwi, et. al

*International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences ISSN 0216-6739 Edisi 2014 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

45. Analisis Karakteristik Temperatur AreaTerbakar (Burned Area) MenggunakanData Landsat-8 TIRS di Kalimantan

Suwarsono, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 1 Juni 2016ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LI-PI/03/2015

46. Perbandingan Hasil Klasifikasi Limbah Lumpur Asam Dengan Metode Spectral Angle Mapper Dan Spectral Mixture Analysis Berdasarkan Citra Landsat -8

Sayidah Sulma, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LIPI/03/2015

47. Perbandingan Metode Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Piksel dan Berbasis Objek Menggunakan Data Pisar-L2

R. Johannes Manalu, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 1 Juni 2016 ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LIPI/03/2015

48. Klasifikasi Penutup Penggunaan Lahan Dengan Data Satelit Penginderaan Jauh Hiperspektral Menggunakan Metode Neural NetworkTiruan

Dony Kushardono Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 2 Desember 2016ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LI-PI/03/2015

49. Metode Penentuan Titik Koordinat Zona Potensi Penangkapan Ikan PelagisBerdasarkan Hasil Deteksi Termal Front Suhu Permukaan Laut

Rossi Hamzah, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 2 Desember 2016ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LI-PI/03/2015

50. Pengembangan Model Pelaksanaan Diseminasi Informasi PenginderaanJauh Berbasis Teknologi Bebas dan Sumber Terbuka

Sarno Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 2 Desember 2016ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LI-PI/03/2015

51. Algoritma Dua Dimensi Untuk Estimasi Muatan Padatan Tersuspensi Menggunakan Data Satelit Landsat-8, Studi Kasus: Teluk Lampung

Muchlisin Arief, et. al Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolah-an Data Citra Digital,Volume 13 No. 2 Desember 2016ISSN 1412 – 8098 No.610/AU/P2MI-LI-PI/03/2015

Laporan Kinerja 2016 43

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO JUDUL PENULIS MEDIA52. Detection Of Green Open Space Using

Combination Index Of Landsat 8 Data (Case Study: DKI Jakarta)

Sayidah Sulma, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

53. Determination Of Forest And Non-Forest In Seram Island Maluku Province By Using Multi-Years Landsat Data

Tatik Kartika, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

54. Spatial Pattern of Hydrologic Response Unit (HRU) On Flow Discharge Ci Rasea Watershed Using Landsat TM In 1997 To2009

Emiyati, et. al *International Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011Journal of Remote Sensing and Earth

55. Lineament Density Information Extraction Using DEM SRTM Data For Predicting

Udhi Catur Nugroho, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 1 June 2016 ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2MBI/07/2011

56. Bathymetry Data Extraction Analysis Using Landsat 8 Data

Kuncoro Teguh Setiawan, et. al

*International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2M-BI/07/2011

57. Comparing Atmospheric Correction Methods For Landsat OLI Data

Esthi Kurnia Dewi, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016ISSN 0216-6739 No.371/AU1/P2M-BI/07/2011

58. Technique for Indentifying Burned Vegetation Area Using Landsat 8 Data

Bambang Trisakti, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2M-BI/07/2011

59. Identification Some of The Class Forest Important Using Data Landsat-8 (Case Study Forest In North Sumatra Province)

Heru Noviar, et. al *International Journal of Remote Sens-ing and Earth Sciences, Volume 13 No. 2 December 2016ISSN 0216-6739 No. 371/AU1/P2M-BI/07/2011

60. Ekstraksi Informasi Penutup Lahan Area Luas Dengan Metode Expert KnowledgeObject Based Image Analysis (OBIA) Pada Citra Landsat 8 OLI Pulau Kalimantan

Zylshal, et. al Majalah Ilmiah Globe/ jurnal BIG, Vol-ume 18 No. 1 April 2016ISSN. 1411-0512/E-ISSN.2502-2172 No. 739/AU/P2MI-LIPI/04/2016

*diakui oleh LIPISumber: Laporan Kinerja Eselon 1 yang telah diolah kembali

Adapun capaian IKU Jumlah publikasi nasional terakreditasi tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 62015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah publikasi nasional terakreditasi

45Makalah

39Makalah

86,67% 60Makalah

60Makalah

100%

Tabel 3.9. Perbandingan Capaian IKU 6

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional44

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Capaian IKU 6 tahun 2016 adalah 100%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang mencapai 86,67%. Bila dilihat dari realisasi target 2016 sejumlah 60 makalah juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan bila dibandingkan realisasi target tahun 2015 sejumlah 39 makalah. Capaian IKU 6 tercapai, hal ini disebabkan karena para peneliti/perekaya memiliki antusiasme dan etos kerja yang baik dalam menyusun karya ilmiah di bidang penerbangan dan antariksa.

Indikator Kinerja Utama 7:Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang teknologi penerbangan dan antariksa

IKU 7 bertujuan untuk menghitung jumlah makalah yang diterbitkan pada publikasi ilmiah internasional terindeks (yang terdaftar dalam database publikasi internasional). Pada tahun 2016 LAPAN menargetkan 20 makalah internasional dan akhir tahun terealisasi sebanyak 37 makalah internasional di bidang penerbangan dan antariksa. Hal ini disebabkan banyak peneliti-peneliti LAPAN yang lebih memilih hasil penelitiannya ke dalam jurnal internasional. Adapun rincian publikasi internasional yang terindeks, sebagai berikut:

NO JUDUL PENULIS MEDIA

BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER

1. Global Distribution Of Vertical Wave Number Spectra In The Lower Stratosphere Observed Using High Vertical Resolution Temperature Profiles From Cosmic GPS-radio Occultation

Noersomadi, et. al Annales Geophysicae, 34, 203-213, 2016

2. Development Processes of Oceanic Convective System Inducing the Heavy Rainfall over the Western Coast of Sumatera on 28 October 2007,

Trismidianto, et. al SOLA, 2016, Vol.12, 6-7, doi : 10.2151/sola. 2016 - 002

3. Rainwater Chemical Characteristic In Sumatera, Indonesia From 2001-2010.

Tuti Budiwati, et. al International Journal of Atmospheric Science, Volume 2016

4. Axial Ratio Enhancement of Equatorial Triangular-Ring Slot Antenna Using Coupled Diagonal Line Slots

Asif Awaludin et al. Electromagnetics Research C, Vol. 70, 99-109, 2016

5. Preliminary Result of the Solar Corona Spectroscopic Observation 9 March 2016 Total Solar Eclipse

E. Sungging, et. al Journal of Physics : Conference Series VOL. 771 Number 1, (2016) 012004,

6. Ludendorff Coronal Flattening Index of the Total Solar Eclipse on March 9, 2016

Tiar Dani, et. al Journal of Physics : Conference Series

7. Pawukon: from Incest, Calendar, to Horoscope

A.G. Admiranto Journal of Physics : conference Series

8. Multiwavelength observation of two explosive events and their effects on the solar atmosphere

A. G. Admiranto, et. al Journal Astronomy and Space Sciences 33(3), 197-205

9. Dynamical Fate of Binary Star Clusters in the Galactic Tidal Field

R.Priyatikanto et. al

Monthly Notices of the Royal Astronom-ical Society

10. Shape Parameter of the Solar Corona from 1991 to 2016

Rhorom Priyatikanto Research in Astronomy and Astrophysics , Vol 16, Number 12 (2016)

11. Effect of March 9, 2016 Total Solar Eclipse on Geomagnetic Field Variation

Mamat Ruhitat, et. al Journal of Physics : Conference Series 771, number 1, 012036 : IOP Publish-ing, (2016)

Tabel 3.10. Publikasi Internasional Yang Terindeks

Laporan Kinerja 2016 45

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO JUDUL PENULIS MEDIA12. Change of NmF2 and hmF2 over Biak

during Totel Solar EclipseSefria Journal of Physics : Conference Series

771, number 1 , 0120387: IOP Publish-ing, (2016)

13. Tutulemma of Near Equator Partial Solar Eclipse 2016

Farahhati Journal of Physics : Conference Series 771, number 1 , 012021 : IOP Publish-ing, (2016)

14. Stellar background observation during total solar eclipse March 9th 2016

Farahhati Journal of Physics : Conference Series 771, number 1 , 012038 : IOP Publish-ing, (2016)

15. Analysis of Inospheric Irregularities over South East Asia during Tota Solar Eclipse 2016 Based on GNSS Observation

Asnawi Journal of Physics : Conference Series 771, number 1 : IOP Publishing, (2016)

16. Three years of concentric gravity wave variability in the Mesopause as Observed by IMAP/V

Septi Perwitasari, et. al Geophysical Research Letters Vol : 43, Issue 22, Nov (2016), P. 11,528-11,535.

17. The Determination of Area and Time Comparison of the Partial Solar Eclipse at Space Science Center LAPAN

Siska Journal of Physics : Conference Series 771, number 1 , 012040 : IOP Publish-ing, (2016)

18. Solar Radio Observation using Callisto Spectrometer at Sumedang West Java Indonesia: Current Status and Future Development Plan in Indonesia

Timbul, et. al ASP Conference Series Book vol 504, Ground-based Solar Observation in the Space Instrumentation Era, Astronomi-cal Society of the Pacific

BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

19. HILS of Auto Take Off System for High Speed UAV using Booster Rocket

Herma Yudhi Irwanto Inteligent Technology for Sustainable Energy, IEEExplore, Lombok, July 2016

20. Development of ICON (Instrumentation, Control and Navigation) for ATGM (Anti Tank Guided Missile)

Herma Yudhi Irwanto International Conference on Science in Information Technology, IEEExplore, Balikpapan, October 2016

21. Robust Flight Control Design using Incremental Adaptive Sliding Mode Control

Idris Eko P et.al International Conference on Instrumen-tation, Control and Automation , August 2016

22. Star Catalog Generation For Satellite Attitude Navigations Using Density Based Clustering

A. Hadi Syafrudin, ST, MSc Journal of Computer Science 2016 (index Cabell, DOAJ, EBSCO, ProQuest), publisher Science Publisher

23. Earth Observation Micro-satellite Design Optimization Using Satellite Simulator

R.H. Triharjanto R.E. et. al Journal for Mechanical Engineering. Universiti Teknologi Mara, Malaysia

24. Evaluating Deployable Solar Panel Option in Earth Observation Micro-satellite Design Optimization

R.H. Triharjanto R.E. et. al Intl. Journal of Advances in Mechanical & Automobile Engg. International Insti-tute of Engineers

25. The initial design of LAPAN’S IR micro bolometer using mission analysis process

Bustanul Arifin, et. al

Proceedings of the Infrared, Millime-ter-Wave, and Terahertz Technologies IV conference SPIE Proceedings, (Google Scholar)

26. Illumination analysis of LAPAN’s IR micro bolometer

Bustanul Arifin, et. al

Proceedings of the Optical Design and Testing VII conference SPIE Proceedings (Scopus)

27. The Thermal Analysis Of Lapan’s Ir Micro Bolometer Optical Design

Bustanul Arifin,et. al

67th International Astronautical Congress, Guadalajara, Mexico. ISBN 9781622769797, Proceedings of Earth Earth and Environmental Science (Sco-pus)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional46

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO JUDUL PENULIS MEDIA28. Indonesia Coverage Simulation of SAR

Satellite at Near-Equatorial OrbitH. Septanto, Et. al Proceedings of Earth Earth and Environ-

mental Science (Scopus)

29. Analysis of LAPAN-IPB Image Lossless Compression Using Differential PCM and Huffman Coding Proceedings of Earth Earth and Environmental Science

Patria Rahman H Index Scopus

30. Electrical power budgeting analysis for LSA-02 UAV Technology Demonstrator,

F.S. Pranoto et. al International Engineering Research and Innovation Symposium (IRIS)

BIDANG PENGINDERAAN JAUH

31. Compressed SAR Imaging based on Maxwell Equation

Rahmat Arief Jurnal Teknologi Volume XX 2016 , Penerbit UTM Press, Universiti Teknologi Malaysia

32. A simple method for developing near realtime nationwide forest monitoring for Indonesia using MODIS near- and short-wave infrared bands

Yudi Setiawan, et. al International Journal of Remote Sensing and Remote Sensing Letters

33. The Dynamics of Land Use/Land Cover Change Modeling and Their Implication for The flood Damage Assessment in The Tondano Watershed, North Sulawesi, Indonesia

Fajar Yulianto, et. al Journal Modeling Earth Systems and Environment, Springer

34. A Support Vector Machine Object Based Image Analysis Approach on Urban GreenSpace Extraction Using Pleiades-1A Imagery

Zylshal, et al Journal Modeling Earth Systems and Environment

35. The Utilization of Remotely Sensed Data to Analyze The Estimated Volume of Pyroclastic Deposits and Morphological Changes Caused by The 2010-2015 Eruption of Sinabung Volcano, North Sumatera, INA

Fajar Yulianto, et. al Journal Pure and Applied Geophysics

36. Study of Mangroves Ecosystem Management At Binalatung In Tarakan City Of North Kalimantan

Rachmawani, et. al International Journal of Sciences.

