kata pengantar - pertanian.go.id ditjen pphp.pdf · kata pengantar sesuai dengan ... dengan basis...
TRANSCRIPT
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 i
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan perwujudan pemenuhan kewajiban setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya,
pelaksanaan kebijakan dan program, melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja, penetapan kinerja dan pengukuran kinerja. LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ini juga disusun dalam rangka memberikan informasi tentang pencapaian kinerja di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui hasil-hasil pelaksanaan Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian serta hambatan atau permasalahan yang dihadapi dalam kurun waktu tahun 2012.
Kami berharap kinerja yang akan datang dapat lebih ditingkatkan dengan
memanfaatkan peluang yang tersedia, serta menekan semaksimal mungkin permasalahan yang terjadi dalam upaya mencapai kinerja Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang lebih baik, transparan dan akuntabel. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 tahun 2010, diharapkan laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi akuntabiitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, untuk penyempurnaan dalam perencanaan periode yang akan datang, penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan, dan untuk penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian; sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian.
Disadari pula bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan saran yang bersifat membangun bagi perbaikan ke depan, baik perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan program, maupun perbaikan dalam pelaporan akuntabilitas kinerja instansi. Akhir kata, kami mengajak semua pihak khususnya pimpinan dan seluruh jajaran staf lingkup Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian untuk bekerja lebih cerdas, jujur dan ikhlas serta menjunjung tinggi prinsip efisien, efektif, ekonomis dan tertib; dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing guna mendukung keberhasilan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian khususnya dan pembangunan pertanian pada umumnya.
Dr. Ir. Haryono, MSc. NIP. 19560516 198103 1 002
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010
tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Pertanian,
Direktorat Jenderal PPHP mempunyai tugas “merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standarisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian”. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, Direktorat Jenderal PPHP menyelenggarakan fungsi : a)
Perumusan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan
usaha, dan pemasaran hasil pertanian; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan
standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian; c)
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang mutu dan standardisasi,
pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian; d) Pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan,
pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian; dan e) Pelaksanaan administrasi
Direktorat Jenderal PPHP.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal PPHP didukung oleh
6 (enam) unit kerja Eselon II yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Pengembangan Usaha dan
Investasi, Direktorat Pemasaran Domestik, dan Direktorat Pemasaran Internasional.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan
organisasi. Pada posisi Desember 2012 jumlah pegawai Direktorat Jenderal PPHP
sebanyak 394 orang. Sebaran jumlah pegawai berdasarkan pendidikan adalah 0,5% SD;
0,25% SLTP; 21,07% SLTA; 4,31% DIII; 50,0% S1; 22,84% S2; 1,02% S3.
Visi Direktorat Jenderal PPHP adalah “menjadikan institusi yang peduli dan
memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan
berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui
penyelenggaran birokrasi yang profesional dan berintegritas’. Untuk mewujudkan visinya
Direktorat Jenderal PPHP mengemban misi yang harus dilaksanakan, yaitu: a)
Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang
merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya diharapkan sebagai wadah
peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan
manajemen, teknologi dan permodalan secara professional; b) Mengembangkan sistem
agroindustri terpadu di perdesaan melalui keterpaduan sistem produksi, penanganan
pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian; sehingga mampu memberikan
peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di perdesaan, dan peningkatan nilai
tambah produk pertanian secara adil serta professional; c) Mengembangkan penerapan
sistem jaminan mutu hasil pertanian secara efektif dan operasional untuk meningkatkan
daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestik maupun internasional; d)
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 iii
Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi dan proteksi produk
pertanian yang efektif dan efisien; e) Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil pertanian
melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien; dan f)
Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Jenderal menuju pengelolaan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian yang profesional dan berintegritas moral tinggi. Tujuan
Direktorat Jenderal PPHP adalah : a) Menumbuhkembangkan unit usaha pengolahan hasil
pertanian yang berkelanjutan; b) Menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
c) Menumbuhkembangkan usaha dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian yang memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan; d) Meningkatkan daya serap
pasar domestik: dan e) Meningkatkan ekspor hasil pertanian di pasar internasional.
Direktorat Jenderal PPHP sesuai tugas dan fungsinya, merupakan leader untuk
target utama Kementan ke 3, yaitu peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir,
pemasaran dan ekspor. Target ini di tuangkan dalam lima indikator kinerja utama
Kementerian Pertanian, yaitu : a) Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao
fermentasi dan bahan olahan karet pada tahun 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib); b)
Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014);
c) Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor 2014;
d) Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat
dalam negeri; dan e) Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010)
menjadi US$ 54,5 milyar (2014). Untuk mendukung capaian tersebut Direktorat Jenderal
PPHP menetapkan sasaran strategis periode 2010-2014, yaitu “meningkatnya usaha
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan”. Indikator kinerja Direktorat
Jenderal PPHP periode 2010-2014 adalah a) Meningkatnya produk olahan hasil pertanian
yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik 5% per tahun; b) Meningkatnya jumlah
lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian 5% per tahun;
c) Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 6% per tahun;
dan d) Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan 15% per tahun.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, strategi yang diterapkan Direktorat Jenderal
PPHP adalah: a) Penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu komoditi strategis dan
keamanan pangan; b) Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran
produk hasil pertanian; c) Pengembangan kewirausahaan dan investasi pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian; d) Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan
ekspor komoditas strategis. Dengan strategi dimaksud maka ditetapkan kebijakan sebagai
berikut : a) Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian; b) Kebijakan
pengembangan mutu dan standardisasi; c) Kebijakan pengembangan pemasaran
domestik; d) Kebijakan pengembangan pemasaran internasional; dan e) Kebijakan
pengembangan usaha dan investasi. Direktorat Jenderal PPHP mempunyai satu program
dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran Kementerian Pertanian yang
ditetapkan, yaitu Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir,
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 iv
Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian. Selanjutnya program dimaksud diimplementasikan
melalui 6 (enam) kegiatan utama yang dilaksanakan di satker pusat dan daerah, yaitu : a)
Kegiatan pengembangan pengolahan hasil pertanian; b) Kegiatan pengembangan mutu
dan standardisasi; c) Kegiatan pengembangan pemasaran domestik; d) Kegiatan
pengembangan pemasaran internasional; e) Kegiatan pengembangan usaha dan
investasi; dan f) Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.
Pada tahun 2012, sasaran strategis Direktorat Jenderal PPHP dicapai dengan 4
indikator kinerja utama. Capaian keempat indikator kinerja utama tersebut, sangat berhasil
sebanyak 2 (dua) indikator dan berhasil 1 (satu) indikator, serta tidak berhasil 1 (satu)
indikator. Indikator dan capaian dimaksud sebagai berikut :
a. Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar
domestik, dengan capaian 145% atau sangat baik.
b. Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil
pertanian 28% secara nasional dan 162% yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal
PPHP atau kurang berhasil.
c. Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 137% atau
sangat berhasil.
d. Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan -63% atau tidak berhasil.
Namun begitu, capaian secara kumulatif, yaitu capaian pada periode 2010-2012
dengan basis line data pada 2009, maka capaian indikator kinerja utama Direktorat
Jenderal PPHP yang sangat berhasil 3 (tiga) indikator dan berhasil 1 (satu) indikator.
Indikator dan capaiannya selama periode 2010-2012, adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar
domestik, dengan capaian 123% atau sangat berhasil.
b. Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil
pertanian 44% secara nasional dan 308% yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal
PPHP atau berhasil.
c. Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 112% atau
sangat berhasil.
d. Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan 120,8% atau sangat berhasil.
Kriteria keberhasilan untuk indikator kinerja utama meningkatnya jumlah lembaga
pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian walaupun secara
nasional peningkatannya kecil, namun dinilai berhasil karena untuk kebutuhan pasar ternak
memang sudah relatif tercukupi dari jumlah yang ada, sehingga fasilitasi Direktorat
Jenderal PPHP hanya bersifat revitalisasi atau tidak membangun yang baru, demikian juga
dengan pemerintah daerah. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah lembaga
pemasaran petani cukup kecil karena secara nasional jumlah penambahan dibandingkan
dengan jumlah yang telah ada. Dengan justifikasi ini, maka dapat disimpulkan bahwa 3
indikator sangat berhasil dan 1 indikator berhasil.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 v
Direktorat Jenderal PPHP mendukung IKU Kementerian Pertanian terutama pada
sasaran peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor yang terdiri dari 5 indikator
kinerja utama, dengan capaian sebagai berikut :
a. Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan
karet pada 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib) dengan capaian 103,3% atau sangat
berhasil.
b. Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dengan capaian 111,8% atau
sangat berhasil.
c. Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi gandum/terigu impor 2014
dengan capaian 84,3% atau berhasil.
d. Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat
dalam negeri dengan capaian 146,4% atau sangat berhasil.
e. Meningkatnya surplus neraca perdagangan dengan capaian 95,1% atau berhasil.
Secara umum capaian indikator kinerja Direktorat Jenderal PPHP telah berhasil,
namun begitu sebenarnya masih ditemui beberapa kendala dalam pelaksanaan
program/kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, antara lain adalah : a) Unit
pengolahan hasil pertanian belum banyak yang beroperasi secara optimal, rendahnya
jaminan ketersediaan dan mutu bahan baku, teknologi pengolahan hasil belum
sepenuhnya diadopsi oleh pengolah, dan sumber pendanaan berbunga rendah masih sulit
didapat atau akses perbankan masih lemah, serta belum adanya kepastian pemasaran
produk olahan (terutama tepung-tepungan berbasis sumber daya lokal); b) Kemampuan
pelaku usaha pengolah masih belum optimal dalam penguasaan teknologi pengolahan,
mutu produk dan aspek Sanitari dan Phytosanitari (SPS). Hal ini diakibatkan selama ini
pelaku usaha masih lebih berkonsentrasi pada teknologi budidaya; c) Pengendalian impor
terutama produk hortikultura masih belum menunjukkan hasil yang optimal, produk impor
semakin menyerbu ke tingkat kecamatan di pedesaaan; d) Sertifikasi pangan organik atau
sistem jaminan mutu masih mengalami kendala karena proses sertifikasi harus melibatkan
Lembaga Sertifikasi dan kelompok tani/gabungan kelompok tani belum menerapkan sistem
pangan organik secara efektif; f) Di beberapa provinsi peningkatan mutu biji kakao
fermentasi belum berdampak pada perbedaan harga yang nyata, sehingga petani kakao
tidak termotivasi untuk menghasilkan kakao yang bermutu/fermentasi; g) Gerakan bokar
bersih untuk meningkatkan mutu bahan olahan karet (bokar) belum dilaksanakan secara
optimal pada sentra-sentra produksi karet; h) Keterbatasan kewenangan Kementerian
Pertanian dalam pengembangan pengolahan/agroindustri dirasakan masih menyulitkan
koordinasi strategi, kebijakan dan program penguatan daya saing dan nilai tambah produk
pertanian; i) Masih sulitnya membangun kelembagaan dan kemitraan dan pengembangan
kewirausahaan agribisnis, antara lain akibat : (1) kelembagaan kelompok yang belum kuat
baik dari sisi organisasi maupun manajemen, (2) rendahnya komitmen pihak-pihak yang
bermitra, (3) posisi tawar yang tidak seimbang, (4) kerjasama yang sudah disepakati dalam
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 vi
MoU tidak semuanya dilanjutkan dengan kontrak, (5) perusahaan pertanian yang bersedia
sebagai avails dan inti dalam kemitraan agribisnis masih terbatas, (6) kurangnya modal
dalam pengembangan usaha, serta kurangnya infrastruktur penunjang kewirausahaan
seperti akses penghubung (jalan) dan akses pemasaran.
Beberapa tindak lanjut yang harus ditempuh untuk perbaikan ke depan dari
permasalahan tersebut di atas, antara lain adalah : a) Peningkatan entrepreneurship
pelaku usaha dalam memperluas akses pasar, peningkatan negosiasi yang lebih baik
tentang pemotongan tariff di forum WTO untuk melindungi produk-produk dalam negeri
yang menyangkut isu pengurangan kemiskinan, ketahanan pangan dan pembangunan
masyarakat perdesaan. Hal lain yang cukup penting adalah fasilitasi temu usaha untuk
meningkatkan akses informasi pemasaran, pembangunan infrastruktur untuk mendukung
pemasaran produk pertanian, peningkatan kemitraan SDM pengolahan hasil pertanian
dengan pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok produk pertanian, sosialisasi dan
bimbingan mengenai standar mutu produk pertanian yang dibutuhkan pasar, baik pasar
domestik maupun internasional; b) Permintaan pasar (market driven) perlu menjadi
pertimbangan utama dalam fasilitasi unit usaha pengolahan pertanian selain juga
mempertimbangkan ketersediaan bahan baku secara kontinyu, kebutuhan dan kondisi
SDM gapoktan calon penerima bantuan. Selanjutnya diperlukan peningkatan kemampuan
dan ketrampilan SDM baik dalam penerapan teknologi pengolahan maupun manajemen
usaha, sosialisasi dan bimbingan kepada pengelola unit pengolahan hasil pertanian
tentang standar mutu produk olahan yang dibutuhkan pasar, dan peningkatan aksesbilitas
SDM pengolahan hasil terhadap sumber-sumber pembiayaan baik swasta maupun
pemerintah; c) Revisi Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1986 tentang kewenangan,
pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri masih diperlukan dan diarahkan untuk
menjadikan agroindustri menjadi satu dalam kewenangan Kementerian Pertanian; d)
Penerapan Peraturan Menteri Pertanian nomor 60 tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor
Produk Hortikultura harus lebih dioptimalkan untuk melindungi kepentingan nasional,
melindungi petani dan melindungi konsumen dalam aspek keamanan pangan. Perlu
koordinasi yang lebih baik dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
Kementerian Perdagangan; Kementerian Perindustrian; Badan Pengawas Obat dan
Makanan; Kementerian Negara Perencanaan Pembanguanan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional; f) Bimbingan teknis dan pendampingan penerapan
sistem pangan organik harus lebih diintensifkan. Bagi kelompok tani/gabungan kelompok
tani yang telah menerapkan sistem pangan organik secara efektif, perlu difasilitasi
sertifikasinya terutama dalam akses ke Lembaga Sertifikasi; g) Perlu pengawalan
kemitraan yang sudah ada dan penumbuhan kemitraan baru antara industri pengolah
kakao dan eksportir kakao dengan petani kakao sehingga diperoleh perbedaan harga yang
nyata antara kakao non fermentasi dan kakao fermentasi. Dengan demikian, petani kakao
akan termotivasi untuk menghasilkan kakao yang bermutu/fermentasi; h) Dalam
mengoptimalkan pelaksanaan gerakan bokar bersih untuk meningkatkan mutu bahan
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 vii
olahan karet (bokar) secara optimal pada sentra-sentra produksi karet, perlu segera
dibentuk UPPB dan Pengawas Mutu Bokar di seluruh sentra produksi karet, dan perlu
pembinaan dan pengawalan yang intensif dalam penerapan SOP bokar bersih dan
registrasi UPPB; i) Petani dan pelaku usaha kecil di perdesaan harus mengubah
paradigma lama yang berorientasi memproduksi apa yang bisa diproduksi menjadi
berorientasi pada memproduksi/menanam apa yang bisa dijual (produce what we can sell)
terutama komoditas yang diinginkan oleh pasar sehingga petani lebih memiliki posisi tawar
yang tinggi, serta memberi peluang kemitraan yang adil, efektif dan berkelanjutan. Untuk
mewujudkan kondisi ini perlu peningkatan pembinaan, pengawalan, dan bimbingan dari
setiap stakeholders yang terlibat, serta pengawalan instansi pemerintah sampai kepada
realisasi kontrak yang berkelanjutan.
Direktorat Jenderal PPHP dalam beberapa penilaian baik yang dilakukan di tingkat
internal Kementan maupun nasional telah mendapatkan beberapa penghargaan dan
prestasi yang mendukung akuntabilitas Direktorat Jenderal PPHP, antara lain satuan
pelaksana pengendalian intern handal peringkat II di tingkat Kementan, Penilaian Anti
Korupsi (PIAK) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi 7,31 tertinggi diantara 3 (tiga) Eselon I
lingkup Kementan yang mewakili PIAK Kementan serta Ditjen PPHP termasuk 10 besar
PIAK Eselon I secara nasional, dan website Direktorat Jenderal PPHP selama 2 tahun
mendapat predikat Life Achivement. Salah satu faktor yang turut berperan utama dalam
mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel adalah birokrasi. Dalam posisi dan
perannya yang sedemikian penting untuk menentukan efisiensi dan kualitas pelayanan
kepada masyarakat, Direktorat Jenderal PPHP telah berupaya melakukan reformasi dan
tata kelola yang lebih baik. Hal ini dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat reformasi
birokrasi, antara lain : informasi jabatan, perbaikan tatalaksana dan Sistem Operasional
Prosedur (SOP), analisis beban kerja, pengembangan standard kompetensi, evaluasi
jabatan, pengembangan e-office atau e-government, penguatan unit layanan, penilaian
kinerja pegawai, dan pemberian tunjangan kinerja pada tahun 2012. Direktorat Jenderal
PPHP juga menyusun 9 peraturan/kebijakan sebagai landasan kerja yang telah ditetakan
oleh Menteri Pertanian selama tahun 2012. Selain itu, dalam rangka mewujudkan
reformasi birokrasi di lingkup Ditjen PPHP telah dilakukan penilaian mandiri pelaksanaan
reformasi birokrasi pada bulan Desember 2012. Hasil dari Penilaian mandiri ini adalah
profil pencapaian faktor pengungkit Ditjen PPHP tahun 2012 bernilai 57 yang termasuk
pada fase C, level 3, yang berarti telah melakukan dan memantau pelaksanaan reformasi
birokrasi; dan profil pencapaian faktor hasil Ditjen PPHP bernilai dengan rata-rata 72,25
yang termasuk pada level 4 yang berarti hasil telah menunjukan perkembangan yang
substansial dan/atau semua target yang relevan telah terpenuhi.
Pada tahun 2012 Direktorat Jenderal PPHP mendapatkan alokasi anggaran
sebesar Rp. 519.623.100.000,-. Namun pada perjalanan tahun anggaran terjadi
pengurangan dalam rangka efisiensi untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM),
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 viii
sehingga alokasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan PPHP menjadi sebesar
Rp. 503.077.928.000,-. Walaupun begitu dokumen penetapan kinerja tidak direvisi,
sehingga target tidak berubah dan dapat dicapai dengan sangat baik. Alokasi anggaran
ini tersebar pada 93 satker yang terdiri atas dua satker pusat; 79 satker provinsi dan 12
satker kabupaten/ kota yang meliputi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Realisasi anggaran kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2012
pusat dan daerah sampai dengan 31 Desember 2012 adalah Rp. 466.999.737.100,- atau
92,83% dari total pagu anggaran Rp. 503.077.928.000,- dengan rincian realisasi
anggaran kegiatan di pusat Rp. 126.043.066.000,- atau 90,48% dari pagu anggaran Rp.
139.312.178.000,- dan realisasi di daerah (Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan satker provinsi serta Dana Tugas Pembantuan kabupaten/kota) Rp.
340.956.671.000,- atau 93,73% dari pagu anggaran Rp. 363.765.750.000,-. Realisasi
anggaran menurut jenis belanja yang terbesar dicapai pada belanja sosial (99,9%),
sedangkan realisasi terkecil pada belanja barang (89,2%). Apabila dilihat per kegiatan
utama, maka realisasi keuangan yang terbesar adalah pada kegiatan pengembangan
pengolahan hasil pertanian dan realisasi terkecil pada kegiatan pengembangan pemasaran
domestik dan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Pencapaian serapan
anggaran pada tahun 2012 bila dilihat dari perkembangan per bulannya lebih baik dari
tahun sebelumnya. Namun apabila dibandingkan tahun 2010 dan 2011, mengalami
penurunan dari tahun 2011, yaitu dari 94,34% menjadi 92,83%; bila dibandingkan tahun
2010 (89,97%) meningkat.
