karsinoma laring
DESCRIPTION
THTTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karsinoma laring merupakan kanker ganas yang berasal dari laring. Lebih
dari 90% dari karsinoma laring adalah karsinoma sel skuamosa (SCC) dan secara
langsung terkait dengan tembakau, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi
leher dan asbestosis. 1,2,3
Setiap tahun, terdapat 11.000 kasus baru karsinoma laring yang
didiagnosis di Amerika Serikat (1% dari karsinoma baru yang terdiagnosis), dan
sekitar sepertiga dari pasien akan meninggal akibat penyakit tersebut. Rasio laki-
laki-perempuan saat ini untuk karsinoma laring adalah 4:1, namun persentase
relatif wanita dengan karsinoma laring, seperti pada penyakit yang berhubungan
dengan rokok, telah meningkat. Karsinoma laring paling umum terjadi pada
dekade keenam dan ketujuh dari kehidupan.
Pengobatan karsinoma laring telah berubah selama beberapa tahun
terakhir. Pada awal abad, terapi diarahkan pada pembedahan. Bedah laringektomi
total dan parsial masih merupakan prosedur bedah utama untuk mengobati tumor
ganas laring.4
Strategi baru dengan menggunakan kemoterapi, radioterapi dan bedah
tidak secara substansial mengubah angka kelangsungan hidup pasien dengan
tumor ganas laring stadium lanjut dalam 30 tahun terakhir. Upaya baru dalam
memahami biologi molekuler dan karsinogenesis dari keganasan laring telah
memberikan kita pengetahuan dalam evolusi penyakit ini dan telah menunjukkan
potensi terapi. Tantangan utama dalam pengobatan karsinoma laring yaitu
meningkatkan kelangsungan hidup sambil menjaga fungsi dengan membatasi
toksisitas pengobatan.2,3,4
1
BAB II
ANATOMI LARING
Anatomi Laring
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan
ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.
Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada
leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus
dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian
atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari
dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah
belakang.
3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan
tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid
melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di
bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.
Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :
1. Otot-otot ekstrinsik :
a. Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan
M. Stilohioid
b. Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
2. Otot-otot Intrinsik :
a. Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid
oblique dan transversum
b. Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis: M.
Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid
2
c. Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M.
Tiroepiglotik.
Gambar 1: Anatomi Laring
Laring dapat dibagi menjadi tiga bagian: supraglotis, glotis, dan subglotis.
Laring supraglotis memanjang dari ujung epiglotis dan vallecula di bagian
superior ke ventrikel dan permukaan bawah pita suara palsu dibagian anterior,
juga mencakup kartilago aritenoid, lipatan ariepiglotis, pita suara palsu, dan
epiglotis. Laring glotis meliputi pita suara sejati, membentang dari ventrikel antara
pita suara sejati dan palsu hingga 0,5 cm di bawah ujung bebas dari pita suara
sejati, termasuk komisura anterior dan area interaritenoid. Laring subglotis
perpanjangan inferior glottis ke tepi inferior kartilago krikoid1.
3
Gambar 2. Subdivisi anatomik laring1
Persarafan otot-otot intrinsik dari laringeus rekuren dari cabang nervus
vagus pada kedua sisi, kecuali M. crikotiroid yang dipersarafi oleh n. laringeus
eksternus. Suplai darah arteri adalah dari arteri karotis eksterna dan dari trunkus
tiroservikal melalui arteri tiroid superior dan inferior. Drainase vena ke dalam
vena jugularis interna. Drainase limfatik ke level II, III, dan IV, serta kadang-
kadang ke level VI leher1.
Gambar 3. Level keterlibatan nodus limfe yang didesain untuk signifikansi
prognostik5
4
BAB III
PEMBAHASAN
Karsinoma Laring
3.1. Definisi
Karsinoma dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Karsinoma yang berasal dari laring disebut karsinoma laring2.
3.2 Epidemiologi
Di Departemen THT FKUI/RSCM periode 1982 – 1987 proposrsi
karsinoma laring 13,8 % dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata rata
25 pertahun. Perbandingan laki dan perempuan adalah 11 : 1, terbanyak pada usia
56 – 69 tahun dengan kebiasaan merokok di dapatkan pada 73,94 %. Baru-baru
ini, insiden pada wanita telah meningkat di negara barat karena lebih banyak
wanita yang merokok. Penyakit ini sebagian besar terlihat pada kelompok usia 40-
70 tahun, tetapi orang-orang muda pada usia 30-an kadang-kadang dapat
terpengaruh. 6
3.3 Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan
beberapa hal yangerubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu rokok,
alkohol, sinar radioaktif, polusi udara, radiasi leher dan absestosis. Ada
peningkatan resiko terjadinya karsinoma laring pada pekerja – pekerja yang
terpapar dengan debu kayu.
Baik tembakau dan alkohol merupakan faktor risiko pada karsinoma
laring. Asap rokok mengandung benzopiren dan hidrokarbon lainnya yang bersifat
karsinogenik bagi manusia. Kombinasi alkohol dan merokok meningkatkan risiko
15 kali lipat dibandingkan salah satu faktor saja (2-3 kali lipat). 2,6,7
Radiasi sebelumnya ke leher untuk lesi jinak atau papiloma laring dapat
menginduksi karsinoma laring. Pekerja Jepang dan Rusia telah melaporkan kasus
keganasan laring familial yang memberatkan pada faktor genetik. Paparan asbes,
5
gas mustard dan bahan kimia lainnya saat bekerja atau produk minyak bumi juga
telah terkait dengan asal-usul karsinoma laring tetapi tanpa bukti yang
meyakinkan.2,6,7
3.4 Patogenesis
Lebih dari 90% pasien dengan karsinoma laring memiliki riwayat
konsumsi tembakau berat dan penggunaan alkohol. Asap rokok, khususnya,
merupakan faktor risiko untuk karsinoma laring. Kombinasi penggunaan rokok
dan alkohol memiliki lebih dari efek aditif karsinogenik pada laring1,2.
.
Gambar 4. Model skematik perkembangan multifaktorial dari karsinoma laring5
Dengan semakin meningkatnya penanda molekuler dan genetik potensi
ganas, degenerasi, dan metastasis yang sedang diidentifikasi, membuka penyebab
genetik karsinoma laring. Gen dan produk gen yang sedang diselidiki untuk
menghubungkan dengan karsinoma laring meliputi p53, famili gen Bcl-2 dan
6
penanda lain dari apoptosis, proliferating cell nuclear antigen (PCNA), Ki67,
cyclin D1, gen ras dan onkogen lainnya, supresor tumor gen.1
3.5 Manifestasi Klinis
Secara umum gejala klinis gejala karsinoma laring adalah:1-7
- Suara serak
- Sesak nafas dan stridor
- Rasa nyeri di tenggorok
- Disfagia
- Batuk dan haemoptisis
- Pembengkakan pada leher
a. Karsinoma Supraglotis
Karsinoma supraglotis kurang sering terjadi dibandingkan dengan
karsinoma glotis. Mayoritas lesi terlihat pada epiglotis, pita suara palsu diikuti
dengan lipatan ariepiglotis, dalam urutan6,5.
Karsinoma area supraglotis dapat menyebar secara lokal dan menyerang
daerah sekitarnya, yaitu valekula, dasar lidah dan fossa piriformis. Karsinoma
epiglotis infrahioid dan ventricular band anterior dapat meluas ke ruang pra-
epiglotis dan menembus kartilago tiroid6,5.
Metastasis nodal terjadi lebih awal. Nodus jugularis atas dan tengah sering
terlibat. Metastasis bilateral mungkin terlihat pada kasus karsinoma epiglotis6.
Pertumbuhan supraglotis sering asimptomatik. Suara serak merupakan
gejala akhir. Nyeri tenggorokan, disfagia, dan nyeri alih di telinga atau massa
nodus limfe di leher dapat dijumpai. Penurunan berat badan, gangguan
pernapasan, halitosis merupakan manifestasi akhir6,5.
b. Karsinoma Glotis
Pada sebagian besar kasus, karsinoma laring berasal dari regio glotis.
Ujung bebas dan permukaan atas pita suara pada sepertiga anterior dan medial
merupakan lokasi yang paling sering6,5.
