karya tulis semua
TRANSCRIPT
1
KASIH TULUS MARIA UNTUK ORANG YANG DICINTAINYA
DALAM NOVEL LAYAR TERKEMBANG
Oleh:
Kenzi Priatna Nurchandra
XI F/20
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah analisis sastra yang berjudul Kasih Tulus
Maria untuk Orang yang Dicintainya.
Makalah ini dibuat dengan menganalisa novel Layar Terkembang yang
ditulis oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Fokus penulis dalam pembuatan analisis
sastra yaitu analisis nilai kemanusiaan yang meliputi kasih, cinta dan ketulusan.
Dalam novel Layar Terkembang ini kita dapat melihat bagaimana bentuk nyata
kasih yang tulus dari seorang gadis remaja bernama Maria untuk orang yang
dicintainya, Yusuf.
Penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam makalah analisis sastra
ini, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah yang akan datang.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini kita semua dapat
memperoleh manfaatnya dan mengaplikasikannya di kehidupan kita.
Semarang, Maret 2012
Penulis,
Kenzi Priatna N.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................1
KATA PENGANTAR ..........................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................3
ABSTRAKSI ........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................6
1.5 Metode Penelitian ............................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................6
BAB II RINGKASAN CERITA DAN ANALISIS PENOKOHAN ........................8
2.1 Ringkasan Cerita ..............................................................................8
2.2 Analisis Penokohan ..........................................................................9
BAB III KASIH, CINTA DAN KETULUSAN .....................................................11
3.1 Kasih ................................................................................................11
3.2 Cinta .................................................................................................11
3.3 Ketulusan .........................................................................................13
3.4 Kasih Yang Tulus Untuk Orang Yang Dicintai ................................13
BAB IV KASIH TULUS MARIA UNTUK ORANG YANG DICINTAINYA DALAM
NOVEL LAYAR TERKEMBANG .........................................................14
BAB V PENUTUP ..............................................................................................19
5.1 Kesimpulan .......................................................................................19
5.2 Saran ................................................................................................19
DAFTAR PUSAKA .............................................................................................20
4
ABSTRAKSI
Salah satu nilai dari banyak nilai yang berkembang di masyarakat adalah nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang terus berkembang tidak hanya dapat diambil dari kehidupan nyata. Nilai-nilai tersebut ternyata dapat diperoleh dari karya sastra. Dalam novel yang dipilih penulis, yaitu Layar Terkembang, ada nilai yang diambil oleh penulis dalam pembuatan makalah analisis sastra ini, yaitu kasih, cinta dan ketulusan. Nilai-nilai tersebut sangat penting di kehidupan nyata melihat banyaknya kasus perceraian yang terjadi. Kasus seperti ini biasanya disebabkan oleh faktor cinta yang tidak disertai dengan ketulusan, untuk itu penulis berfokus untuk menghubungkan nilai karya sastra dengan masalah tersebut. Tujuan dari pembuatan makalah analisis sastra ini adalah memberikan pemahaman umum bahwa cinta harus disertai dengan kasih yang tulus dan dinyatakan dalam suatu tindakan konkrit. Data yang terdapat dalam penulisan makalah analisis sastra ini disajikan dengan adanya kutipan-kutipan dari novel Layar Terkembang. Kutipan-kutipan tersebut berupa dialog dan pemikiran para tokoh utamanya. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis sastra ini adalah mencintai orang lain dengan segala ketulusan hati, bersungguh-sungguh dan tanpa mengharapkan imbalan.
5
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah dari pembuatan
makalah ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan metode pembuatan
penulisan serta dilengkapi dengan sistematika penulisan terkait dengan makalah
analisis nilai sastra, yaitu kasih, cinta dan ketulusan dalam novel Layar
Terkembang.
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah dalam pembuatan makalah analisis sastra ini
adalah adanya fakta bahwa tidak sedikit orang yang mencintai orang lain tetapi
tidak dengan hati yang tulus. Akibatnya banyak terjadi perceraian setelah
pernikahan yang terjadi di negara kita ini, khususnya pada dunia selebriti. Hal
ini disebabkan karena adanya cinta yang tidak disertai dengan ketulusan.
Dalam makalah ini, penulis ingin melihat bagaimana bentuk kasih dan
cinta yang sesungguhnya dengan melakukan analisis sastra yang didasarkan
pada novel Layar Terkembang. Setelah itu, diharapkan hubungan antara hasil
analisis dan fakta yang terjadi dapat mengubah manusia menjadi lebih baik yaitu
menjadi sosok yang mencintai dengan ketulusan hati.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat penulis dalam makalah analisis sastra ini yaitu :
- Apa bukti kasih tulus Maria untuk seseorang yang dicintainya ?
- Bagaimana Maria melakukan kasihnya yang tulus dalam novel Layar
Terkembang ?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini, adalah :
- Mengetahui apa saja bukti kasih yang tulus untuk orang yang dicintai
- Mengetahui bagaimana rasa cinta kasih yang sesungguhnya yang
didasarkan pada novel Layar Terkembang
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan makalah analisis sastra ini yaitu memberikan
pemahaman umum bahwa cinta harus disertai dengan kasih yang tulus dan
dinyatakan dalam suatu tindakan konkrit.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang dipakai penulis dalam pembuatan makalah analisis sastra ini yaitu
studi pustaka. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis sebuah novel
dengan bantuan dari buku-buku lain sebagai informasi tambahan. Penulis juga
memakai internet sebagai sarana pembantu dalam pembuatan makalah ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Penyajian penulisan makalah analisis sastra ini adalah sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah makalah analisis sastra, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan makalah dan metode yang dipakai
dalam penulisan serta sistematika penyajian makalah.
7
Bab II RINGKASAN CERITA DAN ANALISIS PENOKOHAN
Berisi mengenai ringkasan cerita dari novel yag dipilih penulis yaitu
Layar Terkembang dan terdapat suatu analisis penokohan yang muncul dari
novel tersebut. Diharapkan pembaca dapat lebih memahami makalah ini dengan
diawali dengan adanya suatu ringkasan cerita dan analisis penokohan.
Bab III KASIH , CINTA DAN KETULUSAN
Berisi mengenai teori-teori yang dijadikan penulis sebagai dasar
pembuatan makalah analisis sastra ini. Teori-teori ini akan dijelaskan secara
terpisah dan setelah ini akan digabungkan sebagai sintesa dari teori-teori yang
ada.
Bab IV KASIH TULUS MARIA UNTUK ORANG YANG DICINTAINYA
DALAM NOVEL LAYAR TERKEMBANG
Bab ini merupakan gabungan dari isi cerita dengan dasar teori yang
dianalisis dengan menunjukkan bukti-bukti kasih yang tulus untuk seseorang yang
dicintai. Bukti-bukti akan ditulis menggunakan metode pengutipan secara
langsung maupun tidak langsung dan dilengkapi dengan penjelasan lebih lanjut
oleh penulis.
Bab V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang diambil penulis dari hasil
penulisan makalah analisis sastra ini dan saran dari penulis kepada para
pembaca.
8
BAB II RINGKASAN CERITA DAN ANALISIS PENOKOHAN
Bab ini berisi ringkasan cerita novel Layar Terkembang karya Sutan
Takdir Alisjahbana dan analisis penokohan dari setiap tokoh utamanya, yaitu
Maria, Tuti dan Yusuf.
2.1 Ringkasan Cerita
Dikisahkan dua pemuda kakak beradik yang tinggal di Jakarta. Seorang
yang lebih tua bernama Tuti dan yang lebih muda bernama maria. Sang kakak
merupakan orang yang tegas dan kukuh pendirian, serta berjuang untuk cita-cita
yang menurutnya mulia. Sedangkan sang adik merupakan seseorang yang mudah
memuji, riang dan memiliki perasaan yang berlimpah.
Suatu hari, mereka pergi ke pasar ikan, di sana mereka berkenalan
dengan seorang pemuda bernama Yusuf yang juga tinggal di Jakarta. Semakin
lama dan sering mereka bertemu, Yusuf pun jatuh cinta pada Maria, begitupula
Maria. Yusuf pun tidak jarang singgah di rumah Maria. Jiwa mudanya serasa
bangkit ketika ia bertemu dengan Maria yang selalu riang dan tersenyum.
Suatu ketika Maria dan Yusuf jalan-jalan ke sebuah air terjun, Yusuf
menyatakan cintanya kepada Maria. Hari demi hari berlalu, hubungan mereka
bertambah erat. Di lain sisi, Tuti dengan umurnya yang hampir dua puluh tujuh
tahun belum juga bersuami ataupun mempunyai kekasih. Dia mulai sering
bergelut akan hidupnya, entah dia memilih untuk bersuami dengan orang yang
tidak dicintainya atau tidak bersuami seperti pendiriannya.
Semakin lama, Maria semakin menyayangi Yusuf, dia selalu memikirkan
sosok laki-laki yang begitu ia cintai. Bahkan terkadang, Maria merasa sangat
sedih jika kekasihnya itu tidak dapat pergi mengunjunginya. Ada waktu di mana
ia berselisih dengan kakaknya dan ia benar-benar menunjukan betapa ia
mencintai Yusuf dengan segala hatinya. Awalnya, setelah Maria ditipu bahwa
9
Yusuf telah datang dan menangis, Tuti menasihati Maria bahwa cinta Maria yang
berlebihan seperti itu berbahaya baginya. Mendengar hal tersebut Maria menjadi
marah dan berkata, “Saya cinta kepadanya dengan seluruh hati saya. Maumu
saya berbohong dan pura-pura tiada cinta kepadanya.” Perselisihan pun makin
memanas ketika Tuti juga tidak dapat menahan amarahnya lagi. Tetapi akhirnya,
mereka dapat menahan diri mereka masing-masing untuk tidak melanjutkan
perselisihan mereka.
Setelah beberapa waktu menjalin hubungan, Maria terkena penyakit
Malaria dan TBC akut, kesehatannya makin hari makin berkurang meskipun
kadang-kadang ia diperbolehkan berjalan-jalan di sekitar Rumah Sakit yang
terletak di daerah tinggi. Yusuf dan Tuti sering menjenguk Maria, karena hal ini,
mereka berdua semakin akrab. Di hari-hari terakhir Maria hidup, ia berpesan
kepada Yusuf dan Tuti agar mereka bersatu untuk membuat suatu keluarga yang
bahagia. Akhirnya, setelah kematian Maria, Yusuf dan Tuti bertunangan sesuai
dengan apa yang diinginkan Maria kepada kekasihnya, Yusuf, dan kakaknya,
Tuti.
2.2 Analisis Penokohan
a) Maria
Maria adalah seorang gadis ramping berusia dua puluh tahun
yang tinggal bersama ayah dan kakaknya di Jakarta. Ayahnya bernama
Raden Wiriaatmaja dan pernah menjadi wedana (Pembantu Bupati) di
daerah Banten. Maria merupakan murid Hogere Burger School Carpentier
Alting Stichting yang akan lulus setelah menghadapi ujian akhir. Dia
adalah pribadi yang ceria, ekspresif, mudah kagum, riang gembira dan
menyukai warna. Marialah yang mengisi rumah mereka dengan warna
warni dan harumnya bunga yang setiap hari ia rawat.
b) Tuti
10
Tuti merupakan kakak dari Maria yang berusia dua puluh lima
tahun dan belum bersuami. Dia sempat hampir bertunangan, namun karena
suatu hal dia memutuskan pertunangannya itu. Dia bekerja sebagai guru di
H.I.S. (Hollandsch Inlandsche School) Arjuna di Petojo. Tuti adalah sosok
kakak yang tegas, berwibawa, teliti, rapi dan memiliki pendirian yang kuat.
Dia juga berjuang untuk cita-cita yang menurutnya mulia yaitu
menyamakan derajat kaum perempuan dengan laki-laki. Menurutnya,
kondisi pada saat itu telah merendahkan kaum perempuan yang hanya
menuruti kehendak kaum laki-laki saja.
c) Yusuf
Yusuf adalah seorang laki-laki muda yang sedang menjalani masa
kuliahnya di Sekolah Tahib Tinggi (Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran) di
Jakarta. Dia sebenarnya orang Martapura namun sedang berkuliah di
Jakarta. Yusuf memiliki sifat ramah, penuh hormat, pandai, peduli dan
berjiwa nasionalis. Saat Yusuf dan Maria sedang berada dalam tudung
percintaan, Yusuf sering menengok Maria di rumahnya. Kasih Yusuf yang
begitu besar kepada Maria mampu membuat dirinya selalu menjenguk
Maria dan terkadang mengajaknya berjalan-jalan.
11
BAB III KASIH, CINTA DAN KETULUSAN
Bab ini berisi tentang penjelasan dari hal-hal apa saja yang akan dibahas
dalam makalah analisis sastra ini. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pembaca selama membaca makalah ini dan menyamakan konsep mengenai apa
yang dimaksud dari setiap obyek pokok pembahasan, yaitu kasih, cinta dan
ketulusan.
3.1 Kasih
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata kasih adalah “perasaan
sayang (cinta, suka kepada) (KBBI : 2008)”.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa kasih merupakan bagian
dari cinta dan merupakan bentuk sayang. Adanya kasih juga berarti adanya
perasaan sayang kepada seseorang yang dicintai. Sebagai contoh, seorang ibu
yang menaruh cinta pada anaknya dapat dikatakan bahwa sang ibu mengasihi
anaknya. Demikian pula yang terjadi pada pasangan yang saling mencintai, hal
itu dapat disimpulkan bahwa pasangan tersebut mengasihi satu sama lain.
Kasih yang dimaksud dalam makalah ini adalah tepat seperti arti cinta
yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu perasaan suka kepada
seseorang yang dianggapnya paling sempurna.
3.2 Cinta
Arti kata cinta menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “suka
sekali ; sayang benar (KBBI : 2008)”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cinta selalu berikatan
dengan kasih atau sayang. Orang yang mencintai seseorang pasti juga
12
mengasihinya. Beberapa di antara kita mengatakan bahwa kata cinta mempunyai
arti yang lebih kuat daripada kasih. Mereka berpendapat bahwa orang yang
mencintai orang lain dapat dipastikan bahwa orang tersebut juga mengasihinya,
namun orang yang mengasihi orang lain belum tentu orang tersebut
mencintainya.
Sebelum melanjutkan pembahasan adanya perbedaan pendapat antara
cinta dan kasih akan didahului dengan adanya 4 (empat) macam cinta yang
tertulis dalam Perjanjian Baru, Kitab Suci Umat Kristiani, yaitu :
a. Eros.
Merupakan cinta seksual atau fisik yang berdasarkan nafsu.
b. Philia.
Merupakan cinta yang tertinggi dari cinta manusia yakni kehangatan dan
keeratan hubungan antara tubuh, pikiran dan jiwa. Contohnya, cinta atau
kasih antar sahabat.
c. Storge.
Merupakan cinta yang terdapat dan bertumbuh di dalam keluarga. Contohnya,
cinta ibu kepada anaknya.
d. Agape.
Merupakan kasih dari Allah
Dari jenis-jenis cinta di atas dapat disimpulkan bahwa pernyataan bahwa
orang yang mengasihi orang lain belum tentu orang tersebut mencintainya
adalah kurang tepat. Cinta bukan hanya berarti cinta seseorang terhadap orang
yang dicintainya, namun ada arti cinta yang mendefinisikan cinta sebagai cinta
dalam keluarga (Storge). Sebagai contoh, seorang kakak yang mengasihi adiknya
dapat diartikan bahwa sang kakak mencintai adiknya dalam hubungan
kekeluargaan.
Dalam makalah ini, cinta yang dimaksud berdasarkan Perjanjian Baru,
Kitab Suci Kristiani merupakan cinta “eros” yaitu cinta fisik yang berdasarkan
13
nafsu dan gelora cinta remaja. Orang yang pada umumnya sedang berada pada
puncaknya merasakan cinta adalah fase remaja.
3.3 Ketulusan
Hal yang terakhir perlu dijelaskan adalah mengenai arti kata ketulusan,
ketulusan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “kesungguhan dan
kebersihan (hati) ; kejujuran (KBBI : 2008)”.
Kata ketulusan berbicara tentang hati yang bersungguh-sungguh dalam
melakukan sesuatu tanpa mengharapkan adanya imbalan. Ketulusan juga dapat
berarti rela berkorban demi seseorang. Sebagai contoh, seorang ibu yang
memberikan kasihnya kepada anaknya secara tulus, rela bekerja keras demi
kehidupan anaknya kelak. Semua itu dilakukan seorang ibu tanpa mengharapkan
imbalan.
3.4 Kasih yang Tulus untuk Orang yang Dicintai
Sebagai kesimpulan dari pengertian-pengertian yang sudah diberikan
makalah analisis sastra ini akan membahas tentang kasih dan cinta yang dapat
diartikan sebagai rasa sayang yang disertai dengan adanya ketulusan hati.
Berdasarkan gabungan dari pengertian kasih dan ketulusan dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008), maka arti kasih yang tulus adalah suatu bentuk
cinta atau sayang kepada seseorang, yang bersungguh-sungguh dan dilakukan
dengan hati yang bersih dan jujur.
Menurut macam-macam cinta yang terdapat pada Perjanjian Baru, Kitab
Suci Kristiani dan dikaitkan dengan arti kasih yang tulus di atas, maka kasih yang
tulus untuk orang yang dicintai mempunyai arti , yaitu suatu bentuk cinta atau
sayang untuk orang yang menerima kasih sayang dari orang lain atas dasar
gelora cinta remaja, yang bersungguh-sungguh, dan dilakukan dengan hati yang
14
bersih serta diikuti dengan tanpa adanya pikiran mendapat imbalan dan
melakukannya dengan lapang dada.
BAB IV KASIH TULUS MARIA UNTUK ORANG YANG DICINTAINYA
DALAM NOVEL LAYAR TERKEMBANG
Bab ini berisi mengenai analisis sastra dari novel Layar Terkembang.
Analisis akan ditulis dengan adanya bukti-bukti dari setiap nilai yang dipilih
penulis, yaitu kasih, cinta dan ketulusan yang berpedoman pada teori-teori yang
sudah dipaparkan pada bab sebelumnya. Bukti-bukti tersebut akan dijelaskan
lebih lanjut oleh penulis.
Nilai yang dapat diambil dari novel Layar Terkembang adalah kasih yang
tulus dari seorang gadis remaja bernama Maria kepada orang yang ia cintai
bernama Yusuf. Diceritakan dalam novel, bahwa Maria sungguh-sungguh
mengasihi dan mencintai Yusuf dengan segala hatinya. Buktinya ketika Yusuf
menyatakan cinta pada Maria, ia langsung menerimanya.
Lama benar engkau menyuruh saya menanti katamu…. (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 80)
Kata-kata Maria ini menunjukan bahwa Maria telah mencintai Yusuf
sejak lama, hanya saja sebagai perempuan, ia harus menunggu Yusuf untuk
menyatakan cinta padanya.
Bukti-bukti lain bahwa Maria sangat mencintai dan mengasihi Yusuf
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
Percakapannya tentang Yusuf saja. Ingatannya sering tiada tentu. Sebentar-sebentar ia sudah duduk melamun, tiada bergerak-gerak, sedang matanya memandang ke hadapannya. Dalam percakapan waktu berjalan-jalan atau di tengah makan sering tertangkap Maria tiada mendengar bicara orang lain (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 82)
15
Apabila sendirian tiada tentu, sering ia duduk atau berbaring berjam-jam tiada berkata-kata (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 133)
Dari dua kutipan ini dapat dilihat bahwa kasih dan cinta Maria kepada
Yusuf sungguh besar, dia sering membicarakan tentang Yusuf, sering diam dan
melamuni Yusuf. Bahkan keluarganya pun sering mendapatkan Maria tidak
mendengarkan perkataan orang lain karena Maria hanya memikirkan Yusuf,
kekasihnya itu.
Seperti yang sudah dijelaskan penulis di bab sebelumnya, bahwa cinta
Maria pada Novel Layar Terkembang merupakan cinta “eros” yaitu cinta fisik
yang berdasarkan nafsu dan gelora cinta remaja. Bukti dari pernyataan tersebut
dapat dilihat dalam kutipan ini.
Masih terdengar kepadanya suara Yusuf menyatakan cintanya
kepadanya dan dicobanya mengingatkan perasaan nikmat, ketika bibirnya merasakan panas bibir kekasihnya. Betapa badan remajanya gemetar melesu dan mengabur ingatan kepada dunia (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 83-84).
Termesra oleh ucapan yang tulus memancar dari kalbu pemuja itu,
Yusuf menarik kekasihnya lebih dekat kepadanya dan bibirnya mencari bibir, pipi, mata kekasihnya itu mencurahkan kemesraan hatinya (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 139).
Dua kutipan ini memberitahukan bahwa Maria pernah berciuman dengan
Yusuf. Cinta tersebut tentu saja selain dari hati juga berasal dari nafsu dan
gelora cinta remaja.
Maria yang begitu mencintai Yusuf sedemikian rupa sehingga membuat
kakaknya, Tuti, mencoba memberanikan diri untuk menasihati dia. Tuti berkata
bahwa Maria terlalu menurutkan perasaannya dan hal seperti itu akan
membahayakan Maria (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 86). Selang beberapa saat,
nasihat itu menjadi suatu perselisihan hebat antara Tuti dan Maria. Tuti
mengeluarkan kata-kata yang begitu menyakiti Maria yang berkaitan dengan
ketergantungan Maria kepada Yusuf, karena itu Maria mempertahankan dirinya
bahwa ia begitu mencintai Yusuf.
16
Maria tiada dapat menahan hatinya lagi. Ia hendak
mempertahankan dirinya. Ia tidak boleh memperkenankan cintanya kepada Yusuf dicela serupa itu. Dengan suara yang terang menyatakan tiada senang hatinya mendengar nasihat saudaranya itu, katanya, “Saya cinta kepadanya dengan seluruh hati saya. Maumu saya berbohong dan pura-pura tiada cinta kepadanya.” (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 86-87).
Tuti yang tiada henti-hentinya menasihati Maria membuat Maria semakin
jengkel dan terus berkata tentang cintanya kepada Yusuf.
“Ah, engaku hendak mengatur-atur orang pula. Saya cinta
kepadanya. Biarlah saya mati daripada saya bercerai dari dia. Apa sekalipun hendak saya kerjakan baginya. Saya tidak takut saya dijadikan sahaya. Saya tahu ia cinta juga kepada saya. Saya percaya kepadanya dan saya tiada sekali-kali merasa hina menyatakan cinta saya itu.” (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 87)
Maria yang begitu mencintai Yusuf sering merasa gelisah jika kekasihnya,
Yusuf, tidak juga datang mengunjunginya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
berikut ini.
Tuti terus membaca bukunya, sedangkan Maria memutar mesin
nyanyi, memainkan lagu-lagu yang sayu untuk meredakan kegelisahan hatinya menanti kekasihnya yang belum juga kunjung-kunjung datang (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 128-129).
Dalam kutipan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa cinta Maria
kepada Yusuf ialah cinta yang bersungguh-sungguh, ia mau menunggu
kekasihnya itu untuk datang mengunjunginya. Bahkan, ia merasa sangat gelisah
karena kekasihnya itu terlambat datang. Maria selalu berkeinginan untuk selalu
bertemu dengan Yusuf, kekasihnya.
Untuk memperkuat fakta bahwa Maria mencintai Yusuf, Bukti-bukti
kutipan tidak hanya dapat dilihat dari perkataan-perkataan Maria atau
penjelasan penulis mengenai Maria. Bukti tersebut dapat ditemukan juga dalam
pikiran dan perasaan Tuti ketika ia sedang sendirian.
17
Untuk kesekian kalinya dipikirkannya pula, apakah sebabnya,
maka dalam waktu cinta berahi demikian dapat berubah pekerti manusia. Mengapa maka orang yang sedang berkasih-kasihan itu selalu hendak berdekatan, selaku tiada dapat bercerai lagi ….? Maria berdekatan dengan Yusuf lain benar dari Maria sendirian di rumah. Dekat Yusuf Maria girang dan manja, suaranya halus membelai dan matanya girang bersinar (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 133).
Kutipan ini merupakan curahan pikiran Maria tentang adiknya yang
sedang berkasih-kasihan dengan Yusuf. Tuti yang berpikir bahwa Maria selalu
ingin berdekatan dengan orang yang ia cintai memperkuat bukti bahwa Maria
memang benar-benar mencintai Yusuf sehingga orang lain pun mampu
merasakan perubahan dari diri Maria.
Cinta Maria kepada Yusuf diikuti dengan ketulusan hatinya, yang berarti
bahwa Kasih dan Cinta Maria kepada Yusuf didasari oleh cinta yang
bersungguh-sungguh. Maria ingin melakukan apa saja demi kegembiraan orang
yang dicintainya, Yusuf, tanpa mengharapkan imbalan. Hal ini disebabkan
karena ketulusan hati Maria. Bukti-bukti ketulusan hati Maria dalam mencintai
dan mengasihi seseorang dapat dilihat dalam kutipan-kutipan berikut ini.
“O, ya, kalau begitu baik kita lihat saja pergi berdua berjalan ke
pasar sebentar,” kata Maria dengan suara gembira, sebab bukan saja ia akan dapat memberi kekasihnya itu makan, tetapi ia akan dapat pula berjalan-jalan dengan dia (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 132).
Dari kutipan ini, kita dapat mengetahui bahwa Maria ingin memberikan
kegembiraan untuk Yusuf, kekasihnya itu dengan hati yang tulus. Ia ingin
memberi Yusuf makan ketika Yusuf mengunjungi rumahnya. Di samping itu,
Maria yang mengajak Yusuf untuk membeli makanan karena telah habis makanan
di rumahnya merasa senang karena ia dapat berjalan-jalan berduaan dengan
kekasihnya.
Selang beberapa waktu, Maria jatuh sakit. Ia terkena demam Malaria dan
TBC akut. Dalam hari-harinya ia berada di rumah sakit, ia selalu berjuang untuk
18
hidup. Tetapi kasih dan ketulusan hatinya akan cintanya kepada Yusuf tidak
hilang sedikit pun. Bahkan di hari-hari terakhirnya sebelum ia meninggal, ia
melakukan sesuatu yang sungguh luar biasa.
“Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidaklah
rela selama-lamanya, kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain….” Tetapi ketika Maria hendak mempertemukan tangan orang berdua yang masih belum juga dilepas-lepaskannya itu, Tuti dan Yusuf membantah menarik tangan mereka masing-masing (St. Takdir Alisjahbana, 2009: 196).
Kutipan tersebut menjelaskan kepada kita betapa besar cinta Maria
kepada Yusuf dan juga kakaknya itu. Maria yang sudah mengetahui bahwa
sebentar lagi ia akan meninggal dunia mempunyai permintaan yaitu
mempersatukan orang yang ia cintai, yaitu kekasih dan kakaknya. Maria ingin
agar Yusuf dan Tuti menjadi pasangan hidup yang harmonis. Hal ini dilakukan
Maria dengan segala ketulusan hatinya akan cintanya kepada Yusuf.
Pengorbanan yang begitu besar untuk orang yang ia cintai ini dapat menjadi
bukti terkuat dalam analisis satra mengenai kasih tulus Maria untuk orang yang
dicintainya.
19
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari makalah analisis sastra yang
telah dibuat dan saran dari penulis untuk para pembaca.
5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisis novel Layar Terkembang, kita dapat melihat bahwa
cinta yang sempurna adalah cinta yang disertai dengan ketulusan. Hal tersebut
telah dijabarkan dengan bukti-bukti Maria yang mencintai Yusuf dengan
kesungguhan hati dan ketulusannya. Cinta seperti yang terdapat pada novel
karya Sutan Takdir Alisjahbana ini dapat dijadikan acuan agar kita dapat
berkembang untuk menjadi sosok yang lebih baik. Manusia yang mampu
mencintai orang lain dengan ketulusan hati, bersungguh-sungguh dan tanpa
mengharapkan imbalan.
Melihat fakta-fakta yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita, Indonesia,
bahwa banyak terjadi perceraian setelah pernikahan, maka makalah analisis
sastra ini dibuat untuk memberikan solusi dengan mkenghubungkan nilai yang
dikandung dalam karya sastra dengan masalah tersebut. Perceraian yang terjadi
disebabkan karena ketidaktulusan dari satu atau kedua belah pihak. Untuk itu,
masyarakat Indonesia dapat menarik nasihat bahwa manusia diciptakan untuk
mencintai dengan segala ketulusan hatinya agar mereka tidak dapat terpisahkan
lagi ketika suatu masalah menerpa mereka.
20
5.2 Saran
Saran dari penulis untuk para pembaca adalah mengenani pemahaman
dalam membaca makalah analisis sastra ini. Jangan hanya sekedar membaca,
tetapi pembaca juga dapat mengambil hikmat dari makalah ini dan
menjadikannya sebagai pedoman dalam hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2009. Layar Terkembang. Jakarta: Balai Pustaka.
Edwin1989. 2010. “Beberapa Jenis Kasih”. Dimuat di http://edwin1989.wordpress.com/2010/09/10/beberapa-jenis-kasih/
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.