kasus transfusi darah
TRANSCRIPT
DIDUGA MALAPRAKTEK, NYAWA DEBBY MELAYANG
AYU JELEK :P
PENDAHULUAN
Seni kedokteran adalah penerapan gabungan ilmu kedokteran, intuisi dan keputusan
medis untuk menghasilkan diagnosis yang tepat. Dokter perlu memberikan penjelasan
tentang penyakit pasien, rencana perawatan, dan proses pengobatannya.1,2 Dalam
menjalankan tugas profesinya, seorang dokter akan selalu terkait dengan bioetika maupun
etika kedokteran, yang kemudian akan diatur dalam kode etik kedokteran.1,2 Namun kini,
tidak sedikit dokter yang melanggar bioetika atau etikanya sebagai seorang dokter dalam
menghadapi pasien, sehingga menyebabkan hal tersebut menjadi sorotan masyarakat dan
menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa semua dokter dapat melakukannya.3
Seorang tenaga medis seharusnya memberikan pelayanan yang dinilai oleh masyarakat
sebagai sesuatu yang sangat berguna, mengabdi kepada kepentingan umum dan diharapkan
memperoleh kepuasan dari pengamalan ilmu kepada pasien, serta tidak menganggap uang
sebagai pemuas utama pekerjaannya.1
Malpraktek merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di dunia kesehatan.
Malpraktek dapat terjadi karena ketidaktahuan, kelalaian, kurangnya keterampilan,
kurangnya ketaatan dalam profesi maupun perbuatan salah yang disengaja.3
BIOETIKA
Bioetika terdiri dari dua kata, yaitu bio dan etika.1 Dimana bio berkaitan dengan ilmu-
ilmu bidang hayati, sedangkan etika adalah ilmu tentang isu-isu etik dalam ilmu biologi.1
Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang dokter, yaitu :
1. Beneficience
Adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien.
Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga
perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya (mudharat).4 Hal-hal
lain yang terdapat pada prinsip beneficience adalah :
Melindungi dan mempertahankan hak-hak yang lain
Mencegah terjadinya kerugian
Menghilangkan kondisi penyebab kerugian
Menolong orang cacat
Menyelamatkan orang dari bahaya
2. Non-Maleficience
Adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien, tidak
merugikan pasien.1,4 Yang harus diperhatikan oleh seorang dokter pada prinsip ini adalah :
Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien
Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter dalam prinsip ini adalah :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang penting
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien lebih besar dari kerugian dokter
3. Justice
Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun
dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).4 Pada prinsip ini dokter harus
memperhatikan :
Tidak boleh mendeskriminasikan pasien dalam hal apapun
Dokter harus menerima pasien, memberikan kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien,
dan memberikan kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien
Melibatkan pasien dalam berbagai pertimbangan baik itu dalam tindakan yang dilakukan
maupun obat apa yang diberikan
4. Autonomy
Adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the
rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin
informed consent.4 Isi dari informed concent adalah tindakan medis terhadap pasien harus
mendapat persetujuan dari pasien tersebut, setelah ia diberi informasi dan memahaminya.
MALPRAKTEK
Malpraktek merupakan istilah Hukum yang sering dinamakan dengan kelalaian
tindakan dokter yang berakibat kerusakan fisik, mental atau finansial pada pasien.2 Terdapat
tiga unsure dalam malpraktek yaitu: kelalaian, kesalahan medis, dan kerugian pasien.2
Malpraktek tidak hanya merupakan suatu tindakan medis yang salah, tetapi juga merupakan
pelanggaran etik profesi.2 Kelalaian medik dapat digolongkan sebagai malpraktek, tetapi di
dalam malpraktek tidak selalu terdapat unsur kelalaian medik, dengan perkataan lain
malpraktek mempunyai cakupan yang lebih luas daripada kelalaian medik.3
Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa malpraktik
dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu,
tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran / ketidak-kompetenan yang
tidak beralasan.8 Malpraktik dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya oleh dokter.