Memahami, bahwa pembinaan pada bidang pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan intansi lain
di dalam dan di luar lingkup Kementerian Pertanian, maka kerjasama yang harmonis
secara lintas instansi sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling
mendukung, diharapkan program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan
mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan. Disamping itu komitmen dari internal
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian baik dari pimpinan serta
seluruh jajaran (staf teknis maupun administrasi) lingkup Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian sangat diperlukan. Untuk itu harus dilakukan upaya secara
terus menerus untuk meningkatkan kinerja, melengkapi sarana dan prasarana kerja, serta
mengembangkan kapabilitas dan kompetensi sumberdaya manusia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1. 1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1. 2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ..................................................... 2
1. 3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia .................................................... 6 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ................................................... 8
2.1. Rencana Strategis...................................................................................... 8
2.1.1. Visi dan Misi .................................................................................... 8 2.1.2. Tujuan dan Sasaran, serta Indikator Sasaran ................................. 9
2.1.3. Strategi, Kebijakan, dan Program untuk Mencapai Tujuan
dan Sasaran .................................................................................. 11
2.2. Penetapan Kinerja dan Perjanjian Kinerja ............................................. 13 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................................ 17
3.1. Pengukuran Kinerja ................................................................................. 17
3.1.1. Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal PPHP ............................. 17
3.1.2. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP
terhadap IKU Kementerian Pertanian ............................................ 23
3.2. Analisis Capaian Kinerja ........................................................................ 23 3.2.1. Indikator Kinerja Peningkatan produk olahan hasil
pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik ........... 24
3.2.2. Indikator Kinerja Peningkatan Jumlah Lembaga
Pemasaran Petani Dalam Rangka Penyerapan Pasar
Hasil Pertanian .............................................................................. 31
3.2.3. Indikator Kinerja Peningkatan Jumlah Usaha Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian .................................................... 34
3.2.4. Indikator Kinerja Peningkatan Nett Ekspor Komoditi Segar
dan Olahan .................................................................................... 37
3.2.5. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP
terhadap IKU Kementerian Pertanian ............................................ 45
3.3. Evaluasi Kinerja ....................................................................................... 58
3.4. Akuntabilitas Keuangan .......................................................................... 63 BAB IV P E N U T U P ....................................................................................................... 69 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan Per 31 Desember 2012 ...................... 6
Tabel 2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Pangkat, 31 Desember 2012................ 7
Tabel 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan 31 Desember 2012 ................................. 7
Tabel 4. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Periode
2010-2014 Beserta Target Pencapaiannya ......................................................... 11
Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2012..................... 13
Tabel 6. Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2012 ................................. 13
Tabel 7. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
Tahun 2012 ......................................................................................................... 14
Tabel 8. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi Tahun
2012 .................................................................................................................... 14
Tabel 9. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi ............... 15
Tabel 10. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik .................. 15
Tabel 11. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional
Tahun 2012 ......................................................................................................... 15
Tabel 12. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Tahun 2012............................................................................................ 16
Tabel 13. Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal PPHP Periode 2010-2012 dan
Cara Perhitungannya .......................................................................................... 18
Tabel 14. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal PPHP ..................... 19
Tabel 15. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil
Pertanian Tahun 2012 ......................................................................................... 20
Tabel 16. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi
Tahun 2012 ......................................................................................................... 20
Tabel 17. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi
Tahun 2012 ......................................................................................................... 21
Tabel 18. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik
Tahun 2012 ......................................................................................................... 21
Tabel 19. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran
Internasional Tahun 2012 .................................................................................... 22
Tabel 20. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknis Lainnya Tahun 2012 ................................................................................ 22
Tabel 21. Capaian Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor
Tahun 2011 ......................................................................................................... 23
Tabel 22. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal PPHP ..................... 24
Tabel 23. Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Peningkatan Produk Olahan Hasil
Pertanian Yang Bermutu Untuk Ekspor dan Pasar Domestik ............................. 25
Tabel 24. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
Tahun 2012 ......................................................................................................... 26
Tabel 25. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi.................. 28
Tabel 26. Peningkatan Jumlah Lembaga Pemasaran Petani Secara Nasional .................. 32
Tabel 27. Peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani yang difasilitasi oleh
Direktorat Jenderal PPHP ................................................................................... 32
Tabel 28. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik ..................... 32
Tabel 29. Realisasi Indikator Kinerja Peningkatan Jumlah Usaha Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian ................................................................................. 35
Tabel 30. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi Yang
Berperan Dalam Peningkatan Jumlah Usaha Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian Tahun 2012 (Output) .................................................................. 35
Tabel 31. Neraca Perdagangan Internasional Produk Pertanian, 2009-2012 ..................... 38
Tabel 32. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional
Tahun 2012 (Output) ........................................................................................... 42
Tabel 33. Capaian Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor
Tahun 2011 ......................................................................................................... 46
Tabel 34. Target dan dan realisasi capaian terselesaikannya 60% tahapan
pemberlakuan sertifikasi wajib kakao pada tahun 2012 ...................................... 47
Tabel 35. Target dan capaian penyelesaian 60% tahapan pemberlakuan sertifikasi
wajib karet pada tahun 2012 ............................................................................... 48
Tabel 36. Capaian indikator kinerja tersertifikasinya semua produk pertanian organik,
kakao fermentasi dan bahan olahan karet (pemberlakukan sertifikasi wajib),
2012 .................................................................................................................... 49
Tabel 37. Target dan Capaian Peningkatan Neraca Ekpor Per Tahun Dari Tahun
2010-2012 ........................................................................................................... 52
Tabel 38. Beberapa Penghargaan dan Prestasi yang Diraih Direktorat Jenderal PPHP .... 61
Tabel 39. Realisasi Keuangan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Tahun 2012 ......................................................................................................... 64
Tabel 40. Realisasi Anggaran Kegiatan PPHP Tahun 2012 Per Jenis Belanja .................. 65
Tabel 41. Realisasi Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Direktorat Jenderal
PPHP Tahun 2012 .............................................................................................. 65
Tabel 42. Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Daerah Tahun 2012
Yang Tidak Terealisasi ........................................................................................ 66
Tabel 43. Capaian Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2010-
2012 .................................................................................................................... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal PPHP
Lampiran 2. Tahapan Sertifikasi Pangan Organik dan Rencana Serta Capain
Kinerjanya, 2010-2014
Lampiran 3. Tahapan Sertifikasi Kakao Fermentasi dan Rencana Serta Capaian
Kinerjanya, 2010-2014
Lampiran 4. Tahapan Sertifikasi Bahan Olahan Karet (Bokar) dan Rencana Serta Capain
Kinerjanya, 2010-2014
Lampiran 5. Data Ekspor Impor Produk Pertanian
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu
pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaran
negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; Instruksi Presiden RI
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Instruksi Presiden
RI nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; Keputusan Kepala
LAN-RI nomor 589/IX/6/Y/1999 yang diperbaiki dengan Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara RI nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 20 Tahun 2008 tentang
Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama; Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Secara kronologis penerapan SAKIP dilakukan dengan : a) mempersiapkan dan
menyusun Rencana Strategis, b) merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan,
tujuan, sasaran dan strategi untuk mencapai tujuan, c) merumuskan indikator kinerja unit
kerja instansinya dengan berpedoman kepada kegiatan unggulan yang dominan menjadi
isu nasional dan vital bagi pencapaian visi dan misi pemerintah Indonesia, d) memantau
dan mengamati pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi secara seksama, e)
melakukan pengukuran pencapaian dan evaluasi kinerja dengan mengkaji kinerja aktual
dengan rencana/target yang ditetapkan.
Penerapan SAKIP tahun 2012 merupakan kelanjutan tahun-tahun sebelumnya yang
merupakan tahun ketiga penjabaran Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian periode tahun 2010-2014. Dimana diharapkan sistem ini
dapat berfungsi secara optimal sebagai salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan
pembaharuan birokrasi pemerintah untuk mempercepat terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih dari praktek-praktek
penyimpangan.
2 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
SAKIP sebagai salah satu instrumen utama dalam pembaharuan birokrasi di
lingkungan pemerintah menjadi penting dan mempunyai kedudukan sangat strategis.
Karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan suatu komitmen dan keseriusan para pejabat
dan semua pegawai jajaran Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (PPHP). Penerapan SAKIP ini dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat pencapaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya
pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan tahun
berjalan sebagai ekspresi dari rencana strategis Direktorat Jenderal PPHP yang pada
gilirannya dapat diakumulasikan menjadi bentuk pertanggungjawaban baik keberhasilan
maupun kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal PPHP.
Sebagai wujud pertanggungjawaban tersebut, maka disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian Tahun 2012.
1. 2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010
tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Pertanian,
Direktorat Jenderal PPHP mempunyai tugas “merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standarisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian”. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, Direktorat Jenderal PPHP menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan di mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha,
dan pemasaran hasil pertanian,
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan
usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang mutu dan standardisasi,
pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi,
pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal PPHP.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal PPHP didukung oleh
6 (enam) unit kerja Eselon II yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Pengembangan Usaha dan
Investasi, Direktorat Pemasaran Domestik, dan Direktorat Pemasaran Internasional.
Keenam Eselon II tersebut mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Sekretariat Direktorat Jenderal, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 3
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan menyelenggarakan fungsi antara
lain:
1) Koordinasi dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di
bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian,
2) Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan,
3) Evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tatalaksana, serta pengelolaan urusan
kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta
pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik,
4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian, dan
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian.
b. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil
pertanian; yang menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengolahan dan analisis mengenai
dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan peternakan,
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan dan analisis mengenai dampak
lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan peternakan,
3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengolahan dan
analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan
dan peternakan,
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan dan analisis
mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan
peternakan,
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.
c. Direktorat Mutu dan Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan
standardisasi; yang menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standarisasi, penerapan, dan
pengawasan jamianan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan
harmonisasi,
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang standarisasi, penerapan, dan pengawasan
jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan harmonisasi,
4 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang standarisasi,
penerapan, dan pengawasan jamianan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta
kerjasama dan harmonisasi,
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standarisasi, penerapan, dan
pengawasan jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan
harmonisasi,
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Mutu dan Standardisasi.
d. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi, mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard,
prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pengembangan usaha dan investasi; yang menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi,
promosi dalam dan luar negeri,
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi, promosi
dalam dan luar negeri,
3) Penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria di bidang kemitraan dan
kewirausahaan, investasi, promosi dalam dan luar negeri.
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kemitraan dan kewirausahaan,
investasi, promosi dalam dan luar negeri,
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi.
e. Direktorat Pemasaran Domestik, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran domestik;
yang menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang informasi, pemantauan, dan stabilisasi
harga, sarana dan kelembagaan pasar, serta jaringan pemasaran,
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang informasi pasar, pemantauan dan stabilisasi
harga, sarana dan kelembagaan pasar serta jaringan pemasaran,
3) Penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria di bidang informasi,
pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar serta jaringan
pemasaran,
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi, pemantauan dan
stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar serta jaringan pemasaran,
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pemasaran Domestik.
f. Direktorat Pemasaran Internasional, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur dan
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 5
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran
internasional; yang menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis, pengembangan ekspor,
pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan kerjasama
komoditi,
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang analisis, pengembangan ekspor, pemasaran
bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan kerjasama komoditi,
3) Penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria di bidang analisis,
pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran
multilateral dan kerjasama komoditi,
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis, pengembangan
ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan
kerjasama komoditi,
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pemasaran Internasional.
Untuk operasionalisasi pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
khususnya di bidang mutu dan standardisasi alat dan mesin pertanian, Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yaitu Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPMA). Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan /OT.140/10/2006 tanggal 3
Oktober 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin
Pertanian, BPMA mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu alat dan mesin
pertanian. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, BPMA menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan uji verifikasi, uji unjuk kerja, uji beban berkesinambungan, uji pelayanan
dan uji kesesuaian alat dan mesin pertanian,
b. Pemberian sertikat hasil uji alat dan mesin pertanian,
c. Analisis dan evaluasi teknik dan metode pengujian alat dan mesin pertanian,
d. Pemantauan dan evaluasi peredaran alat dan mesin pertanian yang sudah diuji,
e. Pemberian pelayanan teknis kegiatan pengujian mutu alat dan mesin pertanian,
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMA.
Untuk operasionalisasi pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
di daerah, pada tahun 2012 Direktorat Jenderal PPHP didukung oleh 93 satuan kerja
(satker), yang terdiri atas 2 satker pusat (Direktorat Jenderal PPHP dan BPMA) serta 79
satker di tingkat provinsi, yaitu Dinas lingkup pertanian provinsi yang mendapatkan alokasi
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Provinsi serta 12 satker di tingkat
kabupaten/kota yaitu Dinas lingkup pertanian kabupaten/kota yang mendapatkan alokasi
Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota.
6 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
1. 3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian, struktur organisasi Direktorat Jenderal PPHP secara rinci dapat dilihat
pada lampiran.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan
organisasi. Sejalan dengan berkembangnya organisasi dan beban tugas Direktorat
Jenderal PPHP,jumlah SDM yang ada saat ini dirasakan masih terbatas, terutama SDM
yang meguasai teknologi pengolahan hasil pertanian. Pada posisi Desember 2012 jumlah
pegawai Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sebanyak 394
orang. Sebaran jumlah pegawai berdasarkan pendidikan adalah 0,5% SD; 0,25% SLTP;
21,07% SLTA; 4,31% DIII; 50,0% S1; 22,84% S2; 1,02% S3. Secara rinci jumlah pegawai
pada Direktorat Jenderal PPHP berdasarkan pendidikan dapat dilihat di tabel 1 berikut :
Tabel 1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan Per 31 Desember 2012
No Unit Kerja SD SLTP SLTA DIII S1 S2 S3 Jumlah
1 Sekretariat 1 1 40 4 47 21 1 115
2 Direktorat .Pengolahan Hasil Pertanian
- - 5 5 21 14 - 45
3 Direktorat Mutu dan Standarisasi
- - 7 - 32 11 2 52
4 Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
1 - 5 1 32 8 1 48
5 Direktorat Pemasaran Internasional
- - 4 - 23 16 - 43
6 Direktorat Pemasaran Domestik
- - 11 3 24 14 - 52
7 Balai pengujian Mutu Alsintan
- - 11 4 18 6 - 39
Jumlah 2 1 83 17 197 90 4 394
Untuk pegawai Direktorat Jenderal PPHP berdasarkan golongan pangkat terakhir
dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 7
Tabel 2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Pangkat, 31 Desember 2012
Unit Kerja
Golongan Jumlah
I II III IV
d a b c d a b c d a b c d
Sekretariat 1 4 5 14 10 19 16 17 14 7 6 - 2 115
Direktorat
Pengolahan
- - 3 1 2 11 6 6 9 5 1 1 - 45
Direktorat
Mutu dan
Standarisasi
- - 1 1 3 14 3 7 10 5 7 1 - 52
Direktorat
Peng. Usaha
dan Investasi
- 1 - 1 - 13 4 10 11 3 4 1 - 48
Direktorat
Pemasaran
Internasional
- - - 2 2 9 4 6 13 2 4 1 - 43
Direktorat
Pemasaran
Domestik
- 1 - 2 2 16 5 7 10 5 3 1 - 52
Balai
pengujian
Mutu Alsintan
- 3 - 6 - 12 8 4 2 3 1 - - 39
Jumlah 1 9 9 27 19 94 46 57 69 30 26 4 2 394
Sedangkan Pegawai Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian berdasarkan jabatan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan 31 Desember 2012
No. Uraian Jabatan Jumlah %
1 Jabatan Struktural 86 21,5
2 Fungsional Medik Veteriner 1 0,2
3 Fungsional Perencana 4 1,0
4 Fungsional PMHP 13 3,2
5 Fungsional Analisis Kepegawaian 2 0,2
6 Fungsional Umum 288 73,8
Jumlah 394 100
8 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien dan
akuntabel, Direktorat Jenderal PPHP berpedoman pada dokumen perencanaan yang
terdapat pada :
a. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014,
b. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
2010-2014,
c. Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
2012.
2.1. Rencana Strategis
2.1.1. Visi dan Misi
Direktorat Jenderal PPHP dengan mengacu visi Kementerian Pertanian
“terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal
untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan
kesejahteraan petani” menetapkan visi Direktorat Jenderal PPHP sebagai berikut :
“menjadikan institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan
masyarakat pertanian sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian melalui penyelenggaran birokrasi yang profesional dan
berintegritas’.
Untuk mewujudkan visinya Kementerian Pertanian mengemban misi :
a. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan
sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.
b. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan
peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.
c. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk
mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.
d. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri, serta mampu memanfaatkan iptek
dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.
e. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal
(ASUH) dkonsumsi.
f. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 9
g. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal guna
menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.
h. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal
untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.
i. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas
pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.
j. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian
yang amanah dan profesional.
Direktorat Jenderal PPHP mendukung misi Kementerian Pertanian terutama pada
butir d dan f s.d. j. Untuk mendukung Kementan dan mewujudkan visi Direktorat Jenderal
PPHP, maka Direktorat Jenderal PPHP mengemban misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
a. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang
merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya diharapkan sebagai wadah
peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan
manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional.
b. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di perdesaan melalui keterpaduan sistem
produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;
sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di
perdesaan, dan peningkatan nilai tambah produk pertanian secara adil serta
profesional.
c. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil pertanian secara efektif dan
operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar
domestik maupun internasional.
d. Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi dan proteksi
produk pertanian yang efektif dan efisien.
e. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil pertanian melalui kebijakan promosi dan
proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.
f. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Jenderal menuju pengelolaan
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang profesional dan berintegritas moral
tinggi.
2.1.2. Tujuan dan Sasaran, serta Indikator Sasaran
Sesuai dengan visi dan misi, Kementerian Pertanian mempunyai tujuan, untuk :
a. Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis
sumberdaya lokal.
b. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan.
c. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan.
d. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.
e. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
10 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Sesuai dengan visi, misi dan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal PPHP
dalam mendukung tujuan Kementerian Pertanian terutama butir ke 4, maka tujuan yang
akan dicapai pada periode 2010-2014 adalah :
a. Menumbuhkembangkan unit usaha pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan.
b. Menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
c. Menumbuhkembangkan usaha dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian yang memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan.
d. Meningkatkan daya serap pasar domestik.
e. Meningkatkan ekspor hasil pertanian di pasar internasional.
Kementerian Pertanian dalam upaya mencapai tujuan telah menetapkan empat
target utama, yaitu :
a. Swasembada dan swasembada berkelanjutan.
b. Diversifikasi pangan.
c. Peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor.
d. Kesejahteraan petani.
Direktorat Jenderal PPHP sesuai tugas dan fungsinya, maka ditetapkan untuk
menjadi leader untuk target utama ke 3, yaitu peningkatan nilai tambah, daya saing,
industri hilir, pemasaran dan ekspor. Target ini di tuangkan dalam indikator kinerja utama
Kementerian Pertanian, sebagai berikut :
a. Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan
karet pada tahun 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib).
b. Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50%
(2014.)
c. Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor 2014.
d. Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat
dalam negeri.
e. Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US$ 54,5
milyar (2014).
Untuk mendukung capaian tersebut Direktorat Jenderal PPHP menetapkan sasaran
strategis periode 2010-2014, yaitu “meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian berkelanjutan”. Sasaran strategis dan indikator kinerja Direktorat Jenderal PPHP
periode 2010-2014 seperti tercantum pada dokumen Rencana Strategis Direktorat
Jenderal PPHP 2010-2014, adalah sebagai berikut :
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 11
Tabel 4. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Periode 2010-2014 Beserta Target Pencapaiannya
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
2010 2011 2012 2013 2014
Meningkatnya
usaha pengolahan
dan pemasaran
hasil pertanian
berkelanjutan
Meningkatnya produk
olahan hasil pertanian
yang bermutu untuk
ekspor dan pasar
domestik
5% 5% 5% 5% 5%
Meningkatnya jumlah
lembaga pemasaran
petani dalam rangka
penyerapan pasar hasil
pertanian
5% 5% 5% 5% 5%
Meningkatnya jumlah
usaha pengolahan dan
pemasaran hasil
pertanian
6% 6% 6% 6% 6%
Meningkatnya nett
ekspor komoditi segar
dan olahan
15% 15% 15% 15% 15%
2.1.3. Strategi, Kebijakan, dan Program untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, strategi yang diterapkan Direktorat Jenderal
PPHP adalah:
a. Penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu komoditi strategis dan keamanan
pangan.
b. Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran produk hasil
pertanian.
c. Pengembangan kewirausahaan dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian.
d. Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor komoditas
strategis.
Dengan strategi dimaksud maka ditetapkan kebijakan pengembangan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian, sebagai berikut :
a. Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian
12 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian ini antara lain : 1) peningkatan
nilai tambah melalui agroindustri perdesaan; 2) peningkatan inovasi dan diseminasi
teknologi pengolahan; 3) peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian
melalui optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan; 4) peningkatan kemampuan
dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan di
tingkat petani; dan 5) peningkatan upaya pengelolaan lingkungan.
b. Kebijakan pengembangan mutu dan standardisasi
Kebijakan pengembangan mutu dan standardisasi antara lain : 1) pengembangan
standardisasi sarana dan hasil pertanian; 2) penerapan sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan; 3) pengembangan sistem uji mutu alsintan; dan 4) pembinaan
kelembagaan mutu.
c. Kebijakan pengembangan pemasaran domestik.
Kebijakan pengembangan pemasaran domestik antara lain : 1) pengembangan
jaringan pemasaran domestik; 2) pengembangan sarana dan kelembagaan pasar; 3)
kebijakan stabilisasi harga dan pemantauan pasar; dan 4) pengembangan pelayanan
informasi pasar.
d. Kebijakan pengembangan pemasaran internasional
Kebijakan pengembangan pemasaran internasional antara lain : 1) pengembangan
analisa pasar, market intelligent dan perluasan pasar internasional; 2) berpartisipasi
dalam perundingan internasional bidang pertanian; 3) penyusunan posisi Indonesia
dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi
strategis; 4) pembinaan kelompok usaha untuk tujuan ekspor; dan 5) peningkatan
akses ekspor komoditi strategis.
e. Kebijakan pengembangan usaha dan investasi
Kebijakan pengembangan usaha dan investasi antara lain : 1) pengembangan usaha
dan kelembagaan pertanian berbasis kemitraan dan kewirausahaan; 2) peningkatan
promosi dan pelayanan investasi pertanian; 3) peningkatan promosi produk pertanian di
tingkat nasional dan internasional; dan 4) peningkatan konsumsi produk lokal melalui
kampanye.
Direktorat Jenderal PPHP mempunyai satu program dalam mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran Kementerian Pertanian yang ditetapkan, yaitu : Program Peningkatan
Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian.
Selanjutnya program dimaksud diimplementasikan melalui 6 (enam) kegiatan utama yang
dilaksanakan di satker pusat dan daerah, yaitu :
a. Kegiatan pengembangan pengolahan hasil pertanian,
b. Kegiatan pengembangan mutu dan standardisasi,
c. Kegiatan pengembangan pemasaran domestik,
d. Kegiatan pengembangan pemasaran internasional,
e. Kegiatan pengembangan usaha dan investasi,
f. Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 13
2.2. Penetapan Kinerja dan Perjanjian Kinerja
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2012 merupakan penjabaran dari sasaran
dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) periode Tahun
2010-2014 untuk tahun 2012. RKT Direktorat Jenderal PPHP tahun 2012 ditetapkan pada
bulan Nopember 2011. RKT dimaksud secara rinci sebagai berikut :
Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2012
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Meningkatnya
usaha pengolahan
dan pemasaran
hasil pertanian
berkelanjutan
Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang
bermutu untuk ekspor dan pasar domestik
5%
Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani
dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian
5%
Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian
6%
Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan
olahan
15%
Setelah melalui proses perencanaan hingga ditetapkannya DIPA dan RKAKL
Direktorat Jenderal PPHP, maka pada bulan Februari 2012 telah dilakukan Penetapan
Kinerja (PK) Direktorat Jenderal PPHP. Penetapan kinerja ini merupakan perjanjian kinerja
antara Direktur Jenderal PPHP dengan Menteri Pertanian. Penetapan kinerja ini dibiayai
dengan APBN sebesar Rp. 519.623.100.000,-. Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal
PPHP tahun 2012 sebagai berikut :
Tabel 6. Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2012
Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Target
Meningkatnya
usaha pengolahan
dan pemasaran
hasil pertanian
berkelanjutan
Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang
bermutu untuk ekspor dan pasar domestik
5%
Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani
dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian
5%
Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian
6%
Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan 15%
Perjanjian kinerja dalam bentuk dokumen Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal
PPHP yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal PPHP dengan Menteri Pertanian,
ditindaklanjuti dengan perjanjian kinerja antara masing-masing Eselon II lingkup Direktorat
14 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Jenderal PPHP dengan Direktur Jenderal PPHP yang dituangkan dalam dokumen
Penetapan Kinerja masing-masing Eselon II. Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 tahun 2010, unit kerja
eselon I pada kementerian melaporkan pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat
hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting. Penetapan kinerja kegiatan utama
Direktorat Jenderal PPHP (output penting) untuk masing-masing kegiatan utama yang
dilaksanakan oleh masing-masing Direktorat terkait lingkup Direktorat Jenderal PPHP,
adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2012
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya usaha
pengolahan hasil
pertanian yang
berkelanjutan
Jumlah unit usaha pengolahan hasil
tanaman pangan
169 kelompok usaha
Jumlah unit usaha pengolahan hasil
hortikultura
69 kelompok usaha
Jumlah unit usaha pengolahan hasil
perkebunan
111 kelompok usaha
Jumlah unit usaha pengolahan hasil
peternakan
116 kelompok usaha
Tabel 8. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi Tahun 2012
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya usaha,
kemitraan dan investasi
sektor pertanian
Jumlah binaan kemitraan dan
kewirausahaan di sektor pertanian
13 kelompok usaha
Jumlah peningkatan pelayanan
investasi di sektor pertanian
17 laporan
Jumlah pameran, promosi, eksibisi dan
perlombaan dalam negeri maupun luar
negeri
256 kali pameran/
promosi
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 15
Tabel 9. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya mutu
dan keamanan
pangan hasil
pertanian
Jumlah rancangan SNI produk pertanian 25 dokumen
Jumlah unit usaha yang menerapkan
sistem jaminan mutu
200 unit usaha
Jumlah laboratorium pengujian 10 laboratorium
Jumlah lembaga sertifikasi 35 unit/lembaga
Jumlah kerjasama standar mutu 3 kerjasama
Jumlah harmonisasi standar mutu 4 harmonisasi
Jumlah lembaga pengujian mutu alat
mesin pertanian
3 unit/lembaga
Jumlah pengujian mutu dan (sertifikasi)
alsintan
192 dokumen
Tabel 10. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya
pemasaran hasil
pertanian di pasar
domestik
Jumlah kelembagaan pasar domestik 73 unit pasar
Jumlah komoditi dalam pemantauan & stabilisasi
harga komoditas pertanian utama
17 laporan
Jumlah kerjasama dan jaringan pasar 11 MoU
Jumlah lokasi pelayanan informasi pasar
komoditi pertanian
109 lokasi
Tabel 11. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional Tahun 2012
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya
pemasaran
internasional hasil
pemasaran
Jumlah dokumen kerjasama bilateral, regional
dan multilateral pemasaran komoditi pertanian
33 dokumen
Jumlah partisipasi dalam perundingan
internasional bidang pertanian untuk
memperjuangkan pemasaran komoditi pertanian
Indonesia
25 laporan
Jumlah analisa peningkatan ekspor dan
penurunan impor hasil pertanian
12 laporan
16 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Tabel 12. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Tahun 2012
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Terselenggaranya pelayanan administrasi dan pelayanan teknis lainnya secara professional dan berintegritas di lingkungan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan nilai tambah, daya saing, industry hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian. - Administrasi, koordinasi dan pembinaan - Pertemuan sosialisasi kegiatan PPHP - Pemantauan, pelaporan dan evaluasi - Evaluasi awal dan akhir serta SAI - Database PPHP
13 Dokumen/ Laporan
Jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui LM3. - Pengawalan dan pembinaan LM3 tahun
sebelumnya.
