karya tulis pemeriksaan keuangan negara

21
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA STUDI KASUS PEMERIKSAAN: PENGEMBALIAN KAS NEGARA KARYA TULIS Disusun untuk Tugas Pasca Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Administrasi Keuangan Negara Oleh Gilar Jodi NPM 113060005526 1

Upload: gilar-jodi

Post on 26-Jul-2015

276 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

STUDI KASUS PEMERIKSAAN: PENGEMBALIAN KAS

NEGARA

KARYA TULIS

Disusun untuk Tugas Pasca Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Administrasi Keuangan Negara

Oleh

Gilar Jodi

NPM 113060005526

Program Diploma III Khusus Akuntansi

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

1

Page 2: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

2012

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah tepat

waktu.

Berikut ini penulis persembahkan sebuah makalah dengan judul "Studi Kasus

Pemeriksaan: Pengembalian Kas Negara", yang mmenurut penulis dapat memberikan manfaat

yang besar bagi kita untuk mempelajari secara spesifik mengenai Pemeriksaan.

Melalui kata pengantar ini, penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon maklum

bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang mana penulis buat kurang tepat

atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini, penulis persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan

semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Bandung, 08-08-2012.

Penulis

2

Page 3: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................1

Kata Pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

BAB I: Pendahuluan..........................................................................................................4

BAB I: I.1 Latar Belakang Permasalahan..........................................................................4

BAB I: I.2 Maksud dan Tujuan...........................................................................................4

BAB I: I.3 Batasan Masalah...............................................................................................5

BAB II: Isi...........................................................................................................................6

BAB II: II.1 Sumber Pembahasan Masalah.......................................................................6

BAB II: II.2 Tinjauan Teori..................................................................................................8

BAB II: II.3 Dialektika Teorema..........................................................................................9

BAB II: II.4 Hipotesa..........................................................................................................12

BAB III: Penutup................................................................................................................15

BAB III: III.1 Kesimpulan....................................................................................................15

Daftar Pustaka...................................................................................................................16

3

Page 4: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Permasalahan

Pemeriksaan Keuangan Negara merupakan bagian dari pengawasan dan

pengendalian pada siklus Penganggaran Keuangan Negara dimana hal ini telah menjadi

tanggung jawab pengelola Keuangan Negara yang wajib dilaksanakan secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Di zaman serba keterbukaan seperti ini, masyarakat yang semakin cerdas dan kritis

menuntut transparansi serta akses terhadap informasi sebagai bagian dari stakeholder

(pembayar pajak) sekaligus memposisikan diri sebagai instrument pengawas independen

bebas diluar sistem internal. Informasi diatas termasuk diantaranya adalah hasil pemeriksaan,

yang umum disampaikan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dimana Laporan

Hasil Pemeriksaan ini dinyatakan terbuka untuk umum setelah disampaikan kepada lembaga

perwakilan, dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat.

Mengingat beberapa hasil pemeriksaan BPK yang dikritisi oleh public, maka penulis

merasa perlu untuk mengangkat fenomena ini dalam suatu karya tulis untuk ditelaah lebih

lanjut.

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun penulisan dari karya tulis ini adalah ditujukan sebagai bahan pelengkap studi

perkuliahan pasca Ujian Akhir Semester mata kuliah Administrasi Keuangan Negara dengan

maksud sebagai bahan dialektik dan literasi sesuai dengan topik pembahasan, yaitu

Pemeriksaan Keuangan Negara.

4

Page 5: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

I.3 Batasan Masalah

Mengacu pada maksud dan tujuan penulisan serta latar belakang permasalahan, maka

yang menjadi batasan dalam pembahasan permasalahan dalam penulisan ini adalah:

1. Seperti apakah bentuk pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK selama ini?

2. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam proses pemeriksaan?

3. Apakah standar pemeriksaan yang ditetapkan telah sesuai dengan kebutuhan dan

tuntutan penyelenggaraan good governance?

5

Page 6: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

BAB II

ISI

II.1 Sumber Pembahasan Masalah

Alamat artike l : http://www.tempo.co/read/news/2012/07/11/087416308/Anggota-

BPK-Gerah-Opini-WTP-Dipertanyakan

Isi artikel : ….

Anggota BPK Gerah Opini WTP Dipertanyakan

Rabu, 11 Juli 2012 | 14:41 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Agung Firman Sampurna

mengaku gerah dengan sikap orang-orang yang mempertanyakan opini BPK atas laporan

keuangan kementerian dan lembaga.

Pertanyaan makin kencang setelah mencuat kasus dugaan suap pengadaan Al-Quran di

Kementerian Agama. Padahal, tahun 2011, BPK memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian

Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP) atas laporan keuangan Kementerian Agama.

