karya muhammad muhsin lahajji dan skenario …
TRANSCRIPT
i
NILAI MORAL DALAM NOVEL PERJALANAN MENUJU LANGIT
KARYA MUHAMMAD MUHSIN LAHAJJI
DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Puput Tri Handoko
NIM 112110124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
ii
iii
iv
PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Puput Tri Handoko;
NIM : 112110124;
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan plagiat orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Apabila terbukti dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,
saya bersedia bertanggungjawab secara hukum dan diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 13 Agustus 2016
Menyatakan,
Puput Tri Handoko
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir.”
(Q.S Yusuf: 87)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak M. Saeri dan Ibu Robingatun tercinta yang
selalu memberikan kasih sayang yang luar biasa,
senantiasa memberikan motivasi untuk
keberhasilanku, tak pernah henti memanjatkan doa
untukku, membimbing, menasehati dan
mengorbankan segalanya untukku.
2. Keluarga dan saudara tercinta yang selalu
memberi dukungan dan pemikiran dewasa baik
moral maupun spiritual.
3. Dessy Efiani yang selalu memberikan semangat
dan kasih sayang kepadaku.
4. Teman-teman kos Hesti yang selalu memberiku
semangat dan motivasi, serta seluruh teman-teman
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2011, khususnya kelas D.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”
dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka penyelesaian studi program Strata
1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Purworejo;
2. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
rekomendasi izin penelitian;
3. Drs. H. Bagiya, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo sekaligus dosen
pembimbing I dan Suci Rizkiana, M. Pd., selaku dosen pembimbing II, yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan;
vii
4. Dosen PBSI yang telah memberikan bekal dan ilmu kepada penulis selama
kuliah di Universitas Muhammadiyah Purworejo;
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Meskipun demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan
kualitas pembelajaran sastra Indonesia, khususnya bagi guru bahasa Indonesia
dalam pembelajaran menganalisis karya sastraa yang berbentuk novel di Sekolah
Menengah Atas.
Purworejo, 13 Agustus 2016
Penulis
Puput Tri Handoko
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................... v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................ 6
D. Penegasan Istilah ............................................................................ 6
E. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
F. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
G. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
H. Sistematika Skripsi ........................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 13
B. Kajian Teoretis ............................................................................... 16
1. Novel ......................................................................................... 17
2. Nilai Moral dalam karya Sastra................................................. 27
3. Skenario Pembelajaraan Sastra di kelas XI SMA ..................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sumber Data .................................................................................. 36
B. Objek Penelitian ............................................................................. 36
ix
C. Fokus Penelitian ............................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 37
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 38
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis .................................................... 39
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ............................................................................... 40
B. Pembahasan Data ........................................................................... 47
1. Unsur Intrinsik Novel Perjalanan Menuju Langit .................... 48
a. Tema .................................................................................... 48
b. Tokoh dan Penokohan ......................................................... 52
c. Alur ...................................................................................... 71
d. Latar/Setting ........................................................................ 77
e. Sudut Pandang ..................................................................... 91
f. Amanat ................................................................................ 93
2. Nilai Moral dalam Novel Perjalanan Menuju Langit ............... 93
a. Hubungan Manusia dengan Tuhan ...................................... 94
b. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri ............................. 99
c. Hubungan Manusia dengan Manusia .................................. 103
3. Skenario Pembelajaran Novel Perjalanan Menuju Langit
di Kelas XI SMA ...................................................................... 106
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 119
B. Saran .............................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
ABSTRAK
Puput Tri Handoko. “Nilai Moral dalam Novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur instrinsik; (2) nilai moral; dan (3) skenario pembelajaran novel Perjalanan Menuju Langit sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah nilai moral novel Perjalalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Data yang digunakan adalah narasi dan percakapan antartokoh. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik catat dan studi pustaka. Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan kertas pencatat data yang digunakan untuk mencatat data nilai moral. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal.
Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa (1) unsur instrinsik dalam novel Perjalanan Menuju Langit sebagai berikut: (a) tema; perjalanan hidup; (b) tokoh utama : Alfi, sedangkan tokoh tambahan : Ardi, Ade Siska, Atila Reina, Ainun, Muthmainah, Om Akmal, Etek Leli, Etek Vina, Aulia Wipogso, Ipung, Gusrial dan Amir; (c) alur yang digunakan adalah alur mundur, (d) latar tempat: di Sungai Ombilin, Sawahlunto, Ruang kelas, SD Talawi Hilir, Rumah Sakit, SMAN Sawahlunto, Kandi, Kamar, Masjid, dan Kost Arjuna; latar waktu (malam hari, pagi hari, siang hari, hari minggu); latar suasana (bising, hujan, panik); latar sosial ( bahasa,adat istiadat dan keprcayaan, pandangan hidup tokoh), (e) sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga maha tahu; (2) nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju Langit ada tiga yaitu: (a) nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi : salat, berdoa, dzikir, dan bersykur, (b) nilai moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi jujur, disiplin, rasa ingin tahu, tanggung jawab, dan (c) nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain meliputi : menghargai prestasi orang lain, bersahabat/ komunikatif, dan peduli sosial; (3) skenario pembelajaran novel Perjalanan Menuju Langit di kelas XI SMA dilaksanakan dengan indikator mampu menganalisi unsur intrinsik dan nilai moral novel; tujuan pembelajaran siswa dapat menganalisis unsur intrinsik dan nilai moral novel; bahan pembelajarannya yaitu naskah novel; metode pembelajarannya menggunakan ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan; model pembelajaranya menggunakan kooperatif tipe group investigation; langkah-langkah pembelajarannya meliputi kegiatan awal, inti dan akhir; sumber belajar menggunakan novel Perjalanan Menuju Langit, dan modul bahasa Indonesia; media pembelajarannya meliputi LCD, laptop, dan program power point; dan pada tahap penilaian guru menilai dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kata kunci: Nilai Moral Novel dan skenario pembelajaran.
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Unsur intrinsik novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Tabel 4.2 Nilai moral novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Tabel 4.3 Skenario pembelajaran novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sampul novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Lampiran 2. Sinopsis novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Lampiran 3. Biografi pengarang novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji
Lampiran 4. Silabus
Lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji
Lampiran 6. Kartu pencatat data
Lampiran 7. Kartu bimbingan
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dikemukakan beberapa subbab: (i) latar belakang
masalah, (ii) penegasan istilah, (iii) identifikasi masalah, (iv) batasan masalah, (v)
rumusan masalah, (vi) tujuan dan kegunaan penelitian, dan (vii) sistematika
skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang terjadi pada bangsa ini banyak
memberikan pengaruh yang sangat besar baik dari segi negatif maupun positif
bagi generasi muda. Salah satu perkembangan yang terjadi di Indonesia
adalah perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Beraneka
ragam kecanggihan teknologi yang tidak sesuai dengan budaya kita saat ini
menimbulkan dampak negatif bagi generasi muda, yakni kemerosotan nilai
moral pada generasi muda. Kemerosotan nilai moral pada generasi muda
disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran ahklak yang baik. Oleh
karena itu, salah satu pondasi untuk memperkokohnya adalah moral.
Nilai moral adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tingkah
laku dan adat istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meliputi
perilaku, tata krama yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila (Ginanjar,
2012: 59). Pada dasarnya pembaca berusaha mencari petunjuk dan
keteladanan melalui karakter tokoh-tokoh yang memiliki nilai moral yang
baik dan nilai moral yang buruk pada novel.
2
Pendidikan moral mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah,
yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak, serta
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa. Melalui kegiatan membaca karya sastra peserta
didik dapat memperoleh pembinaan moral dan kemanusiaan dalam kehidupan
sehari-harinya. Selain itu, melalui membaca karya sastra peserta didik dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang dihormati oleh manusia dan akan
menjaga keutuhan manusia seperti keadilan, keterbukaan, dan kejujuran.
Karya sastra yang berwujud novel merupakan bentuk imajinasi yang
ditulis oleh pengarangnya tentang pengalaman-pengalaman hidup, kondisi
lingkungan yang melingkupinya, dan menceritakan berbagai masalah
kehidupan (Nurgiyantoro, 2012: 3). Karya sastra diharapkan bukan hanya
memberikan hiburan atau keindahan terhadap pembacanya saja, melainkan
karya sastra itu dapat memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia
pada umumnya, yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan, moral,
sosial, dan religius. Hal itu terjadi karena karya sastra bersifat multidimensi
yang di dalamnya terdapat dimensi kehidupan, contohnya saja jenis karya
sastra berupa novel.
Novel adalah cerita yang berbentuk prosa yang cukup panjang dan
isinya tentang kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat tertentu.
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra diharapkan memunculkan nilai-
nilai positif bagi penikmatnya, sehinga mereka peka terhadap masalah-
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk
3
berkepribadian yang baik. Novel juga merupakan ungkapan fenomena sosial
dalam aspek-aspek kehidupan yang dapat digunakan sebagai media
pembentukan moral.
Salah satu novel yang sarat dengan nilai moral yang dapat diteladani
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji. Novel tersebut merupakan salah
satu novel pendidikan mengenai harga diri manusia yang menaburkan pesan-
pesan nilai moral kepada pembaca secara nyata.
Novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajjii
memiliki keistimewaan dan memiliki perbedaan dari novel lain.
Keistimewaannya adalah alur cerita yang merupakan pencerminan dunia
realitas yang dialami oleh manusia di tengah-tengah masyarakat, sehingga
ceritanya benar-benar hidup. Novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji merupakan sebuah novel inspiratif. Novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji menarik dibaca
pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya karena dapat
memberikan motivasi dan semangat kepada pembaca untuk terus berjuang
mencapai impian dan cita-cita serta sabar dalam menghadapi ujian Tuhan.
Selain itu, novel tersebut juga memberikan pengetahuan nilai moral yang baik
untuk kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan hasil penelusuran peneliti novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji belum pernah
diteliti di lingkungan Universitas Muhammadiyah Purworejo sebagai
pembelajaran sastra. Namun, dalam penelitian lain sudah ada penelitian yang
4
menggunakan novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji sebagai sumber data penelitian. Objek penelitian yang dilakukan oleh
Nova Mayranti mengenai tinjauan feminisme, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji menitikberatkan pada nilai moral. Untuk
memahami isinya, perlu dipahami terlebih dahulu cerita yang disajikan
dengan mengetahui unsur-unsur strukturnya. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini digunakan teori struktural sebagai sarana untuk dapat
memahami karya sastra sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
Berkaitan dengan tujuan penelitian, dalam penelitian ini digunakan
teori nilai moral sastra. Nilai moral merupakan aspek yang penting untuk
ditanamkan pada masyarakat karena nilai moral akan mengajarkan arti sabar
dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan moral mempunyai
peranan yang sangat penting di sekolah, yaitu untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreati, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Novel merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai daya
komunikasi yang sangat luas pada masyarakat. Novel dapat dengan mudah
untuk dinikmati dan dipahami oleh masyarakat pembaca, novel juga
5
merupakan pembelajaran sastra yang sangat diharapkan dapat membantu para
pendidik menanamkan kembali nilai-nilai moral yang ada pada novel
tersebut.Oleh karena itu nilai moral yang terkandung dalam Perjalanan Menuju
Langit dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Nilai Moral dalam Novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin Lahajji dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI
SMA”.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran sastra sampai sekarang masih dimasukkan ke dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan mulai dari SD sampai dengan
SMA. Melihat masa sekarang moral bangsa Indonesia dapat dikatakan
mengalami kemerosotan, sehingga siswa perlu diajarkan mengenai sastra agar
peserta didik dapat mengapresisasi sastra.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah
masalah yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji sebagai berikut sebagai berikut:
1. Nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju Langit dapat bermanfaat
sebagai penuntun hidup dalam bersikap dan bertingkah laku baik dalam
masyarakat.
2. Novel Perjalanan Menuju Langit mengandung nilai moral ajaran hidup
bagi manusia dan dapat diterapkan dalam kehidupan di masa sekarang
sehingga menarik untuk diteliti.
6
3. Novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji
sangat cocok untuk dijadikan bahan pembelajaran di SMA.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan pembatas terhadap permasalahan yang
muncul pada identifikasi masalah yang akan dibahas lebih lanjut. Tentunya
adalah hal yang sangat menarik jika diteliti semuanya. Namun untuk
mempermudah penelitian ini, agar tidak menyimpang jauh. Peneliti
membatasi permasalahan penelitian pada.
1. Analisis unsur instrinsik dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji.
2. Nilai moral yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji.
3. Penerapan nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhamad Muhsin Lahajji dan skenario pembelajaranya di kelas XI
SMA.
D. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dan pembaca
mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi, penulis perlu
menjelaskan kembali arti istilah yang dipaparkan di bawah ini. Judul
penelitian “Nilai Moral dalam Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad
Muhsin Lahajji dan Skenario Pembelajarannya di SMA”. Beberapa istilah
yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
7
1. Nilai Moral
Nilai moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila
(Nurgiyantoro, 2012: 320).
2. Novel
Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia
dalam jangka yang lebih panjang (Nurhayati, 2012: 5).
3. Perjalanan Menuju Langit
Perjalanan Menuju Langitadalah judul novel karya Muhammad
Muhsin Lahajji (Sebuah Novel tentang perjuangan seorang pemuda
bernama Alfi dalam menemukan jati diri dan menghadapi ujian Tuhan)
yang diterbitkan Tiga Serangkai, Solo, cetakan pertama tahun 2013, dan
memiliki 370 halaman.
4. Muhammad Muhsin Lahajji
Muhammad Muhsin Lahajji adalah pengarang novel Perjalanan
Menuju Langit. Muhammad Muhsin Lahajji merupakan salah satu
satrawan muda Indonesia yang jeli dalam mengamati fenomena fenomena
sosial budaya.
5. Skenario
Skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan
demi adegan suatu cerita yang tertulis secara terperinci dari awal sampai
akhir (Sukirno, 2010: 229).
8
6. SMA
SMA adalah jenjang pendidikan sekolah menengah atas setelah SMP.
Pembelajaran nilai moral pada novel merupakan usaha untuk meningkat-
kan kemampuan membaca pemahaman tentang nilai moral pada siswa
SMA.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bermaksud untuk
menganalisis novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji. Peneliti membatasi analisis terhadap novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji pada nilai moral. Alasan dipilih dari segi
nilai moral karena novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca. Dalam
novel ini terdapat banyak nilai-nilai moral yang dapat diambil dan
direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupaan sehari-hari mereka, khususnya
dalam hal memahami nilai moral tersebut.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian dapat
dirumuskan berikut ini.
1. Bagaimanakah unsur instrinsik dalam novel Perjalanan Menuju Langit
Karya Muhammad Muhsin Lahajji?
2. Bagaimanakah nilai moral yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju
Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji?
9
3. Bagaimanakah skenario pembelajaran nilai moral dalam novel
Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji di kelas XI
SMA?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. unsur instrinsik dalam novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin Lahajji;
2. nilai moral yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin Lahajji;
3. skenario pembelajaran nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju
Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji di kelas XI SMA.
G. Manfaat Penelitian
Ada dua macam manfaat dalam penelitian pada novel Perjalanan
Menuju Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji, yaitu segi teoretis dan segi
praktis.
1. Segi Teoretis
Dari segi teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
wawasan dan memperkaya khasanah kajian sastra khususnya tentang
toeri struktural dan nilai-nilai moral dalam pembelajaran sastra pada
novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji di
kelas XI SMA.
10
2. Segi Praktis
Dari segi praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai berikut.
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan
mengembangkan pemahaman siswa tentang nilai moral karya sastra
yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin Lahajjidan meningkatkan kreativitas dan
keberanian siswa dalam berpikir.
b. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah alternatif-alternati
kelengkapan bahan pembelajaran sastra dalam menanamkan nilai-
nilai moral kepada siswa.
c. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
peneliti berikutnya khususnya tentang analisis karya sastra dalam
novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji
untuk kepentingan pengetahuan lebih lanjut.
H. Sistematika Skripsi
Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran skripsi yang
disusun. Skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Perjalanan Menuju
Langit Karya Muhammad Muhsin Lahajji dan Skenario Pembelajarannya di
kelas XI SMA”. Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal terdiri dari
11
sampul, halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan,
moto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar
lampiran.
Bab pertama merupakan pendahuluan, terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, penegasan istilah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab kedua merupakan tinjauan pustaka dan kajian teoretis, berisi
tentang buku-buku yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
penulis diantaranya Apresiasi Prosa Fiksi, Teori Pengkajian Fiksi, Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Selain itu disajikan penelitian sebelumnya yang berhubungan
dengan topik penelitian ini diantaranya Subagyo (2012) dan Ahmad Zuhri
(2014). Kajian teoretis berisi teori-teori yang dijadikan landasan penelitian.
Teori yang dikemukakan Nurgiyantoro, yaitu secara garis besar persoalan
hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan
hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain
dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam sekitar,
dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Bab ketiga merupakan metode penelitian, merupakan suatu
penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga
merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
12
Bab keempat merupakan penyajian data dan pembahasan data, berisi
tentang uraian data penelitian yang diambil dari novel Perjalan Menuju Langit
Karya Muhammad Muhsin Lahajji berupa kutipan-kutipan langsung dan subbab
pembahasan data yang membahas unsur intrinsik dan nilai moral novel tersebut
serta skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.
Bab kelima merupakan penutup, dalam bab ini penulis menyajikan
simpulan dan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan tersebut. Selain
bab kelima sebagai penutup, penulis juga menyertakan daftar pustaka dan
melampirkan biografi pengarang, sinopsis novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji, daftar tabel, silabus, dan skenario
pembelajaran.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Pada bab ini akan dipaparkan tentang tinjauan pustaka dan kajian teoretis.
Tinjauan pustaka berisi paparan buku-buku dan penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini. Kajian teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan
penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi tentang buku-buku dan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian penulis.
1. Buku Buku yang Relevan
Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menyajikan beberapa buku
yang dijadikan acuan penelitian. Setiap buku diklasifikasikan berdasarkan
jenis pembahasannya. Beberapa kajian buku, ada di antaranya yaitu buku
yang berjudul Apresiasi Prosa Fiksi (Nurhayati Ginanjar, 2012) berisi
tentang: (1) apresiasi prosa fiksi, (2) prosa fiksi, (3 prosa fiksi melayu
klasik, (4) prosa fiksi periode 1920-1933, (5) prosa fiksi periode 1933-
1942, (6) prosa fiksi periode 1942-1955, (7) prosa fiksi periode 1955-1976,
(8) prosa fiksi periode 1976-1986, (9) prosa fiksi periode 1990-sekarang.
Permasalahan yang sama dapat dibaca pula pada Teori Pengkajian
Fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 2012) berisi: (1) fiksi sebuah teks naratif, (2)
kajian fiksi, (3) tema, (4) cerita, (5) pemlotan, (6) penokohan, (7)
pelataran, (8) penyudut pandangan, (9) bahasa, (10) moral.
14
Acuan lainnya dapat ditemukan dalam buku Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Sugiyono, 2011). Dalam buku ini memuat
tentang: (1) penelitian kuantitatif dan kualitatif, (2) metode kuantitatif, (3)
metode penelitian kualitatif, (4) proposal penelitian, (5) penelitian
pengembangan.
Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik (Suharsimi
Arikunto, 2013) berisi tentang: (1) kegiatan penelitian, (2) alur dan ragam
penelitian, (3) penelitian evaluatif, (4) cara mengadakan penelitian, (5)
memilih masalah, (6) studi pendahuluan, (7) merumuskan masalah, (8)
merumuskan anggapan dasar, (9) merumuskan hipotesis, (10) memilih
pendekatan, (11) menentukan variabel, (12) menentukan sumber data, (13)
menentukan dan menyusun instrumen, (14) pengumpulan data, (15)
analisis data, (16) menarik kesimpulan, (17) menulis laporan.
Selain itu, dipakai juga buku yang memuat tentang moral yaitu
Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Nurul
Zuriah, 2011) yang di dalamnya dibahas: (1) pendahuluan, (2) hakikat
pendidikan moral dan budi pekerti, (3) platform pendidikan budi pekerti,
(4) urgensi pendidikan moral dan budi pekerti, (5) menurut pasang surut
pendidikan moral dan budi pekerti, (6) pendidikan budi pekerti dan PPKn
di masa kini, (7) menggagas pendidikan budi pekerti masa depan, (8)
kurikulum berbasis kompetensi pendidikan budi pekerti di lingkungan
persekolahan.
15
Beberapa buku-buku yang relevan dapat memberikan inspirasi
dan kontribusi bagi peneliti dalam mengerjakan penelitian.
2. Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini peneliti paparkan dua penelitian yang relevan
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Subagyo (2012) dan Ahmad Zuhri
(2014).
Penelitian yang dilakukan Subagyo (2012) berjudul “Nilai Moral
Novel Sang Pelopor Karya Alang-alang Timur sebagai Bahan
Pembelajaran di SMA”. Penelitian tersebut memiliki tujuan
mendeskripsikan nilai moral dalam novel tersebut, mendeskripsikan cara
pengarang menyampaikan wujud nilai moral dalam karya sastra, dan
mendeskripsikan novel tersebut sebagai bahan pembelajaran di SMA.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama
meneliti mengenai nilai moral pada karya sastra khususnya novel.
Perbedaannya adalah subjek yang diteliti oleh penulis melakukan
penelitian dengan novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Subagyo
adalah menggunakan novel Sang Pelopor karya Alang-alang Timur.
Penelitian yang dilakukan penulis menganalisis struktur pembangun
novel yang mencakup tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut
pandang, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Subagyo belum ada
struktur pembangun novel.
16
Sedangkan, Zuhri (2014) meneliti tentang “Analisis Nilai Moral dalam
Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetya dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di SMA”. Permasalahan pokok
yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pendeskripsian nilai-nilai
moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA.
Penelitian yang dilakukan oleh Zuhri memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan
keduanya membahas nilai moral novel, mendeskripsikan unsur-unsur
instrinsik pada novel yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan sudut
pandang. Perbedaannya terdapat pada subjek penelitian, penelitian yang
dilakukan oleh penulis menggunakan novel Perjalalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Zuhri mengambil subjek novel Orang Miskin Dilarang
Sekolah karya Wiwid Prasetya.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu.
B. Kajian Teoretis
Kajian teori merupakan suatu penjabaran kerangka teoretis yang
memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk
digunakan sebagai acuan pokok dalam membahas suatu masalah yang diteliti.
Kajian teoretis dalam skripsi ini meliputi: 1) novel, 2) unsur pembangun
novel, 3) nilai moral dalam novel, dan 4) skenario pembelajaran sastra di
kelas XI SMA. Di bawah ini adalah paparan mengenai teori-teori tersebut.
17
1. Novel
a. Hakikat Novel
Nurhayati (2012: 7) menyatakan novel merupakan
pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang
lebih panjang). Stanton (2012: 90) mampu menghadirkan
perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan
yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan bebagai peristiwa
rumit yang terjadi beberapa waktu silam secara lebih mendetail.
Nurgiyantoro (2012: 22) novel merupakan sebuah totalitas, suatu
keseluruhanyang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel
mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu
dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Dengan
demikian dalam novel, melukiskan tentang perkembangan watak
tokoh digambarkan secara lebih lengkap. Novel menawarkan sebuah
dunia, dunia imajinatif, yang menampilkan rangkaian cerita
kehidupan seseorang yang dilengkapi dengan peristiwa,
permasalahan, dan penonjolan watak setiap tokohnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa novel merupakan rangakaian cerita rekaan mengenai
kehidupan manusia dalam jangka yang lebih lama. Struktur yang
terdapat dalam novel merupakan sebuah organisme yang kompleks,
unik dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung.
18
b. Ciri-ciri Novel
Nurgiyantoro (2012: 10) menyatakan bahwa novel sebagai
karya fiksi harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1) dilihat dari segi formalitas bentuk dan segi panjang cerita, novel
(jauh) lebih panjang dibandingkan dengan cerpen dan berjumlah
ratusan halaman,
2) novel dibangun oleh unsur-unsur pembangun (unsur-unsur
cerita) yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik,
3) novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan
sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih
banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks,
4) kemampuan novel menyampaikan permasalahan yang kompleks
secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”,
5) novel lebih mudah dibaca karena tidak menuntut kita memahami
masalah yang kompleks dalam bentuk (dan waktu) yang sedikit,
6) novel, di pihak lain, berhubung adanya ketidakterikatan pada
panjang cerita yang memberi kebebasan kepada pengarang,
umumnya memuliki lebih dari satu plot,
7) novel yang baik haruslah memenuhi kriteria kepaduan, unity.
Artinya, segala sesuatu yang diceritakan bersifat dan berfungsi
mendukung tema utama,
8) novel umumnya terdiri dari sejumlah bab yang masing-masing
berisi cerita yang berbeda,
19
9) novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan
psikologi yang lebih mendalam. Berkembang dari dokumen-
dokumen dan secara stilistik menekankan pentingnya detil dan
bersifat mimesis dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi,
10) novel lebih mencerminkan gambaran tokoh nyata, tokoh
yang berangkat dari realitas sosial.
c. Jenis-jenis Novel
Tarigan membagi jenis-jenis novel menjadi:
1) Berdasarkan nyata atau tidaknya suatu cerita,novel terbagi dua
jenis yaitu:
a) Novel fiksi
Sesuai namanya, novel fiksi berkisah tentang hal yang
fiktif dan tidak pernah terjadi. Tokoh,alur maupun latar
belakangnya hanya rekaan penulis saja.
Contoh: Twillight, Harry Potter.
b) Novel nonfiksi
Novel ini kebalikan dari novel fiksi yaitu novel yang
bercerita tentang hal nyata yang sudah pernah terjadi,
lumrahnya jenis novel ini berdasarkan pengalaman seseorang
mengenai kisah nyata atau berdasarkan sejarah.
Contoh: Laskar Pelangi
20
2) Berdasarkan genre cerita dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
a) Novel romantik
Cerita novel satu ini berkisah seputar percintaan dan
kasih sayang dari awal hingga akhir.
Contoh: Ayat-ayat Cinta, Gita Cinta dari SMU
b) Novel horor
Jenis novel yang satu ini memiliki cerita yang
menegangkan, seram dan pastinya membuat pembaca
berdebar-debar, umumnya bercerita tentang hal hal yang
mistis atau seputar dunia gaib.
Contoh: Bangku Kosong, Hantu Rumah Pondok Indah
c) Novel misteri
Cerita dan jenis novel ini lebih rumit karena akan
menimbulkan rasa penasaran hingga akhir cerita.
Contoh: Novel-novel Karangan Karen Rose
d) Novel komedi
Sesuai namanya, jenis novel ini mengandung unsur
kelucuan atau membuat orang tertawa dan benar benar
tertidur.
Contoh: Masukan Masukin Saja, Kambing Jantan
e) Novel Inspiratif
Jenis novel yang ceritanya mampu menginspiri banyak
orang,umumnya novel ini sarat akan pesan moral atau
21
hikmah tertentu yang bisa diambil oleh pembaca sehingga
pembaca merasa mendapat suatu dorongan dan motivasi
untuk melakukan hal yang lebih baik.
Contoh: Negeri 5 Menara, Laskar Pelangi
d. Unsur Pembangun Novel
Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel
merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca,
biasanya pembaca novel mempunyai pemikiran yang berbeda-beda
dalam mengartikannya tetapi juga merupakan struktur pikiran yang
tersusun dari unsur-unsur yang padu.
Nurgiyantoro (2012: 22) mengemukakan bahwa sebuah novel
merupakan suatu totalitas atau suatu keseluruhan yang bersifat
artistik. Sebagai suatu totalitas, novel mempunyai bagian-bagian
unsur yang saling berkaitan satu sama lain secara erat dan saling
menggantungkan. Usur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh,
alur, latar, dan sudut pandang.
1) Tema
Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2012: 67). Tema
merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Pengertian tema
itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat) pengarang kepada
pembaca. Menurut Nurhayati (2012: 8), tema sering diartikan
22
sebagai inti cerita novel. Semua cerita yang dibangun berpusat
pada satu tema. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari pada sebuah
cerita.
Nurgiyantoro (2012: 82-83) menyatakan bahwa tema
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: (1) tema utama yang
disebut tema mayor yang artinya makna pokok yang menjadi
dasar atau gagasan dasar mum karya ini. Tema mayor ditentuka
dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol, yang
paling banyak konflik dan waktu penceritaannya. (2) tema
tambahan disebut juga dengan tema minor. Tema minor
merupakan tema yang kedua yaitu makna yang hanya terdapat
pada bagian-bagian tertentu pada sebuah cerita dan dapat
diidentifikasi sebagai makna bagian atau makna tambahan.
Tema adalah ide cerita yang merupakan dasar untuk
pengembangan cerita yang menjiwai seluruh bagian cerita.
Kedudukan tema dalam novel sangat penting karena tanpa
sebuah tema karya sastra tidak memiliki makna.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tema adalah
inti pesoalan yang ditampilkan dalam sebuah cerita atau sesuatu
yang menjadi tujuan utama pengarag.Tema juga dipandang
sebagai dasar cerita, gagasan dan dasar umum sebuah karya
sastra.
23
2) Tokoh
Abrams menyatakan adalah orang-orang yang ditampil-
kan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2012: 165).
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki
peranan yang berbeda-beda. Dilihat dari segi peranan atau
tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita tokoh dibagi
menjadi dua, yaitu tokoh utama (central character, main
character) dan tokoh tambahan (periphearl character). Tokoh
utama adalah tokoh yang tergolong penting dan dimunculkan
terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian cerita, dan
sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau
beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek adalah tokoh tambahan
(Nurgiyantoro, 2012: 176).
3) Alur (Plot)
Alur cerita merupakan unsur fiksi yang penting. Teori
Fiksi (Stanton, 2012: 26) mengemukakan bahwa plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian tetapi tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebab-
kan atau menyebabkan terjadinya peristwa yang lain.
24
Tarif membedakan tahapan alur menjadi lima bagian,
yaitu: (1) tahap penyituasian (situation), tahap ini berisi
pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh cerita;
(2) tahap pemunculan konflik (generating circumstances), tahap
ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang
menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan; (3) tahap
peningkatan konflik (rising action), tahap ini berisi konflik yang
telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin
berkembang; (4) tahap klimak (climax), tahap ini berisi konflik
atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita mencapai titik
puncak; (5) tahap penyelesaian (denouement), tahap ini berisi
penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi (Nurgiyantoro,
2012: 149).
Berdasarkan kriteria urutan waktu dibagi tiga macam
alur, yaitu: (a) alur maju, alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa
tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti
peristiwa kedua, dan selanjutnya. Cerita umum dimulai dari
tahap awal sampai tahap akhir; (b) alur sorot balik, alur ini berisi
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak
runtut ceritanya); (c) alur campuran, alur ini berisi peristiwa-
peristiwa gabungan dari plot progresif dan regresif.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur
adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
25
untuk menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita.
Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga
menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur merupakan
perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga
membentuk kerangka utama cerita yang dimulai dari pengenalan
hingga pemecahan konflik.
