karya ilmiah baru

36
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MASYARAKAT MISKIN (Studi Kasus Rumah Sakit Di Kota Semarang) BIDANG KEGIATAN PKM-P Diusulkan Oleh : MEISKE HANINDITA B2A007215 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Upload: key-hanindita-ii

Post on 31-Jul-2015

128 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Ilmiah Baru

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MASYARAKAT MISKIN

(Studi Kasus Rumah Sakit Di Kota Semarang)

BIDANG KEGIATAN

PKM-P

Diusulkan Oleh :

MEISKE HANINDITA

B2A007215

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

1.Judul Kegiatan : KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP

Page 2: Karya Ilmiah Baru

MASYARAKAT MISKIN (Studi Kasus Di Kota Semarang).

2.Bidang Kegiatan : PKM-P

3.Bidang Ilmu : Ilmu Hukum

4.Ketua Pelaksana Kegiatan :

a.Nama Lengkap : MEISKE HANINDITA

b.NIM : B2A007215

c.Jurusan : Ilmu Hukum

d.Universitas : Universitas Diponegoro Semarang

e.Alamat rumah dan No Tel/HP : JL. Durian Selatan I No.5 Komplek UNDIP, Banyumanik Semarang.

Telp : (024) 747 3163

HP : 085 642 9999 31

f.Alamat Email : [email protected]

5.Anggota pelaksana/Penulis : Satu orang

6.Dosen Pendamping

a.Nama lengkap dan gelar : MARJO, SH, MHum.

b.Alamat rumah dan No Tel/HP : JL. Sidomulyo III/31 Perum Tlogosari Semarang. HP : 081325228365

7.Biaya kegiatan total

a.Kerjasama dengan pihak ketiga (5 orang)

Dalam hal pendataan dan survey

@ 1 orang Rp. 100.000,- : Rp. 500.000,-

b.Penyusunan laporan : Rp. 1000.000,-

c.Transportasi : Rp. 500.000,-

Rp. 2.000.000,-

8.Jangka waktu pelaksanaan : 170 hari

Pelaksana Kegiatan

Page 3: Karya Ilmiah Baru

MEISKE HANINDITA

NIM. B2A007215

Mengesahkan,

Pembantu Dekan III

Bidang Kemahasiswaan Dosen Wali

Dadang Siswanto SH,MHum Marjo SH,MHum

NIP.196 111 131987 031002 NIP.

A. Latar Belakang

Page 4: Karya Ilmiah Baru

Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 alinea empat adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka

mencapai tujuan negara tersebut diselenggarakan pembangunan nasional di semua

bidang kehidupan yang berkesinambungan yang merupakan salah satu rangkaian

pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan terarah. Pembangunan kesehatan

sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya

kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar

dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan menyeluruh. Kebutuhan dasar

manusia berupa kebutuhan fisik yaitu : pangan, sandang dan papan yang memang

sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup.

Penyelenggaran pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber

dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil

yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada penyembuhan

penderita secara berangsur-angsur berkembang kearah yang keterpaduan upaya

kesehatan yang menyeluruh. Upaya kesehatan menjadi kebijakan pemerintah dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam keselamatan hidup yang makmur.

Salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-

undang Dasar 1945 alinea keempat adalah "untuk memajukan kesejahteraan umum".

Negara Indonesia dalam hal ini pemerintah Indonesia berupaya semaksimal mungkin

untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang sejahtera.

Sejahtera dapat berarti tercukupi semua kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan

Page 5: Karya Ilmiah Baru

dasar berupa kebutuhan fisik yaitu : pangan, sandang dan papan yang memang sangat

penting untuk menunjang kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup.

Seiring perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat pun terus berkembang. Dewasa

ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan

dasar yaitu diantaranya adalah kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Sebab

masyarakat mulai menyadari akan arti pentingnya kesehatan, apalagi sekarang banyak

bermunculan jenis penyakit baru yang mengancam keselamatan nyawa manusia.

Selain itu masyarakat juga mulai merasakan nilai kesehatan karena mahalnya biaya

perawatan kesehatan yang seringkali sulit dijangkau oleh masyarakat terutama

masyarakat miskin.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan pelayanan

kesehatan diantaranya adalah dengan membuat regulasi yang salah satunya Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Selain itu dalam rangka

pemerataan pelayanan kesehatan, pemerintah mulai menggalakkan program-program

yang diarahkan kepada masyarakat kurang mampu sehingga semua masyarakat dapat

menikmati pelayanan kesehatan, misalnya dengan pengadaan Kartu Sehat (KS).

Dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan,

mengarahkan, dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan di perlukan perangkat

hukum kesehatan yang dinamis. Perangkat hukum tersebut hendaknya dapat

menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun

waktu yang mendatang. Untuk itu perlu penyempurnaan dan pensistematisasian

perangkat hukum di bidang kesehatan.

Setiap individu menginginkan memperoleh kehidupan yang sehat secara optimal dan

Page 6: Karya Ilmiah Baru

menyeluruh dalam kehidupannya. RSUD X merupakan salah satu rumah sakit

pemerintah yang menjalankan pelayanan kesehatan di X. Rumah sakit ini ditunjuk

oleh pemerintah untuk melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pemegang kartu

sehat, yang dikhususkan bagi masyarakat miskin atau masyarakat yang tidak mampu.

Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan kepada RSUD X sebagai rumah sakit

pelaksana pelayanan kesehatan kartu sehat yang baik di X.

Keberadan kartu sehat bagi keluarga miskin (Gakin) yang menjamin biaya pelayanan

kesehatan gratis mendapat sambutan hangat dari masyarakat terbukti dengan

antusiasme masyarakat mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu sehat. Harapan

masyarakat tentunya agar mereka dapat menikmati pelayanan kesehatan yang layak.

Namun yang kemudian muncul persoalan besar dalam pelayanan kesehatan bagi

masyarakat pengguna kartu sehat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, yang sekaligus juga melatar belakangi

penulisan untuk menuangkan dalam sebuah penelitian hukum dengan judul :

"KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN

MASYARAKAT MISKIN (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah X)".

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah mengidentifikasi

persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, terarah

dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas dalam

penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :

Page 7: Karya Ilmiah Baru

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian kartu sehat (KS) kepada masyarakat?

2. Bagaimana pelayanan kesehatan kepada pemegang kartu sehat (KS) di Rumah

Sakit Umum Daerah X?

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian selain mempunyai tujuan yang jelas, juga diharapkan memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan

hukum pada umumnya dan khususnya hukum administrasi negara di Indonesia, serta

dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan

untuk melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a) Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam

masyarakat nantinya.

b) Memberikan masukan bagi penulis mengenai ruang lingkup yang dibahas dalam

penelitian ini sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh.

D. Tinjauan Penelitian

D.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan

Masyarakat dan merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan

yang bertujuan agar akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi

Page 8: Karya Ilmiah Baru

masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga tidak ada lagi

Maskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena

alasan biaya (Prapatan, 2008).

Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan Umum

Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh

masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu

mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan

Rumah Sakit.

b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin.

c. Terselanggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan

akuntabel.

Sasaran

Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu

di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang

sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Prosedur Pelayanan Kesehatan

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta,

sebagai

berikut :

Page 9: Karya Ilmiah Baru

1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar

berkunjung ke

Puskesmas dan jaringannya.

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus

menunujukkan Kartu

Jamkesmas.

3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan

rujukan, maka

yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan

rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan

sejak awal sebelum mendapat pelayanan kesehatan, kecuali pada

kasus emergensi.

4. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di rumah sakit peserta

harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari

puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah

Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi

kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah

lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat

Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memeproleh

pelayanan kesehatan.

5. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di rumah sakit peserta

harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari

puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah

Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi

Page 10: Karya Ilmiah Baru

kebenarannya oleh petugas PT Akes (Persero). Bila berkas sudah

lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat

Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memeproleh

pelayanan inap.

6. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus

gawat darurat di rumah sakit, peserta harus menunjukkan kartu

peserta dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat

Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPTRS).

Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh

petugas PT. Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas

PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta (SKP).

Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses

rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap

prosesnya sama dengan proses rawat inap.

D.2 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan

Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah

sakit

yaitu :

1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), yang meliputi :

a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan

kesehatan oleh

dokter spesialis atau umum.

b. Rehabilitasi Medik

Page 11: Karya Ilmiah Baru

c. Penunjang diagnosik : laboratorium klinik, radiologi dan

elektromedik

d. Tindakan medis kecil atau sedang

e. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan

f. Pemberian obat yang mengacu pada Formalium Rumah

Sakit

g. Pelayanan darah

h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulit

2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), yang meliputi :

a. Akomodasi rawat inap pada kelas III

b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan

kesehatan

c. Penunjang diagnosik : laboratorium klinik, radiologi dan

elektromedik

d. Tindakan medis

e. Operasi sedang dan besar

f. Pelayanan rehabilitasi medis

g. Perawatan intensif (ICU)

h. Pemberian obat mengacu Formalium Rumah Sakit

i. Pelayanan darah

j. Persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit

D.3 Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar

tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan

Page 12: Karya Ilmiah Baru

secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang

kesehatan seperti berikut, (WHO, 1992) :

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya

dan penyebaran sumberdaya – bukan hanya sumberdaya

kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga

sumberdaya sosial – ekonomi yang lain seperti pendidikan, air

dan persediaan makanan.

