karya tulis

Upload: bayudayapati

Post on 06-Jul-2015

1.235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang tua kurang menyadari peranannya dalam mengembangkan intelektual anaknya. Mereka beranggapan bahwa tanggung jawab pendidikan anak berada sepenuhnya kepada lembaga formal atau sekolah. Ketika sang anak telah diserahkan keterampilan tangan guru-guru di sekolah, mereka beranggapan bahwa tanggung jawab mendidik anak telah berakhir. Mereka berpendapat bahwa tugas orang tua terhadap anaknya hanyalah memberi makan, pakaian dan kebutuhan jasmani lainnya. Sedangkan belajar dan segala macam yang berkaitan dengan pendidikan anak, adalah tugas sekolah. Pendapat tersebut banyak dimiliki para orang tua di pedesaaan atau orang tua yang terlalu disibukkan oleh kerja dan mencari nafkah. Bahkan yang lebih parah lagi, bukan hanya persoalan belajar anak yang mereka abaikan tetapi jugs perhatian, motivasi dan kasih sayang. Seringkali kita jumpai anak-anak kurang akrab dengan orang tuanya, kecewa terhadap orang tuanya, lebih percaya terhadap teman atau orang lain. Kita jumpai pula anak-anak yang dimiliki tingkat intelegensi tinggi tetapi tidak berkembang dengan baik, tidak adanya dorongan, perhatian dan partisipasi orang tua dalam mengarahkan kegiatan belajar anak di rumah. Kita menyadari bahwa peranan orang tua amat penting dalam mengembangkan intelektual, watak dan kepribadian anak. Orang tua sebagai tulang punggung keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga serta keberadaan orang tua di dalamnya merupakan tempat terbaik untuk pembentukan pribadi yang utuh dari anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ny. Muslichatun Rosyi dan dalam buku Dasar-dasar Kependidikan yang disunting oleh Ardhana (1986: 1), beliau mengatakan bahwa :

1

Sebagaimana kita ketahui, pribadi anak sudah mengalami pembentukan dari keluarga ketika ia memasuki sekolah. Sifat pendidikan keluarga besar sekali pengaruhnya terhadap kelancaran belajar anak di sekolah. Keluarga yang sadar akan makna pendidikan akan berusaha menciptakan lingkungan keluarga yang kondosif bagi belajar yang memadai, pengaturan dan bimbingan kegiatan anak sehari-hari akan dapat membantu keberhasilan anak di sekolah. Pendapat di atas ternyata tidak berlebihan. Anak adalah bagian keluarga. Lingkungan keluargalah yang mula-mula dikenal anak ketika dia lahir. Maka dari itu peranan keluarga sangat menentukan dalam mengatasi persoalan belajar bagi anakanak. Dari keluarga-keluarga yang harmonis akan lahir anak-anak yang penuh kasih, kreatif dan disiplin. Sebenarnya tidak satupun orang tua yang memiliki harapan buruk terhadap anaknya. Mereka bercita-cita dan berharap agar anaknya kelak menjadi manusia yang cerdas, berbudi luhur, mandiri, berguna bagi masyarakat bangsa dan negara. Para orang tua dari masyarakat yang terbelakang sekalipun memiliki cita-cita yang demikian. Paling tidak mereka berharap agar anak-anak mereka hidup lebih baik daripada mereka sendiri. Tetapi cita-cita itu tidak akan menjadi kenyataan kalau kepedulian pendidikan hanya dibebankan kepada lembaga formal saja. Seperti kita ketahui tanggungjawab pendidikan itu ada pada keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam GBHN dan Ketetapan MPR RI No.II/NII'R/2004 disebut bahwa : Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Hardhita, 1988 :3). Jelaslah bahwa tumbuh dan berkembangnya seorang anak dalam hidupnya

2

tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan rumah tangga besar sekali peranannya terhadap pertumbuhan kepribadian seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Patty (1982 : 60) seperti di bawah ini : Lingkungan rumah tangga adalah merupakan salah satu lingkungan yang besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan kepribadian seorang individu. Hubungan antara sesama orang tua, hubungan antara orang tua dan anak. Terutama sangat penting artinya bagi keamanan emosional. Disamping itu organisasi adalah merupakan modal bagi anak dalam usaha mereka untuk mempelajari kebiasaan keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap tertentu. Menurut S. Wojowasito bahwa, "keluarga adalah sanak saudara atau ibu bapak beserta anak-anak (seisi rumah)". (1972 : 134) Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa : "Keluarga adalah orang isi rumah yang menjadi tanggungan atau batin". (1989 : 413). Dari dua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga didalamnya terdiri dari ayah, ibu, anak dan batin yang menjadi tanggungannya yang berada di dalam rumahnya. Sedangkan lingkungan keluarga adalah kalangan atau daerah yang dapat mempengaruhi kehidupan ayah, ibu, anak dan orang seisi rumah yang menjadi tanggungannya terhadap pembentukan perkembangan pembawaan dan kehidupan mereka. Anak sebagai komponen keluarga perlu pengawasan dan pembinaan yang baik dalam pembentukan pribadinya. Tanggung jawab keluarga tersebut mengenai pendidikan dalam lingkungan rumah tinggal antara lain : 1. menanamkan nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2. menanamkan nilai-nilai pancasila dan nilai budaya yang cocok untuk pembangunan nasional; 3. mengembangkan kepribadian yang tangguh;

3

4. memperhatikan mengembangkan bakat; 5. memupuk minat untuk belajar. (Pasaribu dan Simandjuntak, 1982 : 110). Untuk itu perlu diadakan usaha-usaha yang dapat memungkinkan keluarga melaksanakan tanggung jawab dalam bidang pendidikan dengan sebaik-baiknya Disamping itu juga keluarga harus aktif menyiapkan diri untuk meningkatkan kemampuan agar tanggung jawab ini dapat dilaksanakan. Jumlah tanggungan orang tua, tingkat status sosial, ekonomi dan pola pendidikan dalam keluarga, serta sikap orang tua terhadap pendidikan sangat berperan sekali. Sebab status orang tua anak pada suatu ketika dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Status akademis akan menentukan kemampuan orang tua dalam pemberian informasi tentang bahan pelajaran sekolah yang diperlukan oleh anak yaitu pendidikan yang mungkin dapat diberikan oleh orang tua. Dari latar belakang pendidikan orang tua tersebut diatas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang hubungan pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan fasilitas belajar siswa dengan prestasi. Oleh karena itu skripsi ini mengambil judul tentang Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP NEGERI 8 Tahun Ajaran 2006-2007 Kota Probolinggo.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Adakah hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 8 Tahun Ajaran 2006-2007 Kota Probolinggo?