200 lembaga (LM3)
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 17
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja
Dengan berpedoman pada indikator kinerja sasaran atau indikator kinerja program
pada rencana strategis Direktorat Jenderal PPHP 2010-2014 serta mengacu pada
Indikator Kinerja Utama Kementerian Pertanian dan dokumen Penetapan Kinerja Tahun
2012 antara Direktur Jenderal PPHP dengan Menteri Pertanian, maka telah disusun
Informasi Standar Baku Indikator Kinerja yang merupakan pedoman dalam pengukuran
indikator kinerja. Dalam buku ini dijelaskan tentang target kinerja yang akan dicapai dan
metode pengukurannya. Dalam proses pengukuran kinerja ditemui beberapa
permasalahan yang dikarenakan kurang jelas atau rincinya Informasi Standar Baku
Indikator Kinerja Ditrektorat Jenderal PPHP, sehingga telah dilakukan reviu oleh Tim
LAKIP Direktorat Jenderal PPHP dan telah disusun cara perhitungan indikator kinerja
utama (IKU/outcome).
Untuk memantau perkembangan target kinerja kegiatan pada dokumen Penetapan
Kinerja yang sudah ditetapkan, maka pada awal Tahun Anggaran 2012 telah dibuat
rencana Pengukuran Kinerja. Pengukuran kinerja tersebut dilakukan secara berkala setiap
3 (tiga) bulan sekali (triwulanan), yaitu pada bulan Maret, Juni, September dan Desember).
Pemantauan pengukuran kinerja dilakukan oleh Tim LAKIP Direktorat Jenderal
PPHP yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal PPHP. Pencapaian kinerja triwulanan
dipantau Tim LAKIP dari Direktorat yang menjadi penanggungjawab kegiatan, selanjutnya
dilaporkan kepada Sekretariat Direktorat Jenderal PPHP. Berdasarkan laporan ini,
Sekretariat merangkum seluruh hasil yang dicapai dan melakukan evaluasi untuk
mengendalikan pelaksanaan program/kegiatan secara keseluruhan. Setelah berakhirnya
tahun anggaran 2012, Direktorat Jenderal PPHP melakukan evaluasi nasional terhadap
pencapaian indikator kinerja baik yang dilaksanakan di pusat, maupun di daerah.
3.1.1. Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal PPHP
Pengukuran indikator kinerja utama Direktorat Jenderal PPHP sesuai cara
perhitungan IKU yang telah disusun oleh Tim LAKIP, sebagai berikut :
18 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Tabel 13. Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal PPHP Periode 2010-2012 dan Cara Perhitungannya
No Indikator Kinerja
Utama Cara Pengukuran
1. Meningkatnya
produk olahan hasil
pertanian yang
bermutu untuk
ekspor dan pasar
domestik
Rata-rata dari persentase peningkatan jumlah produk
olahan bermutu untuk ekspor = ((volume ekspor produk
olahan strategis pada tahun t - volume ekspor produk
olahan strategis pada tahun t-1)/volume ekspor produk
olahan strategis pada t-1) x 100 , dan persentase
peningkatan nilai penjualan produk olahan makanan dan
minuman = ((nilai penjualan produk olahan makanan dan
minuman pada tahun t - nilai penjualan produk olahan
makanan dan minuman pada tahun t-1)/ nilai penjualan
produk olahan makanan dan minuman pada tahun t-1) x
100. Sumber data : BPS, diolah Ditjen PPHP; dan
GAPMMI.
2. Meningkatnya
jumlah lembaga
pemasaran petani
dalam rangka
penyerapan pasar
hasil pertanian
Persentase peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani
= ((jumlah pasar tani, STA dan pasar ternak nasional pada
tahun t - jumlah pasar tani, STA dan pasar ternak nasional
pada tahun t-1)/jumlah pasar tani, STA dan pasar ternak
nasional pada tahun t-1) x 100. Sumber data : Dinas
provinsi lingkup pertanian, diolah Ditjen PPHP.
3. Meningkatnya
jumlah usaha
pengolahan dan
pemasaran hasil
pertanian
Persentase peningkatan jumlah industri pengolahan
makanan, minuman dan tembakau = ((jumlah industri
pengolahan makanan, minuman dan tembakau pada tahun
t - jumlah industri pengolahan makanan, minuman dan
tembakau pada tahun t-1)/jumlah industri pengolahan
makanan, minuman dan tembakau pada tahun t-1) x 100.
Sumber data : Pusdatin Kementerian Perindustrian.
4. Meningkatnya nett
ekspor komoditi
segar dan olahan
Persentase peningkatan neraca ekspor impor produk
pertanian yang menjadi tupoksi Kementan = ((neraca pada
tahun t - neraca pada tahun t-1)/neraca pada tahun t-1) x
100. Sumber data : BPS dioleh oleh Pusdatin Kementan
dan Ditjen PPHP.
Pengukuran capaian kinerja dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari kinerja yang telah dilakukan terhadap perencanaan yang telah
ditetapkan. Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Jenderal PPHP tahun 2012
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 19
dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal PPHP tahun 2012 dengan
realisasinya. Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
% capaian = (Realisasi / Rencana) x 100%
(semakin tinggi realisasi menunjukkan capaian yang semakin baik)
Tingkat capaian kinerja Direktorat Jenderal PPHP tahun 2012 berdasarkan hasil
pengukurannya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 14. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal PPHP
Sasaran :
Meningkatnya usaha pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan
No Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
2012 (%)
Capaian
2012 (%)
Realisasi
2010-2012
Capaian
2010-
2012
1. Meningkatnya produk
olahan hasil pertanian
yang bermutu untuk
ekspor dan pasar
domestik (%)
5 7,3 145,17 6,2 123,2
2. Meningkatnya jumlah
lembaga pemasaran
petani dalam rangka
penyerapan pasar hasil
pertanian (%)
5 1,40 28 *) 2,2 44 *)
8,11 162 **) 15,4 308 **)
3. Meningkatnya jumlah
usaha pengolahan dan
pemasaran hasil
pertanian (%)
6 8,20 137 6,73 112
4. Meningkatnya nett
ekspor komoditi segar
dan olahan (%)
15 -9,5 -63 18,13 120,9
Keterangan : *) capaian secara nasional; **) capaian oleh fasilitasi Direktorat Jenderal PPHP saja.
20 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Tabel 15. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2012
Sasaran :
Meningkatnya usaha pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian %
1. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
tanaman pangan (kelompok usaha)
169 315 186,4
2. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
hortikultura (kelompok usaha)
69 119 172
3. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
perkebunan
(kelompok usaha)
111 178 130
4. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
peternakan (kelompok usaha)
116 194 167,2
Tabel 16. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi Tahun 2012
Sasaran
Meningkatnya usaha, kemitraan dan investasi sektor pertanian
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1.
Jumlah binaan kemitraan dan kewirausahaan
di sektor pertanian (kelompok usaha)
13 33 253,8
2.
Jumlah peningkatan pelayanan investasi di
sektor pertanian (laporan)
17 19 111,8
3. Jumlah pameran, promosi, eksibisi dan
perlombaan dalam negeri maupun luar negeri
(pameran/promosi)
256 256 100
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 21
Tabel 17. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi Tahun 2012
Sasaran
Meningkatnya mutu dan keamanan pangan hasil pertanian
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian %
1. Jumlah rancangan SNI produk pertanian
(dokumen)
25 25 100
2. Jumlah unit usaha yang menerapkan sistem
jaminan mutu (unit usaha)
200 206 103
3. Jumlah laboratorium pengujian
(laboratorium)
10 10 100
4. Jumlah lembaga sertifikasi (unit/lembaga) 35 35 100
5.
Jumlah kerjasama standar mutu
(kerjasama)
3 3 100
6. Jumlah harmonisasi standar mutu
(harmonisasi)
4 4 100
7.
Jumlah lembaga pengujian mutu alat mesin
pertanian (unit/lembaga)
3 1 33,3
8. Jumlah pengujian mutu dan (sertifikasi)
alsintan (dokumen)
192 233 121,4
Tabel 18. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik Tahun 2012
Sasaran
Meningkatnya pemasaran hasil pertanian di pasar domestik
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1.
Jumlah kelembagaan pasar domestik
(unit pasar)
73 92 126,02
2.
Jumlah komoditi dalam pemantauan &
stabilisasi harga komoditas pertanian
utama (laporan)
17 20 117,6
3.
Jumlah kerjasama dan jaringan pasar
(MoU)
11 17 154,5
4. Jumlah lokasi pelayanan informasi
pasar komoditi pertanian (lokasi)
109 90 82,56
22 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Tabel 19. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional Tahun 2012
Sasaran
Meningkatnya pemasaran internasional hasil pemasaran
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
1.
Jumlah dokumen kerjasama bilateral,
regional dan multilateral pemasaran komoditi
pertanian (dokumen)
33 33 100
2.
Jumlah partisipasi dalam perundingan
internasional bidang pertanian untuk
memperjuangkan pemasaran komoditi
pertanian Indonesia (laporan)
25 25 100
3. Jumlah analisa peningkatan ekspor dan
penurunan impor hasil pertanian (laporan)
12 12 100
Tabel 20. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Tahun 2012
Sasaran Terselenggaranya pelayanan administrasi dan pelayanan teknis lainnya secara professional dan berintegritas di lingkungan Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
1 Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian (dukumen/laporan). - Administrasi, koordinasi dan pembinaan - Pertemuan sosialisasi kegiatan PPHP - Pemantauan, pelaporan dan evaluasi - Evaluasi awal dan akhir serta SAI - Database PPHP
13 13 100
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 23
3.1.2. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP terhadap IKU
Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal PPHP mendukung IKU Kementerian Pertanian terutama pada
sasaran peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor yang terdiri dari 5 indikator
kinerja utama, yang pencapaian kinerjanya dilihat pada tabel berikut. Berdasarkan hasil
pengukuran terhadap indikator kinerja dapat disimpulkan bahwa sangat berhasil sebanyak
3 indikator dan berhasil 2 indikator dengan rincian analisis sebagai berikut.
Tabel 21. Capaian Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Tahun 2011
NO Indikator Kinerja Target Realisasi %
Capaian
1 Tersertifikasinya semua produk
pertanian organik, kakao
fermentasi dan bahan olahan
karet pada 2014 (pemberlakuan
sertifikasi wajib)
24 Sertifikat produk
pertanian organik
35
(145,83%)
103,3
60 % terpenuhinya
tahapan sertifikasi
wajib kakao
fermentasi (100%)
87,0%
60% terpenuhinya
tahapan sertifikasi
wajib bokar (100%)
77,1%
2 Meningkatnya produk olahan
yang diperdagangkan (%)
38 42,25 111,8
3 Pengembangan tepung-
tepungan untuk mensubstitusi
gandum/terigu impor 2014
(ton/tahun)
8.600 7.250 84,3
4 Memenuhi semua sarana
pengolahan kakao fermentasi
bermutu untuk industri coklat
dalam negeri (unit)
28 41 146,4
5 Meningkatnya surplus neraca
perdagangan (US$)
19,98 19,00 95,1
3.2. Analisis Capaian Kinerja
Pada tahun 2012, sasaran strategis Direktorat Jenderal PPHP dicapai dengan 4
indikator kinerja utama, yang pencapaian kinerjanya dilihat pada tabel berikut. Berdasarkan
24 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
hasil pengukuran terhadap indikator kinerja dapat disimpulkan bahwa sangat berhasil
sebanyak 2 (dua) indikator dan berhasil 1 (satu) indikator, serta kurang berhasil 1 (satu)
indikator. Namun begitu, capaian secara kumulatif, yaitu capaian pada periode 2010-2012
dengan basis data pada 2009, maka capaian indikator kinerja utama Direktorat Jenderal
PPHP sangat berhasil 3 (tiga) indikator dan berhasil 1 (satu) indikator. Secara ringkas
capaian Indikator Kinerja Utama (outcome) pada Direktorat Jenderal PPHP tahun 2012
dan periode tahun 2010-2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 22. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal PPHP
No Indikator Kinerja
Utama
Target Realisasi
2012 (%)
Capaian
2012 (%)
Realisasi
2010-
2012
Capaian
2010-
2012
1. Meningkatnya produk
olahan hasil pertanian
yang bermutu untuk
ekspor dan pasar
domestik (%)
5 7,3 145 6,2 123
2. Meningkatnya jumlah
lembaga pemasaran
petani dalam rangka
penyerapan pasar
hasil pertanian (%)
5 1,40 28 *) 2,2 44 *)
8,11 162 **) 15,4 308 **)
3. Meningkatnya jumlah
usaha pengolahan dan
pemasaran hasil
pertanian (%)
6 8,20 137 6,73 112
4. Meningkatnya nett
ekspor komoditi segar
dan olahan (%)
15 -9,5 -63 18,13 120
Keterangan : *) capaian secara nasional; **) capaian oleh fasilitasi Direktorat Jenderal PPHP saja.
3.2.1. Indikator Kinerja Peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu
untuk ekspor dan pasar domestik
Pengukuran indikator kinerja peningkatan produk olahan hasil pertanian yang
bermutu untuk ekspor dan pasar domestik diukur dengan dua variabel yang mewakili pasar
ekspor dan pasar domestik, yaitu persentase volume ekspor produk olahan komoditi
ekspor utama dan nilai penjualan makanan dan minuman dari industri makanan dan
minuman Indonesia.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 25
Pada tahun 2012 (periode Januari-September) persentase volume ekspor produk
olahan untuk komoditi ekspor utama kakao, kepala sawit, kelapa, kopi, karet dan ubi kayu
dibanding total volume ekspornya adalah sebesar 42,25%. Bila dibandingkan dengan
tahun 2009, 2010 dan 2011 dimana volume ekspor produk olahan tersebut sebesar
36,94%; 36,94% dan 39,13% (atau 38,6% pada periode Januari-September 2012), maka
terjadi peningkatan perdagangan produk olahan (kakao, kepala sawit, kelapa, kopi, karet
dan ubi kayu) sebesar 5,17% per tahun atau meningkat 9,57% apabila pada tahun 2012
dibandingkan tahun 2011 (sumber data :BPS diolah Direktorat Jenderal PPHP).
Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) pada
Industry Update volume 7, tahun 2012 yang diterbitkan oleh Bank Mandiri, nilai penjualan
makanan dan minuman pada tahun 2009 sebesar Rp. 555 Trilyun, 2010 sebesar Rp. 605
Trilyun, 2011 sebesar 650 Trilyun dan 2012 data sementara 682,5 Trilyun. Nilai penjualan
makanan dan minuman pada tahun 2012 meningkat sebesar 5% apabila dibandingkan
dengan tahun 2011, sedangkan peningkatan per tahun periode 2009-2012 sebesar 7,15%.
Dari kedua variabel dimaksud, maka dapat disimpulkan bahwa realisasi indikator
kinerja peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar
domestik adalah sebesar 7,3% pada tahun 2012 (dibandingkan tahun 2011) atau capaian
indikator ini sebesar 145% (sangat berhasil) dari target 5%.
Tabel 23. Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Peningkatan Produk Olahan Hasil Pertanian Yang Bermutu Untuk Ekspor dan Pasar Domestik
No Indikator Kinerja 2009 2010
2011 2012 Peningkatan
2012 dari 2011 (%)
Peningkatan per Tahun
(%)
1. % Volume ekspor produk olahan strategis dibandingkan total volume ekspornya (segar dan olahan) (%)
36,94 36,94 39,13 atau
38,56 (Jan-Sep)
42,25 (Jan-Sep)
9,57 5,17
2. Nilai penjualan makanan dan minuman dari industri makanan dan minuman Indonesia (Rp. Trilyun)
555 605 650 682,5 5,00 7,15
Realisasi Total Capaian Total
7,3 145
6,2 123
26 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Kegiatan utama yang mendukung capaian kinerja ini adalah kegiatan
pengembangan pengolahan hasil pertanian dan kegiatan pengembangan mutu dan
standardisasi. Dalam rangka peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu
untuk ekspor dan pasar domestik telah dilakukan berbagai upaya antara lain
pengembangan pengolahan melalui konsep kawasan terpadu yang berkelanjutan di
sentra-sentra produksi pertanian, peningkatan kemampuan petugas pembina dan pelaku
pengolahan hasil pertanian melalui inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan,
peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui pengutuhan usaha,
optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan, peningkatan kemampuan dan
pemberdayaan SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di
tingkat petani serta peningkatan pengolahan hasil pertanian yang ramah lingkungan, serta
peningkatan pengolahan hasil samping.
Untuk peningkatan mutu produk olahan melalui kegiatan pengembangan mutu dan
standardisasi telah dilakukan beberapa upaya, yaitu penyusunan kebijakan mutu dan
standardisasi, sosialisasi mutu dan standardisasi, pengembangan Standard Nasional
Indonesia (SNI), penerapan dan pengawasan jaminan mutu hasil pertanian, peningkatan
kompetensi SDM pengawas mutu dan keamanan pangan, pengembangan jabatan
fungsional pengawas mutu hasil pertanian, pengembangan laboratorium dan lembaga
sertifikasi, fasilitasi kerjasama, serta harmonisasi standar mutu. Capaian output kedua
kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 24. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2012
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
tanaman pangan (kelompok usaha)
169 315 186,4
2. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
hortikultura (kelompok usaha)
69 119 172
3. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
perkebunan (kelompok usaha)
111 178 130
4. Jumlah unit usaha pengolahan hasil
peternakan (kelompok usaha)
116 194 167,2
Tingginya capaian output pada pengembangan pengolahan hasil tanaman pangan
dan hortikultura dikarenakan di beberapa daerah fasilitasi bantuan peralatan UPH yang
rencananya untuk satu kabupaten satu kelompok usaha diberikan kepada lebih dari satu
pelaku usaha. Namun begitu, sebenarnya ada dua UPH peternakan pada dua kabupaten
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 27
yang tidak terealisasi, yaitu 1) pengolahan pakan ternak di Kabupaten Jember disebabkan
keterlambatan dalam persetujuan revisi (Nopember 2012, yatu revisi jumlah output dari 2
unit ke 1 unit), sehingga Dinas terkait tidak sanggup melaksanakan; 2) pengembangan
agroindustri susu di Kota Bogor karena ketidaksiapan CP/CL. Selanjunya untuk
pengembangan pengolahan hasil perkebunan satu unit UPH teh di Kabupaten Majalengka
tidak terealisasi disebabkan oleh pelaksanaan lelang terlambat di ULP dan adanya
pergantian KPA. Pada pengembangan pengolahan hortikultura, pengembangan
agroindustri hortikultura di Kabupaten Deli Serdang tidak terealisasi karena permasalahan
di kelembagaan khususnya menyangkut masalah kepengurusan kelompok. Dan pada
pengembangan pengolahan tanaman pangan, pengembangan agroindustri tepung
berbasis sumber daya lokal ubi jalar di Kabupaten Asmat tidak terealisasi karena
kurangnya koordinasi penyusunan RUKK, karena masalah transportasi dan komunikasi,
sehingga berdampak pada proses pencairan dan bansos. Selain capaian tersebut
Direktorat Jenderal PPHP pada tahun 2012 juga mengalokasikan pengembangan usaha
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui Lembaga Mandiri yang Mengakar di
Masyarakat (LM3) dengan realisasi 145 LM3.
Realisasi 315 kelompok usaha pengolahan tanaman pangan terdiri atas 271
kelompok usaha penggilingan padi yang tersebar di 117 kabupaten/kota, 3 kelompok
usaha pengolahan kacang-kacangan di 3 kabupaten/kota, 29 kelompok usaha pengolahan
tepung berbasis sumberdaya lokal di 29 kabupaten/kota, 3 kelompok usaha pengolahan
keripik di 3 kabupaten/kota, dan 12 kelompok usaha pengolahan jagung di 5
kabupaten/kota. Realisasi 119 kelompok usaha UPH hortikultura terdiri atas 107 kelompok
usaha pengolahan berbasis buah dan sayur yang tersebar di 56 kabupaten/kota, dan 12
kelompok usaha pengolahan berbasis tanaman obat di 7 kabupaten/kota. Realisasi 178
kelompok usaha UPH perkebunan terdiri atas 40 kelompok usaha bokar di 40
kabupaten/kota, 9 kelompok usaha mintak atsiri di 9 kabupaten/kota, 13 kelompok usaha
pengolahan mete di 13 kabupaten/kota, 26 kelompok usaha pengolahan kelapa di 26
kabupaten/kota, 10 kelompok usaha gula di 10 kabupaten/kota, 1 kelompok usaha
pengolahan gambir di 1 kabupaten/kota, 2 kelompok usaha pengolahan lada di 2
kabupaten/kota, 34 kelompok usaha pengolahan kopi di 34 kabupaten/kota, dan 4
kelompok usaha pengolahan kakao di 43 kabupaten/kota. Realisasi 194 kelompok usaha
UPH peternakan terdiri atas 17 kelompok usaha pengolahan susu yang tersebar di 17
kabupaten/kota, 34 kelompok usaha pengolahan daging di14 kabupaten/kota, 48 kelompok
usaha pengolahan pakan ternak skala kecil di 40 kabupaten/kota dan 95 kelompok usaha
kompos/biogas di 40 kabupaten/kota.