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan

perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumberdaya

kesehatan dan sumberdaya sosial yang ada telah tersebar

merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling

membutuhkannya.

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan

secara menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan

adalah factor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi

dan lingkungan.

4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih

banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam

pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan

perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

D.4 Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Menurut Evan (Astaqauliyah, 2008) dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia

yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi

sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymetri of information dan externality. Ketiga

ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan

Page 13: Karya Ilmiah Baru

dengan produk atau jasa lainnya.

1. Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan

kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang

dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan

biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang

penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk

memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif

berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan

biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya.. Maka dalam hal ini

seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia

menderita sakit.

2. Asymetry of Information

Sifat kedua asymetry of Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan

kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider(dokter dan petugas

kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas

pelayann yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan

lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan,

misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk

mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering

dikenal dengan consumen ignorence atau konsumen yang bodoh, jangankan ia

mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia

memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin

seorang profesor sekalipun.

Page 14: Karya Ilmiah Baru

3. Externality Externality

menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi

pembeli tetapi juga bukan pembeli.. Contohnya adalah konsumsi rokok yang

mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan

membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan

kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya

digalang tanggung jawa bersama (publik). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh

beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein (1993).

D.5 Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat

yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok

yakni tersedia (Available), wajar (Appropriate), berkesinambungan (Continue), dapat

diterima (Acceptable), dapat dicapai (Accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien

(efficient) serta bermutu (quality) (Azwar, 1995).

1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (Available)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut

tersedia di masyarakat.

2. Kewajaran Pelayanan Kesehatan (Appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat

wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan (Continue)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat

berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau

kebutuhan pelayanan kesehatan.

Page 15: Karya Ilmiah Baru

4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan (Acceptable)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut

dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan (Accesible)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai

oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Affordable)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat

dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

7. Efisiensi Pelayanan Kesehatan (Efficient)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut

dapat diselenggarakan secara efisien.

8. Mutu Pelayanan Kesehatan (Quality)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat

menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Adapun kriteria-kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR. Bob Woworutu

(Noveniawanata, 2008) adalah :

1. Kebutuhan masyarakat dapat di penuhi.

2. Mampu memberikan pelayanan yang baik.

3. Tidak berbelit-bekit.

4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat.

5. Dapat menguntungkan semua pihak.

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan

penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri

atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan

Page 16: Karya Ilmiah Baru

penilaian ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat

multi-demensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang

berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing orang

(Azwar, 1995).

D.6 Dasar Hukum pemberian JAMKESMAS

Penamaan program Jamkesmas mengalami berbagai bentuk perubahan.

Awalnya, sebelum program ini menjadi regulasi yang diamanatkan dalam Undang–

Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, berbagai upaya memobilisasi dana

masyarakat dengan menggunakan prinsip asuransi telah dilakukan antara lain dengan

program Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM). Dengan memobilisasi

masyarakat diharapkan mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan tanpa harus

meningkatkan anggaran pemerintah. Konsep yang ditawarkan adalah secara perlahan

pembiayaan kesehatan harus ditanggung masyarakat sementara pemerintah akan lebih

berfungsi sebagai regulator. Program DUKM secara operasional dijabarkan dalam

bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak

tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan

penduduk miskin. Bermula dengan pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial

Bidang Kesehatan (JPS-BK) Tahun 1998–2001, Program Dampak Pengurangan

Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi

Bahan Bakar Minyak (PKPS–BBM) Tahun 2002–2004.

