karya ilmiah fisil 1

36
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH TERHADAP PEMBINAAN AKHLAK SISWA KARYA ILMIAH FILSAFAT ILMU Dosen: Dr. I Ketut R Sudiardhita Oleh: Kelompok 3 1. Adila Nurliana (8105092830) 2. Nina Antariksa (8135108154) 3. Jemmy Lamani (8135108158) 4. Melya Mayang (8135108163) 5. Meilasari Nurpratiwi (8135108164) 6. Winda Mujianti (8135108168) 7. Aji Yudha Prawira (8135108170) 8. Afri Al asyad (8135108176) 9. Tri Ambarwati (8135108179) UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Upload: tegarmasya

Post on 26-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

karya ilmiah fisil

TRANSCRIPT

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH TERHADAP PEMBINAAN AKHLAK SISWA

KARYA ILMIAH FILSAFAT ILMU

Dosen: Dr. I Ketut R SudiardhitaOleh:

Kelompok 3

1. Adila Nurliana (8105092830)

2. Nina Antariksa (8135108154)

3. Jemmy Lamani (8135108158)

4. Melya Mayang (8135108163)

5. Meilasari Nurpratiwi (8135108164)

6. Winda Mujianti (8135108168)

7. Aji Yudha Prawira (8135108170)

8. Afri Al asyad (8135108176)

9. Tri Ambarwati (8135108179)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA

JAKARTA

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Pendidikan Agama di Sekolah terhadap Pembinaan Akhlak Siswa.

Karya Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas filsafat ilmu pada program studi Pendidikan Tata Niaga, Jurusan Ekonomi dan Administrasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta.

Dalam menyusun karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. I Ketut R Sudiardhita, selaku dosen mata kuliah filsafat ilmu yang telah banyak membantu dan memberi pengarahan dalam penyusunan karya ilmiah ini.2. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungannya untuk penulis.

3. Seluruh teman-teman kelas Pendidikan Tata Niaga Non Reguler 2010 yang selalu memberikan masukan dan kritikan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan membalas budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Maret 2012

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................DAFTAR ISI ...............................................................................................................DAFTAR TABEL ......................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................D. Kegunaan penelitian .................................................................................

E. Metodologi Penelitian ..............................................................................F. Sistematika Penyusunan ...........................................................................BAB II. LANDASAN TEORIA. Pengertian Akhlak......................................................................................B. Pembentukan Akhlak ................................................................................C. Pembinaan Akhlak ....................................................................................D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ...........................BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Pembelajaran Akhlak di SMPN 139 Jakarta.......................1. Pembelajaran Akhlak ..........................................................................2. Materi ..................................................................................................3. Keteladanaan.......................................................................................4. Kendala-Kendala Pembelajaran...........................................................B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................1. Sejarah Berdirinya Dan Letak Geografisnya ......................................2. Profil Sekolah .....................................................................................3. Visi, Misi, dan Motto SMPN 139 Jakarta .....

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di lembaga sekolah tingkat pertama sangat didominasi oleh pelajaran umum seperti IPA dan IPS, sedangkan Pelajaran Agama di lembaga tersebut sangat minim, mulai dari alokasi waktu yang diberikan hanya 2 jam di setiap kelas, guru agama hanya berjumlah beberapa orang, serta buku panduan yang diajarkan di sekolah tersebut juga belum memadai baik dari segi isi buku maupun pengarang buku tersebut.

Melihat dari fenomena tersebut, tentunya akan sangat sulit mencapai tujuan pendidikan keagamaan dengan baik yang ada dalam kurikulum mata pelajaran, dengan waktu yang begitu singkat padahal si anak tidak hanya dituntut mendapatkan materi tentang apa itu akhlak dan berbagai macamnya, tetapi justru hal yang paling utama adalah bagaimana cara pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Dalam kehidupan nyata sendiri, setiap manusia akan lebih banyak mendapatkan pendidikan akhlak melalui dunia nonformal, atau lebih pada pemberian contoh dari kaum yang lebih tua, yang terkadang kaum tua sendiri lebih banyak memberikan contoh yang tidak baik.