37. Quality Analysis of Single Tree Object With OBIA and Vegetation Index From LAPAN Surveillance Aircraft Multispectral Data in Urban Area

Nurwita Mustika sari, et. al

Journal of Geomatics and Planning

Sumber: Laporan Kinerja Eselon I yang telah diolah kembali

Adapun capaian IKU Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang teknologi penerbangan dan antariksa dari tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 72015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang teknologi penerbangan dan antariksa

15Makalah

22Makalah

146,67% 20Makalah

37Makalah

185%

Tabel 3.11. Perbandingan Capaian IKU 7

Laporan Kinerja 2016 47

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Capaian IKU 7 tahun 2016 adalah 185%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang mencapai 146,67%. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian/kerekayasaan LAPAN diakui di tingkat internasional.

Indikator Kinerja Utama 8:Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted

IKU 8 untuk menghitung jumlah hasil karya di bidang iptek penerbangan dan antariksa yang telah mendapat kekuatan hukum (granted) dari Kementerian Hukum dan HAM. Pada tahun 2016, terdapat 2 judul hasil karya LAPAN yang mendapat sertifikat granted yaitu :

1. Kombinasi Radar Transponder dan Depler Radio Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket Secara Simultan, dengan inventor Dr. Wahyu Widada, dkk.Judul ini telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 20 Juni 2013 dengan nomor permohonan P00201300463. Kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan memulai melakukan pemeriksaan substantif pada tanggal 22 Agustus 2013 dan akhirnya memberikan status granted pada tanggal 12 Oktober 2016 dengan nomor paten ID P000043188.

Gambar 3.32. Sertifikat paten “Kombinasi Radar Transponder dan Depler Radio Pengukur Jarak dan Kecepatan Roket Secara Simultan”

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional48

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

2. Sistem Pemantauan Pergerakan Wahana Terbang 3 Dimensi Menggunakan Repeater Radio, dengan inventor Dr. Wahyu Widada dan Dr. Warsito.Judul ini telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 24 September 2010 dengan nomor permohonan P00201000604. Kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan memulai melakukan pemeriksaan substantif pada tanggal 28 Oktober 2010 dan akhirnya memberikan status granted pada tanggal 12 Maret 2015 dengan nomor paten ID P000038021.

Gambar 3.33. Sertifikat paten “Sistem Pemantauan Pergerakan Wahana Terbang 3 Dimensi Menggunakan Repeater Radio”

Laporan Kinerja 2016 49

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Adapun perbandingan capaian IKU Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 82015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berstatus granted

2 HKI 0 HKI 0% 3 HKI 2 HKI 66,67%

Tabel 3.12. Perbandingan Capaian IKU 8

Capaian IKU 8 adalah 66,67% naik bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015. Namun capaian IKU 8 tidak tercapai 100%, hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu faktor internal seperti: litbangyasa LAPAN tidak selalu menghasilkan HKI dan faktor eksternal yaitu: proses pendaftaran sampai dengan granted di KemenkumHAM membutuhkan waktu yang cukup lama melalui proses pemeriksaan administrasi, pemeriksaan substantif dan baru diterbitkan sertifikat HKI (granted) sekitar 2-5 tahun. Untuk mengatasi kendala tersebut kedepan LAPAN akan mendorong capaian HKI melalui peran aktif para pimpinan dan peneliti LAPAN. Berikut adalah tabel status HKI LAPAN dari tahun 2010 s.d 2016, sebagai berikut:

No Status Jumlah

1. Granted 72. Pemeriksaan Substantif 83. Pemeriksaan Administratif 17

Total 32

Tabel 3.13. Status HKI LAPAN Tahun 2010 - 2016

Sasaran Strategis ke-2Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima

Sasaran strategis ke-2 mengukur peningkatan pemanfaatan dan layanan publik iptek penerbangan dan antariksa dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta berstandar internasional dan berkesinambungan. Terdapat 2 IKU yang menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, yaitu : IKU 9) Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa, dan IKU 10) Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa. Pada periode pengukuran tahun 2016, capaian Sasaran Strategis 2 adalah sebesar 170,52%, dengan penjelasan capaian untuk masing-masing IKU dijabarkan sebagai berikut:Indikator Kinerja Utama 9:Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa

IKU 9 bertujuan untuk menghitung banyaknya pengguna yang telah mendapatkan layanan iptek penerbangan dan antariksa. Pengguna atas layanan LAPAN terdiri dari Kementerian, Lembaga, Pemda, dan masyarakat ilmiah (Sekolah, Perguruan Tinggi) yang telah memanfaatkan layanan LAPAN di bidang sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh. Kegiatan pelayanan di bidang sains antariksa dan atmosfer meliputi pemanfaaatan data dan informasi sains antariksa dan atmosfer, dan bimbingan teknis dibidang sains antariksa dan atmosfer. Kegiatan pelayanan di bidang teknologi penerbangan

dan antariksa meliputi pemanfaatan hasil litbangyasa di bidang teknologi roket, satelit dan peenrbangan. Kegiatan pelayanan data penginderaan jauh meliputi pelayanan data resolusi rendah dan menengah, serta pelayanan data resolusi tinggi dalam rangka amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan dan implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan Dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Berikut tabel yang menyajikan Daftar Pengguna Layanan Iptek Penerbangan dan Antariksa sepanjang tahun 2016.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional50

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN1 Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM)Pusat Survey Geologi Data/Informasi/Bimtek

penginderaan jauh

2. Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (KEMENDIKDASMEN)

Direktorat Jenderal Kebudayaan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

3 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

• Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

• Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir

• Badan Penelitian dan Pengembangan kelautan dan Perikanan

• Dirjen Perikanan Tangkap

• Puslitbang Perikanan Budidaya

4 Kementerian Kesehatan (KEMENKES)

• Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

5 Kementerian Keuangan • Kantor Wilayah DJP Jateng I Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian

• Direktorat Jenderal Pajak

• Dirjen Pajak Kanwil Solo

• Dirjen Pajak Kanwil Bengkulu dan Lampung

6 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Asisten Deputi Pendayagunaan IPTEK Maritim Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

7 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Kedeputian Bidang KoordinasiInfrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

8 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

• Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Direktorat Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

• Direktorat Konservasi Tanah dan Air

• Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

• Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS

• Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

• Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

• Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Prov. Jawa Barat

• Direktorat Kawasan Konservasi

• Dirjen PPI

• Dir. PHKA

Tabel 3.14. Daftar Pengguna Layanan Iptek Penerbangan Dan Antariksa

Laporan Kinerja 2016 51

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN• DJPPKL

• PDAHSL

9 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KEMEN PU)

• Pusat Data dan Teknologi Informasi Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Badan Pengembangan Infrastruktur

Wilayah

• Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

• Direktorat Rumah Umum dan Komersial

• Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

• Pusat Pengembangan Kawasan Strategis

10 Kementerian Pertanian (KEMENTAN)

• Balai Besar Litbang SDL Pertanian Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Sekretariat Jenderal Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian

• Balitbang Pertanian Awal Musim

11 Kementerian Politik, Hukum dan Keamananan

Deputi Kamtibnas Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

12 Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia,

Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

13 Kemhan • Balitbang Kemhan Bimtek fabrikasi roket RX-450

• Dirjen Pothan Kemhan Pengembangan RHan122B case bonded

14 Kementerian Perhubungan Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B)

Pendidikan Dan Pelatihan Penerbang Tahap CPL-IR (Commercial Pilot License-Instrument Rating) Stage

15 Badan Informasi Geospasial (BIG)

• Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama Pemanfaatan UAV untuk Pemetaan Garis Pantai Indonesia di Pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa

16 Badan Intelijen Negara (BIN) Direktorat Rekayasa Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

17 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

• Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Direktorat Pengurangan Resiko Bencana

• Pusdatin dan Humas

• Direktorat Pencegahan dan Kesiapsiagaan

18 Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)

Asisten Deputi Batas Laut Udara Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

19 Badan Pengawas Keuangan (BPK) Perwakilan Prov. DKI Jakarta Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

20 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

• Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Direktorat Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah

• UPT - BPPT Hujan buatan dalam pengembangan motor roket TMC

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional52

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN21 Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan BebasBatam (BP BATAM)

• Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Informasi BP Batam

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Kantor Pengelolaan Lahan

22 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

• Pengelola Hibah MCC Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Direktorat Energi, Telekomunikasi dan

Informatika

• Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan

23 Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Kantor Pertanahan Kab. Enrekang Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

24 Badan Pusat Statistik (BPS) Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

25 Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

26 Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA)

SPKKL Tanjung Balai Karimun Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

27 Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN)

Direktorat Penanganan Narkoba Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

28 Komisi Pemberantasan Korupsi • Deputi Bidang Pencegahan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Deputi Bidang Penindakan

• Direktori Litbang

29 BMKG Pusat Meteorologi, Penerbangan dan Maritim Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Awal Musim

Kunjungan kerja Potensi penggunaan Produk RADAR SANTANU-PSTA

BMKG Cilacap Bimtek Dampak Perubahan Iklim

30 Orari Orari APRS/ voice Repeater

31 POLRI • Detasemen B Pelopor Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Korlantas

• Bareskrim

32 TNI-AD • Badan Intelijen Strategis TNI Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Markas Besar Angkatan Darat Direktorat

Topografi

• Markas Besar Angkatan Laut Dinas Hidro Oseanografi

• KOPASSUS

• Lemjiantek TNI AD Bimtek Teknologi Roket bagi para siswa TNI

33 TNI-AL • Markas Besar Angkatan Darat Direktorat Topografi

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Markas Besar Angkatan Laut

• Program Studi DIII Hidro-Oseanografi

• Pusat Hidrografi dan Oseanografi

• Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut

Laporan Kinerja 2016 53

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN• Dispamal

34 TNI AU • Dislitbang TNI AU Pengujian radiografi Roket senjata milik TNI AU 2

• Bravo Pembahasan landasan

35 Pemprov Aceh • Bappeda Prov. Aceh Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Dinas Perhubungan Komunikasi,

Informasi dan Telematika Prov. Aceh

36 Pemprov Bangka Belitung • Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Bappeda

• Dinas Pertanian dan Perkebunan Peternakan

37 Pemprov Bengkulu • Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Dinas Perkebunan

38 Pemprov Sumater Utara • UPTD Balai Benih Ikan Kota Medan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• DPD Kota Sibolga

