karya ilmiah

123
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya Otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 (telah diperbaruhi dengan UU No. 32 tahun 2004) tentang Pemerintah Daerah, harus diterjemahkan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah membawa konsekuensi terahdap mekanisme dan sistim Pemerintahan. Sistem Pemerintahan yang sentralistik berubah menjadi desentralistik dimana Kabupaten/Kota menjadi sentra desentralisasi paradigma ini juga terjadi dalam pengelolaan pendidikan. 1

Upload: pengkah

Post on 10-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Karya Ilmiah

TRANSCRIPT

BAB I

PAGE

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Dengan diberlakukannya Otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 (telah diperbaruhi dengan UU No. 32 tahun 2004) tentang Pemerintah Daerah, harus diterjemahkan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.

Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah membawa konsekuensi terahdap mekanisme dan sistim Pemerintahan. Sistem Pemerintahan yang sentralistik berubah menjadi desentralistik dimana Kabupaten/Kota menjadi sentra desentralisasi paradigma ini juga terjadi dalam pengelolaan pendidikan.

Hasil penelitian Mahdiansyah dkk (1999 : 31) yang berkaikan dengan paradigma desentralisasi pendidikan adalah: (1). sumber daya manusia yang berkualitas, (2). manajemen tidak harus seragam tetapi disesuaikan dengan situai dan kondisi daerah, (3). mengutamakan efisiensi dan efektifitas, (4). tanggung jawab tertuju kepada pemerintah dan masyarakat, (5).manajemen harus transparan, (6). peningkatan eselonisasi, (7). penghilangan ego sektoral, (8).pemanfaatan sarana dan prasarana secaara optimal, (9). pemanfaatan dana dan sumber daya labih luwes.

Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan dibantu oleh satu orang Kepala Bagian Tata Usaha dan empat orang Kepala Bidang yaitu : (1). Kepala Bidang Pendidikan TK dan SD, (2). Kepala Bidang Pendidikan Menengah, (3).Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda Olahraga dan Kebudayaan, (4). Kepala Bidang Bina Program. Seiring dengan hasil penelitian Mahdiansyah tersebut, maka implementasi kepemimpinan yang efektif di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo perlu memiliki versi tersendiri sesuai dengan kultur budayanya. Kepemimpinan dengan versi spesifik ini dilakukan terutama saat pimpinan melaksanakan supervisi meningkatkan kinerja pegawai demi tercapainya tujuan institusi sesuai visi, misi.

Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo memiliki visi dan misi sebagai cita-cita dan harapan ke depan bagi instansi tersebut. Untuk mencapai visi misi ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Bagian Tata Usaha serta ke empat orang Kepala bidang, masing-masing telah ditetapkan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan peraturan Daerah kabupaten Karo No. 03 tahun 2004 pasal 35 tentang Susunan Oraganisasi, Tugas Pokok dan fungsi serata uraian tugas Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Tugas pokok dan fungsi itu harus dilaksanakan dengan berbagai strategi, gaya dan gerak kepemimpinan seorang pemimpin.

Perilaku pimpinan harus dapat mendorong kinerja para staf dengan menunjukkan rasa bersahabat dan menjalin hubungan baik, dekat dan penuh pertimbangan sebelum menugaskan staf baik secara individu maupun secara kelompok. (Abraham Maslow) mengemukakan adanya Hirarki kebutuhan tentang perilaku manusia dan dinamika proses motivasi. Tindakan yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam rangka mewujudkan tujuan intitusi. Untuk mencapai tujuan tersebut seseorang pemimpin dituntut harus memiliki kemampuan konsep maupun teknis dalam membina organisasi.

Kepemimpinan dalam organisasi adalah faktor yang penting karena gaya kepemimpinan yang diperankannya terhadap staf atau bawahannya mempengaruhi roda organisasi. Pada prinsipnya keberhasilan memimpin adalah bagaimana tugas dapa terselesaikan tepat waktu oleh kelompok atau tim. (Obert 1979) lima tahapan perkembangan tim kerja : (1). keanggotaan, (2). pembagian kelompok dan tugas, (3). konfrontasi, (4). klasifikasi individu, (5). tanggung jawab bersama. Jika seorang pemimpin itu menampilkan perfomance kepemimpinannya dapat mengoprasikan tugas dan tanggung jawab dengan benar maka muncullah prestasi dan kinerja instansi yang dipimpinnya.

Kinerja seseorang muncul disebabkan oleh dua faktor penentu yakni faktor intrinsik dan faktor ekstrinsi, faktor instrinsik dipengaruhi antara lain pendidikan, budaya, sikap, kepribadian, cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsik dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan, dorongan, bimbingan, lingkungan kerja dan lain-lain. Berdasarkan kedua faktor ini kinerja seseorang yang telah berbentuk dan sudah terbina, lebih mudah ditingkatkan, sedangkan kinerja yang terbentuk dari luar dapat ditingkatkan melalui proses pendidikan dan latihan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama studi pendahuluan pada beberapa bagian di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, diperoleh kesan bahwa kinerja para pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelayanan, kurang mencerminkan perilaku kerja yang tinggi sebagaimana yang diharapkan. Hal ini didasarkan atas fenomena yang terlihat, seperti adanya pegawai yang terlamba masuk kantor, meninggalkan kantor pada jam kerja, pulang sebelum usai jam kerja, bahkan tidak konsentrasi, namun fenomena ini terjadi tidak pada semua pegawai, ada juga sebagian yang tekun dan memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan memberi pelayanan.

Terwujudnya disiplin kerja pegawai merupakan indikoator keberhasilan seorang pemimpin dalam organisasi. Oleh karenanya kepemimpinan yang ditampilkan oleh seorang pemimpin harus mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap pegawai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pembinaan pegawai, dengan terlebih dahulu mengevaluasi kinerja pegawai yang dipimpinnya dan komponen lainnya dengan cara menggerakkan semua sumber daya manusia, sarana, dana, dan waktu secara efektif dan efesien serta terpadu dalam proses menejemen, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai lebih optimal.

Siagian (1991;24) mengemukankan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Dari defenisi di atas, jelaslah bahwa keberhasilan atau sukses tidaknya kepemimpinan tidak hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan teknis yang dimiliki oleh pemimpin saja, akan tetapi juga ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan daya kreatif yang tinggi. Dengan demikian seorang pemimpin harus dapat mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Oleh karena itu kemampuan untuk melakukan supervisi dalam organisasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi pimpinan. Sebab dengan hasil supervisi yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya akan mempermudahnya untuk menggerakkan roda organisasi, walaupun ada anggapan bahwa meningkatkan kemampuan pegawai tidak perlu melalui kepemimpinan, tetapi cukup melalui disiplin ini kuranglah tepat karena bagaimanapun tinginya disiplin seseorang untuk maju, jika tidak didukung oleh pimpinannya tidak akan berhasil.

Disiplin kerja pegawai sebenarnya timbul disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor dari dalam diri manusia seperti, sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman, pengetahuan dan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah antara lain dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasan, dorongan atau bimbingan, lingkungan kerja, perkembangan, situasi dan lain sebagainya. Jadi disiplin yang datang dari dalam yang dibina sejak dini, akan relatif lebih mudah ditingkatkan dengan membiasakan diri untuk hidup secara teratur, tepat waktu dan sebagainya. Sedangkan disiplin yang datang dari luar ialah kedisiplinan yang dibentuk, dan dapat diperoleh dengan cara seperti pendidikan, dan latihan, maupun cara lainnya.

Bila dikaitkan dengan kehidupan suatu organisasi, disiplin ini dapat diartikan sebagai ketaatan terhadap segala apa yang menjadi ketentuan dalam organisai (baik tertulis maupun tidak tertulis) tanpa mengutamakan perasaan, melainkan kesadaran, bahwa tanpa ketaatan semacam itu, maka segala apa yang menjadi tujuan organisasi tidak akan tercapai, (Atmosudirjo; 1982;77). Oleh karena itu pelaksanaan disiplin selalu ada disetiap kegiatan dan pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa disiplin, maka kemungkinan terjadinya kesimpang siuran dan ketidak teraturan bahkan penyimpangan dari tujuan semua adalah merupakan kecendrungan yang sudah hampir dapat dipastikan akan terjadi.

Banyak faktor yang menyebabkan munculnya fenomena tersebut, hal ini disebabkan pegawai lebih mengutamakan tugas sampingan, jenuh dalam pekerjaanya, pada bagian yang tidak menarik buat pegawai tersebut, kemungkinan lain para staf tidak terlatih, dan kurang mendapat pembinaan tentang apa yang telah dan sedang dikerjakan.

Faktor penyebab lain, kinerja atasan pegawai tersebut kurang mencerminkan disiplin, dan prilaku kerja yang maksimal, hal ini terletak pada persoalan kepemimpinan, dan boleh juga karena sistem dan prosedur tugas tidak mengenal pada tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) tidak jelas mengembang atau overlep.

Pola kepemimpinan yang diterapkan didasarkan kepada azas kolegalitas atau kesetiakawanan atau dengan sistem solidaritas, akan tetapi makna itu selalu disalah artikan oleh para pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Tidak mengedepankan disiplin dan tanggung jawab serta tanpa mengikuti prosedur yang ada pada institusi tersebut.

