kasus kerusakan pesisir kota semarang
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Kasus Kerusakan Pesisir Kota Semarang
1/3
Kasus Kerusakan Pesisir Kota Semarang
Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai dataran
rendah dan dataran tinggi serta pantai. Terdapat dua sungai besar yang melintasi Kota
Semarang, yaitu Sungai Banjirkanal Barat dan Banjirkanal Timur. Sungai Banjirkanal Barat
merupakan muara Sungai Kali arang dan Sungai Kreo. Kedua sungai ini mengalirkan !at
pen"emar baik berupa limbah domestik dan limbah industri dari Kota Semarang maupun
Kabupaten Semarang #Kota $ngaran%. Kota Semarang dan Kabupaten Semarang hingga saat
ini tidak mempunyai pengolahan air limbah domestik yang terpadu. &engan demikian,
limbah "air maupun padat dari penduduk di kota dan kabupaten Semarang langsung masuk
ke laut melalui kedua sungai Banjirkanal, sehingga berpotensi menurunkan kualitas air laut di
perairan pesisir Kota Semarang.
Selain masalah pen"emaran, kota Semarang juga mengalami kerusakan lingkungan
yang "ukup parah, yaitu terjadinya abrasi pantai dan naiknya muka air laut yang akhirnya
menenggelamkan tambak ikan dan perumahan penduduk di daerah Sayung. &aerah Sayung
ini berbatasan dengan Kabupaten &emak, sehingga beberapa daerah di Kabupaten &emak
yang berbatasan langsung dengan kota Semarang juga mengalami abrasi pantai maupun 'ob.
(aiknya muka air laut #'ob% ini juga diikuti oleh turunnya permukaan tanah, sehingga pada
saat musim hujan beberapa daerah tergenang air termasuk stasiun kereta api Tawang
Semarang. )brasi pantai yang "ukup parah juga terjadi di Ke"amatan Tugu yang berbatasan
dengan Kabupaten Kendal. Kerugian nelayan tambak "ukup besar, karena tambaknya tidak
dapat ber*ungsi dengan semestinya. Pendangkalan Pantai Semarang juga menjadi masalah
besar bagi pelabuhan. )gar kapal bisa masuk ke pelabuhan, perairan laut di pelabuhan
Tanjung +as harus dilakukan pengerukan setiap tahun yang menghabiskan dana milyaran
rupiah.
Beberapa permasalahan dalam pengelolaan sumber daya laut dan pesisir di Kota Semarang
meliputi
-
7/24/2019 Kasus Kerusakan Pesisir Kota Semarang
2/3
-. +eningkatnya luasan daratan pesisir yang terkena abrasi pantai, terutama di
Ke"amatan Tugu sepanjang -, km dan Ke"amatan enuk sepanjang /,01 km.
/. Berkurangnya luasan area mangrove di bantaran sungai dan sekitar area pertambakan
di Ke"amatan Tugu dan enuk.
2. 3enderung menurunnya luas area pertambakan di Ke"amatan Tugu dan enuk akibat
semakin meluasnya abrasi pantai.
1. +enurunnya produksi perikanan tambak dari 4/1 ton pada tahun /551 menjadi
106,45 ton pada tahun /554 atau terjadi penurunan sebesar 11,067 akibat terjadinya
abrasi pantai dan pen"emaran sungai dari kegiatan industri dan rumah tangga.
Kegiatan perikanan tambak terutama terdapat di Ke"amatan Tugu dan enuk #&inas
Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, /5-5%.
Ke"amatan Tugu memiliki luas area mangrove sebesar /-,155 ha dan luas area
pertambakan sebesar 80,6 ha. 9uas area pertambakan "enderung mengalami penurunan
luas area pertambakan akibat terjadinya alih *ungsi lahan untuk permukiman dan industri
serta terjadinya abrasi pantai akibat naiknya permukaan air laut, yang berdampak pada tidak
optimalnya peman*aatan area pertambakan. Berdasarkan "itra satelit diketahui bahwa pada
tahun -888:/550 di Ke"amatan Tugu telah terjadi abrasi pantai seluas -46,65 ha, termasuk
tenggelamnya Pulau Tirang yang terdapat di wilayah ini #&inas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang, /5-5%.
Berdasarkan kajian dari Program Studi +agister Ilmu 9ingkungan $niversitas
&iponegoro #/55/% dijelaskan beberapa isu pokok pengelolaan hutan mangrove di ;ilayah
Pesisir Tugurejo yang meliputi
-. Isu ekologi dan sosial ekonomi
;ilayah Pesisir Tugurejo, khususnya &ukuh Tapak telah terjadi perubahan garis pantai
dalam kurun waktu -5 tahun terakhir dan hilangnya area pertambakan sekitar tahun
-884. &egradasi lingkungan tersebut diakibatkan oleh adanya kenaikan permukaan air
laut dan pen"emaran dari berbagai kegiatan industri di sekitar lokasi. Sementara isusosial dan ekonomi yang mun"ul meliputi kebiasaan masyarakat yang meman*aatkan
sumber daya mangrove untuk keperluan rumah tangga, status kepemilikan lahan, dan
kegiatan masyarakat yang mengkonversi hutan mangrove menjadi area pertambakan dan
pertanian.
/. Isu kelembagaan dan perangkat hukum
Peranan pemerintah se"ara kelembagaan dan kebijakan dalam upaya pengelolaan
ekosistem hutan mangrove di ;ilayah Pesisir Tugurejo sudah "ukup banyak, diantaranya
melalui pembentukan Kelompok Kerja +angrove Kota Semarang #KK+KS%, dengan
&inas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang sebagai
-
7/24/2019 Kasus Kerusakan Pesisir Kota Semarang
3/3
tersebut. +asih perlunya penguatan koordinasi antara instansi terkait dan penegakan
hukum akan memberi kontribusi bagi upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove
seluas -,/ km/ tersebut.
$paya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Semarang dalam mendukung program
pengelolaan hutan mangrove di ;ilayah Pesisir Tugurejo diantaranya dengan bekerja sama
dengan +er"y 3orps, sebuah organisasi nirlaba #9S+% dari )merika Serikat melalui Program
)333'( #)sian 3ities 3limate 3hange 'esilien"e (etwork%. Proyek per"ontohan
)333'( dilaksanakan pada tahun /5-5 di &usun Tapak, Kelurahan Tugurejo dengan
melakukan penanaman tidak kurang dari /5.555 bibit mangrove dan pembuatan tanggul
penahan ombak atau lebih dikenal sebagai alat peme"ah ombak #)P>% yang terbuat dari ban
bekas mobil sejauh -/5 meter di sepanjang garis pantai wilayah pesisir Tugurejo. Tahun /5--
Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan masyarakat Tapak melalui Program
)3333'( telah melakukan penanaman lebih dari /40.555 bibit mangrove dan pembuatan
)P> yang men"apai panjang 40 meter dari panjang -.855 meter yang dibutuhkan. Tahun
/5-/ ini sekitar satu miliar rupiah telah diajukan oleh &inas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang untuk membeli sebidang tanah di Tugurejo dari pihak swasta yang akan digunakan
untuk mendirikan Pusat Pendidikan Bakau dan Konservasi Berbasis +asyarakat di Tugurejo
#+er"y 3orps, /5-/%.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan sebuah upaya
melengkapi program pengembangan wilayah pesisir Kota Semarang, yaitu upaya pengelolaan
wilayah pesisir ke arah daratan, khususnya pada Kawasan ?utan +angrove Tugurejo yang
se"ara keseluruhan bertujuan untuk men"apai kesejahteraan masyarakat pesisir Kota
Semarang. Pengembangan wanamina sebagai sebuah strategi pelestarian ekosistem hutan
mangrove merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan. Sebagai langkah awal dalam
mendukung program pengembangan wilayah pesisir, maka Strategi Pengembangan
;anamina pada Kawasan ?utan +angrove Tugurejo Kawasan ?utan +angrove Tugurejo di
Kota Semarang perlu dilakukan.
DAPUS
Pramudyanto, Bambang./5-1.Jurnal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di Wilayah
Pesisir. Banten