4

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka peiielitian ini bertujuan untuk mengetahui ada / tidak adakah hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 8 Tahun Ajaran 2006-2007 Kota Probolinggo.

1.4 Hipotesa Penelitian Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka hipotesis yang di ajukan dalam penulisan ini adalah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 8 Tahun Ajaran 2006-2007 Kota Probolinggo.

1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini sangat berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan mempunyai manfaat yang besar, khususnya bagi dunia pendidikan. Sehingga dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam kemampuan penelitian dan upaya peningkatan bidang studi. Adapun kegunaan dari penelitian ini seperti terurai di bawah ini : I. Bagi orang tua / wali murid Sebagai umpan balik hahwa orang tua mempunyai peranan terhadap keberhasilan pendidikan anaknya di sekolah, sehingga orang tua dapat mengawasi anaknya untuk membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif khususnya di rumah. 2 Bagi guru Sebagai masukan untuk mengambil langkah yang positif dalam kegiatan belajar dengan balk.

5

3

Bagi lembaga Merupakan masukan di dalam masalah pendidikan terutama dalam rangka pelaksanaan suatu teori kedalam kegiatan nyata yang bertujuan memberikan informasi terhadap para mahasiswa dan lembaga yang bersangkutan.

1.6 Penegasan Istilah Dalam bagian ini diberikan penegasan istilah untuk menghindari salah penafsiran dan agar tidak terdapat perbedaan dalam mengartikan. Sedang istilah yang umum sifatnya tidak dimasukkan dalam penegasan ini antara lain. 1. Tingkat Pendidikan Yaitu menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal I mengemukakan bahwa pendidikan adalah pendidikan yang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 2. Orang Tua Menurut W. Stern yang dikutip oleh Afifudin (1984:48) orang tua adalah orang yang pertama yang hendak mewarnai dan menentukan kearah mana anak itu akan dibawa. 3. Prestasi belajar Yaitu nilai atau hasil yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajarnya berupa nilai test (Winarno Surakhmad, 1985:55).

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Pendidikan 2.1.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan pada hakekatnya terjadi antara satu orang dan orang lain yang saling mempengaruhi. Dalam hubungannya tersebut akan terjadi pembinaan terhadap kepribadiannya yang sesuai dengan nilainilai di masyarakat. Bagaimanapun sederhananya suatu masyarakat di dalamnya akan terjadi proses pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal I tentang Sisdiknas adalah : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian proses pendidikan melibatkan beberapa lembaga pendidikan. Bila diteliti dari masyarakat dan kebudayaan yang sederhana maka lembaga pendidikan itu meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tiap pribadi manusia akan selalu berada mengalami perkembangan dalam ketiga lembaga tersebut (keluarga, sekolah dan masyarakat). Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini maka ahli pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tri pusat pendidikan, artinya tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggung

7

jawab pendidikan bagi generasi muda. Sehingga atas dasar azas dari Ki Hajar Dewantara ini pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk dimuat dalam GBHN yang menerapkan prinsip pendidikan sebagai berikut : Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. (1999 : 91). Ketiga lembaga pendidikan di atas mempunyai peranan yang berbeda. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cita-cita yang azasi antara dua subyek manusia (suami isteri). Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan anak. Motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini semata-mata demi cinta kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga. Lembaga sekolah berperan sebagai penerus pembinaan yang telah dimulai dasar-dasamya dalam lingkungan keluarga. Ketika anak berumur empat sampai enam tahun, is dipercayakan oleh keluarganya untuk dididik oleh lembaga pendidikan (sekolah) yaitu Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Dasar. Sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan atas kepercayaan dari keluarga. Sedangkan lembaga masyarakat ini dapat dilihat dari dua sudut pandang. Menurut Tim Dosen PIP IKIP Malang dinyatakan sebagai berikut : Masyarakat dapat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan

8

manusia yang majemuk (plural ; suku), agama, kegiatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Manusia berada dalam multi kompleks antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat itu. (1987 : 15). Sedangkan sudut pandang yang kedua menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang adalah sebagai berikut : "Masyarakat dalam arti organisasi kehidupan bersama yang secara makro ialah tata pemerintahan. Masyarakat, dalam makna ini ialah lembaga atau perwujudan subyek pengelola dan kepemimpinan bersama (berdasarkan atas demokrasi). Artinya masyarakat dengan fungsi pengelola menerima kepercayaan dan tanggung jawabnya oleh, dari, dan untuk masyarakat". (1987 : 16). Di dalam makna di atas itulah tiap pribadi manusia, sejak kanakkanak hingga sudah terlihat sebagai warga masyarakat dan warga negara. Tiap warga masyarakat dan warga negara mengabdi dan setia kepada masyarakatnya. Bahkan mereka dididik oleh dan untuk masyarakat bangsanya. Masyarakat sebagai lembaga pendidikan dan lembaga kehidupan inilah yang memberi sifat-sifat dasar suatu pendidikan nasional. Di samping itu peran lembaga pendidikan juga mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya berupa dorongan atau motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak, dorongan kewajiban moral orang tua terhadap keturunannya dan tanggung jawab sosial bagian dari keluarga. Tanggung jawab sekolah meliputi tanggung jawab formal kelembagaan, tanggung jawab kenegaraan yang wujudnya berupa motivasi untuk melestarikan tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara.

9

Semua tanggung jawab dari masing-masing lembaga pendidikan itu bertujuan untuk pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang lebih maju. Anak didik merupakan individu yang sedang tumbuh dan yang sedang berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik pada dasamya selalu berbeda-beda karena di samping anak mempunyai kesamaan, tentu masing-masing mempunyai sifat yang khas yang hanya dimiliki oleh diri masing-masing. Sifat yang khas yang hanya dimiliki sendiri dan tidak dimiliki oleh anak yang lain inilah yang disebut kepribadian yang unik. Keunikan sifat pribadi seseorang ini terbentuk oleh faktor-faktor tertentu. Menurut Moeslichatoen Roesji, keunikan ketiga sifat pribadi itu disebabkan oleh ketiga faktor penting, yaitu : a. faktor keturunan (heridity) b. faktor lingkungan (enviroment) c. faktor diri sendiri (self). (Tim Dosen FIP IKIP Malang, 1987 : 107). Oleh karena itu, seorang pendidik harus tahu sifat kepribadian anak didiknya. Hal ini untuk menentukan stategi belajar mengajar pada program kurikulum berikutnya, karena pendidikan memerlukan waktu yang panjang. Pendidikan merupakan suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan dalam setiap masyarakat (bangsa) tidak sama. Sistem pendidikan suatu bangsa dan tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip atau nilai, cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat. Sedangkan menurut M. Noor Syam, Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kualitas pribadinya dengan jalan

10

membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani dan jasmani (1998 : 122). Usaha manusia untuk meningkatkan kualitas kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya baik pribadinya secara rohani ataupun jasmaninya tidak terlepas dari usaha bantuan orang lain. Demikian keluargalah sebagai peran utama dalam kehidupan pribadi manusia untuk mendidik kehidupan dirinya sejak mulai dilahirkan sampai dewasa. Di samping itu dalam UU No.20 tahun 2003 yang menyatakan, Pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan informal

merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Untuk itu masyarakat sebagai hasil kebudayaan menurut perkembangannya dan kebutuhannya, menciptakan sistem pendidikan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan yang diuraikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 dan 3 adalah : Pendidikan formal adalah pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

11

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan merupakan demikian kesatuan fungsi yang dari tidak pendidik pada hekekatnya usaha

terpisahkan

dalam

mengembangkan potensi jasmani dan rohani anak. Hal ini menuntut adanya suatu program dalam arti luas dan matang, yang dilandasi dengan filsafat dan strategi pendidikan yang berinduk pada Pancasila.

2.1.2

Tujuan Pendidikan Orang Tua Manusia sebagai makhluk hidup selalu ingin berkembang. Keinginannya untuk berkembang berlangsung sejak lahir sampai meninggal dunia. Oleh karena itu kebutuhan untuk mendapatkan bantuan yaitu yang berupa pendidikan yang diterima manusia seumur hidup. Ada tiga hal pokok yang menyebabkan mutu pendidikan kita tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pertania, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan yang menganggap bahwa apabila semua komponen pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran serta perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya dapat terpenuhi, maka hasil pendidikan yang dikehendaki yaitu mutu pendidikan secara otomatis akan terwujud. Dan yang terjadi tidak demikian. Mengapa? Karena hanya memusatkan pada masukan pendidikan dan tidak memperhatikan proses pendidikannya. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan hasil pendidikan tersebut. Kedua, penyelenggara pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai

penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi

12

yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Lebih parah lagi jika sekolah sendiri pasif dalam arti tidak punya kreativitas. Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan proses pendidikan. Sekolah tidak mempertanggungjawabkan basil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur yang berkepentingan dengan pendidikan. Pertahapan pendidikan yang diterima manusia dalam hidupnya merupakan tahap-tahap pendidikan keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan di masyarakat. Tahap pendidikan dalam keluarga terutama sejak manusia dalam kandungan sampai mereka masuk sekolah, sebagai pendidik utama adalah orang tua. Materi pendidikan berupa pendidikan jasmani, pembiasaan dan pendidikan yang lain berlangsung di sekolah. Oleh sebab itu peranan orang tua sebagai pendidik sangat penting. Mereka merupakan pendidik yang utama dan yang pertama bagi anak, keadaan anak yang sangat membutuhkan bantuan dan pendidikan dari orang tua yang sebaik-baiknya. Penyebabnya adalah anak masih lemah dan penuh penghargaan dan kepatuhan kepada orang tua, sehingga apapun yang ditanamkan orang tua kepada anak pada waktu itu, pasti akan tumbuh. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh Wasty Soemanto "Waktu dilahirkan bayi dalam keadaan lemah, hanya dapat berbaring dan bergerak-gerak" (1987 : 48).

13

Orang tua selalu menginginkan hal terbaik untuk anak-anaknya. Hal tersebut tidak akan terlepas dari kenyataan, dimana anak itu dilahirkan, dia hidup, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga. Mula-mula anak akan mengadakan hubungan dengan ibu, bapak kemudian dengan semua anggota keluarga. Jadi dengan demikian keluargalah lingkungan yang pertama kali memperoleh kesempatan untuk mengisi pribadi anak. Oleh karena itu keluarga merupakan latar belakang sosial utama bagi perkembangan anak. Maka keluarga harus mampu mengisi pribadi atau jiwa anak dengan menciptakan suasana keluarga dengan harmonis, memberikan contoh-contoh sikap, perilaku serta kebiasaan yang baik. Hal ini mengingat daya tangkap anak akan meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Terutama pada anak usia empat, lima dan enam tahun. Hal ini seperti dikemukakan oleh Benyamin Spock dalam bukunya Orang tua Permasalahan dan Upaya

Mengatasinya menyebutkan, "Pada usia empat, lima dan enam tahun kemamuan meniru orang yang disukai sangat kuat. Mereka berusaha bersikap, bersuara, berkata-kata dan memiliki hobi menyebutkan buku seperti orang tua atau keluarga lain yang disenangi" (1991 : 35). Dengan demikian orang tua tanpa menyadari sudah mengerjakan perilaku serta hubungannya dengan sikap sosial, dan kebiasaan sopan santun. Sikap orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak yang baik hendaknya bersikap demokratis. Karena sikap demokratis merupakan sikap orang tua dalam mendidik dengan penuh tanggung jawab dan memperlakukan anak sebagai subyek dan obyek. Akibatnya anak aktif, kreatif, dinamis lincah, memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri dan sukses dalam mengerjakan sesuatu..

14

Adapun tujuan dari pendidikan orang tua dalam rangka pendidikan manusia seutuhnya adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya yakni seluruh aspek pembawaan secara potensial jasmani dan rohani.

2.1.3

Peranan Pendidikan Orang Tua Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka sebagai orang tua, peranannya sangat penting sekali untuk kelancaran pendidikan putra-putrinya. Pengertian peranan pendidikan orang tua menurut Wasty Soemanto (1987:92) adalah bantuan orang tua yang dibenkan pada putra-putrinya berupa pedoman atau petunjuk untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam kenyataannya banyak dialami anak-anak bahwa keberhasilan belajar tergantung dari bantuan orang tua. Karena suksesnya seorang anak dalam pendidikan banyak tergantung pada pertolongan orang tua di rumah. Sekitar empat sampai lima jam anakanak belajar di sekolah setiap harinya dan dua puluh jam sisanya berada di luar rumah atau di luar sekolah. Maka dari itu ibu dan bapak hendaknya bertanggung jawab menolong putra-putrinya untuk belajar di rumah.

2.2

Prestasi Belajar 2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar Banyak para ahli pendidikan memberi batasan tentang pengertian prestasi belajar, antara lain yang diutarakan oleh S. Wojo Wasito (1972 : 329) dalam kamus bahasa Indonesia prestasi belajar adalah suatu hasil yang didapat oleh siswa itu mengikuti aktivitas belajar dalam waktu-

15

waktu tertentu (catur wulan / semester), usaha sama dengan rajin, aktif dalam kegiatan belajar. Sedangkan menurut Anton M. Moeliono (1990:70) prestasi belajar diartikan sebagai, Penguasaan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan hasil tes dari angka, nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Howart L. Kingsley (1985 : 22) mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Dari beberapa macam pengertian yang diutarakan para pakar pendidikan hampir sama dalam memberi makna atau pengertian tentang prestasi belajar. Dengan demikian prestasi belajar dapat disimpulkan sebagai suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

2.2.2

Tujuan Prestasi Belajar Suatu prestasi belajar yang baik selalu menjadi dambaan siswa yang sedang belajar, baik siswa mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Untuk itulah di dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) baik guru maupun siswa selalu berusaha mengantisipasi potensi pada diri siswa untuk semaksimal mungkin. Karena hanya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan mempergunakan segala kemampuan itulah prestasi belajar yang baik bisa diperoleh. Adapun tujuan prestasi belajar menurut Kosasih Djahiri (dalam Thonthowi, 1993 : 113), adalah : 1. Membantu siswa mengukur tingkat keberhasilan, atau ketidak berhasilan dalam usaha belajarnya.

16

2. Sebagai tolak ukur bagi guru untuk menilai ukuran tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah dipilihnya, tolak ukur untuk menentukan kenaikan / kelanjutan dan perbaikan pelajaran.

2.2.3

Bentuk Bentuk Prestasi Belajar Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa bentuk-bentuk prestasi belajar itu dapat ditunjukkan dari hasil kegiatan dalam upaya memperoleh pengetahuan. Yang berupa ketrampilan maupun sikap. Menunjuk adanya suatu tingkatan artinya bahwa prestasi yang dicapai seseorang atau kelompok itu tidak selalu sama persis, mungkin mencapai prestasi kurang, mungkin sedang ada yang berprestasi tinggi. Setiap kegiatan belajar mengajar pastilah menghasilkan prestasi belajar, baik prestasi yang baik maupun yang buruk. Dan pada dasarnya prestasi belajar siswa dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok antara lain : a) Prestasi Belajar Dalam Bentuk Pengetahuan (Cogniti) Prestasi belajar dalam bentuk pengetahuan dapat terlihat dalam hasil ulangan siswa baik itu normatif maupun semester atau UAN yang tercermin di dalam raport atau DANEM (Daftar Nilai Ebtanas Murni). Dari situlah dapat dilihat apakah siswa termasuk pandai, sedang atau bodoh. Dan prestasi belajar dalam bentuk pengetahuan ini paling mudah untuk menilainya karena seketika itu guru sudah dapat menilainya tanpa mempertimbangkan aspek-aspek lain di luar pengetahuan. b) Prestasi Belajar Dalam Bentuk Sikap Pengertian sikap adalah Tingkat kecenderungan / pernyataan gejala senang atau tidak senang (sikap tanggap, gejala senang atau

17

tidak senang) dari seseorang terhadap sesuatu. (S. Nasution, 1982:29). Sikap mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar (PBM) terutama dalam menentukan pilihan antara pilihan yang satu dan pilihan lainnya, untuk itu sikaplah yang menentukan pilihan tersebut. Sehingga apa yang diutarakan Slamet (1991:14), Sikap sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. c) Prestasi Belajar Dalam Bentuk Keterampilan (Motorik) a. Ketrampilan motorik Disebut motorik karena bersifat kejasmanian (otot, dan urat) diikutsertakan dalam bagian badan yang bergerak diurutkan menurut pola tertentu, sedangkan ketrampilan niotorik

mempunyai ciri khusus adanya gerakan otomatis. b. Sikap Seseorang mempunyai kecenderungan untuk menilai sesuatu hal berdasarkan penilaian itu sendiri, sehingga dapat diambil sikap positif atau negatif. Sebab sikap mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, karena manusia terkandung harus memilih satu diantara dua. c. Kemahiran intelektual Kemampuan akan bergaul dengan lingkungan di sekitarnya dan dengan sendirinya secara simbolis, memahami lambang-lambang misalnya, kata-kata, gambar, angka dan tulisan. Kemampuan intelektual. Misalnya, siswa bisa mengadakan pengamatan terhadap benda-benda kalau mengaplikasikannya dalam bentuk kata-kata, ini semua membutuhkan kemahiran intelektual.

18

d. Informasi verbal Pengetahuan yang dimiliki dengan menggunakan bahasa (verbal), baik dalam menggali pengetahuan maupun menyatakan dengan memakai bahasa lisan maupun tulisan. e. Pengaturan kegiatan intelektual Kemampuan untuk mengajar aktivitas intelektualnya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari orang selalu menjumpai masalahmasalah dan untuk menyelesaikan masalah itu perlu mengadakan pendekatan-pendekatan yang tepat, dengan mengatur arus pikiran diri sendiri. d) Prestasi Belajar Dalam Bentuk Kesenian Prestasi belajar dalam bentuk kesenian biasanya dicapai oleh siswa yang punya minat terhadap kesenian, kalau siswa itu tidak mempunyai minat terhadap kesenian sulit amok mencapai prestasi yang baik. Untuk itulah supaya prestasi belajar siswa dibidang kesenian bisa baik, siswa harus berminat lebih dahulu di bidang yang akan dipelajarinya. e) Prestasi Belajar Dalam Bentuk Olah Raga Siswa mempunyai prestasi olah raga yang baik, apabila siswa itu mempunyai bakat dan minat. Untuk mencapainya itu siswa harus mengadakan latihan secara rutin dan mendapat bimbingan yang baik dari guru. Prestasi belajar olah raga besar kaitannya dengan kesehatan manusia atau kesehatan siswa, apabila siswa badannya sehat dan ditunjang bakat dan minat pastilah ia akan memperoleh prestasi yang baik. Bila kondisi belajar anak di rumah dapat didukung oleh fasilitas belajar yang memadai maka hasilnya akan lebih baik.

19

Dengan fasilitas belajar yang lengkap dapat menarik anak untuk giat belajar sehingga dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar anak.

2.2.4

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Bimo Walgito (1883 : 45) ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam memperoleh prestasi yang baik, yaitu : a. Faktor anak atau individu yang belajar. Anak atau individu yang belajar itu harus betul-betul mendapat perhatian. Sebab faktor ini merupakan faktor subyek dari proses belajar. Faktor ini meliputi seluruh keadaan individu, baik rohani maupun jasmani. Adapun faktor jasmani adalah faktor yang erat hubungannya dengan kesehatan jasmani anak. Terutama panca indranya termasuk juga di dalamnya faktor makanan (gizi) karena belajar merupakan aktiva itu sendiri membutuhkan energi. Sedangkan faktor rohani (psikis) yang perlu diperhatikan antara lain adanya minat untuk belajar, perhatian / konsentrasi, kedisiplin, citacita yang diharapkan semua ini akan mempengaruhi hasil belajar anak. b. Faktor Lingkungan Anak. Di dalam belajar faktor lingkungan (external faktor) juga mempunyai peranan penting di dalam meraih prestasi belajar yang baik di samping faktor internal. Faktor lingkungan ini luas sekali, tetapi yang erat

hubungannya dengan masalah belajar adalah lingkungan rumah tangga, dimana anak mengalami proses-proses pertumbuhan dan perkembangan sejak lahir. Di sini peranan dan perhatian ibu dan bapak ikut menentukan proses penyelesaian belajar anak disamping

20

lingkungan keluarga juga lingkungan di sekitar rumah tangga ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Faktor lain yang erat hubungannya dengan faktor lingkungan ini antara lain tempat belajar di rumah, suasana di rumah alat / media belajar di rumah dan di masyarakat. Semua ini menjadi tanggung jawab orang tua untuk memperhatikannya. c. Faktor bahan atau materi yang dipelajari. Faktor ini juga tidak kalah pentingnya, sebab faktor inilah yang menjadi obyek belajar yang harus mendapat perhatian dari orang tua. Mengenai bahan atau materi pelajaran itu, hal ini orang tua harus tahu karena untuk memudahkan apa yang sedang dipelajari oleh anak itu. Dan perlu untuk orang tua untuk memberikan bantuan, bimbingan, bagaimana sebaiknya anak itu belajar. Kemudian juga orang tua perlu mengetahui tujuan apa yang hendak dicapai oleh anak setelah mempelajari materi pelajaran itu. Sehingga orang tua mengetahui sejauh mana anak telah berhasil mengerti, memahami dan mengamalkan apa-apa yang telah berhasil dipelajari. Dengan demikian hasil belajar anak tidak ngambang (tidak sia-sia), tetapi ada hasil yang dicapainya sesuai dengan tujuan pelajaran itu yang dalam hal ini besar manfaatnya di dalam meraih prestasi Belajar di sekolah.

2.2.5

Penilaian Prestasi Belajar Dalam dunia pendidikan penilaian mempunyai peran penting yaitu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Juga untuk menentukan nilai prestasi siswa dari hasil belajarnya. Menurut Kosasih Djahiri (1997:82), penilaian mempunyai

21

arti : 1. Membantu siswa mengukur tingkat keberhasilan dan tidak berhasilnya usaha belajar. 2. Tolak ukur guru untuk menilai tingkat keberhasilan atau ketidak berhasilan usaha pengajarannya serta dalam menentukan tindak lanjut pengajarannya. 3. Usaha mengukur tingkat keberhasilan program pengajaran yang dipilih untuk melanjutkan mengambil pemanfaatan dari hasil evaluasi tersebut, perbaikan, perubahan atau penyempurnaan seperlunya. 4. Wujud (bentuk lahiriah/evaluasi) dari keadaan prestasi studi para siswa. 5. Tolak ukur untuk melanjutkan kenaikan/kelanjutan dan perbaikan pelajaran atau siswa. Jadi dengan adanya penilaian, kita akan mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan dapat tercapai, baik secara individual maupun secara umum oleh sekolah yang bersangkutan. Sehingga menjadi jelas kiranya penilaian merupakan bagian dari pendidikan, yang artinya tidak mungkin ada penilaian tanpa ada pendidikan dan sebaliknya pendidikan tidak akan berarti tanpa penilaian. Secara umum penilaian ada dua macam 1. Penilaian jangka pendek Penilaian jangka pendek ialah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar tentang pengetahuan dan ketrampilan serta sikap siswa dalam setiap akhir satuan pelajaran, yang lebih dikenal dengan penilaian formatif. 2. Penilaian jangka panjang

22

Adalah penilaian yang dilakukan pads akhir unit, dimana waktunya lebih panjang, dimaksudkan untuk menentukan kemajuan belajar siswa. Antara lain antuk pengisian raport, menentukan kenaikan kelas dan menentukan lulus tidaknya siswa di sekolah yang bersangkutan dan penilaian semester. Ada dua cara yang digunakan untuk melaksanakan penilaian, yaitu teknik test dan non test. Teknik tes meliputi tes lisan, tertulis dan tes perbuatan. Sedangkan non test meliputi wawancara (interview), angket, pengamatan, skala penilaian (rating scale) dan daftar chek (chek list).

2.3

Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Di Sekolah Belajar adalah suatu proses aktif yang menunjuk kearah tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan atau diperlukan bantuan orang lain. Dalam bukunya Singgih, D. Gunarsa mengemukakan Anak dalam

perkembangannya membutuhkan orang lain. Orang lain utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Orang tuanyalah yang bertanggung jawab mengembangkan keseluruhan eksistensinya (1990 : 5-6). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab itu meliputi juga memenuhi kebutuhan fisik dan psikis misalnya makan, minum, kasih sayang, rasa aman, kebutuhan akan perkembangan intelektual melalui pengarahan dan pendidikan. Dari sinilah bantuan dan pengarahan orang tua sangat diperlukan oleh anak dalam rangka mencapai prestasinya, belajarnya sangat optimal sesuai dengan potensi sehingga tidak menimbulkan atau mengalami hambatan dalam belajarnya.

23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Prosedur Penelitian Dalam rangka pelaksanaan penelitian ada tahap-tahap pokok yang akan dilaksanakan yaitu : 1. Tahap Persiapan. Di dalam tahap ini meliputi kegiatan antara lain : a. Mengadakan survey atau studi penjajakan. Dengan maksud untuk mendapatkan kesesuaian judul karya ilmiah dengan obyek penelitian. Penjajakan ini dilaksanakan di SMPN 8 Probolinggo. b. Menghubungi tempat penelitian, dengan meminta persetujuan dari kepala SMPN 8 Probolinggo. c. Menyusun daftar instrumen atau angket yang diberikan kepada responden berdasarkan data yang diperoleh atau diperlukan dalam analisis data. 2. Tahap Pelaksanaan. Pelaksanan penelitian dilakukan berdasarkan program yang telah dirumuskan. Tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut : a. Untuk memperoleh data yang diperlukan, terlebih dahulu meminta ijin serta petunjuk dari Kepala Sekolah, guru SMPN, dan staf tata usaha. Kemudian diadakan pendekatan dan pencatatan mengenai siswa dan nilai raport siswa

24

b. Langkah berikutnya memberikan angket. Angket diberikan kepada siswa selanjutnya disampaikan kepada orang tua atau wali siswa supaya diisi. Adapun wali yang diberi angket adalah wali siswa yang telah ditunjuk sebagai sainpel dalam penelitian ini. c. Setelah dianggap cukup dalam pengumpulan data, selanjutnya diadakan pengecekan data. Pengecekan ini dilakukan untuk meneliti kembali apakah data yang diperoleh sudah selesai dan lengkap seperti yang diperlukan. Dan apabila masih banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan maka akan dilakukan usaha penelitian ulang. d. Langkah terakhir setelah pengumpulan data yaitu penyusunan laporan penelitian.

3.2

Jenis dan Sumber Untuk memperoleh data yang sebenamya serta data yang bersifat obyektif, diperlukan langkah-langkah tersebut dalam penelitian ini, maka Jenis Jenis dan somber data yang diperlukan bertitik tolak pada permasalahan serta tujuan penelitian yang telah dirumuskan di bagian atas.

3.2.1

Jenis Data Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Data tentang peranan orang tua terhadap putra-putrinya b. Data tentang keadaan SMPN 8 Probolinggo c. Data prestasi belajar siswa sebagaimana yang dinyatakan dengan angka yang tercantum dalam buku raport atau leger siswa kelas 7 pada tahun pelajaran 2006-2007.

25

3.2.2

Sumber Data Berdasarkan jenis data yang disebutkan diatas maka sumber data pada penelitian ini diperoleh dari : a. Sekolah yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu Kelas VII.1 SMPN 8 Probolinggo. b. Orang tua atau wali murid yang berupa data pengisian angket mengenai peranan pendidikan orang tua terhadap putra-putrinya c. Raport siswa pada tahun ajaran 2006/2007.

3.3

Populasi dan Sampel Dalam suatu penelitian dari pengambilan sampel merupakan masalah yang tidak mudah. Pengambilan sampel harus disesuaikan dengan tujuan atau obyek penelitian yang telah dirumuskan.

3.3.1

Populasi Yang dimaksud populasi adalah Seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki (Sutrisno Hadi, 1975:220). Oleh sebab itu populasinya adalah semua siswa siswi yang bersekolah di SMPN 8 Probolinggo beserta orang tua atau wali murid. Dalam hal ini siswa siswi dan orang tua atau wali murid pada tahun ajaran 2006-2007. Adapun jumlah siswa kelas 7.1 seluruhnya adalah 43 siswa. Dari jumlah siswa seluruhnya ini menunjukkan pula bahwa jumlah orang tua atau wali murid.

3.3.2

Penentuan Sampel Sampel adalah Kegiatan dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Karena disini populasi

26

bersifat heterogen yaitu terdiri dari bermacam-macam unsur maka cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (teknik samplingnya) adalah bertingkat. Jadi masing-masing kelas diambil sampelnya yang dianggap mewakili seluruh populasi ini merupakan syarat yang mutlak apabila kesimpulan penelitian yang diperoleh nantinya dikehendaki mewakili untuk seluruh populasi. Penentuan sampel dari jumlah kelas menggunakan teknik random sampling. Random sampling adalah Suatu cara dengan tidak memilihmilih individu-individu yang kita tugaskan untuk mengisi sampel kita. Cara yang digunakan amok merandomisasi adalah dengan cara ordinal. Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut a. Membuat daftar nomor urut dan nama semua individu pads masingmasing kelas b. Mengambil langkah mereka yang terdaftar itu yang bernomor kelipatan lima. Sedangkan obyek yang dijadikan sampel oleh peneliti adalah kelas VII-1. Dengan demikian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 21 siswa dan 21 wali murid kelas VII-1 SMPN 8 Probolinggo.

3.4

Metode Pengumpulan Data Metode penelitian di sini yang dimaksud oleh penulis di sini adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Agar datadata yang diperlukan, seperti yang dipaparkan di muka dapat terkumpul, maka cara pengumpulan data itu memerlukan suatu teknik tertentu. Adapun metode yang diperlukan untuk mengumpulkan data-data dalam kegiatan penelitian ini adalah metode observasi, metode interview dan metode angket (quetioner).

27

Untuk lebih jelasnya, maka penulis menguraikan metode tersebut di atas sebagai berikut :

3.4.1

Metode Observasi Adalah merupakan suatu metode pengumpulan data secara langsung, yaitu melihat pada obyek yang akan diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan kenyataan obyek yang sebenarnya. Obyek yang

dimaksudkan di sini yaitu SMPN 8 Probolinggo.

3.4.2

Metode Interview Metode ini merupakan pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung dengan obyek penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan keterangannya untuk dapat melengkapi data yang dibutuhkan. Beberapa alasan menggunakan metode ini adalah : 1) Peneliti akan mendapat penjelasan secara langsung karena peneliti dapat bertatap muka dengan yang diteliti 2) Dalam waktu singkat peneliti akan mendapat keterangan yang sebanyak-ebanyaknya. 3) Sebagai metode pelengkap guna menunjang metode lainnya.

3.4.3

Metode Angket (Quetioner) Adalah suatu metode pokok di dalam memperoleh kebenaran data atau validitas data dengan cara memberikan soal-soal atau pernyataan kepada wali atau orang tua yang dijadikan sasaran penelitian untuk memperoleh jawaban sesuai dengan penelitian. Adapun jenis angket yang penulis gunakan adalah angket langsung di dalamnya sudah penulis siapkan

28

jawaban jawaban, yaitu masing-masing pertanyaan disiapkan tiga jawaban untuk memilihnya salah satu yang dianggap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.4.4

Metode Dokumen Metode ini merupakan cara pengumpulan datanya berasal dari nilai raport pada siswa kelas VII.1 SMP Negeri 8 Probolinggo.

3.5

Metode Analisis Data Untuk menganalisa hasil data penelitian, penulis menggunakan analisa non statistik, yaitu dianalisa secara diskriptif. Karena data yang penulis peroleh adalah data yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang diinginkan setelah data tersebut diperoleh dari hipotesa mana yang akan diuji. Oleh karena itu, dengan menggunakan data statistik, hasil yang diperoleh dapat tepat dan pasti. Dengan demikian, penulis akan mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar peserta didik. Jadi untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar peserta didik, penulis menggunakan teknik analisa product moment. Adapun rumus analisa korelasi product moment adalah sebagai berikut.

r xy =(Sudjana, 1998:369).

{N X ( X) } {N Y ( Y) }2 2 2 2

N( XY ) ( X ) ( Y )

29

Keterangan rxy XY X2 Y2 X Y = Koefisien korelasi X dan Y = Product dari X dan Y (X dikalikan Y) = Hasil daripada X dikwadratkan = Hasil daripada Y dikwadratkan = Nilai tingkat pendidikan orang tua = Nilai prestasi belajar siswa kelas VII.1

30

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1

Penyajian Data Setelah diadakan penelitian dengan memperoleh data, maka hasilnya dapat penulis laporkan pada Bab IV ini. Data siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Tabe1 4.1 Tabel Tentang Nama Siswa dan Nama Wali Murid Kelas VII.1 SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo Tahun Pelajaran 2006-2007 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Nama Orang Tua Afandi Alek Andik Beni Dany Dedys Deny Hardi Hasim Hawasi Hosnawiyah Irman Hakim Jajang Juariyah Joni Indrawan Komarudin Lukman A Mamat Kurniawan Madi H Marsam Samsul Nama Siswa Vety Marsela Moch. Sidiq Mustofa Dio Andrianto Handa Mega Sari M. Moh. Romadoni Rahmad Chairul Ayu Shela Aprilia Budi Susanto Dimas Fajar Amrozy Fitria Yunita Fhaiqotul Mutmainah Intan Aulia Safitri Latiful Hakim Murni Handayani Musdalifah Rio Salfadera Singgih Kurniawan Vila Lailatul Hasanah Zainal Hasan Ayu Susanto

Sumber Data : Dokumentasi SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo Tahun Pelajaran 2006-2007

31

4.2

Analisis Data Dalam penelitian ini yang menjadi populasi dan sampel adalah seluruh siswa dan waLI murid siswa kelas VII-1 SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo yang berjumlah 21 orang. Adapun nama-nama responder sebagai berikut :

Tabe14.4 Nilai Tingkat Pendidikan Orang Tua (variabel y) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Nama Orang Tua Afandi Alek Andik Beni Dany Dedys Deny Hardi Hasim Hawasi Hosnawiyah Irman Hakim Jajang Juariyah Joni Indrawan Komarudin Lukman A Mamat Kurniawan Madi H Marsam Samsul Tingkat Pendidikan S1 S1 SMA S1 SMP S1 SMA S1 SMA SMA SMA S1 SD S1 S1 SMA S1 S1 SMP S1 SMA Skor 16 16 12 16 9 16 12 16 12 12 12 16 6 16 16 12 16 16 9 16 12

Sumber Data : Dokumentasi SNIP NEGERI 8 Kota Probolinggo Tahun Pelajaran 2006-2007

Data tentang tingkat pendidikan orang tua ini diperoleh dari hasil angket yang disebarkan kepada para wali murid yang dititipkan kepada murid-murid kelas VII-1 SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo. Adapun rincian hasil angket yang diperoleh adalah sebagai berikut.

32

Tabe14.5 : Nilai Prestasi Belajar Siswa (variabel x) No I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Siswa Vety Marsela Moch. Sidiq Mustofa Dio Andrianto Handa Mega Sari M. Moh. Romadoni Rahmad Chairul Ayu Shela Aprilia Budi Susanto Dimas Fajar Amrozy Fitria Yunita Fhaiqotul Mutmainah Intan Aulia Safitri Latiful Hakim Murni Handayani Musdalifah Rio Salfadera Singgih Kurniawan Vila Lailatul Hasanah Zainal Hasan Ayu Susanto Nilai Rata-Rata 70 85 70 65 70 75 80 85 70 80 70 85 60 75 75 65 70 80 70 90 85

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa perlu dianalisa dengan menggunakan tehnik analisa product moment. Adapun tabel kerja korelasi product momentnya sebagai berikut:

33

Tabel 4.6 Tabel Kerja Korelasi Product Moment No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. x 16 16 12 16 9 16 12 16 12 12 12 16 6 16 16 12 16 16 9 16 12 284 Y 70 85 70 65 70 75 80 85 70 80 70 85 60 75 75 65 70 80 70 90 85 1575 XZ 256 256 144 256 81 256 144 256 144 144 144 256 36 256 256 144 256 256 81 256 144 4022 YZ 4900 7225 4900 4225 4900 5625 6400 7225 4900 6400 4900 7225 3600 5625 5625 4225 4900 6400 4900 8100 7225 119425 XY 1120 1360 840 1040 630 1200 960 1360 840 960 840 1360 360 1200 1200 780 1120 1280 630 1440 1020 21540

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui data tersebut diketahui N X Y X2 Yz XY : 21 : 284 : 1575 : 4022 : 119425 : 21540

34

Adapun rumus Product Moment adalah sebagai berikut

r xy =

{N X ( X) } {N Y ( Y) }2 2 2 2

N( XY ) ( X ) ( Y )

r xy =

{21 (4022 ) ( 284 ) 2 } {21 (119425 ) (1575 ) 2 }( 84462 80656 ) ( 2507925 2480625 )5040 103903800

21 ( 21540 ) ( 284 ) (1575 )

r xy =

452340 447300

r xy =

5040 r xy = 10193 ,321342

= 0,494441 = 0,494

4.3

Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan korelasi product moment. Dari hasil perhitungan rumus tersebut menghasilkan r hitung yang harus dikonsultasikan dengan r tabel product moment, sehingga dapat ditentukan apakah ada hubungan signifikan antara variabel lainnya yang didasarkan pada jumlah responden (N) = 21 dan taraf signifkansi 95%. Seperti telah dikemukakan dalam rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII-1 SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo. Dari perhitungan statistik yang telah dilakukan diperoleh r hitung = 0,494, setelah dikonsultasikan pada sigifikatnsi 95% diperoleh r tabel = 0,396 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII-1 SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo.

35

Dari hipotesis yang diajukan tersebut maka hipotesis nol ditolak yang diajukan alternatif diterima karena r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,494 > 0,396.

4.4

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian di atas untuk menjawab permasalahan yang diajukan hingga tercapai suatu tujuan penelitian yang juga dihitung dengan menggunakan tehnik analisa statistik product moment, hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII menghasilkan r hitung sebesar 0,494. Dengan demikian hipotesis nol yang diajukan ditolak sebaliknya hipotesa alternatif diterima maka dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII-1 SMP NEGERI 8 Kota Probolinggo tahun 2006-2007.

36

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Setelah melihat hasil penelitian data pada bab IV mengenai analisa data, ternyata peranan pendidikan orang tua sangat bermanfaat bagi prestasi belajar siswa hal ini terbukti dari hasil perhitungan statistik dengan jumlah responden (N) = 21 diperoleh r hitung = 0,494, setelah dikonsultasikan pada sigifikansi 95% diperoleh r tabel = 0,396 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VII-1 SMPN 8 Kota Probolinggo. Dari hipotesis yang diajukan tersebut maka hipotesis nol ditolak yang diajukan alternatif diterima karena r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,494 > 0,396. Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

5.2

Saran-saran Melihat kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Di dalam meningkatkan prestasi belajar anak, orang tua betul-betul harus ikut berperan di dalam membantu anak untuk belajar, sehingga anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya, maka anak tersebut bersemangat dalam belajarnya sehingga prestasi dapat dicapai dengan baik 2. Guru beserta orang tua harus dapat memberikan dorongan semangat pada anak dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya akan tercapai dengan baik 3. Agar tercapai prestasi belajar yang terus meningkat, maka siswa diharapkan dapat mematuhi didikan orang tua.

37

4. Bagi orang tua yang pendidikannya kurang dan sedang diharapkan betulbetul ikut berperan di dalam membantu anak untuk belajar, sehingga anak merasa diperhatikan dan bersemangat di dalam belajarnya. Demikian kesimpulan dan saran-saran yang penulis sampaikan, semoga ada faedahnya dan manfaat bagi langkah-langkah awal dari pada usaha perbaikan atau penyempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada dalam pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.

38

DAFTAR PUSTAKA

----------, Santiaji Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya, 1981. Benyamin Spock, Orang Tua Permasalahan Dan Cara Mengatasinya, Dahara Prize, Semarang. Bimo Walgito, Drs. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981. Darji Darmodiharjo, Prof. SH. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, Dep Dik Bud, 1981. Kanwil Deppen Propensi Jatim, GBHN dan Susunan Kabinet Pembangunan V, PN. Indah, Surabaya, 1988. Oemar Hamalik, Drs. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung. 1980. Poerwodarminto, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976. Singgih D. Gunarsa. Drs. Psikologi Perkembangan, Gunung Mulia, Jakarta, 1990. Sutrisno Hadi, MA. Statistik, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1978. Team Dosen FII' IICIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981. The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, Pusat Kemajuan Studi, Yogyakarta, 1985. UU No.2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang, Agustus, 1985. Wasty Soemanto, Drs. Psikologi Pendidikan / Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1987.

39

Winkel. WS, Psikologi Pendidikan dan Pengembangan Alih Bahasa, Dep Dik Bud, Jakarta, 1976. Yayik Sayekti, Dra. Perencangan Pengajaran Pendidikan Moral Pancasila, Desember, 1988.

40

PETUNJUK PENGISIAN

1. Tulislah dengan huruf balok 2. Pilihlah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan berilah tanda x (silang) pada huruf A, B, C 3. Isilah dengan jawaban sesuai dengan kenyataan.

DAFTAR PERTANYAAN Anak yang bersangkutan Nama Tempat / Tgl lahir Alamat Kedudukan : : : (Anak sendiri / ank tiri / anak angkat) Ayah Nama Tempat / Tgl lahir Alamat Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan Ibu Nama Tempat / Tgl lahir Alamat Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan : : : : : : : : : :

41

LAMPIItAN

Tabel Nilai-Nilai Product Moment N 5 10 15 20 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 45 50 Taraf Signifikansi 95% 0,878 0,632 0,514 0,444 0,396 0,388 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,344 0,339 0,334 0,329 0,325 0,320 0,316 0,312 0,294 0,297 99% 0,959 0,765 0,641 0,561 0,505 0,496 0,487 0,478 0,470 0,463 0,456 0,449 0,442 0,436 0,430 0,424 0,418 0,413 0,408 0,403 0,380 0,361 N 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Taraf Signifikansi 95% 0,266 0,254 0,244 0,235 0,227 0,220 0,213 0,207 0,202 0,195 0,138 0,113 0,098 0,088 0,080 0,074 0,070 0,065 0,062 99% 0,345 0,330 0,317 0,306 0,296 0,286 0,278 0,270 0,263 0,256 0,181 0,148 0,128 0,115 0,105 0,097 0,091 0,086 0,081

Sumber data : Buku Prosedur Penelitian, Sutrisno Hadi (2004:250)

42