Mungkin juga penilaian yang seharusnya dilakukan pemimpin belum terlaksana, kurangnya perhatian akan perlunya penilaian itu dibuat untuk menetapkan langkah berikut oleh pegawai. Kurangnya perhatian akan perlunya supervisi dilaksanakan untuk menetapkan langkah berikut oleh pegawai dalam aktivitasnya. Kurangnya perhatian akan kehadiran staf, terlalu percaya terhadap bawahan atau ada pendapat bahwa, atasanya mungkin tidak memperhatikan stafnya dalam hal disiplin kerja. Bagi pegawai yang terlambat dan pulang sebelum waktunya tidak ada teguran dan sangsi dari pemimpin. Apabila kondisi ini dibiarkan akan mempengaruhi tercapainya visi dan misi institusi tersebut. Persoalan yang muncul mengapa ada diantara sebagian pegawai bersikap prilaku demikian? Apakah ada kaitannya dengan kurang efektifnya supervisi oleh pemimpin atau kurangnya diterapkan arti kepemimpinan diimplementasikan terhadap staf.

Untuk menjawab persoalan ini diperlukan suatu penelitian dalam hal ini penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran bagaimana hubungan kepemimpinan dengan supervisi yang berimplikasi pada kinerja pegawai dilingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

B. Identifikasi Masalah

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja para pegawai (PNS) dalam melaksanakan tugas antara lain persepsi pegawai terhadap lingkungan kerja, kredibilitas pemimpinnya melakukan supervisi atau pemberian penilaian terhadap hasil kerja staf, diduga merupakan variabel yang memberikan sumbangan yang berarti terhadap tinggi, rendahnya kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas serta tidak mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari pemimpinan secara efektif dan efisien yang dapat di identifikasi beberapa masalah antara lain, kurangnya tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas, seperti kurang mengindahkan isntruksi dan peraturan, tugas tertunda-tunda tidak tepat jadwal, pekerjaan menumpuk, kurang gairah dalam beketja, hasil pekerjaan kurang memuaskan, terlambat masuk kantor, pulang sebelum usai jam kerja.

Hal ini merupakan dampak dari pola kepemimpinan yang ada. Oleh karena itu untuk memperoleh kepastian secara empiris penelitian ini mengkaji bentuk hubungan antara kepemimpinan dan supervisi dengan kinerja pegawai dilingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah bahwa kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas merupakan hal yang mendasar dalam menentukan keberhasilan dari satu organisasi atau berdampak pada dunia pendidikan serta banyak faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut antara lain faktor kepemimpinan dalam satu organisasi serta supervisi. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengkaji keseluruhan faktor tetapi hanya faktor yang berhubungan dengan kepemimpinan, supervisi, dan kinerja pegawai. Hal ini disebabkan beberapa hal seperti keterbatasan kemampuan, waktu, tenaga dan dana.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang diajukan maka dalam penelitian ini perlu diberikan perumusan masalah untuk memberikan gambaran permasalahan agar diproleh jawabannya, yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1.Seberapa besar hubungan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

2.Seberapa besar hubungan supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

3.Seberapa besar kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :1.Mengetahui hubungan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

2.Mengetahui hubungan supervisi dengan kinerja pengawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

3.Mengetahui hubungan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis bermanfaat bagi pengembangan ilmu yang berkaitan dengan kepemimpinan, supervisi, kinerja pegawai (tenaga kependidikan) serta memperkuat teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya serta dapat memperkaya khasanah terhadap jenis penelitian berikutnya.

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada pemimpin/Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo pada khususnya dan Dinas Pendidikan di Propinsi Sumatera Utara pada umumnya dalam mengimplementasikan kepemimpinan melalui supervisi dengan kinerja pegawai pada sektor pendidikan, sehingga tercapai dan terlaksana visi, misi, meningkatkan mutu pendidikan serta memberi pelayanan yang prima kepada pelanggan jasa pendidikan, menghasilkan manusia cerdas, menumbuhkan SDM yang tinggi yang akhirnya dengan dampak produk pendidikan itu tercipta good govermance secara khusus dilingkungan Pendidikan Nasional Kabupaten Karo

BAB II

DESKRIPSI, TEORITIS, KERANGKA KONSEP DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Kepemimpinan yang Berorientasi pada Penyelesaian Tugas

Untuk menjalankan roda organisasi seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting, dapat dikatakan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan, sesuai dengan visi, misi dan tupoksi lembaga atau instansi tersebut.

Oleh karena seorang pemimpin mempunyai keterbatasan tidak mungkin mencapai tujuan tersebut sendiri-sendiri, dimana pemimpin membutuhkan sekelompok orang untuk digerakkan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan pengabdian dan sumbangsih kepada organisasi.

Untuk memperdayakan bawahan para pemimpin juga memerlukan sarana dan prasarana lainnya termasuk kepemimpinan dari pemimpin tersebut. Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada di dalam organisasi. Dengan demikian keberhasilan organisasi mencapai tujuan sangat tergantung kepada berperannya kepemimpinan.

Kartini Kartono (1991) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau proses untuk mempengaruhi orang lain, sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara Terri (1997) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan Miller memberikan pengertian kepemimpinan (leadership) terdiri dari mendengarkan (listening), memberdayakan (empawering), menghormati (respeet), percaya diri (self esteem), hati (heart) inisiatif (inisiative), kesabaran (patience) (Aditama, 2000).

Upaya yang sama dikemukakan oleh Wijono (1997) dimana ia menyampaikan serangkaian hasil studi kepustakaan mengenai beberapa pendapat tentang pengertian kepemimpinan. Secara singkat beberapa defenisi antara lain :

a. Pendapat Terry (1986) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja dengan penuh kemampuan untuk tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerjasama secara sukarela dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin.

b.Pendapat Dubin, kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan membuat keputusan

c.Pendapat Koontz dan ODonnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum, kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan.

d.Pendapat Pfifner dan Presthus, kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu serta kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian kepemimpinan adalah; pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain yaitu bawahan atau pengikut, karena kesediaan menerima dari pemimpin, anggota kelompok membantu menegaskan status pemimpinan dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seseorang menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan menyangkut distribusi kepemimpinan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok.

Untuk memahami lebih lanjut makna kepemimpinan, pemahaman tentang defenisi merupakan hal yang fundamental. Sebab pemahaman terhadap defenisi suatu objek adalah awal yang sangat penting di dalam rangka mempelajari, memahami, menganalisa serta menarik kesimpulan terhadap sesuatu objek. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mempelajari dan memahami segala sesuatu tentang kepemimpinan, maka diperlukan pemahaman hakikat dari arti dan defenisi kepemimpinan.

Terry (19860, dalam bukunya dasa-dasar Manajemen mendefenisikan kepemimpinan sebagai kamampuan seseorang atau pemimpin, untuk mempengaruhi prilaku orang lain menurut keingingan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu. J. Winardi (1990) mendefenisikan kepemimpinan itu merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi orang antar perorangan (Inter personal) lewat proses komunikasi untuk pencapaian tujuan.

Sementara itu menurut tinjauan sosial sebagaimana dijelaskan Soerjono Soekanto (1982) mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pimpinan tersebut.

Dari berbagai pengertian mengenai kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok dengan cara memberi arahan dan penugasan, membimbing sehingga orang lain atau bawahan secara sukarela dan ikhlas mau melaksanakan kegiatan atau pekerjaan yang dikehendaki, dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama. Jadi di dalam kepemimpinan dapat diperoleh unsur-unsur (1) kemampuan mempengaruhi orang lain, (2) kemampuan mengarahkan, membimbing dan memberikan perintah kepada orang lain, (3) untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Berdasarkan dari pengertian pemimpinan dan kepemimpinan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa persyaratan pokok dari kepemimpinan yaitu : (1) waktu pemimpin, (2) Sikap, kebutuhan dan perawatan anak buah, bawahan/pengikat, (3) sifat organisasi, tujuan, struktur dan tugas yang dilaksanakan, (4) lingkungan politik, sosial dan ekonomi.

Untuk dapat menggerakkan orang-orang secara efektif dan menggerakkan fasilitas secara efesien, maka diharapkan setiap pemimpin harus memiliki persyaratan pokok kepemimpinan dengan kemampuan kepemimpinan pada hakekatnya adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk mengajak orang bekerja sama untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efesien dalam suasana yang menyenangkan.

Kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat meningkatkan motivasi yang dipimpin atau bawahan apabila yang bersangkutan dapat mempengaruhi, membimbing, mengerakkan, memberikan movivasi serta semangat kerja kepada bawahan sehingga mereka mau bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama secara ikhlas dan sukarela tanpa adanya unsur paksaan. Dengan demikian menyebabkan bawahan merasa terdorong untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan semangat kerja dan gairah kerja yang tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas, efektifitas dan kinerja yang tinggi.

Penulis memprediksi penelitian ini bahwa seseorang pemimpin dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karo mengharapkan pegawai yang berada di bawah kepemimpinannya mampu bertindak, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan benar serta tepat waktu karena keterlambatan dan kesalahan mengerjakan tugas adalah mencerminkan rendahnya kinerja instansi tersebut. (Andrall.E.Pearson) dalam bukunya Panduan Cerdas Bagi Manajer untuk menyelesaikan tugas dengan hasil maksimal menyatakan model manajemen tugas, akan memungkinkan anda untuk menganalisa pemberian tugas apapun dalam rangka menemukan cara terbaik dan orang terbaik untuk menanganinya sehingga tugas tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

Pembahasannya tiga pertanyaan yang perlu diajukan dalam setiap pemberian tugas :

Modul manajemen tugas :

1. Apakah tugas itu penting ?

2. Apakah orang tersebut mampu menyelesaikan ?

3. Apakah orang tersebut menyukai tugas itu

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kemampuan dan keahlian yang berorientasi pada tugas dan sekaligus berorientasi pada bawahan. Oleh karena itulah seorang pemimpin dituntut bersikap sebagai penuntun (mengarahkan, pengontrol, mengawasi, monitor, motivasi dan berkomuniasi pada bawahannya.