7
Secara lokal, lesi dapat menyebar ke anterior hingga komisura anterior dan
kemudian ke pita suara kontralateral; ke bagian posterior hingga prosesus vokalis
dan regio aritenoid; ke atas hingga ventrikel dan pita suara palsu; ke bawah hingga
regio subglotis. Mobilitas pita suara tidak terpengaruh pada stadium awal6,5.
Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran penyakit ke otot tiroaritenoid
dan merupakan tanda prognostik yang buruk. Terdapat sedikit saluran limfe di pita
suara dan metastasis nodus limfe tidak pernah terlihat pada lesi kordal jika
penyebaran penyakit tidak sampai ke bawah regio korda membranosa6,5.
Suara serak merupakan tanda awal karena lesi korda mempengaruhi
kapasitas vibrasi. Karena hal inilah karsinoma glotis dapat terdeteksi secara dini.
Peningkatan ukuran massa dengan disertai edema atau fiksasi korda dapat
menyebabkan stridor dan obstruksi laring6,5.
c. Karsinoma Subglotis
Area subglotis meluas dari daerah glotis ke batas bawah tulang rawan
krikoid. Lesi di wilayah ini jarang terjadi6,5.
Pertumbuhan dimulai pada satu sisi subglottis dan dapat menyebar ke
seluruh dinding anterior ke sisi yang berlawanan atau ke bawah hingga trakea.
Penyebaran ke atas hingga ke pita suara terjadi secara lambat dan itulah sebabnya
suara serak bukanlah gejala awal. Massa subglotis dapat menyerang membran
krikotiroid, kelenjar tiroid dan ribbon muscle dari leher. Metastasis limfatik
hingga ke nodus pralaring, pratrakea, paratrakea dan jugular bawah6,5.
Gejala awal karsinoma subglotis mungkin stridor atau obstruksi laring
tetapi hal ini sering lambat terjadi dan saat ini penyakit telah menyebar cukup
untuk mengganggu jalan napas. Suara serak menunjukkan penyebaran penyakit ke
permukaan bawah pita suara, infiltrasi otot tiroaritenoid atau keterlibatan nervus
laringeal rekuren pada sendi krikoaritenoid. Suara serak merupakan manifestasi
akhir massa subglotis6,5.
8
3.6 Klasifikasi dan Stadium
Menurut AJCC (2002), laring dibagi menjadi tiga area (atau daerah)
dengan beberapa subarea di bawah masing-masing area6,5.
Tabel 1. Klasifikasi area dan berbagai subarea di bawah masing-masing area6
LOKASI SUBAREA
Supraglotis
epiglotis suprahioid (baik lingual maupun permukaan laring)
Epiglotis infrahioid
Lipatan ariepiglotis (hanya aspek laring)
Ventricular bands (atau pita suara palsu)
GlotisPita suara sejati mencakup komisura
anterior dan posterior
SubglotisSubglotis hingga batas bawah kartilago
krikoid
Tumor yang timbul di lokasi ini lebih lanjut diklasifikasikan oleh sistem
TNM di mana6:
T-menunjukkan tumor dan luasnya, misalnya T1, T2, T3, dll
N-menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening regional dan
ukurannya, misalnya N0, N1, N2, dll
M-menunjukkan metastasis jauh. Tidak adanya metastasis yaitu M0
sementara adanya metastasis yaitu M1. Tergantung pada TNM, tumor
lebih lanjut dikelompokkan ke dalam berbagai stadium.
