kata pengantar - bi.go.id · kata pengantar daftar isi daftar ... pertumbuhan ekonomi negara tujuan...

102

Upload: dinhcong

Post on 28-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan
Page 2: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi

Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2014” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi

mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, khususnya bidang moneter, perbankan, sistem

pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia

juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi

yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus

berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai

pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita

semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan

pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

KATA PENGANTAR

I

Semarang, Februari 2015KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V

Ttd

Iskandar SimorangkirDirektur Eksekutif

Page 3: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi

Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2014” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi

mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, khususnya bidang moneter, perbankan, sistem

pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia

juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi

yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus

berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai

pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita

semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan

pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

KATA PENGANTAR

I

Semarang, Februari 2015KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V

Ttd

Iskandar SimorangkirDirektur Eksekutif

Page 4: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

iiiDAFTAR ISI

i

iii

v

vii

xi

xiii

1

9

9

9

14

25

25

28

28

29

30

30

30

31

33

34

35

43

43

43

43

44

45

46

47

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Grafik

Daftar Suplemen

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah

Ringkasan Umum

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

BAB II Perkembangan Inflasi Jawa Tengah

2.1. Inflasi Secara Umum

2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

2.2.2. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

2.2.4. Kelompok Lainnya

2.3. Disagregasi Inflasi

2.3.1. Kelompok Volatile Foods

2.3.2. Kelompok Administered Prices

2.3.3. Kelompok Inti

2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

BAB III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

3.2. Perkembangan Bank Umum

3.2.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

3.2.2. Perkembangan Penghimpunan DPK

3.2.3. Penyaluran Kredit

3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Page 5: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

iiiDAFTAR ISI

i

iii

v

vii

xi

xiii

1

9

9

9

14

25

25

28

28

29

30

30

30

31

33

34

35

43

43

43

43

44

45

46

47

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Grafik

Daftar Suplemen

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah

Ringkasan Umum

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

BAB II Perkembangan Inflasi Jawa Tengah

2.1. Inflasi Secara Umum

2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

2.2.2. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

2.2.4. Kelompok Lainnya

2.3. Disagregasi Inflasi

2.3.1. Kelompok Volatile Foods

2.3.2. Kelompok Administered Prices

2.3.3. Kelompok Inti

2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

BAB III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

3.2. Perkembangan Bank Umum

3.2.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

3.2.2. Perkembangan Penghimpunan DPK

3.2.3. Penyaluran Kredit

3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Page 6: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

7

7

13

13

25

25

26

26

40

44

51

54

57

58

59

59

60

62

72

73

vDAFTAR TABEL

Daftar Tabel

Tabel 1.1. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan

Tahun 2011 – 2014 (%)

Tabel 1.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Sektoral Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010(%)

Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan di Jawa Tengah

Tabel 2.2. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah

Tabel 2.3. Tabel Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw IV 2014 - Kelompok Bahan Makanan

Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah

Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan IV 2014 (Rp Miliar)

Tabel 4.2. Perbandingan APBD Jawa Tengah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama,

Februari 2013 - Agustus 2014 (juta orang)

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013

- Agustus 2014 (juta orang)

Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan, Februari 2013 - Agustus 20114 (juta orang)

Tabel 5.6. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2010 – September 2014 (Rupiah)

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan

dan Proyeksi Triwulan I 2015 (%)

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

3.4. Perkembangan Kredit UMKM

3.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

3.6. Perkembangan Transaksi Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

3.7. Perkembangan Perkasan

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Realisasi APBD Triwulan IV 2014

4.2. APBD Tahun 2015

BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

5.1. Ketenagakerjaan

5.2. Pengangguran

5.3. Nilai Tukar Petani

5.4. Tingkat Kemiskinan

BAB VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1. Sisi Penggunaan

6.1.2. Sisi Sektoral

6.2. Inflasi

6.2.1. Perkiraan Inflasi Triwulan I 2015

6.2.2. Inflasi Januari 2015

6.2.3. Inflasi 2015

44

45

46

47

51

51

52

57

57

60

60

63

71

71

71

73

74

74

74

75

iv DAFTAR ISI

Daftar Isi

Page 7: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

7

7

13

13

25

25

26

26

40

44

51

54

57

58

59

59

60

62

72

73

vDAFTAR TABEL

Daftar Tabel

Tabel 1.1. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan

Tahun 2011 – 2014 (%)

Tabel 1.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Sektoral Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010(%)

Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan di Jawa Tengah

Tabel 2.2. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah

Tabel 2.3. Tabel Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw IV 2014 - Kelompok Bahan Makanan

Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah

Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan IV 2014 (Rp Miliar)

Tabel 4.2. Perbandingan APBD Jawa Tengah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama,

Februari 2013 - Agustus 2014 (juta orang)

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013

- Agustus 2014 (juta orang)

Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan, Februari 2013 - Agustus 20114 (juta orang)

Tabel 5.6. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2010 – September 2014 (Rupiah)

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan

dan Proyeksi Triwulan I 2015 (%)

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

3.4. Perkembangan Kredit UMKM

3.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

3.6. Perkembangan Transaksi Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

3.7. Perkembangan Perkasan

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Realisasi APBD Triwulan IV 2014

4.2. APBD Tahun 2015

BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

5.1. Ketenagakerjaan

5.2. Pengangguran

5.3. Nilai Tukar Petani

5.4. Tingkat Kemiskinan

BAB VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

6.1.1. Sisi Penggunaan

6.1.2. Sisi Sektoral

6.2. Inflasi

6.2.1. Perkiraan Inflasi Triwulan I 2015

6.2.2. Inflasi Januari 2015

6.2.3. Inflasi 2015

44

45

46

47

51

51

52

57

57

60

60

63

71

71

71

73

74

74

74

75

iv DAFTAR ISI

Daftar Isi

Page 8: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

8

8

8

8

9

9

10

10

10

10

11

11

11

11

12

12

12

12

13

14

14

14

14

15

15

15

15

16

16

16

Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

Grafik 1.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.4. Survei Tendensi Konsumen

Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah dan Konsumsi Pemerintah di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.8. Perkembangan Pertumbuhan Nilai Impor Barang Modal Vs PMTDB

Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV 2014

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV

Tahun 2014 (%)

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah

Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah

Grafik 1.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah

Grafik 1.27. Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah

Grafik 1.28. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.29. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran

Grafik 1.30. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah

Grafik 1.31. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi di Jawa Tengah

viiDAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Page 9: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

8

8

8

8

9

9

10

10

10

10

11

11

11

11

12

12

12

12

13

14

14

14

14

15

15

15

15

16

16

16

Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

Grafik 1.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.4. Survei Tendensi Konsumen

Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah dan Konsumsi Pemerintah di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.8. Perkembangan Pertumbuhan Nilai Impor Barang Modal Vs PMTDB

Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV 2014

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV

Tahun 2014 (%)

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah

Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah

Grafik 1.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah

Grafik 1.27. Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah

Grafik 1.28. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.29. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran

Grafik 1.30. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah

Grafik 1.31. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi di Jawa Tengah

viiDAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Page 10: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

34

39

39

41

41

41

41

42

42

42

42

43

43

43

44

44

45

45

45

45

46

46

47

47

47

47

48

48

48

ixDAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.8. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.9. Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.12. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Berdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.13. Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.14. Perkembangan Risiko Kredit Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit kepada UMKM

Grafik 3.16. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Grafik 3.17. Perkembangan Kredit kepada UMKM di Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.18. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM di Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.19. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.20. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.21. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasar Penggunaan

Grafik 3.22. Perkembangan Risiko Kredit Usaha Rakyat Berdasar Penggunaan

Grafik 3.23. Perkembangan Rata-rata Perputaran Kliring Harian di Jawa Tengah

Grafik 3.24. Perkembangan Rata-rata Penarikan Cek dan Bilyet Giro Kosong Harian di Jawa Tengah

Grafik 3.25. Perkembangan Nilai Nominal RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.26. Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.27. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.28. Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

Grafik 3.29. Jumlah Temuan Uang Palsu

Grafik 4.1. Perkembangan APBD Jawa Tengah

Grafik 4.2. Pangsa Belanja Langsung 2014

Grafik 4.3. Pangsa Belanja Tidak Langsung 2014

Grafik 4.4. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah

Grafik 4.5. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah

Grafik 4.6. Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Daerah Jawa Tengah

Grafik 4.7. Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Daerah Jawa Tengah

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2011-2014

Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods 2012-2014

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan IV

Grafik 2.9. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods

Grafik 2.10. Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Bulanan Cabai Merah

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras

Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Kambing

Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Bulanan Minyak Goreng dan Perkembangan Harga CPO

Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Administered Prices Triwulan IV

Grafik 2.16. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Administered Prices

Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Bulanan Bensin

Grafik 2.18. Inflasi Bulanan November Subkelompok Transpor

Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan IV

Grafik 2.20. Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, dan Inflasi Inti Nontraded

Grafik 2.21. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga

Grafik 2.22. Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Grafik 2.23. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded

Grafik 2.24. Perkembangan Harga Komoditas Internasional

Grafik 2.25. Inflasi Tahunan Triwulan IV 2014

Grafik 2.26. Perkembangan Inflasi Tahunan

Grafik 2.27. Inflasi Tahunan Kota

Grafik 2.28. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Grafik 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4. Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

16

16

16

17

17

23

23

24

24

28

28

28

29

29

29

29

30

30

30

30

31

31

31

31

32

32

32

32

32

32

33

33

34

viii DAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Page 11: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

34

39

39

41

41

41

41

42

42

42

42

43

43

43

44

44

45

45

45

45

46

46

47

47

47

47

48

48

48

ixDAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.8. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.9. Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.12. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Berdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.13. Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.14. Perkembangan Risiko Kredit Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit kepada UMKM

Grafik 3.16. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM

Grafik 3.17. Perkembangan Kredit kepada UMKM di Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.18. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM di Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.19. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.20. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan

Grafik 3.21. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasar Penggunaan

Grafik 3.22. Perkembangan Risiko Kredit Usaha Rakyat Berdasar Penggunaan

Grafik 3.23. Perkembangan Rata-rata Perputaran Kliring Harian di Jawa Tengah

Grafik 3.24. Perkembangan Rata-rata Penarikan Cek dan Bilyet Giro Kosong Harian di Jawa Tengah

Grafik 3.25. Perkembangan Nilai Nominal RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.26. Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah

Grafik 3.27. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.28. Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

Grafik 3.29. Jumlah Temuan Uang Palsu

Grafik 4.1. Perkembangan APBD Jawa Tengah

Grafik 4.2. Pangsa Belanja Langsung 2014

Grafik 4.3. Pangsa Belanja Tidak Langsung 2014

Grafik 4.4. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah

Grafik 4.5. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah

Grafik 4.6. Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Daerah Jawa Tengah

Grafik 4.7. Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Daerah Jawa Tengah

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2011-2014

Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods 2012-2014

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan IV

Grafik 2.9. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods

Grafik 2.10. Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Bulanan Cabai Merah

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras

Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Kambing

Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Bulanan Minyak Goreng dan Perkembangan Harga CPO

Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Administered Prices Triwulan IV

Grafik 2.16. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Administered Prices

Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Bulanan Bensin

Grafik 2.18. Inflasi Bulanan November Subkelompok Transpor

Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan IV

Grafik 2.20. Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, dan Inflasi Inti Nontraded

Grafik 2.21. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga

Grafik 2.22. Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran

Grafik 2.23. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded

Grafik 2.24. Perkembangan Harga Komoditas Internasional

Grafik 2.25. Inflasi Tahunan Triwulan IV 2014

Grafik 2.26. Perkembangan Inflasi Tahunan

Grafik 2.27. Inflasi Tahunan Kota

Grafik 2.28. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Grafik 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4. Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah

16

16

16

17

17

23

23

24

24

28

28

28

29

29

29

29

30

30

30

30

31

31

31

31

32

32

32

32

32

32

33

33

34

viii DAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Page 12: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

18

35

64

xiDAFTAR SUPLEMEN

Daftar Suplemen

Suplemen 1. Perkembangan Investasi Daerah

Suplemen 2. Upaya Antisipasi Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi di Jawa Tengah

Suplemen 3. Upah dan Kesejahteraan Masyarakat

Grafik 4.8. Perkembangan Pangsa Belanja Langsung dan Tidak Langsung

Grafik 4.9. Pangsa Pendapatan Daerah

Grafik 5.1. TPAK Kabupaten di Jawa Tengah

Grafik 5.2. TPAK Kota di Jawa Tengah

Grafik 5.3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini

Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Grafik 5.5. TPT Kabupaten di Jawa Tengah

Grafik 5.6. TPT Kota di Jawa Tengah

Grafik 5.7. NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya

Grafik 5.8. NTP Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 5.9. Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 5.10. Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 5.11. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2011-2014

Grafik 5.12. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 5.13. Komposit Pembentuk IPM Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 5.14. Indeks Penghasilan Konsumen dan Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 5.15. Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama dan Rencana Pembelian Barang Tahan Lama

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang

Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang

Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Grafik 6.6. Perkembangan Ekspektasi Penjualan

Grafik 6.7. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

Grafik 6.8. Laju Pertumbuhan Triwulanan IHPR Berdasarkan Tipe Residensial

Grafik 6.9. Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa Tengah

Grafik 6.10. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen

52

52

53

53

57

57

58

58

60

60

61

61

61

61

62

71

71

72

72

74

74

x DAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Page 13: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

18

35

64

xiDAFTAR SUPLEMEN

Daftar Suplemen

Suplemen 1. Perkembangan Investasi Daerah

Suplemen 2. Upaya Antisipasi Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi di Jawa Tengah

Suplemen 3. Upah dan Kesejahteraan Masyarakat

Grafik 4.8. Perkembangan Pangsa Belanja Langsung dan Tidak Langsung

Grafik 4.9. Pangsa Pendapatan Daerah

Grafik 5.1. TPAK Kabupaten di Jawa Tengah

Grafik 5.2. TPAK Kota di Jawa Tengah

Grafik 5.3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini

Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Grafik 5.5. TPT Kabupaten di Jawa Tengah

Grafik 5.6. TPT Kota di Jawa Tengah

Grafik 5.7. NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya

Grafik 5.8. NTP Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 5.9. Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 5.10. Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah

Grafik 5.11. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2011-2014

Grafik 5.12. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 5.13. Komposit Pembentuk IPM Jawa Tengah dan Nasional

Grafik 5.14. Indeks Penghasilan Konsumen dan Indeks Tendensi Konsumen

Grafik 5.15. Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama dan Rencana Pembelian Barang Tahan Lama

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang

Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang

Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Grafik 6.6. Perkembangan Ekspektasi Penjualan

Grafik 6.7. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

Grafik 6.8. Laju Pertumbuhan Triwulanan IHPR Berdasarkan Tipe Residensial

Grafik 6.9. Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa Tengah

Grafik 6.10. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen

52

52

53

53

57

57

58

58

60

60

61

61

61

61

62

71

71

72

72

74

74

x DAFTAR GRAFIK

Daftar Grafik

Page 14: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

A. PDRB & Inflasi

Ekonomi Makro Regional *)

INDIKATOR

*Mulai tahun 2014 perhitungan IHK menggunakan SBH 2012Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Berdasarkan Sektor

-Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

-Pertambangan dan Penggalian

-Industri Pengolahan

-Pengadaan Listrik dan Gas

-Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

-Konstruksi

-Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

-Transportasi dan Pergudangan

-Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

-Informasi dan Komunikasi

-Jasa Keuangan dan Asuransi

-Real Estate

-Jasa Perusahaan

-Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

-Jasa Pendidikan

-Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

-Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan

-Konsumsi Rumah Tangga

-Konsumsi LNPRT

-Konsumsi Pemerintah

-PMTB

-Ekspor Luar Negeri

-Impor Luar Negeri

-Net Ekspor Antar Daerah

Ekspor

-Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)

-Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

Impor

-Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

-Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

20132014

I II III

5,34

3,04

5,30

6,72

9,97

-1,39

6,33

1,85

6,64

5,31

9,74

3,57

5,43

7,08

0,50

17,55

10,33

0,70

4,70

5,83

3,23

8,16

8,11

6,67

3,30

5.209

3.190

5.179

3.767

132,13

134,07

124,45

134,29

134,26

4.24

4.73

2.87

4.85

3.09

5,14

2,55

6,17

5,38

8,46

0,23

4,90

4,65

9,33

4,46

7,99

4,31

7,70

12,12

2,65

9,53

7,12

9,24

4,52

7,21

5,44

4,69

15,30

13,50

56,53

5.658

3.144

5.554

4.045

142,68

145,46

134,81

145,29

142,05

7.98

8.50

8.32

8.19

5.80

5,66

-2,78

7,00

8,38

0,67

6,11

5,66

6,27

6,23

5,32

10,54

2,92

8,89

8,21

0,73

9,85

12,99

7,91

4,34

22,45

1,05

3,48

22,47

5,63

10,50

1.500

741

1.398

871

111,32

111,37

110,11

110,96

108,69

116,87

113,36

7.08

7.30

6.61

6.43

6.07

10.50

9.69

4,19

-3,80

4,65

7,29

7,65

3,15

4,18

1,79

5,01

6,40

10,96

3,18

7,85

6,83

-2,86

11,43

13,46

8,58

4,25

16,26

-10,27

6,73

19,69

-6,46

-3,46

1.604

681

1.559

1.086

112,27

111,90

110,78

112,15

108,95

117,48

114,85

7.26

6.42

6.63

7.13

5.68

9.54

9.65

5,69

-2,99

6,02

9,73

4,86

2,96

2,76

4,58

7,94

9,68

12,39

3,68

5,29

7,57

-0,41

12,28

11,81

9,11

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

1.451

696

1.478

882

113,84

113,03

112,06

113,77

110,64

119,09

117,07

5.00

4.18

4.65

4.84

3.78

6.31

7.67

6,16

-1,94

8,37

6,81

-2,16

1,65

4,96

4,93

16,46

9,08

18,09

7,11

6,85

10,61

5,67

7,60

7,11

8,41

4,08

-5,27

9,03

1,75

-9,11

-14,90

265,72

1.541

658

1.685

1.006

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

IV2014

5,42

-2,95

6,50

8,04

2,70

3,45

4,38

4,35

8,97

7,63

13,00

4,22

7,19

8,31

0,78

10,17

11,20

8,50

4,34

8,62

2,66

4,46

9,55

-7,29

2,80

6.096

2.776

6.120

3.845

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

2012

Page 15: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

A. PDRB & Inflasi

Ekonomi Makro Regional *)

INDIKATOR

*Mulai tahun 2014 perhitungan IHK menggunakan SBH 2012Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Berdasarkan Sektor

-Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

-Pertambangan dan Penggalian

-Industri Pengolahan

-Pengadaan Listrik dan Gas

-Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

-Konstruksi

-Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

-Transportasi dan Pergudangan

-Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

-Informasi dan Komunikasi

-Jasa Keuangan dan Asuransi

-Real Estate

-Jasa Perusahaan

-Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

-Jasa Pendidikan

-Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

-Jasa lainnya

Berdasarkan Permintaan

-Konsumsi Rumah Tangga

-Konsumsi LNPRT

-Konsumsi Pemerintah

-PMTB

-Ekspor Luar Negeri

-Impor Luar Negeri

-Net Ekspor Antar Daerah

Ekspor

-Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)

-Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

Impor

-Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

-Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Provinsi Jawa Tengah

Kota Purwokerto

Kota Surakarta

Kota Semarang

Kota Tegal

Kota Kudus

Kota Cilacap

20132014

I II III

5,34

3,04

5,30

6,72

9,97

-1,39

6,33

1,85

6,64

5,31

9,74

3,57

5,43

7,08

0,50

17,55

10,33

0,70

4,70

5,83

3,23

8,16

8,11

6,67

3,30

5.209

3.190

5.179

3.767

132,13

134,07

124,45

134,29

134,26

4.24

4.73

2.87

4.85

3.09

5,14

2,55

6,17

5,38

8,46

0,23

4,90

4,65

9,33

4,46

7,99

4,31

7,70

12,12

2,65

9,53

7,12

9,24

4,52

7,21

5,44

4,69

15,30

13,50

56,53

5.658

3.144

5.554

4.045

142,68

145,46

134,81

145,29

142,05

7.98

8.50

8.32

8.19

5.80

5,66

-2,78

7,00

8,38

0,67

6,11

5,66

6,27

6,23

5,32

10,54

2,92

8,89

8,21

0,73

9,85

12,99

7,91

4,34

22,45

1,05

3,48

22,47

5,63

10,50

1.500

741

1.398

871

111,32

111,37

110,11

110,96

108,69

116,87

113,36

7.08

7.30

6.61

6.43

6.07

10.50

9.69

4,19

-3,80

4,65

7,29

7,65

3,15

4,18

1,79

5,01

6,40

10,96

3,18

7,85

6,83

-2,86

11,43

13,46

8,58

4,25

16,26

-10,27

6,73

19,69

-6,46

-3,46

1.604

681

1.559

1.086

112,27

111,90

110,78

112,15

108,95

117,48

114,85

7.26

6.42

6.63

7.13

5.68

9.54

9.65

5,69

-2,99

6,02

9,73

4,86

2,96

2,76

4,58

7,94

9,68

12,39

3,68

5,29

7,57

-0,41

12,28

11,81

9,11

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

1.451

696

1.478

882

113,84

113,03

112,06

113,77

110,64

119,09

117,07

5.00

4.18

4.65

4.84

3.78

6.31

7.67

6,16

-1,94

8,37

6,81

-2,16

1,65

4,96

4,93

16,46

9,08

18,09

7,11

6,85

10,61

5,67

7,60

7,11

8,41

4,08

-5,27

9,03

1,75

-9,11

-14,90

265,72

1.541

658

1.685

1.006

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

IV2014

5,42

-2,95

6,50

8,04

2,70

3,45

4,38

4,35

8,97

7,63

13,00

4,22

7,19

8,31

0,78

10,17

11,20

8,50

4,34

8,62

2,66

4,46

9,55

-7,29

2,80

6.096

2.776

6.120

3.845

118,60

117,36

116,84

118,73

114,73

124,16

121,18

8,22

7,09

8,01

8,53

7,40

8,59

8,19

2012

Page 16: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

INDIKATOR

Perbankan **)

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

- Giro

- Tabungan

- Deposito

Kredit (Rp Triliun)

- Modal Kerja

- Konsumsi

- Investasi

Loan To Deposit Ratio (%)

NPL Gross (%)

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS (Rp Triliun)

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar)

B. Perbankan dan Sistem Pembayaran

*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)

2012 2013

I II III IV2013

145,25

22,28

79,48

43,51

150,98

80,77

19,08

51,13

44,63

7,97

103,95

1,91

2.825

2.614

488

14.679

43,29

28,49

14,81

146,36

24,98

76,14

45,24

153,32

80,85

19,98

52,49

46,08

8,50

104,76

2,06

2.932

2.597

504

15.036

14,72

5,17

9,55

152,01

24,84

78,15

49,03

161,57

83,97

22,85

54,75

50,12

10,78

106,29

2,16

2.829

2.532

492

13.878

11,22

8,67

2,56

162,83

28,86

82,90

51,07

168,96

87,54

24,26

57,17

51,40

10,90

103,77

2,13

3.549

2.343

549

14.400

19,55

14,17

5,38

167,39

23,73

90,60

53,07

176,61

92,35

25,60

58,66

52,96

11,76

105,51

1,98

3.738

2.494

577

14.937

11,86

9,21

2,65

167,39

23,73

90,60

53,07

176,61

92,35

25,60

58,66

52,96

11,76

105,51

1,98

3.260

2.490

530

14.547

57,35

37,21

20,14

Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun)

- Outflow

- Inflow

- Net Outflow

168,74

25,09

85,30

58,34

178,54

93,34

26,91

58,29

54,04

11,95

105,81

2,17

3.435

2.307

530

14.275

15,47

6,27

9,20

Kredit UMKM (Rp Triliun)

-Modal Kerja

-Investasi

2014

I II

178,42

30,20

86,96

61,27

187,37

99,04

28,07

60,26

59,09

13,60

105,02

2,19

3.687

2.492

573

15.156

14,31

8,95

5,36

III

185,79

30,94

90,47

64,38

191,87

103,87

27,70

60,30

60,46

12,75

103,27

2,22

3.297

2.397

579

14.225

20,52

14,69

5,83

RINGKASAN UMUM

IV

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

61,32

13,20

105,34

2,23

3.734

2.321

583

14.203

12,02

9,20

2,82

2014

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

61,32

13,20

105,34

2,23

3.540

2.378

567

14.459

62,32

39,11

23,21

xiv TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA TENGAH

Page 17: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

INDIKATOR

Perbankan **)

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)

- Giro

- Tabungan

- Deposito

Kredit (Rp Triliun)

- Modal Kerja

- Konsumsi

- Investasi

Loan To Deposit Ratio (%)

NPL Gross (%)

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS (Rp Triliun)

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)

- Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar)

B. Perbankan dan Sistem Pembayaran

*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)

2012 2013

I II III IV2013

145,25

22,28

79,48

43,51

150,98

80,77

19,08

51,13

44,63

7,97

103,95

1,91

2.825

2.614

488

14.679

43,29

28,49

14,81

146,36

24,98

76,14

45,24

153,32

80,85

19,98

52,49

46,08

8,50

104,76

2,06

2.932

2.597

504

15.036

14,72

5,17

9,55

152,01

24,84

78,15

49,03

161,57

83,97

22,85

54,75

50,12

10,78

106,29

2,16

2.829

2.532

492

13.878

11,22

8,67

2,56

162,83

28,86

82,90

51,07

168,96

87,54

24,26

57,17

51,40

10,90

103,77

2,13

3.549

2.343

549

14.400

19,55

14,17

5,38

167,39

23,73

90,60

53,07

176,61

92,35

25,60

58,66

52,96

11,76

105,51

1,98

3.738

2.494

577

14.937

11,86

9,21

2,65

167,39

23,73

90,60

53,07

176,61

92,35

25,60

58,66

52,96

11,76

105,51

1,98

3.260

2.490

530

14.547

57,35

37,21

20,14

Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun)

- Outflow

- Inflow

- Net Outflow

168,74

25,09

85,30

58,34

178,54

93,34

26,91

58,29

54,04

11,95

105,81

2,17

3.435

2.307

530

14.275

15,47

6,27

9,20

Kredit UMKM (Rp Triliun)

-Modal Kerja

-Investasi

2014

I II

178,42

30,20

86,96

61,27

187,37

99,04

28,07

60,26

59,09

13,60

105,02

2,19

3.687

2.492

573

15.156

14,31

8,95

5,36

III

185,79

30,94

90,47

64,38

191,87

103,87

27,70

60,30

60,46

12,75

103,27

2,22

3.297

2.397

579

14.225

20,52

14,69

5,83

RINGKASAN UMUM

IV

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

61,32

13,20

105,34

2,23

3.734

2.321

583

14.203

12,02

9,20

2,82

2014

188,11

24,83

97,60

65,68

198,15

106,38

29,06

62,71

61,32

13,20

105,34

2,23

3.540

2.378

567

14.459

62,32

39,11

23,21

xiv TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA TENGAH

Page 18: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2014 menunjukkan

peningkatan. Ketika kondisi ekonomi nasional melambat,

ekonomi Jawa Tengah justru menunjukkan adanya peningkatan.

Masih cukup kuatnya permintaan domestik menjadi penggerak

perekonomian daerah, sementara kondisi ekonomi global belum

menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi tersebut

tercermin pada ekspor luar negeri yang masih melambat

sedangkan ekspor antar daerah mulai mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2014

meningkat sebesar 6,16% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya

yang sebesar 5,69% (yoy). Dengan perkembangan tersebut,

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama tahun 2014

sebesar 5,42% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya

sebesar 5,14% (yoy).

Dari sisi penggunaan, dorongan ekonomi terutama berasal

dari kinerja konsumsi pemerintah dan ekspor antar daerah.

Konsumsi pemerintah meningkat dari dari 6,87% (yoy) di

triwulan sebelumnya menjadi 9,03% (yoy). Peningkatan ini tidak

terlepas dari pola konsumsi pemerintah yang mencapai

puncaknya di akhir tahun. Ekspor antar daerah juga meningkat di

triwulan ini didukung oleh membaiknya kinerja beberapa

subsektor pertanian. Sementara itu, konsumsi rumah tangga

tumbuh melambat dan net ekspor luar negeri masih tumbuh

negatif. Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat dari 4,68%

(yoy) menjadi 4,08% (yoy). Sedangkan net ekspor luar negeri

menurun sebesar -20,89% (yoy).

3RINGKASAN UMUM

Page 19: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2014 menunjukkan

peningkatan. Ketika kondisi ekonomi nasional melambat,

ekonomi Jawa Tengah justru menunjukkan adanya peningkatan.

Masih cukup kuatnya permintaan domestik menjadi penggerak

perekonomian daerah, sementara kondisi ekonomi global belum

menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kondisi tersebut

tercermin pada ekspor luar negeri yang masih melambat

sedangkan ekspor antar daerah mulai mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2014

meningkat sebesar 6,16% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya

yang sebesar 5,69% (yoy). Dengan perkembangan tersebut,

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama tahun 2014

sebesar 5,42% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya

sebesar 5,14% (yoy).

Dari sisi penggunaan, dorongan ekonomi terutama berasal

dari kinerja konsumsi pemerintah dan ekspor antar daerah.

Konsumsi pemerintah meningkat dari dari 6,87% (yoy) di

triwulan sebelumnya menjadi 9,03% (yoy). Peningkatan ini tidak

terlepas dari pola konsumsi pemerintah yang mencapai

puncaknya di akhir tahun. Ekspor antar daerah juga meningkat di

triwulan ini didukung oleh membaiknya kinerja beberapa

subsektor pertanian. Sementara itu, konsumsi rumah tangga

tumbuh melambat dan net ekspor luar negeri masih tumbuh

negatif. Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat dari 4,68%

(yoy) menjadi 4,08% (yoy). Sedangkan net ekspor luar negeri

menurun sebesar -20,89% (yoy).

3RINGKASAN UMUM

Page 20: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kegiatan dunia perbankan di Jawa Tengah masih

menunjukkan kinerja yang cukup baik. Meski

beberapa indikator perbankan menunjukkan

pertumbuhan yang melambat dibanding triwulan

sebelumnya namun tingkat kredit bermasalah masih

dapat dijaga dalam level yang cukup rendah.

Sementara itu, kinerja perbankan syariah masih

mengalami penguatan terlihat dari indikator aset dan

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sedangkan

kegiatan sistem pembayaranbaik tunai maupun

nontunai masih dapat mendukung aktivitas kegiatan

perekonomian daerah.

Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah mengalami perbaikan. Realisasi komponen

pendapatan asli daerah di triwulan laporan mencapai

105% dari yang ditetapkan dalam anggaran,

pendapatan, dan belanja daerah (APBD). Lebih

tingginya realisasi ini didorong oleh perbaikan realisasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 109%.

Kondisi ini menunjukkan tingkat kemandirian

keuangan daerah yang semakin meningkat. Di sisi lain,

realisasi belanja daerah masih belum optimal terlihat

dari realisasi belanja yang masih dibawah rencana yang

ditetapkan. Secara keseluruhan, realisasi belanja APBD

sebesar 94% dari rencana semula.

Sejalan dengan perbaikan perekonomian Jawa Tengah

yang meningkat, kondisi kesejahteraan masyarakat

relatif membaik. Penyerapan tenaga kerja meningkat,

terlihat dari menurunnya angka pengangguran.

Kondisi ini juga diikuti dengan perbaikan kesejahteraan

masyarakat yang tercermin pada penurunan angka

kemiskinan serta perbaikan kesejahteraan petani. Data

terakhir menunjukkan bahwa tingkat pengangguran

terbuka, rasio penduduk miskin dan nilai tukar petani

masing-masing sebesar 5,68%, 13,58% dan 101,17,

atau membaik dari indikator di triwulan sebelumnya.

Berbeda dengan kondisi pada triwulan laporan,

prospek ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I

diperkirakan mengalami perlambatan. Meski

kinerja ekspor mulai membaik, namun diperkirakan

masih tumbuh terbatas di tengah kondisi ekonomi

Eropa dan Tiongkok yang belum membaik. Meski

demikian, permintaan domestik khususnya konsumsi

rumah tangga masih dapat menopang pertumbuhan

ekonomi sehingga secara keseluruhan ekonomi Jawa

Tengah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan tumbuh

pada kisaran 5,84% (yoy). Dari sisi sektoral, sektor

Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda

Motor diperkirakan melambat. Sementara sektor

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan diperkirakan

meningkat.

Tekanan harga diperkirakan menurun. Inflasi di

kelompok administered prices diperkirakan akan

menurun sejalan dengan efek pengurangan harga BBM

bersubsidi. Secara gradual, penurunan harga BBM

diperkirakan akan memengaruhi tarif angkutan dan

dapat berdampak pada berkurangnya tekanan harga di

kelompok volatile foods. Terlebih dengan adanya

musim panen yang dimulai di akhir triwulan I dapat

meningkatkan pasokan komoditas daerah. Kondisi

tersebut dapat berujung pada membaiknya ekspektasi

masyarakat sehingga dapat menjaga kestabilan inflasi

inti. Dengan memperhatikan berbagai hal tersebut,

inflasi IHK Jawa Tengah pada tiruwlan I tahun 2015

diperkirakan berada pada kisaran 6,79% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sementara

perkiraan inflasi secara keseluruhan tahun 2015

diperkirakan sebesar 4,0% ± 1%.

5RINGKASAN UMUM4 RINGKASAN UMUM

Perekonomian ditinjau dari sisi sektoral

mengalami pertumbuhan hampir di semua sektor,

sedangkan sektor yang menurun adalah sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor

pengadaan gas dan listrik. Adapun penyumbang

pertumbuhan ekonomi di triwulan ini terutama pada

sektor utama daerah yaitu sektor industri pengolahan

serta sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-motor. Pada triwulan laporan, industri yang

menyumbang pertumbuhan ekonomi terutama

industri makanan dan minuman serta industri

pengolahan tembakau. Sementara sektor perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil-motor tumbuh

meningkat di tr iwulan ini khususnya untuk

perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya. Di

sisi lain, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

masih mengalami penurunan kinerja. Kondisi ini

terutama terjadi untuk pertanian tanaman pangan

terkait dengan musim tanam di triwulan laporan.

Sementara perkembangan harga yang tercermin

pada indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan

peningkatan yang signifikan. Kenaikan harga BBM

menjadi penyebab utama kenaikan inflasi tersebut.

Selain dampak langsung terhadap inflasi, kenaikan

harga BBM juga mendorong kenaikan ekspektasi inflasi

yang tercermin pada kenaikan harga yang terjadi pada

hampir seluruh kelompok barang dan jasa.

Pada triwulan IV 2014, inflasi Jawa Tengah tercatat

sebesar 8,22%, meningkat dibanding triwulan

sebelumnya (5,00% yoy). Meski demikian,

pencapaian inflasi tersebut masih dibawah inflasi

nasional yang sebesar 8,36% (yoy). Berdasarkan

kelompoknya, inflasi terjadi di seluruh kelompok

pembentuk inflasi. Adapun kelompok yang mengalami

kenaikan signifikan adalah kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan

makanan. Inflasi di kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan meningkat menjadi sebesar

11,46% (yoy) dari 2,58% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Dari kondisi ini terlihat signifikansi pengaruh kenaikan

BBM yang ditransmisikan ke tarif angkutan umum.

Berdasarkan disagregasi inflasi, kenaikan harga BBM

tersebut tercermin pada peningkatan inflasi

kelompok administered prices dari 6,69% (yoy)

menjadi 15,37% (yoy). Dampak kenaikan harga BBM

terhadap inflasi Jawa Tengah berlangsung sejak bulan

November dan mencapai puncaknya di bulan

Desember. Hal ini sejalan dengan transmisi kenaikan

harga BBM ke tarif angkutan dan kemudian ke

kelompok lainnya seperti volatile foods. Kelompok

volatile foods meningkat cukup signifikan yaitu dari

4,25% (yoy) menjadi 11,49% (yoy). Selain sebagai

pengaruh dari kenaikan biaya distribusi, inflasi di

kelompok ini terutama dipengaruhi dari kurangnya

pasokan terutama untuk cabai merah. Pasokan

berkurang karena cuaca yang kurang kondusif serta

menurunnya preferensi petani untuk menanam cabai di

triwulan sebelumnya. Harga yang murah di periode

sebelumnya menyebabkan keengganan petani untuk

menanam cabai.

Sejalan dengan meningkatnya tekanan inflasi dari

faktor non-fundamental, tekanan inflasi dari faktor

fundamental yang tercermin pada inflasi inti juga

menunjukkan peningkatan meski tidak terlalu

signifikan. Inflasi inti tumbuh dari 4,17% (yoy) di

triwulan sebelumnya menjadi 5,01% (yoy). Dilihat dari

faktor yang memengaruhi, tekanan inflasi inti

meningkat didorong oleh adanya kenaikan permintaan

masyarakat. Sementara tekanan inflasi dari faktor

eksternal terlihat meningkat sejalan dengan faktor

depresiasi nilai Rupiah. Meski demikian, ekspektasi

masyarakat relatif masih terjaga terlihat dari hasil survei

konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Page 21: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kegiatan dunia perbankan di Jawa Tengah masih

menunjukkan kinerja yang cukup baik. Meski

beberapa indikator perbankan menunjukkan

pertumbuhan yang melambat dibanding triwulan

sebelumnya namun tingkat kredit bermasalah masih

dapat dijaga dalam level yang cukup rendah.

Sementara itu, kinerja perbankan syariah masih

mengalami penguatan terlihat dari indikator aset dan

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sedangkan

kegiatan sistem pembayaranbaik tunai maupun

nontunai masih dapat mendukung aktivitas kegiatan

perekonomian daerah.

Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah mengalami perbaikan. Realisasi komponen

pendapatan asli daerah di triwulan laporan mencapai

105% dari yang ditetapkan dalam anggaran,

pendapatan, dan belanja daerah (APBD). Lebih

tingginya realisasi ini didorong oleh perbaikan realisasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 109%.

Kondisi ini menunjukkan tingkat kemandirian

keuangan daerah yang semakin meningkat. Di sisi lain,

realisasi belanja daerah masih belum optimal terlihat

dari realisasi belanja yang masih dibawah rencana yang

ditetapkan. Secara keseluruhan, realisasi belanja APBD

sebesar 94% dari rencana semula.

Sejalan dengan perbaikan perekonomian Jawa Tengah

yang meningkat, kondisi kesejahteraan masyarakat

relatif membaik. Penyerapan tenaga kerja meningkat,

terlihat dari menurunnya angka pengangguran.

Kondisi ini juga diikuti dengan perbaikan kesejahteraan

masyarakat yang tercermin pada penurunan angka

kemiskinan serta perbaikan kesejahteraan petani. Data

terakhir menunjukkan bahwa tingkat pengangguran

terbuka, rasio penduduk miskin dan nilai tukar petani

masing-masing sebesar 5,68%, 13,58% dan 101,17,

atau membaik dari indikator di triwulan sebelumnya.

Berbeda dengan kondisi pada triwulan laporan,

prospek ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I

diperkirakan mengalami perlambatan. Meski

kinerja ekspor mulai membaik, namun diperkirakan

masih tumbuh terbatas di tengah kondisi ekonomi

Eropa dan Tiongkok yang belum membaik. Meski

demikian, permintaan domestik khususnya konsumsi

rumah tangga masih dapat menopang pertumbuhan

ekonomi sehingga secara keseluruhan ekonomi Jawa

Tengah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan tumbuh

pada kisaran 5,84% (yoy). Dari sisi sektoral, sektor

Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda

Motor diperkirakan melambat. Sementara sektor

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan diperkirakan

meningkat.

Tekanan harga diperkirakan menurun. Inflasi di

kelompok administered prices diperkirakan akan

menurun sejalan dengan efek pengurangan harga BBM

bersubsidi. Secara gradual, penurunan harga BBM

diperkirakan akan memengaruhi tarif angkutan dan

dapat berdampak pada berkurangnya tekanan harga di

kelompok volatile foods. Terlebih dengan adanya

musim panen yang dimulai di akhir triwulan I dapat

meningkatkan pasokan komoditas daerah. Kondisi

tersebut dapat berujung pada membaiknya ekspektasi

masyarakat sehingga dapat menjaga kestabilan inflasi

inti. Dengan memperhatikan berbagai hal tersebut,

inflasi IHK Jawa Tengah pada tiruwlan I tahun 2015

diperkirakan berada pada kisaran 6,79% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sementara

perkiraan inflasi secara keseluruhan tahun 2015

diperkirakan sebesar 4,0% ± 1%.

5RINGKASAN UMUM4 RINGKASAN UMUM

Perekonomian ditinjau dari sisi sektoral

mengalami pertumbuhan hampir di semua sektor,

sedangkan sektor yang menurun adalah sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor

pengadaan gas dan listrik. Adapun penyumbang

pertumbuhan ekonomi di triwulan ini terutama pada

sektor utama daerah yaitu sektor industri pengolahan

serta sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-motor. Pada triwulan laporan, industri yang

menyumbang pertumbuhan ekonomi terutama

industri makanan dan minuman serta industri

pengolahan tembakau. Sementara sektor perdagangan

besar-eceran dan reparasi mobil-motor tumbuh

meningkat di tr iwulan ini khususnya untuk

perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya. Di

sisi lain, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

masih mengalami penurunan kinerja. Kondisi ini

terutama terjadi untuk pertanian tanaman pangan

terkait dengan musim tanam di triwulan laporan.

Sementara perkembangan harga yang tercermin

pada indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan

peningkatan yang signifikan. Kenaikan harga BBM

menjadi penyebab utama kenaikan inflasi tersebut.

Selain dampak langsung terhadap inflasi, kenaikan

harga BBM juga mendorong kenaikan ekspektasi inflasi

yang tercermin pada kenaikan harga yang terjadi pada

hampir seluruh kelompok barang dan jasa.

Pada triwulan IV 2014, inflasi Jawa Tengah tercatat

sebesar 8,22%, meningkat dibanding triwulan

sebelumnya (5,00% yoy). Meski demikian,

pencapaian inflasi tersebut masih dibawah inflasi

nasional yang sebesar 8,36% (yoy). Berdasarkan

kelompoknya, inflasi terjadi di seluruh kelompok

pembentuk inflasi. Adapun kelompok yang mengalami

kenaikan signifikan adalah kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan

makanan. Inflasi di kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan meningkat menjadi sebesar

11,46% (yoy) dari 2,58% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Dari kondisi ini terlihat signifikansi pengaruh kenaikan

BBM yang ditransmisikan ke tarif angkutan umum.

Berdasarkan disagregasi inflasi, kenaikan harga BBM

tersebut tercermin pada peningkatan inflasi

kelompok administered prices dari 6,69% (yoy)

menjadi 15,37% (yoy). Dampak kenaikan harga BBM

terhadap inflasi Jawa Tengah berlangsung sejak bulan

November dan mencapai puncaknya di bulan

Desember. Hal ini sejalan dengan transmisi kenaikan

harga BBM ke tarif angkutan dan kemudian ke

kelompok lainnya seperti volatile foods. Kelompok

volatile foods meningkat cukup signifikan yaitu dari

4,25% (yoy) menjadi 11,49% (yoy). Selain sebagai

pengaruh dari kenaikan biaya distribusi, inflasi di

kelompok ini terutama dipengaruhi dari kurangnya

pasokan terutama untuk cabai merah. Pasokan

berkurang karena cuaca yang kurang kondusif serta

menurunnya preferensi petani untuk menanam cabai di

triwulan sebelumnya. Harga yang murah di periode

sebelumnya menyebabkan keengganan petani untuk

menanam cabai.

Sejalan dengan meningkatnya tekanan inflasi dari

faktor non-fundamental, tekanan inflasi dari faktor

fundamental yang tercermin pada inflasi inti juga

menunjukkan peningkatan meski tidak terlalu

signifikan. Inflasi inti tumbuh dari 4,17% (yoy) di

triwulan sebelumnya menjadi 5,01% (yoy). Dilihat dari

faktor yang memengaruhi, tekanan inflasi inti

meningkat didorong oleh adanya kenaikan permintaan

masyarakat. Sementara tekanan inflasi dari faktor

eksternal terlihat meningkat sejalan dengan faktor

depresiasi nilai Rupiah. Meski demikian, ekspektasi

masyarakat relatif masih terjaga terlihat dari hasil survei

konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Page 22: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

BABI

Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 tumbuh membaik, didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah.

Perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi pemerintah di akhir

tahun. Sementara itu, konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor tumbuh

melambat.

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV 2014 hampir

terjadi di semua sektor. Sektor industri pengolahan, perdagangan besar-eceran

dan reparasi mobil-sepeda motor, dan sektor konstruksi mencatatkan laju

pertumbuhan positif. Namun demikian, sektor pertanian, perikanan dan

kehutanan masih mengalami kontraksi.

7

Page 23: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGANEKONOMI MAKRO REGIONAL

BABI

Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 tumbuh membaik, didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah.

Perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi pemerintah di akhir

tahun. Sementara itu, konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor tumbuh

melambat.

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV 2014 hampir

terjadi di semua sektor. Sektor industri pengolahan, perdagangan besar-eceran

dan reparasi mobil-sepeda motor, dan sektor konstruksi mencatatkan laju

pertumbuhan positif. Namun demikian, sektor pertanian, perikanan dan

kehutanan masih mengalami kontraksi.

7

Page 24: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada

triwulan IV 2014 mengalami perbaikan. Ekonomi

Jawa Tengah tumbuh meningkat dari 5,69% (yoy)

menjadi 6,16% (yoy) pada triwulan laporan.

Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar

5,01% (yoy). Lebih lambatnya pertumbuhan ekonomi

nasional diakibatkan melambatnya ekonomi dari

provinsi lainnya, terutama provinsi yang memiliki basis

sumber daya alam.

Secara triwulanan, ekonomi Jawa Tengah di triwulan

laporan mengalami kontraksi sebesar -3,02% (qtq),

jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III

2014 yang mencatatkan angka sebesar 2,76% (qtq).

Perlambatan ini didorong oleh melambatnya konsumsi

rumah tangga di tengah kenaikan inflasi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan terjadi pada

sebagian besar perekonomian. Ketiga sektor

dengan sumbangan tinggi, yaitu sektor industri

pengolahan, perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-sepeda motor, serta sektor konstruksi

mencatatkan laju pertumbuhan positif. Sektor

informasi dan komunikasi merupakan sektor yang

memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 18,09% (yoy),

diikuti transportasi dan pergudangan sebesar 16,46%

(yoy) dan jasa perusahaan sebesar 10,61% (yoy).

Sementara itu sektor pertanian, perikanan dan

kehutanan mengalami kontraksi bersama dengan

sektor pengadaan listrik dan gas.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

tahun 2014 tumbuh sebesar 5,42% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun

2013 yang tercatat sebesar 5,14% (yoy). Nilai PDRB

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2014 tercatat

sebesar Rp 766,27 triliun, sementara nilai PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2014 tercatat

sebesar Rp 925,66 triliun.

Konsumsi rumah tangga melemah pada triwulan

laporan. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV

2014 tumbuh sebesar 4,08% (yoy), lebih kecil

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 4,68% (yoy). Melambatnya konsumsi rumah

tangga ini merupakan implikasi dari kenaikan harga

BBM di bulan November 2014 yang memengaruhi daya

beli masyarakat dan meningkatkan inflasi. Di samping

itu, adanya normalisasi pasca Idul Fitri juga berdampak

pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga.Tercermin

dari melambatnya pertumbuhan konsumsi dalam

bentuk makanan & minuman, pakaian, serta restoran &

hotel.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional1Secara Umum

Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan IV tahun 2014 dengan menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2013 masih bersifat sementara.

1.

9PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

PDRB

PENGGUNAAN2013*

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

II

III IV2013*

I II

2014**

Tabel 1.1. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

III IV2014*

I

108,76

1,75

8,54

50,31

14,25

27,59

15,33

175,90

110,61

1,90

13,29

51,34

15,32

31,12

15,33

184,21

113,05

1,92

13,24

53,46

14,65

34,26

19,72

186,61

112,93

2,07

20,36

55,96

17,71

34,84

1,35

180,18

445,36

7,64

55,43

211,07

61,92

127,81

51,73

726,90

113,48

2,15

8,63

52,06

17,45

29,15

16,94

185,85

115,31

2,21

11,93

54,79

18,34

29,11

14,80

191,92

118,35

1,98

14,14

56,69

15,95

30,60

16,49

197,22

117,54

1,96

22,20

56,94

16,10

29,65

4,94

191,27

464,68

8,30

56,90

220,48

67,83

118,50

53,18

766,27

Page 25: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada

triwulan IV 2014 mengalami perbaikan. Ekonomi

Jawa Tengah tumbuh meningkat dari 5,69% (yoy)

menjadi 6,16% (yoy) pada triwulan laporan.

Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar

5,01% (yoy). Lebih lambatnya pertumbuhan ekonomi

nasional diakibatkan melambatnya ekonomi dari

provinsi lainnya, terutama provinsi yang memiliki basis

sumber daya alam.

Secara triwulanan, ekonomi Jawa Tengah di triwulan

laporan mengalami kontraksi sebesar -3,02% (qtq),

jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III

2014 yang mencatatkan angka sebesar 2,76% (qtq).

Perlambatan ini didorong oleh melambatnya konsumsi

rumah tangga di tengah kenaikan inflasi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan terjadi pada

sebagian besar perekonomian. Ketiga sektor

dengan sumbangan tinggi, yaitu sektor industri

pengolahan, perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-sepeda motor, serta sektor konstruksi

mencatatkan laju pertumbuhan positif. Sektor

informasi dan komunikasi merupakan sektor yang

memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 18,09% (yoy),

diikuti transportasi dan pergudangan sebesar 16,46%

(yoy) dan jasa perusahaan sebesar 10,61% (yoy).

Sementara itu sektor pertanian, perikanan dan

kehutanan mengalami kontraksi bersama dengan

sektor pengadaan listrik dan gas.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

tahun 2014 tumbuh sebesar 5,42% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun

2013 yang tercatat sebesar 5,14% (yoy). Nilai PDRB

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2014 tercatat

sebesar Rp 766,27 triliun, sementara nilai PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2014 tercatat

sebesar Rp 925,66 triliun.

Konsumsi rumah tangga melemah pada triwulan

laporan. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV

2014 tumbuh sebesar 4,08% (yoy), lebih kecil

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 4,68% (yoy). Melambatnya konsumsi rumah

tangga ini merupakan implikasi dari kenaikan harga

BBM di bulan November 2014 yang memengaruhi daya

beli masyarakat dan meningkatkan inflasi. Di samping

itu, adanya normalisasi pasca Idul Fitri juga berdampak

pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga.Tercermin

dari melambatnya pertumbuhan konsumsi dalam

bentuk makanan & minuman, pakaian, serta restoran &

hotel.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional1Secara Umum

Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan IV tahun 2014 dengan menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2013 masih bersifat sementara.

1.

9PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

PDRB

PENGGUNAAN2013*

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

II

III IV2013*

I II

2014**

Tabel 1.1. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

III IV2014*

I

108,76

1,75

8,54

50,31

14,25

27,59

15,33

175,90

110,61

1,90

13,29

51,34

15,32

31,12

15,33

184,21

113,05

1,92

13,24

53,46

14,65

34,26

19,72

186,61

112,93

2,07

20,36

55,96

17,71

34,84

1,35

180,18

445,36

7,64

55,43

211,07

61,92

127,81

51,73

726,90

113,48

2,15

8,63

52,06

17,45

29,15

16,94

185,85

115,31

2,21

11,93

54,79

18,34

29,11

14,80

191,92

118,35

1,98

14,14

56,69

15,95

30,60

16,49

197,22

117,54

1,96

22,20

56,94

16,10

29,65

4,94

191,27

464,68

8,30

56,90

220,48

67,83

118,50

53,18

766,27

Page 26: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014

%, YOY %, YOY

Pertumbuhan Giro Pemerintahdan Konsumsi Pemerintah di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.6.

GIRO SEKTOR PEMERINTAH KONSUMSI PEMDA - SKALA KANAN

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsidan Konsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.5.

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

(100,00)

(50,00)

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

400,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014

%, YOY %, YOY

investas i non bangunan terkonf i rmas i dar i

pertumbuhan impor barang modal yang sebesar

13,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III

sebesar 16,17% (yoy) (Grafik 1.8). Selain itu,

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),

tingkat utilisasi kapasitas produksi, terutama di industri

pengolahan mengalami penurunan dibandingkan

dengan triwulan III 2014.

Di sisi lain, pertumbuhan investasi bangunan

meningkat menjadi 7,60% (yoy), sementara di triwulan

yang lalu tumbuh 5,68% (yoy). Beberapa proyek

investasi infrastruktur di Jawa Tengah turut mendorong

peningkatan pertumbuhan. Peningkatan investasi

bangunan ini juga terkonfirmasi dari meningkatnya

realisasi investasi dalam bentuk PMDN dan PMA (Grafik

1.9 &1.10).

11PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

Sesuai pola historisnya, pertumbuhan konsumsi

pemerintah meningkat di triwulan IV sebesar

9,03% (yoy), sedangkan pada triwulan III 2014

konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 6,87% (yoy).

Peningkatan ini didorong oleh realisasi belanja

pemerintah yang sesuai siklikalitasnya menumpuk di

triwulan IV. Pada triwulan III 2014, realisasi belanja

pemerintah baru mencapai 64,22%, sedangkan di

triwulan IV 2014 realisasi telah mencapai 94,06%.

Investasi menunjukkan perlambatan, meskipun

masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Hal ini tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) yang melambat dari 6,04% (yoy) di triwulan III

2014 menjadi 1,75% (yoy) pada triwulan laporan.

Perlambatan ini berasal dari investasi non bangunan

yang tumbuh negatif sebesar 22,73% (yoy). Penurunan

Perkembangan Penyaluran Kredit Investasidi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.7.

KREDIT INV BU PMTB - SKALA KANAN

4

5

6

7

8

9

10

11

12

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60 %, YOY %, YOY

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

Perkembangan PertumbuhanImpor Barang Modal dan PMTDB

Grafik 1.8.

IMPORT BARANG MODAL - YOY PMTDB - SKALA KANAN IMPOR BARANG MODAL - QTQ

100

120

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

11,0

12,0

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%, YOY %, YOY

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PDRB KONSUMSI - SKALA KANANVOL IMPOR KONSUMSI

Penurunan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari

tren indeks ketepatan waktu pembelian (indeks

konsumsi) baik komoditas makanan, nonmakanan

ataupun barang tahan lama yang berada dalam tren

menurun serta menurunnya penjualan listrik segmen

rumah tangga (Grafik 1.1 & 1.2). Konsumen pun

merasakan adanya penurunan pendapatan rumah

tangga seiring melemahnya daya beli (Grafik 1.4).

Penurunan konsumsi juga terkonfirmasi dari

melambatnya kredit konsumsi di triwulan akhir (Grafik

1.3) diikuti oleh turunnya volume impor barang

konsumsi (Grafik 1.5).

10 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sementara itu, konsumsi Lembaga Non Profit

yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami

kontraksi pada triwulan IV 2014. Pertumbuhan

konsumsi LNPRT menurun dari 3,43% (yoy) menjadi -

5,27% (yoy). Secara kumulatif tahun 2014,

pertumbuhan konsumsi LNPRT meningkat menjadi

8,62% (yoy), dari 7,21% (yoy) di tahun 2013.

Peningkatan ini terutama didorong oleh kegiatan

Pemilu Legislatif dan Presiden di tahun 2014.

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

P D R B

PENGGUNAAN 2011 2012 2013*

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2011 – 2014 (%)

III III IV

2014**

2014

4,40

4,42

2,95

6,14

13,87

7,94

-33,61

5,30

4,70

5,83

3,23

8,16

8,11

6,67

3,30

5,34

4,52

7,21

5,44

4,69

15,30

13,50

56,53

5,14

4,34

22,45

1,05

3,48

22,47

5,63

10,50

5,66

4,25

16,26

-10,27

6,73

19,69

-6,46

-3,46

4,19

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

5,69

4,08

-5,27

9,03

1,75

-9,11

-14,90

265,72

6,16

4,34

8,62

2,66

4,46

9,55

-7,29

2,80

5,42

Survei Tendensi KonsumenGrafik 1.4.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PENDAPATAN RT KINI PENGARUH INFLASI TERHADAP TK KONSUMSI

98

103

108

113

118

123 INDEKS

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi danKonsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.3.

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

KREDIT KONSUMSI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

4

4,5

5

5,5

6

6,5

7

7,5

4

9

14

19

24

29 %, YOY %, YOY

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%, YOYJUTA KwH

Perkembangan Penjualan ListrikSegmen Rumah Tangga di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.2.

Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DIY

PENJUALAN LISTRIK PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

85

90

95

100

105

110

115

120

125

KETEPATAN WAKTU PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA

TINGKAT KONSUMSI BEBERAPA KOMODITI MAKANAN DAN BUKAN MAKANAN

Perkembangan Indeks Ketepatan WaktuPembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

Grafik 1.1.

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

OPTIMIS

PESIMIS

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

INDEKS

Page 27: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014

%, YOY %, YOY

Pertumbuhan Giro Pemerintahdan Konsumsi Pemerintah di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.6.

GIRO SEKTOR PEMERINTAH KONSUMSI PEMDA - SKALA KANAN

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsidan Konsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.5.

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

(100,00)

(50,00)

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

400,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014

%, YOY %, YOY

investas i non bangunan terkonf i rmas i dar i

pertumbuhan impor barang modal yang sebesar

13,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III

sebesar 16,17% (yoy) (Grafik 1.8). Selain itu,

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),

tingkat utilisasi kapasitas produksi, terutama di industri

pengolahan mengalami penurunan dibandingkan

dengan triwulan III 2014.

Di sisi lain, pertumbuhan investasi bangunan

meningkat menjadi 7,60% (yoy), sementara di triwulan

yang lalu tumbuh 5,68% (yoy). Beberapa proyek

investasi infrastruktur di Jawa Tengah turut mendorong

peningkatan pertumbuhan. Peningkatan investasi

bangunan ini juga terkonfirmasi dari meningkatnya

realisasi investasi dalam bentuk PMDN dan PMA (Grafik

1.9 &1.10).

11PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

Sesuai pola historisnya, pertumbuhan konsumsi

pemerintah meningkat di triwulan IV sebesar

9,03% (yoy), sedangkan pada triwulan III 2014

konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 6,87% (yoy).

Peningkatan ini didorong oleh realisasi belanja

pemerintah yang sesuai siklikalitasnya menumpuk di

triwulan IV. Pada triwulan III 2014, realisasi belanja

pemerintah baru mencapai 64,22%, sedangkan di

triwulan IV 2014 realisasi telah mencapai 94,06%.

Investasi menunjukkan perlambatan, meskipun

masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Hal ini tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) yang melambat dari 6,04% (yoy) di triwulan III

2014 menjadi 1,75% (yoy) pada triwulan laporan.

Perlambatan ini berasal dari investasi non bangunan

yang tumbuh negatif sebesar 22,73% (yoy). Penurunan

Perkembangan Penyaluran Kredit Investasidi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.7.

KREDIT INV BU PMTB - SKALA KANAN

4

5

6

7

8

9

10

11

12

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60 %, YOY %, YOY

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

Perkembangan PertumbuhanImpor Barang Modal dan PMTDB

Grafik 1.8.

IMPORT BARANG MODAL - YOY PMTDB - SKALA KANAN IMPOR BARANG MODAL - QTQ

100

120

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

11,0

12,0

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%, YOY %, YOY

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PDRB KONSUMSI - SKALA KANANVOL IMPOR KONSUMSI

Penurunan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari

tren indeks ketepatan waktu pembelian (indeks

konsumsi) baik komoditas makanan, nonmakanan

ataupun barang tahan lama yang berada dalam tren

menurun serta menurunnya penjualan listrik segmen

rumah tangga (Grafik 1.1 & 1.2). Konsumen pun

merasakan adanya penurunan pendapatan rumah

tangga seiring melemahnya daya beli (Grafik 1.4).

Penurunan konsumsi juga terkonfirmasi dari

melambatnya kredit konsumsi di triwulan akhir (Grafik

1.3) diikuti oleh turunnya volume impor barang

konsumsi (Grafik 1.5).

10 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sementara itu, konsumsi Lembaga Non Profit

yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami

kontraksi pada triwulan IV 2014. Pertumbuhan

konsumsi LNPRT menurun dari 3,43% (yoy) menjadi -

5,27% (yoy). Secara kumulatif tahun 2014,

pertumbuhan konsumsi LNPRT meningkat menjadi

8,62% (yoy), dari 7,21% (yoy) di tahun 2013.

Peningkatan ini terutama didorong oleh kegiatan

Pemilu Legislatif dan Presiden di tahun 2014.

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

P D R B

PENGGUNAAN 2011 2012 2013*

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2011 – 2014 (%)

III III IV

2014**

2014

4,40

4,42

2,95

6,14

13,87

7,94

-33,61

5,30

4,70

5,83

3,23

8,16

8,11

6,67

3,30

5,34

4,52

7,21

5,44

4,69

15,30

13,50

56,53

5,14

4,34

22,45

1,05

3,48

22,47

5,63

10,50

5,66

4,25

16,26

-10,27

6,73

19,69

-6,46

-3,46

4,19

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

5,69

4,08

-5,27

9,03

1,75

-9,11

-14,90

265,72

6,16

4,34

8,62

2,66

4,46

9,55

-7,29

2,80

5,42

Survei Tendensi KonsumenGrafik 1.4.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PENDAPATAN RT KINI PENGARUH INFLASI TERHADAP TK KONSUMSI

98

103

108

113

118

123 INDEKS

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi danKonsumsi PDRB Tahunan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.3.

Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

KREDIT KONSUMSI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

4

4,5

5

5,5

6

6,5

7

7,5

4

9

14

19

24

29 %, YOY %, YOY

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%, YOYJUTA KwH

Perkembangan Penjualan ListrikSegmen Rumah Tangga di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.2.

Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DIY

PENJUALAN LISTRIK PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

85

90

95

100

105

110

115

120

125

KETEPATAN WAKTU PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA

TINGKAT KONSUMSI BEBERAPA KOMODITI MAKANAN DAN BUKAN MAKANAN

Perkembangan Indeks Ketepatan WaktuPembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

Grafik 1.1.

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

OPTIMIS

PESIMIS

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

INDEKS

Page 28: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV 2014

42%

26%

8 %

19%

2%

2%

LAINNYA

JEPANG

TIO

NG

KO

K

3%BELANDA

5%JERMAN

USA

Ditinjau dari negara tujuannya, pelemahan

ekspor terjadi untuk ekspor tujuan ke Tiongkok.

Seiring dengan melemahnya perekonomian negara

tersebut, permintaan ekspor yang berasal dari

Tiongkok mengalami penurunan. Hal ini berdampak

pada penurunan ekspor mebel dan kayu olahan untuk

tujuan negara Tiongkok. Di sisi lain, terjadi peningkatan

ekspor dari Amerika Serikat di tengah membaiknya

perekonomian negara tersebut. Di kawasan Eropa,

pertumbuhan ekspor ke negara Inggris, Jerman, dan

Perancis meningkat, sementara ekspor ke Belanda dan

Belgia mengalami penurunan.

Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2014 relatif

melemah dibandingkan triwulan sebelumnya

seiring dengan melambatnya ekspor. Pada triwulan

laporan, impor melemah sebesar -14,90% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar -10,70% (yoy). Penurunan ini didorong oleh

menurunnya tingkat konsumsi dari masyarakat yang

relatif melemah. Lebih jauh, perlambatan impor luar

negeri didorong oleh impor migas yang menurun di

tengah peningkatan harga BBM di akhir tahun 2014.

Laju pertumbuhan nilai impor nonmigas sebesar 8,30%

(yoy) pada triwulan IV 2014, meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,30%

(yoy). Begitu pula dengan impor secara volume juga

mengalami perbaikan, dari sebelumnya -14,91% (yoy)

menjadi 1,42% (yoy). Berdasarkan kelompoknya,

peningkatan nilai impor terjadi pada kelompok barang

bahan baku sebesar 8,96% (yoy) dari sebelumnya

7,48% (yoy), sementara impor barang modal

mengalami perlambatan sebesar 13,89% (yoy) dari

sebelumnya 16,17% (yoy). Meskipun membaik, impor

barang konsumsi masih mencatatkan pertumbuhan

yang negatif. Pertumbuhan impor konsumsi pada

triwulan laporan tercatat sebesar -15,79% (yoy).

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai ImporProvinsi Jawa Tengah

NILAI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800 JUTA USD %

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Perkembangan Volume ImporProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16.

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

200

400

600

800

1000

1200 RIBU TON %

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

VOLUME PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor ProvinsiJawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan

Lainnya

Italia

Belgia

Jerman

Perancis

Belanda

UK

RRC

Jepang

USA

JUTA USD

-100

100

300

500

700

900

1100

1300

1500

1700

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

13PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asingdi Jawa TengahProvinsi

Sumber : Badan Koordinasi PenanamanModal Daerah

Proyek PMA Investasi PMA - skala kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

0

20

40

60

80

100

120 JUMLAH PROYEK JUTA USD

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman ModalDalam Negeri di Provinsi Jawa Tengah

Proyek PMDN Investasi PMDN - skala kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

-

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

0

10

20

30

40

50

60

70

80 JUMLAH PROYEK RP TRILIUN

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

8 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sepanjang tahun 2014, investasi sedikit melambat

menjadi 4,46% (yoy), dari sebelumnya sebesar 4,69%

(yoy) di tahun 2013. Perlambatan ini terutama terjadi di

investasi non-bangunan yang mengalami penurunan -

6.79% (yoy), sementara investasi bangunan meningkat

menjadi 6,84% (yoy) dari 5,39% (yoy) di tahun

sebelumnya.

Aktivitas perdagangan secara umum mengalami

perlambatan pada triwulan laporan. Hal ini

didorong oleh pelemahan ekspor luar negeri yang

cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Di lain pihak, perdagangan antar daerah

mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.

Ekspor luar negeri mengalami kontraksi. Ekspor

melemah dari 8,92% (yoy) pada triwulan III 2014

menjadi -9,11% (yoy). Penurunan ekspor terjadi di

ekspor industri mebel dan kayu olahan, sedangkan

ekspor tekstil masih meningkat. Secara kumulatif, pada

tahun 2014 ekspor luar negeri juga melambat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekspor

melambat dari sebelumnya 15,30% (yoy) menjadi

9,55% (yoy).

Laju pertumbuhan ekspor luar negeri nonmigas,

baik secara nilai maupun secara volume

melambat. Meskipun meningkat secara nilai pada

triwulan IV 2014, pertumbuhan tahunan nilai ekspor

melambat menjadi 3,17% (yoy) pada triwulan IV 2014,

dari sebelumnya sebesar 7,48% (yoy). Berdasarkan

volume, ekspor luar negeri mengalami kontraksi lebih

dalam, dari sebelumnya -1,85% (yoy) pada triwulan III

2014 menjadi -12,37% pada triwulan laporan.

Pelemahan ini tercatat sebesar -1,96% (yoy) pada

triwulan IV 2014. Hal ini didorong oleh melemahnya

permintaan komoditas seir ing melambatnya

perekonomian Tiongkok.

12 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai EksporProvinsi Jawa Tengah

-5

0

5

10

15

20JUTA USD %

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

NILAI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Perkembangan Volume Ekspor Luar NegeriProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12.

VOLUME PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

(50,00)

0

50,00

100,00

150,00RIBU TON %1400

1200

1000

800

600

400

200

0I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

(100,00)

Page 29: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa TengahBerdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV 2014

42%

26%8 %

19%

2%

2%

LAINNYA

JEPANG

TIO

NG

KO

K

3%BELANDA

5%JERMAN

USA

Ditinjau dari negara tujuannya, pelemahan

ekspor terjadi untuk ekspor tujuan ke Tiongkok.

Seiring dengan melemahnya perekonomian negara

tersebut, permintaan ekspor yang berasal dari

Tiongkok mengalami penurunan. Hal ini berdampak

pada penurunan ekspor mebel dan kayu olahan untuk

tujuan negara Tiongkok. Di sisi lain, terjadi peningkatan

ekspor dari Amerika Serikat di tengah membaiknya

perekonomian negara tersebut. Di kawasan Eropa,

pertumbuhan ekspor ke negara Inggris, Jerman, dan

Perancis meningkat, sementara ekspor ke Belanda dan

Belgia mengalami penurunan.

Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2014 relatif

melemah dibandingkan triwulan sebelumnya

seiring dengan melambatnya ekspor. Pada triwulan

laporan, impor melemah sebesar -14,90% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar -10,70% (yoy). Penurunan ini didorong oleh

menurunnya tingkat konsumsi dari masyarakat yang

relatif melemah. Lebih jauh, perlambatan impor luar

negeri didorong oleh impor migas yang menurun di

tengah peningkatan harga BBM di akhir tahun 2014.

Laju pertumbuhan nilai impor nonmigas sebesar 8,30%

(yoy) pada triwulan IV 2014, meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,30%

(yoy). Begitu pula dengan impor secara volume juga

mengalami perbaikan, dari sebelumnya -14,91% (yoy)

menjadi 1,42% (yoy). Berdasarkan kelompoknya,

peningkatan nilai impor terjadi pada kelompok barang

bahan baku sebesar 8,96% (yoy) dari sebelumnya

7,48% (yoy), sementara impor barang modal

mengalami perlambatan sebesar 13,89% (yoy) dari

sebelumnya 16,17% (yoy). Meskipun membaik, impor

barang konsumsi masih mencatatkan pertumbuhan

yang negatif. Pertumbuhan impor konsumsi pada

triwulan laporan tercatat sebesar -15,79% (yoy).

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai ImporProvinsi Jawa Tengah

NILAI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800 JUTA USD %

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Perkembangan Volume ImporProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.16.

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

200

400

600

800

1000

1200 RIBU TON %

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

VOLUME PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor ProvinsiJawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan

Lainnya

Italia

Belgia

Jerman

Perancis

Belanda

UK

RRC

Jepang

USA

JUTA USD

-100

100

300

500

700

900

1100

1300

1500

1700

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

13PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asingdi Jawa TengahProvinsi

Sumber : Badan Koordinasi PenanamanModal Daerah

Proyek PMA Investasi PMA - skala kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

0

20

40

60

80

100

120 JUMLAH PROYEK JUTA USD

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman ModalDalam Negeri di Provinsi Jawa Tengah

Proyek PMDN Investasi PMDN - skala kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

-

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

0

10

20

30

40

50

60

70

80 JUMLAH PROYEK RP TRILIUN

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

8 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sepanjang tahun 2014, investasi sedikit melambat

menjadi 4,46% (yoy), dari sebelumnya sebesar 4,69%

(yoy) di tahun 2013. Perlambatan ini terutama terjadi di

investasi non-bangunan yang mengalami penurunan -

6.79% (yoy), sementara investasi bangunan meningkat

menjadi 6,84% (yoy) dari 5,39% (yoy) di tahun

sebelumnya.

Aktivitas perdagangan secara umum mengalami

perlambatan pada triwulan laporan. Hal ini

didorong oleh pelemahan ekspor luar negeri yang

cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Di lain pihak, perdagangan antar daerah

mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.

Ekspor luar negeri mengalami kontraksi. Ekspor

melemah dari 8,92% (yoy) pada triwulan III 2014

menjadi -9,11% (yoy). Penurunan ekspor terjadi di

ekspor industri mebel dan kayu olahan, sedangkan

ekspor tekstil masih meningkat. Secara kumulatif, pada

tahun 2014 ekspor luar negeri juga melambat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekspor

melambat dari sebelumnya 15,30% (yoy) menjadi

9,55% (yoy).

Laju pertumbuhan ekspor luar negeri nonmigas,

baik secara nilai maupun secara volume

melambat. Meskipun meningkat secara nilai pada

triwulan IV 2014, pertumbuhan tahunan nilai ekspor

melambat menjadi 3,17% (yoy) pada triwulan IV 2014,

dari sebelumnya sebesar 7,48% (yoy). Berdasarkan

volume, ekspor luar negeri mengalami kontraksi lebih

dalam, dari sebelumnya -1,85% (yoy) pada triwulan III

2014 menjadi -12,37% pada triwulan laporan.

Pelemahan ini tercatat sebesar -1,96% (yoy) pada

triwulan IV 2014. Hal ini didorong oleh melemahnya

permintaan komoditas seir ing melambatnya

perekonomian Tiongkok.

12 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai EksporProvinsi Jawa Tengah

-5

0

5

10

15

20JUTA USD %

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

NILAI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Perkembangan Volume Ekspor Luar NegeriProvinsi Jawa Tengah

Grafik 1.12.

VOLUME PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

(50,00)

0

50,00

100,00

150,00RIBU TON %1400

1200

1000

800

600

400

200

0I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

(100,00)

Page 30: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

PENGGUNAAN 2011 2012* 2013*III III IV

2014**

2014

3,83

(2,19)

5,19

7,33

2,27

2,23

8,23

4,71

5,57

8,03

4,14

6,08

9,33

2,57

18,41

9,74

2,69

5,30

3,04

5,30

6,72

9,97

(1,39)

6,33

1,85

6,64

5,31

9,74

3,57

5,43

7,08

0,50

17,55

10,33

0,70

5,34

2,55

6,17

5,38

8,46

0,23

4,90

4,65

9,33

4,46

7,99

4,31

7,70

12,12

2,65

9,53

7,12

9,24

5,14

(2,78)

7,00

8,38

0,67

6,11

5,66

6,27

6,23

5,32

10,54

2,92

8,89

8,21

0,73

9,85

12,99

7,91

5,66

(3,80)

4,65

7,29

7,65

3,15

4,18

1,79

5,01

6,40

10,96

3,18

7,85

6,83

(2,86)

11,43

13,46

8,58

4,19

(2,99)

6,02

9,73

4,86

2,96

2,76

4,58

7,94

9,68

12,39

3,68

5,29

7,57

(0,41)

12,28

11,81

9,11

5,69

(1,94)

8,37

6,81

(2,16)

1,65

4,96

4,93

16,46

9,08

18,09

7,11

6,85

10,61

5,67

7,60

7,11

8,41

6,16

(2,95)

6,50

8,04

2,70

3,45

4,38

4,35

8,97

7,63

13,00

4,22

7,19

8,31

0,78

10,17

11,20

8,50

5,42

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 (%)

Struktur perekonomian Jawa Tengah pada

triwulan IV 2014 didominasi oleh empat sektor

utama yaitu: (1) industri pengolahan (36,95%), (2)

perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-

sepeda motor (14,39%), (3) pertanian, kehutanan

dan perikanan (11,02%), dan (4) konstruksi

(10,42%). Dengan menggunakan tahun dasar 2010

berbasis SNA 2008, struktur perekonomian Jawa

Tengah t idak banyak berubah dibandingkan

perhitungan menggunakan tahun dasar 2000.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada

triwulan IV 2014 terjadi hampir di tiap sektor,

terkecuali pada sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan serta sektor pengadaan listik dan gas. Sektor

perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda

motor, sektor industri pengolahan, dan sektor

konstruksi mencatatkan laju pertumbuhan yang positif.

Sama seperti triwulan sebelumnya sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan memberikan sumbangan

negatif pada pertumbuhan ekonomi daerah (Grafik

1.19).

Pada triwulan IV 2014, sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan masih mengalami

kontraksi. Sektor ini mencatatkan laju pertumbuhan

tahunan sebesar -1,94% (yoy), sedikit membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -

2,99% (yoy). Perbaikan ini didorong oleh membaiknya

subsektor tanaman perkebunan. Di lain pihak,

subsektor tabama masih mengalami pelemahan,

terkonfirmasi dari nilai produktivitas padi yang

melemah pada triwulan IV 2014 sesuai dengan pola

historisnya.

15PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

-0,2311,02

2,50

36,95

0,52

10,420,72

14,39

2,65

27,23

SUMBER PANGSA

Lain-lain

Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Konstruksi

Industri Pengolahan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRBSektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV Tahun 2014 (%)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai ImporProvinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800 JUTA USD

Lainnya

Tiongkok

Australia

ASEAN

Eropa

USA

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Provinsi Jawa TengahTriwulan IV

TIONGKOK

LAINNYA

EROPA

ASEAN

AUSTRALIA

USA

43%

29%

10%

8%

5%

5%

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas

tertinggi sebagian besar berasal dari negara

Tiongkok dan Eropa. Peningkatan laju impor

nonmigas ini utamanya berasal dari Tiongkok yang

meningkat sebesar 44,50%(yoy) dari sebelumnya

8,34% (yoy) . Sementara d i kawasan Eropa

mencatatkan pertumbuhan laju impor sebesar 12,67%

(yoy), dari sebelumnya 3,03% (yoy).

Perdagangan antar daerah meningkat cukup

tajam pada triwulan IV 2014. Net ekspor meningkat

sebesar 265,72% (yoy), dari sebelumnya sebesar -

16,35% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh

melemahnya impor dan meningkatnya ekspor antar

daerah. Membaiknya produksi sektor pertanian

ditengarai mendorong perbaikan net ekspor antar

daerah pada triwulan laporan.

14 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

PENGGUNAAN 2013

Tabel 1.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Sektoral Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

III III IV

2013*2014

III III IV

2014**

30,02

3,97

69,77

0,21

0,14

19,11

28,46

6,33

5,95

7,64

4,96

3,46

0,64

5,28

6,78

1,47

3,01

197,22

21,07

4,01

70,68

0,21

0,14

19,92

27,52

6,74

6,01

7,84

5,19

3,53

0,66

5,50

7,60

1,56

3,07

191,27

106,03

15,54

274,97

0,84

0,57

76,68

110,36

24,80

23,47

30,13

20,21

13,78

2,53

21,08

27,47

5,91

11,92

766,27

1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

27,37

3,45

60,93

0,20

0,14

17,79

25,13

5,47

5,35

6,51

4,85

3,07

0,56

5,19

5,96

1,26

2,68

175,90

29,45

3,70

63,83

0,20

0,14

18,10

27,17

5,64

5,52

6,71

4,91

3,19

0,59

5,20

5,86

1,28

2,72

184,21

30,94

3,74

63,58

0,20

0,14

18,60

27,22

5,86

5,43

6,80

4,79

3,29

0,60

5,31

6,04

1,32

2,75

186,61

21,49

3,70

66,17

0,21

0,14

18,98

26,23

5,79

5,51

6,64

4,84

3,30

0,60

5,21

7,07

1,46

2,84

180,18

109,25

14,59

254,52

0,81

0,55

73,47

105,76

22,76

21,80

26,66

19,39

12,85

2,34

20,91

24,93

5,31

10,98

726,90

26,60

3,69

66,04

0,20

0,14

18,79

26,71

5,81

5,64

7,20

4,99

3,34

0,61

5,23

6,55

1,42

2,89

185,85

28,33

3,87

68,49

0,22

0,14

18,86

27,66

5,92

5,87

7,45

5,07

3,44

0,63

5,05

6,53

1,45

2,95

191,92

Page 31: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

PENGGUNAAN 2011 2012* 2013*III III IV

2014**

2014

3,83

(2,19)

5,19

7,33

2,27

2,23

8,23

4,71

5,57

8,03

4,14

6,08

9,33

2,57

18,41

9,74

2,69

5,30

3,04

5,30

6,72

9,97

(1,39)

6,33

1,85

6,64

5,31

9,74

3,57

5,43

7,08

0,50

17,55

10,33

0,70

5,34

2,55

6,17

5,38

8,46

0,23

4,90

4,65

9,33

4,46

7,99

4,31

7,70

12,12

2,65

9,53

7,12

9,24

5,14

(2,78)

7,00

8,38

0,67

6,11

5,66

6,27

6,23

5,32

10,54

2,92

8,89

8,21

0,73

9,85

12,99

7,91

5,66

(3,80)

4,65

7,29

7,65

3,15

4,18

1,79

5,01

6,40

10,96

3,18

7,85

6,83

(2,86)

11,43

13,46

8,58

4,19

(2,99)

6,02

9,73

4,86

2,96

2,76

4,58

7,94

9,68

12,39

3,68

5,29

7,57

(0,41)

12,28

11,81

9,11

5,69

(1,94)

8,37

6,81

(2,16)

1,65

4,96

4,93

16,46

9,08

18,09

7,11

6,85

10,61

5,67

7,60

7,11

8,41

6,16

(2,95)

6,50

8,04

2,70

3,45

4,38

4,35

8,97

7,63

13,00

4,22

7,19

8,31

0,78

10,17

11,20

8,50

5,42

* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 (%)

Struktur perekonomian Jawa Tengah pada

triwulan IV 2014 didominasi oleh empat sektor

utama yaitu: (1) industri pengolahan (36,95%), (2)

perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-

sepeda motor (14,39%), (3) pertanian, kehutanan

dan perikanan (11,02%), dan (4) konstruksi

(10,42%). Dengan menggunakan tahun dasar 2010

berbasis SNA 2008, struktur perekonomian Jawa

Tengah t idak banyak berubah dibandingkan

perhitungan menggunakan tahun dasar 2000.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada

triwulan IV 2014 terjadi hampir di tiap sektor,

terkecuali pada sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan serta sektor pengadaan listik dan gas. Sektor

perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda

motor, sektor industri pengolahan, dan sektor

konstruksi mencatatkan laju pertumbuhan yang positif.

Sama seperti triwulan sebelumnya sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan memberikan sumbangan

negatif pada pertumbuhan ekonomi daerah (Grafik

1.19).

Pada triwulan IV 2014, sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan masih mengalami

kontraksi. Sektor ini mencatatkan laju pertumbuhan

tahunan sebesar -1,94% (yoy), sedikit membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -

2,99% (yoy). Perbaikan ini didorong oleh membaiknya

subsektor tanaman perkebunan. Di lain pihak,

subsektor tabama masih mengalami pelemahan,

terkonfirmasi dari nilai produktivitas padi yang

melemah pada triwulan IV 2014 sesuai dengan pola

historisnya.

15PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

-0,2311,02

2,50

36,95

0,52

10,420,72

14,39

2,65

27,23

SUMBER PANGSA

Lain-lain

Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Konstruksi

Industri Pengolahan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRBSektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV Tahun 2014 (%)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah* Angka Sementara **Angka Sangat SementaraSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai ImporProvinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800 JUTA USD

Lainnya

Tiongkok

Australia

ASEAN

Eropa

USA

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Provinsi Jawa TengahTriwulan IV

TIONGKOK

LAINNYA

EROPA

ASEAN

AUSTRALIA

USA

43%

29%

10%

8%

5%

5%

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas

tertinggi sebagian besar berasal dari negara

Tiongkok dan Eropa. Peningkatan laju impor

nonmigas ini utamanya berasal dari Tiongkok yang

meningkat sebesar 44,50%(yoy) dari sebelumnya

8,34% (yoy) . Sementara d i kawasan Eropa

mencatatkan pertumbuhan laju impor sebesar 12,67%

(yoy), dari sebelumnya 3,03% (yoy).

Perdagangan antar daerah meningkat cukup

tajam pada triwulan IV 2014. Net ekspor meningkat

sebesar 265,72% (yoy), dari sebelumnya sebesar -

16,35% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh

melemahnya impor dan meningkatnya ekspor antar

daerah. Membaiknya produksi sektor pertanian

ditengarai mendorong perbaikan net ekspor antar

daerah pada triwulan laporan.

14 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

PENGGUNAAN 2013

Tabel 1.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Sektoral Tahun 2013 – 2014 (triliun rupiah)

III III IV

2013*2014

III III IV

2014**

30,02

3,97

69,77

0,21

0,14

19,11

28,46

6,33

5,95

7,64

4,96

3,46

0,64

5,28

6,78

1,47

3,01

197,22

21,07

4,01

70,68

0,21

0,14

19,92

27,52

6,74

6,01

7,84

5,19

3,53

0,66

5,50

7,60

1,56

3,07

191,27

106,03

15,54

274,97

0,84

0,57

76,68

110,36

24,80

23,47

30,13

20,21

13,78

2,53

21,08

27,47

5,91

11,92

766,27

1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

PDRB

27,37

3,45

60,93

0,20

0,14

17,79

25,13

5,47

5,35

6,51

4,85

3,07

0,56

5,19

5,96

1,26

2,68

175,90

29,45

3,70

63,83

0,20

0,14

18,10

27,17

5,64

5,52

6,71

4,91

3,19

0,59

5,20

5,86

1,28

2,72

184,21

30,94

3,74

63,58

0,20

0,14

18,60

27,22

5,86

5,43

6,80

4,79

3,29

0,60

5,31

6,04

1,32

2,75

186,61

21,49

3,70

66,17

0,21

0,14

18,98

26,23

5,79

5,51

6,64

4,84

3,30

0,60

5,21

7,07

1,46

2,84

180,18

109,25

14,59

254,52

0,81

0,55

73,47

105,76

22,76

21,80

26,66

19,39

12,85

2,34

20,91

24,93

5,31

10,98

726,90

26,60

3,69

66,04

0,20

0,14

18,79

26,71

5,81

5,64

7,20

4,99

3,34

0,61

5,23

6,55

1,42

2,89

185,85

28,33

3,87

68,49

0,22

0,14

18,86

27,66

5,92

5,87

7,45

5,07

3,44

0,63

5,05

6,53

1,45

2,95

191,92

Page 32: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modaldi Jawa Tengah

Grafik 1.27

IMPOR BARANG MODAL PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

(40,0)

(20,0)

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

0

20

40

60

80

100

120

140 JUTA USD %, YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

IMPOR BAHAN BAKU PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Bakudi Jawa Tengah

Grafik 1.26

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

(20,0)(10,0)-10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

0100200300400500600700800900

1.000 JUTA USD %, YOY

Perkembangan Konsumsi ListrikSegmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.25

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000 %, YOYJUTA KwH

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANINDUSTRI

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Perkembangan Konsumsi ListrikSegmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.24

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

200

400

600 %, YOYJUTA KwH

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANBISNIS

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-sepeda motor tumbuh meningkat. Laju

pertumbuhan sektor ini meningkat, dari 4,58% (yoy) di

triwulan III 2014 menjadi 4,93% (yoy). Peningkatan ini

utamanya didorong oleh subsektor perdagangan

mobil, sepeda motor, dan reparasinya.

Optimisme terhadap dunia usaha masih baik, terlihat

dari indeks penjualan eceran yang meningkat pada

triwulan IV 2014. Permintaan dari masyarakat pun

relatif terjaga. Hal ini terkonfirmasi dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencatatkan angka

yang meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya

17PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0 SBT%, YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.29. Perkembangan Keyakinan Konsumendan Pedagang Eceran

80

100

120

140

160

180

200

220

OPTIMIS

PESIMIS

INDEKS

PDRB -PHR KEGIATAN USAHA - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

INDEKS RIIL PENJUALAN ECERAN IKK ITK

Grafik 1.28. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

subsektor industri makanan dan minuman serta

subsek to r i ndus t r i pengo lahan tembakau .

Meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan

tembakau salah satunya disebabkan oleh tutupnya

beberapa pabrik rokok besar pada triwulan II di Jawa

Timur, sehingga diindikasikan mendorong permintaan

terhadap rokok produksi pabrik yang berada di Jawa

Tengah.

Masih cukup baiknya kinerja industri pengolahan

terindikasi dari perkembangan impor bahan baku

yang meningkat. Nilai impor bahan baku mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan

masih mencatatkan laju pertumbuhan tahunan yang

positif. Mengingat tingginya impor bahan baku di Jawa

Tengah, yakni sebesar 83,16% pada triwulan laporan,

peningkatan nilai impor bahan baku ini diharapkan

dapat mendorong peningkatan kinerja industri

pengolahan pada triwulan selanjutnya.

Selanjutnya, perlambatan sektor ini utamanya

didorong oleh subsektor kehutanan dan

penebangan kayu dan perikanan mengalami

kontraksi. Laju pertumbuhan kehutanan dan

penebangan kayu terkontraksi seiring dengan

melemahnya ekspor mebel dan kayu olahan.

Sementara itu, subsektor perikanan mengalami

kontraksi yang terkonfirmasi dari melambatnya kredit

sektor perikanan pada triwulan IV 2014 sebesar

44,34% (yoy) dari sebelumnya 52,16% (yoy).

Kinerja sektor industri pengolahan masih tumbuh

positif meskipun mengalami perlambatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sektor industri pengolahan relatif melambat dari

9,73% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 6,81% (yoy) di

triwulan laporan. Ditinjau dari subsektornya, industri

yang memberikan sumbangan tertinggi berasal dari

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah

-10

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%

PERTUMBUHAN JATENG TRIWULANAN PERTUMBUHAN INDO TRIWULANAN

PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah

-10

-5

0

5

10

15

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014

%

PERTUMBUHAN JATENG TRIWULANAN PERTUMBUHAN INDO TRIWULANAN

PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN PERTUMBUHAN INDO TAHUNAN

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000 RIBU TONHEKTAR

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

PANEN PRODUKSI - SKALA KANAN

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padidi Jawa Tengah

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanamdan Panen Padi di Jawa Tengah

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000 HEKTAR

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

TANAM PANEN

16 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 33: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modaldi Jawa Tengah

Grafik 1.27

IMPOR BARANG MODAL PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

(40,0)

(20,0)

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

0

20

40

60

80

100

120

140 JUTA USD %, YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

IMPOR BAHAN BAKU PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Bakudi Jawa Tengah

Grafik 1.26

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

(20,0)(10,0)-10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

0100200300400500600700800900

1.000 JUTA USD %, YOY

Perkembangan Konsumsi ListrikSegmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.25

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000 %, YOYJUTA KwH

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANINDUSTRI

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Perkembangan Konsumsi ListrikSegmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.24

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

200

400

600 %, YOYJUTA KwH

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANANBISNIS

Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi

mobil-sepeda motor tumbuh meningkat. Laju

pertumbuhan sektor ini meningkat, dari 4,58% (yoy) di

triwulan III 2014 menjadi 4,93% (yoy). Peningkatan ini

utamanya didorong oleh subsektor perdagangan

mobil, sepeda motor, dan reparasinya.

Optimisme terhadap dunia usaha masih baik, terlihat

dari indeks penjualan eceran yang meningkat pada

triwulan IV 2014. Permintaan dari masyarakat pun

relatif terjaga. Hal ini terkonfirmasi dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencatatkan angka

yang meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya

17PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0 SBT%, YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.29. Perkembangan Keyakinan Konsumendan Pedagang Eceran

80

100

120

140

160

180

200

220

OPTIMIS

PESIMIS

INDEKS

PDRB -PHR KEGIATAN USAHA - SKALA KANAN

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IV

INDEKS RIIL PENJUALAN ECERAN IKK ITK

Grafik 1.28. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

subsektor industri makanan dan minuman serta

subsek to r i ndus t r i pengo lahan tembakau .

Meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan

tembakau salah satunya disebabkan oleh tutupnya

beberapa pabrik rokok besar pada triwulan II di Jawa

Timur, sehingga diindikasikan mendorong permintaan

terhadap rokok produksi pabrik yang berada di Jawa

Tengah.

Masih cukup baiknya kinerja industri pengolahan

terindikasi dari perkembangan impor bahan baku

yang meningkat. Nilai impor bahan baku mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan

masih mencatatkan laju pertumbuhan tahunan yang

positif. Mengingat tingginya impor bahan baku di Jawa

Tengah, yakni sebesar 83,16% pada triwulan laporan,

peningkatan nilai impor bahan baku ini diharapkan

dapat mendorong peningkatan kinerja industri

pengolahan pada triwulan selanjutnya.

Selanjutnya, perlambatan sektor ini utamanya

didorong oleh subsektor kehutanan dan

penebangan kayu dan perikanan mengalami

kontraksi. Laju pertumbuhan kehutanan dan

penebangan kayu terkontraksi seiring dengan

melemahnya ekspor mebel dan kayu olahan.

Sementara itu, subsektor perikanan mengalami

kontraksi yang terkonfirmasi dari melambatnya kredit

sektor perikanan pada triwulan IV 2014 sebesar

44,34% (yoy) dari sebelumnya 52,16% (yoy).

Kinerja sektor industri pengolahan masih tumbuh

positif meskipun mengalami perlambatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sektor industri pengolahan relatif melambat dari

9,73% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 6,81% (yoy) di

triwulan laporan. Ditinjau dari subsektornya, industri

yang memberikan sumbangan tertinggi berasal dari

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah

-10

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%

PERTUMBUHAN JATENG TRIWULANAN PERTUMBUHAN INDO TRIWULANAN

PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah

-10

-5

0

5

10

15

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014

%

PERTUMBUHAN JATENG TRIWULANAN PERTUMBUHAN INDO TRIWULANAN

PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN PERTUMBUHAN INDO TAHUNAN

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000 RIBU TONHEKTAR

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

PANEN PRODUKSI - SKALA KANAN

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padidi Jawa Tengah

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanamdan Panen Padi di Jawa Tengah

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000 HEKTAR

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

TANAM PANEN

16 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 34: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Pasar Klewer merupakan pasar tekstil terbesar kedua di

Indonesia setelah Pasar Tanah Abang Jakarta. Produk

utama yang dijual di Pasar Klewer adalah batik. Pasar

Klewer juga merupakan salah satu barometer harga

batik nasional. Dengan terbakarnya Pasar Klewer Solo

beberapa waktu lalu, diperkirakan pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah pun akan terkena dampak.

Beberapa skenario yang didasarkan pada informasi-

informasi anekdotal telah disusun untuk menganalisis

dampak terbakarnya Pasar K lewer terhadap

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Berdasarkan informas i - in formas i yang te lah

dikumpulkan, disusun beberapa alternatif skenario yang

digunakan dalam menghitung dampak dari terbakarnya

Pasar Klewer terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah di tahun 2015.

Skenario-skenario tersebut disusun berdasarkan

disetujui atau tidaknya pembangunan pasar darurat

serta utilisasi dari pasar darurat, mengingat sulitnya pasar

darurat untuk dapat berfungsi layaknya pasar permanen.

Asumsi pembangunan pasar darurat serta utilisasi dari

pasar darurat digunakan untuk mengestimasi

pendapatan yang hilang untuk kemudian dijadikan

pengurang bagi PDRB, baik PDRB sektoral maupun PDRB

Jawa Tengah secara keseluruhan.

Pada skenario 1, pembangunan pasar darurat

diasumsikan tidak dilaksanakan sehingga pendapatan

yang diperoleh dari Pasar Klewer diasumsikan hilang

seluruhnya sampai revitalisasi total pembangunan Pasar

Klewer yang baru rampung pada tahun 2017.

Sedangkan pada skenario 2 hingga 5, pembangunan

pasar darurat diasumsikan disetujui oleh pemerintah

dengan memperhitungkan utilisasi dari pasar darurat

tersebut. Simulasi perhitungan yang dilakukan juga

memperhitungkan penggunaan harga konstan dalam

variabel-variabel yang digunakan.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan,

diperoleh estimasi omset Pasar Klewer sebesar Rp 15

miliar. Nilai tambah margin dan gaji diasumsikan sebesar

30% dari omset tersebut.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sesuai

dengan skenario-skenario yang telah ditetapkan,

diperoleh hasil sebagai berikut:

SUPLEMEN I

19PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

DAMPAK TERBAKARNYA PASAR KLEWER TERHADAPPEREKONOMIAN JAWA TENGAH

SUPPLIER

Berasal dari Kab/Kota di wilayah Solo Raya dan kota lainnya

lebih dari 50% supplier Pasar Klewer berasal dari Kota Pekalongan.

CUSTOMER

Pembeli/pelanggan di Pasar Klewer berasal dari berbagai daerah.

lebih dari 50% supplier Pasar Klewer

berasal dari Kota Pekalongan.

PASAR KLEWER

Area : Pasar Klewer Barat dan Pasar Klewer Timur

2Luas bangunan pasar : 11.716 m

Jumlah kios > 2.000 Kios

Omset pedagang Pasar Klewer

Rp. 5 - 10 juta kios per hari

Gambar 1.   Diagram Rantai Pasok Pasar Klewer

SKENARIO

Tabel 1. Simulasi Perhitungan Dampak Terbakarnya Pasar Klewer Terhadap Perekonomian Jawa Tengah

Skenario 1

Skenario 2

Skenario 3

Skenario 4

Skenario 5

Waktu RevitalisasiTotal Pasar Klewer

PembangunanPasar Darurat

Waktu PembangunanPasar Darurat

UtilisasiPasar Darurat

2 Tahun

2 Tahun

2 Tahun

2 Tahun

2 Tahun

Tidak Disetujui

Disetujui

Disetujui

Disetujui

Disetujui

-

5 bulan

5 bulan

5 bulan

5 bulan

-

100%

75%

50%

25%

Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan

meningkat. Sektor konstruksi tumbuh meningkat dari

2,76% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 4,96%

(yoy). Adanya visi misi dari Gubernur Jawa Tengah

terkait pembangunan infrastruktur turut mendorong

pertumbuhan pada sektor ini. Beberapa proyek

pembangunan yang d i l akukan an ta ra l a in

pembangunan Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan

Tanjung Mas Semarang.