28 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Tabel 25. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah rancangan SNI produk pertanian
(dokumen)
25 25 100
2. Jumlah unit usaha yang menerapkan sistem
jaminan mutu (unit usaha)
200 206 103
3. Jumlah laboratorium pengujian
(laboratorium)
10 10 100
4. Jumlah lembaga sertifikasi (unit/lembaga) 35 35 100
5. Jumlah kerjasama standar mutu (kerjasama) 3 3 100
6. Jumlah harmonisasi standar mutu
(harmonisasi)
4 4 100
7. Jumlah lembaga pengujian mutu alat mesin
pertanian (unit/lembaga)
3 1 33,3
8. Jumlah pengujian mutu dan (sertifikasi)
alsintan (dokumen)
192 233 121,4
Direktorat Jenderal PPHP pada tahun 2012 telah menghasilkan 25 dokumen
Rancangan SNI sektor pertanian, yaitu:
a. RSNI pakan konsentrat itik petelur,
b. RSNI pakan ayam buras - Bagian 3: layer,
c. RSNI tembakau cerutu besuki - Bagian 1: asalan,
d. RSNI tembakau Jatim Novo,
e. RSNI tembakau rajangan - Bagian 1: Maesan,
f. RSNI kedelai,
g. RSNI jagung,
h. RSNI sistem pangan organik,
i. RSNI embrio ternak,
j. RSNI bibit sapi potong-Bagian 3: Aceh,
k. RSNI leather leaf,
l. RSNI raphis excelsa,
m. RSNI jamur merang,
n. RSNI jahe segar,
o. RSNI bibit babi – bagian 1: Landrace,
p. RSNI bibt babi – bagian 2: Yorkshire,
q. RSNI bibit babi – bagian 3: Duroc,
r. RSNI bibit babi – bagian 4: Hampshire,
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 29
s. RSNI jagung - bahan pakan ternak,
t. RSNI dedak padi - Bahan pakan ternak,
u. RSNI bungkil kedelai - Bahan pakan ternak,
v. RSNI bungkil inti sawit - Bahan pakan ternak,
w. RSNI alat mesin persemaian padi sistem kotak (dapok) bagian 1: Kotak persemaian
(dapok) - Syarat mutu dan metoda uji,
x. RSNI alat mesin persemaian padi sistem kotak (dapok) bagian 2: Mesin penabur tanah
dan benih - Syarat mutu dan metoda uji
y. RSNI mesin perontok multikomodoti (padi, jagung dan kedelai) - Syarat mutu dan
metoda uji.
Untuk peningkatan mutu dan keamanan pangan telah difasilitasi poktan/gapoktan/
pelaku usaha penerap jaminan mutu, pada tahun 2012 telah ditargetkan 20 pelaku usaha
dengan realisasi unit usaha yang menerapkan sistem jaminan mutu sebanyak 206 pelaku
usaha yang terdiri dari 121 pelaku usaha kakao dan 85 pelaku usaha pertanian organik.
Fasilitasi laboratorium pengujian dilaksanakan di 10 laboratorium pengujian,
fasilitasi ini antara lain berupa bimbingan teknis validasi metoda laboratorium pengujian
lingkup pertanian, bimbingan teknis audit internal, serta fasilitasi alat pengujian. Kesepuluh
laboratorium ini adalah:
a. Laboratorium Uji Mutu Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Jawa Tengah.
b. Laboratorium Uji Mutu Formulasi dan Residu Pestisida UPTD Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan.
c. Laboratorium Pestisida UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Sumatera Barat.
d. Laboratorium Perlindungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
Ambon.
e. Laboratorium Pestisida Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali.
f. Laboratorium Kimia Agro UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Jawa Barat.
g. Laboratorium Kimia Agro UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Lampung.
h. Laboratorium Kimia Agro UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi DI Yogyakarta.
i. Laboratorium Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi
Sumatera Utara.
j. Laboratorium Pestisida UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Sulawesi Utara.
30 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Apresiasi dan fasilitasi lembaga sertifikasi dilaksanakan pada lembaga Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) dan Lembaga Sertifikasi Pangan Organik
(LSPO). Pada tahun 2012, telah dilakukan apresiasi dan penyiapan Lembaga Penilai
Kesesuaian dan bimbingan teknis pengujian serta audit internal kepada 35 lembaga, yaitu
33 OKKPD dan 2 LSPO. Dari 35 OKKPD sebanyak 16 OKKPD sudah diverifikasi (Provinsi
Sumatera Utara, Bangka Beitung, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan, Riau, NTB, Sulawesi Tengah, Banten), 9 OKKPD dalam proses verifikasi (Provinsi
DKI Jakarta, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara, Bengkulu), 5 OKKPD dalam proses penyempurnaan dokumen
sistem jaminan mutu (Provinsi Maluku, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua Barat, Papua),
serta 3 OKKPD masih dalam tahap penyusunan dokumen sistem jaminan mutu (Provinsi
Aceh, Kepulauan Riau, dan Maluku Utara). Dua LSPO yang difasilitasi adalah PT. Agri
Mandiri Lestari dengan status akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan LS-Pro
Balai Penelitian Tanaman Padi Jawa Barat yang masih dalam proses penyusunan
dokumen sistem jaminan mutu.
Target akreditasi lembaga pengujian mutu alat mesin pertanian yang ditargetkan 3
unit/lembaga, pada tahun 2012 hanya tercapai 1 unit/lembaga (33,3%). Pada awalnya ada
3 unit Laboratorium Uji Alsintan yang telah menyiapkan dokumen untuk proses pengajuan
akreditasi ke Komite Akreditasi Nasional (KAN). Ketiga laboratorium ini adalah 1) Balai
Pengujian Mutu Alsintan (BPMA), 2) Laboratorium Uji Universitas Gajah Mada Yogyakarta,
dan 3) laboratorium Uji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Namun anggaran untu
pengajuan akreditasi ke KAN mengalami pemotongan dalam rangka penghematan
anggaran, sehingga hanya satu yang dapat terakreditasi, yaitu BPMA.
Pada tahun 2012, telah dilaksanakan 3 kerjasama standar mutu, yaitu :
a. Kerjasama dengan Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah baik di dalam negeri dan
di luar negeri untuk mendukung pengembangan mutu dan standardisasi bidang
pertanian, yaitu Trade Support Programe II (TSP II) yang merupakan lanjutan dari TSP
I yang merupakan fasilitasi perdagangan pangan asal Indonesia ke negara ketiga
terutama Uni Eropa. Pada tahun 2012 fasilitasi terutama untuk biji pala; dan
pengenbangan Indonesia Rapid Alert System on Food and Feed (INRASFF) untuk
menindaklanjuti nasalah keamanan pangan segar hasil pertanian yag dinotifikasi oleh
negara mitra.
b. Kerjasama pengembangan pangan organik dengan Philipina.
c. Kerjasama standardisasi untuk ASEAN Pesticide Residue Data Generation yang
merupakan kegiatan kerjasama ASEAN dengan United State Drug Administration
(USDA), dimana salah satu dari 4 Pilot Project Standard Trade Development Fund
dilaksanakan di Indonesia, yaitu survey kandungan bahan aktif residu pestisida
azoxystrobin pada buah naga.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 31
Harmonisasi standar mutu pada tahun 2012 meliputi 4 forum pembahasan, yaitu 2
forum di tingkat regional ASEAN, satu forum di tingkat Asia serta satu forum di tingkat
internasional (forum Codex). Pada forum Codex Direktorat Jenderal PPHP c.q. Direktorat
Mutu dan Standardisasi selaku Mirror Committee aktif dalam penyusunan posisi Indonesia
untuk sidang-sidang Codex, selain itu Direktorat Jenderal PPHP juga memfasilitasi
Kesekretariatan Codex. Harmonisasi standar regional antara ain melalui sidag ke 16
Expert Working Group on Harmonization of Maximum Residue Limits (EWG-MRLs) of
Pesticides among ASEAN Countries, Sidang ke 8 Task Force on ASEAN Standards for
Horticultural Produce an Othe Food Crops, Global Organic Market Access (GOMA) dan
fasilitasi penyiapan data ilmiah residu bahan imia pangan segar.
Jumlah pengujian mutu dan sertifikasi alsintan yang ditargetkan sebanyak 192
terealisasi sebanyak 233. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan dari produsen
alsintan untuk sertifikasi produknya .
3.2.2. Indikator Kinerja Peningkatan Jumlah Lembaga Pemasaran Petani Dalam
Rangka Penyerapan Pasar Hasil Pertanian
Indikator kinerja peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka
penyerapan pasar hasil pertanian diukur dari jumlah lembaga pemasaran petani (pasar
tani, Sub Terminal Agribisnis (STA), pasar ternak) secara nasional, baik yang
pembangunannya dari fasilitas Direktorat Jenderal PPHP maupun yang bukan dari
Direktorat Jenderal PPHP. Realisasi peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam
rangka penyerapan pasar hasil pertanian pada tahun 2012 sebesar 1,40% atau baru
mencapai 28% dari target peningkatan 5%. Peningkatan rerata per tahun selama periode
2010-2012 sebesar 2,2% atau mencapai 44% dari target 5%. Rendahnya capaian ini
dikarenakan pembangunan pasar ternak baru sangat kecil, karena pasar ternak yang ada
sudah relatif memenuhi hanya perlu revitalisasi dalam upaya mengoptimalkan fungsi pasar
ternak.
Namun begitu, apabila capaian dilihat dari peningkatan jumlah lembaga pemasaran
petani yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal PPHP, maka peningkatan jumlah lembaga
pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian pada tahun 2012
sebesar 8,11% atau mencapai 162% dari target peningkatan 5%. Peningkatan rerata per
tahun selama periode 2010-2012 sebesar 15,4% atau mencapai 308% dari target 5%.
Dengan demikian, capaian ini dapat dikatakan berhasil. Secara rinci capaian kinerja ini
dapat dilihat pada kedua tabel berikut.
32 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Tabel 26. Peningkatan Jumlah Lembaga Pemasaran Petani Secara Nasional
Jenis Jumlah
2009 2010 2011 2012 Total
Pasar Tani 29 1 7 5 42
STA 85 5 5 4 99
Pasar Ternak 630 7 15 2 654
Jumlah 744 13 27 11 795
Kumulatif 744 757 784 795
% Peningkatan/tahun 1,75 3,57 1,40 2,2
Tabel 27. Peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal PPHP
Jenis Jumlah
2009 2010 2011 2012 Total
Pasar Tani 29 1 7 2 39
STA 55 5 5 0 65
Pasar Ternak 73 17 30 16 136
Jumlah 157 23 42 18 240
Kumulatif 157 180 222 240
% Peningkatan/tahun 14,65 23,33 8,11 15,4
Selisih antara jumlah lembaga pemasaran petani yang fasilitasi dari APBN
Direktorat Jenderal PPHP dan secara nasional pada kedua tabel di atas, menunjukkan
bahwa fasilitasi yang dilakukan Direktorat Jenderal PPHP mampu memberi dampak positif
bagi daerah. Dengan melihat manfaat dan keberhasilan yang telah ada, maka daerah
secara swadaya membangun dan mengembangkan STA dan pasar tani.
Dalam upaya pengembangan pemasaran domestik yang dilakukan pada tahun
2012 menghasilkan output penting dengan capaian sangat berhasil 2 indikator dan berhasil
2 indikator, secara rinci sebagai berikut :
Tabel 28. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1. Jumlah kelembagaan pasar domestik (unit
pasar)
73 92 126,02
2. Jumlah komoditi dalam pemantauan & stabilisasi
harga komoditas pertanian utama (laporan)
17 20 117,6
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 33
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
3. Jumlah kerjasama dan jaringan pasar (MoU) 11 17 154.5
4. Jumlah lokasi pelayanan informasi pasar
komoditi pertanian (lokasi)
109 90 82,56
Target optimalisasi sarana dan kelembagaan pasar domestik sebanyak 73 unit
pasar terealisasi 92 unit pasar, yaitu 14 STA, 38 pasar tani dan 40 pasar ternak. Namun
apabila dilihat dari realisasi penyerapan anggaran maka ada 3 alokasi anggaran untuk tiga
unit pasar tidak terealisasi. Ketiga unit yang tidak terealisasi adalah 1) revitalisasi pasar
ternak di Kabupaten Sumedang, karena proses lelang penyusunan master plan dan Detail
Engineering Design (DED) dari APBD belum selesai (lelang ulang), sehingga waktu tidak
mencukupi untuk proses pengadaan pasar ternak; 2) Revitalisasi Pasar Ternak di Kota
Batam, karena keterlambatan penyediaan lahan, sehingga waktu tidak mencukupi untuk
proses pengadaan; dan 3) Pengembangan STA di Kabupaten Nunukan, karena
keterlambatan penyediaan lahan, sehingga waktu tidak mencukupi untuk proses
pengadaan.
Kegiatan Pemantauan pasar dan stabilisasi harga ditujukan dalam rangka
memberikan perlindungan kepada petani, juga upaya-upaya didalam menstabilkan harga
ditingkat produsen terkait dengan ketersediaan dan kebutuhan bahan pangan komoditas
pertanian strategis didalam negeri melalui pengendalian impor maupun kegiatan stabilisasi
harga komoditas pertanian dengan melibatkan semua pelaku usaha. Pada tahun 2012,
telah dilakukan pemantauan & stabilisasi harga komoditas pertanian utama, dengan output
kegiatan ini berupa 20 laporan. Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, dilaksanakan
dengan beberapa kegiatan, yaitu : 1) fasilitasi POKJA Perberasan dengan hasil 3 (tiga)
laporan, yang berisi tentang bahan kebijakan sebagai pertimbangan dalam pemberian
rekomendasi impor dan ekspor beras jenis tertentu dan permasalahan perberasan nasional
secara umum; 2) Fasilitasi Tim Pembina TBS dengan hasil tersusunnya kebijakan di
bidang penetapan harga TBS produksi pekebun dan terpantau dan terbinanya
pelaksanaan pedoman penetapan harga pembelian TBS produksi pekebun; 3) Evaluasi
Kebijakan Stabilisasi Harga Bawang Merah; 4) Stabilisasi Harga Bawang Merah melalui
Dana dekonsentrasi di Kabupaten Tegal Jawa Tengah; 5) Stabilisasi Harga Cabe Merah
melalui Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten Kediri; 6) Kebijakan Stabilisasi Harga
Daging Ayam di Kabupaten Ciamis Jawa Barat; 7) Sosialisasi dan penerapan Peraturan
Menteri Pertanian No.60 Tahun 2012 yang diberlakukan sejak tanggal 28 September 2012.
Dalam upaya pengembangan kerjasama dan jaringan pasar telah dihasilkan 17
Mutual of Understanding (MoU) dari target 11 MoU. MoU dimaksud secara rinci sebagai
berikut :
34 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
a. MoU antara PT. Bumi Prima Lestari dengan Poktan Karya Tani (Cabai Merah Segar
dan Cabai Kering Bubuk.
b. MoU antara PT. Bumi Prima Lestari dengan Poktan Kawung Hegar (Cabai Merah
Segar).
c. MoU antara PT. iPasar Indonesia dengan Koperasi Cagarit (Cabai Kering Bubuk).
d. MoU antara PT. iPasar Indonesia dengan Poktan Silih Riksa IV (Cabai Kering Bubuk).
e. MoU antara PT. iPasar Indonesia dengan Gapoktan Karangsari (Cabai Kering Bubuk).
f. MoU antara PT. Bumi Prima Lestari dengan Poktan Silih Riksa IV (Cabai Merah Segar
dan Cabai Kering).
g. MoU antara PT. iPasar Indonesia dengan Poktan Mekar Tani II (Cabai Kering Bubuk).
h. MoU antara Pasar Induk Tanah Tinggi dengan AACI Jatim (Cabai Merah).
i. MoU antara PT. Bumi Prima Lestari dengan AACI Jatim (Cabai Merah).
j. MoU antara PT. Agung Mustika Selaras dengan Asosiasi Petani Manggis Provinsi
Sumbar (Manggis).
k. MoU antara PT. Alamanda dengan Gapoktan Pesucen (Manggis).
l. MoU antara PT. Alamanda dengan Gapoktan Krida Mulya (Manggis).
m. MoU antara PT. Alamanda dengan Gapoktan Artamukti (Manggis).
n. MoU antara PT. Agung Mustika Selaras dengan ASPUMA (Manggis).
o. MoU antara PT. Agung Mustika Selaras dengan STA Rancamaya Bogor (Manggis).
p. MoU antara CV. Bimandiri dengan Gapoktan Laksana Barokah (Manggis).
q. MoU antara AIKI dengan AKFI (Manggis).
Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) bertujuan untuk meningkatkan
akses informasi pasar bagi petani dan pelaku usaha agribisnis. Dengan peningkatan akses
informasi ini diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dan daya sain produk
pertaniannya. Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar pada tahun 2012 ditargetkan
menambah 109 lokasi dari 373 lokasi yang telah ada. Target tersebut terealisasi 90 lokasi,
sehingga sampai akhir 2012 telah dikembangkan PIP di 463 lokasi.
3.2.3. Indikator Kinerja Peningkatan Jumlah Usaha Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian
Fasilitasi bantuan peralatan pengolahan hasil pertanian dari APBN diharapkan
berdampak positif bagi tumbuh dan berkembang usaha pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian. Realisasi indikator kinerja meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian pada tahun 2012 sebesar 8,2% atau mencapai 137% dari target
6%, dengan rerata peningkatan per tahun pada periode 2010-2012 sebesar 6,73% atau
mencapai 112% dari target 6%.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 35
Tabel 29. Realisasi Indikator Kinerja Peningkatan Jumlah Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Indikator Kinerja Target 2010 2011 2012
Peningkatan
per Per
Tahun (%)
Meningkatnya jumlah usaha
pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian (%)
6 /tahun 2,8 9,2 8,2 6,73
Capaian target (%) 137 112
Keterangan : data s.d. Triwulan I 2012, sumber : Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian.
Capaian kinerja selain didukung oleh output kegiatan pengembangan pengolahan
hasil pertanian pada tabel 27 juga didukung oleh kegiatan pengembangan usaha dan
investasi, terutama pembinaan kemitraan dan kewirausahaan, pelayanan investasi dan
pameran/promosi/eksibisi dan perlombaan di dalam negeri (tabel 30).
Tabel 30. Realisasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi Yang Berperan Dalam Peningkatan Jumlah Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2012 (Output)
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1. Jumlah binaan kemitraan dan
kewirausahaan di sektor pertanian
(kelompok usaha)
13 33 253,8
2. Jumlah peningkatan pelayanan
investasi di sektor pertanian (laporan)
17 19 111,8
3. Jumlah pameran, promosi, eksibisi
dan perlombaan dalam negeri
maupun luar negeri (pameran/
promosi)
256 256 100
Pada tahun 2012 telah ditargetkan pembinaan kemitraan dan kewirausahaan pada 13 kelompok usaha terealisasi sebanyak 33 kelompok usaha dengan capaian 253,8% (sangat berhasil). Ketigapuluh tiga kelompok usaha dimaksud adalah : a. Kelompok Tani Ternak Lembu Alam Serambi, Sumatera Barat dengan Kelompok
Usaha Milkyway dengan bidang kemitraan pengolahan susu.
36 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
b. Kelompok Tani Ternak Harimau Agam, Sumatera Barat dengan Kelompok Usaha Milkyway dengan bidang kemitraan pengolahan susu.
c. Kelompok Usaha Milkyway, Sumatera Barat dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bukittinggi dengan bidang usaha pemasaran produk susu.
d. 13 Pelaku usaha ayam potong di Sumatera Selatan dengan PT. Primatama Karya Persada dengan bidang usaha agribisnis ayam potong.
e. 7 Pelaku usaha ayam potong di Sumatera Selatan dengan PT. Sumber Unggas Cemerlang dengan bidang usaha agribisnis ayam potong.
f. Kelompok Tani Tanjung Aur di Batam dengan CV. Original Wild Coffee Luwak of Bintuhan Bengkulu di bidang usaha pengolahan dan pemasaran kopi.
g. Gapoktan Surya Kencana di Batam dengan PT. Mitra Tani Agro Unggul-Banten dengan bidang usaha budidaya dan pemasaran produk hortikultura, antara lain : cabai, buncis, melon, terong, mentimun.
h. Asosiasi Petani Manggis Sumatera Barat) dengan PT. Mulia Raya Agrijaya-Jakarta Barat dengan bidang usaha pemasaran produk hortikultura (alpukat mentega).
i. PT. Andalas Tuah Sakato-Sumatera Barat dengan PT. Mulia Raya Agrijaya- Jakarta Barat dengan bidang usaha pemasaran produk hortikultura (pisang mas).
j. UP3HP Sarumpun-Sumatera Barat dengan PT. Carrefour Kota Batamdengan bidang usaha pemasaran olahan komoditi pertanian (keripik balado “Mata Air”)
k. Sub Terminal Agribisnis Rancamaya Kota Bogor dengan PT. Agro Unggul Rejeki Abadi (AURA)- Tangerang dengan bidang usaha pengembangan pemasaran dalam bidang agribisnis sayuran.
l. Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara dengan PT. Mulia Raya Agrijaya-Jakarta Barat dengan bidang usaha pengembangan pemasaran dalam bidang agribisnis, antara lain : pisang barangan dan nenas.
m. Asosiasi Petani Manggis-Sumatera Barat dengan PT. Sumber Sarana-Batam dengan bidang usaha pemasaran produk hortikultura (alpukat mentega).
n. PT. Andalas Tuah Sakato-Sumatera Barat dengan PT. Sumber Sarana- Batam dengan bidang usaha pemasaran produk hortikultura (sayuran)
o. PT. Andalas Tuah Sakato-Sumatera Barat dengan PT. Mitra Tani Agro Unggul-Banten dengan bidang usaha pembinaan kualitas komoditi dan kerjasama jaringan pemasaran lokal dan ekspor.
Pelayanan investasi di sektor pertanian dengan target 17 laporan terealisasi 19 laporan. Pelayanan investasi ini meliputi penyusunan dan pencetakan bahan promosi investasi, buku pedoman/prosedur investasi pertanian, buku peluang investasi pertanian, data investasi PMA dan PMDN, laporan promosi investasi dalam negeri, laporan promosi investasi luar negeri, laporan Indonesia Agriculture Investment Day (Gelar Potensi Investasi Daerah), laporan fasilitasi koordinasi penanaman modal/investasi sektor pertanian, dan 10 laporan kegiatan pengembangan investasi 10 Dinas lingkup pertanian di 8 (delapan) provinsi sebagai berikut : Dinas Perkebunanan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Pertanian Provinsi
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 37
Sulawesi Selatan, Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat.
