karya tulis iv b

Upload: aminuddin-sukardi

Post on 15-Jul-2015

967 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA( Oleh: Dra. Hj. Hutbaya Guru SMAN I Watansoppeng )

A. Pendahuluan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula bukan bahasa Indonesia yang benar. Dengan kata lain, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa , baik secara lisan maupun tertulis, yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa , yaitu pandangan dari guru dan dari sudut siswa. Dari pandang guru kesalahan berbahasa itu adalah suatu cacat bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil. Karena itu, kesalahan berbahasa harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil. Dari pandang sudut siswa , kesalahan berbahasa merupakan bagian yang integrasi dari proses belajar mengajar bahasa. Kesalahan berbahasa itu dapat diperkecil sempurna komponen belajar mengajar bahasa. Analisis kesalahan berbahasa bertujuan untuk menemukan kesalahan, bahkan dihilangkan dengan menata lebih

mengklasifikasi, dan terutama untuk melakukan tindakan perbaikan. Untuk itulah, untuk menghindari masalah kesalahan berbahasa lebih lanjut, penulis akan membahas kesalahan-keslahan berbahasa yang sering dilakukan. Rumusan masalah: bagaimanakah kesalahan berbahasa? Kata kunci: Analisis kesalahan dan berbahasa

B. Kesalahan Berbahasa Pembelajaran pada dasarnya adalah sebuah proses yang selalu melibatkan pembuatan kesalahan ( Brown dalam Tarigan, 1998). Dengan kata lain, kesalahan

berbahasa merupakan sesuatu yang tidak terindahkan dalam proses belajar mengajar, begitu pula dalam proses belajar bahasa. Dalam kegiatan sehari-hari, guru yang mengajarkan suatu bahasa sering menemukan kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan -kesalahan itu ada yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, ada pula yang berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Banyak usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut agar tujuan proses belajar mengajar bahasa berhasil dengan baik C. Sumber dan Penyebab Sumber dan penyebab kesalahan dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya pengaruh dari bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran siswa itu sendiri. Bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama dikuasai dan dimiliki oleh siswa, sehingga pada saat siswa menguasai bahasa yang sedang dipelajari akan dipengaruhi oleh bahasa ibu. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena setiap hari siswa berada dalam situasi yang didominasi oleh penggunaan bahasa ibu, di rumah, dengan teman, ia selalu menggunakan bahasa ibu. Bahasa ibu mempengaruhi proses belajar bahasa kedua, dengan kata lain bahasa ibu merupakan salah satu sumber dan sekaligus penyebab kesalahan berbahasa. Lingkungan dapat pula menjadi sumber dan penyebab kesalahan berbahasa. Siswa dalam kesehariaannya tidak hidup sendiri. Setiap hari ia bergaul dengan sesama temantemannya, ia berbicara dan menyimak perkataan teman-temannya. Pada waktu berbicara, siswa tidak memperhatikan bahasa yang digunakannya, apakah sudah memenuhi kaidah atau belum. Manusia selalu memanfaatkan kalimat apabila hendak menyampaikan gagasan, perasaan, atau keinginan lainnya. Kadang-kadang kita mendengar orang asal berbicara. Kecermatan berbahasa tidak dipedulikan lagi. Rasa tanggung jawab terhadap bahasa dan berbahasa belum menyatu dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam berbahasa selalu terjadi kesalahan. D. Berbagai Kesalahan Berbahasa

Berikut ini beberapa contoh kesalahan berbahasa yang sering dilakukan baik oleh siswa maupun masyarakat umum. Kesimpulan dari diskusi itu sudah dirumuskan. Ada beberapa kesalahan pada lembaran soal Hasil daripada pembangunan harus kita nikmati bersama. Hadirin dimohon untuk berdiri Lebih harum dari bunga Siswa paling pandai di kelas ini adalah Aulia. Kepala sekolah SMAN I Nanti siang

Dan masih banyak lagi yang lain Pemakaian yang betul adalah Kesimpulan diskusi itu sudah dirumuskan Ada beberapa keslahan di lembaran soal Hasil pembangunan harus kita nikmati bersama. Hadirin dimohon berdiri Lebih harum daripada bunga Siswa yang paling pandai di kelas ini adalah Aulia. Kepala SMAN I Siang nanti

E. Cara Menanggulangi Kesalahan Kesalahan yang terjadi dalam berbahasa jangan dibiarkan berlarut-larut. Kita harus mencari cara bagaimana mengatasi hal tersebut. Penanggulangan kesalahan berbahasa para siswa dapat melalui koreksi . Koreksi kesalahan berbahasa dapat digunakan baik kesalahann bahasa lisan maupun kesalahan bahasa tulis. Prosedur koreksi kesalahan berbahasa dalam bahasa lisan dapat dikategorikan sebagai berikut Koreksi diri sendiri dengan bantuan guru. Koreksi sesama teman Koreksi guru ( Walz dalam Tarigan, 1998: 299)

Guru menggunakan ketiga kategori ini setelah mempertimbangkan berat tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Untuk mengatasi bahasa tulis, kita dapat menggunakan teknik yaitu: Teknik koreksi langsung Guru memperbaiki kesalahan siswa langsung pada tulisan yang salah. Teknik koreksi tidak langsung Guru memberikan kode pada tulisan yang salah , siswa memperbaiki kesalahan sendiri lalu menuliskan kembali. Teknik koreksi kesalahan dapat dilakukan oleh guru secara bergantian dan teknik tersebut di atas diharapkan siswa dapat memahami kesalahan yang berbahsa yang dilakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

F. Kesimpulan Kesalahan berbahasa berkaitan dengan pengajaran bahasa Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa dianggap sebagai penanda pengajaran bahasa belum berhasil Oleh karena itu, kesalahan yang terjadi atau dibuat oleh siswa dalam proses belajar mengajar harus dikoreksi untuk menghindari kesalahan berlarut-larut. Analisis kesalahan bertujuan membantu siswa mengetahui kesalahannya. Oleh karena itu, pemerian yang melibatkan kaidah yang benar dan yang salah pada bahasa sangat membantu siswa.

DAFTAR PUSTAKA Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdinas Tarigan, Jago. 1998. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

TEKNIK PEMBELAJARAN MEMBACA( Oleh: Dra. Hj. Hutbaya Guru SMAN I Watansoppeng ) A. Pendahuluan Membaca menduduki posisi dan peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia terlebih pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Membaca merupakan sebuah jembatran bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, keterampilan membaca merupakan syarat mutlak bagi setiap insan yang ingin memeroleh kemajuan. Dalam dunia pendidikan, keterampilan membaca sangat perlu dikuasai oleh

setiap siswa. Dalam penyelesaian studinya bagi setiap siswa keterampilan membaca sangat diperlukan dalam mempelajari setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti disajikan dalam buku teks yang harus dicerna oleh siswa. Melalui materi pokok membaca siswa mengenal, memahami, dan menghayati struktur mulai dari yang kecil sampai struktur yang terbesar. Struktur bahasa mencakup delapan aspek. Secara berjenjang struktur bahasa itu diurutkan sebagai berikut: fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Guru harus berupaya agar pengajaran membaca disukai oleh siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi. Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana teknik pembelajaran membaca yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Rumusan masalah: Bagaimana Teknik Pembelajaran Membaca ? Kata kunci: Teknik dan Pembelajaran Membaca B. Teknik Pembelajaran Membaca Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu kegiatan yang berencana dan bertujuan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan teknik-teknik pembelajaran agar tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Teknik pembelajaran bahasa Indonesia adalah teknik, cara, atau kiat yang digunakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Teknik ini biasanya lebih dikaitkan

dengan kegiatan penyajian bahan di kelas serta segala cara dan upaya guru dalam kegiatan pembelajaran. (Subana, 2003: 195) . Contoh teknik pembelajaran membaca yang dapat diterapkan di SMA: 1. Membaca Cepat Tujuan: Siswa dapat termotivasi agar gemar membaca, mengatasi regresi (mengulang bacaan yang sudah dibaca), menggunakan pandangan periferi (baca sistem loncat), menggunakan suatu penunjuk sebagai penentu kecepatan,

mengondisikan situasi, dan mampu mengonsolidasi. Cara penerapan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang teknik pembelajaran membaca cepat, (2) guru menugaskan siswa untuk membaca, (3) guru mencatat waktu mulai dan selesai para siswa membaca, (4) siswa mengukur kecepatan membacanya dengan rumus. Contoh : dalam waktu 5 menit siswa mampu membaca 1000 kata sehingga kecepatan membacanya = 1000 : 5 = 200 kata permenit., (5) siswa melaporkan hasil perhitungannya, (6) siswa lain mengomentari hasil pembelajaran tersebuit, (7) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu. 2. Membaca Memindai Tujuan: Siswa dapat menemukan secara cepat kata, nomor, lambang, dan apa saja yang dibutuhkan dari daftar panjang, pengumuman, iklan, dan daftar telepon. Cara penerapan: (1) guru memberikan pengantar tentang teknik membaca memindai, (2) guru memberikan daftar kata, nomor, atau simbol (pilih salah satu), (3) siswa mengidentifikasi daftar sambil memberi tanda garis bawah pada yang dianggap penting berdasarkan pertanyaan yang diberikan, misalnya cari nomor telepon 048421029,. (4) siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, (5) siswa lain

mengomentari hasil presentasi temannya, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran . 3. Membaca Ekstensif Tujuan: Siswa dapat mengintegrasikan isi bacaan dari berbagai bacaan dalam topik yang sama. Siswa menjelaskan inti bacaan menurut persepsinya masing-masing setelah membaca topik yang sama dari berbagai bacaan ( koran, majalah, buku teks, dan buku pengetahuan tentang topik yang sama). Cara penerapannya: (1) guru memberikan penjelasan mengenai teknik pembeljaran membaca ekstensif, (2) guru memberikan tiap-tiap siswa bacaan dengan topik yang

sama dari sumber yang berbeda. (3) dalam waktu tertentu bacaan secara bergilir saling dipertukarkan, (4) siswa memberikan penjelasan inti dari masing-masing bacaan yang mereka baca, (5) siswa lain memberikan tanggapan mengenai penjelasan temannya, (6) guru memberikan refleksi kegiatan hari itu. 4. Membaca Kritis Tujuan: Siswa dapat memberikan komentar yang mendatail mengenai bacaan yang mereka baca. Cara penerapan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran hari itu, (2) guru membagikan tiap-tiap siswa sebuah bacaan dari media yang berbeda, (3) siswa membaca bacaan tersebut, (4) siswa memberikan komentar/ kritikan mengenai bacaan di depan kelas, (5) siswa lain memberikan tanggapan mengenai kritikan temannya, (6) guru merefleksi kegiatan hari itu. Dalam penyampaian suatu materi pelajaran, tidak ada satu teknik pun yang dianggap paling baik dibandingkan teknik lainnya. Setiap teknik mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing C. Kesimpulan Dalam proses pembelajaran bahasa, diperlukan kreativitas guru dalam memilih teknik pembelajaran. Teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama Pada saat guru mengupayakan terlaksananya pembelajaran dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menumpahkan daya, kreativitas, dan pengalamannya membelajarkan siswa dengan berbagai cara atau teknik mengajar untuk merangsang siswa untuk belajar, dan memudahkan siswa untuk memahami bahan pembelajaran. ******** DAFTAR PUSTAKA Madusari, Endah Ariani. 2007. Metodologi Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas Subana. 2003. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Supraptiningsih. 2004. Keterampilan Membaca. Jakarta: Depdiknas.

Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa IndonesiaDra. Hj. Hutbaya (Guru SMAN 1 Watansoppeng)

A. PendahuluanSalah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Sehubungan dengan itu, evaluasi sebagai salah satu subsistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Evaluasi yang dilakukan dapat mengetahui penguasaan atau pencapaian setiap kompetensi yang diharapkan di setiap akhir kegiatan pembelajaran. Di samping itu, berdasarkan evaluasi, guru, kepala sekolah, orang tua, bahkan lembaga dapat memperoleh informasi yang diperlukan mengenai perkembangan siswa. Khusus pembelajaran bahasa Indonesia, ada bermacam-macam teknik dan alat evaluasi dalam pembelajaran. Namun, pelaksanaan evaluasi di kelas kurang menggunakan teknik dan alat yang bervariasi. Alat evaluasi masih lebih diarahkan untuk mengukur penguasaan bahan secara kognitif dan biasanya dalam bentuk tes objektif. Rumusan masalah : Bagaimanakah evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Kata kunci : Evaluasi dan Pembelajaran bahasa Indonesia

B. Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa IndonesiaEvaluasi pada dasarnya merupakan kegiatan untuk menentukan nilai suatu program. Objek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data yang ingin diperoleh. 1. Prinsip evaluasi Prinsip yang harus diterapkan dalam evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia adalah mengutamakan proses dan produk serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Selain itu, harus diterapkan dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Mengacu pada ketercapaian standar nasional

Standar nasional adalah komponen utama yang terdapat dalam kurikulum yaitu, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. b. Keseimbangan tiga ranah Kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator pembelajaran pada hakikatnya adalah pengembangan aspek-aspek yang ada pada diri siswa. Evaluasi yang dilakukan perlu memberikan cukup perhatian terhadap tiga aspek secara seimbang. Ketiga aspek tersebut adalah 1) aspek kognitif berkaitan dengan kegiatan intelektual siswa, 2) aspek afektif mencakup minat, sikap, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran, dan 3) aspek psikomotor mencakup gambaran perkembangan siswa dalam proses belajar kemampuan berbahasa dan bersastra khususnya dalam aspek berbicara dan dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran 2. Alat evaluasi Sebagai alat yang memberikan informasi untuk perumusan berbagai keputusan penting dalam pembelajaran, alat evaluasi merupakan bagian penting yang harus dikembangkan dengan tuntutan dan ciri-ciri yang berkualitas. Ciri alat evaluasi yang berkualitas itu memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Yang dimaksud validitas adalah bahwa butir soal itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Suatu tes yang valid adalah tes yang menuntut siswa untuk melakukan tingkah laku yang sama sebagaimana telah dirumuskan dalam tujuan mengajar. Contoh dalam pelajaran bahasa jika hendak menilai kompetensi berbicara, penilaian yang valid adalah menggunakan tes lisan. Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. 3. Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Model alat evaluasi pembelajaran mendengar Evaluasi dalam pembelajaran mendengar dilakukan dengan mendengarkan wacana lisan sebagai bahan tes.. Wacana yang telah diperdengarkan disertai dengan tugas yang harus di lakukan atau pertanyaan yang harus dijawab. Contoh model pengembangan alat evaluasi; menjawab pertanyaan, melengkapi, merumuskan inti berita, menceritakan kembali. b. Model alat evaluasi pembelajaran berbicara

Alat evaluasi dalam pembelajaran berbicara lebih difokuskan pada bentuk unjuk kerja. Contoh: berbicara singkat, berbicara dengan rangsangan konteks, komunikasi, berbicara bebas, berbicara dengan rangsangan objek, menceritakan kembali, berbicara dengan rangsangan gambar. c. Model alat evaluasi pembelajaran membaca Evaluasi pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai format. Instrumen dapat disajikan dalam bentuk tes subjektif dan objektif. Contoh membaca pemahaman: menjawab pertanyaan, meringkas wacana, melengkapi wacana, mengubah tabel. Sedangkan membaca nyaring seperti membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat, membaca dongeng dengan lafal, intonasi, kejelasan, dan ekspresi yang tepat, membaca teks dengan lafal, intonasi, kejelasan ucap, tatapan mata, dan sikap membaca yang benar. d. Model alat evaluasi pembelajaran menulis Evaluasi menulis dilakukan secara terbatas dan bebas. Secara terbatas dilakukan dengan batas-batas tertentu. Misalnya masalah, judul, dan panjang tulisan sudah ditetapkan sedangkan yang bebas siswa dapat menentukan sendiri apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menyusun tulisannya dengan rambu-rambu yang ditetapkan secara maksimal. Contoh model instrumen: menulis dengan rangsangan gambar, melaporkan hasil bacaan, menceritakan pengalaman, bahasa iklan, menulis dengan rangsangan diagram, menulis dengan rangsangan konteks komunikasi.

C. KesimpulanEvaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan. Karena itu, harus dilakukan oleh setiap guru sebagai bagian dari tugasnya. Secara umum evaluasi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar para siswa telah tercapai dalam program pendidikan yang telah dilaksanakannya. Untuk itu, diperlukan alat evaluasi yang disusun menurut langkah kerja tertentu. Hasil penilaian keberhasilan siswa dapat menimbulkan rasa bangga dan kekurangberhasilan diharapkan dapat memotivasi semangat belajar siswa. Selain itu, setiap guru mata pelajaran perlu melaporkan tentang data hasil penilaian secara periodik dan data laporan hasil penilaian hendaknya didokumentasikan secara teratur agar sewaktu-waktu dapat digunakan manakala diperlukan

DAFTAR PUSTAKAHamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumu Aksara Mulyana, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

MENCERMATI KALIMAT BAKU DAN KALIMAT TIDAK BAKU( Dra. Hj. HutbayaGuru SMAN I Watansoppeng)

A. PendahuluanWaktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa 80 tahun sudah Sumpah Pemuda mengukuhkan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Selama waktu tersebut sering kita dengar anjuran yang berbunyi Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Sudahkah kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ? Anjuran yang baik itu memang sudah seharusnya kita perhatikan dan kita laksanakan sebab bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita, yang sekaligus juga berfungsi sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia adalah milik bersama, yang menjadi salah satu identitas keindonesiaan kita. Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia adalah alat komunikasi verbal antarsuku-suku bangsa Indonesia. Lalu, sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang harus digunakan dalam komunikasi resmi kenegaraan, seperti dalam pendidikan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat dinas, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Penguasaan bahasa yang benar sesuai dengan kaidah yang ada merupakan kunci kelancaran dan kesempurnaan proses komunikasi. Seorang tidak dapat menyampaikan dan menerima perasaan, pikiran, dan gagasan secara objektif apabila orang tesebut tidak menguasai bahasa sebagai sarananya secara benar. Bahkan, tingkat kualitas kegiatan intelektual seseorang akan sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan bahasa yang dimilikinya.

Berhubungan dengan hal tersebut dan melihat kenyataan yang ada bahwa masih banyak penyimpangan yang terjadi dalam proses berbahasa.Untuk itu, penulis akan membahasnya lebih lanjut. Masalah : Bagaimanakah kalimat baku dan kalimat tidak baku itu? Kata kunci: Kalimat baku dan kalimat tidak baku

B. Kalimat Baku dan Kalimat tidak BakuDalam bahasa Indonesia ditemukan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi itu muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Akan tetapi, agar banyaknya variasi itu tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efesien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Kridalaksana dalam Sabariyanto, 1999:2) atau kebakuan bahasa. Yang dimaksud bahasa baku adalah suatu bentuk pemakaian bahasa yang

menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar (Moeljono dalam Sabariyanto, 1999:2). Sedangkan menurut Junaiyah (dalam Sabariyanto:2) bahwa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa. Jadi, kalimat baku adalah kalimat yang benar. Kebenaran itu diukur dengan berbagai kaidah, yaitu (1) kaidah tata bahasa, (2) kaidah ejaan, (3) kaidah tata bunyi/ fonologi, (4) kaidah komposisional, (5) kaidah kemaknaan. Kaidah tata bahasa berkaitan

dengan kata dan kalimat. Yang termasuk aspek kata, misalnya pembentukan kata. Artinya apakah awalan, sisipan, dan akhiran sudah benar penggunaannya. Yang termasuk aspek kalimat, misalnya tentang struktur kalimat. Artinya apakah kaa-kata yang digunakan dalam kalimat sudah disusun dengan benar. Kaidah ejaan berkaitan dengan kebenaran penggunaan tanda koma, penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda titik, dan penggunaan tanda hubung. Kaidah tata bunyi berkaitan dengan penggunaan fonem-fonem tertentu. Yang berkaitan dengan komposisi ialah pemilihan kata artinya apakah kata yang digunakan dalam kalimat sudah mengandung ide tertentu. Aspek kaidah makna berkaitan dengan kelogisan makna kalimat. Artinya, apakah makna yang terkandung dalam kalimat tertentu sudah logis atau belum logis. Adapun kalimat tidak baku, banyak hal yang menyebabkan sebuah kalimat menjadi tidak baku, antara lain (1) pelesapan imbuhan, (2) pemborosan penggunaan kata, (3) ketidaktepatan pemilihan kata, (4) penggunaan konjungsi ganda, (5) kerancuan bentuk, (6) kesalahan ejaan, (7) pelepasan salah satu fungsi kalimat, (8) kesalahan struktur kalimat. Berkaitan dengan hal-hal di atas, ciri kalimat baku yaitu seperti berikut. 1. Ejaannya benar. a. Siapakah nama Saudara? b. Siapakah nama saudara? ( baku) ( tidak baku)

c. Kata Aulia, Saya gembira sekali. (baku) d. Kata Aulia: Saya gembira sekali. ( tidak baku) 2. Fungsi-fungsinya (S, P, O) dinyatakan secara nyata (eksplisit).

a. Dengan meningkatnya pengaruh dunia barat, diperlukan pengawasan dan pembinaan terhadap generasi muda. ( baku)

b. Dengan meningkatnya pengaruh dunia barat, memerlukan pengawasan dan pembinaan terhadap generasi muda. 3. Struktur dan urutan kata-katanya benar. a. Surat lamaran pekerjaan Anda sudah saya terima. b. Surat lamaran pekerjaan Anda saya sudah terima. 4. Struktur kalimat bebas dari kerancuan kelompok kata. a. Mereka saling memandang atau mereka pandang-memandang. b. Mereka saling pandang memandang. 5. Kalimatnya bebas gejala kontaminasi struktur. a. Dalam pertemuan itu hadir Gubernur Sulawesi Selatan atau Pertemuan itu dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan. (baku) (tidak baku) (baku) (baku) (tidak baku) ( tidak baku)

b. Dalam pertemuan itu dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan. (tidak baku) 6. Kalimatnya bebas gejala pleonasme. a. Para tamu dimohon berdiri. b. Para tamu-tamu dimohon berdiri. (baku) (tidak baku)

7. Kalimatnya bebas kerancuan struktur karena konjungsi ganda. a. Negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, tetapi masih banyak warganya yang belum berpendidikan. (baku)

b. Meskipun negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, namun masih banyak warganya yang belum berpendidikan. (tidak baku)

8. Kalimatnya bebas dari penggunaan bentuk nya yang tidak tepat

a. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(baku) (tidak baku)

b. Demikian, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih. 9. Kalimatnya bebas dari penggunaan kata di mana yang tidak tepat. a. Kantor tempat ia bekerja tidak jauh dari rumahnya. b. Kantor di mana ia bekerja tidak jauh dari rumahnya. 10. Kalimatnya bebas dari penggunaan kata-kata tidak baku a. Untuk memanfaatkan waktu, acara akan segera dimulai. (baku) b. Untuk menyingkat waktu, acara segera akan dimulai. 11. Kalimatnya bebas dari penggunaan kata yang tidak tepat. a. Mereka berdiskusi tentang narkoba dan penanggulangannya. b. Mereka berdiskusi masalah narkoba dan penanggulangannya. 12. Awalan kata kerja dinyatakan secara nyata. a. Polisi mengusut terus kematian Sophan Sophian. (baku) b. Polisi terus usut kematian Sophan Sophian. 13. Akhiran kata kerjanya dinyatakan dengan nyata a. Yang paling saya sukai ialah menonton film Ayat-Ayat Cinta. b. Yang paling saya suka ialah nonton film Ayat-Ayat Cinta. (tidak baku) (baku)

(tidak baku)

(tidak baku)

(baku) (tidak baku)

(baku) (tidak baku)

Sudah kita lihat di atas ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan mengetahui pula kapan bahsa Indonesia baku harus digunakan. Namun, di dalam masyarakat awam yang mengidentikkan bahasa Indonesia yang baik dan benar sama dengan ragam baku masih muncul pertanyaan, apakah kita harus berbahasa baku pada setiap saat dan waktu? Tentu saja pertanyaan itu harus dijawab tidak sebab sesungguhnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu adalah kalau kita menggunakan ragam-ragam bahasa

itu sesuai dengan fungsi dan situasinya. Penggunaan ragam tidak baku pada situasi yang tidak resmi adalah juga hal yang tidak salah. Tetapi , penggunaan ragam baku pada situasi yang tidak resmi, atau penggunaan ragam tidak baku pada situasi resmi, adalah sesuatu yang tidak benar. Kalau kita melihat kesalahan-kesalahan ejaan yang banyak kita lakukan dalam menuliskan bahasa kita, memang merupakan kesalahan umum yang banyak terjadi dan banyak atau pernah dilakukan oleh siapa saja di antara kita. Namun, kalau kita mengakui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara, maka mau tidak mau harus berusaha menggunakannya sebaik mungkin. Bagaimana orang lain bisa menghargai bahasa kita kalau kita sendiri tidak terlalu peduli kepada bahasa kita itu.

C. PenutupBahasa Indonesia banyak ragam, namun ragam bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi resmi atau situasi formal yang lazim disebut dengan nama bahasa Indonesia baku atau bahasa Indonesia standar. Di sadari bahwa tidak setiap orang mempunyai kesempatan yang sama mempelajari bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, banyak ditemukan kalimat tidak baku meskipun penggunaannya dalam situasi resmi. Hal itu sebaiknya tidak dibiarkan berlarutlarut terjadi agar mereka segera dapat terhindar dari kesesatan dalam berbahasa. Ada ungkapan bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Artinya orang-orang yang mampu berbahasa dengan baik merupakan bangsa yang baik. Oleh karena itu, bahasa kita harus benar agar kita tergolong bangsa yang baik.

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. B. S. , Kusno. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1993. Pembakuan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

TEKNIK PEMBELAJARAN MENYIMAKDra. Hj. Hutbaya (Guru SMAN 1 Watansoppeng) A. Pendahuluan Keterampilan menyimak dapat kita klasifikasikan ke dalam keterampilan berbahasa yang paling awal kita peroleh. Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan menyimak ini menyita hampir 45 % waktu berkomunikasi kita. Hal ini pernah dikemukakan oleh Rankin dalam Chaniago (2004: 12) dalam survei yang dilakukan mengenai penggunaan waktu untuk keempat keterampilan berbahasa. Sedangkan hasil penelitian Wilt dalam Chaniago (2004:11) menunjukkan bahwa anak-anak sekolah , menggunakan waktunya 57 % untuk mendengarkan. Data tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa begitu besar waktu yang dipakai siswa di sekolah untuk mendengarkan Sebagai suatu keterampilan berbahasa yang pertama, keterampilan menyimak memberikan konstribusi yang tidak kecil untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya, khususnya keterampilan berbicara dan menulis. Melalui keterampilan menyimak yang bersifat reseptif akan terserap sebanyak-banyaknya informasi yang sangat dibutuhkan oleh keterampilan berbicara atau menulis. Oleh karena itu, pembelajaran menyimak dilaksanakan secara terpadu dan mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahasa lain. Namun, dalam pembelajaran di sekolah hal tersebut belum terlaksana dengan baik. Pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian dan sering kali diremehkan oleh siswa maupun guru. Mereka beranggapan bahwa semua orang pasti dapat menyimak dan keterampilan menyimak akan dikuasai oleh siswa secara otomatis..Namun, kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan Alasan-alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik tersebut karena pemahaman siswa terhadap ketrampilan menyimak masih kurang, media pembelajaran menyimak yang kurang mencukupi dan belum dimanfaatkan secara efektif dan yang utama adalah teknik pembelajaran yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran menyimak guru hanya membacakan teks dan siswa diminta menyimak. Guru seharusnya menerapkan teknik pembelajaran yang lebih bervariasi dan memanfaatkan media yang ada. Oleh karena itu, penulis mencoba memaparkan teknik pembelajaran menyimak yang dapat dilakukan khususnya untuk guru bahasa Indonesia Rumusan masalah: Bagaimanakah teknik pembelajaran menyimak ? Kata kunci: Teknik dan Pembelajaran Menyimak B. Teknik Pembelajaran Menyimak 1. Pengertian dan Manfaat Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu kegiatan yang berencana dan bertujuan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan teknik-teknuk pembelajaran agar tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tercapai.

Teknik adalah cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Pembelajaran adalah suatu bahan yang harus disampaikan sebagai bahan ajar bagi siswa. Adapun menyimak adalah mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian , interpretasi, serta apresiasi untuk memperoleh informasi secara lisan. Jadi, teknik pembelajaran menyimak adalah cara menyampaikan materi atau bahan ajar kepada siswa agar ia memahami materi yang diajarkan ( Subana, 2003: 213) Menyimak merupakan tingkatan mendengarkan paling tinggi karena selain mendengarkan, ada juga unsur pemahaman. Oleh sebab itu, perlu diadakan pengajaran yang memungkinkan siswa dapat menyimak segala materi yang dikupas dalam pelajaran, khususnya bahasa indonesia. Seorang guru mempunyai peranan sangat penting untuk memotivasi siswa agar mampu menyimak dengan baik dan benar. Hal ini karena masih banyak siswa yang menemui kesulitan dalam pelajaran ini. Selain menguasai materi pelajaran, guru dituntut untuk terampil menyampaikan bahan kepada siswa. Hal ini dapat tercapai apabila guru sudah mengenal, mengetahui, dan dapat menerapkan berbagai teknik pembelajarannya. Penguasaan seperti ini mendatangkan beberapa manfaat, yaitu; 1. menciptakan pembelajaran yang bervariasi, 2. memecahkan berbagai masalah, 3. meningkatkan rasa percaya diri, 4. membangun suasana yang baik, 5. memusatkan perhatian siswa, 6. menciptakan penyampaian materi pelajaran terarah, dan 7. menyebabkan pelajaran lebih berhasil. Teknik pembelajaran menyimak untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dipandang penting karena banyak siswa yang kurang mampu menyimak. Akibatnya, ia sulit mencapai tiga keterampilan berbahasa lainnya., yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Dengan menyimak, sesorang akan memunyai skema yang banyak untuk diproduksi kembali ataupun disimpan. 2. Aplikasi pembelajaran menyimak Teknik pembelajaran menyimak harus disesuaikan dengan tingkatan sekolah , misalnya TK, SD, SLTP, SMA atau Perguruan Tinggi dan tingkatan menyimak itu akan berbeda-beda. Berikut ini akan dipaparkan aplikasi pembelajaran menyimak khusus untuk siswa SMA. Sebagai seorang guru yang menjadi fasilitator bagi siswa , seorang guru harus memunyai kompetensi lebih dari siswa yaitu memunyai kompetensi lebih dari kurikulum yang ada. 1) Menyimak pembacaan siaran dan memberikan tanggapan Menyimak pembacaan siaran atau informasi adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran ini dilakukan untuk melatih kemampuan siswa dalam menerima atau mencari informasi. Dengan bertambahnya informasi yang dimiliki, diharapkan siswa memunyai kemampuan dalam keterampilan berbahasa lainnya seperti berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam melakukan pembelajaran menyimak siaran atau informasi banyak hal yang dapat dilakukan, diantaranya siaran atau informasi aktual saat ini. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk melatih kepekaan siswa dalam menerima atau mencari siaran atau informasi. Siaran atau informasi tersebut dapat dipergunakan untuk mendukung keterampilan berbicara dan menulis. Pembelajaran menyimak siaran atau informasi ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik atau cara misalnya menyimak informasi atau siaran yang langsung dibacakan oleh guru atau langsung melalui VCD dan radio kaset. Contoh teknik penyajiannya yaitu a. Mencatat isi atau pesan pokok yang terdapat dalam siaran Pesan yang terdapat dalam siaran atau informasi selalu berbeda, ini bergantung pada apa yang disampaikan Untuk memahami sebuah siaran atau informasi penyimak harus berkonsentrasi dengan baik agar apa yang disampaikan dapat dipahami. b. Menyampaikan secara lisan isi atau pesan yang didengar melalui siaran radio/ TV secara runtut Setelah mencatat isi atau pesan yang terdapat dalam informasi , berikutnya siswa bergiliran menyampaikan isi atau pesan yang telah dicatat di depan kelas dan silakan nilai sesuai dengan format penilaian yang telah disiapkan. c. Menuliskan isi siaran radio/TV dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan jelas Setelah menyampaikan isi pesan , selanjutnya masing-masing siswa menulis kembali isi informasi tadi ke dalam beberapa kalimat. d. Penilaian menyimak siaran/informasi Untuk mengukur pemahaman siswa dalam menyimak siaran atau informasi aspek penilaian yang dapat digunakan adalah pemahaman isi, ketepatan penamgkapan pesan, dan ketahanan konsentrasi sedangkan kegiatan menulis informasi dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut adalah kesesuaian yang dituliskan dengan hasil simakan,keruntutan yang ditulis dengan hasil simakan , tata bahasa, kosa kata, dan ejaan 2) Menyimak cerita Cerita adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa. Dengan banyaknya siswa menyimak cerita maka diharapkan mereka memunyai wawasan atau khasanah yang luas. Cerita dapat menggambarkan sedih dan gembira yang membuat seseorang menjadi terharu dan senang. Dalam pembelajaran menyimak cerita, prosesnya dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Misalnya, guru membacakan, memperdengarkan melalui tape recorder, dan melalui VCD. Teknik penyajiannya yaitu: a. mencatat hal-hal yang lucu, haru, sedih, gembira, dan lain-lain b. menceritakan kembali isi ceritra secara runtut c. penilaian menyimak cerita Untuk mengetahui kemampuan siswa menyimak cerita aspek penilaian yang dapat digunakan untuk kegiatan mencatat hal-hal yang lucu, haru, sedih, dan gembira yaitu kesesuaian yang dituliskan dengan hasil simakan, tata bahasa (struktur), kosakata, dan ejaan. Sedangkan kegiatan menceritakan kembali isi seara runtut, aspek penilaian

yang dapat digunakan adalah ketepetan pemahaman isi, struktur kalimat, ragam kalimat, pilihan kata, penggunaan lafal, kelancaran, kenyaringan suara, dan keberanian. 2. Menyimak Khotbah Menyimak khotbah merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan maka seseorang akan lebih mampu berpikir dan bertindak. Teknik penyajiannya yaitu: a. mencatat pokok-pokok isi khotbah yang didengarkan b. menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat c. menyampaikan (secara lisan) ringkasan khotbah d. penilaian menyimak khotbah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak khotbah, aspek penilaian untuk kegiatan mencatat pokok-pokok isi khotbah yang dapat digunakan adalah ketepatan pokok-pokok isi, ketepatan mengembangkan pokok isi kalimat, dan ketepatan kalimat.sedangkan aspek penilaian untuk kegiatan menyampaikan ringkasan isi khotbah yaitu ketepatan yang disampaikan dengan hasil simakan, keruntutan, struktur kalimat, ketepatan lafal dan intonasi, keberanian dan semangat, kelancaran, kenyaringan suara, gerak-gerik dan mimik. C. Penutup Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Unmtuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi yang utama bagi manusia adalah bahasa. Agar komunikasi berjalan dengan baik, diperlukan penguasaan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa awal yang dikuasai oleh manusia adalah menyimak. Keterampilan menyimak menjadi dasar bagi keterampilan lainnya yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak di lingkungan sekolah sangat penting karena siswa mempergunakan sebagian besar waktunya untuk menyimak pelajaran yang disampaiakan guru. Keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak dengan baik. Sebuah keterampilan akan dikuasai dengan baik jika dibelajarkan dan dilatihkan. Demikian halnya dengan keterampilan menyimak. Oleh karena itu, pembelajaran menyimak yang baik dan kontinu sangat dibutuhkan mengingat pentingnya peran menyimak dalam kehidupan. DAFTAR PUSTAKA Ariani, Farida. 2007. Pembelajaran Menyimak di SMA. Jakarta: Depdiknas. Chaniago, Sam Mukhtar. 2004. Buku Ajar Keterampilan Menyimak. Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni.. Subana, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia

TEKNIK PENULISAN PUISIDra. Hj. Hutbaya (Guru SMAN 1 Watansoppeng)

A.PendahuluanPuisi merupakan hasil rekaan seorang penyair yang dengan ketajaman pikiran dan pengalamannya mengamati kehidupan, mengendapkannya dalam pikiran, mengolahnya dengan pengalaman, kemudian melahirkannya dalam satu karya. Meskipun demikian, dalam menulis puisi kita tidak boleh cukup bermodalkan kepekaan perasaan saja. Kita masih membutuhkan bekal lain. Kita membutuhkan dan menguasai hal-hal yang berhubungan dengan puisi. Terutama yang bersifat teoretis. Beberapa orang mungkin tidak perlu mahir tentang teori atau ilmu puisi karena mereka telah terbiasa membuat apresiasi sehingga pengetahuannya tentang teori puisi telah dikuasainya. Akan tetapi, bagi penulis pemula, kiranya teori tersebut masih dibutuhkannya. Jamal D. Rahmat mengatakan bahwa beberapa catatan yang perlu diberikan menyangkut dunia puisi terhadap puisi-puisi siswa yang teleh diterbitkan di Kaki Langit Horison yaitu dalam penulisan puisi, imajinasi kurang dikembangkan, terlalu asyik dengan perasaan yang diungkapkan tanpa menemukan kata-kata yang bersifat imajinatif. Oleh karena itu, dengan pengetahuan ilmu puisi diharapkan puisi-puisi yang akan lahir lebih hebat. Kehebatan puisi dapat dilihat dari tiga segi yaitu aspek bahasa, isi, dan kreativitas pencipta (Nauman, 2000:40). Rumusan masalahnya adalah, Bagaimanakah teknik menulis puisi itu? Kata kunci: Teknik dan Penulisan Puisi

B. Teknik penulisan puisiKemampuan menulis puisi kadang dianggap sebagai bakat sehingga orang yang merasa tidak mempunyai bakat tidak dapat menulis puisi. Anggapan tersebut tidak selalu benar karena para sastrawan kita pun banyak berlatih. Malahan, tanpa bakat pun apabila seseorang rajin belajar dan berlatih, dia akan terampil menulis puisi. Jadi, menulis puisi termasuk jenis keterampilan. Seperti halnya jenis keterampilan yang lain,

pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Makin sering belajar dan makin giat berlatih, tentu makin terampil. 1. Bahan puisi Dari mana memulai penulisan puisi? Tentu saja dari bahan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa menulis puisi itu bermula dari tema karena tema adalah pokok persoalan yang akan kita kemukakan. Lalu kita sibuk mencari tema. Penderitaan, cinta, keadilan, dan lain-lain. Setelah tema ditemukan ternyata kita tak bisa menjabarkan ke dalam larik-larik puisi. Mengapa? Tema sangat abstrak. Karena abstrak itulah kita mengalami kesulitan menguraikan ke dalam larik-larik puisi. Bagaiman menyusun puisi yang berangkat dari tema? Langkah pertama adalah menghidupkan tema yang abstrak itu ke dalam sebuah peristiwa atau hal tertentu. Tema hendaknya dijabarkan ke dalam fenomena konkret. Depdiknas (2005:35)

menggambarkan diagram berikut:

Tema

Hal/peristiwa

Puisi

* Penderitaan: - Lelaki tua penyapu jalan - Gubuk karton sepanjang kali 2. Diksi atau pilihan kata Jika sudah menemukan tema dan menghidupkannya ke dalam sebuah peristiwa maka kita mengembangkan hasil peristiwa tersebut dalam bentuk puisi dengan memperhatikan pilihan kata yang sesuai. Seorang penyair dalam mencurahkan pikiran dan perasaannya dalam puisi membutuhkan kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat sehingga dapat mawakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendakinya. Kemampuan memilih kata-kata itu mencakup kemampuan memilih dan menyusun kata-kata sedemikian rupa sehingga menimbulkan imajinasi estetik. a. Pengimajian/pencitraan Citraan merupakan kesan yang terbentuk dalam rongga imajinasi melalui sebuah kata, yang seringkali merupakan gambaran dalam angan-angan. Fungsi pencitraan untuk menggugah perasaan, merangsang imajinasi, dan menggugah pikiran di balik sentuhan

indera. Di dalam puisi diperlukan kekonkretan gambaran. Ide-ide abstrak dihadirkan dalam gambaran inderaan. Ide yang semula abvstrak dapat ditangkap atau seolah-olah dapat dilihat, didengar, dicium, diraba, atau dipikirkan. Contoh:

DEWA TELAH MATI Tak ada dewa di rawa-rawa ini Hanya gagak yang mengakak malam hari Dan siang terbang mengitari bangkai Pertama yang terburuk dekat kuil

Puisi di atas menggunakan bidang keagamaan sebagai sumber citraan.hal tersebut tampak pada kata-kata dewa dan kuil. Citra penglihatan tampak pada kata rawa, gagak, dan malam yang menggambarkan warna hitam. Citra pendengaran ditimbulkan oleh kata mengakak. Jadi, puisi di atas secara terpadu mengungkapkan beberapa jenis citraan b. Kata konkret Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh pnyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imajinasi pembaca. Dalam hubungannya dengan pengimajinasian, kata konkret merupakan syarat terjadinya pengimajinasian. Contoh : Gadis peminta-minta, untuk mengkonkretkan digunakan Gadis kecil berkaleng kecil. 3. Bahasa puisi Bahasa puisi itu berirama. Irama terbentuk dari perulangan bunyi. Dalam puisi lama, perulangan bunyi itu berpola. Para penyair modern berusaha membangun irama secara lebih kreatif sebagai cermin kebebasan berekspresi. Oleh sebab itu penyimpangan bahasa tidak dapat dihindari dan sudah merupakan hal yang biasa. Penyimpangan

tersebut meliputi (1) pemendekan kata (2) pemutusan kata (3) penghilangan imbuhan (4) penghapusan tanda baca (5)penggabungan dua kata atau lebih (6)pembentukan jenis kata (7) penyimpangan struktur sintaksis dan (8) penyimpangan dalam hal makna. (Tukan, 2005:113)

Baik buruknya puisi ditentukan oleh pemilihan kata yang tepat. Untuk itu, bahasa figuratif sangat tepat mendukung puisi yang kita buat. Bahasa figuratif dalam uraian ini sama pemakaiannya dengan bahasa kiasan. Menurut Tarigan dalam Depdiknas (2005:26) bahwa bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan sebab kata-kata saja belum cukup jelas untuk menerangkan lukisan tersebut, Pradopo dalam Depdiknas (2005: 25)

mengelompokkan bahasa figuratif menjadi tujuh jenis yaitu simile, personifikasi, metafora, epik-simile, sebagai berikut : 1) Simile Jenis bahasa figuratif yang mempersamakan satu hal dengan hal yang lain yang sesungguhnya tidak sama. Sebagai sarana dalam menyamakan, simile menggunakan kata-kat pembanding: seperti, laksana, bak, bagai, dan sebagainya. 2) Personifikasi Jenis bahasa figuratif yang mempersamakan benda mati atau hal dengan manusia. Benda itu digambarkan dapat bertindak dan mempunyai kegiatan seperti manusia. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambaran, menimbulkan bayangan angan yang konkret, dan mendramatisasikan suasana dan ide yang ditampilkan. Contoh puisi menggunakan simile dan personifikasi : Kutulis surat ini Kala hujan gerimis Bagai bunyi tambur mainan Anak peri dunia yang gaib Dan angin mendesah Mengeluh dan mendesah 4. Bentuk Ekspresi Selembar daun luruh dari tangkainya metonimia, sinekdok, dan elegori. Dua contoh di antaranya

Selembar daun luruh dari tangkainya

Selembar daun Luruh dari tangkainya

Variasi penulisan puisi karena variasi pemenggalan larik. Pemenggalan semacam itu bukan sekedar permainan tetapi bertujuan. Tujuan utama pemenggalan adalah penonjolan frase atau kata yang berarti penonjolan makna. Untuk itu, memenggal larik dalam puisi harus cermat. Pemenggalan secara cermat disebut ejambemen. Di samping larik, dan pemenggalan secara cermat, penyair sering juga memperhatikan ukiran bentuk atau tipografi. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa dan drama.

C. KesimpulanMenulis puisi berarti mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Gagasan itu dilandasi oleh tema tertentu. Oleh karena itu, sebelum menulis puisi lebih dahulu menentukan tema. Karena tema itu abstrak, kita harus menghidupkan tema yang abstrak itu ke dalam sebuah peristiwa. Dalam menulis puisi kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun katakata itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis. Selain itu, pergunakan bahasa figuratif untuk menghidupkan atau mengekspresikan perasaan yang diungkapkan Resep terbaik ingin menjadi penyair adalah membaca, membaca, dan membaca. Menulis, menulis, dan terus menulis. Serta jangan lupa mendiskusikan puisi Anda dengan teman atau orang lain yang dianggap memiliki pengalaman lebih.

DAFTAR PUSTAKAA. Sayuti, Suminto. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta . Nauman, Indra Jaya. 2000. Penuntun Mengenali, Memahami, dan Menghargai Puisi. Jakarta: Mitra Gama Widya. Tukan, Paulus. 2005. Mahir Berbahasa Indonesia 3. Jakarta: Yudhistira. Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Biodata Penulis1. Nama 2. Tempat/anggal lahir 3. Mengajarkan Mapel 4. Nama sekolah : DRA. Hj. HUTBAYA : WATANSOPPENG,12 JULI 1968 : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (SMA) : SMA NEGERI I WATANSOPPENG

CERMIN AMANAT DALAM ROBOHNYA SURAU KAMIA. PendahuluanBerbagai musibah dan bencana yang bertubi-tubi menghantam bangsa kita. Bukan hanya memporak-porandakan harta dan jiwa saudara-saudara kita melainkan juga berpeluang menghancurkan mental dan motivasi. Bahkan tidak mungkin, apabila

masalah-masalah itu terus berlarut-larut, kita bisa merasa lemah dan tidak punya semangat untuk bangkit. Padahal kitalah yang menciptakan masalah melalui persepsi negatif terhadap kejadian-kejadian hidup. Masalah yang besar bisa dikecilkan jika kita mau mengecilkannya. Masalah kecil bisa menjadi besar jika kita memang

menghendakinya. Masalah yang marak menghinggapi masyarakat kita akhir-akhir ini adalah himpitan ekonomi. Himpitan ekonomi yang terpanggul di pundak begitu berat terasa sehingga mereka merasa mati lebih baik ketimbang harus memanggul beban tersebut. Hal ini disebabkan karena rasa kecewa, putus asa, takut, frustasi, dan depresi. Begitulah kehidupan, tidak selalu bergerak menuju arah yang diinginkan. Bencana atau musibah seringkali menjadi penyebab beraneka permasalahan psikologis sehingga dapat menimbulkan ketegangan memuncak. Namun, manusia tak perlu menghindari semua ketegangan karena ketegangan justru akan menambah daya tahan terhadap ketegangan itu sendiri. Orang sering bertambah kuat dengan menanggung pukulan-pukulan dalam hidup karena terlatih menghadapi ketegangan sebelumnya. Rasa kesedihan, kekecewaan, tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Namun, kita tak perlu risau sebab menurut penelitian, manusia memiliki otak yang menyediakan dua kemampuan yang hebat yang tidak dimiliki binatang yaitu Pertama, kemampuan mengendalikan kejadian dalam lingkungannya. Pada saat cuaca tidak nyaman, manusia bisa mengatasinya dengan baik. Berbeda dengan makhluk lain yang biasanya dapat mengalami ketegangan berat. Kedua, kemampuan manusia untuk melihat masa depan. Tidak seperti makhluk lain. Manusia selalu mengantisipasi dan selalu berupaya untuk mempersiapkan diri pada situasi baru. Antisipasi mempunyai pengaruh mendalam terhadap ketegangan. Antisipasi dalam tingkat tertentu dapat melunakkan reaksi yang tidak menyenangkan dan

memperkuat reaksi yang menyenangkan. Namun, kemampuan yang kita miliki itu tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Kita hanya larut dalam kesedihan dan kekecewaan. Dan akhirnya menimbulkan stres. Stres terjadi karena sebab-sebab tertentu, entah karena orang, hal, atau karena keseimbangan hidup kita goncang. Sebab-sebab itu dapat saja kecil tak berarti seperti kurang adanya tantangan hidup, tetapi dapat pula berat seperti masalah gawat dan penting sampai kita seolah tak mampu bertahan. Dengan adanya stres, hidup kita terganggu. Kita mudah kehilangan pengendalian emosi, gampang membuat kesalahan yang tidak perlu. Demikian pula yang dialami kakek , penjaga surau dalam novel Robohnya Surau Kami, yang nekad bunuh diri karena sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan sehingga menimbulkan kelelahan mental dan rasa frustsi yang dalam. Sesungguhnya sikap seperti itu merupakan kezaliman terhadap diri sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut penulis akan menggali bagaimana menyikapi amanat di balik Robohnya Surau Kami.

B. Manusia sebagai Makhluk Individual dan SosialSifat hakikat manusia ada tiga yaitu sebagai makhluk individual, manusia sebagai makhluk soial, dan manusia sebagai makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Di samping itu, ada ahli yang melihat manusia sebagai makhluk yang berketuhanan di samping sifat-sifat lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia yang mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, ada dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial adalah adanya hubungan manusia dengan sekitarnya. Adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada masyarakat. Manusia sebagai makhluk berketuhanan atau makhluk relegi adalah adanya hubungan manusia dengan sang

pencipta. Adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada sang pencipta. Sifat yang terakhir inilah yang menjadi gambaran orang tua yang sudah bertahuntahun sebagai garin, penjaga surau, yang biasa dipanggil kakek. Kakek tingkat ketaatannya beriman luar biasa Tak ingat punya istri, pumya anak, punya keluarga seperti orang lain dan tak pikirkan hidup sendiri, tak ingi cari kaya, bikin rumah. Segala kahidupan lahir batin diserahklan kepada Allah Subhanahu wataala. (hal. 5). Namun,

nasibnya berakhir dengan tragis. Ia mati bunuh diri hanya karena cerita Ajo Sidi seperti penggalan berikut ini. Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia? tanya Haji Saleh. Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar- kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang besar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun. Kunkel dalam Walgito (2003:25) mengatakan bahwa manusia itu mempunyai dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri (ichaftigkeit) dan dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat (sachlichkeit) secara bersama-sama, manusia merupakan kesatuan dari keduanya. Berdasarkan hal tersebut manusia digambarkan sebagai dua buah garis lurus yang berpotongan tegak lurus satu dengan yang lainnya. Garis vertikal menunjukkan hal-hal atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan pengabdian kepada diri pribadi, sedangkan garis horisontal menunjukkan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan atau pengabdian kepada masyarakat. Kedua garis itu berbanding terbalik dalam arti makin panjang garis ichaftigkeit akan makin makin pendek garis sachlichkeit, demikian sebaliknya. Karena manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk sosial di samping sifat-sifat yang lain, maka secara alami manusia itu membutuhkan hubungan dengan orang lain, manusia secara alami mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan keadaan sekitarnya. Hal-hal tersebut di atas yang ingin di sampaikan A.A. Navis melalui Ajo sidi bahwa kita hidup untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

C. Perubahan SikapKita ketahui bahwa orang di dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pola situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran ini tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan

terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap. Sikap itu suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Tiap sikap mempunyai tiga aspek yaitu 1. Aspek kognitif yaitu berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan, serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. 2. Aspek afektif berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu. 3. Aspek konatif berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek. Misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya. Dengan demikian, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Dan sikap tersebut dibedakan atas: 1. Siakp positif: Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta malaksanakan norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada. 2. Sikap negatif: Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada. Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap sesuatu objek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan objek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan mengecap, mencela, menyerang, bahkan membinasakan orang itu. Misalnya sikap kakek terhadap Ajo Sidi. Kakek begitu marah karena Ajo Sidi menganggap kakek orang yang terkutuk. Dan ia begitu murka mendengar cerita bualan Ajo Sidi. Sikap afektif negatiflah yang terdapat pada diri kakek sehingga tidak dapat menimbang akibat pebuatannya yaitu bunuh diri. Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya keluaraga,

norma, agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak dan merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial tertentu. Di dalam perkembangannya, sikap dipengaruhi oleh lingkungan dan norma-norma. Hal in akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia terhadap objek tertentu. Dengan kata lain, perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, lembaga, nilai, dan sebagainya. Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu: 1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan yaitu sesuatu yang berwujud penilaian-penilaian . Terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup, keinginan, dan sebagainya. 3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi sacara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani. Sebab kalau tidak demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tidak ada keputusan dan tidak dapat melakukan perbuatan. Itulah sebabnya apabila manusia tidak dapat memilih ketentuan-ketentuan dengan pasti akan terjadi kekacauan. 4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus

mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari sikap orang tersebut. Dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana mengubah sikap tersebut. Fungsi sikap di atas dapat tergambar pada perubahan sikap Ajo Sidi. Orang yang pekerjaanya sepanjang hari membual. Ia akhirnya berubah sikap untuk pergi bekerja. Apakah makna di balik semua itu? Tentu saja Ajo Sidi tidak ingin seperti kakek yang mati bunuh diri karena menyesali diri sendiri yang selama hidupnya hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memperhatikan keluarganya.

D. PenutupManusia sebagai makhluk individual dan makhluk sosial artinya bahwa manusia itu mengabdi kepada dirinya sendiri dan mengabdi kepada masyarakat secara bersamasama dan merupakan kesatuan. Dengan memahami kehidupan tokoh kakek dan Ajo Sidi secara mendalam, diharapkan kita sebagai penikmat sastra dapat mengambil hikmanya. ***

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta. Harjana , Agus M. 2003. 35 Cara Mengurangi Stres. Yogyakarta: Kanisius. Navis, A. A. 2005. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi.

BIODATA PENULISNama : Dra. Hj. H u t b a y a

Tempat tanggal lahir : Watansoppeng, 12 Juli 1968

BELENGGU: PELAJARAN MEMBINA RUMAH TANGGA YANG BAIK

Sastra pada hakikatnya adalah interpretasi kehidupan nyata yang direkam oleh imaji pengarang. Oleh karena itu, sastra menyalurkan segala bentuk kehidupan manusia sebagai suatu refleksi hidup yang dapat menjembatani sikap dan perilaku kehidupan manusia sehingga dapat menentukan aspek-aspek kehidupan yang lebih layak. Berdasarkan hal tersebut, ini berarti kawin-cerai yang sedang semarak sekarang, yang dipopulerkan oleh para selebritis, sudah ada sejak dahulu. Seperti yang diceritakan oleh Armijn Pane pada karyanya, Belenggu (1930). Novel ini berisi keretakan rumah tangga dokter Sukartono . Mengapa harus terjadi keretakan ? Perkawinankah yang salah? Bukankah manusialah yang salah? Terlalu banyak bercita-cita sebelum kawin?Kata orang kawin itu bersatu pikiran, bersatu tujuan. Rupanya setelah menikah berlainan paham juga, masing-masing hidup sendiri-sendiri. (hal. 39) Mengapa harus hidup sendiri-sendiri? Apakah kerena perempuan menghendaki persamaan hak seperti laki-laki? Suami keluar mencari nafkah sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari sehingga waktu di rumah kurang . Bahkan tidak ada sama sekali. Akhirnya sang istri pun ingin merdeka. Mencari kesibukan di luar. Seperti kata Tini (hal. 57) Aku berhak juga menyenangkan pikiranku, menggembirakan hatiku, aku manusia juga yang berkemauan sendiri. Kalau dia pria seorang diri, tiada sempat menemani aku, mengapa aku tiada boleh pergi seorang diri menyenangkan hatiku? Suatu keinginan yang wajar bukan? Menurut Imam Ghazali bahwa pernikahan itu mirip semacam perbudakan. Jadi istri dalam perkawinan laksana budak saja.Dalam setiap

hal, seorang istri wajib menaati suaminya secara mutlak. Diriwayatkan Hidayatullah bahwa pada suatu hari Fatimah, putri nabi Muhammad, bertanya kepada nabi siapakah perempuan yang akan masuk surga pertama kali ? Rasulullah menjawab seorang wanita bernama Mutiah. Timbul keinginan Fatimah untuk mengetahui siapakah Mutiah itu.Apakah gerangan yang diperbuatnya sampai mendapat kehormatan yang begitu tinggi. Akhirnya Fatimah bersama anaknya, Hasan, mengunjungi Mutiah. Namun apa yang terjadi ? Mutiah tidak bersedia menerima Fatimah karena ia bersama anaknya yang laki-laki meskipun masih kecil karena Mutiah belum mendapat izin dari suaminya menerima tamu laki-laki. Keesokan harinya setelah mendapat izin dari suaminya, Mutiah memperbolekan Fatimah bersama anaknya memasuki rumahnya. Menjelang tengah hari, Mutiah menyiapkan makanan untuk suaminya di atas nampan. Di samping nampan itu ia menaruh cambuk. Fatimah heran. Untuk apa cambuk itu. Mutiah menjelaskan bahwa kalau suaminya sedang makan , ia akan bertanya apakah cocok atau tidak. Kalau dia berkata cocok , tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau tidak cocok, cambuk itu akan ia berikan kepada suaminya agar punggungnya dicambuk sebab tidak bisa menyenangkan hati suami. Mendengar penjelasan itu, Fatimah berkata dalam hati pantas ia akan masuk surga pertama kali karena baktinya kepada suami begitu besar. Masih adakah Mutiah di zaman sekarang ? Perempuan sekarang hendak sama haknya dengan kaum laki-laki. Apa yang hendak disamakan? Hak perempuan ialah mengurus anak suaminya, mengurus rumah tangga. Perempuan sekarang cuma meminta haknya saja pandai.Kalau suaminya pulang dari kerja , benar dia suka menyambutnya, tetapi ia lupa mengajak suaminya duduk, biar ditanggalkanya sepatunya.Tak tahukah perempuan sekarang , kalau dia bersimpuh di depan suaminya akan menanggalkan