Peningkatan ini juga terkonfirmasi dari konsumsi

semen yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (Grafik 1.30). Namun demikian, tidak

sejalan dengan peningkatan pada sektor konstruksi,

terjadi perlambatan untuk kredit perbankan yang

disalurkan kepada sektor konstruksi. Hal ini ditengarai

akibat perbankan yang mulai berhati-hati untuk

memberikan kredit ke sektor tersebut.

KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

0

10

20

30

40

50

60

70

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0 %, YOYRP TRILIUN

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.31. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksidan Perumahan di Jawa Tengah

Grafik 1.30. Perkembangan Konsumsi Semendi Jawa Tengah

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2.200

KONSUMSI SEMEN PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

0

5

10

15

20

25RIBU TON %, YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

18 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 35: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Pasar Klewer merupakan pasar tekstil terbesar kedua di

Indonesia setelah Pasar Tanah Abang Jakarta. Produk

utama yang dijual di Pasar Klewer adalah batik. Pasar

Klewer juga merupakan salah satu barometer harga

batik nasional. Dengan terbakarnya Pasar Klewer Solo

beberapa waktu lalu, diperkirakan pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah pun akan terkena dampak.

Beberapa skenario yang didasarkan pada informasi-

informasi anekdotal telah disusun untuk menganalisis

dampak terbakarnya Pasar K lewer terhadap

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Berdasarkan informas i - in formas i yang te lah

dikumpulkan, disusun beberapa alternatif skenario yang

digunakan dalam menghitung dampak dari terbakarnya

Pasar Klewer terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah di tahun 2015.

Skenario-skenario tersebut disusun berdasarkan

disetujui atau tidaknya pembangunan pasar darurat

serta utilisasi dari pasar darurat, mengingat sulitnya pasar

darurat untuk dapat berfungsi layaknya pasar permanen.

Asumsi pembangunan pasar darurat serta utilisasi dari

pasar darurat digunakan untuk mengestimasi

pendapatan yang hilang untuk kemudian dijadikan

pengurang bagi PDRB, baik PDRB sektoral maupun PDRB

Jawa Tengah secara keseluruhan.

Pada skenario 1, pembangunan pasar darurat

diasumsikan tidak dilaksanakan sehingga pendapatan

yang diperoleh dari Pasar Klewer diasumsikan hilang

seluruhnya sampai revitalisasi total pembangunan Pasar

Klewer yang baru rampung pada tahun 2017.

Sedangkan pada skenario 2 hingga 5, pembangunan

pasar darurat diasumsikan disetujui oleh pemerintah

dengan memperhitungkan utilisasi dari pasar darurat

tersebut. Simulasi perhitungan yang dilakukan juga

memperhitungkan penggunaan harga konstan dalam

variabel-variabel yang digunakan.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan,

diperoleh estimasi omset Pasar Klewer sebesar Rp 15

miliar. Nilai tambah margin dan gaji diasumsikan sebesar

30% dari omset tersebut.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sesuai

dengan skenario-skenario yang telah ditetapkan,

diperoleh hasil sebagai berikut:

SUPLEMEN I

19PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

DAMPAK TERBAKARNYA PASAR KLEWER TERHADAPPEREKONOMIAN JAWA TENGAH

SUPPLIER

Berasal dari Kab/Kota di wilayah Solo Raya dan kota lainnya

lebih dari 50% supplier Pasar Klewer berasal dari Kota Pekalongan.

CUSTOMER

Pembeli/pelanggan di Pasar Klewer berasal dari berbagai daerah.

lebih dari 50% supplier Pasar Klewer

berasal dari Kota Pekalongan.

PASAR KLEWER

Area : Pasar Klewer Barat dan Pasar Klewer Timur

2Luas bangunan pasar : 11.716 m

Jumlah kios > 2.000 Kios

Omset pedagang Pasar Klewer

Rp. 5 - 10 juta kios per hari

Gambar 1.   Diagram Rantai Pasok Pasar Klewer

SKENARIO

Tabel 1. Simulasi Perhitungan Dampak Terbakarnya Pasar Klewer Terhadap Perekonomian Jawa Tengah

Skenario 1

Skenario 2

Skenario 3

Skenario 4

Skenario 5

Waktu RevitalisasiTotal Pasar Klewer

PembangunanPasar Darurat

Waktu PembangunanPasar Darurat

UtilisasiPasar Darurat

2 Tahun

2 Tahun

2 Tahun

2 Tahun

2 Tahun

Tidak Disetujui

Disetujui

Disetujui

Disetujui

Disetujui

-

5 bulan

5 bulan

5 bulan

5 bulan

-

100%

75%

50%

25%

Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan

meningkat. Sektor konstruksi tumbuh meningkat dari

2,76% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 4,96%

(yoy). Adanya visi misi dari Gubernur Jawa Tengah

terkait pembangunan infrastruktur turut mendorong

pertumbuhan pada sektor ini. Beberapa proyek

pembangunan yang d i l akukan an ta ra l a in

pembangunan Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan

Tanjung Mas Semarang.

Peningkatan ini juga terkonfirmasi dari konsumsi

semen yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (Grafik 1.30). Namun demikian, tidak

sejalan dengan peningkatan pada sektor konstruksi,

terjadi perlambatan untuk kredit perbankan yang

disalurkan kepada sektor konstruksi. Hal ini ditengarai

akibat perbankan yang mulai berhati-hati untuk

memberikan kredit ke sektor tersebut.

KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

0

10

20

30

40

50

60

70

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0 %, YOYRP TRILIUN

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Grafik 1.31. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksidan Perumahan di Jawa Tengah

Grafik 1.30. Perkembangan Konsumsi Semendi Jawa Tengah

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2.200

KONSUMSI SEMEN PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

0

5

10

15

20

25RIBU TON %, YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

18 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 36: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Sebagai negara kecil dengan perekonomian terbuka

(small-open economy), membawa konsekuensi

perekonomian Indonesia akan merasakan dampak dari

pergerakan perekonomian global. Pergerakan tersebut

dapat berupa pergerakan positif berupa perbaikan

perekonomian maupun pergerakan negatif dalam

bentuk penurunan perekonomian. Dampak dari kondisi

tersebut merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan

bagi perekonomian nasional. Dalam hal ini akan dianalisa

secara khusus dampak penguatan perekonomian negara

mitra dagang utama yaitu Amerika Serikat terhadap

ekspor Jawa Tengah.

Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga terbesar di Jawa

memiliki sejumlah komoditas ekspor utama di antaranya

yaitu produk tekstil, furnitur, makanan dan minuman,

kimia, dan kertas. Lima komoditas ekspor tersebut

memiliki pangsa rata-rata sekitar 70% dari total ekspor

Jawa Tengah (Grafik 1). Sepanjang tahun 2014 tujuan

ekspor Jawa Tengah utamanya yaitu Amerika Serikat

dengan pangsa rata-rata 25%, Eropa 19%, Asia Lainnya

16%, dan Tiongkok 11%. Sementara pangsa rata-rata

ekspor yang ditujukan kepada negara-negara ASEAN

yaitu sebesar 8% sedikit di bawah pangsa ekspor yang

ditujukan kepada Jepang yang sebesar 8%.

Kondisi perekonomian global saat ini tengah melalui

tahap pemulihan yang tidak merata. Setelah mengalami

krisis dalam periode yang cukup lama, Amerika Serikat

saat ini tengah mengalami pemulihan. Sementara itu

perekonomian Eropa masih memiliki pergerakan yang

terbatas, dan aktivitas perekonomian Tiongkok

mengalami perlambatan. Fase harga komoditas yang

melambung pun telah berakhir dan kembali pada pola

normal. Dengan kondisi tersebut beberapa bank sentral

di dunia seperti The Fed mulai melakukan normalisasi

kebijakan moneternya.

Kegiatan perdagangan internasional tidak dapat

dipungkiri memerlukan dukungan dari nilai tukar. Saat ini

nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD)

tengah mengalami pelemahan. Depresiasi rupiah

tersebut mampu meningkatkan daya saing komoditas

ekspor Jawa Tengah mengingat Amerika Serikat (AS)

sebagai negara mitra dagang utama. Perekonomian

negara mitra dagang utama tersebut diperkirakan terus

membaik pada tahun 2015 dengan pertumbuhan

sebesar 3,4% membaik dari tahun 2014 sebesar 2,6%. Pemulihan ekonomi AS yang semakin solid ini didukung

oleh meningkatnya permintaan domestik yang ditopang

perbaikan pada penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya

SUPLEMEN II

21PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

DAMPAK PEMULIHAN MITRA DAGANG UTAMAPADA EKSPOR JAWA TENGAH

TEKSTIL FURNITUR KIMIA MAKANAN LAINNYA

0

100

200

300

400

500

600 USD JUTA

Grafik 1. Komoditas Ekspor Utama Jawa Tengah Grafik 2. Negara Mitra Dagang Utama Jawa Tengah

8%

25%19%16%

ASEANAS ASIA LAINNYA EROPA

Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa

Tengah merupakan selisih antara proyeksi awal

pertumbuhan ekonomi proyeksi pertumbuhan PDRB

Provinsi Jawa Tengah awal dengan PDRB Provinsi Jawa

Tengah hasil simulasi.

SUPLEMEN I

20 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

SKENARIO

Skenario 1

Skenario 2

Skenario 3

Skenario 4

Skenario 5

Pertumbuhan SektorPerdagangan Besar-Eceran danReparasi Mobil-Sepeda Motor

Dampak Terhadap SektorPerdagangan Besar-Eceran danReparasi Mobil-Sepeda Motor

Pertumbuhan PDRB Jawa TengahDampakTerhadap PertumbuhanPDRB Jawa Tengah

4,27%

4,58%

4,50%

4,42%

4,34%

1,33%

0,56%

0,75%

0,94%

1,14%

5,61%

5,71%

5,68%

5,66%

5,63%

0,17%

0,07%

0,10%

0,12%

0,15%

Page 37: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Sebagai negara kecil dengan perekonomian terbuka

(small-open economy), membawa konsekuensi

perekonomian Indonesia akan merasakan dampak dari

pergerakan perekonomian global. Pergerakan tersebut

dapat berupa pergerakan positif berupa perbaikan

perekonomian maupun pergerakan negatif dalam

bentuk penurunan perekonomian. Dampak dari kondisi

tersebut merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan

bagi perekonomian nasional. Dalam hal ini akan dianalisa

secara khusus dampak penguatan perekonomian negara

mitra dagang utama yaitu Amerika Serikat terhadap

ekspor Jawa Tengah.

Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga terbesar di Jawa

memiliki sejumlah komoditas ekspor utama di antaranya

yaitu produk tekstil, furnitur, makanan dan minuman,

kimia, dan kertas. Lima komoditas ekspor tersebut

memiliki pangsa rata-rata sekitar 70% dari total ekspor

Jawa Tengah (Grafik 1). Sepanjang tahun 2014 tujuan

ekspor Jawa Tengah utamanya yaitu Amerika Serikat

dengan pangsa rata-rata 25%, Eropa 19%, Asia Lainnya

16%, dan Tiongkok 11%. Sementara pangsa rata-rata

ekspor yang ditujukan kepada negara-negara ASEAN

yaitu sebesar 8% sedikit di bawah pangsa ekspor yang

ditujukan kepada Jepang yang sebesar 8%.

Kondisi perekonomian global saat ini tengah melalui

tahap pemulihan yang tidak merata. Setelah mengalami

krisis dalam periode yang cukup lama, Amerika Serikat

saat ini tengah mengalami pemulihan. Sementara itu

perekonomian Eropa masih memiliki pergerakan yang

terbatas, dan aktivitas perekonomian Tiongkok

mengalami perlambatan. Fase harga komoditas yang

melambung pun telah berakhir dan kembali pada pola

normal. Dengan kondisi tersebut beberapa bank sentral

di dunia seperti The Fed mulai melakukan normalisasi

kebijakan moneternya.

Kegiatan perdagangan internasional tidak dapat

dipungkiri memerlukan dukungan dari nilai tukar. Saat ini

nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD)

tengah mengalami pelemahan. Depresiasi rupiah

tersebut mampu meningkatkan daya saing komoditas

ekspor Jawa Tengah mengingat Amerika Serikat (AS)

sebagai negara mitra dagang utama. Perekonomian

negara mitra dagang utama tersebut diperkirakan terus

membaik pada tahun 2015 dengan pertumbuhan

sebesar 3,4% membaik dari tahun 2014 sebesar 2,6%. Pemulihan ekonomi AS yang semakin solid ini didukung

oleh meningkatnya permintaan domestik yang ditopang

perbaikan pada penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya

SUPLEMEN II

21PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

DAMPAK PEMULIHAN MITRA DAGANG UTAMAPADA EKSPOR JAWA TENGAH

TEKSTIL FURNITUR KIMIA MAKANAN LAINNYA

0

100

200

300

400

500

600 USD JUTA

Grafik 1. Komoditas Ekspor Utama Jawa Tengah Grafik 2. Negara Mitra Dagang Utama Jawa Tengah

8%

25%19%16%

ASEANAS ASIA LAINNYA EROPA

Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa

Tengah merupakan selisih antara proyeksi awal

pertumbuhan ekonomi proyeksi pertumbuhan PDRB

Provinsi Jawa Tengah awal dengan PDRB Provinsi Jawa

Tengah hasil simulasi.

SUPLEMEN I

20 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

SKENARIO

Skenario 1

Skenario 2

Skenario 3

Skenario 4

Skenario 5

Pertumbuhan SektorPerdagangan Besar-Eceran danReparasi Mobil-Sepeda Motor

Dampak Terhadap SektorPerdagangan Besar-Eceran danReparasi Mobil-Sepeda Motor

Pertumbuhan PDRB Jawa TengahDampakTerhadap PertumbuhanPDRB Jawa Tengah

4,27%

4,58%

4,50%

4,42%

4,34%

1,33%

0,56%

0,75%

0,94%

1,14%

5,61%

5,71%

5,68%

5,66%

5,63%

0,17%

0,07%

0,10%

0,12%

0,15%

Page 38: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGANINFLASI JAWA TENGAH

BABII

Inflasi tahunan Jawa Tengah naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

23

perekonomian domestik tercermin dari tingkat

keyakinan konsumen yang berada dalam tren

meningkat. Kondisi penyerapan tenaga kerja di AS pun

membaik yang terindikasi dari menurunnya tingkat

pemecatan sejalan dengan tingkat job quits yang berada

dalam tren meningkat. Hal in i menunjukkan

meningkatnya kesempatan ker ja d i AS yang

memungkinkan perpindahan pekerjaan.

Ekonomi AS yang membaik tersebut diharapkan dapat

memengaruhi perekonomian Jawa Tengah melalui

permintaan tehadap komoditas ekspor Jawa Tengah

yang turut meningkat utamanya berupa produk tekstil,

furnitur, dan makanan. Ketiga komoditi tersebut

mencapai sekitar 80% dari total ekspor Jawa Tengah

yang ditujukan ke AS (Grafik 5).

SUPLEMEN II

0

20

40

60

80

Jan'

13

Feb'

13

Mrt

'13

Apr

'13

Mei

'13

Jun'

13

Jul'1

3

Ags

t'13

Sep'

13

Okt

'13

Nov

'13

Des

'13

Jan'

14

Feb'

14

Mrt

'14

Apr

'14

Mei

'14

Jun'

14

Jul'1

4

Ags

t'14

Sep'

14

Okt

'14

Nov

'14

Des

'14

%

TEKSTIL FURNITUR MAKANAN

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV

%, YOY%, YOY

I II III IV I II III IV

2012 2013 2014TEKSTIL FURNITUR MAKANAN PDB AS - SKALA KANAN

22 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

8000

10000

12000

14000 RP/USD USD JUTA

0,00

20,00

40,00

60,00

0

2000

4000

6000

Jan'

13

Feb'

13

Mrt

'13

Apr

'13

Mei

'13

Jun'

13

Jul'1

3

Ags

t'13

Sep'

13

Okt

'13

Nov

'13

Des

'13

Jan'

14

Feb'

14

Mrt

'14

Apr

'14

Mei

'14

Jun'

14

Jul'1

4

Ags

t'14

Sep'

14

Okt

'14

Nov

'14

NILAI TUKAR RP/USD EKSPOR JAWA TENGAH KE AS - SKALA KANAN

Grafik 3. Ekspor Jawa Tengah dan Nilai Tukar Grafik 4. Ekspor Utama Jawa Tengah dan PDB AS

Grafik 5. Ekspor Utama Jawa Tengah ke AS

Page 39: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGANINFLASI JAWA TENGAH

BABII

Inflasi tahunan Jawa Tengah naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

23

perekonomian domestik tercermin dari tingkat

keyakinan konsumen yang berada dalam tren

meningkat. Kondisi penyerapan tenaga kerja di AS pun

membaik yang terindikasi dari menurunnya tingkat

pemecatan sejalan dengan tingkat job quits yang berada

dalam tren meningkat. Hal in i menunjukkan

meningkatnya kesempatan ker ja d i AS yang

memungkinkan perpindahan pekerjaan.

Ekonomi AS yang membaik tersebut diharapkan dapat

memengaruhi perekonomian Jawa Tengah melalui

permintaan tehadap komoditas ekspor Jawa Tengah

yang turut meningkat utamanya berupa produk tekstil,

furnitur, dan makanan. Ketiga komoditi tersebut

mencapai sekitar 80% dari total ekspor Jawa Tengah

yang ditujukan ke AS (Grafik 5).

SUPLEMEN II

0

20

40

60

80

Jan'

13

Feb'

13

Mrt

'13

Apr

'13

Mei

'13

Jun'

13

Jul'1

3

Ags

t'13

Sep'

13

Okt

'13

Nov

'13

Des

'13

Jan'

14

Feb'

14

Mrt

'14

Apr

'14

Mei

'14

Jun'

14

Jul'1

4

Ags

t'14

Sep'

14

Okt

'14

Nov

'14

Des

'14

%

TEKSTIL FURNITUR MAKANAN

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV

%, YOY%, YOY

I II III IV I II III IV

2012 2013 2014TEKSTIL FURNITUR MAKANAN PDB AS - SKALA KANAN

22 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

8000

10000

12000

14000 RP/USD USD JUTA

0,00

20,00

40,00

60,00

0

2000

4000

6000

Jan'

13

Feb'

13

Mrt

'13

Apr

'13

Mei

'13

Jun'

13

Jul'1

3

Ags

t'13

Sep'

13

Okt

'13

Nov

'13

Des

'13

Jan'

14

Feb'

14

Mrt

'14

Apr

'14

Mei

'14

Jun'

14

Jul'1

4

Ags

t'14

Sep'

14

Okt

'14

Nov

'14

NILAI TUKAR RP/USD EKSPOR JAWA TENGAH KE AS - SKALA KANAN

Grafik 3. Ekspor Jawa Tengah dan Nilai Tukar Grafik 4. Ekspor Utama Jawa Tengah dan PDB AS

Grafik 5. Ekspor Utama Jawa Tengah ke AS

Page 40: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

2.1 Inflasi Secara Umum

25PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan.

1.

Sedikit berbeda dengan pola historisnya, inflasi

bulanan di triwulan IV 2014 mengalami kenaikan.

Meskipun pola inflasi bulanan sampai dengan triwulan

III 2014 cenderung menurun, namun inflasi bulanan

pada triwulan IV 2014 mengalami kenaikan (grafik 2.3).

Fenomena ini terjadi sebagai imbas dari kenaikan harga

BBM pada bulan November 2014 yang disertai dengan

kenaikan harga cabai yang cukup signifikan pada akhir

tahun. Sehingga pola inflasi bulanan pada tahun 2014

sedikit berbeda dengan pola inflasi historisnya.

Inflasi bulanan Oktober mengalami peningkatan

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi

Oktober 2014 tercatat sebesar 0,52% (mtm),

meningkat dari 0,22% (mtm) pada bulan sebelumnya

dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya (0,20% mtm). Kenaikan inflasi

Oktober lebih disebabkan oleh kenaikan inflasi

ke lompok ba rang yang d ia tu r pemer in tah

(administered prices). Meningkatnya tekanan inflasi

administered prices didorong oleh dampak lanjutan

kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) serta dampak lanjutan

dari kenaikan harga LPG 12 kg pada bulan sebelumnya.

1Inflasi Jawa Tengah memiliki tren penurunan

sejak akhir tahun 2013 hingga triwulan III 2014,

namun kembali mengalami kenaikan pada triwulan IV

2014. Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV dan

keseluruhan tahun 2014 sebesar 8,22% (yoy), lebih

t inggi dibandingkan dengan inflasi tr iwulan

sebelumnya sebesar 5,00% (yoy). Hal ini ditengarai

terkait dengan dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak

(BBM) bersubsidi pada bulan November 2014. Namun

demikian, capaian inflasi ini masih lebih rendah

dibandingkan dengan inflasi nasional pada periode

yang sama sebesar 8,36% (yoy) (Grafik 2.1).

Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih

tinggi dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Inflasi triwulanan Jawa Tengah di

triwulan IV 2014 tercatat sebesar 4,18% (qtq) atau

lebih tinggi dari inflasi triwulan IV 2013 sebesar 1,08%

(qtq) dan juga rata-rata inflasi triwulan IV dalam lima

tahun terakhir sebesar 0,73%.

Seluruh kelompok memiliki inflasi triwulanan

yang tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

rata-rata lima tahun sebelumnya. Bila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya, inflasi

triwulan IV 2014 juga terjadi di seluruh kelompok

(Grafik 2.2).

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa TengahGrafik 2.2

0 2 4 6 8

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

TW IV 2013 TW IV 2014 RATA - RATA TW IV 2009 - 2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

10

Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan NasionalGrafik 2.1

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV I II III2012 2013 2014

%

IV

8,22

8,36

4,49

4,18

4,53

5,00

1,40

1,68

Page 41: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

2.1 Inflasi Secara Umum

25PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan.

1.

Sedikit berbeda dengan pola historisnya, inflasi

bulanan di triwulan IV 2014 mengalami kenaikan.

Meskipun pola inflasi bulanan sampai dengan triwulan

III 2014 cenderung menurun, namun inflasi bulanan

pada triwulan IV 2014 mengalami kenaikan (grafik 2.3).

Fenomena ini terjadi sebagai imbas dari kenaikan harga

BBM pada bulan November 2014 yang disertai dengan

kenaikan harga cabai yang cukup signifikan pada akhir

tahun. Sehingga pola inflasi bulanan pada tahun 2014

sedikit berbeda dengan pola inflasi historisnya.

Inflasi bulanan Oktober mengalami peningkatan

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi

Oktober 2014 tercatat sebesar 0,52% (mtm),

meningkat dari 0,22% (mtm) pada bulan sebelumnya

dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya (0,20% mtm). Kenaikan inflasi

Oktober lebih disebabkan oleh kenaikan inflasi

ke lompok ba rang yang d ia tu r pemer in tah

(administered prices). Meningkatnya tekanan inflasi

administered prices didorong oleh dampak lanjutan

kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) serta dampak lanjutan

dari kenaikan harga LPG 12 kg pada bulan sebelumnya.

1Inflasi Jawa Tengah memiliki tren penurunan

sejak akhir tahun 2013 hingga triwulan III 2014,

namun kembali mengalami kenaikan pada triwulan IV

2014. Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV dan

keseluruhan tahun 2014 sebesar 8,22% (yoy), lebih

t inggi dibandingkan dengan inflasi tr iwulan

sebelumnya sebesar 5,00% (yoy). Hal ini ditengarai

terkait dengan dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak

(BBM) bersubsidi pada bulan November 2014. Namun

demikian, capaian inflasi ini masih lebih rendah

dibandingkan dengan inflasi nasional pada periode

yang sama sebesar 8,36% (yoy) (Grafik 2.1).

Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih

tinggi dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Inflasi triwulanan Jawa Tengah di

triwulan IV 2014 tercatat sebesar 4,18% (qtq) atau

lebih tinggi dari inflasi triwulan IV 2013 sebesar 1,08%

(qtq) dan juga rata-rata inflasi triwulan IV dalam lima

tahun terakhir sebesar 0,73%.

Seluruh kelompok memiliki inflasi triwulanan

yang tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

rata-rata lima tahun sebelumnya. Bila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya, inflasi

triwulan IV 2014 juga terjadi di seluruh kelompok

(Grafik 2.2).

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa TengahGrafik 2.2

0 2 4 6 8

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

TW IV 2013 TW IV 2014 RATA - RATA TW IV 2009 - 2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

10

Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan NasionalGrafik 2.1

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV I II III2012 2013 2014

%

IV

8,22

8,36

4,49

4,18

4,53

5,00

1,40

1,68

Page 42: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

sepanjang tahun, sementara kelompok administered

prices dan volatile foods memiliki tren kenaikan

semenjak bulan Agustus yang berlanjut hingga akhir

tahun.

Kota Purwokerto dan Kota Surakarta mengalami

penurunan inflasi tahunan jika dibandingkan

dengan tahun 2013. Sementara Kota Semarang dan

Kota Tegal mengalami kenaikan inflasi tahunan jika

dibandingkan dengan tahun 2013. Dari empat kota

yang disurvei oleh BPS pada tahun 2013 dan tahun

2014, kenaikan tertinggi terjadi di Kota Tegal,

sementara penurunan tertinggi terjadi di Kota

Purwokerto. Namun demikian, dari keseluruhan 6 kota

yang disurvei oleh BPS tahun 2014, inflasi tertinggi

terjadi di Kota Kudus sementara inflasi terendah terjadi

di Kota Purwokerto (Tabel 2.3).

Disparitas inflasi tahunan kota-kota di Jawa

Tengah menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Perbedaan inflasi kota tertinggi dan

terendah tahun 2013 mencapai 2,70% sementara

perbedaan inflasi kota tertinggi dan terendah tahun

2014 sebesar 1,50%.

Tren kenaikan inflasi bulanan di akhir tahun yang

sedikit berbeda dengan pola historis lebih

disebabkan oleh tekanan inflasi yang berasal dari

kelompok barang yang diatur pemerintah

(administered prices). Hal tersebut tercermin dari

komoditas penyumbang inflasi bulanan terbesar di

Jawa Tengah hampir semuanya berasal dari kelompok

barang yang diatur pemerintah (administered prices)

(Tabel 2.2).

Penyesuaian tarif listrik, harga elpiji, dan harga

BBM memberikan dorongan inflasi di akhir tahun.

Penyesuaian tarif listrik yang bertahap sesuai ketentuan

pemerintah memberikan tekanan inflasi yang besar di

sepanjang triwulan III. Sementara di triwulan IV,

tekanan inflasi berasal dari kenaikan harga elpiji 12 kg

di bulan September dan kenaikan harga BBM di bulan

November.

2 Berdasarkan disagregasi inflasi , kenaikan inflasi

di akhir tahun utamanya terjadi pada kelompok

administered prices dan volatile foods. Inflasi

tahunan pada kelompok inti cenderung stabil

Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile foods, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.

2.

Tabel 2.2. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

No. Komoditas Andil

Cabai Merah

Tarip Listrik

Akademi/Perguruan Tinggi

Bahan Bakar Rumah Tangga

Beras

0,152

0,125

0,066

0,056

0,054

1

2

3

4

5

No. Komoditas Andil

Bensin

Cabai Merah

Cabai Rawit

Angkutan Dalam Kota

Beras

0,491

0,243

0,167

0,087

0,086

1

2

3

4

5

No. Komoditas Andil

Bensin

Cabai Merah

Beras

Tarip Listrik

Tukang Bukan Mandor

0,544

0,253

0,244

0,133

0,105

1

2

3

4

5

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

No. KOTA Inflasi Tahunan 2013 (%)

CILACAP

KUDUS

PURWOKERTO

SURAKARATA

SEMARANG

TEGAL

-

-

8,50%

8,32%

8,19%

5,80%

1

2

3

4

5

6

8,19%

8,59%

7,09%

8,01%

8,53%

7,40%

Inflasi Tahunan 2014 (%)

Tabel 2.3. Tabel Inflasi Tahunan Kota di Provinsi Jawa Tengah

27PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Terjaganya pasokan beberapa komoditas bahan

makanan tertentu turut membantu mengurangi

tekanan inflasi di triwulan IV. Meskipun sebagian

komoditas bahan makanan memberikan sumbangan

inflasi yang tinggi, khususnya komoditas beras dan

cabai merah, namun terdapat beberapa komoditas

bahan makanan lain yang turut membantu penurunan

tekanan inflasi. Hal tersebut dapat terlihat dari

beberapa komoditas penyumbang deflasi bulanan

terbesar di Jawa Tengah yang sebagian besar juga

berasal dari kelompok bahan makanan (Tabel 2.1).

Terdapat beberapa komoditas yang tetap

melanjutkan tren koreksi harga dari triwulan

sebelumnya. Komoditas telur ayam ras mulai tercatat

deflasi di bulan Agustus dan berlanjut hingga bulan

Oktober. Sementara untuk daging ayam ras, meskipun

mengalami inflasi di bulan Juli namun semenjak bulan

September hingga November mengalami tren

penurunan harga.

Inflasi Jawa Tengah bulan November 2014

meningkat cukup tajam dibandingkan bulan

sebelumnya. Inflasi tercatat sebesar 1,36% (mtm),

meningkat dari 0,52% (mtm) pada bulan sebelumnya.

Capaian inflasi ini juga lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar 0,30% (mtm). Kenaikan inflasi November lebih

disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok barang

yang diatur pemerintah (administered prices).

Meningkatnya tekanan inflasi administered prices

tersebut didorong oleh kebijakan peningkatan harga

BBM bersubsidi sebesar Rp 2000/liter yang ditetapkan

pemerintah pada tanggal 18 November 2014.

Inflasi bulanan Desember 2014 sebesar 2,25%

(mtm), lebih t inggi dibandingkan bulan

sebelumnya. Tingginya kenaikan inflasi di bulan

tersebut sebagai dampak dari kenaikan harga BBM

bersubsidi di bulan sebelumnya. Pada umumnya

pengaruh kenaikan BBM bersubsidi akan mengalami

puncaknya di bulan kedua setelah keputusan

pemerintah.

Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2011-2014Grafik 2.3

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

% MTM

RATA-RATA 2009-2013 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

yoy 4,9 5,3 5,9 5,6 5,1 5,4 8,3 8,4 7,7 7,8 8,2 8,0 7,9 7,5 7,0 7,1 7,4 7,2 5,0 4,3 5 5,0 6,1 8,2

mtm 1,0 0,7 0,7 -0, -0, 0,9 3,4 1,1 -0, 0,2 0,3 0,2 0,9 0,3 0,2 -0, 0,2 0,7 0,7 0,4 0,2 0,5 1,3 2,2

-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,03,54,0

4,04,55,05,56,06,57,07,58,08,59,0

%, YOY %, MTM

Curah hujan tinggi Ekspektasi

mulai naik

KenaikanBBM Kenaikan TTL tahap

akhir 2013Bencana

banjir

Pembatasan produksi bibit ayam

Kenaikan TTLu/P1, I3, R3, I4, B2, B3

Kenaikan TDLdan elpiji 12 kg

Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa TengahGrafik 2.4

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan di Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

No. Komoditas Andil

Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras

Kangkung

Udang Basah

Pir

-0,166

-0,029

-0,066

-0,056

-0,054

1

2

3

4

5

OKTOBER

No. Komoditas Andil

Bawang Merah

Kol Putrik/Kubis

Bayam

Daging Ayam Ras

Emas Perhiasan

-0,019

-0,016

-0,015

-0,012

-0,010

1

2

3

4

5

NOVEMBER

No. Komoditas Andil

Salak

Daging Ayam Kampung

Angkutan Udara

Apel

Bandeng/Bolu

-0,020

-0,007

-0,005

-0,004

-0,003

1

2

3

4

5

DESEMBER

26 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 43: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

sepanjang tahun, sementara kelompok administered

prices dan volatile foods memiliki tren kenaikan

semenjak bulan Agustus yang berlanjut hingga akhir

tahun.

Kota Purwokerto dan Kota Surakarta mengalami

penurunan inflasi tahunan jika dibandingkan

dengan tahun 2013. Sementara Kota Semarang dan

Kota Tegal mengalami kenaikan inflasi tahunan jika

dibandingkan dengan tahun 2013. Dari empat kota

yang disurvei oleh BPS pada tahun 2013 dan tahun

2014, kenaikan tertinggi terjadi di Kota Tegal,

sementara penurunan tertinggi terjadi di Kota

Purwokerto. Namun demikian, dari keseluruhan 6 kota

yang disurvei oleh BPS tahun 2014, inflasi tertinggi

terjadi di Kota Kudus sementara inflasi terendah terjadi

di Kota Purwokerto (Tabel 2.3).

Disparitas inflasi tahunan kota-kota di Jawa

Tengah menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Perbedaan inflasi kota tertinggi dan

terendah tahun 2013 mencapai 2,70% sementara

perbedaan inflasi kota tertinggi dan terendah tahun

2014 sebesar 1,50%.

Tren kenaikan inflasi bulanan di akhir tahun yang

sedikit berbeda dengan pola historis lebih

disebabkan oleh tekanan inflasi yang berasal dari

kelompok barang yang diatur pemerintah

(administered prices). Hal tersebut tercermin dari

komoditas penyumbang inflasi bulanan terbesar di

Jawa Tengah hampir semuanya berasal dari kelompok

barang yang diatur pemerintah (administered prices)

(Tabel 2.2).

Penyesuaian tarif listrik, harga elpiji, dan harga

BBM memberikan dorongan inflasi di akhir tahun.

Penyesuaian tarif listrik yang bertahap sesuai ketentuan

pemerintah memberikan tekanan inflasi yang besar di

sepanjang triwulan III. Sementara di triwulan IV,

tekanan inflasi berasal dari kenaikan harga elpiji 12 kg

di bulan September dan kenaikan harga BBM di bulan

November.

2 Berdasarkan disagregasi inflasi , kenaikan inflasi

di akhir tahun utamanya terjadi pada kelompok

administered prices dan volatile foods. Inflasi

tahunan pada kelompok inti cenderung stabil

Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile foods, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.

2.

Tabel 2.2. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

No. Komoditas Andil

Cabai Merah

Tarip Listrik

Akademi/Perguruan Tinggi

Bahan Bakar Rumah Tangga

Beras

0,152

0,125

0,066

0,056

0,054

1

2

3

4

5

No. Komoditas Andil

Bensin

Cabai Merah

Cabai Rawit

Angkutan Dalam Kota

Beras

0,491

0,243

0,167

0,087

0,086

1

2

3

4

5

No. Komoditas Andil

Bensin

Cabai Merah

Beras

Tarip Listrik

Tukang Bukan Mandor

0,544

0,253

0,244

0,133

0,105

1

2

3

4

5

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

No. KOTA Inflasi Tahunan 2013 (%)

CILACAP

KUDUS

PURWOKERTO

SURAKARATA

SEMARANG

TEGAL

-

-

8,50%

8,32%

8,19%

5,80%

1

2

3

4

5

6

8,19%

8,59%

7,09%

8,01%

8,53%

7,40%

Inflasi Tahunan 2014 (%)

Tabel 2.3. Tabel Inflasi Tahunan Kota di Provinsi Jawa Tengah

27PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Terjaganya pasokan beberapa komoditas bahan

makanan tertentu turut membantu mengurangi

tekanan inflasi di triwulan IV. Meskipun sebagian

komoditas bahan makanan memberikan sumbangan

inflasi yang tinggi, khususnya komoditas beras dan

cabai merah, namun terdapat beberapa komoditas

bahan makanan lain yang turut membantu penurunan

tekanan inflasi. Hal tersebut dapat terlihat dari

beberapa komoditas penyumbang deflasi bulanan

terbesar di Jawa Tengah yang sebagian besar juga

berasal dari kelompok bahan makanan (Tabel 2.1).

Terdapat beberapa komoditas yang tetap

melanjutkan tren koreksi harga dari triwulan

sebelumnya. Komoditas telur ayam ras mulai tercatat

deflasi di bulan Agustus dan berlanjut hingga bulan

Oktober. Sementara untuk daging ayam ras, meskipun

mengalami inflasi di bulan Juli namun semenjak bulan

September hingga November mengalami tren

penurunan harga.

Inflasi Jawa Tengah bulan November 2014

meningkat cukup tajam dibandingkan bulan

sebelumnya. Inflasi tercatat sebesar 1,36% (mtm),

meningkat dari 0,52% (mtm) pada bulan sebelumnya.

Capaian inflasi ini juga lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar 0,30% (mtm). Kenaikan inflasi November lebih

disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok barang

yang diatur pemerintah (administered prices).

Meningkatnya tekanan inflasi administered prices

tersebut didorong oleh kebijakan peningkatan harga

BBM bersubsidi sebesar Rp 2000/liter yang ditetapkan

pemerintah pada tanggal 18 November 2014.

Inflasi bulanan Desember 2014 sebesar 2,25%

(mtm), lebih t inggi dibandingkan bulan

sebelumnya. Tingginya kenaikan inflasi di bulan

tersebut sebagai dampak dari kenaikan harga BBM

bersubsidi di bulan sebelumnya. Pada umumnya

pengaruh kenaikan BBM bersubsidi akan mengalami

puncaknya di bulan kedua setelah keputusan

pemerintah.

Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2011-2014Grafik 2.3

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

% MTM

RATA-RATA 2009-2013 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

yoy 4,9 5,3 5,9 5,6 5,1 5,4 8,3 8,4 7,7 7,8 8,2 8,0 7,9 7,5 7,0 7,1 7,4 7,2 5,0 4,3 5 5,0 6,1 8,2

mtm 1,0 0,7 0,7 -0, -0, 0,9 3,4 1,1 -0, 0,2 0,3 0,2 0,9 0,3 0,2 -0, 0,2 0,7 0,7 0,4 0,2 0,5 1,3 2,2

-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,03,54,0

4,04,55,05,56,06,57,07,58,08,59,0

%, YOY %, MTM

Curah hujan tinggi Ekspektasi

mulai naik

KenaikanBBM Kenaikan TTL tahap

akhir 2013Bencana

banjir

Pembatasan produksi bibit ayam

Kenaikan TTLu/P1, I3, R3, I4, B2, B3

Kenaikan TDLdan elpiji 12 kg

Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa TengahGrafik 2.4

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan di Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

No. Komoditas Andil

Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras

Kangkung

Udang Basah

Pir

-0,166

-0,029

-0,066

-0,056

-0,054

1

2

3

4

5

OKTOBER

No. Komoditas Andil

Bawang Merah

Kol Putrik/Kubis

Bayam

Daging Ayam Ras

Emas Perhiasan

-0,019

-0,016

-0,015

-0,012

-0,010

1

2

3

4

5

NOVEMBER

No. Komoditas Andil

Salak

Daging Ayam Kampung

Angkutan Udara

Apel

Bandeng/Bolu

-0,020

-0,007

-0,005

-0,004

-0,003

1

2

3

4

5

DESEMBER

26 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 44: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

BAHAN MAKANAN

KOMODITAS

IV I II

2012 (yoy ) 2013 (yoy)

9,78

4,.47

10,25

10,11

5,72

8,26

17,

13,12

12,01

26,63

-0,67

3,31

5,60

3,50

7,12

9,90

8,92

5,07

4,57

17,43

11,51

2,28

-3,94

-0,12

12,86

2,46

11,54

9,15

6

2,60

7,20

14,51

16,79

103,12

-9,83

2,28

III

12,8

5,95

19,31

12,43

5,17

7,58

17,04

10,59

10,32

44,71

6,45

3,33

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

IV

12,54

5,25

11,22

12,78

5,66

5,08

26,38

11,63

11,79

31,37

26,9

5,63

I

7,17

10,69

8,81

17,12

7,91

7,22

25,17

14,42

8,55

-25,87

25,10

5,43

Tw IV 2014

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG - KACANGAN

BUAH - BUAHAN

BUMBU - BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

yoy qtqII

2014 (yoy)

8,61

7,81

14,62

15,48

6,44

10,06

12,40

15,41

11,01

-17,07

21,73

5,34

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw IV 2014 - Kelompok Bahan Makanan

III

4,79

5,95

3,09

6,92

4,17

10,59

8,43

4,31

6,48

-13,10

10,69

7,67

11,39

12,19

1,50

8,98

7,67

11,9

14,34

3,12

2,52

41,38

3,13

7,90

7,34

8,48

-7,66

1,72

2,97

2,66

5,71

1,25

-1,07

67,22

-0,21

1,87

Hal tersebut ditengarai terkait dengan dampak

kenaikan harga BBM pada bulan November.

Kenaikan inflasi di kelompok ini terutama akibat

kenaikan di subkelompok transpor. Inflasi

subkelompok transpor pada triwulan III 2014 sebesar

0,70% (qtq) sementara pada triwulan IV 2014 naik

menjadi sebesar 13,90% (qtq). Hal tersebut ditengarai

terjadi terkait dengan kenaikan harga BBM pada bulan

November 2014. Kenaikan harga BBM tersebut

direspon oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sesuai

dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh

Dishubkominfo Jateng dan Organisasi Angkutan Darat

Jateng dengan menetapkan batas bawah transportasi

Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Rp 109 per kilometer

per penumpang dan batas atas Rp 177 per kilometer

per penumpang. Sementara itu, kenaikan tarif bus

antarkota antarprovinsi (AKAP) telah ditetapkan

langsung oleh Kementerian Perhubungan sebesar

10%. Di sisi lain, subkelompok lainnya yang mengalami

kenaikan inflasi dibandingkan periode laporan

sebelumnya adalah subkelompok Jasa Keuangan.

Sementara subkelompok yang mengalami penurunan

inflasi dibandingkan periode laporan sebelumnya

adalah subkelompok komunikasi dan pengiriman dan

subkelompok sarana dan penunjang transpor.

Inflasi subkelompok daging dan hasilnya,

subkelompok buah-buahan, subkelompok

kacang-kacangan, dan subkelompok lemak dan

minyak turun pada triwulan IV. Subkelompok

daging dan hasilnya turun dari 3,09% (yoy) pada

triwulan III menjadi 1,50% (yoy) pada triwulan IV.

Subkelompok buah-buahan turun dari 6,48% (yoy)

pada triwulan III menjadi 2,52% (yoy) pada triwulan IV.

Subkelompok kacang-kacangan turun dari 4,31% (yoy)

pada triwulan III menjadi 3,12% (yoy) pada triwulan IV.

Tren penurunan inflasi subkelompok daging, buah-

buahan, dan kacang-kacangan ditengarai terjadi

terkait dengan normalisasi harga setelah mengalami

kenaikan yang cukup tinggi di beberapa periode

sebelumnya. Sementara subkelompok lemak dan

minyak turun dari 10,69% (yoy) pada triwulan III

menjadi 3,13% (yoy) pada triwulan IV sejalan dengan

penurunan harga CPO.

2.2.2. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan

Inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan mengalami kenaikan, dari 2,58% (yoy) di

triwulan III 2014 menjadi 11,46% (yoy). Inflasi bulanan

Oktober 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan

inflasi bulanan Oktober 2013. Namun demikian, inflasi

bulanan November dan Desember lebih tinggi

dibandingkan inflasi periode yang sama tahun lalu.

29PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

sayuran. Kelompok yang mengalami deflasi jika

d ibandingkan dengan t r iwulan la lu ada lah

subkelompok daging dan hasil-hasilnya, subkelompok

buah-buahan, serta subkelompok lemak dan minyak.

Subkelompok bumbu-bumbuan memberikan

sumbangan inflasi tahunan terbesar. Setelah

mengalami deflasi pada triwulan I hingga triwulan III,

subkelompok bumbu-bumbuan kembali mengalami

inflasi sebesar 41,38% (yoy) di triwulan IV. Tekanan

inflasi terutama didorong oleh terbatasnya pasokan

cabai merah di akhir tahun. Komoditas cabai merah

memberikan sumbangan inflasi di tiap bulan pada

triwulan laporan dan puncaknya pada Desember

dengan sumbangan sebesar 0,25% (mtm).

Subkelompok padi-padian kembali mengalami

kenaikan inflasi tahunan setelah mengalami tren

yang menurun di triwulan II dan III. Setelah

mengalami kenaikan inflasi yang signifikan di triwulan I

2014 akibat banjir yang terjadi di awal tahun,

subkelompok padi-padian kembali mengalami

penurunan inflasi tahunan di triwulan II dan III. Namun

demikian, subkelompok padi-padian kembali

mengalami kenaikan inflasi tahunan di triwulan IV. Hal

ini ditengarai terjadi terkait dengan pembagian raskin

yang lebih cepat dari jadwalnya serta musim panen

yang bergeser pada pertengahan tahun.

Kenaikan inflasi pada periode laporan banyak

didorong oleh kelompok transpor, komunikasi,

dan jasa keuangan; kelompok bahan makanan;

dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan

bahan bakar. Inflasi tahunan pada hampir semua

kelompok tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

periode laporan sebelumnya (Tabel 2.4). Kenaikan

terbesar terjadi pada kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan yang diikuti oleh

kelompok bahan makanan.

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi tahunan kelompok bahan makanan

meneruskan tren penurunannya sejak awal tahun

hingga Oktober, namun kembali mengalami

kenaikan pada November dan Desember. Pada

periode laporan, inflasi kelompok bahan makanan naik

dari 4,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

11,39% (yoy) di triwulan IV 2014. Angka ini juga lebih

tinggi dibandingkan inflasi tahunan kelompok bahan

makanan pada level nasional, yang tercatat sebesar

10,57% (yoy). Inflasi triwulanan di kelompok ini juga

meningkat dibanding triwulan sebelumnya maupun

periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan inflasi triwulanan terbesar didorong

oleh subkelompok bumbu-bumbuan dan

subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan

hasilnya yang diikuti subkelompok sayur-

2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok

KOMODITAS

II III IV I II

4,58

8,20

5,02

3,00

3,41

1,95

4,47

2,04

2012 2013

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

III IV I

2014

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

II III

4,50

7,15

5,92

2,96

2,46

2,00

3,82

2,65

4,24

5,60

5,84

3,09

3,04

2,11

3,56

3,06

6,25

12,86

6,54

3,90

2,56

2,44

3,69

2,22

5,44

9,78

5,43

3,27

0,89

2,15

3,67

5,35

7,72

12,80

6,90

4,64

1,61

2,33

1,84

12,70

7,99

12,54

7,60

5,20

-0,01

2,48

2,52

13,27

7,08

7,17

8,04

6,14

2,75

2,94

2,95

13,04

7,26

8,61

7,79

7,13

4,16

3,52

2,91

10,07

5,00

4,79

5,61

6,68

1,87

3,87

6,12

2,58

IV

8,22

11,39

5,85

8,09

2,62

4,54

6,62

11,46

28 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 45: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

BAHAN MAKANAN

KOMODITAS

IV I II

2012 (yoy ) 2013 (yoy)

9,78

4,.47

10,25

10,11

5,72

8,26

17,

13,12

12,01

26,63

-0,67

3,31

5,60

3,50

7,12

9,90

8,92

5,07

4,57

17,43

11,51

2,28

-3,94

-0,12

12,86

2,46

11,54

9,15

6

2,60

7,20

14,51

16,79

103,12

-9,83

2,28

III

12,8

5,95

19,31

12,43

5,17

7,58

17,04

10,59

10,32

44,71

6,45

3,33

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

IV

12,54

5,25

11,22

12,78

5,66

5,08

26,38

11,63

11,79

31,37

26,9

5,63

I

7,17

10,69

8,81

17,12

7,91

7,22

25,17

14,42

8,55

-25,87

25,10

5,43

Tw IV 2014

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG - KACANGAN

BUAH - BUAHAN

BUMBU - BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

yoy qtqII

2014 (yoy)

8,61

7,81

14,62

15,48

6,44

10,06

12,40

15,41

11,01

-17,07

21,73

5,34

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw IV 2014 - Kelompok Bahan Makanan

III

4,79

5,95

3,09

6,92

4,17

10,59

8,43

4,31

6,48

-13,10

10,69

7,67

11,39

12,19

1,50

8,98

7,67

11,9

14,34

3,12

2,52

41,38

3,13

7,90

7,34

8,48

-7,66

1,72

2,97

2,66

5,71

1,25

-1,07

67,22

-0,21

1,87

Hal tersebut ditengarai terkait dengan dampak

kenaikan harga BBM pada bulan November.