Dalam Amandemen Keempat UUD 1945 yang disetujui dalam Sidang Umum

MPR Tanggal 11 Agustus 2002, telah berhasil meletakkan pondasi pembiayaan

dengan sistem jaminan, yang tertera dalam Pasal 34 (2) yaitu negara diberi tugas

untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Dua tahun kemudian,

Page 17: Karya Ilmiah Baru

tepatnya Tanggal 19 Oktober 2004 disahkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang memberi landasan hukum

terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Jaminan sosial yang dimaksud di dalam Undang–Undang SJSN adalah

perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan

dasar hidupnya yang layak, termasuk diantaranya adalah kesehatan. Namun sampai

saat ini sistem jaminan sosial yang diamanatkan dalam undang–undang tersebut masih

belum berjalan karena aturan pelaksanaannya belum ada.

Pada Tahun 2005, pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu yang dikenal dengan nama program Asuransi

Kesehatan Masyakat Miskin (Askeskin). Penyelenggara program adalah PT Askes

(Persero), yang ditugaskan Menteri Kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT Askes (Persero)

dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin.

Program ini merupakan bantuan sosial yang diselenggarakan dalam skema asuransi

kesehatan sosial.

Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisiensi dan efektivitas, maka

pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraannya. Perubahan

pengelolaan program tersebut adalah dengan pemisahan fungsi pengelola dengan

fungsi pembayaran, yang didukung dengan penempatan tenaga verifikator di setiap

rumah sakit. Nama program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Pelayanan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanah Pasal 28 H

ayat (1) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa

”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

Page 18: Karya Ilmiah Baru

mendapatkan lingkungan hidupyang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) Undang–Undang

Dasar Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa ’Negara bertanggung jawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”

Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat miskin, sulit untuk

mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin memburuk karena

mahalnya biaya kesehatan, akibatnya pada kelompok masyarakat tertentu sulit

mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas kesehatan,

pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengalokasikan dana bantuan

sosial sektor kesehatan yang digunakan sebagai pembiayaan bagi masyarakat,

khususnya masyarakat miskin.

Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah:

1. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

2. Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008

3. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

E. Metode Penelitian

Metode yang bersifat ilmiah diperlukan dalam melakukan

penelitian ilmiah yang bertujuan untuk mencari data mengenai

suatu masalah. Metode yang bersifat ilmiah adalah suatu metode

penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti sehingga

data-data yang dikumpulkan dapat menjawab permasalahan yang

teliti. Istilah "metodologi" berasal dari kata "metode" yang berarti

"jalan ke", namun demikian menurut kebiasaan metode

Page 19: Karya Ilmiah Baru

dirumuskan, dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan

penilaian,

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono

Soekanto, 1986 : 5).

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

sebagai berikut :

E1. Jenis Penelitian

Penulisan hukum ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang

bersifat deskriptif, menurut Soerjono Soekanto, penelitian deskriptif

yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data

yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-

gejalanya. Maksudnya adalah mempertegas hipotesis, agar dapat

membantu di dalam memperkuat teori-teori lama atau di dalam

kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1984 : 10).

E2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis

melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Rumah Sakit

Umum Daerah X. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi

tersebut adalah :

a) Lokasi tersebut dekat dengan domisili penulis, sehingga

memudahkan penulis untuk melaksanakan penelitian.

Page 20: Karya Ilmiah Baru

b) Lokasi penelitian tersebut terdapat pasien yang mempunyai hak

atas kartu sehat, yang akan mendapatkan hak dan kewajiban

karena mempunyai kartu sehat tersebut.

E3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi :

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama atau melalui penelitian di lapangan. Data primer

yang diperoleh dengan cara wawancara dengan pihak RSUD X yang

berkompeten untuk memberikan keterangan yang berhubungan

dengan perlindungan terhadap pasien pemegang kartu sehat.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka atau

sumber data sekunder. Data ini berupa keterangan dari bahan-

bahan kepustakaan dari beberapa buku-buku referensi, artikel-

artikel dari perundang-undangan, laporan, teori-teori, media massa

seperti koran, internet dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

E4. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat data diperoleh. Sumber data yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

a) Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini mencakup para pihak yang

terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti yang

diperoleh di lokasi penelitian yaitu di RSUD X.

Page 21: Karya Ilmiah Baru

b) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah berkas-berkas

terhadap pasien pemegang kartu sehat menyangkut perlindungan

pasien pemegang kartu sehat. Sumber data sekunder lainnya

berasal dari artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil

penelitian ilmiah, dokumen, peraturan perundang-undangan,

laporan, teori-teori, media massa seperti koran, dan bahan-bahan

kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti.

E5. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai upaya untuk mengumpulkan data-data dari berbagai

sumber data di atas, penulis menggunakan teknik pengumpulan

data yang meliputi :

a) Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2000 : 135). Wawancara yang

dimaksud di atas dilakukan penulis dengan beberapa pihak RSUD X

yang secara langsung terlibat dalam proses pemberian pelayanan

kesehatan terhadap pasien pemegang kartu sehat.

b) Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan

mencari data-data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,

Page 22: Karya Ilmiah Baru

yaitu undang-undang yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti dan studi dokumen sebagai bukti perbuatan sudah terjadi,

bahan hukum sekunder, yang meliputi bahan-bahan kepustakaan

dari beberapa buku-buku referensi, artikel-artikel dari beberapa

jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, dokumen, peraturan perundang-

undangan, laporan teori-teori, media massa seperti koran, internet

dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti. Studi kepustakaan dan studi dokumen

dilakukan melalui tahap-tahap identifikasi pustaka dan dokumen

hukum sumber data, identifikasi dan inventarisasi bahan hukum

yang diperlukan.

E6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang harus dilakukan

setelah data-data terkumpul, sehingga dalam penelitian teknik

analisis data merupakan hal yang sangat penting agar data-data

yang sudah terkumpul yang diperoleh dengan cara yang dapat

dipertanggung jawabkan dapat memberikan jawaban dari

permasalahan yang diteliti. Dalam proses analisis terdapat 3 (tiga)

komponen utama, yaitu :

a) Reduksi data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang

pelaksanaan penelitian.

b) Sajian data

Page 23: Karya Ilmiah Baru

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga

dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan

kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.

c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan tersebut perlu diverifikasi

agar mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.

Model analisis interaktif ini menunjukkan, reduksi dan sajian

data disusun pada waktu peneliti sudah memperoleh unit data dari

sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu

pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha

untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada

semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika

kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan

dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti dapat kembali

melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk

mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi

pendalaman data (HB. Sutopo, 2002 : 96).

F. Waktu yang diperlukan

Page 24: Karya Ilmiah Baru

1. Persiapan : 10 hari

2. Pengumpulan data : 60 hari

3. Pengolahan data : 30 hari

4. Analisis data : 20 hari

5. Penyusunan laporan sementara : 20 hari

6. Review laporan : 20 hari

7. Perbaikan dan memperbanyak laporan : 10 hari

170 hari

G. Dana Yang Dibutuhkan

a.Kerjasama dengan pihak ketiga (5 orang)

Dalam hal pendataan dan survey

@ 1 orang Rp. 100.000,- : Rp. 500.000,-

b.Penyusunan laporan : Rp. 1000.000,-

c.Transportasi : Rp. 500.000,-

Rp. 2.000.000,-

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : Aplikasi prinsip

Page 25: Karya Ilmiah Baru

Lingkaran Pemecahan Masalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan

Sosial Dasar-Dasar Pemikiran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Singarimbun, Nasri. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3S. Jakarta. Sobur, Alex.

2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. CV. Pustaka Setia. Bandung.

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta. Jakarta. World Health

Organization. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerbit ITB. Bandung.

Sumber lain :

Keputusan Menteri Kesehatan No.125/Menkes/SK/II/2008 Tanggal 6 Februari 2008

Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat 2008.

Noveniawanata. 2008. Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Pemegang Surat Kartu

Tidak Mampu (SKTM) Di RSUD Dr Abdul Aziz. http://one.indoskripsi.com. Diakses

tanggal 28 Januari 2009.

Syafei, Chandra. 2008. Jamkesmas & Permasalahan di Sumut.

http://www.yaahowu.com/?p=896. Diakses tanggal 13 Nopember 2008.

Pemerintah Kota Medan. 2008. Dinas Kesehatan Kota Medan Tandatangani Mou

Dengan 17 Rumah Saikit Rujukan Jamkesmas. www.pemkomedan.go.id. Diakses

tanggal 13 Nopember 2008.

Pemerintah Kota Medan. 2008. Jamkesmas untuk Medan 412.249 Warga.

Page 26: Karya Ilmiah Baru

www.pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 13 Nopember 2008.

Anonim. 2008. Bupati/Walikota Diminta Segera Tetapkan Data Peserta

Askeskin.http://prapatan.dkk-bpp.com. Diakses tanggal 18 September 2008.

Badan Pusat Statistik. 2006. Tingkat kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006.

http://www.bps.go.id. Di akses tanggal 19 Oktober 2008.

Anonim. 2008. Karakteristik Pelayanan Kesehatan. www.astaqauliyah.com .

Diakses tanggal 28 Januari 2009.