9
Tabel 2. Klasifikasi TNM karsinoma laring (American Joint Comittee on Cancer, 2002)6
AREA TUMOR KETERANGAN
Supraglotis
T1
Tumor terbatas pada subarea supraglotis dengan mobilitas pita suara normal
T2
Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu subarea yang berdekatan dari supraglotis atau glotis atau regio di luar supraglotis (mis, mukosa dasar lidah, valekula, dinding medial sinus piriformis) tanpa fiksasi ke laring
T3
Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/atau menginvasi salah satu area berikut: area pasca-krikoid, jaringan pra-epiglotis, ruang paraglotis, dan/atau invasi kartilago tiroid minor
T4a
Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau menginvasi jaringan di bawah laring (mis, trakea, jaringan lunak leher yang meliputi otot ekstrinsik dalam lidah, strap muscle, atau esofagus)
T4b
Tumor menginvasi ruang prevertebra, melukai arteri karotis atau menginvasi struktur mediastinum
GlotisT1
Tumor terbatas pada pita suara (dapat mencakup komisura anterior atau posterior) dengan mobilitas normal
T1a Tumor terbatas pada satu pita suara
T1b Tumor meliputi kedua pita suara
T2 Tumor meluas hingga supraglotis
10
dan/atau subglotis, dan/atau dengan gangguan mobilitas pita suara
T3
Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/atau menginvasi ruang paraglotis dan/atau erosi kartilago tiroid minor
T4a
Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau menginvasi jaringan di bawah laring (mis, trakea, jaringan lunak leher mencakup otot ekstrinsik dalam lidah, strap muscles, tiroid, atau esofagus)
T4b
Tumor menginvasi ruang paravertebra, melukai arteri karotis, atau struktur mediastinum
Subglotis
T1 Tumor terbatas pada subglotis
T2Tumor meluas ke pita suara dengan mobilitas normal atau terganggu
T3Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara
T4a
Tumor menginvasi kartilago krikoid dan tiroid dan/atau menginvasi jaringan di bawah laring (mis, trakea, jaringan lunak leher mencakup otot ekstrinsik dalam lidah, strap muscles, tiroid, atau esofagus)
T4b Tumor menginvasi ruang paravertebra, melukai arteri karotis, atau struktur mediastinum
Nodus limfe regional
Nx Nodus limfe regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis nodus limfe
11
regional
N1
Metastasis satu nodus limfe ipsilateral, berukuran 3 cm atau kurang pada dimensi yang terbesar
N2
Metastasis pada satu nodus limfe ipsilateral, lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 6 cm pada dimensi terbesar, atau beberapa nodus limfe ipsilateral, tidak ada yang berukuran lebih dari 6 cm pada dimensi terbesar
N2a
Metastasis pada satu nodus limfe ipsilateral, lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 6 cm pada dimensi terbesar
N2b
Metastasis pada beberapa nodus limfe ipsilateral, tidak ada yang berukuran lebih dari 6 cm
N2c
Metastasis nodus limfe bilateral atau kontralateral, tidak ada yang lebih dari 6 cm pada dimensi terbesar
N3Metastasis pada nodus limfe berukuran lebih dari 6 cm pada dimensi terbesar
Metastasis Jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Dengan demikian, masing-masing karsinoma laring dapat ditentukan
stadiumnya, tergantung pada sejauh mana penyakit, metastasis kelenjar getah
bening atau jauh. Penentuan stadium penyakit secara internasional ini membantu
12
membandingkan hasil yang berbeda dari modalitas pengobatan oleh pekerja yang
berbeda dan membantu dalam pilihan pengobatan dan prognosis penyakit6.
Tabel 3. Stadium TNM untuk karsinoma laring5
STADIUM T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III
T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IVA
T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
IVB T4b Any N M0
Any T N3 M0
13
IVC Any T Any N M1
3.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesis
Simtomatologi lesi glotis, subglotis, dan supraglotis akan bervariasi.
Merupakan sebuah keharusan bahwa setiap pasien pada kelompok usia karsinoma
yang mengalami suara serak yang persisten atau secara bertahap semakin berat
selama 3 minggu harus menjalani pemeriksaan laring untuk menyingkirkan
adanya karsinoma6.
b. Indirect Laryngoscopy6,9
Tampilan lesi akan bervariasi sesuai dengan lokasi asalnya. Lesi epiglotis
suprahioid biasanya eksofitik sementara lesi epiglotis infrahioid biasanya ulseratif.
Lesi pita suara dapat tampak sebagai nodul yang meninggi, ulkus, atau penebalan.
Lesi komisura anterior dapat tampak sebagai jaringan granulasi. Lesi regio
subglotis tampak sebagai peninggian nodul submukosa, sebagian besar mencakup
sebagian anterior
Mobilitas pita suara. Kerusakan atau fiksasi pita suara menunjukkan
infiltrasi yang lebih dalam ke otot tiroaritenoid, sendi krikoaritenoid atau invasi
nervus laringeal rekuren, dan ini merupakan tanda yang penting.