PERMASALAHAN5
Sekarang ini telah banyak kasus-kasus yang terjadi akibat kurangnya ketelitian dokter
dalam menjalankan tugas profesinya, sehingga memperburuk keadaan pasien. Salah satu
contohnya adalah kasus , seperti dibawah ini :
BALIKPAPAN-Warga kawasan Kelurahan Batu Ampar Balikpapan Utara, Franky Ferryanto
Siahaan (34) meminta kepolisian mengusut tuntas dugaan malapraktek yang dilakukan pihak
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB). Sejumlah saksi telah dimintai keterangan,
namun polisi masih menunggu keterangan saksi ahli dalam penyelidikan dugaan malpraktek
yang berbuntut hilangnya nyawa, Debby Rima Riska (29) saat menjalani operasi caesar.
Franky saat ditemui Balikpapan Pos di Polda Kaltim pada Senin (2/5) mengatakan, kematian
istrinya itu terjadi pada Jumat, 2 Juli 2010 silam.
“Istriku melahirkan puteri pertama ku, Debby Abigail Faith Siahaan. Bayi ku selamat, tapi
ibunya menghembuskan nafas terakhir usai menjalani operasi caesar,” kata Franky
menceritakan kronologi kejadian.
Dia menyebut, banyak kejanggalan dalam proses penanganan medis istrinya. Dia menduga
telah terjadi malapraktek, hingga akhirnya Franky memutuskan mengadukan kasus tersebut
ke Direktorat Reskrim Umum Polda Kaltim pada Senin 12 Juli 2010 lalu.
Sebagai terlapor pihak RSPB dan dokter spesialis kandungan berinisial dr T.
Ditanya soal kejanggalan selama proses persalinan berlangsung, Franky menceritakan,
diantaranya saat mulai masuk RSPB sesuai arahan dr T ahli spesialis kandungan yang selama
kurang lebih sembilan bulan masa kehamilan menangani pasien Debby termasuk pula
konsultasi.
Awalnya proses masuk hingga usai persalinan berjalan normal. Almarhum dan bayi
dinyatakan baik dan sehat. Hanya saja usai melahirkan (selengkapnya lihat grafis), tiba-tiba
kondisi Debby tak normal. Detak jantungnya berdebar cukup hebat, batuk berdahak keluar
cairan darah segar. Sehingga dokter melalui perawat yang bertugas meminta keluarga
menyediakan dua kantong darah golongan O.
“Yang saya sesalkan, saat almarhum istri saya menjalani transfusi darah kemudian terjadi
detakan jantung hebat. Namun malahan sang perawat menyuruh saya tenang. Karena saya
khawatir dengan kondisi Debby saya minta segera dibawa ke ruang Instalasi Care Unit (ICU)
yang jaraknya berdekatan dengan kamar perawatan istri saya,” papar dia.
Kemudian, ia melanjutkan, datang dokter jaga berinisial dr A melakukan pengecekan, namun
setelah pengecekan tidak ada perkataan apapun pada Franky, dr A keluar ruangan. “Di sini
saya kecewa tidak ada penanganan cepat, padahal saya ingin malam itu istri saya langsung
dirawat intensif. Kondisi istri saya semakin memburuk, juga tidak ada tindakan,” sesalnya
dengan mata berkaca-kaca mengingat kejadian malam tersebut.
Masih menurut dia, kurang lebih lima jam, tak ada penanganan, hingga sekira pukul 04.30
Wita, korban sudah tak sadarkan diri belum ada penindakan medis yang serius, dr T dan
perawat sudah memeriksa namun tidak melakukan tindakan apa-apa, hingga 30 menit
kemudian korban dinyatakan meninggal dunia.
“Yang membuat saya curiga lagi, saya meminta rekam medis penyebab kematian hingga saat
ini tak kunjung dikasih dengan berbagai alasan. Setiap saya ke RSPB, jawabannya selalu
berbeda. Apakah rekam medis ini ada, hilang, sengaja dihilangkan atau memang tidak ada
rekam medis atas nama istri saya?,” ujar Franky keseharianya pekerja swasta bidang
percetakan sablon itu.
Dikatakan Franky, sepekan setelah meninggalnya Debby, saat dirinya menanyakan rekam
medis istrinya itu, petugas RSPB malahan tidak pernah mendapatkan laporan apabila pasien
Debby telah meninggal.
Franky menduga istrinya mejadi korban malapraktek, terjadi kelalaian dalam proses
penanganan medis diantaranya pemberian transfusi darah dimana pihak RSPB maupun dokter
tidak merujuk rekam medis Debby yang mempunyai riwayat penyakit gejala hypertensi dan
kegemukkan.
Selain itu standar perawatan saat pemberian transfusi darah, penanganan pasien saat kondisi
kritis yang dinilai cukup lamban.
“Saya ingin polisi dapat mengungkap dugaan malapraktek yang dialami almarhum istri
saya,” harapnya.
Sementara itu, Humas RSBP Rita saat dikonfirmasi Balikpapan Pos kemarin
mengungkapkan, pihaknya sudah dipanggil dan dimintai keterangan polisi. “Kami sudah
dipanggil dimintai keterangan, kasus ini sepenuhnya ditangani polisi,” jawab Rita.
Mengenai rekam medis, lanjutnya, pihaknya sudah memberikan surat kematian serta
diagnosa penyakit diderita almarhum.
“Suratnya sudah kami berikan mulai diagnosa sampai surat kematian dari pihak keluarga,”
imbuhnya.
Masih di Polda Kaltim, Direktur Reskrim Umum Polda Kaltim Kombes Idris Kadir
mengungkapkan, kasus dugaan malapraktek ini masih dalam proses pemeriksaan sejumlah
saksi.
Setidaknya ada tiga orang dokter dimintai keterangan, perawat dan bidan. “Kami masih
menunggu pemeriksaan saksi ahli, kasus ini dalam proses penyelidikan,” kata Idris.
Kasus dugaan malapraktek itu kini ditangani unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)
Satuan I Pidana Umum Ditreskrim Polda Kaltim. Namun, proses penyelidikan yang berjalan
selama kurang lebih 9 bulan lamanya, penyidik belum menetapkan tersangka mengingat
penyelidikan sedang berjalan.
PEMBAHASAN
Akhir-akhir ini tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien atau keluarganya kepada
pihak rumah sakit dan atau dokternya semakin meningkat kekerapannya. Tuntutan hukum
tersebut dapat berupa tuntutan pidana maupun perdata, dengan hampir selalu mendasarkan
kepada teori hukum kelalaian.8 Seorangdokter/dokter gigi seharusnya meringankan beban
pasien, bukan malah memperburuk keadaan pasien. Sebelum melakukan suatu tindakan
medik, dokter harus meminta persetujuan pasien atau keluarga setelah menberikan
pemahaman yang benar tentang tindakan yang akan dilakukan, agar tidak terjadi
kesalahpahaman.Dalam ilmu kedokteran, persetujuan merupakan suatu bagian esensial,
perbuatan dokter tersebut merupakan alasan untuk tidak mengkualifisirnya sebagai suatu
tindak pidana dan dapat menumbuhkan alasan pembenar, asal melakukan suatu tindakan
medik itu dengan kecermatan.2 Informasi yang diberikan oleh seorang dokter/dokter gigi
mencakup tentang:
Diagnosis dan tatacara tindakan medis
Tujuan tindakan medis
Alternatif tindakan lain dan resikonya
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Prognosis
Inform consent merupakan surat yang menyatakan bahwa pasien diberitahu perihal
penyakit yang dideritanya, kerugian maupun keuntungan dari alternatif perawatan dan
pengobatan yang akan diberikan, penjelasan mengenai biaya yang harus dibayar dan pilihan-
pilihan lain yang memungkinkan untuk mengatasi penyakitnya.6 Sekarang ini, penjelasan
tentang yang akan dilakukan oleh dokter harus diberikan, walaupun pasien tidak memintanya,
ini di berikan agar pasien mengerti apa yang dilakukan dokter sehingga pasien tidak salah
faham.2,6 Pada inform consent, pasien harus menandatangi apakah ia setuju atau menolak
tentang perawatan yang akan dilakukan. Surat yang ditandatangani dengan kesadaran sendiri
tanpa paksaan dari pihak manapun bisa dijadikan bukti sehinnga inform consent merupakan
salah satu pencegahan diri dari tindakan malpraktek dan tuntutan malpraktek.6
Pada dasarnya semua pasien berhak mendapatkan penjelasan sejelas-jelasnya dari
dokter dan dokter gigi yang merawat, langsung dari dokternya atau dari brosur yang dokter
dan dokter gigi berikan. Pertanyaan bisa diajukan untuk melengkapi hal-hal yang belum jelas,
atau bisa diberi penjelasan tambahan oleh asisten atau perawat dokter dan dokter gigi.6
Seorang dokter dalam melaksanakan praktek kedokterannya juga harus membuat
catatan mengenai berbagai informasi mengenai pasien tersebut dalam suatu berkas yang
dikenal sebagai Status, Rekam Medis, Rekam Kesehatan atau Medical Record. Berkas ini
merupakan suatu berkas yang memiliki arti penting bagi pasien, dokter, tenaga kesebatan
serta Rumab Sakit.7 . Berdasarkan data pada Rekam Medis tersebut akan dapat dinilai apakah
pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak, serta apakah sudah sesuai
standar atau tidak. Untuk itulah, maka pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan
merasa perlu mengatur tata cara penyelenggaraan Rekam Medis dalam suatu peraturan
menteri keehatan agar jelas rambu-rambunya, yaitu berupa Permenkes
No.749a1Menkes/Per/XII/1989 menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik
sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5
tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi
pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses
pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.7 Rekam medis juga
memiliki 5 manfaat, yaitu :
1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
3. Bahan untuk kepentingan penelitian
4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Dalam UU RI No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran disebutkan juga bahwa :
Pasal 46
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedoktcran wajib membuat
rekam medis.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien
selesai menerima pelayanan kesehatan.
3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
1. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik
pasien.
2. Rekarm medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
KESIMPULAN
Setiap tenaga medis harus memiliki kemampuan dan pengetahuan medis yang
optimal. Seorang tenaga medis tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga
harus tahu mengapa hal itu dilakukan.1 Sumpah profesi dokter harus senantiasa dilakukan
dalam melakukan praktik kedokteran, apabila seorang dokter melanggar janji tersebut berarti
menodai kesucian profesi tersebut.1 Profesi harus dijalankan tanpa pamrih, dimana
kepentingan pasien harus diutamakan, bahkan harus didahulukan dari kepentingan pribadi
atau keluarga.1
DAFTAR PUSTKA
1. Wiradharma D. Etika Profesi Medis. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2008: 74-91.
2. Aj, OS.Profesi Dokter. Jakarta: Erlangga, 1991: 60,61,117,118.
3. Siswoyo. Masalah Malpraktek dan Kelalaian Medik dalam Pelayanan Kesehatan. 14 Juni
2010. <http://waspadamedan.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=2085:masalah-malpraktek-dan-kelalaian-medik-
dalam-pelayanan-kesehatan&catid=69:kesehatan&Itemid=241> (29 Desember 2011)
4. Sampurna A. Dasar Etik dan Moral Profesi Kedokteran.
<http://www.freewebs.com/komitemedik/etikdanmoral.html>. (05 Januari 2012).
5. Balikpapan Pos. Diduga Malapraktek, Nyawa Debby Melayang. 03 Mei 2011.
<http://www.balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=54823>. (07 Januari
2012).
6. Dention. Informed Consent. <http://dention.bravehost.com/INFORMED
%20CONSENT.html>. (07 Januari 2012).
7. Qauliyah A. Rekam Medis. <http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-defenisi-dan-
kegunaannya/>. (07 Januari 2012).
8. Sampurna A. Malpraktek Medis. <http://www.freewebs.com/kiathadapigugatan/>. (07
Januari 2012).