Kenaikan inflasi di kelompok ini terutama akibat

kenaikan di subkelompok transpor. Inflasi

subkelompok transpor pada triwulan III 2014 sebesar

0,70% (qtq) sementara pada triwulan IV 2014 naik

menjadi sebesar 13,90% (qtq). Hal tersebut ditengarai

terjadi terkait dengan kenaikan harga BBM pada bulan

November 2014. Kenaikan harga BBM tersebut

direspon oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sesuai

dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh

Dishubkominfo Jateng dan Organisasi Angkutan Darat

Jateng dengan menetapkan batas bawah transportasi

Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Rp 109 per kilometer

per penumpang dan batas atas Rp 177 per kilometer

per penumpang. Sementara itu, kenaikan tarif bus

antarkota antarprovinsi (AKAP) telah ditetapkan

langsung oleh Kementerian Perhubungan sebesar

10%. Di sisi lain, subkelompok lainnya yang mengalami

kenaikan inflasi dibandingkan periode laporan

sebelumnya adalah subkelompok Jasa Keuangan.

Sementara subkelompok yang mengalami penurunan

inflasi dibandingkan periode laporan sebelumnya

adalah subkelompok komunikasi dan pengiriman dan

subkelompok sarana dan penunjang transpor.

Inflasi subkelompok daging dan hasilnya,

subkelompok buah-buahan, subkelompok

kacang-kacangan, dan subkelompok lemak dan

minyak turun pada triwulan IV. Subkelompok

daging dan hasilnya turun dari 3,09% (yoy) pada

triwulan III menjadi 1,50% (yoy) pada triwulan IV.

Subkelompok buah-buahan turun dari 6,48% (yoy)

pada triwulan III menjadi 2,52% (yoy) pada triwulan IV.

Subkelompok kacang-kacangan turun dari 4,31% (yoy)

pada triwulan III menjadi 3,12% (yoy) pada triwulan IV.

Tren penurunan inflasi subkelompok daging, buah-

buahan, dan kacang-kacangan ditengarai terjadi

terkait dengan normalisasi harga setelah mengalami

kenaikan yang cukup tinggi di beberapa periode

sebelumnya. Sementara subkelompok lemak dan

minyak turun dari 10,69% (yoy) pada triwulan III

menjadi 3,13% (yoy) pada triwulan IV sejalan dengan

penurunan harga CPO.

2.2.2. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan

Inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan mengalami kenaikan, dari 2,58% (yoy) di

triwulan III 2014 menjadi 11,46% (yoy). Inflasi bulanan

Oktober 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan

inflasi bulanan Oktober 2013. Namun demikian, inflasi

bulanan November dan Desember lebih tinggi

dibandingkan inflasi periode yang sama tahun lalu.

29PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

sayuran. Kelompok yang mengalami deflasi jika

d ibandingkan dengan t r iwulan la lu ada lah

subkelompok daging dan hasil-hasilnya, subkelompok

buah-buahan, serta subkelompok lemak dan minyak.

Subkelompok bumbu-bumbuan memberikan

sumbangan inflasi tahunan terbesar. Setelah

mengalami deflasi pada triwulan I hingga triwulan III,

subkelompok bumbu-bumbuan kembali mengalami

inflasi sebesar 41,38% (yoy) di triwulan IV. Tekanan

inflasi terutama didorong oleh terbatasnya pasokan

cabai merah di akhir tahun. Komoditas cabai merah

memberikan sumbangan inflasi di tiap bulan pada

triwulan laporan dan puncaknya pada Desember

dengan sumbangan sebesar 0,25% (mtm).

Subkelompok padi-padian kembali mengalami

kenaikan inflasi tahunan setelah mengalami tren

yang menurun di triwulan II dan III. Setelah

mengalami kenaikan inflasi yang signifikan di triwulan I

2014 akibat banjir yang terjadi di awal tahun,

subkelompok padi-padian kembali mengalami

penurunan inflasi tahunan di triwulan II dan III. Namun

demikian, subkelompok padi-padian kembali

mengalami kenaikan inflasi tahunan di triwulan IV. Hal

ini ditengarai terjadi terkait dengan pembagian raskin

yang lebih cepat dari jadwalnya serta musim panen

yang bergeser pada pertengahan tahun.

Kenaikan inflasi pada periode laporan banyak

didorong oleh kelompok transpor, komunikasi,

dan jasa keuangan; kelompok bahan makanan;

dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan

bahan bakar. Inflasi tahunan pada hampir semua

kelompok tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

periode laporan sebelumnya (Tabel 2.4). Kenaikan

terbesar terjadi pada kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan yang diikuti oleh

kelompok bahan makanan.

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi tahunan kelompok bahan makanan

meneruskan tren penurunannya sejak awal tahun

hingga Oktober, namun kembali mengalami

kenaikan pada November dan Desember. Pada

periode laporan, inflasi kelompok bahan makanan naik

dari 4,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

11,39% (yoy) di triwulan IV 2014. Angka ini juga lebih

tinggi dibandingkan inflasi tahunan kelompok bahan

makanan pada level nasional, yang tercatat sebesar

10,57% (yoy). Inflasi triwulanan di kelompok ini juga

meningkat dibanding triwulan sebelumnya maupun

periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan inflasi triwulanan terbesar didorong

oleh subkelompok bumbu-bumbuan dan

subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan

hasilnya yang diikuti subkelompok sayur-

2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok

KOMODITAS

II III IV I II

4,58

8,20

5,02

3,00

3,41

1,95

4,47

2,04

2012 2013

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

III IV I

2014

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA

TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

II III

4,50

7,15

5,92

2,96

2,46

2,00

3,82

2,65

4,24

5,60

5,84

3,09

3,04

2,11

3,56

3,06

6,25

12,86

6,54

3,90

2,56

2,44

3,69

2,22

5,44

9,78

5,43

3,27

0,89

2,15

3,67

5,35

7,72

12,80

6,90

4,64

1,61

2,33

1,84

12,70

7,99

12,54

7,60

5,20

-0,01

2,48

2,52

13,27

7,08

7,17

8,04

6,14

2,75

2,94

2,95

13,04

7,26

8,61

7,79

7,13

4,16

3,52

2,91

10,07

5,00

4,79

5,61

6,68

1,87

3,87

6,12

2,58

IV

8,22

11,39

5,85

8,09

2,62

4,54

6,62

11,46

28 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 46: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kenaikan inflasi tahunan volatile foods terutama

disumbang oleh kenaikan inflasi subkelompok

bumbu-bumbuan. Kenaikan inflasi tahunan terjadi

pada hampir semua subkelompok penyusun kelompok

volatile foods, terutama pada subkelompok bumbu-

bumbuan yang mengalami deflasi sebesar -13,10%

(yoy) pada triwulan III 2013 menjadi 41,38% (yoy) pada

triwulan laporan. Di sisi lain, subkelompok yang

mengalami penurunan diantaranya subkelompok

daging dan hasil-hasilnya, subkelompok lemak dan

minyak, subkelompok buah-buahan, dan subkelompok

kacang-kacangan.

Komoditas penyumbang inflasi volatile foods

terbesar adalah cabai merah. Tekanan inflasi

terutama didorong oleh terbatasnya pasokan cabai

merah di akhir tahun. Terbatasnya pasokan karena

2.3.1. Kelompok Volatile foodsInflasi tahunan volatile foods naik dibandingkan

periode sebelumnya. Inflasi volatile foods naik dari

4,25% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 11,49% (yoy)

di triwulan IV. Meski mengalami kenaikan yang

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

secara tahunan capaian inflasi volatile foods tahun

2014 masih berada di bawah tahun 2013 sebesar

14,01% (yoy).

Inflasi triwulanan kelompok volatile foods

p e r i o d e l a p o r a n t e rc a t a t l e b i h t i n g g i

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Inflasi pada triwulan IV 2014 sebesar

7,54% (qtq) lebih tinggi dari triwulan IV 2013 sebesar

0,56% (qtq). Angka tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata historisnya (Grafik 2.8).

I II III IV I II III IV

2013 2014

02468

1012141618

I II III IV

2012

% YOY

Disagregasi Inflasi TahunanGrafik 2.5

CORE VF ADM PRICE

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi BulananGrafik 2.6

-4

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

% MTM

CORE VF ADM PRICE

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi Bulanan KelompokVolatile Foods 2012-2014

Grafik 2.7

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% MTM

RATA-RATA 2009-2013 2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi TriwulananKelompok Volatile Foods Triwulan IV

Grafik 2.8

1,490,72 0,56

7,54

Rata-rata2009-2013

2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

31PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

dan kelompok sandang mengalami kenaikan inflasi

tahunan maupun triwulanan yang tidak terlalu

signifikan. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah

raga mengalami penurunan inflasi triwulanan yang

ditengarai terjadi terkait dengan berakhirnya musim

penerimaan tahun ajaran baru untuk berbagai tingkat

pendidikan.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau mengalami kenaikan inflasi tahunan dari

5,61% (yoy) pada triwulan III menjadi 5,85% (yoy) pada

triwulan IV. Secara triwulanan, inflasi kelompok

tersebut mengalami kenaikan dari 1,40% (qtq) pada

triwulan III menjadi 2,08% (qtq) pada triwulan IV.

Kelompok sandang juga mengalami kenaikan inflasi

tahunan dari 1,87% (yoy) pada triwulan III menjadi

2,62% (yoy) pada triwulan IV. Secara triwulanan, inflasi

kelompok tersebut juga mengalami kenaikan dari

0,62% (qtq) menjadi 0,70% (qtq). Sementara

kelompok kesehatan juga mengalami kenaikan inflasi

tahunan dari 3,87% (yoy) pada triwulan III menjadi

4,54% (yoy) pada triwulan IV. Di sisi lain, inflasi

triwulanan kelompok kesehatan cenderung stabil,

yakni sebesar 1,11% (qtq) pada triwulan III dan 1,12%

(qtq) pada triwulan IV.

2.3. Disagregasi InflasiBerdasarkan disagregasinya, inflasi di semua

kelompok mengalami kenaikan di triwulan

laporan. Kenaikan yang paling signifikan berasal dari

kelompok administered prices yakni dari 6,69% (yoy)

menjadi 15,37% (yoy) terkait inflasi yang cukup tinggi

di November 2014 pasca kenaikan BBM. Kelompok

volatile foods juga mengalami kenaikan yang signifikan

dari 4,25% (yoy) menjadi 11,49% (yoy). Sementara

kelompok inti juga mengalami kenaikan dari 4,17%

(yoy) menjadi 5,01% (yoy) (Grafik 2.5).

2.2.3. Kelompok Perumahan Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar

Inflasi kelompok ini naik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, dari 5,20% (yoy) menjadi

8,09% (yoy). Secara triwulanan, inflasi kelompok ini

juga mengalami kenaikan, dari 1,61% (qtq) menjadi

2,67% (qtq). Kenaikan inflasi kelompok perumahan,

air, listrik, gas, dan bahan bakar sebagian besar

disumbang oleh kenaikan inflasi subkelompok bahan

bakar, penerangan, dan air. Hal tersebut ditengarai

terjadi sejalan dengan kenaikan harga BBM pada bulan

November 2014. Sumbangan kenaikan inflasi yang

berasal dari kenaikan tarif listrik pada triwulan III 2014

juga ditengarai masih memberikan dampak terhadap

kenaikan inflasi kelompok ini.

Di sisi lain, inflasi tahunan subkelompok

p e r l e n g k a p a n r u m a h t a n g g a d a n

penyelenggaraan rumah tangga mengalami

penurunan di triwulan IV 2014. Inflasi triwulanan

subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga

mengalami penurunan dari 1,17% (qtq) pada triwulan

III menjadi sebesar 0,90% (qtq) di triwulan IV. Dengan

demikian, terlihat bahwa kenaikan inflasi tahunan

maupun triwulanan pada kelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar lebih didorong oleh

kenaikan harga pada komoditas-komoditas

administered prices.

2.2.4. Kelompok Lainnya

Hampir seluruh kelompok mengalami kenaikan

inflasi tahunan dan juga triwulanan jika

d iband ingkan dengan per iode laporan

sebelumnya. Kelompok yang mengalami kenaikan

inflasi tahunan yang paling tinggi adalah kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan serta

kelompok bahan makanan. Kedua kelompok tersebut

juga merupakan kelompok-kelompok yang mengalami

kenaikan inflasi triwulanan yang signifikan. Sementara

30 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 47: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kenaikan inflasi tahunan volatile foods terutama

disumbang oleh kenaikan inflasi subkelompok

bumbu-bumbuan. Kenaikan inflasi tahunan terjadi

pada hampir semua subkelompok penyusun kelompok

volatile foods, terutama pada subkelompok bumbu-

bumbuan yang mengalami deflasi sebesar -13,10%

(yoy) pada triwulan III 2013 menjadi 41,38% (yoy) pada

triwulan laporan. Di sisi lain, subkelompok yang

mengalami penurunan diantaranya subkelompok

daging dan hasil-hasilnya, subkelompok lemak dan

minyak, subkelompok buah-buahan, dan subkelompok

kacang-kacangan.

Komoditas penyumbang inflasi volatile foods

terbesar adalah cabai merah. Tekanan inflasi

terutama didorong oleh terbatasnya pasokan cabai

merah di akhir tahun. Terbatasnya pasokan karena

2.3.1. Kelompok Volatile foodsInflasi tahunan volatile foods naik dibandingkan

periode sebelumnya. Inflasi volatile foods naik dari

4,25% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 11,49% (yoy)

di triwulan IV. Meski mengalami kenaikan yang

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

secara tahunan capaian inflasi volatile foods tahun

2014 masih berada di bawah tahun 2013 sebesar

14,01% (yoy).

Inflasi triwulanan kelompok volatile foods

p e r i o d e l a p o r a n t e rc a t a t l e b i h t i n g g i

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Inflasi pada triwulan IV 2014 sebesar

7,54% (qtq) lebih tinggi dari triwulan IV 2013 sebesar

0,56% (qtq). Angka tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata historisnya (Grafik 2.8).

I II III IV I II III IV

2013 2014

02468

1012141618

I II III IV

2012

% YOY

Disagregasi Inflasi TahunanGrafik 2.5

CORE VF ADM PRICE

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi BulananGrafik 2.6

-4

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

% MTM

CORE VF ADM PRICE

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi Bulanan KelompokVolatile Foods 2012-2014

Grafik 2.7

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% MTM

RATA-RATA 2009-2013 2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Inflasi TriwulananKelompok Volatile Foods Triwulan IV

Grafik 2.8

1,490,72 0,56

7,54

Rata-rata2009-2013

2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

31PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

dan kelompok sandang mengalami kenaikan inflasi

tahunan maupun triwulanan yang tidak terlalu

signifikan. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah

raga mengalami penurunan inflasi triwulanan yang

ditengarai terjadi terkait dengan berakhirnya musim

penerimaan tahun ajaran baru untuk berbagai tingkat

pendidikan.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau mengalami kenaikan inflasi tahunan dari

5,61% (yoy) pada triwulan III menjadi 5,85% (yoy) pada

triwulan IV. Secara triwulanan, inflasi kelompok

tersebut mengalami kenaikan dari 1,40% (qtq) pada

triwulan III menjadi 2,08% (qtq) pada triwulan IV.

Kelompok sandang juga mengalami kenaikan inflasi

tahunan dari 1,87% (yoy) pada triwulan III menjadi

2,62% (yoy) pada triwulan IV. Secara triwulanan, inflasi

kelompok tersebut juga mengalami kenaikan dari

0,62% (qtq) menjadi 0,70% (qtq). Sementara

kelompok kesehatan juga mengalami kenaikan inflasi

tahunan dari 3,87% (yoy) pada triwulan III menjadi

4,54% (yoy) pada triwulan IV. Di sisi lain, inflasi

triwulanan kelompok kesehatan cenderung stabil,

yakni sebesar 1,11% (qtq) pada triwulan III dan 1,12%

(qtq) pada triwulan IV.

2.3. Disagregasi InflasiBerdasarkan disagregasinya, inflasi di semua

kelompok mengalami kenaikan di triwulan

laporan. Kenaikan yang paling signifikan berasal dari

kelompok administered prices yakni dari 6,69% (yoy)

menjadi 15,37% (yoy) terkait inflasi yang cukup tinggi

di November 2014 pasca kenaikan BBM. Kelompok

volatile foods juga mengalami kenaikan yang signifikan

dari 4,25% (yoy) menjadi 11,49% (yoy). Sementara

kelompok inti juga mengalami kenaikan dari 4,17%

(yoy) menjadi 5,01% (yoy) (Grafik 2.5).

2.2.3. Kelompok Perumahan Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar

Inflasi kelompok ini naik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, dari 5,20% (yoy) menjadi

8,09% (yoy). Secara triwulanan, inflasi kelompok ini

juga mengalami kenaikan, dari 1,61% (qtq) menjadi

2,67% (qtq). Kenaikan inflasi kelompok perumahan,

air, listrik, gas, dan bahan bakar sebagian besar

disumbang oleh kenaikan inflasi subkelompok bahan

bakar, penerangan, dan air. Hal tersebut ditengarai

terjadi sejalan dengan kenaikan harga BBM pada bulan

November 2014. Sumbangan kenaikan inflasi yang

berasal dari kenaikan tarif listrik pada triwulan III 2014

juga ditengarai masih memberikan dampak terhadap

kenaikan inflasi kelompok ini.

Di sisi lain, inflasi tahunan subkelompok

p e r l e n g k a p a n r u m a h t a n g g a d a n

penyelenggaraan rumah tangga mengalami

penurunan di triwulan IV 2014. Inflasi triwulanan

subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga

mengalami penurunan dari 1,17% (qtq) pada triwulan

III menjadi sebesar 0,90% (qtq) di triwulan IV. Dengan

demikian, terlihat bahwa kenaikan inflasi tahunan

maupun triwulanan pada kelompok perumahan, air,

listrik, gas, dan bahan bakar lebih didorong oleh

kenaikan harga pada komoditas-komoditas

administered prices.

2.2.4. Kelompok Lainnya

Hampir seluruh kelompok mengalami kenaikan

inflasi tahunan dan juga triwulanan jika

d iband ingkan dengan per iode laporan

sebelumnya. Kelompok yang mengalami kenaikan

inflasi tahunan yang paling tinggi adalah kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan serta

kelompok bahan makanan. Kedua kelompok tersebut

juga merupakan kelompok-kelompok yang mengalami

kenaikan inflasi triwulanan yang signifikan. Sementara

30 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 48: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

-15

-10

-5

0

5

10

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

2014

Minyak Goreng

CPO

% MTM

Perkembangan Inflasi Bulanan Minyak Gorengdan Perkembangan Harga CPO

Grafik 2.14

Sumber : BPS dan Bloomberg, diolah

MINYAK GORENG CPO-4

-2

-0

2

4

6

8

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

% MTM

Perkembangan Inflasi Bulanan Daging KambingGrafik 2.13

2011 2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Kenaikan inflasi kelompok administered prices

didorong oleh naiknya inflasi subkelompok

transpor. Inflasi di subkelompok ini meningkat

terutama didorong oleh naiknya tarif transportasi pasca

kenaikan harga BBM bersubsidi. Penyesuaian harga

BBM di bulan November menyebabkan inflasi

subkelompok transpor naik dengan signifikan. Sejak 18

November 2014, Pemerintah menyesuaikan harga BBM

jenis premium, dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.500

per liter atau naik sebesar 30,77%. Selain itu,

pemerintah juga menyesuaikan harga BBM jenis solar

dari Rp5.500 per liter menjadi Rp7.500 per liter.

Kenaikan ini memberikan dampak baru terhadap

tekanan inflasi akibat kenaikan BBM yang sudah mulai

hilang sejak kenaikan BBM pertengahan tahun 2013.

2.3.2. Kelompok Administered PricesInflasi kelompok administered prices juga

mengalami kenaikan pada periode laporan. Inflasi

kelompok administered prices pada triwulan IV 2014

naik signifikan dari 2,09% (yoy) pada triwulan III

menjadi 9,67% (yoy) pada triwulan IV. Hal tersebut

berbeda dengan pola tahun lalu, dimana kenaikan

harga BBM terjadi di bulan Juni sementara pada tahun

ini kenaikan BBM terjadi di pertengahan bulan

November. Dengan demikian, pengaruh dari kenaikan

harga BBM tersebut masih memberikan dampak yang

signifikan di bulan Desember. Bila dibandingkan

dengan rata-rata inflasi triwulanan pada periode yang

sama tahun 2009 sampai dengan 2013, inflasi

triwulanan kelompok administered prices tahun ini juga

lebih tinggi (Grafik 2.15).

Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Adminitered Prices

Grafik 2.16

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

% YOY

TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR TRANSPOR

Perkembangan Inflasi TriwulananKelompok Adminitered Prices Triwulan IV

Grafik 2.15

0,55 0,461,42

9,67

Des-12Rata-rata2009-2013 Des-13 Des-14

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

33PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

pada bulan Desember, komoditas ini menyumbang

deflasi bulanan terbesar dengan sumbangan sebesar -

0,1661%.

Komoditas minyak goreng dan santan jadi turut

mendorong ke bawah inflasi tahunan volatile

foods pada triwulan III maupun triwulan IV.

Komoditas yang membantu penurunan tekanan inflasi

adalah minyak goreng dan santan jadi. Pada Oktober

dan Desember minyak goreng merupakan salah satu

penyumbang deflasi bulanan terbesar. Sementara pada

bulan Desember komponen santan jadi juga turut

mengalami deflasi. Deflasi yang terjadi pada minyak

goreng, sejalan dengan turunnya harga CPO

Internasional (Grafik 2.14).

pengaruh musim yang kurang baik di triwulan laporan

serta preferensi petani untuk mengurangi penanaman

cabai akibat harga yang murah di periode sebelumnya.

Sehingga komoditas cabai ini menjadi penyumbang

inflasi terbesar di kelompok volatile foods selama

triwulan IV.

Subkelompok penyumbang deflasi terbesar

adalah subkelompok daging dan hasil-hasilnya.

Pada triwulan III 2014 kelompok ini mengalami inflasi

sebesar 3,09% (yoy), sementara pada triwulan IV 2014

kelompok ini mengalami inflasi sebesar 1,50% (yoy).

Adapun komoditas penyumbang utamanya adalah

komoditas daging ayam ras yang mengalami

penurunan harga pada bulan Oktober dan November

dengan sumbangan sebesar -0,0117%. Sementara

Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Foods

Grafik 2.9

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

5

10

15

20

25 % YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Foods

Grafik 2.10

SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN

BUMBU-BUMBUAN

BUAH-BUAHAN

LEMAK DAN MINYAK

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-20

0

20

40

60

80

100

120 % YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

-15

-10

-5

0

5

10

15

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

% MTM

Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Ayam RasGrafik 2.12

Sumber : BPS dan Bloomberg, diolah

2011 2012 2013 2014

Perkembangan Inflasi Bulanan Cabai MerahGrafik 2.11

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

% MTM

2011 2012 2013 2014

32 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 49: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

-15

-10

-5

0

5

10

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

2014

Minyak Goreng

CPO

% MTM

Perkembangan Inflasi Bulanan Minyak Gorengdan Perkembangan Harga CPO

Grafik 2.14

Sumber : BPS dan Bloomberg, diolah

MINYAK GORENG CPO-4

-2

-0

2

4

6

8

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

% MTM

Perkembangan Inflasi Bulanan Daging KambingGrafik 2.13

2011 2012 2013 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Kenaikan inflasi kelompok administered prices

didorong oleh naiknya inflasi subkelompok

transpor. Inflasi di subkelompok ini meningkat

terutama didorong oleh naiknya tarif transportasi pasca

kenaikan harga BBM bersubsidi. Penyesuaian harga

BBM di bulan November menyebabkan inflasi

subkelompok transpor naik dengan signifikan. Sejak 18

November 2014, Pemerintah menyesuaikan harga BBM

jenis premium, dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.500

per liter atau naik sebesar 30,77%. Selain itu,

pemerintah juga menyesuaikan harga BBM jenis solar

dari Rp5.500 per liter menjadi Rp7.500 per liter.

Kenaikan ini memberikan dampak baru terhadap

tekanan inflasi akibat kenaikan BBM yang sudah mulai

hilang sejak kenaikan BBM pertengahan tahun 2013.

2.3.2. Kelompok Administered PricesInflasi kelompok administered prices juga

mengalami kenaikan pada periode laporan. Inflasi

kelompok administered prices pada triwulan IV 2014

naik signifikan dari 2,09% (yoy) pada triwulan III

menjadi 9,67% (yoy) pada triwulan IV. Hal tersebut

berbeda dengan pola tahun lalu, dimana kenaikan

harga BBM terjadi di bulan Juni sementara pada tahun

ini kenaikan BBM terjadi di pertengahan bulan

November. Dengan demikian, pengaruh dari kenaikan

harga BBM tersebut masih memberikan dampak yang

signifikan di bulan Desember. Bila dibandingkan

dengan rata-rata inflasi triwulanan pada periode yang

sama tahun 2009 sampai dengan 2013, inflasi

triwulanan kelompok administered prices tahun ini juga

lebih tinggi (Grafik 2.15).

Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Adminitered Prices

Grafik 2.16

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

% YOY

TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR TRANSPOR

Perkembangan Inflasi TriwulananKelompok Adminitered Prices Triwulan IV

Grafik 2.15

0,55 0,461,42

9,67

Des-12Rata-rata2009-2013 Des-13 Des-14

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

33PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

pada bulan Desember, komoditas ini menyumbang

deflasi bulanan terbesar dengan sumbangan sebesar -

0,1661%.

Komoditas minyak goreng dan santan jadi turut

mendorong ke bawah inflasi tahunan volatile

foods pada triwulan III maupun triwulan IV.

Komoditas yang membantu penurunan tekanan inflasi

adalah minyak goreng dan santan jadi. Pada Oktober

dan Desember minyak goreng merupakan salah satu

penyumbang deflasi bulanan terbesar. Sementara pada

bulan Desember komponen santan jadi juga turut

mengalami deflasi. Deflasi yang terjadi pada minyak

goreng, sejalan dengan turunnya harga CPO

Internasional (Grafik 2.14).

pengaruh musim yang kurang baik di triwulan laporan

serta preferensi petani untuk mengurangi penanaman

cabai akibat harga yang murah di periode sebelumnya.

Sehingga komoditas cabai ini menjadi penyumbang

inflasi terbesar di kelompok volatile foods selama

triwulan IV.

Subkelompok penyumbang deflasi terbesar

adalah subkelompok daging dan hasil-hasilnya.

Pada triwulan III 2014 kelompok ini mengalami inflasi

sebesar 3,09% (yoy), sementara pada triwulan IV 2014

kelompok ini mengalami inflasi sebesar 1,50% (yoy).

Adapun komoditas penyumbang utamanya adalah

komoditas daging ayam ras yang mengalami

penurunan harga pada bulan Oktober dan November

dengan sumbangan sebesar -0,0117%. Sementara

Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Foods

Grafik 2.9

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

5

10

15

20

25 % YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi TahunanKelompok Volatile Foods

Grafik 2.10

SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN

BUMBU-BUMBUAN

BUAH-BUAHAN

LEMAK DAN MINYAK

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-20

0

20

40

60

80

100

120 % YOY

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

-15

-10

-5

0

5

10

15

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

% MTM

Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Ayam RasGrafik 2.12

Sumber : BPS dan Bloomberg, diolah

2011 2012 2013 2014

Perkembangan Inflasi Bulanan Cabai MerahGrafik 2.11

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

% MTM

2011 2012 2013 2014

32 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 50: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

tekanan faktor eksternal terhadap inflasi. Rata-rata nilai

tukar Rupiah pada triwulan IV 2014 sebesar

Rp12.245,34, atau melemah dibandingkan triwulan

sebelumnya yakni Rp11.684,07.

Perkembangan harga beberapa komoditas pangan

internasional di tr iwulan IV bers ifat mixed.

Pertumbuhan tahunan harga minyak kelapa sawit

melambat, sementara untuk beras naik namun masih

tercatat negatif atau lebih rendah dibandingkan tahun

lalu.

2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa TengahSecara umum, kenaikan inflasi terjadi di seluruh kota

yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Dibandingkan

dengan periode pelaporan sebelumnya, kenaikan

inflasi tahunan terbesar terjadi di Kota Tegal yang

sebelumnya pada triwulan III memiliki tingkat inflasi

sebesar 3,78% (yoy) menjadi 7,40% (yoy). Sementara

kenaikan terkecil terjadi di Kota Cilacap, yaitu dari

7,67% (yoy) menjadi 8,19% (yoy) (Grafik 2.18).

Ekspektasi inflasi menunjukkan penurunan di

bulan Oktober, namun kembali naik di bulan

November dan Desember. Kenaikan tersebut

ditengarai terjadi terkait dengan isu kenaikan harga

BBM di akhir tahun 2014. Namun demikian, ekspektasi

harga konsumen 6 bulan yang akan datang memiliki

tren yang menurun di bulan November dan Desember.

Sementara bila dilihat dari sisi pedagang, terlihat

bahwa ekspektasi harga yang akan datang pada

periode laporan cenderung mengalami kenaikan

dibandingkan dengan periode sebelumnya (Grafik

2.16).

Tekanan inflasi dari faktor eksternal mengalami

kenaikan pada triwulan IV 2014. Tekanan imported

inflation yang tercermin dari kelompok inti traded pada

periode laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan periode laporan sebelumnya.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs tengah Bank

Indonesia) yang melemah pada triwulan IV menambah

Perkembangan Harga Komoditas Internasional Grafik 2.24

MINYAK KELAPA SAWIT BERAS EMAS

Sumber : Bloomberg

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

% YOY

Indeks Ekspektasi Harga Pedagang EceranGrafik 2.22

120

130

140

150

160

170

180

190

3 bulan yad 6 bulan yad

INDEKS

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014

4 5 6 7

2013

BULAN YAD3 BULAN YAD

Sumber : Survei Pedagang Eceran, Bank Indonesia

Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 2.21

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014

160

165

170

175

180

185

190

195

200

4 5 6 7

INDEKS

2013

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded Grafik 2.23

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

I II III IV

% QTQ

II III IV

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

I II III IV I

% YOY

2012 2013 2014

QTQ (SKALA KANAN) YOY

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

35PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

2.3.3. Kelompok IntiSeperti halnya inflasi kelompok volatile foods dan

kelompok administered prices, inflasi kelompok inti

juga mengalami kenaikan. Namun demikian, inflasi inti

tidak mengalami kenaikan yang signifikan seperti

halnya inflasi kelompok volatile foods dan administered

prices. Inflasi kelompok inti naik dari 4,17% (yoy) pada

triwulan III menjadi 5,01% (yoy) pada periode laporan.

Naiknya permintaan domestik tercermin dari

perkembangan inflasi inti nontraded. Inflasi

tahunan inti nontraded tercatat mengalami kenaikan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tekanan

dari output gap relatif minimal dan cenderung turun

(Grafik 2.20).

Beberapa indikator yang mengkofirmasi terbatasnya

permintaan diantaranya kredit konsumsi rumah tangga

yang melambat dan menurunnya perkembangan

kegiatan usaha industri pengolahan nonmigas hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha.

Sesuai dengan Permenhub No PM 57 Tahun 2014,

Menteri Perhubungan menetapkan kenaikan tarif

transportasi antar provinsi maksimal sebesar 10%. Di

sisi lain, di lingkup Provinsi Jawa Tengah, kenaikan

harga BBM tersebut direspon oleh Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah sesuai dengan kesepakatan yang telah

dibuat oleh Dishubkominfo Jateng dan Organisasi

Angkutan Darat Jateng dengan menetapkan batas

bawah transportasi Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

Rp 109 per kilometer per penumpang dan batas atas Rp

177 per kilometer per penumpang. Kedua hal tersebut

menjadi pendorong utama kenaikan inflasi di

subkelompok transpor. Selain subkelompok transpor,

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol juga

mengalami kenaikan, namun t idak sebesar

subkelompok transpor. Naiknya inflasi di kelompok

tersebut dikarenakan kenaikan harga rokok pasca

kenaikan cukai rokok yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan sebesar 8,72%. Sementara itu, inflasi

tahunan subkelompok bahan bakar, penerangan dan

air memiliki tren yang naik sejak tahun 2013 (Grafik

2.16).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

30

25

20

15

10

5

-

-5

% YOY

Perkembangan Inflasi Bulanan Komoditas BensinGrafik 2.17 Inflasi Bulanan November Subkelompok Transpor Grafik 2.18

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

16

14

12

10

8

6

4

2

0

% MTM

CIL

AC

AP

PURW

OK

ERTO

KU

DU

S

SURA

KA

RTA

SEM

ARA

NG

TEG

AL

OKT - 2014 NOV - 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan EkonomiTahunan, dan Inflasi Inti Nontraded

Grafik 2.20

I II III IV I II III IV

2013 2014

0

7

6

5

4

3 I II III IV

2012

5%

4%

3%

2%

1%

0%

-1%

-2%

-3%

-4%

INFLASI INTI NONTRADEDPDRB YOY OUTPUT GAP-SKALA KANAN

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perkembangan Inflasi TriwulananKelompok Inti Triwulan IV

Grafik 2.19

0,550,42

0,65

1,45

Des-12Rata-rata

2009-2013 Des-13 Des-14

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

34 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 51: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

tekanan faktor eksternal terhadap inflasi. Rata-rata nilai

tukar Rupiah pada triwulan IV 2014 sebesar

Rp12.245,34, atau melemah dibandingkan triwulan

sebelumnya yakni Rp11.684,07.

Perkembangan harga beberapa komoditas pangan

internasional di tr iwulan IV bers ifat mixed.

Pertumbuhan tahunan harga minyak kelapa sawit

melambat, sementara untuk beras naik namun masih

tercatat negatif atau lebih rendah dibandingkan tahun

lalu.

2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa TengahSecara umum, kenaikan inflasi terjadi di seluruh kota

yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Dibandingkan

dengan periode pelaporan sebelumnya, kenaikan

inflasi tahunan terbesar terjadi di Kota Tegal yang

sebelumnya pada triwulan III memiliki tingkat inflasi

sebesar 3,78% (yoy) menjadi 7,40% (yoy). Sementara

kenaikan terkecil terjadi di Kota Cilacap, yaitu dari

7,67% (yoy) menjadi 8,19% (yoy) (Grafik 2.18).

Ekspektasi inflasi menunjukkan penurunan di

bulan Oktober, namun kembali naik di bulan

November dan Desember. Kenaikan tersebut

ditengarai terjadi terkait dengan isu kenaikan harga

BBM di akhir tahun 2014. Namun demikian, ekspektasi

harga konsumen 6 bulan yang akan datang memiliki

tren yang menurun di bulan November dan Desember.

Sementara bila dilihat dari sisi pedagang, terlihat

bahwa ekspektasi harga yang akan datang pada

periode laporan cenderung mengalami kenaikan

dibandingkan dengan periode sebelumnya (Grafik

2.16).

Tekanan inflasi dari faktor eksternal mengalami

kenaikan pada triwulan IV 2014. Tekanan imported

inflation yang tercermin dari kelompok inti traded pada

periode laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan periode laporan sebelumnya.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs tengah Bank

Indonesia) yang melemah pada triwulan IV menambah

Perkembangan Harga Komoditas Internasional Grafik 2.24

MINYAK KELAPA SAWIT BERAS EMAS

Sumber : Bloomberg

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

% YOY

Indeks Ekspektasi Harga Pedagang EceranGrafik 2.22

120

130

140

150

160

170

180

190

3 bulan yad 6 bulan yad

INDEKS

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014

4 5 6 7

2013

BULAN YAD3 BULAN YAD

Sumber : Survei Pedagang Eceran, Bank Indonesia

Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 2.21

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014

160

165

170

175

180

185

190

195

200

4 5 6 7

INDEKS

2013

EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YADEKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded Grafik 2.23

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

I II III IV

% QTQ

II III IV

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

I II III IV I

% YOY

2012 2013 2014

QTQ (SKALA KANAN) YOY

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

35PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

2.3.3. Kelompok IntiSeperti halnya inflasi kelompok volatile foods dan

kelompok administered prices, inflasi kelompok inti

juga mengalami kenaikan. Namun demikian, inflasi inti

tidak mengalami kenaikan yang signifikan seperti

halnya inflasi kelompok volatile foods dan administered

prices. Inflasi kelompok inti naik dari 4,17% (yoy) pada

triwulan III menjadi 5,01% (yoy) pada periode laporan.

Naiknya permintaan domestik tercermin dari

perkembangan inflasi inti nontraded. Inflasi

tahunan inti nontraded tercatat mengalami kenaikan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tekanan

dari output gap relatif minimal dan cenderung turun

(Grafik 2.20).

Beberapa indikator yang mengkofirmasi terbatasnya

permintaan diantaranya kredit konsumsi rumah tangga

yang melambat dan menurunnya perkembangan

kegiatan usaha industri pengolahan nonmigas hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha.

Sesuai dengan Permenhub No PM 57 Tahun 2014,

Menteri Perhubungan menetapkan kenaikan tarif

transportasi antar provinsi maksimal sebesar 10%. Di

sisi lain, di lingkup Provinsi Jawa Tengah, kenaikan

harga BBM tersebut direspon oleh Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah sesuai dengan kesepakatan yang telah

dibuat oleh Dishubkominfo Jateng dan Organisasi

Angkutan Darat Jateng dengan menetapkan batas

bawah transportasi Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

Rp 109 per kilometer per penumpang dan batas atas Rp

177 per kilometer per penumpang. Kedua hal tersebut

menjadi pendorong utama kenaikan inflasi di

subkelompok transpor. Selain subkelompok transpor,

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol juga

mengalami kenaikan, namun t idak sebesar

subkelompok transpor. Naiknya inflasi di kelompok

tersebut dikarenakan kenaikan harga rokok pasca

kenaikan cukai rokok yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan sebesar 8,72%. Sementara itu, inflasi

tahunan subkelompok bahan bakar, penerangan dan

air memiliki tren yang naik sejak tahun 2013 (Grafik

2.16).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

30

25

20

15

10

5

-

-5

% YOY

Perkembangan Inflasi Bulanan Komoditas BensinGrafik 2.17 Inflasi Bulanan November Subkelompok Transpor Grafik 2.18

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

16

14

12

10

8

6

4

2

0

% MTM

CIL

AC

AP

PURW

OK

ERTO

KU

DU

S

SURA

KA

RTA

SEM

ARA

NG

TEG

AL

OKT - 2014 NOV - 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan EkonomiTahunan, dan Inflasi Inti Nontraded

Grafik 2.20

I II III IV I II III IV

2013 2014

0

7

6

5

4

3 I II III IV

2012

5%

4%

3%

2%

1%

0%

-1%

-2%

-3%

-4%

INFLASI INTI NONTRADEDPDRB YOY OUTPUT GAP-SKALA KANAN

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perkembangan Inflasi TriwulananKelompok Inti Triwulan IV

Grafik 2.19

0,550,42

0,65

1,45

Des-12Rata-rata

2009-2013 Des-13 Des-14

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

34 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 52: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kebijakan pemerintah dalam penentuan harga beberapa

komoditas energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM),

Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan elpiji tentunya dimaksudkan

untuk mendorong perekonomian berkesinambungan

dengan inflasi yang rendah dan stabil. Contohnya,

pengurangan subsidi BBM dapat dialihkan ke sektor

produktif yang mendorong perekonomian. Namun,

seringkali kebijakan tersebut menimbulkan keresahan

pada masyarakat, peningkatan inflasi, atau pun

penurunan daya beli.

BBM

Kebijakan terkait harga BBM seringkali menimbulkan

gejolak keresahan masyarakat. Hal ini dikarenakan

kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga

komoditas lainnya secara signifikan. Pada tahun 2013,

tepatnya 22 Juni 2013, penyesuaian harga BBM memicu

lonjakan inflasi ke angka 7,99% (yoy) dari 4,24% (yoy) di

tahun 2012.

Pada tahun 2014, tepatnya 18 November 2014,

penyesuaian harga BBM kembali dilakukan. Harga

premium mengalami kenaikan sebesar 30,77% menjadi

Rp8.500 per liter, sedangkan solar 36,36% menjadi

Rp7.500 per liter. Seperti tahun 2013, kenaikan harga

BBM ini pun mendorong peningkatan inflasi yang tinggi.

Inflasi 2014 tercatat sebesar 8,22% (yoy) di akhir tahun

2014. Kenaikan harga BBM ini memberikan sumbangan

dampak terhadap kenaikan inflasi sebesar 2,02% yang

terbagi di November dan Desember 2014. Dampak

tersebut tertransmisikan secara langsung dengan

kenaikan komoditas bensin dan solar, serta secara tidak

langsung melalui kenaikan tarif angkutan dan harga

komodiitas lainnya khususnya pada kelompok volatile

foods.

Kemudian, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 4

tahun 2015, perhitungan harga BBM akan dilakukan

dengan mempertimbangkan harga indeks pasar, dan

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Penetapan

harga ini dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam

sebulan. Pada 1 Januari 2015 harga BBM turun ke

Rp7.900 per liter untuk premium, dan Rp7.250 per liter

untuk solar, kemudian 19 Januari 2015, harga BBM

kembali turun ke level Rp6.700 dan Rp6.500 per liter.

Penurunan harga BBM ini memberikan sumbangan

dampak terhadap penurunan inflasi sebesar 1,06% di

Januari. Penurunan harga BBM ini diperkirakan akan

memberikan tambahan sumbangan sebesar -0,32%

terhadap inflasi di Februari.

Sumbangan penurunan harga BBM terhadap deflasi

diperkirakan sebesar 1,38%, lebih kecil dibandingkan

sumbangan kenaikan harga BBM, atau dengan kata lain

harga komoditas tidak dapat kembali di harga semula.

Hal ini ditengarai karena rigiditas harga pada pelaku

usaha. Dari hasil quick survey BI kepada pelaku usaha

pada saat kenaikan BBM November 2014, diperoleh

sebanyak 31% responden menyatakan melakukan

penyesuaian harga jual dengan besaran rata-rata 8%.

Sedangkan, pasca penurunan harga BBM Januari 2015,

hanya 7% dari responden yang menyatakan melakukan

penyesuaian harga, dan 93% responden lainnya

menyatakan tetap mempertahankan harga jual.

Harga barang yang tinggi ini menimbulkan penurunan

daya beli masyarakat yang dapat dilihat pada hasil survei

konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (Grafik

2), indeks keyakinan konsumen yang meningkat sejak

Mei 2014 mengalami penurunan pasca kenaikan harga

BBM.

SUPLEMEN III

37PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

ISU STRATEGIS. DAMPAK KEBIJAKAN ADMINISTERED PRICESTERHADAP INFLASI JAWA TENGAH

Perkembangan Inflasi TahunanGrafik 2.26

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

2

4

6

8

10

12

II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014

% YOY

2012

Inflasi Tahunan Triwulan IV 2014Grafik 2.25

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

8,598,01

8,53

7,4

Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal

7,09

8,19

6

7

8

9

Cilacap

% YOY

INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL

Bensin menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar

di hampir seluruh kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini

sebagai dampak kenaikan harga BBM di bulan

November 2014. Selain bensin, cabai merah dan beras

juga menjadi komoditas penyumbang inflasi yang

signifikan di berbagai kota di Jawa Tengah. Komoditas

bensin, beras, dan cabai merah selalu tercatat sebagai 5

besar komoditas penyumbang inflasi terbesar di kota-

kota yang disurvei oleh BPS.

Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah

cenderung mengalami penurunan. Pada triwulan

sebelumnya, selisih tingkat inflasi antara kota yang

memiliki inflasi tertinggi dan terendah mencapai

3,89%. Namun demikian, pada periode pelaporan ini

selisih tingkat inflasi antara kota yang memiliki inflasi

tertinggi dan terendah mengalami penurunan menjadi

sebesar 1,50%. Inflasi tertinggi terjadi di Kudus yang

kemudian diikuti oleh Semarang dengan tingkat inflasi

masing-masing sebesar 8,59% (yoy) dan 8,53% (yoy).

Sementara inflasi terendah terjadi di Purwokerto

dengan tingkat inflasi sebesar 7,09% (yoy).

Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa KeuanganGrafik 2.28

14

12

10

8

6

4

2

0

% YOY

CIL

AC

AP

PURW

OK

ERTO

KU

DU

S

SURA

KA

RTA

SEM

ARA

NG

TEG

AL

Tw III 2014 Tw IV 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Inflasi Tahunan KotaGrafik 2.27

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

14

12

10

8

6

4

2

0

CIL

AC

AP

PURW

OK

ERTO

KU

DU

S

SURA

KA

RTA

SEM

ARA

NG

TEG

AL

OKT - 2014 NOV - 2014

36 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 53: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kebijakan pemerintah dalam penentuan harga beberapa

komoditas energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM),

Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan elpiji tentunya dimaksudkan

untuk mendorong perekonomian berkesinambungan

dengan inflasi yang rendah dan stabil. Contohnya,

pengurangan subsidi BBM dapat dialihkan ke sektor

produktif yang mendorong perekonomian. Namun,

seringkali kebijakan tersebut menimbulkan keresahan

pada masyarakat, peningkatan inflasi, atau pun

penurunan daya beli.

BBM

Kebijakan terkait harga BBM seringkali menimbulkan

gejolak keresahan masyarakat. Hal ini dikarenakan

kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga

komoditas lainnya secara signifikan. Pada tahun 2013,

tepatnya 22 Juni 2013, penyesuaian harga BBM memicu

lonjakan inflasi ke angka 7,99% (yoy) dari 4,24% (yoy) di

tahun 2012.

Pada tahun 2014, tepatnya 18 November 2014,

penyesuaian harga BBM kembali dilakukan. Harga

premium mengalami kenaikan sebesar 30,77% menjadi

Rp8.500 per liter, sedangkan solar 36,36% menjadi

Rp7.500 per liter. Seperti tahun 2013, kenaikan harga

BBM ini pun mendorong peningkatan inflasi yang tinggi.

Inflasi 2014 tercatat sebesar 8,22% (yoy) di akhir tahun

2014. Kenaikan harga BBM ini memberikan sumbangan

dampak terhadap kenaikan inflasi sebesar 2,02% yang

terbagi di November dan Desember 2014. Dampak

tersebut tertransmisikan secara langsung dengan

kenaikan komoditas bensin dan solar, serta secara tidak

langsung melalui kenaikan tarif angkutan dan harga

komodiitas lainnya khususnya pada kelompok volatile

foods.

Kemudian, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 4

tahun 2015, perhitungan harga BBM akan dilakukan

dengan mempertimbangkan harga indeks pasar, dan

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Penetapan

harga ini dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam

sebulan. Pada 1 Januari 2015 harga BBM turun ke

Rp7.900 per liter untuk premium, dan Rp7.250 per liter

untuk solar, kemudian 19 Januari 2015, harga BBM

kembali turun ke level Rp6.700 dan Rp6.500 per liter.

Penurunan harga BBM ini memberikan sumbangan

dampak terhadap penurunan inflasi sebesar 1,06% di

Januari. Penurunan harga BBM ini diperkirakan akan

memberikan tambahan sumbangan sebesar -0,32%

terhadap inflasi di Februari.

Sumbangan penurunan harga BBM terhadap deflasi

diperkirakan sebesar 1,38%, lebih kecil dibandingkan

sumbangan kenaikan harga BBM, atau dengan kata lain

harga komoditas tidak dapat kembali di harga semula.

Hal ini ditengarai karena rigiditas harga pada pelaku

usaha. Dari hasil quick survey BI kepada pelaku usaha

pada saat kenaikan BBM November 2014, diperoleh

sebanyak 31% responden menyatakan melakukan

penyesuaian harga jual dengan besaran rata-rata 8%.

Sedangkan, pasca penurunan harga BBM Januari 2015,

hanya 7% dari responden yang menyatakan melakukan

penyesuaian harga, dan 93% responden lainnya

menyatakan tetap mempertahankan harga jual.

Harga barang yang tinggi ini menimbulkan penurunan

daya beli masyarakat yang dapat dilihat pada hasil survei

konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (Grafik

2), indeks keyakinan konsumen yang meningkat sejak

Mei 2014 mengalami penurunan pasca kenaikan harga

BBM.