Perluasan penyakit. Penyebaran penyakit ke valekula, dasar lidah, fossa
piriformis dapat dijumpai.
c. Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan penyebaran penyakit ke
ekstralaring dan metastasis nodus limfe. Massa komisura anterior dan regio
subglotis menyebar melalui membran krikotiroid dan dapat menyebabkan midline
swelling. Kelenjar tiroid dan strap muscle juga dapat terinvasi6.
14
Pencarian harus dilakukan untuk menilai adanya metastasis nodus limfe,
ukuran dan jumlahnya; dan juga jika mereka mobile atau terfiksasi, unilateral,
bilateral, atau kontralateral6.
d. Radiografi
Foto dada penting untuk menentukan adanya penyakit paru penyerta (mis,
tuberkulosis), metastasis paru atau nodus mediastinum. Jaringan lunak leher
proyeksi lateral. Perluasan lesi epiglotis, lipatan ariepiglotis, aritenoid dan
keterlibatan ruang praepiglotis dapat dijumpai. Destruksi kartilago tiroid dapat
dijumpai. Laringogram kontras. Pewarna radioopak, dionosil, diberikan ke laring.
Laringogram menunjukkan permukaan perluasan tumor. Pemeriksaan ini sekarang
telah digantikan oleh CT scan.6,9
e. CT scan
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk menentukan perluasan tumor, invasi
ruang pra-epiglotis atau para epiglotis, detsruksi kartilago dan keterlibatan nodus
limfe. 6,9
Gambar 7. CT scan kontras menunjukkan tumor supraglotis kiri (panah) dengan metastasis nodus limfe (anak panah)
15
f. Direct Laryngoscopy
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat area tersembunyi dari laring dan
perluasan penyakit. Area tersembunyi laring mencakup epiglotis infrahioid,
komisura anterior, subglotis dan ventrikel, yang mungkin tidak terlihat jelas
dengan pemeriksaan menggunakan kaca yang membuat direct laringoscopy
menjadi penting6,9.
Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa stadium I pada pita suara sejati kiri, tampilan endoskopi1
g. Mikrolaringoskopi
Untuk lesi pita suara yang kecil, laringoskopi dilakukan di bawah
mikroskop untuk melihat lesi dengan lebih jelas dan mengambil spesimen biopsi
dengan lebih akurat tanpa merusak korda6.
h. Pewarnaan Supravital dan Biopsi
Toluidine blue dipakai pada lesi laring dan kemudian dibilas dengan saline
dan diperiksa di bawah mikroskop operasi. Karsinoma in situ dan karsinoma
superfisial mengambil pewarna sementara leukoplakia tidak. Sehingga, dapat
membantu untuk memilih area untuk biopsi pada leukoplakic patch6,9.
3.8 Diagnosis Banding
16
Diagnosis jaringan definitif harus diperoleh sebelum memulai pengobatan
untuk karsinoma laring karena lesi ganas yang muncul mungkin, pada
kenyataannya, bersifat jinak. Kondisi jinak termasuk infeksi, penyakit inflamasi,
dan granulomatosa seperti tuberkulosis, sarkoidosis, blastomikosis,
papillomatosis, dan tumor sel granular. 1
BAB 4
PENATALAKSANAAN
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.
4.1 Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
a) Laringektomi
i. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium
I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium
II.
ii. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari
batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin
trakea.
b) Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor
supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.
4.2 Radioterapi
17
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1
dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan
cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.
Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura,
Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk
memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat
disembuhkan pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan
4500–5000 rad selama 4–6 minggu diikuti dengan laringektomi total.
4.3 Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun
paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–
1000 mg/m2.
4.4 Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
Rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan
Social Rehabilitation”.
4.5 Prognosis
Angka kesembuhan untuk karsinoma laring, didefinisikan sebagai
ketahanan hidup selama 5 tahun bebas penyakit, umumnya lebih baik daripada
tumor lokasi utama lainnya dari saluran aerodigestif atas. Hal ini mencerminkan
prevalensi tumor glotis primer melebihi tumor supraglotis primer dan tahap dini di
mana tumor glotis didiagnosis1.
Suara serak persisten merupakan salah satu indikasi di mana seorang
individu akan mencari perawatan klinis biasanya muncul sebelum metastasis
nodus limfe. Meskipun demikian, angka ketahanan hidup selama 5 tahun belum
18
membaik selama tiga dekade terakhir meskipun terdapat kemajuan dalam teknik
bedah, perluasan pilihan pengobatan, dan penurunan morbiditas1.
Tabel 4. Karsinoma laring: angka ketahanan hidup selama 5 tahun
berdasarkan stadium dan lokasinya1
4.6 Pencegahan
Banyak penelitian mengenai efek perlindungan retinoid, beta-karoten, dan
antioksidan lainnya terhadap perkembangan karsinoma laring. Suatu reversal
leukoplakia laring setelah pengobatan dengan retinil palmitat telah dibuktikan1.
19
BAB 5
PENUTUP
Karsinoma dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Karsinoma yang berasal dari laring disebut karsinoma laring2.
Baik tembakau dan alkohol merupakan faktor risiko pada karsinoma
laring. Asap rokok mengandung benzopiren dan hidrokarbon lainnya yang bersifat
karsinogenik bagi manusia. Paparan dan inhalasi toksin (seperti asbestos dan gas
mustard) pada pekerjaan, kekurangan gizi, dan radiasi leher sebelumnya
semuanya telah dikaitkan dengan karsinoma laring1,7.
Penentuan stadium penyakit secara internasional ini membantu
membandingkan hasil yang berbeda dari modalitas pengobatan oleh pekerja yang
berbeda dan membantu dalam pilihan pengobatan dan prognosis penyakit6.
Sekitar 90-95% dari keganasan laring yaitu karsinoma sel skuamosa
dengan berbagai derajat diferensiasi. Diagnosis jaringan definitif harus diperoleh
sebelum memulai pengobatan untuk karsinoma laring karena lesi ganas yang
muncul mungkin, pada kenyataannya, bersifat jinak1. Terapi tergantung pada
lokasi lesi, luasnya lesi, ada atau tidak adanya metastasis nodus limfe dan
metastasis jauh. Angka kesembuhan untuk karsinoma laring, didefinisikan sebagai
ketahanan hidup selama 5 tahun bebas penyakit, umumnya lebih baik daripada
tumor lokasi utama lainnya dari saluran aerodigestif atas1.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermani B. Tumor Laring. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta : FKUI. 2007. Hal : 194-
198.
2. Jacob JB. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Jilid I.
Penerbit : Binarupa Aksara. Jakarta : 1994. Hal 620-677
3. Snell RS. Anatomi Klinik Edisi ke-6. EGC : Jakarta : 2006. Hal 805-813
4. Mansjoer, A. Kapita Selecta Edisi ke-3 Jilid I, media Aesculapius, FKUI,
Jakarta, 2001 : 136-137
5. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment: Otolaryngology Head and
Neck Surgery.2nd edition.Lange: USA.Chapter 30
6. American Cancer Society. Laryngeal and Hypopharyngeal Cancer. Available
from: www. cancer .org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003108- pdf . pdf
7. Markowski J, et al. 2009. Gene Expression Profile Analysis in Laryngeal
Cancer by High-Density Oligonucleotide Microarrays. Journal of Physiology
and Pharmacology;60, Suppl 1, 57–63
8. Johnson JT. 2012. Malignant Tumors of the Larynx . Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/848592-overview#a05
9. Weisman RA, et al.2003.Neoplasms of the Larynx and Laryngopharynx . In:
Snow JB, Ballenger JJ. 2003. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. BC Decker Inc: Spain.p.1257-1288
10. Dhingra PL. Disease of Ear, Nose, and Throat. 4th edition. Elsevier: India.
p.283-286
21
11. The Industrial Injuries Advisory Council. Laryngeal Cancer and Asbestos
Exposure. Available from: iiac.independent.gov.uk/pdf/pos_papers/pp22.pdf
12. Ying XJ, et al. 2012. Glutathione S-Transferase M1 Gene Polymorphism and
Laryngeal Cancer Risk: A Meta-Analysis. Plos One;7(8):1-7
13. National Cancer Insitute. What You Need To Know AboutTM Cancer of the
Larynx.Availablefrom: www. cancer .gov/ cancer topics/wyntk/ larynx /WYNTK_
larynx . pdf
22