karya tulis ekonomi koperasi

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di antara tugas berat pemerintahan baru dibawah Presiden SBY adalah bagaimana membangkitkan kembali dan sekaligus mengakselerasikan pertumbuhan ekonomi nasional pasca krisis moneter. Ekonomi kerakyatan sebagai suatu sistem ekonomi yang memberikan pemihakan kepada pelaku ekonomi lemah kiranya pantas mendapatkan prioritas utama penanganan. Hal ini bukan saja karena ekonomi kerakyatan memiliki pijakan konstitusional yang kuat, namun juga karena ia gayut langsung dengan nadi kehidupan rakyat kecil yang secara obyektif perlu lebih diberdayakan agar mampu menjadi salah satu ‘engine’ bagi peningkatan kesejahteraan rakyat (social welfare) dan sekaligus alat ampuh untuk lebih memeratakan ‘kue pembangunan’ sejalan dengan program pengentasan kemiskinan (poverty alleviation).

Upload: gatot-kurniawan

Post on 26-Jun-2015

4.969 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya tulis ekonomi koperasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di antara tugas berat pemerintahan baru dibawah Presiden SBY adalah bagaimana

membangkitkan kembali dan sekaligus mengakselerasikan pertumbuhan ekonomi nasional pasca krisis

moneter. Ekonomi kerakyatan sebagai suatu sistem ekonomi yang memberikan pemihakan kepada

pelaku ekonomi lemah kiranya pantas mendapatkan prioritas utama penanganan. Hal ini bukan saja

karena ekonomi kerakyatan memiliki pijakan konstitusional yang kuat, namun juga karena ia gayut

langsung dengan nadi kehidupan rakyat kecil yang secara obyektif perlu lebih diberdayakan agar

mampu menjadi salah satu ‘engine’ bagi peningkatan kesejahteraan rakyat (social welfare) dan

sekaligus alat ampuh untuk lebih memeratakan ‘kue pembangunan’ sejalan dengan program

pengentasan kemiskinan (poverty alleviation).

Page 2: Karya tulis ekonomi koperasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengantar

Krisis moneter yang melanda beberapa negara di kawasan Asia (Korea, Thailand, Indonesia,

Malaysia) pada tahun 1997 setidaknya menjadi saksi sejarah dan sekaligus memberikan pelajaran

sangat berharga bahwa sesungguhnya pengembangan ekonomi bangsa yang berbasis konglomerasi itu

rentan terhadap badai krisis moneter. Sementara itu, pada saat yang sama kita dapat menyaksikan

bahwa ekonomi kerakyatan (diantara mereka adalah koperasi), yang sangat berbeda jauh

karakteristiknya dengan ekonomi konglomerasi, mampu menunjukkan daya tahannya terhadap

gempuran badai krisis moneter yang melanda Indonesia.

Pada sisi lain, era globalisasi dan perdagangan bebas yang disponsori oleh kekuatan kapitalis

membawa konsekuensi logis antara lain semakin ketatnya persaingan usaha diantara pelaku-pelaku

ekonomi berskala internasional. Banyak pihak mengkritik, antara lain Baswir (2003), bahwa konsep

perdagangan bebas cenderung mengutamakan kepentingan kaum kapitalis dan mengabaikan perbedaan

kepentingan ekonomi antara berbagai strata sosial yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam sistem perdagangan bebas tersebut, perusahaan-perusahaan multi nasional yang dikelola

dengan mengedepankan prinsip ekonomi yang rasional, misalnya melalui penerapan prinsip efektifitas,

efisiensi dan produktifitas akan berhadapan dengan, antara lain, koperasi yang dalam banyak hal tidak

sebanding kekuatannya. Oleh karena itu agar tetap survive, maka koperasi yang oleh Anthony Giddens

(dalam Rahardjo, 2002) dipopulerkan sebagai the third way, perlu diberdayakan dan melakukan

antisipasi sejak dini, apakah dengan membentuk jaringan kerjasama antar koperasi dari berbagai

negara, melakukan merger antar koperasi sejenis, atau melakukan langkah antisipatif lainnya.

2.2 Koperasi Sebagai Penjelmaan Ekonomi Rakyat

Dalam konteks ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi, kegiatan produksi dan konsumsi

dilakukan oleh semua warga masyarakat dan untuk warga masyarakat, sedangkan pengelolaannya

dibawah pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat sendiri (Mubyarto, 2002). Prinsip demokrasi

ekonomi tersebut hanya dapat diimplementasikan dalam wadah koperasi yang berasaskan

kekeluargaan.

Secara operasional, jika koperasi menjadi lebih berdaya, maka kegiatan produksi dan konsumsi

yang jika dikerjakan sendiri-sendiri tidak akan berhasil, maka melalui koperasi yang telah

mendapatkan mandat dari anggota-anggotanya hal tersebut dapat dilakukan dengan lebih berhasil.

Dengan kata lain, kepentingan ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang berada pada aras

ekonomi kelas bawah (misalnya petani, nelayan, pedagang kaki lima) akan relatif lebih mudah

Page 3: Karya tulis ekonomi koperasi

diperjuangkan kepentingan ekonominya melalui wadah koperasi. Inilah sesungguhnya yang menjadi

latar belakang pentingnya pemberdayaan koperasi.

2.3 Citra dan Peran Koperasi di Berbagai Negara

Secara obyektif disadari bahwa disamping ada koperasi yang sukses dan mampu meningkatkan

kesejahteraan anggotanya, terdapat pula koperasi di Indonesia (bahkan mungkin jauh lebih banyak

kuantitasnya) yang kinerjanya belum seperti yang kita harapkan. Koperasi pada kategori kedua inilah

yang memberi beban psikis, handycap dan juga ‘trauma’ bagi sebagian kalangan akan manfaat

berkoperasi.

Oleh karena itu, disini perlu dipaparkan beberapa contoh untuk lebih meyakinkan kita semua

bahwa sesungguhnya sistem koperasi mampu untuk mengelola usaha dengan baik, menyejahterakan

anggotanya dan sekaligus berfungsi sebagai kekuatan pengimbang (countervailing power) dalam

sistem ekonomi.

Koperasi di Jerman, misalnya, telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian bangsa,

sebagaimana halnya koperasi-koperasi di negara-negara skandinavia. Koperasi konsumen di beberapa

negara maju, misalnya Singapura, Jepang, Kanada dan Finlandia mampu menjadi pesaing terkuat

perusahaan raksasa ritel asing yang mencoba masuk ke negara tersebut (Mutis, 2003). Bahkan di

beberapa negara maju tersebut, mereka berusaha untuk mengarahkan perusahaannya agar berbentuk

koperasi. Dengan membangun perusahaan yang berbentuk koperasi diharapkan masyarakat setempat

mempunyai peluang besar untuk memanfaatkan potensi dan asset ekonomi yang ada di daerahnya.

Di Indonesia, menurut Ketua Umum Dekopin, saat ini terdapat sekitar 116.000 unit koperasi (Kompas,

2004). Ini adalah suatu jumlah yang sangat besar dan potensial untuk dikembangkan. Seandainya dari

jumlah tersebut terdapat 20-30% saja yang kinerjanya bagus, tentu peran koperasi bagi perekonomian

nasional akan sangat signifikan.

Sementara itu di Amerika Serikat jumlah anggota koperasi kredit (credit union) mencapai

sekitar 80 juta orang dengan rerata simpanannya 3000 dollar (Mutis, 2001). Di Negara Paman Sam ini

koperasi kredit berperan penting terutama di lingkungan industri, misalnya dalam pemantauan

kepemilikan saham karyawan dan menyalurkan gaji karyawan. Begitu pentingnya peran koperasi

kredit ini sehingga para buruh di Amerika Serikat dan Kanada sering memberikan julukan koperasi

kredit sebagai people’s bank, yang dimiliki oleh anggota dan memberikan layanan kepada anggotanya

pula.

Di Jepang, koperasi menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Peran

koperasi di pedesaan Jepang telah menggantikan fungsi bank sehingga koperasi sering disebut pula

sebagai ‘bank rakyat’ karena koperasi tersebut beroperasi dengan menerapkan sistem perbankan

(Rahardjo, 2002).

Page 4: Karya tulis ekonomi koperasi

Contoh lain adalah perdagangan bunga di Belanda. Mayoritas perdagangan bunga disana digerakkan

oleh koperasi bunga yang dimiliki oleh para petani setempat. Juga Koperasi Sunkis di California (AS)

yang mensuplai bahan dasar untuk pabrik Coca Cola, sehingga pabrik tersebut tidak perlu membuat

kebun sendiri. Dengan demikian pabrik Coca Cola cukup membeli sunkis dari Koperasi Sunkis yang

dimiliki oleh para petani sunkis (Mutis, 2001). Di Indonesia, banyak juga kita jumpai koperasi yang

berhasil, misalnya GKBI yang bergerak dalam bidang usaha batik, KOPTI yang bergerak dalam

bidang usaha tahu dan tempe (Krisnamurthi, 2002), Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita di Surabaya,

dan KOSUDGAMA di Yogyakarta untuk jenis koperasi yang berbasis di perguruan tinggi, dan masih

banyak contoh lagi.

2.4 Pemberdayaan Koperasi: Menggali Key Success Factor

Mengkaji kisah sukses dari berbagai koperasi, terutama koperasi di Indonesia, kiranya dapat

disarikan beberapa faktor kunci yang urgent dalam pengembangan dan pemberdayaan koperasi.

Diantara faktor penting tersebut, antara lain:

1. Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi (co-

operative identity) yang antara lain dicitrakan oleh pengetahuan mereka terhadap ‘tiga serangkai’

koperasi, yaitu pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of co-

operative) dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative) (International Co-

operative Information Centre, 1996). Pemahaman akan jati diri koperasi merupakan entry point dan

sekaligus juga crucial point dalam mengimplementasikan jati diri tersebut pada segala aktifitas

koperasi. Sebagai catatan tambahan, aparatur pemerintah terutama departemen yang membidangi

masalah koperasi perlu pula untuk memahami secara utuh dan mendalam mengenai perkoperasian,

sehingga komentar yang dilontarkan oleh pejabat tidak terkesan kurang memahami akar persoalan

koperasi, seperti kritik yang pernah dilontarkan oleh berbagai kalangan, diantaranya oleh Baga

(2003).

2. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu

mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya (collective need of the member) dan memenuhi

kebutuhan tersebut. Proses untuk menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan

lokal spesifik. Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan

kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda. Misalnya di suatu kawasan sentra produksi

komoditas pertanian (buah-buahan) bisa saja didirikan koperasi. Kehadiran lembaga koperasi yang

didirikan oleh dan untuk anggota akan memperlancar proses produksinya, misalnya dengan

menyediakan input produksi, memberikan bimbingan teknis produksi, pembukuan usaha,

pengemasan dan pemasaran produk.

Page 5: Karya tulis ekonomi koperasi

3. Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola

koperasi. Disamping kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah,

jujur serta transparan.

4. Kegiatan (usaha) koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha

anggotanya.

5. Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan

anggotanya sehingga biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan

oleh lembaga non-koperasi.

Page 6: Karya tulis ekonomi koperasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai sesama anak bangsa, kita terpanggil untuk secara bersama-sama memberdayakan

koperasi sehingga koperasi bukan hanya berperan sebagai lembaga yang menjalankan usaha saja,

namun koperasi bisa menjadi alternatif kegiatan ekonomi yang mampu menyejahterakan anggota serta

sekaligus berfungsi sebagai kekuatan pengimbang dalam sistem perekonomian. Dengan kata lain, kita

mengharapkan tumbuh berkembangnya koperasi yang memiliki competitive advantage dan bargaining

position yang setara dengan pelaku ekonomi lainnya.

Upaya untuk lebih memberdayakan koperasi diawali dengan mengembalikan koperasi sesuai

dengan jatidirinya. Selain itu diperlukan upaya serius untuk mendiseminasikan dan mensosialisasikan

koperasi dalam format gerakan nasional berkoperasi secara berkesinambungan kepada warga

masyarakat, baik melalui media pendidikan, media masa, maupun media yang lainnya.

Semoga koperasi sebagai salah satu representasi dari ekonomi kerakyatan yang bersendikan demokrasi

ekonomi dapat tumbuh, berkembang dan berdaya guna serta mampu menjadi salah satu pilar penting

perekonomian bangsa.

Page 7: Karya tulis ekonomi koperasi

Daftar Pustaka

1. Anonim, 2004, Pemerintah Tak Serius Berdayakan Koperasi,

Kompas, 28 Februari 2004.

2. Baga, L.M, 2003, “Foolishisasi” Koperasi, Kompas, 12 Juli

2003.

3. Baswir, R, 2003. Koperasi dan Perdagangan Bebas. Republika,

23 Juni 2003.

4. International Co-operative Information Centre, 1996. What is a

co-operative? (www.wisc.edu/uwcc/icic/def-hist/def/what-is.html)

5. Krisnamurthi,B, 2002. Membangun Koperasi Berbasis Anggota

Dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat, Jurnal Ekonomi Rakyat, Th.1, No. 4

(www.ekonomirakyat.org)

6. Mubyarto, 2002. Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan Melalui

Gerakan Koperasi:Peran Perguruan Tinggi, Jurnal Ekonomi Rakyat, Th.1, No. 6

(www.ekonomirakyat.org)

7. Mutis, T, 2001. Satu Nuansa, Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi

Kerakyatan, Kompas, 29 September 2001.

8. _______, 2003. Koperasi Konsumsi Harus Bisa Digalakkan

Kembali, Kompas, 5 Juli 2003.

9. Rahardjo,D, 2002. Apa Kabar Koperasi Indonesia, Kompas, 9

Agustus 2002.