4) Latar (Setting)
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
pristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2012:
35). Nurgiyantoro (2012: 227) membedakan unsur latar kedalam
tiga unsur pokok, yaitu: (1) latar tempat mengacu pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi,
misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya; (2)
latar waktu mengacu pada kapan terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang,
malam, dan jam; (3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya
kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berpikir, dan bersikap.
26
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
latar merupakan tempat, waktu dan sosial saat peristiwa itu
berlangsung. Latar tempat mengacu pada tempat terjadinya
peristiwa di dalam cerita, latar waktu mengacu pada kapan
peristiwa dalam cerita itu terjadi, sedangkan latar sosial
mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial.
5) Sudut Pandang (Point of View)
Abrams mendefinisikan sudut pandang sebagai cara yang
digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah
karya fiksi kepada pembaca.Dengan demikian, sudut pandang
pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya (Nurgiyantoro, 2012: 248).
Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1)
metode orang pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan
kisah aku. “Aku” berkemungkinan pengarangnya, tetapi dapat
pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2) metode orang
kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau
mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba
tahu. Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan
tetapi dapat juga sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).
27
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut
pandang (Poin of View) merupakan penyebutan kata ganti nama
untuk tokoh-tokoh dalam cerita dan posisi narator dalam sebuah
cerita. Pengarang mempunyai kebebasan untuk menggunakan
beberapa sudut pandang dalam sebuah karya jika lebih efektif.
2. Nilai Moral dalam Novel
a. Pengertian Moral
Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri berbeda
dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik
buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai
kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan
sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi pembaca dalam
kehidupan sehari-hari.
Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari
pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya.
Ajaran moral tersebut pada hakikatnya merupakan saran atau
petunjuk agar pembaca memberikan respon atau mengikut
pandangan pengarang. Ajaran moral yang dapat diterima pembaca
biasanya bersifat universal, dalam arti menyimpang dari kebenaran
dan hak manusia. Pesan moral sastra lebih memberat pada kodrati
manusia yang hakiki, bukan pada aturan yang dibuat, ditentukan, dan
dihakimi manusia (Nurgiyantoro, 2012: 321).
28
Moral mengandung beberapa pengertian anatara lain: adat
istiadat, sopan santun, dan perilaku (Zuriah, 2011: 17). Tindakan
yang melanggar larangan suatu aturan, maka tindakan tersebut
dianggap salah. Sebaliknya, tindakan yang tidak melanggar aturan
atau sesuai dengan aturan, maka tindakan tersebut dianggap benar.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
moral adalah ajaran baik dan buruknya yang berkaitan dengan sikap,
perbuatan, budi pekerti, dan akhlak seseorang. Moral dalam karya
sastra biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang
bersifat praktis bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
b. Jenis Moral dalam Karya Sastra
Jenis moral dalam karya sastra sangat bervariasi dan tidak
terbatas jumlahnya baik persoalan hidup maupun persoalan yang
menyangkut harkat dan martabat manusia dan dapat diangkat sebagai
ajaran moral dalam karya sastra. Secara garis besar persoalan hidup dan
kehidupan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk hubungannya dengan
lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya
(Nurgiyantoro, 2012: 323).
Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat berhubungan
dengan masalah-masalah seperti eksistensi diri, harga diri, percaya
diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian, dan keterombang-
ambingan antara beberapa pilihan. Persoalan hidup manusia dalam
29
hubungannya dengan manusia lain antara lain dapat berwujud:
persahabatan, kesetiaan, penghianatan, dan kekeluargaan. Persoalan
hubungan manusia dengan Tuhan meliputi beribadah, berdoa,
bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah (Nurgiyantoro, 2012:
324-325).
3. Pembelajaran Apresiasi Sastra dalam Novel Perjalanan Menuju
Langit di Kelas XI SMA.
a. Pengertian pembelajaran sastra
Pembelajaran sastra merupakan suatu proses pendidikan yang
kaitannya antara pendidik dan peserta didik di lingkungan belajar.
Proses belajar mengajar dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah
yang di dalamnya terdapat fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling melengkapi antara pengajar dan pembelajar supaya dapat
mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang baik dan memuaskan
(Hamalik, 2015: 35).
Di dalam lingkungan sekolah manusia terlibat penting dalam
sebuah pengajaran yang terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.
Bukan hanya itu tapi fasilitas dan kenyamanan juga penting seperti
ruang kelas yang memadai dan penggunaan-penggunaan alat-alat
audio visual serta material seperti buku, papan tulis, meja, kursi, dan
sebagainya. Itu semua merupakan suatu kebutuhan penting yang
harus ada dalam sebuah pembelajaran.
30
Bahan ajar yang disajikan kepada siswa haruslah sesuai
dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada tahapan
pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan ajar yang
tepat sesuai dengan perkembangan siswanya.
Dari tujuan pembelajaran sastra, peneliti menggunakan
kurikulum KTSP yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan, karena
kurikulum tersebut menitikbertakan pada siswa yang andil besar dan
terampil aktif. Guru pun dapat memilih metode yang dianggap tepat
dan sesuai dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa.
b. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1. Standar Kompetensi
Depdiknas (Sukirno, 2009: 104) memaparkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta
didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang
kemampuan dan ketrampilan yang menjadi fokus proses
pembelajaran dan penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas
dan arah kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu.
2. Kompetensi Dasar
Sukirno (2009: 104) memaparkan bahwa kompetensi dasar
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
31
indikator kompetensi alam suatu pelajaran. Kompetensi dasar
yang biasanya disingkat KD merupakan sub bagian dari SK.
Cakupan materi pada kompetensi dasar lebih sempit dibanding
dengan standar kompetensi. Selain itu, kata kerja yang digunakan
adalah operasional, seperti: menyimak, membaca, membicarakan,
menulis, mengapresiasi, menghitung, mengidentifikasi,
membedakan, menafsirkan, menganalisis, menerapkan dan
menerangkan. Selanjutnya, kompetensi dasar diuraikan menjadi
sejumlah indikator. Kompetensi dasar berguna untuk
meningkatkan target kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
3. Indikator
Sukirno (2009: 105) memaparkan bahwa indikator
merupakan acuan dalam menentukan penilaian. Oleh karena itu,
rumusan indikator harus dapat diukur dengan berbagai teknik dan
alat penilaian. Untuk itu, kata kerja yang digunakan pada
indikator sepenuhnya harus operasional dan cakupan materinya
harus lebih terfokus, atau lebih sempit dibanding dengan kata
kerja pada kompetensi dasar. Indikator ini menjadi pedoman
tentang tingkat pencapaian hasil peserta didik sesuai kompetensi
dasar yang harus dimiliki.Berhasil atau tidaknya pembelajaran
dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya indikator.
32
4. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang
operasional yang ditargetkan atau diapai dalam renana
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan
dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.
Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rusmusan
tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah
tujuan atau beberapa tujuan.
5. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang harus dipilih oleh guru
hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu
guru harus dapat mengembangkan pedoman dalam menentukan
materi pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra harus sesuia
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa agar lebih
tertarik dan cepat dalam menerima materi yang diberikan guru.
Materi pembelajaran sastra mencakup teori unsur intrinsik dan
nilai moral.
6. Metode Pembelajaran
Dalam mengajarkan suatu karya sastra (novel) guru harus
memilih metode pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar
mengajar, guru bisa menggunakan metode secara bervariasi,
diantaranya metode ceramah, diskusi, dan inquiri.
33
7. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah orang yang dapat dijadikan tempat
bertanya tentang berbagai pengetahuan (Depdiknas, 2008: 1353).
Dalam kegiatan belajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari
guru saja. Namun, buku pelajaran juga dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah dipahami,
hemat waktu dan tenaga, dan hasil lebih bermakna dengan
menggunakan bantuan berbagai alat.
Sumber belajar dapat berupa buku-buku dari pribadi guru itu
sendiri. Sumber belajar yang berupa buku, yaitu buku pelajaran yang
disiapkan dan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Buku
tersebut dapat berupa buku pokok dan buku pelengkap.
8. Model pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan oleh penulis dalam
pembelajaran sastra (novel) di SMA, yaitu model pembelajaran
kooperatif group investigation. Model pembelajaran kooperatif
group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan
kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok
(Rusman, 2010: 222). Model ini diranncang untuk membantu
terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti
pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.
Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman.
Model pembelajaran group investigation ini, bertujuan agar siswa:
34
a. siswa hendaknya aktif, learning by doing;
b. belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik;
c. pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetaap;
d. kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat
siswa;
e. pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip
saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya
prosedur demokrasi sangatlah penting;
f. kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Model pembelajaran kooperatif group investigation memiliki
enam langkah pembelajaran:
a. grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan
sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan),
b. planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana
mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya),
c. investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi
klarifikasi, mengumulkan informasi, menganalisis data,
membuat inferensi),
d. organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan
presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis),
e. presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain
mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan), evaluating (masing-masing siswa
melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan
35
hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar
yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.
9. Evaluasi
Pada pelaksanaan terakhir diadakan evaluasi. Dalam
pengajaran sastra, evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. evaluasi yang menyangkut tingkah laku dan sikap siswa;
b. evaluasi tentang pengetahuan yang bersifat apresiatif.
Hasil evaluasi dari siswa, kemudian diorientasikan dengan
tujuan yang telah direncanakan. Kegiatan belajar mengajar itu akan
berhasil dengan baik apabila hasil evaluasi dari siswa diorientasikan
dengan tujuan yang sesuai, sebaliknya dengan kegiatan belajar
belum berhasil apabila hasil evaluasi dari siswa dengan tujuan tidak
menunjukkan kesesuaian.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami
dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan
berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif, dan
menyenangkan, sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan sumber data, objek penelitian, fokus penelitian,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik
penyajian hasil analisis.
A. Sumber Data
Arikunto (2010: 172) menyatakan bahwa sumber data adalah subjek dari
mana data diperoleh. Sumber data utama (primer) dalam penelitian ini adalah
novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji. Novel ini
diterbitkan oleh Tiga Serangkai, Solo, pada tahun 2013, dan terdiri dari 370
halaman. Sumber data dalam penelitian ini berupa dialog kutipan langsung
maupun tidak langsung pada novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji.
B. Objek Penelitian
Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa objek penelitian adalah
sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Objek penelitian ini adalah aspek nilai moral yang
terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut yeng
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2011: 285).
37
37
Penelitian ini difokuskan nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji yang meliputi: (1) hubungan manusia
dengan Tuhan, (2) hubungan manusia dengan manusia, (3) hubungan manusia
dengan dirinya sendiri dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data penelitiannya (Arikunto, 2010: 160). Teknik
pengumpulan data yang penulis lalukan yaitu dengan menggunakan teknik
pustaka. Menurut Subroto (1992: 41-42) teknik pustaka yaitu menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Selain itu, penulis juga
menggunakan teknik. Teknik catat digunakan untuk mencatat data-data penting
yang ada di dalam novel sebagai data penelitiannya.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data sebagai
berikut:
1. mencari objek berupa novel;
penulis mencari objek penelitian yang akan diteliti. Objek yang akan
diteliti dapat lebih dari satu objek penelitian.
2. membaca keseluruhan;
setelah peneliti menemukan objek penelitian, objek tersebut dibaca secara
kritis dan teliti
38
3. mengidentifikasi aspek-aspek nilai moral;
ditentukan kutipan-kutipan yang merupakan aspek nilai moral. Kemudian
penulis mencari hubungan aspek-aspek nilai moral yang ada dalam novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji.
4. mencatat data penelitian kedalam nota pencatat;
setelah penulis mendapatkan data-data yang falid maka penulis
memindahkannya dalam nota pencatat data yang kemudian data tersebut
dibahas lebih mendalam lagi.
E. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) memaparkan bahwa instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaan lebih mudah, hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penulis, kertas pencatat data dan alat
tulisnya. Kertas pencatat data digunakan untuk mencatat data hasil dari
pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan kutipan-
kutipan novel yang berkaitan dengan pembahasan.
F. Teknik Analisis Data
Ismawati (2011: 20) menjelaskan analisis data adalah proses yang
digunakan untuk mengurutkan dan mengorganisasikan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga melalui proses tersebut dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
39
oleh data tersebut. Penelitian yang peneliti lakukan dalam novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan teknik content analysis atau metode analisis
data. Disini penulis membahas dan mengkaji isi novel tersebut. Peneliti
mengkaji isi novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji dengan pendekatan struktural.
Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penelitian
sebagai berikut ini.
1. Mencatat data aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji yaitu
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,
dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
2. Menganalisis aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji yaitu
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,
dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
3. Menyimpulkan data yang telah diteliti.
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Teknik yang digunakan untuk penyajian hasil analisis adalah
menggunakan metode informal. Sudaryanto (2015: 241) memaparkan bahwa
metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa meskipun dengan
terminologi yang bersifat teknis. Dengan demikian, penulis menyajikan hasil
analisis unsur instrinsik (tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan amanat),
40
nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan
alam sekitar, serta kesesuaian nilai moral sebagai relevansi pembelajaran di
SMA dalam penelitian ini diharapkan menggunakan kata-kata tanpa
menggunakan tanda atau lambang-lambang.
41
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini berisi sajian data dan pembahasannya. Pada subbab penyajian data,
dipaparkan data-data penelitian yang dikumpulkan untuk menjawab rumusan
masalah. Selanjutnya, pada subbab pembahasan data, data yang telah disajikan
diuraikan dengan jelas guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
A. Penyajian Data
Sesuai dengan permasalahan penelitian, data yang disajikan berupa: (1)
unsur intrinsik novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji, (2) nilai moral pada novel Perjalanan Menuju Langit, dan (3) skenario
pembelajaran novel Perjalanan Menuju Langit di SMA. Di bawah ini
diuraikan ketiga hal tersebut.
1. Unsur Intrinsik Novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad
Muhsin Lahajji.
Data penelitian unsur intrinsik novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji berupa kutipan-kutipan cerita yang
menunjukkan tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan
amanat. Agar efektif, data tidak disajikan berupa kutipan cerita, tetapi
berupa nomor halaman sumber kutipan itu dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji. Kutipan dipaparkan pada subbab
pembahasan data. Pada tabel di bawah ini, disajikan data unsur intrinsik
novel Perjalanan Menuju Langit.
42
Tabel 4.1
Unsur Intrinsik Novel Perjalanan Menuju Langit
Karya Muhammad Muhsin.
No. Unsur Intrinsik Data Halaman Novel
1. Tema
a. Tema minor 1) Percintaan 5, 13, 42, 159, 277,
280, 292
2) Persahabatan 17, 53
b. Tema mayor Perjalanan hidup 17, 119, 280, 363
2. Tokoh dan Penokohan
1) Tokoh utama dan
penokohan
Alfi Rahmat: pantang
menyerah, tampan, alim,
jujur
3, 11, 277
2) Tokoh tambahan
dan penokohan
a. Ardi: baik, suka
menolong
9, 10
b. Ade Siska: baik, jail,
suka menolong
38, 41
c. Atila Reina: cantik,
baik, suka menolong
134, 139, 142, 145
d. Ainun: cantik, alim,
baik hati, sholehah,
hafidzah
175, 177
e. Muthmainah: cantik,
baik, alim, sholehah
300, 318
f. Om Akmal: baik,
tanggung jawab,
peduli
53, 56, 114, 116
g. Etek Leli: baik hati,
suka membantu,
peduli
56, 57, 140
h. Etek Vina: baik,
peduli, keras
109, 110
i. Aulia Wipogso:
cantik, jahat
40, 41, 42, 43
j. Ipung: baik, amanah,
tanggung jawab
222-223, 324
k. Gusrial: baik,
tanggung jawab
222-223, 316
l. Amir: cerdas, jahat 47- 48, 49, 52,
3. Alur menurut jenisnya Mundur 7, 178, 192, 220,
258
Alur menurut urutan
peristiwanya
1) Tahap penyituasian 17
2) Tahap pemunculan
konflik
37
43
No. Unsur Intrinsik Data Halaman Novel
3) Tahap peningkatan
konflik
90, 94
4) Tahap puncak
konflik/klimak 311
5) Tahap penyelesaian 340
4. Latar
a. Latar tempat 1) Sungai Ombilin 8
2) Sawahlunto 16
3) Ruang kelas 26
4) SD Talawi Hilir 18
5) Rumah sakit 92
6) SMAN Sawahlunto 18
7) Kandi 87
8) Kamar 117, 122, 135
9) Masjid 343
10) Kost Arjuna 123, 128
b. Latar waktu 1) Malam hari 1, 3, 87, 95, 199,
243
2) Pagi hari 19, 33, 71, 131
3) Siang hari 46
4) Hari minggu 70
c. Latar Suasana 1) Bising 164-165, 165
2) Hujan 135, 202
3) Panik 168, 169
d. Latar Sosial 1) Bahasa 9, 13, 17, 48
2) Adat istiadat dan
kepercayaan 13, 71, 73
3) Pandangan hidup
tokoh 3, 177
5. Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu 3, 9
6. Amanat
Pilihlah cinta sesuai
standar iman, bukan
sekedar fisik, jabatan,
dan harta semata.
Jalanilah hari-hari cinta
itu dengan hiasan Al-
Qura‟an dan sunnah
sepanjang waktu.
3, 360
44
2. Nilai Moral Novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Seperti halnya sajian data unsur intrinsik, data nilai moral novel
Perjalanan Menuju Langit disajikan dalam bentuk tabel. Pada tabel di
bawah ini, disajikan data nilai moral novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji adalah (1) hubungan manusia dengan Tuhan,
(2) hubungan manusia dengan diri sendiri, dan (3) hubungan manusia
dengan manusia.
Tabel 4.2
Nilai Moral Novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad Muhsin
Lahajji
No. Nilai moral Data Penyajian data
1. Hubungan manusia
dengan Tuhan
a. Salat 186, 187, 257, 280
b. Berdoa 99, 183, 265, 280
c. Zikir 3, 186, 334
d. Bersyukur 3, 186, 243, 279, 282
2. Hubungan manusia
dengan diri sendiri
a. Jujur 51, 255
b. Disiplin 20, 146
c. Rasa ingin tahu 19, 30, 35, 163
3. Hubungan manusia
dengan manusia
a. Menghargai prestasi
orang lain
33, 34, 35
b. Bersahabat/
komunikatif
17, 35, 41, 53
c. Peduli sosial 80-81, 84, 171
3. Skenario Pembelajaran Novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin di SMA
Skenario pembelajaran sastra di SMA dengan materi nilai moral
dalam novel Perjalanan Menuju Langit berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) diawali dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut.
45
Tabel 4.3
Skenario Pembelajaran Novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin Lahajji
Satuan Pendidikan SMA
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester XI (sebelas) II (dua)
Alokasi waktu Deskripsi
a. Standar Kompetensi Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/novel terjemahan
b. Kompetensi Dasar 7.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel indonesia/terjemahan
c. Indikator a. mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik
novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji;
b. mampu menganalisis nilai moral yang meliputi
nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan diri sendiri, dan manusia
dengan manusia novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji;
d. Tujuan Pembelajaran a. mampu menganalisis nilai moral yang
meliputi nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri,
dan manusia dengan manusia novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji;
b. siswa dapat menganalisis nilai moral yang
meliputi nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri,
dan manusia dengan manusia novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji;
e. Materi Pembelajaran Naskah novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji yang dibahas adalah
unsur-unsur intrinsik dan nilai moral novel
tersebut.
f. Metode
Pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
d. Penugasan
46
g. Langkah-Langkah
Pembelajaran
Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45
menit
a. Kegiatan Awal
1) Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama;
2) Guru menjelaskan tujuan dan manfaat
pembelajaran serta memotivasi siswa
dengan mengarahkan pada situasi
pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1) Guru menerangkan tentang unsur intrinsik
dan nilai moral yang terdapat dalam karya
sastra
2) Guru bertanya jawab dengan siswa
berkaitan denga unsur intrinsik dan nilai
moral dalam sastra
3) Guru membagi kelompok berdasarkan
jumlah siswa dan membagi tugas kepada
masing-masing kelompok
4) Guru mengajak siswa membaca membaca
novel Perjalanan Menuju Langit (membaca
novel memerlukan waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu guru meminta siswa untuk
melanjutkan membaca di luar jam sekolah)
c. Kegiatan Akhir
1) Guru menyuruh siswa untuk melanjutkan
membaca dan menyelesaikan tugas
kelompok di luar jam sekolah
2) Guru menutup pembelajaran dengan salam
penutup
Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45
menit
a. Kegitan Awal
a) Guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama
b) Guru mengulas kembali materi pada
pertemuan sebelumnya dengan memberi-
kan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
b. Kegiatan Inti
a) Guru mengecek kembali apakah tugas
siswa sudah diselesaikan oleh masing-
masing kelompok
b) Guru meminta masing-masing kelompok
mempesentasikan hasil diskusinya dan
kelompok lain menanggapi
47
c. Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilaksanakan
2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru menutup pembelajaran dengan salam
h. Sumber Belajar a. Novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji
b. Buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan
Nurgiyantoro
c. Modul Bahasa Indonesia kelas XI
i. Media Pembelajaran LCD, laptop, program power point
j. Nilai Karakter
Bangsa
a. Jujur
b. Disiplin
c. Kreatif
d. Rasa ingin tahu
e. Tanggung jawab
f. Mandiri
g. Kerja keras
h. Cinta tanah air
k. Penilaian a. Aspek kognitif: tes esai yang menuntut siswa
untuk menjawab pertanyaan dalam bentuk
uraian dengan menggunakan bahasa sendiri.
b. Aspek afektif: penilaian yang diperoleh dari
perilaku siswa dalam proses pembelajaran,
seperti sikap saat mengikuti diskusi kelompok,
sikap bertanya, dan aktivitas lainnya.
c. Aspek psikomotorik: penilaian yang
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa
yakni menulis, yang diperoleh dengan tugas
proyek untuk membuat tulisan analisis sastra
terkait dengan materi pembelajaran yang
telah dilakukan
B. Pembahasan Data
Sesuai dengan data yang telah disajikan pada subbab sebelumnya, pada
bagian ini dibahas data-data tersebut. Pembahasan meliputi: (1) unsur intrinsik
novel Perjalanan Menuju Langit, (2) nilai moral dalam novel Perjalanan
Menuju Langit, dan (3) skenario pembelajaran novel Perjalanan Menuju
Langit di SMA.
48
1. Unsur Intrinsik Novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Unsur intrinsik novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji meliputi: tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut
pandang, dan amanat. Di bawah ini diuraikan unsur-unsur pembangun novel
Perjalanan Menuju Langit.
a. Tema
Tema adalah gagasan, ide, pilihan utama yang mendasari suatu karya
sastra. Tema yang terdapat pada novel dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah makna pokok yang
menjadi dasar atau gagasan dasar suatu karya sastra. Tema mayor
ditentukan dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol
dalam cerita. Tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada bagian-
bagian tertentu cerita atau dapat diidentifikasikan sebagai makna
tambahan. Di bawah ini disajikan pembahasan data mengenai tema dalam
novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji.
1) Tema Minor
Tema minor adalah tema-tema tambahan atau tema sampingan
dari tema mayor. Tema minor ini sering disebut sebagai permasalah-
an dalam sebuah cerita. Dalam novel Perjalanan Menuju langit ada
beberapa tema minor atau yang mengacu dalam tema mayor sebagai
berikut.
49
a) Percintaan
Alfi yang memiliki wajah yang tampan, putih bersih, dan
menawan. Perasaan cinta Alfi muncul disaat ia tumbuh dewasa
dan mulai mengenal lawan jenisnya. Hal ini terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Bahwa betapa ia mencintai istrinya, betapa bersangatan
cintanya, betapa memabukkan cintanya. Rasanya adalahsuatu
hal yang wajar jika seorang lelaki begitumencintai istrinya
layaknya Adam yang merana karena berpisah dengan Hawa,
Rasul Muhammad yang pilu di tinggal Khadijah.”
(PMJ:5)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alfi mengungkapkan
perasaannya yang selama ini ia pendam untuk Bu Fitria walaupun
hanya di dalam hatinya, guru bahasa Inggris yang menjadi idola
di hati Alfi. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Alfi selalu tersenyum merona sama seperti anak laki-laki
lainnya saat mengikuti mata pelajaran bahasa inggris.
Alasannya adalah karena paras cantik Sang Guru serta
suaranya yang syahdu membuat Alfi terbuai-buai di terpa
angin Guguok Cubodak. Buk Fitria namanya guru
mempesona itu yang selalu mereka bisiki saat ia menghadap
ke papan tulis. Guru tercantik di SMA Guguok Cubodak
bahkan dialah guru tercantik se Sawahlunto versi Alfi cs.
Sang perawan berkulit putih mulus yang membuat betah
mereka yang selalu kena hukuman berupa cubitan diperut
karena tak membuat tugas.” (PML:19)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi sangat mengidolakan
sosok Bu Fitria Guru Bahasa Inggris di sekolahnya. Alfi menyimpan
rasa kepada Guru tercantik di sekolahnya itu. Tema percintaan juga
terlihat dalan kutipan berikut.
50
“Alfi suka pada Lia, tapi ia tak pernah berfikiran akan
menyatakan bahwa jika ia mengajarkan Lia pelajaran sejarah
ia berhak mendapatkannya. Alfi hanya ingin memastikan
kalau tak terjadi apa-apa pada Lia Alfi berfikir dan khawatir,
mungkin saja Lia dipaksa seseorang untuk menjauhi dirinya.
Hanya saja Alfi lah yang terlalu stupid tak memahami bahasa
tubuh, bahwa Lia hanya memanfaatkan dirinya.”
(PML:42)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sosok Alfi mulai
menunjukan rasa ketertarikan kepada lawan jenis, Aulia Wipogso
adalah gadis pertama yang ia taksir di bangku sekolah. Tema
percintaan juga masih terlihat pada kutipan berikut ini.
“Setelah makan ia berencana akan mengajak Tila nongkrong
di pinggir kanal besar yang ada di sisi kiri mall. Disanalah
tempat yang paling tepat untuk menyatakan cintanya kepada
Tila yang selama ini ia pendam. Akan romantis jika ia
berhasil mengulur waktu hingga matahari memerah
menandakan akan terbenam. Bertambah amboy rasanya alam
khayal tersebut jika ketika Alfi mengungkapkan cinta yang
disambut suka cita oleh Tila dengan mengatakan “Ya, aku
juga cinta padamu”, langit memerah dan kelam menandakan
malam telah tiba. “Sungguh romantis…” Khayal Alfi sembari
tersenyum pada diri sendiri di depan kaca ketika ia menyisir
rambut.”
(PML:159)
Perasaan cinta Alfi muncul kepada Atila Reina, gadis cantik
dan baik yang menjadi malaikat penolong Alfi di saat ia terpuruk
sakit tanpa ada yang perduli dengan keadaan dirinya di waktu itu.
Tema percintaan juga masih terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Walaupun Alfi setelah berbulan madu dari Sawahlunto dan
kini ia kembali tinggal bersamaistrinya Ainun di Padang, tapi
hari-hari cinta itu tetap sama, terasa manis, penuh warna,
penuh makna. Langit indah di atas kepala seakan-akan
bergerak dari Sawahlunto hingga ke Padang untuk menaungi
mereka. Hari-hari cinta itu tak mengubah apapun selain
gairah hidup yang meletup-letup bagai kawah merapi, harum
51
semerbak wangi menusuk hidung khayalan mereka bagai di
hembuskan oleh bumi.”
(PML:292)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi dan Ainun sudah resmi
menjadi sepasang suami istri yang bahagia. Hari-hari penuh warna
mereka nikmati setiap hari yang dihiasi oleh indahnya cinta yang
suci.
b) Persahabatan
Tema persahabatan pada novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji yaitu persahabatan antara Alfi
dengan Ade Siska atau Dede. Dede merupakan sahabat yang
sangat dekat dengan Alfi dari kecil. Hal ini terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Dede adalah teman sepermainan Alfi sejak SD. Nama
lengkapnya Ade Siska. Terkadang Alfi sering mencandainya
kalau sebaiknya ia di panggil Siska saja. Dan rambutnya yang
selalu panjang itu sebaiknya di kuncir, agar ia lebih mirip
dengan wanita dengan inisial S di depannya. Sifat mereka
sebelas-dua belas, bak boruok jo cigak.”
(PML:17) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Dede adalah teman
sepermainan Alfi sejak ia masih Sekolah Dasar. Sifat mereka
berdua memiliki sifat yang sama.
“Alfi kembali berkawan dengan Dede karena rindu yang tak
tertahankan. Begitulah anak-anak, sudah bertengakar
berkawan lagi. Dede tak lagi berteman dengan Nanda, “Dia
itu menyebalkan, makannya banyak” Keluh Dede. Sementara
Alfi tak meneruskan kontrak persahabatannya dengan Amir
karena ada perbedaan antara visi misi kehidupan diantara
mereka.”
(PML:53)
52
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sahabat yang
baik adalah sahabat yang selalu dekat dengan kita. Walaupun
terjadi perselisihan paham tetapi sahabat sejati tidak akan pisah
selamanya.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, dapat disimpulkan
bahwa semua masalah tersebut menjadi satu kesatuan tema dalam
novel Perjalanan Menuju Langit adalah sebuah percintaan dan
persahabatan dalam menjalani kehidupan, sebab di dalam
kehidupan pasti banyak mengalami masalah yang silih berganti.
2) Tema Mayor
Tema mayor yaitu rangkuman atau kesimpulan dari tema minor.
Dalam novel tersebut tema mayornya adalah gabungan dari tema
minor yaitu percintaan dan persahabatan. Berdasarkan dua tema minor
di atas, tema mayor novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji tersebut yaitu perjalanan hiduup dalam
menghadapi masalah-masalah kehidupan yang silih berganti di alami
tokoh utama.
b. Tokoh dan Penokohan
Novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji memiliki banyak tokoh sehingga penulis membagi tokoh menjadi
dua macam, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penggunaan
pembagian tokoh tersebut juga bertujuan untuk memudahkan dan
membedakan mana tokoh yang perlu mendapat perhatian khusus serta
53
didasarkan pada seberapa jauh keterlibatan tokoh dalam jalinan cerita.
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah
cerita dibedakan menjadi dua, yaitu: tokoh utama dan tokoh tambahan.
a) Tokoh utama dalam novel Perjalanan Menuju Langit yaitu Alfi
Rahmat. Kemunculannya memegang peranan penting dan mem-
pengaruhi alur cerita. Tokoh tersebut juga berhubungan dengan tokoh-
tokoh lainnya.
b) Tokoh tambahan yang terdapat pada dalam novel Perjalanan Menuju
Langit yaitu Ardi, Ade Siska, Atila Reina, Ainun, Muthmainah, Om
Akmal, Etek Leli, Etek Vina, Aulia Wipogso, Ipung, Gusrial dan
Amir. Tokoh-tokoh tersebut merupakan tokoh tambahan karena tokoh
yang pemunculannya hanya sebagai pelengkap bagi tokoh utama saja.