SUPLEMEN III

37PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

ISU STRATEGIS. DAMPAK KEBIJAKAN ADMINISTERED PRICESTERHADAP INFLASI JAWA TENGAH

Perkembangan Inflasi TahunanGrafik 2.26

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

2

4

6

8

10

12

II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014

% YOY

2012

Inflasi Tahunan Triwulan IV 2014Grafik 2.25

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

8,598,01

8,53

7,4

Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal

7,09

8,19

6

7

8

9

Cilacap

% YOY

INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL

Bensin menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar

di hampir seluruh kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini

sebagai dampak kenaikan harga BBM di bulan

November 2014. Selain bensin, cabai merah dan beras

juga menjadi komoditas penyumbang inflasi yang

signifikan di berbagai kota di Jawa Tengah. Komoditas

bensin, beras, dan cabai merah selalu tercatat sebagai 5

besar komoditas penyumbang inflasi terbesar di kota-

kota yang disurvei oleh BPS.

Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah

cenderung mengalami penurunan. Pada triwulan

sebelumnya, selisih tingkat inflasi antara kota yang

memiliki inflasi tertinggi dan terendah mencapai

3,89%. Namun demikian, pada periode pelaporan ini

selisih tingkat inflasi antara kota yang memiliki inflasi

tertinggi dan terendah mengalami penurunan menjadi

sebesar 1,50%. Inflasi tertinggi terjadi di Kudus yang

kemudian diikuti oleh Semarang dengan tingkat inflasi

masing-masing sebesar 8,59% (yoy) dan 8,53% (yoy).

Sementara inflasi terendah terjadi di Purwokerto

dengan tingkat inflasi sebesar 7,09% (yoy).

Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa KeuanganGrafik 2.28

14

12

10

8

6

4

2

0

% YOY

CIL

AC

AP

PURW

OK

ERTO

KU

DU

S

SURA

KA

RTA

SEM

ARA

NG

TEG

AL

Tw III 2014 Tw IV 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Inflasi Tahunan KotaGrafik 2.27

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

14

12

10

8

6

4

2

0

CIL

AC

AP

PURW

OK

ERTO

KU

DU

S

SURA

KA

RTA

SEM

ARA

NG

TEG

AL

OKT - 2014 NOV - 2014

36 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Page 54: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Elpiji

Pada September 2014 dan Januari 2015, PT Pertamina

melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kg. Penyesuaian

harga dilakukan agar elpiji 12 kg yang bukan merupakan

barang subs id i pemer intah mencapa i harga

keekonomiannya. Bulan September 2014, harga elpiji

mengalami penyesuaian menjadi Rp114.300 per tabung,

dari sebelumnya Rp92.800 per tabung. Penyesuaian

harga ini memberikan sumbangan langsung sebesar

0,06% terhadap inflasi. Kemudian, awal Januari 2015,

harga elpiji kembali naik menjadi Rp134.700 per tabung.

Namun, 19 Januari 2015, harga elpiji diturunkan menjadi

Rp129.000 per tabung. Penyesuaian di Januari

memberikan sumbangan langsung sebesar 0,08%

terhadap inflasi.

Dikarenakan keterbatasan pengawasan PT Pertamina

yang hanya bisa menjangkau sampai level agen dan

pangkalan, penjualan elpiji di level pengecer lebih sulit

dikontrol yang dapat memungkinkan terjadinya

ketidaktaatan. Contohnya adalah peralihan konsumen

elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg. Berdasarkan hasil quick survey

yang dilakukan oleh Bank Indonesia, lebih dari separuh

responden (60%) menyatakan bahwa terdapat peralihan

permintaan dari elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg. Hal tersebut

terindikasi dari penurunan tingkat permintaan elpiji 12

kg yang diiringi peningkatan permintaan elpiji 3 kg.

Meningkatnya permintaan elpiji 3 kg secara serentak ini

mendorong kelangkaan dan pada akhirnya berujung

pada kenaikan harga.

Untuk menjaga inflasi di tengah tekanan kebijakan

harga-harga ini, Bank Indonesia bersama dengan

pemerintah daerah yang tergabung ke dalam Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sudah memiliki

program seperti mendorong penetapan penurunan tarif

angkutan, penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk

elpiji 3 kg, sosialisasi penggunaan elpiji 12 kg, dan

mendorong pelaksanaan sistem distribusi tertutup untuk

elpiji 3 kg.

SUPLEMEN III

39PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

Dari harga saat ini (premium Rp 6.700 per liter dan solar

Rp 6.500 per liter), penurunan atau kenaikan harga

Rp100 per liter diperkirakan akan memberikan

sumbangan deflasi atau inflasi sebesar 0,07%.

Tarif Tenaga Listrik (TTL)

Sejak Mei 2014, PLN melakukan penyesuaian tarif listrik

setiap dua bulan. Mulai Januari tahun 2015, berdasarkan

Peraturan Menteri ESDM No. 31 tahun 2014, tarif listrik

untuk seluruh golongan akan ditetapkan dengan

metode adjustment atau penyesuaian dengan jangka

w a k t u s e t i a p s a t u b u l a n . P e n y e s u a i a n

mempertimbangkan nilai tukar mata uang dolar Amerika

terhadap mata uang rupiah (kurs), Indonesian Crude

Prices (ICP), serta inflasi.

Berdasarkan hasil quick survey kepada pelaku usaha,

Bank Indonesia menemukan bahwa hanya sekitar 14%

responden yang menaikan harga jual produk mereka

dalam rangka merespons kenaikan tarif listrik ini. Hal ini

menunjukkan bahwa dampak tidak langsung kenaikan

tarif listrik tidak begitu besar. Sedangkan melalui dampak

langsung kenaikan tarif listrik sebesar 10% diperkirakan

dapat memberikan sumbangan sekitar 0,3% terhadap

inflasi.

Melihat pola historis (Grafik 3), sumbangan inflasi terbagi

ke dalam 2 bulan. Sebagian kecil dirasakan pada bulan

pertama (konsumen pra-bayar), dan sebagian besar pada

bulan kedua (konsumen pascabayar). Dampak yang

moderat terhadap inflasi didukung oleh besaran

perubahan harga yang tidak besar setiap kali

penyesuaian sehingga ekspektasi konsumen tetap

terjaga.

SUPLEMEN III

38 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Inflasi Jawa TengahGrafik 1.

YOYMTM

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

JAN

FEB

MA

R

APR MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

APR MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

4

3

2

1

0

-1

10

8

6

4

2

0

%%

2013 201420

15 JAN

FEB

MA

R

APR MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

140

130

120

110

100

Indeks Keyakinan KonsumenGrafik 2.

Indeks Keyakinan KonsumenGrafik 2.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

JUN’14 JUL’14 AGT’14 SEP’14 OKT’14 NOV’14 DES’14

0.15

0.10

0.05

0.00

%

Page 55: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Elpiji

Pada September 2014 dan Januari 2015, PT Pertamina

melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kg. Penyesuaian

harga dilakukan agar elpiji 12 kg yang bukan merupakan

barang subs id i pemer intah mencapa i harga

keekonomiannya. Bulan September 2014, harga elpiji

mengalami penyesuaian menjadi Rp114.300 per tabung,

dari sebelumnya Rp92.800 per tabung. Penyesuaian

harga ini memberikan sumbangan langsung sebesar

0,06% terhadap inflasi. Kemudian, awal Januari 2015,

harga elpiji kembali naik menjadi Rp134.700 per tabung.

Namun, 19 Januari 2015, harga elpiji diturunkan menjadi

Rp129.000 per tabung. Penyesuaian di Januari

memberikan sumbangan langsung sebesar 0,08%

terhadap inflasi.

Dikarenakan keterbatasan pengawasan PT Pertamina

yang hanya bisa menjangkau sampai level agen dan

pangkalan, penjualan elpiji di level pengecer lebih sulit

dikontrol yang dapat memungkinkan terjadinya

ketidaktaatan. Contohnya adalah peralihan konsumen

elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg. Berdasarkan hasil quick survey

yang dilakukan oleh Bank Indonesia, lebih dari separuh

responden (60%) menyatakan bahwa terdapat peralihan

permintaan dari elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg. Hal tersebut

terindikasi dari penurunan tingkat permintaan elpiji 12

kg yang diiringi peningkatan permintaan elpiji 3 kg.

Meningkatnya permintaan elpiji 3 kg secara serentak ini

mendorong kelangkaan dan pada akhirnya berujung

pada kenaikan harga.

Untuk menjaga inflasi di tengah tekanan kebijakan

harga-harga ini, Bank Indonesia bersama dengan

pemerintah daerah yang tergabung ke dalam Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sudah memiliki

program seperti mendorong penetapan penurunan tarif

angkutan, penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk

elpiji 3 kg, sosialisasi penggunaan elpiji 12 kg, dan

mendorong pelaksanaan sistem distribusi tertutup untuk

elpiji 3 kg.

SUPLEMEN III

39PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II

Dari harga saat ini (premium Rp 6.700 per liter dan solar

Rp 6.500 per liter), penurunan atau kenaikan harga

Rp100 per liter diperkirakan akan memberikan

sumbangan deflasi atau inflasi sebesar 0,07%.

Tarif Tenaga Listrik (TTL)

Sejak Mei 2014, PLN melakukan penyesuaian tarif listrik

setiap dua bulan. Mulai Januari tahun 2015, berdasarkan

Peraturan Menteri ESDM No. 31 tahun 2014, tarif listrik

untuk seluruh golongan akan ditetapkan dengan

metode adjustment atau penyesuaian dengan jangka

w a k t u s e t i a p s a t u b u l a n . P e n y e s u a i a n

mempertimbangkan nilai tukar mata uang dolar Amerika

terhadap mata uang rupiah (kurs), Indonesian Crude

Prices (ICP), serta inflasi.

Berdasarkan hasil quick survey kepada pelaku usaha,

Bank Indonesia menemukan bahwa hanya sekitar 14%

responden yang menaikan harga jual produk mereka

dalam rangka merespons kenaikan tarif listrik ini. Hal ini

menunjukkan bahwa dampak tidak langsung kenaikan

tarif listrik tidak begitu besar. Sedangkan melalui dampak

langsung kenaikan tarif listrik sebesar 10% diperkirakan

dapat memberikan sumbangan sekitar 0,3% terhadap

inflasi.

Melihat pola historis (Grafik 3), sumbangan inflasi terbagi

ke dalam 2 bulan. Sebagian kecil dirasakan pada bulan

pertama (konsumen pra-bayar), dan sebagian besar pada

bulan kedua (konsumen pascabayar). Dampak yang

moderat terhadap inflasi didukung oleh besaran

perubahan harga yang tidak besar setiap kali

penyesuaian sehingga ekspektasi konsumen tetap

terjaga.

SUPLEMEN III

38 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

Inflasi Jawa TengahGrafik 1.

YOYMTM

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

JAN

FEB

MA

R

APR MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

APR MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

4

3

2

1

0

-1

10

8

6

4

2

0

%%

2013 2014

2015 JA

N

FEB

MA

R

APR MEI

JUN

JUL

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

140

130

120

110

100

Indeks Keyakinan KonsumenGrafik 2.

Indeks Keyakinan KonsumenGrafik 2.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

JUN’14 JUL’14 AGT’14 SEP’14 OKT’14 NOV’14 DES’14

0.15

0.10

0.05

0.00

%

Page 56: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGAN PERBANKANDAN SISTEM PEMBAYARAN

BABIII

Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan IV 2014 masih tumbuh dengan baik.

41

Page 57: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGAN PERBANKANDAN SISTEM PEMBAYARAN

BABIII

Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan IV 2014 masih tumbuh dengan baik.

41

Page 58: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Meskipun mengalami perlambatan pada seluruh

indikator utama kinerja perbankan di Jawa

Tengah, industri perbankan pada triwulan IV 2014

masih tumbuh cukup baik, dan berada di atas

pertumbuhan perbankan nasional. Secara tahunan,

pada triwulan ini total aset tumbuh melambat sebesar

11,91% (yoy), setelah sebelumnya mampu tumbuh

sebesar 13,94% (yoy) pada triwulan III 2014. Total aset

bank umum tercatat sebesar Rp252,90 triliun. Namun,

pertumbuhan ini masih lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan aset perbankan nasional (7,02%, yoy).

Dari sisi intermediasi, terlihat penyaluran kredit

perbankan pun tumbuh melambat. Kredit

perbankan pada triwulan laporan tumbuh 12,19%

(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 13,56% (yoy), tapi lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional

yang sebesar 11,65% (yoy). Pada posisi triwulan IV

2014, total kredit tercatat senilai Rp198,15 triliun.

Bersamaan dengan itu, pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) juga turut melambat. Pada triwulan IV

2014, DPK tumbuh 12,38% (yoy), setelah tumbuh

sebesar 14,10% (yoy) di triwulan yang lalu.

P e r t u m b u h a n D P K i n i p u n s e d i k i t l e b i h

tinggidibandingkan pertumbuhan DPK Nasional

(12,29%, yoy). Posisi DPK pada triwulan laporan

Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank 6.

6 3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

belum banyak berubah selama 5 tahun terakhir, yaitu

51% tabungan, 35% deposito, dan 13% giro.

Perlambatan pertumbuhan DPK yang lebih dalam dari

pertumbuhan kredit menyebabkan meningkatnya

loan to deposit ratio (LDR) di triwulan laporan. LDR

di triwulan laporan tercatat sebesar 105,33%,

meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar

103,27%. Sementara itu, tingkat kualitas kredit

cenderung stabil dibandingkan triwulan yang lalu. Di

triwulan IV, non performing loan (NPL) Jawa Tengah

berada di angka 2,23% dari total kredit, sementara di

triwulan III tercatat 2,22% dari total kredit.

43PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

3.2.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

Perkembangan jaringan kantor bank umum di

Jawa Tengah menurun dibanding triwulan

sebelumnya (Tabel 3.1). Pada triwulan laporan jumlah

kantor bank umum di Jawa Tengah berjumlah 3.478

unit menurun dari triwulan III 2014 yang sebanyak

3.504 unit. Penurunan terutama terjadi pada kelompok

bank swasta nasional. Pada kelompok tersebut, Kantor

cabang pembantu menurun dari 863 unit di triwulan III

menjadi 828 unit di triwulan IV, dan kantor kas

menurun dari 90 unit menjadi 81 unit.

3.2. Perkembangan Bank Umum

Perkembangan Indikator Perbankandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.1.

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III2012 2013 2014

ASET KREDIT DPK

RP TRILIUN

IV

26

24

22

20

18

16

14

12

10I II III IV

2012 2013 2014I II III IV I II III

Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.2.

% YOY %

PERTUMB. ASET PERTUMB. KREDIT PERTUMB. DPK LDR (SKALA KANAN)

107

105

103

101

99

97

95IV

Page 59: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Meskipun mengalami perlambatan pada seluruh

indikator utama kinerja perbankan di Jawa

Tengah, industri perbankan pada triwulan IV 2014

masih tumbuh cukup baik, dan berada di atas

pertumbuhan perbankan nasional. Secara tahunan,

pada triwulan ini total aset tumbuh melambat sebesar

11,91% (yoy), setelah sebelumnya mampu tumbuh

sebesar 13,94% (yoy) pada triwulan III 2014. Total aset

bank umum tercatat sebesar Rp252,90 triliun. Namun,

pertumbuhan ini masih lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan aset perbankan nasional (7,02%, yoy).

Dari sisi intermediasi, terlihat penyaluran kredit

perbankan pun tumbuh melambat. Kredit

perbankan pada triwulan laporan tumbuh 12,19%

(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 13,56% (yoy), tapi lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional

yang sebesar 11,65% (yoy). Pada posisi triwulan IV

2014, total kredit tercatat senilai Rp198,15 triliun.

Bersamaan dengan itu, pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) juga turut melambat. Pada triwulan IV

2014, DPK tumbuh 12,38% (yoy), setelah tumbuh

sebesar 14,10% (yoy) di triwulan yang lalu.

P e r t u m b u h a n D P K i n i p u n s e d i k i t l e b i h

tinggidibandingkan pertumbuhan DPK Nasional

(12,29%, yoy). Posisi DPK pada triwulan laporan

Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank 6.

6 3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah

belum banyak berubah selama 5 tahun terakhir, yaitu

51% tabungan, 35% deposito, dan 13% giro.

Perlambatan pertumbuhan DPK yang lebih dalam dari

pertumbuhan kredit menyebabkan meningkatnya

loan to deposit ratio (LDR) di triwulan laporan. LDR

di triwulan laporan tercatat sebesar 105,33%,

meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar

103,27%. Sementara itu, tingkat kualitas kredit

cenderung stabil dibandingkan triwulan yang lalu. Di

triwulan IV, non performing loan (NPL) Jawa Tengah

berada di angka 2,23% dari total kredit, sementara di

triwulan III tercatat 2,22% dari total kredit.

43PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

3.2.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

Perkembangan jaringan kantor bank umum di

Jawa Tengah menurun dibanding triwulan

sebelumnya (Tabel 3.1). Pada triwulan laporan jumlah

kantor bank umum di Jawa Tengah berjumlah 3.478

unit menurun dari triwulan III 2014 yang sebanyak

3.504 unit. Penurunan terutama terjadi pada kelompok

bank swasta nasional. Pada kelompok tersebut, Kantor

cabang pembantu menurun dari 863 unit di triwulan III

menjadi 828 unit di triwulan IV, dan kantor kas

menurun dari 90 unit menjadi 81 unit.

3.2. Perkembangan Bank Umum

Perkembangan Indikator Perbankandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.1.

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III2012 2013 2014

ASET KREDIT DPK

RP TRILIUN

IV

26

24

22

20

18

16

14

12

10I II III IV

2012 2013 2014I II III IV I II III

Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.2.

% YOY %

PERTUMB. ASET PERTUMB. KREDIT PERTUMB. DPK LDR (SKALA KANAN)

107

105

103

101

99

97

95IV

Page 60: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit

perbankan Jawa Tengah masih didominasi oleh

sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

dengan pangsa 34,63% dari total kredit. Sektor industri

pengolahan juga memiliki pangsa signifikan sebesar

18,39%. Sementara sektor pertanian memiliki pangsa

3,08%.

Kontribusi dunia perbankan terhadap perekonomian

ditunjukkan dengan penyaluran kredit di sektor

ekonomi utama daerah, yaitu sektor industri

pengolahan, sektor pertanian, serta sektor PHR (Grafik

3.5). Kredit di sektor pertanian mengalami perlambatan

tajam menjadi 19,69% (yoy) setelah tumbuh 35,54%

(yoy) di triwulan III. Perlambatan pertumbuhan kredit

tersebut ditengarai karena belum membaiknya kinerja

sektor pertanian sejak triwulan I 2014. Di sisi lain,

pertumbuhan kredit di sektor PHR tercatat 15,40%

(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

Sementara itu, pada kelompok nasabah sektor swasta,

DPK yang dihimpun perbankan masih tumbuh positif

walaupun mengalami sedikit perlambatan. Pada

triwulan laporan pertumbuhan tercatat sebesar

13,95% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan III 2014

yang tumbuh sebesar 14,40% (yoy). DPK nasabah

perseorangan yang merupakan penyumbang terbesar

di seluruh DPK dengan porsi 77,55% tumbuh sebesar

13,32% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,11%

(yoy). Perlambatan pada DPK sektor swasta bersumber

dari nasabah lembaga keuangan non bank dan sektor

swasta lainnya.

3.2.3. Penyaluran Kredit

Laju pertumbuhan kredit tercatat mengalami

perlambatan seiring dengan perlambatan DPK.

Kredit bank umum melambat menjadi sebesar 12,19%

(yoy) dari triwulan lalu sebesar 13,56% (yoy). Relatif

masih tingginya suku bunga perbankan memengaruhi

tingkat permintaan akan kredit.

45PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

200

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0I II III IV

2012 2013 2014I II III IV I II III

Perkembangan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.3.

RP TRILIUN

IV

Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4.

35

30

25

20

15

10

5

0

-5I II III IV

2012I II III IV

2013I II III

2014

%YOY

IV

DPK DEPOSITO TABUNGAN GIRO

0

20

40

60

80

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III

2014

Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Utamadi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.5.

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

% YOY

IV

Pertumbuhan Tahunan Kredit PerbankanBerdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.6.

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

YOY, %

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Dilihat dari golongan nasabah, DPK bank masih

didominasi oleh sektor swasta dengan pangsa 92,37%,

sedangkan pangsa DPK dari sektor pemerintah hanya

7 ,57%. Penghimpunan DPK dar i sektor

pemerintah mengalami penurunan. Namun

demikian DPK dari sektor swasta masih

mengalami peningkatan sehingga mampu

menjaga pertumbuhan positif DPK. Pada triwulan

laporan, DPK sektor pemerintah tumbuh negatif

sebesar 3,49% (yoy), berbalik arah setelah tumbuh

12,57% (yoy) di triwulan sebelumnya. Penurunan

tajam terutama disumbang oleh penurunan DPK

nasabah BUMN atau pemerintah campuran yang

meneruskan tren penurunan tajamnya sejak triwulan II

2014. Pada triwulan ini DPK milik BUMN atau

pemerintah campuran turun sebesar 56,67% (yoy),

jauh lebih dalam dibandingkan triwulan penurunan lalu

yang sebesar 45,23% (yoy). Selain itu, DPK milik

pemerintah pusat juga mengalami penurunan sebesar

12,43% (yoy), setelah di triwulan yang lalu tumbuh

positif 30,47% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan

meningkatnya realisasi konsumsi pemerintah di

triwulan laporan.

Sementara itu, jumlah jaringan kantor kelompok bank

pemerintah dan bank pemerintah daerah mengalami

peningkatan. Pada kelompok bank pemerintah,

peningkatan terjadi dalam bentuk kantor cabang

pembantu, dari 110 unit ke 114 unit, serta dalam

bentuk kantor kas, dari 184 unit ke 188 unit. Pada

kelompok bank pemerintah daerah, peningkatan

terjadi dalam bentuk kantor cabang, dari 43 unit ke 44

unit, kantor cabang pembantu, dari 110 unit ke 114

unit, serta kantor kas dari 143 unit ke 146 unit.

Sedangkan kelompok bank asing dan campuran tidak

mengalami perubahan.

3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK

Pertumbuhan DPK melambat pada seluruh

komponen, baik giro, tabungan, maupun deposito.

Pada triwulan laporan, giro, tabungan dan deposito

masing-masing tumbuh sebesar 4,66% (yoy), 7,73%

(yoy), 23,76% (yoy). Tingkat pertumbuhan ini lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya di mana

giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh

sebesar 7,20% (yoy), 9,13% (yoy), dan 26,08% (yoy).

Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah

1) Termasuk BRI UNIT

44 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Jumlah Kantor Bank Umum

KETERANGAN

I II III IV I II

2012 2013

Bank Pemerintah

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu 1)

Kantor Kas

Bank Pemerintah Daerah

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

Bank Asing dan Bank Campuran

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

Bank Swasta Nasional

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

III IV

Bank Konvensional

Jumlah Bank Umum

jumlah Bank (Kantor Pusat)

51

2

3.382

2.149

-

79

1.853

217

248

1

40

93

114

964

1

166

682

115

21

16

4

1

I

2014

II III

51

2

3.500

2.159

-

79

1.857

223

250

1

40

93

116

1.070

1

168

774

127

21

16

4

1

51

2

3.615

2.174

-

79

1.875

220

252

1

41

93

117

1.168

1

171

855

141

21

16

4

1

51

2

3.637

2.184

-

79

1.881

224

256

1

41

95

119

1.176

1

180

850

145

21

16

4

1

51

2

3.677

2.201

-

80

1.897

224

273

1

41

103

128

1.182

1

181

864

136

21

16

4

1

51

2

3.635

2.156

-

80

1.855

221

276

1

41

104

130

1.182

1

184

865

132

21

16

4

1

51

2

3.695

2.203

-

80

1.872

251

278

1

42

105

130

1.192

1

184

872

135

22

-

15

6

1

51

2

3.754

2.258

-

80

1.872

306

282

1

42

106

133

1.192

1

185

868

138

22

-

15

6

1

51

2

3.759

2.258

-

80

1.872

306

287

1

42

106

138

1.192

1

185

868

138

22

-

15

6

1

51

2

3.535

2.049

-

80

1.759

210

294

1

43

107

143

1.171

1

199

865

106

21

-

14

6

1

51

1

3.504

2.043

-

80

1.779

184

297

1

43

110

143

1.143

-

190

863

90

21

-

14

6

1

IV

51

1

3.479

2.052

-

80

1.784

188

305

1

44

114

146

1.101

-

192

828

81

21

-

14

6

1

Page 61: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit

perbankan Jawa Tengah masih didominasi oleh

sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

dengan pangsa 34,63% dari total kredit. Sektor industri

pengolahan juga memiliki pangsa signifikan sebesar

18,39%. Sementara sektor pertanian memiliki pangsa

3,08%.

Kontribusi dunia perbankan terhadap perekonomian

ditunjukkan dengan penyaluran kredit di sektor

ekonomi utama daerah, yaitu sektor industri

pengolahan, sektor pertanian, serta sektor PHR (Grafik

3.5). Kredit di sektor pertanian mengalami perlambatan

tajam menjadi 19,69% (yoy) setelah tumbuh 35,54%

(yoy) di triwulan III. Perlambatan pertumbuhan kredit

tersebut ditengarai karena belum membaiknya kinerja

sektor pertanian sejak triwulan I 2014. Di sisi lain,

pertumbuhan kredit di sektor PHR tercatat 15,40%

(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

Sementara itu, pada kelompok nasabah sektor swasta,

DPK yang dihimpun perbankan masih tumbuh positif

walaupun mengalami sedikit perlambatan. Pada

triwulan laporan pertumbuhan tercatat sebesar

13,95% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan III 2014

yang tumbuh sebesar 14,40% (yoy). DPK nasabah

perseorangan yang merupakan penyumbang terbesar

di seluruh DPK dengan porsi 77,55% tumbuh sebesar

13,32% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,11%

(yoy). Perlambatan pada DPK sektor swasta bersumber

dari nasabah lembaga keuangan non bank dan sektor

swasta lainnya.

3.2.3. Penyaluran Kredit

Laju pertumbuhan kredit tercatat mengalami

perlambatan seiring dengan perlambatan DPK.

Kredit bank umum melambat menjadi sebesar 12,19%

(yoy) dari triwulan lalu sebesar 13,56% (yoy). Relatif

masih tingginya suku bunga perbankan memengaruhi

tingkat permintaan akan kredit.

45PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

200

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0I II III IV

2012 2013 2014I II III IV I II III

Perkembangan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.3.

RP TRILIUN

IV

Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.4.

35

30

25

20

15

10

5

0

-5I II III IV

2012I II III IV

2013I II III

2014

%YOY

IV

DPK DEPOSITO TABUNGAN GIRO

0

20

40

60

80

I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III

2014

Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Utamadi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.5.

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

% YOY

IV

Pertumbuhan Tahunan Kredit PerbankanBerdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.6.

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

YOY, %

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Dilihat dari golongan nasabah, DPK bank masih

didominasi oleh sektor swasta dengan pangsa 92,37%,

sedangkan pangsa DPK dari sektor pemerintah hanya

7 ,57%. Penghimpunan DPK dar i sektor

pemerintah mengalami penurunan. Namun

demikian DPK dari sektor swasta masih

mengalami peningkatan sehingga mampu

menjaga pertumbuhan positif DPK. Pada triwulan

laporan, DPK sektor pemerintah tumbuh negatif

sebesar 3,49% (yoy), berbalik arah setelah tumbuh

12,57% (yoy) di triwulan sebelumnya. Penurunan

tajam terutama disumbang oleh penurunan DPK

nasabah BUMN atau pemerintah campuran yang

meneruskan tren penurunan tajamnya sejak triwulan II

2014. Pada triwulan ini DPK milik BUMN atau

pemerintah campuran turun sebesar 56,67% (yoy),

jauh lebih dalam dibandingkan triwulan penurunan lalu

yang sebesar 45,23% (yoy). Selain itu, DPK milik

pemerintah pusat juga mengalami penurunan sebesar

12,43% (yoy), setelah di triwulan yang lalu tumbuh

positif 30,47% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan

meningkatnya realisasi konsumsi pemerintah di

triwulan laporan.

Sementara itu, jumlah jaringan kantor kelompok bank

pemerintah dan bank pemerintah daerah mengalami

peningkatan. Pada kelompok bank pemerintah,

peningkatan terjadi dalam bentuk kantor cabang

pembantu, dari 110 unit ke 114 unit, serta dalam

bentuk kantor kas, dari 184 unit ke 188 unit. Pada

kelompok bank pemerintah daerah, peningkatan

terjadi dalam bentuk kantor cabang, dari 43 unit ke 44

unit, kantor cabang pembantu, dari 110 unit ke 114

unit, serta kantor kas dari 143 unit ke 146 unit.

Sedangkan kelompok bank asing dan campuran tidak

mengalami perubahan.

3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK

Pertumbuhan DPK melambat pada seluruh

komponen, baik giro, tabungan, maupun deposito.

Pada triwulan laporan, giro, tabungan dan deposito

masing-masing tumbuh sebesar 4,66% (yoy), 7,73%

(yoy), 23,76% (yoy). Tingkat pertumbuhan ini lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya di mana

giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh

sebesar 7,20% (yoy), 9,13% (yoy), dan 26,08% (yoy).

Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah

1) Termasuk BRI UNIT

44 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Jumlah Kantor Bank Umum

KETERANGAN

I II III IV I II

2012 2013

Bank Pemerintah

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu 1)

Kantor Kas

Bank Pemerintah Daerah

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

Bank Asing dan Bank Campuran

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

Bank Swasta Nasional

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas

III IV

Bank Konvensional

Jumlah Bank Umum

jumlah Bank (Kantor Pusat)

51

2

3.382

2.149

-

79

1.853

217

248

1

40

93

114

964

1

166

682

115

21

16

4

1

I

2014

II III

51

2

3.500

2.159

-

79

1.857

223

250

1

40

93

116

1.070

1

168

774

127

21

16

4

1

51

2

3.615

2.174

-

79

1.875

220

252

1

41

93

117

1.168

1

171

855

141

21

16

4

1

51

2

3.637

2.184

-

79

1.881

224

256

1

41

95

119

1.176

1

180

850

145

21

16

4

1

51

2

3.677

2.201

-

80

1.897

224

273

1

41

103

128

1.182

1

181

864

136

21

16

4

1

51

2

3.635

2.156

-

80

1.855

221

276

1

41

104

130

1.182

1

184

865

132

21

16

4

1

51

2

3.695

2.203

-

80

1.872

251

278

1

42

105

130

1.192

1

184

872

135

22

-

15

6

1

51

2

3.754

2.258

-

80

1.872

306

282

1

42

106

133

1.192

1

185

868

138

22

-

15

6

1

51

2

3.759

2.258

-

80

1.872

306

287

1

42

106

138

1.192

1

185

868

138

22

-

15

6

1

51

2

3.535

2.049

-

80

1.759

210

294

1

43

107

143

1.171

1

199

865

106

21

-

14

6

1

51

1

3.504

2.043

-

80

1.779

184

297

1

43

110

143

1.143

-

190

863

90

21

-

14

6

1

IV

51

1

3.479

2.052

-

80

1.784

188

305

1

44

114

146

1.101

-

192

828

81

21

-

14

6

1

Page 62: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank

Umum

Non Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan

perbankan Jawa Tengah dapat dipertahankan

pada level yang rendah. Hal ini mengindikasikan

kualitas kredit mampu terjaga dengan baik. Tingkat

NPL gross perbankan Jawa Tengah pada triwulan IV

2014 sebesa r 2 ,23%, cende rung s t agnan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

2,22%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kualitas kredit

modal kerja mengalami penurunan, tercermin dari

rasio NPL yang meningkat menjadi 2,58% dari 2,50%

di triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kualitas

kredit investas i pun sedikit mengalami

penurunan, tercermin dari rasio NPL yang juga

meningkat menjadi 3,50% dari 3,40%. Di sisi lain,

kualitas kredit konsumsi membaik, tercermin dari

rasio NPL yang turun ke angka 1,04% dari 1,21% di

triwulan III. Walaupun terdapat peningkatan, rasio NPL

di seluruh jenis penggunaan kredit masih berada di level

yang aman.

Berdasarkan sektor utama, penurunan suku bunga

berasal dari kredit pada sektor PHR yang mengalami

penurunan menjadi 13,94% dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 14,02%. Sedangkan suku bunga

pinjaman kepada sektor utama menunjukkan sedikit

peningkatan untuk sektor pertanian dan industri

pengolahan, namun masih mengalami penurunan

untuk sektor PHR. Suku bunga untuk sektor pertanian

sedikit meningkat menjadi 12,68% dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 12,61%. Suku bunga untuk

kredit di sektor industri pengolahan juga meningkat

menjadi 11,70%, dari 11,64% di triwulan sebelumnya.

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.11.

12

13

14

15

I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

GITO TABUNGAN DEPOSITO - SKALA KANAN

Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.10.

3,5

3

2,5

2

1,5I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

9

8

7

6

5

%

47PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Perkembangan Suku Bunga PinjamanBerdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.12.

9

10

11

12

13

14

15

16

17

I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

3.2.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

Perkembangan suku bunga simpanan dan

pinjaman di Jawa Tengah menunjukkan

penurunan. Suku bunga simpanan dalam bentuk giro

mengalami penurunan menjadi sebesar 2,23% dari

sebelumnya yang sebesar 2,93%. Suku bunga

simpanan dalam bentuk tabungan menurun ke level

1,74% dari level 1,78%. Begitu juga dengan suku

bunga simpanan dalam bentuk deposito, mengalami

penurunan menjadi 7,87% dari 8,05%. Apabila

ditinjau berdasarkan waktunya, penurunan suku bunga

deposito terjadi pada hampir seluruh tenor, kecuali

deposito dengan tenor kurang atau sampai dengan 12

bulan, kurang atau sampai dengan 18 bulan, dan tenor

lebih dari 36 bulan. Penurunan tajam dijumpai pada

deposito dengan tenor antara 24 bulan sampai dengan

36 bulan, menjadi 5,5% dari 8,89% di triwulan

sebelumnya.

Seiring dengan turunnya suku bunga simpanan, suku

bunga pinjaman berdasar penggunaan pun

mengalami penurunan. Penurunan suku bunga

terjadi pada kredit jenis modal kerja dan investasi,

sementara suku bunga kredit konsumsi mengalami

sedikit peningkatan. Pada triwulan IV 2014, suku

bunga kredit modal kerja dan kredit investasi tercatat

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III, yaitu

masing-masing di level 13,22% dan 13,28%, dari

sebelumnya 13,26% dan 13,55%. Sedangkan pada

kredit konsumsi suku bunga sedikit meningkat ke level

12,99% dari 12,97% di triwulan yang lalu.

yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,77%

(yoy). Sementara itu, kredit di sektor industri

pengolahan tumbuh 21,35% (yoy) di triwulan laporan,

meningkat dari pertumbuhan triwulan III 2014 sebesar

17,66% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan

terjadi pada kredit modal kerja, sedangkan kredit

investasi dan konsumsi cenderung stabil dan

meningkat. Pada triwulan laporan kredit modal kerja

tumbuh 15,18% (yoy), setelah tumbuh 18,66% (yoy) di

triwulan III. Melihat pangsa kredit modal kerja yang

mencapai 53,69%, perlambatan ini merupakan

penyumbang utama dalam melambatnya kredit

berdasar penggunaan. Sementara itu, kredit investasi

dengan pangsa sebesar 14,67% tumbuh 13,50%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 14,20% (yoy). Sedangkan pada

periode laporan kredit konsumsi dengan pangsa

31,65% tumbuh 6,91% (yoy), meningkat dari triwulan

lalu yang tumbuh sebesar 5,47% (yoy).

Perkembangan Kredit PerbankanBerdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7.

PERTANIAN INVESTASI KONSUMSI

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RP TRILIUN

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

% YOY

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

Pertumbuhan Tahunan Kredit PerbankanBerdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.8.

Komposisi Kredit PerbankanBerdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.9

54%31%15%

MODAL KERJA KONSUMSIINVESTASI

46 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 63: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank

Umum

Non Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan

perbankan Jawa Tengah dapat dipertahankan

pada level yang rendah. Hal ini mengindikasikan

kualitas kredit mampu terjaga dengan baik. Tingkat

NPL gross perbankan Jawa Tengah pada triwulan IV

2014 sebesa r 2 ,23%, cende rung s t agnan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

2,22%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kualitas kredit

modal kerja mengalami penurunan, tercermin dari

rasio NPL yang meningkat menjadi 2,58% dari 2,50%

di triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kualitas

kredit investas i pun sedikit mengalami

penurunan, tercermin dari rasio NPL yang juga

meningkat menjadi 3,50% dari 3,40%. Di sisi lain,

kualitas kredit konsumsi membaik, tercermin dari

rasio NPL yang turun ke angka 1,04% dari 1,21% di

triwulan III. Walaupun terdapat peningkatan, rasio NPL

di seluruh jenis penggunaan kredit masih berada di level

yang aman.

Berdasarkan sektor utama, penurunan suku bunga

berasal dari kredit pada sektor PHR yang mengalami

penurunan menjadi 13,94% dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 14,02%. Sedangkan suku bunga

pinjaman kepada sektor utama menunjukkan sedikit

peningkatan untuk sektor pertanian dan industri

pengolahan, namun masih mengalami penurunan

untuk sektor PHR. Suku bunga untuk sektor pertanian

sedikit meningkat menjadi 12,68% dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 12,61%. Suku bunga untuk

kredit di sektor industri pengolahan juga meningkat

menjadi 11,70%, dari 11,64% di triwulan sebelumnya.

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.11.

12

13

14

15

I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

GITO TABUNGAN DEPOSITO - SKALA KANAN

Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umumdi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.10.

3,5

3

2,5

2

1,5I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

9

8

7

6

5

%

47PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Perkembangan Suku Bunga PinjamanBerdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.12.

9

10

11

12

13

14

15

16

17

I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

3.2.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

Perkembangan suku bunga simpanan dan

pinjaman di Jawa Tengah menunjukkan

penurunan. Suku bunga simpanan dalam bentuk giro

mengalami penurunan menjadi sebesar 2,23% dari

sebelumnya yang sebesar 2,93%. Suku bunga

simpanan dalam bentuk tabungan menurun ke level

1,74% dari level 1,78%. Begitu juga dengan suku

bunga simpanan dalam bentuk deposito, mengalami

penurunan menjadi 7,87% dari 8,05%. Apabila

ditinjau berdasarkan waktunya, penurunan suku bunga

deposito terjadi pada hampir seluruh tenor, kecuali

deposito dengan tenor kurang atau sampai dengan 12

bulan, kurang atau sampai dengan 18 bulan, dan tenor

lebih dari 36 bulan. Penurunan tajam dijumpai pada

deposito dengan tenor antara 24 bulan sampai dengan

36 bulan, menjadi 5,5% dari 8,89% di triwulan

sebelumnya.

Seiring dengan turunnya suku bunga simpanan, suku

bunga pinjaman berdasar penggunaan pun

mengalami penurunan. Penurunan suku bunga

terjadi pada kredit jenis modal kerja dan investasi,

sementara suku bunga kredit konsumsi mengalami

sedikit peningkatan. Pada triwulan IV 2014, suku

bunga kredit modal kerja dan kredit investasi tercatat

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III, yaitu

masing-masing di level 13,22% dan 13,28%, dari

sebelumnya 13,26% dan 13,55%. Sedangkan pada

kredit konsumsi suku bunga sedikit meningkat ke level

12,99% dari 12,97% di triwulan yang lalu.

yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,77%

(yoy). Sementara itu, kredit di sektor industri

pengolahan tumbuh 21,35% (yoy) di triwulan laporan,

meningkat dari pertumbuhan triwulan III 2014 sebesar

17,66% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan

terjadi pada kredit modal kerja, sedangkan kredit

investasi dan konsumsi cenderung stabil dan

meningkat. Pada triwulan laporan kredit modal kerja

tumbuh 15,18% (yoy), setelah tumbuh 18,66% (yoy) di

triwulan III. Melihat pangsa kredit modal kerja yang

mencapai 53,69%, perlambatan ini merupakan

penyumbang utama dalam melambatnya kredit

berdasar penggunaan. Sementara itu, kredit investasi

dengan pangsa sebesar 14,67% tumbuh 13,50%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 14,20% (yoy). Sedangkan pada

periode laporan kredit konsumsi dengan pangsa

31,65% tumbuh 6,91% (yoy), meningkat dari triwulan

lalu yang tumbuh sebesar 5,47% (yoy).

Perkembangan Kredit PerbankanBerdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.7.

PERTANIAN INVESTASI KONSUMSI

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RP TRILIUN

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

% YOY

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

Pertumbuhan Tahunan Kredit PerbankanBerdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.8.

Komposisi Kredit PerbankanBerdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.9

54%31%15%

MODAL KERJA KONSUMSIINVESTASI

46 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 64: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

dan sektor pertanian (5,94%). Kredit pada seluruh

sektor utama masih tumbuh pada level yang cukup

tinggi, meskipun terdapat perlambatan pada sektor

pertanian dan sektor PHR.

Pertumbuhan kredit kepada UMKM sektor pertanian

tercatat sebesar 24,66% (yoy), melambat dari 28,20%

(yoy) pada triwulan III. Kredit pada UMKM sektor PHR

tumbuh sebesar 12,33% (yoy) dari sebelumnya sebesar

14,09% (yoy) pada triwulan lalu. Di sisi lain,

pertumbuhan kredit kepada UMKM sektor industri

pengolahan menunjukkan pertumbuhan sebesar

16,51% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 14,45% (yoy). Risiko

kredit kepada UMKM berdasar sektor utama berada

pada level aman. NPL kredit sektor pertanian adalah

2,30%, sektor industri pengolahan 3,52%, dan sektor

PHR 3,29%. Nilai rasio NPL ini menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, di mana NPL sektor pertanian

2,60%, sektor industri pengolahan 3,96%, dan sektor

PHR 3,70%.

Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di

Jawa Tengah pada triwulan IV 2014 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan III 2014.

Penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah kepada

UMKM dapat dikatakan cukup besar, mencapai

37,61% dari total kredit yang diberikan. Angka ini jauh

di atas pangsa kredit kepada sektor UMKM di tingkat

Nasional yang sebesar 19,74%. Kredit UMKM tercatat

tumbuh 27,51% (yoy) di triwulan laporan, sedikit

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 26,03% (yoy). Sementara

risiko atas kredit pada sektor UMKM masih dalam level

aman yang dipersyaratkan dan mengalami penurunan.

NPL kredit UMKM di Jawa Tengah pada periode laporan

tercatat sebesar 3,25%, lebih rendah dari sebelumnya

yang sebesar 3,63% (Grafik 3.16).

Sejalan dengan pola kredit umum, penyaluran kredit

UMKM pun mayoritas ditujukan kepada sektor PHR

(65,39%), diikuti sektor industri pengolahan (10,02%),

3.4. Perkembangan Kredit UMKM

0

10

20

30

40

50

01020304050607080

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOYRP TRILIUN

Perkembangan Kredit kepada UMKMGrafik 3.15.

KREDIT UMKM PERTUMBUHAN KREDIT UMKM - SKALA KANAN

3,0

3,5

4,0

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%RP TRILIUN

Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMGrafik 3.16.

NOMINAL NPL KREDIT UMKM PERSENTASI NPL KREDIT UMKM - SKALA KANAN

Perkembangan Kredit kepada UMKM di Sektor Utamadi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.17.

-10

20

50

80

110

140

170

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOY

PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMdi Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.18.

1

2

3

4

5

6 %, YOY

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

NPL KREDIT PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN

NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHANPHR

49PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

dilakukan oleh perbankan syariah mengalami

perlambatan cukup dalam dibanding triwulan

sebelumnya. Pada triwulan pembiayaan tumbuh

sebesar 14,82% (yoy), melambat dari sebelumnya

sebesar 25,59% (yoy). Sejalan dengan itu, angka

Financing to Deposit Ratio (FDR) pada triwulan IV 2014

pun turun tajam ke level 110,66%, dari 131,39% di

triwulan sebelumnya.

Peningkatan pertumbuhan aset ini belum diiringi

dengan pertumbuhan jaringan kantor. Pada triwulan

laporan, jaringan kantor perbankan syariah

mengalami penurunan. Pada triwulan laporan

jumlah kantor bank syariah berkurang menjadi 154

unit, dari triwulan sebelumnya 178 unit. Bersamaan

dengan itu, jumlah jaringan kantor Unit Usaha Syariah

(UUS) juga mengalami penurunan dari 58 unit di

triwulan III menjadi 53 unit di triwulan laporan.

Sementara itu, jumlah kantor BPR Syariah mengalami

peningkatan menjadi 25 unit, dari 24 unit di triwulan

sebelumnya.

Selain itu, kualitas kredit sektor utama Jawa

Tengah juga masih terjaga, terlihat dari nilai rasio

NPL yang berada di bawah level indikatif yang

dipersyaratkan. NPL pada sektor PHR mengalami

penurunan menjadi 3,06%, dari 3,31% di triwulan III.

Begitu juga dengan NPL pada sektor pertanian,

mengalami penurunan menjadi 1,93% di triwulan

laporan, dari 2,13% di triwulan III. Di sisi lain, pada

sektor industri pengolahan, NPL meningkat menjadi

2,47% dari 1,46% di triwulan III.

Perkembangan industri syariah pada triwulan IV

2014 di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang

cukup baik. Pertumbuhan aset perbankan syariah

secara keseluruhan meningkat menjadi 16,69% (yoy),

dari sebelumnya 16,29% (yoy) pada triwulan III 2014.

Demikian halnya dengan DPK industri perbankan

syariah yang juga mengalami peningkatan dari triwulan

sebelumnya yakni sebesar 21,78% (yoy) dari

19,60%(yoy). Sementara itu, pembiayaan yang

Perkembangan Risiko KreditBerdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.13.

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

PERTANIAN NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN PHRNPL KREDIT TOTAL

Perkembangan Risiko Kredit Berdasar Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.14.

1,00

2,00

3,00

4,00

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%

NPL KREDIT MODAL KERJA

NPL KREDIT INVESTASI

NPL KREDIT KONSUMSINPL KREDIT TOTAL

3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah

KETERANGAN

II III IV I II

2012 2013

Bank Syariah

Bank Umum

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

Unit Usaha Syariah

Jumlah Kantor

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

7

147

47

23

23

8

152

49

23

23

8

156

49

23

23

8

158

51

23

23

9

160

59

24

24

III

9

165

61

24

24

IV

9

167

62

24

24

I

2014

9

167

62

24

24

II

9

175

60

24

24

III

10

178

58

24

24

48 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

IV

10

154

53

25

25

I

7

139

45

23

23

Page 65: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

dan sektor pertanian (5,94%). Kredit pada seluruh

sektor utama masih tumbuh pada level yang cukup

tinggi, meskipun terdapat perlambatan pada sektor

pertanian dan sektor PHR.

Pertumbuhan kredit kepada UMKM sektor pertanian

tercatat sebesar 24,66% (yoy), melambat dari 28,20%

(yoy) pada triwulan III. Kredit pada UMKM sektor PHR

tumbuh sebesar 12,33% (yoy) dari sebelumnya sebesar

14,09% (yoy) pada triwulan lalu. Di sisi lain,

pertumbuhan kredit kepada UMKM sektor industri

pengolahan menunjukkan pertumbuhan sebesar

16,51% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 14,45% (yoy). Risiko

kredit kepada UMKM berdasar sektor utama berada

pada level aman. NPL kredit sektor pertanian adalah

2,30%, sektor industri pengolahan 3,52%, dan sektor

PHR 3,29%. Nilai rasio NPL ini menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, di mana NPL sektor pertanian

2,60%, sektor industri pengolahan 3,96%, dan sektor

PHR 3,70%.

Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di

Jawa Tengah pada triwulan IV 2014 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan III 2014.

Penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah kepada

UMKM dapat dikatakan cukup besar, mencapai

37,61% dari total kredit yang diberikan. Angka ini jauh

di atas pangsa kredit kepada sektor UMKM di tingkat

Nasional yang sebesar 19,74%. Kredit UMKM tercatat

tumbuh 27,51% (yoy) di triwulan laporan, sedikit

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 26,03% (yoy). Sementara

risiko atas kredit pada sektor UMKM masih dalam level

aman yang dipersyaratkan dan mengalami penurunan.

NPL kredit UMKM di Jawa Tengah pada periode laporan

tercatat sebesar 3,25%, lebih rendah dari sebelumnya

yang sebesar 3,63% (Grafik 3.16).