"Opini WTP kok dianggap lemah, itu tidak ada urusan lemah-melemah," ujar Agung saat

ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 10 Juli 2012.

Agung menjelaskan, pemeriksaan atas laporan keuangan memang belum secara khusus

mengungkapkan kecurangan, ketidakpatuhan, dan penyimpangan lain. Namun, jika BPK

menemukan penyimpangan, maka temuan itu akan diungkapkan di dalam hasil pemeriksaan.

Kalau dipandang ada masalah, BPK melakukan pemeriksaan lanjutan.

"Jadi kalau kami memeriksa dan dipandang ada masalah, fitur pemeriksaannya itu ada, disebut

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)," ujar Agung.

6

Page 7: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

Ia menjelaskan, opini WTP didapat dari pemeriksaan awal yakni laporan keuangan. Syarat

untuk memperoleh opini tersebut tidak mudah, khususnya berkaitan dengan Sistem

Pengendalian Internal (SPI).

Tak semua entitas mampu merapikan laporan keuangan dengan cepat. Ada beberapa entitas

di pemerintah daerah, kementerian, dan lembaga yang butuh waktu setahun hingga tiga tahun

sebelum mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian baru kemudian WTP.

Agung menjelaskan, alur pemeriksaan oleh BPK runut. Pertama adalah pemeriksaan

keuangan. Di tahap ini auditor melihat kesesuaian standar yang digunakan untuk penyajiannya.

“Apakah ada salah saji material, ketidakpatuhan, apakah semua transaksi sudah diungkap,

apakah efektivitas SPI diperbaiki," ucapnya. Jika hasil pemeriksaan itu sudah terungkap baru,

dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendalami hal-hal khusus.

Ia membuat analogi pemeriksaan laporan keuangan seperti orang yang pergi bertamu. Di

tahap awal yang penting adalah tamu melihat apakah hidangan yang disajikan sudah bagus

atau belum, dan cara menyajikannya sopan atau tidak.

Setelah masuk ke pemeriksaan kinerja, barulah auditor datang ke “dapur”, memeriksa

bagaimana cara tuan rumah memasak masak atau bahan yang digunakan. “Begitu kami

melihat ada bahan yang bermasalah, kami periksa lagi, itu disebut Pemeriksaan Dengan

Tujuan Tertentu. Kalau masih bermasalah lagi, kami lakukan pemeriksaan investigatif," ujar

Agung.

Ia menegaskan, opini WTP harus didorong. Alasannya, untuk mencegah korupsi yang terjadi di

“hilir”, di bagian “hulu” harus didorong dengan akuntabilitas. Kalau akuntabilitas menjadi

budaya, dipastikan korupsi bisa mengecil.

“Nah, kami mengurus di hulu supaya orang menyajikan laporan dengan baik, mengelola

dengan baik, WTP salah satu indikatornya," ujar dia.

Untuk mendapat opini WTP, dikatakan Agung tak mudah, apalagi bagi pemerintah daerah.

Penyebabnya, pemerintah daerah kebanyakan tidak memiliki sumber daya manusia yang

kompeten dalam menyusun laporan keuangan.

7

Page 8: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

Agung mengklaim sejak 2007 hingga 2011, BPK telah mengembalikan uang negara senilai Rp

55 triliun. Uang ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi BPK. "Total yang kami temukan

Rp 100 triliun, Rp 55 triliun disetor ke kas negara, Rp 30 triliun kasusnya sedang diproses, Rp

15 triliun dalam proses pengembalian," dia menjabarkan.

EFRI RITONGA | SUNDARI | MARTHA THERTINA

II. 2 Tinjauan Teori

Landasan dan referensi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah:

a. Landasan Peraturan Perundang-undangan:

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

b. Referensi

1) Standar Audit Pemerintahan – Badan Pemeriksa Keuangan RI Tahun 1995.

2) Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) 2003 Revision, United

States General Accounting Office (US-GAO).

3) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI).

4) Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI),

Latest Ammendment 1995.

5) Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002.

6) Internal Control Standards, INTOSAI, 2001.

7) Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, SPPIA-IIA, Latest Revision

December 2003.

8

Page 9: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

II.3 Dialektika Teorema

1. Umum

Pemeriksaaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang

dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar

pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola

keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk

melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

2. Standar Pemeriksaan

Standar Pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum,

standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh

BPK dan/atau pemeriksa.

Standar pemeriksaan keuangan negara sebagaimana dimaksud sekurang-

kurangnya memuat (persyaratan) hal-hal sebagai berikut:

1. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau

semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek

pemeriksaan;

2. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan objek pemeriksaan;

3. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek

pemeriksaan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;

4. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerja sama dengan objek pemeriksaan;

dan

5. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultansi,

9

Page 10: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan objek

pemeriksaan.(Ps.31 ay.4 UU 15 Th.2006 ttg BPK)

3. Jenis Pemeriksaan

Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis

pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh

pemeriksa. Jenis pemeriksaan sebagaimana diuraikan dalam Standar Pemeriksaan

ini, adalah: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu. Dalam beberapa pemeriksaan, standar yang digunakan untuk

mencapai tujuan pemeriksaan sudah sangat jelas. Misalnya, jika tujuan

pemeriksaan adalah untuk memberikan opini terhadap suatu laporan keuangan,

maka standar yang berlaku adalah Standar Pemeriksaan Keuangan.

Namun demikian, untuk beberapa pemeriksaan lainnya, mungkin terjadi

tumpang-tindih tujuan pemeriksaan. Misalnya, jika tujuan pemeriksaan adalah

untuk menentukan keandalan ukuran-ukuran kinerja, maka pemeriksaan tersebut

bisa dilakukan melalui pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan

tertentu. Apabila terdapat pilihan diantara standar-standar yang berlaku, pemeriksa

harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan pengetahuan pemeriksa,

keahlian, dan pengalaman dalam menentukan standar yang akan diikuti.

Pemeriksa harus mengikuti standar yang berlaku bagi suatu jenis pemeriksaan

(Standar Pemeriksaan Keuangan, Standar Pemeriksaan Kinerja, atau Standar

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu).

Pemeriksaan Keuangan

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan

keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai

(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip standar

akuntansi keuangan di Indonesia.

10

Page 11: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

Pemeriksaan Kinerja

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang

terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek

efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji

kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengendalian

intern. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap

berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas

kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja

menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program

dan memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab

untuk mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan

pertanggungjawaban publik. Pemeriksaan kinerja dapat memiliki lingkup yang luas

atau sempit dan menggunakan berbagai metodologi; berbagai tingkat analisis,

penelitian atau evaluasi. Pemeriksaan kinerja menghasilkan temuan, simpulan, dan

rekomendasi.

Tujuan pemeriksaan yang menilai hasil dan efektivitas suatu program adalah

mengukur sejauh mana suatu program mencapai tujuannya. Tujuan pemeriksaan

yang menilai ekonomi dan efisiensi berkaitan dengan apakah suatu entitas telah

menggunakan sumber dayanya dengan cara yang paling produktif di dalam

mencapai tujuan program. Kedua tujuan pemeriksaan ini dapat berhubungan satu

sama lain dan dapat dilaksanakan secara bersamaan dalam suatu pemeriksaan

kinerja. Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta

pemeriksaan atas ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:

a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat

dicapai.

b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau

menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program.

c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu

program.

d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau

menimbulkan dampak yang tidak diharapkan.

e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan

dengan program lain yang sejenis.

11

Page 12: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan

yang sehat.

g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau

ekonomi dan efisiensi.

h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan

dengan kinerja suatu program.

Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas

suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat:

eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-

upon procedures). Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain

pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan

pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Apabila pemeriksa melakukan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan, maka BPK harus

memastikan melalui komunikasi tertulis yang memadai bahwa sifat pemeriksaan

dengan tujuan tertentu adalah telah sesuai dengan permintaan.Pemeriksaan

keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan keuangan

tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable

assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua

hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip standar akuntansi keuangan di

Indonesia.

II.4 Hipotesa

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan negara

dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan. Standar Pemeriksaan ini merupakan standar

pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 memuat 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yaitu:

pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Dalam Standar Pemeriksaan ini, standar untuk melakukan pemeriksaan keuangan diatur dalam

Standar Pemeriksaan Keuangan, standar untuk melakukan pemeriksaan kinerja diatur dalam

12

Page 13: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

Standar Pemeriksaan Kinerja, dan standar untuk melakukan pemeriksaan dengan tujuan

tertentu diatur dalam Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.

Standar Pemeriksaan Keuangan diatur dalam Standar Umum (PSP 01), Standar Pelaksanaan

Pemeriksaan Keuangan (PSP 02) dan Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan (PSP 03).

Standar Pemeriksaan Kinerja diatur dalam Standar Umum (PSP 01), Standar Pelaksanaan

Pemeriksaan Kinerja (PSP 04) dan Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja (PSP 05). Standar

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu diatur dalam Standar Umum (PSP 01), Standar

Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP 06), dan Standar Pelaporan

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP 07).

Dalam penerapan standar ini, pemeriksa BPK memiliki weenang untuk melakukan

pemeriksaan entitas pemerintah dan entitas yang mengelola keuangan pemerintah. Ada

sebuah pendapat menarik dari Arifin P. Soeriaatmadja, Guru Besar Hukum Anggaran Negara

dan Keuangan Publik Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tentang lingkup pemeriksaan

keuangan Negara. Beliau nenyatakan bahwa dengan adanya legitimasi dari UUD 1945 yang

merubah fungsi pemeriksaan BPK yang tidak hanya ditujukan pada tanggung jawab keuangan

tetapi juga pengelolaan keuangan Negara akan menciptakan disorientasi fungsi BPK yang

melebar ke segala arah dalam melakukan pelaksanaan pemeriksaan keuangan Negara. Ia

berpendapat bahwa disorientasi fungsi tersebut akan mengakibatkan melemahnya rentang

kendali (spent of control), inmodernisasi, penyalahgunaan wewenang, dan menjadi tidak

tanggap terhadap munculnya penyimpangan keuangan Negara secara efektif. Lebih lanjut

menurut beliau, hal ini hanya akan mendorong ketidakberdayaan BPK dalam menjangkau segi

strategis tanggung jawab keuangan Negara dibandingkan berkutat menjelajah segi teknis

pengelolaan keuangan Negara. Namun, bila melihat dengan adanya objektivitas dalam opini

yang dihasilkan atas pemeriksaan laporan keuangan, serta temuan-temuan yang dihasilkan

belakangan ini, kinerja BPK mengalami kemajuan. Apalagi banyak pula auditor-auditor BPK

yang menjadi anggota KPK. Sinergisme pengendalian pengelolaan keuangan Negara dan

pengawasan jalannya pemerintahan dapat dilaksanakan dengan harmonis.

Pertanggungjawaban pemerintah dalam hal keuangan termuat dalam Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat, yang akan diperiksa oleh BPK dimana hasil pemeriksaannya

akan dilaporkan kepada DPR, DPRD maupun DPD sesuai kewenangannya serta dipublikasikan

kepaada khalayak. Masyarakat seharusnya dapat menyikapi hal ini secara lebih terbuka dan

tidak menyimpan syak wasangka. Transparansi bukan hanya terdapat pada laporan hasil

pemeriksaan saja, namun pada tubuh BPK sendiri dimana masyarakat dapat dengan mudah

13

Page 14: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

mengakses situs BPK dan mendapatkan informasi mengenai lembaga Negara yang

independen ini sebelum melontarkan kritik kacamata kuda.

Pendapat Arifin P. Soeriaatmadja juga tidak dapat penulis salahkan namun belum

tentu hal itu benar adanya. Karena kita dapat melihat bahwa BPK hanya memiliki 3 (tiga) jenis

pemeriksaan saja, jadi hal ini tidak akan membuat BPK menjelajah segi teknis pengelolaan

keuangan Negara terlalu jauh karena dalam hal pengelolaan keuangan Negara pun sudah ada

standarisasinya dengan berpedoman kepada UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

dan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

14

Page 15: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Mari menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada awal karya tulis ini satu

persatu.

1. Seperti apakah bentuk pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK selama ini?

Bentuk pemeriksaan keuangan Negara yang dilakukan oleh BPK ada 3:

Pemeriksaan keuangan: Pemeriksaan atas Laporan Keuangan;

Pemeriksaan kinerja: Pemeriksaan atas aspek efektivitas, efisiensi dan ekonomis

dlm pengelolaan Keuangan Negara;

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: Pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan

dengan keuangan, investigasi, system pengendalian intern pemerintah

2. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam proses pemeriksaan?

Adanya beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ruang lingkup dan wewenang

BPK yang terlalu luas, namun bila menilik pada praktiknya serta pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, BPK memiliki batasan-batasan yang terukur dan

jelas dalam lingkup pemeriksaan, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan dan

pertanggungjawaban Keuangan Negara saja.

3. Apakah standar pemeriksaan yang ditetapkan telah sesuai dengan kebutuhan dan

tuntutan penyelenggaraan good governance?

Standar pemeriksaan BPK yang dilaksanakan sejalan dengan SPAP yang ditetapkan

oleh IAPI dan berlaku untuk audit keuangan serta perikatan atestasi yang dilaksanakan

oleh akuntan publik. Standar Pemeriksaan BPK juga memberlakukan standar pekerjaan

lapangan, standar pelaporan dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang terkait dengan

audit keuangan dan perikatan atestasi dalam SPAP, kecuali ditentukan lain dimana

penerapan SPAP perlu memperhatikan standar umum serta standar tambahan pada

standar pelaksanaan dan standar pelaporan dalam Standar Pemeriksaan BPK sehingga

sejatinya standar pemeriksaan BPK telah sesuai dengan kebutuhan good governance

dan dinamikanya.

15

Page 16: Karya Tulis Pemeriksaan Keuangan Negara

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Standar Audit Pemerintahan – Badan Pemeriksan Keuangan RI tahun 1995.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Peraturan BPK No. 1 tahun 2007

16