Namun, kehadiran tokoh tambahan ini sangat mempengaruhi adegan-
adegan yang dilakukan oleh tokoh utama.
Berdasarkan peranannya dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh
utama dan tokoh tambahan.
1) Tokoh Utama
Tokoh utama dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji adalah Alfi.
Alfi adalah seorang pemuda yang sangat taat beribadah, pantang
menyerah, pandai, tanpan, jujur, dan selalu berpasrah diri dengan
keadaan apapun yang dialaminya. Hal ini terlihat pada kutipan di
bawah ini.
54
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat Tuhan tersebut.
Senantiasa bertasbih memuji Sang Pencipta bulan, pencipta
alam. Pencipta manusia itu sendiri. Tak henti-hentinya ia
mengucapkan Subhanallah, maha suci Allah sedari tadi ia
bertahajjud di sepertiga malam.”
(PML:3)
Berdasarkan kutipan di aas terlihat bahwa Alf adalah orang yang
mensyukuri nikmat Tuhan, ia tak henti hentinya memanjatkan
syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa
“Alfi menendang-nendang dengan kecepatan penuh kearah atas.
Entah mengapa gerakannya serasa begitu lamban. Ia berusaha ke
permukaan dengan sekuat tenaga, karena dari tadi telah
meminum banyak air. Dadanya mulai sesak, tapi tetap saja
mencapai permukaan terasa sangat jauh.”
(PML:11)
Berdasarkan kutipan di atas, Alfi terlihat panik saat ia mulai
tenggelam dan meminum banyak air. Ia berusaha sekuat tenaga agar
tidak tenggelam, tetapi tetap saja ia tenggelam di sungai.
“Mohon maaf Lia, toko kami telah banyak bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan di Padang, Alhamdulillah kami bisa
memberikan harga yang lebih murah dibanding yang lain, salah
satunya karena kami langsung memesan perangkat komputer
dari Singapura dan Malaysia. Namun kami tidak pernah
memberikan harga yang seperti Lia sampaikan di awal kepada
karyawan saya. Memang banyak beberapa agen dari beberapa
perusahaan meminta tips dengan merubah nominal harga yang
tertera di kwitansi, tapi mohon maaf kami tidak bisa
memberikannya” Sebelum Alfi keluar tadi rupanya Ipung sudah
menjelaskan kepadanya keinginan Lia tersebut.”
(PML:255)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi menolak atas apa yang
diminta oleh Lia. Ia tidak pernah memberikan harga seperti yang Lia
sampaikan di awal kepada karyawannya.
55
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bagaimana watak Alfi
dalam kehidupannya sehari hari. Ia adalah pemuda yang baik, jujur,
taat dalam beribadah, serta gigih dalam perjuangannya. Sehingga ia
sekarang menjadi seorang boss di toko komputer miliknya.
2) Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji, yaitu Ardi, Ade Siska (Dede),
Murni Azizah, Atila Reina, Ainun, Muthmainah, Om Akmal, Etek Leli,
Etek Vina, Aulia Wipogso, Ipung, Gusrial, dan Amir. Tokoh-tokoh
tersebut merupakan tokoh tambahan karena tokoh yang pemunculannya
hanya sebagai pelengkap bagi tokoh utama saja. Namun, kehadiran tokoh
tambahan ini sangat mempengaruhi adegan-adegan yang dilakukan oleh
tokoh utama.
a) Ardi
Ardi adalah sosok teman yang baik bagi Alfi, dia mem-
puanyai sifat suka menolong dan baik hati membantu Alfi. Hal ini
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Adalah Ardi orang yang pertama kali mengajarkan Alfi
berenang dan membawa sampan. Seorang guru hebat yang telah
mengajarkan salah satu keahlian yang di sunnahkan bagi setiap
muslimin oleh Rasul Allah, yaitu berenang. Ardi punya metode
tersendiri dalam mengajarkan Alfi. Yaitu dengan mendorong-
nya ke lubuk hingga ia tenggelam dan meminum banyak air.
Tangisnya pecah setelah Ardi menyelamatkannya.”
(PML:9)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ardi memiliki sifat yang
baik hati dan suka menolong ketika ia mengajari Alfi berenang di
56
sungai Ombilin. Sifat baik Ardi juga terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Nah setelah kamu berhenti menangis, cobalah lompat
kembali kelubuk itu dan buktikan bahwa aku telah berbuat
baik” kata Ardi terus tertawa
“Gila kau, gila kau, hik....hik....hik”
“Ee... tidak percaya, jika kamu ingin bisa berenang kamu
harus tenggelam dulu. Jika kamu ingin berhasil, kamu harus
mencoba dulu kegagalan, agar tahu bagaimana manisnya
sebuah keberhasilan.”
(PML:10)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ardi adalah orang yang
pertama kali mengajari Alfi berenang. Ia membawa alfi ke tengah
sungai kemudian ia melepaskannya sehingga Alfi tenggelam
sampai akhirnya Alfi bisa berenang sendiri ketepi sungai.
Berdasarkan kutipan kutipan diatas, dapat disimpulkan
bagaimana watak dan sifat dari yang dimiliki oleh Ardi yaitu suka
menolong dan baik hati membantu mengajari Alfi berenang di
sungai Ombilin.
b) Ade Siska
Ade Siska adalah teman sekaligus sahabat Alfi dari kecil. Dia
memiliki sifat yang baik, suka menolong dan memiliki sifat yang
sedikit jail. Ade Siska lah yang selalu bermain bersama sama
dengan Alfi diwaktu masih sekolah dulu. Hal ini terlihat dalam
kutipan di bawah ini.
“Tanpa peri kemanusiaan malah Dede menjahili Alfi dengan
bernyanyi di dekatnya “Hancur sudah hatiku, gadis pujaanku di
ambil orang” Sendal terbang segera hinggap di keningnya.”
(PML:38)
57
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Dede menjaili Alfi
dengan cara menyanyi di dekat telinga Alfi. Dede menyanyikan
lagu yang artinya putus cinta.
“Dasar wa'ang tak suka melihat teman senang” Keluh Alfi
terhadap sifat Dede yang sok idealis “Cemburu wa'ang rupa-
rupanya” Tambah Alfi “Ini lebih dari cemburu Al, aku
sedang menyelamatkanmu dari tsunami cinta, musibah besar
yang tak kan kau sangka-sangka kedatangannya.”
(PML:41)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwaAde Siska adalah sahabat
Alfi. Ade Siska menasehati Alfi agar ia tidak terperangkap dalam
rayuan Lia, gadis cantik yang akan memanfaatkan kepandaian Alfi
dalam pelajaran sejarah.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan
bagaimana watak dari seorang Ade Siska yang memiliki sifat
sedikit jail namun sebenarnya baik hati. Ade Siska lah yang selalu
bermain bersama sama dengan Alfi dimasa sekolah dulu.
c) Atila Reina
Atila Reina adalah seorang gadis berparas cantik, manis dan
suka menolong Alfi. Atila lah yang membuat Alfi berubah menjadi
rajin dan semangat untuk berjuang menjalani kehidupannya, Atila
juga yang menolong Alfi ketia ia pingsan di kamar kostnya. Hal ini
terlihat pada kutipan di bawah ini.
„„Orang-orang sering memanggilnya Tila. Ia memang begitu
mudah dikenal karena sifat ramahnya kepada setiap orang. Ia
mengenakan jilbab, walaupun pakaiannya masih mirip
dengan pakaian Kak Shanti, pacarnya Bang Tedi. Hanya saja
58
parfum yang dipakainya tidak begitu tajam. Cukup wangi,
namun tidak terlalu.”
(PML:134)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Tila memiliki
sifat yang ramah dan cantik walaupun pakaiannya masih seperti
kak Shanti. Namun Tila masih sedikit lebih sopan dibandingkan
lainnya.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar Al” sapa Tila sambil
tersenyum. Senyuman yang biasa ia lihat di kampus.
Senyuman khas seorang Tila. Dan tak lupa bibirnya yang
berwarna pink. Alfi membalas sapaan Tila dengan senyuman
pula. Namun lidahnya masih kelu ketika hendak menyapa Tila.
“Aa…Apakah kamu yang…..?” Sebenarnya Alfi memang
tidak sanggup untuk berucap sepatah katapun. Namun ia
memaksakan diri sebagai tanda terimakasih kepada orang
yang telah membantunya sebelum pembicaraannya itu
dipotong oleh Tila “Memang aku yang membawamu kesini.
Aku menemukan kamu tergeletak dikamar dengan keadaan
yang mengkhawatirkan” sambil mengangkat alis dan bahu.”
(PML:139)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Atila Reina memiliki sifat
yang baik dan suka menolong Alfi disaat ia sedang sakit. Sifat baik
dan suka menolong dari Atila Reina juga terlihat dalam kutipan di
bawah ini.
“Oh ya Tila, boleh aku minta tolong sama kamu”
“Kamu tenang saja. Untuk biaya pengobatan pakai uangku
saja dulu” Jawab Tila dengan senyumannya yang khas sambil
mengangkat bahu.
“Tila kamu baik sekali, bagaimana aku bisa membalas ini
semua..?”
“Ah, tidak apa-apa, yang penting kamu sekarang
istirahat dan makan obat ini” Menyodorkan obat yang ada di
atas lemari kecil. Tila tidak bisa menyembunyikan perasaan
malunya disebabkan pujian Alfi itu. Pipinya merona
kemerah-merahan, kepalanya sedikit dimerengkan ke bahu.”
(PML:142)
59
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Tila yang membayar
biaya pengobatan disaat Alfi sedang sakit. Tila tidak dapat
menyembunyikan perasaan malunya ketia ia di puji oleh Alfi.
Hampir dua minggu Alfi tidak masuk kuliah. Untung Tila
memintakan izin kepada dosen yang mengajar, sehingga ia
tidak dianggap alfa. “Tila memang wanita yang luar biasa”,
Pikir Alfi. Tila benar-benar malaikat baginya. Ia datang
tanpa ada yang meminta. Datang sebagai malaikat
penyelamat.” (PML:145)
Dari kutipan di atas, terlihat beberapa sifat baik yang
dimiliki oleh Atile Reina disaat Alfi sedang sakit yaitu mengurus
izin kepada dosen yang mengajar.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
watak dan sifat yang dimiliki dari Atila Reina yaitu baik hati dan
suka menolong Alfi. Gadis berparas cantik yang membuat Alfi
berubah menjadi semangat dalam menjalani kehidupannya.
d) Ainun
Ainun adalah seorang hafidzah yang Alfi kenal ketika sedang
berada di dalam bis, gadis cantik, baik, sabar, alim serta sholehah
itu akhirnya menjadi istri Alfi.. Hal ini terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Kesabaran luar biasa yang dipancarkan Ainun, membuat Alfi semakin takjub terhadapnya. Rasanya, sebuah kemungkinan yang tak mungkin, bahwa ada seseorang yang memiliki keteguhan hati dengan kesabaran yang luar biasa ketika ujian itu menggoda batin dan perasaan. Beda dengan apa yang Alfi tumpahkan ketika kedua orang tua angkatnya Amak Mia dan Apak Irzal meninggal. Ia begitu remuk redam dan hanyut terbawa arus kesedihan yang deras, menghempaskannya ke karang ujian yang penuh dengan kesengsaraan.” (PML:175)
60
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ainun memiliki sifat
yang luar biasa ketia ia mendapat ujian yang menggoda batin dan
perasaannya. Berbeda dengan sifat yang dimiliki oleh Alfi.
“Aku kagum padanya” Bisik ketulusan terlepas begitu saja
dari lidah Alfi. Bisikan kagum kepada Ainun Sang Wanita
Penghafal Qur‟an. Bisikan yang bisa disebut sebagai bisikan
cinta. Ia bagaikan seorang anak desa yang tiba-tiba berada di
kota metropolitan yang dihiasi oleh gedung-gedung pencakar
langit, begitulah posisinya ketika hatinya bertemu dengan
nuansa hati yang dimiliki oleh gadis penghafal Al Qur‟an
yang bernama Ainun.”
(PML:177)
Dari kutipan di atas, terlihat Alfi takjub pada kesabaran
Ainun ketika ayah nya meninggal dunia. Alfi juga takjub pada
gadis penghafal Al Qur‟an tersebut sehingga ia menaruh hati pada
Ainun
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
watak dan sifat yang dimiliki oleh seorang Ainun. Ainun begitu
sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan yang menimpanya.
Ainun juga seorang hafidzah, alim serta sholehah sehingga Alfi
pun jatuh cinta dengannya.
e) Muthmainah
Muthmainah adalah wanita yang meiliki berparas cantik,
baik, alim serta sholehah. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Api taqwa di hati Muthmainnah membara. Ia bertekad
dengan sepenuh hati bahwa dalam setahun InsyaAllah akan
berusaha mengkhatamkan hafalan Qur‟an, tentunya dengan
beberapa trikyang di berikan Ainun dalam menghafal Qur‟an.
Agar lebih fokus, Muthmainnah mengikuti program
61
pendidikan bahasa Arab selama setahun dan tinggal di asrama
atau pondokan dekat kampusnya.”
(PML:300)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bagaimana kemamuan
keras dari Mutmainah dalam keinginannya menghafalkan Al-Qur‟an.
Agar lebih fokus ia pun mengikuti program selama setahun di
pondokan.
“Entah mengapa Muthmainnah begitu meresapi keadaan
Alfi itu, tak seperti Neni yang ikut prihatin, tapi tak sebesar
itu perasaannya melihat keadaan Alfi, apalagi bau busuk
Alfi membuyarkan pikirannya. Tatapan tajam penuh rasa
iba dari Muthmainnah menyimpulkan seakanakan
Muthmainnah pernah mengenal Alfi begitu dekat. Padahal
seseorang yang bernama Muthmainnah tak pernah ada
dalam kamus persahabatan Alfi. Nama Muthmainnah hanya
sekali ia dengar dari mendiang istrinya.”
(PML:318)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Muthmainah adalah orang
yang baik hati, peduli akan keadaan disaat Alfi sedang mengalami
cobaan hidup dan dirawat di rumah sakit.
Bersadarkan kutipan kutipan di atas, dapat disimpulkan
bagaimana watak yang dimiki oleh tokoh Mutmainah yaitu cantik,
alim, serta sholehah. Wajar kalau Alfi menyimpan perasaan kepada
Mutmainah yang juga seorang Hafidzah tersebut.
f) Om Akmal
Om Akmal adalah adik dari ayah tiri Alfi, beliau meiliki sifat
yang baik hati, tanggung jawab serta perduli akan keadaan dan
masa depan. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini.
62
“Setelah berbincang-bincang dengan majelis guru, barulah Alfi
boleh kembali ke ruangan. Om Akmal berjanji akan menebus
seluruh kerugian sekolah, mengecat ulang seluruhnya.”
(PML:53)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa om Akmal bersedia untuk
menanggu dan mengganti kerugian yang di alami oleh sekolah. Om
Akmal akan menanggung semua biaya pengecatan ulang
seluruhnya.
“Om Akmal dan Etek Leli bukannya orang yang tak tahu
berterima kasih. Sejak ia sukses dengan CV nya di bisnis
batu bara, mereka membantu seluruh saudaranya yang lain.
Om Akmal membantu Mak Dang Bakri pada usaha jahitnya
dengan membuatkan kedai baru disertai seluruh kelengkapan
jahit. Membantu membangun kedai nasi Mak Etek Jun, dan
membantu Om Rus, suami Etek Vina dalam usaha bengkel.”
(PML:56)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Om Akmal memiliki sifat
yang baik serta tanggung jawab. Sifat baik dan tanggung jawab
dari Om Akmal lainnya juga terdapat dalam kutipan di bawah ini.
“Om Akmal tidak mengantar mereka keluar. Ia tetap berdiri di
dekat Alfi. Kemudian duduk di sebelah kanan Alfi sambil
menatapnya dalam-dalam. Ia seperti akan mengatakan sesuatu.
“Maafkan perlakuan Mak Etek Jun dan Etek Vina terhadap
kamu, mereka sedang kalap, nanti mereka akan sadar sendiri
dengan perbuatannya itu” bujuk Om Akmal.”
(PML:114) Dari kutiapan di atas, terlihat bahwa om Akmal berbicara
kepada Alfi. Ia meminta maaf kepada Alfi atas perlakuan Mak Etek
Jun dan Etek Vina karena mereka sedang kalap.
“Di akhir pembicaraan Om Akmal menasehati Alfi
“Nah, masa depan kamu ada ditangan kamu. Kalau kamu
ingin berhasil belajarlah dengan giat, jangan mudah
terpengaruh oleh lingkungan. Carilah kawan yang baik-baik,
63
jauhi mereka yang suka huru-hara. Kami berharap kamu
kelak menjadi anak yang beruntung dan sukses. Yang lebih
penting kamu harus tetap pulang kerumah meskipun kamu
tinggal di Padang semampu yang kamu bisa”.
(PML:116)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Om Akmal sangat peduli
dengan Alfi. Ia menasehati Alfi agar serius dalam kuliahnya dan
hati hati dalam memilih kawan, karna masa depan Alfi ada di
tangannya sendiri.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapan disimpulkan
bagaimana sifat dan watak yang dimiliki oleh seorang om Akmal.
Ia adalah adik dari ayah tiri Alfi. Om Akmal memiliki sifat yang
baik hati dan perduli kepada Alfi serta tanggung jawab akan
keadaan dan masa depan Alfi.
g) Etek Leli
Etek Leli adalah istri dari Om Akmal adik dari ayah tiri Alfi.
Etek Leli mempunyai sifat yang baik, suka membantu seperti Om
Akmal suaminya. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
“Akhirnya Om Akmal dan Etek Leli pasrah Tapi mereka
punya cara lain membantu Amak dan Apak. Mereka sering
memberi uang belanja kepada Alfi, uang sekolah Alfi. Segala
perlengkapan sekolah Alfi di fasilitasinya. Walau Amak dan
Apak melarang Alfi untuk menerima uang Om Akmal, tapi
Alfi dengan santai menjawab “rezki dak boleh di tolak Mak.”
(PML:57)
Dari kutipan di atas, terlihat bagaimana sifat baik yang
dimiliki oleh Etek Leli kepada saudara saudaranya. Salah satunya
adalah dengan membantu Mak Dang Bakri pada usaha jahitnya.
64
Sifat baik dari Etek Leli juga terdapat pada beberapa kutipan
berikut ini.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
watak yang dimiliki oleh seorang Etek Leli. Etek Leli mempunyai
sifat yang baik kepada saudara saudaranya terutama kepada Alfi. Ia
suka membatu seperti suaminya om Akmal.
h) Etek Vina
Etek Vina adalah kakak dari Etek Leli istri dari Om Akmal.
Etek Vina sebernarnya mempunya sifat yang baik dan perduli
kepada Alfi, walaupun dengan cara yang sedikit keras. Hal ini
terdapat pada kutipan berikut ini.
“Apak dan amak-mu terlalu memanjakanmu,” dengan suara
sedikit berbisik Etek Vina menambahkan. Alfi terpojok, ia
tak tahu harus berbuat apa lagi. Sembari menunduk sambil
memain-mainkan jarinya dengan membuat lingkaran-
lingkaran kecil diatas pahanya ia ciut oleh kemarahan Etek
Vina. Adalah sesuatu yang lumrah bahwa Alfi tersentak oleh
kemarahan Eteknya, karena selama ini sewaktu bersama
Amak dan Apak ia tak pernha sekalipun di marahi oleh
seseorang, kecuali Bu Siswi guru kilernya.
“Nah, sekarang kami mau dengar apa ada yang ingin kamu
sampaikan? Mak Dang coba menetralkan suasana.
“Dak tau Mak”. Jawab Alfi
Keputusasaan merambah semua wajah yang ada di ruangan
itu. Sepertinya bukan itu jawaban yang mereka inginkan.
Sedang mereka semua masih diam menunggu kalau-kalau
Alfi akan mengucapkan sesuatu. Selang beberapa waktu
masih saja tidak ada sepatah katapun yang terucap oleh Alfi.
Ia masih terus menundukkan pandangan sambil memain-
mainkan jemarinya.
Wajah kerut tampak jelas di wajah Etek Vina. Ia mulai beraksi.
Ayo jawab pertanyaan Uda Bakri” Bentak Etek Vina Nafasnya
tersengal-sengal, matanya tajam menusuk kearah Alfi.
Alfi tersentak kaget dan sedikit menengadahkan kepalanya
kearah Etek Vina. Ini sudah diluar kendali, pikir Alfi. Tidak
65
biasanya Etek Vina menggunakan kata Uda terhadap Mak Dang
Bakri di depan Alfi. Ia merasa terbuang, pertanyaan tersebut
bukan sekedar pertanyaan biasa antara ia dan Eteknya.”
(PML:109)
Dari kutipan di atas, terlihat bagaimana saat Alfi dimarai oleh
Etek Vina. Alfi mendapat teguran dari eteknya karena ia sangat
bengal akan kelakuannya. Alfi terbiasa dimanja oleh kedua
almarhum orang tuanya.
“Ayo jawab pertanyaan ku, Alfi ” Etek Vina maju kearah Alfi,
melepaskan pegangan Etek Leli yang dari tadi mengusap-usap
bahunya. Kembali ia mengajukan pertanyaan yang sama
kepada Alfi, kali ini ia memegang kedua kerah baju Alfi dan
mengangkat kepala Alfi yang dari tadi menunduk.
“Ayo jawab pertanyaan ku, Alfi Iswandi !!”
Para Om dan Etek lainnya tersentak dengan perlakuan Etek
Vina terhadap Alfi. Sepertinya mereka tidak suka dengan
cara kasar Etek Vina, namun mereka tidak protes dengan
kejadian itu. Tidak protes, karena mungkin saja mereka
hendak melakukan yang demikian kepada Alfi disebabkan
kekesalan mereka terhadap perilaku buruknya selama ini.
Tapi, mereka tidak berani melakukannya.”
(PML:110)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Etek Vina sedang
menasehati Alfi yang bengal dan bertindak sesuka hatinya sendiri.
Etek Vina sangan peduli dengan Alfi walaupun dengan sedikit
keras dalam menasehati Alfi.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
sifat dan watak yang dimiliki oleh Etek Vina. Walaupun sedikit
keras tapi sebenarnya Etek Vina emiliki sifat yang baik dan perduli
akan masa depan Alfi. Etek Vina menasehati agar Alfi tidak
bertindak sesuka hatinya sendiri.
66
i) Aulia Wipogso
Aulia adalah teman dibangku sekolah Alfi dulu, dan mereka
bertemu kembali di saat mereka sudah dewasa. Aulia meliliki paras
yang cantik tetapi dia berhati jahat kepada Alfi. Hal ini terdapat
dalam kutipan di bawah ini.
“Lia tahu betul bagaimana membuat Alfi merasakan dirinya
sebagai laki-laki sejati. Pelajaran sejarah adalah kesukaan
Alfi, dengan meminta tolong untuk di buatkan tugas sejarah
berarti hendak meyakinkan bahwa dia memang pandai dan
pantas di banggakan. Takkan ada yang bisa menghalanginya
kali ini untuk meyelesaikan makalah tersebut.”
(PML:40)
Dari kutipan di atas, terlihat bagaimana saat Lia berusaha
meminta tolong agar dibuatkan tugas makalah pelajaran sejarah.
Alfi memang pandai dalam pelajaran tersebut.
“Alfi kualat. Betul saja sangkaan Dede. Diakhir semester
ketika pembagian rapor, Lia tak mau lagi menemui Alfi.
Jangankan diajak jalan, disapa pun Lia tak menoleh. Entah
mengapa setiap melihat Alfi, wajah jijik yang di tampilkan
Lia membuat hancurlah harapan cinta itu. Cinta yang selama
ini dipupuk dengan pengorbanan.
Nilai sejarah Lia sembilan koma, sementara nilai sejarah Alfi
hanya enam. Karena ketika mengerjakan ujian yang
terbayang di kertas tulis itu adalah wajah Lia, tanpa sadar bel
tanda ujian selesai berbunyi. Jadilah nilai Alfi pas-pasan
sama dengan oretanoretan tak menentu dikertas ujiannya.”
(PML:41)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat jahat dari Aulia
Wipogso ketika ia memanfaatkan Alfi untuk menyelesaikan tugas
makalah mata pelajaran Sejarah. Sifat jahat dari Aulia Wipogso
juga terdapat dalam kutipan di bawah ini.
67
“Belakangan baru tahu kalau Lia mendekati Alfi hanya
karena ingin mendapatkan nilai bagus dalam sejarah. Ia tahu
Alfi lah tempat memuaskan hasratnya itu. Lia sangat lemah
di bagian sejarah, berkat petunjuk dan bantuan Alfi dalam
memecahkan problema itu Lia berhasil bangkit dari
keterpurukannya.”
(PML:42)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Aulia Wipogso hanya
memanfaatkan Alfi untuk mengerjakan tugas tugas mata pelajaran
sejarah. Aulia tahu kalau Alfi pandai dalam pelajaran tersebut,
sehingga ia hanya memanfaatkanya.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
watak dan sifat yang dimiliki oleh seorang Aulia Wipogso. Ia
memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh Alfi dalam pelajaran
sejarah. Sungguh licik sifat yang dimiliki oleh Lia.
j) Ipung
Ipung adalah sahabat sekaligus karyawan Alfi di Toko Agung
Computer Center miliknya. Ipung memiliki sifat yang baik, amanah
serta tanggung jawab. Hal ini terdapat pada kutipan berikut ini.
“Ia bergegas menuju Ipung lalu memanggil Gusrial “Pung..,
Gus.., Uda pergi agak beberapa hari, kedai Uda percayakan
pada kalian ya!”
“Uda mau kemana?” tanya Ipung
“Sekarang Uda gak bisa bilang. Yang penting kalian jaga
kedai dengan baik, uang antum pegang saja Pung, kalau ada
keperluan, pake saja. Jangan lupa catat semua pengeluaran!”
“Ya Uda”
Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh”
salam Alfi sebelum keluar dari kedai (PML:222-223)
68
Dari kutipan di atas, terlihat bagaimana saat ipung
mendapatkan mandat untuk menjaga kedai milik Alfi yang
ditinggal ke Jakarta.
Ipung dan Neni kebingungan, mereka panik. Bercampur aduk
perasaan saat ini. Disatu sisi mereka iba melihat kondisi Alfi,
tapi mereka juga sepakat dengan Gusrial. Alfi sudah kelewat
batas. Ipung coba melerai Gusrial yang mencengkram erat
kerah baju Alfi. “Cukup Gus..cukup!” mohon Ipung.”
(PML:324)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ipung adalah orang yang
memiliki sifat amanah dan tanggung jawab atas apa yang sudah
Alfi berikan kepadanya.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
watak dan sifat yang dimiliki oleh seorang Ipung. Ia memiliki sifat
yang baik, amanah serta jujur dalam bekerja bersama Alfi.
k) Gusrial
Gusrial adalah sahabat sekaligus karyawan Alfi di Toko
Agung Computer Center sama seperti Ipung. Gusrial memiliki
sifat yang baik, amanah dan tanggung jawab. Hal ini terdapat pada
kutipan berikut ini.
“Ia bergegas menuju Ipung lalu memanggil Gusrial “Pung..,
Gus.., Uda pergi agak beberapa hari, kedai Uda percayakan
pada kalian ya!”
“Uda mau kemana?” tanya Ipung
“Sekarang Uda gak bisa bilang. Yang penting kalian jaga
kedai dengan baik, uang antum pegang saja Pung, kalau ada
keperluan, pake saja. Jangan lupa catat semua pengeluaran!”
“Ya Uda”
Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh” salam
Alfi sebelum keluar dari kedai.”
(PML:222-223)
69
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Gusrial memiliki sifat
yang baik serta amanah disaat ia diberikan kepercayaan untuk
mengurus toko komputer milik Alfi. Sifat baik dan perduli dari
Gusrial kepada Alfi juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Uda Alfi.. sadar Da!, bangun Da!, kasihan uda seperti ini
terus, bangun Da!” Kata Gusrial sambil melap tubuh Alfi
dengan air hangat. Ketika melap tubuh Alfi, air mata Gusrial
menetes tak tertahankan, kembali ia berdoa
“Ya Allah, bantulah uda saya ini!, ampunkan dosanya,
rahmati Ia wahai Allah, Yaa Rahman, Yaa Rahiim”. Kasihan
benar Alfi pikir Gusrial. Ia ditinggal oleh istri dan anaknya.
Ia pingsan setelah mengetahui istri dan anaknya meninggal.
Tak sempat ia mengantar jenazah istri dan anaknya itu ke
tempat peristirahatan mereka untuk terakhir kalinya.”
(PML:316)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Gusrial sangat perduli
kepada Alfi, disaat Alfi sedang mengalami cobaan ditinggal mati
oleh Ainun dan anak mereka yang baru saja lahir.
Dari beberapa kutipan kutipan di atas, apat disimpulkan
bagaimana watak dan tokoh dari seorang Gusrial. Ia memiliki sifat
yang baik, amanah serta tanggung jawab atas apa yang sudah Alfi
percayakan kepadanya.
l) Amir
Amir adalah teman Alfi disaat ia duduk di bangku sekolah
dulu, Amir mimiliki watak yang cerdas dan jahat. Hal ini terlihat
pada kutipan berikut ini.
“Untuk menjaga keselamatan siswa dan guru, esoknya
kegiatan belajar-mengajar diliburkan. Entah sinting, entah
jenius yang dilakukan Amir? Yang jelas, itu sungguh diluar
alam bawah sadar Alfi.
70
Cerita-punya cerita, bahwa desas desusnya, demo besar-
besaran yang terjadi setahun lalu, yang menghasilkan
terdepaknya Pak Syamsi mantan kepala sekolah SMA
Guguok yang di duga korup adalah buah karya profokator
seorang bernama Amir anak Bugis. Ia berhasil meyakinkan
seluruh siswa agar segera mendemo kepala sekolah mereka
yang korupsi. Anehnya ketika terjadi demo di depan kantor
kepala sekolah saat itu, Amir sedang menikmati mie rebus di
kantin Tek Umi.”
(PML:47-48)
Dari kutipan di atas, terlihat bagaimana kecerdasaan seorang
Amir dalam mengarang cerita tentang demo setahun lalu yang
menyebabkan Kepala Sekolah mereka di depak dari sekolah.
“Mau memarahi, tapi tak tega, tetapi jikadibiarkan, takut
ngelunjak Alfi benar-benar telah menarik perhatian seluruh
sekolah. Ia terkenal kini. Pak Arfan menghukum Alfi dengan
menyuruhnya hormat kepada bendera dan boleh selesai
hingga orang tuanya datang menjemput.
Ketika Alfi hormat pada bendera, Amir Anak Bugis
tersenyum-senyum simpul di sudut lapangan.”
(PML:52)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Amir memiliki sifat yang
jahat dan cerdas karena ia berhasil menghasut Alfi untuk
melakukan perbuatan mencoret-coret dinding kelas, sebagai
ungkapan kecewa kepada Bu Fitria.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana
watak dan perilaku yang dimiliki oleh seorang Amir. Ia berhasil
menghasut Alfi untuk melakukan erbuatan tercela di sekolahnya.