39 Pemprov DI Yogyakarta • Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Dinas Kelautan dan Perikanan Bimtek DSS Sistem Embaran Maritim (SEMAR)

DSS Kemaritiman (SEMAR)

40 Pemprov DKI Jakarta • Dinas Penataan Kota Prov DKI Jakarta Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Sekretariat Daerah Kab. Kepulauan Seribu

• Sekretariat Kabupaten Administarsi Kepulauan Seribu Prov. DKI Jakarta

• Dinas Tata Ruang

• Dinas Pemakaman dan Pertamanan

• Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara

41 Pemprov Gorontalo • Bappeda • Dinas Pekerjaan Umum

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

42 Pemprov Jabar • Bappeda • Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

43 Pemprov Jambi • Dinas Perkebunan • Dinas Pekerjaan Umum

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

44 Pemprov Jateng • Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

45 Pemprov Kalbar • Sekretariat Daerah • Bappeda

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

46 Pemprov Kaltara Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

47 Pemprov Kalteng • Sekretariat Daerah • Bappeda • Dinas Pertanian dan Peternakan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

48 Pemprov Kaltim • Sekretariat Daerah• Dinas Pekerjaan Umum

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

49 Pemprov Kepulauan Riau Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional54

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN50 Pemprov Lampung • Sekretariat Daerah

• Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

51 Pemprov Maluku Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

52 Pemprov NTB • Bappeda • Dinas Pekerjaan Umum• Balai Pengelolaan DAS dan Hutan

Lindung Dodokan Moyosari

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

53 Pemprov NTT • Bappeda • Dinas Kehutanan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

54 Pemprov Riau Dinas Kehutanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

55 Pemprov Sulbar • Bappeda • Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

56 Pemprov Sulsel • Bappeda• BKPMD • Dinas Kelautan dan Perikanan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

57 Pemprov Sulteng • Sekretariat Daerah • Dinas Kelautan dan Perikanan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

58 Pemprov Sultra Dinas Kehutanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

59 Pemprov Sulut • Bappeda • Dinas Pekerjaan Umum

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

60 Pemprov Sumbar • Bappeda • Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan

Permukiman

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

61 Pemprov Sumsel • Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Pemantauan Kebakaran Hutan dan Lahan Meng-gunakan UAV di Sumatra Selatan

62 Pemprov Gorontalo Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

63 Pemkot Ambon Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

64 Pemkot Bandung Pendidikan menengah dan Dasar dan Publik Festival Antariksa

Kunjungan kerja Potensi penggunaan Produk RADAR SANTANU-PSTA

65 Pemkot Cirebon Kantor Lingkungan Hidup Bimtek Deposisi Asam dan sosialisasi hasil litbang

66 Pemkot Cilegon Badan Lingkungan Hidup Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

67 Pemkot Cilacap Bappeda Bimtek Dampak Perubahan Iklim

68 Pemkot Depok Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

69 Pemkot Gorontalo Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Laporan Kinerja 2016 55

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN70 Pemkot Jayapura • Sekretariat Daerah

• Dinas Tata Ruang KotaData/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

71 Pemkot Kupang Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Bimbingan Teknis Penginderaan Jauh

72 Pemkot Makassar Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

73 Pemkot Manado Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

74 Pemkot Padang Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

75 Pemkot Palembang Pengamatan Antariksa

76 Pemkot Pangkal Pinang Badan Lingkungan Hidup Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

77 Pemkot Pariaman Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

78 Pemkot Pekalongan Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

79 Pemkot Pekanbaru Dinas Tata Ruang dan Bangunan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

80 Pemkot Siantar Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

81 Pemkot Surakarta Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

82 Pemkot Tangerang Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

83 Pemkot Ternate Bappeda Pengamatan Antariksa (GMT)

84 Pemkab Aceh Barat • Sekretaris Daerah• Bappeda

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

85 Pemkab Bandung Bappeda Pengamatan Antariksa

86 Pemkab Bandung Barat Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

87 Pemkab Bangka Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Pengamatan Antariksa (GMT)

88 Pemkab Batang Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

89 Pemkab Belitung Timur • Bappeda• Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

90 Pemkab Bogor • Bappeda• Dinas Tata Ruang dan Pertanahan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

91 Pemkab Bulungan Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

92 Pemkab Cianjur • Bappeda• Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional56

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN93 Pemkab Empat Lawang Bappeda Data/Informasi/Bimtek

penginderaan jauh

94 Pemkab Gianyar Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

95 Pemkab Gorontalo Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

96 Pemkab Halmahera Selatan Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

97 Pemkab Jayapura Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

98 Pemkab Kapuas Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

99 Pemkab Kaur Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

100 Pemkab Kayong Utara Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

101 Pemkab Kepulauan Anambas Dinas Kelautan dan Perikanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

102 Pemkab Kepulauan Aru Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

103 Pemkab Kepulauan Talaud Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

104 Pemkab Ketapang Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

105 Pemkab Kupang Bappeda Pelatihan STEAM Energi 2016 Bekerjasama dengan ITB dan IIEEE

106 Pemkab Magelang Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

107 Pemkab Majene Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

108 Pemkab Malaka Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

109 Pemkab Maluku Barat Daya Sekretariat Daerah Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

110 Pemkab Maluku Tengah Dinas Pekerjaan Umum Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

111 Pemkab Mamuju Tengah • Sekretaris Daerah• Bappeda

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

112 Pemkab Mamuju Utara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

113 Pemkab Mimika Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

114 Pemkab Minahasa Bappelitbangda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

115 Pemkab Minahasa Utara Dinas Penataan Ruang dan Pertamanan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

116 Pemkab Nias Barat Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

117 Pemkab Ogan Ilir Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Laporan Kinerja 2016 57

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN118 Pemkab Padang Pariaman Bappeda Data/Informasi/Bimtek

penginderaan jauh

119 Pemkab Pesisir Selatan • Bappeda• Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Perkebunan• Dinas Kehutanan, Energi dan Sumber

Daya Mineral

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

120 Pemkab Serang Dinas Tata Ruang, Bangunan danPerumahan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

121 Pemkab Sumbawa Barat Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

122 Pemkab Tana Tidung Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

123 Pemkab Timor Tengah Selatan Bappeda Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

124 Universitas Andalas Pasca Sarjana Ilmu-Ilmu Pertanian Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

125 Universitas Bengkulu (UNIB) Fakultas Pertanian Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

126 Universitas Diponegoro (UNDIP) • Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan• Fakultas Teknik

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

127 Universitas Gadjah Mada (UGM) • Program Studi Ilmu Lingkungan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Magister Pengelolaan Lingkungan

• Fakultas Geografi

• Sekolah Pascasarjana

128 Universitas Hasanudin (UNHAS) • Fakulltas Pertanian UNHAS Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Fakultas Teknik

• Program Pasca Sarjana

• Fakultas Pertanian

129 Universitas Indonesia (UI) • Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemdes

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

• Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan

130 Universitas Katolik Parahyangan Program Studi Teknik Sipil Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

131 Universitas Muslim Indonesia (UMI)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

132 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Geografi Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

133 Universitas Negeri Makassar • Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

134 Universitas Padjadjaran (UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional58

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN135 Universitas Tanjungpura Fakultas Pertanian Data/Informasi/Bimtek

penginderaan jauh

136 Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muhammadiyah Sinjai

Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan

Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

137 Institut Pertanian Bogor (IPB) • Sekolah Pasca Sarjana Pertanian Bogor Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh• Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

• Fakultas Pertanian

• Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

• Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

• Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

• Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

• Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

• Program studi Meteorologi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

138 Institut Teknologi Nasional Malang

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

139 Institut Teknologi Bandung (ITB) • Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

• Program studi Meteorologi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

140 Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Fakultas Sipil dan Perencanaan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

141 Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

142 Politeknik Pertanian Pangkep Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

143 Universitas Teuku Umar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

144 Universitas Gunadharma Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

145 Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

146 Universitas Sriwijaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

147 Universitas Lampung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

148 Universitas Riau Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Data/Informasi/Bimtek penginderaan jauh

149 UPI Program studi Fisika Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

150 Telkom University Program studi Teknik Telekomunikasi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

151 STT Nuklir Program studi Elektronika Instrumentasi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

152 UNJANI Program studi Kimia Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

Laporan Kinerja 2016 59

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN153 UNIKOM Program studi Teknik Komputer Pelatihan teknis sains dan

teknologi atmosfer

154 Poltek Caltek Riau Program studi Teknik Telelomunikasi Pelatihan teknis sains dan teknologi atmosfer

155 UNDANA - Pelatihan Astronomi dan Science Antariksa diBosscha

156 Poltek Ujung Pandang - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan

157 UIN Raden Patah Palembang - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan

158 Univ. Prof Dr.Hazarin - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan

159 Stimik Prabumulih - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan

160 Unversitas Jember - Layanan kunjungan tamu / Studi Lapangan

161 Unhan - Teknologi Roket

162 Univ. Mataram - Koordinasi dengan staf Gubernur Nusa Tenggara Barat, terkait dengan ren-cana seminar Internasional (ISAST)

163 Univ. Muhammadiyah Mataram NTB

-

164 PT Perikanan Nusantara (Persero)

- Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan

165 PT Citra Sari Makmur - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan

166 PT Marlin - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan

167 PT Telkom - Informasi Zona Pontensi Penangkapan Ikan

168 PT Jasindo - Informasi Fase Tanam dan Area Kerusakan Padi

169 PT. Indelec - Pembuatan motor roket untuk penelitian Petir (Roket LT)

170 PT. Dahana - Pembuatan dan pengisian propelan dengan metoda case-bonded

171 PT. Pindad - Pengembangan motor roket SLT dan Manpads

172 PT. DI - Pengembangan RHan-450

173 PT. Gemilang Ananta - Data AIS Satelit LAPAN

174 PT. Aero Terra Indonesia - Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Penerbangan Nirawak

175 PT. Mandiri Mitra Muhibah (M3) - Persiapan pengujian Uji Interference Avionic M3LSU03 Carbon

176 Masyarakat dan Pemda Kupang - Sosialisasi Pembangunan Obsnas

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional60

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

NO NAMA INSTANSI UNIT KERJA NAMA PELAYANAN177 Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) - Layanan kunjungan Studi

Lapangan

178 LSM Gaeda Caah - Bimtek Penggunaan Data Cuaca SADEWA dan SANTANU LAPAN

Sumber: Telah diolah Kembali

Adapun capaian IKU Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKU 92015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa

125Instansi

200Instansi

160% 130Instansi

178Instansi

136%

Tabel 3.15. Perbandingan Capaian IKU 9

Realisasi Layanan instansi pengguna layanan Iptek penerbangan dan antariksa sebanyak 178 instansi dari 130 instansi yang ditargetkan atau mencapai 136%, capaian ini menurun bila dibandingkan dengan capaian 2015 yang mencapai 160% dikarenakan dasar perhitungan instansi minimal setingkat universitas ke atas.

Permintaan yang tinggi pada tahun 2016 yaitu pada tanggal 9 Maret terjadi Gerhana Matahari Total (GMT), sehingga permintaan layanan oleh instansi lain sangat banyak. Selain itu disebabkan oleh percepatan penyediaan data penginderaan jauh untuk mendukung Nawa Cita, penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), pemetaan pertanahan dan lahan pertanian, dan penyediaan data dan informasi untuk tanggap darurat bencana. Capaian ini mengindikasikan bahwa pruduk layanan LAPAN semakin dibutuhkan masyarakat.

