karya ilmiah baru
TRANSCRIPT
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MASYARAKAT MISKIN
(Studi Kasus Rumah Sakit Di Kota Semarang)
BIDANG KEGIATAN
PKM-P
Diusulkan Oleh :
MEISKE HANINDITA
B2A007215
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
1.Judul Kegiatan : KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP
MASYARAKAT MISKIN (Studi Kasus Di Kota Semarang).
2.Bidang Kegiatan : PKM-P
3.Bidang Ilmu : Ilmu Hukum
4.Ketua Pelaksana Kegiatan :
a.Nama Lengkap : MEISKE HANINDITA
b.NIM : B2A007215
c.Jurusan : Ilmu Hukum
d.Universitas : Universitas Diponegoro Semarang
e.Alamat rumah dan No Tel/HP : JL. Durian Selatan I No.5 Komplek UNDIP, Banyumanik Semarang.
Telp : (024) 747 3163
HP : 085 642 9999 31
f.Alamat Email : [email protected]
5.Anggota pelaksana/Penulis : Satu orang
6.Dosen Pendamping
a.Nama lengkap dan gelar : MARJO, SH, MHum.
b.Alamat rumah dan No Tel/HP : JL. Sidomulyo III/31 Perum Tlogosari Semarang. HP : 081325228365
7.Biaya kegiatan total
a.Kerjasama dengan pihak ketiga (5 orang)
Dalam hal pendataan dan survey
@ 1 orang Rp. 100.000,- : Rp. 500.000,-
b.Penyusunan laporan : Rp. 1000.000,-
c.Transportasi : Rp. 500.000,-
Rp. 2.000.000,-
8.Jangka waktu pelaksanaan : 170 hari
Pelaksana Kegiatan
MEISKE HANINDITA
NIM. B2A007215
Mengesahkan,
Pembantu Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Dosen Wali
Dadang Siswanto SH,MHum Marjo SH,MHum
NIP.196 111 131987 031002 NIP.
A. Latar Belakang
Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea empat adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka
mencapai tujuan negara tersebut diselenggarakan pembangunan nasional di semua
bidang kehidupan yang berkesinambungan yang merupakan salah satu rangkaian
pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan terarah. Pembangunan kesehatan
sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan menyeluruh. Kebutuhan dasar
manusia berupa kebutuhan fisik yaitu : pangan, sandang dan papan yang memang
sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup.
Penyelenggaran pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber
dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil
yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada penyembuhan
penderita secara berangsur-angsur berkembang kearah yang keterpaduan upaya
kesehatan yang menyeluruh. Upaya kesehatan menjadi kebijakan pemerintah dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam keselamatan hidup yang makmur.
Salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 alinea keempat adalah "untuk memajukan kesejahteraan umum".
Negara Indonesia dalam hal ini pemerintah Indonesia berupaya semaksimal mungkin
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang sejahtera.
Sejahtera dapat berarti tercukupi semua kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan
dasar berupa kebutuhan fisik yaitu : pangan, sandang dan papan yang memang sangat
penting untuk menunjang kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup.
Seiring perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat pun terus berkembang. Dewasa
ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan
dasar yaitu diantaranya adalah kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Sebab
masyarakat mulai menyadari akan arti pentingnya kesehatan, apalagi sekarang banyak
bermunculan jenis penyakit baru yang mengancam keselamatan nyawa manusia.
Selain itu masyarakat juga mulai merasakan nilai kesehatan karena mahalnya biaya
perawatan kesehatan yang seringkali sulit dijangkau oleh masyarakat terutama
masyarakat miskin.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan pelayanan
kesehatan diantaranya adalah dengan membuat regulasi yang salah satunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Selain itu dalam rangka
pemerataan pelayanan kesehatan, pemerintah mulai menggalakkan program-program
yang diarahkan kepada masyarakat kurang mampu sehingga semua masyarakat dapat
menikmati pelayanan kesehatan, misalnya dengan pengadaan Kartu Sehat (KS).
Dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan,
mengarahkan, dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan di perlukan perangkat
hukum kesehatan yang dinamis. Perangkat hukum tersebut hendaknya dapat
menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun
waktu yang mendatang. Untuk itu perlu penyempurnaan dan pensistematisasian
perangkat hukum di bidang kesehatan.