Alfi pun menuruti apa yang Amir perintahkan kepadanya.
71
c. Alur
Plot adalah cerita yang berisi tentang urutan kejadian, tetapi tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat dan peristiwa satu
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Secara
kronologis, plot terdiri dari tahap situation, generating circumtances,
rising action, climax, dan denouemen.
Novel Perjalanan Menuju Langit menggunakan alur progresif atau
alur mundur. Penceritaan di mulai dari tahap penyituasian (situation),
tahap pemunculan konflik (generating circumtances), tahap peningkatan
konflik (rising action), tahap klimaks (climax), dan tahap penyelesaian
(denounement). Berikut ini tahapan alur novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji.
1) Tahap Penyituasian
Pada tahap ini pengarang mulai memperkenalkan tempat
kejadian cerita, waktu, tokoh-tokoh cerita, dan permasalahan sebagai
sumber konflik diantara para tokoh. Awal cerita pada novel ini dimulai
saat Alfi memperkenalkan diri saat pertama masuk sekolah di SMAN
2 Sawahlunto. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Nama Alfi Rahmat” Sapa Alfi kepada semua teman-teman
kelasnya waktu pertama kali masuk sekolah di SMAN 2
Sawahlunto. Setiap siswa baru, mesti memperkenalkan diri
mereka masing-masing ke depan kelas. Lihatlah gaya culun Alfi
pada saat itu, malu-malu tak karuan, menjinjit-jinjit seperti asam
urat, dia pikir sekarang masih di SMP?
“Apa arti Alfi Rahmat itu? Tanya Sang Guru
“Alfi Rahmat itu artinya seribu rahmat Pak!” katanya malu-malu
menutup mulut.
72
“Seribu kelakuan iyo tuma” Teriak Dede dari sudut bangku
belakang kelas yang diiringi teriakan cemooh seisi kelas.”
(PML:17)
Dari kutipan di atas, tahap awal novel Perjalanan Menuju
Langit benar-benar menunjukan suatu awal cerita. Bagian awal ini
memiliki fungsi penyituasian dan mampu memberikan gambaran
kepada pembaca terhadap situasi awal cerita, tokoh tokoh dalam
cerita, dan arah gerak cerita selanjutnya.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap
penyituasian terjadi di saat Alfi memperkenalkan diri pada waktu
pertama kali masuk sekolah di SMAN 2 Sawahluntho. Setiap siswa
diberikan waktu untuk memperkenalkan diri di depan kelas.
2) Tahap Pemunculan Konflik
Awal mula kemunculan perselisihan ketika Murni Azizah
membawa berita tentang Bu Fitria yang akan menikah pada minggu
depan. Berita ini telah mampu mencabik- cabik dan mengoyak hati Alfi
ketika mendengarnya. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Ini tak bisa di tolerir, Murni sungguh sangat kejam, menghimpit
Alfi dengan berita sedih tersebut tanpa kompromi dan kenal
ampun. Bahasa lugas dan tepat guna dari Murni yang
mengabarkan bahwa Bu Fitria akan menikah minggu depan
sungguh telah mampu mencabik-cabik dan mengoyak hatinya.
Apanya yang salah dengan berita yang di bawa anak tukang tenun
itu? Tak ada yang salah! Hanya Alfi begitu mengagumi Bu Fitria
guru bahasa inggrisnya. Memperhatikannya dan menjamahnya
dengan seksama dari ujung rambutnya yang tertutup jilbab hingga
ujung kukunya yang tertutup sepatu dengan segunung cinta yang
tak tampak yang ia berikan kepada Bu Fitria. Hanya Alfi begitu
memuja Bu Fitria, membanggakannya, mencintainya, mengingin-
kannya agar menjadi pacar impiannya atau mungkin jika makbul
73
menjadi istrinya yang akan bersanding menggantikan pria jahat
yang telah berani melamar gadis pujaannya.”
(PML:37)
Dari kutipan di atas, menunjukan bahwa Alfi kecewa kepada
Murni Azizah yang membawa berita bahwa Bu Fitria yang ia puja
puja akan segera menikah pada minggu depan.
Berdasarkan kutipan di atas, tahapan pemunculan konflik
terjadi disaat Murni Azizah memberikan undangan kepada Alfi. Isi
undangan tersebut adalah undangan pernikahan Guru yang ia idolai di
kelas. Alfi merasa kecewa kepada murni, karena ia datang membawa
berita duka yang menyakitkan bagi Alfi.
3) Tahap Peningkatan Konflik
Pada tahap ini menceritakan tentang permasalahan yang terjadi
antara Alfi dengan keluarganya. Hal ini terlihat pada kutipan dibawah
ini.
“AKU BUKAN KELUARGA KALIAN” Pekik Alfi sambil
mencengkram tangan Etek Vina dengan kuat dan melepaskan
pegangannya dari kerah baju yang dari tadi di tarik-tarik.
Pekikan Alfi seolah-olah sebuah auman yang penuh energi yang
dilepaskan kearah Om dan Etek sehingga membuat mereka
tersentak kaget dan membelalakkan mata.
“Aku Bukan Keluarga Kalian” kembali Alfi mengulang
pernyataan dahsyat itu sambil menunjuk-nunjuk Om dan Etek.
Ia berbicara seperti orang yang setengah menagis, nafasnya
tersengal- sengal. Matanya merah, lehernya basah dipenuhi
keringat yang tiba-tiba saja muncul begitu banyak.
“Aku hanyalah anak pungut yang diambil oleh Pak Irzal dan
Amak Mia dari kedua orang tuaku, aku bukan keluarga kalian,
kalian tidak pantas berbuat kasar kepadaku!”Alfi bebicara
seperti seorang yang sedang kesetanan, tangannya kejang-kejang
kearah bawah menegaskan hal itu.
Ia merasa baikan sekarang, dengan ucapan itu ia bagaikan telah
menumpahkan sampah yang banyak yang ada di kepalanya yang
74
dipendamnya selama ini. Kepalanya terasa ringan, hatinya puas,
ia merasa telah menjelaskan sesuatu pelajaran penting kepada
Om dan Etek. Bahwa mereka tidak pantas memperlakukannya
seperti ini.
Namun, kepuasan yang dimaksud Alfi tidak berlangsung lama
sampai sebuah tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Mak
Etek Jun orang yang menampar Alfi dengan kerasnya itu,
sehingga membuat Alfi jatuh tersungkur.”
(PML:111-112)
Dari kutipan di atas, terjadi konflik antara Alfi dengan keluarganya.
Alfi mendapatkan sebuah tamparan keras dari Etek Jun yang membuat
Alfi tersungkur jatuh sampai akhirnya tidak sadarkan diri.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bagaimana tahap
peningkatan konflik yang terjadi dalam kehidupan Alfi. Ia mendapatkan
teguran berupa tamparan yang keras dari Etek Jun yang mengakibatkan a
pinsan beberapa waktu.
4) Tahap Klimaks
Anti klimaks dalam novel tersebut adalah ketika Alfi kehilangan
istri dan anaknya yang meninggal dalam proses persalinan. Ainun
meninggal karena mengalami pendarahan setelah proses persalinan,
sedangkan anak mereka meninggal dunia saat masih dalam kandungan
Ainun. Hal ini terdapat pada kutipan di bawah ini.
Ainun menutup matanya. Senyuman kecil tersungging dari
bibirnya. Ainun meregang nyawa menghembuskan nafas terakhir.
Sontak tangisan menggemuruh diruangan. Alfi memeluk erat tubuh
Ainun. Baju putih Alfi berlumuran darah terimbas pakaian Ainun.
“Sayang.. jangan tinggalkan uda, sayaaang….!” “Ya Allaaaaah…
jangan Kau ambil istriku, jangan Kau ambil anakku, Cukup!
Cukup!, Aku tak sanggup lagi. Ambil saja semua harta yang kau
titipkan padaku, aku tidak butuh, asal jangan kau ambi anak dan
istriku!” “Atau kembalikan aku ke masa-masa sulit dahulu ketika
terhimpit ujian!! Asal jangan Kau ambil istri dan anakku!”
75
Beberapa saat yang lalu Alfi tengah berada di puncak kejayaan,
dipuncak kebahagiaannya. Kini, ia tengah berada di lembah
kesedihan. Istri yang ia gadang-gadangkan, yang ia
banggabanggakan pergi meninggalkannya. Pergi tak untuk
kembali. Membawa seluruh cinta Alfi, membawa buah hatinya.
Dua bidadari itu pun terbang kelangit, menemui Tuhannya yang
lebih mencintai mereka ketimbang Alfi mencintai mereka.
Pergilah wahai Fatimah anak mulia yang dijamin akan memasuki
surga Allah, bermain-main bersama Nabi Ibrahim di taman surga.
Pergilah wahai Ainun Sang Mujahidah, engkau syahid di medan
perjuanganmu ketika engkau bersusah payah menghadapi
pesakitan dalam melahirkan.
Tapi tidak bagi Alfi. Ia masih menagis menguncang-nguncang
tubuh Ainun, sejurus kemudian membelai-belai bayi mungil yang
tengah tertidur lelap, tak bernyawa. Lolongan Alfi mengiris hati
seluruh orang yang ada di ruangan itu. Perih.. perih tak tertahankan
hati olehnya. Deraian air mata berlomba-lomba meloncat dari
kelopaknya.
“Sayang..sayang.. jangan tinggalkan aku sendirian!”
“Sayang mengapa kalian pergi begitu saja?”
Sang Dokter kembali mengusap punggung Alfi. “Maafkan kami
Pak Alfi, maafkan kami..!”
Tiba-tiba Alfi mengibaskan tangan Sang Dokter dar punggungnya.
Mereka yang ada diruangan itu terkejut dengan hentakan Alfi.
Sedih bercampur bingung menyaksikan Alfi yang meronta-ronta.
“TIDAK.. TIDAAAAAAK.. TIDAAAAAAK!!!” “Ainun tidak
mati, anakku tidak mati. Mereka hanya tertidur, biarkan mereka
istirahat sebentar, nanti mereka akan bangun. Iya kan sayang??”
Alfi kembali membelai-belai wajah istri dan anaknya.” (PML:310-
311)
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa keadaan semakin
menyedihkan ketika Alfi ditinggalkan kedua bidadarinya yang sangat
ia sayangi untuk selama lamanya.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulakan bahwa tahapan
klimaks yang terjadi pada saat Alfi kehilangan istri dan anaknya yang
meninggal pada proses persalinan di Rumah Sakit. Istrinya mengalami
pendarahan pada saat persalinan sedangkan anaknya sudah meninggal
saat masih di dalam kandungan.
76
5) Tahap Penyelesaian
Pada akhirnya Alfi sadar dari kondisi keterpurukan setelah ia
ditinggal oleh anak serta istri tercintanya. Surat dari Mutmainah lah
yang menjadi penyemangat bagi Alfi untuk bangkit dari keterpurukan.
Hal itu dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Air mata Alfi tampak meleleh. Tiba-tiba.. mata Alfi terbuka.
Bagaikan lampu-lampu di lorong-lorong Rumah Sakit yang
menyala ketika semua lorong kelam buta.
Ipung segera menyeka air matanya, mukanya berseri melihat mata
Alfi terbuka mantap.
Mereka berdua berdiri. Wajah mereka harap-harap menanti apa
yang akan terjadi selanjutnya.
Alfi mengirup udara dalam-dalam kemudian ia bangkit duduk.
Wajah Ipung dan Gusrial tambah cerah.
Alfi kembali menghirup nafas dalam-dalam. Ia menarik kabel
infuse melepaskan dari tangannya. Ipung dan Gusrial berhamburan
ke arah Alfi coba mencegah, mereka bingung apa yang sedang
dilakukan Alfi?.
“Biarkan! Biarkan aku melepasnya” Kata Alfi mantap berwibawa.
Melihat kewibawaan Alfi itu Ipung dan Gusrial surut.
Alfi kepayahan coba untuk turun dari kasur. Ipung dan Gusrial
segera membantu.
“Uda mau kemana??” Tanya mereka.
Alfi hanya diam, tetap diam berwibawa. Alfi mulai melangkah
tertatih-tatih. Ipung dan Gusrial memapahnya, kali ini mereka tak
bertanya lagi barang sepatah katapun. Segudang pertanyaan
berputar-putar liar dikepala mereka.
Gusrial kembali menyimpulkan, benar-benar sakti Si
Muthmainnah dan suratnya itu. Gusrial merasa sedikit puas karena
Alfi bangun disaat dia membacakan surat yang terakhir.”
(PML:340)
Dari kutipan di atas, dapat diketahui keadaan Alfi setelah ia
mengalami cobaan cobaan yang begitu berat. Kini Alfi telah tersadar
dari masa masa keterpurukannya ketika ia ditinggal mati oleh istri
serta anaknya yang baru saja lahir. Surat dari muthmainah lah yang
menjadi penyemangat Alfi untuk bangkit dari keterpurukan.
77
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap
penyelesaian dari alur cerita novel Perjalanan Menuju Langit ini
adalah ketika Alfi tersadar dari masa masa keterpurukannya saat ia
ditinggal mati oleh kedua bidadarinya. Surat dari Muthmainah lah
yang membuat Alfi sadar dari semua kejadian yang membuat ia
seperti orang gila.
d. Latar/Setting
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar
adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung. Latar terbagi ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) Latar
tempat, (2) Latar waktu, dan (3) Latar sosial. Untuk mendapatkan
gambaran secara lengkap mengenai unsur latar pada novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji sebagai berikut:
1) Latar Tempat
Latar tempat pada novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji antara lain:
a) Sungai Ombilin
Sungai Ombilin adalah tempat dimana Alfi menghabiskan
waktu bermain bersama sama teman teman sebayanya dulu. Hal
ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
78
“Disungai Ombilin inilah Alfi menghabiskan sebagian dari
masa kecilnya bersama teman sebaya. Berenang disaat air
meluap dengan menggunakan ban dalam mobil yang disebut
benen sebagai pelampungnya. Menangkap ikan menggunakan
jala di waktu subuh, sehabis sholat, hingga waktu dhuha. Terjun
indah dari jembatan titi, jebatan yang menghubungkan Desa
Talawi dengan Desa Kolok. Terjun dari jembatan dengan
ketinggian hampir 15 Meter, membuat jantung serasa mau
copot. Mengikuti festival lomba perahu yang pemenangnya
akan mendapatkan seekor kambing bunting. Dan tentu saja
partisipasi Alfi dalam acara ini adalah sebagai penonton, jika
berdiri terlalu dekat dengan sungai akan di usir oleh panitia.”
(PML:8-9)
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa sungai Ombilin
adalah tempat dimana Alfi bermain bersama teman temannya diwaktu
kecil.
b) Sawahlunto
Sawahlunto merupakan sebuah kota di Sumatra Barat yang
terkenal dengan tambangnya yaitu tambang batu bara. Hal ini
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sawahlunto adalah percikan-percikan surga yang tercampak
ke bumi. Disini ramah, disini aman, disini tenang, disini
indah, disini.. datanglah ke sini!, datanglah ke Sawahlunto!.
Bukanlah aie atau air Sawahlunto yang mempunyai karomah
yang membuat orang terpincut lagi terikat hatinya untuk tetap
tinggal di Sawahlunto, beranak-pinak. Tapi pengibaratan
onde-onde itulah yang membuat orang-orang rantai betah
tinggal disini, mengorbankan jiwa raga mereka untuk
Sawahlunto, muktab jika ada yang menghina Sawahlunto.
Batu bara, elok alamnya, serta lembut hati penduduknya
adalah alasan tersebut.”
(PML:16)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Sawahlunto adalah salah
satu kota di Sumatra Barat yang terkenal dengan arang atau batubara
79
di Indonesia. Kota ini juga memiliki pemandangan alam yang indah
serta para penduduk yang ramah.
c) Ruang Kelas
Ruang kelas adalah tempat dimana Alfi melakukan kegiatan
belajar mengajar seperti umumnya anak sekolah lainnya. Hal ini
terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Sebelum mata pelajaran sejarah di tutup, Pak Hamdan tersenyum-senyum simpul pada seisi lokal. Mereka bertanya-tanya apa sebenarnya yang di pikirkan oleh guru tua itu yang membuat wajahnya bertambah muda agak beberapa tahun. Pak Hamdan menyeka rambutnya yang telah dipenuhi uban delapan puluh persen dari seluruh rambutnya dengan kedua tangannya Ia tampak puas karena telah berhasil membuat seisi ruangan mati kebingungan.”
(PML:26)
Dari kutipan di atas, ruang kelas menjadi tempat dimana Alfi
melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya anak
sekolah.
d) SD Talawi Hilir
SD Talawi Hilir adalah tempat Alfi menimba ilmu waktu ia
masih duduk dibangku sekolah dasar. Hal ini terdapat pada kutipan
dibawah ini.
“Baru kelas dua SD saja mereka sudah di sidang di kantor kepala sekolah SD Impres Talawi tempat mereka sekolah yang dihadiri oleh orang tua masing-masing dan Pak Tamrin Si Pemilik pohon macang yang mereka curi. Baju mereka sudah tak bisa dikatakan seragam sekolah lagi karena telah belepotan terkena getah macang. Jika terkena getah macang, baju takkan bisa bersih lagi untuk selama-lamanya, takkan ada deterjen manapun yang mampu membersihkannya, hanya satu hal yang bisa dilakukan yaitu membakarnya, atau di jadikan kain lap di kedai bakso.” (PML:18)
80
Dari kutipan di atas, SD Talawi Hilir menjadi tempat dimana
Alfi menimba ilmu sewaktu ia duduk dibanku sekolah dasar.
Tempat dimana Alfi bermain dan belajar bersama teman temannya
dari kecil.
e) SMAN Sawahlunto
SMAN Sawahlunto adalah tempat dimana Alfi bersekolah
bersama teman temannya. SMAN Sawahlunto terletak di Desa Talawi
Hilir, Guguok Cubodak. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“SMAN 2 Sawahlunto termasuk kepingankepingan puzzle
kota Sawahlunto yang melengkapi keindahan kota ini.
Terletak di Desa Talawi Hilir, Guguok Cubodak tepatnya
nama tempatnya, sehingga SMAN 2 dapat juga di sebut SMA
Guguok Cubodak.”
(PML:18)
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa SMAN 2
Sawahlunto menjadi tempat dimana Alfi mengeyam bangku
pendidikan atas. Sekolah ini terletak di Desa Talawi Hilir, Guguok
Cubodak.
f) Rumah Sakit
Rumah sakit Sawahlunto adalah tempat dimana ayah dan amak
Alfi dirawat setelahh mengalami kecelakaan. Alfi merasa panik
mengetahui keadaan orang tuanya. Hal ini terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Suasana begitu mencekam. Gurat kekhawatiran jelas
terpampang di setiap wajah tamu yang menunggu di depan
kamar Instalasi Unit Gawat Darurat. Alfi dari tadi mondar-
mandir tak karuan. Sesekali tangannya dimasukkan kedalam
saku, lalu ia mengusap rambutnya yang berantakan.
81
Terdengar desahan kekhawatiran dari mulutnya yang
senantiasa tak henti bergumam.
“Kenapa kamu tidak tidur dirumah?” Tanya etek Vina
kepadanya.
“Aku kan sudah bilang, kalau aku tadi malam pergi nonton
acara di Kandi, acaranya sampai larut malam sampai aku dak
bisa tidur di rumah” jawabnya.
“Maksud Etek, kenapa kamu tidak menghiraukan perkataan
orang tuamu kalau kamu dak boleh pergi tadi malam?”
“ Ya…ya… aku ngaku salah, tapi aku bosan dirumah. Setiap
hari kena marah melulu.”
(PML:92)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa rumah sakit menjadi
tempat dimana ayah dan amak Alfi dirawat setelah mengalami
kecelakaan.
g) Kandi
Kandi adalah sebuah nama sebuah tempat di Talawi, tepatnya
di Provinsi Sumatra Barat. Kandi merupakan tempat Alfi
menghabiskan waktu bersama teman temannya. Hal ini terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Tadi malam ia bergadang bersama temantemannya di Kandi.
Menghabiskan waktu semalaman suntuk. Di sana diadakan
beragam acara. Mulai dari orgen tunggal, lomba joget, pesta
kembang api dan banyak lagi. Seperti biasa, pada hari
menjelang peringatan tujuh belas Agustusan pemerintah kota
mengadakan berbagai ragam acara yang katanya untuk
menyambut peringatan hari kemerdekaan, atau lebih kurang
dapat disebut acara peringatan hari kebebasan untuk berpesta
pora. Anak-anak muda seakan hanyut oleh gemerlapan acara
tersebut.”
(PML:87)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Kandi merupakan salah
satu nama tempat di Talawi, tepatnya di Provinsi Sumatra Barat.
82
Kandi juga menjadi tempat Alfi menghabiskan waktu bersama
teman temannya.
h) Kamar
Kamar adalah tempat dimana Alfi menghabiskan waktunya
sehari hari. Kamar juga digunakan sebagai tempat Alfi untuk tidur
beristirahat. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini.
“Alfi kembali memperhatikan seluruh kamar, ia melihat-lihat
poster yang menghiasi dinding kamar atau lebih tepatnya
mengotori dinding kamarnya.
“Wahai kamarku” Kata Alfi dengan suara berbisik “Aku akan
meninggalkan kalian. Aku akan meninggalkan kalian
bersama kenangan yang telah kita buat bersama. Aku akan
berangkat ke Padang tiga hari lagi.”
(PML:117)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kamar merupakan tempat
dimana Alfi menghabiskan waktunya sehari-hari. Kamar tersebut
digunakam oleh alfi sebagai tempat untuk tidur dan beristirahat.
i) Kost Arjuna
Kost arjuna adalah tempat tinggal dimana Alfi selama kuliah
di Padang. Kost Arjuna memiliki sepulih petak kamar. Hal ini
terdapat dalam kutipan di bawah ini.
“Kos tempat Alfi kini mukim terdiri dari beberapa petak
kamar. Seluruh petak berjumlah dua puluh petak. Posisi
kamar saling berhadaphadapan. Sepuluh petak disatu bagian
dan sepuluh petak lagi dibagian lainnya. “Merupakan bisnis
yang jitu memiliki rumah kos-kosan di sekitar kampus” Pikir
Alfi.”
(PML:123)
83
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kost arjuna adalah tempat
tinggal dimana Alfi selama kuliah di Padang. Kost Arjuna memiliki
sepulih petak kamar.
j) Masjid
Masjid adalah tempat dimana Alfi beribadah sholat dan
berzikir memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Hal ini
terlidapat pada kutipan di bawah ini.
“Alfi membuka pintu Masjid yang tak terkunci. Masjid
Muttaqin memang tak pernah dikunci, karena letaknya
disudut komplek dan biasanya keamanaannya terjamin, maka
Masjid itu tak pernah dikunci. Keputusan itu di tetapkan oleh
pengurus sehingga siapa saja yang ingin sholat di Masjid ini
dapat datang kapan saja mereka suka. Dengan keputusan ini,
sering jamaah datang dan pergi ke Masjid walaupun tengah
malam sekalipun.”
(PML:343)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa masjid adalah tempat
dimana Alfi beribadah sholat dan berzikir memohon kepada Tuhan
yang Maha Kuasa ditengah malam.
Berdasarkan kutipan kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa tempat yang di gunakan dalam novel Perjalanan Menuju
Langit berada di Sawahluntho tempat kelahiran Alfi Rahmat dan
beberapa tempat lainnya. Latar tempat Sawahluntho menceritakan
kehidupan sehari-hari Alfi. Latar tempat kost Arjuna juga menjadi
tempat di mana Alfi menjalani kehidupan sehari harinya.
84
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu yang terjadi
pada novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji berupa:
a) Malam Hari
Malam yang hening ketika Alfi bertahajud dan berzikir. Hal
ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sejak tadi Alfi bertahajjud dan berzikir, ruparupanya bulan
terang yang tampak jelas dari sela jendela menggoda ia agar
keluar dan melihat dengan sebenarnya keadaan bulan yang
sempurna tampak dari pelupuk mata. Tampak jelas
permukaan bulan dari arah teras rumahnya. Bulan purnama
yang sempurna itu seakan-akan bisa di peluk dan diraih
dengan tangan atau mungkin bisa diikat dengan seutas tali
lalu di rengkuh kearah bumi ke teras rumahnya.”
(PML:3)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa malam merupakan tempat
dimana Alfi bertahajju dan berzikir memohon ampun kepada
Tuhan yang Maha Kuasa atas segala dosa dosa yang telah ia
perbuat selama ini.
b) Pagi Hari
Alfi yang sudah memulai aktifitasnya menjadi seorang siswa
di sekolah. Cahaya pagi mulai menerpa tepat di atas tas Murni
yang menyilaukan mata. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Cahaya mentari pagi menerpa tepat di atas tas Murni. Entah
apa yang ada di dalam tasnya itu sehingga memantulkan
kembali seratus persen cahaya yang jatuh diatasnya sesuai
hukum yang susah di mengerti Alfi pada pelajaran fisika.
85
Salah satu pelajaran yang agak, amat kurang disenangi Alfi.”
(PML:33)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa pagi hari merupakan
waktu dimana Alfi memulai aktifitasnya sebagai seorang pelajar.
c) Hari Minggu
Hari minggu adalah hari hari yang ditunggu tunggu oleh Alfi
dan teman temannya, karena hari minggu adalah hari libur sekolah
Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Besok kan hari Minggu Bung..” teriak Alfi pada Rendra
salah seorang teman sekelasnya yang bingung mengapa Alfi
menghambur ke luar kelas, berlari tak karuan ketika bel
pertanda pulang berbunyi. Rendra sebenarnya hendak
meminjam sepatu olah raga milik Alfi, kebetulan sepatunya
basah kehujanan kemaren ketika lupa mengangkatnya setelah
di jemur.”
(PML:70)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa hari minggu merupakan
waktu yang sangat ditunggu tunggu oleh Alfi dan teman temannya.
Hari minggu merupakan hari hari libur sekolah bagi semua peserta
didik.
d) Siang Hari
Siang hari juga menjadi latar waktu dalam novel Perjalanan
Menuju Langit, yaitu ketika Amir menunjukan kebolehannya di
depan Alfi. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Siang ini Andik Amir menunjukkan kebolehannya di
hadapan Alfi. Dengan mata kepalanya sendiri Alfi
menyaksikan bagai mana seorang anak Bugis itu merekayasa
sebuah kejadian yang mengakibatkan seluruh siswa
diperbolehkan pulang lebih awal.”
(PML:46)
86
Dari kutipan di atas terlihat bahwa siang hari menjadi salah
satu latar waktu dalam novel Perjalanan Menuju Langit yaitu ketika
Amir menunjukan kebolehannya di depan Alfi
Berdasarkan kutipan kutipan di atas menjelaskan bahwa
latar waktu dalam novel Perjalanan Menuju Langit adalah Malam
hari, pagi hari, hari mnggu, dan siang hari.
3) Latar Suasana
Suasana yang tergambar dalam novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji berupa:
a) Bising
Suasana bising dirasakan ketika Alfi berada di dalam bis saat
berada di kota Padang. Hal itu dapat diketahui melalui kutipan
sebagai berikut.
“Ya kak, rr…. Kkn…. Ttah…..mmm….augh….” Suara gadis
itu tak begitu kedengaran oleh Alfi, karena bisingnya bunyi
musik dan mesin bus. Selang beberapa waktu gadis berHP itu
berdiri dan bertepuk tangan dengan keras. Itu adalah cara
menghentikan bus kota.”
(PML:165)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kebisingan yang terjadi
saat Alfi berada di dalam sebuah bis yang hendak menuju kota
Padang. Kebisingan yang timbul dari suara mesin bis dan suara
suara penumpang yang berada di dalam bis menjadi bertambah
keras kebisingannya.
87
b) Hujan
Di tengah hujan yang lebat Alfi memegang kepalanya karena
sakit setelah ia dari kampus untuk mencari Tila. Hal itu dapat
diketahui melalui kutipan sebagai berikut.
“Akhirnya ia sampai dikamar setelah berjalan sempoyongan
di tengah hujan yang mulai lebat sambil memegang
kepalanya yang dari tadi sakit tak karuan, serasa mau pecah.
Alfi langsung berbaring di kasur dengan pakaian basah
kuyup. Badannya menggigil kedinginan, namun ia tetap tidak
mengganti baju karena tidak sanggup lagi berdiri. Alfi merasa
ia akan sakit parah karena badannya terasa panas dan
semakin panas.”
(PML:135)
Dari kutipan di atas, terlihat suasana hujan terjadi ketika Alfi
pulang dadi kampus untuk mencari Tila. Alfi sampai di kamar
dengan keadaan basah kuyup kedinginan dan berjalan
sempoyongan ditengah hujan.
c) Panik
Suasana panik terjadi ketika Alfi melihat gadis yang duduk
dengan wajah yang pucat di dalam bus. Alfi panik dan berteriak
tidak karu-karuan. Hal itu dapat diketahui melalui kutipan sebagai
berikut.
“Alfi panik melihat kejadian itu. Ia tak tahu harus berbuat
apa. Ia kembali melihat gadis itu yang tengah tersiksa,
wajahnya bertambah pucat seperti akan mati, matanya
berkedip-kedip dengan cepat. Alfi panik dan mulai berteriak-
teriak tak karuan “OYYY…!, OYYY…! HEEEYYY…..!,
HEEEYYY…! STOOOP….!, BERHENTI…!”
Kemudian ia berdiri dan kembali berteriak-teriak kearah supir
gila itu “OYYY…!, OYYY…!HEEEYYY…..!,
HEEEYYY…! STOOOP….!, BERHENTI…!
Ada orang mau matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………!”
88
Semua mata beralih ke arah Alfi, dan segera bus berhenti
dengan mendadak, membuat orang-orang yang berdiri sambil
bergantung sempoyongan seperti akan jatuh.
Ada orang mau matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………!
Ada orang mau matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………!”
Ada….!?A‟…!??A‟…!??”
Semua mata benar-benar tertuju kearah Alfi, semua
berekspresi sama. Mereka heran bingung, melihat tingkah
laku Alfi, dan hal yang sungguh mengherankan adalah gadis
yang ditunjuk-tunjuk Alfi sambil mengatakan ada orang mati
juga ikut heran melihatnya.”
(PML:168)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kepanikan Alfi terjadi
ketika ia melihat gadis yang duduk disebelahnya pucat. Alfi panik
dan berteriak teriak tidak karuan.
4) Latar Sosial
Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat yang melingkupi cerita. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah yang cukup kompleks, meliputi bahasa,
pandangan hidup tokoh, keyakinan, cara berfikir, dan cara bersikap.
a) Bahasa
Latar tempat novel Perjalanan Menuju Langit adalah kota
Sawahlunto dan Padang. Novel ini menggunakan bahasa sehari-
hari atau bahasa tidak resmi, khususnya bahasa Minang di Talawi.
Seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini.