Sejalan dengan pola kredit umum, penyaluran kredit

UMKM pun mayoritas ditujukan kepada sektor PHR

(65,39%), diikuti sektor industri pengolahan (10,02%),

3.4. Perkembangan Kredit UMKM

0

10

20

30

40

50

01020304050607080

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOYRP TRILIUN

Perkembangan Kredit kepada UMKMGrafik 3.15.

KREDIT UMKM PERTUMBUHAN KREDIT UMKM - SKALA KANAN

3,0

3,5

4,0

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%RP TRILIUN

Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMGrafik 3.16.

NOMINAL NPL KREDIT UMKM PERSENTASI NPL KREDIT UMKM - SKALA KANAN

Perkembangan Kredit kepada UMKM di Sektor Utamadi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.17.

-10

20

50

80

110

140

170

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOY

PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMdi Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.18.

1

2

3

4

5

6 %, YOY

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

NPL KREDIT PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN

NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHANPHR

49PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

dilakukan oleh perbankan syariah mengalami

perlambatan cukup dalam dibanding triwulan

sebelumnya. Pada triwulan pembiayaan tumbuh

sebesar 14,82% (yoy), melambat dari sebelumnya

sebesar 25,59% (yoy). Sejalan dengan itu, angka

Financing to Deposit Ratio (FDR) pada triwulan IV 2014

pun turun tajam ke level 110,66%, dari 131,39% di

triwulan sebelumnya.

Peningkatan pertumbuhan aset ini belum diiringi

dengan pertumbuhan jaringan kantor. Pada triwulan

laporan, jaringan kantor perbankan syariah

mengalami penurunan. Pada triwulan laporan

jumlah kantor bank syariah berkurang menjadi 154

unit, dari triwulan sebelumnya 178 unit. Bersamaan

dengan itu, jumlah jaringan kantor Unit Usaha Syariah

(UUS) juga mengalami penurunan dari 58 unit di

triwulan III menjadi 53 unit di triwulan laporan.

Sementara itu, jumlah kantor BPR Syariah mengalami

peningkatan menjadi 25 unit, dari 24 unit di triwulan

sebelumnya.

Selain itu, kualitas kredit sektor utama Jawa

Tengah juga masih terjaga, terlihat dari nilai rasio

NPL yang berada di bawah level indikatif yang

dipersyaratkan. NPL pada sektor PHR mengalami

penurunan menjadi 3,06%, dari 3,31% di triwulan III.

Begitu juga dengan NPL pada sektor pertanian,

mengalami penurunan menjadi 1,93% di triwulan

laporan, dari 2,13% di triwulan III. Di sisi lain, pada

sektor industri pengolahan, NPL meningkat menjadi

2,47% dari 1,46% di triwulan III.

Perkembangan industri syariah pada triwulan IV

2014 di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang

cukup baik. Pertumbuhan aset perbankan syariah

secara keseluruhan meningkat menjadi 16,69% (yoy),

dari sebelumnya 16,29% (yoy) pada triwulan III 2014.

Demikian halnya dengan DPK industri perbankan

syariah yang juga mengalami peningkatan dari triwulan

sebelumnya yakni sebesar 21,78% (yoy) dari

19,60%(yoy). Sementara itu, pembiayaan yang

Perkembangan Risiko KreditBerdasarkan Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.13.

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV

%

2012 2013 2014

PERTANIAN NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN PHRNPL KREDIT TOTAL

Perkembangan Risiko Kredit Berdasar Penggunaandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.14.

1,00

2,00

3,00

4,00

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%

NPL KREDIT MODAL KERJA

NPL KREDIT INVESTASI

NPL KREDIT KONSUMSINPL KREDIT TOTAL

3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah

KETERANGAN

II III IV I II

2012 2013

Bank Syariah

Bank Umum

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

Unit Usaha Syariah

Jumlah Kantor

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

7

147

47

23

23

8

152

49

23

23

8

156

49

23

23

8

158

51

23

23

9

160

59

24

24

III

9

165

61

24

24

IV

9

167

62

24

24

I

2014

9

167

62

24

24

II

9

175

60

24

24

III

10

178

58

24

24

48 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

IV

10

154

53

25

25

I

7

139

45

23

23

Page 66: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Penarikan cek dan bilyet giro kosong mengalami

penurunan pada periode laporan (Grafik 3.24). Rata-

rata cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan

per hari pada triwulan laporan tercatat sebanyak 272

lembar dengan nominal sebesar Rp9,47 miliar. Secara

tahunan, nominal rata-rata penarikan cek/BG kosong

harian menurun sebesar -1,17% (yoy) dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,31%

(yoy). Hal tersebut sejalan dengan rata-rata penarikan

cek/BG kosong harian yang juga turun cukup tajam

pada triwulan laporan yaitu sebesar -10,43% (yoy),

jauh lebih rendah dibanding penurunan pada triwulan

sebelumnya sebesar -2,44% (yoy).

Aktivitas kliring tumbuh melambat pada triwulan

IV 2014 dibandingkan dengan tr iwulan

sebelumnya. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh rata-

rata perputaran kliring harian dari sisi nominal pada

periode laporan yang tumbuh melambat sebesar

0,99% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 5,48% (yoy). Sementara dari sisi jumlah warkat

yang ditransaksikan, rata-rata perputaran warkat

secara harian menunjukkan penurunan pada periode

laporan dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar

-4,91% (yoy) dari triwulan sebelumnya -1,21% (yoy).

Jumlah rata-rata warkat yang dikliringkan per hari pada

periode laporan tercatat sebanyak 14.203 lembar

dengan nominal sebesar Rp582,59 miliar (Grafik 3.23).

Perkembangan Risiko Kredit Usaha RakyatBerdasar Penggunaan

Grafik 3.22.

0

10

20

30

40

50

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOYJUTA ORANG (REKENING)

Perkembangan Kredit Usaha RakyatBerdasar Penggunaan

Grafik 3.21.

PLAFON KUROUTSTANDING KUR

PERTUMBUHAN PLAFON KUR - SKALA KANANPERTUMBUHAN OUTSTANDING KUR - SKALA KANAN

0

20

40

60

80

0

10

20

30

40 %, YOYRP TRILIUN

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Perkembangan Rata-rata Perputaran Kliring Hariandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.23.

RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN NOMINAL

RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN VOLUME - SKALA KANAN

16

15

14

13

600

580

560

540

520

500

480

460

440

420

RIBU LEMBARRP MILIAR

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Perkembangan Rata-rata Penarikan Cekdan Bilyet Giro Kosong Harian di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.24.

320

300

280

260

240

12

11

10

9

8

7

6

LEMBARRP MILIAR

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RATA-RATA PENARIKAN CEK DAN BILYET GIRO KOSONG HARIAN NOMINAL

RATA-RATA PENARIKAN CEK DAN BILYET GIRO KOSONG HARIAN VOLUME - SKALA KANAN

3.6. Perkembangan Transaksi Kliring

dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

51PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

JUMLAH DEBITUR KUR (REKENING)PERTUMBUHAN JUMLAH DEBITUR KUR (REKENING) - SKALA KANAN

Perkembangan Kredit kepada UMKMBerdasar Penggunaan

Grafik 3.19.

0

10

20

30

40

50

60

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%, YOYRP TRILIUN

KREDIT MODAL KERJA UMKMKREDIT INVESTASI UMKM

PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA UMKM - SKALA KANANPERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI UMKM - SKALA KANAN

Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMBerdasar Penggunaan

Grafik 3.20.

2

3

4

5

-1

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RP TRILIUN %, YOY

NOMINAL NPL KREDIT MODAL KERJA UMKMNOMINAL NPL KREDIT INVESTASI UMKM

PERSENTASE NPL KREDIT MODAL KERJA UMKM - SKALA KANANPERSENTASE KREDIT INVESTASI UMKM - SKALA KANAN

kemiskinan. KUR diberikan oleh perbankan kepada 0UMKMK yang feasible tapi belum bankable.

Penyaluran KUR di Jawa Tengah dapat dikatakan cukup

baik. Pada akhir triwulan laporan, nilai KUR outstanding

mencapai 3,57% dari total outstanding kredit.

Sedangkan di tingkat nasional, proporsi KUR hanya

1,34% dari total kredit. KUR Jawa Tengah juga

memberikan sumbangan cukup besar terhadap total

KUR Nasional.

Jika dilihat perkembangannya, penyaluran KUR di Jawa

Tengah masih terus mengalami peningkatan. Namun,

dengan tingkat pertumbuhan yang melambat, baik

plafon maupun outstanding kredit. Pada triwulan IV,

plafon KUR tumbuh sebesar 32,10% (yoy), melambat

dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar

38,37% (yoy). Sementara outstanding kredit tumbuh

lebih rendah, yaitu 8,04% (yoy), juga melambat dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 14,40% (yoy).

Selain dari nominal, perlambatan dalam penyaluran

KUR juga terlihat dari perkembangan jumlah

debitur atau jumlah rekening. Pada triwulan

laporan, jumlah debitur tumbuh 23,88% (yoy),

melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III

2014 yang sebesar 25,98% (yoy). Pada akhir triwulan IV

2014, jumlah debitur KUR di Jawa Tengah tercatat

sebanyak 2,89 juta orang.

Apabila dilihat berdasarkan penggunaannya, kredit

kepada sektor UMKM mayoritas berupa Kredit Modal

Kerja dengan porsi sekitar 82% dari total kredit yang

diberikan kepada UMKM. Sementara 18% dari total

kredit UMKM berupa kredit investasi. Kredit modal

kerja mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi

sebesar 15,78% (yoy), dari sebelumnya sebesar

17,62% (yoy). Bersamaan dengan itu, kredit Investasi

juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada

triwulan laporan, kredit Investasi pada sektor UMKM

mengalami perlambatan menjadi sebesar 12,25% (yoy)

dari sebelumnya 17,00% (yoy).

Sampai triwulan laporan, kredit kepada sektor

UMKM untuk masing-masing jenis penggunaan

memiliki angka NPL yang berada di bawah level

indikatif 5%. NPL baik pada kredit modal kerja,

maupun kredit investasi pada triwulan IV 2014 ini

mengalami perbaikan. NPL kredit modal kerja membaik

menjadi sebesar 3,09% dari sebelumnya sebesar

3,43%. NPL kredit investasi menjadi sebesar 3,97% dari

sebelumnya sebesar 4,55%.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu

instrumen perbankan dalam rangka pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK),

penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan

3.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

www.komite-kur.com6.

50 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 67: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Penarikan cek dan bilyet giro kosong mengalami

penurunan pada periode laporan (Grafik 3.24). Rata-

rata cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan

per hari pada triwulan laporan tercatat sebanyak 272

lembar dengan nominal sebesar Rp9,47 miliar. Secara

tahunan, nominal rata-rata penarikan cek/BG kosong

harian menurun sebesar -1,17% (yoy) dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,31%

(yoy). Hal tersebut sejalan dengan rata-rata penarikan

cek/BG kosong harian yang juga turun cukup tajam

pada triwulan laporan yaitu sebesar -10,43% (yoy),

jauh lebih rendah dibanding penurunan pada triwulan

sebelumnya sebesar -2,44% (yoy).

Aktivitas kliring tumbuh melambat pada triwulan

IV 2014 dibandingkan dengan tr iwulan

sebelumnya. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh rata-

rata perputaran kliring harian dari sisi nominal pada

periode laporan yang tumbuh melambat sebesar

0,99% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 5,48% (yoy). Sementara dari sisi jumlah warkat

yang ditransaksikan, rata-rata perputaran warkat

secara harian menunjukkan penurunan pada periode

laporan dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar

-4,91% (yoy) dari triwulan sebelumnya -1,21% (yoy).

Jumlah rata-rata warkat yang dikliringkan per hari pada

periode laporan tercatat sebanyak 14.203 lembar

dengan nominal sebesar Rp582,59 miliar (Grafik 3.23).

Perkembangan Risiko Kredit Usaha RakyatBerdasar Penggunaan

Grafik 3.22.

0

10

20

30

40

50

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOYJUTA ORANG (REKENING)

Perkembangan Kredit Usaha RakyatBerdasar Penggunaan

Grafik 3.21.

PLAFON KUROUTSTANDING KUR

PERTUMBUHAN PLAFON KUR - SKALA KANANPERTUMBUHAN OUTSTANDING KUR - SKALA KANAN

0

20

40

60

80

0

10

20

30

40 %, YOYRP TRILIUN

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Perkembangan Rata-rata Perputaran Kliring Hariandi Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.23.

RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN NOMINAL

RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN VOLUME - SKALA KANAN

16

15

14

13

600

580

560

540

520

500

480

460

440

420

RIBU LEMBARRP MILIAR

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Perkembangan Rata-rata Penarikan Cekdan Bilyet Giro Kosong Harian di Provinsi Jawa Tengah

Grafik 3.24.

320

300

280

260

240

12

11

10

9

8

7

6

LEMBARRP MILIAR

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RATA-RATA PENARIKAN CEK DAN BILYET GIRO KOSONG HARIAN NOMINAL

RATA-RATA PENARIKAN CEK DAN BILYET GIRO KOSONG HARIAN VOLUME - SKALA KANAN

3.6. Perkembangan Transaksi Kliring

dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

51PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

JUMLAH DEBITUR KUR (REKENING)PERTUMBUHAN JUMLAH DEBITUR KUR (REKENING) - SKALA KANAN

Perkembangan Kredit kepada UMKMBerdasar Penggunaan

Grafik 3.19.

0

10

20

30

40

50

60

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%, YOYRP TRILIUN

KREDIT MODAL KERJA UMKMKREDIT INVESTASI UMKM

PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA UMKM - SKALA KANANPERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI UMKM - SKALA KANAN

Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKMBerdasar Penggunaan

Grafik 3.20.

2

3

4

5

-1

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RP TRILIUN %, YOY

NOMINAL NPL KREDIT MODAL KERJA UMKMNOMINAL NPL KREDIT INVESTASI UMKM

PERSENTASE NPL KREDIT MODAL KERJA UMKM - SKALA KANANPERSENTASE KREDIT INVESTASI UMKM - SKALA KANAN

kemiskinan. KUR diberikan oleh perbankan kepada 0UMKMK yang feasible tapi belum bankable.

Penyaluran KUR di Jawa Tengah dapat dikatakan cukup

baik. Pada akhir triwulan laporan, nilai KUR outstanding

mencapai 3,57% dari total outstanding kredit.

Sedangkan di tingkat nasional, proporsi KUR hanya

1,34% dari total kredit. KUR Jawa Tengah juga

memberikan sumbangan cukup besar terhadap total

KUR Nasional.

Jika dilihat perkembangannya, penyaluran KUR di Jawa

Tengah masih terus mengalami peningkatan. Namun,

dengan tingkat pertumbuhan yang melambat, baik

plafon maupun outstanding kredit. Pada triwulan IV,

plafon KUR tumbuh sebesar 32,10% (yoy), melambat

dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar

38,37% (yoy). Sementara outstanding kredit tumbuh

lebih rendah, yaitu 8,04% (yoy), juga melambat dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 14,40% (yoy).

Selain dari nominal, perlambatan dalam penyaluran

KUR juga terlihat dari perkembangan jumlah

debitur atau jumlah rekening. Pada triwulan

laporan, jumlah debitur tumbuh 23,88% (yoy),

melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III

2014 yang sebesar 25,98% (yoy). Pada akhir triwulan IV

2014, jumlah debitur KUR di Jawa Tengah tercatat

sebanyak 2,89 juta orang.

Apabila dilihat berdasarkan penggunaannya, kredit

kepada sektor UMKM mayoritas berupa Kredit Modal

Kerja dengan porsi sekitar 82% dari total kredit yang

diberikan kepada UMKM. Sementara 18% dari total

kredit UMKM berupa kredit investasi. Kredit modal

kerja mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi

sebesar 15,78% (yoy), dari sebelumnya sebesar

17,62% (yoy). Bersamaan dengan itu, kredit Investasi

juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada

triwulan laporan, kredit Investasi pada sektor UMKM

mengalami perlambatan menjadi sebesar 12,25% (yoy)

dari sebelumnya 17,00% (yoy).

Sampai triwulan laporan, kredit kepada sektor

UMKM untuk masing-masing jenis penggunaan

memiliki angka NPL yang berada di bawah level

indikatif 5%. NPL baik pada kredit modal kerja,

maupun kredit investasi pada triwulan IV 2014 ini

mengalami perbaikan. NPL kredit modal kerja membaik

menjadi sebesar 3,09% dari sebelumnya sebesar

3,43%. NPL kredit investasi menjadi sebesar 3,97% dari

sebelumnya sebesar 4,55%.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu

instrumen perbankan dalam rangka pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK),

penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan

3.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

www.komite-kur.com6.

50 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 68: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Perkembangan Penarikan Uang LusuhGrafik 3.28.Perkembangan Kegiatan Perkasan di Provinsi Jawa TengahGrafik 3.27.

Sumber : Bank Indonesia

-

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RP TRILIUN

INFLOW OUTFLOW NET PTTB, YOY % PTTB THD INFLOW - SKALA KANAN

-

20

40

60

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

600

700 % YOY

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%

Perkembangan s i s tem pembayaran d i a tas

menunjukkan bahwa transaksi non tunai khususnya

transaksi BI-RTGS mengalami peningkatan seiring

dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dan

konsumsi pemerintah di akhir tahun. Sementara

transaksi tunai menunjukkan net inflow sebagaimana

pola historis di Jawa Tengah, meskipun dengan nilai

yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI)

No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang salah

satunya mengatur mengenai pembatasan nilai nominal

transaksi melalui BI-RTGS terlihat belum memberikan

dampak signifikan terhadap volume dan nilai transaksi

BI-RTGS maupun kliring, meskipun ketentuan ini mulai

berlaku sejak 15 Desember 2014.

penarikan uang lusuh pada triwulan laporan

mengalami peningkatan menjadi sebesar 55,48% dari

18,35% pada triwulan III 2014 (Grafik 3.28).

Uang palsu yang ditemukan di Jawa Tengah pada tahun

2014 mengalami peningkatan. Perkembangan temuan

uang palsu yang ditemukan di wilayah Jawa Tengah

diperoleh baik dari setoran bank, setoran masyarakat

melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan

yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Uang palsu yang

ditemukan di wilayah Jawa Tengah pada periode

laporan adalah sebanyak 22.678 lembar atau

meningkat sebesar 8,08% dari temuan uang palsu

tahun 2013. Berdasarkan lokasi penemuan uang palsu,

temuan uang palsu di Jawa Tengah paling banyak

dijumpai di Kota Semarang.

2012 2013 2014

Tegal 1.577 3.034 3.241

Purwokerto 3.168 2.503 1.984

Solo 4.480 4.998 5.138

Semarang 12.034 10.447 12.315

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000 LEMBAR

Jumlah Temuan Uang PalsuGrafik 3.29.

53PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

Sedangkan data outflow tercatat sebesar Rp9,20

triliun, turun dari triwulan sebelumnya yang mencapai

Rp14,69 triliun atau turun sebesar -37,37% (qtq).

Perkembangan tahunan data outflow pada triwulan ini

mengalami penurunan sebesar -0,10% (yoy) dari

sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,66%

(yoy). Dengan kondisi tersebut, data net inflow pada

triwulan laporan sebesar Rp2,82 triliun, lebih rendah

dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat

mengalami net inflow sebesar Rp5,83 triliun atau

mengalami penurunan sebesar -51,69% (qtq).

Sementara secara tahunan perkembangan net inflow

melambat menjadi 6,28% (yoy) dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,43% (yoy). Net inflow yang

terjadi pada periode laporan sesuai dengan pola historis

aliran uang tunai di Jawa Tengah.

Dalam rangka melaksanakan clean money policy,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah

bersama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Solo, Tegal, dan Purwokerto secara rutin melakukan

kegiatan penarikan uang lusuh untuk selanjutnya

disortir dan diganti dengan uang layak edar. Hal

tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan

kualitas uang layak edar di masyarakat. Pada triwulan

laporan, pertumbuhan uang lusuh yang ditarik tercatat

sebesar 21,41% (yoy) atau melambat dibandingkan

periode sebelumnya sebesar 38,42% (yoy). Dilihat

berdasarkan proporsinya terhadap inflow, persentase

Pertumbuhan transaksi RTGS pada triwulan IV

2014 menunjukkan perbaikan dari sisi nominal

transaksi (Grafik 3.25), sedangkan dari volumenya

mengalami penurunan (Grafik 3.26). Dari sisi nilai,

transaksi RTGS tumbuh sebesar 3,13% (yoy) pada

triwulan IV 2014 dibanding triwulan sebelumnya yang

mengalami penurunan sebesar -10,01% (yoy).

Kenaikan pada nominal transaksi RTGS didukung oleh

meningkatnya nilai transaksi outgoing transfer RTGS

menjadi sebesar 5,17% (yoy) dari triwulan sebelumnya

sebesar 0,15% (yoy), di samping juga dikarenakan

peningkatan nilai transfer RTGS antardaerah di Jawa

Tengah dan perbaikan atas penurunan nilai incoming

transfer RTGS dari triwulan sebelumnya. Sementara

dari sisi volume, baik volume transaksi outgoing,

incoming, maupun antardaerah di Jawa Tengah

mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya.

Pada triwulan IV 2014, kegiatan perkasan Bank

Indonesia untuk wilayah Jawa Tengah seperti halnya

pada periode sebelumnya mencatatkan inflow uang

tunai (Grafik 3.27). Inflow pada periode laporan adalah

sebesar Rp12,02 triliun, turun dari triwulan sebelumnya

yang mencapai Rp20,52 triliun atau turun sebesar

-41,44% (qtq). Secara tahunan, perkembangan inflow

di Jawa Tengah pada triwulan laporan mengalami

perlambatan dari 4,97% (yoy) pada triwulan III 2014

menjadi 1,33% (yoy).

Perkembangan Nilai Nominal RTGS Jawa TengahGrafik 3.25.

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOYRP TRILIUN

RTGS DARI JATENG RTGS KE JATENG RTGS ANTAR JATENG

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Perkembangan Volume RTGS Jawa TengahGrafik 3.26.

(12,00)

(8,00)

(4,00)

-

4,00

8,00

12,00

-

30

60

90

120

150

180

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOY

RIBUTRANSAKSI

RTGS DARI JATENG RTGS KE JATENG RTGS ANTAR JATENG

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

3.7. Perkembangan Perkasan

52 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 69: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Perkembangan Penarikan Uang LusuhGrafik 3.28.Perkembangan Kegiatan Perkasan di Provinsi Jawa TengahGrafik 3.27.

Sumber : Bank Indonesia

-

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

RP TRILIUN

INFLOW OUTFLOW NET PTTB, YOY % PTTB THD INFLOW - SKALA KANAN

-

20

40

60

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

600

700 % YOY

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

%

Perkembangan s i s tem pembayaran d i a tas

menunjukkan bahwa transaksi non tunai khususnya

transaksi BI-RTGS mengalami peningkatan seiring

dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dan

konsumsi pemerintah di akhir tahun. Sementara

transaksi tunai menunjukkan net inflow sebagaimana

pola historis di Jawa Tengah, meskipun dengan nilai

yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI)

No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang salah

satunya mengatur mengenai pembatasan nilai nominal

transaksi melalui BI-RTGS terlihat belum memberikan

dampak signifikan terhadap volume dan nilai transaksi

BI-RTGS maupun kliring, meskipun ketentuan ini mulai

berlaku sejak 15 Desember 2014.

penarikan uang lusuh pada triwulan laporan

mengalami peningkatan menjadi sebesar 55,48% dari

18,35% pada triwulan III 2014 (Grafik 3.28).

Uang palsu yang ditemukan di Jawa Tengah pada tahun

2014 mengalami peningkatan. Perkembangan temuan

uang palsu yang ditemukan di wilayah Jawa Tengah

diperoleh baik dari setoran bank, setoran masyarakat

melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan

yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Uang palsu yang

ditemukan di wilayah Jawa Tengah pada periode

laporan adalah sebanyak 22.678 lembar atau

meningkat sebesar 8,08% dari temuan uang palsu

tahun 2013. Berdasarkan lokasi penemuan uang palsu,

temuan uang palsu di Jawa Tengah paling banyak

dijumpai di Kota Semarang.

2012 2013 2014

Tegal 1.577 3.034 3.241

Purwokerto 3.168 2.503 1.984

Solo 4.480 4.998 5.138

Semarang 12.034 10.447 12.315

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000 LEMBAR

Jumlah Temuan Uang PalsuGrafik 3.29.

53PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III

Sedangkan data outflow tercatat sebesar Rp9,20

triliun, turun dari triwulan sebelumnya yang mencapai

Rp14,69 triliun atau turun sebesar -37,37% (qtq).

Perkembangan tahunan data outflow pada triwulan ini

mengalami penurunan sebesar -0,10% (yoy) dari

sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,66%

(yoy). Dengan kondisi tersebut, data net inflow pada

triwulan laporan sebesar Rp2,82 triliun, lebih rendah

dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat

mengalami net inflow sebesar Rp5,83 triliun atau

mengalami penurunan sebesar -51,69% (qtq).

Sementara secara tahunan perkembangan net inflow

melambat menjadi 6,28% (yoy) dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,43% (yoy). Net inflow yang

terjadi pada periode laporan sesuai dengan pola historis

aliran uang tunai di Jawa Tengah.

Dalam rangka melaksanakan clean money policy,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah

bersama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Solo, Tegal, dan Purwokerto secara rutin melakukan

kegiatan penarikan uang lusuh untuk selanjutnya

disortir dan diganti dengan uang layak edar. Hal

tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan

kualitas uang layak edar di masyarakat. Pada triwulan

laporan, pertumbuhan uang lusuh yang ditarik tercatat

sebesar 21,41% (yoy) atau melambat dibandingkan

periode sebelumnya sebesar 38,42% (yoy). Dilihat

berdasarkan proporsinya terhadap inflow, persentase

Pertumbuhan transaksi RTGS pada triwulan IV

2014 menunjukkan perbaikan dari sisi nominal

transaksi (Grafik 3.25), sedangkan dari volumenya

mengalami penurunan (Grafik 3.26). Dari sisi nilai,

transaksi RTGS tumbuh sebesar 3,13% (yoy) pada

triwulan IV 2014 dibanding triwulan sebelumnya yang

mengalami penurunan sebesar -10,01% (yoy).

Kenaikan pada nominal transaksi RTGS didukung oleh

meningkatnya nilai transaksi outgoing transfer RTGS

menjadi sebesar 5,17% (yoy) dari triwulan sebelumnya

sebesar 0,15% (yoy), di samping juga dikarenakan

peningkatan nilai transfer RTGS antardaerah di Jawa

Tengah dan perbaikan atas penurunan nilai incoming

transfer RTGS dari triwulan sebelumnya. Sementara

dari sisi volume, baik volume transaksi outgoing,

incoming, maupun antardaerah di Jawa Tengah

mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya.

Pada triwulan IV 2014, kegiatan perkasan Bank

Indonesia untuk wilayah Jawa Tengah seperti halnya

pada periode sebelumnya mencatatkan inflow uang

tunai (Grafik 3.27). Inflow pada periode laporan adalah

sebesar Rp12,02 triliun, turun dari triwulan sebelumnya

yang mencapai Rp20,52 triliun atau turun sebesar

-41,44% (qtq). Secara tahunan, perkembangan inflow

di Jawa Tengah pada triwulan laporan mengalami

perlambatan dari 4,97% (yoy) pada triwulan III 2014

menjadi 1,33% (yoy).

Perkembangan Nilai Nominal RTGS Jawa TengahGrafik 3.25.

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOYRP TRILIUN

RTGS DARI JATENG RTGS KE JATENG RTGS ANTAR JATENG

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

Perkembangan Volume RTGS Jawa TengahGrafik 3.26.

(12,00)

(8,00)

(4,00)

-

4,00

8,00

12,00

-

30

60

90

120

150

180

I II III IV I II III IV I II III IV2012 2013 2014

%, YOY

RIBUTRANSAKSI

RTGS DARI JATENG RTGS KE JATENG RTGS ANTAR JATENG

PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN

3.7. Perkembangan Perkasan

52 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 70: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

BABIV

Peningkatan realisasi belanja daerah di tahun 2014 bergerak seiring pertumbuhan ekonomi daerah, namun demikian realisasi pendapatan daerah tumbuh melambat

Pada tahun 2015, belanja daerah difokuskan pada peningkatan infrastruktur

sebagai lanjutan melanjutkan program pemerintah di tahun 2014

55

Page 71: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

BABIV

Peningkatan realisasi belanja daerah di tahun 2014 bergerak seiring pertumbuhan ekonomi daerah, namun demikian realisasi pendapatan daerah tumbuh melambat

Pada tahun 2015, belanja daerah difokuskan pada peningkatan infrastruktur

sebagai lanjutan melanjutkan program pemerintah di tahun 2014

55

Page 72: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Realisasi pendapatan daerah terhadap anggaran

di tahun 2014 tumbuh melambat dibandingkan

dengan realisasi pendapatan tahun 2013.

Melambatnya realisasi pendapatan daerah utamanya

karena penurunan dana alokasi khusus dari pemerintah

pusat. Persentase realisasi dana perimbangan di tahun

2014 tercatat sebesar 97,14% lebih rendah dari

realisasi dana perimbangan tahun 2013 sebesar

99,62%. Penurunan tersebut juga terkonfirmasi dari

pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

tahun 2014 yang lebih rendah dari tahun 2013.

Meskipun demikian, pangsa PAD terhadap keseluruhan

realisasi pendapatan mencapai 65,42%, lebih tinggi

dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar

61,55%. Hal ini disebabkan secara nominal target,

pajak daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp 8,21 triliun

meningkat sebesar 22,29% dari tahun 2013 yang

sebesar Rp 6,71 triliun.

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah terus

menunjukkan peningkatan. Tercatat total anggaran

pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp

14,42 triliun, meningkat 13,90% dari total anggaran

pendapatan daerah tahun 2013 yang dianggarkan

sebesar Rp 12,66 triliun. Jumlah anggaran belanja

daerah juga meningkat sebesar 17,20% dari Rp 13,68

triliun pada tahun 2013, menjadi Rp 16,03 triliun pada

tahun 2014.

4.1 Realisasi APBD Triwulan IV 2014

Perkembangan APBD Jawa TengahGrafik 4.1

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2010 2011 2012 2013 2014

RP MILIAR Anggaran BelanjaAnggaran Pendapatan

ANGGARAN BELANJA ANGGARAN PENDAPATAN

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

57PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan IV 2014 (Rp Miliar)

URAIAN APBD 2014 %realisasi

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

PAJAK DAERAH

HASIL RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

DANA PERIMBANGAN

BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK

DANA ALOKASI UMUM

DANA ALOKASI KHUSUS

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

PENDAPATAN HIBAH

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS

DANA INSENTIF DAERAH

PENDAPATAN LAINNYA

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA DAN PARPOL

BELANJA TIDAK TERDUGA

BELANJA LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

SURPLUS / (DEFISIT)

Realisasis/d TW IV

14.425,14

9.097,48

7.819,10

78,49

290,53

909,4

2.617,6

734,5

1.803,93

79,17

2.710,06

29,08

2.677,99

3,00

0.00

16.038,95

11.478,62

2.122,97

3.025,95

39,23

3.293,38

2.899,42

97,68

4.560,33

336,46

2.563,48

1.660.,39

(1.613,81)

15.157,43

9.916,32

8.213,12

79,48

291,84

1.331,9

2.542,6

659,5

1.803,9

79,17

2.698,48

29,19

2.664,97

3,00

1,32

15.086,09

10.808,02

1,887,76

2.963,86

23,28

3.263,40

2.661,51

8,21

4.278,07

309,68

2.397,69

1.570,70

71.335,62

105,08

109,00

105,04

101,26

100,45

146,46

97,14

89,79

100,00

100,00

99,57

100,38

99,51

100,00

0,00

94,06

94,16

88,92

97,95

59,35

99,09

91,79

8,41

93,81

92,04

93,53

94,60

Page 73: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Realisasi pendapatan daerah terhadap anggaran

di tahun 2014 tumbuh melambat dibandingkan

dengan realisasi pendapatan tahun 2013.

Melambatnya realisasi pendapatan daerah utamanya

karena penurunan dana alokasi khusus dari pemerintah

pusat. Persentase realisasi dana perimbangan di tahun

2014 tercatat sebesar 97,14% lebih rendah dari

realisasi dana perimbangan tahun 2013 sebesar

99,62%. Penurunan tersebut juga terkonfirmasi dari

pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

tahun 2014 yang lebih rendah dari tahun 2013.

Meskipun demikian, pangsa PAD terhadap keseluruhan

realisasi pendapatan mencapai 65,42%, lebih tinggi

dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar

61,55%. Hal ini disebabkan secara nominal target,

pajak daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp 8,21 triliun

meningkat sebesar 22,29% dari tahun 2013 yang

sebesar Rp 6,71 triliun.

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah terus

menunjukkan peningkatan. Tercatat total anggaran

pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp

14,42 triliun, meningkat 13,90% dari total anggaran

pendapatan daerah tahun 2013 yang dianggarkan

sebesar Rp 12,66 triliun. Jumlah anggaran belanja

daerah juga meningkat sebesar 17,20% dari Rp 13,68

triliun pada tahun 2013, menjadi Rp 16,03 triliun pada

tahun 2014.

4.1 Realisasi APBD Triwulan IV 2014

Perkembangan APBD Jawa TengahGrafik 4.1

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2010 2011 2012 2013 2014

RP MILIAR Anggaran BelanjaAnggaran Pendapatan

ANGGARAN BELANJA ANGGARAN PENDAPATAN

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

57PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan IV 2014 (Rp Miliar)

URAIAN APBD 2014 %realisasi

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

PAJAK DAERAH

HASIL RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

DANA PERIMBANGAN

BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK

DANA ALOKASI UMUM

DANA ALOKASI KHUSUS

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

PENDAPATAN HIBAH

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS

DANA INSENTIF DAERAH

PENDAPATAN LAINNYA

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA DAN PARPOL

BELANJA TIDAK TERDUGA

BELANJA LANGSUNG

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

SURPLUS / (DEFISIT)

Realisasis/d TW IV

14.425,14

9.097,48

7.819,10

78,49

290,53

909,4

2.617,6

734,5

1.803,93

79,17

2.710,06

29,08

2.677,99

3,00

0.00

16.038,95

11.478,62

2.122,97

3.025,95

39,23

3.293,38

2.899,42

97,68

4.560,33

336,46

2.563,48

1.660.,39

(1.613,81)

15.157,43

9.916,32

8.213,12

79,48

291,84

1.331,9

2.542,6

659,5

1.803,9

79,17

2.698,48

29,19

2.664,97

3,00

1,32

15.086,09

10.808,02

1,887,76

2.963,86

23,28

3.263,40

2.661,51

8,21

4.278,07

309,68

2.397,69

1.570,70

71.335,62

105,08

109,00

105,04

101,26

100,45

146,46

97,14

89,79

100,00

100,00

99,57

100,38

99,51

100,00

0,00

94,06

94,16

88,92

97,95

59,35

99,09

91,79

8,41

93,81

92,04

93,53

94,60

Page 74: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

peningkatan usaha pada BUMD Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2014. BUMD Provinsi Jawa Tengah saat ini

terdapat 8 (delapan) perusahaan yaitu: PT Pekan Raya

Promosi Pembangunan Jateng (PRPP), PT Bank Jateng,

Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR

BKK), Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB), PT Sarana

Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), PT Kawasan Industri

Wijayakusuma, Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah

(CMJT), dan PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC).

Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD

2015 meningkat cukup tajam dibandingkan tahun

2014. Dari segi pendapatan, Provinsi Jawa Tengah

semakin mandiri dilihat dari pangsa Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap jumlah keseluruhan jumlah

pendapatan lebih tinggi dibanding tahun 2014.

Sedangkan dari sisi belanja, sejalan dengan kelanjutan

program peningkatan infrastruktur di Jawa Tengah,

maka alokasi anggaran untuk belanja modal di bidang

infrastruktur ditingkatkan.

Walaupun menunjukan perlambatan, tetapi

realisasi pendapatan lebih besar dari realisasi

belanja, sehingga Provinsi Jawa Tengah berada dalam

kondisi surplus yang mencapai Rp 71,33 miliar. Namun

demikian, surplus tersebut jauh lebih rendah

dibandingkan tahun 2013 yang mencapai Rp 618,58

miliar. Kondisi surplus tersebut dapat memberikan

ruang fiskal (fiscal space) yang lebih besar kepada

pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD untuk

membiayai kegiatan yang menjadi prioritas, seperti

untuk pembangunan infrastruktur dasar, yang nantinya

dapat memberikan multiplier effect yang besar

terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

Sementara itu, Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan menunjukkan realisasi

yang sangat baik dengan indikasi telah

terlampauinya target yang ditetapkan dalam

APBD. Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan mencapai Rp291,65 miliar atau

sebesar 104,37% dari target senilai Rp279,44 miliar.

Peningkatan tersebut mengindikasikan adanya

Perbandingan Realisasi Belanja DaerahGrafik 4.4

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

2010 2011 2012 2013 2014

% YOYRP MILIAR

95,28% 96,90% 95,96% 92,99% 94,06%

REALISASI BELANJA - YOYANGGARAN BELANJA REALISASI BELANJA

Perbandingan Realisasi Pendapatan DaerahGrafik 4.5

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2010 2011 2012 2013 2014

% YOYRP MILIAR

116,51% 106,61% 102,37% 105,36% 105,08%

REALISASI PENDAPATAN - YOYANGGARAN PENDAPATAN REALISASI PENDAPATAN

4.2 APBD Tahun 2015

59PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV

Tabel 4.2. Perbandingan APBD Jawa Tengah Tahun 2014 dan Tahun 2015 (Rp miliar)

URAIAN Anggaran Perubahan 2014

PENDAPATAN

BELANJA

SURPLUS/DEFISIT

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

SILPA

Rencana Anggaran 2015

14.425,14

16.038,94

(1.613,80)

300

40

0

17.097,68

17.337,68

(240)

450

210

0

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

tahun 2013. Realisasi belanja modal terhadap jumlah

belanja langsung di tahun 2014 sebesar 36,72%

meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 28,33%.

Selanjutnya, untuk lebih mendorong pertumbuhan

ekonomi lebih tinggi, optimalisasi belanja modal

daerah masih akan dialokasikan pada pembangunan

infrastruktur sebagai lanjutan dari program tahun

2014.

Realisasi pada pos belanja tidak langsung tumbuh

melambat d ibandingkan dengan tahun

sebelumnya, hal tersebut utamanya disebabkan oleh

persentase realisasi belanja hibah terhadap belanja

tidak langsung tahun 2014 sebesar 27,42% melambat

cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang

sebesar 37,99%. Penurunan alokasi dana hibah ini

sesuai dengan evaluasi Menteri Dalam Negeri

(Mendagri) Tahun 2014 terhadap APBD Perubahan

2014, yang kemudian diturunkan kepada Pemerintah

Daerah, dimana evaluasi Mendagri tersebut menilai

perlu adanya pengetatan dana hibah. Keputusan ini

berdasarkan pertimbangan, bahwa selama ini masih

banyak terjadi penyalahgunaan dana hibah oleh pihak

yang tidak bertanggungjawab.

Realisasi persentase belanja daerah terhadap

anggaran meningkat di tahun 2014 sejalan

dengan peningkatan perekonomian Jawa Tengah.

Walaupun komponen konsumsi pemerintah pada

tahun 2014 tumbuh melambat, akibat adanya

penurunan realisasi belanja langsung pegawai. Namun

demikian penurunan tersebut dapat terjaga dengan

adanya komponen belanja lain yang meningkat,

sehingga secara keseluruhan realisasi belanja terhadap

anggaran tahun 2014 mengalami peningkatan dari

tahun 2013.

Peningkatan realisasi pada pos belanja langsung,

diperkirakan terkait pembiayaan berbagai proyek

pemerintah. Realisasi belanja menunjukkan

perkembangan yang positif tercermin dari tingkat

penyerapan belanja terhadap anggaran yang mencapai

94,06% meningkat dari tahun 2013 sebesar 92,99%.

Hal ini sejalan dengan program yang dicanangkan oleh

Gubernur Jawa Tengah di mana tahun 2014

merupakan tahun infrastruktur. Peningkatan alokasi

belanja daerah terhadap program pemerintah terkait

infrastruktur ini, tercermin dari adanya persentase

belanja modal terhadap keseluruhan total belanja

daerah yang meningkat jika dibandingkan dengan

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Belanja Langsung 2014Grafik 4.2

7%

56%37%

BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODALBELANJA PEGAWAI

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Belanja Tidak Langsung 2014Grafik 4.3

25%30%

27%18%

BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN KEUANGAN KPD KAB/KOTA

BELANJA PEGAWAI BELANJA BAGI HASIL KPD KAB/KOTA

58 BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 75: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

peningkatan usaha pada BUMD Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2014. BUMD Provinsi Jawa Tengah saat ini

terdapat 8 (delapan) perusahaan yaitu: PT Pekan Raya

Promosi Pembangunan Jateng (PRPP), PT Bank Jateng,

Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR

BKK), Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB), PT Sarana

Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), PT Kawasan Industri

Wijayakusuma, Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah

(CMJT), dan PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC).

Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD

2015 meningkat cukup tajam dibandingkan tahun

2014. Dari segi pendapatan, Provinsi Jawa Tengah

semakin mandiri dilihat dari pangsa Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap jumlah keseluruhan jumlah

pendapatan lebih tinggi dibanding tahun 2014.

Sedangkan dari sisi belanja, sejalan dengan kelanjutan

program peningkatan infrastruktur di Jawa Tengah,

maka alokasi anggaran untuk belanja modal di bidang

infrastruktur ditingkatkan.

Walaupun menunjukan perlambatan, tetapi

realisasi pendapatan lebih besar dari realisasi

belanja, sehingga Provinsi Jawa Tengah berada dalam

kondisi surplus yang mencapai Rp 71,33 miliar. Namun

demikian, surplus tersebut jauh lebih rendah

dibandingkan tahun 2013 yang mencapai Rp 618,58

miliar. Kondisi surplus tersebut dapat memberikan

ruang fiskal (fiscal space) yang lebih besar kepada

pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD untuk

membiayai kegiatan yang menjadi prioritas, seperti

untuk pembangunan infrastruktur dasar, yang nantinya

dapat memberikan multiplier effect yang besar

terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

Sementara itu, Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan menunjukkan realisasi

yang sangat baik dengan indikasi telah

terlampauinya target yang ditetapkan dalam

APBD. Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan mencapai Rp291,65 miliar atau

sebesar 104,37% dari target senilai Rp279,44 miliar.

Peningkatan tersebut mengindikasikan adanya

Perbandingan Realisasi Belanja DaerahGrafik 4.4

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

2010 2011 2012 2013 2014

% YOYRP MILIAR

95,28% 96,90% 95,96% 92,99% 94,06%

REALISASI BELANJA - YOYANGGARAN BELANJA REALISASI BELANJA

Perbandingan Realisasi Pendapatan DaerahGrafik 4.5

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2010 2011 2012 2013 2014

% YOYRP MILIAR

116,51% 106,61% 102,37% 105,36% 105,08%

REALISASI PENDAPATAN - YOYANGGARAN PENDAPATAN REALISASI PENDAPATAN

4.2 APBD Tahun 2015

59PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV

Tabel 4.2. Perbandingan APBD Jawa Tengah Tahun 2014 dan Tahun 2015 (Rp miliar)

URAIAN Anggaran Perubahan 2014

PENDAPATAN

BELANJA

SURPLUS/DEFISIT

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

SILPA

Rencana Anggaran 2015

14.425,14

16.038,94

(1.613,80)

300

40

0

17.097,68

17.337,68

(240)

450

210

0

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

tahun 2013. Realisasi belanja modal terhadap jumlah

belanja langsung di tahun 2014 sebesar 36,72%

meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 28,33%.

Selanjutnya, untuk lebih mendorong pertumbuhan

ekonomi lebih tinggi, optimalisasi belanja modal

daerah masih akan dialokasikan pada pembangunan

infrastruktur sebagai lanjutan dari program tahun

2014.

Realisasi pada pos belanja tidak langsung tumbuh

melambat d ibandingkan dengan tahun

sebelumnya, hal tersebut utamanya disebabkan oleh

persentase realisasi belanja hibah terhadap belanja

tidak langsung tahun 2014 sebesar 27,42% melambat

cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang

sebesar 37,99%. Penurunan alokasi dana hibah ini

sesuai dengan evaluasi Menteri Dalam Negeri

(Mendagri) Tahun 2014 terhadap APBD Perubahan

2014, yang kemudian diturunkan kepada Pemerintah

Daerah, dimana evaluasi Mendagri tersebut menilai

perlu adanya pengetatan dana hibah. Keputusan ini

berdasarkan pertimbangan, bahwa selama ini masih

banyak terjadi penyalahgunaan dana hibah oleh pihak

yang tidak bertanggungjawab.

Realisasi persentase belanja daerah terhadap

anggaran meningkat di tahun 2014 sejalan

dengan peningkatan perekonomian Jawa Tengah.

Walaupun komponen konsumsi pemerintah pada

tahun 2014 tumbuh melambat, akibat adanya

penurunan realisasi belanja langsung pegawai. Namun

demikian penurunan tersebut dapat terjaga dengan

adanya komponen belanja lain yang meningkat,

sehingga secara keseluruhan realisasi belanja terhadap

anggaran tahun 2014 mengalami peningkatan dari

tahun 2013.

Peningkatan realisasi pada pos belanja langsung,

diperkirakan terkait pembiayaan berbagai proyek

pemerintah. Realisasi belanja menunjukkan

perkembangan yang positif tercermin dari tingkat

penyerapan belanja terhadap anggaran yang mencapai

94,06% meningkat dari tahun 2013 sebesar 92,99%.

Hal ini sejalan dengan program yang dicanangkan oleh

Gubernur Jawa Tengah di mana tahun 2014

merupakan tahun infrastruktur. Peningkatan alokasi

belanja daerah terhadap program pemerintah terkait

infrastruktur ini, tercermin dari adanya persentase

belanja modal terhadap keseluruhan total belanja

daerah yang meningkat jika dibandingkan dengan

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Belanja Langsung 2014Grafik 4.2

7%

56%37%

BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODALBELANJA PEGAWAI

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Belanja Tidak Langsung 2014Grafik 4.3

25%30%

27%18%

BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN KEUANGAN KPD KAB/KOTA

BELANJA PEGAWAI BELANJA BAGI HASIL KPD KAB/KOTA

58 BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 76: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAANDAERAH DAN KESEJAHTERAAN

BABV

Kesejahteraan terindikasi membaik

Penyerapan tenaga kerja menunjukkan perbaikan sejalan dengan perekonomian

Jawa Tengah yang membaik.

Angka pengangguran dan kemiskinan turun dibandingkan periode sebelumnya.

Tingkat daya beli petani meningkat pada subsektor tanaman pangan dan

hortikultura.

61

Alokasi belanja digunakan untuk urusan wajib di

bidang pekerjaan umum, yang meliputi Bina Marga,

Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air dan Dinas Cipta

Karya Cipta dan Tata Ruang. Alokasi terbesar

digunakan untuk infrastruktur berupa peningkatan

jalan dan penggantian jembatan.

Adanya penambahan alokasi anggaran belanja

modal di bidang infrastruktur sebesar Rp 1,10

triliun pada pos belanja modal pemerintah. Hal ini

menyebabkan anggaran belanja modal tahun 2015

meningkat tajam menjadi sebesar Rp 2,67 triliun dari

sebelumnya pada tahun 2014 sebesar Rp 1,57 triliun.

Perkembangan Tahunan Anggaran BelanjaDaerah Jawa Tengah

Grafik 4.6

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

10

20

30

40

50

60

70

0

5.000

10.000

15.000

20.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% YOYRP MILIAR

ANGGARAN BELANJA ANGGARAN - YOY

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Tahunan Anggaran PendapatanDaerah Jawa Tengah

Grafik 4.7

0

10

20

30

40

50

60

02.0004.0006.0008.000

10.00012.00014.00016.00018.00020.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% YOY RP MILIAR

ANGGARAN PENDAPATAN ANGGARAN - YOY

Perkembangan Pangsa Belanja Langsungdan Tidak Langsung

Grafik 4.8

BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

63%67%

74% 72% 72%67%

37%33%

26% 28% 28%33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% TERHADAP JUMLAH BELANJA

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Pendapatan DaerahGrafik 4.9

68%15,8%15,8%

DANA PERTIMBANGAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYAPAD

60 BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 77: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAANDAERAH DAN KESEJAHTERAAN

BABV

Kesejahteraan terindikasi membaik

Penyerapan tenaga kerja menunjukkan perbaikan sejalan dengan perekonomian

Jawa Tengah yang membaik.

