karya tulis ilmiah amir mustofa irawan

10
ANALISIS KEMUNCULAN SIKLON TROPIS DI SELATAN INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2010 AMIR MUSTOFA IRAWAN 1 , WIDADA SULISTYA 2 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, Jakarta 1 Kedeputian Klimatologi, BMKG, Jakarta 2 E-mail: [email protected] ABSTRAK Analisis kemunculan siklon tropis di selatan Indonesia dilakukan dalam rangka mengacu pada tugas dan tanggung jawab Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam pemonitoringan siklon tropis. Data lintang bujur kemunculan siklon serta data Suhu Muka Laut (SML) dan anomali SML tiap titik didownload dari website satelit NOAA dan ITACS,JMA dengan resolusi 1 derajat. Penyajian data yang dihasilkan menggunakan software surfer 11 untuk mengetahui daerah paling rawan muncul siklon. Hasil studi menunjukkan syarat munculnya siklon tropis adalah suatu daerah perairan luas yang suhu muka lautnya harus lebih besar dari 25°C (anomaliSML positif) atau suhu muka laut harus lebih besar dari 26,5 0 C untuk anomaly SML negatif. Wilayah paling sering muncul siklon di selatan Indonesia adalah wilayah perairan sebelah barat laut Australia dengan frekuensi 11 sampai 20 kejadian dan wilayah perairan sebelah utara Australia dengan frekuensi 6 sampai 10 kejadian muncul siklon dalam periode 10 tahun. Kata kunci :siklon tropis, SML, anomali SML ABSTRACT Analysis of tropical cyclone occurence in southern Indonesia was carried out in order refer to the duties and responsibilities of the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) in surveillance tropical cyclones. Data of latitude tropical cyclone occurence and sea surface temperature (SML) with SML anomaly each point was downloaded from the website of NOAA satellite and ITACS, JMA with a resolution of 1 degree. Data processing was generated using a surfer 11 software to determine areas the most vulnerable with cyclones occurence. The study shown condition of a tropical cyclone occurence is a vast water area and sea surface temperature must be greater than 25°C (positive SML anomaly) or sea surface temperature must be greater than 26.5°C to negative SML anomaly. The most frequently area of cyclones occurence was happened in northwest sea of Australia with a frequency of 11 to 20 events and north sea of Australia with a frequency of 6 to 10 cyclone events. Key Words : Tropical Cyclone, SML, SML anomaly

Upload: amir-mustofa-irawan

Post on 26-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Meteorologi

TRANSCRIPT

ANALISIS KEMUNCULAN SIKLON TROPIS DI SELATAN INDONESIA

PERIODE TAHUN 2001-2010

AMIR MUSTOFA IRAWAN1, WIDADA SULISTYA2

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, Jakarta1

Kedeputian Klimatologi, BMKG, Jakarta2

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Analisis kemunculan siklon tropis di selatan Indonesia dilakukan dalam rangka mengacu pada tugas dan tanggung jawab Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam pemonitoringan siklon tropis. Data lintang bujur kemunculan siklon serta data Suhu Muka Laut (SML) dan anomali SML tiap titik didownload dari website satelit NOAA dan ITACS,JMA dengan resolusi 1 derajat. Penyajian data yang dihasilkan menggunakan software surfer 11 untuk mengetahui daerah paling rawan muncul siklon. Hasil studi menunjukkan syarat munculnya siklon tropis adalah suatu daerah perairan luas yang suhu muka lautnya harus lebih besar dari 25C (anomaliSML positif) atau suhu muka laut harus lebih besar dari 26,50C untuk anomaly SML negatif. Wilayah paling sering muncul siklon di selatan Indonesia adalah wilayah perairan sebelah barat laut Australia dengan frekuensi 11 sampai 20 kejadian dan wilayah perairan sebelah utara Australia dengan frekuensi 6 sampai 10 kejadian muncul siklon dalam periode 10 tahun.

Kata kunci :siklon tropis, SML, anomali SML

ABSTRACT

Analysis of tropical cyclone occurence in southern Indonesia was carried out in order refer to the duties and responsibilities of the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) in surveillance tropical cyclones. Data of latitude tropical cyclone occurence and sea surface temperature (SML) with SML anomaly each point was downloaded from the website of NOAA satellite and ITACS, JMA with a resolution of 1 degree. Data processing was generated using a surfer 11 software to determine areas the most vulnerable with cyclones occurence. The study shown condition of a tropical cyclone occurence is a vast water area and sea surface temperature must be greater than 25C (positive SML anomaly) or sea surface temperature must be greater than 26.5C to negative SML anomaly. The most frequently area of cyclones occurence was happened in northwest sea of Australia with a frequency of 11 to 20 events and north sea of Australia with a frequency of 6 to 10 cyclone events.

Key Words : Tropical Cyclone, SML, SML anomaly

I. PENDAHULUAN

Daerah pertumbuhan siklon tropis paling aktif untuk wilayah Belahan Bumi Selatan adalah Pantai Barat Australia yang mengalami 124 kejadian dalam kurun waktu 100 tahun, oleh karena itu Australia telah mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko ancaman siklon tropis sejak era1960-an(Khotimah, 2008). Wilayah kejadian siklon tropis yang tinggi di daerah tersebut tentunya juga akan berakibat pada kondisi cuaca pada wilayah yang dipengaruhinya termasuk Indonesia.

BMKG melalui subbidang Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta mempunyai tanggung jawab internasional untuk mengeluarkan dan menyebarluaskan informasi dan peringatan dini laut lepas pada daerah tanggung jawab (0LS-10LS dan 90BT-125BT), serta mengeluarkan dan menyebarluaskan informasi dan peringatan dini siklon tropis dan cuaca buruk yang diakibatkannya bagi masyarakat di seluruh daratan dan pantai indonesia. Area monitoring Siklon Tropis TCWC adalah pada wilayah (20LU-20LS dan 90BT-141BT). (Jakarta TCWC Operational Directive tahun 2010).

Siklon tropis yang terbentuk di selatan Indonesia (di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia) seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pumpunan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru. Pumpunan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut. Adanya siklon tropis di perairan Samudra Hindia Tenggara kadang kala menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin di sekitar Sumatra bagian selatan atau Jawa bagian barat. Daerah belokan angin ini juga dapat mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan banjir dan longsor di daerah tersebut.

Salah satu faktor penunjang kemunculan siklon tropis adalah kondisi suhu muka laut (SML) yang tinggi dan adanya daerah perairan yang luas, karena sumber energi utama dari suatu siklon tropis adalah uap air(Willoughby, 1995). Berkaitan dengan hal tersebut, penulis melakukan analisis pengaruh SML dan anomali SML terhadap frekuensi dan kemunculan sikon tropis di wilayah selatan Indonesia. Selain itu juga akan dilakukan pemetaan distribusi wilayah kemunculan siklon selama 10 tahun terakhir di wilayah selatan Indonesia.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis pengaruh nilai SML dan anomali SML terhadap frekuensi dan kemunculan siklon tropis di selatan Indonesia (0LS-30LS dan 90BT-150BT). Distribusi frekuensi kemunculan siklon selama 10 tahun terakhir periode tahun 2001-2010 pada bulan musim kemunculan siklon diidentifikasi sehingga dapat memberikan informasi terkait wilayah yang dipengaruhi oleh kemunculan siklon.Wilayah penelitian yang digunakan adalah wilayah selatan Indonesia (0LS-30LS dan 90BT-150BT). Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalahtentang analisis kemunculan siklon dan mempelajari hubungannya terhadap nilai SML dan anomali SML di wilayah tersebut.

II. DATA DAN METODE

Data global untuk wilayah penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah berupa data SML dan anomali SML periode harian (daily) dan rata rata bulanan (monthly) yang diperoleh dari Japan Meteorological Agency (JMA),serta International Research Institute for Climate and Society (IRI), tahun 2001 2010 (bulan oktober - april). Luasan SML dimaksud meliputi wilayah selatanIndonesia(0LS-30LS dan 90BT-150BT). Data SML harian digunakan untuk mengetahui nilai SML dan anomali SML saat siklon tropis mulai muncul pada skala 1. Data siklon tropis diperoleh dari Buerau Of Meteorology (BOM), Australia.

Metode analisis grafik digunakan untuk memberikan gambaran secara visual mengenai pengaruh nilai SML dan anomali SML terhadap kemunculan siklon. Pembuatan grafik SML dan anomali SML dibuat menggunakan Software Microsoft Excel 2007.

Luaran data SMLbulanan dalam bentuk numerik dirata-rata tiap titik dengan resolusi titik per 1 derajat periode bulan oktoberapril dari tahun 20012010 untuk memperoleh nilai ratarata SML tiap titik selama 10 tahun. Batas wilayah data yang diolah sesuai dengan wilayah penelitian yaitu di wilayah selatan Indonesia (0LS-30LS dan 90BT-150BT).

Selisih antara SMLa dan SMLn merupakan Nilai rata rata anomali SMLtiap titik tahun 2001 2010, disajikan pada persamaan berikut:

SML= SMLa SMLn

SML= Nilai rata rata anomali SML tiap titik tahun 2001 2010

SMLa= Nilai rata rataSML tiap titik tahun 2001 2010

SMLn= Nilai normal SML tiap titik yaitu rata rata SML tiap titik selama

30 tahun terakhir

Data ratarata numerik SMLdan SMLa diolah dan diinterpolasi menggunakan software surfer 11 menghasilkan peta spasial. Identifikasi wilayah frekuensi kemunculan siklon dilakukan dengan memetakan daerah muncul siklon dan memetakan wilayah nilai ratarata SML serta anomali SML tahun 20012010 menggunakan software surfer 11.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hubungan SML dan Anomali SML Terhadap Kemunculan Siklon Tropis

Hubungan SML dan anomaliSML terhadap kemunculan siklon dianalisis menggunakan grafik scater yang diolah dengan microsoft excel. Grafik scater yang dibuat akan menunjukkan nilai SML dan anomaliSML saat siklon tropis mulai muncul di wilayah penelitian.

Gambar 3.1 Grafik kemunculan siklon tropis periode tahun 2001-2010

Gambar 3.1 merupakan grafik kemunculan siklon tropis periode tahun 2001-2010. Hasil analisis gambar 3.1 menunjukkan bahwa umumnya siklon muncul pada anomali SML positif dan pada nilai SML lebih dari 28C. Pada gambar 3.1 juga dapat diketahui bahwa siklon dapat muncul di wilayah anomali negatif asalkan nilai SML lebih dari26.5C. Selain itu juga dapat dianalisis bahwa ternyata siklon dapat muncul dengan nilai SML 25.03C dengan anomali psitif 0.1.Hal ini membuktikan bahwa teori sebelumnya yang menyatakan siklon tropis hanya dapat tumbuh dengan nilai SML harus lebih dari 26C telah berubah.

Selama periode tahun 2001-2010 jumlah kemunculan siklon tropis di wilayah selatan Indonesia sangat tinggi yaitu mencapai 83 kejadian. Jumlah frekuensi kejadian siklon yang tinggi menandakan bahwa kondisi SML di wilayah perairan Indonesia selalu hangat tiap tahunnya akibat peredaran matahari yang tetap. SML yang lebih hangat merupakan faktor pendukung terbentuknya siklon tropis, karena kelembaban dan temperatur merupakan sumber energi utama bagi pembentukan siklon tropis. Frekuensi kemunculan siklon tropis di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya terjadi saat matahari berada di lintang selatan yaitu pada bulan Oktober sampai Maret, bahkan masih mungkin muncul sampai bulan Mei karena sifat laut yang lambat memancarkan energi panas dari sinar matahari.

Gambar 3.2 Frekuensi kemunculan siklon tropis bulanan di wilayah Selatan Indonesia periode tahun 2001-2010

Gambar 3.2 merupakan grafik frekuensi kemunculan siklon tropis bulanan tiap tahun selama tahun 2001 sampai dengan 2010. Berdasarkan gambar 3.2 frekuensi kemunculan siklon terendah adalah pada bulan Mei yaitu berjumlah 1 kejadian, sedangkan kejadian tertinggi yaitu pada bulan Maret yaitu berjumlah 21 kejadian selama 10 tahun. Pada bulan maret kondisi SML di wilayah perairan Indonesia masih relatif tinggi karena selain dipengaruhi peredaran matahari dan akumulasi energi panas dari matahari, kondisi SML juga dipengaruhi arus bawah laut yang kompleks. Hal inilah yang mengakibatkan frekuensi maksimum jumlah kejadian siklon masih terjadi masih pada bulan Maret.

3.2 Pemetaan Distribusi SML dengan Frekuensi Kemunculan Siklon Tropis

Analisis distribusi rata-rata SML terhadap kemunculan siklon tropis dilakukan dengan memetakan rata-rata SML dan memplot kemunculan siklon tropis. Frekuensi siklon tropis diplot berdasarkan titik posisi lintang bujur kemunculan siklon.

Gambar 3.3Distribusi rata-rata SML dan plot wilayah kemunculan siklon tropis periode tahun 2001-2010

Wilayah kejadian Siklon terbanyak adalah di wilayah bagian barat laut Australia dengan rata-rata SMLdiatas 28C dilihat pada gambar 3.3 diatas. Nilai SML yang tinggi dan kondisi wilayah perairan seluruhnya berbanding lurus dengan jumlah frekuensi kemunculan siklon tropis yang tinggi.

Wilayah dengan nilai rata rata SML tertinggi (30C-31C) berdasarkan gambar 3.3 adalah di perairan sebelah utara Australia.Pada wilayah perairan sebelah utara Australia jumlah frekuensi muncul siklon tidak sebanyak pada wilayah bagian barat laut Australia karenasebagian besar wilayahnya adalah dataran Australia dan dibatasi oleh pulau Timor Indonesia bukan perairan seluruhnya.Wilayah daratan mempengaruhi banyaknya jumlah energi penguapan pembentuk siklon tropis yang lebih sedikit daripada lautan. Wilayah dengan jumlah kejadian muncul siklon paling sedikit adalah di wilayah Laut Timor pada dan Laut Arafuru pada dengan nilai rata rata SML 29C - 30C. Jumlah kejadian muncul siklon yang rendah pada wilayah inimasih dapat dianalisiskarena gaya koriolinya minimum walaupun nilai SMLnya tinggi di wilayah tersebut. Wilayah sebelah barat daya Samudra Hindia walaupun lokasinya jauh dari ekuator dan gaya korioli tinggi, namun nilai rata-rata SMLnya sangat rendah yaitu 20C - 25C, sehingga tidak mendukung untuk tumbuh siklon di wilayah tersebut

3.3 Pemetaan Distribusi Anomali SML dengan Frekuensi Kemunculan Siklon Tropis

Distribusi anomali SML terhadap kemunculan siklon tropis disajikan pada gambar 3.3 dibawah. Gambar 3.3 diperoleh dari hasil pemetaan rata rata anomali SML dan plot wilayah kemunculan siklon tropis di selatan Indonesia.

Gambar 3.3 Distribusi anomali SML dan plot wilayah kemunculan siklon tropis periode tahun 2001-2010

Analisis pemetaan pada gambar 3.3 dilihat bahwa wilayah kejadian siklon terbanyak adalah di wilayah bagian barat laut Australia dengan nilai rata - rata anomali SML 0,3C 0,7C. Wilayah dengan jumlah kejadian muncul siklon paling sedikit adalah di wilayah Laut Timor dan Laut Arafuru dengan nilai rata rata anomali SML 0,1C 0,2C. Pada wilayah tersebut jumlah frekuensi muncul siklon minimum karena wilayah tersebut mempunyai gaya korioli yang minimum, walaupun nilai anomali SMLnya mendukung untuk tumbuh siklon.

Wilayah dengan nilai rata-rata anomali SML negatif pada wilayah selatan Pulau Jawa terdapat peluang muncul beberapa siklon asalkan di wilayah tersebut nilai rata rata SMLnya lebih dari 26,5C. Wilayah bagian barat daya Samudra Hindia adalah wilayah dengan nilai rata-rata SML sangat rendah, sehingga tidak ada kejadian muncul siklon di wilayah tersebut walaupun nilai anomali SMLnya positif.

3.4 Wilayah Distribusi Siklon Tropis di Wilayah Selatan Indonesia

Pemetaan pembagian wilayah frekuensi kemunculan siklon tropis selama periode tahun 2001-2010 disajikan pada gambar 3.4. Daerah distribusi siklon tropis digunakan untuk mewaspadai kemunculan siklon tropis dan daerah yang dipengaruhinya.

Gambar 3.4 Daerah distribusi wilayah kemunculan siklon tropis

Wilayah kemunculan siklon terbanyak adalah di wilayah bagian barat laut Australia dengan frekuensi kejadian sebanyak 11 sampai20 kejadian dan wilayah perairan sebelah utara Australia dengan frekuensi 6 sampai 10 siklon selama 10 tahun dapat lihat pada gambar 3.4. Kemunculan siklon di bagian barat laut Australia berpotensi mengakibatkan cuaca buruk di wilayah sekitarnya termasuk beberapa pulau di Indonesia seperti Pulau Jawa, Bali, NTB,dan NTT. Wilayah paling sedikit kejadian muncul siklon adalah pada wilayah Laut Timor dan Laut Arafuru yaitu sebanyak 1 kejadian siklon selama 10 tahun. Umumnya siklon paling sering muncul di wilayah perairan barat laut sampai utara Australia. Hal ini disebabkan karena wilayah tersebut adalah wilayah perairan dengan nilai SMLdan gaya korioli yang tinggi sehingga sangat mendukung untuk pertumbuhan siklon tropis.

IV. KESIMPULAN

Umumnya siklon tropis di wilayah selatan Indonesia muncul pada anomali SML positif dengan nilai SML lebih dari 28,0C. Siklon tropis dapat muncul di wilayah dengan nilai SML minimal 25,0C pada kondisi tertentu. Syarat siklon tropis muncul harus dengan suhu muka laut diatas 26,5C untuk wilayah anomali SML negatif. Wilayah paling sering muncul siklon di wilayah selatan Indonesia adalah wilayah perairan sebelah barat laut Australia dengan frekuensi 20 kejadian dan wilayah perairan sebelah utara Australia dengan frekuensi 6 sampai 10 siklon selama 10 tahun.

V. DAFTAR PUSTAKA

Bureau of Meteorology (BOM), Australian Severe Weather. (http://www.australiasevereweather.com). diakses 2 Januari 2012

International Research Institute for Climate and Society (IRI), Climate Data Library. (http://iridl.ldeo.columbia.edu). NOAA, diakses 2 Januari 2012

Japan Meteorological Agency (JMA), Japanese 55-year Reanalysis. (http://jra.kishou.go.jp). diakses 2 Januari 2012

Khotimah, M.K.(2008). Klimatologi Siklon Tropis Di Sekitar Indonesia.Buletin Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika. Vol.4 No.3, September 2008, 251-264

BMKG, (2010). Operational Directive Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta 2010.V.1.0 Januari 2010

Willoughby, H.E.(1995). Mature Structure and Evolution. Geneva, Switzerland. 21-62

Frekuensi Kemunculan Siklon Tropis 2001-2010

FrekuensiOktNopDesJanFebMarAprMei257181621131

Bulan

Frekuensi Kejadian