Setiap individu menginginkan memperoleh kehidupan yang sehat secara optimal dan
menyeluruh dalam kehidupannya. RSUD X merupakan salah satu rumah sakit
pemerintah yang menjalankan pelayanan kesehatan di X. Rumah sakit ini ditunjuk
oleh pemerintah untuk melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pemegang kartu
sehat, yang dikhususkan bagi masyarakat miskin atau masyarakat yang tidak mampu.
Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan kepada RSUD X sebagai rumah sakit
pelaksana pelayanan kesehatan kartu sehat yang baik di X.
Keberadan kartu sehat bagi keluarga miskin (Gakin) yang menjamin biaya pelayanan
kesehatan gratis mendapat sambutan hangat dari masyarakat terbukti dengan
antusiasme masyarakat mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu sehat. Harapan
masyarakat tentunya agar mereka dapat menikmati pelayanan kesehatan yang layak.
Namun yang kemudian muncul persoalan besar dalam pelayanan kesehatan bagi
masyarakat pengguna kartu sehat.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, yang sekaligus juga melatar belakangi
penulisan untuk menuangkan dalam sebuah penelitian hukum dengan judul :
"KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT MISKIN (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah X)".
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah mengidentifikasi
persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, terarah
dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas dalam
penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian kartu sehat (KS) kepada masyarakat?
2. Bagaimana pelayanan kesehatan kepada pemegang kartu sehat (KS) di Rumah
Sakit Umum Daerah X?
C. Kegunaan Penelitian
Penelitian selain mempunyai tujuan yang jelas, juga diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan
hukum pada umumnya dan khususnya hukum administrasi negara di Indonesia, serta
dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan
untuk melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a) Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam
masyarakat nantinya.
b) Memberikan masukan bagi penulis mengenai ruang lingkup yang dibahas dalam
penelitian ini sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh.
D. Tinjauan Penelitian
D.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan
Masyarakat dan merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan
yang bertujuan agar akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga tidak ada lagi
Maskin yang kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena
alasan biaya (Prapatan, 2008).
Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh
masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu
mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan
Rumah Sakit.
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin.
c. Terselanggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel.
Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu
di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang
sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.
Prosedur Pelayanan Kesehatan
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta,
sebagai
berikut :
1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar
berkunjung ke
Puskesmas dan jaringannya.
2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus
menunujukkan Kartu
Jamkesmas.
3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan
rujukan, maka
yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan
sejak awal sebelum mendapat pelayanan kesehatan, kecuali pada
kasus emergensi.
4. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di rumah sakit peserta
harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari
puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah
Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi
kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah
lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat
Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memeproleh
pelayanan kesehatan.
5. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di rumah sakit peserta
harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari
puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah
Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi
kebenarannya oleh petugas PT Akes (Persero). Bila berkas sudah
lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat
Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memeproleh
pelayanan inap.
6. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus
gawat darurat di rumah sakit, peserta harus menunjukkan kartu
peserta dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat
Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPTRS).
Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh
petugas PT. Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas
PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta (SKP).
Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses
rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap
prosesnya sama dengan proses rawat inap.
D.2 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah
sakit
yaitu :
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), yang meliputi :
a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan
kesehatan oleh
dokter spesialis atau umum.
b. Rehabilitasi Medik
c. Penunjang diagnosik : laboratorium klinik, radiologi dan
elektromedik
d. Tindakan medis kecil atau sedang
e. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan
f. Pemberian obat yang mengacu pada Formalium Rumah
Sakit
g. Pelayanan darah
h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulit
2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), yang meliputi :
a. Akomodasi rawat inap pada kelas III
b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan
kesehatan
c. Penunjang diagnosik : laboratorium klinik, radiologi dan
elektromedik
d. Tindakan medis
e. Operasi sedang dan besar
f. Pelayanan rehabilitasi medis
g. Perawatan intensif (ICU)
h. Pemberian obat mengacu Formalium Rumah Sakit
i. Pelayanan darah
j. Persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit
D.3 Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar
Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar
tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan
secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang
kesehatan seperti berikut, (WHO, 1992) :
1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya
dan penyebaran sumberdaya – bukan hanya sumberdaya
kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga
sumberdaya sosial – ekonomi yang lain seperti pendidikan, air
dan persediaan makanan.
2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan
perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumberdaya
kesehatan dan sumberdaya sosial yang ada telah tersebar
merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling
membutuhkannya.
3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan
secara menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan
adalah factor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi
dan lingkungan.
4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih
banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam
pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan
perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.
D.4 Karakteristik Pelayanan Kesehatan
Menurut Evan (Astaqauliyah, 2008) dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia
yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi
sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymetri of information dan externality. Ketiga
ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan
dengan produk atau jasa lainnya.
1. Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang
dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan
biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang
penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif
berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan
biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya.. Maka dalam hal ini
seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia
menderita sakit.
2. Asymetry of Information
Sifat kedua asymetry of Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan
kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider(dokter dan petugas
kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas
pelayann yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan
lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan,
misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk
mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering
dikenal dengan consumen ignorence atau konsumen yang bodoh, jangankan ia
mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia
memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin
seorang profesor sekalipun.
3. Externality Externality
menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi
pembeli tetapi juga bukan pembeli.. Contohnya adalah konsumsi rokok yang
mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan
membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan
kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya
digalang tanggung jawa bersama (publik). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh
beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein (1993).
D.5 Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan
Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat
yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok
yakni tersedia (Available), wajar (Appropriate), berkesinambungan (Continue), dapat
diterima (Acceptable), dapat dicapai (Accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien
(efficient) serta bermutu (quality) (Azwar, 1995).
1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (Available)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut
tersedia di masyarakat.
2. Kewajaran Pelayanan Kesehatan (Appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat
wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan (Continue)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat
berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau
kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan (Acceptable)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut
dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan (Accesible)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai
oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.
6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Affordable)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
7. Efisiensi Pelayanan Kesehatan (Efficient)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut
dapat diselenggarakan secara efisien.
8. Mutu Pelayanan Kesehatan (Quality)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.
Adapun kriteria-kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR. Bob Woworutu
(Noveniawanata, 2008) adalah :
1. Kebutuhan masyarakat dapat di penuhi.
2. Mampu memberikan pelayanan yang baik.
3. Tidak berbelit-bekit.
4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat.
5. Dapat menguntungkan semua pihak.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan
penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri
atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan
penilaian ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat
multi-demensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang
berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing orang
(Azwar, 1995).
D.6 Dasar Hukum pemberian JAMKESMAS
Penamaan program Jamkesmas mengalami berbagai bentuk perubahan.
Awalnya, sebelum program ini menjadi regulasi yang diamanatkan dalam Undang–
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, berbagai upaya memobilisasi dana
masyarakat dengan menggunakan prinsip asuransi telah dilakukan antara lain dengan
program Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM). Dengan memobilisasi
masyarakat diharapkan mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan tanpa harus
meningkatkan anggaran pemerintah. Konsep yang ditawarkan adalah secara perlahan
pembiayaan kesehatan harus ditanggung masyarakat sementara pemerintah akan lebih
berfungsi sebagai regulator. Program DUKM secara operasional dijabarkan dalam
bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak
tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan
penduduk miskin. Bermula dengan pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial
Bidang Kesehatan (JPS-BK) Tahun 1998–2001, Program Dampak Pengurangan
Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak (PKPS–BBM) Tahun 2002–2004.
Dalam Amandemen Keempat UUD 1945 yang disetujui dalam Sidang Umum
MPR Tanggal 11 Agustus 2002, telah berhasil meletakkan pondasi pembiayaan
dengan sistem jaminan, yang tertera dalam Pasal 34 (2) yaitu negara diberi tugas
untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Dua tahun kemudian,
tepatnya Tanggal 19 Oktober 2004 disahkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang memberi landasan hukum
terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Jaminan sosial yang dimaksud di dalam Undang–Undang SJSN adalah
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak, termasuk diantaranya adalah kesehatan. Namun sampai
saat ini sistem jaminan sosial yang diamanatkan dalam undang–undang tersebut masih
belum berjalan karena aturan pelaksanaannya belum ada.
Pada Tahun 2005, pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu yang dikenal dengan nama program Asuransi
Kesehatan Masyakat Miskin (Askeskin). Penyelenggara program adalah PT Askes
(Persero), yang ditugaskan Menteri Kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT Askes (Persero)
dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin.
Program ini merupakan bantuan sosial yang diselenggarakan dalam skema asuransi
kesehatan sosial.
Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisiensi dan efektivitas, maka
pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraannya. Perubahan
pengelolaan program tersebut adalah dengan pemisahan fungsi pengelola dengan
fungsi pembayaran, yang didukung dengan penempatan tenaga verifikator di setiap
rumah sakit. Nama program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanah Pasal 28 H
ayat (1) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa
”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidupyang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) Undang–Undang
Dasar Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa ’Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”
Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat miskin, sulit untuk
mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin memburuk karena
mahalnya biaya kesehatan, akibatnya pada kelompok masyarakat tertentu sulit
mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hak rakyat atas kesehatan,
pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengalokasikan dana bantuan
sosial sektor kesehatan yang digunakan sebagai pembiayaan bagi masyarakat,
khususnya masyarakat miskin.
Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah:
1. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
2. Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008
3. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
E. Metode Penelitian
Metode yang bersifat ilmiah diperlukan dalam melakukan
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk mencari data mengenai
suatu masalah. Metode yang bersifat ilmiah adalah suatu metode
penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti sehingga
data-data yang dikumpulkan dapat menjawab permasalahan yang
teliti. Istilah "metodologi" berasal dari kata "metode" yang berarti
"jalan ke", namun demikian menurut kebiasaan metode
dirumuskan, dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan
penilaian,
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono
Soekanto, 1986 : 5).
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah
sebagai berikut :
E1. Jenis Penelitian
Penulisan hukum ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang
bersifat deskriptif, menurut Soerjono Soekanto, penelitian deskriptif
yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data
yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-
gejalanya. Maksudnya adalah mempertegas hipotesis, agar dapat
membantu di dalam memperkuat teori-teori lama atau di dalam
kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1984 : 10).
E2. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis
melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Rumah Sakit
Umum Daerah X. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi
tersebut adalah :
a) Lokasi tersebut dekat dengan domisili penulis, sehingga
memudahkan penulis untuk melaksanakan penelitian.
b) Lokasi penelitian tersebut terdapat pasien yang mempunyai hak
atas kartu sehat, yang akan mendapatkan hak dan kewajiban
karena mempunyai kartu sehat tersebut.
E3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi :
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber pertama atau melalui penelitian di lapangan. Data primer
yang diperoleh dengan cara wawancara dengan pihak RSUD X yang
berkompeten untuk memberikan keterangan yang berhubungan
dengan perlindungan terhadap pasien pemegang kartu sehat.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka atau
sumber data sekunder. Data ini berupa keterangan dari bahan-
bahan kepustakaan dari beberapa buku-buku referensi, artikel-
artikel dari perundang-undangan, laporan, teori-teori, media massa
seperti koran, internet dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
E4. Sumber Data
Sumber data merupakan tempat data diperoleh. Sumber data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
a) Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini mencakup para pihak yang
terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti yang
diperoleh di lokasi penelitian yaitu di RSUD X.
b) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah berkas-berkas
terhadap pasien pemegang kartu sehat menyangkut perlindungan
pasien pemegang kartu sehat. Sumber data sekunder lainnya
berasal dari artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil
penelitian ilmiah, dokumen, peraturan perundang-undangan,
laporan, teori-teori, media massa seperti koran, dan bahan-bahan
kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
E5. Teknik Pengumpulan Data
Sebagai upaya untuk mengumpulkan data-data dari berbagai
sumber data di atas, penulis menggunakan teknik pengumpulan
data yang meliputi :
a) Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2000 : 135). Wawancara yang
dimaksud di atas dilakukan penulis dengan beberapa pihak RSUD X
yang secara langsung terlibat dalam proses pemberian pelayanan
kesehatan terhadap pasien pemegang kartu sehat.
b) Studi kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
mencari data-data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,
yaitu undang-undang yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti dan studi dokumen sebagai bukti perbuatan sudah terjadi,
bahan hukum sekunder, yang meliputi bahan-bahan kepustakaan
dari beberapa buku-buku referensi, artikel-artikel dari beberapa
jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, dokumen, peraturan perundang-
undangan, laporan teori-teori, media massa seperti koran, internet
dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti. Studi kepustakaan dan studi dokumen
dilakukan melalui tahap-tahap identifikasi pustaka dan dokumen
hukum sumber data, identifikasi dan inventarisasi bahan hukum
yang diperlukan.
E6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan langkah yang harus dilakukan
setelah data-data terkumpul, sehingga dalam penelitian teknik
analisis data merupakan hal yang sangat penting agar data-data
yang sudah terkumpul yang diperoleh dengan cara yang dapat
dipertanggung jawabkan dapat memberikan jawaban dari
permasalahan yang diteliti. Dalam proses analisis terdapat 3 (tiga)
komponen utama, yaitu :
a) Reduksi data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan
abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan penelitian.
b) Sajian data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga
dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan
kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.
c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses
pengumpulan data berakhir. Kesimpulan tersebut perlu diverifikasi
agar mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Model analisis interaktif ini menunjukkan, reduksi dan sajian
data disusun pada waktu peneliti sudah memperoleh unit data dari
sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu
pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha
untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada
semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika
kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan
dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti dapat kembali
melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk
mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi
pendalaman data (HB. Sutopo, 2002 : 96).
F. Waktu yang diperlukan
1. Persiapan : 10 hari
2. Pengumpulan data : 60 hari
3. Pengolahan data : 30 hari
4. Analisis data : 20 hari
5. Penyusunan laporan sementara : 20 hari
6. Review laporan : 20 hari
7. Perbaikan dan memperbanyak laporan : 10 hari
170 hari
G. Dana Yang Dibutuhkan
a.Kerjasama dengan pihak ketiga (5 orang)
Dalam hal pendataan dan survey
@ 1 orang Rp. 100.000,- : Rp. 500.000,-
b.Penyusunan laporan : Rp. 1000.000,-
c.Transportasi : Rp. 500.000,-
Rp. 2.000.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : Aplikasi prinsip
Lingkaran Pemecahan Masalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan
Sosial Dasar-Dasar Pemikiran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Singarimbun, Nasri. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3S. Jakarta. Sobur, Alex.
2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. CV. Pustaka Setia. Bandung.
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial. PT Rineka Cipta. Jakarta. World Health
Organization. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerbit ITB. Bandung.
Sumber lain :
Keputusan Menteri Kesehatan No.125/Menkes/SK/II/2008 Tanggal 6 Februari 2008
Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat 2008.
Noveniawanata. 2008. Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Pemegang Surat Kartu
Tidak Mampu (SKTM) Di RSUD Dr Abdul Aziz. http://one.indoskripsi.com. Diakses
tanggal 28 Januari 2009.
Syafei, Chandra. 2008. Jamkesmas & Permasalahan di Sumut.
http://www.yaahowu.com/?p=896. Diakses tanggal 13 Nopember 2008.
Pemerintah Kota Medan. 2008. Dinas Kesehatan Kota Medan Tandatangani Mou
Dengan 17 Rumah Saikit Rujukan Jamkesmas. www.pemkomedan.go.id. Diakses
tanggal 13 Nopember 2008.
Pemerintah Kota Medan. 2008. Jamkesmas untuk Medan 412.249 Warga.
www.pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 13 Nopember 2008.
Anonim. 2008. Bupati/Walikota Diminta Segera Tetapkan Data Peserta
Askeskin.http://prapatan.dkk-bpp.com. Diakses tanggal 18 September 2008.
Badan Pusat Statistik. 2006. Tingkat kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006.
http://www.bps.go.id. Di akses tanggal 19 Oktober 2008.
Anonim. 2008. Karakteristik Pelayanan Kesehatan. www.astaqauliyah.com .
Diakses tanggal 28 Januari 2009.