Pada tahun 2012 telah difasilitasi pameran, promosi, eksibisi dan perlombaan di dalam negeri sebanyak 256 pameran/promosi dalam negeri yang dilakukan baik oleh Direktorat Jenderal PPHP pusat maupun oleh daerah, yang meliputi : Agrinex Expo, Agro and Food Expo, Indonesia Cocoa, Coffe and Tea Festival, Indonesia Agribusiness Expo, Pekan Raya Tani, Batam Agribusiness Expo dan KTA Expo. Dengan pameran di dalam negeri diharapkan akan menarik minat pengunjung untuk mengembangkan usaha baru baik di bidang pengolahan dan pemasaran dengan melihat keberhasilan-keberhasilan yang ditampilkan pada pameran. Sedangkan untuk pameran luar negeri diharapkan dengan dikenalnya produk Indonesia akan meningkatkan investasi dan impor produk pertanian Indonesia yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran di dalam negeri. Untuk pameran di luar negeri telah dilaksanakan 14 pameran/promosi/ International Business Forum/temu usaha, yang meliputi keikutsertaan pada pameran Internasional Livestock and Dairy Exposition (ILDEX) di Thailand, pameran Internasional Biofach di Jerman, pameran specialty Coffe Association of America (SCAA), pameran Salon Internasioanl De “L” Agriculture Ac Maroc di Maroko, pameran The 6th Inetrnational Horticulture (IHK) di Goyang Korea, pameran Saudi Food, Hotel and Hospitality di Jeddah, pameran The 3rd Indonesia Expo di Yordanian, pameran The 17th Salon Du Chocholat di Paris, pameran The 9th International Flower Expo (IFEX) 2012 di Jepang, pameran The 3rd Halal and Healthy Product Fair di Turki, pameran The 11th Cafe Show di Korea Selatan, pameran International The Royal Flora Ratchaphruek, temu usaha di NTUC Fair Price Singapura, serta penyelenggaraan Internasional Business Forum for Indonesia Special Product di Bali. Kegiatan pengembangan usaha dan investasi tidak hanya mendukung terwujudnya pelaku-pelaku usaha baru, namun juga mendukung peningkatan ekspor sebagai contoh : PT. Bunga Indah Farm telah berhasil mengekspor 3 (tiga) container (3.000 batang produk ranting teh kering ke Who-Rim Trading Co dan mengekspor lucky bamboo sebanyak 8 (delapan) container ke Se-jung Trading Co. Keberhasilan ini merupakan hasil dari keikutsertaan PT. Bunga Indah Farm pada pameran The 6th Internasional Horticulture (IHK) di Goang Korea. 3.2.4. Indikator Kinerja Peningkatan Nett Ekspor Komoditi Segar dan Olahan
Peningkatan neraca perdagangan produk pertanian sampai Nopember 2012
mengalami surplus sebesar US$ 19,00 milyar dengan nilai ekspor sebesar US$ 31,78 milyar dan nilai impor sebesar US$ 12,78 milyar. Sedangkan bila dibandingkan tahun 2011 pada periode yang sama, terjadi penurunan surplus neraca nilai perdagangan 9,55% atau dengan capaian -63% (tidak berhasil) dari target 15%. Pada tahun 2011 (sampai dengan Desember) neraca produk pertanian mengalami surplus sebesar US$ 22,76 milyar dengan nilai ekspor US$ 43,36 milyar dan nilai impor US$ 20,60 milyar. Tahun 2011 bila
38 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2010 terjadi peningkatan surplus neraca nilai perdagangan sebesar 41,09% dari target 15%. Bila dilihat pada periode 2010-2012, rerata peningkatan nett ekspor per tahun sebesar 18,13% atau mencapai 120,86% (sangat berhasil) dari target 15% per tahun.
Tingginya capaian target pada tahun 2011 disebabkan meningkatnya harga produk pertanian di pasaran dunia akibat menurunnya supply/produksi produk pertanian terutama untuk komoditi strategis seperti kopi, karet, kakao, dll. Menurunnya produksi produk pertanian tersebut dipengaruhi perubahan iklim yang tidak menentu. Sedangkan penurunan surplus tahun 2012 disebabkan terjadi penurunan harga yang cukup signifikanpada tahun 2012 terutama pada komoditi ekspor utama Indonesia. Begitu juga harga impor komoditi impor utama Indonesia (beras, kedele, jagung dan gandum) mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tabel 31. Neraca Perdagangan Internasional Produk Pertanian, 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 Pertumb
2009-2011
2011 (Jan-Nop)
2012 (Jan-Nop)
Peningk. 2012 dari 2011
Volume (Ton)
- Ekspor 29.572.22
9
28.768.085 29.959.656 0,71 27.102.522 28.361.167 4,64
- Impor 13.401.15
0
16.874.998 22.917.892 30,87 20.954.029 17.818.370 -14,96
- Neraca 16.171.07
9
11.893.087 7.041.764 -33,62 6.148.493 10.542.797 71,46
Nilai (US$
000)
- Ekspor 23.037.58
2
32.522.974 43.365.004 37,26 39.898.609 31.781.947 -20,34
- Impor 9.897.316 13.983.327 20.598.660 44,30 18.889.785 12.780.873 -32,33
- Neraca 13.140.26
6
18.539.647 22.766.344 31,94 21.008.823 19.001.074 -9,57
Peningkatan/ tahun %) 41,09 22,80 -9,57
Rerata peningkatan per tahun (%) periode 2010-2012 18,13
Sumber: BPS, diolah Pusdatin dan Direktorat Jenderal PPHP
Perkembangan harga beberapa komoditi pertanian dapat ilihat pada grafik-grafik
berikut. Harga bulanan kopi arabika tahun 2012 menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan dibanding harga tahun 2012. Harga dipengaruhi oleh permintaan yang menurun
karena dampak krisis keuangan di Eropa dan Amerika Serikat. Harga kopi robusta,
kakao dan teh mengalami penurunan yang juga relatif tajam, tetapi tidak setajam kopi
arabika. Perkembangan harga dimaksud dapat terlihat pada gambar berikut.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 39
Gambar 1. Perkembangan Harga Internasional Kopi, Kakao dan Teh Tahun 2011-2012
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00Ja
n
Feb
Mar
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
p
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
p
2011 2012
Cocoa (cents/kg) COCOA Coffee, arabica (cents/kg) COFFEE_ARABIC
Coffee, robusta (cents/kg) COFFEE_ROBUS Tea, avg 3 auctions (cents/kg) TEA_AVG
Keterangan : a. Harga kakao (Cocoa) dari International Cocoa Organization daily price, average of the first three positions on the terminal
markets of New York and London, nearest three future trading months. b. Harga kopi arabika dari International Coffee Organization indicator price, other mild Arabicas, average New York and
Bremen/Hamburg markets, ex-dock. c. Harga kopi robusta dariInternational Coffee Organization indicator price, Robustas, average New York and Le
Havre/Marseilles markets, ex-dock. d. Harga teh dariaverage three auctions, arithmetic average of quotations at Kolkata, Colombo and Mombasa/Nairobi. Sumber : World Bank.
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa harga bulanan karet pada Agustus 2012
mencapai level terendah karena menurunnya permintaan dari China sejalan dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut dibanding tahun 2011. Sementara
pasokan meningkat karena cuaca yang kondusif di negara produsen utama Indonesia dan
Thailand. Berikut grafik perkembangan harga karet Asia RSS3 dari Singapore Commodity
Exchange Ltd (SICOM) nearby contract beginning 2004; during 2000 to 2003, Singapore
RSS1; previously Malaysia RSS1 dan TSR 20 dari Technically Specified Rubber, SICOM
nearby contract. .
40 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Gambar 2. Perkembangan Harga Internasional Karet Tahun 2011-2012
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop
2011 2012
RUBBER1_MYSG RUBBER_TSR20
Sumber data : World Bank
Gambar 3. Perkembangan Harga Internasional Minyak Sawit, Kelapa, Kopra dan Minyak
Kedele Tahun 2011-2012
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop
2011 2012
Coconut oil ($/mt) COCONUT_OIL Copra ($/mt) COPRA
Palm oil ($/mt) PALM_OIL Palm kernel oil ($/mt) PLMKRNL_OIL
Soybean oil ($/mt) SOYBEAN_OIL
Sumber : World Bank.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 41
Harga bulanan minyak sawit, minyak inti sawit, minyak kelapa, kopra semester II
tahun 2012 menunjukkan penurunan dibanding harga tahun 2011. Harga minyak sawit
dipengaruhi oleh pasokan yang meningkat akibat iklim yang kondusif di negara produsen
utama khusus di Indonesia dan Malaysia sebagai produsen sawit. Tidak demikian halnya
dengan minyak kedele karena terpengaruh oleh harga kedele yang meningkat memasuki
semester II tahun 2012.Berikut grafik perkembangan harga internasional minyak sawit
(Malaysia, 5% bulk, c.i.f. N. W. Europe), Palmkernel Oil (Malaysia, c.I.f. Rotterdam),
minyak kelapa (Philipina/Indonesia, bulk, c.i.f. Rotterdam), kopra (Philipina/Indonesia, bulk,
c.i.f. N.W. Europe) dan minyak kedele (Any origin, crude, f.o.b. ex-mill Netherlands).
Harga bulanan kedele, jagung dan gandum pada bulan Juni 2012 mengalami
lonjakan karena adanya musim kering yang cukup ekstrim di kawasan sentra produksi di
AS memasuki semester II tahun 2012. Berikut grafik perkembangan harga beras (Thailand,
5% broken, white rice (WR), milled, indicative price based on weekly surveys of export
transactions, government standard, f.o.b. Bangkok), kedele(US, c.i.f. Rotterdam, jagung
(US, no. 2, yellow, f.o.b. US Gulf ports) dan gandum (US, no. 1, hard red winter, ordinary
protein, export price delivered at the US Gulf port for prompt or 30 days shipment).
Gambar 4. Perkembangan Harga Internasional Beras, Kedele, Jagung dan Gandum
Tahun 2011-2012
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
p
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
p
2011 2012
Soybeans ($/mt) SOYBEANS Maize ($/mt) MAIZE
Rice, Thai 5% ($/mt) RICE_05 Wheat, US HRW ($/mt) WHEAT_US_HRW
Sumber : World Bank.
42 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Selain pasar utama yang selama ini menjadi andalan tujuan ekspor sepertiEropa,
Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Malaysia, China, Korea, dan Negara Asean
lainnya,juga telah dikembangkan akses pasar ke berbagai negara di Timur Tengah dan
Arab Saudi, India, Bangladesh dan Eropa Timur.
Dalam rangka peningkatan akses pasar untuk memacu pertumbuhan ekspor produk
pertanian ke berbagai negara tujuan ekspor telah dilakukan berbagai kebijakan dan
program akselerasi ekspor, promosi dan diplomasi serta advokasi dalam kerangka
perdagangan dan kerjasama internasional di berbagai negara dan forum kerjasama
internasional. Beberapa capaian kegiatan pemasaran internasional dan pameran, promosi,
dan eksibisi terutama di luar negeri yang mendukung peningkatan ekspor dapat diihat pada
tabel berikut.
Tabel 32. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional Tahun 2012 (Output)
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1. Jumlah dokumen kerjasama bilateral,
regional dan multilateral pemasaran
komoditi pertanian (dokumen)
33 33 100
2. Jumlah partisipasi dalam perundingan
internasional bidang pertanian untuk
memperjuangkan pemasaran komoditi
pertanian Indonesia (laporan)
25 25 100
3. Jumlah analisa peningkatan ekspor dan
penurunan impor hasil pertanian (laporan)
12 12 100
Pada tahun 2012 telah dilakukan analisa data dan informasi untuk penyusunan
posisi indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum
kerjasama komoditi strategis sebanyak 33 dokumen, yaitu :
1) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang teh : ASEAN National Focal Point Working Group
(ANFPWG) on Tea.
2) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang Kopi : ASEAN National Focal Point Working
Group (ANFPWG) on Coffee.
3) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang Lada : ASEAN National Focal Point Working
Group (ANFPWG) on Pepper.
4) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang Kopi : International Coffee Council (ICC) dan
International Coffee Organization (ICO).
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 43
5) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang Karet : International Tripartite Rubber Cooperation
(ITRC).
6) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang Gula : International Sugar Organization (ISO).
7) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang Kakao : International Cocoa Organization (ICCO).
8) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang ASEAN Free Trade Area (AFTA).
9) Bahan Posisi Indonesia pada Sidang : ASEAN – China.
10) Bahan Posisi Delri pada Sidang ASEAN – Korea.
11) Bahan Posisi Delri pada Sidang ASEAN – Jepang.
12) Bahan Posisi Delri pada Sidang ASEAN – Australia – New Zealand.
13) Bahan Penyusunan Posisi Delri pada Sidang FTA ASEAN – India.
14) Analisa Dampak Perjanjian FTA ASEAN-Mitra Dialog.
15) Bahan Posisi Indonesia dalam forum WTO.
16) Bahan Posisi Indonesia pada Forum D-8.
17) Sinkronisasi Multilateral : Arah Ke Depan Perundingan Sektor Pertanian Setelah
Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO Ke – 8.
18) Bahan Posisi Indonesia pada Forum APEC.
19) Fasilitasi Kesekretariatan Dalam Rangka Penyusunan Bahan Kampanye Green
Product.
20) Seminar/Workshop dalam Rangka Kampanye Green Product.
21) Joint Task Force Regular Meeting dalam Rangka Penyusunan Strategi Kampanye
Green Product dengan Malaysia.
22) Seminar/Workshop Dialog International promotion Sustainable Palm Oil : Promotion on
Sustainable Palm Oil in Berlin, German and Moscow, Russia.
23) Briefing Perwakilan Indonesia : Kedutaan Besar RI di Moskow, Rusia.
24) Bahan Posisi Indonesia pada Pertemuan Tindak Lanjut Republikasi atas Notice Of Data
Availability Dari Epa (Environmental Protection Agency) USA.
25) Rountable Meeting on International Sustainibility Palm Oil in Washington DC, United
State.
26) Penyusunan Posisi Indonesia Beberapa Negara Dalam Forum Bilateral Indonesia-
Korea Selatan.
27) Penyusunan Posisi Delri Beberapa Negara Dalam Forum Bilateral Indonesia-Pakistan.
28) Penyusunan Posisi Delri Beberapa Negara Dalam Forum Bilateral Indonesia-India.
29) Penyusunan Posisi Delri Beberapa Negara Dalam Forum Bilateral Indonesia-Australia.
30) Penyusunan Posisi Indonesia Beberapa Negara Dalam Forum Bilateral Indonesia-
European Union.
31) Penyusunan Posisi Delri Beberapa Negara Dalam Forum Bilateral Indonesia-EFTA.
32) Pelatihan Regional Trade Agreement dan Free Trade Agreement.
33) Kajian Tarif Optimum.
Partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian selama tahun 2012,
meliputi :
44 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
1) Partisipasi pada Sidang Sawit : SWGPO Indonesia-Malaysia.
2) Partisipasi pada Sidang Tingkat Menteri Indonesia-Malaysia.
3) Partisipasi pada Sidang Teh-ASEAN NFPWG on Tea.
4) Partisipasi pada Sidang Kopi-ASEAN NFPWG on Coffee.
5) Penyelenggaraan Seminar Pengembangan Ekspor Lada.
6) Partisipasi pada Pertemuan Tahunan ASEAN Cocoa Club (ACC).
7) Partisipasi pada Workshop Kopi : The First ASEAN Arabica Coffee Workshop.
8) Penyelenggaraan Workshop Tindak Lanjut Kerjasama Komoditi Kopi.
9) Penyelenggaraan Workshop Tindak Lanjut Kerjasama Komoditi Kakao.
10) Partisipasi pada Sidang Kakao-ICCO.
11) Partisipasi pada Sidang Kopi : International Coffee Organization (ICO).
12) Partisipasi pada Sidang Gula : International Sugar Organization (ISO).
13) Partisipasi pada Sidang Karet : International Tripartite Rubber Council (ITRC).
14) Partsipasi pada Sidang Teh-FAO /IGG on Tea.
15) Partisipasi pada Sidang FAO/Committee on Commodity Problems (CCP).
16) Partisipasi pada Sidang ASEAN FTA.
17) Partsipasi pada Sidang FTA ASEAN - China Joint Committee.
18) Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN - Korea Implementing Committee.
19) Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN- Japan Comprehensive Economic Partnership.
20) Partisipasi pada Sidang FTA ASEAN – Australia - New Zealand FTA Joint Committee.
21) Sinkronisasi Regional ASEAN-Mitra Dialog.
22) Partisipasi pada Forum WTO.
23) Partisipasi pada Sidang WTO : Forum Trade Policy Review (TPR) Amerika Serikat.
24) Partisipasi pada Sidang D-8.
25) Partisipasi Forum APEC.
Analisa peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian yang telah
dilaksanakan dan disusun laporannya, meliputi 12 laporan, yaitu :
1) Akselerasi Ekspor Hortikultura ke Singapura.
2) Pembinaan dan Pengawalan Akselerasi Peningkatan Ekspor Pola Insentif Komoditi
Hortikultura.
3) Monitoring Implementasi dan Akselerasi Ekspor dalam Rangka Kerjasama IJ-EPA, RI-
Korsel, RI-China.
4) Kajian Pemetaan Rantai Pasok dan Pemasaran Produk Hortikultura untuk Tujuan
Ekspor.
5) Analisa Situasi Pemasaran Internasional.
6) Analisa Statistik Ekspor Impor.
7) Evaluasi Implementasi Kebijakan Ekspor Impor.
8) Harmonisasi Kebijakan Ekspor Impor (TBM, HPE,BK, PPN, Kajian tarif Optimal)
9) Analisa Pengembangan Ekspor Impor.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 45
10) Kajian Management Stock Pangan Beras : Studi Komparasi di Jepang dan Vietnam
dalam rangka Mengurangi Ketergantungan pada Impor.
11) Pelatihan Market Intelligence dalam Rangka Peningkatan Capacity Building di Bidang
Pemasaran.
12) Analisa Peningkatan Ekspor Melalui Penekanan Detensi Produk (Product Detention) :
Koordinasi Peningkatan Ekspor melalui Penekanan Detensi Biji Pala, Minyak Sawit,
(Palm Oil Stearin, Crude Palm Oil) dan Biji Kakao; dan Analisa Dampak Rencana
Amandemen Tobacco Directive 2001/37/EC terhadap Ekspor Tembakau Indonesia.
Selain itu pada tahun 2012 juga telah difasilitasi kegiatan peningkatan pembinaan
12 pelaku usaha. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan akselerasi ekspor produk
unggulan pertanian Indonesia dan melanjutkan program yang telah ada pada tahun 2011
dan tahun-tahun sebelumnya. Fasilitasi dengan memberikan insentif teknologi kepada para
pelaku usaha di sentra produksi dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk pertanian di pasar Internasional. Insentif teknologi yang akan diberikan adalah
berupa bantuan sarana dan prasarana dalam upaya perbaikan mutu dan pemasaran.
Bantuan yang diberikan merupakan bantuan dari sisi off-farm dengan memperhatikan
supply chain management dan rantai dingin bagi produk yang mudah rusak perishable.
Kegiatan difokuskan pada kegiatan-kegiatan penanganan pasca panen, perbaikan mutu
dan pemasaran yang didukung dengan bantuan penguatan modal bekerjasama dengan
mitra (eksportir) sebagai avalis. Kegiatan ini dilaksanakan di Propinsi/Kabupaten sentra
produksi khususnya untuk mendukung akselerasi ekspor sayuran dan buah ke Singapura.
Kedua belas pelaku usaha ini tersebar di 4 provinsi di 9 kabupaten (Dana Tugas
Pembantuan), yaitu : Kabupaten Simalungun dan Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara;
Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cirebon, Sukabumi, Provinsi Jawa Barat; Kabupaten
Tegal dan Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah; serta Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Sedangkan Dana Dekosentasi 2012 dilaksanakan untuk 6 (enam) propinsi khususnya
sentra produksi sayuran dan buah yaitu Propinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kep Riau dan Sulawesi Selatan.
Dalam rangka pengembangan pasar pada tahun 2012 telah juga difasilitasi
pameran, promosi, eksibisi dan perlombaan di dalam negeri sebanyak 252
pameran/promosi oleh Dinas lingkup pertanian Provinsi, dan di luar negeri sebanyak 14
pameran/promosi/temu usaha.
3.2.5. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP terhadap IKU Kementerian
Pertanian
Direktorat Jenderal PPHP mendukung IKU Kementerian Pertanian terutama pada
sasaran peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor yang terdiri dari 5 indikator
46 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
kinerja utama, yang pencapaian kinerjanya dilihat pada tabel berikut. Berdasarkan hasil
pengukuran terhadap indikator kinerja dapat disimpulkan bahwa sangat berhasil sebanyak
3 indikator dan berhasil 2 indikator dengan rincian analisis sebagai berikut.
Tabel 33. Capaian Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Tahun 2011
No Indikator Kinerja Target Realisasi %
Capaian
1 Tersertifikasinya semua
produk pertanian organik,
kakao fermentasi dan bahan
olahan karet pada 2014
(pemberlakuan sertifikasi
wajib)
24 Sertifikat produk
pertanian organik
35
(145,83%)
103,5
60 % terpenuhinya
tahapan sertifikasi wajib
kakao fermentasi (100%)
87,0%
60% terpenuhinya
tahapan sertifikasi wajib
bokar (100%)
77,1%
2 Meningkatnya produk olahan
yang diperdagangkan dari
(%)
38 39,13 103,0
3 Pengembangan tepung-
tepungan untuk
mensubstitusi gandum/terigu
impor 2014 (ton/tahun)
8.600 7.250 84,3
4 Memenuhi semua sarana
pengolahan kakao
fermentasi bermutu untuk
industri coklat dalam negeri
(unit)
28 41 146,4
5 Meningkatnya surplus
neraca perdagangan (US$)
19,98 19,00 95,1
3.2.5.1. Sertifikasi Pangan Organik, Bahan Olahan Karet (Bokar) dan Kakao
Fermentasi
Pada tahun 2012 pembinaan dalam rangka sertifikasi pertanian organik ditargetkan
kepada 80 gapoktan/pelaku usaha terealisasi 84 gapoktan/pelaku usaha melalui dana
dekonsentrasi kegiatan pembinaan dan sertifikasi pangan organik. Dari gapoktan/pelaku
usaha tersebut ditargetkan 30% atau 24 gapoktan/pelaku usaha memenuhi persyaratan
SNI 01 6729 2010 (Sistem Pangan Organik). Dari target 24 gapoktan/pelaku usaha
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 47
terealisasi sebanyak 35 gapoktan/pelaku usaha (145,83%) yang memperoleh sertifikasi
organik. Capaian ini lebih baik dari tahun 2011. Pada tahun 2011 dari target 18
gapoktan/pelaku usaha, hanya 16 gapoktan/pelaku usaha yang memperoleh sertifikasi
organik (88,89%).