Angka pengangguran dan kemiskinan turun dibandingkan periode sebelumnya.

Tingkat daya beli petani meningkat pada subsektor tanaman pangan dan

hortikultura.

61

Alokasi belanja digunakan untuk urusan wajib di

bidang pekerjaan umum, yang meliputi Bina Marga,

Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air dan Dinas Cipta

Karya Cipta dan Tata Ruang. Alokasi terbesar

digunakan untuk infrastruktur berupa peningkatan

jalan dan penggantian jembatan.

Adanya penambahan alokasi anggaran belanja

modal di bidang infrastruktur sebesar Rp 1,10

triliun pada pos belanja modal pemerintah. Hal ini

menyebabkan anggaran belanja modal tahun 2015

meningkat tajam menjadi sebesar Rp 2,67 triliun dari

sebelumnya pada tahun 2014 sebesar Rp 1,57 triliun.

Perkembangan Tahunan Anggaran BelanjaDaerah Jawa Tengah

Grafik 4.6

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

0

10

20

30

40

50

60

70

0

5.000

10.000

15.000

20.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% YOYRP MILIAR

ANGGARAN BELANJA ANGGARAN - YOY

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Perkembangan Tahunan Anggaran PendapatanDaerah Jawa Tengah

Grafik 4.7

0

10

20

30

40

50

60

02.0004.0006.0008.000

10.00012.00014.00016.00018.00020.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% YOY RP MILIAR

ANGGARAN PENDAPATAN ANGGARAN - YOY

Perkembangan Pangsa Belanja Langsungdan Tidak Langsung

Grafik 4.8

BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

63%67%

74% 72% 72%67%

37%33%

26% 28% 28%33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% TERHADAP JUMLAH BELANJA

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Pangsa Pendapatan DaerahGrafik 4.9

68%15,8%15,8%

DANA PERTIMBANGAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYAPAD

60 BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 78: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Angka penduduk angkatan kerja yang bekerja

pada Agustus 2014 menunjukkan peningkatan.

Jumlah penduduk bekerja meningkat sebesar 0,49%

(yoy) menjadi 16,55 juta orang. Peningkatan ini lebih

besar daripada peningkatan yang terjadi pada jumlah

angkatan kerja sebesar 0,17% menjadi 17,55 juta

orang. Hal ini mengindikasikan penyerapan tenaga

kerja yang baik sejalan dengan membaiknya

perekonomian Jawa Tengah di periode tersebut.

Dibandingkan dengan angka nasional, Jawa Tengah

menyumbang 14,44% penduduk bekerja dari

keseluruhan angka penduduk bekerja di nasional.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

menunjukkan sedikit penurunan, baik secara

tahunan maupun dibandingkan dengan Februari

2014. TPAK pada Agustus 2014 sebesar 69,68%, turun

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 70,42% dan

Februari 2014 sebesar 70,93%. Namun nilai ini masih

lebih besar daripada TPAK nasional sebesar 66,6%.

TPAK merupakan rasio perbandingan antara angkatan

kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

kerja. Rasio ini mampu mengindikasikan besarnya

persentase penduduk usia kerja yang aktif secara

ekonomi. Penurunan rasio ini menandakan pasokan

tenaga kerja yang tersedia mengalami penurunan.

Peningkatan jumlah angkatan kerja lebih rendah

dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk

usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja).

Hampir seluruh TPAK kabupaten/kota di Jawa

Tengah turun. Penurunan terbesar terjadi di

Kabupaten Brebes yang turun dari 73,03% pada

Agustus 2013 menjadi 65,18%. Sementara itu TPAK di

beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah naik, dengan

peningkatan terbesar di Kabupaten Wonosobo yang

naik dari 69,31% menjadi 73,9%.

125.1. Ketenagakerjaan

Pada rilis Februari, BPS mengubah penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan sehingga turut mengubah data sebelumnya

63PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)

INDIKATOR 2014**

Angkatan Kerja

Bekerja

Pengangguran

Bukan Angkatan Kerja

Penduduk Usia Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) %

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)%

Pekerja Tidak Penuh

Setengah Penganggur

Paruh Waktu

Februari Agustus Februari

17,46

16,5

0,96

7,32

24,78

70,46

5,50

4,73

1,9

2,83

17,52

16,47

1,05

7,36

24,88

70,42

5,99

5,21

1,49

3,72

17,72

16,75

0,97

7,26

24,98

70,93

5,45

4,85

1,28

3,57

2013*

Agustus

17,55

16,55

1

7,64

25,19

69,68

5,68

4,9

1,19

3,71

*Februari - Agustus 2013 hasil backcasting penimbang Proyeksi Penduduk Februari 2014**Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

12.13.

Grafik 5.1. TPAK Kabupaten di Jawa Tengah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2013 2014

CIL

AC

AP

BAN

YU

MA

S

PURB

ALI

NG

GA

BAN

JARN

EGA

RA

KEB

UM

EN

PURW

ORE

JO

WO

NO

SOBO

MA

GEL

AN

G

BOY

OLA

LI

KLA

TEN

SUK

OH

ARJ

O

WO

NO

GIR

I

KA

RAN

GA

NYA

R

SRA

GEN

GRO

BOG

AN

BLO

RA

REM

BAN

G

PATI

KU

DU

S

JEPA

RA

DEM

AK

SEM

ARA

NG

TEM

AN

GG

UN

G

KEN

DA

L

BATA

NG

PEK

ALO

NG

AN

PEM

ALA

NG

TEG

AL

BRE

BES

Sumber : BPS Jawa Tengah

% %

Sumber : BPS Jawa Tengah

Grafik 5.2. TPAK Kota di Jawa Tengah

60

62

64

66

68

70

72

74

KotaMagelang

KotaSurakarta

KotaSalatiga

KotaSemarang

KotaPekalongan

KotaTegal

2013 2014

Sumber : BPS Jawa Tengah

Page 79: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Angka penduduk angkatan kerja yang bekerja

pada Agustus 2014 menunjukkan peningkatan.

Jumlah penduduk bekerja meningkat sebesar 0,49%

(yoy) menjadi 16,55 juta orang. Peningkatan ini lebih

besar daripada peningkatan yang terjadi pada jumlah

angkatan kerja sebesar 0,17% menjadi 17,55 juta

orang. Hal ini mengindikasikan penyerapan tenaga

kerja yang baik sejalan dengan membaiknya

perekonomian Jawa Tengah di periode tersebut.

Dibandingkan dengan angka nasional, Jawa Tengah

menyumbang 14,44% penduduk bekerja dari

keseluruhan angka penduduk bekerja di nasional.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

menunjukkan sedikit penurunan, baik secara

tahunan maupun dibandingkan dengan Februari

2014. TPAK pada Agustus 2014 sebesar 69,68%, turun

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 70,42% dan

Februari 2014 sebesar 70,93%. Namun nilai ini masih

lebih besar daripada TPAK nasional sebesar 66,6%.

TPAK merupakan rasio perbandingan antara angkatan

kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

kerja. Rasio ini mampu mengindikasikan besarnya

persentase penduduk usia kerja yang aktif secara

ekonomi. Penurunan rasio ini menandakan pasokan

tenaga kerja yang tersedia mengalami penurunan.

Peningkatan jumlah angkatan kerja lebih rendah

dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk

usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja).

Hampir seluruh TPAK kabupaten/kota di Jawa

Tengah turun. Penurunan terbesar terjadi di

Kabupaten Brebes yang turun dari 73,03% pada

Agustus 2013 menjadi 65,18%. Sementara itu TPAK di

beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah naik, dengan

peningkatan terbesar di Kabupaten Wonosobo yang

naik dari 69,31% menjadi 73,9%.

125.1. Ketenagakerjaan

Pada rilis Februari, BPS mengubah penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan sehingga turut mengubah data sebelumnya

63PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)

INDIKATOR 2014**

Angkatan Kerja

Bekerja

Pengangguran

Bukan Angkatan Kerja

Penduduk Usia Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) %

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)%

Pekerja Tidak Penuh

Setengah Penganggur

Paruh Waktu

Februari Agustus Februari

17,46

16,5

0,96

7,32

24,78

70,46

5,50

4,73

1,9

2,83

17,52

16,47

1,05

7,36

24,88

70,42

5,99

5,21

1,49

3,72

17,72

16,75

0,97

7,26

24,98

70,93

5,45

4,85

1,28

3,57

2013*

Agustus

17,55

16,55

1

7,64

25,19

69,68

5,68

4,9

1,19

3,71

*Februari - Agustus 2013 hasil backcasting penimbang Proyeksi Penduduk Februari 2014**Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

12.13.

Grafik 5.1. TPAK Kabupaten di Jawa Tengah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2013 2014

CIL

AC

AP

BAN

YU

MA

S

PURB

ALI

NG

GA

BAN

JARN

EGA

RA

KEB

UM

EN

PURW

ORE

JO

WO

NO

SOBO

MA

GEL

AN

G

BOY

OLA

LI

KLA

TEN

SUK

OH

ARJ

O

WO

NO

GIR

I

KA

RAN

GA

NYA

R

SRA

GEN

GRO

BOG

AN

BLO

RA

REM

BAN

G

PATI

KU

DU

S

JEPA

RA

DEM

AK

SEM

ARA

NG

TEM

AN

GG

UN

G

KEN

DA

L

BATA

NG

PEK

ALO

NG

AN

PEM

ALA

NG

TEG

AL

BRE

BES

Sumber : BPS Jawa Tengah

% %

Sumber : BPS Jawa Tengah

Grafik 5.2. TPAK Kota di Jawa Tengah

60

62

64

66

68

70

72

74

KotaMagelang

KotaSurakarta

KotaSalatiga

KotaSemarang

KotaPekalongan

KotaTegal

2013 2014

Sumber : BPS Jawa Tengah

Page 80: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Peningkatan tertinggi jumlah penduduk bekerja

di sektor konstruksi. Diikuti oleh sektor lembaga

keuangan, real estate dan usaha persewaan kemudian

sektor industri dan sektor perdagangan. Kenaikan

pertumbuhan ekonomi sektor jasa keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan serta sektor industri

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran bergerak

sejalan dengan bertambahnya jumlah pekerja di ketiga

sektor tersebut.

Secara historis, jumlah penduduk bekerja 11terkonsentrasi di sektor informal. Jumlah pekerja

informal dalam perekonomian pada Agustus 2014

mencapai 64,42%, sedikit lebih rendah dibandingkan

Agustus 2013 sebesar 65,45%.

Jumlah pekerja formal pada Agustus 2014 naik

sementara peker ja informal mengalami

penurunan. Jumlah pekerja formal naik sebesar

3,51% (yoy) atau 0,20 juta orang dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

berjumlah 5,69 juta orang. Peningkatan terutama

didorong oleh kelompok orang yang berusaha sendiri

dan bekerja bebas. Sementara itu, pekerja informal

berkurang 0,12 juta orang dibandingkan Agustus 2013

sebesar 10,78 juta orang atau turun 1,11% (yoy).

Secara keseluruhan, meningkatnya jumlah pekerja

formal mendorong peningkatan jumlah penduduk

yang bekerja.

Pekerja waktu penuh masih mendominasi di Jawa

Tengah. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar atau

70,40% masih didominasi oleh penduduk yang

dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time

worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok

35 jam ke atas per minggu.

Peningkatan terjadi pada jumlah pekerja waktu

penuh. Jumlah pekerja waktu penuh bertambah 0,39

juta orang dibandingkan dengan Agustus 2014 atau

naik sebesar 3,5%. Sementara jumlah pekerja tidak

penuh, baik setengah penganggur dan pekerja paruh

waktu menurun dibandingkan dengan Agustus 2013

(Tabel 5.4).

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus 2014 (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

STATUS PEKERJAN UTAMA

BERUSAHA SENDIRI

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP

BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI

PEKERJA BEBAS

PEKERJA TAK DIBAYAR

TOTAL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

2014**

Februari Agustus Februari

2,81

2,93

0,57

5,43

2,48

2,29

16,51

2,66

3,34

0,54

5,15

2,02

2,76

16,47

2,82

2,93

0,62

5,74

2,29

2,36

16,76

2013*

Agustus

2,86

3,19

0,64

5,25

2,18

2,43

16,55

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

PENDUDUK YANG BEKERJA

PEKERJA TIDAK PENUH

SETENGAH PENGANGGUR

PEKERJA PARUH WAKTU

PEKERJA PENUH

TOTAL

2014**

Agustus Februari

5,21

1,49

3,72

11,26

16,47

4,85

1,28

3,57

11,9

16,75

4,9

1,19

3,71

11,65

16,55

2013*

Agustus

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

65PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu.

01.

Kondisi ketenagakerjaan saat ini dipandang

optimis oleh konsumen. Berdasarkan survei

konsumen di Jawa Tengah, konsumen mulai

menunjukkan optimisme terhadap kondisi lapangan

kerja saat ini (Grafik 5.3). Hal ini sejalan dengan

banyaknya investor yang masuk ke Jawa Tengah dan

berkembangnya pabrik-pabrik baru. Di sisi lain,

konsumen mulai melihat kondisi penghasilan tidak

seoptimis periode sebelumnya. Sikap ini didorong oleh

naiknya harga komoditas yang banyak terjadi di

triwulan IV 2014, salah satunya kenaikan harga BBM.

Optimisme konsumen dalam melihat kondisi

ketenagakerjaan yang akan datang juga

mengalami peningkatan. Berdasarkan survei

konsumen di Jawa Tengah, optimisme konsumen

melihat kondisi lapangan kerja yang akan datang naik.

Sejalan dengan naiknya optimisme melihat kegiatan

usaha yang akan datang (Grafik 5.4).

Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami

perubahan. Pada Agustus 2014 sektor pertanian,

sektor perdagangan, sektor industri dan sektor jasa

kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa

Tengah dengan persentase masing-masing sebesar

31%, 22%, dan 19% dari jumlah penduduk angkatan

kerja yang bekerja.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2013 – Agustus 2014 (juta orang)

LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Lainnya**

Total

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

2014**

Februari Agustus Februari

5,05

3,31

1,23

3,76

0,55

0,31

2,14

0,1

16,45

5,17

3,11

0,97

3,69

0,62

0,31

2,51

0,09

16,47

5,19

3,31

1,31

3,72

0,55

0,36

2,15

0,16

16,75

2013*

Agustus

5,17

3,17

1,27

3,72

0,59

0,32

2,19

0,12

16,55

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk***) Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan

64 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Grafik 5.3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini

70

80

90

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

OPTIMIS

PESIMIS

PENGHASILAN LAPANGAN KERJA

IV

70

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

PENGHASILAN LAPANGAN KERJA KEGIATAN USAHA

OPTIMIS

PESIMIS

Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan,dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang

IV

INDEKS INDEKS

Page 81: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Peningkatan tertinggi jumlah penduduk bekerja

di sektor konstruksi. Diikuti oleh sektor lembaga

keuangan, real estate dan usaha persewaan kemudian

sektor industri dan sektor perdagangan. Kenaikan

pertumbuhan ekonomi sektor jasa keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan serta sektor industri

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran bergerak

sejalan dengan bertambahnya jumlah pekerja di ketiga

sektor tersebut.

Secara historis, jumlah penduduk bekerja 11terkonsentrasi di sektor informal. Jumlah pekerja

informal dalam perekonomian pada Agustus 2014

mencapai 64,42%, sedikit lebih rendah dibandingkan

Agustus 2013 sebesar 65,45%.

Jumlah pekerja formal pada Agustus 2014 naik

sementara peker ja informal mengalami

penurunan. Jumlah pekerja formal naik sebesar

3,51% (yoy) atau 0,20 juta orang dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

berjumlah 5,69 juta orang. Peningkatan terutama

didorong oleh kelompok orang yang berusaha sendiri

dan bekerja bebas. Sementara itu, pekerja informal

berkurang 0,12 juta orang dibandingkan Agustus 2013

sebesar 10,78 juta orang atau turun 1,11% (yoy).

Secara keseluruhan, meningkatnya jumlah pekerja

formal mendorong peningkatan jumlah penduduk

yang bekerja.

Pekerja waktu penuh masih mendominasi di Jawa

Tengah. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar atau

70,40% masih didominasi oleh penduduk yang

dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time

worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok

35 jam ke atas per minggu.

Peningkatan terjadi pada jumlah pekerja waktu

penuh. Jumlah pekerja waktu penuh bertambah 0,39

juta orang dibandingkan dengan Agustus 2014 atau

naik sebesar 3,5%. Sementara jumlah pekerja tidak

penuh, baik setengah penganggur dan pekerja paruh

waktu menurun dibandingkan dengan Agustus 2013

(Tabel 5.4).

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus 2014 (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

STATUS PEKERJAN UTAMA

BERUSAHA SENDIRI

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP

BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI

PEKERJA BEBAS

PEKERJA TAK DIBAYAR

TOTAL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

2014**

Februari Agustus Februari

2,81

2,93

0,57

5,43

2,48

2,29

16,51

2,66

3,34

0,54

5,15

2,02

2,76

16,47

2,82

2,93

0,62

5,74

2,29

2,36

16,76

2013*

Agustus

2,86

3,19

0,64

5,25

2,18

2,43

16,55

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

PENDUDUK YANG BEKERJA

PEKERJA TIDAK PENUH

SETENGAH PENGANGGUR

PEKERJA PARUH WAKTU

PEKERJA PENUH

TOTAL

2014**

Agustus Februari

5,21

1,49

3,72

11,26

16,47

4,85

1,28

3,57

11,9

16,75

4,9

1,19

3,71

11,65

16,55

2013*

Agustus

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

65PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu.

01.

Kondisi ketenagakerjaan saat ini dipandang

optimis oleh konsumen. Berdasarkan survei

konsumen di Jawa Tengah, konsumen mulai

menunjukkan optimisme terhadap kondisi lapangan

kerja saat ini (Grafik 5.3). Hal ini sejalan dengan

banyaknya investor yang masuk ke Jawa Tengah dan

berkembangnya pabrik-pabrik baru. Di sisi lain,

konsumen mulai melihat kondisi penghasilan tidak

seoptimis periode sebelumnya. Sikap ini didorong oleh

naiknya harga komoditas yang banyak terjadi di

triwulan IV 2014, salah satunya kenaikan harga BBM.

Optimisme konsumen dalam melihat kondisi

ketenagakerjaan yang akan datang juga

mengalami peningkatan. Berdasarkan survei

konsumen di Jawa Tengah, optimisme konsumen

melihat kondisi lapangan kerja yang akan datang naik.

Sejalan dengan naiknya optimisme melihat kegiatan

usaha yang akan datang (Grafik 5.4).

Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami

perubahan. Pada Agustus 2014 sektor pertanian,

sektor perdagangan, sektor industri dan sektor jasa

kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa

Tengah dengan persentase masing-masing sebesar

31%, 22%, dan 19% dari jumlah penduduk angkatan

kerja yang bekerja.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2013 – Agustus 2014 (juta orang)

LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Lainnya**

Total

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

2014**

Februari Agustus Februari

5,05

3,31

1,23

3,76

0,55

0,31

2,14

0,1

16,45

5,17

3,11

0,97

3,69

0,62

0,31

2,51

0,09

16,47

5,19

3,31

1,31

3,72

0,55

0,36

2,15

0,16

16,75

2013*

Agustus

5,17

3,17

1,27

3,72

0,59

0,32

2,19

0,12

16,55

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk***) Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan

64 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Grafik 5.3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini

70

80

90

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

OPTIMIS

PESIMIS

PENGHASILAN LAPANGAN KERJA

IV

70

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

PENGHASILAN LAPANGAN KERJA KEGIATAN USAHA

OPTIMIS

PESIMIS

Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan,dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang

IV

INDEKS INDEKS

Page 82: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kenaikan NTP utamanya didorong oleh subsektor

hortikultura dan tanaman pangan. NTP subsektor

hortikultura dan tanaman pangan masing-masing naik

0,61% (qtq) dan 3,38% (qtq). Sementara itu subsektor

peternakan, tanaman perkebunan rakyat, dan

perikanan turun (Grafik 5.8). Peningkatan NTP

tanaman bahan makanan dan hortikultura sejalan

dengan produksinya yang meningkat. Sehingga

kenaikan indeks yang diter ima lebih t inggi

dibandingkan dengan kenaikan indeks yang

dibayarkan.

Indeks yang diterima petani di semua subsektor

naik kecuali subsektor tanaman perkebunan

rakyat. Kenaikan terbesar indeks yang diterima petani

terjadi di subsektor hortikultura dan tanaman pangan.

Peningkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan

indeks yang dibayar di masing-masing subsektor.

Sehingga kedua subsektor ini memiliki angka NTP yang

meningkat. Kenaikan NTP tanaman pangan sejalan

dengan harga beras yang meningkat dan secara

berturut-turut termasuk ke dalam lima komoditas

penyumbang inflasi terbesar di sepanjang triwulan IV

2014. Begitupula dengan komoditas utama

hortikultura, yaitu cabai merah tercatat mengalami

kenaikan harga pada triwulan IV 2014.

Indeks yang dibayar petani meningkat untuk

semua subsektor. Kenaikan ini didorong oleh

kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan November

yang mengakibatkan naiknya tarif angkutan dan harga

sejumlah barang komoditas lainnya. Kenaikan terbesar

terjadi di subsektor tanaman pangan dan perikanan.

Meskipun indeks yang dibayar petani untuk subsektor

tanaman pangan mengalami kenaikan tertinggi,

kenaikan indeks yang diterimanya lebih tinggi sehingga

NTP subsektor tanaman pangan tercatat naik.

Kemampuan produksi petani pada periode

laporan naik. Kemampuan produksi petani yang

tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga 15

Pertanian (NTUP) kembali mengalami peningkatan

yaitu dari 103,86 menjadi 105,31. Peningkatan terjadi

pada subsektor hortikultura dan tanaman pangan.

Sementara sektor lainnya mengalami penurunan

kemampuan produksi.

Grafik 5.7. NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya

120

115

110

105

100

95I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

INDEKS YANG DITERIMA PETANI (IT)INDEKS YANG DIBAYAR PETANI (IB)

NILAI TUKAR PETANI

IV

Sumber : BPS Jawa Tengah

Grafik 5.8. NTP Subsektor di Jawa Tengah

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

TOTAL TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PETERNAKAN

HORTIKULTURAPERIKANAN

IV

Sumber : BPS Jawa Tengah

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dimana komponen indeks yang dibayar hanya terdiri dari biaya produksi dan penambahan barang modal.

01.

67PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

INDEKS INDEKS

Kual itas penduduk yang bekerja belum

mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja

sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang

berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi

54,26%. Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi

hanya mencakup 6,95%. Sedangkan sisanya

merupakan pekerja berpendidikan menengah.

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

komposisi ini tidak mengalami perubahan yang

signifikan.

Angka pengangguran pada periode laporan

memperlihatkan penurunan. Jumlah pengangguran

turun dari 1,05 juta orang pada Agustus 2013 menjadi

1,00 juta pada Agustus 2014 atau turun 4,76% (yoy).

Pada tingkat nasional juga terjadi penurunan angka

pengangguran sebesar 0,17 juta orang menjadi 7,24

juta orang atau turun 2,29%. Dari keseluruhan angka

pengangguran di nasional, Jawa Tengah menyumbang

13,8%. Tingkat pengangguran terbuka (TPT)

Jawa Tengah juga mengalami penurunan, yaitu dari

5,99% menjadi 5,68% (Tabel 5.1). Angka ini lebih

rendah dari TPT nasional yaitu sebesar 5,94%.

TPT di hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa

Tengah menurun. Penurunan terbesar terjadi di

Kabupaten Kudus dari 8,07% menjadi 5,03%. Di sisi

lain, hanya sebagian kecil kabupaten/kota di Jawa

Tengah yang TPT nya naik. Peningkatan terbesar terjadi

di Kota Semarang dari 6,02% menjadi 7,76%.

Kabupaten yang memiliki nilai TPT tinggi umumnya

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, seperti

Kabupaten Brebes dan Pemalang.

Tingkat daya beli petani di pedesaan terindikasi

naik. Kenaikan daya beli terindikasi dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Didorong

oleh indeks yang diterima petani naik lebih tinggi

dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani

(Grafik 5.7).

Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2013 – Agustus 2014 (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

PENDIDIKAN

SD ke Bawah

SMP

SMA

DI/II/III dan Universitas

Total

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

2014**

Februari Agustus Februari

9,31

2,91

3,13

1,15

16,50

9,00

3,22

3,14

1,11

16,47

9,13

3,16

3,37

1,09

16,75

2013*

Agustus

8,98

3,12

3,30

1,15

16,55

5.2. Pengangguran

0

2

4

6

8

10

12

CIL

AC

AP

BAN

YU

MA

S

PURB

ALI

NG

GA

BAN

JARN

EGA

RA

KEB

UM

EN

PURW

ORE

JO

WO

NO

SOBO

MA

GEL

AN

G

BOY

OLA

LI

KLA

TEN

SUK

OH

ARJ

O

WO

NO

GIR

I

KA

RAN

GA

NYA

R

SRA

GEN

GRO

BOG

AN

BLO

RA

REM

BAN

G

PATI

KU

DU

S

JEPA

RA

DEM

AK

SEM

ARA

NG

TEM

AN

GG

UN

G

KEN

DA

L

BATA

NG

PEK

ALO

NG

AN

PEM

ALA

NG

TEG

AL

BRE

BES

2013 2014

Grafik 5.5. TPT Kabupaten di Jawa Tengah

Sumber : BPS Jawa Tengah

Grafik 5.6. TPT Kota di Jawa Tengah

MAGELANG SURAKARTA SALATIGA SEMARANG PEKALONGAN TEGAL

2013 2014

0123456789

10

Sumber : BPS Jawa Tengah

015.3. Nilai Tukar Petani

Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.

01.

66 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

%%

Page 83: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kenaikan NTP utamanya didorong oleh subsektor

hortikultura dan tanaman pangan. NTP subsektor

hortikultura dan tanaman pangan masing-masing naik

0,61% (qtq) dan 3,38% (qtq). Sementara itu subsektor

peternakan, tanaman perkebunan rakyat, dan

perikanan turun (Grafik 5.8). Peningkatan NTP

tanaman bahan makanan dan hortikultura sejalan

dengan produksinya yang meningkat. Sehingga

kenaikan indeks yang diter ima lebih t inggi

dibandingkan dengan kenaikan indeks yang

dibayarkan.

Indeks yang diterima petani di semua subsektor

naik kecuali subsektor tanaman perkebunan

rakyat. Kenaikan terbesar indeks yang diterima petani

terjadi di subsektor hortikultura dan tanaman pangan.

Peningkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan

indeks yang dibayar di masing-masing subsektor.

Sehingga kedua subsektor ini memiliki angka NTP yang

meningkat. Kenaikan NTP tanaman pangan sejalan

dengan harga beras yang meningkat dan secara

berturut-turut termasuk ke dalam lima komoditas

penyumbang inflasi terbesar di sepanjang triwulan IV

2014. Begitupula dengan komoditas utama

hortikultura, yaitu cabai merah tercatat mengalami

kenaikan harga pada triwulan IV 2014.

Indeks yang dibayar petani meningkat untuk

semua subsektor. Kenaikan ini didorong oleh

kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan November

yang mengakibatkan naiknya tarif angkutan dan harga

sejumlah barang komoditas lainnya. Kenaikan terbesar

terjadi di subsektor tanaman pangan dan perikanan.

Meskipun indeks yang dibayar petani untuk subsektor

tanaman pangan mengalami kenaikan tertinggi,

kenaikan indeks yang diterimanya lebih tinggi sehingga

NTP subsektor tanaman pangan tercatat naik.

Kemampuan produksi petani pada periode

laporan naik. Kemampuan produksi petani yang

tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga 15

Pertanian (NTUP) kembali mengalami peningkatan

yaitu dari 103,86 menjadi 105,31. Peningkatan terjadi

pada subsektor hortikultura dan tanaman pangan.

Sementara sektor lainnya mengalami penurunan

kemampuan produksi.

Grafik 5.7. NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya

120

115

110

105

100

95I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

INDEKS YANG DITERIMA PETANI (IT)INDEKS YANG DIBAYAR PETANI (IB)

NILAI TUKAR PETANI

IV

Sumber : BPS Jawa Tengah

Grafik 5.8. NTP Subsektor di Jawa Tengah

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

TOTAL TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PETERNAKAN

HORTIKULTURAPERIKANAN

IV

Sumber : BPS Jawa Tengah

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dimana komponen indeks yang dibayar hanya terdiri dari biaya produksi dan penambahan barang modal.

01.

67PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

INDEKS INDEKS

Kual itas penduduk yang bekerja belum

mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja

sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang

berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi

54,26%. Sementara pekerja yang berpendidikan tinggi

hanya mencakup 6,95%. Sedangkan sisanya

merupakan pekerja berpendidikan menengah.

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

komposisi ini tidak mengalami perubahan yang

signifikan.

Angka pengangguran pada periode laporan

memperlihatkan penurunan. Jumlah pengangguran

turun dari 1,05 juta orang pada Agustus 2013 menjadi

1,00 juta pada Agustus 2014 atau turun 4,76% (yoy).

Pada tingkat nasional juga terjadi penurunan angka

pengangguran sebesar 0,17 juta orang menjadi 7,24

juta orang atau turun 2,29%. Dari keseluruhan angka

pengangguran di nasional, Jawa Tengah menyumbang

13,8%. Tingkat pengangguran terbuka (TPT)

Jawa Tengah juga mengalami penurunan, yaitu dari

5,99% menjadi 5,68% (Tabel 5.1). Angka ini lebih

rendah dari TPT nasional yaitu sebesar 5,94%.

TPT di hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa

Tengah menurun. Penurunan terbesar terjadi di

Kabupaten Kudus dari 8,07% menjadi 5,03%. Di sisi

lain, hanya sebagian kecil kabupaten/kota di Jawa

Tengah yang TPT nya naik. Peningkatan terbesar terjadi

di Kota Semarang dari 6,02% menjadi 7,76%.

Kabupaten yang memiliki nilai TPT tinggi umumnya

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, seperti

Kabupaten Brebes dan Pemalang.

Tingkat daya beli petani di pedesaan terindikasi

naik. Kenaikan daya beli terindikasi dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Didorong

oleh indeks yang diterima petani naik lebih tinggi

dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani

(Grafik 5.7).

Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2013 – Agustus 2014 (juta orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

PENDIDIKAN

SD ke Bawah

SMP

SMA

DI/II/III dan Universitas

Total

*) Februari - Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014**) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

2014**

Februari Agustus Februari

9,31

2,91

3,13

1,15

16,50

9,00

3,22

3,14

1,11

16,47

9,13

3,16

3,37

1,09

16,75

2013*

Agustus

8,98

3,12

3,30

1,15

16,55

5.2. Pengangguran

0

2

4

6

8

10

12

CIL

AC

AP

BAN

YU

MA

S

PURB

ALI

NG

GA

BAN

JARN

EGA

RA

KEB

UM

EN

PURW

ORE

JO

WO

NO

SOBO

MA

GEL

AN

G

BOY

OLA

LI

KLA

TEN

SUK

OH

ARJ

O

WO

NO

GIR

I

KA

RAN

GA

NYA

R

SRA

GEN

GRO

BOG

AN

BLO

RA

REM

BAN

G

PATI

KU

DU

S

JEPA

RA

DEM

AK

SEM

ARA

NG

TEM

AN

GG

UN

G

KEN

DA

L

BATA

NG

PEK

ALO

NG

AN

PEM

ALA

NG

TEG

AL

BRE

BES

2013 2014

Grafik 5.5. TPT Kabupaten di Jawa Tengah

Sumber : BPS Jawa Tengah

Grafik 5.6. TPT Kota di Jawa Tengah

MAGELANG SURAKARTA SALATIGA SEMARANG PEKALONGAN TEGAL

2013 2014

0123456789

10

Sumber : BPS Jawa Tengah

015.3. Nilai Tukar Petani

Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.

01.

66 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

%%

Page 84: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara

perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di

perkotaan dalam periode yang sama tercatat

mengalami peningkatan sebesar 2,50% dari

Rp279.036 per kapita/bulan menjadi Rp268.397 per

kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah

pedesaan mengalami kenaikan sebesar 3,66%, dari

Rp267.991 per kapita/bulan menjadi Rp277.802 per

kapita/bulan. Lebih tingginya kenaikan garis

kemiskinan di desa ini diperkirakan menjadi salah satu

pendorong masih tingginya jumlah kemiskinan di

pedesaan.

Indeks Pembangunan Manusia juga dapat digunakan

sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator

ini merupakan komposit dari empat faktor yaitu angka

harapan hidup, persentase penduduk melek huruf,

rata-rata lama sekolah dan pendapatan perkapita.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah

mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun.

Secara historis, nilainya selalu lebih tinggi dibandingkan

IPM nasional. Cukup tingginya IPM Jawa Tengah

didorong oleh faktor harapan hidup penduduk dan

pendapatan perkapitanya yang relatif baik. Faktor

pendidikan, seperti angka melek huruf dan lama

sekolah di sisi lain masih relatif rendah dibandingkan

dengan nasional. Berdasarkan data terakhir, angka

melek huruf di Jawa Tengah hanya 91,71% sementara

nasional mencapai 94,14%. Secara rata-rata lama

sekolah penduduk Jawa Tengah hanya 7,43 tahun atau

setara SMP, lebih rendah dari nasional yaitu 8,14 tahun.

Survei Konsumen (SK) juga dapat digunakan sebagai

indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator tersebut

adalah penghasilan masyarakat dan pembelian barang

tahan lama.

Tabel 5.6. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2010 - September 2014 (Rupiah)

Sumber : BPS Jawa Tengah

GARIS KEMISKINAN

Kota

Desa

Kota & Desa

2010 2011 Sept 2012Mar 2012

205.606

179.982

192.435

222.430

198.814

209.611

234.799

211.823

222.327

245.817

223.622

233.769

1.

2.

3.

Sept 2013Mar 2013

254.801

235.202

244.161

268.397

256.368

261.881

Mar 2014

279.036

267.991

273.056

Sep 2014

286.014

277.802

281.750

Grafik 5.12. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75INDEKS

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JAWA TENGAH NASIONAL

Sumber : BPS Nasional

Grafik 5.13. Komposit Pembentuk IPM Jawa Tengah dan Nasional

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Harapan Hidup(tahun)

Melek Huruf(%)

Lama Sekolah(tahun)

Pengeluaran

Perkapita

('0000 rupiah)

Sumber : BPS Nasional

JAWA TENGAH NASIONAL

69PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

IV

Grafik 5.9. Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah

TOTAL TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

HORTIKULTURAPERIKANAN

Sumber : BPS Jawa Tengah

INDEKS

Grafik 5.10. Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah

TOTAL TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PETERNAKAN

HORTIKULTURAPERIKANAN

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

IV90

95

100

105

110

115

120

Sumber : BPS Jawa Tengah

INDEKS

Angka kemiskinan Jawa Tengah turun. Data

terakhir BPS menunjukkan adanya penurunan jumlah

penduduk miskin di bulan September 2014. Tingkat

kemiskinan di bulan tersebut sebesar 4.562 ribu jiwa

atau 13,58% dari jumlah penduduk Jawa Tengah,

menurun dibanding bulan Maret 2014 yang berjumlah

4.837 ribu jiwa atau 14,44% dari jumlah penduduk

Jawa Tengah. Sementara secara persentase, jumlah

penduduk miskin tersebut turun 5,69% dibanding

bulan Maret 2014 atau turun 3,04% dibanding bulan

yang sama tahun 2013.

Secara nasional angka kemiskinan mengalami

penurunan. Jumlah penduduk miskin di tingkat

nasional turun sebesar 15 juta jiwa dibandingkan Maret

2014 menjadi 10,36 juta jiwa atau 10,96% dari total

penduduk Indonesia. Jawa Tengah menyumbang

16,45% dari total penduduk miskin di nasional, turun

dibandingkan sumbangan pada bulan Maret 2014

sebesar 17,10%.

Dibandingkan dengan kondisi di bulan Maret

2014, menurunnya angka kemiskinan di bulan

September 2014 terutama terjadi di daerah

perkotaan. Apabila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin

di perkotaan turun sebesar 5,30% atau turun 8,92%

dibandingkan Maret 2014. Sementara di pedesaan,

secara tahunan penduduk miskin turun sebesar 1,55%.

Hal yang sama bila dibandingkan bulan Maret 2014,

angka kemiskinan di desa terlihat menurun sebesar

3,48%. Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada

September 2014 mencapai 1.772 ribu jiwa. Sedangkan

di pedesaan mencapai 2.790 ribu jiwa atau memiliki

porsi sekitar 60% dari total penduduk miskin di Jawa

Tengah.

Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan.

Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan

desa meningkat 3,18% dari Rp273.056 per

kapita/bulan menjadi Rp281.750 per kapita/bulan. BPS

mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai

pengeluaran kebutuhan minimum yang harus

dikeluarkan oleh satu orang. Apabila rata-rata

pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis

kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi

angka kemisk inan karena secara langsung

meningkatkan ambang nilai kemiskinan.

5.4. Tingkat Kemiskinan

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa TengahTahun 2011-2014

Grafik 5.11.

Sumber : BPS, diolah

KOTA DESA KOTA+DESA

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

2011 MAR-2012 SEP-2012 MAR-2013 SEP-2013 MAR-2014 SEP-20145

7

9

11

13

15

17

19

%

RIBU ORANG

68 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

DESA (%) - SKALA KANANKOTA (%) - SKALA KANAN KOTA+DESA (%) - SKALA KANAN

Page 85: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara

perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di

perkotaan dalam periode yang sama tercatat

mengalami peningkatan sebesar 2,50% dari

Rp279.036 per kapita/bulan menjadi Rp268.397 per

kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah

pedesaan mengalami kenaikan sebesar 3,66%, dari

Rp267.991 per kapita/bulan menjadi Rp277.802 per

kapita/bulan. Lebih tingginya kenaikan garis

kemiskinan di desa ini diperkirakan menjadi salah satu

pendorong masih tingginya jumlah kemiskinan di

pedesaan.

Indeks Pembangunan Manusia juga dapat digunakan

sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator

ini merupakan komposit dari empat faktor yaitu angka

harapan hidup, persentase penduduk melek huruf,

rata-rata lama sekolah dan pendapatan perkapita.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah

mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun.

Secara historis, nilainya selalu lebih tinggi dibandingkan

IPM nasional. Cukup tingginya IPM Jawa Tengah

didorong oleh faktor harapan hidup penduduk dan

pendapatan perkapitanya yang relatif baik. Faktor

pendidikan, seperti angka melek huruf dan lama

sekolah di sisi lain masih relatif rendah dibandingkan

dengan nasional. Berdasarkan data terakhir, angka

melek huruf di Jawa Tengah hanya 91,71% sementara

nasional mencapai 94,14%. Secara rata-rata lama

sekolah penduduk Jawa Tengah hanya 7,43 tahun atau

setara SMP, lebih rendah dari nasional yaitu 8,14 tahun.

Survei Konsumen (SK) juga dapat digunakan sebagai

indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator tersebut

adalah penghasilan masyarakat dan pembelian barang

tahan lama.

Tabel 5.6. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2010 - September 2014 (Rupiah)

Sumber : BPS Jawa Tengah

GARIS KEMISKINAN

Kota

Desa

Kota & Desa

2010 2011 Sept 2012Mar 2012

205.606

179.982

192.435

222.430

198.814

209.611

234.799

211.823

222.327

245.817

223.622

233.769

1.

2.

3.

Sept 2013Mar 2013

254.801

235.202

244.161

268.397

256.368

261.881

Mar 2014

279.036

267.991

273.056

Sep 2014

286.014

277.802

281.750

Grafik 5.12. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75INDEKS

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JAWA TENGAH NASIONAL

Sumber : BPS Nasional

Grafik 5.13. Komposit Pembentuk IPM Jawa Tengah dan Nasional

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Harapan Hidup(tahun)

Melek Huruf(%)

Lama Sekolah(tahun)

Pengeluaran

Perkapita

('0000 rupiah)

Sumber : BPS Nasional

JAWA TENGAH NASIONAL

69PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

IV

Grafik 5.9. Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah

TOTAL TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

HORTIKULTURAPERIKANAN

Sumber : BPS Jawa Tengah

INDEKS

Grafik 5.10. Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah

TOTAL TANAMAN PANGANTANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PETERNAKAN

HORTIKULTURAPERIKANAN

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

IV90

95

100

105

110

115

120

Sumber : BPS Jawa Tengah

INDEKS

Angka kemiskinan Jawa Tengah turun. Data

terakhir BPS menunjukkan adanya penurunan jumlah

penduduk miskin di bulan September 2014. Tingkat

kemiskinan di bulan tersebut sebesar 4.562 ribu jiwa

atau 13,58% dari jumlah penduduk Jawa Tengah,

menurun dibanding bulan Maret 2014 yang berjumlah

4.837 ribu jiwa atau 14,44% dari jumlah penduduk

Jawa Tengah. Sementara secara persentase, jumlah

penduduk miskin tersebut turun 5,69% dibanding

bulan Maret 2014 atau turun 3,04% dibanding bulan

yang sama tahun 2013.

Secara nasional angka kemiskinan mengalami

penurunan. Jumlah penduduk miskin di tingkat

nasional turun sebesar 15 juta jiwa dibandingkan Maret

2014 menjadi 10,36 juta jiwa atau 10,96% dari total

penduduk Indonesia. Jawa Tengah menyumbang

16,45% dari total penduduk miskin di nasional, turun

dibandingkan sumbangan pada bulan Maret 2014

sebesar 17,10%.

Dibandingkan dengan kondisi di bulan Maret

2014, menurunnya angka kemiskinan di bulan

September 2014 terutama terjadi di daerah

perkotaan. Apabila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin

di perkotaan turun sebesar 5,30% atau turun 8,92%

dibandingkan Maret 2014. Sementara di pedesaan,

secara tahunan penduduk miskin turun sebesar 1,55%.

Hal yang sama bila dibandingkan bulan Maret 2014,

angka kemiskinan di desa terlihat menurun sebesar

3,48%. Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada

September 2014 mencapai 1.772 ribu jiwa. Sedangkan

di pedesaan mencapai 2.790 ribu jiwa atau memiliki

porsi sekitar 60% dari total penduduk miskin di Jawa

Tengah.

Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan.

Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan

desa meningkat 3,18% dari Rp273.056 per

kapita/bulan menjadi Rp281.750 per kapita/bulan. BPS

mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai

pengeluaran kebutuhan minimum yang harus

dikeluarkan oleh satu orang. Apabila rata-rata

pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis

kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi

angka kemisk inan karena secara langsung

meningkatkan ambang nilai kemiskinan.

5.4. Tingkat Kemiskinan

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa TengahTahun 2011-2014

Grafik 5.11.

Sumber : BPS, diolah

KOTA DESA KOTA+DESA

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

2011 MAR-2012 SEP-2012 MAR-2013 SEP-2013 MAR-2014 SEP-20145

7

9

11

13

15

17

19

%

RIBU ORANG

68 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

DESA (%) - SKALA KANANKOTA (%) - SKALA KANAN KOTA+DESA (%) - SKALA KANAN

Page 86: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMIDAN INFLASI DAERAH

BABVI

Perekonomian pada triwulan awal 2015 diperkirakan tumbuh melambat, dengan inflasi yang menurun.

Perlambatan ekonomi triwulan I 2015 diperkirakan melambat, didorong oleh

melambatnya konsumsi pemerintah, dan meningkatnya impor luar negeri.

Inflasi triwulan I 2015 diperkirakan masih berada di atas kisaran target inflasi

nasional. Secara keseluruhan tahun 2015, inflasi diperkirakan menurun tajam

dibandingkan tahun 2014 seiring meredanya dampak kenaikan harga BBM.

71

Optimisme konsumen dalam memandang

penghasilan saat ini menurun. Berdasarkan survei

konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Jawa

Tengah, indeks penghasilan memperlihatkan tren

penurunan setelah sempat naik pada periode

sebelumnya. Hal ini menunjukkan konsumen Jawa

Tengah tidak seoptimis periode lalu dalam memandang

penghasilan saat ini. Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

triwulan IV yang dirilis BPS juga memperlihatkan tren

penurunan pada pendapatan rumah tangga

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 116,03

menjadi 98,97.

Optimisme konsumen dalam melakukan

konsumsi barang tahan lama tidak setinggi

periode sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya

optimisme penghasilan, masyarakat juga memandang

triwulan ini merupakan periode yang tidak cukup baik

untuk melakukan pembelian barang tahan lama. Hal ini

tercermin pada indeks konsumsi barang tahan lama

yang d ipero leh dar i surve i konsumen yang

menunjukkan tren penurunan. Kondisi ini berbeda

dengan rencana pembelian barang tahan lama pada

triwulan III 2014 yang memperkirakan pembelian

barang tahan lama di triwulan IV akan meningkat. Hal

ini karena terdapat kebijakan harga BBM bersubsidi

yang tidak diprediksi sebelumnya.

70 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I II III IV

INDEKS

INDEKS PENGHASILAN KONSUMEN PENDAPATAN RUMAH TANGGA KINI - ITK

Grafik 5.14. Indeks Penghasilan Konsumen danIndeks Tendensi Konsumen

2012 2013 2014

Sumber : BPS Jawa Tengah

115

120

125INDEKS

Grafik 5.15. Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama dan RencanaPembelian Barang Tahan Lama

100

105

110

I II III IV I II III IV I II III IV

INDEKS KONSUMSI BARANG TAHAN LAMA RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA - ITK

Sumber : BPS Jawa Tengah

2012 2013 2014

Page 87: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMIDAN INFLASI DAERAH

BABVI

Perekonomian pada triwulan awal 2015 diperkirakan tumbuh melambat, dengan inflasi yang menurun.

Perlambatan ekonomi triwulan I 2015 diperkirakan melambat, didorong oleh

melambatnya konsumsi pemerintah, dan meningkatnya impor luar negeri.

Inflasi triwulan I 2015 diperkirakan masih berada di atas kisaran target inflasi

nasional. Secara keseluruhan tahun 2015, inflasi diperkirakan menurun tajam

dibandingkan tahun 2014 seiring meredanya dampak kenaikan harga BBM.

71

Optimisme konsumen dalam memandang

penghasilan saat ini menurun. Berdasarkan survei

konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Jawa

Tengah, indeks penghasilan memperlihatkan tren

penurunan setelah sempat naik pada periode

sebelumnya. Hal ini menunjukkan konsumen Jawa

Tengah tidak seoptimis periode lalu dalam memandang

penghasilan saat ini. Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

triwulan IV yang dirilis BPS juga memperlihatkan tren

penurunan pada pendapatan rumah tangga

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 116,03

menjadi 98,97.

Optimisme konsumen dalam melakukan

konsumsi barang tahan lama tidak setinggi

periode sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya

optimisme penghasilan, masyarakat juga memandang

triwulan ini merupakan periode yang tidak cukup baik

untuk melakukan pembelian barang tahan lama. Hal ini

tercermin pada indeks konsumsi barang tahan lama

yang d ipero leh dar i surve i konsumen yang

menunjukkan tren penurunan. Kondisi ini berbeda

dengan rencana pembelian barang tahan lama pada

triwulan III 2014 yang memperkirakan pembelian

barang tahan lama di triwulan IV akan meningkat. Hal

ini karena terdapat kebijakan harga BBM bersubsidi

yang tidak diprediksi sebelumnya.

70 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I II III IV

INDEKS

INDEKS PENGHASILAN KONSUMEN PENDAPATAN RUMAH TANGGA KINI - ITK

Grafik 5.14. Indeks Penghasilan Konsumen danIndeks Tendensi Konsumen

2012 2013 2014

Sumber : BPS Jawa Tengah

115

120

125INDEKS

Grafik 5.15. Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama dan RencanaPembelian Barang Tahan Lama

100

105

110

I II III IV I II III IV I II III IV

INDEKS KONSUMSI BARANG TAHAN LAMA RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA - ITK

Sumber : BPS Jawa Tengah

2012 2013 2014

Page 88: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian

Jawa Tengah diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari sisi

domestik, investasi dan konsumsi, baik swasta maupun

pemerintah, diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2014. Namun demikian, ekspor

luar negeri yang tumbuh melambat sedikit menahan

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2015.

Dari sisi sektoral, perekonomian tahun 2015

meningkat seiring dengan kinerja tiga sektor

utama yang diperkirakan membaik. Sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami

perbaikan didukung oleh faktor cuaca yang relatif lebih

baik. Sementara itu, sektor industri pengolahan dan

perdagangan diperkirakan dapat menopang

pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya

permintaan domestik.

6.1.1 Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, konsumsi pemerintah dan

konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani

Rumah Tangga (LNPRT) diperkirakan melambat,

sementara konsumsi rumah tangga pada triwulan

I 2015 diperkirakan meningkat. Konsumsi

pemerintah dan LNPRT relatif melemah seiring pola

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2015

diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Konsumsi diprediksikan

tumbuh melambat yang didorong oleh konsumsi

pemerintah, namun sedikit tertahan akibat perbaikan

konsumsi rumah tangga.

Meningkatnya impor luar negeri diperkirakan

juga memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan ini terjadi pada kelompok bahan baku di

tengah membaiknya kinerja ekspor. Ditambah lagi,

meningkatnya daya beli masyarakat turut mendorong

peningkatan impor kelompok barang konsumsi. Dari

sisi domestik, aktivitas perdagangan antar daerah

diperkirakan juga akan tumbuh melambat.

Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi pada

triwulan I 2015 diperkirakan didorong oleh

melambatnya kinerja sektor perdagangan besar-

eceran dan reparasi mobil-sepeda motor. Beberapa

sektor lainnya; seperti sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi,

sektor pendidikan, serta sektor jasa keuangan dan

asuransi turut menyumbangkan perlambatan ekonomi

pada triwulan awal tahun 2015.

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

73OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

12,00

(6,00)

(4,00)

(2,00)

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

I II III IV Ip

2014 2015p

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

*Proyeksi Bank IndonesiaSumber: BPS, estimasi

PDRB

PERD. BESAR & ECERAN PERTANIAN KONSTRUKSI INDUSTRI PENGOLAHAN

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

5,00

15,00

25,00

35,00

45,00

55,00

I II III IV I*

2014 2015

INDEKS YOY

Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha

Kegiatan Usaha PDRB - skala kanan Perkiraan Kegiatan Usaha

Page 89: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian

Jawa Tengah diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari sisi

domestik, investasi dan konsumsi, baik swasta maupun

pemerintah, diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2014. Namun demikian, ekspor

luar negeri yang tumbuh melambat sedikit menahan

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2015.

Dari sisi sektoral, perekonomian tahun 2015

meningkat seiring dengan kinerja tiga sektor

utama yang diperkirakan membaik. Sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami

perbaikan didukung oleh faktor cuaca yang relatif lebih

baik. Sementara itu, sektor industri pengolahan dan

perdagangan diperkirakan dapat menopang

pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya

permintaan domestik.

6.1.1 Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, konsumsi pemerintah dan

konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani

Rumah Tangga (LNPRT) diperkirakan melambat,

sementara konsumsi rumah tangga pada triwulan

I 2015 diperkirakan meningkat. Konsumsi

pemerintah dan LNPRT relatif melemah seiring pola

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2015

diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Konsumsi diprediksikan

tumbuh melambat yang didorong oleh konsumsi

pemerintah, namun sedikit tertahan akibat perbaikan

konsumsi rumah tangga.

Meningkatnya impor luar negeri diperkirakan

juga memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan ini terjadi pada kelompok bahan baku di

tengah membaiknya kinerja ekspor. Ditambah lagi,

meningkatnya daya beli masyarakat turut mendorong

peningkatan impor kelompok barang konsumsi. Dari

sisi domestik, aktivitas perdagangan antar daerah

diperkirakan juga akan tumbuh melambat.

Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi pada

triwulan I 2015 diperkirakan didorong oleh

melambatnya kinerja sektor perdagangan besar-

eceran dan reparasi mobil-sepeda motor. Beberapa

sektor lainnya; seperti sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi,

sektor pendidikan, serta sektor jasa keuangan dan

asuransi turut menyumbangkan perlambatan ekonomi

pada triwulan awal tahun 2015.

6.1 Pertumbuhan Ekonomi

73OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

12,00

(6,00)

(4,00)

(2,00)

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

I II III IV Ip

2014 2015p

Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

*Proyeksi Bank IndonesiaSumber: BPS, estimasi

PDRB

PERD. BESAR & ECERAN PERTANIAN KONSTRUKSI INDUSTRI PENGOLAHAN

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

5,00

15,00

25,00

35,00

45,00

55,00

I II III IV I*

2014 2015

INDEKS YOY

Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha

Kegiatan Usaha PDRB - skala kanan Perkiraan Kegiatan Usaha

Page 90: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

LAPANGAN USAHAPertumbuhan

Ekonomi

* Pangsa ekspor tahun 2000-2013Sumber : IMF World Economic Outlook (WEO) Update Januari 2015

2013

2014 2015 2015 2016

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

Perbedaan dariWEO Oktober ‘14

AMERIKA SERIKAT

JEPANG

TIONGKOK

ZONA EURO

OUTPUT DUNIA

Pangsa EksporJateng*

25,8

7,5

5,2

21,1

2,2

1,6

7,8

-0,5

3,3

2,4

0,1

7,4

0,8

3,3

3,6

0,6

6,8

1,2

3,5

0,5

-0,2

-0,3

-0,2

-0,3

0,3

-0,1

-0,5

-0,3

-0,3

Proyeksi

20163,3

0,8

6,3

1,4

3,7

tekstil akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan komoditas yang akan

meningkat. Kinerja industri mebel dan kayu olahan juga

diprediksikan membaik seiring perbaikan ekonomi

Kawasan Eropa dan Jepang sebagai salah satu negara

tujuan ekspor mebel. Namun demikian, terdapat risiko

perlambatan pertumbuhan di sektor tersebut di tengah

melambatnya ekonomi Tiongkok.

Impor luar negeri pada tr iwulan I 2015

diproyeksikan meningkat sehingga mendorong

p e r l a m b a t a n e k o n o m i . S e i r i n g d e n g a n

meningkatnya ekspor tekstil, impor luar negeri yang

didominasi oleh impor bahan baku mengalami

peningkatan. Berdasarkan liaison, terjadi peningkatan

volume bongkar muat di Tanjung Emas sebesar 15%. Di

tahun 2015, pertumbuhan volume bongkar muat ini

diperkirakan terus meningkat hingga 10%. Di sisi lain,

impor barang konsumsi ditengarai juga akan

meningkat di tengah membaiknya daya beli

masyarakat.

Perdagangan antar daerah pada triwulan I 2015

diperkirakan melambat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Namun demikian, secara

kumulatif tahun 2015, perdagangan antar daerah

mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan

perdagangan antar daerah pada tahun 2015

diperkirakan akibat tingginya aktivitas perdagangan

komoditas pertanian yang relatif membaik.

Investasi diperkirakan meningkat pada triwulan I

2015, menahan perlambatan ekonomi lebih

mendalam. Peningkatan ini terkonfirmasi dari

meningkatnya impor barang modal yang tinggi di akhir

tahun 2014, mengindikasikan adanya peningkatan

produksi di triwulan I 2015. Berdasarkan hasil liaison,

investasi terealisasi melalui pembangunan pabrik,

revitalisasi mesin, dan perluasan tempat usaha. Lebih

jauh, pelaku usaha tekstil dan produk tekstil

menunjukkan optimisme adanya peningkatan

permintaan seiring perbaikan ekonomi AS.

Secara kumulatif, peningkatan investasi

diproyeksikan akan terjadi pada tahun 2015.

Investasi diperkirakan meningkat, utamanya didorong

oleh peningkatan investasi bangunan. Berdasarkan

hasil liaison, pelaku usaha akan menambah kapasitas

terpasang dengan mendirikan beberapa pabrik baru.

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan

optimalisasi investasi berupa peningkatan infrastuktur

daerah. Beberapa proyek infrastruktur yang dilakukan

pada tahun 2015, antara lain: pembangunan jalan tol

Semarang-Solo, jalur ganda kereta api lintas Solo-

Surabaya, dan pembangunan PLTU Cilacap.

Pada triwulan I 2015, ekspor luar negeri

diperkirakan membaik meskipun relatif terbatas.

Sejalan dengan membaiknya perekonomian Amerika

Serikat dan Kawasan Eropa, ekspor komoditas tekstil,

serta komoditas mebel dan kayu olahan diproyeksikan

meningkat. Berdasarkan liaison, industri manufaktur

75OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

Konsumsi pemerintah diproyeksikan melambat

sehingga mendorong perlambatan ekonomi di

triwulan I 2015. Sesuai dengan siklusnya, pengeluaran

pemerintah akan menurun pada triwulan pertama di

tiap tahunnya. Berdasarkan Focus Group Discussion

(FGD), Pemda masih mengalami kesulitan dalam

pembebasan lahan, sehingga berdampak pada

terhambatnya realisasi pembangunan infrastruktur

pemerintah dan penyerapan anggaran di triwulan

awal.

Secara keseluruhan tahun 2015, konsumsi

pemerintah diperkirakan meningkat bila

dibandingkan dengan capaian di tahun 2014. Laju

pertumbuhan belanja APBD relatif meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di tahun ini,

Pemda mencanangkan Program Jalan Tanpa Lubang

serta menyelesaikan pelebaran dan perpanjangan jalan

provinsi yang telah dilakukan sebelumnya. Alokasi

tambahan dana desa bagi Pemda sebagai implementasi

dari dilaksanakannya UU Desa juga mendorong

adanya peningkatan konsumsi pemerintah di tahun

2015.

konsumsi pemerintah yang umumnya belum optimal di

triwulan I. Sementara konsumsi LNPRT melambat

karena tidak adanya kegiatan Pemilu seperti tahun

2014 silam. Sebaliknya, konsumsi rumah tangga

meningkat didorong oleh membaiknya daya beli

masyarakat di tengah kemungkinan penurunan inflasi.

Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan

meningkat. Beberapa indikator menunjukkan adanya

optimisme dari konsumen dalam memandang

ketersediaan lapangan perkerjaan dan kondisi

ekonomi. Konsumsi rumah tangga yang meningkat

juga terkonfirmasi dari meningkatnya rencana

pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta

hajatan.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2015,

pertumbuhan konsumsi swasta diperkirakan

meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan

konsumsi rumah tangga, sedangkan konsumsi LNPRT

melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang merupakan tahun penyelenggaraan Pemilu.

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

PMTB

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

PENGGUNAAN 2014**

I II

III IVTOTAL

4,52

7,21

5,44

4,69

15,30

13,50

56,53

5,14

4,34

22,45

1,05

3,48

22,47

5,63

10,50

5,66

4,25

16,26

-10,27

6,73

19,69

-6,46

-3,46

4,19

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

5,69

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

5,69

4,34

8,62

2,66

4,46

9,55

-7,29

2,80

5,42

4,61

-7,15

5,46

7,41

-0,89

0,65

5,84

5,84

4,93

-0,37

7,77

6,77

5,07

5,26

5,85

5,78

* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara p Proyeksi Bank IndonesiaSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan I 2015 (%))

2013*Ip TOTALp

2015p

85

95

105

115

125

135

145

155

165

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV2011 2012 2013 2014

OPTIMIS

PESIMIS

EKSPEKTASI PENGHASILAN

EKSPEKTASI KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJAEKSPEKTASI EKONOMI

Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang

Sumber : Bank Indonesia

95

100

105

110

115

120

125

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015

PENDAPATAN RT MENDATANG

RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA, REKREASI, DAN PESTA HAJATAN

ITK MENDATANG

INDEKS

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

74 BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Page 91: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

LAPANGAN USAHAPertumbuhan

Ekonomi

* Pangsa ekspor tahun 2000-2013Sumber : IMF World Economic Outlook (WEO) Update Januari 2015

2013

2014 2015 2015 2016

Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)

Perbedaan dariWEO Oktober ‘14

AMERIKA SERIKAT

JEPANG

TIONGKOK

ZONA EURO

OUTPUT DUNIA

Pangsa EksporJateng*

25,8

7,5

5,2

21,1

2,2

1,6

7,8

-0,5

3,3

2,4

0,1

7,4

0,8

3,3

3,6

0,6

6,8

1,2

3,5

0,5

-0,2

-0,3

-0,2

-0,3

0,3

-0,1

-0,5

-0,3

-0,3

Proyeksi

20163,3

0,8

6,3

1,4

3,7

tekstil akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan komoditas yang akan

meningkat. Kinerja industri mebel dan kayu olahan juga

diprediksikan membaik seiring perbaikan ekonomi

Kawasan Eropa dan Jepang sebagai salah satu negara

tujuan ekspor mebel. Namun demikian, terdapat risiko

perlambatan pertumbuhan di sektor tersebut di tengah

melambatnya ekonomi Tiongkok.

Impor luar negeri pada tr iwulan I 2015

diproyeksikan meningkat sehingga mendorong

p e r l a m b a t a n e k o n o m i . S e i r i n g d e n g a n

meningkatnya ekspor tekstil, impor luar negeri yang

didominasi oleh impor bahan baku mengalami

peningkatan. Berdasarkan liaison, terjadi peningkatan

volume bongkar muat di Tanjung Emas sebesar 15%. Di

tahun 2015, pertumbuhan volume bongkar muat ini

diperkirakan terus meningkat hingga 10%. Di sisi lain,

impor barang konsumsi ditengarai juga akan

meningkat di tengah membaiknya daya beli

masyarakat.

Perdagangan antar daerah pada triwulan I 2015

diperkirakan melambat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Namun demikian, secara

kumulatif tahun 2015, perdagangan antar daerah

mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan

perdagangan antar daerah pada tahun 2015

diperkirakan akibat tingginya aktivitas perdagangan

komoditas pertanian yang relatif membaik.

Investasi diperkirakan meningkat pada triwulan I

2015, menahan perlambatan ekonomi lebih

mendalam. Peningkatan ini terkonfirmasi dari

meningkatnya impor barang modal yang tinggi di akhir

tahun 2014, mengindikasikan adanya peningkatan

produksi di triwulan I 2015. Berdasarkan hasil liaison,

investasi terealisasi melalui pembangunan pabrik,

revitalisasi mesin, dan perluasan tempat usaha. Lebih

jauh, pelaku usaha tekstil dan produk tekstil

menunjukkan optimisme adanya peningkatan

permintaan seiring perbaikan ekonomi AS.

Secara kumulatif, peningkatan investasi

diproyeksikan akan terjadi pada tahun 2015.

Investasi diperkirakan meningkat, utamanya didorong

oleh peningkatan investasi bangunan. Berdasarkan

hasil liaison, pelaku usaha akan menambah kapasitas

terpasang dengan mendirikan beberapa pabrik baru.

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan

optimalisasi investasi berupa peningkatan infrastuktur

daerah. Beberapa proyek infrastruktur yang dilakukan

pada tahun 2015, antara lain: pembangunan jalan tol

Semarang-Solo, jalur ganda kereta api lintas Solo-

Surabaya, dan pembangunan PLTU Cilacap.

Pada triwulan I 2015, ekspor luar negeri

diperkirakan membaik meskipun relatif terbatas.

Sejalan dengan membaiknya perekonomian Amerika

Serikat dan Kawasan Eropa, ekspor komoditas tekstil,

serta komoditas mebel dan kayu olahan diproyeksikan

meningkat. Berdasarkan liaison, industri manufaktur

75OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

Konsumsi pemerintah diproyeksikan melambat

sehingga mendorong perlambatan ekonomi di

triwulan I 2015. Sesuai dengan siklusnya, pengeluaran

pemerintah akan menurun pada triwulan pertama di

tiap tahunnya. Berdasarkan Focus Group Discussion

(FGD), Pemda masih mengalami kesulitan dalam

pembebasan lahan, sehingga berdampak pada

terhambatnya realisasi pembangunan infrastruktur

pemerintah dan penyerapan anggaran di triwulan

awal.

Secara keseluruhan tahun 2015, konsumsi

pemerintah diperkirakan meningkat bila

dibandingkan dengan capaian di tahun 2014. Laju

pertumbuhan belanja APBD relatif meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di tahun ini,

Pemda mencanangkan Program Jalan Tanpa Lubang

serta menyelesaikan pelebaran dan perpanjangan jalan

provinsi yang telah dilakukan sebelumnya. Alokasi

tambahan dana desa bagi Pemda sebagai implementasi

dari dilaksanakannya UU Desa juga mendorong

adanya peningkatan konsumsi pemerintah di tahun

2015.

konsumsi pemerintah yang umumnya belum optimal di

triwulan I. Sementara konsumsi LNPRT melambat

karena tidak adanya kegiatan Pemilu seperti tahun

2014 silam. Sebaliknya, konsumsi rumah tangga

meningkat didorong oleh membaiknya daya beli

masyarakat di tengah kemungkinan penurunan inflasi.

Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan

meningkat. Beberapa indikator menunjukkan adanya

optimisme dari konsumen dalam memandang

ketersediaan lapangan perkerjaan dan kondisi

ekonomi. Konsumsi rumah tangga yang meningkat

juga terkonfirmasi dari meningkatnya rencana

pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta

hajatan.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2015,

pertumbuhan konsumsi swasta diperkirakan

meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan

konsumsi rumah tangga, sedangkan konsumsi LNPRT

melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang merupakan tahun penyelenggaraan Pemilu.

KONSUMSI RUMAH TANGGA

KONSUMSI LNPRT

KONSUMSI PEMERINTAH

PMTB

EKSPOR LUAR NEGERI

IMPOR LUAR NEGERI

NET EKSPOR ANTAR DAERAH

P D R B

PENGGUNAAN 2014**

I II

III IVTOTAL

4,52

7,21

5,44

4,69

15,30

13,50

56,53

5,14

4,34

22,45

1,05

3,48

22,47

5,63

10,50

5,66

4,25

16,26

-10,27

6,73

19,69

-6,46

-3,46

4,19

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

5,69

4,68

3,43

6,87

6,04

8,92

-10,70

-16,35

5,69

4,34

8,62

2,66

4,46

9,55

-7,29

2,80

5,42

4,61

-7,15

5,46

7,41

-0,89

0,65

5,84

5,84

4,93

-0,37

7,77

6,77

5,07

5,26

5,85

5,78

* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara p Proyeksi Bank IndonesiaSumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan I 2015 (%))

2013*Ip TOTALp

2015p

85

95

105

115

125

135

145

155

165

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV2011 2012 2013 2014

OPTIMIS

PESIMIS

EKSPEKTASI PENGHASILAN

EKSPEKTASI KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJAEKSPEKTASI EKONOMI

Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang

Sumber : Bank Indonesia

95

100

105

110

115

120

125

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015

PENDAPATAN RT MENDATANG

RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA, REKREASI, DAN PESTA HAJATAN

ITK MENDATANG

INDEKS

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

74 BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Page 92: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

I II III IV I II III IV I II III IV I*2012 2013 2014 2015

%, QTQ

Grafik 6.8 Laju Pertumbuhan Triwulanan IHPRBerdasarkan Tipe Residensial

*Angka PerkiraanSumber: Bank Indonesia

IHPR TIPE KECIL IHPR TIPE MENENGAH IHPR TIPE BESAR

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

145

150

155

160

165

170

175

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

INDEKS YOY

Grafik 6.7 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

Sumber: Bank Indonesia

IHPR PERUBAHAN TAHUNAN (YOY) - SKALA KANANPERUBAHAN TRIWULANAN (QTQ) - SKALA KANAN

6,79% (yoy) atau menurun bila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu sebesar 7,08% (yoy).

Tekanan inflasi triwulan I 2015 utamanya

diperkirakan berasal dari kelompok administered

prices dan volatile foods. Sementara inflasi

kelompok inti diprakirakan akan turun terbatas.

Inflasi kelompok administered prices didorong

oleh penyesuaian harga BBM, Tarif Tenaga Listrik

(TTL) dan elpiji 12 kg. Meskipun pemerintah telah

menurunkan harga BBM sebanyak 2 kali di bulan

Januari 2015, harga BBM masih sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan harga BBM triwulan I tahun

2014 sehingga nilai inflasi tahunan triwulan I 2015

diprakirakan masih bernilai positif. Namun demikian,

secara triwulanan kelompok administered prices

diprakirakan akan mengalami deflasi bila dibandingkan

dengan triwulan IV 2014. Dikeluarkannya Peraturan

Gubernur No. 7 tahun 2015 tentang Penyesuaian Tarif

Angkutan yang menurunkan tarif angkutan umum

sebesar 5,1% juga diperkirakan akan turut membantu

pengurangan tekanan inflasi di triwulan I 2015.

Inflasi volatile foods diperkirakan lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Harga beberapa komoditas pangan yang sudah

meningkat akibat kenaikan harga BBM di November

2014 cenderung bersifat persisten, dan belum

mengalami penurunan yang signif ikan sejak

besar dan eceran di triwulan I 2015. Meskipun

demikian, pelaku usaha retail memandang omset

mereka relatif tetap terjaga pada tahun 2015,

walaupun terdapat tekanan akibat naiknya biaya

operasional, seperti biaya bahan bakar dan tarif listrik.

Kinerja sektor konstruksi diperkirakan melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)

secara triwulanan dan tahunan menunjukkan adanya

tren perlambatan di triwulan I 2015. Meskipun

demikian, secara kumulatif tahun 2015, sektor ini

diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya seiring dengan pembangunan properti

yang cukup pesat di beberapa kota besar di Jawa

Tengah serta akselerasi proyek infrastruktur oleh

Pemda.

6.2.1 Perkiraan Inflasi Triwulan I 2015

Inflasi pada triwulan I diperkirakan masih berada di atas

kisaran target inflasi nasional. Kenaikan harga BBM

pada bulan November 2014 ditengarai masih

memberikan dampak pada kenaikan harga berbagai

komoditas. Penurunan harga BBM pada bulan Januari

2015 diprakirakan masih belum dapat mendorong

normalisasi harga berbagai komoditas yang sudah naik

sebelumnya terkait kenaikan harga BBM di bulan

November 2014. Inflasi triwulan I diperkirakan sebesar

6.2 Inflasi

77OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

6.1.2 Sisi SektoralDari sisi sektoral, sektor perdagangan besar-eceran dan

reparasi mobil-sepeda motor yang merupakan salah

satu sektor utama di Jawa Tengah diperkirakan

mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi daerah

juga didorong oleh melambatnya beberapa sektor

lainnya. Sektor penyediaan akomodasi dan makan

minum melambat di tengah larangan Pemerintah

untuk mengadakan rapat di hotel. Sektor jasa

pendid ikan juga mencatatkan per lambatan

dibandingkan tahun sebelumnya. Di lain pihak,

beberapa sektor utama lainnnya diperkirakan tumbuh

membaik.

Pada triwulan I 2015, sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan diperkirakan

meningkat sejalan dengan meningkatnya

pasokan memasuki masa panen raya. Berdasarkan

liaison dengan para pedagang, pasokan komoditas

bawang merah dan cabai merah diperkirakan tetap

terjaga. Namun demikian, subsektor perikanan

diperkirakan melambat seiring dengan adanya

larangan penggunaan alat tangkap pukat dan

hela/cantrang oleh Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Berdasarkan hasil liaison, larangan ini akan

berimplikasi pada penurunan produktivitas subsektor

perikanan di Jawa Tengah. Secara kumulatif, terjaganya

pasokan komoditas pangan utama diperkirakan dapat

menjaga produktivitas sektor perikanan, kehutanan,

dan perikanan pada tahun 2015.

Grafik 6.5 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Sumber : BPS Jawa Tengah

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

80

100

120

140

160

180

200

220

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

INDEKS YOY

INDEKS RIIL PENJUALAN ECERAN (IPE) PERTUMBUHAN IPE

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan

awal 2015 diperkirakan meningkat secara

terbatas. Peningkatan industri ini didorong oleh

membaiknya kinerja industri nonmigas, terutama

subsektor industri tekstil dan industri makanan dan

minuman. Pada subsektor industri furnitur, kinerja

sektor tersebut relatif stabil. Berdasarkan hasil liaison,

beberapa pelaku usaha di sektor mebel dan kayu

olahan berusaha melakukan diversifikasi produk mebel

dan kayu olahan ke kawasan Eropa serta Tiongkok. Di

lain pihak, kinerja industri migas diperkirakan stabil.

Proyek pembangunan kilang Residual Fluid Catalytic

Cracking (RFCC) di Cilacap diprediksikan mulai

beroperasi pada triwulan II 2015. Secara kumulatif,

industri pengolahan di tahun 2015 diperkirakan lebih

baik dibandingkan tahun 2014. Industri pengolahan

migas mengalami peningkatan produksi. Begitu pula

dengan kinerja industri nonmigas yang membaik

seiring meningkatnya permintaan domestik.

Pada triwulan I 2015, perlambatan kinerja sektor

perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-

sepeda motor mendorong melambatnya

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Sektor ini

tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari menurunnya

ekspektasi penjualan pada triwulan awal 2015. Di

samping itu, tidak seperti Natal dan Tahun Baru,

perayaan hari besar Imlek memiliki dampak yang

terbatas dalam mendorong peningkatan perdagangan

76 BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Grafik 6.6 Perkembangan Ekspektasi Penjualan

Sumber : BPS Jawa Tengah

8090

100110120130140150160170

EKSPEKTASI PENJUALAN 3 BULAN YAD EKSPEKTASI PENJUALAN 6 BULAN YAD

INDEKS

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Page 93: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

I II III IV I II III IV I II III IV I*2012 2013 2014 2015

%, QTQ

Grafik 6.8 Laju Pertumbuhan Triwulanan IHPRBerdasarkan Tipe Residensial

*Angka PerkiraanSumber: Bank Indonesia

IHPR TIPE KECIL IHPR TIPE MENENGAH IHPR TIPE BESAR

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

145

150

155

160

165

170

175

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

INDEKS YOY

Grafik 6.7 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

Sumber: Bank Indonesia

IHPR PERUBAHAN TAHUNAN (YOY) - SKALA KANANPERUBAHAN TRIWULANAN (QTQ) - SKALA KANAN

6,79% (yoy) atau menurun bila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu sebesar 7,08% (yoy).

Tekanan inflasi triwulan I 2015 utamanya

diperkirakan berasal dari kelompok administered

prices dan volatile foods. Sementara inflasi

kelompok inti diprakirakan akan turun terbatas.

Inflasi kelompok administered prices didorong

oleh penyesuaian harga BBM, Tarif Tenaga Listrik

(TTL) dan elpiji 12 kg. Meskipun pemerintah telah

menurunkan harga BBM sebanyak 2 kali di bulan

Januari 2015, harga BBM masih sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan harga BBM triwulan I tahun

2014 sehingga nilai inflasi tahunan triwulan I 2015

diprakirakan masih bernilai positif. Namun demikian,

secara triwulanan kelompok administered prices

diprakirakan akan mengalami deflasi bila dibandingkan

dengan triwulan IV 2014. Dikeluarkannya Peraturan

Gubernur No. 7 tahun 2015 tentang Penyesuaian Tarif

Angkutan yang menurunkan tarif angkutan umum

sebesar 5,1% juga diperkirakan akan turut membantu

pengurangan tekanan inflasi di triwulan I 2015.

Inflasi volatile foods diperkirakan lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Harga beberapa komoditas pangan yang sudah

meningkat akibat kenaikan harga BBM di November

2014 cenderung bersifat persisten, dan belum

mengalami penurunan yang signif ikan sejak

besar dan eceran di triwulan I 2015. Meskipun

demikian, pelaku usaha retail memandang omset

mereka relatif tetap terjaga pada tahun 2015,

walaupun terdapat tekanan akibat naiknya biaya

operasional, seperti biaya bahan bakar dan tarif listrik.

Kinerja sektor konstruksi diperkirakan melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)

secara triwulanan dan tahunan menunjukkan adanya

tren perlambatan di triwulan I 2015. Meskipun

demikian, secara kumulatif tahun 2015, sektor ini

diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya seiring dengan pembangunan properti

yang cukup pesat di beberapa kota besar di Jawa

Tengah serta akselerasi proyek infrastruktur oleh

Pemda.

6.2.1 Perkiraan Inflasi Triwulan I 2015

Inflasi pada triwulan I diperkirakan masih berada di atas

kisaran target inflasi nasional. Kenaikan harga BBM

pada bulan November 2014 ditengarai masih

memberikan dampak pada kenaikan harga berbagai

komoditas. Penurunan harga BBM pada bulan Januari

2015 diprakirakan masih belum dapat mendorong

normalisasi harga berbagai komoditas yang sudah naik

sebelumnya terkait kenaikan harga BBM di bulan

November 2014. Inflasi triwulan I diperkirakan sebesar

6.2 Inflasi

77OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

6.1.2 Sisi SektoralDari sisi sektoral, sektor perdagangan besar-eceran dan

reparasi mobil-sepeda motor yang merupakan salah

satu sektor utama di Jawa Tengah diperkirakan

mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi daerah

juga didorong oleh melambatnya beberapa sektor

lainnya. Sektor penyediaan akomodasi dan makan

minum melambat di tengah larangan Pemerintah

untuk mengadakan rapat di hotel. Sektor jasa

pendid ikan juga mencatatkan per lambatan

dibandingkan tahun sebelumnya. Di lain pihak,

beberapa sektor utama lainnnya diperkirakan tumbuh

membaik.

Pada triwulan I 2015, sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan diperkirakan

meningkat sejalan dengan meningkatnya

pasokan memasuki masa panen raya. Berdasarkan

liaison dengan para pedagang, pasokan komoditas

bawang merah dan cabai merah diperkirakan tetap

terjaga. Namun demikian, subsektor perikanan

diperkirakan melambat seiring dengan adanya

larangan penggunaan alat tangkap pukat dan

hela/cantrang oleh Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Berdasarkan hasil liaison, larangan ini akan

berimplikasi pada penurunan produktivitas subsektor

perikanan di Jawa Tengah. Secara kumulatif, terjaganya

pasokan komoditas pangan utama diperkirakan dapat

menjaga produktivitas sektor perikanan, kehutanan,

dan perikanan pada tahun 2015.

Grafik 6.5 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Sumber : BPS Jawa Tengah

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

80

100

120

140

160

180

200

220

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

INDEKS YOY

INDEKS RIIL PENJUALAN ECERAN (IPE) PERTUMBUHAN IPE

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan

awal 2015 diperkirakan meningkat secara

terbatas. Peningkatan industri ini didorong oleh

membaiknya kinerja industri nonmigas, terutama

subsektor industri tekstil dan industri makanan dan

minuman. Pada subsektor industri furnitur, kinerja

sektor tersebut relatif stabil. Berdasarkan hasil liaison,

beberapa pelaku usaha di sektor mebel dan kayu

olahan berusaha melakukan diversifikasi produk mebel

dan kayu olahan ke kawasan Eropa serta Tiongkok. Di

lain pihak, kinerja industri migas diperkirakan stabil.

Proyek pembangunan kilang Residual Fluid Catalytic

Cracking (RFCC) di Cilacap diprediksikan mulai

beroperasi pada triwulan II 2015. Secara kumulatif,

industri pengolahan di tahun 2015 diperkirakan lebih

baik dibandingkan tahun 2014. Industri pengolahan

migas mengalami peningkatan produksi. Begitu pula

dengan kinerja industri nonmigas yang membaik

seiring meningkatnya permintaan domestik.

Pada triwulan I 2015, perlambatan kinerja sektor

perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-

sepeda motor mendorong melambatnya

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Sektor ini

tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari menurunnya

ekspektasi penjualan pada triwulan awal 2015. Di

samping itu, tidak seperti Natal dan Tahun Baru,

perayaan hari besar Imlek memiliki dampak yang

terbatas dalam mendorong peningkatan perdagangan

76 BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Grafik 6.6 Perkembangan Ekspektasi Penjualan

Sumber : BPS Jawa Tengah

8090

100110120130140150160170

EKSPEKTASI PENJUALAN 3 BULAN YAD EKSPEKTASI PENJUALAN 6 BULAN YAD

INDEKS

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Page 94: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kelompok administered prices diperkirakan akan

mengalami deflasi, sejalan dengan dampak kenaikan

akhir BBM di tahun 2014 yang diperkirakan akan

menghilang dan juga tren harga minyak dunia yang

mengalami penurunan.

Selain itu, tekanan inflasi yang berasal dari

kelompok volatile foods juga diperkirakan akan

menurun. Penurunan ini didukung oleh terjaganya

ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga

komoditas pangan strategis. Selain itu, semakin

solidnya koordinasi antara Pemerintah dan BI dalam

forum TPI/TPID turut mendukung penurunan inflasi

Jawa Tengah. Namun demikian, anomali kondisi cuaca

yang mempengaruhi musim tanam dan juga musim

panen perlu untuk diwaspadai. Selain itu, bencana

alam lainnya seperti banjir ataupun badai juga dapat

menimbulkan gejolak harga pangan.

Inflasi inti diperkirakan akan mengalami

penurunan. Inflasi inti diperkirakan akan

mengalami penurunan sejalan dengan penurunan

harga BBM. Turunnya harga BBM diperkirakan akan

turut memberikan penurunan tekanan inflasi bagi

berbagai macam komoditas, termasuk komoditas-

komoditas yang terdapat pada kelompok inti.

Di sisi lain, komoditas daging ayam ras dan telur

ayam ras merupakan penyumbang inflasi terbesar

dengan sumbangan sebesar 0,09% dan 0,08%.

Kenaikan harga daging ayam ras diduga terjadi akibat

kenaikan harga pakan ternak dan bibit ayam (Day Old

Chick/DOC) yang menyebabkan naiknya biaya

produksi. Selain itu, stok yang berkurang di pasaran

juga menjadi faktor pemicu terjadinya inflasi pada

komoditas ini.

Kelompok inti masih mengalami inflasi sebesar

0,56% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,79% (mtm).

Namun secara tahunan, inflasi inti meningkat dari

5,01% (yoy) di Desember 2014, menjadi 5,04% (yoy) di

Januari 2015. Harga barang-barang yang sudah

meningkat akibat kenaikan harga BBM di November

2014 cenderung bersifat persisten, dan belum

mengalami penurunan yang signif ikan sejak

penurunan harga BBM di Januari 2015. Selain itu,

tekanan di kelompok inti juga didorong oleh kenaikan

UMK dan tingginya kebutuhan tenaga kerja yang

tercermin dari inflasi komoditas tukang bukan mandor

sebesar 0,05% yang menjadi salah satu komoditas

utama penyumbang inflasi. Sedangkan dari sisi

eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari

depresiasi Rupiah yang mencapai 1,13% (mtm) atau

3,28% (yoy).

6.2.2 Inflasi 2015

Untuk kese luruhan tahun 2015 , inf las i

diperkirakan akan menurun dibanding tahun

sebelumnya. Inflasi tahun 2015 diperkirakan sebesar

4,0% - 4,5% (yoy), atau turun tajam dibandingkan

tahun 2014 sebesar 8,22% (yoy). Dampak kenaikan

BBM bersubsidi diperkirakan sudah hilang di akhir

2015.

79OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei KonsumenGrafik 6.10

160

165

170

175

180

185

190

195

200

2013 2014

Ekspektasi Harga 3 Bulan yad Ekspektasi Harga 6 Bulan yad

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Wilayah V

INDEKS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 122

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa TengahGrafik 6.9

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan proyeksi Bank Indonesia

INDEKS

Ip

mendorong tekanan harga ke bawah. Hal ini tercermin

dari kelompok barang yang diatur pemerintah

(administered prices) dan kelompok pangan (volatile

foods) yang mengalami deflasi di Januari 2015.

Kelompok administered prices secara bulanan

tercatat mengalami deflasi sebesar 2,93% (mtm).

Sementara secara tahunan, inflasi di kelompok ini

sebesar 10,71% (yoy), turun tajam dibandingkan bulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 15,37% (yoy).

Penurunan ini merupakan dampak dari turunnya harga

BBM di bulan tersebut, dari Rp8.500 dan Rp7.500 di

akhir Desember 2014 menjadi Rp6.600 dan Rp6.500 di

akhir Januari. Dengan demikian, bensin menjadi

penyumbang utama deflasi dengan nilai sumbangan

0,79%.

Kelompok volatile foods juga mengalami deflasi

sebesar 0,56% (mtm). Secara tahunan, inflasi di

kelompok ini pun turun dari 11,49% (yoy) di bulan

sebelumnya menjadi 8,31% (yoy) di Januari 2015.

Penurunan ini terutama disumbang oleh komoditas

cabai merah dengan deflasi 0,34% dan cabai rawit

dengan deflasi sebesar 0,08%. Faktor utama yang

mendorong penurunan harga tersebut diantaranya

stok yang melimpah di pasaran terkait dengan mulai

masuknya musim panen cabai di beberapa daerah.

penurunan harga BBM di Januari 2015. Komoditas

yang diperkirakan memberikan tekanan pada inflasi

adalah beras dan daging ayam ras.

Inflasi kelompok inti diperkirakan sedikit

menurun dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu. Turunnya harga BBM diperkirakan

juga memberikan dampak bagi penurunan harga

berbagai komoditas lainnya. Namun demikian,

penurunan harga tersebut diperkirakan tidak akan

signifikan terkait dengan persistensi harga-harga

komoditas yang telah mengalami kenaikan dengan

adanya kenaikan harga BBM bulan November 2014. Di

sisi lain, tekanan di kelompok inti juga didorong oleh

kenaikan UMK dan tingginya kebutuhan tenaga kerja.

6.2.2 Inflasi Januari 2015

Provinsi Jawa Tengah pada Januari 2015

mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm), berbalik

arah setelah mengalami inflasi tinggi di Desember

2014 yang mencapai 2,25% (mtm). Secara tahunan,

inflasi IHK menurun dari 8,22% (yoy) di bulan lalu

menjadi 6,79% (yoy). Rendahnya tekanan harga di

bulan ini terutama didorong oleh penurunan harga

BBM yang bertransmisi pada penurunan tarif angkutan

dan harga komoditas lainnya. Selain itu, penurunan

harga pangan yang utamanya bersumber dari

komoditas cabai merah dan cabai rawit turut

78 BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Page 95: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kelompok administered prices diperkirakan akan

mengalami deflasi, sejalan dengan dampak kenaikan

akhir BBM di tahun 2014 yang diperkirakan akan

menghilang dan juga tren harga minyak dunia yang

mengalami penurunan.

Selain itu, tekanan inflasi yang berasal dari

kelompok volatile foods juga diperkirakan akan

menurun. Penurunan ini didukung oleh terjaganya

ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga

komoditas pangan strategis. Selain itu, semakin

solidnya koordinasi antara Pemerintah dan BI dalam

forum TPI/TPID turut mendukung penurunan inflasi

Jawa Tengah. Namun demikian, anomali kondisi cuaca

yang mempengaruhi musim tanam dan juga musim

panen perlu untuk diwaspadai. Selain itu, bencana

alam lainnya seperti banjir ataupun badai juga dapat

menimbulkan gejolak harga pangan.

Inflasi inti diperkirakan akan mengalami

penurunan. Inflasi inti diperkirakan akan

mengalami penurunan sejalan dengan penurunan

harga BBM. Turunnya harga BBM diperkirakan akan

turut memberikan penurunan tekanan inflasi bagi

berbagai macam komoditas, termasuk komoditas-

komoditas yang terdapat pada kelompok inti.

Di sisi lain, komoditas daging ayam ras dan telur

ayam ras merupakan penyumbang inflasi terbesar

dengan sumbangan sebesar 0,09% dan 0,08%.

Kenaikan harga daging ayam ras diduga terjadi akibat

kenaikan harga pakan ternak dan bibit ayam (Day Old

Chick/DOC) yang menyebabkan naiknya biaya

produksi. Selain itu, stok yang berkurang di pasaran

juga menjadi faktor pemicu terjadinya inflasi pada

komoditas ini.

Kelompok inti masih mengalami inflasi sebesar

0,56% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,79% (mtm).

Namun secara tahunan, inflasi inti meningkat dari

5,01% (yoy) di Desember 2014, menjadi 5,04% (yoy) di

Januari 2015. Harga barang-barang yang sudah

meningkat akibat kenaikan harga BBM di November

2014 cenderung bersifat persisten, dan belum

mengalami penurunan yang signif ikan sejak

penurunan harga BBM di Januari 2015. Selain itu,

tekanan di kelompok inti juga didorong oleh kenaikan

UMK dan tingginya kebutuhan tenaga kerja yang

tercermin dari inflasi komoditas tukang bukan mandor

sebesar 0,05% yang menjadi salah satu komoditas

utama penyumbang inflasi. Sedangkan dari sisi

eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari

depresiasi Rupiah yang mencapai 1,13% (mtm) atau

3,28% (yoy).

6.2.2 Inflasi 2015

Untuk kese luruhan tahun 2015 , inf las i

diperkirakan akan menurun dibanding tahun

sebelumnya. Inflasi tahun 2015 diperkirakan sebesar

4,0% - 4,5% (yoy), atau turun tajam dibandingkan

tahun 2014 sebesar 8,22% (yoy). Dampak kenaikan

BBM bersubsidi diperkirakan sudah hilang di akhir

2015.

79OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI

Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei KonsumenGrafik 6.10

160

165

170

175

180

185

190

195

200

2013 2014

Ekspektasi Harga 3 Bulan yad Ekspektasi Harga 6 Bulan yad

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Wilayah V

INDEKS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 122

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa TengahGrafik 6.9

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan proyeksi Bank Indonesia

INDEKS

Ip

mendorong tekanan harga ke bawah. Hal ini tercermin

dari kelompok barang yang diatur pemerintah

(administered prices) dan kelompok pangan (volatile

foods) yang mengalami deflasi di Januari 2015.

Kelompok administered prices secara bulanan

tercatat mengalami deflasi sebesar 2,93% (mtm).

Sementara secara tahunan, inflasi di kelompok ini

sebesar 10,71% (yoy), turun tajam dibandingkan bulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 15,37% (yoy).

Penurunan ini merupakan dampak dari turunnya harga

BBM di bulan tersebut, dari Rp8.500 dan Rp7.500 di

akhir Desember 2014 menjadi Rp6.600 dan Rp6.500 di

akhir Januari. Dengan demikian, bensin menjadi

penyumbang utama deflasi dengan nilai sumbangan

0,79%.

Kelompok volatile foods juga mengalami deflasi

sebesar 0,56% (mtm). Secara tahunan, inflasi di

kelompok ini pun turun dari 11,49% (yoy) di bulan

sebelumnya menjadi 8,31% (yoy) di Januari 2015.

Penurunan ini terutama disumbang oleh komoditas

cabai merah dengan deflasi 0,34% dan cabai rawit

dengan deflasi sebesar 0,08%. Faktor utama yang

mendorong penurunan harga tersebut diantaranya

stok yang melimpah di pasaran terkait dengan mulai

masuknya musim panen cabai di beberapa daerah.

penurunan harga BBM di Januari 2015. Komoditas

yang diperkirakan memberikan tekanan pada inflasi

adalah beras dan daging ayam ras.

Inflasi kelompok inti diperkirakan sedikit

menurun dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu. Turunnya harga BBM diperkirakan

juga memberikan dampak bagi penurunan harga

berbagai komoditas lainnya. Namun demikian,

penurunan harga tersebut diperkirakan tidak akan

signifikan terkait dengan persistensi harga-harga

komoditas yang telah mengalami kenaikan dengan

adanya kenaikan harga BBM bulan November 2014. Di

sisi lain, tekanan di kelompok inti juga didorong oleh

kenaikan UMK dan tingginya kebutuhan tenaga kerja.

6.2.2 Inflasi Januari 2015

Provinsi Jawa Tengah pada Januari 2015

mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm), berbalik

arah setelah mengalami inflasi tinggi di Desember

2014 yang mencapai 2,25% (mtm). Secara tahunan,

inflasi IHK menurun dari 8,22% (yoy) di bulan lalu

menjadi 6,79% (yoy). Rendahnya tekanan harga di

bulan ini terutama didorong oleh penurunan harga

BBM yang bertransmisi pada penurunan tarif angkutan

dan harga komoditas lainnya. Selain itu, penurunan

harga pangan yang utamanya bersumber dari

komoditas cabai merah dan cabai rawit turut

78 BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

Page 96: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Share of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada

pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Migas

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Omzet

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Share Effect

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi

kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi

kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan

pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup,

yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas

dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan

DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah .

Daftar Istilah

81DAFTAR ISTILAH

Page 97: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Share of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada

pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Migas

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Omzet

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Share Effect

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi

kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi

kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan

pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup,

yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas

dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan

DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah .

Daftar Istilah

81DAFTAR ISTILAH

Page 98: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan

pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama

dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta

maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet

seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau

bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil

perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank

Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang

diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin

besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15% dari

jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus

dibentuk adalah 100% dari total kredit Macet (setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering

disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet

maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan

pembayaran.

83DAFTAR ISTILAH

Andil Inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan.

Bobot Inflasi

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang

diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan

komersil.

Impor

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji,

bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu

sebagai dasar perhitungannya.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri

dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito .

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Cash Inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode

tertentu.

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari netcash

outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan netcash inflows bila terjadi

sebaliknya.

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman

pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva.

Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada

pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada

perorangan.

82 DAFTAR ISTILAH

Page 99: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan

pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama

dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta

maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet

seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau

bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil

perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank

Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang

diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin

besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15% dari

jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus

dibentuk adalah 100% dari total kredit Macet (setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering

disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet

maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan

pembayaran.

83DAFTAR ISTILAH

Andil Inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan.

Bobot Inflasi

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang

diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan

komersil.

Impor

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji,

bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu

sebagai dasar perhitungannya.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri

dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito .

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Cash Inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode

tertentu.

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari netcash

outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan netcash inflows bila terjadi

sebaliknya.

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman

pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva.

Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada

pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada

perorangan.

82 DAFTAR ISTILAH

Page 100: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Jasa Industri

Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak

atau balas jasa ( fee ).

Inflasi Inti/ Core

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan

inflasi dan dipengaruhi oleh faktor dasar, seperti (i) interaksi permintaan dan penawaran, (ii) lingkungan

eksternal (nilai tukar, harga komoditi, dan inflasi mitra dagang), dan (iii) ekpektasi inflasi dari pedagang dan

konsumen.

85DAFTAR ISTILAH

Industri

Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang

kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan

(assembling) dari bagian suatu industri.

Pekerja

Orang yang biasanya bekerja di perusahaan/usaha tersebut.

Pekerja Dibayar

Orang yang biasanya bekerja di perusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-

tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang.

Pekerja Tidak Dibayar

Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak

mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di

perusahaan.

Input

Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku,

bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non

industri lainnya.

Output

Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang

dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok

barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya.

Nilai Tambah/Value Added

Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar.

Produktivitas

Rasio antara nilai output dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar.

Tingkat Efisiensi

Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.

Intensitas Tenaga Kerja

Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah.

Gross Margin

Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output.

Usaha

Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar

dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko.

Perusahaan

Suatu unit usaha yang diselenggarakan/dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa

sehomogen mungkin, Umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri

mengenai produksi, bahan baku, pekerja, dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi.

Perusahaan Industri

Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan

penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki.

84 DAFTAR ISTILAH

Page 101: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan

Jasa Industri

Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak

atau balas jasa ( fee ).

Inflasi Inti/ Core

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan

inflasi dan dipengaruhi oleh faktor dasar, seperti (i) interaksi permintaan dan penawaran, (ii) lingkungan

eksternal (nilai tukar, harga komoditi, dan inflasi mitra dagang), dan (iii) ekpektasi inflasi dari pedagang dan

konsumen.

85DAFTAR ISTILAH

Industri

Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang

kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan

(assembling) dari bagian suatu industri.

Pekerja

Orang yang biasanya bekerja di perusahaan/usaha tersebut.

Pekerja Dibayar

Orang yang biasanya bekerja di perusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-

tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang.

Pekerja Tidak Dibayar

Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak

mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di

perusahaan.

Input

Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku,

bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non

industri lainnya.

Output

Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang

dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok

barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya.

Nilai Tambah/Value Added

Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar.

Produktivitas

Rasio antara nilai output dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar.

Tingkat Efisiensi

Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.

Intensitas Tenaga Kerja

Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah.

Gross Margin

Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output.

Usaha

Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar

dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko.

Perusahaan

Suatu unit usaha yang diselenggarakan/dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa

sehomogen mungkin, Umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri

mengenai produksi, bahan baku, pekerja, dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi.

Perusahaan Industri

Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan

penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki.

84 DAFTAR ISTILAH

Page 102: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Kata Pengantar Daftar Isi Daftar ... Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah ... Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan