karya tulis ilmiah asuhan keperawatan keluarga pada...
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN
DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA
OLEH :
Jela Kopdayana
P07220116056
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2019
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN
DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
OLEH :
Jela Kopdayana
PO7220116056
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2019
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Nama : Jela Kopdayana
Tempat Tanggal Lahir : Bontang, 17 Juli 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tari Enggang RT 11 Kel. Guntung Kec.
Bontang Utara
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2003-2004 : TK Madani Sidrap
2. Tahun 2004-2010 : SDN 007 Bontang Utara
3. Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 5 Bontang Barat
4. Tahun 2013-2016 : SMA Negeri 2 Bontang
5. Tahun 2016-sekarang : Mahasiswa Podi DIII-Keperawatan
Samarinda Poltekkes Kalimantan Timur
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Kemenkes RI (2014) Penanganan TB Paru sangat memerlukan
peran aktif dari penderita dan keluarga sebagai sistem yang mendukung. Hal ini
disebabkan karena pengobatan TB paru adalah pengobatan jangka panjang,
kurang lebih tiga sampai sembilan bulan dan penderita harus minum paling sedikit
3 macam obat. Selama pengobatan, pasien harus benar-benar disiplin dalam
meminum obat dan melakukan kontrol ke dokter secara rutin sampai dianggap
sembuh total. Jika hal ini tidak dilakukan maka proses pengobatan TB menjadi
tidak tuntas sehingga bakteri TB menjadi resisten dan berkembang menjadi MDR-
TB (Trirahayu,2016).
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium,
antara lain : M. Tuberculosis, M. A fricanum, M. Bovis, M. Leprae dsb. Yang
juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TBC (Kemenkes RI,2018).
2
Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh
dunia, termasuk juga di Indonesia. Program Strategy End TB telah digulirkan
namun angka kejadian TB masih terbilang tinggi serta angka penemuan kasus
baru belum maksimal. WHO mencatat bahwa Indonesia menempati urutan kedua
terbanyak di dunia setelah India (WHO,2017).
Menurut Kemenkes RI (2018) ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di
Indonesia sebanyak 360.770 kasus. Kasus tuberkulosis tertinggi ditemukan di tiga
provinsi yang mempunyai jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat 78.698
kasus, Jawa Timur 48.323 dan Jawa Tengah 42.272 kasus tuberkulosis.
Menurut Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDIP), setiap jam ada
delapan kasus kematian akibat TBC. Sekitar 140.000 kematian akibat TBC terjadi
setiap tahunnya. Menurut laporan Kementrian Kesehatan tahun 2018 Provinsi
Kaltim menempati jumlah kasus sebanyak 5.489 kasus, tertinggi di antara semua
provinsi di Pulau Kalimantan.
Pada tahun 2016 penemuan kasus TB BTA (+) di kota Samarinda
sebanyak 457 kasus. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih
tinggi dari pada perempuan yaitu 270 kasus pada laki-laki dan 187 kasus pada
perempuan. Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2016 paling
banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun. Sedangkan kasus
tuberkulosis pada anak-anak 0-14 tahun sekitar 3% dari total penemuan kasus.
(Profkes,2016).
3
Menurut Profil Kesehatan Kota Samarinda (2016) Puskesmas Sempaja
berada di Kecamatan Samarinda Utara dengan kasus tuberkulosis urutan ke dua
terbanyak setelah kecamatan Sungai Kunjang di kota Samarinda, dari hasil
wawancara dengan salah satu petugas di Puskesmas Sempaja bahwa tuberkulosis
tidak masuk dalam sepuluh penyakit teratas di Puskesmas Sempaja tetapi
dilingkungan Sempaja cukup banyak yang menderita tuberkulosis sekitar 39
orang pada tahun 2016, 41 orang 2017 dan 40 orang pada tahun 2018 dengan
keluhan paling banyak sesak napas,batuk terus menerus dan sulit membuang
dahak (Puskesmas Sempaja, 2018).
Untuk mengatasi tuberkulosis maka penderita harus mengkonsumsi OAT
(Obat Anti Tuberkulosis) secara teratur dan benar. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan
tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS, pemahaman tentang
DOTS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan
baik. Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai
penyakit dan keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita, keluarga dan
lingkungan.
Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simtomatik
untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan yaitu makan
makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan
(pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis,
kecuali untuk penyakit komorbidnya), Bila demam dapat diberikan obat penurun
4
panas/demam, bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak
napas atau keluhan lain.
Batuk adalah gejala yang paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau
akibat rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul
pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.Untuk
mengeluarkan sekret dengan baik yaitu dengan cara batuk efektif. Batuk efektif
yaitu merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekret. Batuk efektif
merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat
energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal (Alie dan Rodiyah, 2013).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun laporan tugas
akhir mengenai “Asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan tuberkulosis
paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut : Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan keluarga
pada klien dengan Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja
Samarinda?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan
keperawatan keluarga pada klien dengan Tuberkulosis paru di wilayah kerja
Puskesmas Sempaja Samarinda.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan keluarga pada kasus
diatas diantaranya sebagai berikut.
1) Melakukan pengkajian pada kasus Tuberkulosis paru
2) Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada anggota keluarga
Tuberkulosis paru
3) Menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga
Tuberkulosis paru
4) Melaksanakan intervensi asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga
Tuberkulosis paru
5) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga
Tuberkulosis paru.
1.4. Manfaat penulis
1.4.1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup
jelas kepada peneliti dan menambahkan wawasan dalam asuhan keperawatan pada
keluarga dengan kasus Tuberkulosis paru.
6
1.4.2. Bagi tempat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
sebagai bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan kasus Tuberkulosis paru
1.4.3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi rekan sejawat
keperawatan dalam melakukan Asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan
Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda yang
komperhensif tidak hanya berorientasi pada tindakan medis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tuberkulosis Paru
2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut kerap menyerang organ paru
dibandingkan organ dalam lainnya dan dapat ditularkan melalui udara yang
membawa droplet nuklei penderita TB (Izatti,2015).
Menurut Sylvia A. Price dalam Nanda (2015) Tuberkulosis adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat
masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka
pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
yang terinfeksi bakteri tersebut. Jadi, dari beberapa definisi di atas maka
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru dan
dapat menular langsung melalui udara yang disebabkan oleh bakteri
(Mycobacterium tuberculosis).
2.1.2 Etiologi
Menurut Wim de jong, dalam Nanda (2015) penyebab tuberkulosis adalah
Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi
dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin
8
berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil Tipe
Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari
penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.
2.1.3 Patofisiologi
Proses infeksi penyakit tuberculosis dibagi menjadi dua yaitu infeksi
primer dan infeksi sekunder. Infeksi primer adalah waktu pertama kali terinfeksi
TB. Kuman TB yang dibatukkan/dibersinkan akan menghasilkan droplet nuklei
dalam udara, sifat kuman TB dalam udara bebas bertahan 1-2 (bergantung pada
sinar ultraviolet/ sinar UV, ventilasi dan kelembapan dalam suasana lembap dapat
tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Oleh karena sifat kuman TB ini tidak
tahan terhadap sinar ultraviolet maka penularan lebih sering terjadi pada malam
hari. Kuman TB terhisap orang sehat, kemudian menempel pada saluran nafas dan
jaringan paru, kuman TB dapat masuk ke alveoli jika ukuran kurang dari 5 , maka
neutrofil dari makrofag akan bekerja dalam hitungan jam untuk memfaggosit
bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.
Kuman TB ini tumbuh lambat dan membelah diri setiap 18-24 jam pada
suhu yang optimal, dan berkembangbiak pada tekanan oksigen 140 mmH2O di
paru. Kuman TB yang berada dalam makrofag akan mengalami proliferensi, pada
akhirnya proliferasi ini akan menyebabkan lisis makrofag. Makrofag tersebut
kemudian bermigrasi ke dalam aliran limfatik dan mempresentasikan antigen
Mycobacterium tuberculosis pada limfosit T.limfosit TCD4 merupakan sel yang
memainkan peran penting dalam respons imun, sedangkan limfosit TCD8
memiliki peranan penting dalam proteksi terhadap TB. Peran limfosit T CD4
9
menstimulasi pembentukan fagolisosom pada makrofag yang terinfeksi dan
memaparkan kuman pada lingkungan yang sangat asam, selain limfosit T CD4
menghasilkan dinitrogen oksida yang mampu menyebabakan destruktif oksidatif
pada bagian-bagian kuman mulai dari dinding sel hingga DNA.
Selain menstimulasi makrofag untuk membunuh kuman TB sel limfosit T
CD4 juga merancang pembentukan granuloma dan nekrosis kaseosa. Granuloma
terbentuk bila penderita memiliki respons imun yang baik walaupun sebagian
kecil mikobakterium hidup dalam granuloma dan menetap di tubuh manusia
dalam jangka waktu yang lama. Granuloma membatasi penyebaran dan
multiplikasi kuman dengan membentuk jaringan fibris yang mengingilingi
granuloma (fokus primer). Fokus primer yang mengalami klasifikasi bersama
besaran nodus limfa disebut kompleks gohn. Lensi ini dapat sembuh sama sekali
tanpa cacat, dapat berkomplikasi dan menyebar, dan dapat sembuh dengan
meninggalkan sedikit bebas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus dan
lensi pneumonia yang luasnya lebih dari 5 mm, 10% di antaranya dapat terjadi
reaktivasi lagi karena kuman yang dormant, yang merupakan cikal bakal TB
sekunder (Yasmara,2016).
10
Udara tercemar
Mycobacterium dihirup individu rentan kurang informasi
tuberculosis
masuk paru
reaksi inflamasi/peradangan
penumpukan eksudat dalam alveoli
produksi sekret berlebih
tuberkel sekret susah dikeluarkan bersin
Meluas mengalami perkejuan
Penyebaran klasifikasi
hematogen
limfogen mengganggu perfusi
peritoneum
& difusi O2
Asam Lambung
Mual, anoreksia
Gambar 2.1 Pathway
Sumber : NANDA (2013) & Soemantri (2008)
Kurang pengetahuan
Hipertermia
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Resti penyebaran infeksi
pada orang lain
Gangguan pertukaran gas
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Resti penyebaran
infeksi pada diri
sendiri
11
2.1.4 Manifestasi klinis
Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberkulosis paru
apabila ditemukan gejala klinis utama.
Gejala utama pada tersangka TBC adalah :
1) Batuk berdahak lebih dari tiga minggu
2) Batuk berdarah.
3) Sesak nafas.
4) Nyeri dada.
Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi,
meriang dan penurunan berat badan. Dengan strategi yang baru DOTS (Diretly
Observed Treatment Shortcourse), gejala utamanya adalah batuk berdahak dan /
atau terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut
seseorang sudah dapat ditetapkan sebagai penderita. Gejala lainnya adalah gejala
tambahan. Dahak penderita harus diperiksa dengan pemeriksaan mikrobiologis
(Kunoli,2012)
2.1.5 Cara penularan
Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam
percikan ludah yang di keluarkan oleh penderita TB Paru atau TB Laring pada
waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Petugas kesehatan dapat
tertulari pada waktu mereka melakukan otopsi, bronkoskopi atau pada waktu
mereka melakukan intubasi. TB Laring sangat menular. 546 kontak jangka
panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertular, infeksi melalui selaput
lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang.
12
TB Bovinum penularannya dapat terjadi jika orang terpajan dengan sapi
yang menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak di pasteurisasi atau
karena mengkonsumsi produk susu yang tidak di olah dengan sempurna.
Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani dan peternak TB ekstra pulmoner
(selain TB laring) biasanya tidak menular, kecuali dari sinus keluar discharge.
Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber
infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor penjamu lainnya.
Risiko tinggi berkembangnya penyakit yaitu anak ada anak anak berusia di bawah
3 tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa
remaja. Dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui
peredaran darah pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya,
sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17% Hasil studi
lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua
kali lebih beresiko di bandingkan kontak biasa (tidak serumah).
Seorang penderita dengan BTA (+) yang derajatnya positif tinggi berpotensi
menularkan penyakit penularan infeksi, penderita dengan BTA (-) di anggap tidak
menularkan Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah
sekitar 10/100.000 populasi. Di indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di
antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga akan terinfeksi TBC. Setengah dan
mereka BTA nya akan positif (0,5%) (kunoli,2012).
13
2.1.6 Pemeriksaan diagnostik
Menurut Mansjoer, dalam Nanda (2015) pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada klien dengan Tuberkulosis Paru, yaitu :
1) Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis
Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
2) Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB
3) Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serulogi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4) Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resisten.
5) Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikobakterium tuberculosis
14
6) MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah
7) Pemeriksaan radiologi : Rontgen thorax PA dan lateral
Hasil pemeriksan radiologi untuk pasien tuberkulosis meliputi: bayangan lesi
terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah, bayangan
berwarna (patchy) atau bercak (nodular), adanya kavitas, tunggal atau ganda,
kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru, adanya klasifikasi, bayangan
menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian, dan bayangan millie.
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan Tuberkulosis Paru menggunakan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) dengan metode Directy Observed Treatment (DOTS)
1) Kategori I (2HRZE/4H3R3) untuk pasien TBC
2) Kategori II (2 HRZES/HERZE/ 5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori I nya gagal atau pasien yang kambuh).
3) Kategori III (2HRZ / 4H3RE) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)
4) Sisipan (HRZE) digunakan sehingga tambahan bila pada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau kategori II ditemukan
BTA (+).
15
Obat di minum sekaligus 1 (satu) jam sebelum makan.
Kategori :
1) Tahap diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2 HRZE) :
(1) INH (H) : 300 mg- 1 tablet
(2) Rifanpisin(R) : 450 mg – 1 kaplet.
(3) Pirazinamid (Z) : 1500 mg – 3 kaplet @ 500 mg.
(4) Etambutol (E) : 750-3 kaplet @ 250 mg.
Obat tersebut diminum setiap hari secara intesif sebanyak 60 kali.
Regiman ini disebut KOMBIPAK II.
Tindak lanjut pengobatan
Tabel 2.1 Pengobatan Tuberkulosis
Kategori
Waktu Hasil BTA Rencana tindak lanjut
I
Akhir tahap
Intensif
Negatif Diteruskan ke tahap lanjutan
Positif
Terapkan sisipan selama 1
bulan jika hasil
pemeriksaan dahak masih
(+) maka diharuskan ke
tahap lanjutan.
Sebulan sebelum
akhir pengobatan
Positif Sembuh
Negatif Pengobatan gagal, ganti ke
kategori II.
II
Akhir intensif
Positif
Teruskan ke tahap
lanjutan
Negatif Sembuh.
Positif Pengobatan gagal,
pasien kronis dirujuk
16
Sebulan sebelum
akhir pengobatan
ke spesialis atau
mengonsumsi INH
seumur hidup.
Negatif Teruskan ke tahap
lanjut
Akhir intensif Positif Pengobatan diganti
dengan kategori II.
2) Tahap lanjutan di berikan 3 (tiga) kali dalam seminggu selama 4 bulan
(4H3R3) :
(1) INH (H) : 600 mg – 2 tablet @300 mg
(2) Rifampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 (tiga) kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54
kali.
Regimen ini di sebut KOMBIPAK III.
2.2 Konsep keluarga
2.2.1 Definisi keluarga
Menurut (Duval & Logan, 1986) Keluarga merupakan sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga (Gusti,2013).
Menurut (Friedman, 1998) mendefinisikan keluarga merupakan kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama, dengan keterikatan aturan dan
emosional dan masing-masing tiap keluarga mempunyai peran masing-masing
(Gusti,2013)
17
Jadi, dari beberapa definisi di atas maka keluarga merupakan sekumpulan
dua orang atau lebih dengan ikatan perkawinan yang hidup bersama, yang
bertujuan untuk mempertahankan budaya, mental, meningkatkan perkembangan
fisik dengan keterikatan aturan dan emosional dan setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing.
2.2.2 Struktur keluarga
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami istri (Gusti,2013)
18
Ciri-ciri struktur keluarga :
1) Terorganisir
Saling berhubungan, saling ketergantunganantara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing
(Gusti,2013)
2.2.3 Tipe keluarga
Menurut (Walsh,1998,hlm.28) Saat ini, tidak terdapat lagi keluarga khas
Amerika. Berbagai bentuk keluarga sering kali diklasifikasikan menjadi bentuk
keluarga tradisional dan non tradisional . pembentukan kembali kehidupan
modern yang berbeda terdiri atas perpaduan berbagai struktur dan budaya
keluarga yang muncul : ibu yang bekerja dan suami-istri sama-sama bekerja;
keluarga yang bercerai, keluarga orangtua tunggal, dan menikah lagi; serta
pasangan rumah tangga, baik pasangan homoseksual maupun heteroseksual
(Friedman,2014)
1) Tipe keluarga tradisional
(1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,ibu dan anak yang diperoleh
dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
19
(2) Keluarga besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek,nenek,paman,bibi, saudara, sepupu, dll).
(3) Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
(4) Orang tua tunggal (Single parent family)
Adalah keluarga yang terdiri salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
(5) The single adult living alone
Adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.
(6) The unmarried teenage mother
Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan.
(7) Keluarga usila (Niddle age/aging couple)
Adalah suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja
atau tinggal di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karir.
2) Tipe keluarga non tradisional
(1) Commune family
Adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
(2) Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
20
(3) Homoseksual
Adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga
(Gusti,2013)
2.2.4 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman dalam Gusti (2013) adalah sebagai berikut :
1) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
3) Fungsi reproduksi (the productive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
21
2.2.5 Tugas keluarga
Menurut E.Duvall ada 8 (delapan) tugas dasar yang mengarah pada
keberhasilan hidup berkeluarga di dalam masyarakat, tugas keluarga meliputi
tanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan biologik, kultural dan
pribadi serta aspirasi para anggota pada setiap tingkat perkembangan keluarga. 8
(delapan ) tugas dasar tersebu meliputi :
1) Pemeliharaan fisik
Keluarga bertangguang jawab menyediakan tempat bernaung, pakaian yang
sesuai dan makanan yang cukup bergizi, serta asuhan kesehatan atau keperawatan
yang memadai.
2) Alokasi sumber
Sumber-sumber meliputi : keuangan, waktu pribadi, energi dan hubungan
dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dipenuhi melalui
penganggaran dan pembagian kerja untuk menyediakan bahan, ruangan dan
fasilitas melalui hubungan interpersonal untuk saling membagi wewenang, respek
dan perhatian.
3) Pembagian kerja
Anggota keluarga menetapkan yang akan memikul tanggung jawab apa,
seperti memperoleh penghasilan atau income, mengelola tugas-tugas rumah
tangga, memelihara rumah dan kendaraan, memberi asuhan kepada anggota
keluarga yang masih muda, tua atau yang tidak mampu/ tidak berdaya dan tugas-
tugas lain yang telah ditentukan.
22
4) Sosialisasi anggota keluarga
Keluarga mempunyai tanggung jawab untuk membimbing berkembangnya
secara matang pola prilaku yang dapat diterima masyarakat, yang menyangkut
kebutuhan makan, eliminasi, istirahat tidur, seksualitas, interaksi dengan orang
lain.
5) Reproduksi, penerimaan dan melepas anggota-anggota keluarga
Melahirkan, adopsi dan membesarkan anak adalah tanggung jawab keluarga,
sejalan dengan masuknya anggota-anggota baru melalui perkawinan. Kebijakan-
kebijakan ditetapkan untuk memasukkan orang lain kedalam keluarga seperti :
mertua, sanak saudara, orangtua tiri, tamu dan teman
6) Pemeliharaan keteraturan
Keteraturan dipelihara melalui interaksi perilaku yang bisa diterima. Bentuk
dan identitas, pola kasih sayang, ungkapan seksual diperkuat melalui perilaku
orangtua untuk menjamin penerimaan dalam masyarakat.
7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat luas
Anggota keluarga mengakar di masyarakat melalui hubungan di tempat
ibadah, sekolah, sistem politik dan organisasi-organisasi lain. Keluarga juga
memikul tanggung jawab untuk melindungi anggota keluarga dari pengaruh luar
yang tidak diinginkan dan dalam keanggotaan kelompok-kelompok yang tidak
diinginkan.
8) Pemeliharaan motivasi dan moral
Anggota keluarga menghargai satu sama lain atas keberhasilan mereka dan
disediakannya suasana keluarga yang mencerminkan bahwa setiap individu
23
diterima, didukung dan diperhatikan. Keluarga mengembangkan suatu falsafah
hidup dan semangat kesatuan dan kesetiaan keluarga, sehingga memungkinkan
anggota-anggota berdaptasi dengan krisis pribadi maupun keluarga (Gusti,2013)
Selain 8 (delapan) tugas dasar keluarga yang harus dilaksanakan dengan
baik keluarga juga harus mampu melaksanakan tugas dalam kesehatan keluarga.
1) Tugas kesehatan keluarga menurut Freeman dalam Gusti (2013) yaitu :
2) Mengenal masalah kesehatan keluarga
3) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
4) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
5) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
6) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
2.2.6 Peran perawat keluarga
1) Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan keluarga secara mandiri
dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2) Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai.
3) Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun
di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
24
4) Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tenang kesehatan keluarga.
5) Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
6) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.
7) Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.
8) Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9) Modifikasi lingkungan
Perawat juga harus dapat meodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercapai lingkungan yang sehat
(Gusti,2013).
25
2.3 Konsep asuhan keperawatan keluarga
2.3.1 Pengkajian tuberkulosis
1) Data Umum
(1) Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat kepala
keluarga, komposisi anggota keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis
kelamin, tanggal lahir, atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status
imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,dan genogram (genogram
keluarga dalam tiga generasi).
(2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
(3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
(4) Agama mengajarkan agar kita bersabar dan tetap meyakini bahwa Tuhan
akan memberi jalan kesembuhan dan kebaikan di kemudian hari, musibah apapun
termasuk TB hendaknya tidak di pandang sebagai akhir dari segala-galanya,
manusia harus yakin bahwa Tuhan bisa merubah sesuatu yang menurut kita tidak
mungkin dan menyatakan setiap penyakit pasti ada obatnya (Faqih,dkk 2014).
(5) Status sosial ekonomi keluarga sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan
hunian, lingkungan perumahan, lingkungan sanitasi tempat kerja yang buruk
dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat dengan
penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak
dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan (Hiswani,2004).
26
(6) Aktivitas rekreasi keluarga misalnya mendengarkan gending jawa mampu
mengeluarkan beberapa hormon salah satunya hormon serotonin, hormon ini
menimbulkan rasa bahagia meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Fitriaseh,2018).
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
(1) Tahap Perkembangan Keluarga saat ini ditentukan oleh anak tertua dalam
keluarga.
(2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
(3) Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga
saat ini yang belum terpenuhi dan alasan mengapa hal tersebut belum terpenuhi.
(4) Riwayat Keluarga Inti Data ini menjelaskan mengenai ada tidaknya keluarga
yang terkena penyakit TB atau jika ada yang terkena maka penyakit TB dapat
menularkan ke anggota keluarga yang lain. Anak semasa kecil seharusnya
dilakukan imunisasi BCG bertujuan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberkulosis (Faqih,2014).
(5) Riwayat Keluarga Sebelumnya Data ini menjelaska riwayat kesehatan dari
pihak suami dan istri.
3) Pengkajian Keadaan Lingkungan
(1) Karakteristik Rumah Rumah yang terlalu sempit (terlalu banyak
penghuninya) maka ruangan akan kekurangan oksigen sehingga dapat akan
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya
penyakit. Lingkungan dan rumah yang tidak sehat seperti pencahayaan rumah
yang kurang (terutama cahaya matahari), kurangnya ventilasi rumah, kondisi
27
ruangan yang lembab, hunian yang terlalu padat mengakibatkan kadar CO2
dirumah meningkat. Peningkatan CO2 sangat mendukung perkembangan bakteri.
Hal ini dikarenakan mycobacterium tuberculosis adalah aerob obligat dan
mendapatkan energi dan oksidasi banyak komponen karbon sederhana
(Fahreza,2012).
(2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat Sebagian besar masyarakat
cenderung untuk membeli obat diwarung ketika merasakan adanya gejala batuk
karena masyarakat menganggap masih tergolong penyakit ringan, sedangkan
sebagian lagi langsung berobat ketenaga kesehatan setelah batuknya sudah
termasuk penyakit berbahaya, menular, dan hanya bisa disembuhkan melalui
pengobatan medis, sedangkan sebagian kecil lainnya mempercayakan
kesembuhan melalui pengobatan tradisional, karena beranggapan bahwa penyakit
TB hanya bisa disembuhkan melalui pengobatan tradisional karena penyakit
tersebut berkaitan dengan kekuatan ghaib (Fitriaseh,2018) dan TB bukan penyakit
keturunan, kutukan atau karena guna-guna atau santet. (Faqih,dkk, 2014).
(3) Mobilitas Geografis Keluarga data ini menjelaskan mengenai kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
(4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat data ini menjelaskan
mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga
dalam pertemuan dengan masyarakat. (Widyanto, 2014)
28
4) Struktur Keluarga
(1) Sitem Pendukung Keluarga data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar
terkait dengan kesehatan dan lain sebagainya.
(2) Pola Komunikasi Keluarga data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi
dengan keluarga serta frekuensinya.
(3) Struktur Peran data ini menjelaskan mengenai peran anggota keluarga dan
masyarakat yang terbagi menjadi peran formal dan informal.
(4) Nilai/Norma Keluarga Data ini menjelaskan mengenai nilai atau norma yang
dianut keluarga terkait kesehatan.
5) Fungsi Keluarga
(1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
(2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku.
(3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Dalam mengkaji fungsi perawatan kesehatan yang perlu diperhatikan adalah:
Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit
diapakan, tetapi bagaimana upaya preventif dan promotifnya dan bila ditemui data
maladaptive, langsung lakukan penjajakan tahap II (berdasarkan 5 tugas keluarga
29
seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat
anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan).
6) Stres dan koping keluarga
(1) Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan
(2) Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan
(3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
(4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
(5) Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pengkajian fisik
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, batuk produktif/tidak
produktif, peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru pleura), pengembangan pernafasan tidak simetris (Effusi pleura), perkusi
pekak dan penurunan fremitus, bunyi nafas tubuler dan bisikan pectoral di atas
lesi luas, krekels di atas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek,
karakteristik sputum: hijau, puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi
trakeal, nyeri dada meningkat karena batuk berulang, berhati-hati pada area yang
sakit.
30
Kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat, takikardia,
takipnea, kelelahan otot nyeri, kehilangan nafsu makan. Tidak dapat mencerna,
penurunan berat badan, turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak subkutan.,perilaku distraksi,gelisah,adanya kondisi penekanan
imun.contoh: AIDS, kanker.
8) Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga, serta harapan terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.3.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosis
keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam
tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-
fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan
kemampuan, dan sumber daya keluarga (Mubarak, 2012).
Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan
data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi problem atau masalah, etiology atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES.
31
1) Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul
2) Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose keperawatan pada asuhan
keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas kesehatan keluarga yang meliputi:
(1) Mengenal masalah kesehatan.
(2) Mengambil keputusan yang tepat.
(3) Merawat anggota keluarga yang sakit.
(4) Memodifikasi lingkungan.
(5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil pengkajian.
Menentukan prioritas masalah menurut Mubarak (2012) tipologi dari diagnosis
keperawatan yaitu:
1) Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan,
dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk
segera ditangani dengan cepat.
2) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah
aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan
atau keperawatan.
3) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan jika
keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Setelah
data dianalisis, kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu masalah.
Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga
32
maupun perawat, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus.
Oleh karena itu, perawat bersama keluarga dapat menyusun dan menentukan
prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan skala perhitungan.
Tabel 2.2 Analisa Data
No. Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS:
- Klien mengatakan sulit
mengeluarkan dahak
- Klien mengatakan selalu batuk-batuk
- Klien mengatakan kadang nafasnya
sesak
DO:
- Kesadaran Compos mentis
- Bunyi nafas Ronchi
- RR : 25 x/menit
Ketidakmampuan
keluarga dalam
merawat anggota
yang sakit
Tuberkulosis paru
Tidak Efektifnya bersihan
jalan napas
00031
Domain 11
2 DS :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan sulit makan
karena batu-batuk terus
- Klien mengatakan berat badannya
turun
D0 :
- Klien tampak kurus
- BB menurun
- IMT kurang dari kebutuhan
- Klien sering batuk-batuk
- Klien terlihat lemas
Ketidakmampuan
keluarga dalam
merawat anggota
keluarga yang
sakit Tuberkulosis
paru
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
tubuh
00002
Domain 2
(Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2017
Table 2.3 Skoring Prioritas Masalah
(Maglaya,2009)
No Kriteria skor Bobot
1 Sifat Masalah
Skala a. Wellness
b. Aktual
c. Resiko
d. Potensial
3
3
2
1
1
33
2 Kemungkinan Masalah dapat Diubah
Skala a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial Masalah untuk Dicegah
Skala a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya Masalah
Skala a. Segera
b. Tidak perlu
c. Tidak dirasakan
2
1
0
1
(Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) Persatuan
Perawat Nasional Indonesia, 2017)
Cara Skoring:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot. 𝑆𝑘𝑜𝑟𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 X bobot
3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.
2.3.3 Rencana keperawatan keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan
yang dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang
nyata dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan
kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus),
rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat 40 kriteria dan standar.
Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat
34
dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana
intervensi ini ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012). Berikut ini
klasifikasi intervensi keperawatan menurut Feedman (1970) dalam Friedman
(2014), yaitu :
1) Intervensi Suplemental, perawat memberikan perawatan langsung kepada
keluarga karena tidak dapat dilakukan keluarga
2) Intervensi Facilitate, perawat membantu mengatasi hambatan yang dimiliki
keluarga dengan berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan, seperti
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan di
rumah
3) Intervensi Developmental, perawat melakukan tindakan dengan tujuan
meningkatkan dan memperbaiki kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan
tanggung jawab pribadi. Perawat juga membantu keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang berasal dari sumber diri sendiri , termasuk dukungan sosial
internal maupun eksternal ( Padila, 2012).
42
2.3.4 Implementasi keperawatan
Pada kegiatan implementasi, terlebih dahulu perawat perlu melakukan
kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun psikologis dalam
menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu pelaksanaan, materi,
siapa yang melaksanakan,siapa anggota keluarga yang perlu mendapat pelayanan,
serta peralatan yang dibutuhkan jika ada. Kegiatan selanjutnya adalah
implementasi sesuai dengan rencana keperawatan keperawatan yang telah disusun
berdasarkan diagnosis yang diangkat. Implementasi keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
(1) Memberikan informasi
(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
(3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan
cara :
(1) Mengidentifikasi kosekuensi tidak melakukan tindakan
(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara:
(1) Mendemonstrasikan cara perawatan
(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
43
(3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan
(4) Membantu keluarga untuk menentukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara : Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin, dan
memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
2.3.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan
rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak/belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak
dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang
telah disepakati bersama.
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan yang
berorientasi pada masalah yang dialami klien. Format yang digunakan dalam
evaluasi formatif adalah SOAP
2) Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang telah
dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika terjadi kesenjangan, maka
proses keperawatan dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna
memodifikasi perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif
adalah SOAPIER.
45
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan (Desain Penulisan)
Jenis penulisan ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeskplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien Tuberkulosis Paru di
wilayah puskesmas sempaja. Dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
3.2 Subyek Studi Kasus
Subyek dalam studi kasus ini adalah dua orang klien Tuberkulosis Paru di
wilayah Puskesmas Sempaja.
3.1.1. Responden berobat jalan di puskesmas sempaja dengan diagnosa medis
Tuberkulosis Paru
3.1.2. Responden mampu berbahasa indonesia dengan baik.
3.1.3. Responden dalam keadaan sadar dan mempunyai keadaan umum baik
3.1.4. Bersedia jadi responden dan telah menandatangi surat persetujuan (informed
consent) sebagai bukti persetujuan.
3.3 Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Studi kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan adalah rangkaian
proses keperawatan individu pada pasien yang di diagnose Tuberkulosis Paru
dengan melalui pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun
46
perencanaan, melakukan tindakan keperawatan serta melakukan evaluasi pada
pasien.
3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan selama 6 hari. Adapun tempat dilaksanakan
asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Tuberkulosis Paru di rumah
klien wilayah puskesmas sempaja.
3.5 Prosuder Studi Kasus
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada studi kasus
ini adalah sebagai berikut:
3.5.1. Penyusunan proposal studi kasus.
3.5.2. Proposal disetujui oleh pembimbing.
3.5.3. Meminta surat izin kepada pihak kampus untuk di laksanakannya studi kasus
di rumah klien wilayah puskesmas sempaja Samarinda.
3.5.4. Meminta izin untuk mengumpulkan data dengan metode studi kasus melalui
surat izin pelaksanaan studi kasus kepada pihak puskesmas sempaja
Samarinda
3.5.5. Mencari dua klien dengan Tuberkulosis Paru dengan studi kasus yang sama
dan memberikan informasi singkat tentang tujuan dan manfaat studi kasus
kepada pasien di keikutsertaannya dalam studi kasus ini. Bagi pasien yang
setuju untuk berpartisipasi dalam studi kasus ini, dibagikan lembar
persetujuan (informed consent) untuk di tanda tangani.
47
3.5.6. Meminta keluarga responden yang setuju berpartisipasi dalam pelaksanaan
studi kasus tersebut.
3.5.7. Melakukan bina hubungan saling percaya pada pasien dengan Tuberkulosis
Paru.
3.5.8. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan keluarga, pemeriksaan fisik,
merumuskan diagnosa, menentukan intervensi, implementasi, evaluasi, dan
dokumentasi pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.
3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara
(1) Menanyakan identitas anggota keluarga responden
(2) Menanyakan riwayat penyakit dan tahap perkembangan keluarga responden
(3) Menanyakan pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita responden
(4) Menanyakan tentang stress dan koping keluarga responden
(5) Menanyakan harapan keluarga terhadap adanya asuhan keperawatan keluarga
2) Observasi / Memonitor
(1) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
(2) Dokumentasi laporan asuhan keperawatan
3) Pengukuran TTV
3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan Tuberkulosis Paru.
48
3.7 Keabsahan Data
3.7.1. Data Primer
Sumber data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien (keluarga), seperti
orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan pasien yang dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapinya.
3.7.2. Data Sekunder
Sumber data yang dikumpulkan dari catatan pasien (perawatan atau rekam
medis pasien) yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan pasien dimasa lalu.
3.8 Analisis Data
Pengolahan hasil analisa data ini menggunakan analisis statistic deskriptif.
Analisis deskriptif adalah pendekatan penulisan deskriptif dengan menggunakan
rancangan studi kasus. (Notoatmodjo, 2012). Pengolahan data ini untuk melakukan
asuhan keperawatan pada klien Tuberkulosis Paru. Analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penulisan yang diperoleh dari hasil
interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penulisan. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya dinterpretasikan dan
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut.
49
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil Asuhan Keperawatan Keluarga yang meliputi
penjabaran data umum dan data khusus selama 6 hari perawatan. Proses
perawatan dimulai dari pengkajian keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan,
pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi pada anggota keluarga dengan
Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran lokasi penelitian
Puskesmas sempaja diresmikan pada tanggal 15 agustus 1985 oleh
walikota samarinda ( Bapak Waris Husein ) dan didampingi oleh kepala dinas
kesehatan kota samarinda ( dr. Supangat). Lokasinya di jalan KH. Wahid Hasyim
dimana lokasi tersebut kini menjadi pos pintu masuk stadion madya sempaja.
Gedung puskesmas sempaja lama, berupa bangunan permanen, terdapat 8 ruangan
dengan fasilitas listrik (PLN) dan sumur gali. Dibelakangnya terdapat 4 rumah
dinas yang terbuat dari kayu yang ditempati oleh dokter, perawat, bidan.
Kepala puskesmas sempaja saat berdiri adalah dr. Ardiono dengan susunan
pegawai sebagai berikut Poli KIA (bidan) : Rosmiati Ayub, Poli Kb
:Maria (bidan), Poli umum : burhanuddin (SPR), Poli lansia : hamim, Apotek
: Arbaenah (SPR).
50
Jumlah pasien yang datang berobat ke puskesmas rata-rata 10 orang
perhari, dan jumlah penduduk sempaja 2400 jiwa. Jumlah posyandu ada 5 yaitu :
posyandu bayur, pinang seribu, gunung cermin, gunung malang, dan anggur.
4.1.2 Gambaran Subjek Studi Kasus
Dalam studi kasus ini dipilih 2 penderita Tuberkulosis Paru dalam 2
keluarga sebagai subjek studi kasus. Subjek sudah sesuai dengan kriteria inklusi
yang ditetapkan yaitu :
4.1.2.1 Pengkajian
1) Data Umum
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 April 2019. Seluruh keterangan atau
data berasal dari keluarga subjek 1 dan 2. Dalam memberikan data kesehatan,
keluarga subjek 1 dan 2 dapat berkomunikasi secara baik dengan mahasiswa serta
mau terbuka dalam menyampaikan informasi atau masalah yang sedang dihadapi
sehingga sangat membantu dalam proses pengkajian.
Subjek pertama adalah keluarga Tn. S dari keluarga Tn. S, berusia 65
tahun, jenis kelamin laki-laki. Pendidikan terakhir SMA. Alamat Jalan Pramuka
Poros Rt 32 Sempaja Selatan Samarinda. Di keluarga Tn. S tidak ada yang
menderita penyakit Tuberkulosis Paru . Tn. S didiagnosis Tuberkulosis Paru 1
bulan yang lalu.
Dari pengkajian yang dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di
keluarga Tn. S adalah Tn.S yang menderita Tuberkulosis Paru . Tn. S terlihat
lemas, batuk-batuk dan sulit mengeluarkan dahak. Tn. S tidak tahu cara batuk
efektif untuk mengeluarkan dahak . berat badan Tn. S adalah 55 kg dengan tinggi
51
badan 168 cm. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78x/menit, RR 21x/menit dan
suhu 36,7C. Tn. S mengatakan nafsu makannya membaik semenjak minum obat
antituberkulosis 2-3 kali makan sehari.
Tn. S dan keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit Tuberkulosis
Paru secara rinci yang dia tahu bahwa obat antituberkulosis tidak boleh putus obat
dari petugas puskesmas. Tn. S tidak mengetahui cara penularan penyakit
Tuberkulosis. Tn. S mengatakan tidak ada tempat khusus untuk membuang dahak
dan jika keluar rumah Tn. S jarang memakai masker.
Subjek kedua adalah keluarga Tn. J berusia 28 tahun, alamat Jalan KH
Wahid Hasyim Gg. Kalem Sempaja Barat RT 07 No 09 Samarinda. Tn. J
beragama islam . Pekerjaan Tn. J adalah Wiraswasta. Dari pengkajian yang
dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di keluarga Tn. J adalah Ny. T yang
menderita Tuberkulosis Paru. Ny. T terlihat lemas namun masih mampu
beraktivitas dengan baik .
Keluarga dan Ny.T belum tahu tentang penyakit Tuberkulosis yang ia tahu
bahwa obat antituberkulosis tidak boleh putus obat jika putus obat makan
pengobatannya akan semakin lama. Berat badan Ny. T adalah 45 kg dengan tinggi
badan 156 cm. Tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit dan
suhu 36,5C.
Keluarga mengatakan bahwa Ny.T riwayat perokok aktif semenjak
didiagnosis Tuberkulosis Paru Ny. T sudah tidak merokok lagi. Jika keluar rumah
Ny. T jarang memakai masker dan dirumah juga tidak ada tempat pembuangan
52
dahak khusus. Keluarga dan Ny.T tidak mengetahui cara penularan kuman
Tuberkulosis Paru.
Tabel 4.1 komposisi keluarga Subjek 1
No Nama Jenis Kelamin Hub dgn
KK Usia
Pendidikan
Terakhir Imunisasi
1. Tn. S Laki-laki Suami 65 th SMA - sederajat
2. Ny. I Perempuan Istri 56 th SD – sederajat
3. Tn. F Laki-Laki Anak 25 th S 1
Tabel 4.2 Komposisi Keluarga Subjek 2
No Nama Jenis Kelamin Hub dgn
KK Usia
Pendidikan
Terakhir Imunisasi
1. Tn. J Laki-laki Suami 28 th SMA - sederajat lengkap
2. Ny. R Perempuan Istri 27 th SMA – sederajat lengkap
3. Ny. T Perempuan Ibu Istri 59 th SMP
4 An. N Perempuan Anak 6 th TK lengkap
5 An. A Laki-laki Anak 6 bln Belum Sekolah lengkap
2) Genogram subjek 1
53
Genogram Subjek 2
3) Tipe keluarga
Keluarga subjek 1 merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari seorang
ayah,ibu dan anak. Keluarga subjek 2 merupakan tipe keluarga extended family
adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah yaitu nenek.
4) Suku bangsa
Keluarga subjek 1 Tn. S dan Ny. I keturunan suku Bugis , bahasa yang
digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Bugis. Keluarga subjek 2 Tn. J
54
dan Ny. T berasal dari Jawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa.
5) Agama
Keluarga subjek 1 dan 2 menganut agama Islam. Keluarga subjek 1 dan 2
selalu melaksanakan sholat 5 waktu secara rutin.
6) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga subjek 1 Tn. S dan Ny. I setiap harinya menjaga toko sembako di
depan rumahnya dan melayani pembeli dengan baik. Pemenuhan kebutuhan
sehari-hari diperoleh dari hasil penjualan toko sembako dengan penghasilan
kurang lebih Rp 7.000.000/bulan.
Keluarga subjek 2 Tn. J bekerja sebagai Wiraswasta dengan penghasilan
Rp 3.000.000/bulan. Ny. T kadang-kadang berkebun menanam buah dan Istri Tn.
J yaitu Ny. R bekerja sebagai ibu rumah tangga mengatakan bahwa penghasilan
perbulan dari suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
7) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga subjek 1 dan 2 mengatakan bahwa tidak pernah melakukan
rekreasi ketempat hiburan, rekreasi yang biasanya dilakukan hanya menonton TV
bersama dan berkumpul dengan anak dan cucu dirumah.
8) Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Keluarga subjek 1 saat ini Tn. S berada dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia dewasa muda ( pelepasan) awal.
55
Keluarga subjek 2 saat ini Ny. T berada dalam tahap perkembangan
keluarga usia pertengahan dimana suami Ny. T telah meninggal dunia 3 tahun
yang lalu.
9) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhhi
Keluarga subjek 1 dan 2 tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi adalah mempertahankan kesehatan setiap anggota keluarga.
10) Riwayat keluarga inti
Keluarga subjek 1 Tn. S dengan Ny. I dikaruniai 3 orang anak yaitu 2
orang perempuan dan 1 laki-laki, 2 anaknya telah menikah dan tinggal bersama
suami mereka masing-masing, 1 anak laki-laki Tn. S belum menikah dan sampai
sekarang tinggal bersama Tn. S dan Ny. I. Tn. S sekarang dalam proses menjalani
pengobatan penyakitnya yang sudah berjalan selama 1 bulan,obat yang di munim
adalah obat paket yang di ambil dari puskesmas. Kondisi sekarang Tn. S masih
sering batuk berdahak.
Keluarga subjek 2 Ny.I dan alm suaminya Tn. A dikaruniai 1 orang anak
perempuan dan telah menikah. Saat ini Ny. T tinggal bersama anaknya dan telah
menjalani proses pengobatan penyakitnya selama 1 bulan, obat yang diminum
adalah obat paket yang di ambil dari puskesmas.
11) Riwayat keluarga sebelumnya.
Keluarga subjek 1 dan 2 berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa
dalam keluarga sebelumnya tidak ada riwayat penyakit Tuberkulosis Paru.
56
12) Karakteristik Rumah
Keluarga subjek 1 Tempat tinggal keluarga Tn. S memiliki luas 5 m2 .
Bangunan tersebut milik sendiri. Rumah Tn. S memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu /
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi. Ventilasi / penerangan bagi Tn. S kurang
memadai. Lantai rumah cukup bersih, lingkungan rumah bersih, lantai rumah
menggunakan kayu, dinding rumah terbuat kayu. Untuk penggunaan air, Keluarga
Tn. S menggunakan sumber air PDAM, Tn. S tidak memiliki pekarangan bagian
belakang, bagian samping kanan dan bagian samping kiri, dan Tn. S memiliki
toko sembako di depan rumahnya.
Keluarga subjek 2 tempat tinggal keluarga Tn. J khususnya Ny. T yang
tinggal bersama anaknya memiliki luas rumah 4 𝑚2 dengan panjang 8 𝑚2.
Bangunan tersebut merupakan rumah kontrakan dengan biaya Rp 500.000/bulan.
Rumah tersebut memiliki 1 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1
kamar mandi. Ventilasi / penerangan bagi Ny. T cukup memadai. Lantai rumah
cukup bersih, lingkungan rumah bersih, lantai rumah menggunakan kayu, dinding
rumah terbuat dari kayu. Untuk penggunaan air, Keluarga Tn. J menggunakan
sumber air PDAM, Tn.J tidak memiliki pekarangan bagian belakang, bagian
samping kanan dan bagian samping kiri.
57
13) Denah Rumah
Denah Rumah Subjek 1
Denah Rumah Subjek 2
14) Karakteristik Lingkungan Sekitar
Keluarga subjek 1 tipe tempat tinggal adalah hunian baik dimana depan
rumah Tn. S merupakan jalan aspal, dan hubungan dengan tetangga sangatlah
baik.
Keluarga subjek 2 keluarga tinggal di lingkungan dengan beragam suku
(Jawa) Ny. T mengatakan tetangganya orang yang ramah, terkadang mereka
berkumpul untuk mengobrol dengan disuguhi minuman dan cemilan.
58
15) Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga subjek 1 saat ini, keluarga Tn. S tinggal dalam rumah tetap di
Pramuka Poros Rt 32 Sempaja Selatan Samarinda. Sebelumnya keluarga Tn. S
tinggal di Sulawesi, mengikuti saudara Tn. S. Jika salah satu anggota keluarga
sakit, keluarga Tn. S akan pergi ke Puskesmas Sempaja.
Keluarga subjek 2 saat ini, keluarga Ny. T tinggal dirumah kontrakan yang
sudah 10 tahun ditempati bersama anaknya namun Ny. T mempunyai rumah
sendiri di Mugirejo Samarinda yang terkadang ia tempati untuk berkebun.
16) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat.
Keluarga subjek 1 Tn. S terkadang berkumpul dengan tetangga untuk
mengobrol ringan dan Tn. F anak dari Tn. S setiap harinya menjaga toko sembako
miliknya.
Keluarga subjek 2 Ny. T dan anaknya Ny. R sering berkumpul dan
mengobrol bersama tetangga di samping rumahnya, sosialisasi antara tetangga
baik sedangkan Interaksi dengan keluarga paling sering terjadi yaitu sore dan
malam hari .biasanya terjadi saat menonton tv.
17) Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga subjek 1 dan 2 berobat menggunakan BPJS,keluarga sangat
mendukung anggota keluarga yang sedang sakit.
18) Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga subjek 1 dan 2 komunikasi yang ada di keluarga berjalan dengan
baik , jika ada masalah selalu dibicarakan dan mencari solusinya bersama-sama.
59
19) Struktur Kekuatan Keluarga
Orang yang dekat dengan keluarga subjek 1 adalah istri dari subjek 1.
Sedangkan orang yang dekat dengan subjek 2 adalah anak satu-satunya subjek 2.
20) Struktur Peran Keluarga
Keluarga subjek 1 keluarga Tn. S mampu menjalankan perannya dengan
baik. Tn.S berperan sebagai kepala keluarga, suami, ayah dan kakek. Ny. I
berperan sebagai seorang istri, ibu dan nenek yang bertugas dalam menjalankan
peraturan rumah tangga dan mencurahkan kasih sayang bagi semua anggota
keluarga.Tn. F berperan sebagai anak yang membantu mencari nafkah.
Keluarga subjek 2 Tn. J berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas
untuk mencari nafkah bekerja sebagai Wiraswasta. Ny. R berperan sebagai istri,
mengurus rumah tangga dengan kasih sayang. Ny. T sebagai ibu dan nenek yang
sangat peduli terhadap cucunya. An. N sebagai anak pertama dari Tn. J dan Ny. R
yang selalu membantu Ny. R bersih-bersih rumah.
21) Nilai & Norma Keluarga
Keluarga subjek 1 dan 2 menganut agama islam dan norma yang berlaku
di masyarakat.
22) Fungsi Afektif
Keluarga subjek 1 dan 2 selalu menyayangi dan peduli terhadap anggota
keluarga yang sakit dan mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang diberikan
oleh Allah SWT agar keluarga dapat lebih kuat.
60
23) Fungsi Sosial
Keluarga subjek 1 dan 2 selalu mengajarkan dan menekankan pada
keluarganya bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.
24) Fungsi Perawatan Kesehatan
Masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga subjek 1
adalah subjek 1 Tn. S dalam hal kesehatan belum mampu mengenal masalah-
masalah kesehatan, terbukti dengan Tn. S membiarkan penyakitnya tanpa
pengobatan , tiba-tiba Tn. S batuk berdarah lalu Tn. F sebagai anak Tn. S
langsung berinisiatif memeriksa Tn. S ke puskesmas dan sampai saat ini sedang
dalam proses pengobatan tetapi Tn. S beserta keluarga sebenarnya belum terlalu
paham mengenai tuberculosis paru.Keluarga subjek 1 mampu mengambil
keputusan mengenai akibat yang ditimbulkan tidak minum obat antituberkulosis
secara teratur. Keluarga Tn. S kurang mampu memodifikasi lingkungan terlihat
dari jendela jarang di buka, pakaian yang tertumpuk dan tidak rapi. Keluarga
subjek 1 mampu menggunakan pelayanan kesehatan terbukti dengan selalu pergi
ke puskesmas untuk mengambil obat-obatan yang wajib untuk diminum ketika
obatnya telah habis.
Keluarga subjek 2 keluarga Tn. J khususnya Ny. T dalam hal kesehatan
belum mampu mengenal masalah-masalah kesehatan, terbukti dengan
ketidaktahuan Ny. T tentang penyakit yang di deritanya yang awalnya berbentuk
benjolan kecil di perut lalu benjolan tersebut semakin besar dan Ny. R sebagai
anak Ny. T membawa ke RS terdekat dan menjalani pengobatan sampai saat ini
61
tetapi Ny. T beserta keluarga belum terlalu paham mengenai tuberculosis
paru.Keluarga subjek 2 mampu mengambil keputusan mengenai akibat yang di
timbulkan tidak minum obat tb paru secara teratur.Keluarga subjek 2 Ny. T
mampu memodifikasi lingkungan terlihat dari jendela yang selalu terbuka,tata
letak rapi dan bersih. Keluarga subjek 2 mampu menggunakan pelayanan
kesehatan terbukti dengan selalu pergi ke puskesmas untuk mengambil obat-
obatan yang wajib untuk diminum ketika obatnya telah habis.
25) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 1
No Komponen Tn. S Ny. I Tn. F
1. Kepala Rambut pendek, hitam
campur putih, bersih tidak
ada kelainan
Rambut panjang, tidak ada
kelainan, tidak ada bekas
luka
Rambut pendek, hitam, tidak ada
kelainan
2. Mata
Sklera tidak icterus,
kunjungtiva tidak anemis,
tidak ada peradangan
Sklera tidak icterus,
kunjungtiva tidak anemis,
tidak ada peradangan
Sklera tidak icterus, kunjungtiva
tidak anemis, tidak ada
peradangan
3. Telinga Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada luka
Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada luka
Bersih, tidak ada serumen, tidak
ada luka
4. Hidung Bersih, tidak ada secret
tidak ada kelainan
Bersih, tidak ada secret tidak
ada kelainan
Bersih, tidak ada secret tidak ada
kelainan
5. Mulut Stomatitis tidak
ada,terdapat karang
gigi,gigi graham kanan
bawah tanggal
Stomatitis tidak ada,terdapat
karang gigi,gigi graham
kanan bawah tanggal
Stomatitis tidak ada,terdapat
karang gigi,gigi graham kanan
bawah tanggal
6. Leher dan
tenggoroka
n
Kesulitan menelan tidak
ada,tidak ada kelenjar
tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
Kesulitan menelan tidak
ada,tidak ada kelenjar tiroid
dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
Kesulitan menelan tidak ada,tidak
ada kelenjar tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
7. Dada dan
paru
Pergerakan dada simetris,
vesikuler, sonor seluruh
lapang paru,
Ronkhi (+)
Stridor (-)
Wheezing (-) tidak ada
otot bantu pernapasan
Pergerakan dada simetris,
vesikuler, sonor seluruh
lapang paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-) tidak ada otot
bantu pernapasan
Pergerakan dada simetris,
vesikuler, sonor seluruh lapang
paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-) tidak ada otot bantu
pernapasan
8. Jantung BJ I dan II : tunggal,
intensitas kuat, tidak ada
bunyi jantung tambahan
BJ I dan II : tunggal,
intensitas kuat, tidak ada
bunyi jantung tambahan
BJ I dan II : tunggal, intensitas
kuat, tidak ada bunyi jantung
tambahan
9. Abdomen Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada massa,
Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa,
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa,
62
10. Ekstremita
s
Tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, tidak
ada cidera
Tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, tidak ada
cidera
Tidak ada kelainan, pergerakan
bebas, tidak ada cidera
11. Kulit Warna kulit sawo
matang,tidak ada tanda-
tanda infeksi, turgor kulit
baik
Warna kulit sawo matang,
tidak ada tanda- tanda
infeksi, turgor kulit baik
Warna kulit sawo matang,turgor
kulit baik, tidak ada tanda- tanda
infeksi
12. Kuku Pendek dan bersih
CRT < 2 detik
Pendek dan bersih
CRT < 2 detik
Pendek dan bersih
CRT < 2 detik
13. BB 55 60 70
14. TB 168 158 170
15. Tanda-
tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/mnt
Suhu : 36,7C
RR : 21 x/mnt
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,5C
RR : 19 x/mnt
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 76 x/mnt
Suhu : 36,6C
RR : 18 x/mnt
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 2
No Komponen Tn. J Ny. R Ny. T An.N An. A
1. Kepala Rambut
pendek,warna
hitam bersih
tidak ada
kelainan
Rambut panjang,
tidak ada
kelainan, tidak
ada bekas luka
Rambut pendek,
hitam campur
putih, tidak ada
kelainan
Rambut pendek,
hitam, tidak ada
kelainan
Tidak ada
rambut, tidak
ada kelainan
2. Mata
Sklera tidak
icterus,
kunjungtiva
tidak anemis,
tidak ada
peradangan
Sklera tidak
icterus,
kunjungtiva
tidak anemis,
tidak ada
peradangan
Sklera tidak
icterus,
kunjungtiva
tidak anemis,
tidak ada
peradangan
Sklera tidak
icterus,
kunjungtiva
tidak anemis,
tidak ada
peradangan
Sklera tidak
icterus,
kunjungtiva
tidak anemis,
tidak ada
peradangan
3. Telinga Bersih, tidak
ada serumen,
tidak ada luka
Bersih, tidak ada
serumen, tidak
ada luka
Bersih, tidak ada
serumen, tidak
ada luka
Bersih, tidak
ada serumen,
tidak ada luka
Bersih, tidak
ada serumen,
tidak ada luka
4. Hidung Bersih, tidak
ada secret tidak
ada kelainan
Bersih, tidak ada
secret tidak ada
kelainan
Bersih, tidak ada
secret tidak ada
kelainan
Bersih, tidak
ada secret tidak
ada kelainan
Bersih, tidak
ada secret tidak
ada kelainan
5. Mulut Stomatitis tidak
ada,terdapat
karang gigi
Stomatitis tidak
ada,terdapat
karang gigi,
Stomatitis tidak
ada,terdapat
karang gigi,
Stomatitis tidak
ada, bersih
tidak ada
sariawan
Stomatitis tidak
ada, bersih
belum ada gigi
6. Leher dan
tenggorokan
Kesulitan
menelan tidak
ada,tidan ada
kelenjar tiroid
dan tidak ada
pembesaran
kelenjar limfe
Kesulitan
menelan tidak
ada,tidan ada
kelenjar tiroid
dan tidak ada
pembesaran
kelenjar limfe
Kesulitan
menelan tidak
ada,tidan ada
kelenjar tiroid
dan tidak ada
pembesaran
kelenjar limfe
Kesulitan
menelan tidak
ada,tida ada
kelenjar tiroid
dan tidak ada
pembesaran
kelenjar limfe
Kesulitan
menelan tidak
ada,tida ada
kelenjar tiroid
dan tidak ada
pembesaran
kelenjar limfe
7. Dada dan
paru
Pergerakan
dada simetris,
Pergerakan dada
simetris,
Pergerakan dada
simetris,
Pergerakan
dada simetris,
Pergerakan dada
simetris,
63
vesikuler, sonor
seluruh lapang
paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-)
tidak ada otot
bantu
pernapasan
vesikuler, sonor
seluruh lapang
paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-)
tidak ada otot
bantu pernapasan
vesikuler, sonor
seluruh lapang
paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-)
tidak ada otot
bantu
pernapasan
vesikuler, sonor
seluruh lapang
paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-)
tidak ada otot
bantu
pernapasan
vesikuler, sonor
seluruh lapang
paru,
Ronkhi (-)
Stridor (-)
Wheezing (-)
tidak ada otot
bantu
pernapasan
8. Jantung BJ I dan II :
tunggal,
intensitas kuat,
tidak ada bunyi
jantung
tambahan
BJ I dan II :
tunggal,
intensitas kuat,
tidak ada bunyi
jantung
tambahan
BJ I dan II :
tunggal,
intensitas kuat,
tidak ada bunyi
jantung
tambahan
BJ I dan II :
tunggal,
intensitas kuat,
tidak ada bunyi
jantung
tambahan
BJ I dan II :
tunggal,
intensitas kuat,
tidak ada bunyi
jantung
tambahan
9. Abdomen Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada
massa,
Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada
massa,
Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada
massa,
Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada
massa,
Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada
massa,
10
.
Ekstremitas
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
terbatas,
terdapat
pembengkakan
di bagian kaki
kanan
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak ada
cidera
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak ada
cidera
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak ada
cidera
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak ada
cidera
11
.
Kulit Warna kulit
sawo matang,
bersih,ada
bekas luka,
tidak ada tanda-
tanda infeksi,
turgor kulit baik
Warna kulit
putih, ada bekas
luka, tidak ada
tanda- tanda
infeksi, turgor
kulit baik
Warna kulit
sawo
matang,turgor
kulit baik, tdiak
ada tanda- tanda
infeksi
Warna kulit
sawo
matang,turgor
kulit baik, tdiak
ada tanda- tanda
infeksi
Warna kulit
sawo
matang,turgor
kulit baik, tidak
ada tanda- tanda
infeksi
12
.
Kuku Pendek dan
bersih
CRT < 2 detik
Pendek dan
bersih
CRT < 2 detik
Pendek dan
bersih
CRT < 2 detik
Pendek dan
bersih
CRT < 2 detik
Pendek dan
bersih
CRT < 2 detik
13
.
BB 68 64 45 21 8,5
14
.
TB 168 160 156 115 68
15
.
Tanda-tanda
Vital
TD : 120/80
mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36C
RR : 20 x/mnt
TD : 110/80
mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36C
RR : 20 x/mnt
TD: 120/70
mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 36,5C
RR : 20 x/mnt
Nadi :100 x/mnt
Suhu : 37C
RR : 25 x/mnt
Nadi :110 x/mnt
Suhu : 37C
RR : 35 x/mnt
26) Harapan Keluarga
Keluarga subjek 1 dan 2 berharap dengan mengonsumsi obat paket
tuberculosis paru secara teratur bisa dapat menyembuhkan penyakitnya.
64
4.1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.5 Analisa Data Subjek 1
No Data Etiologi Masalah
1
2
3
Ds :
- Keluarga mengatakan Tn. S
mengeluh batuk berdahak
- Keluarga dan Tn. S
mengatakan kurang tau cara
batuk efektif dan cara untuk
membuang dahak yang benar
- Keluarga mengatakan Tn. S
dalam proses pengobatan 1
bulan
Do:
- Klien terlihat batuk-batuk
- RR : 21 x/menit
- Bunyi nafas Ronkhi +/+
- Sekret kental
Ds :
- Keluarga mengatakan Tn. S
sudah mengalami
peningkatan berat badan sejak
memulai pengobatan kembali.
- Nafsu makan Tn. S
meningkat dan Tn. S makan
2-3 kali sehari.
- Keluarga mengatakan ingin
mengetahui cara
meningkatkan nutrisi Tn.S.
Do :
- BB 55 kg
- TB 168 cm
- Berdasarkan penghitungan IMT
Tn. S tergolong normal
Ds :
- Keluarga beserta Tn. S
mengatakan kurang tau
pengertian,penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan dan perawatan
tuberculosis paru
Do:
- Keluarga beserta Tn.S sering
bertanya akibat tidak teratur
minum obat.
Ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota
yang sakit Tuberkulosis
paru
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas pada keluarga
Tn. S khususnya Tn. S
00031
Domain 11
Kesiapan meningkatkan
nutrisi pada Keluarga Tn.
S khususnya Tn. S
00163
Domain 2
Kurangnya pengetahuan
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
00126
Domain 5
65
4 DS:
- Keluarga mengatakan Tn. S baru 1
bulan pengobatan Tuberkulosis
Paru.
- Keluarga mengatakan Tn. S saat
batuk jarang menutup mulut.
- Keluarga mengatakan Tn. S jarang
memakai masker keluar rumah
- Keluarga mengatakan jarang
menjemur kasur
- Keluarga mengatakan tidak
mempunyai tempat khusus
pembuangan dahak
Do :
- Kondisi rumah sempit dan tata
letak perabotan rumah tangga
berantakan.
- Pencahayaan rumah redup, udara
lembab dan kurang bersih .
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberkulosis pada keluarga
Tn. S khususnya Tn. S
00188
Domain 1
Tabel 4.6 Analisa Data Subjek 2
No Data Etiologi Masalah
1
2
Ds :
- Keluarga mengatakan Ny. T sudah mengalami
peningkatan berat badan sejak
memulai pengobatan kembali.
- Nafsu makan Ny. T meningkat dan Ny. T makan
3-4 kali sehari.
- Keluarga mengatakan ingin mengetahui cara
meningkatkan nutrisi Ny.T.
Do :
- BB 45 kg
- TB 156 cm
- Berdasarkan penghitungan IMT
Ny. T tergolong normal
Ds :
- Keluarga beserta Ny. T
mengatakan kurang tau
pengertian,penyebab, tanda dan
gejala, cara penularan,
pencegahan dan perawatan
tuberculosis paru
- Keluarga bertanya akibat jika
putus obat Tb Paru.
Kesiapan meningkatkan
nutrisi pada keluarga Tn. J
Khususnya Ny. T
00163
Domain 2
Kurangnya pengetahuan
pada keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
00126
Domain 5
66
3
Do:
- Keluarga beserta Ny. T sering
bertanya apakah penyakitnya bisa
kambuh lagi
Ds :
- Keluarga mengatakan Ny. T baru 1
bulan pengobatan Tuberkulosis
Paru.
- Keluarga mengatakan Ny. T jarang
memakai masker keluar rumah
- Keluarga mengatakan jarang
menjemur kasur
- Keluarga mengatakan jika Ny. T
bersin atau batuk jarang menutup
mulut.
Do :
- Lantai rumah terbuat dari kayu dan
cukup bersih
- Pencahayaan rumah cukup
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberkulosis pada keluarga
Tn. J khususnya Ny. T
00188
Domain 1
Tabel 4.7 Skoring Prioritas Masalah subjek 1
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 33 × 1 = 1
Masalah ini bersifat aktual karena
Tn. S mengatakan sering batuk-
batuk dan mudah lelah saat
beraktivitas.
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
2 2 22 × 2 = 2
Pelayanan kesehatan dekat dari
rumah dan terjangkau, dan untuk
biaya pengobatan penyakit
tuberkulosis paru gratis.
3. Potensial masalah
untuk dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
3 1 23 × 1 = 0,7
Keluarga belum mengetahui
bagaimana cara batuk efektif dan
tempat khusus pembuangan dahak
belum ada
67
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 22 × 1 = 1
Keluarga merasa ada masalah dan
perlu segera ditangani karena
sudah merasakan gejala-
gejala penyakit.
Total 4,7
2) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Keluarga Tn. S khususnya Tn. S
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 13 × 1 = 13
Keluarga Tn. S ingin
mengetahui cara
meningkatkan nutrisi Tn. S
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
2 2 12 × 2 = 1
Keluarga mengatakan Tn.S
sudah mengalami
peningkatan berat badan
sejak memulai pengobatan
kembali
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
2 1 23 × 1 = 0,7
Keluarga Tn. S ingin
mengetahui apakah nutrisi
Tn. S sudah sesuai atau
belum
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 12 × 1 = 12
Keluarga Tn. S mengatakan
bahwa tidak perlu segera
ditanganin karena nafsu
makan Tn. S meningkat
dengan makan 2-3 kali
sehari.
Total
2,5
3) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 13 × 1 = 13
Keluarga tidak memahami dengan
baik masalah kesehatan yang
dialami Tn.S
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
2 2 22 × 2 = 2
Pelayanan kesehatan dekat dari
rumah dan terjangkau,
dengan informasi yang diberikan
68
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
keluarga dapat mengerti tentang
TB Paru dan mencegah penularan.
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
2 1 23 × 1 = 23
Membantu keluarga memahami
masalah kesehatan yang dialami
Tn.S
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 12 × 1 = 12
Keluarga tidak merasakan adanya
masalah yang harus ditangani
Total
3,5
4) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada
keluarga Tn. S khususnya Tn. S
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 23 × 1 = 23
Klien telah berobat secara
teratur, tapi biasa membuang
dahak di sembarang tempat ,
sering jalan keluar rumah
tanpa memakai masker dan
tidur sekamar dengan istri
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
2 2 22 × 2 = 2
Selama klien berobat secara
teratur, kuman tuberkulosis
kemungkinan besar tidak akan
aktif. Tapi perlu didukung
oleh perubahan perilaku yang
lebih higienis
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
2 1 33 × 1 = 1
Penyebaran kuman
tuberkulosis paru dapat
dicegah asal keluarga mau
hidup sehat dan hubungan
dengan petugas kesehatan
cukup baik.
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 12 × 1 = 12
Keluarga tahu bahwa penyakit
paru yang dialami Tn. S bisa
menular tapi merasa bukan
sebagai bahaya.
Total
4,2
69
Prioritas Masalah
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S
2) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada
keluarga Tn. S khususnya Tn. S
3) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S
4) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Keluarga Tn. S khususnya Tn. S
Tabel 4.8 Skoring Prioritas Masalah subjek 2
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada keluarga Tn. J Khususnya Ny. T
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 13 × 1 = 13
Keluarga Tn. J ingin
mengetahui cara
meningkatkan nutrisi Ny. T
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
2 2 12 × 2 = 1
Keluarga mengatakan Ny. T
sudah mengalami
peningkatan berat badan
sejak memulai pengobatan
kembali
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
2 1 23 × 1 = 0,7
Keluarga Tn. J ingin
mengetahui apakah nutrisi
Ny.T sudah sesuai atau belum
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 12 × 1 = 12
Keluarga Tn. J mengatakan
bahwa tidak perlu segera
ditanganin karena nafsu
makan Ny. T meningkat
dengan makan 3-4 kali sehari.
Total
2,5
70
2) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. J khususnya Ny. T
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 13 × 1 = 13
Keluarga tidak memahami
dengan baik masalah
kesehatan yang dialami Ny.T
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
2 2 22 × 2 = 2
Pelayanan kesehatan dekat
dari rumah dan terjangkau,
dengan informasi yang dibe
rikan keluarga dapat mengerti
tentang tuberkulosis paru dan
mencegah penularan.
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
2 1 23 × 1 = 23
Membantu keluarga
memahami masalah kesehatan
yang dialami Ny.T
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 12 × 1 = 12
Keluarga tidak merasakan
adanya masalah yang harus
ditangani
Total
3,5
3) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada
keluarga Tn. J khususnya Ny. T
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual (3)
Resiko tinggi (2)
Potensial (1)
3 1 23 × 1 = 23
Klien telah berobat secara
teratur, tapi biasa meludah di
sembarang tempat , jarang
memakai masker jika keluar
rumah.
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
2 2 22 × 2 = 2
Selama klien berobat secara
teratur, kuman tuberkulosis
kemungkinan besar tidak akan
aktif. Tapi perlu didukung
oleh perubahan perilaku yang
lebih higienis
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
Tinggi (3)
Cukup (2)
2 1 33 × 1 = 1
Penyebaran kuman TB paru
dapat dicegah asal keluarga
mau hidup sehat dan
hubungan dengan petugas
71
Rendah (1)
kesehatan cukup baik.
4. Menonjolnya masalah:
Segera diatasi (2)
Tidak segera
diatasi (1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
2 1 12 × 1 = 12
Keluarga tahu bahwa penyakit
paru yang dialami Ny. T bisa
menular tapi merasa bukan
sebagai bahaya.
Total
4,2
Prioritas Masalah
1) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada
keluarga Tn. J khususnya Ny. T
2) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. J khususnya Ny. T
3) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada keluarga Tn. J Khususnya Ny. T
108
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian bab terdahulu, maka penulis mengambil suatu
kesimpulan dan saran yang erat kaitannya dengan pengelolaan pada pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada subjek 1 dan
subjek 2 Tuberkulosis Paru di wilayah Puskesmas sempaja, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1. Proses pengkajian dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga
memerlukan terbinanya hubungan “trust” antara keluarga dengan mahasiswa
sehingga pada proses pengkajian dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan masalah yang terjadi dalam keluarga subjek 1 dan subjek 2,
Informasi diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi secara
langsung pada lingkungan keluarga dan membandingkan dengan keadaan normal
untuk menentukan adanya data senjang yang menimbulkan masalah kesehatan
yang muncul.
5.1.2 Penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dilakukan
melalui penentuan data senjang yang diperoleh. Kemudian prioritas masalah
ditentukan bersama-sama keluarga. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul
pada subjek 1 ketidakefektifan bersihan jalan napas, resiko terjadinya penularan
Tuberkulosis Paru, kurangnya pengetahuan pada keluarga dan kesiapan
109
meningkatkan nutrisi pada keluarga.Kemudian pada subjek 2 yaitu resiko
terjadinya penularan Tuberkulosis Paru, kurangnya pengetahuan pada keluarga
dan kesiapan meningkatkan nutrisi pada keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa,
kedua subjek memiliki masalah keperawatan yang sebagian besar sama.
5.1.3 Intervensi ditentukan secara bersama-sama dengan keluarga, sehingga
keluarga memahami benar masalah yang terjadi pada keluarga itu sendiri.
Perencanaan berupa tindakan yang akan dilakukan untuk mencegah masalah yang
belum terjadi dan mengurangi akibat yang ditimbulkan dari masalah yang sudah
terjadi. Intervensi yang dilakukan oleh penulis yaitu intervensi yang dilakukan
secara mandiri tidak ada perbedaan dan dapat diterapkan pada kedua klien.
5.1.4 Implementasi dilakukan sejak tanggal 08 April s/d 13 Mei 2019 berupa
melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, menghitung skoring
bersama keluarga, pendidikan kesehatan, melakukan terapi nonfarmakologi sesuai
dengan rencana tindakan yang telah penulis susun serta mengevaluasi secara
langsung pada saat proses berlangsung sehingga keluarga mampu memahami
masalah kesehatan yang ada sekaligus mulai mengenal masalah dan cara
penanggulangannya. Keluarga secara antusias mengikuti tahapan implementasi
yang dilakukan.
5.1.5 Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua subjek dilakukan selama
6 hari kunjungan oleh penulis dan dibuat dalam bentuk SOAP, dengan cara
mengulang kembali penjelasan yang diberikan pada proses implementasi dan
mengobsevasi perubahan prilaku yang terjadi dari tidak patuh menjadi patuh,
110
sehingga penulis dapat menilai berdasarkan kemampuan pada proses belajar yang
menghasilkan perubahan perilaku pada keluarga.
5.2. Saran
5.2.1. Untuk Keluarga
1) Agar kedua responden rutin memeriksakan diri ke Puskesmas dan mengambil
obat antituberkulosis jika habis
2) Agar keluarga kedua responden dapat membantu mengingatkan serta
memotivasi klien untuk meminum obat secara teratur dan tidak putus obat.
3) Agar keluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk mengatasi
masalah serta dapat melanjutkan perawatan tehadap angota keluarga.
5.2.2. Institusi Pendidikan (poltekkes)
Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi
mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan
dengan topic asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Tuberkulosis Paru
bagi dosen dan mahasiswa di lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim.
5.2.3. Bagi Pengembangan dan Studi Kasus Selanjutnya
1) Untuk dapat melakukan pengkajian pada lingkup keluarga agar memperoleh
data yang akurat sebaiknya perawat mampu meningkatkan kemampuan
interpersonal serta sarana prasarana yang menunjang untuk melakukan
pengkajian dan menentukan diagnose yang muncul dari pengkajian yang
dilakukan.
2) Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan, sebaiknya perawat
melibatkan secara langsung keluarga sehingga mampu memberikan informasi
111
yang akurat mengenai tujuan yang dilakukannya kegiatan tersebut dan
keluarga memiliki pemahaman yang baik pada proses yang berlangsung.
3) Dalam membuat perencanaan keperawatan, perawat harus menyesuaikan
dengan diagnose keperawatan dan ditentukan bersama-sama dengan
keluarga sehingga tindakan keperawatan yang direncanakan benar-benar
sesuai dengan kebutuhan keluarga.
4) Pada proses implementasi perawat sebagai Health educator sebaiknya
memberikan pendidikan kesehatan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
keluarga yang dikelola, sehingga memudahkan proses yang berlangsung.
5) Pada saat melakukan evaluasi, perawat harus benar-benar memperhatikan
pencapaian tujuan dalam perencanaan dan tanggapan atau respon dari
keluarga sehingga pemberi asuhan keperawatan lebih optimal.
112
DAFTAR PUSTAKA
ADP, Salvari Gusti (2013) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV
Trans Info Media.
Alie, Yuliati & Rodiyah (2013) Pengaruh Batuk efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum pada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Peterongan Kabupaten
Jombang. Jurnal Metabolisme Vol 2 No. 3.
Fahreza, E U (2012) Hubungan Antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian TB Paru
dengan Hasil Bahan Asam Positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Semarang. 6.
Fitriaseh (2018) Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.S dan Ny.S yang
mengalami Tuberkulosis Paru dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas di Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan Lumajang
tahun 2018.
Faqih, dkk (2014) Buku Pintar Penanggulangan Tuberkulosis Kupasan Para Kyai.
Jakarta: Community Empowerment of People Against Tuberkulosis.
Friedman, Marilyn M, dkk. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
dan Praktik. Jakarta: EGC
Hiswani (2004) Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Menjadi Masalah
Kesehatan Masyarakat. e-U SU Repository, 5-6.
IPKKI (2017) Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan
Komunitas dengan Modifikasi Nanda, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia
Kemenkes RI (2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI (2018) Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kemenkes RI.
113
Kunoli, Firdaus J (2012) Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV Trans
Info Media.
Mubarak, W I (2012) Asuhan Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
Nanda (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
Notoatmojo,S (2012) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugroho, Kristiawan Prasetyo A, dkk (2018) PEngetahuan Keluarga Terkait Faktor
Penyebab Kekambuhan Pada Penderita TB MDR di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga. Jurnal Kesmadaska
Padilla (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
PDPI (2006) Tuberkulosis Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: PDPI.
Rahayu, Rina Endang (2016) Profil KEsehatan Kota Samarinda Tahun 2016.
Samarinda: Dinkes.
Rahman, Ferry Fadzlul (2018) Mengapa Angka Penyakit TBC Tidak Pernah Turun?.
Kaltim Post. 14 November.
Soemantri, Irman (2008) Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapsan. Jakarta: Salemba Merdeka.
Trirahayu, Kastuti Endang, dkk (2016) Peningkatan Pelaksanaan Tugas Kesehatan
Keluarga dalam Prawatan TB Paru Melalui Paket Pendidikan Manajemen
Diri. Journal Ilmiah Keperawatan dan Kesehatan Edisi 2 No.I. ISSN (2502-
1524).
114
WHO (2017). Global Report Tuberculosis. Geneva: WHO
Yasmara, dkk (2016) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Diagnosis
Nanda-I 2015-2017. Jakarta: EGC.
Sitorus, Egeria Dorina, dkk (2018) Penerapan Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada
pada Pasien TB Paru yang Mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Di RSUD Kota Jakarta Utara. JAKHKJ Vol. 4 No. 2.
Trasia, Regqi First dan Putu Aryani (2014) Gambaran Aspek Lingkungan dan
Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Bebandem, Kabupaten Karangasem.E-Jurnal Medika Udayana Vol
3 No 9.
Nugroho, Ferry Andreas dan Erwin Puji Astuti (2010) Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis
Paru pada Keluarga. Jurnal STIKES RS Baptis Vol 3Edisi 1.
Kusuma, Irawan Fajar dan Ragil Ismi Hartanti (2007) Intervensi Pendidikan
Kesehatan Komunitas Mengenai Tuberkulosis Paru pada Paguyuban Paru
Desa Plerean Sumberjambe Jember. Jurnal IKESMA Vol 3 No 2.
Priyantomo, Edo Putra, dkk (2014) Description of Body Mass Inde in Tuberculosis
Patient with Anti Tuberculosis Drugs Therapy in Unit Pengobatan Penyakit
Paru Paru (UP4) Pontianak. Jurnal Mahasiswa PSPD FK UNTAN Vol 1 No 1.
Sarmen, Refica Dewita, dkk (2017) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pasien TB
Paru terhadap Upaya Pengendalian TB Di Puskesmas Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Jom FK Volume 4 No 1.
Susilowati & Dwi Kristiani (2011) Pengaruh Teknik Batuk Efektif terhadap
Pengeluaran Sekret pada Pasien TB Paru (Studi Eksperimental Di Poli Paru
RSUD Unit Swadana Pare Kabupaten Kediri Tahun 2008). Jurnal AKP Vol 2
No 1.
115
Nugroho, Yusuf Agung (2011) Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi
Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS.Baptis Kediri Vol 4 No 2.
Nurfadillah, dkk (2014) Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan
Penularan pada Keluarga Penderita Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap
Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM FK Vol.1 No 2.
Djannah, Siti Nur, dkk (2009) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Pencegahan Penularan TBC pada Mahasiswa di Asrama Manokwari
Sleman Yogyakarta. KES MAS Vol. 3 No. 3.
Salsabela, Farah Eka, dkk (2016) Gambaran Satus Nutrisi pada Pasien Tuberkulosis
di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung. JSK Vol 2 No 2.
Ernawati, Kholis, dkk (2018) Perbedaan Status Gizi Penderita Tuberkulosis Paru
antara Sebelum Pengobatan dan Saat Pengobatan Fase Lanjutan di Johar
Baru, Jakarta Pusat. Majalah Kedokteran Bandung Vol 50 No 2
35
Tabel 2.3 Intervensi
Data Diagnosis NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan keluarga : TBC
Penurunan
ketrampilan dalam
memberikan
perawatan pada
anggota keluarga
yang sakit
Tidak terpenuhi
kebutuhan dasar:
oksigenisasi
anggota keluarga
yang sakit
Perilaku kurang
adaptif terhadap
perubahan
lingkungan
Perilaku kurang
dalam mencari
bantuan kesehatan
Perilaku kurang
dalam melakukan
upaya pencegahan
penularan
TBC pada anggota
keluarga yang lain
Kurang
menunjukkan minat
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
1847
1803
Keluarga mampu mengenal
masalah :
Manajemen penyakit kronis
Pengetahuan tentang proses
penyakit
5510
Keluarga mampu mengenal
masalah :
Penkes proses penyakit yang
dialaminya
1606
Keluarga mampu
memutuskan:
Berpartispasi dalam
memutuskan perawatan
kesehatan.
4700
5250
5310
Keluarga mampu
memutuskan:
Restrukturisasi kognitif
Dukungan membuat
keputusan
Membangun harapan
0414
Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang
mengalami TBC:
Status cardiopulmonary
3140
Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang
mengalami TBC:
Manajemen jalan nafas
36
pada perbaikan
perilaku sehat
Ketidakcukupan
sumber daya
(tenaga, sarana, dan
keuangan)
Kurang kemampuan
dalam
berkomunikasi
Tugas
perkembangan tidak
tercapai
0401
0410
0402
0802
1601
Status sirkulasi
Status respirasi: kepatenan
jalan nafas
Status respirasi:pertukaran
gas
Vital sign
Perilaku kepatuhan
3230
3250
3320
3350
5602
6040
2380
Fisioterapi dada
Latihan batuk
Terapi oksigen
Monitoring pernafasan
Mengajarkan proses penyakit
Terapi relaksasi
Managemen pengobatan
1602
1603
1623
1844
Perilaku meningkatkan
kesehatan
Perilaku
kepatuhan:penggunaan obat
Perilaku mencari yankes
Penampilan keluarga dalam
memberikan perawatan
langsung
37
1902
1910
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan:
pengendalian factor risiko
Lingkungan rumah yang
aman
6610
6550
Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan:
Identifikasi factor risiko
Pencegahan infeksi
Manajemen lingkungan :
keamanann
3000
3005
Keluarga mampu
memanfaatkan faslitas
pelayanan kesehatan :
Kepuasan klien : akses
menuju sumber pelayanan
Kepuasan klien : bantuan
fungsional
7910
8100
Keluarga mampu
memanfaatkan faslitas
pelayanan kesehatan :
Konsultasi
Rujukan
38
Data Diagnosis NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan keluarga : TBC
Keluarga membatasi
interaksi dengan
pasien
Pengabaian terhadap
klien
Keluarga
mengabaikan
perawatan dalam
memenuhi kebutuhan
dasar manusia
Perilaku keluarga
yang mengganggu
kesejahteraan
Keluarga tidak
menghormati
kebutuhan klien
Ada penolakan oleh
anggota kelurga lain
terahadap klien
00072 Ketidakma
mpuan
Koping
Keluarga
1803
1855
1808
1805
1862
Mampu mengenal masalah
:
Pengetahuan: Proses
penyakit
Healhty life style
Pengobatan
Fungsi seksual
Managemen stres
5510
5602
Mampu mengenal masalah
Pendidikan kesehatan
Pengajaranproses penyakit
1606
Keluarga mampu
mengambil
keputusan :
Berpartisipasidalam
membuat
keputusan tentang
pemeliharaan kesehatan.
5250
Keluarga mampu
mengambil
keputusan :
Dukungan dalam membuat
Keputusan
39
Keluarga kurang
memperhatikan
penyakitnya
Keluarga
mengungkapkan
kesulitan untuk
mendapatkan
regimen terapeutik
Keluarga tidak
mengetahui aktivitas
yang tepat untuk
memenuhi tujuan
kesehatan
Status ekonomi
keluarga yang kurang
Pelayanan kesehatan
sulit terjangkau
2204
Keluarga mampu merawat
:
Membinahubungan dalam
perawatan pasien.
5230
5240
5270
5430
Keluarga mampu merawat:
Peningkatan koping
Konseling
Dukungan emosional
Dukungan kelompok.
1501
1502
1902
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan :
Menunjukkan peranannya.
Ketrampilan interaksi
soaial
Kontrol resiko
7040
7130
7140
7150
5370
6610
6487
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan:
Dukungan terhadap
pemberi
perawatan.
Pemeliharaan proses
keluarga
Dukungankeluarga
Terapi keluarga
Role and enhancement
Identifikasi factor risiko
Managemen lingkungan:
mencegah kekerasan
40
1603
3000
3003
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan:
Perilaku mencari sehat.
Kepuasan klien: akses ke
sumber
Kepuasan kilen:perawatan
berkelanjutan
7910
8100
7960
7400
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan:
Konsultasi
Rujukan
Pertukaran informasi
pemeliharan kesehatan
Pedoman sistem kesehatan
41
Data Diagnosis NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan keluarga : TBC
Perubahan dalam tugas
yang telah ditetapkan
Perubahan dalam
ketersediaan untuk
dukungan emosi
Perubahan dalam pola
komunikasi
Perubahan ketersediaan
untuk menunjukkan
respons kasihsayang
Mengurangi kontak
fisik
00063 Gangguan
proses
keluarga
2606
Keluarga mampu mengenal
masalah :
Keluarga sejahtera
5520
5250
Mengenal masalah :
Fasilitasi proses belajar
Dukungan membuat
keputusan
membangun harapan
1606
Keluarga mampu mengambil
keputusan :
Berpartisipasi dalam
memutuskan perawatan
kesehatan.
5540
5250
5310
Mengambil keputusan :
Learning readiness
enhancement
Dukungan membuat
keputusan
Membangun harapan
2602
2603
Kemampuan merawat :
Fungsi keluarga
Integritas keluarga
4360
7100
Kemampuan merawat :
Modifikasi perilaku
Peningkatan integritas
42
2609 Dukungan keluarga selama
perawatan
7130
7140
7150
5370
keluarga
Mempertahankan proses
keluarga
Dukungan keluarga
Terapi keluarga
Peningkatan peran
2009
1501
Kemampuan memodifikasi
lingkungan :
Status kenyamanan :
lingkungan
Menunjukkan peranannya
4350
Kemampuan Modifikasi
lingkungan :
Managemen perilaku
3000
Kemampuan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
:
Kepuasan klien : akses
menuju sumber pelayanan
4480
Kemampuan Pemanfaatan
pelayanan kesehatan :
Memfasilitasi tanggung
jawab
diri
34
92
Tabel. 4.10 Implementasi dan evaluasi subjek 1
No Diagnosa keperawatan Tanggal
implementasi
Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Rabu, 10 april 2019 1.1.1 Jelaskan pada keluarga
tentang arti batuk efektif.
1.1.1. Evaluasi penjelasan yang telah
diberikan
1.1.2. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
1.1.3. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.4. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
1.1.5. Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.
S: - Keluarga dan klien mengatakan belum mengetahui cara
batuk efektif
O: - keluarga dan klien sering bertanya tentang bagaimana cara batuk
efektif.
- Keluarga dan klien mampu menjelaskan pengertian batuk efektif
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
dan penggunaan otot bantu pernapasan).
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
( sabun, detergen atau bayclin ) untuk pembuangan dahak.
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberculosis pada
keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Rabu, 10 april 2019 1.1.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
tentang cara penularan
Tuberkulosis Paru
1.1.2. Diskusikan dengan keluarga
tentang cara penularan
Tuberkulosis Paru
1.1.3. Anjurkan keluarga untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan
tidak lembab
1.1.4. Memotivasi keluarga untuk
menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru
S : - keluarga dan klien mengatakan tahu bahwa penyakit tuberkulosis
menular
- Keluarga dan klien mengatakan tidak tau cara penularan
tuberkulosis
O: - keuarga dan klien sering bertanya tentang cara penularan
Tuberkulosis Paru
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara penularan Tuberkulosis Paru
3.1.2. Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
3.1.3. Jelaskan pada keluarga cara menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru
93
Kurangnya pengetahuan
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Rabu, 10 april 2019 1.1.1. Dengan menggunakan lembar
balik jelaskan pada keluarga
tentang pengertian tuberkulosis.
1.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
penyebab timbulnya masalah
Tuberkulosis
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
tanda dan gejala Tuberkulosis.
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat tuberkulosis jika tidak
diobati
2.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat tuberkulosis jika putus
pengobatan OAT
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas
kesehatan terkait keluhan yang
ada.
S :- Keluarga dan klien mengatakan paham tentang pengertian
tuberculosis, penyebab timbulnya penyakit tuberculosis, tanda
gejala, akibat jika tidak diobati dan akibat jika putus obat.
- Keluarga dan klien mengatakan selalu tepat waktu ke puskesmas
untuk mengambil obat jika habis.
O : - Keluarga dan klien mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa
dengan benar .
- Keluarga dan klien mampu menjelaskan kembali tentang penyakit
tuberculosis paru.
- Keluarga dan klien mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
3.2.1 Demonstrasikan cara merawat Tuberkulosis
3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali.
3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat dan juga cara
keluarga mendemonstrasikan.
Kesiapan meningkatkan
nutrisi pada Keluarga
Tn. S khususnya Tn. S
Rabu, 10 april 2019
1.5.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
pengertian gizi
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
pengertian kurang gizi
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
tanda dan gejala gizi kurang
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat gizi kurang
S : - keluarga dan klien mengatakan belum mengerti tentang kebutuhan
gizi yang baik untuk klien
- Keluarga mengatakan bahwa Tn. S perlu meningkatkan gizi
- Keluarga mengatakan akan meningkatkan nutrisi Tn. S agar daya
tahan tubuh semakin meningkat.
O :- keluarga mampu mengenal masalah gizi dan memutuskan untuk
merawat anggota keluarga yang memerlukan peningkatan nutrisi.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai Triguna makanan
3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan nutrisi klien
94
1.5.1. Mengidentifikasi anggota keluarga
yang membutuhkan peningkatan
nutrisi
2.2.2. Pengambilan keputusan untuk
mengatasi anggota keluarga yang
perlu meningkatkan nutrisi
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan makanan
2. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Kamis, 11 april 2019 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan
klien (bunyi napas, kecepatan
irama dan penggunaan otot bantu
pernapasan).
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk
efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan
dahak yang berisi cairan
desinfektan ( sabun, detergen atau
bayclin ) untuk pembuangan
dahak.
S : - keluarga dan klien mengatakan sudah mengetahui cara batuk efektif
dan membuang dahak yang benar.
O: -keluarga dan klien dapat memperagakan batuk efektif dan cara
membuang dahak yang benar.
- TD : 110/70 mmHg Nadi : 76x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36C
- Ronkhi +/+ ,tidak ada otot bantu pernapasan
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
dan penggunaan otot bantu pernapasan).
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
( sabun, detergen atau bayclin ) untuk pembuangan dahak.
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberculosis pada
keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Kamis, 11 april 2019 3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara
penularan Tuberkulosis Paru
3.1.2. Ajarkan keluarga merawat diri
dan klien
3.1.3. Jelaskan pada keluarga cara
menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru
S : - klien mengatakan tidak tau cara penularan tuberculosis.
- Klien mengatakan akan memakai masker jika keluar rumah
- Klien mengatakan akan selalu menutup mulut jika batuk
O: - klien mampu menjelaskan tentang cara penularan tuberculosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita Tuberkulosis dengan menggunakan lembar balik
4.1.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita Tuberkulosis
4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti.
95
4.1.5. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti.
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
Kurangnya pengetahuan
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Kamis, 11 april 2019 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat
klien Tuberkulosis
3.2.2. Minta keluarga menjelaskan
kembali.
3.2.3. Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat dan juga cara
keluarga mendemonstrasikan.
S : - keluarga dan klien mengatakan memahami cara merawat anggota
keluarga yang tuberculosis
O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara merawat anggota keluarga
yang sakit tuberculosis
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3.2.1. Demonstrasikan cara merawat tuberkulosis dengan menggunakan
masker
Kesiapan meningkatkan
nutrisi pada Keluarga
Tn. S khususnya Tn. S
Kamis, 11 april 2019 3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
triguna makanan
3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan
nutrisi klien
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
bagaimana cara menyajikan
makanan
S:- klien mengatakan paham tentang triguna makanan, cara
meningkatkan nutrisi,dan menyajikan makanan
O:- klien mengerti tentang triguna makanan, cara meningkatkan
nutrisi,dan menyajikan makanan
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
3.2.2 Meningkatkan nutrisi klien
3. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Jum’at, 12 april 2019 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan
klien (bunyi napas, kecepatan
irama dan penggunaan otot bantu
pernapasan).
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk
efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak
yang berisi cairan desinfektan
(sabun, detergen atau bayclin)
untuk pembuangan dahak.
S : - klien mengatakan lebih mudah mengeluarkan dahak menggunakan
batuk efektif
- Klien mengatakan lebih rileks dan nyaman
O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara batuk efektif dengan baik
lalu membuang di tempat khusus membuang dahak
- Tekanan darah: 100/70 mmHg Nadi : 70x/menit RR: 20x/menit Suhu
: 36C
- Suara napas ronkhi berkurang, tidak ada otot bantu pernapasan
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
dan penggunaan otot bantu pernapasan).
96
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
( sabun, detergen atau bayclin ) untuk pembuangan dahak.
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberculosis pada
keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Jum’at, 12 april 2019 4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang
cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita Tuberkulosis
dengan menggunakan lembar
balik
4.1.3. Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali cara
memodifikasi lingkungan untuk
penderita Tuberkulosis
4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang
materi yang belum dimengerti.
4.1.5. Jelaskan kepada keluarga
mengenai materi yang belum
dimengerti.
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
S : - Klien dan keluarga mengatakan akan memodifikasi lingkungan
rumah untuk menhurangi terjadinya penularan
- Keluarga mengatakan akan membuka jendela untuk pencahayaan
rumah yang baik
- Keluarga dan klien mengatakan akan menjaga kebersihan
lingkungan
O : - klien mampu menjelaskan lingkungan yang baik untuk penderita
tuberkulosis
- Klien mampu mendemonstrasikan kebersihan rumah
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
4.1.3. Memodifikasi lingkungan untuk penderita Tuberkulosis
4. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S
Sabtu, 13 april 2019 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan
klien (bunyi napas, kecepatan
irama dan penggunaan otot bantu
pernapasan).
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk
efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak
yang berisi cairan desinfektan
(sabun, detergen atau bayclin)
untuk pembuangan dahak.
S : - Klien mengatakan mudah mengeluarkan dahak menggunakan batuk
efektif
- Klien mengatakan lebih rileks dan nyaman
- Klien mengatakan batuk-batuk sedikit berkurang
O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara batuk efektif dengan baik
lalu membuang di tempat khusus membuang dahak
- Tekanan darah: 110/80 mmHg Nadi : 75x/menit RR: 20x/menit Suhu
: 36C
- Klien terlihat lebih rileks
97
- Suara napas vesikuler, tidak ada otot bantu pernapasan
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi
3.1.1. Melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
(sabun, detergen atau bayclin) untuk pembuangan dahak.
98
Tabel. 4.11 Implementasi dan evaluasi subjek 2
No Diagnose keperawatan Tanggal
implementasi
Implementasi Evaluasi
1 Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberkulosis pada
keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Rabu, 10 april 2019 1.1.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
tentang cara penularan
Tuberkulosis Paru
S :- Keluarga dan klien belum mengetahui cara penularan Tuberkulosis
Paru
O:- Keluarga dan klien sering bertanya tentang cara penularan
Tuberkulosis Paru
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3.1.1. Diskusikan dengan Keluarga cara penularan Tuberkulosis Paru
Kurangnya
pengetahuan pada
keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Rabu, 10 april 2019 1.2. Dengan menggunakan lembar
balik jelaskan pada keluarga
tentang pengertian tuberkulosis.
1.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
penyebab timbulnya masalah
Tuberkulosis
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
tanda dan gejala Tuberkulosis.
2.1.2. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat Tuberkulosis jika tidak
diobati
2.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat Tuberkulosis jika putus
pengobatan OAT
5.1.2. Jelaskan manfaat fasilitas
kesehatan terkait keluhan yang
ada.
S : - keluarga dan klien mengatakan sudah mengenal tentang penyakit
tuberkulosis namun belum mengerti tentang bagaimana
mendemonstrasikan cara merawat klien tuberkulosis.
O :- keluarga dan klien mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa
dengan benar
A : masalah teratasi sebagaian
P : Lanjutkan Intervensi
3.2.1 Demonstrasikan cara merawat Tuberkulosis
99
Kesiapan
meningkatkan nutrisi
pada Keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Rabu, 10 april 2019
1.5.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
pengertian gizi
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
pengertian kurang gizi
S : - keluarga dan klien mengatakan belum mengerti tentang kebutuhan
gizi yang baik
O : - keluarga dapat memahami tentang gizi yang baik
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.3.2 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai tanda dan gejala gizi kurang
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai akibat gizi kurang
2. Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
tuberculosis pada
keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Kamis, 11 april 2019 3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara
penularan Tuberkulosis Paru
S : - klien mengatakan memehami cara penularan tuberkulosis
O: -klien terlihat mengerti dan mampu mengulangi cara penularan
tuberkulosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
Kurangnya
pengetahuan pada
keluarga Tn. S
khususnya Ny. T
Kamis, 11 april 2019 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat
Tuberkulosis
S : - keluarga dan klien mengatakan memahami cara merawat anggota
keluarga yang tuberkulosis
O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara merawat anggota keluarga
yang sakit tuberkulosis
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
3.2.1. Demonstrasikan cara merawat Tuberkulosis
Kesiapan
meningkatkan nutrisi
pada Keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Kamis, 11 april 2019 1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
tanda dan gejala gizi kurang
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat gizi kurang
S : - klien mengatakan paham tentang tanda gejala gizi kurang dan akibat
gizi kurang
O : - klien mampu menjelaskan tanda gejala gizi kurang dan akibat gizi
kurang.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah gizi
kurang sesuai dengan materi yang telah diberikan
100
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai Triguna makanan
3. Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
terjadinya penularan
uberkulosis pada
keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Jum’at, 12 april 2019 4.1.1 Diskusikan cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
4.1.2. Menjaga kebersihan rumah.
4.1.3. Menjemur kasur dan bantal
1minggu sekali
S : - Klien dan keluarga mengatakan mengerti tentang lingkungan yang
baik untuk mencegah penularan tuberculosis
- Klien dan keluarga mengatakan akan menjaga kebersihan rumah,
membuka jendela dan akan menjemur kasur untuk mengurangi
penularan kuman tuberculosis
O : -Klien mampu menjelaskan tentang lingkungan yang baik bagi
penderita tuberkulosis
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
4.1.1 Keluarga selalu membuka jendela agar sinar matahari bisa masuk ke
dalam rumah.
4.1.2. Menjaga kebersihan rumah.
4.1.3. Menjemur kasur dan bantal 1minggu sekali
Kesiapan
meningkatkan nutrisi
pada Keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Jum’at, 12 april 2019 2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal
dan menyadari adanya masalah
gizi kurang sesuai dengan materi
yang telah diberikan
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga
mengenai Triguna makanan
S : klien dan keluarga mengatakan paham tentang triguna makanan
O : klien terlihat mengerti tentang triguna makanan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3.2.1 Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk
meningkatkan nutrisi klien
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan makanan
4. Kesiapan
meningkatkan nutrisi
pada Keluarga Tn. J
khususnya Ny. T
Sabtu, 13 april 2019 3.2.1 Dorong keluarga untuk
menceritakan apa yang dilakukan
untuk meningkatkan nutrisi klien
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
bagaimana cara menyajikan
makanan
S : - klien dan keluarga mengatakan setiap hari makan sayur dan lauk pauk
dan diolah dicuci terlebih dahulu.
O: -Klien terlihat paham tentang cara pengelolahan makanan dan
menyajikan makanan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
4.1.1 Menyajikan makanan yang bervariasi tiap harinya.
101
72
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tabel 4.9 intervensi keperawatan subjek 1 dan 2
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
No
DX
umum khusus Kriteria Standar
1
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 hari
diharapkan keluarga Tn.
S dapat mampu
membantu Tn. S dalam
mempertahankan jalan
nafas yang efektif.
1. Setelah dilakukan
kunjungan keluarga
selama 5 x 30 menit
diharapkan keluarga
mampu mengenal
masalah Tuberkulosis
dengan cara :
1.1. Menyebutkan pengertian
batuk efektif
2. Mampu mengambil
keputusan dalam merawat
anggota keluarga dengan
masalah kesehatan
Tuberkulosis, dengan :
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan
pengertian batuk efektif
1.1.1. Jelaskan pada keluarga tentang arti batuk
efektif.
1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan
1.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
1.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat.
73
2.1. Cara membuang dahak
yang benar untuk klien
Tuberkulosis paru
3. Mampu merawat anggota
keluarga dengan masalah
Tuberkulosis dengan :
3.1. Memeriksa keadaan
fisik klien
3.2. Cara batuk efektif
untuk penderita
Tuberkulosis paru.
4. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
yang sesuai untuk
Tuberkulosis dengan
mampu :
4.1. keluarga mampu
menjelaskan
lingkungan-
lingkungan yang baik
Respon afektif
Respon verbal
Respon Afektif
Respon afektif
- Tn. S dan keluarga
diharapkan dapat
mengambil keputusan
untuk tidak membuang
dahak sembarangan.
Mengetahui keadaan fisik klien
Tn. S dapat melakukan batuk
efektif dengan baik dan benar.
Mengetahui lingkungan yang
baik untuk mengurangi
penularan Tuberkulosis
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak
yang berisi cairan desinfektan ( sabun,
detergen atau bayclin ) untuk
pembuangan dahak.
3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien
(bunyi napas, kecepatan irama dan
penggunaan otot bantu pernapasan).
3.2.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
4.1.1. keluarga selalu membuka jendela agar
sinar matahari bisa masuk ke dalam
rumah.
74
2.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 hari
diharapkan keluarga Tn.
S dan Tn. J khususnya
Ny. T dapat mengerti
tentang penularan
penyakit Tuberkulosis
Paru dan tidak terjadi
penularan lebih lanjut.
bagi pasien penyakit
Tuberkulosis
5. Mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada dimasyarakat dengan :
5.1. Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
1. Setelah dilakukan
kunjungan keluarga
selama 5 x 30 menit
diharapkan keluarga
mampu mengenal
penularan Tuberkulosis
dengan cara :
Respon verbal.
Manfaat fasilitas kesehatan
bagi penderita Tuberkulosis:
- Mendapatkan perawatan
secara langsung.
- Memperoleh informasi
tentang cara perawatan
dirumah.
- Mendapatkan terapi
pengobatan.
4.1.2. menjaga kebersihan rumah.
4.1.3. menjemur kasur dan bantal 1
minggu sekali
4.1.4. Mempunyai tempat sampah yang
tertutup sehingga tidak menimbulkan
bau.
4.1.5. menjaga rumah agar bebas dari asap
rokok.
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
terkait keluhan yang ada.
5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
diberikan
5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban
sesuai dengan standar
75
1.1. Menjelaskan cara
penularan Tuberkulosis
2. Keluarga mampu
mengambil keputusan
mengenai pengobatan
klien
2.1. Menjelaskan cara
pengobatan pada
Tuberkulosis Paru
3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang sakit
Tuberkulosis dengan:
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan
cara penularan Tuberkulosis
Paru :
- Membuang dahak
disembarang tempat
- Melalui udara
- Sistem imun yang lemah
- Lingkungan yang lembab
dan tidak terpapar sinar
maahari
- Keluarga dapat mengerti
tentang pemberian obat
secara teratur
- Pemberian lama
pengobatan selama 6 bulan
- Keluarga mampu
memotivasi klien untuk
berobat
1.1.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
tentang cara penularan Tuberkulosis
Paru
1.1.2. Diskusikan dengan keluarga tentang
cara penularan Tuberkulosis Paru
1.1.3. Anjurkan keluarga untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan tidak
lembab
1.1.4. Memotivasi keluarga untuk
menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru
2.1.1. Diskusikan dengan keluarga manfaat
pengobatan secara teratur
2.1.2. Beri pujian tentang keputusan yang
diambil
2.1.3. Motivasi keluarga untuk selalu
mengingatkan klien minum obat.
76
3.1. Menjelaskan cara
menghindari hal-hal
yang dapat menularkan
Tuberkulosis Paru
4. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
rumah
4.1. Menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan
untuk penderita
Tuberkulosis.
Respon Afektif
Respon verbal
- Keluarga mampu merawat
klien
- Dapat menghindari hal-hal
yang dapat menularkan
penyaki Tuberkulosis Paru
Keluarga dapat
menyebutkan
memodifikasi lingkungan
yang sesuai untuk
penderita Tuberkulosis,
yaitu modifikasi perilaku
dengan:
- Menutup mulut dan
hidung saat batuk dan
bersin
- Membuka jendela dan
pintu agar sinar matahari
dapat masuk
- Menjemur kasur tiap
minggu
- Membuang dahak pada
tempat yang telah
ditentukan
3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara
penularan Tuberkulosis Paru
3.1.2. Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
3.1.3. Jelaskan pada keluarga cara
menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru
4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk
penderita Tuberkulosis dengan
menggunakan lembar balik
4.1.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita Tuberkulosis
4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang
materi yang belum dimengerti.
4.1.5. Jelaskan kepada keluarga mengenai
materi yang belum dimengerti.
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
77
3.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 hari
diharapkan keluarga Tn.
S dan Tn. J khususnya
Ny. T dapat mengerti
dan memahami atas
informasi yang sudah
diberikan tentang
penyakit Tuberkulosis
Paru.
5. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang
ada
3.2. Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
1. Setelah dilakukan
kunjungan keluarga
selama 5 x 30 menit
diharapkan keluarga
mampu mengenal
masalah Tuberkulosis
dengan cara :
1.1. Menyebutkan pengertian
Tuberkulosis
Respon Afektif
Respon verbal
Manfaat fasilitas kesehatan
bagi penderita Tuberkulosis:
- Mendapatkan perawatan
secara langsung.
- Memperoleh informasi
tentang cara perawatan
dirumah.
- Mendapatkan terapi
pengobatan.
Keluarga mampu menyebutkan
pengertian Tuberkulosis adalah
salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman
yaitu kuman mycobacterium
tuberculosis yang palig banyak
menyerang di daerah paru-paru
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
terkait keluhan yang ada.