Berdasarkan data dari Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) pada tahun 2012 biji
kakao Indonesia 60% telah berupa biji kakao fermentasi. Produksi kakao fermentasi ini
terus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu 19,4% pada tahun 2009;
22,64% pada tahun 2010 dan 54,26% pada tahun 2011. Dalam pengembangan kakao
fermentasi pada tahun 2014 ditargetkan pemberlakuan sertifikasi wajib, yaitu
pemberlakuan Permentan tentang Pedoman Kakao Fermentasi. Untuk mencapai target
tersebut, pada tahun 2012 telah diselesaikan 60% dari tahapan pemberlakuan sertifikasi
wajib, yaitu berupa :
a. Terlaksananya public hearing, sosialisasi, analisis kesiapan gapoktan/pelaku usaha
dan capacity building dengan realisasi 80%, yaitu telah dilakukan sosialisasi, analisis
kesiapan pelaku usaha, dan capacity building. Namun public hearing belum dapat
dilaksanakan karena Permentan belum ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
b. Terverifikasinya 20 OKKPD terealisasi 16 OKKPD atau 80%.
c. Penerapan mutu kakao pada 120 gapoktan/pelaku usaha terealisasi 121
gapoktan/pelaku usaha atau 101%.
Diukur dari capaian realisasi tersebut maka target terselesaikannya 60% tahapan
pemberlakuan sertifikasi wajib kakao baru terealisasi 87,0%. Secara rinci target dan
capaiannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 34. Target dan dan realisasi capaian terselesaikannya 60% tahapan pemberlakuan sertifikasi wajib kakao pada tahun 2012
No Uraian Target Realisasi Capaian
(%)
1 60 % tahapan pemberlakuan sertifikasi wajib
Public hearing, sosialisasi, analisis kesiapan pelaku usaha, capacity building
Rancangan Permentan, sosialisasi, analisis kesiapan pelaku usaha, capacity building.
80
2 Terverifikasinya OKKPD (unit)
20 16 80
3 Penerapan jaminan mutu kakao fermentasi (pelaku usaha/gapotan)
120 121 101
Capaian total 87,0
48 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Upaya peningkatan daya saing karet dilakukan dengan target pemberlakuan
sertifikasi wajib pada tahun 2014, berdasarkan 2 (dua) peraturan menteri, yaitu Peraturan
Menteri Pertanian nomor 38/Permentan/OT.140/8/2008 tentang Pedoman Pengolahan dan
Pemasaran Bahan Olah Karet (bokar) dan Menteri Perdagangan nomor 53/M-
DAG/PER/10/2009 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah Komoditi Ekspor Standard
Indonesian Rubber. Implementasi dari kedua peraturan menteri tersebut adalah
pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB). UPPB adalah satuan
usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh dua atau lebih kelompok pekebun/(pokbun)
sebagai tempat penyelenggaraan bimbingan teknis pekebun, pengolahan lateks menjadi
bokar, penyimpanan dan pemasaran bokar. Dengan UPPB ini diharapkan dapat
menerapkan SOP Bokar Bersih dan selanjutnya diaudit penerapaannya oleh Pengawas
Mutu Bokar setempat untuk mendapatkan surat tanda register (STR) dari Dinas
Perkebunan Kabupaten setempat. UPPB yang teregister berwenang mengeluarkan Surat
Keterangan Asal (SKA) Bokar Bersih bagi pekebun atau kelompok pekebun dalam wilayah
kerjanya. Pada tahun 2014 diharapkan hanya bokar yang mempunyai SKA yang boleh
beredar dan diperdagangkan baik dalam negeri maupun untuk ekspor ke luar negeri.
Dengan meningkatnya kualitas bokar akan meningkatkan kualitas SIR yang diolah oleh
industri crumb rubber, sehingga meningkatkan daya saing di tingkat Internasional.
Sampai tahun 2012 ini, UPPB yang terbentuk tersebar di 5 propinsi dan 12
Kabupaten, antara lain : (1) Provinsi Bangka Belitung (Kabupaten Bangka); (2) Provinsi
Riau (Kabupaten Kuantan Sengingi); (3) Provinsi Jateng (Kabupaten Cilacap); (4) Provinsi
Kalimantan Tengah (Kabupaten Kapuas); (5) Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten
Tanah Laut, Kotabaru, Tapin, Balangan, Banjar, Tanah Bumbu, Kota Banjarbaru,
Kabupaten Tabalong). Dari UPPB tersebut 10 unit di Kalimantan Selatan (Kabupaten
Banjar dan Tabalong) telah menerapkan SOP Bokar Bersih dan mendapatkan STR UPPB.
Pada tahun 2012 ditargetkan telah diselesaikan 60% tahapan pemberlakuan
sertifikasi wajib, yaitu tersedianya Pengawas Mutu Bokar dan terbentuknya UPPB di 16
provinsi sentra produksi karet, dan ditargetkan 10 UPPB mendapat STR UPPB. Dari target
tersebut tercapai 77,1%. Secara rinci target dan capaiannya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 35. Target dan capaian penyelesaian 60% tahapan pemberlakuan sertifikasi wajib karet pada tahun 2012
No Uraian Target Realisasi Capaian
(%)
1 Tersedianya Pengawas Mutu Bokar sentra
karet (provinsi)
16 16 100
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 49
No Uraian Target Realisasi Capaian
(%)
2 Terbentuknya UPPB di provinsi sentra
(provinsi)
16 5 31,3
3 UPPB Teregister 10 10 100
Capaian Total 77,1
Secara keseluruhan indikator kinerja tersertifikasinya semua produk pertanian
organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet pada tahun 2012 (pemberlakukan
sertifikasi wajib) adalah rata-rata dari ketiga sub target sertifikasi organik dan penyelesaian
60% tahapan pemberlakuan sertifikasi wajib kakao fermentasi dan bokar, yaitu sebesar
119,5% (sangat berhasil). Capaian indikator kinerja tersertifikasinya semua produk
pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet pada tahun 2014
(pemberlakuan sertifikasi wajib) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 36. Capaian indikator kinerja tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet (pemberlakukan sertifikasi wajib), 2012
No Indikator Kinerja Target %
Capaian
1 Tersertifikasinya semua produk
pertanian organik, kakao
fermentasi dan bahan olahan
karet pada 2014 (pemberlakuan
sertifikasi wajib)
24 Sertifikat produk pertanian
organik
194,4
60 % terpenuhinya tahapan
sertifikasi wajib kakao fermentasi
87,0
60% terpenuhinya tahapan
sertifikasi wajib bokar
77,1
Capaian Total 119,5
3.2.5.2. Peningkatan Produk Olahan yang Diperdagangkan
Dalam rangka peningkatan produk olahan hasil pertanian telah dilakukan berbagai
upaya antara lain pengembangan agroindustri pedesaan untuk semua subsektor,
peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan, peningkatan efisiensi usaha
pengolahan hasil pertanian melalui optimalisasi dan moderninsasi sarana pengolahan,
peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga
usaha pengolahan hasil di tingkat petani serta peningkatan upaya pengelolaan lingkungan.
Dari upaya-upaya tersebut diharapkan produk olahan pertanian yang diperdagangkan
terutama yang diekspor dapat meningkat.
50 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Pada tahun 2012 (periode Januari-September) persentase volume ekspor produk
olahan terutama untuk komoditi ekspor utama kakao, kepala sawit, kelapa, kopi, karet dan
ubi kayu dibanding total volume ekspornya adalah sebesar 42,25% atau 111,8 % dari
target 38% (sangat berhasil). Bila dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2010 dimana
volume ekspor produk olahan tersebut sebesar 36,94% dan 39,13%, maka terjadi
peningkatan perdagangan produk olahan (kakao, kepala sawit, kelapa, kopi, karet dan ubi
kayu) sebesar 8,86% per tahun atau meningkat 21,84% pada tahun 2012 dibandingkan
tahun 2011 (sumber data :BPS diolah Ditjen PPHP).
3.2.5.3. Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung Lokal (singkong danSagu)
untuk Substitusi Gandum/Terigu
Kebutuhan tepung nasional sebagian besar dipenuhi dari gandum impor. Impor
gandum biji pada tahun 2010 sebesar 5.732.205 ton, tahun 2011 sebesar 6,2 juta ton,
2012 diprediksi 7,2 juta ton (sumber : BPS diolah Ditjen PPHP). Diasumsikan konversi biji
gandum menjadi tepung adalah 75 % sehingga tepung impor yang dihasilkan dari biji pada
tahun 2010 diperkirakan sebesar 4.3 juta ton.
Kementerian Pertanian mentargetkan dalam tahun 2010 s/d 2014 mensubstitusi 20
% tepung gandum impor dengan tepung lokal. Dengan asumsi impor tepung gandum 4,3
juta per tahun maka 20% nya adalah 860.000 ton. Upaya pencapaian substitusi tepung
impor sebesar 20% tersebut dilakukan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh pihak
swasta. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian menargetkan dapat
mensubstitusi 5% dari target 20% tersebut, yaitu sebesar 43.000 ton per tahun pada tahun
2014, sehingga penambahan produksi pertahun ditargetkan 8.600 ton. Pemenuhan ini
dilakukan melalui peningkatan kapasitas produksi yang ada dan atau melalui
pembangunan Unit Pengolahan Hasil (UPH) tepung/pabrik baru.
Sampai dengan tahun 2011 telah dibangun sebanyak 74 unit UPH tepung sehingga
memberikan kontribusi sebanyak 18.500 ton (tercapai 43,02% dari target). Selanjutnya
pada tahun 2012 dibangun sebanyak 25 UPH,sehingga dapat memberikan kontribusi
sebanyak 7.250 atau dengan capaian 84,3% dari target 2012 sebesar 8.600 ton. Capaian
kumulatif sampai dengan 2012 yaitu sebesar 25.750 ton atau 60%). Diharapkan pada
akhir 2014 dapat berkontribusi 43.000 ton atau pengembangan UPH tepung-tepungan
secara kumulatif sebanyak 175 unit (kapasitas produksi setiap UPH sebesar 2 ton per hari
dengan 25 hari kerja, 5 bulan per tahun).
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 51
3.2.5.4. Memenuhi Semua Sarana Pengolahan Kakao Fermentasi Bermutu untuk
Industri Coklat Dalam Negeri
Untuk meningkatkan mutu biji kakao sesuai persyaratan yang ditetapkan
olehnegara tujuan atau industri dalam negeri, telah dilakukan berbagai upaya mulaidari 1)
penanganan pasca panen dengan penekanan pada perlakuan fermentasi biji kakao, 2)
penerapan sistem jaminan mutu, agar sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan yaitu
SNI 2323 - 2010 Biji Kakao, dan 3) pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran Biji
Kakao (UPPBK) di sentra produksi yang didasarkan pada peraturan Menteri Pertanian
tentang UPPBK.
Saat ini kebijakan/peraturan yang menetapkan pemberlakuan wajib kakao
fermentasi masih berupa rancangan Peraturan Menteri Pertanian. Jika kebijakan tersebut
ditetapkan pada awal tahun 2013 maka diperlukan masa transisi selama 2 tahun untuk
pemberlakuannya, mengingat kondisi saat ini pelaku usaha/ petani kakao di Indonesia
belum siap melakukan fermentasi biji kakao. Oleh karena itu upaya yang telah dilakukan
untuk mendorong petani melakukan fermentasi dan penerapan sistem jaminan mutu serta
penerapan SNI2323 - 2010 biji kakao secara benar, konsisten dan berkelanjutan, pada
tahun 2012 telah disosialisasikan rancangan Permentan tentang Pedoman Fermentasi
Kakao, penguatan kelembagaan petani berbasis agribisnis melalui Sekolah Lapang
Pengembangan dan Pengolahan Hasil Pertanian (SLPPHP), bimbingan teknis dan
pengawalan penanganan pengolahan kakao, penyediaan fasilitator mutu kakao dan
pengawas mutu kakao, penyiapan kelembagaan pengawas mutu kakao (Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan Daerah) serta fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan
kakao fermentasi di 41 kabupetan/ kota.
Sampai dengan tahun 2014 diperkirakan kebutuhan sarana pengolahan kakao
fermentasi sebanyak 140 unit. Sedangkan target pemenuhan sarana pengolahan kakao
fermentasi pada tahun 2012 adalah 20% dari kebutuhan tersebut yaitu sebanyak 28 unit,
sehingga faslitasi yang telah dilakukan sebanyak 41 unit (29,28%) pada tahun 2012 telah
melampaui target, atau dengan kata lain capaiannya sebesar 146,4%.
Fasilitasi peralatan kakao fermentasi pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing 28
unit, sehingga kumulatif sampai dengan 2012 sebanyak 97 unit, atau kurang 43 unit untuk
mencapai target 140 unit pada tahun 2014.
3.2.5.5. Perkembangan Neraca Perdagangan (Ekspor-lmpor Produk Pertanian)
Dalam rangka peningkatan akses pasar untuk memacu pertumbuhan ekspor produk
pertanian ke berbagai negara tujuan ekspor telah dilakukan berbagai kebijakan dan
program akselerasi ekspor, promosi dan diplomasi serta advokasi di berbagai negara dan
52 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
forum kerjasama internasional. Percepatan dan peningkatan ekspor difokuskan pada
beberapa komoditas utama yang memiliki daya saing di pasar global, antara lain komoditi
perkebunan (kelapa sawit, kakao, kopi, karet, minyak atsiri), dan komoditi hortikultura
(buah, sayur, tanaman hias, dan biofarmaka).
Net atau neraca ekspor komoditi pertanian (yang menjadi wewenang Kementerian
Pertanian) pada tahun 2009 adalah sebesar US$ 13,14 Milyar. Target peningkatan neraca
ekspor sebesar 15% per tahun, sehingga dengan base line data tahun 2009 maka pada
tahun 2012 ditargetkan sebesar US$ 19,98 milyar. Target dan capaian peningkatan
neraca ekpor per tahun pada periode 2010-2012 sebagai berikut :
Tabel 37. Target dan Capaian Peningkatan Neraca Ekpor Per Tahun Dari Tahun 2010-2012
Uraian Tahun
2009 2010 2011 2011 *) 2012 *)
Target (US$ Milyar)
15,11 17,38 19,98
Realisasi (US$ Milyar) 13,14 18,54 22,77 21,0 19,00
Capaian (%) 122,7 131,0 95,1
Realisasi peningkatan per tahun (%) 41,1 22,8
-9,5
Rerata realisasi peningkatan per tahun (%)
18,13
Keterangan : *) s,d, Nopember. Cakupan kode HS yang digunakan sesuai dengan BTKI 2012 Sumber : BPS, dioah Pusdatin dan Ditjen PPHP
Peningkatan neraca perdagangan produk pertanian sampai Nopember 2012
mengalami surplus sebesar US$ 19,00 milyar dengan nilai ekspor sebesar US$ 31,78
milyar dan nilai impor sebesar US$ 12,78 milyar. Apabila dibandingkan tahun 2011 pada
periode yang sama, terjadi penurunan surplus neraca nilai perdagangan 9,5% atau
mencapai 95,1% dari target nett ekspor sebesar US$ 19,98 milyar. Walaupun capaian
tahun 2012 tidak sesuai target, capaian pada periode tahun 2010-2012 melebihi target
peningkatan nett ekspor 15% per tahun, yaitu 18,13% per tahun.
Pada tahun 2011 (sampai dengan Desember) neraca produk pertanian mengalami
surplus sebesar US$ 22,76 milyar dengan nilai ekspor US$ 43,36 milyar dan nilai impor
US$ 20,60 milyar. Tahun 2011 bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2010 terjadi peningkatan surplus neraca nilai perdagangan sebesar 22,8% dari target
15%. Ulasan tentang capaian ini telah diuraikan sebelumnya.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 53
Selain pasar utama yang selama ini menjadi andalan tujuan ekspor seperti Eropa,
Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Malaysia, China, Korea, dan Negara Asean lainnya,
juga telah dikembangkan akses pasar ke berbagai negara di Timur Tengah dan Arab
Saudi, India, Bangladesh dan Eropa Timur. Beberapa kegiatan pengembangan ekspor dan
pengendalian impor serta subtitusi impor komoditas pertanian dalam upaya peningkatan
surplus ekspor, antara lain sebagai berikut:
1) Kegiatan Peningkatan Ekspor Buah Tropika dan Sayuran
Pertumbuhan nilai ekspor buah tropika mengalami peningkatan sebesar 15,41%
atau melebihi target 15%, yaitu dari US$ 149,35 juta pada tahun 2011 menjadi US$ 172,36
juta pada tahun 2012. Sedangkan, volume ekspor buah tropika pada tahun 2012
dibandingkan dengan tahun 2011 (periode Januari-September) belum memenuhi target
15%, yaitu baru mencapai 9,54% (dari 148,4 ribu ton pada tahun 2011 menjadi 162,59 ribu
ton pada tahun 2012). Peningkatan ekspor utamanya terjadi pada komoditi pisang, nenas,
mangga, manggis, jeruk, anggur, melon dan semangka, strawberry, rasberry dan
blackberry, rambutan dan salak dengannegara tujuan Malaysia, Singapura, China, Jepang,
Korea, Emirat Arab, Australia, dll.
Volume ekspor manggis pada tahun 2012 meningkat dibandingkan dengan tahun
2011 (periode Januari-September) yaitu sebesar 163,98% (dari 7,43 ribu ton pada tahun
2001 menjadi 19,62 ribu ton pada tahun 2012). Sedangkan nilainya pada periode yang
sama meningkat sebesar 102,0 % (dari 5,6 US$ pada tahun 2001 menjadi 16,6 US$ pada
tahun 2012). Volume ekspor manggis ke China pada periode Januari-September tahun
2012 mengalami peningkatan dari 4,4 ribu ton menjadi 7,8 ribu ton (meningkat 74,35 %
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011). Sedangkan nilainya
meningkat sebesar 107,7% dari 3,8 juta USD menjadi 8,09 juta USD. Sedangkan volume
ekspor salak ke China pada periode Januari-September tahun 2012 mengalami
peningkatan dari 466 ton menjadi 551 ton atau mengalami peningkatan sebesar 18,34 %
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011. Begitu juga nilainya meningkat
sebesar 119,16% dari 409 ribu USD menjadi 718 ribu USD.
Pertumbuhan volume ekspor sayuran mengalami peningkatan sebesar 19,92% atau
melebihi target 15%, yaitu dari 120,19 ribu ton pada tahun 2011 menjadi 144,12 ribu ton
pada tahun 2012. Sedangkan, nilai ekspor sayuran pada tahun 2012 dibandingkan dengan
tahun 2011 (periode Januari-September) meningkat 14,36% (dari 148,45 juta US$ pada
tahun 2011 menjadi 170,22 juta US$ pada tahun 2012). Peningkatan ekspor utamanya
terjadi antara lain pada pada komoditi kentang, tomat, bawang bombay, bawang merah,
kubis, dan wortel.
54 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Beberapa upaya peningkatan ekspor buah tropika dan sayuran yang telah
dilakukan, antara lain :
a) Akselerasi Ekspor Buah dan Sayuran Ke Singapura telah dimulai pada bulan Mei 2010
dimana Presiden RI dan Perdana Menteri Singapura menyepakati peningkatan
kerjasama ekonomi kedua negara yang ditindaklanjuti dengan pembentukan 6 Working
Group, salah satunya Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (AWG)
dengan target peningkatan ekspor buah dan sayur Indonesia ke Singapura 20% per
tahun. Upaya yang dilakukan pada tahun 2012 antara lain memfasilitasi business
matching eksportir Indonesia dengan importir buah dan sayuran Singapura; melakukan
upaya promosi dan pemasaran melalui kegiatan in-store promotion (Indonesia Istimewa
Fair) dan iklan di media Singapura dalam rangka advokasi pasar dan meningkatkan
awareness konsumen Singapura terhadap buah dan sayuran Indonesia; fasilitasi
training GAP, post harvest handling, kajian rantai pasok dingin (cool chain
management) yang melibatkan petugas dinas,petani dan pelaku usaha; fasilitasi
bantuan packing house, cool storage, serta peralatan pasca panen untuk peningkatan
kualitas dan mutu produk kepada poktan berorientasi ekspor. Pada Semester I 2012,
ekspor buah dan sayur Indonesia ke Singapura mengalami peningkatan sebesar
25,34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 (10.831,90 ton menjadi
13.576,81 ton). Sementara nilainya meningkat sebesar 9,98 % (dari 7,76 juta USD
menjadi 8,54 juta USD).
b) Pada 2012 Indonesia telah berhasil membuka akses pasar untuk buah manggis ke
Australia, ekspor perdana manggis ke Australia telah dilaksanakan bulan oktober 2012
dengan target 24 ton per tahun.
c) Indonesia telah meminta pembukaan akses pasar buah segar dengan prioritas
manggis, salak dan mangga kepada Selandia Baru, mengingat kesamaan regulasi
antara Australia dengan Selandia Baru dalam bidang perkarantinaan maka diharapkan
Selandia Baru juga dapat mempercepat pembukaan akses pasar buah manggis
Indonesia.
d) Dalam Forum Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement Jepang
memberikan Tariff Rate Quota (TRQ) untuk produk pisang segar (HS 0803.00.100) dan
nanas segar (HS 0804.30.010).
e) Pada tahun 2012, kerjasama Indonesia-Korea Selatan menghasilkan pembukaan
akses pasar akses pasar pisang ± 20.000 ton/tahun.
f) Sejak tahun 2008, protokol ekspor salak ke China telah ditandatangani dan sejak saat
itu ekspor salak ke china meningkat cukup pesat. Khusus buah manggis, Pemerintah
china tidak mempersyaratkan protokol ekspor buah manggis.
g) Peningkatan kerjasama perdagangan buah dan sayur ke Singapura telah menjadi
komitmen kedua pemimpin negara yang tertuang dalam kesepakatan pada saat
kunjungan Presiden Rl tanggal17 - 19 Mei 2010 ke Singapura. Selain kegiatan promosi
dalam berbagai event di China, juga telah dilakukan kerjasama antara eksportir
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 55
lndonesia dengan importir China yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama dan
ditandatangani kedua belah pihak.
2) Kegiatan Peningkatan Ekspor Biofarmaka
Pertumbuhan ekspor biofarmaka pada tahun 2012 masih jauh di bawah target
sebesar 20%, bahkan terjadi penurunan baik volume maupun nilainya. Volume ekspor
biofarmaka pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 (periode Januari-September) menurun
sebesar 37,09%, yaitu dari 5,03 ton menjadi 3,16 ribu ton. Nilai ekspornya mengalami
penurunan sebesar 47,12% pada periode yang sama, yaitu dari US$ 11,33 juta menjadi
US$ 5,99 juta. Hal ini juga terjadi pada tahun sebelumnya, pada 2011 volume ekspor
biofarmaka dibanding tahun 2010 (periode Januari - Oktober) menurun sebesar 46,97%
yaitu dari 10,22 ribu ton pada tahun 2010 menjadi 5,42 ribu ton pada tahun 2011. Nilai
ekspor juga mengalami penurunan sebesar 16,79% yaitu dari US$ 14,77 juta pada tahun
2010 menjadi US$ 12,2 juta pada tahun 2011. Diperkirakan perubahan iklim
mempengaruhi produksi tanaman biofarmaka, sehingga diprioritaskan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri yang juga meningkat.