“Satu hal yang perlu anda ketahui. Walaupun Desa Talawi
adalah salah satu desa di kota Sawahlunto yang nota benenya
bagian dari Sumatera Barat atau daerah Minang. Tapi bahasa
yang digunakan oleh orang Talawi cukup unik. Tidak seperti
biasanya bahasa di Minang, bahasa Minang di Talawi lebih
banyak menggunakan huruf O dalam kalimatnya. Contohnya
saja dalam pengucapan pai ka ma? yang berarti pergi
89
kemana?, maka di Talawi orang akan berkata poi ka mano?.
Dalam bahasa Minang kelapa akan di sebut karambie, tapi di
Talawi disebut kambigh. Anda faham kan? Seperti
pengucapan huruf hijaiyyah gho. Keunikan bahasa Talawi
tidak hanya terletak pada perbedaan kalimatnya saja, tapi
juga dari cara pengucapannya yang sedikit di ayun dan
berirama. Maka, orang Talawi akan menjadi tertawaan jika ia
berada di daerah Minang lainnya jika tetap mengucapkan tata
cara bahasa Minang khas Talawi ini.”
(PML:9)
Dari kutipan di atas, bahasa yang digunakan orang Talawi
adalah bahasa minang yang sedikit berbeda dengan bahasa minang
pada umumnya. Bahasa Minang di Talawi banyak menggunakan
huruf O pada kalimatnya.
b) Adat istiadat dan kepercayaan
Adat istiadat merupakan sebagai perilaku yang turun temurun
dari generasi ke generasi sebagai warisan sehingga kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adapun adat
istiadat yang menjadi latar novel itu yaitu adat istiadat masyarakat
Minang khususnya Sawahlunto. Perhatikan kutipan berikut ini.
“Jan sampai taminum aie Sawahlunto”, maka kalian akan
senantiasa terkebat di sana untuk selama- lamanya” Kata
pituah klasik turun temurun. Tidak masuk akal memang,
bahwa air yang ada di sawahlunto mempunyai semacam
karomah yang dapat mengikat seseorang untuk betah tinggal
disini. Tapi begitulah kenyataannya. Seseorang yang telah
datang ke sini dan barangkali telah meminum airnya, maka
dapat di perkirakan sekitar 99 % ia akan kembali lagi. Belum
ada survei khusus yang dapat membuktikan pendapat ini, tapi
kenyataan bahwa praktek ilmu perdukunan masih menjamur
di Sawahlunto adalah realita.
Miris, di tengah teknologi yang tengah saling kejarmengejar,
masyarakat di sini masih saja percaya dengan hal-hal yang
berbau klenik. Seperti percaya bahwa menabrak kucing
90
adalah kesialan, mencari air tujuh masjid untuk kesembuhan,
sampai berdo‟a di kuburan.”
(PML:13)
Kutipan di atas memberikan informasi mengenai adat istiadat
dan kepercayaan orang Sawahlunto. Masyarakat Sawahlunto
dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi norma-norma
agama Islam, walaupun masih percaya dengan hal hal yang berbau
klenik atau mistis, serta masih menjaga budayanya.
c) Pandangan hidup tokoh
Tokoh utama dalam novel Perjalanan Menuju Langit adalah
Alfi. Di sini peneliti mengangkat pandangan hidup tokoh utama
yaitu Alfi. Alfi merupakan sosok yang berkemauan tinggi untuk
meraih kehidupan yang lebih baik dengan selalu berpegang teguh
pada aturan-aturan agama. Melalui pandangan hidup tokohnya,
novel ini memberi motivasi dan inspirasi kepada pembaca untuk
lebih berpikiran maju dan berkepribadian baik.
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat Tuhan
tersebut. Ia senantiasa bertasbih memuji Sang Pencipta bulan,
pencipta alam. Pencipta manusia itu sendiri. Tak henti-
hentinya ia mengucapkan Subhanallah, maha suci Allah
sedari tadi ia bertahajjud di sepertiga malam. Di Talawi,
sepertinya kebiasaan Alfi untuk tertib bangun di tengah
malam di sepertiganya bersimpuh, berzikir, bertahajjud
memohon ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah
di lakukan adalah kebiasaan langka.”
(PML:3)
Kutipan di atas mengangkat pandangan hidup tokoh utama
yaitu Alfi. Alfi merupakan sosok yang berkemauan tinggi untuk
91
meraih kehidupan yang lebih baik dengan selalu berpegang teguh
pada aturan-aturan agama.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
sosial dalam novel Perjalanan Menuju Langit adalah tentang bahasa
yang digunakan oleh masyarakat padang khususnya Sawahluntho,
adat istiadat dan kepercayaan masyarakat Sawahluntho, dan
pandanangan hidup tokoh utama dalam novel Perjalanan Menuju
Langit yaitu Alfi Rahmat.
e. Sudut Pandang
Novel ini gaya penceritaanya menggunakan sudut orang ketiga
serba tahu yaitu seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya: ia, dia,
mereka. Narator bersifat maha tahu. Ia mengetahui berbagai hal tentang
tokoh, peristiwa, dan tindakan. Perhatikan kutipan berikut ini.
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat Tuhan tersebut. Ia
senantiasa bertasbih memuji Sang Pencipta bulan, pencipta alam.
Pencipta manusia itu sendiri. Tak henti- hentinya ia mengucapkan
Subhanallah, maha suci Allah sedari tadi ia bertahajjud di sepertiga
malam.
Di Talawi, sepertinya kebiasaan Alfi untuk tertib bangun di tengah
malam di sepertiganya bersimpuh, berzikir, bertahajjud memohon
ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dilakukan
adalah kebiasaan langka. Entah dari seribu warga Talawi, apakah
ada kira-kira satu barang lima orang diantaranya bangun untuk
bertahajjud dan memohon ampun atas segala dosa yang telah
mereka lakukan.”
(PML:3)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi adalah orang yang
mensyukuri atas apa yang sudah Tuhan berikan untuk dia. Alfi terbiasa
92
bangun di tengah malam untuk melakukan sholat tahajjud dan memohon
ampunan atas dosa dosa yang ia telah perbuat selama ini.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebutan
nama dan kata ganti “ia” merupakan bukti bahwa novel Perjalanan
Menuju Langit menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
f. Amanat
Dari sebuah karya sastra dapat diangkat suatu ajaran moral, atau
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat dalam cerita
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan
ajaran moral tertentu. Amanat pada sebuah karya sastra ditampilkan
secara implisit (tak langsung) ataupun eksplisit (langsung). Amanat atau
nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada
nilai-nilai, sikap, tingkahlaku, dan sopan santun pergaulan yang
dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya.
Amanat yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit
adalah tentang cinta. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Cinta yang suci itu hanyalah cinta yang berlandaskan agama,
seperti cinta yang diajarkan Rasululloh. Karena jika cinta yang
bertolak belakang dengan cinta yang diajarkan Rasululloh, maka
bersiap-siaplah cinta itu akan menyiksanya.
Maka mulailah cinta itu dengan kecintaan kepada Allah! Awalilah
cinta-mencintai itu dengan cara yang benar seperti yang diajarkan
Rasululloh. Pilihlah cinta itu sesuai standar iman bukan sekedar
fisik, jabatan dan harta semata. Jalanilah hari-hari cinta itu dengan
hiasan Qur‟an dan sunnah sepanjang waktu!.”
(PML: 360)
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat yang
terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
93
Muhsin Lahajji adalah pilihlah cinta sesuai standar iman, bukan sekedar
fisik, jabatan, dan harta semata. Jalanilah hari-hari cinta itu dengan
hiasan Al-Qura‟an dan sunnah sepanjang waktu. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan di bawah ini.
2. Nilai Moral Novel Perjalanan Menuju Langit Karya Muhammad
Muhsin Lahajji
Pada dasarnya, karya sastra banyak mengandung nilai keberman-
faatan yang dapat dipelajari serta diamalkan oleh pembaca. Nilai merupakan
segala sesuatu tentang baik buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal atau
hal-hal penting dan berguna bagi kemanusiaan. Dengan adanya nilai,
manusia dapat merasakan kepuasan baik kepuasan lahiriah maupun batiniah.
Suatu nilai jika dihayati seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap cara
berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak untuk mencapai tujuan hidupnya.
Nilai selalu menjadi ukuran dalam menentukan kebenaran dan keadilan
sehingga tidak akan pernah lepas dari sumber asalnya, yakni berupa ajaran
agama, logika, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Nilai merupakan suatu yang dipandang baik, benar atau berharga
bagi seseorang. Setiap masyarakat atau individu memiliki nilai-nilai tertentu
mengenai sesuatu. Nilai dalam sastra adalah kebaikan yang ada dalam
makna karya sastra seseorang. Hal ini berarti bahwa dalam karya sastra pada
dasarnya selalu mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk
pembaca.
94
Nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat bergantung pada
persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca. Nilai moral yang diambil
dari sebuah karya sastra (novel), bisa dari hal-hal yang bersifat positif
ataupun negatif. Kedua hal tersebut perlu disampaikan agar kita dapat
memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji
memiliki nilai moral yang dapat diambil manfaatnya oleh pembaca. Nilai
moral yang dapat dimanfaatkan oleh pembaca meliputi: (a) hubungan
manusia dengan Tuhan, (b) hubungan manusia dengan diri sendiri, dan (c)
hubungan manusia dengan manusia lain.
a. Hubungan Manusia dengan Tuhan
Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan vertikal yang
menghubungkan perasaan manusia dengan Tuhan-Nya. Wujud nilai
moral hubungan manusia dengan Tuhan dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji adalah hubungan tokoh-tokoh
dalam novel ini dengan Tuhan, antara lain:
1) Shalat
Shalat adalah ibadah kepada Allah Swt. yang wajib dilakukan
oleh setiap muslim mukalaf dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu.
Ibadah shalat juga dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel
Perjalanan Menuju Langit seperti kutipan di bawah ini.
“Subhanallahi Rabbial A’la, Maha suci Allah yang Maha Tinggi!, Maha suci Allah yang Maha Tinggi!, Maha suci Allah
95
yang Maha Tinggi!”. Alfi meneteskan air matanya dikala sujud
“Maha suci Allah yang Maha Tinggi!”.
Perintah sujud di saat Sholat merupakan sebuah aplikasi
kepatuhan, rasa takut, rasa harap, penghinaan diri dihadapan
Tuhan, pengagungan Tuhan Allah, pernyataan tunduk padaNya,
penghambaan diri.”
(PML:187)
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa Alfi menteskan air mata
dikala ia sujud dalam sholat. Ia tak kuasa tunduk padaNya
mengagungi kuasa Tuhan.
Berdasrkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh-
tokoh dalam novel Perjalanan Menuju Langit memiliki hubungan erat
dengan Tuhannya yang diwujudkan dengan melaksanakan salat dan
bersujud. Salat adalah salah satu cara munusia untuk berkomunikasi
dengan Tuhannya. Bukan hanya salat lima waktu saja, tapi salat sunah
seperti salat wajib dan salat sunnah. Hal ini dapat dijadikan teladan
dalam kehidupan sehari-hari bahwa sebagai manusia yang bertakwa
sudaha seharusnya kita menjalankan perintah salat baik salat wajib
mapun salat sunah agar komunikasi kita dengan Sang Pencipta selalu
terjaga.
2) Berdo‟a
Berdoa artinya mengucapkan atau memanjatkan doa kepada
Tuhan. Dalam novel Perjalanan Menuju Langit, wujud berdoa kepada
Tuhan dilakukan oleh tokoh dalam novel untuk meminta atau
memohon sesuatu yang baik kepada Allah Swt. Seperti kutipan-
kutipan berikut ini.
96
“Alfi menangis sambil bersujud, mengucapkan kata-kata
penyesalan seraya berdoa. Sadar bahwa ia harus berubah,
menjadi seseorang yang lebih baik. Mungkin malam ini menjadi
malam yang sangat berarti bagi Alfi, ia bertekad akan menjadi
orang yang berbeda. Melupakan kesalahan yang telah dilakukan
dan mengambilnya sebagai hikmah, serta memulai hidup baru
yang penuh dengan kebaikan.”
(PML:99)
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bagaimana saat Alfi berteat
berubah menjadi seseorang yang lebih baik dan melupakan semua
kesalahan serta mengambil hikmah dari semuanya.
“Malam-malamnya ia kuatkan untuk sedikit bermunajat kepada
Allah dengan bertahajud, zikir serta membaca Al Qur‟an. Baru
dua juz hafalan Qur‟annya, dengan kepayahan ia terus
menambah hafalan itu. Membuat ia begitu kagum dengan
seorang wanita muda yang menamatkan hafalan Al Qur‟annya
diatas bus kota sebagai hadiah kepada Ayahnya yang tak sempat
ia temui.”
(PML:183)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi kagum kepada seorang
wanita yang ia kenal di bus kota. Wanita itu ialah Ainun yang juga
seorang hafidzah.
“Alfi coba menghirup nafas dalam-dalam kemudian meng-
hembuskannya bersamaan dengan lafadz istighfar, memohon
ampun kepada Allah SWT bahwa sesungguhnya ia berlindung
dari dosa-dosa. Baik itu dosa kecil maupun dosa besar, dosa
yang disengaja maupun yang tak disengaja.”
(PML:265)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi berdoa dan memohn
ampunan kepada Allah Swt., atas semua dosa dosa yang telah ia
perbuat selama ini.
97
Dari beberapa penggalan kutipan di atas, dapat disimpulkan
bagaimana Alfi berdoa agar diampuni segala dosa dosanya dan
dipermudah dalam menghafalkan Al Qur‟an. Berdoa merupakan salah
satu wujud nilai pendidikan moral dalam hubungan manusia dengan
Tuhan yang patut dijadikan teladan. Dengan berdoa secara sungguh-
sungguh kepada Tuhan akan lebih mendekatkan kita kepada-Nya.
3) Berzikir
Berzikir dapat diartikan mengucapkan zikir yaitu mengingat dan
menyebut nama dan keagungan Allah Swt. secara berulang-ulang.
Dalam novel Perjalanan Menuju Langit, berdzikir ini dilakukan oleh
tokoh-tokoh dalam novel seperti yang ditunjukan pada kutipan di
bawah ini.
“Sejak tadi Alfi bertahajjud dan berzikir, rupa rupanya bulan
terang yang tampak jelas dari sela jendela menggoda ia agar
keluar dan melihat dengan sebenarnya keadaan bulan yang
sempurna tampak dari pelupuk mata. Tampak jelas permukaan
bulan dari arah teras rumahnya.”
(PML:3)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Alfi sedang melaksanakan
sholat tahajjud dimalam hari ditemani sinar rembulan malam yang
begitu indah.
“Subhanallah, Walhamdulillah, Walailahaillallah, Allahuakbar.
Kalimat dzkir itu terus saja mengalir dari mulut Alfi dengan
indahnya. Setiap hirupan nafas yang ia hirup disana ia berfikir
“Oh betapa Mahabesar Allah”.
(PML:186)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sedang berzikir dan berserah
diri memuja asma Allah.
98
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Alfi selalu menyempatkan diri untuk berdzikir kepada Allah di malam
hari. Hal inilah yang patut dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-
hari agar selalu mengingat Allah SWT, dimana pun, kapan pun, dan
dalam keadaan apa pun.
4) Bersyukur
Bersyukur menurut arti dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah berterima kasih kepada Allah karena suatu hal. Wujud syukur
yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit ditunjukan
dengan memuji kebesaran Allah SWT, seperti dalam kutipan di bawah
ini.
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat Tuhan tersebut.
Senantiasa bertasbih memuji Sang Pencipta bulan, pencipta
alam. Pencipta manusia itu sendiri. Tak henti- hentinya ia
mengucapkan Subhanallah, Maha Suci Allah sedari tadi ia
bertahajjud di sepertiga malam.”
(PML:3)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi adalah orang yang
senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Ia selalu bertahajjud di sepertiga malam.
“Di keheningan malam Alfi bersimpuh bersujud syukur atas
anugerah yang telah Allah karuniakan padanya. Menetes air
mata kebahagiaan itu ketika ia mengenang saat sulit sewaktu di
Kos Arjuna. Ia nyaris mati karena tak ada satu pun makanan
yang bisa di makan, dan tak ada uang untuk pergi berobat.Tapi
kini, ia bisa makan apa saja yang terpercik di keinginannya.”
(PML:243)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi bersujud bersimpuh atas
apa yang telah Tuhan berikan kepadanya. Ia teringat atas apa yang
99
telah terjadi di Kost arjuna dulu, saat ia kesusahan tak ada makanan
yang bisa dimakan dan tak ada uang sepeserpun.
Berdasarkan beberapa penggalan kutipan di atas dapat
disimpulkan bagaimana cara Alfi dalam mengungkapkan rasa bersyukur
kepada Allah SWT. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan mengucap-
kan “Subhanalloh” yang artinya maha suci bagi Allah. Nilai pendidikan
yang dapat diambil adalah kita harus senantiasa menyebut dan memuji
asma Allah dalam keadaan bahagia, senang, sedih, dan sebagainya agar
kita selalu ingat betapa besaar nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
b. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Hubungan manusia dengan diri sendiri dapat berupa eksistensi diri, sikap
atau perilaku di bawah ini.
1) Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Nilai kejujuran ditampilkan Alfi
ketika ia mengaku kepada Pak Arfan bahwa ialah yang mencoret coret
dinding kelas. Berikut kutipannya.
“Di hari ketiga barulah teka-teki itu terungkap. Tiba-tiba ada
sebuah surat kaleng yang menyatakan bahwa pelakunya adalah
Alfi Rahmat anak kelas II A. Segera para guru mengintrogasi
Alfi.
“Apa benar kamu yang mengotori seluruh dinding” tanya Pak
Arfan Kepala Sekolah.
“Ya Pak” jawab Alfi datar.
Ruangan kantor itu penuh karena seluruh guru ikut menyaksikan
persidangan. Sementara di luar anak-anak berjinjit mengintip
100
dari jendela, bertanya-tanya apakah betul Alfi pelaku
pengotoran dinding sekolah.
“Kenapa kamu melakukannya?” timpal Pak Arfan
“Iseng saja Pak”
Dengan ekspresi penasaran Pak Arfan menundukkan kepalanya,
merapatkan wajahnya ke Alfi dan bertanya “Lalu apa
maksudmu dengan kalimat Aku merindukan mu itu?”
Alfi tersenyum dan berujar polos “Ada deh”
Mau marah tapi tak tega, dibiarkan takut ngelunjak Alfi benar-
benar telah menarik perhatian seluruh sekolah. Ia terkenal kini.
Pak Arfan menghukum Alfi dengan menyuruhnya hormat
kepada bendera dan boleh selesai hingga orang tuanya datang
menjemput.”
(PML:51)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi mengakui atas
perbuatan yang telah ia lakukan yaitu menoret coret dinding kelas.
Nilai kejujuran juga ditampilkan dari sosok Alfi. Ia menolak menuruti
permintaan Aulia Wipogso, yaitu meminta mengubah nominal harga
yang tertera di kuitansi. Perhatikan kutipan berikut ini.
“Belum sempat Lia menyelesaikan pembicaraannya kemudian
Alfi menyela “Mohon maaf Lia, toko kami telah banyak bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan di Padang, Alhamdulillah
kami bisa memberikan harga yang lebih murah dibanding yang
lain, salah satunya karena kami langsung memesan perangkat
komputer dari Singapura dan Malaysia. Namun kami tidak
pernah memberikan harga yang seperti Lia sampaikan di awal
kepada karyawan saya. Memang banyak beberapa agen dari
beberapa perusahaan meminta tips dengan merubah nominal
harga yang tertera di kwitansi, tapi mohon maaf kami tidak bisa
memberikannya” Sebelum Alfi keluar tadi rupanya Ipung sudah
menjelaskan kepadanya keinginan Lia tersebut.
“Tapi kami punya solusi lain, kami akan memberikan bonus
kepada agen perusahaan itu yang telah mau berbelanja di toko
kami yaitu dengan memberikan mereka bonus berupa barang
maupun uang tunai, tapi tidak merubah harga di kwitansi. Nah
untuk Lia saya akan beri bonus yang cukup besar kali ini, ya
mumpung sesama teman.”
(PML:255)
101
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi tidak mau menuruti
seperti yang Aulia minta. Tapi ia memberikan solusi lain yaitu bonus
kepada Lia karna telah berbelanja di tokonya.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan
mewakili nilai jujur yang berupa jujur atas bagaimana sifat Alfi dalam
pekerjaan yang ia tekuni. Ia tidak mau menuruti apa yang Lia minta
yaitu nota kosong.
2) Disiplin
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sikap disiplin
digambarkan oleh tokoh Alfi. Salah satu kedisiplinan Afli adalah dalam
menggunakan waktu dan menggunakan uang uang. Perhatikan kutipan
berikut ini.
“Banyak hikmah yang didapat oleh Alfi sesudah ia sakit.
Pertama, ia sadar bahwa kedisiplinan adalah hal yang sangat
penting. Seandainya ia disiplin sedari dulu, mungkin tak akan
kerepotan seperti yang ia rasakan tempo hari. Disiplin waktu,
disiplin meletakkan barang kepunyaannya, dan yang tak kalah
penting adalah disiplin menggunakan uang.”
(PML:146)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi menyadari bahwa
kedisiplinan adalah hal yang sangat penting dalam segala hal. Salah
satunya adalah disiplin dalam menggunakan waktu.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Alfi merupakan
sosok yang disiplin. Banyak hikmah yang bisa didapat oleh Alfi setelah
102
ia sakit. Salah satunya adalah disiplin dalam menggunakan waktu serta
dalam menggunakan uang.
3) Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Ketika Alfi sedang menerima
tugas dari Pak Hamdan untuk mencari bahan makalah dari internet
tentang Sawahlunto, berikut kutipannya.
“Pada pelajaran sejarah kali ini, kelas mendapat tugas dari Pak
Hamdan untuk mencari bahan makalah dari internet tentang
Sawahlunto. Dengan semangat Alfi lantas mencarinya di
internet. Berjam-jam ia browsing mencari-cari pertimbangan
mana yang terbaik, menggabunggabungkan lembaran-lembaran
berita tentang Sawahlunto dari berbagai situs. Akhirnya setelah
tugas dikumpulkan, salah seorang siswa diminta untuk
membacakan hasil karya mereka. Sesuai dugaan semua orang,
Alfi terpilih untuk membacakan hasil penelusurannya tentang
kampung tercintanya itu.”
(PML:20)
Nilai rasa ingin tahu juga terlihat saat Alfi penasaran dengan
pertanyaan Pak Hamdan yaitu tentang “Bangkai apa yang disukai banyak
orang?“. Perhatikan kutipan berikut ini.
“Alfi berfikir keras rupanya dari tadi, mencoba mencari beribu
kemungkinan atas pertanyaan itu. Menggabung-gabungkan
bermacam realitas dan berharap jawabannya kali ini tak meleset,
sebagai bahan untuk menambah pulsa kebanggaan Pak Hamdan
atas dirinya.
“Apa kira-kira bangkai yang di sukai orang, bangkai yang amat
berharga, atau mungkin bangkai yang mulia lagi dimuliakan tanpa
ada menaruh rasa jijik terhadapnya” Alfi berfikir dan berbisik di
dalamhatinya meraba-raba segala rupa kemungkinan.
Alfi mulai menemukan titik terang kali ini, wajahnya tampak mulai
memendar dan terang dihiasi senyuman kemenangan. Alfi
nampaknya paham betul dengan karakter Pak Hamdan, “Apa sih
103
yang tak akan berhubungan dengan sejarah jika berbicara dengan
Pak Tua ini?” bisik Alfi sambil tersenyum.
Bangkai apa lagi yang lebih di hargai selain bangkai sejarah?
“BANGKAI SEJARAH” teriaknya mantap, menegakkan
kepalanya yang dari tadi tertunduk ke meja.
Setelah jawaban itu, hanya Alfi saja dan Pak Hamdan yang
tersenyum merona. Sementara seluruh siswa dan mungkin jin yang
ada di lokal masih terlihat nanar kebingungan tak mengerti atas
pembicaraan Alfi dan gurunya, sang maniak sejarah.”
(PML:30)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa hanya Alfi lah yang bisa
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru nya itu yaitu tentang
bangkai sejarah.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rasa
ingin tahu Alfi terhadap pertanyaan yang diberikan oleh Pak Hamdan.
Sikap rasa ingin tahu itu pun pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang
lebih baik, yaitu Alfi dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
Pak Hamdan.
c. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain
Hubungan manusia dengan manusia berkaitan dengan lingkup
sosial masyarakat. Hal-hal yang berupa hubungan antarmanusia antara
lain dapat berwujud: memberi semangat, menghormati orang tua, saling
menyayangi, rela berkorban, dan tolong menolong.
1) Menghargai Prestasi orang
Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
104
Penghargaan prestasi kepada seseorang tak hanya berwujud hadiah
tapi juga berupa ucapan. Hal ini tergambar ketika Alfi mengidolakan
Murni Azizah yang pandai dalam kegiatan ekstrakurikuler khususnya
bidanh kesenian. Perhatikan kutipan berikut ini.
“Murni adalah salah satu aset bagi SMA Guguok dan menjadi
andalan dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler terutama dalam
bidang kesenian. Dan sebagai orang yang juga agak amat kurang
menguasai seni, Alfi mengidolakan Murni. Hanya mengidolakan,
maksudnya Alfi tak kan sampai jatuh cinta pada nya.”
(PML:33)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi mengidolakan Murni
yang pandai dman kegiatan ekstrakrurikuler terutaman dalam bidang
kesenian. Prestasi lain yang diraih Murni juga menimbulkan
kekaguman tersendiri bagi Alfi. Perhatikan kutipan berikut ini
“Dalam prakarya seni, Murni selalu mendapatkan nilai sepuluh
atau seratus, bahkan jika ada nilai seratus lima puluh maka Bu
Serly guru kesenian berkata akan memberikan nilai itu
kepadanya. Buk Serly dan seisi lokal terpagu melihat lukisan
seorang nenek sedang menyisir rambut cucunya diatas kursi
goyang yang di buat Murni bulan lalu saat tugas menggambar.
Alhasil gambar tersebut sekarang di pajang di kantor Walikota
Sawahlunto. Alfi hanya kebagian bangga karena lukisan teman
selokalnya dihargai dan di pajang di kantor orang nomor satu di
kota Sawahlunto.”
(PML:34)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi mengakui kehebatan
Murni Azizah dalam prakarya seni, karna ia selalu mendapatkan nilai
yang bagus.
Dari beberapa kutipan pada novel Perjalanan Menuju Langit di
atas dapat disimpulkan tentang nilai menghargai prestasi. Nilai
105
tersebut terwujud dengan mengakui kehebatan prestasi yang dimiliki
oleh teman.
2) Bersahabat/komunikatif
Bersahabat/komunikatif merupakan tindakan yang memperlihat-
kan rasa senang, berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain. Dalam novel Perjalanan Menuju Langit, terdapat wujud
bersahabat/komunikatif yang tergambar dalam kutipan berikut ini.
“Hey Murni, apa yang ada di tasmu itu, yang memantulkan sinar
matahari ke arah mataku? Mataku jadi perih tau!” Keluh Alfi
Murni menoleh kearahnya dan nampak peduli dengan keadaan
Alfi yang matanya terkena pantulan cahaya dari sinar tas.
Murni menggeser tasnya sehingga sinar itu memantul kearah
lain. Lalu membenamkannya ke dalam tas. Alfi bertanya “Apa
di tasmu yang memantulkan sinar itu?”. Murni mengeluarkan
sesuatu yang berbentuk empat persegi panjang dibungkus
plastik. Itu rupanya plastik yang memancarkan cahaya matahari
ke arah Alfi. Murni memegang sebuah undangan pernikahan
berwarna merah muda tampak indah dengan liukan-liukan
gambar bunga mawar menghiasi setiap sudut.”
(PML:35)
Dari kutipan di atas, Alfi terlihat menunjukkan sikap rasa ingin
tahu terhadap benda yang ada di atas tas Murni karena benda itu
mamantulkan sinar yang menyilaukan matanya.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Alfi
memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini terbukti saat Murni
Azizah membawa sesuatu yang membuat Alfi merasa penasaran.
3) Peduli sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
106
membutuhkan. Alfi menunjukkan sikap peduli sosialnya yaitu ketika
ia memberikan pertolongan kepada Etek Manik yang meminta tolong
karena diserang oleh babi hutan yang mengamuk. Hal tersebut terlihat
pada kutipan berikut ini.
“Tolong... tolong...tolooooong!” Panggilan wanita minta tolong
itu tak seperti panggilan biasa, tapi nyaris seperti pekikan
histeris seorang yang sedang sekarat dalam kesusahan yang
harus segera diselamatakan. Segera saja Alfi melepaskan ikatan
Punco dan berhamburan ke arah suara wanita itu.
Ya Tuhan, sebuah pemandangan mengerikan tengah terhampar
di hadapan Alfi. Seekor babi besar sebesar anak kerbau
berwarna hitam kelam setinggi pinggang orang normal dengan
taring putih menyeruak dari mulutnya tengah mengoyak-ngoyak
seorang ibu. Itu Etek Manik yang sedang bergulat tak berdaya
dengan babi hutan, tubuhnya bergelimang darah. Etek Manik
adalah salah seorang tetangga Alfi yang setiap hari minggu ikut
berjualan poren ketika orang berburu.”
(PML:80-81)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alfi berusaha menolong
Etek Manik yang sudah bergelimang darah karna di serang oleh
seekor babi yang besar. Ia pun berteriak-teriak meminta pertolongan
yang lain.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
peduli sosial yang berupa tindakan ingin membantu sesama, dalam hal
ini Alfi membantu menolong Etek Manik yang bergelimang darah
diserang oleh babi hutan yang sedang mengamuk.
3. Skenario Pembelajaran Novel Perjalanan Menuju Langit Karya
Muhammad Muhsin Lahajji di Kelas XI SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu bidang ilmu yang penting.
Pembelajaran sastra sangat perlu diajarkan di sekolah karena dapat
107
meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan,
mengembangkan cipta dan rasa serta menunjang pembentukan watak siswa.
Selain itu, pembelajaran sastra yang dilakukan secara tepat dapat membantu
siswa dalam mengapresiasi karya sastra dan mempertajam perasaan, penalaran,
daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Pembelajaran sastra setidak-tidaknya dikaitkan dengan bahan
pembelajaran. Pemilihan bahan pembelajaran sastra harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Dalam mempertimbangkan
aspek-aspek, yaitu dari segi bahasa, segi psikologis, dan segi latar belakang
kebudayaan siswa. Seorang guru hendaknya memperhatikan tingkat
penguasaan bahasa siswa sehingga dalam menyampaikan materi tidak
mengalami kesulitan. Guru juga harus memperhatikan aspek psikologis siswa
karena aspek ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kedewasaan, daya
pikir, dan kondisi mental siswa. Selain itu, seorang siswa akan mudah tertarik
pada karya sastra dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya
sastra tersebut menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka yang
mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran bahasa
Indonesia, rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA mencakup beberapa
komponen yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran alokasi waktu,
langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan evaluasi.
108
a. Standar Kompetensi 7 (Membaca)
Dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia di SMA tercantum
standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/
terjemahan.
b. Kompetensi Dasar 7.2
Dalam silabus pembelajaran sastra di SMA tercantum kompetensi
dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/
terjemahan.
c. Indikator
Indikator hasil belajar untuk mengajarkan sastra di kelas XI SMA,
yaitu:
1) Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji;
2) Siswa mampu menganalisis nilai moral yang meliputi nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, dan
manusia dengan manusia novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum tertuang dalam kompetensi dasar, sedangkan tujuan
khusus tertuang dalam indikator. Tujuan pembelajaran sastra yaitu:
1) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji;
109
2) Siswa dapat menganalisis nilai moral yang meliputi nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, dan
manusia dengan manusia novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji.
e. Alokasi Waktu
Mata pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP memiliki
alokasi waktu 2 x 45 menit setiap kali pertemuan.
f. Materi Pembelajaran
Materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran sastra sesuai dengan
silabus adalah unsur intrinsik dan nilai moral dalam teks/naskah novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji.
g. Metode Pembelajaran
Metode ceramah dan tanya jawab digunakan pada awal
pembelajaran, sedangkan metode diskusi dan pemberian tugas pada
akhir pembelajaran. Ke empat metode tersebut digunakan dalam
pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
Dalam mengajarkan suatu karya sastra (novel) penulis harus memilih
metode pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang digunakan
penulis dalam pembelajaran nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji di SMA, yaitu dengan model
group investigation.
Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa mencari
110
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-
bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya. Tipe ini menuntut
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun keterampilan proses kelompok.
Model group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Model group investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian
atau inquiri, pengetahuan atau knowledge dan dinamika kelompok atau
dynamic of the learning group. Penelitian di sini adalah proses dinamika
siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika
kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok
saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta
saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.
Pembelajaran sastra mengenai nilai moral novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi berupa unsur intrinsik dan nilai moral
yang akan dipelajari, menetapkan novel Perjalanan Menuju Langit
111
karya Muhammad Muhsin Lahajji untuk dibaca setiap siswa dalam
kelompok yang bertujuan agar siswa dapat memahami unsur
intrinsik dan nilai religius yang ada di dalamnya.
2. Guru menetapkan jumlah anggota kelompok setiap kelompok terdiri
dari 5-6 siswa yang dibagi berdasarkan urutan absen atau presensi,
menentukan sumber data yang berupa novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji, memilih topik berupa
unsur intrinsik novel dan nilai moral yang terkandung dalam novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji.
3. Siswa dalam tiap kelompok saling bertukar informasi dan ide,
berdiskusi, klarifikasi, mengumpilkan informasi, menganalisis data,
membuat inferensi mengenai unsur intrinsik dan nilai moral pada
novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji.
Setiap anggota kelompok menulis laporan, menyiapkan
kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Salah satu kelompok menyajikan hasil analisis novel, kelompok lain
mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan
atau tanggapan.
5. Masing-masing siswa dalam kelompok melakukan koreksi terhadap
laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan
guru berkolaborasi mengevaluasi pelajaran yang dilakukan,
melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian
pemahaman.
112
Kelebihan pembelajaran model group investigation meliputi:
1) Untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa yang ditempuh
melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreatifitas.
2) Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu
masalah.
3) Membangun keterampilan komunikasi antar kelompok.
4) Setiap siswa dapat saling memberi kontribusi berdasarkan
pengalaman sehari-hari.
5) Siswa dapat berpikir kritis.
6) Kuis yang diberikan kepada setiap anggota kelompok akan menjadi
faktor pendorong siswa untuk mempelajari materi.
Selain kelebihan di atas, model pembelajaran group
investigation juga mempunyai kelemahan, yaitu model pembelajaran
group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan
sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian
pembelajaran dengan menggunakan model ini juga membutuhkan
waktu yang lama.
h. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran novel dengan materi nilai moral pada novel
Perjalanan Menuju Langit berfokus pada aspek membaca. Sehubungan
dengan hal itu penulis memaparkan skenario pembelajaran berupa RPP
113
(terlampir). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat berdasakan
silabus. Di bawah ini disajikan langkah-langkah pembelajaran novel
dengan materi nilai moral pada Perjalanan Menuju Langit di kelas XI
SMA.
Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45 menit
1) Kegiatan Awal
a. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa bersama;
b. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran serta
memotivasi siswa dengan mengarahkan pada situasi pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a. Guru menerangkan tentang unsur intrinsik dan nilai moral yang
terdapat dalam karya sastra
b. Guru bertanya jawab dengan siswa berkaitan denga unsur intrinsik
dan nilai moral dalam sastra
c. Guru membagi kelompok berdasarkan jumlah siswa dan membagi
tugas kepada masing-masing kelompok
d. Guru mengajak siswa membaca membaca novel Perjalanan
Menuju Langit (membaca novel memerlukan waktu yang cukup
lama). Oleh karena itu guru meminta siswa untuk melanjutkan
membaca di luar jam sekolah.
114
3) Kegiatan Akhir
a) Guru menyuruh siswa untuk melanjutkan membaca dan
menyelesaikan tugas kelompok di luar jam sekolah
b) Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup
Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45 menit
1) Kegitan Awal
a) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama
b) Guru mengulas kembali materi pada pertemuan sebelumnya
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
2) Kegiatan Inti
a. Guru mengecek kembali apakah tugas siswa sudah diselesaikan
oleh masing-masing kelompok
b. Guru meminta masing-masing kelompok mempesentasikan hasil
diskusinya dan kelompok lain menanggapi
3) Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan
b. Guru memberikan evaluasi
c. Guru menutup pembelajaran dengan salam
i. Sumber Belajar
1) Novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji
2) Buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro
3) Modul Bahasa Indonesia kelas XI
115
j. Media Pembelajaran
Media yang dapat diigunakan pada pembelajaran novel, yaitu
1) LCD
2) Laptop
3) Program power point
k. Nilai Karakter Bangsa
Adapun nilai-nilai karakter bangsa dalam pengembangan pendidikan
karakter yang sesuai untuk pembelajaran novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji, diantaranya yaitu: jujur;
disiplin; kreatif; rasa ingin tahu; tanggung jawab; mandiri; kerja keras;
dan cinta tanah air.
1) Jujur
Siswa diharapkan dapat berprilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
2) Disiplin
Siswa diharapkan untuk berperilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku di sekolah.
3) Kreatif
Siswa diharapkan berfikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
116
4) Rasa ingin tahu
Siswa diharapkan bersikap dan bertindak yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
5) Tanggung jawab
Siswa diharapkan bersikap dan berperilaku menjadi seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mandiri
Siswa diharapkan mempunyai sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
7) Kerja keras
Siswa diharapkan melakukan tindakan yang menunjukan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
8) Cinta tanah air
Siswa diharapkan mempunyai cara berfikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
l. Evaluasi/ Penilaian
Penilaian bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan guru dan
siswa dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan tersebut
akan diketahui berhasil tidaknya melalui hasil evaluasi yang diperoleh.
117
Penilaian proses dan hasil belajar mengajar. Kegiatan tersebut akan
diketahui berhasil tidaknya melalui hasil evaluasi yang diperoleh dan
hasil belajar pelajaran bahasa mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap berbahasa. Semua ini dapat diketahui melalui kegiatan
pembelajaran baik lisan maupun tulisan.
Sistem penilaian (evaluasi) terdiri dari tiga hal: teknik penilaian,
bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Teknik yang digunakan untuk
mengevaluasi pembelajaran adalah teknik tes tertulis, dengan bentuk
instrumen soal uraian dan tugas proyek. Contoh instrumennya adalah
sebagai berikut.
1) Aspek Kognitif
a) Sebutkan unsur intrinsik yang terdapat dalam Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji
b) Siapakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji?
c) Alur apakah yang digunakan dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji?
d) Sebutkan nilai moral yang terdapat dalam novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji!
e) Buatlah ringkasan cerita atau sinopsis novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji!
118
2) Aspek Afektif
Penilaian aspek afektif diperoleh dari perilaku siswa dalam
proses pembelajaran, seperti sikap saat mengikuti diskusi kelompok,
sikap bertanya, dan aktivitas lainnya. Penilaian ini diperoleh melalui
observasi selama pembelajaran berlangsung.
3) Aspek Psikomotorik
Penilaian aspek psikomotorik dikaitkan dengan keterampilan
kebahasaan, yakni menulis, yang diperoleh dengan tugas proyek
untuk membuat tulisan analisis sastra terkait dengan materi
pembelajaran yang telah dilakukan. Contoh instrumennya adalah:
“Analisislah novel Perjalanan Menuju Langit dari segi unsur intrinsik
dan nilai moral sesuai dengan pemahamanmu! Jangan lupa sertakan
kutipan yang mendukung argumenmu.”
119
BAB V
PENUTUP
Bab penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi sari hasil
penelitian dan saran berisi anjuran peneliti kepada pihak-pihak yang dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan data, peneliti dapat menarik beberapa
simpulan hasil penelitian sebagai berikut.
1. Unsur intrinsik novel Perjalanan Menuju Langit terdiri dari tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Tema mayor novel ini
perjalanan hidup seorang Alfi sedangkan tema minornya meliputi percintaan
dan persahabatan. Tokoh utamanya adalah Alfi (pantang menyerah, pandai,
tampan, alim, dan jujur), sedangkan tokoh tambahan antara lain adalah Ardi
(baik dan suka menolong), Ade Siska (baik, jail, suka menolong), Atila Reina
(cantik, manis dan suka menolong), Ainun (cantik, alim, baik hati, sholehah),
Muthmainah (cantik, alim dan sholehah), Om Akmal (baik, tanggung jawab,
peduli), Etek Leli (baik, suka membantu), Etek Vina (baik, peduli dan keras),
Aulia Wipogso (cantik, jahat), Ipung (baik, tanggung jwab, amanah), Gusrial
(baik, tanggung jawab), dan Amir (jahat, cerdas). Latar novel terdiri dari latar
tempat yang meliputi: Sungai Ombilin, Sawahlunto, Rumah, kost Arjuna,
masjid, dll.), latar waktu (malam dan pagi), dan latar sosial yang menunjukkan,
bahasa, adat istiadat, kepecayaan dan pandangan hidup tokoh. Alur meng-
gunakan alur mundur. Sudut pandang menggunakan orang ketiga serba tahu.
120
2. Nilai-nilai moral dalam novel Perjalanan Menuju Langit di antaranya: (a)
hubungan manusia dengan Tuhan meliputi: salat, berdoa, bedzikir, dan
besyukur; (b) manusia dengan diri sendiri antara lain: jujur, disiplin,dan rasa
ingin tahu; dan (c) manusia dengan manusia antara lain: menghargai prestasi
orang lain, bersahabat, dan peduli sosial.
3. Skenario pembelajaran novel Perjalanan Menuju Langit di kelas XI SMA
meliputi Standar kompetensi (memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/
terjemahan), standar kompetensi (Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan), indikator (siswa mampu menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai moral novel Perjalanan Menuju Langit)
tujuan pembelajaran (siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik dan nilai-
nilai moral novel Perjalanan Menuju Langit), bahan/materi ajar (Naskah novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji, yang dibahas
adalah unsur-unsur intrinsik dan nilai moral novel tersebut), metode
pembelajaran (metode ceramah diskusi, Tanya jawab, Penugasan), model
pembelajaran group investigation, alokasi waktu (2 x 45 menit setiap
pertemuan), langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan akhir), media pembelajaran (laptop dan LCD, fotokopi materi, dan
media power point)), nilai karakter bangsa (jujur, kerja keras, kreatif, rasa
ingin tahu, tanggung jawab, mandiri, kerja keras, dan cinta tanah air) dan
penilaian (aspek kognitif, afektif, psikomotorik).
121
B. Saran
Berdasarkan analisis data dan pembasan data tersebut, penulis dapat
memberikan saran beberapa saran berikut ini.
1. Bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pembelajaran apresiasi sastra di kelas XI SMA. Guru dapat
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dengan
memanfaatkan metode dan media yang relevan sesuai dengan kondisi
siswa dan sekolah masing-masing. Oleh karena itu, sudah seyogyanya
guru selalu melakukan inovasi dalam hal tersebut agar tujuan
pembelajaran sastra dapat tercapai secara maksimal.
2. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan media utuk meningkatkan
apresiasi terhadap karya sastra sehingga dapat memberi makna dan menilai
karya sastra khususnya novel. Siswa diharapkan dapat memilih bahan
bacaan yang bermutu, yang baik akan aspek moral sehingga mampu
membatasi dan menjaga diri dari kemerosotan moral yang dapat menimpa
masyarakat khususnya generasi muda saat ini.
3. Bagi peneliti berikutnya, semoga penelitian ini dapat memberikan
informasi awal khususnya tentang pembahasan novel Muhammad Muhsin
Lahajji yang berjudul Perjalanan Menuju Langit.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia.
Esti, Ismawati. 2011. Meode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Diktat.
Surakarta.
Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Lahajji, Muhammad Muhsin. 2013. Perjalanan Menuju Langit. Solo: Tiga
Serangkai
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta. Cakrawala Media.
Prasetyo, Wiwid. 2009. Orang Miskin Dilarang Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta. RajaGrafindo Persada.
Subroto, Edi. 1992. Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno, 2010. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP
Press.
Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Sanata Dharma University Press.
Subagyo, Mafahir Hery. 2012. “Nilai Moral Novel Sang Pelopor karya Alang-
alang Timur sebagai Bahan Pembelajarannya di SMA”. Skripsi, tidak
diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.
Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Persepektif
Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zuhri, Ahmad. 2014. “Analisis Nilai Moral pada Novel Orang Miskin Dilarang
Sekolah Karya Wiwid Prasetyo dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas
Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.
Lampiran 1
SAMPUL NOVEL
Lampiran 2
SINOPSIS NOVEL PERJALANAN MENUJU LANGIT
KARYA MUHAMMAD MUHSIN LAHAJJI
Novel Perjalanan Menuju Langit pada prinsipnya baik dibaca, serta layak
untuk teman motivasi siapapun yang sedang berjuang melawan diri sendiri untuk
menuju kesuksesan yang lebih besar. Novel ini tidak sebatas mengupas kehidupan
duniawi, tetapi ada ketulusan dan keikhlasan hati yang jernih untuk menjangkau
kebenaran hakiki di sisi Illahi. Cinta adalah fitrah manusia, namun tak sedikit
yang tahu makna cinta sejati. Cinta yang berasal dari Pencipta kepada makhluk-
Nya dan cinta makhluk kepada Sang Pencipta. Karena, sebenarnya cinta adalah
cinta yang tidak mengecewakan dan tidak membuat sedih. Manusia bisa saja
ingkar, sedangkan Tuhan tidak akan. Tuhan selalu menepati janji-Nya. Begitulah
kiranya kisah dalam novel karangan penulis berbakat asal Sawahlunto ini,
Muhammad Muhsin Lahajji. Alfi adalah anak angkat keluarga miskin, keluarga
pekerja keras dan tidak mau minta-minta kepada keluarganya yang lain yang lebih
mapan dalam ekonomi.
Alfi hidup sebagai anak yang bandel dan suka bermain dengan anak nakal
juga. Dia selalu membuat kedua orang tuanya khawatir, selain juga membuat
semua keluarga orang tua angkatnya resah. Selalu ada saja, kejadian negatif yang
menimpanya jika melawan perintah orang tuanya, namun dia tidak sadar-sadar.
Sampai akhirnya, kedua orang tua angkatnya meninggal dalam sebuah kecelakaan
di jalan. Kejadian ini sedikit menjadi titik balik Alfi untuk berubah menjadi anak
yang baik. Anak yang tidak akan mengecewakan orang tuanya seperti saat ini.
Namun setahun kemudian Alfi kembali berulah dengan teman-temannya.
Dia ngebut-ngebutan di kompleks perumahan yang banyak polisi tidurnya dan
pulang ke rumah agak malam. Sampai di rumah, telah ada saudara-saudara kedua
orang tua angkatnya. Mereka semua tidak suka dengan sikap Alfi yang bengal dan
suka melawan. Akhirnya, mereka sepakat untuk tidak mengurus anak angkat
saudaranya tersebut. Namun, ada satu yang mau mengurus Alfi bahkan akan
melanjutkan sekolahnya di Universitas. Alfi sedih meninggalkan kamarnya yang
penuh kenangan. Dia harus berangkat ke Padang untuk kuliah. Dia harus
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Termasuk harus belajar mengirit uang
saku, walau Om Akmal berjanji akan memenuhi kebutuhan hidupnya pada
kenyataannya dia di Padang sendirian tidak seperti di rumahnya.
Alfi di Padang satu kos dengan anak-anak nakal, anak-anak yang biasa
menonton film porno dan membawa perempuan ke kamarnya. Namun Alfi tidak
terpengaruh, karena dia masih kecewa pada perempuan. Dia takut dikhianati lagi
seperti ketika SMA dulu. Namun, dia menemukan wanita yang baik hati padanya.
Wanita yang menjenguk dan merawatnya ketika sakit, dialah Tila. Bahkan Tila
menjadi penyemangat dan seseorang yang merubah Alfi dari pemalas, menjadi
rasjin, suka kotor menjadi suka bersih-bersih. Alfi pun jatuh cinta pada Tila,
namun sayang sebelum Alfi mengucapkan kata cinta Tila hilang entah ke mana.
Pada suatu kesempatan dalam sebuah bus, Alfi bertemu dengan seorang
perempuan yang memakai kerudung panjang dan pakaian yang menutup seluruh
tubuhnya. Yang selama perjalanan menggumamkan entah apa, yang ternyata
adalah ayat Al-Qur‟an yang dia hafal melalui mp3. Hafalan Al-Qur‟an
terakhirnya, yang akan dihadiahkan pada bapaknya, namun sayang sesampai di
rumah sakit bapaknya sudah meninggal. Perempuan hafizah itu bernama Ainun.
Pertemuan Alfi dengan Ainun dan kematian bapaknya pun menjadi awal Alfi
lebih berubah lagi. Sejak Ramadhan di pindah ke Wisma Raihan. Kos-an yang
orang-orang di dalamnya lebih alim dan saling mengajak pada kebaikan. Shalat di
masjid, mengaji, kajian adalah keseharian penghuninya.
Tanpa disangka Ainun menjaga sebuah toko yang menjual aksesoris keislaman
dari buku, jilbab, juga kaset-kaset islami. Karena kekagumannya pada Ainun, Alfi jadi
sering ke toko tersebut. Hingga hinggap di hatinya sebuah harap untuk menikah dengan
hafizah tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata dalam sebuah proses ta‟aruf
ternyata perempuan impiannya yang tertera dalam biodata yang dipegangnya. Tanpa
babibu, maka langsung mengiyakan. Hingga merekapun menikah. Pernikahan yang
sederhana. Pernikahan yang semakin memantapkan keimanan Alfi.
Namun siapa sangka ternyata kebahagiaan itu sementara. Ainun dan
anaknya meninggal dalam sebuah proses persalinan. Alfi bagai tak percaya dengan
berita tersebut, dia menjadi gila dan marah kepada Allah yang mengambil semua
orang yang dia cintai. Namun, setelah datangnya perempuan bernama
Muthmainnah. Alfi menjadi sadar dengan ucapan yang dikatakan Muthmainnah
agar sadar bahwa semua akan kembali pada Allah. Muthmainnah tak lain adalah
Tila yang dulu hilang, kini kembali dengan seragam perubahannya yang lebih baik.
Pada akhirnya novel ini memberi pembaca sebuah hikmah, bahwa dalam
kehidupan selalu ada ujian dan ujian, dari itulah Allah menguji siapa di antara
makhluknya yang paling baik dan paling taat. Semoga kita termasuk di dalamnya.
Lampiran 3
BIOGRAFI PENGARANG NOVEL
Muhammad Muhsin Lahajji lahir di Jakarta pada 26 Juni 1983. Walaupun
demikian ia tumbuh besar di Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Menjabat
sebagai ketua Forum Lingkar Pena Kota Sawahlunto, kini ia aktif mengisi seminar
pengembangan diri maupun pelatihan menulis.
Rasa cinta dan keinginannya untuk memperkenalkan Kota Sawahlunto
yang sedang mempromosikan diri menjadi “Kota Wisata Tambang yang
Berbudaya” melatarbelakanginya menulis novel Perjalanan Menuju Langit ini.
Harapannya, novel ini bisa membuat Sawahlnto dikenal lebih luas, tidak hanya di
Sumatera Barat, tetapi juga secara nasional dan internasional. Ia berharap juga
agar kelak dapat seperti Muhammad Yamin, salah seorang pahlawan nasional
kebanggaan Indonesia asal Talawi.
Selain novel ini, penulis pun telah menyelesaikan sebuah novel yang
berjudul Romantika Roman. Jika novel Perjalanan Menuju Langit berkisah
tentang ragam cinta dalam rumah tangga dengan berbagai problema, tak semudah
dibayangkan. Kini penulis tengah menyelesaikan novel yang mengangkat tema
tentang cerita anak dengan judul Jawi- Jawi dan sebuah novel tentang perjalanan
cita dan mimpi berjudul, Ketika Memandang Ka’bah.
SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / Novel Terjemahan
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber / Bahan
7.2 Menganalisis
unsur-unsur
instrinsik dan
ekstrinsik
novel
Indonesia.
- Novel Indonesia
dan novel
terjemahan.
- Unsur-unsur
intrinsik(alur,
tema, penokohan,
sudut pandang,
latar, dan
amanat). - Nilai moral
- Membaca novel Indonesia/
novel terjemahan.
- Menganalisis unsur-unsur
ekstrinsik dan intrinsik (alur,
tema, penokohan, sudut
pandang, latar, dan amanat)
novel Indonesia dan novel
Terjemahan.
- Membandingkan unsur
ekstrinsik dan intrinsik novel
Indonesiadengan novel
terjemahan.
- Menganalisis unsur-unsur
intrinsik novel Perjalanan
Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji - Menganalisis nilai moral
yang meliputi nilai moral
hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan diri
sendiri, dan manusia
dengan manusia novel
Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin
Lahajji. .
Jenis tagihan
- Tugas individu - Tugas kelompok - Ulangan
Bentuk instrumen
- Uraian bebas - Pilihan ganda - Jawaban singkat
Jenis tagihan
- Tugas kelompok - Tugas kelompok - Ulangan -
Bentuk instrumen
- Uraian bebas - Pilihan ganda - Jawaban singkat
4
Novel Perjalaan
Menuju Langit
karya
Muhammad
Muhsin Lahajji.
Lam
piran
4
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA....................................
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4x 45 menit)
A. Standar Kompetensi
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
C. Indikator
Indikator hasil belajar untuk mengajarkan sastra di kelas XI SMA, yaitu:
1) Siswa mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji;
2) Siswa mampu menganalisis nilai moral yang meliputi nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, dan
manusia dengan manusia novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum tertuang dalam kompetensi dasar, sedangkan tujuan khusus tertuang
dalam indikator. Tujuan pembelajaran sastra yaitu:
1) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji;
2) Siswa dapat menganalisis nilai moral yang meliputi nilai moral hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan diri sendiri, dan manusia dengan
manusia novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji
E. Alokasi Waktu
Mata pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP memiliki alokasi
waktu 2 x 45 menit setiap kali pertemuan.
F. Materi Pembelajaran
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra. Unsur
intrinsik meliputi, tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut
pandang.
a. Tema
Tema adalah ide atau gagasan sentral dalam suatu cerita.
Kaitannya dengan tema, tema dibagi menjadi dua, yaitu tema mayor
(tema utama) dan tema minor (tema tambahan). Tema mayor diarti-kan
sebagai makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar
umum cerita itu, sementara tema minor sendiri diartikan se-bagai
makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita saja yang
fungsinya hanya mempertegas eksistensi makna utama atau tema
mayor.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam sebuah
cerita. Istilah “tokoh” menunjukkan pada orangnya (pelaku cerita),
sementara istilah “penokohan” menunjukkan pada penempatan tokoh-
tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Dilhat dari
segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita
dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh
utama adalah tokoh yang muncul di setiap cerita, kemunculannya
memegang peranan penting dan mempengaruhi alur cerita, sedangkan
tokoh tambahan merpakan tokoh tambahan karena tokoh yang
pemunculannya hanya sebagai pelengkap bagi tokoh utama. Namun,
kehadiran tokoh tambahan sangat mempengaruhi adegan-adegan yang
dilakukan oleh tokoh utama.
c. Alur
Alur adalah jalan cerita atau rangkaian peristiwa yang disusun
berdasarkan hubungan kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-
akibat). Rangkaian peristiwa dalam alur secara umum meliputi: tahap
penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik,
tahap klimaks, dan tahap penyelesaian.
d. Latar
Latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat
disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara atau kedudukan seorang pengarang
di dalam sebuah cerita. Kedudukan pengarang di dalam sebuah cerita
bisa menjadi pelaku ataupun sebagai pengamat yang berarti pengarang
tidak masuk ke dalam suatu cerita. Secara umum, penentu janis posisi
pengarang dalam suatu cerita dapat dilihat dari pemakaian kata ganti
dalam cerita itu. Pemakaian kata ganti aku, saya pada suatu cerita
berarti pengarang sebagai pelaku (orang pertama).
2. Nilai Moral dalam Karya Sastra
a. Hubungan manusia dengan Tuhan: salat, berdoa, bedzikir, dan besyukur
b. Hubungan manusia dengan diri sendiri: jujur, disiplin, rasa ingin tahu,
dan tanggung jawab
c. Hubungan manusia dengan manusia lain: manusia dengan manusia yaitu
menghargai prestasi orang lain, bersahabat, dan peduli sosial.
G. Metode Pembelajaran
Metode ceramah dan tanya jawab digunakan pada awal pembelajaran,
sedangkan metode diskusi dan pemberian tugas pada akhir pembelajaran.
Keempat metode tersebut digunakan dalam pembelajaran sastra di kelas XI
SMA. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran
kooperatif group investigation.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran novel dengan materi nilai moral pada novel Perjalanan
Menuju Langit berfokus pada aspek membaca. Sehubungan dengan hal itu
penulis memaparkan RPP (terlampir). Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dibuat berdasakan silabus. Di bawah ini disajikan langkah-langkah
pembelajaran novel dengan materi nilai moral pada novel Perjalanan Menuju
Langit karya di kelas XI SMA.
Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45 menit
Kegiatan Langkah-langkah pembelajaran Waktu
Awal a. Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa
bersama;
b. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat
pembelajaran serta memotivasi siswa
dengan mengarahkan pada situasi
pembelajaran
5 menit
Inti a. Guru menerangkan tentang unsur
intrinsik dan nilai moral yang terdapat
dalam karya sastra
b. Guru bertanya jawab dengan siswa
berkaitan denga unsur intrinsik dan nilai
moral dalam sastra
c. Guru membagi kelompok berdasarkan
jumlah siswa dan membagi tugas kepada
masing-masing kelompok
80 menit
d. Guru mengajak siswa membaca novel
Perjalanan Menuju Langit (membaca
novel memerlukan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu guru meminta
siswa untuk melanjutkan membaca di
luar jam sekolah)
Akhir a. Guru menyuruh siswa untuk melanjutkan
membaca dan menyelesaikan tugas
kelompok di luar jam sekolah
b. Guru menutup pembelajaran dengan
salam penutup
5 menit
Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45 menit
Kegiatan Langkah-langkah pembelajaran Waktu
Awal a. Guru mengucapkan salam dan berdoa
bersama
b. Guru mengulas kembali materi pada
pertemuan sebelumnya dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa
5 menit
Inti a. Guru mengecek kembali apakah tugas
siswa sudah diselesaikan oleh masing-
masing kelompok
b. Guru meminta masing-masing kelompok
mempesentasikan hasil diskusinya dan
kelompok lain menanggapi
80 menit
Akhir a. Guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilaksanakan
b. Guru memberikan evaluasi
c. Guru menutup pembelajaran dengan
salam
5 menit
I. Sumber Belajar
1) Novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji
2) Buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro
3) Modul Bahasa Indonesia kelas XI
J. Media Pembelajaran
Media yang dapat diigunakan pada pembelajaran novel, yaitu:
1) LCD
2) Laptop
3) Program power point
K. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Bacalah novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji.
2. Evaluasi hasil
Bentuk : tes esai (uraian)
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Sebutkan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji!
2. Siapakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji?
3. Alur apakah yang digunakan dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji? Sebutkan tahap-tahapnya!
4. Sebutkan nilai moral yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit
karya Muhammad Muhsin Lahajji!
5. Buatlah ringkasan cerita atau sinopsis Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji!
Kunci Jawaban
1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
amanat, dan sudut pandang.
2. Tokoh utama dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad
Muhsin Lahajji
adalah Alfi Rahmat sedangkan tokoh tambahannya, yaitu Ardi, Ade Siska,
Atila Reina, Ainun, Muthmainah, Om Akmal, Etek Leli, Etek Vina, Aulia
Wipogso, Ipung, Gusrial, dan Amir.
3. Alur yang digunakan dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji adalah alur mundur. Adapun tahapan-tahapannya,
yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik,
tahap klimaks, dan berakhir dengan tahap penyelesaian.
4. Nilai moral yang terkandung dalam novel Perjalanan Menuju Langit karya
Muhammad Muhsin Lahajji terdiri atas tiga aspek, yaitu: (a) hubungan
manusia dengan Tuhan meliputi: salat, berdoa, bedzikir, dan besyukur; (b)
hubungan manusia dengan diri sendiri antara lain: jujur, disiplin, rasa ingin tahu,
dan tanggung jawab; (c) hubungan manusia dengan manusia antara lain:
menghargai prestasi orang lain, bersahabat, dan peduli sosial.
5. Jawaban tergantung masing-masing siswa.
Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Sebutkan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji !
2. Siapakah tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel
Perjalanan Menuju Langit karya Muhammad Muhsin
Lahajji ?
3. Alur apakah yang digunakan dalam novel Perjalanan Menuju
Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji !
4. Sebutkan nilai moral yang terdapat dalam novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji !
5. Buatlah ringkasan cerita atau sinopsis novel Perjalanan
Menuju Langit karya Muhammad Muhsin Lahajji!
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap = 20
Jawaban kurang lengkap = 10
Tidak ada jawaban = 0
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Menganalisis unsur intrinsik dan nilai moral
Kriteria Skor
Sangat baik = 4 Cukup = 2
Baik = 3 Kurang = 1
c. Penilaian Afektif
No. Nama Siswa Indikator proses
Ketekunan Kerajinan Disiplin Kerjasama Bertanggung jawab
1.
Kriteria Skor
Sangat baik = 4 Cukup = 2
Baik = 3 Kurang = 1
Purworejo, Juni 2015
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
M. Saeri, M. Pd Puput Tri Handoko
Lampiran 6
KARTU PENCATAT DATA
Hlm. Data Analisis
117
119
280
281
363
“Wahai kamarku” Kata Alfi dengan suara berbisik
”Aku akan meninggalkan kalian. Aku akan
meninggalkan kalian bersama kenangan yang telah
kita buat bersama. Aku akan berangkat ke Padang
tiga hari lagi.”
(PMJ:117)
“Perjalanan seorang Alfi yang sedang berjalan
seperti sedang melakukan perjalanan panjang di
dunia menuju akhirat. Setidaknya itulah fase dimana
Alfi tengah menjalani kehidupannya di Talawi.”