Karenanya sektor pendidikan formal (sekolah) menjadi solusi yang amat diperlukan oleh masyarakat guna pendidikan akhlak anak. Dengan harapan ketika si anak terjun kemasyarakat ia mampu memposisikan dirinya sebagai manusia yang bisa diterima diberbagai golongan atau usia, dan bahkan harapan yang lebih jauh ia menjadi manusia yang terhormat. Permasalahannya sekarang adalah, apakah dengan tenggang waktu pendidikan yang relatif sedikit atau sebentar tersebut si anak mampu menjawab semua permasalahan yang ada di masyarakatnya yang seiring waktu permasalahan tersebut akan berkembang atau apakah ia mampu menjadi remaja yang diharapkan? Karena pada realitanya masyarakat hanya bisa menuntut hal yang baik.

Anak yang berada dalam masa puber serta belum memahami agama akan mudah terjerumus pada perbuatan dosa dan perbuatan maksiat lainnya. Keadaan semacam ini juga dapat menjadi penyebab utama kemerosotan moral, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan berbagai bentuk kejahatan yang kebanyakan dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang akhlak, kurangnya pendidikan akhlak serta pembinaan akhlak pada anak.

Apabila anak telah memahami hikmah dan pentingnya mempelajari akhlak dengan baik berarti mereka telah dibimbing untuk senantiasa mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang akan membawa kepada ketenangan jiwa dan akan timbul perasaan takut bila hendak melakukan perbuatan dosa karena ia telah yakin bahwa dirinya senantiasa berada dibawah pengawasan Tuhan.

Lembaga pendidikan lanjutan pertama sangat dibutuhkan peranannya dalam membantu orang tua serta melanjutkan pemberian pemahaman akhlak serta pembinaan akhlak pada anak didik (remaja awal) yang sudah mereka dapatkan dari sekolah dasar.

Karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja Namun, ciri utama masa ini adalah bergejolaknya dorongan seksual. Oleh karena itu, interaksi mereka dengan kekuatan barunya ini tergolong salah satu problem yang paling berat.

Melihat fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti dan membahas dalam penulisan karya ilmiah dengan judul Pengaruh Pendidikan Agama di Sekolah terhadap Pembinaan Akhlak Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dalam latar belakang masalah ditemukan kasus-kasus yang dipilih sebagai obyek fokus. Dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pembinaan akhlak di sekolah?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak?

3. Hambatan apa saja yang di hadapi dalam pembinaan akhlak siswa di sekolah?

4. Bagaimanakah peranan pendidikan agama dalam pembinaan akhlak siswa?C. Pembatasan MasalahBerdasarkan beberapa identifikasi di atas, yang akan penulis jadikan pembatasan masalah dalam makalah ini adalah Pembinaan Akhlak Siswa.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengenai mengapa penulis memilih Pembinaan Akhlak Siswa sebagai pembatasan masalah :

1. Sering terjadi atau di alami oleh siswa2. Dipengaruhi oleh pendidikan agama yang di terapkan di sekolahD. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan alasan yang telah di jelaskan di atas, perumusan masalah yang di dapat adalah bagaimanakah penerapan pendidikan agama dalam membina akhlak siswa?E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan permasalahan diatas maka secara garis besar penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk memahami pengertian pendidikan agama dan akhlak?

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan agama di sekolah mempengaruhi akhlak siswa?Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu seperti :

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pendidikan agama dan bagaimana pendidikan agama di sekolah dapat mempengaruhi akhlak siswa.2. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat memahami pentingnya pendidikan agama dan akhlak terutama pelajar dalam kehidupan sosial maupun pribadi.

F. Metodologi Penelitian

Didalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan beberapa metodologi untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Metodologi tersebut sebagai berikut :1. Metode Pengumpulan Data

Yaitu dengan mengumpulkan data melalui :

a. Riset Kepustakaan (Library Research)

Melalui riset kepustakaan penulis mencari data dan informasi dengan cara membaca buku - buku dan bahan bahan yang relevan dengan pendidikan agama yang mempengaruhi akhlak siswa.

b. Riset Lapangan Dalam riset lapangan penulis memperoleh gambaran data dan informasi yang obyektif dengan cara peninjauan secara langsung ke lapangan. Cara yang digunakan dalam riset lapangan ini adalah : Observasi

Yaitu pengamatan secara langsung atas kegiatan atau aktivitas mahasiswa sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas.

G. Sistematika PenyusunanSistematika penyusunan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut:Bab I : Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penyusunan.

Bab II : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian pendidikan agama, pendidikan agama di lihat dari berbagai sudut pandang, pendidikan agama sebagai dasar pembentukan akhlak, rumusan hipotesis.

Bab III : Pembahasan, pada bab ini akan di uraikan mengenai penerapan pembentukan akhlak di sekolah, faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak, hambatan dalam pembinaan akhlak siswa di sekolah, dan peranan pendidikan agama dalam pembinaan akhlak.

Bab IV : Penutup, pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESISA. Pengertian Pendidikan Agama

Menurut Carter V. Good pendidikan adalah proses perubahan perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta agama yang berarti "tradisi. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang manusia sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Tuhan dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama adalah proses perubahan perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku, supaya menjadi seorang manusia yang beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia.B. Pengertian AkhlakSecara etimologis akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak. Tiga diantaranya:

a. Imam Al-Ghazali

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.b. Ibrahim Anis

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbutan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

c. Abdul Karim Zaidan

Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meniggalkannya.Ketiga definisi diatas sepakat menyatakan bahwa akhlak itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

C. Pendidikan Agama di Lihat dari Berbagai Sudut Pandang

Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan agama dijalankan melalui pendidikan baik pendidikan dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta meningkatkan potensi spiritual. Akhlak mulia mencangkup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencangkup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabat sebagai mahluk tuhan.

Dibawah ini merupakan pengertian pendidikan agama dilihat dari beberapa agama yang ada di Indonesia:

Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se-Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.

Robert R. Boehlke juga mengutip pernyataan John Calvin (1509-1664) yang menjelaskan pengertian dan tujuan dari Pendidikan Agama Kristen: Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus. Pendidikan Agama Kristen juga bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja, dan supaya mereka diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.

Pendidikan Agama Buddha adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhalak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai ajaran Buddha.Pendidikan Agama Hindu merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dirinya dalam bidang Agama Hindu sehingga anak didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran Agama Hindu. D. Pendidikan Agama sebagai Dasar Pembentukan AkhlakPembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan agama, karena banyak sekali di jumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak.Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya.

Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu disusun oleh manusia didalam sistem idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses (penjabaran) daripada kaidah-kaidah yang dihayati dan dirumuskan, (norma yang bersifat normative dan norma yang bersifat deskriptif). Akhlak atau sistem perilaku akan diteruskan melalui sekurang-kurangnya dua pendekatan, yaitu:1. Rangsangan jawaban (stimulus response) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Melalui latihan

Melalui tanya jawab

Melalui mencontoh

2. Kognitif yaitu menyampaikan informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

Melalui dakwah

Melalui ceramah

Melalui diskusi dan lain-lain

Karakter (khuluq) merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Misalnya pada orang yang gampang marah karena hal yang paling kecil atau yang menghadapi hal yang paling sepele. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus-menerus, menjadi karakter.

Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang terbentuk material (artifacts) maupun non material (konsepsi/ide). Jadi akhlak yang baik itu (akhlak al-karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan pada ajaran agama dalam memanifestasikan kepercayaan dan keimanan.

E. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di atas. Kami akan menyimpulkannya ke dalam hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini terhadap rumusan masalah yang menanyakan pengaruh pendidikan agama terhadap akhlak siswa. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendidikan agama dengan akhlak siswa. Semakin baik atau tinggi tingkat pendidikan agama, maka semakin baik pula akhlak siswa dalam kehidupannya.BAB III

PEMBAHASANA. Penerapan Pembinaan Akhlak di SekolahAda banyak cara yang di lakukan masing-masing sekolah untuk membentuk akhlak yang baik di diri siswanya. Kegiatan tersebut dapat di lakukan dengan cara:1. KeteladananDalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi, bahkan juga pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi murid-murid di sekolah. Misalnya, jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada siswanya, maka terlebih dahulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar dihadapan murid-muridnya.

Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan tentang pentingnya kedisiplinan kepada murid-muridnya, maka guru tersebut harus mampu memberikan teladan terlebih dahulu sebagai guru yang disiplin dalam menjalankan tugas pekerjaannya.

Tanpa keteladanan, murid-murid hanya akan menganggap ajakan moral yang disampaikan sebagai sesuatu yang omong-kosong belaka, yang pada akhirnya nilai-nilai moral yang diajarkan tersebut hanya akan berhenti sebagai pengetahuan saja tanpa makna.

2. Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap atau tingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti berkelahi dengan temannya, meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain, berbicara kasar, dan sebagainya.

Dalam setiap peristiwa yang spontan tersebut, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak yang baik kepada para siswa, misalnya saat guru melihat dua orang siswa yang bertengkar/berkelahi di kelas karena memperebutkan sesuatu, guru dapat memasukkan nilai-nilai tentang pentingnya sikap memaafkan, saling menghormati, dan sikap saling menyayangi dalam konteks ajaran agama dan juga budaya.

3. TeguranGuru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka.

4. Pengkondisian lingkunganSuasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana fisik yang dapat menunjang tercapainya penerapan akhlak yang baik.

Contohnya ialah dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai akhlak yang mudah dibaca oleh peserta didik, dan aturan/tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga mudah dibaca oleh setiap peserta didik.

5. Kegiatan rutinKegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.

Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, dan membersihkan ruang kelas tempat belajar.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak

Para siswa merupakan generasi muda yang merupakan sumber insani bagi pembangunan nasional, untuk itu pula pembinaan bagi mereka dengan mengadakan upaya-upaya pencegahan pelanggaran norma-norma agama dan masyarakat. Dalam pembinaan akhlak siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan masyarakat alamiyah, disitulah pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya. Keluarga merupakan persekutuan terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dimana keduanya (ayah dan ibu) mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak-anaknya.Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya, oleh karena itu ia meniru perangai ibunya, karena ibunyalah yang pertama dikenal oleh anaknya dan sekaligus menjadi temannya yang pertama yang dipercayai.Disamping ibunya, ayah juga mempunyai pengaruh yang mana besar terhadap perkembangan akhlak anak, dimata anak ayah merupakan seseorang yang tertinggi dan terpandai diantara orang-orang yang di kenal dalam lingkungan keluarga, oleh karena ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh gara pekerjaan anaknya. Dengan demikian, maka sikap dan perilaku ayah dan ibu mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya.

b. Lingkungan Sekolah

Disekolah ia berhadapan dengan guru-guru yang berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait oleh tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, ia harus memberi contoh dan teladan bagi mereka, dalam segala mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak yang sesuai. Bahkan diluar sekolah pun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik.Kalau di rumah anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila lapar, tidur apabila mengantuk dan boleh bermain, sebaliknya di sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Disana ada aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada waktu yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan masyarakat juga mempengaruhi akhlak siswa atau anak. Masyarakat yang berbudaya, memelihara dan menjaga norma-norma dalam kehidupan dan menjalankan agama secara baik akan membantu perkembangan akhlak siswa kepada arah yang baik, sebaliknya masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam kehidupan dan tidak menjalankan ajaran agama secara baik, juga akan memberikan pengaruh kepada perkembangan akhlak siswa yang membawa mereka kepada akhlak yang baik.Dengan demikian, di pundak masyarakat terpikul keikutsertaan dalam membimbing dan perkembangan akhlak siswa. Tinggi dan rendahnya kualitas moral dan keagamaan dalam hubungan sosial dengan siswa amatlah mendukung kepada perkembangan sikap dan perilaku mereka.

C. Hambatan Dalam Pembinaan Akhlak di SekolahDalam realitanya antara apa yang diajarkan guru kepada peserta didik di sekolah dengan apa yang diajarkan oleh orang tua di rumah, sering kali kontra produktif atau terjadi benturan nilai.

Untuk itu agar proses pembinaan akhlak di sekolah dapat berjalan secara optimal dan efektif, pihak sekolah perlu membangun komunikasi dan kerjasama dengan orang tua murid berkenaan dengan berbagai kegiatan dan program pembinaan akhlak yang telah dirumuskan atau direncanakan oleh sekolah. Tujuannya ialah agar terjadi sinkronisasi nilai-nilai pembinaan akhlak yang di ajarkan di sekolah dengan apa yang ajarkan orang tua di rumah.

Selain itu, agar pembinaan akhlak di sekolah dan di rumah dapat berjalan searah, sebaiknya bila memungkinkan orang tua murid hendaknya juga dilibatkan dalam proses identifikasi kebutuhan program pembinaan akhlak di sekolah.

Dengan pelibatan orang tua murid dalam proses perencanaan program pembinaan akhlak di sekolah, diharapkan orang tua murid tidak hanya menyerahkan proses pembinaan akhlak anak-anak mereka kepada pihak sekolah, tetapi juga dapat ikut serta mengambil tanggung jawab dalam proses pembinaan akhlak anak-anak mereka di keluarga.D. Peran Pendidikan Agama terhadap Akhlak SiswaPelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menjadikan manusia yang pintar dan trampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah. Dengan moral dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan mampu mengarahkan minatnya untuk terus belajar mencari ilmu.Pendidikan agama yang menyajikan kerangka moral sehingga seseorang dapat membandingkan tingkah lakunya. Pendidikan agama yang terarah dapat menstabilkan dan menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Pendidikan agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi para siswa dalam menghadapi lingkungannya.

Agama merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laku anak-anak didik. Hal ini dapat dimengerti karena agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa pembinaan dan bimbingan melalui pendidikan agama sangat besar pengaruhnya bagi para siswa sebagai alat pengontrol dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, artinya nilai-nilai agama yang diperolehnya menjadi bagian dari pribadinya yang dapat mengatur segala tindak-tanduknya secara otomatis.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan agama adalah proses perubahan perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku, supaya menjadi seorang manusia yang beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia.

Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya

Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya.

Penerapan pembinaan akhlak di sekolah dapat di lakukan dengan cara:

1. Keteladanan2. Kegiatan spontan3. Teguran4. Pengkondisian lingkungan5. Kegiatan rutinPembinaan dan bimbingan melalui pendidikan agama sangat besar pengaruhnya bagi para siswa sebagai alat pengontrol dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, artinya nilai-nilai agama yang diperolehnya menjadi bagian dari pribadinya yang dapat mengatur segala tindak-tanduknya secara otomatis.B. Saran

Saran yang sekiranya dapat penulis sampaikan berkaitan dengan pembinaan akhlak adalah:1. Hendaknya kepada pihak sekolah untuk menjadikan akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik.2. Hendaknya kepada para guru untuk memberikan suri tauladan yang lebih baik di sekolah.3. Bagi para guru agama, selain memberikan suri tauladan yang baik hendaknya dapat memberi pembinaan dan pembentukan akhlak serta memperhatikan perilaku mereka setiap harinya di sekolah dan menjadikan mereka dekat dengan kita, agar kita lebih mudah membina dan membentuk akhlak mereka dengan efektif dan efisien.4. Bagi para siswa diharapkan berakhlak mulia terhadap teman dan guru atau orang lain serta keterbukaan terhadap guru tentang sesuatu hal, sehingga seorang guru dapat memberikan nasihat atau solusinya jika ada permasalahan di sekolah atau di luar sekolah yang tidak bisa diselesaikan sendiri.5. Kepada para orang tua diharapkan dapat membimbing anak-anaknya dengan akhlak yang mulia, sehingga anak tersebut mencontoh akhlak mulia orang tua atau kerluarganya dalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun di luar rumah.6. Disarankan juga agar hubungan sekolah dengan para orang tua murid, lebih ditingkatkan sehingga terjalin komunikasi yang lebih baik diantara kedua belah pihak, dan mengetahui perkembangan akhlak anak di sekolah bagi orang tua dan dirumah bagi pihak sekolah, sehingga anak berakhlak mulia dikarenakan ada komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah.DAFTAR PUSTAKA

Al-Maskawaih, Abu Ali Ahmad, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Beirut: mizan tt.

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hartati, Netty, Islam Dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI, 1999

Nanda Putri, ett.all, Pengaruh Penerapan Budi Pekerti di Sekolah terhadap Etika Mahasiswa, Karya Ilmiah, 2012Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996

Nuhamara Daniel, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Bandung : Jurnal Info Media, 2009

Perum Penerbitan dan Percetakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004Salami, Noer, dan Abu Ahmadi Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: 1991Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998Yunus Mahmud, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983 Netty Hartati, et.all, Islam Dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 39-40.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet ke-4 h. 4.

Perum Penerbitan dan Percetakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).

Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), h. 13.

Yunahar Ilyas Lc, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta:LPPI, 1999), h. 1-2.

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 1.

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. ke-2, h. 11.

Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Bandung : Jurnal Info Media, 2009), h. 414.

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 4.

Abu Ahmadi, Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991), h. 199.

Abu Ali Ahmad Al-Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Beirut: mizan), h. 56.

Putri Nanda, ett.all, Pengaruh Penerapan Budi Pekerti di Sekolah terhadap Etika Mahasiswa, karya ilmiah (Jakarta) h. 12.

Ibid, h. 12-13.

Ibid, h. 13.

Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum) h. 29-30.

Risnayanti, op.cit., h. 30.

Risnayanti, op.cit., h. 30-31.