3) Kegiatan Peningkatan Ekspor CPO dan Olahannya
Volume ekspor CPO dan olahannya pada tahun 2012 dibanding tahun 2011
mengalami peningkatan yang menggembirakan dari pada tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 (periode Januari - September)
sebesar 15,75% atau 315% dari target yang ditetapkan 5%, yaitu dari 14,54 juta ton
menjadi 16,83 juta ton. Pada periode tahun 2009-2011 pertumbuhan volume ekspor CPO
dan olahannya menurun sebesar 0,41% (sumber : BPS diolah oleh Direktorat Jenderal
PPHP). Pertumbuhan nilai ekspor CPO dan olahannya cukup baik yaitu meningkat sebesar
1,96%, dimana nilai ekspor pada tahun 2011 sebesar US$ 14,31 milyar menjadi US$ 14,59
milyar pada tahun 2012. Sedangkan pertumbuhan nilai ekspor CPO dan olahannya pada
tahun 2009-2011 lebih besar, yaitu 30,48% per tahun. Penurunan nilai ekspor ini sebagai
akibat dari turunnya harga CPO dan olahannya di pasar internasional. Peningkatan ekspor
terutama ke negara tujuan seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.
4) Kegiatan Peningkatan Ekspor Karet
Pertumbuhan volume ekspor karet pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 (periode
Januari-September) masih di bawah target sebesar 2 %, bahkan terjadi penurunan
sebesar 4,24%, yaitu dari 1,93 juta ton padatahun 2011 menjadi 1,85 juta ton pada tahun
2012. Penurunan volume ekspor ini juga diikuti dengan penurunan harga karet di pasar
internasional sehingga nilai ekspornyapun menurun 32,33% pada periode yang sama,
yaitu US$ 9,16 milyar pada tahun 2011 menjadi US$ 6,20 milyar pada tahun 2012. Upaya
56 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
peningkatan ekspor karet ini dilakukan antara lain dengan penerapan SOP Bokar Bersih
dengan pembentukan UPPB dan kerjasama komoditi karet antar 3 negara, Thailand,
Indonesia, dan Malaysia yang dilaksanakan melalui forumInternational Tripartite Rubber
Council (ITRC).
5) Kegiatan Peningkatan Espor Kopi
Pertumbuhan volume ekspor kopi pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 (periode
Januari-September) telah melampaui target 3%. Pertumbuhan volume ekspor kopi pada
periode tersebut sebesar 5,73%, yaitu dari 290,89 ribu ton padatahun 2011 menjadi
307,55ribu ton pada tahun 2012. Nilai ekspor kopi pada periode yang sama meningkat
sebesar 9,85% walau pada tahun 2012, yaitu dari US$ 816,12 juta pada tahun 2011
menjadi US$ 899,78 juta padatahun 2012.Kegiatan peningkatan ekspor kopi terutama
dilakukan melalui promosi, perbaikan mutu, dan pada kerjasama ASEAN National Focal
Point Working Group on Coffee.
6) Pengendalian Impor Produk Hortikultura
Pada tahun 2012 dalam upaya pengendalian impor produk hortikultura telah
ditetapkan Permentan nomor 60/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Rekomendasi Impor
Produk Hortikultura (RIPH), yaitu Permentan yang mengatur tata cara dan prosedur impor
produk hortikultura.Tujuan dikeluarkannya Permentan ini adalah memberikan kepastian
dalam pelayanan pemberian RIPH dan pelaksanaan impor produk hortikultura oleh
perusahaan yang melakukan impor produk hortikultura serta jaminan atas produk
hortikultura yang diimpor memenuhi keamanan pangan. Sasarannya untuk melindungi
kepentingan nasional, melindungi petani, dan melindungi konsumen dari aspek keamanan
pangan. Permentan ini mengatur 20 komoditas sayuran, buah dan florikultura yang
tercakup dalam 57 pos tariff atau HS, yaitu kentang, bawang bombay, bawang merah,
bawang putih, kubis. wortel, cabe, pisang, nenas, mangga, jeruk, anggur, melon, pepaya,
apel, durian, lengkeng, anggrek, krisan dan heliconia.
Permentan ini efektif diberlakukan mulai bulan Oktober 2012. Jumlah alokasi (total
volume masing - masing komoditi hortikultura segar) impor periode Oktober-Desember
2012 yang diberikan adalah sebesar realisasi impor (total volume masing-masing komoditi
hortikultura segar) pada periode Oktober-Desember 2011 dikurangi ± 20%, sehingga
diharapkan terjadi pengurangan impor 20% pada periode tersebut.RIPH bulan Oktober-
Desember 2012 tidak diberikan untuk komoditas manga. Dampak positif yang sudah
terlihat dari pemberlakuan Permentan ini antara lain meningkatnya harga pembelian buah
arumanis di tingkat petani, yaitu dari harga eceran terendah Rp. 3.000,-/kg pada saat
puncak panen tahun 2011, meningkat menjadi Rp. 5.000,-/kg pada saat puncak panen
tahun 2012.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 57
7) Kegiatan Peningkatan Produksi Susu sebagai Substitusi lmpor
Bagi masyarakat Indonesia, susu masih merupakan 'barang mewah'. Konsumsi
susu Indonesia adalah yang terendah dibandingkan negara Asia lainnya, yaitu hanya 11,09
kg per kapita per tahun di mana Malaysia dan Philipina mencapai 22,1 liter per kapita per
tahun, Thailand 33,7 liter per kapita per tahun, Vietnam 12,1 liter per kapita per tahun dan
India mencapai 42,08 liter per kapita per tahun (sumber: Sinar Harapan 27 September
2010). Pada tahun 2010 produksi susu segar dalam negeri mencapai 909.532.818kg.
Jumlah tersebut baru dapat memasok sekitar 30% dari permintaan nasional, sisanya 70%
berasal dari impor yaitu sebesar 186.234.278 kg/tahun berupa susu bubuk yang setara
dengan susu segar 1.535.285.649 liter/tahun (sumber : BPS, diolah Direktorat Jenderal
PPHP). Hal ini berarti peterna ksapi perah Indonesia hanya dapat memberikan kontribusi
30% dari kebutuhan industri susu Nusantara. Sedangkan pertumbuhan produksi susu
setiap tahunnya masih rendah sekali. Pada tahun 2009-2010 pertumbuhan produksi susu
dalam negeri hanya sebesar 3,15% dan pada tahun 2010-2012 sebesar 5,8%, di mana
produksi susutahun 2012 sebesar 1.017.930 kg (sumber : Direktorat Jenderal Peternakan,
angka sementara). Jumlah ini baru memberi kontribusi 40,3% kebutuhan dalam negeri,
atau mencapai 80,6% dari target kontribusi 50% dari kebutuhan dalam negeri pada tahun
2014.
Dalam upaya meningkatkan produksi susu yang berkualitas dan mempunyai daya
saing di pasar domestik, telah dilakukan fasilitasi teknologi agroindustri persusuan.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para peternak sapi perah dapatmeningkatkan nilai tambah
dari hasil produksi olahan susunya sekaligus mengurangi jumlah susu segar yang
disetorkan ke Industri Pengolahan Susu (lPS) di mana penetapan harganya relatif lebih
dominan ditentukan oleh pihak lPS. Kegiatan ini diprioritaskan bagi peternak sapi perah
yang tergabung dalam kelompok/gabungan kelompok/koperasi peternak. Fasilitasi yang
diberikan berupa bantuan peralatan pengolahan susu yang jenisnya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing daerah dan dikoordinasikan antara kelompok/gapoknak/
koperasi calon penerima dengan pihak dinas sebagai aparat pembina di daerah setempat.
Jenis peralatan yang sudah diadakan antara lain berupa peralatan pengolahan susu
pasteurisasi, yoghurt, keju,es krim dan peralatan pendukungnya seperti cooling unit,
peralatan ujikualitas susu, transfer tank dan lain-lain.
Pada periode tahun 2004-2012 telah merintis pembangunan Unit Pengolahan Susu
Pasteurisasi di 45 Kabupaten/Kota tersebar di 11 propinsi yang dikelola oleh 94 Gapoknak
(Gabungan Kelompok Peternak) dan Koperasi Susu. Guna mendorong peningkatan
produksi dan konsumsi susu telah dilakukan Peringatan Hari Susu Nusantara setiap tahun.
Peringatan Hari Susu Nusantara tahun 2012 dilaksanakan pada tanggal 1- 3 Juni 2012
dengan puncak acara tanggal 2 Juni 2012 di Jogja Ekspo Center DI Yogyakarta, dihadiri
oleh Wakil Menteri Pertanian, Gubernur DI Yogyakarta, Ketua Komisi IV DPR-RI, pejabat
58 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
terkait dari pemerintah pusat dan daerah serta diikuti oleh sekitar 2.500 peserta terdiri dari
500 anak sekolah tingkat SD dan 2.000 peserta dari kelompok/peternak sapi perah,
asosiasi/organisasi bidang persusuan, Industri Pengolahan Susu, serta media massa
nasional. Peringatan Hari Susu Nusantara tahun 2012 mengambil tema "Minum Susu
Segar, Tubuh Bugar Otak Pintar". Rangkaian acara peringatan ini meliputi pameran produk
susu dan industri penunjangnya, talk show tentang perkembangan persusuan nasional,
pencanangan Gerakan Nasional Minum Susu, dialog interaktif, beragam lomba serta
seminar nasional dengan tema “Bersama Membangun Persusuan Nasional”.
3.3. Evaluasi Kinerja
Pada tahun 2012, sasaran strategis Direktorat Jenderal PPHP dicapai dengan 4
indikator kinerja utama. Capaian keempat indikator kinerja utama tersebut, sangat berhasil
sebanyak 2 (dua) indikator dan berhasil 1 (satu) indikator, serta tidak berhasil 1 (satu)
indikator. Indikator dan capaiannya sebagai berikut :
e. Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar
domestik, dengan capaian 145% atau sangat baik.
f. Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil
pertanian 28% secara nasional dan 162% yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal
PPHP atau kurang berhasil.
g. Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 137% atau
sangat berhasil.
h. Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan -63% atau tidak berhasil.
Namun begitu, capaian secara kumulatif, yaitu capaian pada periode 2010-2012
dengan basis data pada 2009, maka capaian indikator kinerja utama Direktorat Jenderal
PPHP yang sangat berhasil 3 (tiga) indikator dan berhasil 1 (satu) indikator. Indikator dan
capaiannya dalam periode 2010-2012 sebagai berikut :
a. Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar
domestik, dengan capaian 123% atau sangat baik.
b. Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil
pertanian 44% secara nasional dan 308% yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal
PPHP atau berhasil.
c. Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 112% atau
sangat berhasil.
d. Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan 120,8% atau sangat berhasil.
Kriteria keberhasilan untuk indikator kinerja utama meningkatnya jumlah lembaga
pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian walaupun secara
nasional peningkatannya kecil, namun dinilai berhasil karena untuk kebutuhan pasar ternak
memang sudah relatif tercukupi dari jumlah yang ada, sehingga fasilitasi Direktorat
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 59
Jenderal PPHP hanya bersifat revitalisasi atau tidak membangun yang baru, demikian juga
dengan pemerintah daerah. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah lembaga
pemasaran petani cukup kecil karena secara nasional jumlah dibandingkan dengan jumlah
yang telah ada. Dengan justifikasi ini, maka disimpulkan bahwa 3 indikator sangat berhasil
dan 1 indikator berhasil.
Direktorat Jenderal PPHP mendukung IKU Kementerian Pertanian terutama pada
sasaran peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor yang terdiri dari 5 indikator
kinerja utama, dengan capaian sebagai berikut :
a. Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan
karet pada 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib) dengan capaian 103,3% atau sangat
berhasil.
b. Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dengan capaian 118,3% atau
sangat berhasil.
c. Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi gandum/terigu impor 2014
dengan capaian 84,3% atau berhasil.
d. Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat
dalam negeri dengan capaian 146,4% atau sangat berhasil.
e. Meningkatnya surplus neraca perdagangan dengan capaian 95,1% atau berhasil.
Secara umum capaian indikator kinerja Direktorat Jenderal PPHP telah berhasil,
namun begitu sebenarnya masih ditemui beberapa kendala dalam pelaksanaan
program/kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, antara lain adalah :
a. Unit pengolahan hasil pertanian belum banyak yang beroperasi secara optimal,
rendahnya jaminan ketersediaan dan mutu bahan baku, teknologi pengolahan hasil
belum sepenuhnya diadopsi oleh pengolah, dan sumber pendanaan berbunga rendah
masih sulit didapat atau akses perbankan masih lemah, serta belum adanya kepastian
pemasaran produk olahan (terutama tepung-tepungan berbasis sumber daya lokal).
b. Kemampuan pelaku usaha pengolah masih belum optimal dalam penguasaan teknologi
pengolahan, mutu produk dan aspek Sanitari dan Phytosanitari (SPS). Hal ini
diakibatkan selama ini pelaku usaha masih lebih berkonsentrasi pada teknologi
budidaya.
c. Pengendalian impor terutama produk hortikultura masih belum menunjukkan hasil yang
optimal, produk impor semakin menyerbu ke tingkat kecamatan di pedesaaan.
d. Sertifikasi pangan organik atau sistem jaminan mutu masih mengalami kendala karena
proses sertifikasi harus melibatkan Lembaga Sertifikasi dan kelompok tani/gabungan
kelompok tani belum menerapkan sistem pangan organik secara efektif.
e. Di beberapa provinsi peningkatan mutu biji kakao fermentasi belum berdampak pada
perbedaan harga yang nyata, sehingga petani kakao tidak termotivasi untuk
menghasilkan kakao yang bermutu/fermentasi.
60 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
f. Gerakan bokar bersih untuk meningkatkan mutu bahan olahan karet (bokar) belum
dilaksanakan secara optimal pada sentra-sentra produksi karet.
g. Keterbatasan kewenangan Kementerian Pertanian dalam pengembangan
pengolahan/agroindustri dirasakan masih menyulitkan koordinasi strategi, kebijakan
dan program penguatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian.
h. Masih sulitnya membangun kelembagaan dan kemitraan dan pengembangan
kewirausahaan agribisnis, antara lain akibat : 1) kelembagaan kelompok yang belum
kuat baik dari sisi organisasi maupun manajemen, 2) rendahnya komitmen pihak-pihak
yang bermitra, 3) posisi tawar yang tidak seimbang, 4) kerjasama yang sudah
disepakati dalam MoU tidak semuanya dilanjutkan dengan kontrak, 5) perusahaan
pertanian yang bersedia sebagai avails dan inti dalam kemitraan agribisnis masih
terbatas, 6) kurangnya modal dalam pengembangan usaha, serta kurangnya
infrastruktur penunjang kewirausahaan seperti akses penghubung (jalan) dan akses
pemasaran.
Beberapa tindak lanjut yang harus ditempuh untuk perbaikan ke depan dari
permasalahan tersebut di atas, antara lain adalah :
a. Peningkatan entrepreneurship pelaku usaha dalam memperluas akses pasar,
peningkatan negosiasi yang lebih baik tentang pemotongan tariff di forum WTO untuk
melindungi produk-produk dalam negeri yang menyangkut isu pengurangan
kemiskinan, ketahanan pangan dan pembangunan masyarakat perdesaan. Hal lain
yang cukup penting adalah fasilitasi temu usaha untuk meningkatkan akses informasi
pemasaran, pembangunan infrastruktur untuk mendukung pemasaran produk
pertanian, peningkatan kemitraan SDM pengolahan hasil pertanian dengan pelaku
usaha yang terlibat dalam rantai pasok produk pertanian, sosialisasi dan bimbingan
mengenai standar mutu produk pertanian yang dibutuhkan pasar, baik pasar domestic
maupun internasional.
b. Permintaan pasar (market driven) perlu menjadi pertimbangan utama dalam fasilitasi
unit usaha pengolahan pertanian selain juga mempertimbangkan ketersediaan bahan
baku secara kontinyu, kebutuhan dan kondisi SDM gapoktan calon penerima bantuan.
Selanjutnya diperlukan peningkatan kemampuan dan ketrampilan SDM baik dalam
penerapan teknologi pengolahan maupun manajemen usaha, sosialisasi dan
bimbingan kepada pengelola unit pengolahan hasil pertanian tentang standar mutu
produk olahan yang dibutuhkan pasar, dan peningkatan aksesbilitas SDM pengolahan
hasil terhadap sumber-sumber pembiayaan baik swasta maupun pemerintah.
c. Revisi Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1986 tentang kewenangan, pengaturan,
pembinaan dan pengembangan industri masih diperlukan dan diarahkan untuk
menjadikan agroindustri menjadi satu dalam kewenangan Kementerian Pertanian.
d. Penerapan Peraturan Menteri Pertanian nomor 60 tahun 2012 tentang Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura harus lebih dioptimalkan untuk melindungi kepentingan
nasional, melindungi petani dan melindungi konsumen dalam aspek keamanan
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 61
pangan. Perlu koordinasi yang lebih baik dengan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; Kementerian Perdagangan; Kementerian Perindustrian; Badan
Pengawas Obat dan Makanan; Kementerian Negara Perencanaan Pembanguanan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
e. Bimbingan teknis dan pendampingan penerapan sistem pangan organik harus lebih
diintensifkan. Bagi kelompok tani/gabungan kelompok tani yang telah menerapkan
sistem pangan organik secara efektif, perlu difasilitasi sertifikasinya terutama dalam
akses ke Lembaga Sertifikasi.
f. Perlu pengawalan kemitraan yang sudah ada dan penumbuhan kemitraan baru antara
industri pengolah kakao dan eksportir kakao dengan petani kakao sehingga diperoleh
perbedaan harga yang nyata antara kakao non fermentasi dan kakao fermentasi.
Dengan demikian, petani kakao akan termotivasi untuk menghasilkan kakao yang
bermutu/fermentasi.
g. Dalam mengoptimalkan pelaksanaan gerakan bokar bersih untuk meningkatkan mutu
bahan olahan karet (bokar) secara optimal pada sentra-sentra produksi karet, perlu
segera dibentuk UPPB dan Pengawas Mutu Bokar di seluruh sentra produksi karet, dan
perlu pembinaan dan pengawalan yang intensif dalam penerapan SOP bokar bersih
dan registrasi UPPB.
h. Petani dan pelaku usaha kecil di perdesaan harus mengubah paradigma lama yang
berorientasi memproduksi apa yang bisa diproduksi menjadi berorientasi pada
memproduksi/menanam apa yang bisa dijual (produce what we can sell) terutama
komoditas yang diinginkan oleh pasar sehingga petani lebih memiliki posisi tawar yang
tinggi, serta memberi peluang kemitraan yang adil, efektif dan berkelanjutan. Untuk
mewujudkan kondisi ini perlu peningkatan pembinaan, pengawalan, dan bimbingan dari
setiap stakeholders yang terlibat, pengawalan instansi pemerintah sampai kepada
realisasi kontrak yang berkelanjutan.
Direktorat Jenderal PPHP dalam beberapa penilaian baik yang dilakukan di tingkat
internal Kementan maupun nasional telah mendapatkan beberapa penghargaan dan
prestasi yang mendukung akuntabilitas Direktorat Jenderal PPHP, antara lain :
Tabel 38. Beberapa Penghargaan dan Prestasi yang Diraih Direktorat Jenderal PPHP
No Uraian 2010 2011 2012
1 Laporan
Keuangan
(Kementan)
Wajar Dengan
Pengecualian
Wajar Dengan
Pengecualian
Belum dinilai
2 Peta Unit Kerja
rawan
Pengimpangan
Abu-abu (cukup
rawan)
kuning (cukup
rawan)
abu-abu (agak rawan)
3 SAKIP Baik Baik Belum dinilai
62 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
No Uraian 2010 2011 2012
4 Satuan
Pelaksana
Pengendalian
Intern
Handal Peringkat II - Handal Peringkat II
5 Hasil Penilaian
Inisiatif Anti
Korupsi oleh KPK
Di bawah rata-rata 5,48, diatas
rata-rata
mendekati
ambang batas
kelulusan (6)
7,31 tertinggi diantara
3 (tiga) Eselon I lingkup
Kementan yang
mewakili PIAK
Kementan dan Ditjen
PPHP termasuk 10
besar PIAK Eselon I
secara nasional
6 Web site Peringkat I
Kementan
Life
Achivement
Life Achivement
7 Sistem
perencanaan
Pengembangan
participatory
planning dan e-
proposal di bidang
perencanaan
Implementasi
E-proposal
E-proposal diadopsi
menjadi e-planning
oleh Kementan untuk
diterapkan pada unit
kerja Eselon I lingkup
Kementan
Salah satu faktor yang turut berperan utama dalam mewujudkan instansi
pemerintah yang akuntabel adalah birokrasi. Dalam posisi dan perannya yang sedemikian
penting untuk menentukan efisiensi dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, Direktorat
Jenderal PPHP telah berupaya melakukan reformasi dan tata kelola yang lebih baik,
melalui hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan perangkat reformasi birokrasi, antara lain : informasi jabatan, perbaikan
tatalaksana dan Sistem Operasional Prosedur (SOP), analisis beban kerja,
pengembangan standard kompetensi, evaluasi jabatan, pengembangan e-office atau e-
government, penguatan unit layanan, penilaian kinerja pegawai, dan pemberian
tunjangan kinerja pada tahun 2012.
b. Menyusun Peraturan/kebijakan sebagai landasan kerja yang meliputi:
1) Peraturan Menteri Pertanian No. 03/Permentan/OT.170/ 1/2012 tentang
Rekomrndasi Impor Produk Hortikultura yang telah direvisi menjadi No.
60/Permentan/OT.140/9/2012 tentang ketentuan yang sama
2) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 3470/Kpts/PD.320/10/2012
Tentang Hari Kakao Nusantara.
3) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 5910/ Kpts/OT.160/11/2012
Tentang Perubahan Lampiran Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 63
1329/Kpts/Ot.160/G/3/2011 Tentang Pembentukan Tim Penilai Kementerian Dan
Sekretariat Tim Penilai Kementerian Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Hasil
Pertanian.
4) Keputusan Menteri Pertanian No. 6206/Kpts/Kp.450/12/2012 Tentang Penerima
Penghargaan Citra Produk Pertanian Berdaya Saing Tahun 2012 Dengan Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa.
5) Keputusan Menteri Pertanian No. 2831/Kpts/OT.160/8/2012 tentang Pembentukan
Panitia Penyelenggara Pekan Raya Tani, Pertemuan Nasional Pasar Tani, Festival
Jamur Indonesia, Indonesia Tropical Fruit Festival dan Bulan Promosi Hortikultura
Nusantara September Horti Ceria Tahun 2012
6) Peraturan Menteri Pertanian Persyaratan dan Tata Cara Penerapan Sistem
Pertanian Organik, masih dalam proses pengesahan ke Menteri Pertanian.
7) Peraturan Menteri PertanianTentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian
Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun, masih dalam proses
pembahasan.
8) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Tentang Pedoman Penerapan
Kakao Fermentasi, masih dalam pembahasan.
9) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Tentang Fasilitasi Ekspor Produk
Hortikultura, Persyaratan dan Standar Mutu, dan/atau Keamanan Pangan masih
dalam penghapusan akan dilakukan pembahasan untuk perubahan berikutnya.
Selain itu, dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi di lingkup Ditjen PPHP
telah dilakukan penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi oleh Sekretariat Ditjen
PPHP difasilitasi oleh Tim Inspektorat Jenderal Kementan. Penilaian Mandiri ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Hasil dari Penilaian mandiri pelaksanaan
reformasi birokrasi dimaksud, sebagai berikut :
a. Profil pencapaian faktor pengungkit Ditjen PPHP tahun 2012 bernilai 57 yang termasuk
pada fase C, level 3, yang berarti telah melakukan dan memantau pelaksanaan
reformasi birokrasi
b. Profil pencapaian faktor hasil Ditjen PPHP bernilai dengan rata-rata 72,25 yang
termasuk pada level 4 yang berarti hasil telah menunjukan perkembangan yang
substansial dan/atau semua target yang relevan telah terpenuhi.
3.4. Akuntabilitas Keuangan
Pada tahun 2012 Direktorat Jenderal PPHP mendapatkan alokasi anggaran
sebesar Rp. 519.623.100.000,-. Namun pada perjalanan tahun anggaran terjadi
pengurangan dalam rangka efisiensi untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM),
sehingga alokasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan PPHP menjadi sebesar
64 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Rp. 503.077.928.000,-. Walaupun begitu dokumen penetapan kinerja tidak direvisi,
sehingga target tidak berubah dan dapat dicapai dengan sangat baik.
Alokasi anggaran ini tersebar pada 93 satker yang terdiri atas dua satker pusat;
79 satker provinsi dan 12 satker kabupaten/ kota yang meliputi Dana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan. Secara rinci alokasi anggaran pusat dan daerah serta
realisasinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 39. Realisasi Keuangan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2012
No Jenis Kewenangan Anggaran Realisasi Fisik
(Rp. 000 ) (Rp. 000) % %
TOTAL 503.077.928 466.999.737 92,83 97,01
1 PUSAT 139.312.178 126.043.066 90,48 98,57
Ditjen PPHP 135.086.374 122.318.797 90,55 98,6
BPMA 4.225.804 3.724.269 88,13 97,5
2 DAERAH 363.765.750 340.956.671 93,73 96,42
a. Dekonsentrasi 125.527.250 116.520.669 92,82 95,7
b. Tugas Pembantuan 238.238.500 224.436.002 94,21 96,8
Realisasi anggaran kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun
2012 pusat dan daerah sampai dengan 31 Desember 2012 adalah Rp. 466.999.737.100,-
atau 92,83% dari total pagu anggaran Rp. 503.077.928.000,- dengan rincian realisasi
anggaran kegiatan di pusat Rp. 126.043.066.000,- atau 90,48% dari pagu anggaran Rp.
139.312.178.000,- dan realisasi di daerah (Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan satker provinsi serta Dana Tugas Pembantuan kabupaten/kota) Rp.
340.956.671.000,- atau 93,73% dari pagu anggaran Rp. 363.765.750.000,-.
Alokasi pagu dan realisasi anggaran Direktorat Jenderal PPHP menurut jenis
belanja dapat dilihat pada tabel 38. Realisasi terbesar dicapai pada belanja sosial
(99,9%), sedangkan realisasi terkecil pada belanja barang (89,2%).
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 65
Tabel 40. Realisasi Anggaran Kegiatan PPHP Tahun 2012 Per Jenis Belanja
BELANJA PAGU
(Rp. 000) (Rp. 000) %
a. Belanja Pegawai 21.026.880 20.911.723 99,15
b. Belanja Barang 329.178.648 293.616.569 89,20
c. Belanja Modal 4.956.700 4.706.251 94,95
d. Belanja Sosial 147.915.700 147.765194 99,90
TOTAL 503.077.930 466.999.737 92,83
Apabila dilihat per kegiatan utama, maka realisasi keuangan yang terbesar adalah
pada kegiatan pengembangan pengolahan hasil pertanian dan realisasi terkecil pada
kegiatan pengembangan pemasaran domestik dan dukungan manajemen dan dukungan
teknis. Realisasi kegiatan utama dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Realisasi Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2012
No Jenis Kewenangan
Anggaran
Fisik
Pagu Realisasi %
(Rp. 000 ) (Rp. 000 )
TOTAL 503.077.928 466.999.737 92,83
1 Pengembangan Pemasaran Internasional 11.856.428 10.999.301 92,77
2 Pengembangan Pemasaran Domestik 68.590.720 61.629.814 89,85
3 Pengembangan Mutu dan Standardisasi 78.854.667 73.824.373 93,62
4 Pengembangan Pengolahan Hasil
Pertanian
229.072.521 216.079.496
94,33
5 Pengembangan Usaha dan Investasi 33.720.185 31.739.102 94.12
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknis
80.983.407 72.727.650 89.81
66 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Serapan anggaran Ditjen PPHP tahun 2012 sebesar 92,83% lebih rendah dari
tahun 2011 (94,32%), hal ini karena : 1) efisiensi pengadaan barang/jasa, penghematan
perjalanan dinas luar negeri, dan perjalanan dinas dalam negeri, serta kegiatan pertemuan
di Satker Pusat; 2) beberapa provinsi poktan/gapoktan pertanian organik belum siap untuk
sertifikasi; 3) alokasi kegiatan OKKPD di Dinas terkait sementara Sekretariat OKKPD ada
di BKP Daerah sehingga koordinasi kurang dan pelaksanaan kegiatan tidak optimal; 4)
beberapa kegiatan kegiatan tugas pembantuan tidak terlaksana karena alasan administrasi
dan alasan teknis (tabel 42).
Tabel 42. Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Daerah Tahun 2012
Yang Tidak Terealisasi
No Kegiatan Alasan
I Pengembangan Pemasaran Domestik
1 Revitalisasi Pasar Ternak Kabupaten Sumedang Rp. 450 Juta
Proses lelang penyusunan master plan dan Detail Engineering Design (DED) dari APBD belum selesai (lelang ulang), sehingga sehingga waktu tidak mencukupi untuk proses pengadaan pasar ternak.
2 Revitalisasi Pasar Ternak Kota Batam Rp. 500 Juta
Keterlambatan penyediaan lahan, sehingga waktu tidak mencukupi untuk proses pengadaan.
3 Pengembangan STA di Kabupaten Nunukan Rp. 350 juta
Keterlambatan penyediaan lahan, sehingga waktu tidak mencukupi untuk proses pengadaan
II Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
1 Pengolahan Pakan Ternak Kabupaten Jember Rp. 1,5 Milyar
Revisi DIPA terbit bulan Nopember 2012 sehingga proses lelang tidak mencukupi.
2 Fasilitasi agroindustri teh Kabupaten Majalengka Rp.1,5 Milyar (terealisasi hanya 3,98%)
Pelaksanaan lelang terlambat di ULP, pergantian KPA
3 Pengembangan agroindustri hortikultura di Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. 117.500.000,-
Permasalahan di kelembagaan khususnya menyangkut masalah kepengurusan kelompok
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 67
No Kegiatan Alasan
4 Pengembangan agroindustri tepung berbasis sumber daya lokal ubi jalar di Kabupaten Asmat senilai Rp. 300 juta
Kurangnya koordinasi penyusunan RUKK, karena masalah transportasi dan komunikasi, sehingga berdampak pada proses pencairan dan bansos
III Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional
Pengadaan peralatan packing house di Kabupaten Banjar Rp. 240 juta
Gagal lelang
Pencapaian serapan anggaran pada tahun 2012 bila dilihat dari perkembangan per
bulannya lebih baik dari tahun sebelumnya (gambar 5). Namun capaian ini apabila
dibandingkan tahun 2010 dan 2011, mengalami penurunan dari capaian tahun 2011, yaitu
dari 94,34% menjadi 92,83%; bila dibandingkan tahun 2010 (89,97%) meningkat. Capaian
penyerapan anggaran tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel 41.
Upaya percepatan kegiatan dan penyerapan anggaran yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal PPHP cukup berhasil, walaupun tidak mencapai target yang ditetapkan
Kementerian Pertanian, yaitu 25% triwulan I, 50% triwulan II dan 75%. Pada gambar
berikut menunjukkan bahwa serapan anggaran tahun 2012 lebih cepat dari tahun 2011
terutama pada bulan Januari sampai dengan September 2012. Beberapa upaya
percepatan peaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran yang telah dilakukan pada
tahun 2012, antara lain :
a. Pengiriman surat upaya percepatan dari Dirjen PPHP ke Satker Daerah No.
340/TU.201/G/3/2012 tanggal 16 Maret 2012
b. Percepatan proses revisi SK Pejabat Pengelola Keuangan, Revisi POK dan DIPA
c. Pengawalan dan pendampingan ke Satker Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan oleh
Tim Pelaksana Pengawalan dan Pengendalian Kegiatan PPHP di Daerah yang dibagi
per Direktorat, yaitu
1) Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian : Maluku Utara, NTB, Sulawesi Barat, Aceh,
DI Yogyakarta, dan Kalimantan Barat.
2) Direktorat Mutu dan Standarisasi : Papua, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat, Jambi, dan Jawa Tengah.
3) Direktorat Pemasaran Domestik : Papua Barat, Bangka Belitung, Sulawesi Tengah,
Jawa Timur, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kalimantan Timur.
4) Direktorat Pemasaran Internasional : Maluku, Sulawesi Utara, Riau, DKI Jakarta,
Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
68 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
5) Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi : NTT, Gorontalo, Bali, Kepulauan
Riau, Lampung, Banten dan Kalimantan Tengah.
Selanjutnya tanggungjawab pengawalan dan pendampingan di kabupaten dibagi habis
kepada masing-masing Sub Direktorat.
d. Evaluasi Awal dan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan PPHP secara regional di
4 wilayah pada bulan Juli 2012.
e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada dana tugas pembantuan
f. Pertemuan Pembinaan SPI untuk Satker Daerah lingkup Ditjen PPHP di Yogyakarta
pada bulan September 2012.
g. Pertemuan Evaluasi Nasional pada buan Desember 2012.
Gambar 5. Realisasi Penyerapan Anggaran
Ditjen Pengolahan dan Pemsaran Hasil Pertanian Pusat dan Daerah Tahun 2012 (%)
Tabel 43. Capaian Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2010-2012
No Uraian 2010 2011 2012
1 Anggaran (Rp. Milyar) 373,01 404,07 503,07
2 Realisasi (Rp. Milyar) 335,60 381,20 466,99
3 Capaian (%) 89,97 94,34 92,83
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 69
BAB IV
P E N U T U P
Tahun 2012 merupakan tahun ketiga periode pembangunan 2010-2014. Dalam
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian telah
ditetapkan visi, misi, sasaran dan program dalam rangka pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang akan diwujudkan pada tahun 2014. Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sesuai dengan tugas dan fungsinya
diharapkan mendukung pencapaian kinerja Kementerian Pertanian melalui program
peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil
Pertanian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal
PPHP Tahun 2012 merupakan gambaran atas pencapaian sasaran Program Peningkatan
Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian Tahun
2012 yang didukung dengan anggaran dalam Daftar Isian Program dan Anggaran (DIPA)
Tahun 2012 yang sesuai dengan rencana kinerja yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengukuran kinerja yang dilakukan maka tingkat pencapaian kinerja
menunjukkan keberhasilan walaupun belum sepenuhnya mencapai target yang telah
ditetapkan karena adanya prasyarat yang kurang mendukung dan permasalahan yang
berada di luar kewenangan manajemen Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
hasil pertanian.
Dalam pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian berupaya secara terus menerus melakukan
konsolidasi internal maupun upaya meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan
pemangku kepentingan terkait seperti pemerintah daerah, para pelaku usaha, masyarakat
luas serta stakeholders lainnya (Perguruan Tinggi, swasta, asosiasi, perhimpunan profesi,
LSM dan lain-lain), terutama agar pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian mampu menggerakkan masyarakat untuk mendukung pencapaian sasaran.
Memahami, bahwa pembinaan pada bidang pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan intansi lain
di dalam dan di luar lingkup Kementerian Pertanian, maka kerjasama yang harmonis
secara lintas instansi sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling
mendukung, diharapkan program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan
mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan.
70 LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012
Disamping itu komitmen dari internal Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian baik dari pimpinan serta seluruh jajaran (staf teknis maupun
administrasi) lingkup Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
sangat diperlukan. Untuk itu dilakukan upaya secara terus menerus untuk meningkatkan
kinerja, melengkapi sarana dan prasarana kerja, serta mengembangkan kapabilitas dan
kompetensi sumberdaya manusia.
LAKIP Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2012 71
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. TAHAPAN SERTIFIKASI PANGAN ORGANIK DAN RENCANA SERTA CAPAIN KINERJANYA, 2010-2014
LAMPIRAN 2. TAHAPAN SERTIFIKASI PANGAN ORGANIK DAN RENCANA SERTA CAPAIN KINERJANYA, 2010-2014
No Unsur 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Target
1 Regulasi Teknis dan Standar
Draft Permentan (20)
Draft Permentan (100% dari target)
Draft 2 Permentan (40%)
Draft 1 Permentan (50% dari target)
Public Hearing (60%)
Public Hearing (100% dari target)
- Penetapan Permentan
- Soaialisasi (80%)
Pemberlakuan Permentan (100%)
SNI revisi (20%)
SNI revisi (100% dari target)
Sosialisasi (40%)
Sosialisasi (100% dari target)
Sosialisasi (60%)
- Sosialisasi - Proses revisi
(100% dari target)
Sosialisasi (80%)
Sosialisasi (100%)
2 Pelaku Usaha
168 Pelaku 25 Pelaku (13.5% dari target)
180 Pelaku 56 Pelaku (31.1% dari Target)
80 Pelaku 84 Pelaku (105% dari target)
80 Pelaku 40 Pelaku
LAMPIRAN 3. TAHAPAN SERTIFIKASI KAKAO FERMENTASI DAN RENCANA SERTA CAPAIAN KINERJANYA, 2010-2014
No Unsur 2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Target
1 Regulasi Teknis dan Standar
Draf Permentan (20% dari tahapan)
Draf Permentan (100% dari target)
- Draft Final Permentan
- Public Hearing (40% dari tahapan)
Draf SK (50% dari target)
- Public Hearing
- Sosialisasi (60% dari target)
- Draft Final - Sosialisasi (60% dari target)
-Penetapan Permentan - sosialisasi (80% dari tahapan)
Pemberlakukan Permentan (100% dari tahapan)
SNI amandemen (20% dari tahapan)
SNI amandemen (100% dari target)
Sosialisasi (40% dari tahapan)
Sosialisasi (100% dari target)
- Analisis kesiapan pelaku usaha
- Capacity building (60% dari tahapan)
- Analisis kesiapan pelaku usaha
- Capacity building (100% dari target)
- sosialisasi (80% dari tahapan)
- sosialisasi (100% dari tahapan)
2 Kelembagaan Pengawas (OKKPD)
10 OKKPD verifikasi (30,3% dari tahapan)
11 OKKPD verifikasi (110% dari target
15 OKKPD verifikasi (45,5% dari tahapan)
15 OKKPD verifikasi (100% dari target)
20 OKKPD verifikasi (61% dari tahapan)
16 OKKPD verifikasi (80% dari target)
30 OKKPD verifikasi (91% dari tahapan)
33 OKKPD verifikasi (100% dari tahapan)
3. Pelaku Usaha 252 Pelaku 95 Pelaku (37,7% dari target)
27 Pelaku
375 Pelaku (139% dari target)
120 Pelaku
121 Pelaku (101% dari target)
120 Pelaku
60 Pelaku
LAMPIRAN 4. TAHAPAN SERTIFIKASI BAHAN OLAHAN KARET (BOKAR) DAN RENCANA SERTA CAPAIN KINERJANYA, 2010-2014
No Unsur 2010 2011 2012 2013 2014
Target (20%) Realisasi Target (40%) Realisasi Target (60%) Realisasi Target (80%) Target (100%)
1
Teregistrasinya UPPB Bokar Bersih di 16 provinsi sentra karet
Pembentukan UPPB Bokar Bersih di 2 provinsi 2 kabupaten sentra produksi, dan fasilitasi peralatan pengolahan bokar 24 UPH
Terbentuknya UPPB Bokar Bersih di 2 provinsi 2 kabupaten sentra produksi, dan fasilitasi peralatan pengolahan bokar 24 UPH
Pembentukan UPPB Bokar Bersih di 2 provinsi 10 kabupaten sentra produksi, dan fasilitasi peralatan pengolahan bokar 63 UPH
Terbentuknya UPPB Bokar Bersih di 2 provinsi 10 kabupaten sentra produksi, dan fasilitasi peralatan pengolahan bokar 63 UPH
Pembentukan 16 UPPB Bokar Bersih 16 provinsi sentra produksi
Pembentukan UPPB Bokar Bersih 5 provinsi sentra produksi 10 UPPB mendapat surat tanda registrasi (STR) UPPB dari Disbun setempat (7 UPPB di Kab Banjar dan 3 di Kab Tabalong)
Pembentukan UPPB Bokar Bersih 14 provinsi 47 kabupaten sentra produksi 4 UPPB mendapat surat tanda registrasi (STR) UPPB dari Disbun setempat (Riau, Jambi, Kalsel, Kalbar)
Teregistrasinya UPPB Bokar Bersih di 50 lokasi sentra karet (mendapat surat tanda registrasi (STR) UPPB dari Disbun setempat)
2 Pelaku Usaha/pekebun pada UPPB Teregistrasi mempunyai Surat Keterangan Asal (SKA)
- - - - - - Pelaku Usaha/pekebun di 14 UPPB teregistrasi mempunyai Surat Keterangan Asal (SKA)
Pelaku Usaha/pekebun pada UPPB Teregistrasi mempunyai Surat Keterangan Asal (SKA)
3 Tersedianya petugas pengawas mutu bokar di 16 provinsi sentra produksi
Tersedianya calon petugas pengawas mutu bokar di 10 provinsi sentra produksi
Tersedianya calon petugas pengawas mutu bokar di 10 provinsi sentra produksi (68 orang)
Tersedianya calon petugas pengawas mutu bokar di 14 provinsi sentra produksi
Tersedianya calon petugas pengawas mutu bokar di 14 provinsi sentra produksi (141 orang)
Tersedianya calon petugas pengawas mutu bokar di 16 provinsi sentra produksi
Tersedianya calon petugas pengawas mutu bokar di 16 provinsi sentra produksi (229 orang)
Tersedianya petugas pengawas mutu bokar di 16 provinsi sentra produksi
Tersedianya petugas pengawas mutu bokar di 16 provinsi sentra produksi
LAMPIRAN 5. NERACA ESPOR IMPOR, 2010-2012 (JANUARI-NOPEMBER)
Sub Sektor 2009 2010 2011 Pert.
rata-rata (%)
Posisi 1 Tahun Terakhir
2011 (Jan-Nov)
2012 (Jan-Nov)
Pert.
2012 thd 2011
(%)
Tan. Pangan
Volume (Ton) :
- Ekspor 786.627 892.454 807.265 1,95 -9,55 739.768,77 210.908,20 -71,49
- Impor 7.788.215 10.504.604 15.363.009 40,56 46,25 14.005.877,77 13.223.776,69 -5,58
- Neraca -7.001.588 -9.612.150 -14.555.744 44,36 51,43 -13.266.108,99 -13.012.868,49 -1,91
Nilai (US$ 000)
- Ekspor 321.261 477.708 584.861 35,56 22,43 527.250,94 138.583,13 -73,72
- Impor 2.737.862 3.893.840 7.023.936 61,3 80,39 6.368.402,95 5.671.969,22 -10,94
- Neraca -2.416.601 -3.416.132 -6.439.075 64,93 88,49 -5.841.152,01 -5.533.386,08 -5,27
Hortikultura
Volume (Ton) :
- Ekspor 447.609 364.139 381.648 -6,92 4,81 350.230,29 398.464,54 13,77
- Impor 1.524.666 1.560.808 2.052.271 16,93 31,49 1.877.243,95 2.054.184,51 9,43
- Neraca -1.077.057 -1.196.669 -1.670.623 25,36 39,61 -1.527.013,66 -1.655.719,98 8,43
Nilai (US$ 000) :
- Ekspor 379.739 390.740 491.304 14,32 25,74 446.641,74 467.113,79 4,58
- Impor 1.077.463 1.292.988 1.686.131 25,2 30,41 1.546.101,41 1.733.483,61 12,12
- Neraca -697.724 -902.248 -1.194.827 30,87 32,43 -1.099.459,67 -1.266.369,82 15,18
Perkebunan
Volume (Ton) :
- Ekspor 27.864.811 27.017.306 27.863.746 0,05 3,13 25.164.641,13 27.581.979,23 9,61
- Impor 2.963.532 3.578.061 4.311.982 20,62 20,51 3.980.213,50 1.428.979,34 -64,10
- Neraca 24.901.279 23.439.245 23.551.764 -2,7 0,48 21.184.427,63 26.152.999,89 23,45
Nilai (US$ 000 :
- Ekspor 21.581.669 30.702.864 40.689.768 37,4 32,53 37.433.051,75 30.664.002,60 -18,08
- Impor 3.949.191 6.028.160 8.843.792 49,68 46,71 8.182.778,58 2.874.058,78 -64,88
- Neraca 17.632.478 24.674.704 31.845.976 34,5 29,06 29.250.273,17 27.789.943,82 -4,99
Peternakan
Volume (Ton) :
- Ekspor 473.182 494.186 906.997 43,99 83,53 847.882,54 169.815,59 -79,97
- Impor 1.124.737 1.231.525 1.190.630 3,09 -3,32 1.090.694,13 1.111.429,48 1,90
- Neraca -651.555 -737.339 -283.633 -24,18 -61,53 -242.811,58 -941.613,89 287,8
Nilai (US$ 000)
- Ekspor 754.913 951.662 1.599.071 47,05 68,03 1.491.664,74 512.247,73 -65,66
- Impor 2.132.800 2.768.339 3.044.801 19,89 9,99 2.792.502,48 2.501.361,48 -10,43
- Neraca -1.377.887 -1.816.677 -1.445.730 5,71 -20,42 -1.300.837,74 -1.989.113,76 52,91
PERTANIAN
Volume (Ton) :
- Ekspor 29.572.229 28.768.085 29.959.656 0,71 4,14 27.102.522,73 28.361.167,56 4,64
- Impor 13.401.150 16.874.998 22.917.892 30,87 35,81 20.954.029,34 17.818.370,02 -14,96
- Neraca 16.171.079 11.893.087 7.041.764 -33,62 -40,79 6.148.493,40 10.542.797,54 71,47
Nilai (US$ 000)
- Ekspor 23.037.582 32.522.974 43.365.004 37,26 33,34 39.898.609,16 31.781.947,25 -20,34
- Impor 9.897.316 13.983.327 20.598.660 44,3 47,31 18.889.785,41 12.780.873,08 -32,34
- Neraca 13.140.266 18.539.647 22.766.344 31,94 22,8 21.008.823,76 19.001.074,17 -9,56
Sumber : BPS diolah PUSDATIN dan Direktorat Pemasaran Internasional, Ditjen PPHP.
Catatan :
1. Produk meliputi produk segar dan olahan.
2. Data tahun 2012 mengalami perubahan cakupan produk karena adanya penyelelarasan beberapa produk sesuai dengan ruang lingkup binaan Kemtan dan perubahan kode HS sesuai Buku Tarif dan Kepabeanan Indonesia tahun 2012