(PMJ:119)
“Tidak percuma Alfi mengalami penderitaan dan
kesusahan. Sejak kecil ia telah ditinggal mati oleh
kedua orang tuanya yang mengalami kecelakaan di
tambang batu bara, ditinggal mati oleh orang tua
angkatnya dalam kecelakaan motor. Kehidupannya
bagai terhimpit batu besar selama ini. Kesusahan
dan kepahitan mengiringi setiap langkahnya, setiap
desahan nafasnya. Tapi kali ini kebaikan terus
mengikutinya, menggantikan lembaran-lembaran
lusuh hidupnya dengan kebahagiaan yang tiada
tara.”
(PML:280)
“Langit diatas kepala begitu terang, seteranghati
mereka Alfi dan Muthmainnah ketika dua bulan
yang lalu mereka telah melangsungkan pernikahan
nan suci. Ini adalah kali kedua bagi Alfi
melangsungkan pernikahannnya dalam waktu dua
tahun. Perasaan bahagia sewaktu selesai
mengucapkan Ijab Kabul kembali terasa manisnya,
lalu wajah Muthmainnah merona ketika Alfi
memandangnya dengan tatapan cinta selepas akad
nikah tersebut.”
(PML:281)
“Perasaan cinta itu bagai embun yang turun di pagi
hari kembali meliputi hari-hari Alfi sama seperti di waktu ia baru mengenal cinta dari istri pertamanya
Tema Mayor
Ainun. Nuansa cinta itu seakan-akan embun yang
mengitari perbukitan, memenuhinya dan tampak
menyelubungi setiap jengkal tanah dan pepohonan
di sana.”
(PML:363)
5
19
42
159
“Bahwa betapa ia mencintai istrinya, betapa
bersangatan cintanya, betapa memabukkan cintanya.
Rasanya adalahsuatu hal yang wajar jika seorang
lelaki begitumencintai istrinya layaknya Adam yang
merana karena berpisah dengan Hawa, Rasul
Muhammad yang pilu di tinggal Khadijah.”
(PMJ:5)
“Alfi selalu tersenyum merona sama seperti anak
laki-laki lainnya saat mengikuti mata pelajaran
bahasa inggris. Alasannya adalah karena paras
cantik Sang Guru serta suaranya yang syahdu
membuat Alfi terbuai-buai di terpa angin Guguok
Cubodak. Buk Fitria namanya guru mempesona itu
yang selalu mereka bisiki saat ia menghadap ke
papan tulis. Guru tercantik di SMA Guguok
Cubodak bahkan dialah guru tercantik se
Sawahlunto versi Alfi cs. Sang perawan berkulit
putih mulus yang membuat betah mereka yang
selalu kena hukuman berupa cubitan diperut karena
tak membuat tugas.”
(PML:19)
“Alfi suka pada Lia, tapi ia tak pernah berfikiran
akan menyatakan bahwa jika ia mengajarkan Lia
pelajaran sejarah ia berhak mendapatkannya. Alfi
hanya ingin memastikan kalau tak terjadi apa-apa
pada Lia Alfi berfikir dan khawatir, mungkin saja
Lia dipaksa seseorang untuk menjauhi dirinya.
Hanya saja Alfi lah yang terlalu stupid tak
memahami bahasa tubuh, bahwa Lia hanya
memanfaatkan dirinya.”
(PML:42)
“Setelah makan ia berencana akan mengajak Tila
nongkrong di pinggir kanal besar yang ada di sisi
kiri mall. Disanalah tempat yang paling tepat untuk
menyatakan cintanya kepada Tila yang selama ini ia
pendam. Akan romantis jika ia berhasil mengulur
waktu hingga matahari memerah menandakan akan
Tema Minor
292
17
53
terbenam. Bertambah amboy rasanya alam khayal
tersebut jika ketika Alfi mengungkapkan cinta yang
disambut suka cita oleh Tila dengan mengatakan
“Ya, aku juga cinta padamu”, langit memerah dan
kelam menandakan malam telah tiba. “Sungguh
romantis…” Khayal Alfi sembari tersenyum pada
diri sendiri di depan kaca ketika ia menyisir
rambut.”
(PML:159)
“Walaupun Alfi setelah berbulan madu dari
Sawahlunto dan kini ia kembali tinggal
bersamaistrinya Ainun di Padang, tapi hari-hari
cinta itu tetap sama, terasa manis, penuh warna,
penuh makna. Langit indah di atas kepala seakan-
akan bergerak dari Sawahlunto hingga ke Padang
untuk menaungi mereka. Hari-hari cinta itu tak
mengubah apapun selain gairah hidup yang
meletup-letup bagai kawah merapi, harum semerbak
wangi menusuk hidung khayalan mereka bagai di
hembuskan oleh bumi.”
(PML:292)
“Dede adalah teman sepermainan Alfi sejak SD.
Nama lengkapnya Ade Siska. Terkadang Alfi sering
mencandainya kalau sebaiknya ia di panggil Siska
saja. Dan rambutnya yang selalu panjang itu
sebaiknya di kuncir, agar ia lebih mirip dengan
wanita dengan inisial S di depannya. Sifat mereka
sebelas-dua belas, bak boruok jo cigak.”
(PML:17)
“Alfi kembali berkawan dengan Dede karena rindu
yang tak tertahankan. Begitulah anak-anak, sudah
bertengakar berkawan lagi. Dede tak lagi berteman
dengan Nanda, “Dia itu menyebalkan, makannya
banyak” Keluh Dede. Sementara Alfi tak
meneruskan kontrak persahabatannya dengan Amir
karena ada perbedaan antara visi misi kehidupan
diantara mereka.”
(PML:53)
3
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat
Tuhan tersebut. Senantiasa bertasbih memuji Sang
Pencipta bulan, pencipta alam. Pencipta manusia itu
sendiri. Tak henti-hentinya ia mengucapkan
Tokoh Utama
(Alfi)
11
255
Subhanallah, maha suci Allah sedari tadi ia
bertahajjud di sepertiga malam.”
(PML:3)
“Alfi menendang-nendang dengan kecepatan penuh
kearah atas. Entah mengapa gerakannya serasa
begitu lamban. Ia berusaha ke permukaan dengan
sekuat tenaga, karena dari tadi telah meminum
banyak air. Dadanya mulai sesak, tapi tetap saja
mencapai permukaan terasa sangat jauh.”
(PML:11)
“Mohon maaf Lia, toko kami telah banyak bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan di Padang,
Alhamdulillah kami bisa memberikan harga yang
lebih murah dibanding yang lain, salah satunya karena
kami langsung memesan perangkat komputer dari
Singapura dan Malaysia. Namun kami tidak pernah
memberikan harga yang seperti Lia sampaikan di awal
kepada karyawan saya. Memang banyak beberapa
agen dari beberapa perusahaan meminta tips dengan
merubah nominal harga yang tertera di kwitansi, tapi
mohon maaf kami tidak bisa memberikannya”
Sebelum Alfi keluar tadi rupanya Ipung sudah
menjelaskan kepadanya keinginan Lia tersebut.”
(PML:255)
175
10
“Adalah Ardi orang yang pertama kali mengajarkan
Alfi berenang dan membawa sampan. Seorang guru
hebat yang telah mengajarkan salah satu keahlian yang
di sunnahkan bagi setiap muslimin oleh Rasul Allah,
yaitu berenang. Ardi punya metode tersendiri dalam
mengajarkan Alfi. Yaitu dengan mendorongnya ke
lubuk hingga ia tenggelam dan meminum banyak air.
Tangisnya pecah setelah Ardi menyelamatkannya.”
(PML:9)
“Nah setelah kamu berhenti menangis, cobalah
lompat kembali kelubuk itu dan buktikan bahwa aku
telah berbuat baik” kata Ardi terus tertawa
“Gila kau, gila kau, hik....hik....hik”
“Ee... tidak percaya, jika kamu ingin bisa berenang
kamu harus tenggelam dulu. Jika kamu ingin
berhasil, kamu harus mencoba dulu kegagalan, agar
tahu bagaimana manisnya sebuah keberhasilan.”
(PML:10)
Tokoh
Tambahan
(Ardi)
38
41
“Tanpa peri kemanusiaan malah Dede menjahili
Alfi dengan bernyanyi di dekatnya “Hancur sudah
hatiku, gadis pujaanku di ambil orang” Sendal
terbang segera hinggap di keningnya.”
(PML:38)
“Dasar wa'ang tak suka melihat teman senang”
Keluh Alfi terhadap sifat Dede yang sok idealis
“Cemburu wa'ang rupa-rupanya” Tambah Alfi “Ini
lebih dari cemburu Al, aku sedang
menyelamatkanmu dari tsunami cinta, musibah
besar yang tak kan kau sangka-sangka
kedatangannya.”
(PML:41)
Tokoh
Tambahan
(Ade Siska)
134
139
142
„„Orang-orang sering memanggilnya Tila. Ia
memang begitu mudah dikenal karena sifat
ramahnya kepada setiap orang. Ia mengenakan
jilbab, walaupun pakaiannya masih mirip dengan
pakaian Kak Shanti, pacarnya Bang Tedi. Hanya
saja parfum yang dipakainya tidak begitu tajam.
Cukup wangi, namun tidak terlalu.”
(PML:134)
“Alhamdulillah kamu sudah sadar Al” sapa Tila
sambil tersenyum. Senyuman yang biasa ia lihat di
kampus. Senyuman khas seorang Tila. Dan tak lupa
bibirnya yang berwarna pink. Alfi membalas sapaan
Tila dengan senyuman pula. Namun lidahnya masih
kelu ketika hendak menyapa Tila.
“Aa…Apakah kamu yang…..?” Sebenarnya Alfi
memang tidak sanggup untuk berucap sepatah
katapun. Namun ia memaksakan diri sebagai tanda
terimakasih kepada orang yang telah membantunya
sebelum pembicaraannya itu dipotong oleh Tila
“Memang aku yang membawamu kesini. Aku
menemukan kamu tergeletak dikamar dengan
keadaan yang mengkhawatirkan” sambil
mengangkat alis dan bahu.”
(PML:139)
“Oh ya Tila, boleh aku minta tolong sama kamu”
“Kamu tenang saja. Untuk biaya pengobatan pakai
uangku saja dulu” Jawab Tila dengan senyumannya
yang khas sambil mengangkat bahu.
“Tila kamu baik sekali, bagaimana aku bisa
Tokoh
Tambahan
(Atila Reina)
145
membalas ini semua..?”
“Ah, tidak apa-apa, yang penting kamu sekarang
istirahat dan makan obat ini” Menyodorkan obat
yang ada di atas lemari kecil. Tila tidak bisa
menyembunyikan perasaan malunya disebabkan
pujian Alfi itu. Pipinya merona kemerah-merahan,
kepalanya sedikit dimerengkan ke bahu.”
(PML:142)
Hampir dua minggu Alfi tidak masuk kuliah.
Untung Tila memintakan izin kepada dosen yang
mengajar, sehingga ia tidak dianggap alfa. “Tila
memang wanita yang luar biasa”, Pikir Alfi. Tila
benar-benar malaikat baginya. Ia datang tanpa ada
yang meminta. Datang sebagai malaikat
penyelamat.”
(PML:145)
175
177
“Kesabaran luar biasa yang dipancarkan Ainun,
membuat Alfi semakin takjub terhadapnya.
Rasanya, sebuah kemungkinan yang tak mungkin,
bahwa ada seseorang yang memiliki keteguhan hati
dengan kesabaran yang luar biasa ketika ujian itu
menggoda batin dan perasaan. Beda dengan apa
yang Alfi tumpahkan ketika kedua orang tua
angkatnya Amak Mia dan Apak Irzal meninggal. Ia
begitu remuk redam dan hanyut terbawa arus
kesedihan yang deras, menghempaskannya ke
karang ujian yang penuh dengan kesengsaraan.”
(PML:175)
“Aku kagum padanya” Bisik ketulusan terlepas
begitu saja dari lidah Alfi. Bisikan kagum kepada
Ainun Sang Wanita Penghafal Qur‟an. Bisikan yang
bisa disebut sebagai bisikan cinta. Ia bagaikan
seorang anak desa yang tiba-tiba berada di kota
metropolitan yang dihiasi oleh gedung-gedung
pencakar langit, begitulah posisinya ketika hatinya
bertemu dengan nuansa hati yang dimiliki oleh gadis
penghafal Al Qur‟an yang bernama Ainun.”
(PML:177)
Tokoh
Tambahan
(Ainun)
300
“Api taqwa di hati Muthmainnah membara. Ia
bertekad dengan sepenuh hati bahwa dalam setahun
InsyaAllah akan berusaha mengkhatamkan hafalan
Qur‟an, tentunya dengan beberapa trikyang di
Tokoh
Tambahan
(Muthmainah)
318
berikan Ainun dalam menghafal Qur‟an. Agar lebih
fokus, Muthmainnah mengikuti program pendidikan
bahasa Arab selama setahun dan tinggal di asrama
atau pondokan dekat kampusnya.”
(PML:300)
“Entah mengapa Muthmainnah begitu meresapi
keadaan Alfi itu, tak seperti Neni yang ikut prihatin,
tapi tak sebesar itu perasaannya melihat keadaan
Alfi, apalagi bau busuk Alfi membuyarkan
pikirannya. Tatapan tajam penuh rasa iba dari
Muthmainnah menyimpulkan seakanakan
Muthmainnah pernah mengenal Alfi begitu dekat.
Padahal seseorang yang bernama Muthmainnah tak
pernah ada dalam kamus persahabatan Alfi. Nama
Muthmainnah hanya sekali ia dengar dari mendiang
istrinya.”
(PML:318)
53
56
114
“Setelah berbincang-bincang dengan majelis guru,
barulah Alfi boleh kembali ke ruangan. Om Akmal
berjanji akan menebus seluruh kerugian sekolah,
mengecat ulang seluruhnya.”
(PML:53)
“Om Akmal dan Etek Leli bukannya orang yang tak
tahu berterima kasih. Sejak ia sukses dengan CV
nya di bisnis batu bara, mereka membantu seluruh
saudaranya yang lain. Om Akmal membantu Mak
Dang Bakri pada usaha jahitnya dengan
membuatkan kedai baru disertai seluruh
kelengkapan jahit. Membantu membangun kedai
nasi Mak Etek Jun, dan membantu Om Rus, suami
Etek Vina dalam usaha bengkel.”
(PML:56)
“Om Akmal tidak mengantar mereka keluar. Ia tetap
berdiri di dekat Alfi. Kemudian duduk di sebelah
kanan Alfi sambil menatapnya dalam-dalam. Ia
seperti akan mengatakan sesuatu.
“Maafkan perlakuan Mak Etek Jun dan Etek Vina
terhadap kamu, mereka sedang kalap, nanti mereka
akan sadar sendiri dengan perbuatannya itu” bujuk
Om Akmal.”
(PML:114)
Tokoh
Tambahan
(Om Akmal)
116
“Di akhir pembicaraan Om Akmal menasehati Alfi
“Nah, masa depan kamu ada ditangan kamu. Kalau
kamu ingin berhasil belajarlah dengan giat, jangan
mudah terpengaruh oleh lingkungan. Carilah kawan
yang baik-baik, jauhi mereka yang suka huru-hara.
Kami berharap kamu kelak menjadi anak yang
beruntung dan sukses. Yang lebih penting kamu
harus tetap pulang kerumah meskipun kamu tinggal
di Padang semampu yang kamu bisa”.
(PML:116)
56
57
140
“Om Akmal dan Etek Leli bukannya orang yang tak
tahu berterima kasih. Sejak ia sukses dengan CV
nya di bisnis batu bara, mereka membantu seluruh
saudaranya yang lain. Om Akmal membantu Mak
Dang Bakri pada usaha jahitnya dengan
membuatkan kedai baru disertai seluruh
kelengkapan jahit. Membantu membangun kedai
nasi Mak Etek Jun, dan membantu Om Rus, suami
Etek Vina dalam usaha bengkel.”
(PML:56)
“Akhirnya Om Akmal dan Etek Leli pasrah Tapi
mereka punya cara lain membantu Amak dan Apak.
Mereka sering memberi uang belanja kepada Alfi,
uang sekolah Alfi. Segala perlengkapan sekolah Alfi
di fasilitasinya. Walau Amak dan Apak melarang
Alfi untuk menerima uang Om Akmal, tapi Alfi
dengan santai menjawab “rezki dak boleh di tolak
Mak.”
(PML:57)
“Sejak orang tuaku meninggal Om Akmal dan Etek
Leli yang menjagaku, mereka sangat baik, aku tidak
mau mencemaskan mereka.”
(PML:140)
Tokoh
Tambahan
( Etek Leli)
109
“Apak dan amak-mu terlalu memanjakanmu,”
dengan suara sedikit berbisik Etek Vina
menambahkan. Alfi terpojok, ia tak tahu harus
berbuat apa lagi. Sembari menunduk sambil
memain-mainkan jarinya dengan membuat
lingkaran-lingkaran kecil diatas pahanya ia ciut oleh
kemarahan Etek Vina. Adalah sesuatu yang lumrah
bahwa Alfi tersentak oleh kemarahan Eteknya,
karena selama ini sewaktu bersama Amak dan Apak
Tokoh
Tambahan
(Etek Vina)
110
ia tak pernha sekalipun di marahi oleh seseorang,
kecuali Bu Siswi guru kilernya.
“Nah, sekarang kami mau dengar apa ada yang ingin
kamu sampaikan? Mak Dang coba menetralkan
suasana.
“Dak tau Mak”. Jawab Alfi
Keputusasaan merambah semua wajah yang ada di
ruangan itu. Sepertinya bukan itu jawaban yang
mereka inginkan. Sedang mereka semua masih diam
menunggu kalau-kalau Alfi akan mengucapkan
sesuatu. Selang beberapa waktu masih saja tidak ada
sepatah katapun yang terucap oleh Alfi. Ia masih
terus menundukkan pandangan sambil memain-
mainkan jemarinya.
Wajah kerut tampak jelas di wajah Etek Vina. Ia
mulai beraksi. Ayo jawab pertanyaan Uda Bakri”
Bentak Etek Vina Nafasnya tersengal-sengal,
matanya tajam menusuk kearah Alfi.
Alfi tersentak kaget dan sedikit menengadahkan
kepalanya kearah Etek Vina. Ini sudah diluar
kendali, pikir Alfi. Tidak biasanya Etek Vina
menggunakan kata Uda terhadap Mak Dang Bakri
di depan Alfi. Ia merasa terbuang, pertanyaan
tersebut bukan sekedar pertanyaan biasa antara ia
dan Eteknya.”
(PML:109)
“Ayo jawab pertanyaan ku, Alfi ” Etek Vina maju
kearah Alfi, melepaskan pegangan Etek Leli yang
dari tadi mengusap-usap bahunya. Kembali ia
mengajukan pertanyaan yang sama kepada Alfi, kali
ini ia memegang kedua kerah baju Alfi dan
mengangkat kepala Alfi yang dari tadi menunduk.
“Ayo jawab pertanyaan ku, Alfi Iswandi !!”
Para Om dan Etek lainnya tersentak dengan
perlakuan Etek Vina terhadap Alfi. Sepertinya
mereka tidak suka dengan cara kasar Etek Vina,
namun mereka tidak protes dengan kejadian itu.
Tidak protes, karena mungkin saja mereka hendak
melakukan yang demikian kepada Alfi disebabkan
kekesalan mereka terhadap perilaku buruknya
selama ini. Tapi, mereka tidak berani
melakukannya.”
(PML:110)
40
41
42
43
“Lia tahu betul bagaimana membuat Alfi merasakan
dirinya sebagai laki-laki sejati. Pelajaran sejarah
adalah kesukaan Alfi, dengan meminta tolong untuk
di buatkan tugas sejarah berarti hendak meyakinkan
bahwa dia memang pandai dan pantas di banggakan.
Takkan ada yang bisa menghalanginya kali ini untuk
meyelesaikan makalah tersebut.”
(PML:40)
“Alfi kualat. Betul saja sangkaan Dede. Diakhir
semester ketika pembagian rapor, Lia tak mau lagi
menemui Alfi. Jangankan diajak jalan, disapa pun
Lia tak menoleh. Entah mengapa setiap melihat Alfi,
wajah jijik yang di tampilkan Lia membuat
hancurlah harapan cinta itu. Cinta yang selama ini
dipupuk dengan pengorbanan.
Nilai sejarah Lia sembilan koma, sementara nilai
sejarah Alfi hanya enam. Karena ketika
mengerjakan ujian yang terbayang di kertas tulis itu
adalah wajah Lia, tanpa sadar bel tanda ujian selesai
berbunyi. Jadilah nilai Alfi pas-pasan sama dengan
oretanoretan tak menentu dikertas ujiannya.”
(PML:41)
“Belakangan baru tahu kalau Lia mendekati Alfi
hanya karena ingin mendapatkan nilai bagus dalam
sejarah. Ia tahu Alfi lah tempat memuaskan
hasratnya itu. Lia sangat lemah di bagian sejarah,
berkat petunjuk dan bantuan Alfi dalam
memecahkan problema itu Lia berhasil bangkit dari
keterpurukannya.”
(PML:42)
“Begini saja, kalau kamu suka sama aku. Ketahuilah
aku tak sedikitpun suka padamu, sama sekali takkan
pernah aku suka padamu. Sumpah tujuh turunan aku
tak kan pernah menyukaimu. Jauhi aku jangan
dekat-dekat lagi.”
(PML:43)
Tokoh
Tambahan
(Aulia Wipogso)
222-
223
“Ia bergegas menuju Ipung lalu memanggil Gusrial
“Pung.., Gus.., Uda pergi agak beberapa hari, kedai
Uda percayakan pada kalian ya!”
“Uda mau kemana?” tanya Ipung
“Sekarang Uda gak bisa bilang. Yang penting kalian
jaga kedai dengan baik, uang antum pegang saja
Tokoh
Tambahan
(Ipung)
324
Pung, kalau ada keperluan, pake saja. Jangan lupa
catat semua pengeluaran!”
“Ya Uda”
Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh”
salam Alfi sebelum keluar dari kedai”
(PML:222-223)
“Ipung dan Neni kebingungan, mereka panik.
Bercampur aduk perasaan saat ini. Disatu sisi mereka
iba melihat kondisi Alfi, tapi mereka juga sepakat
dengan Gusrial. Alfi sudah kelewat batas. Ipung coba
melerai Gusrial yang mencengkram erat kerah baju
Alfi. “Cukup Gus..cukup!” mohon Ipung.”
(PML:324)
222-
223
316
“Ia bergegas menuju Ipung lalu memanggil Gusrial
“Pung.., Gus.., Uda pergi agak beberapa hari, kedai
Uda percayakan pada kalian ya!”
“Uda mau kemana?” tanya Ipung
“Sekarang Uda gak bisa bilang. Yang penting kalian
jaga kedai dengan baik, uang antum pegang saja
Pung, kalau ada keperluan, pake saja. Jangan lupa
catat semua pengeluaran!”
“Ya Uda”
Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh”
salam Alfi sebelum keluar dari kedai.”
(PML:222-223)
“Uda Alfi.. sadar Da!, bangun Da!, kasihan uda
seperti ini terus, bangun Da!” Kata Gusrial sambil
melap tubuh Alfi dengan air hangat. Ketika melap
tubuh Alfi, air mata Gusrial menetes tak
tertahankan, kembali ia berdoa
“Ya Allah, bantulah uda saya ini!, ampunkan
dosanya, rahmati Ia wahai Allah, Yaa Rahman, Yaa
Rahiim”. Kasihan benar Alfi pikir Gusrial. Ia
ditinggal oleh istri dan anaknya. Ia pingsan setelah
mengetahui istri dan anaknya meninggal. Tak sempat
ia mengantar jenazah istri dan anaknya itu ke tempat
peristirahatan mereka untuk terakhir kalinya.”
(PML:316)
Tokoh
Tambahan
( Gusrial)
47-
48
“Untuk menjaga keselamatan siswa dan guru,
esoknya kegiatan belajar-mengajar diliburkan. Entah
sinting, entah jenius yang dilakukan Amir? Yang
jelas, itu sungguh diluar alam bawah sadar Alfi.
Tokoh
Tambahan
(Amir)
49
52
Cerita-punya cerita, bahwa desas desusnya, demo
besar-besaran yang terjadi setahun lalu, yang
menghasilkan terdepaknya Pak Syamsi mantan
kepala sekolah SMA Guguok yang di duga korup
adalah buah karya profokator seorang bernama
Amir anak Bugis. Ia berhasil meyakinkan seluruh
siswa agar segera mendemo kepala sekolah mereka
yang korupsi. Anehnya ketika terjadi demo di depan
kantor kepala sekolah saat itu, Amir sedang
menikmati mie rebus di kantin Tek Umi.”
(PML:47-48)
“Sungguh imajinatif pemikiran anak Bugis yang
bernama Amir itu. Liar tak terkendali alur
pemikirannya. Meletup-letup susah untuk di
perkirakan awal dan ujungnya. Bayangkan ia
bercita-cita hendak menjadi Walikota Sawahlunto.
Bagaimana mungkin seorang anak yang bukan
putra daerah hendak menjadi walikota di kampung
orang, hal yang tak masuk akal, fikir Alfi.”
(PML:49)
“Mau memarahi, tapi tak tega, tetapi jikadibiarkan,
takut ngelunjak Alfi benar-benar telah menarik
perhatian seluruh sekolah. Ia terkenal kini. Pak
Arfan menghukum Alfi dengan menyuruhnya
hormat kepada bendera dan boleh selesai hingga
orang tuanya datang menjemput.
Ketika Alfi hormat pada bendera, Amir Anak Bugis
tersenyum-senyum simpul di sudut lapangan.”
(PML:52)
17
“Nama Alfi Rahmat” Sapa Alfi kepada semua
teman-teman kelasnya waktu pertama kali masuk
sekolah di SMAN 2 Sawahlunto. Setiap siswa baru,
mesti memperkenalkan diri mereka masing-masing
ke depan kelas. Lihatlah gaya culun Alfi pada saat
itu, malu-malu tak karuan, menjinjit-jinjit seperti
asam urat, dia pikir sekarang masih di SMP?
“Apa arti Alfi Rahmat itu? Tanya Sang Guru
“Alfi Rahmat itu artinya seribu rahmat Pak!”
katanya malu-malu menutup mulut.
“Seribu kelakuan iyo tuma” Teriak Dede dari sudut
bangku belakang kelas yang diiringi teriakan
cemooh seisi kelas.”
(PML:17)
Alur
37
111-
112
“Ini tak bisa di tolerir, Murni sungguh sangat kejam,
menghimpit Alfi dengan berita sedih tersebut tanpa
kompromi dan kenal ampun. Bahasa lugas dan tepat
guna dari Murni yang mengabarkan bahwa Bu Fitria
akan menikah minggu depan sungguh telah mampu
mencabik-cabik dan mengoyak hatinya.
Apanya yang salah dengan berita yang di bawa anak
tukang tenun itu? Tak ada yang salah! Hanya Alfi
begitu mengagumi Bu Fitria guru bahasa inggrisnya.
Memperhatikannya dan menjamahnya dengan
seksama dari ujung rambutnya yang tertutup jilbab
hingga ujung kukunya yang tertutup sepatu dengan
segunung cinta yang tak tampak yang ia berikan
kepada Bu Fitria. Hanya Alfi begitu memuja Bu
Fitria, membanggakannya, mencintainya, mengingin-
kannya agar menjadi pacar impiannya atau mungkin
jika makbul menjadi istrinya yang akan bersanding
menggantikan pria jahat yang telah berani melamar
gadis pujaannya.”
(PML:37)
“AKU BUKAN KELUARGA KALIAN” Pekik Alfi
sambil mencengkram tangan Etek Vina dengan kuat
dan melepaskan pegangannya dari kerah baju yang
dari tadi di tarik-tarik. Pekik Alfi seolah-olah sebua
auman yang penuh energi yang dilepaskan kearah
Om dan Etek sehingga membuat mereka tersentak
kaget dan membelalakkan mata.
“Aku Bukan Keluarga Kalian” kembali Alfi
mengulang pernyataan dahsyat itu sambil
menunjuk-nunjuk Om dan Etek. Ia berbicara seperti
orang yang setengah menagis, nafasnya tersengal-
sengal. Matanya merah, lehernya basah dipenuhi
keringat yang tiba-tiba saja muncul begitu banyak.
“Aku hanyalah anak pungut yang diambil oleh Pak
Irzal dan Amak Mia dari kedua orang tuaku, aku
bukan keluarga kalian, kalian tidak pantas berbuat
kasar kepadaku!”Alfi bebicara seperti seorang yang
sedang kesetanan, tangannya kejang-kejang kearah
bawah menegaskan hal itu.
Ia merasa baikan sekarang, dengan ucapan itu ia
bagaikan telah menumpahkan sampah yang banyak
yang ada di kepalanya yang dipendamnya selama
ini. Kepalanya terasa ringan, hatinya puas, ia merasa
telah menjelaskan sesuatu pelajaran penting kepada
Om dan Etek. Bahwa mereka tidak pantas
310-
311
memperlakukannya seperti ini.
Namun, kepuasan yang dimaksud Alfi tidak
berlangsung lama sampai sebuah tamparan keras
mendarat di pipi kirinya. Mak Etek Jun orang yang
menampar Alfi dengan kerasnya itu, sehingga
membuat Alfi jatuh tersungkur.”
(PML:111-112)
Ainun menutup matanya. Senyuman kecil
tersungging dari bibirnya. Ainun meregang nyawa
menghembuskan nafas terakhir. Sontak tangisan
menggemuruh diruangan. Alfi memeluk erat tubuh
Ainun. Baju putih Alfi berlumuran darah terimbas
pakaian Ainun.
“Sayang.. jangan tinggalkan uda, sayaaang….!” “Ya
Allaaaaah… jangan Kau ambil istriku, jangan Kau
ambil anakku, Cukup! Cukup!, Aku tak sanggup
lagi. Ambil saja semua harta yang kau titipkan
padaku, aku tidak butuh, asal jangan kau ambi anak
dan istriku!” “Atau kembalikan aku ke masa-masa
sulit dahulu ketika terhimpit ujian!! Asal jangan Kau
ambil istri dan anakku!”
Beberapa saat yang lalu Alfi tengah berada di
puncak kejayaan, dipuncak kebahagiaannya. Kini, ia
tengah berada di lembah kesedihan. Istri yang ia
gadang-gadangkan, yang ia banggabanggakan pergi
meninggalkannya. Pergi tak untuk kembali.
Membawa seluruh cinta Alfi, membawa buah
hatinya. Dua bidadari itu pun terbang kelangit,
menemui Tuhannya yang lebih mencintai mereka
ketimbang Alfi mencintai mereka.
Pergilah wahai Fatimah anak mulia yang dijamin
akan memasuki surga Allah, bermain-main bersama
Nabi Ibrahim di taman surga. Pergilah wahai Ainun
Sang Mujahidah, engkau syahid di medan
perjuanganmu ketika engkau bersusah payah
menghadapi pesakitan dalam melahirkan.
Tapi tidak bagi Alfi. Ia masih menagis menguncang-
nguncang tubuh Ainun, sejurus kemudian
membelai-belai bayi mungil yang tengah tertidur
lelap, tak bernyawa. Lolongan Alfi mengiris hati
seluruh orang yang ada di ruangan itu. Perih.. perih
tak tertahankan hati olehnya. Deraian air mata
berlomba-lomba meloncat dari kelopaknya.
“Sayang..sayang.. jangan tinggalkan aku sendirian!”
Sayang mengapa kalian pergi begitu saja?”
340
Sang Dokter kembali mengusap punggung Alfi.
“Maafkan kami Pak Alfi, maafkan kami..!”
Tiba-tiba Alfi mengibaskan tangan Sang Dokter dar
punggungnya. Mereka yang ada diruangan itu
terkejut dengan hentakan Alfi. Sedih bercampur
bingung menyaksikan Alfi yang meronta-ronta.
“TIDAK.. TIDAAAAAAK.. TIDAAAAAAK!!!”
“Ainun tidak mati, anakku tidak mati. Mereka hanya
tertidur, biarkan mereka istirahat sebentar, nanti
mereka akan bangun. Iya kan sayang??” Alfi
kembali membelai-belai wajah istri dan anaknya.”
(PML:310-311)
“Air mata Alfi tampak meleleh. Tiba-tiba.. mata
Alfi terbuka. Bagaikan lampu-lampu di lorong-
lorong Rumah Sakit yang menyala ketika semua
lorong kelam buta.
Ipung segera menyeka air matanya, mukanya berseri
melihat mata Alfi terbuka mantap.
Mereka berdua berdiri. Wajah mereka harap-harap
menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Alfi mengirup udara dalam-dalam kemudian ia
bangkit duduk. Wajah Ipung dan Gusrial tambah
cerah. Alfi kembali menghirup nafas dalam-dalam.
Ia menarik kabel infuse melepaskan dari tangannya.
Ipung dan Gusrial berhamburan ke arah Alfi coba
mencegah, mereka bingung apa yang sedang
dilakukan Alfi?. “Biarkan! Biarkan aku
melepasnya” Kata Alfi mantap berwibawa. Melihat
kewibawaan Alfi itu Ipung dan Gusrial surut.
Alfi kepayahan coba untuk turun dari kasur. Ipung
dan Gusrial segera membantu. “Uda mau
kemana??” Tanya mereka. Alfi hanya diam, tetap
diam berwibawa. Alfi mulai melangkah tertatih-
tatih. Ipung dan Gusrial memapahnya, kali ini
mereka tak bertanya lagi barang sepatah katapun.
Segudang pertanyaan berputar-putar liar dikepala
mereka. Gusrial kembali menyimpulkan, benar-
benar sakti Si Muthmainnah dan suratnya itu.
Gusrial merasa sedikit puas karena Alfi bangun
disaat dia membacakan surat yang terakhir.”
(PML:340)
8-9
“Disungai Ombilin inilah Alfi menghabiskan sebagian
dari masa kecilnya bersama teman sebaya. Berenang
disaat air meluap dengan menggunakan ban dalam
Latar Tempat
16
26
18
mobil yang disebut benen sebagai pelampungnya.
Menangkap ikan menggunakan jala di waktu subuh,
sehabis sholat, hingga waktu dhuha. Terjun indah dari
jembatan titi, jebatan yang menghubungkan Desa
Talawi dengan Desa Kolok. Terjun dari jembatan
dengan ketinggian hampir 15 Meter, membuat jantung
serasa mau copot. Mengikuti festival lomba perahu
yang pemenangnya akan mendapatkan seekor
kambing bunting. Dan tentu saja partisipasi Alfi dalam
acara ini adalah sebagai penonton, jika berdiri terlalu
dekat dengan sungai akan di usir oleh panitia.”
(PML:8-9)
“Sawahlunto adalah percikan-percikan surga yang
tercampak ke bumi. Disini ramah, disini aman,
disini tenang, disini indah, disini.. datanglah ke
sini!, datanglah ke Sawahlunto!.
Bukanlah aie atau air Sawahlunto yang mempunyai
karomah yang membuat orang terpincut lagi terikat
hatinya untuk tetap tinggal di Sawahlunto, beranak-
pinak. Tapi pengibaratan onde-onde itulah yang
membuat orang-orang rantai betah tinggal disini,
mengorbankan jiwa raga mereka untuk Sawahlunto,
muktab jika ada yang menghina Sawahlunto. Batu
bara, elok alamnya, serta lembut hati penduduknya
adalah alasan tersebut.”
(PML:16)
“Sebelum mata pelajaran sejarah di tutup, Pak
Hamdan tersenyum-senyum simpul pada seisi lokal.
Mereka bertanya-tanya apa sebenarnya yang di
pikirkan oleh guru tua itu yang membuat wajahnya
bertambah muda agak beberapa tahun. Pak Hamdan
menyeka rambutnya yang telah dipenuhi uban
delapan puluh persen dari seluruh rambutnya
dengan kedua tangannya Ia tampak puas karena
telah berhasil membuat seisi ruangan mati
kebingungan.”
(PML:26)
“Baru kelas dua SD saja mereka sudah di sidang di
kantor kepala sekolah SD Impres Talawi tempat
mereka sekolah yang dihadiri oleh orang tua
masing-masing dan Pak Tamrin Si Pemilik pohon
macang yang mereka curi. Baju mereka sudah tak
bisa dikatakan seragam sekolah lagi karena telah
18
92
87
belepotan terkena getah macang. Jika terkena getah
macang, baju takkan bisa bersih lagi untuk selama-
lamanya, takkan ada deterjen manapun yang mampu
membersihkannya, hanya satu hal yang bisa
dilakukan yaitu membakarnya, atau di jadikan kain
lap di kedai bakso.”
(PML:18)
“SMAN 2 Sawahlunto termasuk kepingankepingan
puzzle kota Sawahlunto yang melengkapi keindahan
kota ini. Terletak di Desa Talawi Hilir, Guguok
Cubodak tepatnya nama tempatnya, sehingga
SMAN 2 dapat juga di sebut SMA Guguok
Cubodak.”
(PML:18)
“Suasana begitu mencekam. Gurat kekhawatiran
jelas terpampang di setiap wajah tamu yang
menunggu di depan kamar Instalasi Unit Gawat
Darurat. Alfi dari tadi mondar-mandir tak karuan.
Sesekali tangannya dimasukkan kedalam saku, lalu
ia mengusap rambutnya yang berantakan. Terdengar
desahan kekhawatiran dari mulutnya yang
senantiasa tak henti bergumam.
“Kenapa kamu tidak tidur dirumah?” Tanya etek
Vina kepadanya.
“Aku kan sudah bilang, kalau aku tadi malam pergi
nonton acara di Kandi, acaranya sampai larut malam
sampai aku dak bisa tidur di rumah” jawabnya.
“Maksud Etek, kenapa kamu tidak menghiraukan
perkataan orang tuamu kalau kamu dak boleh pergi
tadi malam?”
“ Ya…ya… aku ngaku salah, tapi aku bosan
dirumah. Setiap hari kena marah melulu.”
(PML:92)
“Tadi malam ia bergadang bersama temantemannya
di Kandi. Menghabiskan waktu semalaman suntuk.
Di sana diadakan beragam acara. Mulai dari orgen
tunggal, lomba joget, pesta kembang api dan banyak
lagi. Seperti biasa, pada hari menjelang peringatan
tujuh belas Agustusan pemerintah kota mengadakan
berbagai ragam acara yang katanya untuk
menyambut peringatan hari kemerdekaan, atau lebih
kurang dapat disebut acara peringatan hari
kebebasan untuk berpesta pora. Anak-anak muda
117
122
135
123
seakan hanyut oleh gemerlapan acara tersebut.”
(PML:87)
“Alfi kembali memperhatikan seluruh kamar, ia
melihat-lihat poster yang menghiasi dinding kamar
atau lebih tepatnya mengotori dinding kamarnya.
“Wahai kamarku” Kata Alfi dengan suara berbisik
“Aku akan meninggalkan kalian. Aku akan
meninggalkan kalian bersama kenangan yang telah
kita buat bersama. Aku akan berangkat ke Padang
tiga hari lagi.”
(PML:117)
“Kapal pecah, begitulah kata yang pantas sebagai
penghargaan buat kamar Alfi yang super
berantakan. Dimana-mana sisa puntung rokok
bertebaran. Ruangan kamar sangat bau seperti
sebuah gudang tempat menyimpan barang-barang
rongsokan. Baju-baju berserakan. Ada yang
tergantung berjejeran di belakang pintu, terlihat
nyamuk-nyamuk berterbangan di sekitar baju yang
digantung itu. Ada juga baju-baju bertumpukan
didalam kardus dibawah tempat tidurnya. Sebagain
lain bertumpuk diatasa lemari. Tidak tahu mana
pakaian yang kotor, setengah kotor atau kotor sekali.
Karena semuanya tampak lusuh dan bau.”
(PML:122)
“Akhirnya ia sampai dikamar setelah berjalan
sempoyongan di tengah hujan yang mulai lebat
sambil memegang kepalanya yang dari tadi sakit tak
karuan, serasa mau pecah. Alfi langsung berbaring di
kasur dengan pakaian basah kuyup. Badannya
menggigil kedinginan, namun ia tetap tidak
mengganti baju karena tidak sanggup lagi berdiri.
Alfi merasa ia akan sakit parah karena badannya
terasa panas dan semakin panas. Ruang kamar
menjadi gelap dalam pandangan Alfi, lalu ia tertidur
dengan pakaian basah.”
(PML:135)
“Kos tempat Alfi kini mukim terdiri dari beberapa
petak kamar. Seluruh petak berjumlah dua puluh
petak. Posisi kamar saling berhadaphadapan.
Sepuluh petak disatu bagian dan sepuluh petak lagi
dibagian lainnya. “Merupakan bisnis yang jitu
128
343
memiliki rumah kos-kosan di sekitar kampus” Pikir
Alfi.”
(PML:123)
“Dia pikir dia saja yang malas kekampus, aku bisa
lebih malas lagi dari pada dia, ya nggak Al..?, kalau
tau begini aku mending enak tidur di kos.” Alfi
hanya tersenyum mendengar celetukan Ucok
tersebut. Namun ia berfikir, benar juga ucapan
Ucok. Sebenarnya sebelum berangkat ke kampus
Alfi sedang enak-enaknya tidur, karena malam hari
habis bergadang nonton pertandingan bola Liga
Spanyol bersama teman-teman sekos.”
(PML:128)
“Alfi membuka pintu Masjid yang tak terkunci.
Masjid Muttaqin memang tak pernah dikunci,
karena letaknya disudut komplek dan biasanya
keamanaannya terjamin, maka Masjid itu tak pernah
dikunci. Keputusan itu di tetapkan oleh pengurus
sehingga siapa saja yang ingin sholat di Masjid ini
dapat datang kapan saja mereka suka. Dengan
keputusan ini, sering jamaah datang dan pergi ke
Masjid walaupun tengah malam sekalipun.”
(PML:343)
3
33
“Sejak tadi Alfi bertahajjud dan berzikir,
ruparupanya bulan terang yang tampak jelas dari
sela jendela menggoda ia agar keluar dan melihat
dengan sebenarnya keadaan bulan yang sempurna
tampak dari pelupuk mata. Tampak jelas permukaan
bulan dari arah teras rumahnya. Bulan purnama
yang sempurna itu seakan-akan bisa di peluk dan
diraih dengan tangan atau mungkin bisa diikat
dengan seutas tali lalu di rengkuh kearah bumi ke
teras rumahnya.”
(PML:3)
“Cahaya mentari pagi menerpa tepat di atas tas
Murni. Entah apa yang ada di dalam tasnya itu
sehingga memantulkan kembali seratus persen
cahaya yang jatuh diatasnya sesuai hukum yang
susah di mengerti Alfi pada pelajaran fisika.
Salah satu pelajaran yang agak, amat kurang
disenangi Alfi.”
(PML:33)
Latar Waktu
70
46
“Besok kan hari Minggu Bung..” teriak Alfi pada
Rendra salah seorang teman sekelasnya yang
bingung mengapa Alfi menghambur ke luar kelas,
berlari tak karuan ketika bel pertanda pulang
berbunyi. Rendra sebenarnya hendak meminjam
sepatu olah raga milik Alfi, kebetulan sepatunya
basah kehujanan kemaren ketika lupa
mengangkatnya setelah di jemur.”
(PML:70)
“Siang ini Andik Amir menunjukkan kebolehannya
di hadapan Alfi. Dengan mata kepalanya sendiri
Alfi menyaksikan bagai mana seorang anak Bugis
itu merekayasa sebuah kejadian yang
mengakibatkan seluruh siswa diperbolehkan pulang
lebih awal.”
(PML:46)
165
135
168
“Ya kak, rr…. Kkn…. Ttah…..mmm….augh….”
Suara gadis itu tak begitu kedengaran oleh Alfi,
karena bisingnya bunyi musik dan mesin bus.
Selang beberapa waktu gadis berHP itu berdiri dan
bertepuk tangan dengan keras. Itu adalah cara
menghentikan bus kota.”
(PML:165)
“Akhirnya ia sampai dikamar setelah berjalan
sempoyongan di tengah hujan yang mulai lebat
sambil memegang kepalanya yang dari tadi sakit tak
karuan, serasa mau pecah. Alfi langsung berbaring
di kasur dengan pakaian basah kuyup. Badannya
menggigil kedinginan, namun ia tetap tidak
mengganti baju karena tidak sanggup lagi berdiri.
Alfi merasa ia akan sakit parah karena badannya
terasa panas dan semakin panas.”
(PML:135)
“Alfi panik melihat kejadian itu. Ia tak tahu harus
berbuat apa. Ia kembali melihat gadis itu yang
tengah tersiksa, wajahnya bertambah pucat seperti
akan mati, matanya berkedip-kedip dengan cepat.
Alfi panik dan mulai berteriak-teriak tak karuan
“OYYY…!, OYYY…! HEEEYYY…..!,
HEEEYYY…! STOOOP….!, BERHENTI…!”
Kemudian ia berdiri dan kembali berteriak-teriak
kearah supir gila itu “OYYY…!,
Latar Suasana
OYYY…!HEEEYYY…..!, HEEEYYY…!
STOOOP….!, BERHENTI…!
Ada orang mau matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………!”
Semua mata beralih ke arah Alfi, dan segera bus
berhenti dengan mendadak, membuat orang-orang
yang berdiri sambil bergantung sempoyongan
seperti akan jatuh.
Ada orang mau matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………!
Ada orang mau matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii………!”
Ada….!?A‟…!??A‟…!??”
Semua mata benar-benar tertuju kearah Alfi, semua
berekspresi sama. Mereka heran bingung, melihat
tingkah laku Alfi, dan hal yang sungguh
mengherankan adalah gadis yang ditunjuk-tunjuk
Alfi sambil mengatakan ada orang mati juga ikut
heran melihatnya.”
(PML:168)
9
13
“Satu hal yang perlu anda ketahui. Walaupun Desa
Talawi adalah salah satu desa di kota Sawahlunto
yang nota benenya bagian dari Sumatera Barat atau
daerah Minang. Tapi bahasa yang digunakan oleh
orang Talawi cukup unik. Tidak seperti biasanya
bahasa di Minang, bahasa Minang di Talawi lebih
banyak menggunakan huruf O dalam kalimatnya.
Contohnya saja dalam pengucapan pai ka ma? yang
berarti pergi kemana?, maka di Talawi orang akan
berkata poi ka mano?. Dalam bahasa Minang kelapa
akan di sebut karambie, tapi di Talawi disebut
kambigh. Anda faham kan? Seperti pengucapan
huruf hijaiyyah gho. Keunikan bahasa Talawi tidak
hanya terletak pada perbedaan kalimatnya saja, tapi
juga dari cara pengucapannya yang sedikit di ayun
dan berirama. Maka, orang Talawi akan menjadi
tertawaan jika ia berada di daerah Minang lainnya
jika tetap mengucapkan tata cara bahasa Minang
khas Talawi ini.”
(PML:9)
“Jan sampai taminum aie Sawahlunto”, maka kalian
akan senantiasa terkebat di sana untuk selama-
lamanya” Kata pituah klasik turun temurun. Tidak
masuk akal memang, bahwa air yang ada di
sawahlunto mempunyai semacam karomah yang
dapat mengikat seseorang untuk betah tinggal disini.
Tapi begitulah kenyataannya. Seseorang yang telah
Latar Sosial
3
datang ke sini dan barangkali telah meminum
airnya, maka dapat di perkirakan sekitar 99 % ia
akan kembali lagi. Belum ada survei khusus yang
dapat membuktikan pendapat ini, tapi kenyataan
bahwa praktek ilmu perdukunan masih menjamur di
Sawahlunto adalah realita. Miris, di tengah
teknologi yang tengah saling kejarmengejar,
masyarakat di sini masih saja percaya dengan hal-
hal yang berbau klenik. Seperti percaya bahwa
menabrak kucing adalah kesialan, mencari air tujuh
masjid untuk kesembuhan, sampai berdo‟a di
kuburan.”
(PML:13)
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat
Tuhan tersebut. Ia senantiasa bertasbih memuji Sang
Pencipta bulan, pencipta alam. Pencipta manusia itu
sendiri. Tak henti- hentinya ia mengucapkan
Subhanallah, maha suci Allah sedari tadi ia
bertahajjud di sepertiga malam. Di Talawi,
sepertinya kebiasaan Alfi untuk tertib bangun di
tengah malam di sepertiganya bersimpuh, berzikir,
bertahajjud memohon ampun kepada Allah atas
segala dosa yang pernah di lakukan adalah
kebiasaan langka.”
(PML:3)
3 “Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat
Tuhan tersebut. Ia senantiasa bertasbih memuji Sang
Pencipta bulan, pencipta alam. Pencipta manusia itu
sendiri. Tak henti- hentinya ia mengucapkan
Subhanallah, maha suci Allah sedari tadi ia
bertahajjud di sepertiga malam.
Di Talawi, sepertinya kebiasaan Alfi untuk tertib
bangun di tengah malam di sepertiganya bersimpuh,
berzikir, bertahajjud memohon ampun kepada Allah
atas segala dosa yang pernah dilakukan adalah
kebiasaan langka. Entah dari seribu warga Talawi,
apakah ada kira-kira satu barang lima orang
diantaranya bangun untuk bertahajjud dan memohon
ampun atas segala dosa yang telah mereka lakukan.”
(PML:3)
Sudut Pandang
360 “Cinta yang suci itu hanyalah cinta yang
berlandaskan agama, seperti cinta yang diajarkan
Rasululloh. Karena jika cinta yang bertolak
Amanat
belakang dengan cinta yang diajarkan Rasululloh,
maka bersiap-siaplah cinta itu akan menyiksanya.
Maka mulailah cinta itu dengan kecintaan kepada
Allah! Awalilah cinta-mencintai itu dengan cara
yang benar seperti yang diajarkan Rasululloh.
Pilihlah cinta itu sesuai standar iman bukan sekedar
fisik, jabatan dan harta semata. Jalanilah hari-hari
cinta itu dengan hiasan Qur‟an dan sunnah
sepanjang waktu!.”
(PML:360)
187
280
99
183
“Subhanallahi Rabbial A’la, Maha suci Allah yang
Maha Tinggi!, Maha suci Allah yang Maha Tinggi!,
Maha suci Allah yang Maha Tinggi!”. Alfi
meneteskan air matanya dikala sujud “Maha suci
Allah yang Maha Tinggi!”.
Perintah sujud di saat Sholat merupakan sebuah
aplikasi kepatuhan, rasa takut, rasa harap,
penghinaan diri dihadapan Tuhan, pengagungan
Tuhan Allah, pernyataan tunduk padaNya,
penghambaan diri.”
(PML:187)
“Sungguh Allah maha kuasa atas segala sesuatu”
Bisik Alfi dalam munajatnya ditengah malam ketika
ia selesai melaksanakan sholat tahajjud berjamaah
bersama Ainun istri tercinta yang baru saja resmi
menjadi istrinya sejak lima belas jam lalu.”
(PML:280)
“Alfi menangis sambil bersujud, mengucapkan kata-
kata penyesalan seraya berdoa. Sadar bahwa ia
harus berubah, menjadi seseorang yang lebih baik.
Mungkin malam ini menjadi malam yang sangat
berarti bagi Alfi, ia bertekad akan menjadi orang
yang berbeda. Melupakan kesalahan yang telah
dilakukan dan mengambilnya sebagai hikmah, serta
memulai hidup baru yang penuh dengan kebaikan.”
(PML:99)
“Malam-malamnya ia kuatkan untuk sedikit
bermunajat kepada Allah dengan bertahajud, zikir
serta membaca Al Qur‟an. Baru dua juz hafalan
Qur‟annya, dengan kepayahan ia terus menambah
hafalan itu. Membuat ia begitu kagum dengan
seorang wanita muda yang menamatkan hafalan Al
Nilai Moral
( Hubungan
Manusia dengan
Tuhan)
265
3
186
3
243
Qur‟annya diatas bus kota sebagai hadiah kepada
Ayahnya yang tak sempat ia temui.”
(PML:183)
“Alfi coba menghirup nafas dalam-dalam kemudian
menghembuskannya bersamaan dengan lafadz
istighfar, memohon ampun kepada Allah SWT
bahwa sesungguhnya ia berlindung dari dosa-dosa.
Baik itu dosa kecil maupun dosa besar, dosa yang
disengaja maupun yang tak disengaja.”
(PML:265)
“Sejak tadi Alfi bertahajjud dan berzikir,
ruparupanya bulan terang yang tampak jelas dari
sela jendela menggoda ia agar keluar dan melihat
dengan sebenarnya keadaan bulan yang sempurna
tampak dari pelupuk mata. Tampak jelas permukaan
bulan dari arah teras rumahnya.”
(PML:3)
“Subhanallah, Walhamdulillah, Walailahaillallah,
Allahuakbar. Kalimat dzkir itu terus saja mengalir
dari mulut Alfi dengan indahnya. Setiap hirupan
nafas yang ia hirup disana ia berfikir “Oh betapa
Mahabesar Allah”.
(PML:186)
“Alfi termasuk orang yang mensyukuri nikmat
Tuhan tersebut. Senantiasa bertasbih memuji Sang
Pencipta bulan, pencipta alam. Pencipta manusia itu
sendiri. Tak henti- hentinya ia mengucapkan
Subhanallah, Maha Suci Allah sedari tadi ia
bertahajjud di sepertiga malam.”
(PML:3)
“Di keheningan malam Alfi bersimpuh bersujud
syukur atas anugerah yang telah Allah karuniakan
padanya. Menetes air mata kebahagiaan itu ketika ia
mengenang saat sulit sewaktu di Kos Arjuna. Ia
nyaris mati karena tak ada satu pun makanan yang
bisa di makan, dan tak ada uang untuk pergi
berobat.Tapi kini, ia bisa makan apa saja yang
terpercik di keinginannya.”
(PML:243)
51
255
“Di hari ketiga barulah teka-teki itu terungkap.
Tiba-tiba ada sebuah surat kaleng yang menyatakan
bahwa pelakunya adalah Alfi Rahmat anak kelas II
A. Segera para guru mengintrogasi Alfi.
“Apa benar kamu yang mengotori seluruh dinding”
tanya Pak Arfan Kepala Sekolah.
“Ya Pak” jawab Alfi datar.
Ruangan kantor itu penuh karena seluruh guru ikut
menyaksikan persidangan. Sementara di luar anak-
anak berjinjit mengintip dari jendela, bertanya-tanya
apakah betul Alfi pelaku pengotoran dinding
sekolah. “Kenapa kamu melakukannya?” timpal
Pak Arfan “Iseng saja Pak”
Dengan ekspresi penasaran Pak Arfan menundukkan
kepalanya, merapatkan wajahnya ke Alfi dan
bertanya “Lalu apa maksudmu dengan kalimat Aku
merindukan mu itu?”
Alfi tersenyum dan berujar polos “Ada deh”
Mau marah tapi tak tega, dibiarkan takut ngelunjak
Alfi benar-benar telah menarik perhatian seluruh
sekolah. Ia terkenal kini. Pak Arfan menghukum
Alfi dengan menyuruhnya hormat kepada bendera
dan boleh selesai hingga orang tuanya datang
menjemput.”
(PML:51)
“Belum sempat Lia menyelesaikan pembicaraannya
kemudian Alfi menyela “Mohon maaf Lia, toko
kami telah banyak bekerja sama dengan perusahaan-
perusahaan di Padang, Alhamdulillah kami bisa
memberikan harga yang lebih murah dibanding
yang lain, salah satunya karena kami langsung
memesan perangkat komputer dari Singapura dan
Malaysia. Namun kami tidak pernah memberikan
harga yang seperti Lia sampaikan di awal kepada
karyawan saya. Memang banyak beberapa agen dari
beberapa perusahaan meminta tips dengan merubah
nominal harga yang tertera di kwitansi, tapi mohon
maaf kami tidak bisa memberikannya” Sebelum Alfi
keluar tadi rupanya Ipung sudah menjelaskan
kepadanya keinginan Lia tersebut.
“Tapi kami punya solusi lain, kami akan
memberikan bonus kepada agen perusahaan itu yang
telah mau berbelanja di toko kami yaitu dengan
memberikan mereka bonus berupa barang maupun
uang tunai, tapi tidak merubah harga di kwitansi.
Nilai Moral
(Hubungan
Manusia dengan
Diri Sendiri)
146
20
30
Nah untuk Lia saya akan beri bonus yang cukup
besar kali ini, ya mumpung sesama teman.”
(PML:255)
“Banyak hikmah yang didapat oleh Alfi sesudah ia
sakit. Pertama, ia sadar bahwa kedisiplinan adalah
hal yang sangat penting. Seandainya ia disiplin
sedari dulu, mungkin tak akan kerepotan seperti
yang ia rasakan tempo hari. Disiplin waktu, disiplin
meletakkan barang kepunyaannya, dan yang tak
kalah penting adalah disiplin menggunakan uang.”
(PML:146)
“Pada pelajaran sejarah kali ini, kelas mendapat
tugas dari Pak Hamdan untuk mencari bahan
makalah dari internet tentang Sawahlunto. Dengan
semangat Alfi lantas mencarinya di internet.
Berjam-jam ia browsing mencari-cari pertimbangan
mana yang terbaik, menggabunggabungkan
lembaran-lembaran berita tentang Sawahlunto dari
berbagai situs. Akhirnya setelah tugas dikumpulkan,
salah seorang siswa diminta untuk membacakan
hasil karya mereka. Sesuai dugaan semua orang,
Alfi terpilih untuk membacakan hasil
penelusurannya tentang kampung tercintanya itu.”
(PML:20)
“Alfi berfikir keras rupanya dari tadi, mencoba
mencari beribu kemungkinan atas pertanyaan itu.
Menggabung-gabungkan bermacam realitas dan
berharap jawabannya kali ini tak meleset, sebagai
bahan untuk menambah pulsa kebanggaan Pak
Hamdan atas dirinya.
“Apa kira-kira bangkai yang di sukai orang, bangkai
yang amat berharga, atau mungkin bangkai yang
mulia lagi dimuliakan tanpa ada menaruh rasa jijik
terhadapnya” Alfi berfikir dan berbisik di
dalamhatinya meraba-raba segala rupa kemungkinan.
Alfi mulai menemukan titik terang kali ini, wajahnya
tampak mulai memendar dan terang dihiasi senyuman
kemenangan. Alfi nampaknya paham betul dengan
karakter Pak Hamdan, “Apa sih yang tak akan
berhubungan dengan sejarah jika berbicara dengan
Pak Tua ini?” bisik Alfi sambil tersenyum.
Bangkai apa lagi yang lebih di hargai selain bangkai
sejarah?
“BANGKAI SEJARAH” teriaknya mantap,
menegakkan kepalanya yang dari tadi tertunduk ke
meja.
Setelah jawaban itu, hanya Alfi saja dan Pak Hamdan
yang tersenyum merona. Sementara seluruh siswa dan
mungkin jin yang ada di lokal masih terlihat nanar
kebingungan tak mengerti atas pembicaraan Alfi dan
gurunya, sang maniak sejarah.”
(PML:30)
33
34
35
“Murni adalah salah satu aset bagi SMA Guguok dan
menjadi andalan dalam setiap kegiatan
ekstrakurikuler terutama dalam bidang kesenian. Dan
sebagai orang yang juga agak amat kurang
menguasai seni, Alfi mengidolakan Murni. Hanya
mengidolakan, maksudnya Alfi tak kan sampai jatuh
cinta pada nya.”
(PML:33)
“Dalam prakarya seni, Murni selalu mendapatkan
nilai sepuluh atau seratus, bahkan jika ada nilai
seratus lima puluh maka Bu Serly guru kesenian
berkata akan memberikan nilai itu kepadanya. Buk
Serly dan seisi lokal terpagu melihat lukisan seorang
nenek sedang menyisir rambut cucunya diatas kursi
goyang yang di buat Murni bulan lalu saat tugas
menggambar. Alhasil gambar tersebut sekarang di
pajang di kantor Walikota Sawahlunto. Alfi hanya
kebagian bangga karena lukisan teman selokalnya
dihargai dan di pajang di kantor orang nomor satu di
kota Sawahlunto.”
(PML:34)
“Hey Murni, apa yang ada di tasmu itu, yang
memantulkan sinar matahari ke arah mataku?
Mataku jadi perih tau!” Keluh Alfi Murni menoleh
kearahnya dan nampak peduli dengan keadaan Alfi
yang matanya terkena pantulan cahaya dari sinar tas.
Murni menggeser tasnya sehingga sinar itu
memantul kearah lain. Lalu membenamkannya ke
dalam tas. Alfi bertanya “Apa di tasmu yang
memantulkan sinar itu?”. Murni mengeluarkan
sesuatu yang berbentuk empat persegi panjang
dibungkus plastik. Itu rupanya plastik yang
memancarkan cahaya matahari ke arah Alfi. Murni
memegang sebuah undangan pernikahan berwarna
Nilai Moral (
Hubungan
manusia dengan
Manusia Lain
80-81
merah muda tampak indah dengan liukan-liukan
gambar bunga mawar menghiasi setiap sudut.”
(PML:35)
“Tolong... tolong...tolooooong!” Panggilan wanita
minta tolong itu tak seperti panggilan biasa, tapi
nyaris seperti pekikan histeris seorang yang sedang
sekarat dalam kesusahan yang harus segera
diselamatakan. Segera saja Alfi melepaskan ikatan
Punco dan berhamburan ke arah suara wanita itu.
Ya Tuhan, sebuah pemandangan mengerikan tengah
terhampar di hadapan Alfi. Seekor babi besar
sebesar anak kerbau berwarna hitam kelam setinggi
pinggang orang normal dengan taring putih
menyeruak dari mulutnya tengah mengoyak-ngoyak
seorang ibu. Itu Etek Manik yang sedang bergulat
tak berdaya dengan babi hutan, tubuhnya
bergelimang darah. Etek Manik adalah salah
seorang tetangga Alfi yang setiap hari minggu ikut
berjualan poren ketika orang berburu.”
(PML:80-81)
Lampiran 7