Indikator Kinerja Utama 10:Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek Penerbangan dan Antariksa

IKU 10 untuk menghitung tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh layanan di bidang iptek penerbangan dan antariksa, dengan target 78,5. Kegiatan survei dilakukan mulai awal Januari 2016 dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Proses penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan melalui pengisian langsung, email, dan

faksimile. Respondennya yaitu internal (Satuan Kerja di lingkungan LAPAN) dan eksternal (masyarakat atau pengguna pelayanan Satuan Kerja). Sebanyak 4.883 responden yang bersedia memberikan gambaran kualitas pelayanan LAPAN dengan nilai Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) yaitu 83,25.

Hasil tersebut diperoleh dari pengolahan hasil nilai SKM yang dilakukan terhadap responden melalui pengisian kuesioner yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Laporan Kinerja 2016 61

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Tabel 3.16. Nilai Survei Kepuasan Masyarakat di lingkungan LAPAN

Sumber : Telah diolah Kembali

NO SATUAN KERJA JUMLAH RESPONDEN NILAI SKM

1 Biro Perencanaan dan Keuangan 96 79.692 Biro SDM Organisasi dan Hukum 165 79.883 Biro Kerja Sama, Humas dan Umum 1.123 81.624 Inspektorat 75 79.115 Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara 51 80.466 Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh 74 81.397 Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh 353 89.778 Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare 172 83.159 Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer 60 88.99

10 Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam 597 89.3711 Pusat Sains Antariksa 52 85.6212 Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan 82 83.9813 Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pontianak 316 90.0614 Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang 581 88.5715 Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa 13 84.8016 Pusat Teknologi Penerbangan 278 84.0717 Pusat Teknologi Satelit 411 84.7118 Balai Kendali Satelit. Pengamatan Antariksa dan Atmosfer dan

Penginderaan Jauh Biak61 79.39

19 Pusat Teknologi Roket 96 76.3920 Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut 75 85.6921 Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa 152 71.53

TOTAL 4.883 1.748,24SKM LAPAN 83.25

Dari tabel diatas sebanyak 4.883 responden penerima pelayanan publik yang diberikan oleh satuan kerja di lingkungan LAPAN. terdiri dari internal (satuan kerja di lingkungan LAPAN) dan eksternal (pengguna layanan). Responden tersebut memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan yang diberikan LAPAN kepada masyarakat. Satuan organisasi unit eselon II dengan nilai SKM tertinggi yaitu Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dengan nilai “89.77” dan nilai terendah yaitu Pusat Teknologi Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa yang

memperoleh nilai SKM “71.53”. Sedangkan satuan kerja mandiri atau balai dengan nilai SKM tertinggi yaitu Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pontianak yang memperoleh nilai SKM “90.06” dan nilai terendah adalah Balai Kendali Satelit. Pengamatan Antariksa dan Atmosfer dan Penginderaan Jauh Biak yang memperoleh nilai SKM “79.39”. Adapun capaian IKU Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek Penerbangan dan antariksa tahun 2015-2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional62

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

IKU 102015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan Iptek penerbangan dan antariksa

78 79,30 101,67% 78,5 83,25 106,05%

Tabel 3.17. Perbandingan Capaian IKU 10

Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2015 sebesar 79,30 atau 101,67% dari yang ditargetkan sebesar 78. Sedangkan Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2016 sebesar 83,25 atau 106,06% dari yang ditargetkan sebesar 78,5, hal ini menunjukan bahwa tingkat pelayanan LAPAN terhadap masyarakat pengguna semakin baik dan dapat memuaskan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik tahun kedepan LAPAN akan membuat kode etik reward and punishment kepada unit kerja dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat pengguna serta mereviu master plan pelayanan publik.

Sasaran Strategis ke-3Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang memenuhi standar

Sasaran strategis ke-3 untuk meningkatkan kepatuhan penyelenggaraan keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar. Terdapat 1 IKU yang menggambarkan upaya pencapaian sasaran strategis tersebut, yaitu : IKU 11) Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar.

Indikator Kinerja Utama 11:Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar

IKU 11 untuk mengukur kepatuhan penyelenggara penerbangan dan antariksa dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan antariksa. IKU 11 disusun sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, namun pada tahun 2016 LAPAN belum menargetkan IKU 11.

IKU 112015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Persentase penyelenggara keantariksaan di Indonesia yang memenuhi standar

- - - - - -

Tabel 3.18. Perbandingan Capaian IKU 11

Laporan Kinerja 2016 63

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

3.2. CAPAIAN LAINNYA

3.2.1. Capaian Lainnya di Luar IKU

Selain mengukur pencapaian Penetapan Kinerja Tahun 2016, LAPAN melakukan juga pengukuran terhadap capaian indikator-indikator yang terdapat pada internal process dan learn and growth perspective. Kedua perspektif tersebut adalah bagian pengungkit yang mempengaruhi kinerja layanan LAPAN. Dengan tercapainya sasaran strategis pada internal process dan learn and growth perspective, maka LAPAN dapat secara maksimal memberikan hasil layanannya.

Sasaran Strategis 4Terlaksananya Pemanfaatan dan Layanan Publik Iptek Penerbangan dan Antariksa

Sasaran strategis ke-4 diatas disusun sebagai upaya untuk mewujudkan pelayanan publik iptek penerbangan dan antariksa yang memiliki standar pelayanan prima. Pencapaian sasaran strategis ke-4 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan, dengan rincian capaian indikator kinerja dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:Indikator Kinerja 12:Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan

Indikator Kinerja ini bertujuan untuk mengukur kesiapan sistem pemanfaatan dan sistem layanan penginderaan jauh. Pada tahun 2016, LAPAN secara bertahap mempersiapkan pelayanan yang berstandar nasional. Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN memiliki kewajiban memberikan layanan data penginderaan jauh kepada instansi pemerintah di seluruh Indonesia. Dari target 4 (empat) sistem pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh yang ditargetkan, tahun 2016 LAPAN telah siap menetapkan dan menerapkan 1 (satu) sistem yang berstandar ISO. Berikut adalah penjelasannya.

1. Telah menetapkan dan menerapkan sistem manajemen sesuai dengan standar ISO 9001:2015 untuk ruang lingkup layanan teknologi dan data penginderaan jauh. Pada pembaharuan ini, LAPAN telah menerapkan Sistem Manajemen Resiko untuk layanan teknologi dan data penginderaan jauh;

2. Proses penyiapan sertifikasi ISO 27001 pada sistem Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN). Penerapan ISO 27001 ini, diperuntukan untuk Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) BDPJN;

3. Proses penyiapan sertifikasi ISO 9001:2015 pada Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Penerapan ISO 9001:2015 ini, diperuntukan untuk manajemen layanan informasi penginderaan jauh;

4. Proses penyiapan sertifikasi ISO 27001 pada Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Penerapan ISO 27001 ini, diperuntukan untuk Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) SPBN.

Adapun capaian IKU Persentase kesiapan system pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan tahun 2015 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

IK 122015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Persentase kesiapan sistem pemanfaatan dan layanan penginderaan jauh terhadap total layanan

- - - 25% 25% 100%

Tabel 3.19. Perbandingan Capaian IK 12

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional64

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, upaya untuk mewujudkan sistem pemanfaatan dan sistem layanan dilingkungan LAPAN telah mengalami peningkatan. Kegiatan ini mendorong LAPAN untuk mencapai kriteria Pusat Unggulan yang ditetapkan oleh Kemenristekdikti.

Sasaran Strategis 5Meningkatnya Kapasitas Iptek Penerbangan dan Antariksa

Pembangunan Iptek penerbangan dan antariksa masih terkendala dengan berbagai permasalahan, salah satunya yaitu rendahnya kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa. Melalui sasaran strategis ini LAPAN melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kapasitas penguasaan dan kemandirian dalam litbang pemanfaatan roket, satelit, pesawat tanpa awak, pesawat transport dan model Iptek penerbangan dan antariksa

Pencapaian sasaran strategis ke-5 diukur melalui dua Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang, dan Jumlah pusat ungulan.

Indikator Kinerja 13:Jumlah Kerjasama yang Meningkatkan Kualitas SDM dan Fasilitas Litbang

Indikator Kinerja ini menunjukkan peran serius LAPAN dalam mendorong terwujudnya penguasaan Iptek penerbangan dan antariksa. Melalui kerja sama diharapkan percepatan terhadap peningkatan kapasitas Iptek dapat segera terwujud. Pada Periode tahun 2016 telah dilakukan kerjasama dengan instansi dalam dan luar negeri, yaitu :

Tabel 3.20. Rekapitulasi Kerjasama untuk peningkatan SDM dan fasilitas

No Instansi Perihal1 CSIRO Australia Kerjasama Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS)

2 China Academy Science and Technology (CAST)

Kerjasama System Information Maritime Aplication Center (SIMAC)

3 United State Geological Survey (USGS) Kerjasama operasi penerimaan data Landsat 8

4 Airbus DS Kerjasama Operasi Spot 6 dan 7

5 PT Dirgantara Indonesia Kerjasama dalam pembuatan pesawat transport N-219;

6 TU Berlin Kerjasama dalam litbangyasa pesawat LSA-02;

7 NLR Belanda Kerjasama dalam litbangyasa pesawat transport, meliputi pengembangan SDC dan teknologi Komposit;

8 PT Aero Terra Scan Kerjasama dalam kegiatan ekspedisi menembus langit;

9 PT. Bhineka Dwi Persada Kerjasama pengembangan UAV MALE;

10 Avibras Brazil Kerjasama pengembangan roket Rhan 122

11 TU Berlin Kerjasama pengembangan sistem separasi dan muatan sensor atmosfer untuk roket RX 320

12 UPT Hujan Buatan BPPT Kerjasama pengembangan roket teknologi modifikasi cuaca / TMC

13 TU Berlin Kerjasama pengembangan satelit Mikro LAPAN

14 BMKG Kerjasama dalam rangka pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, perekayasaan Ilmu Pegetahuan dan Teknologi, Serta Sarana Prasarana dibidang meteorolgi klimatologi, geofisika dan kedirgantaraan;

15 Universitas Nusa Cendana Kerjasama dalam penyusunan analisis dampak lingkungan kawasan Observatorium Nasional;

16 Universitas Bina Darma Kerjasama Penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan diseminasi informasi kualitas udara untuk wilayah Sumatera

Laporan Kinerja 2016 65

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

No Instansi Perihal

17 Institut Pertanian Bogor Kerjasama satelit LAPAN A3/LAPAN IPB18 Institute For Space Eart

Environmental Research Of Nagoya University Of Japan

Collaborative Research And Operation In The Field Of Space Weather Observations

19 CAST/SSTC Kerjasama dalam pembangunan Pusat Sistem Informasi Ap-likasi Maritim (SIMAC-LAPAN)

20 GIC-AIT Kerjasama bidang Penginderaan Jauh21 RSO UNSPIDER Kerjasama pembangunan mekanisme kerja pemanfaatan data

penginderaan jauh untuk penanggulangan bencana tingkat ASEAN

22 Sentinel Asia – JAXA Kerjasama pembangunan Aplikasi monitoring haze dan perke-bunan

23 SAFE Project – JAXA Kerjasama bidang Penginderaan Jauh24 G4INDO Kerjasama bidang Penginderaan Jauh25 JICA Kerjasama pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Kehutanan26 UNWFP Kerjasama pembangunan Aplikasi ketahanan pangan akibat

iklim dan kebakaran hutan27 GIZ Kerjasama Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh28 CIFOR Kerjasama pembangunan Aplikasi Perkebunan untuk small-

holder (petani)29 JCP-3 (INAFLOOD) Kerjasama bidang Penginderaan Jauh30 AGS (IPP) Kerjasama pembangunan Aplikasi lahan gambut31 Yamaguchi University Kerjasama pemanfaatan penginderaan jauh untuk terumbu

karang, batimetri dan kebencanaan32 AHA Center Kerjasama pembangunan Aplikasi mitigasi bencana33 UNESCAP Kerjasama pembangunan Aplikasi kelautan dan pesisir

Sumber : Telah diolah Kembali

Kerjasama diatas dilandasi dengan Memorandum of Understanding (Mou) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. LAPAN secara konsisten melakukan proses riviu terhadap keberlangsungan kerjasama yang telah berjalan, hasil riviu disampaikan kepada pimpinan untuk dilakukan langkah strategis selanjutnya.

IK 132015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang

- - - 30 33 105%

Tabel 3.21. Perbandingan Capaian IK 13

Dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja jumlah kerjasama yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang belum dapat dibandingkan. Namun di tahun 2016, pelaksanaan kerjasama di lingkungan LAPAN menjadi lebih fokus dan terarah. Dengan adanya IK ini, telah menumbuhkan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap tingkat keefektifan kerjasama yang telah dilakukan LAPAN sehingga misi LAPAN yang salah satunya yaitu: meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf internasional segera dapat terwujud.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional66

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Indikator Kinerja 14:Jumlah Pusat Unggulan

Indikator Kinerja ini mengukur jumlah satuan kerja setingkat Eselon II di lingkungan LAPAN yang ditetapkan menjadi pusat unggulan oleh Kemenristek Dikti. Dalam lima tahun (1 periode Renstra), LAPAN menargetkan 3 satuan kerja di lingkungan LAPAN dapat ditetapkan menjadi Pusat Unggulan Iptek oleh Kemenristek Dikti. Pada tahun 2016 berbagai upaya telah dilakukan LAPAN untuk mewujudkan target tersebut, salah satunya adalah mendaftarkan 2 satker LAPAN yaitu : Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) dan Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat) kepada Kemenristek Dikti untuk dapat dilakukan

proses validasi menjadi Pusat Unggulan Iptek.Pada tahun 2016, setelah melalui tahapan

validasi, dua satker di LAPAN dinyatakan layak untuk dibina menjadi Pusat Unggulan Iptek. Sehingga total satker yang dibina menjadi Pusat Unggulan Iptek menjadi tiga satker yaitu Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA), Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) dan Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat). Selama 3 tahun, diharapkan pada tahun 2019 ketiga satker tersebut lolos kualifikasi untuk dapat ditetapkan menjadi Pusat Unggulan Iptek.

IK 142015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah Pusat Unggulan - - - - - -

Tabel 3.22. Perbandingan Capaian IK 14

Dengan ditetapkannya 3 satker untuk dibina Kemenristek Dikti, pencapaian indikator kinerja Pusat Unggulan telah menunjukan peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun mendatang, LAPAN senantiasa selalu berupaya memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kemenristek Dikti.

Sasaran Strategis 6Tersedianya Rumusan Kebijakan yang Implementatif

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan mewajibkan LAPAN sebagai lembaga pemerintah yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan penerbangan dan antariksa untuk melakukan kajian kebijakan keantariksaan medorong LAPAN untuk menetapkan sasaran yang relevan untuk mengukur keberhasilan. Melalui sasaran strategis ini LAPAN melakukan upaya agar rumusan kebijakan yang dihasilkan dapat diimplementasikan.

Pencapaian sasaran strategis ke-6 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan.

Indikator Kinerja 15:Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan

Indikator Kinerja ini mengukur seberapa banyak jumlah rumusan kebijakan yang dimanfaatkan dibandingkan rumusan kebijakan yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan peran LAPAN untuk mendorong hasil-hasil kebijakan yang dihasilkan dapat mengatur pelaksanaan kegiatan penerbangan dan antariksa di Republik Indonesia. Kebijakan yang dihasilkan berupa dokumen delegasi Republik Indonesia dan Peraturan/Keputusan Kepala LAPAN sebagai tindaklanjut dari kajian penerbangan dan antariksa yang dilakukan.

Laporan Kinerja 2016 67

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Kepala LAPAN No. 13 A Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala LAPAN No. 252 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Satuan Kerja yang Secara Fungsional Berada di bawah dan Bertanggung jawab kepada Kepala, sasaran strategis 2 didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan yang implementatif dapat berupa dokumen delegasi RI maupun peraturan/keputusan Kepala LAPAN sebagai tindak lanjut dari kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang dilakukan.

LAPAN secara bertahap sampai dengan periode akhir Renstra 2015-2019 berkomitmen untuk mewujudkan hasil-hasil dokumen tersebut. Pada tahun 2016, LAPAN telah menghasilkan tiga dokumen rumusan Kebijakan Penerbangan dan Antariksa yang implementatif yaitu :

1. Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-53 Sub Komite Ilmiah dan Tehnik UNCOPUOS;

2. Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS;

3. Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-59 Komite UNCOPUOS.

Proses penyiapan Pedoman Delegasi RI tersebut diawali dengan penyiapan draft dokumen Pedoman Delegasi RI oleh salah satu kelompok penelitian yang ada di Pusat KKPA. Sumber-sumber yang digunakan dapat berupa dokumen laporan sidang sebelumnya, informasi yang diperoleh dari KBRI Wina, dokumen-dokumen terkait berupa laporan sub komite dan komite, laporan kelompok kerja, conference room papers, yang dapat diperoleh dari situs resmi United Nations Office of Outer Space Affairs (UNOOSA): http://www.unoosa.org/, informasi yang diperoleh dari satuan kerja yang ada di LAPAN dan dari kementerian/lembaga terkait. Kemudian dilakukan beberapa kali rapat antar kementerian guna memperoleh masukan terhadap draft dokumen Pedoman Delegasi RI tersebut.

Gambar 3.34. Dokumen Kebijakan Penerbangan dan Antariksa

Tahap selanjutnya adalah penyusunan dokumen final Pedoman Delegasi RI untuk kemudian ditandatangani oleh Kepala LAPAN dan disampaikan kepada Menteri Luar Negeri untuk disahkan menjadi dokumen Pedoman Delegasi RI yang resmi, dan menjadi acuan resmi bagi para delegasi RI yang hadir pada sidang-sidang UNCOPUOS. Demikian juga dengan hasil-hasil kajian kebijakan yang lainnya telah disampaikan kepada Kepala LAPAN untuk dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam menyelenggarakan keantariksaan di Indonesia.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional68

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

IK 152015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan

- - - 70% 100% 142,8%

Tabel 3.23. Perbandingan Capaian IK 15

Dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja persentase rumusan kebijakan yang diimplementasikan terhadap rumusan kebijakan yang dihasilkan belum dapat dibandingkan. Namun dengan adanya indikator ini, Pada tahun 2016 LAPAN semakin memacu kinerjanya untuk menghasilkan kebijakan implementatif. Pada tahun 2017, selain ketiga dokumen pedoman delegasi RI khususnya untuk sidang UNCOPUOS tersebut di atas, maka Pusat KKPA juga mentargetkan output berupa Perka LAPAN

tentang Pemilihan Lokasi Bandar Antariksa. Kebutuhan tentang lokasi bandar antariksa

di Indonesia, secara tersurat sudah dinyatakan dengan tegas pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan maupun Perpres tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan (proses penandatanganan Presiden). Oleh karena itu pada tahap awal perlu secara tegas dipastikan tentang lokasi yang akan ditunjuk sebagai lokasi bandar antariksa melalui Perka LAPAN tersebut.

Sasaran Strategis 7Tersedianya DSS lintas Sektoral untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim

Sesuai dengan Tujuan LAPAN yaitu ‘terwujudnya layanan prima di bidang penerbangan dan antariksa bagi masyarakat’ menunjukan bahwa aspek layanan kepada masyarakat menjadi hal utama yang harus menjadi landasan bagi kegiatan litbangyasa di LAPAN. Melalui sasaran strategis ini LAPAN ingin berkontribusi nyata menyediakan sistem teknologi informasi berbasis model penerbangan dan antariksa untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang terdampak bencana dan berkontribusi dalam memberikan informasi terhadap perubahan iklim.

Pencapaian sasaran strategis ke-7 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional.

Indikator Kinerja 16:Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional

DSS atau Sistem pengambil keputusan adalah suatu sistem interaktif berbasis komputer, yang berasal dari pemrosesan data dan informasi model sehingga menghasilkan berbagai jawaban untuk membantu dalam mengambil keputusan. Indikator kinerja ini mengukur ketersediaan sistem pendukung keputusan yang dihasilkan LAPAN dan telah operasional. Berikut adalah tabel beberapa DSS yang dihasilkan oleh LAPAN.

Laporan Kinerja 2016 69

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Tabel 3.24. DSS lintas sektoral yang operasional

No Uraian Deskripsi1 DSS Bencana Hidrometeorologi Sistem pengambilan keputusan untuk mendukung pengelolaan

resiko bencana hidrometeorologis.

2 DSS Lingkungan Atmosfer Sistem pengambilan keputusan untuk mendukung terkait dampak aktivitas manusia dan kebakaran hutan terhadap kualitas udara.

3 DSS Kemaritiman Sistem pengambilan keputusan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan tangkap serta keselamatan dan keamanan pelayaran.

4 DSS Cuaca Antariksa Sebuah sistem untuk mendukung pengambilan keputusan terkait dampak cuaca antariksa

Sumber : Telah diolah KembaliAdapun perkembangan capaian IKU Jumlah DSS lintas sektoral yang operasional Tahun 2015 s.d

2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IK 162015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional

- - - 3 4 133,3%

Tabel 3.25. Perbandingan Capaian IK 16

Dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya pencapaian indikator kinerja jumlah Decision Support System (DSS) lintas sektoral yang operasional belum dapat dibandingkan. Namun berdasarkan hasil yang telah dicapai, telah menunjukan bahwa hasil litbang LAPAN telah berkontribusi untuk mendukung sektor pembangunan pemerintah.

Sasaran Strategis 8Terselenggaranya Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN

Program reformasi birokrasi secara nasional telah dijalankan sejak tahun 2010. Saat ini pelaksanaan reformasi birokrasi nasional telah memasuki tahap kedua yang ditandai dengan disusunnya Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 melalui PermenpanRB No. 11 Tahun 2015. Dalam Road Map tersebut ditetapkan 3 sasaran dan delapan area perubahan reformasi birokrasi 2015-2019. Sebagai lembaga yang berada di dalam naungan pemerintah Republik Indonesia, LAPAN telah menjalankan program Reformasi Birokrasinya. Melalui sasaran strategis ini LAPAN ingin memastikan pelaksanaan Reformasi Birokrasi berjalan efektif dan efisien.

Pencapaian sasaran strategis ke-8 diukur melalui satu Indikator Kinerja yang dapat menggambarkan pencapaian sasaran strategis tersebut yaitu: Kategori Nilai Reformasi Birokrasi.Indikator Kinerja 17:Kategori Nilai Reformasi Birokrasi

Indikator Kinerja ini bertujuan untuk mengukur hasil pelaksanaan kegiatan Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN yang mencakup komponen pengungkit dan hasil. Adapun komponen pengungkit terdiri dari: manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, peningkatan kualitas pelayanan publik, sedangkan komponen hasil terdiri dari: kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, dan kualitas pelayanan publik.

Sesuai dengan hasil pelaksanaan evaluasi internal Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) pada tahun 2016, LAPAN memperoleh nilai sebesar 79,20 (kategori BB) dengan rincian sebagai berikut:

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional70

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Tabel 3.26. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2016No Komponen Penilaian Nilai

MaksimalNilaiPerolehan

Capaian

A Pengungkit

1 Manajemen Perubahan 5,00 4,52 92,39

2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 4,38 87,50

3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 5,83 97,22

4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,30 65,95

5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 13,10 87,34

6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 6,00 100,00

7 Penguatan Pengawasan 12,00 8,62 71,84

8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 5,35 89,22

Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 51,20 85,33B Hasil

1 Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 20,00 13,25 66,26

2 Pemerintah yang bersih dan bebas KKN 10,00 7,25 72,50

3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 7,50 75,00

Sub Total Komponen Hasil 40,00 28,00 70,00Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 79,20 79,20

Sumber : PMPRB tahun 2016

Adapun perbandingan capaian IKU Kategori Nilai Reformasi Birokrasi tahun 2015 - 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

IK 172015 2016

Rencana Realisasi Capaian Rencana Realisasi Capaian

Kategori Nilai Reformasi Birokrasi

BB B 80% BB BB 100%

Tabel 3.27. Perbandingan Capaian IK 17

Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian indikator kinerja Kategori Nilai Reformasi Birokrasi di lingkungan LAPAN terjadi peningkatan. Berdasarkan surat KemenpanRB Nomor B/II/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 tentang Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dijelaskan bahwa pada tahun 2015 LAPAN memperoleh nilai sebesar 68,43 kategori B, sedangkan pada tahun 2016 penilaian PMPRB memperoleh nilai 79,20 kategori BB. Kenaikan ini didorong oleh berbagai upaya perbaikan seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1) Manajemen Perubahan Manajemen perubahan sudah dikelola secara baik melalui pembentukan tim Reformasi

Birokrasi internal dan agen perubahan yang pemilihannya ditentukan oleh pimpinan unit organisasi. Pada tahun 2016 telah membentuk secara formal Agent of Change ataupun role model dan memberikan pelatihan intensif untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan sesuai dengan Keputusan Kepala Nomor 92 Tahun 2016 tentang Agen perubahan LAPAN. Telah dilaksanakan Diklat Agen Perubahan pada tanggal 19-20 April 2016. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan RB telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya tahapan kegiatan penilaian yang melibatkan seluruh pokja dan unit untuk terlibat dalam menilai kemajuan Reformasi Birokrasi LAPAN melalui pengukuran Indeks Kesehatan Budaya Organisasi di lingkungan LAPAN.

Laporan Kinerja 2016 71

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

2) Penataan Peraturan Perundang-undanganLAPAN telah melakukan identifikasi,

analisis, dan pemetaan terhadap peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis / tidak sinkron sejak tahun 1992 sampai dengan saat ini, yang dapat dituangkan dalam matriks yang berisi masalah dan solusi terhadap peraturan perundang-undangan. Kumpulan produk hukum LAPAN telah disajikan dalam jdih.lapan.go.id. LAPAN juga telah memiliki sistem pengendalian dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, antara lain terkait dengan penyusunan Tata Naskah Dinas dan Pembentukan Produk Hukum. Perlu juga dilakukan evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan secara berkala agar dapat lebih dipastikan kembali jaminan kualitas peraturan perundang-undangan yang dibentuk.

3) Penataan dan Penguatan OrganisasiTahun 2016, LAPAN melakukan evaluasi

organisasi terhadap BLU Pusfatekgan, menyusun rancangan Perka LAPAN tentang Rincian Tugas dan Fungsi Organisasi, Perka LAPAN tentang Tata Hubungan Kerja, dan membentuk jabfung di LAPAN yang saat ini masih dalam proses pembentukan. Diupayakan LAPAN selalu menyelaraskan organisasi dengan perencanaan strategis dalam mendukung pencapaian kinerja secara optimal.

4) Penataan TatalaksanaDalam rangka membangun koordinasi

yang baik antar unit kerja, telah disusun peta proses bisnis Level 0, Level 1 dan Level 2 namun masih dalam bentuk draft dan dari masing-masing proses bisnis telah disusun SOP. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi implementasi SOP dan bisnis proses, dilakukan analisis atas hasil evaluasi SOP dan bisnis proses sehingga dapat tergambar proses layanan yang belum berjalan dengan baik. Selain itu telah dilakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kepada internal melalui

penerapan teknologi informasi dengan menggunakan aplikasi seperti Siforen monev; E-Arsip; E-Takah; E-Library; Sidoma; Simpeg (SKP Online, Sistem Informasi Absen Pegawai (SIAP), Jabatan Fungsional Online); E-Proc (LPSE); JDIH; Portal PPID (ppid.lapan.go.id), E-Journal dan eksternal melalui SIMBA, SISDAL, SADEWA, Data Penginderaan Jauh dan lain-lain.

5) Penataan Sistem Manajemen SDMLAPAN berupaya meningkatkan kapasitas

pegawai berdasarkan pada gap kompetensi serta menyusun rencana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan pegawai berbasis kompetensi secara berkelanjutan dengan melakukan penyusunan standar kompetensi manajerial Eselon I dan II yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala LAPAN Nomor 9 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 14 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, serta draft standar kompetensi Manajerial Eselon III dan IV. LAPAN menyusun standar kompetensi teknis untuk jabatan pelaksana. LAPAN telah mengadakan test kompetensi Eselon I dan II melalui pihak ketiga, menyusun dan menyelenggarakan Workshop Human Capital Development Plan (HCDP) LAPAN, asessment dan juga talent mapping kepada sebagian besar pegawai untuk mengukur gap kompetensi yang digunakan sebagai bahan untuk mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan oleh pegawai.

Dalam melakukan perencanaan kebutuhan pegawai telah dilakukan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan kebutuhan organisasi. Perhitungan kebutuhan SDM pada masing-masing jabatan termasuk jabatan fungsional sebagai pendukung utama kinerja organisasi yang dapat dilihat pada e-formasi. Rekrutmen pegawai baik untuk CPNS maupun untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi telah dilakukan secara terbuka dan kompetitif untuk mendapatkan

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional72

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

pegawai dan pejabat yang kompeten. Dalam rangka seleksi jabatan pimpinan tinggi madya dan pratama LAPAN melalui seleksi terbuka yang diumumkan secara nasional.

6) Penguatan AkuntabilitasUntuk meningkatkan penguatan

akuntabilitas kinerja perlu adanya keterlibatan seluruh pimpinan organisasi secara langsung dan berkelanjutan, sejak penyusunan perencanaan kinerja sampai pemantauan pencapaian kinerja secara berkala, seperti penyusunan : Renstra LAPAN 2015-2019 (Revisi I), Penandatanganan Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja pada tanggal 26 Januari 2016, sosialisasi Laporan Kinerja dan Evaluasi AKIP pada tanggal 19 Januari 2016, sosialisasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 yang telah ditetapkan LAPAN kepada seluruh ASN LAPAN.

Selain itu dilakukan penetapan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tingkat eselon III dan IV, penyusunan draft mekanisme pengumpulan data kinerja dan penyusunan rencana aksi dengan mencantumkan target secara periodik pada sub kegiatan/komponen yang akan dilakukan dalam rangka mencapai kinerja dan menggunakan rencana aksi sebagai alat monitor untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan, dan mengembangkan aplikasi keuangan dan kinerja yang dapat mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja serta memudahkan penggunaannya. Yang dapat dilihat secara online pada http://siforenmonev.lapan.go.id/

7) Penguatan PengawasanDalam rangka implementasi hasil

perolehan nilai Index Persepsi Anti Korupsi, penguatan pengawasan di lingkungan LAPAN telah diterbitkan peraturan Kepala terkait dengan Pengendalian Gratifikasi, Penerapan SPIP, Pengaduan Masyarakat, Whistle-Blowing System, dan Penanganan Benturan

Kepentingan. Kebijakan pengawasan LAPAN telah di sosialisasikan dan diimplementasikan dengan cukup baik. Pengawasan di LAPAN telah didukung dengan SDM dan Anggaran yang memadai, juga komitmen yang tinggi dari pimpinan. Implementasi terhadap penguatan pengawasan perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala, sehingga dapat diwujudkan lingkungan LAPAN yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pada tahun 2016, LAPAN telah mengusulkan 2 (dua) unit kerja sebagai unit kerja menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK).

8) Peningkatan Kualitas Pelayanan PublikMenindaklanjuti hasil survey Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) dan Indeks Persepsi Anti Korupsi (IPAK) dengan menyempurnakan kualitas pelaksanaan kegiatan pada area pelayanan publik dan pengawasan, telah dihasilkan/diperoleh :• Standar pelayanan Pustekdata

mendapatkan ISO 9001:2008• IPAK LAPAN sudah mencapai 3,26 dari

skala 4 dan akan terus ditingkatkan (www.rb.lapan.go.id).

• Penghargaan peringkat III kategori Badan Publik Lembaga Negara di Indonesia

• Penghargaan National Procurement Award 2015 dari LKPP dan Pembina Arsip Negara Terbaik dari ANRI.

• Unit pengelola pengaduan yang dikelola oleh PPID dengan mengacu pada prosedur mutu ISO 9001-2015, dimana setiap pengaduan yang masuk dikelola, didukung oleh setiap Satker sesuai manajamen mutu

• ISO 20000 terkait dengan Layanan TIK scope NOC (Network Operation Center) untuk di lingkungan instansi pemerintah baru ada 2, Kementerian Keuangan & LAPAN

• ISO 27001 tentang Keamanan Informasi untuk LPSE

Laporan Kinerja 2016 73

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

3.2.2. Penghargaan

a. Keterbukaan Informasi PublikTahun 2016 LAPAN memperoleh peringkat 8 (delapan) untuk kategori Lembaga Negara

dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), pemeringkatan ini didedikasikan sebagai komitmen Komisi Informasi Pusat (KIP) untuk memberikan apresiasi kepada lembaga publik yang sudah menjalankan amanat Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 dengan lebih baik. Pada tanggal 20 Desember 2016 KIP menyelenggarakan Penganugerahan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2016 bertempat di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta Pusat. Sekretaris Utama, I.L. Arisdiyo menerima penghargaan atas nama LAPAN.

Gambar 3.35. Penyerahan Penganugerahan Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2016

b. Pengukuhan Profesor Riset LAPANPada 10 Nopember 2016, Majelis Profesor Riset (MPR) mengukuhkan dua peneliti LAPAN

sebagai profesor riset. Dengan bertambahnya dua profesor riset, LAPAN telah memiliki 16 profesor riset dari 283 peneliti LAPAN. Dalam upacara pengukuhan disampaikan orasi tentang pengembangan model deteksi bencana hidrometeorologi berbasis data penginderaan jauh oleh Prof. Erna Sri Adiningsih, dan peranan ilmu matematika untuk pengolahan citra digital penginderaan jauh oleh Prof. Muchlisin Arief.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional74

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

c. Rekor MURIPeringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88 pada tanggal 28 Oktober 2016 membawa warna baru

di dunia kedirgantaraan Indonesia. Berlokasi di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN Garut, Jawa Barat, berlangsung ekspedisi Menembus Langit. Ekspedisi ini menerbangkan pesawat tanpa awak, dikenal dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dibawa dengan balon cuaca, dengan tujuan mengeksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset di bidang keantariksaan. Kegiatan ini tercatat dalam rekor MURI dengan kategori pesawat tanpa awak yang terbang pertama di Indonesia menembus lapisan stratosfer.

