karya tulis bab i-v
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam memang selalu menyajikan keindahan dirinya untuk dipandang. Dunia ini
memang unik, Candi Borobudur selalu menyajikan panorama untuk kebutuhan manusia,
hanya saja manusia masih kurang menjaga keindahannya. Sehingga tidak sedikit alam
yang menjadi korban ketamakan dan keserakahan mereka. Borobudur yang terletak di
Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Magelang, bisa saja pupus keindahannya kalau kita
mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan merawat dan menjaga
borobudur yang menjadi peninggalan bangsa Indonesia tersebut.
Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang hingga
saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan,
arkeologi dan pengetahuan .
Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakkan hasil yang
menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya.
Menurut hasil observasi yang kami lakukan , daya tarik candi terus menurun dikarenakan
sarana dan prasarana serta kebersihan di lingkungan candi Borobudur yang kurang
terawat menjadi salah satu penyebab menurunnya minat masyarakat domestik dan
internasional.
1
2
B. Alasan Pemilihan Judul
Adapun alasan penulis dalam memilih judul tersebut adalah :
1. Ingin memberi penjelasan tentang perkembangan dari segi fisika Candi Borobudur.
2. Ingin memeberi penjelasan tentang beberapa keanekaragaman budaya dan adat
istiadat yang terkandung dalam Candi Borobudur.
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka penulis dapat
mengidentifikasikan beberapa masalah antara lain :
1. Mengapa Candi Borobudur berdiri kokoh walaupun tanpa perekat?
2. Bagaimana proses pembuatan Candi Borobudur?
3. Bagaimana posisi Candi Borobudur sebagai salah satu tempat wiasata menarik di
Indonesia?
4. Bagaimana adat-istiadat masyarakat sekitar Candi Borobudur sehingga menarik minat
bangsa bahkan dunia?
D. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan masalah serta menghindari adanya pembahasan yang meluas
dan tidak terarah dari karya tulis ini. Oleh sebab itu dalam menyusun dan menyelesaikan
karya tulis ini maka penulis membatasi pada masalah, “tentang batu-batuan di Candi
Borobudur tidak jatuh walaupun tanpa perekat serta proses menarik minat masyarakat”.
3
E. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut: mengapa batu-batu di Candi
Borobudur tidak jatuh walaupun tanpa perekat?
F. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Penulis mengamati dan meneliti secara langsung Candi Borobudur.
2. Wawancara Narasumber
Penulis mengumpulkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
batu-batuan Candi Borobudur.
3. Kepustakaan
3.1 Internet
Penulis mendapatkan data dari suatu blogger.
3.2 Buku
Penulis juga mendapatkan data dengan cara membaca laporan – laporan maupun
buku-buku yang relevan dengan masalah yang penulis bahas.
4
BAB II
DESKRIPSI TEORETIK
A. Definisi Kontekstual
1. Batuan Tanpa Perekat
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukkan balok batu raksasa yang memiliki
ketinggian total 42m. setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat.
Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar candi
Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira
sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai disekitar candi
Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti
permainan lego. semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.
2. Struktur Batuan
Konstruksi bangunan Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang
diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan
batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya
diratakan untuk meletakkan batuan candi.
Dari data yang ada disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar 25 x 10 x
15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 – 2 ton/m3, ini berarti berat per potongan batu
hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk berat jenis 2 t/m3). Potongan batu ternyata sangat
ringan. Untuk batuan seberat itu, rasanya tidak perlu teknologi apapun. Masalah yang
mungkin muncul adalah medan miring yang harus ditempuh. Medan miring secara fisika
5
membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat. Hal ini karena penguraian gaya
menyebabkan ada beban horizontal sejajar kemiringan yang harus dipikul.
Borobudur dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai dengan bentuk
persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding dan arca dalam jumlah yang
banyak. Candi ini begitu memperhatikan falsafah yang terkandung dalam ukuran-
ukurannya. Hal ini membuktikan bahwa Candi dibangun dengan konsep design yang
cukup baik.
3. Keanekaragaman Budaya Candi Borobudur
4. Indicator 4 (sumber hasil wawancara)
B. Definisi Operasional
1. Simpulan
1.1 Batuan Tanpa Perekat
Seperti yang sudah dijelaskan pada indikator pertama bahwa simpulannya
batuan Candi Borobudur disusun tanpa menggunakan perekat atau semen.
Melainkan dengan pola disusun dan disambung seperti permainan lego.
1.2
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Hasil Observasi
1. Hari , tanggal observasi
Penyusun melakukan observasi pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012.
2. Tempat observasi
Candi Borobudur didirikan diatas sebuah bukit pada ketinggian 265,40 m di
atas permukaan laut atau berada ± 15 m diatas dataran di sekitarnya. Candi
Borobudur terletak di desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan Manoreh di sisi
selatan, Gunung Merapi (2411 m) dan Gunung Merbabu (3142 m) di sisi Timur, serta
Gunung Sumbing (2271 m) dan Gunung Sindoro (3135 m) di sisi Barat Laut.
Disebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.
7
3. Sejarah Singkat
Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur
didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono Perkiraan
berdirinya candi tersebut didasarkan pada tulisan singkat yang dipahatkan diatas
pigura relief-relief yang terdapat di kaki candi, yaitu kurang lebih pada akhir abad ke
8 sampai awal abad ke 9, atau sekitar tahun 800 Masehi.1
Candi Borobudur berada dalam kerangka abad keemasan wangsa Syailendra,
yakni antara abad 8 sampai dengan abad 9. Kejayaan ini ditandai dengan
dibangunnya sejumlah besar bangunan candi-candi yang tersebar di Pulau Jawa dan
Sumatra. Beberapa prasasti menunjukkan bahwa candi Borbudur merupakan ekspresi
wangsa Syailendra untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha
Mahayana.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa candi Borobudur dibangun pada saat
masa kepemimpinan Raja dari wangsa Syailendra yang sangat terkenal, yaitu
Samaratungga, sekitar tahun 800-an Masehi. Pada masa itu, pembangunan candi ini
diyakini dengan menghiasi/menambahkan bebatuan pada wilayah perbukitan alami,
sehingga Borobudur diyakini merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas bukit
yang menjulang tinggi. Batu yang disusun menjadi candi tersebut merupakan batu
andesit sebanyak 55.000 m3, dengan bangunan berbentuk limas yang berjenjang yang
dilengkapi tangga naik di keempat sisinya. Pada masa pemerintahan Raja
Samaratungga candi Borobudur digunakan sebagai pusat kegiatan religius dan
pemujaan serta ziarah pada masa Raja Samaratungga. Selain itu, candi ini juga
1 Madhori. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Magelang.
8
dikenal sebagai centre of knowledge dan pusat kebudayaan agama Budha Mahayana,
serta pusat kehidupan dan perekonomian masyarakat pada era wangsa Syailendra.
Kejayaan Borobudur diyakini bertahan selama 150 tahun dan berangsur pudar
dan cenderung mengalami kehancuran seiring dengan runtuhnya kejayaan wangsa
Syailendra, yang digantikan oleh tumbuh dan berkembangnya era Kerajaan Mataram
di tahun 930 (atau kira-kira abad ke 10). Perubahan ini membawa dampak pada
bergesernya pusat kebudayaan dan kehidupan masyarakat kearah timur, yaitu di
Jogjakarta. Dampak lain pergantian kekuasaan ini adalah hancur dan rusaknya candi
Borobudur, hingga pada akhirnya terlupakan dan hilang di telan masa.
4. Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas kurang lebih 7,8 ha pada
ketinggian 465.40 m diatas permukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas
bukit disekitarnya. Untk menyesuaikan dengan profile candi yang akan dibangun,
bukit diurug dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m – 8,50 m. Ukuran candi yang
diurug dari dinding terluar adalah 121,70 m x 121,40 m dengan tinggi bangunan yang
masih tersisa 35,40 m dari tanah halaman.
Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2
dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem dry masonry (tanpa perekat)
diperkirakan mencapai 55.000 meter kubik atau 2.000.000 balok batu. Untuk
memperkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung kea rah
horizontal, sedangkan kea rah vertical dengan sistem getakan.
9
Pada masing-masing tingkat dan setiap penjuru mata angin terdapat pintu
gerbang atau tangga. Pintu utama ada disebelah timur. Bentuk arsitektur Candi
Borobudur yang sekarang, diperkirakan mengalami perubahan konsep dasar. Tahapan
yang diperkirakan Dumarcy diakibatkan candi mengalami beberapa kali kelongsoran
sehingga harus mengulang pekerjaan pembangunan. Rancangan semula candi
Borobudur adalah candi yang mempunyai empat pintu diatas suatu undag-undag 9
tingkat, bentuk ini banyak ditemui di Kamboja2.
Dikatakan pula bahwa seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian
dimana pembagian ini dapat pula menyatakan perbedaan dari:
1. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu.
2. Dunia bentuk, rupa, yang disebut Rupadhatu.
3. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa, disebut Arupadhatu.
Dengan uraian diatas telah dijelaskan bahwa pada awalnya bentuk Candi Borobudur
mendekati seperti yang diperkirakan oleh H. Parmantier, namun karena kesulitan
teknik yang tidak dapat dihindari maka ada perubahan konsep. Dari aspek seni
bangunan ada dua bentuk seni arsitektur yang dipadukan yaitu:
1. Hindu Jawa Kuno
Yaitu, adanya Punden berundak, relief maupun Budha yang sedang bermeditasi.
2. India
Yaitu, adanya stupa, Budha dan lantai yang bundar.
2 Hoenig, dikutip Bernet Kempers
10
5. Makna Bangunan
Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau
lantai yang masing-masing tingkat mempunyai makna tersendiri. Sebagai sebuah
bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau
bagian bawah tubuh dan bagian puncaknya. Pembagian bangunan tersebut sesuai
dengan susunan ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu yang
masing-masing memiliki makna.
1. Kamadhatu
Sama dengan alam bawah atau dunia nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada
nafsu dan bahkan dikuasai oleh nafsu dan keinginan tertentu. Dalam dunia ini
digambarkan relief yang terdapat di kaki candi asli dimanarelief tersebut
menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah yang
menggambarkan sebab akibat, serta perbuatan yang baik dan jahat.
Deretan ini tidak tampak seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar.
Hanya disisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung.
2. Rupadhatu
Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk atau wujud. Dalam dunia ini
manusia telah meninggalkan segala nafsu, tetapi masih terikat dengan nama, rupa,
bentuk atau wujudnya. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur
sangkar.
11
3. Arupadhatu
Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memusutuskan selama-
lamanya ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat
pada teras bundar I, II, III beserta stupa induknya.
6. Relief
Di setiap tingkatan pada dinding candi dipahat dan membentuk relief-relief yang
mempunyai setiap makna. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau
disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa
Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini memiliki masing-
masing cerita, antara lain cerita jātaka.
Bidang relief seluruhnya memiliki 1460 panel yang jika diukur memanjang
mencapai 2500 meter. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu:
1. Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah.\
2. Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.
Agar dapat menyimak cerita dalam relief secara berurutan dianjurkan
memasuki candi melalui pintu sebelah Timur dan pada tiap tingkatan berputar
ke kiri dan meninggalkan candi disebelah kanan. Relief cerita pada candi
Borobudur menggambarkan beberapa cerita, yaitu:
1. Karma Wibangga, terdiri dari 160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup.
2. Lalita Wistara , terdiri dari 120 panel, dipahatkan pada dinding lorong 1
bagian atas.
3. Jataka dan Awadana, terdiri dari 720 panel, dipahatkan pada lorong 1
bagian bawah, balustrade lorong 1 atas dan bawah, dan balustrade II.
12
4. Gandawyuda, terdir 460 planel, dipahatkan pada dinding lorong II dan III,
balustrade III dan IV serta Bhadraceri dinding lorong IV.
7. Arti Borobudur
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi;
istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan
purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara,
misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula
nama Borobudur tidak jelas,meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di
Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah
Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen
bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan
nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk
mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur
adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis
Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu
yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candimemang seringkali dinamai berdasarkan
desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin
berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka
bermakna, "Boro purba". Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa
nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya
menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara,
13
yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan
kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi
menjadiborobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara"
dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula
penjelasan lain di mana bara berasal daribahasa Sanskerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa
Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atauasrama yang
berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar
doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan
pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari
wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan
sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa
putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan
memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan
mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan
(Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang
disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mulayang
berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan
bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit
14
himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli
Borobudur.
15
B. Hasil Wawancara
Menurut informasi yang kami dapatkan dari bapak Iskandar selaku tour guide
mengatakan bahwa warga sekitar Candi Borobudur masih sangat kental dengan adat
istiadatnya seperti mempunyai kebiasaan mengelilingi stupa yang berada paling atas atau
disebut Arupadhatu sebanyak tujuh kali maka akan mendapatkan banyak rezeki .
C. Hasil Pengamatan / penelitian
1. Gambar/foto
2. Uraian/deskripsi
Sebuah archa Budha di dalam Stupa berterawang.
Borobudur dirancang membentuk mandala besar yang melambangkan
kosmologi buddhis, suatu konsep alam semesta dalam buddhisme. Aslinya
terdapat 504 arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan
mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Terdapat lima golongan mudra:
Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah
utama kompas menurut ajaran Mahayana yang diwakili oleh masing-
masing Dhyani Buddha. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara,
16
Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang
menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada
pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di
pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra
melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya
tersendiri.[2]
Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi
Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:
^ Roderick S. Bucknell and Martin Stuart-Fox (1995). The Twilight Language:
Explorations in Buddhist Meditation and Symbolism. UK: Routledge. ISBN 0700702342.
Ar
ca
Mudr
a
Melamb
angkan
Dhyan
i
Budd
ha
Ar
a
h
M
at
a
A
n
gi
n
Lokasi Arca
Bhumisp
arsa
mudra
Memanggil
bumi
sebagai
saksi
AksobhyaTimu
r
Relung di pagar
langkan 4 baris
pertama Rupad
hatu sisi timur
17
Ar
ca
Mudr
a
Melamb
angkan
Dhyan
i
Budd
ha
Ar
a
h
M
at
a
A
n
gi
n
Lokasi Arca
Wara
mudra
Kedermaw
anan
Ratnasa
mbhawa
Selat
an
Relung di pagar
langkan 4 baris
pertama Rupad
hatu sisi
selatan
Dhyana
mudra
Semadi
atau
meditasi
Amitabha Barat
Relung di pagar
langkan 4 baris
pertama Rupad
hatu sisi barat
Abhaya
mudra
Ketidakgen
taran
Amoghasi
ddhiUtara
Relung di pagar
langkan 4 baris
pertama Rupad
hatu sisi utara
Witarka
mudraAkal budi
Wairocan
a
Teng
ah
Relung di pagar
langkan baris
kelima
(teratas) Rupad
hatusemua sisi
18
Ar
ca
Mudr
a
Melamb
angkan
Dhyan
i
Budd
ha
Ar
a
h
M
at
a
A
n
gi
n
Lokasi Arca
Dharma
chakra
mudra
Pemutaran
roda
dharma
Wairocan
a
Teng
ah
Di dalam 72
stupa di 3 teras
melingkar Arup
adhatu
http://id.wikipedia.org/wiki/Mudra
Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia11:52 PM YN-AL NO COMMENTS
Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia. Candi Borobudur merupakan candi
Budha yang terletak di Magelang - Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan tempat
wisata yang sangat ramai pengunjung bahkan banyak turis yang berdatangan
mengunjungi Candi Borobudur. Dari sejarah Candi Borobudur diperkirakan Candi dibuat
sekitar tahun 800 masehi. Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak,
dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua
pelatarannya beberapa stupa Candi Borobudur.
19
Foto Candi Borobudur
20
Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram
Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang
Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Candi Borobudur
adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun
sejak masa awal dibangun. Nama dari Candi Borobudur itu sendiri menurut beberapa
orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang
lain mengatakan nama dari Candi Borobudur berarti biara yang terletak di tempat
tinggi.
Sepuluh pelataran yang dimiliki Candi Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat
mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudurmenggambarkan sepuluh
tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi
Buddha. Bagian kaki Candi Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang
masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Empat lantai dengan dinding berelief di
atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu
adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh
rupa dan bentuk.
Pada lantai kelima hingga ketujuh Candi Borobudur pada dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan
wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan
polos tanpa lubang-lubang. Candi Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan
seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan
sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Sebagai salah satu tempat wisata Indonesia, wisata Candi Borobudur selalu menjadi
salah satu pusat perhatian di Indonesia bahkan seluruh dunia, pada tahun 1991 Candi
Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Jadi jangan heran jika tempat
21
wisata Candi Borobudur terdapat banyak turis. Lokasi Candi Borobudur berada di Desa
Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Untuk masuk pada lokasi Candi Borobudur dikenakan harga tiket masuk (HTM) sebesar
Rp 9.000, jadi kalo sudah sampai pada lokasi Candi Borobudur maka siap saja banyak
uang soalnya Selain Candi pasti perhatian Anda akan terbagi dengan suasana pada
lokasi tersebut. Mungkin Borobudur bisa menjadi pilihan Anda untuk berlibur