Berdasarkan paparan di atas, maka yang dimaksud dengan kepemimpinan dalam penelitian ini adalah proses mempengaruhi bawahan dengan cara memberikan pengarahan, motivasi, berkomunikasi untuk mencapai tujuan organisasi sedangkan yang menjadi indikasi kepemimpinan adalah memberikan perintah motivasi pengawasan komunikasi serta kemampuan menempatkan diri diantara bawahan.

2.Supervisi

(Suharsimi Arikunto) dilihat dari kelahirannya supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris yaitu super dan vision. Super yang berarti di atas dan vision yang berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengwasan, penilaian dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan orang yang berposisi di atas yaitu penilaian terhadap hal-hal yang ada dibawahnya yaitu yang menjadi bawahannya.

Supervisi atau pengawasan pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencocokkan sampai dimana program atau rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan. Terry (185:175) mengartikan supervisi atau pengawasan is to determine what is occomplished, evaluate it, and apply corrective measure, if needed, to insure result in keeping with the plan. Pengertian ini menunjukkan bahwa supervisi atau pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang dilaksanakan, menilai dan mengkoreksinya supaya pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakn sesuai dengan rencana. Sedangkan Farland (1959:299) merumuskan pengawasan sebagai suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujaun atau kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa supervisi atau pengawasan dimaksud untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan dan penyelewengan yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.

Supervisi merupakan kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja persoalan dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam mencapai tujuan. Efektifitas maksudnya menilai kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, apakah telah menghasilkan sesuatu seperti yang direncakan atau sekurang-kurangnya apakah kegiatan-kegiatan itu telah berjalan diatas rel yang semestinya dan tidak menyimpang dari perencanaan atau tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas kegiatan supervisi atau pengawasan ditujukan sebagai upaya membina dan membimbing para pekerja agar ia betul-betul bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, Soewarno (1985;1430 mengatakan bahwa fungsi supervisi atau pengawasan diarahkan pada ;

a.Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pekerja yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

b.Mendidik para pekerja agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

c.Untuk mecengah terjadinya penyimpangan dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

d.Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan

Agar fungsi yang dikemukakan di atas terlaksana dengan baik, maka kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo harus mengetahui dan memahami secara baik ciri-ciri suatu pengawasan dan lebih penting lagi berusaha untuk memenuhi sebanyak mungkin ciri tersebut dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan yang ada pada gilirannya membentuk kemampuan yang bersifat menetap.

Berkaitan dengan ciri-ciri supervisi atau pengawasan yang baik, Siagian (1985:137) menyebutkan bahwa ;

a.Supervisi atau pengawasan harus bersifar fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan pengawasan harus memenuhi fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan organisasi.

b.Supervisi atau pengawasan diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya dapat ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung.

c.Supervisi atau pengawasan hanyalah sekedar untuk meningkatkan efesiensi dan tidak dipandang sebagai tujuan.

d.Karena supervisi atau pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen, maka pelaksanaan pengawasn itu harus mempermudah tercapainya tujuan.

e.Proses pelaksanaan supervisi atau pengawasan harus efisien dan jangan sampai terjadi pengawasan menghambat usaha peningkatan efisiensi.

f.Supervisi atau pengawasan tidak dimaksud untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketiak beresan, tetapi untuk menentukan apa yang tidak sesuai dengan rencana.

g.Supervisi atau pengawasan harus bersifat membimbing agar supaya para pelaksana dapat meningkatkan kemampuanya untuk melakukan tugas yang diperuntukkan baginya

Ciri-ciri yang dikemukakan di atas dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bagi pemimpin atau kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa supervisi atau pengawasan perlu dilakukan menurut Ben. H. Haris (1975:269) dikarenakan bahwa pekerja dalam melaksanakan pekerjaan kerap kali terjadi kekeliruan serta juga untuk mendorong berbuat lebih baik, untuk itulah para pekerja dalam lembaga perlu diawasi, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan kemudian menghukum, akan tetapi untuk mendidik dan membimbingnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat pimpinan yang bijaksana selalu memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berkreasi dan berinovasi. Namun ada kalanya dalam melaksanakan pekerjaan para pekerja ada yang cepat dan tepat, tetapi ada juga yang lambat melaksanakan pekerjaannya. Kemungkinan penyebabnya berasal dari gangguan yang dialami baik yang datang dari dalam diri maupun dari lingkungannya. Bila hal yang seperti ini terjadi di instansi tersebut maka kepala Dinas Pendidikan sebagai pimpinan harus dapat tanggap dan mencari penyebab terjadinya gangguan tersebut.

Supervisi atau pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala Dinas Pendidikan diharapkan dapat mencari pemecahan dan jalan keluar yang sebaik-baiknya terhadap gangguan dan hambatan yang ditemui staf dalam melaksanakan tugas masing-masing. Satu hal yang selalu diinginkan dan didambakan Kepala Dinas Pendidikan adalah untuk mendapatkan supervisi atau pengawasan yang memadai dan efektif yang bertujuan agar apa yang dilakukan sesuai dengan rencana. Soewarno mengemukan syarat supervisi atau pengawasan yang efektif (1) supervisi atau pengawasan harus dihubungkan dengan rencana dan kedudukan seseorang, (2) supervisi atau pengawaan harus dihubungkan dengan individu-individu dan pribadinya, (3) supervisi atau pengawasan harus menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada hal yang penting, (4) supervisi atau pengawasan harus bersifat objektif (5) supervisi atau pengawasan harus hemat, (6) supervisi dan pengawasan harus membawa tingkat perbaikan.

Kepala Dinas Pendidikan dalam melaksanakan pengawasan perlu memperhatikan syarat-syarat supervisi atau pengawasan yang efektif di atas, supaya supervisi atau pengawasan yang dilakukan membawa manfaat bagi bawahan yang dipimpinya. Disamping beberapa persyaratan di atas, faktor lain yang juga dianggap berpengaruh terhadap keefektifan kegiatan supervisi atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala Dinas Pendidikan. Menurut Sergiovani (1983:220) juga tergantung pada proses komunikasi yang dilakukan.

Komunikasi yang dipergunakan kepala Dinas Pendidikan menentukan efektif atau tidaknya supervisi atau pengawasan yang dilakukan, Kepala Dinas Pendidikan harus menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu dalam melaksanakan kegiatannya, karena pendekatan yang digunakan ikut menentukan dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memberi balikan atau bantuan. Untuk itulah kepala Dinas Pendidikan dalam melakukan pengawasan atau supervisi perlu secara kontinu dan menyeluruh dalam arti pelaksanaan supervisi atau pengawasan tidak boleh sekedar setelah kegiatan selesai, tetapi harus dilakukan secara berkelanjutan, terencana dan sistematis. Kepala Dinas Pendidikan dalam melakukan supervisi atau pengawasan terhadap bawahannya berkenaan keterampilan, kemampuan, sikap dan hasil kerjanya perlu dilakukan secara kooperatif dengan mengikut sertakan pihak Kepala Bidang staf yang diawasi. Dengan demikian pegawai dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan dan kekuatan atau kelebihannya untuk diperbaiki, dipertahankan dan tingkatkan.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak faktor-faktor yang dianggap berhubungan dengan kemampuan supervisi atau pengawasan diantaranya efektifitas pelaksanaan supervisi, efisiensi pelaksanaan supervisi, tujuan pelaksanana supervisi, bentuk pelaksanaan supervisi, komunikasi yang digunakan dalam melaksanakan supervisi, dan tindak lanjut pelaksanaan supervisi. Namun demikian dari berbagai faktor diatas, faktor yang akan diteliti berkaitan dengan hubungan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

3.Kinerja

Batasan kinerja menurut Guilbert (1997) adalah apa yang dikerjakan seseorang dengan tugas dan fungsinya Echols dan Shadily (1996;425) mengungkapkan bahwa dalam kamus An English-Indonesian dictionary mengartikan kata Performance sebagai (1) pertunjukan yang biasanya digunakan dalam kalimat his performance Was Excellent (pertunjukannya hebat), (2) prestasi atau hasil. Sedangkan menurut Ilyas (1999) dalam bukunya yang berjudul kinerja yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995), kinerja adalah cara kerja, perilaku, penampilan the Webster Dictionary memberikan tiga arti bagi kata Performance adalah (1) prestasi, (2) pertunjukan, (3) pelaksanaan tugas. Pakar lain menyatakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Seperti yang dikemukakan oleh Kast (1990) yang diterjamahkan Hasyim, bahwa kinerja merupakan hasil kerja masing masing individu untuk mencapai suatu tujuan, yang relevan. Pendapat yang senada dikemukakan pula oleh Gibson (1992), pengertian kinerja sama dengan prestasi kerja, yaitu hasil yang diinginkan dari suatu pekerjaan. Irawan (1997:11) menjelaskan bahwa kinerja dalah hasil kerja yang bersifat konkrit, dapat diamati dan diukur Kamars (1995) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan terjemahan dari kata performance memiliki arti hasil dari melakukan suatu pekerjaan.

Dalam tinjauan pendidikan, kinerja oleh Sutisna (1989;18) didefenisikan sebagai performance, dalam arti kemampuan pendidik dalam berbagai keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan peserta didik, keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar keterampilan melaksanakan administrasi kelas (contoh bagi guru).

Dharma (1984 ) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah suatu yang dikerjakan atau produk jasa yang dihasilkan atau yang diberikan seseorang atau sekelompok orang.

Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh lembaga, maka karyawan harus mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam pelaksanaan tugas-tugas. Hal ini senada dengan pendapat beberapa pakar untuk pengertian kinerja mereka lebih menonjolkan kemampuan bekerja.

Suteimester (1976) yang dikutip oleh Sahertian (1990) menyatakan bahwa kinerja seseorang terletak kepada kemampuan profesional dan motivasi. Kesanggupan adalah kemampuan untuk berbuat dengan tehnik-tehnik yang sesuai, sehingga memberikan indikasi sejauh mana pekerjaan dapat dilakukan. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Steers (1980) menyatakan bahwa pengetahuan dan kemampuan tentang tugas akan menentukan kinerja seseorang. Orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dibidang tugasnya akan memperoleh prestasi yang baik dalam melaksanakan tugasnya.

Sahertian (1994) menyatakan bahwa kinerja dikaitkan dengan jabatan tugas, yang menyangkut pengetahuan dan ciri khas dari perilaku kerja seseorang. Defenisi kinerja yang berkaitan dengan tugas, dikemukakan oleh Shemerhon yang dikutip langsung, oleh Wallyosumijo (1999;38), yaitu performance is a measure of the quantity of contribution made by on of the work unit and organization: artinya kinerja adalah suatu kinerja adalah suatu rangkuman kualitas yang dibuat oleh individu atau kelompok untuk tujuan dari unit kerja dan organisasi.

Beberapa pakar lain berpendapat bahwa kenerja tersebut merupakan suatu proses dalam perwujudan kerja untuk mencapai hasil tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Kast (1982) menyebutkan, kinerja adalah proses kerja seseorang individu untuk mencapai tujuan yang relevan. Selanjutnya dalam Webstar Dictionary yang dikutip dijelaskan bahwa kinerja adalah tindakan memproses sesuatu.

Kepemimpinan yang baik akan lebih optimal dalam pencapai tujuan jika secara kontinu melihat kinerja. Artinya kepemimpinan apapun yang diterapkan, tanpa melaksanakan supervisi belum dapat menjadikan dirinya seorang pemimpin yang baik. Akan tetapi jika kepemimpinannya itu selalu mengedepankan pentingnya pengawasan, supervisi terhadap pegawai tentu saja siapapun orangnya akan mempunyai persepsi yang positif terhadap kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan dan supervisi secara bersama-sama diperkirakan memiliki hubungan dengan kinerja pegawai.

B. Penelitian Yang Relevan

1.Lubis, (2002), melakukan penelitian tentang Hubungan kepemimpinan dan pembinaan pegawai dengan disiplin kerja pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,746 sedangkan nilai korelasi determinasi (r2y1) sebesar 0,556 menunjukkan bahwa kontribusi kepemimpian terhadap disiplin kerja pegawai sebesar 55,60%. Berarti kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin mampu menunjang peningkatan disiplin kerja pegawai, sehingga makin tinggi disiplin kepemimpinan seorang pimpinan maka semakin baik pula disiplin kerja pegawainya. Sebaliknya makin rendah kepemimpinan seorang pemimpin, maka semakin rendah disiplin kerja pegawainya.

2.Rahim (1991) dalam penelitiannya tentang Kontribusi Penguasaan Supervisi dan Motivasi Berprestasi terhadap Kemampuan Menyusun Perencanaan Kepala SMA Kodya Bogor menemukan kontribusi sebesar 51%. Dalam penelitian itu dinyatakan bahwa sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel penguasaan supervisi terhadap kemampuan menyusun perencanaan sebesar 51%.

3.Sudarman (1995) dalam penelitiannya tentang Hubungan Pengetahuan Manajemen dan Penguasaan Supervisi terhadap Kinerja Kepala SMA negeri di Jambi menemukan bahwa kontribusi penguasaan supervisi dan pengetahuan manajemen terhadap kinerja kepala sekolah sebesar 58%. C. Kerangka Berpikir

1.Hubungan Kepemimpinan Yang berorientasi pada penyelesaian Tugas dengan Kinerja

Kepemimpinan merupakan standarisasi kesuksesan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Artinya kesuksesan itu hampir rata-rata ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola dan menyelenggarakan kegiatan. Sukses atau tidaknya kegiatan terletak pada kemampuan seorang pemimpin dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas tentang kepemimpinan. Sehingga ketika akan mengeluarkan kebijakan atau mengambil keputusan, seperti orang awam yang mengkuti pendapat orang lain.

Artinya pemimpin mempunyai dasar yang tepat mengambil keputusan, memberikan instruksi kepada pegawai, di Dinas Pendidikan itu sehingga tugas yang dikerjakannya dapat diselesaikan dengan benar dan tepat waktu.

Dengan demikian dalam rangka kepemipinan yang optimal tidak saja kemampuan pemimpin itu sendiri, tetapi sangat ditunjang oleh kinerja yang sebelumnya telah diketahui. Karena sebelum mengambil keputusan nilai kinerja tersebut memaknai, mengarahkan serta menuntun pemimpin mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan tugas demi pengembangan tugas selanjutnya pada organisasi yang dipimpinnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan yang beroritentasi pada penyelesaian tugas dan kinerja dilingkungan instansi tersebut memiliki hubungan signitifkan.

2.Hubungan Supervisi dengan Kinerja Pegawai

Setiap orang, baik itu ilmuwan atau birokrat dalam melaksanakan tugas sedikit banyaknya pasti akan mendapatkan hambatan, dan hambatan itu akan bisa menjadi motivasi dalam menyelesaikan tugasnya dan bisa tidak termotivasi dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menetapkan seseorang itu relevan dalam melaksanakan tugasnya, tentu saja dibutuhkan kesimpulan hasil supervisi menjadi acuan. Salah satu caranya adalah dengan melihat kinerja pegawai melalui supervisi. Dari sejumlah pegawai yang memiliki kinerja yang berbeda, pemimpin harus memegang perinsip the right man and the right pleace, melalui fead and properti test selanjutnya jika perlu dilakukan pelatihan keterampilan teknis tugas. Berdasarkan uraian ini penulis memperkirakan bahwa hubungan supervisi erat kaitannya dengan kinerja pegawai suatu organisasi.

3.Hubungan Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan Supervisi dengan Kinerja Pegawai.

Kepemimpinan yang sukses akan lebih optimal jika pemimpin itu melakukan supervisi secara kontinu. Artinya kepemimpinan apapun diterapkan jika staf tidak terkendali belum dapat menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang baik. Pemimpin yang selalu mengedepankan nilai-nilai yang positif terhadap pegawai atau bawahan, dengan tidak mengabaikan tinggi rendahnya kinerja seseorang untuk diberi penghargaan atau dipromosikan, tetap mendapat dukungan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan dan supervisi secara bersama-sama memiliki hubungan dengan kinerja pegawai.

Alur Pikir tersebut dapat ditunjukkan pada tabel berkut :

D.Pengajuan Hipotesis

Bertolak dari landasan teoritis, kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, diajukan hipotesis sebagai berikut :

1.Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten karo.

2.Terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo

3.Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana sebenarnya kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi dengan kinerja pegawai (tenaga kependidikan di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo serta melihat bagaimana implikasinya dan kontribusinya supervisi (pengawasan) melalui pendekatan kuantitatif.

B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan kepada kemudahan untuk memproleh data, waktu yang tersedia, keringanan biaya dalam melaksanakan penelitian, dan dilaksanakan tanggal 10 Juni s/d 10 Desember 2006.

C.Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi penelitian ini adalah para pegawai di lingkungan Dinas Pendidian Nasional Kabupaten Karo yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Dalam hal ini sasaran pokok adalah bidang-bidang tugas yang ada di Lembaga tersebut. Populasi keseluruhan 120 orang, jumlah populasi dan penyebarannya menurut strata dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.

Penyebaran Berdasarkan Strata, Pendidikan, Golongan dan Masa KerjaUnit kerja Pendidikan Golongan Masa kerja

< S1> S1< IIId>IIId10th

Dinas Diknas Kab. Karo 8741933513115

Sumber data : Sub Bagian perlengkapan/Kepegawaian Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo

2.Sampel

Sampel penelitian ini terdiri dari kelompok dalam strata populasi. Oleh karena itu tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified proposional random sampling yang akan menghasilkan sampel sesuai dengan proporsi strata populasil. Dipilihnya tehnik penentuan sampel ini adalah untuk dapat memberikan peluang yang sama kepada semua anggota populasi dan dapat menjadi sampel yang representatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara 4 langkah, yaitu; (1) identifikasi strata, (2) menentukan jumlah sampel, (3) menghitung masing-masing sempel (4) menentukan subyek penelitian.

a.Identifikasi

Identifikasi strata dipilih berdasarkan karateristik yang terdapat dalam populasi. Strata yang ditetapkan untuk menentukan besar sampel terdiri dari ; (1) jenjang pendidikan, (2) golongan kepangkatan, (3) masa kerja 1-10 tahun dan diatas 10 tahun.

Adapun strata populasi yang ditetapkan dalam penelitan ini adalah:

1)Strata jenjang pendidikan, dengan proporsi

< S1 = 87 orang

> S1 = 41 orang

2)Strata golongan atau pangkat dengan proporsi

< III d = 93 orang

> III d = 35 orang

3)Strata masa keja dengan proposi

< 10 tahun = 15 orang

> 10 tahun = 13 orang

b.Menentukan proporsi strata

Dari distribusi populasi pada masing-masing strata, diperoleh proporsi untuk masing-masing strata sebagai berikut ;

1)Strata jenjang pendidikan dengan proporsi

< S1 = 87 orang, P1 = 87 : 128 = 0,67

> S1 = 41 orang, Q = 1 0,67 = 0,33

2)Strata golongan/pangkat dengan proporsi

< III d = 93 orang, P2 = 93 :128 = 0,72

> III d = 35 orang, Q2 = 1 0,72 = 0,33

3)Strata masa kerja dengan proporsi

< 10 tahun 15 orang, P3 15 : 128 : 0,11

> 10 tahun 113 orang, Q3 1 0,11 = 0,89

c. Menentukan besarnya sampel penelitian

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan teknik proportion startified random sampling, Cochran (1997) adalah :

selanjutnya nilai No yang terbesar dikoreksi kedalam rumus :

(1,96)2 x 0,67 x 0,33

0,01

Keterangan

No= Besar sampel tahap pertama

n

= Jumlah populasi penelitian

N

= Besar sampel tahap kedua

t

= keterwakilan populasi; oleh sampel yang ditetapkan taraf kepercayaan sebesar 95, maka Z = 1,96

d

=Besarnya kekeliruan pengambilan sampel ditetapkan sebesar 10

P

=Besar proporsi kelompok pertama dalam strata

Q

=Besar proporsi kelompok kedua dalam strata atau (I-P)

Dengan perhitungan sampel sebagai berikut :

Nol 1 = 85

Nol 2 = 77

Nol 3 = 38

Nol terbesar adalah No. 1 yaitu 85

Langkah selanjutnya adalah mengoreksi jumlah yang diperoleh dengan rumus :

n = 51,32 dibulatkan 52

Dari hasil perhitungan yang dilakukan diproleh strata yang paling besar jumlahnya adalah strata pendidikan yaitu 52 orang. Oleh karena itu angka inilah yang dipilih menjadi sampel penelitian. Dengan demikian populasi populasi yang berjumlah 120 orang menghasilkan sampel penelitian yang refrensentatif sebanyak 52 orang.

Berarti sampel yang diambil dari populasi adalah 52 : 120 x 100% = 43%

d.Menentukan Subyek

Berdasarkan hasil perhitungan diproleh besar sampel sebesar 52 orang. Untuk menentukan subyek penelitian maka sampel secara acak melalui sistem undian pada masing-masing strata yang terlebih dahulu memberikan nomor pada secarik kertas kemudian digulung untuk diberikan kepada setiap anggota populasi. Hal ini dilakukan agar setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian.

D.Variabel dan Definisi Operasional

1.Variabel penelitian dalam penelitian ini ; kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi sebagai variabel bebas, serta kinerja pegawai sebagai variabel terikat.

2.Defenisi operasional

Defenisi operasional unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel dengan kata lain defenisi operasional semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel.

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

a.Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas (X1) adalah upaya yang dilakukan pemimpin dalam proses mempengaruhi, mengarahkan anggota kelompok yang berkaitan dengan tugasnya. Variabel kepemimpinan ini diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut ; 1) pendorong, yaitu usaha yang dilakukan pemimpin dalam pemberian dorongan bekerja kepada bawahan agar mereka mau bekerja, 2) penuntun, yaitu usaha memberikan tuntunan tentang kerja yang sebagaimana mestinya kepada para bawahan, 3) pembimbing, yaitu memberikan arahan tentang pekerjaan yang perlu dilakukan , 4) menghargai, yaitu usaha menerima segala jenis pekerjaan yang dilakukan bawahan, 5) tidak memaksakan kehendak, yaitu usaha memberikan perintah/ pekerjaan kepada bawahan sesuai prosedur dan mekanisme pekerjaan yang terdapat di organisasi dan tidak berperilaku semena-mena.

b.Supervisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan supervisor untuk memimpin bawahannya sangat mempengaruhi produktivitas unit kerjanya. Efektifitas kepemimpinan seorang supervisor diukur oleh dua faktor utama yaitu faktor keluaran (out put) dan faktor manusia. Skor diproleh dari kuesioner berupa; 1) orientasi, bimbingan dan arahan yang dilakukan pemimpin, 2) pengawasan dan supervisi yang dilakukan pemimpin, 3) kesempatan dalam mengikuti pendidikan dan latihan, mengikuti seminar dan lokakarya, 4) promosi jabatan, 5) penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya, 6) adanya kesesuaian dalam penempatan yang disesuaikan dengan persentasi pengalaman dan keterampilan kerja kesehatan fisik serta faktor usia.

c.Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah performance yang akan disebutkan di bawah ini :

1) Adalah prestasi yang digunakan dalam konteks atau kalimat misalnya tentang mobil yang sangat cepat (high performance car)

2) Adalah pertunjukan yang biasanya digunakan dalam kalimat falk dance performance atau pertunjukan tari-tarian rakyat

3) Adalah Pelaksanaan Tugas misalnya dalam kalimat In performing his/her duties

Skor yang diperoleh dari kuesioner yang merupakan proses dan tanggung jawabnya, yaitu : (1) pengorganisasian dan pendaya gunaan SDM pegawai, (2) pengembangan profesi, (3) pengkajian dan pengembangan keterampilan.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang dihimpun dengan menggunakan angket. Tiap variabel ditentukan indikatornya dan ditetapkan berdasarkan teori dan sesuai dengan validitas data.

1. Penyusunan Instrumen

Ketepatan instrumen sangat dibutuhkan dalam penelitian, oleh karena itu dalam penyusunan peneliti terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan pembimbing penggunaan instrumen dalam penelitian ini disusun berdasarkan kajian teori yang relevan dengan variabel-variabel penelitian yang mempunyai indikator dalam bentuk kisi-kisi.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1Kisi-Kisi Instrumen PenelitianNoVariabelSub variabelIndikatorButir Item

1Kepemim-pinanMempengaruhi

Mengarahkan

Membina

Mengawasi1. Pendorong

2. Penuntun,

3. Pembimbing

4. Menghargai

5.Tidak memaksa kehendak1.1.Menumbuhkan rasa kebersamaan

1.2.Penjelasan pekerjaan

1.3.Memberi petunjuk

1.4.Memerintah dengan prosedur kerja

1.5.Memberikan kemudahan

1.6.Membuat prosedur kerja

2.1.Mengarahkan pegawai

2.2.Sifat konsistensi pemimpin

2.3.Kesuksesan

2.4.Penjelasan pekerjaan yang sulit

2.5.Melaksanakan rapat rutin

2.6.Memperhatikan kehadiran pegawai

2.7Mengunjungi ruang kerja

2.8Memeriksa persiapan

3.1.Menguasai kemampuan pegawai

3.2.memanfaatkan pengawasan3.3.Tehnik pengawasan

3.4.Perbaikan terhadap pelanggaran

3.5.Mengikut sertakan pegawai

3.6.Pengambilan keputusan

4.1.Memberikan pujian

4.2.Pembagian tugas

4.3.Hukum adiminstrative

4.4.Perhatian pimpinan

4.5.Mempedulikan kesejahteraan pegawai

4.6.Perhatian jenjang karier

4.7Memperhatikan saran

4.8Pembeian motivasi

5.1.Kedudukan pimpinan

5.2.Kesabaran pimpinan

5.3.Saling merasakan (berempati)

5.4.Mengikuti kegiatan informal

5.5.Memperhatikan hal-hal yang bermanfaat

5.6.Keterlambatan informasi

5.7Tidak terbuka

5.8Bersikap formal

5.9tidak mengikutsertakan pegawai

5.10.Bertukar pendapat (brown storming)

2.Supervisi -Tingkatan manajemen

-Sistem kerja

-Prinsip supervisi

-Orientasi

-Pengawasan

- Kesempatan

- Promosi jabatan

- Penempatan

- Kesesuaian1.1 Pengorganisasian

1.2. Perencanaan

1.3. Pendayagunaan SDM

1.4. Pembinaan

1.5. Pengendalian

2.1. Penetapan tugas

2.2. Pengukuran

2.3. Penyesuaian

2.4. Hasil

3.1. Keahlian tugas

3.2. Kemampuan

3.3. Promosi jabatan

3.4. Pendidikan

3.5. Kelayakan

4.1. Karir

4.2. Pengalaman kerja

4.3. Masa Kerja

5.1. Kesesuaian tugas5.2. Bakat

6.1. Pengalaman

6.2. Keterampilan

3Kinerja pegawai - Prestasi

- Pertunjukan

-Pelaksanaan tugas

- Pengorganisasian

- Pengembangan

- Pengkajian

1.1.Visi misi

1.2.Tupoksi

1.3. Tanggung jawab

1.4. Etika dan etos kerja

2.1. Penjenjangan

2.2. Keterampilan

2.3. Pendidikan

3.1. Pelatihan

3.2. Penelitian

3.3. Evaluasi

3. Skala Pengukuran

Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesiner dengan menggunakan skala likert. Lebih lanjut Teukman menyatakan, model Likert merupakan skala dalam bentuk kontinum yang terdiri atas empat kategori yaitu (a) selalu, (b) sering, (c), kadang-kadang , dan (d) tidak pernah.

Sifat data yang dikumpulkan melalui instrumen adalah kualitatif, namun untuk keperluan analisis data tersebut dikonfersi menjadi data kuantitatif. Pengubahan data tersebut sesuai dengan sifat pernyataan yang diajukan. Pernyataan diajukan bersifat positif dan negatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif menjawab (a) selalu diberi skor 4, (b) sering diberi skor 3, (c), kadang-kadang diberi skor 2, dan (d) tidak pernah diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, yang menjawab (a) selalu diberi skor 1, (b) sering diberi skor 2, (c), kadang-kadang diberi skor 3, dan (d) tidak pernah diberi skor 4.

F. Uji Coba Instrumen

Untuk mendapatkan instrumen yang valid dan raliabel, terlebih dahulu perlu dilakukan uji coba terhadap instrumen, sehingga diketahui sampai seberapa mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang harus diukur dan alat ukur yang mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan tempat yang berbeda. Adapun prosedur pelaksanaan uji coba instrumen adalah ; penentuan respon uji coba, pelaksanaan uji coba dan analisis instrumen.

1. Responden Uji Coba

Responden uji coba diambil dari luar sampel penelitian yang mempunyai karakteristik yang sama. Adapun jumlah responden uji coba sebanyak 51 orang

2. Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba instrumen akan dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Karo yang berada di Kabupaten Karo dan sekitarnya yang tidak terpilih menjadi sampel penelitian.

Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2006

3. Analisis Instrumen

a. Uji Validitas instrumen

Setelah dikumpulkan maka untuk mengetahui apakah instrumen butir-butir item telah mempunyai tingkat kesahihan (validitas) maka perlu diadakan uji coba. Untuk menguji tingkat kesahihan (validitas), dengan menggunakan rumus product moment dari pearson, yaitu ;

Keterangan:

N=jumlah responden

x=jumlah skor tiap nomor soal

y=jumlah skor total

xy=jumlah product antara skor tiap soal dengan skor total

x2=jumlah kuadrat skor tiap nomor soal

y2=jumlah kuadrat skor total

rxy=koefisien korelasi product moment antara skor x dan y

Untuk menyatakan butir tes valid atau tidak, rhitung dikonsultasikan dengan rtabel dengan dk = n, pada taraf ( = 0,05. Pada uji coba angket, jumlah responden sebanyak 51 orang siswa sehingga rtabel dengan dk = n -1 pada ( = 0,05 adalah 0,277. Perhitungan uji validitas instrumen penelitian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4, ringkasan uji validitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen PenelitianNoInstrumen Penelitian (Angket)Jumlah Butir

Yang diujicobakanYang valid

1Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas40 butir36 butir

2Supervisi35 butir33 butir

3Kinerja Pegawai Diknas Kab.Karo33 butir31 butir

b.Uji keandalan instrumen (Reliability)

Untuk menguji reliabilitas keterandalan tes yaitu mengetahui sejuah mana hasil pengukuran dapat dipercaya, dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien alpha (Ferguson, 1989, 472), sebagai berikut :

k

(( b2r11 = { } { 1 -

}

(k - 1)

(12Keterangan:

r11= indeks reliabilitas instrumen

k = banyak butir angket

(( b2 =jumlah varians butir

(12=varians total

Untuk menginterpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dapat dilihat klasifikasi di bawah ini:

a.antara 0,801 1,000sangat tinggi

b.antara 0,601 0,800tinggi

c.antara 0,041 0,600cukup

d.antara 0,201 0,400rendah

e.antara 0,000 0,200sangat rendah

Perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4, ringkasan uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen PenelitianNoInstrumen Penelitian(Angket)Koefesien( r11 )Klasifikasi

1Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas0.93Sangat tinggi

2Supervisi0.92Sangat tinggi

3Kinerja Pegawai Diknas Kab.Karo0.93Sangat tinggi

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji normalitas

Untuk menentukan uji Normalitas galat taksiran digunakan uji Liliefors Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1) menentukan xi yang merupakan xi= Y-

2) mengurutkan nilai xi dari yang terendah sampai tertinggi.

Mengubah xi menjadi angka baku (zi). Untuk merubahnya digunakan rumus : zi = (xi - x ) : s

3) menentukan F(zi) mengunakan nilai luas di bawah kurva normal baku. 4) S(zi) ditentukan dengan cara menghitung proporsi f kum berdasarkan jumlah f seluruhnya dengan rumus S(zi) = Fkum : f5) Langkah terakhir adalah menentukan selisih antara F(zi) dengan S(zi) dengan mengambil harga mutlak. Harga mutlak yang terbesar, yang merupakan selisih antara F(zi) dengan S(zi) selanjutnya disebut dengan Lo. Berdasarkan nilai kritis L untuk uji Liliefors, Jika Lohit < Lotabel, maka dapat dikatakan bahwa data berasal dari sampel yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji Bartlet. Hipotesis yang akan diuji sehubungan dengan uji homogenitas varians adalah:

Ho: 12 = 22 = 32 = 42

Ha : Paling tidak ada satu tanda berbeda

Kriteria penerimaan Ho jika 2 hitung < 2 tabel (1-, k-1) pada = 0,05 dengan dk = k-1

c.Uji Lineritas

Untuk uji keberartian regresi dan Lineritas regresi digunakan uji F. dengan rumus:

1).

Uji keberartian

RJK (Reg)

F =

RJK (Res)

2). Uji Lineritas regresi

RJK (TC)

F =

RJK (E)

Melakukan pengujian hipotesis :

1). Fhit > Ftabel , maka regresi Y atas X berarti

2). F hit < Ftabel , model regresi Y atas X adalah linier.

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua, dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi pearson/produk moment (r) jika nilai koefisien korelasi positif dan nilai p 0,05 (taraf kepercayaan 95%), berarti terjadi hubungan positif yang tidak signifikan. Sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi, dengan menggunakan koefisien korelasi determinasi (r2).

Untuk menguji hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi ganda. Dari hasil perhitungan analisis ganda, maka didapat nilai koefisien korelasi ganda (R), koefisien determinasi (R2) dan persamaan regrasi ganda serta nilai Fhit rumus yang digunakan untuk menghitung Fhit adalah : (Sujana 1992,385)

Dimana :

F = nilai F

R2= kuadrat koefisien korelasi ganda (koefisien determinasi)

k= banyaknya variabel

n= Banyaknya sampel

Nilai Fhit digunakan untuk menguji signifikasi koefisien korelasi ganda, apabila nilai Fhit >Ftabel =0,05 (taraf kepercayaan 95%), jadi jika nilai koefisien korelasi (R) positif dan nilai Fhit> Ftabel =0,05, maka berarti terjadi hubungan positif yang signifikan antara variabel bebas kepemimpinan (X1) dan penilaian pengawas (X2) secara bersama-sama dengan variabel kinerja dosen (Y). Sedangkan nilai koefisien korelasi determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas kepemimpinan (X1) dan Supervisi (X2) secara bersama-sama terhadap variabel kinerja pegawai (Y).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yakni dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu masing-masing : Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas (X1), Supervisi (X2) kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo(Y). Setiap variabel penelitian akan diuraikan berturut-turut tentang deskripsi data, tingkat kecenderungan masing-masing variabel penelitian, pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis.

A. Deskripsi Data Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman terhadap hasil penelitian, maka data akan dideskripsikan berdasarkan urutan variabel. Deskripsi hasil penelitian dimulai dari Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas (X1), Supervisi (X2) dan Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo (Y). Kemudian akan dilihat tingkat kecenderungan dari masing-masing variabel penelitian.

1.Kepemimpinan yang berorienasi pada penyelesaian tugas (X1)

Skor variabel Kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas menurut jumlah pegawai di Dinas Diknas Pendidikan Kabupaten Karo yang dihitung dari 52 sampel, menyebar dengan skor tertinggi 125 dan skor terendah 68. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata (mean) yaitu 104,71, median yaitu 107,07 dan modus 106,07 serta standar deviasi sebesar 12,98. Penyebaran data variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas pegawai di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel frekuensi dan gambar histogram berikut :

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Yang Berorientasi Pada Penyelesaian Tugas

NoIntervalFrekuensi AbsolutPersentase AbsolutFrekuensi KomulatifPersentase Komulatif

168-7611,9211,92

277-85611,54713,46

386-9411,92815,38

495-1031426,962242,31

5104-1121426,923669,23

6113-12113254994,23

7122-13035,7752100

Jumlah52100,00

Adapun grafik histrogram yang mengambarkan frekuensi data kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas disajikan seperti berikut:

Gambar 2. Histogram Skor Kepemimpinan Yang Berorientasi pada penyelesaian tugas

2. Supervisi (X2)

Skor variabel supervisi yang dihitung dari 52 sampel, menyebar dengan skor tertinggi 124 dan skor terendah 63. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata (mean) yaitu 101,04, Median yaitu 94,26 dan Modus sebesar 103,90 serta standar deviasi sebesar 14,57. Penyebaran data variabel supervisi dapat dilihat dari tabel frekuensi dan gambar histogram berikut :

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Skor Efektifitas SupervisiNoIntervalFrekuensi AbsolutPersentase AbsolutFrekuensi KomulatifPersentase Komulatif

163 7111.9211,92

272 80713.46815,38

381 89 11.92917,30

490 98 815.381732.69

599 1071732.693465.38

6108 1161121.154586.53

7117 125 713.4652100.00

Jumlah52100,00

Adapun grafik histrogram yang mengambarkan frekuensi data supervisi disajikan seperti berikut:

Gambar 3. Histogram Skor Supervisi

3. Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo (Y)

Skor variabel kinerja Pegawai Dinas Diknas Kabupaten Karo menyebar dengan skor tertinggi 128 dan terendah 67. Rata-rata (mean) dari skor kinerja pegawai didapat sebesar 107,83, Median yaitu 109,86 dan Modus sebesar 115,10 dengan standar deviasi 14,78. Penyebaran skor kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo seperti pada tabel frekuensi dan gambar histogram berikut :

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo

NoIntervalFrekuensi AbsolutPersentase AbsolutFrekuensi KomulatifPersentase Komulatif

167 7511.9211.92

276 8459.62611.54

385 9323.85815.38

494 102917.311732.69

5103 1111121.152853.85

6112 1201528.854382.69

7121 1299 17.3052100.00

Jumlah52100,00

Adapun grafik histrogram yang mengambarkan frekuensi data kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo disajikan seperti berikut:

Gambar 4. Histogram Skor Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Pengujian persyaratan analisis mencakup pengujian (a) normalitas data galat taksiran dan (b) homogenitas varian data.

1. Uji Normalitas Galat Taksiran

Pengujian normalitas data meliputi dua galat yaitu data galat taksiran 1.(Y 1) dan data galat taksiran 2.(Y 2) dengan menggunakan uji Liliefors. Dari lampiran 8 diperoleh L0 galat 1.(Y 1) sebesar 0,11615 sedangkan n= 52 dan = 5% diperoleh Ltabel sebesar 0,12287. Jika dibandingkan keduanya ternyata L0 < Ltabel atau 0,11615 < 0,12287 yang berarti H0 diterima. Dengan demikian data galat 1.(Y 1) atas X1 berasal dari populasi berdistribusi normal.

Pengujian data galat 2.(Y 2) atas X2 menghasilkan L0 sebesar 0,11949 sedangkan n = 52 dan = 5% diperoleh Ltabel sebesar 0,12287. Jika dibandingkan keduanya ternyata L0 < Ltabel atau 0,11949 < 0,12287 yang berarti H0 diterima. Dengan demikian data galat 2.(Y 2) atas X2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data galat 1.(Y 1) dan data galat 2.(Y 2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya ringkasan perhitungan galat taksiran dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Hasil Uji Normalitas Data Galat Taksiran 1.(Y 1) dan 2.(Y 2)

Galat TaksiranL0LtabelDistribusi

(Y 1)0,116150,12287Normal

(Y 2)0,119490,12287Normal

Keterangan :

L0=Harga mutlak terbesar selisih antara peluang skor baku dengan proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama dengan skor baku yang dihitung.

Ltabel=Nilai kritik Uji Liliefors dengan ( = 5%.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians sampel dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians dari kelompok sampel penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas sampel penelitian menggunakan Uji Bartlett. Uji Bartlett digunakan karena kelompok data lebih dari dua. Pengujian dilakukan terhadap dua kelompok data yaitu (a) dan variansi Y atas X1 dan (b) data variansi Y dan X2.

Berdasarkan hasil pengujian variansi Y atas X1 diperoleh 2 hitung lebih kecil dari 2 tabel atau 0,69 < 31,40. Demikian pula variansi Y atas X2 diperoleh 2 hitung lebih kecil dari 2 tabel atau 30,24 < 31,40. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variansi Y atas X1 dan variansi Y atas X2 adalah homogen. Perhitungan secara lengkap diberikan dalam Lampiran 9. Tabel 8 berikut ini menunjukkan ringkasan hasil uji homogenitas variansi data penelitian.

Tabel 8

Hasil Uji Homogenitas Varians

Variansdk2 hitung2 tabelKesimpulan

Y atas X1

Y atas X220

200,69

30,2431,40

31,40Homogen

Homogen

C. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis yang diuji secara empirik. Ketiga hipotesis itu adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama, yang terdiri dari hipotesis nol (H0) berbunyi tidak terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja Pegawai Dinas Diknas Kabupaten Karo dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja Pegawai Dinas Diknas Kab. Karo. Secara statistik, hipotesis di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

H0: (y1 = 0

Ha: (y1 > 0

Hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Karo dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana. Dari hasil perhitungan diperoleh harga a1 = 7,06 dan b1 = 0,96. Dengan menyulihkan (subtitusi harga a1 dan b1 sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 9 (halaman 28), ke dalam persamaan regresi, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana = 7,06 + 0,96 X1. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, dilakukan uji linieritas dan signifikansi koefisien regresi. Analisis terhadap berbagai sumber variasi menghasilkan nilai-nilai seperti dalam tabel 9, yaitu :

Tabel 9

Anava Untuk Regresi Linier Sederhana = 7,06 + 0,96 X1Sumber VariasidkJKRJKFhitungF0,05

Total52615733---

Regresi (a)

Regresi (b|a)

Sisa 1

1

50604585,5577

7803,803078

66,87278464-

78,03803078

66,87278464116,6964,04

Tuna cocok

Galat29

2176,35618041

1129,3176,35618041

53,776666671,4201,93

Keterangan :JK: jumlah kuadrat

RJK: rata-rata jumlah kuadrat

dk: derajat kebebasan

Fhitung: nilai persentil distribusi F yang dihitung dengan rumus

Ftabel: nilai persentil distribusi F yang disalin dari tabel statistik F

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi = 7,06 + 0,96 X1 adalah sangat signifikan dan linier. Sangat signifikan karena Fhitung > Ftabel atau 116,696 > 4,04 pada taraf ( = 5%. Kelinieran persamaan regresi= 7,06 + 0,96 X1 tampak dari perbandingan Fhitung dengan Ftabel yang menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel atau 1,42 < 1,93. Model linieritas persamaan regresi Y atas X1 dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

= 7,06 + 0,96 X1

Gambar 5. Grafik Persamaan Regresi Linier = 7,06 + 0,96 X1Selanjutnya pengujian korelasi antara varibel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas (X1) dengan kinerja pegawai Dinas Diknas Kabupaten Karo (Y) menggunakan rumus product moment correlation. Dari hasil uji korelasi diperoleh koefisien korelasi ry1 = 0,84 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,7056 atau 70,56%, untuk r =0,84 diperoleh thitung=10,95 kemudian untuk dk =50 dengan taraf a=5% diperoleh t.tabel=1,68, Ternyata thitung > ttabel atau 10,95 > 1,68. Hal ini berarti koefisien korelasi variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, adalah sangat signifikan. Ringkasan hasil penyajian korelasi Y atas X1 dapat dilihat pada tabel 10, sedangkan perhitungan secara langkap tercantum dalam lampiran 10.

Tabel 10

Ringkasan Hasil Uji Korelasi Y atas X1

NKoefisienKoefisien

Determinasit. hitungt.tabel

0,05

520,840,755610,951,68

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang terdiri dari hipotesis nol (Ho) berbunyi kedua yang terdapat hubungan yang positive dan berarti antara supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Scar statistik hipotesis diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ho = y2 = 0

Ha = y2 > 0

Hubungan yang positif dan berarti antara supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dianalisa dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana. Dari hasil perhitungan diperoleh harga a2 = 19,51 dan b2 0,87 Dengan menyulihkan (subtitusi) harga a2 dan b2 sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 18 kedalam persamaan regresi, maka diperoleh persamaan regresi liner sederhana

EMBED Equation.3 = 19,51 + 0,87. Untuk mengetahui hubungan antara supervisi dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, dilakukan uji linieritas dan signifikansi koefisien regresi. Analisis terhadap berbagai sumber variasi menghasilkan nilai-nilai seperti diringkaskan pada tabel 11, yaitu :

Tabel 11

Anava Untuk Regresi Linier Sederhana = 19,51 + 0,87 X2

Sumber VariasidkJKRJKFhitungF0,05

Total528278,391---

Regresi (a)

Regresi (b|a)

Sisa 1

1

50604585,6

8278,391

2869,051-

604584,6

8278,391144,274,04

Tuna cocok

Galat29

212090131

778,925738102

37,91428571,901,93

Keterangan :JK: jumlah kuadrat

RJK: rata-rata jumlah kuadrat

dk: derajat kebebasan

Fhitung: nilai persentil distribusi F yang dihitung dengan rumus

Ftabel: nilai persentil distribusi F yang disalin dari tabel statistik F

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi = 19,51 + 0,87 X2 adalah sangat signifikan dan linier. Sangat signifikan karena Fhitung > Ftabel atau 144,27 > 4,04 pada taraf ( = 5%. Kelinieran persamaan regresi= 19,51 + 0,87 X2 linier hal ini sesuai dengan perbandingan Fhitung dengan Ftabel yang menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel atau 1,90 < 1,93. Dengan demikian model persamaan regresi Y atas X2 memenuhi asumsi linier. Model lineritas persamaan regresi Y atas X2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

= 19,51 + 0,87 X2

Gambar 6. Grafik Persamaan Regresi Linier= 19,51 + 0,87 X2 Selanjutnya pengujian korelasi antara variabel supervisi dengan (X2) dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo (Y), menggunakan rumus product moment correlation. Dari hasil uji korelasi diperoleh koefisien korelasi r2y2 = 0,7396 atau 73,96%. Untuk r = 0,86 diperoleh thitung = 11,92 kemudian untuk dk = 50 dengan taraf ( = 5% diperoleh ttabel = 1,675. Ternyata thitung > ttabel atau 11,92 > 1,675. Hal ini berarti koefisien korelasi variabel supervisi dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo adalah sangat signifikan. Ringkasan hasil pengujian korelasi Y atas X2 dapat dilihat pada tabel 12, sedangkan perhitungan secara lengkap tercantum dalam Lampiran 10.

Tabel 12

Ringkasan Hasil Uji Korelasi Y atas X2

nKoefisien KorelasiKoefisien Determinasithitungttabel

0,05

520,860,739611,921,675

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Bunyi hipotesis ketiga untuk menguji korelasi antara variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas (X1) dan variabel supervisi (X2) secara bersama-sama dengan variabel kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo (Y) dinyatakan dengan H0 : tidak terdapat hubungan yang positif yang berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kab. Karo dan Ha : terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Secara statistik hipotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut :

H0 : Ry12 = 0

Ha : R y12 > 0

Hubungan antara variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, dianalisa dengan regresi ganda dan korelasi ganda. Dari hasil analisa regresi ganda hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dijelaskan oleh persamaan = 9,74 + 0,39 X1 + 0,57 X2

Pengujian terhadap keberartian koefisien arah persamaan regresi ganda dengan uji F menunjukkan bahwa Fhitung = 80,14 sedangkan untuk taraf a = 5%. Dengan dk1 = 2 dan dk2 = 49 diperoleh Ftabel = 3,19. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 80,147 > 3,19 sehingga keofisien arah persamaan regresi ganda siginifikan. Dengan demikian variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi dalam meramalkan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Selanjutnya hasil pengujian koefisien korelasi ganda diperoleh RY12 = 0,88 perhitungan selengkapnya tercantum dalam lampiran 10. Untuk melihat signifikansi korelasi ganda digunakan uji F dengan R = 0,88 didapat Fhitung = 80,14. Kemudian pada taraf a = 5% dengan dk = 2 dan dk2 = 49 diperoleh Ftabel = 3,19. Terhnyata Fhitung > Ftabel atau 80,14 > 3,19 sehingga keputusan menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang berarti terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientsi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Selanjutnya besar sumbangan variabel bebas yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dinyatakan oleh koefesien determinasi sebesar R2Y12 = 0,7659 atau 76,59%. Jadi 76,59% dari variabel kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dapat dijelaskan berdasarkan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi. Sesuai dengan hasil analisis regresi ganda hubungan antara variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dapat dinyatakan oleh persamaan regresi ganda = 9,74 + 0,39 X1 + 0,57 X2.

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat apabila salah satu variabel bebas dikontrol, hipotesis ketiga juga diuji dengan korelasi parsial. Dengan demikian korelasi parsial dimaksud untuk melihat hubungan murni antara variabel bebas dan variabel terikat bila variabel lain dikontrol. Perhitungan korelasi parsial selengkapnyatercantum pada Lampiran 11. Ringkasan hasil analisis korelasi parsial dituliskan dalam tabel 13.Tabel 13Ringkasan Analisis Korelasi ParsialKorelasiKoefisien Korelasi Parsialthitungttabel (0,05)

ry1.2ry2.10,30

0,472.34

4.222,01

2,01

Berdasarkan tabel 12 dapat dijelaskan bahwa hubungan antara variabel kepemimpinan yang berorientasi penyelesaian tugas (X1) dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan nasional Kabupaten Karo (Y), bila variabel Supervisi (X2) dikontrol maka koefesien korelasi parsial ry1.2 = 0.30. Untuk ry1.2 = 0.30 diperoleh thitung=2.34, sedangkan untuk dk=50 pada =5% diperoleh ttabel = 2.01. Ternyata thitung > ttabel atau 2.34 > 2.01 sehingga hasil pengujian menerima Ha yang berarti ada hubungan antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pedidikan Nasional Kabupaten Karo apabila variabel supervisi dikontrol.

Untuk hubungan antara variabel supervisi (X2) dengan kinerja pegawai Dinas Pedidikan Nasional Kabupaten Karo (Y), bila variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas (X1) dikonrol. Maka koefesien korelasi parsial ry2.1= 0.47 diperoleh thitung=4.22, sedangkan untuk dk=50 pada =5% diperoleh ttabel = 2.01. Ternyata thitung > ttabel atau 4.22 > 2.01 sehingga hasil pengujian menerima Ha yang berarti ada hubungan antara supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pedidikan Nasional Kabupaten Karo apabila variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dikontrol.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, diperoleh temuan bahwa variabel bebas yang diteliti ikut menentukan variabel terikat. Dalam pengujian hipotesis pertama antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo yang ditunjukkan oleh persamaan regresi sederhana = 7,06 + 0,96 X1.

Dari persamaan tersebut dapat ditafsirkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan satu unit skor kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan sebesar 0,96 unit skor. Kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo pada nilai tetap 7,06.

Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi ry1 = 0,84 dengan koefisien determinasi r2y1 = 0,7056 atau 70,56%. Hal ini berarti 70,56% variasi yang terjadi pada kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kab. Karo dapat dijelaskan oleh kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas melalui persamaan regresi sederhana = 7,06 + 0,96 X1.

Dari hasil temuan ini dapat dinyatakan bahwa makin tinggi skor kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas makin tinggi kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, demikian pula sebaliknya makin rendah kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas makin rendah pula kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Temuan tersebut sesuai dengan kerangka teori yang menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan perilaku individu ketika dia mengarahkan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan bersama kelompok tersebut. (Hemphill dan Coons, 1957). Merupakan pengaruh antara person dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi untuk pencapaian suatu tujuan atau lebih (Tannenbaum Weshler & Massarik 1961).

Informasi tentang indikator kinerja sangat penting dalam rangka menciptakan good governance. Manajemen yang baik dan akuntabel membutuhkan indikator kinerja untuk mengukur sukses atau tidaknya organisasi.

Dalam hal ini seorang pemimpin harus berupaya bagaimana menghadapi masalah secara efektif, jangan menganggap enteng dan jangan pula membesarkan masalah serta hindari kebiasaan menunggu keajaiban.

Salah satu komitmen kepemimpinan adalah membina kesamaan visi yang berarti mengkomunikasikan visinya kepada semua pihak yang terkait dengan upaya mewujudkan tujuan organisasi.

Hasil pengujian hipotesis pertama juga dapat dibandingkan dengan penelitian yang telah disebutkan terdahulu sebagaimana dinyatakan dalam Lembaran Administrasi Negara (1995:7) menjelaskan bahwa pembinaan adalah usaha meningkatkan mutu dan keterampilan serta memupuk kegairahan bekerja, maka pembinaan pegawai negeri sipil dilaksanakan berdasarkan atas perpaduan karier dan prestasikerja. Pembinaan pegawai oleh pimpinan adalah bagaimana pimpinan mengkoordinasikan para pegawainya untuk bisa bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Semakin tinggi nilai kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas termasuk memberikan pembinaan maka semakin tinggi pula kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat diterima yang menunjukkan hubungan signifikan antara variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan variabel kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Dalam pengujian hipotesis kedua yaitu terdapat hubungan antara supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Dari hasil pengujian ini diperoleh temuan bahwa terdapat hubungan yang linier antara supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo yang ditunjukkan oleh persaman regresi = 19,51 + 0,87 X2. Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi ry2 = 0,86 dengan koefisien determinasi r2y1 = 0,7396 atau 73,96%. Hal ini berarti 73,96% variasi yang terjadi pada kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dapat dijelaskan oleh supervisi melalui perkiraan yang liner. Hubungan supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo adalah signifikan.

Temuan penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh Soewarno (1985 : 143) menyebutkan bahwa fungsi pengawasan atau supervisi sesungguhnya diperuntukkan pada upaya : (1). mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang disertai tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan, mendidik para pekerja agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur yang telah ditentukan, (2). mencegah terjadinya penyimpangan dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan, (3). memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan-pemborosan.

Hasil-hasil penelitian ini pada hakikatnya menyatakan bahwa supervisi sangat erat hubungannya dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, dan tidak dapat ditolak kalau supervisi berpengaruh terhadap kinerja pegawai pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Pengujian hipotesis ketiga merupakan pengujian secara bersama-sama antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi dengan kinerja pegawai pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Dari hasil pengujian diperoleh temuan yaitu terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, dengan persamaan regresi ganda = 9,74 + 0,39 X1 + 0,57 X2. Tafsiran dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tiap kenaikan atau penurunan satu unit kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan sebesar 0,39 dan 0,57 unit skor kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Hal ini berarti makin tinggi kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi maka makin tinggi pula skor kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo.

Selanjutnya hasil pengujian korelasi ganda diperoleh Ry12 = 0,88 dengan indeks determinasi R2y12 = 0,7659 atau 76,59%. Hal ini menunjukkan bahwa 76,59% variasi skor kinerja Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi. Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial ditunjukkan bahwa besar korelasi antara variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo jika variabel supervisi dikontrol sebesar ry1.2 = 0,30 dengan sumbangan efektif sebesar 28%. Sedangkan besar korelasi antara variabel supervisi dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo. Jika variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dikontrol adalah sebesar ry21 = 0,42 dengan sumbangan efektif sebesar 48 %.

Dari hasil analisis korelasi parsial diketahui bahwa variabel supervisi lebih efektif dalam meramalkan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabuaten Karo dari pada kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Hal ini sangat relevan dengan pendapat Haris ( 1975 : 269), supervisi atau pengawasan sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja para pekerja.

Dengan demikian dapat diimplikasikan bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabuaten Karo, dapat dijelaskan dengan baik oleh supervisi dan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan prosedur dan metode peneltiain yan standar dari sistematis, sehingga memberikan temuan penelitian dan kesimpulan yang dapat digunakan pada populasi penelitian. Penelitian jug telah secermat mungkin dalam melaksanakan pengontrolan produser penelitian dan prosedur statistik.

Selain itu keterbatasan juga menyangkut alat ukur atau instrumen penelitian, maupun teknis pelaksanaan pengumpulan data.

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Instrumen penelitian sebagai alat ukur berupa angket yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, merupakan instrumen yang disusun peneliti sendiri. Namun demikian dalam penyusunan instrumen penelitian itu telah dilakukan sesuai dengan proses penyusunan yang benar mulai dari penentuan indikator masing-masing konstruksi pembuatan kisi-kisi kemudian dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan yang pada tahap selanjutnya dikonsultasikan pada pembimbing, serta telah melalui uji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

2.Para responden yang menjadi sampel penelitian ini diambil dari pegawai Negeri Sipil berpendidikan S-1, Pegawai Negeri Sipil yang pendidikannya dibawah S-1 dan Pangkat/golongannya Penata TK.I, III/d, Pangkat/golongannya dibawah Penata TK1, II/d serta yang telah menjalani masa kerja di atas 10 tahun begitu juga Pegawai Negeri Sipil yang masa kerjanya dibawah 10 tahun.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo pada taraf =5%. Artinya bila kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas meningkat maka kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo juga meningkat. Besar sumbangan variabel kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas terhadap kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo sebesar 70,56%.

Kedua, terdapat hubungan yang berarti antara supervisi dan kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo pada taraf =5%. Artinya bila pelaksanaan supervisi meningkat maka kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Karo.

Ketiga, terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan supervisi secara bersama-sama dengan kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo, pada taraf =5 %. Artinya peningkatan kepemimpinan yang berorientasi pada penyelesaian tugas dan Supervisi secara bersama-sama maka kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo juga menin