Gambar 3.36. Pengukuhan Profesor Riset LAPAN Tahun 2016

Gambar 3.37. Penyerahan rekor MURI kategori ”Pesawat tanpa awak yang terbang pertama di Indonesia menembus lapisan stratosfer”

Laporan Kinerja 2016 75

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

d. Bumandala AwardBhumandala Award di anugerahkan kepada kementerian/lembaga, serta pemerintah

provinsi, kabupaten, dan kota yang telah mengembangkan simpul jaringan informasi geospasial dalam kerangka pembangunan nasional. LAPAN dalam hal ini diwakili Pusat Teknologi Data dinyatakan sebagai simpul jaringan informasi geospasial terbaik ke-5 kategori kementerian/lembaga setelah Kementerian PUPERA, Kementerian LHK, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perhubungan.

Gambar 3.38. Penyerahan Bumandala Award Tahun 2016

e. Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam Pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2016

Pada Tahun 2016, LAPAN meraih Juara Harapan II tingkat Lembaga Negara/Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagai unit kearsipan terbaik tingkat nasional. Penghargaan diberikan ANRI dalam berbagai kategori penilaian, yaitu lomba karya ilmiah kearsipan, pemilihan arsiparis teladan, serta pemilihan unit kearsipan itu sendiri dengan berbagai jenis tingkatan penilaian. Seleksi pemberian award diikuti oleh Lembaga Pemerintah (179), Perguruan Tinggi Negeri (157), Badan Usaha Milik Negara (146), Pemerintah Provinsi (34), serta lebih dari 500 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Prestasi tersebut menunjukkan kinerja LAPAN dalam melakukan pengelolaan arsip. Semakin bertambahnya tahun, LAPAN dituntut melakukan pengelolaan dengan lebih baik, untuk mendorong tertibnya penyelenggaraan kearsipan negara.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional76

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

f. Opini Wajar Tanpa PengecualianLAPAN mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan tahun

anggaran 2015. Pada 29 Juni 2016 bertempat di Ruang Auditorium Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Jakarta, berlangsung penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan kementerian/lembaga tahun anggaran 2015 di lingkungan auditorat utama keuangan negara III. Pada kesempatan tersebut, LAPAN menerima opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), di antara 37 instansi yang hadir dalam acara tersebut.

Gambar 3.39. Penyerahan Penghargaan Peringkat Terbaik Ketiga dalam Pemilihan Unit Kearsipan Lembaga Negara/Lembaga Non Kementerian Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2016

Gambar 3.40. Penyerahan Opini WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2015

Laporan Kinerja 2016 77

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

3.3. REALISASI ANGGARAN

Alokasi anggaran yang diperoleh LAPAN untuk tahun 2016 sebesar Rp. 812.251.344.000,-, yang dialokasikan untuk program Dukungan Manajemen Tenis dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya LAPAN sebesar dari Rp. 215.227.344.000,- atau 26,50 % dari total pagu anggaran dan untuk program pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa, sebesar Rp 597.024.000.000,- atau 73,50% dari total pagu anggaran. Berdasarkan data per 1 Februari 2017 dengan mengunakan data online monitoring SPAN Realisasi penyerapan program Dukungan Manajemen Tenis dan Pelaksanaan tugas Teknis Lainnya LAPAN tahun 2016 sebesar Rp. 203.797.801.415 atau mencapai 94,68% dari pagu program, relisasi penyerapan program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa sebesar Rp. 527.105.,065.184 atau mencapai 88,29% dari pagu Program dan realisasi penyerapan DIPA LAPAN tahun 2016 sebesar Rp. 724.256.744.942 atau mencapai 89,98% dari total pagu untuk semua program sebesar Rp. 812.251.344.000. Realisasi penyerapan DIPA tahun 2016 naik dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 79,16%.

Dari uraian tersebut realisasi yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya adalah relisasi program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa hal ini disebabkan adanya anggaran yang di blokir dalam rangka penghematan, namun secara keseluruhan realisasi penyerapan anggaran di banduingkan tahun sebelumnya mengalami peningkatan, hal ini mengindikasikan bahwa LAPAN semakin baik dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran dalam mencapai kinerja yang telah ditetapkan.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional78

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Tabe

l 3.2

8. R

ealis

asi A

ngga

ran

LAPA

N T

ahun

201

6

No

NAM

A PR

OG

RAM

Sasa

ran

Stra

tegi

sJE

NIS

SU

MBE

R DA

NA

TAHU

N 2

016

PAG

URE

ALIS

ASI

RpRp

%

1

Prog

ram

Duk

unga

n M

anaj

emen

Tek

nis

dan

Pela

ksan

aan

Tuga

s Te

knis

Lain

nya

LAPA

N

• Te

rsed

iany

a ru

mus

an k

ebija

kan

yang

impl

emen

tatif

• Te

rsel

engg

aran

ya R

efor

mas

i Biro

kras

i di l

ingk

unga

n LA

PAN

• Te

rlaks

anan

ya p

enye

leng

gara

an k

eant

arik

saan

yan

g m

emen

uhi s

tand

ar

RM10

8.79

5.09

7.00

010

1.22

2.87

4.73

881

,98

BLU

106.

432.

247.

000

102.

574.

926.

677

96,3

8

TOTA

L PR

OG

RAM

215.

227.

344.

000

203.

797.

801.

415

94,6

9

2Pr

ogra

m P

enge

mba

ngan

Te

knol

ogi P

ener

bang

an

dan

Anta

riksa

• M

enin

gkat

nya

peng

uasa

an d

an k

eman

diria

n Ip

tek

pene

rban

gan

dan

anta

riksa

• M

enin

gkat

nya

laya

nan

Ipte

k pe

nerb

anga

n da

n an

tarik

sa y

ang

prim

a•

Terla

ksan

anya

pem

anfa

atan

dan

laya

nan

publ

ik Ip

tek

pene

rban

gan

dan

anta

riksa

• M

enin

gkat

nya

kapa

sitas

ipte

k pe

nerb

anga

n da

n an

tarik

sa•

Ters

edia

nya

Deci

sion

Supp

ort S

yste

m (D

SS) u

ntuk

miti

gasi

benc

ana

alam

dan

per

ubah

an ik

lim

RM59

7.02

4.00

0.00

052

7.10

5.06

5.18

488

,29

HLN

--

TOTA

L PR

OG

RAM

597.

024.

000.

000

527.

105.

065.

184

88,2

9

TOTA

L DI

PA L

APAN

812.

251.

344.

000

730.

902.

866.

599

89,9

8

Sum

ber :

Tel

ah d

iola

h Ke

mba

li

Laporan Kinerja 2016 79

PENINGKATAN AKUNTABILITAS

KINERJA

4

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012, setiap tahun AKIP Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) dievaluasi oleh Kementerian PAN danRB, dan hasil evaluasi tersebut telah disampaikan kepada Kepala LAPAN melalui surat nomor B/3962/M.PANRB/12/2015 tanggal 11 Desember 2015 hal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam LHE tersebut, Kementerian PAN dan RB memberikan beberapa rekomendasi untuk menyempurnakan penerapan tata kelola yang berorientasi hasil (result oriented) di LAPAN. Berdasarkan rekomendasi yang diberikan, LAPAN menindaklanjutinya sebagaimana dapat diuraikan di bawah ini.

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA

1. Meningkatkan kualitas perencanaan unit kerja, mencakup rencana jangka menengah dan rencana kinerja tahunan dengan cara menjaga keselarasan antara dokumen perencanaan unit kerja dengan dokumen perencanaan lembaga dan juga dokumen pengajuan anggaran

Tindak lanjut :Dalam rangka peningkatan kualitas

perencanaan unit kerja di lingkungan LAPAN, pada tahun 2016 telah dilakukan beberapa langkah perbaikan sejalan dengan rekomendasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yaitu melakukan riviu dan penyempurnaan dokumen Rencana Strategis (lima tahunan), dan dokumen Rencana Kerja (dokumen tahunan). Rencana Strategis (Renstra) LAPAN tahun 2015-2019 disempurnakan dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Bappenas nomor 5/2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L 2015-2019 dan Perpres nomor 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Guna meningkatkan akurasi peran dan tanggung jawab dalam mendukung keselarasan dan pencapaian Renstra dan RPJMN tahun 2015-2019, LAPAN telah menyelenggaraan forum Trilateral Meeting dengan mengundang Bappenas dan Kementerian Keuangan untuk melakukan penyempurnaan dokumen Rencana Kerja. Terakhir, dalam mendukung keselarasan dokumen pengajuan anggaran LAPAN telah melakukan penyempurnaan Arsitektur dan

Informasi Kinerja (ADIK) RKAKL. Dengan berbagai upaya di atas diharapkan kualitas dan keselarasan dokumen perencanaan dapat meningkat.

2. Menyusun rencana aksi dengan mencantumkan target secara periodik pada sub kegiatan/komponen yang akan dilakukan dalam rangka mencapai kinerja dan menggunakan rencana aksi sebagai alat monitor untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan.

Tindak Lanjut :LAPAN telah berkomitmen untuk menjadi

Pusat Unggulan di bidang penerbangan dan antariksa, rencana aksi dalam satu tahun merupakan langkah detail dalam mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Pada tahun 2016, LAPAN telah melakukan kegiatan reviu dokumen rencana aksi bersama dengan KemenpanRB, beberapa hal yang harus LAPAN sesuaikan diantaranya penulisan rencana aksi per triwulan adalah berbasis hasil bukan merupakan langkah kegiatan, seluruh rencana aksi pertriwulan harus berkaitan dengan output dan komponen yang tertuang dalam RKAKL. Sebagai implementasi, LAPAN telah menyempurnakan dan menyesuaikan seluruh rencana aksi dari level lembaga s.d level satker.

3. Mengembangkan aplikasi keuangan dan kinerja yang dapat mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja serta memudahkan pengguna.

Laporan Kinerja 2016 81

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Tindak Lanjut :Dalam mengelola informasi keuangan

dan kinerja, semenjak tahun 2012 LAPAN telah menggunakan aplikasi berbasis web yaitu Sistem Informasi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (Siforen Monev). Pada tahun 2016, Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai penggerak utama dalam hal pengelolaan kinerja dan keuangan telah melakukan kerjasama dengan satuan kerja yang baru dibentuk yaitu: Pusat Teknologi dan Informasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa (Pustispan) untuk mengembangkanfitur Siforen Monev yang mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja yang user friendly. Beberapa hal yang telah dilakukan adalah menyederhanakan menu perencanaan dan monitoring dengan mengedepankan partisipasi satker sebagai pengguna aplikasi. Dengan upaya tersebut diharapkan pimpinan LAPAN secara cepat dan tepat dalam melakukan pengambilan keputusan.

4. Meningkatkan kualitas IKU unit kerja dengan tetap menjaga keselarasan dengan IKU Lembaga

Tindak Lanjut :Guna menjaga keselarasan IKU unit kerja

dengan IKU lembaga. Dalam menyusun Sasaran Strategis dan IKU dari level lembaga s.d level satuan kerja, LAPAN menggunakan metode Balanced Scorecard (BSC), yaitu sebuah metode penyelarasan strategi yang telah diakui dunia dan telah diadopsi oleh banyak Kementerian/Lembaga di Indonesia. Hasilnya adalah LAPAN memiliki peta strategi level 0 s.d level IV. Pada tahun 2016, kegiatan monitoring dan evaluasi melalui proses riviu peta strategis telah dilakukan, hal ini berguna untuk memastikan keselarasan arah dan kebijakan LAPAN yang disesuaikan dengan kondisi dan dinamika internal dan eksternal LAPAN. Dengan proses reviu tersebut, diharapkan IKU yang ditetapkan berkualitas sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab satuan kerja untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.

5. Merumuskan dan menetapkan ukuran kinerja tingkat eselon III dan IV sebagai turunan kinerja atasannya serta mengembangkan mekanisme pengumpulan data kinerja.

Tindak Lanjut :Perumusan ukuran kinerja merupakan

sebuah langkah awal bagi lembaga untuk meningkatkan kinerjanya. Perumusan ukuran kinerja yang selaras dari level lembaga s.d individu telah menjadi isu strategis nasional yang harus diwujudkan oleh LAPAN. Pada tahun 2016, LAPAN telah menyusun ukuran kinerja level eselon III dan IV dan ditetapkan oleh masing-masing kepala satuan kerja. Lebih lanjut, LAPAN juga telah menyusunan draf SOP yang mengatur pengumpulan data kinerja di lingkungan LAPAN. Dengan adanya upaya ini, diharapkan pengelolaan data kinerja di lingkungan LAPAN akan lebih baik.

6. Menyederhanakan rumusan program dan kegiatan dengan lebih memfokuskan pada hasil yang diharapkan

Tindak Lanjut :Dalam rangka lebih memfokuskan pada

hasil kinerja, LAPAN pada periode Renstra 2015-2019 telah menetapkan 7 program utama yaitu: Pengembangan Decision Support System (DSS) berbasis sains antariksa, Pengembangan DSS berbasis sains Atmosfer, Pengembangan Teknologi Roket Sonda, Pengembangan pesawat transportasi nasional dan Maritime Surveillance Sustem (MSS), Pengembangan satelit Mikro, Pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN), Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) dan menetapkan Quick Win LAPAN yaitu: Layanan data dan informasi penginderaan jauh, Layanan informasi cuaca antariksa, benda jatuh, dan iklim ekstrem, Layanan informasi teknologi dirgantara.

7. Meningkatkan kualitas hasil evaluasi akuntabilitas kinerja agar dapat memberikan penilaian dan rekomendasi atas akuntabilitas kinerja masing-masing unit kerja, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional82

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

perencanaan dalam bentuk langkah-langkah nyata.

Tindak Lanjut :Menindaklanjuti hal ini, LAPAN telah

melakukan langkah perbaikan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja. Langkah awal, Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan Riviu Laporan Kinerja (LAKIN) unit kerja yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenpanRB) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil riviu berupa berita acara yang disampaikan kepada unit kerja untuk ditindaklanjuti. Langkah selanjutnya Tim APIP LAPAN melakukan proses evaluasi LAKIN unit kerja yang mengacu padaPeraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil evaluasi memberikan penilaian LAKIN unit kerja dan rekomendasi yang harus dilakukan. Proses akhir adalah dilakukannya monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan dokumen perencanaan tahun berikutnya pada setiap unit kerja. Diharapkan upaya ini dapat meningkatkan kualitas evaluasi kinerja di lingkungan LAPAN. Sedangkan untuk LAKIN tingkat lembaga proses reviu dilakukan oleh Tim APIP LAPAN.

8. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja di seluruh jajaran LAPAN, untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel

Tindak Lanjut :LAPAN melalui Biro Sumber Daya Manusia,

Organisasi dan Hukum (SDM OH) selain memprioritaskan peningkatan kapasitas SDM bidang penelitian dan perekayasaan (litbangyasa), semenjak tahun 2016 LAPAN juga telah memprioritaskan peningkatan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja. Pada tahun tersebut, LAPAN telah mengirimkan 5 pegawai di lingkungan Sekretariat Utama untuk mengikuti diklat Fungsional Perencana tingkat muda dan madya yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Selanjutnya, LAPAN berkomitmen untuk membentuk fungsional Perencana di setiap satuan kerja LAPAN. Hal ini dilakukan untuk memastikan proses kegiatan perencanaan, monitoring dan evaluasi kinerja berjalan selaras sehingga secara bottom up dapat memberikan kontibusi untuk mewujudkan visi dan misi lembaga. Pada tahun 2017 LAPAN akan mengusulkan calon perencana yang berasal dari unit kerja teknis dan menargetkan pada akhir periode renstra 2019 jumlah fungsional Perencana di lingkungan satker teknis bertambah secara signifikan. Selain itu LAPAN juga telah menyelenggarakan bimbingan teknis penyusunan dan evaluasi LAKIN, dan melakukan benchmark dengan Kementerian/Lembaga yang SAKIP-nya telah bernilai A.

Dari langkah-langkah tindak lanjut yang telah dilakukan, LAPAN secara nyata telah memperbaiki kekurangan dalam pengelolaan sistem akuntabilitas kinerjanya. Diharapkan pengelolaan kinerja di lingkungan LAPAN semakin baik sehingga dengan segera dapat menjadi pusat unggulan penerbangan dan antariksa yang berkelas dunia.

Laporan Kinerja 2016 83

PENUTUP5

Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Penutup

01 05 11 78 85

Laporan Kinerja LAPAN tahun 2016 dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban pertanggungjawaban kepada publik. Laporan ini memberikan penjelasan tentang upaya yang dilakukan untuk melaksanakan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam Rencana strategis tahun 2015 – 2019 serta pengukuran terhadap pencapaian pelaksanaan kinerja. Selain menjelaskan upaya yang dilakukan, di laporan ini memberikan penjelasan tentang hambatan yang dihadapi serta langkah - langkah perbaikan yang akan diambil untuk kinerja atas usaha pencapaian visi dan misi LAPAN serta bentuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta menghadapi tantangan kedepan.

PENUTUP

Sangat disadari bahwa laporan ini belum sempurna seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah dilakukan oleh LAPAN sepanjang tahun 2016. Di masa mendatang, LAPAN akan melakukan berbagai langkah untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja dan pelaporannya agar terwujud transparansi dan akuntabilitas seperti yang diharapkan.

Langkah-langkah ke depan yang perlu dilakukan LAPAN dalam upaya mendorong peningkatan kinerja dan menghadapi tantangan ke depan, antara lain:1. Optimalisasi program kegiatan melalui 4

pilar iptek penerbangan dan antariksa yaitu : Sains antariksa dan Atmosfer, Teknologi Penerbangan, Penginderaan Jauh, dan Kebijakan Kedirgantaraan untuk mewujudkan pusat unggulan iptek penerbangan dan antariksa;

2. Penguatan fokus utama LAPAN dengan menetapkan Quick Wins 2017, yaitu :• Memberikan layanan informasi yang cepat

dan akurat dengan Sistem Pemantau Maritim berbasis Iptek Penerbangan dan Antariksa

• Memberikan layanan informasi yang cepat dan akurat dengan Sistem Pemantau Bencana berbasis Iptek Penerbangan dan Antariksa

3. Penguatan kerjasama yang efektif dengan mitra dalam dan luar negeri untuk percepatan peningkatan kualitas SDM LAPAN dan infrastruktur;

4. Peningkatan kualitas jurnal LAPAN melalui pengelolaan jurnal elektronik;

5. Peningkatan perolehan HKI melalui peran aktif para pimpinan dan peneliti LAPAN;

6. Peningkatan kualitas Reformasi dan Birokrasi LAPAN sebagai alat pengelolaan kinerja di lingkungan LAPAN.

Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kredibel, akuntabel dan transparan kepada stakeholders LAPAN. Laporan ini juga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan pengelolaan kinerja LAPAN. Semua hambatan dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Indikator utama dan pencapaian kinerja akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan tahun berikutnya. Akhir kata, LAPAN berharap dapat terus memberikan kontribusi untuk bidang penerbangan dan antariksa di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Laporan Kinerja 2016 85

Lampiran I

RKT LAPAN 2016

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional86

Laporan Kinerja 2016 87

Lampiran IIPerjanjian Kinerja LAPAN 2016

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional88

Laporan Kinerja 2016 89

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional90

Lampiran III

SASA

RAN

STR

ATEG

IS

UTA

MA

INDI

KATO

R KI

NER

JA U

TAM

ATA

RGET

REAL

ISAS

ICA

PAIA

NPR

OG

RAM

Men

ingk

atny

a pe

ngua

saan

da

n ke

man

diria

n Ip

tek

pene

rban

gan

dan

anta

riksa

IKU

1 :

Jum

lah

tipe

roke

t unt

uk p

engg

unaa

n kh

usus

2 Ti

pe2

Tipe

100%

Prog

ram

pen

gem

bang

an

tekn

olog

i pen

erba

ngan

da

n an

tarik

sa

IKU

2 :

Jum

lah

tipe

sate

lit u

ntuk

pem

anta

uan

2 Ti

pe2

Tipe

100%

IKU

3 :

Jum

lah

tipe

pesa

wat

uda

ra ta

npa

awak

unt

uk

pem

anta

uan

2 Ti

pe2

Tipe

100%

IKU

4 :

Jum

lah

prod

uk d

esai

n pe

saw

at tr

ansp

ort n

asio

nal

yang

sia

p di

prod

uksi

oleh

indu

stri

pene

rban

gan

1Pr

oduk

des

ain

1Pr

oduk

des

ain

100%

IKU

5 :

Jum

lah

mod

el p

eman

faat

an Ip

tek

pene

rban

gan

dan

anta

riksa

unt

uk p

eman

taua

n SD

A, li

ngku

ngan

ser

ta

miti

gasi

benc

ana

dan

peru

baha

n ik

lim15

Mod

el15

Mod

el10

0%

IKU

6 :

Jum

lah

publ

ikas

i nas

iona

l ter

akre

dita

si60

Mak

alah

60 M

akal

ah10

0%

IKU

7 :

Jum

lah

publ

ikas

i int

erna

siona

l yan

g te

rinde

ks20

Mak

alah

37 M

akal

ah18

5%

IKU

8 :

Jum

lah

Hak

Kek

ayaa

n In

tele

ktua

l (H

KI) y

ang

bers

tatu

s gr

ante

d3

Judu

l2

Judu

l66

,66%

IKU

9 :

Jum

lah

inst

ansi

peng

guna

laya

nan

Ipte

k pe

nerb

anga

n da

n an

tarik

sa13

0 In

stan

si17

8 In

stan

si13

6%

Men

ingk

atny

a ha

sil k

arya

ilm

iah

ipte

k pe

nerb

anga

n da

n an

tarik

sa

IKU

10

: Ind

eks

Kepu

asan

Mas

yara

kat (

IKM

) ata

s pe

laya

nan

Ipte

k pe

nerb

anga

n da

n an

tarik

sa78

,583

,25

106,

05%

Prog

ram

duk

unga

n m

anaj

emen

dan

pe

laks

anaa

n tu

gas

tekn

is la

inny

a

Terla

ksan

anya

pe

nyel

engg

araa

n ke

anta

riksa

an y

ang

mem

enuh

i st

anda

r

IKU

11

: Per

sent

ase

peny

elen

ggar

a ke

anta

riksa

an d

i In

done

sia y

ang

mem

enuh

i sta

ndar

--

-Pr

ogra

m p

enge

mba

ngan

te

knol

ogi p

ener

bang

an

dan

anta

riksa

PEN

GU

KURA

N K

INER

JALE

MBA

GA

PEN

ERBA

NG

AN D

AN A

NTA

RIKS

A N

ASIO

NAL

(LAP

AN)

TAHU

N 2

016

Laporan Kinerja 2016 91

Lampiran IVST

RATE

GY M

AP L

APAN

201

5-20

19 D

ENG

AN B

ALAN

CE S

CORE

CARD

(BSC

)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional92