kata pengantar - bi.go.id · dinas pertanian dan kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan,...

503
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga pelaksanaan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jasa/Usaha (KPJU) Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan kerjasama Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri. Penelitian dilaksanakan selama 2,5 (dua setengah) bulan, mulai Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012. Penelitian ini diarahkan untuk memberikan informasi terhadap Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di tingkat Kabupaten/Kota dan ditingkat Provinsi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penentuan KPJU Unggulan setiap kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode ini menggunakan pendekatan partisipatif yang menggabungkan pendekatan top-down dalam penetapan kriteria dan bottom-up pada penetapan KPJU-KPJU yang diungkapkan dengan prinsip “dari, oleh dan untuk daerah”. Setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan UMKM dilibatkan sebagai narasumber. Penelitian ini memuat pula secara singkat profil daerah, profil UMKM beserta faktor pendorong dan penghambat serta kebijakan pemerintah daerah dan perbankan. Karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan guna mendukung perekonomian daerah sesuai dengan ketersediaan sumber daya dan kapasitas kelembagaan setiap daerah. Penelitian ini menghasilkan identifikasi KPJU Unggulan, pemetaan, prospek dan daya saingnya pada setiap daerah maupun bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan menjadi basis kebijakan dalam pengembangan UMKM. Pengembangan UMKM yang berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya saing daerah, tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini. Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Tim Peneliti PT. Primakelola menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melakukan penelitian ini. 2. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kota/Kabupaten se Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah memberikan berpartisipasi sebagai narasumber atas masukan, data, fakta dan informasinya yang sangat berguna. Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata, Badan Pusat Statistik dan instansi pemerintah terkait lainnya, serta Pihak Perbankan dan dunia usaha yang banyak memberikan informasi serta data yang diperlukan.

Upload: dangbao

Post on 09-Mar-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya

sehingga pelaksanaan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jasa/Usaha

(KPJU) Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Nusa

Tenggara Barat dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini merupakan kerjasama Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri. Penelitian

dilaksanakan selama 2,5 (dua setengah) bulan, mulai Oktober 2012 sampai dengan

Desember 2012. Penelitian ini diarahkan untuk memberikan informasi terhadap

Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk

dikembangkan di tingkat Kabupaten/Kota dan ditingkat Provinsi di wilayah Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

Penentuan KPJU Unggulan setiap kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dilakukan

dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic

Hierarchy Process (AHP). Metode ini menggunakan pendekatan partisipatif yang

menggabungkan pendekatan top-down dalam penetapan kriteria dan bottom-up pada

penetapan KPJU-KPJU yang diungkapkan dengan prinsip “dari, oleh dan untuk

daerah”. Setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan UMKM dilibatkan

sebagai narasumber. Penelitian ini memuat pula secara singkat profil daerah, profil

UMKM beserta faktor pendorong dan penghambat serta kebijakan pemerintah daerah

dan perbankan. Karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan

guna mendukung perekonomian daerah sesuai dengan ketersediaan sumber daya

dan kapasitas kelembagaan setiap daerah. Penelitian ini menghasilkan identifikasi

KPJU Unggulan, pemetaan, prospek dan daya saingnya pada setiap daerah maupun

bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan menjadi

basis kebijakan dalam pengembangan UMKM.

Pengembangan UMKM yang berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah,

penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya saing daerah, tenaga kerja

berdasarkan kondisi saat ini. Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan

terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini Tim Peneliti PT. Primakelola menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah

memberikan kepercayaan kepada kami untuk melakukan penelitian ini.

2. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pemerintah Kota/Kabupaten se

Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah memberikan berpartisipasi sebagai

narasumber atas masukan, data, fakta dan informasinya yang sangat berguna.

Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan,

Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan

Umum, Pariwisata, Badan Pusat Statistik dan instansi pemerintah terkait

lainnya, serta Pihak Perbankan dan dunia usaha yang banyak memberikan

informasi serta data yang diperlukan.

Page 2: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

ii

3. Para narasumber yang terdiri dari para Pejabat Kecamatan, Mantri Tani dan

Mantri Statistik/Koordinator Statistik Kecamatan di tingkat kecamatan yang ada

di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

4. Anggota Tim Peneliti Lapangan yang telah memberikan waktu serta tenaga

dalam pengumpulan data primer dan sekunder.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita

sekalian dalam melaksanakan tugas. Akhirnya kami berharap, semoga hasil

penelitian menjadi bagian dari kontribusi.

Bogor, Desember 2012

PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri

Ir. Sulistianawati

Page 3: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

iii

DAFTAR ISTILAH

Administered Price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas

yang perkembangan harganya diatur pemerintah

Andil Inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu

komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat

inflasi secara keseluruhan

Bobot Inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang

diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut

Core Inflasi Inflasi Inti adalah Inflasi IHK setelah mengeluarkan

komponen volatile foods dan administered prices

Decline Tahap penurunan suatu produk, pada kondisi decline

produk perusahaan mulai ditinggalkan konsumen

untuk beralih ke produk lain sehingga jumlah

penjualan dan keuntungan yang diperoleh produsen

dan pedagang akan menurun drastis atau perlahan tapi

pasti dan akhirnya mati

Growth Tahap pertumbuhan suatu produk, ketika berada pada

tahap ini, konsumen mulai mengenal produk di barengi

dengan promosi yang kuat

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara

umum dan bersifatpersisten. Perubahan (laju) inflasi

umumnya diukur dengan melihat perubahanharga pada

sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

masyarakat, sepertitercermin pada perkembangan

indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor

penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari

penawaran maupun dari permintaan

Introduction Tahap pengenalan suatu produk pada tahap ini produk

baru lahir dan belum ada target konsumen yang tahu

sehingga dibutuhkan pengenalan produk dengan

berbagai cara kepada target pasar.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan

produksi melalui peningkatan modal.

KPJU-KPJU Life Cycle Posisi KPJU-KPJU pada siklus hidupnya (perkenalan,

pertumbuhan, matang dan jenuh) yang di lihat dari

prespektif global dengan penekanan pada aspek teknis

dan teknologi

Page 4: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

iv

KPJU-KPJU Unggulan KPJU-KPJU yang mendukung perekonomian daerah

serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja

berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta

mempunyai daya saing tinggi

Lending model Model/Pola Pembiayaan untuk usaha tertentu

Maturity Tahap kedewasaan suatu produk, pada tahap ini

produk mengalami titik jenuh ditandai dengan tidak

bertambahnya konsumen yang ada sehingga angka

penjualan tetap di titik tertentu

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri

yang mencakup industri minyak dan gas.

Pairwise comparison Penyusunan prioritas dengan membuat perbandingan

berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu

daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi

yang ada di suatu wilayah tertentu

PDRB ADHb PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga pada setiap tahun

PDRB ADHk PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar

penghitungannya.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp

50 Juta s/d Rp 5 Milyar

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas

yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena

faktor-faktor tertentu.

Page 5: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xxv

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. I-1

1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................................... I-1

1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................................. I-2

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... I-3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... I-4

1.4.1. Daerah Penelitian ................................................................................... I-4

1.4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... I-5

1.4.3. Analisis Data ........................................................................................... I-5

BAB II. PROFIL DAERAH ............................................................................................ I-1

2.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat ........................................................................... II-1

2.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis ....................................................... II-1

2.1.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................... II-7

2.1.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-11

2.2. Kabupaten Lombok Barat ................................................................................ II-16

2.2.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................... II-16

2.2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-18

2.2.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-19

2.3. Kabupaten Lombok Tengah ............................................................................. II-22

2.3.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-22

2.3.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-25

2.3.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-26

2.4. Kabupaten Lombok Timur ............................................................................... II-29

2.4.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-29

2.4.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-32

2.4.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-33

2.5. Kabupaten Sumbawa ........................................................................................ II-36

2.5.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-36

2.5.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia............................... II-41

2.5.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-46

2.6. Kabupaten Dompu ............................................................................................ II-48

2.6.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-48

2.6.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-51

Page 6: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

vi

2.6.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-52

2.7. Kabupaten Bima ................................................................................................ II-54

2.7.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-54

2.7.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-60

2.7.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-62

2.8. Kabupaten Sumbawa Barat ............................................................................. II-66

2.8.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-66

2.8.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia............................... II-69

2.8.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-72

2.9. Kabupaten Lombok Utara ................................................................................ II-75

2.9.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-75

2.9.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-77

2.9.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-79

2.10. Kota Mataram .................................................................................................... II-80

2.10.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-80

2.10.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-82

2.10.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-83

2.11. Kota Bima ........................................................................................................... II-86

2.11.1. Kondisi Geografi dan Demografi ........................................................ II-86

2.11.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ............................. II-88

2.11.3. Infrastruktur ........................................................................................ II-90

BAB III. KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH .......................................................... III-1

3.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................................... III-1

3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................................... III-1

3.1.2. Kondisi Produksi ................................................................................... III-4

3.1.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-20

3.1.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................................................... III-22

3.2. Kabupaten Lombok Barat ............................................................................... III-26

3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................... III-26

3.2.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-29

3.2.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-40

3.2.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Lombok Barat ...................................................................................... III-44

3.3. Kabupaten Lombok Tengah ............................................................................ III-46

3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................... III-46

3.3.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-48

3.3.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-57

3.3.4 Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Kabupaten Lombok Tengah .................................................................................................. III-62

Page 7: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

vii

3.4. Kabupaten Lombok Timur .............................................................................. III-64

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto ..................................................... III-64

3.4.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-67

3.4.3. Profil UMKM ........................................................................................ III-79

3.4.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Di Kab. Lombok Timur .................................................................................................... III-82

3.5. Kabupaten Sumbawa ....................................................................................... III-84

3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ........................................ III-84

3.5.2. Kondisi Produksi ................................................................................. III-86

3.5.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-101

3.5.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Sumbawa ........................................................................................... III-103

3.6. Kabupaten Dompu ......................................................................................... III-105

3.6.1. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... III-105

3.6.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-108

3.6.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-118

3.6.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten DompuIII-120

3.7. Kabupaten Bima ............................................................................................. III-123

3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... III-123

3.7.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-124

3.7.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-134

3.7.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Bima ............................................................................................................ III-136

3.8. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) ............................................................... III-139

3.8.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................... III-139

3.8.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-140

3.8.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-151

3.8.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kab. Sumbawa Barat ................................................................................................... III-154

3.9. Kabupaten Lombok Utara ............................................................................. III-156

3.9.1. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... III-156

3.9.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-158

3.9.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-163

3.9.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kab. Lombok Utara .................................................................................................. III-164

3.10. Kota Mataram ................................................................................................. III-166

3.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................... III-166

3.10.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-168

3.10.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-173

3.10.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kota Mataram ...... III-177

3.11. Kota Bima ........................................................................................................ III-179

Page 8: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

viii

3.11.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................... III-179

3.11.2. Kondisi Produksi ............................................................................... III-182

3.11.3. Profil UMKM ...................................................................................... III-190

3.11.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kota Bima ... III-191

BAB IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM ........................................................ III-1

4.1. Kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ................................... IV-1

4.1.1. Kebijakan Jangka Panjang .................................................................. IV-1

4.1.1.1.Visi .......................................................................................................... IV-1

4.1.2. Kebijakan Jangka Menengah .............................................................. IV-8

4.1.3. Kebijakan Perbankan Dalam Pengembangan UMKM .................... IV-13

4.2. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat ........................................ IV-15

4.3. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah ..................................... IV-19

4.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ....................................... IV-23

4.5. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa ............................................... IV-26

4.6. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Dompu .................................................... IV-33

4.7. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bima ....................................................... IV-36

4.8. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat ..................................... IV-41

4.9. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara ........................................ IV-50

4.10. Kebijakan Pemerintah Kota Bima .................................................................. IV-53

4.11. Kebijakan Pemerintah Kota Mataram ............................................................ IV-56

BAB V. PENETAPAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN ................................................................................................. IV-1

5.1. Penetapan Bobot Tujuan Dan Kriteria.............................................................. V-1

5.2. Penetapan Alternatif Kpju Tingkat Kabupaten/Kota ...................................... V-3

5.3. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota .................................... V-3

5.3.1. Kabupaten Lombok Barat ..................................................................... V-5

5.3.2. Kabupaten Lombok Tengah ................................................................ V-12

5.3.3. Kabupaten Lombok Timur .................................................................. V-19

5.3.4 Kabupaten Sumbawa ......................................................................... V-27

5.3.5. Kabupaten Dompu .............................................................................. V-34

5.3.6. Kabupaten Bima .................................................................................. V-42

5.3.7. Kabupaten Sumbawa Barat ............................................................... V-50

5.3.8. Kabupaten Lombok Utara ................................................................... V-57

5.3.9. Kota Mataram ....................................................................................... V-64

5.3.10. Kota Bima ............................................................................................. V-71

5.4. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Provinsi ................................................. V-78

BAB VI. ANALISIS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR.............................................. V-1

6.1. Analisis Prospek dan Potensi ............................................................................. V-1

6.2. Analisis Kwadran ................................................................................................. V-1

6.3. Analisis Siklus Bisnis (Product Life Cycle) KPJU Unggulan Lintas Sektor ... V-7

Page 9: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

ix

6.4. Analisis Inflasi KPJU Unggulan ....................................................................... V-12

BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................ V-1

7.1 Kesimpulan ........................................................................................................ VII-1

7.2 Rekomendasi ...................................................................................................... VII-3

7.2.1 Umum ................................................................................................... VII-3

7.2.2 Khusus ...................................................................................................... VII-6

Page 10: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

x

DAFTAR TABEL

Tabel I-1. Daerah Penelitian KPJU-KPJU Unggulan UMKM di Nusa Tenggara Barat ..... I-4

Tabel I-2. Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJU Unggulan ................... I-10

Tabel II-1. Luas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2011 ........................................................................................................................ II-1

Tabel II-2. Nama Ibukota, Jumlah Kecamatan dan

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten. ..................................................... II-2

Tabel II-3. Rata-rata Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan, Tahun 2011 .

................................................................................................................................................ II-3

Tabel II-4. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2009-2011 ............................................................................................................ II-4

Tabel II-5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten, Tahun 2011 ......... II-4

Tabel II-6. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2011 ........................................................................................................................ II-5

Tabel II-7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 .......... II-6

Tabel II-8. Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2011 ...................................................................................... II-7

Tabel II-9. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas

Menurut Kabupaten/Kota dan Kegiatan Utama.................................................... II-8

Tabel II-10. Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha 2011 ..... II-9

Tabel II-11. Perkembangan Indikator IPM Provinsi NTB 1999-2007 ................................. II-10

Tabel II-12. IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Peringkat IPM

Provinsi NTB 2004-2007 .............................................................................................. II-11

Tabel II-13. Panjang Prasarana Jalan Provinsi NTB Menurut Status,

Konstruksi dan Kondisi ................................................................................................ II-12

Tabel II-14. Banyaknya Kendaran Bermotor Tercatat ............................................................ II-12

Tabel II-15. Jumlah Fasilitas Pendidikan (sekolah) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

Tahun 2010 ...................................................................................................................... II-14

Tabel II-16. Jumlah Unit Pelayanan kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011..

.............................................................................................................................................. II-15

Tabel II-17. Jumlah Tenaga Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 .. II-16

Tabel II-18. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Barat ............ II-16

Tabel II-19. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swastadi

Kabupaten Lombok Barat............................................................................................ II-20

Tabel II-20. Jumlah Prasarana Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat ......................... II-21

Tabel II-21.Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Tengah .......... II-22

Tabel II-22. Luas Lahan dan Penggunaan Lahan

di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 .......................................................... II-23

Tabel II-23. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Pada

Tahun 2011 ...................................................................................................................... II-24

Tabel II-24. Pertumbuhan Rumah Tangga dan Penduduk

di Kabupaten Lombok Tengah ................................................................................... II-24

Tabel II-25. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas

Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan................................................... II-26

Page 11: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xi

Tabel II-26. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri

di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011 ....................................................... II-27

Tabel II-27. Perkembangan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah ........... II-28

Tabel II-28. Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah ....

........................................................................................................................................... II-28

Tabel II-29. Banyaknya Sarana Perdagangan menurut Jenisnya

di Kabupaten Lombok Tengah ................................................................................ II-29

Tabel II-30. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Timur, 2011 ....

........................................................................................................................................... II-30

Tabel II-31. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

di Kabupaten Lombok Timur .................................................................................. II-31

Tabel II-32. Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Lombok Timur ........... II-34

Tabel II-33. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah di Kabupaten Lombok TimurII-35

Tabel II-34. Perkembangan Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan

di Kabupaten Lombok Timur .................................................................................. II-35

Tabel II-35. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur .............................. II-36

Tabel II-36. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Sumbawa

Dirinci Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2010 ........................................ II-37

Tabel II-37. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan

Sensus Penduduk ....................................................................................................... II-40

Tabel II-38. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan dan Kelautan

Tahun 2010 ................................................................................................................... II-41

Tabel II-39. Perkembangan Populasi Ternak Besar Kabupaten Sumbawa

Tahun 2008-2010 ....................................................................................................... II-43

Tabel II-40. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sumbawa

Tahun 2008 – 2010 .................................................................................................... II-44

Tabel II-41. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Sumbawa ....

........................................................................................................................................... II-44

Tabel II-42. Potensi Energi Listrik di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 ........................ II-45

Tabel II-43. Perkembangan Perbandingan Panjang Jalan per Unit Kendaraan

tahun 2006-2009 ........................................................................................................ II-46

Tabel II-44. Produksi dan Layanan Listri PLN di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 .. II-47

Tabel II-45. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan ........................................ II-47

Tabel II-46. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Sumbawa .................................................... II-48

Tabel II-47. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Dompu Tahun

2011 ................................................................................................................................. II-49

Tabel II-48. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kabupaten Dompu ..... II-49

Tabel II-49. Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Dompu ...................................................... II-50

Tabel II-50. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Yang di Tamatkan

di Dompu ....................................................................................................................... II-52

Tabel II-51. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta

di Kabupaten Dompu ................................................................................................. II-53

Tabel II-52. Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Dompu

Tahun 2011 ................................................................................................................... II-54

Tabel II-53. Luas dan Tinggi Kota Kecamatan dari Permukaan Laut

di Kabupaten Bima ..................................................................................................... II-56

Page 12: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xii

Tabel II-54. Pembagian Wilayah Menurut Kedalaman Efektif Tanah ................................ II-56

Tabel II-55. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bima ............................................................... II-57

Tabel II-56. Kemiringan Lahan Kecamatan di Kabupaten Bima ......................................... II-58

Tabel II-57. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bima ................................................................ II-59

Tabel II-58. Tingkat Kepadatan Penduduk ................................................................................. II-60

Tabel II-59. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .................................................................... II-61

Tabel II-60. Produksi POS Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2011 .................. II-63

Tabel II-61. Perkembangan Sekolah dan Siswa di Kabupaten Bima Tahun 2011 ........ II-63

Tabel II-62. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan .......................................................... II-64

Tabel II-63. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2011 .............................................................. II-65

Tabel II-64. Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima .................................. II-66

Tabel II-65. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2011 ................... II-66

Tabel II-66. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2011..................................................... II-67

Tabel II-67. Rincian Sebaran Penggunaan Tanah/Lahan di KSB Tahun 2011 .............. II-67

Tabel II-68. Perkembangan Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rumah

tangga di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015II-68

Tabel II-69. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB

Tahun 2006 – 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 – 2015 ............................. II-69

Tabel II-70. Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Status Penggunaan

di KSB Tahun 2011 .................................................................................................... II-69

Tabel II-71. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009 ............. II-70

Tabel II-72. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja

menurut Lapangan Usaha di KSB Tahun 2006 – 2009 ................................. II-71

Tabel II-73. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja menurut

Pendidikan Formal di KSB ....................................................................................... II-71

Tabel II-74. Perkembangan IPM KSB Tahun 2006 – 2009

dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015 .................................................................. II-72

Tabel II-75. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa Barat(Km) Tahun 2006-2010 ...... II-73

Tabel II-76. Panjang Jalan Negara di Kabupaten Sumbawa Barat Menurut Jenis

Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan Tahun 2006- 2010 (Km) ................. II-73

Tabel II-77. Jumlah Sekolah di Kabupaten Sumbawa Barat ............................................... II-74

Tabel II-78. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat ......................... II-74

Tabel II-79. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat ............................. II-75

Tabel II-80. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Utara, 2010II-76

Tabel II-81. Luas Tanah di Kabupaten Lombok Utara

di Rinci menurut penggunaanya Per Kecamatan ............................................. II-77

Tabel II-82. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta

di Kabupaten LombokUtara 2011 ......................................................................... II-80

Tabel II-83. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kota Mataram, 2011 ..................... II-80

Tabel II-84. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Mataram ...................... II-82

Tabel II-85. Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Pendidikan ............ II-83

Tabel II-86. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta

di Kota Mataram, 2011 ............................................................................................. II-84

Tabel II-87. Fasilitas Kesehatan di Kota Mataram ................................................................... II-85

Tabel II-88. Tenaga Kesehatan di Kota Mataram ...................................................................... II-85

Tabel II-89. Jumlah perusahaan perdagangan di kota Mataram ........................................ II-86

Page 13: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xiii

Tabel II-90. Ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan di Kota Bima ............... II-86

Tabel II-91. Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kecamatan di Kota Bima (Ha) ....... II-87

Tabel II-92. Jenis penggunaan lahan Kota Bima tahun 2010 ............................................. II-87

Tabel II-93. Persentase lapangan kerja yang menampung tenaga kerja di kota Bima II-90

Tabel II-94. Jumlah sekolah di Kota Bima .................................................................................. II-92

Tabel. II-95. Jumlah Unit Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Bima .... II-93

Tabel II-96. Jumlah sarana perdagangan di kota Bima ......................................................... II-94

Tabel III-1. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Sektor .......................................... III-1

Tabel III-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Kabupaten/Kota (dalam Rp Juta) .......................................................................... III-3

Tabel III-3. PDRB Per Kapita Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Kabupaten/Kota ......................................................................................... III-4

Tabel III-4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2010 .................................................................................................................... III-5

Tabel III-5. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Nusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-5

Tabel III-6. Luas Panen dan Produksi Padi SawahNusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-6

Tabel III-7. Luas Panen dan Produksi Kedelai Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-7

Tabel III-8. Luas Panen dan Produksi Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................................................................................ III-7

Tabel III-9. Produksi Sayuran Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2010 .................................................................................................................... III-8

Tabel III-10. Produksi Sayuran Provinsi NTB Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010III-9

Tabel III-11. Luas Areal Tanam, Produksi dan Sentra Produksi Perkebunan Provinsi

Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ................ III-10

Tabel III-12. Produksi dan Sentra Produksi Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................................................ III-11

Tabel III-13. Produksi Tangkapan Ikan di Laut dan Budidaya Perikanan Provinsi Nusa

Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................ III-12

Tabel III-14. Produksi Tangkapan dan Budidaya Perikanan Darat Provinsi Nusa

Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................. III-13

Tabel III-15. Produksi Hasil Hutan: Kayu dan Non Kayu Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010 ............................................................ III-14

Tabel III-16. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 ...................................................................... III-15

Tabel III-17. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010 ...................................................................... III-15

Tabel III-18. Volume Dan Nilai Ekspor Dirinci Menurut Jenis Barang Tahun 2010. . III-16

Tabel III-19. Volume dan Nilai Ekspor Devisa Menurut Sektor Produksi ....................... III-17

Tabel III-20. Usaha Pariwisata Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2011...................................................................................................... III-18

Tabel III-21. Kendaraan Bermotor Tercatat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis

Kendaraan, Tahun 2010 .......................................................................................... III-19

Tabel III-22. Kapasitas Telepon dan Kapasitas Terisi ............................................................ III-20

Page 14: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xiv

Tabel III-23. Profil UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten dan Jenis

Usaha UMKM, Tahun 2010 .................................................................................... III-20

Tabel III-24. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2011

– 2012 ............................................................................................................................ III-23

Tabel III-25. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya .....

.......................................................................................................................................... III-24

Tabel III-26. Perkembangan Jumlah Kredit menurut Sektor Ekonomi, Tahun 2012 . III-24

Tabel III-27. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdasarkan Plafon Kredit . III-25

Tabel III-28. Produk Domestik Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB ................ III-26

Tabel III-29. Struktur Perekonomian Lombok Barat 2004-2008 ....................................... III-27

Tabel III-30. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Barat .................................... III-29

Tabel III-31. PDRB Per Kapita Kabupaten Lombok Barat..................................................... III-29

Tabel III-32. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Lombok Barat ...

.......................................................................................................................................... III-30

Tabel III-33. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran per Jenis

Sayuran di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2010 ............................ III-30

Tabel III-34. Banyaknya Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Barat Tahun

2009-2011 .................................................................................................................... III-31

Tabel III-35. Pertumbuhan Luas Panen dan Jumlah Produksi Perkebunan di Kabupaten

Lombok Barat .............................................................................................................. III-32

Tabel III-36. Hasil produksi Kayu Hutan Di Lombok Barat Tahun 2010 ........................ III-33

Tabel III-37. Pertumbuhan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Barat .....

.......................................................................................................................................... III-33

Tabel III-38. Perkembangan Produksi Ikan menurut Jenis Penangkapanya ................. III-34

Tabel III-39. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Produksi, dan Bahan Baku di

Rinci Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010

.......................................................................................................................................... III-35

Tabel III-40. Nilai Penjualan KWH & Jumlah Pelanggan Menurut Kategori Pelanggan .....

.......................................................................................................................................... III-35

Tabel III-41. Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Kategori Pelanggan Di PDAM Giri

Menang Kabupaten Lombok Berat ....................................................................... III-36

Tabel III-42. Jumlah Pedagang Basar, Menengah, Kecil dan Perkembangan

Kelembagaan Usaha Perdagangan Tahun 2010 di Kabupaten Lombok Barat

.......................................................................................................................................... III-37

Tabel III-43. Jenis Komoditas Ekspor Non Migas

Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 .............................................................. III-37

Tabel III-44. Perkembangan Jumlah Hotel, Pondok Wisata, Rumah Makan, dan Biro

Perjalanan Wisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006-2010 ......... III-38

Tabel III-45. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Lembar ................................................. III-39

Tabel III-46. Jumlah Potensi dan Jumlah Produksi Bahan Galian Golongan C Menurut

Jenis Galian Di Kabupaten Lombok Barat Pada Tahun 2010 .................... III-40

Tabel III-47. Perkembangan Sentra Industri Kecil Menengah dan Pesebarannya ....... III-41

Tabel III-48. Perkembangan Kinerja Koperasi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-

2010 ................................................................................................................................ III-44

Tabel III-49. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012

Di Kabupaten Lombok Barat ................................................................................ III-44

Page 15: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xv

Tabel III-50. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis PenggunaanyaIII-45

Tabel III-51. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012 . III-46

Tabel III-52. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Lombok Tengah

Tahun 2006-2010 ...................................................................................................... III-47

Tabel III-53. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral 2005 – 2010 (ADH Konstan) .............. III-48

Tabel III-54. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan ....................... III-49

Tabel III-55. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Sayuran ......................................... III-49

Tabel III-56. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kabupaten

Lombok Tengah tahun 2008-2011 ....................................................................... III-50

Tabel III-57. Pertumbuhan Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut

Jenis Tanaman di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008-2011 ........... III-50

Tabel III-58. Pertumbuhan Populasi Ternak dan Unggas ..................................................... III-51

Tabel III-59. Pertumbuhan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten

Lombok Tengah Tahun 2007-2011 ...................................................................... III-52

Tabel III-60. Pertumbuhan Industri Kecil Menurut Kelompok Industri di Kabupaten

Lombok Tenggah Tahun 2007-2011 .................................................................... III-52

Tabel III-61. Pertumbuhan Jumlah Gardu dan Panjang Jaringan Distribusi Listrik Pada

PLN Praya Tahun 2007-2011 ................................................................................. III-53

Tabel III-62. Pertumbuhan Jumlah dan Nilai Air Bersih Yang di Salurkan Melalui PDAM

Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-

20011 ............................................................................................................................. III-53

Tabel III-63. Pertumbuhan Jumlah Produksi Batuan Jenis Galian di Kabupaten Lombok

Tengah Tahun 2009-2011 ....................................................................................... III-54

Tabel III-64. Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Kerajinan di Rinci Menurut ..... III-55

Tabel III-65. Pertumbuhan Jumlah Hotel/Losmen/Bungalow, Kamar dan ................... III-55

Tabel III-66. Pertumbuhan Banyaknya Kendaraan Bermotor yang DiUji Per Tahun di

Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011 ............................................... III-56

Tabel III-67. Pertumbuhan Jumlah Sambungan Telepon di Kabupaten Lombok Tengah

Tahun 2011 .................................................................................................................. III-57

Tabel III-68. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah IKM/UMKM Berdasakan Jenis

Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Lombok Tengah s/d tahun 2010III-58

Tabel III-69. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha November

Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Tengah ...................................................... III-62

Tabel III-70. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis PenggunaanyaIII-63

Tabel III-71. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Tengah Periode Tahun 2012 .....

.......................................................................................................................................... III-63

Tabel III-72. PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2011 ........................................................... III-64

Tabel III-73. Produksi Padi dan Palawija Kabupaten Lombok Timur ............................... III-68

Tabel III-74. Pertumbuhan Konsumsi Beras Per Kapita Per Tahun .................................. III-68

Tabel III-75. Pertumbuhan Produksi Sayur-sayuran ............................................................. III-68

Tabel III-76. Pertumbuhan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Timur Tahun

2008-2011 .................................................................................................................... III-69

Tabel III-77. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenisnya di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2008-2011 (Ton) ............................................................. III-70

Page 16: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xvi

Tabel III-78. Perkembangan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2008-2011 ...................................................................................................... III-71

Tabel III-79. Pertumbuhan Produksi Ikan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-

2011 ................................................................................................................................ III-71

Tabel III-80. Potensi Areal, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2011 .................................................................................... III-72

Tabel III-81. Indikator Perusahaan Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2007-2011 ........................................................................ III-73

Tabel III-82. Indikator Perusahaan Non Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2007-2011 ........................................................................ III-73

Tabel III-83. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Energi Terjual Menurut

Kelompok Tarif Pada PLN Ranting Selong Tahun 2011 ................................ III-74

Tabel III-84. Pertumbuhan Jumlah Pelanggan, Pemakaian dan Nilai Pada PDAM

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011.................................................. III-74

Tabel III-85. Indikator Perusahaan/Usaha Pertambangan/Penggalian di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2009-2011 ........................................................................ III-75

Tabel III-86. Pertumbuhan Perusahaan Perdagangan Menurut Skala di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2001-2011 ........................................................................ III-75

Tabel III-87. Pertumbuhan Jumlah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang di Terbitkan di

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011.................................................. III-76

Tabel III-88. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan dan Jumlah Hotel di Kabupaten Lombok

Tengah Tahun 2008-2011 ....................................................................................... III-76

Tabel III-89. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya di

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011.................................................. III-77

Tabel III-90. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Labuhan Lombok, Labuhan Haji, dan

Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011 ...................... III-78

Tabel III-91. Jumlah Arus Kegiatan di Pelabuhan Penyeberangan Kayangan Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2009-2011 ........................................................................ III-78

Tabel III-92. Sentra Industri Kecil Menengah berdasarkan Sebarannya dan

Jenis Usaha di Kabupaten Lombok Timur s/d Tahun 2010....................... III-80

Tabel III-93. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012

di Kabupaten Lombok Timur ................................................................................. III-82

Tabel III-94. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaannya di

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012 ............................................................. III-83

Tabel III-95. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Timur Periode Tahun 2012 III-83

Tabel III-96. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas

Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 .. III-85

Tabel III-97. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut

Sub Satuan Wilayah Pengembangan Tahun 2010 ......................................... III-86

Tabel III-98. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten

Sumbawa Tahun 2007-2010 .................................................................................. III-87

Tabel III-99. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2010 ........................................................... III-88

Tabel III-100. Pertumbuhan Jumlah Produksi Sayuran di Kabupaten Sumbawa Tahun

2008-2011 .................................................................................................................... III-88

Tabel III-101. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 ............... III-89

Page 17: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xvii

Tabel III-102. Pertumbuhan Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten

Sumbawa Tahun 2008-2011 .................................................................................. III-89

Tabel III-103. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Lainya di Kabupaten Sumbawa Tahun

2011 ................................................................................................................................ III-90

Tabel III-104. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan Kabupaten Sumbawa

Tahun 2011 .................................................................................................................. III-93

Tabel III-105. Banyaknya Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan

Investasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2009-2011 ................................... III-94

Tabel III-106. Perkembangan Ketersediaan PLN dan Jumlah Pelangan di Kabupaten

Sumbawa Tahun 2008-2011 .................................................................................. III-94

Tabel III-107. Banyaknya Pelanggan dan Nilai Air Bersih yang Disalurkan Menurut

Kategori Pelanggan Pada PDAM Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 ........ III-95

Tabel III-108. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang Biji

Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011 ............................................................ III-96

Tabel III-109. Lalu Lintas Layanan Pos dan Giro Dirinci Menurut Jenisnya di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 ...................................................................... III-97

Tabel III-110. Produksi Perikanan Yang Keluar Daerah dari Kabupaten Sumbawa ... III-98

Tabel III-111. Banyaknya Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan Dirinci Menurut Badan

Usaha di Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2008 ........................................ III-98

Tabel III-112. Bayaknya Nilai Produksi dan Investasi Menurut Jenis Industri di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2010-2011 ........................................................... III-98

Tabel III-113. Pertumbuhan Jumlah Usaha Perdagangan di Kabupaten Sumbawa

Tahun 2005-2009 ...................................................................................................... III-99

Tabel III-114. Jumlah Restoran/ Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa .................. III-100

Tabel III-115. Banyaknya Pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten

Sumbawa Tahun 2011 ........................................................................................... III-100

Tabel III-116. Sentra Industri Kecil Menengah Menurut Jenis Usaha dan Persebarannya

Kabupaten Sumbawa s/d 2010 .......................................................................... III-101

Tabel III-117. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Per

November Tahun 2012 di Kabupaten Sumbawa ........................................... III-103

Tabel III-118. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 .................................................................... III-104

Tabel III-119. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Periode tahun 2012 ...... III-104

Tabel III-120. Perkembangan PDRB Kabupaten Dompu Dalam Kurun Waktu Tahun

2005 - 2010 ................................................................................................................ III-106

Tabel III-121. PDRB, Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2006 – 2009 ................................................................................................. III-106

Tabel III-122. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB Dompu

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 – 2010 (%) ..................................... III-107

Tabel III-123. Produksi dan Kebutuhan Padi/Beras di Kabupaten Dompu Tahun 2008-

2010 .............................................................................................................................. III-108

Tabel III-124. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011

........................................................................................................................................ III-109

Tabel III-125. Perkembangan Produksi Buah-buahan Kabupaten Dompu Tahun 2008-

2011 .............................................................................................................................. III-110

Tabel III-126. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Dompu Tahun

2008-2011 .................................................................................................................. III-111

Page 18: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xviii

Tabel III-127. Pertumbuhan Jumlah Produksi Dirinci Jenis PePenangkapan dan

Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumbawa 2008-2011 ......................... III-113

Tabel III-128. Banyaknya Perusahan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut

Kelompok Industri Di Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011 ................... III-114

Tabel III-129. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Nilai Listrik yang ersalurkan di

Kabupaten Dompu Tahun 2011 ......................................................................... III-114

Tabel III-130. Jumlah Pelangan dan Banyaknya Air Bersih dan Nilai Air Bersih yang

Disalurkan oleh PDAM Kabupaten Dompu Tahun 2009-1011 ................ III-115

Tabel III-131. Perkembangan Ijin Usaha Perdagangan, Penyerapan Tenaga Kerja Nilai

Investasi dan Perkembangan Pedagang Informal di Kabupaten DompuIII-115

Tabel III-132. Jumlah Wisatawan di Kabupaten Dompu Tahun 2007 - 2011 ............. III-116

Tabel III-133. Banyaknya Hotel, Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di

Kabupaten Dompu Tahun 207-2011 ................................................................ III-117

Tabel III-134. Banyaknya Kapal yang Berkunjung Menurut Kegiatan Di Pelabuhan

Calabai dan Kempo Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011 ...................... III-117

Tabel III-135. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil dan

Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di

KabupatenDompu .................................................................................................... III-119

Tabel III-136. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per

November Tahun 2012 di Kabupaten Dompu ................................................ III-121

Tabel III-137. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di

Kabupaten Dompu Tahun 2012 ......................................................................... III-122

Tabel III-138. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Dompu Periode Tahun 2012 .......... III-123

Tabel III-139. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2008-2010 Kabupaten Bima ................................ III-124

Tabel III-140. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2008-2010 .................................................................. III-124

Tabel III-141. Luas Tanam, Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bima

Tahun 2011 ................................................................................................................ III-125

Tabel III-142. Produksi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bima Tahun 2009 -2010III-125

Tabel III-143. Jumlah Produksi Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Bima Tahun

2009-2010 .................................................................................................................. III-126

Tabel III-144. Pertumbuhan Luas Are dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten

Bima Tahun 2009-2011 ......................................................................................... III-127

Tabel III-145. Realisasi Produksi Hasil Hutan Ikutan di Kabupaten Bima .................. III-128

Tabel III-146. Banyaknya Produksi Perikanan Menurut Budidaya dan Penangkapannya

di Kabupaten Bima Tahun 2008-2009 ............................................................. III-130

Tabel III-147. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga Dirinci

Menurut Kelompok Industri Formal dan Non Formal Tahun 2011. ....... III-130

Tabel III-148. Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kabupaten Bima tahun 2006-2011 .

........................................................................................................................................ III-132

Tabel III-149. Jumlah Hotel, Rumah Makan, Obyek Wisata dan Jumlah Wisatawan di

Kabupaten Bima Tahun 2011.............................................................................. III-132

Tabel III-150. Jumlah Potensi, Produksi, Tenaga kerja dan Pengusaha Galian Golongan

C Tahun 2011 ........................................................................................................... III-132

Page 19: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xix

Tabel III-151. Jumlah Kapal yang Berkunjung ke Pelabuhan Bima Dirinci Menurut

Jenis Pelayaran, Turun Naik Penumpang dan Bongkar Muat Barang Tahun

2011 .............................................................................................................................. III-133

Tabel III-152. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang Biji

Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011 .......................................................... III-134

Tabel III-153. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil Dan

Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Bima

........................................................................................................................................ III-135

Tabel III-154. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per

November Tahun 2012 di Kabupaten Bima .................................................... III-137

Tabel III-155. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya ....

........................................................................................................................................ III-137

Tabel III-156. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Bima Periode Tahun 2012 .............. III-138

Tabel III-157. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ............... III-140

Tabel III-158. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK 2000) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010 ... III-140

Tabel III-159. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman

Pangan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2007 – 2010 ..................... III-141

Tabel III-160. Perkembangan Luas Panen dan Produksi berbagai Komoditas Sayuran di

KSB Tahun 2008 – 2011 ...................................................................................... III-141

Tabel III-161. Produksi berbagai Komoditas Buah-buahan di KSB ................................ III-142

Tabel III-162. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi berbagai Komoditas

Perkebunan di KSB Tahun 2008 – 2010 ........................................................ III-142

Tabel III-163. Jumlah Hasil Produksi Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat .............. III-144

Tabel III-164. Perkembangan Produksi Berbagai Jenis Komoditas Perikanan di KSB

Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 (ton) ............... III-146

Tabel III-165. Banyaknya Pedagang Menurut Kecamatan dan Berdasarkan Skala

Usahanya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 ............................... III-147

Tabel III-166. Pertumbuhan Banyaknya Perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat

Menurut Bentuk Badan Hukum Tahun 2007-2011 .................................... III-147

Tabel III-167. Jumlah Perusahaan Menurut Kode Industri di Kabupaten Sumbawa

Barat Tahun 2007-2011 ........................................................................................ III-149

Tabel III-168. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang di Salurkan dari PDAM

Kabupaten Sumbawa Barat.................................................................................. III-149

Tabel III-169. Perkembangan Jumlah Sarana Pengangkutan, Komunikasi dan

Informatika di KSB Tahun 2006 - 2009 ........................................................... III-150

Tabel III-170. Perkembangan Sektor Pertambangan/Penggalian di Kabupaten Sumbawa

Barat Tahun 2006-2009 ........................................................................................ III-151

Tabel III-171. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah (IKM/UMKM) Menurut Jenis

Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010 ... III-152

Tabel III-172. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun

2012 Di Kab Sumbawa Barat .............................................................................. III-154

Tabel III-173. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya ....

........................................................................................................................................ III-155

Tabel III-174. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Barat Periode Tahun 2012III-

156

Page 20: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xx

Tabel III-179. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi 2005-2009 ....................... III-157

Tabel III-180. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Utara Tahun

2005-2009 .................................................................................................................. III-157

Tabel III-177. Jumlah Luas Panen dan Produksi di Kabupapaten Lombok Utara Tahun

2010-2011 .................................................................................................................. III-158

Tabel III-178. Jumlah Lahan dan Produksi Sayuran di Kabupaten Lombok Utara Tahun

2010-2011 .................................................................................................................. III-159

Tabel III-179. Produksi Buah-buahan Dirinci Menurut Kabupaten Lombok Utara Tahun

2010-2011 .................................................................................................................. III-159

Tabel III-180. Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2010-2011 .................................................................................................... III-160

Tabel III-181. Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011

........................................................................................................................................ III-161

Tabel III-187. Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-

2011 .............................................................................................................................. III-161

Tabel III-188. Jumlah Industri Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Utara Tahun

2010-2011 .................................................................................................................. III-162

Tabel III-184. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun

2012 di Kabupaten Lombok Utara ..................................................................... III-164

Tabel III-185. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di

Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011 ............................................................ III-165

Tabel III-191. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Utara Periode Tahun 2012 ......

........................................................................................................................................ III-165

Tabel III-187. PDRB Kota Mataram Atas Dasar harga Berlaku Tahun 2008-2011 ... III-167

Tabel III-188. PDRB Kota Mataram Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011

........................................................................................................................................ III-168

Tabel III-189. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman

Pangan di Kota Mataram Tahun 2007 – 2011 ............................................... III-168

Tabel III-190. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas

di Kota Mataram Tahun 2007-2011 .................................................................. III-169

Tabel III-191. Perkembangan Produksi Perikanan di Kota Mataram Tahun 2006-2011III-

169

Tabel III-192. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi

Perusahaan, Industri dan Kerajinan Kota Mataram Tahun 2007-2011 III-170

Tabel III-193. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kota Mataram Tahun

2007-2011 .................................................................................................................. III-171

Tabel III-194. Pertumbuhan Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Jenisnya di Kota

Mataram Tahun 2009-2011 ................................................................................. III-171

Tabel III-195. Perkembangan Jumlah Hotel dan Kunjungan Wisatawan di Kota Bima

Tahun 2007-2011 .................................................................................................... III-172

Tabel III-196. Perkembangan Jumlah Koperasi, UKM dan BPR di Kota Mataram Tahun

2005-2009 .................................................................................................................. III-173

Tabel III-197. Jumlah Sentra IKM/UMKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya

Di Kota Mataram ...................................................................................................... III-174

Tabel III-198. Pertumbuhan Usaha Perdagangan Mikro, Kecil dan Menengah di Kota

Mataram Tahun 2011 ............................................................................................. III-177

Page 21: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xxi

Tabel III-199. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun

2012 Di Kota Mataram ........................................................................................... III-178

Tabel III-200. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya III-

178

Tabel III-201. Kredit UMKM Sektoral Kota Mataram Periode tahun 2012 .................... III-179

Tabel III-202. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha 2009-2011 ................................................................................ III-181

Tabel III-203. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Lapangan Usaha 2009-2011 .............................................................. III-182

Tabel III-204. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman

Pangan di Kota Bima Tahun 2008 – 2011 ....................................................... III-183

Tabel III-205. Pertumbuhan Luas Areal Panen dan Produksi Sayuran di Kota Bima

Tahun 2008-2011 .................................................................................................... III-183

Tabel III-206. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kota Bima

Tahun 2008-2011 .................................................................................................... III-184

Tabel III-212. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Komoditas

Perkebunan di Kota Bima Tahun 2006 – 2011 .............................................. III-184

Tabel III-208. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas

di Kota Bima Tahun 2007-2011.......................................................................... III-185

Tabel III-209. Produksi Ikan Menurut Sub Sektor di Kota Bima Tahun 2006-2011. III-186

Tabel III-210. Perkembangan Perusahaan Perdagangan di Kota Bima Tahun 2006-

20011 ........................................................................................................................... III-187

Tabel III-211. Presentase Jumlah Tamu yang Datang dan Menginap pada Hotel dan

Losmen di Kota Bima Tahun 2007-2011 ......................................................... III-187

Tabel III-212. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut

Kelompok Industri Formal dan Non Formal di Kota Bima ......................... III-189

Tabel III-213. Jumlah Industri Kecil Menengah IKM/UKM dan Kerajinan Menurut Jenis

Usaha Persebarannya di Kota Bima Tahun 2010 ......................................... III-190

Tabel III-214. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha ............ III-192

Tabel III-215. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya III-

192

Tabel III-216. Kredit UMKM Sektoral Kota Bima Periode tahun 2012 ........................... III-193

Tabel IV-1. Isu Strategis, Strategi, Arah Kebijakan Dan Kebijakan Umum Pembangunan

Jangka Menengah Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................... IV-10

Tabel IV-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan .................................................. IV-11

Tabel IV-3. Strategi, Arah Kebijakan dan Kebijakan Umum Pembangunan Kabupaten

Lombok Barat Tahun 2010 – 2014 ...................................................................... IV-17

Tabel IV-4. Tujuan Dan Sasaran Pada Tiap-Tiap Misi dalam rangka Mewujudkan Visi

Pembangunan Kabupaten Lombok Tengah ...................................................... IV-19

Tabel IV-5. Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Lombok Tengah ............................ IV-21

Tabel IV-6. Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Sumbawa

Tahun 2011-2015 ...................................................................................................... IV-26

Tabel IV-7. Ketentuan Umum Kelompok Prioritas Pembangunan Kabupaten Sumbawa

.......................................................................................................................................... IV-29

Tabel IV-8. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Mataram Tahun 2011 -

2015 ................................................................................................................................ IV-58

Page 22: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xxii

Tabel IV-9. Beberapa Program Pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi lokalIV-61

Tabel V-1. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan

KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ............................................. V-2

Tabel V-2. Jadwal Pelaksanaan FGD Pertama dan FGD Kedua Tingkat Kabupaten/ Kota

Provinsi Nusa Tenggara Barat .................................................................................. V-4

Tabel V-3. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Lombok Barat ......... V-6

Tabel V-4. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Lombok Barat ..................................................................................... V-6

Tabel V-5. KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai

KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Barat ............................... V-7

Tabel V-6. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Barat ..... V-9

Tabel V-7. Skor terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Lombok TengahV-12

Tabel V-8. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Lombok Tengah ................................................................................ V-13

Tabel V-9. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Tengah ......... V-14

Tabel V-10. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Lombok Tengah .................... V-15

Tabel V-11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Lombok Timur .......... V-20

Tabel V-12. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Lombok Timur .................................................................................. V-20

Tabel V-13. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Timur ........... V-22

Tabel V-14. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Timur V-23

Tabel V-15. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Sumbawa ................................................. V-28

Tabel V-16. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Sumbawa ............................................................................................ V-28

Tabel V-17. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa ..................... V-30

Tabel V-18. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa ......... V-31

Tabel V-19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten DOMPU ................................................ V-35

Tabel V-20. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Dompu ................................................................................................. V-36

Tabel V-21. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dompu .......................... V-37

Tabel V-22. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dompu .............. V-38

Page 23: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xxiii

Tabel V-23. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Bima ................................................................................. V-43

Tabel V-24. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Bima ..................................................................................................... V-43

Tabel V-25. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Bima ............................ V-45

Tabel V-26. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bima .................. V-46

Tabel V-27. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat ........ V-51

Tabel V-28. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Sumbawa Barat ................................................................................ V-51

Tabel V-29. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa Barat ........ V-53

Tabel V-30. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa Barat . V-

54

Tabel V-31. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kabupaten Lombok Utara ............. V-58

Tabel V-32. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Lombok Utara ................................................................................... V-59

Tabel V-33. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Utara ............ V-60

Tabel V-34. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Utara V-61

Tabel V-35. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kota Mataram .................................................................................... V-65

Tabel V-36. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulanper Sektor Usaha

di Kota Mataram .......................................................................................................... V-65

Tabel V-37. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Mataram ................................... V-66

Tabel V-38. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Mataram ....................... V-67

Tabel V-39. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi menurut Aspek

Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU

Unggulan di Kota Bima ......................................................................... V-71

Tabel V-40. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kota Bima ................................................................................................................. V-72

Tabel V-41. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Bima .......................................... V-73

Tabel V-42. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di KotaBima ................................ V-74

Tabel V-43. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk

Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ..................... V-78

Tabel V-44. KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat ........... V-79

Tabel V-45. KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,Menurut Urutan Nilai skor

terbobot atau Urutan Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat ................. V-81

Page 24: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xxiv

Tabel VI-1. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Nusa Tenggara Barat

berdasarkan potensi dan prospeknya .................................................................... V-1

Tabel VI-2. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi .......... V-14

Tabel VII-1. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor ... VII-VII-6

Page 25: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

xxv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I-1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah .......... I-6

Gambar I-2. Hierarki Operasional Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah ......... I-7

Gambar I-3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Sub

sektor Ekonomi tiap kabupaten/kota dalam Penentuan KPJU-

KPJU Unggulan Lintas Sektor ............................................................ I-7

Gambar I-4. Pemetaan Kuadran KPJU Unggulan ................................................. I-12

Gambar I-5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJU Unggulan Setiap

Sektor/Sub sektor pada Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan

Metode AHP ...................................................................................... I-16

Gambar II-1. Piramida Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat ............................ II-6

Gambar II-2. Perkembangan IPM Nasional dan Provinsi NTB ............................... II-10

Gambar II-3. Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat ............. II-13

Gambar II-4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Barat ............................. II-17

Gambar II-5. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten

Sumbawa Dirinci Berdasarkan Kecamatan dada Tahun 2010 ......... II-38

Gambar II-6. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Timur ............................ II-39

Gambar II-7. Distribusi Penduduk Kabupaten Sumbawa dirinci berdasarkan

umur dan jenis kelamin Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa

(2011) .............................................................................................. II-40

Gambar II-8. Komposisi Penggunaan Lahan di Kota Tahun 2009 ......................... II-81

Gambar III-1. Distribusi Persentase PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sektor), Tahun

2010 ................................................................................................. III-2

Gambar III-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Penggunaannya, Tahun 2010. ........................................... III-3

Gambar IV-1. Diagram Penjabaran Misi Lombok Barat ........................................ IV-16

Gambar V-1. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Barat ............... V-11

Gambar V-2. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Tengah ............. V-19

Gambar V-3. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Timur ............... V-27

Gambar V-4. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa ...................... V-34

Gambar V-5. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Dompu .......................... V-42

Gambar V-6. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Bima ............................. V-50

Gambar V-7. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa Barat ............ V-57

Gambar V-8. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Utara ................ V-64

Gambar V-9. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kota Mataram .................................. V-70

Gambar V-10. Peta Kwadran KPJU Kota Bima ....................................................... V-78

Gambar VI-1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB ........................ V-2

Gambar VI-2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%) ............................. V-13

Page 26: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,
Page 27: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki

peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data

yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian

Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor

ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi & UKM,

jumlah UMKM tercatat 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua,

potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada

sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja jika dibandingkan

dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,04 juta

tenaga kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi

UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total

PDB.

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank

Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan

kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2)

Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4)

Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga

lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah mendorong

pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis. Kegiatan penelitian dan

penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank

Indonesia dalam kerangka bantuan teknis. Kegiatan tersebut diharapkan akan dapat

memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada

pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang

berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Bank Indonesia sejak tahun 1979 telah melaksanakan penelitian Baseline Economic

Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di

daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah.

Dalam perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan

untuk memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis

usaha yang potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan.

Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang

merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

Pada kajian BLS tahun 2006, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam

penetapan Daftar Skala Prioritas, yang semula menggunakan kriteria data

produksi, pendapat instansi, dan data primer responden UMKM pada suatu

komoditas/produk/jenis usaha di suatu kecamatan, menjadi penetapan

komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan daerah di Kabupaten/kota

Page 28: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-2

dengan menggunakan alat analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan

Analytic Hierarchy Process (AHP). Setiap kabupaten/kota di suatu Provinsi

diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan

cocok untuk dikembangkan. Hal ini merupakan adopsi dari kesuksesan Thailand

melalui program One Tambon One Product (OTOP), yaitu program pengembangan

komoditas unggulan di suatu daerah (tambon) yang sukses dalam membantu

pengembangan UMKM. Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah Daerah dapat

memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan komoditas unggulan

tertentu di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan

pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi

angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

Data dan informasi dalam KPJU meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa

kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan

potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Aspek mikro meliputi

kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian KPJU tersebut selanjutnya akan

didesiminasikan dalam website Info UMKM yang dapat diakses melalui internet di

alamat www.bi.go.id.

Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi hasil penelitian KPJU,

dipandang perlu untuk melakukan pengkinian data melalui penelitian yang

dilaksanakan setiap 5 tahun. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih

bermanfaat dan berdaya guna bagi stakeholders dalam pengembangan UMKM,

penelitian KPJU perlu dipertajam dengan memilih dan menetapkan KPJU unggulan

daerah berdasarkan kriteria tertentu serta menambahkan berbagai informasi

pendukung.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di

Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan untuk memberikan landasan rasional

bagi pembangunan daerah yang meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. Laporan

tersebut mengandung keterangan-keterangan lengkap sebagai dasar perencanaan,

pengorganisasian, dan pengambilan keputusan mengenai komoditas/produk/jenis

usaha unggulan pada setiap wilayah kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Ketersediaan informasi tentang keadaan sumber daya alam dan

manusia serta tingkat pemanfaatannya dalam berbagai sektor ekonomi yang

berkembang sangat diperlukan sebagai bahan rujukan. Secara rinci tujuan penelitian

dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Mengenal dan memahami mengenai:

(1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan

potensi sumber daya;

(2) Profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk faktor pendorong

dan penghambat dalam pengembangan UMKM;

(3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah

yang terkait dengan pengembangan UMKM; dan

(4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.

Page 29: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-3

b. Memberikan informasi tentang Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU)

Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu

kabupaten/kota dalam rangka:

(1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah;

(2) Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta

(3) Meningkatkan daya saing produk.

Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka

pengembangan KPJU-KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:

(1) Kebijakan Pemerintah Daerah; dan

(2) Kebijakan perbankan

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Penelitian terhadap KPJU-KPJU unggulan Daerah dilaksanakan untuk

mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) yang dikategorikan sebagai unggulan daerah pada tingkat

kabupaten dan provinsi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;

b. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dimaksudkan dalam penelitian

ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008;

c. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan, dengan kriteria:

o memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

o memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

d. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar, dengan kriteria:

o memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

o memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

e. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

usaha besar, dengan kriteria: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Page 30: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-4

Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

f. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan adalah KPJU-KPJU yang

mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap

tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai

daya saing tinggi.

g. KPJU-KPJU yang dikaji adalah KPJU-KPJU pada setiap sektor/sub sektor

ekonomi, yang meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,

perikanan, kehutanan), pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa-

jasa sebagaimana kategori 9 sektor ekonomi BPS.

h. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :

(1) Profil daerah, meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi

sumber daya dana aspek lainnya yang terkait;

(2) Profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk potensi, peluang,

faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pengembangan UMKM;

(3) Penetapan KPJU-KPJU unggulan baik usaha berskala mikro, kecil, maupun

menengah di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan

Provinsi);

(4) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan

UMKM/KPJU-KPJU unggulan.

i. KPJU-KPJU yang diidentifikasi minimal sampai dengan digit 4 pada Kode

Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

1.4.1. Daerah Penelitian

a. Daerah penelitian seluruh wilayah atau 10 kabupaten/kota di Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

b. Penetapan KPJU-KPJU unggulan daerah di kabupaten/kota dilakukan dengan

menghimpun informasi dari sebagian besar kecamatan yang ada dengan

mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis,

jumlah UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kabupaten/kota serta kebijakan

Pemerintah Daerah. Jumlah sampel wilayah kecamatan yang tercakup dalam

penelitian ini adalah sebanyak 116 kecamatan yang tersebar di setiap wilayah

kabupaten/kota dengan mempertimbangkan keterwakilan karakteristik

kabupaten/kota serta potensi ekonomi masing-masing kecamatan, yang terdiri

dari :

Tabel I-1. Daerah Penelitian KPJU-KPJU Unggulan UMKM di Nusa Tenggara Barat

No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan

1 Kota Mataram 6

2 Kabupaten Lombok Tengah 12

3 Kabupaten Lombok Barat 10

4 Kabupaten Lombok Timur 20

Page 31: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-5

No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan

5 Kabupaten Lombok Utara 5

6 Kabupaten Sumbawa 24

7 Kabupaten Sumbawa Barat 8

8 Kabupaten Dompu 8

9 Kabupaten Bima 18

10 Kota Bima 5

Jumlah 116

1.4.2. Jenis dan Sumber Data

Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari

narasumber/responden, meliputi pejabat-pejabat Pemerintah Daerah, dinas/instansi

terkait (sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pertambangan, perhubungan),

Bappeda, Asosiasi/Kadinda, dan pada tingkat kecamatan dengan narasumber Mantri

Tani, Koordinator Statistik Kecamatan, dan Camat atau Seksi Perekonomian

Kecamatan.

Pengumpulan data dilakukan melalui ”Indepth Interview” kepada pejabat

instansi/dinas terkait dan pemimpin/pejabat bank pelaksana di daerah untuk

mendapatkan penilaian pejabat terkait di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), panduan diskusi, dan panduan

wawancara serta melalui mekanisme Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group

Discussion) untuk memperoleh pendapat narasumber baik dalam rangka menetapkan

KPJU-KPJU unggulan maupun menjaring informasi tentang kendala/permasalahan,

faktor penghambat dan pendukung serta kebijakan pemerintah dalam pengembangan

UMKM, khususnya untuk KPJU-KPJU unggulan yang terpilih.

Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/

laporan penelitian dari dinas/instansi dan sumber data lainnya yang menunjang.

1.4.3. Analisis Data

Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab tujuan

penelitian. Untuk menjawab tujuan pertama, analisis yang dilakukan adalah analisis

diskriptif, tabulasi silang, dan statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif tersebut

digunakan sebagai bahan untuk penyusunan rekomendasi.

Khusus dalam rangka analisis dan penetapan KPJU-KPJU unggulan, metode analisis

yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic

Hierarchy Process (AHP) dengan struktur hierarki konseptual seperti dapat dilihat

pada Gambar I-1 dan Metode Borda. Proses penetapan KPJU-KPJU unggulan dengan

menggunakan AHP dapat dilihat pada Gambar I-2 dan Gambar I-3.

Page 32: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-6

Gambar I-1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah

FOCUS

TUJUAN

a. Pertumbuhan Ekonomi

b. Penciptaan Lapangan Kerja

c. Peningkatan Daya

SaingProduk

INPUT PROSES OUTPUT

Kriteria

Skilled Tenaga Kerja Bahan Baku Modal Sarana Produksi/Usaha

Ketersediaan skilled TK

(pelaksana):

Tingkat Pendidikan

Pelatihan

Pengalaman kerja

Jumlah lembaga pelatihan

Ketersediaan bahan baku

Harga perolehan bahan baku

Retensi/parishability bahan baku

Kesinambungan bahan baku

Mutu

Kemudahan

Aspek Lingkungan

Kebutuhan investasi awal

Kebutuhan modal kerja

Aksesibilitas thd sumber

pembiayaan

Ketersediaan Sarana Produksi

Harga

Kemudahan

Kriteria

Teknologi Sosial Budaya Manajeman Usaha

Ketersediaan

Kemudahan (memperoleh teknologi)

Dampak lingkungan

Unsur

Didukung oleh faktor:

Ciri khas lokal

Religion/Budaya

Turun temurun

Kemudahan untuk

memanage

Kriteria

Ketersediaan Pasar Harga Penyerapan Tenaga Kerja

Kemudahan:

Menjual

Mendistribusikan (lokasi)

Unsur Penilaian

Stabilitas Harga

Nilai Tambah

Penyerapan Tenaga

Kerja

Sumbangan thd Perekonomian

Backward & Forward Linkages

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan

usaha ini

ALTERNATIF KPJU

SEKTOR/SUB SEKTOR

Page 33: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-7

Gambar I-2.Hierarki Operasional Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Daerah

Gambar I-3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Sub sektor Ekonomi tiap kabupaten/kota dalam

Penentuan KPJU-KPJU Unggulan Lintas Sektor

MENCARI KOMODITAS

Pertumbuhan Ekonomi

Skilled

Tenaga

Kerja

Bahan

Baku Modal

Sarana

Produksi/

Usaha

Teknologi Sosial

Budaya

Manajeman

Usaha

Ketersediaan

Pasar Harga Penyerapan

Tenaga Kerja

Sumbangan

terhadap

Perekonomian

Penciptaan Lapangan

Kerja

Peningkatan Daya Saing

Produk

ALTERNATIF KPJU-KPJU

LEVEL 1

FOKUS

LEVEL 2

TUJUAN

LEVEL 3

KRITERIA

LEVEL 4

ALT. KPJU

MENCARI KOMODITAS

Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan

Kerja

Peningkatan Daya Saing

Produk

LEVEL 1

FOKUS

LEVEL 2

TUJUAN

8 .. 4 3 2

LEVEL 3

SEKTOR/SUB SEKTOR

SEKTOR / SUB SEKTOR

(kabupaten/kota 1)

Page 34: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-8

a. Tahap Pertama

Tahap pertama adalah penentuan nilai bobot tujuan dan kriteria yang

dilakukan di tingkat Provinsi berdasarkan pendapat Tim Pakar lintas sektor.

Nilai bobot tujuan dan kriteria berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan metode AHP digunakan sebagai bobot tujuan dan kriteria untuk

semua sektor/sub sektor dan semua kabupaten/kota di Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Dalam hal bobot kriteria yang dianalisis adalah:

1. Penentuan bobot masing-masing kriteria untuk (1) penyaringan

komoditas unggulan di tingkat kecamatan, dan (2) penyaringan hasil

komoditas unggulan di tingkat kecamatan menjadi short list untuk

masukan penyaringan komoditas tingkat kabupaten/kota:

(i) Jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi

untuk masing-masing KPJU dari setiap kecamatan yang bersumber

dari data sekunder/statistik;

(ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran KPJU-KPJU (persepsi

narasumber):

(1) Lokal kecamatan;

(2) Antar kabupaten/kota;

(3) Antar provinsi dan

(4) Ekspor.

(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (persepsi narasumber):

(1) Sarana produksi pertanian/bibit (sektor pertanian);

(2) Sarana produksi/bahan baku (sektor industri); dan

(3) Sarana usaha (sektor perdagangan, angkutan, jasa).

(iv) Kontribusi KPJU-KPJU terhadap perekonomian wilayah kecamatan

dan kabupaten/kota (persepsi narasumber).

2. Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJU-KPJU unggulan

kabupaten/kota untuk masing-masing sektor/sub sektor dan lintas

sektor:

(1) Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);

(2) Bahan baku;

(3) Modal;

(4) Sarana produksi/usaha;

(5) Teknologi;

(6) Sosial budaya;

(7) Manajemen usaha;

(8) Ketersediaan pasar;

(9) Harga;

(10) Penyerapan tenaga kerja; dan

(11) Sumbangan terhadap perekonomian.

Page 35: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-9

b. Tahap Kedua

Tahap kedua dilaksanakan guna menghasilkan identifikasi KPJU-KPJU

unggulan pada setiap sektor ekonomi pada tingkat kecamatan, dengan

menggunakan kriteria dan bobot masing-masing kriteria berdasarkan hasil

tahap pertama.

Langkah awal yang dilakukan pada tahap kedua ini adalah memperoleh data

semua KPJU untuk setiap sektor/sub sektor yang ada pada setiap kecamatan

(long list).

Berdasarkan long list tersebut dilakukan penyaringan untuk memperoleh

KPJU-KPJU unggulan untuk setiap sektor/sub sektor dengan menggunakan

metode Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) (Marimin, 2004). Pada

awalnya digunakan Composite Performance Index (CPI) yang lebih

mempertimbangkan karakteristik data dari kriteria yang ditentukan, namun

karena hasil penilaian terjadi perbedaan nilai yang sangat besar, maka metode

ditransformasikan dalam scoring melalui metode perbandingan eksponensial

(MPE).

Penggunaan metode MPE untuk kriteria: (a) Jumlah unit usaha/rumah tangga

usaha atau volume produksi bersumber dari data sekunder, sedangkan (b)

Pasar, (c) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi, dan (d) Kontribusi

terhadap perekonomian kecamatan dilakukan penilaian (pemberian skor dan

bobot) terhadap setiap KPJU untuk setiap sektor/sub sektor yang ada pada

long list.

Penilaian dilakukan oleh narasumber melalui mekanisme indepth interview

dan pengisian matrik identifikasi alternatif komoditas/produk/jenis usaha

unggulan tingkat kecamatan. Narasumber tersebut adalah mantri tani, mantri

statistik, dan staf/seksi perekonomian dari semua kecamatan yang dijadikan

daerah penelitian. Output dari analisis MPE adalah nilai skor terbobot dari

setiap KPJU yang diidentifkasi. Analisis berikutnya adalah melakukan

pengurutan dari skor terbobot tertinggi ke terendah (descending sorting).

Akhirnya masing-masing kecamatan ditetapkan 5 (lima) KPJU dari setiap

sektor/sub sektor yang memiliki skor terbobot tertinggi.

c. Tahap Ketiga

Tahap ketiga dilaksanakan untuk menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap

sektor/sub sektor dan lintas sektor pada tingkat kabupaten/kota. Tahap

ketiga diawali dengan penyaringan KPJU unggulan untuk semua kecamatan,

yaitu dengan menggabungkan hasil identifikasi KPJU unggulan semua

kecamatan (hasil tahap kedua).

Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan metode Borda

berdasarkan urutan prioritas dan nilai skor KPJU dari hasil MPE yang telah

dilaksanakan pada tahap sebelumnya (oleh pejabat tingkat kecamatan).

Berdasarkan skor-terbobot yang diperoleh ditetapkan maksimal 10 KPJU

untuk setiap sektor/sub sektor yang memiliki skor terbobot tertinggi,

Page 36: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-10

yang dijadikan sebagai alternatif untuk dipilih sebagai KPJU unggulan untuk

setiap sektor/sub sektor.

Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan

kabupaten/kota ditinjau dari aspek Input-Proses-Output, yang diuraikan

menjadi 11 kriteria, yang masing-masing kriteria mempertimbangkan unsur

penilaian seperti disajikan pada Tabel I-2.

Tabel I-2. Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJU Unggulan

Kriteria Unsur Penilaian

A INPUT

1 Tenaga kerja terampil

(Skilled)

(1) Tingkat Pendidikan

(2) Pelatihan

(3) Pengalaman kerja

(4) Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/

pelatihan

2 Bahan baku

(manufacturing)

(1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku

(2) Harga perolehan bahan baku

(3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya

rusak)

(4) Kesinambungan bahan baku

(5) Mutu bahan baku

(6) Kemudahan dalam memperoleh

(7) Aspek Lingkungan

3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal

(2) Kebutuhan modal kerja

(3) Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan

4 Sarana

produksi/usaha

(1) Ketersediaan/kemudahan memperoleh

(2) Harga

B Proses

5 Teknologi (1) Ketersediaan

(2) Kemudahan (memperoleh teknologi)

(3) Dampakl

6 Sosial budaya

(faktor endogen)

(1) Ciri khas lokal

(2) Penerimaan masyarakat

(3) Turun temurun

7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage

C Output

8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran

(2) Kemudahan mendistribusikan

9 Harga (1) Stabilitas harga

(2) Nilai tambah (added value)

10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK

11 Sumbangan terhadap

perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena

keberadaan usaha ini (Backward & forward

linkages)

Page 37: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-11

Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process (Saaty, 2000). Bobot setiap kriteria yang

digunakan adalah berdasarkan hasil Tahap Pertama.

Terhadap masing-masing kriteria, dilakukan penilaian perbandingan tingkat

kepentingan antar alternatif KPJU menurut skala ordinal Saaty, oleh

narasumber yang diperoleh melalui mekanisme Focus Group Discussion (FGD)

dan pengisian kuesioner/matrik. Penilaian perbandingan (scoring) antar KPJU

untuk setiap kriteria didasarkan atas unsur penilaian seperti tertuang pada

Tabel I-2, baik pada kondisi saat ini dan prospeknya di masa yang akan

datang. Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini dilaksanakan di masing-masing

Dinas/Instansi, dengan narasumber adalah pejabat dinas/instansi terkait

pada tingkat kabupaten/kota yang terkait secara langsung dalam pembinaan

dan pengembangan UMKM untuk semua sektor ekonomi, pejabat bank

pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda. Pada tahap ini

dilakukan juga penilaian tingkat kepentingan Sektor/Sub sektor Ekonomi

pada masing-masing kabupaten/kota dalam penetapan KPJU Unggulan Lintas

Sektor.

Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan

bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, usaha baru atau

mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap

unsur penilaian. Output dari tahapan ini adalah daftar KPJU unggulan beserta

nilai skor terbobot untuk masing-masing KPJU. Berdasarkan nilai skor

terbobot masing-masing KPJU ditetapkan Analisis berikutnya adalah

menentukan 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor sebagai KPJU

unggulan kabupaten/kota yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi.

Tahapan berikutnya adalah menentukan KPJU unggulan lintas sektor ekonomi

tingkat kabupaten/kota. Langkah-langkah proses penentuan KPJU Unggulan

Lintas Sektoral adalah sebagai berikut:

(i) Proses normalisasi nilai skor terbobot dari 5 (lima) KPJU Unggulan per

Sektor;

(ii) Analisis AHP untuk memperoleh bobot atau tingkat kepentingan masing-

masing Sektor/Sub sektor ekonomi dalam penetapan KPJU Unggulan

Lintas Sektor;

(iii) Penggabungan KPJU Unggulan setiap Sektor, dan kemudian menetapkan

nilai Skor Terbobot setiap KPJU Unggulan berdasarkan metode BAYES,

yaitu perkalian hasil normalisasi skor terbobot KPJU Unggulan per

Sektor hasil langkah (i) dengan nilai bobot kepentingan Sektor Ekonomi

KPJU yang bersangkutan (hasil langkah ii);

(iv) Menetapkan 5 KPJU yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi (hasil

langkah iii), sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor.

Page 38: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-12

d. Tahap Keempat.

Tahap keempat terdiri dari dua kegiatan yaitu :

(1) Proses re-konfirmasi hasil penetapan KPJU Unggulan per Sektor dan

KPJU Unggulan Lintas Sektor, berdasarkan hasil kegiatan tahap

pertama sampai ketiga. Pada tahap ini juga dilakukan proses

penjaringan pendapat narasumber untuk mengklasifikasikan KPJU

Unggulan berdasarkan Prospek dan berdasarkan Potensi kondisi saat

ini. Hasil penjaringan adalah pemetaan KPJU Unggulan menurut 4

Kuadran seperti pada Gambar I-4 berikut:

Gambar I-4.Pemetaan Kuadran KPJU Unggulan

(2) Proses identifkasi alternatif kebijakan pengembangan masing-masing

KPJU Unggulan tingkat kabupaten/kota.

Kedua kegiatan tersebut dilakukan melalui mekanisme FGD dengan

narasumber dari pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kabupaten/kota

yang terkait secara langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM

untuk semua sektor ekonomi, pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan

Pengurus Asosiasi/Kadinda.

e. Tahap Kelima

Tahap kelima adalah proses penyaringan lebih lanjut dalam rangka

menetapkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi dan lintas sektor tingkat

Provinsi.

1. Penentuan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat provinsi

dilakukan terhadap gabungan KPJU unggulan per sektor/sub sektor

Prospek

Potensi

Kuadran I:

KPJU Unggulan

dengan Prospek dan

Potensi yang Tinggi

Kuadran II:

KPJU Unggulan dengan

Prospek Tinggi dan

Potensi yang Rendah

Kuadran IV:

KPJU Unggulan

dengan Prospek

Rendah dan Potensi

yangTinggi

Kuadran III:

KPJU Unggulan

dengan Prospek

Rendah dan Potensi

yangRendah

Page 39: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-13

pada tingkat kabupaten. Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan

penyaringan KPJU unggulan untuk setiap sektor/sub sektor dengan

menggunakan metode pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh adalah

maksimal 5 (lima) KPJU unggulan yang memiliki total nilai/skor

tertinggi sebagai KPJU unggulan per sektor/sub sektor tingkat provinsi.

Fungsi Borda untuk penentuan KPJU per sektor/sub sektor dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(i) Urutkan 5 (lima) KPJU unggulan dari prioritas tertinggi hingga

terendah;

(ii) KPJU yang menempati urutan tertinggi dalam sektor/sub sektor

tersebut diberi bobot 5, urutan kedua diberi bobot 4, dan

seterusnya;

(iii) Ulangi proses (i) dan (ii) untuk KPJU di masing-masing

kabupaten/kota;

(iv) Berdasarkan hasil proses (iii) skor Borda untuk KPJU-i tingkat

Provinsi dihitung sebagai berikut :

Skor Borda i = )BobotSK(ijij

Keterangan:

untuk setiap KPJU -i, i= 1,2... n

j : subskrip kabupaten/kota (j = 1 s/d 6)

SK-ij : skor urutan KPJU-i pada kabupaten/kota ke-j

Bob-ij : bobot KPJU-i unggulan pada kabupaten/kota ke-j

(keluaran AHP/ tahap-3).

(v) Tetapkan 5 (lima) KPJU unggulan Provinsi yang mempunyai nilai

skor Borda tertinggi.

2. Penentuan KPJU unggulan lintas sektor pada tingkat provinsi dilakukan

terhadap gabungan seluruh KPJU unggulan lintas sektor pada tingkat

kabupaten/kota. Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan

penyaringan KPJU unggulan lintas sektor dengan menggunakan metode

pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh adalah maksimal 5 (lima)

KPJU unggulan yang memiliki total nilai/skor tertinggi sebagai

KPJU unggulan lintas sektor tingkat Provinsi.

Diagram alir proses penentuan KPJU Unggulan setiap sektor/sub

sektor pada kabupaten/kota dan provinsi secara lengkap dapat dilihat

pada Gambar I-5.

e. Tahap Keenam

Berdasarkan hasil penentuan KPJU unggulan daerah, baik menurut

sektor/sub sektor ekonomi maupun lintas sektoral, diberikan rekomendasi

kebijakan atau saran-saran pengembangan yang diperoleh berdasarkan hasil

Focus Group Discussion (FGD), baik di tingkat kabupaten/kota maupun

provinsi. Rekomendasi kebijakan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh

Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait, perbankan, dan para stakeholders

Page 40: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-14

sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan lebih lanjut. Demikian pula,

fungsi Kantor Bank Indonesia baik sebagai advisor maupun penyedia data dan

informasi dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini.

Page 41: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Pendahuluan

I-15

Mulai

Penilaian Tujuan

Memenuhi

standar

+ >

10%

Penggabungan

pendapat Revisi

Penilaian kriteria

berkaitan dengan

tujuan

Memenuhi

standar

+ > 10%

Standar

Penggabungan

pendapat Revisi

Perhitungan vertikal

– bobot kriteria

terhadap Ultimate

Goal

Penilaian kriteria

berkaitan dengan

tujuan

Memenuhi

standar

+ > 10%

Standar

Penggabungan

pendapat Revisi

Perhitungan vertikal –

bobot kriteria

A

T

Y

Y

Y

T

T

Y

Y

Y

T

Y

T Y

T

Y

Page 42: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

I-16

Gambar I-5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJU Unggulan Setiap Sektor/Sub

sektor pada Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan Metode AHP

A

Penilaian KPJU unggulan

untuk setiap sektor/sub

sektor di Kab/kota

Memenuhi

standar CI + > 10%

CI

Penggabungan

pendapat

Revisi

Penetapan 5 KPJU

setiap sektor/sub sektor

Normalisasi bobot KPJU

sektor/sub sektor

Perhitungan bobot KPJU

setiap sektor/sub sektor

Kab/kota

Penetapan KPJU

unggulan Provinsi

Selesai

T

Y

T

Y

Y

Page 43: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-1

BAB II. PROFIL DAERAH

2.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat

2.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis

2.1.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terbentuk berdasarkan Undang – Undang No. 64

Tahun 1958 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan

NTT. Pada awal pembentukannya, penyelenggaraan pemerintahan NTB masih

merujuk pada dua UU, yaitu UU Negara Indonesia Timur No. 44 Tahun 1950 dan UU

No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan Daerah. Setelah melalui

proses penyesuaian peraturan perundang-undangan, baru sejak 17 Desember 1958

Provinsi NTB terbentuk secara nyata, sehingga tanggal 17 Desember kemudian

ditetapkan sebagai hari lahir Provinsi NTB.

Secara geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 08010’ – 09005’ Lintang

Selatan dan 115046’ – 119005’ Bujur Timur, dengan batas wilayah :

Sebelah Utara, berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Laut Flores,

Sebelah Timur, berbatasan dengan Selat Sape,

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Hindia,

Sebelah Barat, berhadapan dengan Selat Lombok.

Tabel II-1. Luas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2011

Kabupaten/Kota Ibukota Luas Daratan Persentase

1. Lombok Barat Gerung 1.053,92 5,23

2. Lombok Tengah Praya 1.208.40 6,00

3. Lombok Timur Selong 1.605,55 7,97

4. Sumbawa Sumbawa Besar 6.643,98 32,97

5. Dompu Dompu 2.324,60 11,53

6. Bima Raba 4.389,40 21,78

7. Sumbawa Barat Taliwang 1.849,02 9,17

8. Kota Mataram Mataram 61,30 0,30

9. Kota Bima Raba 207,50 1,03

10. Lombok Utara Tanjung 809.53 4,02

Provinsi Nusa Tenggara Barat 20.153,50 100,00

Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012

NTB merupakan Provinsi kepulauan dengan dua pulau utama: Lombok dan

Sumbawa, dan sekitar 332 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai 2.333

Page 44: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-2

kilometer. Dari pulau-pulau yang ada, 282 telah memiliki nama dan berpenghuni.

Wilayah daratan Provinsi Nusa Tenggara Barat membentang seluas 20.153,2 km2,

dan luas perairannya terhampar hampir 30 ribu km2. Luas daratan Pulau Lombok

hanya mencapai 23,52% (4.738,7 km2), sedang luas daratan Pulau Sumbawa

mencapai 76,48% (15.414,5 km2) dari luas total daratan NTB. Kabupaten Sumbawa

memiliki hamparan wilayah terluas, lebih dari 1/3 luas Provinsi NTB, disusul

Kabupaten Bima (21%) dan Dompu (11%), sedang Kota Mataram memiliki wilayah

terkecil, hanya 0,3% dari luas Provinsi NTB. Luas daratan setiap kabupaten dan kota

secara lengkap disajikan pada Tabel II-1.

Ditilik dari letak geografisnya, NTB mempunyai posisi strategis karena beberapa

alasan. Pertama, NTB berada jalur transnasional Banda Aceh – Kupang yang secara

ekonomis menguntungkan. Kedua, NTB diapit oleh jalur pelayaran internasional,

yaitu Jalur pelayaran Selat Lombok dan Jalur pelayaran Selat Timor. Ketiga, NTB

berada pada lintasan tujuan wisata utama dunia: Bali – Komodo dan Tana Toraja,

yang sering disebut juga sebagai ”segitiga emas pariwisata Indonesia”.

Tabel II-2. Nama Ibukota, Jumlah Kecamatan dan

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten.

Kabupaten / Kota Ibukota Kecamatan Desa/Kelurahan

1. Lombok Barat Gerung 10 123

2. Lombok Tengah Praya 12 139

3. Lombok Timur Selong 20 215

4. Sumbawa Sumbawa Besar 24 166

5. D o m p u Dompu 8 79

6. B i m a Raba 18 178

7. Sumbawa Barat Taliwang 8 64

8. Kota Mataram Mataram 6 50

9. Kota Bima Raba 5 38

10. Lombok Utara Tanjung 5 33

Total NTB 116 1.085

Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012

Secara administratif Provinsi Nusa Tenggara Barat terbagi atas 10 kabupaten/kota,

116 kecamatan dan 1.085 desa/kelurahan. Kabupaten Sumbawa selain memiliki

dataran terluas, juga memiliki jumlah kecamatan terbanyak, namun jumlah

desa/kelurahan terbanyak dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur.

2.1.1.2. Topografi dan Iklim

Kondisi topografi NTB bervariasi, dari ketinggian nol hingga 3.726 meter di atas

permukaan laut untuk Pulau Lombok, sedang Pulau Sumbawa memiliki ketinggian

nol hingga 2.755 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan ketinggian wilayah,

fisiografi NTB dapat diklasifikasikan datar, landai, bergelombang dan bergunung-

gunung. Di Pulau Lombok terdapat jajaran Gunung Rinjani, Mareje, Timanuk, Nangi,

Perigi, Plawangan, dan baru. Sedangkan di Pulau Sumbawa terhampar deretan

Page 45: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-3

Gunung Batu Lanteh, Tukan, Jaran Pusang, Soromandi/Donggo, Tambora, Dadu,

Pajo dan Sambi.

Iklim NTB mendapat pengaruh dari angin Monsun, terutama pada Bulan Oktober –

Maret dipengaruhi angin Monsun Pasific yang melalui Laut Jawa dan Samudra

Indonesia. Dua lautan ini mempengaruhi karakteristik curah hujan di seluruh

wilayah NTB. Pengaruh tersebut menyebabkan pola hujan yang tidak seragam,

terutama di Pulau Lombok. Pengaruh tingginya suhu permukaan air laut (SPL) di dua

laut tersebut mendorong evaporasi yang instensif dan pembentukan awan pada

musim Angin Barat, membuat curah hujan yang tinggi pada Bulan November –

Februari. Sebaliknya pada musim Angin Timur, suhu permukaan laut di Samudra

Hindia menurun dan mencapai suhu terendah pada Bulan Agustus, menyebabkan

terjadinya musim kering dengan curah hujan yang sangat rendah.

Kelembaban udara di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif tinggi, berkisar antara 79–

85%, dengan kecepatan angin rata-rata 6 – 7 knots, dan kecepatan angin maksimum

20 knots. Jumlah hari hujan pada tahun 2011 mencapai 220 hari atau rata-rata 18

hari per bulan. Hari hujan tertinggi terjadi pada Bulan September – Januari, dengan

hari hujan lebih dari 22 hari per bulan, sedang hujan terendah terjadi pada Bulan

Juni – Agustus, dengan rata-rata 13 hari hujan per bulan. Curah hujan tertinggi

terjadi pada Bulan September dan Juli, dengan curah hujan tertinggi 489 mm, dan

terendah terjadi pada Bulan Maret dengan curah hujan 97 mm. Secara lengkap data

hari hujan dan curah hujan Provinsi Nusa Tenggara Barat disajikan pada Tabel II-3.

Tabel II-3. Rata-rata Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan, Tahun 2011

Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm)

1. Januari 24 245

2. Pebruari 18 115

3. Maret 16 77

4. April 11 102

5. Mei 24 289

6. Juni 13 116

7. Juli 12 345

8. Agustus 13 97

9. September 22 489

10. Oktober 22 289

11. Nopember 20 247

12. Desember 25 232

Jumlah 220 2.643

Rata-Rata Bulanan 18 220

Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), temperatur

maksimum Provinsi Nusa Tenggara Barat berkisar antara 31,1oC – 33oC, dan

temperatur minimum berkisar antara 22,8oC – 24,7oC. Temperatur tertinggi terjadi

pada Bulan Maret, sedang temperatur terendah terjadi pada Bulan Juli.

Page 46: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-4

2.1.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 dan

Data BPS 2012, jumlahnya mengalami peningkatan dari 4.434.012 jiwa pada tahun

2009 menjadi 4.500.212 jiwa pada tahun 2010, dan 4.545.650 jiwa pada tahun 2011,

dengan tingkat pertumbuhan 1,17% per tahun. Kabupaten Lombok Timur memiliki

jumlah penduduk terbesar (1.116.745 jiwa), hampir satu setengah kali lipat jumlah

penduduk Kabupaten Lombok Tengah yang merupakan kabupaten dengan jumlah

penduduk terbanyak berikutnya. Sedang Kabupaten Sumbawa Barat memiliki

jumlah penduduk terkecil, yakni hanya 116.112 jiwa. Meskipun Kabupaten

Sumbawa Barat dan Kota Bima memiliki jumlah penduduk paling rendah, namun

tingkat pertumbuhan kedua kabupaten tersebut paling tinggi, berturut-turut

mencapai 2,73% dan 2,03% per tahun. Sedang Kabupaten Lombok Timur yang

memiliki jumlah penduduk tertinggi memiliki tingkat pertumbuhan penduduk

terendah (Tabel II-4).

Tabel II-4. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2009-2011

KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) PERTUMBUHAN

(%) 2009 2010 2011

1. Lombok Barat 829.777 599.989 606.044 1,50

2. Lombok Tengah 856.675 860.209 868.895 0,94

3. Lombok Timur 1.080.237 1.105.582 1.116.745 0,78

4. Sumbawa 420.750 415.789 419.987 0,94

5. Dompu 217.479 218.973 221.184 1,44

6. Bima 420.207 439.228 443.663 1,05

7. Sumbawa Barat 101.089 114.951 116.112 2,73

8. Kota Mataram 375.506 402.843 406.910 1,97

9. Kota Bima 132.292 142.579 144.018 2,03

10. Lombok Utara - 200.072 202.092 0,94

Provinsi NTB 4.434.012 4.500.212 4.545.650 1,17

Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012).

Kepadatan penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat bervariasi dengan rentang

yang sangat besar. Nilainya mencapai 223 jiwa per km2 untuk NTB, 668,70 jiwa per

km2 untuk Pulau Lombok, dan hanya 86,38 jiwa per km2 untuk Pulau Sumbawa.

Tabel II-5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten, Tahun 2011

Kabupaten/Kota Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk*

Kepadatan

Jiwa/Km2*

1. Lombok Barat 1.053,92 606.044 569,29

2. Lombok Tengah 1.208,40 868.895 711,86

3. Lombok Timur 1.605,55 1.116.745 688,60

4. Sumbawa 6.643,98 419.987 62,58

5. Dompu 2.324,60 221.184 94,20

6. Bima 4.389,40 443.663 100,07

7. Sumbawa Barat 1.849,02 116.112 62,17

Page 47: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-5

Kabupaten/Kota Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk*

Kepadatan

Jiwa/Km2*

8. Kota Mataram 61,30 406.910 6.572,28

9. Kota Bima 207,50 144.018 687,13

10. Lombok Utara 809,53 202.092 247,15

Provinsi NTB 20.153,20 4.545.650 223,30

Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012).

Berdasarkan Tabel II-5. Dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk tertinggi terjadi

di Kota Mataram mencapai 6.572 jiwa per km2, hampir 10 kali lipat kepadatan

penduduk Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi

berikutnya sebesar 712 jiwa per km2. Kabupaten Sumbawa Barat, karena memiliki

jumlah penduduk terendah namun memiliki wilayah yang cukup luas, kepadatan

penduduknya paling rendah dibandingkan kabupaten lainnya, hanya mencapai 62,17

jiwa per km2.

Tabel II-6. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2011

KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) Ratio Jenis

Kelamin Laki-Laki Perempuan Total

1. Lombok Barat 296.485 309.559 606.044 104,41

2. Lombok Tengah 411.194 457.701 868.895 111,31

3. Lombok Timur 520.360 596.385 1.116.745 114,61

4. Sumbawa 214.323 205.664 419.987 95,96

5. Dompu 111.782 109.402 221.184 97,87

6. Bima 220.970 222.693 443.663 100,78

7. Sumbawa Barat 58.862 57.250 116.112 97,26

8. Kota Mataram 201.341 205.569 406.910 102,1

9. Kota Bima 70.715 73.303 144.018 103,66

10. Lombok Utara 99.666 102.426 202.092 102,77

Provinsi NTB 2.205.663 2.339.987 4.545.650 106,09

Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012).

Ratio jenis kelamin menunjukkan perbandingan antara penduduk perempuan dan

laki-laki. Ratio jenis kelamin penduduk NTB sebesar 106,09 yang berarti setiap 1000

penduduk laki-laki terdapat 1061 penduduk perempuan. Tabel II-6 menunjukkan

bahwa sebagian besar kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat berpenduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, kecuali kabupaten

Sumbawa, Sumbawa Barat dan Dompu yang memiliki penduduk laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuan. Ratio jenis kelamin tertinggi dimiliki Kabupaten

Lombok Timur (114,61) dan terendah dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa (95,96).

Page 48: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-6

Gambar II-1. Piramida Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat

Bila dilihat dari kelompok umur, komposisi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat

berbentuk piramid dengan jumlah penduduk terbesar pada kelompok umur 0-4

tahun, dan terkecil pada kelompok umur 60-64 tahun (Gambar II-1). Jumlah

penduduk usia kerja lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk dibawah usia kerja

dan penduduk usia lanjut, hal ini dapat dilihat dari dependency ratio yaitu sebesar

55,55 yang berarti bahwa 100 orang penduduk usia produktif menanggung 55,55

penduduk usia tidak produktif (Tabel II-7). Dependency ratio penduduk laki-laki lebih

besar dari pada dependency ratio penduduk perempuan.

Tabel II-7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

No Kelompok Umur

(Thn)

Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0 – 4 246.670 234.071 480.741

2. 5 – 9 238.412 226.238 464.650

3. 10 – 14 235.172 223.487 458.659

4. 15 – 19 217.014 214.350 431.364

5. 20 – 24 178.993 209.404 388.397

6. 25 – 29 181.295 219.474 400.769

7. 30 – 34 166.655 196.177 362.832

8. 35 – 39 159.961 180.546 340.769

9. 40 – 44 136.689 152.014 288.703

10 45 – 49 114.940 125.025 239.965

11 50 – 54 100.829 108.529 209.358

12 55 – 59 73.089 73.554 146.643

13 60 – 64 58.972 61.996 120.968

14 65+ 98.325 113.769 212.094

Total 2.207.016 2.338.634 4.545.650

Sumber : BPS Provinsi NTB (NTB dalam angka 2012)

Page 49: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-7

Tabel II-8. Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

Kabupaten / Kota Rumah tangga Rata-rata

Anggota

1. Kota Mataram 111.288 3,66

2. Lombok Barat 170.513 3,35

3. Lombok Utara 56.105 3,60

4. Lombok Tengah 259.563 3,35

5. Lombok Timur 327.683 3,41

Pulau Lombok

1. Sumbawa 109.456 3,84

2. Sumbawa Barat 29.568 3,93

3. D o m p u 53.780 3,84

4. B i m a 111.339 3,98

5. Kota Bima 35.930 4,01

Pulau Sumbawa

Jumlah / Total 1.229.295 3,70

Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2012

Jumlah rumah tangga Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1.248.115 dengan rata-

rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 3,61 (Tabel II-8), ini berarti sebagian besar

rumah tangga memiliki anak kurang dari dua, mengindikasikan cukup berhasilnya

program keluarga berencana yang mencanangkan “dua anak cukup”. Kabupaten

Dompu yang memiliki jumlah penduduk urutan ke tiga terendah, memiliki rata-rata

jumlah anggota rumah tangga tertinggi, sebaliknya Kabupaten Lombok Timur dan

Lombok Tengah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak justru memiliki rata-rata

jumlah anggota rumah tangga terendah.

2.1.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.1.2.1. Sumber Daya Alam

Luas daratan NTB yang lebih dari 20 ribu km2 menyimpan kekayaan dan

keanekaragaman sumber daya alam. Sumber daya hutan dengan luas 1,1 juta hektar

yang terdiri dari hutan lindung seluas 448 ribu hektar, hutan konservasi seluas 169

ribu hektar dan hutan produksi seluas 453 ribu hektar. Namun sayang, laju

kerusakan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat tergolong tinggi, mencapai 20 ribu

hektar per tahun, lebih tinggi dari kemampuan merehabilitasi hutan yang hanya 4-5

ribu hektar per tahun. Tingginya kerusakan hutan ini juga diindikasikan oleh

penurunan jumlah mata air yang mencapai 440 titik selama kurun waktu 15 tahun,

dari tahun 1985-2000. Pada saat ini jumlah mata air yang tersisa hanya 260 titik

mata air. Produksi kehutanan yang dominan adalah kayu campuran mencapai

15.025 m3 pada tahu 2011, kayu jati mencapai 1.503 m3. Sedang hasil hutan non

kayu hanya berupa madu, tercatat sebanyak 155,05 liter.

Sumber daya lahan yang dapat digunakan kegiatan pertanian seluas 402.190 ha

terdiri dari lahan sawah irigasi teknis 230.500 ha, sawah irigasi tradisional dan tadah

Page 50: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-8

hujan seluas 127 ribu, dan ladang seluas 44.690 ha. Produk pertanian dominan

adalah padi dengan produksi 1.774.499 ton, jagung dengan produksi 249.005 ton,

kedelai dengan produksi 93.122 ton, ubi kayu dengan produksi 70.606 ton dan

kacang tanah 33.666 ton per tahun.

Potensi sumber daya air sebesar 10.748,13 juta meter kubik (m3) per tahun yang

berasal dari air permukaan dan air tanah. Kebutuhan air diperkirakan sebesar

6.826,22 juta meter kubik (m3), sehingga secara umum bisa dikatakan NTB surplus

air, meskipun di daerah tertentu terjadi kekurangan air, terutama di Pulau Lombok

dan Sumbawa bagian Selatan. Distribusi air akan lebih baik jika didukung oleh

sarana pengairan yang memadai, sehingga distribusi air baku untuk kebutuhan

irigasi, rumah tangga, dan industri dapat terpenuhi.

Potensi tangkapan ikan terbesar terjadi pada saat Musim Angin Timur dengan suhu

permukaan laut rendah dan konsentrasi klorofil-a tinggi pada bulan Juli sampai

September. Angin Timur menyebabkan terjadinya upwelling di sepanjang pantai

selatan, menyebabkan tingginya konsentrasi klorofil-a. Potensi tangkapan ikan akan

menurun seiring dengan berubahnya musim ke Musim Angin Barat dari Bulan

Oktober hingga Bulan Maret. Jenis ikan tangkapan sangat beragam, terbanyak

diantaranya adalah ikan layang, kembung, tongkol, tembang dan cakalang, dengan

total produksi sebesar 111.882 ton per tahun. Selain ikan tangkapan di laut, juga

dibudidayakan ikan di tambak, kolam, dan keramba. Jenis ikan yang banyak

dibudidayakan adalah udang vanamei dengan produksi 32.627.,34 ton, ikan bandeng

dengan produksi 7.097.16 ton, ikan nila dengan produksi 2.589,69 ton, dan ikan

mas/karper dengan produksi 1.147,30 ton per tahun.

2.1.2.2. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk NTB yang berumur 15 tahun ke atas mencapai 3.134.958 orang

dengan komposisi penduduk yang bekerja mencapai 2.072.782 orang (66,11%),

sekolah 275.339 orang, mengurus rumah tangga 627.340 orang dan sisanya mencari

kerja dan penerima pendapatan. Data kegiatan utama penduduk NTB berumur 15

tahun ketas, dapat dilihat pada Tabel II-9.

Jumlah penduduk NTB yang bekerja sebesar 1.962.240 jiwa, dari jumlah tersebut,

sebagian besar penduduk NTB yang bekerja, bekerja dalam sektor pertanian sebesar

44,44%, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,87% dan

sektor jasa-jasa sebesar 14,97%. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa

sektor pertanian memiliki peran yang besar dalam perekonomian provinsi terutama

dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja. Berdasarkan data tersebut juga dapat

ditunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang berkontribusi

untuk memberikan produk unggulan bagi provinsi tersebut

Tabel II-9. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas

Menurut Kabupaten/Kota dan Kegiatan Utama

No Kabupaten/Kota Bekerja Mencari

kerja Sekolah

Mengurus

Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

1. Lombok Barat 263.570 13.511 37.961 83.772 20.507 419.361

2. Lombok Tengah 380.937 24.037 51.783 124.819 30.048 611.624

Page 51: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-9

No Kabupaten/Kota Bekerja Mencari

kerja Sekolah

Mengurus

Rumah

Tangga

Lainnya Jumlah

3. Lombok Timur 468.037 22.514 65.075 159.263 39.687 754.576

4. Sumbawa 190.941 10.412 22.979 54.559 15.631 294.522

5. Dompu 91.606 5.716 13.704 27.485 6.229 144.740

6. Bima 186.930 10.114 27.899 54.635 15.977 295.555

7. Sumbawa Barat 52.013 2.731 6.071 14.747 3.585 79.147

8. Lombok Utara 89.028 4.535 13.038 26.917 6.321 139.839

9. Kota Mataram 177.730 12.760 27.239 60.624 16.037 294.390

10. Kota Bima 61.448 4.172 9.590 20.519 5.475 101.204

Jumlah 1.962.240 110.542 275.339 627.340 159.497 3.134.958

Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012

Tabel II-10. Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha 2011

No Uraian Jumlah Persentase

1. Pertanian 872.088 44,44

2. Pertambangan dan penggalian 49.587 2,53

3. Industri 169.577 8,64

4. Listrik, gas dan air bersih 2.508 0,13

5. Bangunan 89.284 4,55

6. Perdagangan, hotel dan restoran 370.239 18,87

7. Pengangkutan dan komunikasi 85.578 4,36

8. Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan

29.560 1,51

9. Jasa-jasa 293.819 14,97

Jumlah 1.962.240 100,00

Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012

Pembangunan manusia kian mendapat perhatian dari penyelenggara pemerintah,

baik di pusat maupun daerah. Indikasinya, pembangunan manusia dimanifestasikan

dalam bentuk indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai salah satu tolok ukur

pencapaian dari suatu proses pembangunan. Di kalangan para pengamat dan

pemerhati masalah kesejahtaraan rakyat dalam program pembangunan yang

dijalankan dengan berlandaskan pada pembangunan manusia menjadi perhatian

utama.

Hakekatnya, pembangunan manusia itu sendiri merupakan suatu proses investasi.

Upaya pemerintah untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi agar dapat berjalan

seiring dengan pembangunan manusia maka diupayakanlah berbagai program

pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup serta kapabilitas

penduduk. Dengan adanya peningkatan kualitas hidup manusia yang cukup

Page 52: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-10

signifikan baik dari sisi kesehatan, pendidikan maupun ekonomi maka akan terlahir

pula generasi-generasi penerus yang berkualitas. Hingga suatu saat nanti penduduk

tidak lagi menjadi beban bagi bergulirnya proses pembangunan namun lebih

merupakan suatu potensi.

Hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2006 dan 2007

menempatkan NTB sebagai daerah yang nilai pembangunan manusianya berada

pada level menengah bawah. Dari waktu ke waktu skor IPM NTB mengalami

peningkatan, namun dengan laju yang tidak cukup signifikan. Pada tahun 2004 skor

IPM NTB 60,6 (ranking 33 dari 33 Provinsi di Indonesia), meningkat menjadi 63 pada

tahun 2006 dan 63,71 di tahun 2007. Pada dua tahun terakhir ini IPM NTB

menduduki ranking 32 tingkat nasional. Perkembangan IPM NTB dan komponen

indikatornya disajikan pada Gambar II-2 dan Tabel II-11.

Gambar II-2. Perkembangan IPM Nasional dan Provinsi NTB

Kesungguhan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Indek Pembangunan Manusia

tercermin dari perkembangan IPM dari tahun ke tahun, dimana IPM meningkat

dengan laju yang semakin meningkat, yaitu 1,2 point per tahun selama periode 1999-

2002, 1,4 point per tahun selama periode 2002-2004, dan 1,8 point per tahun pada

periode 2004-2005, setelah tahun tersebut peningkatan IPM dibawah 1 point.

Besarnya peningkatan point IPM pada era 1999-2005 lebih banyak merupakan

sumbangan peningkatan angka melek huruf dan paritas daya beli, dan kecilnya laju

pertumbuhan IPM setelah tahun 2005 disebabkan makin sulitnya peningkatan

indikator tersebut.

Tabel II-11. Perkembangan Indikator IPM Provinsi NTB 1999-2007

Indikator IPM 1999 2002 2004 2006 2007

Angka Harapan Hidup 57,8 59,3 59,4 60,9 61,2

Angka Melek Huruf 72,8 77,8 78,3 80,1 80,1

Rata–rata Lama sekolah 5,2 5,8 6,4 8,7 6,7

Paritas Daya Beli (Rp 1000)

565,9 583,1 611,0 623,9 630,48

Sumber: RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009-2013

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1999 2002 2004 2005 2006 2007

64.3 65.8 68.7 69.36 70.1 70.83

54.2 57.8 60.6 62.4 63.04 63.71

Nasional

NTB

Page 53: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-11

Jika dilihat dari tabel IPM menurut kabupaten/kota (Tabel II-12), terlihat bahwa Kota

Mataram memiliki IPM tertinggi, dan menurut kriteria UNDP hanya Kota Mataram

yang tel;ah masuk dalam kategori “menengah atas” dengan nilai IPM 69,8. Secara

umum dapat dilihat bahwa nilai IPM kabupaten/kota di Pulau Sumbawa lebih baik

dibandingkan kabupaten di Pulau Lombok, dengan nilai di atas 6,0, sementara

kabupaten di Pulau Lombok memiliki IPM di bawah 6,0. Melihat fakta ini, agar

Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat sejajar dengan daerah lainnya diperlukan

percepatan, inovasi dan nilai tambah dalam proses pembangunan daerah.

Tabel II-12. IPM Menurut Kabupaten/Kota dan Peringkat IPM

Provinsi NTB 2004-2007

Kabupaten/Kota IPM (0 – 100) Peringkat IPM

2004 2005 2006 2007 2004 2005 2006 2007

1. Lombok Barat 57,0 57,8 58,7 59,3 431 432 445 444

2. Lombok Tengah 56,9 57,9 58,5 59,0 432 431 446 446

3. Lombok Timur 58,7 59,6 60,3 61,1 428 429 441 439

4. Sumbawa 63,2 64,0 64,8 64,9 391 389 408 416

5. D o m p u 62,3 63,3 63,9 64,0 400 398 418 424

6. B i m a 60,2 61,7 63,1 63,8 419 413 424 427

7. Sumbawa Barat 61,9 63,4 65,0 65,5 403 397 404 407

8. Kota Mataram 68,8 69,4 69,8 70,7 188 192 209 196

9. Kota Bima 63,5 64,2 65,9 67,1 38.3 385 379 385

10. Lombok Utara*

Provinsi NTB 60,6 62,4 63,0 63,7 32 32 32 32

Sumber: RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009-2013

Keterangan : *) data tidak tersedia

2.1.3. Infrastruktur

2.1.3.1. Prasarana Jalan

Prasarana jalan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu

daerah, perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk

memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha

pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk

memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dan jasa dari

satu daerah ke daerah lain. Di samping itu perhubungan darat merupakan salah

satu sektor yang cukup besar peranannya karena kontribusinya untuk menembus

isolasi suatu daerah untuk pemerataan pembangunan seluruh daerah. Di Provinsi

Nusa Tenggara Barat peranan perhubungan darat cukup dominan terutama untuk

menyalurkan produk pertanian dari berbagai daerah ke daerah lain dalam Provinsi,

maupun luar Provinsi. Selain itu, perhubungan darat sangat dibutuhkan dalam

melayani kebutuhan masyarakat terutama menggerakkan perekonomian di

pedesaan. Sarana jalan nasional, Provinsi dan kabupaten/kota disajikan pada Tabel

II-13.

Page 54: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-12

Tabel II-13. Panjang Prasarana Jalan Provinsi NTB Menurut Status,

Konstruksi dan Kondisi

Kondisi

Jalan

S t a t u s J a l a n

Jalan Negara (Km) Jalan Provinsi (Km) Jalan Kabupaten (Km)

2009 2010 2009 2010 2009 2010

Diaspal 601,83 632,17 1.331,58 1.346,58 2.328,17 2.354,4

Kerikil - - 224,22 131,84 2.581,27 2.581,27

Tanah - - 142,03 155,65 -

Tidak Dirinci - - 144,70 135,20 -

Jumlah 601,83 632,17 1.842,33 1.772,27 4.909,44 4.935,67

Sumber:Dinas Kimpraswi Provinsi NTB, 2010

Sampai tahun 1999, secara nasional kualitas jalan di NTB tergolong salah satu yang

terbaik di Indonesia. Namun belakangan kualitas jalan mengalami penurunan

drastis. Dari sekitar 7,4 ribu kilometer ruas jalan Provinsi, kabupaten dan kota lebih

dari 2 ribu kilometer atau hampir 30 persen dalam kondisi rusak. Kerusakan

terparah ada pada ruas jalan kabupaten/kota yang mencapai 33.55 persen atau

sekitar 1,7 ribu kilometer. Sementara kerusakan pada ruas jalan Provinsi mencapai

26,75 persen atau 480,63 kilometer.

Pertumbuhan prasarana jalan di provinsi NTB secara keseluruhan, apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang ada di provinsi

tersebut tidaklah seimbang. Pada tahun 2009, rasio perbandingan panjang jalan

dengan jumlah kendaraan bermotor adalah sebesar 105,51 kendaraan per km jalan,

sedangkan pada tahun 2010 menjadi 119,61 kendaraan per km jalan. Berdasarkan

data tersebut, pertumbuhan prasarana jalan di provinsi NTB harus ditingkatkan

untuk mengimbangi pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus tumbuh di

provinsi tersebut.

Tabel II-14. Banyaknya Kendaran Bermotor Tercatat

Tahun Mobil

Penumpang Mobil

Barang Bus

Sepeda Motor

Jumlah

2007 22.320 24.313 8.029 470.131 524.793

2008 24.601 25.870 8.570 569.426 628.467

2009 28.998 26.043 12.576 708.246 775.863

2010 32.581 32.320 4.558 808.491 877.950

2011 35.421 25.535 2.202 915.536 978.694

Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam angka 2012

2.1.3.2. Prasarana Listrik dan Air Bersih

Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat sejalan dengan berkembangnya roda

pembangunan perekonomian daerah di sektor perindustrian dan bertambahnya

pengguna listrik rumah tanga. Produksi listrik Provinsi NTB pada tahun 2010

mencapai 849,21 juta kWh, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 790,15 juta

Page 55: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-13

kWh. Listrik yang terjual juga mengalami peningkatan, dengan besaran mencapai

775,97 juta kWh, yang dialirkan kepada 389.798 pelanggan. Ditengarai terdapat

73,24 juta kWh hilang/susut dalam pendistribusian arus listrik.

Gambar II-3. Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kebutuhan akan air minum yang bersih dan sehat dari tahun ke tahun semakin

meningkat, dengan bertambahnya penduduk terutama di daerah perkotaan. Jumlah

pelanggan air minum terbesar yang didistribusikan oleh PDAM mencapai 143.713

unit pelanggan, yang terdiri dari 130.895 rumah tangga, 5.914 pelanggan niaga,

4.509 pelanggan lembaga sosial, 1.245 pelanggan lembaga/instansi pemerintah, 830

pelanggan industri dan 329 pelanggan khusus. Air yang didistribusikan mencapai

53.7 juta m3 dengan nilai jual sebesar Rp 67,34 trilyun, dan tingkat kebocoran

(hilang dalam distribusi) mencapai 11,7 juta m3.

2.1.3.3. Prasarana Komunikasi

Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Nusa Tenggara Barat

memang tidak begitu dominan, tetapi dalam menunjang pembangunan di daerah ini

cukup besar. Tanpa adanya kontribusi telekomunikasi, dunia usaha di daerah ini

tidak semaju seperti sekarang. Berbagai usaha pemerintah untuk memperlancar

pelayanan komunikasi, salah satunya peningkatan mutu layanan jasa Pos. Namun

tidak dapat dipungkiri dengan maraknya pengembangan teknologi informasi,

pemakaian jasa Pos semakin berkurang. Oleh karena itu kegiatan pos pada saat ini

lebih menitik beratkan pada ekspedisi atau pengiriman barang. Demikian pula PT.

Telekomunikasi pada penggunaan telpon rumah kurang mengalami peningkatan atau

bahkan malah mengalami penurunan sejak maraknya penggunaan handphone. Oleh

karena itu kinerja PT. Telkom lebih diarahkan pada penggunaan internet dengan

produk speedy. Jumlah kapasitas telepon pada tahun 2010 sebanyak 56.145 unit,

yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebesar 50.047 unit, dan tersisa sebanyak 6.098

unit yang belum terpakai.

Page 56: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-14

2.1.3.4. Prasaranan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan

keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung

dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 yang

menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Tujuannya

adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Tersedianya sarana dan prasarana

pendidikan merupakan hal yang penting bangi perkembangan pendidikan serta

pembangunan manusia.

Tabel II-15. Jumlah Fasilitas Pendidikan (sekolah) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

Tahun 2010

Kabupaten JUMLAH

TK SD SMP SMA SMK

1. Lombok Barat 83 333 51 24 26

2. Lombok Tengah 281 586 96 38 29

3. Lombok Timur 195 672 105 51 41

4. Sumbawa 162 345 64 22 14

5. D o m p u 50 210 41 21 14

6. B i m a 207 405 73 45 12

7. Sumbawa Barat 88 92 28 8 8

8. Kota Mataram 91 156 37 24 20

9. Kota Bima 53 77 18 14 10

10. Lombok Utara 28 134 16 9 7

Provinsi NTB 1.238 3.010 529 256 181

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011

Fasilitas pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif cukup baik untuk tingkat

TK dan SD, namun dalam kondisi sedang pada tingkat sekolah lanjutan, dan relatif

rendah untuk Perguruan Tinggi. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki sarana

Sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 1.238 buah, SD sebanyak 3.010 buah, SMP

sebanyak 529 buah, SMA sebanyak 256 buah dan SMK sebanyak 181 buah. Lombok

Tengah memiliki Sekolah Taman Kanak-kanak terbanyak, namun Lombok Timur

memiliki SD, SMP, SMA dan SMK terbanyak. Jumlah murid yang bersekolah di NTB

tercatat sebanyak 920.025 orang, terdiri dari 57.707 murid TK, 546.838 murid SD,

179.585 murid SMP, 3.466 murid SMA, dan 47.553 murid SMK. Sedang Guru yang

mengajar sebanyak 44.372 orang guru yang terdiri dari guru TK sebanyak 5.705

orang, guru SD sebanyak 23.874 orang, guru SMP sebanyak 4.402 orang dan guru

SMK sebanyak 2.382 orang. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi penduduk

berkebutuhan khusus, Pemerintah Daerah juga membangun 28 Sekolah Luar Biasa

(SLB), dan mempekerjakan 300 orang guru atau tenaga pengajar yang tersebar

hampir di seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat.

Akses masyarakat terhadap layanan pendidikan dasar di NTB sangat baik, dan terus

mengalami peningkatan secara konsisten. Pada tahun 2007/2008 Angka Partisipasi

Murni (APS) mencapai 97,66% untuk tingkat SD, 79,57% untuk tingkat SLTP, dan

48,99 untuk tingkat SLTA. Sementara itu, Angka Partisipasi Kasar anak berusia 7-11

tahun mencapai 111,18% pada tahun 2010.

Page 57: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-15

2.1.3.5. Prasarana Kesehatan

Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk yang

selalu bertambah dari tahun ke tahun. Upaya pemerintah untuk meningkatkan

derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan

fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar

semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah,

merata dan murah.

Fasilitas kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat terus ditingkatkan. Pada tahun

2011 terdapat penambahan 1 (satu) unit rumah sakit umum. Pada tahun 2010

terdapat 8 unit Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 1 unit Rumah Sakit Kusta,

2 unit Rumah Sakit TNI/POLRI, dan 6 unit Rumah Sakit Swasta. Puskesmas sebagai

salah satu layanan kesehatan masyarakatyang mudah dan terjangkau untuk seluruh

lapisan masyarakat mengalami penambahan sebanyak 3 unit, dari 147 unit pada

tahun 2010 menjadi 150 unit pada tahun 2011. Banyaknya pusat layanan kesehatan

menurut kabupaten disajikan pada Tabel II-16.

Tabel II-16. Jumlah Unit Pelayanan kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

Kabupaten RS

Umum

RS

Jiwa

RS

Kusta

RS

TNI/

POLRI

RS

Swasta Puskesmas

Puskesmas

Pembantu

Pos

Kesehatan

Desa

Pos

Pelayanan

Terpadu

1. Lombok Barat 1 - - - - 16 59 32 735

2. Lombok Tengah 1 - - - 1 25 92 98 1.436

3. Lombok Timur 1 - - - 1 29 86 78 1.415

4. Sumbawa 1 - - - - 25 93 65 624

5. D o m p u 1 - - - - 9 47 59 339

6. B i m a 1 - - - - 20 86 97 538

7. Sumbawa Barat 1 - - - - 9 27 50 199

8. Kota Mataram 1 - - - 5 10 16 19 341

9. Kota Bima - - - - 1 5 19 31 154

10. Lombok Utara 1 1 - 2 - 5 25 17 321

Provinsi NTB 10 1 0 2 8 153 550 546 6.102

2010 8 1 1 2 6 150 527 577 5.903

2009 7 1 1 2 6 147 534 565 5.881

2008 7 1 1 2 5 142 513 495 5.766

2007 7 1 1 2 5 130 455 - -

Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012

Tenaga kesehatan di Provinsi NTB juga mengalami peningkatan menjadi 9.523 orang

pada tahun 2011, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 8.257

orang. Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan penduduk NTB.

Peningkatan tenaga kesehatan di Provinsi NTB juga menunjukkan perbaikan dari segi

jumlah dan perbandingan dengan pertumbuhan penduduk. Apabila pada tahun

2009, tenaga kesehatan di Provinsi NTB perbandingannya adalah 1:537, pada tahun

2010 menjadi 1:472 dan pada tahun 2011 menjadi 1:460. Hal tersebut menunjukkan

akan semakin banyak penduduk yang dapat terlayani dan kualitas yang pelayanan

diberikan akan lebih baik.

Page 58: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-16

Tabel II-17. Jumlah Tenaga Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010

Kategori 2007 2008 2009 2010 2011

Tenaga Medis 538 444 497 616 651

Dikter Spesialis 66 66 71 83 95

Dokter Umum 357 293 332 424 441

Dokter Gigi 115 85 94 109 115

Tenaga Kesehatan lainnya 363 419 485 541 637

Tenaga Paramedis 5.279 5.341 5.580 6.394 6.467

Perawat 3.600 3.846 3.832 4.422 4.802

Non Perawat 1.679 1.495 1.748 1.972 1.665

Tenaga Non Paramedis 1.203 1.561 1.695 1.972 2.126

Jumlah 7.383 7.765 8.257 9.523 9.881

Sumber : Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2012

2.2. Kabupaten Lombok Barat

2.2.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.2.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Lombok Barat terletak pada 115046’ sampai

dengan 116028’ Bujur Timur, dan 8012’ sampai dengan 8055’ Lintang Selatan, dengan

batas-batas wilayah, sebelah utara dengan Lombok Utara, sebelah selatan dengan

Samudera Indonesia, sebelah barat dengan Selat Lombok dan Kota Mataram dan

sebelah timur berbatasan dengan Lombok Tengah.

Tabel II-18. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Barat

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Prosentase (%)

1. Batulayar 529,38 50,23

2. Gunungsari 62,66 5,95

3. Lingsar 62,30 5,91

4. Narmada 28,33 2,69

5. Labuapi 21,64 2,05

6. Kediri 21,56 2,05

7. Kuripan 107,62 10,21

8. Gerung 96,58 9,16

9. Lembar 89,74 8,51

10. Sekotong 34,11 3,24

Jumlah 1053,92 100

Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2011

Ibukota Kabupaten Lombok Barat terletak di Gerung yang sekaligus sebagai pusat

Pemerintahan, mempunyai luas wilayah + 2.215,11 km2 yang terdiri dari daratan

seluas + 862,62 km2 dan lautan seluas 1.352,49 km2. Secara administrasi Kabupaten

Lombok Barat terbagi dalam 10 kecamatan, 88 desa dan 657 dusun dimana

Page 59: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-17

Kecamatan Sekotong memiliki luas wilayah terbesar dengan luas wilayah + 330,45

km2 dan terkecil Kecamatan Kuripan dengan luas wilayah + 21,56 km2.

2.2.1.2. Topografi dan Iklim

Secara umum letak Kabupaten Lombok Barat sebagian besar berada pada ketinggian

di bawah 500 meter di atas pemukaan laut, yaitu sebesar 74,33%, sedangkan yang

ketinggian melebihi 1.000 meter sebesar 7,91% dari luas wilayah Kabupaten Lombok

Barat. Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Lombok Barat sangat bervariasi dan

diklasifikasikan dalam 4 (empat) kemiringan. Tingkat kemiringan yang paling luas 0-

5% mencapai sekitar 30.660 Ha atau 35,54% dari luas wilayah Kabupaten Lombok

Barat, kemiringan 2–15% seluas 15.759 Ha atau 18,27% dari luas wilayah Kabupaten

Lombok Barat, kemiringan lahan 40% ke atas seluas 13.693 Ha atau 15,87% dari

luas wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Iklim di Kabupaten Lombok Barat termasuk iklim tropis dengan temperatur berkisar

20,4o – 32,5OC. Dampak pemanasan global yang terjadi beberapa kurun waktu

terakhir menyebabkan perubahan iklim yang dapat dilihat dari curah hujan dan hari

hujan yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Selama tahun 2011, rata‐

rata curah hujan per bulan sebesar 826 mm dan rata‐rata hari hujan per bulan

adalah 12 hari hujan setiap bulannya.

2.2.1.3. Lahan dan Penggunaanya

Penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 sebagian besar

digunakan sebagai lahan pertanian, terutama pertanian dalam bentuk lahan kering

atau tegalan, sedangkan untuk lahan sawah di Kabupaten Lombok Barat sebesar

16% dari seluruh luasan lahan di Kabupaten Lombok Barat. Penggunaan lahan yang

lainnya adalah untuk peruntukan pemukiman, kantor dan industri.

Gambar II-4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2011

Sawah

16%

Lahan

Pertanian

Bukan sawah

41%

Lahan bukan

pertanian

43%

Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Barat

Page 60: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-18

2.2.1.4. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 adalah 606.044

jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 296.680 jiwa dan penduduk

perempuan 309.364 jiwa, atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 laki-

laki. Jika dibandingkan jumlah penduduk tahun 2010, jumlah tersebut mengalami

peningkatan sekitar 0,99%.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 sekitar 575 jiwa

per km2, dengan tingkat kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan antar

kecamatan. Tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2011

adalah Kecamatan Narmada (88.392), Kecamatan Gunungsari (79.475), dan

Kecamatan Gerung (75.220). Sedangkan Kecamatan dengan penduduk jumlah paling

sedikit adalah Kecamatan Lembar (44.934).

Di lihat dari umur penduduk, Kabupaten Lombok Barat termasuk kategori struktur

intermediate (peralihan umur muda ke umur tua). Dari 29,99% penduduk berusia di

bawah umur 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas 4,3%, yang

menunjukkan rasio ketergantungan juga cukup tinggi sekitar 57%. Dengan kata lain

setiap 100 orang usia produktif menanggung beban hidup 20 orang usia tidak dan

belum produktif.

2.2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.2.2.1. Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Barat meliputi sumber daya alam

non hayati yaitu air, lahan, udara dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam

hayati yaitu hutan, flora dan fauna.

Sumber daya air di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari air tanah (akifer) termasuk

mata air dan air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan per tahun,

hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air

meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan, maka makin ke selatan

wilayah Kabupaten Lombok Barat makin sedikit ketersediaan air meteorologisnya.

Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,

terutama potensi galian C, yang tersebar dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok

Barat, antara lain: batu andesit yang bisa digunakan sebagai agregat beton, yang

banyak terdapat di Kecamatan Sekotong dan batu apung dengan konsentrasi

produksi terbesar berada di Kecamatan Narmada. Kemudian jenis bahan tambang

lainnya adalah pasir besi yang berada di Kecamatan Sekoton. Bahan tambang lain

yang ada di Kabupaten Lombok Barat adalah emas, perak dan tembaga yang

diperkirakan berada di Bukit Mecanggah Kecamatan Sekotong, walaupun sampai

saat ini belum dieksploitasi karena belum memiliki nilai ekonomis.

Kabupaten Lombok Barat memiliki sumber daya kelautan seluas 864 km2. Sumber

daya kelautan yang ada terdiri atas hutan mangrove 420 km2, terumbu karang 444

km2, sumber daya ikan dengan produksi 33.264,5 ton pada tahun 2008 yang terdiri

atas perikanan tangkap 14.270 ton dan perikanan budidaya 18.994,5 ton

Page 61: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-19

2.2.2.2. Sumber Daya Manusia

Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja, sebagian

besar (34,24%) bekerja pada lapangan usaha Pertanian, kemudian pada lapangan

usaha perdagangan (17,28%), jasa-jasa (15,77%), angkutan dan komunikasi (4,50%)

dan konstruksi (28,14%).

Salah satu kualitas SDM di Lombok Timur dapat dinyatakan dengan Indeks

Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia

karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak. Salah satu ukuran

Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau persentase penduduk usia

15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH penduduk Lombok Barat

pada tahun 207 adalah 73,8%. Hal ini berarti bahwa sekitar 27,02% penduduk usia

15 tahun ke atas adalah buta huruf. Ukuran ke dua Indeks Pendidikan adalah Rata-

rata Lama Sekolah (Men Year School – MYS) yang menunjukkan bahwa semakin besar

nilai MYS maka semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk. Pada tahun 2011, MYS

Kabupaten Lombok Timur adalah 5,7 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata

penduduk berumur 15 tahun ke atas hanya menempuh pendidikan sekolah dasar.

Berdasarkan AMH dan MYS, maka Indeks Pendidikan SDM Kabupaten Lombok Barat

pada tahun 2007 adalah 61,8%.

Secara umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit

dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi pada tahun 2008 adalah sebesar

60,17. IPM menunjukkan kenaikan, yang mana pada tahun 2007 adalah sebesar

59,03%.

2.2.3. Infrastruktur

2.2.3.1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka

akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2010 adalah 60.812 km,

terdiri dari jalan kabupaten (44.648 km), jalan provinsi (21.464 km), jalan negara

(2.960 km). Sebagian panjang jalan dalam keadaan rusak/rusak berat (33,02%),

dalam keadaan sedang 4,9% dan yang alam kondisi baik adalah 62,18%.

2.2.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok

Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah air minum yang disalurkan

sebanyak 7.290.670 m3 dengan jumlah pelanggan 25.089. Pelanggan tersebut terdiri

dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Pada dasarnya sebagian besar wilayah Lombok Barat telah terhubung oleh jaringan

instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kabupaten Lombok Barat masih pada

kegiatan‐kegiatan yang bersifat konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan

Page 62: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-20

produktif yang nantinya menjadi penggerak sektor‐sektor ekonomi terutama industri.

Hal tersebut terlihat dari jumlah pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual

yang didominasi kelompok rumah tangga. Tahun 2010 energi terjual untuk kelompok

rumah tangga mencapai 61.859.382 kWh atau sekitar 59,85% dari seluruh energi

terjual (103.349.677 kWh). Urutan berikutnya kelompok-kelompok bisnis dan

multiguna dengan persentase masing‐masing 23,4% (24.214.681 kWh) dan 917,29%

(17.275.614 kWh).

2.2.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi

Fasilitas komunikasi pada saat ini sudah menjadi hal yang lumrah, selain telpon

kabel kebutuhan komunikasi masyarakat pada saat ini juga didukung oleh telepon

seluler dan sebagian melalui surat menyurat. Jumlah surat yang terkirim dari kantor

pos Lombok Barat pada tahun 2010 adalah 125.889 buah, dan yang diterima

125.460 buah, adapun paket pos yang diterima berjumlah 15.675 buah dan yang

diterima 4.157 buah.

2.2.3.4. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Barat sudah tersedia mulai dari tingkat

taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 561 sekolah, dimana 81,96%

merupakan sekolah Negeri (Tabel II-19). Rasio sekolah dan murid untuk tingkat TK

adalah 32,5%, tingkat SD sebesar 65,30%, tingkat SLTP sebesar 17,79%, MTs tingkat

SLTA sebesar 7,46% dan SMK sebesar 6,1%.

Tabel II-19. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swastadi

Kabupaten Lombok Barat

No. Jenis Sekolah Jumkah Sekolah

Murid Guru Negeri Swasta

1 TK*) 6 81 3432 34

2 RA/BA *) - - - -

3 SD 333 11 68.756 3971

4 MI - - - -

5 SLB 1 - 82 17

6 SMP 34 17 17282 1414

7 SPDT 26 1 1454 -

8 SLTA 14 11 7864 816

9 SMK 13 13 6424 763

Jumlah 427 134 105.294 7315

Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2010

2.2.3.5. Prasarana Kesehatan

Meningkatnya kemajuan teknologi dan pembangunan di Kabupaten Lombok Barat

diharapkan mampu meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dan mampu

menurunkan angka kematian. Jumlah prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten

Page 63: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-21

Lombok Barat adalah 1 rumah sakit umum dan 15 puskesmas. Perkembangan

prasarana kesehatan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 lebih cenderung

menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tabel II-20. Jumlah Prasarana Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat

Uraian 2007 2008 2009 2010

Rumah sakit umum 1 1 1 1

Puskesmas 19 19 15 15

Puskemas Keliling 21 22 17 15

Puskesmas pembantu 77 78 57 58

Dokter Spesialis - - - 8

Dokter Umum - - 29 26

Dokter Gigi - - 15 14

Sarjana Kesehatan Masy - - 25 25

Paramedis 138 138

Pembantu Paramedis - - 481 481

Apoteker - - 1 1

Tata Usaha - - 109 109

Sumber : Lombok Barat dalam Angka 2011

Perkembangan prasarana kesehatan, meliputi juga perkembangan tenaga kesehatan

yang ada di kabupaten tersebut. Perkembangan tenaga kesehatan di Kabupaten

Lombok Barat ditunjukkan dengan penambahan jumlah yang tidak signifikan. Pada

tahun 2009, jumlah tenaga kesehatan di kabupaten tersebut sebanyak 589 orang

dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 594 orang. Jumlah tersebut tidak

sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang ada di Kabupaten Lombok. Rasio

tenaga kesehatan yang ada dengan jumlah penduduk adalah 1 : 1.010 pada tahun

2010. Dengan perbandingan tersebut, tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Barat

masih dirasakan kurang dan perlu ditingkatkan.

2.2.3.6. Prasarana Pasar

Perdagangan merupakan salah satu faktor penting dalam perputaran perekonomian

suatu daerah. Pada tahun 2010, jumlah pasar yang ada di Kabupaten Lombok Barat

sejumlah 34 buah, sedangkan jumlah toko yang ada sebesar 443 buah dan 94 los.

Jumlah pedagang di Kabupaten Lombok Barat mencapai 2.249 lembaga dengan 40

pedagang besar, 179 pedagang menengah, dan sisanya pedagang kecil. Perdagangan

yang penting di Kabupaten Lombok Barat adalah perdagangan bahan pokok dan

perdagangan semen. Perdagangan semen di Kabupaten tersebut berperanan penting,

karena perubahan harga pada komoditas tersebut dapat mempengaruhi harga

barang-barang yang lainnya.

Page 64: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-22

2.3. Kabupaten Lombok Tengah

2.3.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.3.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Kabupaten Lombok Tengah merupakan kabupaten yang terletak diujung timur pulau

Lombok dengan letak astronomi antara 116°05“ sampai 116°24” Bujur Timur dan

8°24” sampai 8°57” Lintang Selatan, dengan batas wilayah di sebelah Utara

Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur, di sebelah Selatan adalah Samudra

Indonesia, di sebelah Timur adalah Kabupaten Lombok Timur dan sebelah Barat

adalah Kabupaten Lombok Barat. Luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah

1.208,39 km².

Secara administratif, Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari 12 kecamatan dengan

luas wilayah kecamatan yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kec. Pujut dan

Kec. Batukliang Utara sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah

Kec. Batukliang, seperti dapat dilihat pada Tabel II-21.

Tabel II-21.Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Tengah

Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Persentase

(%)

1. Praya Barat 252,75 12,64

2. Praya Barat Daya 124,97 10,34

3. Pujut 233,55 19,33

4. Praya Timur 82,57 6,83

5. Janapria 69,05 5,71

6. Kopang 61,66 5,10

7. Praya 61,26 5,07

8. Praya Tengah 65,92 5,46

9. Jonggat 71,55 5,92

10. Pringgarata 52,78 4,37

11. Batukliang 50,37 4,17

12. Batukliang Utara 181,96 15,06

Jumlah/Total 1.206,39 100,00

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka tahun 2012

2.3.1.2. Topografi dan Iklim

Wilayah Kabupaten Lombok Tengah bagian utara merupakan dataran tinggi dan

merupakan areal kaki Gunung Rinjani yang meliputi Kec. Batukliang, Batukliang

Utara, Kopang dan Pringgarata. Bagian tengah meliputi Kec. Praya, Praya tengah,

Praya Barat Daya, Praya Timur, Janapria dan sebagian kecil Kec. Jonggat merupakan

wilayah dataran rendah yang memiliki potensi padi dan palwija. Bagian selatan

Lombok Tengah merupakan daerah yang berbukit-bukit dan sekaligus berbatasan

dengan Samudra Indonesia.

Iklim di Kabupaten Lombok Tengah termasuk iklim tropis dengan musim kemarau

yang kering dengan temperatur berkisar 20o–330C. Dampak pemanasan global yang

Page 65: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-23

terjadi beberapa kurun waktu terakhir menyebabkan perubahan iklim yang dapat

dilihat dari curah hujan dan hari hujan yang berfluktuatif dalam beberapa tahun

terakhir. Selama tahun 2011, jumlah hari hujan per bulan di Kabupaten Lombok

Tengah berkisar antara 5 hingga 20 hari dengan curah hujan berkisar antara 87 mm

hingga 3.555 mm.

2.3.1.3. Lahan dan penggunaannya

Pada kondisi tahun 2011, seluas 54.562 Ha adalah lahan sawah dan selebihnya

(66.277 Ha) adalah lahan kering. Sebagian besar lahan sawah (37,46%) adalah

beririgasi setengah teknis, hanya sekitar 36% yang beririgasi teknis. Terapat sekitar

12,6% (645 Ha) yang merupakan sawah tadah hujan. Untuk lahan kering, kondisi

pada tahun 2011 sebagian besar penggunaannya adalah berupa hutan Negara

19.871 Ha atau 16,44%, kemudian tegalan/kebun 19.735 Ha atau 16,33%,

pekarangan dan bangunan 8.101 Ha atau 6,7%, Perkebunan 88 Ha atau 0,07% dan

selebihnya adalah hutan rakyat 3.246 Ha atau 2,69%, tambak 809 Ha atau 0,67%

dan kolam/tebat/empang 577 Ha atau 0,48%.

Tabel II-22. Luas Lahan dan Penggunaan Lahan

di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011

No Jenis Luas (Ha) Persentase

1 Pekarangan/ bangunan 8.101 6,71

2 Sawah 54.562 45,15

3 Tegalan/ kebun 19.735 16,33

4 Ladang/ huma - -

5 Tanah penggembalaan 175 0,14

6 Tambak 809 0,67

7 Kolam/ empang 577 0,48

8 Hutan rakyat 3.246 2,69

9 Hutan Negara 19.871 16,44

10 Perkebunan 88 0,07

11 Tanah Kosong - -

12 Lainnya 13.675 11,31

Total 120.839 100,00

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012

Pola penggunaan tanah di Kabupaten Lombok Tengah, jika diperhatikan selama

kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami perubahan yang signifikan, hal ini

terkait dengan adanya konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi

permukiman dan perdagangan/jasa. Permukiman-permukiman baru dibangun pada

area-area yang dahulunya merupakan area pertanian lahan basah maupun lahan

kering. Selain itu dengan makin berkembangnya pertumbuhan di sektor perkebunan

terutama untuk komoditas tembakau Virginia, pada beberapa lokasi pertanian lahan

basah di wilayah Kecamatan Sikur dan Terara terjadi konversi lahan pertanian ke

fasilitas perdagangan/jasa (RPJM Kabupaten Lombok Tengah).

Page 66: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-24

2.3.1.4. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Tengah sesuai sensus tahun 2010 adalah

860.209 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 407.079 jiwa dan

penduduk perempuan 453.130 jiwa, atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat

89 laki-laki. Pada tahun 2011, jumlah penduduk terproyeksi sebanyak 868.890 jiwa

yang terdiri dari 411.187 jiwa penduduk laki-laki dan 457.703 jiwa penduduk

perempuan.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 sekitar 719

jiwa per km2, dengan tingkat kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan

antar kecamatan. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2011

adalah Kecamatan Praya dengan kepadatan penduduk 1.707 jiwa/km2 dan

kecamatan dengan penduduk paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan

Batukliang Utara dengan kepadatan penduduk 263 jiwa/km2.

Tabel II-23. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Pada

Tahun 2011

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2) Penduduk

Kepadatan (jiwa/km2)

1 Praya Barat 152,75 69.856 457

2 Prabarda 124,97 51.777 414

3 Pujut 233,55 97.857 419

4 Praya Timur 82,57 63.285 766

5 Janapria 69,05 70.933 1.027

6 Kopang 61,66 76.292 1.237

7 Praya 61,26 104.590 1.707

8 Praya Tengah 65,92 60.519 918

9 Jonggat 71,55 90.102 1.259

10 Pringgarata 52,78 63.737 1.208

11 Batukliang 50,37 72.095 1.431

12 Btl. Utara 181,96 47.847 263

Jumlah 1.208,39 868.890 719

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012

Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Tengah seiring dengan

pertumbuhan rumah tangga yang ada di Kabupaten tersebut. Berdasarkan data yang

ada, pada tahun 2007 dan 2008, rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4 orang,

namun pada tahun 2009 dan seterusnya, anggota rumah tangga di Kabupaten

Lombok Tengah rata-rata 3 orang

Tabel II-24. Pertumbuhan Rumah Tangga dan Penduduk

di Kabupaten Lombok Tengah

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Rumah tangga 228.827 232.639 256.670 256.978 259.563

Penduduk 831.286 844.105 856.675 860.209 868.209

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012

Page 67: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-25

2.3.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.3.2.1. Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Tengah meliputi sumber daya alam

non hayati yaitu: air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam

hayati yaitu hutan, flora dan fauna.

Sumber daya air terdiri dari air tanah termasuk mata air dan air permukaan. Di

wilayah utara curah hujan relatif lebih tinggi, sehinggga wilayah tersebut merupakan

daerah tangkapan hujan yang akan meresap dalam tanah menjadi air bawah tanah.

Sehingga wilayah-wilayah tersebut memiliki akifer bebas. Berdasarkan besaran curah

hujan per tahun yang akan berpengaruh terhadap air meteorologis maka makin ke

selatan wilayah Kabupaten Lombok Timur makin sedikit ketersediaan air

meteorologisnya. Selain air permukaan dan air tanah maka mata air menjadi salah

satu sumber daya alam non hayati yang penting bagi Kabupaten Lombok Tengah.

Dalam beberapa tahun terakhir degradasi sumber mata air menjadi isu penting

dalam pengelolaan sumber daya alam.

Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,

terutama potensi galian C, yang tersebar dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok

Tengah, antara lain: batu bangunan tersebar Kec. Praya Barat, Pujut, Praya Timur,

dan Janapria, pasir dan sirtu banyak di Kec. Pringgarata dan menyebar di

Batukliang, Jonggat dan Batukliang Utara. Batu apung dengan konsentrasi produksi

terbesar berada di Kec. Batukliang Utara dan sebagian wilayah Kec. Kopang.

Kemudian jenis bahan tambang lainnya adalah trass, lempung ilit, batu paras, yang

diperkirakan berada di Kec. Pujut, Praya Barat dan Batuliang, sampai saat ini belum

dieksploitasi karena belum memiliki nilai ekonomis.

Kabupaten Lombok Tengah memiliki sumber daya pariwisata Pantai seluas 3.070 Ha

yang meliputi kawasan Kute, Seger, A’an dan Kawasan Selong Belanak. Kawasan

utara yang merupakan lereng gunung Rinjani menyimpan potensi agrowisata adanya

perkebunan kopi dan hutan lindung

2.3.2.2. Sumber daya manusia

Salah satu kualitas SDM di Lombok Timur dapat dinyatakan dengan Indeks

Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia

karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak. Salah satu ukuran

Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau persentase penduduk usia

15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH penduduk Lombok Timur

pada tahun 2009 adalah 71,20%. Hal ini berarti bahwa sekitar 28,80% penduduk

usia 15 tahun ke atas adalah buta huruf. Ukuran ke dua Indeks Pendidikan adalah

Rata-rata Lama Sekolah (Men Year School – MYS) yang menunjukkan bahwa semakin

besar nilai MYS maka semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk. Pada tahun

2009, MYS Kabupaten Lombok Tengah adalah 5,64 tahun yang menunjukkan bahwa

rata-rata penduduk berumur 15 tahun ke atas hanya menempuh pendidikan sekolah

dasar. Berdasarkan AMH dan MYS, maka Indeks Pendidikan SDM Kabupaten

Lombok Tengah pada tahun 2009 adalah 75,84%.

Page 68: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-26

Pada fokus layanan urusan wajib, tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas

SDM di suatu daerah, yang mana seiring dengan perkembangan kondisi di

Kabupaten Lombok Tengah sekarang ini sangat dibutuhkan adanya SDM yang

berkualitas dalam rangka memenuhi permintaan bursa tenaga kerja yang ada.

Melihat fenomena SDM Kabupaten Lombok Tengah yang berpendidikan tinggi SLTP

ke atas hanya 26% maka diperkirakan banyak pengangguran yang tidak dapat

terserap dalam pasar tenaga kerja yang akan datang. Oleh karenanya perlu adanya

terobosan bagi Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah untuk menyiapkan SDM yang

berkualitas memalui peningkatan jenjang pendidikan.

Tabel II-25. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas

Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Tingkat Pendidikan 2009 2010

Tidak/belum pernah sekolah 22,69 22,46

Tidak/belum tamat SD Sederajat 25,91 23,88

SD Sederajat 25,40 23,06

SLTP Sederajat 14,28 15,47

SLTA Sederajat 9,19 11,11

Perguruan Tinggi 2,53 4,02

Total 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah 2010 dan BPS Provinsi NTB 2010

Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja

adalah sebesar 536.738 jiwa atau sekitar 61,77%, dan sebesar 14.070 adalah dalam

status pencari kerja aktif. Di antara penduduk 15 tahun yang bekerja, sebagian besar

(75%) bekerja pada lapangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan

perikanan, sedangkan sisanya ditempatkan pada sektor jasa kemasyarakatan.

2.3.3. Infrastruktur

2.3.3.1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka

akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 adalah 938,72 km.

Jalan terdiri atas jalan negara (29,68 km), jalan provinsi (170,95 km) dan jalan

kabupaten (739,44 km). Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan baik (26,06%),

dalam keadaan sedang 23,8% dan selebihnya dalam kondisi rusak dan rusak berat

(50,43%). Frekuensi aktivitas angkutan darat pada tahun 2011 cukup besar, hal ini

ditunjukkan oleh jumlah kendaraan dan penumpang yang keluar masuk terminal.

Jumlah kendaraan di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2011 adalah 139.202

unit. Kendaraan terdiri atas mobil penumpang (2.816 unit), mobil barang (5.958

unit), bus (119 unit), dan sepeda motor (127.309 unit).

Page 69: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-27

2.3.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok

Tengah menunjukkan bahwa padatahun 2008 jumlah air minum yang disalurkan

sebanyak 6.360.743 m3 dengan jumlah pelanggan 25.907. Pelanggan tersebut terdiri

dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Ketersediaan tenaga listrik yang dikelola oleh PLN wilayah kerja kabupaten

ditunjukkan oleh daya terpasang yang dikelola yaitu sebesar 35.895.000 VA

mencakup 45.799 pelanggan (tahun 2009).

2.3.3.3. Prasarana Komunikasi

Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Lombok Tengah, seperti

kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana

hubungan secara langsung. Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang

banyak digunakan. Pada Tahun 2007 banyaknya produksi surat biasa dalam negeri

mencapai 479.270 dan surat biasa luar negeri sebanyak 59.970. Surat kilat mencapai

36.804 buah dan kilat khusus mencapai 107.318 buah. Jumlah paket pos dalam

negeri tahun 2007 mencapai 4.743 buah.

2.3.3.4. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Tengah sudah tersedia mulai dari

tingkat taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 1.181 sekolah, dimana

sebagian besar (46,57%) adalah pada tingkat SD. Sekolah TK di Kabupaten Lombok

Tengah sebanyak 316 unit, jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 550 unit. Tingkat

sekolah menengah pertama (SMP) terdapat sebanyak 230 unit dan SMPT 16 unit.

Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat SMA 40 unit dan SMK 29 unit.

Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten

Lombok Tengah Tahun 2011 selengkapnya disajikan pada Tabel II-26.

Tabel II-26. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri

di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011

No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah

Jumlah Murid

Jumlah Guru

1 TK 316 11.258 1.226

2 SD 550 93.442 7.152

3 SLTP 107 24.649 2.612

4 SLTP Terbuka 16 1.130 457

5 SLTP Umum 123 25.779 3.069

6 SMU 40 14.497 1.295

7 SMK 29 6.360 750

Jumlah 1.181 177.115 12.223

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012

Page 70: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-28

2.3.3.5. Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah terus berkembang. Hal tersebut

dapat dilihat dari peningkatan jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten

Lombok Tengah yang terjadi dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan prasarana

kesehatan tersebut ternyata tidak diikuti dengan peningkatan tenaga kesehatan. Hal

tersebut terindikasi dari kecenderungan menurunnya tenaga kesehatan di kabupaten

tersebut selama 2 tahun terakhir.

Tabel II-27. Perkembangan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Rumah sakit umum 2 2 2 2 2

Puskesmas 22 23 23 25 25

Puskesmas keliling 12 29 29 29 25

Puskesmas pembantu 72 77 77 94 94

Polindes 99 98 105 109 111

Posyandu 1.356 1.397 1.415 1.444 1.467

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012

Tabel II-28. Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Dokter umum 25 25 29 26 27

Dokter gigi 12 14 18 17 18

Perawat 447 447 519 515 306

Non perawat 122 159 176 168 149

Sumber : Lombok Tengah dalam Angka 2012

Berdasarkan data pada tabel diatas, tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten

Lombok Tengah pada tahun 2010 dan 2011 cenderung mengalami penurunan. Hal

tersebut berdampak pada rasio pelayanan tenaga kesehatan terhadap jumlah

penduduk, dimana hal tersebut berarti bahwa jumlah peduduk yang dapat terlayani

oleh tenaga kesehatan semakin berkurang, atau beban tenaga kesehatan untuk

melayani masyarakat semakin berkurang. Namun hal tersebut bukanlah parameter

yang pasti yang dapat menunjukkan penurunan kualitas pelayanan kesehatan,

karena kualitas pelayanan kesehatan tidak hanya dilihat dari jumlah tenaga

kesehatan.

2.3.3.6. Prasarana Pasar

Prasarana untuk menunjang kegiatan sektor perdagangan di Kabupaten Lombok

Tengah, telah tersedia sarana pasar, sarana toko dan sarana kios. Pada tahun 2011

jumlah sarana pasar yang ada di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 43 unit.

Jumlah tersebut menyebar hampir merata di semua Kecamatan, dan satu (1) pasar

induk di Renteng di Kota Praya. Begitu juga dengan sarana toko dan kios yang

Page 71: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-29

menyebar di sebuah Kecamatan. Jumlah toko terbanyak 389 unit sedangakan kios

sebanyak 1.653 unit. Jumlah toko terbanyak terdapat di Kecamatan Praya dengan

jumlah 182 unit. Kecamatan Praya juga mempunyai jumlah kios terbanyak dengan

786 unit. Untuk lengkapnya bisa dilihat ditabel sebagai berikut.

Tabel II-29. Banyaknya Sarana Perdagangan menurut Jenisnya

di Kabupaten Lombok Tengah

Kecamatan Pasar Toko Kios

1. Praya Barat 4 14 71

2. Praya Barat Daya 2 8 50

3. Pujut 8 8 78

4. Praya Timur 3 34 62

5. Janapria 3 16 95

6. Kopang 4 38 282

7. Praya 5 182 786

8. Praya Tengah 2 9 37

9. Jonggat 7 26 57

10. Pringgarata 2 18 44

11. Batukliang 2 28 59

12. Batukliang Utara 1 5 32

Jumlah 43 386 1.653

Sumber: BPS Daerah Dalam Angka Lombok Tengah 2012

2.4. Kabupaten Lombok Timur

2.4.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.4.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten yang terletak diujung timur pulau

Lombok dengan letak astronomis antara 116°‐117° Bujur Timur dan 8°‐9° Lintang

Selatan,dengan batas wilayah di sebelah Barat Kabupaten Lombok Barat dan Lombok

Tengah; di sebelah Timur adalah Selat Alas, di sebelah Utara adalah Laut Jawa dan

di sebelah Selatan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur

adalah 2.679,88 km² dan 59,91% dari luas wilayah tersebut adalah daratan, dan

selebihnya seluas 1.074,33 km² adalah lautan.

Wilayah Kabupaten Lombok Timur mempunyai sekitar 35 pulau-puau kecil (Gili),

yang sebgaian besar tidak berpenghuni. Dari 35 pulau kecil terbut yang berpenghuni

sebanyak 5 pulau, yaitu Belek, Bidara, Maringkik, Ree, dan Sunut.

Secara administrative, Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 20 Kecamatan dengan

luas wilayah kecamatan yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kec. Sambelia

dan Kec. Sembalun sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kec.

Sukamulia, seperti dapat dilihat pada Tabel II-30.

Page 72: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-30

Tabel II-30. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Timur, 2011

Kecamatan Luas Wilayah Persentase

1. Keruak 40,49 2,52

2. Jerowaru 142,78 8,89

3. Sakra 25,09 1,56

4. Sakra Barat 32,30 2,01

5. Sakra Timur 37,04 2,31

6. Terara 41,41 2,58

7. Montong Gading 25,66 1,60

8. Sikur 78,27 4,87

9. Masbagik 33,17 2,07

10. Pringgasela 134,26 8,36

11. Sukamulia 14,49 0,90

12. Suralaga 27,02 1,68

13. Selong 31,68 1,97

14. Labuhan Haji 49,57 3,09

15. Pringgabaya 136,20 8,48

16. Suela 115,01 7,16

17. Aikmel 122,92 7,66

18. Wanasaba 55,89 3,48

19. Sembalun 217,08 13,52

20. Sambelia 245,22 15,27

Jumlah 1.605,55 100

Sumber : Lombok Timur dalam Angka tahun 2012

2.4.1.2. Topografi dan Iklim

Wilayah Kabupaten Lombok Timur terletak pada ketinggian 0‐3.726 meter di atas

permukaan laut dengan kemiringan hamparan dari utara ke selatan. Secara umum

wilayah kabupaten ini merupakan dataran, yang mana sebagian besar wilayah

(967,63 km2) mempunyai kemiringan antara 2 – 15% dan dengan kemiringan 0 – 2%

seluas 257,60 km2, yang tersebar pada daerah‐daerah di sepanjang pantai yang

terbentang mulai dari bagian utara ke arah timur hingga ke bagian selatan. Sebagian

daerah (242,22 km2) mempunyai kemiringan 15 – 40%, dan daerah dengan

kemiringan lebih dari 40% seluas 138,10 km2 yang mencakup Pegunungan Rinjani

yang terletak di bagian utara.

Iklim di Kabupaten Lombok Timur termasuk iklim tropis dengan temperatur berkisar

20o–33OC. Dampak pemanasan global yang terjadi beberapa kurun waktu terakhir

menyebabkan perubahan iklim yang dapat dilihat dari curah hujan dan hari hujan

yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Selama tahun 2011, rata‐rata

curah hujan per bulan sebesar 1.528 mm dan rata‐rata hari hujan per bulan adalah

8 hari hujan setiap bulannya.

2.4.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Pada kondisi tahun 2011, seluas 45.813 Ha (28,53%) adalah lahan sawah dan

114.742 Ha (71,47%) adalah lahan kering. Sebagian besar lahan sawah (64,07%)

Page 73: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-31

adalah beririgasi setengah teknis, hanya sekitar 10,61% yang beririgasi teknis.

Terapat sekitar 1,41% (645 ha) yang merupakan sawah tadah hujan. Untuk lahan

kering, kondisi pada tahun 2011 sebagian besar penggunaannya adalah berupa

hutan negara (48,74%), kemudian tegalan/kebun (19,77%), pekarangan (7,1%), dan

ladang (4,78%). Selebihnya adalah hutan rakyat (3,03%), perkebunan (2,76%),

tambak (1,88%), kolam/tebat/empang (1,04%).

Pola penggunaan tanah di Kabupaten Lombok Timur, jika diperhatikan selama kurun

waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami perubahan yang signifikan, hal ini terkait

dengan adanya konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi

permukiman dan perdagangan/jasa. Permukiman-permukiman baru dibangun pada

area-area yang dahulunya merupakan area pertanian lahan basah maupun lahan

kering. Selain itu dengan makin berkembangnya pertumbuhan di sektor perkebunan

terutama untuk komoditas tembakau Virginia, pada beberapa lokasi pertanian lahan

basah di wilayah Kecamatan Sikur dan Terara terjadi konversi lahan pertanian ke

fasilitas perdagangan/jasa (RPJM Kabupaten Lombok Timur).

2.4.1.4. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 1.116.745

jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 519.898 jiwa dan penduduk

perempuan 596.847 jiwa, atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 87 laki-

laki. Jika dibandingkan jumlah penduduk tahun 2010, jumlah tersebut mengalami

peningkatan sekitar 1,01%.

Tabel II-31. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

di Kabupaten Lombok Timur

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Rumah tangga

2007 486.645 581.028 1.067.673 289.794

2008 493.007 588.623 1.081.630 291.821

2009 496.3312 599.853 1.096.165 293.862

2010 514.327 591.344 1.105.671 324.427

2011 519.898 596.847 1.116.745 327.746

Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012

Kepadatan penduduk di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 sekitar 696 jiwa

per km2, dengan tingkat kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan antar

kecamatan. Tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2011

adalah Kecamatan Masbagik (2.863 jiwa), Kecamatan Selong (2.648 jiwa), Sakra

(2.126 jiwa) dan Kecamatan Sukamulia (2.116 jiwa). Sedangkan kecamatan dengan

penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Sembalun (87 jiwa), Sambalia (122 jiwa).

Di lihat dari umur penduduk, Kabupaten Lombok Timur termasuk kategori struktur

intermediate (peralihan umur muda ke umur tua). Lebih dari 30% penduduk berusia

di bawah umur 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas kurang dari 10%,

yang menunjukkan rasio ketergantungan juga cukup tinggi sekitar 57%. Dengan kata

Page 74: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-32

lain setiap 100 orang usia produktif menanggung beban hidup 57 orang usia tidak

dan belum produktif.

2.4.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.4.2.1. Sumber daya alam

Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Timur meliputi sumber daya alam

non hayati yaitu : air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam

hayati yaitu hutan, flora dan fauna.

Sumber daya air terdiri dari air tanah termasuk mata air dan air permukaan.

Ditinjau dari kondisi geomorfologinya Kabupaten Lombok Timur merupakan wilayah

dengan endapan vulkanik Rinjani, terutama di wilayah Utara Kabupaten Lombok

Timur meliputi wilayah Kecamatan Sembalun, Suela, Aikmel, Wanasaba, Montong

Gading, smpai dengan Kecamatan di wilayah tengah Kabupaten Lombok Timur. Di

wilayah utara curah hujan relatif lebih tinggi, sehinggga wilayah tersebut merupakan

daerah tangkapan hujan yang akan meresap dalam tanah menjadi air bawah tanah.

Sehingga wilayah-wilayah tersebut memiliki akifer bebas. Berdasarkan besaran curah

hujan per tahun yang akan berpengaruh terhadap air meteorologis maka makin ke

Selatan wilayah Kabupaten Lombok Timur makin sedikit ketersediaan air

meteorologisnya. Selain air permukaan dan air tanah maka mata air menjadi salah

satu sumber daya alam non hayati yang penting bagi Kabupaten Lombok Timur.

Dalam beberapa tahun terakhir degradasi sumber mata air menjadi isu penting

dalam pengelolaan sumber daya alam.

Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,

terutama potensi galian C, yang tersebar dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok

Timur, antara lain: batu gamping, yang banyak terdapat di Kecamatan Labuhan Haji,

batu apung dengan konsentrasi produksi terbesar berada di Kecamatan Labuhan

Haji dan sebagian wilayah Kecamatan Masbagik. Kemudian jenis bahan tambang

lainnya adalah tanah liat yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

batu bata. bahan galian lain yang banyak diusahakan adalah pasir dan batu

terutama terdapat di Kecamatan Labuhan Haji. Bahan tambang lain yang ada di

Kabupaten Lombok Timur adalah emas, yang diperkirakan berada di Kecamatan

Pringgabaya dan Jerowaru, walaupun sampai saat ini belum dieksploitasi karena

belum memiliki nilai ekonomis.

Kabupaten Lombok Timur memiliki sumber daya kelautan seluas 1.074,33 km²

(40,09%) dari luas wilayah Kabupaten Lombok Timur. Sumber daya kelautan yang

ada terdiri atas hutan mangrove 2.242,56 Ha, terumbu karang 761,10 Ha, sumber

daya ikan dengan produksi 26.536,9 ton pertahun yang terdiri atas perikanan

tangkap 12.691,5 ton dan perikanan budidaya 13.845,40 ton.

2.4.2.2. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja

adalah sebesar 725.885 jiwa atau sekitar 65%, dan sebesar 692.382 adalah dalam

status aktif bekerja, selebihnya pengangguran. Di antara penduduk 15 tahun yang

bekerja, sebagian besar (42,69%) bekerja pada lapangan usaha pertanian, kemudian

Page 75: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-33

pada lapangan usaha perdagangan (20,13%), jasa-jasa (19,55%), angkutan dan

komunikasi (4,04%) dan konstruksi (2,66%).

Salah satu kualitas SDM di Lombok Timur dapat dinyatakan dengan Indeks

Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia

karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak.

Salah satu ukuran Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau

persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. AMH

penduduk Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 82,89%. Hal ini berarti bahwa

sekitar 17,11% penduduk usia 15 tahun ke atas adalah buta huruf. Ukuran ke dua

Indeks Pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (Men Year School – MYS) yang

menunjukkan bahwa semakin besar nilai MYS maka semakin tinggil tingkat

pendidikan penduduk. Pada tahun 2011, MYS Kabupaten Lombok Timur adalah 6,61

tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata penduduk berumur 15 tahun ke atas

hanya menempuh pendidikan sekolah dasar. Berdasarkan AMH dan MYS, maka

Indeks Pendidikan SDM Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 69,95%.

Secara umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit

dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi pada tahun 2011 adalah sebesar

63,93%. IPM menunjukkan kenaikan, yang mana pada tahun 2010 adalah sebesar

62,68%. Walaupun demikian dibandingkan dengan IPM Kabupaten lain di Provinsi

NTB, IPM Lombok Timur berada pada urutan ke 7, dimana IPM tertinggi (urutan

pertama) adalah Kota Mataram (72,83%).

2.4.3. Infrastruktur

2.4.3.1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka

akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 adalah 2.626,89km,

terdiri dari jalan kabupaten(1.079,49 km), jalan provinsi (214,64 km), jalan negara

(33,07 km) serta jalan desa ( 1.299,69 km).

Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan rusak/rusak berat (56,1%), dalam

keadaan sedang 14,0% dan yang alam kondisi baik adalah 39,9%. Seperti dapat

dilihat pada Tabel II-32, maka lebih dari separo panjang jalan di Kabupaten Lombok

Timur adalah berupa jalan desa (54,6%) dan yang jenis permukaannya berupa aspal

hanya sebesar 26,7% dari total panjang jalan yang ada.

Hingga tahun 2011, panjang jembatan yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Timur

mencapai 3.305,7 meter lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai

3.522,57 meter. Perbedaan panjang jembatan tersebut disebabkan ruas Kopang-

Masbagik di ambil alih penanganannya oleh Kabupaten Lombok Tengah.

Page 76: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-34

Tabel II-32. Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Lombok Timur

No Uraian 2008 2009 2010 2011 (%)

I. Jenis Permukaan 2.244,74 2.244,75 2.379,19 2.379,19

1 Asphalt 513,93 531,50 627,53 635,08 26.7%

2 Kerikil 84,72 80,13 94,07 94,07 4.0%

3 Tanah 134,31 121,34 357,90 350,35 14.7%

4 Tidak Terinci (Jalan Desa) 1.511,78 1.511,78 1.299,69 1.299,69 54.6%

II. Kondisi Jalan 732,97 732,97 1.079,49 1.079,48 -

1 Baik 452,76 531,50 274,07 430,82 39.9%

2 Sedang 80,13 80,13 139,61 150,88 14.0%

3 Rusak 200,08 121,34 182,56 156,48 14.5%

4 Rusak Berat - - 483,25 341,30 31.6%

Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012

2.4.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok

Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan

sebanyak 4.996.008 m3 dengan jumlah pelanggan 17.460. Pelanggan tersebut terdiri

dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Pada dasarnya sebagian besar wilayah Lombok Timur telah terhubung oleh jaringan

instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kabupaten Lombok Timur masih pada

kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan

produktif yang nantinya menjadi penggerak sektor-sektor ekonomi terutama industri.

Hal tersebut terlihat dari jumlah pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual

yang didominasi kelompok rumah tangga. Tahun 2011 energi terjual untuk kelompok

rumah tangga mencapai 67.083.621 kWh atau sekitar 64,59% dari seluruh energi

terjual (103.854.138 kWh). Urutanberikutnya kelompok kelompok multiguna dan

bisnis dengan persentase masing-masing 13,90% (14.431.477 kWh) dan9,02%

(9.370.817 kWh).

2.4.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi

Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Lombok Timur, seperti

kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana

hubungan secara langsung. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 5.172 jumlah

pelanggan.

Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan. Pada tahun

2011 total lalu lintas masuk surat dan pos paket mencapai 153.183, yang sebagian

besar berupa pos kilat/kilat khusus 104.725, kemudian surat biasa dalam negeri

yang mencapai 36.572. Untuk surat dan pos paket yang keluar mencapai 86.810,

yang sebagian besar adalah surat biasa dalam negeri yang mencapai 47.241 buah

disusul surat pos kilat dan kilat khusus sejumlah 32.547.

Page 77: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-35

2.4.3.4. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Timur sudah tersedia mulai dari tingkat

taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 1.757 sekolah, dimana 55,2%

merupakan sekolah swasta (Tabel II-3). Rasio sekolah dan murid untuk tingkat TK

adalah 58, tingkat SD sebesar 195 dan MI sebesar 122, tingkat SLTP sebesar 314,

MTs sebesar 144, tingkat SLTA sebesar 331, SMK sebesar 181 dan MA sebesar 132.

Tabel II-33. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah di Kabupaten Lombok Timur

No. Jenis

Sekolah

Jumlah Sekolah Murid

Guru

Negeri Swasta

1 TK*) 6 184 11.046 1029

2 RA/BA *) 0 106 4.704 548

3 SD 657 30 133.998 350

4 MI 1 211 25.767 3059

5 SMP 66 34 31.371 2421

6 SMPT 21

2.064

7 MTs 3 209 30.487 4741

8 SLTA 22 27 16.225 1422

9 MA 2 128 19.007 2976

10 SMK 9 41 9.067 895

Jumlah 787 970 283.736 17.441

Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012

2.4.3.5. Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Lombok Timur berupa rumah sakit

terdapat di Kecamatan Selong dan Kecamatan Labuhan Haji. Selain ke dua rumah

sakit tersebut, terdapat beberapa puskesmas yang tersebar pada seluruh kecamatan

di Kabupaten Lombok Timur.

Tabel II-34. Perkembangan Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan

di Kabupaten Lombok Timur

Uraian 2008 2009 2010 2011

Rumah sakit umum 1 1 1 1

Rumah sakit khusus 1 1 1

Puskesmas 29 29 29 29

BKIA 1 1 1 1

Puskesmas pembantu 85 85 85 85

Apotik 23 23 23 23

Posyandu 1.318 1.329 1.415 1.496

Poskesdes 111 111 121 121

Pos obat desa 63 63 63 63

Poskestren 51 51 51 51

Pusinkes 26 26 26 26

Jumlah 1.708 1.720 1.817 1.906

Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012

Page 78: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-36

Secara jumlah keseluruhan, fasilitas kesehatan di Kabupaten Lombok Timur

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut terutama di

sebabkan oleh meningkatnya posyandu yang ada di kabupaten tersebut. Fasilitas-

fasilitas kesehatan tersebut didukung oleh tenaga kesehatan yang tersedia. Pada

tahun 2011, terdapat 7 orang dokter spesialis, 58 orang dokter umum, 12 orang

dokter gigi, 441 orang perawat, 216 orang bidan dan 275 orang tenaga kesehatan

lainnya. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur

berfluktuasi dari tahun ke tahun. Rasio tenaga kesehatan yang melayani penduduk

kabupaten tersebut pada tahun 2011 adalah 1 : 114,59.

Tabel II-35. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Timur

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Tenaga medis 84 65 55 80 77

Perawat 478 401 546 452 441

Bidan 219 231 222 220 216

Tenaga kesehatan lainnya 354 262 591 273 285

Jumlah 1.135 959 1.414 1.025 1.019

Sumber : Lombok Timur dalam Angka 2012

2.4.3.6. Prasarana Pasar

Prasarana pasar merupakan salah satu faktor pendorong perekonomian. Pada

beberapa tahun terakhir, pemerintah Kabupaten Lombok Timur berupaya

meningkatkan fasilitas perdagangan di beberapa lokasi strategis, yaitu Pancor,

Masbagik dan Aikmel. Perusahaan perdagangan yang ada di Kabupaten Lombok

Timur pada tahun 2011 adalah sebanyak 418, jumlah tersebut merupakan angka

yang menurun tajam dari data jumlah perusahaan perdagangan pada tahun 2010,

yaitu 886 perusahaan. Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Lombok

Timur pada 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan.

2.5. Kabupaten Sumbawa

2.5.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.5.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Kabupaten Sumbawa terletak di antara 116022’ BT dan 808’-907’ LS, serta dikelilingi

oleh pulau-pulau kecil berpenduduk; seperti Pulau Moyo, Pulau Medang, Pulau

Tapan, Pulau Bungin, Pulau Kaung dan Pulau Tete. Luas wilayah Sumbawa secara

keseluruhan mencapai 11.556,44 km² (45,52% NTB), yang terdiri dari daratan

6.643,98 km², dan lautan 4.912,46 km². Dengan luasan tersebut maka Kabupaten

Sumbawa memiliki potensi sumber daya alam cukup besar dengan posisi geografis

yang strategis pada jalur lalu lintas perdagangan Surabaya-Waingapu. Atas dasar itu

pula maka Kabupaten Sumbawa berada pada koridor lima Masterplan Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang berorientasi pada

pembangunan pariwisata, perikanan dan peternakan.

Page 79: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-37

Tabel II-36. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Sumbawa

Dirinci Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2010

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2) Jumlah desa/

kelurahan

1 Lunyuk 513,78 7

2 Orong Telu 465,97 4

3 Alas 123,04 8

4 Alas Barat 168,88 8

5 Buer 137,01 6

6 Utan 155,42 9

7 Rhee 230,82 4

8 Batulanteh 391,40 6

9 Sumbawa 44,83 8

10 Labuhan Badas 435,89 7

11 Unter Iwes 82,38 8

12 Moyo Hilir 186,79 10

13 Moyo Utara 90,80 6

14 Moyo Hulu 311,96 12

15 Ropang 444,48 5

16 Lenangguar 504,32 4

17 Lantung 167,45 4

18 Lape 204,43 4

19 Lopok 155,59 7

20 Plampang 418,69 12

21 Labangka 243,08 5

22 Maronge 274,75 4

23 Empang 558,55 10

24 Tarano 333,71 8

Kabupaten Sumbawa 6.644,02 166

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011). Sumbawa Dalam Angka 2011

Kabupaten Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan, 8 kelurahan, 158 desa dan 576

dusun. Selain merupakan kabupaten dengan jumlah kecamatan terbanyak,

Kabupaten Sumbawa juga merupakan kabupaten dengan areal geografis terluas di

Nusa Tenggara Barat. Tabel II-36 menyajikan distribusi luas areal Kabupaten

Sumbawa.

Page 80: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-38

Gambar II-5. Distribusi Luas Areal dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten

Sumbawa Dirinci Berdasarkan Kecamatan dada Tahun 2010

Batas wilayah Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Flores

Sebelah Timur : Kabupaten Dompu,

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia,

Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat dan Selat Alas.

2.5.1.2. Topografi dan Iklim

Karakteristik topografi Kabupaten Sumbawa didominasi oleh areal perbukitan dengan

ketinggian antara 0 - 1.730 meter diatas permukaan laut (m dpl), dimana sebagian

besar diantaranya (355.108 Ha) berada pada ketinggian 100 hingga 500 m dpl. Dalam

konteks pembangunan daerah, kondisi topografi berpengaruh terhadap penyediaan

infrastruktur dan fasilitas publik. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40%

adalah Kecamatan Batulanteh, Ropang, Lantung, Lenangguar, dan Orong Telu pada

umumnya aksesibilitas masyarakat di wilayah tersebut amat rendah, sehingga

diperlukan penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang menunjang peningkatan

aksesibilitas masyarakat. Disamping itu, topografi berkaitan pula dengan kerentanan

erosi. Menurut Data Pokok NTB, sekitar 64% lahan di Kabupaten Sumbawa tergolong

peka hingga sangat peka terhadap erosi, sehingga upaya rehabilitasi amat penting

dan mendesak dilakukan.

Kabupaten Sumbawa beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yakni musim

hujan dan kemarau. Dalam kurun waktu 2005-2009, jumlah hari hujan setahun

rata-rata 106 hari dengan hari hujan tertinggi 117 hari (2006) dan terendah 94 hari

(2009). Curah hujan tahunan rerata 1.238 mm per tahun dengan tertinggi 1.601,66

mm (2006) dan terendah 970 mm (2009). Curah hujan tertinggi sebulan berkisar

0

100

200

300

400

500

600

7 4 8 8 6 9 4 6 8 7 8 10 6 12 5 4 4 4 7 12 5 4 10 8

Luas Wilayah (km2)Jumlah desa/ kelurahan

Page 81: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-39

387,6 mm (antara Januari-Maret), tertinggi 630,4 mm (Februari 2006) dan terendah

271,1 mm (Februari 2005). Adapun bulan kering setahun rata-rata 2,6 bulan dengan

bulan kering tertinggi 5 bulan (2006) dan terendah 1 bulan (2008).

Suhu udara dalam kurun waktu 2005-2009, suhu rata-rata tahunan sekitar 27,20C,

sedangkan suhu maksimum rata-rata 34,80C (tertinggi 34,40C tahun 2009) dan suhu

minimum 20,90C (terendah 18,30C tahun 2009). Adapun tekanan udara rata-rata

1.008 mb dengan kelembaban udara 76,2% dan penyinaran 79,2%.

Kondisi klimatologis demikian amat cocok dalam pengembangan berbagai komoditas

pertanian, peternakan, perikanan dan beberapa jenis komoditas perkebunan. Dalam

5 tahun terakhir ini di Kabupaten Sumbawa belum menunjukkan terjadinya kondisi

ekstrim pada musim hujan dan musim kemarau. Namun fenomena terjadi La Nina

dan El Nino dalam 3 tahun terakhir yang disertai dengan curah hujan yang lebih

tinggi dan musim kemarau yang lebih pajang perlu diwaspadai.

2.5.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Timur, secara garis besar dapat dibedakan

menjadi 3 (tiga), yaitu sawah, lahan pertanian bukan sawah dan bukan lahan

pertanian. Grafik di bawah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten

Lombok Timur merupakan lahan hutan negara sebesar 42%, kemudian hutan rakyat

sebesar 13%.

Gambar II-6. Penggunaan Lahan di Kabupaten Lombok Timur

2.5.1.4. Demografi

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, penduduk Kabupaten Sumbawa

berjumlah 415.363 jiwa yang terdiri dari 211.451 laki-laki (50,91%) dan perempuan

203.912 jiwa (49,09%). Informasi lengkap mengenai komposisi penduduk disajikan

pada gambar berikut.

7%

9% 1%

4%

13%

1%

0% 1%

4% 3% 1%

42%

0% 14%

Penggunaan Lahan di

Kabupaten lombok Timur

Sawah

Tegalan

Ladang

Perkebunan

Hutan rakyat

Tambak

Kolam

Padang penggembalaan

Tidak diusahakan

Pekarangan yang ditanami

Rumah, bangunan dan halaman

Hutan negara

Rawa-rawa

Lainnya

Page 82: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-40

Gambar II-7. Distribusi Penduduk Kabupaten Sumbawa dirinci berdasarkan umur

dan jenis kelamin Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, struktur penduduk Kabupaten

Sumbawa berbentuk piramida dari kelompok umur 25-29 tahun ke atas, namun

menyempit pada kelompok umur 15-24 tahun, lalu kembali melebar pada kelompok

usia 10-14 tahun ke bawah. Penyempitan pada kelompok umur 15-24 tahun

merupakan hasil dari penurunan jumlah kelahiran karena keberhasilan Program KB

di era tahun 1980-1990. Hal ini pada gilirannya memberikan dampak pada turunnya

pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan penduduk dihitung dengan menggunakan data

sensus penduduk. Data sensus penduduk (SP) yang dilaksanakan setiap 10 tahun

sekali (sejak tahun 1980). Berdasarkan SP 2010, jumlah penduduk dan tingkat

pertumbuhan penduduk kabupaten serta perbandingannya dengan Provinsi NTB dan

Nasional berdasarkan hasil sensus disajikan pada Tabel II-37.

Laju perkembangan penduduk baik Kabupaten Sumbawa (KS), Provinsi NTB (NTB)

dan Nasional (Nas) memperlihatkan kecenderungan penurunan. Penurunan yang

paling tajam terjadi di tingkat Provinsi NTB antara periode 2000-2010 yakni 1,17%

per tahun dibandingkan KS (1,42%) dan Nasional (1,48%).

Tabel II-37. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan

Sensus Penduduk

No Jenis Kelamin 1971 1980 1990 2000 2010

1 Laki-Laki 98.014 123.325 152.871 183.511 211.451

2 Perempuan 95.107 121.058 152.660 177.068 203.912

Jumlah 193.121 244.383 305.531 360.579 415.363

Pertumbuhan kabupaten (%) 2,38 2,26 1,67 1,42

Pertumbuhan penduduk NTB (%) 2,36 2,14 1,82 1,17

Pertumbuhan penduduk Nasional (%) 2,3 1,97 1,49 1,48

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

0 - 4

10 - 14

20 - 24

30 - 34

40 - 44

50 - 54

60 - 64

70 - 75

Perempuan Laki-laki

Page 83: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-41

2.5.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia

2.5.2.1. Sumber daya Alam

a. Kelautan dan Perikanan

Gambaran umum penyelenggaraan urusan kelautan dan perikanan di Kabupaten

Sumbawa diantaranya dapat dilihat dari tingkat pemanfatan potensi lahan, baik

untuk perikanan laut, perairan umum, perairan air tawar dan air payau, seperti

disajikan sebagai berikut.

Tabel II-38. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan dan Kelautan

Tahun 2010

No Sumber daya

Potensi Dimanfaatkan

Luas (ha) Prod

(ton) Luas (ha) (%)

Prod

(ton) (%)

1 Perikanan Laut

a. Perikanan tangkap

1. P. Pantai 677.600 24.864 677.600 100,0 37.242 149,8

2. P. Lepas Pantai 900.000 30.789 286.722 31,9 3.848 12,5

3. ZEE 7.400.000 203.390 0 0,0 - 0,0

Jumlah 8.977.600 259.043 964.322 10,7 41.090 15,9

b. Budidaya di laut

1. Budidaya rumput laut 14.950 897.000 5.940 39,7 43.935 4,9

2. Budidaya Kerapu 1.200 15.080 260 21,7 198 1,3

3. Budidaya Mutiara 5.700 13 2.108 37,0 0 2,2

Jumlah 21.850 912.093 8.308 38,0 44.133 4,8

2 Perairan umum

1. Waduk/dam 1.074 1.074 704 65,5 1.488 138,5

2. Sungai 900 900 796 88,4 332 36,9

3. Laguna 50 50 23 46,0 20 40,0

Jumlah 2.024 2.024 1.552 76,7 1.840 90,9

3 Perairan Air Tawar

1. Kolam 1.464 1.756 131 9,0 372 21,2

2. Sawah/Mina padi 398 119 0 0,0 - 0,0

3. Karamba/KJA 406 11.990 132 32,4 59 0,5

Jumlah 2.268 13.868 132 5,8 430 3,1

4 Perairan Air Payau

Tambak 10.375 12.745 2.720 26,2 32.903 258,2

TOTAL 9.014.117 1.199.773 977.034 10,8 120.396 10,0

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)

Pada tahun 2010 pemanfaatan lahan untuk pembangunan urusan kelautan dan

perikanan secara kumulatif sudah mencapai 10,85% dari luas lahan potensinya.

Pemanfaatan terbesar baru mencapai 41% untuk perairan laut dan 32,903% untuk

perairan air payau. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangannya sangat

terbuka pada masa selanjutnya.

b. Pertanian Tanaman Pangan

Tanaman padi yang merupakan bahan makanan pokok masyarakat merupakan

komoditas strategis. Kabupaten Sumbawa merupakan daerah lumbung padi secara

Page 84: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-42

regional bahkan nasional. Predikat ini wajar saja jika dilihat perkembangan luas

panen, produksi dan produktivitas tanaman ini. Dalam kurun waktu 2005-2009

terjadi peningkatan luas panen dari 54.212 Ha menjadi 76.471 atau 9,25%,

sedangkan produksinya meningkat 12,64% dari 241.241 ton menjadi 383.649 ton,

demikian pula produktivitasnya naik 3,06% dari 4,45 ton/ha menjadi 5,02 ton/ha.

Peningkatan indikator tersebut semua diatas rata-rata NTB. Dalam rangka

mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis padi tersebut, maka

ektensifikasi seperti percetakan sawah baru, perluasan areal tanam, serta usaha

intensifikasi pertanian mutlak perlu dilakukan. Selama tahun 2010 telah dilakukan

pencetakan sawah baru seluas 160 ha yang tersebar di 8 kecamatan yaitu Lunyuk,

Buer, Lopok, Moyo Utara, Tarano, dan Alas.

Selain padi, jagung merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten Sumbawa.

Pertumbuhan luas areal panen dalam 5 tahun terakhir meningkat sangat signifikan

yaitu rata-rata tahunan 26,59%, sedangkan pertumbuhan produksi jagung sebesar

44,28%, dan produktivitasnya tumbuh 13,55%.

c. Peternakan

Kondisi umum ternak besar di Kabupaten Sumbawa terdiri dari Sapi Bali, Sapi

Sumbawa, Kerbau Sumbawa, dan Kuda Sumbawa. Sapi Bali merupakan sapi asli

Indonesia, dan Pemerintah Pusat telah menetapkan Pulau Sumbawa sebagai tempat

pemurnian Sapi Bali. Adapun keunggulan Sapi Bali, yakni daya reproduksi cukup

tinggi, dengan calving interval cukup pendek serta kemampuan adaptasi terhadap

lingkungan sangat baik jika dibandingkan dengan jenis sapi lainnya. Populasi Sapi

Bali tahun 2006 sampai tahun 2010 meningkat rata-rata sebesar 15,45%.

Sapi Sumbawa merupakan rumpun sapi lokal yang berkembang di pulau Sumbawa

dengan asal usul dari sapi Hissar yang sejak didatangkan dari India oleh Pemerintah

Hindia Belanda sekitar tahun 1908, diternakkan secara murni oleh masyarakat di

pulau Sumbawa secara turun temurun sampai sekarang. Sapi Sumbawa telah

ditetapkan dengan SK Meteri Pertanian Nomor 2909/kpts/OT.140/6/2011 tanggal

17 Juni 2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Sumbawa, sebagai Sumber Daya

Genetik Hewani asal Kabupaten Sumbawa. Sapi Sumbawa merupakan sapi jenis

penghasil susu daerah tropis. Sapi Sumbawa disukai dan dikembangkan karena

kemampuannya bertahan hidup atau mempunyai kemampuan adaptasi dengan baik

pada keterbatasan lingkungan. Populasi Sapi Sumbawa tahun 2006 sampai dengan

tahun 2010 meningkat sebesar rata-rata 19,76%.

Kerbau Sumbawa merupakan jenis kerbau lokal yang telah dipelihara secara turun

temurun oleh masyarakat Sumbawa. Umumnya Kerbau Sumbawa dimanfaatkan

sebagai ternak kerja. Ditetapkan dengan SK Meteri Pertanian Nomor:

2910/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan Rumpun

Kerbau Sumbawa. Populasi Kerbau tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 menurun

sebesar rata-rata 4,34%.

Kuda Sumbawa merupakan salah satu rumpun kuda asli Indonesia yang mempunyai

keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan

baik pada keterbatasan lingkungan serta keunggulan daya angkut, tarik, dan lari,

disamping itu juga dimanfaatkan sebagai penghasil susu (Susu Kuda Liar). Kuda

Page 85: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-43

Sumbawa mempunyai ciri khas dengan rumpun kuda asli atau kuda lokal lainnya

dan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu

dilindungi dan dilestarikan. Kuda Sumbawa ditetapkan dengan SK Meteri Pertanian

Nomor: 2917/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan

Rumpun Kuda Sumbawa. Populasi Kuda Sumbawa tahun 2006 sampai dengan

tahun 2010 meningkat rata-rata 3,31%.

Selanjutnya potensi pengembangan kawasan peternakan sampai tahun 2010,

tersebar di beberapa kecamatan, dan untuk saat ini sebaran populasi terbesar berada

pada : (1) Sapi Sumbawa (lokasi: Desa Penyaring Kec. Moyo Utara); (2) Kerbau

Sumbawa (lokasi: Desa pernek, Lenangguar, Sumbawa, Karang Dima, Rhee, Stowe

Brang, Juru Mapin, Labuhan Alas, Labuhan Mapin, Mapin Kebak, Olat Rawa, dan

Jotang).

Tabel II-39. Perkembangan Populasi Ternak Besar Kabupaten Sumbawa

Tahun 2008-2010

Kabupaten Sumbawa

Ternak 2008 2009 2010

Kuda 36.505 37.326 37.529

Sapi 115.644 130.993 149.062

Kerbau 64.407 56.636 52.464

Kambing 38.467 36.622 38.462

Provinsi NTB

Ternak 2008 2009 2010

Kuda 77.997 77.837 76.517

Sapi 546.114 592.875 695.951

Kerbau 161.450 155.307 158.064

Kambing 495.028 439.989 435.938

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2011)

Dilihat dari proporsinya terhadap populasi ternak NTB sampai dengan Tahun 2010,

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu Kabupaten dari 10 Kabupaten/Kota di

NTB yang memiliki proporsi sumbangan cukup besar terhadap populasi ternak NTB.

Proporsi tersebut yaitu: 1) kuda memiliki proporsi sumbangan terhadap populasi

ternak Nusa Tenggara Barat sebesar 48,93%; 2) kerbau sebesar 34,50%; dan 3) sapi

sebesar 22,53%.

d. Perkebunan

Komoditas perkebunan di Kabupaten Sumbawa terdiri dari kelapa, kopi, jambu mete,

kakao, kemiri, asam, kapuk, pinang, vanili, lontar dan jarak pagar. Adapun luasan

areal perkebunan serta produksinya berdasarkan jenis komoditasnya disajikan

secara berturut-turut sebagai berikut.

Page 86: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-44

Tabel II-40. Perkembangan Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sumbawa

Tahun 2008 – 2010

No Komoditas 2008 2009 2010 Rata-rata

peningkatan (%)

1 Kelapa 5.388 5.193 5.193 -1,9

2 Kopi 4.759 4.060 4.290 -5,9

3 Jambu Mete 7.702 7.480 6.913 -5,6

4 Kakao 119 67 92 -25,2

5 Kemiri 978 972 972 -0,3

6 Asam 687 676 676 -0,8

7 Kapuk 438 444 442 0,4

8 Pinang 78 146 106 4,4

9 Vanili 4 4 4 0,0

10 Lontar 34 39 43 11,6

11 Jarak Pagar 857 993 1.006 7,5

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)

Selanjutnya mengenai produksi masing-masing komoditas perkebunan di Kabupaten

Sumbawa disajikan sebagai berikut.

Tabel II-41. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Sumbawa

No Komoditas 2008 2009 2010 Rata-rata

peningkatan (%)

1 Kelapa 2.987 2.240 2.922 -5,0

2 Kopi 1.610 1.727 2.206 14,2

3 Jambu Mete 1.551 846 1.693 -16,7

4 Kakao 0 0 0 5,3

5 Kemiri 350 93 294 -104,2

6 Asam 1.293 279 569 -156,6

7 Kapuk 102 43 123 -36,0

8 Pinang 7 15 25 48,0

9 Vanili 0 0 0 0,0

10 Lontar 38 10 41 -92,3

11 Jarak Pagar 558 558 487 -7,3

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)

e. Energi dan Sumber Daya Mineral

Potensi sumber daya energi listrik di Kabupaten Sumbawa masih belum

termanfaatkan, dan suplai listrik masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga

diesel. Selain itu terdapat potensi sumber daya energi panas bumi di Kabupaten

Sumbawa. Energi panas bumi sangat berpeluang untuk dikembangkan apalagi

ketersediaannya cukup besar. Dari hasil survei teridentifikasi 3 (tiga) lokasi panas

bumi berada di Nusa Tenggara Barat, dari 251 lokasi yang tersebar di seluruh

Indonesia, dan 1 (satu) diantaranya terdapat di Kabupaten Sumbawa di Kecamatan

Maronge. Potensi sumber daya energi listrik di Kabupaten Sumbawa disajikan pada

Tabel II-42.

Page 87: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-45

Tabel II-42. Potensi Energi Listrik di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010

No Kecamatan Sungai/bendungan Volume

(m3)

Debit

(m3/dt) Head (m)

Energi

(mWh/th)

1 Lunyuk Brang Beh - 70,3 2 7.249,53

2 Alas Brang Ode (marente) - 3,27 2 337,21

3 Moyo Hulu Bendungan Batu

Bulan 46,5 juta 1.635 38,5 8.377,17

4 Lape Lopok Bendungan Mamak 32,5 juta 1490 41,5 4.600,56

5 Plampang Bendungan Tiu Kulit 10,8 juta 408 31,7 2.451,74

6 Empang Bendungan Gapit 10,3 juta 380 29 1.001,84

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)

Sementara itu berdasarkan keadaan geologi, wilayah Kabupaten Sumbawa memiliki

keanekaragaman sumber daya dan cadangan mineral tambang baik untuk mineral

logam, mineral bukan logam dan mineral batuan. Untuk potensi emas berada di

lokasi Dodo dan sekitarnya secara terukur sebesar 1.671 ton dengan areal 200 Ha,

dan potensi pasir besi di sepanjang pantai selatan. Potensi mineral di Kabupaten

Sumbawa merupakan salah satu keunggulan komparatif wilayah. Jenis mineral yang

didentifikasi meliputi sirtu, batu bangunan, tanah urug, batu lempung/ tanah liat,

kaolin, gipsum, batu gamping, marmer, krisopras, batuan silika, kalsedon, emas (Au),

perak (Ag), tembaga (Cu), dan pasir besi.

2.5.2.2. Sumber daya Manusia

Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat

dapat dilihat dari angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan, karena

tingginya jumlah angkatan kerja di suatu daerah harusnya menjadi modal dasar

untuk menggeliatkan perekonomian daerah. Bila terjadi sebaliknya maka hal

tersebut berpeluang menimbulkan permasalahan-permasalahan sosial.

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Indikator ketenagakerjaan yang sering digunakan untuk mengukur besarnya jumlah

angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja) berbanding dengan penduduk usia kerja

(15 tahun keatas) atau disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Angkatan

kerjaadalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah

mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif

mencari pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Sumbawa dalam

tiga tahun terakhir berkisar sekitar 63-67%.

b. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang

mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang

bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan

merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Sedangkan bukan

angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari

Page 88: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-46

kerja. Berdasarkan konsep tersebut, indikator ketenagakerjaan yang digunakan

untuk mengukur tingkat pengangguran adalah tingkat pengangguran terbuka, yaitu

jumlah pengangguran dibagi jumlah angkatan kerja. Untuk Kabupaten Sumbawa

diperoleh gambaran bahwa tingkat pengangguran terbuka dalam tiga tahun terakhir

berkisar antarar 5,8-7%.

Pada tahun 2010, terdapat 202.263 orang yang bekerja di Kabupaten Sumbawa. Dari

jumlah tersebut, sebagian besar bekerja pada sektorsektor pertanian padi dan

palawija (58,36%) dan perdagangan (11,10%). Sedangkan yang lain bekerja pada

sektor jasa kemasyarakatan (7,58%), jasa pendidikan (4,80) dan sektor lainnya

seperti perikanan, peternakan, industri pengolahan dan lainnya.

2.5.3. Infrastruktur

2.5.3.1. Prasarana Jalan

Pembangunan infrastruktur wilayah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) diarahkan dalam rangka peningkatan akses wilayah, daya dukung

produksi barang dan jasa, serta membuka wilayah terisolir. Meskipun setiap tahun

alokasi anggaran untuk prasarana wilayah relatif lebih besar dibandingkan dengan

urusan lain, namun rupanya permasalahan di sektor ini masih lebih berat

dibandingkan kemampuan yang dimiliki. Sebagai gambaran umum, panjang jalan di

kabupaten sumbawa tahun 2005 adalah 1.957,32 km yang meliputi jalan negara

262,03 km, jalan provinsi 362,03 km, jalan kabupaten 936,81 km, dan jalan desa

396,4 km. Khusus untuk kondisi jalan kabupaten, kondisi mantap 361,87 km atau

39%, kondisi tidak mantap 263,79 km atau 28% dan kondisi kritis 311,15 km atau

33%. Sedangkan kondisi di akhir tahun 2009, kondisi jalan mantap turun menjadi

37% atau 13,87 km, kondisi jalan tidak mantap turun menjadi 26% atau 21,38 km

dan kondisi jalan kritis naik menjadi 37% atau bertambah 38,31 km.

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan merupakan salah satu indikator penting

untuk melihat aksessibilitas daerah, sebagai gambaran ketersediaan prasarana jalan

untuk menampung sejumlah kendaraan di daerah dalam rangka memberikan

kemudahan akses bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.

Tabel II-43. Perkembangan Perbandingan Panjang Jalan per Unit Kendaraan

tahun 2006-2009

No Sarana Angkutan Darat 2006 2007 2008 2009

………… Km/unit kendaraan …………

1 Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) 38 29 29 29

2 Angkutan Kota 158 130 138 91

3 Angkutan Pedesaan 255 245 216 186

4 Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) 98 98 98 98

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)

2.5.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik

Faktor pendukung keberhasilan pembangunan banyak ditentukan oleh keberadaan

listrik. Listrik memiliki fungsi yang sangat strategis dalam upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Desa yang mempunyai listrik memiliki tingkat

kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan desa yang belum memiliki listrik. Setiap

Page 89: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-47

tahun jumlah pelanggan listrik terus bertambah baik untuk keperluan rumah tangga,

kebutuhan industri maupun kebutuhan lainnya. Berikut ini adalah gambaran

layanan listrik PLN sampai dengan tahun 2010.

Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan

memajukan kesejahteraan masyarakat. Penyedia utama layanan listrik di Kabupaten

Sumbawa selama ini adalah PT. PLN, yang kapasitas layanannya disajikan sebagai

berikut

Tabel II-44. Produksi dan Layanan Listri PLN di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010

No Uraian 2009 2010

1 Daya tersambung (kVA) 64.400,35 67.607,80

2 KWH jual (kWH) 108.597.276 118.609.493

3 JTM (kms) 821.090 755.915

4 JTR (kms) 696.000 843.924

5 Gardu (buah) 374 546

6 Travo (buah) 374 546

7 Kapasitas travo (kVA) 31.276 38.672

8 kWH jaringan 122.333.260 132.521.420

9 kWH pemakaian 108.597.276 118.609.493

10 Jumlah desa terlayani listrik PLN 123 158

11 Jumlah pelanggan PLN (sambungan) 57.454 71.721

Sumber: Bappeda dan BPS Sumbawa (2010)

Jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 sebanyak

13.770 pelanggan dengan jumlah air bersih yang disalurkan sebanyak 3.787.32 m3.

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten yang ketersediaan air

bersihnya sulit diperoleh karena topografi kabupaten tersebut yang berbukit-bukit,

sehingga sarana air bersih yang disediakan oleh PDAM merupakan sumber yang

sangat berarti bagi sebagian penduduk di Kabupaten Sumbawa.

Tabel II-45. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan

Tahun Banyaknya Pelanggan Air minum yang disalurkan (m3)

2008 10.345 2.560.954

2009 11.665 3.145.332

2010 12.663 3.565.187

2011 13.770 3.787.321

Sumber : Sumbawa dalam Angka 2012

2.5.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi

Ketersediaan layanan komunikasi di Kabupaten Sumbawa antara lain berupa pos

dan telepon. Jumlah kantor pos di kabupaten tersebut sebanyak 12 buah, yang

terdiri dari 11 kantor cabang dan 1 kantor pos pembantu. Fungsi kantor pos di

Page 90: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-48

kabupaten tersebut adalah sebagi pelayanan komunikasi baik dalam bentuk

pengiriman barang maupun uang.

Prasarana komunikasi lain yang tersedia di Kabupaten Sumbawa adalah prasarana

telepon. Jumlah sambungan telepon yang ada di Kabupaten Sumbawa pada tahun

2011 adalah sebanyak 4.502 saluran, jumlah tersebut meningkat apabila

dibandingkan pada tahun 2010.

2.5.3.4. Prasarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu program yang sedang digalakkan pemerintah, untuk itu,

sarana dan prasarana pendidikan terus ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun mutunya.

Di kabupaten Sumbawa telah tersedia sarana dan prasarana pendidikan formal mulai dari

tingkat dasar hingga perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Pendidikan non formal

yang tersedia di kabupaten tersebut meliputi berbagai kursus atau pelatihan keterampilan,

seperti mekanik, otomotif, listrik bangunan, kerajinan dan tata niaga.

Tabel II-46. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Sumbawa

Tahun Sekolah Dasar SLTP SMU SMK

2008 338 74 22 11

2009 338 82 22 11

2010 354 84 22 12

2011 357 91 23 15

Sumber : Sumbawa dalam Angka 2012

2.5.3.5. Prasarana Kesehatan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan fasilitas

kesehatan yang memadai. Rasio besarnya penduduk terhadap fasilitas kesehatan masih

sangat besar. Fasilitas kesehatan belum sepenuhnya dimiliki oleh semua desa, begitupun

dengan petugas kesehatan yang ada di Kabupaten Sumbawa, belum mencukupi. Jumlah

fasilitas kesehatan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 adalah 2 unit rumah sakit, 25

puskesmas, 93 puskesmas pembantu dan 26 polindes. Secara keseluruhan, jumlah fasilitas

kesehatan pada tahun 2011 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan jumlah

fasilitas kesehatan pada tahun 2010. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa pada

tahun 2011 adalah sebanyak 773 orang. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di

Kabupaten Sumbawa adalah 1 : 537. Rasio tersebut dapat dikatakan besar, sehingga jumlah

tenaga kesehatan yang disediakan perlu ditingkatkan.

2.6. Kabupaten Dompu

2.6.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.6.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Kabupaten Dompu dengan ibukota di Dompu, secara geografis terletak bagian tengah

Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, diantara 117042’ - 118030’ Bujur

Timur dan 8006’ - 9005’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima,

Page 91: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-49

Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa,

Sebelah Selatan : Lautan Indonesia,

Sebelah Timur : Kabupaten Bima.

Tabel II-47. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Dompu

Tahun 2011

No Kecamatan Luas (ha)

1 Hu’u 186,50

2 Pajo 135,32

3 Dompu 223,27

4 Woja 301,16

5 Kilo 235,00

6 Kempo 22.121

7 Manggelewa 176,46

8 Pekat 4.666

Jumlah

2.324,55

Sumber : Dompu dalam Angka Tahun 2012

Secara administrasi Kabupaten Dompu terbagi dalam 8 (delapan) kecamatan, 79 desa

persiapan, 9 kelurahan, 41 lingkungan dan 348 dusun, dengan luas wilayah

2.324,55 km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Dompu adalah dataran (65,82%),

kemudian sekitar 31,66% merupakan wilayah pesisir dan selebihnya adalah wilayah

lereng gunung.

2.6.1.2. Topografi dan Iklim

Kondisi Topografi Kabupaten Dompu bervariasi dari ketinggian 0 meter – 500 meter.

Dengan ketinggian yang bervariasi maka bentuk lahan yang terbentuk mulai dari

daerah dataran hingga perbukitan. Klasifikasi lereng di Kabupaten Dompu bervariasi

dari lereng datar, landai curam dan sangat curam.

Tabel II-48. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kabupaten Dompu

No. Kecamatan

Klasifikasi Lereng Jumlah

(Ha) 0-2 %

( datar)

2-15 %

(landai)

15-40 %

( curam )

40 %

(sangat

curam)

1 Hu’u 2.822 4.695 6.416 1.717 15.650

2 Dompu 3.932 2.690 8.275 5.792 20.689

3 Woja 5.723 3.915 12.046 8.432 30.116

4 Kempo 3.450 8.434 6.133 1.150 19.167

5 Pekat 15.753 38.507 28.005 5.252 87.517

6 Kilo 3.995 470 13.865 5.170 23.500

7 Manggelewa 3.176 7.764 5.647 1.059 17.646

8 Pajo 3.316 4.754 7.409 5.170 18.170

Total 42.167 71.229 87.796 33.742,4 232.455

Prosentase (%) 18,1 30,6 37,8 13,4 100,0

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Dompu

Page 92: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-50

Kabupaten Dompu memiliki iklim yang bertipe D, E dan F. Keadaan curah hujan di

wilayah Kabupaten Dompu sangat erat kaitannya dengan fenomena El-Nino dan La-

Nina. Adapun kondisi rata – rata curah hujan berkisar antara 1.400 - 1.650

mm/tahun, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan jumlah

harian hujan efektif selama 1 tahun adalah 130 – 150 hari.

2.6.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Secara umum pola penggunaan lahan dapat diperinci dalam beberapa jenis

penggunaan, yaitu perkampungan dan permukiman, sawah, tegalan, ladang, padang

pengembalaan, hutan, tambak, kebun dan lain-lain penggunaan. Secara ringkas

penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel II-49.

Tabel II-49. Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Dompu

No Kecamatan Luas (ha)

1 Pemukiman/ Pekarangan 3.255

2 Tanah Tegalan 15.159

3 Tanah Sawah 18.948

4 Ladang 2.754

5 Padang Pengembalaan 6.526

6 Rawa-rawa tidak ditanami 2

7 Tambak 1.177

8 Kolam/ Empang 3

9 Tidak diusahakan 3.838

10 Hutan Rakyat 20.866

11 Hutan Negara 96.272

12 Perkebunan 8.440

13 Lainya 55.313

Jumlah 232.533

Sumber: BPS Kabupaten Dompu, 2010

2.6.1.4. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Dompu berdasarkan Sensus 2010 sebanyak

218.984 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 110.704 jiwa atau 51,66%

dan penduduk perempuan 108.280 jiwa atau 48,35%, dengan sex ratio 102,24.

Dari jumlah penduduk tersebut, Kecamatan Dompu merupakan kecamatan dengan

jumlah penduduk terbesar 51.594 jiwa dan jumlah penduduk terendah adalah

Kecamatan Kilo dengan jumlah penduduk 12.066 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Dompu sekitar 94,2 jiwa/km2, dengan tingkat

kepadatan yang tidak merata antar wilayah bagian dan antar kecamatan. Kecamatan

yang memiliki tingkat kepadatan tinggi adalah Kecamatan Dompu yaitu 224

jiwa/km2, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Pekat yaitu 35 jiwa/km2.

Page 93: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-51

Dari hasil sensus penduduk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten

Dompu dari tahun 2000 s/d 2010 adalah sebesar 1,43% pertahun. Kecamatan yang

memiliki pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pekat yaitu 2,52%

pertahun dan yang terendah adalah Kecamatan Kempo yaitu sebesar 0,44%

pertahun.

2.6.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.6.2.1. Sumber Daya Alam

Kabupaten Dompu memiliki beragam potensi sumber daya alam yang meliputi

sumber daya hutan, tambang, pertanian dan perkebunan, serta sumber daya laut

dan kelautan.

Luas Perairan laut di Kabupaten Dompu seluas 1.298,17 km2 yang terdiri dari 3

teluk, antara lain: Teluk Cempi, Teluk Saleh, dan Teluk Sanggar dengan panjang

pantai 272 ,6 km. Ekosistem di Wilayah Pesisir Kabupaten Dompu sebagian besar

merupakan suatu ekosistem budidaya. Beberapa potensi yang dimiliki oleh wilayah

pesisir di Kabupaten Dompu meliputi kekayaan flora dan fauna, perikanan tangkap

dan berbagai budi daya serta pariwisata. Di wilayah pesisir Kabupaten Cianjur

terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang menempati ekosistem pantai yang

diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Kerapu, benih dan induk alam, tambak

udang dan ikan karang. Potensi kelautan yang dapat dijadikan potensi pariwisata

adalah Pantai Lakey, yang terletak di KecamatanHu’u. Pantai Lakey terkenal memiliki

gelombang laut yang diminati oleh wisatawan domestik maupun internasional yang

hobby dan menyukai olah raga selancar.

Potensi penangkapan ikan laut oleh nelayan tradisional menyebar di seluruh

Kecamatan di Kabupaten Dompu. Jumlah nelayan tradisional terbanyak Kecamatan

Hu,u dengan jumlah nelayan sekitar 967 nelayan tradisional dan jumlah nelayan

paling sedikit di Kecamatan Pajo dengan 234 nelayan tradisional.

Sumber Daya Hutan Lindung memiliki peranan penting di dalam menjaga kegiatan

dan kelangsungan manusia; merupakan daerah tangkapan air yang dapat menjaga

stabilitas iklim, cuaca. Luas kawasan Lindung di Kabupaten Dompu seluas

51.882,59 ha yang tersebar dan terletak di Soromandi, Riwo, Toffo Rompu dan

Tambora. Selain Hutan Lindung ada juga Cagar Alam dan suaka Margasatwa yang

terletak di lereng Gunung Tambora. Kawasan berfungsi lindung ini meliputi tanah

negara bebas (ketinggian >1000 meter, kemiringan >40%), di luar kawasan hutan

yang berfungsi lindung, dan perkebunan (khususnya perkebunan negara).

2.6.2.2. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan kelompok usia, 35,03% penduduk berada pada kelompok usia 0 -14

tahun, dan pada kelompok usia 15 – 64 tahun adalah 61,06%, selebihnya adalah

penduduk berusia di atas 65 tahun. Kualitas sumber daya manusia penduduk

Kabupaten Dompu berdasarkan pendidikan yang ditamatkan menunjukkan bahwa

pada tahun 2011 dari total penduduk yang berusia di atas 10 tahun, sebagian besar

penduduk usia sekolah adalah yang tamat SD (14,45%) dan yang tidak mempunyai

ijazah adalah 24,09%. Sumber daya manusia yang berpendidikan SMP/Kejuruan

Page 94: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-52

sebesar 22,31%, SMA/MA/Kejuruan sebesar 32,28%. Hanya sebesar pendudukan

yang tamat perguruan tinggi seperti ditunjukkan Tabel II-50.

Tabel II-50. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Yang di Tamatkan di Dompu

Usia Sekolah Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

Tidak/belum pernah Sekolah 3.903 6.813 10.716

Tidak/belum tamat SD 9.860 14.297 24.157

Sekolah Dasar 10.929 9.991 20.920

SMP Umum/ Kejuruan / MTs 16.477 15.820 32.297

SMA/MA/ Kejuruan 26.760 19.960 46.720

D1/ Akademi 566 2.808 3.374

Universitas 3.531 3.025 6.556

Jumlah 72.026 72.714 144.740

Sumber : Kabupaten Dompu dalam Angka, 2012.

Berdasarkan hasil Sarkenas tahun 2011 penduduk usia 15 tahun keatas yang

merupakan angkatan kerja yaitu 97.322 jiwa yang terbagi dalam dua yaitu yang

bekerja sebanyak 91.606 jiwa dan yang berstatus pengangguran yaitu sebanyak

5.716 jiwa. Angkatan kerja yang bergerak di sektor pertanian, kehutanan, perburuan

dan perikanan mencapai 34,73%, industri 1,2%, perdagangan, rumah makan dan

hotel 15,59%, jasa kemasyarakatan 19,12%, dan lainnya meliputi pertambangan dan

penggalian, listrik, gas & air, bangunan, angkutan, pergudangan dan komunikasi,

keuangan, asuransi, persewaan dan jasa perusahaan mencapai 30,46%.

2.6.3. Infrastruktur

2.6.3.1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka

akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Dompu pada tahun 2011 adalah 829,35 km. Jalan terdiri

atas jalan Negara (82,01 km), jalan provinsi (211,71 km) dan jalan kabupaten (535,63

km). Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan baik (35,3%), dalam keadaan

sedang (9,8%) dan selebihnya dalam kondisi rusak dan rusak berat (54,9 %). Apabila

dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang ada di Kabupaten Dompu pada tahun

2011, yaitu 62 kedaraan roda empat dan 3.940 kendaraan roda dua, maka prasarana

jalan cukup memadai, namun perlu ditingkatkan.

2.6.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Dompu

menunjukkan bahwa pad atahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan sebanyak

Page 95: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-53

1.947.334 m3 dengan jumlah pelanggan 6.450. Pelanggan tersebut terdiri dari rumah

tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Ketersediaan tenaga listrik yang dikelola oleh PLN wilayah kerja Kabupaten

ditunjukkan oleh daya terpasang yang dikelola yaitu sebesar 19.243.495 VA

mencakup 22.078 pelanggan.

2.6.3.3. Prasarana Komunikasi

Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Dompu, seperti kantor pos

untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara

langsung. Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan.

Pada Tahun 2011 banyaknya produksi surat biasa dalam negeri mencapai 21.088

buah dan surat biasa luar negeri sebanyak 135 buah . Surat kilat mencapai 24.173

buah dan kilat khusus mencapai 112.574 buah. Jumlah paket pos dalam negeri

tahun 2011 mencapai 9.804 buah.

2.6.3.4. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Kabupaten Dompu sudah tersedia mulai dari tingkat taman

kanak-kanak (TK) sampai SLTA, dengan jumlah 356 sekolah, dimana 82,02%

merupakan sekolah negeri, dan sebagian besar (71,9%) adalah pada tingkat SD/MI.

Sekolah TK di Kabupaten Dompu sebanyak 46 unit, jumlah sekolah dasar (SD) dan

MI sebanyak 210 unit. Tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) terdapat

sebanyak 63 unit. Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat 22 unit, dan

SMK 15 unit. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di

Kabupaten Dompu Tahun 2011 selengkapnya disajikan pada Tabel II.51.

Tabel II-51. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Dompu

No. Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Murid

Guru Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Taman Kanak-Kanak 3 43 263 2.053 180

2 Sekolah Dasar 210 - 33.988 - 3.894

3 SLTP 55 8 12.767 883 1.646

4 SLTA 15 7 6.492 1.107 738

5 SMK 9 6 2.752 602 497

6 STM - - - - -

Jumlah 292 64 56.262 4.645 6.955

Sumber : Dompu dalam Angka 2012

2.6.3.5. Prasarana Kesehatan

Salah satu peranan Pemerintah dalam pembangunan kesehatan adalah menyediakan

sarana kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, baik dari segi finansial

Page 96: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-54

maupun dari segi lokasi. Berikut disajikan informasi mengenai banyaknya sarana

kesehatan di Kabupaten Dompu.

Tabel II-52. Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Dompu

Tahun 2011

Kecamatan Rumah

Sakit

RS

Kusta Puskesmas Pusling

Puskesmas

pembantu

Hu’u - - 1 2 4

Pajo - - 1 1 4

Dompu 1 - 1 3 7

Woja - - 1 2 7

Kilo - - 1 2 5

Kempo - - 1 2 6

Manggelewa - - 1 1 8

Pekat - - 1 2 8

Jumlah 1 - 8 15 49

Sumber : Kabupaten Dompu dalam Angka 2012

Tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Dompu pada tahun 2010 adalah sebanyak

352 yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lain.

Jumlah tenaga kesehatan tersebut sangat sedikit apabila dibandingkan jumlah

penduduk di Kabupaten Dompu. Rasio tenaga kesehatan yang ada dibandingkan

dengan jumlah penduduk adalah 1 : 622. Rasio tersebut cukup besar, sehingga

tenaga kesehatan yang ada di kabupaten tersebut perlu ditingkatkan.

2.6.3.6. Prasarana Pasar

Perdagangan di Kabupaten Dompu, sebagian besar didominasi dengan perdagangan

antar pulau, karena bagi kabupaten tersebut, perdagangan antar pulau sangat

penting terutama untuk menyediakan bahan-bahan pokok yang hampir semua

disediakan dari luar Dompu.

2.7. Kabupaten Bima

2.7.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.7.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara

Barat, terletak di ujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan Kota Bima

(pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi

117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan.

Luas wilayah setelah pembentukan Daerah Kota Bima berdasarkan Undang-undang

Nomor 13 tahun 2002 adalah seluas 437.465 Ha atau 4.394,38 Km² (sebelum

pemekaran 459.690 Ha atau 4.596,90 Km²) dengan jumlah penduduk 419.302 jiwa

dengan kepadatan rata-rata 96 jiwa/Km².

Page 97: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-55

Kabupaten Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Flores

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Dompu

Sebelah Timur : Selat Sape

Pada tahun 2007 terjadi pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kecamatan baru,

yaitu: Parado, Lambitu, Soromandi, Pali'belo, sehingga saat ini Kabupaten Bima

memiliki 18 kecamatan.

2.7.1.2. Topografi dan Iklim

Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran

tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. Sekitar 14%

dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari

separuh merupakan lahan kering. Oleh karena keterbatasan lahan pertanian seperti

itu dan dikaitkan pertumbuhan penduduk kedepan, akan menyebabkan daya

dukung lahan semakin sempit. Konsekuensinya diperlukan transformasi dan

reorientasi basis ekonomi dari pertanian tradisional ke pertanian wirausaha dan

sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat ketinggian dari permukaàn laut,

Kecamatan Donggo merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 500 m dari

permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah adalah Kecamatan Sape dan

Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari permukaan laut.

Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni:

Gunung Tambora di Kecamatan Tambora

Gunung Sangiang di Kecamatan Wera

Gunung Maria di Kecarnatan Wawo

Gunung Lambitu di Kecamatan Lambitu

Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo, merupakan gunung tertinggi di

wilayah ini dengan ketinggian 4.775 m.

Wilayah Kabupaten Bima beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan relatif pendek.

Keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58,75 mm, maka dapat disimpulkan

Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun yang berdampak

pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai. Curah hujan

tertinggi pada bulan Februari tercatat 171 mm dengan hari hujan selama 15 hari dan

musim kering terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September dimana tidak tejadi

hujan. Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang tergenang dan tidak

tergenang. Pengaruh pasang surut hanya seluas 1.085 ha atau 0,02% dengan lokasi

terbesar di wilayah pesisir pantai. Sedangkan luas lokasi yang tergenang terus

menerus adalah seluas 194 ha, yaitu wilayah Dam Roka, Dam Sumi dan Dam

Pelaparado, sedangkan Wilayah yang tidak pernah tergenang di Kabupaten Bima

adalah seluas 457.989 ha.

Page 98: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-56

Tabel II-53. Luas dan Tinggi Kota Kecamatan dari Permukaan Laut di Kabupaten Bima

No Kecamatan Luas Wilayah Ketinggian di Atas

Permukaan Laut (m) (Ha) (km2)

1 Monta 22.743 227.430

2 Parado 26.129 261.290

3 Madapangga 23.758 237.580 20

4 Woha 37.557 375.570 10

5 Belo 4.476 44.760

6 Langgudu 32.294 322.940 50

7 Wawo 24.129 241.290

8 Sape 23.212 232.120 5

9 Lambu 40.425 404.250

10 Wera 46.532 465.320 35

11 Ambalawi 18.065 180.650 6

12 Donggo 13.041 130.410

13 Sanggar 47.789 477.890 5

14 Tambora 62.782 627.820 6

15 Bolo 6.293 62.930 10

16 Soromandi 33.508 335.080

17 Lambitu 6.540 65.400

18 Palibelo 7.158 71.580

TOTAL 438.940 4.389.400

Sumber Data : BPN Kabupaten Bima

2.7.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Wilayah Kabupaten Bima dijumpai jenis tanah alluvial, komplit regosol, komplit

litosol dan komplit mediteran. Masing-masing jenis tanah tersebut tersebar hampir di

seluruh wilayah Kabupaten Bima. Adapun jenis tanah yang dominan adalah jenis

tanah kompleks mediteran seluas 154,111 ha, Sedangkan jenis tanah yang paling

sedikit terdapat di Kabupaten Bima adalah kompleks Litosol dan Mediteran cokelat.

Berdasarkan kedalaman efektif tanah, wilayah Kabupaten Bima sebagian besar

memiliki kedalaman antara 60-90 cm dengan luas 231.093 Ha atau 50,3% dari luas

wilayahnya. Sedangkan kelas kedalaman lebih dan 90 cm hanya seluas 37.247 Ha

(8,2%). Tingkat erosi yang tenjadi pada wilayah Kabupaten Bima relatif tinggi dan

luas. Wilayah yang telah mengalami erosi menjadi 419.889 Ha atau 91,3% dan luas

wilayah dengan tingkat erosi sedikit, sedang, sampai berat. Erosi tanah dipengaruhi

oleh curah hujan, kemiringan lahan, tekstur tanah, kandungan bahan organik, serta

vegetasi penutup lahan.

Tabel II-54. Pembagian Wilayah Menurut Kedalaman Efektif Tanah

No Kecamatan

Kedalaman Efektif (Ha) Jumlah

(Ha) >90 Cm 60 - 90

Cm

30 - 60

Cm

0 - 30

Cm

1 Monta 1.535 38.588 2.240 8.540 48.881

2 Bolo 8.100 18.415 2.818 1.120 30.451

3 Parado - - - - -

Page 99: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-57

No Kecamatan

Kedalaman Efektif (Ha) Jumlah

(Ha) >90 Cm 60 - 90

Cm

30 - 60

Cm

0 - 30

Cm

4 Madapangga - - - - -

5 Woha 0.32 3.537 4.692 1.040 10.557

6 Belo 2.752 9.799 2.760 2.810 18.118

7 Palibelo - - - - -

8 Langgudu - - - - -

9 Wawo 0.224 16.542 11.040 17.773 45.572

10 Lambitu - - - - -

11 Sape 5.780 28.418 28.259 3.200 63.837

12 Lambu - - - - -

13 Wera 2.832 10.700 40.315 10.750 64.597

14 Ambalawi - - - - -

15 Donggo 0.642 14.400 39.082 1.625 46.594

16 Soromandi - - - - -

17 Sanggar 11.600 84.714 12.038 2.219 110.571

18 Tambora - - - - -

Jumlah Total 33.617 225.113 138.886 49.077 428.994

Sumber Data : BPN Kabupaten Bima

Penggunaan lahan dapat dibedakan atas penggunaan lahan untuk kegiatan

pertanian dan non pertanian serta lahan kering Penggunaan lahan untuk masing-

masing kecamatan didominasi oleh fungsi lahan pertanian seperti tegalan ladang,

rumput, tanah, perkebunan maupun hutan rakyat adapun penggunaan lahan di

wilayah kabupaten Bima dirinci per kecamatan.

Tabel II-55. Penggunaan Lahan di Kabupaten Bima

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

1

Lahan

Sawah

a. Sawah Irigasi Teknis - -

b. Sawah Irigasi Setengah Teknis 14.161 2,97

c. Sawah Irigasi Sederhana P.U 1.671 0,35

d. Sawah Irigasi Sederhana Non P.U 7.047 1,48

e. Sawah Tadah Hujan 5.053 1,06

f. Sawah Pasang Surut - -

Luas Tanah Sawah 27.937 5,86

2

Lahan

Bukan

Sawah

a. Tanah Bangunan dan Pekarangan 3.548 0,74

Page 100: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-58

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

b. Tegal/Kebun 38.267 8,03

c. Ladang/Huma 6.464 1,36

d. Padang/Rumput Pengembalaan 15.589 3,27

e. Tanaman Kayu-Kayuan/Hutan Rakyat 43.088 9,04

f. Hutan Negara 247.985 52,05

g. Tanah Sementara Tidak Usahakan 23.033 4,83

h. Perkebunan 9.930 2,08

i. Tambak 2.769 0,58

j. Kolam/Tebat/Empang 38.372 8,05

k. Rawa-rawa yang tidak ditanami 287 0,06

l. Lain-lain 19.162 4,02

Luas Bukan Sawah 448.494 94,14

Luas Total 438.940 100

Sumber Data : BPN Kabupaten Bima

Tabel tersebut di atas juga menjelaskan bahwa luas lahan di Kabupaten Bima yang

terdiri dari lahan sawah seluas 27.937 Ha atau 5.86% sedangkan lahan bukan sawah

seluas 448.494 (Ha) atau 94.14% dari total keseluruhan lahan, hal ini menunjukkan

bahwa lahan di Kabupaten Bima sebagian besar terdiri dari lahan bukan sawah dan

hampir sebagian kecil saja, yang terdiri dari lahan sawah.

Kabupaten Bima juga memiliki lahan dengan tingkat kemiringan terdiri dari 0-2%, 3-

15%, 16-40%, dan lebih besar dari 40%. Tingkat kemiringan lebih besar sama dengan

16% mencapai lebih dari 50% dari luas wilayahnya, hal ini terjadi terutama di

Kecamatan Wawo, Sanggar, Monta dan Donggo.

Tabel II-56. Kemiringan Lahan Kecamatan di Kabupaten Bima

No Kecamatan Kelompok Kemiringan

Jumlah 0 - 2 % 3 - 150 % 16 - 40 % > 40 %

1 Monta 4.016 6.100 29.054 9.711 48.881

2 Bolo 8.100 4.400 8.394 9.557 30.451

3 Parado - - - - -

4 Madapangga - - - - -

5 Woha 4.593 784 2.464 2.716 10.557

6 Belo 4.409 4.208 7.693 2.169 18.118

7 Palibelo - - - - -

8 Langgudu - - - - -

9 Wawo 68 8.080 14.480 22.951 45.579

10 Lambitu - - - - -

11 Sape 5.760 11.792 4.272 41.813 63.637

12 Lambu - - - - -

13 Wera 2.832 11.700 26.796 23.692 64.597

14 Ambalawi - - - - -

15 Donggo 1.024 12.100 20.163 13.262 46.549

16 Soromandi - - - - -

17 Sanggar 7500 37.548 32.400 33.123 110.571

Page 101: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-59

No Kecamatan Kelompok Kemiringan

Jumlah 0 - 2 % 3 - 150 % 16 - 40 % > 40 %

18 Tambora - - - - -

Jumlah 38.302 96.712 145.716 158.994 439.724

% 8.71 21.99 33.14 36.16 100

Sumber Data : BPN Kabupaten Bima

Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa wilayah Kecamatan yang memiliki lahan

kemiringan sangat tajam yaitu Kecamatan Sape sekitar > 41.813 kemudian diikuti

oleh Kecamatan Sanggar dengan kemiringan 33.123, adapun beberapa wilayah

kecamatan yang tidak memiliki tingkat kemiringan yaitu : Parado, Madapangga,

Langgudu, Lambu, Ambalawi, Tambora, Soromandi, Lambitu dan Palibelo.

2.7.1.4. Demografi

Kabupaten Bima memiliki jumlah penduduk sebanyak 436.437 Jiwa yang terdiri dari

218.744 (50,12%) Jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 217.693 (49,88) berjenis

kelamin perempuan yang tersebar di 18 Kecamatan.

Tabel II-57. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bima

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 Sape 27.166 26.901 54.067

2 Woha 21.466 21.295 42.761

3 Bolo 18.694 18.641 37.335

4 Langgudu 18.667 18.546 37.213

5 Lambu 18.345 18.208 36.553

6 Monta 16.882 15.550 32.432

7 Madapangga 14.401 14.713 29.114

8 Wera 13.511 14.721 28.232

9 Belo 11.619 11.483 23.102

10 Palibelo 11.069 11.622 22.691

11 Ambalawi 8.413 8.124 16.537

12 Wawo 7.479 8.005 15.484

13 Donggo 7.741 7.599 15.340

14 Tambora 6.220 5.648 11.868

15 Sanggar 5.712 5.607 11.319

16 Parado 4.108 4.227 8.335

17 Soromandi 4.300 4.030 8.330

18 Lambitu 2.951 2.773 5.724

JUMLAH 218.744 217.693 436.437

Sumber Data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bima

Page 102: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-60

Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa, wilayah Kecamatan yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak yakni Kecamatan Sape sejumlah 54.067 Jiwa kemudian diikuti

oleh Kecamatan Woha sejumlah 42.761 Jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling

sedikit yaitu Kecamatan Lambitu sejumlah 5.724 jiwa dan Soromandi sejumlah 8.830

Jiwa. Adapun komposisi penduduk Kabupaten memiliki jumlah yang seimbang

antara laki-laki dan perempuan yakni laki-laki sejumlah 218.744 Jiwa dan

perempuan sejumlah 217.693 Jiwa dengan demikian total jumlah penduduk

Kabupaten Bima sejumlah 436.437 Jiwa.

Tabel II-58 menjelaskan bahwa wilayah ke Kecamatan yang terpadat penduduknya

adalah Kecamatan Belo yakni (516 Jiwa/Km2). Dan diikuti oleh Kecamatan Parado

yakni (317 Jiwa/Km2). Sedangkan wilayah Kecamatan yang tergantung kepadatan

penduduk yakni Kecamatan Soromandi (91 Jiwa/Km2) kemudian diikuti oleh wilayah

Kecamatan Sanggar yakni (24 Jiwa/Km2) dengan demikian, rata-rata tingkat

kepadatan penduduk Kabupaten Bima yakni (99 Jiwa/Km2).

Tabel II-58. Tingkat Kepadatan Penduduk

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah

Penduduk (Jiwa)

KepadatanPenduduk

(Jiwa/Km2)

1 Belo 44,76 23.102 516

2 Parado 71,58 22.691 317

3 Sape 232,12 54.067 233

4 Bolo 261,29 37.335 143

5 Monta 227,43 32.432 143

6 Palibelo 65,4 8.330 127

7 Madapangga 237,58 29.114 123

8 Donggo 130,41 15.340 118

9 Langgudu 322,94 37.213 115

10 Woha 375,57 42.761 114

11 Ambalawi 180,65 16.537 92

12 Soromandi 180,65 16.537 92

13 Lambu 404,25 36.553 90

14 Wawo 241,29 15.484 64

15 Wera 465,32 28.232 61

16 Lambitu 335,08 8.335 25

17 Sanggar 477,89 11.319 24

18 Tambora 627,82 11.868 19

Jumlah 4.389,40 436.437 99

Sumber Data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bima

2.7.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.7.2.1. Sumber Daya Alam

Kabupaten yang berada di ketinggian 0 hingga 2.852 meter di atas permukaan laut

ini didominasi oleh batuan gunung api serta sedikit batuan sedimen dan batuan

Page 103: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-61

terobosan. Oleh karena itu, terdapat keanekaragaman sumber daya batuan yang

sekaligus menandakan keragaman mineral. Bahan-bahan tambang yang berada di

balik lapisan tanah antara lain emas, mangaan, tembaga, pasir besi, serta galian C

berupa marmer, batu gamping, oker dan lempung. Sayang, belum banyak investor

yang melirik. Hanya beberapa penanaman modal yang memegang kuasa

pertambangan untuk mengadakan eksplorasi emas dan mangaan di Kecamatan

Monta. Halangan lain yang menghambat pengembangan bidang sumber daya energi

dan mineral adalah lokasi potensial yang berada di kawasan hutan lindung sehingga

tak memungkinkan adanya kegiatan eksplorasi dan ekploitasi.

2.7.2.2. Sumber Daya Manusia

Kondisi sumber daya manusia Kabupaten Bima dapat diukur melalui indeks

pembangunan manusia (IPM). Pada tahun 2007, IPM Kabupaten Bima sebesar 63,86

dan meningkat menjadi 64,39 pada tahun 2009 dan meningkat lagi pada tahun 2009

menjadi 64,81. Nilai IPM di Kabupaten Bima lebih tinggi dibandingkan rata-rata

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tabel II-59. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut Kab/Kota Provinsi NTB

No Kab/Kota 2007 2008 2009

1 Lombok Barat 59,34 60,53 61,27

2 Lombok Tengah 59,02 59,66 60,26

3 Lombok Timur 61,12 61,77 62,21

4 Sumbawa 64,99 65,36 65,72

5 Dompu 64,04 64,40 64,93

6 Bima 63,86 64,39 64,81

7 Sumbawa Barat 65,52 65,64 66,16

8 Kota Mataram 70,71 71,41 71,82

9 Kota Bima 67,13 67,52 68,02

10 Lombok Utara - 57,79 58,40

NTB 63,71 64,12 64,66

Jumlah angkatan kerja pada Kabupaten Bima sebesar 66,67% dari jumlah

penduduk. Dari jumlah tersebut 94,87% bekerja dan 5,13% menganggur.

Berdasarkan hasil survey angkatan kerja nasional 2011, konsentrasi angkatan kerja

yang bekerja terdapat pada sektor pertanian, yaitu sebesar 60,18%, sedangkan sektor

yang paling sedikit menampung tenaga kerja adalah sektor lembaga keuangan, real

estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar 0,11%.

Page 104: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-62

2.7.3. Infrastruktur

2.7.3.1. Prasarana Jalan

Sektor transportasi berperan penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi melalui

kegiatan pengangkutan orang dan barang. Produktivitas sektor ini sangat tergantung

pada infrastruktur jalan, pelabuhan, dan kapasitas bandara.

Panjang jalan negara di kabupaten Bima tahun 2009 adalah 78,70 km, jalan Provinsi

412,73 km, dan jalan kabupaten 827,70 km. Kondisi jalan di Kabupaten Bima masih

sangat memprihatinkan. Hanya 57 persen yang berkondisi baik dan rusak ringan,

sedangkan sisanya rusak serta tidak terinci. Berdasarkan jenis permukaan, hanya

44,63 persen jalan beraspal, sedangkan sisanya adalah jalan kerikil dan tanah.

Sementara itu, lalu lintas penumpang dan bongkar/muat barang di pelabuhan udara

Sultan M. Salahuddin meningkat setiap tahun. Ini menggambarkan semakin

bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap transportasi udara. Sebaliknya,

aktifitas di Pelabuhan Bima cenderung menurun. Peningkatan hanya terjadi pada

kegiatan muat barang dan kuantitasnya pun jauh lebih rendah dari kegiatan

bongkar.

2.7.3.2. Prasarana Air Minum dan Listrik

Sebagai sumber kehidupan yang menjamin keberlangsungan kehidupan dibumi, air

tidak senantiasa tersedia sesuai keinginan kita, disadari atau tidak hingga saat ini

penggunaan air belum sepenuhnya dilakukan secara bijak. Ketersediaan sumber air

baik dari sisi kwalitas maupun kwantitas serta waktu dan lokasi sudah semakin

langka.

Sumber Daya Air (SDA) merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan dan

penghidupan manusia yang perlu dikelola bersama diantara pemilik kepentingan

secara berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan bagi berbagai keperluan dalam

memenuhi hajat hidup dan penghidupan.

Ketersediaan listrik merupakan salah satu faktor dalam pembangunan. Pada tahun

2011, jumlah produksi listrik di Kabupaten Bima sebesar 139.728,17 kWh dan

digunakan sendiri sebesar 2.114,17 kWh serta terjual 4.162,485 kWh. Berdasarkan

data tersebut, produksi listrik di Kabupaten Bima sudah dapat mencukupi

kebutuhan penduduknya.

2.7.3.3. Prasarana Komunikasi

Bidang komunikasi, lalu lintas surat pos dan pos paket yang melalui kantor pos tidak

menunjukkan perubahan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada

tahun 201, produksi pos terbanyak adalah wesel pos dengan jumlah mencapai 5.005

untuk penerimaan dengan nilai nominal sebesar Rp4.670.967.500, dan 16.700 wesel

untuk pembayaran dengan nilai Rp.26.210.351.384.

Sementara itu untuk penerimaan dan pengiriman surat-surat pos melalui Kantor Pos

Bima tercatat sebanyak 10.463 surat masuk untuk tahun 2011 atau meningkat dari

Page 105: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-63

6.273 pada tahun 2010. Sementara untuk surat keluar tercatat sebanyak 7.450

pada tahun 2011atau meningkat dari 4.906 pada tahun 2010.

Tabel II-60. Produksi POS Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2011

Kecamatan Surat Pos Paket Pos Wesel Pos

1. Monta 240 256 7.125

2. Parado - - -

3. Bolo 1.246 1.254 9.125

4. Mada Pangga - - -

5. Woha 1.248 1.260 9.861

6. Belo 215 203 3.526

7. Palibelo - - -

8. Wawo 236 271 2.453

9. Langgudu - - -

10. Lambitu - - -

11. Sape 3.850 4.132 10.310

12. Lambu - - -

13. Wera - - -

14. Ambalawi 193 162 -

15. Donggo - - -

16. Soromandi 186 159 -

17. Sanggar 1.750 1.632 5.368

18. Tambora - - -

Jumlah 9.164 9.329 47.768

Sumber : PT.Pos Indonesia Cabang Bima, 2012

2.7.3.4. Prasarana Pendidikan

Peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Bima ditunjukan oleh meningkatnya

angka melek huruf mencapai 81.4% pada tahun 2005 (angka Provinsi NTB 78.8%)

meningkat menjadi 85.80% pada tahun 2007 (naik sebesar 5.40%) dan meninhkat

lagi pada tahun 2010 menjadi 87% dengan rata-rata lama sekolah sebesar 7,2 tahun.

Meningkatnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah ini sesuatu yang wajar

mengingat meningkatnya angka partisipasi sekolah masyarakat Bima yang ditandai

dengan semakin meningkatnya jumlah siswa pada semua jenjang pendidikan mulai

tingkat dari TK hingga SMA.

Tabel II-61. Perkembangan Sekolah dan Siswa di Kabupaten Bima Tahun 2011

No Jenis Sekolah Jumlah

Sekolah

Jumlah

Murid

Jumlah

Guru

1 TK Negeri 13

9.015 720 Swasta 262

2 SD Negeri 401

65.651 8.837 Swasta 51

Page 106: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-64

No Jenis Sekolah Jumlah

Sekolah

Jumlah

Murid

Jumlah

Guru

3 SMP Negeri 101

26.642 3.016 Swasta 16

4 SMA Negeri 28

16.636 2.079 Swasta 33

5 SMK Negeri 9

3736 547 Swasta 7

Jumlah 914 121.680 15.199

Sumber Data : Dikpora Kabupaten Bima

Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah anak usia sekolah, maka ketersediaan

sarana dan prasarana pendidikan harus tercukupi untuk menampung semua anak

usia sekolah. Hal ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bima dengan

menambah baik jumlah lokal maupun jumlah unit sekolah baru pada semua jenjang

pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah

Menengah Kejuruan.

Untuk menunjang adanya unit sekolah baru serta semakin bertambahnya jumlah

siswa sekolah pada setiap jenjang pendidikan, pemerintah kabupaten bima juga telah

menambah jumlah tenaga pendidikan sehingga dapat mencukupi kebutuhan akan

tenaga pendidikan, yang pada tahun 2011 tercatat sebanyak 914 unit sekolah sengan

15.199 guru yang memiliki tanggungjawab mendidik murid di Kabupaten Bima yang

tercatat sebanyak 121.680.

2.7.3.5. Prasarana Kesehatan

Peningkatan kualitas kesehatan ditandai dengan meningkatnya angka harapan

hidup. Pada tahun 2005, angka harapan hidup mencapai 60.9 tahun (angka Provinsi

NTB 60.5 tahun) sedangkan tahun 2007 menjadi 62.10 tahun, dan meningkat lagi

menjadi 62,98 pada tahun 2010. Jika dibedakan menurut jenis kelamin, maka

angka harapan hidup perempuan lebih panjang (64,87 tahun) dibandingkan laki-laki

(61,1 tahun). Dengan meningkatnya harapan hidup menunjukan semakin

membaiknya kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Bima.

Tabel II-62. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan

No Jenis Tempat Berobat 2007 2008 2009 2010 2011

1 Rumah Sakit Umum 1 1 1 1 1

2 Puskesmas - 20 20 20 20

3 Puskesmas Pembantu - - 84 85 86

4 Apotik - - 4 5 8

5 Polindes

6 Pos Obat Desa

Jumlah 1 21 109 111 115

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Bima

Page 107: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-65

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah

Kabupaten Bima juga telah meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan. Hal ini

dapat dilihat dari semakin banyaknya tempat yang dapat dijadikan untuk berobat

yang memadai bagi masyarakat di Kabupaten Bima. Pada tahun 2011, jumlah tempat

berobat tercatat sebanyak 115 unit dan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Ketersediaan tenaga kesehatan juga mengalami peningkatan seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan kesehatan yang semakin

meningkat. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.131 jumlah tenaga kesehatan yang

tersebar di beberapa instansi, baik instansi milik pemerintah maupun non

pemerintah.

Tabel II-63. Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2011

No Tenaga Medis Jumlah Orang / Tahun

Dikes RSU Depkes GFK Puskesmas Jumlah

1 Dokter Spesialis 0 8 0 0 0 8

2 Dokter Umum 0 19 0 0 26 45

3 Dokter Gigi 1 2 0 0 4 7

4 Apoteker 1 0 0 7 7 15

5 Perawat 7 0 0 0 196 203

6 Bidan 2 4 0 0 134 140

7 Akper 1 24 0 0 40 65

8 Lainnya 155 100 0 0 393 648

Jumlah 167 157 0 7 800 1131

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Bima

Dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bima

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat, walaupun penyebaran

tenaga kesehatan itu belum merata di semua kecamatan di Kabupaten. Hal ini terjadi

terutama pada daerah-daerah pemekaran baru, karena rata-rata daerah pemekaran

baru ini belum memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Akan tetapi

dengan adanya program pemerintah untuk pembangunan baru sarana kesehatan,

meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan, dan menambah tenaga kesehatan

yang terus dilakukan setiap tahun, dapat memudahkan masyakarakat dalam

mengakses pelayanan kesehatan serta mampu meningkatkan pelayanan kesehatan.

2.7.3.6. Prasarana Pasar

Perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima terdiri dari 3 (tiga) kategori, yaitu

pedagang besar, menengah dan kecil. Dari ketiga jenis perdagangan tersebut, jumlah

yang mendominasi adalah pedagang kecil, dan pertumbuhannya paling tinggi.

Apabila dilihat dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima,

secara keseluruhan jumlah pedagang di Kabupaten Bima meningkat pada tahun

2011, bila dibandingkan dengan tahun 2010, namun jumlah pedagang menengah

berkurang.

Page 108: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-66

Tabel II-64. Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima

Tahun Pedagang

Besar Pedagang Menengah

Pedagang Kecil

Jumlah

2007 33 14 581 598

2008 - 12 474 487

2009 4 22 433 459

2010 3 25 318 346

2011 7 22 344 373

Sumber : Kabupaten Bima dalam Angka 2012

Sarana perdagangan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan

perekonomian di Kabupaten Bima. Jumlah sarana perdagangan di Kabupaten Bima

tersebut mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2011, jumlah toko

yang ada di kabupaten Bima sebanyak 72 buah, sedangkan jumlah UD dan warung,

masing-masing sebanyak 336 dan 47 buah.

2.8. Kabupaten Sumbawa Barat

2.8.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.8.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Secara geografis Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terletak di ujung barat Pulau

Sumbawa, pada posisi 116042’ sampai dengan 118022’ BT dan 808’ sampai dengan

907’ Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut (BPS KSB dan BAPPEDA

KSB, 2010):

Sebelah Timur : Kec. Alas Barat, Batulanteh dan Lunyuk Kab.Sumbawa.

Sebelah Barat : Selat Alas.

Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa.

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.

Wilayah daratan KSB tahun 2011 seluas 1.849,02 km2 atau 184.902 ha yang tersebar

pada delapan kecamatan dengan 57 desa dan tujuh kelurahan, seperti disajikan pada

Tabel II.65 berikut.

Tabel II-65. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan Luas (ha)

Luas (%)

Jlh Desa/ Kelurahan

Wilayah Pembangunan (WP)

1. Poto Tano 15.888 8,59 8 WP Utara

2. Seteluk 23.621 12,77 10 WP Utara

3. Brang Rea 21.207 11,47 9 WP Tengah

4. Brang Ene 14.090 7,62 6 WP Tengah

5. Taliwang 37.593 20,33 8/7 WP Tengah

6. Jereweh 26.019 14,07 4 WP Selatan

7. Maluk 9.242 5,00 5 WP Selatan

8. Sekongkang 37.242 20,14 7 WP Selatan

T o t a l 184.902 100,00 57/7 -

Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2012.

Page 109: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-67

2.8.1.2. Topografi dan Iklim

Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang

curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter

dari permukaan laut (mdpl) seperti disajikan pada Tabel II-66.

Tabel II-66. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2011

No. Keadaan Tofografi Kemiringan

Lahan (%)

Luas

(ha)

Luas

(%)

1. Datar 0 – 2,00 21.822 11,80

2. Bergelombang 2,01 – 15,00 16.369 8,85

3. Curam 15,01 – 40,00 53.609 28,999

4. Sangat Curam > 40,00 93.102 50,35

Total KSB - 184.902 100,00

Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2012

Ketinggian ibukota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7 sampai 31 mdpl.

Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar digunakan untuk

lokasi permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang semakin curam

hingga sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan yang berfungsi

untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah.

Kabupaten Sumbawa Barat merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh

musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan umumnya berlangsung

bulan Nopember sampai dengan Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan

April sampai dengan Oktober (7 bulan). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak

95 hari dengan rata-rata per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156

mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2011).

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa KSB merupakan daerah kering, sehingga

ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk pengembangan kegiatan

ekonomi, terutama pertanian lahan kering (RKPD KSB, 2013).

2.8.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Luas tanah/lahan di KSB tahun 2011 adalah 148.902 hektar berupa lahan sawah

dengan lima jenis penggunaan dan lahan kering dengan 12 jenis penggunaan.

Rincian sebaran penggunaan lahan di KSB tahun 2011 disajikan pada Tabel II.67

berikut.

Tabel II-67. Rincian Sebaran Penggunaan Tanah/Lahan di KSB Tahun 2011

No. Jenis Penggunaan Tanah/Lahan 2011 (Ha) 2011 (%)

I. Tanah/Lahan Sawah:

1 Sawah Irigasi Teknis 4.013 2,17

2 Sawah Irigasi ½ Teknis 2.081 1,12

3 Sawah Irigasi Sederhana PU 1.067 0,57

4 Sawah Irigasi Sederhana Non PU 589 0,31

Page 110: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-68

Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2012.

2.8.1.4. Demografi

Jumlah penduduk/sumber daya manusiaKSB tahun 2009 sebanyak 101.089 jiwa,

terdiri atas laki-laki 50.758 jiwa (50,69 %) dan perempuan 50.331 jiwa (49,31 %).

Pekembangan data kependudukan tahun 2006 – 2009 dan prediksinya Tahun 2010 –

2015 disajikan pada Tabel II-68 – Tabel II-69.

Tabel II-68. Perkembangan Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rumah tangga di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015

Tahun Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/km2)

Jumlah Rumah

tangga

(rt)

2006 47.802 48.035 95.837 51,83 28.312

2007 48.323 48.690 97.013 52,47 25.889

2008 50.245 48.811 99.056 53,57 26.412

2009 50.758 50.331 101.089 54,67 26.489

2010 51.980 50.719 102.699 55,54 28.012

2011 53.059 51.420 104.478 56,50 28.507

2012 54.138 52.121 106.258 57,46 29.001

2013 55.217 52.822 108.038 58,43 29.496

2014 56.296 53.523 109.818 59,39 29.990

2015 57.375 54.224 111.598 60,35 30.485

Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.

5 Sawah Tadah Hujan 1.955 1,05

Sub Total 9.705 5,25

II. Tanah/Lahan Kering:

1 Tegal/Kebun 7.360 3,98

2 Ladang/Huma 2.946 1,59

3 Perkebunan 5.332 2,88

4 Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 3.179 1,71

5 Hutan Negara 126.261 68,28

6 Padang Rumput/ Pengembalaan 2.610 1,41

7 Tambak 526 0,28

8 Kolam/Tebat/Empang 0 0,00

9 Rawa-rawa (tidak ditanami) 987 0,53

10 Sementara Tidak Diusahakan 2.307 1,24

11 Pekarangan/Permukiman

(rumah/bangunan) 1.175 0,63

12 Lain-lain 22.514 12,18

Sub Total 175.197 94,75

TOTAL I + II 184.902 100,00

Page 111: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-69

Tabel II-69. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 – 2015

Tahun 0 - 14 Tahun

(jiwa)

15 – 64

Tahun (jiwa)

65+ Tahun

(jiwa)

Total

(jiwa)

2006 31.480 61.238 3.119 95.837

2007 30.911 62.930 3.172 97.013

2008 30.506 65.713 2.837 99.056

2009 31.247 63.363 6.479 101.089

2010 32.803 64.977 5.685 103.465

2011 32.284 66.018 6.790 105.092

2012 32.582 66.809 7.634 107.025

2013 32.881 67.600 8.478 108.959

2014 33.179 68.391 9.322 110.892

2015 33.477 69.182 10.166 112.825

Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.

Tingkat kepadatan penduduk KSB tergolong “sangat jarang”, dan penyebaran

penduduk antar kecamatan dan desa “relatif tidak merata”, dimana desa-desa di

Kecamatan Seteluk, Taliwang dan Maluk lebih padat dari desa-desa di Kecamatan

Poto Tano, Brang Rea, Brang Ene, Jereweh dan Sekongkang. Sementara itu, rata-rata

jumlah anggota rumah tangga penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3,82 jiwa.

2.8.2. Sumber daya Alam dan Sumber daya Manusia

2.8.2.1. Sumber daya Alam

Sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa Barat berupa lahan

pertanian yang cukup subur baik dalam bentuk lahan sawah maupun lahan kering.

Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya

dimanfaatkan untuk usahatani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan

untuk kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma,

perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, hutan negara, padang

rumput/pengembalaan, tambak, dan kolam/tebat/empang, belum dimanfaatkan

secara intensif untuk pengusahaan berbagai jenis komoditas pertanian dan

perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara ekstensif.

Lahan kering berupa hutan negara menempati porsi penggunaan yang sangat luas

(sekitar 68,28 % dari luas wilayah). Rincian luas hutan negara berdasarkan status

pengggunaan disajikan pada Tabel II.70. berikut.

Tabel II-70. Rincian Luas Hutan Negara berdasarkan Status Penggunaan di KSB Tahun 2011

No. Status Penggunaan Luas (Ha) Luas (%) % dr Luas Wil.

1 Hutan Lindung 66.931,97 53,01 36,19

2 Hutan Cagar Alam 524,00 0,41 0,28

3 Hutan Taman Wisata

Alam

4538,00 3,59 2,45

Page 112: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-70

No. Status Penggunaan Luas (Ha) Luas (%) % dr Luas Wil.

4 Hutan Produksi Terbatas 34.690,68 27,47 18,76

5 Hutan Produksi Tetap 19.576,31 15,50 10,58

T O T A L 126.261,00 100,00 68,28

Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2012.

Dari Tabel II-70 diketahui bahwa sebagian besar hutan negara (57,01 % dari luas

hutan negara atau 38,92 % dari luas wilayah) tidak dapat dimanfaatkan secara

langsung untuk proses produksi pertanian, pertambangan atau kegiatan ekonomi

lainnya karena kawasan hutan tersebut harus tetap dipertahannya fungsinya untuk

melindungi ketersediaan sumbersaya tanah, air dan udara. Sementara itu, hutan

negara yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi hanya

42,97 % dari luas hutan atau 29,34 % dari luas wilayah.

Lahan yang digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam yang potensial di KSB

tahun 2011 sebanyak 32 lokasi, terdiri atas 13 lokasi obyek wisata pantai dan 19

lokasi obyek wisata alam darat dan air (Dinas ESDM BUDPAR KSB, 2012).

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan

diperlukan adanya kebijakan prioritas pengembangan kawasan pesisir daerah yang

terbagi menjadi 3 (tiga) zona pemanfaatan ruang yang sesuai dengan posisi

perwilayahannya, yakni: (1) Zona Utara yang meliputi wilayah Kecamatan Poto Tano

dan sekitarnya dengan potensi seperti budidaya tambak udang, rumput laut,

mutiara, keramba jaring apung dan wisata bahari; (2) Zona Tengah/Barat yang

meliputi wilayah Kertasari, Balat, Tanjung Beru, Labuhan Lalar, Jelenga, Benete dan

Maluk dengan potensi rumput laut, perikanan laut, mutiara dan wisata bahari; dan

(3) Zona Selatan yang meliputi wilayah Kecamatan Sekongkang dan sekitarnya

dengan potensi perikanan laut, rumput laut dan budidaya mutiara.

2.8.2.2. Sumber daya Manusia

Tabel II.71. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dari waktu ke waktu

menurun dengan rata-rata penurunan 4,00 % per tahun, sebaliknya jumlah buka

angkatan kerja meningkat dengan rata-rata peningkatan 7,06 per tahun. Dari

sejumlah angkatan kerja pada tahun 2009, masih terdapat pencari kerja yang belum

ditempatkan atau belum memperoleh pekerjaan sebanyak 738 orang.

Tabel II-71. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 – 2009

No. Kompenen 2007 2008 2009 Perubahan

(%/tahun)

1. Angkatan Kerja: 44.501 40.943 40.943 - 4,00

a. Bekerja 42.361 38.628 38.628 - 4,41

b. Pernah Bekerja 810 1.209 1.209 24,63

c. Tdk pernah bekerja 13.130 1.106 1.106 - 45,79

2. Bukan Angkatan Kerja: 24.138 27.548 27.548 7,06

a. Sekolah 6.283 5.406 5.406 6,98

Page 113: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-71

b. Mengurus RT 15.425 13.531 13.531 - 6,14

c. Lainnya 2.430 8.611 8.611 -127,18

Total Tenaga Kerja 68.639 68.491 68.491 0,22

Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011

Tabel II-72. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di KSB Tahun 2006 – 2009

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009

1 Pertanian Dlm Arti Luas 17.543 15.253 15.253

2 Industri Pengolahan 1.822 .4027 4.027

3 Rumah Makan dan Perhotelan 8.005 .6473 6.473

4 Jasa-jasa Kemasyarakatan 5.994 .7065 7.065

5 Lainnya 8.997 .5810 5.810

Total AK yg Bekerja 42.361 38.628 38.628

Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011

Data pada Tabel II-72 menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja yang

bekerja masih menggantungkan hidupnya pada lapangan usaha pertanian dalam arti

luas (misalnya pada tahun 2009 sebanyak 39,49%), sedangkan jumlah angkatan

kerja pada lapangan-lapangan usaha lainnya relatif sedikit.

Tabel II-73. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja menurut Pendidikan Formal di KSB

No. Pendidikan Formal 2007 2008 2009

1. Tidak/belum sekolah 2.222 1.184 1.184

2. Tidak/belum tamat SD 5.238 6.079 6.079

3. SD 18.050 14.889 14.889

4. SMP 6.404 6.149 6.149

5. SMA 10.467 9.801 9.801

6. Diploma I/II/III 2.120 2.841 2.841

7. Sarjana Ke Atas - -

Total AK 44.501 40.943 40.943

Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011

Data pada Tabel II.73. menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja

mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan

tamat sekolah dasar sebanyak 54,10%, sedangkan angkatan kerja yang

berpendidikan relativ baik, yaitu tamat sekolah menengah pertama ke atas sebanyak

45,90%.

Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk menunjukkan kecenderungan

yang meningkat. Meskipun demikian jumlah tersebut belum optimal untuk dapat

memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk KSB yang tarsus meningkat

jumlahnya. Dengan jumlah penduduk KSB, misalnya tahun 2009 sebanyak 101.089

orang, maka perbandingan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk sebagai

Page 114: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-72

berikut: Dokter Umum 1 : 6.739; Dokter Gigi 1 : 12.636; Apoteker 1 : 16.848; SKM 1 :

8.424; Bidan 1 : 3.744; dan Perawat 1 : 1.233.

Untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia KSB antara lain dapat digunakan

ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indeks komposit yang

dikembangkan UNDP untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan

manusia dari berbagai bidang, meliputi: kesehatan (Angka Harapan Hidup),

pendidikan (Angka Melek Hurup dan Rata-rata Lama Sekolah), dan pendapatan

(Paritas Daya Beli). IPM KSB tahun 2006 - 2009 dan perbandingannya dengan IPM

Provinsi NTB, serta prediksinya tahun 2010 – 2015 disajikan pada Tabel II.74.

Data pada Tabel II.74. memberikan informasi bahwa kualitas sumber daya manusia

KSB yang ditunjukkan oleh nilai IPM, berada di atas rata-rata Provinsi NTB dan

menempati peringkat ketiga (setelah Kota Mataram dan Kota Bima), namun nilai IPM

KSB pada tahun 2009 masih tergolong dalam kriteria “menengah atas” (keterangan:

kriteria tinggi apabila IPM 80,0 – 100,0; menengah atas apabila IPM 66,0 – 79,9;

menengah bawah apabila IPM 50,0 – 65,9; dan kriteria rendah apabila IPM < 50,0).

Apabila dilihat secara parsial, indeks pendidikan dan indeks kesehatan yang berada

di atas rata-rata Provinsi NTB, sedang paritas daya beli masih berada di bawah rata-

rata Provinsi NTB. Keadaan tersebut menuntut perlunya percepatan pembangunan

bidang ekonomi, serta juga pendidikan dan kesehatan agar segera dapat dihasilkan

sumber daya pembangunan yang semakin berkualitas.

Tabel II-74. Perkembangan IPM KSB Tahun 2006 – 2009 dan Prediksinya Tahun 2010 – 2015

Tahun Indek

Kesehatan

Indeks

Pendidikan

Indeks

Pendapatan

IPM

KSB

IPM

NTB

2006 59,33 75,73 59,72 65,01 63,00

2007 60,76 75,96 60,99 65,52 63,94

2008 60,94 76,19 62,29 65,64 64,12

2009 61,29 76,62 63,61 66,12 64,89

2010 62,08 77,25 64,69 66,96 65,50

2011 62,69 77,46 66,03 67,20 66,08

2012 63,29 77,83 67,28 67,65 66,67

2013 63,90 78,20 68,54 68,10 67,27

2014 64,50 78,57 69,79 68,55 67,86

2015 65,10 78,94 71,05 69,00 68,46

Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2011

2.8.3. Infrastruktur

2.8.3.1. Prasarana Jalan

Kondisi infrastruktur jalan raya di Kabupaten Sumbawa Barat umumnya berupa

jalan kabupaten yang mencapai 276,6 km, jalan Negara 81,36, dan jalan provinsi

76,2. Sementara itu perkembangan panjang jalan relativ lambat. Total panjang jalan

pada tahun 2006 adalah 353,38 km dan pada atahun 2010 meningkat menjadi

434,16 km. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 5,7 persen per tahun.

Page 115: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-73

Informasi rinci mengenai perkembangan panjang jalan dan kondisinya menurut jenis

permukaan dan kelas jalan disajikan pada Tabel II-75 – Tabel II-76 berikut.

Tabel II-75. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa Barat(Km) Tahun 2006-2010

Status Jalan 2006 2007 2008 2009 2010

1. Jalan Negara 71,41 71,41 71,41 81,36 81,36

2. Jalan Provinsi 86,15 86,15 86,15 86,15 76,20

3. Jalan Kabupaten 195,82 220.39 220,60 262,00 276,60

Jumlah 353,38 360,25 377,95 419,65 434,16

Sumber: BPS, 2011. Sumbawa Barat Dalam Angka 2011

Pertumbuhan daerah juga berpengaruh pada peningkatan kendaraan bermotor yang

dimiliki oleh penduduk Kabupaten Sumbawa Barat. Jumlah kendaraan bermotor

pada Kabupaten Sumbawa Barat tercatat sebanyak 24.522 unit, dimana 94,61%

adalah sepeda motor. Peningkatan kendaraan bermotor yang ada di Kabupaten

Sumbawa Barat terjadi hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan

kendaraan bermotor tersebut tentu saja tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan

yang tersedia. Oleh sebab itu, pembangunan infrastruktur jalan perlu dilakukan.

Tabel II-76. Panjang Jalan Negara di Kabupaten Sumbawa Barat Menurut Jenis Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan Tahun 2006- 2010 (Km)

Uraian 2007 2008 2009 2010

I. Jenis Permukaan

1. Aspal 60,68 60,68 60,68 70,63

2. Kerikil 10,73 10,73 10,73 10,73

II. Kondisi Jalan

1. Baik 60,68 60,68 60,68 70,63

2. Sedang 10,73 0 0 0

3. Rusak 0 0 0 0

III. Kelas Jalan

1. Kelas I 71,41 71,41 71,41 81,36

2. Kelas II 0 0 0 0

3. Kelas III 0 0 0 0

Sumber: BPS, 2011. Sumbawa Barat Dalam Angka 2011

2.8.3.2. Prasarana Air Bersih dan Listrik

Produksi listrik di Kabupaten Sumbawa Barat terus meningkat. Hal tersebut seiring

dengan perkembangan aktivitas masyarakat kabupaten tersebut. Produksi listrik

pada tahun 2010 mencapai 25.964.732 kWh dan digunakan sendiri108.353 kWh.

Pelanggan PLN yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 14.894, jumlah

tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Kapasitas produksi air bersih di Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami

peningkatan dengan dibangunnya jaringan-jaringan air bersih yang baru. Pelanggan

Page 116: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-74

air bersih di Kabupaten Sumbawa Barat juga terus meningkat. Pada tahun 2010,

pelanggan air bersih mencapai 3.858 pelanggan dengan total pemakaian 905.144m3.

2.8.3.3. Prasarana Pos dan Komunikasi

Prasarana komunikasi pengiriman barang maupun uang di Kabupaten Sumbawa

Barat dilayani oleh PT POS Indonesia. Hingga tahun 2010, perusahaan tersebut telah

melayani 22.523 surat dan paket. Untuk pelayanan komunikasi lainnya, Kabupaten

Sumbawa Barat telah dilayani oleh beberapa perusahaan komunikasi. Pada tahun

2010, terdapat 36 perusahaan TV kabel yang ada di kabupaten tersebut. Izin lain

yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam hal komunikasi adalah 44 menara

komunikasi, 14 warnet, 2 radio siaran, 7 jasa titipan dan 1 radio kecamatan. Jumlah

pelayanan jasa komunikasi tersebut menandakan perkembangan prasarana pos dan

komunikasi.

2.8.3.4. Prasarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu daerah.

Pendidikan perlu dilengkapi dengan sarana pada prasarana yang menunjang,

termasuk dengan tanaga pengajar yang berkualitas.

Tabel II-77. Jumlah Sekolah di Kabupaten Sumbawa Barat

Tahun TK SD MI SMP MTs SMU SMK MA

2007 56 84 4 21 9 8 3 3

2008 74 92 4 29 10 7 6 5

2009 79 98 5 32 11 8 8 5

2010 88 98 5 29 11 8 8 5

Sumber : Sumbawa Barat dalam Angka 2011

2.8.3.5. Prasarana Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat terus mengalami

pemingkatan. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mencukupi

kebutuhan masyarakan kabupaten tersebut. Tenaga kesehatan merupakan faktor

yang sangat penting dan harus aada dalam peningkatan status kesehatan

masyarakat. Tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat terus ditingkatkan.

Hingga 2010, jumlah dokter yang ada di kabupaten tersebut sebanyak 24 orang.

Tabel II-78. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat

Uraian 2007 2008 2009 2010

Puskesmas 8 8 8 8

Puskesmas pembantu 25 29 29 29

Balai kesehatan - - - 2

Posyandu 153 175 178 185

Poskesdes 31 49 54 58

Page 117: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-75

Apotik 221 268 279 291

Pos obat desa - 2 2 -

Poskestren - - 2 2

Sumber : Sumbawa Barat dalam Angka 2011

Tabel II-79. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat

Uraian 2007 2008 2009 2010

Dokter 22 27 25 24

Perawat 104 110 144 213

Bidan 52 58 70 91

Farmasi - - - 14

Ahli gizi - - - 25

Teknisi medis - - - 8

Sanitasi - - - 28

Kesehatan masyarakat - - - 7

Sumbawa Barat dalam Angka 2011

2.8.3.6. Prasana Pasar

Kegiatan perdagangan sangat mempengaruhi kelancaran arus perputaran pada pasar

barang dan jasa. Perkembangan pada sektor ini juga berpengaruh pada

perkembangan sektor-sektor perekonomian yang lain. Tahun 2010 Kabupaten

Sumbawa Barat mempunyai 209 perusahaan. Dibandingkan tahun 2009, jumlah

perusahaan mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar 123 persen. Jika

dilihat dari katagori usahanya, di Sumbawa Barat belum terdapat perdagangan besar

atau yang menjual secara grosir saja, pada umumnya pedagang tetap menjual secara

eceran. Sedangkan jumlah perdagangan menengah atau yang menjual eceran

sekaligus grosir sebanyak 208 pedagang, dan perdagangan kecil terdapat 567

pedagang. Perkembangan sektor perdagangan juga sangat dipengaruhi ketersediaan

sarana dan prasarana perdagangan. Sarana perdagangan di Sumbawa Barat

didominasi oleh kios yakni sebesar 43,20 persen dari total sarana yang ada.

Sedangkan jumlah pasar,baik pasar umum maupun pasar desa di Sumbawa Barat

masih minim, yakni hanya sebanyak 11 buah, yang terdiri dari 8 pasar umum yang

terdapat pada masing-masing kecamatan, dan 3 pasar desa. Jumlah toko yang ada di

Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 180 buah, kios 362 buah, warung 187 buah

dan warung makan 98 buah.

2.9. Kabupaten Lombok Utara

2.9.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.9.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten termuda di Provinsi Nusa Tenggara

Barat, yang posisinya terletak dibagian Utara Pulau Lombok dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut; sebelah Utara adalah Laut Jawa, sebalah barat adalah selat

Lombok dan Kabupaten Lombok Barat, sebalah selatan Kabupaten Lombok Barat

dan Kabupaten Lombok Tengah dan sebalah Timur dengan Kabupaten Lombok

Timur.

Page 118: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-76

Kabupaten Lombok Utara mempunyai Luas wilayah daratan seluas 809,53 Km2, dan

secara administrative terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan, 33 Desa, 322 Dusun dimana

Kecamatan Bayan memiliki luas wilayah terluas 329,10 Km2 dan terkecil adalah

Kecamatan Pemenang dengan luas wilayah 81,09 Km2, seperti dapat dilihat pada

Tabel II.80.

Tabel II-80. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Lombok Utara, 2010

Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Persentase

(%)

1. Tanjung 115,64 14,28

2. Pemenang 81,09 10,02

3. Gangga 157,35 19,44

4. Kayangan 126,35 15,63

5. Bayan 329,1 40,65

Total 809,53 100

Sumber : Bappeda, 2011

Letak Kabupaten Lombok Utara sangat strategis, terletak pada daerah tujuan

Pariwisata, sedangkan jalur perhubungan laut dengan selat Lombok sebagai jalur

perhubungan Laut yang sangat ramai. Dari arah timur tengah untuk lalu lntas

bahan bakar minyak dan dari Australia berupa mineral logam ke Asia Pasifik. Di

wilayah Lombok Utara ada gugusan Pulau-pulau kecil yang cukup terkenal dengan

wisata alam laut dan pantainya yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan.

2.9.1.2. Topografi dan Iklim

Wilayah Kabupaten Lombok Utara terbagi menjadi daerah pegunungan, yaitu

gugusan pegunungan yang membentang dari Kec. Bayan sampai Kec. Pamenang.

Gugusan pegunungan ini merupakan sumber air sungai yang mengalir kewilayah-

wilayah daratan yang bermuara di sepanjang pesisir pantai. Sebagian daratan rendah

terdapat diwilayah Kec. Gangga, Tanjung dan Pamenang

Iklim di Kabupaten Lombok Utara termasuk iklim tropis dengan temperatur berkisar

23,1–32,9OC. Dengan temperature tertinggi di bulan Juli-Agustus yaitu 32,9 OC, dan

terendah pada bulan April yaitu 20,9 OC. Dampak pemanasan global yang terjadi

beberapa kurun waktu terakhir menyebabkan perubahan iklim yang dapat dilihat

dari curah hujan dan hari hujan yang berfluktuatif dalam beberapa tahun terakhir.

2.9.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Pada kondisi tahun 2011, seluas 62.928 Ha, sebagian besar 47.653 Ha (75,7 persen)

adalah tanah kering dan 7.449 Ha (11,8 persen) adalah tanah sawah. Penggunaan

untuk bangunan/pekarangan seluas 2.285 Ha (3,7 persen) dan penggunaan lainya

seluas 5.541 Ha (8,8 persen).

Page 119: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-77

Tabel II-81. Luas Tanah di Kabupaten Lombok Utara di Rinci menurut penggunaanya Per Kecamatan

Kecamatan

Penggunaan Lahan

Jumlah Tanah Sawah

Tanah Kering

Bangunan/ Pekarangan

Lainya

Tanjung 721 5.273 444 87 6525

Pamenag 405 3.818 277 61 4561

Gangga 1.171 9.980 226 628 12005

Kayangan 2.740 5.646 942 1.532 10860

Bayan 2.412 22.936 396 3.233 28977

Total 7.449 47.653 2.285 5.541 62.928

Sumber: Kabupaten Lombok Utara Dalam Angka 2012

2.9.1.4. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Utara sesuai dengan sensus penduduk

Tahun 2010 berjumlah 200.072 jiwa, yang terdiri atas 98.667 jiwa laki-laki dan

10.405 jiwa perempuan. Dengan kepadatan penduduk tertumpu di Kec. Bayan

sebesar 22,29 persen (44.671 jiwa) dan Kec. Tanjungsebesar 22,29 persen (44.606

jiwa). Rata-rata tingkat kepadatan penduduk dikabupaten Lombok Utara adalah 247

jiwa/Km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan paling tinggi penduduknya adalah

Kecamatan Tanjung sebanyak 550 jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah adalah

Kecamatan Bayan sebesar 135 jiwa/Km2.

2.9.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.9.2.1. Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam di Kabupaten Lombok Timur meliputi sumber daya alam

non hayati yaitu : air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumber daya alam

hayati yaitu hutan, flora dan fauna.

Sumber daya air terdiri dari air tanah termasuk mata air dan air permukaan. Daerah

peguungan, yaitu gugusan pegunungan yang membentang dari Kecamatan Bayan

sampai Kecamatan Pamenang. Gugusan pegunngan ini merupakan sumber air

sungai yang mengalir kewilayah-wilayah daratan dan bermuara disepanjang pesisir

pantai

Sebagian besar petani di Lombok Utara mengusahakan tanaman pangan, terutama

padi, pada tahun 2011 produksi padi Kabupaten Lombok Utara mencapai 77.958

ton. Pemasok padi tertinggi di kecamatan Bayan. Tanaman Pangan Lainya adalah

Jagung, kacang tanah, kedelai, Ubi sayur-sayuran dan buah-buahan.

Potensi perkebunan di Kabupaten Lombok Utara tahun 2011 adalah Jambu Mete

yang mampu memproduksi 1.960 ton dengan rata-rata produksi mencapai 257

kg/ha. Komoditas lainya yang menjadi promadona adalah di sektor perkebunan

adalah Kopi dan Cengkeh, yang mampu produksi masing-masing 212 ton dan 73 ton,

sedangkan produksi rata-rata 175 kg/ ha dan 74 kg/ha.

Lahan yang cukup luas di Kabupaten Lombok Utara merupakan modal yang cukup

baik badi peternakan. Ternak yang yang terbanyak di Lombok utara adalah ternak

Page 120: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-78

sapi yang pada tahu 2011 populasinya55.782 ekor. Ternak besar lainya adalah

kambing, kerbau dan kuda yang masing-masing populasinya 26.064 ekor, 413 ekor

dan 630 ekor. Adapun ternak kecil meliputi ayam ras, ayam buras, itik dan merpati,

tahun 2011 populasi ayam ras dan ayam buras mencapai 148.531 ekor dan 1.515

ekor.

Berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian,

terutama potensi galian C, antara lain: batu bangunan, Pasir, kerikil dan sejenisnya.

Perngagalian ini dilakukan dengan sekala kecil sehingga kontribusi terhadap

perekodomian daerah belum Nampak

Luas wilayah Kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari wilayah daratan seluas

809,53 Km2 dan perairan seluas 2.478 Km2 yang dikelilingi garis pantai sepanjang

125 Km2 serta pulau=pulau kecil (gili) sebanyak tiga buah, yang terbentang dari utara

ke timur.

Luas kawasan hutan di Kabupaten Lombok utara pada tahun 2008 yang terdiri dari

hutan lindung yang berada dikawasan pusuk yang masuk kelompok kawasan

gunung Rinjani, seluas 19.879 Ha, Hutan Produksi biasa seluas 11.390 Ha dan

Hutan Produksi terbatas seluas 5.688 Ha. Hutan produksi yang ada di Kabupaten

Lombok utara meliputi Hutan Produksi tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas

(HPT), sedangkan sisanya merupakan Taman Nasional gunung Rinjani.

2.9.2.2. Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Lombok Utara 200.072 jiwaq, dari

jumlah tersebut 76 persenya diantaranya adalah usia kerja (usia 15-64 tahun), maka

dari segi jumlah usia produktif, sumber daya manusia Kabupaten Lombok Timur

cukup memiliki peluang untuk lebih berkembang.

Menurut hasil perhitungan IPM yang diterbitkan oleh BPS Provinsi Nusa Tenggara

Barat, IPM Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2009 mencapai indeks 58,4, yang

merupakan indeks terendah di provinsi NTB yang memiliki rata-rata indeks Jumlah

penduduk berumur 15 tahun ke atas sebesar 71 persen, rata-rata lama sekolah 4,9

tahun dan pendapatan rata-rata masyarakat yang dihitung berdasarkan paritas daya

beli sebesar 611,700 rupiah

Derajat pendidikan penduduk Lombok Utara mengalami peningkatan yang antara

lain diukur dengan peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun

keatas, meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang telah

menamatkan pendidikan SMP/ MTS dan meningkatanya Angka Partisipasi Sekolah

untuk semua kelompok usia.

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Lombok Utara menunjukkan angka

69,82 persen. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase penduduk

usia kerja yang bekerja pada sektor riil. Namun demikian hal tersebut belum

diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja baik yang formal maupun non formal.

Salah satu alternative yang selama ini ditempuh oleh masyarakat adalah berusaha

menjadi tenaga kerja di luar negeri (TKI/Nakerwa)

Page 121: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-79

2.9.3. Infrastruktur

2.9.3.1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka

akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

2.9.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Lombok

Utara menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan

sebanyak 1.458.341 m3 dengan jumlah pelanggan 4.125. Pelanggan tersebut terdiri

dari rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Pada dasarnya sebagian besar wilayah Lombok Utara telah terhubung oleh jaringan

instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kabupaten Lombok Utarapada tahun

2011 mencapai pelanggan 24.507 dengan suplay listrik 38.100.748 Kwh. Pemakain

listrik di Kabupaten Lombok Utara masih pada kegiatan-kegiatan yang bersifat

konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan produktif yang nantinya menjadi

penggerak sektor‐sektor ekonomi terutama industri. Hal tersebut terlihat dari jumlah

pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual yang didominasi kelompok

Rumah tangga.

2.9.3.3. Prasarana Komunikasi

Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Lombok Utara, seperti

kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana

hubungan secara langsung.

Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan. Pada Tahun

2011 Kabupaten Lombk Utara sudah memiliki 3 kantor Pos Pembantu yang masing-

masing; Kantor Pos Kota Tanjung,Kantor Pos Kec. Pemenang, dan kantor Pos Kec.

Gondang. Telah tersedia pula koneksi internet di 5 Kecamatan, selain itu tersedia

juga beberapa warung internet di sekitar Tanjung. Rumah Kreatif yang merupakan

pusat kegiatan masyarakat untuk mempelajari teknologi informasi juga telah tersedia

di Desa Sokong Kec. Tanjung.

2.9.3.4. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Kabupaten Lombok Utara sudah tersedia mulai dari tingkat

taman kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 515 sekolah, dimana 62,52

persen merupakan sekolah swasta.Dengan jumlah sekolahan TK 147 unit,Sekolah

Dasar 140 unit, SMP 37 Unit, SLTA11 unit dan SMK 50 unit.

Page 122: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-80

Tabel II-82. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten LombokUtara 2011

No. Jenis

Sekolah

Jumlah Sekolah Murid Guru

Negeri Swasta

1 TK 1 146 5805 748

2 SD 139 1 28356 911

3 SMP 36 1 8054 179

4 SLTA 6 5 16.225 3321

5 MA 2 128 19.007 2976

6 SMK 9 41 9.067 895

Jumlah 193 332 42259 9030

Sumber : Lombok Utara Dalam Angka 2012

2.10. Kota Mataram

2.10.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.10.1.1. Letak geografi dan luas wilayah

Provinsi Nusa tenggara Barat terdiri dari dua Pulau besar yaitu Pulau Lombok dan

Pulau Sumbawa. Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat

berkedudukan di Pulau Lombok. Secara geografis Kota Mataram terletak pada posisi

116004”- 116010” Bujur Timur dan 080 33”-08038” Lintang Selatan dengan Batas-

batas; Sebelah barat dengan Kabupaten Lombok Barat, sebalah Timur dengan Kec.

Lingsar dan Narmada Kabupaten Lombok Barat, sebalah Selatan dengan Kec.

Labuapi Kabupaten Lombok Barat dan Bagian Barat dengan Selat Lombok.

Secara administrative, Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 6 Kecamatan dengan

luas wilayah kecamatan yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kec. Selaparang

dan Kec. Mataram sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kec.

Ampenan, seperti dapat dilihat pada Tabel II.83

Tabel II-83. Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kota Mataram, 2011

Kecamatan Luas Wilayah

(Km2) Persentase (%)

1. Ampenan 946 15,43

2. Sekarbela 1.032 16,84

3. Mataram 1.076 17,56

4. Selaparang 1.077 17,56

5. Cakranegara 967 15,77

6. Sandubaya 1.032 16,84

Jumlah 6.130 100

Sumber : Kota Mataram dalam Angka tahun 2012

Page 123: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-81

2.10.1.2. Topografi dan Iklim

Wilayah Kota Mataram merupakan dataran rendah dan sedang, dan sebagian lain

berada pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram adah hamparan datar

(75,9 persen). Hamparan wilayah dengan fisiografi datar di satu sisi mempunyai nilai

positif, yakni pembangunan prasarana dan sarana secara fisik kurang mengalami

hambatan teknis dan pembiayaan pembangunan relativ lebih murah. Disisi lain

dampak berimplikasi kurang baik diantaranya rawan terjadi genangan dan banjir.

Iklim di Kota Mataram merupakan daerah Tropis, musim hujan antara bulan Oktober

sampai bulan April dan sebaliknya adalah musim kemarau. Suhu udara rata-rata

mencapai 260C dengan kelembaban udara mencapai rata-rata 80 persen per tahun.

Curah hujan rata-rata sebesar 1.256,66 mm/tahun, dan jumlah hari hujan relativ

yakni 302 hari/tahun, curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desenber sebesar

302 mm dan jumlah hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan Desember

sebanyak 29 hari.

2.10.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Pada kondisi tahun 2009 penggunaan lahan di Kota Mataram didonominasi oleh

Kawasan Perumahan (37,74%) dan pertanian (47%). Dalam perkembanganya terjadi

konversi lahan yang cukup besar mencapi sekitar 4,80 Ha/ tahun untuk fungsi

perumahan, perkantoran, pendidikan, serta untuk pertokoan. (RPJMD Kota

Mataram)

Gambar II-8. Komposisi Penggunaan Lahan di Kota Tahun 2009 Sumber. Dinas PU Kota Mataram 2009

2.10.1.4. Demografi

Jumlah penduduk di Kota Mataram pada tahun 2009 adalah 375.506 jiwa, dimana

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 185.321 jiwa dan penduduk perempuan

190.185 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan

(rasio jenis kelamin) sebesar 0,97, sedangkan tingkat kepadatan penduduknya

mencapai 6.126 jiwa per Km2 dengan laju pertumbuhan sebesar 3,66%.

Page 124: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-82

Perkembangan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk kota Mataram

menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Hal tersebut tidak terlepas dari

selain adanya pertumbutahan penduduk alami juga karena adanya migrasi.

Kedudukan dan fungsi Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi, pusat pemerintahan

serta perdagangan dan jasa menjadi penyebab tingginya migrasi.

Tabel II-84. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kota Mataram

Tahun Jumlah penduduk Kepadatan

2007 356.141 5.81

2008 375.506 6.13

2009 375.506 6.13

2010 402.843 6.57

2011 406.910 6.64

Sumber : Mataram dalam Angka 2012

2.10.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.10.2.1. Sumber Daya Alam

Potensi pengembangan wolayah Kota Mataram meliputi Kawasan strategis bidang

pariwisata, perdagangan dan jasa, sosial budaya

Kawasan Pariwisata membawa dampak berganda (multiplier effects), sehingga mampu

menghasilkan pemasukan bagi suatu wilayah. Kawasan srtategis bidang pariwisata

ditetapkan dibeberapa lokasi berikut; kawasan eks Bandara selaparang di Kec.

Ampenan sebagai kawasan pariwisata dengan konsep MICE (Meeting, Incentives,

Conferences, dan Exhibitions), kawasan mayura yang terdiri dari taman Mayura, Pura

Meru dan Kolam Mayura di Kec. Cakranegara, Kawasan Udayana di Kec. Ampenan,

Kawasan Mutiara di Sekarbela, kawasan Mapak yang terdiri dari pariwisata Pantai,

situs Loang Baloq dan taman rekreasidi Kec. Sekarbela, kawasan Tepian Air di Kec.

Ampenan dan Kawasan Sayang-sayang sebagai kawasan Kuliner di Kec. Sandubaya.

Kawasan Strategis bidang perdagangan dan Jasa, kawasan yang memiliki nilai

ekonomi yang tinggi bidang perdagangan dan jasa ditetapkan dilokasi berikut; pusat

peerdagangan di Kec. Ampenan, Pusat Perdagangan Grosir dan pusat bisnis

Cakranegara Kec. Cakranegara, kawasan Bertais dan kawasan Mandalika.

Kawasan strategis dari sudut pandang kepentingan sosial Budaya, ditetapkan pada

sebuah kawasan yang dianggap memiliki nilai historis maupun kegiatan-kegiatan

budaya untuk tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya, yang

meliputi; kawasan Bintaro Kec. Ampenan, kawasan Makam Van Ham di Cilinaya Kec.

Cakranegara, pusat kajian Islam di kelurahan Dasan Agung dan kawasan Kota tua

Ampenan Kec. Ampenan.

2.10.2.2. Sumber Daya Manusia

Jumlah Tenaga kerja di Kota Mataram secara umum meningkat baik di sektor non

formal maupun informal. Sebagai gambaran pada tahun 2009 jumlah penduduk usia

kerja (15 tahun keatas) sebesar 272.128 jiwa dengan jumlah angkatan kerja sebesar

8.561 jiwa. Berdasarkan Tingkat partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK) setiap tahun

Page 125: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-83

meningkat 3,30 persen yang artinya dari jumlah penduduk usia produkrtif di kota

Mataram yang aktif secara ekonomi sebesar 3,30 persen.

Salah satu kualitas SDM di Kota Mataram dapat dinyatakan dengan Indeks

Pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan manusia

karena dengan pendidikan, masyarakat akan mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan diri dan memperoleh kehidupan yang layak. Salah satu ukuran

Indeks Pendidikan, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) atau persentase penduduk usia

15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, Rata Lama Sekolah, Angka

Partisipasi Kasar (APK), Angka Murni (APM) dan Angka Pendidikan yang ditamatkan.

APK SMP, dan SLTA mulai tahun 2008-2010 di Kota Mataram sudah 100 persen.

Tabel II-85. Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial Indikator Pendidikan

No. Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1. Angka Melek Huruf 91,80% 91,80% 92% 95,50% 95,50%

2. Rata Lama sekolah 8,40 9,05 9,05 9,2 9,50

3. Angka Partisipasi Kasar

- SD/MI/Paket A 108,30 105,67 107,45 108,36 108,98

- SMP/MTs/Paket B 94,04 96,21 101,18 101,94 101,66

- SMA/SMK/MA/Paket C 69,75 72,28 75,46 100,28 101,64

4. Angka Partisipasi Murni

- SD/MI/Paket A 94,82 96,06 96,38 95,86 97,50

- SMP/MTs/Paket B 72,12 74,31 72,93 77,48 76,64

- SMA/SMK/MA/Paket C 54,15 52,39 57,43 71,32 71,79

5. Angka Pendidikan yang ditamatkan 91,22% 94,35% 96,35% 96,51% 96,51%

Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga Kota Mataram 2010

Menurut lapangan usaha, persentase tenaga kerja terbesar terdapat pada usaha

perdagangan sebesar 42,29%, kemudian usaha jasa sebesar 24,74%, usaha lainnya

18,43%, industri 8,66% dan pertanian 5,68%. Berdasarkan data tersebut, sektor

usaha terbesar yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor perdagangan.

2.10.3. Infrastruktur

2.10.3.1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka

akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kota Mataram pada tahun 2011 adalah 398,742 Km, terdiri dari

jalan Kabupaten(310,406Km), jalan Provinsi (58,830Km), jalan Negara (29,506 Km).

Sebagian besar panjang jalan dalam keadaan baik (79,9 persen), dalam keadaan

sedang 5,7 persen dan sebagian kecil kondisi rusak.

Page 126: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-84

2.10.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kota Mataram

menunjukkan bahwa pada tahun 2011 jumlah air minum yang disalurkan sebanyak

14.646.052 m3 dengan jumlah pelanggan 43.403. Pelanggan tersebut terdiri dari

rumah tangga, niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Pada dasarnya sebagian besar wilayah Kota Mataram telah terhubung oleh jaringan

instalasilistrik. Jumlah energi Listrik yang terjual selama tahun 2011 memiliki nilai

produksi sebesar 585.529.502 Kwh. Energi listrik tersebut sebagian besar

dimanfaatkan oleh rumah tangga, berikutnya untuk industri, usaha, kantor

pemerintahan, penerangan jalan dan sosial.

2.10.3.3. Prasarana Komunikasi

Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kota Mataram, seperti kantor pos

untuk sarana surat menyurat. Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang

banyak digunakan. Pada Tahun 2011 total lalu lintas masuk surat dan pos paket

mencapai 1.151.649, yang sebagian besar berupa pos biasa dalam negeri 164.119,

kemudian kilat kusus dalam negeri yang mencapai 153.244. Untuk surat dan pos

paket yang keluar mencapai 86.810, yang sebagian besar adalah surat biasa dalam

negeri yang mencapai 47.241 buah disusul surat pos kilat dan kilat khusus sejumlah

32.547.

2.10.3.4. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Kota Mataram sudah tersedia mulai dari tingkat taman

kanak-kanak (TK) sampai SLA, dengan jumlah 371 sekolah, dimana 48,78 persen

merupakan sekolah swasta . Jumlah sekolah untuk tingkat TK adalah 58, tingkat SD

sebesar 158 unit, tingkat SLTP sebesar 41 unit, tingkat SLTA sebesar 24 unit, dan

SMK sebesar 50 unit.

Tabel II-86. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Mataram, 2011

No. Jenis

Sekolah

Jumlah Sekolah Murid Guru

Negeri Swasta

1 TK 3 95 5374 494

2 SD 143 15 43625 2242

3 SMP 23 14 18339 1222

4 SMPT 4 - 253 69

5 SLTA 8 16 10204 824

6 SMK 9 41 9.067 895

Jumlah 190 181 77804 895

Sumber : Lombok Mataram Dalam Angka 2012

Page 127: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-85

2.10.3.5. Prasarana Kesehatan

Salah satu faktor penting dalam pembangunan kota adalah peningkatan kesehatan.

Kualitas kesehatan yang baik penting untuk meningkatkan perkembangan kota baik

dalam jangka waktu dekat maupun panjang. Peningkatan kesehatan dapat dilakukan

dengan cara meningkatkan fasilitas kesehatan yang ada. Prasarana kesehatan di

Kota Mataram hingga tahun 2011 terus ditingkatkan untuk dapat melayani

masyarakat Kota Mataram.

Tabel II-87. Fasilitas Kesehatan di Kota Mataram

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Rumah sakit umum 5 7 8 8 9

Rumah sakit jiwa 1 1 1 1 1

Rumah sakit bersalin 8 7 7 7 7

Puskesmas 8 8 9 9 10

Puskesmas keliling 17 17 17 17 17

Puskesmas pembantu 16 16 16 16 16

Apotik 69 78 86 89 90

Toko obat 21 20 23 22 24

Sumber : Mataram dalam Angka 2012

Salah satu faktor yang mendukung peningkatan status kesehatan, adalah tenaga

kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada di Kota Mataram terus meningkat dengan

jumlah yang berbeda-beda. Rasio tenaga kesehatan dengan masyarakat di Kota

Mataram masih besar yaitu 1 : 2.211. Rasio tersebut menunjukkan bahwa jumlah

tenaga kesehatan di Kota Mataram masih sangat kurang.

Tabel II-88. Tenaga Kesehatan di Kota Mataram

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Dokter umum 58 69 38 44 47

Dokter spesialis 70 36 0 7 4

Dokter gigi 27 12 12 15 14

Perawat 167 179 121 168 184

Sumber : Mataram dalam Angka 2012

2.10.3.6. Prasarana Pasar

Perdagangan di Kota Makasar merupakan sektor usaha yang sangat berperanan

penting bagi perekonomian masyarakat. Sektor perdagangan bagi Kota Mataram

merupakan sektor usaha yang terbesar yang menampung tenaga kerja di Kota

Mataram. Jumlah perusahaan perdagangan di kota tersebut terus meningkat dari

tahun ke tahun. Hingga tahun 2010, jumlah perusahaan perdagangan di Kota

Mataram mencapai 9.970 buah.

Page 128: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-86

Tabel II-89. Jumlah perusahaan perdagangan di kota Mataram

Uraian 2007 2008 2009 2010

Perusahaan besar 342 660 681 692

Perusahaan menengah 490 1.576 1.608 1.601

Perusahaan kecil 2.742 6.559 7.057 7.540

Perusahaan mikro - - - 137

Jumlah 3.547 8.795 9.346 9.970

Sumber : Mataram dalam Angka 2012

2.11. Kota Bima

2.11.1. Kondisi Geografi dan Demografi

2.11.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah

Secara geografis, Kota Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa pada posisi

118°41'"-118°48' Bujur Timur dan 8°20'-8°30' Lintang Selatan. Wilayah administratif

Kota Bima berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bima yaitu, disebelah

utara dengan Kecamatan ambalawi, disebelah selatan dengan Kecamatan Palibelo,

disebelah timur dengan Kecamatan Wawo, dan sebelah sebelah barat dengan Teluk

Bima. Letak yang berbatasan langsung dengan Teluk Bima ini menyebabkan

transportasi laut di Kota Bima cukup ramai karena ditunjang oleh fasilitas Pelabuhan

Bima. Luas wilayah sebesar 222,25 km² atau sekitar 1,03% dari total luas Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

Dalam pengelolaan pemerintahan, Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) wilayah

administrasi Kecamatan dan 38 Kelurahan hasil pemekaran terakhir tahun 2007.

Penduduk asli Kota Bima adalah Suku Mbojo, yang memiliki semboyan “Katada pu

Rawi ma Tedi Katedi pu Rawi ma Tada” yang artinya tekunilah pekerjaan yang sudah

nyata membawa hasil yang baik dan tekunilah pekerjaan yang membawa perubahan

pembangunan.

Tabel II-90. Ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan di Kota Bima

Kecamatan Kota kecamatan Luas area (km2)

Rasanae Barat Paruga 10,14

Mpunda Lewirato 15,28

Rasanae Timur Kumbe 64,70

Raba Penaraga 63,73

Asakota Melayu 69,03

Sumber : Bima dalam Angka 2012

2.11.1.2. Topografi dan Iklim

Dilihat dari iklimnya, Kota Bima termasuk daerah yang memiliki cuaca cukup

ekstrim. Matahari bersinar terik hampir sepanjang musim dengan rata-rata

intensitas penyinaran tertinggi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Februari.

Page 129: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-87

Suhu udara rata-rata di Kota Bima tahun 2009 berkisar antara 24,80°C sampai

dengan 30,60°C dengan kelembaban udara antara 67 hingga 84%.

Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari 2009 yaitu mencapai 281,2 mm.

Jumlah hari hujan mencapai 116 hari, sementara jumlah hari hujan tertinggi terjadi

pada Bulan Pebruari 2009 yaitu dengan jumlah hari hujan mencapai 23 dari 28 hari

pada bulan tersebut. Hari hujan tampak kurang merata pada setiap bulannya.

Secara keseluruhan, sebagian besar kondisi lahan di Kota Bima adalah data dan

bergelombang kecil (14.236 ha atau 65,52%). Sementara kondisi lahan curam 4.534

ha (20,87%) dan sangat curam 2.957 ha (13,61%).

Tabel II-91. Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kecamatan di Kota Bima (Ha)

Kecamatan Datar

(0-2%)

Bergelombang

(2-15%)

Curam

(15-40%)

Sangat Curam

(>40%)

1 Rasanae Barat 854 35 75 50

2 Mpunda 658 132 563 175

3 Rasanae Timur 2.555 1.793 935 1.024

4 Raba 2.950 1.850 848 627

5 Asakota 2.225 1.184 2.113 1.081

Jumlah 9.242 4.994 4.534 2.957

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Bima, 2009

2.11.1.3. Lahan dan Penggunaannya

Pada kondisi tahun 2009, sebagai wilayah perkotaan maka Kota Bima memiliki areal

19.970 Ha (89,85%) sebagai lahan non sawah yang digunakan untuk kegiatan

perekonomian dan non perekonomian. Sebagian besar diantaranya merupakan hutan

negara seluas 9.324 ha, kemudian tegalan (4.069 ha), tanaman kayu-kayuan/hutan

rakyat (2.830 ha) serta tanah bangunan dan pekarangan seluas 1.757 ha. Sementara

wilayah pesisir pantai sepanjang 26 km.

Pada tahun 2010 tinggal tersisa 10 kelas penggunaan lahan, yaitu air, hutan

mangrove sekunder, hutan sekunder, permukiman, pertanian lahan kering, rumput

(padang penggembalaan), sawah, semak/belukar, tambak, dan tanah

terbuka/kosong. Pertanian lahan kering menempati luasan terbesar yaitu 7.833

hektar atau 35,8% dari total wilayah, dan secara spasial tersebar di semua wilayah

kecamatan, namun luasan terbesar adalah di Kecamatan Rasanae Timur. Peta

penggunaan lahan tahun 2010 diperoleh dari hasil interpretasi citra Geoeye-1

resolusi 0,41 meter imagery date 30 April 2010 pada Google Earth (IPB).

Tabel II-92. Jenis penggunaan lahan Kota Bima tahun 2010

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1. Air 63 0,3

2. Hutan Mangrove Sekunder 16 0,07

3. Hutan Sekunder 7.503 34,3

4. Permukiman 1.455 6,7

Page 130: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-88

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

5. Pertanian Lahan Kering 7.833 35,8

6. Rumput (Savanna) 11 0,1

7. Sawah 1.508 6,9

8. Semak/Belukar 3.189 14,6

9. Tambak 94 0,4

10. Tanah Terbuka/Kosong 191 0,8

Jumlah 21.862 100

Sumber : http://repository.ipb.ac.id

2.11.1.4. Demografi

Jika dilihat menurut kecamatan, penduduk terbesar berada di Kecamatan Raba

sebesar 35.097 jiwa, dan yang terendah berada pada kecamatan Rasanae Timur

sebesar 16.623 jiwa. Secara Keseluruhan jumlah penduduk wanita Kota Bima lebih

besar daripada penduduk laki-laki. Kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki

lebih besar dibandingkan dengan penduduk wanita terdapat di Kecamatan Asakota,

Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda, dan Kecamatan Rasanae Timur.

Hanya Kecamatan Raba yang penduduk wanita lebih besar daripada penduduk laki-

laki.

Struktur penduduk Kota Bima didominasi oleh penduduk muda. Hal ini terjadi

karena Kota Bima merupakan pusat pendidikan dan perekonomian di ujung timur

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida

penduduk adalah adanya perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk

usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih

tua dan berbentuk limas. Pada tahun 2007-2009 kepadatan penduduk di Kota Bima

mengalami peningkatan, Kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk terbesar

adalah kecamatan Rasanae Barat dengan 3.010 jiwa per km2. Sedangkan pada

kecamatan Rasanae Timur setiap 1 km2 wilayahnya hanya dihuni oleh 255 jiwa. Hal

ini menandakan belum meratanya penduduk di Kota Bima.

Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Kota Bima mengalami penurunan, hal ini

menandakan telah berhasilnya program keluarga berencana di Kota Bima. Adapun

kecamatan Asakota dan Rasanae Barat merupakan kecamatan yang rata-rata

anggota rumah tangganya diatas rata-rata keseluruhan kota Bima, oleh sebab itu

perlu perhatian lebih dari pemerintah. Ratio beban tanggungan (dependency ratio) di

Kota Bima menunjukkan adanya penurunan yaitu 53 orang pada tahun 2007 yang

berarti tiap 1 orang penduduk usia produktif akan menanggung 53 orang penduduk

non produktif menjadi sekitar 51 orang di tahun 2009. Penurunan ini menunjukkan

berkurangnya beban yang ditanggung oleh penduduk produktif (usia 15- 64 tahun)

terhadap penduduk tidak produktif yaitu usia 0-14 tahun dan usia 65 keatas.

2.11.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

2.11.2.1. Sumber Daya Alam

Kota Bima mempunyai potensi sumber daya alam yang didukung kondisi lahan dan

iklim yang cocok untuk pengembangan pertanian. Potensi-potensi yang ada tersebut

Page 131: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-89

mendukung program-program yang dikembangkan di sektor tanaman pangan,

perkebunan dan peternakan guna menciptakan terpenuhinya kebutuhan pangan

bagi masyarakat. Komoditas Utama tanaman pangan Kota Bima adalah Padi, Jagung

dan kedelai. Namun seiring perkembangan waktu, perlu dicermati pula penggunaan

lahan pertanian untuk pemukiman dan perumahan. Harus ada kebijakan untuk

menetapkan Lahan Abadi Hijau untuk terus mendukung eksistensi pangan di kota

Bima.

Kota Bima juga memiliki potensi di sektor kehutanan. Meskipun saat ini kondisi

kawasan hutan sebagian berada pada kondisi kritis. Keberadaan Hutan memegang

peranan penting dalam menjaga ekosistim disamping sebagai penyangga kehidupan

masyarakat. Letaknya yang berada di pinggir teluk Bima, menjadikan Kota Bima juga

memiliki Potensi sektor perikanan dengan keberadaan wilayah pesisir laut yang

dimiliki. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2008 mencapai 553,10 ton yang

terdiri dari budidaya tambak 508,50 ton, kolam/keramba 43.000 ton. Produk

perikanan yang berasal dari penangkapan laut 1.053.10 ton dan perairan umum

11.60 ton. Selain produksi ikan, produksi kelautan lainnya adalah rumput laut

dengan luas 5 ha dan produksi rumput laut basah 38,40 ton.

Dari peluang dan potensi yang dipaparkan di atas yang paling berpeluang untuk

dikembangkan kedepan adalah sektor Industri dan Jasa. Karena posisi strategis Kota

Bima telah lama dijadikan kota transit bagi kaum pendatang dari tiga titik yaitu Bali

di sebelah barat, NTT di sebelah timur dan Sulawesi di sebelah utara. Pemberdayan

dan penguatan pengembangan Industri kecil menengah seperti makanan dan

kerajinan perlu dioptimalkan disamping sektor lainnya seperti pariwisata, pertanian

agro dan sektor-sektor lainnya.

2.11.2.2. Sumber Daya Manusia

Tujuan akhir dari setiap kegiatan pembangunan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang

sehat, berkualitas atau memiliki pengetahuan dan mempunyai kemampuan untuk

memenuhi kebutuhannya. Cerminan masyarakat tersebut dapat ditunjukkan dengan

melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan Indeks

Komposit yang terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks

Pendidikan dan Indeks Pendapatan. UNDP membagi status pembangunan manusia

kedalam 4(empat) kategori yaitu pembangunan manusia dikatakan rendah jika

memiliki angka IPM kurang dari 50, menengah bawah jika nilai IPM 50 sampai

kurang dari 66, menengah atas jika nilai IPM 66 sampai dengan kurang dari 80 dan

IPM dikatakan tinggi apabila angka IPM mencapai angka 80 atau lebih.

Hasil penghitungan IPM pada tahun 2010, menempatkan Kota Bima sebagai daerah

yang mempunyai kriteria pembangunan manusia menengah atas terhadap

pembangunan manusia. Hal ini didasarkan pada kriteria pencapaian IPM yang baru

mencapai 68,56.

IPM Kota Bima mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 67,52 pada tahun

2008 menjadi 68,56 pada tahun 2010. Setiap komponen penyusun IPM di Kota Bima

mengalami peningkatan selama periode 2008 - 2010. Indikasi adanya peningkatan

atau kemajuan dalam ketiga komponen, ditunjukkan oleh perkembangan indeks,

Page 132: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-90

seperti yang ditampilkan pada tabel 10 Kenaikan indeks komposit tersebut, diperoleh

dari nilai masing-masing komponen.

Peningkatan IPM Kota Bima selama periode 2008 - 2010, mencerminkan adanya

suatu kemajuan yang berarti dalam peningkatan kualitas manusia. Dari tiga

komponen penyusun IPM, terutama pada komponen Pendapatan, Kota Bima masih

sangat tertinggal, walaupun dari sudut kesehatan maupun pendidikan sudah

memperoleh hasil yang cukup membanggakan.

Tabel II-93. Persentase lapangan kerja yang menampung tenaga kerja di kota Bima

Sektor usaha Laki-

laki

Perem

puan Jumlah

Pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan 17,41 10,01 13,71

Pertambangan dan penggalian 1,77 2,87 2,32

Industri pengolahan 11,87 17,43 14,65

Bangunan 8,26 1,07 4,67

Perdagangan, hotel dan restoran 14,56 29,97 22,27

Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 14,87 0,57 7,72

Keuangan, asuransi, persewaan bangunan dan jasa

perusahaan

1,86 2,79 2,33

Jasa kemasyarakatan 29,40 35,29 23,35

Sumber : Bima dalam angka 2012

Jumlah penduduk miskin Kota Bima pada tahun 2010 mencapai 12,8% dari total

penduduk Kota Bima atau sekitar 18 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut

mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13,56%.

Jumlah angkatan kerja di Kota Bima sebesar 65,37% dari total penduduk Kota Bima,

dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja 61,27%. Masyarakat Kota Bima sebagian

besar bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan (32,35%) serta sektor perdagangan,

hotel dan restoran (22,27%).

2.11.3. Infrastruktur

2.11.3.1. Prasarana Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya.Jalan dapatmeningkat-kan

kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim

barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan, komoditas dapat mengalir

ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran

di luar wilayah itu. Untuk mendukung transportasi darat maka pemerintah daerah

telah membangun jalan Negara sepanjang 33,13 km, jalan Provinsi sepanjang 26,30

km, dan jalan kabupaten sepanjang 310,06 km. Dari seluruh panjang jalan, hanya

68,29% yang diaspal, sementara sisanya (31,71%) berupa kerikil, tanah, dan tidak

terinci.

Bila dibandingkan dengan tahun 2009, jalan Negara dan jalan Provinsi tidak

mengalami peningkatan. Walaupun panjang jalan tidak mengalami peningkatan

Page 133: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-91

namun jumlah kendaraan di Kota bima mengalami peningkatan yang sangat besar

khususnya pada sepeda motor yang naik hampir 4 kali lipatnya dibanding dengan

tahun 2008.

Selain transportasi darat, Kota Bima juga memiliki sarana pelabuhan laut. Selama

periode 2008-2010 arus kunjungan kapal mengalami peningkatan 0,5% yakni dari

2.072 kapal menjadi 2.083 kapal. Selama periode 2008 – 2010 jumlah penumpang

yang menggunakan angkutan laut terus mengalami peningkatan ini terlihat dari

jumlah penumpang yang naik melalui pelabuhan laut kota bima naik sebesar 150%

yaitu jumlah penumpang dari 11.529 tahun 2008 naik menjadi 28.829 penumpang

tahun 2010, sebaliknya penumpang yang datang ke Kota Bima mengalami

penurunan sebesar 0,22% yakni dari 18.652 penumpang tahun 2008 turun menjadi

18.694 penumpang tahun 2010.

2.11.3.2. Prasarana Air Bersihdan Listrik

Ketersediaan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kota Bima menunjukkan

bahwa pada tahun 2009 jumlah air minum yang disalurkan sebanyak 2.981.878.631

m3 dengan jumlah pelanggan 5.387. Pelanggan tersebut terdiri dari rumah tangga,

niaga, sosial, instansi pemerintah dan khusus.

Pada dasarnya sebagian besar wilayah Kota Bima telah terhubung oleh jaringan

instalasi listrik. Pemakaian energi listrik di Kota Bima masih pada kegiatan‐kegiatan

yang bersifat konsumtif belum banyak mengarah pada kegiatan produktif yang

nantinya menjadi penggerak sektor-sektor ekonomi terutama industri. Hal tersebut

terlihat dari jumlah pelanggan, daya tersambung maupun energi terjual yang

didominasi kelompok rumah tangga. Tahun 2009 energi terjual untuk kelompok

rumah tangga mencapai 35.387.082 KWh atau 93,6% dari total energi listrik yang

disalurkan sebesar 37.807.765 KWh. Pelanggan utama lainnya adalah

perusahaan/niaga dan sarana umum.

2.11.3.3. Prasarana Komunikasi

Sebagaimana dihadapi berbagai daerah di Indonesia, bahwa kondisi sarana dan

prasarana komunikasi masih harus terus dipacu pembangunannya untuk

meningkatkan aksesibilitas, kualitas,ataupun cakupan pelayanan. Sehingga

diharapkan pembangunan sarana dan prasarana mampu menstimulasi

perkembangan sektor produksi, dan mendukung pengembangan wilayah. Secara

spesifik kondisi sarana dan prasarana di Kota Bima.

Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kota Bima, seperti kantor pos untuk

sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara

langsung. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4.503 jumlah pelanggan.

Surat merupakan salah satu alat komunikasi yang masih banyak digunakan,

disampaing komunikasi melalui telepon genggam yang telah banyak menggantikan

peran surat. Pada Tahun 2009 total lalu lintas masuk surat dan pos paket mencapai

214.205, yang sebagian besar berupa pos kilat/kilat khusus 105.695, kemudian

surat pos biasa dalam negeri yang mencapai 35.395. Untuk pos paket yang keluar

mencapai 8.700 dan masuksebanyak 17.583.

Page 134: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-92

Di sektor komunikasi, terjadi penurunan namun tidak signifikan pada jumlah

pelanggan telepon rumah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan telepon seluler yang

mulai menggantikan fungsi telepon rumah. Sektor transportasi dan komunikasi di

Kota Bima menunjukkan perkembangan yang positif, dimana pada tahun 2010

kontribusinya mencapai 17,85% terhadap PDRB Kota Bima.

2.11.3.4. Prasarana Pendidikan

Pendidikan memegang peranan penting untuk mencatak sumber daya manusia yang

berkualitas, karena dengan proses pendidikan akan meningkatkan kecerdasan dan

ketrampilan manusia. Pada tahun 2010 partisipasi penduduk berusia 0-6 tahun di

Kota Bima yang sedang mengikuti pendidikan pra sekolah adalah 13,72%, sementara

73,98% sudah tidak mengikuti pendidikan pra sekolah dan sisanya 12,30% belum

pernah mengikuti pendidikan pra sekolah.

Sedangkan pada penduduk usia 7 – 24 tahun di Kota Bima sekitar 71,57% masih

menjalani pendidikan di bangku sekolah. Hanya 0,15% yang tidak/belum pernah

sekolah. Sisanya 28,28% sudah tidak bersekolah lagi. Jika dilihat dari tingkat

pendidikan tertinggi pada penduduk usia 7 – 24 tahun yang masih sekolah ada

45,64% yang masih bersekolah di sekolah dasar, 19,65% di bangku SMP, 21,27%

bersekolah di SMU dan 13,44% saja yang sedang menjalani pendidikan di Perguruan

Tinggi.

Rata-rata jumlah murid per sekolah SD di Kota Bima adalah 208 siswa, dengan rata-

rata jumlah guru per sekolah sebanyak 24 orang. Untuk tingkat pendidikan SMP,

rata-rata jumlah siswa per sekolah sebanyak 327 orang dengan rata-rata jumlah

guru 39 orang. Sedangkan untuk SMU, rata-rata jumlah murid per sekolah sebanyak

322 siswa dengan rata-rata jumlah guru sebanyak 32 orang. Dari data tersebut dapat

dilihat semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar rata-rata murid per

sekolah dan rata-rata guru per sekolah. Daya tampung kelas terhadap banyaknya

murid haruslah seimbang agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Semakin banyak murid dalam satu kelas semakin turun daya serap murid terhadap

materi. Kemampuan daya tampung ruang kelas untuk jenjang pendidikan SD di Kota

Bima mencapai 28 murid, SLTP dan SMU masing-masing 42 murid dan 30 murid per

kelas lebih banyak dari SD. Kemampuan membaca dan menulis merupakan

keterampilan minimum yang dibutuhkan untuk hidup sejahtera. Dilihat persentase

Penduduk 10 Tahun ke atas di Kota Bima kemampuan membaca dan menulis sudah

mencapai 94,52% dan sebanyak 5,48% yang buta huruf, artinya diantara 100

penduduk ada 5 orang yang buta huruf.

Tabel II-94. Jumlah sekolah di Kota Bima

Tingkatan Kepemilikan 2010 2011

TK Negeri 2 3

Swasta 46 53

SD Negeri 73 73

Swasta 7 8

SMP Negeri 14 15

Page 135: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Profil Daerah

II-93

Tingkatan Kepemilikan 2010 2011

Swasta 6 6

SMU Negeri 5 5

Swasta 9 9

SMK Negeri 5 5

Swasta 5 4

Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2012

2.11.3.5. Prasarana Kesehatan

Pembangunan kesehatan sesuai renstra Pembangunan kesehatan 2001-2004 untuk

mengisi visi Indonesia Sehat 2010 adalah memberikan proiritas pada upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit disamping penyembuhan dan

pemulihan kesehatan. Pembangunan kesehatan mencakup peningkatan penyediaan

pelayanan kesehatan yang mudah di akses seluruh lapisan masyarakat.

Sebagai gambaran jumlah sarana kesehatan di Kota Bima pada tahun 2010 adalah

sebagai berikut : terdapat 5 Puskesmas, 17 Pustu, 29 Polindes dan 2 Rumah Sakit

yaitu 1 RSUD yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bima dan 1 lagi merupakan

milik swasta. Sementara jumlah praktek dokter mencapai 29 Ini menunjukan bahwa

akses ke fasilitas kesehatan di Kota Bima sudah cukup baik.

Mungkin bila melihat persentase penduduk yang berobat paling banyak adalah

puskesmas, sehingga Pemerintah Kota Bima menjadikan beberapa Puskesmas

menjadikan puskesmas rawat inap.

Tabel. II-95. Jumlah Unit Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Bima

Uraian 2008 2009 2010 2011

Rumah Sakit 1 1 1 2

Puskesmas 5 5 5 5

Puskesmas Pembantu 15 16 17 19

Puskesmas Keliling 16 6 - 13

Polindes 25 26 19 35

Posyandu 148 148 152 153

Lab. Klinik 3 3 - 4

Dokter Umum - - - 28

Dokter Gigi - - - 5

Bidan - - - 111

Apoteker - - - 22

Kesehatan Masyarakat - - - 35

Sanitarian - - - 26

Ahli Gizi - - - 32

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima, 2011

Page 136: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

II-94

Penyakit infeksi saluran pernapasan atas menempati urutan tertinggi penyakit yang

banyak diderita oleh masyarakat Kota Bima yaitu sebanyak 24,99%. Ini

menunjukkan bahwa penduduk Kota Bima banyak mengalami masalah dengan

penyakit infeksi saluran pernapasan atas.

Jumlah tenaga kesehatan di Kota Bima sudah cukup banyak namun belum tersebar

secara merata di setiap kecamatan. Disamping itu jumlah praktek dokter spesialis

dan dokter gigi di Kota Bima berkurang dari tahun 2008. Sebaliknya jumlah bidan

meningkat 25% pada tahun 2010.

Persentase tertinggi penolong kelahiran di Kota Bima pada tahun 2010 adalah tenaga

medis yaitu mencapai 70,65%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan

penduduk di bidang kesehatan cukup tinggi dengan memahami pentingnya

keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Sementara kelahiran yang ditolong dukun

mencapai 27,15%, lainnya 2,19%. Pemerintah terus mengupayakan agar para ibu

hamil dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang didistribusikan di

setiap Kecamatan dan kelurahan agar persalinan bayi yang ditolong oleh dukun

tradisional diharapkan terus menurun.

2.11.3.6. Prasarana Pasar

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2011 terdapat 5 buah pasar

di Kota Bima yang tersebar pada 3 kecamatan. Pasar-pasar tersebut mencakup 546

buah toko dalam pasar dengan 1027 pedagang. Jumlah sarana perdagangan di Kota

Bima meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat menunjukkan

perkembangan perekonomian di Kota Bima.

Tabel II-96. Jumlah sarana perdagangan di kota Bima

Jenis saran perdagangan

2008 2009 2010 2011

Pasar umum 4 5 5 5

Pasar desa 4 - - -

Toko 175 226 247 655

Kios/warung 198 232 327 1.135

Rumah makan 42 31 19 25

Sumber : Bima dalam angka 2012

Page 137: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-1

BAB III.

KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH

3.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat

3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Penilaian kondisi dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dinilai dengan

beberapa cara, salah satunya adalah dengan melihat Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) wilayah tersebut. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Provinsi Nusa Tenggara Barat terus mengalami peningkatan, baik PDRB atas dasar

harga berlaku (ADHB) maupun PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) seperti yang

tercantum pada Tabel III-1.

Tabel 0-1. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Sektor

Tahun 2008-2010 (Rp jutaan)

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan tahun 2000 Pertumbuhan

2008 2009 2010 2008 2009 2010 Berlaku Konstan

Pertanian 8.319.378 8.912.249 9.817.353 4.332.527 4.460.273 4.510.965 10,16 1,14

Pertanian Tanaman

Pangan 5.212.090 5.462.175 6.047.346 2.597.743 2.654.977 2.676.656 10,71 0,82

Perkebunan 1.031.374 1.083.736 1.190.220 512.141 523.766 514.262 9,83 -1,81

Peternakan 1.137.412 133.136 1.396.367 616.827 669.929 683.719 4,51 2,06

Kehutanan 23.738 24.719 27.468 13.357 12.901 13.075 11,12 1,35

Perikanan 914.763 1.005.483 1.155.952 591.460 598.701 623.253 14,96 4,1

Pertambangan dan

Penggalian 10.870.787 15.880.990 17.917.009 3.811.549 4.905.868 5.480.315 12,82 11,71

Industri Pengolahan 1.279.191 1491345 1638225 836930 909946 944253 9,85 3,77

Listrik, Gas dan Air

Bersih 153.889 180.593 211.527 61.118 67.550 74.266 17,13 9,94

Bangunan 2.299.100 2.939.982 3.121.672 1.248.862 1.457.950 1.482.456 6,18 1,68

Pergadangan, Hotel dan

restoran 4.625.844 5.579.515 6.402.780 2.543.292 2.749.572 2.918.252 14,76 6,13

Pengangkutan dan

Komunikasi 2.772.461 3.111.810 3.370.896 1.332.551 1.407.037 1.510.032 8,33 7,32

Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 1.590.725 1.887.744 2.152.115 895.623 971.565 1.024.760 14 5,48

Jasa-jasa/Services 3.403.357 4.000.803 4.731.130 1.769.148 1.939.316 2.111.497 18,25 8,88

Total PDRB 35.314.721 43.985.031 49.362.706 16.831.601 18.869.076 20.056.796 12,23 6,29

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011

Pada Tabel III-1 ditunjukkan bahwa nilai PDRB ADHB Provinsi Nusa Tenggara Barat

terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp 35.314.721 juta pada tahun 2008

menjadi Rp 43.985.031 juta pada tahun 2009 atau meningkat 24,55% dan menjadi

Page 138: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-2

Rp 49.362.706 juta pada tahun 2010 atau mengalami peningkatan sebesar 12,23%.

Hal yang sama juga dialami PDRB ADHK yang mengalami peningkatan sebesar

12,11% pada tahun 2009 dan 6,29% pada tahun 2010.

Sektor perekonomian yang mendominasi di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah

Sektor Pertambangan dan Penggalian yang diikuti oleh Sektor Pertanian. Kontribusi

Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB mencapai Rp 17.917.009 juta

atau 36,30% dari total PDRB ADHB, hal tersebut dikarenakan adanya perusahaan

tambang emas PT. Newmont Nusa Tenggara. Kontribusi sektor tersebut terhadap

PDRB juga meningkat dari tahun ke tahun yaitu 30,78% pada tahun 2008 menjadi

36,11% pada tahun 2009 dan 36,30% pada tahun 2010 (PDRB ADHB). Sektor

Pertanian yang peranannya menduduki peringkat kedua setelah Pertambangan dan

Penggalian, meskipun jumlah PDRB yang disumbangan terus meningkat, sekalipun

dihitung atas dasar harga konstan, namun perannya terus mengalami penurunan.

Pada tahun 2008 besar sumbangan PDRB ADHK Sektor Pertanian mencapai Rp

4.332.527 juta, meningkat menjadi Rp 4.460.273 juta pada tahun 2009 dan menjadi

Rp 4.510.965 juta pada tahun 2010. Sementara itu, peranan sektor tersebut terus

mengalami penurunan dari 23,56% pada tahun 2008 menjadi 20,26% pada tahun

2009 dan 19,89% pada tahun 2010. Sektor menyumbang PDRB paling kecil adalah

Sektor Listrik dan Air Bersih, tercatat hanya sebesar Rp 61.12 milyar (PDRB ADHB)

atau sebesar 0,43%. Sektor yang memiliki sumbangan PDRB terkecil berikutnya

adalah Sektor Industri Pengolahan dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

dengan masing-masing kontribusi sebesar 3,32% dan 4,36% (Gambar III-1).

Gambar 0-1. Distribusi Persentase PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar

Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sektor), Tahun 2010

Secara umum dapat dikatakan perekonomian Propinsi Nusa Tenggara Barat makin

membaik, ditunjukkan dengan meningkatnya nilai PDRB ADHK (tahun 2000),

meskipun laju kenaikan yang dicapai pada tahun 2010 tidak sebaik pada tahun

sebelumnya, namun seluruh sektor mengalami kenaikan, kecuali Sektor Perkebunan

mengalami penurunan sebesar 1,81%. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan PDRB

19.89

36.3

3.32

0.43

6.32

12.97

6.83

4.36 9.58

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Pergadangan, Hotel dan restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa

PerusahaanJasa-jasa/Services

Page 139: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-3

tinggi adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,71%, Sektor Listrik,

Gas dan Air Bersih sebesar 9,94% dan Sektor Jasa-jasa/Services sebesar 8,88%.

Menurut penggunaannya, PDRB Propinsi Nusa Tenggara Barat terbanyak digunakan

untuk mendanai konsumsi rumah tangga, mencapai 40,78% pada tahun 2010,

berikutnya adalah untuk pembentukan modal tetap sebesar 21,9% dan membiayai

konsumsi pemerintah. Jika dilihat secara total, PDRB NTB lebih banyak digunakan

untuk kegiatan konsumsi mencapai 75,37%, sedang kegiatan investasi dan

pembentukan modal hanya mencapai 24,63% (Gambar III-2), hal ini kemungkinan

menjadi salah satu sebab rendahnya pertumbuhan PDRB pada tahun 2010 ini.

Gambar 0-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Penggunaannya, Tahun 2010.

Tabel 0-2. PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Kabupaten/Kota (dalam Rp Juta)

Kabupaten/Kota Harga Berlaku Harga Konstan tahun 2000

2008 2009 2010 2008 2009 2010

Lombok Barat 3.126.928 3.563.922 3.939.774 1.590.459 1.689.822 1.769.876

Lombok Tengah 3.531.386 4.108.801 4.639.914 1.961.627 2.104.411 2.223.479

Lombok Timur 4.879.813 5.515.572 6.215.204 2.675.371 2.828.655 2.970.436

Sumbawa 3.027.829 3.453.488 3.968.120 1.640.941 1.730.446 1.833.216

Dompu 1.552.128 1.766.189 1.984.268 846.152 890.891 931.592

Bima 2.378.327 2.729.227 3.069.401 1.399.849 1.490.240 1.557.971

Sumbawa Barat 10.928.670 15.857.885 17.961.163 3.827.058 4.888.741 5.497.872

Kota Mataram 3.621.686 4.140.147 4.829.234 1.871.168 2.029.390 2.190.819

Kota Bima 771.725 886.380 999.587 409.786 435.911 460.826

Lombok Utara 1.128.893 1.264.640 1.410.749 592.437 622.451 649.356

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011

Dilihat dari distribusi menurut kabupaten/kota (Tabel III-2) dapat diuraikan bahwa

terjadi perbedaan PDRB antar kabupaten di NTB yang cukup signifikan. PDRB harga

berlaku Kabupaten Sumbawa Barat jauh lebih tinggi dibandingkan PBRD

40.79

0.91 14.39

21.9

2.73

19.28

Konsumsi Rumahtangga

Konsumsi Lembaga Non

Profit

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal

tetap Bruto

Perubahan Investasi

Net Impor

Page 140: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-4

kabupaten/kota lainnya, bahkan besarnya lebih dari dua kali PDRB Kabupaten

Lombok Timur yang berada di urutan ke dua, dan lebih dari tiga kali PDRB Kota

Mataram yang menduduki urutan ke tiga. Besarnya PDRB Kabupaten Sumbawa

Barat disebabkan adanya pertambangan emas besar (PT. Newmont Nusa Tenggara)

yang berada di kabupaten tersebut. Nilai PDRB ADHB Kabupaten Sumbawa Barat

mencapai Rp 17,9 trilyun pada tahun 2010, meningkat 13,26% dari tahun

sebelumnya. Kabupaten Bima merupakan kabupaten dengan PDRB terendah, dengan

besar PDRB harga berlaku mencapai Rp 999,587 milyar pada tahun 2010, disusul

Kabupaten Lombok Utara dengan besar PDRB Rp 1,4 trilyun dan Kabupaten Dompu

dengan besar PDRB Rp 1,98 trilyun di tahun yang sama.

Besarnya PDRB perkapita dapat memberikan informasi tingkat kesejahteraan

masyarakat. Berbeda pada PDRB total kabupaten, Kota Mataram memiliki PDRB per

kapita tertinggi, mencapai Rp 11.987.881 pada tahun 2010, melebihi PDRB per

kapita Kabupaten Sumbawa Barat yang hanya Rp 8.160.765. Kabupaten Lombok

Tengah dan Lombok Timur memiliki PDRB per kapita terendah, meskipun PDRB total

kabupaten relatif tinggi namun karena jumlah penduduk yang dimiliki besar, maka

PDRB per kapita menjadi rendah.

Tabel 0-3. PDRB Per Kapita Provinsi Nusa Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Kabupaten/Kota

Kabupaten Harga Berlaku

2008 2009 2010

Lombok Barat 5.356.805 6.018.257 6.566.444

Lombok Tengah 4.175.034 4.814.924 5.393.938

Lombok Timur 4.475.369 5.021.749 5.621.658

Sumbawa 7.405.015 8.372.193 9.543.590

Dompu 7.277.486 8.167.687 9.061.700

Bima 5.518.327 6.269.919 6.988.171

Sumbawa Barat 6.533.001 7.373.857 8.160.765

Kota Mataram 9.323.022 10.456.976 11.987.881

Kota Bima 5.618.430 6.328.390 7.010.758

Lombok Utara 5.7381.98 6.371.688 7.051.208

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011

3.1.2. Kondisi Produksi 3.1.2.1. Sektor Pertanian

a. Sub sektor Tanaman Pangan

Sektor Pertanian merupakan sektor dominan kedua terbesar dalam struktur

perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat, setelah Sektor Pertambangan dan

Penggalian. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi pada sektor pertanian merupakan

hal sangat penting yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan

mensukseskan pemerataan pembangunan pedesaan. Upaya yang sudah dijalankan

pemerintah kearah itu adalah dengan menerapkan program intensifikasi,

ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.

Page 141: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-5

Pada tahun 2010 luas areal tanam tanaman pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

mencapai 599.456 ha (Tabel III-4), terluas ditanami padi dengan luas panen 374.284

ha dan produksi 1.774.499 ton. Pada tahun 2010 produksi padi mengalami

penurunan sekitar 5,15% dibandingkan tahun sebelumnya. Tanaman palawija

terluas adalah kedelai dengan luas panen 86.649 ha dan produksi 93.122 ton,

kemudian disusul jagung dengan luas panen 61.593 ha dan produksi 249.005 ton,

dan kacang hijau seluas 45.511 ha dengan produksi 50.012 ton. Seperti halnya padi,

tanaman palawija juga secara umum mengalami penurunan, kecuali kacang hijau

dan ubi jalar. Kacang hijau mengalami kenaikan cukup signifikan dari 33.772 ton

pada tahun 2009 menjadi 50.012 ton pada tahun 2010.

Tabel 0-4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2010

No Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 Padi 374.284 1.774.499

2 Jagung 61.593 249.005

3 Ubi Kayu 5.352 70.606

4 Kedelai 86.649 93.122

5 Kacang Hijau 45.511 50.012

6 Kacang Tanah 25.044 33.666

7 Ubi Jalar 1.123 13.134

Sumber: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2011.

Tanaman padi sawah merupakan tanaman dengan areal penanaman terluas di

Propinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat di seluruh kabupaten/kota, dengan luas

tanam 329.594 ha dan produksi sebesar 1.620.666 ton. Produktivitas rata-rata

tanaman padi sawah di NTB mencapai 4.917 ton per hektar, masih lebih rendah dari

potensi yang mencapai 7-8 ton per ha. Dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun

luas panen padi sawah tahun 2010 mengalami mengalami peningkatan sebesar

4,26%, namun produksinya mengalami penurunan sebesar 0,2%, hal ini disebabkan

turunnya produktivitas dari 52.32 kuintal per hektar pada tahun 2009 menjadi 49,17

kuintal per hektar pada tahun 2010.

Tabel 0-5. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Nusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Kabupaten / Kota Luas panen

(Ha)

Rata-rata

produksi

(kw/ha)

Produksi

(ton)

Lombok Barat 27.350 52,61 143.899

Lombok Tengah 74.750 48,04 359.072

Lombok Timur 60.384 48,03 290.031

Sumbawa 63.828 48,11 307.068

Sumbawa Barat 15.305 45,67 69.903

D o m p u 27.118 46,04 124.864

Page 142: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-6

Kabupaten / Kota Luas panen

(Ha)

Rata-rata

produksi

(kw/ha)

Produksi

(ton)

B i m a 43.323 54,22 234.896

Kota Mataram 4.159 54,15 22.521

Kota Bima 4.140 53,80 22.272

Lombok Utara 9.237 49,95 46.140

Jumlah / Total 329.594 49,17 1.620.666

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Areal tanam padi sawah tertinggi di Kabupaten Lombok Tengah dengan luas areal

74.750 ha dan produksi sebesar 359.072 ton. Luas areal terbesar berikutnya adalah

Kabupaten Sumbawa dan Lombok Timur, luasnya mencapai 63.828 ha dan 60.384

ha, dengan produksi 307.068 ton dan 290.031 ton.

Padi sawah ditanam di sawah irigasi, sawah tadah hujan maupun ladang.

Penanaman padi di sawah tadah hujan menggunakan sistem gogo rancah, dimana

karena hari hujan yang relatif pendek, pengolahan tanah dilakukan pada saat

sebelum hujan turun, benih padi ditanam pada saat sawah masih kering dengan

sistem tugal seperti halnya menanam padi di ladang. Setelah hujan cukup banyak,

sawah baru mendapat pengairan seperti halnya sawah irigasi.

Tabel 0-6. Luas Panen dan Produksi Padi SawahNusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Kabupaten /

Kota

Luas panen

(ha)

Rata-rata produksi

(kw/ha)

Produksi

(ton)

Lombok Barat 1.637 33,09 5.417

Lombok Tengah 1.094 31,86 3.485

Lombok Timur 3.113 32,06 9.980

Sumbawa 9.531 31,84 30.349

Sumbawa Barat 435 34,09 1.483

D o m p u 7.461 33,09 24.691

B i m a 16.319 38,39 62.653

Kota Mataram 0 - 0

Kota Bima 2.675 29,32 7.844

Lombok Utara 2.425 32,71 7.931

Jumlah / Total 44.690 34,42 153.833

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Padi ladang ditanam diseluruh kabupaten/kota, kecuali di Kota Mataram. Luas areal

tanam padi sawah lebih terbatas dibandingkan padi sawah, yakni hanya seluas

44.690 ha dengan produksi sebesar 153.833 ton. Produktivitas padi ladang pun lebih

rendah dari padi sawah, mencapai 34,42 kuintal per hektar. Luas areal, produksi dan

produktivitas tertinggi padi ladang ditemui di Kabupaten Bima, luas tanamnya

mencapai 16.319 ha, dengan produksi sebesar 62.653 ton dan produktivitas sebesar

38,39 kuintal per hektar.

Page 143: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-7

Kedelai merupakan tanaman yang luas tanamnya menduduki peringkat kedua

setelah padi. Seperti halnya padi sawah, kedelai ditanam di seluruh kabupaten yang

ada di NTB. Areal penanamannya mencapai 86.649 ha dengan produksi 93.122 ton

selama tahun 2010. Kedelai terbanyak ditanam di Kabupaten Bima dan Lombok

Tengah, masing-masing dengan luas areal tanam 29.745 ha dan 23.208 ha, dan

produksi masing-masing sebesar 29.278 ton dan 24.425 ton, meskipun demikian

produktivitas tertinggi dicapai oleh Kabupaten Dompu, mencapai 12,38 kuintal per

hektar. Kedelai sangat jarang ditanam di Kabupaten Lombok Utara, luasnya hanya

mencapai 7 ha dengan produksi 7 ton.

Tabel 0-7. Luas Panen dan Produksi Kedelai Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Kabupaten / Kota Luas Panen

(ha)

Rata-rata

Produksi (kw/ha)

Produksi

(ton)

Lombok Barat 3.037 9,20 2.794

Lombok Tengah 23.208 10,52 24.425

Lombok Timur 918 10,02 920

Sumbawa 9.623 12,02 11.808

D o m p u 14.307 12,38 17.712

B i m a 29.745 9,84 29.278

Sumbawa Barat 1.369 10,83 1.483

Kota Mataram 1.179 9,81 1.157

Kota Bima 3.056 11,58 3.538

Lombok Utara 7 10,02 7

Jumlah / Total 86.649 10,75 93.122

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Tanaman ketiga yang banyak ditanam di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah jagung

dengan luas tanam mencapai 61.593 ha dengan produksi 249.005 ton pada tahun

2010 (Tabel III-8). Seperti halnya tanaman lainnya, jagung juga ditanam di seluruh

kabupaten, terluas ditemui di Kabupaten Lombok Timur dan Sumbawa dengan luas

panen masing-masing sebesar 16.602 ha dan 14.528 ha dengan tingkat produksi

sebesar 67.628 ton dan 57.425 ton. Tanaman jagung ditanam di lahan sawah pada

musim tanam ke 2 setelah padi sawah, dengan pola tanam monokultur atau

tumpangsari dengan tanaman lainnya.

Tabel 0-8. Luas Panen dan Produksi Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Kabupaten /

Kota

Luas panen

(ha)

Rata-rata

produksi

(kw/ha)

Produksi (ton)

Lombok Barat 2.613 36,45 9.525

Lombok Tengah 3.191 43,34 13.830

Lombok Timur 16.602 40,73 67.628

Page 144: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-8

Kabupaten /

Kota

Luas panen

(ha)

Rata-rata

produksi

(kw/ha)

Produksi (ton)

Sumbawa 14.528 39.53 57.425

Sumbawa Barat 3.076 37,52 11.542

D o m p u 5.821 41,83 24.348

B i m a 9.686 40,04 38.778

Kota Mataram 0 - 0

Kota Bima 684 42,53 2.909

Lombok Utara 5.392 15,85 23.020

Jumlah / Total 61.593 40,43 249.005

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Selain tanaman padi dan palawija, di Propinsi Nusa Tenggara Barat juga ditanam

berbagai macam sayuran (Tabel III-9). Jenis tanaman yang terluas diusahakan

adalah bawang merah seluas 10.159 hektar dengan produksi sebesar 104.324 ton.

Kabupaten Bima dan Lombok Timur merupakan sentra produksi bawang merah di

NTB dengan masing-masing luas tanam sebesar 6.939 ha dan 1.639 ha dengan

produksi 79188 ton dan 11.757 ton per tahun. Selain itu banyak juga dijumpai di

Kabupaten Sumbawa dan Dompu dengan luas penanaman total 1.441 ha dan

produksi 20.535 ton per tahun.

Komoditas sayuran kedua yang paling banyak ditanam adalah cabe rawit dengan

luas panen 4.687 ha dan produksi 18.870 ton. Cabe rawit terbanyak ditanam di

Kabupaten Lombok Timur dengan luas panen 3.123 ha dan produksi 14.053 ton.

Cabe rawit banyak ditanam di sawah pada saat musim kering, musim ke 2 atau ke 3,

baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan tanaman lainnya. Pada

musim hujan harga cabe rawit melonjak naik hingga mencapai Rp 70.000 per kg, hal

ini yang menarik petani untuk mengusahakannya.

Tabel 0-9. Produksi Sayuran Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota,

Tahun 2010

Jenis Komoditas Luas panen

(Ha)

Produksi

(ton)

Bawang Merah 10.159 104.324

Bawang Putih 456 4.510

Kentang 367 5.130

Kubis 418 9.726

Cabe Besar 817 5.780

Kacang Panjang 1.075 8.179

Sawi 196 2.185

Tomat 1.335 25.639

Bayam 156 1.645

Cabe rawit 4.687 18.870

Kangkung 400 8.363

Page 145: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-9

Jenis Komoditas Luas panen

(Ha)

Produksi

(ton)

Ketimun 306 8.217

Wortel 104 2.245

Bawang Daun 59 859

Buncis 91 1.049

Kembang Kol 50 664

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Selain bawang merah dan cabe rawit, tanaman sayuran lain yang banyak ditanam

secara luas adalah tomat dan kacang panjang, luas panen mencapai 1.335 ha dan

1.075 ha dengan produksi sebesar 8.179 ton dan 25.639 ton pada tahun 2010.

Produksi tomat adalah tertinggi dari produksi sayuran yang ada di NTB, tidak hanya

dikonsumsi dalam bentuk segar untuk bumbu dan sayuran, namun telah diolah

menjadi manisan tomat yang menjadi salah satu produk oleh-oleh dari Propinsi Nusa

Tenggara Barat. Sementara itu sayuran kangkung yang menjadi bahan baku

pembuatan “pelecing”, makanan khas Suku Sasak di Pulau Lombok luas areal

tanamnya mencapai 400 ha dengan produksi sebesar 8.363 ton. Kangkung, selain

ditanam di sawah beririgasi, juga banyak ditanam di sungai-sungai dan perairan

lainnya.

Produksi buah-buahan terbanyak di Propinsi Nusa Tenggara Barat adalah mangga

dengan produksi 104.668 ton. Buah mangga ditanam diseluruh kabupaten di NTB,

namun terbanyak dihasilkan oleh Kabupaten Sumbawa, Lombok Barat, Kota Bima

dan Lombok Utara. Sebagian besar mangga ditanam di pekarangan rumah, meskipun

ada yang ditanam khusus dalam bentuk perkebunan, areal tanamnya tidak dalam

bentuk skala besar (perkebunan rakyat). Jenis mangga yang ditemui bermacam-

macam diantaranya Mangga Madu (Manalagi), Arum Manis, Golek, Dare Kande

(mangga lokal), Gedong Gincu dan lainnya. Mangga dipasarkan tidak hanya di NTB

sendiri, namun sudah menjadi produk yang diperdagangkan dalam skala nasional.

Produk mangga NTB di pasar Pulau Jawa sering disebut sebagai produk mangga dari

Probolinggo yang selama ini lebih dikenal sebagai kota pemasok mangga.

Produksi buah terbesar berikutnya adalah pisang dan nangka dengan produksi

masing-masing sebesar 62.799 ton dan 59.209 ton. Buah pisang ditanam di seluruh

kabupaten, namun terbanyak dihasilkan di Kota Bima, Lombok Barat dan Lombok

Timur. Sedang nangka lebih banyak dihasilkan di Kota Bima, Lombok Barat dan

Sumbawa. Produksi buah yang cukup banyak lainnya adalah nanas dengan sentra

produksi di Masbagik Kabupaten Lombok Timur, pepaya terbesar di hasilkan di Kota

Bima, dan jambu biji di Lombok Barat.

Tabel 0-10. Produksi Sayuran Provinsi NTB Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Jenis Komoditas Produksi (ton)

Mangga 104.668

Rambutan 3.118

Alpukat 678

Duku 449

Page 146: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-10

Jenis Komoditas Produksi (ton)

Durian 2.830

Pepaya 24.270

Sawo 10.076

Jambu Biji 16.560

Jambu Air 2.498

Nangka 59.209

Pisang 62.799

Nanas 20.699

Melon 1.107

Semangka 2.688

Jeruk Besar 4.143

Jeruk Keprok 2.927

Manggis 235

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

b. Sub sektor Perkebunan

Sub sektor perkebunan sampai sekarang masih mempunyai peranan yang cukup

besar dalam pengembangan sektor pertanian. Peluang bisnis perkebunan di Nusa

Tenggara Barat masih bisa ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari produksi

perkebunan Nusa Tenggara Barat masih menunjukkan peningkatan walaupun

sedikit untuk komoditas tertentu. Tanaman perkebunan Provinsi Nusa tenggara

Barat didominasi oleh kelapa, jambu mete, tembakau virginia, jarak dan kakao.

Luas areal tanam kopi mencapai 90.951,00 ha dengan produksi sebesar 95.922,60

butir. Kelapa selain untuk konsumsi langsung baik dalam bentuk kelapa tua atau

muda, lebih banyak diproses lebih lanjut menjadi kopra dan minyak kelapa. Selain

itu, sabut dan arang tempurung kelapa sebagai produk sampingan, juga diekspor ke

Provinsi, atau bahkan ke negara lain. Sabut banyak digunakan untuk bahan

pembuatan springbed, dan arang untuk bahan energi, juga untuk obat-obatan.

Tabel 0-11. Luas Areal Tanam, Produksi dan Sentra Produksi Perkebunan Provinsi

Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Jenis Komoditas Luas Tanam

(Ha)

Produksi Sentra Produksi

Kelapa 90.951,00 95.922,60 Lotim, Loteng, KLU

Kopi 12.468,00 5.908,70 Kabupaten Sbw,

KabupatenBima Jambu mete 67.338,50 12.896,50 KLU, Kabupaten Bima,

Dompu Cebgkeh 1.874,71 338,00 KLU, Lobar

Kakao 6.109,00 2.101,90 KLU, Lotim

Pinang 1.168,03 377,90 Loteng

Kapuk 3.309,33 29,00 Loteng, Lotim, Sumbawa

Asam 3.246,61 3.076,40 Kabupaten Bima, Smbw,

Dompu Vanili 864,60 86,00 Lotim, KLU

Lada 158,00 56,10 Loteng, Lotim

Page 147: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-11

Jenis Komoditas Luas Tanam

(Ha)

Produksi Sentra Produksi

Kemiri

3.810,26 2.514,55 Kabupaten Bima

Aren 1.075,50 101,95 Lotim, Lobar

Kapas 422,00 154,41 Lotim, Loteng

Tembakau Virginia 17.521,50 24.004,78 Lotim

Tembakau rakyat 4.915,65 4.915,65 Lotim

Jarak 7.057,23 1333,79 Loteng, Lotim, Sumbawa

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Jambu mete juga mempunyai potensi dan prospek yang bagus dalam pengembangan,

permintaan dan harga cukup tinggi, namun karena pemasarannya masih terkendala

oleh pembeli yang terbatas (pasar bersifat monopsoni atau oligopsoni) sehingga harga

yang diterima petani masih relatif kecil. Produksi jambu mete mencapai 12.896,50

ton dengan areal tanam seluas 67.338,50 ha, dan produksi terbanyak di Kabupaten

Lombok Utara, Kabupaten Bima dan kabupaten Dompu. Selain itu, yang sangat

pesat perkembangannya dalam 10 tahun terakhir adalah tembakau virginia, luas

arealnya terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 17.521,50 ha

dengan produksi sebesar 24.004,78 ton. Penanaman tembakau virginia terpusat di

Kabupaten Lombok Timur, meskipun ditanam di kabupaten lainnya, namun dalam

jumlah yang tidak banyak. Penanaman tembakau virginia sebagian besar ditanam

dengan sistem kemitraan dengan perusahaan rokok, diantaranya PT. Djarum,

Sadana, BAT dan lainnya.

c. Sub sektor Peternakan

Jenis usaha ternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari ternak besar (sapi,

kerbau dan kuda), dan ternak kecil (kambing dan domba) serta unggas (ayam ras,

ayam buras, dan itik). Populasi sapi potong terbanyak untuk ukuran ternak besar

yaitu 695.951 ekor, dipelihara secara merata oleh rumah tangga peternak di seluruh

kabupaten/kota, dengan skala pemeliharaan kecil. Pemeliharaan sapi sangat

didukung oleh Pemerintah Daerah dengan dicanangkannya Program Pijar (Sapi,

Jagung dan Rumput Laut).

Tabel 0-12. Produksi dan Sentra Produksi Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Jenis Ternak Populasi Ternak

(ekor)

Sentra Pengembangan

Terbanyak

Sapi 695.951 Seluruh Kabupaten/Kota

Kuda 76.622 Kabupaten Sumbawa, Kabupaten

Bima Kerbau 155.905 Kabupaten Sumbawa, Kabupaten

Bima Kambing 490.830 Kabupaten Lotim, Loteng, Bima,

Smbw Domba 29.539 Kabupaten Bima

Babi 54.060 Kabupaten Lobar

Ayam Ras Petelur 164.439 Kabupaten Lobar

Ayam Ras Pedaging 3.045.193 Kota Bima, Kota Mtrm, Kabupaten

Bima

Page 148: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-12

Jenis Ternak Populasi Ternak

(ekor)

Sentra Pengembangan

Terbanyak

Ayam Buras 4.493.288 Kabupaten Lobar, Lotim

Itik 568.122 Kabupaten Loteng, Lotim

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Ternak unggas terbanyak dipelihara adalah ayam buras dan ayam ras pedaging

dengan populasi masing-masing mencapai 4.493.288 ekor dan 3.045.193 ekor. Ayam

buras (ayam kampung) banyak dipelihara di rumah-rumah dalam skala kecil, sedang

ayam ras pedaging dipelihara di peternakan dengan skala lebih besar. Ayam buras

meskipun ditemui diseluruh kabupaten/kota, terbanyak ditemui di Kabupaten

Lombok barat dan Lombok Timur, sedang ayam ras lebih banyak ditemui di Kota

Bima, Kota Mataram, dan Kabupaten Bima.

d. Sub sektor Perikanan

Sebagai provinsi kepulauan kecil, Nusa Tenggara Barat cukup kaya akan hasil

perikanan, baik yang perupakan tangkapan maupun budidaya. Hasil tangkapan ikan

di laut mencapai 111.882 ton per tahun, dengan dominasi tangkapan ikan layang,

kembung, tongkol, cakalang, lemuru, dan tembang (Tabel III-13). Tangkapan ikan

terbesar dicapai di Kabupaten Sumbawa, Bima dan Lombok Timur, masing-masing

dengan jumlah tangkapan 41.099 ton, 24.593 ton, dan 15.684 ton.

Selain hasil tangkapan ikan di laut, juga dilakukan budidaya ikan kerapu, lobster,

rumput laut dan mutiara di perairan laut. Ikan Kerapu dan Lobster dibudidayakan

dengan teknik keramba jaring apung, diperairan yang jernih dan arus tenang. Jenis

ikan kerapu yang dibudidayakan adalah kerapu bebek, dengan hasil produksi

mencapai 206,9 ton per tahun. Produksi lobster tidak setinggi ikan kerapu, hanya

mencapai 117 ton per tahun. Sedangkan budidaya mutiara masih sangat terbatas

karena terbatasnya penguasaan teknologi sehingga belum dapat dibudidayakan

secara luas. Hasil budidaya mutiara tahun 2010 sebesar 0,7 ton dengan sentra

produksi di Lombok Barat, Lombok Timur, dan Sumbawa.

Tabel 0-13. Produksi Tangkapan Ikan di Laut dan Budidaya Perikanan Provinsi Nusa

Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Kabupaten /

Kota Penangkapan

Rumput

laut Kerapu Lobster

Biji

mutiara

Lombok Barat 9.211 31.640,00 0,00 0,00 0,40

Lombok Tengah 1.469 27.000,00 0,00 0,40 0,00

Lombok Timur 15.684 93.069,00 9,00 116,60 0,20

Lombok Utara 6.981 14,00 0,00 0,00 0,00

Sumbawa 41.099 45.795,90 187,60 0,00 0,00

Sumbawa Barat 3.134 10.633,00 9,00 0,00 0,12

D o m p u 6.632 270,00 0,00 0,00 0,00

B i m a 24.593 13.032,30 0,60 0,00 0,00

Page 149: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-13

Kabupaten /

Kota Penangkapan

Rumput

laut Kerapu Lobster

Biji

mutiara

Kota Mataram 1.707 0,00 0,00 0,00 0,00

Kota Bima 1.374 53,90 0,69 0,00 0,00

Jumlah / Total 111.882 221.508 206,9 117.00 0,72

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Selain tangkapan dan budidaya ikan di laut, terdapat juga perikanan darat, baik

berupa penangkapan di perairan maupun budidaya air payau, kolam, keramba

maupun sawah (Tabel III-14). Penangkapan ikan di darat berupa penangkapan di

sungai, waduk, dan danau.

Penangkapan ikan air tawar banyak dilakukan di Lombok Timur, jenis ikan yang

ditangkap meliputi ikan nila, lele, belut, dan ikan sungai lainnya. Budidaya air payau

banyak dilakukan di Kabupaten Sumbawa, Bima dan Lombok Timur. Jenis ikan yang

dibudidayakan pada air payau adalah udang dan bandeng yang produksinya

mencapai 40.610 ton per tahun. Sedang budidaya ikan air tawar banyak dilakukan di

kolam, keramba dan sawah, dengan jenis ikan yang dibudidayakan adalah nila,

karper, lele, gurami, dan lainnya, dengan produksi mencapai 11.347,56 ton per

tahun.

Tabel 0-14. Produksi Tangkapan dan Budidaya Perikanan Darat Provinsi Nusa

Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Kabupaten /

Kota Penangkapan

Budidaya

air payau Kolam Keramba Sawah

Lombok Barat 185 576,61 805,49 100,69 7.224,00

Lombok Tengah 0 34,30 699,00 109,70 39,20

Lombok Timur 1.832 1.796,80 1.263,80 2,10 4,30

Lombok Utara 799 2,50 2,27 0,00 0,00

Sumbawa 0 32.902,69 372,14 2,26 0,00

Sumbawa Barat 0 202,70 293,60 58,50 0,00

D o m p u 0 1.228,07 78,74 0,00 0,00

B i m a 27 3.484,50 35,40 0,00 0,00

Kota Mataram 0 0,00 159,50 32,51 12,06

Kota Bima 94 381,43 51,87 0,00 0,00

Jumlah / Total 2.937 40.610 3.762 306 7.279,56

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

e. Sub sektor Kehutanan

Sektor kehutanan memberikan sumbangan 0,06% terhadap PDRB Provinsi Nusa

Tenggara Barat pada tahun 2010. Berdasarkan data dari KPH yang ada di seluruh

Provinsi Nusa Tenggara Barat menyebutkan bahwa hasil kayu terbanyak adalah kayu

rimba campuran dengan produksi mencapai 15.025,38 m3, sedang kayu jati tidak

terlalu banyak dihasilkan, hanya mencapai 1.503,00 m3. Kayu kebun yang pada

Page 150: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-14

tahun 2008 produksinya cukup tinggi, mencapai 13.106,59 m3, pada tahun 2010

sudah tidak ada produksinya lagi.

Tabel 0-15. Produksi Hasil Hutan: Kayu dan Non Kayu Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

Jenis Hasil Hutan

Satuan/Unit 2008 2009 2010

Hasil Kayu

Jati m3 2.022,42 - 1.503,00

Kayu Kebun m3 13.106,59 2.647,88 -

Rimba

Campuran

m3 6.225,49 5.545,12 15.025,38

Rajumas m3 2.673,16 1.158,74 -

Hasil Non Kayu

Kayu Bulat m3 22.005,82 14.235,82 -

Kayu Gergajian m3 - 12.269,61 16.528,37

Kayu Bakar SM 336,00 152,00 272,00

Rotan Ton 67.650,00 3.150,00 -

Kemiri Ton 127.000,00 - -

Madu LT 117,00 - 155,95

Bambu Btg 188.700,00 124.450,00 -

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Hasil hutan non kayu yang dominan pada tahun 2008 adalah kayu bulat sebanyak

22.005,82 m3, pada tahun 2010 kayu bulat sudah tidak dihasilkan lagi, namun

diolah menjadi kayu gergajian, produksinya mencapai 16.528,37 pada tahun 2010.

Rotan, kemiri dan bambu yang pada tahun 2008 dihasilkan dalam jumlah yang

cukup besar pada tahun 2009 dan 2010 produksinya turun drastis atau bahkan

tidak dihasilkan sama sekali. Hal ini mengindikasikan adanya kemunduran sumber

daya hutan, berupa kerusakan hutan alam dan rendahnya pengelolaan hutan

tanaman industri.

3.1.2.2. Sektor Perindustrian

Sektor Industri di Provinsi Nusa Tenggara Barat belum memberikan sharing yang

cukup berarti dalam perekonomian NTB karena peranannya dalam pembentukan

PDRB hanya sekitar 5%. Kecilnya sharing sektor industri ini disebabkan oleh masih

belum tumbuhnya industri sedang dan besar di wilayah NTB, industri yang selama

ini dapat tumbuh dan berkembang baik barulah industri kecil dan kerajinan rumah

tangga.

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor

industri dibagi menjadi empat kelompok yaitu : industri berskala besar, sedang dan

industri kecil atau industri usaha kerajinan rumah tangga. Pengelompokan industri

didasarkan atas jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini. Industri besar yang

menyerap tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang yang memperkerjakan

antara 20 sampai dengan 99 orang, adapun industri berskala kecil memiliki 5 - 19

orang tenaga kerja, dan usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja

kurang dari 5 orang. Jumlah perusahaan industri yang terdapat di NTB pada tahun

Page 151: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-15

2010 mencapai 83.380 perusahaan/usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak

263.466 orang.

Tabel 0-16. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010

Kabupaten/Kota Perusahaan Tenaga

Kerja

Nilai (Rp Juta)

Investasi Produksi

Lombok Barat 52 508 2.575 5.514.805

Lombok Tengah 42 455 2.169 3.602.126

Lombok Timur 36 323 1.479 1.491.012

Sumbawa 44 475 2.145 3.799.783

Dompu 42 413 2.168 3.929.960

Bima 30 298 1.328 1.031.854

Sumbawa Barat 34 307 1.755 3.131.754

Kota Mataram 25 310 1.451 1.120.852

Kota Bima 37 331 1.515 2.415.694

Lombok Utara 36 322 1.527 1.156.526

Total 378 3.742 18.112 27.194.366

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Tabel III-16 menyajikan informasi jumlah perusahaan industri yang tumbuh pada

tahun 2010 sebanyak 1.342 perusahaan dengan dengan rincian 964 perusahaan non

formal dan 378 perusahaan formal. Sebesar 3.742 tenaga kerja dapat diperkerjakan

pada usaha baru dengan kebutuhan investasi sebesar Rp 18,11 milyar dan

peningkatan produksi sebesar Rp 27,2 triliun. Lombok Barat lebih menarik minat

investor untuk membuka usaha baru dengan penyerapan tenaga kerja, kebutuhan

investasi dan nilai produksi tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lain.

Tabel 0-17. Rekapitulasi Industri Formal yang Baru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2010

Kabupaten/Kota Perusahaan Tenaga

Kerja

Nilai

Investasi Produksi

Lombok Barat 145 1.889 5.167.428 5.494.302

Lombok Tengah 92 1.342 5.078.461 4.127.493

Lombok Timur 63 922 2.803.173 2.086.749

Sumbawa 121 1.546 4.026.319 3.825.627

Dompu 130 1.690 5.140.855 4.372.594

Bima 51 634 2.028.524 1.772.514

Sumbawa Barat 83 1.078 3.718.580 2.606.621

Kota Mataram 67 826 2.928.521 1.928.219

Kota Bima 115 1.390 3.812.422 2.728.487

Lombok Utara 97 1.184 3.326.447 2.128.609

Total 964 12.501 38.030.730 31.071.215

Page 152: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-16

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Usaha baru pada sektor informal tumbuh lebih pesat dari sektor formal, bahkan

untuk di Kabupaten yang sektor formalnya tumbuh dengan laju yang lebih rendah

sekalipun. Jika sektor formal tumbuh lebih baik di Kabupaten Lombok Barat,

Lombok Tengah dan Sumbawa, sektor informal tumbuh paling banyak di kabupaten

Lombok Barat, Dompu, Sumbawa dan Kota Bima. Jika dilihat dari perbandingan

investasi dan nilai produksi yang diciptakan, maka industri formal memiliki ICOR

(Increamental Capital Output Ratio) lebih tinggi (1,5) dari pada industri non formal

(0.82).

3.1.2.3. Sektor Perdagangan

Perdagangan yang terjadi di NTB dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu perdagangan

luar negeri dan perdagangan dalam negeri. Ekspor andalan Provinsi Nusa Tenggara

Barat adalah ekspor konsentrat tembaga dengan nilai hampir mencapai US $ 2

milyar, disusul mutiara senilai US $ 1.34 juta, dan kerajinan kayu senilai US $ 0.57

juta (Tabel III-18).

Dilihat dari negara tujuan ekspor, Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor

produk NTB, besarnya volume ekspor mencapai 464.887 ton ada tahun 2010 dengan

nilai sekitar US$ 1,2 milyar. Tiga negara tujuan ekspor berikutnya adalah Korea

dengan volume ekspor 212,139 ton dan nilai ekspor US$ 0.53 milyar, Jerman dengan

volume ekspor 88153 ton dan nilai ekspor mencapai US$ 0,22, dan Malaysia dengan

volume ekspor sebesar 28.650 ton dan nilai ekspor sebesar US$ 0.15 milyar.

Tabel 0-18. Volume Dan Nilai Ekspor Dirinci Menurut Jenis Barang Tahun 2010.

Jenis Barang Volume (ton) Nilai (US $)

Gerabah 50.805 82.814,30

Kerajinan kayu 40.729 574.564,40

Kerajinan rotan 3.553 28.559,80

Kerajinan bambu 2.900 3.486,52

Kerajinan batu 1.045 2.405,08

Kerajinan buah kering 34.743 148.999,88

Kerajinan besi 8.020 217.889,48

Cotton 0,065 26.000,00

Kerajinan kaca 0,050 4.000,00

Kerajinan ketak 2.326 11.514,71

Kerajinan perak 0,250 300.900,00

Konsentrat tembaga 776.149,06 1.995.826.511,60

Mutiara/Mutiara Bulat 0,243 1.340.207,70

Air Mineral 10.000 2.396,97

Total 930.270 1.998.570.250,44

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 201

Page 153: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-17

Tabel 0-19. Volume dan Nilai Ekspor Devisa Menurut Sektor Produksi

Sektor Produksi volume (ton) penerimaan

devisa (US $)

Hasil Industri 187,611 1.246.831,46

Hasil Perikanan 0,243 1.340.207,70

Hasil Pertanian 0,72 3.168,00

Hasil Perkebunan - -

Hasil Kehutanan 29,634 56.743,40

Peternakan - -

Hasil Tambang 776.149,06 1.995.826.511,60

Total 776.367,27 1.998.473.462,16

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Dilihat dari peranan sektor produksi dalam mendatangkan devisa bagi Provinsi NTB,

terlihat bahwa sektor pertambangan menyumbang devisa terbesar, hampir mencapai

US$ 2 milyar, Sektor Perikanan pada urutan ke dua dengan nilai ekpor mencapai

US$ 1.340.207,70. Sementara sektor perkebunan dan sektor peternakan belum

mampu menyumbangkan devisa.

3.1.2.4. Sektor Pariwisata, Hotel dan Restoran

Sektor Pariwisata menjadi salah satu andalan Nusa Tenggara Barat dalam

menggerakkan perekonomian. Perkembangannya maju pesat setelah dibukanya

kawasan wisata Pantai Senggigi di era tahun 1980-an. Dari tahun ke tahun

pembangunan sektor pariwisata menunjukkan perkembangan yang terus meningkat,

ditunjukkan oleh jumlah wisatawan asing maupun domestik yang menginap di hotel

berbintang, mencapai 268.336 orang pada tahun 2010, meningkat 26,36 persen dari

tahun sebelumnya (Gambar III-3).

Page 154: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-18

Gambar 0-3. Perkembangan Jumlah Tamu Asing dan Tamu Domestik Yang Menginap di Hotel Berbintang di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber : Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2011

Tabel 0-20. Usaha Pariwisata Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011

Kabupaten/Kota Travel Hotel

Bintang

Hotel

Melati

Rumah

Makan/Restoran

Lombok Barat 44 22 39 105

Lombok Tengah 18 1 12 54

Lombok Timur 6 0 20 46

Sumbawa 1 3 24 39

Dompu 0 0 16 15

Bima 0 0 9 12

Sumbawa Barat 0 0 24 39

Kota Mataram 123 8 68 110

Kota Bima 9 0 12 31

Lombok Utara 8 5 177 158

Total 209 39 401 609

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Prasarana penunjang sektor pariwisata disajikan pada Tabel III-20. Sebagian besar

biro perjalanan berlokasi di Kota Mataram meskipun tujuan wisata terbesar adalah

ke wilayah Wisata Pantai Senggi yang masuk wilayah Kabupaten Lombok Barat, dan

3 Gili (Air, Meno dan Terawangan) yang masuk wilayah Kabupaten Lombok Utara.

0 0 0 1

0

8.101

Perkembangan Jumlah Tamu Asing dan Tamu Domestik Yang Menginap di Hotel Berbintang di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Page 155: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-19

Sesuai dengan tujuan wisata, sarana penginapan terbanyak juga berada di kedua

kabupaten tersebut. Hotel berbintang sebagian besar berada di wilayah Pantai

Senggigi Kabupaten Lombok Barat, mencapai 22 hotel, sedangkan hotel melati

terbanyak ditemukan di Kabupaten Lombok Utara (177 hotel). Rumah makan

tersebar di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara.

Sektor usaha hotel dan restoran di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat menyerap

tenaga kerja sebanyak 7.588 orang.

3.1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Jalan merupakan prasarana yang mutlak diperlukan untuk memperlancar

perekonomian suatu daerah. Jalan dibutuhkan untuk meningkatkan mobilitas

penduduk maupun perdagangan barang antar wilayah. Panjang jalan nasional dan

propinsi di NTB sampai akhir 2010 mencapai 2.474,5 km. Berdasarkan klasifikasi

jalan, 631,17 km merupakan jalan nasional dan 1.772,27 km merupakan jalan

propinsi. Dilihat dari kondisi jalan yang kondisinya baik mencapai 45,61% yang

merupakan jalan kelas III. Disamping itu, jumlah jembatan negara dan jembatas

propinsi pada tahun 2010 mencapai 1.305 buah dengan panjang mencapai 20.029

meter. Jumlah kendaraan bermotor sebanyak 877.950 unit atau meningkat 13,16%

dari tahun sebelumnya yang mencapai 775.863 unit.

Tabel 0-21. Kendaraan Bermotor Tercatat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kendaraan, Tahun 2010

Kabupaten/Kota Mobil

Penumpang

Mobil

Barang Bus

Sepeda

Motor Jumlah

Lombok Barat* 0 0 0 0 0

Lombok Tengah 2.380 5.554 119 113.067 121.120

Lombok Timur 3.194 4.750 398 144.569 152.911

Sumbawa 1.725 2.466 321 71.661 76.173

Dompu 727 868 188 28.610 30.393

Bima* 0 0 0 0 0

Sumbawa Barat 153 134 7 5.588 5.882

Kota Mataram 20.231 14.581 2.614 352.879 390.305

Kota Bima 4.171 3.967 911 92.117 101.166

Total 32.581 32.320 4.558 808.491 877.950

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

Perkembangan jalan dan jembatan di Nusa Tenggara Barat di Provinsi Nusa Tenggara

Barat terus ditingkatkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan bermotor

di provinsi tersebut. Komposisi jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2010 terdiri

dari : 32.581 unit mobil penumpang, 4.558 unit bus, 32.320 unit mobil barang, dan

808.491 unit sepeda motor.

Dengan berkembangnya teknologi, kegiatan pos terus mengalami penurunan.

Kegiatan pos di Propinsi Nusa Tenggara Barat pada beberapa tahun terakhir lebih

menitik beratkan pada kegiatan ekspedisi atau pengiriman barang. Demikian juga

dengan penggunaan jaringan telepon PT. Telkom, sejak berkembangnya penggunaan

HP dan makin meluasnya jaringan provider, menjadikan penggunaan jaringan telpon

PT. Telkom menurun drastis. Kinerja PT. Telkom mengarah pada penggunaan

Page 156: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-20

internet dengan produk “Speedy”. Banyaknya kapasitas jaringan telpon, jaringan

yang digunakan dan jaringan sisa disajikan pada Tabel III-22.

Tabel 0-22. Kapasitas Telepon dan Kapasitas Terisi

Kabupaten/Kota Kapasitas Terisi Sisa

Lombok Barat 1.860 1.564 296

Lombok Tengah 2.589 2.467 122

Lombok Timur 4.160 3.879 281

Sumbawa 5.841 4.858 983

Dompu 2.983 2.188 795

Bima 1.700 1.199 501

Sumbawa Barat 1.774 1.095 679

Kota Mataram 30.756 28.936 1.820

Kota Bima 4.482 3.861 621

Total 56.145 50.047 6.098

Sumber: BPS Provinsi NTB, Tahun 2011

3.1.2.6. Sektor Jasa

Sektor jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB berdasarkan harga konstan pada

tahun 2010 sebesar Rp 4,731 trilyun naik sebesar 8,8% dari tahun sebelumnya.

Kontribusi dari sektor jasa terhadap PDRB tahun 2009 lebih banyak berasal dari jasa

pemerintahan umum sebesar 5,36%, jasa swasta 2,47%. Jasa swasta ini terdiri dari

jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi perorangan dan rumah tangga.

3.1.3. Profil UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Nusa Tenggara Barat

memegang peranan sentral dalam menggerakkan perekonomian. Kontribusinya

dalam menciptakan PDRB mencapai Rp 4,8 triliun, dan menciptakan lapangan kerja

bagi 163.883 jiwa dengan penanaman dana investasi sebesar Rp 1,069 triliun.

UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat beragam, terdapat 2.092 sentra

produksi, dan 72.277 unit usaha, dimana menurut jenisnya dikelompokkan kedalam

Industri Pangan, Industri Sandang, Industri Bangunan dan Kimia, Industri Logam

dan Elektroika, dan Industri Kerajinan (Tabel III-24).

Tabel 0-23. Profil UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat Menurut Kabupaten dan Jenis Usaha UMKM, Tahun 2010

KABUPATEN JUMLAH

SENTRA

UNIT TENAGA NILAI NILAI NILAI

USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI BB/BP

(UNIT) (ORG) (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)

PANGAN

Lobar 38 762 2352 25.4613 1.899.754 1170025

Page 157: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-21

KABUPATEN JUMLAH

SENTRA

UNIT TENAGA NILAI NILAI NILAI

USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI BB/BP

(UNIT) (ORG) (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)

Loteng 130 4.072 9329 8.110.385 14.441.776 5942338

Lotim 93 5.695 24843 289.79.623 62.124.524 43929801

Sumbawa 41 940 2283 505.305 5.660.747 2725751

Dompu 55 395 1047 242.046 914.085 453070

Bima 38 670 1152 362.558 1.234.368 727897

Sumbawa Barat 49 434 755 300.804 5.083.477 2274441

Kota Mataram 235 1.573 4,764 6.623.097 55.690.742 34.091.097

Kota Bima 54 230 707 1.159.750 7.726.777 4.841.542.375

Lombok Utara 18 375 1.159 125.406 935.699 576.281

Provinsi NTB 751 15.146 48.391 46.663.587 155.711.950 96.732.243

SANDANG

Lobar 21 395 795 276.713 1.671.066 874.757

Loteng 72 5.864 7.858 3.693.905 8.925.540 3.247.836

Lotim 56 1.914 3.273 3.411.899 4.953.176 2.624.508

Sumbawa 34 666 971 357.674 1.206.515 415.159

Dompu 16 283 344 150.024 520.920 210.107

Bima 38 958 1.117 764.050 1.211.000 621.050

Sumbawa Barat 11 367 517 923.440 1.416.120 586.479

Kota Mataram 44 441 1.867,5 2.799.522,4 8.680.125 4.609.146.4

Kota Bima 28 228 1.258 1.277.307 2.086.600 1.359.626.7

Lombok Utara 11 194 391 136.292 823.063 430.851

PROVINSI NTB 331 11.310 18.392 13.790.826 31.494.125 14.979.520

BANGUNAN DAN KIMIA

Lobar 14 283 702 137541 669278 301193

Loteng 88 2.305 6.559 4.863.205 22.799.595 8.468.769

Lotim 17 701 3.009 6.115.200 11.826.716 6.200.135

Sumbawa 43 826 2.172 235.1035 29.802.545 15.187.225

Dompu 26 158 471 162.489 1.658.571 548.867

Bima 30 980 2.464 982.000 1.487.655 458.566

Sumbawa Barat 57 455 1.242 2.243.590 12.987.593 7.843.869

Kota Mataram 45 178 755 1.605.000 23.787.100 15.551.660,5

Kota Bima 36 165 541 901.100 4.685.900 3.704.875

Lombok Utara 7 139 346 67.744 329.645 148.349

Provinsi NTB 363 6.190 18.261 19.428.904 110.034.598 58.413.509

LOGAM DAN ELEKTRONIKA

Lobar 5 51 156 106.647 204.101 117.629

Loteng 8 277 827 347.935 2.782.299 937.805

Lotim 9 469 1.571 1.012.870 16.213.702 8.399.001

Sumbawa 9 86 322 465.728 1.881.262 481.587

Dompu 4 11 51 9.000 41.250 8.750

Bima 3 25 65 13.550 56.950 22.420

Sumbawa Barat 20 43 102 661.905 3.074.350 1.307.370

Kota Mataram 55 428 1.262 1.871.043 10.451.956 5.793.791,8

Kota Bima 40 118 320 902.200 2.381.100 1.039.895

Page 158: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-22

KABUPATEN JUMLAH

SENTRA

UNIT TENAGA NILAI NILAI NILAI

USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI BB/BP

(UNIT) (ORG) (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000)

Lombok Utara 3 25 77 52.528 100.527 57.936

Provinsi NTB 156 1.533 4.753 5.443.406 37.187.497 181.66.185

KERAJINAN

Lobar 44 2.492 7.078 282.042 3.294.232 1.743.743

Loteng 172 23.687 40.075 6.611.300 29.122.460 10.376.653

Lotim 68 8.760 19.624 12.065.479 62.432.953 3.553.1000

Sumbawa 19 404 856 71.562 538.607 254.501

Dompu 33 271 534 303.326 226.228 84.694

Bima 37 657 1.008 202.500 1.211.736 551.628

Sumbawa Barat 12 56 121 233.000 348.325 199.518

Kota Mataram 74 517 1.161 1.673.302 47.493.337 20.646.375,5

Kota Bima 10 27 143 28.150 92.090 40.095

Lombok Utara 22 1.227 3.486 138.916 1.622.532 858.859

Provinsi NTB 491 38.098 74.086 21.609.577 146.382.500 70.287.067

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB, 2011

Tabel di atas memberi gambaran bahwa jenis usaha UMKM terbanyak adalah usaha

kerajinan, tercatat sebanyak 38.098 unit usaha. Jenis kerajinan yang diusahakan

sangat bergam, diantaranya anyaman bambu, anyaman pandan, gerabah, anyaman

ketak, kerajinan batu, kerajinan ingke, kerajinan marmer, kerajinan kayu, dan

lainnya. Jenis usaha terbanyak lainnya adalah industri pangan dan sandang,

masing-masing dengan jumlah usaha sebanyak 15.146 dan 11.310 unit usaha.

Jenis industri makanan yang banyak diusahakan adalah aneka macam keripik dan

kerupuk, aneka kue basah dan kering, aneka macam olahan manisan buah, minyak

kelapa, tahu/tempe, aneka opak, aneka pengolahan kacang-kacangan, ubi, rumput

laut dan lain-lain. Sedang jenis usaha sandang yang banyak ditemui adalah

konveksi, border, sablon, dan tenun gedogan.

Dilihat dari penyerapan tenaga kerja usaha industri kerajinan mampu menyerap

tenaga kerja paling besar yaitu sebesar 74.098 tenaga kerja. Industri lain yang dapat

menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang besar adalah industri pengolahan pangan

dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 48.391 jiwa.

3.1.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara

Barat

Realisasi peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM, serta sebagai

hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh

Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk

pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Provinsi

Nusa Tenggara Barat pada November 2012 adalah sebesar Rp 4,949 triliun atau

15,8% dari total kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan

dengan kondisi bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 27,11%.

Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara

Page 159: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-23

keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, kenaikan rata-rata per

bulan adalah sebesar 2,44%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November

2012 dari total kredit MKM sebesar Rp 4,949 triliun, sebagaian besar adalah untuk

usaha skala kecil (48,87%), yang diikuti usaha skala menengah (29,94%) dan usaha

skala mikro (21,19%).

Tabel 0-24. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun

2011 – 2012

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha Mikro Kecil Menengah

Total Kenaikan

(%) (Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

2011 Nov 944.044 26,17 1.612.913 44,71 1.731.362 29,11 3.607.165 Des 974.172 25,50 1.731.362 45,32 1.841.670 29,18 3.820.206 2012 Jan 939.312 25,78 1.732.840 47,56 971.652 26,67 3.643.804 -4,62

Feb 992.612 25,54 1.841.670 47.39 1.052.258 27.07 3.886.540 6,66

Mar 1.013.885 24,67 1.984.479 48,29 1.111.529 27,04 4.110.294 5,76

Apr 986.580 23.00 2.123.748 48,51 1.178.898 27,49 4.289.225 4,35

Mei 1.048.861 23,42 2.196.526 49,05 1.232.490 27,52 4.477.877 4,40

Jun 1.042.100 21,94 2.347.788 49,43 1.359.793 28,63 4.749.681 6,07

Jul 1.141.399 23,45 2.389.976 49,10 1.336.479 27,46 4.867.854 2,49

Agust 979.736 20,89 2.382.973 50,80 1.327.778 28,31 4.690.486 -3,64

Sep 1.022.474 21,38 2.334.154 48,80 1.426.003 29,82 4.782.631 1,96

Okt 1.041.678 21,35 2.379.518 48,77 1.457.616 29,88 4.878.812 2,01

Nov 1.031.477 20,84 2.426.270 49,03 2.426.270 30,13 4.949.043 1,44

Rata rata kenaikan ( %) 2,44

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat, 2012

Apabila ditinjau dari jenis penggunaan kredit yang diterima oleh UMKM, pada kondisi

November 2012, dari total kredit Rp 4,949 triliun, sejumlah Rp 3,807 atau 76,94%

adalah untuk kebutuhan modal kerja, dan selebihnya (Rp 1,141 triliun atau 23,06%)

adalah untuk modal investasi.

Hingga triwulan IV-2012 (data bulan Oktober dan November), realisasi penyaluran

kredit ke UMKM oleh bank umum di NTB mencapai Rp 9,827 triliun. Apabila dilihat

pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap triwulan.

Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 13,514 triliun naik

16,10% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 11,640 triliun dan triwulan

ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 14,340 triliun atau 6,11% dari triwulan kedua (Tw2).

Secara sektoral, penyaluran UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran dengan pangsa mencapai 65,87% atau Rp 7,668 triliun pada triwulan

pertama (Tw1), 66,61% atau Rp 9,001 triliun pada triwulan kedua (Tw2), 70,96%

atau Rp 10,175 triliun pada triwulan ketiga (Tw3), 72,20% atau Rp 7,096 triliun pada

triwulan keempat (Tw4 pada bulan Oktober dan November). Kemudian diikuti oleh

sektor jasa-jasa masing-masing sebesar Rp 2,068 triliun pada triwulan pertama

(Tw1), Rp 2.092 triliun pada triwulan kedua (TW2), Rp 1,460 triliun pada triwulan

ketiga (Tw3) dan Rp 829 milliar pada triwulan ke empat (Tw4).

Page 160: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-24

Tabel 0-25. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 2.835.626 77,82 8,34 808.178 22,18 15,23

Feb 3.023.358 77,79 9,41 863.182 22,21 9,50

Mar 3.184.200 77,47 9,02 926.094 22,53 13,19

Apr 3.280.517 76,48 15,24 1.008.708 23,52 11,75

Mei 3.404.145 76,02 14,55 1.073.732 23,98 16,64

Jun 3.619.503 76,21 15,00 1.130.173 23,79 17,39

Jul 3.717.535 76,37 12,21 1.150.319 23,63 15,47

Agust 3.535.112 75,37 4,91 1.155.375 24,63 9,04

Sep 3.668.901 76,71 3,27 1.113.730 23,29 8,51

Okt 3.750.596 76,88 5,99 1.128.216 23,56 11,83

Nov 3.807.757 76,94 12,64 1.141.286 23,06 23,05

Rata-rata 37.827.249 76,73 10 11.498.988 23,27 14

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Tabel 0-26. Perkembangan Jumlah Kredit menurut Sektor Ekonomi, Tahun 2012

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan

Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 545.048 742.559 849.818 607.139

2. Pertambangan dan Penggalian 3.673 4.594 9.442 6.817

3. Industri Pengolahan 218.135 234.772 265.765 205.872

4. Listrik, Gas dan Air 4.910 4.626 6.565 4.659

5. Kontruksi 305.481 381.009 372.053 301.410

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.668.124 9.001.816 10.175.927 7.096.047

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 146.468 186.154 210.022 158.103

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

680.705 867.005 991.181 617.912

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 2.068.094 2.092.276 1.460.169 829.896

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 11.640.638 13.514.811 14.340.972 9.827.855

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran kredit UMKM di

Provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha

Page 161: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-25

belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit, belum dapat memenuhi

persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, tidak memiliki pencatatan atau

pembukuan serta masih banyaknya debitur yang belum mengerti tentang perbankan

terutama skim kredit.

Perkembangan realisasi penyaluran kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh bank umum di

Nusa Tenggara Barat meningkat mencapai Rp 979,03 atau 13,46% pada triwulan

ketiga (Tw3) tahun 2012. Pertumbuhan tersebut menurun dibandingkan kinerja pada

triwulan ke dua (Tw2) sebesar 17,66% atau sebanyak Rp 862,92 miliar. Secara

sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran

dengan pangsa mencapai 54,85% atau sebanyak Rp 732,05 miliar. Kemudian diikuti

oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp 117,83

miliar dan Rp 31,71 miliar.

Tabel 0-27. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdasarkan Plafon Kredit Tahun 2011-2012 Di Provinsi Nusa Tenggara Barat

(Jutaan RP)

No SEKTOR 2011 2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3

1 Pertanian 63.235 67.461 71.795 85.969 96.314 109.738 117.830

2 Pertambangan 0 0 20 20 24 31 68

3 Industri

Pengolahan

5.927 6.616 6.867 7.357 7.834 9.786 13.649

4 Listrik, Gas & Air 0 0 3.236 3.403 0 20 70

5 Kontruksi 0 0 0 0 0 0 0

6 Perdagangan Htl &

Retrn

354.158 410.027 472.753 516.634 565.823 642.680 732.049

7 Angkutan &

Komunikasi

1.898 3.282 2.468 2.536 2.822 3.509 4.161

8 Jasa Dunia Usaha 19.462 21.660 23.586 25.427 28.339 28.837 31.712

9 Jasa Sosial 1.292 987 1.435 4.301 6.947 6.093 5.963

10 Lain-lain 4.129 4.670 9.141 19.443 25.297 62.225 73.533

Total 450.100 514.703 591.299 665.090 733.399 826.919 979.034

Pertumbuhan (%) 31.15 14.53 14.88 12.48 10.27 17.66 13.46

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu UMKM yang feasible

namun belum bankable atau usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan

akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan. Sumber

dana penyaluran KUR adalah 100% dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana

masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Plafon KUR Mikro yang dapat

disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR hingga tahun 2012 nilainya mencapai

Rp 20 juta. Adapula KUR Ritel yang disalurkan dengan plafon Rp 20 juta sampai

dengan Rp 500 juta.

Beberap kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR di Provinsi Nusa

Tenggara Barat antara lain dari calon debitur yaitu; usaha dari pelaku usaha yang

belum feasible, pelaku usaha masih memiliki tunggakan kredit program sebelumnya,

dan sebagian besar pelaku usaha tidak memiliki NPWP, adanya persepsi dari

masyarakat bahwa KUR adalah program pemerintah berupa bantuan (hibah),

Page 162: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-26

sehingga calon debitur berani menunggak. Sedangkan faktor internal dari pihak

perbankan adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan

kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD, dan untuk kredit

dibawah Rp 50 juta belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan

praktis.

3.2. Kabupaten Lombok Barat

3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) selama

lima tahun terakhir mengalami kenaikan rata–rata per tahun 12,76% per tahun yaitu

dari Rp 2,471 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 4,393 triliun pada tahun 2011.

Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan rata–rata

per tahun 5,28%, yaitu dari Rp 1,521 pada tahun 2007 menjadi Rp 1,869 pada tahun

2011.

Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Lombok Barat mencapai

Rp 4,393 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 11,29% dari tahun

sebelumnya. Sementara itu PDRB atas dasar harga konstan tumbuh sebesar 5,59%,

dari Rp 1,77 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 1,869 triliun pada tahun 2011.

Tabel 0-28. Produk Domestik Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2011

Tahun PDRB (Juta Ruiah) Laju Pertumbuhan (%)

ADH Berlaku ADH Konstan ‘00 ADH Berlaku ADH Konstan ‘00

2007 2.741.482,03 1.521.345.,68 13,72 5,24

2008 3.126.927,55 1.590.458,56 14,06 4,54

2009 3.564.160,87 1.690.045,12 13,98 6,26

2010* 3.948.119,72 1.770.789,54 10,77 4,78

2011** 4.393.825,55 1.869.645,39 11,29 5,58

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Pada Tabel III-29 menunjukkan selama 5 tahun terakhir, sektor pertanian,

perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa merupakan 3 sektor yang berperan

besar menyumbang pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat (sekitar 65% dari

pembentuk PDRB). Perubahan besarnya peranan setiap sektor selama periode 2007-

2011 berfluktuasi, hanya sektor pertanian cenderung mengalami penurunan.

Fluktuasi peranan masing-masing sektor menunjukkan pergerakan positif dari

sektor-sektor tersebut di dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas peranannya

dalam membackup dinamisasi perekonomian daerah.

Kontribusi kelompok sektor pertambangan dan penggalian didominasi bahan galian

golongan C, dimana bahan galian ini pada umumnya merupakan bahan dasar di

dalam kegiatan pembangunan. Seiring meningkatnya sektor bangunan dan kontruksi

pada tahun 2011 sebesar 6,51%, berpengaruh terhadap naiknya sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 6,50%.

Page 163: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-27

Tabel 0-29. Struktur Perekonomian Lombok Barat 2004-2008

Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2007 2008 2009 2010 2011

Primer

Pertanian 29,26 28,56 27,41 26,28 24,66

Pertambangan dan penggalian 3,47 3,50 3,72 4,00 4,26

Sekunder

Industri pengolahan 3,80 3,73 3,77 3,69 3,64

Listrik Gas dan Air Bersih 0,70 0,72 0,73 0,75 0,76

Bangunan 10,51 10,82 11,08 11,52 12,27

Tersier

Perdag, Hotel & Restoran 21,45 21,67 21,75 22,36 22,92

Pengangkutan & Komunikasi 12,44 12,08 11,39 11,21 11,00

Keuangan, persewaan & Jasa 4,00 4,07 4,07 4,08 4,27

Jasa-jasa 14,37 14,83 16,10 16,12 16,23

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Keterangan : Tahun 2007 Angka Perkiraan setelah Kabupaten Lobar pisah Kabupaten

Lombok Utara

*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2011 mengalami

peningkatan 2,50% dari tahun 2010. Hal ini dikarenakan meningkatnya peran sub

sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran.

Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi turun dari 11,21% menjadi

11,00%. Untuk sektor industri pengolahan yang diharapkan tumbuh dan

berkembang menopang sektor pertanian, belum dapat dikembangkan dengan baik.

Hal ini terlihat dari peranannya di dalam pembentukan PDRB yang cenderung turun

tiap tahun. Kelambanan peningkatan dan penurunan peranan sektor industri

pengolahan tersebut lebih dikarenakan industri yang ada masih didominasi oleh

industri kecil, menengah dan kerajinan rumah tangga. Sedangkan sektor pertanian

sebagai sektor pokok di daerah agraris malah memiliki pertumbuhan yang kurang

dibandingkan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian pada Tahun 2008 terjadi

penurunan drastis dari 1,33%, pada tahun 2009 menjadi 2,25%. Penurunan ini

disebabkan adanya perkembangan pembangunan yakni pada sektor

bangunan/konstruksi sehingga mengurangi jumlah lahan pertanian.

Page 164: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-28

Gambar 0-4. Strutur Perekonomian Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011

Selama periode 2007-2011 laju perekonomian Kabupaten Lombok Barat relatif cukup

stabil, ditandai dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi berkisar 5% per tahun. Laju

pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 6,26%,

sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,54%. Faktor naik

turunnya laju petumbuhan tersebut disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan

beberapa sektor ekonomi, terutama sektor pertanian yang merupakan sektor

dominan yang mengalami fluktuasi cukup signifikan.

Memperhatikan laju pertumbuhan masing-masing sektor, pada tahun 2011 sektor

penggalian merupakan sektor yang laju pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar

12,83%. Pada tahun 2010 pertumbuhan tertinggi sektor bangunan, pada tahun 2009

ditempati sektor penggalian, sedangkan tahun 2007 dan 2008 ditempati sektor

listrik, gas dan air bersih. Pada umumnya sektor-sektor yang berperan dalam

pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Barat tahun 2011 laju pertumbuhanya

cenderung lebih tinggi dari laju pertumbuhan pada tahun 2010, kecuali sektor jasa-

jasa yang mengalami sedikit penurunan. Besarnya laju pertumbuhan sektor-sektor

dominan yang signifikan berdampak pada lebih besarnya laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Lombok Barat tahun 2011 yaitu 5,58% dibandingkan dengan laju

pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang mencapai 4,78%.

PDRB per kapita Kabupaten Lombok Barat atas dasar berlaku, pada tahun 2011

diperkirakan sebesar Rp 7.250.011, lebih tinggi 10,18% dibandingkan tahun

sebelumnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 yang

diperkirakan sebesar 1,49%, peningkatan PDRB per kapita sebesar 10,18% tersebut

cukup membawa arti bagi tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Kabupaten

Lombok Barat. Hal ini didukung oleh pertumbuhan PDRB atas harga konstan ’00

yang mencapai 4,53%, dimana berdampak pada pertumbuhan PDRB per kapita atas

harga konstan ’00 yang meningkat. Secara rata-rata, pertumbuhan PDRB per kapita

selama 2007-2011 diperkirakan sebesar 11,71% per tahun. Dengan pertumbuhan

penduduk kurang lebih 1,01% per tahun, tingkat kesejahteraan penduduk

Kabupaten Lombok Barat mampu tumbuh sebesar 4,31% per tahun.

24.66

4.26

3.64

0.76

12.27 22.9

11

4.27 16.23

Struktur Perekonomian Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011

Pertanian

Pertambangan danpenggalianIndustri pengolahan

Listrik, gas dan air bersih

Bangunan

Perdagangan, hotel danrestoranPengangkutan dankomunikasi

Page 165: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-29

Tabel 0-30. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011

Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

Primer

Pertanian 3,99 1,33 2,25 2,05 2,19 2,36

Pertambangan dan penggalian 6,46 5,08 12,12 6,91 12,83 8,68

Sekunder

Industri pengolahan 5,45 6,20 8,24 3,24 4,64 5,55

Listrik Gas dan Air Bersih 7,75 8,03 9,95 6,04 7,70 7,89

Bangunan 6,86 6,19 7,64 8,68 9,75 7,82

Tersier

Perdag, Hotel & Restoran 6,35 5,77 7,81 5,75 7,36 6,81

Pengangkutan & Komunikasi 5,35 3,76 4,16 5,52 6,00 4,96

Keuangan, persewaan & Jasa 7,47 5,76 7,06 5,55 7,06 6,58

Jasa-jasa 3,23 6,50 8,26 3,74 3,00 5,02

PDRB 5,24 4,45 6,26 4,78 5,58 5,28

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Keterangan : Tahun 2007 Angka Perkiraan setelah Kabupaten Lobar pisah Kabupaten

Lombok Utara *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tabel 0-31. PDRB Per Kapita Kabupaten Lombok Barat

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2011

PDRB Tahun (Rp. Juta)

2007 2008 2009 2010* 2011**

I. ADHB

1. PDRB per Kapita 4.661.520 5.183.701 5.826.610 6.580.353 7.250.011

2. Indeks Perkembangan 205,57 228,43 256,76 289,97 289,97

3. Laju Pertumbuhan (%) 11,84 11,20 12,40 19,94 10,18

II. ADHK

4. PDRB per Kapita 2.586.843 2.636.601 2.762.848 2.951.385 3.084.99

5. Indeks Perkembangan 117,08 119,33 125,05 133,58 139,63

6. Laju Pertumbuhan (%) 3,50 1,92 4,79 6,82 4,53

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Keterangan : Tahun 2007 Angka Perkiraan setelah Kabupaten Lobar pisah Kabupaten

Lombok Utara *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

3.2.2. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi terhadap

PBRD Kabupaten Lombok Barat yang cukup besar. Namun, kontribusi sektor

tersebut terhadap PDRB mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir.

Penurunan kontribusi tersebut kemungkinan besar disebabkan penurunan produksi

dari sektor pertanian.

Page 166: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-30

1. Sub sektor Tanaman Pangan.

Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Lombok Barat

terkonfirmasi dari terjadinya penurunan jumlah produksi tanaman pangan (Tabel III-

32).

Tabel 0-32. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Lombok Barat

Komoditas

2006 2007 2008 2009 2010

Luas

Panen

(ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(ha)

Produksi

(Ton)

Padi 39.572 198.064 40.063 198.244 29.050 152.592 30.307 160.531 29.336 155.332

Jagung 7.208 23.501 6.550 20.834 4.198 13.648 3.432 11.213 2.881 10.613

Ubi Kayu 2.283 47.488 2.671 40.579 389 5.771 388 5.803 324 4.941

Ubi Jalar 305 6.083 324 3.971 139 1.893 73 1.008 79 1.098

Kacang Tanah 12.429 14.671 10.451 12.986 2.282 3.176 1.915 2.369 1.225 1.583

Kedelai 4.614 4.886 4.622 5.506 4.830 6.411 3.947 5.265 3.591 4.893

Kacang Hijau 1.551 1.128 786 648 645 548 393 336 187 185

Sumber : Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka 2012

Pada Tabel III-32, terlihat bahwa penurunan produksi tanaman pangan dari 2006

hingga 2010 terjadi pada semua komoditas, meskipun pada tahun 2010, produksi

komoditas ubi jalar meningkat 8.93%. Penurunan produksi paling banyak terjadi

pada komoditas kacang hijau yang mengalami penurunan 44,94%, yang diakibatkan

karena penurunan luas lahan pemanenan.

2. Sub sektor Sayuran.

Secara umum, dari tahun 2007-2010 luas panen dan produksi sayur-sayuran di

Kabupaten Lombok Barat mengalami penurunan. Pada tahun 2010, produksi

sayuran di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh produksi kangkung yang

produksinya pada tahun 2010 mencapai 8.034 ton, turun 32,35% dari tahun 2009,

diikuti cabe rawit dan semangka dengan jumlah produksi masing-masing 6.922 ton

dan 6.270 ton.

Tabel 0-33. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran per Jenis Sayuran di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2010

Komoditas

2007 2008 2009 2010

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Bawang Merah 345 8.954 167 4.085 101 2.820 77 4.233

Kubis 24 817 32 1.226 9 260 3 86

Sawi/Petsai 39 488 4 91 29 754 3 82

Kacang Merah 79 551 22 161 19 447 460 85

Kacang Panjang 214 8.545 170 6.765 130 11.887 85 6.252

Cabe Besar 32 592 24 414 41 322 21 603

Page 167: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-31

Komoditas

2007 2008 2009 2010

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Cabe Rawit 665 17.322 401 10.908 448 12.807 309 6.922

Tomat 97 3.108 108 3.026 68 2.123 60 1.757

Kangkung 44 6.357 47 6.850 74 10.633 58 8.034

Semangka 42 7.053 119 6.578 170 9.156 116 6.270

Terung 45 2.197 67 3.267 50 2.444 25 914

Ketimun 77 3.883 93 5.684 80 4.664 29 1.772

Sumber : Dinas Pertanian Tan.Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok

Barat

3. Sub sektor Buah-buahan

Pada tahun 2011, produksi buah-buahan di Kabupaten Lombok Barat mengalami

peningkatan. Hanya produksi manggis yang mengalami penurunan, yaitu dari 49 kw

menurun menjadi 47 kw. Sementara 3 (tiga) komoditi dengan produksi terbesar

adalah mangga dengan produksi 296.192 kw, mengalami peningkatan sebesar

17,26% dari tahun 2010 yang hanya sebesar 227.559 kw. Produksi terbesar kedua

adalah buah pisang, dimana produksi tahun 2011 mencapai 278.536 kw atau naik

sebesar 69,58% dari tahun 2010 yang hanya 116.461 kw. Tiga terbesar adalah

produksi buah durian, dimana peningkatan produksi mencapai 182,42% dari tahun

2010 sebesar 20.396 kw menjadi 111.306 kw ditahun 2011.

Tabel 0-34. Banyaknya Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Barat Tahun

2009-2011

Komoditas Produksi (Kw)

2009 2010 2011

Alpokat - 845 -

Mangga 218.045 227.559 296.192

Rambutan 84.967 25.843 53.023

Duku/ Langsat - 4.378 -

Jeruk Siam - 919 -

Belimbing - 1.895 -

Manggis 10.791 49 47

Jeruk Besar - 342 -

Durian 106.662 20.396 111.306

Jambu Biji 56.458 -

Pisang 116.461 118.450 278.536

Sawo - 6.902 -

Pepaya - 25.902 -

Nenas - 2.719 -

Salak - 23 -

Nangka 144.048 74.625 84.314

Melinjo - 8.680 -

Sirsak - 1.755 -

Jambu Air - 1.764 -

Page 168: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-32

Sumber : Dinas Pertanian Tan. Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok

Barat

4. Sub sektor Perkebunan.

Usaha tani sub‐sektor tanaman perkebunan sebagian besar masih memanfaatkan

lahan sawah terutama untuk perkebunan musiman, misalnya tembakau. Jenis

tanaman perkebunan ini diusahakan di hampir sebagian besar wilayah Kabupaten

Lombok Barat. Perkebunan di Lombok Barat memberikan kontribusi cukup berarti

bagi perekonomian daerah. Kelapa, kopi, cengkeh, jambu mete, vanili, kapas, kapuk,

coklat, tembakau, asam, pinang, merupakan jenis tanaman perkebunan yang banyak

diproduksi di Kabupaten Lombok Barat. Pemanfaatan lahan digunakan untuk

tanaman tahunan diusahakan di lahan kering dan terkonsentrasi di beberapa

wilayah tertentu.

Tabel 0-35. Pertumbuhan Luas Panen dan Jumlah Produksi Perkebunan di

Kabupaten Lombok Barat

No Jenis

Komoditas

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Luas

Tanaman

Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

Produksi

(Ton)

1 Kelapa 11.655,45 12.897,33 11.655,45 12.857,42 11.655,45 12.857,42

2 Kopi 694,40 286,04 694,40 342 649,40 342

3 Cengkeh 312,61 72,93 412,61 54,56 412,61 54,56

4 Jambu mete 9.108,76 1.292,02 9.108,76 1.213,37 9.108,76 1.213,37

5 Vanili 128,96 21,87 128,96 16,24 128,96 16,24

6 Kapas 10,90 8,80 250,00 83,43 98 11,18

7 Asam 30,03 99,26 30,03 74,44 30,03 74,44

8 Pinang 116,6 176,46 119,82 130,17 119,82 130,17

9 Coklat/ Kakao 517,81 109,16 462,81 115,02 462,81 115,02

10 Tembakau Virginia 60,30 22 72,95 152,59 125,65 150,78

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok Barat 2011

Tabel III-35 menunjukkan bahwa komoditas sub sektor perkebunan yang banyak

diusahakan di Kabupaten Lombok Barat adalah tanaman kelapa dan jambu mete.

Kedua komoditas tersebut banyak ditanam di Kecamatan Sekotong.

Apabila dilihat dari perkembangan produksi secara keseluruhan, maka terlihat

bahwa dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi penurunan produksi pada sebagian besar

komoditas sub sektor perkebunan, kecuali kopi, kapas, kakao dan tembakau.

Keempat komoditas tersebut tercatat meningkat pada tahun 2009, namun pada

tahun 2010 produksinya cenderung turun. Pada tahun 2010, penurunan produksi

paling besar terjadi pada tanaman kapas yang mencapai 86,60% yang diakibatkan

karena penurunan luas tanam tanaman tersebut.

5. Sub sektor Kehutanan.

Hasil produksi kayu hutan di Kabupaten Lombok Barat dihasilkan pada 4

kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sari, Narmada, Gerung, dan Sekotong. Hasil

Page 169: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-33

produksi di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 dari berbagai jenis kayu yang

dihasilkan mencapai 1.870 batang atau 1.477,05 m3. Jenis kayu rimba campuran

merupakan jenis kayu yang banyak dihasilkan mencapai 1.594 batang atau 1.399,98

m3.

Tabel 0-36. Hasil produksi Kayu Hutan Di Lombok Barat Tahun 2010

No Jenis Kayu Volume

Batang M3

1 Jati 95 11,72

2 Nangka 117 63,66

3 Dao / Bungur 27 17,28

4 Sengon 37 44,28

5 Rimba 1.594 1.339,98

6 Kelapa - -

Jumlah 1.870 1.477,05

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Barat

6. Sub sektor Peternakan.

Peternakan tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian, sehingga sejalan dengan

produksi pertaniannya. Beberapa komoditas peternakan yang utama di Kabupaten

Lombok Barat adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, ayam dan babi.

Perkembangan populasi di Kabupaten Lombok Barat disajikan pada Tabel III-37.

Tabel 0-37. Pertumbuhan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Barat

No Jenis Ternak Tahun (dalam ekor)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Kuda 4.905 5.152 4.141 3.985 4.226

2 Sapi 112.648 110.462 66.154 67.229 72.861

3 Kerbau 10.657 9.105 7.843 7.777 8.294

4 Kambing 55.045 51.456 30.395 31.501 35.535

5 Domba 1.999 1.852 1.651 2.651 2.126

6 Babi 24.844 27.775 23.559 32.160 33.753

7 Ayam Buras 773.595 738.555 624.195 649.886 698.567

8 Ayam Ras 284.286 296.528 363.432 377.334 429.903

9 Itik 95.083 72.074 67.589 77.137 82.601

10 Merpati 41.545 50.621 35.431 34.431 36.457

11 Kelinci 730 250 243 295 203

Sumber : Dinas Pertanian Tan Pangan, Perkebunan & Peternakan Kabupaten Lombok Barat

Populasi ternak ruminansia dan non unggas di Kabupaten Lombok Barat didominasi

oleh ternak sapi yang populasinya mencapai 72.861 ekor pada tahun 2010. Apabila

dibandingkan dengan jumlah populasi tahun 2006, maka jumlah tersebut jauh lebih

kecil. Namun, apabila dibandingkan pada tahun 2008 dan 2009, jumlah populasi

tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan populasi

tersebut salah satunya disebabkan dengan adanya program pemerintah daerah Nusa

Tenggara Barat yang mencanangkan Nusa Tenggara Barat Bumi sejuta sapi.

Page 170: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-34

Disisi lain, untuk populasi ternak unggas di Kabupaten Lombok Barat didominasi

oleh ayam buras yang mencapai 698.567 ekor pada tahun 2010. Secara keseluruhan,

populasi ternak unggas di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mengalami

peningkatan. Peningkatan populasi terbesar terjadi pada komoditas ayam ras yang

mencapai 13,93%. Tren peningkatan populasi ayam ras terlihat mulai tahun 2006.

7. Sub sektor Perikanan.

Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan lautan, wilayah Kabupaten

Lombok Barat cukup kaya dengan perikanan lautnya. Namun dengan kondisi saat

ini, masih banyak nelayan yang menangkap ikan dengan cara tradisional, sehingga

dari tahun ketahun produksi laut perikanan laut di Kabupaten Lombok Barat tidak

mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Tabel 0-38. Perkembangan Produksi Ikan menurut Jenis Penangkapanya Di Kabupaten Lombok Barat pada Tahun 2006-2010

N o

Jenis Ikan Menurut

Penangkapanya/

Produksinya

Tahun (ton)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Perikanan Laut 14.446,30 14.491,10 11.612,80 9.174,10 8.070,40

2 Perikanan Air Tawar 1.039,30 1.052,30 1.032.60 1.175,39 1.600,50

3 Perikanan Air Payau 450,60 454,00 452,00 442,60 2.042,00

Jumlah 15.936,20 15.997,40 13.096,40 10.801,09 11.612,90

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat

Selain penangkapan laut, budidaya perikanan darat juga digalakkan dan diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil produksi perikakan laut di

Kabupaten Lombok Barat beraneka ragam, meliputi ikan teri, selar, tongkol, lemuru,

tembang, kerapu gulamah dan lain sebagainya. Sedangkan untuk perikanan air

tawar yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Lombok Barat adalah ikan nila,

mas, tawes dan ikan mujair. Untuk perikanan payau yang paling banyak adalah ikan

bandeng yang pada tahun 2010 produksinya mencapai 1.796 ton atau sekitar 85%,

dan selebihnya ada udang windu, udang putih, ikan belanak dan mujair.

b. Sektor Industri, Listrik dan Air Minum

1. Sub sektor Industri

Industri di Kabupaten Lombok Barat relatif tidak banyak mengalami perubahan. Sub

sektor perindustrian di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 digolongkan

menjadi lima jenis industri yaitu industri makanan dan minuman, industri pakaian

jadi, industri kayu, barang dari kayu dan anyaman, industri barang galian bukan

logam, industri furnitur dan pengolahan lainya. Adapun kelompok industri di

Page 171: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-35

Kabupaten Lombok Barat kelompok IKAHH dan ILMEA, dibedakan menjadi industri

formal dan industri non formal. Industri di Kabupaten Lombok Barat pada tahun

2010 tercatat sebanyak 6.946 unit perusahaan yang terdiri dari 526 unit perusahaan

formal (7,57%) dan 6.420 unit perusahaan informal (92,43%).

Tenaga kerja yang dapat terserap pada seub sektor industri pada tahun 2010

mencapai 24.313 orang tenaga kerja yang terdiri dari 6.121 tenaga kerja (25,18%) di

industri formal dan 18.192 tenaga kerja (74,82%) di industri informal. Pada tahun

yang sama, nilai output industri formal dan non formal mencapai Rp 584,38 miliar.

Jumlah perusahaan industri besar/sedang di Kabupaten Lombok Barat pada tahun

2010 sebanyak 31 perusahaan yang tersebar pada 8 kecamatan. Kecamatan yang

memiliki perusahaan industri besar/sedang dengan jumlah yang paling banyak

adalah Kecamatan Labuapi dan Kediri.

Tabel 0-39. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Produksi, dan Bahan Baku di

Rinci Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010

No Kelompok Industri Jumlah

Perusahaan

Tenaga

Kerja

Nilai Produksi

(Rp. 000)

Nilai Bahan

Baku (Rp.000)

I Formal

1. IKAHH 408 5.115 394.435.374 316.771.828

2. ILMEA 118 1.006 16.819.507 10.667.862

526 6.121 410.254.881 237.439.690

II INFORMAL

1. IKAHH 5.700 16.512 168.893.283 99.284.273

2. ILMEA 720 1.680 4.239.049 2.662.310

6420 18.192 173.132.332 102.945.583

Jumlah 6.946 24.313 584.387.213 426.386.274

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM, Deperindag Kabupaten Lombok Barat

2. Sub sektor Listrik dan Air Minum

Listrik. Pelanggan listrik di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai

53.476 pelanggan dengan daya yang tersambung mencapai 51.580,94 Volt Ampere

dan produksi listrik mencapai 103.849.677 KWH. Pelanggan listrik paling besar

adalah pelanggan rumah tangga, yaitu 92,04% atau 53.476 pelanggan.

Dilihat dari daya yang tersambung, pelanggan yang paling banyak adalah pelanggan

dengan daya 450 VA yang mencapai 39.199 pelanggan. Sedangkan untuk daya 900

VA merupakan daya yang pelanggannya paling sedikit, yaitu 6.529 pelanggan.

Tabel 0-40. Nilai Penjualan KWH & Jumlah Pelanggan Menurut Kategori Pelanggan

No Kategori Pelanggan Jumlah

Pelanggan

Daya

Tersambung

(VA)

Nilai Produksi

Listrik (KWH)

1 Bisnis 1.752 12.943,7 24.214.681

2 Industri 11 611,2 823.830

3 Pemerintah 665 4.167,14 12.946.072

Page 172: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-36

4 Rumah Tangga 49.218 31.429,35 61.859.382

5 Sosial 1.830 2.429,55 4.005.712

Jumlah 53.476 51.580,94 103.849.677

Sumber : PT (Persero) PLN Ranting Lombok Barat

Air Minum. Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan masyarakat di Kabupaten

Lombok Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal tersebut ditandai

dengan bertambahnya jumlah pelanggan air bersih di PDAM Kabupaten Lombok

Barat. Kondisi pada tahun 2010 jumlah pelanggan air bersih mencapai 25.089

pelanggan, dengan volume air bersih yang tersalurkan mencapai 7.290.670 m3

dengan nilai Rp 10,324 miliar. Kondisi ini naik 47,24% dari tahun 2009 yang hanya

17.025 pelanggan dengan volume 5.176.189 m3 dan nilai jual Rp 7,508 miliar.

Pelanggan paling banyak adalah kelompok pelanggan II yang merupakan pelanggan

rumah tangga dengan jumlah pelanggan 23.621 pelanggan atau 94,15% dari total

pelanggan dengan total volume air bersih yang tersalur 5.751.560 m3.

Tabel 0-41. Jumlah Pelanggan Air Bersih Menurut Kategori Pelanggan Di PDAM Giri

Menang Kabupaten Lombok Berat

Kelompok

Pelanggan

Jumlah

Pelanggan

Air Bersih Yang Disalurkan

Vulome (m3) Nilai (Rp)

I 818 777.081 735.079.900

II 23.621 5.751.560 7.031.613.650

III 635 448.407 1.864.244.500

IV 15 313.622 693.760.500

Jumlah 25.089 7.290.670 10.324.698.550

2009 17.025 5.176.189 7.508.735.150

2008 19.464 5.919.945 8.100.796.400

2007 17.958 5.990.151 7.472.168.995

2006 14.450 4.817.750 3.588.119.865

Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lombok Barat

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Perdagangan memegang peranan penting bagi perputaran perekonomian di

Kabupaten Lombok Barat. Sampai dengan tahun 2010 jumlah usaha perdagangan

yang sudah terdaftar dan mempunyai surat ijin usaha perdagangan (SIUP) di

Kabupaten Lombok Barat mencapai 2.249 unit usaha. Dari 2.249 unit usaha

tersebut didominasi oleh usaha perdagangan dengan skala kecil 2.030 unit usaha

atau 90,26%, 179 unit usaha skala menengah atau 7,96% dan hanya 40 unit usaha

atau 1,78% pedagang dengan skala besar. Dilihat dari wilayah kecamatan, untuk

usaha perdagangan kecil, dan menengah banyak terdapat di Kecamatan Gunungsari,

sedangankan untuk pedagang besar banyak terdapat di Kecamatan Batu Layar.

Page 173: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-37

Tabel 0-42. Jumlah Pedagang Basar, Menengah, Kecil dan Perkembangan Kelembagaan Usaha Perdagangan Tahun 2010 di Kabupaten Lombok Barat

No Kecamatan Pedagang

Jumlah SIUP Besar Menengah Kecil

1 Sekotong 0 3 43 46 46

2 Lembar 1 8 89 98 98

3 Gerung 3 20 266 289 289

4 Labuapi 4 2 252 258 258

5 Kediri 1 19 212 232 232

6 Kuripan 0 3 61 64 64

7 Narmada 8 23 339 370 370

8 Lingsar 5 11 167 183 183

9 Gunungsari 5 34 409 448 448

10 Batu Layar 13 56 192 261 261

Jumlah 40 179 2.030 2.249 2.249

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM, Perindag Kabupaten Lombok Barat

Selain perdagangan dalam negeri, penyumbang perekonomian di Lombok Barat

adalah ekspor non migas. Kondisi tahun 2010, ekspor non migas Kabupaten Lombok

Barat mencapai 146,234 ton dengan nilai US$ 18.775,4 juta. Dari jumlah tersebut

69,75% atau 102 ton adalah ekspor gerabah, diikuti 28,04% atau 41 ton ekspor

kerajinan kayu.

Tabel 0-43. Jenis Komoditas Ekspor Non Migas Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010

No Komoditas Volume (Ton) Nilai (Juta US $)

1 Mutiara 0,234 12.062

2 Gerabah 102 1.491

3 Kerajinan Kayu/ Topeng 41 5.171

4 Kerajinan Bambu 3 31,4

Jumlah 146,234 18.775,4

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Perindag Kabupaten Lombok Barat

2. Sub sektor Hotel dan Restoran

Di Kabupaten Lombok Barat lebih banyak menawarkan wisata pantai, taman alam,

wisata alam, air terjun, obyek wisata sejarah / budaya dan obyek wisata tirta yang

mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara. Sarana

dan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kabupaten Lombok Barat,

sudah cukup mendukung walaupun belum selengkap seperti yang ada di Bali.

Kondisi lingkungan yang aman, tertib, sejuk, indah, bersih dan masyarakat yang

ramah menjadi faktor utama yang perlu diwujudkan agar wisatawan bisa berkunjung

lebih banyak lagi. Untuk menunjang kegiatan pariwisata tersebut, di wilayah

Kabupaten Lombok Barat terdapat 76 buah penginapan meliputi : 22 buah hotel

berbintang, 37 hotel melati, 17 buah pondok wisata dan 126 rumah makan.

Page 174: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-38

Tabel 0-44. Perkembangan Jumlah Hotel, Pondok Wisata, Rumah Makan, dan Biro

Perjalanan Wisata di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006-2010

NO Keterangan Jumlah (Tahun)

2006* 2007* 2008 2009 2010

1 Hotel Berbintang 15 18 16 19 22

2 Hotel Melati 159 159 36 37 37

3 Pondok Wisata 17

4 Rumah Makan 126

5 Biro Perjalanan Wisata 31 21 21

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Ket : *) Data sebelum pemekaran Kabupaten Lombok Utara

Pada tahun 2010 kunjungan wisatawan di Lombok Barat mencapai 212.286 orang

wisatawan, dimana wisatawan mancanegara mencapai 50,33% atau 106.622 orang.

Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan jumlah

kunjungan wisata yang cukup besar, yaitu mencapai 50%, dimana kunjungan

wisatawan pada tahun 2009 mencapai 468.586 orang yang diantaranya 301.465

orang adalah wisatawan mancanegara (64,33% dari jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Lombok Barat). Penurunan jumlah wisatawan tersebut terjadi baik

dari wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Namun, penurunan

yang sangat besar terjadi pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Gambar 0-5. Perkembangan Jumlah Wisatawan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006 - 2010

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

2006 2007 2008 2009 2010

Perkembangan Jumlah Wisatawan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2006 - 2010

Wisatawan Nusantara

Wisatawan Mancanegara

Page 175: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-39

d. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

1. Sub sektor Pengangkutan

Sarana perhubungan darat di Kabupaten Lombok Barat adalah bus, minibus dan

sepeda motor. Namun bus hanya dipakai sebagai sarana penghubung antar pulau

atau antar kota. Sedangkan jenis sarana yang digunakan di dalam kota hanyalah

minibus, sepeda motor dan cidomo sebagai angkutan tradisional khas Lombok.

Tabel 0-45. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Lembar Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010

No Kegiatan Unit Bongkar/

Turun Muat/Naik

1 Arus Kunjungan Kapal laut Dalam Negeri 5.790 - -

2 Arus Kunjungan Kapal laut Luar Negeri 107 - -

3 Banyaknya Bongkar Barang - 3.059.115 39.420

4 Banyaknya Bongkar muat Ternak (ekor) - 267 5.619

5 Arus Penumpang (orang) - 27.258 23.969

Sumber : PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Lembar

Kabupaten Lombok Barat juga memiliki pelabuhan yang sangat vital karena setiap

harinya terdapat 10 kali pelayaran penyeberangan dengan kapal ferry dari Pelabuhan

Lembar menuju pelabuhan Padang Bai Bali dan sebaliknya. Selain tujuan terebut,

terdapat KMP dengan tujuan Benoa-Lembar-Nima-Makasar-Bau bau-Raha, yang

dilakukan 4 kali dalam sebulan, dan untuk tujuan Lembar-Bima-Waingapu-Ende-

Sabu-Kupang-Larantuka dilakukan 2 kali sebulan. Kondisi kegiatan di Pelabuhan

Lembar tahun 2010 di sajikan dalam Tabel III-45.

2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi

Kondisi pos dan telekomunikasi di Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 tidak hanya

melalui surat menyurat dan paket. Berkembangnya teknologi modern mengakibatkan

berkembangnya cara berkomunikasi masyarakat. Di Kabupaten Lombok Barat

terdapat sebanyak 8 buah kantor pos pembantu, dengan jumlah surat yang terkirim

125.889 surat biasa, 349.918 surat kilat khusus, 46.724 wesel dan 15.675 paket pos.

Sedangkan data komunikasi yang tercatat di Dinas Perhubungan dan informatika

Kabupaten Lombok Barat antara lain warung telekomunikasi (warnet) 34 buah,

jaringan telepon genggam 12 buah, menara seluler 141 buah dan jaringan telepon

stasioner 1 buah.

e. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kondisi pertambangan/penggalian di Lombok Barat didominasi oleh bahan galian C

dan ada sedikit emas. Beberapa bahan galian golongan C dan emas yang telah

dilakukan penambangan/penggalian adalah batu andesit, batu apung dan tanah

uruk dengan jumlah produksi pada tahun 2010 masing-masing 37.500 ton/m3,

35.00 ton/m3, dan 189.145 ton/m3. Penambangan/penggalian yang dilakukan masih

bersifat sederhana dengan mengunakan alat-alat tradisional dan dilakukan oleh

masyarakat secara individu dan berkelompok. Adapun potensi dan jumlah produksi

bahan galian C yang ada di Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam Tabel III-46.

Page 176: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-40

Tabel 0-46. Jumlah Potensi dan Jumlah Produksi Bahan Galian Golongan C Menurut

Jenis Galian Di Kabupaten Lombok Barat Pada Tahun 2010

No Jenis Bahan Galian Jumlah Cadangan (Ton/m3 ) Produksi (Ton/ m3)

1 Emas 1.686.462 m3 -

2 Pasir Besi 7 ton -

3 Batu Andesit 233.001.628 m3 37.500

4 Diorit 36.000 m3 -

5 Batu Apung 2.438.300 m3 35.000

6 Batu Gamping 53.047 m3 -

7 Dasit 3.819.420 m3 -

8 Kalsit 2.420.553 m3 -

9 Lempung 3.417.567 m3 -

10 Marmer 16.500 m3 -

12 Sirtu 3.044.728 m3 -

13 Batu Silika 1.000 ton -

14 Tanah Urug 4.016.337 m3 189.145

15 Trass 13.305.408 m3 -

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat

3.2.3. Profil UMKM

Potensi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Lombok Barat. Keberadaan UMKM

sangat penting untuk membangkitkan roda perekonomian, untuk menciptakan suatu

perekonomian yang mandiri dan andal dengan bercirikan usaha yang kuat dan maju.

Perkembangan industri kecil menengah di Kabupaten Lombok Barat kurun waktu

2008-2010 mengalami pasang surut. Di tahun 2008 jumlah IKM mencapai 3524 unit

usaha dengan lima sektor industri yang meliputi industri pangan (makanan dan

minuman), sektor sandang, sektor logam dan elektronika, sektor kimia bahan

bangunan dan sektor kerajinan. Pada tahun 2010, IKM Lombok Barat mengalami

penurunan sebesar 33,55% menjadi 2.345 unit usaha. Pada tahun 2011 dengan

program menciptakan wirausaha baru dari pemerintah Kabupaten, sehingga IKM di

Kabupaten Lombok Barat mengalami peningkatan sebesar 25,58%, menjadi 2.405

unit usaha.

UMKM yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh industri kerajinan

dengan teknologi relatif sederhana, sedangkan industri berskala menengah dan besar

dengan teknologi relatif modern jumlahnya sangat terbatas. Kegiatan industri di

Kabupaten Lombok Barat yang dominan adalah industri kecil dan menengah.

Kegiatan industri dijalankan oleh sejumlah UKM dengan kegiatan usaha industri

yang meliputi , indutri kerajinan, industri meubel dan furnitur, industri pengolahan

makanan, industri genteng press, industri tenun ikat tradisional dan usaha yang

lainya.

Dilihat dari jenis industrinya, terlihat adanya pola persebaran industri kecil yang

berbeda dimasing-masing Kecamatan. Kecamatan Sekotong dan Lembar merupakan

sentra industri bata dan genting, hal ini disebabakan karena bahan bakunya banyak

terdapat didearah ini. Kecamatan Narmada, Gerung, dan Gunung Sari adalah sentra

Page 177: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-41

kerajinan dan anyaman bambu. Sementara kerajinan gerabah banyak terdapat di

Kecamatan Kediri. Adapun sentra tenun gedogan banyak terdapat di Kecamatan

Gerung. Potensi industri kerajinan sangat besar karena Kabupaten Lombok termasuk

satu daerah kunjungan wisatasa di Nusa Tenggara Barat, sehingga sentra-sentra

industri tersebut bisa juga dijadikan wahana promosi dan untuk wisata industri

(Tabel III-47).

Industri kerajinan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 telah mengekspor

produk-produk hasil kerajinan dengan nilai mencapai US$ 18.775,4 ke berbagai

negara. Kerajinan mutiara merupakan kerajinan yang menyumbang nilai ekspor yang

besar mencapai US$ 12.062 dengan total produksi ekspor 0,234 ton.

Tabel 0-47. Perkembangan Sentra Industri Kecil Menengah dan Pesebarannya di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2010

No Kecamatan Nama

Sentra Industri

Jumlah Industri

2008 2009 2010

1 Sekotong a. Pengrajin Pengosok/Bakul - 1 1

b. Kerajinan piring Ingke - 1 1

c. Mebel Kayu 14 1 1

d. Mutiara - 1 1

e. Gerabah 1 1 1

f. Kerajinan Kerang 1 - -

g. Dodol Tape - 1 15

h. Terasi 35 35 35

f. Bata/ Genting 36 36 36

g. Batu Aji 1 28 28

Jumlah 88 105 119

2 Lembar a. Bambu - 1 1

b. Ukir - 1 1

c. Anyaman Pandan - 1 1

d. Sangkar Burung - 1 1

e. Marmer 1 1 -

f. Kacang Molen 2 2 2

g. Bata/Genting 44 44 44

Jumlah 47 51 50

3 Gerung a. Anyaman Bambu 141 141 196

b. Mebel Kayu 41 42 42

c. Tenun Gedongan 12 55 55

d. Dodol Tape 25 25 25

e. Minyak Kelapa 21 21 21

f. Pengupasan Kacang 25 25 25

g. Tape Singkong 20 20 20

h. Terasi 15 15 15

i. Bata/ Genteng 21 21 21

j. Batu Aji 11 11 11

Jumlah 332 376 431

4 Kediri a. Anyaman Bambu - 20 20

b. Anyaman Pandan - 30 30

c. Gerabah 1.171 117 117

d. Songkok Rotan 15 15 15

e. Mebel Kayu 11 11 11

Page 178: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-42

No Kecamatan Nama

Sentra Industri

Jumlah Industri

2008 2009 2010

f. Ukir Kayu 10 10 10

g. Konveksi 10 10 10

h. Dodol Nangka 20 20 20

i. Kerupuk Kulit 10 10 10

j. Kerupuk Terigu 37 37 37

k. Roti 1 1 1

l. Pande Besi 11 11 11

Jumlah 1296 292 292

5 Kuripan a. Anyaman Pandan 200 20 20

b. Anyaman Bambu 20 168 168

c. Sangkar Burung 5 5 5

d. Mebel Kayu 18 - -

e. Kue Semprong 15 15 15

f. Tape Singkong 20 20 20

g. Bata/Genting 31 31 31

h. Pande Besi 20 20 20

Jumlah 329 279 279

6 Labuapi a. Anyaman Bambu 10 10 10

b. Ukir Kayu 252 6 6

c. Lampu Hias 6 10 10

d. Konveksi 10 10 10

e. Sentra Batik 1 1 1

f. Bubut Kayu - 1 1

g. Emping Melinjo 2 2 2

h. Kerupuk Terigu 13 13 13

i. Minyak Kelapa 14 14 14

j. Pemindang Ikan 25 25 25

k. Tempat Es Krim 3 3 3

Jumlah 336 95 95

7 Narmada a. Anyaman Rotan - 15 15

b. Anyaman Bambu 254 124 124

c. Anyaman Ketak - 20 20

d. Anyaman Pandan - 89 89

e. Kubah Masjid 1 - -

f. Sangkar Burung 15 - -

g. Ukiran Kayu 23 23 23

h. Kerajinan Kayu 17 17

i. Pande Besi 3 - -

j. Bata Merah 30 - -

k. Ukiran Tongkat - 3 3

l. Tikar Rotan - 106 106

m. Konveksi - 12 12

n. Tenun Songket - 5 5

o. Bipang jahe 4 4 4

p. Dodol Nangka 32 32 32

q. Gula Merah 140 140 140

Jumlah 502 590 590

8 Lingsar a. Anyaman Ketak - 7 7

b. Mebel Kayu 51 9 11

c. Ukiran Kayu 4 5 5

Page 179: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-43

No Kecamatan Nama

Sentra Industri

Jumlah Industri

2008 2009 2010

d. Gula Merah - 3 3

e. Bubut Kayu - 1 1

f. Konveksi/ Bordir 8 1 11

g. Gamelan 1 1 -

h. Emping Melinjo 15 15 15

i. Gula Aren 6 6 6

j. Keripik Singkong 53 53 53

Jumlah 138 101 112

9 Gunungsari a. Kerajinan Bambu 3 3 3

b. Anyaman Bambu 31 31 31

c. Ukiran Kayu 8 8 8

d. Kerajinan Terompah 8 8 8

e. Mebel Kayu 67 67 67

f. Kotak Antik 5 5 5

g. Kotak Cukli 5 5 5

h. Empeng Mlinjo 20 20 20

i. Gula Merah 20 20 20

j. Keripik Ubi/Kue Bawang 2 2 2

k. Minyak Kelapa 24 24 24

l. Tape Singkong 20 20 20

m. Arang Tempurung 46 46 46

Jumlah 256 259 259

10 Batu Layar a. Ukiran Kayu 15 15 15

b. Mebel Kayu 7 7 7

c. Batu Merah 71 71 52

d. Konveksi 2 2 2

e. Atap Alang-alang 9 9 9

f. Kerajinan Batu Padas 1 1 1

g. Anyaman Bambu 15 15 15

h. Minyak Kelapa 32 32 32

i. Pemindang Ikan 25 25 25

j. Tape Singkong 20 20 20

Jumlah 197 197 178

Jumlah Total 3.524 2.345 2.405

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat 2011

Terdapat dua hal utama yang menjadi penghambat dan kendala pembangunan

UMKM di Kabupaten Lombok Barat, yaitu aspek pemodalan dan sumber daya

manusia, sementara untuk aspek pemasaran masih terbantu oleh sektor pariwisata

di Kabupaten Lombok Barat. UMKM seringkali tidak mengetahui akses permodalan

yang telah disediakan oleh pihak perbankan. Selain itu, terdapat beberapa kendala

persyaratan untuk mendapatkan permodalan dari perbankan antara lain, belum

fesible, belum mempunyai NPWP dan manajemen keuangannya masih lemah karena

tidak mempunyai informasi keuangan yang transparan dan terorganisir.

Perkembangan koperasi di Kabupaten Lombok Barat ditunjukkan pada Tabel III-48.

Data pada 2008 menunjukkan koperasi yang ada sebanyak 427 unit yang tersebar

diseluruh Kabupaten Lombok Barat dengan serapan tenaga kerja 2.549 orang,

keanggotaan koperasi berjumlah 94.827 orang, besaran modal sendiri sebesar Rp.

Page 180: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-44

24.248.333.000.- dan modal luar sebesar Rp. 41.206.863.- serta SHU sebesar Rp.

2.939.850.000,-.

Tabel 0-48. Perkembangan Kinerja Koperasi di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010

Koperasi (unit) 427 362 375

Anggota (orang) 94.827 64.022 64.696

Modal sendiri (Rp 000) 24.248.333 28.636.555 31.001.493

Modal luar (Rp 000) 41.206.863 40.236.197 43.348.402

SHU (Rp 000) 2.939.850 3.618.564 380.964

Aktiva (Rp 000) 65.455.196 68.974.223 74.364.775

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten Lombok Barat

Namun pada tahun 2010, kinerja koperasi di Kabupaten Lombok Barat mengalami

penurunan. Jumlah koperasi berkurang menjadi 375 unit dengan anggota 64.696

jiwa. Sementara itu, modal sendiri dan modal luar sedikit mengalami peningkatan

menjadi masing-masing Rp 31.001.493.00,- dan Rp 43.348.402.000,-, sedangkan

SHU berkurang drastis menjadi hanya Rp 380.964.000,-.

3.2.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Lombok

Barat

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta

sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang

dilaksanakan Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit

perbankan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit

UMKM di Kabupaten Lombok Barat pada November 2012 adalah sebesar Rp 546,216

miliar atau 11,03% dari total kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila

dibandingkan dengan kondisi bulan November 2011, kredit UMKM meningkat

sebesar 60,72%. Perkembangan kredit di Kabupaten Lombok Barat terjadi fluktuasi,

akan tetapi secara keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-

rata kenaikan per bulan adalah sebesar 4,36%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada

kondisi November 2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp 546,216 miliar, sebagaian

besar adalah untuk skala kecil (47,72%), skala mikro (28,76%) dan skala menengah

(23,52%).

Tabel 0-49. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun

2012 Di Kabupaten Lombok Barat

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

2011 Nov 107.617 31,67 135.084 39,75 97.141 28,58 339.843

Des 110.786 32,26 135.345 39,41 97.283 28,33 343.415

2012 Jan 109.111 31,67 138.408 40,98 97.015 28,31 344.534 0,33

Feb 111.055 30,71 148.184 40,98 102.371 28,31 361.610 4,96

Page 181: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-45

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

Mar 111.855 29,50 165,905 43,75 101.428 26,75 379.188 4,86

Apr 109.763 26,48 191.005 46,08 113.764 27,44 414.532 9,32

Mei 116.778 26,66 205.212 46,85 115.998 26,48 437.988 5,66

Jun 128.345 25,67 236.995 47,41 134.566 26,92 499.905 14,14

Jul 135.212 26,85 246.204 48,90 122.116 24,25 503.532 0,73

Agust 146.266 27,83 256.506 48,81 122.758 23,36 525.530 4,37

Sep 152.117 28,52 255.211 47,85 126.007 23,63 533.335 1,49

Okt 159.411 29,45 257.367 47,55 124,513 23,00 541.291 1,49

Nov 157.102 28,76 260.646 47,72 128.467 23,52 546.216 0,91

Rata rata kenaikan ( %) 4,39

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit kepada sektor UMKM di Kabupaten

Lombok Barat hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober dan

November), realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum di Kabupaten

Lombok Barat mencapai Rp 1,087 triliun. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun

2012 terjadi peningkatan pada setiap triwulan. Pertumbuhan kredit pada triwulan

kedua (Tw2) mencapai Rp 1,352 triliun naik 24,61% dari triwulan pertama (Tw1) yang

hanya Rp 1,085 triliun, dan triwulan ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 14,340 triliun

atau 15,53% dari triwulan kedua (Tw2).

Tabel 0-50. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya

di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 283.097 82,17 -1,63 61.437 17,83 10,43

Feb 891.053 80,49 2,81 70.557 19,51 14,85

Mar 291.461 76,86 0,14 87.727 23,14 24,33

Apr 302.797 73,05 3,89 111.735 26,95 27,37

Mei 313.239 71.52 3,45 124.749 28,48 11,65

Jun 347.623 69,54 10,98 152.282 30,46 22,07

Jul 340.569 67,64 -2,03 162.962 32,36 7,01

Agust 354.910 67,53 4,21 170.620 32,47 4,70

Sep 358.220 67,17 0,93 175.115 32,83 2,63

Okt 364.860 67,41 1,85 176.432 32,59 0,75

Nov 366.639 67,12 0,49 176.576 32,88 1,78

Rata-rata 3.614.470 71,86 2,28 1.473.192 28,14 11,60

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran yang mencapai 69,80% atau Rp 757,5 miliar pada triwulan pertama

(Tw1), 72,3 % atau Rp 977,9 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 73,29% atau Rp 1,145

triliun pada triwulan ketiga (Tw3), dan 75,54% atau Rp 821,48 miliar pada triwulan

Page 182: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-46

keempat (Tw4). Penyaluran kredit UMKM terbesar kedua di Kabupaten Lombok Barat

adalah sektor jasa, yaitu sebesar Rp 157,3 miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp

164,6 miliar pada triwulan kedua (Tw2), Rp 213 miliar pada triwulan ketiga (Tw3) dan

Rp 127 milliar pada triwulan ke empat (Tw4).

Tabel 0-51. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp) Tw2

(Jutaan Rp) Tw3

(Jutaan Rp) Tw4

(Jutaan Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

23.176 24.051 21.645 39.798

2. Pertambangan dan Penggalian 243 214 138 170

3. Industri Pengolahan 19.397 21.595 22.611 41.401

4. Listrik, Gas dan Air 57.019 420 368 601

5. Kontruksi 461 77.233 54.093 82.530

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 757.536 977.916 1.145.051 821.482

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan dan Komunikasi 15.180 21.030 25.150 18.645

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

54.990 65.362 80.181 54.700

11. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 157.331 164.604 213.162 172.034

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 1.085.332 1.352.425 1.562.397 1.087.507

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

3.3. Kabupaten Lombok Tengah

3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB Kabupaten Lombok Tengah selama tahun 2006–2010 mengalami peningkatan,

baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Nilai PDRB Kabupaten Lombok Tengah ADHB pada tahun 2010 sebesar

Rp 4.639.913 juta, meningkat jika dibandingkan dengan Rp 2.703.055 pada tahun

2006. Sedangkan nilai PDRB ADHK pada tahun 2006 sebesar Rp 1.751.243 juta

meningkat menjadi Rp 2.223.679 juta pada tahun 2010. Sementara itu, bila ditilik

dari PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, terlihat peningkatan yang cukup

tinggi, yaitu dari Rp 3.273.367 pada 2006 menjadi Rp 5.393.938 pada empat tahun

berikutnya.

Apabila dilihat dari kontribusi PDRB Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010,

sektor pertanian merupakan penyumbang kontribusi terbesar di Kabupaten Lombok

Barat, yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor

Page 183: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-47

pertanian mencapai 30,32% dari total PDRB, sedangkan sektor perdagangan, hotel

dan restoran memberikan kontribusi sebesar 18,72%. Disisi lain, sektor listrik, gas

dan air minum di Kabupaten Lombok Barat memberikan kontribusi yang kecil

terhadap PDRB, yaitu sebesar 0,34%.

Tabel 0-52. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Lombok Tengah

Tahun 2006-2010

No. URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010

1 PDRB ADHB (Juta Rp) 2.703.055 3.038.473 3.631.385 4.108.801 4.639.913

2 PDRB ADHK (Juta Rp) 1.751.243 1.833.694 1.961.627 2.104.411 2.223.679

3 Pertumbuhan 5,09% 4,71% 6,97% 7,28% 5,66%

4 PDRB Per Kapita (ADHB) 3.273.367 3.355.148 4.183.686 4.796.219 5.393.938

5 PDRB Per Kapita (ADHK) 2.120.734 2.205.972 2.323.914 2.456.487 2.584.813

Sumber: PDRB Kabupaten Lombok Tengah (BPS, 2010)

Gambar 0-6. Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010

Dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi per sektoral pada tahun 2010, laju

pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu

15,53%. Sektor lain yang menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup tinggi adalah

sektor industri pengolahan yang mencapai 10,48%. Disisi lain, sektor pertanian yang

merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar bagi PDRB menunjukkan laju

pertumbuhan yang paling kecil, yaitu 0,83%. Laju pertumbuhan ekonomi dalam

kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010) dapat dilihat pada Tabel III-53.

30.32

3.74

7.38

0.34

10.13

18.72

6.16

5.87

17.35

Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kabupaten Lombok Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2010 Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Minum

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

Pengangkutan dan

Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Page 184: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-48

Tabel 0-53. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral 2005 – 2010 (ADH Konstan)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 4,04 2,03 4,84 3,59 0,83

2. Pertambangan dan Penggalian 5,25 6,81 21,71 17,82 15,53

3. Industri Pengolahan 7,62 8,20 11,35 10,25 10,48

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,93 4,83 4,78 6,53 9,60

5. Bangunan/Konstruksi 5,70 6,18 9,65 17,49 9,83

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,14 7,44 7,71 7,94 8,12

7. Angkutan dan Komunikasi 7,05 6,91 4,56 5,20 5,17

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh 6,44 7,21 7,50 7,33 7,07

9. Jasa-jasa 2,17 2,39 4,34 3,74 3,38

Rata-rata PDRB 5,09 4,71 6,97 7,28 5,66

Sumber: PDRB Kabupaten Lombok Tengah (BPS, 2010)

3.3.2. Kondisi Produksi

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2006-2009

cenderung naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, namun menurun

pada tahun 2010 terutama disebabkan rendahnya laju pertumbuhan sektor

pertanian yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 0,83% pada tahun 2010.

a. Sektor Pertanian

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Pada tahun 2011 kondisi produksi pertanian, khususnya tanaman pangan di

Kabupaten Lombok Tengah, tercatat luas panen padi (padi sawah dan padi ladang)

seluas 89.930 ha, naik 19,87% atau 14.892 ha dari tahun 2010. Bertambahnya luas

panen diikuti oleh kenaikan produksi dari 374.090 ton di tahun 2010 menjadi

450.499 ton pada tahun 2011, dan rata-rata produktifitas naik 49,99 kuintal hingga

55,51 kuintal/ha pada tahun 2010, menjadi 50,15 kuintal/ha pada tahun 2011.

Begitu pula dengan kondisi produksi jagung, tiga tahun terakhir produksinya terus

meningkat, dimana pada tahun 2009 produksinya hanya 2.811 ton, naik menjadi

11.788 ton ditahun 2010 dan menjadi 12.261 ton di tahun 2011. Adapun luasan

lahan untuk tanaman jagung fluktuatif, 2.969 ha ditahun 2009, naik pada tahun

2010 menjadi 3.064 ha, dan pada tahun 2011 turun menjadi 2.966 ha. Dari segi

produktifitas terjadi kenaikan tiap tahun, dimana dari 33,04 kuintal/ha pada tahun

2009, menjadi 41,34 kuintal/ha ditahun 2011.

Page 185: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-49

Tabel 0-54. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Lombok tengah Tahun 2008-2011

Jenis Tanaman

2008 2009 2010 2011

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Padi 71.046 362.161 75.219 399.447 74.938 374.090 89.380 450.499

Jagung 4.121 12.626 2.969 9.811 3.064 11.788 2.966 12.261

Ubi Kayu 1.019 14.150 1.290 17.776 558 7.734 721 10.012

Ubi Jalar 179 2.049 257 2.953 206 2.409 219 2.597

Kacang Tanah 4.340 6.318 5.262 7.794 4.128 5.686 4.422 6.426

Kacang Kedelai 19.104 25.306 19.477 26.096 22.791 28.246 19.476 24.836

Kacang Hijau 2.901 1.913 796 531 796 758 590 599

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah

2. Sub sektor Sayuran

Pada sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah terdapat

potensi berbagai jenis sayur-sayuran seperti bawang merah, petsai, tomat dan terong,

yang populasinya hanya dijumpai di wilayah kecamatan-kecamatan bagian utara

Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan kacang-kacangan dan cabe dapat dijumpai

disemua kecamatan, termasuk di kecamatan bagian selatan yang tergolong wilayah

dengan curah hujan rendah.

Tabel 0-55. Pertumbuhan Luas Panen dan Produksi Sayuran di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008-2011

Jenis Tanaman

2008 2009 2010 2011

Luas

Panen (ha)

Produksi

(kw)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(kw)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(kw)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(kw)

Kubis 27 2.025 10 3.062 24 1.920 19 3.057

Kacang Panjang 214 6.420 178 2.752 153 2.135 138 2.119

Tomat 106 8.097 107 2.117 115 3.081 106 3.105

Cabe 378 5.670 510 4.788 302 3.995 539 8.956

Ketimun 34 3.400 49 1.439 33 487 47 1.118

kangkung 15 300 22 419 21 1.396 16 1.215

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah

3. Sub sektor Buah-buahan

Kabupaten Lombok Tengah memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman buah-

buahan. Pada sebagian kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah terdapat potensi

berbagai jenis buah-buahan seperti, jeruk, alpokat, mangga, rambutan, pepaya,

sawo, jambu, nangka dan pisang. Sedangkan duku, durian, nenas dan salak hanya

dijumpai dalam jumlah yang terbatas pada wilayah-wilayah kecamatan yang

berdekatan dengan kaki gunung Rinjani. Tanaman buah-buahan yang memiliki

potensi paling besar untuk dikembangkan di Kabupaten lombok Tengah adalah

tanaman mangga. Tanaman lain yang juga memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan adalah tanaman nangka dan pisang.

Page 186: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-50

Tabel 0-56. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2008-2011

Jenis

Tanaman

2008 2009 2010 2011

Jumlah

Pohon

Produksi

(kw)

Jumlah

Pohon

Produksi

(kw)

Jumlah

Pohon

Produksi

(kw)

Jumlah

Pohon

Produksi

(kw)

Jeruk 21.909 2.556 20.281 1.717 13.549 2.408 14.533 2.198

Alpokat 13.541 2.688 13.653 2.359 13.542 1.612 13.492 1.027

Mangga 349.902 45.487 348.820 34.565 341.145 25.486 354.505 114.668

Rambutan 69.915 41.949 71.099 15.204 71.487 10.570 71.776 34.030

Durian 45.108 13.532 45.660 8.634 52.225 1.365 56.665 9.121

Pepaya 32.894 14.803 34.723 4.357 33.563 4.206 35.211 4.775

Sawo 34.066 10.219 35.272 5.017 36.226 3.799 39.224 6.33

Jambu Biji 70.252 9.509 58.970 11.794 66.967 3.922 64.591 10.465

Jambu Air 21.126 1.386 20.919 1.204 28.202 842 20.575 6.540

Nangka 225.169 104.755 234.510 74.969 231.446 43.250 234.995 72.140

Pisang 379.723 114.084 358.745 76.175 459.369 70.313 399.624 76.409

Nenas 139.043 10.397 123.370 1.188 147.787 4.043 53.505 1.120

Manggis 63.788 12.757 73.414 14.249 - - 84.553 17.930

Sirsak 14.041 1.000 13.712 706 13.380 734 14.086 990

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah

4. Sub sektor Perkebunan

Kondisi potensi perkebunan di Kabupaten Lombok Tengah beragam, yang

diantaranya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dan dalam pengelolaanya dapat

menciptakan lapangan kerja dalam jumlah yang besar, yang mampu memberikan

multiflier efek bagi sektor lainya seperti industri, perdagangan dan lain-lainya.

Tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Lombok Tengah

adalah tanaman kelapa yang produksinya mencapai 17.059 kw. Beberapa tanaman

perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain tanaman kopi,

tembakau dan kakao.

Tabel 0-57. Pertumbuhan Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008-2011

Jenis Tanaman

2008 2009 2010 2011

Luas

(ha)

Produksi

(kw)

Luas

(ha)

Produksi

(kw)

Luas

(ha)

Produksi

(kw)

Luas

(ha)

Produksi

(kw)

Kelapa 16.787 11.902 16.889 10.857 16.837 14.892 16.837 17.089

Kopi 1.458 451 1.181 537,32 1.483 591,95 1.483 709,97

Kapuk 954 248 960 245 936 204 907 203

Pinang 440 119 426 189 440 135 440 270

Asam 239 59,4 259,77 138,2 260,37 75,37 255,37 46,35

Kakao 513,3 129,6 761,3 - 813,3 127,4 866,3 188,6

Jambu Mete 5.559 972 6.199 2.030 6.204 299 5.751 866

Jarak Pagar 16.99 30 1.769 - 696 69 1.633 154

Tembakau Rakyat 56,5 75,31 90,89 94,64 106,8 66,4 374,20 523,9

Tembakau Virginia 7.903 16.058 11.727 19.202 11.204 11.767 7.592 14.485

Kapas 750 318,75 500 157,5 100 7,06 275 48

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Tengah

Page 187: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-51

5. Sub sektor Peternakan

Populasi ternak sapi termasuk kerbau dan kuda dari tahun ketahun menunjukkan

peningkatan. Pada tahun 2010 populasi ternak sapi, kerbau dan kuda masing-

masing mencapai 80.574 ekor, 17.052 ekor dan 2.126 ekor, meningkat menjadi

masing-masing sebanyak 119.029 ekor, 18.508 ekor, dan 2.204 ekor pada tahun

2011.

Tabel 0-58. Pertumbuhan Populasi Ternak dan Unggas

di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011

Jenis Ternak Tahun (ekor)

2007 2008 2009 2010 2011

Sapi 74.849 75. 748 80.574 94.759 119.029

Kerbau 17.505 18.255 19.152 17.299 5.594

Kuda 5.594 5.601 5.604 2.196 2.204

Kambing 73.960 75.032 76.135 54.782 64.906

Domba 866 875 620 416 454

Babi 926 666 687 1.419 1.526

Jenis Unggas

Ayam Ras 480.295 489.438 501.490 465.839 442.198

Ayam Buras 1.043.931 1.073.577 1.166.976 1.204.138 915.144

Itik 168.966 174.034 185.375 226.330 230.855

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah

Jenis ternak kecil seperti kambing juga mengalami peningkatan dari 54.782 ekor

pada tahun 2010 menjadi 64.906 ekor pada tahun 2011. Begitu halnya dengan

domba yang juga mengalami peningkatan dari 416 ekor di tahun 2010 menjadi 454

ekor ditahun 2011.

Jenis unggas, seperti ayam ras mengalami penurunan 3,35% dari tahun 2010. Begitu

halnya dengan ayam buras, yang juga mengalami penurunan sampai 31,58%, dari

1.204.138 ekor ditahun 2010 menjadi 915.144 ekor ditahun 2011.

6. Sub sektor Perikanan

Potensi perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dapat dijumpai secara merata di

semua kecamatan yang ada, kecuali perikanan laut. Produksi perikanan laut,

lokasinya terbatas pada empat kecamatan yakni Praya Barat, Praya Barat Daya,

Pujut dan Praya Timur.

Pada tahun 2011, produksi budidaya ikan mencapai 43.380,4 ton dengan nilai Rp

95.055.350. Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2010

yang produksinya hanya mencapai 27.894 ton dengan nilai mencapai Rp 64.536.510.

Dari angka tersebut budidaya perikanan darat masih sangat kecil dibandingkan total

budidaya ikan, produksinya hanya sebesar 1.129,4 ton dengan nilai Rp. 20.300.725.

Page 188: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-52

Tabel 0-59. Pertumbuhan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011

Tahun

Penangkapan Ikan di

Laut Perairan Umum Budidaya Ikan

Produksi (ton)

Nilai (Rp.) Produksi

(ton) Nilai (Rp.)

Produksi (ton)

Nilai (Rp.)

2011 1.645,8 23.868.485 824,62 11.824.725 43.380,41 95.055.350

2010 1.469,32 22.710.669 799,14 10.159.405 27.894,0 64.536.510

2009 1.442,1 14.701.455 603,30 5.962.149 24.431,6 66.505.100

2008 1.218,2 9.338.400 531,90 4.016.850 23.951,9 56.167.114

2007 1.173,6 7.374.600 125,00 943.100 21.475,8 43.845.000

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah

Bila dilihat menurut jenis ikan, terdapat beberapa jenis ikan yang menonjol baik dari

segi produksi maupun nilainya. Ikan nila dan ikan kamper untuk perikanan darat,

ikan nila untuk perairan umum, ikan tembang untuk perikanan laut dan rumput

laut untuk budidaya laut yang merupakan jenis potensi perikanan yang memberikan

sumbangan cukup besar baik dari segi produksi maupun nilainya pada tahun 2011

yang mencapai total produksi 42.251 ton dengan nilai Rp 73.754.625.

b. Sektor Industri Pengolahan

Industri besar dan sedang di Kabupaten Lombok Tengah secara kuantitatif

jumlahnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan industri kecil dan industri

kerajinan rumah tangga, namun dari segi nilai tambah kelompok ini memiliki nilai

tambah yang relatif besar. Jumlah industri kecil pada tahun 2011 tercatat sebanyak

34.009 unit dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 54.976 orang. Dari jumlah

tersebut, yang tergolong industri formal hanya mencapai 0,2% (81 unit). Sebagian

besar adalah industri non formal dengan jumlah mencapi 33.928 unit atau 99,08%.

Tenaga kerja yang terserap, 0,75% untuk industri kecil formal, sedangkan sebagian

besarnya pada industri non formal (99,25%).

Tabel 0-60. Pertumbuhan Industri Kecil Menurut Kelompok Industri di Kabupaten

Lombok Tenggah Tahun 2007-2011

Tahun

Industri Kecil Formal Industri Kecil Non Formal

Jumlah Tenaga

Kerja

Investasi

(Rp)

Produksi

(Rp) Jumlah

Tenaga

Kerja

Investasi

(Rp)

Produksi

(Rp)

2011 81 410 5.049.168 18.807.960 33.928 54.566 30.755.820 277.915.115

2010 1.736 16.620 47.799.331 243.850 35.455 62.576 27.348.460 10.975.115

2009 1.421 14.864 34.270.316 132.922.654 35.402 62.470 27.211.985 88.383.573

2008 1.322 14.328 28.633.516 114.169 35.297 62.156 26.975.735 88.343.854

2007 1.252 13.939 25.638.323 95.281.174 36.113 64.438 76.358.805 76.358.805

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah

Page 189: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-53

c. Sektor Listrik dan Air Minum

1. Sub sektor Listrik

Pada tahu 2011 tercatat gardu listrik di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 450

unit dengan KVA terpasang sebesar 35.895 KVA dan panjang jaringan JTM dan JTR

masing-masing 591,14 Kms dan 811,193 Kms. Kondisi ini mengalami peningkatan

bila dibandingkan pada tahun 2010, dimana jumlah gardu listrik berjumlah 397 unit

gardu dengan KVA terpasang 35.057 KVA serta panjang jaringan JTM dan JTR

masing-masing 590,69 Kms dan 820,60 Kms.

Tabel 0-61. Pertumbuhan Jumlah Gardu dan Panjang Jaringan Distribusi Listrik

Pada PLN Praya Tahun 2007-2011

Tahun Gardu

(unit)

KVA

Terpasang

JTM

(Kms)

JTR

(Kms)

2011 450 35.895 591,14 811,193

2010 397 35.057 590,69 820,60

2009 389 32.260 574,84 809,083

2008 378 31.025 573,61 806,650

2007 353 26.437 572,97 791,680

Sumber : PT PLN Ranting Praya

2. Sub sektor Air Bersih

kebutuhan air minum di Kabupaten Lombok Tengah mengalami peningkatan dari

tahun ketahun yang diakibatkan karena peningkatan penduduk dan peningkatan

jumlah rumah tangga. Peningkatan tersebut terlihat dari jumlah pelanggan yang tiap

tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah pelangan tercatat sebanyak

25.907 pelanggan, tahun 2011 meningkat menjadi 27.936 pelanggan, yang sebagian

besar (90,89%) adalah pelanggan rumah tangga. Peningkatan tersebut dibarengi

dengan peningkatan volume air yang disalurkan, yaitu dari 6.360.743 m3 tahun 2010

menjadi 7.030.766 m3 di tahun 2011.

Tabel 0-62. Pertumbuhan Jumlah dan Nilai Air Bersih Yang di Salurkan Melalui

PDAM Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-20011

Jenis Pelanggan Jumlah

Pelanggan

Air Yang diSalurkan

Volume (m3) Nilai (Rp)

Rumah Tangga 25.390 5.842.457 11.090.891.371

Hotel dan Obyek Wisata 5 27.653 273.971.232

Badan Sosial, Rumah Sakit, Tempat Ibadah 842 522.469 875.456.444

Industri dan Pertokoan 728 253.450 853.633.413

Umum 290 226.153 280.319.884

Instansi Pemerintahan 241 156.734 488.017.797

Pelayanan Melalui Truk Tangki 440 1.760 32.020.000

Susut/ Hilang dalam penyaluran - - -

Jumlah 27.936 7.030.766 13.894.310.141

2010 25.907 6.360.743 12.430.609.556

Page 190: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-54

Jenis Pelanggan Jumlah

Pelanggan

Air Yang diSalurkan

Volume (m3) Nilai (Rp)

2009 24.421 5.766.129 10.599.973.090

2008 22.814 8.864.640 7.244.137.343

2007 22.004 6.063.857 5.932.911.610

Sumber : PDAM Lombok Tengah

d. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Potensi pertambangan dan penggalian di Kabupaten Lombok Tengah yang telah

tergarap dan memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah adalah bahan galian

golongan C seperti: batu bangunan, batu apung, pasir sirtu, tras, tanah urug, batu

gamping/kapur, posfat, oker, batu paras, lempung ilit, batu silika dan bentonit.

Beberapa bahan galian tersebut tersedia secara hampir merata di seluruh kecamatan

di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun bahan galian golongan C yang sudah di

eksplorasi dengan cara tradisional yang dilakukan oleh masyrakat adalah batu

bangunan, pasir kerikil, tanah liat dan batu apung. Secara umum produksi bahan

galian mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena

peralatan yang digunakan oleh masyarakat masih sangat sederhana dan kondisi

barang galian yang masih ada pada posisi yang sulit untuk dikerjakan dengan

peralatan yang seadanya.

Tabel 0-63. Pertumbuhan Jumlah Produksi Batuan Jenis Galian di Kabupaten

Lombok Tengah Tahun 2009-2011

Jenis Galian Tahun (m3)

2009 2010 2011

Batu bangunan 47.520 56.974 3.312

Pasir Kerikil 76.220 78.655 9.360

Tanah Liat 23.040 851 1.296

Batu Apung 12.960 637 -

Sumber : Dinas Energi & Sumber Daya Mineral Kabupaten Lombok Tengah

e. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Disamping aktivitas perdagangan dalam negeri, Kabupaten Lombok Tengah sebagai

salah satu daerah tujuan wisata juga melakukan kegiatan yang terkait dengan

perdagangan luar negeri (ekspor). Pada tahun 2011 volume ekspor barang kerajinan

mencapai 90.863,06 ton dengan nilai US$ 321.502,10. Nilai ini mengalami

penurunan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 volume

ekspor barang kerajinan mencapai 126.659,13 ton atau turun 71,74%. Dari segi

volume, barang hasil kerajinan rumput/ketak menempati volume tertinggi dengan

80,32% dari total volume ekspor, diikuti barang hasil industri kerajinan rotan

sebesar 18,57%, sedangkan sisanya dari komoditas kerajinan yang lain. Begitu juga

bila dilihat dari segi nilai, nilai terbesar sumbangan dari hasil ekspor barang hasil

kerajinan rumput/ketak yakni sebesar 50,16% dari total nilai ekspor, diikuti oleh

barang hasil kerajinan rotan dan kerajinan tenun yang mencapai 35,25% dan 5,17%.

Page 191: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-55

Tabel 0-64. Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Kerajinan di Rinci Menurut Jenis Barang di Kabupaten Lombok tengah Tahun 2007-2011

Jenis Barang

Kerajinan Volume (ton) Nilai (US $)

Kerajinan Gerabah 199,00 1.450

Kerajinan Tenun 350,00 16.631

Kerajinan bambu 186,00 9.774

Kerajinan Batu 161,00 1.452

Kerajinan Rotan 16.872,04 113.341,05

Kerajinan Rumput /Ketak 72.961,00 177.332,05

Kerajinan kayu 134,02 1.522

Jumlah 90.863,06 321.502,10

2010 126.659,13 356.637,10

2009 136.319,16 387.239,09

2008 252,60 502.161,25

2007 151.512,00 1.051.491,00

Sumber : Dinas Perindustrian & Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah

2. Sub sektor Pariwisata, Hotel dan Restoran

Menyongsong Visit Lombok-Sumbawa 2011-2015, Nusa Tenggara Barat sebagai salah

satu daerah tujuan wisata (termasuk Lombok Tengah) telah melakukan berbagai

aktivitas terkait dengan pariwisata. Perhotelan dan akomodasi sebagai bagian yang

paling melekat dengan pariwisata. Beberapa destinasi wisatawan yang berpotensi

dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah antara lain lereng selatan Gunung

Rinjani dan Danau Segara Anak. Pada lokasi-lokasi tersebut dapat dikembangkan

potensi-potensi wisata alam yang lain, seperti perkebunan, kawasan hutan lundung,

dll. Selain potensi wisata alam tersebut, wisata budaya merupakan salah satu potensi

wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 0-65. Pertumbuhan Jumlah Hotel/Losmen/Bungalow, Kamar dan Tempat Tidur di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011

Tahun Hotel/Losmen/

Bungalow

Jumlah

Kamar

Bnayaknya Tempat Tidur

2007 20 264 413

2008 24 359 413*

2009 20 333 413*

2010 23 359 413*

2011 40 447 491

Sumber : Dinas Kebudayaan & Priwisata Kabupaten Lombok Tengah

Ket : * Data tempat tidur tahun 2007

Beragam potensi tersebut ditunjang dengan posisi Kabupaten Lombok Tengah yang

berada di tengah-tengah pulau Lombok telah mendorong pembangunan Bandara

Internasional Lombok Baru. Bandara ini akan menjadi gerbang utama wisatawan

domestik maupun mancanegara. Kemudahan akses akan berdampak pada angka

kunjungan sehingga pada saatnya sektor pariwisata sebagai gerbong pendorong

percepatan pembangunan dapat diwujudkan. Selain itu, akomodasi juga penting

Page 192: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-56

untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Pada tahun 2011, usaha perhotelan dan

akomodasi yang ada baru terdiri dari 1 buah hotel bintang 4, 10 hotel kelas melati,

22 home stay, 7 buah bungalow, 1 villa dan 1 penginapan.

Gambar 0-7. Realisasi Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara ke Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2005 - 2010

Kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara

yang berkunjung ke Kabupaten Lombok Tengah dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan di Lombok Tengah mencapai

66.798 orang wisatawan, dimana wisatawan mancanegara mencapai 74,12% atau

49.509 orang, dan selebihnya adalah wisatawan nusantara. Kondisi ini terjadi

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan 44,79%, yang mana kunjungan wisatawan

pada tahun 2010 hanya 46.133 orang. Dari jumlah tersebut diantaranya 33.007

orang adalah wisatawan mancanegara (71,55% dari jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Lombok Tengah).

f. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

1. Sub sektor Pengangkutan

Tabel 0-66. Pertumbuhan Banyaknya Kendaraan Bermotor yang DiUji Per Tahun di

Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2007-2011

Tahun Mobil

Penumpang Bus

Mobil Barang

Jumlah

2007 19 119 3.316 3.454

2008 15 131 3.546 3.692

2009 19 151 4.630 4.800

2010 21 81 4.081 4.183

2011 29 69 4.538 4.636

Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kabupaten Lombok Tengah

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Perkembangan Jumlah Wisatawan di Kabupaten

Lombok Tengah

Wisatawan

Mancanegara

Wisatawan

Nusantara

Page 193: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-57

Pada tahun 2011 kendaraan wajib uji di Kabupaten Lombok Tengah tercatat

sebanyak 3.643 unit yang terdiri dari mobil penumpang, mobil barang dan bus.

Dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya jumlah kendaraan bermotor terus

mengalami peningkatan, baik mobil penumpang, mobil barang, maupun bus.

2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi

Pada tahun 2011 jumlah kapasitas telepon terpasang sebanyak 3.536, yang

terpasang 3.085 atau sebesar 87%. Sisanya, 452 atau 13% kondisi baik 338 dan yang

rusak sebanyak 114. Kapasitas sambungan telepon pada tahun 2011 mengalami

kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya pembangunan

Bandara Internasional Lombok (BIL) yang membutuhkan pemasangan sambungan

telepon. PT Telekom telah menyediakan 400 sambungan telepon untuk BIL, dan saat

ini baru 220 sambungan yang sudah terpakai.

Tabel 0-67. Pertumbuhan Jumlah Sambungan Telepon di Kabupaten Lombok Tengah

Tahun 2011

Kota/

Kecamatan Kapasitas

Kapasitas Terpasang

Sisa

Baik Rusak

Kuta 96 86 5 5

Sengkol - - - -

Kopang 304 250 41 14

Praya 2.400 2.355 26 19

Darmaji - - - -

Mantang 336 174 86 76

BIL 400 220 180 -

Jumah 3.536 3.085 338 114

2010 3.136 2.837 183 116

2009 3.216 2.850 265 21

Sumber : PT Telkom Cabang Praya

3.3.3. Profil UMKM

Pemberdayaan usaha mikro,kecil, dan menengah (UMKM) merupakan upaya strategis

guna meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakat Kabupaten Lombok

Tengah. Hal itu dilakukan mengingat jumlah populasi UMKM pada tahun 2010, baik

yang bergerak pada sektor industri non formal sejumlah 35.402 unit dengan tenaga

kerja sebanyak 62.470 orang dan sektor perdagangan yang mencapai 43,282 orang

pada usaha dengan klasifikasi perdagangan eceran serta 795 orang usaha dengan

klasifikasi realestat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan.

Kegiatan industri di Kabupaten Lombok Tengah yang dominan adalah industri kecil

dan menengah. Kegiatan industri dijalankan oleh sejumlah UKM dengan kegiatan

usaha industri yang meliputi indutri kerajinan, industri tenun gedogan, industri

meubel, dan furnitur, industri pengolahan makanan dan minuman, industri

bata/genteng, bengkel dan usaha yang lainya.

Dilihat dari jenis industrinya, terlihat adanya pola persebaran industri kecil yang

berbeda dimasing-masing kecamatan. Kecamatan Janapria, Kopang dan Praya

merupakan sentra pengolahan tembakau, bata genting banyak di Kecamatan Praya

Page 194: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-58

Barat, dan Barat Daya. Kecamatan Kopang dan Praya Barat sentra meubel, pengrajin

anyaman bambu banyak di Janapria dan Kopeng, Gerabah sentranya di Praya Barat

dan Timur, anyaman ketak dan rotan di Kecamatan Janapria dan Praya timur dan

tenun gedogan di Kecamatan Praya Barat, Jonggat dan Pujut.

Hasil dari produksi kerajinan di Kabupaten Lombok beberapa tahun terakhir sudah

banyak diekspor. Volume ekspor hasil kerajinan di tahun 2011 sebesar 90.863 ton

dengan nilai US$ 321.502, turun 39,39% dari tahun 2010 yang volume ekspornya

mencapai 126.659 ton dengan nilai US$ 356.637. Penyumbang ekspor kerajinan yang

cukup besar adalah kerajinan rumput ketak dengan produksi 76.961 ton, kerajinan

rotan 16.872 ton, kerajinan tenun 350 ton, kerajinan gerabah 199 ton, kerajinan

bambu 186 ton dan kerajinan batu 161 ton.

Sementara itu, jumlah koperasi dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih

belum didukung oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya, sehingga

kinerja UMKM masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan

terutama oleh kekurangmampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan

teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM.

Tingkat kinerja yang demikian ini berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi

tawar untuk mengelola dan mengakses keberbagai sumber daya produktif lainnya,

yang meliputi sumber-sumber informasi, pasar, dan faktor produksi.

Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga merupakan masalah utama

bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan

hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang sangat sederhana. Oleh

karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh akses kepada lembaga

keuangan perbankan.

Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh

dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang

relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten

Lombok Tengah perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha

mikro tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan

usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan

mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu

memperoleh perhatian.

Tabel 0-68. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah IKM/UMKM Berdasakan Jenis

Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Lombok Tengah s/d tahun 2010

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Pangan Kimia dan Bahan Bangunan

1. Garam Rakyat Praya Timur 10 250 1. Barang dari

Semen

Batukliang 10 20

Pujut 5 70 Batukliang Utara 30 55

2. Gula Aren Batukliang

Utara

57 101 Pujut 27 68

Kopang 41 41 2. Bata Janapria 37 108

Pringgarata 79 50 Kopang 78 168

Page 195: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-59

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

1. Keripik

Singkong

Batukliang

Utara

30 30 Praya Barat 215 468

Praya Barat Daya 134 698

2. Kerupuk Batukliang

Utara

20 20 Praya Tengah 161 448

Janapria 22 47 Praya Timur 18 72

Jonggat 68 185 Pringgarata 15 30

Praya 25 25 Pujut 86 249

Praya Barat 114 144 3. Genting Jonggat 160 620

Praya Barat

Daya

50 50 Praya Barat Daya 35 105

Praya Tengah 64 129 Pringgarata 35 105

Pringgarata 45 105 4. Genteng

Semen

Kopang 89 200

Pujut 50 50 Praya Tengah 15 27

3. Kue Basah/

Kering

Janapria 10 10 5. Kapur Praya Barat 50 210

Pujut 65 75 Praya Barat Daya 20 80

4. Manisan Pala Batukliang 100 100 Praya Tengah 22 132

Pujut 25 50 Pujut 93 186

5. Minyak Kelapa Batukliang 80 105 6. Meubel bambu Pujut 45 85

Praya Barat

Daya

25 25

Pringgarata 70 130 7. Meubel Cukli Batukliang 25 50

Pujut 105 195 Kopang 77 148

6. Opak Ubi Kayu Pringgarata 102 200 8. Meubel Kayu Batukliang 65 195

Pujut 110 110 Janapria 70 210

7. Pengolahan

Biji-bijian

Kopang 42 67 Jonggat 25 75

Kopang 249 707

8. Pengolahan

Buah

Batukliang 172 227 Praya 62 203

Batukliang

Utara

170 220 Praya Barat 61 102

Jonggat 55 80 Praya Barat Daya 40 119

Kopang 95 95 Praya Tengah 97 269

Pringgarata 70 140 Praya Timur 20 60

Pujut 60 60 Pringgarata 44 79

9. Pengolahan

Daging

Praya 15 15 Pujut 72 163

Jumlah 2.305 6.559

10. Pengolahan

Jagung

Kopang 25 25

Kerajinan

11. Pengolahan

Kacang

Jonggat 30 30 1. Anyaman

Bambu

Batukliang 314 518

Pringgarata 25 25 Janapria 1.910 3.104

12. Pengolahan Batukliang 30 30 Jonggat 75 135

Page 196: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-60

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Kaki Ayam Kopang 482 913

13. Peng. Kopi Pujut 10 15 Praya 85 170

14. Peng. Rumput

Laut

Pujut 30 30 Praya Barat 165 231

Praya Barat Daya 73 115

15. Peng.

Tembakau

Batukliang 85 425 Praya Tengah 157 254

Batukliang

Utara

70 245 Praya Timur 65 130

Janapria 399 1.631 Pringgarata 190 370

Jonggat 15 75 Pujut 115 228

Kopang 272 1.346 2. Anyaman

Lontar

Praya Tengah 240 480

Praya Barat 8 20 3. Anyaman

Pandan

Batukliang 25 50

Praya Daya

Barat

20 70 Janapria 54 109

Praya Tengah 10 50 Jonggat 405 755

Praya Timur 44 170 Kopang 20 20

16. Pengolahan

Umbian

Batuklian 77 80 Praya Barat 106 125

Batukliang

utara

103 128 Praya Barat Daya 45 71

Kopang 30 30 Praya Tengah 85 85

Praya 25 50 Praya Timur 46 92

Praya Barat 23 31 Pringgarata 1.711 2.964

Praya Tengah 25 25 Pujut 48 81

Pringgarata 70 142 4. Anyaman

Rotan/ Ketak

Praya Tengah 23 46

Pujut 100 130 Batukliang 235 384

17. Rengginang Kopang 25 50 Batukliang Utara 55 80

18. Tahu Tempe Batukliang

Utara

30 45 Janapria 7.683 11.659

Jonggat 110 301 Jonggat 43 68

Praya Tengah 24 35 Kopang 342 492

Pringgarata 16 35 Praya 97 185

19. Tape Ubi Kayu Batukliang

Utara

30 30 Praya Barat 70 115

Kopang 40 75 Praya Tengah 716 1.917

Pujut 95 145 Praya Timur 4.958 9.122

20. VCO Batukliang 25 25 Pringgarata 210 320

Jumlah 4.072 9.329 Pujut 67 134

Sandang 5. Any. Tali Praya Barat Daya 20 20

1. Bordir Jonggat 36 51 6. Batu Aji Praya Barta 15 19

Praya Barat 45 130 Pujut 25 25

Praya Tengah 40 80 7. Gerabah Batukliang 34 136

2. Konveksi Batukliang 25 25 Janapria 127 254

Page 197: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-61

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

/Bordir Batukliang

Utara

40 65 Praya Barat 1.243 2.285

Jonggat 75 125 Praya Timur 135 270

Kopang 132 258 Pringgarata 15 19

Praya Barat 70 80 Pujut 50 136

Praya Barat

Daya

35 35 8. Kerajinan

Batu

Praya Timur 55 165

Pujut 40 85 Pujut 55 170

3. Konveksi Batukliang 38 76 9. Ker.Bulu

Ayam

Kopang 6 12

Praya 20 40

Praya Barat

Daya

10 10 10. Ker. Ijuk Janapria 40 80

Praya Tengah 120 140 Jonggat 125 250

Pringgarata 25 40 Pringgarata 43 90

4. Tenun

Gedokan

Jonggat 1.187 2.538 11. Ker. kayu Praya Barat 40 40

Praya Barat 1.909 1.909 Praya Timur 240 350

Praya Barat

Daya

565 565 Pringgarata 20 40

Praya Tengah 98 98 Pujut 130 233

Praya Timur 375 425 12. Ker. Keramik Praya Barat 12 20

Pringgarata 10 100 Praya Barat Daya 20 20

Pujut 989 1.083 13. Ker. Kulit Praya 26 72

Jumlah 5.864 7.858 14. Ker. Lidi Batukliang 35 65

Logam Dan Elektronika Kopang 25 60

1. Pande Besi Batukliang 35 80 Pringgarata 25 50

Janapria 30 95 15. Ker. Perak Praya Barat Daya 25 25

Kopang 52 160 16. Ker. Spon Praya Barat Daya 25 30

Praya Barat 23 354 17. Ker.

Tempurung

Janapria 30 60

Pringgarata 122 436

2. Pengecoran

Logam

Janapria 15 22 18. Kotak Antik Praya Tengah 20 30

19. Penyamak Kulit Praya 10 20

Jumlah 277 827

20. Serat Alam Pringgarata 25 45

Jumlah 23.687 40.075

Jumlah Total Keseluruhan

Jumlah UKM 36.205 Jumlah Tenaga Kerja 64.648

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah (diolah 2008-2010) www.sentrakukm.com/index.php

Page 198: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-62

3.3.4 Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Kabupaten Lombok Tengah

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta

sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang

dilaksanakan dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk pembiayaan

UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Lombok

Tengah pada November 2012 adalah sebesar Rp 591,867 miliar atau 11,96% dari

total kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi

bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 40,34%. Walaupun terjadi

fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode

Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 4,39%.

Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM

sebesar Rp 591,87 miliar, sebagaian besar adalah untuk skala kecil Rp 358,1 miliar

(60,50%), skala mikro Rp 131,88 miliar (22,28%) dan skala menengah Rp 591,83

miliar (17,22%).

Tabel 0-69. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha November

Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Tengah

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 112.544 26,69 253.988 60,22 55.212 13,09 421.743 Des 119.029 25,13 291.029 61,39 63.909 13,38 474.073 2012 Jan 116.783 24,82 292.044 62,06 61.777 13,13 470.603 -1,08

Feb 123.554 24,56 244.248 62,04 67.427 13,35 503.097 5,24

Mar 127.294 24,43 324.193 62,22 69.562 13,35 521.049 8,13

Apr 124.451 23,45 332.475 62,66 73.700 13,70 530.625 -0,02

Mei 134.843 24,87 327.287 60,36 80.118 14,78 542.248 5,46

Jun 145.652 25,21 339.806 58,82 92.202 15,96 577.660 13,54

Jul 150.581 25,36 349.777 58,91 93.379 15.73 596.737 1,32

Agust 127.476 22,37 351.819 61,75 90.433 15,87 569.728 -2,60

Sep 132.990 22,90 350.246 60,30 97.608 16,80 580.844 3,86

Okt 134.949 22,75 356.994 60,18 101.228 17,07 598.171 0,07

Nov 131.876 22,28 358.097 60,50 101.894 17,22 591.867 -1,03

Rata rata kenaikan ( %) 4,39

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh bank

umum di Kabupaten Lombok Tengah masih didominasi oleh kredit modal kerja

dengan nominal kredit sebesar Rp 5,369 triliun dengan pangsa pasar sebesar 88,37%

dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya oleh kredit

modal investasi sebesar Rp 704,72 miliar dengan pangsa pasar sebesar 11,63%.

Page 199: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-63

Tabel 0-70. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Juta Rp) Porsi (%)

Kenaikan (%)

(Juta Rp)

Porsi (%)

Kenaikan (%)

Jan 412.655 87,69 -0,68 57.948 12,31 -1,08

Feb 440.984 87,65 6,87 62.113 12,35 7,19

Mar 458.680 88,03 4,01 62.369 11,97 0,41

Apr 468.409 88,27 2,12 62.217 11,73 -0,24

Mei 480.132 88,54 2,50 62.115 11,46 -0,16

Jun 510.047 88,30 6,23 67.613 11,70 8,85

Jul 526.517 88,68 3,23 67.220 11,32 -0,58

Agust 503.059 88,30 -4,46 66.670 11,70 -0,82

Sep 514.627 88,60 4,19 66.217 11,40 -0,68

Okt 528.114 88,99 2,62 65.057 10,97 -1,75

Nov 526.685 88,99 -0,27 65.182 32,88 0,19

Jumlah/Rata2 5.369.909 88,37 2,22 704.721 11,63 3,39 Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Tabel 0-71. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Tengah Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp) Tw2

(Jutaan Rp) Tw3 (Jutaan

Rp) Tw4

(Jutaan Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

78.219 75.569 76.775 44.930

2. Pertambangan dan Penggalian 768 846 825 726

3. Industri Pengolahan 22.933 25.521 30.303 22.772

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi 17.322 14.731 19.447 13.918

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restauran 1.137.425 1.276.540 1.352.498 950.829

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 5.298 6.730 8.581 7.498

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

84.908 93.424 110.028 63.634

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 147.878 157.172 145.852 80.732

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 1.494.749 1.650.533 1.744.309 1.185.038

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Page 200: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-64

3.4. Kabupaten Lombok Timur

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Timur atas dasar harga

(ADH) berlaku tahun 2011 mencapai Rp 7,06 triliun, yang berarti mengalami

peningkatan sekitar Rp 2,78 triliun dibandingkan tahun 2007 yang mencapai Rp 4,28

triliun. Selama satu dekade terakhir PDRB Kabupaten Lombok Timur rata‐rata

mengalami peningkatan Rp 481,13 miliar setiap tahun. Pada tahun 2011 PDRB

Kabupaten Lombok Timur mengalami peningkatan sekitar Rp 845,64 miliar, yang

secara absolut/nilai peningkatan terbesar terjadi pada sektor pertanian, sektor

perdagangan, hotel, restoran dan sektor pemerintahan.

Dalam perekonomian regional Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Lombok Timur

berkontribusi cukup besar. Pada 2011 kabupaten ini menyumbang sekitar 14,49%

dari seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di NTB.

Jumlah ini adalah terbesar kedua setelah Kabupaten Sumbawa Besar yang

menyumbang 26,65% dari pertambangan non migas. Pencapaian ini selayaknya

dapat menjadi modal untuk meningkatkan skala dan kapasitas produksi setiap

kegiatan ekonomi.

Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 memiliki tren yang meningkat

dalam kurun waktu 2007‐2011, yang menggambarkan perkembangan kapasitas

produksi, dengan puncak peningkatan terjadi pada tahun 2011. Pada 2010 sempat

terjadi perlambatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya. Pergerakan laju

pertumbuhan riil sektoral dipengaruhi oleh beragam faktor baik internal maupun

eksternal. Faktor‐faktor eksternal (variabel eksogen) bersumber dari situasi makro

ekonomi nasional/global sektor moneter, kebijakan harga BBM, keadaan di pasar

barang, dan lain‐lain.

Tabel 0-72. PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2011

No Tahun

PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (%)

ADH Berlaku

ADH Konstan

ADH Berlaku

ADH Konstan

1. 2001 2.249.663 1.969.436 16,52 2,01

2. 2002 2.468.461 2.020.201 9,73 2,58

3. 2003 2.691.583 2.102.434 9,04 4,07

4. 2004 3.007.906 2.204.323 11,75 4,85

5. 2005 3.418.931 2.305.051 13,66 4,57

6. 2006 3.825.770 2.413.262 11,90 4,69

7. 2007 4.283.699 2.536.135 11,97 5,09

8. 2008 4.879.813 2.675.371 13,92 5,49

9. 2009 5.515.673 2.828.695 13,03 5,73

10. 2010 6.215.320 2.970.479 12,68 5,01

11. 2011 7.060.962 3.152.254 13,61 6,12

Keterangan: data 2011 adalah angka sementara

Page 201: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-65

Pada tahun 2011 PDRB Kabupaten Lombok Timur atas dasar harga kontan tahun

2000 sebesar Rp 3,15 triliun, yang berarti mengalami peningkatan sekitar 6,12%

dibandingkan tahun 2010. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata‐rata

pertumbuhan selama lima tahun terakhir. Rata‐rata pertumbuhan PDRB ADH

konstan pada periode 2007‐2011 sekitar 5,49%. Pertumbuhan PDRB tahun 2011

yang cukup bagus setidaknya disebabkan dua hal.

Pertama, membaiknya kondisi pertanian (terutama sub sektor tanaman bahan

makanan) yang sempat mengalami penurunan tahun 2010 akibat kondisi iklim yang

kurang menguntungkan. Kedua, dimulainya pembangunan fisik bendungan

Pandanduri, yang diharapkan mengatasi kelangkaan air di daerah selatan Lombok,

yang menghabiskan biaya tidak kurang dari Rp 37,6 miliar. Pembangunan fisik

bendungan tersebut tidak hanya berdampak pada sektor konstruksi saja, namun

sektor‐sektor lainnya seperti sektor penggalian (sebagai penyedia bahan galian),

sektor angkutan, sektor listrik dan sektor perdagangan juga ikut mengalami

peningkatan output.

Sektor perdagangan hotel dan restoran memiliki andil terbesar bagi pertumbuhan

PDRB Lombok Timur tahun 2011, dari total pertumbuhan sebesar 6,12% sektor ini

menyumbang sebesar 1,79%. Sumbangan sektor perdagangan hotel dan restoran

yang tinggi disebabkan sifat sektor ini (perdagangan) yang memiliki foreward Linkage

(dampak ikutan) yang sensitif, perkembangan sektor lainnya terutama sektor primer

memberi pengaruh yang signifikan terhadap sektor perdagangan mengingat sebagian

besar produksi sektor primer (pertanian) di Lombok Timur diperdagangkan,

sedangkan untuk konsumsi sendiri hanya sebagian kecilnya saja.

Sektor pertanian menempati urutan kedua sebagai sektor penyumbang pertumbuhan

tahun 2011 (1,48%). Pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian

Lombok Timur, sehingga peningkatan atau penurunan sektor ini akan memberi

dampak yang cukup besar bagi pergerakan PDRB secara keseluruhan. Selain kedua

sektor diatas sumbangan sektor lainnya terhadap pertumbuhan total PDRB tahun

2011 masih kecil, hanya sektor bangunan yang memiliki andil mendekati 1%.

Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor

dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke

dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran kondisi struktur ekonomi

Lombok Timur dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap

pembentukan PDRB.

Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan

dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder

merupakan gabungan dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air

serta sektor konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan gabungan dari sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

keuangan, real estate dan jasa perusahaan serta sektor jasa‐jasa.

Page 202: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-66

Gambar 0-8. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011

Sumber : Kabupaten Lombok Timur Dalam Angka 2011

Gambar 0-9. Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Lombok Timur Sumber : Kabupaten Lombok Timur Dalam Angka 2011

Pertumbuhan PDRB Lombok Timur yang berlangsung secara berkesinambungan

pada periode sepuluh tahun terakhir, memberi dampak terhadap perubahan struktur

ekonomi. Perubahan struktur ekonomi ini terlihat dari perubahan komposisi sektor

ekonomi atas kontribusinya terhadap PDRB. Dilihat dari lapangan usaha utama,

kontribusi sektor primer terhadap PDRB tahun 2001 sebesar 47,31%, sementara

pada 2011 turun menjadi 39,43%. Sementara, kontribusi sektor sekunder mengalami

peningkatan dari 38,35% pada 2001 menjadi 45,39% sepuluh tahun berikutnya.

Sedangkan sektor tersier hanya mengalami sedikit peningkatan, dari 14,65% di 2001

menjadi 15,19% di 2011. Sementara itu, bila dilihat dari PDRB perkapita atas dasar

35.24

4.18

5.7

0.33

9.15

18.85

6.14

5.22 15.18

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lombok Timur Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Pertanian

Pertambangan danPenggalian

Industri

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel danRestoran

Pengangkutan danKomunikasi

Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan

Jasa-jasa

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

(Rp.

000)

PDRB per Kapita Kabupaten Lombook Timur

Tahun 2001-2011

PDRB

Page 203: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-67

harga berlaku, terjadi peningkatan dari Rp 4,01 juta di tahun 2007 menjadi Rp 6,32

juta pada 2011.

Pola pemanfaatan nilai tambah yang timbulkan berbagai aktivitas perekonomian

ditunjukkan dari penghitungan PDRB menurut penggunaan. Secara umum pada

tahun 2011 PDRB Kabupaten Lombok Timur menurut penggunaan atas dasar harga

berlaku sekitar Rp 7,06 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar Rp 845,76

miliar jika dibandingkan dengan PDRB ADH berlaku tahun 2010 yang mencapai

Rp. 6,26 triliun. Secara absolut peningkatan terbesar terjadi pada pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan terkecil pada konsumsi lembaga swasta nirlaba.

Komponen ekspor antar pulau mengalami kenaikan sekitar Rp. 140,83 miliar namun

tidak memperkecil net ekspor tahun 2010 karena impor juga meningkat sekitar

Rp. 162,50 miliar.

Selama lima tahun terakhir struktur PDRB Kabupaten Lombok Timur menurut

penggunaan didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dimana sharenya

berkisar antara 60,80% – 57,62% dengan kecenderungan menurun setiap tahunnya.

Share terbesar berikutnya adalah komponen pembentukan modal tetap bruto dengan

kontribusi sekitar 22,12%, komponen penggunaan lainnya masing‐masing memiliki

share kurang dari 20%. Pada tahun 2011 neraca perdagangan masih negatif karena

ekspor dari Lombok Timur lebih kecil dari impor yang didatangkan untuk memenuhi

konsumsi lokal.

3.4.2. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor primer penunjang ekonomi rakyat yang

membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak agar dapat terus menopang

kehidupan ekonomi sebagian besar penduduk Kabupaten Lombok Timur. Namun di

sisi lain, peningkatan produktivitas usaha tani masih terus dihadapkan pada kendala

keterbatasan biaya produksi, sempitnya lahan yang dikuasai, terbatasnya

kemampuan inovasi, disamping adanya faktor eksternal lingkungan strategis makro

ekonomi yang kurang mendukung keberhasilan usaha tani umumnya.

Sektor pertanian menempati urutan kedua sebagai sektor penyumbang pertumbuhan

tahun 2011 (1,48%). Pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian

Lombok Timur, sehingga peningkatan atau penurunan sektor ini akan memberi

dampak yang cukup besar bagi pergerakan PDRB secara keseluruhan.

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Usaha tani tanaman bahan makanan dan hortikultura masih menjadi pilihan utama

masyarakat petani. Komoditas yang diusahakan umumnya tanaman padi dan

palawija, beberapa komoditas tanaman sayur‐sayuran dan buah-buahan. Rata‐rata

produktivitas persatuan lahan (hektar) komoditas padi dan palawija sampai saat ini

telah cukup mantap, sehingga tingkat produksi sangat dipengaruhi oleh luas panen.

Perkembangan jumlah produksi padi dan palawija sepanjang 2007-2011 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Page 204: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-68

Tabel 0-73. Produksi Padi dan Palawija Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2007-2011 (Ton)

Padi/ Palawija Produksi

2007 2008 2009 2010 2011

Padi sawah 268.573 298.886 297.678 290.031 336.609

Padi ladang 6.040 9.561 14.195 9.980 18.082

Jumlah padi 274.613 308.446 311.873 300.011 354.691

Ubi kayu 7.092 10.356 14.464 15.362 12.173

Ubi jalar 2.615 2.218 2.136 3.431 2.236

Jagung 30.905 47.024 81.293 67.628 82.282

Kedelai 1.131 1.272 1.539 920 2.396

Kacang tanah 1.772 1.327 1.750 1.533 1.664

Kacang hijau 470 635 581 1.282 1.244

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur 2011

Tabel 0-74. Pertumbuhan Konsumsi Beras Per Kapita Per Tahun di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011

Tahun Produksi

Beras

(kg)

Konsumsi Lokal Beras

(kg)

Surplus/ Minus

(kg)

Surplus/Minus Per Kapita

per Th (kg)

2011 201.686.000 136.242.890 65.443.110 58,60

2010 170.513.000 134.881.000 35.631.996 32,23

2009 177.355.000 133.732.000 43.622.870 39,80

2008 175.387.000 131.959.000 43.428.092 40,15

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur

Pada tahun 2011 produksi beras Kabupaten Lombok Timur mencapai 201.686 ton,

sedangkan konsumsi beras masyarakat sekitar 136.242 ton. Kondisi ini Kabupaten

Lombok Timur mengalami surplus beras sebesar 48,03% atau 65,443 ton. Surplus

tahun ini mengalami peningkatan sebesar 83,66% dari tahun 2010 yang hanya

35.631 ton. Adapun surplus beras per kapita per tahun, pada tahun 2011 sebesar

58,60 kg.

2. Sub sektor Sayuran

Produksi sayuran di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 flutuatif, ada

beberapa komoditas sayuran yang mengalami peningkatan dan penurunan

produksinya dari tahun 2010. Komoditas sayuran yang mengalami peningkatan

produksinya masing-masing adalah bawang putih, yang produksinya naik 145,89%,

cabe rawit naik mencapai 216,31%. Adapun komoditas yang mengalami penurunan

produksinya adalah bawang merah turun 89,67%, cabe besar turun 135,16% dan

tomat yang turun 153,12%.

Tabel 0-75. Pertumbuhan Produksi Sayur-sayuran

di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011

Komoditas Tahun (ton)

2008 2009 2010 2011

Bawang Merah 65.038 92.880 117.569 61.984

Bawang Putih 11.241 22.915 26.406 64.930

Page 205: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-69

Komoditas Tahun (ton)

2008 2009 2010 2011

Cabe Besar 6.822 9.687 48.412 20.587

Cabe Rawit 11.241 22.915 26.406 83.526

Terong 18.515 16.778 11.142 5.547

Tomat 72.080 78.221 205.137 81.043

Kacang Panjang 10.125 6.012 13.911 5.044

Ketimun 20.730 30.445 45.569 25.605

Kubis 94.240 191.528 83.249 180.587

Kangkung 1.850 11.852 9.659 644

Kentang 37.800 43.520 44.415 38.490

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur

3. Sub sektor Buah-buahan

Budidaya buah-buahan di Kabupaten Lombok Tengah masih hanya sebatas

sampingan di sela-sela bercocok tanam atau di pekarangan rumah. Produksi buah-

buahan pada tahun 2011 sebagian besar mengalami peningkatan produksi. Buah

pisang mengalami peningkatan sebesar 30,47% dari 110 ton di tahun 2010 menjadi

143,8 ton di tahun 2011. Buah nangka mengalami peningkatan sebesar 156% dari

41 ton di tahun 2010 menjadi 105 ton lebih ditahun 2011. Untuk produksi buah lain

bisa di lihat di Tabel III-76.

Tabel 0-76. Pertumbuhan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011

Komoditas Tahun (kw)

2008 2009 2010 2011

Mangga 73.316 89.906 47.711 76.060

Nenas 301.386 409.969 267.142 79.677

Jeruk 9.583 10.414 4.332 3.427

Durian 729 353 184 2.342

Pisang 109.776 67.623 110.268 143.872

Nangka 63.615 55.873 41.178 105.464

Sawo 2.756 4.172 2.600 3.075

Jambu 3.767 8.281 8.883 4.205

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur

4. Sub sektor Perkebunan

Usaha tani sub‐sektor tanaman perkebunan sebagian besar masih memanfaatkan

lahan sawah terutama untuk perkebunan musiman, misalnya tembakau. Jenis

tanaman perkebunan ini diusahakan di hampir sebagian besar wilayah Kabupaten

Lombok Timur. Pemanfaatan lahan digunakan secara bergantian antara musim

tanam padi/palawija dan tembakau. Sedangkan untuk tanaman tahunan

diusahakan di lahan kering dan terkonsentrasi di beberapa wilayah tertentu.

Sebagian besar jenis tanaman mengalami penurunan produksi yang sangat tajam,

sementara hanya beberapa jenis tanaman saja yang menunjukkan peningkatan

jumlah produksi. Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Lombok Timur pada 4

Page 206: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-70

tahun terakhir didominasi oleh tanaman tembakau, baik rembakau Virginia

amaupun tembau rakyat, dan tanaman kelapa.

Tabel 0-77. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011 (Ton)

Jenis Produksi

2008 2009 2010 2011

Kelapa 9.184,21 7.063,93 7.555,98 7.355,17

Kapas 90,24 187,70 39,46 57,00

Tembk rakyat 3.863,77 5.769,98 2.702,67 3.529,40

Temb virginia 32.551,94 30.445,81 24.576,71 23.773,88

Totl tembakau 36.415,71 36.215,79 27.279,38 27.303,28

Kopi 440,53 421,47 443,43 193,8

Kapuk 153,34 156,45 151,24 70,55

Kakao 70,08 174,57 156,70 233,87

Asam 395,31 331,25 302,50 118,93

Cengkeh 29,68 27,69 35,56 31,57

Tebu 10,84 352,95 20,17 42,99

Jambu mete 1.235,10 1.415,22 1.628,51 840,11

Pinang 59,85 65,61 59,23 37,56

Jarak pagar 2.273,75 924,98 519,40 478,08

Jarak kepyar 300,80 413,53 536,33 403,65

Total jarak 2.574,55 1.338,51 1.055,73 881,73

Vanili 90,15 38,88 38,28 6,96

Lada 6,75 6,30 4,00 3,00

Kemiri 8,55 11,08 11,88 19,00

Lontar 4,40 6,11 8,26 5,86

Aren 36,51 43,71 43,58 40,63

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Lombok Timur 2011

5. Sub sektor Kehutanan

Kegiatan sub sektor kehutanan sementara ini masih terfokus pada upaya reboisasi

dan pemeliharaan hutan. Selama tahun 2011, hutan lindung merupakan hutan

dengan luas paling besar yaitu 48,83% dari total luas hutan yang ada di wilayah

Kabupaten Lombok Timur. Kemudian hutan konservasi (Taman Nasional Gunung

Rinjani) sebesar 42,54%, sedangkan hutan produksi hanya sebesar 8,63% dari total

luas kawasan hutan di Kabupaten Lombok Timur.

6. Sub sektor Peternakan

Usaha tani ternak sapi masih menjadi pilihan masyarakat Lombok Timur, meskipun

berkarakter usaha kecil dan sampingan. Adanya program pemerintah NTB melaui

“Bumi Sejuta Sapi” juga turut meningkatkan usaha ternak sapi di wilayah Kabupaten

Lombok Timur. Sedangkan usaha unggas, ayam potong dan ayam petelur masih

dalam skala kecil, karena terkendala masalah modal.

Potensi ternak ruminansia di Kabupaten Lombok Timur untuk dibudidayakan paling

besar adalah ternak sapi, yang mencapai 99.092 ekor pada tahun 2011. Populasi

ternak tersebut menunjukkan peningkatan pada tahun 2008 – 2011. Ternak

Page 207: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-71

ruminansia lain yang memiliki potensi besar untuk dibudidayakan adalah ternak

kambing. Hal tersebut terlihat dari terus meningkatnya populasi ternak kambing

selama tahun 2009 – 2011.

Tabel 0-78. Perkembangan Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2008-2011

Jenis Ternak Tahun

2008 2009 2010 2011

Sapi 64.414 70.240 80.162 99.092

Kerbau 5.982 4.771 5.860 4.448

Kuda 5.833 5.773 7.394 4.936

Kambing 119.630 57.428 66.977 72.382

Domba 7.078 4.932 8.665 8.265

Unggas

Ayam Kampung 391.153 399.581 286.054 1.035.898

Ayam Petelur - - - 5.051

Ayam Pedaging 32.673 106.205 29.788 1.239.541

Itik 455.098 448.869 499.442 117.402

Puyuh - - 977 715

Merpati - - - 51.362

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur 2011

Populasi ternak unggas di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 di dominasi

oleh ternak ayam pedaging yang mencapai populasi 1.239.541 ekor dan ayam

kampong 1.035.898 ekor. Apabila dilihat dari tren perkembangan pada tahun 2008 –

2011, ternak ayam pedaging memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Ternak unggas lain yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ternak

ayam kampong dan itik.

7. Sub sektor Perikanan

Pada tahun 2011 produksi perikanan Kabupaten Lombok Timur mencapai 17.428,80

ton, ada sedikit penurunan sekitar 7,8% dari produksi tahun 2010 yang mencapai

18.737,60 ton. Dari produksi 17.428,80 ton, 24,86% nya atau 4.333,50 ton adalah

produksi budidaya (tambak, kolam dan sawah/kerambah). Sedangkan 75,14% atau

13.095,30 ton adalah produksi hasil penangkapan.

Tabel 0-79. Pertumbuhan Produksi Ikan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-

2011

Jenis Produksi

Perikanan

Tahun (ton)

2008 2009 2010 2011

Budidaya

1. Tambak 1.114,60 1.435,16 1.783,50 2.581,20

2. Kolam 605,00 851,00 1.264,70 1.702,80

3. Sawah/Kerambah 12,50 5,00 6,40 49,50

Jumlah 1.732,10 2.291,16 3.054,60 4.333,50

Page 208: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-72

Jenis Produksi

Perikanan

Tahun (ton)

2008 2009 2010 2011

Penangkapan

1. Laut 15.074,80 12.941,70 15.683,00 13.095,30

2. Penangkapan Umum - - - -

Jumlah 15.074,80 12.941,70 15.683,00 13.095,30

Jumlah Total 16.806,90 15.232,86 18.737,60 17.428,80

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur

Tabel 0-80. Potensi Areal, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2011

Jenis Produk Laut Potensi

(ha)

Pemanfaatan

(ha)

Produksi

(ton)

Mutiara 3.433,65 1.805,50 0,20

Kerapu 509,40 9,00 12,60

Lobster 525,68 28,65 146,00

Rumput Laut 2.000,00 526,18 118.975,00

Teripang 194,00 - -

Kerang-Kerangan 179,50 - -

Jumlah 6.842,23 2.369,33 119.133,80

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur

Potensi pengembangan budidaya laut di Kabupaten Lombok timur cukup luas yaitu

6.842,23 ha, dan baru dimanfaatkan hanya 34,62%, atau 2.369,33 ha. Pemanfaatan

area budidaya laut yang mendominasi adalah budidaya mutiara dengan luas

1.805,50 ha, dengan produksi mencapai 0,20 ton. Diikuti pengembangan budidaya

rumput laut dengan luas 526,18 ha dengan produksi sebesar 118.975 ton.

b. Sektor Industri, Listrik dan Air Bersih

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Industri yang berkembang di Kabupaten Lombok Timur adalah industri kecil/rumah

tangga dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit dan pada umumnya merupakan

pekerja keluarga. Hingga tahun 2011, Kabupaten Lombok Timur masih berperan

sebagai pemasok bahan baku untuk daerah lain.

Pada tahun 2011 jumlah idustri di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 17.496 unit

usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 62.903 orang. Dari jumlah tersebut

90,36% atau 15.810 unit usaha, adalah industri non formal, dengan menyerap

tenaga kerja 47.284 orang atau sekitar 75,17% dari jumlah tenaga kerja yang ada di

Lombok Timur. Sedangkan 9,64 % atau 1.686 unit usaha adalah industri formal,

dengan menyerap tenaga kerja 15.619 orang.

Jumlah industri formal di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 1.686 unit usaha,

naik 0,48% dari tahun 2010 yang berjumlah 1.678 unit usaha. Dari 1.686 unit

usaha, 77,34% atau 1.304 unit usaha adalah industri kimia, agro dan hasil hutan

(IKAHH). Selebihnya adalah industri logam, mesin, elektronika dan aneka (ILMEA).

Page 209: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-73

Tabel 0-81. Indikator Perusahaan Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011

Cabang Industri Jumlah Usaha

Jumlah Tenga Kerja

Nilai Investasi (Juta Rp)

Produksi (Juta Rp)

I. Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA)

382 2.299 11.001 25.617

1. Logam Mesin & Perekayasaan 139 634 3.600 8.889

2. Elektronika & Aneka 31 131 1.000 951

3. Tekstil 122 1.068 2.900 8.546

4. Alat Pengangkutan 90 466 3.501 7.231

II. Industri Kimia, Agro, & Hasil Hutan (IKAHH)

1.304 13.320 32.162 105.817

1. Kimia 372 2.947 9.000 21.431

2. Agro Industri 635 8.333 17.454 62.015

3. Hasil Hutan 254 1.801 3.645 14.292

4. Pulp & Kertas 43 189 2.063 8.079

Jumlah 1.686 15.619 43.163 131.434

2010 1.678 15.506 42.011 122.125

2009 1.651 15.440 41.905 119.435

2008 1.645 15.370 37.297 93.604

2007 1.609 15.125 40.489 109.973

Sumber : Dinas ESDM Perindag Kabupaten Lombok Timur

Jumlah industri non formal di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 15.810 unit

usaha, terjadi kenaikan 1,53% dari tahun 2010 yang berjumlah 15.572 unit usaha.

Dari 15.810 unit usaha, 85,83% atau 13.570 unit usaha adalah industri kimia, agro

dan hasil hutan (IKAHH). Selebihnya adalah industri logam, mesin, elektronika dan

aneka (ILMEA).

Tabel 0-82. Indikator Perusahaan Non Formal Menurut Cabang Industri di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011

Cabang Industri Jumlah Usaha

Jumlah Tenga Kerja

Nilai Investasi (Juta Rp)

Produksi (Juta Rp)

I. Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) 2.240 4.745 4.166 19.631

1. Logam Mesin & Perekayasaan 465 1.520 1.003 14.432

2. Elektronika & Aneka - - - -

3. Tekstil 1.775 3.051 3.163 5.199

4. Alat Pengangkutan - - - -

II. Industri Kimia, Agro, & Hasil Hutan (IKAHH) 13.570 42.539 39.993 122.290

1. Kimia 2.050 7.520 9.405 40.841

2. Agro Industri 5000 21.498 22.365 49.808

3. Hasil Hutan 6.520 13.521 8.223 31.641

Jumlah 15.810 47.284 44.159 141.921

2010 15.572 16.034 41.101 133.481

2009 15.388 15.944 44.159 141.921

2008 14.924 14.704 38.499 120.509

2007 14.783 13.197 41.671 141.097

Sumber : Dinas ESDM Perindag Kabupaten Lombok Timur

Page 210: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-74

2. Sub sektor Listrik dan Air Minum

Listrik. Tahun 2011 energi yang terjual mencapai 103.854.138 KWH dengan jumlah

pelanggan 87.659 pelanggan. Sebagian besar energi yang terjual untuk kelompok

tarif rumah tangga yang mencapai 67.083.621 KWH atau sekitar 64,59% dari seluruh

energi yang terjual pada PLN Ranting Selong. Urutan berikutnya kelompok bisnis dan

kelompok multiguna dengan presentase masing-masing 13,90% dan 9,02%.

Tabel 0-83. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Energi Terjual Menurut Kelompok Tarif Pada PLN Ranting Selong Tahun 2011

Kelompok Tarif Jumlah

Pelanggan Daya Tersambung

(VA) Energi Terjual

(KWH)

Sosial 2.446 2.653.700 5.064.879

Rumah Tangga 83.098 50.154.000 67.083.621

Bisnis 1.783 7.052.300 9.370.817

Industri 8 1.340.500 3.256.840

Publik 323 1.816.550 4.646.504

Multiguna 1 6.000.000 14.431.477

Jumlah 87.659 69.017.050 103.854.138

Sumber : Statistik PT PLN Wilayah NTB

Air Minum. Kebutuhan akan air bersih atau minum di Kabupaten Lombok Timur

dari tahun ke tahun terus meningkat, baik jumlah pelanggan maupun volume yang

air yang dibutuhkan. Volume air minum yang disalurkan oleh PDAM Kabupaten

Lombok Timur ditahun 2011 mencapai 4,996 juta m3 dengan jumlah pelangan yang

mencapai 17.460 pelanggan, dengan rata-rat pemakaian 286,14 m3. Jumlah tersebut

meningkat 9,68% dari tahun 2010 yang hanya 15.919 pelanggan. Nilai yang

dihasilkan mencapai Rp 12,4 miliar.

Tabel 0-84. Pertumbuhan Jumlah Pelanggan, Pemakaian dan Nilai Pada PDAM

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008-2011

Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011

Pelanggan 12.956 14.853 15.919 17.460

Pemakaian Air (m3) 4.479.449 4.985.823 5.248.328 4.996.098

Nilai 6.300.576 7.109.928 10.644.252 12.409.731

Rata-rata Pemakaian (m3) 345,66 335,68 329,69 286,14

Rata-rata Tarif per m3 (Rp) 1.406 1.426 2.028 2.483

Presentasi Kenaikan

a. Konsumen 5,51 14,62 7,18 9,68

b. Pemakaian Air 7,56 11,30 5,27 (4,81)

c. Nilai Air 8,15 12,85 49,71 16,59

Sumber : PDAM Kabupaten Lombok Timur

c. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Komoditas unggulan di sektor pertambangan Kabupaten Lombok Timur adalah

tambang batu apung dan pasir besi, selain sebagai penghasil batubara terbesar di

NTB dengan kualitas terbaik. Potensi batu apung cukup luas sekitar 719,96 ha

Page 211: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-75

dengan deposit 81.693.360 m3, yang diperkirakan dapat habis setelah penambangan

selama 15-20 tahun kedepan. Pada tahun 2011 jumlah perusahaan yang melakukan

penambangan di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 261 perusahaan dengan

jumlah tenaga kerja 3.488 orang dan nilai produksi Rp 39,2 miliar.

Tabel 0-85. Indikator Perusahaan/Usaha Pertambangan/Penggalian di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009-2011

Indikator Tahun

2009 2010 2011

Perusahaan (unit usaha) 288 359 261

Tenaga Kerja (orang) 3.139 4.475 3.488

Nilai Investasi (000 Rp) 1.796.892 4.970.000 6.100.000

Nilai Produksi (000 Rp) 38.744.905 42.855.938 39.200.000

Sumber : Dinas ESDM Perindag Kabupaten Lombok Timur

d. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Sektor perdagangan memiliki andil terbesar bagi pertumbuhan PDRB Lombok Timur

tahun 2011, dari total pertumbuhan sebesar 6,12%, sektor ini menyumbang sebesar

1,79%. Sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tinggi disebabkan

sifat sektor perdagangan yang memiliki foreward Linkage (dampak ikutan) yang

sensitif, perkembangan sektor lainnya terutama sektor primer memberi pengaruh

yang signifikan terhadap sektor perdagangan mengingat sebagian besar produksi

sektor primer (pertanian) di Lombok Timur diperdagangkan, sedangkan untuk

konsumsi sendiri hanya sebagian kecilnya saja.

Tabel 0-86. Pertumbuhan Perusahaan Perdagangan Menurut Skala di Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2001-2011

Tahun Jumlah Perdagangan

Besar Menengah Kecil Jumlah

2001 1 14 396 411

2002 3 9 414 426

2003 2 35 299 336

2004 2 28 424 454

2005 6 17 581 604

2006 6 25 597 628

2007 5 31 791 827

2008 3 32 1.458 1.493

2009 10 32 848 890

2010 10 44 832 886

2011 1 27 390 418

Sumber : Kantor Perizinan Satu Atap Kabupaten Lombok Timur

Page 212: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-76

Tabel 0-87. Pertumbuhan Jumlah Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang di Terbitkan

di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011

Bentuk Perusahaan TDP Yang Diterbitkan

2007 2008 2009 2010 2011

Perseroan Terbatas 12 9 19 10 15

Koperasi 29 14 21 14 7

Persekutuan Komanditer (CV) 90 32 78 32 70

Firma (Fa) 0 0 1 0 0

Perusahaan Perorangan 717 1.310 826 748 344

Badan Usaha Lainya 0 2 0 0 116

Perusahaan Asing 1 0 0 0 0

Jumlah 849 1.367 945 804 552

Sumber : Kantor Perizinan Satu Atap Kabupaten Lombok Tengah

2. Sektor Perhotelan dan Pariwisata

Di bidang perhotelan, ditopang oleh kebijakan secara nasional yang menempatkan

industri pariwisata sebagai salah satu sumber utama penerimaan negara, sehingga

pemerintah menetapkan beberapa Daerah Tujuan Wisata (DTW) termasuk NTB

sekaligus Lombok Timur dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke

Indonesia. Penetapan DTW dilatarbelakangi oleh sumber daya pariwisata daerah yang

demikian banyak dan prospektif, meskipun untuk Lombok Timur masih belum

tereksploitasi secara optimal. Kabupaten Lombok Timur memiliki 31 obyek wisata

alam dan 31 obyek wisata pantai yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

Disamping itu, Kabupaten Lombok Timur juga memiliki beberapa wisata budaya,

kerajinan dan religi yang dapat dikembangkan.

Tabel 0-88. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan dan Jumlah Hotel di Kabupaten

Lombok Tengah Tahun 2008-2011

Tahun Jumlah Wisatawan Jumlah

Hotel Wisman Wisnu Jumlah

2011 2.599 8.657 11.256 30

2010 3.770 8.522 12.292 27

2009 909 5.976 6.885 20

2008 1.380 4.525 5.905 16

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Tingkat kunjungan wisatawan di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011

mencapai 11.256 orang, yang sebagian besar merupakan wisatawan nusantara.

Apabila dilihat dari tren jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2008 – 2011

menunjukkan peningkatan dengan besaran yang tidak tetap. Hal tersebut dapat

menunjukkan bahwa potensi wisata di Kabupaten Lombok Timur dapat ditingkatkan.

Disisi lain, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara menunjukkan angka yang

cukup fluktuatif, yang dapat diartikan bahwa potensi wisata di Kabupaten Lombok

Timur dapat dikembangkan, terutama dari segi promosi.

Page 213: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-77

e. Sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi

Sektor perhubungan dan telekomunikasi merupakan sektor sekunder yang secara

langsung maupun tak langsung dapat menopang kelangsungan produksi sektor-

sektor ekonomi yang lainya.

1. Sub sektor Pengangkutan

Pengangkutan Darat. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor mengalami

peningkatan-terus. Jumlah kendaraan bermotor meningkat lebih dari dua kali lipat

pada tahun 2011 dibanding tahun 2007. Jenis kendaraan bermotor didominasi oleh

sepeda motor yang mencapai 164.196 unit atau sekitar 94,74% dari total kendaraan

yang ada di Kabupaten Lombok Timur.

Tabel 0-89. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011

Jenis Kendaraan Tahun (Unit)

2007 2008 2009 2010 2011

Mobil Penumpang 1.980 2.346 2.445 3.194 3.590

1. Sedan 243 279 279 360 401

2. Jeep 365 415 417 476 490

3. Station Wagon 1.371 1.651 1.651 2.356 2.697

4. Minicap 1 - 97 2 2

5. Lainya - 1 1 - -

Mobil Beban 3.347 3.347 3.800 4.756 5.107

1. Truck Barang 1.015 1.081 1.119 1.258 1.343

2. Pick Up 2.286 2.564 2.627 3.443 3.715

3. Ambulance 33 33 33 36 36

4. Pemadam Api 7 8 8 7 7

5. Lainya 6 13 13 12 6

Mobil Bus 393 391 393 398 410

1. Micro Bus 391 391 391 391 403

2. Bus Biasa 2 - 2 7 7

3. Lainya - - - - -

Sepeda Motor 78.381 97.396 121.240 144.569 164.196

Jumlah 84.071 103.832 128.240 152.917 173.303

Sumber : Kepolisian Resort Lombok Timur

Pengangkutan Laut. Adanya beberapa pelabuhan di Kabupaten Lombok Timur,

mempunyai dampak yang positif untuk untuk memperlancar hubungan sosial

ekonomi di Pulau Lombok dan sekitarnya. Pelabuhan penyeberangan Kayangan

berfungsi untuk memperlancar hubungan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa,

juga antara wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Adapun kegiatan bongkar muat

barang berpusat di Pelabuhan Tanjung Luar, Labuhan Haji dan Labuhan Lombok.

Page 214: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-78

Tabel 0-90. Jumlah Arus Kegiatan Di Pelabuhan Labuhan Lombok, Labuhan Haji,

dan Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007-2011

No Kegiatan 2007 2008 2009 2010 2011

1 Arus Kunjungan Kapal laut 232 425 320 438 486

2 Arus Penumpang (orang)

a. Turun - 10.114 2.092 1.301 3.868

b. Naik 1.031 12.757 - 2.780 1.818

3 Bongkar Barang Muat Barang

a. Bongkar (ton/m3) 19.005 16.704 36.651 41.607 38.402

b. Muat (ton/m3) - - - -

Sumber : Kantor Pelabuhan Labuhan Lombok

Arus bongkar muat barang dari tahun 2007-2010 di tiga pelabuhan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan

kegiatan bongkar barang di tiga pelabuhan sekitar 8,35%, yang mana pada tahun

2010 barang yang dibongkar di tiga pelabuhan mencapai 41.607 ton, akan tetapi

pada tahun 2011 hanya 38.402 ton saja. Ini artinya suplai barang ke Kabupaten

Lombok Timur khususnya dan Pulau Lombok pada umumnya melalui pelabuhan

Labuhan Lombok, Labuhan Haji dan Tanjung Luar terjadi penurunan.

Kegiatan penyeberangan di Pelabuhan Penyeberangan Kayangan, yang

menghubungkan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa dari tahun ketahun

mengalami peningkatan, hal ini disebabkan jalur ini adalah jalur utama transportasi

diantara kedua pulau tersebut. Untuk arus penumpang yang menuju ke pulau

Lombok pada tahun mengalami peningkatan sebesar 5%, sedangkan penumpang

yang menuju ke pulau sumbawa mengalami penurunan 7,23%.

Tabel 0-91. Jumlah Arus Kegiatan di Pelabuhan Penyeberangan Kayangan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009-2011

No Kegiatan 2009 2010 2011

1 Arus Kunjungan Kapal laut - - 10.725

2 Arus Penumpang (orang)

a. Turun 45.717 33.522 35.200

b. Naik 37.067 24.261 22.230

3 Bongkar Muat Kendaraan

Roda 2

a. Bongkar (unit) 100.841 125.901 125.622

b. Muat (ton/m3) 106.905 129.409 120.685

Roda 4

a. Bongkar (unit) 93.438 107.865 233.766

b. Muat (ton/m3) 95.478 109.907 119.314

Sumber : Kantor Pelabuhan Labuhan Lombok

2. Sub sektor Pos Telekomunikasi

Pada tahun 2011 lalu lintas rekening giro, wesel pos dan tabanas pada kantor PT Pos

Indonesia cabang Selong tercatat Rp 442,56 miliar rekening masuk, diantaranya lebih

dari 55,5% adalah wesel pos luar negeri, karena sebagian besar masyarakat

Page 215: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-79

Kabupaten Lombok Timur banyak yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

tersebar dibeberapa negara. Adapun rekening yang keluar dari PT Pos sebesar Rp

148,49 miliar, dimana 80,6% adalah rekening untuk giro dan pensiunan.

Arus masuk surat-menyurat di PT Pos Selong tahun 2011 dari yang terbanyak adalah

surat khusus yang mencapai 88.804 buah, diikuti surat pos biasa dalam negeri

sebanyak 36.572 buah. Adapun arus surat keluar adalah surat pos biasa dalam

negeri sebanyak 47.241 buah diikuti surat khusus khilat sebanyak 21.122.

Indikator produksi telekomunikasi di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011

dilihat dari sudah terpasangnya 5.172 sambungan dari kapasitas 5.800 sambungan

yang tersedia. Jumlah ini hanya mengalami kenaikan 0,4%. Hal tersebut dapat

dimaklumi karena telepon rumah kalah bersaing dengan telepon selular yang lebih

fleksibel dan praktis. Selain menyediakan jasa telepon rumah, PT Telkom wilayah

Lombok Timur juga menyediakan fasilitas speedy untuk koneksi telekomunikasi yang

mana pada tahun 2011 jumlah pelangganya sudah mencapai 2.750 pelanggan.

f. Sektor Jasa dan Keuangan

Dalam bidang keuangan, dukungan koperasi dalam aktivitas perekonomian guna

menumbuhkembangkan ekonomi rakyat sangat dirasakan peranan/manfaatnya.

Revitalisasi berbagai aspek baik kualitas anggota maupun kuantitas koperasi perlu

terus mendapat perhatian sehingga dapat menjadi strategi yang baik untuk

meningkatkan kemajuan dan manfaat lembaga koperasi dalam menyejahterakan

masyarakat di Lombok Timur.

3.4.3. Profil UMKM

Pada Tahun 2010, industri kecil menengah IKM/UMKM di Kabupaten Lombok Timur

mencapai 17.539 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 52.320 orang. Unit usaha

tersebut tersebar dibeberapa sektor industri dan tergabung dalam beberapa sentra

industri. Di Kabupaten Lombok Timur terdapat 243 sentra industri didalamnya

terdapat 93 sentra industri makanan minuman (pangan) yang meliputi bakso,

kerupuk, keripik, dodol, kue basah/kering, roti, telur asin, pemindangan ikan dan

tahu tempe, yang tersebar di Kecamatan Selong, Pringgabaya dan Labuhan Haji.

68 sentra industri lainnya adalah sentra industri sandang yang didalamnya meliputi

industri konveksi, bordir, tenun dan tenun gedokan. Industri sandang, terutama

konveksi dan bordir banyak terdapat di Kec. Labuhan Haji dan Aikmel, Tenun

gedogan banyak di Kec. Pringgabaya dan Aikme dan benang pintal hanya terdapat di

Kec. Sukamulia. Sentra Industri kimia dan bahan bangunan mempunyai 17 sentra,

yang meliputi industri bata dan genting yang banyak terdapat di Kec. Aikmel dan

Sakra Barat, industri meubel di Kec. Sakra dan Masbagik. Terdapat 9 sentra industri

Logam dan elektronika yang meliputi industri emas dan perak yang banyak terdapat

di Kec. Sakra, dan Selong, dan industri pande besi di Kec. Sikur.

Industri kerajinan terdapat 68 sentra industri yang meliputi industri kerajinan

gerabah terdapat di Kec. Masbagik dan Sakra Timur anyaman bambu di Kec. Sikur

dan Terara, industri anyaman lontar di Kec. Terara dan Wonosobo dan kerajinan

Page 216: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-80

kayu di Keruak. Industri kecil kerajinan gerabah, kerajianan anyaman bambu,

kerajinan tenun gedogan, kerajinan anyaman lontar dan kerajinan kayu potensinya

sangat besar karena didukung ketersediaan bahan baku yang berlimpah di

Kabupaten Lombok Timur.

Sementara itu, IKM dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih belum didukung

oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya, sehingga kinerja UMKM

masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh

kekurangmampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan

pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang

demikian ini berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk

mengelola dan mengakses keberbagai sumber daya produktif lainnya, yang meliputi

sumber-sumber informasi, pasar, dan faktor produksi.

Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga merupakan masalah utama

bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan

hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang sangat sederhana. Oleh

karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh akses kepada lembaga

keuangan perbankan.

Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh

dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang

relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha

mikro tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan

usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan

mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu

memperoleh perhatian.

Tabel 0-92. Sentra Industri Kecil Menengah berdasarkan Sebarannya dan Jenis Usaha di Kabupaten Lombok Timur s/d Tahun 2010

Jenis Usaha Sentra/

Kecamatan

Jumlah

Jenis Usaha Sentra/

Kecamatan

Jumlah

IKM Tenaga

Kerja IKM

Tenaga

Kerja

Pangan Kerajinan

1. Garam Halus Jerowaru 97 428 1. Anyaman

Bambu Halus &

Kasar

Aikmel 77 240

Keruak 70 350 Keruak 35 70

2. Garam Kasar Jerowaru 52 208 Montong Gading 131 305

Keruak 34 136 Pringgabaya 22 45

3. Gula Aren Aikmel 26 41 Sakra 131 305

Montong Gading 12 24 Sikur 769 1.239

Sembalun 31 100 Terara 436 992

Sikur 32 64 Sakra Barat 35 67

4. Ikan Pindang Labuhan Haji 95 230 Sukamulia 74 208

Pringabaya 210 591 Suwela 21 82

Keruak 77 231 Wanasaba 184 428

Sakra 52 155 2. Anyaman Ketak Keruak 60 42

5. Kerupuk Aikmel 32 78 Masbagik 30 60

Labuhan Haji 23 61 Terara 65 130

Masbagik 215 478 3. Anyaman LIdi Sikur 15 16

Pringgabaya 47 110 4. Anyan Lontar Sikur 110 368

Selong 116 283 Suela 15 30

Sikur 23 99 Terara 1.130 3.139

Page 217: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-81

Jenis Usaha Sentra/

Kecamatan

Jumlah

Jenis Usaha Sentra/

Kecamatan

Jumlah

IKM Tenaga

Kerja IKM

Tenaga

Kerja

Sukamulia 23 150 5. Anyaman

Mendong

Masbagik 20 30

Wanasaba 34 114 Pringgasela 15 30

6. Kerupuk

Kulit

Pringgabaya 15 170 Suralaga 225 582

Sakra 23 90 7. Anyaman

Pandan

Aikmel 165 267

selong 23 100 Jerowaru 50 150

Sikur 11 35 Keruak 53 150

8. Minyak

Kelapa

Labuhan Haji 134 775 Pringgabaya 20 40

Masbagik 46 137 Sakra 155 356

Pringgabaya 124 624 Sakra Timur 20 43

Sambalia 39 100 Selong 63 80

Selong 37 116 Sikur 210 392

Suralaga 57 129 Sukamulia 84 150

9. Pengovenan

Tembakau

Keruak 48 240 Wanasaba 788 1.500

Labuhan Haji 10 47 8. Gerabah Aikmel 76 228

Montong Gading 397 1.969 Keruak 55 165

Sakra 550 2.748 Masbagik 709 2.129

Sakra Barat 240 1.270 Peringgasela 52 156

Sakra Timur 200 1.168 Sakra Timur 163 489

Selong 18 90 Selong 25 75

Sikur 279 1.622 Sikur 65 195

Sukamulia 41 369 Sukamulia 83 249

Terara 694 3.040 Wanasaba 28 84

Wanasaba 15 104 9. Kerajinan

Kayu

Keruak 62 111

10. Tahu Aikmel 18 59 Masbagik 5 11

Masbagik 48 166 11. Sabut Kelapa Pringgabaya 650 920

Selong 13 34 12. Sapu Ijuk Wanasaba 75 150

10. Temberodok Sakra 45 85 Jumlah 68 8.760 19.624

11. Tempe Aikmel 35 60

Sakra 22 38 Sandang

12. Terasi Jerowaru 29 145 1. Benang Pintal Sukamulia 16 14

2. Bordir Aikmel 39 77

Jumlah 93 5.69

5

24.843 Keruak 12 20

Labuhan Haji 9 38

Logam & Elektronika Masbagik 34 62

Pringgabaya 15 45

1. Emas/ Perak Sakra 165 496 Selong 35 68

Selong 56 170 Wanasaba 17 22

2. Kaleng Sikur 17 20 3. Kasur Masbagik 42 102

Terara 16 23 4. Konveksi Aikmel 88 134

3. Pande Besi Masbagik 9 36 Keruak 14 21

Pringgabaya 15 62 Labuhan Haji 100 129

Sambelia 10 40 Masbagik 33 81

Sikur 128 512 Montong Gading 28 53

Sukamulia 53 212 Pringgabaya 17 26

Pringgasela 39 51

Jumlah 9 469 1.571 Sakra 18 37

Sakra Barat 41 77

Kimia & Bangunan Sakra Timur 15 23

Selong 62 124

1. Bata/

Genteng

Aikmel 119 595 Sikur 17 26

Sakra Timur 42 210 Suela 13 19

Pringgabaya 36 175 Suralaga 13 28

Sakra Barat 90 450 Terara 79 179

Keruak 40 200 Wanasaba 15 33

Page 218: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-82

Jenis Usaha Sentra/

Kecamatan

Jumlah

Jenis Usaha Sentra/

Kecamatan

Jumlah

IKM Tenaga

Kerja IKM

Tenaga

Kerja

Terara 90 450 5. Tenun Gedogan Aikmel 101 140

Sambalia 25 124 Keruak 100 189

Montong Gading 66 330 Pringgabaya 28 68

Sikur 21 105 Pringgasela 539 678

1. Meubel Kayu Sakra 44 75 Sakra Timur 15 18

Sikur 11 26 Selong 12 25

Masbagik 77 175 Sembalun 37 90

Sukamulia 28 59

Jumlah 17 701 3.009 Suralaga 55 110

Jumlah 68 8.760 19.624

Jumlah Total

Sentra Jumlah IKM Jumlah Tenaga Kerja

243 17.539 52.320

Sumber : Dinas Pertambangan dan Industri Kabupaten Lombok Timur 2008-2010 (diolah)

http://lomboktimurKabupatengo.id/index.php?pilih=hal&id=81

http://www.sentrakukm.com/index.php/direktori/userprofile/S520302

3.4.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM Di Kab. Lombok Timur

Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Lombok Timur pada

November 2012 adalah sebesar Rp 678,19 miliar atau 13,7% dari total kredit

perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi

bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 43,97%. Walaupun terjadi

fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode

Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 2,99%.

Tabel 0-93. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Timur

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 170.493 36,19 193.321 41,04 107.246 22,77 471.060 Des 172.740 34,85 206.682 41,70 116.252 23,45 495.675 2012 Jan 164.971 33,65 210.053 42,84 115.304 23,52 490.328 -1,08

Feb 176.787 34,26 224.248 43,46 114.988 22,28 516.024 5,24

Mar 188.102 33,71 245.668 44,03 124.209 22,26 557.978 8,13

Apr 180.734 32,40 254.770 45,67 122.346 21,93 557.851 -0,02

Mei 200.452 34,07 259.740 44,15 128.143 21,78 588.335 5,46

Jun 231.820 34,70 290.853 43,78 143.763 21,52 668.020 13,54

Jul 240.061 35,47 290.853 42,97 145.901 21,56 676.815 1,32

Agust 218.357 33,12 290.960 44,14 149.931 22,74 659.247 -2,60

Sep 220.540 32,21 294.224 42,97 169.952 24,82 684.717 3,86

Okt 218.554 31,90 295.207 43,08 171.454 25,02 685.215 0,07

Nov 209.598 30,91 299.958 44,23 168.629 24,86 678.185 -1.03

Rata rata kenaikan ( %)

2,99

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Page 219: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-83

Tabel 0-94. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 457.556 93,32 -0,70 32.763 6,68 -6,63

Feb 483.134 93,63 5,59 32.889 6,37 0,38

Mar 523.060 93,74 6,17 34.919 6,26 6,17

Apr 522.345 93,64 -0,14 35.506 6,26 1,68

Mei 550.515 93,57 5,39 37,820 6,43 6,52

Jun 616.479 92,28 11,98 51.540 7,72 36,28

Jul 625.479 92,42 1,46 51.335 7,58 -0,40

Agust 608.748 92,38 -2,67 50.499 7,73 -1,63

Sep 634.232 92,63 4,19 50.485 7,37 -0,03

Okt 635.039 92,68 0,13 50,176 7,32 -0,61

Nov 627.563 92,54 -1,18 50.622 7,46 0,89

Jumlah/Rata2 6.284.159 92,98 2,94 478.555 7,02 3,39

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM

sebesar Rp 678,19 miliar, sebagian adalah untuk skala kredit kecil mencapai Rp.

299,96 miliar (44,23%), kemudian diikuti oleh kredit skala mikro mencapai Rp. 209,6

miliar (30,91%). Sedangkan pangsa kredit skala Menengah sebesar Rp. 678,2 miliar

(24,86%).

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh

Bank umum di Kabupaten Lombok Timur dari bulan Januari - November mengalami

peningkatan. Rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan

penggunaanya mengalami peningkatan 2,94% per tahun untuk modal kerja dan

3,39% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh

kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp 6, 284 triliun atau 92,98% dari

total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit

investasi sebesar Rp 478,56 miliar atau 7,02%.

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di

Kabupaten Lombok Timur hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan

oktober dan november), realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum

mencapai Rp 1,363 triliun. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi

peningkatan pada setiap triwulan.

Tabel 0-95. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Timur Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan

Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

26.015 31.914 45.141 34.494

2. Pertambangan dan Penggalian 211 1.373 6.374 4.166

3. Industri Pengolahan 35.180 40.228 51.491 38.376

4. Listrik, Gas dan Air 0 24 34 14

5. Kontruksi 30.774 30.873 28.329 20.823

6. Perantara Keuangan - - - -

Page 220: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-84

SEKTOR EKONOMI

Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2

(Jutaan Rp)

Tw3

(Jutaan Rp)

Tw4

(Jutaan Rp)

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 957.468 1.199.589 1.481.377 1.021.556

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 2.787 6.024 11.253 8.710

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 115.154 144.846 196.023 111.976

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 396.742 359.336 200.756 123.285

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 1.564.331 1.814.205 2.020.778 1.363.400

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 1,814 triliun naik

15,97% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 1,564 triliun, dan triwulan ketiga

(Tw3) naik menjadi Rp 2,020 triliun atau 11,39% dari triwulan kedua (Tw2). Secara

sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran yang mencapai 61,21% atau Rp 957,5 miliar pada triwulan pertama (Tw1),

66,12% atau Rp1,199 triliun pada triwulan kedua (Tw2), 73,31% atau Rp1,48 triliun

pada triwulan ketiga (Tw3), dan 81,24% atau Rp 950,24 miliar pada triwulan keempat

(Tw4). Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp 396,7 miliar pada triwulan

pertama (Tw1), Rp 359,3 miliar pada triwulan kedua (TW2), Rp 200,8 miliar pada

triwulan ketiga (Tw3) dan Rp 123 milliar pada triwulan ke empat (Tw4).

3.5. Kabupaten Sumbawa

3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dari tahun ke tahun

menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan

dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam

tingkat harganya. Untuk mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan

produksi secara nyata, faktor pengaruh harga perlu dihilangkan dengan cara

menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Perekonomian Kabupaten Sumbawa ditunjukkan oleh Angka PDRB ADHB yang pada

tahun 2000 – 2010 telah tumbuh hampir empat kali lipat yakni Rp 1,17 triliun pada

tahun 2000 menjadi Rp 3,97 triliun pada tahun 2010. Pertumbuhan nilai tambah

tersebut belum banyak disebabkan oleh peningkatan volume barang/jasa, namun

lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga, sehingga bila faktor kenaikan harga

(faktor inflasi) dikeluarkan dari perhitungan maka perkembangan nilai perekonomian

Kabupaten Sumbawa dalam sepuluh tahun terakhir jauh lebih rendah. Kondisi

sebagaimana ditunjukkan oleh nilai PDRB ADHK yang tumbuh dari Rp 1,16 triliun

Page 221: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-85

pada tahun 2000 menjadi Rp 1,83 triliun pada tahun 2010. Data ini menunjukkan

bahwa nilai perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam satu dasawarsa terakhir

masih dominan disebabkan oleh faktor kenaikan harga dibandingkan peningkatan

jumlah atau volume produk barang atau jasa yang dihasilkan.

Tabel 0-96. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010

No LAPANGAN USAHA ADHB

(juta Rp.)

ADHK

(juta Rp)

1 Pertanian, Peteternakan, Kehutanan dan Perikanan 1.587.662 747.179

2 Pertambangan dan Penggalian 81.427 40.772

3 Industri Pengolahan 127.891 79.219

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 21.870 10.534

5 Bangunan 471.584 220.339

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 777.251 352.149

7 Pengangkutan dan Komunikasi 241.866 113.607

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 100.722 52.550

9 Jasa-jasa 557.846 217.067

P D R B/Gross Regional Domestik Product 3.968.119 1.833.216

Sumber: Bappeda dan BPS (2011) PDRB Kabupaten Sumbawa

Gambar 0-10. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sumbawa Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010

Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2012

Sumbangan PDRB Kabupaten Sumbawa paling besar berasal dari sektor pertanian,

yaitu 40,01% yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar

19,59%. Sektor yang memberikan sumbangan paling kecil adalah sektor listrik, gas

dan air bersih. Laju pertumbuhan sektoral memperlihatkan bahwa 7 (tujuh) sektor

perekonomian tumbuh diatas rata-rata, yakni: (1) sektor listrik, gas dan air bersih

40.01

2.05

3.22 0.55

11.89

19.59

6.08

2.54 14.06

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sumbawa Menurut Lapangan Usaha Adhb Tahun 2010

Pertanian

Pertambangan danPenggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel &Restoran

Pengankutan danKomunikasi

Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Page 222: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-86

(7,74%); (2) perdagangan, hotel dan restoran (6,38%); (3) pengangkutan dan

komunikasi (5,68%); (4) bangunan (5,82%); (5) industri pengolahan (5,26%); (6)

pertambangan dan penggalian (5,02%); serta (7) keuangan, persewaan dan jasa

usaha (4,98%). sedangkan 2 (dua) sektor lainnya masih berada dibawah rata-rata,

yakni sektor pertanian (3,33%) dan sektor jasa-jasa lainnya (2,98%).

Secara umum sumber perekonomian masyarakat Kabupaten Sumbawa bersumber

dari sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Meskipun sumber

pendapatan masyarakat sama namun besarnya pendapatan antar masyarakat

berbeda-beda tergantung dari luas lahan, kesuburan lahan, status pekerjaan dan

lain sebagianya. Kabupaten Sumbawa terbagi menjadi 3 (tiga) Sub Satuan Wilayah

Pengembangan (SSWP). Oleh karena itu analisis Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dapat dilakukan berdasarkan 3 SSWP tersebut.

Ke tiga SSWP tersebut adalah: Pertama, SSWP I Sumbawa yang meliputi Kecamatan

Sumbawa, Unter Iwes, Moyohulu, Moyohilir, Moyo Utara, Labuhan Badas,

Batulanteh, Lunyuk, Orong Telu, Ropang, Lape dan Lopok; Kedua, SSWP II Alas yang

meliputi Kecamatan Alas Barat, Alas, Buer, Utan dan Rhee; dan Ketiga, SSWP III

Empang yang meliputi Kecamatan Empang, Tarano, Plampang, Labangka dan

Maronge. PDRB merupakan kumulatif nilai tambah sektoral yang dihasilkan dari

keseluruhan aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Keanekaragaman dalam

kepemilikan sumber daya dan kemampuannya dalam mengelola sumber daya

tersebut, membuat PDRB yang dihasilkan masing-masing SSWP di wilayah

Kabupaten Sumbawa menjadi bervariasi. PDRB Kabupaten Sumbawa pada tahun

2010 mencapai Rp 3,96 triliun atas dasar harga berlaku, sedangkan atas dasar harga

konstan 2000 mencapai 1,83 triliun rupiah. Jika diperhatikan PDRB yang dihasilkan

masing-masing SSWP di Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu 2008-2010 cukup

bervariasi. SSWP yang mencapai PDRB tertinggi baik atas dasar harga berlaku

maupun konstan selama tahun 2008-2010 adalah Sub Satuan Wilayah

Pengembangan I Sumbawa, dan terkecil adalah Sub Satuan Wilayah Pengembangan

III Empang.

Tabel 0-97. PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Sub Satuan Wilayah Pengembangan Tahun 2010

No SSWP PDRB ADHB (Juta Rp)

Laju Pertumbuhan

PDRB ADHB (%)

2008 2009 2010 2008 2009 2010

1 SSWP I Sumbawa 1.934.352 2214.572 2524.737 15,21 14,49 14,01

2 SSWP II Alas 590.152 663.773 750.387 12,96 12,47 13,05

3 SSWP III Empang 552.485 622.977 710.120 14,31 12,76 13,99

Kabupaten Sumbawa 3.076.989 3.601.322 3.968.119 14,16 13,24 13,68

Sumber: Bappeda dan BPS (2011) PDRB Kabupaten Sumbawa

3.5.2. Kondisi Produksi

Kegiatan produksi menunjukkan kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya

dengan daya saing daerah. Kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik

(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah ada maupun yang akan masuk ke

Page 223: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-87

suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing

daerah. Secara sektoral, kemampuan ekonomi daerah diuraikan sebagai berikut.

a. Sektor Pertanian

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu bidang usaha yang strategis dan

menyumbang kontribusi yang cukup besar bagi PDRB. Tanaman yang memiliki

potensi yang cukup besar untuk dikembangkan adalah tanaman padi, jagung dan

kacang hijau.

Tanaman padi yang merupakan bahan makanan pokok masyarakat dan merupakan

komoditas strategis bagi Kabupaten Sumbawa. Dalam kurun waktu 2007-2010

terjadi peningkatan luas panen padi dari 61.930 ha menjadi 73.359 ha atau rata-rata

meningkat 10,7% per tahun, sedangkan produksinya meningkat rata-rata 9% per

tahun dari 284.110 ton tahun 2007 menjadi 337.417 ton tahun 2010. Namun

demikian produktivitas padi mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat.

Secara keseluruhan produktivitas padi di Kabupaten Sumbawa selama periode 2007-

2010 meningkat 0,1% per tahun.

Gambar 0-11. Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Dompu

Tabel 0-98. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2010

No Uraian 2007 2008 2009 2010 Perubahan

(%)

1 Luas Panen (Ha) 61.930 68.854 76.471 73.359 6,2

2 Produktivitas (Ton/ha) 4,59 4,83 5,02 4,60 0,1

3 Produksi (Ton) 284.110 332.515 383.649 337.417 6,3

Sumber: Sumbawa Dalam Angka 2011

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

2008 2009 2010 2011

Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Dompu

Padi

Jagung

Kedelai

Ubi Kayu

Ubi Jalar

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Page 224: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-88

Selain tanaman padi, jagung merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten

Sumbawa. Pertumbuhan luas areal panen pada tahun 2010 mengalami penurunan

yang cukup signifikan dari tahun 2009, yaitu dari 27.199 ha di tahun 2009 menjadi

14.528 ha. Penurunan produksi jagung disebabkan karena pada tahun 2010 terjadi

kekeringan yang cukup panjang yang berakibat terjadinya “puso” pada tanaman

jagung. Meskipun demikian, dalam tahun 2007 - 2010 luas areal panen meningkat

rata-rata tahunan 10,7%, sedangkan pertumbuhan produksi jagung rata-rata

tahunan sebesar 28,6%, dan produktivitasnya tumbuh rata-rata 13,6%.

Tabel 0-99. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di Kabupaten Sumbawa Tahun 2007-2010

No Uraian 2007 2008 2009 2010 Perubahan

(%)

1 Luas Panen (Ha) 11.004 16.047 27.199 14.528 10,7

2 Produktivitas (Ton/ha) 2,81 3,27 3,71 3,95 13,6

3 Produksi (Ton) 30.904 52.530 100.840 57.425 28,6

Sumber: Sumbawa Dalam Angka 2011

2. Sub sektor Sayuran

Tidak banyak komoditas sayur-sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Sumbawa

beberapa tahun terakhir, bila adapun produksinya dari tahun ketahun mengalami

penurunan. Pada tahun 2011 produksi sayuran yang dihasilkan adalah bawang

merah, sawi, tomat, kacang panjang, terong, cabe besar dan kecil.

Adapun hasil produksi yang terbanyak adalah produksi bawang merah mencapai

6.481 ton, turun 26,59% dari produksi tahun 2010. Diikuti oleh tomat dan cabe yang

masing-masing produksinya 1.752 ton dan 1.006 ton, yang juga mengalami

penurunan 25,16%.

Tabel 0-100. Pertumbuhan Jumlah Produksi Sayuran di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008-2011

Komoditas Tahun (ton)

2008 2009 2010 2011

Petsai/Sawi 598 150 167 98

Bawang Merah 17.698 22.148 8.788 6.481

Tomat 1.129 1.131 2.341 1.752

Kacang - - - 314

Cabe Besar - - - 229

Cabe Rawit - - - 1.006

Terong - - - 687

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa

3. Sub sektor Buah-buahan

Kabupaten Sumbawa adalah salah satu sentra buah mangga di Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Pada tahun 2011 produksi mangga mencapai 33.548 ton dari areal

Page 225: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-89

panen 3.084 ha dengan produktifitas 108,88 kw/ha. Dilihat dari jumlah hasil

panennya, tertinggi kedua adalah buah nangka dengan hasil produksi mencapai

19.973 ton dari hasil panen di areal seluas 1.060 ha.

Tabel 0-101. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011

Komoditas Luas Panen

(ha)

Produktifitas

(kw/ha)

Produksi

(ton)

Mangga 3.084,43 108,77 33.548,09

Sawo 702,76 144,54 10.157,57

Durian 28,78 138,58 398,84

Jeruk Siam 119,37 114,53 1.367,12

Jeruk Besar 1,75 442,61 77,46

Nangka 1.060,11 188,41 19.973.79

Pepaya 8,53 50,90 43,43

Pisang 129,82 326,71 4.241,20

Rambutan 50,04 91,51 457,94

Sukun 5,84 86,15 50,34

Sirsak 62,05 28,20 174,95

Belimbing 10,68 276,04 294,82

Jambu Biji 341,77 50,64 1,730,79

Jambu Air 40,10 27,93 112,01

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa

4. Sub sektor Perkebunan

Sub sektor perkebunan diharapkan akan menjadi andalan ekspor Kabupaten

Sumbawa. Beberapa jenis komoditas menjadi hasil perkebunan yang cukup potensi

antara lain kelapa, kopi, jambu mete, asam kemiri dan lainya. Produksi komoditas

perkebunan secara umum mencapai 10.663 ton pada tahun 2011.

Produksi kelapa mencapai 3.628 ton, mengalami kenaikan 24,16%, diikuti oleh kopi

2.514 ton naik 13,96%, dan jambu mete 2.050 ton naik 17,46% dari produksi tahun

2010. Ada beberapa komoditas perkebunan di Kabupaten Sumbawa yang

produktivitasnya kecil pada tahun 2011, disebabkan karena dalam areal tanaman

tersebut terdapat tanaman yang belum menghasilkan (TBM).

Tabel 0-102. Pertumbuhan Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008-2011

Komoditas Tahun

Rata-rata 2008 2009 2010 2011

Kelapa 2.987 2.239 2.922 3.628 13,09

Kopi 1.609 1.726 2.206 2.514 11,87

Jambu Mete 1.551 846 1.692 2.050 18,51

Kakao 0.30 0,23 91 92 15,41

Kemiri 349 93 0,39 963 47,94

Asam 1.293 279 293 522 36,36

Kapuk 101 43 123 151 43,76

Pinang 6 14 25 479 67,71

Page 226: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-90

Komoditas Tahun

Rata-rata 2008 2009 2010 2011

Vanili 0,47 0,47 - - (33,33)

Lontar 37 10 41 - 74,24

Jarak pagar 558 558 486 89 (0,98)

Tembakau Rakyat 130 139 160

Tebu 358 397 15

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa 2011

5. Sub sektor Kehutanan

Adanya pengetatan pemerintah di sub sektor kehutanan, menyebabkan produksi

kehutanan terjadi penurunan. Luas hutan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011

sebesar 3.88.033,40 ha, yang terdiri dari hutan lindung, hutan taman buru, hutan

produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan wisata, dan taman laut. Beberapa

hasil kehutanan daerah Sumbawa yang merupakan komoditas ekspor yang sangat

laris, seperti hasil olahan kayu, rotan, sarang burung walet dan madu.

Gambar 0-12. Luas Hutan di Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2011

Sumber : Sumbawa Dalam Angka 2012

Tabel 0-103. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Lainya di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011

No Jenis Hasil Hutan Produksi

1 Madu (liter) 260

2 Asam (ton) -

167,130.68

22,537.90

138,572.44

53,691.88

100.50

6,000.00

Luas Hutan di Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan (ha)

Hutan lindung

Hutan taman buru

Hutan produksi terbatas

Hutan produksi tetap

Hutan wisata alam

Taman laut

Page 227: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-91

No Jenis Hasil Hutan Produksi

3 Bambu (batang) -

4 Arang (ton) -

5 Kayu Kuning (ton) -

6 Sepang (ton) -

7 Rotan (ton) 342

8 Lonto Liana (ton) 31,5

9 Ketak

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa 2011

6. Sub sektor Peternakan

Potensi pengembangan kawasan peternakan sampai tahun 2011, tersebar di

beberapa kecamatan, dan sebaran populasi terbesar berada pada: (1) Sapi Sumbawa

(lokasi: Desa Penyaring Kec. Moyo Utara); dan (2) Kerbau Sumbawa (lokasi: Desa

pernek, Lenangguar, Sumbawa, Karang Dima, Rhee, Stowe Brang, Juru Mapin,

Labuhan Alas, Labuhan Mapin, Mapin Kebak, Olat Rawa, Jotang).

Pada tahun 2010, Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu kabupaten dari 10

kabupaten/kota di NTB yang memiliki proporsi sumbangan cukup besar terhadap

populasi ternak NTB. Proporsi tersebut yaitu, populasi kuda di Sumbawa mencapai

48,93% dari populasi kuda di NTB, kerbau 34,50% dan sapi 22,53%.

Gambar 0-13. Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 – 2011

Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2011

2008 2009 2010 2011

115,644

130,995

156,797 167,335

64,407 56,636 54,535 55,706

36,505 37,326 37,436 38,505 38,467 36,622 38,462 39,396

1,224 1,307 1,270 1,363 6,707 5,632 5,580 6,159

Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 - 2011

Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi

Page 228: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-92

Gambar 0-14. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Sumbawa Tahun

2008 - 2011 Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2011

Pada Gambar III-13, terlihat bahwa Kabupaten Sumbawa memiliki potensi yang

sangat besar untuk pengembangan peternakan non unggas, terutama ternak sapi.

Populasi ternak sapi di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2008 – 2011 menunjukkan

peningkatan. Populasi ternak non unggas yang terbanyak kedua adalah ternak

kerbau, yang mencapai 55.706 ekor pada tahun 2011. Namun, perkembangan

populasi ternak kerbau pada tahun 2008 – 2011 cenderung konstan dan tidak

mengalami perkembangan yang berarti.

Perkembangan populasi ternak unggas di Kabupaten Sumbawa ditunjukkan pada

Gambar III-14. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Sumbawa

memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan ternak ayam buras. Hal tersebut

terlihat dari peningkatan populasi ternak ayam buras pada tahun 2008 – 2011 yang

terus meningkat, yang mencapai 652.733 ekor pada tahun 2011. Ternak unggas lain

yang memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan adalah ternak ayam

ras pedaging yang mencapai populasi 287.346 ekor pada tahun 2011.

7. Sub sektor Perikanan

Luas potensi wilayah perairan usaha penangkapan ikan di Kabupaten Sumbawa

3.831,72 km dan telah dimanfaatkan dengan produksi pada tahun 2007 sebesar

33.970 ton dan tahun 2008 sebesar 36.357,59 ton, tahun 2009 sebesar 38.758 ton,

dan tahun 2010 sebesar 42.930 ton. Jenis ikan tangkapan yang dilakukan di

Kabupaten Sumbawa antara lain: ikan tongkol, cakalang, tenggiri, cumi-cumi,

layang, kembung, lemuru, kerapu dan jenis ikan karang lainnya. Penangkapan ikan

sepenuhnya dilakukan oleh nelayan tradisional dengan jumlah nelayan tahun 2007

sebanyak 6.749 orang (3.036 RTP) dan di tahun 2008 sebanyak 6.850 orang (3.207

RTP). Tahun 2009 sebanyak 7.428 (3.281 RTP) dan Tahun 2010 sebanyak 7.659

(3.696 RTP).

2008 2009 2010 2011

216,378

273,690

192,118

287,346

557,546 568,038 607,700

652,733

6,605 7,524 7,539 10,203 5,662 4,693 6,054

Perkembangan Populasi Ternak Unggas di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 - 2011

Ayam Ras Pedaging Ayam Buras Itik Entok

Page 229: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-93

Tabel 0-104. Potensi dan Pemanfaatan Sumber daya Perikanan Kabupaten Sumbawa Tahun 2011

No Sumber daya

Potensi Dimanfaatkan

Luas (ha) Prod (ton) Luas (ha) (%) Prod (ton)

(%)

1 Perikanan Laut

a. Perikanan tangkap 8.977.600 259.043 964.322 10,7 41.090 15,9

b. Budidaya di laut 21.850 912.093 8.308 38,0 44.133 4,8

1. Budidaya rumput laut 14.950 897.000 5.940 39,7 43.935 4,9

2. Budidaya Kerapu 1.200 15.080 260 21,7 198 1,3

3. Budidaya Mutiara 5.700 13 2.108 37,0 0 2,2

2 Perairan umum 2.024 2.024 1.552 76,7 1.840 90,9

3 Perairan Air Tawar 2.268 13.868 132 5,8 430 3,1

4 Perairan Air Payau 10.375 12.745 2.720 26,2 32.903 258,2

TOTAL 9.014.117 1.199.773 977.034 10,8 120.396 10,0

Sumber: RPJMD Kabupaten Sumbawa (2012)

Potensi areal untuk pengembangan budidaya laut seluas ± 21.850 ha dengan potensi

produksi 912.093 ton/tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatannya sampai dengan

tahun 2010 berkisar seluas 8.308 ha (38,02%) dengan total produksi sebesar 44.133

ton (4%). Komoditas yang berpotensi untuk dibudidayakan di Kabupaten Sumbawa

antara lain mutiara, ikan kerapu, dan rumput laut. Pemanfaatan potensi perairan

untuk ketiga komoditas perikanan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(1) Potensi areal pemanfaatan budidaya mutiara adalah 5.700 ha. Potensi tersebut

pada tahun 2011 dimanfaatkan sekitar 2.108 ha (36,98%) dengan total

produksi sebesar 300 kg. Pemanfaatan dilakukan pihak swasta (pada 10

kecamatan (Alas Barat, Alas, Utan, Rhee, Lab. Badas, Moyo Hilir, Lape,

Plampang, Labangka dan Tarano);

(2) Luas potensi areal pemanfaatan budidaya ikan kerapu 1.200 ha, areal yang

telah dimanfaatkan sampai tahun 2010 sekitar 260 ha (201,66%) dengan

produksi 198 ton;

(3) Kegiatan usaha budidaya rumput laut merupakan jenis usaha budidaya yang

cukup berkembang dengan baik, mengingat areal yang dapat dimanfaatkan

cukup luas yaitu 14.950 ha. Pemanfaatan potensi lahan (areal perairan) untuk

usaha budidaya rumput laut pada tahun 2009 sekitar 5.650 ha (37,79%)

dengan total produksi sebesar 27.057 ton (basah) dan tahun 2010 seluas

5.940 ha (39,73%) dengan total produksi 43.935 ton (basah).

(4) Luas areal budidaya tambak di Kabupaten Sumbawa adalah 10.375 ha

tersebar di 15 (lima belas) kecamatan. Areal yang telah dimanfaatkan seluas

2.720,3 ha (26,21%) dengan total produksi 32.903 ton, meliputi komoditas

udang 30.887 ton dan bandeng 2.016 ton.

b. Sektor Industri, Listrik, dan Air Bersih / Minum

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Jumlah industri di Kabupaten Sumbawa tahun 2011 mencapai 2810 unit usaha

dengan tenaga kerja yang terserap mencapai 5.996 orang dan menghasilkan nilai

Page 230: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-94

produksi lebih dari Rp 22 miliar. Dari jumlah tersebut, 70,57% adalah bidang

industri kimia, agro dan hasil hutan, dengan menyerap tenaga kerja 4.719 orang

tenaga kerja dan menghasilkan nilai produksi sekitar Rp 19 miliar. Selebihnya adalah

bidang industri logam, mesin, elektronika dan aneka.

Tabel 0-105. Banyaknya Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan Investasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2009-2011

Jenis Industri Sentra

Industri

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja

(orang)

Nilai

Produksi

(Rp)

Investasi

(Rp)

I. Bidang IKAHH

a. Industri Makanan dan Minuman 43 882 1.829 9.710.146 993.916

b. Industri Kayu, Rotan, Rumput Laut dan Sejenis 27 476 914 8.187.048 774.066

c. Industri Pulp, Kertas dan Bahan Kimia 28 625 1.976 1.544.690 1.639.242

Jumlah 98 1.983 4.719 19.441.884 3.407.224

II. Bidang ILMEA

1. Industri Aneka 5 92 115 20.874 38.330

2. Industri Elektronika - - - - -

3. Industri Tekstil 34 649 830 775.750 357.674

4. Industri Logam Mesin dan Alat Angkut 9 86 332 2.367.450 465.728

Jumlah 48 827 1.277 3.164.074 861.732

Jumlah total 146 2.810 5.996 22.605.958 4.268.956

2010 143 2.782 5.936 75.974.366 36.039.646

2009 143 2.782 5.936 101.847.614 38.657.986

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa

2. Sub sektor Listrik

Hingga tahun 2010, terdapat 158 desa yang sudah terlayani listrik PLN (93,54%),

dengan jumlah pelanggan sebanyak 71.721 pelanggan pada semua klasifikasi.

Konsumen terbesar yang memanfaatkan daya listrik adalah rumah tangga yang

mencapai 93% - 95%.

Tabel 0-106. Perkembangan Ketersediaan PLN dan Jumlah Pelangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008-2011

No Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010

1 Daya Tersambung 53.018,69 59.639,10 64.400,10 67.607,80

2 KWH Jual 88.004.933 98.379.659 108.597.276 118.609.493

3 KWH Pemakaian 88.035.254 98.449.388 108.597.276 118.609.493

4 Jumlah Desa Terlayani Listrik 123 123 123 158

5 Jumlah Pelanggan 54.781 56.645 57.454 71.721

a. Sosial 1.121 1.188 1.255 1.586

b. Rumah Tangga 51.644 53.382 54.133 67.085

c. Usaha 1.581 1.611 1.578 2.349

d. Industri 44 54 59 65

e. Gedung dan Jasa 391 410 429 636

% Rumah Tangga 94,27 94,25 94,22 93,54

Sumber : PLN Cabang Sumbawa 2011

Page 231: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-95

Selain pasokan energi listrik dari PLN, di Kabupaten Sumbawa juga terdapat layanan

pasokan energi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Banyaknya pembangkit listrik tenaga surya

pada tahun 2011 mencapai 138,25 KW/unit dengan jumlah konsumen 2.657 rumah.

3. Sub sektor Air Minum

Produksi air bersih yang disalurkan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2008 – 2011

terus menunjukkan peningkatan baik dari sisi volume maupun nilai air yang

disalurkan. Jumlah pelanggan air bersih juga terus menunjukkan peningkatan yang

mencapai 13.770 pelanggan. Namun, jumlah tersebut masih terbilang kecil (12,52%)

apabila dibandingkan dengan jumlah unit rumah yang ada di Kabupaten Sumbawa.

Pelanggan air bersih di Kabupaten Sumbawa sebagian besar (84,38%) adalah

pelanggan kelompok II atau rumah tangga.

Tabel 0-107. Banyaknya Pelanggan dan Nilai Air Bersih yang Disalurkan Menurut

Kategori Pelanggan Pada PDAM Kabupaten Sumbawa Tahun 2011

Kategori Pelanggan Banyaknya

Pelanggan

Air Bersih Yang Disalurkan Presentase

Volume (m3) Nilai (Rp.)

Kelompok I 358 248.480 321.903.320 5,68

Kelompok 2 13.242 3.229.945 4.780.037.800 84,38

Kelompok 3 159 226.906 343.767.780 6,07

Kelompok 4 11 81.990 219.155.600 3,87

Jumlah 13.770 3.787.321 5.664.864.500 100,00

2010 12.663 3.565.187 4.879.918.440 100,00

2009 11.665 3.146.332 4.437.883.020 100,00

2008 10.345 2.560.954 3.479.958.176 100,00

Sumber : PDAM Kabupaten Sumbawa

c. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

1. Sub sektor Pengangkutan

Pengangkutan Darat. Pada tahun 2011 armada angkutan yang terdaftar dibedakan

menurut jenis penggunaan kendaraan yaitu mobil beban, mobil angkutan dan mobil

penumpang, sedangkan kendaraan umum yang beroperasi berdasarkan jenis

trayeknya antara lain angkutan kota dalam provinsi, angkutan kota dalam provinsi

dan angkutan tradisional. Perkembangan kendaraan umum di Kabupaten Sumbawa

dapat lihat pada Gambar III-15.

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bawa perkembangan kendaraan umum di

Kabupaten Sumbawa mengalami penurunan pada tahun 2009 – 2011. Hal tersebut

kemungkinan disebabkan karena semakin banyaknya kendaraan pribadi yang ada di

kabupaten tersebut.

Page 232: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-96

Gambar 0-15. Perkembangan Kendaraan Angkutan Umum di Kabupaten Sumbawa Tahun 2006-2011

Perhubungan Udara. Kondisi perhubungan di Kabupaten Sumbawa tercermin dari

aktivitas lalu lintas di bandara Brang Biji. Kegiatan di bandara Brang Biji pada

tahun 2011, ada 1.046 arus lalu-lintas pesawat dengan kedatangan dan

keberangkatan pesawat masing-masing 523 fligt. Adapun jumlah kedatangan

penumpang 10.554 orang dan keberangkatan penumpang dari bandara mencapai

20.356 orang.

Tabel 0-108. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang Biji Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011

Kegiatan Tahun

2008 2009 2010 2011

Lalu Lintas Pesawat

- Datang 256 336 326 523

- Berangkat 256 336 326 523

Penumpang

- Datang 5.639 8.882 6.906 10.554

- Berangkat 5.637 8.604 6.589 20.356

Bagasi

- Bongkar 45.384 67.166 45.187 70.683

- Muat 45.571 62.456 42.879 66.426

Sumber : Bandar Udara Brang Biji Kabupaten Sumbawa

2. Sub sektor Pos dan Komunikasi

Pos. Jumlah kantor pos di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 sebanyak 12

buah, terdiri dari 11 kantor cabang dan 1 kantor pembantu. Banyaknya rekening

yang masuk dan keluar setiap tahun di Pos Kabupaten Sumbawa relatif besar. Pada

2006 2007 2008 2009 2010 2011

158 130 138 138 135 76

255 245 216 215 210 160 98 98 98 98 98 9 38 29 29 29 29 4

1,706 1,624

1,182 1,182 1,182

720

Perkembangan Kendaraan Angkutan Umum di Kabupaten Sumbawa Tahun 2006-2011

Angkutan Kota Angkutan Pedesaan

Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP)

Angkutan Tradisional

Page 233: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-97

tahun 2011 volume wesel pos dalam negeri yang masuk dan keluar Kabupaten

Sumbawa masing-masing 26.358 dan 57.197 transaksi dengan nilai Rp 86,29 miliar

dan Rp 85,36 miliar. Sedangkan untuk wesel pos luar negeri 99,84% adalah volume

masuk dengan nilai Rp 62,869 miliar, sedangkan nilai wesel keluar Rp 194,29 juta.

Untuk layanan kilat khusus yang masuk pada tahun 2011 mencapai 15.799.299

surat, sedangkan yang keluar hanya 23.270 surat. Untuk layanan paket yang masuk

3.287.000 paket, sedangkan yang keluar hanya 1.647 paket.

Tabel 0-109. Lalu Lintas Layanan Pos dan Giro Dirinci Menurut Jenisnya di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011

Jenis Layanan Masuk Keluar

Volume Nilai Volume Nilai

Giro - - - -

Wesel Pos Dalam Negeri 26.358 86.291.454.506 57.197 85.366.236.742

Wesel Pos Luar Negeri 22.896 62.869.254.800 37 194.293.856

BTN (Setoran) 4.279 10.383.220.233 2.949 27.159.273.100

Surat Kilat Khusus 15.799.299 - 23.270 422.031.958

Takesra/Kukesra - - - -

Paket Kilat 3.287.000 - 1.647 13.225.386

EMS 70 - 512 101.109.815

Paket Pos Dalam Negeri - - 4.703 325.554.586

Jumlah 19.139.902 159.543.929.539 90.315 110.581.725.443

2010 300.052 146.998.154.053 360.329 90.012.671.280

2009 174.137 126.938.821.214 104.394 33.385.943.673

2008 38.222 20.980.378.398 46.134 18.114.649.930

Sumber : PT (persero) Pos Indonesia Kabupaten Sumbawa

Telekomunikasi. Selain pos, sarana yang sering digunakan dalam memperlancar

komunikasi adalah telepon. Pada tahun 2011 kapasitas sentral yang terpasang di

PT Telkom sebanyak 1.728 unit dengan jumlah pelanggan telepon mencapai 4.500

pelanggan dan 2 warung telekomunikasi. Berkurangnya jumlah pelangan telepon

rumah dan warung telepon dikarenakan kemudahan akses telepon selular dengan

provider yang memudahkan dan memanjakan konsumen.

d. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Perdagangan luar negeri Kabupaten Sumbawa pada tahun 2010 tercatat 300,05 ton

dengan nilai Rp 3,189 miliar. Dari total nilai ekspor Kabupaten Sumbawa, 88,61%

adalah nilai ekspor rotan olahan yang mencapai Rp 2,8 miliar. Adapun sisanya

adalah minyak jarak sebesar Rp 359,13 juta, kerapu hidup sebesar Rp 3,97 juta dan

lobster.

Perdagangan dalam negeri Kabupaten Sumbawa ditandai dengan meningkatnya

jumlah badan usaha perdagangan yang terdaftar di Dinas Koperasi, Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa yang pada tahun 2008 tercatat 6.382

perusahaan. Dari jumlah tersebut 72,96% adalah perusahaan perseorangan, 21,56 %

adalah persekutuan comanditer dan sisanya 5,48% adalah masing-masing

perusahaan perseroan terbatas, koperasi dan firma.

Page 234: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-98

Tabel 0-110. Produksi Perikanan Yang Keluar Daerah dari Kabupaten Sumbawa Menurut Jenis Komoditas Tahun 2010

Komoditas Volume (kg) Nilai (Rp)

Lobster 900 76.500

Kerapu Hidup 69.400 3.966.000

Minyak jarak (liter) 33.750 359.130.000

Rotan Olahan 285.000 2.826.155.700

Jumlah 389.050 3.189.405.200

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan

Tabel 0-111. Banyaknya Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan Dirinci Menurut Badan

Usaha di Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2008

Badan Usaha Tahun

2005 2006 2007 2008

Perseroaan Terbatas 132 117 125 132

Koperasi 134 126 131 134

Persekutuan Comanditer 1.376 1.215 1.299 1.376

Firma 39 39 39 39

Perusahaan Perseorangan 4.656 4.020 4.311 4.656

Lainya 45 45 45 45

Jumlah 6.382 5.562 5.950 6.382

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab.Sumbawa

Perdagangan dalam pada tahun 2011 tercatat nilai produksinya mencapai Rp 83,44

miliar naik 9,8% dari tahun 2010 yang hanya Rp 75,97 miliar. Penyumbang terbesar

perdagangan dalam negeri Kabupaten Sumbawa adalah industri pulp, kertas, dan

bahan kimia sebesar Rp 32,74 miliar atau 39,24% dari jumlah perdagangan. Posisi

kedua dan ketiga masing-masing industri makanan minuman dan industri logam,

mesin, dan perekayasaan dengan persentase 18,08% dan 17,35%.

Tabel 0-112. Bayaknya Nilai Produksi dan Investasi Menurut Jenis Industri di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010-2011

Jenis Industri

2010 2011

Nilai

Produksi (000 Rp.)

Investasi (000Rp.)

Nilai

Produksi (000 Rp.)

Investasi (000Rp.)

Industri Makanan & Minuman 13.958.067 14.020.636 15.083.600 14.201.171

Industri Kayu, Rotan, & Rumput 7.627.359 3.417.351 9.200.000 3.417.460

Industri Pulp, Kertas, & Bahan Kimia 30.093.962 11.332.460 32.741.250 11.478.460

Industri Aneka 609.878 272.034 686.250 272.034

Industri Elektronika 761.072 207.296 776.875 207.296

Industri Tekstil 10.820.315 1.038.522 10.473.000 1.038.522

Industri Logam, Mesin, dan

Perekayasaan

12.103.713 5.751.347 14.481.000 5.942.567

Jumlah 75.974.366 36.039.646 83.441.975 36.557.401

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa

Page 235: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-99

Dalam rangka pengembangan usaha perdagangan dalam negeri, maka layanan

pembinaan dan layanan fasilitas perizinan dilaksanakan terhadap unit-unit usaha.

Pertumbuhan jumlah usaha perdagangan di Kabupaten Sumbawa mengalami

ketrlambatan. Dari tahun ketahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada tahun 2009 jumlah usaha perdagangan sebanyak 1.0704 unit usaha

perdagangan. Dari jumlah tersebut 53,83% atau 5.762 unit usaha (jumlah yang sama

tahun 2008) adalah usaha mikro, 44,60% usaha kecil, dan sebagian kecil usaha

menengah.

Tabel 0-113. Pertumbuhan Jumlah Usaha Perdagangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2009

Skala Usaha Tahun (unit Usaha)

2005 2006 2007 2008 2009

Usaha Mikro Perdagangan 5.762 5.762 5.762 5.762

Usaha Kecil Perdagangan 4.108 4.504 4.860 5.325 4.774

Usaha Menengah Perdagangan 158 154 156 160 268

Usaha Besar Perdagangan

WDP 2.057 2.408 3.252 3.252

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustria dan Perdagangan Kab. Sumbawa

2. Sub sektor Hotel dan Restoran

Pada tahun 2011 di Kabupaten Sumbawa tercatat sebanyak 30 hotel yang tersebar di

enam Kecamatan yaitu Kecamatan Lunyuk, Alas, Sumbawa, Labuhan Badas, Unter

Iwes dan Empang. Komposisi hotel di Kabupaten Sumbawa : 27 buah adalah hotel

melati dan 3 buahnya hotel berbintang.

Gambar 0-16. Jumlah Wisatawan yang Menginap di Kabupaten Sumbawa Tahun 2009 - 2011

Tingkat hunian hotel dan losmen dapat juga dijadikan sebagai salah satu indikator

dalam melihat jumlah tamu dan wisatawan yang berkunjungan ke Kabupaten

2009 2010 2011

29,171 30,742

56,313

1,544 1,251 2,079

Jumlah Wisatawan yang Menginap di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2009-2011

Wisatawan Nusantara Wisatawan mancanegara

Page 236: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-100

Sumbawa, meskipun tidak semua tamu hotel merupakan wisatawan yang akan

berkunjung ke obyek-obyek wisata yang ada. Pada tahun 2011 sebanyak 58.392

orang menginap, diantaranya 56.313 orang adalah tamu domestik dan 2.079 orang

tamu asing. Jumlah mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingan jumlah

tamu yang menginap di tahun 2010 yang hanya 31.993 orang tamu.

Jumlah restoran, rumah makan, café, dan depot pada tahun 2010 di Kabupaten

Sumbawa berjumlah 172 unit usaha. Jumlah ini mengalami peningkatan 9,55% dari

tahun 2006 yang berjumlah 157 unit usaha. Dari 172 unit usaha tersebut

diantaranya 8 unit usaha restoran dan 164 unit usaha rumah makan, café dan

depot dengan jumlah tempat duduk mencapai 2.483 kursi.

Tabel 0-114. Jumlah Restoran/ Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa

Uraian

Tahun 2006 Tahun 2010

Jumlah Usaha

Jumlah Kursi

Jumlah Usaha

Jumlah Kursi

Restoran 6 188 8 -

Rumah Makan/Café/Depot 151 2284 164 2483

Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Kabupaten Sumbawa

e. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Keanekaragaman sumber daya dan cadangan mineral tambang baik mineral logam

dan mineral bukan logam dan mineral batuan. Untuk potensi emas di lokasi Dodo

dan sekitarnya secara terukur sebesar 1.671 ton dengan area 200 ha, dan potensi

pasir besi di sepanjang pantai selatan. Potensi mineral salah satu keunggulan

komparatif wilayah. Jenis mineral yang diidentifikasi meliputi pasir batu, batu

bangunan, tanah urug, tanah lempung, kaolin, gipsum, batu gamoing, marmer,

krisopras, batuan silika, kalsedon, emas, perak, tembaga dan pasir besi.

Bidang pertambangan dan energi di Kabupaten Sumbawa cukup berpotensi, sehingga

perlu perhatian yang lebih serius dari pemerintah, terutama dalam hal sumber daya

manusianya. Pemanfaatan mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Sumbawa

tahun 2011 dimana tanah urug dimanfaatkan hingga 91 ribu m3 , diikuti oleh kerikil

dengan 62,07 ribu ton dan batu kali dan batu gunung sebesar 56,56 ribu ton.

Sementara pasir pasang dan pasir batu yang sudah dimanfaatkan sebesar 45,2 ton

dan pasir batu sebesar 30,46 ton.

Tabel 0-115. Banyaknya Pemanfaatan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011

Jenis Bahan Galian Produksi (ton/m3)

Jenis Bahan Galian Produksi (ton/m3)

Batu Hias 80,00 Batu Gamping -

Batu kali/ Batu Gunung 56.565,52 Kerikil 62.072,92

Batu Tiang 120,00 Pasir Pasang 45.202,74

Pasir Urug 13.436,03 Sirtu 30.467,42

Tanah Urug 91.676,85 Tanah Liat 4.699,76

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumbawa

Page 237: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-101

3.5.3. Profil UMKM

Pengembangan UMKM merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumbawa. Pelaksanaan program/kegiatan RKPD tahun 2011 terdiri dari

program/kegiatan pada 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Sumbawa sebagaimana

diamanatkan dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008. Evaluasi pelaksanaan

program/kegiatan RKPD tahun 2011 diuraikan sebagai berikut.

Pembangunan urusan koperasi dan UMKM di Kabupaten Sumbawa ditandai dengan

peningkatan jumlah koperasi sebanyak 353 unit atau meningkat 2,31% dari tahun

sebelumnya yang berjumlah 345 unit. Berdasarkan hasil pemeringkatan koperasi,

terdapat 41 koperasi dengan peringkat “berkualitas” (meningkat 24,00% dari tahun

sebelumnya), sedangkan 64 unit merupakan koperasi dengan peringkat “cukup

berkualitas” (mengalami peningkatan 14,28% dari tahun sebelumnya), dan terdapat

127 unit koperasi aktif dan 98 unit melaksanakan RAT pada tahun 2011.

Menurunnya jumlah koperasi aktif pada tahun 2010 dan 2011 disebabkan adanya

penyesuaian kondisi organisasi koperasi dengan PP 09 Tahun 1995 tentang Usaha

Simpan Pinjam dimana sebagian besar koperasi aktif yang ada belum memenuhi

kriteria dalam hal persyaratan modal yang disetor. Sementara itu, jumlah koperasi

tidak aktif adalah 226 unit, dengan total jumlah anggota 49.257 orang. Demikian

pula dengan jumlah usaha mikro dan kecil pada tahun 2011 sebanyak 8.383 unit,

jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebanyak 9.293 unit, atau

menurun sebesar 910 unit atau 10,85%. Sedangkan jumlah UMKM pada tahun 2011

sebanyak 5.846, pada tahun 2010 sebanyak 6.114 unit, menurun 268 unit atau

4,58%.

Selain merupakan salah satu urusan wajib, kegiatan pengembangan UMKM/IKM

juga merupakan satu dari 8 urusan pilihan yang dilakukan pemerintah kabupaten.

Pengembangan industri dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan produksi

dan nilai tambah usaha ekonomi masyarakat yang mendukung sektor perdagangan

serta memperlancar distribusi produk. Adapun jumlah industri kecil dan menengah

(IKM) pada tahun 2011 di Kabupaten Sumbawa sejumlah 763 IKM Formal dan 2.810

IKM Non Formal. Keberadaan pelaku industri di Kabupaten Sumbawa saat ini cukup

banyak, namun kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian daerah

masih sekitar 3-4% dengan pertumbuhan per tahun dalam lima tahun terakhir

berkisar antara 9-10% per tahun ADHB. Menurut hasil analisis sektor unggulan,

sektor industri di Kabupaten Sumbawa belum dapat dikategorikan sebagai sektor

unggulan daerah. Kondisi tersebut dapat dipahami, mengingat hingga tahun 2011

belum ada industri berskala besar yang beroperasi di Kabupaten Sumbawa.

Tabel 0-116. Sentra Industri Kecil Menengah Menurut Jenis Usaha dan Persebarannya Kabupaten Sumbawa s/d 2010

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja Jenis Industri

Sentra/

Kecamatan

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja

Pangan Kimia dan Bangunan

1.Dodol Rumput Laut Moyohilir 20 22 1. Bata/Genteng Alas 20 40

Alas Barat 20 45

2. Garam Empang 50 325 Batu Lanteh 20 32

Lape 17 70 Empang 18 53

Page 238: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-102

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Moyo Utara 21 106 Lopok 19 44

3. Gula Aren Batu Lateh 15 25 Lunyuk 48 124

Ropang 69 102 Moyohilir 40 77

4. Gula Kelapa Labuan Badas 17 34 Moyohulu 26 53

Lunyuk 20 42 Plampang 26 48

Sumbawa 40 62 Sumbawa 94 522

Utan 20 25 Utan 32 72

5. Gula Tebu Alas 58 207 2. Kapur Moyohulu 55 162

Empang 47 108 3. Meubel Bambu Batu Lanteh 15 40

Moyohulu 20 80 4. Meubel Kayu Alas Barat 31 47

6. Kacang Mete Labuan Badas 8 31 Batu Lanteh 15 40

7. Keripik Nangka Plampang 20 35 Lantung 12 42

8.Keripik Pisang Lunyuk 15 20 Lape 20 40

9. Keripik Singkong Labuan Badas 10 26 Lenangguar 28 44

Sumbawa 21 35 Lopok 10 20

10. Kerupuk Kulit Sumbawa 15 49 Lunyuk 17 51

Utan 40 95 Moyo Utara 30 47

11. Kerupuk Terigu Alas 25 55 Moyo Hulu 12 47

Lape/Lopok 5 10 Ropang 31 75

12. Kopi Bubuk Batu Lateh 20 20 Sumbawa 27 55

13. Kopra Sumbawa 20 70 5. Meubel Rotan Alas 20 27

14. Masin Empang 12 15 Empang 20 36

15. Minyak Kelapa Buer 17 43 Labuan Badas 10 45

Lunyuk 13 19 Lunyuk 30 75

Sumbawa 80 95 Moyohulu 18 37

16. Pengeringan

Ikan

Plampang 20 20 Ropang 57 110

17. Permen Labu Plampang 10 25 Jumlah 43 826 2.172

Sumbawa 5 40

18. Permen Susu Moyo utara 9 28 Sandang

19. Ragi Tape Moyohulu 20 43 1. Batik Sumbawa Sumbawa 5 8

20. Tahu/Tempe Alas 8 15 2. Bordir Lape 20 20

Lopok 6 12 3. Bordir/Penjahit Moyo Hulu 33 43

Plampang 6 15 Sumbawa 30 67

Sumbawa 20 72 4. Konveksi Alas 10 24

21. Terasi Udang Empang 101 187 Lape 20 333

Lopok 20 23

Jumlah 41 940 2.283 Lunyuk 15 20

Moyo Hilir 11 24

Kerajinan Plampang 8 15

1. Anyaman

bambau

Batu lateh 20 25 Sumbawa 30 47

Moyo Utara 10 20 Unter Iwis 15 45

Utan 18 34 5. Tenun Gedogan Empang 25 40

2. Anyaman Ketak Lengangguar 15 20 Labuhan

Badas

6 12

3. Anyaman Lontar Alas 20 45 Lape 25 30

Moyo Hulu 22 65 Moyohilir 189 231

4. 4.Anyaman Pandan Batu Lateh 45 150 Moyo Hulu 65 91

5. Any Sabut

Kelapa

Sumbawa 16 35 Moyo utara 40 58

6. Batu Aji Moyo Hulu 7 14 Plampang 35 46

Plampang 15 30 Sumbawa 41 61

7. Gerabah Alas 50 104 Utan 20 25

Moyohilir 20 40 Jumlah 34 666 971

Sumbawa 29 40

Utan 32 75 Logam dan Elektronika

8. Kerajinan

Kerang

Alas 10 30 1. Pande Besi Alas 25 51

Page 239: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-103

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

9. Kerang-kerangan Alas 20 31 Empang 22 50

Bluer 40 52 Lopok 5 15

10. Ukiran Kayu/

Tanduk

Batu Lateh - - Lunyuk 2 9

Moyohulu 32 197

Jumlah 19 404 856 Jumlah 9 89 322

Jumlah Total

Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja

146 2.922 6.604

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa (2008-2011, diolah)

3.5.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Sumbawa

Peranan perbankan dalam rangka pengembangan untuk UMKM serta sebagai hasil

dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang dilaksanakan

Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk

pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten

Sumbawa pada November 2012 adalah sebesar Rp. 680,9 miliar atau 13,76% dari

total kredit perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan

kondisi bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 43,76%.

Tabel 0-117. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Per November Tahun 2012 di Kabupaten Sumbawa

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 127.614 26,94 258.635 54,60 87.400 18,45 473.649

Des 138.431 26,83 283.226 54,89 94.339 17,16 515.995

2012 Jan 135.961 26,93 282.349 55.92 86.627 17,16 504.937 -2,14

Feb 152.756 27,86 308.693 56,31 86.780 15,83 548.229 8,57

Mar 156.494 26,30 346.366 58,21 92.125 15,48 594.985 8,53

Apr 151.245 24,81 366.607 60,14 91.691 15,04 609.543 2,45

Mei 158.277 24,50 382.993 59,30 104.639 16,20 645.909 5,97

Jun 158.578 24,04 394.409 59,80 106.563 16,16 659.550 2,11

Jul 160.858 24,53 398.256 60,74 96.577 14,73 655.691 -0,59

Agust 124.188 19,93 401.102 64,39 97,679 15,68 622.970 -4,99

Sep 128.331 20,27 400.604 63,28 104.128 16,45 633,062 1,62

Okt 131.672 20,47 404.212 62,83 107.470 16,70 643.354 1,63

Nov 135.850 19,95 429.391 63,06 115.655 16,99 680.896 5,84

Rata rata kenaikan ( %) 2,64

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara

keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per

bulan adalah sebesar 2,64%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November

2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp. 680,9 miliar, setengah lebih adalah untuk

skala kredit Kecil yang mencapai Rp. 429,39 miliar (63,06%), kemudian diikuti oleh

Page 240: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-104

kredit skala Mikro mencapai Rp. 135,85 miliar (19,95%). Sedangkan pangsa kredit

skala Menengah sebesar Rp. 115,2 miliar (16,99%).

Tabel 0-118. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya

di Kabupaten Sumbawa Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 342.692 67,87 -6,28 164.244 32,13 7,92

Feb 357.610 65,23 4,35 190.619 34,77 17,49

Mar 379.206 63,73 6,04 215.779 36,27 13,20

Apr 374.883 61,50 -1,14 234.660 38,50 8,75

Mei 384.217 59,48 2,49 261,692 40,52 11,52

Jun 388,027 58,48 0,99 271,523 41,17 3,76

Jul 388.126 59,19 0,03 267.566 40,81 -1,46

Agust 353.028 56,67 -9,04 269.942 42,74 0,89

Sep 362.522 57,26 2,69 270.540 42,74 0,22

Okt 366.677 56,99 1,51 276.677 41,19 2,27

Nov 400.444 58,81 9,21 280.453 41,19 1,36

Jumlah/Rata2 4.097.432 60,51 0,95 2.701.695 39,49 5,99

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan jenis penggunaan (Tabel III-124), pada tahun 2012 penyaluran kredit

UMKM oleh Bank umum di Kabupaten Sumbawa dari bulan Januari - November

mengalami peningkatan secara fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah

kredit UMKM berdasarkan penggunaanya mengalami peningkatan 0,99% per tahun

untuk modal kerja dan 5,99% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit

masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp. 4,097

triliun dengan pangsa pasar sebesar 60,51% dari total kredit UMKM bank umum

yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp. 2,7 miliar

dengan pangsa pasar sebesar 39,49%.

Tabel 0-119. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Periode tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp) Tw2

(Jutaan Rp) Tw3

(Jutaan Rp) Tw4

(Jutaan Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

71.718 85.191 86.070 78.230

2. Pertambangan dan Penggalian 1.001 1.013 675 541

3. Industri Pengolahan 16.274 17.661 16.915 18.567

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi 12.156 37.763 20.637 16.926

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restauran 1.296.004 1.470.772 1.493.670 1.079.709

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 16.447 23.554 16.785 14.825

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

28.152 30.474 27.976 18.982

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

Page 241: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-105

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2

(Jutaan Rp)

Tw3

(Jutaan Rp)

Tw4

(Jutaan Rp)

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 206.400 248.575 248.996 96.469

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 1.648.151 1.915.002 1.911.723 1.324.251

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di

Kabupaten Sumbawa hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan

Oktober dan November), realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum

mencapai Rp 1,324 triliun. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012,

penyaluran kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp. 1,915 triliun naik 16,19%

dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp. 1,648 triliun, tetapi pada triwulan ketiga

(Tw3) mengalami penurunan sebesar 0,17% menjadi Rp. 1,911 triliun dari triwulan

kedua (Tw2). Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel dan restauran dengan pangsa mencapai 78,63% atau Rp. 1,296

triliun pada triwulan pertama (Tw1), 76,80% atau Rp.1,470 triliun pada triwulan

kedua (Tw2), 78,31% atau Rp.1,49 triliun pada triwulan ketiga (Tw3), dan 81,53%

atau Rp.1,079 triliun pada triwulan keempat (Tw4 data pada bulan oktober dan

november). Kemudian urutan kedua diikuti oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing

sebesar Rp.206,4 miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp.248,57 miliar pada triwulan

kedua (TW2), Rp.248,99 miliar pada triwulan ketiga (Tw3) dan Rp.96 milliar pada

triwulan ke empat (Tw4). Perkembangan nilai kredit perbankan pada sektor UMKM

per sektor ekonomi di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel III-125.

3.6. Kabupaten Dompu

3.6.1. Produk Domestik Regional Bruto

Produktvitas suatu daerah ditunjukkan oleh sejauh mana tingkat perkembangan

ekonomi daerah tersebut. Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi

perekonomian suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena

dapat memberikan informasi tentang kemampuan lapangan usaha atau sektor

ekonomi dalam menghasilkan output (barang dan jasa) dalam periode waktu tertentu

yang biasanya dilihat dalam satu tahun. Adapun perkembangan PDRB Kabupaten

Dompu dalam kurun waktu 2005 – 2010 disajikan pada Tabel III-124.

Tabel tersebut menggambarkan betapa perekonomian Kabupaten Dompu selalu

mengalami pertumbuhan yang positif, namun laju pertumbuhannya masih relatif

kecil. Hal ini menjadikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai belum dapat

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.

Nilai PDRB Kabupaten Dompu masih cukup rendah. Bila dibandingkanan dengan

Page 242: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-106

PDRB Provinsi NTB secara keseluruhan maka share PDRB Kabupaten Dompu

hanyalah 6,34% dari total PDRB Provinsi NTB. Meskipun pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Dompu merupakan pertumbuhan yang positif namun tingkat

pertumbuhannnya masih dibawah tingkat pertumbuhan Provinsi NTB. Hal ini

menujukkan produktivitas Kabupaten Dompu yang relatif rendah dibanding daerah–

daerah lain di NTB.

Tabel 0-120. Perkembangan PDRB Kabupaten Dompu Dalam Kurun Waktu Tahun

2005 - 2010

Tahun

PDRB Harga

Berlaku (Rp)

PDRB Harga

Konstan Thn 2000 (Rp)

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

ADH

Berlaku

ADH

Konstan

2005 1.112.270.483.000 744.740.164.000 - -

2006 1.233.983.610.000 775.178.050.000 10,94 4,08

2007 1.391.218.100.000 813.617.960.000 12,74 4,94

2008 1.552.672.610.000 845.636.620.000 11,60 4,05

2009 1.762.646.010.000 888.806.240.000 11,59 5,10

2010 1.984.267.580.000 931.591.630.000 12,57 4,57

Sumber: BPS Kabupaten Dompu , 2005 – 2009

PDRB Kabupaten Dompu berdasarkan harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp

1,984 triliun dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 931,591 miliar.

Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,57% atas dasar harga berlaku

tahun sebelumnya atau 4,57% atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan juga dialami pada PDRB per kapita. Pada tahun 2010, PDRB per kapita

Kabupaten Sumbawa pada tahun 2010 sebesar 9.061.699,75 atau meningkat 11,83%

dari tahun 2009.

Tabel 0-121. PDRB, Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2006 – 2009

No Tahun PDRB Berlaku

(juta)

Pertumbuh

an (%)

Jumlah

Penduduk

PDRB Per

Kapita

Pertum

buhan

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

2006

2007

2008

2009

2010

1.233.927,11

1.390.314,81

1.551.157,95

1.762.219,46

1.984.267,58

-

12,67

11,57

13,61

12,97

206.414

208.867

213.185

217.479

218.973

5.977.923,57

6.656.459,92

7.276.112,05

8.102.940,80

9.061.699,73

-

11,35

9,30

11,36

11,83

Sumber: BPS Kabupaten Dompu, 2006-2010

Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari sumbangan masing – masing

sektor/lapangan usaha dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Besarnya sumbangan masing – masing sektor/lapangan usaha

Page 243: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-107

menunjukkan kemampuan relatif sektor tersebut dalam menciptakan nilai tambah

produksi barang dan jasa dalam kurun waktu satu tahun, dan juga dapat

mencerminkan kemampuan faktor produksi yang terlibat dalam penciptaan nilai

tambah output tersebut.

Tabel 0-122. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB Dompu

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 – 2010 (%)

No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 41,80 40,87 39,86 38,00 36,25

2. Pertambangan dan Penggalian 2,17 2,23 2,21 2,21 2,25

3. Industri Pengolahan 3,72 3,73 3,67 3,68 3,67

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,52 0,50 0,47 0,45 0,45

5. Bangunan 6,71 7,05 7,15 7,33 7,64

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 17,59 17,75 18,25 18,92 19,40

7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,02 7,76 7,99 7,82 7,70

8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan

6,29 6,94 7,02 7,10 7,55

9. Jasa-jasa 13,19 13,16 13,39 14,48 15,08

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber: BPS Kabupaten Dompu, 2006 – 2010

Gambar 0-17. Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut Lapangan Usaha Kapaten Dompu Tahun 2010

36.25

2.25

3.67 0.45

7.64 19.4

7.7

7.55

15.08

Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Dompu Tahun 2010

Pertanian

Pertambangan dan

Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

Pengangkutan dan

Komunikasi

Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Page 244: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-108

Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kabupaten Dompu masih

cukup dominan (36,25%) dibandingkan dengan sumbangan sektor lainnya, tetapi

secara umum dari tahun ketahun mengalami penurunan sebagai akibat pergeseran

lapangan usaha yang digeluti oleh penduduk Kabupaten Dompu. Pertumbuhan

masing-masing sektor memperlihatkan bahwa sektor pertanian sebagai penyumbang

terbesar terhadap PDRB Kabupaten Dompu justru memiliki laju pertumbuhan yang

rendah bahkan dalam tahun 2010 memiliki pertumbuhan yang negatif (0,56 %). Hal

ini berkontribusi terhadap lambanya laju pertumbuhan ekonomi secara umum.

Sumbangan terbesar kedua dalam pembentukan PDRB adalah sektor perdagangan,

hotel dan restoran sebesar 19,40%, dengan laju pertumbuhanya sekitar 6,59%, dan

terbesar ketiga dalam pembentukan PDRB Kabupaten Dompu adalah sektor jasa-

jasa, dengan porsi 15,08 %.

3.6.2. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Sebagaimana terlihat pada Gambar III-17, sektor pertanian masih merupakan sektor

dominan dengan kontribusi terhadap PDRB mencapai 36,25%. Namun demikian,

persentasi kontribusinya terhadapa PDRB terus mengalami penurunan, dari 41,80%

di tahun 2006 menjadi hanya 36,25% empat tahun berikutnya, yang diakibatkan

oleh pergeseran lapangan usaha yang digeluti oleh masyarakat Kabupaten Dompu.

Potensi tanaman pangan yang paling besar di Kabupaten Dompu adalah padi. Luas

panen padi sawah dan padi ladang pada tahun 2011 seluas 35.467 ha. Bila

dibandingkan dengan keadaan luas panen pada tahun 2010 seluas 34.540 Ha, maka

terjadi peningkatan sebesar 2,68% dan produksi padi mengalami peningkatan

sebesar 3,1%. Jumlah produksi beras di Kabupaten Dompu yang selalu surplus

setiap tahun mampu menjaga ketersediaan pangan utama, terutama beras, di

Kabupaten Dompu. Jumlah produksi serta kebutuhan padi/beras di Kabupaten

Dompu selama 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel III-127.

Tabel 0-123. Produksi dan Kebutuhan Padi/Beras di Kabupaten Dompu Tahun 2008-

2010

Uraian Produksi (ton)/Tahun

2008 2009 2010

Produksi 124.301 149.452 165.661

Konversi beras 72.095 86.682 96.083

Jumlah penduduk 206.867 213.185 218.984

Kebutuhan perkapita 136 136 136

Kebutuhan konsumen

-konsumen 28.993 28.993 29.782

-benih 1.482 1.636 1.813

-kebutuhan lain (10%) 7.209,50 8.668,20 9.608,32

Sisa stock 34.411 47.385 54.880

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dompu

Page 245: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-109

Sedangkan luas panen jagung dan ubi kayu pada tahun 2011 tercatat 15.765 ha dan

82 ha. Dibandingkan tahun sebelumnya mengalami peningkatan 62.21% dan untuk

ubi mengalami penurunan 47,44%. Produksi rata-rata jagung dan ubi kayu mencapai

51.284 ton dan 987 ton, naik dari tahun 2010 masing-masing 63,85% dan 46,91%.

Gambaran produksi tanaman pangan secara umum di Kabupaten Dompu sepanjang

kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat pada Gambar III-18.

Gambar 0-18. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Dompu Tahun 2007 – 2011

2. Sub sektor Sayuran

Luas panen bawang merah pada tahun 2011 seluas 464 ha. Bila dibandingkan

dengan keadaan luas panen pada tahun 2010 seluas 398 ha, maka terjadi

peningkatan sebesar 16,58% dan produksi bawang merah mengalami peningkatan

sebesar 31,15%. Sedangkan luas panen cabe dan tomat pada tahun 2011 tercatat 82

ha dan 24 ha. Dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan 12.76% dan

untuk tomat mengalami peningkatan 71,44%.

Tabel 0-124. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011

Komoditas

2008 2009 2010 2011

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Bawang Merah 362 6.819 982 9.820 398 3.184 464 4.176

Kacang Panjang 53 59 41 32 52 57 73 61

Cabe 55 87,5 83 161 94 84,60 82 109

Tomat 17 79,75 12 26 14 16,8 24 40,24

Terung 5 100 5 19 5 12,80 8 28

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dompu

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

2007 2008 2009 2010 2011

Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Dompu

Padi

Jagung

Ubi Kayu

Ketela Rambat

Kacang Tanah

Kedelai

Kacang Hijau

Page 246: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-110

Produksi bawang merah dan tomat mencapai 4.176 ton dan 40,24 ton, naik dari

tahun 2010 masing-masing 28,2% dan 150%. Gambaran produksi tanaman sayuran

secara umum di Kabupaten Dompu sepanjang kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

3. Sub sektor Buah-buahan

Banyaknya pohon mangga pada tahun 2011 berjumlah 69.709 pohon. Bila

dibandingkan dengan keadaan jumlah pohon pada tahun 2010 sejumlah 152.082

pohon, maka terjadi penurunan sebesar 54,16%. Walaupun jumlah pohon

berkurang, akan tetapi produksi mangga mengalami peningkatan sebesar 388%, hal

ini disebabkan sebagian pohon dalam tahap pohon menghasilkan (TM). Gambaran

produksi tanaman buah-buahan secara umum di Kabupaten Dompu sepanjang

kurun waktu 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel III-130.

Tabel 0-125. Perkembangan Produksi Buah-buahan Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011

Komoditas Produksi (ton/tahun)

2008 2009 2010 2011

Mangga 50 36 10,20 49,8

Rambutan 0,35 0,48 0,58 150

Nangka 3,61 1,64 4,84 9,23

Jambu Biji 3,52 3,00 3,26 14,05

Jambu Air 3,42 3,19 4,95 8,1

Belimbing 4,30 4,02 3,09 2,54

Sawo 5,90 4,70 3,11 9,80

Pepaya 5,76 6,29 4,50 7,10

Pisang 33,90 31,15 16,30 26,05

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Dompu

4. Sub sektor Perkebunan

Kabupaten Dompu memiliki sekitar 50.324 hektar lahan perkebunan. Dari luas

tersebut, yang telah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan hingga tahun 2011

seluas 18.196,98 hektar atau sekitar 36,16% dari potensi lahan yang tersedia.

Pemanfaataan lahan terbesar adalah untuk tanaman jambu mete seluas 12.173 ha

atau sekira 69,82% dari lahan yang telah dimanfaatkan.

Urutan berikutnya adalah tanaman kelapa seluas 2.391 ha dan tanaman kopi

dengan luas 1.286 ha. Produksinya masing-masing 5.037,99 ton, 225,01 ton dan

643,40 ton. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2010 maka tanamann jambu

mete luas arealnya turun 4,51% dan produksinya naik 15,36%, sedangkan tanaman

kelapa luas arealnya mengalami kenaikan 47% dan produksinya naik 8,24%. Untuk

tanaman kopi luas arealnya naik 7,77% dan produksinya turun 53,06%.

Page 247: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-111

Tabel 0-126. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Dompu Tahun 2008-2011

Komoditas Produksi (ton/tahun)

2008 2009 2010 2011

Kelapa 491,75 482,54 582,12 634,40

Kopi 379,54 603,81 479,34 225,02

Kapuk 30,46 64,06 47,22 39,25

Pinang 10,21 12,84 6,77 4,53

Asam 149,93 169,29 112,16 69,35

Kemiri 54,86 35,95 106,50 62,52

Kakao 0,40 4,75 4,32 3,85

Tembakau 3,68 2,25 64,70 128,37

Jambu Mete 6.521,64 6.522,01 4.264,23 5.037,99

Jarak Pagar 100,93 48,61 155,07 118,92

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Dompu

5. Sub sektor Kehutanan

Kabupaten Dompu memiliki luas hutan sebesar 138.892,98 ha. Berdasarkan fungsi

kawasan hutan, sebagian besar hutan di Kabupaten Dompu dipergunakan sebagai

hutan lindung 37% dan hutan produksi terbatas 23%.

Gambar 0-19. Luas Kawasan hutan di Kabupaten Dompu

Hasil produksi kayu hutan Kabupaten Dompu selama tahun 2011 hanya kayu rimba

sebesar 4.759.826 m3 dan kayu kebun sebesar 955.767 m3. Terbatasnya jumlah

produksi dan jenis kayu yang dihasilkan karena adanya peraturan ketat mengenai

penebangan liar dan pemeliharaan hutan.

51,882.59

32,640.48

26,156.11

13,572.34

3,988.60

2,146.30 9,543.56

Luas Kawasan Hutan Kabupaten Dompu

Hutan Lindung

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi Tetap

Cagar Alam

Suaka Marga Satwa

Taman Wisata Alam

Taman Buru

Page 248: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-112

6. Sub sektor Peternakan

Sub sektor peternakan merupakan salah satu andalan Kabupaten Dompu, mengingat

daya dukung lahan sebagai penyedia makanan ternak dan daya tampung ternak

berdasarkan kebutuhan pakan ternak. Sampai dengan tahun 2010 pemanfaatan

daya tampung berkisar 45,49% dari daya tampung yang tersedia.

Gambar 0-20. Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di Kabupaten Dompu

Pada tahun 2011 populasi ternak tercatat 85.612 ekor sapi, 19.431 ekor kerbau,

7.387 ekor kuda dan 51.319 ekor kambing. Keadaan ini jika dbandingkan tahun

2010 mengalami peningkatan 12,51% untuk sapi, kerbau naik 11,09%, kuda naik

9,09% dan kambing 2,01%. Pada Gambar III-20, terlihat bahwa populasi ternak non

unggas yang banyak terdapat di Kabupaten Dompu adalah ternak sapi yang

mencapai 85.612 ekor pada tahun 2011. Ternak lain yang berpotensi untuk

dikembangkan di Kabupaten Dompu adalah ternak kambing, yang populasinya terus

mengalami peningkatan dan mencapai 51.319 ekor pada tahun 2011.

Sedangkan untuk ternak unggas, komoditas yang sangat berpotensi untuk

dikembangkan adalah komoditas ayam, baik ayam buras maupun ayam ras. Gambar

III-21 menunjukkan bahwa populasi ternak unggas yang terbesar di Kabupaten

Dompu adalah ayam buras, yang populasinya terus mengalami peningkatan hingga

162.713 ekor pada tahun 2011. Tren peningkatan populasi juga terlihat pada

populasi ayam ras, yang meningkat hingga 54.658 ekor pada tahun 2011.

2008 2009 2010 2011

61,120 63,198

74,889

85,612

15,522 16,486 17,276 19,431

6,319 6,375 6,715 7,387

43,407 40,751

50,285 51,319

137 115 161 167

1,120 1,039 2,964 3,349

Perkembangan Populasi Ternak Non Unggas di Kabupaten Dompu

Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi

Page 249: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-113

Gambar 0-21. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Dompu

7. Sub sektor Perikanan

Sementara itu, dengan luas perairan laut yang mencapai 1.298,17 km2 yang

dilengkapi dengan tiga teluk, yakni Teluk Cempi, Teluk Saleh, serta Teluk Sanggar,

Kabupaten Dompu memiliki peluang untuk memanfaatkan potensi kelautan sebagai

penggerak utama roda perekonomian daerah untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Produksi ikan laut di tahun 2011 mengalami peningkatan 82,23%

menjadi 37.316,61 ton, sedangkan tahun 2010 hanya 6.632,4 ton. Nilai produksi

ikan laut mencapai Rp. 118.904,5 juta. Sedangkan produksi perikanan darat pada

tahun 2011 sebesar 1.060, 4 ton, turun 18,84% dari produksi tahun 2010. Nilai

produksi ikan darat mencapai Rp. 28.172.500.

Tabel 0-127. Pertumbuhan Jumlah Produksi Dirinci Jenis PePenangkapan dan

Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumbawa 2008-2011

Jenis Kegiatan Produksi Tahunan (ton)

2008 2009 2010 2011

Penangkapan di Laut 10.422,36 6.575,30 6.632,40 37.316,61

Perikanan Darat 1.937,93 1.138,8 1.306,81 1.060,4

Penangkapan di Perairan Umum 837,50 951,34 - -

Budidaya 905,50 965,00 220 -

Budidaya Air Payau 1.334,90 1.341,60 295,70 -

Budidaya Air Tawar 117,30 123,10 862,50 -

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Dompu

2008 2009 2010 2011

27,055

143,287 147,587

162,713

25,467

20,543

46,699 54,658

58,955

24,912 25,656 28,478

Perkembangan Populasi Ternak Unggas di

Kabupaten Dompu

Ayam Buras Ayam Ras Itik

Page 250: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-114

b. Sektor Perindustrian, Listrik dan Air Bersih

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Peran sektor industri di Kabupaten Dompu terhadap perekonomian daerah relatif

kecil, dikarenakan industri yang terdapat di Kabupaten Dompu sebagian besar

adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga sehingga output yang dihasilkan

pun juga kecil. Pada tahun 2011 jumlah industri formal di Kabupaten Dompu

mencapai 291 unit usaha dengan output Rp 24,391 milyar, dengan tenaga kerja yang

terserap sebanyak 971 orang. Dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah

usaha yang sama dan output yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar

4,99%. Adapun jumlah industri non formal tahun 2011 tercatat 1.276 unit usaha

dengan output Rp 8,040 miliar dan jumlah terserap 4.116 orang.

Tabel 0-128. Banyaknya Perusahan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut Kelompok Industri Di Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011

Tahun

Industri Formal Industri Non Formal Jumlah

Jumlah Industri

Nilai Produksi

Tenaga Kerja

Jumlah Industri

Nilai Produksi

Tenaga Kerja

Jumlah Industri

Nilai Produksi

Tenaga Kerja

2011 291 24.391.302 971 1.276 8.040.481 4.116 1.276 32.431792 5.087

2010 291 23.172.513 - 1.276 8.040.491 - 1.276 31.213.006 5.050

2009 324 21.700.740 - 1.199 4.876.140 - 1.196 26.576.881 4.948

2008 315 15.413.037 - 1.200 4.765.792 - 1.200 15.413.037 4.324

2007 311 17.372.643 - 1.175 4.841.227 - 1.175 22.213.870 4.700

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dampu

2. Sub sektor Listrik

Listrik merupakan penunjang kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

umumnya, dan khususnya untuk kegiatan sektor industri. Pada tahun 2011 KWH

yang terpasang di PLN Kabupaten Dompu adalah 2.644.919 KWH. Jumlah KWH yang

disalurkan 3.41.228 KWH dan yang dipakai untuk pembangkit pada masing-masing

PLTD sebesar 8.891 KWH dengan jumlah pelangan sebanyak 22.078 pelanggan. Data

tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan listrik di Kabupaten Dompu lebih besar

daripada kapasitas yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan tersebut disuplai dari

PLN Bima sebesar 783.200 KWH.

Tabel 0-129. Jumlah Pelanggan, Daya tersambung dan Nilai Listrik yang ersalurkan di Kabupaten Dompu Tahun 2011

Sub Ranting Jumlah

Pelanggan

Daya yang

Tersambung (VA)

Nilai (Rp)

Ranting Dompu 12.305 11.217.980 1.300.802.305

Kantor Jaga Hu’u 1.605 1.396.400 144.763.255

Kantor Jaga Sariutu 1.922 1.805.855 153.276.280

Sub Ranting Kwangko 339 254.450 13.921.760

Sub Ranting Kempo 2.353 1.720.330 125.786.840

Sub Ranting Pekat 2.457 2.058.550 130.519.340

Sub Ranting Sanggar 313 265.050 17.273.680

Page 251: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-115

Sub Ranting Jumlah

Pelanggan

Daya yang

Tersambung (VA)

Nilai (Rp)

Kantor Jaga Kilo 784 524.880 40.843.870

Jumlah 22.078 19.243.495 1.927.187.330

Sumber : Dompu Dalam Angka 2012

3. Sub sektor Air Bersih

Air bersih yang disalurkan oleh PDAM Kabupaten Dompu sebesar 1.947.334 m3. Dari

jumlah tersebut pemakai terbesar adalah untuk kategori pelanggan rumah tangga,

yang pada tahun 2011 mencapai 6.450 pelanggan. Jumlah ini naik 3,01% dibanding

2010. Adapun nilai air bersih yang disalurkan mencapai Rp. 1,094 miliar menurun

sebesar 7,28% dari tahun 2010.

Tabel 0-130. Jumlah Pelangan dan Banyaknya Air Bersih dan Nilai Air Bersih yang

Disalurkan oleh PDAM Kabupaten Dompu Tahun 2009-1011

Tahun Jumlah

Pelanggan

Air Bersih Yang Disalurkan

Volume (m3) Nilai (Rp)

2009 6.281 2.800.673 1.202.901.885

2010 6.256 2.120.681 1.108.204.980

2011 6.450 1.947.334 1.094.962.742

Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dompu

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Subsektror Perdagangan

Salah satu sektor yang memiliki trend pertumbuhan ekonomi yang meningkat dalam

menyokong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu adalah sektor perdagangan.

Perkembangan sektor perdagangan dapat dilihat dari perkembangan jumlah

pedagang formal maupun informal. Jumlah perkembangan pedagang formal jika

dilihat dari jumlah SIUP dan TDP yang diterbitkan selama tahun 2006-2009 adalah

sebesar 886 unit usaha. Adapun perkembangan jumlah penerbitan SIUP dan TDP

tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut.

Tabel 0-131. Perkembangan Ijin Usaha Perdagangan, Penyerapan Tenaga Kerja Nilai Investasi dan Perkembangan Pedagang Informal di Kabupaten Dompu

Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi

(Rp)

2006 198 521 20.449.618.813

2007 196 595 30.730.963.000

2008 126 286 15.965.000.000

2009 134 345 21.071.387.487

Perkembangan Pedagang Informal Tahun 2006-2009 (orang)

2006 2007 2008 2009

798 896 925 939

Dinas Koperasi, Perindustrian Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu, RPJMD Kabupaten Dompu

Page 252: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-116

Selain perdagangan formal, yang ikut menggerakkan usaha perdagangan di

Kabupaten Dompu juga digerakkan oleh usaha dagang informal. Pedagang informal

sebagai salah satu pelaku usaha perdagangan merupakan ujung tomak dan unsur

yang sangat besar peranannya didalam menjaga kesinambungan dan keseimbangan

antara suply dan demand. Pedagang informal biasanya aktif di lokasi-lokasi pasar,

baik di kota maupun di desa.

2. Sub sektor Hotel dan Restoran

Pembangunan pariwisata di Kabupaten Dompu belum maksimal, belum bisa

memanfaatkan potensi yang ada untuk dikembangkan. Hal tersebut terlihat dari

sedikitnya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Dompu. Pada tahun

2011 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Dompu mencapai 110.237

orang, diantaranya 75,21% adalah wisatawan nusantara. Sedangkan wisatawan

mancanegara yang berkunjung ke Dompu mencapai 24,89% atau 27.318 orang.

Peningkatan wisatawan yang datang ke Kabupaten Dompu tercatat 13,21% dari

tahun 2010.

Tabel 0-132. Jumlah Wisatawan di Kabupaten Dompu Tahun 2007 - 2011

Untuk menunjang pengembangan pariwisata di Kabupaten Dompu tercatat 16 hotel

melati dengan 274 kamar dan 510 tempat tidur. Selain hotel, usaha restoran dan

rumah makan diharapkan sebagai saran penunjang pariwisata selain hotel yang

sudah ada. Jumlah restoran dan rumah makan di Kabupaten Dompu pada tahun

2011 berjumlah 81 rumah makan dengan jumlah meja 735 meja dan 2.787 kursi.

2007 2008 2009 2010 2011

18,403 20,842 23,596 24,722 27,318

75,117 75,436 82,479 82,903 82,919

Jumlah Wisatawan di Kabupaten Dompu

Tahun 2007 - 2011

Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara

Page 253: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-117

Tabel 0-133. Banyaknya Hotel, Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara di

Kabupaten Dompu Tahun 207-2011

Tahun Jumlah Wisatawan (orang)

Hotel Kamar Mancanegara Nusantara Jumlah

2011 16 510 27.318 82.919 110.237

2010 17 264 24.722 82.903 107.625

2009 17 280 23.596 82.479 106.75

2008 17 317 20.842 75.436 96.278

2007 17 340 18.403 75.117 93.520

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu

d. Sektor Angkutan, Pos dan Komunikasi

1. Sub sektor Angkutan

Angkutan Darat. Sehubungan dengan peningkatan pembangunan sektor-sektor

lainya yang semakin meningkat, menuntut adannya dukungan sektor perhubungan

dan komunikasi yang semakin tangguh. Pada tahun 2011 angkutan penumpang atau

bus tercatat sebanyak 56 unit dan angkutan barang sebanyak 97 unit. Adapun

untuk kendaraan roda empat dan roda dua masing-masing berjumlah 62 unit

kendaraan roda empat dan 3.940 unit kendaraan roda dua.

Angkutan Laut. Angkutan Laut sangat berperan di Kabupaten Dompu. Berdasarkan

data dari pelabuhan Calabai dan Kempo, terlihat bahwa ada lalu lintas pelayaran

nusantara, pelayaran rakyat dan luar negeri yang melakukan kegiatan bongkar muat

di kedua pelabuhan tersebut. Pada tahun 2011 ada sebanyak 36 kunjungan kapal,

terjadi penurunan 20% dari tahun 2010. Kegiatan yang menonjol adalah muat

barang-barang hasil bumi dari Dompu ke daerah lain. Pada tahun 2011 barang yang

di muat mencapai 4.193,62 ton, naik 97,22% dari tahun sebelumnya.

Tabel 0-134. Banyaknya Kapal yang Berkunjung Menurut Kegiatan Di Pelabuhan Calabai dan Kempo Kabupaten Dompu Tahun 2007-2011

Tahun Kunjungan

Kapal

Penumpang (orang) Barang (ton)

Turun Naik Bongkar Muat

2011 36 35 7 - 4.193,62

2010 45 - - - 2.126,16

2009 56 14 69 - 1880

2008 55 - - - -

2007 57 - - - -

Sumber: Kantor Pelabuhan Calabai Pekat dan Satker Kempo

2. Sub sektor Pos dan Komunikasi

Dari 4 unit kantor Pos di Kabupaten Dompu, pada tahun 2011 terjadi lalu lintas

surat dan paket pos sebagai berikut. Surat yang diterima mencapai 12.664 surat,

sedangkan yang terkirim 8.424. untuk surat kilat dan kilat khusus masing-masing

surat yang diterima adalah 13.445 surat dan 52.536 surat, sedangkan yang dikirim

adalah 10.628 surat dan 60.038 surat. Untuk paket pos dalam negeri yang diterima

Page 254: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-118

4.240 dan yang terkirim 5.564. adapun wesel yang diterima 12.150 tyransaksi dan

yang terkirim 50% nya atau 6.480 transaksi.

Pelanggan telepon di Kab, dompu pada tahun 2011 sebanyak 2.345 pelanggan,

jumlah yang sama di tahun 2010. Stagnanya perkembangan pemakai telepon

dikarenakan oleh telepon selular yang beredar sekarang harganya terjangkau oleh

masyarakat. Sedangkan jumlah warung telekomunikasi yang ada di Dompu hanya 1

unit, jumlah yang sama dengan tahun 2010 dan turun 94,74% dari tahun 2009 yang

mencapai 19 unit warung telekomunikasi.

e. Sektor Jasa Keuangan

Jumlah bank di Kabupaten Dompu pada tahun 2011 sebanyak 7 bank, yang terdiri

dari Bank Umum dan 4 Bank Perkreditan Rakyat. Posisi penghimpunan dana pada

akhir periode 2011 sebesar Rp. 3,539 triliun yang terdiri dari giro Rp 864.445 miliar,

simpanan berjangka Rp 553,887 miliar dan tabungan Rp 2,138 triliun. Koperasi di

Kabupaten Dompu berjumlah 229 yang terdiri dari 14 KUD dan 215 non KUD,

dengan anggota 29.077 orang.

3.6.3. Profil UMKM

Pelaksanaan program dan kegiatan bidang industri dititik beratkan pada pembinaan

industri kecil. Adapun perkembangan sentra industri di Kabupaten Dompu hingga

tahun 2010 belum mampu untuk menjadi penopang perekonomian daerah. Hal ini

disebabkan kapasitas produksi dari masing-masing sentra industri kecil masih relatif

kecil.

Pada Tahun 2010, industri kecil menengah IKM/UMKM di Kabupaten Dompu

mencapai 1.118 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 2.497 orang. Unit usaha

tersebut tersebar dibeberapa sektor industri dan tergabung dalam beberapa sentra

industri. Di Kabupaten Dompu terdapat 134 sentra industri yang didalamnya

terdapat 55 sentra industri makanan minuman (pangan), terasi udang, kerupuk,

keripik, dodol, kue basah/kering, kacang mete, pemindangan ikan dan tahu tempe,

industri ini menyebar di Kecamatan Kempo, Dompu dan Manggalewe. Kemudian 16

sentra Sandang didalamnya meliputi industri bordir, dan tenun gedokan. Industri

sandang, terutama tenun gedogan banyak terdapat di Kecamatan Woja dan Pajo,

bordir banyak di Kecamatan Dompu. Sentra Industri kimia dan bahan bangunan

terdapat 26 sentra yang didalamnya terdapat industri bata dan meubel yang banyak

terdapat di Kec. Woja. Industri kerajinan terdapat 33 sentra industri yang meliputi

industri kerajinan anyaman bambu, rotan dan pandan di Kecamatan Woja dan Pojo.

Industri kecil kerajianan anyaman bambu, kerajinan tenun gedogan, kerajinan

anyaman lontar dan kerajinan kayu merupakan industri yang potensinya sangat

besar karena didukung ketersediaan bahan baku yang berlimpah di Kabupaten

Dompu.

Sementara itu, IKM dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih belum didukung

oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya, sehingga kinerja UMKM

masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh

kekurang mampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan

Page 255: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-119

pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang

demikian ini berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk

mengelola dan mengakses keberbagai sumber daya produktif lainnya, yang meliputi

sumber-sumber informasi, pasar, dan faktor produksi.

Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga merupakan masalah utama

bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan

hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang sangat sederhana. Oleh

karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh akses kepada lembaga

keuangan perbankan.

Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh

dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang

relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten

Dompu perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha mikro

tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan

usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan

mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu

memperoleh perhatian.

Tabel 0-135. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil dan Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di KabupatenDompu

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Pangan Kerajinan

1. Dodol Labu Pajo 10 14 1. Any. Rotan Pajo 10 24

2. Dodol Rumput

Laut

Hu’u 3 10 2. Anyaman bambu Dompu 1 4

Kempo 20 42

3. Dodol Tape Dompu 10 20 Menggelewe 10 5

4. Gula Aren Hu’u 2 10 Pajo 2 10

5. Kacang Mete Kempo 20 48 Woja 47 96

Manggelewe 25 69 3. Anyaman Ketak Menggelewe 2 25

Pekat 25 30 Pajo 10 24

6. Keripik Pisang Dompu 6 15 4. Anyaman Lontar Hu’u 5 20

Kempo 20 20 Kempo 10 20

Woja 6 15 5. Anyaman Pandan Dompu 29 39

7. Kerupuk Terigu Dompu 5 10 Hu’u 20 40

Manggelewe 6 24 Kilo 4 4

Pajo 4 12 Pajo 20 30

Woja 6 16 woja 32 45

8. Ker. Udang Dompu 6 20 6. Batu Aji Dompu 7 15

9. Kopi Bubuk Pekat 2 35 7. Bubut Kayu Dompu 2 12

10. Kue Kering Dompu 36 143 Woja 2 8

Hu’u 5 20 8. Gerabah Dompu 4 12

Kempo 10 20 Woja 10 9

Pekat 5 5 9. Kerajinan Kayu Woja 8 13

Page 256: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-120

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

11. Lemang Dompu 8 20 10. Ker. Kerang Hu’u 15 15

12. Minyak Kelapa Kilo 27 60 11. Lampu Hias Dompu 1 12

Pekat 10 35 Jumlah 33 271 534

Woja 5 15

13. Pemindang Ikan Kilo 10 20 Kimia dan Banggunan

Hu’u 8 32 1. Bata Dompu 9 39

Kempo 15 30 Manggelewe 5 20

14. Pengupasan

Pisang

Kilo 10 20 Woja 18 36

2. Genteng Kempo 4 29

15. Sirup Mete Manggelewe 16 65 Pajo 2 12

Pekat 13 47 Pekat 10 39

16. Tahu/Tempe Woja 15 20 Woja 16 46

17. Tape Singkong Woja 15 20 3. Meubel kayu Dompu 11 15

Hu’u 3 15

18. Terasi Udang Kempo 10 21 Menggelewe 12 36

Jumlah 55 395 1.047 Pajo 10 30

Logam dan Elektronika Woja 30 71

1. Pande Besi Manggelewe 2 6 4. Meubel Rotan Kilo 13 18

Pajo 2 6 Pekat 5 10

Woja 7 39 Jumlah 26 158 471

Jumlah 4 11 51

Sandang Sandang

1. Bordir Dompu 35 40 Tenun Gedogan Dompu 20 25

2. Kasur Woja 51 74 Hu’u 20 20

3. Topi Haji Pajo 2 15 Kilo 10 10

4. Tenun Gedogan Woja 85 100 Pajo 60 60

Jumlah 16 283 344

Jumlah Total

Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja

134 1.118 2.447

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu s/d 2010

3.6.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Dompu

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta

sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan

Perbankan di Kabupaten Dompu antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit

perbankan untuk pembiayaan UMKM. Perkembangan Baki kredit UMKM menurut

klasifikasi usahanya di Kabupaten Dompu tahun 2011 disajikan pada Tabel III-142.

Page 257: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-121

Tabel 0-136. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per November Tahun 2012 di Kabupaten Dompu

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 38.531 21,60 118.863 66,62 21.017 11,78 178.410 Des 43.087 21,14 139.914 68,65 20.803 10,21 203.803 2012 Jan 41.556 19,14 154.871 71,35 20.639 9,51 217.065 6,51

Feb 44.577 17,98 179.035 72,23 24.249 9,78 247.861 14,19

Mar 44.343 16,71 195.871 73,81 25.169 9,48 265.382 7,07

Apr 42.103 13,22 238.586 74,91 37.802 11,87 318.491 20,01

Mei 38.755 11,71 258.013 77,94 34,285 10,36 331.053 3,94

Jun 34,691 9,61 293.696 81,38 32.493 9,00 360.879 9,01

Jul 36.033 9,36 304.550 79,15 44.211 11,49 384.794 6,63

Agust 42.683 12,34 275.676 79,69 27.588 7,97 345.947 -10,10

Sep 44.179 12,66 273.585 78,42 31,103 8,92 348.867 0,84

Okt 46.490 12,83 285.535 78,81 30,294 8,36 362.318 3,86

Nov 48.471 13,07 292.372 78,81 30.153 8,13 370.996 2,39

Rata rata kenaikan ( %) 5,85

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Dompu pada

November 2012 adalah sebesar Rp 370,9 miliar atau 7,50% dari total kredit

perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi

bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 107,95%. Walaupun terjadi

fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode

Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 5,85%.

Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM

sebesar Rp 370,9 miliar, penyaluran kredit didominasi untuk skala kredit kecil

mencapai Rp 292,7 miliar (78,81%), kemudian diikuti oleh kredit skala mikro

mencapai Rp 48,5 miliar (13,07%). Sedangkan pangsa kredit skala menengah sebesar

Rp 30,2 miliar (8,13%).

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh bank

umum di Kabupaten Dompu dari bulan Januari - November mengalami peningkatan

yang fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan

penggunaanya mengalami peningkatan 4,88% per tahun untuk modal kerja dan

8,25% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh

kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp 2,346 triliun dengan pangsa

pasar sebesar 66,31% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan,

selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp 1,207 triun dengan pangsa pasar

sebesar 33,69%.

Sedangkan untuk ternak unggas, komoditas yang sangat berpotensi untuk

dikembangkan adalah komoditas ayam, baik ayam buras maupun ayam ras. Gambar

III-21 menunjukkan bahwa populasi ternak unggas yang terbesar di Kabupaten

Dompu adalah ayam buras, yang populasinya terus mengalami peningkatan hingga

162.713 ekor pada tahun 2011. Tren peningkatan populasi juga terlihat pada

populasi ayam ras, yang meningkat hingga 54.658 ekor pada tahun 2011.

Page 258: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-122

Tabel 0-137. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Dompu Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 152.832 70,41 3,48 64.234 29,59 14,47

Feb 171.924 69,36 12,49 75.937 30,64 18,22

Mar 179.896 67,79 4,64 85.487 32,21 12,58

Apr 216.205 67,88 20,18 102.286 31,12 19,65

Mei 216.380 65,36 0,08 114.673 34,64 12,11

Jun 239.750 66,43 10,80 121.129 33,57 5,63

Jul 258.618 67,21 7,87 126.176 32,79 4,17

Agust 216.567 62,60 -16,26 129.380 37,40 2,54

Sep 221.386 63,46 2,23 127.482 36,54 -1,47

Okt 232.932 64,29 5,22 129.386 35,71 1,49

Nov 239.864 64,65 2,98 131.131 35,35 1,35

Jumlah/Rata2 2.346.353 66,31 4,88 1.207.301 33,69 8,25

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di

Kabupaten Dompu hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 menunjukkan

realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 733,3 miliar.

Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap

triwulan.

Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 1,01 triliun naik

38,36% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 730,3 miliar, dan triwulan ketiga

(Tw3) naik menjadi Rp 1,079 miliar atau 6,85% dari triwulan kedua (Tw2). Secara

sektoral, penyaluran kredit UMKM pada triwulan pertama (Tw1), tertinggi oleh sektor

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa pasar 41,8% atau

sebanyak Rp 305,6 miliar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran dengan pangsa mencapai 35,57% atau sebanyak Rp 259,7 miliar. Pada

triwulan kedua (Tw2), tertinggi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan

perikanan dengan pangsa pasar 47,91% atau Rp 484,13 miliar, kemudian di ikuti

oleh sektor perdagangan, hotel dan restauran dengan pangsa mencapai 29,61% atau

Rp 299,16 miliar. Pada triwulan ketiga (Tw3), tertinggi oleh sektor pertanian,

peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa pasar 52,62% atau Rp 568,14

miliar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa

mencapai 30,91% atau Rp 333,7 miliar. Pada triwulan keempat (Tw4), tertinggi oleh

sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa pasar

53,45% atau Rp 391,96 miliar, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan

restauran dengan pangsa mencapai 30,63% atau Rp 224,6 miliar. Perkembangan

nilai kredit perbankan pada sektor UMKM di Kabupaten Dompu dapat dilihat pada

Tabel III-138.

Page 259: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-123

Tabel 0-138. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Dompu Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan

Rp)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

305.572 484.128 568.140 391.963

2. Pertambangan dan Penggalian 809 441 470. 351

3. Industri Pengolahan 5.495 6.246 8.358 5.872

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi 8.638 7.569 27.174 14.235

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restauran 259.735 299.158 333.702 224.647

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 1.651 2.688 3.412 2.403

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 23.848 23.688 27.826 17.942

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah

Tangga - - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 124.561 186.218 110.525 75.901

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 730.309 1.814.205 1.079.608 733.314

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

3.7. Kabupaten Bima

3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto

Struktur perekonomian suatu daerah mencerminkan kekuatan dan sekaligus

ketergantungan suatu daerah terhadap suatu sektor. Struktur perekonomian

Kabupaten Bima masih didominasi oleh sektor pertanian yang memiliki peranan

sebesar 49,75%, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran diurutan kedua

sebesar 16,34%. Sektor yang paling kecil menciptakan nilai tambah adalah sektor

Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA). Sektor industri yang diharapkan menggantikan

posisi sektor pertanian untuk menuju proses industrialisasi, belum menunjukkan

hasil yang diharapkan. Peranan sektor industri baru mencapai sekitar 2,58% dari

perekonomian Kabupaten Bima.

Sebagaimana tampak pada Tabel III-139 yang menyajikan distribusi persentase PDRB

atas dasar harga konstan 2000, kontribusi sektor pertanian, meski tetap merupakan

sektor terbesar, terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut dari 52,05% di

tahun 2008 menjadi 51,31% tahun berikutnya, dan hanya 49,75% di tahun 2010.

Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh meningkatnya konversi lahan pertanian

ke non pertanian, sehingga menyebabkan menurunnya produksi pertanian. Selain itu

juga dikarenakan masih kurangnya pemahaman petani terhadap teknologi pertanian

modern sehingga menghambat proses transformasi sistem usaha tani tradisional ke

sistem usaha tani yang lebih baik untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang

Page 260: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-124

terdiversifikasi. Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar

48,79%.

Tabel 0-139. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2010 Kabupaten Bima

Lapangan usaha 2008 2009 2010

1. Pertanian 1.211.154,03 1,354.322,36 1.486.679,94

2. Pertambangan dan Penggalian 63.417,93 73.399,05 81.663,11

3. Industri pengolahan 55.645,71 60.836,19 65.647,95

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5.783,14 6.096,14 6.692,25

5. Bangunan 136.228,14 162.697,05 191.654,61

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 397.636,05 470.416,51 538.989,46

7. Pengangkutan dan Komunikasi 180.710,72 193.628,48 211.940,05

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

59.254.34 69.333,52 81.913,42

9. Jasa-jasa 268.497,29 338.497,40 404.219,79

PDRB 2.378.327,34 2.729.226,69 3.069.400,57

Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2011

Sektor terbesar kedua yang menyumbang PDRB adalah sektor perdagangan, hotel,

dan restoran yang menyumbang sekitar 16,34% di tahun 2010, terus meningkat dari

15,37% di tahun 2008 dan 15,75 di tahun berikutnya. Di urutan ketiga penyumbang

PDRB terbanyak adalah sektor jasa-jasa, yang persentasenya relatif tetap dari periode

ke periode.

Tabel 0-140. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2010

Lapangan usaha 2008 2009 2010

1. Pertanian 52,05 51,31 49,75

2. Pertambangan dan Penggalian 2,84 2,84 2,90

3. Industri pengolahan 2,72 2,63 2,58

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,20 0,19 0,20

5. Bangunan 5,96 6,17 6,42

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,37 15,75 16,34

7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,14 7,07 7,16

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,61 2,67 2,78

9. Jasa-jasa 11,10 11,36 11,87

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2011

3.7.2. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Sebagian besar penduduk Kabupaten Bima bekerja di sektor pertanian. Artinya

upaya‐upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan petani akan bermanfaat

pula pada kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bima secara keseluruhan. Berbagai

pembangunan dibidang pertanian dilakukan dalam rangka peningkatan pendapatan

Page 261: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-125

petani. Upaya‐upaya tersebut meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan

rehabilitasi.

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang dibudidayakan di Kabupaten Bima antara lain padi, jagung

ubi kayu, kacang tanah dan kedelai. Secara umum hasil produksi tanaman pangan

di Kabupaten Bima mengalami peningkatan yang cukup besar, kecuali kacang

kedelai yang mengalami penurunan produksi bila dibandingkan tahun 2010.

Produksi padi sawah mencapai 354.435 ton pada tahun 2011 naik dari tahun 2010

yang hanya 69.936 ton. Begitu juga dengan jagung yang naik hampir 4 kali lipat dari

tahun 2010.

Tabel 0-141. Luas Tanam, Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bima

Tahun 2011

Jenis

2008 2009 2011

Luas

Tanam

Produksi Luas

Tanam

Produksi Luas Panen Produksi

padi 6.464 30.935 7.529 36.685 69.936 345.435

Jagung 886 2.778 981 3.635 11.224 45.141

Ubi kayu 725 7.919 888 10.907 1.236 15.594

Ubi jalar 40 428 51 1.304 150 1.760

Kacang tanah 794 1.040 850 1.100 11.406 16.114

Kacang hijau 180 122 279 260 3. 958 4.645

Kacang kedelai 2.806 3.731 3.278 3.911 28.515 28.082

Jumlah 126.601 456.771

Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2011, Data tahun 2010 tidak ada

2. Sub sektor Sayuran

Produksi sayuran di Kabupaten Bima Tahun 2010, hampir semua komoditas sayuran

mengalami peningkatan yang signifikan. Bawang merah yang merupakan komoditas

unggulan di Kabupaten Bima hasil produksinya mencapai 77 ton pada tahun 2010,

naik dari 7 kali lipat dari tahun 2009 yang hanya 11 ton. Cabe dan kacang panjang

juga mengalami kenaikan pada tahun 2010 masing-masing sebesar 111 ton untuk

cabe dan 440 ton hasil produksi kacang panjang, meningkat bila dibandingan dari

tahun 2009 yang hanya 37 ton dan 110 ton.

Tabel 0-142. Produksi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bima Tahun 2009 -2010

Komoditas

2009 2010

Luas

Tanam Produksi

Luas

Tanam Produksi

Bawang Merah 12 91 11 77

Cabe 5 19 37 111

Terong 7 21 16 64

Page 262: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-126

Komoditas

2009 2010

Luas

Tanam Produksi

Luas

Tanam Produksi

Tomat 13 124 24 216

Ketimun 19 16,74 40 240

Kacang Panjang 56 159,50 110 440

Kangkung 6 12 20 40

Bayam 6 9 46 92

Jumlah

Sumber: Kabupaten Bima Dalam Angka 2010

3. Sub sektor Buah-buahan

Kondisi produksi komoditas buah-buahan di Kabupaten Bima pada tahun 2010

secara umum mengalami penurunan produksinya. Salah satu penyebabnya adalah

berkurangnya tanaman buah-buahan yang menghasilkan. Pohon mangga pada tahun

2009 sebanyak 153.518 pohon dengan hasil produksi 4.336 ton, sedangkan pada

tahun 2010 jumlah pohonnya menjadi setengahnya, dan mengakibatkan produksinya

pun menurun menjadi 2.182 ton. Jumlah Pohon sirsak yang produktif di tahun 2010

juga mengalami penurunan, dari 356.042 pohon di tahun 2009, menjadi 291.183

pohon di tahun 2011, berimbas pada jumlah produksi yang menurun dari 4.809 ton

di tahun 2010, menjadi 2.038,3 ton di tahun 2010.

Tabel 0-143. Jumlah Produksi Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Bima Tahun

2009-2010

Komoditas

2009 2010

Jumlah

Pohon

Produktif (phn)

Produksi

(ton)

Jumlah

Pohon

Produktif (phn

Produksi

(ton)

Mangga 153.518 4.336 72.728 2.182

Jeruk 1.373 39 992 19,84

Durian 1.386 2,3 131 2,62

Pisang 105.331 541 105.525 525,7

Pepaya 68.402 134 66.699 466,9

Sawo 11.301 38,5 1.196 20,4

Jambu Biji 30.464 208,8 24.324 194,6

Jambu Air 9.117 202,2 5.649 28,3

Advokat 143 1,2 80 1,1

Rambutan 3.101 7,7 399 3,2

Nangka 56.152 1.840 41.052 821

Sirsak 356.042 4.809 291.183 2.038,3

Sumber : Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Bima

4. Sub sektor Perkebunan

Sektor perkebunan di Kabupaten Bima memiliki beberapa komoditas unggulan

diantaranya komoditas kelapa, jambu mete, asam dan kemiri. Pada tahun 2011, di

Page 263: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-127

saat kondisi luas arealnya berkurang 12,87% produksi kelapa mengalami

peningkatan sebesar 0,73% dari 1.277 ton pada tahun 2010 menjadi 1.371 ton pada

tahun 2011. Produksi kedua dan ketiga terbanyak adalah komoditas kemiri dan

asam, masing masing produksinya mencapai 1.762 ton dan 1.053 ton. Jenis

komoditas jambu mete dalam kurun 2009-2011 terus mengalami peningkatan

jumlah produksi. Pada tahun 2011 peningkatan produksi sebesar 7,56% atau 654,44

ton dari 608,78 ton pada tahun 2011. Peningkatan produksi jambu mete terjadi

karena jambu mete memiliki daya jual yang semakin naik dibandingkan dengan jenis

komoditas perkebunan lainnya, hal ini dapat menarik minat masyarakat untuk

menganti tanamannya dengan komoditas jambu mete sehingga secara umum

memperluas lahan budidaya jambu mete.

Tabel 0-144. Pertumbuhan Luas Are dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bima Tahun 2009-2011

Komoditas

2009 2010 2011

Luas Area (ha)

Produksi (ton)

Luas Area (ha)

Produksi (ton)

Luas Area (ha)

Produksi (ton)

Kelapa 3.613 1.265,57 3.613,00 1.277,67 3.201,57 1.371,45

Tembakau 45,70 35,70 45,70 35,70 45,70 -

Kopi 1.087,25 800,57 1.087,25 800,57 1.087,25 802,98

Kapuk 394,75 93,48 349,75 93,48 332,25 122,98

Kakao 179,65 1,23 179,38 1,23 279,23 -

Asam 914,65 1.314,82 914,65 1.317,68 978,65 1.053,65

Cengkeh 5,00 1,85 5,00 1,85 5,00 -

Tebu 45,00 30,40 45,00 30,40 45,00 -

Jambu Mete 10.161 602,83 10.448,55 608,78 10.278,70 654,44

Pinang 160,50 37,70 160,50 37,70 169,50 54,20

Kemiri 2.254,10 1.882,85 2.254,10 188,85 4.652,46 1.762,42

Wijen 1.054,00 421,25 1.054,00 421,25 1.054,00 436,25

Empon-empon 169,00 123,35 169,00 126,50 169,00 111,50

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Bima

5. Sub sektor Kehutanan

Kabupaten Bima memiliki areal hutan dengan total luasan 250.396,42 ha. Apabila

dikelompokkan berdasarkan fungsi kawasan hutan, pemanfaatan paling besar adalah

hutan lindung yang mencapai 33,22%. Sedangkan untuk hutan produksi, baik hutan

produksi tetap maupun hutan produksi terbatas, masing-masing memiliki luasan

17,87% dan 26,70% dari total luasan hutan.

Adanya pengetatan pemerintah di sub sektor kehutanan, menyebabkan produksi

kehutanan terjadi penurunan. Beberapa hasil kehutanan daerah Kabupaten Bima

pada tahun 2011 terjadi penurunan di semua jenis hasil hutan ikutan. Hanya tiga

komoditas yang terpantau masih mempunyai andil penyumbang ekonomi daerah, itu

pun produksinya menurun jauh. Ketiga komoditas dilihat dari produksi yang terbesar

yaitu produksi rotan yang produksinya mencapai 16.667 ton. Terbanyak kedua kayu

rimba campuran yang produksinya pada tahun 2011 sebesar 3.731 m3, terjadi

penurunan hingga 54,78% dari 2010 yang mencapai 5.775 ton. Diurutan ketiga

adalah kayu jati yang jumlah produksinya 239 ton, mengalami penurunan produksi

mencapai 30,32% dari tahun 2010 yang mencapai 343 ton. Jenis hasil hutan bambu

Page 264: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-128

yang dari tahun ke tahun menjadi penyumbang terbesar, pada tahun 2011

mengalami penurunan yang signifikan dan relatif tidak ada karena terlalu sedikit.

Gambar 0-22. Luas Hutan Menurut Fungsinya di Kabupaten Bima

Tabel 0-145. Realisasi Produksi Hasil Hutan Ikutan di Kabupaten Bima

Jenis Hasil Hutan Ikutan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Kayu Bakar (sa) 442 336 152 272 176

Arang 3600 6600 6.300 100 -

Madu (ltr) 100 - - - -

Kemiri (kg) 3.050 127.000 - - -

Rotan (btg) 4.000 6.600 - - 16.667

Bambu (btg) 128.600 163.700 464.450 155.950 -

Kayu Jati (m3) 673.840 715.630 754,4 343,6 239,4

Kayu Rimba Campuran (m3) 55.699.910 9.065.130 18.196,5 5.775,3 3.731,9

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Bima

6. Sub sektor Peternakan

Selain dari jenis tanaman, produksi pertanian juga berasal dari peternakan dan

perikanan. Jenis ternak besar yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bima

adalah sapi. Jumlah sapi meningkat cukup pesat, yakni 57,8% selama kurun waktu

antara 2009-2011. Sementara itu, jumlah kerbau dan kuda justru berkecenderungan

menurun.

Perkembangan populasi ternak unggas di Kabupaten Bima didominasi oleh ternak

ayam, baik ayam ras maupun ayam buras. Perkembangan yang paling besar dialami

oleh ayam ras pada tahun 2010, yaitu mencapai 486.845 ekor. Namun, mengalami

penurunan pada tahun 2011. Meskipun mengalami pernurunan, jumlah populasi

ayam buras di Kabupaten Bima tetap merupakan populasi yang terbanyak

dibandingkan ternak unggas yang lainnya.

83,189.91

44,740.03

66,866.79

55,599.66

Luas Hutan Menurut Fungsinya di

Kabupaten Bima Tahun 2011 (ha)

Hutan Lindung

Hutan Produksi Tetap

Hutan Produksi

Terbatas

Hutan Konservasi

Page 265: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-129

Gambar 0-23. Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Bima

Gambar 0-24. Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bima

7. Sub sektor Perikanan

Produksi ikan utama di Kabupaten Bima adalah hasil penangkapan ikan di laut.

Produksi penangkapan ikan di laut di Kabupaten Bima pada tahun 2011 mencapai

25.287,3 ton. Selain hasil produksi dari penangkapan ikan di laut, terdapat pula

hasil produksi ikan dari budidaya, baik budidaya ikan air tawar maupun ikan air

laut. Penyumbang produksi yang dominan dari budidaya ikan adalah produksi ikan

bandeng dan udang. Produksi ikan bandeng pada tahun 2011 mencapai 6.881,20

ton, sedangkan produksi udang mencapai 789,60 ton.

2009 2010 2011

74,671 91,725

117,842

32,823 36,215 22,004

9,703 10,188 6,234

137,989

179,386

255,967

15,175 17,451 21,266

Populasi Ternak di Kabupaten Bima

Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba

2009 2010 2011

222,922

486,845

439,000 411,038 419,259

427,605

79,465 81,054 89,484

267 22 22 1,597 883 883

Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bima

Ayam ras Ayam buras Itik/Entok Puyuh Merpati

Page 266: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-130

Tabel 0-146. Banyaknya Produksi Perikanan Menurut Budidaya dan

Penangkapannya di Kabupaten Bima Tahun 2008-2009

Komoditas 2008 2009

Budidaya

Tambak 508,50 323,90

Kolam/Keramba 43,00 36,80

Jumlah 552 360,70

Penangkapan

Laut 1.053,10 1.619,00

Perairan Umum 11,60 11,60

Jumlah 1.067,70 1.630,60

Jumlah 1.617,80 1.991,30

Sumber: Kab.Bima Dalam Angka 2011,Data tahun 2010 tidak ada

b. Sektor Perindustrian, Listrik dan Air

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Industri yang berkembang di Kabupaten Bima mengalami perkembangan yang relatif

terlambat dan umumnya berupa industri skala kecil dan menengah dengan

penyerapan tenaga kerja rata-rata dibawah 100 orang. Pada tahun 2011 jumlah

industri di Kabupaten Bima sebanyak 149 perusahaan, yang terdiri dari 89

perusahaan atau 59,73% industri formal dan 60 perusahaan industri non formal.

Tenaga yang terserap pada industri sebanyak 443 orang tenaga kerja, dimana

71,78% atau 318 orang tenaga kerja bekerja di industri formal, 112 orang bekerja di

sektor non formal. Nilai produksi yang dihasilkan dari industri di Kabupaten Bima

sebesar Rp 10,743 miliar, yang mana 93,18% adalah hasil nilai produksi dari industri

formal, sedangkan sisanya oleh industri non formal. Kelompok industri yang memiliki

perusahaan paling banyak adalah industri pembuatan roti/kue kering, yang memiliki

72 perusahaan. Kelompok industri tersebut juga menghasilkan nilai produksi dan

menyerap tenaga kerja yang paling besar pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp 2.552

juta dan 175 orang tenaga kerja.

Tabel 0-147. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah tangga Dirinci

Menurut Kelompok Industri Formal dan Non Formal Tahun 2011.

Kelompok Industri Jumlah per Tahun

2008 2009 2011

Industri Formal

Usaha 341 402 89

Tenaga Kerja 1.541 1.295 318

Nilai Investasi 18.963.421 20.503.296 22.534.450

Nilai Produksi 27.466.119 40.038.157 10.011.970

Nilai Bahan Baku 10.891.039 16.262.193 -

Industri Non Formal

Usaha 460 554 60

Tenaga Kerja 5.572 5.815 125

Nilai Investasi 10.484.214 14.656.889 92.000.000

Nilai Produksi 21.575.514 18.813.365 732.000.000

Page 267: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-131

Kelompok Industri Jumlah per Tahun

2008 2009 2011

Nilai Bahan Baku 12.082.288 10.535.485 -

Jumlah

Usaha 801 956 149

Tenaga Kerja 7.113 7.110 443

Nilai Investasi 29.447.635 35.160.185 2.345.450

Nilai Produksi 49.041.633 58.851.522 10.743.970

Nilai Bahan Baku 22.973.327 26.797.678 -

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima

2. Sub sektor Listrik dan Air Bersih

Listrik. Sumber penerangan listrik berasal dari perusahaan Listrik Negara (PLN)

wilayah XI, dengan sumber tenaga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Secara

umum kondisi kelistrikan telah dapat melayani kebutuhan penduduk kota, walaupun

dengan daya yang masih terbatas. Produksi energi listrik mencapai 1.676.738 KWH

dengan energi listrik yang disalurkan sebesar 1.651.368 KWH dengan jumlah

pelanggan 50.125 pelanggan.

Air Bersih. Produksi air bersih menurut air yang disalurkan melalui PDAM di

Kabupaten Bima berasal dari air sungai sebanyak 287.2777,12 m3, dari mata air

474.336 m3 dan air tanah 970.017,12 m3. Jumlah total produksi air bersih pada

tahun 2011 mencapai 1.722.630,24 m3. Dari jumlah produksi tersebut, 45,56% atau

802.092 m3 disalurkan ke 6.029 pelanggan dengan nilai produksi mencapai Rp.

2,714 miliar. Dari 6.029 pelangan PDAM, 93,96% atau 5.665 adalah pelangan rumah

tangga, 2,54% nya adalah pelanggan dari badan sosial, rumah sakit dan tempat

peribadatan, kemudian hanya 1,19% untuk usaha di bidang hotel, perusahaan,

pertokoan dan industri.

c. Sektor Perdagangan Hotel dan Retoran

1. Sub sektor Perdagangan

Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bima pada tahun 2011 adalah 373

unit usaha. Dimana dari jumlah tersebut 92,22% atau 344 usaha adalah

perdagangan kecil, sisanya masing-masing adalah perdagangan menengah dengan 22

usaha dan perdagangan besar hanya 7 usaha, dari yang sudah mempunyai Surat Ijin

Usaha Perdagangan (SIUP) berjumlah 242 perusahaan. Pertumbuhan perusahaan

perdagangan di Kabupaten Bima secara umum mengalami perlambatan, walaupun

pada tahun 2011 mengalami kenaikan 0,7% dari tahun 2010. Dari jumlah tersebut,

telah menyerap tenaga kerja sebanyak 541 orang dan nilai investasinya mencapai Rp.

25,7 miliar.

Page 268: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-132

Tabel 0-148. Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kabupaten Bima tahun 2006-2011

Tahun Perdagangan

Besar Perdagangan Menengah

Perdagangan kecil

Jumlah

2006 4 18 312 334

2007 3 14 581 598

2008 - 13 474 487

2009 4 22 433 459

2010 3 25 318 346

2011 7 22 344 373

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima

2. Sub sektor Hotel dan Restoran

Cukup banyak lokasi Pariwisata di Kabupaten Bima, seperti wisata bahari, wisata

alam, wisata reliji dan wisata budaya akan tetapi selama ini belum dikelola secara

serius sehingga belum bisa memberi nilai lebih dari perekonomian Kabupaten Bima.

Pada tahun 2011 jumlah hotel/losmen di Kabupaten Bima sebanyak 5 hotel/losmen

dan jumlah rumah makan sekitar 15 unit. Adapun jumlah wisatawan asing yang

berkunjung ke Kabupaten Bima sebanyak 4.097 orang.

Tabel 0-149. Jumlah Hotel, Rumah Makan, Obyek Wisata dan Jumlah Wisatawan di Kabupaten Bima Tahun 2011

Uraian Jumlah

Hotel/ Losmen (unit usaha) 5

Rumah Makan (unit usaha) 15

Obyek Wisata 35

Jumlah Wisatawan Asing (orang) 4.097

Sumber : Daerah Dalam Angka Kab. Bima 201

d. Pertambangan dan Penggalian

Kondisi pertambangan di Kabupaten Bima belum dieksplorasi karena beberapa

pertimbangan, salah satunya masalah sumber daya manusia dan teknologi.

Pertambangan yang sudah dimanfaatkan dan dilakukan pengalian adalah bahan

galian Golongan C. Pada tahun 2010 produksi galian Golongan C yang terbanyak

adalah pasir yang produksinya mencapai 665 m3, dengan tenaga kerja yang terlibat

125 orang tenaga kerja. Kemudian diikuti oleh sirtu dengan produksi 4.580 m3

dengan tenaga kerja yang terlibat 420 orang tenaga kerja. Beberapa penggalian

dilakukan dengan swadaya masyarakat dan dilakukan tidak permanen. Untuk lebih

lengkapnya produksi dan potensi Galian golongan C, ditampilkan tabel dibawah ini.

Tabel 0-150. Jumlah Potensi, Produksi, Tenaga kerja dan Pengusaha Galian Golongan C Tahun 2011

Jenis Bahan Galian Potensi Produksi Tenaga Kerja

Jumlah Pengusaha

Batu Galian 540 395 - -

Batu Kali 430 320 125 3

Kerikil 400 395 95 3

Page 269: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-133

Jenis Bahan Galian Potensi Produksi Tenaga

Kerja

Jumlah

Pengusaha

Pasir 540 665 125 3

Tanah Liat 10 50 - -

Sirtu 420 580 75 3

Batu Kapur 140 - - -

Sumber : Dinas Pertambangan dan energi Kabupaten Bima

e. Pengangkutan dan Komunikasi

Angkutan Laut. Angkutan laut di Bima ditunjang oleh satu pelabuhan yang

mempunyai fungsi sebagai feeder Pulau Sumbawa bagian timur. Sehubungan

fungsinya yang strategis, pelabuhan Bima memiliki dermaga samudera sepanjang

142 m dan luas lantai 2.050 m2, serta dermaga pelayaran rakyat sepanjang 50 m.

Kedalaman air teluk Bima 12 m, lebar minimum 1000 m dan kedalaman sepanjang

134 m dan luas lantai 750 m2. Open storage 26.097 m2, terminal penumpang 100 m2,

kapasitas listrik dengan kekuatan 15 KVA dan dua buah bunker air bersih, masing-

masing dengan volume 200 ton. Pelabuhan laut Bima menjadi pusat bongkar muat

barang, ekspedisi dan pelayaran.

Tabel 0-151. Jumlah Kapal yang Berkunjung ke Pelabuhan Bima Dirinci Menurut

Jenis Pelayaran, Turun Naik Penumpang dan Bongkar Muat Barang Tahun 2011

Uraian Unit GRT

Pelayaran Liner 144 680.792

Pelayaran Tramper 97 94.201

Pelayaran Perintis 68 41.965

Pelayaran Rakyat 1.528 119.232

Pelayaran Pertamina 91 228.624

Pelayaran lainya/ Yacht 38 23.555

Arus Penumpang dan Barang

Uraian Turun/Bongkar Naik/Muat

Penumpang (orang) 33.211 30.342

Barang (ton) 190.518 57.585

Kayu (m3) 981.751

Hewan (ekor) 11.465

Sumber : Administrasi Pelabuhan Bima

Angkutan Udara. Kondisi perhubungan di Kabupaten Bima tercermin dari aktivitas

di bandara Muhammad Salahuddin. Kegiatan di bandara Muhammad Salahuddin

pada tahun 2011, terjadi 2.378 arus lalu-lintas pesawat dengan kedatangan dan

keberangkatan pesawat masing-masing 1.189 fligt. Adapun jumlah kedatangan

penumpang 44.957 orang dan keberangkatan penumpang dari bandara mencapai

55.754 orang. Kondisi ini mengalami peningkatan yang tajam bila dibandingkan dari

kondisi tahun 2010, dimana peningkatannya masing-masing mencapai 101,5%

untuk kedatangan dan keberangkatan penumpang, 50,53% untuk kedatangan

penumpang, 88,07% untuk keberangkatan penumpang.

Page 270: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-134

Tabel 0-152. Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Bagasi di Bandara Brang

Biji Kabupaten Sumbawa tahun 2008-2011

Kegiatan Tahun

2008 2009 2010 2011

Lalu Lintas Pesawat

- Datang 439 527 590 1.189

- Berangkat 438 527 590 1.189

Penumpang (orang)

- Datang 24.479 29.839 29.866 44.957

- Berangkat 24.662 28.801 29.645 55.754

Bagasi

- Bongkar 277.816 301.511 67.540 407.880

- Muat 119.544 243.162 73.791 403.641

Cargo

- Bongkar 23.773 80.172 297.975 18.033

- Muat 123.408 103.167 244.252 56.252

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa

Pos Dan Telekomunikasi

Lalu lintas di kantor PT Pos Indonesia cabang Bima tahun 2011 tercatat penerimaan

rekening giro 12 transaksi dengan nilai Rp 166,07 miliar, kemudian untuk rekening

Tabanas menerima 848 transaksi dengan nilai Rp 820,676 miliar dan penerimaan

tertinggi wesel pos dengan 5.005 transaksi dengan nilai mencapai Rp 4,67 triliun.

Adapun untuk transaksi pembayaran untuk giro terdapat 113 transaksi dengan nilai

Rp 390,16 miliar, diikuti Transaksi Tabanas sebanyak 636 transaksi dengan nilai Rp

855,78 miliar dan yang terbesar adalah transaksi wesel pos yang mencapai Rp 26,21

triliun dengan 16.700 transaksi.

Arus lalu lintas surat pos dan paket pada tahun 2011 tercatat 5.721 surat pos kilat

khusus yang diterima dan 4.048 surat yang dikirim. Diikuti surat pos kilat yang

diterima 2.039 surat dan yang terkirim 1.528 surat. Kemudian sebanyak 1.687 surat

pos biasa yang diterima dan 1.109 surat yang terkirim. Untuk paket pos yang

diterima pada tahun 2011 sebanyak 797 paket dan yang dikirim hanya 319 paket.

3.7.3. Profil UMKM

Salah satu yang menentukan pertumbuhan perekonomian adalah berkembangnya

sektor riil yang terkait langsung dengan produksi barang dan jasa yang dibutuhkan

oleh masyarakat yang ikut mempengaruhi terciptanya lapangan kerja dan

peningkatan lapangan kerja, salah satunya adalah usaha mikro kecil dan menengah.

Usaha kecil dan menengah menempati posisi yang strategis sebagai lapangan nafkah

masyarakat di Kabupaten Bima. Jumlah UKM baik yang permanen maupun tidak

permanen mencapai 42.510 unit usaha dimana yang permanen mencapai 25.226

unit dan tidak permanen sebanyak 17.284 unit usaha. Usaha yang permanen

mencapai 59,24%.

Dilihat dari wilayah, sebagian besar pertumbuhan kegiatan usaha industri dan jasa

terkosentrasi di Kecamatan Belo, Sape, Woha dan Lambu. Sebagain besar usaha

Page 271: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-135

adalah industri pengolahan sebanyak 41,65%, disusul perdagangan besar dan eceran

sebanyak 31,89% dan pertambangan/pengalian 6,16%. Industri di Kabupaten Bima

mengalami perkembangan yang relatif terlambat dan pada umumnya adalah usaha

skala kecil dan menengah dengan penyerapan tenaga kerja dibawah 100 orang. Hal

tersebut tidak terlepas dari budaya kerja masyarakat Bima yang umunya tidak

profesional pada bidang pekerjaan dan belum didukung dengan inovasi dan

kemampuan untuk menjadi pengusaha. Hasil industri yang sangat dominan di

Kabupaten Bima adalah produk makanan/olahan laut dan industri kerajinan,

terutama meubel (sumber http://bimaKabupatengo.id/pages-industri-dan-

perdagangan.html).

Tabel 0-153. Jumlah Sentra Industri, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil Dan

Menengah Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Bima

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja Jenis Industri

Sentra/

Kecamatan

Unit

Usaha

Tenaga

Kerja

Pangan Sandang

1. Abon Ikan Sape 20 40 1. Bordir Bola 5 27

2. Bandeng Presto Belo 20 40 Monta 5 12

Woha 15 15 2. Tenun Gedogan Ambalawi 20 20

3. Bawang Goreng Belo 20 45 Belo 233 288

4. Dodol Wera 15 16 Bolo 238 268

5. Dodol R. Laut Sape 20 40 Donggo 50 50

6. Gula Aren Ambalawi 15 15 Kawuwu 25 25

7. Ikan Pindang Bolo 15 17 Lambu 20 30

Sape 15 16 Monta 49 49

Wawo 38 38 Palibelo 20 20

Woha 15 17 Sape 83 93

8. Kacang Mete Sanggar 20 40 Wawo 105 130

9. Keripik Pisang Sanggar 13 20 Wera 70 70

Sape 50 90 Woha 35 35

10. Keripik Singkong Belo 18 35 Jumlah 38 958 1.117

Sape 41 70

11. Kerupuk Kulit Woha 15 15 Kerajinan

12. Kue Belo 1 16 1. Any. Bambu Bolo 75 83

Bolo 80 218 Wawo 40 44

Sanggar 15 21 Wera 45 91

Woha 37 16 Woha 15 18

13. Minyak Kelapa Labu 3 15 2. Anyaman Ketak Monta 20 40

Sape 30 84 Woha 20 30

Wawo 10 18 3. Anyaman Lontar Monta 50 80

14. Pengasinan Ikan Langgudu 15 15 Sape 20 27

15. P. Kunyit Wawo 2 10 4. Anyaman Pandan Donggo 30 31

16. Sambal Jeruk Monta 35 57 Monta 25 42

Woha 20 22 Sanggar 20 40

17. Saos Tomat Woha 20 40 Sape 155 203

18. Tempe Langgudu 22 30 Wawo 20 18

Jumlah 38 670 1.152 Wera 20 20

5. Batu Aji Wawo 10 20

Logam dan Elektronika 6. Batu Cabek Sanggar 15 25

1. Pande Besi Bolo 20 30 7. Gembol Jati Bolo 30 40

Sanggar 3 15 Monta 15 20

Woha 2 20 8. Meubel Kayu Belo 3 15

Jumlah 3 25 65 Bolo 10 41

Wera 15 69

Kimia dan Bangunan Woha 4 11

1. Genteng Belo 10 25 Jumlah 37 657 1.008

Bolo 51 129

Donggo 20 22 Kimia dan Bangunan

Sanggar 20 22 Bata Monta 20 22

Page 272: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-136

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Sape 56 235 Palibelo 20 60

Wera 13 83 Sanggar 5 21

2. Gerabah Bolo 12 90 Sape 6 17

Sape 8 60 Wera 15 30

Wera 9 50 Woha 20 23

Woha 15 70 4. Garam Bolo 120 258

3. Bata Belo 2 13 Lambu 78 196

Bolo 19 37 Woha 471 1.068

Jumlah Jumlah 30 980 2.464

Jumlah Total

Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja

146 3.290 5.806

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima (2009)

Permasalahan utama industri di Kabupaten Bima adalah keterbatasan suplai energi

yang lebih mengandalkan sumber listrik PLN dan bahan bakar dari alam. Disamping

itu, dibutuhkan penanganan serius untuk kelompok industri pengolahan unggulan

sehingga dapat menguasai pasar regional maupun pasar internasional, seperti

industri dibidang pertanian, perkebunan perikanan dan peternakan.

Sementara untuk usaha perdagangan yang berskala menegah dan kecil dapat terus

dibina dan perlunya pengaturan, fasilitas dan pembinaan sarana dan prasarana yang

representatif. Untuk pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif

usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Pemerintah Kabupaten Bima melalui

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM menjalankan berbagai

program untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah, diantaranya:

a. Penyempurnaan Perda Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM);

b. Pengembangan pelayanan perijinan usaha yang mudah, murah dan cepat

c. Peningkatan penyelenggaraan koordinasi;

d. Peningkatan akses permodalan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) melalui perluasan sumber pembiayaan dan pemberdayaan bagi

Koperasi, Lembaga Keuangan Mikro maupun Badan Usaha Milik Desa

(BUMDES);

e. Peningkatan kualitas usaha kecil dan menengah;

f. Pengembangan sistem akreditasi, sertifikasi, dan penguatan lembaga

pelatihan;

g. Sosialisasi kegiatan perkoperasian;

h. Pengembangan, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan keuangan dan

pembiayaan teknologi informasi promosi dan pemasaran;

i. Peningkatan kemampuan aparat daerah dalam menangani UMKM.

3.7.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Bima

Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Bima pada November

2012 adalah sebesar Rp 331,27 miliar atau 6,69% dari total kredit perbankan UMKM

di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi bulan November 2011,

kredit UMKM pada November 2012 meningkat sebesar 6,69%. Walaupun terjadi

fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode

Page 273: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-137

Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan hanya sebesar 0,44%.

Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM

sebesar Rp 331,27 miliar, sebagian besar adalah usaha skala kredit kecil mencapai

Rp 181,8 miliar (54,88%), kemudian diikuti oleh kredit skala mikro mencapai Rp 78,5

miliar (23,69%).

Tabel 0-154. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha per November Tahun 2012 di Kabupaten Bima

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 82.495 26,47 173.627 55,71 55,515 17,81 311.637 Des 82.124 56,70 180.776 56,70 55,946 17,55 318.846 2012 Jan 77,289 24,89 175.942 56,67 57,255 18,44 310.486 -2,62

Feb 85.057 26,45 179.475 55,81 57.059 17,74 321.591 3,58

Mar 87.173 26,04 188.906 56,42 58.743 17,54 334.822 4,11

Apr 86.367 24,37 206.697 58.33 61.298 17,30 354.363 5,84

Mei 93.052 24,91 215.190 57,61 65.282 17,48 373.524 5,41

Jun 96.549 25,42 223.720 58,89 59.603 15,69 379.872 1,70

Jul 98.514 27,51 203.247 56,62 57.192 15,93 358.952 -5,51

Agust 74.570 22,68 199.313 60,62 54.891 16,70 328.774 -8,41

Sep 77.439 23,05 182.731 54,39 75.821 22,57 335.990 2,20

Okt 80.403 23,91 183.138 54,46 72.743 21,63 336.284 0,09

Nov 78.467 23,69 181.798 54,88 71.009 21,44 331.274 -1,49

Rata rata kenaikan ( %) 0,44

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh

Bank umum di Kabupaten Bima dari bulan Januari - November, secara rata-rata per

tahun pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan penggunaanya menurun

sebesar 0,22% per tahun untuk Modal Kerja dan penggunaan untuk Modal Investasi

mengalami pertumbuhan mencapai 23,40% per tahun. Secara umum penyaluran

kredit masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp.

2,884 triliun dengan pangsa pasar sebesar 76,6% dari total kredit UMKM bank

umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp.

881,04 miliar dengan pangsa pasar sebesar 23,40%.

Tabel 0-155. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Bima Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 244.010 78,59 -5,07 66.476 21,41 7,54

Feb 254.641 79,18 4,36 66.950 20,82 0,71

Mar 266.636 68,18 4,71 68.186 20,36 1,85

Apr 277.366 78,27 4,02 76.997 21,73 12,73

Mei 292.141 78,21 5,33 81.383 21,79 5,70

Page 274: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-138

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jun 294.476 77,52 0,80 85.396 22,48 4,93

Jul 265.175 73,87 -9,95 93.777 26,13 9,81

Agust 242.004 73,61 -8,74 86.770 26.39 -7,47

Sep 250.806 74,65 3,64 85.184 25,35 -1,83

Okt 250.656 74,54 -0,06 85.628 25.46 0,52

Nov 246.976 74,55 -1,47 84.298 25,45 -1,55

Jumlah/Rata2 2.884.886 76,60 -0,22 881.045 23,40 3,01

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di

Kabupaten Bima hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober

dan November) di sajikan pada Tabel III-163.

Tabel 0-156. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Bima Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan

Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

21.149 22.715 30.510 20.126

2. Pertambangan dan Penggalian - - 142 80

3. Industri Pengolahan 1.973 22.715 9,426 4.455

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi - - - -

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 588.225 689.407 846.440 554.953

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 11.187 9.835 11.396 6.720

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

80.520 103.912 96.375 56.687

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 263.844 276.986 29.424 20.538

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 966.899 1.105.786 1.023.716 667.558

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 667,5 miliar.

Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan fluktuatif pada

setiap triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 1,105

Page 275: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-139

triliun naik 14,36% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 966,9 miliar, dan

pada triwulan ketiga (Tw3) pertumbuhan tersebut menurun sebesar 7,42% menjadi

Rp 1,023 triliun dari triwulan kedua (Tw2). Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM

di Kabupaten Bima masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran

dengan pangsa mencapai 60,84% atau Rp 588,2 miliar pada triwulan pertama (Tw1),

62,35% atau Rp 689 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 82,68% atau Rp 846,4 miliar

pada triwulan ketiga (Tw3), dan 83,13% atau Rp 554,95 miliar pada triwulan keempat

(Tw4). Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing sebesar Rp 263,8

miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp 276,9 miliar pada triwulan kedua (TW2), pada

triwulan ketiga (Tw3) urutan kedua penyaluran kredit UMKM pada sektor pertanian,

peternakan kehutanan dan perikanan sebesar Rp 96,4 miliar, dan pada triwulan ke

empat (Tw4) posisi kedua adalah sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan

sebesar Rp 56,7 milliar.

3.8. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)

3.8.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Selama periode 2007-2010, aktivitas perekonomian Kabupaten Sumbawa Barat

ditunjukkan oleh Angka PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) yang terus

meningkat. Jika pada tahun 2007 PDRB KSB ADHB adalah Rp 12,7 triliun maka

pada tahun 2010 nilai PDRB tersebut mencapai sekitar Rp 13,7 triliun, atau selama

periode 4 tersebut terjadi peningkatan PDRB sekitar Rp 1 triliun. Namun demikian

jika dicermati lebih teliti maka nilai PDRB dan peningkatan tersebut sangat

tergantung pada kegiatan sektor pertambangan.

Pada tahun 2010 kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mencapai 94% dari

nilai PDRB KSB, yang mengindikasikan ketergantungan perekonomian KSB sangat

besar pada sektor pertambangan yang dihasilkan melalui Kontrak Karya pemerintah

dengan PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT). Implikasinya, meskipun sektor-

sektor ekonomi lain meningkat sangat pesat selama periode 4 tahun tersebut

(pertanian meningkat 31,8%, industri pengolahan 27,7%, listrik, gas dan air bersih

47,5%, bangunan 86,7%, perdagangan, hotel dan restoran 48,3%, pengangkutan dan

komunikasi 33,6%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 36,9%, serta jasa-jasa

lain 45,5%), perekonomian KSB berdasarkan PDRB ADHB hanya meningkat 7,6%

atau rata-rata 2,5% per tahun, lebih kecil dari laju inflasi tahun 2010 (Mataram

11,7% dan Bima 6,35%).

Untuk melihat perkembangan riil dari perekonomian KSB maka digunakan

perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK). Berdasarkan

ADHK 2000 maka perekonomian KSB sebenarnya menurun 3,1% selama periode

2007-2010, yaitu dari Rp 4,2 triliun menjadi Rp 4,1 triliun. Meskipun sektor

pertanian meningkat 8,8%, industri pengolahan 13,8%, listrik, gas dan air bersih

30,6%, bangunan 53,8%, perdagangan, hotel dan restoran 16,4%, pengangkutan dan

komunikasi 15,2%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 15,6%, serta jasa-jasa

lain 12,7% namun sektor pertambangan turun 5,l%. Hal ini sekali lagi membuktikan

tingginya ketergantungan perekonomian KSB terhadap sektor pertambangan.

Page 276: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-140

Tabel 0-157. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

No Lapangan usaha 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian, peternakan, kehutanan

dan perikanan 190.993 216.461 233.480 251.706

2 Pertambangan & penggalian 12.163.943 10.395.730 12.210.630 12.879.401

3 Industri pengolahan 15.820 16.987 19.076 20.203

4 Listrik, gas dan air bersih 2.258 2.605 3.075 3.331

5 Bangunan 85.865 109.662 145.084 160.292

6 Perdagangan, hotel dan restoran 123.445 144.946 170.181 183.074

7 Pengangkutan dan komunikasi 74.150 84.783 91.230 99.067

8 Keuangan, persewaan & jasa perus 16.671 18.537 21.234 22.817

9 Jasa-jasa 52.221 59.492 71.937 75.976

P d r b/gross regional domestik product 12.725.366 11.049.203 12.965.927 13.695.867

Sumber: Bappeda KSB dan BPS KSB, 2012

Tabel 0-158. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK 2000) Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

No Lapangan usaha

2007 2008 2009 2010

1 Pertanian, peternakan, kehutanan

dan perikanan 118.814 125.209 126.289 129.215

2 Pertambangan & penggalian 3.869.407 3.464.965 3.884.936 3.672.777

3 Industri pengolahan 11.174 11.597 12.249 12.714

4 Listrik, gas dan air bersih 1.000 1.106 1.240 1.306

5 Bangunan 53.525 60.664 75.325 82.319

6 Perdagangan, hotel dan restoran 76.392 80.689 84.077 88.944

7 Pengangkutan dan komunikasi 39.356 41.364 43.233 45.342

8 Keuangan, persewaan & jasa perus 10.244 10.674 11.415 11.843

9 Jasa-jasa 28.237 29.209 30.935 31.830

PDRB/gross regional domestik product 4.208.147 3.825.477 4.269.698 4.076.292

Sumber: Bappeda KSB dan BPS KSB, 2012

3.8.2. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Komoditas pertanian tanaman pangan yang diusahakan di lahan sawah berupa tanaman pangan seperti: padi, palawija (terutama kedelai dan kacang tanah) dan sayur-sayuran, dengan frekuensi tanam 2 – 3 kali setahun. Sementara itu, komoditas pertanian tanaman pangan yang umumnya diusahakan di lahan kering antara lain: jagung dan kacang tanah.

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Perkembangan luas panen dan jumlah produksi berbagai jenis tanaman pangan di

Kabupaten Sumbawa Barat disajikan pada Tabel III-160. Berdasarkan tabel tersebut,

dapat diuraikan bahwa tanaman padi masih merupakan komoditas yang

mendominasi pertanian tanaman pangan di kabupaten tersebut, dengan luas panen

mencapai 17.512 ha dan produksi 99.099 ton pada tahun 2010. Perkembangan luas

panen dan produksi komoditas tersebut dari tahun 2007 hingga 2010 menunjukkan

Page 277: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-141

perkembangan yang cukup besar, meskipun pada tahun 2009 mengalami

penurunan.

Tabel 0-159. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman

Pangan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2007 – 2010

Jenis

2007 2008 2009 2010

Luas

Panen

Produksi Luas

Panen

Produksi Luas

Panen

Produksi Luas

Panen

Produksi

Padi 11.179 53.221 14.175 69.122 11.815 61.093 17.512 99.099

Jagung 1.587 4.401 1.705 5.516 3.209 10.690 3.135 10.444

Ubi kayu 10 120 33 395 9 118 22 286

Ubi jalar 5 60 11 127 13 152 8 95

Kacang tanah 132 155 279 341 229 307 123 164

Kacang hijau 1.845 1.822 2.634 2.625 3.105 3.069 1.567 1.550

Kedelai 663 783 1.377 1.752 3.134 3.497 1.354 1.504

Sumber : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka 2011

Komoditas lain yang memiliki potensi di Kabupaten Sumbawa Barat adalah tanaman

jagung. Produksi tanaman jagung di kabupaten tersebut mencapai 10.444 ton pada

tahun 2010 dengan luas panen 3.135 ha. Tren produksi pada komoditas tersebut

hampir sama dengan tanaman padi yang terus menunjukkan peningkatan, baik

secara luas panen maupun produksinya. Namun, pada tahun 2010, luas panen dan

produksi komoditas jagung menunjukkan penurunan, meskipun tidak signifikan.

2. Sub sektor Sayuran

Komoditas hortikultura di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011 rata-rata

mengalami peningkatan, baik dari luas panen maupun hasil produksinya bila

dibandingkan dengkan kondisi tahun 2010. Luas lahan dan produksi cabe rawit pada

tahun 2010 masing-masing 27 ha dan menghasilkan 171 ton, meningkat pada tahun

2011 menjadi 49 ha dan produksinya menjadi 215 ton pada tahun 2011. Kondisi ini

hampir sama dengan komoditas lain, seperti kacang panjang, tomat terung dan

ketimun.

Tabel 0-160. Perkembangan Luas Panen dan Produksi berbagai Komoditas Sayuran

di KSB Tahun 2008 – 2011

No Jenis

Komoditas

Tahun 2010 Tahun 2011

Luas Tanaman

Produksi (Ton)

Luas Tanaman

Produksi (Ton)

1 Cabe Besar 11 33,88 15 64

2 Cabe Kecil 27 171,18 49 215

3 Kacang Panjang 58 137,46 59 375

4 Kubis 1 19,9 1 9,8

5 Tomat 21 84,42 27 146

6 Terong 32 135,04 46 147

7 Ketimun 3 60,30 6 26

Sumber : HUTBUNTAN KSB, 2010

Page 278: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-142

3. Sub sektor Buah-buahan

Produksi buah-buahan pada tahun 2011 kondisinya tidak sebaik dengan kondisi

produksi pada sayuran. Beberapa produksi komoditas buah-buahan cenderung

mengalami penurunan produksinya, walaupun ada komoditas yang mengalami

peningkatan. Mangga yang merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa

Barat pada tahun 2011 produksinya menurun bila dibandingkan tahun 2010, yang

semula 67 ribu ton menjadi 59 ribu ton.

Tabel 0-161. Produksi berbagai Komoditas Buah-buahan di KSB

No Jenis

Komoditas

Tahun 2010 Tahun 2011

Produksi

(Ton) Produksi (Ton)

1 Belimbing 56,00 133,00

2 Jeruk Keprok - 14.363,60

3 Sirsak 170,03 263,96

4 Alpokat 13,00 45,00

5 Mangga 67.630,00 59.064,87

6 Rambutan 134,00 98,99

7 Jambu Air 652,99 711,39

8 Jambu Biji 1.653,96 781,84

9 Nangka 9.712,37 12.015,73

10 Pepaya 1.270,95 1.254,89

11 Pisang 15.192,00 19.075,25

Sumber : Dinas HUTBUNTAN Kabupaten Sumbawa Barat

4. Sub sektor Perkebunan

Perkebunan rakyat di Kabupaten Sumbawa Barat meliputi 10 komoditas. Produksi

komoditas kelapa merupakan komoditas yang mempunyai nilai produksi yang paling

tinggi diantara komoditas lainya dengan produksi kelapa mencapai 1.037,12 ton,

naik 64,08% dari tahun 2010. Adapun produksi jambu mete 114,69 ton, naik 31,03%

dari tahun 2010. Produksi jarak pagar 83,25 ton, kopi sekitar 106,8 ton, asam 92,08

ton dan aren 97,91 ton. Untuk komoditas lainya produksinya masih relatif.

Tabel 0-162. Perkembangan Luas Tanaman dan Produksi berbagai Komoditas

Perkebunan di KSB Tahun 2008 – 2010

Jenis

Komoditas

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Kelapa 1.146 1.268,64 1.146 631,20 1.089 632,00 1.106 1.037,12

Kopi 235 119,70 235 - 260 93,80 260 106,80

Kapuk 134 22,98 118 - 135 30,30 135 46,28

Jambu mete 1.443 143,68 1.443 - 1.335 87,00 1.335 144,69

Kakao 88,50 0,20 89 - 114 - 177 -

Pinang 32 12,51 32 11,59 32 16,44 38 23,61

Page 279: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-143

Jenis

Komoditas

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Luas

Tanaman

(ha) Produksi

(Ton)

Asam 124 82,05 122 - 124 21,95 134 92,08

Kemiri 46 26,80 46 - 46 2,25 - -

Jarak Kepyar 0 0 - 0 3 1,45 - -

Jarak Pagar 1.113 135,38 1.113 139,45 847 129 847 83,25

Vanili 3 0,07 3 0.07 3 - - -

Tebu 67 138,06 67 - 54 - - -

TembakauRakyat 0 0 - 0 9 6,20 - -

Wijen 2 0,17 4 0,80 8 1,65 - -

Lada 24 0,45 24 - 24 3,25 11 1,47

Aren 18 88,43 148 50,25 148 75,80 148 97,91

Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.

5. Sub sektor Kehutanan

Kabupaten Sumbawa Barat memiliki kawasan hutan dengan luasan total sebesar

126.261,45 ha yang peruntukkannya sebagai hutan lindung, hutan produksi tetap,

hutan produksi terbatas, cagar alam, taman wisata dan KSA. Kawasan hutan di

kabupaten tersebut didominasi oleh kawasan hutan lindung, yaitu 52,52% dari total

kawasan hutan yang ada. Sedangkan kawasan hutan yang berfungsi sebagai hutan

produksi baik terbatas maupun tetap, masing-masing 28,64% dan 14,85% dari luas

kawasan hutan yang ada.

Gambar 0-25. Peruntukkan Kawasan Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat

Produksi hasil hutan dari kegiatan non HPH tahun 2011 sekitar 2.791 m3 yang

hampir semuanya berupa kayu bulat, dengan jumlah produksi masing-masing

66,311.06 36,155.09

18,753.24

524.00

874.91 3,643.17

Kawasan Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat (ha)

Hutan lindung

Hutan produksi

terbatas

Hutan produksi tetap

Cagar alam

Hutan taman wisata

KSA

Page 280: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-144

adalah sebagai berikut; produksi kayu rimbah mencapai 17.303,61 m3, kemudian

kayu indah 3.153,91 m3, dan kayu meranti 1.029,50 m3 sedang hasil hutan dalam

bentuk kayu gergajian dan kayu olahan masih terbatas. Dimana kayu olahan rimba

campuran dengan produksi tertinggi mencapai 14.335,48 m3, diikuti kayu indah dan

meranti masing-masing produksinya sebesar 2.574,03 m3 dan 838,62 m3. Sementara

itu, hasil hutan ikutan (non kayu) pada tahun 2010 berupa: rotan seluas 25.000 Ha,

bambu duri seluas 41.511 Ha, sengon alam seluas 5.000 Ha, dan kayu gaharu 1.000

Ha. Pada tahun 2011 produksi hasil ikutan rotan mencapai110 ton, sedang produksi

hasil hutan non kayu lainnya tidak tercatat (Dinas HUTBUNTAN KSB, 2011).

Tabel 0-163. Jumlah Hasil Produksi Hutan di Kabupaten Sumbawa Barat

No Hasil Hutan Produksi Satuan

1 Kayu Bulat

Indah 3.153,91 m3

Rimbah 17.307,61 m3

Meranti 1.029,50 m3

Merbau 766,23 m3

Jati 66,12 m3

2 Kayu Olahan

Indah 2.574,03 m3

Rimba Campuran 14.335,48 m3

Meranti 838,62 m3

Merbau 618,06 m3

Jati 56,17 m3

3 Rotan 110,00 Ton

Sumber : Dinas Kelautan Perkebunan dan Pertanian Kab. Sumbawa barat

6. Sub sektor Peternakan

Pengusahaan Ternak oleh petani/peternak di KSB tahun 2006 – 2010 sebagian

besar kurang intensif dengan skala usaha yang kecil, sehingga perkembangan

populasi ternak relatif lambat. Padang rumput untuk pengembalaan ternak (terutama

ternak besar: sapi, kerbau dan kuda) di KSB cukup tersedia (seluas 3.061 hektar)

dengan jumlah lokasi pengembalaan (“lar”) sebanyak 13 unit yang mampu

menampung sekitar 31.000 ekor ternak besar (Dinas Kelautan Perikanan dan

Peternakan KSB, 2011). Pada tahun 2011 populasi kuda tercatat 6.227 ekor, sapi

sekitar 48.710 ekor, dan kerbau 12.049 ekor. Jumlah ternak kecil tercatat 16.649

ekor kambing, 2.745 ekor domba. Selain dengan bantuan bibit langsung kepada

peternak, upaya peningkatan populasi juga dilakukan dengan inseminasi buatan

tercatat sebanyak 5.000 dengan realisasi mencapai 3.000 inseminasi.

Jumlah unggas di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011 mengalami

peningkatan sampai dengan 73%. Ayam buras naik dari 100.055 ekor menjadi

173.100 ekor. Pada tahun 2011 di Kecamatan Sekongkang terdapat peternakan ayam

ras baru yang mencapai 25.710 ekor, sehingga terjadi peninggkatan yang cukup

signifikan mencapai l70,63% dari tahun 2010 yang hanya 9.500 ekor.

Page 281: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-145

Gambar 0-26. Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Sumbawa

Barat Tahun 2006 – 2011 Sumber : DKPP KSB, 2010

Gambar 0-27. Perkembangan Ternak Unggas di Kabupaten Sumbawa Barat

Sumber: DKPP KSB, 2010.

Data pada di atas menunjukkan bahwa semua jenis ternak besar, ternak kecil dan

unggus terus mengalami peningkatan jumlah populasi dari waktu ke waktu selama

periode tahun 2006 - 2011, kecuali hanya ternak kuda dan domba yang mengalami

penurunan jumlah populasi. Peningkatan jumlah populasi ternak di KSB sangat

dimungkinkan karena didukung kondisi alam KSB berupa cukup tersediannya lahan

2006 2007 2008 2009 2010 2011

23,989 25,715

29,203

32,661

39,622

48,710

7,371 8,266

13,015

5,647

11,596 12,049

4,092 6,647 6,047

3,424 6,536 6,227

12,956

19,577

15,698 16,688

23,156

16,649

1,228 1,736 1,501 1,017 1,282 2,745

Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia di

Kabupaten Sumbawa Barat

Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba

2006 2007 2008 2009 2010 2011

104,664 103,833

127,638

98,000 100,055

173,100

3,500 4,000 5,800 9,700 9,500

25,710

5,439 5,889 6,016 7,019 2,998

8,264 3,227 3,697 4,827

3,713 2,663 5,205

Perkembangan Ternak Unggas di Kabupaten

Sumbawa Barat

Ayam Buras Ayam Ras Itik Entok

Page 282: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-146

kering, terutama padang pengembalaan/ rumput tempat pemeliharaan ternak besar

dan ternak kecil.

7. Sub sektor Perikanan

Potensi produksi perikanan laut di KSB tahun 2010 cukup besar (sekitar 259.040,60

ton) dengan jenis-jenis ikan yang dominan antara lain: cumi-cumi, bandeng, ikan

ekor kuning, tongkol, cakalang, tembang, kembung, dan beberapa ikan demersal

lainnya seperti kakap, kerapu, dan udang. Potensi produksi yang cukup besar

tersebut baru dapat direalisasikan sekitar 34.541,01 ton (13,33%) karena terbatasnya

kemampuan sumber daya nelayan, terutama sarana prasarana tangkap. Potensi

produksi perikanan untuk perairan umum pada tahun 2010 mencapai 2.109,60 ton

dengan realisasi produksinya sebesar 1.576,32 ton (74,72%). Potensi produksi

perikanan untuk perairan air tawar pada tahun 2010 mencapai 1.875,10 ton dengan

realisasi produksinya hanya mencapai 361,02 ton (19,25%) dan areal pemeliharaan

ikan di kolam seluas 166 hektar. Sementara itu, potensi produksi perikanan untuk

perairan air payau pada tahun 2010 mencapai 12.744,50 ton dengan realisasinya

baru mencapai 1.772,56 Ha (13,91%) (BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010).

Perkembangan produksi berbagai jenis komoditas perikanan menurut tempat

pengusahaannya di KSB tahun 2006 – 2009 dan prediksinya tahun 2010 – 2015,

disajikan pada Tabel III-164.

Tabel 0-164. Perkembangan Produksi Berbagai Jenis Komoditas Perikanan di KSB

Tahun 2006 – 2010 dan Prediksinya Tahun 2011 – 2015 (ton)

Tahun Ikan Air

Tawar

Ikan Air

Payau

Ikan Air Laut Rumput

Laut Budidaya Penangkapan

2006 406 56 1.128 2.623 2.250

2007 426 85 2.142 2.715 3.725

2008 447 124 4.673 2.872 4.673

2009 472 180 7.620 3.016 7.620

2010 490 202 8.302 3.124 8.832

2011 513 245 10.721 3.354 9.937

Sumber: DKPP KSB, Tahun 2010.

Data pada Tabel III-173, menunjukkan bahwa potensi perikanan di Kabupaten

Sumbawa Barat cukup besar, tercermin dari jumlah produksi berbagai jenis

komoditas perikanan yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu selama

periode tahun 2006 – 2011 dan diperkirakan akan terus meningkat cukup berarti

pada tahun 2010 – 2015 karena adanya potensi areal yang masih sangat luas.

Sebagai contoh, potensi areal rumput laut tahun 2010 cukup luas (1.500 Ha), tetapi

realisasi pemanfaatannya masih sangat sempit (sekitar 300 Ha atau 20,00%),

sehingga peluang untuk pengembangan rumput laut masih sangat besar. Potensi

lahan pertambakan di wilayah pesisir tahun 2010 seluas 3.136 Ha, baru dapat

dimanfaatkan untuk pembukaan tambak dan pembangunan sarana prasarana

pendukungnya seluas 652,50 ha (20,81%). Areal tambak sebagian besar (78,93%)

terdapat di UPT Tambak Sari Kecamatan Poto Tano, tetapi areal tersebut dalam

sembilan tahun terakhir tidak produktif.

Page 283: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-147

b. Sektor Perdagangan, Pariwasata Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Tahun 2011 Kabupaten Sumbawa Barat mempunyai 707 perusahaan perdagangan

Dibandingkan tahun 2010, jumlah perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan

yaitu sebesar 238 %. Jika dilihat dari kategori usahanya, tahun 2011 Kabupaten

Sumbawa Barat mempunyai 6 pedagang besar atau yang menjual secara grosir saja.

Sedangkan jumlah perdagangan menengah mengalami penurunan hingga 28%, atau

hanya sebanyak 60 pedagang. Jumlah pedagang kecil mengalami kenaikan sebesar

19 % menjadi 679 pedagang.

Tabel 0-165. Banyaknya Pedagang Menurut Kecamatan dan Berdasarkan Skala

Usahanya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011

Kecamatan Pedagang

Besar Menengah Kecil

Sekongkang 1 4 32

Jereweh - 9 37

Maluk 2 8 53

Taliwang 3 31 327

Brang Ene - - 32

Brang Rea - 2 54

Seteluk - 5 119

Poto Tano - 1 25

Jumlah 6 60 679

2010 - 208 567

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat

Tabel 0-166. Pertumbuhan Banyaknya Perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat

Menurut Bentuk Badan Hukum Tahun 2007-2011

Badan Hukum Tahun (Perusahaan)

2007 2008 2009 2010 2011

Perseroan Terbatas (PT) 6 30 30 10 39

CV Firma 49 123 81 30 106

Koperasi 1 10 5 7 63

Perorangan 51 371 348 159 485

Lainya 0 5 3 3 14

Jumlah 107 539 467 209 707

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat

2. Sub sektor Pariwisata Hotel dan Restoran

Arus kunjungan wisatawan dan migran sirkuler ke Kabupaten Sumbawa Barat

cukup banyak seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomi. Dalam rangka

memenuhi permintaan dan sekaligus menjamin kenyamanan wisatawan dan migran

yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa Barat, maka pengusaha telah

menyediakan hotel dan akomodasi lainnya pada semua kecamatan di Kabupaten

Sumbawa Barat. Jumlah hotel dan akomudasi lainnya tahun 2011 sebanyak 22

Page 284: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-148

buah, yang dilengkapi dengan kamar tidur 367 kamar, tempat tidur 3412 unit, serta

restoran 28 buah dengan jumlah karyawan sekitar 292 orang.

Data pada Gambar III-28, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan

domestik dan wisatawan asing di Kabupaten Sumbawa Barat mengalami peningkatan

yang cukup berarti. Diperkiranan pada lima tahun ke depan jumlah kunjungan

wisatawan domestik dan asing akan meningkat semakin cepat seiring dengan

semakin intensifnya promosi pariwisata dan semakin menariknya obyek-obyek wisata

di Kabupaten Sumbawa Barat.

Gambar 0-28. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2006 - 2011

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa Barat

c. Sektor Perindustrian, Listrik dan Air Minum

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Industri pengolahan pada tahun 2011 sebanyak 133 unit usaha, turun dari tahun

2010 yang mencapai 244 unit usaha. Dari 133 unit usaha tersebut menyerap tenaga

kerja sekitar 504 orang tenaga kerja. Kegiatan industri di kabupaten tersebut

memerlukan nilai investasi sebesar Rp 1,8 miliar. Jumlah industri yang terbanyak

pada jenis industri makanan dan minuman yang mencapai 61 unit usaha, diikuti

oleh industri tekstil dan bahan jadi sebanyak 11 unit usaha. Dari industri tersebut

menghasilkan nilai produksi mencapai Rp 3,3 miliar. Penyumbang nilai terbesar

adalah nilai produksi industri makanan minuman dan industri kimia dan barang-

barang dari kimia, yang masing-masing besarnya Rp 1,6 miliar dan Rp 1,4 miliar.

2006 2007 2008 2009 2010 2011

5,294 5,754 6,255 6,880 7,361

14,238 1,680 1,814 1,959

2,116 2,256

1,659

Jumlah Wisatawan yang Berkunjung di

Kabupaten Sumbawa Barat

Wisatawan Domestik Wisatawan Asing

Page 285: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-149

Tabel 0-167. Jumlah Perusahaan Menurut Kode Industri di Kabupaten Sumbawa

Barat Tahun 2007-2011

Jenis Industri Jlh Unit Usaha

Jlh Tenaga Kerja (org)

Nilai Investasi (Rp 000,-)

Nilai Produksi (Rp 000,-)

Industri Makanan, minuman dan tembakau 61 164 880.085 1.663.050

Industri Tekstil, pakaian jadi dan kulit 11 48 171.300 90.518

Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas,

Percetakandan Penerbitan 6 24 76.000 42.200

Industri Kimia dan Barang-Barang dari Bahan

Kimia, Minyak Bumi, Batubara, Karet dan Plastik.

10 47 2.100.000 1.438.200

Industri Logam Dasar 2 8 305.000 31.800

Industri Logam Dasar Industri Barang dari

Logam, Mesin dan Peralatanya 1 6 100.000 67.000

Industri Pengolahan Lainya 133 504 1.892.995 3.389.475

Jumlah 224 801 5.525.380 3.722.243

2010 93 405 5.525.380 3.266.318

2009 67 293 5.525.380 -

2008 21 93 3.327.260 -

2007 5 19 - -

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat

2. Sub sektor Listrik dan Air Minum

Listrik. Produksi listrik pada tahun 2011 di Kabupaten Sumbawa Barat mencapai

40.021.934 KWH dan listrik yang dipakai 73.670 KWH, dengan jumlah pelanggan

mencapai 17.807 pelanggan PLN. Kapasitas listrik yang terjual pada tahun 2011

sebesar 32.833.746 KWH dengan nilai penjualan mencapai Rp. 22,810 miliar.

Air Minum. Sejak tahun 2009 kondisi air bersih di Kabupaten Sumbawa Barat

mengalami peningkatan produksi dengan dibangunya jaringan baru di Kecamatan

Taliwang sehingga jangkauan pelayanan PDAM Sumbawa Barat meluas menjadi lima

Kecamatan yaitu Jereweh, Brang Ene, Brang Rea, Poto Tano dan Taliwang. Pada

tahun 2011 jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 4.774

pelanggan, meningkat 24,81% dari tahun 2010. Jumlah air yang disalurkan pada

tahun 2011 mencapai 1.2 juta m3 dengan nilai Rp 1,6 miliar lebih.

Tabel 0-168. Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang di Salurkan dari PDAM Kabupaten Sumbawa Barat

Tahun Pelanggan Air Bersih Yang di Salurkan

Volume (m3) Nilai (Rp.)

2011 4.774 1.213.103 1.614.207.450

2010 3.825 905.144 1.216.427.000

2009 2.705 697.883 798.617.000

2008 1.529 27.934 41.588.000

2007 237 42.660 -

Sumber : PDAM Kabupaten Sumbawa Barat

Page 286: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-150

d. Sektor Pengangkutan, Pos dan Telekomunikasi

Pengangkutan dan Komunikasi. Sarana pengangkutan yang beroperasi di KSB

tahun 2010 cukup banyak dan lancar. Pemilikan atau penguasaan sarana informasi

dan komunikasi oleh masyarakat di KSB tahun 2010 secara umum nampaknya

cukup banyak. Perkembangan jumlah sarana pengangkutan, komunikasi dan

informatika di KSB tahun 2006 - 2009 disajikan pada Tabel III-169.

Pos. PT. Pos Indonesia sebagai sarana perhubungan, komunikasi dan informasi.

Kegiatan operasional instansi tersebut pada tahun 2011 antara lain telah menrima

sebanyak 28.523 surat dan paket. Jumlah ini terjadi peningkatan jika dibandingkan

tahun 2010 yakni sebesar 22.523 surat dan paket.

Tabel 0-169. Perkembangan Jumlah Sarana Pengangkutan, Komunikasi dan Informatika di KSB Tahun 2006 - 2009

No. Jenis Sarana Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 Peningkatan

(%/th)

1. Kendaraan/ Transpotasi:

a Sedan Unit 25 35 41 23 26 32,00

b Jeep Unit 14 34 38 35 39 85,71

c Municab Unit 42 99 371 539 580 389,29

d Truk Barang Unit 38 163 178 182 196 184,21

e Pick-Up Unit 325 367 388 411 483 19,38

f Ambulance 29 29 29 29 29 0,00

g Mikro Bus Unit 34 40 82 107 121 70,59

h Bis Biasa Unit 96 96 96 15 15 0,00

i Sepeda Motor Unit 2.286 8.950 14.179 23.200 27.591 260,13

j Gerobak/Cidomo Unit 565 565 565 423 423 0,00

k Sepeda Unit 2.681 2.681 2.681 2.681 2.681 0,00

2. Sarana Komunikasi-Informatika:

a Counter Unit n.a. 218 218 234 214 0,00

b TV Kabel Unit n.a. 39 39 36 38 0,00

c Menara

Telekomukasi Unit n.a. 32 32 44 34 0,00

d Warnet Unit n.a. 7 7 14 9 0,00

e Wartel/Yantel Unit n.a. 29 29 14 3 0,00

f Radio Siaran & Kec. Unit n.a. 13 13 4 4 0,00

g Jasa Titipan Unit n.a. 6 6 7 6 0,00

h Kantor Pos dan Giro Unit n.a. 3 3 3 3 0,00

i Radio Penduduk RT n.a. 5.982 5.982 5.982 5.982 0,00

j Televisi Unit n.a. 10.165 10.165 10.165 10.165 0,00

k Antena Parabola Unit n.a. 2.457 2.457 2.457 2.457 0,00

l Pelanggan Telepon RT/

Kantor n.a. 1.411 1.411 n.a. n.a. 0,00

Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 – 2010.

Keterangan: n.a. data tidak tersedia (not available)

e. Sektor Bangunan/ Konstruksi

Keadaan bangunan rumah penduduk dan lingkungannya merupakan salah satu

indikator dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari 26.489 rumah tangga

penduduk di KSB tahun 2009, terdapat sekitar 23.337 rumah tangga (88,10%) yang

mempunyai bangunan rumah dan lingkungannya dengan kondisi memadai.

Page 287: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-151

Sementara itu, kondisi rumah dan lingkungan yang kurang memadai dimiliki oleh

sekitar 3.152 rumah tangga (11,90%), ditandai oleh kondisi rumah yang reot, kecil,

pengab, serta kondisi lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak ada MCK, tidak ada

gang masuk ke rumah atau gabungannya (BPM PEMDES PPKB KSB, 2010).

f. Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan.

Untuk pelayanan jasa keuangan tahun 2010, di KSB terdapat lembaga keuangan

formal Bank dan Pegadaian sebanyak 7 unit. Sementara itu, jasa perusahaan

sebagian besar bergerak di bidang perdagangan dan distribusi barang dan jasa.

Perusahaan dagang barang dan jasa yang telah memperoleh SIUP pada tahun 2010

sebanyak 584 unit (BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010).

g. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Potensi bahan tambang/ galian golongan B dan C, terutama yang terdapat didalam

kawasan hutan Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 cukup banyak,

perkembangan sektor pertambangan dan penggalian di Sumbawa Barat tahun 2006-

2009 disajikan tabel dibawah ini.

Tabel 0-170. Perkembangan Sektor Pertambangan/Penggalian di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2006-2009

Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009

Jumlah Unit Usaha unit 5 10 10 3

Jumlah Tenaga Kerja orang 4.495 4.280 4.220 4.217

Jumlah Investasi Rp. miliar * * 18,67 2,50

Nilai Produksi Juta ton 608,78 588,01 573,76 802,17

Jumlah Solar Home System (STP) lokasi 253 294 101 106

Sumber : Dinas ESDM Budpar Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan : *) Data tidak tercatat

Data Tabel III-174 diatas menunjukkan bahwa usaha pertambangan dan penggalian

cukupbanyak di Sumbawa Barat telah menghasilkan produksi dan nilai yang tinggi,

serta memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja yang cukup banyak.

Berbagai jenis bahan tambang /galian yang potensial dan atau telah diusahakan oleh

beberapa perusahaan di Kabupaten Sumbawa Barat antara lain : emas dengan

potensi 1.972 ton, tembaga dengan potensi 4.2 juta ton, aneka macam batu kapur

dengan potensi 11,5 juta m3 pada lahan seluas 50 ha, sirtu (pasir batu) dengan

potensi 259.500 m3 pada lahan 21,62 ha dan bahan tambang galian lainya.

3.8.3. Profil UMKM

UMKM yang terdapat di KSB didominasi oleh usaha disektor pertanian. Selain itu

terdapat banyak industri pengolahan yang juga dalam kategori industri berskala kecil

dengan teknologi yang relatif sederhana, sedang industri berskala menengah dan

besar dengan teknologi relatif modern jumlahnya sangat terbatas. Jenis industri yang

Page 288: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-152

ada di Kabupaten Sumbawa Barat adalah industri meubel kayu dan rotan, industri

batu bata dan industri tenun gedogan. Sedangkan jenis industri kecil/ rumah tangga

yang banyak terdapat di KSB adalah: industri makanan, minuman dan tembakau,

serta industri pengolahan lainnya, sedangkan jenis industri lainnya masih relatif

sedikit jumlahnya. Pada tahun 2010, industri kecil menengah IKM/UMKM di

Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 149 sentra dengan 1.355 unit usaha dan

menyerap tenaga kerja 2.737 orang.

Sentra-sentra industri yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari 49

sentra industri makanan minuman (pangan), industri rumput laut di Kec. Jereweh

dan Taliwang, industri gula aren banyak di Sekongkang dan Brangrea dan kue di

Seteluk. 11 sentra sandang meliputi industri konveksi di Kec. Jereweh, industri

tenun gedogan banyak di Kec. Taliwang dan seteluk. Sentra Industri kimia dan bahan

bangunan terdapat 57 sentra, meliputi industri bata merah banyak di Kec. Seteluk

dan Taliwang, untuk industri meubel dan rotan banyak di Kec. Brang Rea. Terdapat

20 sentra industri Logam dan elektronika yang meliputi industri bengkel motor di

Kec. Seteluk dan Taliwang. Industri kerajinan terdapat 12 sentra industri yang

meliputi industri anyaman bambu, lampit dan rotan terdapat di Kec. Brangrea.

Secara umum kondisi IKM dan UMKM di Kabupaten Sumbawa Barat mempunyai

kendala hampir dengan UMKM-UMKM di Provinsi NTB. Dimana perkembangan yang

memadai dari segi kualitasnya, bagi kinerja UMKM masih tertinggal. Ketertinggalan

kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh kekurangmampuan UMKM dalam

bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya

kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang demikian ini berkaitan

dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk mengelola dan mengakses

keberbagai sumber daya produktif lainnya, yang meliputi sumber-sumber informasi,

pasar, dan faktor produksi. Terbatasnya akses terhadap sumber daya finansial juga

merupakan masalah utama bagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil

umumnya tidak berbadan hukum dan masih menerapkan manajemen usaha yang

sangat sederhana. Oleh karena itu, usaha mikro ini sangat sulit untuk memperoleh

akses kepada lembaga keuangan perbankan.

Selain itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar juga masih jauh

dari memadai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, UMKM memerlukan biaya yang

relatif besar, apalagi jika dikelola secara mandiri oleh UMKM. Pemerintah Kabupaten

Lombok Timur perlu turun tangan membantu kemudahan akses para pengusaha

mikro tersebut untuk memperoleh bantuan pendanaan agar dapat mengembangkan

usahanya. Dorongan dan kemudahan pendirian dan penyebaran lembaga keuangan

mikro atau kecil yang berlokasi dekat dengan sentra usaha mikro juga perlu

memperoleh perhatian.

Tabel 0-171. Jumlah Sentra Industri Kecil Menengah (IKM/UMKM) Menurut Jenis

Usaha dan Pesebaranya di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Pangan Kimia dan Bahan Bangunan

1. Bakso Poto Tano 1 3 1. Bata Merah Brang Rea 9 58

Seteluk 1 1 Sekongkang 6 59

Taliwang 1 1 Seteluk 10 28

Page 289: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-153

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

2. Es Batu Sekongkang 1 1 Taliwang 11 57

3. Es Krim Poto Tano 1 1

4. Es Lilin Sekongkang 6 11 2. Bata/ Genteng Jereweh 18 32

5. Gula Aren Brang Rea 60 90 Seteluk 27 99

Jereweh 35 35 Taliwang 61 156

Maluk 20 20 3. Beton/Paving Blok Sekongkang 1 3

Sekongkang 67 78 4. Furnitur Brang Rea 3 9

Taliwang 57 57 Jereweh 5 15

6. Gula Tebu Taliwang 8 47 Sekongkang 3 10

7. Ker. Singkong Seteluk 1 2 Seteluk 1 5

8. Kerupuk Poto Tano 8 28 Taliwang 5 17

Seteluk 2 7 5. Genteng Brang Rea 7 20

Taliwang 1 5 6. Kapal/Perahu Taliwang 1 1

9. Kerupuk Paru Taliwang 11 31 7. Labelling Taliwang 4 6

10. Kopra Taliwang 1 20 8. Meubel Bambu Seteluk 15 20

11. Kue Brang Ene 3 3 9. Meubel kayu Bramg Rea 62 115

Brang Rea 10 10 Jereweh 42 83

Jereweh 1 1 Sekongkang 3 7

Poto Tano 2 4 Seteluk 26 34

Sekongkang 12 38 Taliwang 21 55

Seteluk 20 39 10. Meubel Rotan Brang Rea 22 42

Taliwang 18 33 Taliwang 38 130

12. Minuman

Kemasan

Jereweh 2 10 11. Pakan Ternak Brang Rea 1 5

Taliwang 1 2 12. Paving Blok Jereweh 6 19

13. Minyak Kelapa Taliwang 1 4 Sekongkang 3 18

14. Pengolahan Ikan Taliwang 2 2 13. Pembakaran Kapur Seteluk 18 45

15. Pengolahan Kopi Brang Rea 3 10 14. Percetakan Taliwang 4 14

16. Roti Taliwang 1 3 15. Plafon Gipsum Poto Tano 4 16

17. Rumput Laut Jereweh 25 50 16. Sablon Brang Rea 1 3

Taliwang 20 50 17. Sowmill Brang Rea 6 19

18. Tahu /Tempe Taliwang 1 5 Taliwang 1 4

Jumlah 49 434 755 Jumlah 57 455 1.242

Logam dan Elektronika Kerajinan dan Bambu

1. Alat RT dari

Logam

Seteluk 1 4 1. Anyaman Bambu Barang Rea 21 45

Taliwang 1 3 Seteluk 5 12

2. Bengkel Las Brang Rea 6 14 3. Anyaman Pandan Seteluk 2 4

Jereweh 2 4 Taliwang 2 6

Sekongkang 3 7 4. Anyaman Rotan Brang Rea 4 7

Seteluk 3 18 5. Batu Aji Taliwang 2 7

6. Bengkel Mobil Maluk 2 5 7. Kulit Kerang Jereweh 5 9

Taliwang 2 5 8. Tikar Lampit Brang Rea 11 26

9. Bengkel Sep.

Motor

Maluk 2 6 Jumlah 12 56 121

Poto Tano 1 2

Seteluk 8 12 Sandang

Taliwang 7 12 3. Konveksi Brang Ene 4 4

10. Pande Besi Poto Tano 1 2 Jereweh 130 180

Seteluk 2 4 Sekongkang 3 3

11. Servis Elektro Brang Rea 2 4 Seteluk 2 4

jumlah 20 43 102 Taliwang 59 105

Poto Tano 2 4

Sandang 4. Tenun Gedogan Seteluk 35 43

1. Koveksi/Bordir Taliwang 40 68 Taliwang 90 90

2. Sandal Taliwang 1 5 5. Tenun Ikat Taliwang 1 15

Jumlah 11 367 517

Jumlah Total

Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja

149 1.355 2.737

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumbawa Barat 2008-2010 (diolah)

Page 290: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-154

Untuk mendukung perkembangan usaha mikro kecil dan menengah UMKM dan

industri kecil menengah (IKM), Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menjalankan

berbagai program untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah, di

Kabupaten Sumbawa Barat yang diantaranya:

a. Pembinaan pelatihan dan kursus atau magang bagi pelaku aneka jenis usaha/

industri;

b. Pelaksanaan usaha berbagai jenis industri/agroindustri, terutama agroindustri

rumput laut dan agroindustri rotan sebagai unggulan kompetensi inti daerah;

c. Standarisasi kualitas aneka produk industry;

d. Pembentukan dan atau penguatan lembaga usaha industri/agroindustri;

e. Pembangunan sarana prasarana (pabrik, mesin dan peralatan) aneka jenis

industri/ agroindustri paa kawasan sentra produksi (KSP) Agroindustri Poto

Tano;

f. Penyediaan modal pinjaman investasi dan modal kerja untuk usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM) melalui program stimulus ekonomi;

g. Pembentukan dan pembinaan lembaga sosial ekonomi industri seperti pusat

bisnis dan teknologi industri, kelompok usaha produktif (KUP).

3.8.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kab. Sumbawa Barat

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta

sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang

dilaksanakan Perbankan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di Kabupaten

Sumbawa Barat antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk

pembiayaan UMKM pada Tabel III-172.

Tabel 0-172. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 Di Kab Sumbawa Barat

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

2011 Nov 9.762 10,84 70.892 78,89 9.367 10,40 90.021

Des 10.892 10,70 76.254 78,75 9.723 10,10 96.275

2012 Jan 10.537 10,54 79.609 79,62 9.834 9,84 99.981 6,51

Feb 10.760 10,26 89.309 85,18 4.781 4,56 104.851 14,19

Mar 11.545 9,9 100.136 85,89 4.910 4,21 116.592 7,07

Apr 11.921 9,41 109.932 86,80 4.802 3,79 126.655 20,01

Mei 12.007 9,17 114.333 87,28 4.649 3,55 130.989 3,94

Jun 12.041 8,77 120.427 87,68 4.880 3,55 137.348 9,01

Jul 12.982 9,13 124.452 87,57 4.689 3,30 142.123 6,63

Agust 18.966 12,57 127.117 84,26 4.779 3,17 150.863 -10,10

Sep 18.785 12,25 128.544 83,81 6.053 3,95 153.381 0,84

Okt 21.848 13,97 128.509 82,14 6.090 3,89 156.446 3,86

Nov 21.716 13,57 131.824 82,40 6.343 4,02 159.974 2,39

Rata rata kenaikan ( %) 4,76

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Page 291: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-155

Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kabupaten Sumbawa Barat pada

November 2012 adalah sebesar Rp 159.97 miliar atau 3,23% dari total kredit UMKM

perbankan di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi bulan

November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 77,71%. Walaupun terjadi fluktuasi

kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode Januari

sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 4,76%.

Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM

sebesar Rp 159.97 miliar, penyaluran kredit didominasi untuk skala kecil Rp 131,8

miliar (82,40%), skala mikro Rp. 21,7 miliar (13,57%) dan skala menengah hanya Rp

6,34 miliar (4,02%).

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh

Bank umum di Kabupaten Sumbawa Barat masih didominasi oleh kredit modal kerja

dengan nominal kredit sebesar Rp 1,367 triliun dengan pangsa pasar sebesar 92,39%

dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya oleh kredit

modal investasi sebesar Rp 111,78 miliar dengan pangsa pasar sebesar 7,61%.

Tabel 0-173. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya

di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Juta Rp) Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Juta

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jan 99.275 91,29 3,75 8.705 8,71 4,90

Feb 96.327 91,87 5,53 8.524 8,13 -2,08

Mar 107.674 92,35 11,78 8.918 7,65 4,62

Apr 117.180 92,52 8,83 9.476 9,47 6,26

Mei 121.171 92,50 3,41 9.818 7,50 3,61

Jun 127.303 92,69 5,06 10.045 7,31 2,32

Jul 131.414 92,46 3,23 10.709 7,54 6,61

Agust 140.099 92,87 6,61 10.763 7,13 0,51

Sep 141.949 92,55 1,32 11.432 7,45 6,22

Okt 145.149 92,44 2,25 11.297 7,22 -1,19

Nov 147.884 92.44 1,88 12.091 7,03 7,03

Jumlah/Rata2 1.367.424 92.39 4,88 111.779 7,61 3,53

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit kepada sektor UMKM di Kabupaten

Sumbawa Barat hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 menunjukkan realisasi

penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum di Kabupaten Sumbawa Barat

mencapai Rp 316,4 miliar. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi

peningkatan pada setiap triwulan.

Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 394,9 miliar naik

22,89% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 321, 4 miliar, dan triwulan

ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 446,37 miliar atau 13,01% dari triwulan kedua (Tw2).

Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran dengan pangsa mencapai 92,45% atau Rp 297,17 miliar pada triwulan

pertama (Tw1), 95,09% atau Rp 375,6 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 90,94% atau

Page 292: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-156

Rp 405,9 miliar pada triwulan ketiga (Tw3), dan 85,45% atau Rp 270,4 miliar pada

triwulan keempat (Tw4). Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing

besarnya di bawah 20%. Perkembangan nilai kredit perbankan pada sektor UMKM di

Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat pada Tabel III-174.

Tabel 0-174. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Sumbawa Barat Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1 (Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan Rp)

Tw3 (Jutaan Rp)

Tw4 (Jutaan Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

1.806 1.628 1.985 1.937

2. Pertambangan dan Penggalian - - - -

3. Industri Pengolahan 790 817 716 3.430

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi 12.041 6.844 13.174 14.670

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 297.172 375.614 405.932 270.386

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 2.097 1.878 1.646 1.471

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

4.837 4.914 5.266 4.863

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 2.680 3.296 17.648 19.664

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 321.423 394.992 446.367 316.421

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

3.9. Kabupaten Lombok Utara

3.9.1. Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Kabupaten Lombok Utara menunjukkan keadaan yang stabil,

sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas

dasar harga berlaku pada 2009 tercatat sebesar Rp 1.259.122,89 juta, atau

meningkat sebesar 11,87% dibandingkan dengan nilai PDRB tahun 2008 yang

bernilai Rp 1.125.475,76 juta. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan juga

meningkat, dari Rp 590.778,04 juta di tahun 2008 meningkat 4,97% menjadi Rp

620.117,49 juta.

Laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana terlihat dari laju peningkatan PDRB atas

dasar harga konstan dari 2008 hingga 2009 juga mengalami peningkatan

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 2007 hingga 2008.

Page 293: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-157

Keadaan ini menggambarkan bahwa peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku

mampu mengimbangi laju inflasi yang terjadi sepanjang kurun waktu tersebut.

Tabel 0-175. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi 2005-2009

Indikator 2005 2006 2007 2008 2009

Pertumbuhan ekonomi (%) 2,77 4,60 5,00 4,09 4,97

Inflasi (%) 12,41 7,33 8,19 9,25 6,58

PDRB perkapita ADH berlaku (Rp) 4.017.311 4.258.790 4.758.042 5.276.492 5.773.860

PDRB perkapita ADH konstan (Rp) 2.675.249 2.642.289 2.728.579 2.769.705 2.843.623

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

Tabel 0-176. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Utara Tahun 2005-2009

No Tahun PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (%)

ADH Berlaku ADH

Konstan

ADH Berlaku ADH Konstan

1. 2005 776.016,01 516.772,45 15,59 2,77

2. 2006 871.229,22 540.538,42 12,27 4,60

3. 2007 989.663,25 567.539,07 13,59 5,00

4. 2008 1.125.475,76 590.778,04 13,72 4,09

5. 2009 1.259.122,89 620.117,49 11,87 4,97

Sumber data: BPS Kabupaten Lombok Barat

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku juga mengalami peningkatan dari Rp

4.017.311 di tahun 2005 menjadi Rp 5.773.860 di tahun 2009. Kondisi tidak berbeda

dapat dilihat dengan menggunakan besaran PDRB atas dasar harga konstan, yaitu

Rp 2.675.249 menjadi Rp 2.843.623. Apabila dilihat dari sembilan sektor yang

menyusun struktur ekonomi, pada 2009 struktur ekonomi Kabupaten Lombok Utara

masih didominasi oleh sektor pertanian yang memberikan kontribusi 45,47%

terhadap nilai PDRB. Urutan kedua diisi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran

yang berkontribusi 17,75%, serta sektor bangunan di urutan ketiga dengan 9,70%.

Page 294: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-158

Gambar 0-29. Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Adhb Kabupaten Lombok Utara Tahun 2009

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat

3.9.2. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Perekonomian Kabupaten Lombok Utara juga mengandalkan sektor pertanian

sebagai lahan penampung tenaga kerja dan mata pencaharian masyarakat. Sekitar

67% penduduk miskin menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sebagai

buruh tani maupun petani gurem.

1. Sub sektor Tanaman Pangan

Budidaya tanaman pangan di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh tanaman

padi, jagung, dan kacang tanah. Periode tahun 2010-2011 terjadi peningkatan

produksi di semua komoditas tanaman pangan tersebut.

Tabel 0-177. Jumlah Luas Panen dan Produksi di Kabupapaten Lombok Utara Tahun 2010-2011

Komoditas

2010 2011

Luas Panen

(ha)

Produksi

(ton)

Luas Panen

(ha)

Produksi

(ton)

Padi 11.662 54.071 13.285 64.368

Jagung 5.392 23.020 6.015 29.436

Ubi Kayu 1.077 14.297 770 11.535

Ubi Jalar 84 13.134 73 935

Kacang Tanah 6.342 8.870 5.223 9.148

Kacang Kedelai 7 7 7 10

Kacang Hijau 76 76 35 50.702

Sumber : NTB dalam Angka 2012

45.47

2.62

1.07

0.39

9.7

17.75

7.14

5.2 10.66

Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Adhb

Kabupaten Lombok Utara Pertanian

Pertambangan danPenggalianIndustri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air

Bangunan

Perdagangan, Hotel danRestoranPengangkutan danKomunikasiKeuangan, Persewaan danJasa PerusahaanJasa-jasa

Page 295: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-159

2. Sub sektor Sayuran

Produksi sayuran di Kabupaten Lombok Utara bebrapa komoditas mengalami

peningkatan produksi. Tomat dan cabai rawit mengalami peningkatan yang relativ

tinggi. Tomat mengalami peningkatan sangat signifikan yaitu mencapai 189 ton

tomat pada tahun 2011 yang mana pada tahun 2010 sebanyak 99 ton. Sedangkan

cabai rawit produksinya meningkat sebanyak 193 ton pada tahun 2011, yang

sebelumnya sebanyak 188 ton.

Tabel 0-178. Jumlah Lahan dan Produksi Sayuran di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011

Komoditas

2010 2011

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Bawang Merah 52 216 16 62

Kacang Merah 15 2 6 10

Kacang Panjang 55 190 36 164

Tomat 25 99 24 189

Terong 5 4 2 5

Kangkung 13 57 5 41

Cabai 243 188 155 193

Cabai Besar 9 14

Ketimun - - 2 11

Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)

3. Sub sektor Buah-buahan

Perkembangan produksi komoditas buah-buahan di Kabupaten Lombok Utara Pada

tahun 2011 beragam, ada beberapa komoditas mengalami penurunan produksi, dan

sebaliknya komoditas lainya mengalami peningkatan. Produksi buah mangga

mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 10.026,5 ton menjadi 13.460 ton.

Di tahun 2011 pula Provinsi NTB, khususnya Kabupaten Lombok Utara melakukan

ekspor perdana mangga arum manis hasil produksi dari pengembangan mangga di

Kecamatan Bayan. Total ekspor perdana tersebut sebanyak 20 ton mangga arum

manis yang akan di kirim ke negara Cina.

Tabel 0-179. Produksi Buah-buahan Dirinci Menurut Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2010-2011

Komoditas Tahun (produksi/ton)

2010 2011

Belimbing 23,3 31

Jeruk Keprok 2.927 88

Manggis - 2

Sirsak 18.397 132

Alpokat 145,8 292

Mangga 10.026,5 13.460

Rambutan 680 1.341

Page 296: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-160

Komoditas Tahun (produksi/ton)

2010 2011

Duku 449 51

Durian 681 1.411

Pepaya 509,9 527

Sawo 214,6 297

Jambu Biji 136,3 126

Jambu Air 96,9 117

Nangka 5.651 7.327

Pisang 3.917 4.901

Nenas 23,2 23

Jeruk Besar 16,9 10

Sumber: NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)

4. Sub sektor Perkebunan

Produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2011

hampir semua mengalami penurunan kecuali tembakau virginia. Tembakau virginia

mengalami peningkatan yang relatif tinggi yaitu mencapai 147,42 ton yang tahun

sebelumnya hanya 80,30 ton.

Tabel 0-180. Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2010-2011

Komoditas

2010 2011

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Kelapa 10.570,62 14.640,00 10.570,62 14.130,15

Kopi 1.302,81 639,00 1.302,81 212,22

Jambu Mete 13.856,70 2.283,80 13.856 1.960,57

Cengkeh 995,10 141,00 995,10 73,54

Kakao 2.923,40 960,00 2.923 762

Pinang 36,13 24,00 36 12,74

Kapuk 63,10 29,00 63 9,14

Asam 16,62 3.076,40 16,62 8,11

Kemiri 57,46 47,14 57,46 13,78

Tembakau Virginia 119,00 80,30 100 147,42

Sumber: NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)

5. Sub sektor Peternakan

Salah satu program pemkab Lombok Utara adalah mendukung program Pemprov

NTB dalam mensukseskan Bumi Sejuta Sapi (BSS) di NTB. Salah satunya adalah

dengan melakukan pembinaan kepada peternak. Populasi ternak di Kabupaten

Lombok Utara mengalami peningkatan dari 65.159 ekor sapi pada tahun 2010

menjadi 66.782 ekor sapi. Sedangkan ternak kecil yang banyak di Kabupaten Lombok

Utara kambing yang populasinya mencapai 26.084 ekor. Adapun ternak unggas yang

banyak di Kabupaten Lombok Utara adalah ayam buras, yang populasinya di tahun

Page 297: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-161

2011 mencapai 148.531 ekor ayam, mengalami penurunan dari tahun 2010 yang

populasinya mencapai 154.670 ekor.

Tabel 0-181. Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011

Jenis Ternak

Tahun (Populasi Ternak/ekor)

2010 2011

Kuda 557 630

Sapi 65.159 66.782

Kerbau 1.006 413

Kambing 23.961 26.084

Domba - -

Babi 6.848 7.566

Ayam Ras Petelur 21 20

Ayam Ras Pedaging 1.965 1.495

Ayam Buras 154.670 148.531

Itik 6.484 6.312

Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)

6. Sub sektor Perikanan

Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2011 sebanyak 7.094,85

ton yang terdiri dari 7.071,30 ton perikanan laut, 16,46 ton perikanan darat dan 7,8

ton rumput laut. Bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 2010 yang

mencapai 7.798,81 ton, produksi perikanan pada tahun 2011 mengalami penurunan

9,9%.

Tabel 0-182. Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011

Komoditas Tahun (Produksi/ton)

2010 2011

Perikanan laut

a. Penangkapan 6.980,9 7.071,30

b. Rumput Laut 14,00 7,8

Perikanan Darat

a. Penangkapan 799,14 -

b. Budidaya Air 2,50 1,00

i. Kolam 2,27 14,71

ii. Keramba - 0,75

Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)

b. Sektor Industri

Sektor industri di Kabupaten Lombok Utara belum memberikan sharing yang cukup

dalam perekonomian Kabupaten Lombok Utara. Kecilnya sharing sektor industri yang

ada di Kabupaten Lombok Utara adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

Jumlah perusahaan industri industri yang terdapat di Lombok Utara pada tahun

Page 298: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-162

2011 mencapai 175 perusahaan/usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak

1.465 orang. Dari jumlah industri yang tumbuh, sebanyak 124 perusahan formal dan

51 perusahaan non formal.

Tabel 0-183. Jumlah Industri Menurut Jenisnya di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010-2011

Uraian Tahun

2010 2011

Industri Formal

1. Perusahaan (unit usaha) 36 124

2. Tenaga Kerja (orang) 322 702

3. Investasi (Rp. Juta) 1.527.000 6.190.000

4. Produksi (Rp. juta) 1.156.526 42.991.000

Industri Non Formal

1. Perusahaan (unit usaha) 97 51

2. Tenaga Kerja (orang) 1.184 763

3. Investasi (Rp. Juta) 3.326.447 697.000

4. Produksi (Rp. Juta) 2.128.609 9.561.800

Jumlah

Perusahaan (unit usaha) 133 175

Tenaga Kerja (orang) 1.506 1.465

Investasi (Rp.juta) 4.853.433 4.918.100

Produksi (juta) 3.285.135 138.609.000

Sumber : NTB Dalam Angka 2011-2012 (diolah)

c. Sektor Hotel dan Restoran

Saat ini Kabupaten Lombok Utara memiliki 10 objek wisata alam dan 8 objek wisata

sejarah/budaya. Namun, sektor pariwisiata ini sangat rentan terhadap isu

keamanan, terorisme, serta gejolak politik yang terjadi di tanah air.

Salah satu keunggulan Kabupaten Lombok Utara adalah pulau kecil (gili), yaitu

pulau-pulau di perairan laut. Saat ini terdapat tiga pulau kecil yang juga telah

berpenghuni, sehingga merupakan potensi pariwisata yang berharga bagi Kabupaten

Lombok Utara.

Industri pariwisata Kabupaten Lombok Utara telah berkembang pesat, bahkan

mampu menjadi yang terdepan dari sembilan kab/kota lainya di Provinsi NTB. Dari

tahun ketahun kunjungan wisatawan terus meningkat. Pada tahun 2011 angka

kunjungan wisatawan tercatat 360.000 orang dan 2012 mencapai 400.000 orang.

Kabupaten Lombok Utaramemberikan sumbangan 40% untuk program Visit Lombok

Sumbawa tahun 2012 dengan realisasi kunjungan sebanyak satu juta wisatawan.

Untuk menunjang pengembangan industri pariwisata, Pemkab Lombok Utara

memberikan kemudahan kepada investor membangun fasilitas akomodasi, baik hotel

maupun restoran dan usaha wisata lainya. Pada tahun 2011 fasilitas akomodasi di

Page 299: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-163

Lombok Utara tersedia 4 hotel berbintang, 427 hotel melati dan 281 rumah makan,

yang sebagian besar terdapat di Gili Trawangan.

3.9.3. Profil UMKM

Untuk menekan angka pengangguran, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara

memberikan perhatian bagi pengembangan usaha skala mikro, kecil, dan menengah

(UMKM). Beberapa program yang dicanangkan adalah penciptaan iklim usaha kecil

dan menengah yang kondusif; pengembangan kewirausahaan dan keunggulan

kompetitif usaha kecil dan menengah; pengembangan sistem pendukung usaha bagi

usaha mikro, kecil dan menengah, serta peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.

Pada tahun 2011 jumlah industri kecil dan rumah tangga di Kabupaten Lombok

Utara berjumlah 2.971 industri. Industri kecil di Kabupaten Lombok Utara sebagian

besar adalah industri pengolahan makanan dan minuman yang meliputi industri

kecil pembuatan kue dan pengolahan tepung, industri anyaman, yang meliputi

anyaman bambu, anyaman lidi dan kerajinan anyaman batok kelapa. Adapun untuk

tekstil, industri konveksi dan tenun Lombok, yaitu tenun Gedokan.

Sentra produksi kerajinan bambu di Kabupaten Lombok Utara antara lain di Desa

Sukadane, Desa Jenggala, Desa Pemenang Barat, Desa Tegal Maja, Desa Bentek,

Desa Gondang, dan Desa Bayan. Jenis Produksi meliputi bakul dan aneka keperluan

rumah tangga lainya. Di Kabupaten Lombok Utara terdapat 174 unit usaha dengan

tenaga kerja 786 orang, mampu berproduksi sebanyak 164.940 buah tiap tahun.

Industri kerajinan lidi (Inka) di Kabupaten Lombok Utara terdapat di tiga desa yaitu

di Desa Medana, Desa Sokong Kecamatan Tanjung dan Desa Bentek Kecamatan

Gangga. Disana terdapat 10 unit usaha yang menyerap tenaga kerja 50 orang dengan

kemampuan produksi 300 buah per tahun. Jenis produksi kerajinan lidi ini yang

paling diminati adalah piring (Inka). Selain piring masih banyak jenis desain

kerajinan lidi yang dibuat masyarakat diantaranya tempat buah, vas bunga dll.

Industri kerajinan batok kelapa di Kabupaten Lombok Utara terdapat di Gili Air, Desa

Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan desa Sokong, Kecamatan Tanjung, sebanyak 2

unit usaha menyerap tenaga kerja 20 orang dengan kemampuan berproduksi 7.300

buah per tahun. Jenis produksi yang dominan antara lain piring, mangkok, talam,

gelas, tempat buah, gelang dll.

Tenun Gedokan merupakan warisan nenek moyang, dimana keterampilan yang

dimiliki turun menurun dari generasi sebelumnya. Untuk kabupaten Lombok Utara

hanya terdapat satu sentra kerajinan Tenun Gedokan yaitu di desa Bayan,

Kecamatan Bayan. Keberadaan para perajin tenun Gedokan di Bayan masih bersifat

untuk mengisi waktu luang para wanita di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah

tangga, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sepotong kain bisa

memakan waktu berminggu-minggu. Motif yang dihasilkanya pun masih sangat

sederhana, sehingga memerlukan dan membutuhkan perhatian pemerintah, baik

dibidang teknis maupun non teknis, dan nantinya diharapkan para perajin di

Kabupaten Lombok Utara mampu menghasilkan produk-produk tenun yang

berkualitas.

Page 300: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-164

Pemasaran produk UMKM di Kabupaten Lombok Utara masih terbatas didalam

wilayah Kabupaten, dan masih sangat terbatas pemasaran produk UMKM yang

keluar wilayah Kabupaten, Provinsi atau ekspor. Walaupun dihadapkan kendala

usaha, khususnya dari aspek akses modal dan pasar, sebagian besar pelaku usaha

optimis bahwa prospek usaha mereka cerah. Selebihnya meragukan prospek usaha

mereka karena alasan persaingan dan ketiadaan modal untuk pengembangan usaha.

Pada kelompok pengusaha yang optimis tersebut, mereka menyadari perlunya

tambahan modal usaha yang mereka harapkan dari kredit dengan persyaratan yang

terjangkuau dan bantuan pembiayaan dari program pemerintah. Program Kredit

Usaha Rakyat yang telah diluncurkan oleh Pemerintah dalam pengembangan UMKM

masih belum terjangkau secara merata oleh UMKM, yang terkendala oleh persyaratan

administrasi.

3.9.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kab. Lombok Utara

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta

sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang

dilaksanakan Perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit

perbankan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit

UMKM di Kabupaten Lombok Utara pada November 2012 adalah sebesar Rp 3,89

miliar atau 0,08% dari total kredit perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat.

Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara

keseluruhan dari periode Februari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per

bulan adalah sebesar 74,83%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November

2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp 3,89 miliar, sebagaian adalah untuk skala

kredit kecil mencapai Rp 2,030 miliar (52,10%), kemudian diikuti oleh kredit skala

mikro mencapai Rp 945 juta (24,26%). Sedangkan pangsa kredit skala menengah

sebesar Rp 921 juta (23,64%).

Tabel 0-184. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 di Kabupaten Lombok Utara

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Mikro Kecil Menengah

Total Kenaikan

(%) (Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

(Jutaan

Rp) %

2012 Jan - - - - - - - -

Feb 244 100 - - - - 244 Mar 293 100 - - - - 293 19,66

Apr 287 100 - - - - 287 -2,05

Mei 283 100 - - - - 283 -1,13

Jun 280 100 - - - - 280 -1,20

Jul 94 100 - - - - 94 -66,5

Agust 339 77,37 99 22,63 - - 438 366,75

Sep 975 74,37 336 25,63 - - 1.311 199,42

Okt 960 32,08 1,099 36,75 933 31,89 2,992 128,26

Nov 945 24,26 2.030 52,10 921 23,64 3.897 30,25

Rata rata kenaikan ( %) 74,83

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Page 301: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-165

Tabel 0-185. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2011

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%) Kenaikan (%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%) Kenaikan (%)

Jan

Feb - - - 244 100 -

Mar 50 17,09 - 243 82,91 -0,79

Apr 48 16,85 -3,45 238 83,15 -1,76

Mei 47 16,59 -2,65 236 83,41 -0,83

Jun 46 16,31 -2,83 234 83,69 0,87

Jul 94 100 105,35 - - -

Agust 438 100 366,75 - - -

Sep 914 69,74 108,81 397 30,26

Okt 1.446 48,35 58,25 1.545 51,23 289,59

Nov 1.901 48,77 31,40 1.996 51,23 29,18

Jumlah/Rata2 4.983 48.19 82,70 5.134 70,79 52,42

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh

Bank umum di Kabupaten Lombok Utara dari bulan Januari - November mengalami

peningkatan secara fluktuatif, sebagaimana ditunjukka pada Tabel III-196. Secara

rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan penggunaanya mengalami

peningkatan 82,70% per tahun untuk modal kerja dan 52,42% per tahun untuk

modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit modal investasi

dengan nominal kredit sebesar Rp 5,134 miliar dengan pangsa pasar sebesar 70,79%

dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit

modal Kerja sebesar Rp. 4,983 miliar dengan pangsa pasar sebesar 48,19%.

Tabel 0-186. Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Lombok Utara Periode Tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan

Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

- - 35 67

2. Pertambangan dan Penggalian - - - -

3. Industri Pengolahan - - - 175

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi - - - -

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 50 141 1.807 5.660

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi - - - -

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan - - - -

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga - - - -

Page 302: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-166

SEKTOR EKONOMI

Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2

(Jutaan Rp)

Tw3

(Jutaan Rp)

Tw4

(Jutaan Rp)

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 437 709 - 986

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 537 850 1.842 6.888

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 6,888 miliar.

Pertumbuhan tersebut naik dibanding kinerja triwulan 3 (Tw3) sebesar 273,9% atau

yang hanya Rp 1,842 miliar. Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi

peningkatan pada setiap triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2)

mencapai Rp 850 juta naik 58,24% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 537

juta, dan triwulan ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 1,842 miliar atau 116,78% dari

triwulan kedua (Tw2).

Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor jasa-jasa dengan

pangsa mencapai 90,69% atau Rp 487 juta pada triwulan pertama (Tw1), 83,41%

atau Rp 709 miliar pada triwulan kedua (Tw2). Pada triwulan ketiga (Tw3) penyaluran

kredit di dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai

98,09% atau Rp 1,807 miliar, diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan

dan perikanan yang hanya 1,91% atau Rp 35 juta. Begitu pula pada triwulan ke

empat (Tw4), penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran dengan pangsa mencapai 82,17% atau Rp 5,66 miliar. Kemudian diikuti

oleh sektor jasa-jasa dengan pangsa pasar 14,31% senilai Rp 986 juta.

3.10. Kota Mataram

3.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Selama periode 2007-2010, aktivitas perekonomian Kota Mataram ditunjukkan oleh

Angka PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) yang terus meningkat. Jika pada

tahun 2008 PDRB Kota Mataram ADHB adalah Rp 3,6 triliun maka pada tahun 2010

ini PDRB tersebut mencapai sekitar Rp 5,5 triliun. Pertumbuhan ekonomi Kota

Mataram tahun 2010 juga ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000, yang mengalami

kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu 7,95% menjadi 8,46% pada tahun 2010.

Sumbangan terhadap PDRB di Kota Mataram paling besar diberikan oleh sektor

pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 30%. Sektor lain yang juga

menyumbang perekonomian yang cukup besar adalah sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan, sebesar 22%. Sedangkan sektor pertanian, yang merupakan

sektor penyumbang terbesar di kabupaten/kota lainnya di Nusa Tenggara Barat,

hanya menyumbang 5% dari total PDRB.

Page 303: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-167

Gambar 0-30. Kontribusi Sektor Usaha terhadap PDRB Adhb di Kota Mataram Sumber : Kota Mataram Dalam Angka 2012

Pertumbuhan sektoral tahun 2010 mengalami fluktuasi dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan sebesar 9,58%, dengan

peranannya terhadap PDRB 16,41%. Sektor pertambangan dan penggalian

mengalami penurunan paling tinggi yaitu minus 20,56%. sektor pengangkutan dan

komunikasi memberikan sumbangan tertinggi terhadap ekonomi yaitu sebesar

26,15% dengan laju pertumbuhan sebesar 7,46%. Sektor perdagangan dan

perhotelan yang juga merupakan sektor yang dominan memberikan sumbangan yang

berarti bagi perekonomian Mataram sebesar 20,95% dengan pertumbuhan riil

10,49%. Sektor industri pengolahan meskipun dengan pertumbuhan 4,20% masih

mempunyai peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi, karena

mampu memberikan andil sebesar 10,15%. Secara lengkap pertumbuhan sektoral

penyusun ekonomi Kota Mataram di sajikan pada Tabel III-187.

Tabel 0-187. PDRB Kota Mataram Atas Dasar harga Berlaku Tahun 2008-2011

Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011**

Pertanian 164.891.340 173.741.727 186.728.218 199.737.268

Pertambangan dan Penggalian 1.420.300 895.854 751.166 690.716

Industri Pengolahan 366.763.720 430.190.960 490.036.707 550.190.116

Listrik, Gas dan Air Bersi 40.374.790 47.792.214 55.596.758 61.803.801

Bangunan 278.445.067 349.081.568 413.445.538 492.507.507

Perdagangan, Hotel dan Restoran 710.506.660 822.711.896 1.011.580.815 122.043.589

Pengangkutan dan Komunikasi 1,087.471.399 1.168.976.604 1.266.187.137 1.313.255.727

Keuangan, persewaan dan jasa Perusahaan

558.065.014 645.189.446 792.311.589 954.179.124

Jasa-jasa 413.748.082 503.199.759 612.595.827 714.210.809

PDRB Dengan Tambang 3.621.683.372 4.141.780.029 4.829.233.755 5.507.010.960

PDRB Tanpa Tambang 3.621.683.372 4.141.780.029 4.829.233.755 5.507.010.960

Sumber : Kota Mataram Dalam Angka, 2012

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

5% 0%

12% 1%

11%

3% 30%

22%

16%

Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Adhb

di Kota Mataram Pertanian

Pertambangan dan

PenggalianIndustri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

BersiBangunan

Perdagangan, Hotel dan

RestoranPengangkutan dan

KomunikasiKeuangan, persewaan

dan jasa PerusahaanJasa-jasa

Page 304: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-168

Tabel 0-188. PDRB Kota Mataram Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011 Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011**

Pertanian 85.261.080 85.619.415 85.779.802 88.068.648

Pertambangan dan Penggalian 816.400 473.512 376.158 330.983

Industri Pengolahan 233.162.450 248.156.643 258.579.222 277.250.452

Listrik, Gas dan Air Bersi 14.362.450 15.718.523 17.319.557 18.983.506

Bangunan 161.020.553 382.028.700 423.166.928 478.165.226

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

347.069.320. 541.252.491 580.581.802 587.548.256

Pengangkutan dan

Komunikasi

511.309.842 335.312.796 367.437.724 414.657.870

Keuangan, persewaan dan

jasa Perusahaan

309.757.104 234.621.265 255.639.554 270.631.764

Jasa-jasa 218.408.061 2.029.323.104 2.190.712.088 2.358.680.516

PDRB Tanpa Tambang 1.871.167.660 2.092.323.104 2.190.712.088 2.358.680.519

Sumber : Kota Mataram Dalam Angka, 2012

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

3.10.2. Kondisi Produksi

Kegiatan produksi menunjukkan kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya

dengan daya saing daerah. Kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik

(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah ada maupun yang akan masuk ke

suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing

daerah. Secara sektoral, kemampuan ekonomi daerah diuraikan sebagai berikut.

a. Sektor Pertanian

1. Sub Sektor Tanaman Pangan

Komoditas pertanian tanaman pangan yang diusahakan di lahan sawah berupa

tanaman pangan seperti padi, palawija dan sayur-sayuran, dengan frekuensi tanam

dua hingga tiga kali setahun. Perkembangan luas panen dan jumlah produksi

berbagai jenis tanaman pangan di Kota Mataram tahun 2007-2011 disajikan pada

Tabel III-189.

Tabel 0-189. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman

Pangan di Kota Mataram Tahun 2007 – 2011

Tahun Padi Jagung Kcg Tanah

Luas (ha) Produksi

(ton) Luas (ha)

Produksi (ton)

Luas (ha) Produksi

(ton) 2007 3.741 11.716 29 78 672 851 2008 4.168 21.467 40 129 990 1285 2009 4.175 22.859 4 14 982 1070 2010 4.440 24.236 968 1040 2011 5.107 27.217 2 9 869 1509

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2011 luas panen dan

jumlah produksi untuk padi mengalami peningkatan sebesar 15% dan 12,2%.

Sedangkan untuk luas panen jagung mengalami penurunan sebesar 50% dan hasil

Page 305: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-169

produksi menurun 35% dari tahun sebelumnya. Sementara untuk kacang tanah luas

panennya mengalami penurunan sebesar 11,39% akan tetapi produksinya meningkat

sebesar 45,09%.

2. Sub Sektor Peternakan

Jenis usaha ternak di Kota Mataram terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau dan

kuda), dan ternak kecil (kambing domba dan babi) serta unggas (ayam ras, ayam

buras, dan itik). Kondisi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah populasi

terbesar pada kelompok ternak besar adalah sapi (67,8%). Pada kelompok ternak

kecil, populasi terbesar adalah kambing dengan 50,1%, sedang pada kelompok

unggas adalah ayam buras sebesar 74,55% dari jumlah populasi unggas.

Tabel 0-190. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas

di Kota Mataram Tahun 2007-2011

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Sapi 1.325 714 1.016 1.282 1.803

Kerbau 195 58 44 40 77

Kuda 1.939 1.351 983 816 779

Kambing 3.963 2.699 2.100 2.477 2.422

Domba 282 302 184 0 87

Babi 3.927 3.267 2.696 2.182 2.325

Ayam Buras 6.550 72.678 75.788 43.378 72.615

Ayam Ras Petelur 0 1.375 42 8.946 2.636

Ayam Ras Pedaging 31.500 15.356 26.986 104.800 22.147

Itik 8.711 14.548 18.745 10.087 12.765

Sumber : Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, 2011

3. Perikanan

Jumlah produksi perikanan kota Mataram pada tahun 2011 mencapai 1.945,63 ton,

dengan rincian 87,42% adalah produksi perikanan laut dan 12,57% perikanan darat.

Penangkapan di laut menghasilkan beragam jenis ikan. Tiga besar penangkapan

meliputi ikan tongkol dengan 333,45 ton/tahun, ikan kembung sebesar 113,34

ton/tahun dan tenggiri 111,23 ton/tahun. Aadapun untuk perikanan darat adalah

ikan nila dengan 110 ton, ikan lele 54,83 ton dan ikan mas 38,49 ton.

Tabel 0-191. Perkembangan Produksi Perikanan di Kota Mataram Tahun 2006-2011

Jenis Produksi Perikanan

Tahun

2006 2007 2008 2009 1010 2011

1. Produksi Perikanan Laut

(ton)

2.250,36 2.145,23 2.320,45 1.604,47 1.663,9 1.701,7

2. Produksi Perikanan

Darat (ton)

72,23 84,54 112,06 135,86 201,69 244,63

Sumber : Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, 2012

Page 306: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-170

b. Sektor Perindustrian Listrik dan Air Minum

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Industri di Kota Mataram dibedakan menjadi industri formal dan industri non formal.

Industri di Kota Mataram pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.103 unit perusahaan

yang terdiri dari 1.558 unit (50,20%) perusahaan formal dan 1.545 perusahaan non

formal, dengan 17.141 orang tenaga kerja yang terdiri dari 12.517 tenaga kerja

(73,02%) di industri formal dan 4.624 tenaga kerja (26,88%) di industri non formal.

Jika dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri

formal dan non formal pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 188

perusahaan dan 1.203 orang tenaga kerja.

Pada tahun yang sama, nilai output industri formal dan non formal mencapai 986,92

miliar rupiah lebih tinggi dari nilai output tahun 2010. Untuk lebih lengkapnya

Pertumbuhan jumlah industri, tenaga kerja dan nilai produksi disajikan pada Tabel

III-192.

Tabel 0-192. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi

Perusahaan, Industri dan Kerajinan Kota Mataram Tahun 2007-2011

Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Kontribusi sektor Industri

terhadap PDRB

9.95%

10.12%

10.39%

10.15%

9.99%

Industri Formal

Jumlah Usaha 1.152 1.235 1.430 1.434 1.558

Tenaga Kerja 10.076 10.555 11.087 11.815 1.558

Nilai Investasi 387.606.412 375.710.392 377.004.892 415.438.242 457.709.142

Industri Non Formal

Jumlah Usaha 2.774 1.296 1.423 1.504 1.545

Tenaga Kerja 8.857 3.700 4.258 4.511 4.624

Nilai Investasi 513.144.093 419.970.577 516.340293 529.203.693 529.207.345

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan perdagangan Kota Mataram

2. Sub sektor Listrik dan Air Minum

Listrik. Jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2011 memiliki nilai produksi

sebesar 585,5 juta KWH. Jumlah pelanggan PLN sebanyak 423.378 pelanggan,

dengan rincian 395.192 pelanggan rumah tangga, 14.532 pelanggan bisnis, 10.819

pelanggan sosial, 2.752 pelanggan dan hanya 83 pelanggan jenis industri.

Air Minum. Jumlah pelanggan air minum di Kota Mataram naik pada tahun 2011.

Dimana tahun sebelumya 36.558 pelanggan menjadi 46.231 pelanggan. Sedangkan

volume air yang disalurkan sebesar 15, 6 juta m3.

Page 307: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-171

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Pada tahun 2011 jumlah usaha perdagangan di Kota Mataram menurut skala usaha

tercatat sebanyak 10.573 perusahaan perdagangan, naik dari tahun 2010 yang

sebesar 9.970 perusahaan. Perdagangan di Kota Mataram dibedakan menjadi

perdagangan besar, perdagangan menengah, dan perdagangan kecil. Dari 10.573

Perusahaan perdagangan, 6,54% adalah perusahaan perdagangan besar, 15,07%

perusahaan perdagangan menengah, 74,58% perusahaan perdagangan kecil dan

3,5% perusahaan mikro.

Tabel 0-193. Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perdagangan di Kota Mataram Tahun

2007-2011

Jenis Perusahaan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Perusahaan Besar 342 660 681 692 692

Perusahaan Menengah 490 1.576 1.608 1.601 1.593

Perusahaan Kecil 2.742 6.559 7.057 7.540 7.886

Perusahaan Mikro - - - 137 402

Jumlah 3.574 8.795 9.346 9.970 10.573

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram

Sarana perekonomian di Kota Mataram dibedakan menjadi pasar tradisional,

pertokoan/warung/kios, dan swalayan/minimarket. Apabila dilihat dari

perkembangannya, peningkatan paling besar terjadi pada jumlah

swalayan/minimarket yang ada di Kota Mataram. Namun sebaliknya, jumlah

pertokoan/warung/kios di kota tersebut mengalami penurunan yang cukup besar.

Tabel 0-194. Pertumbuhan Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Jenisnya di Kota

Mataram Tahun 2009-2011

Uraian 2009 2010 2011

Pasar Tradisonal 19 19 19

Pertokoan/Warung/Kios 1.369 - 870

Swalayan/ Minimarket 31 47 936

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram

Keterangan: Tahun 2010 pasar tradisional dan pertokoan belum ada datanya

2. Sub sektor Hotel dan Restoran

Pada tahun 2011, banyaknya usaha akomodasi di Mataram sebanyak 74 hotel

dengan jumlah kamar 2.025 kamar. Di antara usaha akomodasi tersebut 10 usaha

atau 12% nya merupakan hotel-hotel yang diklasifikasikan sebagai hotel berbintang

dengan 770 kamar. Sementara itu jumlah usaha akomodasi lainnya tercatat

sebanyak 64 usaha dengan jumlah kamar sebanyak 1.255 kamar.

Berdasarkan jumlah wisatawan, rata-rata wisatawan yang datang dan menginap di

usaha akomodasi (hotel bintang dan hotel melati) pada tahun 2011 sebesar 223.588

Page 308: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-172

wisatawan dengan rincian 215.927 wisatawan domestik dan 7.661 wisatawan manca

negara.

Tabel 0-195. Perkembangan Jumlah Hotel dan Kunjungan Wisatawan di Kota Bima Tahun 2007-2011

Tahun Hotel Jumlah Tamu Jumlah Total

Tamu Asing Dalam Negeri

2007 64 3.115 160.042 163.157

2008 69 2.146 157.395 159.541

2009 70 4.244 166.636 170.880

2010 70 4.948 213.923 218.871

2011 66 7.663 215.927 223.590

Sumber : BPS Kota Mataram

d. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 memberikan kontribusi

sebesar 23,85% dari total PDRB Kota Mataram. Berbagai sarana komunikasi sudah

tersedia di Kota Mataram, seperti kantor pos untuk sarana surat-menyurat dan

jaringan telepon untuk sarana hubungan secara langsung.

1. Sub sektor Pengangkutan

Sarana jalan sangat menentukan kelancaran transportasi. Menurut data BPS Kota

Mataram (2011), pada tahun 2011 total panjang jalan menurut jenis permukaan di

Kota Bima mencapai 310,409 km yang meliputi jalan Negara, jalan Provinsi dan

Jalan Kabupaten.

Kendaraan angkutan umum dan jumlahnya yang sesuai trayek di Kota Bima meliputi

angkutan bis mencapai 427 bis yang meliputi angkutan Bis besar, sedang dan kecil.

Sedangkan mobil penumpang sebesar 13 unit, mobil barang 47 unit dan kendaraan

tidak bermotor 754 unit. Adapun angkutan yang tidak masuk trayek di Kota

Mataram pada tahun 2011 meliputi: Taksi dengan jumlah tiga perusahaan dan

jumlah armada mencapai 343 unit, perusahaan sewa kendaraan sebanyak tiga usaha

dengan armada sebanyak 81 unit dan biro perjalanan wisata sebanyak 11

perusahaan dengan 41 unit armada angkutan.

Untuk angkutan udara di Kota Mataram pada tahun 2010, jumlah kedatangan dan

pemberangkatan pesawat sebanyak 7.490 kali dengan jumlah penumpang 692.406

orang yang datang dan 727.302 orang penumpang yang berangkat.

2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi

Pos merupakan sarana komunikasi yang paling tua usianya namun masih

merupakan pilihan utama bagi masyarakat walaupun sudah ada sarana komunikasi

lainnya. Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau

konsumennya sampai pada daerah yang terjauh. Surat merupakan salah satu alat

komunikasi yang banyak digunakan. Pada Tahun 2011 banyaknya produksi surat

Page 309: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-173

biasa dalam negeri di Kota Mataram mencapai 153.119, sedangkan surat kilat

khusus mencapai 153.244 buah. Jumlah paket pos biasa dalam negeri tahun 2011

mencapai 62.389 buah. Sementara itu produksi wesel pos dalam negeri (terima)

tahun 2011 frekuensinya mencapai 54.977 buah.

3.10.3. Profil UMKM

Pengembangan UMKM merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah Kota

Mataram. Pelaksanaan program/kegiatan RKPD tahun 2009 terdiri dari

program/kegiatan pada 18 urusan wajib dan 7 urusan pilihan penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kota Mataram sebagaimana

diamanatkan dalam Perda Nomor 13 Tahun 2006. Pembangunan urusan koperasi

dan UMKM di Kota Mataram ditandai dengan peningkatan jumlah koperasi yang aktif

dalam periode 2005-2009 sebanyak 521 unit atau meningkat 25,24% dari tahun

2005 yang berjumlah 416 unit.

Tabel 0-196. Perkembangan Jumlah Koperasi, UKM dan BPR di Kota Mataram Tahun 2005-2009

No Jumlah Usaha Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah Koperasi Aktif 416 455 485 506 521

2. Jumlah Koperasi 443 482 512 533 546

3. Persentase Koperasi Aktif 93,91 94,40 94,73 94,93 95,42

4. Jumlah Seluruh UKM 5.900 6.579 7.306 8.117 9.725

5. Jumlah BPR/LKM 4 6 8 9 11

6. Jumlah UKM Non

BPR/LKM 25 30 37 42 53

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan perdagangan Kota Mataram 2010

Selain merupakan salah satu urusan wajib, kegiatan pengembangan UMKM/IKM

juga merupakan satu dari 8 urusan pilihan yang dilakukan pemerintah kabupaten.

Pengembangan industri dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan produksi

dan nilai tambah usaha ekonomi masyarakat yang mendukung sektor perdagangan

serta memperlancar distribusi produk. Adapun jumlah usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM) pada tahun 2009 di Kota Mataram sejumlah 9.725 UMKM.

Keberadaan pelaku industri di Kota Mataram saat ini cukup banyak, namun

kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian daerah masih relatif

kecil. Pada Tahun 2010, industri kecil menengah (IKM) di Kota Mataram mencapai

3.305 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebesar 13.021 orang. Unit usaha

tersebut tersebar di beberapa sektor industri dan tergabung dalam beberapa sentra

industri.

Di Kota Mataram terdapat 235 sentra industri pangan yang didalamnya terdapat

industri makanan minuman, abon, bakso, kerupuk, keripik, dodol, kue

basah/kering, roti, telur asin, pemindangan ikan dan tahu tempe, industri ini

menyebar di Kecamatan Ampenan, Sandubaya dan Selaparang. Terdapat 41 sentra

Konveksi di dalamnya meliputi industri konveksi, bordir, tenun dan tenun gedokan.

Page 310: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-174

Industri sandang, terutama konveksi dan bordir banyak terdapat di desa Pagutan

Kecamatan Mataram. Industri kimia dan bahan bangunan terdapat di 45 sentra di

Kota Mataram, yang didalamnya terdapat industri batako dan paving blok yang

banyak terdapat di Kecamatan Selaparang dan Ampenan, industri meubel di

Kecamatan Sandubaya dan Sekarbela.

Terdapat 45 industri logam dan elektronika yang meliputi industri bengkel las yang

banyak terdapat di Kecamatan Sandubaya dan Mataram, industri bengkel motor dan

mobil menyebar diseluruh Kecamatan dan banyak terdapat di Kecamatan

Cakranegara dan Sandubaya, industri cor kuningan di Kecamatan Mataram, industri

pengrajin emas dan perak banyak di Kecamatan Sekarbela. Industri kerajinan

terdapat di 74 sentra yang meliputi industri kerajinan bambu terdapat di Bertais

Kecamatan Sandubaya, industri bebetek di Kecamatan Cakranegara, industri rumah

tangga di Sandubaya, kerajinan kayu di Cakranegara, kerajinan cukli di Cakranegara

dan Sandubaya, kerajinan kulit di Sandubaya, kerajinan dari kertas koran/semen di

Selaparang dan kerajinan mutiara banyak terdapat di Pagutan, Kecamatan Mataram.

Tabel 0-197. Jumlah Sentra IKM/UMKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Pesebaranya Di Kota Mataram

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Pangan Kerajinan

1. Abon Ampenan 2 5 1. Anyaman Cakranegara 13 52

Sekarbela 1 5 Mataram 2 4

2. Abon, Dendeng Cakranegara 2 5 Sandubaya 1 1

3. Bakso Ampenan 1 4 Selaparang 1 10

Mataram 7 11 2. Anyaman Bambu Cakranegara 10 40

4. Bawang Goreng Sandubaya 3 5 Sandubaya 56 76

5. Ceker Ayam Ampenan 1 2 3. Any. Daun Kelapa Cakranegara 3 6

Cakranegara 1 7 4. Anyaman Ketak Ampenan 1 4

Selaparang 2 5 5. Anyaman Peraras Ampenan 1 5

6. Cendol Mataram 7 23 7. Anyaman Plastik Cakranegara 10 20

8. Cendol Mutiara Ampenan 20 29 9. Any. Songkok Tani Sandubaya 1 2

10. Cincau Ampenan 1 8 10. Bambu & Ketak Selaparang 1 10

11. Dodol Ampenan 5 11 11. Bebetek Cakranegara 25 26

12. Dodol Jambu Cakranegara 10 15 Selaparang 1 10

13. Dodol Nangka Cakranegara 5 25 12. Industri RT Sandubaya 8 56

Selaparang 8 41 13. Jok/ Sedel Ampenan 1 4

14. Donat Sanduabaya 1 2 Mataram 2 8

15. Emping Melinjo Mataram 20 22 Sandubaya 10 33

16. Jagung & Kacang Mataram 1 2 14. Kasur/ kapuk Mataram 6 7

17. Jajan Basah Ampenan 43 121 15. Kerajinan bambu Selaparang 2 8

18. Jagung Marning Mataram 5 14 16. Kerajinan Gitar Selaparang 1 2

19. Jamu Ampenan 1 3 17. Kerajinan Inka Selaparang 1 3

Sandubaya 1 10 18. Ker. Kaleng Bekas Selaparang 1 5

Sekarbela 1 2 19. Kerajinan kalung Selaparang 1 5

Selaparang 2 6 20. Kerajinan Kayu Ampenan 3 14

Mataram 1 2 Cakranegara 140 201

20. Kacang Asin Ampenan 2 3 Mataram 21 25

Cakranegara 2 8 Sandubaya 7 16

Sandubaya 8 35 Selaparang 8 23

Selaparang 6 20 21. Ker. Kayu Cukli Ampenan 2 16

22. Kacang Atom Selaparang 1 5 Cakranegara 54 152

23. Kacang Telur Sekarbela 1 5 Sandubaya 20 21

Selaparang 3 9 21. Kerajinan Kerang Ampenan 2 5

24. Kelapa Parut Mataram 1 6 22. Kerajinan Kulit Sandubaya 21 55

25. Keripik Ampenan 32 116 23. Kerajinan Rotan Selaparang 1 3

Page 311: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-175

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Sandubaya 2 15 24. Ker. Rumput Ketak Selaparang 1 4

Cakranegara 3 11 25. Kerajinan Sangkar Sandubaya 1 1

Sekarbela 3 12 26. Kerajinan Tangan Mataram 1 1

Selaparang 3 17 27. Ker. Ukir Bambu Cakranegara 2 20

26. Keripik Nangka Cakranegara 7 16 Sandubaya 10 20

27. Keripik Pisang Mataram 1 10 28. Ker. Batok Kelapa Mataram 1 10

29. Keripik Singkong Ampenan 2 34 30. Ker. Kertas Koran Selaparang 20 30

Mataram 1 1 31. Ker. Pelepah Pisang Mataram 2 8

Sandubaya 3 19 32. Mainan Anak Cakranegara 6 6

33. Kerupuk Ampenan 2 5 34. Merajut/ Kuistik Ampenan 2 20

Cakranegara 4 36 35. Mutiara Mataram 10 30

Mataram 8 24 36. Pagar Bedek Selaparang 1 10

Sandubaya 26 137 37. Pengrajin Semat Mataram 1 11

Sekarbela 2 15 38. Rajut Tas/ Dompet Cakranegara 1 5

Selaparang 10 44 39. Sangkar Burung Sandubaya 3 19

40. Kerupuk Beras Ampenan 2 8 41. Sapu Bulu Ampenan 1 6

Selaparang 7 26 42. Sepatu Sandal Sandubaya 2 7

43. Kerupuk Dandit Cakranegara 2 10 44. Stempel Ampenan 1 3

Sandubaya 2 10 Jumlah 74 517 1.161

45. Kerupuk Ikan Ampenan 3 28

46. Ker. Kaki Ayam Ampenan 2 21 Logam dan Elektronika

Cakranegara 6 50 1. Bengkel Las Ampena 1 3

Mataram 1 3 Cakranegara 2 7

Sandubaya 1 2 Sandubaya 4 18

Selaparang 1 4 Sekarbela 3 6

47. Ker. Kulit Cakranegara 18 95 Selaparang 4 13

Mataram 49 109 Mataram 5 18

Selaparang 1 4 2. B. Las Alumunium Sandubaya 3 18

48. Kerupuk Paru Ampenan 3 16 3. Bengkel Mobil Cakranegara 2 8

Cakranegara 2 6 Mataram 1 6

Selaparang 1 7 Sandubaya 2 7

49. Kerupuk Tahu Sandubaya 19 28 4. Bengkel Spd Motor Ampenan 5 12

Sekarbela 24 34 Cakranegara 25 67

50. Kerupuk Tempe Ampenan 1 4 Mataram 16 40

Sandubaya 5 7 Sandubaya 35 84

Selaparang 10 15 Sekarbela 13 20

51. Kerupuk Tepung Ampenan 3 24 Selaparang 11 30

Mataram 1 15 Sandubaya 8 29

Sandubaya 7 21 5. Cor Kuningan Mataram 29 35

52. Kerupuk Terigu Selaparang 24 76 6. Elektronik Ampenan 1 1

53. Kerupuk Udang Mataram 5 19 7. Emas/ Perak Mataram 10 20

54. Kue Basah Ampenan 38 101 Sekarbela 33 88

Cakranegara 42 92 Selaparang 4 2

Mataram 44 80 8. Grongseng kuda Mataram 7 28

Sandubaya 15 41 9. Kaleng Besi Sandubaya 189 652

Sekarbela 1 1 10. Pande Besi Selaparang 4 6

Selaparang 11 34 11. Pande Besi/Pedang Sekarbela 4 15

55. Kue Donat Sandubaya 3 10 12. Pembuat Kompor Sandubaya 2 12

56. Kue Kacang Sandubaya 3 9 13. Cuci Mobil & Motor Sandubaya 1 1

57. Kue Kering Ampenan 27 66 14. Pengo. Besi Bekas Selaparang 1 4

Cakranegara 14 33 15. Perj. alumunium Sandubaya 2 5

Mataram 6 25 16. Servis Elektronika Ampenan 3 5

Sandubaya 16 86 17. Tambal Ban Sandubaya 1 1

Sekarbela 14 43 Jumlah 55 428 1.262

Selaparang 13 33

58. Mamin Instan Mataram 2 8 Kimia dan Bahan Bangunan

59. Manisan Buah Ampenan 1 1 1. Bata/ Genteng Sandubaya 11 37

60. Mie Ampenan 4 15 Mataram 20 122

Sandubaya 2 6 Sandubaya 27 189

61. Minuman Sandubaya 2 2 2. Batako, Paving

Blok

Ampenan 5 26

62. Minyak Goreng Ampenan 26 56 Mataram 8 16

Page 312: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-176

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan Unit

Usaha Tenaga Kerja

63. Pembuatan Touge Cakranegara 6 13 Sandubaya 1 3

64. Pemindangan Ikan Ampenan 45 84 Selaparang 5 36

Sekarbela 40 101 3. Daur Ulang Kertas Selaparang 1 3

65. Penggilingan

Tepung

Mataram 1 1 4. Gypsum Ampenan 1 8

Sandubaya 2 2 Mataram 1 2

66. Pisang Sale Mataram 1 7 Sandubaya 1 3

67. Rempeyek Mataram 1 4 Sekarbela 1 8

68. Roti Ampenan 6 29 5. Kaca Lengkung Sandubaya 1 3

Mataram 5 10 6. Meubel Ampenan 4 23

Sandubaya 31 153 Cakranegara 7 34

Selaparang 1 5 Mataram 16 41

69. Sirup Jambu Biji Cakranegara 10 15 Sandubaya 11 46

70. Susu Kedelai Ampenan 2 5 Sekarbela 33 62

Mataram 1 3 Selaparang 5 16

Sandubaya 1 10 7. Pemb Air Aki Cakranegara 5 20

71. Tahu/Tempe Ampenan 23 97 8. Percetakan, Sablon Selaparang 2 7

Cakranegara 1 4 9. Pupuk Selaparang 1 10

Mataram 125 404 10. Sablon Ampenan 3 10

Sandubaya 109 347 Sandubaya 1 3

Sekarbela 282 694 Selaparang 3 14

Selaparang 73 196 Jumlah 45 178 755

72. Telur Asin Ampenan 1 2

Cakranegara 10 38 Sandang

Mataram 2 7 Konveksi Sekarbela 19 24

Sandubaya 6 11 Selaparang 21 56

Selaparang 8 35 2. Konveksi/Bordir Ampenan 37 712

Jumlah 135 1.573 4.764 Cakranegara 43 60

Mataram 81 255

Sandang Sandubaya 4 6

1. Konveksi Ampenan 49 230 Selaparang 8 48

Cakranegara 19 30 3. Tenun Ampenan 1 5

Mataram 64 267 Cakranegara 25 70

Sandubaya 88 69 4. Tenun Gedogan Cakranegara 2 3

Jumlah 44 441 1.868

Jumlah Total

Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja

453 3.137 9.810

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram (2008-2010, diolah)

Sektor perdagangan yang merupakan penggerak utama (prime mover) dan ujung

tombak pembangunan ekonomi di Kota Mataram mempunyai kontribusi yang cukup

besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini ditandai dengan

perkembangan usaha perdagangan di Kota Mataram dari tahun ke tahun yang terus

mengalami peningkatan baik dari kuantitas maupun nilai produksinya.

Pada tahun 2011, jumlah usaha perdagangan menurut skala usaha tercatat 10.573

unit usaha, mengalami peningkatan sekitar 6,04% dari tahun 2010 yang berjumlah

9.970 unit usaha. Menurut skala usahanya, perdagangan dibedakan menjadi

perdagangan besar, mikro, kecil dan menenggah. Keberadaan usaha perdagangan

mikro, kecil dan menengah di Kota Mataram mencapai 9.881 unit usaha atau

mencapai 93,45% dari jumlah perusahan perdagangan.

Penyebaran usaha perdagangan di Kota Mataram ditinjau dari penyebaran per

kecamatan, sekitar 88,53% berada di Kecamatan Mataram, Cakranegara dan

Ampenan, karena ketiga Kecamatan tersebut adalah pusat ekonomi dan perdagangan

Page 313: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-177

di Kota Mataram, serta sebagaian kecil menyebar di Kecamatan lainya. Untuk

informasi lebih lengkap pertumbuhan usaha perdagangan mikro, kecil menengah di

Kota Mataram disajikan di Tabel III-198.

Tabel 0-198. Pertumbuhan Usaha Perdagangan Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Mataram Tahun 2011

Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah

Ampenan 75 1.892 360 2.327

Sekarbela 20 220 0 240

Mataram 84 2.569 601 3.254

Selaparang 67 394 4 465

Cakranegara 87 2.468 612 3.167

Sandubaya 69 343 16 428

Jumlah 402 7.886 1.593 9.881

2010 137 7.540 1.601 9.289

2009 - 7.057 1.608 8.6865

2008 - 6.559 1.476 8.453

2007 - 2.742 490 3.5232

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram

Adapun usaha perdagangan mikro, kecil, menengah di Kota Mataram menurut

penyebaran per sektor ekonomi, dibedakan menjadi perdagangan obat dan makanan,

minuman beserta bahan pokoknya (sembako), perdagangan kerajinan dan

perlengkapan rumah tangga, perdagangan sandang, perdagangan logam dan bahan

bangunan, perdagangan sarana pertanian dan perikanan, perdagangan elektronika

dan perdagangan hasil pertanian, perikanan dan peternakan.

3.10.4. Peran Perbankan Dalam Pengembangan UMKM di Kota Mataram

Berdasarkan data Bank Indonesia, besaran kredit bagi UMKM di Kota Mataram pada

periode November 2012 adalah sebesar Rp 1,39 triliun atau 28,10% dari total kredit

perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi

bulan November 2011, kredit UMKM meningkat sebesar 12,41%. Walaupun terjadi

fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara keseluruhan dari periode

Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per bulan adalah sebesar 0,86%.

Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012 dari total kredit UMKM

sebesar Rp 1,39 triliun, sebagian adalah untuk skala kredit menengah mencapai Rp

831,5 miliar (59,79%), kemudian diikuti oleh kredit skala kecil yang mencapai Rp

369,6 miliar (26,57%). Sedangkan penyaluran kredit skala mikro sebesar Rp 189,74

miliar (13,64%). Untuk informasi lebih lengkap pertumbuhan Baki Kredit UMKM di

Kota Mataram disajikan di Tabel III-199.

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh

Bank umum di Kota Mataram dari bulan Januari - November mengalami peningkatan

secara fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan

penggunaanya mengalami peningkatan sebesar 1,59% per tahun untuk Modal Kerja

dan pertumbuhan mengalami penurunan 1,20% per tahun untuk Modal Investasi.

Penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit modal kerja dengan nominal kredit

sebesar Rp. 10,7 triliun dengan pangsa pasar sebesar 75,20% dari total kredit UMKM

Page 314: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-178

bank umum yang telah disalurkan, selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar

Rp. 3,5 triliun dengan pangsa pasar sebesar 24,80%. Untuk informasi lebih lengkap

pertumbuhan jumlah kredit usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan jenis

penggunaanya di Kota Mataram disajikan di Tabel III-200.

Tabel 0-199. Perkembangan Baki Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 Di Kota Mataram

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 279.351 22,58 354.355 28,64 603.517 48,78 1.237.223 Des 279.827 21,80 362.268 28,22 641.734 49,99 1.283.829

2012 Jan 263.762 23,58 345.407 30,88 509.427 45,54 1.118.595 -12,87

Feb 266.620 22,34 346.160 29,01 580.580 48,65 1.193.361 6,68

Mar 264.074 21,25 357.584 28,78 620.949 49,97 1.242.607 4,13

Apr 257.291 20,22 360.859 28,36 654.325 51,42 1.272.475 2,40

Mei 270.062 20,47 370.324 28,08 678.659 51,45 1.319.045 3,66

Jun 207.892 15,38 378.908 28.03 764.916 56,59 1.351.716 2,48

Jul 218.095 16,34 365.172 27,35 751.770 56,31 1.335.036 -1,23

Agust 179.361 13,66 374.981 28,56 758.823 57,79 1.313.165 -1,64

Sep 191.442 14,41 354.773 26,70 782.722 58,90 1.328.938 1,20

Okt 186.722 13,87 367.916 26,90 810.259 59,23 1.367.897 2,93

Nov 189.737 13,64 369.579 26,57 831.501 59,79 1.390.817 1,68

Rata rata kenaikan ( %) 0,86

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012

Tabel 0-200. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya di Kota Mataram Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan Rp)

Porsi (%)

Kenaikan (%)

(Jutaan Rp)

Porsi (%)

Kenaikan (%)

Jan 796.076 71,17 -15,53 322.519 28,83 -5,54

Feb 871.585 73,04 9,49 321.776 26,96 -0,23

Mar 917.224 73,81 5,24 325.383 26,19 1,12

Apr 935.196 73.49 1,96 337.279 26,51 3,66

Mei 976.775 74,05 4,45 342.270 25,95 1,48

Jun 1.021.468 75,37 4,58 330.248 24,43 -3,51

Jul 1.006.230 75,37 -1,49 328.806 24,63 -0,44

Agust 981.938 74,78 -2,41 331.227 25,22 0,74

Sep 1.042.531 78,45 6,17 286,407 21,55 -13,53

Okt 1.076.998 78,73 3,31 290,899 21,27 1,57

Nov 1.095.506 78,77 1,72 295.311 21,23 1,52

Jumlah/Rata2 10.721.527 75,20 1,59 3.512.124 24,80 -1,20

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di Kota

Mataram hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober dan

November) dapat dilihat pada Tabel III-201.

Page 315: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-179

Tabel 0-201. Kredit UMKM Sektoral Kota Mataram Periode tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

13.117 12.389 14.749 15.104

2. Pertambangan dan Penggalian 641 707 819 921

3. Industri Pengolahan 111.342 114.057 117.917 85.187

4. Listrik, Gas dan Air 4.449 4.183 6.163 4.411

5. Kontruksi 162.093 201.120 203.989 187.866

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.175.864 2.474.468 2.632.621 1.851.450

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 89.827 111.728 123.006 91.644

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

268.643 368.798 412.940 265.396

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 728.587 655.786 464.935 256.735

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 3.554.563 3.943.236 3.977.139 12.758.714

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 2,76 triliun.

Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap

triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 3,94 triliun

naik 10,93% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 3,56 triliun, dan triwulan

ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 3,98 triliun atau 0,86% dari triwulan kedua (Tw2).

Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran dengan pangsa mencapai 61,21% atau Rp 2,18 triliun pada triwulan

pertama (Tw1), 62,75% atau Rp. 2,47 triliun pada triwulan kedua (Tw2), 66,19% atau

Rp. 2,63 triliun pada triwulan ketiga (Tw3), dan 67,11% atau Rp 1,85 triliun pada

triwulan keempat (Tw4 data pada bulan Oktober dan November). Kemudian diikuti

oleh sektor jasa-jasa sebesar Rp 728,6 miliar pada triwulan pertama (Tw1), Rp 655,8

miliar pada triwulan kedua (TW2), Rp 464,9 miliar pada triwulan ketiga (Tw3). Pada

triwulan ke empat (Tw4) posisi kedua penyaluran kredit UMKM oleh sektor keuangan,

real estate dan jasa perusahaan sebanyak Rp 265,39 miliar.

3.11. Kota Bima

3.11.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bima pada tahun 2011 (angka

sementara) atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 1.126,563 milyar. Jumlah

PDRB yang dihasilkan tersebut meningkat dari Rp 1.000,338 milyar di tahun 2010

Page 316: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-180

dan Rp 886,646 milyar di tahun 2009. Demikian juga dengan hasil perhitungan

PDRB atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 adalah sebesar Rp 485,622 milyar

pada tahun 2011, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp 461,115

milyar pada tahun 2010 dan Rp 435,961 milyar tahun 2009. Berdasarkan

perhitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat diketahui pertumbuhan ekonomi

Kota Bima pada tahun 2010 adalah sebesar 5,31%. Angka tersebut mengalami

sedikit penurunan bila dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2010 sebesar

5,77%.

Struktur perekonomian Kota Bima bila dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga

berlaku tahun 2011, didominasi oleh sektor jasa-jasa (29,20%). Sub sektor paling

dominan terhadap sektor jasa-jasa tersebut adalah sub sektor jasa pemerintahan

umum, yaitu sebesar 27,99%, sementara jasa swasta hanya berperan sebesar 1,21%.

Hal tersebut mengindikasikan, peran pemerintah masih sangat kuat berpengaruh

terhadap perekonomian Kota Bima hingga tahun 2011. Selanjutnya sektor

perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor kedua terbesar yang memberi

kontribusi sebesar 20,66% terhadap total PDRB, dengan sub sektor yang paling

dominan adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 17,56%,

sementara sub sektor hotel dan restoran masing-masing mempunyai peranan sebesar

0,20% dan 2,91%.

Gambar 0-31. Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut Lapngan Usaha Kota Bima Tahun 2011

Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2012

Apabila diamati berdasarkan kelompok-kelompok kegiatan ekonomi, maka dapat

dijelaskan bahwa perekonomian Kota Bima hingga tahun 2011 masih didominasi

oleh kelompok tersier (kelompok sektor jasa) seperti; sektor jasa-jasa, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2011

17.55

0.13

2.71

0.93

6.83

20.66 17.87

5.12

29.2

Distribusi Persentase PDRB Adhb Menurut

Lapangan Usaha Kota Bima Tahun 2011

Pertanian

Pertambangan dan

PenggalianIndustri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

BersihBangunan

Perdagangan, Hotel dan

RestoranPengangkutan dan

KomunikasiKeuangan, Persewaan

dan Jasa PerusahaanJasa-jasa

Page 317: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-181

sebesar 71,85%. Sementara sektor primer yang meliputi pertanian, pertambangan

dan penggalian mempunyai peranan sebesar 17,68%, dan sektor sekunder yang

terdiri dari sektor industri, sektor listrik dan air bersih, dan sektor kontruksi pada

tahun 2011 hanya sebesar 7,89%. Untuk informasi lebih lengkap Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) menurut lapangan usaha di

Kota Mataram tahun 2009-2011 disajikan di Tabel III-202.

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa semua sektor lapangan usaha

menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sektor pertanian yang merupakan penyerap

tenaga kerja dan tempat menggantungkan hidup sebagian warga Kota Bima

mencapai pertumbuhan sebesar 3,96%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran,

serta sektor bangunan mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya,

dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,322% dan 7,88%. Sedangkan

kelompok sektor jasa-jasa yang mempunyai peranan paling dominan terhadap PDRB

Kota Bima pada tahun 2011 memperlihatkan pertumbuhan yang melambat. Sektor

jasa-jasa tumbuh sebesar 4,23% yang dipengaruhi oleh pertumbuhan di sub sektor

pemerintahan umum sebesar 4,07%. Pertumbuhan disektor ini mengalami

pertumbuhan dibawah rata-rata PDRB. Hal ini dipengaruhi adanya kebijakan

moratorium pegawai negeri oleh pemerintah.

Tabel 0-202. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2009-2011

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 Pertanian 157.679,83 170,041,88 197.697,22

2 Pertambangan dan Penggalian 1.129,58 1.272,16 1.436,78

3 Industri Pengolahan 25.395,23 27.885,62 30.550,68

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.193,42 9.545,29 10.438,29

5 Bangunan 58.269,51 67.746,64 76.908,91

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran

175.652,34 202.721,91 232.793,83

7 Pengangkutan dan Komunikasi 162.881,82 178.458,37 190.061,63

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 44.876,09 51.570,22 57.704,23

9 Jasa-Jasa 252.565,81 291.096,05 328.972,59

PDRB 886.646,63 1.000.338,14 1.126.564,16

Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2012

Sektor Industri yang didominasi oleh usaha kecil dan mikro di Kota Bima selama 3

tahun terakhir mengalami stagnasi. Hal ini diperlihatkan oleh tingkat pertumbuhan

yang hampir sama setiap tahunnya, yaitu 3,90% pada tahun 2009, 4,16% di tahun

2010 dan sedikit mengalami percepatan sebesar 5,16% di tahun 2011. Sektor

industri yang banyak menampung sektor informal ini perlu mendapat perhatian lebih

serius mengingat sektor ini terbukti mempunyai ketahanan terhadap krisis ekonomi

dan sektor yang dapat diandalkan untuk menyerap tenaga kerja. Untuk informasi

lebih lengkap Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB

ADHB) menurut lapangan usaha di Kota Mataram tahun 2009-2011 disajikan di

Tabel III-203.

Page 318: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-182

Tabel 0-203. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2009-2011

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011

1 Pertanian 90.687,22 92.341,04 95.996,98

2 Pertambangan dan Penggalian 564,71 596,95 634,14

3 Industri Pengolahan 14.275,76 14.869,64 15.636,91

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 3.587,16 3.999,36 36.407,71

5 Bangunan 31.160,83 33.749,36 36.407,71

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

81.222,12 87.155,04 93.536,19

7 Pengangkutan dan Komunikasi 75.497,06 80.216,84 84.227,34

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 24.204,06 26.043,15 27.649,55

9 Jasa-Jasa 114.762,43 122.143,87 127.307,24

PDRB 435.961,35 461.115,38 485.622,56

Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2012

3.11.2. Kondisi Produksi

Kegiatan produksi menunjukkan kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya

dengan daya saing daerah. Kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik

(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah ada maupun yang akan masuk ke

suatu daerah untuk menciptakan multiplier effect bagi peningkatan daya saing

daerah. Secara sektoral, kemampuan ekonomi daerah diuraikan sebagai berikut.

a. Sektor pertanian

Secara umum produksi tanaman pangan di Kota Bima mengalami peningkatan.

Produksi Sub sektor tanaman pangan merupakan motor penggerak utama

perekonomian di Kota Bima. Sub sektor ini memberikan kontribusi terbesar ketiga

terhadap pembentukan PDRB yaitu sebesar 14,05%, pada tahun 2011 atas dasar

harga konstan tahun 2000.

1. Sub sektor tanaman pangan

Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor yang cukup besar

memberikan kontribusi bagi perekonomian di Kota Bima. Selama tahun 2011

kegiatan pertanian tanaman pangan di Kota Bima telah berhasil mencapai produksi

padi sebesar 38.018 ton, jagung 7,097 ton, ubi kayu 8.740 ton ubi basah, ubi jalar

541 ton ubi basah, kacang tanah 608 ton, kedelai 5.306 ton, dan kacang hijau 119

ton.

Apabila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman pangan

tahun 2011 di Kota Bima yang terbesar adalah padi sawah dengan luas panen 7.761

ha dengan produksi 38.018 ton. Selanjutnya kacang kedelai dengan luas panen

3.321 ha dan produksi 5.306 ton, serta jagung dengan luas panen 1.357 ha dan

produksi 7.097 ton. Kecamatan dengan kontribusi terhadap total produksi padi

sawah terbesar adalah Rasanea Timur dan Raba, dari dua kecamatan ini lebih dari

80% produksi padi Sawah di Kota Bima dihasilkan.

Page 319: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-183

Tabel 0-204. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Tanaman

Pangan di Kota Bima Tahun 2008 – 2011

Komoditas

2008 2009 2010 2011

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Padi 6.161 30.935 7.529 36.685 7.096 36.139 7.761 38.018

Jagung 886 2.778 981 3.635 687 3.277 1.357 7.097

Ubi Kayu 725 7.919 888 10.907 619 7.582 613 8.740

Ubi Jalar 40 428 51 1.304 40 458 46 541

Kacang tanah 794 1.040 850 1.100 421 556 449 608

Kacang hijau 180 132 279 260 287 270 125 119

Kacang Kedelai 2.806 3.731 3.278 3.911 3.104 40.35 3.321 5.306

Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2012

2. Sub sektor Sayuran

Pada tahun 2011 produksi sayuran di Kota Bima mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun 2010, salah satu penyebabnya adalah berkurangnya

lahan untuk bercocok tanam karena alih fungsi lahan, dari lahan pertanian menjadi

bangunan dan tempat tinggal.

Tabel 0-205. Pertumbuhan Luas Areal Panen dan Produksi Sayuran di Kota Bima Tahun 2008-2011

Komoditas

2008 2009 2010 2011

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Luas

Panen (ha)

Produksi

(ton)

Bawang Merah 12,00 91,00 11,00 77,00 14,00 168,00 7,00 79,00

Cabe 5,00 19,00 37,00 111,00 16,00 39,00 18,00 23,60

Terung 7,00 21,00 16,00 64,00 7,00 70,00 16,00 49,00

Tomat 13,00 124,00 24,00 216,00 18,00 132,00 25,00 90,00

Ketimun 15,00 99,00 40,00 240,00 25,00 184,00 26,00 46,00

Kacang Panjang 56,00 159,00 110,00 440,00 75,00 265,00 78,00 246,00

Kangkung 6,00 12,00 20,00 40,00 41,00 232,00 33,00 127,70

Bayam 6,00 9,00 46,00 92,00 65,00 165,00 22,00 16,00

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kota Bima, 2011

Tiga besar produksi komoditas sayuran di Kota Bima masing-masing adalah kacang

panjang dengan produksi sebesar 246 ton, atau turun 7,72% dari produksi tahun

2010. Urutan kedua terbesar produksinya adalah kangkung sebesar 172 ton,

mengalami penurunan produksi mencapai 82,67%. Kemudian tomat yang mengalami

penurunan 46,67%, menjadi 90 ton pada tahun 2011.

3. Sub sektor Buah-buahan

Secara umum produksi buah-buahan di Kota Bima pada tahun 2011 mengalami

kenaikan jumlah panen secara signifikan, meskipun terdapat beberapa komoditas

yang mengalami penurunan, yang disebabkan pohon yang produktif sudah

berkurang karena usia, dan sebagian masih tanaman belum menghasilkan (TBM).

Page 320: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-184

Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan produksi secara signifikan, antara

lain: produksi buah sirsak sebesar 11,6 ton mengalami peningkatan mencapai

400,63% dari tahun 2010 yang hanya 2,07 ton. Produksi pisang mencapai 7,8 ton,

naik 302% dari tahun 2010 yang hanya 1,9 ton. Begitu juga mangga yang mengalami

peningkatan sebesar 212,02%, dari tahun 2010 yang hanya 1,7 ton menjadi 7,3 ton.

Tabel 0-206. Pertumbuhan Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Kota Bima Tahun 2008-2011

Komoditas

2008 2009 2010 2011

Pohon Produksi

(ton) Pohon

Produksi (ton)

Pohon Produksi

(ton) Pohon

Produksi (ton)

Mangga 153.518 4.336,00 72.758 2.182,00 84.326 1.722,50 80.386 5.373,10

Nenas 675 0,60 256 0,52 260 0,60 169 1,30

Jeruk 1.373 39,00 992 19,84 598 6,10 528 40,20

Durian 1.386 2,30 131 2,62 183 2,30 253 13,10

Pisang 105.331 541,00 105.128 525,70 161.674 1.941,30 122.786 7.803,40

Pepaya 68.402 134,00 66.699 466,90 106.639 1.132,00 64.284 5.302,00

Salak 486 0,72 155 0,30 163 0,80 146 2,00

Sawo 11.301 38,50 1.196 20,40 2.861 52,00 2.995 301,50

Jambu Biji 30.464 208,80 24.324 194,60 25.389 230,30 23.042 1.053,20

Jambu Air 10.004 15,20 5.649 28,30 6.746 28,,40 4.126 225,40

Advokat 143 1,20 80 1,10 94 2,00 96 6,90

Rambutan 3.101 7,70 399 3,20 852 14,10 614 31,30

Nangka 56.152 1.840,00 41.052 821,00 42.688 684,40 25.968 2.782,30

Sirsak 359.042 4.809,00 291.183 2.038,30 312.952 2.068,00 294.344 11.632,60

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kota Bima, 2011

4. Sub sektor Perkebunan

Luas areal perkebunan di Kota Bima mengalami penurunan yang signifikan, dimana

pada tahun 2006, luas perkebunan sebesar 996 ha menjadi hanya 10 ha ditahun

2011. Hal ini disebabkan peralihan alih fungsi lahan dari lahan perkebunan menjadi

tanah banggunan dan pekarangan yang dari tahun ketahun mengalami peningkatan

yang pesat.

Kondisi perkebunan tahun 2011 meliputi 7 komoditas, dimana hanya 3 komoditas

yang banyak diusahakan, selebihnya sedikit diusahakan. Komoditas jambu mete

mengalami peningkatan produksi pada tahun 2011, sedangkan komoditas lainya

mengalami penurunan.

Tabel 0-207. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Berbagai Jenis Komoditas Perkebunan di Kota Bima Tahun 2006 – 2011

Tahun Kelapa Jambu Mete Asam

Luas (ha) Produksi

(ton) Luas (ha)

Produksi (ton)

Luas (ha) Produksi

(ton) 2006 672,53 146,430 224,91 79,210 250,27 173,030 2007 411,26 384,860 587,44 164,940 250,27 3,680 2008 304,39 340,895 587,44 95,858 250,27 0,626 2009 563,38 231,160 517,98 212,080 353,26 745,250 2010 151,71 227,570 224,92 192,990 189,32 431,650 2011 104,99 65,470 300,27 120,110 134,69 33,680

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Bima, 2011

Page 321: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-185

5. Sub sektor Kehutanan

Luas kawasan hutan di Kota Bima adalah 11.365,9 ha yang terdiri dari hutan

lindung, hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lainnya. Luas hutan produksi

di Kota Bima pada tahun 2011 mencapai 5.932 ha atau 52,19% dari luas

keseluruhan hutan di Kota Bima. Angka ini sama dengan tahun 2010 dan turun

32,36% dari luas tahun 2009.

Gambar 0-32. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kota Bima Tahun

2011 (ha) Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2012

6. Sub sektor Peternakan

Jenis usaha ternak di Kota Bima terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau dan kuda),

dan ternak kecil (kambing dan domba) serta unggas (ayam ras, ayam buras, dan itik).

Kondisi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pada kelompok ternak besar jumlah

populasi terbesar adalah sapi (80,18%), kemudian kuda (15,18%). Pada kelompok

ternak kecil, populasi terbesar adalah kambing dengan 94,93%, sedang pada

kelompok unggas adalah ayam buras sebesar 84,84% dari jumlah populasi unggas.

Tabel 0-208. Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kota Bima Tahun 2007-2011

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Sapi 11.165 12.616 14.256 16.761 12.034

Kerbau 4.544 4.714 4.879 4.981 695

Kuda 1.963 2.356 2.827 2.831 2.279

Kambing 11.439 14.478 18.821 19.492 13.892

Domba 577 589 602 565 743

Ayam Ras 58.111 80.391 109.332 336.611 493.979

Ayam Buras 104.172 112.719 125.118 156.392 59.141

Itik 14.145 13.941 14.221 15.468 29.091

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kota Bima, 2011

844

5932

4582.9

7

Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya

di Kota Bima (ha)

Hutan lindung

Hutan produksi

Hutan konversi

Hutan lainnya

Page 322: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-186

Data Tabel III-208 di atas menunjukkan bahwa semua jenis ternak besar, ternak

kecil dan unggas mengalami peningkatan jumlah populasi dari waktu ke waktu,

selama periode 2007-2010, dan pada periode 2010-2011 semua jenis ternak

mengalami penurunan populasi kecuali untuk populasi ayam Buras dan Domba.

Turunnya jumlah populasi ternak di Kota Bima disebabkan sebagian besar

budidayanya yang kurang intensif dengan skala usaha kecil dan berkurangnya lahan

pengembalaan dan lahan pakan.

7. Sub sektor Perikanan

Produksi ikan di Kota Bima terdiri dari produksi ikan air tawar, tambak dan produksi

ikan laut, dengan jumlah produksi pada tahun 2011 mencapai 1.986,73 ton.

Produksi ikan air tawar 99,6 ton, sedangkan produksi ikan tambak mencapai 379,67

ton, dan produksi ikan laut mencapai 1.483,7 ton.

Tabel 0-209. Produksi Ikan Menurut Sub Sektor di Kota Bima Tahun 2006-2011

Tahun

Produksi Penangkapan Budidaya

Laut Perairan Tambak Kolam 2006 1771,80 41,80 407,03 49,50 2007 3728 41,80 319,50 48,90 2008 1053,10 11,60 508,50 43 2009 1619 11,60 323,90 36,80 2010 1.373,50 12,10 383,10 44,60 2011 1.483,70 23,40 379,67 99,60

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima. 2011

Berdasarkan jenis ikan, untuk ikan air tawar produksi terbesar pada tahun 2011

adalah ikan mujair dan ikan lele. Untuk ikan air laut, produksi terbesar adalah

adalah ikan tongkol, kemudian cumi-cumi dan ikan tuna. Untuk produksi ikan

tambak adalah 80% lebih adalah ikan bandeng, dan selebihnya udang.

Sentra dari produksi ikan di Kota Bima, baik penangkapan ikan di laut maupun

tambak berada di Kecamatan Asoka sebesar 56,75% jumlah produksi penangkapan

ikan di laut di Kota Bima, selebihnya 43,25% berada di Kecamatan Rasanea Barat,

untuk produksi ikan tambak 73,92% berada di Kecamatan Rasanea Barat dan

selebihnya 26,18% di Kecamatan Asakota

b. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

1. Sub sektor Perdagangan

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ke dua terbesar dalam

sumbangannya terhadap PDRB tahun 2010, yaitu 20,66% dari total PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2000. Kontribusi yang besar ini disumbangkan oleh sub sektor

perdagangan besar dan eceran sebesar 17,56%. Sektor perdagangan di Kota Bima

didonimasi oleh perdagangan kecil yang mencapai 89,72%, selebihnya perdagangan

menengah 7,9% dan 2,38% untuk perdagangan besar.

Data Tabel III-210, menunjukkan pertumbuhan jumlah perdagangan dari tahun ke

tahun selama periode 2006-2011 mengalami kenaikan jumlah secara terus menerus,

terutama untuk perdagangan menengah dan kecil. Sejalan dengan pertumbuhan

Page 323: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-187

perdagangan ditunjang dengan fasilitas dan sarana perdagangan terdiri atas

pertokoan dan pasar umum. Lokasi pertokoan meliputi dua kawasan perdagangan,

yaitu Kota Bima dan Raba.

Tabel 0-210. Perkembangan Perusahaan Perdagangan di Kota Bima Tahun 2006-20011

Tahun Perdagang

Besar

Perdagang

Menengah

Perdagangan

Kecil

Jumlah

Total

2006 2 52 403 457

2007 8 56 545 609

2008 9 62 650 721

2009 21 86 969 1076

2010 37 113 1252 1402

2011 40 133 1510 1683

Sumber : Dinas Koperasi, perindustrian dan perdagangan Kota Bima, 2011

Kawasan pasar umum di seluruh Kota Bima-Raba tercatat sebanyak empat unit

masing-masing di Kelurahan Kumbe, Rabangodu, Tanjung dan Sarae. Sedangkan

jumlah hotel dan restoran sebanyak 51 unit yang tersebar di tiga kecamatan. Dengan

memperhatikan kondisi yang ada dalam mewujudkan Kota Bima sebagai kota transit

maka pengembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi perhatian

utama.

2. Sub sektor Hotel dan Restoran

Pada tahun 2011 jumlah hotel di kota Bima sebanyak 13 buah hotel, dengan jumlah

kamar 272 buah kamar. prosentase tamu yang menginap 98,58% untuk tamu dalam

negeri dan 1,42% adalah tamu dari luar negeri.

Tabel 0-211. Presentase Jumlah Tamu yang Datang dan Menginap pada Hotel dan Losmen di Kota Bima Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Tamu

Luar Negeri Dalam Negeri

2011 1,14 98,58

2010 0,89 91,03

2009 -

2008 1,08 94,51

2007 1,16 98,84

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bima, 2011

c. Sektor pengangkutan dan komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 memberikan kontribusi

sebesar 16,87% dari total PDRB Kota Bima. Berbagai sarana komunikasi sudah

Page 324: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-188

tersedia di Kota Bima, seperti kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan

telepon untuk sarana hubungan secara langsung.

1. Sub sektor Pengangkutan

Angkutan Darat. Sarana jalan sangat menentukan kelancaran transportasi. Menurut

data BPS Kota Bima (2011), tahun 2011 total panjang jalan menurut jenis

permukaan di Kota Bima mencapai 369,49 km yang meliputi jalan negara, jalan

provinsi dan jalan kabupaten.

Kendaraan angkutan umum dan jumlahnya di Kota Bima meliputi angkutan bis

mencapai 1.411 bis yang meliputi angkutan bis besar, sedang dan kecil. Sedangkan

mobil penumpang 352 unit, mobil barang 1.201 dan kendaraan tidak bermotor 754

unit. Sedangkan untuk memperlancar arus barang, baik barang perdagangan

maupun hasil bumi di Kota Bima terdapat 1.915 truck dan 2.183 pick up.

Angkutan Laut. Adapun untuk angkutan laut pada tahun 2011 pelabuhan di Kota

Bima mendapatkan jumlah kunjungan kapal sebanyak 1.930 unit, dengan bongkar

muat barang dan penumpang sebanyak 244.303 ton barang, 981.751 m3 kayu,

11.465 ekor ternak dan 63.553 orang penumpang.

2. Sub sektor Pos dan Telekomunikasi

Pos merupakan sarana komunikasi yang paling tua usianya namun masih

merupakan pilihan utama bagi masyarakat walaupun sudah ada sarana komunikasi

lainnya. Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau

konsumennya sampai pada daerah yang terjauh. Surat merupakan salah satu alat

komunikasi yang banyak digunakan.

Pada tahun 2011 banyaknya produksi surat biasa dalam negeri mencapai 1.784 dan

surat biasa luar negeri sebanyak 136. Surat kilat khusus mencapai 67.075 buah.

Jumlah paket pos biasa dalam negeri tahun 2011 mencapai 22.591 buah. Sementara

itu produksi wesel pos dalam negeri (terima) tahun 2011 frekuensinya mencapai

33.735 dengan nilai Rp 42.947.419.630. adapun untuk jumlah pelanggan telepon di

Kota Bima mengalami penurunan dari 4.502 pada tahun 2010 menjadi 4.015 pada

tahun 2011.

d. Sektor Industri Listrik dan Air Minum

1. Sub sektor Industri Pengolahan

Di Kota Bima jenis industri kecil dan rumah tangga dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan yang positif. Pada tahun 2011 jumlah industri kecil dan rumah tangga

di Kota Bima berjumlah 1.125 industri dengan menyerap 7.553 pekerja. Jumlah

tersebut masing-masing terjadi peningkatan 13,29% untuk jumlah industri dan

2,98% untuk penyerapan tenaga kerja bila dibandingkan dengan tahun 2010. Dari

1.125 industri tersebut 83,82% atau 943 unit usaha adalah industri non formal

sisanya adalah kelompok industri formal. Nilai produksi yang dihasilkan oleh industri

Page 325: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-189

yang ada di Kota Bima tahun 2011 sebesar Rp. 72,6 miliar, dimana industri non

formal menyumbang Rp. 55,97 miliar.

Tabel 0-212. Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Kelompok Industri Formal dan Non Formal di Kota Bima

Kelompok Industri

Perusahaan Tenaga Kerja

Investasi Nilai

Produksi

1. Industri Logam, Mesin dan perekayasaan

524 3.097 15.700.400 27.059.805

Formal 98 246 3.893.590 11.762.441

Non Formal 426 2.851 11.806.810 15.297.364

2. Industri Kimia Agro Industri dan Hasil Hutan

601 4.456 27.331 45.544.070

Formal 84 346 5.994.800 4.866.700

Non Formal 517 4.092 21.336.200 40.677.370

Jumlah

Total 1.125 7.553 43.031.400 72.603.875

2010 993 7.334 41.809.100 72.603.875

2009 956 7.207 35.160.185 66.579.590

2008 801 6.867 29.447.635 49.041.633

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bima, 2011

2. Sub sektor Listrik dan Air Minum

Listrik. Kebutuhan listrik di Kota Bima terus meningkat dari tahun ke tahun.

Produksi listrik pada tahun 2011 mencapai 125,67 juta KWH. Listrik yang terjual

mengalami peningkatan dari 38 juta KWH di tahun 2010 menjadi 41,73 juta KWH

pada tahun 2011, dan dengan Jumlah pelanggan berjumlah 22.672 pelanggan

pelanggan.

Air Minum. Pada tahun 2011, jumlah air minum yang disalurkan sebanyak 819.341

m3 dengan nilai Rp. 3,5 miliar. Dari angka tersebut terjadi peningkatan 20,55%

volume air yang disalurkan dari tahun dengan kenaikan nilai jual sebesar 44,06%.

Pada tahun 2011 jumlah pelanggan PDAM Kota Bima 5.331 pelanggan naik 0,8% dari

tahun 2010. Sekitar 95,18% dari jumlah pelanggan keseluruhan adalah pelanggan

dari kategori rumah tangga.

e. Sektor jasa – jasa

Kontribusi sektor jasa-jasa khususnya jasa pemerintah umum terhadap PDRB pada

tahun 2011 berdasarkan harga berlaku tahun 2011 sebesar Rp 377.068,78 juta atau

29,2%, sedangkan jasa swasta hanya berperan 1,21%. Laju pertumbuhannya dalam

periode 2006-2010 berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar 4,23% per tahun.

Kontribusi dari sektor jasa pemerintahan terhadap PDRB tahun 2011 berasal dari

jasa adminitrasi pemerintahan dan pertahanan senilai Rp 120.669,00 juta (94,78%),

jasa swasta sosial kemasyarakatan 6.638,66 juta (2,58%), jasa hiburan dan rekreasi

Page 326: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-190

senilai Rp 472,19 juta (0,3%) serta jasa perorangan dan rumah tangga sebesar Rp

2.878,88 juta (2,26%) dari total PDRB pada harga konstan 2000.

3.11.3. Profil UMKM

UMKM yang terdapat di Kota Bima didominasi oleh industri pengolahan dengan

teknologi relatif sederhana, sedangkan industri berskala menengah dan besar dengan

teknologi relatif modern jumlahnya sangat terbatas. Kegiatan industri di Kota Bima

yang dominan adalah industri kecil dan menengah. Kegiatan industri dijalankan oleh

sejumlah UKM dengan kegiatan usaha industri yang meliputi, industri tenun ikat

tradisional, industri kerajinan, industri meubel, dan furnitur, industri pengolahan

makanan, industri genteng press dan usaha yang lainya.

Dilihat dari jenis industrinya, terlihat adanya pola persebaran industri kecil yang

berbeda dimasing-masing kecamatan. Kecamatan Rasanea Timur dan Raba

merupakan sentra industri tenun, sementara kecamatan Rasanea Barat dan Mpunda

merupakan sentra industri makanan.

Tabel 0-213. Jumlah Industri Kecil Menengah IKM/UKM dan Kerajinan Menurut Jenis Usaha Persebarannya di Kota Bima Tahun 2010

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Pangan Logam & Elektronika

1. Bawang Goreng Rasanae Timur 6 21 1. Bengkel Rasanae Barat 24 56

2. Es Batu Asakota 2 7 Rasanae

Timur

13 28

3. Es Krim Raba 1 2 Asakota 8 19

Rasanae Barat 1 7 Mpunda 20 42

4. Keripik Pisang Raba 1 8 Raba 20 69

Asakota 4 19 2. Bengkel Las Mpunda 57 21

5. Keripik Singkong Raba 1 8 Raba 7 22

6. Kerupuk Rasanae Timur 1 5 Rasanae

Timur

1 4

Mpunda 8 30 3. Kaleng Rasanae Barat 5 10

Raba 10 30 4. Pande Besi Rasanae Timur

7 37

7. Kue Basah Rasanae Timur 6 31 Raba 3 12

Asakota 8 24

Mpunda 17 42 Jumlah 40 118 320

Rasanae Barat 23 59

Raba 24 64 Bahan Bangunan dan Kimia

8. Kue Kering Asakota 8 24 1. Brng. Dari Semen Raba 3 10

Rasanae Barat 35 71 2. Batu Bata Rasanae

Timur

1 3

Raba 14 54 Asakota 44 87

Mpunda 7 15 Mpunda 3 9

9. Mie Rasanae Barat 4 22 3. Genteng Asakota 3 18

10. Penggil. Tepung Rasanae Barat 16 30 Mpunda 12 60

Raba 4 7 4. Meubel Bambu Mpunda 1 4

11. Roti Rasanae Barat 5 12 5. Meubel Kayu Rasanae

Timur

31 106

Raba 1 2 Asakota 23 92

12. Tahu/tempe Rasanae Barat 10 48 Raba 24 73

Rasanae Timur 4 18 Mpunda 13 49

Page 327: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-191

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Jenis Industri Sentra/

Kecamatan

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Mpunda 8 38 Rasanae Barat 10 30

Jumlah 54 230 707

Jumlah 36 165 541

Sandang

1. Bordir/ Menjahit Asakota 3 12

Rasanae Barat 4 9 Kerajinan

Mpunda 1 2 1. Anyaman

Bambu

Rasanae

Timur

18 86

2. Menjahit Rasanae Timur 8 17 Mpunda 5 21

Raba 22 41 2. Anyaman Rotan Rasanae

Timur

7 7

Mpunda 8 16 3. Gerabah Raba 1 15

3. Tenun Gedogan Rasanae Timur 62 486 4. Kerj. Songga Rasanae

Timur

1 7

Raba 111 647 Mpunda 1 3

Mpunda 8 24 5. Profil kayu Mpunda 1 4

Rasanae Brat 1 5

Jumlah 28 228 1.258 Jumlah 10 27 143

Jumlah Total

Sentra Unit Usaha Tenaga Kerja

168 768 2.969

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bima, (2009 dan 2011,diolah)

Pemasaran produk UMKM di Kota Bima masih terbatas di dalam wilayah Kabupaten,

sedangkan pemasaran produk UMKM yang keluar wilayah kabupaten, provinsi atau

ekspor masih sangat terbatas. Kendala yang dihadapai oleh UMKM di Kota Bima

adalah persaingan yang ketat dan kurangnya modal.

Kegiatan koperasi di Kota Bima tahun 2011 didukung ketersediaan koperasi

pedesaan sebanyak 3 unit dan koperasi perkotaan sebanyak 140 unit, dengan jenis

koperasi meliputi 3 Koperasi Unit Desa, 21 Koperasi Pegawai Negeri, dan 113

Koperasi lainya yang meliputi KSP, KSU, Koperasi Wanita, Koperasi Karyawan,

Koperasi Nelayan, Koperasi Peternakan, Koperasi pensiunan, Koperasi Tani,

Kopermas, Kopmas, Koperasi Pemuda dan Prinkoveri. Secara umum koperasi belum

berperan optimal dalam menggerakkan pengembangan sosial ekonomi masyarakat

karena adanya keterbatasan sumber daya, terutama manajemen dan permodalan

usaha.

3.11.4. Peran Perbankan dalam Pengembangan UMKM di Kota Bima

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta

sebagai hasil dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan

perbankan antara lain dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk

pembiayaan UMKM. Berdasarkan Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Kota Bima

pada November 2012 adalah sebesar Rp 194,9 miliar atau 3,94% dari total kredit

perbankan UMKM di Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan kondisi

bulan November 2011, kredit UMKM pada November 2012 meningkat sebesar

133,22%. Walaupun terjadi fluktuasi kredit dari bulan ke bulan, akan tetapi secara

keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan per

Page 328: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-192

bulan adalah sebesar 9,84%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November

2012 dari total kredit UMKM sebesar Rp 194,9 miliar, sebagian adalah untuk skala

kredit kecil mencapai Rp 810,58 miliar (51,60%), kemudian diikuti oleh kredit skala

mikro mencapai Rp 57,7 miliar (29,6%). Sedangkan pangsa kredit skala menengah

sebesar Rp 36,6 miliar (18,79%).

Tabel 0-214. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha Tahun 2012 di Kota Bima

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(%) Mikro Kecil Menengah

(Jutaan Rp)

% (Jutaan

Rp) %

(Jutaan Rp)

%

2011 Nov 15.637 18,71 54.148 55,867 13.794 16,50 83.578 Des 17.745 20,10 55.867 63,27 14.684 16,63 88.296 2012 Jan 19.342 22,16 54.158 62,05 13.774 15,78 87.274 -1,16

Feb 21.202 23,64 54.448 60,72 14.022 15,64 89.671 2,75

Mar 22.711 23,32 60.250 61,86 14.436 14,82 97.398 8,62

Apr 22.418 21,47 62.817 60,17 19.170 18,36 104.404 7,19

Mei 24.352 22,44 63.343 58,46 20.717 19,09 108.502 3,93

Jun 26.253 22,94 67.391 58,88 20.808 18,18 114.452 5,48

Jul 88.970 40,98 107.465 49,50 20.645 9,51 217.080 89,67

Agust 47.531 27,34 105.399 60,64 20.895 12,02 173.825 -19,93

Sep 55.676 30,56 93.901 51,54 32.609 17,90 182.186 4,81

Okt 57.670 30,38 99.540 52,43 32.632 17,19 189.843 4,20

Nov 57.714 29,61 100.576 51,60 36.632 18,79 194.921 2,68

Rata rata kenaikan ( %) 9,84

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Berdasarkan jenis penggunaan, pada tahun 2012 penyaluran kredit UMKM oleh

Bank umum di Kota Bima dari bulan Januari - November mengalami peningkatan

secara fluktuatif, secara rata-rata pertumbuhan jumlah kredit UMKM berdasarkan

penggunaanya mengalami peningkatan 14,11% per tahun untuk modal kerja dan

2,33% per tahun untuk modal investasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh

kredit Modal kerja dengan nominal kredit sebesar Rp 1,13 triliun dengan pangsa

pasar sebesar 70,33% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan,

selebihnya untuk kredit modal investasi sebesar Rp 423,45 miliar dengan pangsa

pasar sebesar 29,67%.

Tabel 0-215. Pertumbuhan Jumlah Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaanya

di Kota Bima Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan Rp)

Porsi (%)

Kenaikan (%)

(Jutaan Rp)

Porsi (%)

Kenaikan (%)

Jan 55.422 63,50 -1,97 31.852 36,50 0,30

Feb 56.099 62,56 1,22 33.572 37,44 5,40

Mar 60.314 61,93 7,51 37.083 38,07 10,46

Apr 66.089 63,30 9,58 38.315 36,70 3,32

Mei 69.527 64,08 5,20 38,976 35,92 1,72

Jun 74.285 64,90 6,84 40.167 38,10 3,06

Page 329: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kondisi Perekonomian Wilayah

III-193

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

(Jutaan

Rp)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%)

Jul 175.313 80,76 136,00 41.767 19,24 3,98

Agust 134.321 77,27 -23,38 39.503 22,73 -5,42

Sep 141.714 77,79 5,50 40.472 22,21 2,45

Okt 148.725 78,34 4,95 41.118 21,66 1,60

Nov 154.295 79,16 3,75 40.626 20,84 -1,20

Jumlah/Rata2 1.136.104 70,33 14,11 423.452 29,67 2,33

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Data statistik perbankan terkait pemberian kredit per sektor ekonomi UMKM di Kota

Bima hingga triwulan ke empat (Tw4) tahun 2012 (data bulan Oktober dan November)

dapat dilihat pada Tabel III-216.

Tabel 0-216. Kredit UMKM Sektoral Kota Bima Periode tahun 2012

SEKTOR EKONOMI Tw1

(Jutaan Rp)

Tw2 (Jutaan

Rp)

Tw3 (Jutaan

Rp)

Tw4 (Jutaan

Rp)

1. Pertanian. Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

4,276 4.974 4.768 2.135

2. Pertambangan dan Penggalian - - - -

3. Industri Pengolahan 4.750 5.716 8.058 4.248

4. Listrik, Gas dan Air - - - -

5. Kontruksi 5.438 4.875 5.210 4.248

6. Perantara Keuangan - - - -

7. Perdagangan, Hotel dan Restoran 198.645 238.212 482.829 315.375

8. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

- - - -

9. Pengangkutan Dan Komunikasi 1.996 2.400 8.793 6.187

10. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

19.653 31.588 34.566 23.732

11. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya - - - -

12. Jasa Pendidikan - - - -

13. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - - - -

14. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainya

- - - -

15. Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga

- - - -

16. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya

- - - -

17. Jasa-jasa 39.585 39.594 28.868 28.552

18. Kegiatan yang belum jelas batasannya - - - -

19. Penerima Kredit bukan lapangan usaha - - - -

Jumlah 274.343 327.359 573.091 384.764

Sumber: Kantor Perwakilan BI Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012

Realisasi penyaluran kredit ke UMKM oleh bank umum mencapai Rp 384,76 miliar.

Apabila dilihat pertumbuhan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pada setiap

triwulan. Pertumbuhan kredit Pada triwulan kedua (Tw2) mencapai Rp 327,36 miliar

naik 19,32% dari triwulan pertama (Tw1) yang hanya Rp 274,3 miliar, dan triwulan

ketiga (Tw3) naik menjadi Rp 573 miliar atau 75,06% dari triwulan kedua (Tw2).

Page 330: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

III-194

Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran dengan pangsa mencapai 72,41% atau Rp 198,6 miliar pada triwulan

pertama (Tw1), 72,77% atau Rp 238,2 miliar pada triwulan kedua (Tw2), 84,25% atau

Rp 482,83 miliar pada triwulan ketiga (Tw3), dan 81,97% atau Rp 315,37 miliar pada

triwulan keempat (Tw4 data pada bulan Oktober dan November). Kemudian diikuti

oleh sektor jasa-jasa yang masing-masing sebesar Rp 39,6 miliar pada triwulan

pertama (Tw1), Rp 39,8 miliar pada triwulan kedua (TW2). Pada triwulan ketiga (Tw3)

posisi kedua oleh sektor keuangan, real estate Rp 34,57 miliar. Pada triwulan ke

empat (Tw4) posisi kedua penyaluran kredit UMKM oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran dengan pangsa Rp 28,55 miliar.

Page 331: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-1

BAB IV. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM

4.1. Kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

4.1.1. Kebijakan Jangka Panjang

4.1.1.1.Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka Panjang

Berdasarkan kondisi dan analisis terhadap geomorfologi dan lingkungan hidup,

demografi, ekonomi dan Sumber daya alam, sosial budaya dan politik, prasarana dan

sarana, serta pemerintahan di Nusa Tenggara Barat saat ini, dan prediksi dalam 20

(dua puluh) kedepan, maka visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun

2005 – 2025 adalah:

TERWUJUDNYA MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT YANG BERIMAN, MAJU

DAN SEJAHTERA

Visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2025 ini mengarah

pada pencapaian tujuan nasional, yaitu “masyarakat adil dan makmur” seperti

tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan tujuan otonomi daerah, yaitu

“terwujudnya kesejahteraan masyarakat” seperti tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun

2004. Disamping ”kemandirian dan kemajuan” sebagai prasyarat dalam memacu

ketertinggalan daerah.

BERIMAN adalah situasi dan kondisi spiritual masyarakat dalam penghayatan dan

pengamalan ajaran agama yang terwujud dalam masyarakat silaturrahmi yang

memiliki sikap menjunjung tinggi kerukunan hidup antar internal umat satu agama

dan antara umat agama yang satu dengan umat agama lainnya, saling menghargai,

saling memaafkan, tolong menolong, peduli serta jujur. Beriman juga dimaksudkan

bagi pencapaian rasa syukur untuk memperoleh limpahan rakhmat dan kasih sayang

dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga masyarakat berhasil melaksanakan

pembangunan yang tumbuh dan berkembang dinamis.

MAJU adalah gambaran kondisi dan situasi masyarakat Nusa Tenggara Barat yang

berkehendak dan mampu menerapkan IPTEK dalam mengelola Sumber daya alam

dan lingkungan hidup guna bergerak menuju suatu kehidupan yang lebih baik. Di

dalamnya juga terkandung makna MANDIRI yaitu kemampuan dan kapasitas yang

dimiliki untuk mampu melaksanakan pembangunan secara sinergis pada semua

aspek kehidupan bangsa. Daerah yang maju adalah daerah yang masyarakatnya

terjamin hak-haknya, terjamin rasa keamanan dan ketentraman dalam hidupnya.

Selain itu, daerah yang maju adalah daerah yang infrastrukturnya juga maju,

berfungsinya secara baik dan benar kelembagaan politik, kelembagaan hukum, dan

lembaga kemasyarakatan disertai meningkatnya peran serta masyarakat dalam

segala aspek kehidupan. Daerah yang mandiri adalah daerah yang mampu

Page 332: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-2

mengembangkan keunggulan daerahnya, tidak tergantung pada daerah lain atau

pemerintah pusat, mampu mengatasi kerawanan, memiliki daya tahan yang tinggi

terhadap perkembangan dan gejolak dari luar. Kemandirian adalah masalah sikap

dan masalah budaya yang harus dicerminkan dalam aspek kehidupan ekonomi,

politik, dan sosial budaya.

SEJAHTERA mengandung makna bahwa masyarakat mampu memenuhi kebutuhan

dasarnya yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, kesempatan

bekerja, rekreasi, ibadah, pelayanan publik serta hubungan sosial secara wajar

dalam suasana kelestarian lingkungan hidup. Terkandung juga makna di dalamnya

adalah KEADILAN di mana segenap komponen masyarakat mempunyai kesempatan

yang sama dalam meningkatkan taraf hidupnya, mendapatkan pekerjaan yang layak,

mendapatkan pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan sosial.

Disamping itu, keadilan tercermin dari adanya kesempatan yang sama dari semua

kelompok masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan melaksanakan hak

politiknya, adanya perlindungan dan kesamaan di depan hukum, di dalamnya tidak

ada kesenjangan dan tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun baik antar

individu, antar gender, dan antar kelompok masyarakat.

Dalam mewujudkan visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 –

2025 tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan daerah, yaitu:

1. Mewujudkan masyarakat beriman, bermoral, berbudaya, dan berkesadaran

hukum, yaitu terwujudnya masyarakat yang tangguh menjunjung tinggi nilai-nilai

agama, budaya dan hukum dalam keseharian hidup dan kehidupannya serta

bertanggungjawab secara arif bijaksana dan taat azas.

2. Mewujudkan masyarakat sejahtera, yaitu pemenuhan hajat hidup masyarakat

mencakup kebutuhan sandang, pangan dan papan, pendidikan, kesehatan dan

lapangan kerja, keamanan dan keselamatan diri dan lingkungannya, serta

pemenuhan aktualisasi ekstensi diri dan kepribadian.

3. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, yaitu terwujudnya

peningkatan hasil dan manfaat pembangunan yang ditujukan bagi kesejahteraan

seluruh masyarakat dalam tatanan hubungan kemitraan pemerintah dan

masyarakat yang berkeadilan, dalam kerangka supremasi hukum, penghormatan

dan penegakan hak-hak azasi manusia.

4. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, yaitu terwujudnya kemampuan

dinamis mengembangkan diri dan profesionalisme masyarakat membangun

kesejahteraan fisik dan mental dalam tatanan hubungan harmonis yang didukung

kelestarian dan keberlanjutan pengelolaan Sumber daya alam dan lingkungan hidup

serta berkembangnya kearifan lokal, sebagai daya mampu keunggulan relatif

terhadap wilayah lain.

5. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengelolaan dan pemanfaatan

Sumber daya alam, lingkungan hidup dan Sumber daya buatan bagi keberhasilan

pembangunan kesejahteraan generasi masa kini dengan memperhitungkan secara

cermat dan bertanggungjawab bagi kelangsungan hidup dan kehidupan generasi

mendatang.

Untuk mencapai tingkat kesejahteraan, keadilan, kemandirian dan kemajuan yang

diinginkan, arah pembangunan jangka panjang Daerah Nusa Tenggara Barat,

khususnya yang berkaitan dengan bidang kesejahteraan masyarakat dan

menumbuhkan daya saing daerah adalah sebagai berikut:

A. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

1. Menjamin Ketersediaan Pangan dan Gizi Masyarakat, diarahkan untuk:

Page 333: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-3

a. Menjaga ketahanan dan kemandirian pangan daerah dengan mengembangkan

kemampuan produksi di daerah.

a. Memperkuat kelembagaan ketahanan pangan di daerah yang mampu

menjamin pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga yang

cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya, aman, dan terjangkau;

b. Mengembangkan sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan

keragaman lokal.

2. Menyediakan Kebutuhan Hunian dan Lingkungan Permukiman yang Layak,

diarahkan untuk:

a. Menyelenggarakan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai,

layak dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana

dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas.

b. Membangkitkan potensi pembiayaan perumahan yang berasal dari

masyarakat.

3. Menyediakan Lapangan Kerja, diarahkan untuk:

a. Mendorong terciptanya sebanyak mungkin lapangan kerja formal serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja di sektor informal.

b. Meningkatkan hubungan industrial yang harmonis dengan perlindungan yang

layak, keselamatan kerja yang memadai, serta penyelesaian perselisihan yang

memuaskan semua pihak.

c. Meningkatkan produktivitas pekerja agar dapat bersaing dan menghasilkan

nilai tambah yang tinggi.

4. Meningkatkan Kualitas Penduduk, diarahkan untuk:

a. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menuju terbentuknya

keluarga kecil berkualitas.

b. Memperbaiki persebaran penduduk yang lebih seimbang sesuai dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan.

c. Menata sistem administrasi kependudukan untuk mendukung perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan daerah.

5. Meningkatkan Pelayanan Dasar Pendidikan, diarahkan untuk:

a. Meningkatkan pelayanan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.

b. Menyediakan jalur, jenis dan jenjang pendidikan yang bermutu dan terjangkau

yang disertai dengan pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar.

c. Meningkatkan harkat dan kaulitas manusia.

d. Menumbuhkan kebanggaan kebangsaan dan akhlak mulia.

e. Meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas penduduk.

f. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penduduk usia

produktif.

6. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan, diarahkan untuk:

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

b. Meningkatkan perilaku dan kemandirian masyarakat;

c. Melakukan upaya-upaya promotif dan preventif.

7. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial, diarahkan untuk:

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang berkualitas

termasuk pemberdayaan sosial yang tepat guna bagi masyarakat Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

b. Menyediakan sarana pelayanan sosial yang memadai.

c. Meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan sosial.

Page 334: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-4

d. Mengembangkan, menata dan menyusun sistem perlindungan dan jaminan

sosial untuk memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak masyarakat

akan pelayanan sosial dasar.

e. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum.

B. Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Daerah

1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, diarahkan untuk:

a. Mememperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

b. Mencapai penduduk tumbuh seimbang yang ditandai dengan angka

reproduksi netto (NRR) sama dengan 1, atau angka fertilitas total (TFR) sama

dengan 2,1.

c. Memberdayakan perempuan dan anak melalui peningkatan kualitas hidup dan

peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak, penurunan

tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan dan

anak, serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender.

d. Meningkatkan kualitas dan peran pemuda dalam berbagai bidang

pembangunan.

e. Meningkatkan budaya olah raga dan prestasi olah raga di kalangan

masyarakat.

2. Meningkatkan Perekonomian Daerah, diarahkan untuk:

a. Memperkuat basis keunggulan komparatif daerah menjadi keunggulan

kompetitif yang berdaya saing tinggi.

b. Membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antar

pusat-pusat pengembangan ekonomi.

c. Mengembangkan prinsip demokrasi ekonomi yang menjamin kesempatan

berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya

penanggulangan kemiskinan.

d. Mengembangkan kelembagaan ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik.

e. Mengembangkan dan melaksanakan iklim persaingan usaha yang sehat dan

perlindungan konsumen.

f. Mengembangkan koperasi dan meningkatkan daya saing Usaha Kecil

Menengah (UKM).

g. Memperkuat struktur perekonomian daerah agar terwujud ketahanan ekonomi

yang tangguh.

h. Mendorong investasi untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi

yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas.

i. Meningkatkan efisiensi, modernisasi dan nilai tambah sektor pertanian dalam

arti luas (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, dan peternakan),

kelautan dan perikanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan

nelayan dan dalam kaitannya dengan pengentasan kemiskinan,

keterbelakangan, dan ketahanan pangan.

j. Mewujudkan industri yang berdaya saing dengan basis keunggulan

komparatif.

k. Mendorong berkembangnya industri jasa, termasuk jasa infrastruktur dan

keuangan.

l. Meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditas ekspor daerah.

m. Menjamin ketersediaan bahan pokok dan barang strartegis lainnya di daerah

dalam harga yang terjangkau.

Page 335: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-5

n. Mengembangkan kepariwisataan agar mampu meningkatkan citra daerah,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan perluasan kesempatan

kerja.

o. Memperbaiki pengelolaan keuangan negara melalui pengelolaan APBD yang

bertumpu pada sistem penganggaran yang transparan, akuntabel dan dapat

menjamin efektivitas pemanfaatan.

p. Meningkatkan efektivitas penerimaan asli daerah.

3. Meningkatkan Penguasaan, Pemanfaatan dan Penciptaan Iptek, diarahkan untuk:

a. Mendukung ketahanan pangan, ketersediaan energi, penciptaan dan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Mengembangkan SDM iptek, meningkatkan anggaran riset, meningkatkan

sarana dan prasarana iptek.

4. Membangun Jaringan Infrastruktur Perhubungan yang Handal dan Terintegrasi,

diarahkan untuk:

a. Mendorong transaksi perdagangan sebagai sumber pergerakan orang, barang

dan jasa yang menjadi pangsa pasar bisnis transportasi melalui politikal

trading yang saling menguntungkan.

b. Menciptakan jaringan pelayanan secara inter dan antarmoda angkutan melalui

pembangunan prasarana dan sarana transportasi.

c. Mendorong seluruh stakeholder untuk berpartisipasi dalam penyediaan

pelayanan mulai dari tahap perencanaan, pembangunan, dan

pengoperasiannya.

d. Menghilangkan segala macam bentuk monopoli agar dapat memberikan

alternatif pilihan bagi pengguna jasa.

e. Meningkatkan keberpihakan terhadap pelayanan kepada masyarakat.

4.1.1.2. Tahapan dan Skala Prioritas

Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud dalam arah pembangunan

Provinsi, maka pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala

prioritas yang menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah.

Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi dan

kesinambungan pembangunan yang utuh dan komprehensif dari berbagai aspek

pembangunan daerah. Oleh karena itu titik tekan dalam skala prioritas pada setiap

tahapan akan berbeda-beda atau masih juga sama tergantung luas permasalahan

yang ada, tetapi harus berkesinambungan dari prioritas ke prioritas berikutnya.

Setiap sasaran pokok dalam 5 (lima) Misi Pembangunan jangka panjang daerah dapat

ditetapkan prioritasnya ke dalam masing-masing tahapan sebagai berikut:

a. RPJM Daerah ke 1 (2005-2008)

Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya RPJM

Daerah I diarahkan untuk menata kembali dan membangun NTB disegala bidang

terutama ditujukan penataan Infrastruktur dan peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia dalam menciptakan NTB yang Beriman, Maju dan Sejahtera.

1. Membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kualitas dan

kuantitas berbagai sarana penunjang pembangunan meliputi :

a) Percepatan pembangunan infrastruktur yaitu ditekankan pada pembangunan

infrastruktur, pemeliharaan, dan memulihkan kinerja pelayanan dengan titik

berat pada perbaikan infrastruktur.

Page 336: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-6

b) Perluasan kapasitas infrastruktur dengan fokus pembangunan infrastruktur baru

yang diarahkan pada infrastruktur didaerah terpencil, tertinggal dan terbelakang

sehingga tersedia infrastruktur yang mampu melayani seluruh masyarakat pada

semua wilayah Nusa Tenggara Barat.

c) Untuk menunjang transparansi dan akuntabilitas pelayanan, standar pelayanan

minimun dibidang infrastruktur maka perlu ditingkatkan pembangunan jalan,

jembatan, Sumber daya air, transportasi, perumahan dan pemukiman,

ketenagalistrikan sebagai wujud peningkatan kualitas pelayanan pemerintah

dibidang infrastruktur.

2. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia adalah meningkatnya kualitas manusia

yang tercermin dari terpenuhinya hak-hak sosial rakyat termasuk didalamnya

memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya yang secara rinci

sasarannya mencakup :

1. Pendidikan dan kesehatan:

Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya

mutu pendidikan yang ditandai oleh menurunnya penduduk yang buta

huruf, meningkat nya secara nyata prosentase penduduk yang dapat

menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun.

Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

yang ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka

kematian bayi dan kematian ibu melahirkan serta prevalensi gizi kurang

pada anak balita.

Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial.

Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil

berkualitas.

Meningkatnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.

2. Penanggulangan Kemiskinan adalah berkurangnya kesenjangan pembangunan

baik kesenjangan pendapatan maupun kesenjangan antardaerah . Prosentase

kemiskinan diupayakan menurun setiap tahunnya :

Dengan lintas program untuk meningkatkan kecukupan pangan, pemberian

pelayanan kesehatan dan pendidikan, pemenuhan hak atas pekerjaan dan berusaha,

perumahan, air bersih, tanah, lingkungan, Sumber daya alam, rasa aman dan

berpartisipasi dalam pembangunan.

b. RPJM Daerah ke 2 (2009-2013)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah ke-

1, RPJM Daerah ke-2 ditujukan untuk melanjutkan dan memantapkan kembali

program RPJM Daerah ke -1 di segala bidang dengan menekankan upaya

peningkatan pembangunan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia termasuk

pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing

perekonomian.

Percepatan pembangunan infrastruktur masih dilanjutkan dengan penekanan pada

ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang yang sesuai

dengan berkembangnya jaringan infrastruktur, transportasi, terpenuhinya pasokan

tenaga listrik yang cukup sesuai kebutuhan daerah baik dipedesaan maupun

diperkotaan, serta dimulainnya pembangunan pembangkit tenaga listrik dibeberapa

tempat di Nusa Tenggara Barat, terwujudnya konservasi Sumber daya air yang

mampu menjaga keberlanjutan fungsi Sumber daya air dan pengembangan Sumber

daya air serta tersedianya air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Page 337: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-7

a. Dalam rangka pencapaian pembangunan dibidang pendidikan dan kesehatan maka

kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh tersedianya

Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing, antara lain ditandai oleh

meningkatnya akses, tingkat kualitas, dan relevansi pendidikan seiring dengan

makin efisien dan efektifnya manajemen pelayanan pendidikan; meningkatnya

kemampuan Iptek; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;

meningkatnya kesejahteraan. Sejalan dengan tingkat kemajuan pembangunan

Sumber Daya Manusia yang beriman, maju dan sejahtera.

b. Penanganan penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan melalui program-

program secara bertahap, mengupayakan terjadinya koordinasi antar sektor, antara

pusat dan daerah untuk terwujudnya sinkronisasi dan keterpaduan melalui

mekanisme yang konsisten, sehingga terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang

ditandai dengan membaiknya berbagai indikator Sumber Daya Manusia,

meningkatnya pendapatan perkapita, menurunnya angka kemiskinan, tingkat

pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan antara individu dan antar

kelompok masyarakat.

c. RPJM Daerah ke 3 (2014 – 2018)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah ke-

2, RPJM Daerah ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara

menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada peningkatan produksi dan

daya saing perekonomian berlandaskan keunggulan Sumber daya alam, Sumber

Daya Manusia berkualitas, kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Sejalan dengan kondisi infrastruktur yang tersedia dengan Sumber Daya Manusia

yang memiliki daya saing, maka peningkatan kemampuan petani dan nelayan dan

penguatan lembaga pendukungnya antara lain dengan revitalisasi penyuluhan

lembaga pertanian dan perdesaan agar akses petani terhadap Sumber daya produktif

dan skala usaha petani dan nelayan meningkat.

Menjaga ketahanan pangan melalui upaya ketersediaan/produksi pangan daerah,

distribusi, diversifikasi pangan, termasuk pemanfaatan potensi hutan untuk

mendukung diversifikasi dan usaha produksi pangan.

Dengan semakin terpadunya industri pertanian, kelautan, Sumber daya alam lainnya

secara berkelanjutan, terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh

makin mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya

pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri serta

terlaksananya penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan

efisiensi, produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam

kegiatan perekonomian.

d. RPJM Daerah ke 4 (2019 – 2023)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah ke-

3, RPJM Daerah ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman, maju,

dan sejahtera melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan

menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan

berdaya saing.

Struktur perekonomian daerah yang makin maju dan kokoh ditandai dengan daya

saing perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara

Page 338: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-8

industri, pertanian, kelautan, Sumber daya alam, dan sektor jasa. Lembaga dan

pranata ekonomi telah tersusun, tertata, serta berfungsi dengan baik. Kondisi

tersebut didukung oleh keterkaitan antara pelayanan pendidikan, dan kemampuan

Iptek yang makin maju sehingga mendorong perekonomian yang efisien dan

produktivitas yang tinggi; serta berkembangnya usaha dan investasi dalam rangka

mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Sejalan dengan itu, pertumbuhan

ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan dapat dicapai sehingga

pendapatan per kapita pada akhir periode RPJP Daerah mencapai kesejahteraan

setara dengan daerah-daerah maju lainnya dengan tingkat pengangguran terbuka

dan jumlah penduduk miskin yang makin rendah.

e. RPJM Daerah ke 5 (2024 – 2025)

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah

ke-4, RPJM Daerah ke-5 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang beriman,

maju, dan sejahtera melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan

menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan

berdaya saing.

Kondisi beriman, maju dan sejahtera akan terwujud dengan terselenggaranya

jaringan transportasi yang handal, tercapainya pemenuhan kebutuhan air bersih,

energi listrik, dan terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukung bagi masyarakat di seluruh wilayah Nusa Tenggara

Barat.

Dalam rangka memantapkan pembangunan yang berkelanjutan, keanekaragaman

hayati dan keanekaragaman budaya serta kekhasan Sumber daya alam terus

dipelihara dan dimanfaatkan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya

saing daerah memasuki pasar global.

4.1.2. Kebijakan Jangka Menengah

4.1.2.2. Visi

Arah kebijakan pembangunan Nusa Tenggara Barat pada tahap kedua RPJP , selain

dimaksudkan melanjutkan pencapaian RPJM tahap I yang lebih difokuskan pada

percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia

dan upaya pengentasan kemiskinan, maka RPJMD tahap II lebih ditingkatkan untuk

mendongkrak daya saing daerah.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang

yang ada di Nusa Tenggara Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup

dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

tahun 2009–2013 adalah:

"TERWUJUDNYA MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT

YANG BERIMAN, DAN BERDAYA SAING”

Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan

dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat

dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional,

Page 339: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-9

maupun global. Penjabaran makna dari Visi Nusa Tenggara Barat tersebut adalah

sebagai berikut :

Kata “masyarakat NTB” mengandung pengertian seluruh warga masyarakat yang ada

di wilayah NTB.

Kata “beriman” berarti masyarakat yang agamis atau religius, yang melaksanakan

ajaran agama dengan baik, berakhlak mulia dan saling menghargai satu sama lain

dalam keberagaman sosial budaya.

Kata “berdya saing” mengandung makna kemampuan masyarakat NTB baik secara

individu atau kolektif untuk berupaya meraih prestasi, memiliki kompetensi dan

kemampuan berinovasi menjawab tantangan zaman, sehingga masyarakat NTB

terdongkrak harkat hidup dan martabatnya.

Visi NTB bersaing muncul karena kondisi obyektif masyarakat NTB yang terpuruk.

Disadari betul NTB ingin menjajarkan diri dengan daerah lain, maka program

percepatan pembangunan di segala bidang menjadi kata kuncinya. Oleh karena itu

Pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat,

dan pembangunan infrastruktur sangatlah strategis.

4.1.2.3. Misi

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi

pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Nusa Tenggara

Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin

dicapai sebagai berikut:

1. mengembangkan masyarakat Madani yang berakhlak mulia, berbudaya, menghormati

prulalitas dan kesetaraan gender

2. meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkeadilan, terjangkau dan

berkualitas

3. menumbuhkan ekonomi berbasis sumber daya lokal dan mengembangkan investasi

dengan mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan

4. melakukan percepatan pembangunan infrastruktur strategis dan penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

5. menegakkan supremasi hukum, pemerintahan yang bebas KKN dan memantapkan

otonomi daerah

4.1.2.4. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari misi yang ditetapkan:

1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2. meningkatkan pelayanan publik

3. meningkatkan daya saing daerah

4. meningkatkan daya tahan dan daya tangkal masyarakat

5. meningkatkan citra daerah

6. meningkatkan harkat dan martabat masyarakat

7. mengoptimalkan pembangunan yang berkelanjutan

8. meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum aparat dan masyarakat.

Sasaran dari tujuan yang ditetapkan:

1. Terwujudnya masyarakat sejahtera

2. Terwujudnya masyarakat religius

Page 340: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-10

3. Terwujudnya masyarakat berbudaya dan beretika

4. Terwujudnya masyarakat sehat

5. Terwujudnya masyarakat cerdas dan terampil

6. Terwujudnya masyarakat berwawasan iptek

7. Terwujudnya masyarakat berwawasan global

8. terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender di berbagai aspek

9. Terwujudnya usaha pengolahan berbasis pertanian

10. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif

11. Terwujudnya pembangunan daerah yang seimbang dan merata

12. Terwujudnya ketahan dan kemandirian pangan daerah

13. terwujudnya masyarakat “sadar wisata”

14. Terwujudnya tenaga kerja yang produktif dan terampil

15. Terwujudnya kawasan strategis, cepat tumbuh dan tertinggal

16. terwujudnya kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang terpadu dan

berkelanjutan

17. Terwujudnya masyarakat yang kreatif dan inovatif

18. Terwujudnya sistem pelayanan publik yang transparan, berkepastian hukum

dan tepat waktu

19. Terwujudnya infrastruktur yang memadai

20. Terwujudnya tataruang yang serasi selaras dan produktif

21. Terwujudnya lingkungan perumahan dan pemukiman sehat

22. Tersedianya sistem transportasi terpadu

23. Terwujudnya sistem komunikasi dan informasi antar wilayah

24. Terpenuhinya air baku yang memadai

25. Terpenuhinya kebutuhan energi yang memadai

26. Terwujudnya lingkungan lestari

27. Tersedianya sistem pengelolaan lingkungan berbasis sistem mitigasi bencana

28. Terwujudnya aparatur yang bersih dan profesional

29. Terwujudnya tatalaksana penyelenggaraan pemerintahan yang baik

30. Terwujudnya masyarakat yang taat dan sadar hukum

31. Terwujudnya daerah yang aman dan tertib

32. Terwujudnya masyarakat sadar berpolitik

33. Terwujudnya sistem administrasi kependudukan yang berkelanjutan

4.1.2.5. Strategi, Arah dan Kebijakan Umum

Untuk mempercepat implementasi pencapaian visi dan misi, maka perlu

dikembangkan strategi, arah kebijakan dan kebijakan umum sehingga dinamika

pembangunan tetap terarah. Strategi merupakan pemikiran-pemikiran konseptual

analitis dan komprehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk

memperlancar atau memperkuat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

Tabel IV-1. Isu Strategis, Strategi, Arah Kebijakan Dan Kebijakan Umum Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Page 341: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-11

ISU

STRATEGIS STRATEGI ARAH KEBIJAKAN KEBIJAKAN UMUM

Tingginya

angka

kemiskinan,

pengangguran

dan

kesenjangan

sosial

Revitalisasai

dan akselerasi

pelayanan

sosial dasar dan

akses terhadap

sumber daya

ekonomi

1. Peningkatan kualitas

pelayanan terhadap hak-

hal dasar manusia

1. Mempercepat pemenuhan

pelayanan kebutuhan

dasar masyarakat miskin

2. Peningkatan aksessibilitas

masyarakat terhadap

sumber modal, sarana

prasarana ekonomi

2. Mendorong tumbuh dan

berkembangnya lembaga

keuangan mikro dan

sarana pendukung

perekonomian sampai

tingkat pedesaan.

3. Peningkatan pendapatan

masyarakat

3. Mendorong tumbuh dan

berkembangnya pusat-

pusat agribisnis dan

agroindustri.

4. Mendorong tumbuh and

kembangnya wilayah

strategis dan cepat

tumbuh.

Misi ke (3) RPJMD tahap II yaitu menumbuhkan ekonomi berbasis sumber daya lokal

dan mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pembangunan

berkelanjutan sebagai upaya penanggulangan terhadap tingginya angka kemiskinan,

banyaknya pengangguran dan kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat

hendak diwujudkan dengan strategi revitalisasi dan akselerasi pelayanan sosial dasar

dan akses terhadap sumber daya ekonomi. Atas dasar strategi tersebut dirumuskan

arah kebijakan dan kebijakan umum sebagaimana tertera pada Tabel 4.1.1.

Strategi, arah kebijakan dan kebijakan umum pembangunan yang telah ditetapkan

selanjutnya dijabarkan dalam berbagai program yang akan menjadi acuan bagi setiap

SKPD dalam menyusun rencana strategis (Renstra), termasuk para pemangku

kepentingan untuk berperan serta dalam pembangunan. Dari 3 arah kebijakan

umum yang dirumuskan (Tabel IV-2).

Tabel IV-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Arah

Kebijakan Kebijakan Umum Urusan Program

Peningkatan

aksessibilitas

masyarakat

terhadap

sumber

modal, sarana

prasarana

ekonomi

Mendorong

tumbuh dan

berkembangnya

lembaga

keuangan mikro

dan sarana

pendukung

perekonomian

sampai tingkat

Koperasi dan

Usaha Kecil

Menengah

1. Penciptaan iklim usaha-usaha kecil

menengah yang kondusif

2. Pengembangan kewirausahaan dan

keunggulan kompetitif Usaha Kecil

Menengah

3. Pengembangan sistem pendukung

usaha bagi UKM

4. Peningkatan kualitas kelembagaan

koperasi

Page 342: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-12

Arah

Kebijakan Kebijakan Umum Urusan Program

pedesaan. Perdagangan 1. Pembinaan pedagang kaki lima dan

asongan

2. Pengembangan pasar lelang forward

agro

Perindustrian 1. Pengembangan industri kecil dan

menengah

2. Peningkatan kemampuan teknologi

industri

3. Pengembangan sentra-sentra

industri potensial

Pemberdayaan

Masyarakat dan

Pemerintahan

Desa

1. Pengembangan Lembaga Ekonomi

Pedesaan

2. Peningkatan peran perempuan di

pedesaan

Kelautan dan

Perikanan

1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat

pesisir

2. Pemberdayaan masyarakat dalam

pengawasan dan pengendalian

sumber daya kelautan

3. Pengembangan perikanan budidaya

4. Pengembangan perikanan tangkap

5. Pengembangan sistem penyuluhan

perikanan

6. Optimalisasai pengelolaan dan

pemasaran produksi perikanan

Pertanian 1. Peningkatan kesejahteraan petani

2. Peningkatan ketahanan pangan

3. Peningkatan penerapan teknologi

pertanian

4. Peningkatan produksi pertanian

5. Pemberdayaan PPL

6. Pencegahan dan penanggulangan

HPT

7. Peningkatan produksi hasil

pertanian

8. Peningkatan pemasaran hasil

produksi pertanian

Ketahanan

Pangan

1. Peningkatan ketahanan pangan

2. Peningkatan kesejahteraan petani

Mendorong

tumbuh dan

kembangnya

wilayah strategis

dan cepat

tumbuh.

Page 343: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-13

4.1.3. Kebijakan Perbankan Dalam Pengembangan UMKM

UMKM mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat

dilihat dari peran UMKM dalam penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku

tercatat sebesar Rp3.466,4 triliun atau 57,12% dari total PDB nasional. Selain itu,

UMKM memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja (menyerap 97,3% dari total

angkatan kerja yang bekerja) dan memiliki jumlah yang besar dari total unit usaha di

Indonesia serta kontribusi yang cukup besar terhadap investasi di Indonesia yaitu

sebesar Rp222,74 Triliun atau 51,80% dari total investasi pada tahun 2008. Pada

tahun 2010 kontribusi tersebut meningkat menjadi Rp927,1 triliun atau 48,20

persen dari total investasi nasional (BPS, Kemenkop 2011).

Mengingat penting dan strategisnya peranan UMKM, Pemerintah telah mengambil

berbagai kebijakan dan program untuk memperkuat dan mengembangkan UMKM.

Mengacu kepada pada ASEAN Policy Blue Print for SME Development (APBSD) 2004-

2014, pengembangan UMKM dilaksanakan melalui lima program yaitu program

pengembangan kewirausahaan, peningkatan kemampuan pemasaran, akses kepada

keuangan, akses kepada teknologi dan kebijakan yang kondusif. Program tersebut

telah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, akan tetapi masih

belum sepenuhnya berhasil untuk mengembangkan UMKM . Hal ini antara lain

terkait dengan masih belum terselesaikannya masalah dan kendala yang dihadapi

dalam pengembangan UMKM.

Pengembangan UMKM ini masih menghadapi masalah dan kendala yang bersifat

internal maupun eksernal. Pada faktor internal adalah (1) Kurangnya Permodalan

dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan, (2) lemahnya struktur permodalan

(3) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdampak kepada rendahnya

kualitas SDM yang berdampak pada rendahnya produktivitas dari UMKM,

rendahnya kualitas hasil produksi, kurangnya inovasi dan teknologi yang dimiliki

UMKM serta lemahnya akses pasar dan pemasaran. Pada faktor eksternal, salah

satunya yang berkaitan dengan permodalan dan pembiayaan adalah terbatasnya

akses pembiayaan khususnya dari sektor perbankan. Kendala UMKM terhadap kredit

bank ini bisa ditinjau dari sisi permintaan dan panawaran. Dari sisi permintaan,

UMKM memiliki karakteristik yang cukup unik dimana pada umumnya UMKM tidak

memiliki informasi keuangan yang transparan dan terorganisir yang menyebabkan

pemberi kredit memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai kondisi

keuangan dan usaha dari UMKM. Hal tersebut dapat menyebabkan bank kesulitan

dalam meminimalisir risiko default atas kredit yang dapat disalurkan kepada UMKM.

Dari sisi penawaran kredit, keengganan bank dalam memberikan kredit terhadap

UMKM terutama disebabkan oleh keterbatasan aset yang dapat dijadikan sebagai

jaminan (collateral), ketidakpastian bisnis di masa depan, lemahnya manajemen

keuangan, dan kurangnya track record.

Dalam kaitan dengan akses kepada keuangan ini, Bank mempunyai peranan yang

sangat penting dalam pengembangan UMKM. karena umumnya usaha kecil dan

menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup,

yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas. UMKM

merupakan usaha yang sangat sensitif akan modal dan sangat membutuhkan dana

Page 344: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-14

dalam menjalankan usahanya. Untuk itu diperlukan lembaga yang bersedia

memberikan suntikan modal bagi seluruh UKM agar dapat maju dan bertahan. Salah

satu lembaga yang bersedia meminjamkan modal kepada UKM adalah perbankan.

Bank yang menurut UU RI no. 10 tahun 1998 adalah “badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana

dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Seperti pada pengertiannya, yang pada

intinya perbankan merupakan badan usaha yang selain menghimpun dana dari

masyarakat juga berkewajiban untuk menyalurkannya kembali.

Dalam rangka meningkatkan akses UMKM terhadap sumber pembiayaan kepada

Bank, Bank Indonesia telah mengambil kebijakan dan strategi yang secara garis

besar terdiri dari kebijakan supply side yang difokuskan dalam upaya mendorong dan

memberikan insentif bagi bank dalam pemberian kredit kepada UMKM dan kebijakan

demand side, yang diarahkan dalam upaya meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas

UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan dari bank (bankable). Bentuk

kebijakan supply side adalah: (i) penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada

perbankan dengan tujuan mendorong pemberian kredit kepada UMKM, (ii)

peningkatan kerjasama (kemitraan strategis) dengan pemerintah dan (iii) penguatan

lembaga penunjang.

Kebijakan dan strategi penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada

perbankan Bank Indonesia menetapkan ‘target kredit produktif’ yang harus dipenuhi

oleh masing-masing kelompok usaha bank. Termasuk didalamnya adalah ‘kredit

UMKM’ sebesar minimum 20%. Kepada perbankan yang telah menunjukan

keberpihakannya kepada UMKM akan diberikan perlakuan khusus (insentif) dalam

persyaratan pembukaan jaringan kantor bank. Untuk mengurangi hambatan terkait

tingginya sukubunga pada segmen kredit mikro, Bank Indonesia akan mendorong

kompetisi yang sehat pada segmen mikro, antara lain melalui publikasi Suku Bunga

Dasar Kredit Mikro (SBDKM). Dalam hubungan ini tindak lanjut yang dilakukan oleh

perbankan antara lain dalam bentuk pengembangan unit-unit pelayanan kredit

untuk UMKM.

Berbagai program kerja yang dilaksanakan terkait peningkatan kemitraan strategis

yaitu sebagai counterpart dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR), terutama untuk

mendorong peningkatan penyaluran KUR. Bersama dengan kemeterian pertanian dan

perusahaan asuransi mendorong diterbitkannya ‘Asuransi Pertanian’. Terbatasnya

collateral yang dimiliki oleh UMKM mendorong dilakukannya kerjasama BI dengan

BPN dalam pelaksanaan sertifikasi lahan. Dalam rangka penguatan kelembagaan, BI

dan Kemeterian Keuangan (Bapepam – LK) telah memfasilitasi pendirian Perusahaan

Penjaminan Kredit Daerah (PPKD). Mendorong kemampuan Pusat Pengembangan

Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM) dan Konsultan Keuangan Mitra

Bank (KKMB).

Dalam kaitan dengan kebijakan demand side, adalah kebijakan yang diarahkan

dalam upaya meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM sehingga mampu

memenuhi persyaratan dari bank (bankable), beberapa program dan kegiatan yang

dilaksanakan antara lain adalah:

Page 345: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-15

(i) kegiatan penelitian, antara lain Penelitian Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU)

unggulan UMKM yang dilaksanakan di setiap provinsi, dan penelitian pola

pembiayaan (lending model) usaha kecil yang bertujuan memberikan informasi untuk

mendorong pengembangan UMKM dan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan

untuk akselerasi kredit UMKM (research based policy).

(ii) pelatihan dan pendampingan, salah satunya melalui pengembangan klaster.

Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk menigkatkan elijibilitas dan

bankabilitas UMKM serta meningkatkan expertise perbankan mengenai UMKM.

Bentuk kegiatan pelatihan in berupa: Pelatihan kepada UMKM anggota Klaster

untuk meningkatkan kinerja UMKM sehingga layak dibiayai oleh bank, Pelatihan

kepada BDSP (Business Development Service Provider) atau KKMB (Konsultan

Keuangan Mitra Bank) yang selanjutnya akan melakukan pendampingan kepada

UMKM, dan Pelatihan kepada Account Officer (AO) Bank Umum dan BPR mengenai

karakteristik UMKM. Salah satu bentuk pendampingan yang dilakukan berupa

pendampingan kepada petani budidaya rumput laut yang tergabung dalam klaster di

Kabupaten Lombok Barat.

(iii) Penyediaan informasi dan Bazar intermediasi, tujuan dari kegiatan ini adalah

sebagai sarana untuk diseminasi informasi mengenai karakteristik UMKM dan

sebagai wadah untuk penyebaran informasi mengenai UMKM yang potensial untuk

dibiayai kepada perbankan. Penyediaan informasi ini dilakukan oleh BI dalam bentuk

leaflet, buku-buku maupun website info UMKM yang dapat diakses dalam website BI

(www.bi.go.id).

4.2. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat

Rendahnya pertumbuhan ekonomi daerah yang rendah dapat menyebabkan

kemampuan daerah untuk menciptakan lapangan pekerjaan menjadi sangat

terbatas, sehingga dapat mengakibatkan rendah dan menurunnya tingkat

kesejahteraan masyarakat, meningkatnya penduduk miskin dan dapat memunculkan

berbagai masalah sosial yang sangat mendasar. Dari kondisi faktual yang terjadi

dalam beberapa kurun waktu di Kabupaten Lombok Barat, nilai investasi ekonomi

terutama untuk sektor andalan masih sangat minim. Hal ini terjadi sebagai agregat

dari masalah ekonomi, infrastruktur dan kondusivitas keamanan daerah yang belum

optimal. Hal ini juga terkait dengan masih minimnya kerangka informasi dan regulasi

yang baik untuk menarik investasi ke wilayah Kabupaten Lombok Barat. Dengan Visi

Pembangunan Kabupaten Lombok Barat periode 2010 – 2014 adalah “Terwujudnya

Masyarakat Lombok Barat yang Maju, Mandiri dan Bermartabat Dengan Dilandasi

Nilai-Nilai Patut Patuh Patju“. Dilandasi Nilai – Nilai Patut Patuh Patju, mengandung

arti perwujudan masyarakat Kabupaten Lombok Barat yang mempunyai nilai – nilai :

(1) baik, terpuji hal yang tidak berlebih-lebihan, (2) rukun, damai, toleransi, harga

menghargai dan (3) rajin, giat, tak mengenal putus asa. Secara diagramatis

penjabaran kata kunci visi dan keterkaitan nilai didalamnya dapat digambarkan pada

skema dibawah ini.

Page 346: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-16

Gambar IV-1. Diagram Penjabaran Misi Lombok Barat

Dalam rangka meraih visi atau cita-cita dan citra yang hendak dicapai. Misi

pembangunan daerah Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 - 2013 diantaranya

adalah Mendorong Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Berbasis Pada

Sumber daya Lokal, Pengembangan Investasi Dan Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat sesuai dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan. Misi ini merupakan

upaya dalam mencapai tujuan pembangunan Kabupaten Lombok Barat dalam

menciptakan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan disparitas pendapatan

dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan yang berbasis pada

potensi sumber daya lokal wilayah, mempunyai daya saing dan mampu sejajar

dengan daerah lain sehingga dapat meningkatkan kebanggan dan kepercayaan diri

masyarakatnya. Maka Untuk mewujudkan misi – misi sebagimana telah di rumuskan

di atas, tujuan yang ingin di capai dalam kurun waktu 5 tahun ke depan antara lain

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat sehingga terciptanya lapangan kerja baru, penurunan jumlah

masyarakat miskin, Terwujudnya tenaga kerja yang produktif dan terampil,

Menjamin dan meningkatkan iklim investasi dan pengembangan sektor andalan

daerah, Meningkatnya kualitas pelayanan dan jaminan berinvestasi, Terwujudnya

optimalisasi pengembangan pada sektor pariwisata, Meningkatkan produktivitas dan

kontribusi sektor pertanian dalam arti luas pada pertumbuhan ekonomi daerah,

Terwujudnya ketahanan dan kemandirian pangan, Tersedianya sistem transportasi

dan komunikasi terpadu dan menyeluruh, Meningkatkan kualitas pengelolaan SDA

dan lingkungan serta IPTEK secara partisipatif dan berkelanjutan.

M A J U MANDIRI BERMARTABAT

PILAR PILAR

PILAR

Akhlakul Karimah IPTEK

Demokratis

Etos Kerja

Interaksi Sosial

Jati Diri Harkat & Martabat

Bangga & Percaya Diri

MISI PEMBANGUNAN LOMBOK BARAT

Page 347: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-17

Berdasarkan tujuan dan sasaran – sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dan

mencermati isu – isu strategis pembangunan Kabupaten Lombok Barat ke depan,

maka strategi, arah kebijakan pembangunan yang ditetapkan adalah ;

Tabel IV-3. Strategi, Arah Kebijakan dan Kebijakan Umum Pembangunan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 – 2014

Issu Strategis

Strategi

Arah Kebijakan

Kebijakan Umum

1.Rendahnya

pertumbuhan ekonomi

dan tingginya angka

kemiskinan serta

pengangguran.

Revitalisasi akselerasi

pelayanan sosial dasar

& akses terhadap

sumber daya ekonomi

Peningkatan

aksesibilitas

masyarakat terhadap

sumber modal, sarana

prasarana ekonomi.

Mendorong tumbuh

kembangnya lembaga

keuangan mikro, UMKM

dan sarana pendukung

perekonomian sampai

tingkat perdesaan

Peningkatan

pemerataan pendapatan

Pengembangan

lapangan kerja baru

Mendorong tumbuh dan

berkembangnya pusat –

pusat ekonomi lokal

Optimalisasi dan

pengembangan sistem

ketenagakerjaan

Meningkatkan kualitas

penyediaan tenaga kerja

Melakukan perbaikan

regulasi

ketenagakerjaan

2.Masih rendahnya

daya tarik daerah bagi

investor terutama

sektor andalan.

Menciptakan iklim

inventasi yang kondusif

Masih rendahnya

produktivitas dan

produksi pertanian

dalam arti luas

(meliputi peternakan,

perkebunan, perikanan

dan kelautan) serta

rendahnya Nilai Tukar

Petani / Nelayan.

Meningkatkan

percepatan

pengembangan sektor

pariwisata.

Optimalisasi potensi

dan industri sektor

pariwisata

Meningkatkan

percepatan

pengembangan sektor

pariwisata.

Revitalisasi bidang

pertanian, peternakan,

perkebunan, kelautan

dan

perikanan

Optimalisasi potensi

dan industri sektor

pariwisata

Optimalisasi percepatan

peningkatan produksi

pertanian dalam arti

luas dan peningkatan

pendapatan petani serta

nelayan

Melakukan perbaikan

pada sistem

pengelolaan sektor

pariwisata

Mendorong percepatan

sistem pengelolaan

sektor pertanian melalui

jaminan pemasaran,

revitalisasi regulasi,

intensifikasi teknologi,

dukungan permodalan,

dan

peningkatan

pengetahuan

petani/nelayan

Arah kebijakan dan kebijakan umum pembangunan yang telah ditetapkan,

selanjutnya dijabarkan kedalam bebagai program pembangunan sesuai lingkup

urusan yang menjadi kewenangan pemerintah Daerah. Hal ini menjadi acuan bagi

Page 348: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-18

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.

Misalnya Mendorong tumbuh kembangnya lembaga keuangan mikro, UMKM dan

sarana pendukung perekonomian sampai tingkat desa melalui urusan Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa, dan Koperasi dan UMKM dengan cara Peningkatan dan

pengembangan lembaga ekonomi perdesaan melalui SKPD terkait Yaitu Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) dan Dinas Koperasi dan

UKM. Kemudian Mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat – pusat ekonomi

lokal baik melalui sektor Pertanian, Kelautan Perikanan, Perindustrian melalui

Pengembangan dan peningkatan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah.

Selain mengacu pada arah kebijakan dan program prioritas diatas, telah pula

dirumuskan beberapa program terobosan yang menjadi program yang mempunyai daya

dorong bagi sinergitas program lainnya, seperti :

Bidang Infrastruktur :

a. Program Peningkatan pemerataan pembangunan infrastruktur perdesaan dan

perkotaan melalui kegiatan

Perbaikan Rumah Kumuh dan Sanitasi Masyarakat

Pembangunan Infrastruktur Partisipatif (PIP) dengan fokus kegiatan memberikan

stimulan yang intensif untuk pengembangan infrastruktur pedesaan

Penyediaan Air Bersih dan Konservasi Lingkungan

b. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh dengan fokus kegiatan

utama pada:

Revitalisasi Kota Kediri menjadi “Kediri Kota Santri” (Kita Santri) dengan menitik

beratkan pembangunan Kediri sebagai Pusat Kajian Islam dan Pusat Pesantren

Membangun dengan prioritas kegiatan pada pembangunan pusat kajian strategis

yang diarahkan untuk meningkatkan fungsi pesantren sebagai salah satu agen

perubahan (agent of change) sosial.

Revitalisasi Kota Narmada menjadi “Narmada Kota Budaya” (Data Budaya).

Kegiatan ini berfokus pada penguatan fungsi Kota Narmada sebagai Pusat Kajian

dan Inventarisasi Seni-Budaya Lombok.

Pengembangan Wilayah Sekotong dengan fokus kebijakan pada Kawasan Ekonomi

Khusus melalui pengembangan “Sekotong Kota Mandiri (SeTaRi)” dengan fungsi

pendukung pada pengembangan kegiatan-kegiatan pariwisata seperti Eco Bay

Marine.

Bidang Ekonomi :

a. Program Pengembangan pembangunan desa terpadu melalui peningkatan dana

perimbangan keuangan antara pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa melalui

peningkatan Alokasi Dana Desa (ADD) masing-masing desa sebesar 200-250 juta

pertahun termasuk BUMDES

b. Program Pengembangan Sistem Pengelolaan Ketahanan Pangan Daerah Peningkatan

Ketahanan Pangan melalui Pengembangan Lobar Mandiri Pangan dan Energi (Lobar

MAPAN) dengan fokus kegiatan pada pengembangan pertanian organik dan bioenergi.

Program ini meliputi tiga komponen penting , baik secara nasional, regional maupun

internasional yakni Pengentasan Kemiskinan (Poverty Reduction), Pertanian

Berkelanjutan (Sustainable Agriculture), dan Adapatasi Perubahan Iklim (Climate

Change Adaptation). Program ini juga selaras dengan program Bumi Sejuta Sapi (BSS)

pemerintah Provinsi serta program energi terbaharukan pada level nasional. Selain itu

juga kondisi Lobar yang sangat menunjang untuk dikembangkan sebagai PUSAT

PRODUK ORGANIK di Provinsi NTB.

Page 349: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-19

c. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Dunia Usaha dengan fokus pada peningkatan

PAD melalui kegiatan privatisasi sumber-sumber PAD dengan fokus utama pada

percepatan penggalian sumber-sumber PAD, baik yang eksisting maupun potensial.

d. Program Revitalisasi Sistem Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata melalui

gerakan Pariwisata Milik Semua (PAMILIS) dengan fokus kegiatan pada

pengembangan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Lobar yang merupakan infrastruktur

bisnis pengembangan pariwisata di Lobar, dan pengembangan suprastruktur sosial

yakni dengan memberikan keleluasaan pemerintah desa untuk mengembangkan

potensi sosial dan budayanya guna mendukung keberlanjutan pariwisata.

e. Pengembangan dan peningkatan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah melalui

pembangunan GIRI-MENANG SQUARE yang ditujukan sebagai etalase produk

andalan Lombok Barat. Fasilitas perdagangan ini rencananya akan di fokuskan

sebagai pusat kegiatan ekonomi lokal Kabupaten Lombok Barat dengan fasilitas taman

kota, Gedung Olah Raga Mini, Pusat Perdagangan Rakyat dan lain-lain.

4.3. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah

Dirumuskan dalam Visi Kabupaten Lombok Tengah sebagai spirit pembangunan

dalam jangka waktu 2011-2015, yaitu:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT LOMBOK TENGAH YANG BERIMAN, SEJAHTERA

DAN BERMUTU”

Pernyataan yang tertuang dalam Visi Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2015

ini sangat terkait dengan keinginan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah untuk

mewujudkan masyarakat Lombok Tengah yang sejahtera yang dilandasi kualitas

hidup masyarakat yang bermutu di segala aspek kehidupan yang disertai dengan

pengamalan nilai-nilai agama. kata ‘sejahtera’ berarti masyarakat yang mampu

memenuhi semua kebutuhan dasarnya, yaitu sandang, pangan, papan, serta

mendapatkan rasa aman;

Dalam rangka mewujudkan salah satu visi tersebut di atas, maka dirumuskan Misi

pembangunan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2015 antara Lain adalah

Mendorong kemajuan ekonomi daerah dalam mewujudkan kesejahtraan

masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara adil dan transparan

dan Meningkatkan iklim investasi yg lebih kondusif dan menumbuh-kembangkan

wirausaha dengan tetap mempertahankan kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Tabel IV-4. Tujuan Dan Sasaran Pada Tiap-Tiap Misi dalam rangka Mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Lombok Tengah

No. Misi Tujuan SASARAN

1 Mendorong Kemajuan

Ekonomi Daerah Dalam

Mewujudkan

Kesejahtraan

Masyarakat dengan

Memanfaatkan Sumber

daya Lokal Secara Adil

1.1 Meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi dan

pemerataan

pendapatan

masayarakat

1.1.1 Meningkatnya

Pertumbuhan ekonomi

dan keseimbangan

komposisi struktur

perekonomian daerah

1.1.2 Menurunnya tingkat

pertumbuhan

Page 350: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-20

No. Misi Tujuan SASARAN

dan Transparan penduduk

1.1.3 Meningkatnya

Penggunan tenaga

Kerja (employment

tenaga kerja lokal )

1.1.4 Meningkatnya

produktivitas tenaga

kerja

1.1.5 Terwujudnya

penurunan

ketimpangan distribusi

pendapatan antar

kelompok dan antar

wilayah

1.2 Meningkatkan

penanggulangan dan

pelayanan

masyarakat miskin

1.2.1 Menurunnya jumlah

penduduk miskin

secara ekonomis dan

terselenggara-nya

layanan masyarakat

miskin

1.2.2 Meningkatnya kualitas

dan kuantitas

infrastruktur dasar

bagi masyarakat

miskin

1.3 Meningkatkan

Pendayagunaan

Potensi Sumber daya

Pertanian, Kelautan

dan Pariwisata

1.3.1 Meningkatnya produksi

dan produktivitas

pertanian dan Kelautan

1.3.2 Meningkatnya

penataan dan

Pemanfaatan Obyek

Wisata Unggulan

Daerah

1.4 Meningkatkan

peranan Usahawan

lokal dalam

memanfaatkan

Sumber daya Lokal

1.4.1 Meningkatnya

Perlindungan dan

Peningkatan Peran

Usahawan lokal dalam

pengelolaan SDA lokal

2 Meningkatkan Iklim

Investasi yang Lebih

Kondusif dan

Menumbuh

Kembangkan Wirausaha

dengan Tetap

Mempertahankan

Kelestarian Alam dan

Lingkungan Hidup

2.1 Meningkatkan Daya

Saing Daerah dalam

Menarik Investasi

Nasional dan Asing

serta mendorong

Investasi Lokal.

2.1.1 Meningkatnya jumlah

investasi Nasional dan

Asing di sektor

Pariwisata dan

agribisnis

2.1.2 Meningkatnya

Ketersediaan

infrastruktur bagi

Percepatan

Page 351: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-21

No. Misi Tujuan SASARAN

pembangunan

ekonomi

2.2 Meningkatkan UMKM

yang berdaya saing

dan lahirnya

Wirausaha baru.

2.2.1 Meningkatnya jumlah

wirausaha baru dan

kualitas UMKM

2.3 Meningkatkan

Kelestarian Alam dan

Lingkungan Hidup.

2.3.1 Terwujudnya

Pengelolaan SDA yang

berkelanjutan dan

berwawasan

lingkungan

2.3.2 Tersusunnya regulasi

RTRW, Rencana Tata

Ruang Kota Kabupaten

dan Kecamatan,

Kawasan –Kawasan

Strategis Cepat

Tumbuh

2.3.3 Meningkatnya

efektivitas

implementasi regulasi-

regulasi Tata ruang

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang

bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran, dalam hal kemajuan

ekonomi yaitu dengan Mendorong Kemajuan Ekonomi Daerah Dalam Mewujudkan

Kesejahteraan Masyarakat dengan Memanfaatkan Sumber daya Lokal Secara Adil

dan Transparan.

Tabel IV-5. Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Lombok Tengah 1.1 Meningkatkan

Pendayagunaan

Potensi Sumber daya

Pertanian, Kelautan

dan Pariwisata

1.1.1 Meningkatnya

produksi dan

produktivitas

pertanian dan

Kelautan

Optimalisasi potensi

unggulan daerah

peningkatan

pengelolaan kawasan

strategis cepat

tumbuh

1.1.2 Meningkatnya

penataan dan

Pemanfaatan

Obyek Wisata

Unggulan Daerah

Optimalisasi potensi

unggulan pariwisata

peningkatan

pengelolaan kawasan

wisata alam dan

komponen -

komopnen

pendukungnya

1.2 Meningkatkan

peranan Usahawan

lokal dalam

memanfaatkan

Sumber daya Lokal

1.2.1 Meningkatnya

Perlindungan dan

Peningkatan

Peran Usahawan

lokal dalam

pengelolaan SDA

lokal

Revitalisasi lembaga-

lembaga ekonomi

masyarakat

Peningkatan fasilitasi

pengelolaan sumber

daya lokal

Page 352: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-22

2.1 Meningkatkan Daya

Saing Daerah dalam

Menarik Investasi

Nasional dan Asing

serta mendorong

Investasi Lokal.

2.1.1 Meningkatnya

jumlah investasi

Nasional dan

Asing di sektor

Pariwisata dan

agribisnis

Mendorong

perkembangan

investasi berbasis

keunggulan daerah

Peningkatan iklim

investasi yang kodusif

Koordinasi dan

optimalisasi kawasan

strategis dan cepat

tumbuh

Peningkatan fokus

pembangunan

ekonomi di pusat

pertumbuhan

ekonomi

Penyediaan standar

pelayanan

berinvestasi

Peningkatan daya

tarik investasi di

bidang pariwisata

Revitatalisasi Industri Peningkatan daya

saing produk industri

lokal

Fasilitasi sarana dan

prasarana

pengelolaan produk

unggulan daerah

Peningkatan

pemanfaatan

Teknologi Tepat Guna

Fasilitasi pemasaran

hasil produksi daerah

Peningkatan akses

terhadap pasar

nasional dan global

2.1.2 Meningkatnya

Ketersediaan

infrastruktur bagi

Percepatan

pembangunan

ekonomi

Koordinasi

pembiayaan

pembanguan

infrastruktur

Peningkatan fasilitasi

kemitraan

pembangunan

dengan Pemerintah

Pusat/Provinsi,

swasta dan

masyarakat

Distribusi

pembangunan

infrastruktur yang

merata

Peningkatan

penyediaan

infrastruktur

pelayanan dasar di

pedesaan

Revitalisasi

pengelolaan

infrastruktrur

Peningkatan fokus

pembangunan

infrastruktur di pusat

pertumbuhan

ekonomi

3.2 Meningkatkan

UMKM yang berdaya

saing dan lahirnya

Wirausaha baru.

3.1.1 Meningkatnya

jumlah wirausaha

baru dan kualitas

UMKM

Revitalisasi produk

UMKM yang berdaya

saing

Fasilitasi

pengembangan

UMKM

Fasilitasi

pengembangan usaha

Peningkatan kualitas

kelembagaan UMKM

3.2 Meningkatkan

Kelestarian Alam dan

Lingkungan Hidup.

3.2.1 Terwujudnya

Pengelolaan SDA

yang

berkelanjutan

dan berwawasan

lingkungan.

Optimalisasi

pengelolaan

lingkungan hidup

Peningkatan kualitas

dan daya dukung

lingkungan

Regulasi

pemanfaatan dan

pengendalian

penggunaan SDA

Pengendalian dan

pengurangan

areal/wilayah yang

telah mengalami

kerusakan

Page 353: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-23

lingkungan

3.3.1 Tersusunnya

regulasi RTRW,

Rencana Tata

Ruang Kota

Kabupaten dan

Kecamatan,

Kawasan –

Kawasan

Strategis Cepat

Tumbuh.

Optimalisasi

pendayagunaan tata

ruang

Peningkatan regulasi,

fasilitasi, koordinasi

dan sosialisasi

penataan ruang

wilayah

3.4.1 Meningkatnya

efektivitas

implementasi

regulasi-regulasi

Tata ruang

Optimalisasi

pengendalian

pemanfaatan tata

ruang

Peningkatan

kapasitas dan

kelembagaan

pengendali

pemanfaatan tata

ruang

4.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur periode 2008-2013 mengarahkan upaya

pembangunan dengan Visi

“Mewujudkan Masyarakat Lombok Timur Yang Adil Dalam Kesejahteraan dan

Sejahtera Dalam Keadilan Dalam Lindungan Allah SWT”.

Visi pemerintah tersebut antara lain dilatarbelakangi masalah dan isu strategis

pembangunan di Kabupaten Lombok Timur dalam periode 2003-2013 yaitu: (1)

rendahnya pelayanan pendidikan masyarakat, (2) rendahnya derajat kesehatan, (3)

belum meratanya jangkauan pelayanan infrastruktur, (4) belum meratanya

jangkauan pelayanan dan rendahnya kualitas pelayanan listrik, (5) masih tingginya

angak kemiskinan dn pengangguran, (6) masih rendahnya daya tarik daerah bagi

investor, (7) masih rendahnya dukungan pengembangan wilayah yang berbasis

potensi sumber daya setempat, (8) meningkatnya kerusakan dan menurunnya daya

dukung lingkungan dalam menunjang pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan,

(9) masih rendahnya produktivitas dan produksi pertanian, peternakan, perkebunan,

perikanan dan kelautan serta rendahnya pendapatan petani/nelayan, (10) kurang

memasyarakatnya dan rendahnya prestasi olah raga.

Visi Kabupaten Lombok Timur 2008–2013 tersebut juga tidak terlepas dari keinginan

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur untuk melaksanakan berbagai program dalam

rangka mencapai “Millenium Development Goals (MDG’s) sampai tahun 2015, yaitu

(1) Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) Menyediakan pelayanan

pendidikan dasar untuk seluruh penduduk; (3) Mendorong kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan; (4) Menurunkan angka kematian anak; (5) Meningkatkan

kesehatan ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7)

Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup; serta (8) Membangun kemitraan global

dalam pembangunan

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan misi Pembangunan

Daerah Kabupaten Lombok Timur sebagai berikut:

Page 354: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-24

(1) Pemerataan pembangunan diseluruh wilayah dan disemua sektor prioritas yaitu sektor

pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat;

(2) Mewujudkan pembangunan nyata ekonomi kerakyatan berbasis agro-industri dan

bahari yang berwawasan lingkungan;

(3) Mendorong Reformasi Birokrasi dengan sungguh-sungguh untuk mencairkan kebekuan

birokrasi menuju aparatur yang bersih, berorientasi kepada pelayanan publik dan

penggunaan anggaran yang pro publik;

(4) Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam pembangunan sosial politik, pencegahan

kekerasan dalam rumah tangga dan perlindungan terhadap anak;

(5) Mewujudkan kerukunan hidup beragama dan kehidupan antar kelompok yang rukun,

taqwa dan penuh kesejukan dengan tetap memelihara dan mengembangkan budaya dan

kearifan lokal;

(6) Menumbuh kembangkan iklim investasi dalam dan luar negeri untuk membuka

lapangan kerja yang secara langsung mampu mengangkat perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat;

(7) Meningkatkan kualitas demokrasi melalui pendidikan politik dengan melibatkan peran

serta masyarakat dalam pembangunan politik.

Merujuk kepada RPJM Kabupaten Lombok Timur periode 2008 – 2013, terdapat 8

strategi pembangunan yang telah dirumuskan. Strategi yang berkaitan langsung

dengan pengembangan UMKM antara lain adalah: “Meningkatkan pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi daerah dengan meningkatkan produktivitas sektor pertanian,

industri dan jasa serta menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investasi di

daerah sehingga berbagai potensi daerah dapat dimanfaatkan bagi penciptaan

lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat”. Berkaitan dengan

strategi pembangunan ini, kebijakan umum yang terkait dengan pengembangan

UMKM antara lain adalah:

Membangun sektor pertanian dalam arti luas ke arah pengembangan sistem agribisnis

dengan memperkuat sub sistem penyuplai sarana prasarana produksi, produksi

pertanian dan pasca panen, industri pertanian , dan sub sistem penunjang

(pemasaran, permodalan, informasi pasar dan teknologi.

Mendorong pembangunan industri berbasis pertanian dan perikanan serta sumber

daya lokal lainnya.

Membangun Badan Usaha Milik Daerah dan peningkatan peran sektor perdagangan

yang diarahkan pada upaya mendukung pemasaran produksi daerah.

Meningkatkan peran sektor koperasi dan pariwisata dengan mengembangkan potensi

dan peran serta masyarakat.

Meningkatkan kualitas pelayanan investasi terutama dalam pelayanan perijinan.

Mengembangkan UMKM yang berorientasi ekspor.

Mengembangkan Ekonomi Perdesaan berbasis BUMDES (Badan Usaha Masyarakat

Desa)

Meningkatkan penguasaan dan penerapan IPTEK dalam usaha perekonomian UMKM.

Strategi lain yang mendukung pengembangan UMKM adalah ”Meningkatkan

kuantitas dan kualitas ketersediaan infrastruktur daerah yang diarahkan agar mampu

mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan

masyarakat”. Sehubungan dengan strategi ini, kebijakan umum pembangunan yang

diambil adalah :

Membangun/merehabilitasi infrastruktur irigasi (irigasi teknis, dam/bendungan,

embung rakyat dan jaringan irigasi perpipaan).

Meningkatkan infrastruktur jalan dan jembatan.

Page 355: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-25

Membangun infrastruktur perhubungan laut.

Meningkatkan infrastruktur ekonomi (pasar).

Membangun infrastruktur kelistrikan dan mengembangkan penggunaan sumber

energi non-BBM untuk meningkatkan suplai energi listrik.

Membangun infrastruktur telekomunikasi

Pengembangan UMKM pada dasarnya bersifat lintas sektor/lintas urusan. Walau

demikian secara khusus dalam lingkup urusan Koperasi dan UKM, maka program

pembangunan yang dilaksanakan adalah

1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi usaha kecil menengah.

2. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil

menengah.

3. Pengembangan sistem pendudkung usaha bagi usaha mikro kecil

menengah.

4. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.

Dalam lingkup urusan selain urusan Koperasi dan UKM, program/kegiatan yang

terkait dan mendukung dalam pengembangan UMKM antara lain adalah:

1. Peningkatan kemampuan dan keterampilan pengusaha UKM.

2. Peningkatan IKM dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat.

3. Peningkatan pengetahuan manajerial pengusaha IKM.

4. Peningkatan pengetahuan pengusaha IKM alam kewiraswastaan.

5. Peningkatan penguasaan teknologi dikalangan pengusaha IKM.

6. Peningkatan kemampuan dan kesadaran pengusaha IKM terhadap

pencemaran limbah industri.

7. Peningkatan wawasan dan penguasaan pasar di kalangan pengusaha IKM.

8. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian.

9. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/peternakan.

10. Peningkatan produksi hasil pertanian/peternakan.

11. Peningkatan pemasaran hasil pertanian/peternakan.

12. Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan.

13. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

14. Pengembangan kemitraan.

15. Pengembangan budidaya perikanan.

16. Pengembangan perikanan tangkap.

17. Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan.

18. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar.

19. Peningkatan kerjasama perdagangan internasional.

20. Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri.

21. Peningkatan dan pengembangan ekspor.

22. Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi.

23. Pengembangan industri kecil dan menengah.

24. Peningkatan kemampuan teknologi industri.

25. Pengembangan sentra-sentra industri potensial.

Page 356: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-26

4.5. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa

Tujuan dan sasaran pengembangan UMKM dilakukan dalam kerangka

pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa yang merupakan manifestasi dari visi

dan misi Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan pembangunan tahun 2011-

2015. Bagian ini merupakan rangkuman dari kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumbawa seperti yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJMD) tahun 2011-2015.

Visi Pemerintahan Daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2015 adalah:

“Terwujudnya Masyarakat Sumbawa Berdayasaing Dalam Memantapkan Samawa

Mampis Rungan”,

Dengan lima misi, yaitu:

1) Mengembangkan masyarakat yang religius/beriman, berbudaya, menghargai

pluraritas, kesetaraan gender dan berkesadaran hukum;

2) Menyelenggarakan pelayanan dasar yang lebih berkualitas dan terjangkau di

bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

3) Meningkatkan pelayanan publik dan penyelenggaraan tata pemerintahan daerah

yang baik (good lokal governance);

4) Mempercepat pengembangan ekonomi daerah berbasis agribisnis melalui

percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan strategis,

penguatan kelembagaan ekonomi lokal dan peningkatan investasi; dan

5) Memastikan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara

berkelanjutan. Adapaun tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing

misi RPJMD Kabupaten Sumbawa 2011-2015 diuraikan dalam tabel berikut.

Adapun tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing misi RPJMD

Kabupaten Sumbawa 2011-2015 diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel IV-6. Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2015

No Misi Tujuan Sasaran

1 Misi kesatu :

Mengembangkan

masyarakat yang

religius/beriman,

berbudaya,

menghargai

pluralitas,

kesetaraan

gender dan

berkesadaran

hukum

Masyarakat

religius/beriman

Masyarakat berbudaya

Masyarakat menghargai

pluralitas

Masyarakat menghargai

kesetaraan gender

Masyarakat berkesadaran

hukum

1. Meningkatnya kualitas kehidupan

beragama

2. Meningkatnya upaya pengembangan nilai

budaya, dan pengelolaan kekayaan budaya

serta keragaman budaya.

3. Berkembangnya masyarakat yang

menghargai pluralitas.

4. Membaiknya kesadaran gender

masyarakat.

5. Meningkatnya kesadaran hukum

masyarakat

2 Misi kedua :

Menyelenggarakan

pelayanan dasar

yang

lebih berkualitas

dan

terjangkau

dibidang

pendidikan,

Peningkatan kualitas

pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas

kesehatan masyarakat

Peningkatan kualitas

kependudukan

Peningkatan kualitas

kesejahteraan sosial

1. Meningkatnya aksesibilitas dan pemerataan pendidikan.

2. Meningkatnya mutu pendidik, tenaga kependidikan dan manajemen sekolah.

3. Meningkatnya minat dan budaya gemar membaca masyarakat dan layanan perpustakaan.

4. Tersedianya pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.

5. Meningkatnya status kesehatan dan gizi

Page 357: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-27

No Misi Tujuan Sasaran

kesehatan

dan kesejahteraan

sosial.

masyarakat. 6. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan

di puskesmas dan rumah sakit umum daerah.

7. Meningkatnya akses dan kualitas kehidupan bagi Masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.

8. Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan layanan kependudukan, kesejahteraan keluarga dan perlindungan anak.

9. Meningkatnya partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah.

10. Meningkatnya pembinaan olahraga edukasi dan dukungan olahraga prestasi.

3 Misi ketiga :

Meningkatkan

pelayanan publik

dan

penyelenggaraan

tata

pemerintahan

daerah

yang baik (good

lokal

governance).

Pelaksanaan Reformasi

birokrasi

Peningkatan pencegahan

korupsi

Peningkatan Integritas

pelayanan publik

Peningkatan kinerja

pengelolaan keuangan

daerah

Peningkatan sistem

pendukung manajemen

pembangunan daerah.

1. Terlaksananya agenda reformasi birokrasi,

peningkatan kapasitas kelembagaan dan pencegahan korupsi

2. Meningkatnya kualitas pelayanan publik 3. Meningkatnya akuntabilitas kinerja

Pengelolaan Keuangan, aset dan

penerimaan Daerah 4. Meningkatnya efisiensi pelayanan

adminitrasi perkantoran dan memantapkan manajemen SKPD

5. Meningkatkan kualitas sistem pendukung manajemen pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

6. Meningkatnya pelayanan adminsitrasi publik dibidang pertanahan, kependudukan dan

7. Catatan sipil, dan kearsipan daerah. Meningkatnya kualitas penyelenggaran pelayanan publik di kecamatan

8. Meningkatnya kualitas pelayanan kepegawaian daerah

9. Meningkatnya akuntabilitas dan kapasitas lembaga perwakilan rakyat.

10. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di desa

4 Misi keempat:

Mempercepat

pengembangan

ekonomi daerah

berbasis agrobisnis

melalui percepatan

pembangunan

infrastruktur,

pengembangan

kawasan

strategis,

penguatan

kelembagaan

ekonomi

lokal dan

peningkatan

investasi.

Peningkatan perekonomian

daerah

Peningkatan infrastruktur

daerah

Peningkatan produksi

komoditas agrobisnis

Peningkatan kelembagaan

ekonomi lokal

Peningkatan investasi.

1. Peningkatan daya dukung infrastruktur jalan, jembatan dan irigasi

2. Meningkatnya kualitas pekerjaan jasa

konstruksi 3. Meningkatnya kuantitas dan kualitas

permukiman layak huni

4. Meningkatnya pemanfataan prasarana dan sarana perhubungan, potensi pos dan telekomunikasi.

5. Meningkatnya kesejahteraan petani tanaman pangan.

6. Meningkatnya kesejahteraan peternak. 7. Meningkatnya kesejahteraan nelayan. 8. Meningkatnya kesejahteraan petani 9. perkebunan. 10. Meningkatnya pelaku industri dan

kepariwisataan daerah. 11. Meningkatnya kesejahteraan pelaku

koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis agrobisnis.

12. Berkembangnya industri daerah dan Meningkatnya kelancaran lalulintas perdagangan barang dan jasa seiring dengan upaya perlindungan terhadap konsumen.

13. Meningkatnya pelayanan perizinan dan

Page 358: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-28

No Misi Tujuan Sasaran

realisasi investasi 14. Terwujudnya percepatan pembangunan

kawasan 15. Meningkatnya pelayanan kelistrikan dan

migas.

5 Misi kelima:

Memastikan

pengelolaan

sumber daya alam

dan

lingkungan hidup

secara

berkelanjutan.

Peningkatan pengelolaan

hutan dan lahan

Peningkatan pencegahan

kegiatan ilegal loging, ilegal

mining dan ilegal fishing.

Peningkatan penanganan

persampahan

Peningkatan ketaatan

terhadap hukum

lingkungan.

1. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

2. Meningkatnya kualitas penataan, pemanfaatan dan pengendalian ruang

3. Meningkatnya pembinaan dan pengawasan kegiatan pertambangan serta mitigasi bencana geologi.

4. Menurunnya tingkat kerusakan hutan dan lahan serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar hutan

5. Meningkatnya upaya mitigasi dan penanggulangan bencana.

Kebijakan pengembangan UMKM di Kabupaten Sumbawa tercermin pada misi 4

pemerintah yaitu mempercepat pengembangan ekonomi daerah berbasis agrobisnis

melalui percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan strategis,

penguatan kelembagaan ekonomi lokal dan peningkatan investasi. Misi ini kemudian

dijabarkan dalam prioritas pembangunan daerah sebagai prioritas 6 (Percepatan

pembangunan infrastruktur wilayah terutama penanganan kerusakan jalan dan

jembatan, air bersih dan krisis listrik) dan prioritas 7 (Mengembangkan usaha

Ekonomi Lokal Masyarakat Desa). Prioritas pembangunan daerah tahun 2013

mengacu pada prioritas pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Sumbawa tahun

2011-2015. Adapun prioritas pembangunan daerah tahun 2013 adalah:

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama untuk mewujudkan Tau Samawa Berimtaq

tinggi;

2. Menciptakan pemerintahan yang bersih, melanjutkan reformasi birokrasi, peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan korupsi;

3. Menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan terjangkau dari tingkat SD hingga SMA

(Wajib Belajar 12 tahun);

4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau.

5. Mendekatkan pelayanan KTP, Kartu Keluarga, Pertanahan dan Pelayanan Perizinan

hingga di tingkat Desa;

6. Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah terutama penanganan kerusakan jalan

dan jembatan, air bersih dan krisis listrik;

7. Mengembangkan usaha Ekonomi Lokal Masyarakat Desa;

8. Mengembangkan program peningkatan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan

perikanan;

9. Mengembangkan pembinaan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat;

10. Mengembangkan kebudayaan, kepariwisataan, generasi muda, peranan perempuan dan

olah raga;

11. Menjaga keserasian pemanfaatan ruang, pengelolaan lingkungan hidup dan mitigasi

bencana.

Selanjutnya masing-masing prioritas pembangunan daerah tersebut dikelompokkan

dan diatur dalam ketentuan umum prioritas pembangunan. Dalam rangka efisiensi

dan efektivitas penganggaran, program-program dalam APBD Kabupaten Sumbawa

Tahun Anggaran 2013 dibagi ke dalam tiga kelompok prioritas program berdasarkan

Page 359: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-29

keterkaitan program terhadap layanan kepada masyarakat sebagaimana tercantum

pada tabel berikut.

Tabel IV-7. Ketentuan Umum Kelompok Prioritas Pembangunan Kabupaten Sumbawa Kelompok

Prioritas Ketentuan Umum

Prioritas I

(KP I)

Amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah

pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20%

dan kesehatan 10% sesuai ketentuan teknis yang berlaku. Program KP I

terkait langsung dengan pelayanan ke masyarakat, harus berhubungan

langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala

besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi,

memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang

tinggi pada capaian visi/misi daerah. Disamping itu, KP I juga

diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Prioritas II

(KP 2)

a. Program KP II merupakan program prioritas ditingkat SKPD yang tidak

terkait langsung dengan pelayanan masyarakat dan merupakan

penjabaran dari analisis per urusan.

b. KP II berhubungan dengan program/kegiatan unggulan SKPD yang

paling berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat

yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi

berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD

termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan

dengan itu.

Prioritas III

(KP 3)

a. KP III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-

belanja tidak langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja

hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, serta

belanja tidak terduga.

b. Pengalokasian dana pada KP III harus memperhatikan

(mendahulukan) pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih

dahulu untuk menunjukkan urutan prioritas yang benar

Pengembangan UMKM berdasarkan ketentuan umum tersebut berada pada

Kelompok Prioritas 2 (KP 2) yang merupakan penjabaran dari urusan yang ditangani

masing-masing SKPD.

a. Pertanian

Padi. Penggunaan lahan untuk pertanian pada tahun 2011 sebesar 165.607 Ha

(24,93%), terdiri dari: Sawah 49.324 Ha (7,42%), pekarangan yang ditanami tanaman

pertanian 20.337 Ha (3,06 %), tegalan/kebun 61.461 Ha (9,25 %), ladang/huma

9.576 Ha (1,44%) dan sementara tidak diusahakan 24.911 Ha (3,75%). Bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka penggunaan lahan untuk pertanian

pada tahun 2011 mengalami peningkatan luas sebesar 893 Ha (0,54%), hal ini

disebabkan karena berbagai faktor seperti bertambahnya irigasi teknis, irigasi

setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa sehingga terjadi alih fungsi lahan yang

sebelumnya bukan lahan pertanian dijadikan lahan pertanian seperti lahan sawah

dengan dilakukannya percetakan sawah-sawah baru.

Page 360: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-30

Komoditas pertanian seperti padi di tahun 2011 memiliki luas panen sebesar 79.270

Ha, sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar 73.588 Ha, sehingga terjadi

peningkatan luas panen sebesar 5.682 Ha (7,72%). Demikian pula dengan

produksinya juga meningkat sebesar 19.765 ton (5,32%) dengan total produksi pada

tahun 2011 sebesar 390.940 ton (tahun 2010 sebesar 371.175 ton). Upaya

peningkatan ini terus dipacu melalui ekstensifikasi seperti program perluasan areal,

dan intensifikasi dengan menerapkan program-program peningkatan produktivitas,

sehingga Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu Kabupaten yang menerima

penghargaan Ketahanan Pangan dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2011,

karena keberhasilannya dalam meningkatkan produksi padi sebesar 5% selama 2

tahun berturut-turut.

Demikian juga dengan komoditas jagung karena memiliki keunggulan kompetitif

yaitu berupa kecerahan biji yang sempurna serta produktivitas tinggi. Adapun Luas

panen jagung pada tahun 2011 sebesar 26.065 Ha, meningkat 11.513 Ha (79,12%)

dibandingkan tahun sebelumnya dengan luas panen sebesar 14.552 Ha, sedangkan

produksi pada tahun 2011 sebesar 132.554 ton terjadi peningkatan sebesar 78.563

ton (145,51%) dibandingkan tahun sebelumnya dengan produksi 53.991 ton.

Peningkatan luas panen dan produksi jagung ini juga diikuti oleh produktivitas yang

meningkat sebesar 14,00 Kw/Ha (37,09%) dengan produktifitas pada tahun 2011

sebesar 50,86 Kw/Ha, dan pada tahun 2010 sebesar 37,10 Kw/Ha.

Kedele. Untuk komoditas kedelai produksinya cenderung mengalami penurunan. Hal

ini terlihat dari luas panen kedelai pada tahun 2011 sebesar 4.357 Ha mengalami

penurunan sebesar 5.592 Ha (56,21%) dibandingkan dengan tahun sebelumnya

dengan luas panen sebesar 9.949 Ha, demikian juga dengan produksi kedelai

menurun sebesar 6.299 ton (49,03%) dibandingkan tahun sebelumnya dengan total

produksi pada tahun 2011 sebesar 6.549 ton dan tahun 2010 sebesar 12.848 ton.

Penurunan luas panen dan produksi kedelai ini terjadi karena adanya peralihan

komoditas kedelai ke komoditas jagung. Akan tetapi penurunan luas panen dan

produksi ini tidak diikuti oleh penurunan produktivitas, karena pada tahun 2011

produktivitas kedelai mengalami peningkatan sebesar 2,00 Kw/Ha (16,42%) bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena produktivitas kedelai pada tahun

2011 sebesar 15,03 Kw/Ha dan pada tahun 2010 sebesar 12,91 Kw/Ha.

Kacang Hijau. Komoditas kacang hijau mengalami penurunan luas panen sebesar

1.693 Ha (4,95%), karena terjadinya peralihan tanam dari kacang hijau ke jagung,

akan tetapi dari sisi produksinya meningkat sebesar 812 ton (2,29%), dari 35.493 ton

tahun 2010 menjadi 36.305 ton tahun 2011. Demikian juga dengan produktivitasnya

mengalami peningkatan sebesar 1 Kw/Ha (7,62%), dari 10,37 Kw/Ha tahun 2010

menjadi 11,16 Kw/Ha tahun 2011. Untuk komoditas kacang tanah yang luas

panennya mengalami peningkatan sebesar 28 Ha (1,96%) dengan luas panen pada

tahun 2011 sebesar 1.454 Ha dan pada tahun 2010 sebesar 1.426 Ha. Peningkatan

luas panen ini tidak diikuti oleh peningkatan produksi dan produktivitas, dimana

terjadi penurunan produksi sebesar 269 ton (15,21%), dengan produksi pada tahun

2011 sebesar 1.499 ton dan pada tahun 2010 sebesar 1.768 ton. Demikian juga

dengan produktivitas menurun sebesar 2 Kw/Ha (16,85%), dengan produktivitas

pada tahun 2011 sebesar 10,31 Kw/Ha dan pada tahun 2010 sebesar 12,40 Kw/Ha.

Hal ini disebabkan karena tingginya curah hujan sebagai dampak anomali iklim.

Page 361: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-31

Peternakan. Pembangunan peternakan juga merupakan subsistem dari

pembangunan pertanian. Khususnya mengenai ternak besar, pertumbuhan sapi bali

mengalami peningkatan sebesar 10.247 ekor (6,64%), dengan jumlah populasi pada

tahun 2011 sebesar 164.505 ekor dan pada tahun 2010 sebesar 154.258 ekor.

Sejalan dengan hal tersebut telah dilakukan penguatan program Bumi Sejuta Sapi

yang dicanangkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat yang bersinergi dengan

Pemerintah Kabupaten Sumbawa sebagai langkah terobosan dalam pembangunan

daerah dengan mengutamakan sumber daya lokal. Hal ini didasarkan pada upaya

mendukung kecukupan daging sapi pada tahun 2014 dan mengurangi

ketergantungan pada import daging maupun sapi bakalan. Potensi ternak lainnya

adalah Sapi Sumbawa yang sebelumnya dikenal dengan nama sapi hissar yang

merupakan rumpun sapi lokal yang berkembang di pulau Sumbawa dan diternakkan

secara murni oleh masyarakat di pulau Sumbawa secara turun-temurun sampai

sekarang, sehingga telah ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian RI Nomor

2909/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi

Sumbawa sebagai Sumber Daya Genetik Hewani asal Kabupaten Sumbawa.

Pertumbuhan sapi Sumbawa mengalami peningkatan sebesar 291 ekor (11,46%),

dengan jumlah populasi pada tahun 2011 sebesar 2.830 ekor dan pada tahun 2010

sebesar 2.539 ekor. Kerbau Sumbawa yang merupakan jenis kerbau lokal yang telah

ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian RI Nomor 2910/kpts/OT.140/6/2011

tanggal 17Juni 2010 tentang Penetapan Rumpun Kerbau Sumbawa. Pertumbuhan

kerbau mengalami peningkatan sebesar 1.171 ekor (2,15%), dengan jumlah populasi

pada tahun 2011 sebesar 55.706 ekor dan pada tahun 2010 sebesar 54.535 ekor.

Demikian pula dengan Kuda Sumbawa yang telah ditetapkan dengan SK Menteri

Pertanian RI Nomor 2917/kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang

Penetapan Rumpun Kuda Sumbawa. Pertumbuhan Kuda Sumbawa mengalami

peningkatan sebesar 1.069 ekor (2,86%), dengan jumlah populasi pada tahun 2011

sebesar 38.505 ekor dan pada tahun 2010 sebesar 37.436 ekor. Berdasarkan rata-

rata pertumbuhan populasi ternak besar selama periode 2007–2011, maka populasi

ternak sapi sumbawa menunjukkan perkembangan yang amat pesat sebesar 20,67%,

sapi bali 13,14%, kuda Sumbawa 3,14%, sedangkan untuk populasi kerbau

mengalami penurunan sebesar 3,38%.

Kehutanan. Penyelengaraan pembangunan pada urusan pilihan kehutanan di

Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011, diarahkan untuk meningkatkan potensi

sumber daya hutan kayu dan non kayu dilakukan melalui optimalisasi PNBP

(Penerimaan Negara Bukan Pajak) dengan melaksanakan pengendalian dan

penertiban administrasi hasil hutan dan iuran hasil hutan pada 7 KPH, Cruising

IPKTM, pertemuan dengan para pemegang izin hasil hutan serta melaksanakan

pembinaan, penertiban dan evaluasi terhadap hasil hutan dan iuran hasil hutan.

Selanjutnya untuk tata usaha kayu lahan milik (TUKTM) telah dilakukan penertiban

peredaran hasil hutan kayu terutama di tingkat kecamatan. Adapun jumlah izin

pengecer kayu yang telah di keluarkan pada tahun 2011 sebanyak 100 izin terbagi

atas izin pengecer dan penimbun kayu. Terkait dengan rehabilitasi terhadap lahan

kritis luar dan dalam kawasan, pada tahun 2011 dilaksanakan di 3 lokasi, yakni : 1)

lokasi Desa Tatebal Kecamatan Lenangguar (Dalam Kawasan 50 Ha); 2) lokasi Karang

Dima Kecamatan Labuhan Badas (luar kawasan 25 Ha); 3) lokasi Omal Boan Desa

Mamak Kecamatan Lopok (dalam kawasan 50 Ha). Untuk pengembangan hutan

Page 362: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-32

mangrove, dilakukan peningkatan luas wilayah yang terehabilitasi, khususnya di

kawasan pantai meliputi Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat dengan luas 15 Ha

dan jumlah tanaman sebanyak 25.500 Batang, lokasi Labuhan Alas dengan luas 15

Ha dan jumlah tanaman sebanyak 25.500 batang, lokasi Labuhan Sangoro

Kecamatan Maronge dengan Luas 15 Ha dan jumlah tanaman sebanyak 25.500

batang.

b. Energi dan Sumber daya Mineral

Pembangunan urusan Energi dan Sumber daya Mineral terkait dengan eksploitasi

terhadap potensi pertambangan selalu dilakukan dengan memperhatikan aspek

pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pada tahun 2011 telah dilakukan kegiatan

peningkatan sarana listrik daerah terpencil, untuk pemenuhan listrik masyarakat

seperti pemasangan PLTS di Dusun Jambu Timur Kecamatan Empang sebanyak 8

unit dan Dusun Labuhan Liang sebanyak 13 unit sehingga total PLTS yang telah

disalurkan ke masyarakat untuk pengembangan ketenagalistrikan tahun 2011 ini

sebanyak 21 unit.

c. Pariwisata

Penyelenggaraan urusan pilihan pariwisata yang diselenggarakan pada tahun 2011

diarahkan pada pengelolaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata.

Berdasarkan kondisi terakhir, kecenderungan pengunjung lokal terhadap wisata

kuliner cukup menunjukkan kemajuan yang didukung dengan mulai bertumbuhnya

usaha-usaha kuliner tersebut. Meningkatnya kontribusi sektor hotel dan restoran

dalam postur perekonomian daerah meskipun belum terlalu signifikan ditunjang

dengan peningkatan kontribusi sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor

jasa-jasa menjadi salah satu indikator yang akan dapat memberikan ekspektasi

pengembangan ke depan. Kampanye Visit Lombok-Sumbawa 2012 yang sedang

gencar disosialisasikan dan program Go Sumbawa, selaras dengan mulai ramainya

kunjungan ke beberapa obyek wisata seperti Pantai Goa dan Labu Padi diharapkan

dapat berkontribusi bagi perkembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa. Beberapa

kegiatan yang menunjang pencapaian sasaran di bidang pariwisata dan pada tahun

2011 diselenggarakan event promosi wisata, melalui promosi pariwisata,

terlaksananya BAB NTB dan festival Budaya, pekan budaya daerah dan pergelaran

apresiasi seni serta juga melakukan pengembangan SDM dan profesionalisme

pariwisata (penyuluhan, pembinaan pokdarwis dan pelatihan). Beberapa event wisata

budaya seperti permainan rakyat tetap dilaksanakan.

d. Perdagangan

Dalam penyelengaraan urusan perdagangan pada tahun 2011 telah dilakukan uji

laboratorium terhadap 85 sampel barang/makanan. Angka ini mengalami

peningkatan sebanyak 14 sampel (19,72%). Selanjutnya untuk perlindungan kepada

konsumen dilakukan tera terhadap alat ukur sejumlah 59,91 % dari seluruh jumlah

alat ukur, sedangkan pada tahun 2010 sejumlah 42,24% sehingga mengalami

peningkatan jumlah alat ukur yang ditera sejumlah 18%. Pengembangan usaha

Page 363: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-33

perdagangan dalam negeri pada tahun 2011 mencapai nilai eksport sebesar

US$.796.564 sedangkan pada tahun 2010 sebesar US$.597.672 meningkat

US$.198.868 atau 33,27%.

4.6. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Dompu

Bertitik tolak dari filosofi dasar “ Nggahi Rawi Pahu”, Visi daerah yang telah

ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah (RPJMD)

Kabupaten Dompu tahun 2005-2025, kondisi daerah saat ini dan analisis terhadap

peluang dan tantangan pembangunan lima tahun kedepan, Visi pembangunan

Kabupaten Dompu yang ingin diraih dalam lima tahun mendatang adalah :

”TERWUJUDNYA MASYARAKAT DOMPU YANG MANDIRI DAN RELIGIUS”

Visi pemerintah tersebut antara lain dilatarbelakangi oleh kondisi obyektif Kabupaten

Dompu dewasa ini yang mana tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya Petani

yang masih rendah, kualitas layanan infrastruktur yang masih kurang, dan mutu

pelayanan pendidikan dan kesehatan yang semakin menurun, maka harus dapat

dilakukan suatu program percepatan pembangunan di segala bidang, terutama

dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta

infrastruktur.

Agar proses percepatan dapat dilaksanakan, maka segenap sumber daya yang ada

harus dapat difungsikan secara optimal, baik itu sumber daya alam, sumber daya

manusia, sumber daya buatan dan sumber daya sosial, termasuk didalamnya

pluralitas dan heterogenitas masyarakat.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan misi Pembangunan

Daerah Kabupaten Dompu tahun 2011-2015 sebagai berikut:

Menumbuhkan ekonomi yang berbasis sumber daya lokal dan

mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pemberdayaan

masyarakat sebagai pelaku usaha,

Mengembangkan masyarakat yang religius, berakhlak mulia, berbudaya, dan

saling menghormati antar sesama,

Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkeadilan,

terjangkau dan berkualitas,

Melaksanakan percepatan pembangunan infrastruktur daerah dan penataan

kota yang indah, nyaman, dan mempesonona serta lingkungan yang lestari,

Menegakkan supremasi hukum, menjalankan pemerintahan yang amanah,

istiqomah, dan bebas dari KKN, serta memantapkan pelayanan publik .

Merujuk kepada RPJM Kabupaten Dompu periode 2011 – 2015, strategi

pembangunan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Revitalisasi dan akselerasi akses masyarakat miskin terhadap sumber

daya ekonomi Fokus pada peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap

sumber modal, sarana dan prasarana ekonomi

Page 364: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-34

2. Optimalisasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan daerah (pertanian,

perdagangan, hotel, dan restauran, industri pengolahan dan

pertambangan) fokus kepada pengembangan agribisnis, pariwisata, industri

kecil, perdagangan dan pertambangan.

3. Deregulasi, debirokratisasi dan promosi potensi investasi daerah fokus

pada penyusunan dan peningkatan mutu kebijakan investasi daerah

4. Revitalisasi peran lembaga keagamaan, sosial dan budaya tema ini

fokus kepada:

a. peningkatan kesadaran dan kerukunan umat beragama,

b. peningkatan kesadaran dan kerukunan hidup bermasyarakat,

c. peningkatan kecintaan terhadap budaya dan seni daerah.

5. Revitalisasi akses, mutu dan relevansi pendidikan tema ini fokus

kepada peningkatan efektifitas dan kualitas pelayanan pendidikan

6. Optimalisasi dan revitalisasi pelayanan kesehatan yang berkualitas,

terjangkau dan berkeadilan tema ini fokus kepada peningkatan efektifitas

pelayanan kesehatan yang ber kualitas, terjangkau dan barkeadilan.

7. Optimalisasi pembangunan infrastruktur strategis daerah tema ini

fokus kepada:

a. Peningkatan aksesibilitas wilayah

b. Peningkatan cakupan pelayanan irigasi

c. Pengembangan lingkungan permukiman dan perumahan yang layak

8. Optimalisasi pendayagunaan tata ruang dan penanggulangan bencana

tema ini fokus pada peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan

bencana

9. Supremasi Hukum dan Revitalisasi pelayanan publik tema ini fokus

kepada:

a. Peningkatan koordinasi penegakan hukum

b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik

10. Restrukturisasi dan revitalisasi organisasi pemerintah tema ini fokus

kepada penataan struktur organisasi dan tata kerja SKPD

Sesuai dengan strategi pembangunan dan arah kebijakan umum, program-program

pembangunan periode 2011-2015, terutama yang berkaitan dengan pengembangan

UMKM adalah sebagai berikut,

(1) Program Penciptaan iklim Usaha Usaha Kecil menengah yang Kondusif, yang

bertujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing pelaku

Usaha skala kecil menengah,

(2) Program pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha

kecil menengah. Program ini bertujuan untuk menciptakan wirausaha-

wirausaha baru dan mendorong UKM untuk mampu bersaing dipasar baik

pasar regional maupun nasional,

Page 365: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-35

(3) Program pengembangan sistem pendukung Usaha Bagi Usaha mikro Kecil

menengah, melalui kegiatan (a) kegiatan promosi usaha UKM, dan (b) fasilitasi

permodalan bagi UKM,

(4) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi, yang bertujuan untuk

memfasilitasi perwujudan kerjasama antara usaha besar dan usaha kecil-

menengah pada serta koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman

modal,

(5) Program Peningkatan kemampuan teknologi industri yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan teknologi industri,

(6) Program Penataan struktur industri untuk meningkatkan ketahanan dan

kemampuan industri dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas industri,

(7) Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial yang bertujuan untuk

mengembangkan dan bertambahnya sentra industri potensial di masing-

masing wilayah dan,

(8) Program pembinaan pedagang Kaki Lima dan Asongan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan dalam berwirausaha

Secara lebih spesifik menurut sektor usaha, program-program yang terkait dengan

pembinaan dan pengembangan UMKM adalah sebagai berikut.

(1) Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan, mencakup

program (a) Pengembangan usaha Agribisnis berbasis komoditas lokal (PIJAR)

meliputi Pengembangan Jagung, Sapi dan Rumput Laut yang salah satu

sasaranya berkembangnya investasi dibidang budidaya dan pengolahan

Jagung, pertumbuhan populasi sapi 20% per tahun (b) Program Peningkatan

kesejahteraan Petani. Adapun tujuan dari program ini adalah meningkatkan

kemitraan antara Petani Kelembagaan Tani dan Pengusaha Pertanian,

meningkatkan peran swasta dan Asosiasi - asosiasi Komoditas,

memanfaatkan sumber daya alam daerah optimal dan menjaga,

melestarikannya, dan meningkatkan Pengetahuan sikap dan keterampilan

sumber daya manusia. Salah satu sasaran yang akan dicapai adalah

meningkatnya SDM Industri Pengolahan Hasil Pertanian, (c) Program

Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian dan Perkebunan, yang

bertujuan untuk meningkatkan Sarana dan Prasarana Produksi Hasil

Pertanian/Perkebunan, (d) Program Penerapan Teknologi

Pertanian/Perkebunan, yang bertujuan untuk peningkatan penerapan

teknologi pertanian/perkebunan secara tepat guna, (e) Program Peningkatan

Produksi Hasil Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan.

(2) Kelautan dan Perikanan, yang mencakup (a) Program Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakakatat Pesisir, (b) Program Pengembangan kawasan Budi

daya Rumput Laut air payau dan air tawar, yang salah satu sasarannya

adalah berkembangnya kebun bibit unggul, (c) Program Pengembangan

Perikanan Tangkap yang sasarannya adalah terselenggaranya pendampingan

pada kelompok nelayan pada perikanan tangkap, pembangunan tempat

pelelangan ikan, pemeliharaan dan rehabilitasi tempat pelelangan ikan, dan

pengembangan lembaga usaha perikanan tangkap, (d) Program Optimalisasi

Page 366: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-36

pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan, yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas produk hasil perikanan.

Dalam konteks program pembangunan infrastruktur yang menunjang pengembangan

UMKM, program yang telah dicanangkan adalah (1) Program Pembangunan Jalan

dan Jembatan, yang bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas/keterjangkauan

suatu wilayah, (2) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, dengan

tujuan program ini adalah bertahannya kondisi jalan agar tetap dapat melayani

lalulintas, (3) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan

Jaringan Pengairan Lainnya, dengan tujuan terwujudnya kemanfaatan saluran irigasi

dan bertahannya saluran irigasi untuk melayani layanan pengairan/irigasi pada

lahan pertanian, (4) Program Pembangunan Infrastrukur Perdesaan untuk

meningkatkan aksesibilitas/keterjangkauan wilayah perdesaan.

Program pembangunan sektor ketenaga-kerjaan yang mendukung pengembangan

dan pembinaan UMKM adalah Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas

Tenaga Kerja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan

keterampilan ketenagakerjaan serta koordinasi dengan lembaga swasta

4.7. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bima

Visi pembangunan Kabupaten Bima sebagai rumusan umum mengenai keadaan yang

diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun pertama

2006-2010 dan merupakan bagian dari visi RPJPD Kabupaten Bima Tahun 2006-

2025 dirumuskan sebagai berikut:

”Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Bima yang maju, mandiri, dan

bermartabat berdasarkan nilai Maja Labo Dahu yang religius”

Secara spesifik, penjabaran dari visi ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Masyarakat dan daerah Kabupaten Bima adalah seluruh lapisan masyarakat

dan Pemerintah Kabupaten Bima yang berada di wilayah Kabupaten Bima;

2. Kabupaten Bima yang maju ditandai dengan adanya kemajuan dalam berbagai

aspek kehidupan lahir dan batin. Aspek lahiriah, peningkatan pendapatan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar. Aspek batiniah ditandai

dengan meningkatnya penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan

pembangunan daerah, semakin mantapnya keimanan dan ketaqwaan

masyarakat, serta meningkatnya ketahahanan sosial budaya. Kedua kondisi

tersebut diukur berdasarkan peningkatan dalam Pendapatan per Kapita;

Angka Kemiskinan; Indeks Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Crime Index.

Reaksi-reaksi sosial kemasyakatan perlu ditanggapi dan dijadikan sebagai

salah satu perwujudan rasa keadilan masyarakat. Pengukurannya dapat

digunakan indikator seperti: tingkat layanan penyediaan sarana, prasarana

dan fasilitas publik, tingkat layanan penyediaan modal usaha produktif bagi

masyarakat;

3. Kabupaten Bima yang mandiri ditandai dengan peningkatan kapasitas

penalaran dan fisik manusia yang diukur berdasarkan perubahan Indeks

Pembangunan Manusia (Human Development Index), yang mencakup: Tingkat

Pendidikan Penduduk; Tingkat Partisipasi Sekolah; Daya Serap Lembaga

Page 367: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-37

Pendidikan Formal; Usia Harapan Hidup Penduduk; Lama Hari Sakit

Penduduk; Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan

Nisbah Sarana Kesehatan per Penduduk. Berkaitan dengan derajat otonomi

fiskal, yaitu kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan

otonominya berdasarkan penerimaan yang berasal dari sumber-sumber

keuangan asli daerah, derajat otonomi fiskal diukur berdasarkan perubahan

Indeks Kemampuan Rutin yaitu proporsi dan kontribusi penerimaan yang

berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah terhadap penerimaan yang

berasal dari pemerintah Provinsi dan Pusat.

4. Kabupaten Bima yang bermartabat ditandai dengan masyarakat yang maju,

mandiri, sejahtera, dan berkepribadian luhur dalam segala aspek kehidupan;

5. Nilai Maja Labo Dahu merupakan falsafah hidup masyarakat Bima dalam

menerapkan norma-norma kemasyarakatan dan keagamaan dalam setiap

tingkah laku dan perbuatan manusia, yaitu malu jika berbuat kesalahan yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma yang ada dan takut kepada

Allah sehingga selalu berusaha keras agar mampu menjadi manusia terbaik

dalam hidup. Disamping itu, konsepsi Maja Labo Dahu mengandung 4 nilai

luhur yaitu: Toho ra ndai sura dou labo dana, Toho ra ndai sura dou marimpa,

Renta ba rera kapoda ba ade karawi ba weki , Nggahi rawi pahu

6. Kabupaten Bima yang religius ditandai dengan adanya kemajuan dan

peningkatan dalam kehidupan beragama, dimana Islam yang merupakan

agama mayoritas di wilayah ini dijadikan landasan norma kemasyarakatan

untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tetap

memperhatikan dan menjaga kerukunan hidup dengan umat beragama lain.

Peningkatan aspek batiniah dilaksanakan dengan penerapan nilai-nilai Islam

dalam kehidupan pembangunan daerah dan semakin mantapnya keimanan

dan ketaqwaan masyarakat. Hal ini dapat diukur dengan berkurangnya

tingkat kejahatan pada masyarakat dalam berbagai bentuk, terciptanya

keamanan dan ketertiban masyarakat, dan terciptanya situasi kondusif untuk

penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat.

Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan secara proporsional sebagai pelaku dan penikmat pembangunan;

2. Restrukturisasi lembaga pemerintahan dalam meningkatkan peran dan fungsi

strategis aparatur pemerintahan selaku agen pembangunan dan pelayanan prima

dalam melaksanakan tugas di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance sehingga

tercipta pelayanan publik yang sistematis, profesional, transparan, dan akuntabel;

3. Menerapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah sesuai tata

ruang wilayah Kabupaten dengan mengoptimalkan potensi strategis wilayah secara

efisien, efektif, dan terintegrasi terhadap berbagai sumber daya yang dibutuhkan

untuk percepatan pembangunan wilayah kecamatan dengan tetap memperhatikan

daya dukung dan dampak lingkungan;

4. Meningkatkan pengelolaan semua potensi daerah secara profesional berdasarkan

prinsip transparansi dan akuntabilitas serta optimalisasi kemitraan antar pelaku

Page 368: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-38

pembangunan dalam meningkatkan kemajuan di segala bidang dengan prioritas dalam

bidang pertanian;

5. Pengelolaan Keuangan Daerah yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta

peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah dengan penciptaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara realistis melalui peran aktif tiga domain ekonomi

(rakyat, swasta, dan pemerintah);

6. Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan pengamalan agama bagi seluruh

masyarakat.

Mengingat banyaknya permasalahan pokok yang terkait dengan penyelenggaraan

fungsi pemerintahan daerah, visi dan misi pembangunan Kabupaten Bima untuk

jangka menengah 2006-2010 dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan

penting terutama pertimbangan kemampuan keuangan daerah. Namun demikian visi

dan misi yang telah ditetapkan tetap mengarah kepada tercapainya tujuan

pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil

dan makmur sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

Dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bima sebagai kawasan pengembangan

agrobisnis berbasis pertanian, peternakan, agroindustri berbasis perikanan, dan

wisata bahari, maka disusun Strategi Penataan Tata Ruang Kabupaten Bima. Dan

untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang sebagaimana ditetapkan strategi

penataan ruang wilayah yang terdiri atas :

a. Strategi pengembangan wilayah-wilayah yang berbasis pertanian, perikanan, dan

wisata bahari, meliputi:

1). mengembangkan wilayah-wilayah dengan potensi unggulan pertanian dan

perikanan sebagai daerah produksi;

2). mengembangkan objek-objek wisata potensial;dan

3). meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang

produksi.

b. Strategi peningkatan Pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep

agrobisnis dan agro industri, meliputi:

1). menetapkan wilayah agrobisnis di Kecamatan Belo, Bolo, Sape, Tambora, dan

Wera;

2). menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Woha;

3). meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang

kawasan agrobisnis dan agroindustri; dan

4). meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan agrobisnis dan agroindustri.

c. Strategi Pengendalian pemanfaatan lahan pertanian, meliputi:

1). menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;

2). menetapkan lahan sawah abadi atau lahan sawah berkelanjutan dan menekan

pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;

3). mengembangkan sawah baru pada kawasan potensial; dan

4). mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering.

Page 369: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-39

d. Strategi Penataan pusat pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan yang

menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan, pariwisata dan

pertambangan, meliputi;

1). menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah;

2). memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah;

3). memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara

simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya;

4). menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di

sekitarnya;

5). mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani

oleh pusat pertumbuhan; dan

6). mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif

dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

e. Strategi pengembangan sistim prasarana wilayah yang mendukung pemasaran hasil

pertanian, perikanan, pariwisata, dan pertambangan, meliputi:

1). mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam mewujudkan

keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;

2). mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan pertanian, perikanan,

pariwisata, industri dan daerah terisolir;

3). mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan lingkar

utara-selatan wilayah Kabupaten Bima;

4). mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi terutama di

kawasan terisolir ; dan

5). meningkatkan jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan dan

tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem

penyediaan tenaga listrik.

f. Strategi pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan lahan,

daya tampung lahan dan aspek konservasi, meliputi:

1). mempertahankan luas kawasan lindung;

2). mempertahankan luasan hutan lindung dan mengembangkan luas kawasan

hutan minimal 30% dari luasan daerah aliran sungai;

3). mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah

menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan

dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

4). menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

fungsi kawasan lindung;

5). melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk

musim kemarau;

6). memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau

dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu

mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; dan

Page 370: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-40

7). mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung

menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan

lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang

berkelanjutan.

g. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek

keberlanjutan dan lingkungan hidup, meliputi:

1). mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan serta

mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan

kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;

2). mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budidaya

tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi;

3). mengembangkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam, dari

kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin yang sah;

4). memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai objek

penelitian dan pariwisata;

5). mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga

puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;

6). mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung

dan daya tampung kawasan;

7). mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas

lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

8). membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan

dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak

sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana

kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;

9). mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk

menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan

10). mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan

untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

h. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis pada potensi alam dan

budaya, meliputi

1). mengembangkan kawasan pariwisata dengan obyek wisata unggulan;

2). mengelola, mengembangkan dan melestarikan peninggalan sejarah purbakala;

3). merevitalisasi nilai-nilai budaya serta situs/cagar budaya yang bernilai historis;

dan

4). mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.

i. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

1). menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan

keamanan;

2). mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan

strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

Page 371: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-41

3). mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tak terbangun

di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang

memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun;

dan

4). turut serta memelihara dan menjaga aset – aset pertahanan/TNI.

Program penataan ruang tersebut sejalan dengan Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu (KAPET) Bima, dimana Kabupaten Bima bersama-sama dengan Kabupaten

Dompu dan Kota Bima menjadi bagian dari wilayah pengembangan ini. KAPET Bima

sendiri ditetapkan melalui KEPPRES No. 166 Tahun 1998 dengan luas wilayah 6.921,

45 Km2 = 692.145 Ha dan jumlah penduduk 664.486 jiwa. Cakupan wilayah KAPET

Bima saat ini meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

4.8. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

Tujuan dan sasaran pengembangan UMKM dilakukan dalam kerangka

pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa Barat yang merupakan manifestasi dari

visi dan misi Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan pembangunan tahun 2011-

2015. Bagian ini merupakan rangkuman dari kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumbawa Barat seperti yang termuat dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJMD) tahun 2011-2015.

Visi

Visi Daerah KSB tahun 2011 – 2015 adalah ”Terwujudnya Keunggulan Wilayah

pada semua bidang kehidupan untuk Mengokohkan Kabupaten Sumbawa

Barat sebagai Kabupaten Percontohan yang Berperadaban Fitrah di Provinsi

Nusa Tenggara Barat”.

Perumusan visi dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi daerah dan aspirasi

masyarakat, mengakomodasikan masukan dari tokoh masyarakat, para pakar dari

Perguruan Tinggi, asosiasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lainnya.

Visi tersebut dilandasi oleh nilai-nilai normatif lokal yang dapat menjadi arahan dan

pemberi motivasi dalam membangun KSB sebagai berikut:

1. Keunggulan Wilayah, baik berupa keunggulan komparatif (comparative adventage)

maupun keunggulan kompetitif (competitive adventage). Keunggulan komparatif adalah

keunggulan dari semua sumber daya pembangunan (input) dalam memproduksi hasil

pembangunan (output), sedangkan keunggulan kompetitif adalah keunggulan dari semua

produksi hasil pembangunan (output) dalam bersaing dengan output lainnya di pasar.

2. Semua Bidang Kehidupan, adalah semua aspek yang menjadi landasan dalam

melakukan perencanaan pembangunan dan sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan

pembangunan, meliputi lima kelompok bidang sebagai berikut: geografis dan sumber

daya alam, perekonomian, sosial budaya dan sumber daya manusia, sarana prasarana,

dan pemerintahan dan pelayanan umum.

3. Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten Percontohan, adalah kabupaten yang

dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya, terutama kabupaten/kota yang ada di wilayah

Provinsi NTB karena adanya keberhasilan yang dicapai dalam berbagai

bidang/sektor/kegiatan pembangunan. Spirit kabupaten percontohan ini diharapkan

dapat memacu Pemerintah Daerah beserta masyarakatnya untuk secara bersama-sama

Page 372: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-42

membangun wilayahnya pada berbagai bidang kehidupan, sehingga mampu menjadi

daerah percontohan yang berperadaban fitrah pada masa mendatang.

4. Kabupaten Sumbawa Barat Berperadaban Fitrah, adalah kabupaten yang lahir,

berproses dan berhasil karena adanya kepatuhan dari masyarakatnya dalam

menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Peradaban fitrah mengandung tiga dimensi yaitu: dimensi idiologis yaitu adanya

aqidah/keyakinan yang mantap terhadap tata nilai Islam; dimenasi spiritual yaitu adanya

akhlak/psikologis atau perilaku yang sesuai tuntunan keislaman; dan dimensi struktural

yaitu adanya penampilan proses dan hasil-hasil pembangunan, baik berupa teknologi

maupun materi yang bernilai Islami. Realisasi dari ketiga dimensi tersebut menjadi syarat

wajib untuk dapat memperoleh keselamatan, rahmat dan berkah, serta ridho Allah SWT

dalam semua bidang kehidupan.

Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga dapat

dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara

mengidentifikasi dan menganalisis kondisi umum berbagai sumber daya

pembangunan daerah pada masa kini, untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi

kondisi umum berbagai sumber daya pembangunan daerah pada masa depan. Visi

yang dihasilkan melalui cara ini disebut visi pembangunan.

Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan prediksi kondisi umum berbagai sumber

daya pembangunan di KSB, maka Visi pembangunan KSB Tahun 2011 – 2015

adalah ”Kabupaten Sumbawa Barat Berkembang melalui Pembangunan

Agroindustri Andalan”.

Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas

(meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan &

kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai

pelaku usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri

merupakan pemicu dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu

mempunyai keterkaitan ke belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu

(penyediaan input dan usaha pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam

mendorong pembangunan sektor hilir (pemasaran hasil pertanian dan hasil

agroindustri) dengan dukungan berbagai kelembagaan penunjang agribisnis.

Misi

Untuk mewujudkan visi pembangunan dan sekaligus visi daerah KSB, maka

ditetapkan misi pembangunan KSB Tahun 2011 – 2015 sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi geografis dan sumber daya alam dengan

mempertimbangkan keunggulan komparatif sumber daya dan integritas ekosistem wilayah

yang berkelanjutan.

2. Mengembangkan perekonomian wilayah dengan mengintegrasikan keunggulan sektor

pertanian dan industri secara efisien, efektif dan produktif, sehingga mampu memperluas

kesempatan kerja bagi masyatakat dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan

ekonomi wilayah.

3. Mengembangkan pranata sosial budaya, tata nilai keagamaan dan kelembagaan yang

mampu menstimulasi pengembangan sumber daya manusia yang beriman taqwa

(IMTAQ), bersikap mental wirausaha, kreatif, inovatif, partisipatif dan produktif dalam

pembangunan.

Page 373: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-43

4. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan sebagai syarat harus dalam

berproduksi dan berkonsumsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi

masyarakat.

5. Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan berlandaskan tata nilai pemerintahan

yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang arif-bijaksana (Sound Governance).

Tujuan

Untuk menjabarkan misi tersebut, ditetapkan tujuan pembangunan KSB tahun

2011 – 2015 sebagai berikut:

1. Mengintensifkan pemanfaatan potensi geografis dan sumber daya alam yang dapat

diperbaharui (renewable resources) sesuai arahan penggunaan terbaik.

2. Mengatur pemanfaatan potensi geografis dan sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui (unrenewable resources) sesuai azas manfaat, daya dukung dan lestari.

3. Menumbuhkan kegiatan ekonomi rakyat (usaha mikro kecil menengah dan koperasi) yang

sesuai dengan keunggulan komparatif sumber daya pada setiap bagian wilayah

pembangun KSB.

4. Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan/atau investor agar mau dan mampu

berpartisipasi aktif dalam membangun ekonomi wilayah KSB yang mempunyai

keunggulan kompetitif terhadap ekonomi daerah lainnya.

5. Mempedomani tata nilai agama dan pranata sosial budaya serta kelembagaan dalam

menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6. Menghasilkan sumber daya manusia yang beriman taqwa (IMTAQ), bermental wirausaha,

kreatif, inovatif dan partisipatif dalam pelaksanaan pembangunan wilayah.

7. Membangun prasarana dan sarana sosial ekonomi, serta teknologi berbasis pemanfaatan

sumber daya lokal untuk merangsang kegiatan berproduksi yang berkelayakan ekonomi.

8. Membangun prasarana dan sarana sosial budaya berbasis kearifan lokal untuk

mewujudkan kegiatan berkonsumsi yang berkelayakan sosial.

9. Menciptakan tata pemerintahan yang transparan, demokratis dan akomodatif dalam

proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

10. Menghasilkan aparatur pemerintahan yang fitrah, profesional, disiplin, arif-bijaksana dan

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sasaran

Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka ditetapkan beberapa sasaran

umum pembangunan KSB tahun 2011 – 2015 sebagai berikut:

1. Tersedianya Kawasan Sentra Produksi (KSP) komoditas unggulan/andalan pada setiap

desa.

2. Intensifnya penggunaan lahan sawah untuk budidaya tanaman pangan.

3. Ekstensif dan/atau intensifnya pengusahaan lahan kering untuk budidaya pertanian dan

peternakan melalui pendekatan KSP dan sistem agribisnis.

4. Terpeliharanya kawasan/lahan hutan, sehingga fungsi lingkungan/lindung, ekonomi dan

sosial hutan terjamin.

Page 374: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-44

5. Terbangunnya obyek pariwisata alam strategis “Pantai Jelenga-Maluk-Sekongkang” dan

obyek pariwisata lainnya pada setiap kecamatan.

6. Tersedianya Zonasi dalam pengelolaan sumber daya perairan, baik untuk perairan laut,

air payau/pesisir, maupun air tawar/darat pada setiap kecamatan.

7. Diusahakannya berbagai komoditas pertanian dan peternakan unggulan/ andalan pada

setiap KSP, baik pada lahan sawah maupun lahan kering.

8. Tertatanya kegiatan ekonomi non pertanian (seperti: pertambangan/ penggalian, industri,

perdagangan, koperasi dan jasa lainnya) secara rasional, produktif dan komersial.

9. Terjadinya peningkatan PDRB dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), serta diikuti meningkatnya indeks pendapatan (paritas daya beli) masyarakat

pada IPM.

10. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi se-Provinsi NTB.

11. Tertatanya hubungan kerjasama pembangunan antara Pemerintah KSB dengan

Pemerintah Kabupaten-Kota/Pemerintah Provinsi atau lembaga lainnya di luar Provinsi

NTB.

12. Terciptanya hubungan kerjasama atau kemitraan usaha antar pelaku ekonomi di KSB.

13. Terbentuk dan/atau terbinanya lembaga keagamaan, hukum dan sosial budaya lokal.

14. Adanya perlindungan hukum dan penegakan hak azasi manusia, yang ditandai oleh

terselesaikannya secara baik kasus pelanggaran hukum dan hak azasi manusia.

15. Terciptanya stabilitas sosial politik, sosial budaya dan sosial ekonomi, yang ditandai

sedikitnya konflik kepentingan dalam kehidupan masyarakat.

16. Meningkatnya kualitas pendidikan dan/atau keterampilan sumber daya manusia KSB,

serta dihasilkannya angkatan kerja terampil/bersikap mental wirausaha.

17. Meningkatnya kualitas kesehatan sumber daya manusia KSB.

18. Terjadinya peningkatan partisipasi angkatan kerja dan menurunnya jumlah penduduk

miskin.

19. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi pertanian dalam

arti luas.

20. Meningkatnya kapasitas sarana prasarana sosial ekonomi dan teknologi non pertanian

(seperti: energi/listrik dan air bersih; perhubungan darat, laut, dan udara; teknologi,

informasi dan komunikasi, dan lain-lainnya).

21. Meningkatnya kuantitas dan kualitas penerapan teknologi pada kegiatan berbagai sektor

ekonomi pembangunan, sehingga tercipta efisiensi, efektivitas dan produktivitas usaha.

22. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan dan pelatihan.

23. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sarana prasarana kesehatan.

24. Tersedianya sarana prasarana sosial budaya lainnya (seperti; peribadatan, olahraga dan

kesenian, dan lainnya).

25. Tertatanya lembaga dan ketatalaksanaan pemerintahan.

26. Tersedianya peraturan, keputusan dan kebijakan Pemerintah untuk masyarakat.

27. Terjadinya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) antar lembaga pemerintahan

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dan pemerintahan.

Page 375: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-45

28. Terciptanya aparatur pemerintahan yang profesional dan disiplin.

29. Terciptanya aparatur pemerintahan yang fitrah/bersih, baik dan bertanggung jawab.

30. Terwujudnya aparatur pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan secara arif-

bijakansa kepada masyarakat.

Kegiatan Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2012

Untuk mencapai sasaran tersebut maka pada setiap Program Utama Pembangunan

ditentukan satu kegiatan prioritas pembangunan daerah KSB yang pada tahun 2013

ditetapkan sebagai berikut:

1. Pengusahaan komoditas unggulan/andalan pada Kawasan Strategis Agropolitan/

Agroindustri Poto Tano dan Penataan Kawasan Sentra Produksi (KSP) pada

kecamatan/desa lainnya.

2. Pelaksanaan pariwisata pada Kawasan Strategis “Jereweh-Maluk-Sekongkang” dan obyek

wisata pendukung di kecamatan lainnya dalam rangka “Visit Lombok-Sumbawa 2012”.

3. Pengaturan dan pembangunan tata lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya Kota

Taliwang sebagai Ibukota KSB.

4. Pemberdayaan ekonomi melalui Program Simulus Ekonomi untuk Kelompok Masyarakat

dan Badan Usaha UMKM-Koperasi pada semua sektor ekonomi.

5. Implementasi hubungan kerjasama/kemitraan pembangunan ekonomi antara Pemerintah

KSB dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Lainnya dan Investor, baik di tingkat regional,

nasional maupun internasional.

6. Pembinaan tata nilai keagamaan, sosial budaya dan kelembagaan kepada masyarakat

untuk fondasi peradaban fitrah.

7. Pembinaan mutu pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang pendidikan.

8. Pengelolaan mutu kesehatan masyarakat berwawasan lingkungan sehat.

9. Pembinaan Kewirausahaan (Entrepreneurship) TK, baik Perempuan maupun Pemuda

dalam implementasi UMKM-Koperasi.

10. Pembangunan dan/atau pemeliharaan infrastruktur jaringan irigasi pertanian dan

prasarana perhubungan, terutama di KSP Pertanian Lahan Basah maupun Pertanian

Lahan Kering.

11. Pengadaan dan/atau pembebasan lahan untuk lokasi Perkantoran Pemerintah dan

infrastuktur publik lainnya.

12. Pembinaan motivasi, disiplin kerja, profesionalitas dan tanggung jawab moral pimpinan

SKPD dan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

13. Implementasi tugas-fungsi pengawasan pelaksanaan pembangunan dan penerapan

tindak lanjut hasil pengawasan, baik berupa penghargaan maupun sanksi.

Pertanian

Pengembangan UMKM di sektor pertanian dilakukan oleh instansi teknis dalam

lingkup Dinas Kehutanan, Perkebunan & Pertanian (HUTBUNTAN) yang dalam

Rencana Kerja Pemerintah Daerah KSB tahun 2013 melalui:

Page 376: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-46

1. Program Pengembangan Lahan Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan dan

Peternakan) sebagai Sektor Unggulan Ekonomi KSB

a. Pengendalian konversi lahan sawah ke penggunaan lainnya.

b. Pembukaan lahan baru untuk budidaya pertanian (ekstensifikasi).

2. Program Pemeliharaan Kawasan Hutan Berdasarkan Azas Manfaat, Lestari dan

Bertanggung Jawab

a. Penyuluhan pemeliharaan kawasan hutan agar fungsi hutan sebagai penyangga

kehidupan manusia, sumber air, udara dan iklim tetap terjaga.

b. Patroli kegiatan pemanfaatan/eksploitasi hasil hutan kayu dan non kayu oleh

masyarakat atau pihak lain.

c. Pemberian sanksi tegas terhadap masyarakat atau pihak lain yang melakukan

pengrusakan hutan.

d. Rehabiltasi areal tangkapan air (cathment area) pada kawasan hutan.

e. Rehabilitasi lahan kritis dan tidak produktif di dalam kawasan hutan.

f. Konversi sebagian hutan lindung menjadi hutan produksi untuk lapangan kerja

masyarakat.

3. Program Peningkatan Produksi Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan

a. Pengusahaan dan/atau pemeliharaan komoditas pertanian tanaman pangan dan

perkebunan pada setiap Kawasan Sentra Produksi (KSP) atau pada lahan budidaya

lainnya.

b. Pelaksanaan Gerakan Sejuta Pohon (GSP) pada lahan kering.

c. Pelatihan aneka jenis teknologi pertanian tepat guna untuk petani.

d. Penggunaan teknologi tepat guna yang mampu menghasilkan produksi pertanian

sesuai kebutuhan bahan baku agroindustri dan jumlah permintaan pasar.

e. Penanganan panen dan pasca penen produksi pertanian secara baik agar kualitas

produk terjamin.

4. Program Pengembangan Usaha Pertanian atau Agribisnis

a. Penyediaan modal pinjaman sarana produksi pertanian melalui Program Stimulus

Ekonomi sesuai kebutuhan petani.

b. Penyediaan modal pinjaman peralatan dan mesin pertanian melalui Program Stimulus

Ekonomi yang terjangkau daya beli petani/pengusaha.

c. Penjaminan Harga Dasar Gabah (HDG) dan harga produk pangan lainnya guna

melindungi produsen melalui Program Stimulus Ekonomi.

d. Pembangunan dan/atau pemanfataan Balai Benih Induk (BBI) Pertanian untuk

menyediakan benih/ bibit unggul.

e. Pembinaan lembaga sosial ekonomi pertanian seperti: Kelompok Tani, Perkumpulan

Petani Pemakai Air (P3A), dan lainnya.

5. Program Pengusahaan Hasil Hutan

a. Pengusahaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan memperhatikan kearifan sosial

budaya lokal.

b. Pengusahaan lebah untuk menghasilkan madu.

Page 377: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-47

c. Rehabilitasi kawasan hutan yang telah rusak melalui sistem

agroforestry/socialforestry.

d. Pembinaan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu.

e. Pembinaan kegiatan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan.

6. Program Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Prasarana Pengairan untuk Pertanian

a. Pemeliharaan sarana prasarana pengairan/irigasi untuk lahan basah (sawah) dengan

sistem irigasi permukaan.

b. Pemeliharaan sarana prasarana pengairan/irigasi untuk lahan kering dengan sistem

irigasi sumur pompa, perpipaan dan irigasi tetes.

c. Pengelolaan sarana prasarana pengairan/irigasi secara terpadu dan terorganisasi

untuk pertanian dan penggunaan lainnya.

d. Bantuan operasional jaringan irigasi peratanian dan bangunan pengairan lainnya.

Sedangkan untuk sub sektor perikanan dan peternakan dilakukan oleh Dinas Kelautan

Perikanan & Peternakan (LUTKANAK) melalui:

1. Program Pengelolaan Sumber daya Perikanan dan Kelautan sebagai Sektor Andalan Ekonomi

KSB

a. Penyusunan data base potensi sumber daya kelautan dan perikanan.

b. Penentuan dan/atau penyusunan Zonasi Pemanfaatan Sumber daya Laut dan Pesisir

untuk berbagai kegiatan ekonomi.

c. Pemanfatan sumber daya laut dan pesisir, air payau dan air tawar untuk budidaya

perikanan, seperti: budiaya rumput laut, budidaya mutiara, budidaya tambak udang,

budidaya aneka jenis ikan, dan usaha wisata.

d. Konservasi ekosistem aneka jenis tumbuhan dan binatang laut.

2. Program Pengelolaan Potensi Pulau-pulau Kecil

a. Idenfikasi potensi, penegasan status hukum, serta penyusunan dan/atau implemntasi

Rencana Tindak (Action Plan) pulau-pulau kecil.

b. Konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) pulau-pulau kecil.

3. Program Peningkatan Produksi Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan

a. Pengusahaan/perbanyakan ternak (terutama sapi) melalui penyediaan pakan olahan,

insiminasi buatan, vaksinasi dan pengobatan secara teratur untuk mendukung

Gerakan NTB Bumi Sejuta Sapi.

b. Pemberdayaan manajemen kelembagaan, manajemen keuangan dan manajemen

pemasaran kelompok pelaku usaha peternakan.

4. Program Pengembangan Usaha Pertanian atau Agribisnis

a. Implementasi sistem pengelolaan Rumah Potong Hewan (RPH) Internasional Poto Tano

sebagai Core Bussines RMPS dan Gerakan NTB Bumi Sejuta Sapi.

5. Program Pengembangan Usaha Perikanan dan Kelautan

a. Budidaya aneka jenis komoditas unggulan perikanan laut, seperti: Rumput Laut,

Kerang Mutiara, dan lainnya.

b. Budidaya aneka jenis ikan air tawar di Lebo Taliwang dan lokasi air tawar lainnya.

c. Pengadaan sarana dan prasarana usaha perikanan dan kelautan, baik untuk usaha

Page 378: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-48

penangkapan maupun budidaya.

d. Pembinaan pelaku usaha perikanan dan kelautan.

e. Pembangunan dan/atau pemanfaatan usaha pertambakan, terutama Usaha Tambak

Udang di Kecamatan Poto Tano.

f. Pemanfaatan Coldstorage udang dan produk perikanan lainnya yang ada di

Kecamatan Poto Tano.

g. Pembangunan dan/atau pemanfaatan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).

Pertambangan dan Pariwisata

Untuk UMKM di sektor Pertambangan dan Pariwisata dilakukan oleh Dinas Energi

Sumber daya Mineral, Kebudayaan & Pariwisata (ESDM BUDPAR) melalui:

1. Program Pengelolaan Potensi Lahan Bahan Tambang/Galian

a. Pemberian ijin lokasi usaha pertambangan/penggalian secara selektif dan

bertanggungjawab sesuai kapasitas sumber daya lahan.

b. Eksploitasi bahan tambang/galian secara selektif dan sesuai daya dukung lingkungan.

c. Reklamasi lahan bekas penambangan/penggalian dengan menggunakan teknologi

konservasi yang tepat.

2. Program Pengelolaan Potensi Lokasi Obyek Pariwisata Alam

a. Implementasi Rencana Induk Pengembangan Obyek Pariwisata (RIP Pariwisata).

b. Implementasi Rencana Tindak (Action Plan) pembangunan lokasi obyek wisata alam

pantai, danau, air terjun dan lainnya (seperti: Lebo Taliwang, Pantai Jelenga, Pantai

Maluk, Pantai Sekongkang, Pasir Putih Poto Tano, Air Terjun Rarak-Brang Rea, dan

lainnya).

3. Program Pengembangan Usaha Pertambangan/Penggalian dan Energi

a. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan usaha tambang/galian agar tidak merusak

lingkungan, termasuk kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI).

b. Pemberian bantuan sarana prasarana usaha pertambangan/penggalian rakyat.

c. Pembinaan usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas dan air bersih, baik untuk

kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan produksi dunia

usaha/industri.

4. Program Penataan dan Pengembangan Usaha Pariwisata, Hotel dan Restoran

a. Pembangunan obyek wisata bahari yang terpadu dengan agrowisata di Kawasan

Strategis Pariwisata “Jelenga-Maluk-Sekongkang”.

b. Pembangunan atau penyediaan prasarana pendukung di lokasi obyek wisata alam

pantai, danau, air terjun dan lainnya seperti: jalan, sumber air, listrik, pusat

informasi, dan lainnya.

c. Pembinaan atau pelatihan manajemen usaha bagi SDM/tenaga kerja pelaku

pariwisata, hotel dan restoran.

d. Penyusunan regulasi hubungan fungsional antar kabupaten/kota lokasi wisata dalam

pengelolaan pariwisata lintas wilayah.

e. Penyediaan pusat informasi wisata di lokasi obyek wisata.

Page 379: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-49

f. Pengadaan, promosi dan pemasaran produk-produk wisata.

5. Program Pengembangan Energi Listrik, Gas dan Air Bersih

a. Pemasangan/pengadaan jaringan listrik pada desa/dusun atau lokasi yang belum

terlayani.

b. Pembangunan dan/atau pemeliharaan sarana prasarana air bersih, terutama di

wilayah pesisir dan terisolir.

Industri dan Jasa

Pengembangan UMKM di sektor perindustrian dan jasa dilakukan oleh Dinas

Perindustrian Perdagangan Koperasi & UMKM (PERINDAGKOP UMKM) melalui:

1. Program Pengembangan Usaha Industri/Agroindustri Mikro, Kecil, Menengah dan Besar

sebagai Sektor Andalan Penyediaan Kesempatan Kerja,

a. Pembinaan, pelatihan/kursus atau magang pelaku aneka jenis industri/ agro industri.

b. Pelaksanaan usaha berbagai jenis industri/agroindustri, terutama Agroindustri

Rumput Laut dan Agroindustri Rotan sebagai unggulan kompetensi inti daerah.

c. Standarisasi kualitas aneka produk industri/agro industri.

d. Pembentukan dan/atau penguatan lembaga usaha industri/agro industri.

e. Pembangunan sarana prasarana (pabrik, mesin dan peralatan) aneka jenis

industri/agroindustri pada Kawasan Sentra Produksi (KSP) Agroindustri Poto Tano.

f. Penyediaan modal pinjaman investasi dan modal kerja untuk Usaha Industri Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Program Stimulus Ekonomi.

g. Pembentukan dan pembinaan lembaga sosial ekonomi industri seperti: pusat bisnis

dan teknologi untuk industri, Kelompok Usaha Produktif (KUP), dan lainnya.

2. Program Pengembangan Usaha Perdagangan

a. Operasional dan penertiban pasar dan usaha perdagangan masyarakat.

b. Penyediaan sarana prasarana perdagangan yang dapat menjamin kepastian pasar dan

harga produk pertanian dan produk industri/ agroindustri pada setiap kecamatan.

c. Menjaga keamanan persediaan, pendistribusian dan perdagangan pupuk sampai ke

tingkat petani.

d. Penyediaan modal kerja usaha perdagangan melalui Program Stimulus Ekonomi.

e. Pembentukan dan/atau pembinaan lembaga perdagangan seperti: KADIN Daerah,

Kelompok Usaha Bersama (KUB), dan lainnya.

3. Program Pengembangan Koperasi

a. Pembentukan aneka jenis koperasi seperti: Koperasi Berbasis Rukun Tetangga (KBRT)

sebagai implementasi PBRT, Koperasi Pertanian (Koptan), Koperasi Serba Usaha

(KSU), dan lain-lainya.

b. Pembinaan kewirausahaan, kelembagaan dan manajemen usaha koperasi.

c. Penyediaan modal pinjaman investasi dan modal kerja koperasi melalui Program

Stimulus Ekonomi.

Page 380: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-50

4.9. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara

Pemerintah Kabupaten Lombok Utara periode 2008-2013 mengarahkan upaya

pembangunan dengan Visi

“Lombok Utara Maju dan Beradab Dengan Semangat TIQQ TATA TUNAQ”

Visi pemerintah tersebut antara lain dilatarbelakangi masalah dan isi strategis

pembangunan di Kabupaten Lombok Utara dalam periode 2011-2015 yaitu: (1)

Belum terkelolanya dengan baik pluratitas agama, suku, dan budaya sebagai modal

sosial, (2) Tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial, (3)

Tingginya angka buta aksara dan putus sekolah, (4) Tingginya angka kematian bayi

dan ibu melahirkan, (5) Kesenjangan pembangunan di pelosok terpencil, (6)

Lemahnya penegakan hukum dan rendahnya kualitas pelayanan publik, (7)

Menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan (8) Kurangnya ketersediaan daya

dukung kapasitas infrastruktur.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan misi Pembangunan

Daerah Kabupaten Lombok Utara sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, berbudaya, pluralitas.

2. Mewujudkan percepatan pembangunan pendidikan, kesehatan berkeadilan, yaitu

meningkatkan pelayanan dan pembangunan seluruh wilayah Kabupaten Lombok

Utara, meningkatkan mutu/ kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat.

3. Mempercepat pembangunan infrastruktur diwilayah strategis, menyediakan

infrastruktur ekonomi dan sosial diseluruh Lombok Utara dalam rangka membuka

dan memperlancar arus ke masyarakat dan pelayanan sosial dasar.

4. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang berbasis sumber daya lokal dan

mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip pembangunan

berkelanjutan, yaitu meningkatnya perekonomian daerah yang mempunyai daya saing,

meningkatnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan ilmu dan teknologi.

5. Menegakkan supremasi hukum, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan

peningkatan partisipasi masyarakat, yaitu terciptanya masyarakat yang mengerti dan

sadar akan aturan hukum, terciptanya aparatur yang bersih, tanggungjawab, dan

mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

Merujuk kepada RPJM Kabupaten Lombok Utara periode 2011 – 2015, terdapat

sejumlah strategi pembangunan yang telah dirumuskan. Strategi yang berkaitan

langsung dengan pengembangan UMKM antara lain adalah (1) Revitalisasi dan

akselerasi pelayanan sosial dasar dan akses terhadap sumber daya ekonomi, (2)

Redistribusi pembangunan secara proporsional sesuai dengan kondisi dan potensi

wilayah dan (3) Optimalisasi pendayagunaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan

hidup, dan IPTEK.

Berkaitan dengan strategi pembangunan tersebut, kebijakan umum yang terkait

dengan pengembangan UMKM antara lain adalah:

Mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro dan sarana

pendukung perekonomian sampai tingkat perdesaan.

Mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat agrobisnis dan agroindustri.

Page 381: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-51

Mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur antara desa kota, pulau

pulau kecil dan daerah terisolir.

Mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara

berkelanjutan.

Mendorong pengembangan dan pemanfaatan IPTEK.

Pengembangan UMKM menuntut program yang bersifat lintas sektor (lintas urusan)

dan lintas SKPD. Sesuai dengan kebijakan umum yang telah dikemukakan, program-

program pembangunan menurut urusan yang telah dirumuskan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lombok Utara 2011 – 2015

adalah sebagai berikut:

1) Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah:

Penciptaan Iklim Usaha Kecil dan Menengah yang Kondusif.

Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM.

Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM

2) Urusan Perdagangan:

Pembinaan Pedagangan Kaki Lima

Pasar lelang forward agro

Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.

3) Urusan Perindustrian.

Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial berbasis one village one product (OVOP)

Pengembangan dan Penguatan Kluster Berbasis OVOP.

Peningkatan Kapasitas IPTEK

Pengurusan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

4) Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan

5) Urusan Kelautan dan Perikanan.

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Pemberdayaan Masyarakat pesisir pantai

Pengembangan Perikanan Budidaya

Pengembangan Perikanan Tangkap

Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber daya

Kelautan

Peningkatan Kesadaran dan Penegakkan Hukum dalam Pendayagunaan Sumber daya

Laut

Page 382: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-52

Pengembangan Sistem, Penyuluhan Perikanan

6) Urusan Pertanian.

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/perkebunan/peternakan

Peningkatan Produksi Pertanian

Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian

Peningkatan Agribisnis

Peningkatan Produksi Hasil Pertanian

Peningkatan Kawasan Produksi Peternakan Sapi

7) Urusan Pekerjaan Umum.

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

8) Urusan Lingkungan Hidup.

Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Pengembangan Ekowisata dan Jasa Lingkungan di Kawasan-kawasan Konservasi Laut

dan Hutan

Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut

Penelitian dan Pengkajian Teknologi Terapan

9) Urusan Pariwisata.

Pengembangan Destinasi Pariwisata

10) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

Berbagai program tersebut di atas diarahkan sebaagai penjabaran dari misi yang telah

ditetapkan. Program prioritas dalam rangka pengembangan UMKM sesuai dengan misi

pembangunan khususnya UMKM adalah sebagai berikut:

Percepatan Penanganan Jalan Kabupaten dan Desa;

Percepatan pembangunan sarana prasarana publik

Percepatan pembangunan Pelabuhan Carik

Percepatan Penyediaan Air Irigasi dan Air Bersih Berbasis Hidroklimatologi;

Percepatan Pembangunan Kelistrikan Terutama Berbasis Sumber daya

Terbarukan;

Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

Pembangunan dan peningkatan sektor perkebunan

Revitalisasi Perdesaan dan Pengembangan Agropolitan;

Pengembangan ekonomi kerakyatan dan usaha kecil

Pengembangan Pariwisata Sumber daya Alam, Budaya dan Spiritual;

Peningkatan Investasi dan Perluasan Kesempatan Kerja;

Page 383: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-53

Selain program prioritas di atas, direncanakan pula beberapa terobosan yang diharapkan

akan memberikan daya ungkit tinggi bagi percepatan pencapaian sasaran-sasaran

pembangunan yang relevan dengan pengembangan UMKM. Berbagai terobosan tersebut

antara lain sebagai berikut

Penerapan sistem Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP)

Peningkatan dan pengembangan Pariwisata

Dukungan terhadap program unggulan KELAPA, KOPI DAN KAKAO sebagai program

unggulan daerah

Menciptakan Wirausaha Baru

Revitalisasi penyuluh pertanian, kehutanan, peternakan, perkebunan dan perikanan

Membangun kemitraan dengan BUMN untuk meningkatkan kinerja Usaha Kecil Mikro

dan Koperasi (UKMK) dan Panti-Panti Sosial.

4.10. Kebijakan Pemerintah Kota Bima

Visi

Rumusan umum tujuan pembangunan Kota Bima untuk jangka waktu 20

tahun(2008-2028) dituangkan dalam visi Kota Bima sebagai berikut:

“Mewujudkan Kota Bima yang Sejahtera, Maju dan Mandiri pada tahun 2028”.

Dengan rumusan visi tersebut di atas, dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke

depan, diharapkan kondisi Kota Bima akan mengalami perubahan secara signifikan

dengan ditandai oleh:

a. Terwujudnya Kota Bima yang Sejahtera dan Maju ditandai dengan adanya

perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dan meningkatnya

kesejahteraan. Kondisi tersebut diukur berdasarkan peningkatan dalam Pendapatan

per Kapita; Angka Kemiskinan; Indeks Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan daya beli

masyarakat; tingkat layanan penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas publik,

tingkat layanan penyediaan modal bagi masyarakat.

b. Masyarakat Kota Bima yang mandiri diukur berdasarkan perubahan Indeks

Pembangunan Manusia (Human Development Index), yang mencakup: Tingkat

Pendidikan Penduduk; Tingkat Partisipasi Sekolah; Daya Serap Lembaga Pendidikan

Formal; Usia Harapan Hidup Penduduk; Lama Hari Sakit Penduduk; Status Gizi

Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Nisbah Sarana Kesehatan per

Penduduk. Berkaitan dengan derajat otonomi fiskal, yaitu kemampuan pemerintah

daerah untuk membiayai kebutuhan otonominya berdasarkan penerimaan yang

berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah, derajat otonomi fiskal diukur

berdasarkan perubahan Indeks Kemampuan Rutin yaitu proporsi dan kontribusi

penerimaan yang berasal dari sumber-sumber keuangan asli daerah dan penerimaan

yang berasal dari pemerintah Provinsi dan Pusat.

Misi

Misi pembangunan sebagai upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi

pembangunan Kota Bima dirumuskan sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat Bima yang sejahtera dan mandiri melalui pemberdayaan

ekonomi kerakyatan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan

standar pelayanan minimum bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik

lainnya melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung, peningkatan sarana

dan prasarana infrastruktur dalam bidang permukiman dan prasarana wilayah,

Page 384: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-54

peningkatan SDM yang berkualitas, meningkatkan keamanan dan ketertiban

penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan daerah.

2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya saing melalui pembangunan

manusia yang berkualitas, meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui

penelitian, pengembangan secara berkelanjutan maupun pembangunan bidang

infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur Negara.

3. Mewujudkan Kota Bima sebagai Kota Pendidikan yang dilaksanakan melalui

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dan penciptaan iklim

belajar yang kondusif dalam lingkungan kehidupan masyarakat melalui peningkatan

partisipasi masyarakat

4. Mewujudkan masyarakat religius, berakhlak mulia, dan berbudaya dengan

membentuk manusia yang bertaqwa, mematuhi aturan hukum, memelihara

kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,

mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan

kearifan lokal.

5. Mewujudkan Kota Bima asri dan lestari yang diwujudkan melalui upaya-upaya

nyata dalam pembenahan pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat

menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan

kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui pemanfaatan ruang yang

serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya

konservasi serta meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan

lingkungan yang berkesinambungan.

6. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan melalui meningkatkan

pembangunan daerah secara menyeluruh, mengurangi kesenjangan sosial,

meningkatkan keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah yang masih

lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan

akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana

dan prasarana ekonomi.

Sasaran

Terdapat beberapa sasaran pokok yang dipakai sebagai ukuran tingkat pencapaian

Kota Bima yang Maju dan Mandiri, yaitu sebagai berikut:

1. Mewujudkan masyarakat Bima yang sejahtera dan mandiri ditunjukan oleh:

a) Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan

sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2028 mencapai tingkat kesejahteraan

setara dengan kota-kota lain yang berpenghasilan menengah di Indonesia, dengan

tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 8% dan jumlah penduduk

miskin tidak lebih dari 8%.

b) Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan

kompetitif serta terus meningkatnya peran sektor jasa dengan kualitas pelayanan

lebih bermutu dan berdaya saing.

2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya saing ditunjukkan oleh:

a) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Secara umum peningkatan kualitas

sumber daya manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM).

b) Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung

jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan nasional.

3. Mewujudkan Kota Bima sebagai Kota Pendidikan, yang ditandai oleh:

a) Eksistensi Universitas Negeri Bima yang mampu menyerap mahasiswa dari

berbagai daerah di wilayah Sumbawa, Flores, dan Sumba.

Page 385: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-55

b) Meningkatnya kemampuan siswa dan guru sekolah dasar dan sekolah menengah

Kota Bima untuk bersaing di tingkat regional nasional

4. Mewujudkan masyarakat religius, berakhlak mulia, dan berbudaya ditandai

dengan:

a) Terwujudnya kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi dan mengamalkan

nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan

b) Terwujudnya pemerintahan yang amanah dan istiqomah.

5. Mewujudkan Kota Bima asri dan lestari yang ditandai oleh:

a) Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan

hidup yang lebih baik dengan tetap terjaganya fungsi, dan daya dukung sumber

daya dalam pembangunan kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang,

dan lestari.

b) Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk

menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.

c) Terwujudnya lingkungan perkotaan yang baik, berkelanjutan, serta mampu

memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

6. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan ditandai dengan:

a) Tingkat pembangunan yang makin merata yang ditandai dengan peningkatan

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

b) Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa

permukiman kumuh.

Arah Kebijakan Pembangunan Kota Mataram

1. Mewujudkan masyarakat Bima yang sejahtera dan mandiri

a. Pengembangan ekonomi lokal melalui peningkatan interaksi antar daerah melalui

kerjasama dan keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antar

daerah. Upaya tersebut dilakukan dengan mengelola kelembagaan ekonomi yang

melaksanakan tata kelola kepemerintahan yang baik, dan mengelola sumber daya

alam secara berkelanjutan.

b. Perekonomian dikembangkan dengan prinsip terjaminnya kesempatan berusaha

dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya penanggulangan

kemiskinan. Pengelolaan kebijakan perekonomian perlu memperhatikan secara

cermat dinamika globalisasi, dan kepentingan pembangunan daerah, serta

menjaga kemandirian dan kedaulatan ekonomi bangsa.

c. Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan ekonomi dengan

menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam menyusun

kerangka regulasi dan perizinan yang efisien, efektif, dan non-diskriminatif.

Mengembangkan, dan melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat serta

melindungi konsumen; mendorong pengembangan standarisasi produk dan jasa

untuk meningkatkan daya saing.

d. Struktur perekonomian diperkuat dengan menempatkan sektor industri kecil dan

rumah tangga sebagai motor penggerak perekonomian daerah yang didukung

oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, dan kelautan yang menghasilkan produk-

produk secara efisien, dan berkelanjutan agar terwujud ketahanan ekonomi yang

tangguh.

e. Pengembangan iptek untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas

dalam rangka mendukung daya saing secara nasional maupun global. Hal itu

dilakukan melalui peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek secara luas

dalam sistem produksi barang/jasa, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM

iptek, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana iptek. Berbagai

Page 386: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-56

langkah tersebut dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang

berbasis pengetahuan, serta pengembangan kelembagaan sebagai keterkaitan dan

fungsional sistem inovasi dalam mendorong pengembangan kegiatan usaha.

f. Investasi diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang

cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim

investasi yang menarik serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan

pendukung yang memadai.

2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya saing ditunjukan oleh:

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Pembangunan sumber daya manusia yang diarahkan pada peningkatan kualitas

sumber daya manusia Indonesia yang antara lain ditandai dengan meningkatnya

indeks pembangunan manusia (IPM).

b. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk diarahkan pada

peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang

terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang

berkualitas. Sistem administrasi kependudukan penting pula dilakukan untuk

mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat nasional dan

daerah serta mendorong terakomodasinya hak penduduk dan perlindungan sosial.

c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pemberdayaan dan

kemandirian, dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,

bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin. Pembangunan

kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan

kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang

disertai oleh peningkatan pengawasan, dan manajemen kesehatan. Pembangunan

dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor yang meliputi produksi

pangan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan tingkat rumah tangga

dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya dalam

rangka mencapai status gizi yang baik.

d. Pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak diarahkan pada peningkatan

kualitas hidup dan peran perempuan, kesejahteraan, dan perlindungan anak di

berbagai bidang pembangunan; penurunan jumlah tindak kekerasan, eksploitasi,

dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak; serta penguatan kelembagaan

dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak.

e. Pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya

manusia, dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan, terutama di

bidang ekonomi, sosial budaya, iptek dan politik.

4.11. Kebijakan Pemerintah Kota Mataram

Berdasarkan analisis terhadap kondisi umum Kota Mataram saat ini dan tantangan

yang dihadapi lima tahun kedepan dengan memperhitungkan modal dasar yang

dimiliki, maka Visi pembangunan Kota Mataram Tahun 2011-2015 adalah

“Terwujudnya Kota Mataram yang Maju, Religius dan Berbudaya”. Kota Mataram

merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah,

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat kota menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Visi tersebut mengandung arti bahwa Kota Mataram yang ingin diwujudkan dalam

lima tahun kedepan, adalah Kota yang memiliki masyarakat maju, religius, dan

berbudaya. Maju mengandung makna bahwa dalam lima tahun kedepan terjadi

peningkatan kualitas SDM Kota Mataram, yang menguasai ilmu pengetahuan dan

Page 387: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-57

teknologi, termasuk didalamnya seni dan sosial budaya, sehingga kemajuan yang

dicapai berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal untuk mewujudkan

masyarakat Gumi Mentaram yang sejahtera. Kemajuan ini dapat diukur berdasarkan

perbaikan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Religius mengandung makna

dalam lima tahun kedepan akan terjadi peningkatan kualitas masyarakat kota yang

menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan, mengedepankan kebersamaan serta

toleransi yang tinggi antar umat beragama dalam suasana harmonis dalam kerangka

penciptaan masyarakat madani. Nilai-nilai religius menjadi spirit dalam menentukan

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. Berbudaya mengandung makna

dalam lima tahun kedepan terjadi peningkatan kualitas masyarakat yang memiliki

keseimbangan antara kemajuan dan religiusitas yang saling berterima dalam

kemajemukan, menguatnya identitas dan karakter masyarakat yang mandiri,

bermoral dan bermartabat. Masyarakat berbudaya tidak hanya dapat dilihat dari

berkembangnya adat istiadat, melainkan juga pada berkembangnya infrastruktur

yang berkarakter kearifan lokal.

Untuk mencapai Visi tersebut maka Pemerintah Kota Mataram telah menetapkan

lima Misi yaitu :

a. Meningkatkan rasa “AMAN” masyarakat Kota Mataram yang ditunjukkan dengan

kehidupan yang kondusif, dinamis, dan harmonis yang dilandasi nilai agama dan

budaya. Misi ini dijabarkan kedalam tujuan yaitu: Menciptakan suasana Kota

Mataram yang kondusif, dinamis dan harmonis yang dilandasi nilai agama dan

budaya.

Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:

1. Tumbuh dan berkembangnya kerukunan hidup beragama dan

bermasyarakat.

2. Terwujudnya keamanan dan kepastian dalam berinvestasi.

3. Terlaksananya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suasana yang

kondusif dan produktif.

b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang handal dan religius untuk

mendorong daya saing daerah. Misi ini dijabarkan kedalam tujuan yaitu:

Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:

1. Peningkatan kualitas pendidikan dan produktivitas seni dan budaya

masyarakat yang relevan, efisien, dan efektif.

2. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat

3. Pengembangan lapangan usaha dan penciptaan lapangan pekerjaan.

4. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat miskin perkotaan.

5. Peningkatan pengarusutamaan gender di berbagai aspek pembangunan.

c. Memberdayakan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal yang berkelanjutan untuk

meningkatkan kemandirian daerah. Misi ini dijabarkan kedalam beberapa tujuan

yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) Meningkatkan

kapasitas dan kemandirian ekonomi daerah, (3) Meningkatkan investasi.

Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2. Peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat.

Page 388: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-58

3. Pengembangan sistem ekonomi kerakyatan berbasis potensi unggulan

daerah.

4. Penguatan sistem dan akses permodalan bagi UMKM.

5. Perluasan lapangan usaha dan kerja

6. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kondusif.

d. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good

Governance). Misi ini dijabarkan kedalam beberapa tujuan yaitu: (1).

Peningkatan kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam

pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. (2).

Peningkatan kualitas pelayanan publik berdasarkan prinsip tata pemerintahan

yang baik (Good Governance). (3). Perluasaan akses masyarakat terhadap

pelayanan pendidikan, Kesehatan, air bersih, persampahan, sanitasi, perijinan,

transportasi, kependudukan dan catatan sipil.

Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:

1. Integrasi dan sinkronisasi pelaksanaan pembangunan.

2. Pelayanan publik yang handal.

3. Tersusunnya Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Standar Pelayanan

Publik (SPP).

4. Terselenggaranya penerapan SPM dan SPP di bidang pendidikan, kesehatan,

perijinan, kebersihan, air bersih, kependudukan dan catatan sipil, dan

lingkungan hidup.

5. Peningkatan pemerataan dan kualitas pelayanan publik, di bidang

pendidikan, kesehatan, perijinan, kependudukan dan catatan sipil.

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan. Misi ini

dijabarkan kedalam beberapa tujuan yaitu: (1) Mengurangi luas wilayah

genangan dan abrasi di wilayah kota. (2) Meningkatkan kualitas lingkungan

Padat, Kumuh dan Miskin (PAKUMIS), (3) Meningkatkan media ekspresi dan

ruang publik, (4) Mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan.

Selanjutnya tujuan dijabarkan kedalam beberapa sasaran, yaitu:

1. Terbangun dan terpeliharanya saluran drainase perkotaan.

2. Pengembangan kawasan resapan air.

3. Penyediaan media ekspresi dan ruang publik dalam bentuk sarana olahraga,

seni, dan budaya.

4. Pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.

5. Penataan kawasan sempadan sungai dan pantai.

6. Peningkatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana daerah.

7. Terbangunnya dan terpeliharanya sarana dan prasarana dasar lingkungan.

8. Terbangunnya perumahan dan permukiman yang layak huni bagi kelompok

masyarakat miskin.

Tabel IV-8. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Mataram Tahun 2011 - 2015

Visi : Terwujudnya Kota Mataram Yang Maju, Religus dan Berbudaya

Page 389: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-59

MISI TUJUAN SASARAN

Misi 1 : Meningkatkan rasa

“AMAN” masyarakat

Kota Mataram yang

ditunjukkan dengan

kehidupan yang

kondusif, dinamis,

dan harmonis yang

dilandasi nilai agama

dan budaya

Menciptakan suasana

Kota Mataram yang

kondusif, dinamis dan

harmonis

1. Terwujudnya kerukunan

hidup bermasyarakat yang

saling berterima.

2. Terselenggaranya

pelaksanaan

pembangunan, pelayanan,

dan pemerintahan dengan

lancar.

3. Terwujudnya keamanan

dan kepastian dalam

berinvestasi.

Misi 2 : Meningkatnya

kualitas Sumber

Daya Manusia yang

handal dan religius

untuk mendorong

daya saing daerah.

Mewujudkan sumber daya

manusia yang berkualitas

1. Terwujudnya kesetaraan

gender diberbagai aspek.

2. Terciptanya

pengembangan usaha dan

penciptaan lapangan

usaha.

3. Terwujudnya SDM yang

berdaya saing.

4. Terlatihnya masyarakat

miskin untuk

pengembangan usaha dan

penciptaan lapangan

usaha.

5. Terwujudnya peningkatan

derajat kesehatan

masyarakat.

Misi 3 : Memberdayakan

ekonomi rakyat

berbasis potensi lokal

yang berkelanjutan

untuk meningkatkan

kemandirian daerah

1. Meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

1. Terwujudnya masyarakat

yang sejahtera.

2. Terwujudnya pemerataan

pendapatan masyarakat.

2. Meningkatkan

kapasitas dan

kemandirian ekonomi

daerah

1. Terwujudnya sistem

ekonomi yang berbasis

kerakyatan dalam

mengembangkan potensi

sektor unggulan daerah

2. Terwujudnya sistem dan

akses permodalan bagi

UMKM.

3. Meningkatkan Investasi 1. Terciptanya lapangan

kerja yang lebih luas.

2. Terciptanya pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan

stabil.

3. Terwujudnya

kesejahteraan masyarakat.

Misi 4 : Meningkatkan 1. Meningkatkan 1. Terwujudnya integrasi dan

Page 390: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-60

kualitas pelayanan

publik dan

pemenuhan

kebutuhan dasar

masyarakat

berdasarkan prinsip

tata pemerintah yang

baik (Good

Governance).

kemitraan antara

pemerintah, masyarakat

dan swasta dalam

pelayanan publik dan

pemenuhan kebutuhan

dasar.

sinkronisasi pelaksanaan

pembangunan.

2. Terwujudnya pelayanan

publik yang handal.

2. Meningkatkan kualitas

pelayanan

1. Tersusunnya standar

pelayanan minimum

(SPM) dan standar

pelayanan publik (SPP).

2. Terlaksananya penerapan

SPM dan SPP dibidang

pendidikan, kesehatan,

perijinan, kebersihan, air

bersih, kependudukan

dan catatan sipil.

3. Memperluas akses

masyarakat terhadap

pelayanan pendidikan,

kesehatan, air bersih,

persampahan, sanitasi,

perijinan, transportasi,

kependudukan dan

catatan sipil.

1. Terwujudnya pemerataan

akses masyarakat

terhadap pelayanan

pendidikan, kesehatan,

perijinan, kebersihan, air

bersih, persampahan,

sanitasi, perijinan,

transoprtasi,

kependudukan dan

catatan sipil.

Misi 5 : Meningkatkan

kualitas dan

kuantitas sarana dan

prasarana perkotaan.

1. Menurunnya luas

wilayah

banjir/genangan dan

abrasi di wiayah kota.

1. Terwujudnya

pengembangan kawasan

resapan air

2. Terbangun dan

terpeliharanya saluran

drainase perkotaan

3. Terbentuknya dan

berfungsinya

kelembangaan

penanggulangan bencana

daerah.

2. Meningkatnya kualitas

lingkungan padat dan

kumuh

1. Terbangun dan

terpeliharanya sarana dan

prasarana dasar

lingkungan

2. Terwujudnya perumahan

dan permukiman yang

layak huni.

3. Meningkatkan media

ekspresi dan ruang

1. Tersedianya media

ekspresi dan ruang publik

Page 391: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-61

publik dalam bentuk sarana

olahraga, seni dan

budaya.

4. Mewujudkan

pembangunan

berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan

1. Terwujudnya pemanfaatan

dan pengendalian tata

ruang.

2. Terwujudnya kawasan

sempadan sungai dan

pantai.

Sesuai dengan Program dan Kebijakan pembangunan dan arah kebijakan umum, program-

program pembangunan terutama yang berkaitan dengan pengembangan UMKM adalah

Terciptanya pengembangan usaha dan penciptaan lapangan usaha melalui Peningkatan iklim

usaha bagi sektor-sektor unggulan sebagai faktor penggerak utama perekonomian

diantaranya Penciptaan iklim usaha-usaha kecil menengah yang kondusif, Pengembangan

kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dengan tanggung jawab dibawah Dinas

Koperindag dan Bappeda melalui Bidang Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Tabel IV-9. Beberapa Program Pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal

Sasaran Strategi Program Pembangunan

Daerah Bidang Urusan

SKPD

Penanggung

Jawab

Terwujudnya

pemerataan

pendapatan

masyarakat;

Pemberdayaan

klaster-klaster

unggulan

sebagai

penggerak

ekonomi lokal

1. Pengembangan sistem

pendukung usaha bagi

usaha mikro kecil

menengah

2. Pengembangan

pemasaran pariwisata

3. Pengembangan destinasi

pariwisata

4. Pemberdayaan ekonomi

masyarakat pesisir

5. Pengembangan budidaya

perikanan

6. Pengembangan perikanan

tangkap

7. Optimalisasi pengelolaan

dan pemasaran produksi

perikanan

8. Peningkatan dan

pengembangan ekspor

9. Penataan struktur dan

klaster industri

10.Penataan struktur

industri

Koperasi dan

Usaha Kecil

Menengah

Pariwisata

Kelautan dan

perikanan

Perdagangan

Industri

Dinas

Koperindag

Dinas

Pariwisata

Dinas

Kanlut

Terwujudnya

sistem ekonomi

yang berbasis

kerakyatan dalam

mengembangkan

potensi sektor

1. Tergalinya

potensi

sumber daya

ekonomi

daerah/

lokal;

1. Perencanaan

pembangunan ekonomi

2. Penciptaan iklim usaha-

usaha kecil menengah

yang kondusif

3. Peningkatan

Perencanaan

Pembangunan

Koperasi dan

Usaha Kecil

Menengah

BAPPEDA

Dinas

Koperindag

Dinas

Pertanian

Dinas

Page 392: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

IV-62

Sasaran Strategi Program Pembangunan

Daerah Bidang Urusan

SKPD

Penanggung

Jawab

unggulan daerah; 2. Tersedianya

master plan

pengembanga

n ekonomi

daerah/lokal;

kesejahteraan petani

4. Peningkatan pemasaran

hasil produksi

pertanian/perkebunan

5. Peningkatan dan

pemasaran hasil

produksi peternakan

6. Pengembangan

pemasaran pariwisata

7. Pengembangan destinasi

pariwista

8. Pengelolaan keragaman

budaya daerah

9. Pengembangan budidaya

perikanan

10. Pengembangan perikanan

tangkap

11. Optimalisasi pengelolaan

dan pemasaran produksi

perikanan

12. Peningkatan dan

pengembangan ekspor

13. Pembinaan PKL dan

asongan

14. Pembinaan dan

pengembangan industri

kecil dan menengah

15. Peningkatan dan

pengembangan

pengelolaan keuangan

daerah

Pertanian

Pariwisata

Kelautan dan

Perikanan

Perdagangan

Otonomi

daerah,

Pemerintahan

Umum, Adm

Keuangan

daerah,

Perangkat

Daerah,

Kepegawaian,

dan Persandian

Pariwisata

Dinas

Perikanan

dan

Kelautan

Bagian

Ekonomi

Setda

Terwujudnya sistem

dan akses

permodalan bagi

UMKM

1. Terbinanya

usaha

ekonomi

daerah/lokal;

2. Pemberdayaa

n Koperasi

dan Usaha

Mikro, Kecil

dan

Menengah

1. Pengembangan

kewirausahaan dan

keunggulan kompetitif

usaha kecil

2. Pengembangan sistem

pendukung usaha bagi

usaha mikro kecil

menengah

3. Peningkatan kualitas

kelembagaan koperasi

4. Pengembangan industri

kecil dan menengah

Koperasi dan

Usaha Kecil

Menengah

Industri

Dinas

Koperindag

Terciptanya lapangan

kerja yang lebih luas

Tersedianya

Standar

Pelayanan

untuk

berinvestasi;

Peningkatan iklim investasi

dan realisasi investasi

Penanaman

Modal Daerah

Bag. APP

Setda

Bagian

Ekonomi

Setda

Terciptanya

pertumbuhan

ekonomi yang tinggi

dan stabil

Tersedianya

pedoman

untuk

berinvestasi;

1. Peningkatan iklim

investasi dan realisasi

investasi

2. Penanaman modal

Penanaman

Modal Daerah

Bag. APP

Setda

Bagian

Ekonomi

Page 393: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

IV-63

Sasaran Strategi Program Pembangunan

Daerah Bidang Urusan

SKPD

Penanggung

Jawab

Setda

Terwujudnya

kesejahteraan

masyarakat

Tersedianya

data dan

informasi

peluang

investasi

1. Peningkatan promosi

dan kerjasama investasi

2. Penyiapan potensi

sumber daya, sarana,

dan prasarana daerah

Penanaman

Modal Daerah

Bag. APP

Setda

Bagian

Ekonomi

Setda

Page 394: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,
Page 395: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-1

BAB V. PENETAPAN

KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA

(KPJU) UNGGULAN

5.1. Penetapan Bobot Tujuan Dan Kriteria

Hasil penetapan KPJU unggulan diuraikan untuk setiap kabupaten/kota dan pada

tingkat provinsi, serta kebijakan pengembangan KPJU unggulan. Penetapan KPJU

unggulan dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJU

unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten/kota dan terakhir

pada tingkat provinsi. Hasil penetapan KPJU unggulan pada tingkat kecamatan

merupakan kandidat KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota yang proses

penetapannya dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Penetapan KPJU unggulan pada tingkat provinsi menggunakan/memanfaatkan hasil

proses Agregasi KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota.

Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan

sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan

KPJU unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan

ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka bobot

setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua

kabupaten/kota adalah sama. Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot

kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada tingkat provinsi. Dalam

hubungan ini maka pada tanggal 18 Oktober 2012 telah dilaksanakan Focus Group

Discussion (FGD) di Kantor Bank Indonesia yang diikuti pejabat dari Dinas/Instansi

Tingkat Provinsi dan Perbankan.

Dalam pelaksanaan FGD tersebut, selain dilakukan penjelasan oleh Tim Peneliti

tentang maksud dan tujuan kegiatan serta metodologi, maka salah satu tahapan

pokok dalam penelitian ini adalah memperoleh penilaian dari peserta berupa skor

kepentingan setiap Tujuan, serta skor tingkat kepentingan suatu Kriteria satu

dibandingkan dengan Kriteria lain untuk Tujuan yang sama dengan menggunakan

metode pairwise comparison.

Hasil penilaian oleh narasumber tersebut, dijadikan input analisis dengan

menggunakan AHP untuk memperoleh nilai skor terbobot setiap Tujuan dan setiap

Kriteria KPJU unggulan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP

berdasarkan masukan pendapat dari pejabat Dinas/Instansi yang terkait dan

berkepentingan terhadap KPJU unggulan UMKM.

Berdasarkan metodologi yang telah dikemukakan untuk menetapkan KPJU unggulan

lintas sektor diperlukan informasi seberapa besar bobot kepentingan suatu sektor

ekonomi untuk mencapai tujuan dari penetapan KPJU unggulan UMKM. Mengingat

Page 396: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-2

setiap kabupaten/kota mempunyai karakteristik wilayah dan potensi ekonomi yang

berbeda, maka penetapan bobot kepentingan sektor/sub sektor ekonomi tersebut

dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan narasumber pejabat Dinas/Instansi

yang berkepentingan serta Perbankan dalam pengembangan UMKM di tingkat

kabupaten/kota.

Tabel V-1. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No. Aspek Bobot

1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3544

1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3253

1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,3203

2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

2.1. Jangkauan pasar 0,3802

2.2. Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 0,2683

2.3. Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang ada

0,2029

2.4. Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0,1485

3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota

3.1 Ketersediaan pasar 0,1452

3.2. Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan 0,1019

3.3. Sarana produksi dan usaha 0,1002

3.4. Teknologi 0,0987

3.5. Penyerapan tenaga kerja 0,0983

3.6 Manajemen usaha 0,0898

3.7. Sumbangan terhadap perekonomian daerah 0,0794

3.8. Bahan baku 0,0753

3.9 Aspek sosial budaya (termasuk ciri khas / karakteristik daerah) 0,0739

3.10. Harga / nilai tambah 0,0721

3.11 Aksesibilitas dan kebutuhan modal 0,0652

Berdasarkan table V-1 bahwa pengambil kebijakan di tingkat provinsi menetapkan

tujuan utama dalam mencari KPJu unggulan daerah pertama adalah penciptaan

lapangan kerja (0,3544), kemudian peningkatan Daya Saing Daerah/Produk (0,3253),

dan pertumbuhan ekonomi (0,3252). Hal ini dengan pertimbangan penciptaan

lapangan kerja akan mengurangi pengangguran, peningkatan daya saing produk

dapat meningkatkan daya jual produk agar menjadi lebih kompetitif, dan dengan

meningkatnya lapangan kerja dan daya saing produk pada akhirnya akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara regional maupun nasional.

Page 397: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-3

5.2. Penetapan Alternatif Kpju Tingkat Kabupaten/Kota

Penelitian Komoditas Unggulan UMKM di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012

dilaksanakan di seluruh wilayah kabupaten/kota atau sebanyak 10 kabupaten/kota.

Pada tahap awal, dilakukan identifikasi KPJU per sektor untuk semua kecamatan

contoh berdasarkan data sekunder/data statistik daerah. Berdasarkan hasil

identifikasi tersebut yang berupa long list KPJU, dilakukan konfirmasi kepada

pejabat dan atau tokoh masyarakat serta penilaian keunggulan masing-masing KPJU

di masing-masing kecamatan.

Pada tahapan ini setiap pejabat dan atau tokoh masyarakat diminta tanggapan dan

penilaiannya terhadap KPJU yang ada di kecamatan tersebut dengan melakukan

pengisian Matrik Identifikasi Alternatif KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

berdasarkan empat kriteria, yaitu :

1) Jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang

ada;

2) Jangkauan pasar;

3) Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha; dan

4) Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan.

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria

dan bobot kepentingannya (Tabel V-1) dihasilkan masing-masing 5 (lima) alternatif

KPJU unggulan setiap sektor usaha pada setiap tingkat kecamatan yang mempunyai

nilai skor terbobot tertinggi. Secara lengkap hasil identifikasi alternative KPJu

unggulan di tingkat kecamatan di 10 Kabupaten/kota sebagai daerah penelitian di

Provinsi Lampung di tampilkan pada Lampiran 1 sampai dengan 10.

Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor ekonomi di setiap kecamatan

dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan per sektor

ekonomi untuk tingkat kabupaten/kota. Hasil proses agregasi dengan menggunakan

metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan kabupaten/kota

yang mempunyai nilai skor tertinggi.

5.3. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota

Proses penetapan KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota dilakukan melalui 2 kali

FGD, dan pengisian kuesioner kepada pejabat pemerintah daerah (Sekda dan

Bappeda, dinas/instansi terkait dan perbankan di setiap kabupaten/kota. Pada

tahap ini setiap narasumber dari pejabat pemerintah daerah dan dinas/instansi

terkait (1) memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan antar sektor ekonomi

dalam rangka tujuan (a) pertumbuhan ekonomi, (b) penyerapan tenaga kerja, dan (c)

daya saing daerah secara umum, dan (2) memberikan penilaian tentang keunggulan

suatu KPJU terhadap KPJU yang lain berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (11

kriteria).

Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi

UMKM dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau

mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur

penilaian. Analisis dengan metode AHP menghasilkan nilai skor terbobot setiap

kandidat KPJU unggulan untuk setiap kabupaten/kota per sektor ekonomi. KPJU

Page 398: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-4

Unggulan kabupaten/kota ditetapkan 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub

sektor yang memiliki skor terbobot tertinggi. Berdasarkan hasil identifikasi KPJU

Unggulan setiap sektor/sub sektor, nilai skor masing-masing KPJU Unggulan dan

tingkat kepentingan Sektor/sub sektor ekonomi untuk KPJU yang bersangkutan

ditetapkan KPJU unggulan lintas sektor tingkat kabupaten/kota. Metode yang

digunakan adalah metode Bayes.

Tahap kedua dalam proses penentuan KPJU tingkat kabupaten/kota dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) tahap Kedua dengan narasumber pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait, Asosiasi UMKM, Kadinda Kab/Kota dan perbankan. Tahap ini dimaksudkan sebagai tahapan penyampaian dan konfirmasi kepada pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait dan perbankan terhadap hasil KPJU Unggulan per sektor/sub sektor dan lintas sektor yang telah diperoleh pada tahap pertama, serta hasil pelaksanaan penelitian tingkat kecamatan dan kabupaten/kota.Dalam tahapan tersebut juga didiskusikan permasalahan pengembangan UMKM serta kebijakan dan program untuk pengembangan UMKM terutama KPJu unggulan.

KPJu unggulan Lintas Sektor yang telah diidentifikasi dipetakan menurut Aspek

Prospek dan Aspek Potensi KPJu unggulan saat ini, sehingga dapat diketahui

kedudukan KPJu unggulan Lintas Sektor berdasarkan Prospek dan Potensi saat ini.

Prospek dinilai berdasarkan faktor:

Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda Prospek pasar Minat Investor Dukungan dan Program Pembangunan Infra Struktur Usaha Resiko terhadap lingkungan Tingkat persaingan

Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor:

Jumlah unit usaha/ pengusaha saat ini. Kesesuaian dengan budaya/ keterampilan masyarakat. Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha. Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan). Insentif harga jual komoditas/produk. Daya serap pasar domestik.

Berdasarkan jumlah skor pada aspek Prospek dan Potensi saat ini, KPJu unggulan

lintas sektor dikelompokkan dalam 5 katagori untuk masing-masing aspek, yaitu :

1) Prospek, katagori (cukup, baik, sangat baik) 2) Potensi, katagori potensi (sedang, tinggi, sangat tinggi).

Pelaksanaan diskusi di masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

Tabel V-2. Jadwal Pelaksanaan FGD Pertama dan FGD Kedua Tingkat Kabupaten/ Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat

No. Kabupaten/Kota Jadwal Pelaksanaan

FGD I

Jadwal Pelaksanaan

FGD II

1. Kota Mataram 14 November 2012 27 November 2012

2.

Kabupaten Lombok

Tengah 5 November 2012 27 November 2012

Page 399: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-5

No. Kabupaten/Kota Jadwal Pelaksanaan

FGD I

Jadwal Pelaksanaan

FGD II

3.

Kabupaten Lombok

Barat 6 November 2012 28 November 2012

4.

Kabupaten Lombok

Timur 8 November 2012 28 November 2012

5.

Kabupaten Lombok

Utara 7 November 2012 29 November 2012

6. Kabupaten Sumbawa 8 November 2012 23 November 2012

7.

Kabupaten Sumbawa

Barat 9 November 2012 24 November 2012

8. Kabupaten Dompu 13 November 2012 30 November 2012

9. Kabupaten Bima 9 November 2012 27 November 2012

10. Kota Bima 10 November 2012 29 November 2012

Hasil penetapan KPJU Unggulan untuk setiap Kabupaten/Kota adalah sebagai

berikut:

5.3.1. Kabupaten Lombok Barat

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yang disajikan pada

Lampiran 5.2.1. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Barat. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Lombok Barat yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada

Lampiran 5.2.11.

Berdasarkan hasil FGD, maka analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap

sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-3

Pada tabel ini dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten

Lombok Barat adalah sektor perdagangan, dan untuk tujuan penciptaan lapangan

kerja dan peningkatan daya saing produk adalah sektor pariwisata. Dengan

memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan

dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sektor usaha

Pariwisata merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat

kepentingannya berturut-turut perdagangan, perindustrian, jasa, tanaman pangan,

perikanan, perkebunan, angkutan, peternakan, penggalian, kehutanan.

Page 400: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-6

Tabel V-3. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Lombok Barat

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3100)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,3624)

Pariwisata 0,1275 0,1986 0,2104 0,1796 1

Perdagangan 0,1843 0,1237 0,0921 0,1321 2

Perindustrian 0,0906 0,1365 0,1209 0,1158 3

Jasa 0,1146 0,0876 0,0924 0,0982 4

Tanaman Pangan 0,1162 0,0855 0,0820 0,0942 5

Perikanan 0,0987 0,0670 0,1075 0,0921 6

Perkebunan 0,0656 0,0841 0,0902 0,0803 7

Angkutan 0,0785 0,0489 0,0456 0,0574 8

Peternakan 0,0429 0,0646 0,0607 0,0561 9

Penggalian 0,0442 0,0552 0,0451 0,0479 10

Kehutanan 0,0369 0,0483 0,0530 0,0463 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

(Tabel V-3), analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM

dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-4.

Tabel V-4. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Barat

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,2137 1 Kangkung 0,1922

2 Jagung 0,2052 2 Kacang Panjang 0,1788

3 Kacang Kedelai 0,1743 3 Cabe Rawit 0,1577

4 Kacang Hijau 0,1280 4 Tomat 0,1429

5 Ubi Kayu 0,0966 5 Bawang Merah 0,1360

Buah-Buahan Perkebunan

1 Manggis 0,2439 1 Kelapa 0,1660

2 Rambutan 0,1177 2 Jambu Mete 0,1551

3 Durian 0,1174 3 Kopi 0,1371

4 Mangga 0,1000 4 Tembakau Virginia 0,1079

5 Nangka 0,0936 5 Kakao 0,1049

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,1984 1 Budidaya Rumput Laut 0,1841

2 Ayam Buras 0,1932 2 Budidaya Ikan di Tambak (

Bandeng, Udang Windu) 0,1618

3 Ayam Ras Pedaging 0,1069 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1290

4 Kambing 0,0942 4 Budidaya Ikan di Kolam

(Karper, Nila, Patin, Gurami) 0,0902

Page 401: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-7

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

5 Ayam Ras Petelor 0,0821 5 Budidaya Mutiara 0,0793

Industri Perdagangan

1 Furnitur 0,1922 1 Rumah Makan 0,1795

2 Gerabah 0,1561 2 Hasil Perikanan 0,1601

3 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1183 3 Hasil Kerajinan 0,1306

4 Batu Bata 0,1089 4 Hasil Pertanian 0,1294

5 Kerajinan kayu 0,0795 5 Counter HP 0,1126

Jasa-jasa Angkutan

1 Salon 0,1777 1 Travel 0,2373

2 KSP 0,1284 2 Angkutan Pedesaan 0,1655

3 Loundry 0,1119 3 Pick Up 0,1209

4 KPRI 0,1096 4 Truk 0,1134

5 Penjahit 0,0960 5 Ojek 0,1094

Penggalian Kehutanan

1 Marmer 0,2300 1 Mahoni 0,2457

2 Batu Hias 0,1879 2 Sengon Laut 0,1732

3 Kerikil/koral 0,1190 3 Bambu Duri 0,1657

4 Batu Kapur/ Gamping 0,1152 4 Lebah Madu 0,1521

5 Pasir Pasang 0,0933 5 Gamelina 0,0960

Pariwisata

1 Wisata Pantai 0,1967 1

2 Wisata Budaya 0,1925 2

3 Hotel 0,1369 3

4 Biro Perjalanan Wisata 0,1236 4

5 Bumi Perkemahan 0,0806 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti

daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan

dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan

atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-3) serta hasil skor KPJU unggulan setiap

sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-4 ).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-5. Pada Tabel V-5 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas

sektor usaha adalah, wisata pantai, wisata budaya, budidaya rumput laut, furnitur

dan hotel. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor

usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel

V-5.

Tabel V-5. KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Barat

No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Pariwisata Wisata Pantai 0,0484

2 Pariwisata Wisata Budaya 0,0473

3 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0342

4 Perindustrian Furnitur 0,034

Page 402: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-8

No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

5 Pariwisata Hotel 0,0337

6 Perdagangan Rumah Makan 0,0333

7 Padi Palawija Padi Sawah 0,0323

8 Sayuran Kangkung 0,0314

9 Pariwisata Biro Perjalanan Wisata 0,0304

10 Perdagangan Hasil Perikanan 0,0297

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-

turut adalah rumah makan, padi sawah, sayuran kangkung, biro perjalanan, dan

pedagang hasil perikanan.

Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan

sektornya adalah 4 KPJU berada pada sektor pariwisata, 2 KPJU berada pada sektor

perdagangan, dan 1 KPJU masing-masing menyebar relative merata pada sebagian

sektor/sub sektor ekonomi. Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor

tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok

Barat masih berbasis pada sektor pariwisata dan sektor perdagangan.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala

penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-6.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-6, pada aspek prospek diantara ke-10 (sepuluh)

KPJU unggulan lintas sektor, usaha wisata pantai, budidaya rumput laut, hotel,

rumah makan, padi sawah, kangkung, dan usaha perdagangan hasil perikanan

mempunyai prospek yang lebih baik dibandingkan wisata budaya, usaha furniture,

dan usaha biro perjalan wisata. Pada aspek potensi, usaha perhotelan merupakan

usaha paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Ke sembilan KPJU unggulan

selain wisata budaya mempunyai potensi yang sama.

Page 403: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-9

Tabel V-6. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Barat

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Pariwisata Wisata Pantai 3.59 3.73 Baik Tinggi

Pariwisata Wisata Budaya 2.92 2.98 Cukup Sedang

Perikanan Budidaya Rumput Laut 3.06 3.43 Baik Tinggi

Perindustrian Furnitur 2.92 3.36 Cukup Tinggi

Pariwisata Hotel 3.28 3.44 Baik Sangat Tinggi

Perdagangan Rumah Makan 3.08 3.37 Baik Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 3.45 3.85 Baik Tinggi

Sayuran Kangkung 3.08 3.24 Baik Tinggi

Pariwisata Biro Perjalanan Wisata 2.99 3.43 Cukup Tinggi

Perdagangan Hasil Perikanan 3.12 3.70 Baik Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-1.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Barat:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi

berturut turut adalah usaha wisata pantai, usaha hotel, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha pedagang hasil perikanan, usaha rumah makan, usaha wisata budaya,

usaha furnitur, usaha biro perjalan wisata, usaha budidaya rumput laut, dan yang paling

relativ rendah adalah usaha budidaya komoditas kangkung

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha

pariwisata pantai, usaha budidaya rumput laut, usaha rumah makan, usaha furnitur,

usaha wisata budaya, usaha biro perjalanan wisata dan terakhir usaha budidaya

komoditas kangkung.

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya padi

sawah, usaha wisata pantai, usaha perdagangan hasil perikanan, usaha budidaya

rumput laut, usaha rumah makan, usaha biro perjalanan wisata, usaha furnitur, usaha

wisata budaya dan kangkung

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ

dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha perdagangan hasil

perikanan, usaha komoditas budidaya sawah, usaha pariwisata pantai, usaha rumah

makan , usaha budidaya komoditas kangkung, usaha furnitur, usaha biro perjalanan

wisata, usaha budidaya rumput laut dan usaha wisata budaya.

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,

dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas kangkung, usaha

komoditas padi sawah, usaha wisata budaya, usaha pariwisata pantai, usaha budidaya

rumput laut, usaha biro perjalanan wisata, usaha perdagangan hasil perikanan, usaha

rumah makan, usaha furnitur dan usaha perhotelan.

Page 404: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-10

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha komoditas kangkung, usaha pariwisata hotel, usaha wisata

budaya, usaha budidaya rumput laut, usaha biro perjalan wisata, usaha rumah makan,

usaha industri furnitur, usaha perhotelan, usaha padi sawah, dan usaha pedagang hasil

perikanan

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ menempatkan usaha di bidang wisata pantai mendapatkan nilai tertinggi,

posisi kedua usaha perhotelan dan usaha dibidang wisata budaya memperoleh nilai

terendah.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Barat:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha pedagang hasil

perikanan, usaha wisata pantai, usaha komoditas padi sawah, usaha industri furnitur,

usaha biro perjalan wisata, usaha budidaya rumput laut, usaha rumah makan, usaha

wisata budaya dan usaha kangkung.

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah,

usaha perhotelan, usaha pedagang hasil pertanian, usaha rumah makan, usaha industri

furnitur, usaha wisata pantai, usaha wisata budaya, budidaya rumput laut dan usaha

komoditas kangkung.

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya

komoditas kangkung, usaha budidaya rumput laut, usaha komoditas padi sawah, usaha

biro perjalanan wisata, usaha industri furnitur, usaha perhotelan, usaha rumah makan,

usaha wisata pantai dan usaha wisata budaya.

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha wisata pantai, usaha budidaya komoditas padai sawah, usaha

perhotelan, usaha budidaya rumput laut, usaha pedagang hasil perikanan, usaha rumah

makan, usaha budidaya komoditas kangkung, usaha wisata budaya, usaha biro

perjalanan wisata dan usaha furnitur

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha wisata pantai, usaha pedagang

hasil perikanan, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha rumah makan, usaha

budidaya komoditas kangkung, usaha wisata budaya dan budidaya rumput laut.

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha wisata pantai, usaha pedagang hasil

perikanan, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya komoditas kangkung, usaha biro perjalanan wisata, usaha rumah makan,

usaha furnitur, usaha budidaya komoditas kangkung dan usaha wisata budaya

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara

relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya

padi sawah, usaha wisata pantai, usaha pedagang hasil perikanan, usaha biro

perjalanan, usaha budidaya rumput laut, usaha rumah makan, usaha furnitur,

usaha budidaya kangkung dan usaha dibidang wisata budaya memperoleh nilai

Page 405: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-11

terendah. Berdasarkan aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan

sebagai berikut.

Usaha Perhotelan dan Pariwisata Pantai. Kabupaten Lombok Barat terletak pada

Segi Tiga Emas daerah tujuan wisata di Indonesia, yaitu disebelah Barat adalah

Pulau Bali, sebelah utara Tanah Toraja dan disebelah timur Pulau Komodo,

disamping di dukung oleh kekayaan alam serta keanekaragaman budaya dan aset

wisata. Terdapat obyek wisata pantai di Lombok Barat yang sangat terkenal adalah

Pantai Senggigi, Batu bolong dan Pantai Sire. Pada tahun 2011 jumlah fasilitas

akomodasi di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 97 buah hotel, dengan 2.196

kamar dan 2.917 tempat tidur. Dimana jumlah tersebut terdapat 24 hotel berbintang,

56 hotel melati dan pondok wisata 17 pondokan. Wisatawan yang menginap dihotel

di Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai 212.286 orang wisatawan, dimana

wisatawan mancanegara mencapai 50,33 % atau 106.622 orang. Hal ini tidak dapat

dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa

Year 2012 yang lalu dan Visit Lombok and Sumbawa Year 2015 yang akan datang.

Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten sejak

2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam

mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB

secara umum dan Kabupaten Lombok Barat secara khusus (sebagaimana Kabupaten

Lombok Barat salah satu pusat pariwisata di Pulau Lombok) dalam koridor 5

program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan penghasil pangan

nasional.

Gambar V-1. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Barat

Wisata Pantai

Wisata Budaya

Rumput Laut

Furniture

Hotel

Rumah Makan Padi Sawah

Kangkung

Biro Per. Wisata

Hasil Perikanan

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJU Unggulan Kab. Lombok Barat

Page 406: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-12

5.3.2. Kabupaten Lombok Tengah

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah yang disajikan pada

Lampiran 5.2.2. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Barat. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Lombok Tengah yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan

pada Lampiran 5.2.12.

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor

ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-7.

Pada ini dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan

pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan kerja dalam rangka

penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Lombok Tengah adalah sektor tanaman

pangan, dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk adalah sektor usaha

pariwisata. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan,

secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan

UMKM maka sektor usaha pariwisata merupakan prioritas pertama. Sektor usaha

lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah tanaman pangan,

jasa, perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, angkutan, perikanan,

penggalian.

Tabel V-7. Skor terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Lombok Tengah

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3100)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,3624)

Pariwisata 0,1320 0,1258 0,1828 0,1485 1

Tanaman Pangan 0,1604 0,1409 0,1001 0,1325 2

Jasa 0,1027 0,1388 0,1046 0,1146 3

Perdagangan 0,1424 0,1224 0,0771 0,1126 4

Perindustrian 0,0689 0,1216 0,1378 0,1102 5

Peternakan 0,0838 0,0713 0,1160 0,0916 6

Perkebunan 0,0707 0,0721 0,1010 0,0821 7

Angkutan 0,0887 0,0729 0,0389 0,0658 8

Perikanan 0,0621 0,0592 0,0439 0,0546 9

Penggalian 0,0516 0,0472 0,0419 0,0468 10

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan

urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-8.

Page 407: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-13

Tabel V-8. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Tengah

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,2919 1 Cabe 0,2364

2 Kacang Kedelei 0,1836 2 Kacang Panjang 0,1629

3 Jagung 0,1579 3 Tomat 0,1128

4 Kacang Tanah 0,0804 4 Terung 0,0906

5 Padi Ladang 0,0769 5 Ketimun 0,0836

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 0,1904 1 Kelapa 0,1979

2 Manggis 0,1635 2 Tembakau Virginia 0,1569

3 Pisang 0,1395 3 Jambu Mete 0,1552

4 Nangka 0,1288 4 Kopi 0,1298

5 Melon 0,1057 5 Cengkeh 0,0860

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,2129 1 Budidaya Ikan di Kolam 0,1498

2 Kambing 0,1337 2 Budidaya Ikan di Tambak 0,1495

3 Kerbau 0,1200 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1492

4 Ayam Buras 0,1182 4 Budidaya Mina Padi 0,1133

5 Ayam Ras Pedaging 0,1126 5 Budidaya Rumput Laut 0,1100

Industri Perdagangan

1 Kerajinan Anyaman Kethak 0,2260 1 Hasil Kerajinan 0,2228

2 Pengovenan Tembakau 0,2143 2 Rumah Makan 0,1429

3 Konveksi/Bordir 0,1531 3 Pedagang Baju 0,1395

4 Tenun Gedogan 0,1360 4 Toko Kelontong 0,0919

5 Batu Bata 0,0605 5 Toko Bangunan 0,0864

Jasa-jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1814 1 Travel 0,1671

2 Jasa Keuangan 0,1588 2 Taxi 0,1533

3 Penggilingan Padi 0,1469 3 AKDP 0,1319

4 Foto copy 0,0944 4 Cidomo 0,1084

5 Praktek Dokter 0,0911 5 Ojek 0,1074

Penggalian Kehutanan

1 Batu Kapur/ Gamping 0,2238 1 Sengon Alam 0,2199

2 Batu Bangunan 0,1733 2 Lebah Madu 0,2160

3 Batu Apung 0,1595 3 Jati Putih 0,1690

4 Kerikil/ koral 0,1565 4 Kayu Gaharu 0,1512

5 Pasir Pasang 0,0792 5 Bambu Duri 0,1096

Pariwisata

1 Wisata Pantai/Bahari 0,2625 1

2 Hotel 0,1699 2

3 Wisata Alam 0,1480 3

4 Biro Perjalan Wisata 0,0995 4

5 Wisata Budaya 0,0714 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti

daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor.

Page 408: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-14

Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan

mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-8)

serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-9).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-9. Pada Tabel V-9 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas

sektor usaha adalah wisata pantai/bahari, padi sawah, pedagang hasil kerajinan,

Hotel, Kerajinan Anyaman Kethak. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU

unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU

dapat dilihat pada Tabel V-9.

Tabel V-9. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Tengah

No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,0519

2 Padi Palawija Padi Sawah 0,0391

3 Perdagangan Hasil Kerajinan 0,0367

4 Pariwisata Hotel 0,0336

5 Perindustrian Kerajinan Anyaman Kethak 0,0315

6 Jasa Bengkel Motor 0,0309

7 Perdagangan Rumah Makan 0,0306

8 Perindustrian Pengovenan Tembakau 0,0299

9 Pariwisata Wisata Alam 0,0293

10 Peternakan Sapi 0,0283

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-

turut adalah jasa bengkel motor, rumah makan, pengovenan tembakau, wisata alam,

peternakan sapi. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor,

maka berdasarkan sektornya 3 KPJU merupakan sub sektor pariwisata, 2 KPJU

berada dalam sektor perindustrian dan perdagangan serta masing-masing 1 KPJU

terdapat pada sub sektor padi palawija, buah-buahan, dan sektor jasa.

Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan

bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok Tengah masih berbasis pada

sektor pariwisata, sektor perdagangan dan Perindustrian.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala

penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Page 409: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-15

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-10.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-10, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha wisata pantai/bahari, budidaya

komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil kerajinan dan, usaha perhotelan,

mempunyai prospek yang relativ lebih baik dibandingkan usaha kerajinan anyaman

kethak, usaha jasa bengkel motor, usaha rumah makan, dan usaha pengovenan

tembakau. Pada aspek potensi, maka ke sepuluh KPJU Unggulan relativ mempunyai

potensi yang sama.

Tabel V-10. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Lombok Tengah

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Pariwisata Wisata Pantai/ Bahari 3.53 3.44 Baik Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 3.40 3.93 Baik Tinggi

Perdagangan Hasil Kerajinan 3.01 3.14 Baik Tinggi

Pariwisata Hotel 3.08 3.05 Baik Tinggi

Perindustrian Kerajinan Anyaman Kethak 2.67 3.21 Cukup Tinggi

Jasa Bengkel Motor 2.55 3.22 Cukup Tinggi

Perdagangan Rumah Makan 2.81 3.09 Cukup Tinggi

Perindustrian Pengovenan Tembakau 2.78 3.22 Cukup Tinggi

Pariwisata Wisata Alam 3.07 3.00 Baik Sedang

Peternakan Sapi 3.31 3.44 Baik Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-2.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Tengah:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi

berturut turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata

pantai/bahari, usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha wisata alam, usaha

pedagang hasil kerajinan, usaha pengovenan tembakau, usaha jasa bengkel sepeda

motor, usaha rumah makan dan usaha kerajinan anyaman kethak

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pariwisata

pantai/bahari, usaha pedagang hasil kerajinan, usaha pengovenan tembakau, usaha

Page 410: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-16

wisata alam, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha rumah makan, usaha perhotelan

dan usaha jasa bengkel sepeda motor.

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha

budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil kerajinan, usaha wisata alam, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha pengovenan tembakau, usaha perhotelan, usaha

rumah makan, usaha jasa bengkel motor dan usaha kerajinan anyaman kethak.

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ

dari yang tertinggi berturut-turut adalah budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata

pantai, usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil kerajinan,

usaha kerajinan anyaman kethak, usaha wisata alam, usaha pengovenan tembakau,

usaha jasa bengkel sepeda motor dan usaha rumah makan.

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,

dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha wisata pantai/bahari, usaha perhotelan,

usaha jasa bengkel motor, usaha pengovenan tembakau, usaha wisata alam, usaha

kerajinan anyaman kethak, usaha rumah makan, usaha budidaya ternak sapi, usaha

pedagang kerajinan dan usaha budidaya komoditas padi sawah.

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha pedagang hasil kerajinan,

usaha perhotelan, usaha rumah makan, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha

pengovenan tembakau, usaha wisata alam, usaha jasa bengkel sepada motor, usaha

budidaya komoditas padi sawah dan usaha budidaya ternak sapi.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, budidaya usaha

perhotelan, usaha wisata alam, usaha pedagang hasil kerajinan, usaha rumah

makan, usaha pengovenan tembakau, usaha kerajinan anyaman kethak dan usaha

jasa bengkel sepeda motor.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Barat:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya komoditas padi sawah, usaha jasa

sepeda motor, usaha budidaya ternak sapi, usaha pengovenan tembakau, usaha

pedagang hasil kerajinan, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha wisata pantai/bahari,

usaha rumah makan, usaha wisata alam dan usaha perhotelan

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah,

usaha kerajinan anyaman kethak, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil

kerajinan, usaha jasa bengkel motor, usaha wisata pantai/bahari, usaha pengovenana

tembakau, usaha perhotelan, usaha wisata alam dan usaha rumah makan

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha rumah

makan, usaha ternak sapi, usaha jasa bengkel motor, usaha pedagang hasil kerajinan,

usaha pengovenan tembakau, usaha kerajinan anyaman kethak, usaha wisata alam,

usaha wisata pantai/bahari dan usaha perhotelan

Page 411: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-17

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya komoditas padai sawah,

usaha perhotelan, usaha wisata alam, usaha rumah makan, usaha jasa bengkel motor,

usaha pedagang kerajinan, usaha pengovenan tembakau, usaha ternak sapi, usaha

kerajinan anyaman kethak

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan anyaman

kethak, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata alam, usaha pengovenan

tembakau, usaha perhotelan, usaha wisata pantai/bahari, usaha jasa bengkel motor,

usaha pedagang hasil kerajinan dan usaha rumah makan

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah, usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha perhotelan, usaha pedagang kerajinan anyaman kethak, usaha

pengovenan tembakau, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil kerajinan,

usaha rumah makan, usaha wisata alam dan usaha jasa bengkel motor.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara

relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas

padi sawah, usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya ternak sapi, usaha

pengovenan tembakau, usaha jasa bengkel motor, usaha kerajinan anyaman kethak,

usaha pedagang hasil kerajinan, usaha rumah makan dan usaha wisata alam.

Berdasarkan aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Budidaya Padi Sawah. Program pembangunan Kabupaten Lombok Tengah

menempatkan sektor pertanian dan sektor pariwisata sebagai lokomatif

pembangunan ekonomi daerah, dimana komoditas padi telah menempatkan

Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Kondisi ini

didukung oleh produksi padi Kabupaten Lombok Tengah setiap tahunya mengalami

surplus. Potensi ini didukung dengan luas sawah mencapai 54.562 ha yang

merupakan luas lahan sawah terluas di bandingkan dengan kab/kota di NTB,

dengan didukung oleh lebih 75 % penduduknya bekerja pada sektor ini. Realisasi

tanam pada tahun 2011 seluas 95.077 ha atau naik 119 % dari rencana tanam

seluas 79.251 ha. Realisasi produksi panen pada tahun 2011 adalah sebesar 455.679

ton gabah kering giling (GKG) atau sebesar 107,81 % dari target produksi sebesar

422.658 ton GKG. Bila dibandingkan dari realisasi pada 2010 dengan realisasi tanam

seluas 82.196 ha maka terjadi peningkatan sebesar 115,67 % dari realisasi tahun

2011. Begitu juga dengan produksi, terjadi peningkatan sebesar 121 %.

Perkembangan ini dengan banyaknya program pemerintah pusat yang digelontorkan

di Kabupaten Lombok Tengah, seperti Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) yang

berdampak peningkatan produksi dan produktifitas tanaman padi, Program

Perluasan Lahan dan Air (PLA) yang berdampak pada peningkatan Indek Pertanaman

(IP), bertambah dan berkembangnya infrakstruktur pertanian berupa jalan usaha

tani, jaringan irigasi tingkat usaha tani, pembangunan embung-embung, konversi

lahan-lahan kering telah mendukung upaya Kabupaten Lombok Tengah sebagai

salah satu daerah lumbung pangan berkelanjutan. Untuk mempertegas Provinsi NTB

dan Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu lumbung pangan nasional,

mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program

Swasembada Daging Sapi/Kerbau di NTB tahun 2014. Pencanangan program tersebut

Page 412: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-18

oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten/kota se-NTB dituangkan dalam nota

kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada peringatan hari pangan sedunia

(HPS) ke-31 pada tanggal 13 oktober 2010, oleh pemerintah Provinsi NTB dan pihak

pemerintah Kab/Kota se-NTB. Untuk peningkatan produksi beras nasional di NTB

ditargetkan produksi padi sebanyak 2,3 juta ton pada tahun 2014 dan menjamin

ketersediaan serta stabilitas stok beras di NTB. Untuk mencapai itu, disepakati

peningkatan produksi di masing-masing kab/kota di NTB tahun 2014, dimana

Kabupaten Lombok Tengah di bebankan produksi beras sebanyak 476.500 ton

Gabah kering giling. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dari target yang terbesar

bila dibandingkan dengan Kab/kota yang lain yang mencapai 20,71 % jumlah

keseluruhan. Ini bisa dimaklumi, karena pada tahun 2011 produksi.

Wisata Pantai dan Hotel. Potensi wisata di Kabupaten lombok Tenggah, terutama

wisata pantainya memiliki prospek yang cukup menjanjikan di masa-masa

mendatang, terlebih dengan adanya Bandara International Lombok (BIL), sebagai

pintu gerbang Provinsi NTB. hal ini juga tidak dapat dilepaskan dari dukungan

pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa Year 2012 yang lalu dan

Visit Lombok and Sumbawa Year 2015 yang akan datang. Pencanangan program

tersebut oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten sejak 2008 bagi para pelaku

wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam mendukung

berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB secara

umum dan Kabupaten Lombok Tengah secara khusus (sebagaimana Kabupaten

Lombok Tengah sebagai pintu gerbang pariwisata di Pulau Lombok) dalam koridor 5

program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan penghasil pangan

nasional. Kawasan wisata pantai Lombok Tengah berpusat di kawasan pantai Kuta,

Tanjung A’an Selong Belanak dan sekitarnya. Bebrapa investor asing telah tertarik

untuk mengelola kawasan wisata ini, yang diharapkan mampu memberikan spead

effect bagi pengembangan pariwisata yang secara langsung akan berimplikasi

tehadap laju peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Pada tahun 2011 usaha

perhotelan dan akomodasi di Lombok Tengah 1 hotel berbintang, 10 hotel melati, 22

home stay, 7 bunggalow 1 villa dan 1 penginapan. Kunjungan wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Lombok Tengah mencapai 66.798 orang pada tahun 2011

naik 44,79 % dari tahun 2010 yang hanya 46.133 orang wisatawan. Dari jumlah

tersebut 71,55 % adalah wisatawan mancanegara.

Page 413: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-19

Gambar V-2. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Tengah

5.3.3. Kabupaten Lombok Timur

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Timur yang disajikan pada

Lampiran 5.2.3. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Barat. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Lombok Timur yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan

pada Lampiran 5.2.13.

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor

ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-11.

Pada Tabel V-11, dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi adalah tanaman pangan dan tujuan penciptaan

lapangan kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Lombok Timur

adalah sektor Perindustrian , dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk

adalah sektor usaha Peternakan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari

masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan

penetapan KPJU unggulan UMKM maka sektor usaha Tanaman pangan merupakan

Wisata Pantai/

Bahari

Padi Sawah

Hasil Kerajinan

Hotel

Ker. Anyaman Kethak

Bengkel Motor

Rumah Makan Pengovenan Tembakau

Wisata Alam

Sapi

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJU Unggulan Kab. Lombok Tengah

Page 414: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-20

prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-

turut adalah perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata perindustrian,

perdagangan, jasa, angkutan, penggalian dan kehutanan

Tabel V-11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Lombok Timur

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3100)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,3624)

Tanaman Pangan 0,1636 0,1210 0,1215 0,1351 1

Perkebunan 0,0970 0,1085 0,1211 0,1093 2

Peternakan 0,0881 0,1071 0,1250 0,1074 3

Perikanan 0,1265 0,0675 0,1238 0,1072 4

Pariwisata 0,0881 0,1152 0,1083 0,1038 5

Perindustrian 0,0843 0,1616 0,0689 0,1027 6

Perdagangan 0,1002 0,0641 0,0859 0,0838 7

Jasa 0,0797 0,1074 0,0574 0,0802 8

Angkutan 0,0676 0,0525 0,0656 0,0622 9

Penggalian 0,0564 0,0480 0,0655 0,0571 10

Kehutanan 0,0486 0,0471 0,0569 0,0512 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan

urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-12.

Tabel V-12. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Timur

N o Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

N o Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Jagung 0,2659 1 Cabe Rawit 0,1584

2 Padi Sawah 0,1990 2 Kentang 0,1443

3 Kacang Tanah 0,1333 3 Kacang Panjang 0,1073

4 Ubi Kayu 0,1239 4 Tomat 0,1049

5 Kacang Kedelai 0,0883 5 Bawang Merah 0,1028

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 0,2455 1 Tembakau Virginia 0,2189

2 Pisang 0,1618 2 Jambu Mete 0,1374

3 Nangka 0,1296 3 Kelapa 0,1361

4 Rambutan 0,1074 4 Kopi 0,1233

5 Pepaya 0,0895 5 Tembakau Rakyat 0,1140

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,1926 1 Budidaya Rumput Laut 0,1832

Page 415: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-21

N o Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

N o Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

2 Kambing 0,1606 2 Budidaya Ikan di Kolam (Karper,

Nila) 0,1684

3 Ayam Ras Petelur 0,1286 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1298

4 Ayam Buras 0,1005 4 Budidaya Ikan di Air Payau (Udang) 0,1222

5 Itik 0,0953 5 Budidaya Mutiara 0,1106

Industri Perdagangan

1 Gerabah 0,1769 1 Hasil Perkebunan 0,1859

2 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1649 2 Minimarket 0,1513

3 Pengovenan Tembakau 0,1478 3 Toko Kelontong 0,1152

4 Pengolahan Hasil Pertanian 0,1422 4 Pedagang Hasil Pertanian 0,0992

5 Tenun Gedokan 0,1408 5 Toko Bangunan 0,0867

Jasa-jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1831 1 Pick Up 0,1533

2 Jasa Keuangan 0,1815 2 Truk 0,1242

3 Penggilingan Padi 0,0962 3 Cidomo 0,1197

4 Praktek Dokter 0,0939 4 Angkutan Pedesaan 0,1108

5 Kost-Kostan 0,0933 5 Ojek 0,0943

Penggalian Kehutanan

1 Sirtu 0,1663 1 Sarang Burung Walet 0,2457

2 Batu apung 0,1624 2 Jati 0,1732

3 Kerikil/koral 0,1304 3 Bambu Duri 0,1657

4 Batu Kapur/ Gamping 0,1091 4 Sengon Alam 0,1521

5 Batu Hias 0,1080 5 Sono keling 0,0960

Pariwisata

1 Wisata Bahari/Pantai 0,1922 1

2 Wisata Alam 0,1603 2

3 Sanggar Seni 0,1215 3

4 Wisata Kria/ Kerajinan 0,1190 4

5 Biro Perjalanan Wisata 0,1076 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti

daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan

dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan

atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-12) serta hasil skor KPJU unggulan setiap

sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-13).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-13. Pada Tabel V-13 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas

sektor usaha adalah jagung, peternakan sapi, wisata Pantai/Bahari, budidaya

rumput laut, dan padi sawah . Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU

unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU

dapat dilihat pada Tabel V-13.

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-

turut adalah perkebunan tembakau Virginia, industri Gerabah, peternakan kambing,

budidaya ikan karper dan nila, dan pedagang hasil perkebunan. Apabila ditelaah

lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 2

Page 416: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-22

komoditas merupakan sub sektor padi palawija, sektor peternakan dan perikanan

dan masing-masing 1 komoditas perdagangan, pariwisata, perkebunan dan industri.

Tabel V-13. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Timur

No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Padi Palawija Jagung 0,0355

2 Peternakan Sapi 0,0305

3 Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 0,0285

4 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0275

5 Padi Palawija Padi Sawah 0,0265

6 Perkebunan Tembakau Virginia 0,0262

7 Perindustrian Gerabah 0,0259

8 Peternakan Kambing 0,0254

9 Perikanan Budidaya Ikan di Kolam (Karper, Nila) 0,0253

10 Perdagangan Hasil Perkebunan 0,0244

Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor

padi palawija, sektor peternakan, dan perikanan masing-masing terdapat 2 KPJU,

serta masing-masing 1 KPJU terdapat pada sektor pariwisata, perkebunan,

perindustrian, dan perdagangan.

Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan

bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok Timur masih berbasis pada

sub sektor padi palawija, sektor perikanan dan peternakan.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala

penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-14.

Page 417: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-23

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-14, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya jagung, ternak sapi,

budidaya rumput laut, tembakau Virginia, padi sawah, gerabah dan hasil

perkebunan mempunyai prospek yang lebih baik dibandingkan usaha wisata

bahari/pantai, usaha kambing dan budidaya ikan kolam. Pada aspek potensi, maka

usaha jagung relativ paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Kesembilan

KPJU unggulan selain usaha budidaya jagung mempunyai potensi yang sama.

Tabel V-14. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Timur

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Jagung 3.6409 4.1970 Baik Sangat Tinggi

Peternakan Sapi 3.7904 3.9571 Baik Tinggi

Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 2.8939 3.0694 Cukup Tinggi

Perikanan Budidaya Rumput Laut 3.4076 3.6364 Baik Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 3.3818 3.6758 Baik Tinggi

Perkebunan Tembakau Virginia 3.6818 3.9121 Baik Tinggi

Perindustrian Gerabah 3.5922 3.4823 Baik Tinggi

Peternakan Kambing 2.8788 3.2591 Cukup Tinggi

Perikanan Budidaya Ikan Kolam

(Karper, Nila) 2.9533 3.2525 Cukup Tinggi

Perdagangan Hasil Perkebunan 3.1212 3.3061 Baik Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-3.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Timur:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut

turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya komoditas tembakau virginia, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha kerajinan gerabah, usaha pedagang hasil perkebunan,

usaha wisata bahari/pantai, usaha budidaya ikan kolam, usaha budidaya ternak

kambing.

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung,

usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

komoditas tembakau Virginia, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya rumput

laut, usaha budidaya ikan kolam, usaha wisata bahari/pantai dan, usaha budidaya

ternak kambing

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas tembakau

Virginia, usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha wisata bahari/pantai, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya ikan kolam, usaha ternak kambing, dan usaha budidaya komoditas padi sawah

Page 418: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-24

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari

yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan gerabah,

usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pedagang

hasil perkebunan, usaha wisata bahari, usaha budidaya ikan kolam dan, usaha budidaya

ternak kambing

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari

yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha wisata pantai/bahari, usaha kerajinan

gerabah, usaha ternak sapi, usaha budidaya ternak kambing, usaha budidaya tembakau

Virginia, usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya tembakau Virginia, usaha padagang hasil

perkebunan, usaha kerajinan tembakau, usaha wisata pantai/bahari, usaha budidaya

ikan kolam, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha

budidaya komoditas jagung dan, usaha budidaya ternak kambing

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha wisata pantai/bahari,

usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya

ternak kambing, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya

komoditas tembakau Virginia dan, usaha budidaya rumput laut.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Timur:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha

komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan gerabah,

usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata

bahari, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya ikan kolam, dan usaha

budidaya ternak kambing

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak kambing,

usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha kerajinan gerabah,

usaha wisata bahari/pantai

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

ternak sapi, usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya komoditas

padi sawah, usaha pedagang hasil perkebunan, usaha budidaya ikan kolam, usaha

kerajinan gerabah, usaha budidaya ternak kambing, usaha budidaya rumput laut dan,

usaha wisata pantai/bahari

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha wisata pantai, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

rumput laut, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha

wisata bahari/pantai, usaha budidaya tembakau Virginia, usaha budidaya ternak

Page 419: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-25

kambing, usaha budidaya ikan kolam, usaha kerajinan gerabah, usaha pedagang hasil

perkebunan

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha komoditas

tembakau Virginia, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan gerabah, usaha pedagang hasil

perkebunan, usaha wisata bahari/pantai, usaha budidaya ternak kambing, dan usaha

ikan kolam

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi,

usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya rumput laut, usaha

kerajinan gerabah, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak

kambing, usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil perkebunan dan, usaha

wisata bahari/pantai.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara

relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya jagung, usaha

budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas tembakau Virginia, usaha budidaya

rumput laut, usaha kerajinan gerabah, usaha budidaya komoditas padi sawah,

usaha budidaya ternak kambing, usaha budidaya ikan kolam, usaha pedagang hasil

perkebunan dan, usaha wisata bahari/pantai. Berdasarkan aspek prospek dan

potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.

Budidaya Jagung. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas unggulan yang

ditetapkan oleh Pemprov NTB umumnya dan Kabupaten Lombok Timur khususnya.

Hal ini didukung oleh pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung,

dan Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang

dalam lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan

profitabilitas, meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia

dan sumber daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem

agribisnis jagung yang tepat, dan muaranya menjadikan NTB sebagai provinsi sentra

produksi jagung di tanah air. Kabupaten Lombok Timur salah satu lumbung jagung

Provinsi NTB dengan luas panen 15.584 ha dan produksi sebesar 82.282 ton, atau

sekitar 19,04 % dari jumlah produksi jagung NTB yang mencapai 459.915 ton.

Produksi tersebut naik 21,66 % bila dibandingkan produksi tahun 2010 yang hanya

67.628 ton. Untuk mendorong dan peningkatakan taraf ekonomi petani jagung,

pemda Kabupaten Lombok Timur bekerjasama dengan PT I Pasar pada tahun 2011

meresmikan pabrik jagung yang ada dan satu-satunya di Pulau Lombok. Pabrik ini

akan dimanfaatkan untuk mengolah produksi jagung petani didaerah Kabupaten

Lombok Timur dan sekitarnya.

Budidaya Ternak Sapi. Populasi sapi di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011

mencapai 99.092 ekor sapi, mengalami peningkatan sebesara 23,61 % dari tahun

2010 yang hanya 80.162 ekor. Hal ini tidak lepas dari program pemerintah daerah

(PIJAR) yang mencanangkan NTB sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun

2013. Di Kabupaten Lombok Timur dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

peternak maka diberikan bantuan berupa sapi bibit sebanyak 1.110 ekor, sapi

pejantan 20 ekor, PSBP 20 ekor dan stimulan kandang kolektif sebanyak 40 unit.

Telah pula dilakukan rehabilitasi kandang BIB seluas 12 m2, rehabilitasi kandang

BPT HMT Serading seluas 12 m2; pembuatan mani beku sebanyak 5.810 dosis;

Page 420: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-26

pemeliharaan sapi perah 17 ekor, sapi pejantan 10 ekor dan sapi berangus 24 ekor;

pembudidayaan hijauan makanan ternak (HMT) seluas 9 hektar dan pembibitan HMT

seluas 20 hektar; pembinaan terhadap 230 kelompok petani peternak dan pemberian

bantuan 6 ekor ternak dan 500 ekor itik; dan pembibitan sapi bali 300 ekor Namun

demikian untuk dapat meningkatkan prospek dan potensinya maka alternatif lain

yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan bibit sapi yang dapat memberikan

tambahan bobot badan tinggi per satuan waktu.

Komoditas Tembakau Virginia. Produksi perkebunan yang memberikan sharing

paling besar dalam menciptakan nilai tambah di sektor perkebunan adalah

komoditas tembakau. NTB merupakan penghasil tembakau terbesar dalam produk

nasional dan pemasok utama untuk industri rokok secara nasional. Kabupaten

Lombok Timur merupakan sentra tembakau virginia di Provinsi NTB dan nasional,

dimana produksi tembakau Lombok Timur mencapai 65,17 % dari produksi tingkat

Provinsi NTB yang sebesar 36.476,51 ton. Pada tahun 2011 produksi tembakau

virginia mengalami penurunan dikarenakan hujan hampir turun sepanjang tahun.

Luas panen tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011

mencapai 15.067,82 ha dengan produksi mencapai 23.773,88 ton, terjadi penurunan

3,26 % dari produksi 24.576,71 di tahun 2010. Produksi tembakau sebanyak itu,

dihasilkan oleh 6.833 orang petani, dan 8.983 unit pengovenan tembakau, yang

selama ini menjadi petani binaan perusahaan pengelola tembakau. Sejauh ini

tembakau virginia produk NTB yang dikirim ke luar daerah berbentuk krosok dalam

kemasan dalam kemasan sebagai bahan baku industri, sehingga petani harus

memanaskanya dalam oven tembakau. Kendala yang dihadapi petani tembakau

adalah, semenjak langkanya minyak tanah sebagai bahan bakar utama pengovenan

tembakau karena subsidinya dicabut dan kebijakan pemerintah melakukan konversi

minyak tanah untuk tembakau dengan kayu bakar juga menuai masalah karena

keterbatasan kayu bakar yang semakin hari semakin berkurang. Sehingga untuk

bahan bakar juga terjadi permasalahan karena ketersediaanya tidak bisa kontinyu

dan rumitnya pada proses penggunaanya.

Page 421: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-27

Gambar V-3. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Timur

5.3.4 Kabupaten Sumbawa

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Sumbawa yang disajikan pada

Lampiran 5.2.4. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Sumbawa. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Sumbawa yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada

Lampiran 5.2.14.

Berdasarkan hasil FGD yang di Kantor Bappeda Kabupaten Sumbawa, maka analisis

AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan

penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-15. Pada Tabel V-15 dapat dilihat bahwa

bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi adalah

sektor tanaman pangan, tujuan penciptaan lapangan kerja dan tujuan daya saing

daerah dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Sumbawa adalah

sektor perikanan.

Jagung

Wisata Bahari/Pantai

Rumput Laut

Tem Virginia

Gerabah

Kambing

Ikan (Karper, Nila)

Hasil Perkebunan

Padi Sawah

Sapi

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Timur

Page 422: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-28

Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara

keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka

sub sektor usaha Perikanan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha

lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor/sub sektor

tanaman pangan, peternakan, perdagangan,perindustrian,angkutan, perkebunan,

pariwisata,kehutanan,jasa, dan penggalian.

Tabel V-15. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Sumbawa

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot) Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan Kerja

(0,3100)

Peningkatan Daya

Saing Produk

(0,3624)

Perikanan 0,0903 0,1390 0,1676 0,1334 1

Tanaman Pangan 0,1298 0,1250 0,1163 0,1234 2

Peternakan 0,0886 0,1194 0,1311 0,1135 3

Perdagangan 0,1099 0,1249 0,0910 0,1077 4

Perindustrian 0,1090 0,0929 0,0711 0,0903 5

Angkutan 0,1075 0,0453 0,0707 0,0749 6

Perkebunan 0,0851 0,0729 0,0638 0,0736 7

Pariwisata 0,0765 0,0615 0,0771 0,0721 8

Kehutanan 0,0802 0,0774 0,0590 0,0716 9

Jasa 0,0720 0,0604 0,0781 0,0703 10

Penggalian 0,0719 0,0591 0,0753 0,0692 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya analisis AHP

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel V-16.

Tabel V-16. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sumbawa

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

N o Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,2451 1 Cabe Rawit 0,1580

2 Jagung 0,2348 2 Cabe Besar 0,1082

3 Kedelai 0,1101 3 Kacang Panjang 0,1069

4 Padi Ladang 0,0924 4 Bawang Merah 0,1066

5 Ubi Jalar 0,2451 5 Terung 0,0943

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 0,1665 1 Jambu Mete 0,1667

2 Sawo 0,1564 2 Kopi 0,1272

3 Pisang 0,1513 3 Kelapa 0,1129

4 Nangka 0,0886 4 Tembakau Rakyat 0,1104

5 Pepaya 0,0872 5 Asam 0,1097

Peternakan Perikanan

Page 423: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-29

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

N o Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

1 Sapi 0,2744 1 Budidaya Rumput Laut 0,2689

2 Kerbau 0,1302 2 Budidaya Udang dan

Kerapu 0,1740

3 Kuda 0,1035 3 Budidaya Ikan di Kolam 0,1366

4 Ayam Buras 0,0857 4 Budidaya Ikan di Air Payau 0,0976

5 Ayam Ras Pedaging 0,0839 5 Penangkapan Ikan di

Perairan Umum 0,0911

Industri Perdagangan

1 Olahan Rumput Laut 0,2014 1 Pedagang Hasil Pertanian 0,1764

2 Meubel Kayu 0,1200 2 Pedagang Hasil Perikanan 0,1702

3 Penggilingan Padi 0,1111 3 Pedagang Hasil Peternakan 0,1695

4 Pengawetan Ikan 0,1053 4 Rumah Makan 0,0846

5 Batu Bata 0,0935 5 Minimarket 0,0804

Jasa-jasa Angkutan

1 Penggilingan Padi 0,1353 1 Angkutan Pedesaan 0,2575

2 Rental Mesin Pertanian 0,1352 2 Pick Up 0,1183

3 Jasa Keuangan 0,1237 3 AKDP 0,1081

4 Bengkel Motor 0,1015 4 Ojek 0,1044

5 Praktek Bidan 0,0977 5 Truk 0,1021

Penggalian Kehutanan

1 Kerikil/koral 0,2034 1 Lebah Madu 0,3569

2 Pasir Pasang 0,1231 2 Sengon Alam 0,1897

3 Batu Kapur/ Gamping 0,1214 3 Rotan 0,1877

4 Tanah Liat 0,0946 4 Tumb. Liana (akar) 0,0759

5 Pasir Urug 0,0930 5 Kayu Gaharu 0,0735

Pariwisata

1 Wisata Pantai 0,1749 1

2 Wisata Budaya 0,1424 2

3 Wisata Kesenian 0,1154 3

4 Wisata Minat Khusus

(Jelajah Motor) 0,1034 4

5 Wisata Alam 0,0896 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor.

Penetapan dilakukan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan

bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-15) serta hasil skor

KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 16).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-17. Pada Tabel V-17 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas

sektor usaha di Kabupaten Sumbawa adalah budidaya rumput laut, ternak sapi, padi

sawah, dan budidaya cabe rawit. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU

unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU

dapat dilihat pada Tabel V-17.

Page 424: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-30

Tabel V-17. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa

No Sektor/Sub-Sektor

Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0467

2 Peternakan Sapi 0,0460

3 Padi Palawija Padi Sawah 0,0333

4 Padi Palawija Jagung 0,0319

5 Sayuran Cabe Rawit 0,0306

6 Buah-Buahan Mangga 0,0304

7 Perikanan Budidaya Udang dan Kerapu 0,0302

8 Buah-Buahan Sawo 0,0291

9 Perindustrian Olahan Rumput Laut 0,0288

10 Buah-Buahan Pisang 0,0284

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-

turut adalah buah mangga, budidaya perikanan udang dan kerapu, buah sawo dan

pisang serta olahan rumput laut.

Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor

perikanan dan sub sektor padi palawija, masing-masing terdapat 2 KPJU unggulan, 3

KPJU berada dalam sub sektor buah-buahan dan masing-masing 1 KPJU terdapat

pada sub sektor peternakan, sayuran dan sektor perindustrian. Bila dilihat dari

komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi

kegiatan ekonomi di Kabupaten Sumbawa masih berbasis pada sub sektor buah-

buahan, sub sektor perikanan dan sub sektor padi palawija.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala

penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

Page 425: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-31

kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-18.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-18, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya rumput laut mempunyai

prospek sangat baik. Sedangkan usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya padi

sawah dan, usaha budidaya jagung mempunyai prospek yang lebih baik

dibandingkan usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya mangga,

usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas sawo, usaha industry

pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas pisang.

Pada aspek potensi, usaha budidaya sawo relativ potensial rendah dibandingkan

KPJU yang lain. Ke sembilan KPJU unggulan lainya relativ mempunyai potensi yang

tinggi.

Tabel V-18. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perikanan Budidaya Rumput Laut 4.1667 3.6667 Sangat Baik Tinggi

Peternakan Sapi 4.0000 3.5000 Baik Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 3.3333 4.0000 Baik Tinggi

Padi Palawija Jagung 3.5000 3.5000 Baik Tinggi

Sayuran Cabe Rawit 2.8333 3.6667 Cukup Tinggi

Buah-Buahan Mangga 2.5000 3.6667 Cukup Tinggi

Perikanan Budidaya Udang dan Kerapu 2.8333 3.5000 Cukup Tinggi

Buah-Buahan Sawo 2.1667 2.8333 Cukup Sedang

Perindustrian Olahan Rumput Laut 2.8333 3.1667 Cukup Tinggi

Buah-Buahan Pisang 2.3333 3.1667 Cukup Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-4.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut

turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas

cabai rawit, usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha budidaya udang dan kerapu,

usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas sawo, dan usaha budidaya

komoditas pisang

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha

budidaya cabai rawit, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas

jagung, usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha

budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas buah sawo dan usaha budidaya

komoditas buah pisang

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha

Page 426: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-32

budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas

jagung, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya komoditas buah mangga,

usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas buah pisang, usaha

budidaya komoditas buah sawo, usaha pengolahan rumput laut

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari

yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak

sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya

komoditas buah sawo, budidaya pengolahan rumput laut, usaha budidaya komoditas

buah pisang dan, usaha budidaya komoditas buah mangga

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari

yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya rumput laut, usaha pengolahan

rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha

budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya komoditas buah sawo dan buah pisang

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas padi sawah dan jagung, usaha budidaya buah mangga, usaha budidaya udang

dan kerapu, usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya cabai rawit, usaha budidaya

komoditas buah sawo dan buah pisang

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya rumput laut, usaha

ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu,

usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya buah mangga, buah pisang dan

buah sawo.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya

ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung,

usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya mangga, usaha budidaya udang

dan kerapu, usaha pengolahan rumput laut, usaha budidaya buah pisang dan buah sawo

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya cabai rawit, usaha budidaya buah mangga, usaha

budidaya rumput laut, usaha budidaya jagung, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha

budidaya buah sawo, usaha pengolahan rumput laut dan usaha budidaya pisang

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas cabai rawit,

usaha komoditas buah mangga, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya udang dan

kerapu, usaha budidaya komoditas buah sawo, usaha pengolahan rumput laut dan usaha

budidaya komoditas buah pisang

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha budidaya rumput laut,

usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha pengolahan

Page 427: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-33

rumput laut, usaha budidaya komoditas buah pisang, usaha budidaya ternak sapi dan,

usaha budidaya komoditas buah sawo

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas

padi sawah, usaha pengolahan udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas buah sawo,

usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

komoditas cabai rawit, usaha budidaya buah mangga, usaha pengolahan rumput laut

dan, usaha budidaya komoditas buah pisang

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

komoditas cabai rawit, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha budidaya komoditas

buah mangga, usaha budidaya komoditas buah sawo, usaha pengolahan rumput laut dan

usaha budidaya komoditas buah pisang.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara

relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas

padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas cabai rawit,

usaha budidaya buah mangga, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya udang dan kerapu, usaha pengolahan rumput

laut, usaha budidaya komoditas buah pisang dan buah sawo yang paling rendah.

Berdasarkan aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Budidaya Rumbut Laut. Pengembangan agribisnis rumput laut merupakan salah

satu program unggulan yang dirangkai dengan sebutan PIJAR (sapi, jagung, dan

rumput laut). Kegiatan prioritas dalam pengembangan rumput laut antara lain

pengembangan kawasan minapolitan baik di Pulau Lombok dan maupun Sumbawa,

2 (dua) minapolitan berbasis rumput laut terdapat di Kabupaten Sumbawa dan dari

24 ribu hektar potensi rumput laut di Provinsi NTB, 14.950 ha diantaranya terdapat

di kabupaten Sumbawa. Sentra minapolitan rumput laut di Kabupaten Sumbawa

terdapat di Kecamatan Terano dengan potensi 2.000 ha namun baru 100 ha yang

sudah diberdayakan, dan sentra minapolitan di Labuhan Mapin dengan potensi 300

ha dan baru diberdayakan 10 % nya. Dukungan Kabupaten Sumbawa sebagai

kawasan pengembangan rumput laut juga datang dari kementrian Perikanan dan

Kelautan RI, dimana Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu dari lima kabupaten

yang menjadi kawasan industri rumput laut di Indonesia.

Padi Sawah. Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu daerah penyumbang

produksi padi yang signifikan bagi produksi padi Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Produksi padi di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 meningkat sebesar 11,2 %

yaitu 337.417 ton gabah kering giling (GKG), dari produksi tahun 2010 menjadi

390.940 ton pada tahun 2011. Pada tahun yang sama surplus beras Kabupaten

Sumbawa mencapai 181.460 ton. Dengan capaian produksi padi di tahun 2011

tersebut, Sumbawa memberikan kontribusi sebesar 22 % terhadap produksi padi

NTB, menduduki urutan ke 2 (dua) setelah Kabupaten Lombok Tengah. Capaian ini

bisa terlaksana karena dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten maupun

Provinsi. Salah satu program pemda Kabupaten Sumbawa bekerja sama dengan

perusahaan Pupuk dalam hal penerapan teknologi pemupukan. Program lainya

adalah program perluasan lahan dan program penyediaan mesin pompa dengan

Page 428: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-34

sistem pinjam pakai untuk mengantisipasi kemarau panjang. Untuk memepertegas

Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu lumbung pangan nasional,

mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program

Swasembada Daging Sapi/Kerbau di NTB tahun 2014. Pencanangan program tersebut

oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten/kota se NTB dituangam dalam nota

kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada peringatan hari pangan sedunia

(HPS) ke-31 pada tanggal 13 oktober 2010, oleh pemerintah Provinsi NTB dan pihak

pemerintah Kab/Kota se-NTB. Untuk peningkatan produksi beras nasional di NTB

ditargetkan produksi padi sebanyak 2,3 juta ton pada tahun 2014 dan menjamin

ketersediaan serta stabilitas stok beras di NTB. Untuk mencapi itu, disepakati

peningkatan produksi di masing-masing kab/kota di NTB tahun 2014, dimana

Kabupaten Sumbawa di bebankan produksi beras sebanyak 456.700 ton Gabah

kering giling.

Gambar V-4. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa

5.3.5. Kabupaten Dompu

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Dompu yang disajikan pada

Lampiran 5.2.5. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

Budidaya Rumput Laut

Sapi

Padi Sawah

Jagung Cabai Rawit

Mangga

Budidaya Udang dan Kerapu

Sawo

Olahan Rumput Laut

Pisang

1

2

3

4

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa

Page 429: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-35

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Dompu. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Dompu yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada

Lampiran 5.2.15.

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor

ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-19.

Pada Tabel V-19. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi, tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor

tanaman pangan dan tujuan daya saing daerah dalam rangka penetapan KPJU

unggulan di Kabupaten Dompu adalah sektor perindustrian. Dengan memperhatikan

bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka

mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sub sektor usaha tanaman

pangan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan

tingkat kepentingannya berturut-turut adalah peternakan, perindustrian, perikanan,

perkebunan, jasa, perdagangan, pariwisata, angkutan, penggalian dan kehutanan.

Tabel V-19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten DOMPU

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3100)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,3624)

Tanaman Pangan 0,1831 0,1320 0,0871 0,1325 1

Peternakan 0,1071 0,1242 0,1433 0,1255 2

Perindustrian 0,0830 0,1090 0,1550 0,1172 3

Perikanan 0,1089 0,0698 0,1456 0,1101 4

Perkebunan 0,0881 0,1234 0,0697 0,0924 5

Jasa 0,0619 0,0952 0,1015 0,0866 6

Perdagangan 0,1173 0,0764 0,0663 0,0861 7

Pariwisata 0,0615 0,0686 0,0960 0,0762 8

Angkutan 0,0929 0,0607 0,0506 0,0676 9

Penggalian 0,0554 0,0907 0,0401 0,0608 10

Kehutanan 0,0407 0,0500 0,0448 0,0451 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

(Tabel V-19), analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi

UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-20.

Page 430: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-36

Tabel V-20. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Dompu

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Jagung 0,2928 1 Bawang Merah 0,2636

2 Padi Sawah 0,2166 2 Cabe 0,1310

3 Kacang Kedelei 0,1720 3 Tomat 0,0912

4 Kacang Tanah 0,1179 4 Terong 0,0858

5 Padi Ladang 0,1091 5 Kacang Panjang 0,0806

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 0,1537 1 Jambu Mete 0,2241

2 Pisang Kepok 0,1441 2 Kopi 0,1954

3 Sukun 0,1300 3 Kelapa 0,1190

4 Rambutan 0,1213 4 Tembakau 0,1039

5 Durian 0,0971 5 Kemiri 0,0862

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,2663 1 Budidaya Rumput Laut 0,2370

2 Kuda 0,1991 2 Budidaya Ikan di Tambak

(Udang Windu, Bandeng) 0,1970

3 Kambing 0,1758 3 Penangkapan Ikan di Laut

(Tuna, Tongkol, Cakalang) 0,1864

4 Susu Kuda Liar 0,1298 4 Budidaya Ikan di Kolam 0,1028

5 Ayam Buras 0,1284 5 Penangkapan bukan Ikan di

Laut (Sargasum, Ubur-ubur) 0,0748

Industri Perdagangan

1 Tenun 0,1582 1 Hasil Pertanian 0,1440

2 Pengolahan Jagung 0,1479 2 Toko Kelontong 0,1195

3 Kopi Bubuk 0,1353 3 Hewan Ternak 0,1146

4 Kacang Mete 0,1058 4 Hasil Perkebunan 0,1105

5 Pengolahan Hasil Perikanan

(Abon Ikan, teri putih) 0,1033 5 Rumah Makan 0,1044

Jasa-jasa Angkutan

1 Jasa Keuangan 0,2887 1 Angkutan Desa 0,1577

2 Bengkel Motor 0,1086 2 Pick Up 0,1457

3 Praktek Dokter 0,0945 3 Cidomo 0,1322

4 Bengkel Mobil 0,0940 4 Ojek 0,1269

5 Foto copy 0,0915 5 AKDP 0,1033

Penggalian Kehutanan

1 Batu Bangunan 0,3589 1 Jati 0,2606

2 Pasir 0,3514 2 Sengon Alam 0,1555

3 Kerikil / Koral 0,1448 3 Dua Banga 0,1344

4 Tanah Liat 0,1051 4 Bambu Duri 0,1195

5 Batu Apung 0,0398 5 Lebah Madu 0,0917

Pariwisata

1 Wisata Bahari/Pantai 0,1904 1

2 Wisata Tirta (Air Panas) 0,1802 2

3 Wisata Minat Khusus

(Selancar) 0,1742 3

Page 431: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-37

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

4 Pondok Wisata 0,1726 4

5 Wisata Alam 0,0908 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan

menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau

prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-19) serta hasil skor KPJU unggulan setiap

sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-20).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-21. Pada Tabel V-21 ini dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan

lintas sektor usaha adalah, jagung, budidaya rumput laut, budidaya jambu mete,

budidaya ternak sapi serta budidaya udang windu dan bandeng. Hasil lengkap berupa

rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor

terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-21.

Tabel V-21. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dompu

No Sektor/Sub-

Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Padi Palawija Jagung 0,0342

2 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0284

3 Perkebunan Jambu Mete 0,0284

4 Peternakan Sapi 0,0279

5 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak (Udang

Windu, Bandeng) 0,0272

6 Perindustrian Tenun 0,0271

7 Padi Palawija Padi Sawah 0,0268

8 Perindustrian Pengolahan Jagung 0,0267

9 Sayuran Bawang Merah 0,0265

10 Perkebunan Kopi 0,0248

Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor

perikanan, sub sektor padi palawija, sub sektor perkebunan, dan sektor

perindustrian masing-masing terdapat 2 KPJU unggulan, dan masing-masing 1 KPJU

terdapat pada sub sektor peternakan dan sayuran. Bila dilihat dari komposisi KPJU

unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di

Kabupaten Dompu masih berbasis pada sub sektor perikanan, sub sektor padi

palawija, sub sektor perkebunan, dan sektor perindustrian.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

Page 432: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-38

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala

penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-22.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-22, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya komoditas jagung, budidaya

rumput laut, budidaya jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas padi sawah mempunyai prospek yang relativ lebih baik dibandingkan

usaha budidaya ikan tambak, usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan jagung,

usaha budidaya komoditas bawang merah dan, usaha budidaya komoditas kopi.

Pada aspek potensi, usaha budidaya ternak sapi paling potensial (sangat tinggi)

dibandingkan KPJU yang lain. Delapan KPJU unggulan memiliki potensi tinggi dan

tenun paling rendah.

Tabel V-22. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dompu

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Jagung 3,7500 3,5833 Baik Tinggi

Perikanan Budidaya Rumput Laut 3,3722 3,3889 Baik Tinggi

Perkebunan Jambu Mete 3,1111 3,6389 Baik Tinggi

Peternakan Sapi 3,1944 4,3056 Baik Sangat Tinggi

Perikanan Budidaya Ikan di Tambak 2,8611 3,1111 Cukup Tinggi

Perindustrian Tenun 2,5278 2,7500 Cukup Sedang

Padi Palawija Padi Sawah 3,3333 3,5278 Baik Tinggi

Perindustrian Pengolahan Jagung 2,8889 3,3333 Cukup Tinggi

Sayuran Bawang Merah 2,9167 3,4444 Cukup Tinggi

Perkebunan Kopi 2,9167 3,1667 Cukup Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-5.

Page 433: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-39

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Dompu:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut

turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha

budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas kopi, usaha

budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya ikan di tambak dan usaha kerajinan

tenun

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya rumput laut,

usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha

budidaya ternak sapi, usaha budidaya ikan di tambak, usaha pengolahan jagung, usaha

budidaya komoditas kopi, usaha budidaya komoditas bawang merah dan usaha kerajinan

tenun

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu

mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya

ikan ditambak, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya komoditas

kopi, usaha kerajinan tenun

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari

yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas

jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas bawang merah,

usaha budidaya komoditas kopi, usaha budidaya ikan ditambak, usaha budidaya

pengolahan jagung dan usaha kerajinan tenun

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari

yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha

budidaya rumput laut, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha

kerajinan tenun, usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya padi sawah, usaha

budidaya jagung dan usaha budidaya ikan di tambak

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya ikan di tambak, usaha budidaya komoditas kopi, usaha budidaya bawang

merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha

pengolahan jagung, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jambu mete.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah budidaya komoditas jagung,

budidaya rumput laut, budidaya padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha

budidaya jambu mete, usaha budidaya bawang merah, budidaya kopi, usaha

pengolahan jagung, usaha budidaya ikan di tambak dan, usaha kerajinan tenun.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini dimana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Dompu:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha

budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha

Page 434: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-40

budidaya komoditas kopi, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya rumput laut,

usaha budidaya ikan ditambak, usaha kerajinan tenun

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas kopi, usaha budidaya rumput

laut, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ikan di tambak, usaha

pengolahan jagung, usaha budidaya ternak sapi dan usaha budidaya komoditas bawang

merah dan usaha kerajinan tenun.

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas

padi sawah, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha pengolahan jagung, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya

kopi, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ikan tambak, usaha kerajinan tenun

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

ternak sapi, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha

budidaya ikan di tambak, usaha budidaya komoditas kopi dan usaha kerajinan tenun

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi,

usaha budidaya ikan di tambak, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas bawang

merah, usaha budidaya kopi, usaha kerajinan tenun dan usaha pengolahan jagung

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya bawang merah usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas

jambu mete, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas padi sawah, budidaya

ikan di tambak, usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya komoditas kopi.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara

relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas

jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya bawang merah, usaha budidaya

rumput laut, usaha pengolahan jagung, usaha budidaya komoditas kopi, usaha

budidaya ikan ditambak, dan usaha kerajinan tenun. Berdasarkan aspek prospek

dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.

Komoditas Budidaya Jambu Mete. Kabupaten Dompu salah satu sentra budidaya

komoditas jambu mete di Nusa Tenggara Barat, atau sekitar 38,85 % (produsen

terbesar) produksi jambu mete NTB. dimana pada tahun 2011 luas areal jambu mete

di Kabupaten Dompu seluas 12.173,70 ha dengan jumlah produksi mencapai

5.037,99 ton, mengalami peningkatan jumlah produksi dari tahun 2010 yang sebesar

4.264,20 ton. Program pemerintah dalam pengembangan tanaman jambu mete yang

merupakan tanaman ekspor dilakukan melalui program bantuan langsung

berkelompok (BLM) yang masing-masing kelompok memiliki areal 25 ha.

Komoditas Budidaya Jagung. Pengembangan budidaya jagung di Kabupaten Dompu

dilakukan dengan meningkatkan kerjasama semua pihak, yang menghasilkan

produksi dan luas areal tanaman jagung meningkat. Hal ini didukung oleh

pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput Laut),

Page 435: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-41

yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang dalam lima tahun

(2009-2013) mentargetkan peningkatan produktivitas dan profitabilitas,

meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber

daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem agribisnis jagung

yang tepat, dan muaranya menjadikan Kabupaten Dompu sebagai provinsi sentra

produksi jagung di NTB dan tanah air. Bertambahnya luas areal jagung dari 8.000 ha

di tahun 2010 menjadi 14.967 ha pada tahun 2011, atau naik 87,09 %. Untuk tahun

2012 peningkatan areal tanam naik drastis menjadi 31.218 ha atau sebesar 108,58

%. Produksi jagung tahun 2011 sebesar 88.222 ton, meningkat 116 % atau 40.789

ton dari tahun 2010. Adapun potensi lahan yang dimiliki Kabupaten Dompu

mencapai 232.000 ha di mana 213.000 ha di antaranya merupakan hamparan lahan

kering. Keberhasilan Dompu dalam memproduksi jagung menjadikan Dompu

menjadi urutan ke dua di NTB dalam produksi jagung setelah Kabupaten Sumbawa

dan menjadikan Dompu salah satu lumbung jagung.

Budidaya Ternak Sapi. Populasi ternak sapi pada tahun 2011 di Dompu mencapai

85.612 ekor, mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 74.889 ekor.

Setiap tahunnya Dompu mengirim ternak ke luar daerah mencapai 4.808 ekor sapi.

Budidaya ternak sapi di Kabupaten Dompu di dukung program pemerintah daerah

(PIJAR) yang mencanangkan NTB sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun

2013. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak dan mendukung program

Pijar untuk budidaya sapi di Dompu pada tahun 2011 menerjunkan sebanyak 21

Sarjana Membangun Desa (SMD) untuk membantu kelompok usaha peternakan sapi

bali di Kabupaten Dompu. Selain itu Pemprov NTB juga mengucurkan bantuan dana

sebesar Rp. 13 miliar untuk membantu 23 kelompok penyelamatan sapi betina

masing-masing sebesar Rp. 250 juta per kelompok, 57 insentif untuk PSBP dengan

anggaran dan sebesar Rp. 100 juta dan SMD sebanyak 2 kelompok akan

mendapatkan dana operasional masing-massing sebesar Rp. 200 juta per kelompok.

Untuk melancarkan program utama Bumi Sejuta Sapi (BSS) diantaranya melalui

beberapa pelatihan pengolahan pakan, dan pembuatan pupuk bekerja sama dengan

LIPI, BATAN dan BBSDL.

Page 436: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-42

Gambar V-5. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Dompu

5.3.6. Kabupaten Bima

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Bima yang disajikan pada Lampiran

5.2.6. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan

dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per sektor usaha

untuk tingkat Kabupaten Bima. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode

Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan Kabupaten Bima yang

mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada Lampiran 5.2.16.

Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2011 di Kantor

BAPPEDA Kabupaten Bima, maka analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap

sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V- 23.

Pada Tabel V-23 dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor perikanan, tujuan penciptaan lapangan

kerja adalah sektor jasa, dan tujuan daya saing daerah dalam rangka penetapan

KPJU unggulan di Kabupaten Bima adalah sektor peternakan. Dengan

memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan

dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sektor usaha

Jagung

Bud Rumput Laut

Jambu Mete Sapi

BudIkan di Tambak

Tenun

Padi Sawah

Pengolahan Jagung

Bawang Merah

Kopi

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJu Unggulan Kabupaten Dompu

Page 437: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-43

Peternakan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan

tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perikanan, perindustrian, tanaman

pangan, perdagangan, perkebunan, jasa, pariwisata, kehutanan, angkutan dan

penggalian.

Tabel V-23. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Bima

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot) Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan Kerja

(0,3100)

Peningkatan Daya

Saing Produk

(0,3624)

Peternakan 0,1041 0,1176 0,1245 0,1157 1

Perikanan 0,1413 0,0911 0,0910 0,1075 2

Perindustrian 0,1157 0,1246 0,0803 0,1056 3

Tanaman Pangan 0,0914 0,1033 0,1181 0,1047 4

Perdagangan 0,1047 0,0943 0,1133 0,1046 5

Perkebunan 0,1075 0,0842 0,1063 0,0999 6

Jasa 0,0687 0,1281 0,1011 0,0989 7

Pariwisata 0,0759 0,0616 0,0910 0,0769 8

Kehutanan 0,0786 0,0748 0,0692 0,0740 9

Angkutan 0,0514 0,0677 0,0657 0,0616 10

Penggalian 0,0607 0,0527 0,0395 0,0505 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan

urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-24.