sepatunya, bukankah itu tanda kasih, tanda setia ? Apalagi hak perempuan, lain dari pemberi hati pada laki-laki ? (hal. 17) Tatanan wanita pada masyarakat di zaman modern ini telah berubah secara drastis. Pribadi mereka dipacu untuk hidup sendiri, mencari nafkah sendiri, senang dan susah sendiri. Mereka dapat saja hidup dengan seorang lelaki atau tanpa lelaki karena mereka telah menanggung segalanya sendirian. Mereka telah memeroleh kebebasan dan kesamaan yang disodorkan oleh modernisasi. Selain itu, medernisasi juga menawarkan bentuk rumah tangga modern yakni wanita harus sering meninggalkan rumahnya. Ia mesti aktif dalam meniti kariernya seperti halnya suaminya. Ia harus mengejar prestasi dan kedudukannya, di samping mengejar kesenangan dan popularitas, sebab bila tidak ia tidak akan memeroleh penghargaan dari suami dan masyarakat. Dia akan dianggap sebagai penganggur terselubung. Bahkan dianggap sebagai parasit Sehubungan dengan hal tersebut, wanita tentu mengembang dua tugas berat yakni sebagai wanita karier sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Wanita dengan tugas berat ini menghadapi dilema. Ia tidak tahu mana yang harus didahulukan. Bila memilih mengutamakan tugas-tugas seorang istri, kariernya akan menurun. Namun , jika karier yang ia dahulukan, rumah tangganya terancam berantakan. Mengapa demikian? Karena ketidakpuasan lelaki terhadap istri yang telah letih kerena bekerja, sehingga ia akan mencari kepuasan dari wanita lain. Maka kawin cerai dan hidup bersama tanpa menikah tidak lagi menjadi sesuatu yang mengherankan. Karena itu,wanita harus introspeksi diri apabila ingin melihat keluarganya tetap bahagia. Kebahagiaan keluarga dan keretakan keluarga penyebabnya bisa berasal dari diri sendiri Seperti kata Rohayah pada Tini ( hal. 145) Kalau Engkau pelihara dia baik baik, kau turut kemauannya,

begitu juga kesukaannya yang kecil-kecil, tapi sangat dihargainya, dia tidak akan datang kepadaku . Selain itu, kalau ingin mempertahankan keutuhan rumah tangga, wanita harus mengubah sikap, menjadi istri yang sejati, menyenangkan hati suami di rumah biar di rumah menjadi tempat yang aman dan sentosa. ( hal. 146) Penyebab keretakan rumah tangga yang lain yang dapat di petik dari novel Belenggu ini adalah tidak adanya komunikasi antara dr.Sukartono dan Sumartini. Komunikasi antara suami dan istri memang sering dianggap sepele. Padahal, inilah yang menjadi salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga. Hubungan yang kaku dan tertutup antara suami dan istri membuat suasana hati masing-masing menjadi jauh. Bahkan , bisa saling tidak peduli. Tidak ada ikatan batin yang tumbuh. Ini mengakibatkan timbulnya perselisihan. Oleh karena itu, perasaan pasangan sangat menentukan kehangatan hubungan suami-istri. Perasaan dihargai dan disayangi oleh suami akan mendorong istri untuk berbuat yang lebih baik. Perasaan seperti itu seringkali menimbulkan dorongan yang luar biasa untuk

membahagiakan, menyenangkan, dan meringankan beban orang yang dicintainya. Bagaimana kita tahu bahwa pasangan kita menyayangi kalau tidak dinyatakan? Pernyataan sayang bukan berarti harus tenggelam dalam cinta yang menggebu-gebu.Tetapi cinta yang mampu menghangatkan jiwa dan memupuk kemesraan dalam rumah tangga. Sewaktu suami atau istri mampu mengungkapkan rasa sayangnya, pasangan akan merasa dihargai dan dibutuhkan sehingga menumbuhkan kebebasan jiwa. Saat kita merasa disayang oleh pasangan timbul perasaan

aman dan nyaman yang menjadi dasar bagi tumbuhnya komunikasi yang hangat. Sementara kasih sayang yang tidak terungkap dengan baik lambat laun menjadi bom waktu yang akan meledak di saat ada pemicu. Dapat kita lihat kembali bagaimana Suhartini mengungkapkan perasaan sayangnya terhadap suaminya kepada orang lain yaitu Yah Kami kawin, lambat laun aku mencintainya, berangsur-angsur dalam, aku tidak dapat menahannya. Aku tiada suka dia pergi-pergi, hendakku banyakbanyaklah dia di dekatku, tapi aku tahu, tidak aku dapat karena dia mesti juga pergi, memang sudah pekerjaannya begitu. Aduh, tidak tertahan cemburu dalam hatiku. Entah siapa-siapa diterimanya untuk diperiksa, entah siapa-siapa dikunjunginya, untuk diraba-rabanya. Barangkali perempuan cantik lagi muda, dan.tidak berpakaian, ah, gila pikiranku memikirmikirkannya. Aku selalu takut, dia akan terlepas dari padaku, dia akan jatuh cinta pada orang lain. (hal. 145) Sedangkan pada halaman 153 diceritakan sewaktu Tono bertemu lagi dengan Yah, lalu dikabarkan tentang maksud Tini itu, tentang dia menahannya, jangan dulu terus memutuskan perhubungan. Yah merasa tidak senang. Tono cinta juga rupanya akan istrinya. Dari penjelasan tersebut dapat kita melihat bahwa bagaimana Tini dan Tono tidak dapat mengungkapkan perasaan masing-masing walaupun mereka mampu mengungkapkannya pada orang ketiga. Apakah karena keangkuhan ? Dapat terjawab pada halaman 70 yang mengatakan kadangkadang sepulangnya di rumah, terbit rasa kasihan dalam hati Tini melihat Kartono lagi membaca, menanti, kalau-kalau ada lagi pasien datang. Adakah di dalam hatinya sepi juga seperti dalam hatiku? Rusuh gelisah kadangkadang? Terbitlah keinginannya hendak bercumbu-cumbu dengan dia,

hendak meriangkan melalaikan hatinya, tetapi selalu tertahan oleh perasaan segan. Terbitlah pikirannya: ,,Mengapakah mesti aku yang dahulu menghampirinya? Mengapa bukan dia? Sementara itu, Tono melirik perbuatan Tini, Tini selalu berhenti sebentar, kemudian berjalan terus, sedang dia sendiri membaca. Diliriknya segala perbuatan Tini karena masih mengandung harapan akan baik juga lagi. Dia melirik, diperhatikannya juga akan tingkah laku Tini dengan diamdiam, dengan perhatiannya mengendap-endap jangan tampak oleh perhatian Tini. Dia senang berbuat demikian, karena ingin tahu apa yang tersembunyi dalam hati Tini. (hal. 72) Dengan tidak adanya komunikasi yang baik antara keduanyalah yang menjadi salah satu pemicu keretakan rumah tangga. Untuk itu, ungkapkanlah perasaan kepada pasangan, jangan dipendam. Bagaimana

mengungkapkannya? Ada beberapa cara yang dapat penulis ungkapkan sehubungan dengan novel Belenggu yaitu : 1. Berbagi Rasa Berbagi rasalah kepada pasangan karena dengan berbagi rasa menandakan bahwa kita percaya kepadanya. Janganlah berdiam diri 2. Katakan sayang Katakan sayang pada pasangan. Hal ini penting untuk meneguhkan hati, memperkokoh sekaligus menciptakan komunikasi yang baik antara suamiistri 3. Cintailah dengan menerima apa adanya Berusahalah menerima pasangan kita semua kekurangan maupun kelebihannya. Masa lalu yang kelam yang pernah dialami tidak perlu diingat dan diungkit tetapi sebagai pedoman untuk berbuat yang lebih baik. 4. Ungkapan nonverbal

Ungkapkan perasaan dengan perbuatan misalnya kecupan, belaian, saling menggenggam atau bergandengan tangan. Keempat cara di atas kurang diperhatikan oleh Sukartono dan Sumartini dalam membina rumah tangganya sehingga rumah tangganya berakhir dengan kehancuran. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kehidupan pasangan laki-laki dan perempuan seperti garis gerak planet-planet yang beredar pada masingmasing orbitnya. Selama berjuta-juta tahun planet itu beredar dalam keserasian yang tetap, dan tidak akan tejadi penyimpangan peredaran orbit yang telah tertentu itu. Syarat utama bagi kebahagiaan pria dan wanita ialah bahwa masingmasing harus tetap berjalan pada garis-garis edarnya. Kebebasan dan persamaan akan bermanfaat selama mereka tidak meninggalkan ketentuan dan kecenderungan alaminya. Bila ketentuan dan kecenderungan yang alami ini ditolak dan ditentang maka akan timbul kekacauan. Akhirnya penulis mengajak para pembaca untuk membaca novel Belenggu sebelum melangkah ke pelaminan karena novel ini dapat menjadi cermin bagi kita untuk melangkah ke arah yang lebih baik khususnya dalam membangun dan membina rumah tangga. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

( Hutbaya)