5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
diberikan
5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban
sesuai dengan standar
1.1.1. Dengan menggunakan lembar balik
jelaskan pada keluarga tentang
pengertian tuberkulosis, yaitu: salah
satu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman yang paling banyak
menyerang di daerah paru-paru
1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah
diberikan
1.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
78
1.2. Menyebutkan penyebab
Tuberkulosis
1.3. Menyebutkan
penyebaran penyakit
Tuberkulosis
Respon verbal
Respon Verbal
Keluarga mampu menyebutkan
penyebab TBC adalah kuman
mycobacterium tuberculosis
Keluarga mampu
menyebutkan penyebaran
Tuberkulosis yaitu melalui
percikan dahak/bersin yang
terhirup oleh orang lain
disampaikan
1.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat.
1.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya masalah Tuberkulosis
1.2.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
1.2.3. Berikan informasi kepada keluarga
tentang penyebab Tuberkulosis dengan
menggunakan lembar balik, yaitu
kuman mycobacterium tuberculosis
1.2.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.2.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.2.6. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.3.1. Diskusikan bersama keluarga
bagaimana penyebaran Tuberkulosis
1.3.2. Berikan informasi penyebaran
Tuberkulosis dengan menggunakan
lembar balik yaitu lewat percikan
dahak/bersin
1.3.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
79
1.4. Menyebutkan tanda-
tanda awal penyakit
Tuberkulosis
1.5. Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
menderita Tuberkulosis
Respon Verbal
Respon verbal
Minimal 3 dari 6 tanda-tanda
Tuberkulosis :
- Batuk yang tidak kunjung
sembuh selama lebih dari 3
minggu
- Demam/meriang lebih dari
sebulan
- Nafsu dan BB menurun
- Mudah lelah
- Nyeri dada dan Sesak nafas
- Batuk berdahak disertai
darah
Keluarga mengatakan Tn. S
menderita penyakit
Tuberkulosis Paru.
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.3.4. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.3.5. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.4.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda dan
gejala Tuberkulosis.
1.4.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda
yang benar
1.4.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai tanda gejala Tuberkulosis
dengan menggunakan media lembar
balik
1.4.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.4.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.4.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.4.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.5.1. Tanyakan kepada keluarga, adakah
anggota keluarga yang mempunyai
tanda dan gejala Tuberkulosis
1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan
mengidentifikasi
80
2. Mampu mengambil
keputusan dalam merawat
anggota keluarga dengan
masalah kesehatan TBC,
dengan :
2.1. Menyebutkan akibat
Tuberkulosis jika tidak
diobati
2.2. Menyebutkan akibat
Tuberkulosis jika putus
obat antituberkulosis
Respon Afektif
Respon Verbal
Keluarga mampu menyebutkan
minimal 2 dari 3 akibat TBC
jika tidak diobati:
- kematian
- tidak dapat sembuh
- menular pada orang lain
Keluarga mampu menyebutkan
minimal 2 dari 4 akbiat putus
obat antituberculosis:
- penyakit lebih sukar
sembuh
- kuman tumbuh dan
1.5.3. Berikan reinforcement positif atas apa
yang telah dikemukan keluarga yang
tepat dan benar
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat
Tuberkulosis jika tidak diobati
2.1.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat yang benar
2.1.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat Tuberkulosis jika tidak
diobati dengan menggunakan media
lembar balik
2.1.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.1.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.1.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.1.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
2.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat
Tuberkulosis jika putus pengobatan
OAT
2.2.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat putus OAT yang
81
2.3. Mengambil keputusan
untuk mengatasi
masalah kesehatan
Tuberkulosis yang
dialami anggota
keluarga
3. Mampu merawat anggota
keluarga dengan masalah
kesehatan Tuberkulosis,
dengan:
Respon Verbal
berkembang lebih banyak
- butuh biaya lebih besar
- waktu pengobatan menjadi
lebih lama
Keluarga mengatakan akan
mengatasi penyakit
Tuberkulosis pada klien
benar
2.2.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat putus obat
Tuberkulosis dengan menggunakan
media lembar balik
2.2.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.2.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.2.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.2.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
2.3.1. Bantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
2.3.2. Bantu keluarga untuk memutuskan
merawat anggota keluarga yang sakit
Tuberkulosis
2.3.3. Berikan reinforcement atas keputusan
yang telah diambil
82
3.1. Menjelaskan cara
merawat anggota
keluarga dengan
penyakit Tuberkulosis
3.2. Mendemontrasikan
cara sederhana
mengatasi Tuberkulosis
Respon Verbal
Respon Afektif
Keluarga mengatakan 3 dari
cara perawatan anggota
keluarga dengan penyakit TBC
- pengobatan tuberkulosis
tuntas minimal 6 bulan
- melakukan batuk efektif
untuk mengeluarkan dahak
- istirahat cukup (6-8 jam
sehari)
- senam pernapasan
Keluarga dapat
mendemonstrasikan 3 cara
sederhana menangani
Tuberkulosis yaitu:
- memakai masker untuk
penderita yang terinfeksi
Tuberkulosis
- senam pernapasan
- melakukan pengobatan
Tuberkulosis tuntas
- istirahat cukup 6-8 jam per
hari
3.1.1. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat klien sakit
tuberkulosis dan bagaimana hasilnya
3.1.2. Diskusikan cara perawatan tuberkulosis
dengan menggunakan lembar balik
3.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
3.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
3.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
3.1.6. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
3.2.1. Demonstrasikan cara merawat
Tuberkulosis yaitu dengan menggunakan
masker untuk dipakai sehari-hari, ajarkan
keluarga untuk melakukan latihan senam
pernapasan, menjelaskan jenis
pengobatan, fungsi obat masing- masing
dan menjelaskan efek samping serta cara
pemberian obat kepada keluarga yang
menderita penyakit Tuberkulosis;
menjelaskan pentingnya istirahat yang
cukup, waktu minimal istirahat 6- 8 jam,
apa saja yang bisa dilakukan sebelum
tidur
3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali.
3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat dan juga cara keluarga
mendemonstrasikan.
83
4. Mampu memodifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita
Tuberkulosis, dengan
mampu:
4.1. Menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan
untuk penderita TBC
5. Mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada dimasyarakat,
dengan:
5.1. Menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan
Respon Verbal
Respon Verbal
Keluarga dapat menyebutkan
memodifikasi lingkungan yang
sesuai untuk penderita TBC,
yaitu modifikasi perilaku
dengan:
- Menutup mulut dan hidung
saat batuk dan bersin
- Membuka jendela dan
pintu agar sinar matahari
dapat masuk
- Menjemur kasur tiap
minggu
- Membuang dahak pada
tempat yang telah
ditentukan
Manfaat fasilitas kesehatan
bagi penderita Tuberkulosis:
- Mendapatkan perawatan
secara langsung.
- Memperoleh informasi
4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita Tuberkulosi
4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk
penderita Tuberkulosis dengan
menggunakan lembar balik
4.1.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita Tuberkulosis
4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang
materi yang belum dimengerti.
4.1.5. Jelaskan kepada keluarga mengenai
materi yang belum dimengerti.
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
terkait keluhan yang ada.
5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
diberikan
5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban
84
4.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 hari
diharapkan keluarga Tn.
S dan Tn. J khususnya
Ny. T dapat
meningktkan nutrisi
pada klien
1. Setelah 5 x 30 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengenal
masalah gizi kurang,
dengan mampu:
1.1. Menyebutkan definisi
gizi
Respon verbal
tentang cara perawatan
dirumah.
- Mendapatkan terapi
pengobatan.
Keluarga menyebutkan gizi
yaitu zat-zat yang ada di dalam
makanan yang diperlukan
tubuh untuk kelangsungan
kehidupan.
sesuai dengan standar
1.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
gizi
1.1.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai
pengertian gizi yang benar
1.1.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi dengan
menggunakan media leaflet dan lembar
balik
1.1.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.1.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
85
1.2. Menyebutkan definisi
gizi kurang
1.3. Menyebutkan tanda dan
gejala masalah gizi
kurang
Respon Afektif
Respon Verbal
Keluarga menyebutkan gizi
kurang adalah suatu keadaan
dimana tubuh tidak
mendapatkan zat- zat tubuh
tertentu dari makanan
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 6 tanda
dan gejala gizi kurang, yaitu:
- BB kurang dari 20% dari
BB ideal
- Badan kurus
- Rambut merah
(Pirang), tipis dan mudah
dicabut
- Lemah dan pucat
- Kulit kering dan kusam
- Kaki,tangan dan sekitar
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai
pengertian kurang gizi
1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai pengertian gizi kurang yang
benar
1.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi kurang
dengan menggunakan media leaflet
dan lembar balik
1.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda dan
gejala gizi kurang
1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai tanda dan gejala gizi kurang
1.3.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai tanda dan gejala gizi kurang
dengan menggunakan media lembar
balik dan leaflet
1.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
86
1.4. Menyebutkan penyebab
timbulnya masalah gizi
kurang.
Respon psikomotor
dan respon verbal
mata bengkak
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5
penyebab gizi kurang, yaitu:
- Makanan yang masuk ke
dalam tubuh kurang dari
kebutuhan tubuh
- Makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak
seimbang
- Makan tidak teratur
- Adanya penyakit tertentu
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.3.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
gizi kurang
1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai penyebab gizi kurang yang
benar
1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai penyebab timbulnya gizi
kurang dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet
1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.4.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
87
1.5. Mengidentifikasi
anggota keluarga yang
membutuhkan
peningkatan nutrisi.
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang perlu
meningkatkan nutrisi,
dengan mampu:
2.1. Menyebutkan akibat gizi
kurang
Respon Afektif
Respon Verbal
Keluarga mengatakan klien
perlu meningkatkan
nutrisinya
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 2 dari 4 akibat
gizi kurang, yaitu:
- Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan
- Mudah terserang penyakit
- Menurunkan daya pikir/
kecerdasan
- Tonus otot buruk
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah
anggota keluarga yang mempunyai
tanda dan gejala tubuh kekurangan gizi
1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa
yang telah dikemukan keluarga yang
tepat dan benar
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat
gizi kurang
2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai akibat gizi kurang
2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai gizi kurang dengan
menggunakan media lembar balik dan
leaflet
2.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.1.7 Berikan reinforcement positif atas
88
2.2. Pengambilan keputusan
untuk mengatasi anggota
keluarga yang perlu
meningkatkan nutrisi
3. Mampu merawat
anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang,
dengan mampu:
3.1. Menjelaskan Triguna
makanan
Respon verbal
Respon Verbal
Keluarga memutuskan untuk
merawat klien yang perlu
meningkatkan nutrisi.
Keluarga menyebutkan
komponen Triguna makanan
beserta 2 contohnya:
- Zat tenaga, sebagai sumber
tenaga untuk beraktivitas
dan sumber makanan
pokok (karbohidrat),
seperti: nasi, roti, gula,
singkong, ubi, dll
- Zat pembangun, sebagai
pupuk untuk proses
berpikir, terdapat dalam
lauk pauk (protein dan
lemak), seperti: ikan, telur,
tempe, daging, susu, dll
- Zat pengatur, sebagai
usaha keluarga
2.2.1. Bantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari adanya masalah gizi kurang
sesuai dengan materi yang telah
diberikan
2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan
merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang
2.2.3 Berikan reinforcement atas keputusan
yang telah diambil keluarga
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai Triguna
makanan
3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai Triguna makanan yang
benar
3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai Triguna makanan dengan
menggunakan media lembar balik dan
leaflet
3.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
89
3.2. Menjelaskan cara
meningkatkan nutrisi
3.3. Menjelaskan cara
mengolah makanan
Respon verbal
Respon verbal
pengatur lalu lintas (polisi)
makanan, terdapat dalam
buah dan sayur (vitamin
dan mineral), seperti:
wortel, jeruk, nanas,
bayam, kangkung, dll
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 3
dari 5 cara meningkatkan
nutrisi, yaitu:
- Makan makanan yang
seimbang (Triguna
makanan), menyusun menu
makanan dengan gizi
seimbang
- Makanan sesuai dengan
kebutuhan/ porsi makan
anak
- Cara mengolah makanan
yang benar
- Pengaturan jadwal makan
yang teratur
- Cemilan/makanan selingan
sehat untuk anak
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara
mengolah makanan, yaitu:
- Sayuran dan buah dicuci di
air yang mengalir terlebih
dahulu baru dipotong-
materi yang belum dimengerti
3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
3.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
3.2.1 Dorong keluarga untuk menceritakan
apa yang dilakukan untuk
meningkatkan nutrisi klien
3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan nutrisi
klien
3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara meningkatkan nutrisi
klien dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet
3.2.4 Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali materi yang telah disampaikan
3.2.5 Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
3.3.1. Dorong keluarga untuk menceritakan
cara mengolah makanan
3.3.2. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara mengolah makanan
dengan menggunakan media lembar
balik dan leaflet
90
4. Mampu memodifikasi
lingkungan untuk
merawat anggota
keluarga dengan gizi
kurang, dengan mampu:
4.1. Menjelaskan cara
penyajian makanan
Respon Verbal
potong
- Sayuran dimasak jangan
terlalu lama
- Alat-alat masak dan makan
dicuci bersih
- Cuci tangan sebelum masak
dan makan
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara
menyajikan makanan, yaitu:
- Jenis makanan bervariasi
setiap harinya
- Mengkombinasikan jenis
makanan hewani dan nabati
- Perhatikan jadwal menu
makanan
- Jumlah makanan sesuai
dengan kebutuhan.
3.3.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali materi yang telah disampaikan
3.3.4. Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
bagaimana cara menyajikan makanan
4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga yang
benar
4.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara menyajikan makanan
dengan menggunakan media lembar
balik dan leaflet
4.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
4.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
4.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
4.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
91
4.2. Memodifikasi
lingkungan yang
mendukung untuk
meningkatkan status gizi
dewasa
5. Mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada untuk meningkatkan
gizi dewasa, dengan
mampu:
5.1. Menyebutkan fasilitas
pelayanan kesehatan
yang terdapat disekitar
lingkungan tempat
tinggal terkait dengan
peningkatan status gizi
dewasa
Respon verbal
Respon Afektif
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4
lingkungan yang mendukung
untuk meningkatkan status gizi
klien, yaitu:
- Makan bersama anggota
keluarga yang lain
- Makan sambil bercerita
- Jenis makanan bervariasi
dan menarik.
Keluarga dapat menyebutkan 3
dari 4 fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi:
- Posyandu
- Puskesmas
- Rumah Sakit
- Klinik Dokter
4.2.1. Diskusikan bersama keluarga tentang
modifikasi lingkungan untuk
meningkatkan status gizi klien
4.2.2. Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga yang
benar
4.2.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai modifikasi lingkungan untuk
meningkatkan status gizi klien dengan
menggunakan media lembar balik dan
leaflet
4.2.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya mengenai materi yang
dibahas
4.2.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dibahas
4.2.6. Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
5.1.1 Diskusikan bersama keluarga
mengenai fasilitas kesehatan yang ada
disekitar tempat tinggal
5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
5.1.3 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
92
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA
POLTEKKES KEMENKES KALTIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA
Dokumentasi Subjek 1 Keluarga Tn. S
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA
POLTEKKES KEMENKES KALTIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA
Dokumentasi Subjek 2 Keluarga Tn. J