Tabel V-24. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Bima

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Jagung 0,2496 1 Bawang Merah 0,4216

2 Padi Sawah 0,2017 2 Cabe Rawit 0,0849

3 Kacang Tanah 0,1377 3 Kubis/Kol 0,0733

4 Kacang Hijau 0,1335 4 Cabe Besar 0,0691

5 Kacang kedelei 0,0917 5 Terung 0,0651

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 0,1157 1 Jambu Mete 0,2835

2 Srikaya 0,1126 2 Kelapa 0,1647

3 Rambutan 0,1114 3 Kopi 0,1367

4 Sawo 0,1114 4 Kemiri 0,1320

5 Pisang 0,0987 5 Asam 0,0515

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,1376 1 Budidaya Ikan di Tambak

(Bandeng) 0,2219

Page 438: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-44

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

2 Kuda 0,1237 2 Budidaya Rumput Laut 0,2126

3 Kerbau 0,1208 3 Penangkapan Ikan di Laut 0,1471

4 Mentok 0,1063 4 Budidaya Mutiara 0,1078

5 Domba 0,1040 5 Budidaya Ikan di Kolam 0,1066

Industri Perdagangan

1 Garam Rakyat 0,1912 1 Pedagang Hasil Peternakan 0,1635

2 Tenun 0,1674 2 Hasil Perikanan 0,1539

3 Meubel Kayu 0,1300 3 Hasil Perkebunan 0,1478

4 Pembuatan Perahu 0,1130 4 Toko Bangunan 0,1211

5 Batu Bata 0,0945 5 Toko Pertanian 0,1111

Jasa-jasa Angkutan

1 Penjahit 0,1491 1 AKDP 0,3438

2 Bengkel Motor 0,1388 2 Truk 0,1571

3 Rental Alat Pertanian 0,1312 3 Cidomo 0,1065

4 Salon 0,1227 4 Angkutan Laut 0,0818

5 Bengkel Las 0,0989 5 Angkutan Pedesaan 0,0766

Penggalian Kehutanan

1 Sirtu 0,1922 1 Rotan 0,2219

2 Kerikil/koral 0,1908 2 Kemiri 0,1778

3 Batu Kapur/ Gamping 0,1247 3 Kutu Lak/ Kesambi 0,1568

4 Pasir 0,1041 4 Lebah Madu 0,1357

5 Batu Kali/Batu Gunung 0,1033 5 Bambu 0,1210

Pariwisata

1 Wisata Religi 0,2079 1

2 Hotel 0,1445 2

3 Wisata Pantai 0,1397 3

4 Wisata Budaya 0,1351 4

5 Wisata Alam 0,1309 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan

menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau

prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-23) serta hasil skor KPJU unggulan setiap

sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-24).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-25. Pada Tabel V-25 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas

sektor usaha adalah industri garam rakyat, budidaya jagung, bawang merah,

budidaya ikan bandeng, dan jambu mete. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan

KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing

KPJU dapat dilihat pada Tabel V-25.

Page 439: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-45

Tabel V-25. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Bima

No Sektor/Sub sektor

Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Perindustrian Garam Rakyat 0,0290

2 Padi Palawija Jagung 0,0289

3 Sayuran Bawang Merah 0,0278

4 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak (Bandeng) 0,0270

5 Perkebunan Jambu Mete 0,0269

6 Peternakan Sapi 0,0269

7 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0259

8 Perindustrian Tenun 0,0254

9 Perdagangan Pedagang Hasil Peternakan 0,0245

10 Peternakan Kuda 0,0242

Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor

perikanan, sub sektor peternakan, dan sektor perindustrian masing-masing terdapat

2 KPJU, dan masing-masing 1 KPJU terdapat pada sub sektor padi palawija,

sayuran, perkebunan dan sektor perdagangan. Bila dilihat dari komposisi KPJU

unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di

Kabupaten Bima masih berbasis pada sektor perindustrian, pada sub sektor

perikanan, dan sub sektor peternakan.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian

untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-26.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-26, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha garam rakyat, usaha budidaya

Page 440: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-46

komoditas jagung, usaha budidaya bawang merah, usaha budidaya ikan ditambak

(bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, dan

usaha pedagang hasil peternakan mempunyai prospek yang baik. Sedangkan usaha

kerajinan tenun dan usaha budidaya ternak kuda memiliki prospek cukup baik.

Pada aspek potensi, usaha garam rakyat dan usaha budidaya jagung memiliki

potensi sangat tinggi atau paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Ke

sembilan KPJU unggulan lintas sektor lainya, budidaya bawang merah, usaha

budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya

ternak sapi, usaha budidaya ternak kuda, usaha kerajinan tenun dan usaha

pedagang hasil peternakan relativ lebih potensial dibandingkan dengan usaha

budidaya rumput laut.

Tabel V-26. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bima

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perindustrian Garam Rakyat 3.5392 4.0104 Baik Sangat Tinggi

Padi Palawija Jagung 3.5938 4.0111 Baik Sangat Tinggi

Sayuran Bawang Merah 3.5921 3.9762 Baik Tinggi

Perikanan Budidaya Ikan di Tambak

(Bandeng) 3.1548 3.4167 Baik Tinggi

Perkebunan Jambu Mete 3.2949 3.3590 Baik Tinggi

Peternakan Sapi 3.4286 3.6190 Baik Tinggi

Perikanan Budidaya Rumput Laut 3.1557 2.9524 Baik Sedang

Perindustrian Tenun 2.9872 3.1154 Cukup Tinggi

Perdagangan Pedagang Hasil Peternakan 3.2778 3.4722 Baik Tinggi

Peternakan Kuda 2.9028 3.1528 Cukup Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-6.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Bima:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut

turut adalah usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

ternak sapi, usaha budidaya bawang merah, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha pedagang hasil peternakan, usaha budidaya

jambu mete, usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya ternak

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha usaha budidaya jagung, usaha garam laut, usaha budidaya

bawang merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu mete,

usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha pedagang hasil peternakan, usaha

budidaya rumput laut, usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya ternak kuda

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas bawang merah,

usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jagung, usaha garam rakyat,

Page 441: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-47

usaha pedagang hasil peternakan, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha

budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha kerajinan tenun dan usaha ternak kuda

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari

yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil

peternakan, usaha garam rakyat, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha

budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha

kerajinan tenun, usaha ternak kuda, usaha budidaya komoditas jagung dan, usaha

budidaya rumput laut

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari

yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha garam rakyat, usaha kerajinan tenun,

budidaya ikan di tambak (bandeng), budidaya ternak kuda dan ternak sapi, budidaya

komoditas jambu mete, budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang

merah, usaha budidaya rumput laut dan, usaha pedagang hasil peternakan

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas jagung,

usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang

hasil peternakan, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya jambu mete,

usaha budidaya ternak kuda, usaha budidaya rumput laut dan, usaha kerajinan tenun

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha garam rakyat, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha

budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha

budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha kerajinan tenun, usaha

pedagang hasil peternakan dan, usaha budidaya ternak kuda.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Bima:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha usaha garam rakyat, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha budidaya ternak

sapi, budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha pedagang hasil peternakan, usaha

kerajinan tenun, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jambu mete

dan usaha ternak kuda

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas bawang merah,

usaha budidaya komoditas jagung, usaha garam rakyat, usaha budidaya ikan di tambak

(bandeng), usaha ternak kuda dan ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang

hasil peternakan dan usaha budidaya rumput laut

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya

komoditas bawang merah, usaha garam rakyat, usaha ternak sapi, usaha budidaya

komoditas jambu mete, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha kerajinan

tenun, usaha budidaya ternak kuda, usaha pedagang hasil peternakan, dan usaha

budidaya rumput laut

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil

peternakan, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya ternak kuda,

usaha kerajinan tenun dan usaha budidaya rumput laut

Page 442: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-48

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha budidaya jambu mete, usaha kerajinan tenun, usaha

budidaya rumput laut, usaha budidaya ikan di tambak (bandeng), usaha garam rakyat,

usaha ternak sapi dan kuda, usaha pedagang hasil peternakan dan usaha budidaya

komoditas jagung

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha garam rakyat, usaha budidaya jagung, usaha budidaya

bawang merah, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil peternakan, usaha

ikan di tambak (bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak

kuda, usaha budidaya rumput laut dan usaha kerajinan tenun.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara

relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas

jagung, usaha garam rakyat, usaha budidaya komoditas bawang merah, usaha

budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil peternakan, usaha budidaya ikan di

tambak (bandeng), usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak

kuda, usaha kerajinan tenun dan, usaha budidaya rumput laut. Berdasarkan aspek

prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.

Budidaya Komoditas Jagung. Pengembangan budidaya jagung di Kabupaten Bima

sejalan dengan pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung, dan

Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang dalam

lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan profitabilitas,

meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber

daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem agribisnis jagung

yang tepat. Produksi jagung kabupaten Bima pada tahun 2011 mencapai 58.443 ton,

dengan luas panen 11.299 ha mengalami peningkatan yang sangat signifikan bila

dibandingkan pada tahun 2009, di mana produksi jagungnya 981 ton dengan luas

lahan hanya 3.635 ha. Kabupaten Bima adalah produsen jagung no 4 di Provinsi

NTB setelah Kabupaten Sumbawa, Dompu dan Lombok Timur. Produksi jagung Bima

mencapai 18,80 % dari produksi NTB yang mencapai 456.915 ton. Adapun lahan

kering di Kabupaten Bima cukup luas sekitar 80.000 ha yang sangat potensial untuk

pengembangan jagung (potensi lahan terbesar kedua setelah Kabupaten Sumbawa).

Disamping hasil positif yang dicapai dengan meningkatnya luas areal dan

produktifitas jagung di Kabupaten Dompu, ada persoalan mendasar yang dialami

petani di Bima yang hanya tergantung pada benih jagung hibrida yang sering

mengalami kelangkaan dan banyaknya petani yang tidak mampu membeli karena

harganya terlalu mahal. Untuk itu pemerintah memberikan bantuan langsung

pengadaan benih jagung komposit (bersari bebas), yang toleran terhadap kekeringan,

sesuai dengan topografi yang bergelombang, dan kebutuhan pupuk yang relatif

sedikit dan yang lebih utama lagi, petani bisa melakukan pembenihan sendiri.

Dengan begitu, kendala benih bisa teratasi dan bila bantuan pemerintah dihentikan

petani sudah mampu membuat dan menyediakan sendiri dengan tepat waktu sesuai

dengan kebutuhanya.

Komoditas Garam Rakyat. Pada tahun 2011 terdapat 80 kelompok usaha tani

garam tersebar di lima Kecamatan di Kabupaten Bima. Dengan potensi yang

berlimpah di tahun yang sama produksi garam di Kabupaten Bima mencapai 11,2

ton, melampui target yang telah ditetapkan sebanyak 5,2 ton. Dengan keberhasilan

tersebut Kabupaten Bima di tetapkan sebagai salah satu pusat penghasil Garam

Page 443: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-49

Nasional dari 10 daerah di Indonesia. Pengelolaan Garam di Kabupaten Bima

terintegrasi dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan

Perikanan (PNPM-KP) yang mencakup program Pemberdayaan usaha Garam Rakyat

(PUGAR), pengembangan usaha mina padi (PUM) yang terdiri PUM tangkap dan

budidaya. Dengan hadirnya program PUGAR, saat ini terdapat peningkatan sekitar 4

kali lipat produksi garam, namun belum bisa secara optimal meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Hal ini di karenakan di tingkat petani, harga garam masih

rendah dan pada kisaran Rp. 5.000 hingga Rp. 7.000 per karung, dan di harapkan

bisa jual lebih tinggi minimal dikisaran Rp. 10.000 per karung.

Budidaya Komoditas Bawang Merah. Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan

daerah penghasil bawang merah yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 produksi

bawang merah NTB mencapai 78.300 ton dengan produksi tertinggi dicapai oleh

Kabupaten Bima yang mencapai 79,71 % atau 98.598 ton di areal seluas 7.831 ha

dari jumlah produksi bawang merah seluruh NTB. Bawang merah atau lebih

terkenalnya di Bima dengan nama Bawang Keta Monca komoditas unggulan di

Kabupaten Bima dan ditanam pada beberapa wilayah Kecamatan, diantaranya di

Kecamatan Monta, Sape, Lambu, Ambalawi, dan Wera. Pemerintah Kabupaten Bima

terus berupaya meningkatkan hasil produksi bawang merah melalui pemanfaatan

lereng gunung, khususnya di wilayah kecamatan Langgudu, Sape dan Lambu.

Potensi areal tanam bawang merah di daerah tersebut mencapai 12.404 ha, namun

yang baru dimanfaatkan sebanyak 7.831 ha. Bawang merah Kabupaten Bima

merupakan komoditas unggul nasional yang memiliki mutu dan ciri khas sendiri

yang diekspor ke Lombok, Jawa, Makassar Dan Banjarmasin, Malaysia dan

Singapura. Pemerintah Kabupaten Bima merencanakan untuk menjadi daerah sentra

bawang merah untuk memenuhi kebutuhan nasional. Minimal lebih dari 1000 ton.

Berkaitan dengan hal itu, pemda Kabupaten Bima, melalui Dinas Pertanian Tanaman

Pangan mengembangkan benih bermutu varietas unggul bawang merah di

Kabupaten Bima dan telah disiapkan penangkar benih pada sembilan desa.

Page 444: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-50

Gambar V-6. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Bima

5.3.7. Kabupaten Sumbawa Barat

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat yang disajikan

pada Lampiran 5.2.7. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Sumbawa Barat. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Sumbawa Barat yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan

pada Lampiran 5.2.17.

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor

ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 27.

Pada Tabel 27, ini dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor peternakan, tujuan penciptaan lapangan

kerja adalah sektor tanaman pangan, dan tujuan daya saing daerah dalam rangka

penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat adalah sektor

perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing

tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU

unggulan UMKM maka sektor usaha peternakan merupakan prioritas pertama.

Garam Rakyat

Jagung Bawang Merah

Ikan Tambak (Bandeng)

Jambu Mete

Budidaya Rumput Laut

Tenun

Pedagang Hasil Peternakan

Kuda

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJu Unggulan Kabupaten Bima

Page 445: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-51

Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut

adalah tanaman pangan, perindustrian, perikanan, perkebunan, perdagangan, jasa,

penggalian, angkutan, kehutanan dan pariwisata.

Tabel V-27. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Sumbawa Barat

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot) Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan Kerja

(0,3100)

Peningkatan Daya

Saing Produk

(0,3624)

Peternakan 0,1480 0,1055 0,1355 0,1303 1

Tanaman Pangan 0,1454 0,1700 0,0742 0,1272 2

Perindustrian 0,0882 0,0746 0,1766 0,1160 3

Perikanan 0,1177 0,1045 0,0989 0,1068 4

Perkebunan 0,1181 0,0751 0,1015 0,0988 5

Perdagangan 0,0984 0,1155 0,0577 0,0889 6

Jasa 0,0835 0,0569 0,0830 0,0750 7

Penggalian 0,0355 0,1063 0,0775 0,0727 8

Angkutan 0,0418 0,0912 0,0732 0,0685 9

Kehutanan 0,0850 0,0360 0,0558 0,0592 10

Pariwisata 0,0385 0,0644 0,0662 0,0566 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan

urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-28.

Tabel V-28. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sumbawa Barat

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,3050 1 Cabai Rawit 0,2017

2 Jagung 0,2012 2 Kacang Panjang 0,1709

3 Kacang Hijau 0,1484 3 Tomat 0,1296

4 Ubi Jalar 0,1240 4 Kangkung 0,1261

5 Kacang Tanah 0,0920 5 Bayam 0,1221

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 0,1515 1 Kelapa 0,2230

2 Pisang 0,1295 2 Sisal 0,1507

3 Pepaya 0,1261 3 Tembakau Lokal 0,1216

4 Nenas 0,1195 4 Jambu Mete 0,1213

5 Melon 0,1013 5 Asam 0,1171

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,2167 1 Budidaya Rumput Laut 0,2179

2 Kerbau 0,1733 2 Budidaya Ikan di Tambak

(Bandeng, Udang Windu) 0,1942

Page 446: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-52

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

3 Kuda 0,1137 3 Penangkapan Ikan di Laut

(Tongkol, Tuna, Cakalang) 0,1448

4 Kambing 0,0952 4 Budidaya Mutiara 0,1151

5 Ayam Buras 0,0917 5 Budidaya Air Tawar (Karper,

Nila, Patin, Gurami) 0.0773

Industri Perdagangan

1 Meubel Kayu 0.1780 1 Pedagang Hasil Pertanian 0.1710

2 Penggilingan Padi 0.1344 2 Pedagang Hasil Perikanan 0.1606

3 Batu Bata 0.1262 3 Rumah Makan 0.1202

4 Makanan Tradisional/khas

Daerah 0.1192 4 Toko Kelontong 0.0957

5 Peving Blok 0.1064 5 Toko Pertanian 0.0884

Jasa-jasa Angkutan

1 Kost-Kostan 0,1698 1 Travel 0,3411

2 Penjahit 0,1647 2 Angkutan Pedesaan 0,1886

3 Koperasi Unit Desa 0,1430 3 Non Bus (Engkel) 0,1631

4 Bengkel Motor 0,1190 4 Truk (Angkutan Barang) 0,0986

5 Warnet 0,0777 5 Angkutan Sungai dan Danau 0,0758

Penggalian Kehutanan

1 Pasir Kerikil 0,3520 1 Rotan 0,2248

2 Batu Bangunan 0,2514 2 Bambu Duri 0,2207

3 Batu Kapur 0,1792 3 Lebah Madu 0,2188

4 Tanah Urug 0,1211 4 Jati Alam 0,1205

5 Tanah Liat 0,0963 5 Tumb, Liana (akar-akaran) 0,0588

Pariwisata

1 Wisata Budaya 0,2030 1

2 Wisata Alam 0,1483 2

3 Wisata Pantai 0,1383 3

4 Wisata Pulau 0,1226 4

5 Sanggar Seni 0,1036 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor.

Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan

mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-

27) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

V-28).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel 29. Pada Tabel 29 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas

sektor usaha adalah peternakan sapi, padi sawah, budidaya rumput laut, budidaya

jagung dan budidaya kelapa. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU

unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU

dapat dilihat pada Tabel V-29.

Page 447: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-53

Tabel V-29. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumbawa Barat

No Sektor/Sub-

Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Peternakan Sapi 0,0409

2 Padi Palawija Padi Sawah 0,0356

3 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,0311

4 Padi Palawija Jagung 0,0309

5 Perkebunan Kelapa 0,0300

6 Peternakan Kerbau 0,0294

7 Sayuran Cabai Rawit 0,0291

8 Perindustrian Meubel Kayu 0,0280

9 Kehutanan Rotan 0,0268

10 Buah-Buahan Mangga 0,0267

Apabila dikaji lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan

sektornya sebagian besar KPJU tersebut berada pada sektor pertanian kecuali

industri mebel. Namun jika dilihat dari bahan baku yang digunakan maka pada

dasarnya KPJU ini merupakan industri pengolahan hasil pertanian (kayu) dari sub

sektor perkebunan atau kehutanan.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan KPJU unggulan lintas sektor 1

(satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap KPJU unggulan

lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain. Kedudukan setiap

KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil penilaian terhadap

faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian untuk prospek

Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian untuk

potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-30.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-30, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

padi sawah, budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya kelapa, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha komoditas rotan,

usaha budidaya komoditas mangga dan, usaha budidaya ternak sapi mempunyai

prospek yang lebih baik dibandingkan usaha budidaya ternak kerbau dan usaha

meubel.

Pada aspek potensi, maka usaha budidaya komoditas cabai rawit dan usaha meubel

relativ paling potensial dibandingkan KPJU yang lain.

Page 448: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-54

Tabel V-30. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumbawa Barat

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Peternakan Sapi 3.8333 3.8333 Baik Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 3.5000 4.0000 Baik Tinggi

Perikanan Budidaya Rumput Laut 4.0000 3.6667 Baik Tinggi

Padi Palawija Jagung 3.1667 3.3333 Baik Tinggi

Perkebunan Kelapa 3.6667 3.3333 Baik Tinggi

Peternakan Kerbau 2.8333 3.0000 Cukup Sedang

Sayuran Cabai Rawit 3.3333 4.1667 Baik Sangat Tinggi

Perindustrian Meubel Kayu 2.5000 4.1667 Cukup Sangat Tinggi

Kehutanan Rotan 3.3333 3.6667 Baik Tinggi

Buah-buahan Mangga 3.1667 3.6667 Baik Tinggi

Peternakan Sapi 3.8333 3.8333 Baik Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-7.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa

Barat:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi

berturut turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya kelapa, usaha budidaya cabai

rawit, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha

komoditas rotan, usaha budidaya mangga, dan usaha meubel kayu

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya kelapa, usaha komoditas rotan, usaha

budidaya ternak kerbau, usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas buah mangga

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya ternak sapi, usaha budidaya kelapa, usaha komoditas rotan, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya cabai rawit,

usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas buah mangga dan usaha budidaya

ternak kerbau

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ

dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya

komoditas kelapa, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah,

usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha budidaya

komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha komoditas rotan dan, usaha budidaya

komoditas buah mangga

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,

dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas buah mangga, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

Page 449: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-55

komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha komoditas rotan, usaha

budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya komoditas

cabai rawit dan usaha meubel kayu

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas mangga,

usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha budidaya komoditas cabai

rawit, usaha meubel kayu dan usaha komoditas rotan.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ, dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi,

usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya

ternak kerbau, usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha

komoditas rotan dan, usaha budidaya komoditas buah mangga.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Sumbawa

Barat:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha

komoditas rotan, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau, usaha budidaya cabai

rawit, usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas mangga dan usaha budidaya

komoditas kelapa

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak

kerbau, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha meubel kayu, usaha budidaya

komoditas buah mangga, usaha komoditas rotan, usaha budidaya rumput laut dan

usaha budidaya komoditas kelapa

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas rumput laut, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya ternak kerbau,

usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha komoditas rotan dan

usaha budidaya komoditas buah mangga

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya komoditas mangga,

usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya

cabai rawait, usaha meubel kayu, usaha komoditas rotan, usaha budidaya ternak sapi,

usaha budidaya komoditas jagung, dan usaha budidaya ternak kerbau

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang

terendah secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas cabai rawit, usaha

meubel kayu, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha

budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha komoditas rotan, usaha budidaya komoditas buah mangga dan

usaha budidaya komoditas ternak kerbau

Page 450: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-56

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut, usaha

budidaya komoditas cabai rawit, usaha budidaya meubel kayu, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya komodtas kelapa, usaha komoditas rotan, usaha

budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak kerbau dan usaha budidaya

komoditas buah mangga.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensial secara

relativ, dari yang tertinggi berturut-turut sampai terendah adalah usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumput laut,

usaha komoditas rotan, usaha budidaya komoditas buah mangga, usaha budidaya

komoditas cabai rawit, usaha meubel kayu, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

budidaya komoditas buah kelapa, dan usaha budidaya ternak kerbau. Berdasarkan

aspek prospek dan potensi, KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.

Budidaya Padi Sawah. Produksi padi di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun

2011 mencapai 95.579 ton. Untuk menunjang peningkatan produksi padi didaerah,

dan menunjang target produksi padi Provinsi NTB sebanyak 2,3 juta ton gabah ton

kering giling pada tahun 2014, pemda KSB pada tahun 2012 membangun bendungan

Tiu Bangkemah di Desa Lalar Liang Kecamatan Taliwang. Dengan pembangunan

bendungan tersebut, untuk jangka panjang lahan persawahan KSB seluruhnya

berpengairan teknis. Untuk memepertegas Provinsi NTB sebagai salah satu lumbung

beras/ pangan nasional, bekerja sama dengan Kabupaten Sumbawa Barat

mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program

Swasembada Daging Sapi/Kerbau di NTB tahun 2014. Pencanangan program tersebut

oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten/kota se-NTB dituangam dalam nota

kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada peringatan hari pangan sedunia

(HPS) ke-31 pada tanggal 13 oktober 2010, oleh pemerintah Provinsi NTB dan pihak

pemerintah Kab/Kota se-NTB. Untuk peningkatan produksi beras nasional di NTB

ditargetkan produksi padi sebanyak 2,3 juta ton pada tahun 2014 dan menjamin

ketersediaan serta stabilitas stok beras di NTB. Untuk mencapi itu, disepakati

peningkatan produksi di masing-masing kab/kota di NTB tahun 2014, dimana

Kabupaten Sumbawa Barat di bebankan produksi beras sebanyak 94.200 ton Gabah

kering giling.

Budidaya Ternak Sapi. Populasi ternak di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pada

tahun 2011 mencapai 48 ribu ekor lebih, melampui target yang diproyeksikan sekitar

45 ribu ekor sapi. pada tahun 2011, Pemda KSB telah mendistribusikan sekitar

2.070 ekor sapi kepada ratusan kelompok petani peternak. Selain dengan bantuan

bibit langsung kepada peternak, upaya peningkatan populasi juga dilakukan dengan

inseminasi buatan sebanyak 5.000 dengan realisasi mencapai 3.000 inseminasi. Dari

berbagai program tersebut, diharapkan pengembangan usaha pemeliharaan sapi

dalam rangka mewujudkan NTB sebagai bumi sejuta sapi pada tahun 2013 sebagai

salah satu komponen komoditas unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah

melalui program PIJAR (pengembangan sapi, jagung dan rumput laut) bisa tercapai.

Budidaya Rumput Laut. Pengembangan agribisnis rumput laut di Kabupaten

Sumbawa Barat merupakan salah satu program unggulan daerah kabupaten

Sumbawa Barat dan unggulan Pemprov NTB, yang dikenal dengan program PIJAR

(sapi, jagung dan rumput laut). Sentra minapolitan di Kabupaten Sumbawa Barat

berada di Kertasari dengan potensi 400 ha dan sekitar 80 % yang sudah di

Page 451: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-57

berdayakan. Adapun secara keseluruhan potensi rumput laut di Kabupaten

Sumbawa mencapai 1.500 ha, dan baru dimanfaatkan 30 % nya saja. Terdapat 1105

orang yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini tersebar di Kertasari,

Jelenge, Pototano, Tua Nangga dan Tongo. Produksi rumput laut dari tahun ke tahun

di Kabupaten Sumbawa Barat mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

dalam kurun waktu 2009-2011 produksi rumput laut semenjak program PIJAR

diimplementasikan di tahun 2009 mengalami kenaikan rata-rata mencapai 24,07 %.

Dimana produksi tahun 2008 sebesar 4.673 ton, meningkat di tahun 2009 menjadi

7.620 ton, di tahun 2010 8.832 ton dan tahun 2011 meningkat menjadi 9.937 ton.

Pengembangan rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat fokus pada

pengembangan klaster rumput laut yang berimbas pada peningkatan produksi dan

pendapatan petani rumput laut di wilayah pesisir. Kendala yang dihadapi usaha ini,

tidak di dukung infrastruktur jalan yang memadai, sehingga biaya transportasi lebih

mahal.

Gambar V-7. Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa Barat

5.3.8. Kabupaten Lombok Utara

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Utara yang disajikan pada

Lampiran 5.2.8. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

Sapi

Padi Sawah

Budidaya Rumput

Laut

Jagung

Kelapa

Kerbau

Cabai Rawit

Meubel Kayu

Rotan

Mangga

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJU Unggulan Kabupaten Sumbawa Barat

Page 452: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-58

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per

sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Lombok Utara. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan

Kabupaten Lombok Utara yang mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada

Lampiran 5.2.18.

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor

ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-31.

Pada Tabel V-31. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor tanaman pangan, untuk tujuan

penciptaan lapangan kerja adalah sub sektor perikanan, dan tujuan daya saing

daerah dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Lombok Utara adalah

sektor pariwisata. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing

tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU

unggulan UMKM maka sektor usaha pariwisata merupakan prioritas pertama.

Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut

adalah Tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, perindustrian,

perdagangan, jasa, kehutanan, angkutan dan penggalian.

Tabel V-31. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Lombok Utara

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot) Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan Kerja

(0,3100)

Peningkatan Daya

Saing Produk

(0,3624)

Pariwisata 0,1442 0,1055 0,2464 0,1692 1

Tanaman Pangan 0,1461 0,1463 0,0679 0,1178 2

Peternakan 0,1203 0,0993 0,1201 0,1137 3

Perikanan 0,0954 0,1561 0,0756 0,1070 4

Perkebunan 0,1071 0,1020 0,1071 0,1055 5

Perindustrian 0,0617 0,0498 0,1341 0,0842 6

Perdagangan 0,0724 0,1091 0,0545 0,0773 7

Jasa 0,0696 0,0678 0,0700 0,0692 8

Kehutanan 0,0617 0,0629 0,0674 0,0641 9

Angkutan 0,0722 0,0575 0,0292 0,0520 10

Penggalian 0,0494 0,0436 0,0278 0,0398 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan

urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-32.

Page 453: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-59

Tabel V-32. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Lombok Utara

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Jagung 0,3717 1 Cabe Rawit 0,1438

2 Padi Sawah 0,2355 2 Kacang Panjang 0,1198

3 Kacang Tanah 0,1157 3 Cabe Besar 0,1176

4 Ubi Kayu 0,1114 4 Kubis 0,1097

5 Padi Ladang 0,0579 5 Tomat 0,1095

Buah-Buahan Perkebunan

1 Pisang 0,3848 1 Kelapa 0,2111

2 Mangga 0,1661 2 Jambu Mete 0,1765

3 Rambutan 0,1598 3 Kopi 0,1702

4 Nangka 0,0886 4 Tembakau Virginia 0,1277

5 Pepaya 0,0863 5 Cengkeh 0,0934

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,2530 1 Penangkapan Ikan di Laut 0,1832

2 Kambing 0,1873 2 Budidaya Non Ikan di Laut 0,1684

3 Ayam Buras 0,1806 3 Budidaya Rumput Laut 0,1298

4 Itik 0,1561 4 Budidaya Ikan di Kolam 0,1222

5 Babi 0,0775 5 Budidaya Ikan di Tambak 0,1106

Industri Perdagangan

1 Kerajinan Anyaman Bambu 0,2100 1 Rumah Makan 0,1671

2 Tenun 0,1383 2 Hasil Perkebunan 0,1499

3 Kerajinan dari Kayu 0,1193 3 Pedagang Hasil Peternakan 0,1495

4 Pengolahan Kelapa 0,1179 4 Hotel Melati 0,1229

5 Kacang Mete 0,1130 5 Pedagang Hasil Pertanian 0,1076

Jasa-jasa Angkutan

1 Loundry 0,1688 1 Angkutan Laut 0,2136

2 Bengkel Motor 0,1167 2 Travel 0,1971

3 Kost-Kostan 0,1097 3 Cidomo 0,1437

4 Penjahit 0,1088 4 Ojek 0,1376

5 Foto copy 0,1038 5 Truk 0,0849

Penggalian Kehutanan

1 Batu 0,3990 1 Lebah Madu 0,4281

2 Pasir Pasang 0,2297 2 Kemiri 0,2933

3 Batu Apung 0,1669 3 Sengon Alam 0,2103

4 Sirtu 0,1157 4 Kayu Gaharu 0,0684

5 Tanah Liat 0,0887 5

Pariwisata

1 Wisata Pantai 0,1655 1

2 Hotel 0,1615 2

3 Wisata Tirta Air Terjun 0,1470 3

4 Wisata Alam 0,1281 4

5 Wisata Budaya 0,1137 5

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan

Page 454: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-60

menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau

prioritas setiap sektor usaha (Tabel 31) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor

usaha yang telah diperoleh (Tabel 32).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-33. Pada Tabel V-33 ini dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan

lintas sektor usaha adalah, jagung, wisata pantai, kelapa, peternakan sapi dan hotel.

Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha

berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-33.

Tabel V-33. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lombok Utara

No Sektor/Sub-

Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Padi Palawija Jagung 0,0589

2 Pariwisata Wisata Pantai 0,0470

3 Perkebunan Kelapa 0,0372

4 Peternakan Sapi 0,0370

5 Pariwisata Hotel 0,0344

6 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,0331

7 Perindustrian Kerajinan Anyaman Bambu 0,0329

8 Padi Palawija Padi Sawah 0,0311

9 Perdagangan Rumah Makan 0,0297

10 Angkutan Angkutan Laut 0,0286

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-

turut adalah penangkapan ikan di laut, kerajinan anyaman bambu, padi sawah,

rumah makan, dan transportasi laut. Apabila dikaji lebih lanjut dari 10 KPJU

unggulan lintas sektor, pada sub sektor padi palawija, dan sektor pariwisata masing-

masing terdapat 2 KPJU, dan masing-masing 1 KPJU terdapat pada sub sektor

perkebunan, peternakan, perikanan, sektor perindustrian, perdagangan dan

angkutan. Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut,

menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Bima masih berbasis

pada sektor pertanian yang meliputi sub sektor padi palawija, perkebunan,

peternakan, dan perikanan.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

Page 455: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-61

untuk prospek, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian

untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-34.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-34, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha wisata pantai mempunyai prospek

yang relativ paling baik dibandingkan usaha usaha budidaya komoditas jagung,

usaha budidaya komoditas kelapa, usaha budidaya ternak sapi, usaha perhotelan,

usaha penangkapan ikan dilaut, usaha rumah makan, usaha budidaya padi sawah

dan usaha angkutan laut . Pada aspek potensi, usaha budidaya ternak sapi dan

usaha angkutan laut paling potensial dibandingkan KPJU yang lain. Ke tujuh KPJU

unggulan selain usaha budidaya kelapa mempunyai potensi yang sama.

Tabel V-34. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lombok Utara Sektor/ Sub

sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Jagung 3,7143 3,9643 Baik Tinggi

Pariwisata Wisata Pantai 4,1667 3,8102 Sangat Baik Tinggi

Perkebunan Kelapa 3,3333 2,5231 Baik Sedang

Peternakan Sapi 3,3333 4,0139 Baik Sangat Tinggi

Pariwisata Hotel 4,0000 3,9222 Baik Tinggi

Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 3,6667 3,5046 Baik Tinggi

Perindustrian Kerajinan Anyaman dari Bambu 2,7500 3,0417 Cukup Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 3,1667 2,9722 Baik Sedang

Perdagangan Rumah Makan 3,3333 3,3333 Baik Tinggi

Transportasi Angkutan Laut 3,2000 4,9111 Baik Sangat Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor =3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-6.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Utara:

1. laut. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi

berturut turut adalah usaha wisata pantai, usaha perhotelan, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha

rumah makan, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha angkutan laut, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan dari bambu

Page 456: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-62

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha wisata pantai, usaha perhotelan, usaha budidaya ternak

sapi, usaha angkutan umum, usaha penangkapan ikan di laut, usaha rumah makan,

usaha budidaya komoditas jagung, usaha kerajinan anyaman bambu, usaha budidaya

kelapa dan usaha budidaya komoditas padi sawah

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha wisata pantai, usaha perhotelan,

usaha rumah makan, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan anyaman dari

bambu, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha penangkapan ikan di laut dan, usaha

budidaya padi sawah.

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ

dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha pariwisata pantai, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas kelapa,

usaha rumah makan, usaha kerajinan dari anyaman bambu, usaha penangkapan ikan

di laut, usaha budidaya komoditas padi sawah dan usaha angkutan laut

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ,

dari yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha perhotelan, usaha wisata pantai, usaha

angkutan laut, usaha penangkapan ikan di laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha

kerajinan anyaman bambu, usaha rumah makan, usaha budidaya komoditas kelapa,

usaha budidaya komoditas padi sawah, dan usaha komoditas jagung.

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya komoditas jagung, usaha

wisata pantai, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha rumah makan, usaha

angkutan laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas kelapa, usaha

kerajinan anyaman bambu, dan usaha penangkapan ikan.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ, dari yang tertinggi sampai terendah secara berturut-turut adalah usaha

perhotelan, usaha wisata pantai, usaha budidaya ternak sapi, usaha rumah makan,

usaha budidaya komoditas jagung, usaha angkutan laut, usaha budidaya komoditas

kelapa, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha kerajinan anyaman bambu dan usaha

budidaya padi sawah.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kabupaten Lombok

Utara:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan anyaman bambu, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha angkutan laut, usaha budidaya komoditas

kelapa, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya rumah makan, usaha

penangkapan ikan di laut, usaha budidaya komoditas jagung, usaha perhotelan, dan

usaha wisata pantai

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha

perhotelan, usaha ternak sapi, usaha wisata pantai, usaha angkutan laut, usaha

penangkapan ikan dilaut, usaha rumah makan, usaha kerajinan anyaman bambu,

usaha budidaya komoditas kelapa dan usaha budidaya komoditas padi sawah.

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha angkutan laut, usaha rumah makan, usaha

Page 457: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-63

perhotelan, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha wisata pantai, usaha penangkapan ikan dilaut,

usaha kerajinan bambu, dan usaha budidaya komoditas kelapa

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha

perhotelan, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha wisata pantai, usaha angkutan laut,

usaha kerajinan anyaman bambu, usaha rumah makan, usaha budidaya komoditas

padi sawah dan usaha budidaya komoditas kelapa

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang

terendah secara berturut-turut adalah usaha budidaya ternak sapi, usaha perhotelan,

usaha wisata pantai, usaha budidaya komoditas jagung, usaha penangkapan ikan laut,

usaha angkutan laut, usaha rumah makan, usaha kerajinan anyaman bambu, usaha

budidaya komoditas kelapa dan padi sawah

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas kelapa, usaha wisata pantai, usaha

perhotelan, usaha budidaya jagung, usaha penangkapan ikan dilaut, usaha kerajinan

anyaman bambu, usaha rumah makan, usaha angkutan laut, usaha budidaya

komoditas padi sawah dan usaha budidaya ternak sapi.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara

relativ, dari yang tertinggi sampai terendah secara berturut-turut adalah, usaha

perhotelan, usaha budidaya jagung, usaha wisata pantai, usaha budidaya ternak

sapi, usaha angkutan laut, usaha penangkapan ikan di laut, usaha rumah makan,

usaha kerajinan anyaman bambu, usaha budidaya komoditas padi sawah dan usaha

budidaya komoditas kelapa. Berikut dapat dijelaskan profil KPJU yang memiliki

prospek dan potensi terbaik di Kabupaten Lombok Utara.

Perhotelan dan Wisata. Panorama alam yang indah dan gugusan pulau-pulau yang

menawan menjadi modal utama bagi Kabupaten Lombok. Industri pariwisata

Kabupaten Lombok Utara telah berkembang pesat, bahkan mampu menjadi yang

terdepan dari sembilan kab/kota lainya di Provinsi NTB. Dari tahun ketahun

kunjungan wisatawan terus meningkat. Pada tahun 2011 angka kunjungan

wisatawan tercatat 360.000 orang dan 2012 mencapai 400.000 orang. Kabupaten

Lombok Utaramemberikan sumbangan 40 % untuk program Visist Lombok Sumbawa

tahun 2012 dengan realisasi kunjungan sebanyak satu juta wisatawan. Untuk

menunjang pengembangan industri pariwisata, Pemkab Lombok Utara memberikan

kemudahan kepada investor membangun fasilitas akomodasi, baik hotel maupun

restoran dan usaha wisata lainya. Pada tahun 2011 fasilitas akomodasi di Lombok

Utara tersedia 4 hotel berbintang, 427 hotel melati dan 281 rumah makan, yang

sebagian besar terdapat di Gili Trawangan . keberhasilan Lombok Utara dalam

industri pariwisatanya selain mempunyai potensi pariwisata yang mengagumkan, hal

ini juga tidak dapat dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit

Lombok and Sumbawa Year 2012 yang lalu dan Visit Lombok and Sumbawa Year

2015 yang akan datang. Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi dan

pemda Kabupaten sejak 2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda

komitmen pemerintah dalam mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak

lanjut dari disertakannya NTB secara umum dan Kabupaten Lombok Utara secara

khusus (sebagaimana Kabupaten Lombok Utara salah satu pusat pariwisata di Pulau

Page 458: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-64

Lombok) dalam koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan

penghasil pangan nasional.

Gambar V-8. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kabupaten Lombok Utara

5.3.9. Kota Mataram

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kota Mataram yang disajikan pada Lampiran

5.2.9. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan

dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per sektor usaha

untuk tingkat Kota Mataram. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode

Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan Kota Mataram yang

mempunyai nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada Lampiran 5.2.19.

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor

ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel V-35.

Pada Tabel V-35 dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai

tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota

Mataram adalah sektor perindustrian, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja

adalah sektor perdagangan dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk adalah

sektor usaha jasa.

Jagung

Wisata Pantai

Kelapa

Hotel Penangkapan Ikan di Laut

Padi Sawah

Rumah Makan Angkutan Laut

Sapi

Kerajinan Anyaman dari Bambu

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJu Unggulan Kabupaten Lombok Utara

Page 459: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-65

Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara

keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka

sektor usaha perindustrian merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain

berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perdagangan, jasa,

pariwisata, angkutan, tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan

penggalian.

Tabel V-35. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Mataram

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot) Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan Kerja

(0,3100)

Peningkatan Daya

Saing Produk

(0,3624)

Perindustrian 0,1927 0,1450 0,1864 0,1756 1

Perdagangan 0,1905 0,1647 0,1058 0,1518 2

Jasa 0,1035 0,1538 0,1882 0,1498 3

Pariwisata 0,1097 0,1436 0,1531 0,1360 4

Angkutan 0,1138 0,0924 0,0690 0,0909 5

Tanaman Pangan 0,1032 0,0677 0,0692 0,0799 6

Perikanan 0,0514 0,0546 0,0710 0,0595 7

Peternakan 0,0510 0,0632 0,0511 0,0549 8

Perkebunan 0,0310 0,0439 0,0407 0,0385 9

Penggalian 0,0277 0,0435 0,0332 0,0346 10

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan

urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-36.

Tabel V-36. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulanper Sektor Usaha di Kota Mataram

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,3638 1 Kangkung 0,3054

2 Kacang Kedelai 0,3510 2 Sawi 0,1397

3 Kacang Tanah 0,0951 3 Cabe Rawit 0,1388

4 Jagung 0,0834 4 Kacang Panjang 0,1357

5 Ubi Jalar 0,0734 5 Bayam 0,0947

Buah-Buahan Perikanan

1 Mangga 0,2587 1 Budidaya Ikan di Kolam 0,2938

2 Pisang 0,1748 2 Penangkapan Ikan di Laut 0,1771

3 Jambu Biji 0,1508 3 Budidaya Ikan Hias 0,1688

4 Pepaya 0,1447 4 Pembenihan Ikan 0,1141

5 Rambutan 0,0880 5 Budidaya Rumput Laut 0,1041

Peternakan Perdagangan

1 Ayam Buras 0,2347 1 Pedagang Perhiasan 0,2181

Page 460: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-66

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

2 Ayam Ras Petelur 0,1483 2 Hotel 0,1663

3 Sapi 0,1382 3 Pedagang Pakaian 0,1280

4 Kambing 0,1212 4 Minimarket 0,1245

5 Itik 0,0958 5 Toko Kelontong/ Sembako 0,1229

Industri Pariwisata

1 Kerajinan Perhiasan (Mutiara,

Emas, Perak) 0,2728 1 Wisata Belanja 0,2646

2 Kerajinan Kayu dan Cukli 0,1336 2 Biro Perjalan Wisata 0,2475

3 Tahu/ Tempe 0,1035 3 Wisata Budaya 0,0955

4 Konveksi/Bordir 0,1025 4 Wisata Religi 0,0821

5 Kue 0,1020 5 Wisata Pantai 0,0746

Jasa-jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1746 1 Taxi 0,1508

2 Rental Mobil 0,1606 2 Travel 0,1500

3 Kost-Kostan 0,1190 3 AKDP 0,1254

4 Bengkel Las 0,1165 4 Ojek 0,1152

5 Foto copy 0,1132 5 Cidomo 0,1080

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti

daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan

dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan

atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-35) serta hasil skor KPJU unggulan setiap

sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-36).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-37. Pada Tabel V- 37, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan

lintas sektor usaha adalah kerajinan perhiasan mutiara, emas, perak, pedagang

perhiasan, hotel, bengkel motor, kerajinan kayu dan cukli. Hasil lengkap berupa

rangking atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor

terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-37.

Tabel V-37. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Mataram

No Sektor Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Perindustrian Kerajinan Perhiasan (Mutiara, Emas, Perak) 0,0671

2 Perdagangan Pedagang Perhiasan 0,0523

3 Perdagangan Hotel 0,0399

4 Jasa Bengkel Motor 0,0382

5 Perindustrian Kerajinan Kayu dan Cukli 0,0378

6 Perdagangan Pedagang Pakaian 0,0358

7 Perdagangan Minimarket 0,0298

8 Perdagangan Toko Kelontong/ Sembako 0,0295

9 Pariwisata Wisata Belanja 0,0282

10 Jasa Rental Mobil 0,0281

Page 461: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-67

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-

turut adalah pedagang pakaian, minimarket, toko kelontong/sembako, wisata

belanja, rental mobil. Apabila dikaji lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor,

terdapat 5 KPJU berada dalam sektor perdagangan, 2 KPJU termasuk sektor

perindustrian dan jasa, dan 1 KPJU terdapat pada sektor pariwisata. Bila dilihat dari

komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi

kegiatan ekonomi di Kabupaten Mataram berbasis pada sektor perdagangan.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-38.

Tabel V-38. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Mataram Sektor/ Sub

sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perindustrian Kerajinan Perhiasan (Mutiara, Emas,

Perak) 3,5133 3,6288 Baik Tinggi

Perdagangan Pedagang Perhiasan 3,5227 3,8106 Baik Tinggi

Perdagangan Hotel 3,5184 3,8106 Baik Tinggi

Jasa Bengkel Motor 2,8036 3,3103 Cukup Tinggi

Perindustrian Kerajinan Kayu dan Cukli 2,9323 3,2281 Cukup Tinggi

Perdagangan Pedagang Pakaian 2,8099 3,1053 Cukup Tinggi

Perdagangan Minimarket 3,0008 3,1532 Baik Tinggi

Perdagangan Toko Kelontong/Sembako 2,9003 3,2105 Cukup Tinggi

Pariwisata Wisata Belanja 3,0259 3,0000 Baik Sedang

Jasa Rental Mobil 3,1000 3,3333 Baik Tinggi

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-38, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha kerajinan perhiasan (mutiara, emas,

dan perak), usaha pedagang perhiasan, usaha perhotelan, usaha minimarket, usaha

wisata belanja, dan usaha rental mobil mempunyai prospek yang relativ lebih baik

dibandingkan usaha jasa bengkel motor, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha

pedagang pakaian dan usaha toko kelontong/sembako. Pada aspek potensi, ke

Sembilan KPJU unggulan relativ lebih potensial dibandingkan usaha wisata belanja.

Page 462: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-68

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-9.

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Mataram:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut

turut adalah usaha kerajinan perhiasan (mutiara, emas, perak), usaha perhotelan, usaha

pedagang perhiasan, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha toko kelontong/sembako,

usaha wisata belanja, usaha jasa bengkel motor, usaha minimarket, usaha rental mobil,

dan usaha pedagang pakaian.

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha kerajinan perhiasan, usaha pedagang

perhiasan, usaha rental mobil, usaha jasa bengkel motor, usaha wisata belanja, usaha

toko kelontong/sembako, usaha minimarket, usaha kerajinan kayu dan cukli, dan

pedagang pakaian

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha minimarket, usaha

pedagang perhiasan, usaha kerajinan perhiasan, usaha rental mobil, usaha pedagang

pakaian, usaha toko kelontong/sembako, usaha wisata belanja, usaha jasa benkel motor,

usaha kerajinan kayu dan cukli

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari

yang tertinggi berturut-turut adalah usaha perhiasan, usaha perhotelan, usaha

minimarket, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha jasa bengkel motor, usaha pedagang

perhiasan, usaha wisata belanja, usaha toko kelontong/sembako, usaha rental mobil dan

usaha pedagang pakaian

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari

yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha kerajinan perhiasan, usaha perhotelan, usaha

jasa bengkel motor, kerajinan kayu dan cukli, usaha pedagang perhiasan, usaha wisata

belanja, usaha pedagang pakaian, usaha toko kelontong/sembako, usaha rental mobil,

dan usaha minimarket

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan

perhiasan, usaha jasa bengkel motor, usaha pedagang pakaian, usaha jasa rental mobil,

usaha minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha kerajinan kayu/cukli, dan

usaha wisata belanja.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah pedagang perhiasan, usaha

perhotelan, usaha kerajinan perhisan (mutiara, emas, perak), usaha jasa rental

mobil, usaha wisata belanja, usaha minimarket, usaha kerajinan kayu dan cukli,

usaha toko kelontong/sembako, usaha pedagang pakaian, dan usaha jasa bengkel

motor.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Mataram:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha pedagang perhiasan, usaha perhotelan,

usaha kerajinan perhiasan, usaha jasa bengkel motor, usaha jasa rental mobil, usaha

Page 463: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-69

minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha pedagang pakaian, usaha wisata

belanja, dan usaha kerajinan kayu dan cukli

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan

perhiasan, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha perhotelan, usaha toko

kelontong/sembako, usaha jasa rental mobil, usaha wisata belanja, usaha jasa bengkel

motor, usaha pedagang pakaian dan usaha minimarket

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan perhiasan,

usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha jasa rental mobil, usaha perhotelan, usaha jasa

bengkel motor, usaha minimarket, usaha pedagang pakaian, usaha toko

kelontong/sembako dan usaha wisata belanja

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha perhotelan, usaha pedagang perhiasan, usaha rental mobil, usaha

kerajinan perhiasan, usaha toko kelontong/sembako, usaha kerajinan kayu dan cukli,

usaha jasa bengkel motor, usaha minimarket, usaha wisata belanja, dan usaha pedagang

pakaian

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha kerajinan perhiasan, usaha

kerajinan kayu dan cukli, usaha pedagang perhiasan, usaha jasa bengkel motor, usaha

minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha jasa rental mobil, usaha pedagang

pakaian, dan usaha wisata belanja

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha pedagang perhiasan, usaha kerajinan

perhiasan, usaha bengkel motor, usaha pedagang pakaian, usaha jasa rental mobil, usaha

minimarket, usaha toko kelontong/sembako, usaha kerajinan kayu/cukli, dan usaha

wisata belanja.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara

relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah pedagang perhiasan, usaha

perhotelan, usaha kerajinan perhisan (mutiara, emas, perak), usaha jasa rental

mobil, usaha jasa bengkel motor, usaha kerajinan kayu dan cukli, usaha minimarket,

usaha pedagang pakaian dan usaha wisata belanja. Berdasarkan prospek dan

potensi KPJU terbaik dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kerajinan dan Pedagang Perhiasan. Salah satu sentra produksi dan perdagangan

emas, perak dan mutiara di Kota Mataram adalah Desa/ Kecamatan Sekarbela.

Jumlah penduduk di Sekarbela mencapai 40 ribu jiwa, hampir separuh

penduduknya membuka usaha kreatif yaitu usaha kerajinan emas dan mutiara. Ada

sekitar 70 pengusaha toko perhiasan emas dan mutiara di sekitar sekarbela. Karena

potensinya tersebut, pemkot Mataram telah memfasilitasi bagi pengrajin dan

pedagang perhiasan dengan membangun Mataram Craft Centre (MCC) di kelurahan

Pagesangan di atas lahan 3,1 are dengan 25 lokal berukuran 4,5 x9 m untuk

pedagang emas, perak dan mutiara. Sedangkan nilai ekspor dalam bentuk kerajinan

perhiasan keberbagai negara seperti Jepang, Uni Emirat Arab, Malaysia dan

Hongkong mencapai US $ 37,770 (data tahun 2006) . Produk-produk mutiara air

tawar Lombok mulai mendapat pesaing mutiara dari produk Cina. Beberapa

pedagang luar kota yang biasa mengambil mutiara ke Lombok mulai berpaling ke

produk mutiara Cina di karenakan harganya lebih murah. Untuk mengatasi hal ini,

Page 464: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-70

baik para bembudidaya maupun pengrajin perhiasan mutiara haruslah menekankan

aspek kualitas, model yang mempunyai banyak pilihan dan pelayanan yang prima,

agar para konsumen tidak berpaling ke produk-produk Cina.

Usaha Perhotelan. Pengembangan kepariwisataan saat ini semakin penting, tidak

hanya meningkatkan penerimaan devisa negara akan tetapi juga dalam rangka

memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Pada tahun 2011,

banyaknya usaha akomodasi di Mataram sebanyak 74 hotel dengan jumlah kamar

2.025 kamar, di antara usaha atau 12 % nya merupakan hotel yang diklasifikasikan

sebagai hotel berbintang dengan jumlah kamar 770 kamar. Sementara itu, jumlah

usaha akomodasi lainya tercatat sebanyak 64 usaha dengan jumlah kamar 1.255

kamar. Jumlah rata-rata wisatawan yang datang menginap di usaha akomodasi

(hotel bintang dan hotel melati) sebesar 223.588 wisatawan dengan rincian 215.927

wisatawan nusantara dan 7.661 wisatawan mancanegara. Hal ini tidak dapat

dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa

Year 2012 yang lalu dan Visit Lombok and Sumbawa Year 2015 yang akan datang.

Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi dan pemda Kabupaten sejak

2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam

mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB

secara umum dan Kota Mataram sebagai ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat dan

dalam koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan

penghasil pangan nasional.

Gambar V-9. Peta Kuadran KPJU Unggulan Kota Mataram

Ker. Perhiasan (Mutiara,

Emas, Perak)

Pedagang Perhiasan

Hotel

Bengkel Motor

Ker. Kayu dan Cukli

Pedagang Pakaian

Wisata Belanja Rental Mobil Minimarket

Toko Kelontong/Sembako

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJU Unggulan Kota Mataram

Page 465: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-71

5.3.10. Kota Bima

Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria dan

bobot kepentingan (Tabel V-1) menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor

usaha UMKM di setiap kecamatan di Kota Bima yang disajikan pada Lampiran

5.2.10. berdasarkan KPJU Unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan

dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per sektor usaha

untuk tingkat Kota Bima. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,

ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU Unggulan Kota Mataram yang mempunyai

nilai skor tertinggi, seperti disajikan pada Lampiran 5.2.20.

Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan BAPPEDA Kota Bima, maka analisis AHP

menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan

KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor

usaha seperti disajikan pada Tabel V-39. Pada Tabel V-39 dapat dilihat bahwa bobot

atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan

penciptaan lapangan kerja adalah sektor tanaman pangan dan tujuan daya saing

daerah dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Bima adalah sektor

perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing

tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU

unggulan UMKM maka sektor usaha Tanaman Pangan merupakan prioritas

pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya

berturut-turut adalah perindustrian, perdagangan, peternakan,

perikanan,perkebunan, angkutan, pariwisata, jasa, kehutanan dan penggalian.

Tabel V-39. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Bima

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot) Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3276)

Penciptaan

Lapangan Kerja

(0,3100)

Peningkatan Daya

Saing Produk

(0,3624)

Tanaman Pangan 0,2163 0,1666 0,0790 0,1512 1

Perindustrian 0,0549 0,1181 0,1817 0,1204 2

Perdagangan 0,2009 0,1201 0,0359 0,1161 3

Peternakan 0,0672 0,0844 0,1741 0,1113 4

Perikanan 0,1126 0,1290 0,0939 0,1109 5

Perkebunan 0,0587 0,1182 0,0897 0,0884 6

Angkutan 0,1207 0,0604 0,0358 0,0712 7

Pariwisata 0,0209 0,0411 0,1185 0,0625 8

Jasa 0,0339 0,0293 0,1135 0,0613 9

Kehutanan 0,0367 0,0776 0,0491 0,0539 10

Penggalian 0,0771 0,0553 0,0288 0,0528 11

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD

beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya

(Tabel V-39), analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi

UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel V-40.

Page 466: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-72

Tabel V-40. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kota Bima

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 0,2117 1 Cabe 0,1765

2 Jagung 0,1917 2 Kacang Panjang 0,1688

3 Kacang Kedelei 0,1756 3 Bayam 0,1226

4 Kacang Tanah 0,1724 4 Tomat 0,1042

5 Kacang Hijau 0,0932 5 Terong 0,1024

Buah-Buahan Perkebunan

1 Sawo 0,1955 1 Jambu Mete 0,2560

2 Mangga 0,1362 2 Kopi 0,2018

3 Srikaya 0,1144 3 Kelapa 0,1792

4 Pisang 0,1066 4 Kemiri 0,1784

5 Pepaya 0,1059 5 Asam 0,0727

Peternakan Perikanan

1 Sapi 0,1815 1 Penangkapan ikan di Laut 0,2408

2 Kerbau 0,1750 2 Budidaya Rumput Laut 0,1458

3 Kuda 0,1674 3 Penangkapan bukan Ikan di

Laut 0,1336

4 Kambing 0,1640 4 Budidaya Ikan di Tambak 0,1287

5 Kambing 0,1399 5 Penyebaran Bibit diperairan

umum 0,0855

Industri Perdagangan

1 Tenun 0,1604 1 Toko Kelontong 0,1724

2 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1471 2 Pedagang Hasil Pertanian 0,1655

3 Meubel Kayu 0,1296 3 Hotel 0,1412

4 Pengolahan Hasil Pertanian 0,1285 4 Rumah Makan 0,0950

5 Kue 0,1007 5 Toko Onderdil Sepeda Motor 0,0947

Jasa-jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1622 1 AKDP 0.3953

2 Warnet 0.1442 2 Truk 0.1371

3 Bengkel Mobil 0.1324 3 Cidomo 0.1317

4 Penyewaan Alat Pesta 0.1190 4 Angkutan Pedesaan 0.1188

5 Percetakan 0.1160 5 Ojek 0.0857

Penggalian Kehutanan

1 Pasir 0.1806 1 Lebah Madu 0.2182

2 Sirtu 0.1691 2 Kayu Jati 0.1900

3 Batu Hias 0.1297 3 Kayu Sengon 0.1479

4 Batu Kali/Batu Gunung 0,1256 4 Kayu Mahoni 0,1456

5 Kerikil/koral 0,1113 5 Sarang Burung Walet 0,1305

Pariwisata

1 Wisata Pantai 0,3113

2 Hotel Bintang 0,2532

3 Wisata Budaya 0,1794

4 Wisata Alam 0,1052

Page 467: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-73

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

No Sektor Usaha/

KPJU

Skor-

Terbo

bot

5 Wisata Religi 0,0833

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan

menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau

prioritas setiap sektor usaha (Tabel V-39) serta hasil skor KPJU unggulan setiap

sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel V-40).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan

pada Tabel V-41. Pada Tabel V-41 dapat dilihat bahwa dari 5 (lima) KPJU unggulan

lintas sektor usaha terdapat masing-masing 2 KPJU pada sektor pertanian dan

perdagangan yang menduduki rangking 1, 5 dan 3, 4, yaitu padi sawah dan jagung

serta toko kelontong dan pedagang hasil pertanian. Hasil lengkap berupa rangking

atau urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot

masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel V-41.

Tabel V-41. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Bima

No Sektor/Sub sektor

Usaha KPJU Skor Terbobot

1 Padi Palawija Padi Sawah 0,0379

2 Perindustrian Tenun 0,0319

3 Perdagangan Toko Kelontong 0,0299

4 Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0,0287

5 Padi Palawija Jagung 0,0275

6 Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 0,0266

7 Peternakan Sapi 0,0266

8 Perkebunan Jambu Mete 0,0255

9 Perdagangan Hotel 0,0245

10 Angkutan AKDP 0,0243

Apabila dikaji lebih dalam dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sektor

pertanian terdapat 4 KPJU (Padi sawah, budidaya jagung,budidaya ternak sapi,

jambu mete), pada sektor perdagangan terdapat 3 KPJU yaitu took kelontong,

pedagang hasil pertanian, dan hotel. Pada sektor perindustrian terdapat 2 KPJU yaitu

tenun dan pengolahan hasil pertanian dan 1 KPJU terdapat pada sektor angkutan.

Bila dilihat dari komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan

bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Bima masih berbasis pada sektor

pertanian yang meliputi sub sektor padi palawija, peternakan, dan perkebunan serta

sektor perdagangan.

KPJU diatas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal

sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian

tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan

Page 468: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-74

ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus

Group Discussion antar stakeholder.

Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan Kedudukan KPJU unggulan

lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap

KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.

Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian

untuk prospek Kurang, yaitu kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala

penilaian untuk potensi yaitu Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5).

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan

pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program

pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat

persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat

ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber

daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap

pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FGD di tingkat

kabupaten /kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan

prospek, disajikan pada Tabel V-42.

Seperti dapat dilihat pada Tabel V-42, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10

(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha budidaya komoditas padi sawah,

budidaya kerajinan tenun, usaha perdagangan hasil pertanian, usaha pengolahan

hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu

mete, usaha perhotelan dan usaha angkutan kota dalam provinsi (AKDP) mempunyai

prospek yang lebih baik dibandingkan usaha toko kelontong dan usaha budidaya

komoditas jagung. Pada aspek potensi, maka ke sepuluh KPJU unggulan relativ

sama potensial satu dengan yang lain.

Tabel V-42. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di KotaBima Sektor/ Sub

sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Padi Sawah 3,2212 3,7179 Baik Tinggi

Perindustrian Tenun 3,1427 3,7917 Baik Tinggi

Perdagangan Toko Kelontong 2,8333 3,2639 Cukup Tinggi

Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 3,1806 3,4306 Baik Tinggi

Padi Palawija Jagung 2,7906 3,1351 Cukup Tinggi

Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 3,0256 3,1207 Baik Tinggi

Peternakan Sapi 3,0000 3,3985 Baik Tinggi

Perkebunan Jambu Mete 3,0513 3,3974 Baik Tinggi

Perdagangan Hotel 3,0385 3,0769 Baik Tinggi

Angkutan AKDP 3,0053 3,1656 Baik Tinggi

Berdasarkan nilai skor Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai

skor = 3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi relativ setiap KPJU

Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar V-10.

Page 469: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-75

Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini di mana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Bima:

1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut

turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP,

usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya

ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung,

usaha toko kelontong, dan usaha perhotelan

2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah

berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah,

usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan,

usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko

kelontong dan usaha budidaya komoditas jagung.

3. Pada aspek minat investor terhadap KPJU unggulan secara relativ dari yang tertinggi

sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha AKDP, usaha budidaya ternak sapi,

usaha perhotelan, usaha budidaya padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha

pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, dan

usaha budidaya komoditas jagung

4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari

yang tertinggi berturut-turut adalah usaha komoditas budidaya sawah, usaha budidaya

ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha perhotelan, usaha perdagangan hasil

pertanian, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha toko kelontong, usaha

budidaya jambu mete, dan usaha budidaya komoditas jagung

5. Pada aspek dampak usaha KPJU unggulan terhadap resiko lingkungan secara relativ, dari

yang tertinggi berturut-turut adalah, usaha AKDP, usaha perhotelan, usaha pengolahan

hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha budidaya

komoditas jambu mete, usaha toko kelontong, usaha pedagang hasil pertanian, usaha

budidaya komoditas padi sawah, dan usaha budidaya komoditas jagung.

6. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha

budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha budidaya ternak sapi, usaha

pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha perhotelan,

usaha kerajinan tenun dan usaha AKDP

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek prospek secara

relativ dari yang tertinggi ke terendah adalah, usaha budidaya komoditas padi sawah,

usaha pedagang hasil pertanian, usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas

jambu mete, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP,

usaha budidaya ternak sapi, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas

jagung.

Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan KPJU Unggulan mencakup faktor-

faktor di bawah ini dimana skor diperoleh dari FGD tahap 2 Kota Bima:

1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang

tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha

budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian,

usaha toko kelontong, usaha perhotelan, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan,

usaha budidaya ternak sapi, dan usaha budidaya komoditas jagung

2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari

yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya

Page 470: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-76

komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha

pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya

ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas jagung

3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara

relativ dari yang tertinggi adalah usaha toko kelontong, usaha pedagang hasil pertanian,

usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil

pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jambu

mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha pengolahan

hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan

4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang

tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi

sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya

komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha toko kelontong, usaha pengolahan

hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan

5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah

secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha

pedagang hasil peritanian, usaha budidaya komoditas padi sawah dan jagung, usaha

budidayan komoditas jambu mete, usaha AKDP, usaha kerajinan tenun, usaha

pengolahan hasil perikanan, dan usaha toko kelontong.

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara

berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, budidaya ternak sapi, usaha budidaya

komoditas padi sawah, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha

pengolahan hasil perikanan, usaha perhotelan, usaha AKDP, dan usaha budidaya

komoditas jagung.

Berdasarkan agregasi hasil penilaian narasumber terhadap aspek potensi secara

relativ dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah usaha kerajinan

tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha

pedagang hasil pertanian, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha

AKDP, usaha budidaya komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, dan

usaha perhotelan. Berdasarkan aspek prospek dan potensi KPJU yang terbaik berikut

dapat dijelaskan profil Industri kerajinan dan budidaya padi sawah dan budidaya

ternak sapi.

Industri Kerajinan Tenun. Kerajinan tenun atau dalam bahasa Mbojo dikenal

dengan “Muna ro Medi” merupakan industri kerajinan rumah tangga yang secara

tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat Kota Bima. Produknya

berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini

mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan.

Menurut daftar Dinas Koperindag Kota Bima, di akhir tahun 2011 terdapat 1.500

pengrajin tenun di seluruh wilayah Kota Bima. Mereka tersebar di beberapa

kelurahan Ntobo, Rabadompu Barat, Rabadompu Timur, Oi Fo,o, Nitu, Lelamase,

Kumbe, dan Nungga. Dari 1.500 pengrajin tenun ini, terbentuk 170 kelompok

pengrajin, dengan pembagian berdasarkan lokasi. Kendala utama pengrajin tenun

Kota Bima terkait mutu hasil tenunan serta kuantitas hasil produksi yang belum

mencapai angka massal, guna memenuhi pesanan dari luar daerah. Adapun bentuk

kepedulian pemkot Bima terhadap pengrajin tenun adalah dengan program bantuan

dana bergulir kepada 1.500 pengrajin akan mendaptkan bantuan modal KUR sebesar

Rp. 2,5 juta dengan bunga kembalianya 1 tahun hanya 14 %, bantuan fasilitas

Page 471: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-77

bahan baku, serta pembinaan dan pelatihan keterampilan, yang salah satunya

adalah pelatihan penggunaan zat pewarna alam. Dukungan dari pemerinta kota Bima

lainya adalah adanya program kebijakan penggunaan kain tenun ikat untuk pakaian

pegawai negeri sipil (PNS) lingkup Pemkot Bima.

Budidaya Padi Sawah. Padi merupakan bahan pangan utama masyarakat Kota

Bima. Lahan tanam padi terdapat di hampir seluruh kawasan pertanian kota Bima.

Produksi tahun 2011 sebesar 38.018 ton atau naik sekitar 4,94 % dari tahun

sebelumnya sekitar 36.139 ton. Dari tahun ke tahun produksi padi di Kota Bima

mengalami peningkatan kecuali produksi tahun 2010 yang mengalami penurunan

sebesar 1.14 %. Program unggulan untuk meningkatkan produksi pertanian,

khususnya padi dibangunnya jaringan irigasi tersier yang akan mengairi lahan

persawahan seluas 200 ha, pengadaan alat dan mesin pertanian seperti traktor,

pompa air, alat penanganan pasca panen berupa power treser dan mesin

penggilingan padi.

Budidaya Ternak Sapi. Populasi sapi di kota Bima tahun 2011 sekitar 21.034 ekor.

Disamping itu, untuk mendukung program Pijar dan Bumi Sejuta Sapi (BSS) NTB, di

Kota Bima dibangun beberapa sarana dan prasarana penunjang pembangunan

peternakan seperti pengadaan obat-obatan dan vaksin, rehabilitasi rumah potong

hewan (RPH), pasar daging yang memenuhi standar, pembangunan poskewan,

pembangunan pos Inseminasi Buatan (IB) dan beberapa kegiatan peningkatan SDM

petugas, serta pemberian bantuan modal kepada petani peternak dengan

meneruskan program BSS di Kota BIMA.

Page 472: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-78

Gambar V-10. Peta Kwadran KPJU Kota Bima

5.4. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Provinsi

KPJU unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJU unggulan per sektor ekonomi dan

KPJU unggulan lintas sektor. Penetapan KPJU unggulan tersebut, sesuai dengan

Metodologi yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJU unggulan per

sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang ditetapkan dengan

menggunakan metode Borda.

Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan

sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan

KPJU unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan

ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka bobot

setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua

kabupaten/kota adalah sama. Adapun bobot 3 (tiga) pada sektor ekonomi pada

tingkat provinsi berdasarkan Tujuan dan bobot 11(sebelas) Kriteria yang digunakan

secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap aspek ekonomi

disajikan pada Tabel V-43.

Tabel V-43. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Padi Sawah

Tenun

Toko Kelontong

Pedagang Hasil

Pertanian

Jagung

Peng

Hasil Perikanan

Sapi Jambu Mente Hotel

AKDP

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran KPJu Unggulan Kota Bima

Page 473: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-79

No. Aspek Bobot

1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3544

1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3253

1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,3203

2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

2.1. Jangkauan pasar 0,3802

2.2. Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 0,2683

2.3. Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal

atau populasi KPJU yang ada 0,2029

2.4. Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0,1485

3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota

3.1 Ketersediaan pasar 0,1452

3.2. Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan 0,1019

3.3. Sarana produksi dan usaha 0,1002

3.4. Teknologi 0,0987

3.5. Penyerapan tenaga kerja 0,0983

3.6 Manajemen usaha 0,0898

3.7. Sumbangan terhadap perekonomian daerah 0,0794

3.8. Bahan baku 0,0753

3.9 Aspek sosial budaya (termasuk ciri khas / karakteristik daerah) 0,0739

3.10. Harga / nilai tambah 0,0721

3.11 Aksesibilitas dan kebutuhan modal 0,0652

Berdasarkan hasil KPJU unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, rangking

pertama KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat provinsi adalah sebagai

berikut; usaha budidaya padi sawah (padi dan palawija), usaha budidaya cabe rawit

(sayuran), usaha budidaya mangga (buah-buahan), usaha budidaya jambu mete

(perkebunan), usaha budidaya sapi (peternakan), usaha budidaya rumput laut

(perikanan), usaha budidaya lebah madu (kehutanan), penggalian batu bangunan

(pertambangan), industri tenun (perindustrian), usaha rumah makan (perdagangan),

wisata pantai/bahari (pariwisata), jasa koperasi serba usaha (jasa) dan jasa angkutan

kota dalam provinsi (AKDP) (angkutan). Adapun 5 (lima) KPJU unggulan secara

berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap sektor/sub sektor ekonomi

disajikan pada Tabel V-44.

Tabel V-44. KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Sektor-Sub sektor Usaha

/ KPJU

Skor

Terbo

bot

No Sektor-Sub sektor Usaha/

KPJU

Skor

Terbo

bot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 11,8856 1 Cabe Rawit 6,6489

2 Jagung 9,5859 2 Kacang Panjang 4,3821

3 Kacang Tanah 2,2783 3 Bawang Merah 3,8780

4 Kacang Kedelai 2,0152 4 Kangkung 2.7399

5 Kacang Hijau 1,0615 5 Tomat 2,3314

Page 474: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-80

No Sektor-Sub sektor Usaha

/ KPJU

Skor

Terbo

bot

No Sektor-Sub sektor Usaha/

KPJU

Skor

Terbo

bot

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 7,8200 1 Jambu Mete 7,2360

2 Pisang 5,5882 2 Kelapa 6,2905

3 Rambutan 2,5093 3 Tembakau Virginia 2,8082

4 Manggis 1,8736 4 Kopi 2,7171

5 Sawo 1,8259 5 Tembakau Rakyat 0,9074

Peternakan Perikanan

1 Sapi 9,0168 1 Budidaya Rumput Laut 6,6331

2 Ayam Buras 3,4461 2 Penangkapan Ikan di Laut (

Tongkol, Tuna, Cakalang) 5,4148

3 Kambing 3,4031 3 Budidaya Ikan di Tambak (

Bandeng, Udang Windu) 4,2475

4 Kerbau 2,6363 4 Budidaya Ikan di Kolam

(Karper, Nila, Patin, Gurami) 1,0597

5 Kuda 2,4449 5 Budidaya Non Ikan di Laut 0,9976

Kehutanan Pertambangan

1 Lebah Madu 7,2036 1 Batu Bangunan 5,3513

2 Jati 3,6638 2 Kerikil/koral 5,1162

3 Sengon Alam 3,3808 3 Batu Kapur/ Gamping 2,8432

4 Rotan 2,7970 4 Sirtu 2,7006

5 Bambu 2,3421 5 Batu Apung 1,7205

Perindustrian Perdagangan

1 Tenun 2,2858 1 Rumah Makan 3,2084

2 Meubel Kayu 2,1490 2 Pedagang Hasil Perikanan 2,4743

3 Pengolahan Hasil Perikanan 1,6030 3 Toko Kelontong/ Sembako 2,2717

4 Gerabah 1,5087 4 Hasil Perkebunan 2,1935

5 Kerajinan Perhiasan (Mutiara,

Emas,Perak) 1,3639 5 Pedagang Hasil Peternakan 2,1183

Pariwisata Jasa-Jasa

1 Wisata Pantai/Bahari 8,3762 1 Bengkel Motor 4,9251

2 Wisata Budaya 3,6344 2 Jasa Keuangan/Simpan

pinjam (Koperasi) 3,6896

3 Wisata Alam 2,4562 3 Penggilingan Padi 1,8348

4 Hotel 1,5910 4 Kost-Kostan 1,7949

5 Biro Perjalanan Wisata 1,5439 5 Penjahit 1,7176

Angkutan

1 AKDP 4,8954

2 Travel 4,3920

3 Angkutan Pedesaan 3,9279

4 Cidomo 2,2260

5 Pick Up 2,1854

KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJU

Lintas sektor pada setiap kabupaten/kota, yang mencakup 103 KPJU 13 sektor/sub

sektor. Dengan metoda Borda, maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJU

unggulan lintas sektor setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut, urutan 10

Page 475: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penetapan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

V-81

(sepuluh) KPJU dengan skor terbobot tertinggi sebagai KPJU unggulan lintas sektor

di tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah : usaha budidaya padi sawah, usaha

budidaya jagung, wisata pantai, usaha budidaya rumput laut, usaha budidaya

peternakan sapi, usaha komoditas tenun, usaha penangkapan ikan dilaut

(Tongkol, tuna Cakalang) usaha budidaya jambu mete, budidaya buah mangga,

dan budidaya cabai rawit. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan 10 KPJU

lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada

Tabel V-45.

Tabel V-45. KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Sektor/Sub

sektor KPJU Unggulan Skor-Terbobot

1 Padi Palawija Padi Sawah 1.7033

2 Padi Palawija Jagung 1.3737

3 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0.8794

4 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0.6381

5 Peternakan Sapi 0.5885

6 Perindustrian Tenun 0.5512

7 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut ( Tongkol,

Tuna, Cakalang) 0.5209

8 Perkebunan Jambu Mete 0.5054

9 Buah-Buahan Mangga 0.5043

10 Sayuran Cabe Rawit 0.4374

11 Perkebunan Kelapa 0.4135

12 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak ( Bandeng,

Udang Windu) 0.4086

13 Pariwisata Wisata Budaya 0.3816

14 Buah-Buahan Pisang 0.3604

15 Jasa Bengkel Motor 0.3334

16 Padi Palawija Kacang Tanah 0.3265

17 Perdagangan Rumah Makan 0.3232

18 Padi Palawija Kacang Kedelai 0.2888

19 Sayuran Kacang Panjang 0.2826

20 Perindustrian Meubel Kayu 0.2591

Berdasarkan urutan ke 20 KPJU lintas sektor seperti tertuang pada Tabel V-45,

maka 40% dari total KPJU didominasi oleh sub sektor tanaman pangan (padi

palawija, sayuran, dan buah-buahan), 15% sub sektor perikanan, 10% masing-

masing di sektor pariwisata, perindustrian, dan perkebunan, 5% masing-masing di

sektor jasa, perdagangan dan sub sektor peternakan.

Page 476: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,
Page 477: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-1

BAB VI. ANALISIS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR

6.1. Analisis Prospek dan Potensi

Bagian ini menyajikan analisis prospek dan potensi dari 10 KPJU unggulan lintas

sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan melakukan pemetaan berdasarkan

aspek Potensi dan Prospek dari KPJU tersebut untuk berkembang di Provinsi NTB.

Hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dilakukan dengan

menggunakan skala Prospek Kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), dan skala

penilaian Potensi dari yang terendah Kurang (1) sampai dengan Sangat Tinggi (5)

dapat dilihat pada Tabel VI-1.

Tabel VI-1. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Nusa Tenggara Barat berdasarkan potensi dan prospeknya

Sektor/ Sub

sektor

KPJU Ungulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Padi Sawah 4,17 3,67 Sangat Baik Tinggi

Padi Palawija Jagung 3,83 3,33 Baik Tinggi

Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 3,33 4,00 Baik Tinggi

Perikanan Budidaya Rumput Laut 3,83 4,50 Baik Sangat Tinggi

Peternakan Sapi 3,50 3,50 Baik Tinggi

Perindustrian Tenun 2,83 2,83 Cukup Sedang

Perikanan

Penangkapan Ikan di

Laut ( Tongkol, Tuna,

Cakalang)

2,83 4,00 Cukup Tinggi

Perkebunan Jambu Mete 3,67 2,83 Baik Sedang

Buah-Buahan Mangga 2,83 3,17 Cukup Tinggi

Sayuran Cabe Rawit 2,33 3,17 Cukup Tinggi

Penilaian dari sisi prospek usaha mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan

Pemda, Prospek pasar, Minat Investor, Dukungan & Program Pembangunan Infra

Strukutur Usaha, Resiko terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Sementara

itu penilaian aspek potensi mencakup faktor jumlah unit usaha, kesesuaian dengan

budaya dan keterampilan masyarakat, penguasaan masyarakat terhadap teknologi

dan pengelolaan usaha, ketersediaan sumber daya alam, insentif harga produk, dan

daya serap pasar domestik. Hasil pemetaan berdasarkan penilaian ini disajikan pada

Gambar 6.1.

6.2. Analisis Kwadran

Peta kwadran I, II, III, dan IV mengikuti pola huruf S dimana KPJU pada kwadran I

memiliki potensi dan prospek tinggi, pada kwadran II memiliki prospek tinggi namun

kurang potensial, pada kwadran III memiliki potensi tinggi tapi kurang prospektif,

Page 478: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-2

dan pada kuadran IV memiliki potensi dan prospek rendah. Berdasarkan penilaian

potensi dan prospek tersebut maka ke 10 KPJU unggulan lintas sektor tersebar di 4

kwadran. Pada kwadran I terdapat KPJU padi sawah dan budidaya rumput laut;

Kwadran II terdapat pemeliharaan sapi, dan usaha tani jagung, dan jambu mete;

Kwadran III terdapat KPJU wisata pantai/bahari, penangkapan ikan di laut, usaha

tani cabe rawit, dan buah mangga; dan Kwadran IV terdapat industri kerajinan

tenun.

Gambar VI-1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB

Budidaya Padi Sawah.

KPJU ini muncul pada kuadran I karena bagi sebagian besar masyarakat (petani)

NTB padi dianggap masih memiliki prospek sangat baik dengan potensi tinggi. Hal ini

tidak terlepas dari intervensi pemerintah pusat dan daerah yang menempatkan NTB

sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional. Dengan demikian berbagai

bantuan program dan subsidi tetap diberikan, sementara jaminan pasar dan harga

dilakukan pemerintah melalui Bulog yang berperan sebagai stabilisator pasar beras.

Untuk komoditas beras, pemerintah memiliki target ganda (twin target) dalam

pengembangannya yaitu mencapai dan mempertahankan swasembada pada satu sisi

dan menyediakannya dengan harga murah pada sisi lain. Keadaan ini membawa

implikasi pemerintah selalu mengawasi dengan ketat pergerakan harga beras melalui

Padi Sawah

Jagung

Wisata Pantai/Bahari

Budidaya Rumput Laut

Sapi

Tenun Penangkapan Ikan di

Laut

Jambu Mete

Mangga

Cabe Rawit

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB

Page 479: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-3

ceiling price, dan bagi petani itu berarti beras bukanlah komoditas yang bisa

diandalkan untuk meningkatkan kemakmuran terlebih bagi petani kecil yang

memiliki lahan kurang dari 0,25 ha. Oleh karena itu dalam jangka panjang, jika ingin

meningkatkan kemakmuran petani, maka Pemda harus berani keluar dari perangkap

NTB sebagai salah satu lumbung pangan, dan memfasilitasi berkembangnya

komoditas pertanian bernilai tinggi (high value agricultural products). Namun dalam

jangka pendek, di tengah sempitnya lahan petani, yang perlu dilakukan adalah

meningkatkan produktivitas padi melalui penyediaan benih bermutu (beberapa hasil

penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Unram menemukan banyak benih padi

berlabel yang digunakan petani memiliki produktivitas rendah karena berbagai

faktor), meningkatkan kualitas penerapan intensifikasi terutama melalui system

organik karena diperkirakan akumulasi bahan anorganik dari pupuk kimia sudah

sangat tinggi di dalam tanah, serta perluasan dan peningkatan sistem usaha tani

padi secara terpadu.

Budidaya Jagung

KPJU ini berada di kuadran I yang memiliki prospek baik dan potensi tinggi. Hal ini

didukung oleh pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung, dan

Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang dalam

lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan profitabilitas,

meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber

daya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem agribisnis jagung

yang tepat, dan muaranya menjadikan NTB sebagai provinsi sentra produksi jagung

di tanah air. Produksi jagung Nusa Tenggara Barat pada tahun 2011 sebesar 456.916

ton lebih tinggi dari target produksi yang telah ditetapkan sebesar 407.000 ton

(Angka Sementara BPS Tahun 2011) atau sebesar 112,03 % dari target produksi

tahun 2011. Namun demikian untuk bisa meningkatkan prospeknya menjadi lebih

tinggi lagi maka pemerintah perlu memfasilitasi pembangunan industri pengolahan

jagung baik sebagai bahan pangan maupun untuk pakan ternak sehingga dapat

meningkatkan prospek pasar. Selain itu dukungan dan pembangunan infrastruktur

termasuk teknologi tepat guna perlu diperbanyak untuk meningkatkan nilai tambah

dan efisiensi produk. Dari berbagai diskusi kelompok terarah (Focus Group

Discussion, FGD 1 dan 2) selama penelitian terungkap bahwa petani umumnya

menjual hasil panen jagungnya ke pembeli dalam bentuk jagung tongkol sehingga

tidak dapat menikmati nilai tambah dari proses pengolahan.

Wisata Pantai/Bahari

Usaha wisata pantai berada pada kwadran I yang memiliki potensi tinggi dan prospek

baik. Hal ini dipengaruhi oleh program Visit Lombok Sumbawa 2012 yang

menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan

nusantara yang mencapai 886.880 orang per tahun pada tahun 2011 atau naik

122,26 % dibanding jumlah kunjungan wisatawan tahun 2010. Untuk lebih

meningkatkan prospeknya maka perhatian terhadap resiko lingkungan dan

pembangunan infrastruktur harus ditingkatkan. Hasil FGD 1 dan 2 (terutama di

Dompu dengan mengambil contoh Pantai LaKey) memunculkan diskusi mengenai

pentingnya ke dua faktor ini bagi peningkatan prospek pariwisata bahari di berbagai

kabupaten.

Page 480: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-4

Budidaya Rumput laut

KPJU ini terletak di kwadran I karena memiliki potensi sangat tinggi dan prospek

baik. Untuk dapat meningkatkan prospeknya menjadi sangat baik maka

pengurangan terhadap resiko lingkungan dan pembangunan infrastruktur yang

mendukung pengembangan industri ini perlu ditingkatkan. Selain itu pengembangan

minapolitan rumput laut perlu diperbanyak untuk lebih banyak lagi menarik

investor. Pada tahun 2011 terdapat 11 kawasan minapolitan rumput laut (Pengantap,

Gerupuk, Awang, Teluk Ekas, Serewe, Kertasari, Labuan Mapin, Terano, Kwangko,

dan Waworada) dengan luas areal 8.483,19 Ha atau baru mencapai 99,22 persen dari

luasan yang ditergetkan. Produksi yang dihasilkan sebanyak 82.954,67 ton atau

82,95 persen dari target 100.000 ton. Demikian pula dengan pembudidaya yang

terlibat baru mencapai 14.633 orang atau 99,15 persen dari target 14.759 orang.

Program minapolitan rumput laut sampai dengan tahun 2011 menyerap 58.580

orang tenaga kerja atau 99,23 persen dari target yang diharapkan dan membentuk

693 wirausaha baru di bidang rumput laut atau 99,00 persen dari 700 wirausaha

yang ditargetkan. Namun demikian, hasil FGD 1 dan 2 (Kabupaten Sumbawa)

memunculkan diskusi bahwa petani rumput laut kesulitan mendapatkan modal

untuk pengembangan usaha karena tidak memiliki agunan. Program Kredit Usaha

Rakyat (KUR) yang tersedia hanya menyediakan plafond kredit maksimum Rp. 5 juta

jika petani tidak memiliki agunan. Bagi sebagian besar petani rumput laut, jumlah

tersebut tidak memadai mengingat tingginya permintaan pasar terhadap rumput

laut. Oleh karena itu untuk menambah permodalan maka petani meminjam pada

pedagang pengumpul dengan bunga tinggi disertai perjanjian untuk menjual panen

rumput lautnya kepada pedagang tersebut. Dalam situasi demikian kehadiran

pedagang pengumpul sangat dominan bagi pengembangan usaha rumput laut. Pada

satu sisi ia merupakan sumber pendanaan bagi petani untuk mengembangkan usaha

dan pada sisi lain memberikan jaminan pasar terhadap hasil panen petani rumput

laut.

Budidaya Ternak Sapi.

Usaha ini berada pada kwadran I dengan potensi tinggi dan prospek baik. Hal ini

tidak lepas dari program pemerintah daerah (PIJAR) yang mencanangkan NTB

sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun 2013. Dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan peternak maka diberikan bantuan berupa sapi bibit sebanyak 1.110

ekor, sapi pejantan 20 ekor, PSBP 20 ekor dan stimulan kandang kolektif sebanyak

40 unit. Telah pula dilakukan rehabilitasi kandang BIB seluas 12 m2, rehabilitasi

kandang BPT HMT Serading seluas 12 m2; pembuatan mani beku sebanyak 5.810

dosis; pemeliharaan sapi perah 17 ekor, sapi pejantan 10 ekor dan sapi berangus 24

ekor; pembudidayaan hijauan makanan ternak (HMT) seluas 9 hektar dan

pembibitan HMT seluas 20 hektar; pembinaan terhadap 230 kelompok petani

peternak dan pemberian bantuan 6 ekor ternak dan 500 ekor itik; dan pembibitan

sapi bali 300 ekor Namun demikian untuk dapat meningkatkan prospek dan

potensinya maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan

bibit sapi yang dapat memberikan tambahan bobot badan tinggi per satuan waktu.

Hasil FGD 1 dan 2 memunculkan diskusi bahwa sapi Bali dan Hissar (Sapi

Sumbawa) hanya memberikan tambahan berat badan sangat sedikit atau setara

Rp.1 juta per 4 bulan per ekor sementara jika mengusahakan bibit sapi impor dari

Page 481: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-5

Australia (jenis Simental atau Limousine) maka peningkatan bobot badan setara Rp. 1

juta per bulan per ekor. Dengan demikian, jika setiap keluarga peternak dapat

memelihara 3 ekor maka potensi pendapatan yang diterima sekitar Rp. 3 juta per

bulan. Selain itu dari FGD tersebut muncul diskusi agar pemerintah daerah

memfasilitasi tumbuhnya industri peternakan terpadu sehingga industri tidak hanya

menghasilkan daging tapi juga tumbuhnya industri pakan, dan pengolahan produk

ternak lainnya seperti kulit.

Kerajinan Tenun

Meskipun KPJU ini termasuk salah satu usaha unggulan lintas sektor namun ia

berada pada kwadran IV karena hanya memiliki potensi sedang dan prospek cukup.

Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Lombok Barat) terungkap banyaknya persoalan

yang membuat industri tenun lokal hanya memiliki prospek cukup antara lain

kecenderungan wisatawan lebih menyukai penggunaan produk casual seperti T-shirt

dengan ciri khas daerah, dan masuknya produk kain tenun daerah lain yang bermotif

lokal (masuknya tenun gedogan dari Jawa dengan motif khas Lombok). Hal ini

sesungguhnya mengikuti pola normal dari industri tekstil pada umumnya. Selain

karena perubahan preferensi konsumen, secara nasional industri tekstil dan produk

tekstil telah melewati masa keemasannya dan sekarang sedang menghadapi

penurunan karena tidak ada dukungan bahan baku, seperti hilangnya perkebunan

dan industri kapas sehingga harus mengimpor bahan baku bahkan produk jadi dari

luar daerah atau luar negeri.

Penangkapan ikan di laut

KPJU ini berada pada kwadran III dengan potensi tinggi namun prospek cukup.

Meskipun pemerintah telah menetapkan NTB dalam Koridor 5 sebagai Pintu Gerbang

Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional melalui sub sektor peternakan dan

perikanan pada Masterplan Percapatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI), prospek penangkapan ikan di laut tidak terlalu baik. Dari hasil

FGD 1 dan 2 terungkap faktor penghambat berkembangnya usaha ini adalah

lemahnya sumber daya manusia di perikanan tangkap. Bantuan kapal besar yang

diberikan pemerintah tidak dapat dimanfaatkan maksimal oleh nelayan karena

terbatasnya keterampilan dan pengalaman mengoperasikan sarana tersebut.

Akibatnya untuk mengoperasiskannya harus mendatangkan tenaga dari Pulau Jawa

yang sudah berpengalaman mengoperasikan kapal-kapal besar sebagai sarana

penangkapan ikan di laut lepas. Oleh karena itu guna meningkatkan prospek usaha

diperlukan peningkatan SDM perikanan sehingga usaha ini bisa memberikan

kontribusi terhadap pendapatan nelayan, dan sekaligus perkembangan ekonomi

daerah sesuai dengan target MP3EI tersebut.

Budidaya Jambu Mete

KPJU ini berada pada kwadran II karena masih memiliki prospek baik dan potensi

sedang. Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Dompu, dan Lombok Barat) terungkap

bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan usaha ini hanya memiliki

potensi sedang adalah kurangnya insentif harga yang dinikmati petani. Petani mete

dalam menjual produknya ketika panen sangat tergantung pada sedikit pembeli yang

merupakan jaringan pemasok perusahaan pengolah biji mete, sehingga pasar produk

mete gelondongan lebih bersifat oligopsoni. Akibatnya para pembeli yang jumlahnya

Page 482: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-6

sedikit tersebut mengunakan kekuatan pasar (market power) yang dimiliki untuk

menekan harga di tingkat petani. Oleh karena itu alternatif yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan prospek dan potensi komoditas ini adalah dengan memfasilitasi

tumbuhnya banyak wirausahan baru di usaha ini terutama di sektor pengolahannya.

Jika industri pengolahan mete berkembang, maka permintaan terhadap mete

gelondongan sebagai bahan baku industri semakin tinggi dan petani mete memiliki

lebih banyak alternatif pembeli. Pada tahun 2009 Dinas Koperasi dan UMKM di

Provinsi NTB berhasil menumbuhkan 7.373 wirausahawan baru (WUB), tahun 2010

sebanyak 17.979 WUB, dan tahun 2011 sebanyak 24.854 WUB. Dalam periode

tersebut WUB yang ditumbuhkan di sektor perdagangan umumnya berupa pedagang

kelontong (sembako), namun tidak diperoleh informasi apakah ada WUB yang

bergerak dalam perdagangan mete. Namun dari keterangan narasumber selama FGD

1 dan 2, para pembeli mete orangnya itu-itu juga.

Budidaya Mangga

KPJU ini berada pada kwadran III karena walaupun memiliki potensi tinggi namun

hanya memiliki prospek cukup. Potensi tinggi tersebut terlihat dari banyaknya

kabupaten yang menghasilkan Mangga (semua kabupaten/kota). Namun dari hasil

FGD 1 dan 2 (terutama di Kabupaten Sumbawa sebagai penghasil mangga terbanyak

di NTB yaitu 33,5 ribu ton per tahun) terungkap bahwa pasar tidak mampu

menyerap produksi mangga ketika musim panen. Pasar lokal yang terbatas dan

minimnya penguasaan jaringan pemasaran keluar Provinsi menyebabkan harga

mangga relatif murah ketika musim panen. Akibatnya transhipment buah mangga

menuju berbagai daerah di Bali dan Jawa telah mendistorsi asal usul produk.

Mangga Madu khas yang banyak dihasilkan daerah ini ketika telah dikirim ke Jawa

dengan harga murah dan dipasarkan ke berbagai tempat kemudian berganti nama

menjadi mangga Manalagi produksi salah sau kabupaten di Jawa. Akibatnya tidak

ada lagi insentif untuk mengembangkan tanaman dan prospek KPJU ini untuk

berkembang relatif terbatas. Oleh karena itu guna meningkatkan prospeknya maka

perlu diupayakan penetrasi pasar baru dengan mempromosikan komoditas ini

sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.

Budidaya Cabe Rawit

Munculnya komoditas ini sebagai salah satu dari 10 KPJU Unggulan daerah tidak

pernah terbayangkan sebelumnya oleh Tim Peneliti. Hal ini semacam karunia

terpendam yang ditemukan dengan tidak sengaja (blessing in disguise). Komoditas ini

berada pada kwadran III yang memiliki potensi tinggi namun prospek cukup.

Dikatakan karunia terpendam karena Provinsi NTB terutama Pulau Lombok dikenal

dengan makanan khasnya ayam taliwang dengan pelecing kangkung yang sangat

pedas sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan pencinta kuliner yang

suka rasa pedas. Meskipun bukan padanan yang tepat dari hakikat Pulau Lombok

sebagai Pulau Cabe, namun image ini sudah menjadi pengetahuan umum wisatawan

sehingga mengapa tidak memanfaatkan image ini sebagai cara promosi murah

namun sangat efektif. Sebagai salah satu KPJU unggulan, pemerintah perlu

mendorong pembangunan industri pengolahannya sehingga menjamin stabilitas

harga produk sehingga tidak merugikan petani saat musim panen. Industri

pengolahan Cabe perlu dibangun terintegrasi untuk menghasilkan produk cabe

bubuk atau saus cabe. Hal ini mengikuti kecenderungan global bahwa industri

Page 483: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-7

makanan juga berkembang menuju yang serba instan karena semakin berharganya

waktu bagi para konsumen cabe.

6.3. Analisis Siklus Bisnis (Product Life Cycle) KPJU Unggulan Lintas Sektor

Merujuk kepada konsep Daur Hidup Produk (DHP) suatu industri, DHP dapat

dikatagorikan (1) tahap introduksi, (2) tahap tumbuh, (3) tahap matang dan (4) tahap

menurun. Berdasarkan konsep DHP, ke empat tahapan tersebut didasarkan kepada

perkembangan volume penjualan produk tertentu oleh entitas suatu

perusahaan/industri tertentu menurut periode waktu.

Konsep tersebut tidak dapat sepenuhnya diterapkan untuk KPJU, oleh karena KPJU

berbicara pada tingkat agregat yaitu kelompok industri atau jenis usaha tertentu.

Selain itu salah satu faktor yang menentukan perubahan tahapan pada DHP adalah

faktor persaingan produk terhadap produk sejenis dari perusahaan/industri pesaing

atau adanya produk substitusi. Atas dasar pertimbangan tersebut untuk KPJU

digunakan istilah Daur Hidup Bisnis KPJU, yang dikatagorikan menjadi (1) tahap

Mulai Berkembang, (2) Tahap Berkembang atau Belum Jenuh, (3) Tahap Mulai Jenuh

dan (4) Tahap Sudah Jenuh.

Merujuk kepada konsep/teori Siklus Bisnis, faktor yang mempengaruhi atau

menentukan siklus bisnis bersifat kompleks mencakup faktor mikro dan makro

ekonomi, termasuk faktor ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Oleh karena

kompleksitas tersebut, pengkatagorian siklus bisnis KPJU didekati melalui (1)

pendekatan supply – demand, dalam hal ini sejauh mana keseimbangan antara sisi

produksi dan permintaan output suatu bisnis pada KPJU, serta (2) sejauh mana

prospek bisnis KPJU dari sisi kebijakan pemerintah (termasuk dukungan

infrastruktur) , minat investor dan prospek pasar. Informasi ke-dua hal di atas

diperoleh berdasarkan pendapat pemangku kepentingan sebagai narasumber pada

FGD yang dilaksanakan serta penilaian tim peneliti.

Pada tahap awal pengkatagorian didasarkan kepada selisih skor Kondisi Produksi

dan Kondisi Permintaan. Dalam hal kondisi permintaan, dipertimbangkan juga

apakah pemasaran/penjualan KPJU yang bersangkutan hanya lokal atau di dalam

Provinsi atau sudah di ekspor atau dipasarkan/dijual ke luar Provinsi. Jika Skor

Kondisi Produksi sama atau mendekati Kondisi Permintaan, maka KPJU

dikatagorikan Mulai Jenuh. Jika skor Kondisi Produksi lebih besar dari Kondisi

Permintaan, maka KPJU dikatagorikan Sudah Jenuh, dan jika Kondisi Produksi lebih

kecil Kondisi Permintaan maka KPJU dikatagorikan Belum Jenuh. Jika skor Kondisi

Produksi Produksi jauh lebih kecil dibandingkan Kondisi Permintaan maka

dikatagorikan Mulai Berkembang.

Pengkatagorian berdasarkan selisih (negatif atau positif) skor Produksi dan

Permintaan pada tahap awal kemudian di “refine” atau disesuaikan dengan

memperhatikan prospek bisnis KPJU yang meliputi aspek prospek pasar, minta

investor dan dukungan kebijakan pemerintah (infrastruktur). Sejauh mana prospek

bisnis KPJU yang bersangkutan akan menggeser status atau tahap KPJU, yaitu dari

Mulai Jenuh menjadi Sudah Jenuh atau dari tahap Mulai Jenuh menjadi Belum

Jenuh. Sebagai ilustrasi jika suatu KPJU berdasarkan skor Kondisi Produksi dan

Permintaan adalah sama (tahap Mulai Jenuh), kemudian berdasarkan penilaian

Page 484: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-8

prospek Bisnisnya adalah Baik atau Sangat Baik, maka tahap Mulai Jenuh di revisi

menjadi tahap Belum Jenuh.

1. Usaha budidaya Padi Sawah.

Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi padi lebih besar

dari permintaanya. Hal ini berarti keberadaan NTB sebagai salah satu daerah surplus

beras telah dikonfirmasi oleh para narasumber dalam penilain tersebut. Usaha

pertanian padi ini pun menurut para narasumber masih memiliki prospek baik

sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha budidaya padi berada pada

kategori Berkembang. Ditinjau dari statistik produksi pertanian padi sawah (Provinsi

NTB Dalam Angka, 2011) produksi padi pada tahun 2010 menurun dibandingkan

tahun 2009 (- 2,0 persen), walaupun dari tahun 2008 – 2009 terjadi kenaikan (6,20

persen) akan tetapi kenaikannya lebih rendah dibandingkan periode 2007 – 2008

(10,4 persen), dan secara rata-rata selama periode 2006 – 2010 terjadi kenaikan

sebesar rata-rata 3,40 persen per tahun. Di lain pihak, apabila kenaikan penduduk

(rata-rata 1,40 persen per tahun) dan kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung

ke Provinsi NTB (rata-rata 15,76 persen per tahun) berkontribusi terhadap konsumsi

(permintaan) beras, maka secara “kasar” terjadi kenaikan permintaan terhadap

beras. Berdasarkan kondisi ini, maka dapat diduga bahwa pada masa mendatang

usaha budidaya tanaman padi sawah ini diduga akan terus tumbuh. Kondisi ini

diperkuat oleh penilaian narasumber bahwa usaha budidaya tanaman padi ini

mempunyai prospek pasar baik karena dukungan pemerintah pusat dan daerah

dalam bentuk kebijakan harga dan infrastruktur dalam rangka meningkatkan

ketahanan pangan di Provinsi NTB. Surplus ini dapat digunakan sebagai cadangan

pangan yang harus diserap pemerintah daerah dalam rangka stabilisasi harga dan

menggunakannya untuk membantu keluarga miskin dalam rangka program Raskin

atau mendistribusikannya ke daerah lain untuk menjamin ketersediaan beras secara

nasional.

2. Usaha Budidaya Jagung

Seperti halnya tanaman padi. hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai

skor produksi jagung lebih besar dari permintaannya. Hal ini menunjukkan bahwa

pengembangan program agribisnis jagung sebagai salah satu komponen komoditas

unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah melalui program PIJAR (pengembangan

sapi, jagung dan rumput laut) telah dikonfirmasi oleh para narasumber dalam

penilain tersebut. Usaha pertanian jagung ini pun menurut pada narasumber

memiliki prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha

budidaya jagung berada pada katagori Berkembang. Data statistik menunjukkan

bahwa walaupun pada periode 2009 – 2010 terjadi penurunan produksi sebesar 19,4

persen, akan tetapi terjadi kecenderungan kenaikan produksi jagung pada periode

2006 – 20010, dengan kenaikan rata-rata per tahun 29,28 persen (Provinsi NTB

Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi terhadap produksi jagung

relatif terbatas, hasil produksi berupa jagung pipilan sebagian besar di ekspor ke luar

daerah Provinsi – dan digunakan sebagai bahan baku untuk industri pakan dan

industri lain.

Page 485: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-9

Secara umum pada tingkat Nasional kebutuhan bahan baku terhadap jagung pipilan

sebagai bahan industri pakan dan pangan adalah tinggi, dan bahkan untuk

mencukupi kebutuhan industri Indonesia masih mengimpor jagung. Dalam

hubungan ini Kebijakan Pemerintah Daerah mendukung usaha budidaya jagung ini

(dengan skor mendekati Sangat Baik = 4,43). Walaupun demikian dari aspek Prospek

Pasar dan Minat Investor untuk usaha budidaya jagung ini masih dinilai pada

katagori Cukup (skor = 3,1) oleh narasumber. Dengan demikian walaupun dari sisi

perbandingan antara aspek Produksi dan Permintaan usaha budidaya jagung ini

menunjukkan tahap Sudah Jenuh, akan tetapi dengan memperhatikan aspek

dukungan Kebijakan Pemerintah Daerah yang Sangat Baik, diiringi usaha untuk

meningkatkan Pasar dan Minat Investor, pada masa mendatang usaha budidaya

tanaman jagung ini diduga berada pada katagori Tahap Mulai Jenuh.

3. Wisata Pantai/Bahari.

Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi untuk wisata

pantai, seperti perhotelan dan lain-lain, dengan skor permintaan – yang dalam hal ini

ditunjukkan oleh kunjungan wisatawan adalah relatif seimbang. Tingkat hunian

kamar hotel menurut para narasumber relatif tinggi seperti ditunjukkan oleh selisih

jumlah kamar dengan tingkat hunian relatif kecil (selisih 0,07 poin). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan antara produksi dan permintaan.

Sementara itu dari segi prospek, para narasumber menilai usaha wisata pantai

memiliki prospek baik. Berdasarkan statistik Provinsi NTB Dalam Angka tahun

2011, pada tahun 2010 jumlah Hotel Bintang di Provinsi NTB berjumlah 30 buah

dengan jumlah kamar 2162 unit dan Hotel Melati berjumlah 532 unit dengan jumlah

kamar 5199 unit. Dengan memperhatikan statistik jumlah wisatawan yang terus

meningkat dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata 15,67 persen per tahun pada periode

2006-2010, serta perkembangan jumlah Biro dan Agen Perjalanan Wisata yang

meningkat rata-rata 6,4 persen per tahun, maka usaha Wisata Pantai/Bahari ini

termasuk dalam kategori Berkembang. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari dukungan

pemerintah melalui program Visit Lombok and Sumbawa Year 2012 yang lalu.

Pencanangan program tersebut oleh Pemda Provinsi sejak 2008 bagi para pelaku

wisata merupakan pertanda komitmen pemerintah dalam mendukung

berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut dari disertakannya NTB dalam

koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu gerbang pariwisata dan penghasil

pangan nasional. Kesesuainnya dengan kebijakan Pemerintah Daerah, serta Minat

Investor dan Prospek Pasar yang Sangat Baik ini menjadi alasan kuat untuk terus

mengembangkan usaha ini.

4. Usaha Budidaya Rumput Laut

Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk

usaha budidaya rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan

selisih skor sebesar 0,42 poin namun memiliki prospek baik (skor 3,42).

Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya rumput laut dapat dikatagorikan

masih pada tahap (Mulai Berkembang). Data statistik menunjukkan bahwa pada

periode 2009 – 2010 terjadi kecenderungan kenaikan produksi rumput laut yang

sangat tinggi, dengan kenaikan rata-rata per tahun 29,28 persen (Provinsi NTB

Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi terhadap produksi rumput laut

relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan yang mengolah produk ini.

Page 486: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-10

Hasil produksi berupa rumput laut kering sebagian besar di ekspor atau dijual ke

luar daerah Provinsi. Usaha budidaya rumput laut di Provinsi NTB yang sudah

berkembang adalah di Kabupaten Lombok Tengah dan Sumbawa Barat. Berdasarkan

penilaian narasumber prospek usaha ini sangat baik dari sisi kesesuaiannya dengan

kebijakan pemerintah (skor 4,42) dan dinilai mempunyai prospek pasar yang baik

(skor (3,83), akan tetapi minat investor dinilai relativ masih agak cukup (skor 2,83).

Masih terbatasnya wilayah yang sudah mengusahakan budidaya rumput laut ini

mengindikasikan adanya peluang untuk pengembangan ke daerah lain. Walaupun

menurut para narasumber minat investor relativ rendah, namun dengan

mengadakan promosi yang terus menerus dan dukungan kebijakan yang konsisten

maka usaha ini dapat ditingkatkan menuju fase berkembang.

5. Usaha Budidaya (Pembesaran) Sapi Potong .

Hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi usaha

pemeliharaan sapi lebih besar dari permintaannya. Hal ini berarti keberadaan NTB

sebagai salah satu daerah penghasil daging telah dikonfirmasi oleh para narasumber

dalam penilain tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha

pemeliharaan sapi dalam rangka mewujudkan NTB sebagai bumi sejuta sapi pada

tahun 2013 sebagai salah satu komponen komoditas unggulan yang ditetapkan

pemerintah daerah melalui program PIJAR (pengembangan sapi, jagung dan rumput

laut) telah dikonfirmasi oleh para narasumber dalam penilain tersebut. Usaha

pemeliharaan sapi ini pun menurut pada narasumber memiliki prospek baik

sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha pemeliharaan sapi berada

pada katagori Berkembang. Pada tahun 2010 tercatat populasi sapi di Provinsi NTB

sebanyak 695.951 ekor yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Jumlah populasi

ini cenderung meningkat yang dapat diduga dari perkembangan jumlah kelahiran

ternak dengan inseminasi buatan, khususnya Sapi Bali. Pada periode 2006-2010

terjadi kenaikan jumlah kelahiran rata-rata per tahun sebesar 16,32 persen (Provinsi

NTB Dalam Angka, 2011). Dari sisi permintaan, untuk konsumsi lokal ditunjukkan

oleh perkembangan banyaknya pemotongan ternak sapi yang pada periode 2006-

2010 cenderung meningkat rata-rata sebesar 9,71 persen per tahun. Permintaan

terhadap sapi potong juga ditunjukkan oleh banyaknya ternak sapi yang dijual ke

luar Provinsi NTB. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 5601 ekor yang dikirim ke

Provinsi DKI, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulsel dan Kalbar. Usaha budidaya

(pembesaran) sapi ini mempunyai prospek pasar yang sangat baik, dan minat

investor yang dapat dikatagorikan Cukup Baik. Berdasarkan uraian di atas,

didukung dengan Kebijakan Pemda yang Sangat Baik, maka dapat disimpulkan

bahwa usaha budidaya (pembesaran) sapi potong ini berada pada Tahap

Berkembang.

6. Industri Tenun

Industri tenun di Provinsi NTB merupakan industri kerajinan rumah tangga yang

secara tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat NTB. Produknya

berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini

mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan.

Menurut penilaian narasumber kondisi produksi industri ini relatif lebih besar

dibandingkan dengan permintaan, dengan selisih skor 0,42 poin. Namun demikian

Page 487: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-11

tidak seperti halnya dengan KPJU Unggulan sebelumnya, prospek pasar dan minat

investor terhadap industri ini menurut penilaian narasumber adalah kurang dari

cukup (skor 2,40), demikian juga dengan kesesuaiannya dimana kebijakan

pemerintah daerah yang masih dinilai cukup. Oleh karena itu secara keseluruhan

prospek KPJU ini tergolong rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa industri tenun ini sudah pada Tahap Mulai Jenuh. Jika over supplai tersebut

tidak dapat dipasarkan keluar daerah karena berbagai faktor (kualitas, corak yang

tidak sesuai selera konsumen, dll) maka usaha ini dapat menuju ke Tahap Sudah

Jenuh.

7. Usaha Penangkapan Ikan di Laut.

Data statistik menunjukkan bahwa produksi hasil penangkapan ikan di laut pada

tahun 2010 adalah sebanyak 111.882,4 ton dan pada periode 2006 – 2010

menunjukkan peningkatan yaitu rata-rata 5,67 persen per tahun (Provinsi NTB

Dalam Angka, 2011). Walaupun terjadi kenaikan produksi, hasil penilaian

narasumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk usaha budidaya

rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor sebesar

0,50 poin. Penangkapan ikan di laut di NTB dilaksanakan oleh nelayan tradisional

dengan menggunakan sarana penangkapan yang masih terbatas. Dukungan

kebijakan pemerintah daerah serta prospek pasar terhadap usaha ini berdasarkan

penilaian narasumber adalah pada katagori Baik, walaupun dari sisi minat investor

adalah Cukup. Berdasarkan penilaian ini maka usaha penangkapan ikan di laut

dapat dikatagorikan masih pada tahap Mulai Berkembang.

8. Usaha budidaya Jambu Mete

Data statistik menunjukkan bahwa produksi jambu mete pada tahun 2010 adalah

sebanyak 12.896,5 ton dan selama periode 2008 – 2010 menunjukkan

kecenderungan menurun dengan rata-rata sekitar 20 persen per tahun, walaupun

dari segi luas areal terjadi kecenderungan meningkat dengan rata-rata 2,04 persen

per tahun (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi

terhadap produksi biji mete relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan

besar yang mengolah produk ini. Hasil produksi berupa biji mete mentah yang

dikeringkan sebagian dijual ke luar daerah Provinsi. Pendapat narasumber

menunjukkan bahwa potensi dan prospek permintaan komoditas jambu mete ini

lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih nilai 0,67 point. Hal ini

dikarenakan jambu mete merupakan salah satu komoditas yang banyak

diperdagangkan secara internasional (internationally tradable goods) sehingga potensi

permintaannya sangat tinggi. Oleh karena itu berdasarkan kondisi ini dapat

disimpulkan bahwa usaha budidaya mete ini masih berada pada kategori Mulai

Berkembang. Hal ini didukung oleh hasil penilaian narasumber terhadap prospek

pasar dari komoditas yang masuk dalam katagori Baik (skor = 3,67), dengan

dukungan dari sisi kebijakan Pemda yang dinilai baik (skor = 3).

9. Usaha Budidaya Mangga

Statistik produksi buah mangga di Provinsi NTB menunjukkan kenaikan dari tahun

ke tahun. Secara rata-rata pada periode 2006 – 2010 produksi mangga meningkat

rata-rata 20,13 persen per tahun. Penilaian narasumber menunjukkan bahwa

produksi mangga lebih tinggi dibanding permintaan domestiknya dengan selisih skor

Page 488: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-12

sebesar 1,0 poin. Berbeda halnya dengan usaha jambu mete dan kelapa, penilaian

narasumber terhadap prospek pasar komoditas mangga relatif baik (skor = 3,27)

namun minat investor (skor = 2) dan dukungan infrastruktur (skor 2,55) relatif

rendah. Oleh karena itu secara keseluruhan prospek KPJU ini tergolong rendah.

Dengan pertimbangan tersebut, maka dapat diprediksi bahwa usaha budidaya

mangga di NTB ini berada pada tahap Mulai Jenuh. Untuk mengatasi hal tersebut

maka pemasaran hasil produksi mangga tidak lagi hanya mengandalkan pasar lokal

tapi pemerintah daerah harus memfasilitasi dilakukan penetrasi terhadap pasar baru

seperti pemasaran ke luar Provinsi NTB – khususnya ke Bali dan Jawa dengan

mempromosikan keunggulan dari mangga khas Lombok dan Sumbawa untuk

menciptakan diferensiasi produk terhadap persaingan dengan produksi mangga

daerah lain.

10. Usaha Budidaya Cabe Rawit

Produksi cabe NTB terutama cabe besar menunjukkan peningkatan yang cukup

tinggi. Selama periode 2006-2010 produksi cabe meningkat dari 1.825 ton menjadi

5.780 ton atau meningkat rata-rata 34.3 % per tahun, sementara luas areal

meningkat dari 455 hektar menjadi 817 hektar atau hanya meningkat rata-rata 17 %

per tahun. Dengan demikian data tersebut mengindikasikan telah terjadi

peningkatan produktivitas dari KPJU unggulan ini sebesar 17,3 % per tahun (NTB

dalam Angka 2011). Namun di tengah peningkatan produksi dan produktivitas

tersebut hasil penilaian narasumber menunjukkan bahwa produksi cabe NTB masih

lebih rendah dari permintaannya (selisih skor 1,0). Hal ini terlihat dari masih

tingginya permintaan produk cabe olahan dalam bentuk saus dan bubuk cabe yang

di datangkan dari daerah lain. Selain itu para narasumber menilai permintaan

tersebut masih akan tetap tinggi dan stabil sepanjang tahun. Sejalan dengan hal

tersebut para narasumber mengatakan bahwa prospek KPJU ini tergolong baik

seperti terlihat dari skor untuk prospek pasar rata-rata 3,0, kesesuaian dengan

kebijakan pemerintah (skor 3,58), minat investor (skor 3,0), dan dukungan

infrastruktur (skor 3,0). Berdasarkan penilaian tersebut maka KPJU ini berada pada

kategori Mulai Berkembang. Yang diperlukan kemudian adalah menjamin stabilitas

harga komoditas dengan memfasilitasi berdirinya industria pengolahan cabe menjadi

saus dan bubuk cabe sehingga petani dapat terhindar dari turunnya harga ketika

musim panen.

6.4. Analisis Inflasi KPJU Unggulan

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-

menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya

likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, dan akibat adanya

ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk melihat

tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung

secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga

digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat

sebagai penyebab meningkatnya harga.

Page 489: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-13

Penyebab inflasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) tarikan permintaan

(demand pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar yang terkait

dengan permintaan terhadap barang dan jasa yang berakibat bertambahnya

permintaan terhadap faktor-faktor produksi sehingga meningkatkan harga. Kelompok

ke – 2 adalah desakan biaya (cost push inflation) akibat adanya kelangkaan produksi

dan/atau kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada

perubahan yang meningkat secara signifikan, sehingga memicu kenaikan harga.

Sehubungan dengan itu penetapan KPJU Unggulan berkaitan dengan penyebab

inflasi adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu desakan biaya (cost push inflation).

Perkembangan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat antara tahun 2005-2011

menunjukkan fluktuasi yang relatif tinggi (volatile) dengan kecenderungan menurun.

Hal ini berkaitan dengan fluktuasi produksi di sektor makanan melalui pengaruh

fluktuasi produksi padi, jagung, kedele, dan produk pertanian lainnya termasuk

peternakan dan perikanan. Jika produksi komoditas pertanian ini turun maka harga

bahan makanan naik tajam sehingga memberikan kontribusi besar pada peningkatan

harga secara keseluruhan. Hal ini terlihat pada tahun 2010 ketika laju inflasi

Provinsi mencapai 10,08 %, inflasi di kelompok makanan mencapai 20,12% yang

menunjukkan kelompok makanan merupakan kontributor terbesar terhadap inflasi

Provinsi. Laju inflasi NTB tahun 2005-2011 disajikan pada Gambar 6.2.1.

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011

Gambar VI-2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%)

Penurunan produksi bahan makanan yang tidak diimbangi dengan persediaan dari

impor telah memacu inflasi. Selama periode 2009-2011 laju inflasi di NTB

memperlihatkan fluktuasi cukup tajam. Pada 2009 terjadi laju inflasi sebesar 3,44

persen, menurun tajam dari 13,01 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2010

17.72

4.17

8.76

13.01

3.44

10.08

6.55

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Laju Inflasi NTB Tahun 2005-2011 (%)

Page 490: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-14

lonjakan inflasi terjadi hingga 10,08 persen. Naiknya harga sejumlah komoditas

pertanian seperti cabai merah, umbi-umbian dan ikan segar menjadi faktor utama.

Selain itu musim dan cuaca yang kurang bersahabat sehingga panen tembakau di

NTB dinilai gagal dan cukup signifikan menyumbang pada tingginya inflasi. Namun

demikian pada tahun 2011 laju inflasi berhasil diturunkan menjadi 6,55 persen.

Penetapan KPJU Unggulan diharapkan mampu mendorong investasi dan

berkembangnya usaha pada KPJU yang diunggulkan, yang pada akhirnya berdampak

kepada lebih tersedianya komoditas, produk atau jasa dari KPJU Unggulan tersebut.

Di antara KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), maka

KPJU yang termasuk dalam kelompok komoditas dalam perhitungan inflasi adalah

seperti dapat dilihat pada Tabel VI.2, KPJU Unggulan termasuk pada:

1) Kelompok Bahan Makanan padi-padian, umbi-umbian, komoditas beras, jagung

pipilan (101001 dan 101006), ada 2 (dua) KPJU yaitu usaha budidaya padi sawah dan

jagung.

2) Kelompok bahan makanan daging dan hasilnya-daging sapi (102016), yaitu 1 KPJU

yaitu usaha sapi potong.

3) Kelompok bahan makanan- ikan segar, ada 2 KPJU yaitu Penangkapan Ikan di Laut

cakalang, tongkol dan tuna (103017, 103081, 103084) dan Budidaya Ikan di Tambak (

Bandeng – 103004 dan, Udang Windu - 103085).

4) Kelompok bahan makanan – sayur sayuran , ada 2 KPJU yaitu usaha budidaya kacang

panjang (106033) dan usaha budidaya jagung manis (106 075)

5) Kelompok bahan makanan kacang-kacangan, terdapat 3 KPJU yaitu usaha budidaya

kacang kedele (107003), kacang tanah (107006), dan usaha perkebunan jambu

mete/kacang mete (107005).

6) Kelompok bahan makanan buah-buahan , yaitu kelapa muda (108028) untuk KPJU

usaha perkebunan kelapa dan pisang (108019 untuk KPJU usaha budidaya pisang.

7) Kelompok bahan makanan bumbu-bumbuan – cabe rawit (109030) yaitu 1 KPJU yaitu

usaha budidaya cabe rawit.

8) Kelompok bahan makanan Lemak dan minyak – Kelapa (110001) untuk KPJU usaha

perkebunan kelapa.

9) Kelompok makanan jadi (201000) terdapat 1 KPJU yaitu adalah usaha

restoran/rumah makan.

10) Kelompok Rekreasi (604000) terdapat 2 KPJU yaitu wisata pantai/baharí dan wisata

budaya.

11) Kelompok Sarana dan Penunjang Transportasi (703016 dan 703017) terdapat 1 KPJU

yaitu usaha jasa bengkel motor

Tabel VI-2. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi

Sektor/Sub

sektorKPJU

Urutan KPJU Ungulan

Lintas Sektor

Kelompok Komoditas

Penyumbang Inflasi

Padi Palawija Padi Sawah Padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya – beras (101001)

Padi Palawija Jagung

Padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya – jagung pipilan

(101006), jagung manis

(106075)

Pariwisata Wisata Pantai/Bahari Rekreasi (604027)

Page 491: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-15

Sektor/Sub

sektorKPJU

Urutan KPJU Ungulan

Lintas Sektor

Kelompok Komoditas

Penyumbang Inflasi

Perikanan Budidaya Rumput Laut -

Peternakan Sapi Daging dan Hasilnya – daging

sapi (102016)

Perindustrian Tenun

Perikanan

Penangkapan Ikan di

Laut ( Tongkol, Tuna,

Cakalang)

Ikan segar – Cakalang, tongkol,

tuna (103017, 103081,

103084)

Perkebunan Jambu Mete Kacang-kacangan – kacang

mete (107005)

Buah-Buahan Mangga -

Sayuran Cabe Rawit Bumbu-bumbuan – caberawit

(109030)

Perkebunan Kelapa

Buah-buahan – kelapa muda

(108028) dan Lemak/minyak

(110001)

Perikanan

Budidaya Ikan di

Tambak ( Bandeng,

Udang Windu)

Ikan segar – ( 103004, 103085)

Pariwisata Wisata Budaya Rekreasi (604027)

Buah-Buahan Pisang Buah-buahan, pisang (108019)

Jasa Jasa keuangan (Koperasi

sp) -

Padi Palawija Kacang Tanah Kacang-kacangan, kacang

tanah (107006)

Perdagangan Rumah Makan Makanan jadi (201000)

Jasa Bengkel Motor Sarana dan penunjang

transport (703016-17)

Padi Palawija Kacang Kedelai Kacang-kacangan, kacang

kedele (107003)

Sayuran Kacang Panjang Sayur-sayuran, kacang panjang

(106033)

Seperti dapat dilihat pada Tabel VI-2 di atas, kecuali 3 (tiga) KPJU Unggulan yaitu

Budidaya Rumput Laut, usaha budidaya buah-buahan mangga, serta usaha jasa

keuangan simpan pinjam (koperasi), 17 KPJU Unggulan Lintas Sektor yang lain

merupakan penyumbang langsung terhadap inflasi. Diantara ke 17 KPJU Unggulan

tersebut, kecuali KPJU Unggulan wisata pantai/baharí dan wisata budaya serta

usaha jasa bengkel motor, serta rumah makan, selebihnya adalah pada Kelompok

Bahan Makanan.

KPJU pada sektor pariwisata yaitu wisata pantai dan wisata bahari dapat

menyebabkan inflasi secara tidak langsung. Hal ini karena dengan berkembangnya

Page 492: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

V-16

sektor pariwisata dapat berdampak kepada permintaan terhadap jasa perhotelan dan

pada kelompok bahan makanan seperti ikan segar, buah-buahan dan sayur-sayuran.

Selain itu KPJU Unggulan yang termasuk pada kelompok bahan makanan seperti

daging, ikan, dan yang lain dapat memberikan pengaruh terhadap inflasi kelompok

makanan jadi, seperti produk olahan daging sapi, dan beragam jenis makanan jadi

yang lain.

Berdasarkan data BPS, laju inflasi “tahun ke tahun” – yaitu persentase perubahan

IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan November 2011 di Provinsi NTB

(gabungan Kota Mataram dan Kota Bima) adalah 5,15%, dengan kontributor utama

pendorong inflasi adalah kelompok kacang-kacangan yang mengalami peningkatan

indeks harga 19%, daging dan hasil-hasilnya 17,25%, sementara kelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami penurunan indeks harga -2,82% dan

bumbu-bumbuan -8,57%. Akan tetapi berdasarkan laju inflasi tahun kalender bulan

November 2012 yaitu persentase perubahan IHK bulan November 2012 terhadap IHK

bulan Desember 2011 maka laju inflasi gabungan adalah 3,49% dan kelompok

kacang-kacangan mengalami kenaikan indeks harga 18,05%, daging dan hasilnya

12,65%, sementara kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya mengalami

indeks harga -4,31, sayur-sayuran -19,36%, dan bumbu-bumbuan -21,45 (BPS NTB,

2012)1.

Berdasarkan perubahan IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan sebelumnya,

gabungan Kota Mataram dan Bima Provinsi Nusa Tengga Barat mengalami deflasi

sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut terjadi karena adanya penurunan indeks pada

Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen;

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar sebesar 0,01 persen;

Kelompok Sandang sebesar 0,18 persen dan Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,19

persen. Pada periode ini kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga konsumen

adalah pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,22

persen; Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,07 persen dan

Kelompok Kesehatan sebesar 0,03 persen.

Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap deflasi pada

bulan November 2012 adalah yaitu Kelompok Sandang sebesar 0,01 persen;

Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen dan

Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,06 persen. Sedangkan kelompok yang

memberikan sumbangan inflasi adalah Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau sebesar 0,05 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan

bakar sebesar 0,00 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,00 persen dan Kelompok

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen.

Sehubungan dengan laju inflasi pada bulan November 2012, yaitu perubahan IHK

bulan November 2012 terhadap IHK bulan sebelumnya, dikaitkan dengan

komoditas/produk KPJU Unggulan Lintas Sektor adalah sebagai berikut. Pada

Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tertinggi adalah pada kelompok buah-buahan

sebesar 2,65 persen dimana salah satu komoditasnya merupakan komoditas KPJU

Unggulan usaha budidaya pisang dan kelapa muda yang merupakan komoditas

1 Berita Resmi Statistik No. 75/12/52/Th. VI, 3 Desember 2012. Inflasi Gabungan Kota

Mataram dan Kota Bima Bulan November 2012

Page 493: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Analisis KPJU Unggulan Lintas Sektor

V-17

KPJU Unggulan usaha perkebunan kelapa. Kemudian laju inflasi tertinggi berikutnya

adalah produk usaha pada KPJU usaha sapi potong yang produknya berupa daging

sapi yang mengalami kenaikan inflasi sebesar 2,40 persen. Menempati urutan ke-

tiga tertinggi laju inflasi untuk kelompok bahan makanan adalah sayur-sayuran

yaitu sebesar 1,89 persen yang mana didalamnya adalah komoditas dari KPJU usaha

budidaya kacang panjang dan usaha budidaya jagung manis. Untuk sub kelompok

padi-padian, mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dan pada sub kelompok ini

termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU yaitu usaha budidaya padi sawah dan

jagung. Selain kelompok Bahan Makanan yang memberikan andil terhadap inflasi

adalah kelompok makanan jadi, yang dalam hal ini merupakan salah satu dari

produk KPJU usaha restoran/rumah makan yang mengalami inflasi sebesar 0,32

persen. Demikian juga pada sub-kelompok Sarana dan Penunjang transportasi

mengalami inflasi sebesar 0,51 persen yang didalamnya termasuk produk jasa dari

KPJU Unggulan usaha jasa bengkel motor.

Pada periode November 2012, kelompok komoditas bahan makanan yang mengalami

deflasi 2012 adalah Ikan segar sebesar 3,52 persen, dan pada sub kelompok ini

termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU penangkapan Ikan di Laut (cakalang,

tongkol dan tuna) dan KPJU Budidaya Ikan di Tambak (Bandeng dan, Udang Windu).

Sub-kelompok bahan makanan yang juga mengalami deflasi adalah kacang-kacangan

sebesar 0,16 persen yang didalamnya adalah komoditas dari KPJU usaha budidaya

kacang kedele, kacang tanah dan usaha perkebunan jambu mete/kacang mete.

Sub kelompok bahan makanan yang juga mengalami deflasi adalah lemak dan

minyak sebesar 0,03 persen dimana salah satu komoditasnya adalah dari KPJU

usaha perkebunan kelapa.

Page 494: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,
Page 495: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kesimpulan dan Rekomendasi

VII-1

BAB VII. KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

7.1 Kesimpulan

Penetapan KPJU Unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

dilandasi tujuan untuk (i) penciptaan lapangan kerja, (ii) pertumbuhan ekonomi, dan

(iii) peningkatan daya saing produk, masing-masing dengan tingkat kepentingan

0,3100; 0,3276 dan 0,3624. Berdasarkan tujuan tersebut ditetapkan 11 kriteria yang

digunakan untuk menetapkan KPJU Unggulan yang masing-masing dengan tingkat

bobot kepentingan yang berbeda, dengan urutan sebagai berikut yaitu Ketersediaan

Pasar (0,1254), manajemen usaha (0.1148) Harga (0.1142), Sumbangan

perekonomian (0.1116), Modal (0.0900) Penyerapan tenaga kerja ( 0.0897), teknologi

(0.0805), Tenaga kerja terampil (0.0753), Saprodi (0.0746), bahan Baku (0.0648),

Sosial Budaya (0.05292). Kriteria yang digunakan untuk menyaring KPJU tingkat

Kecamatan untuk menjadi kandidat KPJU pada tingkat Kabupaten adalah (1)

ketersediaan input/sarana produksi atau usaha (0,2683), (2) jangkauan pasar

(0,2422), (3) jumlah unit usaha/ produksi/ luas areal (0,2254), (4) kontribusi

terhadap perekonomian kecamatan (0,2685).

Berdasarkan kriteria dan tingkat kepentingannya, terpilih KPJU Unggulan

Kabupaten/Kota yang mempunyai skor terbobot tertinggi yaitu:

(1) Kabupaten Lombok Barat : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, manggis pada sub

sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub

sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, mahoni

pada sub sektor kehutanan, marmer pada sektor Penggalian, kerajinan

furnitur pada sektor industri, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata

pantai pada sektor pariwisata, jasa salon pada sektor jasa, dan jasa angkutan

travel pada sektor transportasi.

(2) Kabupaten Lombok Tengah : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor

buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor

peternakan, Budidaya Ikan kolam pada sub sektor perikanan, sengon alam

pada sub sektor kehutanan, batu kapur/ gamping pada sektor Penggalian,

kerajinan kethak pada sektor industri, perdagangan hasil kerajinan pada

sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa bengkel

motor pada sektor jasa, dan usaha travel pada sektor angkutan.

(3) Kabupaten Lombok Timur : jagung pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub

Page 496: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

VII-2

sektor buah-buahan, tembakau Virginia pada sub sektor perkebunan, sapi

pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor

perikanan, sarang burung walet pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu)

pada sektor Penggalian, industri gerabah pada sektor industri, pedagang hasil

perkebunan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor

pariwisata, jasa bengekel motor pada sektor jasa, dan angkutan pick Up pada

sektor angkutan.

(4) Kabupaten Sumbawa : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub

sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub

sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, lebah

madu pada sub sektor kehutanan, krikil/koral pada sektor Penggalian,

industri olahan rumput laut pada sektor industri, pedagang hasil pertanian

pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, jasa

Penggilingan Padi sektor jasa, dan angkutan pedesaan di sektor angkutan.

(5) Kabupaten Dompu : jagung pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija),

bawang merah pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-

buahan, jambu mete pada sub perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan,

Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, pohon jati pada sub sektor

kehutanan, batu bangunan pada sektor Penggalian, industri tenun pada sektor

industri, pedagang hasil pertanian pada sektor perdagangan, wisata pantai

pada sektor pariwisata, koperasi serba usaha pada sektor jasa, dan angkutan

desa pada sektor angkutan.

(6) Kabupaten Bima : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, sawo pada sub

sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, peternakan

sapi pada sub sektor peternakan, budidaya bandeng pada sub sektor

perikanan, rotan pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu) pada sektor

Penggalian, industri garam rakyat pada sektor industri, pedagang hasil

peternakan pada sektor perdagangan, wisata religi pada sektor pariwisata, jasa

penjahit pada sektor jasa, dan angkutan kota dalam provinsi (AKDP) pada

sektor angkutan.

(7) Kabupaten Sumbawa Barat : padi sawah pada sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub

sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub

sektor peternakan, budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, rotan

pada sub sektor kehutanan, pasir kerikil pada sektor Penggalian, industri

meubel pada sektor industri, pedagang hasil pertanian pada sektor

perdagangan, wisata budaya pada sektor pariwisata, jasa kost-kostan pada

sektor jasa, dan travel pada sektor transportasi.

(8) Kabupaten Lombok Utara : jagung pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, pisang pada sub

sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub

sektor peternakan, penangkapan ikan dilaut pada sub sektor perikanan, lebah

madu pada sub sektor kehutanan, batu pada sektor Penggalian, industri

kerajinan bambu pada sektor industri, rumah makan pada sektor

Page 497: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kesimpulan dan Rekomendasi

VII-3

perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa laundry pada

sektor jasa, dan jasa angkutan laut pada sektor angkutan.

(9) Kota Mataram : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija),

kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-

buahan, ayam buras pada sub sektor peternakan, budidaya Ikan kolam pada

sub sektor perikanan, kerajinan perhiasan mutiara, emas dan perak pada

sektor industri, perdagangan perhiasan pada sektor perdagangan, wisata

belanja pada sektor pariwisata, jasa bengkel motor pada sektor jasa, dan

angkutan taxi pada sektor angkutan.

(10) Kota Bima : padi sawah pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe pada sub sektor sayuran, sawo pada sub sektor buah-

buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor

peternakan, penangkapan ikan di laut pada sub sektor perikanan, tenun pada

sektor industry, took kelontong pada sektor perdagangan, bengkel motor pada

sektor jasa, AKDP pada sektor angkutan, pasis pada sektor penggalian, lebah

madu pada sub sektor kehutanan, dan wisata pantai pada sektor pariwisata.

(11) KPJU Unggulan persektor/sub sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat yang

mempunyai skor terbobot tertinggi yaitu; padi sawah pada sektor padi

palawija, cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor

buah-buahan, jambu mete pada sektor kehutanan, sapi pada sektor

peternakan, budidaya rumput laut pada sektor perikanan, lebah madu pada

sektor kehutanan, batu banggunan pada sektor Penggalian, industri tenun

pada sektor perindustrian, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata

pantai/ bahari pada sektor pariwisata, bengkel motor pada sektor jasa dan

angkutan kota dalam provinsi (AKDP) pada sektor angkutan.

Agregasi dan pengolahan lebih lanjut terhadap KPJU tingkat Kabupaten/Kota dapat

disimpulkan pada tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat diperoleh 10 KPJU unggulan:

usaha budidaya padi sawah, usaha budidaya jagung, wisata pantai/bahari, usaha

budidaya rumput laut, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha

penangkapan ikan dilaut, usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya buah

mangga, dan usaha budidaya cabe rawit.

7.2 Rekomendasi

7.2.1 Umum

Secara umum rekomendasi untuk pengembangan UMKM-KPJU Unggulan di Provinsi

Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:

1. Hasil 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah

mengakomodir komoditas unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu PIJAR (Sapi,

Jagung, dan Rumput Laut). Selanjutnya dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025), koridor Bali-Nusa Tenggara,

tema pembangunanya adalah pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan

nasional. Koridor ini terdiri atas 4 Pusat Ekonomi yaitu; Denpasar, Lombok, Kupang

dan Mataram dengan 3 kegiatan ekonomi utama: pariwisata, perikanan dan

peternakan. Dengan demikian, ke 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa

Tenggara Barat juga telah sesuai dengan tema pembangunan MP3EI. Dalam

Page 498: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

VII-4

mengembangkan 10 KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/kota bekerjasama dengan Pemerintah Pusat untuk

mendapatkan dukungan investasi, teknis dan lainnya dalam mengembangkan KPJU

unggulan tersebut.

2. KPJU Unggulan seyogyanya dituangkan atau dikukuhkan kedalam bentuk ketentuan

hukum (SK Gubernur/Bupati/Walikota), atau dituangkan di dalam RPJM

Provinsi/Kabupetan/Kota atau Renstra SKPD Terkait, sehingga bersifat mengikat dan

menjadi acuan bagi semua pihak/pemangku kepentingan untuk mengembangkan

KPJU Unggulan yang telah diidentifikasi. Agar supaya program dan pengembangan

tersebut lebih mengikat dan berkesinambungan.

3. Pengembangan KPJU Unggulan perlu dilakukan melalui pendekatan Klaster yang

terintegrasi menurut rantai nilai dari hulu ke hilir, dengan didukung oleh infrastruktur

dan sarana transportasi dan infrastruktur ekonomi dan kelembagaan, serta sistem

informasi pasar bagi KPJU Unggulan. Sebagai illustrasi, pengembangan peternakan

sapi, diikuti juga dengan pengembangan industri pakan, fasilitasi perdagangan antar

pulau, dan juga indutri pengolahannya.

4. Perlu dikembangkan informasi tentang Profil Investasi serta Penyusunan Lending

Model (model pembiayaan) bagi UMKM untuk pengembangan KPJU Unggulan.

Inisiatif penyusunan Lending Model tersebut dapat berasal dari Kemeterian Teknis

terkait, perbankan, asosiasi dan lainnya.

5. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan KPJU Unggulan untuk UMKM adalah

peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program

yang telah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar

produk UMKM perlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan

faktor penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan

pasar, antara lain pemenuhan terhadap persyaratan mutu, kemasan, dan waktu

delivery, harga, serta ketersediaan modal kerja untuk memenuhi volume pemesanan.

Sehubungan dengan itu maka:

a. Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan yang selama ini sudah

dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi Terkait perlu lebih diintensifkan. Program

tersebut meliputi;

i. Aspek kewirausahaan, sehingga SDM/pelaku usaha lebih mandiri dan

kreatif dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.

ii. Aspek teknik dan teknologi produksi, sehingga produksi lebih efisien serta

mutu dan kemasan produk lebih meningkat

iii. Aspek manajemen usaha, khususnya pemasaran dan keuangan, sehingga

dapat mendukung peningkatan akses pengusaha terhadap pasar dan

sumber pembiayaan usaha (perbankan).

b. Pengembangan jejaring usaha antar UMKM, serta pengembangan dan penguatan

kelembagaan pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan untuk meningkatkan

efisiensi biaya transaksi usaha dan pemasaran bersama.

c. Peningkatan sarana dan prasrana pemasaran bagi UMKM KPJU Unggulan serta

pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi KPJU Unggulan.

d. Pengembangan program kemitraan atau penguatan lebih lanjut program

kemitraan yang selama ini sudah terbentuk antara UMKM KPJU Unggulan dengan

Usaha Menengah/Besar terkait.

Page 499: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kesimpulan dan Rekomendasi

VII-5

6. Untuk lebih meningkatkan efektifitas dan kesinambungan program pendampingan

bagi UMKM KPJU Unggulan, maka:

a. Kelembagaan pendamping seperti Business Development Service (BDS) atau

Inkubator Bisnis UMKM yang sudah ada perlu lebih meningkatkan peran dan

fungsinya dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait.

b. Kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi di daerah dengan

yang sudah berlangsung selama ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan.

Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma Pengabdian Masyarakat, serta

program kurikuler seperti PKL, KKN atau kegiatan ko-kurikuler lain perlu lebih

dikembangkan untuk program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan.

7. Untuk menumbuh-kembangkan wirausaha baru, program yang telah dirintis oleh

Kemeterian Koperasi dan UKM perlu lebih dikembangkan untuk usaha KPJU

ungggulan. Sehubungan dengan ini, sasaran calon pelaku usaha adalah Sarjana yang

baru lulus dari Perguruan Tinggi Daerah melalui tahapan rekruitmen/seleksi yang

lebih ditekankan pada aspek kepribadian dan motivasi calon, pendidikan/pelatihan

tambahan (terutama pada aspek wirausaha dan keterampilan teknis serta usaha),

serta penyediaan fasilitas kredit permodalan/pembiayaan dengan skim dana bergulir.

8. UMKM pada bisnis KPJU Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber

pembiayaan, dan untuk itu diperlukan program dan upaya antara lain:

a. Pengembangan atau penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga

Pembiayaan Alternatif (LPA) yang sudah ada, khususnya dari aspek kelembagaan

dan permodalan.

b. Penyertaan Pemerintah Daerah yang lebih intensif dalam bentuk penyertaan dana

jaminan pembiayaan UMKM pada Bank Pembangunan Daerah.

c. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN dan BUM-Daerah

perlu lebih diintensifkan dan diintegrasikan sehingga lebih efektif bagi

pengembangan UMKM KPJU Unggulan,

d. Program sertifikasi tanah perlu dilanjutkan, khususnya bagi pelaku usaha UMKM

pada KPJU Unggulan yang belum memperoleh.

9. Secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses

pembiayaan untuk KPJU Unggulan bagi UMKM, antara lain melalui:

a. Peningkatan dan perluasan jaringan pelayanan disertai peningkatan kemampuan

SDM dalam hal memahami karakter UMKM khususnya pada bisnis KPJU

Unggulan

b. Penambahan dan perluasan jangkauan pelayanan Konsultan Keuangan Mitra

Bank (KKMB), melalui revitalisasi peran dan peningkatan pelatihan bagi KKMB

c. Pengembangan inovasi dan skim pembiayaan/ penyaluran kredit yang berbeda

untuk masing-masing KPJU Unggulan. Hal ini didasarkan atas perbedaan

karakteristik usaha antar KPJU Unggulan dan antara skala mikro, kecil dan

menengah. Seyogyanya dipertimbangkan untuk memberikan flesibilitas jangka

waktu pengembalian pinjaman yang disesuaikan dengan karakteristik usaha

KPJU Unggulan khususnya pada KPJU Sektor Pertanian tanaman pangan,

perkebunan dan peternakan, karena adanya perbedaan waktu siklus produksi/

siklus usaha

Page 500: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

VII-6

7.2.2 Khusus

Secara khusus rekomendasi kebijakan untuk pengembangan KPJU Unggulan di

Provinsi Nusa Tenggara Timur tersajikan dalam Tabel VII-1.

Tabel VII-1. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No.

KPJU Unggulan Lintas Sektor

Faktor Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action Plan

(Time Frame/TF)

Pelaksana

1.

Padi Sawah

Produktivitas cenderung stagnan, bahkan pada musim tertentu menurun sebagai akibat kualitas benih yang

rendah

Akumulasi bahan anorganik dalam tanah sangat tinggi

Dalam jangka panjang, beras bukanlah komoditas yang bisa diandalkan untuk meningkatkan kemakmuran petani

yang sebagian besar memiliki lahan sempit

Menurunnya luas lahan sawah

Pengawasan terhadap peredaran benih berlabel perlu ditingkatkan

Usahatani terpadu yang dapat memanfaatkan limbah tanaman dan ternak

menjadi pupuk (TF1)

Mendukung kegiatan penelitian untuk menemukan komoditas pertanian bernilai

tinggi yang yang memiliki prospek pasar dan sesuai dengan Agroklimat

Kebijakan pembatasan

konversi lahan pertanian (TF2)

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Dinas Perdagangan

Dinas Pertanian Tanaman Panagan, Dinas perindustrian

Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Panagan, BPTP,

Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum

2.

Jagung

Oligopsony di pasar

output yang menyebabkan harga jual produk rendah

Terbatasnya industri pengolahan sehingga

diperlukan bantuan untuk pengolahan hasil (Post Harvest Technology)

Memfasilitasi

tumbuhnya pedagang hasil pertanian

Pembangunan industri

pengolahan jagung baik sebagai bahan pangan maupun untuk pakan ternak sehingga dapat meningkatkan prospek pasar (TF1)

Dinas Pertanian

Tanaman Pangan, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Perbankan

Dinas Perindustrian,

BPTP

Page 501: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kesimpulan dan Rekomendasi

VII-7

No.

KPJU Unggulan Lintas Sektor

Faktor Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action Plan

(Time Frame/TF)

Pelaksana

Dukungan dan

pembangunan infrastruktur termasuk teknologi tepat guna perlu diperbanyak untuk meningkatkan

nilai tambah dan efisiensi produk (TF2).

Dinas

Perindustrian, BPTP

3.

Wisata Pantai/Bahari

Minimnya perhatian

terhadap risiko

lingkungan (sosial, keamanan, dan kebersihan)

Lambannya pembangunan

infrastruktur

Penyuluhan

terhadap

keamanan dan kebersihan pantai (TF1)

Pembangunan infrastruktur

menuju kawasan wisata dan fasilitas di kawasan wisata pantai (TF2)

Dinas

Pariwisata dan

Dinas Kebersihan.

Dinas Pariwisata;

Pertambangan dan energi; Pekerjaan Umum

Budidaya

Rumput Laut

Kurangnya perhatian

terhadap risiko

lingkungan.

Pembangunan

infrastruktur yang

mendukung

pengembangan industri.

Terbatasnya akses modal

untuk pengembangan

usaha karena ketiadaan

agunan

Pengembangan

minapolitan rumput laut

belum maksimal

Penyuluhan

terhadap

kebersihan pantai

untuk keberhasilan

budidaya rumput

laut(TF1)

Pembangunan

infrastruktur dan

industri pengolahan

budidaya rumput

laut (TF2)

Plafond KUR untuk

petani tanpa

agunan

ditingkatkan (saat

ini maks Rp. 5

jt/usaha)

Perluasan areal

mina politan suatu

kabupaten untuk

rumput laut (TF2)

Dinas Perikanan

dan Dinas

Kebersihan.

Dinas Perikanan,

dinas

perindustrian

Perbankan, Dinas

Koperasi & UMKM,

Dinas Perikanan

dan Bappeda

4.

Sapi

Penyediaan bibit

sapi unggul (limousine, simental).

Penyediaan bibit

sapi yang dapat memberikan tambahan bobot badan tinggi per satuan waktu

Bappeda, Dinas

Peternakan

Page 502: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

VII-8

No.

KPJU Unggulan Lintas Sektor

Faktor Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action Plan

(Time Frame/TF)

Pelaksana

Industri Pengolahan

hasil sapi

(TF1)

Menghasilkan pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan jika dilakukan pergantian sapi bibit

Penumbuhan industri peternakan terpadu sehingga industri tidak hanya menghasilkan

daging tapi juga tumbuhnya

industri pengolahan daging dan pengolahan kulit (TF2).

Dinas Peternakan dan Dinas Perindustrian

5.

Tenun

Penggunaan yang

semakin menurun.

Masuknya kain

tenun dari luar NTB.

Bahan baku yang berasal dari impor

Peningkatan

pemakaian kain tenun NTB seperti untuk seragam (TF1).

Memberikan

pelatihan untuk motif dan corak yang sedang diminati pasar (TF1)

Membantu

menyediakan bahan baku (TF2)

Dinas

Perindustrian, Dinas Pendidikan dan Pemerintah Kota/Kabupaten dan Provinsi.

Dinas

Perindustrian.

Dinas Perindustrian dan Dinas Perdagangan

Dinas Perindustrian dan Dinas Perdagangan

6. Penangkapan Ikan di Laut (Tongkol, Tuna, Cakalang)

Lemahnya sumber daya manusia di perikanan tangkap.

Pelatihan untuk kader nelayan di perikanan tangkap (TF1).

Dinas Perikanan.

7.

Jambu Mete

Harga jual kurang

menarik.

Jumlah pengolah/pedagang

yang masih kurang.

Program informasi

pasar dan

peningkatan kualitas (TF1).

Peningkatan

pengolah (TF2)

Dinas

Perkebunan

dan Dinas Perdagangan

Dinas

Perkebunan dan Dinas Koperasi dan UKM

8.

Mangga Terbatasnya pasar.

Peningkatan

pasar melalui (TF1)

Dinas

Perkebunan dan Dinas

Page 503: KATA PENGANTAR - bi.go.id · Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,

Kesimpulan dan Rekomendasi

VII-9

No.

KPJU Unggulan Lintas Sektor

Faktor Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action Plan

(Time Frame/TF)

Pelaksana

Image produk NTB

yang dirubah.

Promosi produk mangga NTB ke Bali dan Jawa (TF2)

Perdagangan.

Dinas Perkebunan dan Dinas Perdagangan.

9.

Cabe Rawit

Kurangnya Pengolahan cabe rawit

Pengolahan cabe rawit sehingga dapat dipasarkan lebih luas.

Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian.